01 cover skripsi haaccpx - Sistem Informasi Perpustakaanelibrary.unisba.ac.id/files2/10.2263.pdf ·...
Transcript of 01 cover skripsi haaccpx - Sistem Informasi Perpustakaanelibrary.unisba.ac.id/files2/10.2263.pdf ·...
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
“USULAN SANITASI DAN KEAMANAN PANGAN MENGGUNAKAN
METODE HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP)
STUDI KASUS TAUCO CAP BIRUANG CIANJUR”
TUGAS AKHIR
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Sidang Tugas Akhir Program Studi Teknik Industri
Disusun oleh :
NELLI SEPTIKA10070205012
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2011 M / 1432 H�
���
�
����
����
“USULAN SANIT
METODE HAZARD
STUDI K
DISETUJUI UNPROGRAM ST
Pembimbing
(PUTI RENOSORI
KETUA
���������� �����
TASI DAN KEAMANAN PANGAN MENG
D ANALYSIS CRITICAL CONTROL POIN
KASUS TAUCO CAP BIRUANG CIANJU
NTUK DIAJUKAN PADA SEMINAR TUGTUDI TEKNIK INDUSTRI – FAKULTASUNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
g I Pemb
I, Ir., MT) (SELAM
A PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
(IYAN BACHTIAR, Ir., MT)
�
GGUNAKAN
NTS (HACCP)
UR’’
GAS AKHIR S TEKNIK
bimbing II
MAT. Drs. MT)
RI
�������
�
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.“ (Q.S. Al Baqarah 168)
“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.” (Q.S. ‘Abasa 24)
�
ABSTRAK
Persaingan dunia industri makanan semakin pesat, tidak kalah dengan produk makanan lain produk bumbu masakan adalah produk yang digandrungi konsumennya karena makanan tanpa bumbu adalah makanan yang tidak mempunyai cita rasa. Berbagai merk bumbu masakan ditawarkan dipasaran. Tauco adalah salah satu bumbu masakan ciri khas nusantara khususnya daerah Cianjur Jawa Barat. Produk tauco yang dibahas adalah produk Tauco Cap Biruang Cianjur. Untuk menyiasati pasar agar tetap mempertahankan produk Tauco Cap Biruang Cianjur sebagai bumbu masakan yang enak, higienis, dan aman maka penulis memberikan usulan sanitasi dan keamanan makanan pada perusahaan Tauco Cap Biruang menggunakan metode Hazard Analisis Critical Control Points (HACCP) yaitu sebuah upaya untuk mengelola pangan dengan jalan mengurangi resiko kontaminasi mulai dari pemanenan, proses produksi hingga penyajian agar produk aman dikonsumsi.
Pada penelitian ini, penulis mencoba menguraikan dan mencari solusi atas kekurangan-kekurangan terutama dalam hal kebersihan. Maka dari itu penulis mengusulkan sanitasi yang baik terhadap perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur. Kemudian penulis menguraikan proses pembuatan tauco dari penggudangan, proses produksi sampai dengan proses pengemasan menggunakan diagram alir. Setelah itu mengidentifikasi bahaya potensial yang ada pada proses tersebut. Selanjutnya menentukan Titik Kendali Kritis (TKK) dan didapatlah empat titik kritis. Titik kritis yang pertama adalah proses peletakan kedelai kedalam tampah untuk dilakukan Fermentasi Kapang selama 3 hari, ke dua proses fermentasi garam selama tiga hari lalu pencampuran garam dan tepung beras pada kedelai pada saat fermentasi garam dan diaduk menggunanakan skop besi sampai rata, ke tiga proses fermentasi garam 3-4 minggu, dan ke empat pada proses mencampurkan Benzoat kedalam tauco dan mengaduknya menggunakan susuk. Kemudian dari titik kritis itu ditentukan Batas-batas Kritis (Critical Limits) pada tiap Titik Kendali Kritis (TKK) lalu memantau Batas Kritis setiap TKK, melakukan tindakan perbaikan terhadap titik kritis yang ditemukan, melakukan prosedur verifikasi, serta penenetapan dokumentasi dan pencatatan.
���������
KATA PENGANTAR
�������������� �����������
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kita masih diberi umur untuk menjalankan aktivitas sehari–hari
dalam keadaan sehat wal’afiat. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menuntun manusia kejalan yang lurus.
Alhamdulillahhirabbil’alamin, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Tugas
Akhir ini dengan judul “USULAN SANITASI DAN KEAMANAN PANGAN
MENGGUNAKAN METODE HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL
POINTS (HACCP) STUDI KASUS TAUCO CAP BIRUANG CIANJUR”
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti
seminar Tugas Akhir Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas
Islam Bandung. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu di dalam mengerjakan Tugas Akhir ini. Saya
ucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Nikmat-Nya,
2. Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan suri tauladan bagi kita selaku
umat-Nya yang bertakwa,
3. Orang Tua Tercinta, terima kasih atas kasih sayangnya selama ini, do’a,
dukungan, bimbingan, perhatian, kesabaran dan petuahnya yang akan selalu
menjadikan itu semua sebagai bekal untuk hari ini, esok dan seterusnya,
4. Abang Jeri Permana, makasih ya atas dukungan dan semangatnya,
5. Kak Dwi Eryanto, makasih udah nganterin cin bolak balik bimbingan,
6. Dera Wangsa adiku tersayang, thax ya dukungan dan doanya,
7. Bapak Iyan Bachtiar, Ir., MT selaku Ketua Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung,
�������������
8. Ibu Puti Renosori, Ir., MT selaku Dosen Pembimbing Pertama yang dengan
kesabarannya dalam membimbing dan memberikan masukan selama
penyusunan Tugas Akhir ini,
9. Bapak Selamat. Drs. MT selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktu dan memberikan masukan kepada penulis dalam
penyususnan Tugas akhir ini,
10. Ibu Dewi Shofi. M, Ir.,MT. selaku koordinator Tugas Akhir yang telah
memberikan petunjuk–petunjuk kepada penulis,
11. Bapak Djohan Arifin , sebagai pemilik sekaligus direktur perusahaan Tauco
Cap Biruang Cianjur yang telah memberikan kesempatan dan mengijinkan
untuk melakukan penelitian Tugas Akhir ini,
12. Ibu Tinie Supartini, SH, selaku pemilik sekaligus pembimbing kegiatan
penelitian pada perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur yang memberikan
arahan dan petunjuk selama melakukan penelitian.
13. Mr. Bambang Syafutra, makasih ya sobat atas dukungan dan semangatnya,
14. Para THE TG BROTHER’S, Thanks banget lawakan-lawakan yang
menghibur dan menyenangkan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan waktu dan
pengetahuan penulis. Untuk itu saran dan kritik yang membangun bagi penulis untuk
pengembangan TA sangat penulis harapkan. Semoga TA ini bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi kita semua yang membacanya. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, Februari 2011
Penulis
��������������
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR............................................................ ................... i
DAFTAR ISI............................................................... ............................... iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................... ........................ I-1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................... I-2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian .................................................. I-2
1.4 Pembatasan Masalah.............................. .................................... I-3
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... I-3
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................ I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) .................. II-1
2.1.1 Pengertian HACCP .......................................................... II-1
2.1.2 Tujuan HACCP ................................................................ II-2
2.1.3 Manfaat Penerapan HACCP ............................................ II-2
2.1.4 Pedoman Penerapan HACCP .......................................... II-2
2.1.5 Prinsip HACCP ................................................................ II-4
2.2 Sanitasi Industri ......................................................................... II-12
2.2.1 Tahap-tahap Hygiene dan Sanitasi ................................. II-13
2.2.2 Delapan Kunci Sanitation Standard
Operating Prosedur (SSOP) ............................................ II-14
����������
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah .................................................. III-1
3.2 Uraian Kerangka Pemecahan Masalah ...................................... III-1
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data ..................................................................... IV-1
4.1.1 Data Perusahaan Umum .................................................. IV-1
4.1.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Tauco Cap Biruang .......................................................... IV-2
4.1.3 Struktur Organisasi .......................................................... IV-3
4.1.3.1 Gambar struktur Organisasi ............................... IV-3
4.1.3.2 Deskripsi Jabatan ............................................... IV-4
4.1.4 Tata Letak Pabrik............................................................. IV-5
4.1.5 Tauco dan Bahan Baku .................................................... IV-7
4.1.5.1 Kandungan Nutrisi Pada Bahan Baku Tauco .... IV-8
4.1.6 mesin dan Peralatan Produksi Tauco ............................... IV-14
4.1.7 Keadaan Aktual sanitasi dan Kemanan Pangan .............. IV-15
4.2 Pengolahan Data ........................................................................ IV-19
4.2.1 Sanitasi dan Keamanan Pangan ....................................... IV-19
4.2.2 Tahapan Awal Penerapan
Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) ........ IV-24
4.2.2.1 Usulan Pembentukan Tim HACCP .................. IV-24
4.2.2.2 Pendeskripsian Produk ..................................... IV-26
4.2.2.3 Mengidentifikasi Rencana Penggunaan ........... IV-35
4.2.2.4 Menyusun Diagram Alir ................................... IV-35
4.2.2.5 Mengkonfirmasi Diagram Alir di Lapangan .... IV-38
4.2.3 Prinsip-prinsip Penerapan Hazard Analysis
Critical Control Points (HACCP) ........................................ IV-39
������
BAB V ANALISIS
5.1 Kualitas dan Kemanan Pangan................................................. V-1
5.2 Usulan Sanitasi dan Keamanan Pangan ................................... V-2
5.3 Tahapan Awal Penerapan HACCP .......................................... V-8
5.3.1 Usulan Pembentukan Tim HACCP ............................... V-8
5.3.2 Pendeskripsian Produk .................................................. V-9
5.3.3 Mengidentifikasi Rencana Penggunaan ........................ V-9
5.3.4 Menyusun Diagram Alir ............................................... V-10
5.3.5 Mengkonfirmasi Diagram Alir di Lapangan ................. V-10
5.4 Prinsip-prinsip Penerapan HACCP ......................................... V-10
5.4.1 Identifikasi Bahaya Potensial (Prinsip 1) ...................... V-10
5.4.2 Penentuan TKK (Prinsip 2) ........................................... V-11
5.4.3 Penentuan Batas-batas Kritis ( Critical Limits)
Pada Tiap TKK (Prinsip 3) .......................................... V-11
5.4.4 Pembuatan Sistem Pemantauan (Prinsip 4).................. V-12
5.4.5 Pembuatan Prosedur Tindakan Koreksi (Prinsip 5) ...... V-13
5.4.6 Pembuatan Prosedur Verifikasi (Prinsip 6) ................... V-14
5.4.7 Pembuatan Dokumentasi dan Pencatatan (Prinsip 7)... V-15
5.5 Analisis Ayat-Ayat Alquran Yang Berhubungan
Dengan Sanitasi Dan Keamanan Pangan ...................................... V-15
5.5.1 Surat Al Baqarah Ayat 168 ............................................ V-15
5.5.2 Surat ‘Abasa Ayat 24 .................................................... V-15
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................... VI-1
6.2 Saran .......................................................................................... VI-2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
����������
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Formulir 1 identifikasi Jenis Bahaya ........................................ II-5
Tabel 2.2 Karakteristik Bahaya ................................................................. II-6
Tabel 2.3 Formulir 1 Identifikasi Jenis Bahaya ........................................ II-7
Tabel 2.4 Pemantauan Batas Kritis ........................................................... II-10
Tabel 2.5 Contoh Batas Kritis ................................................................... II-11
Tabel 4.1 Jenis Bahan Baku, Bahan Penunjang
dan Asal Pemasok tahun 2010 ................................................... IV-8
Tabel 4.2 Kandungan Gizi Kedelai ........................................................... IV-8
Tabel 4.3 Kandungan Gizi Gula Merah Per 100 Gram ............................. IV-10
Tabel 4.4 Kandungan Gizi Gula Pasir Per 100 Gram ............................... IV-11
Tabel 4.5 Mesin dan Peralatan Produksi Tauco ........................................ IV-15
Tabel 4.6 Deskripsi Tauco Cair ................................................................ IV-28
Tabel 4.7 Identifikasi Bahaya Pada Bahan Baku Selama
Proses pembuatan Tauco cair ..................................................... IV-40
Tabel 4.8 Identifikasi Bahaya Pada Tahapan Proses
Pengolahan Selama Proses Pembuatan Tauco Cair ................... IV-41
Tabel 4.9 Penentuan Titik Kendali kritis (TKK) ...................................... IV-49
Tabel 4.10 Penentuan Batas Kritis pada TKK yang telah Teridentifikasi . IV-53
Tabel 4.11 Pemantauan Batas Kritis Untuk Setiap TKK ............................ IV-56
Tabel 4.12 Penetapan Tindakan Perbaikan Untuk Setiap Batas Kritis
Pada Bahaya Yang telah Teridentifikasi ..................................... IV-61
Tabel 4.13 Pihak-pihak yang bertanggung Jawab pada Penetapan prosedur
Verifikasi Untuk peninjauan kembali Sistem HACCP ............... IV-65
Tabel 4.14 Penetapan Dokumnetasi dan Pencatatan Seluruh Prosedur
HACCP Yang Telah Diterapkan ................................................. IV-7
Tabel 5.1 Critical Limit Pada TKK ............................................................. V-12
Tabel 5.2 Sistem Pemantauan Bahaya Potensial Pada
��������������
Critical Limit pada TKK .............................................................. V-13
Tabel 5.3 Tindakan Perbaikan ................................................................... V-14
������������������
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sumber-sumber Bahaya Kimia ............................................... II-5
Gambar 2.2 Karakteristik Bahaya ............................................................... II-6
Gambar 2.3 Dessission Tree Bahan Mentah ............................................... II-8
Gambar 2.4 CCP Dessission Tree Penetuan Komposisi ............................. II-8
Gambar 2.5 CCP Dessission Tree Tahap Proses ........................................ II-8
Gambar 2.6 Hubungan Prinsip HACCP...................................................... II-12
Gambar 2.7 Proses Sanitasi ......................................................................... II-13
Gambar 4.1 Produk Tauco Cap Biruang Cianjur ........................................ IV-3
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan Tauco Cap Biruang .............. IV-4
Gambar 4.3 Lantai Dasar Perusahaan Tauco Cap Biruang ........................ IV-6
Gambar 4.4 Lantai Dua Perusahaan Tauco Cap Biruang .......................... IV-7
Gambar 4.5 Kandungan Gizi Beras Ketan ................................................. IV-12
Gambar 4.6 Senyawa Benzoat ................................................................... IV-13
Gambar 4.7 Mesin Pembelah Kedelai ........................................................ IV-16
Gambar 4.8 Bahan Baku dalam Gudang Pangan ....................................... IV-17
Gambar 4.9 Keadaan Kebersihan Pekerja Proses Pengemasan Produk ..... IV-17
Gambar 4.10 Keadaan Kebersihan Pekerja Proses Perebusan Botol .......... IV-17
Gambar 4.11 Bahan Kimia Non Pangan ..................................................... IV-18
Gambar 4.12 Struktur Tim HACCP ............................................................ IV-25
Gambar 4.13 Proses Pembuatan Tauco ....................................................... IV-27
Gambar 4.14 Proses pemilihan Kedelai ...................................................... IV-28
Gambar 4.15 Proses Pembelahan Biji Kedelai menggunakan Mesin ......... IV-28
Gambar 4.16 Penjemuran Biji Kedelai Di Bawah
Terik Matahari Hingga Kering ................................................ IV-29
Gambar 4.17 Perendaman Kedelai dan Pemisahan Kulit ........................... IV-29
Gambar 4.18 Perebusan Kedelai Selama ±12 Jam Di Dalam Kancah ........ IV-29
Gambar 4.19 Peletakan Kedelai Yang Sudah Direbus
Untuk Dilakukan Proses kapang ............................................. IV-29
Gambar 4.20 Proses Kapang Selama Tiga Hari .......................................... IV-30
����������
Gambar 4.21 Proses Fermentasi Garam 3-4 Minggu .................................. IV-30
Gambar 4.22 Hasil Fermentasi Garam ........................................................ IV-30
Gambar 4.23 Proses Pemasakan kedelai Di Dalam 90 Liter Air Mendidih IV-30
Gambar 4.24 Proses Pemasakan Menggunakan Kayu Bakar ..................... IV-31
Gambar 4.25 Proses Pemasakan Gula Merah ............................................. IV-31
Gambar 4.26 Proses Penyaringan Gula Merah ........................................... IV-31
Gambar 4.27 Proses Pencampuran Gula Merah
Kedalam Rebusan Kedelai ...................................................... IV-31
Gambar 4.28 Proses Pencampuran Gula Pasir
Kedalam Rebusan Kedelai ...................................................... IV-32
Gambar 4.29 Proses Pencucian Botol ......................................................... IV-32
Gambar 4.30 Proses Perendaman Botol ...................................................... IV-32
Gambar 4.31 Proses Perebusan Botol Dengan Air Mendidih ..................... IV-32
Gambar 4.32 Proses Penirisan Pada Botol .................................................. IV-33
Gambar 4.33 Proses Penjemuran Botol ...................................................... IV-33
Gambar 4.34 Proses Pemberian Label Merk Pada Botol ............................ IV-33
Gambar 4.35 Proses Penuangan Tauco Yang Telah
Matang Kedalam botol Menggunakan Corong Besi
dan Centong Yang terbuat Dari Batok Kelapa ........................ IV-34
Gambar 4.36 Mesin Penyegel Tutup Botol Sederhana ............................... IV-34
Gambar 4.37 Botol Diberi Label Expired ................................................... IV-34
Gambar 4.38 Botol Disusun dalam Kardus................................................. IV-34
Gambar 4.39 Produk Tauco Cair Siap Dipasarkan ..................................... IV-35
Gambar 4.40 Diagram Alir Proses (Pembuatan Tauco Cair Cap Biruang) IV-36
Gambar 4.41 Diagram Alir Yang Telah Dikonfirmasi Di Lapangan
Untuk Tahapan Penerimaan Kedelai ...................................... IV-38
Gambar 5.1 Usulan Dokumentasi Tahap Perlakuan Air PDAM ................ V-2
Gambar 5.2 Usulan Dokumentasi Prosedur Pembersihan Permukaan
Yang Kontak Dengan Makanan ............................................... V-3
Gambar 5.3 Usulan Dokumentasi SSOP
������
Pencegahan Kontaminasi Silang ............................................. V-4
Gambar 5.4 Usulan dan Dokumentasi Kebersihan Pekerja ...................... V-5
Gambar 5.5 Usulan dan Dokumentasi Prosedur dan
perlindungan Adulterasi .......................................................... V-6
Gambar 5.6 Usulan dan Dokumentasi Pelabelan Bahan Baku .................. V-6
Gambar 5.7 Usulan Dokumentasi Pengendalian Kesehatan Karyawan..... V-7
Gambar 5.8 Usulan Dokumentasi Pemberantasan Hama. ......................... V-8
����������������
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia industri sangat pesat apalagi didukung dengan
kemajuan teknologi yang serba canggih. Hal ini mengakibatkan orang berlomba-
lomba mengembangkan dunia usaha baik di bidang manufaktur, jasa, dan lain-
lain. Salah satu bidang usaha yang sangat menjanjikan dan mempunyai masa
depan yang cerah adalah bidang usaha yang bergelut dalam dunia makanan atau
sering disebut dengan istilah kuliner. Selain itu makanan adalah kebutuhan pokok
manusia yang sangat pokok hal ini mengakibatkan industri makanan adalah
industri yang tidak akan pernah mati.
Perkembangan kuliner inilah yang menyebabkan banyak sekali tempat-
tempat berjualan makanan bermunculan mulai dari pedagang kaki lima, rumah
makan, toko kue, restoran, home industri, sampai pada perusahaan besar. Akan
tetapi diantara banyak industri makanan tersebut sudahkah kita tau bahwa
makanan yang di konsumsi merupakan makanan yang sehat dan higienis serta
aman untuk dikonsumsi.
Good Manufacturing Practices (GMP) merupakan suatu pedoman cara
memproduksi makanan dengan tujuan agar produsen memenuhi persyaratan-
persyaratan yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk makanan bermutu
sesuai dengan tuntutan konsumen. Sistem mutu GMP dikenal sejak tahun 1978
yang telah dipublikasikan oleh Departemen Kesehatan RI sebagai pedoman cara
memproduksi makanan. Pada tahun 1997 FDA juga telah mempublikasikan
standar GMP yang dirumuskan bersama koalisi dari industry perdagangan.
ISO 8402-1992 mendefinisikan secara menyeluruh dari suatu wujud baik
dalam bentuk produk, kegiatan, proses, organisasi atau manusia, yang
menunjukan kemampuanya dalam memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan.
Produk dikatakan bermutu jika telah memenuhi standar dan dapat memberikan
kepuasan terhadap konsumen.
Perusahaan perlu mencegah terjadinya bahaya sebelum makanan sampai
pada konsumen sehingga dapat meminimalkan resiko bahaya kesehatan yang
berkaitan dengan konsumsi makanan.
����������������� ����� � ����� � ����� � ����� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
International Comission On Microbiological Specifitation For Food (IC
MSF) tahun 1998 menjelaskan konsep HACCP dapat dan harus diterapkan pada
seluruh mata rantai produksi makanan yaitu industry pangan produksi makanan
katering atau jasa boga, makanan untuk hotel dan restoran, bahkan dalam
pembuatan makanan jajanan.
Perusahaan Tauco Cap Biruang adalah sebuah perusahaan yang bergerak
dibidang makanan. Bapak Johan Arifin selaku owner Perusahaan Tauco Cap
Biruang sangat ingin menerapkan metode HACCP untuk meningkatkan sanitasi
dan keamanan pangan dalam proses pembuatan Tauco. Keseriusan owner
Perusahaan Tauco Cap Biruang dalam menerapkan HACCP pada perusahaannya
adalah dengan mengikuti pelatihan implementasi teknik HACCP dalam
penjaminan keamanan pangan yang diselenggarakan di Bandung yang
diselenggarakan oleh dinas perindustrian dan perdagangan agro pemerintah
provinsi Jawa Barat pada tahun 2003.
Maka dari itu dalam penelitian ini penulis mencoba menggunakan sistem
HACCP yaitu suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan
mengendalikan bahaya nyata bagi keamanan pangan. Secara spesifik HACCP
merupakan suatu sistem manejemen kualitas yang secara efektif dan efesien
menjamin keamanan pangan sampai menjadi makanan yang siap santap.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka perumusan masalah
yang di ambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana aliran proses untuk membuat Tauco Cair Cap Biruang Cianjur?
2. Apa bahaya potensial yang terjadi pada setiap proses yang dilakukan?
3. Berapa batas kritis (critical limits) yang diperbolehkan pada setiap Titik
Kendali Kritis (TKK) yang ditemukan?
4. Apa tindakan pemantauan yang dilakukan pada setiap TKK?
5. Apa tindakan perbaikan yang harus dilakukan dan siapa yang bertanggung
jawab dalam menjaga kualitas dan keamanan pangan pada setiap tahapan
prosesnya?
Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan di atas maka dapat
dilakukan penelitian melalui tugas akhir yang di beri judul “USULAN
����������������� ����� � ����� � ����� � ����� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������&&&&����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
SANITASI DAN KEAMANAN PANGAN MENGGUNAKAN METODE
HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINTSTS (HACCP) STUDI
KASUS TAUCO CAP BIRUANG CIANJUR’’ yang nantinya diharapkan
dapat menjadi acuan makanan higienis dan aman untuk dikonsumsi.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan
manfaat dengan dilakukanya penganalisisan secara rinci tentang keamanan
makanan mulai dari bahan baku sampai pada makanan siap santap.
Berdasarkan perumusan di atas maka penelitian ini memiliki beberapa maksud
dan tujuan yang hendak dicapai diantaranya:
1. Menguraikan aliran proses untuk membuat Tauco Cair Cap Biruang
Cianjur?
2. Mengetahui bahaya potensial yang terjadi pada setiap proses yang
dilakukan?
3. Mengetahui batas kritis (critical limits) yang diperbolehkan pada setiap
Titik Kendali Kritis (TKK) yang ditemukan?
4. Mengetahui tindakan pemantauan yang dilakukan pada setiap TKK?
5. Mengetahui tindakan perbaikan yang harus dilakukan dan siapa yang
bertanggung jawab dalam menjaga kualitas dan keamanan pangan pada
setiap tahapan prosesnya?
1.4 Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hendak membatasi permasalahan agar
pembahasan berada pada alurnya dan tidak menyimpang dari tujuan awalnya.
Batasan ruang lingkup penelitian dibatasi dengan hanya meneliti kelayakan
makanan menggunakan metode Hazard Analysis Critical Control Points
(HACCP) pada perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur yaitu hanya membahas
tentang tauco cair dengan menggunakan 7 prinsip HACCP sebagai alternative dan
hanya ususlan yang tidak memperhitungkan biaya dan juga membahas tentang
sanitasi.
Adapun yang tidak dibahas dalam penelitian ini adalah hal-hal sebagai
berikut :
����������������� ����� � ����� � ����� � ����� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������''''����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
1. Sertifikasi HACCP
2. Tauco Kering
3. Tidak melakukan Benchmarking terhadap produk pesaing.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan pada perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur
ini diharapkan memberi manfaat kepada perusahaan yaitu sebagai acuan sanitasi
dan memperbaiki proses penyimpanan, proses produksi, sampai dengan barang
siap dipasarkan secara aman dalam hal kelayakan konsumsi khalayak ramai
sehingga tercapai hal-hal sebagai berikut:
• Mencegah penarikan makanan dari pasar
• Meningkatkan jaminan Food Safety
• Pembenahan & “pembersihan” unit pengolahan (produksi)
• Mencegah kehilangan konsumen / menurunnya pasien
• Meningkatkan kepercayaan konsumen / pasien
• Mencegah pemborosan biaya
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran dan untuk memudahkan memahami isi
laporan ini, maka penulis menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang data atau informasi secara keseluruhan
dari laporan ini, yaitu mengenai tujuan dan ruang lingkup kegiatan
kerja praktik teknologi produksi.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai pedoman atau pegangan bagi penulis dalam membahas
masalah yang timbul dalam membahas masalah yang timbul dalam
penelitian ini dilandasi dengan teori-teori.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisikan tahapan-tahapan secara sistematis yang
dilakukan untuk pemecahan masalah
����������������� ����� � ����� � ����� � ����� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������%%%%����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini mengemukakan tentang pengumpulan data yang diperoleh
selama penelitian untuk kemudian dilakukan pengolahan data.
BAB V : ANALISIS
Pada bab ini berisikan analisis data-data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan dan pengolahan data.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang didapat dari bab-bab
sebelumnya serta memberikan saran-saran yang bersangkutan
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.�
��������������������
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hazard Analysis Critical Control Pointss (HACCP)
2.1.1 Pengertian HACCP
HACCP kepanjangan dari Hazard Analysis and Critical Control Points
(Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis) dan mempunyai pengertian bahwa
HACCP itu merupakan sistem manajemen keamanan pangan, yaitu sebuah upaya
untuk mengelola pangan dengan jalan mengurangi resiko kontaminasi mulai dari
pemanenan, proses produksi hingga penyajian agar produk aman dikonsumsi. Adanya
pengertian tersebut memberikan gambaran bahwa penerapan HACCP itu
mengedepankan upaya preventive atau pencegahan. Dilakukan dengan jalan
memperketat pengontrolan setiap tahapan titik kritis pada proses pengadaan pangan
hingga pangan dinyatakan aman dan terbebas dari kontaminan.
Pengertian lain tentang HACCP adalah “suatu sistem yang mengidentifikasi,
mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang nyata bagi keamanan pangan”,
definisi tersebut dikemukakan oleh BSN (1998).
Sistem HACCP melakukan analisis dan pengendalian secara seksama
terhadap bahaya atau resiko biologis, kimia dan fisik dari bahan baku produksi,
pengadaan dan penanganan dalam manufacturing, distribusi dan konsumsi dari
produk akhir.
Secara spesifik dapat dikatakan bahwa HACCP merupakan suatu sistem
manajemen kualitas yang secara efektif dan efesien menjamin keamanan pangan
sampai menjadi makanan siap santap. Sistem HACCP melakukan analisis dan
pengendalian secara seksama terhadap bahaya atau resiko biologis, kimia dan fisik
dari bahan baku produksi, pengadaan dan penanganan dalam manufacturing,
distribusi dan konsumsi dari produk akhir.
Publikasi HACCP yang telah diperkenalkan Codex Alimentarius Commision
tentang tujuh prinsip HACCP dan dua belas langkah pedoman penerapanya yang
diadopsi oleh badan standarisasi Nasional.
������������������()���()���()���()����� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
2.1.2 Tujuan HACCP
HACCP mempunyai tujuan-tujuan yang dapat jabarkan dalam dua segi yaitu
umum dan khusus. Dari segi umum dapat diketahui tujuan HACCP adalah untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara mencegah atau mengurangi kasus
keracunan dan penyakit melalui makanan (“Food born disease”). Sedangkan dari
secara khusus HACCP adalah sebagai berikut :
• Mengevaluasi cara produksi makanan apakah dapat menimbulkan bahaya atau
tidak
• Memperbaiki cara produksi makanan
• Memantau & mengevaluasi penanganan, pengolahan, sanitasi
• Meningkatkan inspeksi mandiri
2.1.3 Manfaat Penerapan HACCP
Dalam menggunakan metode HACCP tentu dapat dirasakan manfaat dari
metode ini antara lain sebagai berikut :
• Mencegah penarikan makanan
• Meningkatkan jaminan Food Safety
• Pembenahan & “pembersihan” unit pengolahan (produksi)
• Mencegah kehilangan konsumen / menurunnya pasien
• Meningkatkan kepercayaan konsumen / pasien
• Mencegah pemborosan beaya
2.1.4 Pedoman Penerapan HACCP
Penerapan HACCP tetap harus dimulai dari komitmen menejemen.
Manejemenpuncak yang komitmen pada penerapan sistem ini akan memperhatikan
tanggung jawabnya. Berbagai konsekuensi pengeluaran yang berkait dengan biaya ini
tentu hanya dapat dipenuhi apabila ada komitmen yang kuat.
1. Membentuk Tim HACCP
Tim HACCP adalah kelompok orang didalam perusahaan yang bertugas
untuk merancang, menerapkan, dan mengendalikan sistem HACCP. Tim
tersebut dapat dibentuk oleh wakil manejemen atau dapat pula diangkat
������������������()���()���()���()����� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������&&&&����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
bersama pengangkatan wakil manejemen oleh pimpinan perusahaan. Tim
HACCP sebaiknya terdiri dari perwakilan seluruh departemen yang ada di
dalam perusahaan serta berasal dari disiplin ilmu yang berbeda. Apabila
keahlian tidak tersedia secara internal, boleh digunakan konsultan dari pihak
luar.
2. Mendeskripsikan Produk
Deskripsi produk adalah perincian informasi lengkap mengenai roduk yang
berisi tentang komposisi, sifat fisik atau kimia, perlakuan mikrosida atau
mikrostatis, pengemasan, kondisi penyimpanan, daya tahan, cara distribusi,
bahkan cara penyajian dan persiapan konsumsinya. Selain itu , perlu pula
dicantumkan informasi mengenai produsen, batch produksi, tanggal produksi,
kadalwarsa, dan berbagai informasi umum lainnya.
3. Identifikasi Rencana Penggunaan
Setiap produk yang akan dikendalikan melalui penerapan sistem HACCP
terlebih dahulu harus ditentukan rencana penggunaan atau dengan kata lain
harus diidentifikasikan terlebih dahulu sasaran konsumennya. Suatu produk
langsung dikategorikan memiliki risiko tinggi apabila masuk ke dalam salah
satu kategori konsumsi populasi berikut ini :
1. Untuk konsumsi bayi
2. Untuk ibu hamil dan menyusui
3. Untuk konsumsi manula
4. Untuk konsumsi orang sakit dan orang dalam perawatan penyembuhan
5. Untuk konsumsi orang dengan daya tahan tubuh rendah atau alergi
terhadap senyawa tertentu.
4. Penyusun Bagan Alir
Proses yang dilalui untuk menghasilkan produk yang akan menerapkan
HACCP harus disususn bagan alirnya. Bagan alir atau diagram alir yang
dibuat harus memuat semua tahapan didalam operational produksi. Deskripsi
diagram alir sedapatnya harus mampu menggambarkan kondisi nyata proses
produksi.
������������������()���()���()���()����� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������''''����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Diagram alir yang baik untuk penerapan sistem hendaknya memuat beberapa
informasi berikut :
1. Bahan yang diolah dalam setiap proses;
2. Peralatan yang digunakan dan kondisi pengoperasiannya;
3. Kondisi proses pengolahan;
4. Proses pemeriksaan lengkap dengan tolok ukur ujinya;
5. Menggambarkan pergerakan bahan dari suatu tahap ke tahap berikutnya;
6. Menggambarkan dengan jelas titik keluar dan bentuk keluaranya;
7. Akan lebih baik apabila dapat disusun dengan prinsip keseimbangan
bahan dan energy;
8. Guna mengantisipasi kontaminasi silang, dalam kasus tertentu boleh juga
diikuti dengan peta lengkap tata letak pabrik, mesin pabrik, hingga
identifikasi operator.
5. Konfirmasi Bagan Alir di Lapangan
Bagan alir yang dibuat belum dapat dikatakan sama dengan proses sebenarnya
di lapangan, tapi masih memerlukan evaluasi dan kepastian melalui
pengamatan langsung. Berbekal diagram alir yang tersedia, dilakukan
pemeriksaan ke dalam lini produksi pabrik dengan sangat hati-hati dan teliti.
Jalur masuk beberapa bahan pembantu produksi sepanjang lini proses harus
dapat dapat di ungkpkan jelas pada saat melakukan verifikasi bagan alir di
lapangan. Jalur masuk ini dapat membawa kontaminan yang berdampak serius
pada produk akhir, sehingga penggambaran jumlah, sifat, perilakunya perlu di
deskripsikan secara jelas.
2.1.5 Prinsip HACCP
Dalam HACCP terdapat prinsip-prinsip yang perlu di terapkan, prinsip-
prinsip tersebut terdiri dari tujuh hal sebagai berikut:
1. Identifikasi Bahaya Potensial
� Terdapat tiga potensi bahaya yang perlu dikenali yaitu bahaya fisika, kimia
dan mikrobiologi.
������������������()���()���()���()����� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������%%%%����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Sumber-sumber bahaya kimia yang terdapat pada makanan disajikan dalam
gambar 2.1
Gambar 2.1 Sumber-Sumber Bahaya Kimia (Sumber: Susilo, 2009)
� Bahaya fisika berupa benda asing, kerikil, besi, jarum, peniti dll.
� Bahaya kimia berupa; racun, bahan tambahan pangan yang tidak
dianjurkan (formalin, metanil yellow, Rhodamin B dll)
� Bahaya mikrobiologi berupa bakteri patogen (bakteri penyebab penyakit
bagi manusia).
Berikut adalah contoh formulir yang dapat mempermudah mengidentifikasi
bahaya yang terdapat pada makanan: Tabel 2.1 Formulir 1 Identifikasi Jenis Bahaya
NO. TAHAPAN PROSES BAHAYA POTENSIAL
PENYEBAB BAHAYA
UPAYA PENGENDALIAN
Sumber : Modul Pelatihan Penerapan HACCP (Teknik Industri UNISBA, 2009)
Ket. B (M) = Biologis (Mikrob) ; K = Kimia ; F = Fisik
������������������()���()���()���()����� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������****����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Kelompok-kelompok bahaya dapat di lihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.2 karakteristik bahaya
KEL.
BAHAYA KARAKTERISTIK
A
Kelompok makanan KHUSUS yang terdiri dari makanan
NON STERIL yang ditujukan untuk konsumen beresiko
tinggi, seperti bayi, balita, orang sakit/pasien, orang tua, ibu
hamil, ibu menyusui, usia lanjut
B Makanan yang mengandung bahan / ingridien yang
SENSITIF terhadap bahaya biologis, kimia, atau fisik
C
Di dalam proses pengolahan makanan TIDAK terdapat tahap
yang dapat membunuh mikroorganisme berbahaya atau
mencegah / menghilangkan bahaya kimia / fisik
D
Makanan kemungkinan mengalami PENCEMARAN
KEMBALI setelah pengolahan SEBELUM pengemasan /
penyajian
E
Kemungkinan dapat terjadi KONTAMINASI KEMBALI
atau penanganan yang salah SELAMA distribusi, penanganan
oleh konsumen / pasien, sehingga makanan menjadi
berbahaya bila dikonsumsi
F
Tidak ada proses pemanasan setelah mengemasan / penyajian
atau waktu dipersiapkan di tingkat konsumen / pasien yang
dapat memusnahkan / menghilangkan BAHAYA BIOLOGIS.
- Atau Tidak ada cara bagi konsumen untuk mendeteksi,
menghilangkan, atau menghancurkan BAHAYA KIMIA atau
FISIK
Sumber : Modul Pelatihan Penerapan HACCP (Teknik Industri UNISBA, 2009)
������������������()���()���()���()����� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������$$$$����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Tabel 2.3 Formulir 1 Identifikasi Jenis Bahaya NO BAHAYA /
INGRIDIEN KEL. BAHAYA KATEGORI
RESIKO A B C D E F Makanan “Tape Bahan mentah
1 23
Sumber : Modul Pelatihan Penerapan HACCP (Teknik Industri UNISBA, 2009)
Keterangan :
A = Makanan untuk konsumen beresiko tinggi (a.l. pasien & gol. Resti)
B = Mengandung bahan yang sensitif thd bahaya biologis/kimia/fisik
C = Tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = Kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
E = Kemungkinan penanganan yang salah selama distribusi /konsumsi
F = Tidak ada cara mencegah/menghilangkan bahaya oleh konsumen
2. Tentukan Titik Kendali Kritis (CCP)
Titik Kendali kritis atau Critical Control Points (CCP) adalah suatu titik tahap
atau prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan sehingga bahaya keamanan
pangan dapat dicegah, dihilangkan, atau dikurangi sampai tingkat yang dapat diterima
(Hermawan Thaheer, 2005).
Titik Kendali kritis atau Critical Control Points (CCP) merupakan tahapan
dalan rangkaian proses penyelenggaraan makanan yang harus dikontrol. Tahapan
kritis ini harus diketahui dan dikontrol agar tidak terjadi kontaminasi pada pangan
yang hendak diproduksi. Jadi CCP ini berhubungan dengan keamanan pangan.
Pengelompokan dan cara penetapan CCP ada dua hal, yaitu:
CCP1 � menghilangkan atau mencegah bahaya
CCP2 � mengurangi bahaya (tdk dpt menghilangkan)
Pengelompokan dan cara penetapan CCP di jelaskan dijabarkan dalam gambar
2.3, gambar 2.4, dan gambar 2.5 dibawah ini :
������������������()���()���()���()����� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������++++����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 2.3 CCP Dessission Tree Bahan Mentah (Sumber: Susilo, 2009)
Gambar 2.4 CCP Dessission Tree Penentuan Komposisi (Sumber: Susilo, 2009)
Gambar 2.5 CCP Dessission Tree Tahap Proses (Sumber: Susilo, 2009)
������������������()���()���()���()����� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������,,,,����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
3. Tentukan Batas-batas Kritis (Critical Limits) pada tiap Titik Kendali
Kritis (TKK)
Batas kritis (Critical Limit) adalah batas maksimum atau minimum dari setiap
CCP atau merupakan toleransi yang harus dipenuhi agar menjamin CCP efektif
dalam mengendalikan bahaya fisika, kimia dan biologi. Suatu batas kritis digunakan
untuk memisahkan antara kondisi-kondisi operational yang aman dan tidak aman
pada suatu TKK.
Batas-batas kritis harus berdasarkan pendekatan ilmiah. Untuk setiap TKK,
sedikit ada satu criteria untuk keamanan produk yang harus dipenuhi. Batas kritis
criteria untuk keamanan produk, dapat diturunkan atau diperoleh dari sumber-sumber
seperti :
a. Data yang sudah terpublikasi dan codex, ICMSF, FDA, Depkes, deperindang,
SNI, BPOM, dan lain-lain.
b. Saran pakar konsultan, asosiasi peneliti, perusahaan peralatan, pemasok bahan
kimia sanitasi, ajli mikribiologi, toksikologi, sarjana teknik proses;
c. Data percobaan berupa percobaan pabrik, pemeriksaan mikrobiologi spesifik
dan produk dan ingredient;
d. Modeling matematika berupa simulasi computer terhadap karakteristik
ketahanan hidup dan pertumbuhan bahaya mikrobiologi dalam sistem pangan.
4. Pembuatan Sistem Pemantauan
Adanya sistem pemantauan ini memungkinan seorang penyelenggara
makanan minuman untuk memastikan bahwa pelaksanaan sistem HACCP tetap
berjalan atau berhenti. Sistem pemantauan ini memuat tata cara dan langkah-langkah
penting dalam menjaga konsistensi hasil sistem HACCP. Selanjutnya sistem
Pemantauan ini disebut dengan SOP (Standart Operational Prosedure).
������������������()���()���()���()����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������#�#�#�#����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Tabel 2.4 Pemantauan Batas Kritis Kondisi/konsekuensi Contoh
Terjadi bahaya bagi kesehatan Ditemukannya pecahan kaca atau tulang pd makanan & Ditemukan mikroba patogen pada makanan
Kemungkinan bahaya dapat meningkat / berkembang
• Pemanasan yang kurang • Suhu pendinginan yang kurang • Sarana penyajian-Disrtb-Konsm <<<
Produk diolah pada kondisi yang tidak menjamin kesehatan
• Pencatat suhu rusak • Pencatat waktu rusak • H-S alat, ruang, tenaga <<<
Mutu bahan mentah tidak memenuhi syarat
Residu pestisida pada sayuran/ buah, Logam berat pada ikan, Formalin � ayam/mie basah/tahu basah, Boraks � bakso / mie, Σangka kuman, Adanya mikroba patogen, Angka asam ↑ pd minyak & produknya, Gas NH3 & H2S pada hewani, Mikotoksin (a.l. bm kering) & racun alami
Sumber : Modul Pelatihan Penerapan HACCP (Teknik Industri UNISBA, 2009)
5. Pembuatan Prosedur Tindakan Koreksi
Terjadinya deviasi (tidak sesuai dengan rancangan produksi) merupakan hal
mungkin terjadi di lapangan, maka perlu ada prosedur tindakan koreksi. Prosedur
Tindakan Koreksi ini berisikan langkah-langkah atau tindakan-tindakan yang harus
dilakukan pada saat hasil pemantauan menunjukan adanya penyimpangan yang tak
terkendali dari hasil yang diharapkan.
Tindakan koreksi yang efektif harus memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Mampu mengatasi dan menghilangkan masalah secara tuntas;
2. Mencegah perulangan kejadian kesalahan yang sama;
3. Mudah dan rasional untuk dilaksanakan;
4. Efesien dalam menggunakan sumber daya;
5. Menyelesaikan masalah secara cepat.
�
�
�
�
������������������()���()���()���()����� ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Tabel 2.5 Contoh Batas Kritis Bahaya TKK Batas Kritis
Bakteri patogen tidak berspora Pasteurisasi 72 ° C, 15 menit
Potongan logam Metal Ditektor potongan metal > 0.5 mm
Bakteri patogen tidak berspora Tahap pengasaman Maks. pH 3.6 untuk mengontrol pertumbuhan C botulinum dalam makanan asam
Histamin Penerimaan Maks. 25 ppm pada tuna
Nitriot berlebih Penggaraman Maks. 200 ppm nitrit pada produk akhir
Bakteri patogen tidak berspora Pengeringan dengan oven Aw � 0.85 untuk mengontrol pertumbuhan
Allergen Pelabelan Label harus ada dan informasi pada label benar
Sumber : Modul Pelatihan Penerapan HACCP (Teknik Industri UNISBA, 2009)
6. Pembuatan Prosedur Verifikasi
Kegiatan vertifikasi terdiri dari empat jenis kegiatan, yaitu validasi HACCP,
meninjau hasil pemantauan, pengujian produk, dan auditing. Frekuensi vertifikasi
harus dilakukan secukupnya untuk mengkonfirmasikan bahwa sistem HACCP
bekerja secara efektif.
7. Pembuatan Dokumentasi dan Pencatatan
Setiap penyelenggaraan makanan dan minuman mesti mendomukentasikan
dan membuat catatan terhadap segala kejadian yang berkaitan dengan sistem
HACCP. Meskipun nampak sederhana bagian ketujuh merupakan bagian yang cukup
sulit diantara prinsip yang lain. Catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang harus
disimpan untuk sistem HACCP adalah :
1. Ringkasan analisa bahaya, termasuk alasan-alasan untuk menenetukan bahaya
dan ukuran-ukuran pengendalian atau usaha-usaha perlindungan bahaya.
2. Rencana HACCP
3. Daftar Tim HACCP dan tanggung jawab yang dispesifikasikan
4. Deskripsi produk dan metode pendisribusian produk, maksud penggunaan
produk, dan pelanggan pasar.
5. Diagram alir yang telah diverivikasi
6. Tabel ringkasan rencana HACCP yang mencakup : CCPs, bahaya-bahaya,
batas-batas kritis, monitoring, tindakan-tindakan korektif, prosedur dan jadwal
vertivikasi, dan prosedur pengendalian dokumen atau catatan hasil HACCP.
������������������()���()���()���()����� ����������������������������������������
�
���������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�# !����"��##$#�# !����"��##$#�# !����"��##$#�#����
Ketujuh prinsip
antara satu prinsip de
2.2 Sanitasi Indu
Sanitasi adala
Sanitasi ini merupak
menerapkan Good M
mencegah penyakit k
menghilangkan atau m
berperan dalam pem
pengolahan, pengem
distribusikan.
Tiga kunci p
produk panan dikata
produksi dikerjakan d
telah tercemar oleh ko
Tujuan ditetap
kontaminan dari m
����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������
����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������#%#��#%#��#%#��#%#������
p HACCP yang telah dibahas diatas dapat
engan prinsip lainya seperti pada gambar 2.5 b
Gambar 2.6 Hubungan Prinsip HACCP (Susilo, 2009)
ustri
ah serangkaian proses yang dilakukan untuk m
kan hal penting yang harus di miliki indu
Manufakturing Practices (GMP). Sanitasi dilak
kecelakaan dari konsumsi pangan yang dipr
mengendalikan factor-faktor di dalam pengel
mindhan bahaya (Hazard) sejak penerim
masan, dan penggudangan produk sampai
eraturan pemerintah mengenai keamanan p
akan tercemar apabila pada tahap persiapa
dalam kondisi yang tidak saniter, baik terce
otoran yang membahayakan kesehatan.
pkanya sanitasi di industri pangan adalah un
makanan dan mesin pengolahan makanan
����������������������������������������������������������������������������������������������������
t dilihat keterkaitan
berikut :
menjaga kebersihan.
ustri pangan dalam
kukan sebagai usaha
roduksi dengan cara
lolahan pangan yang
maan bahan baku,
i produk akhir di
pangan adalah suatu
an pengemasan dan
emar oleh Filth atau
ntuk menghilangkan
n serta mencegah
������������������()���()���()���()����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������&�&�&�&����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
kontaminasi kembali. Pada prinsipnya sanitasi adalah kebersihan, proses dilakukan
dalam kondisi bersih sudah tentu cemaran kimia, fisik, mikrobiologi tidak akan di
temukan dalam jumlah yang relative banyak.
Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolahan limbah, dan hygiene
pekerja yang terlibat. Hubungan ketiganya dapat dilihat pada gambar 2.6. Proses
sanitasi meliputi pembersihan di dalam maupun di luar area proses. Hal-hal yang
berpengaruh dalam pembersihan, antara lain suhu, waktu, konsentrasi larutan yang di
pakai, dan perlakuan mekanis. Untuk hygiene karyawan sanitasi meliputi cuci tangan
dan pemebersihan badan sebelum masuk ke area pemrosesan atau memegang semua
peralatan dan makana yang akan di olah, melepas semua peshiasan yang dipakai,
menggunakan pakaian yang bersih, menutup rambut dengan topi, menutup tangan
dengan sarung tangan, dan menggunakan alas kaki.
Gambar 2.7 Proses Sanitasi (Sumber: Thaheer, 2005)
2.2.1 Tahap-Tahap Hygiene dan Sanitasi
Proses hygiene dan sanitasi dilakukan pada mesin dan peralatan produksi
sampai gedung dan fasilitas pabrik. Prosedur untuk melaksanakanya harus di
sesuaikan dengan jenis dan tipe mesin serta peralatan pengolahan yang digunakan.
Ada lima tahapan standar yang biasanya digunakan untuk sanitasi. Kepentingan dan
tahapan sanitasi ini sangat bergantung pada apa yang akan kita sanitasi sehingga tidak
jarang beberapa tahapan sanitasi dilakukan pada saat bersamaan. Kelima tahapan
sanitasi tersebua dlah sebagai berikut :
1. Pre Rinse
Pre Rinse (langkah awal) merupakan suatu tahap awal yang dilakukan sebagai
persiapan untuk kegiatan pembersihan. Proses ini bertujuan untuk
������������������()���()���()���()����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������'�'�'�'����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
menghilangkan tanah dan sisa makanan dnegan cara mengerik, membilas
dengan air, menyedot kotoran dan sebagainya.
2. Pembersihan
Proses ini dilakukan untuk menghilangakan tanah tau sisa makanan dengan
cara mekanis atau mencuci dengan lebih efektif. Pada tahapan ini biasanya
pembersihan dilakukan dengan menggunakan air dan detergen, bahkan untuk
noda-noda tertentu, sperti minyak dapat dibersihkan dengan air hangat dan
sabun.
3. Pembilasan
Pembilasan dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran
yang mungkin masih tertinggal setelah proses pembersihan, seperti tanah atau
sisa makanan. Pembilasan yang paling efektif adlah dengan menggunakan air
yang mengalir.
4. Desinfection
Pemberisahan akhir dengan menggunakan disinfektan sangat disarankan
untuk menghilangakan bakteri yang mungkin masih bertahan pada proses
pembersihan. Pembersihan dengan menggunakan disinfektan biasanya
dipadukan dengan pemanasan atau dengan menggunakan bahan kimia seperti
pemutih namun beberapa disinfektan dapat juga mengontaminasi makanan
sehingga terkadang perlu dilakukan pmbilasan kedua.
5. Drying
Pembilasan kering dilakukan agar tidak ada genangan air yang dapat menjadi
tempat pertumbuhan mikroba. Pengeringan ini biasanya menggunakan
evaporator atau dengan menggunakan lap yang bersih.
2.2.2 Delapan Kunci Sanitation Standard Operating Prosedur (SSOP)
Menurut Food and Administration USA maka SSOP umumnya meliputi
delapan aspek, yaitu sebagai berikut:
������������������()���()���()���()����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������%�%�%�%����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
1. Keamanan Air
SSOP untuk keamanan air mencakup dan prosedur standar yang digunakan
untuk menjamin keamanan air. Di dalamnya akan di tetepkan tahap-tahap
perlakuan untuk air yang diterapkan agar diperoleh air dengan kualitas
tertentu. Misalnya, untuk memenuhi standar air minum untuk air yang kontak
dengan makanan, dan untuk pembuatan es. Dengan demikian, tidak ada
kontaminasi silang antara air yang siap minum (PoTabel) dan siap
minum(NonpoTabel).
2. Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Makanan
SSOP untuk kebersihan permukaan peralatan atau sarana dalam pabrik yang
kontak dengan makanan berisi standar prosedur pembersihan dan sanitasi alat,
frekuensi pembersihan, dan petugas yang bertanggung jawab. Prosedur
pembersihan harus mencakup cara (metode) pembersihan baik dengan
penyemprotan, busa gel, detergen ionis, non ionis, maupun kationik serta
konsentrasi yang digunakan. Prosedur sanitasi akan mencakup sanitasi cara
jenis sanitizer yang digunakan apakah uap panas, air panas, ultra violet atau
bahan kimia yang di ijinkan seperti kiorin, iodofor, atau ammonium koartener,
dan konsentrasi yang di gunakan. Permukaan yang kontak dengan makanan
juga mencakup peranti sarung tangan pekerja.
3. SSOP untuk Pencegahan Kontaminasi Silang
SSOP ini berisi prosedur-prosedur untuk menghindarkan produk dan
kontaminasi silang dari pekerja, bahan menta, pengemas, dan permukaanyang
kontak dengan makanan.
4. SSOP untuk Kebersihan Karyawan
SSOP ini meliputi fasilitas cuci tangan, sanitasi tangan, serta toilet yang
digunakan. Di dalamnya tercakup prosedur, penjadwalan, petugas
pembersihan dan jenis pembersihan yang digunakan.
5. SSOP untuk Pencegahan Adulterasi
Di dalam program ini tercakup prosedur-prosedur yang lazim digunakan
untuk mencegah tercampurnya bahan-bahan non pangan ke dalam produk
pangan yang di hasilkan, permukaan dengan makanan. Bahan-bahan dan
������������������()���()���()���()����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������*�*�*�*����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
pangan yang dimaksud meliputi, pelumas, bahan bakar, senyawa pembersih
sanitizer, serta cemaran kimia, dan cemaran fisik lainya.
6. SSOP untuk Pelabelan dan Penyimpanan yang Tepat
SSOP ini mencakup tata cara dan jenis pelabelan yang diterapkan pada bahan-
bahan kimia yang digunakan, baik untuk produksi maupun pembersihan
fumigasi, desinfeksi, dan sebagainya. Untuk itu pelabelan dan penyimpanan
dapat digolongkan berdasarkan jenis makanan.
7. SSOP untuk Pengendalian Kesehatan Karyawan
SSOP ini mencakup pengendalian kesehatan bagi karyawan agar tidak
menjadi sumber kontaminasi bagi produk, bahan kemasan, atau permukaan
yang kontak dengan makanan. Dalam SSOP ini terdapat ketentuan mengenai
cara pelaporan karyawan yang sakit atau mendapatkan perawatan karena sakit
termasuk disini penjadwalan bagi pemeriksaan rutin kesehatan karyawan,
imunisasi, dan pengujian untuk penyakit-penyakit tertentu.
8. Pemberantasan Hama
Hama merupakan binatang atau serangga yang tidak dikehendaki
keberadaanya sadikit ataupun banyak dalam makanan manusia. Beberapa
serangga memang sebenarnya hidup dan berkembang biak di produk pangan
dan merusak produk tersebut, karenanya perlu dilakukan pengendalian hama
yang tidak di inginkan dalam lingkungan industri. Hama sering kali
menyebabkan kontaminasi yang membahayakan, pada banyak kasus dapat
menyebabkan food borne illness bahkan kematian.
2.3 Keamanan Pangan Menurut Konsep Islam
Ajaran islam yang telah diturunkan kepada manusia adalah untuk kebaikan
umat. Tujuan ajaran tersebut adalah membantu dan mendidik kehidupan di dunia ini
dengan menerapkan batasan-batasan halal dan haram menjamin keharmonisan hidup.
Halal dan haram di dalam islam telah difahami oleh kaum muslimin dengan jelas
karena kedua-duanya telah disebut dalam Al-Quran dan Hadist. Umat Islam dilarang
sama sekali melalakukan perbuatan yang menjuruskan kepada haram dan
diperintahkan menggalakan perbuatan halal dalam aspek ibadat, muamalat begitu
������������������()���()���()���()����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������$�$�$�$����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
juga dengan makanan dan minuman. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Quran,
surat Al-Baqarah ayat 172.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik
yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya
kepada Allah kamu menyembah. (QS. 2:172)
surat Al-Baqarah ayat 173.
Artinya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 2:173)
Dalam surah Al-Baqarah ayat 168, Allah menyatakan :
Artinya “ Wahai sekalian manusia! Makanlah daripada apa yang ada di bumi, yang
halal dan baik”
Dalam surat ‘Abasa 24, Allah menyatakan:
Artinya: “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.” (Q.S. ‘Abasa
24)
������������������()���()���()���()����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������+�+�+�+����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Ayat-ayat tersebut menjelaskan makanan dan minuman yang di halalkan dan
di haramkan oleh Allah. Walaupun demikian, dalam keadaan darurat dibolehkan
makan makanan yang haram dengan syarat makan sekedarnya.
Disamping itu, islam menghalalkan umat manusia supaya menjaga kualitas
produk makanan, minuman yang halal, bersih, berkualitas dan berkhasiat melalui
perkataan Tayyib dalam ayat-ayat di atas. Oleh kerena itu, setiap orang muslim harus
lebih teliti terhadap barang keperluan makanan dan minuman mereka secara khusus
karena umat islam terikat dengan konsep halal dan haram sebagaimana yang
dikehendaki oleh hokum syarak. Ketrikatan ini tidak membataskan tempat dan waktu.
Berkenaan dengan pedagangan makanan, maka akan digunakan label ‘halal’,
ditanggung Halal’ atau ‘Makanan Islam atau kata-kata lain yang menunjukan bahwa
orang-orang Islam dibenarkan oleh agama untuk makan makanan itu. Jadi makanan
yang berlabel tersebut mempunyai batasan-batasan, sebagai berikut :
a. Makanan tidak mengandung benda dari binatang yang orang Islam dilarang
oleh hokum syarak atau yang tidak disemblih mengikuti syarak;
b. Tidak mengandung benda najis sesuai hokum syarak;
c. Tidak diproses dengan menggunakan alat yang tidak bebas dari benda-benda
najis sesuai hokum syarak;
d. Disimpan tidak bersentuhan dengan makanan yang tidak memenuhi (a), (b),
atau (c).
Pengaturan makanan dan minuman menurut Islam di Indonesia masih belum
mendapat perhatian secara menyeluruh, tidak seperti yang dilakukan di kerajaan
Malaysia. Oleh sebab itu, materi pelatian ini akan membahas sistem dan aplikasi
pengaturan makanan dan minuman menurut syariah Islam di Malaysia.
2.4 Makanan Higienis (Tayyiban)
Makanan higienis atau makana tayyiban adalah makanan bersih dan aman
untuk di konsumsi. Mengingat persoalan keamanan makanan pangan di Indonesia
memiliki implikasi yang sangat luas maka perlu segera mendapatkan perhatian yang
lebih serius. Terciptanya sistem keamanan yang ideal memerlukan keterlibatan
berbagai institusi untuk menjamin keamanan pangan, mulai dari hulu hingga ke hilir
������������������()���()���()���()����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������,�,�,�,����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
(From Farm to Fork), mulai dari proses pemanenan, distribusi, pengelolahan, hingga
di meja konsumen. Terciptanya kondisi keamanan pangan yang ideal adalah tanggung
jawab bersama.
�
������������������������
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
�Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
��������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� �����������������������������������������������������������������������������������������������
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
�Lanjutan Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
��������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� ���������������������������������������������������������������������������������������&&&&����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
3.2 Uraian Kerangka Pemecahan Masalah
1. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, maka langkah pertama yang harus
dilakukan yaitu mengidentifikasi masalahan yang ada diperusahaan terlebih dahulu,
dengan maksud untuk mengetahui permasalahan pada perusahaan pembuatan Tauco
Cap Biruang Cianjur . permasalahanya dalaha sebagai berikut:
1. Bagaimana aliran proses untuk membuat Tauco Cair Cap Biruang Cianjur?
2. Apa bahaya potensial yang terjadi pada setiap proses yang dilakukan?
3. Berapa batas kritis (critical limits) yang diperbolehkan pada setiap Titik
Kendali Kritis (TKK) yang ditemukan?
4. Apa tindakan pemantauan yang dilakukan pada setiap TKK?
5. Apa tindakan perbaikan yang harus dilakukan dan siapa yang bertanggung
jawab dalam menjaga kualitas dan keamanan pangan pada setiap tahapan
prosesnya?
Dengan mengetahui bahan-bahan dan alat-alat apa saja yang di gunakan
dalam pembuatan tauco cair diharapkan dapat membantu menyelesaikan persolan
yang ada.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kepastian kelayakan
dan kemanan tauco sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat luas akan kuliner
khas Cianjur Indonesia yang perlu di lestarikan dan di kembangkan.
2. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai
beberapa tujuan , yaitu antara lain:
Berdasarkan perumusan di atas maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan
yang hendak dicapai diantaranya:
1. Menguraikan aliran proses untuk membuat Tauco Cair Cap Biruang Cianjur?
2. Mengetahui bahaya potensial yang terjadi pada setiap proses yang dilakukan?
3. Mengetahui batas kritis (critical limits) yang diperbolehkan pada setiap Titik
Kendali Kritis (TKK) yang ditemukan?
��������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� ���������������������������������������������������������������������������������������''''����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
4. Mengetahui tindakan pemantauan yang dilakukan pada setiap TKK?
5. Mengetahui tindakan perbaikan yang harus dilakukan dan siapa yang
bertanggung jawab dalam menjaga kualitas dan keamanan pangan pada setiap
tahapan prosesnya?
3. Tinjauan Pustaka
Tahap ini membahas tentang landasan teori-teori dari penelitian yang akan
dilakukan. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, abstrak, definisi, proporsi untuk
menerapkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan dengan konsep. Sehingga untuk lebih memahami suatu permasalahan yang
sedang dihadapi, maka upaya untuk memecahkan permasalahan tadi di tunjang
dengan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahanya.
4. Pengumpulan Data
Tahapan selanjutnya adalah Pengumpulan Data. Dalam tahap ini data-data
yang dibutuhkan untuk proses pengolahan data diperoleh melalui beberapa cara hal
berikut ini:
1. Metoda Observasi langsung
Yaitu dengan melakukan penelitian langsung di lapangan dan dengan cara
mengamati objek yang diteliti secara langsung.
2. Metoda Wawancara
Yaitu suatu teknik pengumpulan data melalui wawancara atau tanya jawab
langsung kepada narasumber yang bersangkutan dengan objek yabg diteliti.
3. Studi literature
Yaitu bentuk perolehan data yang bersumber dari segenap teori-teori yang
berkenan dengan permasalahan, dari buku-buku dari materi perkuliahan, dan
internet.
Data-data yang di kumpulkan adalah :
a) Gambaran umum perusahaan
• Sejarah perusahaan
��������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� ���������������������������������������������������������������������������������������%%%%����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
• Struktur organisasi
• Tata letak Pabrik
b) Data tauco bahan-bahan Tauco
c) Kandungan Nutrisi pada Bahan Baku Tauco
d) Mesin dan Peralatan Produksi Tauco
e) Keadaan Aktual Sanitasi dan Keamanan Pangan
f) Keadaan aktual perusahaan saat ini
5. Pengolahan Data
Tahap pengolahan data ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari proses
pengumpulan data. Pada sub pengolahan data ini akan membahas tentang sanitasi dan
keamanan pangan, serta tahapan awal dalam penerapan Hazar Analysis Critical
Control Points (HACCP) dan prinsip-prinsip yang dilakukan dalam menerapkan
HACCP.
A. Tahap sanitasi dan kemamanan pangan yang dilakukan antara lain sebagai
berikut :
1. Keamanan Air
2. Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Makananan
3. Pencegahan Kontaminasi Silang
4. Kebersihan Pekerja
5. Pencegahan atau Perlindungan Audulterasi
6. Pelabelan dan Penyimpanan yang Tepat
7. Pengendalian Kesehatan Karyawan
8. Pemberantasan Hama
B. Tahap awal penerapan Hazar Analysis Critical Control Points (HACCP) adalah
sebagai berikut :
1. Pembentukan Tim Proyek Keamanan Pangan HACCP
2. Pendeskripsian Produk
3. Menyusun diagram Alir
4. Mengonfirmasi Diagram Alir di Lapangan
��������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� �������������������������������������������������������������������-��(���(.���� ����� ���������������������������������������������������������������������������������������****����
�
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
C. Menerapkan Tujuh prinsip HACCP sebagai berikut:
1. Menyusun Daftar Potensi Bahaya
2. menentukan Titik Kendali Kritis (TKK)
3.Tentukan Batas-batas Kritis (Critical Limits) pada tiap Titik Kendali Kritis
(TKK)
4. penyusunan sistem pemantauan Batas Kritis setiap TKK
5. penetapan tindakan perbaikan
6. penetapan Prosedur Verifikasi
7. Penenetapan dokumentasi dan pencatatan
6. Analisa dan Pembahasan
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan analisis terhadap pengolahan data tersebut. Analisis dilakukan
mulai dari pengumpulan hingga hasil pengolahan data. Pembahasan analisis hasil
pengolahan data dilakukan bertujuan untuk menjelaskan rangkaian proses pengolahan
data dari tahapap sanitasi keamanan pangan sampai dengan pengertjaan tahap awal
penerapan Hazar Analysis Critical Control Points (HACCP). Selain itu dilakukan
analisa tentang factor-faktor lain yang berkenaan dengan Hazar Analysis Critical
Control Points (HACCP) sehingga nantinya akan ditemukan solusi dalam mengatasi
permasalahan yang ada.
7. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan akan ditarik berdasarkan hasil analisa pada tahap sebelumnya.
Selain kesimpulan juga diberikan saran-saran yang dapat dilakukan untuk
penyempurnaan dan pengembangan lebih lanjut.
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////����������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan data
Untuk mengolah suatu data kita membutuhkan data-data awal yang akan
diolah untuk mendapatklan data-data yang akan diolah maka perlu melakukan
tahapan pengumpulan data. Dimana data yang di kumpulkan disini adalah data
yang berupa sumber daya baik itu berupa barang, jasa, atau pun mesin yang
kemudian akan di kumpulkan menjadi informasi yang dapat menunjang
pengolahahan data tersebut.
4.1.1 Data Umum Perusahaan
Perusahaan Tauco Cap Biruang berlokasi di Jalan Slamet Riyadi no. 28B
Kelurahaan Pamoyanan, Desa Pamoyanan, Kecamatan Cianjur Kota, kabupaten
Cianjur. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Bojong Herang / Solok
Pandan, sebelah barat dengan desa Limbangan Sari, sebelah timur dengan
Kelularahan Sayang, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sawah
Gede.
Lokasi tersebut termasuk kedalam lokasi yang ramai oleh lalu lintas
kendaraan termasuk angkutan umum, sehingga akan memudahkan jalur
transportasi baik untuk pembelian bahan baku maupun pemasaran produk Tauco
Cap Biruang. Selain itu, di daerah tersebut tersedia sumber listrik dan sumber air
yang banyak dan bersih untuk kegiatan produksi.
Perusahaan Tauco Cap Biruang memiliki bangunan yang berfungsi
sebagai tempat kegiatan produksi dengan luas tanah 1000 m² dan luas bangunan
500 m² dengan status milik sendiri. Di lokasi ini pula terletak kantor berada.
Perusahaan memiliki kendaraan operasional untuk kegiatan distribusi produk
maupun untuk keperluan produksi seperti pembelian bahan baku. Perusahaan
telah dilengkapi dengan peralatan penunjang produksi yang masih tergolong
sederhana.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////����������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
4.1.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Tauco Cap Biruang
Perusahaan Tauco Cap Biruang adalah sebuah perusahaan tauco yang
didirikian di Sentiong (daerah Cikaret, Cianjur) pada tahun 1960 oleh Bapak. H.
Moch Soleh. Pada mulanya, H. Moch Soleh bekerja diperusahaan orang lain yaitu
perusahaan Tauco Cap Meong, dimana pimpinan perusahaan tersebut menurut
kariawanya untuk dapat mendirikan usaha sendiri. Berbekal pengalaman kerja
selama sepuluh tahun diperusahaan tersebut akhirnya Bapak. H. Moch Soleh
mendirikan perusahaan tauco yang diberi nama perusahaan Tauco Cap Biruang.
Tujuan perusahaan Tauco Cap Biruang ini adalah karena masih tingginya
permintaan pasar terhadapa tauco khususnya di Cianjur, dan membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat di sekitar wilayah perusahaan.
Pada tahun pertama berproduksi, skala usaha pabrik tauco masih relatif
kecil yakni perhari maksimal menghasilkan 500 botol volume 240 ml dan tenaga
kerja yang bekerja pada perusahaan hanya berjumlah 3 orang. Pada tahun 1964
terjadi pergantian kepemilikan perusahaan Tauco Cap Biruang kepada generasi ke
dua yakni putranya bernama Bapak. H. E. Rosadi.
Pada masa kepemimpina Bapak. H.E. Rosadi, perusahaan tauco cap
biruang mulai memperlihatkan perkembangan dan peningkatan terutama hal mutu
produk tauco yang dihasilkan, salah satu usaha yang dilakukan oleh Bapak. H. E.
Rosadi adala mendaftarkan produk Tauco yang dihasilkan perusahaan kepada
departemen kesehatan RI dengan nomor Dep.kes RI No.MD.104527.
Pada tahun 1966 Lokasi perusahaan Tauco Cap Biruang pindah ke jalan
Slamet Riyadi, No. 28B Desa Pamoyanan, Kabupaten Cianjur-Jawa Barat hingga
sekarang. Pada tahun 2002, perusahaan ini telah terdaftar di Departemen
Perindustrian dan Perdagangan kota Cianjur dengan Surat Izin Usaha Perusahaan
(SIUP) dengan nomor 503/0355/PK/B/VII/2002 yang dikeluarkan pada tanggal 02
Juli 2002. Saat ini perusahaan Tauco Cap Biruang dipimpin oleh Bapak Johan
Arifin, yang merupakan generasi ke tiga dari perusahaan ini. Tenaga kerja yang
dimiliki saat ini berjumlah 8 orang. Modal yang dimiliki perusahaan pada awal
beroperasi adalah dari pinjaman Bank BNI sebesar Rp. 24.750.000,00.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik perusahaan didapatkan
informasi bahwa sejak berdirinya perusahaan Tauco Cap Biruang hingga sekarang
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������&&&&����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
mengalami dalam mengembangkan usahanya seperti pada saat krisis moneter
terjadi sekitar tahun 1998, perusahaan Tauco Cap Biruang mengalami
kemunduran jumlah produksi. Hal ini karena meningkatnya biaya produksi hingga
empat kali lipat, dilihat dari harga bahan dasar tauco yaitu kacang kedelai impor
yang melonjak tajam, menurunya daya beli masyarakat, dan semakin banyak
pesaing.
Produk yang dibuat oleh perusahaan Tauco Cap Biruang ada 2 jenis yaitu
tauco kering dan tauco basah dan di kemas dengan bernagai macam ukuran dan
bentuk kemasan dengan harga yang berbeda. Produk yang akan dibahas pada
penelitian ini adalah produk tauco cair yang dapat kita lihat pada gambar 4.1
berikut ini:
Gambar 4.1 Produk Tauco Cap Biruang Cianjur
4.1.3 Struktur Organisasi
4.1.3.1 Gambar Struktur Organisasi
Stuktur organisasi sangat diperlukan agar seluruh sumberdaya manusia
yang dimiliki perusahaan untuk berpartisipasi secara aktif dapat berjalan dengan
efektif dan efisien. Stuktur organisasi yan diterapkan oleh perusahaan Tauco Cap
Biruang adalah berbentuk garis atau lini dimana kekuasaan berjalan secara
langsung dari atasan kebawahan (Swastha, 1998). Perintah berasal dari pimpinan
sampai pada setiap orang yang berada pada jabatan yang lebih rendah ( bawahan),
yang dihubungkan dengan garis wewenang atau garis perintah.
Staf yang menjalankan aktivitas perusahaan terdiri dari beberapa bagian,
diantaranya bagian administrasi dan keuangan, bagian produksi dan pengadaan,
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������''''����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
serta bagian pemasaran. Strukrut organisasi perusahaan Tauco Cap Biruang dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Perusahaan Tauco Cap Biruang (Sumber: Perusahaan Tauco Cap Biruang, 2010)
4.1.3.2 Deskripsi Jabatan
Berdasarkan gambar struktur organisasi di atas berikut adalah uraian atau
deskripsi dari setiap posisi di perusahaan Tauco Cap Biruang.
1. Pimpinan
Perusahaan Tauco Cap Biruang dipimpin oleh generasi ketiga, yaitu Bapak
Johan Arifin. Sebagai seorang pemimpin, bapak johan memiliki
wewenang yang sangat besar dalam membuat perencanaan dan mengambil
keputusan-keputusan penting bertugas mengatur, mengarahkan dan
mengkoordinasikan semua kegiatan yang berlangsung di perusahaan.
Pimpinan perusahaan juga bertugas untuk menetapkan kebijaksanaan
jangka panjang maupun jangka pendek serta mengawasi kegiatan yang
berhubungan dengan produksi agar perusahaan dapat berjalan lancar.
2. Bagian Administrasi dan Keuangan
Bagian administrasi dan keuangan bertanggung jawab terhadap segala
urusan keuangan perusahaan Tauco Cap Biruang seperti keluar masuknya
uang serta membuat laporan keuangan. Selain itu, bertugas mengurus
arsip. Surat-surat penting, pembayaran pajak. Telepon, listrik, dan gaji
karyawan.
3. Bagian Produksi dan Pengadaan Bahan Baku
Bagian produksi bertanggung jawab untuk memproduksi sejumlah produk
sesuai dengan permintaan pembeli, melakukan pengadaan bahan baku
produksi, dan melakukan proses pengemasan produk agar siap dipasarkan.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������%%%%����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
4. Bagian Pemasaran
Bagian pemasaran bertugas dan bertanggung jawab untuk memasarkan
produk yang dihasilkan perusahaan. Melakukan berbagai aktivitas
pemasaran termasuk mencari pasra-pasar baru yang potensial untuk
dimasuki produk perusahaan.
4.1.4 Tata Letak Pabrik
Perusahaan Tauco Cap biruang mempunyai tata letak pabrik yang dapat
menunjukan jarak antar gudang dan tempat produksi, tempat fermentasi serta
tempat pencucian botol yang dapat mengakibatkan kontaminasi dengan bahan
pangan yang akan, sedang, dan sudah diproses. Tata letak pabrik pada perusahaan
tauco cap biruang dapat dilihat pada gambar 4.3 Untuk lantai dasar dan 4.4 untuk
lantai 2.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������****����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 4.3 Lantai dasar Perusahaan Tauco Cap Biruang
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������$$$$����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 4.4 Lantai 2 Perusahaan Tauco Cap Biruang
4.1.5 Tauco dan Bahan Baku
Tauco merupakan produk andalan industri rumahan yang menjadi khas
kota Cianjur. Tauco Mudah didapat di kota Cianjur dan dijadikan oleh-oleh bagi
masyarakat luar kota Cianjur yang singgah di Cianjur. Selain itu tauco telah
menjadi salah satu bahan pelezat makanan.
Bahan utama tauco adalah kedelai kuning yang diimpor dari Amerika dan
diperolehdari KOPTI Cianjur. Tauco merupakan produk yang diadaptasi dari
negeri Cina, setelah biji kedelai kuning direbus, lalu ditambahkan garam dan
mikroba alami, kemudian hasilnya tauco akan berwarna cokelat kemerahan.
Rasanya gurih asin dan sering ditambahkan ke dalam aneka tumisan dan masakan
lainnya.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������++++����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Selain itu kedelai yang digunakan untuk pembuatan tauco harus kedelai
yang varietasnya sama untuk setiap produksi. Hal ini akan berkaitan dengan
standar mutu tauco. Selain kedelai, dalam proses pembuatan tauco dibutuhkan
juga bahan penunjang, diantaranya yaitu gula aren (gula merah), garam, tepung
beras ketan, air dan kayu bakar. Bahan penunjang ini sebagian besar diperoleh
dari berbagai daerah disekitar Cianjur, contohnya kayu bakar didapatkan dari
Jebrod. Jumlah pemasok bahan baku dan bahan penunjang tetap pada perusahaan
Tauco Cap Biruang hingga saat ini adalah lima pemasok. Secara rinci jenis-jenis
bahan baku dan bahan pelengkap yang digunakan oleh perusahaan Tauco Cap
Biruang dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Jenis Bahan Baku, Bahan Penunjang, dan Asal Pemasok Tahun 2010
No Jenis Bahan Baku dan Penunjang Asal Pemasok 1 Kacang Kedelai Cianjur, Import dari Amerika 2 Gula Aren Cianjur 3 Garam Cianjur 4 Tepung Beras Ketan Cianjur 5 Kayu Bakar Jebrod, Cianjur 6 Anti Basi Cianjur 7 Air Pribadi (PDAM) 8 Gula Pasir Cianjur 9 Plastik Cianjur
10 Botol dan tutup botol Bandung, Cianjur Sumber : (Perusahaan Tauco Cap Biruang, 2010)
4.1.5.1 Kandungan Nutrisi pada Bahan Baku Tauco
Produk Tauco Cair Cap Biruang memiliki kandungan nutrisi sebagai
berikut:
1. Kedelai Tabel 4.2 Kandungan Gizi Kedelai
Komposisi Kedelai Mentah Kedelai Rebus Energi (kal) 381 189 Protein 40.4 20.2 Lemak(g) 16.7 8.2 Karbohidrat (g) 24.9 12.7 Air (g) 12.7 56.8 abu (g) 5.3 2.1 Serat (g) 3.2 1.6
Sumber : (Slamet dan Tarjowo, 1980)
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������,,,,����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan tabel 4.2 Kandungan Gizi Kedelai Komposisi Kedelai Mentah Kedelai Rebus
Vitamin B1 (mg) 0.52 0.2 Karotin total (m kg) 31 15 Kalsium (mg) 222 91 Besi (mg) 10 3.9 Posfor (mg) 682 270
Sumber : (Slamet dan Tarjowo, 1980)
Kedelai sebagai salah satu sumber protein yang penting mempunyai
susunan asam amino yang lengkap serta mempunyai susunan asam amino yang
lengkap serta mempunyai mutu yang mendekati mutu protein hewani (Winarno
dan Rahman, 1974). Selain asam glutamat yang merupakan asam amino esensial,
pada kedelai terdapat juga asam amino yang lainnya seperti triptopan, trenoin,
isoleusin, fenilalanin, valin, metionin, sistin, dan lisin (Suliantri, 1983).
Kedelai memiliki kandungan lemak cukup tinggi. Lemak kedelai
mengandung 86 persen asam lemak tidak jenuh terutama asam linoleat dan asam
oleat, 14 persen asam lemak jenuh terutama karena merupakan sumber energy,
citarasa dan sumber vitamin. Lemak didalam kedelai mempunyai arti yang
penting dalam kesehatan, hal ini disebabkan karena kedelai banyak mengandung
asam lemak tidak jenuh yang dibutuhkan oleh tubuh (Poesponegoro, 1975), untuk
kandungan gizinya dapat dilihat pada tabel 4.10.
2. Gula merah
Gula Merah /Palm Sugar/ Gula Jawa berdasarkan bahan dasar
pembuatannya dibedakan atas:
1. Gula Kelapa ==> bahan dasar dari Nira Kelapa
2. Gula Aren ==> Bahan Dasar dari Nira Aren
3. Gula tebu ==> Bahan Dasar dari Tebu (lebih gampang cair)
Dari ketiga jenis gula merah tersebut, yang digunakan dalam pembuatan
Tauco Cap Biruang adalah gula aren. Untuk kandungan gizi pada gula aren dapat
dilihat pada penjabaran dan tabel 4.11 berikut:
a. Kandungan Gula Jawa:
� Serat pada warna coklatnya
� Kalori
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������#�#�#�#����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
� Kalsium
� Protein kasar
� Mineral
� Vitamin
� Senyawa-senyawa yang berfungsi menghambat penyerapan kolesterol di
saluran pencernaan.
b.� Syarat Gula merah yang sehat untuk di konsumsi berdasar UJI
STANDART SNI.013743.1995
� Bau : Normal
� Rasa : Normal, Khas
� Warna : Kuning sampai kecoklatanAir : Max. 10% bb
� Abu : Max. 2% bb
� Gula produksi : Max. 10% bb
� Jumlah Gula Sebagai Sakrosa : Min. 77% bb
� Bagian Yang Tak Larut Dalam Air : Max. 1% bb
a. Cemaran Logam
� Seng (Zn) : Max 40 mg/kg
� Timbal (Tb) : Max 2 mg/kg
� Tembaga (Cu) : Max 10 mg/kg
� Raksa (Hg) : Max 0,03 mg/kg
� Timah (Sn) : 0 mg/kg
� Cemaran Arsen (As) : Max 40 mg/kg Tabel 4.3 Kandungan Gizi Gula Merah per 100 Gram
Kandungan Gizi Gula Merah ( per 100 Gr) Nilai Air (g) 1.6Energi (kcal) 376Energi (kj) 1573Protein (g) 0Total lemak (g) 0Karbohidrat (g) 97.3Serat (g) 0Ampas (g) 0.9
Sumber:��http://www.asiamaya.com/nutrients/gulajawa.htm�
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
3. Gula Pasir
Gula Pasir merupakan gula olahan yang tidak mengandung vitamin, hanya
sejumlah kecil mineral tetapi mengandung kalori yang cukup tinggi, atau dengan
kata lain gula adalah sumber kalori yang miskin nilai gizinya karena semua
bahan-bahan yang bernilai gizi tersebut rusak atau hilang selama proses
pemurnian gula. Pada pembuatan Tauco Cair Cap Biruan Gula Pasir digunakan
sebagai penyedap dan penguat rasa dengan takaran 15 kg untuk 1 kuintal kedelai,
adapun kandungan gizi yang terdapat pada gula pasir dapat dilihat pada tabel 4.12 Tabel 4.4 Kandungan Gizi Gula Pasir per 100 Gram
Zat gizi BeratEnergi (kal) 304 Karbohidrat (g) 94.0 Kalsium (mg) 5 Fosfor (mg) 1 Besi (mg) 0.1
Air (g) 5.4 Sumber: (http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0196/da092e38.dir/doc.pdf�
4. Tepung beras ketan
Ketan putih adalah beras ketan yang berwarna putih mirip dengan beras
putih biasa hanya saja ketan putih benar-benar berwarna putih tidak transparan
seperti beras putih biasa, hampir seluruh patinya merupakan pati dengan struktur
bercabang dan cenderung bersifat lengket (amilopektin), kandungan amilopektin
inilah alasan mengapa beras ketan yang dipilih untuk bahan campuran pada tauco
saat fermentasi garam yaitu sebagai pengental. Sebagaimana bulir serealia lain,
bagian terbesar ketan didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras ketan juga
mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 4.5 Kandungan Gizi Beras Ketan (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Beras#Macam_dan_warna_beras)
Tepung beras yang digunakan dalam pembuatan Tauco Cair Cap Biruang
adalah berasal dari beras ketan yang dibeli dipasar lalu dibawa ke penggilingan
tepung.
5. Garam
Garam adalah zat senyawa yang telah disusun oleh ion positif (anion) basa
dan ion negative (kation) asam. Jika asam dan basa tepat habis bereaksi maka
reaksinya disebut dengan penetralan (reaksi netralisasi). Garam yang digunakan
dalam pembuatan Tauco Cair Cap Biruang adalah garam jenis Natrium Klorida
(NaCL) atau garam dapur beryodium yang biasa digunakan sebagai penambah
rasa pada makanan yaitu bermerk Refina dengan nomor BPOM RI MD
245713001429, SNI nomor 01-3556-2000, dan sudah berlabel halal.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������&�&�&�&����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
6. Pengawet (Benzoat)
Gambar 4.6 Senyawa Benzoat (Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/.pdf)
Mekanisme kerja Natrium Benzoat sebagai bahan pengawet adalah
berdasarkan permeabilitas membrane sel mikroba terhadap molekul-molekul asam
benzoat tidak terdisosiasi. Dalam suasana pH 4,5 molekul-molekul asam benzoat
tersebut dapat mencapai sel mikroba yang membrane selnya mempunyai sifat
permeable terhadap molekul-molekul asam Benzoat yang tidak terdisosiasi. Sel
mikroba yang mempunyai pH cairan sel netral akan dimasuki molekul-molekul
asam benzoat, maka molekul asam benzoat akan terdisosiasi dan menghasilkan
ion-ion H+, sehingga akan menurunkanpH mikroba tersebut. Akibatnya
metabolisme sel akan terganggu dan akhirnya sel mati (winarno dan
Laksmi,1974).
Asam benzoat dan garam-garam turunannnya adalah suatu kelompok zat
pengawet kimia yang sudah digunakan secara luas dalam pengawetan bahan
pangan asam. Pemakaian benzoat dalam bahan pangan pada kadar yang cukup
besar adalah benzoat tidak dikehendaki bahkan beracun. Benzoat umumnya
efektif terhadap khamir dan jamur dari pada bakteri 0.1 % atau kurang dari jumlah
yang diperkenankan (http://repository.usu.ac.id/bitstream/.pdf).
Dalam pembuatan Tauco Cair Cap Biruang, satu kuintal kedelai yang telah
ditambahkan 90 liter air, 30 Kg gula merah, dan 15 Kg gula pasir dicampur
dengan benzoat sebanyak 0,75 Kg. dilihat dari paparan tersebut penggunaan
benzoat pada tauco cair masih memnuhi standar penggunaan bahan pengawet
pada makanan.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������'�'�'�'����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
7. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat
kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.
Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-
garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-zat yang tidak
mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-
zat "hidrofobik" (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat
tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya
intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu
menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut
tidak larut dan akan mengendap dalam air. (http://id.wikipedia.org/wiki/Air)
Dari hasil pemaparan tentang kandungan gizi dari bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat kedelai tersebut diatas pada tahun 1964 Tauco Cair
Cap biruang telah terdaftar di departemen kesehatan RI dengan nomor Dep.kes RI
No.MD.104527 dan terdaftar pada LP. POM yang bekerjasama dengan MUI
menyatakan bahwa Tauco Cap Biruang Cianjur sebagai Produk yang Halal
dengan nomor MUI. JB. 010601014890506.
4.1.6 Mesin dan Peralatan Produksi Tauco
Mesin dan peralatan yang digunakan untuk membuat Tauco Cair Cap
Biruang dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������%�%�%�%����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Tabel 4.5 Mesin dan Perlatan Produksi Tauco
N0 Jenis Fungsi Jumlah (Unit)
1 Kancah Merebus dan memasak kedelai 4
2 Rak Fermentasi menyimpan tampah yang berisi kedelai pada proses fermentasi kapang
2
3 Bak Perendaman Merendam kedelai hasil perebusan pertama 2
4 Mesin Pembelah Kedelai Melepaskan kulit dari biji kedelai 1
5 Tampah Meniriskan kedelai hasil perebusan dan tempat biji kedelai saat fermentasi kapang dilakukan
50
6 Batang pengaduk Mengaduk dalam proses pemasakan 2
7 Bak fermentasi untuk fermentasi dalam larutan geram dengan daya tampung 3 kuintal 2
8 Guci / Gentong Menampung tauco sebelum dilakukan proses pengemasan botol 10
9 Corong pengisi untuk memasukan tauco kedalam botol , terbuat dari bahan plastik 5
10 Dryer Perekat segel dalam tutup botol 2
11 Sealler perekat plastik pada kemasan tauco kering 1
12 Filling Cabinet menyimppan dokumen dan arsip-arsip perusahaan 1
13 Peti untuk menampung botol yang sudah diisi tauco 25
14 Botol Untuk kemasan produk tauco cair 1700
15 Meja dan Kursi untuk memajang kemasan yang akan dijual dan menjamu tamu 6
16 Televisi Sarana bagi karyawan 1 17 Minibus Colt Sarana transportasi 1
Sumber : (Perusahaan Tauco Cap Biruang, 2010)
4.1.7 Keadaan Aktual Sanitasi dan Keamanan Pangan
Dalam penelitian pada perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur sanitasi dan
keamanan pangan yang ada saat ada delapan yaitu kemanan air, kebersihan
permukaan yang kontak dengan makanan, SSOP Pencegahan Kontaminasi Silang,
kebersihan pekerja, Pencegahan atau Perlindungan dari Adulterasi, Pelabelan dan
Penyimpanan yang Tepat, Pengendalian Kesehatan Karyawan, dan pemberantasan
hama. Penjelasan tentang kedelapan sanitasi tersebut adalah sebagai berikut:
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������*�*�*�*����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
1. Keamanan Air
Dalam hal kemanan air, perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur sudah
memenuhi standar mutu air karena telah menggunakan Air Bersih Dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM ) Cianjur.
Namun dilapangan sering terjadi masalah seperti kotoran seperti lumut dan
karat yang berasal dari pipa air, hal ini diatasi dengan cara filterasi yaitu
menyaring air dengan meletakkan kain tipis diujung pipa sehingga lumut dan
karat dapat tersaring sehingga air layak digunakan kembali.
2. Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Makanan
Dalam hal kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan pada
perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur perlu melakukan perbaikan karena belum
memenuhi standar. Contoh : mesin pembelah kulit kedelai yang kurang bersih dan
diletakkan sembarangan diruangan terbuka tanpa ada ruangan khusus yang
tertututp dan cukup aman serta terjaga kebersihanya. Hal tersebut dapat dilihat
pada gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7 Mesin Pembelah Kedelai
3. SSOP Pencegahan Kontaminasi Silang
Cara meletakan bahan baku dalam gudang guna mewujudkan SSOP
pencegahan kontaminasi silang pada Perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur
belum begitu di perhatikan. Bahan pangan diletakan didalam karung bersama
peralatan non pangan, dan kebersihan gudang yang kurang terjaga sehingga dapat
mengkontaminasi bahan pangan. Hal ini dapat kita lihat pada gambar 4.8 berikut:
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������$�$�$�$����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 4.8 Bahan Baku dalam Gudang Pangan
4. Kebersihan Pekerja
Kebersihan pekerja pada Perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur belum
memenuhi standar kebersihan yang seharusnya ada. Karyawan tidak
menggunakan sarung tangan pada saat kontak dengan bahan pangan. Tidak
menggunakan sepatu, dan tidak menggunakan baju kerja yang khusus. Contoh
keadaan kebersihan pekerja dapat kita lihat pada gambar 4.9 dan gambar 4.10.
Gambar 4.9 Keadaan Kebersihan Pekerja Proses Pengemasan Produk
Gambar 4.10Keadaan Kebersihan Pekerja Proses Perebusan Botol
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������+�+�+�+����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
5. Pencegahan atau Perlindungan dari Adulterasi
Pencegahan adulterasi pada perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur juga
belum memenuhi standar. Contoh : meletakan bahan pangan (kedelai) dan non
pangan (tampah) dalam satu gudang yang tidak terlalu bersih. Dapat dilihat pada
gambar 4.8.
6. Pelabelan dan Penyimpanan yang Tepat
Pelabelan dan penyimpanan yang tepat pada perusahaan Tauco Cap
Biruang Cianjur belum begitu diperhatikan. Walaupun sudah diletakkan ditempat
terpisah dengan bahan pangan tetapi bahan-bahan kimia tersebut tidak diletakkan
pada tempat khusus bahan kimia. Peletakan bahan kimia seperti Benzoat
(pengawet) sudah diberi label sehingga memperkecil kemungkinan penyalah
gunaan. Keadaan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.11 berikut:
Gambar 4.11 Bahan Kimia Non Pangan
7. Pengendalian Kesehatan Karyawan
Pada perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur, pengendalian kesehatan
karyawan sudah cukup baik, karyawan yang sakit di ijinkan untuk beristirahat
dirumah dan mendapatkan perawatan dokter.
8. Pemberantasan Hama
Pemberantasan hama yang dilakukan pada Perusahaan Tauco Cap Biruang
Cianjur sudah cukup baik yaitu dengan membersihkan gudang setiap dua minggu
sekali dan menyingkirkan hama seperti kecoa, tikus, dan lain sebagainya dengan
peralatan sederhana.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������,�,�,�,����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
4.2 Pengolahan Data
Pada pengolahan data ini akan membahas mengenai Sanitasi dan
keamanan pangan, tahapan awal dalam penerapan Hazard Analysis Critical
Control Points (HACCP) dan prinsip-prinsip yang harus dilakukan dalam
menerapkan Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP).
4.2.1 Sanitasi dan Keamanan Pangan
Sanitasi dan keamanan dalam proses dan produk pangan adalah untuk
memenuhi permintaan konsumen agar keamanan pangan dan kesehatan manusia
terjamin. Program sanitasi dalam industri pangan meliputi:
1. Pra – pencucian dengan air tekanan tinggi untuk menghilangkan lahan atau
tanah.
2. Penghilangan lahan atau tanah dengan deterjen dan bantuan mekanis
3. Pencucian ulang untuk menghilangkan sisa deterjen dari lahan.
4. Penggunaan bahan kimia sanitizer untuk mencegah kontaminasi ulang
sebelum diproses.
5. Pencucian ulang untuk menghilangkan sisa bahan kimia sanitizer dari lahan.
Menurut Food and Drug Administration USA, Sanitation Standard
Operating Procedure (SSOP) umumnya meliputi delapan aspek, yaitu :
1. Keamanan Air
SSOP untuk keamanan air mencakup petugas dan prosedur standar yang
digunakan untuk menjamin keamanan air. Di dalamnya ditetapkan tahapan-
tahapan perlakuan untuk air yang diterapkan agar diperoleh air dengan kualitas
tertentu. Air umumnya mendapatkan perlakuan sanitasi secara bertahap agar dapat
digunakan dalam proses produksi. Tahap-tahap tersebut meliputi penyaringan
awal dan pengendapan, penyaringan, penghilangan mikroba (disinfeksi),
penghilangan mineral terlarut dan pengendalian terhadap karat, bau dan rasa.
Pada perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur sudah melalui tahapan
sanitasi air. Sumber air yang digunakan adalah air dari Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM ) Cianjur. Suplay air PDAM tersebut berasal dari mata air
gunung gede yang telah diolah sedemikian rupa oleh pihak PDAM sehingga dapat
menjadi air bersih layak konsumi yang dapat digunakan untuk memasak, mandi,
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������#�#�#�#����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
dan lain-lain. Namun dilapangan sering terjadi masalah seperti kotoran seperti
lumut dan karat yang berasal dari pipa air, hal ini diatasi dengan cara filterasi
yaitu menyaring air dengan meletakkan kain tipis yang diikat diujung pipa
sehingga lumut dan karat dapat tersaring sehingga air layak digunakan kembali.
Proses keamanan air ini belum terdokumentasi.
2. Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Makanan
SSOP untuk kebersihan permukaan peralatan atau sarana dalam pabrik
yang kontak dengan makanan berisi tiga prosedur yaitu:
1. Standar prosedur pembersihan dan sanitasi alat
2. Frekuensi pembersihan yang didokumentasikan
3. Petugas yang bertanggung jawab
Program pembersihan dan desinfikasi secara rutin sangat penting untuk
pabrik dan kebersihan makanan.
Kegiatan sanitasi dalam proses pengolahan makanan memiliki dua
tujuan. Pertama, menghilangkan sisa makanan yang mengandung nutrisi yang
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme dan dapat mencegah berfungsinya
peralatan dengan baik. Hal ini juga dapat dilakukan dengan tindakan fisik, seperti
pencucian dan pengeringan. Kedua, desinfeksi yang bertujuan untuk mengurangi
populasi mikroba yang ada dan bertahan pada tingkat dimana kontaminasi yang
signifikan dapat terjadi pada produk yang menyentuh permukaan secara langsung.
Setelah dibersihkan dan didensinfeksi, area harus dilindungi dari kontaminasi
ulang sebelum digunakan.
Permukaan yang kontak langsung dengan makanan pada pembuatan
tauco adalah kancah, tampah, bak perendaman, mesin pembelah kulit, batang
pengaduk, guci atau gentong, corong pengisi, botol, dan bak fermentasi.
Pembersihan yang dilakukan yaitu langsung di tempat yaitu dengan cara
mengalirkan air melalui pipa lalu dicuci dengan sabun kemudian di bilas dan
dikeringkan. Untuk alat-alat yang sukar atau tidak bisa dipindahkan seperti
kancah, bak fermentasi, bak perendaman, guci atau gentong, dan mesin pembelah
kulit. Untuk alat-alat seperti corong pengisi, batang pengaduk, cukup dicuci
dengan sabun dan dibilas dengan air. Khusus untuk tampah dan botol setelah
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
dicuci bersih dengan sabun dan dibilas dengan air proses selanjutnya adalah di
jemur agar benar-benar kering.
Proses pembersihan terhadap dinding dan lantai dimulai dengan
penggosokan dinding dengan menggunakan kain basah, kemudian penyapuan
lantai, setelah itu pengepelan lantai dengan deterjen, dan terakhir dikeringkan.
Proses pembersihan harus dilakukan secara berkala dalam kurun waktu tertentu,
tergantung kebijakan perusahaan.
Contoh yang sudah dilakukan oleh perusahaan Tauco Cap biruang adalah
pembersihan lantai seminggu sekali dan pencucian peralatan yang setiap kali
sesudah digunakan. Petugas yang bertanggunga jawab terhadap kebersihan adalah
orang yang berada pada bagian produksi. Proses kebersihan permukaan yang
kontak dengan makanan ini belum terdokumentasi.
3. SSOP Pencegahan Kontaminasi Silang
SSOP ini berisi prosedur-prosedur untuk menghindarkan produk dari
kontaminasi silang dari pekerja, bahan mentah, pengemas, dan permukaan yang
kontak dengan makanan. Dalam SSOP ini dapat mencakup tindakan-tindakan
yang menyangkut pembersihan bahan baku untuk mengurangi kontaminasi silang,
mengenai boleh tidaknya pekerja pindah/mengunjungi bagian lain atau
melengkapi setiap ruangan pengolahan dengan fasilitas pembersihan dan sanitasi.
Dalam pembuatan tauco ini tidak ada bahan baku yang terlalu berbahaya
atau dapat mengkontaminasi bahan baku lain. Contohnya, kedelai tidak
memkontaminasi tepung beras dan gula merah. Proses kebersihan permukaan
yang kontak dengan makanan ini belum terdokumentasi.
4. Kebersihan Pekerja
SSOP ini meliputi fasilitas cuci tangan, sanitasi tangan, serta toilet yang
digunakan. Didalamnya tercakup prosedur, penjadwalan, petugas pembersihan,
dan jenis pembersihan yang digunakan. Disamping itu, juga mencakup kebijakan
perusahaan tentang cuci tangan dan sanitasi tangan. Pemantauan kebersihan
karyawan dan fasilitas kebersihan ini dilakukan oleh supervisor yang ditunjuk dan
didokumentasi hasil pemantauannya.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Karyawan di dalam pabrik harus bersih dan rapi khususnya yang bekerja
di bagian proses, persiapan bahan baku, dan pengemasan produk pangan. Syarat
kebersihan karyawan selama menjalankan tugas di dalam pabrik harus memenuhi
standar dan kondisi higiene.
Dan hal-hal yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tugas dengan sabun
pencuci tangan
2. Memotong dan membersihkan kuku, jika panjang dan kotor
3. Tidak menggunakan perhiasan seperti cincin, arloji dan lainnya ketika
melakukan proses produksi
4. Menggunakan topi untuk menutup rambut agar tidak mengkontaminasi
bahan pangan.
Hal yang belum dilakukan dan digunakan oleh semua karyawan dalam
menjaga kebersihan adalah :
1. Menggunakan pakaian kerja khusus yang hanya dipakai pada saat bekerja.
2. Menggunakan masker rambut dan masker mulut (sekali pakai dicuci)
3. Untuk membatasi akses masuk maka hanya petugas khusus bagian
produksi yang boleh masuk ke proses pengemasan
4. Sarung tangan (sekali pakai)
5. Menggunakan sepatu boot agar terhindar dari panas api ketika proses
pemasakan
Kebersihan pekerja ini belum terdokumentasi.
5. Pencegahan atau Perlindungan dari Adulterasi
Di dalam program ini tercakup prosedur-prosedur yang lazim digunakan
untuk mencegah tercampurnya bahan-bahan nonpangan kedalam produk yang
dihasilkan, permukaan yang kontak dengan makanan. Bahan-bahan nonpangan
yang dimaksud meliputi pelumas, bahan bakar, senyawa pembersih, sanitizer,
serta cemaran kimia dan cemaran fisik lainya.
Pada perusahaan Tauco Cap Biruang sebagian bahan pangan dan non
pangan ditempatkan terpisah tetapi ada juga yang belum. Bahan pangan yang
sudah ditempatkan terpisah adalah kayu bakar yang disimpan pada gudang yang
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������&�&�&�&����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
khusus, dan botol tauco juga diletakkan pada gudang tersendiri. Sedangkan untuk
bahan non pangan dan pangan yang masih disatukan dalam satu gudang adalah
untuk penyimpanan tampah masih disatukan dengan bahan pangan digudang
bahan pangan. Pencegahan atau perlindungan dari adulterasi ini belum
terdokumentasi.
6. Pelabelan dan Penyimpanan yang Tepat
SSOP ini mencakup tata cara dan jenis pelabelan yang diterapkan pada
bahan-bahan kimia yang digunakan, baik untuk produksi maupun pembersihan.
Hal yang dilakukan adalah dengan cara memberikan label untuk bahan kimia yang
digunakan dalam produksi ataupun bahan kimia yang digunakan dalam
pembersihan seperti sabun cair serta dilakukan penyimpanan yang terpisah.
Pada perusahaan Tauco Cap Biruang pelabelan untuk bahan kimia yang
digunakan untuk produksi sudah dilakukan pelabelan, contohnya untuk bahan
pengawet Benzoate diberikan label pada kemasannya. Sedangkan untuk bahan
kimia yang digunakan dalam proses pembersihan sudah diletakkan ditempat yang
terpisah namun belum diberi label khusus. Pelabelan dan Penyimpanan yang
Tepat ini belum terdokumentasi.
7. Pengendalian Kesehatan Karyawan
SSOP ini mencakup pengendalian kesehatan bagi karyawan agar tidak
menjadi sumber kontaminasi bagi produk, bahan kemasan, atau permukaan yang
kontak dengan makanan. Dalam SSOP ini terdapat ketentuan mengenai cara
pelaporan karyawan yang sakit atau mendapatkan perawatan karena sakit.
Termasuk disini penjadwalan bagi pemeriksaan rutin kesehatan karyawan,
imunisasi, dan pengujian (cek up) untuk penyakit-penyakit tertentu.
Pada perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur karyawan yang sakit dapat
berobat ke dokter yang kemudian diberikan resep dan beristirahat sesuai
keterangan dokter. Pengendalian kesehatan karyawan ini belum terdokumentasi.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������'�'�'�'����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
8. Pemberantasan Hama
Hama merupakan binatang atau serangga yang tidak dikehandaki
keberadaannya sedikit ataupun banyak dalam makanan. Beberapa serangga
memang sebenarnya hidup dan berkembang biak di produk pangan dan merusak
produk tersebut, karenanya perlu dilakukan pengendalian hama yang tidak
diinginkan dalam lingkungan industri. Hama serangga yang mungkin ada pada
industri pangan ini seperti kecoa, tikus, lalat, cecak, nyamuk, semut dan lebah.
SSOP ini berisikan prosedur standar untuk memberantas atau menghindarkan
hama. Hal ini dilakukan dengan cara pembersihan ruangan penyimpanan,
pemasangan perangkap tikus, menggosokkan kapur anti serangga di setiap
ruangan yang berpotensi untuk datangnya serangga.
Pada perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur pemberantasan hama yang
dilakukan adalah dengan melakukan pembersihan pada gudang bahan baku setiap
dua minggu sekali, mencuci kancah setiap kali selesai merebus dan memasak
kedelai, menutup bak fermentasi agar tidak dihinggapi lalat, dan melakukan
pembersihan secara keseluruhan tempat produksi setiap harinya. Pemberantasan
hama ini belum terdokumentasi.
4.2.2 Tahapan Awal Penerapan Hazard Analysis Critical Control Points
(HACCP)
Sebelum menerapkan suatu sistem manajemen mutu yang berfokus pada
keamanan pangan, perlu diperhatikan beberapa langkah awal agar sistem
manajemen HACCP dapat berjalan dengan baik, tepat sasaran dan sesuai dengan
tujuan perusahaan. Berikut ini adalah beberapa tahapan – tahapan awal dalam
menerapkan sistem manajemen HACCP.
4.2.2.1 Usulan Pembentukan Tim HACCP
Perusahaan perlu melakukan identifikasi dan mendokumentasi kebijakan
keamanan pangan untuk menunjukan komitmen terhadap keamanan pangan dan
pengembangan system HACCP.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������%�%�%�%����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Ruang lingkup rencana HACCP atau bidang yang dipelajari, harus
didefinisikan terlebih dahulu sebelum memulai studi HACCP. Bagian dari studi
HACCP termasuk :
a. Membatasi studi pada produk atau proses tertentu
b. Mendefinisikan jenis potensi bahaya yang akan dimasukkan
c. Mendefinisikan bagian rantai makanan yang akan dipelajari.
Produk Tauco Cap Biruang memang sudah terkenal di Provinsi Jawa Barat
akan tetapi Perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur merupakan Industri makanan
yang masih berbentuk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang mempunyai
manajemen yang sangat sederhana dan hanya terdiri dari beberapa orang pegawai,
maka untuk pembentukan tim HACCP dapat dilihat pada gambar 4.12 berikut:
Gambar 4.12 Struktur Tim HACCP
Struktur di atas terdiri dari Company Quality Assurance Managerberfungsi dan bertindak langsung sebagai penanggung jawab dalam proyek penerapan HACCP dan Manager HACCP yang mengkoordinasi pada setiap devisi dalam mengelola HACCP. Untuk memperoleh hasil yang optimal, berkesinambungan, dan terintegrasi dengan benar maka dalam menerapkan HACCP anggota tim harus selalu memperbaharui pengetahuan dan keahlian melalui pelatihan dan seminar-seminar.
Berikut adalah penjelasan tentang peranan-peranan anggota HACCP yang telah dibuat pada struktur di atas:
a. Supplier Quality Assurance berperan sebagai pemeriksa kualitas bahan pangan dan non pangan yang berasal dari pemasok baik dari segi keamanan, kebersihan, dan kesesuaian.
b. Quality Assurance Supervisor (Production ) berperan sebagai pengawas proses produksi dan memantau kualitas produksi serta menentukan jam kerja pekerja menjadi 8 jam kerja setiap harinya dan hanya terdiri dari satu shift saja.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������*�*�*�*����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
c. Quality Assurance Packaging, Distribution & Warehousing Supervisor
berperan sebagai kontrol kualitas atas pengemasan produk, mengontrol
dan menjamin kebersihan, kerapihan, dan kelayakan produk yang akan di
simpan digudang bahan jadi dan produk yang akan disampaikan pada
konsumen.
d. An External Chairman Familiar With Haccp, berperan sebagai pihak
eksternal yang diminta perusahaan untuk membantu dalam penerapan
HACCP. Pihak inilah yang dapat membantu perusahaan dalam memperoleh
sertifikasi halal, aman dan baik dari MUI.
e. Research And Development, berperan sebagai orang yang mempunyai
kemampuan dalam hal inovasi produk baik dalam segi pengembangan
inovasi produk ataupun terhadapa kemasan produk yang lebih berkualitas
dan dapat menjamin keamanan pangan sehingga memajukan perusahaan.
4.2.2.2 Pendeskripsian Produk
Tauco cair adalah bumbu makanan yang terbuat dari biji kedelai (Glycine
Max) yang telah direbus, dan dibiarkan sampai tumbuh jamur (fermentasi
kapang), kemudian dilakukan proses fermentasi garam yaitu dengan
menambahkan tepung beras dan garam, untuk selanjutnya dimasak bersama
dengan air, gula merah dan gula pasir. Untuk lebih jelasnya pendeskripsian proses
pembuatan tauco cair secara garis besar dapat kita lihat pada gambar 4.13 dan
tabel 4.6.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������$�$�$�$����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 4.13 Proses Pembuatan Tauco
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������+�+�+�+����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Tabel 4.6 Dekripsi Tauco Cair Nama Produk Tauco Cair Cap Biruang Cianjur
Komposisi Kedelai, Tepung Beras Ketan, Gula Aren, dan Garam, serta Benzoat (pengawet)
Proses Fermentasi
Kemasan Botol Kaca Netto 250gr Botol Kaca Netto 200gr
Daya Tahan
Rekomendasi Penyimpanan Disimpan ditempat yang sejuk atau pada suhu kamar
Transportasi dan distribusi
1. Motor, Untuk jumlah pesanan yang sedikit dan lokasi terjangkau.
2. Mobil Box, Untuk pesanan dalam jumlah banyak dan lokasi menengah hingga jauh.
Penggunaan produk Produk sebagai bumbu masak Produk langsung dapat dimakan tanpa dimasak lagi
Setifikat MUI dan DEPKES BPOM LP.POM : NO. MUI. JB. 010601014890506 Sumber: (Perusahaan Tauco Cap Biruang)
Untuk lebih rincinya pendeskripsian produk tauco dapat kita lihat pada
gambar 4.14, 4.15 4.16, 4.17, 4.18, 4.19, 4.20, 4.21, 4.22, 4.23, 4.24, 4.25, 4.26,
4.27, 4.28,4.29, 4.30, 4.31, 4.32, 4.33, 4.34, 4.35, 4.36, 4.37, 4.38 dan 4.39 yang
nantinya akan lebih diperinci lagi pada pembuatan diagram alir.
Gambar 4.14 Proses Pemilahan Kedelai
Gambar 4.15 Proses Pembelahan Biji Kedelai Menggunanakan Mesin
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������,�,�,�,����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 4.16 Penjemuran Biji Kedelai dibawah Terik Matahari Hingga Kering
Gambar 4.17 Perendaman Kedelai dan Pemisahan Kulit
Gambar 4.18 Perebusan Kedelai selama ±12 jam di Dalam Kancah
Gambar 4.19 Peletakan Kedelai Yang Sudah Direbus Untuk Dilakukan Proses Kapang
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������&#&#&#&#����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 4.20 Proses Kapang Selama Tiga Hari
������������Gambar 4.21 Proses Fermentasi Garam 3-4 Minggu
Gambar 4.22 Hasil Fermentasi Garam
�Gambar 4.23 Proses Pemasakan Kedelai di Dalam 90 Liter Air Mendidih
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������&�&�&�&�����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 4.24 Proses Pemasakan Menggunan Kayu Bakar
�������Gambar 4.25 Proses Pemasakan Gula Merah
Gambar 4.26 Proses Penyaringan Gula Merah
Gambar 4.27 Proses Pencampuran Gula Merah kedalam Rebusan Kedelai
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������&�&�&�&�����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 4.28 Proses Pencampuran Gula Pasir kedalam Rebusan Kedelai
����Gambar 4.29 Proses Pencucian Botol
Gambar 4.30 Proses Berendaman Botol
Gambar 4.31 Proses Perebusan Botol dengan Air Mendidih
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������&&&&&&&&����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 4.32 Proses Penirisan Pada Botol
Gambar 4.33 Proses Penjemuran Botol
Gambar 4.34 Proses Pemberian Label Merk pada Botol
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������&'&'&'&'����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 4.35 Proses Penuangan Tauco yang Telah Matang Kedalam Botol Menggunakan Corong Besi dan Centong yang Terbuat dari Batok Kelapa
Gambar 4.36 Mesin Penyegel Tutup Botol Sederhana
��Gambar 4.37 Botol diberi Label Expired
�Gambar 4.38 Botol Disusun dalam Kardus
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������&%&%&%&%����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Gambar 4.39 Produk Tauco Cair Siap Dipasarkan
4.2.2.3 Mengidentifikasi Rencana Penggunaan
Setiap produk yang akan dikendalikan melalui penerapan sistem
pengendalian kualitas keamanan pangan, terlebih dahulu harus diidentifikasi
terlebih dahulu sasaran konsumennya. Rencana penggunaan tauco cair yang
diproduksi perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur yaitu untuk dikonsumsi oleh
masyarakat umum. Untuk orang dewasa harus diperhatikan pada penderita darah
tinggi karena kadar garam pada tauco cukup tinggi walaupun hanya digunakan
sebagai bumbu masakan. Sebaiknya penderita darah tinggi tidak mengkonsumsi
tauco sebagai pelengkap bumbu masakan. Jika untuk konsumsi bayi maupun
balita karena sistem pencernaan dan metabolisme tubuh yang masih dalam
pertumbuhan bagi bayi maupun balita mengharuskan preparasi makanan dengan
formulasi ekstra hati-hati.
4.2.2.4 Menyusun Diagram Alir
Diagram alir disusun untuk menggambarkan seluruh tahapan yang
berkesinambungan pada proses operasi produk yang telah ditentukan sebelumnya
didalam ruang lingkup HACCP. Rincian yang tersedia harus cukup rinci dan
berguna untuk tahapan analisis potensi bahaya.
Diagram alir untuk proses pembuatan tauco kering di perusahaan Tauco
Cap Biruang akan ditunjukkan pada gambar 4.40.
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������&*&*&*&*����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Gambar 4.40 Diagram Alir Proses (Pembuatan Tauco Cair Cap Biruang)
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������&$&$&$&$����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Lanjutan Gambar 4.40 Diagram Alir Proses (Pembuatan Tauco Cair Cap Biruang)
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������&+&+&+&+����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
4.2.2.5 Mengkonfirmasi Diagram Alir Di Lapangan
Tim HACCP harus mengkonfirmasi proses pengolahan yang
sesungguhnya dengan diagram alir pada seluruh tahapan dan jika diperlukan
mengubah dokumen tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk melakukan
penyesuaian kembali diagram alir dengan melihat situasi sesungguhnya yang
dapat diperoleh dengan memperinci catatan tentang jalannya operasi di lapangan,
melalui pengamatan dan wawancara dengan operator dan manajer suatu proses
produksi. Selain itu, pada saat yang sama disarankan juga untuk meninjau sistem
pengawasan dan prosedur pencatatan, menguji bagaimana operator memahami
dan menerapkan prosedur tertulis dan mengoperasikannya, dan meninjau
penerapan program-program yang ditetapkan sebelumnya.
Pada gambar 4.39 akan ditunjukkan contoh diagram alir yang telah
dikonfirmasi ke lapangan secara rinci pada tahapan penerimaan kedelai.
Gambar 4.41 Diagram Alir yang Telah Dikonfirmasi di Lapangan untuk Tahapan Penerimaan Kedelai
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������&,&,&,&,����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
4.2.3 Prinsip-Prinsip Penerapan Hazard Analysis Critical Control Points
(HACCP)
Agar dapat menerapkan HACCP dengan tepat, maka Tim HACCP harus
taat pada 7 prinsip penerapan HACCP yaitu:
1. Identifikasi Bahaya Potensial
2. Tentukan Titik Kendali Kritis (TKK)
3. Penentuan Batas-batas Kritis (Critical Limits) pada tiap Titik Kendali
Kritis (TKK)
4. Pembuatan Sistem Pemantauan
5. Pembuatan Prosedur Tindakan Koreksi
6. Pembuatan Prosedur Verifikasi
7. Pembuatan Dokumentasi dan Pencatatan
Penerapan ketujuh prinsip HACCP tersebut diuraikan lebih rinci pada
penjelasan berikut:
1. Identifikasi Bahaya Potensial
Pada proses identifikasi bahaya potensial hal-hal yang dilakukan adalah
membuat daftar dan menganalisis bahaya apa saja yang mungkin terdapat pada
tiap tahapan produksi, mulai dari bahan masuk hingga produk akhir. Setiap bahan
baku yang masuk harus dianalisis untuk menentukan potensi bahaya yang akan
dijelaskan secara rinci terhadap bahaya fisik, kimia dan biologi yang berhubungan
dengan masing-masing tahapan pengolahan, aliran produk dan pola pergerakan
pekerja. Identifikasi bahaya potensial dapat kita lihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8
berikut:
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������'#'#'#'#����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Tabel 4.7 Identifikasi Bahaya Pada Bahan Baku Selama Proses Pembuatan Tauco Cair
TAHAPAN PROSES BAHAYA
POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA UPAYA PENGENDALIAN
Penerimaan Kedelai
Fisik Karung rusak - Inspeksi saat penerimaan, pemeriksaan kondisi kemasan - Dikembalikan ke pemasok jika tidak memenuhi syarat
Kimia Tidak ada Tidak ada
Biologi Temperatur tidak standar saat transportasi
- Inspeksi saat penerimaan, pemeriksaan kondisi kemasan - Peninjauan temperatur selama transportasi
Penerimaan Air
Fisik Terkontaminasi benda asing - Melakukan penyulingan air / filterasiKimia Residu Bahan Kimia - Melakukan penyulingan air / filterasi
Biologi Tercemar Bakteri E.coli & Coliforms - Melakukan penyulingan air / filterasi
Penerimaan Garam
Fisik Kemasan rusak - Inspeksi saat penerimaan, pemeriksaan kondisi kemasan - Dikembalikan ke pemasok jika tidak memenuhi syarat
Kimia Tidak ada Tidak ada
Biologi – Tumbuhnya bakteri halofilik - Memeriksa masa kadaluarsa, karena bakteri ini hanya dapat tumbuh untuk maswaktu penyimpanan yang cukup lama.
Penerimaan Beras Ketan Putih
Fisik Karung sobek atau rusak - Inspeksi saat penerimaan, pemeriksaan kondisi kemasan - Dikembalikan ke pemasok jika tidak memenuhi syarat
Kimia Tidak ada Tidak ada
Biologi Hama serangga akibat lama waktu penyimpanan
- Inspeksi saat penerimaan, pemeriksaan kondisi kemasan - Dikembalikan ke pemasok jika tidak memenuhi syarat
Penerimaan Gula Merah
Fisik Tidak ada Tidak ada Kimia Tidak ada Tidak ada
Biologi Kontaminasi mikrobiologi pengaruh kelembaban - Penyimpanan gula dengan baik dan tidak disimpan ditempat yang lembab
Penerimaan Gula pasir Fisik - Material asing dari Pekerja dan
lingkungan- Bahaya fisik dapat dihilangkan dengan cara melakukan proses penyaringan
dengan diayakKimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Penerimaan Benzoate (Pengawet)
Fisik Kemasan Rusak - Inspeksi saat penerimaan, pemeriksaan kondisi kemasan Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������'�'�'�'�����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.7 Identifikasi Bahaya Pada Bahan Baku Selama Proses Pembuatan Tauco Cair
TAHAPAN PROSES BAHAYA
POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA UPAYA PENGENDALIAN
Penerimaan botol bekas Fisik - Kotoran dan merk lama - Pembersihan kotoran dan merk lama Kimia - Sisa bahan kimia pada botol lama - Inspeksi saat penerimaan, pemeriksaan kondisi botolBiologi - Tumbuh jamur akibat lembab - Inspeksi saat penerimaan, pemeriksaan kondisi botol
Penerimaan kayu bakar Fisik - Kayu Lembab - Pengeringan (menjemur) kayu bakar Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi - Ditumbuhi parasit - Penyimpanan yang baik
Penerimaan tutup botol Fisik Tidak ada Tidak ada Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Penerimaan plastik segel Fisik Tidak ada Tidak ada Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Penerimaan label / merk Fisik Tidak ada Tidak ada Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Tabel 4.8 Identifikasi Bahaya Pada Tahapan Proses Pengolahan Selama Proses Pembuatan Tauco Cair
TAHAPAN PROSES BAHAYA POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA UPAYA PENGENDALIAN
Penyimpanan kering bahan pangan kedelai, gula merah, gula pasir, dan beras ketan putih pada ruangan tertutup dan terlindung sinar matahari secara langsung
Fisik - Kotoran serangga dan tikus - Program pengendalian hama Kimia Tidak ada Tidak ada
Biologi - Gangguan hama berupa serangga dan tikus - Program pengendalian hama
Penyimpanan kayu bakar dan botol bekas serta tutup botol pada gudang
Fisik - Kotoran serangga dan tikus - Program pengendalian hama Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi - Gangguan hama berupa serangga dan tikus - Program pengendalian hama
Pembelahan butir-butir biji kedelai menjadi dua menggunakan mesin pembelah biji
Fisik Tidak ada Tidak ada Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������'�'�'�'�����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.8 Identifikasi Bahaya Pada Tahapan Proses Pengolahan Selama Proses Pembuatan Tauco Cair
TAHAPAN PROSES BAHAYA
POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA UPAYA PENGENDALIAN
Penjemuran kedelai Fisik - Terkena debu dan polusi lingkungan sekitar - Pembersihan lingkungan tempat penjemuran Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Perendaman dalam air dan pemisahan kulit dari biji kedelai menggunakan tangan dan ayakan
Fisik - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Perebusan 1 kwintal kedelai dengan air selama ±12 jam didalam kancah
Fisik Terkena debu dan abu, serta serangga - Ditutup dengan penutup kancah Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Penirisan dan pengankatan kedelai Fisik - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerjaKimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Peletakan kedelai kedalam tampah untuk dilakukan Fermentasi Kapang selama 3 hari
Fisik - Terkena debu, serangga dan kotoranya - Penutup bak fermentasi tertutup - Pemberantasan hama
Kimia - Enzim-enzim (Prostase, amylase, dan
lipase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses kapang
- Pengaturan kadar air dan mutu subtrat
Biologi
- Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (aspergillus oryzae, rhizopus oligosporus, dan rizopus oryzae) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Menyesuiakan suhu ruangan
Penimbangan Garam Fisik Tidak ada Tidak ada Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Pehalusan beras ketan putih dengan menggunakan mesin untuk dijadikan tepung
Fisik - Terkena debu dan kotoran mesin - Pembersihan mesin sebelum dan sesudah dipakai
Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Penimbangan tepung beras ketan putih Fisik Tidak ada Tidak ada Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Penyanggraian tepung beras ketan putih Fisik - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������'&'&'&'&����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.8 Identifikasi Bahaya Pada Tahapan Proses Pengolahan Selama Proses Pembuatan Tauco Cair
TAHAPAN PROSES BAHAYA
POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA UPAYA PENGENDALIAN
Fermentasi garam 3 hari lalu Pencampuran garam dan tepung beras pada kedelai pada saat fermentasi garam dan diaduk menggunanakan skop besi sampai rata
Fisik - Terkena debu, serangga dan kotoranya - Penutup bak fermentasi - Pemberantasan hama
Kimia - Enzim-enzim (amylase dan maltase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses kapang - Memperbaiki system fermentasi kapang
Biologi
- Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (lactobacillus delbrueckii, Hansenulla sp dan Zygosaccharomyces) akibat tidak stabilnya kadar garam
- Menyesuaikan dan Kadar garam
Fermentasi garam selama 3-4 minggu
Fisik - Terkena debu, serangga dan kotoranya - Penutup bak fermentasi - Pemberantasan hama
Kimia - Enzim-enzim (amylase dan maltase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses kapang - Memperbaiki system fermentasi kapang
Biologi
- Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (lactobacillus delbrueckii, Hansenulla sp dan Zygosaccharomyces) akibat tidak stabilnya kadar garam
- Menyesuaikan Kadar garam
Peletakan hasil fermentasi garam kedalam ember menggunakan skop besi untuk direbus
Fisik - Terkena karat besi skop - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja
- Pembersihan dan pengeringan skop besi secara setiap kali sudah digunankan
- Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerjaKimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Perebusan 90 liter air sampai mendidih selama 2 jam (sampai mendidih) di dalam kancah menggunakan kayu bakar
Fisik - Terkena debu dan abu kayu bakar - Menggunakan tutup kancah Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi - Berubah rasa akibat kancah yang kotor - Pembersihan kancah sebelum dan setelah digunakan
Memasukan Kedelai hasil fermentasi garam ke dalam kancah yang berisi air yang telah mendidih
Fisik - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Mengaduk kedelai dan air sampai merata menggunakan potongan kayu pengaduk
Fisik - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Menimbang gula merah sebanyak 30 Kg untuk 1 kuintal kedelai
Fisik Tidak ada Tidak ada Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������''''''''����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.8 Identifikasi Bahaya Pada Tahapan Proses Pengolahan Selama Proses Pembuatan Tauco Cair
TAHAPAN PROSES BAHAYA
POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA UPAYA PENGENDALIAN
Pemotongan gula merah Fisik - Terkena debu dan karat pisau - Pembersihan telenan dan pembersihan pisau Kimia - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja Biologi Tidak ada
Pemasakan gula merah didalam panci dengan ditambahkan sedikit air
Fisik - Terkontaminasi kotoran botol
- Menggunakan panci yang berbeda untuk merebus botol dan gula merah
- Melakukan pencucian panci sebelum digunakan untuk pemasakan
Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Pengadukan gula merah menggunakan susuk sampai matang
Fisik - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Penyaringan gula merah menggunakan kain kasa dan diletakkan di ember
Fisik - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Pencampuran gula merah pada kedelai didalam kancah dan pengadukan hingga rata alam kancah menggunakan potongan kayu
Fisik - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Terkena debu akibat peletakan pengaduk secara
sembarangan
- Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja - Menggunakan pengaduk yang lebih panjang sehingga
operator tidak terlalu dekat dengan kancah Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Penimbangan gula putih sebanyak 15kg untuk 1 kuintal kedelai
Fisik Tidak ada Tidak ada Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Pencampuran gula pasir pada kedelai didalam kancah dan diaduk menggunakan potongan kayu sampai matang hingga menjadi tauco cair
Fisik - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Terkena debu akibat peletakan pengaduk secara sembarangan
- Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja - Menggunakan pengaduk yang lebih panjang sehingga
operator tidak terlalu dekat dengan kancah Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Peletakan tauco cair kedalam gentong untuk didinginkan
Fisik - Terkena kotoran debu pada ember yang digunakan untuk menyiduk tauco
- Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja
- Mencuci ember penyiduk sebelum digunakan - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja
Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������'%'%'%'%����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.8 Identifikasi Bahaya Pada Tahapan Proses Pengolahan Selama Proses Pembuatan Tauco Cair
TAHAPAN PROSES BAHAYA
POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA UPAYA PENGENDALIAN
Penimbangan Benzoate (pengawet) sebanyak ¾ Kg untuk 1 kuintal kedelai
Fisik Tidak ada Tidak ada Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Mencampurkan Benzoate kedalam tauco dan mengaduknya menggunakan susuk
Fisik - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja
Kimia - Makanan beracun jika pencampuran Benzoat yang berlebihan
- Mencampur Benzoat sesuai dengan standar yang ada yaitu 0.1% dari kuantitas bahan makanan.
Biologi Tidak ada Tidak ada
Perendaman botol bekas dengan air dalam bak pencucian
Fisik - Kotoran dan bekas label yang lama - Membersihkan bekas label dan kotoran
Kimia - Kontaminasi mikroorganisme lain dan
telur serangga akibat terlalu lama direndam
- Merendam botol tidak terlalu lama
Biologi Tidak ada Tidak ada Pencucian dengan sabun dan disikat serta dibilas
Fisik Masih ada sisa label lama Pekerja harus lebih cermat lagi membersihkan botol
Kimia - Kurang bersih dan rentan bakteri - Dicuci dengan sabun pencuci piring - Dilakukan perebusan terhadap botol
Biologi Tidak ada Tidak ada
Dijemur diterik matahari sampai kering Fisik - Terkena debu dan benda asing lain - Pembersihan lingkungan Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Perebusan dengan air mendidih didalam panci besar dan ditiriskan
Fisik - Pecah akibat terlalu panas dan ku rang hati-hati
- Mengatur temperatur dengan baik - Memilih botol kaca yang bagus - Kehati-hatian lebih ditingkatkan
Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Menuangkan tauco kedalam botol yang telah diberi label merk menggunakan corong dan centong yang terbuat dari batok kelapa
Fisik - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja Kimia Tidak ada Tidak ada
Biologi Tidak ada Tidak ada
Menutup botol dengan tutup plastik dan melakukan penyegelan dengan cara manual (menggunakan uap air)
Fisik - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Melakukan pelabelan expired pada label merk menggunakan cap
Fisik Tidak ada Tidak ada Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������'*'*'*'*����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.8 Identifikasi Bahaya Pada Tahapan Proses Pengolahan Selama Proses Pembuatan Tauco Cair
TAHAPAN PROSES BAHAYA
POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA UPAYA PENGENDALIAN
Menyusun tauco kedalam kardus atau box
Fisik - Botol pecah akibat perlakuan yang kurang baik - Memperlakukan produk dengan baik dan hati-hati
Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
Produk siap dikirim menggunakan motor dan mobil box
Fisik - Botol pecah akibat perlakuan yang kurang b aik - Memperlakukan produk dengan baik dan hati-hati
Kimia Tidak ada Tidak ada Biologi Tidak ada Tidak ada
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������'$'$'$'$����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
2. Penentuan Titik Kendali Kritis (TKK)
Identifikasi TKK dapat dilihat dari pemahaman yang benar terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pohon keputusan. Pohon keputusan
adalah 4 pertanyaan yang disusun berturut-turut dan dirancang untuk menilai
secara obyektif TKK mana yang diperlukan untuk mengendalikan potensi bahaya
yang telah teridentifikasi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
Q1: Apakah ada upaya pengendalian potensi bahaya yang teridentifikasi?
� Jika jawabannya YA jelaskan upaya-upaya pengendaliannya yang telah
dilakukan serta yang dapat dilakukan oleh operator, kemudian lanjutkan
ke pertanyaan berikutnya pada pohon keputusan (Q2).
� Jika TIDAK ada upaya pengendalian yang dilakukan (di perusahaan)
identifikasi bagaimana potensi bahaya yang teridentifikasi dapat
dikendalikan sebelum atau setelah proses pengolahan misalnya diluar
kendali operator.
Q2:Apakah tahapan ini (proses yang dikaji) secara khusus dirancang untuk
menghilangkan atau mengurangi kemungkinan keberadaan suatu
potensi bahaya hingga ke tingkat yang dapat diterima?
Pertanyaan 2 hanya berlaku untuk tahapan proses Untuk bahan baku yang
masuk seperti saat pengiriman, tulis tidak, kemudian lanjutkan ke Pertanyaan
3. Untuk menjawab pertanyaan ini pertimbangkan fungsi-fungsi proses
� Jika jawabnya YA, proses tersebut adalah TKK.
� Jika jawabnya TIDAK, lanjutkan ke Pertanyaan 3.
Q3:Dapatkah kontaminasi dengan potensi bahaya yang teridentifikasi
muncul melebihi konsentrasi yang dapat diterima atau dapatkah potensi
bahaya ini meningkat hingga ke tingkat yang tidak dapat diterima?
Pertanyaan 3 mengacu pada kemungkinan dan keseriusan dan merupakan
penentu resiko yang harus berlandaskan pada seluruh informasi yang telah
dikumpulkan.
� Jika tim yang bersangkutan yakin bahwa jawabannya adalah tidak, maka
tahapan ini bukan TKK.
� Jika jawabannya YA, lanjutkan ke Pertanyaan Q4.
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������'+'+'+'+����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Q4:Apakah tahapan berikutnya dapat menghilangkan bahaya yang
teridentifikasi atau mengurangi kemungkinan adanya potensi bahaya
tersebut hingga ke tingkat yang dapat diterima?
� Jika jawabannya TIDAK, maka tahap ini adalah TKK sehingga perlu untuk
dikaji dengan pasti apakah tahapan ini kritis (apa penyebabkritisnya) dengan
mempertimbangkan batas kritis yang ditentukan untuk pengawasan.
� Jika jawabannya YA, tahap ini bukanlah TKK.
Sebagai contohnya yaitu pada tahapan penerimaan Benzoat (pengawet),
telah teridentifikasi potensi bahaya secara fisik. Pada pertanyaan pertama diagram
pohon keputusan, terjawab pertanyaan YA karena telah ada usaha untuk
pengendalian bahaya yang telah teridentifikasi. Pada pertanyaan kedua,
jawabannya TIDAK, karena tahapan ini tidak dirancang mengatasi dan
menghilangkan potensi bahaya. Pada pertanyaan ketiga, jawabannya TIDAK
karena bahaya secara fisik yang teridentifikasi berupa kemasan rusak tidak akan
meningkat ke tingkat tidak dapat diterima setelah diatasi. Karena pada pertanyaan
ketiga jawabannya adalah tidak, maka tahapan penerimaan Benzoat bukan
merupakan titik kendali kritis (TKK). Untuk penentuan titik kendali kritis (TKK)
pada seluruh tahapan dapat dilihat pada tabel 4.9.
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������',',',',����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Tabel 4.9 Penentuan Titik Kendali Kritis (TKK)
Tahapan Proses Bahaya Potensial Q1 Q2 Q3 Q4 TKK?
(YA/TIDAK)
Penerimaan Kedelai Fisik YA TIDAK YA TIDAK YA Kimia YA TIDAK TIDAK TIDAK Biologi YA TIDAK TIDAK TIDAK
Penerimaan Air Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Kimia YA TIDAK TIDAK TIDAK Biologi YA TIDAK TIDAK TIDAK
Penerimaan Garam Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Kimia YA TIDAK TIDAK TIDAK Biologi YA TIDAK TIDAK TIDAK
Penerimaan Beras Ketan Putih Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Biologi YA TIDAK TIDAK TIDAK
Penerimaan Gula Merah Biologi YA TIDAK TIDAK TIDAK Penerimaan Gula Pasir Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Penerimaan Benzoat (Pengawet) Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Penerimaan botol bekas Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Kimia YA TIDAK TIDAK TIDAK Biologi YA TIDAK TIDAK TIDAK
Penerimaan kayu bakar Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Biologi YA TIDAK TIDAK TIDAK
Penyimpanan kering bahan pangan kedelai, gula merah, gula pasir, dan beras ketan putih dengan suhu sejuk ±25°C
Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Biologi YA TIDAK TIDAK TIDAK
Penyimpanan kayu bakar dan botol bekas serta tutup botol pada suhu sedang ±27°C
Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Biologi YA TIDAK TIDAK TIDAK
Penjemuran kedelai Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Perendaman dalam air dan pemisahan kulit dari biji kedelai menggunakan tangan dan ayakan Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Perebusan selama ±12 jam Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Penirisan dan pengankatan kedelai Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Peletakan kedelai kedalam tampah untuk dilakukan Fermentasi Kapang selama 3 hari
Fisik YA YA YA Biologi YA YA YA Kimia YA YA YA
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������%#%#%#%#����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.9 Penentuan Titik Kendali Kritis (TKK)
Tahapan Proses Bahaya Potensial Q1 Q2 Q3 Q4 TKK?
(YA/TIDAK) Pehalusan beras ketan putih dengan menggunakan mesin untuk dijadikan tepung Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Penyanggraian tepungberas ketan putih Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Fermentasi garam selama tiga hari lalu pencampuran garam dan tepung beras pada kedelai pada saat fermentasi garam dan diaduk menggunanakan skop besi sampai rata
Fisik YA YA YA Kimia YA YA YA
Biologi YA YA YA
Fermentasi garam selama 3-4 minggu Fisik YA YA YA Kimia YA YA YA Biologi YA YA YA
Peletakan hasil fermentasi garam kedalam ember menggunakan skop besi Fisik YA TIDAK YA YA
Perebusan 90 liter air sampai mendidih selama 2 jam di dalam kancah (sampai mendidih) di dalam kancah menggunakan kayu bakar
Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Biologi YA TIDAK TIDAK TIDAK
Memasukan Kedelai hasil fermentasi garam ke dalam kancah yang berisi air yang telah mendidih Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Mengaduk kedelai dan air sampai merata menggunakan potongan kayu pengaduk Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Pemotongan Gula merah Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Kimia YA TIDAK TIDAK TIDAK
Pemasakan gula merah didalam panci dengan ditambahkan sedikit air
Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Kimia YA TIDAK TIDAK TIDAK
Pengadukan gula merah menggunakan susuk sampai matang Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Penyaringan gula merah menggunakan kain kasa dan diletakkan di ember Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Pencampuran gula merah pada kedelai didalam kancah Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Pengadukan hingga rata antara kedelai dan gula merah dalam kancah menggunakan potongan kayu Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������%�%�%�%�����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.9 Penentuan Titik Kendali Kritis (TKK)
Tahapan Proses Bahaya Potensial Q1 Q2 Q3 Q4 TKK?
(YA/TIDAK) Pencampuran gula pasir pada kedelai didalam kancah dan diaduk menggunakan potongan kayu sampai matang hingga menjadi tauco cair
Fisik YA TIDAK YA TIDAK YA
Peletakan tauco cair kedalam gentong untuk didinginkan
Fisik YA TIDAK YA TIDAK YA
Mencampurkan Benzoate kedalam tauco dan mengaduknya menggunakan susuk
Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Kimia YA YA YA
Perendaman botol bekas dengan air dalam bak pencucian
Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Biologi YA TIDAK TIDAK TIDAK
Pencucian dengan sabun dan disikat serta dibilas Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Kimia YA TIDAK TIDAK TIDAK
Dijemur diterik matahari sampai kering Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Perebusan dengan air mendidih didalam panci besar dan ditiriskan
Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Menuangkan tauco kedalam botol yang telah diberi label merk menggunakan corong dan centong yang terbuat dari batok kelapa
Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Menutup botol dengan tutup plastik dan melakukan penyegelan dengan cara manual (menggunakan uap air)
Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
Menyusun tauco kedalam kardus atau box Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK Produk siap dikirim menggunakan motor dan mobil box
Fisik YA TIDAK TIDAK TIDAK
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������%�%�%�%�����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
3. Penentuan Batas-batas Kritis (Critical Limits) pada tiap Titik Kendali Kritis
(TKK)
Batas kritis (Critical Limit) adalah batas maksimum atau minimum dari setiap
CCP atau merupakan toleransi yang harus dipenuhi agar menjamin CCP efektif dalam
mengendalikan bahaya fisika, kimia dan biologi. Suatu batas kritis digunakan untuk
memisahkan antara kondisi-kondisi operational yang aman dan tidak aman pada suatu
TKK. Suatu batas kritis didefinisikan sebagai Sebuah kriteria yang memisahkan
konsentrasi yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima. Batas kritis harus
dispesifikasi dan divalidasi untuk masing-masing TKK. Dalam beberapa hal, lebih dari
satu batas kritis harus diterapkan pada suatu tahapan tertentu. Setiap ukuran pengendalian
atau usaha perlindungan mempunyai satu atau lebih batas kritis yang sesuai, yang mana
dapat berdasarkan pada faktor-faktor seperti : temperatur, waktu, kelembaban, pH, dan
lainnya.
� Batas-batas kritis harus berdasarkan pendekatan ilmiah. Untuk menentukan dan
menetapkan batas kritis dapat dilakukan melalui standar-standar dan petunjuk peraturan,
survei literatur, hasil-hasil percobaan atau eksperimen, dan pendapat ahli. Dalam kasus
ini untuk pembuatan tauco yang merupakan TKK adalah proses fermentasi kapang dan
proses fermentasi garam karena pada kedua proses ini adalah penentuan berhasil atau
tidaknya pembuatan tauco. Untuk penentuan batas kritis pada setiap TKK secara lengkap
akan ditunjukkan pada tabel 4.10.
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������%&%&%&%&����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Tabel 4.10 Penentuan Batas Kritis Pada TKK Yang Telah Teridentifikasi
TAHAPAN PROSES BAHAYA POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA UPAYA PENGENDALIAN BATAS KRITIS
Peletakan kedelai kedalam tampah untuk dilakukan Fermentasi Kapang selama 3 hari
FISIK - Terkena debu, serangga dan kotoranya yang
menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Penutup bak fermentasi tertutup - Pemberantasan hama
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C -27°C
KIMIA - Enzim-enzim (Prostase, amylase, dan lipase)tidak dihasilkan akibat gagalnya proses kapang
- Pengaturan kadar air dan mutu subtrat
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C-37°C - Waktu kapang ideal 3 hari
BIOLOGI - Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau
berkembang (aspergillus oryzae, rhizopus oligosporus, dan rizopus oryzae) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Menyesuiakan suhu ruangan
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C-37°C - Waktu kapang ideal 3 hari
Fermentasi garam selama tiga hari lalu pencampuran garam dan tepung beras pada kedelai pada saat fermentasi garam dan diaduk menggunanakan skop besi sampai rata
FISIK - Terkena debu, serangga dan kotoranya yang
menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Penutup bak fermentasi - Pemberantasan hama
- Bak fermentasi diletakkan diruangan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat
KIMIA - Enzim-enzim (amylase dan maltase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses fermentasi
- Memperbaiki sistem fermentasi kapang
- Kadar garam 17-20% - Waktu fermentasi garam
tahap 1 selama 3 hari
BIOLOGI - Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau
berkembang (lactobacillus delbrueckii, Hansenulla sp dan Zygosaccharomyces) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Menyesuaikan Kadar garam
- Kadar garam 17%-20% - Waktu fermentasi garam
tahap 1 selama 3 hari
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������%'%'%'%'����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Tabel 4.10 Penentuan Batas Kritis Pada TKK Yang Telah Teridentifikasi
TAHAPAN PROSES BAHAYA POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA UPAYA PENGENDALIAN BATAS KRITIS
Fermentasi garam 3-4
minggu
FISIK - Terkena debu, serangga dan kotoranya yang
menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Penutup bak fermentasi - Pemberantasan hama
- Bak fermentasi diletakkan diruangan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat
KIMIA - Enzim-enzim (amylase dan maltase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses fermentasi
- Memperbaiki sistem fermentasi kapang
- Kadar garam 17%-20% - Waktu fermentasi garam
tahap 2 semakin lama samakin baik (minimal 3minggu)
BIOLOGI - Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau
berkembang (lactobacillus delbrueckii, Hansenulla sp dan Zygosaccharomyces) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Menyesuaikan Kadar garam
- Kadar garam 17%-20% - Waktu fermentasi garam
tahap 2 semakin lama samakin baik (minimal 3minggu)
Mencampurkan
Benzoate kedalam tauco
dan mengaduknya
menggunakan susuk
FISIK - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja - Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja
- Mencuci tangan sebelum kontak dengan bahan pangan
KIMIA - Makanan beracun jika pencampuran Benzoat yang berlebihan
- Mencampur Benzoat sesuai dengan standar yang ada yaitu 0-0.1% dari kuantitas bahan makanan.
- Memcampurkan benzoate kedalam bahan pangan 0%-0,1%
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������%%%%%%%%����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
4. Pembuatan Sistem Pemantauan
"Pemantauan adalah pengukuran atau pengawasan yang terjadwal dari suatu TKK
relatif dengan batas kritisnya.” Sistem Pemantauan harus mampu mendeteksi seluruh
penyimpangan dari pengendalian. Pemantauan idealnya harus dapat memberikan
informasi ini tepat pada waktunya agar dapat dilakukan penyesuaian yang perlu serta
tindakan perbaikan bila mana perlu. Jika mungkin, penyesuaian proses harus dapat dibuat
ketika proses pengawasan menunjukkan suatu trend yang mengarah pada hilangnya
pengendalian pada titik-titik kritis, Penyesuaian harus diambil sebelum terjadi
penyimpangan. System pemantauan ini menggunakan metode
Tujuan dilakukan audit ini, agar pekerja benar-benar memperhatikan jaminan
keamanan dan keberhasilan pangan pada hasil akhir produk tauco cair yang siap
konsumsi. Untuk prosedur dan frekuensi pemantauan pada setiap tahapan ditunjukkan
pada tabel 4.11.
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������%*%*%*%*����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Tabel 4.11 Pemantauan Batas Kritis Untuk Setiap TKKTAHAPAN
PROSES BAHAYA POTENSIAL BATAS KRITIS PEMANTAUAN
WHAT WHEN WHERE WHO WHY HOW
Peletakan kedelai kedalam tampah untuk dilakukan Fermentasi Kapang selama 3 hari
FISIK
Terkena debu, serangga dan kotoranya yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C -37°C
- Melakukan pemantauan kebersihan Setiap hari
- Dalam Ruangan Kapang
Quality Assurance
Supervisor
(Production )
- Terdapat Kotoran pada tambah
- Ruangan terbuka
- Membersihkan tampah
- Memberantas hama
KIMIA
Enzim-enzim (Prostase, amylase, dan lipase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses kapang
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C-37°C
- Waktu kapang ideal 3 hari
- Pemantauan suhu ruangan dan waktu panen kedelai proses kapang dengan cara tidak membiarkan ruangan terkena matahari secara langsung dan tidak membenarkan adanya pemanasan dengan api dalam ruangan
3 hari sekali
- Dalam Ruangan Kapang
Quality Assurance
Supervisor
(Production )
Suhu ruangan terlalu panas
- Menutup pintu
- Menjauhkan api dari ruangan kapang
BIOLOGI
Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (aspergillus oryzae, rhizopus oligosporus, danrizopus oryzae) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C- 37°C
- Waktu kapang ideal 3 hari
- Pemantauan suhu ruangan dan waktu panen kedelai proses kapang dengan cara tidak membiarkan ruangan terkena matahari secara langsung dan tidak membenarkan adanya pemanasan dengan api dalam ruangan
3 hari sekali
- Dalam Ruangan Kapang
Quality Assurance
Supervisor
(Production )
Suhu ruangan terlalu panas
- Menutup pintu
- Menjauhkan api dari ruangan kapang
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������%$%$%$%$����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.11 Pemantauan Batas Kritis Untuk Setiap TKK TAHAPAN
PROSES BAHAYA POTENSIAL BATAS KRITIS PEMANTAUAN
WHAT WHEN WHERE WHO WHY HOW
Fermentasi garam selama tiga hari lalu pencampuran garam dan tepung beras pada kedelai pada saat fermentasi garam dan diaduk menggunanakan skop besi sampai rata
FISIK
Terkena debu, serangga dan kotoranya yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Bak fermentasi diletakkan diruangan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat
- Melakukan pemantauan kebersihan bak fermentasi dan lingkungan sekitar bak
Setiap hari
- Bak Fermentasi
- Penutup bak fermentasi
Quality Assurance
Supervisor
(Production )
- Terdapat Kotoran pada bak fermentasi dan penutupnya
- Membersihkan bak fermentasi
KIMIA Enzim-enzim (amylase dan maltase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses fermentasi
- Kadar garam 17-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Memantau pencampuran garam dan tepung beras ketan
3 hari setelah proses fermentasi garam dilakukan
- Dalam bak Fermentasi garam
Quality Assurance
Supervisor
(Production )
- Ketidak sesusain mencampurkan kuantitas garam dan tepung beras
- Mencampurkan garam dan tepung beras sesusai dengan persentase yang telah ditentukan
- Mencampurkan garam dan tepung beras hanya pada hari ke tiga
BIOLOGI
Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (lactobacillus delbrueckii, Hansenulla sp dan Zygosaccharomyces) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Kadar garam 17%-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Pemantauan kadar garam saat pencampuran garam
3 hari setelah proses fermentasi garam dilakukan
- Dalam bak Fermentasi garam
Quality Assurance
Supervisor
(Production )
- Ketidak sesusain mencampurkan kuantitas garam
- Mencampurkan garam sesusai dengan persentase yang telah ditentukan
- Mencampurkan garam hanya pada hari ke tiga
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������%+%+%+%+����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Lanjutan Tabel 4.11 Pemantauan Batas Kritis Untuk Setiap TKK TAHAPAN
PROSES BAHAYA POTENSIAL BATAS KRITIS PEMANTAUAN
WHAT WHEN WHERE WHO WHY HOW
Fermentasi garam selam 3-4 minggu
FISIK
Terkena debu, serangga dan kotoranya yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Bak fermentasi diletakkan diruangan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat
- Pemantauan kerapihan dan keamanan penutup bak fermentasi
Setiap hari
- Bak Fermentasi
- Penutup bak fermentasi
Quality Assurance
Supervisor
(Production )
- Terdapat Kotoran pada bak fermentasi dan penutupnya
- Penutup bak terbuka
- Membersihkan bak fermentasi
- Menutup bak fermentasi dengan rapat dan rapih
KIMIA
Enzim-enzim (amylase dan maltase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses fermentasi
- Kadar garam sekitar 17-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Pemanenan hasil fermentasi garam pada minimal pada minggu ke 3
- Pemantauan kerapihan dan keamanan penutup bak fermentasi
Setiap hari
- Penutup dan bak Fermentasi garam
Quality Assurance
Supervisor
(Production )
- Terdapat Kotoran pada bak fermentasi dan penutupnya
- Penutup bak terbuka
- Membersihkan bak fermentasi
- Menutup bak fermentasi dengan rapat dan rapih
-
BIOLOGI
Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (lactobacillus delbrueckii, Hansenulla sp dan Zygosaccharomyces) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Kadar garam 17%-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Pemanenan hasil fermentasi garam pada minimal pada minggu ke 3
- Pemantauan kerapihan dan keamanan penutup bak fermentasi
Setiap hari
- Dalam bak Fermentasi garam
Quality Assurance
Supervisor
(Production )
- Terdapat Kotoran pada bak fermentasi dan penutupnya
- Penutup bak terbuka
- Membersihkan bak fermentasi
- Menutup bak fermentasi dengan rapat dan rapih
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������%,%,%,%,����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.11 Pemantauan Batas Kritis Untuk Setiap TKK TAHAPAN
PROSES BAHAYA POTENSIAL BATAS KRITIS PEMANTAUAN
WHAT WHEN WHERE WHO WHY HOW
Mencampurkan Benzoat kedalam tauco dan mengaduknya menggunakan susuk
FISIK - Kontaminasi
mikrobiologis dari pekerja
- Memantau kesehatan dan kebersihan pekerja
- Mencuci tangan sebelum kontak dengan bahan pangan
- 1 kali produksi
- Tempat mencuci tangan sebelum menyentuh bahan pangan
Quality Assurance
Supervisor
(Production )
- Tangan kotor
- Mencuci tangan dengan sabun
KIMIA Makanan beracun jika pencampuran Benzoat yang berlebihan diatas 0.1%
- Mencampur benzoat sesuai dengan standar yang ada yaitu 0-0.1% dari kuantitas bahan makanan.
- Memcampurkan benzoat kedalam bahan pangan 0%-0,1%
- 1 kali produksi
- Diruangan pengemasan
Quality Assurance
Supervisor
(Production )
- Khawatir pencampuran benzoat diatas 0.1 %
- Menimbang benzoatsebanyak 0,75 kg dan mencampurkanya kedalam 1 kuintal kedelai
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������*#*#*#*#����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
5. Pembuatan Prosedur Tindakan Koreksi
Tindakan-tindakan peninjauan atau koreksi adalah mencegah produk-produk
berbahaya mencapai pelanggan atau beredar dipasar. Jika terjadi penyimpangan atau
kegagalan memenuhi batas-batas kritis yang ditetapkan, maka tindakan perbaikan harus
dilakukan. Tindakan perbaikan tertentu harus dikembangkan untuk masing-masing TKK
dalam sistem HACCP agar dapat mengatasi penyimpangan bilamana ada. Tindakan-
tindakan ini harus dapat menjamin bahwa TKK telah dikendalikan.
Contohnya pada tahapan fermentasi kapang prosedur yang harus diperhatikan
adalah proses harus dilakukan di dalam ruangan terlindung dari sinar matahari dengan
Suhu kamar 25��37°C, dan waktu kapang ideal 3 hari telah dilakukan prosedur koreksi.
Untuk tindakan koreksi atau perbaikan pada setiap TKK secara lengkap akan
ditunjukkan pada tabel 4.12
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������*�*�*�*�����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Tabel 4.12 Penetapan Tindakan Perbaikan Untuk Setiap Batas Kritis Pada Bahaya Yang Telah Teridentifikasi
TAHAPAN PROSES BAHAYA POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA BATAS KRITIS TINDAKAN PERBAIKAN
Peletakan kedelai kedalam tampah untuk dilakukan Fermentasi Kapang selama 3 hari
FISIK
- Terkena debu, serangga dan kotoranya yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°-37°C C
- Setiap hari membersihkan ruangan agar tidak terulang lagi hal yang sama yaitu terkena debu, serangga dan kotoran
- Produk proses kapang yang gagal segera dipisahkan dari produk yang lain agar tidak mengkontaminasi
- Melakukan pemeriksaan sesuai standar
KIMIA
- Enzim-enzim (Prostase, amylase, dan lipase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses kapang
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C-37°C - Waktu kapang 2-5 hari
- Hanya memanen kapang dengan waktu kapang ideal yaitu 3 hari
BIOLOGI
- Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (aspergillus oryzae, rhizopus oligosporus, danrizopus oryzae) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C-37°C - Waktu kapang ideal 3 hari
- Hanya memanen kapang dengan waktu kapang ideal yaitu 3 hari
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������*�*�*�*�����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.12 Penetapan Tindakan Perbaikan Untuk Setiap Batas Kritis Pada Bahaya Yang Telah Teridentifikasi
TAHAPAN PROSES BAHAYA POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA BATAS KRITIS TINDAKAN PERBAIKAN
Fermentasi garam selama tiga hari lalu pencampuran garam dan tepung beras pada kedelai pada saat fermentasi garam dan diaduk menggunanakan skop besi sampai rata
FISIK
- Terkena debu, serangga dan kotoranya yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Bak fermentasi diletakkan diruam\ngan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat
- Meningkatkan frekuensi pembersihan terhadap ruangan agar tidak terulang lagi hal yang sama yaitu terkena debu, serangga, dan kotoran lainnya.
- Penutup bak fermentasi berwarna gelap
KIMIA - Enzim-enzim (amylase dan
maltase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses fermentasi
- Kadar garam antara 17-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Harus menambahkan garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
BIOLOGI
- Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (lactobacillus delbrueckii, Hansenulla sp dan Zygosaccharomyces) akibat tidak stabilnya kadar garam
- Kadar garam sekitar 17-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������*&*&*&*&����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.12 Penetapan Tindakan Perbaikan Untuk Setiap Batas Kritis Pada Bahaya Yang Telah Teridentifikasi
TAHAPAN PROSES BAHAYA POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA BATAS KRITIS TINDAKAN PERBAIKAN
Fermentasi garam selama 3-4 minggu
FISIK
- Terkena debu, serangga dan kotoranya yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Bak fermentasi diletakkan diruangan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat
- Meningkatkan frekuensi pembersihan terhadap ruangan agar tidak terulang lagi hal yang sama yaitu terkena debu, serangga, dan kotoran lainnya.
- Penutup bak fermentasi berwarna gelap
KIMIA - Enzim-enzim (amylase dan
maltase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses fermentasi
- Kadar garam sekitar 17-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Pemanenan hasil fermentasi garam pada minimal pada minggu ke 3
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
- Memanen hasil fermentasi sesuai dengan prosedur yaitu setelah 3 minggu
BIOLOGI
- Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (lactobacillus delbrueckii, Hansenulla sp dan Zygosaccharomyces) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Kadar garam 17%-20% - Waktu fermentasi garam
tahap 1 selama 3 hari - Pemanenan hasil
fermentasi garam pada minimal pada minggu ke 3
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
- Memanen hasil fermentasi sesuai dengan prosedur yaitu setelah 3 minggu
Mencampurkan Benzoat kedalam tauco dan mengaduknya menggunakan susuk
FISIK - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja
- Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja
- Pekerja harus lebih meningkatkan kebersihan dan menggunakan pakaian khusus saat melakukan produksi dan menggunakan sarung tangan saat kontak dengan makanan
KIMIA Makanan beracun jika pencampuran Benzoat yang berlebihan diatas 0.1%
- Mencampur Benzoat sesuai dengan standar yang ada yaitu antara 0-0.1% dari kuantitas bahan makanan.
- Harus mencampur benzoat tidak melebihi dari 0.1% dari kuantitas bahan makanan
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������*'*'*'*'����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
6. Pembuatan Prosedur Verifikasi
Peninjauan kembali sistem HACCP dan catatannya dapat dimasukkan sebagai
kegiatan verifikasi. Salah satu kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kegiatan ini adalah
pelaksanaan audit internal HACCP. Audit internal dapat dilakukan secara mandiri oleh
organisasi yang dibentuk khusus untuk itu, terdiri dari beberapa personal internal
perusahaan yang memiliki kompetensi audit. Audit internal dapat pula menggunakan jasa
eksternal audit, yakni mengundang lembaga audit independen dengan tujuan untuk
mengevaluasi sistem.
Pada tahap ini, tim yang tergabung dalam tim HACCP bertanggung jawab dalam
proses penetapan verifikasi. Penetapan prosedur verifikasi pada setiap TKK pada proses
pembuatan Tauco Cap Biruang akan ditunjukkan pada tabel 4.13.
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������*%*%*%*%����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Tabel 4.13 Pihak – Pihak yang Bertanggung Jawab pada Penetapan Prosedur Verifikasi untuk Peninjauan Kembali Sistem HACCP TAHAPAN
PROSES BAHAYA
POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA BATAS KRITIS TINDAKAN PERBAIKAN VERIFIKASI
Peletakan kedelai kedalam tampah untuk dilakukan Fermentasi Kapang selama 3 hari
FISIK
- Terkena debu, serangga dan kotoranya yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar25°C-37°C
- Setiap hari membersihkan ruangan agar tidak terulang lagi hal yang sama yaitu terkena debu, serangga dan kotoran
- Produk proses kapang yang gagal segera dipisahkan dari produk yang lain agar tidak mengkontaminasi
- Melakukan pemeriksaan sesuai standar
Quality Assurance Supervisor
(Production )
KIMIA
- Enzim-enzim (Prostase, amylase, dan lipase)tidak dihasilkan akibat gagalnya proses kapang
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C-37°C
- Waktu kapang 2-5 hari
- Hanya memanen kapang dengan waktu kapang ideal yaitu 3 hari
Quality Assurance Supervisor
(Production )
BIOLOGI
- Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (aspergillus oryzae, rhizopus oligosporus, dan rizopus oryzae) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C-37°C
- Waktu kapang ideal 3 hari
- Hanya memanen kapang dengan waktu kapang ideal yaitu 3 hari
Quality Assurance Supervisor
(Production )
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������********����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.13 Pihak – Pihak yang Bertanggung Jawab pada Penetapan Prosedur Verifikasi untuk Peninjauan Kembali Sistem HACCP TAHAPAN
PROSES BAHAYA
POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA BATAS KRITIS TINDAKAN PERBAIKAN VERIFIKASI
Fermentasi garam selama tiga hari lalu pencampuran garam dan tepung beras pada kedelai pada saat fermentasi garam dan diaduk menggunanakan skop besi sampai rata
FISIK
- Terkena debu, serangga dan kotoranya yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Bak fermentasi diletakkan diruangan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat
- Meningkatkan frekuensi pembersihan terhadap ruangan agar tidak terulang lagi hal yang sama yaitu terkena debu, serangga, dan kotoran lainnya.
- Penutup bak fermentasi berwarna gelap
Quality Assurance Supervisor
(Production )
KIMIA
- Enzim-enzim (amylase dan maltase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses fermentasi
- Kadar garam antara 17-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Harus menambahkan garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
Quality Assurance Supervisor
(Production )
BIOLOGI
- Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (lactobacillus delbrueckii, Hansenulla sp dan Zygosaccharomyces) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Kadar garam sekitar 17-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
Quality Assurance Supervisor
(Production )
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������*$*$*$*$����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.13 Pihak – Pihak yang Bertanggung Jawab pada Penetapan Prosedur Verifikasi untuk Peninjauan Kembali Sistem HACCP TAHAPAN
PROSES BAHAYA
POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA BATAS KRITIS TINDAKAN PERBAIKAN VERIFIKASI
Fermentasi garam selama 3-4 minggu
FISIK
- Terkena debu, serangga dan kotoranya yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Bak fermentasi diletakkan diruam\ngan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat
- Meningkatkan frekuensi pembersihan terhadap ruangan agar tidak terulang lagi hal yang sama yaitu terkena debu, serangga, dan kotoran lainnya.
- Penutup bak fermentasi berwarna gelap
Quality Assurance Supervisor
(Production )
KIMIA
- Enzim-enzim (amylase dan maltase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses fermentasi
- Kadar garam antara 17-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 2 minimal 3 minggu (makin lama makin baik)
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
- Memanen hasil fermentasi sesuai dengan prosedur yaitu setelah 3 minggu
Quality Assurance Supervisor
(Production )
BIOLOGI
- Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (lactobacillus delbrueckii, Hansenulla sp dan Zygosaccharomyces) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Kadar garam antara 17-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 2 minimal 3 minggu (makin lama makin baik)
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
- Memanen hasil fermentasi sesuai dengan prosedur yaitu setelah 3 minggu
Quality Assurance Supervisor
(Production )
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������*+*+*+*+����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.13 Pihak – Pihak yang Bertanggung Jawab pada Penetapan Prosedur Verifikasi untuk Peninjauan Kembali Sistem HACCP TAHAPAN
PROSES BAHAYA
POTENSIAL PENYEBAB BAHAYA BATAS KRITIS TINDAKAN PERBAIKAN VERIFIKASI
Mencampurkan Benzoat kedalam tauco dan mengaduknya menggunakan susuk
FISIK - Kontaminasi mikrobiologis dari pekerja
- Menjamin kesehatan dan kebersihan pekerja
- Pekerja harus lebih meningkatkan kebersihan dan menggunakan pakaian khusus saat melakukan produksi dan menggunakan sarung tangan saat kontak dengan makanan
Quality Assurance Supervisor
(Production )
KIMIA
Makanan beracun jika pencampuran Benzoat yang berlebihan diatas
0.1%
- Mencampur Benzoat sesuai dengan standar yang ada yaitu antara 0-0.1% dari kuantitas bahan makanan.
- Harus mencampur benzoat tidak melebihi dari 0.1% dari kuantitas bahan makanan
Quality Assurance Supervisor
(Production )
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������*,*,*,*,����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
7. Pembuatan Dokumentasi dan Pencatatan
Pembuatan dokumentasi pada prosedur HACCP harus harus sesuai dengan sifat
dan ukuran operasi. Sistem pendokumentasian yang praktis dan tepat sangatlah penting
untuk aplikasi yang efeisien dan penerapan sistem HACCP yang efektif.
Ada 3 hal yang termasuk dalam dokumen:
• Semua studi tentang dokumen HACCP yang berisi rincian tentang pertimbangan
ilmiah TTK (titik-titik pengendalian kritis), batas kritis, sistem pengawasan dan
tindakan perbaikan.
• Dokumentasi tentang sistem: prosedur, cara operasi, instruksi kerja yang mengacu
pada setiap titik dalam metode tersebut. Dokumen-dokumen ini menyusun rencana
HACCP.
• Penyimpanan catatan (studi laporan HACCP, hasil penerapan sistem, pengambilan
keputusan) sehingga dapat menggambarkan penerapan permanen sistem HACCP
Pendokumentasian yang rinci dapat kita lihat pada tabel 4.14.
� ���������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� ��������������������������������������� .�-��� �0��� .(�� �������������������������������������////��������$#$#$#$#����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Tabel 4.14 Penetapan Dokumentasi dan Pencatatan Seluruh Prosedur HACCP yang Telah Diterapkan TAHAPAN
PROSES BAHAYA POTENSIAL BATAS KRITIS PEMANTAUAN PERBAIKAN VERIVIKASI WHAT WHEN WHERE WHO WHY HOW
Peletakan kedelai kedalam tampah untuk dilakukan Fermentasi Kapangselama 3 hari
FISIK
Terkena debu, serangga dan kotoranya yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C -37°C
- Melakukan pemantauan kebersihan
Setiap hari
- Dalam Ruangan Kapang
Quality Assurance Supervisor
(Production )
- Terdapat Kotoran pada tambah
- Ruangan terbuka
- Membersihkan tampah
- Memberantas hama
- Setiap hari membersihkan ruangan agar tidak terulang lagi hal yang sama yaitu terkena debu, serangga dan kotoran
- Produk proses kapang yang gagal segera dipisahkan dari produk yang lain agar tidak mengkontaminasi
- Melakukan pemeriksaan sesuai standar
Quality Assurance Supervisor
(Production )
KIMIA
Enzim-enzim (Prostase, amylase, dan lipase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses kapang
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C-37°C
- Waktu kapang ideal 3 hari
- Pemantauan suhu ruangan dan waktu panen kedelai proses kapang dengan cara tidak membiarkan ruangan terkena matahari secara langsung dan tidak membenarkan adanya pemanasan dengan api dalam ruangan
3 hari sekali
- Dalam Ruangan Kapang
Quality Assurance Supervisor
(Production )
Suhu ruangan terlalu panas
- Menutup pintu
- Menjauhkan api dari ruangan kapang
- Hanya memanen kapang dengan waktu kapang ideal yaitu 3 hari
Quality Assurance Supervisor
(Production )
BIOLOGI
Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (aspergillus oryzae, rhizopus oligosporus, dan rizopus oryzae) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C- 37°C
- Waktu kapang ideal 3 hari
- Pemantauan suhu ruangan dan waktu panen kedelai proses kapang dengan cara tidak membiarkan ruangan terkena matahari secara langsung dan tidak membenarkan adanya pemanasan dengan api dalam ruangan
3 hari sekali
- Dalam Ruangan Kapang
Quality Assurance Supervisor
(Production )
Suhu ruangan terlalu panas
- Menutup pintu
- Menjauhkan api dari ruangan kapang
- Hanya memanen kapang dengan waktu kapang ideal yaitu 3 hari
Quality Assurance Supervisor
(Production )
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������$�$�$�$�����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.14 Penetapan Dokumentasi dan Pencatatan Seluruh Prosedur HACCP yang Telah Diterapkan TAHAPAN
PROSES BAHAYA POTENSIAL BATAS KRITIS
PEMANTAUAN PERBAIKAN VERIVIKASI WHAT WHEN WHERE WHO WHY HOW
Fermentasi garam selama tiga hari lalu pencampuran garam dan tepung beras pada kedelai pada saat fermentasi garam dan diaduk menggunanakan skop besi sampai rata
FISIK
Terkena debu, serangga dan kotoranya yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Bak fermentasi diletakkan diruangan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat
- Melakukan pemantauan kebersihan bak fermentasi dan lingkungan sekitar bak
Setiap hari
- Bak Fermentasi
- Penutup bak fermentasi
Quality Assurance Supervisor
(Production )
- Terdapat Kotoran pada bak fermentasi dan penutupnya
- Membersihkan bak fermentasi
- Meningkatkan frekuensi pembersihan terhadap ruangan agar tidak terulang lagi hal yang sama yaitu terkena debu, serangga, dan kotoran lainnya.
- Penutup bak fermentasi berwarna gelap
Quality Assurance Supervisor
(Production )
KIMIA
Enzim-enzim (amylase dan maltase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses fermentasi
- Kadar garam 17-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Memantau pencampuran garam dan tepung beras ketan
3 hari setelah proses fermentasi garam dilakukan
- Dalam bak Fermentasi garam
Quality Assurance Supervisor
(Production )
- Ketidak sesusain mencampurkan kuantitas garam dan tepung beras
- Mencampurkan garam dan tepung beras sesusai dengan persentase yang telah ditentukan
- Mencampurkan garam dan tepung beras hanya pada hari ke tiga
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Harus Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
Quality Assurance Supervisor
(Production )
BIOLOGI
Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (lactobacillus delbrueckii, Hansenulla sp dan Zygosaccharomyces) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Kadar garam 17%-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Pemantauan kadar garam saat pencampuran garam
3 hari setelah proses fermentasi garam dilakukan
- Dalam bak Fermentasi garam
Quality Assurance Supervisor
(Production )
- Ketidak sesusain mencampurkan kuantitas garam
- Mencampurkan garam sesusai dengan persentase yang telah ditentukan
- Mencampurkan garam hanya pada hari ke tiga
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
Quality Assurance Supervisor
(Production )
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������$�$�$�$�����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.14 Penetapan Dokumentasi dan Pencatatan Seluruh Prosedur HACCP yang Telah Diterapkan TAHAPAN
PROSES BAHAYA POTENSIAL BATAS KRITIS
PEMANTAUAN PERBAIKAN VERIVIKASI WHAT WHEN WHERE WHO WHY HOW
Fermentasi garam selam 3-4 minggu
FISIK
Terkena debu, serangga dan kotoranya yang menyebabkan terhambatnya perkembangan mikroorganisme
- Bak fermentasi diletakkan diruangan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat
- Pemantauan kerapihan dan keamanan penutup bak fermentasi
Setiap hari
- Bak Fermentasi
- Penutup bak fermentasi
Quality Assurance Supervisor
(Production )
- Terdapat Kotoran pada bak fermentasi dan penutupnya
- Penutup bak terbuka
- Membersihkan bak fermentasi
- Menutup bak fermentasi dengan rapat dan rapih
- Meningkatkan frekuensi pembersihan terhadap ruangan agar tidak terulang lagi hal yang sama yaitu terkena debu, serangga, dan kotoran lainnya.
- Penutup bak fermentasi berwarna gelap
Quality Assurance Supervisor
(Production )
KIMIA
Enzim-enzim (amylase dan maltase) tidak dihasilkan akibat gagalnya proses fermentasi
- Kadar garam sekitar 17-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Pemanenan hasil fermentasi garam pada minimal pada minggu ke 3
- Pemantauan kerapihan dan keamanan penutup bak fermentasi
Setiap hari
- Penutup dan bak Fermentasi garam
Quality Assurance Supervisor
(Production )
- Terdapat Kotoran pada bak fermentasi dan penutupnya
- Penutup bak terbuka
- Membersihkan bak fermentasi
- Menutup bak fermentasi dengan rapat dan rapih
-
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
- Memanen hasil fermentasi sesuai dengan prosedur yaitu setelah 3 minggu
Quality Assurance Supervisor
(Production )
BIOLOGI
Mikroorganisme yang diinginkan tidak mau berkembang (lactobacillus delbrueckii, Hansenulla sp dan Zygosaccharomyces) akibat tidak stabilnya ph dan kadar garam
- Kadar garam 17%-20%
- Waktu fermentasi garam tahap 1 selama 3 hari
- Pemanenan hasil fermentasi garam pada minimal pada minggu ke 3
- Pemantauan kerapihan dan keamanan penutup bak fermentasi
Setiap hari
- Dalam bak Fermentasi garam
Quality Assurance Supervisor
(Production )
- Terdapat Kotoran pada bak fermentasi dan penutupnya
- Penutup bak terbuka
- Membersihkan bak fermentasi
- Menutup bak fermentasi dengan rapat dan rapih
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
- Memanen hasil fermentasi sesuai dengan prosedur yaitu setelah 3 minggu
Quality Assurance Supervisor
(Production )
������������/�/�/�/��� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� �������������� .�-��� �0��� .(�� ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������$&$&$&$&����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Lanjutan Tabel 4.14 Penetapan Dokumentasi dan Pencatatan Seluruh Prosedur HACCP yang Telah Diterapkan TAHAPAN
PROSES BAHAYA
POTENSIAL BATAS KRITIS
PEMANTAUAN PERBAIKAN VERIFIKASI WHAT WHEN WHERE WHO WHY HOW
Mencampurkan Benzoat kedalam tauco dan mengaduknya menggunakan susuk
FISIK - Kontaminasi
mikrobiologis dari pekerja
- Memantau kesehatan dan kebersihan pekerja
- Mencuci tangan sebelum kontak dengan bahan pangan
- 1 kali produksi
- Tempat mencuci tangan sebelum menyentuh bahan pangan
Quality Assurance Supervisor
(Production )
- Tangan kotor
- Mencuci tangan dengan sabun
- Pekerja harus lebih meningkatkan kebersihan dan menggunakan pakaian khusus saat melakukan produksi dan menggunakan sarung tangan saat kontak dengan makanan
Quality Assurance Supervisor
(Production )
KIMIA
Makanan beracun jika pencampuran Benzoat yang berlebihan diatas 0.1%
- Mencampur benzoatsesuai dengan standar yang ada yaitu 0-0.1% dari kuantitas bahan makanan.
- Memcampurkan benzoatkedalam bahan pangan 0%-0,1%
- 1 kali produksi
- Diruangan pengemasan
Quality Assurance Supervisor
(Production )
- Khawatir pencampuran benzoat diatas 0.1 %
- Menimbang benzoatsebanyak 0,75 kg dan mencampurkanya kedalam 1 kuintal kedelai
- Harus mencampur benzoat tidak melebihi dari 0.1% dari kuantitas bahan makanan
Quality Assurance Supervisor
(Production )
////������������
BAB V
ANALISIS
5.1 Kualitas dan Keamanan Pangan
Dalam produksi produk makanan, kualitas dan kemanan pangan merupakan
hal yang mutlak diperhatikan karena kedua hal tersebut menentukan suatu produk
layak atau tidak dikonsumsi atau tidak.
Pada pembuatan Tauco Cair Cap Biruang, kualitas dan kemanan pangan
belum begitu diperhatikan terutama dalam hal kebersihan. Hal ini sangat disayangkan
mengingat nama Tauco Cap Biruang sudah terkenal di Jawa Barat. Perbaikan-
perbaikan hal kebersihan menjadi sorotan utama karena kebersihan merupakan faktor
penting dalam produksi makanan. Kebersihan disini ditekankan pada penyimpanan
bahan baku baik pangan maupun non pangan, ruang produksi, alat-alat yang
digunakan untuk mebuat tauco, dan lain-lain. Untuk itu Perusahaan Tauco Cap
Biruang Cianjur ini perlu melakukan sanitasi dan keamanan pangan (HACCP)
dengan benar. Jika sanitasi sudah dilakukan dengan benar maka tauco cair cap
biruang akan terus menyandang sertifikat halal dari lembaga MUI dan sertifikat
higenis DEPKES BPPOM yang akan diaudit setiap 2 tahun.
5.2 Usulan Sanitasi dan Keamanan Pangan
Dalam pembuatan Tauco Cair Cap Biruang Cianjur terdapat usulan-usulan
yang diharapkan dapat membantu peningkatan kualitas dan kemanan pangan, usulan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keamanan Air
Dalam pembuatan Tauco Cair Cap Biruang Cianjur memang sudah
menggunakan air yang layak konsumsi karena berasal dari PDAM Cianjur tetapi
perlu dilakukan penanganan seperti filterasi sederhana yaitu dengan mengikat ujung
pipa saluran air untuk menghindari lumut-lumut atau pun karat pipa yang mengendap
akibat umur pipa yang sudah cukup lama. Dengan cara filterasi tersebut diharapkan
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////����������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
air yang digunakan benar-benar bersih dan layak konsumsi. Usulan dokumentasi
dapat dilihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1 Usulan Dokumentasi Tahap Perlakuan Air PDAM
2. Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Makanan
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan Tauco Cair Cap Biruang misalnya
pengaduk dari kayu, centong, kancah, dan lain-lain merupakan permukaan yang
kontak langsung dengan bahan pangan (makanan) maka perlu dilakukan pembersihan
setiap sebelum dan sesudah menggunakan. Karena setelah digunakan kemudian
dicuci selanjutnya disimpan untuk digunakan kembali tidak menutup kemungkinan
terkena debu dan kotoran lain sehingga perlu dilakukan pembersihan kembali
sebelum memakainya.
Selain itu untuk pembersihan lantai perlu ditingkatkan dari seminggu sekali
menjadi tiap hari karena ruang produksi harus selalu bersih baik pada saat dilakukan
kegiatan produksi atau tidak. Usulan Dokumentasi dapat dilihat pada gambar 5.2.
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������&&&&����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Gambar 5.2 Usulan Dokumenrasi Prosedur Pembersihan Permukaan Yang Kontak Dengan Makanan
3. SSOP Pencegahan Kontaminasi Silang
Pada perusahaan tauco cap biruang masih terdapat kekurangan dalam
melakukan pencegahan kontaminasi silang pada peletakan gula merah dan tepung
yang masih terlalu dekat jaraknya dan terkadang menyatu walaupun diletakkan dalam
karung.
Agar pencegahan kontaminasi silang maka sebaiknya perusahaan tauco cap
biruang membuat peraturan yang harus dipatuhi seluruh karyawan, usulan peraturan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Meletakkan bahan pangan dalam satu gudang bahan baku dan penyusunannya
dikelompokkan berdasarkan jenisnya dengan jarak yang disesuaikan.
2. Untuk menjaga agar kontaminasi silang tetap tidak akan terjadi pada bahan
pangan maka disarankan walaupun diletakkan dalam satu gudang sebaiknya
diberi tempat berupa karung untuk kedelai, tepung beras ketan, garam, dan
gula pasir , sedangkan gula aren disimpan didalam kaleng agar lebih aman.
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������''''����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Usulan dokumentasi untuk SSOP encegahan kontaminasi silang dapat dilihat
pada gambar 5.3.
��������������� ���� ���!
�"#$"%#&'"%#(")"%("*& +&,"$
�")"%("*&-(")"%�"%#"%.
/$,01"**"%'","23"1&#&'"%#
/$3&3&%(04'"3"4*"%50%$3%6"'"%2"3$%#72"3$%#'$,01"**"%'","2
8"'")6"%#"2"%
!0,03"$
Gambar 5.3 Usulan Dokumentasi SSOP Pencegahan Kontaminasi Silang
4. Kebersihan Pekerja
Dalam hal kebersihan bukan hanya bahan pangan, alat-alat yang digunakan,
dan tempat produksi yang perlu diperhatikan kebersihannya namun kebersihan
pekerja sangat perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan pekerja adalah operator atau
orang yang terlibat langsung dalam proses produksi tauco. Pekerja yang terlibat
langsung proses produksi tauco memang sudah melaksanakan ketentuan kebersihan
pekerja seperti:
1. Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tugas dengan sabun pencuci
tangan
2. Memotong dan membersihkan kuku, jika panjang dan kotor
3. Tidak menggunakan perhiasan seperti cincin, arloji dan lainnya ketika
melakukan proses produksi
4. Menggunakan topi untuk menutup rambut agar tidak mengkontaminasi bahan
pangan.
Agar kebersihan pekerja lebih terjamin sebaiknya pekerja juga melakukan hal-
hal sebagai berikut untuk mengurangi kontaminasi biologis pekerja terhadap
makanan:
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������%%%%����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
1. Menggunakan pakaian kerja khusus yang hanya dipakai pada saat bekerja.
2. Menggunakan masker rambut dan masker mulut (sekali pakai dicuci)
3. Untuk membatasi akses masuk maka hanya petugas khusus bagian produksi
yang boleh masuk ke proses pengemasan
4. Sarung tangan (sekali pakai)
5. Menggunakan sepatu boot agar terhindar dari panas api ketika proses
pemasakan
Usulan dokumentasi untuk kebersihan pekerja dapat dilihat pada gambar 5.4
berikut:
Gambar 5.4 Usulan dan Dokumentasi Kebersihan Pekerja
5. Pencegahan atau Perlindungan dari Adulterasi
Bahan non pangan dan bahan pangan tidak boleh diletakkan pada satu tempat
tetapi harus dipisahkan untuk mencegah adulterasi. Penempatan kayu bakar pada
gudang yang terpisah sudah baik agar tidak mengganggu bahan pangan, tetapi
penempatan tampah pada gudang bahan baku dirasa kurang tepat dan perlu dilakukan
pemisahan tempat. Sebaiknya tampah diletakkan pada ruang terpisah, misalkan di
letakkan pada gudang penyimpanan botol karena sama-sama merupakan bahan non
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������****����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
pangan. Usulan dokumentasi untuk pencegahan atau perlindungan adultersai dapat
dilihat pada gambar 5.5.
Gambar 5.5 Usulan dan Dokumentasi Prosedur Perlindungan Adultersai
6. Pelabelan dan Penyimpanan yang Tepat
Pelabelan dan penyimpanan yang tepat terhadap bahan kimia sangat perlu
dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengunaannya. Pelabelan pada benzoat
memang sudah dilakukan tetapi penyimpanannya masih kurang layak, walaupun
sudah diletakkan terpisah dengan bahan pangan lain hendaknya benzoat disimpan
didalam kotak plastik atau wadah bukan diletakkan dalam kantong plastik begitu saja.
Selain itu untuk bahan kimia non pangan seperti bahan bakar perlu dijauhkan
dari tempat produksi dan diberi label, tidak boleh sembarangan diletakkan begitu saja
dan terbuka. Bahan bakar tersebut sebaiknya disimpan dalam jerigen. Gambar 4.11
halaman 18. Usulan dan dokumentasi pada pelabelan dan penyimpanan yang tepat
dapat dilihat pada gambar 5.6.
Gambar 5.6 Usulan Dan Dokumentasi Pelabelan Bahan Baku
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������$$$$����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
7. Pengendalian Kesehatan Karyawan
Pada perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur, pekerja yang sakit diizinkan
untuk berobat ke dokter dan beristirahat sesuai anjuran dokter. Namun disini
perusahaan perlu memperhatikan jika terjadi kecelakaan pada saat bekerja, maka
perusahaan wajib memberikan tunjangan kepada karyawan tersebut yaitu pengobatan
sampai sembuh melalui kebijakan yang jelas dan tertulis tentang tunjangan kesehatan
karyawan atau pekerja. Usulan dokumentasi untuk pengendalian kesehatan karyawan
dapat dilihat pada gambar 5.7.
Gambar 5.7 Usulan Dokumentasi Pengendalian Kesehatan Karyawan
8. Pemberantasan Hama
Pemberantasan hama yang dilakukan pihak perusahaan Tauco Cap biruang
perlu dilakukan peningkatan frekuensi pembersihan dari dua minggu sekali menjadi
seminggu sekali untuk gudang bahan baku untuk menghindari hama-hama seperti
serangga (kecoa), tikus, dan binatang-binatang lain yang dikhawatirkan merusak
bahan pangan. Selain itu perlu dilakukan pembersihan alat-alat yang kontak dengan
bahan pangan seperti kancah setiap sebelum dan sesudah dipakai untuk menghindari
serangga seperti lalat. Selain itu pemberantasan hama juga dilakukan dengan cara
memberikan aroma tertentu pada tempat penyimpanan bahan baku seperti pewangi
Lavender yang tidak bereaksi secara kimia. Pewangi tersebut jangan diletakkan pada
ruang produksi karena akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Usulan dokumentasi
untuk pemberantasan hama dapat dilihat pada gambar 5.8.
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������++++����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Gambar 5.8 Usulan Dokumentasi Pemberantasan Hama
5.3 Tahapan Awal Penerapan HACCP
Sebelum menerapkan suatu sistem manajemen mutu yang berfokus pada
keamanan pangan, perlu diperhatikan beberapa langkah awal agar sistem manajemen
HACCP dapat berjalan dengan baik, tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa tahapan – tahapan awal dalam menerapkan
sistem manajemen HACCP.
5.3.1 Usulan Pembentukan Tim HACCP
Produk Tauco Cap Biruang memang sudah terkenal di Provinsi Jawa Barat
akan tetapi Perusahaan Tauco Cap Biruang Cianjur merupakan Industri makanan
yang masih berbentuk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang mempunyai manajemen
yang sangat sederhana dan hanya terdiri dari beberapa orang pegawai. Adapun fungsi
dari usulan tim HACCP yang dibentuk adalah sebagai berikut:
1. Ibu Tini sebagai Supplier Quality Assurance adalah sebagai pemeriksa bahan pangan
maupun non pangan.
2. Bapak Dadang sebagai Quality Assurance Supervisor (Production ) yaitu sebagai pengawas proses dan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi.
3. Bapak Rizky sebagai Quality Assurance Packaging, Distribution & Warehousing Supervisor adalah sebagai Qontrol Cuality (QC) produk.
4. An External Chairman Familiar With Haccp adalah pihak eksternal untuk membantu dalam penerapan HACCP.
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������,,,,����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
5. Bapak Johan sebagai Research And Development adalah sebagai pengembangan
inovasi produk ataupun terhadapa kemasan produk yang lebih berkualitas
Dengan usulan pembentukan HACCP ini diharapkan perusahaan dapat
terbantu, maka untuk pembentukan tim HACCP dapat dilihat pada gambar 4.12 pada
bab IV. 5.3.2 Pendeskripsian produk
Pendeskripsian suatu produk sangat diperlukan dalam penerapan prinsip-
prinsip HACCP. Segala hal yang berkaitan dengan produk yang akan diteliti harus
dideskripsikan dengan jelas dan lengkap. Sehingga dapat mencegah penyimpangan-
penyimpangan yang mungkin terjadi. Baik berupa komposisi, perlakuan mikrosida
yang dialami, karakteristik produk akhir, pengemasan primer, pengemasan sekunder,
daya tahan, metode pendistribusian dan nomer sertifikat MUI dan DEPKES BPOM.
Segala keterangan deskripsi mengenai produk sangat diperlukan khususnya
mengenai label komposisi, kode produksi dan masa kadaluarsa untuk mendapatkan
sertifikat MUI dan DEPKES BPOM. Karena ketiga hal tersebut yang sangat
mempengaruhi kualitas dan keamanan pangan pada produk Tauco Cair Cap Biruang
Cianjur.
5.3.3 Mengidentifikasi Rencana Penggunaan
Setiap produk yang akan dikendalikan melalui penerapan sistem pengendalian
kualitas keamanan pangan, terlebih dahulu harus diidentifikasi terlebih dahulu
sasaran konsumennya. Rencana penggunaan tauco cair yang diproduksi perusahaan
Tauco Cair Cap Biruang Cianjur yaitu untuk dikonsumsi oleh masyarakat umum.
Tetapi tidak untuk konsumsi bayi maupun balita karena sistem pencernaan dan
metabolisme tubuh yang masih dalam pertumbuhan bagi bayi maupun balita
mengharuskan preparasi makanan dengan formulasi ekstra hati-hati.
Sebaiknya pihak Perusahaan Tauco Cap biruang memberikan saran
penyajian (resep) pada kemasan karena tidak semua orang tau cara memasak atau
mengola tauco.
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������#�#�#�#����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
5.3.4 Menyusun Diagram Alir
Tahapan-tahapan proses yang penting dari penerimaan bahan baku, proses
produksi, alat-alat yang digunakan, serta bahan tambahan, sampai dengan proses
tersebut selesai dan siap dipasarkan) sehingga dari diagram alir dapat diketahui
adanya potensi bahaya. Diagram alir untuk pembuatan tauco cair cap biruang dapat
dilihat pada gambar 4.40 pada bab IV.
5.3.5 Mengkonfirmasi Diagram Alir Di Lapangan
Tim HACCP harus mengkonfirmasi proses pengolahan yang sesungguhnya
dengan diagram alir pada seluruh tahapan dan jika diperlukan mengubah dokumen
tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk melakukan penyesuaian kembali diagram alir
dengan melihat situasi sesungguhnya yang dapat diperoleh dengan memperinci
catatan tentang jalannya operasi di lapangan, melalui pengamatan dan wawancara
dengan operator dan manajer suatu proses produksi. Selain itu, pada saat yang sama
disarankan juga untuk meninjau sistem pengawasan dan prosedur pencatatan,
menguji bagaimana operator memahami dan menerapkan prosedur tertulis dan
mengoperasikannya, dan meninjau penerapan program-program yang ditetapkan
sebelumnya.
5.4 Prinsip – Prinsip Penerapan HACCP
Dalam menerapkan sistem manajemen kuaitas HACCP, Tim HACCP taat
pada 7 prinsip HACCP. Dimana prinsip yang satu dengan prinsip yang lainnya akan
saling mempengaruhi.
5.4.1 Identifikasi Bahaya Potensial (Prinsip 1)
Identifikasi bahaya potensial meliputi bahaya fisik, kima, dan biologi yang
munkin terjadi pada saat penerimaan, penyimpanan, proses pembuatan, kontaminasi
benda asing dan lain-lain yang menyebabkan bahan pangan tidak layak untuk
dikonsumsi manusia.
Pada pembuatan Tauco Cair Cap Birunag Cianjur terdapat beberapa potensi
bahaya yang dapat dan munkin terjadi, contohnya pada pencampuran benzoat ke
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
bahan pangan. Potensi bahaya yang mungkin muncul pada sat pencampuran benzoat
pada bahan pangan tersebut terjadi bahaya fisik yaitu kontaminasi dari pekerja, dan
bahaya kimia yang terjadi akibat berlebihan dalam menggunakan benzoate dalam
makanan. Selain potensi bahaya pada benzoat masih ada lagi potensi bahaya yang
terjadi, untuk lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 4.7 pada bab IV.
5.4.2 Penentuan TKK (Prinsip 2)
Setelah diidentifikasi bahaya potensial maka selanjutnya dilakukan penentuan
titik kendali kritis melalui empat pertanyaan untuk mengetahui bahaya yang terjadi
dapat dikendalikan atau tidak pada tingkat yang dapat diterima. Dalam tahap ini harus
cermat dalam menentukan TKK karena kesalahan menentukan TKK dapat
menyebabkan ketidak amanan bahan pangan bahkan pemborosan biaya produksi.
5.4.3 Penentuan Batas-batas Kritis (Critical Limits) pada tiap TKK (Prinsip 3)
Setelah ditentutakan TKK maka langkah selanjutnya yaitu menentukan batas-
batas Kritis pada setiap TKK. Dalam hal ini terdapat 4 TKK yang perlu ditangani
secara khusus yaitu pada proses peletakan kedelai kedalam tampah untuk dilakukan
Fermentasi Kapang selama 3 hari, fermentasi garam selama tiga hari lalu
pencampuran garam dan tepung beras pada kedelai pada saat fermentasi garam dan
diaduk menggunanakan skop besi sampai rata, fermentasi garam 3-4 minggu dan ,
mencampurkan Benzoate kedalam tauco dan mengaduknya menggunakan susuk.
Hal yang harus dilakukan Perusahaan Tauco Cap biruang Cianjur dapat dilihat
pada tabel 5.1.
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Tabel 5.1 Critical Limit Pada TKK
Tahapan Proses Critical Limit pada TKK Bahaya fisik
Critical Limit pada TKK Bahaya Kimia
Critical Limit pada TKK Bahaya Biologi
Peletakan kedelai kedalam tampah untuk dilakukan Fermentasi Kapangselama 3 hari
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25-27°C
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C-37°C
- Waktu kapang ideal 3 hari
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C-37°C Waktu kapang ideal 3 hari
Fermentasi garam selama tiga hari lalu pencampuran garam dan tepung beras pada kedelai pada saat fermentasi garam dan diaduk menggunanakan skop besi sampai rata
- Bak fermentasi diletakkan diruangan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat
- Kadar garam 17-20% - Waktu fermentasi
garam tahap 1 selama 3 hari
- Kadar garam 17%-20% - Waktu fermentasi garam
tahap 1 selama 3 hari
Fermentasi garam 3-4 minggu
- Bak fermentasi diletakkan diruam\ngan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat
- Kadar garam 17%-20% - Waktu fermentasi garam
tahap 2 semakin lama samakin baik (minimal 3minggu)
- Kadar garam 17%-20% - Waktu fermentasi garam
tahap 2 semakin lama samakin baik (minimal 3minggu)
Mencampurkan Benzoate kedalam
tauco dan mengaduknya menggunakan
susuk
- Pekerja harus mencuci tangan setiap kali kontak dengan makanan
- Memcampurkan benzoatkedalam bahan pangan minimal 0% dan maksimal 0,1%
- Tidak ada
5.4.4 Pembuatan Sistem Pemantauan (Prinsip 4)
Setelah menentukan batas kritis maka langkah selanjutnya yaitu membuat
system pemantauan terhadap bahaya yang dapat terjadi. Contoh hal yang harus
dilakukan Perusahaan Tauco Cap biruang Cianjur adalah saat proses mencampurkan
Benzoat kedalam tauco dan mengaduknya dengan susuk, sistem pemantauan yang
dilakukan adalah untuk bahaya fisik pemantauan terhadap pekerja diharuskan
mencuci tangan setiap kali kontak dengan makanan dengan frekuansi setiap hari,
kemudian untuk bahaya kimia yaitu memcampurkan benzoat kedalam bahan pangan
minimal 0% dan maksimal 0,1% setiap satu kali produksi. Untuk lebih jelasnya
dapat kita lihat pada tabel 5.2.
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������&�&�&�&����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Tabel 5.2 Sistem Pemantauan Bahaya Potensial pada Critical Limit pada TKK
Tahapan Proses Prosedur Pemantauan
pada TKK Bahaya fisik
Prosedur Pemantauan pada TKK Bahaya Kimia
Prosedur Pemantauan pada TKK Bahaya Biologi
Peletakan kedelai kedalam tampah untuk dilakukan Fermentasi Kapangselama 3 hari
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25-27°C dengan frekuensi 3 hari sekali
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C-37°C - Waktu kapang ideal 3 hari
dengan frekuensi 3 hari sekali
- Dalam ruangan terlindung dari sinar matahari
- Suhu kamar 25°C-37°C Waktu kapang ideal 3 hari dengan frekuensi 3 hari sekali
Fermentasi garam selama tiga hari lalu pencampuran garam dan tepung beras pada kedelai pada saat fermentasi garam dan diaduk menggunanakan skop besi sampai rata
- Bak fermentasi diletakkan diruangan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat dengan frekuensi setiap hari
- Kadar garam 17-20% - Waktu fermentasi garam
tahap 1 selama 3 hari dengan frekuensi 3 hari setelah proses fermentasi garam dilakukan
- Kadar garam 17%-20% - Waktu fermentasi garam
tahap 1 selama 3 hari dengan frekuensi 3 hari setelah proses fermentasi garam dilakukan
Fermentasi garam 3-4
minggu
- Bak fermentasi diletakkan diruam\ngan terbuka dan ditutup oleh penutup bak dengan rapat dengan frekuensi setiap hari
- Kadar garam 17%-20% - Waktu fermentasi garam tahap
2 semakin lama samakin baik (minimal 3minggu) dengan frekuensi setiap hari
- Kadar garam 17%-20% - Waktu fermentasi garam
tahap 2 semakin lama samakin baik (minimal 3minggu) dengan frekuensi setiap hari
Mencampurkan
Benzoate kedalam
tauco dan
mengaduknya
menggunakan susuk
- Pekerja harus mencuci tangan setiap kali kontak dengan makanan dengan frekuensi1 kali produksi
- Memcampurkan benzoatkedalam bahan pangan minimal 0% dan maksimal 0,1% untuk 1 kali produksi
- Tidak ada
5.4.5 Pembuatan Prosedur Tindakan Koreksi (Prinsip 5)
Pembuatan prosedur tindakan koreksi adalah langkah selanjutnya setelah membuat
sistem pemantauan terhadap suatu proses yang menimbulkan bahaya potensial. Yang harus
dilakukan Perusahaan Tauco Cap biruang Cianjur untuk tindakan koreksi dapat dilihat
pada tabel 5.3.
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������'�'�'�'����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
Tabel 5.3 Tindakan Perbaikan
Tahapan Proses Tindakan Perbaikan Fisik
Tindakan Perbaikan Kimia
Tindakan Perbaikan Biologi
Peletakan kedelai kedalam tampah untuk dilakukan Fermentasi Kapangselama 3 hari
- Setiap hari membersihkan ruangan agar tidak terulang lagi hal yang sama yaitu terkena debu, serangga dan kotoran
- Produk proses kapang yang gagal segera dipisahkan dari produk yang lain agar tidak mengkontaminasi
- Melakukan pemeriksaan sesuai standar
-
- Hanya memanen kapang dengan waktu kapang ideal yaitu 3 hari
- Hanya memanen kapang dengan waktu kapang ideal yaitu 3 hari
Fermentasi garam selama tiga hari lalu pencampuran garam dan tepung beras pada kedelai pada saat fermentasi garam dan diaduk menggunanakan skop besi sampai rata
- Meningkatkan frekuensi pembersihan terhadap ruangan agar tidak terulang lagi hal yang sama yaitu terkena debu, serangga, dan kotoran lainnya.
- Penutup bak fermentasi berwarna gelap
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Harus Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepuberas
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
Fermentasi garam 3-4
minggu
- Meningkatkan frekuensi pembersihan terhadap ruangan agar tidak terulang lagi hal yang sama yaitu terkena debu, serangga, dan kotoran lainnya.
- Penutup bak fermentasi berwarna gelap
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras Memanen hasil fermentasi
sesuai dengan prosedur
yaitu setelah 3 minggu
- Lebih memperhatikan pencampuran garam ideal yaitu 18.5%
- Pemberian Garam dan tepung beras pada hari ketiga agar hasil optimal
- Menutup bak setelah menambahkan garam dan tepung beras
- Memanen hasil fermentasi sesuai dengan prosedur yaitu setelah 3 minggu
Mencampurkan
Benzoate kedalam
tauco dan
mengaduknya
menggunakan susuk
- Pekerja harus lebih meningkatkan kebersihan dan menggunakan pakaian khusus saat melakukan produksi dan menggunakan sarung tangan saat kontak dengan makanan
- Harus mencampur benzoat tidak melebihi dari 0.1% dari kuantitas bahan makanan
- Tidak ada
5.4.6 Pembuatan Prosedur Verifikasi (Prinsip 6)
Langakah selanjutnya yaitu membuat prosedur verifkasi. Salah satu kegiatan
yang dapat dimasukkan dalam kegiatan ini adalah pelaksanaan audit internal HACCP.
Audit internal dapat dilakukan secara mandiri oleh organisasi yang dibentuk khusus
untuk itu, terdiri dari beberapa personal internal perusahaan yang memiliki
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������%�%�%�%����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
kompetensi audit. Audit internal dapat pula menggunakan jasa eksternal audit, yakni
mengundang lembaga audit independen dengan tujuan untuk mengevaluasi sistem.
Pada pembuatan Tauco Cair Cap Biruang orang atau pekerja yang ditugaskan
untuk mementau dan memperbaiki sistem yang terkena potensi bahaya adalah Quality
Assurance Supervisor (production) karena yang berpotensi bahaya dan perlu
dilakukan pemantauan dan koreksi terdapat pada proses produksinya.
5.4.7 Pembuatan dokumentasi dan Pencatatan (Prinsip 7)
Langakah terakhir adalah membuat dokumentasi dan Pencatatan dari semua
proses yang telah dilakukan dengan tujuan menyusun rencana HACCP dan dapat
menggambarkan penerapan permanen sistem HACCP. Selain itu, hasil
pendokumentasi penerapan sistem HACCP ini dapat digunakan pula untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan. Baik dari sisi pemasok, bahan-bahan pangan,
pekerja, prosedur yang diterapkan, kondisi serta kebersihan peralatan produksi dan
bangunan atau gedung yang digunakan.
5.5 Analisis Ayat-Ayat Alquran Yang Berhubungan Dengan Sanitasi Dan
Keamanan Pangan.
5.5.1 Surat Al Baqarah Ayat 168
Dalam surat Al Baqarah ayat 168 yang artinya “Hai sekalian manusia,
makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang
nyata bagimu.“ (Q.S. Al Baqarah 168)
Maka kita sebagai umat muslim hendaklah mengkonsumsi makanan yang
halal yaitu makanan yang diperbolehkan Islam dan tidak mengandung sesuatu yang
haram. Sedangkan kalimat pada surat tersebut yang menyebutkan bahwa “makanan
yang halal lagi baik” adalah selain halal makanan kita juga harus bersih terbebas dari
najis atau pun hal yang dapat menyebabkan makanan tersebut tidak aman untuk
dikonsumsi, misalnya makanan yang mengandung zat-zat berbahaya seperti racun.
Jika mengkonsumsi makanan yang tidak halal dan tidak baik maka kita termasuk
manusia yang mengikuti langkah setan. Sedangkan dalam agama Islam kita
����/�/�/�/����� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� �������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ��������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////���������*�*�*�*����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#������
diharuskan untuk tidak mengikuti langkah-langkah setan karena setan itu adalah
musuh bagi manusia.
5.5.2 Surat ‘Abasa Ayat 24
Dalam surat ‘Abasa Ayat 24 yang artinya “Maka hendaklah manusia itu
memperhatikan makanannya’’ jelaslah bahwa kita sebagai manusia harus
memperhatikan makanan kita mulai dari kebersihan, kehalalan dan keamanan
makanan tersebut untuk di konsumsi. Hal tersebut sangat singkron dengan sanitasi
dan keamanan pangan karena didalam sanitasi dan keamanan pangan terdapat
langkah-langkah untuk menjaga kualitas makanan mulai dari penggudangan, proses
produksi, pengepakan, sampai dengan makanan tersebut sampai pada konsumen.
/�/�/�/�������������
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan serta analisis pada bab
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Hazard Analysis and Critical Control Point
(HACCP) adalah sistem manajemen keamanan pangan, yaitu sebuah upaya untuk
mengelola pangan dengan jalan mengurangi resiko kontaminasi mulai dari
pemanenan, proses produksi hingga penyajian agar produk aman dikonsumsi.
Makanan yang aman dikonsumsi adalah makanan yang higienis dan terbuat dari
bahan baku yang aman mulai dari penyimpanan, proses produksi, sampai dengan
produksi tersebut dikemas dan sampai kepada konsumen.
Pada perusahaan Tauco Cap Biruang terdapat aliran proses pembuatan yang
cukup terstruktur dan cukup baik. Diagram alir ini yang nantinya dapat membantu
menjaga kualitas dan keamanan pangan. Karena diagram alir ini berisi informasi
mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan secara detail pada setiap tahapan
prosesnya. Sehingga dapat mencegah terkontaminasinya bahan–bahan pangan oleh
bahan–bahan non pangan yang tidak diinginkan. Aliran proses tersebut dapat dilihat
pada diagram alir di bab IV tepatnya pada gambar 4.40.
� Dari tahapan proses yang telah dipaparkan melalui diagram alir diperoleh
potensi bahaya yang berbeda-beda. Secara umum potensi bahaya pada setiap proses
terdiri dari tiga potensi yaitu yang pertama bahaya fisik berupa kemasan rusak,
kotoran-kotoran berupa debu atau kotoran lainnya yang ikut terbawa masuk ke dalam
bahan pangan. Sehingga dapat merusak kualitas bahan pangan dan tidak layak untuk
dikonsumsi. Kemudian yang kedua yaitu bahaya biologi berupa bakteri ataupun
mikrobiologis yang dapat mengakibatkan keracunan bahan pangan jika dikonsumsi
oleh manusia. Yang ketiga yaitu bahaya kimia yang bisa terjadi akibat tercampurnya
bahan–bahan pangan oleh sisa–sisa atau radiasi bahan kimia dapat merusak
kandungan bahan pangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7 dan 4.8.
����////��������1���-��� ��� ��) 1���-��� ��� ��) 1���-��� ��� ��) 1���-��� ��� ��) ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////��������������������
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
Dari setiap bahaya yang didapat maka harus dilakukan penetapan bahaya
manakah yang dapat meningkat kea rah yang tidak dapat diterima atau sering disebut
dengan titik kendali kritis. Untuk itu perlu di tetapkan batas kritis terhadap titik–titik
kendali kritis berdasakan peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga MUI dan
DEPKES BPOM harus selalu diperhatikan dalam menjamin kualitas dan keamanan
dari produk–produk yang telah dihasilkan. Untuk penentuan titik kendali kritis agar
tidak melebihi batas kritis pada setiap tahapan prosesnya dapat dilihat pada tabel 4.9,
sedangkan untuk penetapan batas kritisnya dapat dilihat pada tabel 4.10.
Untuk mencegah, mengurangi dan mengendalikan potensi bahaya yang dapat
muncul maka harus segera dilakukan langkah–langkah perbaikan. Tindakan
perbaikan ini ditujukan agar bahaya tersebut tidak melebihi batas kritis yang telah
ditetapkan. Tindakan perbaikan ini bisa berupa penggantian pemasok jika pemasok
tidak dapat memenuhi batas spesifikasi yang telah ditetapkan, selain itu kepatuhan
terhadap prosedur sanitasi dan pemeriksaan kondisi peralatan produksi yang akan
digunakan juga merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu perlu ada anggota tim
yang bertanggung jawab pada setiap tahapan proses yang dilakukan. Penetapan
tindakan perbaikan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.12. Agar setiap proses
yang dilakukan berjalan lancar dan mencegah terjadinya kontaminasi pada bahan–
bahan pangan. Oleh karena itu pendokumentasian sistem HACCP harus selalu
dilakukan, untuk dijadikan acuan / standar baku pada proses produksi selanjutnya.
Hal ini perlu dilakukan dengan tujuan untuk terus meningkatkan kualitas dan jaminan
keamanan pangan pada pembuatan Tauco Cap Biruang. Dokumentasi penerapan
sistem HACCP secara lengkap pada seluruh tahapan proses dapat dilihat dalam tabel
4.14.
6.2 Saran
Saran yang perlu diterapkan Perusahaan Tauco Capa Biruang dalam
menggunakan metode HACCP adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki sanitasi, sehingga kehigienisan makanan dapat terjamin dan
memenuhi syarat GMP sebagai syarat mutlak HACCP.
����////��������1���-��� ��� ��) 1���-��� ��� ��) 1���-��� ��� ��) 1���-��� ��� ��) ������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������////������������&&&&����
�������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������� ������� ������� ������� ������� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#�� !����"��##$#�#%#����������
2. Membuat peraturan secara tertulis dan harus dipatuhi setiap orang yang
terlibat dalam pembuatan Tauco Cap Biruang agar cara kerja terstruktur dan
menjamin kebersihan dan keamanan pangan.
1. SERTIFIKAT PENYULUHAN KEAMANAN PANGAN
2. SERTIFIKAT IMPLEMENTASI HACCP
3. SERTIFIKAT HALAL
4. SERTIFIKAT AUDITOR HALAL INTERNAL
5. SERTIFIKAT DARI DINAS KESEHATAN DAERAH TINGKAT II CIANJUR
6. SERTIFIKAT YANG DIMILIKI PERUSAHAAN TAUCO CAP BIRUANG CIANJUR
DAFTAR PUSTAKA
Asia., Maya GulaPasir, http://www.asiamaya.com/nutrients/gulapasir.htm Bryan, F.L. 1992. Hazard Analysis Critical Control Points Evaluations. Geneva: World Healthh Organization.EC-ASEAN., PelatihanPenerapanMetode HACCP BukuPanduanUntukPeserta Pelatihan,
http://www.ebookpangan.com/EBOOK%20GRATIS/Ebook%20Pangan/HACCP_Training_Manual_Indonesian.pdf, [18 September 2008].
Juran, J.M., JuranOn Leadership For Quality An Executive Handbook, The Free Press, New York, 1988
JurusanTeknikIndustriUniversitas Islam Bandung.,ModulPelatihanPeberapan HACCP, Bandung 2009Partner Business.,GulaMerah Palm Sugar,
http://www.asiamaya.com/nutrients/gulajawa.htm[17 Januari 2011] Susilo, Joko.,Penerapan HACCP PadaProduksiMakanan, Jakarta, 2009 Selamet, danTarjowo, KandunganGiziKedelai, Yogyakarta, 1980 Thaheer, Hermawan.,SistemManajemen HACCP, BumiAksara, Bogor, 2005. Vedder.,Tegguh. KandunganGiziTauco., http://azaima.tripod.com/kandungan_gizikedelai/id2.html, [17 Januari 2011]. Wiki Pedia., KandunganGizi Air,(http://id.wikipedia.org/wiki/Air), [17 Januari 2011]. Wiki Pedia., KandunganGiziBeras,
http://id.wikipedia.org/wiki/Beras#Macam_dan_warna_beras, [17 Januari 2011]. Wiki Pedia., SenyawaBenzoat,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/.pdf, [17 Januari 2011].