00 Titel Teknologi Tepat Guna -...
Transcript of 00 Titel Teknologi Tepat Guna -...
i
Oleh:
Syamsul Hidayat Dilaga
Imran
Santi Nururly
Padusung
Komplek PLN Jl. Moh. Toha No. 176 Lama
Bandung - Jawa Barat 40423
Phone: 082311596074 - 081214044150
e-mail: [email protected]
website: www.penerbit-prc.com
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
MENGEMBANGKAN TANAMAN PAKAN
DI PADANG PENGGEMBALAAN MILIK PETERNAK
"Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak"
ii
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Teknologi Tepat Guna, Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang
Penggembalaan Milik Peternak: "Membuat Pedok dan Menanam Hijauan
Makanan Ternak". Penyusun, Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly,
dan Padusung, Editor, Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan
Padusung.
Edisi I, Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2015
viii + 56 hlm.; 16,0 x 24,0 cm
ISBN 978-602-1311-19-6
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
MENGEMBANGKAN TANAMAN PAKAN
DI PADANG PENGGEMBALAAN MILIK PETERNAK
"Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak"
Penyusun: Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Editor: Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Layout: Asep S. Muslim
Desain sampul: Dino Octavianto
Diterbitkan pertama kali oleh:
Penerbit Pustaka Reka Cipta
Komplek PLN Jl. Moh. Toha No. 176 Lama, Bandung-Jawa Barat 40423
Phone: 082311596074 - 081214044150
e-mail: [email protected]
website: www.penerbit-prc.com
Rekening No. 8100091462 Bank BCA Kacapem Moh. Toha Bandung
a.n. Isbandi Basyar
Rekening No. 1141-01-004789-50-6 Bank BRI KCP Buah Batu
a.n. Isbandi Basyar
Anggota IKAPI
Hak cipta ©2015 dilindungi Undang-undang pada Penulis
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menterjemahkan
sebagian atau seluruhnya
isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan I: Oktober 2015
Cetakan II: September 2016
ISBN 978-602-1311-19-6
iii
Kata Pengantar
Buklet Teknologi Tepat Guna (TTG) MENGEMBANGKANTANAMAN PAKAN DI PADANG PENGGEMBALAAN MILIKPETERNAK “Membuat Pedok dan Menanam Hijauan MakananTernak”, kami susun berdasar pengalaman melakukan penelitian kajiterap yang didanai dari skim Penelitian Prioritas Nasional MasterplanPercepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025(Penprinas MP3EI), mengenai pengelolaan padang rumput milikpeternak di Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara KabupatenSumbawa. Penprinas MP3EI ini kami laksanakan mulai tahun 2014sampai tahun 2015 (dua tahun dari rencana tiga tahun). Selain itu, sejak2000 sampai saat ini, kami selalu melaksanakan penelitian di PulauSumbawa, karena di sana banyak terdapat padang rumput milikbersama maupun milik pribadi peternak.
Penyusunan buklet ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagipeternak di dalam mengelola padang rumput yang mereka miliki, se-hingga produktivitas padang rumput dan ternak yang mereka pelihara/usahakan meningkat.
Aneka macam penelitian itu telah memperkaya pengalaman kami,dan melalui kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada:
1. Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikandan Kebudayaan RI yang telah memberikan dana penelitian HibahBersaing, UJI, IBiKK, dan MP3EI kepada kami, sehingga kami dapatmelakukan penelitian.
2. Rektor, Ketua Lembaga Penelitian, Ketua Lembaga PengabdianKepada Masyarakat Universitas Mataram beserta seluruh jajarannyaatas segala fasilitas yang telah diberikan, sehingga memperlancarpelaksanaan penelitian dan pengabdian masyarakat yang kamilakukan.
3. Pemerintah Kabupaten Sumbawa dan Pemerintah KabupatenSumbawa Barat atas kerjasama yang diberikan selama kami me-laksanakan penelitian.
iv
4. Kepala beserta seluruh jajaran Balai Pembibitan Ternak dan HijauanMakanan Ternak (BPTHMT) Serading, Sumbawa atas kerjasamayang telah diberikan.
5. Para kelompok peternak selaku mitra kami di dalam melaksana-kan penelitian. Khusus kepada Edi Irawan, S.Pt. atas bantuannyadalam pelaksanaan penelitian.
6. Bapak Isbandi Basyar beserta seluruh staf Pustaka Reka CiptaBandung atas kerjasamanya dalam penerbitan buklet TeknologiTepat Guna ini.
7. Marisa Syavitri Dilaga dan Helmitasari atas asistensinya dalammembantu mengedit dan mendisain buklet ini.
Semoga buklet yang sederhana ini bermanfaat bagi mereka yangbergerak di bidang usaha peternakan penggembalaan di tanah air,aamien.
Mataram, Oktober 2015
Penyusun
v
Kata Pengantar
Cetakan Kedua
Pencetakan ulang buklet TEKNOLOGI TEPAT GUNA, Me-ngembangkan tanaman pakan di padang penggembalaan milikpeternak: “membuat pedok dan menanam hijauan makanan ternak”dilakukan karena ada beberapa kesalahan ketik maupun makna yangterdapat pada cetakan pertama. Selain itu dilakukan pula penambahanbab penutup pada cetakan kedua.
Demikian, semoga informasi dalam buklet ini lebih bermanfaat.Aamiin.
Mataram, Juli 2016
Penyusun
vi
TIM PENYUSUN BUKLET TEKNOLOGI TEPAT GUNA
MENGEMBANGKAN TANAMAN PAKAN
DI PADANG PENGGEMBALAAN MILIK PETERNAK
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”
NamaKedudukan
dalam TimInstitusi
Dr. Ir. H. Syamsul Hidayat Dilaga, MS. KetuaFakultas Peternakan
Unram
Dr. Ir. Imran, MSi AnggotaFakultas Peternakan
Unram
Ir. Hj. Santi Nururly, MM. AnggotaFakultas Ekonomi
Unram
Ir. H. Padusung, MP. AnggotaFakultas Pertanian
Unram
vii
Kata Pengantar ........................................................................................
Kata Pengantar Cetakan Kedua ...........................................................
Daftar Isi ...................................................................................................
1 Pendahuluan ...................................................................................1.1. Apa itu padang penggembalaan? .......................................1.2. Padang penggembalaan sebagai bank pakan ...................1.3. Apa itu pedok.........................................................................1.4. Membuat pedok .....................................................................1.5. Ukuran pedok ........................................................................
2 Apa Itu Hijauan Makanan Ternak (HMT)? ..............................2.1. Istilah HMT (forages) ...........................................................2.2. Ciri-ciri Rumput....................................................................2.3. Ciri-ciri Leguminosa ............................................................2.4. Ragam HMT unggul .............................................................
3 HMT Sumber Pakan Bermutu Tinggi .......................................3.1. Pakan sapi umumnya kaya serat dan bermutu rendah ...3.2. Jumlah kebutuhan pakan sapi .............................................3.3. HMT unggul bagus untuk pertumbuhan ternak ..............
4 Menanam HMT Unggul ...............................................................4.1. Pengolahan lahan ..................................................................4.2. Menanam menggunakan biji ...............................................4.3. Menanam menggunakan pols/sobekan rumpun ............4.4. Menanam menggunakan stek batang ...............................4.5. Menanam menggunakan Stolon .........................................4.6. Menanam menggunakan semaian ......................................
5 Mengelola HMT Padang Penggembalaan ................................5.1. Pemotongan Tahun Pertama ...............................................5.2. Penggembalaan bergilir/sistem rotasi ...............................5.3. Tidak melakukan penggembalaan berat ............................
Daftar Isi
iii
v
vi
124456
77788
22222323
25252729293131
34343435
viii
5.4. Menghindari pemotongan HMT yang terlalu ringan ......5.5. Memupuk HMT .....................................................................5.6. HMT untuk digembalakan...................................................5.7. Ciri-ciri padang penggembalaan yang baik ......................5.8. HMT untuk dipotong............................................................5.9. Pengawetan HMT ..................................................................
6 Efisiensi Padang Penggembalaan ...............................................6.1. Potensi Produksi Hijauan Padang Penggembalaan .........6.2. Daya Dukung Hijauan Padang Penggembalaan ..............
7 Penutup ............................................................................................
Daftar Pustaka .........................................................................................
Biografi Penulis .......................................................................................
353637394040
464647
48
50
52
1
Peternak sapi, kerbau, dan kuda di Indonesia Timur, sebagian besar
mengandalkan padang penggembalaan sebagai tempat memelihara
ternaknya. Hal ini mereka lakukan karena sumber daya alam ini
memang tersedia melimpah di kawasan tersebut, sehingga pasokan
pakan bagi ternaknya sepanjang tahun diandalkan dari rumput yang
tersedia di padang penggembalaan.
1
Pendahuluan
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 2
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Gambar 1. Sosialisasi kepada peternak
Sebelum melakukan penanaman Hijauan Makanan Ternak (HMT)
dan pembuatan pedok di lahan padang penggembalaan milik peternak,
terlebih dahulu perlu dijelaskan kepada mereka tentang hal-hal yang
berkaitan dengan manfaat padang penggembalaan. Untuk itulah buklet
Teknologi Tepat Guna (TTG) ini disusun.
1.1. Apa itu padang penggembalaan?
Istilah Padang penggembalaan atau pastura menurut Kamus Per-
tanian Umum (2013) adalah lahan tertentu yang menyediakan Hijauan
Makanan Ternak (HMT) dengan sistem penyajian cara penggembalaan.
Apabila di areal tertentu komunitas tumbuhan didominasi oleh rumput
maka disebut sebagai padang rumput.
Padang penggembalaan ada yang alami dan ada pula yang buatan.
Padang penggembalaan alami adalah padang penggembalaan yang
terdiri atas tanaman rumput, legum, maupun gulma yang tersedia secara
alam, sedangkan padang penggembalaan buatan adalah padang
penggembalaan yang telah dikembangkan oleh manusia dengan cara
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 3
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
menanam tanaman makanan ternak. Aneka jenis tanaman makanan
ternak, baik rumput maupun legum dapat ditanam di satu areal padang
penggembalaan, dan ini dikenal dengan istilah padang penggembalaan
campuran (mixed pasture).
Gambar 2. Padang penggembalaan alami
Gambar 3. Padang penggembalaan buatan
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 4
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
1.2. Padang penggembalaan sebagai bank pakan
Peternak memanfaatkan padang penggembalaan sebagai tempat
memelihara ternak sekaligus sebagai areal tempat persediaan pakan bagi
ternak yang mereka miliki. Mereka melepas ternak ruminansia (sapi,
kerbau) dan herbivora (kuda) sepanjang tahun. Dapat dikatakan padang
penggembalaan adalah bank pakan bagi ternak tersebut.
1.3. Apa itu pedok
Gambar 4. Contoh pedok
Areal padang penggembalaan milik peternak beragam luasnya.
Mulai dari 0,5 ha hingga ratusan hektar. Bahkan padang penggembalaan
yang dikelola secara bersama oleh peternak ada yang luasnya mencapai
ribuan hektar. Tentu agak sulit mengontrol ternak kalau dipelihara di
areal yang cukup luas. Untuk itu perlu dibuat pedok. Pedok adalah
areal dengan luasan tertentu dilengkapi dengan pagar di dalam padang
penggembalaan.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 5
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
1.4. Membuat pedok
Gambar 5. Tiang pedok dari batang kayu hidup
Suatu pedok harus berpagar. Tiang untuk pagar pedok dapat be-
rupa kayu hidup, kayu mati, tiang beton, ataupun tiang yang terbuat
dari besi. Setelah tiang tersebut ditanam, lalu digapit menggunakan
bambu, ataupun kawat berduri. Jarak setiap tiang tergantung kebutuhan.
Tegasnya, pagar pedok dibuat agar ternak di dalam pedok tidak bisa
keluar, atau sebaliknya ternak di luar pedok tidak dapat masuk ke dalam
pedok.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 6
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Gambar 7. Sapi digembalakan di pedok.
Gambar 6. Tiang pedok dari beton
1.5. Ukuran pedok
Ukuran pedok bermacam-macam. Ada yang membuat pedok
dengan ukuran 0,1 ha hingga puluhan hektar, bergantung luas dan
topografi lahan.
7
Hijauan Makanan Ternak (HMT) adalah aneka macam rumput dan
leguminosa yang dapat dimakan oleh ternak. Pakan utama ternak
ruminansia/herbivora seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan kuda
adalah rumput, karena biomasa rumput lebih tinggi daripada
leguminosa.
2.1. Istilah HMT (forages)
1. Rumput, leguminosa herba, semak dan pohon yang asli di suatu
daerah
2. Species yang diintroduksi dari negara lain (HMT introduksi,
kadang-kadang juga disebut HMT unggul)
Istilah “HMT Unggul” berarti hijauan makanan ternak baik rumput
atau leguminosa yang ditanam dan dikelola petani. HMT unggul ini
biasanya yang diintroduksi.
2.2. Ciri-ciri Rumput
Rumput terdiri atas berbagai bentuk dan ukuran, yaitu:
• Rumput yang tumbuh menjalar dan pendek, cocok untuk
penggembalaan
• Rumput yang tinggi, sesuai untuk potongan
• Rumput yang sedang tingginya, dapat digunakan untuk
penggembalaan dan potongan.
Umumnya rumput dapat berproduksi sangat tinggi, dan cepat
tumbuh kembali setelah pemotongan, karena titik-titik tumbuhnya dekat
dengan permukaan tanah.
2
Apa Itu Hijauan Makanan Ternak
(HMT)?
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 8
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
2.3. Ciri-ciri Leguminosa
Leguminosa adalah tanaman berdaun lebar yang dapat merubah
nitrogen dari udara menjadi protein, melalui suatu simbiosis dengan
bakteri Rhizobium yang hidup dalam bintil-bintil akarnya. Sebagai
penukarnya, leguminosa menyediakan energi yang dibutuhkan bakteri
tersebut untuk mengikat nitrogen (N). Kalau energi yang diperlukan
bakteri tidak ada, tanaman leguminosa tidak dapat menghasilkan daun
sebanyak rumput. Nilai gizi daun leguminosa lebih tinggi dibanding
rumput.
Tanaman leguminosa berguna bagi usahatani. Karena mengandung
protein yang tinggi yang dapat memperbaiki kesuburan tanah maupun
produksi ternak. Sebagian besar protein leguminosa terdapat dalam
daunnya.
Bila leguminosa dimakan ternak, sebagian proteinnya dirubah
menjadi daging, susu, atau tenaga. Walaupun demikian, banyak yang
lolos dan dikembalikan ke tanah melalui air kencing dan kotorannya.
Jika leguminosa tidak dipotong atau digembalai seperti halnya pada
tanaman penutup tanah, nitrogen dalam daunnya akan dikembalikan
ke tanah, bila daunnya gugur dan membusuk. Sejumlah kecil N juga
dikembalikan ke tanah melalui dekomposisi akar dan bintil-bintilnya.
Kebanyakan leguminosa mempunyai titik-titik tumbuh yang
terbuka. Bila daun-daun leguminosa ini dimakan, titik-titik tumbuhnya
terambil, dan tanaman tersebut harus memulai pertumbuhannya dari
titik tumbuh yang lebih rendah letaknya. Defoliasi yang terlalu sering
pada leguminosa mungkin akan sangat memperlambat pertumbuhan
kembali.
2.4. Ragam HMT unggul
Hijauan Makanan Ternak unggul ditandai oleh produktivitas tinggi,
nilai gizi tinggi, dapat tumbuh di lahan marjinal, tahan kering, dan
mudah pemeliharaan. Aneka jenis HMT unggul dapat diperoleh di Balai
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 9
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPTHMT) Serading
Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Provinsi lain di Indonesia yang peduli terhadap pengembangan
peternakan ruminansia/herbivora membeli benih HMT yang
diproduksi oleh BPTHMT Serading Sumbawa. Selain itu, Negara dari
kawasan Asia Tenggara juga mengimpor benih produksi BPTHMT ter-
sebut.
Provinsi lain di Indonesia yang peduli terhadap pengembangan
peternakan ruminansia/herbivora membeli benih HMT yang
diproduksi oleh BPTHMT Serading Sumbawa. Selain itu, Negara dari
kawasan Asia Tenggara juga mengimpor benih produksi BPTHMT ter-
sebut.
Berikut adalah beberapa jenis rumput dan leguminosa yang
dibudidayakan di BPTHMT Serading yang merupakan salah satu
penghasil benih HMT di Indonesia.
Tabel 1. Beberapa jenis rumput unggul
Sumber: BPTHMT-Serading (2014)
No Nama Indonesia Nama Latin
1. Rumput gajah Pennisetum purpureum
2. Rumput raja Pennisetum purpureophoides
3. Rumput bede Brachiaria decumbens
4. Rumput beha Brachiaria humidicola
5. Rumput para Brachiaria mutica
6. Rumput ruzi Brachiaria ruziziensis
7. Rumput benggala Panicum cv gaton
8. Rumput bintang Cynodon plectotachyrus
9. Rumput gamba Androphogon gayanus
10. Rumput mexico Euclaena Mexicana
11. Rumput paspalum Paspalum atratum
12. Rumput Rhodes Chloris gayana
13. Rumput setaria Setaria splendid
14. Rumput sudan Sorgum sudanensis
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 10
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Gambar berikut adalah jenis rumput yang tercantum pada Tabel 1.
1. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
2. Rumput Raja ( pennisetum purpureophoides)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 11
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
3. Rumput Bede (Brachiaria humidicola)
4. Rumput Beha (Brachiaria humidicola)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 12
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
5. Rumput para (Brachiaria mutica)
6. Rumput Ruzi (Brachiaria ruziziensis)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 13
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
7. Rumput Benggala (Panicum cv gaton)
8. Rumput Bintang (Cynodon plectotachyrus)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 14
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
9. Rumput Gamba (Androphogan gayanus)
10. Rumput Mexico (Euclaena Mexicana)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 15
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
11. Rumput Paspalum (Paspalum atratum)
12. Rumput Rhodes (Chloris gayana)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 16
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
13. Rumput Setria (Setaria splendid)
14. Rumput Sudan (Sorgun Sudanensis)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 17
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Tabel 1. Beberapa jenis leguminosa unggul
No Nama Indonesia Nama Latin
1. Lamtoro gung Leucaena leucocephala
2. Lamtoro mini Desmantus virgatus
3. Turi Sesbania grandiflora
4. Gamal Gliricidia speum
5. Siratro Macropthilium atropurpureum
6. Sentrosema Centrosema pubescens
7. Stylo Stylosanthes hubons
8. Klitoria Clitoria ternatea
Sumber: BPTHMT-Serading (2014).
Gambar berikut adalah jenis legum yang tercantum pada Tabel 2.
1. Lamtoro Gung (Leucaena leucochepala)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 18
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
2. Lamtoro Mini (Desmanthus virgatus)
3. Turi (Sesbania grandiflora)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 19
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
4. Gemal (Gliricidia speum)
5. Siratro (Macropthilium atropurpureum)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 20
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
6. Sentro (Centrosema pubescens)
7. Stylo (Stylosanthes hubons)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 21
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
8. Klitoria (Clitoria ternatea)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 22
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
3
HMT Sumber Pakan Bermutu Tinggi
Hijauan Makanan Ternak Unggul - rumput maupun leguminosa –
sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, adalah merupakan
makanan ternak bermutu tinggi. Hal ini disebabkan HMT tersebut telah
melalui seleksi kearah peningkatan nilai gizi. Itulah sebabnya, pihak
Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPTHMT) yang
berkedudukan di Serading Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat
senantiasa memproduksi dan mengedarkan benih tanaman tersebut.
3.1. Pakan sapi umumnya kaya serat dan bermutu rendah
Gambar 8. Jerami padi pakan kaya serat
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 23
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Sebagian besar pakan ternak ruminansia, terutama pada musim
kemarau adalah berupa jerami, yang merupakan hasil samping tanaman
setelah diambil hasil utamanya. Jerami mengandung serat kasar >18%
dan dinding sel >35%. Dengan kondisi seperti itu dapat dipastikan
bahwa jerami padi, jerami jagung, rumput tua, alang-alang, pucuk tebu,
maupun hasil samping perkebunan dan industri pertanian lainnya dapat
digolongkan kedalam pakan kaya serat dan bermutu rendah, tidak dapat
menunjang pertumbuhan ternak secara optimal.
3.2. Jumlah kebutuhan pakan sapi
Menurut Santoso (2012) Kebutuhan hijauan segar oleh seekor sapi
dengan bobot badan 455 kg atau setara dengan 1 Unit Ternak, adalah
40 kg atau setara dengan 9,1 kg Bahan Kering/ekor/hari. Kalau bobot
badan sapi yang dimiliki seorang peternak 300 kg, maka kebutuhan
konsumsinya 300/455 x 9,1 kg = 6 kg bahan kering. Atau kalau dihitung
langsung, kebutuhan sapi akan hijauan = 2% dari bobot badannya = 2%
x 300 kg = 6 kg bahan kering.
Standar pemberian pakan kepada ternak selalu didasarkan pada
bahan kering, karena setiap hijauan mengandung kadar air yang ber-
beda.
3.3. HMT unggul bagus untuk pertumbuhan ternak
Pertumbuhan ternak akan baik apabila diberi HMT unggul. Setiap
jenis HMT berbeda mutunya satu sama lain, demikian pula dengan
kandungan airnya. Dalam satu jenis hijauanpun kadar airnya dapat ber-
beda-beda (Santoso, 2012). Misalnya, rumput gajah dipotong pada umur
15-28 hari, kandungan bahan keringnya 20%, atau kandungan airnya
80%. Rumput yang sama kalau dipotong pada umur 57-70 hari,
kandungan bahan keringnya 27%, kandungan air 73%. Kalau kepada
sapi yang bobot badannya 300 kg diberi rumput gajah umur 28 hari,
maka kebutuhan konsumsinya = 6 kg x 100/20 = 30 kg, dan apabila
kepada sapi yang sama diberi makan rumput gajah umur 70 hari, maka
kebutuhan konsumsi sapi tersebut = 6 kg x 100/27 = 22,2 kg bahan
kering.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 24
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Gambar 9. Lamtoro salah satu HMT bermutu tinggi
Pemberian rumput muda umur 28 hari kepada ternak, tentu lebih
baik bagi pertumbuhan ternak dibanding dengan jika diberi rumput
tua umur 70 hari sebagai pakannya. Karena nilai gizi rumput muda
lebih tinggi dibanding rumput tua. Kandungan serat kasar rumput tua
lebih tinggi dibanding rumput muda.
Gambar 10. HMT untuk penggembalaan.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 25
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Sebelum melakukan penanaman HMT, terlebih dahulu dilakukan
pengolahan lahan. Menanam Hijauan Makanan Ternak baik rumput
maupun legume dapat dilakukan dengan menggunakan biji atau dengan
cara vegetatif apabila tanaman tidak menghasilkan biji. Penanaman
secara vegetatif dapat menggunakan pols atau sobekan rumpun, stek
batang, dan stolon. Penanaman secara vegetatif sebaiknya dilakukan
dengan cara menugal. Kecuali untuk stek batang dapat langsung
ditancapkan ke tanah. Untuk memudahkan penyiangan, sebaiknya
penanaman dilakukan secara barisan.
4.1. Pengolahan lahan
4
Menanam HMT Unggul
Gambar 11. Pengolahan lahan
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 26
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Kawasan peternakan umumnya lahan kering. Menurut Hidayat dkk
(2000) lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi
air atau tergenang air pada sebagian waktu selama setahun. Saat ini
lahan kering sebagian besar digunakan untuk keperluan pertanian
tanaman semusim maupun tanaman tahunan/perkebunan dan padang
pengembalaan ternak.
Sejalan dengan hal tersebut maka pengelolaan lahan kering untuk
kegiatan pertanian dalam arti luas guna memenuhi kebutuhan
masyarakat sudah merupakan keharusan. Secara tofografi, lahan kering
terdapat pada semua tingkatan kelerengan lahan, baik datar,
bergelombang, berbukit maupun bergunung. Keberadaan lahan kering
pada topografi datar sampai bergelombang (0 - < 15%) sudah umum
dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Akan tetapi pengolahan lahan
kering pada topografi berbukit atau akrab disebut dengan lahan miring
(15% - <45% ) harus dikelola berdasarkan garis kontur.
Pengelolaan lahan miring sesuai garis kontur (memotong lereng)
dapat mencakup pula pembuatan perangkap tanah antara lain berupa
teras bangku atau teras guludan, atau penanaman larikan. Pengolahan
tanah dan penanaman mengikuti kontur sudah banyak dipraktikan di
berbagai daerah dalam mengembangkan pertanian yang berkelanjutan,
seperti terlihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Skema Pengolahan Tanah dan Penanaman Menurut Kontur
(Arsyad, 2000; Raharjo dkk, 2005)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 27
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Pengolahan tanah menurut kontur akan lebih efektif jika diikuti
dengan penanaman menurut kontur, yaitu barisan tanaman diatur
sejalan dengan garis kontur (contour cultivation atau contour farming atau
contouring) (Arsyad, 2000). Menurut laporan P3HTA (Proyek Penelitian
Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air) Departeman Pertanian, 1987)
bahwa setiap kelas kelerengan lahan sangat ditentukan proporsi
tanaman yang akan ditanam (Gambar 13).
Gambar 13. Acuan Umum Proporsi Tanaman Pada Kemiringan Lereng Yang
Berbeda (P3HTA, 1987)
4.2. Menanam menggunakan biji
Menanam dengan biji hendaknya menggunakan dosis tanam yang
tepat. Dosis tanam biji berkualitas baik adalah 2-5 gram/10 meter larikan.
Dengan dosis tersebut, Anda akan menanam sekitar 40-200 biji/meter
larikan. Dosis ini merupakan awal yang baik bagi evaluasi di lapangan.
Para petani dan petugas lapang akan belajar dari pengalaman berapa
banyak benih berbagai varietas yang dibutuhkan agar terjamin
pertumbuhan yang baik, pada kondisi lokasi mereka. Biji-biji yang lebih
kecil, harus ditanam dengan dosis lebih rendah, sedangkan biji yang
lebih besar dengan dosis yang lebih tinggi. Biji berdaya kecambah tinggi
ditanam dengan dosis yang lebih rendah, sedangkan biji berdaya
kecambah rendah harus ditanam dengan dosis yang lebih tinggi.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 28
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Gambar 14. Penanaman lamtoro menggunakan biji
Menanam dengan biji, hendaknya melakukan pengelolaan secara
baik. Beberapa metode sederhana yang dapat digunakan petani untuk
menjamin pertumbuhan yang baik bila menanam dengan biji:
• Penananam pada lahan yang diolah dengan baik dan halus .
Kebanyakan biji rerumputan berukuran kecil. Bila pengolahan tanah
tidak baik, biji yang berukuran kecil akan mudah terbenam ke dalam
tanah sehingga sulit bagi kecambahnya yang kecil untuk muncul
ke permukaan tanah.
• Biji juga perlu bersinggungan secara baik dengan tanah agar mampu
mengabsobsi air tanah, dan ini hanya akan terjadi bila tanah tempat
penanamannya halus dan agak padat. Munculnya kecambah
kepermukaan dapat ditingkatkan dengan cara memadatkan tanah
setelah biji ditanam, misalnya dengan ber jalan di atas larikan.
• Tanamlah biji dekat permukaan tanah. Bila biji HMT yang kecil
hanya disebarkan di atas permukaan tanah, biji akan mudah tercuci
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 29
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
oleh hujan lebat, dibawa semut, atau mati oleh kondisi panas dan
kering. Bila biji ditanam terlalu dalam, kecambah yang kecil tidak
dapat muncul ke permukaan tanah.
4.3. Menanam menggunakan pols/sobekan rumpun
Sobekan rumpun diperoleh dari sejumlah batang yang berakar.
Umpama, rumput Setaria dan rumput Benggala. Bahan tanaman dari
sobekan rumpun ini umumnya lebih cepat tumbuh dibanding stek
batang.
Cara penanaman bibit menggunakan pols:
• Tanam pols dengan jarak tanam 15 x 15 cm
• Tiap pols bibit rumput setidaknya terdiri dari 4-5 anakan rumput
• Lakukan penyiraman sampai bibit rumput tumbuh dengan
sempurna
• Berikan pemupukan setelah pols bibit terlihat tumbuh dengan baik,
yaitu sekitar 2 minggu setelah tanam, dengan dosis 150 kg urea/
Ha.
Tanaman dapat dipanen ataupun digembalai setidaknya setelah
tanaman rumput mapan kurang lebih 90 hari setelah tanam.
Adapun perkiraan kebutuhan bibit rumput :
• Rumput: 15.000 pols/Ha
• Setiap pols terdiri atas setidaknya 4-5 anakan
4.4. Menanam menggunakan stek batang
Penanaman menggunakan stek batang hendaknya mengikuti
aturan sebagai berikut:
• Panjang stek 20-25 cm (2-3 ruas), kecuali pada kacang-kacangan 5-
6 ruas
• Stek dapat ditanam tegak atau miring
• Tiap lubang dapat ditanami 1-2 stek
• Jangan menggunakan stek yang terlalu muda
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 30
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
• Jumlah stek yang diperlukan tergantung pada luas tanah dan jarak
tanam.
Gambar 15. Penanaman rumput gajah menggunakan stek
Cara tanam dan kebutuhan stek dari beberapa jenis tanaman rumput
yang biasa ditanam, dapat di lihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Kebutuhan stek dan jarak tanam beberapa jenis rumput
No. Jenis HMTCara
Tanam
Kebutuhan
Stek/Ha (000)Jarak Tanam
1. Rumput Gajah Barisan 10 – 15 75 x 100 cm
2. Rumput Benggala Barisan 20 – 30 60 x 60 cm
3. Brachiaria Barisan 20 – 30 60 x 60 cm
4. Setaria spacelata Barisan 20 – 30 60 x 60 cm
5. Rumput pangola Barisan 20 – 30 50 x 50 cm
6. Paspalum dilatatum Barisan 20 – 30 60 x 60 cm
Sumber: Syahrir (2013).
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 31
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
4.5. Menanam menggunakan Stolon
Gambar 16. Penanaman menggunakan stolon
Stolon ialah batang yang tumbuh dan menjalar di atas permukaan
tanah. Stolon dapat menghasilkan rumpun dan akar pada bukunya.
Misalnya stolon rumput Brachiaria decumbens (rumput Bede), Rumput
Bintang (African star grass). Penanaman stolon dilakukan dengan mem-
buat larikan. Setiap buku pada stolon yang mempunyai akar ditimbun
dengan tanah dan dua buku berikutnya dibiarkan di atas permukaan
tanah dan buku yang keempat ditimbun dengan tanah.
4.6. Menanam menggunakan semaian
Penanaman menggunakan semaian dilakukan pada biji HMT yang
sulit tumbuh. Misalnya pada leguminosa yang bijinya sangat keras. Atau
pada leguminosa yang ditanam steknya, sangat sulit tumbuh, seperti
halnya pada lamtoro.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 32
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Penyiapan bibit Lamtoro
Bibit lamtoro disiapkan dengan cara penyemaian di dalam polybag
sebelum dipindahkan untuk ditanam di padang penggembalaan.
Caranya adalah dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Siapkan campuran : tanah : pupuk kandang : pasir = 45% : 10% :
45%
2. Siapkan polybag ukuran 15 x 10 cm
3. Masukkan campuran tanah kedalam polybag secukupnya
4. Isi setiap polybag dengan 3 biji lamtoro
5. Siram secara teratur
6. Tanaman dalam polybag bisa dipindahkan untuk ditanam di
padang penggembalaan setelah berumur 60 hari
7. Perkiraan bibit Lamtoro:
a. Lamtoro ditanam menggunakan polybag. Setiap polybag berisi
3 batang bibit lamtoro,
b. Kebutuhan bibit adalah sejumlah 1500 polybag/Ha,
c. Perkiraan kebutuhan biji Lamtoro adalah 4500 x 90 = 405.000
biji,
d. Jumlah biji/kg lamtoro 15.000 biji/kg,
e. Perkiraan biji viable 80 % = 80/100 x 15.000 = 12.000 biji/kg,
f. Kebutuhan biji lamtoro = 405.000/12.000 = 33.8 kg.
a. Waktu penanaman
• Penanaman lamtoro di polybag dilakukan pada bulan Oktober,
sehingga bulan Desember (saat lahan sudah basah), bibit lamtoro
bisa dipindahkan ke lahan penggembalaan.
• Bibit lamtoro ditanam terlebih dahulu, setelah lamtoro mencapai
tinggi sekitar 1 meter baru dilakukan penanaman rumput agar
lamtoro bisa bersaing dengan rumput
• Sebelum penanaman rumput, lamtoro harus disiangi secara berkala
sehingga bebas dari gulma.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 33
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Gambar 17. Mengangkut semaian lamtoro yang akan ditanam
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 34
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
5
Mengelola HMT
Padang Penggembalaan
Padang penggembalaan memiliki kegunaan yang sangat efesien.
Karena itu, padang penggembalaan harus dikelola sebaik mungkin, agar
dapat diperoleh hasil sepanjang tahun berupa hijauan untuk makanan
ternak. Beberapa cara pengelolaan padang penggembalaan yang di-
maksud dikemukakan berikut ini (AAK, 1983; dan Mc Ilroy, 1976).
5.1. Pemotongan Tahun Pertama
Pemotongan pada tahun pertama harus hati-hati, dilakukan sedikit
saja atau tidak dipotong sama sekali. Hal ini dimaksudkan agar per-
tumbuhan awal hijauan di padang penggembalaan bisa terjamin.
Apabila hijauan hendak dipotong, haruslah dilakukan dengan cara
meninggalkan pangkal batang ± 7,5 cm dari tanah, dimana hasil
potongan tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan silage atau hay.
5.2. Penggembalaan bergilir/sistem rotasi
Gambar 18. Penggembalaan Bergilir (Santoso, 2012)
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 35
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Sistem ini biasanya dilakukan dengan cara membagi-bagi areal
padang penggembalaan menjadi petak-petak yang lebih sempit (pedok).
Dalam sistem ini perlu diperhatikan jumlah ternak yang hendak
digembalakan, pertumbuhan hijauan, dan kelebatannya. Pada sistem
ini umumnya padang penggembalaan dibagi menjadi paling sedikit dua
atau empat areal pedok.
5.3. Tidak melakukan penggembalaan berat
Pelaksanaan penggembalaan berat yang tidak terkontrol akan me-
rugikan, karena daya tampung padang penggembalaan tidak sesuai.
Dampaknya adalah, produksi berikutnya rendah, pertumbuhan kembali
lemah, yang akhirnya banyak tumbuh rumput liar (weed) bahkan bisa
menimbulkan erosi tanah.
5.4. Menghindari pemotongan HMT yang terlalu ringan
Praktek pemotongan/defoliasi yang terlampau ringan juga akan
merugikan. Hal ini harus dihindari. Karena hijauan menjadi terlalu tua,
serat kasar tinggi, kurang disukai, dan nilai gizinya sangat rendah.
Gambar 19. Penggembalaan Berat
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 36
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
5.5. Memupuk HMT
Pemupukan sebaiknya dilakukan minimal 2 kali setahun, yaitu
setiap 4-6 bulan sekali. Jenis dan dosis pemupukan tergantung kepada
tingkat kesuburan tanah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pemupukan diuraikan berikut ini.
a. Macam pupuk
Pupuk yang digunakan harus disesuaikan dengan keasaman tanah.
Pupuk yang asam tidak digunakan pada tanah yang netral/basa.
Untuk tanah yang asam lebih baik digunakan pupuk bersifat netral
sampai alkalis. Gunakanlah pupuk yang dapat menjamin ke-
butuhan 3 hara utama yakni Nitrogen (N), Posphorus (P), dan Ka-
lium (K).
b. Dosis Pemupukan
Dosis dan perbandingan pupuk yang digunakan hendaknya setepat
mungkin. Bila perlu disesuaikan dengan hasil analisa tanah, se-
hingga diperoleh hasil pemupukan yang efektif, berimbang, dan
ekonomis.
Untuk tanah-tanah yang kurang subur dapat diberikan 150 kg Urea/
Za, 75 kg TSP, dan 50 Kg ZK setiap hektar setiap tahunnya. Jika
digunakan pupuk kandang, berikan sebanyak ± 30 – 100 kwt/Ha/
tahun.
c. Saat pemupukan
Pemupukan yang tepat waktunya akan menghasilkan produksi
hijauan optimal. Karena itu pemupukan diatur sedemikian rupa,
sehingga saat pupuk terurai, mudah diserap bersamaan dengan
umur tanaman pada saat mana kegiatan penyerapan paling opti-
mal.
Pupuk P dan K yang sukar larut, diberikan 1 – 2 minggu sebelum
penanaman, yaitu bersamaan dengan penggemburan tanah. Bila
menggunakan pupuk kandang atau pengapuran untuk menaikan
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 37
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
pH tanah, sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan
penggemburan tanah. Pupuk N yang sangat mudah larut diberi-
kan setelah tanaman berumur ± 2 minggu. Dan setiap selesai pe-
motongan, sebaiknya dilakukan pemupukan untuk merangsang
pertumbuhan kembali.
d. Cara pemupukan
Pemupukan dapat dilakukan dengan menyebarkan pupuk ke per-
mukaan tanah (ditabur), dapat juga di sebar dilarikan atau ditanam
sekitar rumpun (ditugal).
5.6. HMT untuk digembalakan
Menurut Reksohadiprodjo (1994), padang penggembalaan adalah
suatu daerah padangan, banyak tumbuh tanaman makanan ternak yang
tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya
dalam waktu singkat. Jadi, padang penggembalaan merupakan tempat
atau lahan yang ditanami rumput unggul dan atau leguminosa yang
tahan terhadap injakan ternak, yang digunakan untuk menggembalakan
ternak. Adapun padang penggembalaan atau pastura adalah, suatu
lapangan berpagar yang ditumbuhi hijauan dengan kualitas unggul dan
digunakan untuk menggembalakan ternak ruminansia, sehingga dapat
disebut sebagai padang penggembalaan. Sebelum adanya mekanisasi
pertanian, padang rumput adalah sumber makanan utama untuk
penggembalaan ternak seperti kuda dan sapi. Hal tersebut masih di-
gunakan secara ekstensif, terutama sekali di daerah kering apabila
padang rumput daratan tidak cocok untuk produksi pertanian. Di daerah
yang lebih lembab, padang penggembalaan dimanfaatkan secara
ekstensif dalam bentuk “free range” dan pertanian organik. Pastura
terdiri atas rumput-rumputan, leguminosa maupun hijauan lain. Pas-
ture/padang penggembalaan (Lar – bahasa Samawa, So – bahasa Mbojo)
terdiri atas beberapa macam, yaitu :
• Padang penggembalaan alam ; merupakan padangan yang terdiri
atas tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 38
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering
disebut padang penggembalaan permanen, tidak ada campur
tangan manusia terhadap susunan floranya, kecuali hanya me-
ngawasi ternak yang digembalakan.
• Padang penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan ; merupa-
kan padangan yang terdiri atas spesies – spesies hijauan makanan
ternak alami, namun komposisi botaninya telah diubah oleh
manusia, sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan me-
nguntungkan dengan cara mengatur intensitas pemotongan
(defoliasi).
• Padang penggembalaan buatan/temporer; merupakan padangan
yang vegetasinya sudah dipilih/ditentukan dari varietas tanaman
yang unggul. Tanaman makanan ternak dalam padangan telah
ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan
buatan/temporer dapat menjadi padangan permanen atau diseling
dengan tanaman pertanian.
• Padang penggembalaan dengan irigasi ; merupakan padangan yang
biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber
air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima
pengairan selama 2 sampai 4 hari.
Pemilihan jenis rumput dan leguminosa yang akan ditanam pada
padang penggembalaan bergantung kepada jenis ternak, keadaan
topografi dan jenis tanah, kegunaan apakah disenggut langsung oleh
ternak atau dipotong, dan metode penggembalaan yang akan diguna-
kan.
Dahlanuddin dkk. (2014) merekomendasikan rumput dan legume
untuk padang Penggembalaan Doro Ncanga Kabupaten Dompu di
Pulau Sumbawa – Provinsi Nusa Tenggara Barat, seperti tertera pada
Tabel 4 berikut.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 39
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Tabel 4. Ragam spesien HMT yang cocok untuk dikembangkandi Padang Pengembalaan Doro Ncanga (berdasarkansimulasi Tropical Forages - CSIRO, 2005)
Rumput Legum
1 Brachiaria humidicola Aeschynomene brasiliana
2 Brachiaria decumbens Aeschynomene falcate
3 Chloris gayana Chamaecrista rotundifolia
4 Paspalum notatum Cratyla argentea
5 Digitaria eriantha Indigofera spicata
6 Urochloa mosambiciensis Stylosanthes fruticosa
7 Bothriocloa pertusa Stylosanthes scabra
8 Stylosanthes viscose
9 Stylosanthes hamata
10 Stylosanthes seabrana
11 Leucaena trichandra
Leucaena CV Taramba
No Spesies HMT
5.7. Ciri-ciri padang penggembalaan yang baik
Adapun ciri-ciri padang penggembalaan yang baik antara lain:
• Produksi bahan kering tinggi;
• Kandungan nutrisi tinggi, terutama kandungan protein kasar;
• Tahan renggutan dan injakan serta tahan dari musim kemarau;
• Mudah dalam pemeliharaan;
• Tingkat daya tumbuh cepat;
• Nisbah daun dan batang tinggi;
• Mudah dikembangkan bila dikombinasikan dengan tanaman le-
gume;
• Ekonomis dan mempunyai palatabilitas yang tinggi
Sumber: Dahlanuddin, dkk (2014).
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 40
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
5.8. HMT untuk dipotong
Rumput dalam pengelompokkannya dibagi menjadi dua yaitu
rumput potong dan rumput gembala. Yang termasuk dalam kelompok
rumput potong adalah rumput yang memenuhi persyaratan memiliki
produktivitas tinggi, tumbuh tinggi secara vertikal, banyak anakan dan
responsif terhadap pemupukan. Termasuk kelompok ini antara lain
rumput gajah, rumput raja, rumput benggala, rumput setaria, dan
rumput sudan (AAK, 1983).
5.9. Pengawetan HMT
Penyimpanan hijauan saat stok HMT berlimpah dapat dilakukan
dengan cara pembuatan Hay dan Silase.
Cara Pembuatan hay
Hay (dibaca hei) adalah tanaman hijauan yang diawetkan dengan
cara dikeringkan kemudian disimpan dalam bentuk kering dengan
kadar air 12%-30%. Bahan pakan yang biasa digunakan untuk pem-
buatan hay adalah segala macam hijauan yang disukai oleh ternak
ruminansia, dan limbah pertanian seperti jerami padi, jerami jagung,
batang dan daun kacang tanah, batang dan daun kedelai, rumput, gamal.
Hay dapat dibuat dengan cara sebagai berikut:
• Hijauan harus dipanen saat menjelang berbunga (karena berkadar
protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga
hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang
akan meningkatkan palatabilitas dan kualitas.
• Bertekstur halus atau yang berbatang halus agar mudah kering,
• Hijauan (tanaman) yang akan dibuat hay dipanen dari area yang subur.
Ada 2 cara pengeringan hijauan dalam pembuatan hay, yaitu:
pengeringan di bawah sinar matahari. Pengeringan ini merupakan
metode sederhana, dengan cara menghamparkan hijauan yang sudah
dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari
hamparan dibolak-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 41
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
ini mengandung kadar air 20 – 30%, dapat dilihat dari: warna kecoklat-
coklatan. Sedangkan pengeringan dengan dryer menggunakan suhu
pengering 100-250OC. Pengeringan dihentikan bila kandungan air
hijauan sudah mencapai 12-20%.
Ciri-ciri hay yang baik adalah berwarna tetap hijau meskipun ada
yang sedikit kekuningan, bentuk hijauan masih tetap utuh dan tidak
mudah patah, tidak kotor dan tidak berjamur, mau dimakan oleh ternak.
Agar hay dapat lebih awet disimpan, perlu diberi pengawet. Beberapa
macam pengawet yang dapat dipakai antara lain garam dapur (NaCl),
asam propionat, dan amonia cair. Garam sebagai pengawet diberikan
1-2% akan dapat mencegah timbulnya panas karena kandungan uap
air, juga dapat mengontrol aktivitas mikroba, serta dapat menekan per-
tumbuhan jamur. Asam propionat berfungsi sebagai fungicidal dan
fungistalic yaitu mencegah dan memberantas jamur yang tumbuh serta
tidak menambah jumlah jamur yang tumbuh. Adapun pemberian untuk
hay yang diikat (dipak) sebanyak 1% dari berat hijauan. Amoniak cair
juga berfungsi sebagai fungicidal dan pengawet, mencegah timbulnya
panas, meningkatkan kecernaan hijauan dan memberikan tambahan N
yang bukan berasal dari protein.
Cara Pembuatan Silase
Silase adalah pakan yang telah diawetkan dari HMT, limbah
industri pertanian, serta bahan pakan alami lainnya, dengan jumlah
kadar/kandungan air pada tingkat tertentu. Pakan tersebut dimasukkan
dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, biasa disebut
dengan silo, selama sekitar tiga minggu.
Di dalam silo tersebut akan terjadi beberapa tahap proses an-aerob
(proses tanpa udara/oksigen), dimana bakteri asam laktat akan
mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga
terjadilah proses fermentasi.
Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat disimpan
untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan
nutrisi dari bahan bakunya.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 42
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk memaksimumkan
pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan
pakan ternak lainnya, agar bisa disimpan dalam kurun waktu yang lama,
untuk kemudian di berikan sebagai pakan bagi ternak khususnya untuk
mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim
kemarau.
Proses fermentasi yang tidak terkontrol akan mengakibatkan
kandungan nutrisi pada bahan yang diawetkan menjadi berkurang
jumlahnya. Diperlukan jenis zat tambahan agar kandungan nutrisi
dalam silase tidak berkurang secara drastis, bahkan bisa memenuhi
kebutuhan nutrisi ternak yang memakannya.
Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat silase adalah segala jenis
tumbuhan atau hijauan serta bijian yang disukai oleh ternak, terutama
yang mengandung banyak karbohidratnya seperti: rumput, sorghum,
jagung, biji-bijian kecil, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung,
pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi.
Sementara bahan tambahan dimaksudkan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kadar nutrisi yang terkandung pada bahan pakan
silase. Penambahan bahan additive ini bisa dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung. Pemberian bahan tambahan secara langsung
dengan menggunakan natrium bisulfat, sulfur oxida, asam chlorida,
asam sulfat, asam propionat.
Pemberian bahan tambahan secara tidak langsung ialah dengan
memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung karbohidrat
yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain:
• Molases: 2,5 kg /100 kg hijauan.
• Onggok : 2,5 kg/100 kg hijauan.
• Tepung jagung : 3,5 kg/100 kg hijauan.
• Dedak halus : 5,0 kg/100 kg hijauan.
• Ampas sagu : 7,0 kg/100 kg hijauan.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 43
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Prosedur Pembuatan Silase
• Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm
• Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik
• Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)
• Tutup dengan plastik dan tanah
Pencampuran. Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum
dipadatkan, bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah
tumbuh jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis
sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa asam-asam organik
seperti asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat,
molases/tetes, garam, dedak padi, menir, onggok dengan dosis per ton
hijauan sebagai berikut: asam organik : 4- 6 kg, molases/tetes : 40 kg,
garam : 30kg, dedak padi : 40kg, menir : 35kg, dan onggok : 30kg.
Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata
ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/
tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada
tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan
5 bagian pada lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.
Pelayuan. Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan
bahan kering 40% - 50%).
Penyiapan Silo
Siapkan silo yang bisa ditutup dan kedap udara, artinya udara tidak
bisa masuk maupun keluar dari dan ke dalam wadah tersebut. Ukuran
disesuaikan dengan kebutuhan dan pilihlah ukuran, bahan serta
konstruksi yang sesuai dengan kebutuhan. Gentong plastik yang mem-
punyai tutup bisa dikunci dengan rapat, merupakan salah satu pilihan
yang terbaik. Karena di samping ukurannya yang sedang sehingga
mudah untuk diangkat manusia, kemudian dengan penambahan jumlah
bisa memenuhi kebutuhan yang lebih banyak.
Wadah tersebut juga harus kedap rembesan cairan. Untuk meme-
nuhi kriteria ini maka bahan plastik merupakan jawaban yang terbaik
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 44
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
termurah serta sangat fleksibel penggunaannya. Walaupun bahan dari
metal, semen dan lain-lain tetap baik untuk di gunakan. Jika ingin
membuat dalam jumlah yang banyak sekaligus, maka cara yang
termurah adalah dengan menggali tanah. Ukuran disesuaikan dengan
kebutuhan. Kemudian menggunakan kantung plastik yang dijual
meteran, sehingga penutupannya bisa dilakukan dengan sangat rapat.
Prinsip yang harus diperhatikan adalah, saat membuka dan memberi-
kan silase pada ternak, maka silo tersebut akan kemasukan udara/
oksigen yang bisa dan akan merusak silase yang telah jadi karena
terjadinya proses aerobik.
Pembuatan dalam jumlah kecil dengan menggunakan silo yang
banyak serta portable (seperti gentong plastik biru, atau kantong plastik),
jauh lebih berdaya guna di banding dengan pembuatan dalam jumlah
sangat besar dalam satu wadah/silo. Untuk itu ketahuilah jumlah ke-
butuhan ternak anda, lalu sesuaikan pembuatan silo, sehingga peng-
gunaannya bisa sekali buka silo, isinya langsung habis dikonsumsi se-
hingga tidak adalagi sisa yang harus disimpan. Penyimpanan sisa silase
ini, di samping sangat merepotkan juga sangat riskan terjadinya proses
pembusukan karena terjadinya eksposur terhadap oksigen yang akan
mengaktifkan bakteri aerob.
Penyiapan bahan baku silase serta penempatan pada silo
Bahan baku sebaiknya berasal dari tumbuhan atau bijian yang segar
yang langsung didapat dari pemanenan, jangan yang telah tersimpan
lama. Penyiapan bahan baku silase sebagai berikut:
• Ukuran pemotongan sebaiknya sekitar 5 cm.
• Pemotongan dan pencacahan perlu dilakukan agar mudah
dimasukkan dalam silo dan mengurangi terperangkapnya ruang udara
di dalam silo serta memudahkan pemadatan. Jika hendak mengguna-
kan bahan tambahan, maka taburkan bahan tambahan tersebut
kemudian diaduk secara merata, sebelum dimasukkan dalam silo.
• Masukkan cacahan tersebut ke dalam silo secara bertahap, lapis demi
lapis. Saat memasukkan bahan baku ke dalam silo secara bertahap,
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 45
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
lakukan penekanan atau pengepresan untuk setiap lapisan agar
padat. Kenapa harus dipadatkan, karena oksigen harus sebanyak
mungkin dikurangi atau dihilangkan sama sekali dari ruang silo.
• Lakukan penutupan dengan serapat mungkin sehingga tidak ada
udara yang bisa masuk kedalam silo. Biarkan silo tertutup rapat
serta diletakan pada ruang yang tidak terkena matahari atau kena
hujan secara langsung, selama tiga minggu.
• Setelah tiga minggu maka silase sudah siap disajikan sebagai pakan
ternak. Sedangkan untuk menilai kualitas hasil pembuatan silase
ini bisa dilihat di Kriteria Silase yang baik, Silo yang tidak dibuka
dapat terus disimpan sampai jangka waktu yang sangat lama
asalkan tidak kemasukan udara.
• Pemberian pada ternak yang belum terbiasa makan silase, harus di
berikan sedikit demi sedikit dicampur dengan hijauan yang biasa
dimakan. Jika sudah terbiasa secara bertahap dapat seluruhnya
diberi silase sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 20. Jerami pakan musim kering.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 46
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Padang penggembalaan merupakan sumber penyediaan hijauan
yang paling ekonomis dan murah. Karena di padang penggembalaan
tersedia tanaman hijauan pakan secara langsung dapat dimakan oleh
ternak. Padang penggembalaan yang baik dan ekonomis ialah yang
terdiri atas campuran rumput dan leguminosa.
6.1. Potensi Produksi Hijauan Padang Penggembalaan
6
Efisiensi Padang Penggembalaan
Gambar 21. Potensi hijauan di musim kemarau
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 47
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Potensi produksi hijauan di padang penggembalaan dapat dike-
tahui berdasarkan luas areal dari padang penggembalaan itu sendiri.
Dengan asumsi bahwa, 1 (satu) hektar padang penggembalaan meng-
hasilkan hijauan 25.550 kg hijauan atau 25,55 ton hijauan per tahun
(Ditjen Peternakan, 1985).
6.2. Daya Dukung Hijauan Padang Penggembalaan
Daya dukung hijauan padang penggembalaan adalah kemampuan
suatu wilayah menghasilkan pakan berupa hijauan dari padang
penggembalaan, tanpa melalui pengolahan, dan dapat menyediakan
pakan untuk menampung sejumlah populasi ternak ruminansia. Dalam
menghitung daya dukung limbah tanaman pangan digunakan asumsi
kebutuhan pakan ternak ruminansia. Asumsi yang digunakan yaitu
bahwa satu satuan ternak (1 ST) ternak ruminansia rata-rata membutuh-
kan hijauan adalah 12.775 kg/tahun atau 12,77 ton/tahun (Ditjen
Peternakan, 1985).
Gambar 22. Padang penggembalaan sumber hijauan.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 48
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
7
Penutup
Manfaat padang penggembalaan bagi perkembangbiakan ternak
ruminansia/herbivore sangatlah penting. Tidak saja sebagai wadah bagi
ternak merumput mencari pakan, namun lebih dari itu. Disanalah
tempat ternak hidup berinteraksi, bereproduksi, bahkan berkompetisi
satu sama lain.
Saat ini banyak terjadi alih fungsi lahan penggembalaan untuk
berbagai keperluan pembangunan, termasuk untuk pengembangan
kawasan hutan. Ini merupakan tantangan yang potensial mengakibat-
kan kawasan padang penggembalaan semakin terdesak dan menyempit.
Akibatnya, beternak sapi sistem penggembalaan dengan jumlah kepe-
milikan sampai ratusan ekor mulai langka ditemukan. Mengapa? Karena
tidak semua wilayah di Indonesia mempunyai areal untuk peternakan
sistem padang penggembalaan. Kawasan peternakan tradisional ter-
sebut, dalam waktu tidak terlampau lama, menjelma dan berubah fungsi
menjadi aneka macam kawasan pembangunan non-ternak. Keadaan
seperti itu kian menjadi fenomena umum di banyak tempat belakangan
ini.
Petani sudah mulai sadar akan manfaat padang penggembalaan,
di saat jumlah dan luas pastura tersebut semakin berkurang dan sempit.
Di sisi lain, jumlah anggota keluarga yang tertarik untuk menekuni
bidang peternakan semakin sedikit, menyebabkan mereka kekurangan
tenaga kerja, sehingga mereka menaruh harapan besar untuk
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 49
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
mengefisienkan pemanfaatan padang rumput guna menopang usaha
ternaknya. Daripada tidak ada sama sekali areal untuk penggembalaan,
maka sesempit apapun kawasan padang rumput itu sebaiknya dikelola
dengan baik dan efisien.
Dalam upaya untuk lebih mendayagunakan manfaat padang
penggembalaan terutama milik pribadi peternak, hendaknya dilaku-
kan perbaikan vegetasi dengan melakukan penanaman hijauan
makanan ternak unggul baik rumput maupun leguminosa, memberi-
kan pemupukan di awal tanam, membuat pedok dan pagar agar mudah
melakukan penggembalaan bergilir, membangun sarana dan prasarana
peternakan seperti halnya kandang peneduh, bak air minum, kandang
ternak di areal pastura, dan bagaimana mengelolanya. Semua itu
disosialisasikan dan dibicarakan bersama petani. Kini mereka sudah
mulai melaksanakannya di areal masing-masing.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 50
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Aksi Agraris Kanisius. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja,
dan Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Arsyad, S., 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
BPTHMT Serading. 2014. Kumpulan Hijauan Pakan Ternak Unggul.
BPTHMT Serading. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pro-
vinsi NTB.
CSIRO. 2005. Tropical Forages – an interactive selection tool.
www.tropicalforages.info
Dahlanuddin, Imran, Y.A. Sutaryono, Suhubdy, S.H. Dilaga, U.
Abdullah, dan I.W. Yasa. 2014. Survey Identification and Design
(SID) Pengembangan Padang Pengembalaan Doro Ncanga Kabu-
paten Dompu NTB. Laporan Penelitian. Kerjasama Fakultas
Peternakan Unram dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan NTB.
Ditjen Peternakan. 1985. Usaha Peternakan: Perencanaan Usaha, Analisa,
dan Pengelolaan. Dit. Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan
Hasil Peternakan. Ditjennak, Jakarta.
Hidayat, A., Hikmatullah, dan D. Santoso. 2000. Potensi dan Penge-
lolaan Lahan Kering Dataran Rendah. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Kamus Pertanian Umum. 2013. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Mc Ilroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika.
Pradnya Paramita. Jakarta.
P3HTA, 1987. Laporan Tahunan 1986/1987. Litbang Pertanian.
Departeman Pertanian RI. Jakarta.
Daftar Pustaka
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 51
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Rahardjo, C.S, IGM. Kusnarta, dan Padusung, 2005. Konservasi Tanah
dan Air. Cetakan Pertama. Mataram University Press.
Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Biji Rumput dan Legum Makanan
Ternak Tropik. BPFE Yogyakarta.
Reksohadiprojo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak
Tropik. BFFE. Yogyakarta.
Santoso, U. 2012. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Penerbit
Penebar Swadaya, Jakarta.
Syahrir, M. 2013. Petunjuk Praktis Penanaman Hijauan Makanan Ternak
. Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 52
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Biografi Penulis
Dr. Ir. H. Syamsul Hidayat Dilaga, MS., dilahirkan
di Sumbawa Besar pada tanggal 01 Januari 1960.
Menamatkan Sekolah Dasar di Sumbawa Besar
(1971), SMP di Praya (1974) dan SMPPN 33 di
Mataram (1977). Gelar Sarjana Muda Peternakan
(BSc) dan Sarjana (Ir) diperoleh dari Fakultas
Peternakan Universitas Mataram (Unram)
berturut-turut tahun 1981 dan 1983. Kemudian melanjutkan studi ke
Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, dan memperoleh gelar
Magiter Sains (MS,1987), dan Doktor (Dr, 1992) dalam bidang Ilmu
Ternak. Sejak 1985 menjadi Dosen pada Fakultas Peternakan Unram.
Melakukan study banding ke beberapa universitas di Western Aus-
tralia-Perth (1995), mengikuti Kursus Amdal di Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup Unram (1996), Kursus Amdal Kawasan Pesisir dan
Kepulauan di Pusat Studi Lingkungan Hidup Unhas-Ujungpandang
(1997), mengikuti Academic and Institusional Networking di Germany,
Austria, dan Switzerland (1998), study banding ke Belanda dalam rangka
pendirian SMK Perikanan dan Kelautan di Indonesia (1999), dan kursus
Environmental Analysis of Animal Industries di School of Animal Stud-
ies-the University of Queensland, Australia (2002).
Riwayat pekerjaan: Kepala Seksi Seleksi Bibit Ternak dan Hijauan
Makanan Ternak-Proyek IFAD Dinas Peternakan NTB (1983-1984),
Ketua Laboratorium Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan Unram (1993-
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 53
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
2000), Counterpart Animal Science LPIU-IAEUP Unram (1995-1996),
Ketua Student Advisory Center Unram (1996-1997), Ketua Tim Pen-
damping PPSSPP Dinas Peternakan NTB (1998-2000), Anggota Tim
Pengembangan SMK Pertanian di Indonesia-kerjasama Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan RI dengan Pemerintah Belanda (1999-2000), Ketua dan
Anggota Tim Krenova Pemda NTB (2003-2005), Ketua Jurusan Ilmu
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Unram (2003-2008),
Anggota Komisi Pakan pada Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Departemen Pertanian RI (2006-2010), Staf Ahli
Gubernur NTB Bidang Sumberdaya Alam, Lingkungan Hidup, dan
Ketahanan Pangan (2008-2010), Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi NTB (2010-2012), dan Kepala Badan Lingkungan Hidup
dan Penelitian Provinsi NTB (2012-2013).
Buku yang ditulis: Peternakan Sapi Bali (Bumi Aksara, Jakarta 1987),
Nutrisi Mineral Makanan Ternak (Akademika Pressindo, Jakarta 1992),
Beternak Sapi Hissar (Akademika Pressindo, Jakarta 2002), Sapi
Sumbawa Sumber Daya Genetik Ternak Indonesia (Pustaka Reka Cipta,
Bandung 2014), Teknologi Tepat Guna Mengembangkan Tanaman
Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak: Membuat Pedok dan
Menanam Hijauan Makanan Ternak (Pustaka Reka Cipta, Bandung
2015), dan Revolusi Pangan (Editor, Regional Institut-104, Mataram
2016). Penulis juga aktif mengikuti seminar ditingkat nasional maupun
internasional.
Mendapat tanda jasa/penghargaan: Adhitiya Tridharma Nugraha
dari Mendikbud RI (1995), Satya Lancana Karya Satya 10 tahun (2001)
dan 20 tahun (2009) dari Presiden RI, penghargaan dari Mendiknas RI
sebagai Penyaji Poster Terbaik Seminar Nasional Penelitian Hibah
Bersaing VIII di Jakarta 2003.
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 54
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Dr. Ir. Imran, M Si., dilahirkan di Sumbawa Besar
pada tanggal 04 Januari 1962. Menamatkan
Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidayah Negeri
(1974), SMP Negeri 1 (1977), SMA NEGERI 1 (1981)
semuanya di Sumbawa Besar. Gelar Sarjana
Peternakan (Ir) diperoleh dari Fakultas Peternakan
Universitas Mataram (Unram) tahun 1985. Gelar
Magister Sains (M.Si) diperoleh dari Fakultas Pasca Sarjana Intitut Per-
tanian Bogor pada tahun 1996. Pada tahun 2013 meraih Gelar Doktor di
Univeritas Gadjah Mada dalam bidang Ilmu Ternak. Sejak 1986 men-
jadi dosen pada Fakultas Peternakan Unram.
Aktif megikuti seminar baik di dalam maupun di luar negeri. Me-
ngikuti Kursus Pangan dan Gizi di UGM (1988), Short Course on Bio-
chemistry of Ruminant Digestion di Unram (1992), Animal Physiology
Short Course Helt di Unram (1993), Short Course On Academic Net-
working di Undana Kupang (1994), Short Term Training Academic Net-
working of Higher Education di Unsoed Purwokerto (1998), Institutional
Networking Application Workshop di Universitas Mataram (1998),
Kursus Teknik Evaluasi In vitro dan In Sacco Pakan Ruminansia di Unhas
Makassar (2003).
Riwayat pekerjaan: Koordinator Lapangan di Kabupaten Sumbawa
pada Program Aksi Pemberdayaan Masyarakat Tani (1998-1999), dan
Program Peningkatan Penyuluhan Pertanian untuk Pemberdayaan
Masyarakat Tani (1999-2000), Sekretaris Program D3 Fakultas
Peternakan (2002-2004), Ketua Laboraorium Hijauan dan Menejemen
Padang Penggembalaan Fakultas Peternakan Unram (2005-2006 dan
2014-2016).
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak” Page 55
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Ir. Hj. Santi Nururly,MM. dilahirkan di Jambi, 09
September 1967. Tamat Sekolah Dasar di
Samarinda - Kalimantan Timur (1979), SMP di
Jambi (1982), dan SMA di Pontianak–Kalimantan
Barat (1982). Gelar Sarjana (Ir) diperoleh di
Fakultas Peternakan IPB–Bogor (1989), kemudian
melanjutkan studi ke jenjang S2 pada Program
Pascasarjana UI, dan meraih gelar Magister Manajemen (MM) tahun
1992. Saat ini penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Doktor (S3)
Manajemen Sumber Daya Manusia pada Program Pascasarjana Uni-
versitas Negeri Jakarta.
Aktif melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat
seperti Penelitian Prioritas Nasional MP3EI, Program Ipteks bagi
Kreatifitas dan Inovasi Kampus (IbIKK), Program Ipteks bagi Wilayah
(IbW), dan Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM).
Riwayat Pekarjaan: Technical Assistant di PT. Japfa Comfeed Indo-
nesia Cabang Bandar Lampung (1989), Staf pada kantor Konsultan
Publik Drs. Soecipto, Jakarta (1992-1994), Treasury officer pada PT. Nusa
Cipta Rancana Jakarta (1994–1998). Sejak Mei 1999 sampai saat ini
tercatat sebagai Dosen di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Mataram. Ketua Laboratorium Komputer Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram (2014-2016).
Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang Penggembalaan Milik Peternak:
“Membuat Pedok dan Menanam Hijauan Makanan Ternak”Page 56
Syamsul Hidayat Dilaga, Imran, Santi Nururly, dan Padusung
Ir. H. PADUSUNG, MP. dilahirkan di Lape-
Sumbawa 15 Maret 1961. Menamatkan Sekolah
Dasar (1974) dan SMP (1977) di Lape, SMAN 1
(1981) di Sumbawa Besar. Gelar Sarjana (Ir)
diperoleh di Fakultas Pertanian Universitas
Mataram (1987), dan gelar Magister Pertanian (MP)
dari Fakultas Pasca Sarjana Universitas
Padjadjaran Bandung (2000) dalam bidang Ilmu Konservasi dan
Reklamasi Lahan. Sejak 1988 menjadi dosen pada almamaternya di
Fakultas Pertanian Unram Jurusan Ilmu Tanah.
Riwayat pekerjaan: Ketua UPT Green House Fakultas Petanian
Unram (2000-2004), Sekretaris Program Studi Ilmu Tanah (2004-2009),
Ketua Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Unram selama dua
periode (2007-2011 dan 20011-2015). Pada 2010-2012 menjadi Ketua
Badan Kerjsama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) seluruh Indonesia.
Mulai aktif di Pusat Studi Lingkungan (PSL) Unram tahun 1992
dan mengikuti Kursus AMDAL di Unram (1996), AMDAL B di Unair
(2001), dan Audit Lingkungan di UGM (2014). Banyak melakukan
penelitian, pengabdian, konsultasi publik, dan penyusunan Dokumen
Lingkungan. Penyusunan dokumen lingkungan yang paling sering di-
lakukan adalah penyusunan dokumen AMDAL, UKL-UPL, KLHS,
DPLH, DELH, dan SPPL. Selain itu, menjadi anggota komisi penilai
AMDAL NTB, komisi penilai AMDAL Kabupaten Lombok Barat, dan
Komisi AMDAL Kabupaten Sumbawa.
Buku yang ditulis: Konservasi Tanah dan Air (Mataram University
Press, 2005), Fisika Tanah (Mataram University Press, 2005), Teknologi
Tepat Guna Mengembangkan Tanaman Pakan di Padang
Penggembalaan Milik Peternak: Membuat Pedok dan Menanam Hijauan
Makanan Ternak (Pustaka Reka Cipta Bandung, 2015).
Terdaftar sebagai Anggota Komisi Profesi HITI (Himpunan Ilmu
Tanah Indonesia) dan anggota FAI (Forum AMDAL Indonesia).