0)1&()2&3&4%&)5*/26 72('8(9:8(9)0!;-)?@ TB/wti_2013...WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 23 -...

8
1 WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 23 - April 2013 - 23/IV/2013 Buletin Tiga Bulanan Volume 23 - April 2013 - 23/IV/2013 Pembiayaan AIDS, TB dan Malaria (ATM) “Menyongsong BPJS 2014” Daftar Isi: irektorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP dan PL) terus melakukan upaya mengurangi ketergantungan terhadap donor dalam program pengendalian AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (ATM). Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara meningkatkan pembiayan dengan sumber jaminan kesehatan. Oleh karena itu, mengingat pentingnya program Jaminan Kesehatan Nasional yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada 2014, dilaksanakan rapat koordinasi pada 16 Januari 2013 bertajuk “Pembiayaan AIDS, TB, dan Malaria dalam menyongsong BPJS 2014”. Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen PP dan PL), Prof. dr. Tjandra Yoga menyampaikan kondisi pendanaan program ATM bahwa Indonesia saat ini telah menjadi negara upper-lower middle income country dalam kategori Global Fund. Sebagai konsekuensinya Indonesia nantinya tidak akan menjadi prioritas dalam pendanaan hibah. Selama ini ketergantungan program AIDS, TB dan Malaria (ATM) terhadap donor (Global fund) sangat tinggi. Hal tersebut diperkuat dengan data yang memperlihatkan bahwa proporsi pendanaan untuk AIDS, TB dan Malaria oleh donor terutama Global Fund (GF) paling besar (+60%) dibandingkan dengan sumber lainnya. Harapan ke depan, pendanaan dan anggaran lokal bagi program kesehatan akan semakin besar. Pada 2016 anggaran pemerintah untuk ATM ditargetkan mencapai 8% dan 20% sisanya bersumber dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) dan jaminan kesehatan melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai sumber pendanaan lain yang dianggap lebih memadai. Peta Jalan SJSN Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) dan Ketua Pokja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menyampaikan mengenai reformasi sistem pelayanan kesehatan dan kebijakan jaminan kesehatan terhadap ATM yang sedang dilakukan di Indonesia. Reformasi tersebut mengarah pada tujuan akhir pembangunan kesehatan yakni terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sehingga menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas, sehat dan produktif dengan mengacu Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Berkaitan dengan kebijakan pembiayaan kesehatan terhadap AIDS, TB dan Malaria, Wamenkes menegaskan bahwa penyakit tersebut masuk dalam upaya kesehatan perorangan sehingga termasuk penyakit yang dijamin (masuk di dalam pelayanan yang dijamin) dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Ke depan, pembiayaan yang dilindungi oleh JKN dikelola BPJS bersama-sama dengan pembiayaan Pemerintah untuk Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Besaran premi dihitung berdasarkan tingkat utilisasi dan biaya satuan berdasarkan experience rate yang diproyeksikan dengan memperhitungkan estimasi perubahan yang terjadi akibat asuransi. Namun obat-obatan program ATM yang bersumber dari program vertikal belum masuk dalam perhitungan iuran. Di akhir paparannya dalam Rapat Koordinasi yang dilakukan oleh Dirjen PP dan PL, beliau menyatakan kembali bahwa pemerintah berharap dapat berperan lebih besar dalam pembiayaan baik pada Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan UKM. Khususnya ATM, masuk dalam benefit package BPJS. Kegiatan yang bersifat program seperti promosi, edukasi dan pencegahan akan tetap dibiayai anggaran Kemenkes baik di tingkat pusat maupun daerah dalam melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun dalam bentuk dana dekonsentrasi. Menjadi penting untuk melakukan analisis terhadap kegiatan yang selama ini masih didominasi oleh donor, sehingga alokasi pembiayaan dalam rangka exit strategy menjadi lebih tepat. Isu-isu ATM Proposi Biaya Program TB dan AIDS sebagaian besar berasal dari hibah GF yang merupakan bagian terpenting dari keseluruhan dana untuk program ATM, permasalahan yang terkait dengan pendanaan donor akan berdampak secara langsung terhadap kinerja program. demikian pula dengan malaria, capaian program malaria tidak terlepas dari dukungan donor. Pembiayaan malaria dari 2003-2014 menunjukkan bahwa sebagian besar berasal dari donor dimana proporsi GF tercatat 68% selain berasal APBN, APBD, WHO dan Unicef. Mengurangi dana hibah GF dengan pendanaan dalam negeri (APBN/APBD dan sumber lainnya) merupakan bagian yang sangat penting dari exit strategy, hal ini akan berpengaruh terhadap komitmen peningkatan dana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Mengantisipasi berkurangnya pendanaan dari GF tahun 2015 maka perlu dilakukan advokasi mengenai pentingnya program ATM baik di nasional, provinsi dan kabupaten/ kota. Pengalaman menunjukkan bahwa investasi pendanaan untuk ATM bisa mengurangi beban kesakitan dan kematian karena penyakit tersebut secara signifikan. Kajian PembiayaanTB Pada 2012, Subdit TB Kemenkes RI dengan USAID melalui proyek TBCARE I mengembangkan Model Pembiayaan Pelayanan TB dengan lokasi kajian di Provinsi Jawa Tengah dan telah di ekstrapolasi ke tingkat nasional. Metode yang dilakukan dalam model ini adalah menggunakan bottom-up costing untuk kegiatan yang bersifat pelayanan langsung seperti obat, jasa medis, pemeriksaan laboratorium dan lain-lain dengan menggunakan dasar pedoman pelayanan tuberkulosis. Sedangkan kegiatan yang bersifat tidak langsung seperti kegiatan penemuan kasus, promotif dan preventif menggunakan metode top-down costing. Model ini memproyeksikan biaya nasional untuk memberikan layanan pengendalian TB pada 2013 adalah sebesar 57 juta USD ($0.24 sen per kapita per tahun). Biaya satuan kasus TB adalah 158 USD, sedangkan MDR- TB mencapai 5,437 USD. Dalam Rapat Koordinasi yang dilakukan pada 16 Januari 2013, disampaikan 2 skenario mengenai pembagian peran antara jaminan kesehatan dan pemerintah beserta dampak dan proyeksi biayanya. Skenario 1 adalah BPJS menanggung seluruh biaya kuratif tuberkulosis dan skenario 2 menggambarkan situasi BPJS menanggung seluruh layanan kuratif kecuali laboratorium supplies dan obat TB/ MDR-TB. Kajian Pembiayaan HIV dan AIDS Kajian AIDS dilakukan dengan 2 pendekatan, pertama Top Down, Macro Costing menggunakan model NASA untuk menganalisis efektivitas biaya dan memprediksi pengeluaran kesehatan dan non-kesehatan (seperti mitigasi). Metode lainnya dengan micro-costing menggunakan data retrospective expenditure dari D Pembiayaan AIDS, TB dan Malaria (ATM) “Menyongsong BPJS 2014” Apresiasi Global Terhadap Kemajuan Pengendalian TB di Indonesia Grant Renewal SSF Fase 2 Joint External TB Monitoring Mission (JEMM) Kemitraan Stop TB Indonesia Lomba Penulisan Makalah Ilmiah Presentasi Oral dan Poster Makalah Bebas Pada Simposium Nasional Hari TB Sedunia 2013 Peringatan Hari TB Sedunia, Stop TB Sekarang Juga! Pertemuan Stop TB Partnership Regional Asia Tenggara dan Asia 3DVLÀN 6HRXO .RUHD 6HODWDQ 21-24 November 2012 Simposium Inovasi TB Care I Pada Konferensi Union Wilayah $VLD 3DVLÀN GL +DQRL 9LHWQDP 10-13 April 2013

Transcript of 0)1&()2&3&4%&)5*/26 72('8(9:8(9)0!;-)?@ TB/wti_2013...WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 23 -...

1WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 23 - April 2013 - 23/IV/2013

Buletin Tiga Bulanan Volume 23 - April 2013 - 23/IV/2013

Pembiayaan AIDS, TB dan Malaria (ATM)“Menyongsong BPJS 2014”

Daftar Isi:

irektorat  Jenderal  Pengendalian  Penyakit   dan   Penyehatan  Lingkungan   (Ditjen   PP   dan  PL)   terus   melakukan   upaya  

mengurangi  ketergantungan  terhadap  donor   dalam   program   pengendalian  AIDS,   Tuberkulosis   dan   Malaria  (ATM).   Salah   satu   upaya   tersebut  adalah   dengan   cara   meningkatkan  pembiayan   dengan   sumber  jaminan   kesehatan.   Oleh   karena  itu,   mengingat   pentingnya   program  Jaminan   Kesehatan   Nasional   yang  akan   dilaksanakan   oleh   Kementerian  Kesehatan   pada   2014,   dilaksanakan  rapat  koordinasi  pada  16  Januari  2013  bertajuk  “Pembiayaan  AIDS,  TB,  dan  Malaria   dalam   menyongsong   BPJS  2014”.  Direktur  Jendral  Pengendalian  Penyakit  dan  Penyehatan  Lingkungan  (Dirjen  PP  dan  PL),  Prof.  dr.  Tjandra  Yoga   menyampaikan   kondisi  pendanaan   program   ATM   bahwa    Indonesia   saat   ini   telah   menjadi  negara   upper-lower   middle   income  country   dalam   kategori  Global   Fund.  Sebagai   konsekuensinya   Indonesia  nantinya  tidak  akan  menjadi  prioritas  dalam  pendanaan  hibah.  

  Selama   ini   ketergantungan  program   AIDS,   TB   dan     Malaria    (ATM)   terhadap   donor   (Global   fund)  sangat  tinggi.    Hal  tersebut  diperkuat  dengan   data   yang   memperlihatkan  bahwa   proporsi   pendanaan     untuk    AIDS,   TB   dan   Malaria   oleh   donor  terutama   Global   Fund   (GF)   paling  besar   (+60%)  dibandingkan  dengan  sumber  lainnya.    

  Harapan   ke   depan,   pendanaan  dan   anggaran   lokal   bagi   program  kesehatan   akan   semakin   besar.    Pada     2016   anggaran   pemerintah  untuk   ATM   ditargetkan   mencapai  8%  dan  20%  sisanya  bersumber  dari  dana    Corporate  Social  Responsibility  (CSR)  dan  jaminan  kesehatan  melalui  Sistem   Jaminan   Sosial   Nasional    (SJSN)   sebagai   sumber   pendanaan  lain  yang  dianggap  lebih  memadai.

Peta Jalan SJSN

  Prof.   dr.   Ali   Ghufron   Mukti,  MSc,   PhD,  Wakil  Menteri   Kesehatan  (Wamenkes)  dan  Ketua  Pokja  Badan  Penyelenggara   Jaminan   Sosial  (BPJS)   Kesehatan   menyampaikan  mengenai   reformasi   sistem  

pelayanan   kesehatan   dan   kebijakan  jaminan   kesehatan   terhadap   ATM  yang  sedang  dilakukan  di   Indonesia.  Reformasi   tersebut   mengarah   pada  tujuan  akhir  pembangunan  kesehatan  yakni   terwujudnya   derajat   kesehatan  masyarakat   yang   setinggi-tingginya  sehingga   menghasilkan   Sumber  Daya   Manusia   (SDM)   Indonesia  yang  berkualitas,  sehat  dan  produktif  dengan   mengacu   Sistem   Kesehatan  Nasional  (SKN).  

  Berkaitan   dengan   kebijakan  pembiayaan   kesehatan   terhadap  AIDS,   TB   dan   Malaria,   Wamenkes  menegaskan  bahwa  penyakit  tersebut    masuk   dalam   upaya   kesehatan  perorangan   sehingga   termasuk  penyakit   yang   dijamin   (masuk   di  dalam  pelayanan  yang  dijamin)  dalam  Jaminan  Kesehatan  Nasional  (JKN).

  Ke   depan,   pembiayaan   yang  dilindungi   oleh   JKN     dikelola   BPJS  bersama-sama   dengan   pembiayaan  Pemerintah   untuk   Upaya   Kesehatan  Masyarakat   (UKM).   Besaran   premi  dihitung   berdasarkan   tingkat   utilisasi  dan   biaya   satuan   berdasarkan  experience   rate   yang   diproyeksikan  dengan   memperhitungkan   estimasi  perubahan   yang   terjadi   akibat  asuransi.   Namun   obat-obatan  program   ATM   yang   bersumber   dari  program  vertikal  belum  masuk  dalam  perhitungan  iuran.  

  Di  akhir  paparannya  dalam  Rapat  Koordinasi   yang   dilakukan   oleh  Dirjen  PP  dan  PL,  beliau  menyatakan  kembali   bahwa   pemerintah   berharap  dapat   berperan   lebih   besar   dalam  pembiayaan   baik   pada   Upaya  Kesehatan   Perorangan   (UKP)   dan  UKM.  Khususnya  ATM,  masuk  dalam  benefit  package  BPJS.  Kegiatan  yang  bersifat   program   seperti   promosi,  edukasi   dan   pencegahan   akan   tetap  dibiayai   anggaran   Kemenkes   baik  di   tingkat   pusat     maupun   daerah    dalam  melalui   Dana   Alokasi   Khusus  (DAK)   maupun   dalam   bentuk   dana  dekonsentrasi.   Menjadi   penting  untuk   melakukan   analisis   terhadap  kegiatan   yang   selama   ini   masih  didominasi   oleh   donor,   sehingga  alokasi   pembiayaan   dalam   rangka  exit  strategy  menjadi  lebih  tepat.  

Isu-isu ATM   Proposi  Biaya  Program  TB     dan  AIDS   sebagaian   besar   berasal   dari  hibah     GF   yang   merupakan   bagian  terpenting   dari   keseluruhan   dana  untuk   program   ATM,   permasalahan  yang  terkait  dengan  pendanaan  donor    akan   berdampak   secara   langsung  terhadap   kinerja   program.     demikian  pula   dengan   malaria,   capaian  program   malaria   tidak   terlepas   dari  dukungan  donor.  Pembiayaan  malaria  dari  2003-2014  menunjukkan  bahwa  sebagian   besar   berasal   dari   donor  dimana   proporsi   GF   tercatat   68%  selain   berasal   APBN,   APBD,   WHO  dan  Unicef.  

  Mengurangi   dana   hibah   GF  dengan   pendanaan   dalam   negeri  (APBN/APBD   dan   sumber   lainnya)  merupakan   bagian   yang   sangat  penting  dari  exit  strategy,  hal  ini  akan  berpengaruh   terhadap   komitmen  peningkatan   dana   dari   pemerintah  pusat  dan    pemerintah  daerah.  

  Mengantisipasi   berkurangnya  pendanaan  dari  GF  tahun  2015  maka  perlu   dilakukan   advokasi   mengenai  pentingnya   program   ATM   baik   di  nasional,   provinsi   dan   kabupaten/kota.   Pengalaman   menunjukkan  bahwa   investasi   pendanaan   untuk  ATM   bisa   mengurangi   beban  kesakitan   dan   kematian   karena  penyakit  tersebut  secara  signifikan.

Kajian PembiayaanTB   Pada  2012,  Subdit  TB  Kemenkes  RI   dengan   USAID   melalui   proyek  TBCARE   I   mengembangkan   Model  Pembiayaan   Pelayanan   TB   dengan  lokasi  kajian  di  Provinsi  Jawa  Tengah  dan   telah   di   ekstrapolasi   ke   tingkat  nasional.   Metode   yang   dilakukan  dalam  model  ini  adalah  menggunakan  bottom-up   costing   untuk   kegiatan  yang   bersifat   pelayanan   langsung  seperti  obat,  jasa  medis,  pemeriksaan  laboratorium   dan   lain-lain   dengan  menggunakan   dasar   pedoman  pelayanan   tuberkulosis.   Sedangkan  kegiatan  yang  bersifat  tidak  langsung  seperti   kegiatan   penemuan   kasus,  promotif  dan  preventif  menggunakan  metode   top-down   costing.   Model  ini   memproyeksikan   biaya   nasional  untuk   memberikan   layanan  pengendalian   TB   pada   2013   adalah  

sebesar  57   juta  USD  ($0.24  sen  per  kapita  per  tahun).  Biaya  satuan  kasus  TB  adalah  158  USD,  sedangkan  MDR-TB  mencapai  5,437  USD.  

  Dalam       Rapat   Koordinasi   yang  dilakukan   pada   16   Januari   2013,  disampaikan   2   skenario   mengenai  pembagian   peran   antara   jaminan  kesehatan   dan   pemerintah   beserta  dampak   dan   proyeksi   biayanya.  Skenario  1  adalah  BPJS  menanggung  seluruh  biaya  kuratif  tuberkulosis  dan  skenario   2   menggambarkan   situasi  BPJS   menanggung   seluruh   layanan  kuratif   kecuali   laboratorium   supplies  dan  obat  TB/  MDR-TB.  

Kajian Pembiayaan HIV dan AIDS

  Kajian   AIDS   dilakukan   dengan  2   pendekatan,   pertama   Top   Down,  Macro   Costing  menggunakan  model  NASA  untuk  menganalisis   efektivitas  biaya   dan   memprediksi   pengeluaran  kesehatan   dan   non-kesehatan  (seperti   mitigasi).   Metode   lainnya  dengan  micro-costing  menggunakan  data   retrospective   expenditure   dari  

DPembiayaan AIDS, TB dan Malaria (ATM)“Menyongsong BPJS 2014” Apresiasi Global Terhadap Kemajuan Pengendalian TB di Indonesia

Grant Renewal SSFFase 2

Joint External TB Monitoring Mission (JEMM)

Kemitraan Stop TB Indonesia

Lomba Penulisan Makalah IlmiahPresentasi Oral dan Poster Makalah BebasPada Simposium Nasional Hari TB Sedunia 2013

Peringatan Hari TB Sedunia, Stop TB Sekarang Juga!

Pertemuan Stop TB Partnership Regional Asia Tenggara dan Asia

21-24 November 2012

Simposium Inovasi TB Care I Pada Konferensi Union Wilayah

10-13 April 2013

WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 23 - April 2013 - 23/IV/2013 2

Kemenkes,  LSM-LSM  dan  dapat  digunakan  untuk  investment  framework.  Dari  keduanya  dapat  dilihat  mana  yang  digunakan  dalam  BPJS.  

  Hasil  NASA  tahun  2009-2010  memperlihatkan  80%   pendanaan   nasional   terkait   program   AIDS  bersumber   dari   Kemenkes   dengan   GF   sebagai  sumber  utama  dana.  Dengan  proporsi  pendanaan  tersebut,   biaya   perkapita   pertahun   untuk   program  AIDS   adalah   sebesar   1.864   rupiah.   Dengan  beberapa   rincian   komponen   sebagai   berikut:  Kegiatan  preventif  573  rupiah,   layanan  kuratif  651  rupiah  dan  ART  371  rupiah.    

Kajian Pembiayaan Malaria

  Kajian   Malaria   2002  mengembangkan  model  perhitungan  kerugian  akibat  malaria  dan  perhitungan  rencana   anggaran   belanja   malaria   untuk   tingkat  kabupaten,  provinsi  maupun  nasional.  Pembiayaan  tersebut  meliputi  case  detection  dan  management  serta   pencegahannya   didasarkan   pengalaman   di  lapangan.  Hasil  menunjukkan  bahwa,  biaya  satuan  pengobatan   Lini   I   sebesar  Rp.33.090     dan   Lini   II  Rp.12.130   ;   oleh   kader   Rp.2.220,   Pengobatan  malaria  berat  di  Puskesmas  Rp.87.500,  sedangkan  di    RS  Rp.276.000

Rekomendasi dan Tindak Lanjut

kelompok   kerja   teknis   ATM   dalam   rangka  mengawal  kebijakan  dan  pelayanan  program  ATM  dalam  jaminan  kesehatan  nasional.  

program  ATM  juga  perlu  dilakukan,  terutama  yang  bersumber   dari   GF   sehingga   pelaksanaan   exit  strategy  dapat  dilakukan  dengan  lebih  baik  (Hafidz).

Apresiasi Global Terhadap Kemajuan Pengendalian TB di Indonesia

ada   18   April   2013,   pemerintah   Indonesia  kembali   mendapatkan   penghargaan   atas  prestasi  dalam  penanggulangan  Tuberkulosis  (TB).   Penghargaan   kali   ini   diperoleh   dari  

Global   Health   USAID     berupa   Champion   Award  for  Exceptional  Work  in  the  Fight  Againts  TB  yang  diserahkan  oleh  Duta  Besar  Amerika  Serikat  untuk  Indonesia,   Scot   Marciel   di   kantor   Kementerian  Kesehatan   RI.   Kegiatan   ini   merupakan   rangkaian  kegiatan   penyerahan   penghargaan   yang   telah  dilakukan  di  Washington,  Amerika  Serikat  pada  23  Maret  2013  oleh  Assistant  Administrator  for  Global  Health   USAID,   DR.   Ariel   Pablos-Mendez,   kepada  Duta   Besar   Republik   Indonesia   untuk   Amerika  Serikat,  DR.  Dino  Patti  Djalal

  Penghargaan   ini   diberikan   oleh   USAID  atas   upaya   Indonesia   sebagai   pelopor   dalam  memperkenalkan   pendekatan   inovatif   dalam  pencegahan,   diagnosis   dan   penatalaksanaan   TB  termasuk   penggunaan   Xpert   MTB/RIF   sebagai  teknologi   diagnostik   baru.   Indonesia   juga   diakui  menjalankan   kegiatan   Public-Private   Mix   dengan  baik,   serta   menunjukkan   komitmen   yang   tinggi  dalam  kemajuan  penanggulangan  TB.  

  Di  sisi  lain  sebagian  besar  target  MDGs  untuk  TB   telah   dicapai   sebelum   waktunya   dan   sisanya  akan   tercapai  sesuai   target.  Program  TB  Nasional  juga   dinilai   telah   berhasil   mengembangkan  kemitraan  yang  kuat  dengan  masyarakat  sipil  dan  organisasi   non-pemerintah   (LSM)   yang   bekerja  di   tingkat   masyarakat.   Selain   itu   Indonesia   juga  

dinilai   aktif   melibatkan   penyedia   layanan   swasta  dan  bergerak  cepat  pada  pelaksanaan  International  Standards  of  Care.   Atas   penghargaan   yang   diberikan   oleh   pihak  USAID  tersebut,   Indonesia   juga  menerima  ucapan  selamat  dari  2  Organisasi  International  yakni:

Representative  melalui   surat   pertanggal  8  Maret  2013.  Selain   itu  WHO  Representative    juga   menyatakan   komitmen   untuk   tetap  mempertahankan   kerjasama   yang   erat   dan  mendukung   Pemerintah   Indonesia   dalam  menyediakan  pelayanan  kesehatan  yang  lebih  baik  bagi  masyarakat  Indonesia.

International   Union   Against   Tuberculosis  and   Lung   Disease   (IUALTD)   melalui   surat  pertanggal  19  Maret  2013.  Melalui  surat  tersebut  IUALTD   menekankan   bagaimana   komitmen  politis   dapat   meningkatkan   derajat   kesehatan  masyarakat   Indonesia.   Kepemimpinan   yang  baik  mempengaruhi  kerjasama  team  yang  baik  yang  akhirnya  mempercepat  pasien  TB  untuk  mendapatkan  pengobatan  yang  baik.

  Selain   menerima   penghargaan   tersebut  Indonesia   juga   telah   menerima   penghargaan  dan   apresiasi   tingkat   global   untuk   kemajuan  pengendalian   TB   di   Indonesia.   Penghargaan   dan  Apresiasi  tersebut  berasal  dari:

Februari    2012  terkait  dengan  kemajuan  pesat  pengendalian  TB  di  Indonesia  sejak  2010

kemajuan   perkembangan   pengendalian   TB  di   Indonesia   yang   disampaikan   melalui   surat  secara   langsung     kepada   Presiden   Republik  Indonesia   pada   7   Maret   2012.   Dalam   surat  tersebut  disampaikan  penghargaan  atas  upaya  pengendalian   TB   di   Indonesia   yang   sudah  menunjukkan   hasil   yang   secara   konsisten  membaik,   meliputi   penemuan   kasus,  keberhasilan   pengobatan   dan   pelaksanaan  universal   akses   terhadap   layanan   TB   yang  berkualitas,   yang   sudah   mengindikasikan  arah   yang   benar   untuk   pencapaian   Dunia  Bebas  TB.  Dalam  surat   tersebut,  Sekjen  PBB  meminta  kepada  Presiden  Republik   Indonesia    dapat  memobilisasi  sumber  daya  nasional  dan  memberikan  dukungan  serta  perhatian  secara  khusus   terhadap   upaya-upaya   pengendalian  TB  agar  dapat  menekan  angka  kematian  akibat  TB  dan  memutus  mata  rantai  penularan  TB  di  masa   mendatang   dalam   rangka   percepatan  upaya  mewujudkan  World  TB  Free.

telah   memberikan   penghargaan   kepada  Kementerian   Kesehatan   RI   atas   prestasinya  dalam   menyukseskan   program   pengendalian  TB  di  Indonesia

Seluruh   penghargaan   tersebut   merupakan   hasil  kerjasama   yang   baik   dari   semua   pihak,   baik    tingkat   Pusat,   Provinsi,   Kabupaten   dan  Kota,   dan  para   petugas   kesehatan   di   Puskesmas,   Rumah  Sakit,  dan  Balai  Kesehatan  Paru  serta  masyarakat  lainnya.  Semoga  melalui  penghargaan  International  tersebut,   kita   semakin   meningkatkan   kerjasama  yang  baik  sehingga  pengendalian  TB  di   Indonesia    tetap   berjalan   baik   dan   mendukung   peningkatan  derajat  kesehatan  masyarakat  Indoensia  (Crysti).

Penyerahan penghargaan oleh Duta Besar AS kepada Menteri Kesehatan RI

P

Sambutan Menteri Kesehatan pada Champion Award for Exeptional Work in

the Fight Againts TB

3WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 23 - April 2013 - 23/IV/2013

Grant Renewal SSF Fase 2ub   Direktorat   Tuberkulosis,   Kementerian  Kesehatan   RI   yang   dalam   hal   ini   bertindak  sebagai   PR   (Principal   Recipient),   telah  memeroleh  dana  hibah  dari  The  Global  Fund  

to  fight  AIDS,  Tuberculosis,  and  Malaria  (GF  ATM)  sejak   2003.   Saat   ini,   Sub  Direktorat   Tuberkulosis  menjalankan   program   pengendalian   TB   nasional  yang  bersumber  dari  pendanaan  SSF1  Fase  1.  GF  ATM  membuat  keputusan  pendanaan  berdasarkan  kinerja   untuk   memastikan   bahwa   investasi   yang  

AIDS,   Tuberkulosis   (TB)   dan   Malaria.   Proses  perpanjangan   hibah   (grant   renewal)   merupakan  bagian   penting,   karena   melibatkan   peninjauan  hibah,   pengembangan   proposal   dan   workplan  serta   penentuan   akhir   oleh   Dewan   GF   ATM   pada  rekomendasi   pendanaan   berdasarkan   kinerja  dan   informasi   kontekstual   yang   relevan   dengan  pelaksanaan  program.

  Proses   pengajuan   grant   renewal   melibatkan  seluruh   mitra   dan   stakeholder   terkait   yang  selama   ini   telah   menjalin   kerjasama   yang   baik  dengan  Subdit   TB.  Dana  hibah  SSF  Fase  2  untuk  periode   Januari   2014   hingga   Juni   2016.   Subdit  TB   telah   menyusun   konsep   catatan   dan   rencana  pengembangan.   Secara   garis   besar,   jadwal  persiapan   Grant   Renewal   SSF   Fase   2   yang   telah  dan  akan  dilakukan  ialah:

Kegiatan Jadwal Undangan  dari  GF  ATM  kepada  CCM  Indonesia   5  Desember  2012  

Pengembangan  Proposal  SSF  Fase  2   6  Desember  2012  -  31  Maret  2013  

Cut  off  Data   31  Desember  2012  

Implementasi    JEMM  terhadap    dampak  GF  dengan  Program  Pengendalian  TB   11  -  22  Februari  2013  

Batas  waktu  CCM  untuk  mengirim  Hibah  Pembaharuan(Grant  Renewal)   31  Maret  2013  

Batas  waktu  LFA  untuk  mengirim  laporan  kajian 30  April  2013  

Ulasan  Panel  GF  ATM  melalui  Fase  2   Juni  2013  

Keputusan  Dewan  GF  ATM   Juli  2013  

Negosiasi  Hibah   Juli  –  September  2013  

Penilaian risiko (Risk Assessment)Adalah  kemungkinan  dampak  program  berkurang,  tidak   mencapai   target,   dan   /   atau   pemborosan  atau  penyalahgunaan  sumber  daya  karena  proses  tertentu  dalam  Berbasis  Kinerja  Model  Pendanaan.  

Pertemuan dengan pemangku kepentingan (Stakeholder Meeting)Melibatkan   seluruh   mitra   dan   pemangku  kepentingan   terkait   program   pengendalian   TB  Nasional   untuk   mendiskusikan   3   bagian,   yang  

S

Peserta Pertemuan Monev

terdiri   dari:   Konteks   Negara,   Analisis   Sistem  Kesehatan,   Usulan   Intervensi   dan   Keterlibatan  Stakeholder.  Hasil  dari  pertemuan  ini  akan  menjadi  fokus   dari   proposal   fase   2   pembaharuan   dana  bantuan  GF  ATM.  

Pengembangan Proposal dan Workplan

Hingga   saat   ini,   Subdit   TB   telah   berproses  bersama   para   partner   dan   Technical   Working  Group   TB   dari   Country   Coordinating   Mechanism  dalam   pengembangan   proposal   dan   workplan.  

Para   pengelola   program   TB   di   Dinas   kesehatan  Provinsi   juga   telah   menyusun   perencanaan   pada  pertemuan   Monitoring   dan   Evaluasi   TB   di   Kota  Yogyakarta  28  Januari-1  Februari  2013.  Sedangkan  Call   for   Proposal   pada   mitra   CSO   (Civil   Society  Organization)   yang   bergerak   dalam   pengendalian  TB   telah   dilaksanakan   pada   pertengahan   Februari  lalu.  

  Diharapkan   dengan   dukungan   semua   pihak,  Proposal   dan  workplan   untuk   pembaharuan   dana  bantuan   GF   ATM   fase   2   dapat   diselesaikan   tepat  waktu  dan  diterima  oleh  The  Global  Fund  sehingga  program  pengendalian   TB  di   Indonesia   bisa   tetap  berjalan   dengan   baik   dan   pencapaian   indikator  global   dapat   dipenuhi   dan   dipertahankan   (Team  Monev).  

Joint External TB Monitoring Mission (JEMM)oint  External  TB  Monitoring  Mission  (JEMM)  adalah   kegiatan   rutin   untuk   mengevaluasi  Program   TB   Nasional   sejak   2004.   JEMM  2013   berlangsung   pada   11   –   22   Februari  2013,   diketuai   oleh   Prof.   Donald   Enarson  

beranggotakan  21  pakar  TB  internasional  ,  44  mitra  gerakan  Stop  TB  Partners  Indonesia  ,  dan  24  pakar  dari   National   TB   Program   (NTP)   Indonesia.   Tim  JEMM   dibagi   5   dan   mengunjungi     provinsi   yang  terdiri   dari     DKI   Jakarta,   Jawa   Timur,   Sulawesi  Utara,  Maluku  dan  Bangka  Belitung.  

Dalam  kegiatan   ini  Tim  JEMM  mencatat  beberapa  kemajuan  penting  sebagai  berikut:  

1.   Capaian   yang   memuaskan   dan   berkelanjutan  berkaitan   dengan   tercapainya   target   MDG  untuk  program  TB,  

2.   Kemajuan  yang  bermakna  dan  terus  menerus  dalam   pencapaian   target   pengendalian  tuberkulosis  secara  global  selama    satu  dekade  terakhir.  

pemerintah,   sehingga   total   beban   TB   di  Indonesia  belum  diketahui  secara  pasti

2.   Kasus   TB   MDR   yang   diobati   baru   mencapai  48%  dari  6100  estimasi  pasien

3.   Kontribusi   pembiayaan   pelayanan   TB   yang  bersumber   dari   dana   pemerintah   sudah  meningkat,   tetapi   kontribusi   ini  masih   rendah  proporsinya   dibandingkan   dengan   kebutuhan  yang  direncanakan.    

4.   Perhatian  untuk  pasien  BTA  negatif  dan  Extra  paru  masih   rendah,   termasuk  kasus  TB  pada  anak  

5.   Masih   kurangnya   SDM   untuk   mendukung  ekspansi  program  dan  penerapan  inovasi  baru  sesuai  dengan  komponen  Stop  TB  Strategy    

pada  kelompok  rentan  tersebut.

Pada   akhir   kunjungan   Tim   JEMM   merumuskan  rekomendasi   kepada   Menteri   Kesehatan   yang  meliputi  6  bidang  khusus  sebagai  berikut:  

J 3.   Pengalaman   Indonesia   dalam   pelibatan  semua   layanan   kesehatan   dalam   pelayanan  TB  dengan   strategi  DOTS,   telah  berkontribusi  dalam  penyusunan  strategi  global.

4.   Keterlibatan   rumah   sakit   besar   dalam  penyediaan  pelayanan  TB   telah  meningkatkan    jumlah   pasien   TB   yang   mendapatkan  pengobatan.  

5.   Pengenalan   dan   pengembangan   layanan   TB  resisten   obat   dengan   PMDT   (Programmatic  Management  of  Drug-Resistant  Tuberculosis).

Layanan   Komprehensif   Berkesinambungan  (CoC).

7.   Peningkatan  kontribusi  pembiayaan  pelayanan  TB   dari   dana   lokal   telah   membuka   jalan  terhadap   pencapaian   yang   berkelanjutan  sampai  saat  ini.

Beberapa  kendala  yang  ditemui  selama  kunjungan  :

1.   Jumlah  pasien  TB  yang  diobati   di   luar   sektor  

WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 23 - April 2013 - 23/IV/2013 4

Kemitraan Stop TB Indonesiaasil   diskusi   dengan   beberapa   ahli   TB  tingkat   global,   dirumuskan   tiga   faktor  kunci   utama   bagi   suatu   negara   untuk  mampu   mewujudkan   eliminasi   TB   yaitu  pertumbuhan   ekonomi   yang   signifikan,  

program   pengendalian   TB   yang   kuat,   adanya    wadah   Kemitraan   Stop   TB   (KST)   yang   mampu  menjadi   salah   satu   motor   penggerak   untuk  pengendalian  TB.

  Indonesia   saat   ini   berada   pada   momentum  yang   tepat   untuk   melangkah   ketahapan   eliminasi  TB,  mengingat  2  dari  3  faktor  yang  memungkinkan  terjadinya   eliminasi   TB   sudah   dimiliki   oleh  Indonesia   yaitu   pertumbuhan   ekonomi   yang  meningkat   dan   program   pengendalian   TB   yang  cukup  kuat.  Program  pengendalian  TB  di  Indonesia  saat  ini  sudah  cukup  kuat  ditandai  dengan  berbagai  keberhasilan   dalam   pencapaian   MDGs,   RPJMN  serta   diperolehnya   berbagai   penghargaan   tingkat  global,  antara   lain  dari  Sekjen  PBB,  Ban  Ki  Moon,  “Achievement  Award”  dan  Global  Health  USAID.

  Sejak   2000   Indonesia   telah   memiliki  wadah   KST   yang   beranggotakan   kurang   lebih  50   organisasi,   baik   dari   unsur-unsur   lembaga  swadaya   masyarakat,   organisasi   profesi,  akademisi,   institusi   di   luar   Kemenkes   (TNI,  POLRI,   Kemhukham),   organisasi   keagamaan.  Dengan   adanya   3   komponen   penting   tersebut   di  Indonesia   maka   diharapkan   potensi   yang   dimiliki  

H

1. Rekomendasi 1   Memperkenalkan   kebijakan   terkait   mandatory  

notification  atau  wajib  melaporkan  penemuan  kasus  TB  bagi  pemberi  layanan  kesehatan

2. Rekomendasi 2:   Meminta   seluruh   Dinas   Kesehatan   Provinsi  

untuk  segera  membuat  rencana  kerja  sekaligus  menyiapkan   pembiayaan   dalam   pelaksanaan  pelayanan  pasien  TB  resisten  obat.  

3. Rekomendasi 3:   Adanya   surat   keputusan   yang     memastikan  

tersedianya   pembiayaan   lokal   yang  berkelanjutan  bagi  layanan  ATM.

6. Rekomendasi 6:   Meminta   para   pengambil   keputusan   di  

bidangan  Kesehatan   di   tingkat   Provinsi   untuk  meningkatkan   kerjasama   dalam   pelaksaan  

pengobatan   dengan   obat   anti   retroviral  dan   pengobatan   pencegahan   dengan  kotrimoksasol.

Menteri   Kesehatan   memberikan   tanggapan  bahwa   Kementerian   Kesehatan   dan   jajarannya  akan   mengupayakan   secara   optimal   untuk  menindaklanjuti   rekomendasi   dari   Tim   JEMM  (Panitia  JEMM).

Pengukuhan Bapak Arifin Panigoro sebagai Ketua KSTI

Pertemuan Kemitraan TB

4. Rekomendasi 4:   Menjamin  tersedianya  akses  universal  terhadap  

layanan  TB  yang  berkualitas    untuk  semua  tipe  kasus  TB,  tanpa  memandang  status  resistensi  

maupun  anak  tanpa  terkecuali.

5. Rekomendasi 5:   Perlu   dicermati   kebutuhan   tenaga   pelaksana  

untuk  menerapkan  semua  komponen  Strategi  Pengendalian   TB   Nasional   dan   memastikan  bahwa   kebutuhan   ketenagaan   tersebut  tercantum   dalam   Rencana   Pembangunan  Kesehatan   di   tingkat   Pusat,   Provinsi   dan  Kabupaten/Kota.

5WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 23 - April 2013 - 23/IV/2013

program  pengendalian  TB  akan  bisa  optimal  dalam  mencapai  eliminasi  TB  di   Indonesia  dengan  peran  dan  dukungan  yang  kuat  dari  masyarakat  madani.

  Terkait  dengan  hal  tersebut  maka  pada  7  Maret  2013  secara  resmi  Bapak  Arifin  Panigoro,  seorang  pengusaha   di   Indonesia,   pendiri   dan   pemilik  Medco  Group,  memiliki  jejaring  yang  luas  di  tingkat  nasional  maupun  international,  telah  dipilih  sebagai  

pimpinan  Kemitraan  Stop  TB  Indonesia  (KSTI)  dan  PPTI  sebagai  sekretariat  penggerak  kegiatan  KSTI.

  8  April  2013  kegiatan  KSTI  dilanjutkan  dengan  penandatanganan   Berita   Acara   Kesepakatan,  pembahasan  rencana  “Kick  Off”,    rencana  lokakarya  untuk  menetapkan  “Road  Map”,  rancangan  struktur  Kemitraan  Stop  TB  Indonesia.  

  Dengan   terbentuknya   KSTI   dan   terpilihnya  Bapak   Arifin   Panigoro   sebagai   ketua   diharapkan  terjalin   kemitraan   yang   baik   dalam   kegiatan  pengendalian  TB  di  Indonesia  dan  mencegah  atau  meringankan   penderitaan   orang   yang   terkena  penyakit  ini  (Team  AKMS).  

ebagai   rangkaian   kegiatan   dalam   rangka  memperingati   Hari   TB   Sedunia   2013,  dilaksanakan   Simposium   Nasional   yaitu  kegiatan  seminar   satu  hari   yang   terdiri   dari  plenary  simposium  dan  pararel  simposium,  

pada  30  Maret  2013  di  Hotel  Ritz  Carlton,  Jakarta.    Pada  pararel  simposium  antara  lain  diadakan  lomba  penulisan  makalah  ilmiah  tuberkulosis  (TB),  berupa  presentasi  oral  dan  poster  makalah  bebas.    Proses  pelaksanaan   kegiatan   ini   bekerja   sama   dengan  TORG  (Tuberculosis  Operational  Research  Group)  sebagai  pimpinan  seminar,  juri  dan  moderator.    

  Tujuan   diadakannya   kegiatan   ini   adalah  menyebarluaskan   informasi   hasil-hasil   kegiatan  riset   operasional   TB   di   Indonesia,   sehingga  bermanfaat   bagi   pengambilan   keputusan   yang  berbasis   bukti.     Sedangkan   tujuan   khususnya  adalah   mempresentasikan   hasil   riset   operasional  baik   secara   oral   maupun   dalam   bentuk   poster  tentang   pengendalian   TB   di   Indonesia,   kepada  institusi   pelaksana   program,   peneliti,   pemerhati  di  universitas  dan  Lembaga  Swadaya  Masyarakat  (LSM).

  Peserta   terdiri   dari   peneliti   dari   universitas,  staf   dinas   kesehatan   provinsi,   staf   rumah   sakit  umum   daerah,   LSM,   dan   institusi   lain   yang  terkait.    Dari  seluruh  abstrak  makalah   ilmiah  yang  mendaftar,   terpilih   13   abstrak   makalah   ilmiah  yang   dikelompokkan   menjadi   3   kelompok:   1)  pencegahan  dan  deteksi;  2)  manajemen;  3)  klinik  dan  dasar,  sebagai  berikut:    

1)   Kelompok  Pencegahan  dan  Deteksi:

penanggulangan   tuberkulosis   paru   di  Kabupaten   Magelang,   tahun   2010,   Hutomo  L.H.,   UGM;   Dinkes   Provinsi   DI   Yogyakarta;  RSUD  Muntilan  Kabupaten  Magelang

pencegahan  dan  pengendalian   tuberkulosis  di  Rutan   Cipinang,   Yulius   N.   Sumarl,   Poloklinik  Rumah   Tahanan   Negara,   Cipinang;   Family  Health  International  (FHI)

program   implementation   in   Sukoharjo  District,   Central   Java,   2010,   Yudhi   Wibowo,  FK   UNSOED   Jateng;   FETP,   GMU;   Dinkes  Kabupaten  Sukoharjo,  Jawa  Tengah

2)   Kelompok  Manajemen:

berbasis  tempat  kerja:  Hasil  survei  di  5  pabrik  di   Rancaekek-Sumedang,   Jawa   Barat,   tahun  2012,  Adi  Sasongko,  FKM  UI;  Yayasan  Kusuma  Buana

paru   di   Kabupaten   Magelang,   tahun   2010,  

Hutomo   L.H.,   UGM;   Dinkes   Provinsi   DI  Yogyakarta;  RSUD  Muntilan  Kabupaten  Malang

dengan   praktisi   swasta:   Sikap,   persepsi,  kesiapan   dan   peran   apa   yang  mereka   pilih?,  Artawan   Eka   Putra   IWG,   FKM   UDAYANA;  Dinkes  Provinsi  Bali

Hospital,  Bandung,  Bony;  Yovita  Hartantri,  FK  UNPAD;  RS  Hasan  Sadikin  Bandung;  FK  UNS  Surakarta

3)   Kelompok  Klinik  dan  Dasar:

Sukabumi:   Laporan   kasus,   Ahmad   Radian,  Lapas  kelas  IIB  Sukabumi,  Jawa  BaratMicroscopic  Observation  of  Drug  Susceptibility  (MODS)   testing   for   primary   diagnosis   of  

pulmonary   tuberculosis   susceptibility,   Jessi  Annisa,   FK   UNPAD,   Bandung;   RS   Hasan  Sadikin,   Bandung;   Department   of   Medicine,  Radboud  University  Medical  Centre,  Nijmegen,  The  Netherlands

Mycobacterium  tuberculosis   terhadap   OAT   katergori   I   denga  kasus   gagal   konversi   akhir   fase   intetensif,   di  Kabupaten  Banyumas,  Agung;  Rangga  Wisnu  Wardhana,  FK  UNSOED,  Jawa  Tengah

Aisyiyah   terhadap   kepatuhan   penderita   TB  paru   berobat   pada   fase   awal   pengobatan   di  kecamatan   Koja   dan   Kecamatan   Cilincing,  Jakarta  Utara,  Ernita  Rita,  Provinsi  DKI  Jakarta

vaksin   TBC   terbaru,   apakah   efektif?,   Melita  Adiwidjaja,  FK  UI

yang   diobati   dengan   OAT   program   nasional  di   RSUD   dr.   Doris   Sylvanus,   Palangka   Raya,  Kalimantan  Tengah,  2012,  Rini  Fortina,  RSUD  dr.  Doris  Sylvanus

Dari  hasil  penilaian  para  juri,  telah  disimpulkan  dan  ditetapkan  3  pemenang,  sebagai  berikut:

A. Kelompok Pencegahan & Deteksi dan Manajemen:Juara I

 Hospital,  Bandung,  Bony  dan  Yovita  Hartantri,  FK   UNPAD;   RS   Hasan   Sadikin   Bandung;   FK  UNS  Surakarta

Juara II   Kemitraan  program  pengendalian  tuberkulosis  

dengan   praktisi   swasta:   Sikap,   persepsi,  kesiapan   dan   peran   apa   yang  mereka   pilih?,  Artawan   Eka   Putra   IWG,   FKM   UDAYANA;  Dinkes  Provinsi  Bali

S

Pemenang Lomba Penulisan Makalah Ilmiah Presentasi Oral dan Poster Makalah Bebas

Lomba Penulisan Makalah IlmiahPresentasi Oral dan Poster Makalah Bebas

Pada Simposium Nasional Hari TB Sedunia 2013

WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 23 - April 2013 - 23/IV/2013 6

Peringatan Hari TB Sedunia, Stop TB Sekarang Juga!ari  TB  Sedunia  diperingati  setiap  tanggal  24  Maret   sebagai  momen   untuk  meningkatkan  komitmen  dan  kesadaran  masyarakat  tentang  pentingnya   pengendalian   penyakit   TB.  Peringatan   TB   Day   2013   mengusung   tema  

global   Stop   TB   in   My   Lifetime,   yang   diterjemahkan  dalam     tema   nasional   menjadi   “Stop   TB   Sekarang  Juga!”   Kegiatan   ini   bertujuan   mengajak   seluruh  lapisan   masyarakat   bergerak   bersama   mendukung  pengendalian   Tuberkulosis   sehingga   dunia   terbebas  dari   penyakit   TB.   Pesan   kunci   dari   tema   tersebut  adalah:  Semua  lapisan  masyarakat  harus  berpartipasi  aktif  dalam  pengendalian  TB  mulai  saat  ini.  

Rangkaian   Kegiatan   peringatan   hari   TB   sedunia  adalah:

1.   Penyusunan   dan   Pencetakan   Panduan   HTBS  2013.

2.   Media   Workshop   yang   akan   dilaksanakan  bekerja   sama   dengan   Pusat   Komunikasi   Publik  Kementerian   Kesehatan   RI   dan   didanai   oleh  

3.   Media   award   yang   akan   dilakukan   bekerjasama  dengan   Pusat   Komunikasi   Publik   Kementerian  Kesehatan   RI,   kegiatan   akan   dimulai   dengan  pengumuman  kegiatan  pada  awal  Maret  2013.  

4.   Mobilisasi  Sosial  dengan  acara  Run  for  TB  yang  dikordinir  oleh  mitra  Yayasan  HOPE  Indonesia  di  Area   Taman   Monumen   Nasional   sebelah   Barat  pada  24  Maret  2013.

5.   Press   Conference   dan   talk   show   dihadiri   WHO  representatives,  Menteri  Kesehatan,  Dirjen  PPPL,  KOMLI,   Tokoh   masyarakat/agama   (misal   ketua  Dewan  dakwah    Masjid)/profesi.    

6.   Seminar  sehari  yang  dilaksanakan  pada  30  Maret  2013.  

7.   Kampanye   Pencegahan   TB   melalui   media  

kerjasama   dengan   Pusat   Promosi   Kesehatan  dan   Kementerian   Komunikasi   dan   Informasi  sepanjang  tahun  2013.

8.   Promosi   HTBS   2013   melalui   penyebarluasan  media:  Poster,  Leaflet.

9.   Kegiatan  TB  Day  RS.  Paru  Batu  Malang/Arsabapi,  Jawa  Timur

10.   Kegiatan  TB  Day  provinsi.

  Salah  satu  rangkaian  kegiatan  peringatan  Hari  TB  Sedunia  adalah  Run  For  TB.  Kementerian  Kesehatan  didukung  oleh  HOPE  worldwide  Indonesia  dan  USAID-TB   CARE   1,   bekerja   sama  melaksanakan   RUN   FOR  TB   sejauh   5   km   dari   Monas/Bundaran   HI   Monas.  Acara   ini   dipilih   untuk   menggambarkan   semangat  pengendalian   TB   di   Indonesia   yang   membutuhkan  daya  tahan  dan  stamina  untuk  terus  mempertahankan  kinerjanya  selama  ini.

  Masyarakat   yang   hadir   berasal   dari   berbagai  organisasi  yang  selama  ini  aktif  berpartisipasi  dalam  pengendalian  TB,  seperti   :  Dewan  Masjid   Indonesia,  TNI,  Aisyiyah,  Layanan  Kesehatan  Cuma-Cuma  (LKC)  Dompet  Dhuafa,  Gereja  Kristen  Di   Indonesia  (GKDI),  Pramuka,  WHO,  berbagai  perusahaan,  murid  sekolah,  pekerja   kesehatan,   dan   para     relawan   dari   segala  lapisan  masyarakat.    

  Selain   itu   rangkaian   kegiatan   peringatan   HTBS  2013   adalah   Simposium   Nasional   Hari   TB   Sedunia  2013.   Kegiatan   tersebut   merupakan   kerjasama  Kementerian  Kesehatan  RI  dengan  RS  Persahabatan  yang   dihadiri   oleh   kalangan   ahli,   profesi   dan   mitra,  dengan  jumlah  peserta  sebanyak  1300  orang.  Dalam  kegiatan   tersebut   dibahas   perkembangan   terbaru  situasi   TB   menuju   Strategi   Pasca   2015,   termasuk  tantangan  ke  depan   terkait  penyerta  TB  diantaranya:  TB   dan   Diabetes   Melitus,   TB   dan   Rokok,   TB   dan  Nutrisi  dan  lan-lain.

  Adapun   peserta   simposium   berasal   dari  perwakilan   propinsi,   Jajaran   kementerian   Kesehatan  RI,   Mitra   yang   telah   aktif   mendukung   Program  Pengendalian   TB   (PPTI,   LKC,   HOPE,   Aisyiyah,  DMI,   Yapari,   Pamali   TB,   JAPETI,   dll),   Organisasi  Profesi   (IDI,   PDPI,   PAPDI,   IDAI,   IAI,   dll)   serta   para  akademisi   dari   universitas.   Topik-   topik   dalam  simposium   ini  adalah  mengenai   tantangan  ke  depan  terkait  pengendalian  TB.  Adapun   topik  yang  dibahas  berupa  Dampak  Sosial  dan  Ekonomi  TB  di  Indonesia,  Management   TB   Among   Metabolic   and   Organ  Dysfunction,  Rationale  Of  TB  Drug  and  Side  Effects,  Smoking   is   One   Of   Risk   Factor   For   TB,   Smoking  Cessation   As   Integrated   Management   In   Patient   TB  As  Smoker,  Drug  Resistant-TB  Situation  In  Indonesia,  Where  Are  We  Now?,  Scaling  Up  Detection  Of  MDR  TB  In  Indonesia,  Empowering  Community  Guidance  In  TB  Program,  Active  Case  Finding  For  TB  Detection,  TB  In  Prison,  The  Role  Of  Mucolytic  Agent   In   Infectious  Disease,  Difficulty  Of  TB  Diagnosis  and  Management  

In   TB,   Funding   Opportunity   For   TB   Operational  Research.

H

Run For TB, Monas, 24 Maret 2013

Simposium Hari TB Sedunia, Hotel Ritz Carlton, 30 Maret 2013

Pameran kegiatan Pengendalian TB Penandatanganan Komitmen Bersama

  Dalam   simposium   dilaksanakan   Pameran  Kegiatan  Pengendalian  TB  oleh  Kementerian  Kesehatan  dan  Mitra  TB  yang  telah  mendukung  program  TB.  Ada  20  mitra  TB  yang  ikut  dalam  pameran.  Selain  itu  juga  dilaksanakan  lomba  presentasi  makalah  ilmiah,  yang  diikuti   oleh   21   peserta   berasal   dari   Jakarta,   Jawa  Barat,   Jawa   Tengah,   D.I.   Yogyakarta,   Maluku,   Bali,  Sulawesi   Tengah   dan   Kalimantan   Tengah.   Semua  makalah   ilmiah   juga   dibuat   poster   yang   ditampilkan  pada  area  pameran.

  Selain   itu,   dalam  kegiatan  simposium  dilakukan  juga   kegiatan   penandatanganan   komitmen   bersama.  Adapun   komitmen   pengendalian   TB   2013   adalah  mencegah   kematian,   mencegah   penularan   TB   di  masyarakat   dengan  mengobati   TB   sampai   sembuh,  mendukung  Pengendalian  TB  sehingga  TB   tidak   lagi  menjadi  masalah  kesehatan  bagi  Indonesia.  (Crysti).

Juara III   Pembagian  masker  secara  aktif  sebagai  upaya  

pencegahan  dan  pengendalian  tuberkulosis  di  Rutan   Cipinang,   Yulius   N.   Sumarl,   Poloklinik  Rumah   Tahanan   Negara,   Cipinang;   Family  Health  International  (FHI).

B. Kelompok Klinik & Dasar:Juara I

  Microscopic  observation  of  drug  susceptibility  (MODS)   testing   for   primary   diagnosis   of  

pulmonary   tuberculosis   susceptibility,   Jessi  Annisa,   FK   UNPAD,   Bandung;   RS   Hasan  Sadikin,   Bandung;   Department   of   Medicine,  Radboud  University  Medical  Centre,  Nijmegen,  The  Netherlands

Juara II

TBC  terbaru,  apakah  efektif?,  Melita  Adiwidjaja,                FK  UI

Juara III   Hubungan   antara   resistensi   Mycobacterium  

tuberculosis   terhadap   OAT   katergori   I   denga  kasus   gagal   konversi   akhir   fase   intetensif,   di  Kabupaten  Banyumas,  Agung;  Rangga  Wisnu  Wardhana,  FK  UNSOED,  Jawa  Tengah.

Diharapkan   semua   hasil   penelitian   pada   acara   ini  akan  menjadi  masukan  bagi  pelaksana  program  TB  nasional.    (Retno  Budiati)

7WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 23 - April 2013 - 23/IV/2013

Pertemuan Stop TB Partnership

Seoul, Korea Selatan, 21-24 November 2012 ertemuan  Stop  TB  Partnership  Regional  Asia  Tenggara   dan   Asia   Pasifik   diprakarsai   oleh  Utusan  Khusus  Sekretaris  Jenderal  PBB,  HE  Jorge   Sampaio,   dan   difasilitasi   oleh   Stop  

TB  Partnership  dan  WHO  serta  Pemerintah  Korea  dan  bertujuan  untuk  membangun  komitmen  untuk  menghentikan  epidemi  TB  di  wilayah  regional  dan  global   dan  menetapkan   prinsip-prinsip   yang   akan  dibawa  pada    pertemuan   tingkat   tinggi  yang  akan  diselenggarakan  pada  2013.

  Pertemuan   ini   dihadiri   oleh   kurang   lebih   35  peserta   dari   negara   India,   Indonesia,   Jepang,  

dari   anggota   dari   kemitraan   nasional   (perwakilan  sipil,  Ormas,  Faith  Base  Organization,  LSM,  media,  sektor   swasta,   entitas   publik   lainnya),   manajer  TB   program   nasional,   Kementerian   Kesehatan,  WHO   TB   Regional   Advisers,   WHO   TB,   HQ   staff,  masyarakat   sipil   perwakilan   dari   Bangladesh,  Myanmar,   Cina,   Kamboja,   donor   terkait   (KOICA,  JICA,  AusAID,  ADB,   dll),  media,     Ambasador   TB,  dll.

  Stop   TB   Partnership   Korea   (KSTBP)   dengan  Stop  TB  Partnership  di  Jenewa  menjadi  tuan  rumah  untuk     Forum  Kemitraan  Nasional   dari  WHO  Asia  Tenggara  dan  Asia  Pasifik.

  Lebih  dari  30  negara  di  seluruh  dunia  menjadi  anggota   STOP   TB   Partnership   dan     mempunyai  peran   yang   penting   dalam   melibatkan   organisasi  masyarakat   sipil,   organisasi   non-pemerintah   dan  organisasi   berbasis   keagamaan,   sektor   swasta/perusahaan  dan  pelayanan  kesehatan.  Kemitraan  ini  merupakan  kolaborasi  yang  kuat  yang  didasarkan  pada  tujuan  yang  sama  yaitu  untuk  mengendalikan  epidemi  TB  dan  untuk  mencegah  atau  meringankan  penderitaan  orang  yang  terkena  penyakit  ini.  

  Stop   TB   Partnership   didasarkan   pada  bagaimana   menjalin   kemitraan   yang   baik   dan  bagaimana   memanfaatkan   sebesar-besarnya  kontribusi   mitra   yang   ada   untuk   mengendalikan  TB.  Potensi  dan  sumber  daya  yang  ada  dari  mitra  diharapkan   dapat   saling   melengkapi   tugas   dan  tanggung   jawab   dalam   kemitraan   sehingga   dapat  menciptakan   kekuatan   yang   dapat   mengatasi  epidemic   TB   agar   lebih   efektif   baik   aspek   medis  dan  sosial-ekonomi.

  Pertemuan   Stop   TB   Partnership   yang  pertama   ini   bekerjasama   dengan   Korea   Stop  TB   Partnership   dilaksanakan   tidak   hanya   pada  berbagi  best  practice  dari  masing-masing  negara,  tetapi   juga   akan   memberikan   bimbingan   dan  

membangun   kapasitas   untuk   melakukan   inisiatif  dan   membangun   kemitraan   di   tingkat   Nasional.  Forum   ini   juga   bertujuan   untuk   mengidentifikasi  kegiatan   yang   dapat   dilakukan   untuk   mengatasi  tantangan  yang  muncul  dari  Program  pengendalian  yang  selama  ini  telah  dilakukan.  

Adapun  tujuan  dari  pertemuan  ini  adalah:1.   Meningkatkan   kesadaran   tentang   epidemi  

TB   yang   semakin   besar,   pencegahan   dan  penanganan  TB,  mengatasi  stigma  sosial  yang  ada  dan  peran  penting  yang  dapat  dimainkan  masyarakat  sipil  dalam  program  pengendalian  TB.

2.   Mendukung  Rencana  Operasional  dari  masing-masing   negara   untuk   mempercepat   upaya  pengedalian   Tuberkulosis   di   regional   Asia  Pasifik  dan  Asia  Tenggara  dengan  keterlibatan  kemitraan   nasional   dan   mobilisasi   sumber  daya  manusia  serta  keuangan.

3.   Membangun   komitmen   dari   Stop   TB  Partnership   di   Negara  masing-masing     untuk  memainkan   peran   dan   menjadi   kordinator  yang  dapat  menggerakan  sumber  daya  daerah  dalam   mendukung   kemitraan   nasional   dari  negara-negara   yang   sangat   terpengaruh   oleh  Tuberkulosis  di  regional  Asia  pasifik  dan  Asia  Tenggara.

Harapan  dari  pertemuan  ini  adalah:

1.   Meningkatkan   kesadaran   tentang   TB   dan  melibatkan     mitra   multi-sektoral   kemitraan  untuk  berkolaborasi  dalam  pengendalian    TB.

2.   Mendiskusikan  tentang  maalah  dan  tantangan  TB    dalam  dua  wilayah  dan  cara-cara  konkret  untuk  menyelesaikan  maslaah   dan   tantangan  lewat  kerjasama  kemitraan

3.   Mengidentifikasi   kesenjangan   yang   ada   dan  melakukan   identifikasi   prioritas   kegiatan   yang  harus  dilakukan  untuk  mengatasi  masalah  dan  tantangan  yang  ada  di  negara  masing-masing  dan   bekerjasama   melalui   forum   kemitraan  sehingga   dapat   menghasilkan   dampak   yang  signifikan  dalam  pengendalian  TB.

4.   Mengembangkan   rancangan   rencana   aksi  untuk  masing-masing  negara

5.   Terlibat  dalam  diskusi  tentang  bagaimana  kita  bekerja   sama   dan   apa   yang   dapat   dilakukan  untuk  meningkatkan  peran  Stop  TB  Partnership.

Kegiatan  yang  dilakukan  pada  pertemuan  Stop  TB  Partnership  regional  Asia  Tenggara  dan  Asia  Pasifik  ini  adalah:

terdiri   dari   gambaran   situasi   TB   yang   ada,  perkembangan  kemitraan    dan  kolaboasi  yang  sudah   dilakukan   untuk   pengendalian   TB   di  Negara  masing-masing.  

masalah  TB  serta  mencari  solusi  dari  masalah  yang   ada   di   dua   wilayah   dengan   prinsip-prinsip   kemitraan   untuk   berkolaborasi   dan  memberikan  dukungan  satu  sama  lain.

masing-masing   negara   yang   bisa   dilakukan  dengan  kontribusi  dari  kemitraan  nasional  dan  memiliki   dampak   yang   signifikan   tidak   hanya  pada  epidemi  TB,  tetapi  juga  pada  keterlibatan  masyarakat  dalam  pengendalian  TB.  Intervensi  ini   akan  menjadi   tolak  ukur  untuk  merancang  kegiatan  dan  memanfaatkan  sebesar-besarnya  sumber  daya  yang  ada  pada  mitra.

merancang  proses  kemitraan  yang  efektif.

lain   di   dua   wilayah   untuk   belajar   tentang  manfaat  dari  kemitraan  nasional

Luaran  dari  Pertemuan  ini  adalah:

masing-masing  

langkah  selanjutnya  tentang  bagaimana  dapat  berkolaborasi   dengan   mitra   memberikan  dukungan  satu  sama  lain.

prioritas  kegiatan  untuk  masing-masing  negara  dan   mengidentifikasi   kemungkinan   dukungan  dana  untuk  kegiatan  yang  akan  dilaksanakan.

yang   ada   di   daerah   yang   diperkuat   melalui  peningkatan  kapasitas  mitra  yang  ada  sehingga  mampu  membantu  program  pengendalian  TB.

menyajikan   proses   kemitraan   yang   dilakukan  oleh   masing-masing   negara,   merangkum  kegiatan-kegiatan   yang   dapat   dijadikan  pembelajaran   bagi   negara   lain.   Buku   ini  mendapatkan  masukan   dari   berbagai   sumber  dari   negara   India,   Indonesia,   Jepang,   Nepal,  

 (Devi).

P

WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 23 - April 2013 - 23/IV/2013 8

Simposium Inovasi TB Care I

di Hanoi, Vietnam, 10-13 April 2013

onferensi   UNION   wilayah   Asia   Pasifik   ke-4  

13  April  2013.    Pada  hari  pertama  konferensi  tersebut,     TBCARE   I   menyelenggarakan  

simposium   untuk   mendiskusikan   beberapa  inovasi  dan  pencapaian  program  penanggulangan  

utama   yang   didiskusikan   adalah   mengenai  pengalaman   implementasi   Xpert   MTB/RIF  (GeneXpert)  dalam  mendukung  ekspansi  program  Programmatic  Management   on   Drug-resistant   TB  (PMDT).      

  Pada   kesempatan   itu,   pengalaman   Indonesia  dalam  implementasi  GeneXpert  dipresentasikan  oleh  Roni  Chandra,  S.Si.,  M.  Biomed,  Senior  Technical  Officer  Lab  TBCARE  I  Indonesia.    Beberapa  hal  yang  disampaikan  diantaranya  bagaimana  tahapan  awal  ketika  memulai  implementasi  GeneXpert,    mulai  dari  pengadaan   alat,   pembentukan  penanggung   jawab  dan   tim   penasehat   pelaksanaan   GeneXpert/CGAT  (Country  GeneXpert  Advisory  team),  pemilihan  site  GeneXpert,    pelatihan,  penandatanganan  perjanjian  kerja   sama   yang   diikuti   dengan   instalasi   alat   dan  penggunaan  alat.    Pemanfaatan  alat  GeneXpert  juga  dipantau  melalui  kegiatan  supervisi  dan  monitoring.

  Secara   umum   pemanfaatan   GeneXpert   di  Indonesia  berjalan  dengan  baik.  17  alat  GeneXpert  secara   bertahap   sudah   mulai   digunakan   sejak  Maret  2012.        Sampai  April  2013  sejumlah  2.561  suspek  sudah  diperiksa  menggunakan  GeneXpert.    1.858   diantaranya   berasal   dari   suspek   TB   MDR  dan   565   suspek   merupakan   resisten   terhadap  

Rifampisin   yang   merupakan   indikasi   kuat   untuk  kasus  TB  MDR.  

Walaupun   demikian   terdapat   beberapa   tantangan  yang   dihadapi   dalam   pemanfaatan   GeneXpert,  diantaranya   adalah     terjadinya   gangguan   teknis    pada  beberapa  module  (Alat  geneXpert  terdiri  dari  4  module).    Untuk  mengatasi  hal  tersebut  Kemenkes/Subdit  TB  bekerjasama  dengan  PT  Fajar  Mas  Murni  sebagai   local   service   provider   yang   ditunjuk   oleh  Cepheid  sebagai  pembuat   alat  GeneXpert.    Selain  itu   juga   terdapat   tantangan   terkait   ketersediaan  cartridge   secara   global.     Cepheid   diharapkan  untuk  meningkatkan   kapasitas   produksi   sehingga  ketersediaan   cartridge   bisa   dipastikan   dan  kekosongan  stok  cartridge  bisa  dihindari.

  Saat   ini   Kemenkes   RI/Subdit   TB   sedang  melakukan   ekspansi   program  PMDT.     Pada  2013  ditargetkan  2000  pasien  TB  MDR  dapat  didiagnosis.    Oleh  karena  itu  GeneXpert  memainkan  peran  yang  strategis   untuk   pencapaian   target   tersebut.     Alat  GeneXpert  dapat  mendianosis  pasien  yang  resisten  

terhadap   Rifampisin   hanya   dalam   waktu   2   jam  dibandingkan   dengan   metode   konvensional   yang  memerlukan  waktu  sampai  3-4  bulan.      

  Dengan   semakin   banyaknya   pasien   TB  MDR  yang  akan   terdianosis  maka  Kemenkes/Subdit  TB  juga   menyiapkan   infrastruktur   pendukung   lainnya  seperti   penambahan   rumah   sakit   rujukan   PMDT  berikut  satelitnya  menjadi  27  rumah  sakit  dan  300  satelit  di  27  Provinsi  di  tahun  2013.    Pengembangan  laboratorium   biakan   dan   uji   kepekaan   yang  tersertifikasi  internasional  juga  dipercepat.    Sejauh  ini   5   laboratorium   TB   (Mikrobiologi   FK   UI,   RS  Persahabatan,   BBLK   Surabaya,   BLK   Bandung  dan   NHCR   Makassar)   sudah   tersertifikasi   dan   4  laboratorium  lainnya    (Mikrobiologi    FK  UGM,  BLK  Semarang,   BLK   Jayapura   dan   RS   Adam   Malik  Medan)  sekarang  sedang  dalam  proses  sertifikasi.

K

Warta

Wadah Informasi Gerakan Terpadu Nasional TBTUBERKULOSIS INDONESIA

Pelindung:Prof.  dr  Tjandra  Yoga  Aditama(Direktur  Jenderal  PP  dan  PL)

Penasehat:dr.  Slamet,  MHP(Direktur  PPML)

Penanggung Jawab:Drg.  Dyah  Erti  Mustikawati,  MPH

(Ka  Subdit  TB)

Dewan Redaksi:

Ketua Redaksidr.  Dyah  Armi  Riana,  MARS.

Redaksidr.  Triya  Novita  DinihariDrg.  Siti  Nur  Anisah

Budiarti,  S,  SKM,  M.  KesCrysti  Mei  Manik,  SKMdrg.  Devi  Yuliastanti

Nenden  Siti  Aminah,  SKM

Ketua Kehormatan:Prof.  Dr.  dr.  Sudijanto  Kamso

AdministrasiHarsana,  SE

Alamat Redaksi:Subdit  TB,  Dit  PPML,  Ditjen  PP  dan  PL,

DEPKES  RIGedung  B  Lantai  4

Jl.  Percetakan  Negara  No.  29Jakarta  10560  Indonesia

Telp/Fax:  (62  21)  42804154website:  www.tbindonesia.or.id

Email:  [email protected]