011fisik.pdf

39
BAGIAN 1 - A Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika Oleh : Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc. PLATE & FRAME FILTER PRESS

Transcript of 011fisik.pdf

  • BAGIAN 1 - A

    Teknologi Pengolahan Limbah

    Cair Dengan Proses Fisika

    Oleh :

    Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    PLATE & FRAME FILTER PRESS

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Abstraksi

    ra Reformasi di Indonesia telah membawa banyak perubahan. Proses

    desentralisasi terus bergulir dalam menjalankan fungsi pemerintahan. Saat

    ini setiap daerah mempunyai otonomi yang lebih besar. Namun hal ini juga

    menjadi masalah baru, yaitu masih kurangnya kualitas SDM (Sumber Daya Manusia)

    untuk dapat melaksanakan jalannya proses peningkatan di segala bidang. Dengan

    demikian dalam rangka meningkatkan kualitas SDM Pemerintah Daerah atau jajaran

    tertinggi dalam proses pengambilan keputusan, dibutuhkan fasilitas yang memadai,

    misalnya buku-buku yang berisi tentang teknologi pengelolaan lingkungan.

    Semua bertujuan untuk meningkatkan kemampuan personil pegawai

    Pemerintah Daerah, khususnya dalam bidang teknologi yang sesuai dengan

    kebutuhan dan kondisi daerah setempat dan sejalan dengan kebijakan arah program

    unggulan dalam pembangunan daerah berdasarkan potensi yang ada di daerah

    tersebut. Dalam pemanfaatan sumber kekayaan alam dimanapun berada haruslah

    dilaksanakan dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan, artinya segala

    macam kegiatan manusia dimuka bumi ini harus arif dan bijaksana dalam

    memanfaatkan sumber daya alam agar dapat terus terjaga dan terkelola dengan

    baik, sehingga sumber daya alam tersebut dapat terus menjamin tersuplainya

    kebutuhan untuk generasi yang akan datang.

    Mengingat pembangunan nasional, maupun pembangunan daerah banyak

    didominasi oleh kegiatan yang mengutamakan peningkatan di sektor industri, maka

    yang harus dicermati adalah dampak dari kegiatan proses produksi dari industri-

    industri tersebut. Limbah sebagai hasil samping setiap industri harus ditangani

    secara benar agar tidak memberikan dampak negatif, baik bagi alam lingkungan,

    maupun bagi manusia dan mahluk hidup yang lain. Padahal selain limbah industri

    masih ada limbah domestik yang dari segi jumlah mungkin saja lebih besar dari

    E

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    2

    jumlah limbah industri. Sebagai contoh di kota-kota besar yang umumnya

    berpenduduk sangat padat, jumlah air limbah penduduk jelas berbanding lurus

    dengan jumlah penduduk itu sendiri. Karena itu dalam pengelolaan dan pengolahan

    limbah industri dan domestik segala sesuatunya harus dipersiapkan sedini dan

    sebaik mungkin, khususnya kesiapan dari manusia atau masyarakat sebagai pelaku

    utama dalam roda kehidupan di bumi ini.

    Diketahui dalam pengolahan air limbah digunakan tiga macam metode, yaitu

    proses fisika, kimia dan biologi. Masing-masing metode proses itu mempunyai

    keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Dalam praktek di lapangan banyak

    dijumpai penggabungan proses fisika dan kimia dalam pengolahan air limbah dan

    selanjutnya baru proses secara biologi. Melalui tulisan ini para pembaca dari

    berbagai instansi, seperti Bappeda, Bapedalda, Dinas PU, Dinas Perindustrian,

    Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, dan yang lainnya, diharapkan dapat mengenal

    dan membedakan beberapa metode pengolahan limbah sehingga dapat

    menerapkan dengan tepat jenis pengolahan yang sesuai dengan kualitas limbah

    yang akan diolah. Pada akhirnya dengan pengetahuan pengolahan limbah ini, dapat

    menjadi penggerak dilaksanakannya pembangunan instalasi-instalasi pengolahan

    limbah, baik yang sederhana ataupun yang lebih komplek, sehingga dapat

    mencegah terjadinya pencemaran yang lebih luas lagi.

    1.2. Latar Belakang

    Banyaknya jumlah industri dan peningkatan pesat jumlah penduduk di kota-

    kota besar pada umumnya juga membawa dampak negatif bagi lingkungan

    sekitarnya, yaitu limbah yang dihasilkan dari aktivitas industri dan masyarakat

    setempat. Dengan demikian semakin banyaklah masalah pencemaran yang sulit

    ditanggulangi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah limbah cair yang masuk ke

    badan air tanpa pengolahan yang sesuai dengan standar lingkungan. Sayangnya hal

    ini tidak diikuti dengan ketentuan dan tindakan hukum yang tegas, dilain pihak

    pemerintah belum cukup menyediakan fasilitas dan sarana pengolahan limbah yang

    memadai. Oleh karena itu sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    3

    pencemaran limbah, BPPT turut berpartisipasi aktif dalam rangka meningkatkan

    sumber daya manusia (human resource quality), khususnya bagi mereka yang

    terlibat dalam masalah pencemaran akibat limbah, baik pihak swasta maupun

    pemerintah.

    Berdasarkan bentuknya limbah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu limbah

    padat, cair dan gas. Berdasarkan sumbernya limbah dapat digolongkan menjadi

    beberapa jenis, yaitu limbah domestik (rumah tangga), limbah industri dan limbah

    dari bidang institusional (hotel, pasar, restauran, rumah sakit, perkantoran). Selama

    bertahun-tahun berbagai metode pengolahan limbah cair telah banyak

    dikembangkan. Pada kebanyakan situasi, umumnya menggunakan kombinasi atau

    urutan dari beberapa metode yang telah dikembangkan sebelumnya. Digunakannya

    suatu urutan metode tertentu sangat tergantung pada kualitas bahan baku serta

    kualitas hasil olahan yang diinginkan. Pada prinsipnya metode proses pengolahan

    limbah dapat diklasifikasi dalam 3 jenis proses, yaitu proses fisika, proses kimia dan

    proses biologi. Walaupun seringkali dalam suatu pengolahan ketiga proses ini

    dikombinasikan, namun umumnya dapat juga proses-proses ini dianggap terpisah.

    Pada bab berikut akan dibahas mengenai pengolahan limbah cair yang

    khusus dengan proses fisika. Proses-proses yang akan dibahas adalah proses yang

    telah umum diterapkan di instalasi-instalasi pengolahan limbah. Juga akan

    ditampilkan teori-teori yang mendasari terjadinya setiap proses pengolahan serta

    peralatan-peralatan yang umum digunakan. Namun yang perlu diingat ialah bahwa

    metode pengolahan limbah dengan proses fisika, merupakan sebagian dari

    beberapa metode pengolahan. Banyak instalasi pengolahan limbah menerapkan

    seluruh metode secara berurutan untuk memperoleh produk akhir yang memenuhi

    syarat. Tetapi biasanya pengolahan limbah dengan proses fisika seringkali

    dipadukan dengan proses secara kimiawi dan gabungan dari keduanya disebut

    Physico-Chemical Tratment.

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    4

    BAB 2

    KLASIFIKASI

    PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

    2.1. Klasifikasi Teknologi Pengolahan Limbah Cair

    eperti telah diuraikan pada bagian pendahuluan, pengolahan limbah cair

    dapat diklasifikasikan ke dalam tiga metode yaitu pengolahan fisik, kimia

    dan biologi. Penerapan masing-masing metode tergantung pada kualitas air

    baku dan kondisi fasilitas yang tersedia. Dalam tabel berikut ditampilkan kontaminan

    yang umum ditemukan dalam air limbah serta sistem pengolahan yang sesuai untuk

    menghilangkannya.

    Tabel 2.1. Sistem Pengolahan Untuk Menghilangkan

    Bahan Pencemar Dalam Air Limbah

    KONTAMINAN SISTEM PENGOLAHAN KLASIFIKASI

    Padatan tersuspensi Screening dan communition F

    Sedimentasi F

    Flotasi F

    Filtrasi F

    Koagulasi/sedimentasi K/F

    Land treatment F

    Biodegradable organics Lumpur aktif B

    Trickling filters B

    Rotating biological contactors B

    Aerated lagoons (kolam aerasi) B

    Saringan pasir F/B

    Land treatment B/K/F

    Pathogens Khlorinasi K

    S

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    5

    Ozonisasi K

    Land treatment F

    Nitrogen Suspended-growth nitrification and denitrification

    B

    Fixed-film nitrification and denitrification

    B

    Ammonia stripping K/F

    Ion Exchange K

    Breakpoint khlorinasi K

    Land treatment B/K/F

    Phospor Koagulasi garam logam / sedimentasi

    K/F

    Koagulasi kapur/sedimentasi K/F

    Biological / Chemical phosphorus removal

    B/K

    Land treatment K/F

    Refractory organics Adsorpsi karbon F

    Tertiary ozonation K

    Sistem land treatment F

    Logam berat Pengendapan kimia K

    Ion Exchange K

    Land treatment F

    Padatan inorganik terlarut Ion Exchange K

    Reverse Osmosis F

    Elektrodialisis K

    Keterangan : B=Biologi, K=Kimia, F=Fisika

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    6

    2.2. Pengendalian Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    2.2.1. Screening

    Pada umumnya setiap sistem pengolahan limbah cair mempunyai unit alat

    penyaring awal/pendahuluan. Proses penyaringan awal ini disebut screening dan

    tujuannya adalah untuk menyaring atau menghilangkan sampah/benda padat yang

    besar agar proses berikutnya dapat lebih mudah lagi menanganinya. Dengan

    hilangnya sampah-sampah padat besar maka transportasi limbah cair pasti tidak

    akan terganggu, misalnya bila proses transportasi limbah cair diakomodasikan dalam

    sebuah saluran terbuka atau pun tertutup yang mengalir secara gravitasi, maka tidak

    akan dijumpai penyumbatan di sepanjang jaringan saluran. Disamping itu, bila

    limbah cair perlu dipindahkan dengan menggunakan pompa, maka proses screening

    sungguh berfungsi menghilangkan bahan atau benda-benda yang dapat

    membahayakan atau merusak pompa limbah cair tersebut. Jadi proses screening

    melindungi pompa dan peralatan lainnya.

    Perangkat pemroses penyaringan kasar yang biasa digunakan dikenal pula

    dengan sebutan bar screen atau bar racks. Alat ini biasanya diletakkan pada intake

    bak penampung limbah cair untuk mencegah masuknya material besar seperti kayu

    atau daun-daunan. Umumnya jarak antara bar yang tersusun pada rack bervariasi

    antara 20 mm hingga 75 mm, bergantung pada tingkat kapasitas dan performance

    unit pompa yang dipakai. Pada keadaan tertentu biasa digunakan pula microstrainer

    dengan ukuran 15 hingga 64 micrometer dengan tujuan untuk menyaring organisme

    plankton. Microstrainer biasa digunakan untuk limbah cair dari reservoir pertama

    (awal). Microstrainer terdiri dari bingkai berbentuk silinder yang ditutup dengan jala

    terbuat dari kawat tahan karat. Pada saat silinder berputar partikel tersuspensi

    menempel pada bagian dalam dari permukaan silinder yang kemudian dibersihkan

    dengan semburan jet air.

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    7

    2.2.2. Aerasi

    Tujuan proses aerasi adalah mengontakkan semaksimal mungkin permukaan

    cairan dengan udara/atmosfir. Agar transfer sesuatu zat/komponen dari satu medium

    ke medium yang lain berlangsung lebih efisien, maka yang terpenting adalah

    terjadinya turbulensi antara cairan dengan udara, sehingga tidak terjadi interface

    yang stagnan/diam antara cairan dan udara yang dapat menyebabkan laju

    perpindahan terhenti. Untuk memperoleh keadaan tersebut, terdapat beberapa

    prinsip dasar alat aerasi yaitu :

    (1) Aerator air terjun,

    (2) Sistem aerasi difusi udara,

    (3) Aerator mekanik.

    Sistem aerator air terjun yang umum digunakan adalah : Aerator Spray,

    Aerator Cascade, Aerator Multiple-Tray. Pada aerator spray, air dipaksakan masuk

    melalui nozzle, seperti pada air mancur. Pada aerator cascade air disebarkan

    dengan cara mengalirkan pada lempengan tipis yang disusun seperti tangga atau

    sekat agar terjadi turbulensi untuk mencampurkan udara yang terabsorpsi dalam

    cairan dan agar cairan terangkat ke permukaan sehingga terjadi kontak dengan

    udara. Pada Aerator multiple-tray cairan dialirkan ke bagian atas dari beberapa tahap

    tray yang berisi butiran medium seperti arang, batu atau butiran keramik. Air

    teraerasi saat mengalir melalui medium yang ada pada tray, dan kemudian cairan

    jatuh dari tray ke tray.

    Pada sistem difusi udara, udara dimasukkan ke dalam cairan yang akan

    diaerasi dalam bentuk gelembung-gelembung yang naik melalui cairan tersebut.

    Ukuran gelembung bervariasi dari yang besar hingga yang halus, tergantung pada

    alat aerasi. Alat aerasi yang umum adalah difuser porous, difuser non-porous dan

    difuser U-tube. Aerator mekanik dihasilkan dengan cara memecah permukaan air

    limbah secara mekanik. Dengan timbulnya interface cairan-udara yang besar, maka

    terjadi perpindahan oksigen dari atmosfir ke dalam air.

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    8

    Pada sistem ini digunakan turbin sistem hybrid yang melibatkan impeler dan

    sumber udara. Udara yang keluar dari bagian bawah impeler, dipecah menjadi

    gelembung yang halus dan merembes ke seluruh tangki akibat gerakan pompa pada

    impeler. Pada pengolahan air limbah, proses aerasi diterapkan untuk menghilangkan

    senyawa organik dan non-organik yang volatile, memberikan oksigen untuk proses

    biologi, dan untuk meningkatkan kandungan oksigen pada air yang telah diolah.

    2.2.3. Mixing

    Pencampuran diperlukan apabila ada suatu materi harus bercampur dengan

    materi lain secara sempurna. Disamping itu proses pencampuran diperlukan apabila

    dalam suatu reaktor harus dijaga konsentrasi atau temperatur yang merata. Proses

    mixing umumnya digunakan pada pencampuran bahan koagulan dengan air dan

    pada penambahan khlor untuk disinfeksi. Pada pengolahan air limbah, mixing

    diperlukan pada proses pengolahan biologi yang memerlukan pencampuran yang

    terus menerus, sehingga proses biologi dapat terjadi lebih efektif. Alat atau metode

    pencampuran dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :

    (1) Turbin atau padle mixer

    (2) Propeler mixer

    (3) Pneumatic mixer

    (4) Hydraulic mixing dan

    (5) In-line hydraulic dan Static mixing.

    2.2.4. Flokulasi

    Flokulasi adalah proses penggabungan partikel-partikel kecil menjadi partikel

    besar dengan memanfaatkan tenaga hidrodinamik. Umumnya jenis alat flokulasi

    yang digunakan adalah rotating paddles. Partikel-partikel secara bertahap akan

    bergabung melalui proses flokulasi perikinetic yang terjadi akibat gerakan Brown,

    namun proses ini sangat lambat. Proses tersebut dapat dipercepat dengan

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    9

    memberikan kecepatan gradien yang menghasilkan flokulasi orthokinetic. Dengan

    kata lain flokulasi Orthokinetic dapat meningkat dengan cara memberikan kecepatan

    gradien pada cairan. Partikel-partikel yang bergerak dengan kecepatan yang

    berbeda lebih cenderung untuk bergabung menjadi partikel yang lebih besar.

    Berdasarkan ini proses flokulasi dipengaruhi oleh kecepatan gradien rata-rata. Pada

    prakteknya kecepatan gradien rata-rata adalah fungsi dari input tenaga

    pencampuran (mixing power).

    Variabel yang mempengaruhi flokulasi adalah karakteristik cairan, koagulan

    yang digunakan, pH dan temperatur. Pada kenyataannya untuk proses rancangan

    unit, perlu dilakukan percobaan flokulasi terlebih dahulu. Berdasarkan standar

    GLUMRB untuk perencanaan tangki flokulasi, direkomendasikan beberapa hal :

    1. Disain inlet dan outlet sedemikian rupa sehingga tidak terjadi short-circuit dan

    pecah flok.

    2. Kecepatan minimum tidak lebih kecil dari 15,2 cm/menit namun tidak lebih dari

    45,7 cm/menit, dengan waktu tinggal untuk pembentukkan flok paling sedikit 30

    menit.

    3. Pengaduk sebaiknya dijalankan dengan kecepatan yang bervariasi, kecepatan

    paddle berkisar antara 15,2 cm sampai dengan 76,2 cm/detik. Tangki flokulasi

    dan sedimentasi diletakkan sedekat mungkin. Kecepatan aliran air berflokulasi

    dalam saluran ke dalam tangki sedimentasi tidak lebih kecil dari 15,2 cm/detik,

    namun tidak boleh lebih dari 45,7 cm/detik.

    4. Untuk pelengkap proses flokulasi pada pengolahan berskala kecil, lebih cocok

    menggunakan sistem baffle dari pada sistem pencampuran mekanik.

    2.2.5. Sedimentasi

    Sedimentasi adalah suatu unit operasi untuk menghilangkan materi

    tersuspensi atau flok kimia secara gravitasi. Proses sedimentasi pada pengolahan air

    limbah umumnya untuk menghilangkan padatan tersuspensi sebelum dilakukan

    proses pengolahan selanjutnya. Gumpalan padatan yang terbentuk pada proses

    koagulasi masih berukuran kecil. Gumpalan-gumpalan kecil ini akan terus saling

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    10

    bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar dalam proses flokulasi. Dengan

    terbentuknya gumpalan-gumpalan besar, maka beratnya akan bertambah, sehingga

    karena gaya beratnya gumpalan-gumpalan tersebut akan bergerak ke bawah dan

    mengendap pada bagian dasar tangki sedimentasi.

    2.2.5.1. Rancangan Bak Sedimentasi

    Bak sedimentasi dapat berbentuk segi empat atau lingkaran. Pada bak ini

    aliran air limbah sangat tenang untuk memberi kesempatan padatan/suspensi untuk

    mengendap. Kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menentukan ukuran bak

    sedimentasi adalah : surface loading (beban permukaan), kedalaman bak dan waktu

    tinggal. Waktu tinggal mempunyai satuan jam, cara perhitungannya adalah volume

    tangki dibagi dengan laju alir per hari. Beban permukaan sama dengan laju alir (debit

    volume) rata-rata per hari dibagi luas permukaan bak, satuannya liter per meter

    persegi per hari.

    Q

    Vo = ; Vo = laju limpahan / beban permukaan (liter per hari per m2)

    A Q = aliran rata-rata harian, liter per hari

    A = total luas permukaan (m2)

    Waktu tinggal dihitung dengan membagi volume bak dengan laju alir masuk,

    satuannya jam. Nilai waktu tinggal adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bak

    dengan kecepatan seragam yang sama dengan aliran rata-rata per hari.

    t = 24 V/Q ; t = waktu tinggal (jam)

    V = volume bak (liter)

    Q = laju rata-rata harian (liter per hari)

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    11

    Kedalaman bak sama dengan kedalaman air yang dihitung dari dasar bak

    hingga saluran pelimpah keluar, ketinggian ini diluar kelebihan kedalaman akibat ada

    sedikit kemiringan pada dasar bak. Beban pelimpahan keluar (beban pintu) sama

    dengan nilai rata-rata overflow harian dibagi dengan panjang pelimpahan total,

    dinyatakan dalam liter per hari per linear meter.

    Pada bak bentuk persegi panjang, perbandingan panjang dan lebar bervariasi

    3 : 1 atau 5 : 1, dengan kedalaman air 2,1 meter hingga 2,4 meter. Laju overflow

    untuk sedimentasi awal berkisar antara 1500 dan 3000 liter per hari dan disain yang

    umum adalah 2300 liter/hari. Contoh ukuran suatu bak pengendapan :

    Dimensi :

    Lebar = 5 m

    Panjang = 3 m

    Kedalaman air efektif = 2 m

    Tinggi ruang bebas = 0,5 m (disesuaikan dengan kondisi lapangan).

    Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 5 Jam

    Waktu tinggal pada saat beban puncak = 2,5 Jam ( asumsi jumlah

    limbah 2 x jumlah rata-rata).

    Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 10 m3/m2.hari.

    Beban permukaan pada saat puncak = 20 m3/m2.hari.

    Kriteria Standar : waktu tinggal = 2 jam

    Beban permukaan = 20 50 m3/m2.hari. (JWWA)

    Pada umumnya aliran air pada tangki sedimentasi mempunyai sistem up-flow

    yaitu air mengalir dari bawah ke atas secara vertikal menuju ke tempat pengeluaran

    yang berada di bagian atas. Partikel-partikel akan mengendap ke bawah berlawanan

    arah dengan aliran air. Partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan lebih

    besar dari laju pelimpahan (Q/A), akan mengendap dan dapat dipisahkan.

    Sementara partikel yang lebih ringan yang kecepatannya lebih kecil akan terbawa ke

    pintu pengeluaran air. Tangki sedimentasi dapat berbentuk empat persegi panjang,

    lingkaran atau bujur sangkar. Pada prinsipnya tanki ini didisain agar air bergerak

    secara perlahan dan seragam dengan seminimal mungkin terjadi aliran pendek.

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    12

    Ada pula proses pre-sedimentasi dengan tujuan untuk mengendapkan lumpur.

    Pada umumnya bentuk tangki adalah lingkaran dengan penampung di bagian bawah

    yang dilengkapi pengeruk lumpur. Standar GLUMRB menyarankan waktu tinggal

    tidak kurang dari 3 jam. Untuk tangki pengendap setelah proses flokulasi, Standar

    GLUMRB menyarankan sebagai berikut : waktu tinggal minimum 4 jam, maksimum

    kecepatan horisontal 15,2 cm/menit, maksimum beban pintu 2,5 m3 per hari/cm

    panjang pintu. Laju pelimpahan berkisar antara 2,1 hingga 3,3 liter per hari/cm2.

    2.2.6. Filtrasi (Penyaringan)

    Tujuan penyaringan adalah untuk memisahkan padatan tersuspensi dari

    dalam air yang diolah. Pada penerapannya filtrasi digunakan untuk menghilangkan

    sisa padatan tersuspensi yang tidak terendapkan pada proses sedimentasi. Pada

    pengolahan air buangan, filtrasi dilakukan setelah pengolahan kimia-fisika atau

    pengolahan biologi.

    Ada dua jenis proses penyaringan yang umum digunakan, yaitu penyaringan

    lambat dan penyaringan cepat. Penyaringan lambat adalah penyaringan dengan

    memanfaatkan energi potensial air itu sendiri, artinya hanya melalui gaya gravitasi.

    Penyaringan ini dilakukan secara terbuka dengan tekanan atmosferik. Sedangkan

    penyaringan cepat adalah penyaringan dengan menggunakan tekanan yang

    melebihi tekanan atmosfir.

    Berdasarkan jenis media filter yang digunakan, penyaringan dapat

    digolongkan menjadi dua jenis, yaitu filter media granular (butiran) dan filter

    permukaan. Pada jenis media granular, media yang paling baik mempunyai

    karakteristik sebagai berikut: Ukuran butiran membentuk pori-pori yang cukup besar

    agar partikel besar dapat tertahan dalam media, sementara butiran tersebut juga

    dapat membentuk pori yang cukup halus, sehingga dapat menahan suspensi.

    Butiran media bertingkat, sehingga lebih efektif pada saat proses pencucian balik

    (backwash). Saringan mempunyai kedalaman yang dapat memberikan kesempatan

    aliran mengalir cukup panjang. Sejauh ini media yang paling baik adalah pasir yang

    ukuran butirannya hampir seragam dengan ukuran antara 0,6 hingga 0,8 mm.

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    13

    Laju operasi untuk penyaringan ditentukan oleh kualitas air baku, pengolahan

    kimia yang diterapkan dan media filter. Pada umumnya laju penyaringan pada

    saringan pasir cepat adalah 82,4 liter per menit/m2. Sistem yang ada pada saat ini

    dapat menaikkan aliran hingga 206 liter per menit/m2. Unggun saringan yang terdiri

    dari dua jenis media, yaitu arang dan pasir menghasilkan lapisan media arang yang

    butirannya besar (berat jenis 1,4-1,6) berada diatas media pasir yang lebih halus

    (berat jenis 2,6). Susunan media dari atas ke bawah kasar-halus, akan

    memudahkan aliran air. Flok yang besar akan tertahan butiran arang di bagian

    atas/permukaan unggun.

    Sementara materi yang lebih halus di butiran pasir di bagian bawah. Oleh

    karena itu pada unggun saringan yang kedalamannya tinggi dapat mencegah

    terjadinya penyumbatan yang terlalu dini di permukaan. Pada proses penyaringan

    cepat atau dengan tekanan, air dialirkan ke dalam unggun dengan tekanan. Saringan

    tekan umumnya tidak digunakan pada sistem pengolahan yang berskala besar

    karena keterbatasan ukuran. Saringan tekan lebih banyak digunakan pada

    pengolahan domestik berskala kecil.

    Permasalahan yang timbul pada proses penyaringan lambat dengan gaya

    gravitasi adalah pengambilan endapan lumpur yang terbentuk pada lapisan atas

    permukaan. Pengambilan dapat dilakukan dengan proses pencucian balik, yaitu

    dengan membalikkan arah aliran air dari bawah ke atas. Pengaliran air pencuci ini

    biasanya harus mempunyai tekanan yang lebih besar agar mampu mengangkat

    lapisan endapan lumpur dan kemudian terbuang pada saluran air limpasan.

    Proses pencucian balik pada unit alat penyaringan lambat dibutuhkan waktu

    yang lebih lama. Sedangkan pada unit penyaringan cepat, proses pencucian balik

    (backwashing) dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih cepat. Dengan

    tekanan yang umumnya cukup besar, maka butiran media penyaring akan terangkat

    mengambang, sehingga butiran-butiran pengotor atau endapan yang melekat akan

    mudah hanyut dalam aliran air cucian yang mengalir lebih cepat dari bawah ke atas.

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    14

    2.2.7. Adsorpsi

    Adsorpsi adalah penumpukan materi pada interface antara dua fasa. Pada

    umumnya zat terlarut terkumpul pada interface. Proses adsorpsi memanfaatkan

    fenomena ini untuk menghilangkan materi dari cairan. Banyak sekali adsorbent yang

    digunakan di industri, namun karbon aktif merupakan bahan yang sering digunakan

    karena harganya murah dan sifatnya nonpolar. Adsorbent polar akan menarik air

    sehingga kerjanya kurang efektif. Pori-pori pada karbon dapat mencapai ukuran 10

    angstrom. Total luas permukaan umumnya antara 500 1500 m2/gr. Berat jenis

    kering lebih kurang 500 kg/m3.

    2.2.8. Gas Stripping

    Pada saat ini penggunaan gas stripping hanya terbatas pada pengolahan air

    limbah. Zat-zat yang umum di stripping adalah amonia, hidrogen sulfida, sulfur

    dioxide dan phenol. Pada proses stripping air dialirkan ke bawah melalui media ring

    atau pada permukaan yang beralur. Sementara udara bersih atau gas lain dialirkan

    berlawanan arah. Sistem ini disebut teknik packed column. Pada sistem ini, aliran

    gas ke atas (disebut stripping gas) mengambil gas-gas terlarut yang akan

    dihilangkan dalam cairan.

    Pada saat cairan turun di dalam kolom, cairan mengeluarkan gas terlarut

    sementara gas pada phasa gas masuk ke dalam air. Perpindahan gas terjadi karena

    adanya ketetapan hukum mass transfer gas dan cairan. Efisiensi perpindahan

    tergantung pada :

    Distribusi atau penyebaran air ke seluruh permukaan kolom

    Luas area interface gas-cairan

    Kemurnian dari stripping gas, untuk mencegah pengotoran air yang diolah

    Distribusi gas stripping dalam kolom.

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    15

    2.2.9. Flotasi

    Kebalikan dari proses pengendapan, flotasi adalah proses pemisahan

    padatan-cairan atau cairan-cairan yang dalam hal ini partikel atau cairan yang

    dipisahkan mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada cairan. Apabila

    perbedaan berat jenis secara alamiah cukup untuk dilakukan pemisahan, maka

    proses flotasi dinamakan flotasi alamiah (natural flotation).

    Apabila ditambahkan sesuatu dari luar untuk mempercepat pemisahan

    partikel, walaupun secara alamiah berat jenis partikel tersebut lebih ringan dari

    pada cairan, dinamakan flotasi dibantu(aided flotation). Istilah flotasi terdorong

    (induced flotation), diterapkan pada keadaan berat jenis partikel secara alamiah lebih

    besar dari pada cairan, namun dibuat agar berat jenisnya lebih kecil. Sebagai contoh

    penggabungan gas-partikel sehingga berat jenisnya lebih kecil dari cairan.

    Kecepatan gelembung gas naik pada aliran laminer digambarkan oleh

    persamaan Stokes.

    V = g/18 . ( l - g) . d2

    Dimana : d = diameter gelembung

    l = berat jenis cairan

    g = berat jenis gas

    = viskositas absolut

    Dari persamaan ini dapat disimpulkan, bahwa semakin besar diameter gelembung

    semakin besar pula kecepatan naiknya.

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    16

    2.2.9.1. Flotasi Dengan Microbubbles

    Proses induced flotation yang menggunakan gelembung halus atau

    microbubbles yang berdiameter 40 70 micron disebut dissolved air flotation (DAF).

    Teknik yang umum digunakan untuk menghasilkan microbubble adalah

    pressurization. Gelembung diperoleh dengan cara mengekspansi cairan yang telah

    banyak mengandung udara pada tekanan beberapa bar. Jenis tekanan yang

    dilepaskan akan menentukan kualitas gelembung yang dihasilkan. Cairan yang

    ditekan dapat air baku (full-flow pressurization) atau recycle air olahan (recycle

    pressurization).

    Pada proses klarifikasi air permukaan atau air industri digunakan sistem recycle

    pressurization.

    Pada kasus pemekatan lumpur, digunakan full-flow pressurization atau recycle

    pressurization,

    2.2.9.2. Natural Flotasi

    Flotasi alamiah biasanya diterapkan pada proses pemisahan minyak. Pada

    flotasi ini kemungkinan didahului dengan proses penyatuan gelembung

    (microdroplets menempel satu dengan yang lain) untuk mencapai ukuran minimum

    sehingga terjadi pemisahan.

    2.2.9.3. Aided Flotation (Flotasi Dibantu)

    Flotasi ini adalah flotasi alamiah yang ditingkatkan dengan menyemburkan

    gelembung udara. Proses ini biasa diterapkan pada pemisahan lemak yang

    terdispersi dalam cairan. Dalam sistem ini terdapat dua daerah; satu daerah untuk

    pencampuran dan emulsifying; yang lainnya daerah penenang untuk proses flotasi.

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    17

    Penerapan Flotasi

    Penerapan DAF (Dissolved Air Flotation) pada pengolahan air :

    Pemisahan flok pada proses klarifikasi/penjernihan.

    Pemisahan dan perolehan kembali serat pada efluen pabrik kertas.

    Pemisahan minyak terflokulasi atau tidak terflokulasi dalam air limbah yang

    terdapat pada efluen refineri, airport dan pabrik baja.

    Pemekatan lumpur dari pengolahan biologi air limbah atau dari proses klarifikasi

    air minum.

    Klarifikasi cairan lumpur aktif.

    2.2.10. Proses Membran

    Padatan terlarut dapat dipisahkan dari air atau air limbah melalui penggunaan

    membran semipermiable yang mempunyai diameter pori berukuran 3 angstrom.

    Apabila pemisahan terjadi dengan melewatkan air melalui membran maka proses

    disebut osmosis atau hyperfiltration. Proses sebaliknya yaitu melewatkan molekul

    atau ion terlarut melalui membran disebut proses dialysis. Sebagai tenaga

    penggeraknya dapat berupa fisik (tekanan), kimia (konsentrasi), panas (temperatur)

    atau listrik. Penerapan proses membran adalah desalinasi air untuk penggunaan air

    domestik dan air industri, pengolahan limbah industri dan pengambilan kembali

    (recovery) materi berharga dari aliran air buangan.

    Reverse Osmosis

    Apabila dua larutan yang mempunyai konsentrasi berbeda dipisahkan oleh

    membran semipermible, maka perbedaan chemical potential akan terjadi pada

    membran. Air akan menembus membran dari konsentrasi rendah/encer (potensi

    lebih tinggi) ke bagian yang konsentrasi tinggi/pekat (potensi rendah). Aliran akan

    terus berlangsung hingga beda tekanan mengimbangi perbedaan chemical potential.

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    18

    Penyeimbang beda tekanan disebut tekanan osmotic dan besarnya

    tergantung pada karakteristik larutan, konsentrasi dan temperatur. Apabila tekanan

    diberikan pada arah sebaliknya dan lebih besar dari tekanan osmotic, maka yang

    terjadi aliran mengalir dari konsentrasi pekat ke konsentasi rendah. Proses ini

    disebut reverse osmosis.

    2.2.11. Pengeringan / Pengolahan Lumpur

    Lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi diolah lebih lanjut untuk

    mengurangi sebanyak mungkin air yang masih terkandung didalamnya. Proses

    pengolahan lumpur yang bertujuan mengurangi kadar air tersebut sering disebut

    dengan pengeringan lumpur. Ada empat cara proses pengurangan kadar air, yaitu

    secara alamiah, dengan tekanan (pengepresan), dengan gaya sentrifugal dan

    dengan pemanasan.

    Pengeringan secara alamiah dilakukan dengan mengalirkan atau memompa

    lumpur endapan ke sebuah kolam pengering (drying bed) yang mempunyai luas

    permukaan yang besar dengan kedalaman sekitar 1 atau 2 meter. Proses

    pengeringan berjalan dengan alamiah, yaitu dengan panas matahari dan angin yang

    bergerak di atas kolam pengering lumpur tersebut. Cara pengeringan seperti ini tentu

    saja sangat bergantung dari cuaca dan akan bermasalah bila terjadi hujan. Bila

    lumpur tidak mengandung bahan yang berbahaya, maka kolam pengering lumpur

    dapat hanya berupa galian tanah biasa, sehingga sebagian air akan meresap ke

    dalam tanah dibawahnya.

    Tetapi bila lumpur mengandung bahan yang berbahaya (misalnya logam berat

    & phenol), maka kolam lumpur harus terbuat dari beton dan pada bagian bawah

    kolam harus mempunyai saluran rembesan larutan yang kemudian harus diolah

    kembali. Cara pengeringan seperti ini memang tergolong mudah dan murah, namun

    membutuhkan waktu yang lama, serta tidak sesuai untuk lumpur yang mengandung

    zat-zat berbahaya yang mudah menguap. Secara periodik kolam lumpur harus

    dikeruk untuk memindahkan lumpur kering. Bila lumpur kering masih mengandung

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    19

    unsur yang berbahaya, maka masih harus ditangani secara khusus, misalnya diolah

    lebih lanjut dengan pembakaran (incineration).

    Pengeringan lumpur dengan cara tekanan (pengepresan) dilakukan dengan

    mengalirkan lumpur di antara dua plat (belt) yang berperforasi. Kemudian dengan

    sistem rolling kedua plat tersebut bergerak dan menekan lumpur ditengahnya.

    Dengan demikian lumpur seolah terperas dan cairan keluar melalui lubang-lubang

    perforasi. Cara pengeringan lumpur seperti ini sungguh efektif dan banyak digunakan

    untuk skala besar (pabrik). Cairan yang keluar apabila masih mengandung bahan

    yang berbahaya, maka harus diolah lebih lanjut. Pengeringan lumpur dengan cara ini

    dapat mengurangi kadar air di bawah 10%.

    Selanjutnya bila lumpur kering masih mengandung bahan yang berbahaya,

    maka dapat diolah lebih lanjut, misalnya dengan pembakaran pada incinerator. Cara

    pengeringan dengan tekanan memang membutuhkan lebih banyak energi, namun

    prosesnya dapat jauh lebih cepat. Peralatan selain sistem belt, misalnya Plate &

    Frame Filter Press (PFFP). Alat ini merupakan susunan plat-plat berperforasi yang

    dirangkai sedemikian rupa sehingga lumpur yang dialirkan ke dalam sistem ini akan

    tersaring dengan cepat. Hasil pengeringan lumpur dengan PFFP sebenarnya kurang

    begitu baik, yaitu kadar air dalam lumpur kering masih di atas 10%, bahkan sampai

    20%.

    Proses pengeringan lumpur dengan gaya centrifugal (centrifuge), prinsipnya

    seperti proses pengeringan pada mesin cuci pakaian. Namun dalam peralatan ini,

    hasil lumpur yang sudah melekat dan memadat pada bagian dinding dibawa dengan

    suatu Screw Conveyor yang berputar dan kemudian mengeluarkan lumpur keringnya

    pada bagian sisi yang lain. Pengurangan kadar air dari lumpur dengan cara ini dapat

    dilakukan dalam skala kecil sampai besar. Sistem ini sangat jarang digunakan di

    Indonesia, walaupun energi yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Proses pengeringan

    lumpur dengan pemanasan biasanya diterapkan pada suatu pabrik yang mempunyai

    panas buang yang cukup tinggi, sehingga panas buang tersebut dapat

    termanfaatkan dengan optimal.

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    20

    Panas berlebih yang umumnya diperoleh dari unit pembakaran (incinerator)

    dialirkan ke dalam unit pengeringan yang berupa silinder dan dilengkapi sistem

    pembawa lumpur yang berupa screw conveyor. Arah aliran udara panas berlawanan

    dengan arah aliran lumpur. Hasil pengeringan lumpur dengan sistem ini dapat

    mencapai 100% tergantung dari waktu tinggal lumpur dalam proses pengeringan

    tersebut. Hasil lumpur kering bila masih mengandung unsur berbahaya, maka dapat

    dilanjutkan dengan pembakaran lumpur dalam unit incinerator.

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    21

    BAB 3

    CONTOH DISAIN

    erikut ini adalah contoh untuk desain Bak Pengendap, Koagulasi dan

    Flokulasi.

    3.1. Disain Bak Pengendap

    Debit limbah cair (Q) = 5 l/dt

    Kriteria Desain (Water & Wastewater Technology, Hammer, 1975):

    Waktu tinggal : 1 3 jam

    Over flow rate : 600 1500 gpd/sqft

    Kedalaman bak : 7 10 ft

    Panjang : lebar : (4 5 ) : 1

    Weir loading : 10.000 15.000 gpd/ft

    Lebar maximum : (20 35) ft

    Performance : BOD removal (30 - 40)% , SS removal (50 - 70)%

    Perhitungan:

    Over flow rate = 700 gpd/sqft = 0,33 l/dt/m2

    Luas permukaan = Q = 5 l/dt = 15 m2

    V 0,33 l/dt/m2

    Direncanakan : Kedalaman bak pengendap = 2,7 ft = 2 m

    B

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    22

    Panjang = 6 m

    Lebar = 1,25 m

    Waktu tinggal = 6 m x 1,25m x 2m = 3000 dt = 1 jam

    5 l/dt

    3.2. Koagulasi

    Desain untuk bahan kimia (alumunium sulfat), jumlah dosis didapat dari jar test.

    Contoh:

    Debit limbah cair (Q) = 5 l/dt

    Dosis koagulan = 40 mg/l

    Perhitungan:

    Alumunium sulfat (BJ = 2,2 kg/l) yang dibutuhkan = 40 mg/l x 5 l/dt = 200 mg/dt

    Untuk pembubuhan dipakai pompa dengan q = 2000 cc/mt

    Kadar suspensi larutan kapur = 200 mg/dt = 6%

    2000 cc/mt

    Direncanakan periode pembuatan larutan = 8 jam

    Volume larutan (untuk 8 jam) = 8 jam x 2800 cc/menit = 1,344 m3

    Dimensi bak pelarut:

    Kapasitas = 1,344 m3

    Kedalaman = 1,0 m

    Panjang = 1,2 m

    Lebar = 1,2 m

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    23

    3.3. Flokulasi

    Perhitungan untuk menentukan motor yang akan digunakan :

    Debit limbah cair (Q) = 5 l/dt

    Direncanakan waktu tinggal, td = 30 menit

    Kecepatan gradien rata-rata(G) = 40/dt

    Efisiensi motor penggerak(Ef) = 60%

    Volume bak flokulasi (V) = Q x td = 5 l/dt x 30 menit = 9 m3

    Viskositas dinamik(m) = 10 3 kg/m.dt

    Tenaga motor = V x m x G2 Ef Tenaga motor = (9 m3)(10 3 kg/m.dt) (40/dt) = 216 Watt

    0.60

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    24

    BAB 4

    PENUTUP

    alam praktek pengolahan air limbah kebanyakan proses-proses fisika

    digabungkan, dipadukan dan diakomodasi dalam satu kesatuan dengan

    proses kimia, yaitu yang dikenal dengan nama Physico-Chemical

    Treatment. Beberapa keuntungan pengolahan air limbah dengan Physico-Chemical

    Treatment adalah dapat mengurangi suspended solid dan BOD cukup tinggi, dapat

    mengurangi phosphat sampai 70-90%, proses pengolahannya mempunyai toleransi

    terhadap temperatur, material beracun dan aliran yang tidak kontinyu, dan unit

    pengolahan membutuhkan ruang yang lebih kecil dibandingkan dengan unit

    pengolahan biologi. Kerugiannya adalah membutuhkan investasi yang tinggi, operasi

    butuh energi cukup tinggi dan banyak menghasilkan lumpur.

    D

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Lucjan Pawlowski, Physico-Chemical Methods for Water and Wastewater

    Treatment, First Edition, Pergamon Press, New York, 1980.

    2. Degremont, Water Treatment Handbook, Sixth Edition, Lavoisier Publishing,

    Paris, 1991.

    3. Mark J. Hammer, Water and Wastewater Technology , Second Edition, John

    Wiley & Sons, New York, 1986.

    4. Tsukishima Kikai Co., Ltd., Sewage & Sludge Treatment, Tokyo, 1996.

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    26

    LAMPIRAN

    (A)

    (B)

    (C)

    (D)

    Gambar 1. Beberapa Jenis Penyaring Yang Sering Digunakan

    Dalam Sistem Pengolahan

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    27

    (A)

    (B)

    (C)

    (D)

    OO.. (E)

    OOO. (F)

    Gambar 2. Beberapa Jenis Cara Aerasi

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    28

    Gambar 3. Beberapa Jenis Reaktor Untuk Proses Flokulasi

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    29

    Gambar 4. Beberapa Jenis Metoda Dan Peralatan Untuk Pencampuran.

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    30

    Gambar 5. Sistem Penyaringan Pasir Cepat

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    31

    A B C

    Gambar 6. Proses Pengendapan Pada :

    (A) Aliran Horisontal Bak Persegi, (B) Aliran Radial Melingkar, (C) Tangki

    Sedimentasi Upflow

    Gambar 7. Diagram Alir Suatu Unit Proses Flotasi

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    32

    Gambar 8. Proses Aerasi Dengan Spray Nozzles

    Gambar 9. - Injeksi Udara Tertekan Melalui Bafel Pencampur

    - Aerator Sistem Bubbling Dengan Tinggi Tekan Yang Kecil

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    33

    Gambar 10. Proses Pencampuran Dengan Pompa Difusi

    Gambar 11. Unit Pencampuran Dengan Pengadukan Mekanik

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    34

    Gambar 12. Pengeringan Lumpur Dengan Sistem Centrifuge I

    Gambar 13. Unit Pengering Lumpur Dengan Sistem Centrifuge

  • Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

    35

    Gambar 14. Pengeringan Lumpur Dengan Sistem Centrifuge II

  • Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika

    36

    Gambar 15. Pengeringan Lumpur Dengan Cara Pengepresan

  • Tab

    el 2.

    Jum

    lah A

    ir L

    imbah Y

    an

    g D

    ibu

    an

    g K

    e B

    ada

    n A

    ir D

    i Jakart

    a

    (Seb

    ag

    ai S

    atu

    Stu

    di K

    asus D

    an B

    ahan P

    erb

    an

    din

    ga

    n)

    WILAYAH

    JUMLAH AIR LIMBAH YANG DIBUANG (m3/hari)

    Jumlah Limbah

    Spesifik (m3/ha.hari)

    DOMISTIK

    PERKANTORAN

    KOMERSIAL

    INDUSTRI

    TOTAL

    Jaka

    rta P

    usat

    179.4

    32

    (78,0

    ) 45.7

    41

    (

    19,9

    ) 4.7

    22

    (2,1

    ) 229.8

    95

    46,6

    Kon

    dis

    i U

    tara

    143.5

    06

    (68,6

    ) 20.6

    22

    (9,9

    ) 45.1

    88

    (

    21,6

    ) 209.3

    16

    15,0

    Saat

    ini

    Bara

    t 210.7

    90

    (79,2

    ) 35.7

    70

    (

    13,4

    ) 19.4

    24

    (7,3

    ) 265.9

    84

    20,6

    (1987)

    Sela

    tan

    247.3

    50

    (85,1

    ) 35.1

    46

    (

    12,1

    ) 8.0

    15

    (2,8

    ) 290.5

    11

    19,9

    T

    imur

    256.9

    47

    (80,2

    ) 35.3

    72

    (

    11,0

    ) 28.0

    88

    (8,8

    ) 320.4

    07

    17,1

    T

    OT

    AL

    1.0

    38.0

    25

    (7

    8,9

    ) 17

    2.6

    51

    (

    13,1

    ) 10

    5.4

    37

    (8,0

    ) 1.3

    16.1

    13

    20,2

    Jaka

    rta P

    usat

    25

    3.7

    56

    (67,0

    ) 12

    1.2

    27

    (

    32,0

    ) 3.9

    06

    (1,0

    ) 378.8

    89

    76,8

    Kon

    dis

    i U

    tara

    26

    6.2

    33

    (57,0

    ) 60.2

    98

    (

    13,1

    ) 13

    5.4

    85

    (

    29,3

    ) 462.0

    16

    33,1

    akan

    Bara

    t 39

    8.8

    82

    (76,6

    ) 86.3

    12

    (

    16,6

    ) 35.7

    18

    (6,9

    ) 520.9

    12

    40,4

    Data

    ng

    S

    ela

    tan

    46

    8.3

    54

    (84,0

    ) 87.2

    05

    (

    15,6

    ) 3.3

    28

    (0,4

    ) 557.8

    87

    38,2

    (2010)

    Tim

    ur

    49

    5.4

    61

    (74,1

    ) 93.8

    91

    (

    14,0

    ) 79.1

    94

    (

    11,8

    ) 668.5

    46

    35,6

    T

    OT

    AL

    1.8

    82.6

    86

    (72,7

    ) 44

    8.9

    33

    (

    17.3

    ) 256.6

    31

    (9

    ,9)

    2.5

    88.2

    50

    39,7

    37

    Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.

  • Teknolo

    gi Pengola

    han L

    imbah C

    air D

    engan P

    roses F

    isik

    a

    38

    Tab

    el 3.

    Jum

    lah B

    eba

    n P

    olu

    si Y

    ang D

    ibuang

    Ke B

    adan A

    ir D

    i Jakart

    a

    (Seb

    ag

    ai S

    atu

    Stu

    di K

    asus D

    an B

    ahan P

    erb

    an

    din

    ga

    n)

    WILAYAH

    BEBAN POLUSI (Kg/hari)

    Beban Polusi

    Spesifik

    (kg/ha.hari)

    DOMISTIK

    PERKANTORAN

    KOMERSIAL

    INDUSTRI

    TOTAL

    Jaka

    rta P

    usat

    42.4

    33

    (

    76,9

    ) 10.5

    68

    (

    19,1

    ) 2.1

    92

    (

    4,0

    ) 55.1

    91

    11,2

    Kon

    dis

    i U

    tara

    34.1

    59

    (

    57,0

    ) 4.7

    63

    (8,0

    ) 20.9

    70

    (35,0

    ) 59.8

    92

    4,3

    saat

    ini

    Bara

    t 49.8

    27

    (

    74,3

    ) 8.2

    64

    (

    12,3

    ) 9.0

    17

    (1

    3,4

    ) 67.1

    08

    5,2

    (1987)

    Sela

    tan

    58.3

    61

    (

    83,1

    ) 8.1

    20

    (

    11,6

    ) 3.7

    21

    (

    5,3

    ( 70.2

    02

    4,8

    T

    imur

    60.4

    86

    (

    74,0

    ) 8.1

    73

    (

    10,0

    ) 13.0

    37

    (16,0

    ) 81.6

    96

    4,4

    T

    OT

    AL

    245.2

    64

    (

    73,4

    ) 39.8

    88

    (

    12,0

    ) 48.9

    37

    (14,6

    ) 33

    4.0

    89

    5,1

    Jaka

    rta P

    usat

    57.2

    16

    (

    65,7

    ) 28.0

    04

    (

    32,2

    ) 1.8

    06

    (

    2,1

    ) 87.0

    26

    17,6

    Kon

    dis

    i U

    tara

    60.6

    04

    (

    44,2

    ) 13.9

    29

    (

    10,1

    ) 62.6

    15

    (45,7

    ) 13

    7.1

    48

    9,8

    akan

    Bara

    t 89.9

    17

    (

    71,1

    ) 19.9

    37

    (

    15,8

    ) 16.5

    05

    (13,1

    ) 12

    6.3

    59

    9,8

    data

    ng

    Sela

    tan

    105.3

    54

    (

    83,2

    ) 20.1

    44

    (

    15,9

    ) 1.0

    75

    (

    0,9

    ) 12

    6.5

    73

    8,7

    (2010)

    Tim

    ur

    111.1

    21

    (

    65,6

    ) 21.6

    87

    (

    12,8

    ) 36.5

    99

    (21,6

    ) 16

    9.4

    07

    9,0

    T

    OT

    AL

    424.2

    12

    (

    65,7

    ) 10

    3.7

    01

    (

    16,0

    ) 11

    8.6

    00

    (18,3

    ) 64

    6.5

    13

    9,9

    38

    Teknologi Pengolahan Limbah Cair Dengan Proses Fisika