01 MELIPUT BERITA

47
PELIPUTAN BERITA DAN PENULISAN BERITA

description

01 MELIPUT BERITA

Transcript of 01 MELIPUT BERITA

Page 1: 01 MELIPUT BERITA

PELIPUTAN BERITADAN PENULISAN BERITA

Page 2: 01 MELIPUT BERITA

BAGAIMANA MELIPUT BERITA?

Page 3: 01 MELIPUT BERITA

KOMPETISI

Page 4: 01 MELIPUT BERITA

LOMBA

Page 5: 01 MELIPUT BERITA

LOMBA

Page 6: 01 MELIPUT BERITA

PAGELARAN - BUDAYA

Page 7: 01 MELIPUT BERITA

ESENSI BELAJAR JURNALISTIK Belajar jurnalistik, berarti mempelajari

sebuah proses aktifitas meliput (peliputan), mengolah, dan menulis berita.

Proses peliputan adalah, suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengorek dan mengumpulkan informasi, baik berupa data maupun fakta di lapangan atau tempat kejadian perkara, untuk ditulis dan selanjutnya disajikan dalam bentuk berita di media massa.

Page 8: 01 MELIPUT BERITA

Meliput berita tentunya tidak sekadar mendatangi lokasi TKP (tempat kejadian perkara) saja. Sehingga dibutuhkan keterampilan dan trik-trik khusus, yang tentunya tidak sama atau berbeda-beda di setiap daerah atau tempat liputan.

Untuk melakukan liputan, wartawan mendatangi lokasi kejadian (TKP) untuk observasi, mengorek keterangan sumber berita lewat wawancara, serta melengkapi tulisan lewat studi pustaka atau mengadakan riset dokumentasi.

Page 9: 01 MELIPUT BERITA

Untuk bisa memperoleh bahan berita yang cukup dalam setiap peliputan, maka salah satu sikap yang harus dikembangkan adalah meningkatkan kepekaan dan insting yang kuat pada diri seseorang (reporter/penulis).

Kepekaan itu bisa diasah dengan

meningkatkan kepedulian terhadap orang lain.

Page 10: 01 MELIPUT BERITA

Kepedulian itulah yang mendorong seseorang (reporter/penulis) mengamati berbagai peristiwa dalam kehidupan orang lain, kemudian memberitakan peristiwa itu, dengan tujuan agar pembaca, paling tidak dapat belajar dari apa yang terjadi di sekitarnya.

Page 11: 01 MELIPUT BERITA

Adanya kepedulian semacam itu, menyebabkan penulis/reporter, tak lagi menempatkan diri sebagai pekerja pasif yang hanya menunggu penugasan dari redaksi (atasan.)

Kepedulian terhadap kehidupan orang lain, menjadi semacam panggilan dalam dirinya untuk secara aktif turun ke lapangan dan meliput peristiwa.

Page 12: 01 MELIPUT BERITA

Orang awam, tentu akan kesulitan kemana mencari bahan informasi. Karena itu, reporter atau wartawan tidak cukup hanya mengandalkan sumber-sumber berita yang berasal dari peristiwa/kejadian.

Sumber berita di luar peristiwa/kejadian tentunya harus digali sendiri, dengan membuat agenda peliputan.

Page 13: 01 MELIPUT BERITA

Seluruh informasi yang telah diserap / diperoleh, sebelum dituangkan dalam bentuk tulisan (berita) di media, juga masih harus dipertimbangkan tingkat kelayakannya. Sudahkan informasi yang kita peroleh, memenuhi standar kelayakan informasi.

Kalau tidak, maka sia-sialah informasi yang telah kita buru dan kita liput, karena tidak layak muat atau tidak layak tayang, sebagai sebuah berita di media

Page 14: 01 MELIPUT BERITA

1. TEKNIK PELIPUTAN

Terjadinya suatu peristiwa tidak dengan sendirinya menjamin tersedianya fakta yang diperlukan untuk memberitakan peristiwa tersebut, apalagi kalau wartawan / reporter tidak menyaksikan sendiri peristiwa itu.

Fakta harus dicari dan dikumpulkan lewat berbagai cara, dilihat hubungannya satu sama lain dalam suatu peristiwa. Berdasarkan fakta yang dikumpulkan itulah kemudian berita ditulis.

Page 15: 01 MELIPUT BERITA

Karena itu, mustahil wartawan / reporter bisa menulis berita secara lengkap tanpa harus melakukan liputan. Meliput berita (news hunting), merupakan salah satu tugas pokok wartawan untuk memperoleh berita yang layak muat.

Untuk bisa meliput berita yang “bagus” wartawan harus senantiasa mempertajam insting dan kepekaannya, terkait dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Page 16: 01 MELIPUT BERITA

Ada beberapa pola atau cara yang biasa ditempuh wartawan untuk mencari dan mengumpulkan fakta, sebagai bahan berita.

Diantaranya dengan melakukan liputan langsung ke lapangan atau tempat kejadian perkara (TKP). Pola ini dilakukan dengan teknik pengamatan langsung (observasi) atau menjadi pengamat peserta (partisipan), wawancara, dan riset dokumentasi.

Page 17: 01 MELIPUT BERITA

A. OBSERVASI Observasi dipakai jika wartawan secara

langsung menghadapi kejadian. Artinya, wartawan berada secara fisik di tempat kejadian dan dengan tangkapan inderawinya, wartawan mencatat kesan tentang kejadian itu.

Dengan demikian, fakta yang diperoleh lewat pengamatan adalah hal-hal yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dirasa, atau dikecap yang merupakan bagian dari suatu kejadian, dan semua ini diamati sendiri oleh wartawan.

Page 18: 01 MELIPUT BERITA

Dapat dibayangkan kalau wartawan harus mendeskripsikan bentuk dan warna sesuatu obyek, suara/bunyi, bau rasa di kulit, dan rasa di lidah. Jika berhadapan dengan seseorang misalnya, wartawan harus mendeskripsikan postur, wajah, warna kulit, warna rambut, dan sebagainya yang berkaitan dengan kesan penglihatan.

Begitu pula dengan suara-suara yang terdengar atau kesan-kesan yang ditangkap oleh indera si wartawan.

Page 19: 01 MELIPUT BERITA

Melakukan observasi sebenarnya sama dengan “memotret” fakta dengan “alat potret” yang terdapat pada diri seorang wartawan.

Berbeda dengan alat potret mekanis biasa, hasilan “potretan” wartawan ini, berupa kesan yang hanya bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Kesan yang diungkapkan inilah yang disebut dengan deskripsi faktual. Karena itu, potretan wartawan sekali-kali tidak boleh dipengaruhi oleh khayalan, keinginan, atau harapan sang wartawan. Tapi murni kejadian atau fakta.

Page 20: 01 MELIPUT BERITA

B. WAWANCARA

Wawancara dipakai sebagai cara untuk memungut realitas yang tidak bisa dilakukan dengan cara observasi atau studi kepustakaan. Secara garis besar, fakta yang bisa digali lewat wawancara meliputi:

Page 21: 01 MELIPUT BERITA

1. KESAN INDERAWI ORANG LAIN Yakni semua fakta yang meliputi suatu

kejadian yang tidak mampu terekam secara langsung oleh wartawan, karena fakta atau kejadian/peristiwanya telah berlalu/berlangsung.

Page 22: 01 MELIPUT BERITA

2. MENGOREK JATI DIRI

Mengorek jati diri seseorang, korban, pelaku, saksi mata yang terkait langsung dengan kejadian/peristiwa. Misal, nama, tempat tinggal, umur, pekerjaan, penghasilan, status perkawinan dan berbagai atribut lain yang melekat pada diri mereka (sumber berita).

Page 23: 01 MELIPUT BERITA

3. MENGUMPULKAN PENDAPAT

Mengumpulkan pendapat, komentar, kesan-pesan, harapan, cita-cita dan aspirasi seseorang terhadap sesuatu hal.

Wawancara adalah satu hal penting bagi seorang jurnalis. Wawancara merupakan kegiatan utama jurnalistik. Tanpa wawancara tidak menarik isi berita. Wawancara baik yang sifatnya panjang, singkat atau dadakan merupakan pilar dari hampir semua laporan. Bahkan ketika menulis feature pun wawancara menjadi alat sangat penting.

 

Page 24: 01 MELIPUT BERITA

PERSIAPAN WAWANCARA: Baca dan lakukan riset sebelum

wawancara. Usahakan datang tepat waktu sesuai

jadwal yang telah dipesekati.  Fahami semua masalah/persoalan dari

materi yang akan diwawancarakan. Mempersiapkan pengembangan gagasan

bila pertanyaan yang sudah disiapkan ternyata tidak tepat sesuai harapan

Siapkan peralatan dengan baik. Alat rekam, baterai, block note, alat tulis, apapun yang mendukung wawancara jangan ketinggalan

Page 25: 01 MELIPUT BERITA

Jalin kontak dengan ajudan atau staf yang dekat dengan nara sumber, misalnya menteri apabila diperlukan.

Jika wawancara dilakukan secara mendadak, persiapan tidak begitu banyak, buat keputusan satu dua ide langsung untuk dijadikan laporan utama. Pengalaman melakukan wawancara akan benyak membuat Anda terbiasa dengan ide-ide spontan.

  

Page 26: 01 MELIPUT BERITA

Menjaga performance dan penampilan dengan menahan diri untuk tidak emosi, tidak menyudutkan nara sumber, melakukan interogerasi dan penekanan kepada nara sumber. (ingat wartawan bukan polisi, jaksa, atau hakim).

Ucapkan terima kasih dan penghargaan pada nara sumber, mintalah kartu nama untuk menghindari kekeliruan dalam menulis nama, gelar jabatan, kepangkatan.

Page 27: 01 MELIPUT BERITA

C. RISET DOKUMENTASI

Riset dokumentasi dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh fakta yang berasal dari dokumentasi tertulis.

Fakta yang dimaksud bisa berupa angka yang dituangkan dalam tabel, bisa berupa bagan, atau wacana yang tersimpan sebagai dokumen yang diarsip.

Page 28: 01 MELIPUT BERITA

Tidak selalu data yang diperoleh dari dokumen tertulis dapat digunakan begitu saja sebagai fakta yang melengkapi tulisan.

Ada kalanya data yang tersedia masih berbentuk data mentah, misalnya data kependudukan terbitan BPS, yang disajikan dalam bentuk tabel.

Data terkuantifikasi semacam ini, biasanya membutuhkan pengolahan lebih lanjut, sebelum diperoleh makna tertentu sesuai keperluan.

Data berbentuk wacana, misalnya, mungkin hanya bisa dikutip sebagian (beberapa kalimat atau alinea).

Page 29: 01 MELIPUT BERITA

Data yang diperoleh dari dokumentasi tertulis, yang diperlukan untuk penulisan, bukan hanya data paling mutakhir saja.

Seringkali diperlukan data yang menggambarkan suatu keadaan beberapa tahun sebelumnya, yang menggambarkan keadaan waktu itu, untuk dikaitkan dengan keadaan sekarang.

Page 30: 01 MELIPUT BERITA

Sebagai contoh, wartawan secara kebetulan (berkat pengalaman sendiri atau diberi tahu orang lain) mengetahui bahwa tiket pesawat terbang untuk tujuan tertentu selalu habis pada hari tertentu, dan mengakibatkan banyak orang yang kecewa.

Tiket yang habis karena semakin banyak orang bepergian ke tempat tertentu itu, tak sebanding dengan jumlah penerbangan yang tersedia.

Page 31: 01 MELIPUT BERITA

Sudah tentu ada suatu alasan mengapa semakin banyak orang bepergian dengan pesawat terbang ke tempat tersebut pada hari tertentu.

Mungkin karena di tempat tertentu itu ada peluang bisnis, atau mungkin pula karena tempat tertentu tersebut menjadi tujuan wisata yang semakin disukai.

Page 32: 01 MELIPUT BERITA

2. SUMBER-SUMBER BERITA Meski wartawan dalam bekerja terikat

oleh tugas-tugas yang diberikan redaktur dalam bentuk assignment, order.

Namun, hakikatnya wartawan adalah pekerja profesional dan dituntut mandiri.

Artinya, ia tidak harus terus bergantung pada penugasan yang diberikan redaksi kepadanya.

Karena itu, tugas peliputan harus berjalan terus, ada atau tidaknya penugasan redaksi

Page 33: 01 MELIPUT BERITA

Bagaimana meliput berita? Memang banyak wartawan pemula yang cenderung terpaku pada peristiwa momentum yang layak diberikan.

Wartawan seperti ini, kalau tidak ada peristiwa atau momentum tidak menulis berita. Sebenarnya, berita bisa ditulis kapan saja, tidak harus menunggu ada momentum

Page 34: 01 MELIPUT BERITA

SUMBER BERITA: Untuk bisa menulis berita dengan

produktif, wartawan harus memperhatikan beberapa hal, sebagai sumber berita:

1. Berita Berdasar Peristiwa Momentum 2. Berita Berdasarkan Peristiwa

Teragenda 3. Berita Lanjutan (Follow-up News) 4. Berita Berdasarkan Peristiwa

Fenomena

Page 35: 01 MELIPUT BERITA

1. BERITA BERDASAR PERISTIWA MOMENTUM Berita ini ditulis berdasarkan terjadinya

suatu peristiwa yang timbul begitu saja tanpa diduga sebelumnya.

Contoh berita jenis ini : berita terjadinya kecelakaan lalu lintas, berita tentang bencana alam, kebakaran, dsb.

Page 36: 01 MELIPUT BERITA

2. BERITA BERDASARKAN PERISTIWA TERAGENDA

Berita jenis ini ditulis berdasarkan suatu peristiwa yang telah diketahui sebelumnya, kapan peristiwa itu akan terjadi.

Contoh berita tentang peringatan HUT Prokalamasi Kemerdekaan RI, Hari Raya Idul Fitri, dan peringatan hari besar lainnya.

Page 37: 01 MELIPUT BERITA

Berita Teragenda juga dapat diperoleh dari press release (memberi penjelasan secara tertulis kepada pers/wartawan), press conference (konferensi pers, acara yang sengaja dilakukan untuk memberi keterangan kepada wartawan), dan press tour (acara tour dengan mengundang wartawan untuk melihat objek yang akan diberitakan, ke pabrik, tempat wisata, dan lokasi lainnya).

Page 38: 01 MELIPUT BERITA

3. BERITA LANJUTAN (FOLLOW-UP NEWS)

Berita jenis ini ditulis berdasar kelanjutan dari penulisan berita sebelumnya.

Biasanya dimaksudkan untuk memberitakan perkembangan suatu berita terdahulu, terhadap suatu peristiwa, atau bisa juga mengungkap sisi lain dari berita yang pernah ditulis wartawan atau media lain.

Page 39: 01 MELIPUT BERITA

4. BERITA BERDASARKAN PERISTIWA FENOMENA Berita jenis ini ditulis berdasarkan suatu

fenomena. Peristiwa fenomena itu sendiri berlangsung seolah tanpa memiliki petunjuk yang jelas, sehingga hanya dapat diketahui dengan mengamati berbagai gejalanya.

Contoh munculnya gejala yang ditunjukkan warga masyarakat tertentu dengan merubah kebiasaan dari mengkonsumsi beras menjadi jagung, tiwul, gaplek, atau makanan alternative lain.

Page 40: 01 MELIPUT BERITA

Fenomena ini bisa dicari permasalahannya, mungkin kekeringan, kemiskinan, kelaparan dan gejala lainnya.

Page 41: 01 MELIPUT BERITA

STANDAR KELAYAKAN BERITA

Dalam memungut informasi di lapangan, wartawan harus selalu memperhatikan beberapa hal yang menjadi karakteristik informasi yang layak menjadi bahan berita.

Yakni, wartawan harus selalu

memperhatikan nilai penting dan menariknya sebuah fakta.

Page 42: 01 MELIPUT BERITA

SECARA UMUM Standar kelayakan berita meliputi,

unsur:

1. Faktual

2. Aktual

3. Obyektif

Page 43: 01 MELIPUT BERITA

Faktual, artinya fakta yang disajikan haruslah berdasarkan fakta (kejadian yang sebenarnya), bukan sesuatu yang direka-reka ataupun sekadar opini piblik.

Aktual, artinya fakta yang diberitakan masih hangat atau masih menjadi pembicaraan, atau masih ada kaitannya dengan masalah yang sedang dibicarakan masyarakat.

Obyektif, artinya fakta yang disajikan haruslah apa adanya, tidak dilebih-lebihkan ataupun dikurangi.

 

Page 44: 01 MELIPUT BERITA

SECARA KHUSUS

Standar Kelayakan Berita secara khusus meliputi :

Significance (Penting) Magnitude (Besaran) Timeliness (Waktu) Proximity (Kedekatan) Prominance

(Keterkemukaan/ketenaran) Human Interest (Sentuhan

Manusiawi)

Page 45: 01 MELIPUT BERITA

Significance (Penting), yaitu kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca.

Magnitude (Besaran), yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang berati bagi kehidupan orang banyak.

Page 46: 01 MELIPUT BERITA

Timeliness (Waktu), yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal yang terjadi, atau baru dikemukakan.

Proximity (Kedekatan), yaitu kejadian yang dekat bagi pembaca, baik secara geografis maupun emosional.

Page 47: 01 MELIPUT BERITA

Prominance (Keterkemukaan/ketenaran), yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal pembaca, baik tempat maupun orang/tokoh.

Human Interest (Sentuhan Manusiawi), yaitu kejadian yang memberi sentuhan perasaan kepada pembaca, kejadian menyangkut orang biasa dalam peristiwa luar biasa atau sebaliknya.