017 NAUTIKA

28
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angkutan laut dewasa ini berkembang sangat pesat. Kapal sebagai sarana angkutan laut yang dibangun dewasa ini lebih cenderung kearah spesialisasi jenis muatan yang diangkutnya, seperti kapal tanker. Kapal tanker MT.OIGAWA adalah salah satu kapal milik perusahaan Pelayaran Stellar Ship Management (Global) yang beroperasi diperairan Singapura, yang diperuntukkan khusus mengangkut minyak MFO (Marine Fuel Oil) dikawasan Singapura. Ditinjau dari pengoperasiannya, kapal MT.OIGAWA sebagai kapal khusus yang mengangkut minyak MFO yang sangat berpotensi menimbulkan pencemaran laut sehingga memerlukan penanganan khusus. Dan ABK yang menangani harus memiliki sumberdaya keterampilan khusus dalam pengoperasiannya. Dari pengalaman yang penulis alami langsung diatas kapal MT OIGAWA penulis memiliki pendapat bahwa tingkat pencemaran laut dari. kapal sangat tergantung pada keterampilan sumber daya manusia dikapal (ABK) dalam menerapkan semua ketentuan ketentuan pencegahan pencemaran laut, yang sesuai dengan persyaratan aturan-aturan lnternasional yang berlaku. Pencemaran-pencemaran yang terjadi diatas kapal MT.OIGAWA baik pencemaran yang berasal dari permesinan kapal atau ruang kamar mesin (Engine Room) maupun dari muatan kapal pada umumnya adalah dikarenakan oleh "Kurang berfungsinya peralatan diatas kapal".

description

UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LAUT Dl KAPAL MT.OIGAWA

Transcript of 017 NAUTIKA

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Angkutan laut dewasa ini berkembang sangat pesat. Kapal

    sebagai sarana angkutan laut yang dibangun dewasa ini lebih

    cenderung kearah spesialisasi jenis muatan yang diangkutnya, seperti

    kapal tanker.

    Kapal tanker MT.OIGAWA adalah salah satu kapal milik

    perusahaan Pelayaran Stellar Ship Management (Global) yang

    beroperasi diperairan Singapura, yang diperuntukkan khusus

    mengangkut minyak MFO (Marine Fuel Oil) dikawasan Singapura.

    Ditinjau dari pengoperasiannya, kapal MT.OIGAWA sebagai

    kapal khusus yang mengangkut minyak MFO yang sangat

    berpotensi menimbulkan pencemaran laut sehingga memerlukan

    penanganan khusus. Dan ABK yang menangani harus memiliki

    sumberdaya keterampilan khusus dalam pengoperasiannya.

    Dari pengalaman yang penulis alami langsung diatas kapal MT

    OIGAWA penulis memiliki pendapat bahwa tingkat pencemaran laut

    dari. kapal sangat tergantung pada keterampilan sumber daya

    manusia dikapal (ABK) dalam menerapkan semua ketentuan

    ketentuan pencegahan pencemaran laut, yang sesuai dengan

    persyaratan aturan-aturan lnternasional yang berlaku.

    Pencemaran-pencemaran yang terjadi diatas kapal MT.OIGAWA

    baik pencemaran yang berasal dari permesinan kapal atau ruang

    kamar mesin (Engine Room) maupun dari muatan kapal pada

    umumnya adalah dikarenakan oleh "Kurang berfungsinya peralatan

    diatas kapal".

  • 2

    Dengan dilatar belakangi pengamatan, pemahaman,

    pengalaman dan kejadian-kejadian dikapal MT OIGAWA dimana

    penulis bertugas sebagai Nakhoda diatas kapal tersebut mendorong

    penulis memilih menulis makalah ini dengan judul: "UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LAUT Dl KAPAL MT.OIGAWA

    B. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

    1. Tujuan Penulisan

    Adapun penulisan kertas kerja ini dimaksudkan untuk

    memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan dalam penyelesaian

    pendidikan Ahli Nautika Tingkat I (ANT-I) pada Balai Besar

    Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan llmu Pelayaran BP3IP

    Jakarta ajaran 2014 periode III (tiga) dengan tujuan antara lain :

    a. Untuk menemukan masalah yang menimbulkan terjadinya

    pencemaran laut dari kapal

    b. Untuk memberikan alternatif pemecahan masalah dalam

    upaya pencegahan pencemaran laut di kapal MT. OIGAWA.

    2. Manfaat Penulisan

    a. Manfaat bagi Dunia Akademik Diharapkan dapat memperkaya pengetahuan bagi

    penulis sendiri maupun bagi kawan-kawan satu profesi untuk

    mengetahui bagaimana upaya untuk meningkatkan

    pencegahan pencemaran laut dari kapal.

    b. Manfaat bagi Dunia Praktis Sebagai sumbang saran untuk perusahaan dan para

    pembaca makalah ini, agar mengetahui cara pencegahan

  • 3

    pencemaran laut yang benar dan efisien, serta melakukan

    pengawasan yang baik, sehingga tidak terjadi hal-hal yang

    tidak diinginkan.

    C. Ruang Lingkup

    Mengingat luasnya masalah dalam pencemaran laut ini, penulis

    membatasi lingkup pembahasan yaitu Pencegahan Pencemaran laut

    di kapal MT OIGAWA yang disebabkan oleh kurang berfungsinya

    peralatan pencegahan pencemaran seperti ODM (Oil Discharge

    Monitoring) dan OWS (Oil Water Separator) sehingga sering terjadi

    pembuangan limbah minyak dari kapal yang tidak terkontrol.

    Disini penulis membatasi pokok bahasan yang lebih terfokus

    pada kemampuan manusia/ personil dikapal dalam mengoperasikan

    peralatan secara maksimal, agar upaya peningkatan pencegahan

    pembuangan limbah dapat terkontrol, dan apa yang sesuai dengan

    aturan-aturan dapat dipenuhi sebagaimana yang disyaratkan.

    D. Metode Penelitian

    Pada penulisan makalah ini penulis mengungkapkan metode

    pengumpulan data berupa:

    1. Metode Pengumpulan Data

    a. Studi Lapangan

    1) Pengumpulan data melalui data primer.

    Penulis melakukan pengumpulan data dari pengamatan

    langsung pada saat bekerja di atas kapal MT OIGAWA

  • 4

    dari Bulan November 2013 sampai dengan bulan July

    2014 dan berdiskusi dengan kepala kamar mesin serta

    anak buah kapal bagian mesin.

    2) Mengadakan diskusi sesama pasis BP3IP yang

    berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas

    dalam makalah ini.

    3) Bimbingan dari dosen pembimbing di BP3IP.

    b. Studi Kepustakaan

    Untuk melengkapi penulisan makalah ini penulis juga

    menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan judul

    dan isi dari makalah ini yaitu buku-buku tentang pencegahan

    polusi di laut seperti Marine Polution (Marpol) tahun

    1973/1978,Solas 1974,ISGOTT, Internatinal Safety Mangemet

    Code (ISM) code book dan dari internet, serta buku-buku yang

    terdapat di perpustakaan BP3IP serta buku-buku yang

    terdapat di kapal MT. OIGAWA

    2. Metode Analisa Data

    Metode yang digunakan penulis dengan pengamatan

    langsung penyebab-penyebab dari permasalahan selama bekerja

    di atas kapal dan kemudian dibandingkan dengan teori

    berdasarkan buku-buku literature yang ada di atas kapal.

  • 5

    BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN

    A. Fakta 1. Pembuangan Limbah Minyak Yang Tidak Terkontrol Dari

    Kapal.

    Pada tanggal 02 February 2014 kapal berada di Singapura,

    penulis mendapati Perwira dan ABK dalam melaksanakan

    kegiatan bongkar muat dikapal tidak mengikuti prosedur yang

    benar, dalam upaya pencegahan pencemaran. Demikian pula

    peralatan pencegahan pencemaran (ODM, OWS) kurang

    berfungsi dengan baik, sehingga bisa menyebabkan pencemaran

    laut. Dan untuk pengiriman spare part dari perusahaan sering

    terlambat.

    Hal-hal tersebut diatas merupakan faktor yang

    menyebabkan terjadinya pembuangan limbah minyak dari kapal

    yang tidak terkontrol yang berakibat terjadinya pencemaran di laut.

    2. Pengetahuan ABK Kurang Tentang Pentingnya Pencemaran Laut.

    Sehubungan dengan keterbatasan sarana tadi salah satu

    peristiwa yang pernah penulis alami sewaktu bertugas di kapal

    adalah kesalahan ABK dalam hal ini pumpman dalam

    menjalankan order Mualim I. Dimana penulis sebagai Nahkoda

    mendapati pumpman membuang sisa limbah: cleaning yang

    dibuang langsung ke laut. Melihat kejadian tersebut penulis

    segera menghentikan pekerjaan, dan memerintahkan ABK yang

  • 6

    lain untuk membuang limbah minyak menuju ke sloptank. Setelah

    itu langsung memberikan pengarahan tentang aturan dan akibat

    dari sisa limbah yang dibuang kelaut. Adapun pumpman

    mengatakan bahwa hal ini dilakukan karena, jika sisa limbah

    dimasukkan ke sloptank, tidak ada sarana dan fasilitas tangki

    darat yang dapat menampung.

    3. Prosedur kerja tidak dijalankan sebagaimana mestinya

    Kejadian lain yang pernah penulis alami sewaktu kegiatan

    memuat di Terminal Vopak Sebarok, salah satu pulau di

    Singapura. Pada tanggal 10 February waktu menunjukkan jam

    14.15 waktu Singapura, dimana Mualim II (dua) bertugas jaga

    muatan ditemani dengan 2 (dua) orang jurumudi jaga dan 1

    Bosun.

    Seperti biasa loading order, dan persiapan keran-keran

    tangki muat sudah disiapkan dan diperiksa oleh Mualim I (satu),

    dan sudah ditanda-tangani masing-masing perwira dan crew yang

    bertugas. Ketika itu mualim II sudah selesai melakukan toping up

    pada tangki 4P/S dan line muat cargo sudah berpindah ke tangki

    3P/S. Menurut juru mudi jaga keran drop pada tangki 4P/S sudah

    tertutup rapat, dan drop line tangki 3P/S sudah terbuka penuh.

    Tetapi faktanya pada man hole tangki 5S tiba-tiba mengeluarkan

    cairan yang tidak lain cargo muatan. Melihat hal tersebut ABK jaga

    langsung membangunkan Mualim I.

    Penanganan pertama yang Mualim I lakukan agar juru mudi

    jaga memastikan kembali semua scupper plug di main deck

    tertutup rapat. Mualim II menutup kran disch pada tangki 4S, dan

    Mualim I menutup kran sirkulasi yang menghubungkan pipa ke

    line discharge. Oleh pengamatan mata debit cargo yang keluar

    semakin kecil menandakan sumber masalah sudah teratasi.

  • 7

    Langkah selanjutnya Mualim I memberi order untuk segera

    memindahkan kargo pada tangki 4S ke tangki yang lain yang

    masih kosong secara grafity, hal ini dimaksudkan untuk segera

    menghentikan kargo yang Iuber dari man hole.

    Beruntung minyak yang Iuber tadi teriindung oleh hacth

    coming di geladak kapal, sehingga tidak tumpah ke laut.

    Selanjutnya oleh ABK yang lain dimasukkan kembali ke dalam

    tangki kargo.

    Setelah mengadakan investigasi pada pagi harinya, didapati

    adanya kesalahan pada serah terima jaga antara Mualim I ke

    Mualim II bersama regu jaganya. Dimana seharusnya Mualim I

    atau juru mudi yang bertugas memberi informasi bahwa kran

    sirkulasi masih dalam keadaan terbuka sebagian, sehubungan

    permintaan loading master untuk menurunkan tekanan pampa

    darat. Pada kejadian ini penulis berkesimpulan bahwa tingkat

    kedisiplinan dan kesadaran kru kapal dalam melaksanakan tugas

    sangat berpengaruh terhadap penanganan muatan.

    4. Fungsi Pengawasan di Kapal tidak Berjalan

    Fungsi pengawasan di atas kapal dilaksanakan oleh

    Nahkoda, sedangkan di kantor perusahaan yang biasa di kenal

    dengan DPA (Designated Person Ashore). Seorang Nahkoda

    bertanggungjawab penuh dalam pengawasan terhadap segala

    kegiatan yang berlangsung di atas kapal. Upaya pencegahan

    pencemaran laut adalah salah satu kegiatan yang harus

    dilaksanakan dan diawasi sehingga kelestarian lingkungan laut

    dapat terjaga. Untuk itu Nahkoda wajib membuat Master Standing

    Order yang salah satu isinya adalah perintah untuk mencegah

    terjadinya pencemaran minyak dari kapal.

    Di kapal MT. OIGAWA di dapat fakta bahwa Mualim I

  • 8

    melakukan kesalahan, yaitu dengan hanya memberi perintah kerja

    kepada ABK tanpa melakukan pengawasan yang ketat, karena

    beranggapan bahwa pekerjaan tersebut sudah biasa

    dilaksanakan. Sedangkan ABK lainnya dalam serah terima jaga di

    deck juga tidak menjalankan prosedur kerja yang baik.

    B. Permasalahan

    1. ldentifikasi Masalah

    a. Kurang berfungsinya peralatan pencegahan pencemaran diatas kapal.

    Berbicara mengenai peralatan seringkali tidak berfungsi

    sebagaimana mestinya. Hal ini boleh jadi peralatan tersebut

    kurang perawatan (tidak dicek dan tidak diservis juga secara

    berkala / minggu dan begitu mau digunakan semua pada

    rusak (tak bisa bekerja) serta Perusahaan juga lambat

    memperbaikinya walaupun sudah berulang kali minta di

    perbaiki, apalagi ganti yang baru atau ada bagian yang perlu

    diganti karena sudah rusak. Sebagaimana penulis alami

    seringkali satu peralatan di kapal tidak pernah dirawat,

    operatornya hanya tahu mengoperasikan. Selama peralatan

    itu masih berfungsi baik tidak ada perhatian peralatan tersebut

    dilakukan perawatan dan hal ini karena memang sama sekali

    tidak ada rencana perawatan, sehingga pengadaan sparepart

    di kapal tidak ada termasuk sarana penunjang di kapal tidak

    lengkap mengakibatkan peralatan sering tidak bekerja normal

    atau tidak berfungsi dengan baik bahkan mungkin tidak

    berfungsi sama sekali.

    b. Pengalaman Kerja ABK masih kurang.

  • 9

    Dalam hubungan ini dimana seperti yang disebutkan

    diatas terjadi kegagalan dalam pengoperasian suatu

    peralatan. Ketidak terampilan awak kapal dalam

    mengoperasikan peralatan sangat erat hubungannya dengan

    pengalaman seseorang didalam melakukan suatu tugas.

    Salah satu contoh misalnya, seseorang masinis yang baru

    naik ke kapal, kemudian diberikan tugas untuk

    mengoperasikan suatu peralatan, belum tentu dia dapat

    mengoperasikan dengan baik. Kemungkinan ada hal-hal

    teknis yang belum dia pahami betul, atau memang dia belum

    pernah mengoperasikan peralatan tersebut sebelumnya,

    dapat dikatakan yang bersangkutan belum berpengalaman

    dalam menangani peralatan yang dimaksud.

    c. ABK Kurang Terampil Dalam Pengoperasian Peralatan

    Kerja Dikapal.

    Yang dipermasalahkan dalam hal ini, adalah kegagalan

    awak kapal dalam mengoperasikan peralatan pencegahan

    pencernaran diatas kapal, sehingga akibat dari kegagalan ini

    sering kali terjadi pembuangan limbah minyak dari kapal tidak

    terkontrol selama kapal dalam pelayaran yang dibagi dalam

    dua bagian:

    1) Dari kamar mesin/ ruang permesinan

    a) Adanya tumpahan minyak bahan bakar dari mesin

    b) Dari pipa-pipa atau tangki bahan bakar

    c) Adanya tumpahan bahan bakar pelumas dari

    kebocoran mesin.

    d) Adanya perembesan atau kebocoran air laut dari

  • 10

    sistem populasi atau sistem pendingin.

    2) Dari ruang muatan

    a) Pembuangan air ballast dari Slop tank/ tangki muatan.

    b) Pembuangan ballast sehubungan dengan pengaturan

    trim kapal.

    c) Adanya kegiatan pencucian tangki/ tank cleaning.

    Yang dimaksud terjadinya pembuangan limbah yang

    tidak terkontrol adalah pembuangan limbah minyak yang

    langsung kelaut tanpa melalui peralatan pencegahan limbah

    minyak dari kamar mesin dengan OWS demikian juga dari

    tangki muatan dengan ODM. Disinilah limbah yang dibuang/

    dipompa ke laut dikontrol kandungan minyaknya tidak

    melebihi 15 ppm (Part Per Million).

    Hal ini terjadi karena ketidakmampuan operator yang

    menangani peralatan, sehingga terjadi kegagalan, dengan

    kata lain kurang terampil dalam pengoperasian peralatan.

    d. Fasilitas penampungan limbah minyak tidak tersedia di Pelabuhan Muat/ Bongkar

    Dengan adanya masalah seperti yang sudah dibahas

    diatas, maka dapatlah disimpulkan, sebagai jalan pintas

    seringkali kapal nekad membuang limbah minyak hasil dari

    kegiatan tank cleaning langsung saja ke laut, tanpa menyadari

    dampak dari perbuatan ini, sudah jelas hal ini sudah

    menyalahi aturan sebagaimana yang disyaratkan. Dan apabila

    ketahuan oleh pihak yang berwenang kemungkinan kapal

    akan mendapat masalah besar.

  • 11

    Seandainya karena takut membuang limbah minyak

    ditengah laut dan akhirnya semua limbah minyak hasil dari

    kegiatan tank cleaning ditampung di slop tank tidak cukup,

    karena kapasitas slop tank sangat terbatas yaitu 2% dari

    kapasitas tangki muatan, sehingga tidak memungkinkan

    semua limbah di tampung hanya di slop tank, dan pasti

    selebihnya limbah ditampung ditangki muatan. Kalau hal ini

    terjadi dapaf dipastikan apabila di pelabuhan muat tidak

    terdapat reception maka kapal akan deviasi ke pelabuhan lain

    yang terdekat untuk membuang limbah minyak diatas kapal,

    untuk memenuhi persedian kapasitas ruang muat maksimum

    sesuai permintaan pencharter.

    e. Kapasitas Slop Tank di Kapal tidak memadai

    Sehubungan dengan slop tank yang tidak memadai

    kapasitasnya maka apabila semua tangki muatan di kapal

    akan dilakukan pembersihan seluruh tangki dalam

    pengalaman penulis tidak mungkin semua limbah minyak

    yang bercampur air dapat ditarnpung hanya di slop tank saja,

    sudah pasti ada salah satu tangki yang akan dipakai untuk

    menampung limbah hasil dari pencucian tangki tadi.

    f. Kurangnya kepedulian ABK tentang dampak Pencemaran

    Sudah barang tentu dari semua permasalahan diatas

    yang ikut menunjang terjadinya pembuangan limbah minyak

    dari atas kapal MT. OIGAWA adalah kurang kepedulian

    sebagian ABK operator diatas kapal tentang dampak dari

    pencemaran lingkungan bagi kehidupan di laut.

  • 12

    2. Masalah Utama

    Berdasarkan uraian identifikasi berbagai permasalahan

    tersebut di atas, maka penulis mengambil dua masalah utama

    yang akan dibahas di bab berikutnya yaitu :

    a. Kurang berfungsinya peralatan pencegahan pencemaran diatas kapal.

    b. Pengalaman Kerja ABK masih kurang.

  • 13

    BAB III PEMBAHASAN

    A. Landasan Teori 1. Prosedur Pembuangan Limbah Minyak dari Kapal

    Konvensi MARPOL tahun 1973/1978 adalah suatu

    konvensi yang membahas mengenai masalah perlindungan

    lingkungan laut. Saat ini mendapat perhatian yang sangat

    serius di dunia oleh negara-negara maju dan juga negara

    berkembang.

    Untuk menjaga kelestarian lingkungan maka organisasi

    maritim sedunia IMO (The International Maritime Organisation)

    mengadakan konvensi lnternasional tentang pencegahan

    pencemaran dari kapal tahun 1973 dan protokol 78 yang

    selanjutnya dikenal dengan konvensi MARPOL 73/78.Dimana

    Konvensi ini terdiri dari 6 Annex yaitu:

    a. Annex I

    Peraturan pencegahan pencemaran oleh minyak.

    b. Annnex II

    Peraturan pengawasan pencemaran oleh bahan cair beracun

    curah/ kimia.

    c. Annex Ill

    Peraturan pencegahan pencemaran oleh bahan berbahaya

    yang diangkut melalui laut dalam bentuk terbungkus, didalam

    peti kemas, tangki jinjing, atau mobil tangki.

  • 14

    d. Annex IV

    Peraturan pencegahan pencemaran oleh kotoran (seawage).

    e. Annex V

    Peraturan pencegahan pencemaran oleh sampah (garbage).

    f. Annex VI

    Peraturan pencegahan pencemaran udara dari kapal (air

    pollution).

    Di dalam ketentuan Annex I aturan 16 mengenai OWS

    dan ODM menyebutkan bahwa:

    1) Kapal ukuran 400 GRT atau lebih tetapi tidak lebih kecil

    dari 1.000 GRT harus dilengkapi dengan Oil Water

    Separator (OWS) yang dapat menjamin pembuangan

    minyak ke laut setelah melalui sistem tersebut dengan

    kandungan minyak kurang dari 100 ppm (prt per million) =

    1: 1000000 bagian.

    2) Kapal ukuran 10.000 GRT atau lebih harus dilengkapi

    dengan kombinasi antara OWS dengan ODM (Oil

    Discharge Monitoring And Control System) atau yang

    dilengkapi oil filtering equiment yang dapat mengatur

    buangan campuran minyak ke laut tidak melebihi 15 ppm.

    Maka dari itu setiap pembuangan minyak dari kapal, harus

    melalui ODM dan OWS.

    2. International Safety Management Code (ISM CODE}

    Adalah suatu coda manajemen lnternasional untuk

    keselamatan kapal-kapal, dan untuk pencegahan pencemaran

  • 15

    yang telah disyahkan oleh Majelis IMO. Merupakan dasar

    manajemen yang di implementasikan untuk pengoperasian kapal

    dengan aman dan untuk pencegahan pencemaran taut yang

    ditetapkan oleh IMO. Tujuan dari ISM code ini adalah memastikan

    keselamatan dilaut, mencegah cidera atau hilangnya jiwa manusia

    serta menghindari kerusakan lingkungan laut dan hilangnya harta

    benda.

    3. Keterampilan dasar tentang kapal Tanker

    Organisasi diatas kapal di bagi dalam tiga bagian yaitu:

    a. Bagian dek (Deck department).

    b. Bagian mesin (Engine department).

    c. Bagian perbekalan (Catering department).

    Karena bentuk dan sifat pekerjaan masing-masing tidak sama,

    maka tiap personil dituntut memiliki keterampilan pengetahuan

    dan kemampuan untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan

    bidangnya masing-masing.

    ISM code menegaskan, perusahaan harus menjamin bahwa

    setiap kapal diawaki dengan pelaut yang berkualifikasi, memiliki

    sertifikat dan sehat.

    Dalam pelaksanaannya penulis melihat terutama personil

    bagian deck masih ada beberapa awak kapal kurang terampil

    dalam melaksanakan tugas/ pekerjaan rutin kapal tanker bahkan

    kapal laut pada umumnya baik untuk Perwira maupun ABK

    lainnya. Meskipun mereka memiliki sertifikat, tetapi dalam hal ini

    mencerminkan bahwa mereka tidak berkualifikasi.

  • 16

    B. Analisis Penyebab Masalah

    Berdasarkan penentuan masalah utama ditemukan

    permasalahan utama yaitu:

    1. Kurang berfungsinya peralatan pencegahan pencemaran diatas kapal.

    Hal ini disebabkan oleh :

    a. Kurangnya perawatan peralatan oleh ABK

    Hal ini menimbulkan masalah kerusakan pada peralatan,

    dikarenakan kemampuan ABK belum memadai. Masih banyak

    anak buah kapal yang tidak mengerti prosedur mencegah

    pencemaran laut yang benar. Hal ini menyebabkan sering kali

    didapati pencegahan pencemaran laut oleh ABK menyalahi

    prosedur yang ditetapkan MARPOL Annex V sehingga terjadi

    pencemaran Apabila hal ini tidak segera dibenahi maka dapat

    menjadi penyebab dari rusaknya kelestarian lingkungan hidup.

    b. Sparepart tidak cukup tersedia di kapal

    Sparepart tidak cukup tersedia di kapal, dapat

    menimbulkan terlambatnya perbaikan dikapal, karena kapal

    lain yang mengalami kerusakan mengambil sparepart dari

    kapal kami atas perintah kantor.

  • 17

    2. Pengalaman Kerja ABK masih kurang di atas kapal dalam mengoperasikan peralatan

    Hal ini disebabkan oleh :

    a. Pelatihan kerja untuk ABK masih kurang

    Ini sangat erat hubungannya dengan pengalaman

    seseorang didalam melakukan suatu tugas. Salah satu contoh

    misalnya, seseorang masinis yang baru naik ke kapal,

    kemudian diberikan tugas untuk mengoperasikan suatu

    peralatan, belum tentu dia dapat mengoperasikan dengan

    baik. Kemungkinan ada hal-hal teknis yang belum dia pahami

    betul, atau memang dia belum pernah mengoperasikan

    peralatan tersebut sebelumnya, dapat dikatakan yang

    bersangkutan belum berpengalaman dalam menangani

    peralatan yang dimaksud.

    b. Kurangnya Komunikasi Antara ABK Diatas Kapal

    Pada saat 15 menit pertama berlangsungnya pemuatan,

    Loading Master memanggil kapal MT. Oigawa yang diterima

    oleh Bosun melalui walkie talkie dan menginstruksikan kepada

    Bosun untuk membuka penuh valve atau keran salah satu

    tangki dengan alasan cargo pump atau pompa penghisap dari

    tangki terminal ke kapal mengalami suhu yang tinggi. Tanpa

    memberitahu Chief Officer, Bosun membuka valve atau keran

    (dropline) tangki 3W sehingga kecepatan minyak yang masuk

    ke tangki 3W lebih cepat daripada tangki kargo 2W. Pada

    jam 01.50 waktu setempat didapati minyak pada tangki 3W

    kanan hampir meluap. Asisten Bosun kemudian langsung

  • 18

    menutup drop line atau valve yang menuju ke tangki 3W

    kanan serta melaporkan kejadian tersebut kepada Nakhoda.

    Berdasarkan data diatas, maka penulis menemukan

    indikasi bahwa komunikasi antara Bosun dan Asisten Bosun,

    Bosun dan Chief Officer tidak berjalan dengan baik. Dimana

    Bosun tidak memberitahu Asisten Bosun mengenai kondisi

    tangki 3W yang saat itu tengah diisi oleh muatan pada saat

    serah terima jaga dilakukan. Bosun juga tidak memberitahu

    kepada Chief Officer atau Nakhoda apabila terjadi

    penyimpangan, yang tidak sesuai dengan Loading Plan yang

    telah ditandatangani oleh semua yang terlibat dalam

    pemuatan. Sehingga hal tersebut diatas membuktikan bahwa

    rencana pemuatan (loading plan) tidak berjalan sesuai

    dengan rencana pemuatan yang telah disusun, yakni : 2W,

    4W, 3W, 5W,dan terakhir tangki 1W.

    C. Analisis Pemecahan Masalah 1. Kurang berfungsinya peralatan pencegahan pencemaran

    diatas kapal.

    Berdasarkan analisa pemilihan pemecahan masalah, maka

    penulis memiliki pembahasan sebagai berikut:

    Membuat rencana perawatan (PMS = Plan Maintenance Schedule)

    Membuat permintaan sparepart yang cukup untuk tindakan perawatan kedepan.

    kedua rangking alternatif pemecahan masalah tersebut

    diatas adalah, merupakan pemecahan masalah dalam upaya

    peningkatan pencegahan pencemaran laut dari kapal MT.

  • 19

    OIGAWA, dalam bagian ini penulis dapat membahas satu persatu

    pemecahan masalah sebagai berikut:

    a. Membuat Rencana Perawatan/ PMS (Plan Maintenance Schedule)

    Dalam pembahasan ini penulis hanya menekankan pada

    alat yang berfungsi untuk mencegah pencemaran di laut yang

    ada di kapal MT. OIGAWA yaitu :

    1) OWS (Oil Water Separator)

    Harus didisain, dikontruksikan, memiliki kapasitas

    dan kekuatan yang memadai. Dipasang pembatas

    tekanan lebih, kapasitas pompa tidak boleh lebih dari

    kapasitas yang didisain dari separator harus mampu

    memisahkan campuran minyak dengan berat jenis tidak

    kurang dari 0,94 kandungan minyak dari aliran

    pembuangan tidak melampaui 100 ppm harus ada

    kemudahan untuk pembersihan dan pemeriksaan serta

    harus memiliki

    a) Sebuah pengukur tekanan

    b) Sebuah Katub Cerat

    c) Alat pencegah aliran balik

    d) Sarana untuk mengambil contoh dari inlet/outlet

    2) ODM (Oil Discharge Monitoring)

    Sebuah meter kandungan minyak yang mampu

    menganalisis secara relatip kandungan minyak aliran air

    yang dinyatakan dalam ppm (Oil Content Meter). Sebuah

  • 20

    meter aliran yang mampu mengukur debit air berminyak

    melalui pipa pembuangan (Flow Meter). Sebuah Unit

    penghitung yang mampu mengkalkulasi debit pengeluaran

    minyak dalam liter per NM dan jumlah total termasuk

    identifikasi tanggal dan waktu (Computing Unit). Sebuah

    katub aliran keluar kapal merupakan system pengendalian

    yang mampu untuk menghentikan aliran pembuangan jika

    sampai pada batas yang diizinkan (Overboard valve

    control system)

    3) Oil Spill Equipment

    Lazim disebut Sopep Equipment namun yang

    disebutkan terakhir ini hanya berupa peralatan penunjang.

    Pencemaran terjadi apabila tumpahan minyak baik

    dari tangki bahan bakar maupun dari tangki muatan,

    agar tidak sampai tumpah ke laut apabila terjadi

    kebocoran pipa atau overflow.

    Dan yang menjadi pokok bahasan kali ini terfokus

    pada perawatan peralatan pencegahan pencemaran.

    Dalam hal ini untuk menjaga performance dari alat

    perlengkapan tersebut diatas kapal disusun program kerja

    perawatan peralatan tersebut, agar senantiasa terjamin

    kondisinya dan dapat dioperasikan setiap saat diperlukan.

    Secara umum diartikan sebagai rencana kerja yang

    sudah dijadwalkan atau PMS = Plan Maintenance

    Schedule. Dengan adanya program kerja dapat

    diharapkan pekerjaan dapat dilaksanakan dan

    dijadwalkan oleh KKM dan Mualim I (satu) agar

    pelaksanaan perawatan tidak berbentur dengan kegiatan

    rutin di deck misalnya pembersihan tangki.

  • 21

    Dengan adanya program perawatan, maka tidak

    akan terjadi hal-hal seperti rencana pemeliharaan yang

    terlupakan atau bahkan sengaja dilupakan.

    Pelaksanaan konsep perawatan dasar digunakan

    sehubungan dengan kenyataan bahwa untuk

    melaksanakan perawatan yang tepat harus ditentukan

    dengan cara pemantauan kondisi dan kemampuannnya.

    Pertama, pemantauan sedemikian dapat mendeteksi

    suatu masalah kecil sebelum menjadi bencana, dan

    memperkecil kebutuhan overhaul periodik.

    Meskipun ada rencana kerja, ada pengoperasian,

    ada pelaksanaan, tetapi tanpa ada pengawasan akan

    menghambat tercapainya tujuan. Dan ini merupakan tugas

    yang tidak boleh dilupakan pimpinan.

    Begitu pula operator/ awak kapal yang harus diberi

    motivasi sebagai faktor yang mendorong orang untuk

    bertindak.

    Dengan berbagai cara atau metode hendaknya

    pimpinan pelaksanaan KKM atau Mualim I dapat

    memberikan motivasi kepada operator/ ABK yang

    bertugas di kapal. Dengan demikian selama menjalankan

    tugas di kapal, khususnya dalam pengoperasian dan

    perawatan peralatan pencegahan pencemaran baik OWS

    ataupun ODM, pelaksana penuh percaya diri dan akan

    timbul "rasa memiliki" sehingga bermotivasi

    mengoperasikan dan merawat peralatan dengan penuh

    rasa tanggungjawab.

    Rasa ingin menguasai, termasuk mendalami cara

    kerja, rangkaian diagram berjalan dengan sendirinya. Dan

    pada akhirnya dirasakan olehnya, bahwa semua itu

    langsung atau tidak langsung bermanfaat bagi dirinya

  • 22

    sendiri.

    Dalam pada semua ini harus didukung juga dengan

    sarana, karena untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan,

    dalam hal ini pengoperasian dan perawatan memerlukan

    sarana-sarana yang dimaksud meliputi tools, alat-alat ukur

    tekanan, spare part dan buku manual. Tersedianya sarana

    sangat memberikan dampak psikologi yang positif bagi

    para operator/ awak kapal yang menagani peralatan

    terhadap kegiatan dalam hal pengoperasian/ perawatan,

    dengan tools yang baik dan lengkap memberikan

    dampak perasaan siap dari operator/ awak kapal dalam

    hal menjalankan tugas.

    Pengkoordinasian dalam pelaksanaan tugas

    peralatan serta pemeliharaan OWS dan ODM tidak lepas

    dari tanggung. jawab KKM dan masinis-masinis termasuk

    Mualim I (satu) dan para mualim khususnya untuk

    peralatan ODM.

    Demikian juga dalam melaksanakan tugas

    perawatan secara rutin, maka pihak perusahaan juga

    dituntut untuk menyediakan tenaga yang terampil dan

    berkualitas untuk ditempatkan di kapal.

    Disamping itu kerja sama antara pihak kapal sendiri

    yaitu antara bagian-bagian yang terkait maupun antara

    pihak kapal dan perusahaan.

    Kerja sama ini dimaksud agar terjadinya saling

    pengertian antara bagian-bagian yang terlibat, juga dapat

    diharapkan agar dapat diterapkan dasar-dasar pokok

    management yang baik yang pada intinya agar

    mendapatkan hasil kerja yang optimal dan tingkat

    keselamatan para pekerja yang aman.

  • 23

    Didalam menyusun rencana kerja serta manajemen

    perawatan dan perbaikan harus direncanakan sedemikian

    rupa, dengan memperhatikan kendala-kendala yang dapat

    dihadapi sepertl:

    a) Pengenalan yang cermat terhadap penggunaan suku

    cadang serta peralatan-peralatan yangada dikapal.

    b) Kemampuan awak kapal yang tidak saja dituntut

    sebagai operator tetapi juga harus mampu sebagai

    pelaksana pemeliharaan/ perawatan serta perbaikan.

    Actuating maksudnya adalah menggerakkan atau

    melaksanakan pekerjaan perawatan/atau perbaikan

    maupun pengoperasian harus sesuai dengan:

    a) Rencana kerja yang telah disusun.

    b) Ketentuan maupun peraturan yang berlaku baik dalam

    lingkungan perusahaan sendiri maupun ketentuan

    yang harus dipenuhi sesuai dengan peraturan

    lnternasional.

    c) Peraturan-peraturan dari biro klasifikasi serta undang-

    undang keselamatan jiwa di laut.

    Didalam menggerakan ABK untuk melaksanakan

    perawatan yang sudah terencana dan teratur harus disertai

    dengan pengawas yang baik, sehingga dapat dijamin kualitas

    pekerjaan perawatan peralatan.

    b. Membuat permintaan sparepart yang cukup untuk tindakan perawatan kedepan.

    Tindakan ini adalah suatu langkah untuk mencegah

    terjadinya keterlambatan pengiriman sparepart dari

  • 24

    perusahaan, yang menjadi penghambat perbaikan diatas

    kapal. Selama penulis berada diatas kapal, banyak kejadian

    kehabisan sparepart. Hal ini disebabkan apabila ada kapal lain

    dalam satu perusahaan mengambil sparepart dari kapal

    kami apabila mengalami kerusakan, dan itupun atas perintah

    dari kantor. Sehingga apabila kapal kami sendiri mengalami

    kerusakan, sparepart tidak tersedia yang mengakibatkan

    perbaikan terhambat. Oleh karena itu, crew dikapal harus

    pandai-pandai membuat permintaan sparepart yang cukup

    untuk tindakan perawatan kedepan.

    2. Pengalaman Kerja ABK masih kurang Pemecahan masalahnya adalah :

    a. Awak kapal diberikan pelatihan pelatihan dalam mengoperasikan peralatan

    Diadakannya pelatihan pelatihan serta pengoperasian

    alat alat diatas kapal, seperti pengoperasian pompa angin

    yang ada diatas dek, harus siap dipergunakan kapan saja bila

    diperlukan dalam keadaan emergency.

    Masinis diatas kapal harus secara rutin mengecek dan

    menservis alat alat untuk mencegah pencemaran minyak

    tumpah ke laut dan membuat laporan mengenai pengecekan

    dan servis berkala tersebut.

    b. Meningkatkan Komunikasi Antar personil Diatas Kapal

    Mualim I harus bisa menjelaskan dan mengarahkan

    seluruh bawahannya, seperti Mualim II, Bosun, AB dan Kelasi

    mengenai tugas dan tanggungjawab masing masing dan

  • 25

    mengutamakan keselamatan kerja.

    Sewaktu melaksanakan tugas harus ada alat komunikasi

    antara Bosun dan ABK kepada Mualim I, seperti walkie talkie

    harus standby setiap saat.

  • 26

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan masalah dan analisa alternatif

    pemecahan masalah yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat

    ditarik kesimputan sebagai berikut:

    1. Kurang berfungsinya peralatan pencegahan pencemaran diatas

    kapal disebabkan kurangnya perawatan peralatan oleh ABK.

    2. Ketersediaan sparepart di atas kapal yang tidak mencukupi

    menyebabkan kurang berfungsinya peralatan pencegahan

    pencemaran di atas kapal.

    3. Ketidak terampilan ABK di atas kapal dikarenakan kurangnya

    pengalaman.

    4. Kurangnya komunikasi antara Perwira dan ABK di atas kapal

    khususnya bila ada perbedaan bahasa dan Negara menyebabkan

    terjadinya salah pengertian dalam mengerjakan perintah atasan

    atau Perwira.

    B. Saran-saran

    Dalam usaha meningkatkan pencegahan pencemaran minyak

    dari kapal MT. OIGAWA disini penulis menyarankan:

    1. ABK perlu mengikuti pendidikan dan keterampilan khusus untuk

    meningkatkan pengetahuan mereka, sehingga dapat diharapkan

    tenaga-tenaga yang berkualitas, yang nantinya menjadi tenaga-

    tenaga professional dan handal didalam menunjang

  • 27

    pengoperasian kapal yang aman

    2. Dalam menunjang pengoperasian yang lancar, dan agar peralatan

    khususnya peralatan pencegahan pencemaran dapat berfungsi

    baik, maka rencana perawatan (PMS), agar supaya dilaksanakan

    sesuai degan prosedur yang mengacu pada SMS perusahaan.

    3. Kepada perusahaan pelayaran yang mengoperasikan kapalnya

    senantiasa menyediakan dukungan sparepart (suku cadang)

    terhadap peralatan pencegaan pencemaran.

    4. Sebaiknya ABK diberikan kursus bahasa agar komunikasi antar

    Perwira dan ABK dapat terjalin dengan baik.

  • 28

    DAFTAR PUSTAKA

    Jatim, Rozaimi, Capt. (2003) Kodifikasi Manajemen Keselamatan Internasional (ISM Code), Jakarta , Balai Pustaka.

    International Maritime Organization ( 1996 ), STCW95 London,

    Including 2010 Manila Amandement

    IMO (2006) Marpol 73/78 Consolidated Edition 2006. London IMO Publisher.

    Safety of Life At .Sea (SOLAS) 1974

    Peraturan Pemerintah No. 21, (2010), Perlindungan Lingkungan Maritim.