thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang...

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan menjadi salah satu indikator pembangunan ekonomi yang juga sering disorot oleh para peneliti dan pengambil kebijakan.Tidak bisa dipungkiri memang, sampai dengan saat ini masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu masalah yang kompleks dan besar.Kompleks karena masalahnya mempengaruhi sekalgus dipengaruhi oleh banyak factor yang saling berinteraksi dengan pola yang tidak selalu mudah untuk dimengerti.Besar karena menyangkut jutaan jiwa.Sehingga masalah ketenagakerjaan menjadi salah satu poin penting yang menarik untuk dibahas dan diteliti. Hampir disemua Negara saat ini, problematika ketenagakerjaan atau perburuhan selalu tumbuh dan berkembang, baik dinegara maju maupun Negara sedang berkembang, baik yang menerapkan ideology kapitalisme maupun sosialisme.Hal ini terlhat dari adanya 1

Transcript of thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang...

Page 1: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah ketenagakerjaan menjadi salah satu indikator pembangunan ekonomi

yang juga sering disorot oleh para peneliti dan pengambil kebijakan.Tidak bisa

dipungkiri memang, sampai dengan saat ini masalah ketenagakerjaan merupakan

salah satu masalah yang kompleks dan besar.Kompleks karena masalahnya

mempengaruhi sekalgus dipengaruhi oleh banyak factor yang saling berinteraksi

dengan pola yang tidak selalu mudah untuk dimengerti.Besar karena menyangkut

jutaan jiwa.Sehingga masalah ketenagakerjaan menjadi salah satu poin penting

yang menarik untuk dibahas dan diteliti.

Hampir disemua Negara saat ini, problematika ketenagakerjaan atau

perburuhan selalu tumbuh dan berkembang, baik dinegara maju maupun Negara

sedang berkembang, baik yang menerapkan ideology kapitalisme maupun

sosialisme.Hal ini terlhat dari adanya depertemen yang mengurusi

ketenagakerjaan pada setiap kabinet yang dibentuk. Hanya saja realitas tiap

Negara memberikan beragam problem riil sehingga terkadang memunculkan

berbagai alternative solusi. Umumnya Negara maju berkutat pada problem

ketenagakerjaan yang berkaitan dengan mahalnya gaji tenaga kerja, bertambahnya

pengangguran akibat mekanisasi, tenaga kerja illegal, serta tuntutan

penyempurnaan status ekomoni, sosial, bahkan politis. Sementara itu di negara

berkembang umumnya problem ketenagakerjaan berkenaan dengan sempitnya

1

Page 2: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

2

peluang kerja, tingginya angka pengangguran, rendahnya kemampuan sumber

daya manusia tenaga kerja, tingkat gaji yang rendah, serta jaminan sosial nyaris

tidak ada.

Salah satu problem yang langsung menyentuh kaum buruh adalah

rendahnya atau tidak sesuai pendapatan (gaji) yang diperoleh dengan tuntutan

untuk memenuhi kebutuhan hidup beserta tanggungannya.Faktor ini, yakni

kebutuhan hidup semakin meningkat, sementara gaji yang diterima rekatif tetap,

menjadi salah satu pemicu gerak protes para kaum buruh akhir-akhir ini di

berbagai daerah.Adapun dalam system kapitalis, rendahnya gaji buruh justru

menjadi penarik bagi para investor asing.Termasuk pemerintah, untuk

kepentingan peningkatan pendapatan pemerintah, justru memelihara kondisi

seperti ini. Kondisi ini menyebabkan pihak pemerintah justru lebih sering

memihak sang investor disbanding dengan buruh yang sudah jelas adalah

rakyatnya sendiri. Rendahnya gaji juga berhubungan dengan rendahnya kualitas

sumber daya manusia yang banyak tersebar di daerah-daerah terutama pedesaan.

Sudah menjadi rahasia umum bahwasannya biaya pendidikan yang tinggi

menyebabkan banyak masyarakat memilih untuk bekerja dari pada harus

menyelesaikan pendidikan dengan jenjang pendidikan yang tinggi. Meski pada

kenyataannya hal ini justru berdampak pada perputaran roda perekonomian suatu

daerah meski tidak terasa sepenuhnya oleh para buruh. Mereka hanya memikirkan

bahwa bekerja lebih baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa berpikir

kalau pendidikan bisa memingkatkan kesejahteraan hidup mereka. Tingkat

pendidikan yang ditamatkan akhir-akhir ini justru lebih banyak di tamatkan pada

Page 3: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

3

jenjang sekolah dasar (SD) dengan persentase 47,87 lalu disusul peringkat

terbanyak kedua adalah sekolah menengah pertama (SMP) dengan persentase

18,28. Sedangkan untuk pendidikan perguruan tinggi hanya 9,72 persen dari total

jumlah penduduk di Indonesia.

Ketika sudah merambatt pada permasalahn pendidikan, maka akan

merambat pada permasalahan kemiskinan. Kemiskinan merupakan tantangan

yang harus dihadapi dan dicarikan solusinya bagi suatu Negara. Oleh karena itu

meminimalisir tingkat kemiskinan selalu menjadi tujuan pemangku jabatan di

setiap Negara meski pada hakikatnya hanya menjadi janji manis belaka. Tujuan

dari pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.Penigkatan

kesejahteraan rakyat dapat diukur dari penurunan tingkat kemiskinan, penurunan

tingkat pengangguran, dan meningkatkan pendapatan per kapita rakyat.

Banyak kalangan peneliti dan analis menjadikan parameter pertumbuhan

ekonomi sebagai kenaikan kesejahteraan rakyat yang selanjutnya menurunkan

kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi diharapkan mampu mengurangi kemiskinan

dan kesenjangan pendapatan melalui mekanisme trickle down effect. Namun

seringkali pertumbuhan ekonomi tidak serta merta dapat menurunkan tingkat

kemiskinan. Berdasarkan teori makroekonomi, pertumbuhan ekonomi

menunjukkan semakin banyaknya output nasional, dengan demikian akan

meningkatkan penyerapan tenaga kerja sehingga pengangguran menurun serta

kemiskinan pun menurun.

Page 4: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

4

Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu kota besar di Indonesia

yang memiliki berbagai sumber penghasilan tambahan ekonomi bagi

masyarakatnya, hal ini dibuktikan dari letaknya yang strategis di tengah-tengah

pulau Jawa dan sumber-sumber alam. Karkteristik yang dimiliki Daerah Istimewa

Yogyakarta juga tidak jauh berbeda dengan kota-kota industri lain seperti Jakarta,

Jawa Barat dan Jawa Timur sebagai tempat perantauan banyak masyarakat untuk

merubah nasib perekonomian dan kesejahteraan tiap individu.Dengan letak secara

geografis diantara 7o .33 - 8o .12 Lintang Selatan dan 110o .00 - 110o .50 Bujur

Timur tercatat memiliki luas 3.185,80 km2 atau 0,17 persen dari luas Indonesia

(1.860.359,67 km2).

Masyarakat perrkotaan dan pedesaan memilih kesamaan

alasan untuk berhenti pada tingkat pendidikan yang mampu.

Sebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan

sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

sedikit pula hanya sampai pada tingkat SLTP maupun SD. Banyak

dari masyarakat beralasan biaya pendidikan yang mahal

menjadikan mereka memilih untuk bekerja. Penduduk usia 15

tahun ke atas untuk bidang pertanian, kehutanan, perburuan,

dan perikanan terbanyak hanya menamatkan tingkat pendidikan

SD, sebagian besar hanya sebagai buruh bukan sebagai pemilik

dari usaha di bidang ini. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa

masyarakat di bidang pertanian sulit untuk meningkatkan mutu

hasil produksinya tanpa bantuan dari pemerintah, sehingga

Page 5: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

5

bidang pertanian cenderung lebih lambat untuk berkembang

meski pada tahun ini sudah bisa menunjkkan hasil yang lebih

signifikan dengan adanya pada kelompok tani.

Tabel 1.1Penduduk D.I Yogyakarta Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Pendidikan

Tertinggi yangDitamatkanD.I. Yogyakarta Population of 15 Years Old Over Who Worked During The

Previous Week by Main Industry and Education Attainment (Agustus/August 2012)

Perkotaan + Pedesaan/Urban + Rural Perempuan / Female

Lapangan

Pekerjaan Utama/

Main Industry

*)

Tidak / Blm

Pernah Sekolah

No Schoolin

g

Tidak / Blm Tamat

SDDid Not

Complete/Not Yet

Completed Primary School

Pendidikan Tertinggi yang Ditamakan / Educational Attainment

Jumlah / TotalSD/

Primary School

SLTP/ Junior High

School

SLTA/ Senior High

School

Diploma I/ II/ III/

Akademi/ Universit

as Diploma I/ II/ III/

Academy Universit

y(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)1 55.753 45.985 74.129 37.29

028.871 1.742 243.77

02 8.532 11.659 25.039 31.16

646.491 7.680 130.56

73 14.113 33.130 45.004 46.24

296.148 21.747 256.38

44 3.708 11.509 25.428 21.75

246.447 64.346 173.27

15 1.000 0 1.036 0 13.340 15.218 30.594

Jumlah / Total

83.106 102.364 170.636

136.450

231.297 110.733 834.586

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta

Catatan / Note :

*) 1. Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan / Agriculture, forestry, hunting anf fishery 2. Industri pengolahan / Manufacturing industry 3. Perdagangan Besar, eceran, rumah makan dan hotel / wholesale, retail, restaurants and hotel 4. Jasa Kemasyarakatan / community, social and personal service 5. Lainnya / Others.

Page 6: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

6

Keberadaan penduduk usia 15 tahun ke atas untuk minat

bekerja di bidang industri pengolahan di dominasi tingkat

pendidikan yang di tamatkan yaitu SLTA, hal ini bisa dibuktikan

melalui survey APIKRI bahwa penyerapan tenaga kerja industri-

industri baik barang mentah maupun barang jadi di Provinsi D.I.

Yogyakarta dominan lulusan dari SLTA, dan hampir setegah

darinya para pekerja wanita. Dari survey BPS tahun 2012 (tabel

1.1) menunjukkabn jumlah para pekerja di industri pengolahan

dengan tingkat pendidikan yang di tamatkan SLTA yaitu 46.491

jiwa.

Table 1.2Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Termasuk Angkatan Kerja menurut

pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Provinsi D.I Yogyakarta

Pendidikan Tingkat yang Ditamatkan

Education Attainment

2010 2011Agustus/August Februari/February Agustus/August

Laki-Laki Male

Perem-puan

Female

Laki-Laki Male

Perem-puan

Female

Laki-Laki Male

Perem-puan

Female(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Tidak/Belum Sekolah/Not Yet Completed Primary School

30.462 74.994 26.974 73.230 27.368 68.730

2. Tidak Tamat SD/Not Yet Completed Primary School

127.792 133.341 109.737 100.873 104.041 98.705

3. SD/Primary School196.617 156.008 199.951 158.570 171.940 161.343

4. SLTP / Junior High School 208.515 156.097 177.552 162.838 195.858 136.923

Page 7: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

7

5. SLTA Umum/ General Senior

High School 164.560 114.884 190.528 144.793 192.573 125.219

6. SLTA Kejuruan/ Vacation Senoir High School 182.869 107.748 227.460 176.567 211.882 123.679

7. DI-DIIIDiploma I-III 40.684 36.614 35.849 73.009 37.794 41.608

8. Universitas/University 82.025 68.059 92.335 902.428 101.007 74.241

Jumlah Total 1.033.551 848.745 1.060.386 1.792.308 1.042.463 830.448

Sumber : Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS Provinsi D.I. Yogyakarta 2010-2011Source : National Labor Force Survey, BPS-Statistics of DIY Province

Tingkat pendidikan yang di tamatkan masyarakat D. I. Yogyakarta tahun

2010 sampai 2011 tercatat dari data Badan Pusat Statistik sebagimana dituliskan

pada table 1.2 dimana tahun 2011 pendidikan yang ditamatkan total terbanyak

pada tingkat SLTA kejuruan dengan jumlah 335.561 orang. Sama seperti

pemaparan diatas, bahwa sumber daya manusia yang ada memang kurang bisa

bersaing dengan pasar tenaga kerja global, sehingga banyak masyarakat memilih

untuk bekerja di sektor informal.Biaya pendidikan yang mahal menjadi salah satu

alasan masyarakat putus sekolah dan memilih untuk bekerja untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Bahkan dari tahun ketahun data yang dari Badan Pusat

Statistik memaparkan jumlah angkatan kerja dari tahun ketahun untuk pendidikan

tertiggi yang ditamatkan selisish antara tingkat pendidikan SMP dengan SMA

tidak jauh berbeda. Ini menggambarkan bahwa masyarakat cenderung memilih

untuk bekerja, meski pada tingkat pendidikan yang mampu mereka jalani.

Page 8: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

8

Keberadaan industi memberi peluang kerja bagi para pencari kerja

terutama untuk masyarakat yang tidak bisa meneruskan pendidikan hingga

perguruan tinggi secara khusus.Selain itu kebutuhan tenaga kerja untuk dunia

perindustrian ternyata juga bisa menyerap banyak tenaga kerja agar bisa

menghasilkan produksi lebih banyak dan cepat. Meski besarnya minat masyarakat

kita kurang dalam berwirausaha yang jauh lebih banyak wirausaha muda di

Negara Malaysia, namun keberadaan usaha kecil mikro, dan industri-industri

rumahan bisa memberi pemasukan pendapatan bagi para pekerja dengan sistem

kerja di sektor informal yang cukup fleksibel namun tetap harus memenuhi

standar produksi.

Munculnya industrialisasi membuka peluang bagi perempuan untuk

bekerja di sektor publik terutama dengan bekerja sebagai operator atau

buruh.Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan juga meningkat

seiring dengan berkembangnya industrialisasi.Perempuan dapat turut berperan

secara ekonomi bekerja menghasilkan materi (uang) untuk kehidupan dirinya

maupun keluarganya.Dengan semakin banyak tenaga kerja perempuan memasuki

pasar kerja, maka semakin tinggi kualitas hidup perempuan dan keluarganya.Hal

ini dapat dilihat dari adanya penambahan kualitas kondisi kerja berupa

penghasilan keluarga, dan pemberian jaminan sosial yang diberikan perusahaan,

yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan

pekerja dan keluarganya.Gambaran positif itu berbeda dengan kenyatan yang

telah ada (Linda Pratiwi, 2009).

Page 9: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

9

Menurut Tjandraningsih (1999), meskipun di sektor publik adalah domain

laki-laki, namun tidak dapat disangkal keterlibatan perempuan di sektor tersebut

menunjukkan kecenderungan meningkat meskipun secara absolut tingkat

partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan masih lebih rendah dibandingkan

laki-laki, namun secara relatif tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan

meningkat lebih cepat dibandingkan laki-laki.

TT75+

70-7465-6960-6455-5950-5445-4940-4435-3930-3425-2920-2415-1910 14

5 9 0-4

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000

PerempuanColumn2

Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS, Diolah

Gambar 1.1Partisipasi Laki-Laki dan Perempuan Bekerja di Provinsi D.I Yogyakarta

Dengan kekayaan yang dimiliki alam Daerah Istimewa Yogyakarta secara

khusus, maka banyak wirausaha yang memanfaatkan keberadaan hasil alam di

Page 10: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

10

Daerah Istimewa Yogyakarta maupun di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta.

Serbagai contoh usaha grabah di Kasongan Bantul, dimana hasil produksinya

memanfaatkan tanah liat untuk menghasilkan hasil produksi yang bernilai cukup

tinggi. Meski berbahan dasar tanah liat dengan campur tangan para pengrajin yang

kreatif hasil produksi Grabah Kasongan Bantul dapat menembus pasar Ekspor.

Selain Grabah Kasaongan di ujung Bantul juga terdapat pengrajin batik dengan

media kayu. Meski terdengar biasa namun hasil produksi batik kayu di daerah

Krebet Bantul juga sudah bisa memasarkan hasil kerajinan hingga pasar impor.

Sleman juga memiliki tempat penghasil kerajinan alam dari bambu di daerah

Brajan. Sentra kerajinan bambu Brajan memanfaatkan hasil panen bambu yang

bisa dikatakan murah menjadi bernilai jual mahal dengan sentuhan kreatifitas para

pengrajin yang sebagian besar kaum wanita. Masih banyak kerajinan di Daerah

Istimewa Yogyakarta yang memanfaatkan hasil olahan berbahandasar alam dan

bisa bernilai jual cukup mahal. Semua ini tidak terlepas dari para pengrajin yang

juga memanfaatkan keberadaan masyarakat sekitar khususnya kaum wanita

sehingga semua stakeholder bisa merasakan manfaat dan keuntungan dari

berdirinya sentra-sentra disetiap daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jarang terlihat dari setiap pengrajin di tiap kerajina industri manufaktur

khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta kaum Adam.Banyak dari para pengrajin

memiliki alasan memilih untuk bekerja di industri kerajinan, ada yang berlatar

belakang ekonomi, pendidikan, tuntutan sosial, dan lain sebagainya. Banyak dari

mereka beralasan industri kerajinan tidak perlu jenjang pendidikan yang tinggi

sudah bisa mengahsilkan upah untuk kebutuhan sehari-hari.

Page 11: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

11

Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu ikon tujuan pariwisata bagi

wisatawan domestik maupun mancanegara memberikan manfaat secara tidak

langsung untuk para pelaku usaha dibidang olahan pangan. Hal ini menjadi

peluang bisnis untuk meraih keuntungan dari para wisatawan untuk membawa

buah tangan khas daerah. Seperti industri olahan pangan bakpia yang menawarkan

produksi berupa bakpia dan aneka cemilan ringan, industri olahan pangan ubi

ungu yang menawarkan hasil olahan eggroll ubi ungi di daerah bantul, dan masih

banyak industri olahan pangan lain yang menawarkan hasil produksi unggulan

mereka. Tidak jauh berbeda dengan keberadaan kerajinan industri mabnufaktur

yang memanfaatkan tenaga wanita, maka industri olahan pangan berlaku hal yang

serupa.

Berdasarkan pemaparan diatas maka penelitian ini ingin menggali lebih

dalam mengenai faktor-faktor yang mendorong wanita memilih bekerja,

kesejahteraan dan pemberdayaan pekerja wanita disektor informal. Agar

senantiasa kesejahteraan dan hak-hak yang bisa mereka rasakan layaknya pekerja

wanita formal pada umumnya, seperti cuti sebelum melahirkan, cuti sesudah

melahirkan, cuti nifas, cuti sakit, dan lain-lain. Objek yang nantinya akan diteliti

terfokus pada industri rumah tangga yang tersebar di lima kabupaten dan kota

skala kecil maupun besar yang dominan pekerjanya adalah wanita di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Page 12: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

12

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya mengkaji mengenai

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang diterima

khususnya pekerja wanita, setelah menjadi pekerja di sektor informal. Objek

penelitian di lima kabupaten dan kota di Daerah Istimewa Yogyakarta,

sedangkan subjek penelitian adalah para pekerja wanita di sektor informal

yang meliputi industri rumah tangga dan industri pengolahan pangan di

kabupaten dan kota Daerah Istimewa Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah

Sektor informal meliputi beberapa sub sektor, antara lain perdagangan,

jasa, transportasi, bangunan, dan industri pengolahan. Penyerapan tenaga

kerja sektor informal juga sangat besar dari berbagai sub sektor yang ada.

Selain itu tidak membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus sehingga

secara luwes dapat menyerap bermacam-macam tingkat pendidikan.

Kebijakan sektor informal dominan tidak terikat seperti peraturan atau

kebijakan di sektor formal.Pola kegiatan sektor informal cenderung tidak

teratur dalam segi waktu, modal maupun permintaannya.Keterikatan waktu

ini berbeda dengan sektor formal yang intensif lebih tertata sedangkan sektor

informal kesadaran untuk bersikap disiplin cenderung kurang, hal ini kembali

lagi karena kebijakan disegi waktu yang tidak teratur.Memahami konsep

diatas menyebabkan penyerapan tenaga kerja tidak pandang umur, jenis

kelamin, status sosial, dan latar belakang motivasi bekerja.

Page 13: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

13

Adapun pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi alasan pekerja wanita (indikatornya adalah besarnya

upah yang diterima) untuk memilih bekerja di sektor informal (industri

kerajinan atau industri olahan pangan) Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan mempengaruhi besarnya

tingkat pendapatan tenaga kerja wanita sektor informal di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui apakah masa kerja mempengaruhi besarnya tingkat

pendapatan tenaga kerja wanita sektor informal di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

3. Untuk mengetahui apakahcurahan kerja mempengaruhi besarnya tingkat

pendapatan tenaga kerja wanita sektor informal di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

4. Untuk mengetahui apakah jenis industri (industri rumah tangga atau

industri pengolahan pangan) mempengaruhi besarnya tingkat pendapatan

tenaga kerja wanita sektor informaldi Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

E. Manfaat penelitian

Page 14: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t32514.docx · Web viewSebagai contoh, banyak orang hanya menamatkan pendidikan sampai SLTA dan selanjutnya memilih untuk bekerja. Tidak

14

Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis dalam Penyusunan Analisis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Wanita di

Sektor Informal : StudiKasus Industri Rumah Tangga dan Industri

Pengolahan Pangan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakartayaitu sebagai

berikut :

1. Penelitian ini dapat memberikan usulan pemikiran dan dapat dijadikan

sebagai informasi dan masukan bagi pengambilan keputusan dan

pertimbangan di dalam peningkatan kesejahteraan buruh terutama pekerja

sektor informal.

2. Penelitian ini dapat memberikan solusi bagi pemerintah dalam

merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan pekerja sektor informal.

3. Penelitian ini dapat menjadi wacana masyarakat umum khususnya

pengambil keputusan terkait kesejahteraan yang lebih layak yang bisa

dirasakan oleh para pekerja sektor informal.