satudata.semarangkota.go.idsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171128085035LKJIP... · Web...
Transcript of satudata.semarangkota.go.idsatudata.semarangkota.go.id/adm/file/20171128085035LKJIP... · Web...
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangSistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna,
berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta berorientasi kepada hasil
(result oriented governement). Sedangkan untuk mengetahui tingkat
akuntabilitas perlu adanya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP).
Berdasarkan pasal 76 UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara menegaskan bahwa penilaian kinerja PNS dilakukan berdasarkan
perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat unit atau organisasi,
dengan memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai,
serta perilaku PNS (pengukuran kinerja pegawai mengacu pada pengukuran
kinerja instansi). Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 menjelaskan
bahwa penyelenggaraan SAKIP untuk penyusunan laporan kinerja dan
dilaksanakan selaras dengan sistem akuntansi, tatacara pengendalian dan
evaluasi perencanaan pembangunan untuk itu perlu disusun Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah (LKjIP) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Instansi yang wajib menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP)
adalah Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/ Kota, Unit
Organisasi Eselon I pada Kementerian/Lembaga, Satuan Kerja Perangkat
Daerah, dan unit kerja mandiri yang mengelola anggaran tersendiri dan/ atau
unit yang ditentukan oleh pimpinan instansi masing-masing.
Sesuai dengan siklusnya, setelah selesai pelaksanaan tahun anggaran
2016, pemerintah Provinsi menyusun LKjIP 2016 yang merupakan laporan
kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam
mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. LKjIP berisi ikhtisar pencapaian
sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja
dan dokumen perencanaan. Dokumen LKjIP bukan dokumen yang berdiri
sendiri, namun terkait dengan dokumen lain yaitu Indikator Kinerja Utama
(IKU), RPJMD/Renstra SKPD, RKPD/ Renja SKPD, Penetapan Kinerja
(Tapkin)/Perjanjian Kinerja, dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Tujuan
penyusunan LKjIP adalah menyajikan pertanggungjawaban kinerja instansi
1
pemerintah (Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana) dalam mencapai sasaran strategis instansi
sebagaimana telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja diawal
tahun anggaran. Dokumen LKjIP ini dapat digunakan sebagai :
1. sumber informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian
kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana (BP3AKB)
2. dengan pembanding hasil pengukuran kinerja dan penetapan kinerja;
3. bahan evaluasi untuk mengetahui tingkat akuntabilitas kinerja Badan
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
(BP3AKB);
4. bahan evaluasi untuk penyusunan rencana kegiatan dan kinerja Badan
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
(BP3AKB) pada tahun berikutnya.
5. Kedudukan Tugas Pokok dan FungsiBadan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan
Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah,dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Inspektorat dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Tengah dengan
tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
daerah di bidang pemberdayaan perempuan, perlindungan anak,
keluarga berencana dan keluarga sejahtera.
Untuk melaksanakan Tugas Pokok sebagaimana dimaksud di atas
berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 92 Tahun 2008,
Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis bidang Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera;
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang
Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Keluarga Berencana
dan Keluarga Sejahtera;
2
3. Pembinaan, fasilitasi dan pelaksanaan tugas di bidang Pemberdayaan
Perempuan, Kesejahteraan dan Perlindungan Anak, Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera lingkup Provinsi dan
Kabupaten/Kota;
4. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan bidang Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, Keluarga Berencana dan Keluarga
Sejahtera;
5. Pelaksanaan kesekretariatan badan;
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya didukung oleh PNS dengan jumlah PNS saat ini
sebanyak 67 orang yang terdiri atas :
1. Pendidikan SD = 1 orang
2. Pendidikan SMP = 0 orang
3. Pendidikan SMU = 11 orang
4. Pendidikan DI = 1 orang
5. Pendidikan DIII = 2 orang
6. Pendidikan D-IV = 2 orang
7. Pendidikan S1 = 23 orang
8. Pendidikan S2 = 27 orang
C. Fungsi Strategis Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi, Badan Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak, Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana Provinsi Jawa Tengah secara umum memiliki fungsi strategis
yaitu :
3
1. Penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan
bidang Pengarusutamaan Gender, Peningkatan Kualitas Hidup
Perempuan, dan Perlindungan Perempuan;
2. Penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan
kesejahteraan perlindungan anak;
3. Penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan
bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
4. Penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan
bidang Pengelolaan Informasi dan Hubungan Lembaga Masyarakat.
D. Permasalahan Utama yang dihadapi Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah
1. Permasalahan utama Badan Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah
yang harus diselesaikan dalam rangka memberikan pelayanan di
bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta
bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera di Jawa Tengah
secara singkat dapat di rinci sebagai berikut :
a. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi urusan Pemberdayaan Perempuan meliputi:
1) Kesenjangan gender di beberapa bidang pembangunan
(ekonomi, sosial dan politik);
2) Rendahnya keterwakilan perempuan pada lembaga-
lembaga pengambilan keputusan (legislatif, eksekutif,
yudikatif) maupun lembaga-lembaga swasta;
3) Tingginya jumlah korban kekerasan terhadap perempuan
utamanya pada kasus KDRT;
4) Terbatasnya jumlah tenaga layanan terlatih dan sarana dan
prasarana pelayanan terpadu provinsi dan kabupaten/kota;
5) Belum optimalnya penanganan perlindungan bagi
perempuan kelompok rentan sebagai upaya pengurangan
risiko;
4
6) Belum adanya kebijakan serta rendahnya pemahaman dan
komitmen pembangunan keluarga dalam mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender di provinsi dan
kabupaten/kota.
b. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi urusan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak meliputi:
1) Pengarusutamaan hak anak belum menjadi mainstreaming
dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program
kegiatan pemenuhan hak anak di OPD provinsi dan
kabupaten/kota;
2) Rendahnya partisipasi anak dalam pembangunan utamanya
pelibatan anak dalam proses-proses pengambilan
keputusan;
3) Kurangnya pelaksanaan pelatihan Konvensi Hak Anak untuk
petugas pelayanan anak, OPD provinsi dan kabupaten/kota;
4) Adanya pola pengasuhan anak di masyarakat yang
mengabaikan hak-hak anak;
5) Tingginya korban kekerasan terhadap anak, trafficking,
ABH, dan bullying (perundungan);
6) Belum optimalnya perlindungan terhadap anak berhadapan
dengan hukum dan kelompok rentan;
7) Belum adanya kebijakan serta rendahnya pemahaman dan
komitmen pembangunan keluarga dalam mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender di provinsi dan
kabupaten/kota.
c. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
meliputi:
1) Dukungan kebijakan di bidang keluarga berencana belum
maksimal;
2) Semakin berkurangnya jumlah tenaga penyuluh lapangan
keluarga berencana (PLKB/PKB) di kabupaten/kota;
5
3) Rendahnya kesertaan KB yang menggunakan alat
kontrasepsi MKJP;
4) Belum optimalnya advokasi dan komunikasi, informasi,
edukasi (KIE) penggerakan program keluarga berencana
(KB) guna peningkatan kesertaan keluarga berencana (KB);
5) Belum adanya dokumen analisis dampak kependudukan
dan pemetaan pengendalian penduduk sebagai bahan
perencanaan pengendalian penduduk;
6) Belum optimalnya peran organisasi masyarakat dan jejaring
kelembagaan keluarga berencana dalam mendukung
penggerakan program keluarga berencana;
7) Belum optimalnya pembangunan keluarga melalui
peningkatan ketahanan keluarga;
8) Menurunnya peran Tribina (BKB, BKR, BKL) di
kabupaten/kota;
9) Rendahnya anggota UPPKS ber-KB;
10) Tingginya jumlah keluarga sejahtera I.
d. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi Pengelolaan Informasi dan Hubungan Lembaga
Masyarakat meliputi:
1) Belum tersedianya profil perempuan dan anak yang
diperbarui secara berkala;
2) Pengelolaan sistem data dan informasi gender dan anak
belum optimal;
3) Pemanfaatan data pilah gender dan anak belum optimal;
4) Kurangnya jumlah personil yang menangani sistem data dan
informasi gender dan anak di kabupaten/kota;
5) Lemahnya kinerja dan jejaring lembaga masyarakat dalam
peningkatan kualitas keluarga untuk mewujudkan keadilan
dan kesetaraan gender serta pemenuhan hak anak,
pemberdayaan perempuan, perlindungan perempuan dan
anak, peningkatan kualitas hidup anak;
6
6) Belum optimalnya peran organisasi masyarakat dan jejaring
kelembagaan keluarga berencana dalam mendukung
penggerakan program keluarga berencana.
7
BAB IIPERENCANAANKINERJA
A. Rencana Strategis (RENSTRA)
Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Pembangunan Daerah pasal 25 mengamanatkan kepada setiap SKPD
menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD.Rencana Strategi SKPD
(Renstra SKPD) sebagai bagian integral dari perencanaan pembangunan
daerah dan merupakan satu kesatuan dengan sistim perencanaan
pembangunan nasional adalah dokumen perencanaan jangka menengah
satuan kerja perangkat daerah untuk jangka waktu 5 tahun yang memuat
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
yang disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja
Perangkat Daerah serta berpedoman kepada RPJMD dan bersifat
indikatif, adapun Visi dan Misi pada BP3AKB Provinsi Jawa Tengah
adalah :
1. VISI
Menjadi lembaga yang handal dalam percepatan pencapaian
kesetaraan gender dan pemenuhan hak anak serta keluarga kecil
sejahtera.Visi ini mengandung 4 frase yatu: lembaga handal, percepatan
kesetaraan gender, pemenuhan hak anak, keluarga kecil sejahtera.
2. MISI
a. Mewujudkan keserasian kebijakan peningkatan kualitas hidup
perempuan dan anak
b. Mendorong implementasi Pengarusutamaan Gender (PUG) dan
dan Pengarusutamaan Hak Anak.
c. Mewujudkan upaya peningkatan kualitas hidup dan perlindungan
perempuan dan anak di semua sektor pembangunan.
d. Mengembangkan kemitraan dalam mewujudkan kesetaraan
gender, kesejahteraan dan perlindungan anak.
e. Melembagakan keluarga kecil sejahtera.
f. Mempercepat Pencapaian Ketahanan dan Pemberdayaan
Keluarga.
8
g. Menyediakan sarana prasarana perkantoran dan perbekalan.
h. Meningkatkan kualitas SDM aparatur.
B. Perjanjian Kinerja
Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah lembar/dokumen
berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada
pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.Melalui perjanjian
kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara
penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan
tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia.Kinerja
yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan atas kegiatan
tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang seharusnya
terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya.Dengan demikian
target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan
dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud
kesinambungan kinerja setiap tahunnya.
Tujuan disusunnya Perjanjian Kinerja adalah :
1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi
amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi
dan kinerja Aparatur.
2. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja
aparatur.
3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan
dan sanksi.
4. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring,
evaluasi dan supervisi atasperkembangan/kemajuan kinerja penerima
amanah.
5. Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai.
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang
efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, Kepala
Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga
9
Berencana Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 telah mendatangi
Perjanjian Kinerjadengan Gubernur Jawa Tengah serta di ikuti dengan
Perjanjian Kinerja Sampai ke eselon IV sesuai lampiran perjanjian ini.
10
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015
A. Capaian Kinerja Organisasi
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah dan tata cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah, setiap instansi pemerintah wajib menyusun Laporan Kinerja,
melaporkan progres kinerja atas mandat dan sumber daya yang
digunakannya .
Dalam rangka melakukan evaluasi keberhasilan atas pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi sebagaimana yang telah ditetapkan pada
perencanaan jangka menengah maka digunakan skala pengukuran
sebagai berikut :
Skala Pengukuran KinerjaLaporan Kinerja Instansi Pemerintah
NO SKALA CAPAIAN KINERJA KATEGORI
1 Lebih dari 100% Sangat Baik
2 75 – 100% Baik
3 55 – 74 % Cukup
4 Kurang dari 55 % Kurang
11
1. Sasaran Strategis : Meningkatnya Keadilan Gender dan Perlindungan
Anak, dengan hasil pengukuran kinerja sasaran tersebut adalah
sebagai berikut :
Capaian Kinerja Sasaran StrategisMeningkatnya Keadilan Gender dan Perlindungan Anak
No Indikator Kinerja Satuan
Realisasi
2014
Realisasi
2015
Tahun 2016Target Akhir
RPJMD
2018
%
Capaian T
hd.Trgt Akhir
RPJMD
Target Realisasi
%
Capaian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
a. Indeks Pembangunan Gender (IPG)
- 91,89 92.21 68.81 NA NA 69,99 NA
b. Rasio kab./kota menuju Kota Layak Anak (KLA)
persen 85,71 88.57 94.3 94.3 94.3 100 94.3
c. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan
persen 2,57 4.11 2.4 4.21 175.42 2,32 181.47
d. Persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta
persen 97,42 95.89 94.65 95.79 101.20 95.82 99.97
Persentase Capaian SasaranStrategis 123.64 125.24
Capaian kinerja Sasaran Strategis: Meningkatnya keadilan
gender dan perlindungan anak, sebesar 123.64% atau kategori Sangat baik.
Secara umum capaian pada Indikator sasaran “meningkatnya
keadilan gender dan perlindungan anak” melebihi target.Dari ke empat
indikator satu diantaranya yaitu Indikator Indeks Pembangunan Gender
(IPG) pada Tahun 2016 belum terbit.
Realisasi Indikator Rasio Kab/kota menuju Kota Layak Anak pada
Tahun 2016 Sebesar 94.3 atau lebih tinggi dibandingkan dengan
pencapaian pada Tahun 2014 sebesar 85.71 dan pada Tahun 2015
sebesar 88.57 sedangkan apabila dibandingkan dengan Target Jangka
Menengah tercapai 94.3%.
12
Realisasi Persentase partisipasi perempuan di lembaga
pemerintahan pada Tahun 2016 Sebesar 4,21 atau lebih tinggi
dibandingkan dengan pencapaian pada Tahun 2014 sebesar 2,57 dan
pada pada Tahun 2015 sebesar 4.11 sedangkan apabila dibandingkan
dengan Target Jangka Menengah Tercapai 181.47%.
Realisasi Persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta
Tahun 2016 Sebesar 95.79 atau menurun dibandingkan dengan
pencapaian pada Tahun 2014 sebesar 97.42 dan Tahun 2015 sebesar
95.89 sedangkan apabila dibandingkan dengan Target Jangka Menengah
Tercapai 99.97%.
IPG Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 untuk Tingkat Nasional
berada pada peringkat ke-12, adapun peringkat 1 sampai dengan 5
meliputi 1) Provinsi Sumatra Barat, 2) Provinsi DKI Jakarta, 3) Provinsi
Sulawesi utara, 4) Provinsi DI Yogyakarta, 5) Provinsi Kepulauan Riau
sedangkan dibandingkan dengan Provinsi yang ada dipulau Jawa, Provinsi
Jawa Tengah menempati peringkat ke-3, adapun peringkat 1 sampai
dengan 5 meliputi 1) Provinsi DKI Jakarta 2) Provinsi DI Yogyakarta
3) Provinsi Jawa Tengah 4) Provinsi Banten 5) ProvinsiJawa Timur.
Program Pendukung dalam upaya pencapaian pada indikator
sasaran “meningkatnya keadilan gender dan perlindungan anak” adalah :
a. Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Perempuan dan
Anak.
b. Program Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak.
c. Program Peningkatan Peran Serta Anak dan Kesetaraan Gender
dalam Pembangunan.
Anggaran pendukung yang dialokasikan dalam upaya
pencapaian pada indikator sasaran “meningkatnya keadilan gender dan
perlindungan anak” sebesar Rp. 2.155.587.000; terealisasi sebesar
Rp. 2.124.645.910; (98.56%) dengan demikian terdapat efisiensi anggaran
sebesar Rp. 30.941.090; (1.44%).
13
Hambatan dan Kendala yang dihadapi dalam pencapaian pada
indikator sasaran “meningkatnya keadilan gender dan perlindungan anak”
adalah :
a. Tingginya kesenjangan ekonomi antara perempuan dan laki-laki yang
perlu didukung OPD lintas sektor dan stakeholders terkait;
b. Belum seluruh kabupaten/kota menuju Kabupaten/Kota Layak Anak,
serta memenuhi hak dan perlindungan anak sesuai indikator KLA;
Upaya dan solusi dalam mengatasi hambatan dalam
pencapaianpada indikator sasaran “meningkatnya keadilan gender dan
perlindungan anak” adalah :
a. Peningkatan produktivitas ekonomi dan peningkatan kapasitas bagi
perempuan melalui pemberdayaan perempuan kepala keluarga,
pengembangan dan penguatan jaringan perempuan usaha kecil,
pemberdayaan ekonomi perempuan berbasis sumber daya lokal dan
pelatihan kewirausahaan bagi perempuan;
b. Mendorong, mengadvokasi dan mengembangkan Kabupaten/Kota
Menuju Kabupaten/Kota Layak Anak dan pencapaian indikator KLA
serta mengembangkan pada Desa/Kelurahan Ramah Anak.
2. Sasaran Strategis : Meningkatnya Kualitas Hidup serta Perlindungan
Terhadap Perempuan dan Anak Termasuk Anak Berkebutuhan
Khusus, dengan hasil pengukuran kinerja sasaran tersebut adalah
sebagai berikut :
14
Capaian Kinerja Sasaran StrategisMeningkatnya Kualitas Hidup serta Perlindungan terhadap Perempuan
dan Anak termasuk Anak Berkebutuhan Khusus
No Indikator Kinerja
Satuan
Real.2014
Real.2015
Tahun 2016
Target Akhir
RPJMDTh.2018
%Capaian T
hd.Trgt
Akhir
RPJMD
Target Real
%Capaian
(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)1. Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG)
- 74.46 74.80 70.99 NA NA 71.99
2. Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT ) pada Perempuan dan Anak
persen 0.009 0.012 0.022 0.014 (Data
sampai dengan
bulan Novem
ber 2016)
157.14 0,017 121.42
Persentase Capaian SasaranStrategis 157.14 121.42
Capaian kinerja Sasaran Strategis : Meningkatnya kualitas
hidup serta perlindungan terhadap perempuan dan anak termasuk anak
berkebutuhan khusus, sebesar 157.14% atau kategori Sangat BaikSecara umum capaian pada Indikator sasaran Meningkatnya
Kualitas Hidup serta Perlindungan terhadap Perempuan dan Anak
termasuk Anak Berkebutuhan Khusus melebihi target. Dari Ke dua
indikator satu diantaranya yaitu Indikator Indeks Pemberdayaan Gender
(IDG) pada Tahun 2016 belum dirilis oleh BPS dan Kementerian PPPA.
Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada
Perempuan dan Anak pada Tahun 2016 sebesar 0.014 atau lebih banyak
dibandingkan dengan pencapaian pada Tahun 2014 sebesar 0,009 dan
lebih banyak dibandingkan pada Tahun 2015 sebesar 0.012 sedangkan
apabila dibandingkan dengan Target Jangka Menengah lebih sedikit
korban yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau dengan kata
lain tercapai 121.42%.
IDG Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 untuk Tingkat Nasional
berada pada peringkat ke- 4 adapun peringkat 1 – 5 meliputi 1) Kalimantan
Tengah, 2) Maluku, 3) Sulawesi Utara, 4) Jawa Tengah, 5) Provinsi Riau
15
sedangkan dibandingkan dengan Provinsi yang ada dipulau Jawa, Provinsi
Jawa Tengah menempati peringkat ke- 1 adapun peringkat 1 – 5 meliputi
1) Jawa Tengah 2) DKI Jakarta 3) Jawa Barat 4) DI Yogyakarta 5) Jawa
Timur.
Program Pendukung dalam upaya pencapaian pada indikator
sasaran Meningkatnya keadilan gender dan perlindungan anakadalah :
1) Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan
dan Anak;
2) Peningkatan peran serta anak dan kesetaraan gender dalam
pembangunan ;
Anggaran pendukung yang dialokasikan dalam upaya
pencapaian pada indikator sasaran Meningkatnya kualitas hidup serta
perlindungan terhadap perempuan dan anak termasuk anak berkebutuhan
khusus sebesar Rp. 2.564.737.000; terealisasi sebesar Rp.
2.536.309.800; (98.89%) dengan demikian terdapat efisiensi anggaran
sebesar Rp. 28.427.200,- (1.11%) dari pagu anggaran yang ditetepkan.
Hambatan dan Kendala yang dihadapi dalam pencapaian pada
indikator sasaran Meningkatnya keadilan gender dan perlindungan anak
adalah :
a. Tingginya jumlah korban kekerasan terhadap perempuan dan anak
dengan meningkatnya kasus KDRT pada perempuan dan kekerasan
seksual pada anak;
b. Terbatasnya jumlah tenaga layanan terlatih dan sarana dan prasarana
pelayanan terpadu provinsi dan kabupaten/kota;
c. Belum optimalnya penanganan/perlindungan bagi perempuan
kelompok rentan sebagai upaya pengurangan risiko;
d. Lemahnya kinerja dan jejaring lembaga masyarakat serta partisipasi
masyarakat dalam perlindungan perempuan dan anak.
Upaya dan Solusi dalam mengatasi hambatan dalam
pencapaian pada indikator sasaran Meningkatnya kualitas hidup serta
perlindungan terhadap perempuan dan anak termasuk anak
berkebutuhan khusus adalah :
16
a. Melakukan upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan
anak melalui sosialisasi, media KIE, penyusunan kebijakan
perlindungan perempuan dan anak, serta mendorong pembentukan
dan penguatan kelompok perlindungan perempuan dan anak di tingkat
desa/kelurahan.
b. Melakukan pemberdayaan perempuan melalui peningkatan produktivitas
ekonomi perempuan, peningkatan pemahaman pendidikan politik dan
advokasi kader organisasi perempuan dalam proses pengambilan
keputusan.
c. Peningkatan kualitas layanan Terpadu Korban Kekerasan melalui pelatihan tenaga pelayanan pengaduan dan petugas bantuan hukum.
3. Sasaran Strategis: Meningkatnya Keterwakilan Perempuan Dalam
Politik, dengan hasil pengukuran kinerja sasaran tersebut adalah
sebagai berikut :
Capaian Kinerja Sasaran StrategisMeningkatnya keterwakilan perempuan dalam politik
No Indikator Kinerja
Satuan
Real.2014
Real.2015
Tahun 2016Target Akhir RPJM
DTh
.2018
%Capaian
Thd.Trgt Akhir
RPJMDTarget Real.
%Capaia
n(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)1. Persentase
keterwakilan perempuan dalam parlemen
persen 21 24 30 24 80 30 80
Secara umum capaian pada Indikator Meningkatnya
keterwakilan perempuan dalam politik belum sesuai target.
Persentase keterwakilan perempuan dalam parlemen pada Tahun
2015 sebesar 24% atau 80% dari target yang telah ditetapkan yaitu 30%
keterwakilan perempuan di parlemen. Persentase Keterwakilan
Perempuan dalam parlemen di Provinsi Jawa Tengah (24%) lebih dari
pada Nasional (17,32%).
Program Pendukung dalam upaya pencapaian pada indikator
sasaran Meningkatnya keterwakilan perempuan dalam politik adalah
17
Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Perempuan dan
Anak terutama pada Kegiatan Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam
Lembaga-Lembaga Pengambilan Keputusan.
Anggaran pendukung yang dialokasikan dalam upaya
pencapaian pada indikator sasaran Meningkatnya keterwakilan
perempuan dalam politik sebesar Rp. 325.615.000; terealisasi sebesar
Rp. 325.615.000; (100%).
Hambatan dan Kendala yang dihadapi dalam pencapaian pada
indikator sasaran Meningkatnya keterwakilan perempuan dalam politik
karena rendahnya SDM perempuan, pemilih terutama pemilih perempuan
belum sepenuhnya memilih calon perempuan.
Upaya dan Solusi dalam mengatasi hambatan dalam
pencapaian pada indikator sasaran Meningkatnya keterwakilan
perempuan dalam politik adalah Mendorong keterlibatan perempuan
dalam pengambilan kebijakan pada bidang pembangunan serta
peningkatan pengetahuan dan wawasan politik sebagai calon legislatif
dan pemilih yang cerdas.
4. Sasaran Strategis : Menurunnya Drop out dan Unmet Need serta
Meningkatnya peserta KB Aktif/ Contraceptive Prevalence Rate (CPR),
dengan hasil pengukuran kinerja sasaran tersebut adalah sebagai
berikut :
Capaian Kinerja Sasaran StrategisMenurunnya Drop out dan Unmet Need serta Meningkatnya peserta KB
Aktif/ Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
18
No Indikator Kinerja Satuan Real.2014
Real.2015
Tahun 2016 Target Akhir
RPJMDTh.
2018
%Capaia
n T
hd.Trgt Akhir
RPJMD
Target Real.
%Capaian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)1. Persentase Drop
out Peserta KBpersen 15,02 13,99 14 NA - 13,50 -
2Persentase Unmet Need
persen 10,56 10,48 9.5 9.95 95.48 9,00 90.45
3 Persentase Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
persen 78,57 78,24 79 78.64 99.54 80,00 98.30
4 Persentase usia perkawinan perempuan Pasangan Usia Subur kurang dari 20 Th
persen 2,42 2,42 2.19 1.05 208.57 2,17 206.67
Persentase Capaian SasaranStrategis 134.53 131.80
Capaian kinerja Sasaran Strategis: Menurunnya Drop out dan Unmet
Need serta Meningkatnya peserta KB Aktif/ Contraceptive Prevalence Rate
(CPR), hasilnya sebesar 134.53% atau sangat Baik.
Secara umum capaian pada Indikator sasaran Menurunnya
Drop out dan Unmet Need serta Meningkatnya peserta KB Aktif/
Contraceptive Prevalence Rate (CPR) dipengaruhi oleh :
1. Presentase Unmetneed pada Tahun 2016 sebesar 9.95% atau lebih baik
dibandingkan dengan pencapaian pada Tahun 2014 sebesar 10.56%
dan lebih baik dibandingkan pada Tahun 2015 sebesar 10.48%
sedangkan apabila dibandingkan dengan Target Jangka Menengah
tercapai 90.45%.
2.Presentase Contraceptive Prevalence Rate (CPR) pada Tahun 2016
sebesar 78.64% atau lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian pada
Tahun 2014 sebesar 78.57% dan lebih tinggi dibandingkan pada Tahun
2015 sebesar 78.24% sedangkan apabila dibandingkan dengan Target
Jangka Menengah tercapai 98.30%.
3. Presentase Usia perkawinan perempuan Pasangan Usia Subur (PUS)
kurang dari 20 tahun pada Tahun 2016 sebesar 1.05 atau lebih baik
dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014 dan 2015 sebesar 2.42
19
adapun bila dibandingkan dengan Target Jangka Menengah tercapai
206.6%
Program Pendukung dalam upaya pencapaian pada indikator
sasaran Menurunnya Drop out dan Unmet Need serta Meningkatnya
peserta KB Aktif/ Contraceptive Prevalence Rate (CPR) adalah :
1) Program Pelayanan Keluarga Berencana;
2) Program Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR);
3) Program Pengembangan Model Operasional BKB, Posyandu dan
PAUD;
4) Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam Pelayanan KB
Mandiri;
5) Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Melalui Kelompok
Bina Keluarga dan Bina Balita.
Anggaran pendukung yang dialokasikan dalam upaya
pencapaian pada indikator sasaran Menurunnya Drop out dan Unmet
Need serta Meningkatnya peserta KB Aktif/ Contraceptive Prevalence
Rate (CPR) sebesar Rp. 5.707.624.000; terealisasi sebesar
Rp. 5.646.908.620; (98.94%) dengan demikian terdapat efisiensi anggaran
sebesar Rp. 60.715.380; (1.04%) dari pagu anggaran yang ditetapkan.
Hambatan dan Kendala yang dihadapi dalam pencapaian pada
indikator sasaran Menurunnya Drop out dan Unmet Need serta
Meningkatnya peserta KB Aktif/ Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
adalah :
a. Rendahnya kesertaan KB yang menggunakan alat kontrasepsi MKJP;
b. Semakin berkurangnya jumlah tenaga penyuluh lapangan keluarga
berencana (PLKB/PKB) di kabupaten/kota
c. Belum optimalnya advokasi dan komunikasi, informasi, edukasi (KIE)
penggerakan program keluarga berencana (KB) guna peningkatan
kesertaan keluarga berencana (KB);
d. Belum optimalnya peran organisasi masyarakat dan jejaring
kelembagaan keluarga berencana dalam mendukung penggerakan
program keluarga berencana.
20
Upaya dan Solusi dalam mengatasi hambatan dalam
pencapaian pada indikator sasaran Menurunnya Drop out dan Unmet
Need serta Meningkatnya peserta KB Aktif/ Contraceptive Prevalence
Rate (CPR) adalah :
a. Penyediaan kebijakan teknis perencanaan pengendalian kuantitas
penduduk secara tepat sasaran;
b. Peningkatan pemahaman dan informasi masyarakat tentang program
KB yang dikarenakan semakin berkurangnya tenaga penyuluh
lapangan keluarga berencana (PLKB) dan belum optimalnya
komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat;
c. Peningkatan penggunaan alat kontrasepsi Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) sehingga berkontribusi pada menurunnya angka Drop
Out KB;
d. Peningkatan peran serta organisasi masyarakat, tokoh masyarakat dan
tokoh agama dalam mendukung program KB;
e. Peningkatan kerjasama dengan mitra kerja dan institusi masyarakat
dalam mendukung program KB.
21
Realisasi AnggaranDalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BP3AKB Provinsi Jawa Tengahpada tahun anggaran 2016
di dukung angaran bersumber dari APBD sebesar Rp 22.943.858.000; dengan rincian sebagai berikut :
A. Belanja Tidak Langsung : Rp. 10.347.532.000;
B. Belanja Langsung : Rp. 12.596.326.000;
Penggunaan anggaran tersebut apabila diperinci dalam mendukung pencapaian sasaran adalah sebagai berikut :
Sasaran Program/Keg Anggaran Realisasi %Realisasi Anggaran Realisasi %Realisasi
2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Meningkatnya keadilan gender danperlindungan anak
1. Program Keseraian Peningkatan kualitas perempuan dan anak
2. Program Kelembagaan Pengarustamaan Gender dan Anak
3. Program Peningkatan Peran Serta Anak dan Kesetaraan Gender Dalam Pembangunan.
Rp. 802.000.000
Rp. 1.165.106.000
Rp. 859.307.000
Rp. 773.600.500
Rp. 1.148.725.000
Rp. 858.054.800
96.46%
98.59%
99.85%
Rp. 523.765.000
Rp. 856.847.000
Rp. 774.975.000
Rp. 516.079.960
Rp. 835.060.450
Rp. 773.585.500
98.53%
97.46%
99.82%
22
Sasaran Program/Keg Anggaran Realisasi %Realisasi Anggaran Realisasi %Realisasi
2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5)
2. Meningkatnya Kualitas Hidup serta Perlindungan terhadap Perempuan dan Anak termasuk Anak Berkebutuhan Khusus
1. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak
2. Peningkatan peran serta anak dan kesetaraan gender dalam pembangunan
Rp. 802.000.000
Rp. 859.307.000
Rp. 773.600.500
Rp. 858.054.800
96.46%
99.85%
Rp. 1.789.762.000
Rp. 774.975.000
Rp. 1.762.724.300
Rp. 773.585.500
98.49%
99.82%
3. Meningkatnya keterwakilan perempuan dalam politik
Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Perempuan dan Anak terutama pada :kegiatan Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam Lembaga - Lembaga Pengambilan Keputusan
Rp. 447.000.000 Rp. 428.360.000 95.83% Rp. 325.615.000 Rp. 325.615.000 100%
23
Sasaran Program/Keg Anggaran Realisasi %Realisasi Anggaran Realisasi %Realisasi
2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5)
4. Menurunnya Drop out dan Unmet Need serta Meningkatnya peserta KB Aktif/ Contraceptive Prevalence Rate (CPR)
1. Program Pelayanan Keluarga Berencana
2. Program Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
3. Program Pengembangan Model Operasional BKB, Posyandu dan PAUD;
4. Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam Pelayanan KB Mandiri;
5. Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Melalui Kelompok Bina Keluarga dan Bina Balita.
Rp. 3.696.015.000
Rp. 253.650.000
Rp. 218.970.000
Rp. 95.985.000
Rp. 708.935.000
Rp. 3.665.408.550
Rp. 238.540.000
Rp. 216.644.500
Rp. 94.585.000
Rp. 707.491.300
99.17%
94.04%
98.94%
98.94%
99.80%
Rp. 3.941.534.000
Rp. 94.780.000
Rp. 167.385.000
Rp. 369.482.000
Rp. 1.134.443.000
Rp. 3.913.789.620
Rp. 90.420.000
Rp. 160.050.000
Rp. 369.482.000
Rp. 1.113.167.000
99.30%
95.40%
95.62%
100%
98.12%
24
BAB IVP E N U T U P
A. Tinjauan Umum Capaian Kinerja
Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengahsebagai Lembaga teknis
daerah yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Pemberdayaan Perempuan,
Perlindungan Anak, Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, agar
pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut berjalan secara optimal maka
diperlukan pengelolaan SDM, sumber dana dan sarana secara efektif
dan efisien.
Memperhatikan uraian dan beberapa data tersebut di atas,
maka dapat dikatakan bahwa BP3AKB Provinsi Jawa Tengah berhasil
dalam melaksanakan tugasnya, karena rata rata target sasaran yang
telah ditetapkan dicapai dengan ketegori Sangat Baik . Hal tersebut
didukung dengan data sebagai berikut :
Hasil Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) dicapai 121.64% yaitu 3
sasaran kategori sangat baik dan 1 sasaran pada kategori baik, dengan
rincian:
1. Sasaran Meningkatnya Keadilan Gender dan Perlindungan Anak,
dengan hasil pengukuran kinerja sebesar 123.64% Kategori Sangat
Baik;
2. Meningkatnya Kualitas Hidup serta Perlindungan Terhadap
Perempuan dan Anak Termasuk Anak Berkebutuhan Khusus
sebesar 157.14% Kategori Sangat Baik;
3. Sasaran Menurunnya Drop out dan Unmet Need serta Meningkatnya
peserta KB Aktif/ Contraceptive Prevalence Rate (CPR) sebesar
134.53%.
4. Sasaran Meningkatnya keterwakilan perempuan dalam politik
sebesar 80% Kategori Baik;
25
Pada Tahun 2016 diperoleh penghargaan Anugerah Parahita
Eka Praya (APE) tingkat Mentor merupakan penghargaan dalam upaya
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang tertinggi dan
berhak menjadi mentor mewakili pemerintah pusat bagi provinsi
lainnya. Selain itu Bapak Gubernur Jawa Tengah mendapatkan
penghargaan ”Her For She” yaitu penghargaan bagi pejabat publik
yang komitmen dan peduli pada pemberdayaan dan perlindungan
perempuan. Penghargaan tersebut diberikan kepada Gubernur Jawa
tengah sebagai satu-satunya gubernur yang menerima penghargaan
tersebut. Selain Gubernur Jawa Tengah, penghargaan diberikan juga
kepada Menteri Dalam Negeri dan Walikota Bandung.
B. Strategi untuk Peningkatan Kinerja di Masa Datang :1. Pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, politik, hukum dan
sosial melalui peningkatan produktivitas ekonomi perempuan dan
peningkatan partisipasi perempuan dalam lembaga pengambil
keputusan;
2. Peningkatan pemenuhan hak dan perlindungan anak dengan
mendorong pemenuhan hak dan perlindungan anak di
kabupaten/kota melalui pencapaian indikator KLA;
3. Pengembangan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan
anak melalui penyusunan kebijakan perlindungan perempuan dan
anak, optimalisasi media KIE, advokasi dan sosialisasi, penguatan
kinerja dan jejaring lembaga masyarakat, serta mendorong
pembentukan dan penguatan kelompok perlindungan perempuan
dan anak di tingkat desa/kelurahan;
4. Penguatan kelembagaan pelayanan terpadu perlindungan
perempuan dan anak melalui peningkatan kapasitas tenaga
layanan dan sarana prasarana;
5. Pengurangan risiko kelompok rentan perempuan dan anak;
6. Pengembangan sistem data dan informasi gender dan anak;
26
7. Penguatan dan pengembangan organisasi/lembaga masyarakat,
forum anak, perguruan tinggi, dunia usaha dan media massa
dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
8. Pengembangan kebijakan perencanaan pengendalian kuantitas
penduduk dan keluarga berencana;
9. Peningkatan kesertaan KB melalui peningkatan pemakaian alat
kontrasepsi MKJP dan optimalisasi penggerakan bersama mitra
kerja dan KIE;
10. Peningkatan kapasitas PPKBD dalam mendukung penyuluhan
program KB dikarenakan keterbatasan jumlah PLKB;
11. Pemberian dukungan biaya transport bagi akseptor KB dari
keluarga pra keluarga sejahtera dan keluarga sejahtera 1 dan
optimalisasi informasi program KB kepada masyarakat.
Demikian laporan akuntabilitas kinerja Instansi pemerintah
Tahun 2016 BP3AKB Provinsi Jawa Tengah semoga dapat menjadi
bahan pertimbangan/evaluasi untuk kinerja kegiatan yang akan datang.
27