triyanikusumastuti.files.wordpress.com file · Web viewTeori ini berasal dari disiplin ilmu...
Transcript of triyanikusumastuti.files.wordpress.com file · Web viewTeori ini berasal dari disiplin ilmu...
IMPLEMENTASI PELAYANAN DALAM JAMU.
Latar Belakang
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, yang
berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar
Negara (imigrasi) dimungkinkan,menyebabkan adanya pergeseran terhadap tuntutan pelayanan
kesehatan.
Salah satu teori Transcultural Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi
Teori ini menjabarkan konsep pelayanan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya
perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan
pelayanan kesehatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan,akan mengakibatkan terjadinya
cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana petugas kesehatan
tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan.Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidak nyamanan, ketidak berdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi.Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami
nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa
nyerinya dengan berteriakatau menangis. Tetapi karena perawat memiliki
kebiasaanbilamerasanyerihanyadengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan
dianggap tidak sopan,maka ketika ia mendapati klien tersebut menangi satau berteriak, maka
petugas kesehatan akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau
malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutuhan budaya
yang dialami ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan yang diberikan.Oleh karena
itu, sebagai tenaga professional kita harus mempunyai pengetahuan tentang kebudayaan di
berbagai Negara. Bisa saja suatu saat kita memperoleh pasien yang berasal dari luar
negeri..Tentu saja kebudayaan mereka sangat berbeda. Kita sebagai Jamulog harus berusaha
menyesuaikan asuhan/pelayanan yang akan kita terapkan dengan kebudayaan mereka. Sehingga
bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
TINJAUAN TEORI
A. Teori Sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan
Logosberarti ilmu pengetahuan.Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya
dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-
1857).Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai
ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
1. Pokok bahasan sosiologi
Pokok bahasan sosiolgi ada empat:
a. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di luar individu dan
mempunya kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.
b. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang
lain.
c. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang
ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu
memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat
untuk melakukan khayalan sosiologis adalah persmasalahan (troubles) dan isu (issues).
Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi.Isu merupakan
hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.
d. Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog
dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif
dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari
penilaian normati.
B. Teori Sosial Budaya
Teori sosial budaya adalah sebuah teori yang muncul dalam psikologi yang terlihat pada
kontribusi penting bahwa masyarakat membuat untuk perkembangan individu. Teori ini
menekankan interaksi antara orang-orang mengembangkan dan budaya di mana mereka tinggal.
Kebudayaan : suatu sistem gagasan, tindakan, hasil karya manusia yang diperoleh dengan cara
belajar dalam rangka kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1986). Kebudayaan itu ada tiga
wujudnya, yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai , norma-norma,
peraturan dsb. Merupakan wujud dari ide kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau
difoto. Letaknya ada di dalm pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan bersan gkutan itu
hidup. Dikenal den gan adat istiadat atau sering berada dalam karangan dan buku-bukuu hasil
karya para penulis warga masyarakat bersangkutan. Saat ini kebudayaan ideal lebih banyak
tersimpan dalam disk, arsip, koleksi microfilm dan microfish, kartu komputer, silinder dan pita
komputer.
2. Wujud Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas tindakan berpola dari manusia dari
masyarakat, disebut juga sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-
manusia yanbg berinteraksi, berhub ungan, bergaul yang berdasarkan adat tata kelaku an. Sistem
sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobserv asi, difoto dan
didokumentasi.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut kebudayaan fisik, dan tak
memerlukan banyak penjelasan. Merupakan seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan
d an karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret, atau berupa benda-benda
atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, komputer,
dapat diraba, dilihat, dan difoto. Hasil karya manusia seperti candi, komputer, pabrik baja, kapal,
batik sampai kancing baju dsb.
a. Kebudayaan Rumah Sakit
Mempunyai budaya rumah sakit Kesehatan itu sangat penting, nyawa sangat berharga,
perlu berbagai upaya yangharus dilakukan oleh Rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa pasien,
contoh: rumah sakit berbau karbol pakaian putih-putih bersih.
b. Sub Kebudayaan
Pasien: tidak enak menjadi pasien, harus bayar, tidak gratis sama sekali
Etiologi penyakit
- Naturalistik memerangi penyakit ke dokter ke rumah sakit
- Personalistik, disebabkan oleh roh-roh jahat, ke dukun dulu
Di Luar Negeri
- Lebih enak menjadi pasien, sambil dirawat dapat makan teratur, tempat rekreasi, dibayar
asuransi
- Persepsi tentang sehat dan sakit
- Public pain/menyatakan yang profesional, sekolah mahal
c. Birokrat rumah sakit
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk
tuntutan pelayanan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana
perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran
terhadap tuntutan pelayanan.
d. Konsep dalam Transcultural Budaya adalah norma atau aturan tindak an dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Budaya
adalah sesuatu yang kompleks yang mengandung pengetahuan,keyakinan, seni, moral, hukum,
kebiasaan, dan kecakapan lain yang merup akan kebiasaan manusia sebagai anggota kemunitas
setempat. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar, beserta keselurahan hasil budi dan karyan ya dan sebuah rencana untuk
melakukan kegiatan tertentu. Karakteristik budaya dapat digambarkan sebagai berikut : (1)
Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal sehingga tidak ada dua budaya yang sama
persis, (2) budaya yang bersifat stabil, tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan
kepada generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan, (3) budaya diisi dan ditentukan oleh
kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari.
C. Pelayanan Jamu
Pelayanan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik yang diberikan
kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Pelayanan ditujukan memandirikan
individu sesuai dengan budaya klien.Strategi yang digunakan dalam pelayanan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoisasii budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien.
a. Cara I : Mempertahankanbudaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan. Perencanaan dan implementasi diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang
telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
b. Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi
terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Kita membantu klien
agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat
diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Petugas berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih
1.Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,
1995).
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Petugas perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien memanfaatkan sumber-sumbe material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segerasembuh.Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga
f. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali
.
2. Masalah Kesehatan
Masalah Kesehatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
layanan.
3.Intervensi dan Implementasi
Perencanaan dan pelaksanaan Pelayanan transkultural adalah
suatu proses pwlayanan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah
suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien. Ada tiga pedoman yang
ditawarkan dalam layanan transkultural yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila
budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya
klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki
klien bertentangan dengan kesehatan.
a. maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep.
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinteraksi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien
b. negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan layanan.
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi
c. reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
4. Evaluasi
Evaluasi pelayanan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan
budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
KASUS
Nama lengkap :
Nama panggilan dalam keluarga :
Umur :
Tempat dan tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Status :
Tipe keluarga :
Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga :
Hubungan klien dengan kepala keluarga :
Kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga :
Kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat :
1. Faktor Nilai – Nilai Budaya dan Gaya Hidup ( Cultural Values and Lifeways )
a. Posisi dan jabatan :
b. Bahasa yang digunakan :
c. Kebiasaan membersihkan diri :
d. Kebiasaan makan :
e. Makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit : makanan yang dikonsumsi kurang
mengandung zat gizi ( makan gaplek ), ibu pasien juga mengganti pemberian ASI dengan
memberikan air tajin.
f. Sarana hiburan yang bisa dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas
sehari – hari :
g. Ibu beranggapan bahwa keadaan anaknya gizi buruk saat ini yang ditandai dengan perut
anaknya buncit dikarenakan kemasukan roh halus yang berasal dari belakang pekarangan
rumahnya.
2. Faktor Ekonomi ( Economical Factors )
a. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan oleh klien :Sumbangan Keluarga
b. Tabungan dan patungan antar anggota keluarga : —
c. Pekerjaan klien : Belum bekerja
d. Sumber biaya pengobatan : JAMKESMAS
e. Kebiasaan menabung dan jumlahnya dalam sebulan : —-
3. Faktor Pendidikan ( Educational Factors )
a. Latar belakang pendidikan klien, meliputi : Belum Bersekolah
b. Tingkat pendidikan klien : —
c. Tingkat pendidikan keluarga : Sekolah Menengah Pertama
d. Jenis pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
e. Kemampuan klien belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehinggatidak
terulang kembali : Orang Tua tidak mengizinkan anaknya untuk bermain hujan-hujan.
4. Pemeriksaan fisik pada balita gizi buruk
a. Inspeksi
1) Mata : agak menonjol
2) Wajah : membulat dan sembab
3) Kepala : rambut mudah rontok dan kemerahan
4) Abdomen : perut terlihat buncit
5) kulit : adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit, odema
b. Palpasi
Pembesaran hati ± 1 inchi
c. Auskultasi
Peristaltic usus abnormal
Analisa Data
No. Pengelompokan Data Masalah Etiologi
1
No
Ds :
- Ibu klien mangatakan
bahwa anaknya sulit
makan
Do :
- Anaknya rewel
- Anak tampak sangat
kurus
- Makanan 1 porsi tidak
habis
- Makanan yang
Pengelompokan Data
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Masalah
Input yang kurang
bergizi
Etiologi
dikonsumsi kurang
mengandung zat gizi
( seperti ,makan makanan
gaplek )
- BB = 5 kg, TB = 70 cm (
status nutrisi gizi buruk)
- Perut buncit
2 Ds:
- Ibu px mengatakan
Ketidakpatuhan
terhadap pengobatan
Sistem nilai yang
diyakini
No
bahwa sakit anaknya
dikarenakan karena
kemasukan roh halus
Do :
- Perut anaknya yang
buncit
- Ibu membawa anaknya
untuk berobat ke dukun
terlebih dahulu sebelum
dibawa ke petugas
kesehatan
- Kalalu anaknya sakit
diberi obat atau ramuan
tradisional seadanya tanpa
segera dibawa ke petugas
kesehatan.
Pengelompokan Data Masalah Etiologi
3 Ds:
- Ibu klien mengatakan
bahwa anaknya merasa
takut kalau didatangi oleh
perawat
Do :
- Anaknya tampak
bingung
- Anak tampak tak
kooperatif saat akan
dilakukan layanan
- Anak menangis bila
melihat petugas kesehatan
mendekatinya
Disorientasi sosial Kurangnya
pengetahuan
MASALAH KESEHATAN.
. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan input yang kurang bergizi
ditandai dengan :
Ds :
- Ibu klien mangatakan bahwa anaknya sulit makan
Do :
- Anaknya rewel
- Anak tampak sangat kurus
- Makanan 1 porsi tidak habis
- Makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi ( seperti ,makan makanan gaplek )
- BB = 5 kg, TB = 70 cm ( status nutrisi gizi buruk )
- Perut buncit
2.Ketidakpatuhan terhadap pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini ditandai
dengan :
Ds:
- Ibu px mengatakan bahwa sakit anaknya dikarenakan karena kemasukan roh halus
Do :
- Perut anaknya yang buncit
- Ibu membawa anaknya untuk berobat ke dukun terlebih dahulu sebelum dibawa ke petugas
kesehatan
- Kalalu anaknya sakit diberi obat atau ramuan jamu-jamuan seadanya tanpa segera dibawa ke
petugas kesehatan.
3.Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan disorientasi sosial yang ditandai dengan :
Ds:
- Ibu klien mengatakan bahwa anaknya merasa takut kalau didatangi oleh Tenaga Kesehatan
Do :
- Anaknya tampak bingung
- Anak tampak tak kooperatif saat akan dilakukan tindakan keperawatan
- Anak menangis bila melihat petugas kesehatan mendekatinya
Intervensi
PEMBAHASAN
Dari
contoh kasus
diatas, dapat kita
ambil kesimpulan
bahwa masalah
yang sangat
berkaitan dengan
sosial budaya
adalah masalah
kesehatan nomor 2
dan nomor 3.
Masalah
kesehatan nomor 2
No.
Dx
Tujuan Intervensi TTd
1 Setelah dilakukan
layanan kesehatan
selama 3x 24 jam
diharapkan kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi
dengan kriteria hasil :
- ibu mengatakan
anaknya mau makan
- Makanan habis 1 porsi
- BB, TB seimbang
- Ibu pasien dapat
memberikan makanan
yang bergizi
- Perut tidak buncit
1. Kaji TB, BB, Lingkar kepala,
2. Berikan pendidikan
kesehatan tentang makanan
yang mengandung zat gizi.
3. Berikan porsi sedikit tapi
sering
4. Jaga kebersihan gigi dan
mulut
5. Berikan makanan yang
hangat
6. Kolaborasi dengan tim gizi
2. Diharapkan setelah
pemberian layanan
kesehatan selama 2×24
jam ketidakpatuhan
terhadap pengobatan
dapat berkurang dengan
kriteria hasil :
- Ibu tidak beranggapan
bahwa keadaan perut
anaknya yang buncit
bukan karena roh halus
- Ibu akan membawa
anaknya langsung
berobat ke petugas
kesehatan tanpa dibawa
ke dukun terlebih dahulu
- Kalau anaknya
sakit tidak perlu diberi
ramuan jamu-jamuan.
1. Lakukan pendekatan pada
pasien dan keluarganya
2. Identifikasi perbedaan
konsep.
3. Bersikap tenang dan tidak
terburu-buru saat
berinterkasi dengan klien
4. Mendiskusikan kesenjangan
budaya yang dimiliki klien
5. Beri kesempatan pada klien
untuk memahami informasi
yang
diberikan dan
melaksanakannya
6. Gunakan pihak ketiga bila
perlu
3. Setelah dilakukan
layanan kesehatan
1. Lakukan pendekatan pada
pasien dan keluarganya
menyatakan bahwa pasien mengalami ketidakpatuhan terhadap pengobatan berhubungan dengan
sistem nilai yang diyakini. Masalah kesehatan tersebut didukung oleh data-data yang diperoleh.
Ibu pasien mengatakan bahwa sakit anaknya dikarenakan kemasukan roh halus. Selain itu pasien
mengalami pembesaran perut. Terkait dengan masalah tersebut, Ibu pasien membawa anaknya
berobat ke dukun terlebih dahulu sebelum dibawa ke petugas kesehatan. Pasien juga diberi
ramuan jamu-jamuan seadanya tanpa segera dibawa ke petugas kesehatan.
Untuk dapat mengatasi masalah kedua dan ketiga, tentu saja ada beberapa hal yang harus
kita perhatikan. Karena jika dilihat, keyakinan dari ibu pasien sudah sangat mendarah daging.
Maka kita harus menerapkan komunikasi terapeutik yang efektif agar tujuan penyembuhan dapat
tercapai. Metode yang dapat kita gunakan yaitu mengakomodasi budaya klien bila budaya klien
kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan . Kita bisa menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
klien,menerjemahkan istialh dari geejala dan penyakit yang dialami pasien kepada orang tua
ataupun keluargan kedalam bahasa kesehatan yang mudah dipahami. Kita juga berkewajiban
memberikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. Kemana saja klien bisa
mendapatkan pertolongan jika ia mengalami masalah dengan kesehatannya. Setelsth itu kita juga
harus melibatkan keluarga dalam perencanaan. Libatkan pula pihak-pihak ketiga yang sekiranya
dapat menjelaskan kondisi pasien kepada keluarganya tanpa menimbulkan kesalahpahaman. Jika
Konflik tetap saja terrjadi dan pasien tetap berpegan teguh kepada keyakinannya maka kita bisa
melakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan dengan pengetahuan biomedis, pandangan
klien dan standar etik yang berlaku.