stikeskabmalang.files.wordpress.com file · Web viewtentang. proses keperawatan gerontik pada...

31
TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN GERONTIK Tentang PROSES KEPERAWATAN GERONTIK PADA TINGKAT KELOMPOK Oleh : KELOMPOK 8 / KELAS 3B 1. ARIESCA SWASANTI ( 07.054 ) 2. DEWI NURFIAN ( 07.055 ) 3. FATUL KHUSNUL ( 07.065 ) 4. FERA ELIS S. ( 07.067 ) 5. YOHAN MAHENDRA ( 07.099)

Transcript of stikeskabmalang.files.wordpress.com file · Web viewtentang. proses keperawatan gerontik pada...

TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN GERONTIK

Tentang

PROSES KEPERAWATAN GERONTIK PADA TINGKAT KELOMPOK

Oleh :

KELOMPOK 8 / KELAS 3B

1. ARIESCA SWASANTI ( 07.054 )

2. DEWI NURFIAN ( 07.055 )

3. FATUL KHUSNUL ( 07.065 )

4. FERA ELIS S. ( 07.067 )

5. YOHAN MAHENDRA ( 07.099)

PROGRAM D 3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KAABUPATEN MALANG

2009

PROSES KEPERAWATAN GERONTIK PADA TINGKAT KELOMPOK

A. KONSEP KELOMPOK

1. Definisi

Pemgelompkokan manusia ke dalam wadah-wadah tertentu, merupakan bentuk

kehidupan bersama, yang dilandasi oleh criteria tertentu seperti usia, jenis

kelamin, latar belakang pendidikan, pekerjaan dan kepentinga-kepentingan

tertentu dalam bidang kesehatan atau keperawatan karena adanya kebutuhan yang

sama untuk mencapai sesuatu tujuan yang diinginkan.

Soerjono Soekanto ( 1982 ), menyebutnya sebagai kelompok sosial ( social

group ), yang merupakan himpunan atau kesatuan – kesatuan manusia yang hidup

bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara

lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga satu

kesadaran untuk saling tolong menolong.

2. Proses pembentukan kelompok

Menurut Solita Sarwono, ( 1992 ), proses terbentuknya kelompok mengikuti

tahap-tahap tertentu, sebagai berikut :

PROSES KELOMPOK

PEMBENTUKAN

PERUBAHAN PERPECAHAN

PENYESUAIAN

3. Tahap pembentukan

Kelompk mengatur diri sendiri dan menetukan kedudukan tiap-tiap anggotanya,

siapa yang memimpin dan siapa yang menjadi anggotanya. Setelah menjadi

mapan mulailah orang menjadi lebih saling kenal mengenalakrab dan terbuka.

4. Tahap perpecahan

Keakrapan dapat mengundang konflik dan menimbulkan masalah, karena tiap-

tiap individu lebih berani mengemukakan pendapatnya secara jujur, terbuka.

Sehingga akan mengundang perpecahan, karena ada diantara anggota kelompok

tidak/kurang setuju dengan pendapat yang dilontarkan.

5. Tahap penyesuaian.

Perpecahan anggota kelompok biasanya bersifat sementara, makin akrab

hubungan anggota kelompok makin mudah masing-masing individu untuk

menyesuaikan diri dengan sifat, kehendak, gaya dan kepribadian anggota-anggota

lainnya, sehingga terjadinya perpecahan dan pertentangan dapat dibatasi dan

dihindari. Dan pada tahap inilah kelompk dapat berfungsi secara efektif dan para

anggotanya mau saling membantu dan bekerjasama untuk kepentingan-

kepentingan kelompok.

6. Tahap perubahan

Nerupakan suatu hal yang lumrah dalam kehidupan kelompok terjadi perubahan

karena penggantian posisi orang yang dipimpin dan yang memimpin, perubahan

jumlah keanggotaan, perubahan lingkungan fisik dan aktifitas kelompok dan

setiap perubahan akan menimbulkan dampak terhadap kehidupan kelompok.

Setiap perybahan akan menimbulkan permasalahan dalam kelompok, sehingga

memerlukan pengaturan kembali yang berkaitan dengan : struktur organisasi,

prosedur kerja, kegiatan, hubungan antara tiap anggota dan sebagainya.

Selama kelompok masih ada dan berproses, siklus diatas masih akan terus

berulang sampai mencapai suatu kematangan kearah kelompok yang mandiri dan

mampu mengatur interaksi dan interelasi diantara sesame anggotanya dalam

mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

7. Kepemimpinan kelompok

Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur orang lain

dalam bekerja sama untuk mencapai tujuanyang diinginkan. Kemampuan

seseorang untuk memimpin ada kalanya merupakan sifat bawaan, karena memang

telah memiliki bakat sebagai pemimpin. Tetapi kepimimpinan itu dapat dipelajari

melalui berbagai latihan manajemen dan kepimpinan serta pengalaman kerja sama

dengan orang lain, selain itu juga seoarang pemimpinan harus mempunya

kemampuan berorganisasi.

Seorang pemimpin harus dapat mengarahkan kegiatan para anggota kelompok

nya. Peran pemimpin semakin besar denganterstrukturnya kelompok tersebut dan

semakin jelas tujuan kelompok yang ingin dicapai.

8. Tugas kepemimpinan kelompok

Tugas kepemimpnan dalam kelompok, khususnya dalam upaya-upaya

keperawatan kesehatan masyarakat adalah mengikutsertakan masyarakat dari

tahap pengkajian masalah, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penilaian

hasil kegiatan, yang meliputi :

Mengatur tujuan yang ingin dicapai kelompok.

Menetapkan prosedur kerja.

Menetapkan peranan, fungsi dan tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap

bagian.

Membimbing dan membantu anggota agar menjalankan kegiatan sesuai

dengan tujuan yang diharapkan.

9. Gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpinan dalam kelompok dibedakan menjadi kepimpinan yang

berorientasi pada tujuan atau kepada kepantingan diri sendiri. Dan kepemimpinan

demokratis, yang mengutamakan kepentingan anggota kelompok. Disamping itu

ada pula kepemimpinan yang bergaya santai, yaitu kepemimpinan yang bergaya

santai, yaitu kepemimpinan yang tidak mementingkan pencapaian tujuan

kelompok dan membiarkan anggota kelompok berproses sendiri sesuai dengan

kehendak anggota kelompoknya.

10. Hubungan pimipinan dan anggota kelompok.

Hubungan pimpinan kelompok dibedakan ada bermacam-macam. Ada pemimpin

yang membuat anggoatanya menjadi tergantung, tetapi ada pula pimpin dan

anggota memenciptakan hubungan saling ketergantungan dan saling

membutuhkan dan antara pimpinan dan yang dipimpin mempunyai mempunyai

inisiatip untuk melaksanakan kegiatan dan tidak selalu tergantung dengan

instruksi pimpinan kelompok. Tetapi ada juga pimpinan yang terlalu tergantung

kepada salah seorang atau beberapa orang tertentu dalam melakukan kegiatan

tertentu, sehingga bila ada halangan dari anggota tersebut menyebabkan kegiatan

yang dilaksanakan kelompok tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya,

sehingga timbul kevakuman.

11. Teori kepemimpinan

MC Gregor menggolongkan kepemimpinan berdasarkan sifat dan kepribadian

sifat bawahan, yang dikenal dengan teori X dan teori Y. dalam teori X, biasanya

pimpinan menganggap bahwa bawahan atau anggota-anggota, kelompoknya itu

adalah orang-orang yang malas, tidak berinisiatif , tidak kreatif, dalam bekerja

perlu selalu diawasi dan diancam dengan sangsi atau hukuman agar mau bekerja

dengan baik. Dengan anggapan demikian maka teori X, menggunakan gaya

kepimpinan yang otoriter dan memberikan instruksi dengan sangsi hukuman bila

melanggar aturan.

Sedangkan teori Y menganggap bahwa semua semua orang itu tidak mau

menganggur, selalu ingin melakukan sesuatu kegiatan, mengambil inisiatif untuk

suatu kegiatan, mempunyai motivasi yang besar untuk menyelesaikan tugas-tugas

yang diberikan pimpinan kepadanya, sehingga tidak perlu lagi diawasi. Pimpinan

akan memberikan kebebasan kepada bawahan untuk menentukan sendiri apa-apa

yang akan dikerjakan guna mencapai tujuan kelompok dengan mendelegasikan

wewenang kepada bawahannya serta mempercayai bawahan dalam melaksanakan

tugas-tugas yang diberikan.

12. Kepemimpinan kelompok yang efektif

Untuk mencapai kepemimpinan kelompok yang efektif, ditentukan oleh beberapa

factor, yaitu :

Fungsi kelompok

Jika kelompok berorientasi kepada tugas untuk melaksanakan fungsinya

dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan,maka

kepemimpinan yang otoriterlah yang lebih efektif,misalnya dalam

pencapai target-target tertentu dalam pemberian immunisasi terhadap

kelompok anak balita,pemakaian kontrasepsi terhadap kelompok pasangan

usia subur.Dimana pimpinan kelompok dipaksakan oleh pimpinan yang

lebih tinggi dala mencapai tujuan tersebut.

Kematangan kelompok

Kelompok yang baru terbentuk dan strukturnya masih sederhana dengan

anggota kelompoknya sebagian besar masih bersifat pasif,diperlukan

pimpinan yang otoriter untuk mencapai tujuan yang diinginkan

kelompok.Tetapi bagi kelompok-kelompok yang sudah mapan dan dapat

berfungsi dengan baik diperlukan pimpinan yang demokratik.Pengawasan

ketat tidak diperlukan lagi,dan menghambat proses kerja.Sehingga

pimpinan tinggal mendelegasikan wewenang kepada anggota kelompok

untuk diberikan kepercayaan dalam melaksanakan tugas.

Kepribadian individu

Disamping yang dijelaskan dua diatas, yang ikut juga mempengaruhi

efektifitas kepemimpinan kelompok adalah Type Kepribadian individu,

baik pimpinan maupun anggotanya. Bila kebanyakan anggota kepribadian

pasif, kurang kreatif dan berinisiatif maka kepimimpinan kelompok yang

sesuai adalah kepimimpinan otoriter sdangkan anggota mempunyai

inisiatif yang besar, terbuka, mempunyai keinginan yang maju, maka

memerlukan pimpinan yang demokratis. Dan sebaliknya pimpinan yang

berkepribadian otoriter, suka memerintah dan tidak suka dibantah

sebaiknya memilih anggota yang pasif, patuh agar tidak selalu

menimbulkan konflik dalam kelompok. Demikian pula halnya pimpinan

yang demokratis, dapat menerima saran dan kritik bawahan, maka

sebaiknya memilih orang-orang yang berinisiatif, kreatif, mempunyai visi

kedepan dan ada keinginan untuk mengembangkan diri dalam mencapai

tujuan-tujuan kelompok.

13. Persyaratan kelompok

Soerjono Soekant o (1982), menetapkan beberapa persyaratan dalam kelompok

sosial, meliputi :

Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari

kelompok yang bersangkutan.

Adanya hubungan timbale balik antara anggota satu dengan anggota yang

lain.

Terdapat suatu factor yang memiliki bersama oleh anggota-anggota

kelompok itu, sehingga hubungan diantara mereka bertambah erat, dan

factor tersebut adalah :

Nasib yang sama

Kepentingan yang sama

Dan lain-lain

Berstruktur berkaedah dan mempunyai pola perilaku.

14. Kriteria kelompok

Soerjono soekantor (1982) menyusun berbagai klasifikasi criteria/ukuran

kelompok sosial dalam masyarakat sebagai berikut :

Besar kecilnya jumlah anggota kelompok sosial tersebut.

Derajat interaksi dalam kelomok sosial tersebut.

Kepentingan dan wilayah.

Berlangsungnya suatu kepentingan.

Kesadaran akan jenis yang sama, hubungan sasial dan tujuan.

Dengan memahami kondisi kelompok, perawat kesehatan masyarakat

dalam menjalankan tugasnya dapat mengidentifikasi type-type

kepemimpinan yang sesuai untuk diterapkan kedalam kelompok-

kelompok biasanya dalam mengatasi berbagai macam masalah kelompok,

pakah itu kelompok ibu hamil, ibu menyusui, kelompok usia lanjut,

kelompok kusta, tbc, dan sebagainya.

B. PERAWATAN KELOMPOK KHUSUS

1. Definisi

Kelompok khusus

Adalah sekelompok masyarakat atau individu yang karena keadaan

fisik, mental maupun sosialnya budaya dan ekonominya perlu

mendapatkan bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan

keperawatan, karena ketidakmampuan dan ketidkatahuan merekan

dalam memelihara kesehatan dan keperawatan terhadap dirinya

sendiri.

Perawatan kelompok khusus

Adalah suatu upaya dibidang kesehatan masyarakat yang ditujukan

kepada kelompok-kelompok individu yang mempunyai kesamaan jenis

kelamin, umur, permasalahan kesehatan dan kesehatan serta rawan

terhadap masalah tersebut, yang dilaksanakan secara terorganisasi

dengan tujuan meningkatkan kemampuan kelompok dan derajat

kesehatannya, mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan

tidak elupakan upaya kuratif dan rehabilitative, yang ditujukan kepada

mereka yang tinggaldipanti dan kepada kelompok-kelompok yang ada

di masyarakat, diberikan oleh tenaga keperawatan dengan pendekatan

pemecahan masalah melalui proses keperawatan.

2. Tujuan

Tujuan umum

Adalah untuk meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan

kelompok dapat menolong diri mereka sendiri (self care) dan tidak

tergantung kepada pihak lain.

Tujuan khusus

Secara khusus tujuan asuhan keperawatan kelompok khusus adalah

agar kelompok khusus dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam

hal:

Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan kelompok

khusus sesuai dengan macam, jenis, dan tipe kelompok

Menyusun perencanaan asuhan keperawatan atau kesehatan yang

mereka hadapi berdasarkan permasalahan yang terdapat pada

kelompok

Penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka

hadapi berdasarkan rencana yang telah mereka susun bersama

Meningkatkan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara

kesehatan mereka sendiri

Mengurangi ketergantungan kelompok khusus dari pihak lain

dalam pemeliharaan dan perawatan diri sendiri

Meningkatkan produktivitas kelompok khusus untuk lebih banyak

berbuat dalam rangka meningkatkan kemampuan diri mereka sendiri

Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan keperawatan

dalam menunjang fungsi puskesmas dalam rangka pengembangan

pelayanan kesehatan masyarakat.

3. Sasaran

Dalam perawatan kesehatan kelompok khusus, ada dua sasaran pokok

pembinaan, yaitu melalui institusi-institusi yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan terhadap kelompok khusus dan pelayanan kelompok khusus yang

ada dimasyarakat yang telah diorganisir secara baik atau melalui posyandu

yang ditujukan untuk ibu hamil, bayi dan anak balita atau terhadap kelompok-

kelompok khusus dengan ciri khas tertentu misal kelompok usila, kelompok

penderita berpenyakit kusta dan sebagainya.

4. Pelayanan kelompok khusus di Institusi

Pelayanan terhadap lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan yang

menyelenggarakan pemeliharaan dan pembinaan kelompok- kelompok khusus

tertentu, diantaranya:

Panti Werdha

Panti Asuhan

Pusat Rehabilitas Anak Cacat (fisik, mental, sosial)

Penitipan Balita

Yang menjadi sasaran pembinaan dan pelayanan kelompok khusus di

Institusi adalah meliputi:

Penghuni panti

Petugas panti

Lingkungan panti

Penghuni panti

Penghuni panti

Penghuni panti merupakan prioritas pertama dalam memberikan pelayanan

dan asuhan perawatan kelompok khusus di Institusi, karena mereka yang

rawan terhadap masalah kesehatan, dan umumnya merekalah yang bermasalah

apakah masalah tersebut dapat mengancam kesehatan dan kehidupan mereka

secara individu maupun secara kelompok. Oleh karena itu penanganan

kelompok ini harus mendapat perhatian sungguh-sungguh oleh tenaga

keperawatan. Dalam mengatasi masalah kelompok ini diperlukan kolaborasi

dengan profesi kesehatan lain maupun dengan petugas.

Petugas panti

Petugas panti

Petugas panti adalah orang yang setiap hari berhubungan langsung

dengan pelayanan penghuni panti dalam mengatasi permasalahan yang

dihadapi. Dan merekalah yang paling mengetahui permasalahan setiap

anggota panti yang mendapat perawatan dan pelayanan dipanti tersebut. Oleh

karena itu sudah seharusnya pengetahuan dan ketrampilan petugas panti terus

ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan. Tugas dan tanggung jawab

perawat kesehatan adalah bagaimana mengadakan kolaborasi dan alih

teknologi yang mungkin dilakukan dalam bidang keperawatan dan kesehatan.

Dengan kata lain adanya kader-kader kesehatan yang telah dididik dan dilatih

oleh petugas kesehatan atau puskesmas sebagai penanggung jawab masalah

kesehatan di wilayah kerjanya. Hal ini penting dilakukan karena perawat

kesehatan masyarakat tidak akan mampu melaksanakan pelayanan kesehatan

dan keperawatan secara terus-menerus purna waktu.

Dengan adanya upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan

petugas panti melalui pendidikan dan pelatihan maka diharapkan setiap

masalah yang timbul dari anggota panti dapat diatasi oleh petugas panti, dan

bila tidak dapat diatasi baru dirujuk pukesmas atau institusi pelayanan

kesehatan lainnya. Oleh karena itu kerjsama lintas sektoral antara puskesmas

dengan institusi yang menyelenggarakan berbagai upaya pelayanan kelompok

khusus sangat diperlukan.

Lingkungan panti

Lingkungan panti

Lingkungan panti juga memerlukan perhatian khusus dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan di intitkusi, oleh

lingkungan merupakan salah satu mata rantai penyebaran penyakit. Yang

berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan tugas perawat kesehatan

terbatas kepada peyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan dampak

lingkungan terhadap kesehatan penghuni dan petugas panti. Hal ini penting

berkaitan dengan penanaman perilaku sehat penghuni dan petugas panti.

5. Pelayanan kelompok khusus di masyarakat

Pelayanan kelompok khusus di masyarakat, dilakukan melalui

kelompok-kelompok yang terorganisir dengan melibatkan peran serta aktif

masyarakat, melalui pembentukan kader kesehatan diantara kelompok

tersebut, yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan oleh puskesmas,

yang telah berjalan dewasa ini kita kenal dengan sebutan Dasa Wisma,

KPKIA (Kelompok Persepuluhan Kesehatan Ibu dan Anak). Disamping itu

lahan pembinaan kelompok-kelompok khusus di masyarakat dapat dilakukan

melalui Posyandu terhadap kelompok ibu hamil, bayi dan anak balita, dan

kelompok- kelompok lainnya yang mungkin dapat dilakukan.

6. Klasifikasi

Kelompok khusus yang ada dimasyarakat dan diinstitusi dapat

diklasifikasikan berdasarkan pemasalahan dan kebutuhan yang mereka

hadapi, diantaranya adalah:

Kelompok Khusus Dengan Kebutuhan Khusus Yang Memerlukan

Pengawasan Akibat Pertumbuhan Dan Perkembangannya.

Kelompok ibu hamil

Kelompok ibu bersalin

Kelompok ibu nifas

Kelompok bayi dan anak balita

Kelompok anak usia sekolah

Kelompok usia lanjut

Kelompok Khusus Dengan Kebutuhan Khusus Yang Memerlukan

Pengawasan dan Bimbingan, diantaranya adalah:

Penderita Penyakit Menular

Kelompok Penderita Penyakit Kusta

Kelompok Penderita Penyakit TBC

Kelompok Penderita Penyakit Aids

Kelompok Penderita Penyakit Kelamin (GO, Sypilis)

Dan sebagainya

Penderita Penyakit Tidak Menular

Kelompok Penderita Penyakit Diabetus Militus

Kelompok Penderita Penyakit Jantung

Kelompok Penderita Penyakit Stroke

Kelompok Cacat yang Memerlukan Rehabilitas

Kelompok Cacat fisik

Kelompok Cacat mental

Kelompok Cacat sosial

Kelompok Khusus yang Mempunyai Resiko Terserang Penyakit

Kelompok Wanita Tuna Susila

Kelompok Penyalahgunaan Obat dan Narkotika

Kelompok- kelompok Pekerja tertentu

7. Ruang lingkup kegiatan

Kegiatan perawatan kelompok khusus mencakup upaya-upaya promotif,

kuratif, rehabilitative dan resosialitatif, melalui kegiatan-kegiatan yang

terorganisasi, sebagi berikut :

Pelayanan kesehatan dan keperawatan.

Penyuluhan kesehatan.

Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota kelompok, kader

kesehatan dan petugas panti.

Penemuan kasus secara dini.

Melakukan rujukan medik dan kesehatan.

Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan masyarakat, kader, dan

petugas panti atau pusat-pusat rehabilitasi kelompok khusus.

Alih teknologi dalam bidang kesehatan dan keperawatan kepada

petugas panti kadee kesehatan.

8. Prinsip dasar

Yang menjadi prinsip dasar dalam perawatan kelompok khusus adalah :

Meningkatkan kemampuan dan kemandirian kelompok dalam

meningkatkan kesehatan mereka sendiri.

Menekankan kepada upaya preventif dan promotif dengan tidak

melupakan upay kuratif dan rehabilitative.

Pendekatan yang menyeluruh menggunakan proses keperawatan

secara konsisten dan berkesinambungan.

Melibatjan peran serta aktif petugas panti,kader kesehatan dan

kelompok sebagai subyek maupun obyek yang sama.

Dilakukan di institusi pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan kelompok husus di masyarakat terhadap kelompok khusus

yangmempunyai masalah yang sama.

Ditekankan kepada pembinaan perilaku penghuni pannti, petugas

panti, lingkungan panti bagi yang diinstitusi dan masyarakat yang

mempunyai masalah yang sama kea rah perilaku sehat.

9. Tahap-tahap perawatan kelompok khusus

.Tahap persiapan

Mengidentifikasi jumlah kelompok yang ada dimasyarakat dan

jumlah panti atau pusat-pusat rehabilitative yang ada disuatu

wilayah binaan.

Mengadakan pendekatan sebagai penjagaan awal pembinaan

kelompok khusus terhadap institusi yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan terhadap kelompok khusus dan kelompok

yang ada di masyarakat.

Identifikasi masalah kelompok khusus di masyarakat dan dip

anti / institusi, melalui pengumpulan data.

Menganalisa data kelompok khusus di masyarakat dan di

intitusi.

Merumuskan masalah dan prioritas masalah kesehatan dan

keperawatan kelompok khusus di masyarakat dan di institusi.

Mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, analisa data,

perumusan masalah dan prioritas masalah

kesehatan.keperawatan kelompok khusus melibatkan kader

kesehatan dan petugas panti.

Tahap perencanaa

Menyusun perencanaan penanggungan masalah kesehatan

keperawatan bersama petugas panti dan kader kesehatan :

- Jadwal kegiatan (tujuan, sasaran, jenis pelayanan, biaya,

criteria hasil)

- Jadwal kunjungan

- Tenaga pelaksana pengorganisasian kegiatan.

- Dan sebagainya.

Tahap pelaksanaan

Pelaksana didasarkan atas rencana kerja yang telah di sepakati

bersama yang disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Pelaksanaan

kegiatan dapat berupa :

Pendidikan dan pelatihan kader dan petugas panti.

Pelayanan kesehatan dan keperawatan.

Penyuluhan kesehatan.

Immunisasi.

Penemuan kasus dini.

Rujukan dianggap perlu.

Pencatatan dan pelaporan kegiatan.

Penilaian

Penilaian atas keberhasilan kegiatan di dasarkan atas criteria yang

telah disusun. Penilaian dapat dilakukan selama kegiatan berlangsung

dan setelah kegiatan dilaksanakan secara keseluruhan. Apakah itu

penilaian terhadap program jangka pendek, jangka menengah maupun

jangka panjang.

10. Proses keperawatn kelompok khusus

Pada dasarnya langkah-langkah proses keperawatan kelompok khuus sama

halnya dengan langkah-langkah proses keperawatan tingkat individu, keluarga

maupun masyarakat, yang berbeda hanya sasarannya saja. Sedangkan

permasalhan yang timbul adalah permasalahan dilihat dari segi kelompok,

tetapi bila menyangkut pemasalahan gangguan system tubuh penangannya

secara individu adalah sama dengan gangguan-gangguan system lainnya.

Disamping itu yang perlu dikaji secara mendalam adlah latar belakang yang

mendorong timbulnya masalah pada kelompok tersebut. Oleh karena itu

pengkajiannya menekankan pada aspek kebiasaan, adat istiadat dan budaya,

pendidikan sosial ekonomi, kesehatan perseorangan, lingkungan, perilaku dan

pandangannya terhadap kesehatan.

a. Pengkajian

Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan langkah awal untuk menentukan

masalah dan kebutuhan kelompok akan pelayanan kesehatan dan

asuhan keperawatan.Oleh karena itu, untuk mengkaji permasalahan

kelompok diperlukan data-data sebagai berikut:

Identitas kelompok yang mencakup:

Besar dan kecilnya kelompok

Latar belakang pendidikan

Tingkat social ekonomi

Kebiasaan

Adat istiadat

Pekerjaan

Agama yang dianut

Kepercayaan

Lokasi tempat tinggal

Masalah kesehatan yang mencakup:

Masalah kesehatan yang sering terjadi

Besarnya anggota kelompok yang mempunyai masalah

Keadaan kesehatan anggota kelompok umumnya

Sifat masalah pada kelompok, apakah yang mengancam kesehatan

atau telah mengancam kehidupan

Pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam pemeriksaan kesehatan,

diantaranya:

Puskesmas

Posyandu

Polindes

Pos Obat Desa

Keikutsertaan dalam upaya kesehatan, diantaranya:

Sebagai kader kesehatan

Dana Upaya keshatan masyarakat

Dasa Wisma

KPKIA

Status Kesehatan Kelompok yang meliputi:

Penyakit yang pernah diderita (akut, subakut, kronis dan menular)

Keadaan gizi kelompok umumnya (anemia, marasmus, kwasiokor)

Imunisasi (dasar-ulangan, lengkap tidak lengkap)

Kesehatan ibu dan anak (kehamilan, persalinan, nifas, perinatal,

neonatus, bayi dan balita)

Keluarga Berencana (akseptor-non akseptor)

Keadaan hygiene personal anggota kelompok

Kondisi sanitasi lingkungan tempat tinggal anggota kelompok

meliputi:

Perumahan (permanent, semi permanent, sementara, ventilasi,

penerangan, kebersihan)

Sumber air minum

Pembuangan air limbah

Pembuangan sampah

Tempat pembuangan tinja

b. Analisa data

Setelah data dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisa untuk

melihat kesenjangan yang terjadi dalam kelompok tersebut yang dikaitkan

dengan konsep,prinsip, teori yang relevan.Sehingga dapat ditarik suatu

kesimpulan tentang permasalahan yang dialami kelompok serta kebutuhan

–kebutuhan kelompok akan pelayanan kesehatan dan keperawatan.

c. Perumusan masalah dan prioritas

Berdasarkan analisa data kelompok dapat ditentukan permasalahan

yang dialami kelompok tersebut, masalah kesehatan yang muncul biasanya

tidak hanya satu masalah saja, tetapi ada beberapa masalah yang sekaligus

muncul. Oleh karena itu dilakukan prioritas masalah kesehatan kelompok

dengan mempertimbangkan:

Sifat masalah yang dihadapi kelompok

Tingkat bahaya yang mengancam kelompok

Kemungkinan masalah untuk dapat diatasi

Berat ringanya masalah yang dihadapi kelompok

Sumber daya yang tersedia dalam kelompok

d. Diagnose keperawatan kelompok

Penetapan diagnosa keperawatan kelompok, didasarkan

kepada:

Masalah kesehatan yang dijumpai pada kelompok dengan

mempertimbangkan factor resiko dan potensial terjadinya masalah

penyakit

Kemampuan kelompok dalam pemecahan masalah dilihat dari

segi sumber daya kelompok yang berkaitan dengan kemampuan

financial pengetahuan, dukungan keluarga dari masing-masing

anggota kelompok dan sebagainya.

Contoh Diagnosa Keperawatan pada Tingkat Kelompok

Tingginya angka kesakitan anak dengan tetanus neonatorum

sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kemampuan ibu

dalam perawatan tali pusat yang ditandai dengan 5 dari 8 orang bayi

usia kurang dari seminggu tali pusarnya kotor dan basah

Potensial terjadinya peradangan payudara (mastitis) pada ibu-

ibu nifas sehubungan dengan malas melakukan perawatan payudara

seperti yang telah diajarkan.

e. Perencanaan asuhan keperawatan

Dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah disusun

dengan melibatkan anggota kelompok yang bersangkutan rencana

keperawatan kelompok mencakup:

Tujuan keperawatan yang ingin dicapai

Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan

Kriteria keberhasilan

Dalam menyusun rencana asuhan keperawatan kelompok ada

beberapa hal yang penting perlu diperhatikan antara lain:

Keterlibatan pengurus dan anggota kelompok dalam menyusun

perencanaan keperawatan

Keterpaduan dengan pelayanan kesehatan lainnya, baik tenaga, biaya,

sarana maupun waktu

Kerjasama lintas program dan lintas sektoral sehingga program

pelayanan bersifat menyeluruh.

f. Pelaksana

Merupakan realisasi rencana tindakan keperawatan yang telah

ditetapkan bersama dengan kelompok.Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang ditujukan kepada kelompok

adalah:

Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan oleh tenaga

keperawatan , petugas/pengurus panti atau kader kesehatan sesuai dengan

kewenangan yang diberikan

Dilakukan dalam rangka alih teknologi dan keterampilan

keperawatan

Di institusi lebih ditekankan kepada penghuni panti,

pengelola/pengurus panti dan lingkungan panti

Dimasyarakat lebih ditekankan kepada anggota kelompok, kader

kesehatan, pengurus kelompok dan keluarga.

Bila ada masalah yang tak tertanggulangidilakukan rujukan medis

dan rujukan kesehatan

Adanya keterpaduan pelayanan dengan sector lain

Dicatat dalam catatan keperawatan (nursing note) yang telah

ditetapkan.

g. Penilaian

Penilaian terhadap hasil asuhan keperawatan dan kesehatan

dilakukan berdasarkan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya

dalam perencanaan melalui:

Membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

Menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap

pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.

Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI (1990), Perawatan Kesehatan Masyarakat, Seri A : Petunjuk

Pelaksanaan Kelompok Di Puskesmas,Ditjen Binkesmas,Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (1993), Perawatan Kesehatan Masyarakat II , Petunjuk

Pembinaan Kelompok Sosial/Khusus, Jakarta.

F.J Bennet (1987), Diagnosa Komunitas dan Program kesehatan, Yayasan Essensia

medika,Yogyakarta.

Freeman B Ruth (1961), Public Health Nursing Practice, WB.Sounders Co.London.

Freeman B Ruth (1981),Community Health Nursing Practice, Second Edition,

WB,Saunders Co.London, Philadelphia, Sydney.

Kathelen Becman Blomquist et al (1979), Community Health Nursing Contiuning

Education review, Medical Examination Publishing Garden City, New York.

Munandar soelaeman (1989), Teori Daan Konsep Ilmu Sosial, PT Eresco, Jakarta.

Soerjono Soekanto (1986), Pengantar Sosiologi Kelompok, Penerbit Remaja Karya CV,

Bandung.

Solita sarwono (1993), Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, gajah

Mada University Press, Yogyakarta.