02. Final RANPERDA RETRIBUSI JASA UMUM eval gubernur ... · khusus disediakan dan/atau diberikan...

68
BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta mewujudkan kemandirian daerah; b. bahwa kebijakan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah; c. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah yang mengatur Retribusi Daerah di Kabupaten Boyolali perlu disesuaikan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019);

Transcript of 02. Final RANPERDA RETRIBUSI JASA UMUM eval gubernur ... · khusus disediakan dan/atau diberikan...

  

BUPATI BOYOLALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI

NOMOR 11 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI JASA UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BOYOLALI,

Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta mewujudkan kemandirian daerah;

b. bahwa kebijakan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah;

c. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah yang mengatur Retribusi Daerah di Kabupaten Boyolali perlu disesuaikan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019);

- 2 -  

4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3193);

5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3209);

6. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 42, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia

Nomor 3821);

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86,

Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 3709);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355)

10. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4844);

12. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4674);

- 3 -  

14. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4851);

15. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5025);

16. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

17. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5049);

18. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5234);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1983 tentang Tarif Biaya

Tera (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor

35, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3257)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor

16 Tahun 1986 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor

26 Tahun 1983 tentang Tarif Biaya Tera (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 22, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3329);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258)

sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58

Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5145);

- 4 -  

21. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan

Pembebasan untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang serta Syarat-

Syarat bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 4,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3283);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan

Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 15,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3350);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan

Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3528);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993

Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3529);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan

dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993

Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3530);

26. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3980);

27. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

28. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

29. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4736);

- 5 -  

30. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

31. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara

Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5161);

32. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 12

Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali (Lembaran

Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Tahun 1988 Nomor

1 Seri D Nomor 1);

33. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2007

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah

Kabupaten Boyolali Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 93);

34. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 6 Tahun 2007

tentang Pelayanan Publik (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali

Tahun 2007 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten

Boyolali Nomor 94);

35. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 3 Tahun 2008

tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan

Tugas Pokok Dinas Daerah Kabupaten Boyolali (Lembaran

Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan

Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 101);

36. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 11 Tahun 2008

tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan

Pemerintah Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah Kabupaten

Boyolali Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Boyolali Nomor 107);

37. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 6 Tahun 2009

tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah

Kabupaten Boyolali Tahun 2009 Nomor 6, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 111);

38. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2011

tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Lembaran

Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2011 Nomor 4, Tambahan

Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 115);

- 6 -  

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BOYOLALI

dan

BUPATI BOYOLALI

MEMUTUSKAN :

 

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM.

 

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Boyolali.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Boyolali.

4. Bupati adalah Bupati Boyolali.

5. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

6. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

7. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh

DPRD dengan persetujuan bersama Bupati.

8. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Boyolali.

9. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan,

baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi

perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha

Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama

dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau

- 7 -  

organisasi lainnya, lembaga dan bentuk Badan lainnya termasuk kontrak

investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

10. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang

menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati

oleh orang pribadi atau Badan.

11. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah

Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati

oleh orang pribadi atau Badan.

12. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau Badan.

13. Retribusi Jasa Umum adalah pungutan daerah atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan

umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

14. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa pelayanan persampahan/kebersihan yang

khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau Badan.

15. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan

Sipil, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas penggantian biaya

cetak Kartu Tanda Penduduk dan/atau Akta Catatan Sipil yang khusus

disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan

orang pribadi.

16. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat

tinggal di Indonesia.

17. Warga Negara Indonesia, yang selanjutnya disingkat WNI adalah orang-orang

bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai Warga Negara Indonesia.

18. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia.

19. Kartu Tanda Penduduk, yang selanjutnya disingkat KTP adalah identitas resmi

penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang

berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

20. Kartu Keluarga, yang selanjutnya disingkat KK adalah kartu identitas keluarga

yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta

identitas keluarga.

21. Akta Catatan Sipil adalah Kutipan Akta Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta

Perceraian, Akta Pengesahan dan Pengakuan Anak, Ganti Nama bagi Warga

Negara Asing dan Akta Kematian yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah.

- 8 -  

22. Makam adalah tempat untuk menguburkan mayat/jenazah/kerangka jenazah

dan pemindahan kerangka jenazah.

23. Tempat Pemakaman Umum adalah areal tanah yang disediakan untuk

keperluan pemakaman mayat/jenazah yang dimiliki dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah.

24. Pengabuan/kremasi adalah pembakaran jenazah seseorang yang telah

meninggal dan/atau kerangka jenazah.

25. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas penggunaan parkir di tepi jalan umum, untuk sekali

parkir.

26. Tempat Parkir adalah tempat yang berada di tepi jalan umum tertentu sebagai

tempat parkir kendaraan bermotor.

27. Parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa

saat dan ditinggalkan pengemudinya.

28. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya

yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik

berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu

sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang

bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam

operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen

serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.

29. Pelayanan Parkir adalah pelayanan atas penyediaan tempat parkir di tepi jalan

umum yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

30. Retribusi Pelayanan Pasar adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

penyediaan fasilitas pasar tradisional yang berupa pelataran/halaman, los,

kios/toko dan bentuk lainnya yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah.

31. Pasar Daerah adalah suatu tempat yang dipergunakan untuk melakukan

kegiatan perdagangan yang terdiri dari tanah dan atau bangunan-bangunan

pasar, halaman serta fasilitas lainnya yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh

Pemerintah Daerah, termasuk pasar hewan.

32. Pelayanan Pasar adalah fasilitas pasar tradisional berupa pelataran/ halaman,

los, kios/toko yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dan khusus yang

disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha

Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan pihak swasta.

33. Pelataran atau halaman pasar adalah bagian dari pasar yang belum didirikan

bangunan dan berfungsi sebagai salah satu fasilitas pelayanan pasar.

34. Los adalah bangunan tetap di dalam lingkungan pasar berbentuk bangunan

memanjang.

- 9 -  

35. Kios/Toko adalah bangunan tetap yang dibangun oleh Pemerintah Daerah

berbentuk petak-petak dengan dilengkapi dinding pembatas/pemisah dan pintu

dipergunakan sebagai tempat berdagang di lingkungan pasar.

36. Radius Pasar adalah wilayah tertentu di luar batas pasar dengan jarak 100

(seratus) meter yang dipergunakan untuk kegiatan usaha perdagangan di atas

tanah yang dimikili dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Daerah sebagai akibat

kegiatan pasar.

37. Hak Penempatan adalah hak untuk menempati fasilitas pasar di los, kios/toko

dan pelataran yang bersifat tetap.

38. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah.

39. Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian kegiatan pengujian

dan/atau pemeriksaan bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan,

dan kereta tempelan dalam rangka memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.

40. Penguji adalah Pengawai Negeri Sipil yang memiliki kualitas teknik tertentu

dalam bidang kendaraan bermotor.

41. Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk

dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

42. Kereta Gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut

barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat dimaksud dan dirancang untuk

ditarik oleh kendaraan bermotor.

43. Kereta Tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut

barang yang dirancang untuk ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh

kendaraan bermotor penariknya.

44. Kendaraan Khusus adalah kendaraan bermotor yang dirancang khusus yang

memiliki fungsi dan rancang bangun tertentu antara lain : kendaraan bermotor

Tentara Nasional Indonesia, Kendaraan bermotor Kepolisian Negara Republik

Indonesia, Alat Berat, Buldozer, traktor, mesin gilas (stoomwaltz), forklift,

loader, excavator, crane, kendaraan khusus penyandang cacat.

45. Kendaran Bermotor Wajib Uji adalah kendaraan bermotor, kereta gandengan,

dan kereta tempelan yang dioperasionalkan di jalan.

46. Tanda Samping adalah tanda bukti lulus uji berkala yang ditempatkan dan

dipasang secara permanen dengan menggunakan cat pada samping kanan dan

kiri Badan kendaraan dan memuat sebagian data kendaraan yang tercantum

dalam buku uji.

47. Uji Berkala adalah pengujian yang dilakukan secara berkala terhadap

kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan

khusus.

- 10 -  

48. Kartu Uji adalah tanda bukti lulus uji berbentuk buku yang berisi data dan

legitimasi hasil pengujian setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta

tempelan dan kendaraan khusus.

49. Tanda Uji Berkala Kendaraan Bermotor adalah tanda bukti uji berbentuk plat

berisi data mengenai kode wilayah pengujian, nomor uji kendaraan dan masa

berlaku yang dipasang secara permanen pada tempat tertentu di kendaraan.

50. Bengkel Umum Kendaraan Bermotor adalah bengkel umum yang berfungsi

untuk membetulkan, memperbaiki dan merawat kendaraan bermotor agar tetap

memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.

51. Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi

sebanyak-banyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk

pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan dan

bagasi.

52. Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8

(delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan

maupun tanpa perlengkapan pengangkutan dan bagasi.

53. Mobil Barang adalah setiap kendaraan bermotor selain sepeda motor, mobil

penumpang dan mobil bus.

54. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas pelayanan pemeriksaan terhadap alat-alat pemadam

kebakaran yang dimiliki dan/atau dipergunakan masyarakat yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah.

55. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa pelayanan penyediaan peta yang dibuat Pemerintah

Daerah.

56. Peta adalah suatu benda yang terbuat dari kertas atau sejenisnya yang memuat

gambar mengenai suatu lokasi/wilayah dengan skala tertentu yang dapat

memberikan informasi yang jelas.

57. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa pelayanan tera/tera ulang berupa pelayanan pengujian

alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya; dan pengujian barang

dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

58. Alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya, yang selanjutnya disingkat

UTTP adalah alat-alat yang dipergunakan di bidang kemetrologian.

59. Tera adalah suatu kegiatan menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera

batal yang berlaku atau memberikan keterangan tertulis yang bertanda tera sah

atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh Penera berdasarkan hasil

pengujian yang dijalankan atas UTTP yang belum dipakai, sesuai persyaratan

atau ketentuan yang berlaku.

- 11 -  

60. Tera ulang adalah suatu kegiatan menandai dengan tanda tera sah atau tanda

tera batal yang berlaku atau memberikan keterangan tertulis yang bertanda tera

atau tanda tera batal yang berlaku, dilakukan oleh Penera berdasarkan hasil

pengujian yang dijalankan atas UTTP yang telah ditera.

61. Pengujian Barang Dalam Keadaan Terbungkus, yang selanjutnya disingkat

Pengujian BDKT adalah pengujian kuantitas barang yang ditempatkan dalam

bungkusan atau kemasan tertutup yang untuk mempergunakannya harus

merusak pembungkusannya atau segel pembungkusannya.

62. Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah pelayanan atas penyelengaraan tera/tera

ulang berupa pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan

perlengkapannya, dan pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang

diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

63. Alat Ukur adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai untuk pengukuran

kualitas dan/atau kuantitas.

64. Alat Takar adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai untuk pengukuran

kuantitas dan/atau penakaran.

65. Alat Timbangan adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai untuk pengukuran

massa atau penimbangan.

66. Alat Perlengkapan adalah alat yang diperuntukkan atau dipakai sebagai

perlengkapan atau tambahan pada alat-alat ukur, takaran atau timbangan untuk

menentukan hasil pengukuran, penakaran atau penimbangan.

67. Menera adalah menandai dengan tanda tera sah/tanda tera batal berlaku atau

memberikan keterangan tertulis yang bertanda tera sah/tanda tera batal berlaku.

68. Menjustir adalah mencocokkan atau melakukan perbaikan ringan dengan tujuan

agar alat yang dicocokkan atau diperbaiki memenuhi persyaratan tera/tera

ulang.

69. Kalibrasi adalah peneraan untuk menentukan kebenaran nilai penunjuk alat ukur

dan/atau bahan ukur.

70. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi

dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan dan kepentingan umum.

71. Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pengawasan terhadap

pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan

aspek tata ruang, keamanan dan kepentingan umum.

72. Menara Telekomunikasi adalah bangunan yang berfungsi sebagai penunjang

jaringan telekomunikasi yang desain dan bentuk konstruksinya disesuaikan

dengan keperluan jaringan telekomunikasi dan dapat digunakan secara

bersama.

73. Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau penerimaan

dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara

- 12 -  

dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik

lainnya.

74. Alat Telekomunikasi adalah setiap alat perlengkapan yang digunakan dalam

bertelekomunikasi.

75. Perangkat Telekomunikasi adalah sekelompok alat telekomunikasi yang

memungkinkan bertelekomunikasi.

76. Pemancar Radio adalah alat telekomunikasi yang menggunakan dan

memancarkan gelombang radio.

77. Jaringan Telekomunikasi adalah rangkaian perangkat telekomunikasi dan

kelengkapannya yang digunakan dalam bertelekomunikasi.

78. Kas Umum Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Boyolali.

79. Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan

retribusi.

80. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan

perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

81. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas

waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan.

82. Retribusi yang terutang adalah retribusi yang harus dibayar pada suatu saat,

dalam masa retribusi, dalam tahun retribusi atau dalam bagian tahun retribusi

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

83. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data

objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai

kegiatan penagihan retribusi kepada Wajib Retribusi serta pengawasan

penyetorannya.

84. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPTRD,

adalah surat yang oleh wajib retribusi digunakan untuk melaporkan

penghitungan dan/atau pembayaran retribusi, objek retribusi dan/atau bukan

objek retribusi, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

85. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti

pembayaran atau penyetoran retribusi daerah yang telah dilakukan dengan

menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah

melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

86. Surat Ketetapan Retribusi Derah yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat

ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang

terutang.

87. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat

SKRDKB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah

- 13 -  

pokok retribusi, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok

retribusi, besarnya sanksi administratif, dan jumlah yang masih harus dibayar.

88. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya

disingkat SKRDKBT, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan

tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.

89. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKRDN,

adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah retribusi sama

besarnya dengan jumlah kredit retribusi atau retribusi tidak terutang dan tidak

ada kredit retribusi.

90. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat

SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan

pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada

retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

91. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat

untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga

dan/atau denda.

92. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan

kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan

ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan retribusi daerah yang

terdapat dalam SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, SKRDLB, atau terhadap

pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib

Retribusi.

93. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap

SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau

pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Retribusi.

94. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,

keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional

berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan

kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan

ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

95. Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat yang berwenang

untuk menegur atau memperingatkan Penanggung Pajak untuk melunasi utang

pajaknya, setelah tanggal jatuh tempo pembayaran utang pajaknya.

96. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur

untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,

kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan

penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan

keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak

tersebut.

- 14 -  

97. Insentif pemungutan pajak yang selanjutnya disebut Insentif adalah tambahan

penghasilan yang diberikan sebagai penghargaan atas kinerja tertentu dalam

melaksanakan pemungutan pajak.

98. Kedaluwarsa adalah masa habis berlakunya masa kewajiban membayar

retribusi.

99. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara

yang diatur dalam peraturan perundang-undangan untuk mencari serta

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang

terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

100. Penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi adalah serangkaian tindakan yang

dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan

bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah serta

menemukan tersangkanya.

101. Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Pejabat

Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-

Undang untuk melakukan penyidikan.

102. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS, adalah Pejabat

Penyidik Pengawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Boyolali yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan

penyidikan tindak pidana di bidang retribusi sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

BAB II

OBJEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 2

(1) Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan

Pemerintah Daerah untuk tujuan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati

oleh orang pribadi atau Badan.

(2) Retribusi yang dikenakan atas jasa umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa

Umum.

Pasal 3

Jenis Retribusi Jasa Umum adalah :

a. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

b. Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP, KK dan Akta Catatan Sipil;

c. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

d. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

e. Retribusi Pelayanan Pasar;

f. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

- 15 -  

g. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

h. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

i. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang; dan

j. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

BAB III

PENYELENGGARAAN RETRIBUSI JASA UMUM

Bagian Kesatu

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi

Pasal 4

(1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dipungut retribusi

atas pelayanan persampahan/kebersihan.

(2) Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah pelayanan persam-

pahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi :

a. Pengangkutan sampah dari lokasi pembuangan sementara ke lokasi

pembuangan akhir sampah; dan

b. Penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.

(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, sosial dan tempat

umum lainnya.

(4) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang mendapatkan pelayanan

persampahan/kebersihan.

(5) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diwajibkan untuk

melakukan pembayaran Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 5

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis dan volume sampah.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

- 16 -  

Pasal 6

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan ditetapkan dalam Lampiran I yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi

Pasal 7

(1) Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil dipungut retribusi atas palayanan Pencetakan KTP dan Akta Catatan Sipil.

(2) Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil adalah pelayanan :

a. KTP;

b. KK;

c. Akta Catatan Sipil, yang meliputi akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan dan pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing, dan akta kematian.

(3) Subjek Retribusi adalah orang pribadi yang memperoleh pelayanan pencetakan KTP dan pencatatan sipil.

(4) Wajib Retribusi adalah orang pribadi yang diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 8

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jumlah dan jenis pelayanan cetak

KTP, KK, akta catatan sipil yang diberikan.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 9

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan

Sipil ditetapkan dalam Lampiran II yang merupakan bagian tak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

- 17 -  

Bagian Ketiga

Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi

Pasal 10

(1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat dipungut

retribusi atas pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat.

(2) Objek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat meliputi:

a. pelayanan penguburan/pemakaman, pembakaran/pengabuan mayat; dan

b. sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki

atau dikelola Pemerintah Daerah.

(3) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang mendapatkan pelayanan

pemakaman dan pengabuan mayat.

(4) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diwajibkan untuk

melakukan pembayaran Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan

Mayat.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 11

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan pelayanan sewa yang diberikan

dalam pelaksanaan pemakaman/pengabuan mayat.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 12

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

ditetapkan dalam Lampiran III yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

Bagian Keempat

Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi

- 18 -  

Pasal 13

(1) Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan

pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :

a. pengaturan;

b. penataan/penempatan;

c. penertiban; dan

d. kemudahan informasi.

(3) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memanfaatkan tempat

parkir di tepi jalan umum.

(4) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diwajibkan untuk

melakukan pembayaran Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 14

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis kendaraan.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 15

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum ditetapkan

dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah

ini.

Bagian Kelima

Retribusi Pelayanan Pasar

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi

Pasal 16

(1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Pasar dipungut retribusi atas penyediaan

fasilitas pasar tradisional.

- 19 -  

(2) Objek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar berupa

pelataran, los, kios, dan toko yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus

disediakan untuk pedagang.

(3) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.

(4) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memanfaatkan pelayanan

penyediaan fasilitas pasar.

(5) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diwajibkan untuk

melakukan pembayaran Retribusi Pelayanan Pasar.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 17

(1) Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis pemanfaatan fasilitas, lokasi,

jangka waktu pemakaian dan kelas pasar.

(2) Kelas pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan

Bupati.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 18

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Pasar ditetapkan dalam Lampiran V

yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keenam

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek, dan wajib Retribusi

Pasal 19

(1) Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dipungut retribusi atas

pelayanan pengujian kendaraan bermotor.

(2) Objek retribusi adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk

kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

(3) Dikecualikan dari objek retribusi adalah kendaraan khusus.

- 20 -  

(4) Pelayanan pengujian kendaraan bermotor sebagimana dimaksud pada ayat (2)

meliputi:

a. Biaya Pendaftaran;

b. Biaya Uji;

c. Kartu Uji;

d. Plat Uji, Kawat dan Segel;

e. Tanda Samping;

f. Tanda lulus ambang batas Emisi kendaraan bermotor, non kendaraan

bermotor wajib uji;

g. Numpang Uji Masuk;

h. Penggantian Kartu Uji karena hilang atau rusak;

i. Plat Uji, kawat dan segel karena hilang atau rusak;

j. Penggantian tanda samping karena hilang atau rusak;

(5) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memanfaatkan jasa

pelayanan pengujian kendaraan bermotor.

(6) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diwajibkan untuk

melakukan pembayaran Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 20

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan pelayanan yang diberikan terhadap

pelaksanaan pengujian dan pemberian sertifikasi spesifikasi teknis kendaraan.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 21

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ditetapkan

ditetapkan dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

Bagian Ketujuh

Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi

- 21 -  

Pasal 22

(1) Dengan nama Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran dipungut

retribusi atas pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam

kebakaran.

(2) Objek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran adalah pelayanan

pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan

kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah terhadap alat-

alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan kebakaran, dan alat

penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan oleh masyarakat.

(3) Pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) adalah :

a. pemeriksaan dan pengujian alat pemadam kebakaran pada gedung untuk

pelayanan umum, bangunan industri perdagangan dan gedung bertingkat

termasuk gedung parkir dengan pemasangan stiker;

b. pemeriksaan atau penelitian gambar-gambar rencana dan pengetesan pada

gedung; dan

c. pemeriksaan dan pengujian alat pemadam kebakaran bagi perusahaan yang

memproduksi, mengimpor, memberdayakan atau mengedarkan segala jenis

alat pemadam kebakaran.

(4) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. pelayanan pemeriksaan alat pemadam kebakaran yang dimiliki atau

dipergunakan di tempat ibadah dan Pemerintah Daerah; dan

b. permintaan untuk pendidikan dan pelatihan, keterampilan pencegahan dan

pemadaman kebakaran.

(5) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh pelayanan

pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran dan/atau pelayanan

lainnya.

(6) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diwajibkan untuk

melakukan pembayaran Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 23

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekuensi, kapasitas, jumlah alat

pemadam kebakaran dan alat perlengkapan pemadam yang diperiksa dan/atau diuji.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

- 22 -  

Pasal 24

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam ditetapkan dalam

Lampiran VII yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedelapan

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi

Pasal 25

(1) Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta dipungut retribusi atas

penyediaan peta.

(2) Obyek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan peta yang

dibuat oleh Pemerintah Daerah.

(3) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan

peta.

(4) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diwajibkan untuk

melakukan pembayaran Retribusi Penggantian Cetak Peta.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 26

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan pelayanan pencetakan peta, dan

pengadministrasian.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 27

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta digolongkan

berdasarkan jumlah dan jenis pelayanan ditetapkan dalam Lampiran VIII yang

merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kesembilan

Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang.

- 23 -  

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi

Pasal 28

(1) Dengan nama Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang dipungut retribusi atas

pengujian alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya.

(2) Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah;

a. Pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya; dan

b. Pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan sebagai pemilik, pemakai atau

pemegang kuasa atas alat UTTP dan BDKT.

(3) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diwajibkan untuk

melakukan pembayaran Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 29

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis dan frekuensi pemberian jasa

pelayanan dan pembinaan, serta tingkat kesulitan, karakteristik, jenis, kapasitas

UTTP/BDKT, lamanya waktu dan peralatan yang digunakan.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 30

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang ditetapkan dalam

Lampiran IX yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kesepuluh

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Paragraf 1

Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi

- 24 -  

Pasal 31

(1) Dengan nama Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi dipungut retribusi atas pelayanan pengendalian menara telekomunikasi.

(2) Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan dan kepentingan umum.

(3) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang memanfaatkan ruang untuk menara telekomunikasi.

(4) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Paragraf 2

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 32

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekuensi pengawasan dan pengendalian menara telekomunikasi yang menjadi dasar alokasi beban biaya yang dipikul oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan pengendalian menara telekomunikasi.

Paragraf 3

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 33

Besarnya Tarif Retribusi Pengendalian Manara Telekomunikasi ditetapkan sebesar 2% (dua persen) dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang digunakan sebagai dasar penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan menara telekomunikasi.

BAB IV

PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 34

(1) Prinsip dan sasaran penetapan tarif Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

(3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa,

penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.

(4) Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Retribusi Penggantian Biaya Cetak

Peta hanya memperhitungkan biaya pencetakan dan pengadministrasian.

- 25 -  

Pasal 35

(1) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.

(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.

(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan

Peraturan Bupati.

(4) Bupati dalam menetapkan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

terlebih dahulu wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

BAB V

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 36

(1) Masa retribusi adalah jangka waktu tertentu saat mendapatkan pelayanan-

pelayanan yang dikenai Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 atau ditetapkan lain oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Saat retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen

lain yang dipersamakan.

BAB VI

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 37

Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Daerah.

BAB VII

PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Bagian Kesatu

Tata Cara Penghitungan Retribusi

Pasal 38

(1) Besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat

penggunaan jasa dengan tarif retribusi.

(2) Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jumlah

penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi beban biaya yang dipikul

Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.

- 26 -  

(3) Apabila tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sulit

diukur maka tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir berdasarkan rumus yang

dibuat oleh Pemerintah Daerah.

(4) Rumus sebagaimana dimaksud ayat (3) harus mencerminkan beban yang

dipikul oleh Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan jasa tersebut.

(5) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah nilai rupiah atau

persentase tertentu yang ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi yang

terutang.

(6) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat ditentukan seragam atau

bervariasi menurut golongan sesuai dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif

retribusi.

Bagian Kedua

Tata Cara Pemungutan

Pasal 39

Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan.

(1) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.

(2) Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau

kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua

persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar

dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(3) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) didahului

dengan surat teguran.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi

diatur dengan Peraturan Bupati.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan, pengisian dan

penyampaian SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) serta diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketiga

Pemanfaatan

Pasal 40

(1) Pemanfaatan dari penerimaan jenis retribusi jasa umum diutamakan untuk

mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan

yang bersangkutan.

 

- 27 -  

(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi diatur dalam

Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Bagian Keempat

Keberatan

Pasal 41

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat

yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai

alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak

tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa

jangka waktu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah

suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan

pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 42

(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan

sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberikan keputusan atas

keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

(2) Keputusan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas keberatan dapat berupa

menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi

yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan

Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberi suatu keputusan, keberatan

yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 43

(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan

pembayaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2%

(dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan

pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

Bagian Kelima

Penentuan Pembayaran, Tempat Pembayaran, Angsuran

dan Penundaan Pembayaran

- 28 -  

Pasal 44

(1) Setiap wajib retribusi wajib membayar retribusi yang terutang berdasarkan surat

ketetapan retribusi oleh wajib retribusi berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

(2) Bupati menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran retribusi

yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya

retribusi.

(3) Pembayaran Retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk

sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan:

a. SKRD; atau

b. dokumen lain yang dipersamakan.

(4) Bupati atas permohonan wajib retribusi setelah memenuhi persyaratan yang

ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib retribusi untuk

mengangsur atau menunda pembayaran retribusi, dengan dikenakan bunga

sebesar 2% (dua persen) sebulan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan pembayaran, tempat pembayaran,

angsuran, dan penundaan pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keenam

Pemberian Keringanan, Pengurangan atau Pembebasan Retribusi

Pasal 45

(1) Bupati dapat memberikan keringanan, pengurangan, atau pembebasan retribusi

atas permohonan wajib retribusi.

(2) Tata cara pemberian keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Ketujuh

Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan atau

Pengurangan Sanksi Administratif

Pasal 46

(1) Atas permohonan Wajib Retribusi atau karena jabatannya, Bupati atau Pejabat

yang ditunjuk dapat membetulkan SKRD, SKRDKB, SKRDKBT atau STRD,

SKRDN atau SKRDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis

dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu

dalam peraturan perundang-undangan retribusi.

 

- 29 -  

(2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat :

a. mengurangkan atau menghapus sanksi administratif berupa bunga, denda,

dan kenaikan retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan

retribusi, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib

Retribusi atau bukan karena kesalahannya;

b. mengurangkan dan membatalkan SKRD, SKRDKB, SKRDKBT atau STRD,

SKRDN atau SKRDLB yang tidak benar;

c. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan retribusi yang dilaksanakan

atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan

d. mengurangkan ketetapan retribusi yang terutang berdasarkan pertimbangan

kemampuan membayar Wajib Retribusi atau kondisi tertentu objek retribusi.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi

administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kedelapan

Pengembalian Kelebihan Pembayaran

Pasal 47

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan

permohonan pengembalian kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan

sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan

Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan suatu keputusan,

permohonan pengembalian pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan

SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan

pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung

diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya

SKRDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat 2

(dua) bulan, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk memberikan imbalan bunga

sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan

pembayaran retribusi.

(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

- 30 -  

BAB VIII

PENAGIHAN RETRIBUSI

Bagian Kesatu

Surat Tagihan Retribusi

Pasal 48

(1) Bupati dapat menerbitkan STRD jika :

a. retribusi dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar; dan

b. wajib retribusi dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

(2) Jumlah kekurangan retribusi yang terutang dalam STRD sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administratif berupa

bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas)

bulan sejak saat terutangnya retribusi.

Bagian Kedua

Tata Cara Penagihan

Pasal 49

(1) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau

kurang membayar ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului

dengan Surat Teguran.

(3) SKRD, STRD, Surat Keputusan Pembetulan, dan Surat Keputusan Keberatan,

yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah merupakan

dasar penagihan retribusi dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1

(satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

BAB IX

KEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 50

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah

melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali

apabila wajib retribusi melaksanakan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditangguhkan jika :

a. Diterbitkan Surat Teguran;

- 31 -  

b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik langsung maupun tidak

langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran

tersebut.

(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih

mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau

penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 51

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan

penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah

kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan

Peraturan Bupati.

BAB X

PEMERIKSAAN

Pasal 52

(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pemeriksaan untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka melaksanakan

peraturan perundang-undangan retribusi.

(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib :

a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek retribusi

yang terutang;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang

dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaaan;

dan/atau

c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan retribusi diatur dengan

Peraturan Bupati.

BAB XI

INSENTIF PEMUNGUTAN

- 32 -  

Pasal 53

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberi insentif atas

dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Besarnya insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar 5%

(lima persen) dari rencana penerimaan retribusi dalam tahun anggaran

berkenaan.

(3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(4) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XII

KETENTUAN KHUSUS

Pasal 54

(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang

diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Retribusi dalam rangka

jabatan atau pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-

undangan retribusi.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli

yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan retribusi.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

adalah :

a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam

sidang pengadilan;

b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati untuk memberikan

keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi pemerintah yang

berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan negara.

(4) Untuk kepentingan daerah, Bupati berwenang memberi izin tertulis kepada

pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti

tertulis dari atau tentang Wajib Retribusi kepada pihak yang ditunjuknya.

(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau

perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum

Acara Perdata, Bupati dapat memberikan izin tertulis kepada pejabat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) untuk memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan

keterangan Wajib Retribusi yang ada padanya.

- 33 -  

(6) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus menyebutkan

nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan

antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang

diminta.

BAB XIII

PENYIDIKAN

Pasal 55

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi

wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana

dibidang retribusi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara

Pidana.

(2) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri

sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang

berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi agar keterangan atau

laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi

atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan

tindak pidana retribusi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan

sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana

di bidang retribusi;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,

pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan

bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan

tindak pidana di bidang retribusi;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau

tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas

orang, benda dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak

pidana di bidang retribusi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

- 34 -  

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya

penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum

melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XIV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 56

Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan

keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana

denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang

dibayar.

Pasal 57

(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karena kealpaannya tidak

memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54

ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan

pidana denda paling banyak Rp 4.000.000,00 (empat juta rupiah).

(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan sengaja tidak

memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak terpenuhinya

kewajiban pejabat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun

dan pidana denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.

(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai

dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan

selaku Wajib Retribusi karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.

Pasal 58

Denda sebagaimana dimaksud pada Pasal 56 dan Pasal 57 merupakan penerimaan

negara.

BAB XV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 59

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, piutang retribusi yang terutang berdasarkan:

1. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 17 Tahun 1998

tentang Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat (Lembaran

- 35 -  

Daerah Pemerintah Kabupaten Tingkat II Boyolali Nomor 7 Tahun 1998 Seri B

Nomor 6) ;

2. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 6 Tahun 2000 tentang Retribusi

Pelayanan Persampahan/Kebersihan (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali

Tahun 2000 Nomor 1 Seri B, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali

Nomor 4);

3. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 25 Tahun 2001 tentang Retribusi

Pengujian Kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun

2001 Nomor 31, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 23);

4. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 27 Tahun 2001 tentang Retribusi

Penggantian Biaya Pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil (Lembaran

Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2001 Nomor 33, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Boyolali Nomor 25) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas

Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 27 Tahun 2001 tentang Retribusi

Penggantian Biaya Pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil (Lembaran

Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Nomor 4 Seri C, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 76);

5. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 28 Tahun 2001 tentang Retribusi

Pasar (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2001 Nomor 34, Tambahan

Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 26 );

6. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 5 Tahun 2004 tentang Retribusi

Pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali

Tahun 2004 Nomor 13 Seri A, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali

Nomor 65);

7. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 13 Tahun 2007 tentang Retribusi

Parkir di Tepi Jalan Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2007

Nomor 13); dan

8. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pembangunan Menara Telekomunikasi Di Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah

Kabupaten Boyolali Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Boyolali Nomor 109),

Masih tetap berlaku sampai dengan masa kedaluwarsa diakui menjadi piutang

daerah dengan masa kedaluwarsa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 60

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka:

- 36 -  

1. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali Nomor 17 Tahun 1998

tentang Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat (Lembaran

Daerah Pemerintah Kabupaten Tingkat II Boyolali Nomor 7 Tahun 1998 Seri B

Nomor 6) ;

2. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 6 Tahun 2000 tentang Retribusi

Pelayanan Persampahan/Kebersihan (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali

Tahun 2000 Nomor 1 Seri B, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali

Nomor 4);

3. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 25 Tahun 2001 tentang Retribusi

Pengujian Kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun

2001 Nomor 31, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 23);

4. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 27 Tahun 2001 tentang Retribusi

Penggantian Biaya Pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil (Lembaran

Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2001 Nomor 33, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Boyolali Nomor 25) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas

Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 27 Tahun 2001 tentang Retribusi

Penggantian Biaya Pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil (Lembaran

Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2006 Nomor 4 Seri C, Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 76) ;

5. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 28 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan dan Retribusi Pasar Pemerintah (Lembaran Daerah Kabupaten

Boyolali Tahun 2001 Nomor 34, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten

Boyolali Nomor 26 );

6. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 5 Tahun 2004 tentang Retribusi

Pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali

Tahun 2004 Nomor 13 Seri A, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali

Nomor 65);

7. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 13 Tahun 2007 tentang Retribusi

Parkir di Tepi Jalan Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2007

Nomor 13); dan

8. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pembangunan Menara Telekomunikasi Di Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah

Kabupaten Boyolali Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Boyolali Nomor 109),

serta Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali lainnya sepanjang mengatur tentang

Retribusi Jasa Umum dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, sedangkan semua

Petunjuk Pelaksanaannya dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Peraturan Daerah

ini.

- 37 -  

Pasal 61

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang menyangkut

pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 62

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah

ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali.

  Ditetapkan di Boyolali pada tanggal 14 September 2011

BUPATI BOYOLALI,

SENO SAMODRO Diundangkan di Boyolali pada tanggal 14 September 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BOYOLALI, SRI ARDININGSIH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011 NOMOR 11

 

 

- 38 -  

 PENJELASAN

ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI

NOMOR 11 TAHUN 2011

TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

I. UMUM

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, Daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat dan menempatkan retribusi sebagai salah satu perwujudan penerimaan Daerah yang diatur dengan Undang-Undang.

Di samping untuk meningkatkan pemberian pelayanan kepada masyarakat dan juga untuk menggali sumber-sumber penerimaan dari retribusi sebagai upaya pelaksanaan pembangunan, maka retribusi tersebut perlu dituangkan dalam suatu Peraturan Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2 Cukup jelas.

Pasal 3 Cukup jelas.

Pasal 4 Cukup jelas.

Pasal 5 Cukup jelas.

Pasal 6 Cukup jelas.

Pasal 7 Cukup jelas.

Pasal 8 Cukup jelas.

Pasal 9

- 39 -  

Cukup jelas.

Pasal 10 Cukup jelas.

Pasal 11 Cukup jelas.

Pasal 12 Cukup jelas.

Pasal 13 Cukup jelas.

Pasal 14 Cukup jelas.

Pasal 15 Cukup jelas.

Pasal 16 Cukup jelas.

Pasal 17 Cukup jelas.

Pasal 18 Cukup jelas.

Pasal 19 Cukup jelas.

Pasal 20 Cukup jelas.

Pasal 21 Cukup jelas.

Pasal 22 Cukup jelas.

Pasal 23 Cukup jelas.

Pasal 24 Cukup jelas.

Pasal 25 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “peta” adalah peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah, seperti peta dasar (garis), peta foto, peta digital, peta tematik, dan peta teknis (struktur).

Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

- 40 -  

Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 26 Cukup jelas.

Pasal 27 Cukup jelas.

Pasal 28 Cukup jelas.

Pasal 29 Cukup jelas.

Pasal 30 Cukup jelas.

Pasal 31 Cukup jelas.

Pasal 32 Cukup Jelas

Pasal 33 Cukup jelas.

Pasal 34 Cukup jelas.

Pasal 35 Ayat (1)

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Dalam hal besarnya tarif retribusi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah perlu disesuaikan karena biaya penyediaan layanan cukup besar dan/atau besarnya tarif tidak efektif lagi untuk mengendalikan permintaan layanan tersebut, sehingga Bupati dapat menyesuaikan tarif retribusi.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37 Cukup jelas.

Pasal 38

- 41 -  

Cukup jelas. Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Ayat (1)

Dalam rangka mendukung iklim investasi, Bupati dapat memberikan

keringanan, pengurangan, atau pembebasan retribusi atas permohonan

wajib retribusi.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Ayat (1)

Yang dimaksud Retribusi tertentu adalah jenis retribusi yang ada masa

retribusinya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

- 42 -  

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “instansi yang melaksanakan pemungutan” adalah Dinas/Badan/Lembaga yang tugas pokok dan fungsinya melaksanakan pemungutan retribusi.

Ayat (2) Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui pembahasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan alat kelengkapan DPRD yang membidangi masalah keuangan.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 54

Cukup jelas. Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56 Cukup jelas.

Pasal 57 Cukup jelas.

Pasal 58 Cukup jelas.

Pasal 59 Cukup Jelas.

Pasal 60 Cukup jelas.

Pasal 61 Cukup jelas.

Pasal 62 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 121

- 43 -  

LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

 TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN.

No. Jenis Pelayanan Tarif (rupiah)

(1) (2) (3)

1 Berdasarkan Luas Bangunan untuk rumah tangga

a. Kurang dari 100 m² 1.000,00/bulan

b. 100 m² sd 300 m² 2.000,00/bulan

c. 300 m² sd 400 m² 3.000,00/bulan

d. Di atas 400 m², setiap tambahan 100 m² Ditambah 1.000,00/bulan

1 2 Pengambilan, pengangkutan pada Toko, Warung/ Rumah Makan dan Hotel

a. Luas lantai kurang 4 m² 5.000,00/bulan

b. Luas lantai diatas 4 m² sd 10 m² 10.000,00/bulan

c. Luas lantai diatas 10 m² sd 25 m² 15.000,00/bulan

d. Luas lantai diatas 25 m² sd 100 m² 25.000,00/bulan

e. Luas lantai diatas 100 m² 35.000,00/bulan

3 Pengambilan, pengangkutan pada Pasar

a. Pedagang Los, Oprokan, Mobil Jualan 100/hari

b. Kios/Toko 200/hari

4 Pengambilan, pengangkutan pada Fasilitas Umum:

a. RSU/Puskesmas 100,00/hari/pasien

b. Pasar hewan

1) Hewan Besar 200,00/hari/ekor

2) Hewan Kecil 100,00/hari/ekor

c. Terminal Bus

1) Los 100,00/hari

2) Kios 200,00/hari

d. Badan Usaha 10.000,00/bulan

 

- 44 -  

(1) (2) (3)

5 Pengambilan, pengangkutan pada objek wisata, gedung pertemuan dan olah raga

a. Objek wisata 200,00/orang/hari

b. Gedung Olah Raga

1) Langganan 3.000,00/bulan

2) Insindental 8.500,00/hari

c. Lapangan Olah Raga

1) Langganan 6.000,00/bulan

2) Insindental 8.500,00/hari

d. Lapangan Tennis

1) Langganan 3.000,00/bulan

2) Insindental 8.500,00/hari

e. Tempat Olah Raga untuk kepentingan selain olah raga

10.000,00/jam

f. Tempat Olah Raga/gedung pertemuan 15.000,00/hari

6 Penggunaan sendiri TPA oleh orang pribadi/Badan

6.000,00/m³

BUPATI BOYOLALI,

SENO SAMODRO 

- 45 -  

LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

TARIF RETRIBUSI PENGGANTIAN

BIAYA CETAK KTP DAN AKTA CATATAN SIPIL

 

No Jenis Retribusi Tarif (rupiah)

(1) (2) (3)

1 Penggantian Biaya Cetak KTP

a. KTP untuk WNI 10.000,00

b. KTP untuk Orang Asing 20.000,00

2 Penggantian Biaya Cetak KK

a. KK untuk WNI 10.000,00

b. KK untuk Orang Asing 20.000,00

3 Akta Perkawinan

a. Pencatatan di dalam kantor untuk WNI 50.000,00

b. Pencatatan di dalam kantor untuk Orang Asing 100.000,00

c. Pencatatan di luar kantor untuk WNI 75.000,00

d. Pencatatan di luar kantor untuk Orang Asing 150.000,00

4 Pencatatan Perkawinan terlambat melebihi 1 (satu) bulan dan pengesahan perkawinan

a. Di kantor untuk WNI 75.000,00

b. Di kantor untuk Orang Asing 150.000,00

c. Di luar kantor untuk WNI 100.000,00

d. Di luar kantor untuk Orang Asing 200.000,00

5 Akta Perceraian

a. Akta perceraian untuk WNI 75.000,00

b. Akta perceraian untuk Orang Asing 150.000,00

6 Pencatatan Perceraian setelah 1 (satu) bulan dari Keputusan Pengadilan Negeri

a. Akta perceraian untuk WNI 100.000,00

b. Akta perceraian untuk Orang Asing 200.000,00

7 Akta Kematian

a. Akta kematian untuk WNI 10.000,00

b. Akta kematian untuk Orang Asing 20.000,00

- 46 -  

 

BUPATI BOYOLALI,

SENO SAMODRO

(1) (2) (3)

8 Pencatatan Kematian terlambat

a. Akta kematian untuk WNI 15.000,00

b. Akta kematian untuk Orang Asing 30.000,00

9 Akta pengakuan dan pengesahan Anak

a. Pengakuan anak untuk WNI 50.000,00

b. Pengakuan anak untuk Orang Asing 100.000,00

c. Pengesahan anak untuk WNI 50.000,00

d. Pengesahan anak untuk Orang Asing 100.000,00

10 Akta Pengangkatan Anak

a. Akta pengangkatan anak untuk WNI 50.000,00

b. Akta pengangkatan anak untuk Orang Asing 75.000,00

11 Pengangkatan Anak Satu bulan dari Keputusan PN

a. Akta pengangkatan anak untuk WNI 75.000,00

b. Akta pengangkatan anak untuk Orang Asing 150.000,00

12 Akta Ganti Nama/Perubahan nama

a. Ganti nama/perubahan nama untuk WNI 50.000,00

b. Ganti nama/perubahan nama untuk WNA 75.000,00

13 Ralat Akta/Catatan Pinggir

a. Menralat akta/catatan pinggir untuk WNI 10.000,00

b. Menralat akta/catatan pinggir untuk Orang Asing 15.000,00

14

Kutipan ke-2 dan seterusnya

a. Akta perkawinan untuk WNI 25.000,00

b. Akta perkawinan untuk Orang Asing 60.000,00

c. Akta perceraian untuk WNI 75.000,00

d. Akta perceraian untuk Orang Asing 150.000,00

e. Akta kematian untuk WNI 10.000,00

f. Akta pengakuan anak untuk WNI 50.000,00

g. Akta pengakuan anak untuk Orang Asing 100.000,00

h. Akta pengesahan anak untuk WNI 50.000,00

i. Akta pengesahan anak untuk Orang Asing 100.000.00

j. Akta pengangkatan anak 25.000,00

- 47 -  

LAMPIRAN III PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT

No Jenis Pelayanan Tarif (rupiah)

1 Penguburan/Pemakaman 75.000,00

2 Penggunaan tanah untuk pemakaman dengan ukuran 2 Meter X 1 meter :

a. 3 (tiga) tahun pertama 30.000,00

b. Tahun keempat dan seterusnya 10.000,00/tahun

BUPATI BOYOLALI,

SENO SAMODRO

- 48 -  

LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM.

No Jenis Kendaraan Tarif

(rupiah)

Keterangan

(1) (2) (3) (4)

1 Sepeda 200,00

Per Sekali Parkir

2 Kendaraan bermotor roda dua 500,00

3 Kendaraan bermotor roda tiga 1.000,00

4 Kendaraan bermotor roda empat 1.500,00

5 Kendaraan bermotor roda empat/angkutan barang

2.000,00

6 Kendaraan bermotor roda enam 3.000,00

7 Kendaraan bermotor lebih dari enam roda 4.000,00

BUPATI BOYOLALI, SENO SAMODRO

- 49 -  

LAMPIRAN V PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM 

TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

No

JENIS OBJEK RETRIBUSI

KELAS PASAR

KET

I II III IV

A B C A B C A B C A B C

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10 (11) (12) (13) (14) (15)

1 Retribusi Harian

a. Toko ( per Toko per hari buka ) 1500 1300 1100 1300 1200 1000 1200 1000 900 1100 1000 800

b. Kios ( per Kios per hari buka ) 1000 900 800 900 800 700 800 700 600 700 600 500

2 Sewa Tahunan

a. Sewa ( per Toko per tahun ) 270000 204000 156000 204000 156000 120000 156000 120000 84000 120000 84000 60000

b. Kios ( per Kios per tahun ) 210000 150000 126000 150000 126000 90000 126000 90000 60000 90000 60000 45000

3 Petak Los/terbuka (per petak/hari buka) 900 800 700 800 700 600 700 600 500 600 500 400

4 Los Petak/tertutup (per petak/hari buka) 1000 900 800 900 800 700 800 700 600 700 600 500

5

Pelataran/Halaman didalam Lingkup pasar

(per m2/hari buka)

300

300

300

300

300

300

300

300

300

300

300

300

6 Hal. Dilingkungan Pasar (per hari buka/meter) 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300

7 Dispensasi perluasan dasaran/Los/Kios/M/hari buka 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300

8 Hewan besar (per ekor/hari buka) 3500 3000 2500 3000 2500 2000 2500 2000 1500 2000 2000 1500

9 Hewan kecil (per ekor/hari buka) 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500

- 50 -  

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10 (11) (12) (13) (14) (15)

12 Pemeriksaan Ternak Kecil 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500

13 Penginapan Ternak per malam per ekor. 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 -

14 Ret. Sewa Dasaran Tetap/petak/tahun 15000 12500 10000 12500 10000 7500 10000 7500 5000 7000 5000 4000

15 Dispensasi Dasaran Sementara (Meter/Tahun) 15000 12500 10000 12500 10000 7500 10000 7500 5000 7000 5000 4000

16 Biaya Balik Nama Dasaran Tetap 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% 10% Dari Nilai Harga Jual Objek

17 Perpanjangan Izin Dasaran Tetap 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%

18

Biaya mengubah, menambah atau

memanfaatkan fasilitas Pasar

10%

10%

10%

10%

10%

10%

10%

10%

10%

10%

10%

10%

Dari Nilai Konstruksi Bangunan

   

BUPATI BOYOLALI, SENO SAMODRO

- 51 -  

LAMPIRAN VI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

  

TARIF RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR.

No Jenis Pelayanan Tarif (rupiah)

(1) (2) (3)

1 Pendaftaran Uji

a. Uji Berkala 10.000,00

b. Uji Emisi Kendaraan Bermotor Non Kendaraan Bermotor Wajib Uji

10.000,00

2 Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor:

a. Kendaraan dengan JBB ≤ 2.500 Kg 30.000,00

b. Kendaraan dengan JBB 2.501-5.000 kg 35.000,00

c. Kendaraan dengan JBB 5.001-7.500 kg 40.000,00

d. Kendaraan dengan JBB 7.501-10.000 kg 45.000,00

e. Kendaraan dengan JBB ≥ 10.000 kg 50.000,00

3 Tanda Lulus Uji Kendaraan :

a. Kartu Uji/buku uji 10.000,00

b. Plat Uji, Kawat, Segel 7.000,00

c. Tanda Samping 15.000,00

4 Pengujian lengkap kendaraan tidak wajib uji Sebesar biaya uji berkala

5

Pengujian Emisi Kendaraan Bermotor

a. Kendaraan roda empat atau lebih

1) Biaya Uji 15.000,00

2) Surat keterangan Ambang Batas Emisi

5.000,00

3) Tanda Lulus Uji Emisi 5.000,00

b. Sepeda Motor

1) Biaya Uji 5.000,00

2) Surat keterangan Ambang Batas Emisi

5.000,00

3) Tanda Lulus Uji Emisi 5.000,00

 

- 52 -  

(1) (2) (3)

6 Numpang Uji Masuk Sebesar biaya Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor

7 Penggantian Tanda Lulus Uji Kendaraan karena Hilang

a. Kartu Uji / buku uji. 25.000,00

b. Plat Uji, Kawat, Segel 10.000,00

c. Tanda Samping 20.000,00

 

BUPATI BOYOLALI,

  

SENO SAMODRO

- 53 -  

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

 

TARIF RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN.

No Jenis Pelayanan Tarif

(rupiah) Keterangan

(1) (2) (3) (4)

Setiap 1 (satu) kali pemeriksaan

1 Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

a. Jenis air dan busa

1) Isi sd 20 ltr 5.000,00

2) Isi di atas 20 ltr sd 50 ltr 7.000,00

3) Isi di atas 50 ltr 10.000,00

b. Jenis dry chemical powder

1) Isi sd 6 kg 5.000,00

2) Isi di atas 6 sd 25 kg 7.000,00

3) Isi di atas 25 kg 10.000,00

BUPATI BOYOLALI, SENO SAMODRO

- 54 -  

  

LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

TARIF RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA.

BUPATI BOYOLALI,

    

SENO SAMODRO  

NO JENIS PELAYANAN TARIF (rupiah) KETERANGAN

(1) (2) (3) (4)

1 Biaya Pencetakan Peta

1) Luas tanah sd 500 m² 25.000,00 per lembar/per wilayah

2) Luas tanah 501 m² sd 1.000 m² 40.000,00 per lembar/per wilayah

3) Luas tanah 1.001 m² sd 5.000 m² 55.000,00 per lembar/per wilayah

4) Luas tanah 5.001 m² sd 10.000 m² 75.000,00 per lembar/per wilayah

5) Luas tanah lebih dari 10.000 m² 100.000,00 per lembar/per wilayah

2 Administrasi (Luas Tanah/500 x Rp 100.000,00) + Rp 100.000,00

3 Jumlah Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta 1+2

- 55 -  

  

LAMPIRAN IX PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

TARIF RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG

NO JENIS SATUAN TARIF RETRIBUSI

TERA TERA ULANG

(1) (2) (3) (4) (5)

A ALAT UTTP

1 UKURAN PANJANG

a. Sampai dengan 2 meter Buah 3.000,00 4.000,00

b. Lebih dari 2 meter sampai dengan 10 meter Buah 5.000,00 8.000,00

c. Lebih 10 meter, tarif 10 meter ditambah untuk tiap 10 meter atau bagiannya dengan Buah 5.000,00 10.000,00

d. ukuran panjang jenis :

1) Salib ukur Buah 10.000,00 10.000,00

2) Blok ukur Buah 10.000,00 10.000,00

3) Mikrometer Buah 10.000,00 10.000,00

4) Jangka sorong Buah 10.000,00 10.000,00

5) Alat ukur tinggi orang Buah 10.000,00 10.000,00

6) Counter meter Buah 15.000,00 15.000,00

7) Roll tester Buah 100.000,00 100.000,00

8) Komparator Buah 100.000,00 100.000,00  

- 56 -  

  

(1) (2) (3) (4) (5)

2 ALAT UKUR PERMUKAAN CAIRAN (LEVEL GAUGE)

a. Mekanik Buah 75.000,00 150.000,00

b. Otomotif Buah 150.000,00 200.000,00

3 TAKARAN (BASAH/ KERING)

a. Sampai dengan 2 L Buah 500,00 500,00

b. Lebih dari 2 L sampai 25 L Buah 1.000,00 1.000,00

c. Lebih dari 25 L Buah 5.000,00- 5.000,00

4 TANGKI UKUR

a. Bentuk Silinder Tegak

1) Sampai dengan 500 kL Buah 150.000,00 200.000,00

2) Lebih dari 500 kL dihitung sbb :

a) 500 kL pertama Buah 150.000,00 200.000,00

b) Selebihnya dari 500 kL sampai dengan 1.000 kL, setiap 10 Kl Buah 2.000,00 3.000,00

c) Selebihnya dari 1.000 kL sampai dengan 2.000 kL, setiap 10 kL Buah 1.500,00 2.000,00

d) Selebihnya dari 2.000 kL sampai dengan 10.000 kL, setiap 10 kL Buah 200,00 300,00

e) Selebihnya dari 10.000 kL sampai dengan 20.000 kL, setiap 10 kL Buah 100,00 200,00

f) Selebihnya dari 20.000 kL, setiap 10 kL Buah 50,00 1000,00

Bagian-bagian dari 10 kL dihitung satu 10 kL

- 57 -  

  

(1) (2) (3) (4) (5)

5 Bentuk Bola Dan Speroidal

a. Sampai dengan 500 kL Buah 300.000,00 300.000,00

b. Lebih dari 500 kL dihitung sbb :

1) 500 kL pertama Buah 300.000,00 300.000,00

2) Selebihnya dari 500 kL sampai dengan 1.000 kL, setiap 10 kL Buah 5.000,00 5.000,00

3) Selebihnya dari 1.000 kL, setiap 10 kL Buah 3.000,00 3.000,00

6 Bentuk Silinder Datar

a. Sampai dengan 10 kL Buah 300.000,00 300.000,00

b. Lebih dari 10 kL dihitung sbb :

1) 10 kL pertama Buah 300.000,00 300.000,00

2) Selebihnya dari 10 kL sampai dengan 50 kL, setiap kL Buah 3.000,00 3.000,00

3) Selebihnya dari 50 kL, setiap kL Bagian-bagian dari kL dihitung satu kL Buah 2.000,00 2.000,00

7 TANGKI UKUR GERAK

a. Tangki ukur mobil dan tangki ukur wagon

1. Kapasitas sampai dengan 5 kL Buah 100.000,00 100.000,00

2. Lebih dari 5 kL dihitung sbb :

a) 5 kL pertama Buah 100.000,00 100.000,00

b) Selebihnya dari 5 kL, setiap kL Buah 20.000,00 20.000,00

Bagian dari kL dihitung satu kL

  

- 58 -  

  

(1) (2) (3) (4) (5)

8 ALAT UKUR DARI GELAS

a. Labu ukur, Buret dan Pipet Buah 20.000,00

b. Gelas ukur Buah 15.000,00

9 BEJANA UKUR

a. Sampai dengan 50 L Buah 50.000,00 50.000,00

b. Lebih dari 50 L sampai dengan 200 L 75.000,00 75.000,00

c. Lebih dari 200 L sampai dengan 500 L Buah 100.000,00 100.000,00

d. Lebih dari 500 L sampai dengan 1.000 L Buah 125.000,00 125.000,00

e. Lebih dari 1.000 L biaya pada huruf d angka ini ditambah tiap 1.000 L Buah 15.000,00 15.000,00

Bagian-bagian dari 1.000 L dihitung 1000 L

10 METER TAKSI Buah 50.000,00 50.000,00

11 SPEEDOMETER Buah 15.000,00 15.000,00

12 METER REM Buah 15.000,00 15.000,00

13 TACHOMETER Buah 50.000,00 25.000,00

14 THERMOMETER Buah 10.000,00 10.000,00

15 TENSIMETER Buah 10.000,00 10.000,00

16 VISKOMETER Buah 10.000,00 10.000,00

17 ALAT UKUR LUAS Buah 10.000,00 25.000,00

 

- 59 -  

  

(1) (2) (3) (4) (5)

18 ALAT UKUR SUDUT Buah 25.000,00 25.000,00

19 ALAT UKUR CAIRAN MINYAK

a. Meter Bahan Bakar Minyak

a.1. Meter Induk

Untuk setiap media uji

1) Sampai dengan 25 m3/h Buah 100.000,00 100.000,00

2) Lebih dari 25 m3/h dihitung sbb:

a) 25 m3/h pertama Buah 100.000,00 100.000,00

b) Selebihnya dari 25 m3/h sampai dengan 100 m3/h, setiap m3/h Buah 5.000,00 5.000,00

c) Selebihnya dari 100 m3/h sampai dengan 500 m3/h, setiap m3/h Buah 3.000,00 3.000,00

d) Selebihnya dari 500 m3/h, setiap m3/h Buah 1.000,00 1.000,00

Bagian-bagian dari m3/h dihitung satu m3/h

a.2. Meter Kerja

Untuk setiap jenis media uji

1) Sampai dengan 15 m3/h Buah 50.000,00 50.000,00

2) Lebih dari 15 m3/h dihitung sbb :

a) 15 m3/h pertama Buah 50.000,00 50.000,00

b) Selebihnya dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h, setiap m3/h Buah 3.000,00 3.000,00

 

- 60 -  

  

(1) (2) (3) (4) (5)

c) Selebihnya dari 100 m3/h sampai dengan 500 m3/h, setiap m3/h Buah 2.000,00 2.000,00

d) Selebihnya dari 500 m3/h, setiap m3/h Buah 1.000,00 1.000,00

a.3. Pompa Ukur

Untuk setiap Badan ukur Buah 50.000,00 50.000,00

20 ALAT UKUR GAS

a. Meter Induk

1) Sampai dengan 100 m3/h Buah 100.000,00 100.000,00

2) Lebih dari 100 m3/h dihitung sbb :

a) 100 m3/h pertama Buah 100.000,00 100.000,00

b) Selebihnya dari 100 m3/h sampai dengan 500 m3/h, setiap 10 m3/h Buah 5.000,00 5.000,00

c) Selebihnya dari 500 m3/h sampai dengan 1.000 m3/h, setiap 10 m3/h Buah 3.000,00 3.000,00

d) Selebihnya dari 1.000 m3/h sampai dengan 2.000 m3/h, setiap 10 m3/h Buah 1.000,00 1.000,00

e) Selebihnya dari 2.000 m3/h, setiap 10 m3/h Buah 500,00 500,00

Bagian-bagian dari 10 m3/h dihitung 10 m3/h

b. Meter Kerja

1) Sampai dengan 50 m3/h Buah 50.000,00 50.000,00

2) Lebih dari 50 m3/h dihitung sbb:

a) 50 m3/h pertama Buah 50.000,00 50.000,00

 

- 61 -  

  

(1) (2) (3) (4) (5)

b) Selebihnya dari 50 m3/h sampai dengan 500 m3/h, setiap 10 m3/h Buah 2.000,00 2.000,00

c) Selebihnya dari 500 m3/h sampai dengan 1.000 m3/h, setiap 10 m3/h Buah 1.000,00 1.000,00

d) Selebihnya dari 1.000 m3/h sampai dengan 2.000 m3/h, setiap 10 m3/h Buah 500,00 500,00

e) Selebihnya dari 2.000 m3/h, setiap 10 m3/h Buah 200,00 200,00

Bagian-bagian dari 10 m3/h dihitung 10 m3/h

c. Meter gas orifice dan sejenisnya ( merupakan satu system / unit alat ukur) Buah 250.000,00 250.000,00

d. Perlengkapan meter gas orifice ( jika diuji tersendiri), setiap alat perlengkapan Buah 50.000,00 50.000,00

e. Pompa ukur Bahan Bakar Gas (BBG) Elpiji untuk setiap Badan ukur Buah 50.000,00 50.000,00

21 METER AIR

a. Meter Induk

1. Sampai dengan 15 m3/h Buah 50.000,00 100.000,00

2. Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h Buah 60.000,00 150.000,00

3. Lebih dari 100 m3/h Buah 75.000,00 200.000,00

b. Meter Kerja

1. Sampai dengan 10 m3/h Buah 2.500,00 5.000,00

2. Lebih dari 10 m3/h sampai dengan 100 m3/h Buah 10.000,00 10.000,00

3. Lebih dari 100 m3/h Buah 25.000,00 50.000,00

  

- 62 -  

  

(1) (2) (3) (4) (5)

22 METER CAIRAN MINUM SELAIN AIR

a. Meter Induk

1) Sampai dengan 15 m3/h Buah 100.000,00 100.000,00

2) Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h Buah 150.000,00 150.000,00

3) Lebih dari 100 m3/h Buah 200.000,00 200.000,00

b. Meter Kerja

1) Sampai dengan 15 m3/h Buah 5.000,00 5.000,00

2) Lebih dari 15 m3/h sampai dengan 100 m3/h Buah 15.000,00 15.000,00

3) Lebih dari 100 m3/h Buah 50.000,00 50.000,00

23 ALAT KOMPENSASI SUHU (ATC) TEKANAN/KOMPENSASI LAINNYA Buah 30.000,00 30.000,00

24 METER PROVER

a. Sampai dengan 2.000 L Buah 200.000,00 200.000,00

b. Lebih dari 2.000 L sampai dengan 10.000 L Buah 300.000,00 300.000,00

c. Lebih dari 10.000 L Buah 500.000,00 500.000,00

Meter prover yang mempunyai 2 (dua) seksi atau lebih, maka setiap seksi dihitung sebagai satu alat ukur

25

METER ARUS MASSA

Untuk setiap jenis media uji :

a. Sampai dengan 10 kg/min Buah 100.000,00 100.000,00

b. Lebih dari 10 kg/min dihitung sbb : Buah

- 63 -  

  

(1) (2) (3) (4) (5)

1) 10 kg/min pertama Buah 100.000,00 100.000,00

2) Selebihnya dari 10 kg/min sampai dengan 100 kg/min, setiap kg/min Buah 2.000,00 2.000,00

3) Selebihnya dari 100 kg/min sampai dengan 500 kg/min, setiap kg/min Buah 1.500,00 1.500,00

4) Selebihnya dari 500 kg/min sampai dengan 1.000 kg/min, setiap kg/min Buah 1.000,00 1.000,00

5) Selebihnya dari 1.000 kg/min, setiap kg/min Buah 500,00 500,00

Bagian dari kg/min dihitung satu kg/min

26 ALAT UKUR PENGISI (FILLING SHINE )

Untuk setiap jenis media :

a. Sampai dengan 4 alat pengisi Buah 50.000,00 50.000,00

b. Selebihnya dari 4 alat pengisi, setiap alat pengisi Buah 15.000,00 15.000,00

27 METER LISTRIK (Meter kWh )

a. Kelas 0,2 atau kurang

1) 3 (tiga) phasa Buah 60.000,00 60.000,00

2) 1(satu) phasa Buah 20.000,00 20.000,00

b. Kelas 0,5 atau kelas 1

1) 3 (tiga) phasa Buah 7.500,00 7.500,00

2) 1(satu) phasa Buah 2.500,00 2.500,00

c. Kelas 2

 

- 64 -  

  

(1) (2) (3) (4) (5)

1) 3 (tiga) phasa Buah 4.500,00 4.500,00

1(satu) phasa Buah 1.500,00 1.500,00

Meter energi listrik lainnya, biaya pemeriksaan, pengujian, peneraan atau tera ulangannya dihitung sesuai dengan jumlah kapasitas menurut tari pada angka 27 huruf a, b dan c

Buah - -

28 PEMBATAS ARUS LISTRIK Buah 2.000,00 2.000,00

29 STOP WATCH Buah 5.000,00 5.000,00

30 METER PARKIR Buah 50.000,00 50.000,00

31 ANAK TIMBANGAN

a. Ketelitian sedang dan biasa (kelas M2 dan M3)

1) Sampai dengan 1 kg Buah 300,00 200,00

2) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg Buah 500,00 300,00

3) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg Buah 1.500,00 500,00

b. Ketelitian halus (kelas F2 dan M1)

1) Sampai dengan 1 kg Buah 1.000,00 2.000,00

2) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg Buah 1.500,00 2.500,00

3) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg Buah 7.500,00 10.000,00

c. Ketelitian khusus (kelas E2 dan F1)

1) Sampai dengan 1 kg Buah 7.500,00 15.000,00

- 65 -  

  

(1) (2) (3) (4) (5)

2) Lebih dari 1 kg sampai dengan 5 kg Buah 12.500,00 20.000,00

3) Lebih dari 5 kg sampai dengan 50 kg Buah 17.500,00 35.000,00

32 TIMBANGAN

a. Sampai dengan 3.000 kg

1) Ketelitian sedang dan biasa (kelas III dan IV)

a) Sampai dengan 25 kg Buah 1.500,00 2.500,00

b) Lebih dari 25 kg sampai dengan 150 kg Buah 2.500,00 5.000,00

c) Lebih dari 150 kg sampai dengan 500 kg Buah 3.000,00 7.500,00

d) Lebih dari 500 kg sampai dengan 1.000 kg Buah 6.500,00 10.000,00

e) Lebih dari 1.000 kg sampai dengan 3.000 kg Buah 15.000,00 25.000,00

2) Ketelitian halus (kelas II)

a) Sampai dengan 25 kg Buah 11.000,00 20.000,00

b) Lebih dari 25 kg sampai dengan 150 kg Buah 18.000,00 25000,00

c) Lebih dari 150 kg sampai dengan 500 kg Buah 21.000,00 40.000,00

d) Lebih dari 500 kg sampai dengan 1.000 kg Buah 24.000,00 45.000,00

e) Lebih dari 1.000 kg sampai dengan 3.000 kg Buah 30.000,00 50.000,00

3) Ketelitian khusus (kelas I) Buah 50.000,00 100.000,000

  

- 66 -  

  

(1) (2) (3) (4) (5)

b. Lebih dari 3.000 kg

1) Ketelitian sedang dan biasa, setiap ton Buah 6.000,00 10.000,00

2) Ketelitian (khusus) dan halus, setiap ton Buah 7.500,00 15.000,00

c. Timbangan ban berjalan

1) Sampai dengan 100 ton/h Buah 150.000,00 250.000,00

2) Lebih dari 100 ton/h sampai dengan 500 ton/h Buah 300.000,00 400.000,00

3) Lebih dari 500 ton/h Buah 450.000,00 500.000,00

33 ALAT UKUR TEKANAN

a. Dead Weight Testing Machine

1) Sampai dengan 100 kg/cm2 Buah 10.000,00 10.000,00

2) Lebih dari 100 kg/cm2 sampai dengan 1.000 kg/cm2 Buah 15.000,00 15.000,00

3) Lebih dari 1.000 kg/cm2 Buah 25.000,00 25.000,00

b. Alat ukur tekanan darah Buah 15.000,00 15.000,00

c. Manometer Minyak

1) Sampai dengan 100 kg/cm2 Buah 7.500,00 15.000,00

2) Lebih dari 100 kg/cm2 sampai dengan 1.000 kg/cm2 Buah 10.000,00 20.000,00

3) Lebih dari 1.000 kg/cm2 Buah 15.000,00 25.000,00

d. Pressure Calibrator Buah 30.000,00 50.000,00

 

- 67 -  

  

(1) (2) (3) (4) (5)

e. Pressure Recorder

1) Sampai dengan 100 kg/cm2 Buah 7.500,00 15.000,00

2) Lebih dari 100 kg/cm2 sampai dengan 1.000 kg/cm2 Buah 15.000,00 25.000,00

3) Lebih dari 1.000 kg/cm2 Buah 22.000,00 50.000,00

34 PENCAP KARTU OTOMATIS (Printer Recorder) Buah 15.000,00 20.000,00

35 METER KADAR AIR

a. Untuk biji-bijian tidak mengandung minyak, setiap komoditi Buah 15.000,00 25.000,00

b. Untuk biji-bijian mengandung minyak, kapas dan tekstil, setiap komoditi Buah 20.000,00 40.000,00

c. Untuk kayu dan komoditi lain, setiap komoditi Buah 30.000,00 50.000,00

Selain UTTP tersebut pada angka 1 sampai dengan 34, atau benda/ barang bukan UTTP, dihitung berdasarkan lamanya pengujian dengan minimum 2 jam Setiap jam Bagian dari jam dihitung 1 jam

Buah 5.000,00 5.000,00

Biaya penelitian dalam rangka izin type dan izin tanda pabrik atau pengukuran atau penimbangan lainnya yang jenisnya tercantum pada point A

Jam 10.000,00

B Biaya tambahan

a. UTTP yang memiliki konstruksi tertentu, yaitu :

1) Timbangan milisimal, sentisimal, desimal, bobot ingsut dan timbangan pegas yang kapasitasnya sama atau lebih 25 kg

Buah 5.000,00

2) Timbangan cepat, pengisi (curah) dan timbangan pencampuran untuk semua kapasitas

Buah 10.000,00

3) Timbangan elektronik untuk semua kapasitas Buah 15.000,00

b. UTTP yang memerlukan pengujian tertentu, di samping pengujian yang biasa dilakukan terhadap UTTP tertentu

Buah 10.000,00

- 68 -  

  

 

(1) (2) (3) (4) (5)

c. UTTP yang ditanam Buah 10.000,00

d. UTTP yang mempunyai sifat dan atau konstruksi khusus Buah 10.000,00

e. UTTP, termasuk anak timbangan, yang tidak ditanam tetapi terkumpul dalam suatu tempat dengan jumlah sekurang-kurangnya lima alat

Buah 1.000,00

f. UTTP, termasuk anak timbangan, yang tidak ditanam tetapi tetapi terdapat di tempat UTTP yang ditanam atau terdapat di tempat UTTP yang mempunyai sifat dan atau konstruksi khusus

Buah 1.000,00

C BIAYA KALIBRASI Buah 300% dari tarif tera

D BIAYA PENGUJIAN BDKT

Pengujian dilakukan per jenis BDKT per isi nominal Setiap jam Jam 10.000,00

F SERTIFIKASI DAN TABEL

a. Biaya sertifikasi/ surat keterangan Lembar 10.000,00

b. Biaya pembuatan tabel TUT :

1. Sampai dengan 500 kL Buku 200.000,00

2. Lebih dari 500 Kl Buku 350.000,00   

 BUPATI BOYOLALI, SENO SAMODRO