01 SSK Banjarbaru

10
BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU Hal 1 BAB 1: 1.1 LATAR BELAKANG Akses terhadap air bersih dan sanitasi telah diakui PBB sebagai hak asasi manusia me lalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010. Deklarasi ini semakin mempertegas dan memperluas pengakuan tentang betapa pentingnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. Sebelumnya pada tahun 2000, para pemimpin dunia juga bersepakat untuk memasukkan akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai salah

description

ssk

Transcript of 01 SSK Banjarbaru

  • BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU

    Ha

    l 1

    BAB 1:

    1.1 LATAR BELAKANG

    Akses terhadap air bersih dan sanitasi telah diakui PBB sebagai hak asasi manusia

    melalui deklarasi dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010.

    Deklarasi ini semakin mempertegas dan memperluas pengakuan tentang betapa pentingnya

    akses terhadap air bersih dan sanitasi. Sebelumnya pada tahun 2000, para pemimpin dunia

    juga bersepakat untuk memasukkan akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai salah

  • BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU

    Ha

    l 2

    target dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015.

    Pengakuan sanitasi sebagai hak asasi manusia dan salah satu target MDGs

    mengindikasikan adanya keprihatinan dunia akan persoalan sanitasi yang setidaknya

    didasarkan atas fakta bahwa masih banyak penduduk dunia (terutama penduduk miskin) yang

    tidak memiliki akses terhadap sanitasi. Menurut WHO (2010), sampai dengan tahun 2008

    sedikitnya 2,6 milyar penduduk dunia belum memiliki akses terhadap sanitasi. WHO juga

    menambahkan bahwa penyakit diare yang biasanya terjadi akibat kondisi air bersih dan

    sanitasi yang buruk menjadi penyakit kedua terbesar di dunia.

    Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) 2007 menunjukkan, meski 71 persen penduduk

    Indonesia usia 10 tahun ke atas sudah berperilaku benar da lam buang air besar (BAB), 29

    persen atau sekitar 70 juta penduduk Indonesia masih belum berperilaku benar BAB sehingga

    menimbulkan penyakit diare. Tak hanya diare, penyakit demam tifus, hepatitis A, dan polio

    juga menghantui masyarakat akibat mikroba yang terbawa oleh perilaku tidak sehat

    masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki persoalan yang serius dalam

    sektor sanitasi.

    Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Indonesia telah menegaskan komitmennya

    dalam pembangunan sanitasi dengan mencanangkan beberapa target penting dalam Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 Bidang Permukiman dan

    Perumahan. Beberapa target penting yang dimaksud adalah sebagai berikut :

    1. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) nasional hingga akhir

    tahun 2014, baik di perkotaan maupun di perdesaan melalui pemicuan perubahan perilaku

    BABS dengan target sesuai Renstra 2010-2014 masing-masing Kementerian/Lembaga;

    2. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 persen rumah tangga hingga

    tahun 2014; dan

    3. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

    Disis i la in, buruknya kondisi sanitasi bukan saja disebabkan terbatasnya akses

    penduduk pada dan kua litas fasilitas sanitasi yang tersedia, tetapi juga disebabkan masih

    rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang isu-isu sanitasi dan kesehatan.

    Masih terbatasnya kapasitas untuk membuat perencanaan pelayanan sanitasi yang

    komprehensif, multisektor, dan tanggap kebutuhan juga menjadi salah satu kendala

    pembangunan sanitasi. Saat ini tidak banyak kota/kabupaten yang memiliki rencana strategis,

    master plan, dan dokumen proyek untuk perbaikan layanan sanitasi. Akibatnya akses pada

    sumber-sumber pendanaan pun menjadi terbatas.

    Dengan potret seperti itu, pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota serta

    masyarakat, tidak bisa lagi memandang persoalan sanitasi sebagai business as usual,

    penanganan sanitasi tidak dapat dilakukan secara parsial. Perencanaan yang tumpang tindih,

  • BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU

    Ha

    l 3

    tidak tepat sasaran, dan tidak berkelanjutan tidak boleh terulang lagi. Sanitasi harus ditangani

    secara multistakeholder dan komprehensif. Pembangunan sektor sanitasi tidak hanya

    memerlukan penyediaan sarana fisik, tetapi juga ada masalah-masalah sosial yang perlu

    dipecahkan bersama agar sarana fisik tersebut bermanfaat secara optimal dan berkelanjutan.

    Oleh karenanya pembangunan sektor sanitasi membutuhkan dukungan banyak pihak, dan

    masyarakat juga harus bisa melakukan perubahan untuk diri sendiri dan lingkungannya.

    Untuk itu perencanaan pembangunan sektor sanitasi harus disusun secara lebih

    terintegratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Tahapan-tahapan

    proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan,

    sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

    Kesadaran inilah yang akhirnya mendorong terjadinya kesepakatan antara pemerintah pusat,

    provinsi, dan kabupaten/kota dengan melahirkan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi

    Permukiman (PPSP).

    Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) dimaksudkan untuk

    menciptakan lingkungan kondusif yang mendukung terciptanya percepatan pembangunan

    sanitasi mela lui advokasi, perencanaan strategis, dan implementasi yang komprehensif dan

    terintegrasi. Program ini mempunyai tujuan mensinergikan kerja Satuan Kerja Perangkat

    Daerah (SKPD) yang terkait dengan sanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan

    konsep pembangunan sanitasi da lam ska la kota.

    Sebagaimana halnya daerah lain di Indonesia, pembangunan sektor sanitasi di Kota

    Banjarbaru pada tahun-tahun sebelumnya masih dianggap sebagai urusan belakang,

    sehingga acapkali termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain. Di sisi lain, pelaksanaan

    pembangunan sanitasi yang tengah berjalan masih dilakukan secara parsial dan belum

    terintegrasi dalam suatu skenario besar dengan sasaran yang komprehensif serta dengan

    jangka waktu yang lebih panjang. Masih kuatnya ego-ego sektoral menyebabkan sering terjadi

    perencanaan dan pelaksanaan

    pembangunan yang tumpang

    tindih, tidak tepat sasaran,

    dan lebih buruknya lagi t idak

    berkelanjutan. Keterbatasan

    kemampuan keuangan daerah

    juga menyebabkan pemerintah

    daerah harus lebih fokus pada

    untuk menangani peresoalan-

    persoalan yang sedang

    dihadapi, sehingga belum

    optimal menyiapkan

    perencanaan yang bersifat

    jangka panjang dan

  • BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU

    Ha

    l 4

    terintegrasi antar sektor.

    Seiring dengan tuntutan peningkatan standart kualitas hidup masyarakat, semakin

    tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendir i

    menjadikan sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan.

    Menindak lanjuti hal tersebut, Pemerintah Kota Banjarbaru telah menegaskan komitmennya

    terhadap pengelolaan lingkungan, termasuk di dalamnya sektor sanitasi, dengan

    mencantumkan persoalan pengelolaan lingkungan di dalam RPJMD Tahun 2011-2015. Sasaran

    pembangunan yang dimaksud ada lah Banjarbaru menjadi kota hijau yang bersih, sehat dan ramah

    lingkungan.

    Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) menjadi wahana yang

    diharapkan dapat membantu Pemerintah Kota Banjarbaru menyiapkan road map pembangunan

    sanitasi yang komprehensif, yang dapat menjawab tantangan perkembangan kota yang terus

    tumbuh dengan cepat. Sebagai sebuah kota yang terus berkembang, tingkat pertumbuhan

    penduduk di Kota Banjarbaru dapat dikategorikan sangat tinggi yaitu rata-rata 2,45% pada

    periode 2005-2010. Pertumbuhan jumlah penduduk ini tentunya berdampak langsung pada

    pertumbuhan kawasan-kawasan permukiman serta meningkatnya tuntutan akan penyediaan

    infrastruktur yang layak termasuk sarana sanitasi. Volume sampah dan limbah rumah tangga

    lainnya yang terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk tentunya harus segera

    diantisipasi oleh para pemangku kepentingan di Kota Banjarbaru, demikian juga dengan

    fenomena semakin meluasnya daerah genangan air sebagai akibat dari semakin berkurangnya

    daerah-daerah resapan dan tangkapan air yang terjadi karena beralih fungsinya lahan-lahan

    terbuka menjadi kawasan-kawasan permukiman.

    Sebagai dasar pijakan untuk menyusun sebuah strategi yang komprehensif dan

    terintegrasi secara multisektoral, dan yang terpenting tepat sasaran sebagaimana kebutuhan

    riil masyarakat, tentunya diperlukan data dasar yang esensial mengenai struktur dan situasi

    sanitasi di seluruh wilayah Kota Banjarbaru, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis.

    Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan Strategi

    Sanitasi Kota (SSK).

    Buku Put ih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten

    berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis,

    yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan

    sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas.

    Buku Putih merupakan database sanitasi kota atau kabupaten yang paling lengkap, mutakhir,

    aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi.

  • BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU

    Ha

    l 5

    1.2 LANDASAN GERAK

    Pengertian sanitasi dari beberapa sumber adalah sebagai berikut :

    Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap semua faktor lingkungan fis ik manusia yang mempengaruhi atau mungkin mempengaruhi sehingga merugikan pertumbuhan fisik,

    kesehatan dan kelangsungn hidupnya (WHO)1.

    Sedangkan pengertian sanitasi menurut panduan TTPS Sanitasi juga diartikan sebagai usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah, dan sampah secara

    higienis yang akan berkontribusi pada kebersihan dan lingkungan hidup yang sehat baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya.

    Ruang lingkup penanganan Sanitasi dalam program PPSP adalah sebagai berikut:

    1. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam

    penanganan limbah rumah tangga.

    2. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara

    terpusat.

    3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan

    oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya

    yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

    4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air

    kota dan memutuskan air permukaan.

    5. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah untuk menyediakan air bersih bagi

    masyarakat baik mela lui jar ingan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air

    permukaan maupun air tanah.

    Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi

    dan kebutuhan sanitasi Kota Banjarbaru. Buku Putih Sanitasi Kota Banjarbaru ini diposis ikan

    sebagai acuan perencanaan strategis pembangunan sanitasi skala kota. Buku Strategi Sanitasi

    Kota yang memuat rencana pembangunan sanitasi kota dikembangkan atas dasar

    permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan

    dibuat Laporan Sanitasi Tahunan yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD

    dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi

    dan setelah 3 tahun (seiring dengan berakhirnya RPJM 2011 - 2015), semua informasi tersebut

    dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi.

    Vis i Kota Banjarbaru 2011-2015 adalah : Terwujudnya Banjarbaru Sebagai Kota

    Empat Dimensi Yang Mandir i dan Terdepan, meliputi :

    1 Victor M. Ehler dan Ernest W. steel Municipal and Rural Sanitation, Tata Mc Graw Hill Publishing Company LTD, New Dehli, Edition 1976 hal 2

  • BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU

    Ha

    l 6

    a) Peningkatan kemampuan pemerintah Kota Banjarbaru sebagai daerah otonom,

    b) Peningkatan kualitas pendidikan pada semua tingkatan,

    c) Peningkatan kualitas pemukiman yang layak huni, refresentatif dan berwawasan lingkungan,

    d) Peningkatan kemampuan ekonomi melalui jasa, perdagangan dan industri.

    1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

    Buku Putih Sanitasi Kota yang disusun oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota

    Banjarbaru ini dimaksudkan untuk menggambarkan kondisi dan karakteristik sanitasi Kota

    Banjarbaru saat ini (kondisi existing). Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation

    mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prior itas yang penetapannya berdasarkan

    urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (prior ity setting). Dalam Buku Putih ini, priority

    setting dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian

    Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment) atau EHRA, dan

    persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Banjarbaru yang menangani secara

    langsung pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi di Kota Banjarbaru.

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan Buku Putih ini antara la in

    adalah pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kota Banjarbaru beserta

    stakeholder lainnya untuk mampu mengidentifikasi, memetakan, menyusun rencana tindak dan

    menetapkan strategi pengembangan sanitasi kota. Disamping itu, menjadikan Buku Putih

    sebagai pedoman penangganan dan pengembangan pembangunan sanitasi Kota Banjarbaru,

    sehingga terdapat kesamaan pandang dari setiap pelaku pembangunan baik da lam penyusunan

    program pembangunan, maupun dalam pengendalian dan pengawasan dalam pembangunan

    sanitasi.

    1.4 METODOLOGI

    Mempertimbangkan bahwa secara administratif Kota Banjarbaru hanya terdiri dari 20

    kelurahan yang tersebar merata di 5 kecamatan, maka penulisan Buku Putih Sanitasi Kota

    Banjarbaru ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan populasi. Populasi atau

    seluruh kelurahan akan digunakan sebagai sumber data dalam penulisan Buku Putih Sanitasi

    Kota Banjarbaru. Jadi yang menjadi target pendekatan penelitian ini adalah populasi.

    Sedangkan metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif dapat

    diartikan sebagai menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek (seseorang, lembaga,

    masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

    sebagaimana adanya. Data yangdikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan melulu

    angka-angka. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan-lapangan, foto,

    video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

  • BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU

    Ha

    l 7

    Koleksi data merupakan tahapan yang penting dalam penulisan Buku Put ih Sanitasi ini.

    Data-data yang diperlukan meliputi data sekunder dan data primer. Data-data sekunder ini

    diperoleh dari laporan atau publikasi yang dike luarkan oleh SKPD terkait dalam lingkup

    Pemerintah Kota Banjarbaru maupun publikasi yang diterbitkan oleh BPS. Sedangkan data

    primer diperoleh dari hasil survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti Enviromental

    Health Risk Assessment (EHRA). Selanjutnya dalam tahap penentuan area beresiko, kedua

    jenis data tersebut akan dikompilas i dengan persepsi masing-masing SKPD pada masing-

    masing wilayah yang dinilai.

    1.5 DASAR HUKUM DAN KAITANNYA DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAIN

    Didalam penyusunan Buku Put ih Sanitasi Kota Banjarbaru berpijakn pada beberapa

    peraturan perundang-undangan yang berlaku di tingkat nasional atau pusat, propinsi maupun

    daerah. Kegiatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Kota

    Banjarbaru didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliput i:

    A. UNDANG-UNDANG

    Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene;

    Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati

    dan Ekosistemnya;

    Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman;

    Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air;

    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;

    Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang;

    Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolan Sampah;

    Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

    Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;

    B. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 tentang Pengaturan Air;

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air;

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;

  • BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU

    Ha

    l 8

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;

    C. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014

    D. KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

    Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi

    Pengelolaan Sumber Daya Air.

    Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air

    E. KEPUTUSAN MENTERI

    Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bers ih;

    Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001

    tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL;

    Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domest ik;

    Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA);

    Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum;

    F. PERATURAN METERI

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP);

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP)

    G. PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU

    Peraturan Daerah Kota Banjarbaru No Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah Kota Banjarbaru 2011-2015;

  • BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU

    Ha

    l 9

    Peraturan Daerah Kota Banjarbaru No Tahun 2011 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Lembaga Teknis Daerah

    H. PETUNJUK TEKNIS

    Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan

    Perumahan.

    Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada

    Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah.

    Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan.

    Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bers ih.

    Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah

    Organik Skala Lingkungan.

    Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik.

    Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis

    Pengelolaan Dra inase Perkotaan.

    Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman.

    Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara

    Pengoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus.

    Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi.

    Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK

    1.6 KAITAN BUKU PUTIH DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN

    LAINNYA

    1) Hubungan Buku Putih Sanitasi (BPS) dengan RPJMD

    RPJMD sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

    dipergunakan sebagai sumber dasar bagi penyusunan Buku Put ih Sanitasi. Oleh karena itu, BPS ini merupakan penjabaran operasional dari RPJMD khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sanitasi yang bersifat lintas sektor, komprehensif, berkelanjutan

    dan partisipatif sesuai dengan konsep dasar pemikiran RPJMD.

    2) Hubungan BPS dengan Renstra SKPD

  • BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU

    Ha

    l 10

    Renstra SKPD sebagai penjabaran dari RPJMD juga dipergunakan sebagai bahan penyusunan BPS. Mengingat bahwa Renstra SKPD hanya mengatur tentang rencana sektor sanitasi secara parsial dan sektoral, maka dalam BPS dilakukan sinergitas rencana sektor sanitasi dalam sebuah kondis i sanitasi yang saling berkait, simultan dan

    berkesinambungan. Karena Renstra SKPD dipergunakan sebagai dasar dari penyusunanBPS ini maka implementasi pembangunan sanitasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan SKPD yang terkait dengan sanitasi.

    Hubungan BPS dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

    RTRW dipergunakan sebagai salah satu bahan dasar bagi penyusunan BPS, dimana perkiraan jumlah penduduk dan volume sector sanitasi diperhitungkan sesuai dengan

    perkiraan dan prediksi dalam RTRW. BPS mengarah pada operasionalisasi teknis urusan khusus sanitasi dari RTRW, agar pada saat pengendalian pemanfaatan ruang wilayah terlaksana pula implementasi dari BPS.

    GAMBAR 1.1 KEDUDUKAN BUKU PUTIH SANITASI

    Hubungan BPS dengan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

    BPS diharapkan dapat menjadi bahan dasar bagi RKPD dalam penyusunan rencana pembangunan tahunan daerah khususnya dalam bidang sanitasi. Dengan demikian

    dapat diharapkan adanya kebijakan penetapan pagu anggaran untuk sanitasi setiap tahun anggaran mulai tahun 2014 sampai dengan 2019 sesuai dengan rencana yang ditetapkan dalam BPS ini.