01. Standar Askep
-
Upload
haikjismail -
Category
Documents
-
view
37 -
download
0
description
Transcript of 01. Standar Askep
STANDAR I : PENGKAJIANPerawat kesehatan jiwa mengumpulkan data
kesehatan pasien.
RasionalPengkajian dengan wawancara
membutuhkan keterampilan komunikasi yang efektif secara budaya dan linguistik, wawancara, observasi perilaku, pencatatan, dan pengkajian pasien yang komprehensif dan system yang relevan memampukan perawat kesehatan jiwa untuk dapat bersuara dalam penilaian keadaan klinis dan merencanakan intervensi untuk pasien.
Elemen KunciIdentifikasi alasan pasien mencari pertolongan kaji faktor risiko berhubungan dengan keamanan pasien yang meliputi potensi terjadinya :Bunuh diri atau membahayakan diriPerilaku kekerasanGejala putus zatReaksi alergi atau reaksi efek samping obatKejangJatuh atau kecelakaanKabur dari rumah sakitInstabilitas fisiologi
Sumber-sumber koping, meliputi motivasi terhadap perawtan dan hubungan yang mendukung
Mekanisme koping adaptif maupun yang meladaptive
Masalah-masalah psikososialdan lingkunganPenilaian fungsi globalPengetahuan, kekuatan, dan defisit
STANDAR II: DIAGNOSISPerawat kesehatan jiwa menganalisa data hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis.
Rasional Dasar pemberian asuhan keperwatan jiwa adalah mengakui dan identifikasi pola respons penyakit jiwa dan masalah mental baik actual maupun potensial
STANDAR III: IDENTIFIKASI HASILPerawat kesehatan jiwa mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individu terhadap pasien
RasionalDalam konteks memberikan asuhan keperwatan, tujuan akhirnya adalah mempengaruhi outcome kesehatan dan meningkatkan status kesehatannya,
Kualitas Kriteria HasilSpesifik dari pada (general) umumMeasurable (dapat diukur/obyektif) dari pada
subyektifAttainable (dapat dicapai) dari pada
unrealisticCurrent (sekarang) dari pada outdateAddequate jumlah dari pada terlalu banyak
atau terlalu sedikit Muttual dari pada satu sisi
STANDAR IV : PERENCANAANPerawat kesehatan jiwa mengembangkan rencana asuhan dalam bentuk tindakan tertulis untuk mencapai hasil yang diharapkan
Rasional Rencana asuhan digunakan untuk memandu intervensi terapeutik secara sistematis, dengan proses dokumen, dan mencapai hasil yang diharapkan oleh pasien.
STANDAR V : IMPLEMENTASIPerawat kesehatan jiwa menerapkan intervensi yang teridentifikasi dalam rencana asuhan
RasionalDalam mengiplementasikan rencana asuhan, perawat kesehtan jiwa menggunakan rentang intervensi yang lebar dirancang untuk mencegah sakit mental dan fisik, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik dan mental. Perawat kesehatan jiwa menyeleksi intervensi sesuai dengan level praktek mereka.
Kondisi KeperawatanPengalaman klinis sebelumnyaPengetahuan tentang penelitianDimensi responsive dan tidakan dari asuhan
Perilaku KeperawatanMempertimbangkan sumber yang tersedia Mengimplementasikan aktivitas keperawatanMenghasilkan alternatif-alternatifBerkoordinasi dengan anggota tim lainnya
Elemen KunciIntervensi keperawatan seharusnya merefleksikan pendekatan holistic biopsikososial dalam merawat pasien
Intervensi keperawatn diimplementasikan dengan cara yang aman, efisien, dan penuh kasih sayang (caring)
Tingkat fungsi perawat dan intervensi yang diimlementasikan tergantung pada undang-undang praktek perawat, kualifikasi perawat (meliputi pendidikan, pengalaman dan sertifikasi), tempat pemberian asuhan, dan inisiatif perawat.
STANDAR VA : KONSELINGPerawat kesehtan jiwa menggunakan intervensi konseling untuk membantu pasien meningkatkan atau memulihkan kembali kemampuan koping sebelumnya, mengembangkan kesehatan jiwa, dan mencegah penyakit jiwa dan kecacatan
STANDAR VB : TERAPI LINGKUNGANPerawat kesehtan jiwa memberiakn, membentuk, dan mempertahankan lingkungan yang terapeutik bekerja sama dengan pasien dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain
STANDAR VC : AKTIVITAS PERAWATAN DIRIPerawat kesehatan jiwa menyusun intervensi sekitar aktivitas keseharian pasien untuk mengembangkan kemampuan perawatan diri dan kesehatan fisik dan mental
STANDAR VD : INTERVENSI PSIKOBIOLOGIKALPerawatan kesehatan jiwa menggunakan pengetahuan tentang intervensi psikobiologikal dan mengalikasikan keterampilan klinis untuk mengembalikan status kesehatan pasien dan mencegah terjadinya kecacatan di masa depan.
STANDAR V E: PENDIDIKAN KESEHATANPerawat kesehtan jiwa melalui pendidikan kesehtan membantu pasien mencapai pola hidup yang memuaskan, produktif dan sehat.
STANDAR V F : MANAJEMEN KASUSPerawat kesehatan jiwa memberikan manajemen kasus untuk mengkoordinir pelayanan kesehatan yang komprehensif dan menjamin perawatan berkesinambungan.
STANDAR V G : PROMOSI KESEHATAN DAN MEMPERTAHANKAN KESEHATANPerawat kesehatan jiwa menggunakan strategi dan intervensi untuk mengkoordinir pelayanan kesehatan dan mencegah penyakit jiwa.
INTERVENSI PRAKTEK KEPERAWATAN JIWA LANJUTIntervensi berikut ini (VH-VJ) dapat dilaksanakan hanya oleh perawat spesialis Keperawatan jiwa
STANDAR VH : PSIKOTERAPIPerawat Spesialis Keperawatan Jiwa (SKJ) menggunakan psikoterapi individu, kelompok, dan keluarga, dan penanganan terapeutik lainnya untuk membantu pasien mencegah penyakit jiwa dan distabilitas dan dalam meningkatkan status kesehtan mental dan kemampuan berfungsi.
STANDAR VI : MERESEPKAN OBAT FARMAKOLOGIPerawat SKJ menggunakan otoritasnya untuk membuat resep, prosedur dan penanganan sesuai dengan peraturan perundangan (di Indonesia belum bias)
STANDAR VJ : KONSULTASIPerawat SKJ memberikan konsultasi untuk meningkatkan kemampuan perawat lain dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan berdampak perubahan pada system.
EVALUASI STANDAR VI : EVALUASIPerawatan kesehatan jiwa mengevaluasi proses pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.
Rasional Asuhan keperawatan adalah proses yang dinamis meliputi perubahan pada status kesehatan pasien sepanjang waktu, memberikan tambahan data, diagnosa berbeda, dan modifikasi dalam rencana asuhan. Karena evaluasi adalah proses berkesinambungan dalam meniali efek keperawatan dan regiment asuhan terhadap status kesehatan pasien dan hasil yang diharapkan.
Kondisi KeperawatanSupervisiAnalisa diriPeer reviewPartisipasi pasien dan keluarga
Perilaku KeperawatanMembandingkan respons pasien dan criteria hasil yang diharapkanReview proses keperawatanMemodifikasi proses keperawatan sesuai kebutuhanBerpartisipasi dalam aktivitas peningkatan mutu
Elemen KunciEvaluasi adalah proses terus menerus (ongoing process)Partisipasi pasien dan keluarga adalah pentingPencapaian tujuan seharusnya didokumentasikan dan revisi rencana asuhan seharusnya diimplementasikan dengan sesuai
Petunjuk :1. Diagnosis keperawatan adalah pernyataan
tunggal problem keperawatan.2. Untuk merumuskan diagnosis
keperawatan maka menggunakan data mayor dan data minor.
3. Data mayor adalah data yang harus ada untuk merumuskan diagnosa keperawatan (minimal 1 datum).
4. Data minor adalah data yang boleh ada, boleh tidak ada untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
No DiagnosaKeperawa-
tan
Deskripsi Data Mayor Data Minor
1. Perilaku Kekerasan
Kemarahan yang diekspresikan secara berlebihan dan tidak terkendali baik secara verbal maupun tindakan dengan mencederai orang lain dan atau merusak lingkungan
Subyektif:•Mengancam
•Mengumpat•Bicara keras dan kasar
Obyektif:•Agitasi•Meninju•Membanting
•Melempar
Subyektif:•Mengatakan ada yang mengejek, mengancam
•Mendengar suara yang menjelekkan
•Merasa orang lain mengancam dirinya
Obyektif•Menjauh dari orang lain
•katatonia
2. Risiko Perilaku kekerasan
Adanya kemungkinan mencederai orang lain dan merusak lingkungan akibat ketidakmam-puan mengendalikan marah secara konstruktif
Subyektif:• Mengatakan
pernah melakukan tindak kekerasan
• Informasi dari keluarga tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasien
Obyektif:• Ada tanda/jejas
perilaku kekerasan pada anggota tubuh
Subyektif:•Mendengar suara-suara
•Merasa orang lain mengancam
•Menganggap orang lain jahat
Obyektif•Tampak tegang saat bercerita
•Pembicaraan kasar jika menceritakan marahnya
3. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
Gangguan peresepsi dimana individu merasakan adanya stimulus melalui panca indera tanpa adanya rangsangan nyata
Subyektif:•Mengatakan mendengar suara bisikan/meli-hat bayangan
Obyektif:•Bicara sendiri
•Tertawa sendiri
•Marah tanpa sebab
Subyektif:• Menyatakan
kesal• Menyatakan
senang dengan suara-suara
Obyektif:• Menyendiri• Melamun
4 Isolasi Sosial
Ketidak mampuan untuk membina hubungan yang intim, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain.
Subyektif:•Mengatakan malas berinteraksi
•Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
•Merasa orang lain tidak selevel
Oyektif•Menyendiri •Mengurung diri tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
Subyektif:•Curiga dengan orang lain
•Mendengar suara-suara/ melihat bayangan
•Merasa tak berguna
Obyektif•Mematung•Mondar-mandir tanpa arah
•Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain.
5 Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Ide, pikiran perasaan yang negatif tentang diri
Subyektif:•Mengeluh hidup tidak bermakna
•Tidak memiliki kelebihan apapun
•Merasa jelekObyektif:•Kontak mata kurang
•Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
Subyektif:•Mengatakan malas
•Putus asa•Ingin matiObyektif:•Tampak malas-malasan
•Produktivitas menurun
6 Gangguan proses pikir: waham
Gangguan proses piker yang ditandai dengan keyakinan tentang diri dan lingkungan yang menyimpang, dipertahankan secara kuat.
Subyektif:•Merasa curiga •Merasa cemburu•Merasa diancam/diguna-duna•Merasa sebagai orang hebat•Merasa memiliki kekuatan luar biasa•Merasa sakit/rusak organ tubuh•Merasa sudah matiObyektif:•Marah-marah tanpa sebab•Banyak kata (logorrhoe)•Menyendiri•Sirkumstansial•Inkoheren
Subyektif:•Merasa orang lain menjauh•Merasa tidak ada yang mau mengertiObyektif•Marah-marah karena alasan sepele.•menyendiri