blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau...

116
Mengenal Pajak Penghasilan (PPh) A. Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pajak merupakan iuran wajib yang dibayarkan Wajib Pajak kepada kas Negara. Pajak dibedakan menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung. Salah satu contoh pajak langsung adalah pajak penghasilan. Artinya pajak penghasilan tersebut menjadi beban atau tanggungan Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak boleh dilimpahkan kepada pihak lain. Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan secara progresif, proposional, atau regresif. 2. Jenis-jenis pajak penghasilan a. Pasal 21 dan pasal 26 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan pasal 26 UU No 17 tahun 2000. b. PPh pasal 22 adalah Pajak Penghasilan (PPh) yang dipungut oleh Bendahara Pemerintah sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang; bea cukai sehubungan dengan impor barang; badan usaha tertentu karena memproduksi Wajib Pajak badan usaha sehubungan dengan barang-barang tertentu; penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Transcript of blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau...

Page 1: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Mengenal Pajak Penghasilan (PPh)

A. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak merupakan iuran wajib yang dibayarkan Wajib Pajak kepada kas

Negara. Pajak dibedakan menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung.

Salah satu contoh pajak langsung adalah pajak penghasilan. Artinya pajak

penghasilan tersebut menjadi beban atau tanggungan Wajib Pajak yang

bersangkutan dan tidak boleh dilimpahkan kepada pihak lain.

Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan

perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa

diberlakukan secara progresif, proposional, atau regresif.

2. Jenis-jenis pajak penghasilan

a. Pasal 21 dan pasal 26 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam

bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan

kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana

dimaksud dalam pasal 21 dan pasal 26 UU No 17 tahun 2000.

b. PPh pasal 22 adalah Pajak Penghasilan (PPh) yang dipungut oleh

Bendahara Pemerintah sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan

barang; bea cukai sehubungan dengan impor barang; badan usaha tertentu

karena memproduksi Wajib Pajak badan usaha sehubungan dengan

barang-barang tertentu; penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

c. PPh pasal 23 adalah pajak penghasilan (PPh) adalah pajak penghasilan

(PPh) yang dipotong oleh Badan Pemerintah, subyek pajak dalam negeri,

penyelenggara kegiatan, BUT atau orang pribadi yang ditunjuk sebagai

pemotong PPh atas penghasilan bunga selain bunga dari bank, dividen,

royalty, sewa selain tanah dan /atau bangunan, imbalan atas jasa tertentu,

serta jasa lain yang diatur dengan peraturan menteri keuangan.

d. PPh pasal 24 adalah pajak penghasilan (PPh) yang dibayar atau terutang

di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak dalam negeri.

e. PPh pasal 25 adalah besarnya angsuran PPh yang harus dibayar sendiri

oleh Wajib Pajak setiap bulan dalam tahun pajak berjalan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 25 UU PPh.

Page 2: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

f. PPh pasal 26 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang

bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar

negeri (baik orang pribadi atau badan) selain Badan Usaha Tetap (BUT).

3. Subyek pajak penghasilan

Subyek pajak penghasilan adalah sebagai berikut:

a. Orang pribadi atau perseorangan

Subyek pajak orang pribadi ini dibedakan menjadi dua yaitu sebagai

berikut:

1) Subyek pajak orang pribadi dalam negeri adalah orang pribadi yang

bertempat tinggal di Indonesia.

2) Subyek pajak orang pribadi luar negeri adalah orang yang bertempat

tinggal di Indonesia atau barada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari

dalam jangka waktu 12 bulan, yang penerima atau memperoleh

penghasilan dari Indonesia atau menjalankan usaha di Indonesia.

b. Warisan yang belum diterbagi

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak hanya akan menjadi Wajib Pajak apabila warisan tersebut

memberikan penghasilan.

c. Badan usaha tetap (BUT)

Badan usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan

usaha tau melakukan kegiatan di Indonesia. Misalnya tempat kedudukan

manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, gedung kantor,

pabrik, bengkel, pertambangan, dan lain-lain.

4. Wajib Pajak Penghasilan

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban

subjektif dan obyektif. Sesuai dengan System Self Assessment maka Wajib

Pajak mempunyak kewajiban untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan dan pengamatan Potensi Perpajakan

(KP4)/Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)

yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan Wajib Pajak atau

diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana yang

merupakan tanda pengenal atau Identitas bagi setiap Wajib Pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan. Untuk

memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada KPP, atau

Page 3: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

KP4/KP2KP dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan

persyaratan administrasi yang diperlukan atau dapat pula mendaftarkan diri

secara online melalui e-registration.

5. Pendaftaran NPWP

NPWP adalah singkatan dari Nomor Pokok Wajib Pajak, merupakan identitas

WP (Wajib Pajak) dalam system administrasi perpajakan yang dipergunakan

dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan WP. NPWP terdiri dari

15 (lima belas) digit dimana 9 (Sembilan) digit pertama menunjukkan kode

spesifik WP, 3 (tiga) digit beriktunya menunjukkan kode KPP (kantor

Pelayanan Pajak), sementara 3 (tiga) digit terakhri adalah kode cabang WP.

Disamping melalui KPP atau KP4/KP2KP, pendaftaran NPWP juga dapat

dilakukan melalui e-register, yaitu suatu cara pendaftaran NPWP melalui

media elektronik online (internet).

a. Fungsi NPWP

1) Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan

2) Sebagai identitas Wajib Pajak

3) Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan

administrasi perpajakan

4) Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan.

b. Syarat-syarat pendaftaran Wajib Pajak

1) Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau

pekerjaan bebas (misalnya karyawan), dokumen yang diperlukan

hanya berupa fotocopi KTP yang masih berlaku atau paspor ditambah

surat pernyataan tempat tinggal/domisili dari yang bersangkutan

khusus bagi orang asing.

Untuk Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyai kegiatan usaha,

persyaratannya selain fotokopi KTP juga ditambah dengan surat

pernyataan tempat kegiatan usaha atau usaha pekerjaan bebas dari

Wajib Pajak, bentuk surat pernyataan telah ditentukan oleh Direktorat

Jenderal Pajak.

2) Bagi Wajib Pajak badan, dokumen yang diperlukan antara lain:

a) Fotocopi akte pendirian dan perubahan atau surat keterangan

penunjukan dari kantor pusta bagi bentuk usaha tetap.

b) Fotokopi KTP yang masih berlaku atau paspor ditambah surat

pernyataan tempat tinggal/domisili dari yang bersangkutan khusus

bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif fotokopi KTP

pengurus.

Page 4: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

c) Surat pernyataan tempat kegiatan usaha dari salah seorang

pengurus aktif. Bentuk surat pernyatan telah ditentukan oleh

direktorat jenderal pajak.

3) Bagi Wajib Pajak Bendahara yang diperlukan antara lain sebagai

berikut:

a) Fotokopi surat penunjukan sebagai bendahara.

b) Fotokopi KTP bendahara.

Keterangan Wajib Pajak diberikan Surat Keterangan Terdaftar (SKT)

dan kartu NPWP paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah diterimanya

permohonan secara lengkap. Perlu diketahui masyarakat bahwa untuk

pengurusan NPWP tersebut diatas tidak dipungut biaya apapun.

6. Objek pajak penghasilan

Objek pajak penghasilan antara lain sebagai berikut:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima.

b. Hadiah dari undian atau kegiatan dan penghargaan dari suatu prestasi.

c. Laba usaha

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta.

e. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

sebagai biaya.

f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan

pengembalian piutang.

g. Dividen, dengan nama dan bentuk apapun.

h. Royalty, yaitu imbalan sehubungan penggunaan hak atas harta berwujud

dan tidak berwujud serta informasi.

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, baik

harta bergerak maupun harta tak bergerak.

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berskala.

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai jumlah tertentu

yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang.

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

n. Premi asuransi.

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya.

p. Tambahan kekayaan neto dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

Page 5: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

7. Pengecualian objek pajak penghasilan

Tambahan kemampuan ekonomis yang tidak termasuk sebagai obyek pajak

penghasilan sebagai berikut:

a. Bantuan dan sumbangan termasuk zakat.

b. Warisan

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima badan, sebagai pengganti

saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diperoleh dalam bentuk natura dari Wajib Pajak atau pemerintah.

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi dwiguna dan

asuransi beasiswa.

f. Dividen atau bagian laba diterima sebagai Wajib Pajak dalam negeri,

koperasi, yayasan atau organisasi sejenis.

g. Iuran yang diterima atau diperoleh badan dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan oleh menteri keuangan.

h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun yang

tujuannya untuk pengembangan dan pengumpulan dana untuk

pembayaran kembali kepada peserta pensiun di kemudian hari.

i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham.

j. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan dana reksa

selama 5 tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin

usaha.

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura,

berupa bagian laba dari badan usaha yang didirikan atau menjalankan

usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat sebagai berikut:

1) Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan

kegiatan usaha dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dalam

keputusan menteri keuangan.

2) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek Indonesia.

Page 6: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

B. Dokumen Transaksi Pemungutan/Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh)

1. Pengertian Bukti/Dokumen Pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan

(PPh)

Bukti pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan (PPh) adalah bukti

yang diterima Wajib Pajak atas PPh yang dipotong/dipungut dan disetorkan/

dibayarkan oleh pemotong/pemungut pajak.

2. Formulir-formulir yang digunakan dalam pemungutan/pemotongan pajak

penghasilan (PPh)

a. Bukti pemotongan PPh

Bukti pemotongan PPh adalah bukti yang diterima Wajib Pajak atas PPh

yang dipotong/dipungut dan disetorkan/dibayar oleh pemotong/pemungut

pajak.

b. Daftar Bukti Pemotongan PPh

c. Surat Setoran Pajak (SSP)

Surat Setoran Pajak (SSP) adalah formulir yang digunakan Wajib Pajak

untuk membayar atau menyetor pajak ke kas Negara melalui Bank

Persepsi atau Kantor Pos Persepsi.

d. Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah formulir yang digunakan Wajib Pajak

untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayarak pajak, obyek pajak,

bukan objek pajak, harta dan kewajiban.

e. Faktur pajak

f. Nota Retur

3. Otorisasi dokumen pemotongan/pemungutan pajak penghasilan (PPh)

Setiap potongan atas gaji dan upah karyawan selain dari pajak penghasilan

karyawan harus didasarkan atas surat potongan gaji dan upah yang diotorisasi

oleh fungsi kepegawaian. Setiap saat yang dipakai sebagai dasar penambahan

gaji dan upah karyawan harus diotorisasi oleh yang berwenang (Direktur

Utama dan Direktur Keuangan) agar data gaji dan upah yang tercantum dalam

daftar gaji dan upah dapat diandalkan. Di lain pihak, setiap pengurangan

terhadap penghasilan karyawan harus pula mendapat otorisasi dari yang

berwenang. Oleh karena itu, tidak setiap fungsi dapat melakukan pemotongan

atas gaji dan upah yang menjadi hak karyawan tanpa mendapat otorisasi dari

fungsi kepegawaian.

Page 7: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

C. Tarif Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan yang terutang merupakan hasil perkalian antara

Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pajak yang berlaku sesuai dengan pasal 17

Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan. Sebagaimana telah

diubah dengan Undang-undang No. 10 tahun 1994 dan terakhir dengan Undang-

undang No. 17 tahun 2000.

1. Tarif pajak yang ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak

orang pribadi dalam negeri.

Penghasilan Kena Pajak Tarif pajak

Sampai dengan Rp 25.000.000,00

Rp 25.000.000,00 s/d Rp 50.000.000,00

Rp 50.000.000,00 s/d Rp 100.000.000,00

Rp 100.000.000,00 s/d Rp 200.000.000,00

Di atas Rp 200.000.000,00

5%

10%

15%

25%

35%

2. Tarif pajak yang ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi wajip pajak

badan dalam negeri

Penghasilan Kena Pajak Tarif pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,00

Rp 50.000.000,00 s/d Rp 100.000.000,00

Di atas Rp 100.000.000,00

10%

15%

35%

a. Bila penghasilan istri tidak digabung

Penghasilan neto Rp 200.000.000,00

Penghasilan tidak kena pajak

(15.840.000,00 + 1.320.000,00+3(1.320.000,00) Rp 21.120.000,00 (-)

Penghasilan Kena Pajak Rp 178.880.000,00

Pajak penghasilkan

5% x Rp 25.000.000,00 = Rp 1.250.000,00

10% x Rp 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00

15% x Rp 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00

25% x Rp 78.000.000,00 = Rp 19.720.000,00 (+)

Jumlah pajak penghasilan (PPh) = Rp 30.970.000,00

b. Bila penghasilan istri digabung

Penghasilan neto suami Rp 200.000.000,00

Penghasilan neto istri Rp 60.000.000,00

Rp 260.000.000,00

Page 8: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Penghasilan tidak kena pajak

(21.120.000,00 + 15.840.000,00 Rp 36.960.000,00 (-)

Penghasilan Kena Pajak Rp 223.040.000,00

Pajak penghasilkan

5% x Rp 25.000.000,00 = Rp 1.250.000,00

10% x Rp 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00

15% x Rp 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00

25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

35% x Rp 23.000.000,00 = Rp 8.064.000,00(+)

Jumlah pajak penghasilan (PPh) Rp 44.314.000,00

Istri telah dipotong PPh pasal 21 Rp 1.350.000,00 (-)

Pajak yang masih harus dibayar Rp 42.964.000,00

c. Bila hidup terpisah dengan istrinya dengan perjanjian

Bila Tuan Faisal mengadakan perjanjian dengan istrinya untuk hidup

pisah harta dan penghasilan, maka beban pajak sebeesar 46.330.000,00

dibagi dua antara suami dan istri dengan perbandingan penghasilan neto,

sebagai berikut:

Istri

d. Bila hidup terpisah dengan keputusan hakim

Bila Tuan Faisal dengan istrinya hidup dengan pisah harta dan

penghasilan berdasarkan keputusan pengadilan, maka pajaknya akan

dihitung dan ditanggung sendiri-sendiri sebagai berikut:

Suami Istri

Penghasilan neto Rp 200.000.000,00 Rp 60.000.000,00

PTKP Rp 21.120.000,00 (-) Rp 15.840.000,00 (-)

Penghasilan Kena Pajak Rp 178.880.000,00 Rp 44.160.000,00

Contoh 1:

Page 9: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Tn. Ridho telah menikah dan mempunyai 3 putra. Selama tahun 2009

memperoleh Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 250.000.000,00

Perhitungan besarnya pajak terutang untuk tahun 2009 adalah sebagai berikut:

5% x Rp 25.000.000,00 = Rp 1.250.000,00

10% x Rp 25.000.000,00 = Rp 2.500.000,00

15% x Rp 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00

25% x Rp 100.000.000,00 = Rp 25.000.000,00

35% x Rp 50.000.000,00 = Rp 17.500.000,00(+)

Jumlah pajak terutang tahun 2009 = Rp 53.750.000,00

Contoh II:

CV Mutiara selama tahun 2009 memperoleh Penghasilan Kena Pajak sebesar

Rp 350.000.000,00

Perhitungan besarnya pajak terutang untuk tahun 2009 adalah sebagai berikut:

10% x Rp 50.000.000,00 = Rp 5.000.000,00

15% x Rp 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00

35% x Rp 250.000.000,00 = Rp 75.000.000,00 (+)

Jumlah pajak terutang 2009 = Rp 87.500.000,00

Ikhtisar Materi

1. Pajak merupakan iuran wajib yang dibayarkan Wajib Pajak kepada kas negara

2. Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan adalah pajak

yang dibebankan pada penghasilkan perorangan, perusahaan atau badan hukum

lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan progresif, proposional atau regresif.

3. Bukti pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan (PPh) adalah bukti yang

diterima Wajib Pajak atas PPh yang dipotong/dipungut dan disetorkan/

dibayarkan oleh pemotong/pemungut pajak.

4. Formulir-formulir yang digunakan dalam pemungutan/pemotongan pajak

penghasilan (PPh) antara lain bukti pemotongan PPh, daftar bukti pemotongan

PPh,Surat Pemberitahuan (SPT), faktur pajak, nota retur, dan lain-lain.

5. Setiap potongan atas gaji dan upah karyawan selain dari pajak penghasilan

karyawan harus didasarkan atas surat potongan gaji dan upah yang diotorisasi

oleh fungsi kepegawaian.

Page 10: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

UJI KOMPETENSI

A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan cara memberi tanda silang (X)

pada huruf a, b, c, d atau e!

1. Pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan

hukum lainnya disebut ….

a. Pajak penghasilan (PPh)

b. Pajak pertambahan nilai (PPN)

c. Pajak langsung

d. Pajak tidak langsung

e. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

2. Subyek pajak orang pribadi dalam negeri adalah ….

a. Orang yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak

lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang menerima atau

memperoleh penghasilan dari Indonesia atau menjalankan usaha di

Indonesia.

b. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia

c. Orang yang tinggal di Indonesia dengan kewarganegaraan negara lain

d. Orang pribadi yang tinggal di Indoensia yang menjadi pengusaha sukses.

e. Orang pribadi yang tinggal di Indonesia tetapi hanya untuk usaha

sedangkan kewarganegaraannya bukan Indonesia.

3. Berikut ini adalah bukan obyek pajak penghasilan adalah …

a. Hadiah undian berupa barang, kenikmatan perjalanan ke luar negeri

dengan cuma-Cuma

b. Tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh dari

warisan yang belum dibagi,

c. Utang yang dihapuskan oleh pihak debitur yang sudah melalui proses

peradilan

d. Penghasilan yang diperoleh karena hubungan kerja dengan kedutaan

negara asing dalam bentuk natura atau kenikmatan.

e. Dividen dengan nama atau bentuk apapun.

4. Bukti yang diterima Wajib Pajak atas PPh yang dipotong/dipungut dan

disetorkan/dibayarkan oleh pemotong/pemungut pajak disebut ….

a. Daftar bukti pemotongan/pemungutan PPh

b. Bukti/dokumen pemotongan/pemungutan PPh

c. Surat Pemberitahuan pajak (SPT)

Page 11: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

d. Surat setoran pajak (SSP)

e. Faktur pajak

5. Undang-undang terbaru yang mengatur tentang Pajak Penghasilan (PPh)

adalah …

a. Undang-undang No. 7 tahun 2000

b. Undang-undang No. 7 tahun 2001

c. Undang-undang No. 17 tahun 2000

d. Undang-undang No. 17 tahun 2001

e. Undang-undang No. 17 tahun 2003

6. Bentuk penghasilan yang berikut ini bukan merupakan pengecualian objek

pajak penghasilan yaitu: ….

a. Penghasilan bunga deposito di bank pemerintah

b. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, baik

harta bergerak maupun harta tak bergerak.

c. Penghasilan dari hasil undian

d. Penghasilan dari tabungan hari tua

e. Keuntungan selisih karena selisih kurs mata uang

7. Penghasilan berikut harus dimasukkan dalam perhitungan pajak yang

terutang akhir tahun, karena tidak dikenakan pajak penghasilan secara final,

yaitu ….

a. Keuntungan yang berasal dari penjualan kendaraan bermotor yang tidak d

ipergunakan untuk operasi.

b. Penghasilan dari hadiah perlombaan dan penghargaan

c. Bunga deposito/tabungan

d. Penghasilan yang berasal dari penyewaan dan pengalihan harta berupa

tanah dan bangunan

e. Penghasilan selisih penilaian kembali.

8. Berikut ini yang tidak diatur dalam hukum pajak formal adalah …

a. Tata cara atau prosedur penagihan pajak

b. Wewenang aparatur pajak

c. Kewajiban aparatur pajak

d. Subjek dan objek pajak

e. Sanksi administrasi dan sanksi pidana

9. Tanggal jatuh tempo pembayaran pajak penghasilan sebagaimana diatur

dalam pasal 21 UU no 17 tahun 2000 paling lambat ….

a. Tanggal 15 bulan takwin berikutnya setelah masa pajak berakhir

b. Tanggal 20 bulan takwin berikutnya setelah masa pajak berakhir

Page 12: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

c. Tanggal 10 bulan takwin berikutnya setelah masa pajak berakhir

d. Tanggal 15 bulan terjadinya pemungutan pajak

e. Tanggal 10 bulan terjadinya pemungutan pajak

10. Untuk menentukan penghasilan neto Wajib Pajak badan dari hal-hal berikut

yang tidak boleh dikurangkan terhadap penghasilan bruto ….

a. Penyusutan harga perolehan harta berwujud yang tidak dipergunakan

dalam perusahaan

b. Kerugian karena selisih kus mata uang asing

c. Biaya pelatihan

d. Gaji untuk para pengurus perseroan

e. Kerugian piutang tak tertagih

11. Tambahan kemampuan ekonomis berikut yang merupakan obyek pajak

penghasilan adalah ….

a. Diperoleh karena penghasilan warisan

b. Penerimaan santunan asuransi

c. Penggantian berkenaan dengan pekerjaan yang diterima dalam bentuk

makan dan minum di kantin /perusahaan

d. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari badan usaha

e. Bunga yang diterima oleh perseroan sebagai Wajib Pajak dalam negeri

dari perseroan dalam negeri lainnya.

12. Subyek pajak yang dikecualikan dari keharusan mendaftarkan diri untuk

memperoleh NPWP adalah ….

a. Orang pribadi bujangan yang penghasilannya sebesar Rp 8.640.000,00

b. Koperasi unit desa yang peredaran usahanya dibawah Rp 600.000.000,00

setahun

c. Orang pribadi yang penghasilannya semata-mata diperoleh dari hubungan

kerja dengan satu pemberi kerja jumlahnya di atas PTKP

d. Wajib Pajak yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari dari 12 bulan

berturut

e. Wajib Pajak yang tinggal/mempunyai niat tinggal di Indonesia untuk

selama-lamanya

13. Sanksi bagi setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan atau

menggunakan tanda hak NPWP, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada

pendapatan negara adalah….

a. Dipidanakan dengan penjara paling lama 6 tahun dan denda paling tinggi

4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar

Page 13: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

b. Dipidanakan dengan penjara paling lama 6 tahun dan denda paling tinggi

2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar

c. Dipidanakan dengan penjara paling lama 5 tahun dan denda paling tinggi

4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar

d. Dipidanakan dengan penjara paling lama 4 tahun dan denda paling tinggi

2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar

e. Dipidanakan dengan penjara paling lama 4 tahun dan denda paling tinggi

4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar

14. Penggunaan norma perhitungan dalam menghitung PPh diperkenankan

kepada …

a. Setiap Wajib Pajak dalam negeri maupun luar negeri

b. Wajib Pajak dalam negeri yang wajib melakukan pembukuan

c. Wajib Pajak yang mempunyai peredaran atau penerimaan bruto

Rp600.000.000,00 ke atas

d. Wajib Pajak yang diperbolehkan tidak melakukan pembukuan, tetapi

wajib melakukan pencatatan karena total penjualannya tidak lebih dari

600.000.000,00

e. Setiap Wajib Pajak badan luar negeri.

15. Tarif pajak yang ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak

orang pribadi dalam negeri yang penghasilannya antara Rp 50.000.000,00 –

Rp 100.000.000,00 adalah

a. 10%

b. 5%

c. 15%

d. 20%

e. 25%

16. Orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subyektif dan

obyektif disebut …

a. Subyek pajak

b. Wajib Pajak

c. Obyek pajak

d. Tarif pajak

e. Wajib Pajak dalam negeri

17. Berikut merupakan penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21,

kecuali ….

a. Pegawai tetap

b. Pejabat negara

Page 14: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

c. Penerima pensiun

d. Penerima honorarium

e. Penerima royalti

18. Bukti penerimaan surat (BPS) yang dihasilkan dari menu penerimaan SPT

untuk disampaikan kepada Wajib Pajak disebut …

a. Perekaman SPT

b. Media digital

c. Tempat pelayanan terpadu

d. Tanda terima SPT

e. Pengolahan SPT

19. Sistem perpajakan yang memberi kepercayaan dan tanggungjawab kepada

masyarakat Wajib Pajak (penerima penghasilan) untuk menghitung,

membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang harus dibayar,

termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian kepercayaan dan

tanggungjawab kepada pemberi kerja untuk menghitung, memotong,

menyetor, dan melaporkan besarnya pajak yang harus dipotong dan disetor

atas penghasilan orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan

disebut …

a. Self assesment system

b. Sistem perpajakan

c. Praktik perpajakan

d. Peraturan perpajakan

e. Undang-undang perpajakan

20. Salah satu jenis pajak yang pengenaannya melalui Wiltholding Tax System

adalah ….

a. Pajak pertambahan nilai (PPN)

b. Pajak penghasilan pasal 22

c. Pajak penghasilan pasal 23

d. Pajak penghasilan pasal 21

e. Pajak penghasilan pasal 26

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar

1. Jelaskan yang dimaksud dengan obyek pajak penghasilan !

2. Apakah kewajiban pemotong pajak

3. Sebutkan 5 (lima) hal yang menjadi obyek pajak penghasilan

Page 15: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

4. Siapakah yang melakukan otorisasi bukti/dokumen pemotongan/pemungutan

pajak.

5. Sebutkan 5 (lima) ambahan ekonomis yang tidak termasuk sebagai obyek

pajak penghasilan!

6. Bagaimana perlakuan terhadap hasil pemotongan pajak?

7. Bagaimana perlakuan terhadap hasil pemotongan pajak yang dilaporkan ke

kantor pelayanan pajak (KKP)?

8. Apabila pajak yang terutang lebih besar dibandingkan dengan pajak yang

telah dipotong dan dilaporkan. Maka akan terjadi kekurangan pajak yang

terutang, bagaimana perlakuan terhadap pajak yang terutang tersebut?

9. Bagaimana perlakuan tarhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan

perpajakan?

10. Sebutkan besarnya tarif pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri!

C. Perbaikan

1. Apa yang dimaksud dengan pajak?

2. Jelaskan mengenai NPWP dan apa fungsinya?

3. Subyek orang pribadi dibedakan menjadi 2 (dua) sebutkan?

4. Sebutkan syarat-syarat pendaftaran Wajib Pajak!

5. Apakah setiap orang yang bekerja dikenakan pajak penghasilan?

Page 16: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN

PASAL 21

A. Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan alat yang digunakan oleh Wajib Pajak

dalam rangka melaporkan besarnya jumlah pajak yang dibebankan kepada Wajib

Pajak tersebut yang dilaporkan kepada pemerintah.

1. SPT Masa

SPT Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan

penghitungan dan atau pembayaran pajak terutang dalam suatu masa pajak

pada suatu saat.

2. SPT Tahunan

SPT Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak terutang dalam suatu

tahun pajak.

Batas waktu pemasukan suatu pemberitahuan pajak adalah sebagai berikut:

a. SPT Masa paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak.

b. SPT Tahunan paling lambat 3 bulan setelah akhir tahun pajak.

Fungsi SPT pajak penghasilan adalah sarana bagi Wajib Pajak untuk:

a. Melaporkan dan mempertangjawabkan perhitungan jumlah pajak

penghasilan yang sebenarnya terutang.

b. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaskanakan

sendiri dan atau dalam satu tahun pajak atau masa pajak atau bagian tahun

pajak.

c. Melaporkan tentang pembayaran dari pemotong atau pemungut pajak

yang dilakukan oleh pihak lain dalam satu masa pajak, SPT harus

diserahkan kepada Dirjen Pajak tepat pada waktuya agar tidak

mendapatkan sanksi pajak.

3. Batas waktu pembayaran dan pelaporan SPT masa dan SPT Tahunan

No Jenis SPT Batas Waktu Pembayaran

Batas Waktu Pelaporan

Masa1 PPh pasal 21/26 Tgl 10 bulan berikut

setelah masa pajak berakhir

20 hari setelah masa pajak berakhir

2 PPh pasal 25 Tgl 15 bulan berikut setelah masa pajak

20 setelah masa pajak berakhir

Page 17: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

berakhirTahunan 1 PPh orang pribadi Tgl 25 bulan ketiga

setelah berakhir tahun atau bagian tahun pajak

Akhir bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak

2 PBB 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT

3 BPHTB Dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak atas tanah dan atau bangunan

4. Fungsi SPT

a. Wajib Pajak PPh

Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan

penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk

melaporkan tentang:

1) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau

melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu tahun

pajak atau bagian tahun pajak.

2) Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan obyek pajak.

3) Harta dan kewajiban

4) Pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu)

masa pajak.

b. Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Sebagai sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan

jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan

tentang:

1) Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran

2) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri

oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang

ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

yang berlaku.

c. Pemotong/pemungut pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mem. Untuk pertanggungjawabkan

pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

B. Pajak Penghasilan Pasal 21

Page 18: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

PPh pasal 21 adalah pajak penghasilan sehubungan denan pekerjaan, jasa dan

kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri maupun

Wajib Pajak luar negeri berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan

pembajaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan

pekerjaan atau jabatan.

1. Penghasilan Bruto

Seperti pajak penghasilan yang lain, PPh pasal 21 yang terutang adalah hasil

perkalian Penghasilan Kena Pajak dengan tarif yang berlaku. Penghasilan

Kena Pajak (PKP) adalah penghasilan bruto dikurangi dengan pengurangan-

pengurangan yang diperbolehkan termasuk penghasilan tidak kena pajak

(PTKP).

Penghasilan bruto merupakan jumlah seluruh nilai uang dan unsur-unsur

penghasilan bruto lainnya. Untuk pegawai yang berstatus sebagai pegawai

tetap, maka penghasilan bruto meliputi: gaji, tunjangan-tunjangan, premi

asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja dan pemberian-pemberian lain yang

berupa uang.

2. Penghasilan neto

Besarnya penghasilan neto pegawai tetap, baik penghasilan tetap dengan gaji

bulanan, minggua, maupun gaji harian, ditentukan berdasarkan penghasilan

bruto, dikurangi dengan pengurangan-pengurangan yang diperbolehkan, yaitu

sebagai berikut:

a. Biaya jabatan yaitu biaya untuk mendapatkan menagih, dan pemelihara

penghasilan sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah maksimal

yang diperkenankan sejumlah Rp 1.296.000,00 setahun atau

Rp108.000,00 sebulan.

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana

pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan.

c. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada Badan

Penyelenggara Tabungan Hari Tua atau jaminan hari tua yang

pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan.

Pengurangan berupa biaya jabatan, iuranpensiun, dana iuran THT tersebut

tidak berlaku terhadap Wajib Pajak luar negeri, karena penghasilan yang

dikenakan pemotongan PPh pasal 26 Wajib Pajak luar negeri adalah

penghasilan bruto, tanpa ada pengurangan apapun termasuk penghasilan tidak

kena pajak (PTKP).

3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Page 19: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Penghasilan Kena Pajak (PKP) merupakan Wajib Pajak dalam negeri dan luar

penghitungan untuk menentukan besarnya pajak penghasilan yang terutang.

Bagi Wajib Pajak dalam negeri pada dasarnya terdapat dua cara untuk

menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak, yaitu:

a. Cara biasa (cara pembukuan)

b. Cara penghitungan dengan norma perhitungan

Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP), maka

penghasilan neto dikurangi penghasilan tidak kena pajak (PTKP) sesuai

dengan status dan jumlah tanggungan Wajib Pajak yang bersangkutan pada

awal tahun takwin.

4. Tarif pajak

Tarif pajak berguna untuk menentukan jumlah pajak penghasilan pasal 21

yang harus dipotong oleh pemotong pajak atau pemberi penghasilan. Tarif

pajak untuk Wajib Pajak dalam negeri dan Wajib Pajak badan dalam negeri

mempunyai ketentuan yang berbeda-beda. Berikut tarif pajak yang berlaku

dan cara penerapan:

a. Tarif pajak berdasarkan pasal 17 Undang-undang nomor 7 tahun 1983

tentang pajak penghasilan (PPh) sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Undang-undang no 17 tahun 2000,besarnya tarif pajak

penghasilan bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk badan usaha tetap

(BUT) adalah sebagai berikut:

1) Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif pajakSampai dengan Rp 25.000.000,00Rp 25.000.000,00 s/d Rp 50.000.000,00Rp 50.000.000,00 s/d Rp 100.000.000,00Rp 100.000.000,00 s/d 200.000.000,00Di atas Rp 200.000.000,00

5%10%15%25%35%

2) Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif pajakSampai dengan Rp 50.000.000,00Rp 50.000.000,00 s/d Rp 100.000.000,00Di atas Rp 100.000.000,00

10%15%30%

Tarif tersebut diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari:

1) Pegawai tetap termasuk pejabat Negara, pegawai negeri sipil, anggota

TNI/POLRI, pejabat negeri lainnya, pegawai badan usaha milik

Negara dan badan usaha milik daerah, anggota dewan komisaris atau

Page 20: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

dewan pengawas yang merangkap sebagai pegawai negeri tetap pada

perusahaan yang sama.

2) Penerimaan pensiun yang dibayarkan secara bulanan.

3) Distributor perusahaan multilevel atau direct selling dan kegiatan

sejenis.

Tenaga kerja (JAMSOSTEK) dipotong pajak penghasilan yang bersifat

final, dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Penghasilan bruto antara Rp 25.000.000,00 s/d Rp 50.000.000,-

sebesar 5%

2) Penghasilan bruto antara Rp 50.000.000,00 s/d Rp 100.000.000,-

sebesar 10%

3) Penghasilan bruto antara Rp 100.000.000,00 s/d Rp 200.000.000,-

sebesar 15%

4) penghasilan bruto diatas Rp 200.000.000,00 sebesar 25%

5) dikecualikan dari pemotongan pajak atas jumlah penghasilan brotu

sebesar Rp 25.000.000,00 atau kurang

b. tarif PPh pasal 26 sebesar 20% dan bersifat final diterapkan atas

penghasilan bruto yang diterima akan diperoleh sebagai imbalan atas

pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan orang pribadi dengan status

Wajib Pajak luar negeri, dengan memerhatikan ketentuan persetujuan

penghindaran pajak berganda yang berlaku antara republik Indonesia

dengan Negara domisili Wajib Pajak luar negeri tersebut.

5. Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21

a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.

b. Bendaharawan atau pemegang kas pemerintah baik pusat maupun dewasa.

c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan

badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua

atau jaminan hari tua.

d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta

badan yang membayar:

1) honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan

dengan jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi

dengan status subyek pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli

yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas

namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.

Page 21: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

2) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan

dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan

status subjek pajak luar negeri.

3) Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan,

dan magang.

e. Penyelenggara kegaitan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang

bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta

lembaga lainya yang menyelenggarakan kegian yang membayar

honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada

Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

6. Cara menghitung potongan PPh pasal 21

Pajak penghasilan pasal 21 yang terutang berdasarkan status pegawai (sebaga

pegawai tetap atau pegawai tidak tetap) serta system penggajiannya (bulanan,

mingguan, harian, satuan, atau borongan).

a. Perhitungan pemotongan PPh pasal 21 pegawai tetap

Besarnya penghasilan neto pegawai tetap ditentukan berdasarkan

penghasilan bruto dikurangi dengan:

1) Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan sebesar 5% dari penghasilan bruto

sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, dengan jumlah maksimum

yaitu diperkenankan sejumlah Rp 1.296.000,- atau Rp 108.000,00

sebulan. Biaya jabatan adalah biaya yang diberikan kepada setiap

pegawai tetap baik yang mempunyai jabatan maupun tidak.

2) Iuran yang tidak terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai

kepada dana pensium yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan atau badan penyelenggara tabungan hari tua yang

dipersamakan dengan dana pensium yang pendiriannya telah disahkan

oleh Menteri Keuangan.

3) Penghasilkan Kena Pajak (PKP) dihitung dengan cara penghasilan

netto dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak PPh pasal 17.

Contoh:

Romy, sudah menikah dan belum mempunyai anak, sebagai pegawai tetap

pada PT. Jaya memperoleh gaji Rp 2.000.000,- sebulan. Perusahaan

mengikuti program Jamsostek dan program tabungan hari tua, premi

jaminan kecelakaan 0,50% dari gaji. Priemi jaminan kematian 0,30% dari

gaji serta iuran jaminan hari tua 2% dari gaji. Perusahaan juga mengikuti

Page 22: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

program pensiun untuk pegawainya dan membayar iuran penting untuk

Romy Rp 40.000,- sedangkan Romy membayar iuran pensiun Rp 25.000,-

dan membayar iuran bea siswa Rp 50.000,- yang langsung dipotong gaji.

Perhitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:

Gaji sebulan Rp 2.000.000,00

Premi kecelakaan kerja Rp 10.000,00

Premi jaminan kematian Rp 6.000,00 +

Penghasilan bruto Rp 2.016.000,00

Pengurangan:

1). Biaya jabatan 5% x Rp 2.016.000,00 Rp 100.800,-

Iuran pensium Rp 25.000,-

Iuran jaminan hari tua Rp 40.000,- (+)

Rp 165.800,- (-)

Penghasilan neto sebulan Rp 1.850.000,00

Penghasilan neto setahun (Rp 1.850.000,- x 12)Rp 22.202.400,00

PTKP (Rp 15.840.000,- + Rp 1.320.000,-) Rp 17.160.000,00 (-)

Penghasikan kena pajak setahun Rp 5.042.400,00

Pembulatan Rp 5.042.000,00

PPh pasal 21 terutang setahun

5% x Rp 5.042.000,00 = Rp 252.120,00

PPh pasal 21 sebulan = Rp 252.120,00 : 12 Rp 21.010,00

b. Perhitungan pemotongan PPh pasal 21 pegawai tidak tetap karyawati

1) Dalam hal karyawati telah menikah, PTKP yang dikurangkan adalah

hanya untuk dirinya sendiri, dan dalam hal tidak menikah

pengurangan PTKP selain untuk dirinya ditambah dengan PTKP

untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

2) Bagi karyawati telah menikah yang menunjukkan keterangan tertulis

dari pemerintah daerah setempat (serendah-rendahnya kecamatan)

bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan,

diberikan tambahan PTKP sejumlah Rp 1.200.000,00 setahun atau Rp

100.000,00 sebulan ditambah PTKP untuk keluarganya.

Contoh: Riska, S.E. adalah seorang karyawati dari PT. Mandala

dengan status menikah dan belum mempunyai anak. Riska, S.E.,

menerima gaji Rp 5.500.000,00 sebulan. PT. Mandala masuk program

jamsostek di mana premi asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi

kematian ditanggung oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing

Page 23: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

0,24% dan 1%. Di samping itu, pemberi kerja juga menanggung iuran

pensiun yang dibayarkan ke yayasan dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan oleh menteri keuangan dan iuran JHT masing-masing

sebesar 5% dan 3%, sedangkan yang ditanggung Riska, S.E masing-

masing 5% dan 2%, semua dihitung dari gaji. Suami riska, S.E adalah

karyawan PT. Mahesti.

Perhitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:

Gaji sebulan Rp 5.500.000,00

Premi yang ditanggung perusahaan

JKK Rp 13.200,00

JKM Rp 55.000,00 (+)

Rp 68.200,00 (+)

Penghasilan Bruto Rp 5.568.200,00

Pengurangan:

Biaya jabatan 5% x Rp 5.568.200,00 Rp 278.410,00

Maksimum yang diperkenankan Rp 108.000,00

Iuran pensiun 5% x Rp 5.500.000,00 Rp 275.000,00

Iuran JHT 2% x Rp 5.500.000,00 Rp 110.000,00

Rp 493.000,00

Penghasilan neto sebulan Rp 5.075.200,00

Penghasilan neto setahun (Rp 5.075.200 x 12) Rp 60.902.400,00

PTKP WP sendiri Rp 15.840.000,00

PKP Rp 45.060.400,00

PPh pasal 21

Setahun 5% x Rp 25.000.000,00 Rp 1.250.000,00

10% x Rp 20.062.400,00 Rp 2.006.240,00

Rp 3.256.240,00

PPh pasal 21

Sebulan Rp 3256.240,00 : 12 Rp 271.353,33

c. Perhitungan pemotongan PPh pasal 21 pegawai tetap yang memperoleh uang

lembur

Penghasilan berupa uang lembur maupun penghasilan sejenis yang diperoleh

pegawai bersamaan dengan gaji bulanan dihitung dengan cara mengabungkan

penghasilan tersebut dengan gaji bulanan.

Contoh:

Page 24: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Tn. Yusuf status menikah dan mempunyai 3 (tiga) orang anak. Beliau adalah

pegawai PT. Karya Abadi dengan memperoleh gaji sebulan sebesar Rp

3.000.000,00. PT. Karya Abadi mengikuti program Jamsostek dimana premi

asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian ditanggung oleh

pemberi kerja setiap bulan masing-masing sebesar 0,24% dan 1%. Di

samping itu, pemberi kerja juga menanggung iuran pensiun yang dibayarkan

kepada yaysan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri

keuangan dan iuran JHT masing-masing sebeesar 5% dan 3%, sedangkan

yang ditanggung Tn Yusuf masing-masing 5% dan 2%, semua dihitung dari

gaji. Untuk bulan mei 2010 disamping gaji juga diperoleh lembur sebesar

Rp 500.000,00

Perhitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:

Gaji sebulan Rp 3.000.000,00

Lembur Rp 500.000,00

Premi yang ditanggung perusahaan

JKK 0,24% x Rp 3.000.000,00 Rp 7.200,00

JKM 1% x Rp 3.000.000,00 Rp 30.000,00 (+)

Penghasilan bruto Rp 37.200,00 (+)

Pengurang:

Biaya jabatan 5% x Rp 3.537.200,- Rp 176.860,-

Maksimum yang diperkenankan Rp 108.000,-

Iuran pensiun 5% x Rp 3.000.000 Rp 150.000,-

Iuran JHT 2% x Rp 3.000.000,- Rp 60.000,- (+)

Rp 318.000,00

Penghasilan neto sebulan Rp 3.219.200,00

Penghasilan neto setahun 12 x Rp 3.219.200,00 Rp 38.630.400,00

PTKP (K/3) WP sendiri Rp 15.840.000,00

Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00

Tambahan 3 anak Rp 3.960.000,00 (+)

Rp 21.120.000,00

PKP Rp 17.510.000,00

PPh pasal 21 setahun 5% x 17.510.400.00 Rp 875.520,00

PPh pasal 21 sebulan Rp 875.520,00 : 12 Rp 72.960,00

d. Perhitungan pemotongan PPh pasal 21 pegawai tetap yang gajinya dibayarkan

mingguan dan harian

Page 25: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Untuk pegawai tetap yang menerima gaji secara mingguan dalam perhitungan

PPh pasal 21 disebulankan dengan cara dikalikan 4, sedangkan untuk yang

menerima gaji secara harian dikalikan dengan 26.

Contoh:

Mariana statrus menikah dan mempunyai 2 orang anak. Mariana adalah

pegawai PT. angkasa dengan gaji mingguan sebear Rp 2.500.000,00. PT.

angkasa mengikuti program jamsostek dimana premi asuransi kecelakaan

kerja dan premi asuransi kematian ditanggung oleh pemberi kerja setiap bulan

masing-masing 0,24% dan 1%. Di samping itu pemberi kerja juga

menanggung iuran pensiun yang dibayarkan ke yayasan dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran JHT masing-

masing sebesar 5% dan 3% sedangkan yang ditanggung mariana sebesar 5%

dan 2% dari gaji.

Perhitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:

Gaji seminggu Rp 2.500.000,00

Gaji sebulan Rp 10.000.000,00

Premi yang ditanggung perusahaan

JKK 0,24% x Rp 10.000.000,00 Rp 24.000,00

JKM 1% x Rp 10.000.000,00 Rp 100.000,00 (+)

Rp 124.000,00 (+)

Penghasilan bruto Rp 10.124.000,00

Pengurang:

Biaya jabatan 5% Rp 10.124.000,- Rp 506.200,00

Maksimum yang diperkenankan Rp 108.000,00

Iuran pensiun 5% x Rp 10.000.000,- Rp 500.000,00

Iuran JHT 2% x Rp 10.000.000,- Rp 200.000,00

Rp 808.000,00 (-)

Penghasilan neto sebulan Rp 9.316.000,00

Penghasilan neto setahun 12 x Rp 9.316.000,00 Rp 111.792.000,00

PTKP (K/2) WP sendiri Rp 15.840.000,-

Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000,-

Tambahan 2 anak Rp 2.640.000,-

Rp 19.800.000,00

PKP Rp 91.992.000,00

PPh Pasal 21 setahun

5% x Rp 25.000.000,00 Rp 1.250.000,-

10% x Rp 25.000.000,00 Rp 2.500.000,-

Page 26: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

15% x 41.992.000,00 Rp 6.298.000,- (+)

Rp 10.048.800,00

PPh pasal 21 sebulan Rp 10.048.800,- : 12 Rp 837.400,00

PPh pasal 21 seminggu Rp 837.400,- : 4 Rp 209.350,00

Contoh:

Rusdi, bujangan, status pegawai tetap PT. Suka Maju dengan gaji yang

dibayarkan secara harian sebesar Rp 75.000,- sehari. Selama bulan juni 2009

haryono masuk kerja 26 hari.

Perhitungan PPh pasal 21:

Penghasilan harus dihitung dalam satuan bulan dengan mengalikan 26.

Penghasilan sebulan = 26 x Rp 75.000,- Rp 1.950.000,00

Biaya jabatan 5% x Rp 1950.000,- Rp 97.500,00

Penghasilan neto sebulan Rp 1.852.500,00

Penghasilan neto setahun Rp 22.230.000,00

PTKP Rp 13.200.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp 9.030.000,00

PPh pasal 21 setahun

5% x Rp 9.030.000,- Rp 451.500,00

PPh pasal 21 sebulan = Rp 451.500 : 12 Rp 37.625,00

PPh pasal 21 sehari = Rp 37.625 : 26 Rp 1.447,00

e. Pegawai tetap yang PPh pasal 21 nya ditanggung pemberi kerja

Dalam PPh pasal 21 atas gaji pegawai ditanggung oleh pemberi kerja, pajak

yang ditanggung pemberi kerja tersebut merupakan kenikmatan dan tidak

merupakan penghasilan karyawan yang bersangkutan.

Contoh:

Irwan adalah pegawai PT. Lestari dengan status menikah dan mempunyai 3

orang anak. Dia menerima gaji sebulan Rp 5.000.000,- dan PPh ditanggung

oleh pemberi kerja. PT. Lestari masuk program Jamsostek dimana premi

asuransi kecelakaan dan premi asuransi kematian ditanggung oleh pemberi

kerja setiap bulan masing-masing sebesar 0,24% dan 1%. Di samping itu,

pemberi kerja juga menanggung iuran pensiun yang dibayarkan ke yayasan

dana pensiun yang pendiriannya telah disahkanoleh menteri keuangan dan

iuran JHt masing-masing sebesar 5% dan 3 %, sedangkan yang ditanggung

irwan masing-masing 5% dan 2%, semua dihitung dari gaji.

Perhitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:

Gaji sebulan Rp 5.000.000,00

Page 27: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Premi yang ditanggung perusahaan

JKK Rp 12.000,-

JKM Rp 50.000,-

Rp 62.000,00

Penghasilan bruto Rp 5.062.000,00

Pengurang:

Biaya jabatan 5% x Rp 5.062.000,00 Rp 253.100,-

Maksimum yang diperkenankan Rp 108.000,-

Iuran pensiun Rp 250.000,-

Iuran JHT Rp 100.000,-

Rp 458.000,00

Penghasilan neto sebulan Rp 4.604.000,00

Penghasilan neto setahun (12 x Rp 4.604.000,-) Rp 55.248.000,00

PTKP (K/3) WP sendiri Rp 15.840.000,-

Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000,-

Tambahan 3 anak Rp 3.960.000,- (+)

Rp 21.120.000,00

PKP Rp 34.128.000,00

PPh pasal 21 setahun

5 % x Rp 25.000.000,00 Rp 1.250.000,00

10% x Rp 9.128.000,00 Rp 912.800,00 (+)

Rp 2.162.800,00

PPh pasal 21 sebulan Rp 2.162.800,00 : 12 Rp 180.233,33

PPh pasal 21 sebesar Rp 180.233,33 ini ditanggung dan dibayar oleh pemberi

kerja. Jumlah sebesar Rp 180.233,33 tidak menambah penghasilan bruto

irwan sehingga tidak dikenakan PPh pasal 21. Sebaliknya, bagi pemberi kerja

jumlah ini bukan merupakan biaya yang boleh dikurangkan dalam

menghitung PPh dari pemberi kerja.

C. SPT PPh Pasal 21 Masa dan Tahunan

SPT Pasal 21 Masa

1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tata cara perpajakan

Berdasarkan ketentuan undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan

undang-undang nomor 16 tahun 2009, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh

Wajib Pajak adalah sebagai berikut:

Page 28: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

a. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi, menyampaikan Surat Pemberitahuan

dengan benar, lengkap dan jelas.

b. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21

ditandatangani oleh Wajib Pajak/pengurus/direksi atau kuasa Wajib Pajak.

SPT yang ditandatangani oleh kuasa Wajib Pajak harus dilampiri dengan

surat kuasa khusus.

c. SPT masa PPh pasal 21 dianggap tidak disampaikan apabila tidak

ditandatangani atau tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau

dokumen sebagaimana ditetapkan dalam keputusan menteri keuangan

nomor 534/KMK.04/2000, Peraturan Menteri Keuangan nomor

181/PMK.03/2007 dankeputusan direktur jenderal pajak nomor

KEP-214/PJ/2001.

d. PPh pasal 21 dibayarkan/disetorkan paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan

berikutnya setelah masa pajak berakhir dan dilaporkan paling lama 20 (dua

puluh) hari setelah masa pajak berakhir sebagaimana ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Keuangan nomor 184/PMK.03/2007.

e. Pembayaran/penyetoran PPh yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo

dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)

sebulan yang dihitung dari saat jatuh tempo pembayaran sampai dengan

tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

f. SPT masa PPh pasal 21 yang disampaikan setelah jangka waktu yang

ditetapkan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp

100.000,- (seratur ribu rupiah).

2. Petunjuk umum

SPT masa PPh pasal 21 dan/atau pasal 26 menggunakan format yang dapat

dibaca dengan mesin scanner, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

a. Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, jangan lupa untuk

membuat tanda (segi empat hitam) di keempat sudut kerjta sebagai

pembatas agar dokumen dapat discan.

b. Kertas berukuran F4/folio (8,5 x 13 inci) dengan berat minimal 70 gram.

c. Kertas tidak boleh dilipat atau kusut

d. Kolom identitas diisi dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan computer atau tulis

tangan, semua isian identitas harus ditulis di dalam kotak-kotak yang

tersedia.

Page 29: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

2) Bagi Wajib Pajak yang mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP

harus ditulis dalam kotak-kotak sedangkan nama dan alamat wajit pajak

dapat ditulis dengan mengabaikan batas kotak paling kanan.

Contoh: nama

PT. MAJU LANCAR JAYA SENTOSA ABADI

e. Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal

Contoh: dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah 10.000.000 (bukan

10.000.000,00) dalam menulis seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen

adalah 125 (bulan 125,50.

3. Petunjuk khusus

1721

SPT MASA PPh pasal 21 dan/atau pasal 26

a. Bagian induk

1) Beri tand silang (X) pada kotak di depan baris “SPT Normal” jika SPT

yang disampaikan merupakan SPT biasa dan beri tanda silang (X) pada

kotak di depan baris “SPT pembetulan ke-” jika SPT yang disampaikan

merupakan SPT pembetulan.

2) Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: “SPT Pembetulan ke-” diisi

dengan angka kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan.

3) Contoh: pembetulan ke satu atau SPT PPh pasal 21 dan/atau pasal 26

masa pajak januari 2009, maka diisi sebagai berikut:

X │SPT Pembetulan ke-14) Tahun kalender

Diisi dengan tahun kalender yang bersangkutan.

5) Masa pajak

Diisi dengan masa pajak yang bersangkutan

Untuk SPT pembetulan, diisi dengan masa pajak dari SPT yang dibetulkan.

b. Bagian A

1) Angka 1: NPWP

Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemotong pajak

sesuai dengan yang tercantum pada kartu NPWP.

2) Angka 2: nama WP

Bagian ini diisi dengan nama Pemotong pajak sesuai dengan nama yang

tercantum pada Kartu NPWP.

3) Angka 3: Alamat

Bagian ini diisi dengan alamat pemotong pajak yang sekarang ditempati

atau alamat terbaru.

Page 30: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

4) Angka 4: nomor telepon

Cukup jelas

5) Angka 5: alamat e-mail

Diisi dengan alamat email (jika pemotong pajak memiliki alamat email).

c. Bagian B

1) Angka 6 – angka 19

Kolom 3: diisi dengan jumlah karyawan/orang yang menerima

penghasilan.

Kolom 4: diisi dengan jumlah penghasilan yang dibayarkan.

Kolom 5: diisi dengan jumlah PPh pasal 21 dan/atau pasal 26 yang

dipotong.

Catatan: untuk masa pajak Desember, jumlah penghasilan bruto 9kolom

4) dan jumlah pajak terutang (kolom 5) diisi jumlah kumulatif dalam

tahun kalender yang bersangkutan.

2) Angka 20

Disisi dengan hasil penjumlahan angka 6 sampai dengan angka 19.

3) Angka 21

Disisi PPh pasal 21 dan/atau pasal 26 yang telah disetor pada masa

pajak januari s/d nopember. Angka 21 ini disisi hanya pada masa pajak

desember.

4) Angka 22

Diisi dengan jumlah pokok pajak STP PPh pasal 21/dan atau pasal 26.

5) Angka 23

Berilah tanda X dalam kotak “masa pajak” dan isi kotak “tahun

kalender’ sesuai dengan saat terjadinya kelebihan setor PPh pasal 21

dan/atau pasal 26.

Kolom 5: diisi dengan jumlah kelebihan setor PPh pasal 21 dan/atau

pasal 26.

Kelebihan setor sebagaimana dimaksud pada angka 23 diantaranya

meliputi; kelebihan pemotongan PPh pasal 21 karena penerapan tariff

yang lebih tinggi terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP

(lihat PMK No. 252/PMK.03/2008 Pasal 20 ayat 4)

Penghitungan kembali atas kelebihan pemotongan PPh pasal 21 karena

penerapan tariff yang lebih tinggi terhadap Wajib Pajak yang tidak

memiliki NPWP tersebut dilakukan setelah pemotongan pajak

melakukan pembetulan SPT masa PPh pasal 21 dan/atau 26 untuk

menunjukkan adanya kelebihan pemotongan PPh pasal 21.

Page 31: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

6) Angka 24

Diisi dengan hasil penjumlahan angka 21 + angka 22 + angka 23

7) Angka 25

Diisi dengan hasil pengurangan angka 20 dengan angka 24

8) Angka 25a

Diisi dengan jumlah PPh pasal 21 dan/atau pasal 26 yang disetor dengan

SSP PPh pasal 21 ditanggung pemerintah.

9) Angka 25b

Diisi dengan jumlah PPh pasal 21 dan/atau pasal 26 yang disetor dengan

SSP.

10) Angka 26

Diisi dengan PPh pasal 21 dan/atau pasal 26 yang kurang (lebih) disetor

pada SPT yang dibetulkan, yang merupakan pindahan dari bagian b

angka 25 dari SPT yang dibetulkan.

11) Angka 27

Diisi dengan hasil pengurangan jumlah angka 25 dengan jumlah angka

26.

12) Angka 28

Apabila ternyata angka 25 atau angka 27 menunjukkan lebih setor,

kelebihan tersebut diperhitungkan oleh pemotong pajak dengan

penyetoran PPh pasal 21 yang terutang untuk bulan dilakukannya

penghitungan kembali.

d. Bagian C

Angka 29 – angka 31

1) Kolom 3: diisi dengan jumlah karyawan/orang yang menerima

penghasilan

2) Kolom 4: diisi dengan jumlah penghasilan bruto yang dibayarkan

3) Kolom 5: diisi dengan jumlah PPh pasal 21 dan atau pasal 26 yang

dipotong.

e. Bagian D

Berikan tanda silang X dalam kotak yang telah disediakan sesuai dengan

lampiran yang disampaikan.

f. Bagian E

1) Kolom pernyataan

Berikan tanda (X) pada kotak yang sesuai. Pimpinan atau kuasanya

wajib menangdatangani dan membubuhkan nama lengkap, NPWP yang

bersangkutan dan membubuhkan cap perusahaan serta mencantumkan

Page 32: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

tanggal, bulan dan tahun diisinya SPT tahunan ini pada tempat yang

sudah tersedia.

2) Kolom diisi oleh petugas

Berikanlah tanda (X) dalam kotak yang sesuai pegawai menandatangani

dan membubuhkan nama lengkap, NPWP yang bersangkutan dan

membubuhkan cap perusahaan serta mencantumkan tanggal, bulan dan

tahun diisinya SPT tahunan ini pada tempat yang sudah bersedia.

1721 - 1DAFTAR BUKTI PEMOTONGAN PPh Pasal 21 DAN/ATAU PASAL 26

UNTUK PEGAWAI TETAP DAN PENERIMA PENSIUM BERKALA

Formulir 1721 – 1 wajib disampaikan hanya pada masa pajak desember.

Pemotong pajak tidak perlu menyampaikan formulir 1721-A1/A2 kepada

pegawai tetap atau penerima pensiun atau tujuan hari tua/tabungan hari

tua/jaminan hari tua maupun kepada pegawai negeri sipil, anggota TNI, polri,

pejabat Negara dan pensiunannya.

1) Bagian A

Kolom 1 : diisi nomor urut

Kolom 2 : diisi NPWP

Kolom 3 : diisi nama Wajib Pajak

Kolom 4 : diisi jumlah penghasilan bruto

Kolom 5 : diisi jumlah PPh pasal 21 dan/atau pasal 26 terutang

2) Bagian A1

Kolom 4 : diisi jumlah penghasilan bruto (dari nomor 1 s/d 20)

Kolom 5 : diisi jumlah PPh pasal 21 dan/atau pasal 26 terutang (dari

nomor 1 s/d 20)

3) Bagian B

(…. Orang) : diisi jumlah pegawai tetap dan penerima pensiun atau

THT /JHT yang penghasilan netonya tidak melebihi PTKP.

Kolom 4 : diisi jumlah penghasilan bruto

4) Bagian C

Kolom 4 : diisi jumlah penghasilan bruto (A1 dan B)

Kolom 5 : diisi jumlah PPh pasal 21 dan/atau pasal 26 terutang (A1 dan

B)

1721 – IIDAFTAR PERUBAHAN PEGAWAI TETAP

Page 33: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Formulir 1721 – II wajib disampaikan hanya pada saat ada pegawai tetap

yang keluar dan/atau ada pegawai tetap yang masuk dan/atau ada pegawai

yang baru memiliki NPWP.

1) Pegawai tetap yang keluar

Kolom 1 : diisi nomor urut

Kolom 2 : diisi NPWP

Kolom 3 : diisi nama Wajib Pajak

Kolom 4 : diisi jumlah penghasilan

Kolom 5 : diisi jumlah PPh pasal 21 dan/atau pasal 26 terutang

2) Pegwai tetap yang masuk

Kolom 1 : diisi nomor urut

Kolom 2 : diisi NPWP

Kolom 3 : diisi nama Wajib Pajak

Kolom 4 : diisi status karyawan (TK, K, K/I, PHJ, HB)

a) TK : tidak kawin

b) K : Kawin

c) K/I : Kawin dengan istri yang mempunyai penghasilan

d) PH : Wajib Pajak kawin yang pisah harta dan penghasilan

e) HB : Wajib Pajak kawin yang hidup terpisah.

Kolom 5 : diisi jumlah tanggungan yaitu setiap anggota keluarga

sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak

angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 (tiga)

anak.

3) Pegawai yang baru memiliki NPWP

Kolom 1 : diisi nomor urut

Kolom 2 : diisi NPWP

Kolom 3 : diisi nama Wajib Pajak

1721 – TDAFTAR PEGAWAI TETAP/PENERIMA PENSIUN BERKALA

Formulir 1721-T wajib dilampirkan pada saat pertama kali Wajib Pajak

berkewajiban untuk menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan pasal

21dan /atau pasal 26.

Dalam hal Wajib Pajak telah berkewajiban untuk menyampaikan SPT Masa

Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau pasal 26 sebelum berlakunya peraturan

Page 34: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

direktur jenderal pajak ini, formulir 1721-T wajib dilampirkan pada masa pajak

juli 2009.

Kolom 1 : diisi nomor urut

Kolom 2 : diisi NPWP

Kolom 3 : diisi nama Wajib Pajak

Kolom 4 : diisi status karyawan (TK, K, K/I, PH, HB)

- TK : tidak kawin

- K : Kawin

- K/I : Kawin dengan istri yang mempunyai penghasilan

- PH : Wajib Pajak kawin yang pisah harta dan penghasilan

- HB : Wajib Pajak kawin yang hidup terpisah

Kolom 5: diisi jumlah tanggungan yaitu setiap anggota keluarga sedarah dan

keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi

tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 (tiga) anak.

Untuk mengakomodasi peraturan terbaru tentang PPh pasal 21 dimana setiap

pemotongan PPh pasal 21 harus diberikan bukti potong serta ditiadakannya

SPT tahunan PPh pasal 21, maka Dirjen Pajak telah mengeluarkan peraturan

nomor PER-32/PJ/2009 tentang bentuk formulir Surat Pemberitahuan Masa

Pajak Penghasilan pasal 21 dan/atauu pasal 26 dan bukti pemotongan/

pemungutan pajak penghasilan pasal 21 dan/atau pasal 26.

Hal-hal khusus yang diatur dalam PER-32/PJ/2009 adalah sebagai berikut:

1) Pemotongan pajak wajib melaporkan daftar pegawai/penerima pensiun

berkala dengan menggunakan formulir 1721-T.

2) Setiap pemotongan PPh pasal 21 harus diberikan bukti pemotongan PPh

pasal 21 baik PPh pasal 21 final maupun tidak final.

3) SPT masa PPh pasal 21 masa Desember berisi akumulasi seluruh

pemotongan PPh pasal 21 selama setahun

Masa berikutnya formulir SPT masa PPh pasal 21 baru adalah setiap transaksi

yang terjadi mulai 1 juli 2009 yang berkaitan dengan pajak penghasilan PPh

pasal 21 untuk masa Juli 2009 begitupun dengan bukti potongnya.

Adapun daftar formulir SPT masa PPh pasal 21 yang baru adalah sebagai

berikut:

1. Formulir 1721 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pasal 26

2. Formulir 1721 I daftar bukti pemotongan pajak penghasilan pasal 21

dan/atau pasal 26 untuk pegawai tetap dan penerima pensiun berkala.

3. Formulir 1721 II Daftar perubahan pegawai tetap

Page 35: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

4. Formulir 1721 T Daftar pegawai tetap/penerima pensiun berkala.

5. Formulir 1721 A-1 bukti pemotongan pajak, penghasilan pasal 21 bagi

pegawai tetap atau penerima pensiun atau tunjangan hari tua/THT/JHT.

6. Formulir 1721 A-2 bukti pemotongan pajak penghasilan pasal 21 pada

pegawai negeri sipil, anggota TNI/polisi RI, pejabat Negara dan

pensiunannya

7. Daftar bukti pemotongan pajak penghasilan pasal 21/dan atau pajak 26

(tidak final)

8. Bukti pemotongan PPh pasal 21 dan/atau pasal 26

9. Daftar bukti pemotongan pajak penghasilan pasal 21 dan/atau pasal 26

(final)

10. Bukti pemotongan PPh pasal 21 (final).

Page 36: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Berikut merupakan contoh format untuk melakukan kegiatan tersebut.

Page 37: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan
Page 38: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

SPT Tahunan PPh pasal 21

1. Petunjuk umum

Berdasarkan ketentuan Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan

umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah erakhir dengan

undang-undang nomor 16 tahun 2000 (UU KUP), hal-hal yang perlu diperhatikan

oleh Wajib Pajak adalah sebagai berikut:

a. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi, menyampaikan SPT Tahunan dengan

benar, lengkap, dan jelas, dan menandatanganinya.

b. SPT Tahunan ditandatangani oleh pengurus direksi, orang pribadi, atau orang

lain bukan Wajib Pajak sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus.

c. SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau

tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan atau dokumen sebagaimana

ditetapkan dalam keputusan Menteri Keuangan nomor 534/KMK.04/2000

dan keputusan Direktur jenderal pajak nomor Kep-024/PJ.2001.

d. Wajib Pajak harus mengambil sendiri formulir SPT tahunan dan

menyampaikannya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak.

e. Penyampaian SPT Tahunan dapat dilakukan melalui kantor pos secara

tercatat atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk

oleh direktur jenderal pajak sebagaimana diatur dalam Keputusan Direktur

jenderal pajak nomor kep-518/PJ/2001.

f. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan

harus dibayar lunas paling lambat tanggal 25 (dua puluh lima) bulan ketiga

setelah tahun pajak berakhir. Apabila pembayaran dilakukan setelah tanggal

jatuh tempat, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebear 2% (dua

persen) sebulan yang dihitung dari saat jatuh tempo pembayaran sampai

dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)

bulan.

g. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang ke kas

Negara melalui kantor pos dan giro atau bank yang ditunjuk oleh Direktur

Jenderal Anggaran untuk menerima pembayaran pajak (bank persepsi).

h. Direktur jenderal pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan

persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk

kekurangan pembayaran pajak yang terutang pada SPT Tahunan (PPh pasal

29) paling lama 12 (dua belas) bulan. Berdasakan keputusan Direktur

Page 39: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Jenderal Pajak nomor Kep-325/PJ./2001, pemohonan harus diajukan secara

tertulis kepada kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar dengan

menggunakan formulir tertentu sesuai lampiran keputusan direktur jenderal

tersebut.

i. Direktur jenderal pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memperpanjang

jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling lama 6 (enam) ulan.

Permohonan harus diajukan secara tertulis disertai surat pernyataan mengenai

penghitungan sementara besarnya pajak terutang dalam 1 (satu) tahun pajak

dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak menurut penghitungan

sementara tersebut.

Apabila SPT tahunan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan

atau dalam batas waktu perpanjangan penyampaian SPT Tahunan dikenakan

sanksi administrasi berupa denda sebesar 100.000,00 (seratur ribu rupiah)

j. Setiap orang yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT Tahunan

atau menyampaikan SPT Tahunan atau menyampaikan SPT Tahunan tetapi

isinya tidak benar atau tidak lengkap, sehingga dapat menimbulkan kerugian

pada Negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun

dan atau denda paling tinggi 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang yang

tidak atau kurang dibayar.

Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Tahunan atau

menyampaikan SPT Tahunan dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau

tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian pada Negara, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling tinggi 4

(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

2. Petunjuk khusus

Dalam rangka membantu dan memudahykan pengisian SPT Tahunan PPh pasal

21 dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, perlu diperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

a. Pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang disingkat PPh pasal 21 atau

PPh pasal 26 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun

sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 21 dan pasal 26 undang-undang nomor 7 tahun 1983

tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-

undang nomor 17 tahun 2000.

Page 40: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

b. Bagi pemotong pajak yang membayarkan upah kepada pegawai tidak tetap

yang seluruh atau sebagian dari PPh pasal 21 terutangnya ditanggung

pemerintah harus melampirkan suatu daftar khusus yang membuat nama

pegawai tidak teap, jumlah penghasilan bruto, penghasilan tidak kena pajak

9ptkp), PPh pasal 21 yang terutang. Dan pph pasal 21 yang ditanggung

pemerintah. Bentuk lampiran tersebut sesuai dengan contoh terlampir dalam

buku petunjuk ini.

c. Yang wajib mengisi dan menyampaikan SPT tahunan PPh pasal 21 (formulir

1721) adalah setiap pemotong pajak PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 yang

terdiri dari sebagai berikut:

1) Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan

pusat maupun cabang, perwakilan atau unit, bentuk usaha tetap termasuk

juga badan atau organisasi internasional yang tidak dikecualikan sebagai

pemotong pajak berdasarkan keputusan menteri keuangan sesuai dengan

ketetnuan pasal 21 ayat (2) undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang

pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-

undang nomor 17 tahun 2000, yang membayar gaji, upah, honorarium,

tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun, sebagai imbalan

sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau

bukan pegawai.

2) Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan pada pemerintah

pusat, pemberintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-

lembaga Negara lainnya dan kedutaan besar republik Indonesia di luar

negeri yang membayarkan gaji upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lainnya dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan

atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

3) Dana pensium, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja, dan

badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tabungan hari tua

atau jaminan hari tua.

4) Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayar honorarium

atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan, jasa,

termasuk jasa tenaga ahli dengan status Wajib Pajak dalam negeri yang

melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri

bukan untuk dan atas nama persekutuannya.

5) Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap yang membayar honorarium

atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan

Page 41: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Wajib Pajak luar

negeri.

6) Yayasan (termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit,

pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan), lembaga, kepanitiaan,

asosiasi, perkumpulan, organisasi massa, organisasi sosial politik, dan

organisasi lainnya dalam bentuk apapun dalam segala bidang kegiatan

sebagai pembayaran gaji, upah, honorarium, atau imbalan dengan nama

apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan yang dilakukan oleh

orang pribadi.

7) Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap, yang membayarkan

honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan

pemagangan.

8) Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk

organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainya

yang menyelenggarakan kegiatan), yang membayar honorarium, hadiah

atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi

dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

9) Perusahaan dan badan sebagaimana dimaksud dalma huruf d, e, dan g

termasuk badan usaha milik Negara dan badan usaha milik daerah,

perusahaan swasta dengan nama dan dalam bentuk appun dan badan atau

organisasi internasional dalma bentuk apapun yang tidak dikecualikan

sebagai pemotong pajak berdasarkan keputusan menteri keuangan sesuai

dengan ketentuan pasal 21 ayat (2) undang-undang nomor 7 tahun 1983

tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan

undang-undang nomor 17 tahun 2000.

d. Bagi pemotong pajak yang tidak wajib memasukkan SPT Tahunan pajak

penghasilan Wajib Pajak badan (1771) wajib menyampaikan daftar biaya.

e. Pemotong pajak PPh pasal 21 dapat menyampaikan lampiran 1721 A-1 dalam

bentuk media elektronik (a.l. disket atau cartridge) dalam struktur data yang

telah ditetapkan oleh direktur jenderal pajak, sedangkan induk SPT (Formulir

1721) jenderal pajak, sedangkan induk SPT (Formulir 1721) tetap harus diisi

dan ditandatangani oleh pemotong pajak dan disampaikan bersama

lamirannya secara langsung ke kantor pelayanan pajak atau kantor

penyuluhan dan pengamatan potensi perpajakan atau dikirim melalui kantor

pos secara tercatat atau dengan cara lain yang diatur dengan keputusan

direktur jenderal pajak.

Page 42: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

SPT masa PPh pasal 21 desember 2009 sebagai penganti SPT tahunan PPh pasal

21 tahun 2009 dengan keluarnya Peraturan Menteri Keuangan no.

252/PMK.03/2008, tangggal 31 desember 2008 tentang pemotongan pajak atas

penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi, SPT

Tahunan PPh pasal 21 untuk tahun pajak 2009 dapat dipastikan tidak ada lagi.

Dalam pasal 13 ayat (5) Peraturan Menteri Keuangan no. 252/PMK.03/2008,

disebutkan bahwa “besarnya PPh pasal 21 yang harus dipotong untuk masa pajak

terakhir adalah selisih antara pajak penghasilan yang terutang atas seluruh

Penghasilan Kena Pajak selama 1 (satu) tahun pajak atau bagian tahun pajak

dengan PPh pasal 21 yang telah dipotong pada masa-masa sebelumnya dalam

tahun pajak yang bersangkutan”.

Sesuai dengan ketentuan di atas, SPT Tahunan PPh pasal 21 yang selama

berfungsi untuk menghitung kembali PPh pasal 21 yang sebenarnya terutang

dalam satu tahun pajak tidak ada lagi dan digantikan dengan SPT Masa PPh pasal

21 masa pajak desember 2009. Sesuai peraturan direktur jenderal pajak yaitu

PER-32/PJ/2009 tanggal 25 mei 2009 tentang bentuk formulir SPT Masa PPh

pasal 21 dan/atau pasal 26 dan bukti pemotongan/pemungutan PPh pasal 21/26,

bentuk formulir SPT Masa PPh 21/26 dengan kode formulir 1721 terdiri sebagai

berikut:

1721 Induk Disampaikan per masa Khusus desember: diisi berdasarkan jumlah akumulasi yang dibayarkan dalam satu tahun takwim

1721 I Hanya disampaikan di masa terdapat perusahaan dating pegawai tetap (keluar, masuk dan baru ber-NPWP)

1721 T disampaikan di masa pajak pertama kali menyampaikan SPT 1721 (SPT masa juli 2009)

Daftar bukti potong PPh 21 tidak finalDaftar bukti potong PPh pasal 21 final

Disampaikan di setiap masa dalam hal terdapat pemotongan PPh pasal 21 non pegawai tetap-tidak finalDisampaikan di setiap masa dalam hal terdapat pemotongan PPh pasal 21 non pegawai tetap-final

Bukti potong PPh pasal 21 non pegawai tetap

Bukti potong ini tetap harus dibuat dalam hal terdapat pemotongan PPh pasal 21 untuk non pegawai teap, namun tidak perlu dilampirkan dalam SPT Masa

Bukti potong PPh pasal 21 non pegawai (final)Bukti potong PPh pasal 21 pegawai (1721 A1-1721 A2)

Bukti potong ini tetap harus dibuat dalam hal terdapat pemotongan PPh pasal 21 untuk non pegawai tetap-pfinal, namun tidak perlu dilampirkan dalam SPT Masa.Dibuat di masa pajak terakhir (masa pajak Desember atau pada masa pajak pegawai tetap tersebut berhenti bekerja)

Jadi, untuk pelaporan SPT Masa pajak Desember 2009 merupakan perhitungan

PPH pasal 21 sesungguhnya dalam satu tahun pajak. Formulir yang wajib

Page 43: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

dilaporkan adalah 1721 induk, 1721-I dan daftar bukti potong (kalau ada

pemotongan PPH pasal 21 bagi selain pegawai tetap). Sedangkan bukti potong

PPH pasal 21 dan formulir 1721 A1-1721 A2 tidak wajib dilampirkan dalam

pelaporan SPT Masa PPh pasal 21 termasuk pada masa pajak Desember atau

pada masa pajak dimana pegawai tersebut berhenti bekerja, tapi bukti potong dan

formulir 1721 A1-1721 A2 tersebut harus diberikan kepada yang bsersangkutan.

Berdasarkan ketentuan di atas maka dapat dipastikan bahwa SPT Tahunan PPh

pasal 21 tahun mulai tahun 2009 sudah tidak ada.

Berdasarkan ketentuan di atas maka dapat dipastikan bahwa SPT Tahunan PPh

pasal 21 tahun mulai tahun 2009 sudah tidak ada.

D. Surat Setoran Pajak (SSP)

Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang digunakan Wajib Pajak untuk

melakukan pebayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas Negara melalui

kantor penerimaan pembayaran. SSP ada 2 jenis yaitu SSP Standard dan SSP

khusus.

1. Surat Setoran Pajak (SSP)  Standar

SSP Standar adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan atau berfungsi

untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kantor

Penerima Pembayaran dan digunakan sebagai bukti pembayaran dengan

bentuk, ukuran dan isi sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Direktur

Jenderal Pajak.

Isi dan bentuk SSP Standar sesuai dengan yang ditetapkan Direktur Jenderal

Pajak. Satu SSP Standar berlaku untuk satu jenis pajak/masa pajak/tahun

pajak/ketetapan pajak dengan menggunakan satu kode MAP dan satu kode

jenis setoran. SSP Standar dibuat dalam rangkap 5 (lima), terdiri sebagai

berikut:

Lembar ke-1: Untuk Arsip Wajib Pajak;

Lembar ke-2 : Untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);

Lembar ke-3: Untuk dilaporkan oleh Wajib Pajak ke KPP;

Lembar ke-4 : Untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran;

Lembar ke-5: Untuk arsip Wajib Pungut atau pihak lain sesuai dengan

ketentuan perundangan    perpajakan yang berlaku.

2. SSP Khusus

a. SSP Khusus adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke

Kantor Penerima Pembayaran yang dicetak oleh Kantor Penerima

Page 44: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi dan atau alat lainnya

yang isinya sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Direktur

Jenderal Pajak, dan mempunyai fungsi yang sama dengan SSP Standar

dalam administrasi perpajakan.

b. Satu SSP Khusus berlaku untuk satu jenis pajak/masa pajak/tahun

pajak/ketetapan pajak dengan menggunakan satu kode MAP dan satu

kode jenis setoran.

c. SSP khusus hanya dapat dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran Pajak

yang telah bekerjasama melakukan Monitoring Pelaporan Pembayaran

Pajak (MP3) dengan Dirjen Pajak.

d. SSP khusus paling sedikit memuat :

Nama dan NPWP

Identitas Kantor Penerima Pembayaran

Mata Anggaran Penerimaan (MAP)/Kode Jenis Pajak/Kode Jenis

Setoran

Masa dan tahun pajak

Nomor ketetapan pajak

Jumlah dan tanggal pembayaran

Nomor Transaksi Pembayaran Pajak (NTTP) dan/atau Nomor

Transaksi Bank (NTB)

e. SSP khusus  digunakan untuk membayar pajak oleh Wajib Pajak yang

mempunyai NPWP, kecuali :

PPh atas pembayaran Fiskal Luar Negeri yang dibayar pada counter-

counter di bandar udara dan pelabuhan laut;

PPh 26 SPLN;

PPN terutang atas pengalihan aktiva dalam rangka restrukturisasi

perusahaan;

PPN terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar

daerah pabean;

PPh Pasal 22 Impor dan PPN impor atas barang bawaan penumpang,

awak sarana pengangkut, pelintas batas dan kiriman pos sebagaimana

diatur oleh Dirjen Bea dan Cukai;

PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendaharawan;

PPN DN yang dipungut oleh Bendaharawan;

PPh final pasal 4 ayat (2) atas pengalihan hak atas tanah dan/atau

bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi yang tidak mempunyai

Page 45: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

NPWP sepanjang telah mendapat Surat Keterangan dari KPP setempat

yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP;

PPh final pasal 4 ayat (2) atas persewaan tanah dan/atau bangunan yang

dilakukan oleh orang pribadi yang tidak mempunyai NPWP sepanjang

telah mendapat Surat Keterangan dari KPP setempat yang menyatakan

bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP;

PPN kegiatan membangun sendiri yang dilakukan oleh orang pribadi

yang tidak mempunyai NPWP.

f. Pembayaran atau penyetoran pajak dengan SSP Khusus akan dilayani

oleh Kantor Penerima Pembayaran apabila Wajib Pajak telah memperoleh

persetujuan dari Dirjen Pajak.

g. SSP Khusus dapat diperbanyak yang berfungsi sama dengan lembar ke-5

SSP Standar sebagai pengganti bukti potong/pungut.

h. Bentuk formulir SSP Khusus tidak harus sama dengan SSP Standar, tetapi

harus memuat identitas Wajib Pajak.

i. SSP khusus yang memiliki fungsi yang sama dengan lembar ke-5 SSP

standar wajib dibubuhkan cap dan tanda tangan

j. SSP khusus yang memiliki fungsi yang sama dengan lembar ke-1 dan

lembar ke-3 SSP standar, tidak wajib dibubuhkan cap dan tanda tangan.

k. Cap dan tanda tangan hanya diperlukan apabila SSP Khusus dicetak oleh

Kantor Penerima Pembayaran untuk diteruskan ke Direktorat Jenderal

Anggaran.

Saat Pembuatan SSP Khusus :

a. Saat transaksi pembayaran atau penyetoran pajak sebanyak 2 lembar,

lembar ke-1 untuk arsip Wajib Pajak dan lembar ke-3 untuk dilaporkan

Wajib Pajak ke KPP.

b. Lembar ke-2 dicetak secara terpisah sebanyak 1 (satu) lembar untuk KPP

melalui KPKN dan tidak diharuskan adanya cap dan tanda tangan pejabat

berwenang dari Kantor Penerima Pembayaran. Cap dan tanda tangan

hanya untuk lembar hasil perbanyakan saja.

Pembayaran setoran pajak yang SSP-nya dapat berfungsi sebagai pengganti

bukti potong/bukti pungut bendaharawan, PPh pasal 22 impor, PPh pasal 22

bendaharawan, PPh final atas transaksi pengalihan hak atas tanah dan

bangunan, dan PPh final atas persewaan tanah dan bangunan tidak dapat

menggunakan SSP Khusus.

Page 46: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Tata cara pengisian SSP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

sebagai berikut:

a. NPWP diisi dengan NPWP 11 digit apabila SSP digunakan untuk

melakukan pembayaran sebelum 31 maret 2001.

b. NPWP baru (15 digit) diterima oleh Wajib Pajak sebelum tanggal 1 april

2001 baru dapat digunakan identitas pembayaran pajak sejak 1 april 2001

dengan menggunakan SSP sebagaimana ditetapkan dalam keputusan

direktur jenderal pajak ini.

c. NTPP dan atan NTB dicantumkan pada “ruang teraan”.

E. Cara Penyampaian SPT

1. Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan

Berdasarkan Pasal 3 ayat (3) UU KUP, batas waktu penyampaian SPT

Tahunan 2009 pada umumnya adalah tanggal 31 Maret 2010 untuk Wajib

Pajak Orang Pribadi serta paling lambat 30 April 2010 bagi Wajib Pajak

Badan.

Keterlambatan penyampaian SPT Tahunan ini akan menimbulkan sanksi

administrasi berupa denda sebagaimana diatur dalam Pasal 7 UU KUP.

Besarnya sanksi denda ini adalah Rp100.000,- (seratur ribu rupiah) bagi

Wajib Pajak Orang Pribadi dan Rp1.000.000,- (satu juta rupiah) bagi Wajib

Pajak badan.

2. Tempat Penyampaian SPT Tahunan

Jika Anda akan menyampaikan SPT Tahunan secara langsung, maka Anda

bisa menyampaikan SPT di kantor-kantor pajak terdekat. Penyampaian SPT

Tahunan juga bisa dilakukan di pojok-pojok pajak dan mobil pajak yang nanti

pada musim penerimaan SPT Tahunan biasanya dibuka di pusat-pusat

keramaian.

Penyampaian SPT Tahunan ini tidak mesti harus di kantor pajak tempat Anda

terdaftar. Kantor pajak yang menerima SPT Tahunan Wajib Pajak yang

terdaftar pada kantor pajak lain nantinya akan langsung mengirimkannya ke

kantor pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Ketentuan seperti ini sudah mulai

diberlakukan sejak tahun lalu sebagai salah satu bentuk pelayanan kepada

Wajib Pajak.

3. Cara Penyampaian SPT Tahunan

Penyampaian SPT Tahunan secara langsung ke kantor pajak/mobil

pajak/pojok pajak terdekat, maka penyampaian SPT dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

Page 47: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

1) SPT Tahunan dimasukkan ke dalam amplop tertutup

2) Di bagian luar amplop dituliskan, nama, NPWP, tahun pajak, status

SPT (kurang bayar, lebih bayar atau nihil), dan nomor telepon yang

bisa dihubungi.

Setelah diserahkan kepada petugas penerima SPT Tahunan, maka akan

diberikan tanda terima yang berisi nomor tanda terima, tanggal

penerimaan, nama petugas penerima SPT Tahunan dan stempel kantor

penerima SPT Tahunan. Tanda terima ini sebaiknya Anda simpan dan

jangan sampai hilang karena merupakan bukti bahwa Anda telah

menyampaikan SPT Tahunan pada suatu tanggal tertentu. Pada saat

penyampaian SPT Tahunan ini petugas penerima SPT Tahunan tidak

membuka amplop dan tidak melakukan penelitian atas SPT. Dengan kata

lain, apapun isi amplop tersebut dan apakah SPT di dalamnya sudah betul

atau tidak, petugas penerima SPT Tahunan harus menerimanya dan

memberikan tanda terima.

Selain secara langsung, penyampaian SPT dapat pula dilakukan secara

pos dengan bukti pengiriman surat ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

tempat Anda terdaftar. Penyampaian SPT juga bisa dilakukan melalui

perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dan dikirimkan ke KPP tempat

Anda terdaftar.

4. SPT Tidak Lengkap

Petugas penerima SPT Tahunan tidak melakukan penelitian atas kelengkapan

SPT Tahunan yang diterimanya. Proses penelitian dilakukan kemudian dalam

jangka waktu 2 (dua) bulan sejak SPT Tahunan diterima atau paling lambat

14 hari sejak SPT Tahunan diterima bagi SPT yang statusnya lebih bayar.

Jika berdasarkan penelitian ini SPT Tahunan dinyatakan lengkap maka SPT

dilakukan proses perekaman. Jika berdasarkan penelitian ternyata SPT

Tahunan dinyatakan tidak lengkap maka , maka kepada Wajib Pajak

dikirimkan surat permintaan kelengkapan SPT Tahunan. Wajib Pajak harus

melengkapinya dalam jangka waktu 30 sejak tanggal surat permintaan

kelengkapan. Apabila dalam jangka waktu tersebut Wajib Pajak tidak

melengkapinya maka SPT Tahunan Wajib Pajak dianggap tidak disampaikan.

Dan kepada Wajib Pajak dikirimkan Surat Pemberitahuan yang menyatakan

bahwa SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan.

Pengenaan sanksi administrasi berupa denda tersebut tidak dilakukan

terhadap:

a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;

Page 48: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan

usaha atau pekerjaan bebas;

c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing

yang tidak tinggal lagi di Indonesia;

d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;

e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi

belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;

g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Menteri Keuangan; atau

h. Wajib Pajak lain yaitu Wajib Pajak yang dalam keadaan antara lain:

kerusuhan missal, kebakaran, ledakan bom atau aksi terorisme, perang

antar suku atau kegagalan sistem computer administrasi penerimaan

Negara atau perpajakan.

F. Cara menyimpan dokumen SPT tahunan PPh pasal 21

e-Filing adalah suatu cara penyimpanan Surat Pemberitahuan yang dilakukan

melalui sistem on-line dan real time. e-filing diperlukan, karena beberapa hal

sebagai berikut:

1. Dibutuhkan waktu yang lama untuk merekam data SPT di Kantor Pelayanan

Pajak, khususnya data lampiran SPT

2. Sering terjadi kesalahan pada saat perekaman data, sehingga data yang

dituangkan WP dalam SPT tidak sama dengan data yang ada pada DJP

3. Perekaman data SPT membutuhkan sumber daya manusia yang banyak

4. Sering terjadi kesalahan dalam pengisian dan penghitungan SPT

5. Input data sangat banyak sehingga proses pembuatan SPT lama

6. Pemborosan Kertas

7. Pemborosan tempat untuk menyimpan dokumen SPT

8. Bila terjadi kehilangan data mis. Kebakaran tidak ada backup data

9. Jarak dan Waktu

10. Memperlambat pelayanan lainnya

Organisasi yang dibentuk berdasarkan Permenkeu No. 84/PMK.01/2007

mempunyai tugas melaksanakan penerimaan, pemindaian, perekaman dan

penyimpanan dokumen perpajakan dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Keberadaan unit pelaksana teknis ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas,

akurasi, konsistensi dan keamnaan data dan dokumen perpajakan.

1. Mengumpulkan, menerima dan menyortir dokumen perpajakan.

Page 49: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

2. Memindai dokumen dan merekam data perpajakan.

3. Mengarsip dokumen perpajakan

4. Memeriksa basis data

5. Melayani peminjaman dokumen perpajakan kepada unit organisasi di

lingkungan ditjen pajak. Melaksanakan administrasi kantor.

Lampiran IPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAKNOMOR : PER-38/PJ/2009TENTANG : BENTUK FORMULIR SURAT

SETORAN PAJAK

Page 50: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan
Page 51: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan
Page 52: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

IKHTISAR MATERI

1. Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan alat yang diguankan oleh Wajib Pajak

dalam rangka melaporkan besarnya jumlah pajak yang dibebankan kepada Wajib

Pajak tersebut yang dilaporkan kepada pemerintah.

2. PPh pasal 21 adalah pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan

kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak pribadi dalam negeri maupun Wajib

Pajak luar negeri berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain

Page 53: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau

jabatan.

3. Surat setoran pajak (SSP) adalah surat yang digunakan Wajib Pajak untuk

melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas Negara

melalui kantor penerima pembayaran.

4. Penyampaian SPT Tahunan secara lagnsung ke kantor pajak/mobil pajak/pojok

pajak terdekat, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. SPT Tahunan dimasukkan ke amplop tertutup

b. Di bagian luar amplop dituliskan nama, NPWP, Tahun pajak, status SPT

(kurang bayar, lebih bayar atau nihil) dan nomor telpon yang bisa dihubungi.

5. Jika berdasarkan penelitian ternyata SPT Tahunan dinyatakan tidak lengkap maka

kepada Wajib Pajak dikirimkan surat permintaan kelengkapan SPT Tahunan

Wajib Pajak dianggap tidak disampaikan. Selanjutnya kepada Wajib Pajak

dikirimkan Surat Pemberitahuan yang menyatakan bahwa SPT Tahunan dianggap

tidak disampaikan.

UJI KOMPETENSI

A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan cara member tanda silang

(X) pada huruf a, b, c, d, atau e!

1. Alat yang digunakan Wajib Pajak dalam rangka melaporkan besarnya jumlah

pajak yang dibebankan kepada Wajib Pajak tersebut yang dilaporkan kepada

pemerintah disebut …..

a. Surat Setoran Pajak (SSP)

b. Surat Pemberitahuan (SPT)

c. Bukti Pemotongan Pajak

d. Daftar bukti pemotongan pajak

e. Faktur pajak

2. Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau

pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak pada suatu saat disebut

….

a. SPT Tahunan

b. SPT Masa

c. Surat Pemberitahuan (SPT)

d. Surat Setoran Pajak (SSP)

e. Faktur pajak

3. Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau

pembayaran pajak terutang dalam suatu tahun pajak disebut …

Page 54: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

a. SPT Tahunan

b. SPT Masa

c. Surat Pemberitahuan (SPT)

d. Surat Setoran Pajak (SSP)

e. Faktur pajak

4. Batas waktu pemasukan SPT Tahunan adalah …. setelah akhir tahun pajak

a. 3 bulan

b. 2 bulan

c. 5 bulan

d. 1 bulan

e. 6 bulan

5. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sebesar 5%

dari penghasilan bruto dengan jumlah maksimal yang diperkenankan sejumlah

Rp 1.296.000,00 setahun atau Rp 108.000,00 sebulan disebut …

a. iuran jabatan

b. jaminan hari tua (JHT)

c. biaya pajak

d. biaya yang diperkenankan

e. biaya jabatan

6. Penghasilan neto dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) sesuai

dengan status dan jumlah tanggungan Wajib Pajak yang bersangkutan pada awal

tahun takwin adalah menghitung ….

a. PTKP

b. PKP

c. Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh)

d. Tarif PPh

e. PPh setahun

7. Berikut ini yang bukan merupakan pemotong pajak penghasilan adalah …

a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan

b. Bendaharawan atau pemegang kas pemerintah baik pusat maupun daerah

c. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-

badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan

hari tua.

d. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta

badan yang membayar.

e. Pengusaha

Page 55: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

8. Untuk mempunyai NPWP, kita dikenakan biaya ….

a. 5% dari penghasilan

b. 0,5% dari penghasilan

c. 0% (gratis)

d. 10% dari penghasilan

e. 15% dari penghasilan

9. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21

ditandatangani oleh Wajib Pajak/pengurus/direksi ditandatangani oleh …

a. Kuasa Wajib Pajak

b. Direktorat jenderal pajak

c. Menteri keuangan

d. Petugas pajak

e. Wajib Pajak

10. SPT Masa PPh pasal 21 yang disampaikan setelah jangka waktu yang ditetapkan

dikenakan sanksi administrasi berupa denda ….

a. Rp 200.000,00

b. Rp 150.000,00

c. Rp 100.000,00

d. Rp 250.000,00

e. Rp 300.000,00

11. Menurut Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh pasal 21), tenaga kerja

(jamsostek) dipotong pajak penghasilan yang bersifat final, yang berpenghasilan

bruto antara Rp 25.000.000,00 s/d 50.000.000,00 sebesar

a. 5%

b. 10%

c. 15%

d. 25%

e. 0,5%

12. Suatu cara penyimpanan Surat Pemberitahuan (SPT) yang dilakukan melalui

sistem online dan real time disebut …

a. Arsip

b. Almari kantor perpajakan

c. e-filing

d. computer

e. buku STK

Page 56: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

13. Pembayaran atau penyetoran pajak dengan SSP Khusus akan dilayani oleh

Kantor Penerimaan Pembayaran apabila Wajib Pajak telah memperoleh

persetujuan dari ….

a. Dirjen pajak

b. Menteri keuangan

c. Pemerintah pusat

d. Wajib Pajak

e. Petugas pajak

14. Berdasarkan pasal 3 ayat (3) UU KUP, batas waktu penyampaian SPT Tahunan

2009 untuk waktu pajak orang pribadi pada umumnya adalah …

a. Tanggal 31 maret 2010

b. Tanggal 30 april 2010

c. Tanggal 31 maret 2009

d. Tanggal 30 april 2009

e. Tanggal 31 mei 2010

15. Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan atau berfungsi untuk melakukan

pembayaran atau penerima pembayaran dan digunakan sebagai bukti pembayaran

degnan bentuk, ukuran dan isi sebagaimana ditetapkan dalam lampiran keputusan

direktur jenderal pajak disebut …

a. SSP Khusus

b. SPT Masa

c. SPT Tahunan

d. SSP Standar

e. Faktur Pajak

16. Pada SSP Standar, lembar ke-5 adalah ….

a. Untuk arsip Wajib Pajak

b. Untuk KPP melalui Kantor Pembendaharaan dan Kas Negara (KPKN)

c. Untuk dilaporkan Wajib Pajak ke KPP

d. Untuk arsip kantor penerima pembayaran

e. Untuk arsip pemungut/pihak lain.

17. “Besarnya PPh pajak 21 yang harus dipotong untuk masa pajak terakhir adalah

selisih antara pajak penghasilan yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena

Pajak selama 1 (satu) tahun pajak atau bagian tahun pajak dengan PPh pasal 21

yang telah dipotong pada masa-masa sebelumnya dalam tahun pajak yang

bersangkutan”. Pernyataan tersebut adalah sesuai dengan ….

a. Pasal 13 ayat (5) Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008

b. Pasal 13 ayat (5) Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2009

Page 57: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

c. Pasal 13 ayat (5) Peraturan Menteri Keuangan No. 255/PMK.03/2008

d. Pasal 13 ayat (6) Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008

e. Pasal 13 ayat (5) Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.04/2008

18. Surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran

pajak yang terutang ke kas Negara melalui kantor penerimaan pembayaran

disebut …

a. Surat Pemberitahuan (SPT)

b. Surat Setoran Pajak (SSP)

c. SSP Standar

d. SSP Khusus

e. KPP

19. Pengenaan sanksi administrasi berupa denda tidak dikenakan terhadap beberapa

hal, kecuali …

a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia.

b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas

c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing yang

tidak tinggal lagi di Indonesia.

d. Wajib Pajak yang sudah pensiun

e. Bentuk usaha tetap (BUT) yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia.

20. Setelah diserahkan kepada petugas penerima SPT tahunan, maka Wajib Pajak

akan diberikan tanda terima yang berisi, kecuali ….

a. Nomor tanda terima

b. Tanggal penerimaan

c. Tanggal pembayaran berikutnya

d. Nama petugas penerima SPT Tahunan

e. Stempel kantor penerima SPT Tahunan

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

1. Jelaskan perbedaan antara SPT Masa dan SPT Tahunan

2. Jelaskan batas waktu pemasukan Surat Pemberitahuan pajak

3. Jelaskan batas waktu pembayaran dan pelaporan SPT Masa

4. Jelaskan fungsi SPT bagi Wajib Pajak

5. Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan pasal 21?

6. Saefudin adalah pegawai tetap di PT. Insan Selalu Lestari sejak 1 Januari

2009. Ia memperoleh gaji sebulan sebesar Rp 2.000.000,00 dan membayar

Page 58: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

iuran pensiun sebesar Rp 25.000,00 sebulan. Saefudin menikah tetapi belum

mempunyai anak (status K/0). Hitunglah besarnya pemotongan PPh pasal 21!

7. Teja status kawin dengan 1 anak pegawai PT. Mulia, pensiunan tahun 2009.

Tahun 2009 Teja menerima pensiun sebulan Rp 2.000.000,00. Hitunglah

besarnya pemotongan PPh pasal 12!

8. Ikhasan Alisyahbani adalah pegawai tetap di PT. Tiurmas Lampung Indah. Ia

memperoleh gaji bulan Desember sebesar Rp 2.200.000,00 menerima THR

sebesar Rp 600.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 25.000,00

sebulan. Ikhsan Alisyahbani menikah tetapi belum mempunyai anak (status

K/0). Hitunglah besarnya pemotongan PPh pasal 21.

9. Ali seorang penceramah memberikan ceramah pada lokakarya dan menerima

honorarium Rp 1.000.000,00. Berapa Besarnya pemotongan PPh dengan tarif

sesuai dengan ketentuan UU pasal 17?

10. Eko pada bulan Agustus 2009 bekerja sebagai buruh harian pada PT. Dayat

Harini Perkasa. Ia bekerja sehari sebesar Rp 120.000,00. Berapakah besarnya

PPh pasal 21 yang terutang?

perbaikan

1. Bagaimana cara menghitung pemotong PPh pasal 21 untuk pegawai tetap

2. Bagaimana cara menghitung pemotong PPh pasal 21 untuk pegawai tetap yang

memperoleh uang lembur

3. Berdasarkan ketentuan Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan

undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara

perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang nomor 16

tahun 2009, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak. Jelaskan

hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak tersebut.

4. Jelaskan petunjuk umum pengisian SPT Masa PPh pasal 21

5. SSP Standar dibuat dalam rangkap 5 (lima) jelaskan.

Pengayakan

1. Jelaskan petunjuk khusus untuk mengisi bagian induk SPT Masa PPh pasal 21

dan/atau pasl 26!

2. Jelaskan petunjuk khusus untuk mengisi bagian A SPT Masa PPh pasal 21

dan/atau pasal 26

3. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan Wajib Pajak dalam mengisi SPT

Tahunan PPh pasal 21!

4. Bagaimana perlakuan terhadap SPT yang tidak lengkap!

5. Sebutkan pemotong PPh pasal 21 dan/atau pasal 26

Page 59: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG

PRIBADI DAN WAJIB PAJAK BADAN

A. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

1. Jenis SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Untuk Wajib Pajak orang pribadi terdapat 3 (tiga) jenis SPT tahunan PPh yaitu

sebagai berikut:

a. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi 

bentuk Formulir 1770

Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan

Wajib Pajak Orang Pribadi (Formulir 1770) bagi Wajib Pajak yang

mempunyai penghasilan:

1) dari usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau

Norma Penghitungan Penghasilan Neto;

2) dari satu atau lebih pemberi kerja;

3) Penghasilan lain, adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II

PER – 34/PJ/2010.

b. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi 

bentuk Formulir 1770 S

Bentuk Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

Sederhana (Formulir 1770 S) bagi Wajib Pajak yang mempunyai

penghasilan:

1) dari satu atau lebih pemberi kerja;

2) dari dalam negeri lainnya; dan/atau

3) yang dikenakan Pajak Penghasilan final dan/atau bersifat final,adalah

sebagaimana tercantum dalam Lampiran III PER – 34/PJ/2010.

c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi 

bentuk Formulir 1770 SS

Bentuk Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi

Sangat Sederhana (Formulir 1770 SS) bagi Wajib Pajak:

1) yang mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dengan

jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari Rp60.000.000,00

(enam puluh juta rupiah) setahun dan

2) tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan berupa bunga bank

dan/atau bunga koperasi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran

V PER – 34/PJ/2010.

Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan

dengan menggunakan Formulir 1770 SS maka Lampiran Bukti Pemotongan

Page 60: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Pajak Penghasilan Pasal 21 berupa Bukti Pemotongan 1721 A1 dan/atau 1721

A2 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Formulir 1770 SS.

2. Dokumen-dokumen yang dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh Wajib Pajak

orang pribadi

a. Neraca dan Laporan Laba Rugi tahun yang bersangkutan beserta

rekonsiliasi fiskal

b. Daftar penghitungan penyusutan dan atau amortisasi fiskal.

c. Penghitungan kompensasi kerugian, dalam hal terdapat sisa kerugian

tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.

d. SSP PPh pasal 29 yang seharusnya dalam hal terdapat kekurangan pajak

yang terutang, kecuali ada izin untuk mengangsur/menunda pembayaran

PPh 29.

e. Surat Kuasa Khusus dalam hal SPT ditandatangani oleh bukan Wajib

Pajak, atau Surat Keterangan Kematian dari instansi yang berwenang

dalam hal ditandatangani oleh Ahli Waris.

f. Fotocopy formulir 1721- A1 dan atau 1721- A2, dalam hal Wajib Pajak

menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan yang sudah

dipotong pajaknya oleh pemberi kerja.

g. Penghitungan PPh terutang oleh masing-masing Wajib Pajak yang kawin

dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

h. Daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungan Wajib Pajak.

i. Bukti setoran zakat atas penghasilan yang dibayar WP orang pribadi

pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat

yang dibentuk dan disahkan oleh Pemerintah.

j. Lampiran-lampiran lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskan

penghitungan besarnya PKP atau besarnya PPh Pasal 25.

3. Cara menghitung PPh Wajib Pajak orang pribadi

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam melakukan perhitungan Pajak

Penghasilan (PPh) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri secara

umum. Perhitungan ini berguna untuk mengisi SPT Tahunan PPh Orang

Pribadi.

a. Identifikasi Jenis Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final.

Penghasilan yang sudah dikenakan Pajak Penghasilan final tidak dihitung

lagi PPh nya dalam SPT Tahunan. Demikian juga PPh Final yang sudah

dipotong atau dibayar tidak akan dikreditkan dalam SPT Tahunan.

Beberapa jenis penghasilan yang dikenakan PPh final di antaranya adalah

bunga deposito/tabungan, hadiah undian, laba dari transaksi penjualan

Page 61: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

tanah/bangunan, dan penghasilan dari transaksi penjaualan saham di bursa

efek.

b. Identifikasi Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak

Ada beberapa jenis penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Undang-undang Pajak Penghasilan di

antaranya adalah bantuan, sumbangan dan warisan. Penghasilan-

penghasilan ini tidak dikenakan Pajak Penghasilan sehingga harus kita

keluarkan dari daftar penghasilan yang menjadi dasar perhitungan Pajak

Penghasilan. 

c. Identifikasi Jenis Penghasilan Selain Penghasilan Yang Dikenakan PPh

Final dan Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak

Penghasilan yang tidak dikenakan PPh Final dan juga yang bukan

termasuk penghasilan yang bukan objek pajak inilah yang merupakan

dasar kita melakukan perhitungan Pajak Penghasilan dalam satu tahun

pajak yang akan dituangkan dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

d. Identifikasi Jenis Penghasilan Yang Objek Pajak Tidak Final

Setelah kita mendapatkan penghasilan yang merupakan objek pajak tetapi

tidak final sebagaimana dalam langkah ketiga, maka selanjutnya kita

identifikasikan penghasilan-penghasilan ini ke dalam tiga jenis

penghasilan yaitu :

1) Penghasilan dari Usaha/Pekerjaan Bebas

2) Penghasilan dari Pekerjaan

3) Penghasilan Lain-lain

e. Hitung Penghasilan Neto Masing-masing Jenis Penghasilan

Penghasilan neto tiap-tiap jenis penghasilan dihitung dengan cara

penghasilan bruto dikurangi dengan pengurang atau biaya. Masing-

masing jenis penghasilan berbeda jenis pengurangnya. Untuk penghasilan

dari usaha/pekerjaan bebas, pengurangnya adalah biaya-biaya usaha yang

terkait dengan usaha/pekerjaan bebas seperti biaya pegawai, biaya

administrasi, biaya pemasaran, biaya penyusutan atau biaya sewa.

Perhatikan juga dalam bagian ini biaya yang dapat dibebankan

(deductible) dan biaya yang tidak dapat dibebankan (non deductible).

Untuk penghasilan dari pekerjaan, pengurangnya adalah iuran

pensiun/THT yang berasal dari gaji dan biaya jabatan. Sementara itu

penghasilan lain-lain, seperti dividen, komisi atau hadiah pengurangnya

adalah biaya yang terkait dengan perolehan penghasilan tersebut.

 

Page 62: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

f. Jumlahkan Seluruh Penghasilan Neto

Penghasilan neto masing-masing jenis penghasilan kita jumlahkan

(termasuk penghasilan istri yang digabung dan penghasilan anak yang

belum dewasa).

g. Hitung Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan Kena Pajak diperoleh dari total penghasilan neto dikurang

dengan zakat atas penghasilan, kompensasi kerugian dan Penghasilan

Tidak Kena Pajak (PTKP). h. Hitung Pajak Penghasilan Terutang

Pajak Penghasilan (PPh) terutang dihitung dengan cara mengalikan

Penghasilan Kena Pajak dengan tarif Pasal 17 atau tarif umum.

4. Cara mengisi SPT PPh Wajib Pajak pribadi

Untuk bisa mengisi atau menyampaikan SPT, Wajib Pajak harus memiliki

NPWP. NPWP ini diibaratkan sebagai identitas pribadi Wajib Pajak. Untuk

mendapatkan NPWP ini caranya cukup dengan menyerahkan KTP bagi

penduduk Indonesia dan Paspor bagi warga Negara asing. Jika tidak

mempunyai NPWP, maka kewajiban pajak anda tidak akan terdokumentasi

dengan baik. Bahkan, menurut aturan perundang-undangan yang berlaku

disebutkan bahwa Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP (untuk PPh pasal

21) akan dikenakan pajak 20% lebih tinggi dari yang seharusnya. PPh pasal

21 adalah pajak penghasilan karyawan yang bekerja.

Sebenarnya dalam SPT ini termuat empat bagian penting yakni penghasilan

Wajib Pajak, jumlah pajak yang harus dibayar, jumlah pajak yang telah

dipungut, serta harta dan kewajiban. Keempat informasi tersebut adalah

bagian terpenting yang harus diisi oleh Wajib Pajak.

Terkait formulir SPT Tahunan PPh ini perlu diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Mulai tahun pajak 2009, SPT Tahunan PPh tidak lagi dikirim ke alamat

Wajib Pajak. Wajib Pajak diharuskan mengambil sendiri formulir SPT

Tahunan PPh di kantor pelayanan pajak (KPP), kantor pelayanan

penyuluhan dan konsultasi perpajakan (KP2KP), pojok pajak dan mobil

pajak keliling yang sedang beroperasi, atau dapat juga diunduh

(download) dari website www.pajak.go.id

b. Apabila Wajib Pajak mengalami kesulitan dalam mengambil SPT

Tahunan PPh, misalnya para pekerja pabrik, supermarket, perkebunan,

dan sebagian dapat dilakukan pengambilan secara kolektif oleh salah

seorang wakil perusahaan ke kantor pajak terdekat atau dapat dikirimkan.

Page 63: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

c. Formulir SPT Tahunan PPh dapat juga dicetak, digandakan dan/atau

difotocopy dengan syarat tidak mengubah bentuk, ukuran dan formatnya.

Pelayanan penyediaan formulir SPT Tahunan PPh tidak dipungut biaya

apapun (gratis).

a. Persiapan sebelum mengisi SPT Tahunan PPh orang pribadi

1) Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya hanya dari satu

pemberi kerja termasuk pensiunan dengan jumlah penghasilan bruto

dari pekerjaan tersebut tidak melebihi Rp 60.000.000 setahun dan

tidak terdapat penghasilan lainnya kecuali penghasilan dari bunga

bank dan bunga koperasi:

a) Bukti pemotongan PPh atas penghasilan dari pekerjaan (formulir

1721 A-1/1721 A-2) dari pemberi kerja;

b) Rekapitulasi jumlah harta dan kewajiban/ utang.

2) Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya diperoleh dari satu

atau lebih pemberi kerja, mempunyai penghasilan dalam negeri

lainnya atau mempunyai penghasilan yang dikenakan PPh final

sebagai berikut:

a) Bukti pemotongan PPh atas penghasilan dari pekerjaan;

b) Rincian perighasilan lainnya selain yang berasal dari pekerjaan

(apabila ada);

c) Bukti pembayaran, seperti pembayaran. Zakat yang dibayar ke

Badan Amil Zakat atau lembaga Amil Zakat yang disahkan oleh

Departemen Agama, atau pembayaran Fiskal Luar Negeri;

d) Rincian harta dan kewajiban/hutang, misalnya untuk rumah dan

tanah lihat SPPT PBB-nya, kendaraan Iihat BPKB-nya, dan

dokumen lainya yang menunjukan kepemilikan harta.

e) Data lainnya, seperti Daftar Susunan Keluarga.

3) Bagi orang pribadi yang penghasilannya bersumber antara lain dari

usaha dan/atau pekerjaan bebas, dan dari satu atau lebih pemberi

bekerja serta penghasilan lainnya, yang menyelenggarakan

pembukuan atau dengan norma penghitungan penghasilan neto:

a) Neraca dan Laporan Laba Rugi (bagi orang pribadi yang

menyelenggarakan pembukuan) atau Rekapitulasi Bulanan

Peredaran Bruto (bagi orang pribadi yang menyelenggarakan

pencatatan);

Page 64: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

b) Bukti pemotongan PPh atas penghasilan yang berasal dari dalam

negeri maupun luar negeri (apabila ada penghasilan yang dipotong

oleh pemberi penghasilan);

c) Rincian penghasilan selain yang berasal dari usaha dan/atau

pekerjaan bebas;

d) Bukti pembayaran, seperti pembayaran Zakat yang dibayar ke

Badan Amil Zakat atau lembaga Amil Zakat yang disahkan oleh

Departemen Agarna;

e) Pembayaran Fiskal Luar Negeri;

f) Pembayaran angsuran PPh Pasa l 25;

g) Daftar Harta dan Kewajiban/hutang, misalnya urituk rumah dan

tanah cukup melihat SPPT PBB-nya, untuk kendaraan Iihat

BPKB-nya, dan dokumen lainya yang menunjukan kepemilikan

harta;

h) Data lainnya, seperti Daftar Susunan Keluarga dan Surat

Pemberitahuan Penghitungan Penghasilan Neto bagi Wajib Pajak

yang menggunakan norma penghitungan penghasilan neto.

Cara pengisian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi diisi

dimulai dari halaman terakhir dan dilanjutkan ke halaman berikutnya

(misalnya dari Formulir 1770 IV, dilanjutkan ke 1770 III dan

seterusnya) dan terakhir halaman depan atau formulir induk. Wajib

Pajak atau kuasanya wajib menandatangani SPT Tahunan PPh

tersebut. SPT Tahunan PPh berisikan penghitungan PPh atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun.

Penghasilan menurut ketentuan Undang-undang pajak penghasilan

adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak baik dari Indonesia maupun di luar Indonesia

yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan anam dan dalam bentuk

apapun. Contoh penghasilan yang dikenakan PPh adalah penghasilan

dari pekerjaan (gaji, honorarium, upah, fee, bonus, THR), penghasilan

dari usaha (hasil berdagang, jasa), penghasilan dari modal (bunga

bank, sewa tanah dan/atau bangunan, pengalihan hak atas tanah

dan/atau bangunan) dan penghasilan lainnya. Apabila penghasilan

yang diterima atau diperoleh tersebut dalam SPT Tahunan PPh Wajib

Pajak orang pribadi. Wajib Pajak yang dipotong PPh-nya oleh pihak

pemberi penghasilan wajib meminta bukti potong PPh-nya. Dalam

Page 65: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

mengisi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak orang pribadi, Wajib Pajak

perlu mengetahui besarnya penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dan

tarif pajak penghasilan (PPh) bagi Wajib Pajak orang pribadi (WP

OP)

Daftar penghasilan tidak kena pajak

No Status Kode Jumlah1 WP Tidak Kawin + 0 Tanggungan TK/- 15.840.0002 WP Tidak Kawin + 1 Tanggungan TK/1 17.160.0003 WP Tidak Kawin + 2 Tanggungan TK/2 18.480.0004 WP Tidak Kawin + 3 Tanggungan TK/3 18.800.0005 WP Kawin + 0 Tanggungan K/- 17.160.0006 WP Kawin + 1 Tanggungan K/1 18.480.0007 WP Kawin + 2 Tanggungan K/2 19.800.0008 WP Kawin + 3 Tanggungan K/3 21.120.0009 WP Kawin + penghasilan istri digabung + 0 Tanggungan K/I/- 33.000.00010 WP Kawin + penghasilan istri digabung + 1 Tanggungan K/I/1 34.320.00011 WP Kawin + penghasilan istri digabung + 2 Tanggungan K/I/2 35.640.00012 WP Kawin + penghasilan istri digabung + 3 Tanggungan K/I/3 36.960.000

Page 66: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

b. Bentuk Formulir dan contoh pengisian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak

Orang Pribadi

Berikut ini adalah contoh bagaimana cara mengisi SPT Tahunan 2009

bagi Wajib Pajak orang pribadi yang mengunakan formulir 1770 SS.

Formulir ini hanya boleh digunakan wajib orang pribadi yang

penghasilannya berasal dari pemberi kerja saja dengan penghasilan bruto

setahun lebih dari Rp 60.000.000,00.

Budi Hartadi (NPWP 07.123.456.7.013.000) bekerja pada PT. Harapan

Jaya di Jakarta. Pada tahun 2009, budi hartadi mendapatkan gaji Rp

3.000.000,00 sebuandan tunjangan transport Rp 500.000,00 sebulan. Budi

hartadi jua mendapatkan THR satu gaji (Rp 3.000.000,00) pada bulan

Oktober. Iuran pensiun tiap bulan dibayar oleh Budi Hartadi berstatus

menikah dengan satu orang anak. Budi hartadi tidak memiliki penghasilan

selain pada tahun 2009.

Jumlah nilai harta Budi Hartadi pada akhir tahun 2009 adalah Rp

98.000.000,00 dan jumlah hutang pada akhir tahun 2009 adalah Rp

62.000.000,00.

PT Harapan Jaya sebagai pemberi kerja berkewajiban memotong PPh

pasal 21 atas penghasilan berupa gaji dan penghasilan lain yang

dibayarkan kepada pegawainya, termasuk Budi Hartadi. Pemotongan

dilakukan secara bulanan dan setiap ada pembayaran penghasilan. PT

Harapan Jaya wajib membuat bukti pemotongan PPh pasal 21 kepada

pegawai tetap ketika satu tahun kalender berakhir. Bukti potong PPh pasal

21 untuk pegawai tetap ini dinamakan formulir 1721-Ai atau 1721-A2

(untuk PNS).

Budi Hartadi, sebagai pegawai tetap, juga menerima bukti pemotongan

PPh pasal 21 (1721-A1). Dalam formulir ini akan dicantumkan beberapa

total penghasilan setahun, cara penghitungan PPh pasal 21 setahun, PPh

pasal 21 yang terutang dalam satu tahun dan PPh pasal 21 yang sudah

dipotong selama setahun. Bentuk formulir 1721-A1 yang diterima Budi

Hartadi adalah sebagai berikut:

Page 67: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

Angka yang harus diperhatikan adalah angka pada nomor 9, jumlah

penghasilan bruto. Dalam kasus ini, penghasilan bruto Budi Hartadi

adalah Rp 45.000.000,00 karena masih di bawah Rp 60.000.000,00 maka

Budi Hartadi berhak untuk menggunakan formulir SPT Tahunan 1770 SS.

Langkah berikutnya adalah mengisi SPT

Langkah berikutnya adalah mengisi SPT Tahunan 1770 SS. Cara mengisi

SPT Tahunan 1770 SS ini adalah sebagai berikut:

1) Isikan tahun pajak (2009) di bagian kanan atas formulir 1770 SS.

2) Isikan identitas Wajib Pajak (dalam hal ini BUDI HARTADI): nama,

NPWP, Pekerjaan, dan nomor telpon.

3) Isikan jumlah harta pada akhir 2009 (Rp 98.000.000,00)

4) Isikan jumlah hutang/kewajiban pada akhir tahun 2009 (Rp

62.000.000,00)

5) Isikan tanggal pada waktu mengisi SPT ini (missal 01 maret 2010)

6) Jangan lupa di tanda tangani.

Page 68: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

7) Lampirkan formulir 1721-A1 yang diperoleh dari PT. Harapan Jaya.

8) Masukkan ke dalam amplop tertutup.

9) Tuliskan dalam amplop bagian luar, nama, NPWP, status SPT (dalam

kasus ini nihil), dan nomor telpon

10) Sampaikan di kantor pajak/pojok pajak/mobil pajak terdekat.

11) Dapatkan tanda terima penyampaian SPT Tahunan.

Contoh kasus

Gunawan telah mendapatkan presetujuan dari KPP atas permohonan

perpanjangan SPT Tahunan PPh orang pribadi tahun 2006 sampai dengan

tanggal 30 Juni 2009.

Perhitungan sementara sebagai berikut:

Penghasilan Kena Pajak Rp 120.000.000,00

PPh terutang Rp 16.250.000,00

Kredit Pajak Rp 10.000.000,00

PPh harus bayar Rp 6.250.000,00

PPh pasal 29 tersebut dibayar 25 maret 2009

PKP 2008 sebenarnya Rp 140.000.000,00

Pertanyaan

1. Apa syarat yang harus dipenuhi gunawan apabila ingin

memperpanjang SPT Tahunan PPh 2008?

2. Hitung besarnya pajak yang harus dibayar ditambah sanksi

kelambatan pembayaran (s.d. 30 Juni 2009)?

Penyelesaian kasus SPT:

1. Mengajukan permohonan secara tertulis (formulir 1770 Y) sebelum

batas waktu penyampaian SPT berakhir dengan menyebutkan

alasannya.

2. Menyampaikan surat pernyataan perhitungan sementara PPh orang

pintar yang terutang tahun 2008 dan dilampiri laporan keuangan

sementara tahun 2008

3. Melampirkan bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak terutang

dengan menggunakan SSP.

4. Besarnya pajak dan saksi administrasi adalah sebagai berikut:

Penghasilan Kena Pajak 2008 Rp 140.000.000,00

Page 69: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

PPh terutang Rp 21.250.000,00

Kredit pajak Rp 10.000.000,00

PPh kurang bayar Rp 11.250.000,00

PPh sudah dibayar per 25-03-09 Rp 6.250.000,00

Kekurangan pembayaran pajak Rp 5.000.000,00

Lama kelambatan membayar 3 bulan sehingga, bunga harus dibayar

sebesar 3 x 2% x Rp 5.000.000,00 = Rp 300.000,00

Pajak yang harus dibayar Rp 5.300.000,00

B. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan

1. Bentuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak badan

a. Bentuk formulir SPT Tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak badan

(formulir 1771 dan lampiran-lampirannya) adalah sebagaimana tercantum

dalam lampiranVI PER-34/PJ/2010.

b. Bentuk formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan bagi

Wajib Pajak yang diijinkan menyelenggarakan pembukuan dalam mata

uang Dollar Amerika Serikat (Formulir 1771/$ dan lampiran-

lampirannya) adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran VII PER-

34/PJ/2010.

2. Dokumen-dokumen yang dilampirkan dalam SPT Tahunan Wajib Pajak

badan

a. Neraca dan Laporan Laba Rugi Tahun Pajak yang bersangkutan beserta

rekonsiliasi laba rugi fiskal.

b. Daftar penghitungan penyusutan dan atau amortisasi fiskal.

c. Penghitungan kompensasi kerugian dalam hal terdapat sisa kerugian

tahun-tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.

d. SSP PPh pasal 29 yang seharusnya dalam hal terdapat kekurangan pajak

yang terutang

e. Surat Kuasa Khusus, apabila SPT ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak.

f. Lampiran-lampiran lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskan

penghitungan besarnya PKP atau besarnya PPh Pasal 25.

g. Khusus untuk WP Bank, wajib melampirkan daftar debitur yang kreditnya

digolongkan kurang lancar, diragukan dan macet. (SE-

08/PJ.42/2002)

3. Cara menghitung SPT Tahunan PPh Wajib Pajak badan

Lapisan PKP Cakupan Tarif Pengurangsampai dengan Rp 50.000.000,00 10% Rp 0

Page 70: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

sampai dengan Rp 100.000.000,00 15% Rp 2.500.000 di atas Rp 100.000.000,00 30% Rp 1.750.000

4. Cara mengisi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak badan

Pada akhir tahun pajak, setiap Wajib Pajak harus memberikan laporan SPT

yang disampaikan ke masing-masing Kantor Pelayanan Pajak yang

bersangkutan, dalam pengisian ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam

pengisian SPT adalah sebagai berikut:

a. Wajib Pajak harus mendaftarkan diri terlebih dahulu di kantor pelayanan

pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat Wajib Pajak berkedudukan

untuk memperoleh NPWP.

b. Tempat pengambilan SPT tahunan PPh Wajib Pajak badan.

SPT harus diambil sendiri oleh Wajib Pajak di tempat-tempat sebagai

berikut:

1) Kantor Layanan Pajak

2) Kantor Penyuluhan Pajak

c. Bahasa dan mata uang yang digunakan dalam pengisian SPT

menggunakan bahasa Indonesia dengan mata uang rupiah. Penggunaan

mata uang asing dan bahasa asing harus mendapatkan izin dari menteri

keuangan.

d. Cara penyajian angka rupiah

Pengisian angka-angka rupiah dalam SPT tahunan PPh berikut lampiran-

lampirannya dinyatakan dalam rupiah penuh kecuali ditentukan lain

dalam formulir yang bersangkutan.

e. Batas waktu penyampaian SPT

SPT yang telah diisi dengan benar, lengkap dan telah ditandatangani harus

disampaikan selamat-lambatnya tanggal 31 maret pada tahun berikutnya.

f. Tempat penyampaian SPT Tahunan PPh

SPT Tahunan harus disampaikan ke kantor pelayanan pajak dimana Wajib

Pajak terdaftar atau kantor penyuluhan pajak yang wilayah kerjanya

meliputi tempat kedudukan Wajib Pajak.

Ikhtisar materi

Page 71: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

1. Jenis SPT Tahunan PPh Wajib Pajak orang pribadi

a. Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak orang

pribadi bentuk formulir 1770

b. Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan pajak penghasilan orang pribadi bentuk

formulir 1770S

c. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak orang

pribadi bentuk formulir 1770SS

2. Cara menghitung PPh Wajib Pajak orang pribadi

a. Identifikasi Jenis Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final.

b. Identifikasi Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak

c. Identifikasi Jenis Penghasilan Selain Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final

dan Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak

d. Identifikasi Jenis Penghasilan Yang Objek Pajak Tidak Final

e. Hitung Penghasilan Neto Masing-masing Jenis Penghasilan

f. Jumlahkan Seluruh Penghasilan Neto

g. Hitung Penghasilan Kena Pajak

h. Hitung Pajak Penghasilan Terutang

3. Cara mengisi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak orang pribadi diisi dimulai dari

halaman terakhir dilanjutkan ke halaman berikutnya (misalnya formulir 1770 IV,

dilanjutkan ke 1770 III, dan seterusnya) dan terakhir halaman depan atau formulir

induk.

4. Bentuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak badan.

a. Bentuk formulir SPT Tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak badan

(formulir 1771 dan lampiran-lampirannya) adalah sebagaimana tercantum

dalam lampiranVI PER-34/PJ/2010.

b. Bentuk formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan bagi

Wajib Pajak yang diijinkan menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang

Dollar Amerika Serikat (Formulir 1771/$ dan lampiran-lampirannya) adalah

sebagaimana tercantum dalam lampiran VII PER-34/PJ/2010.

5. Tempat pengambilan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan

a. Kantor pelayanan pajak

b. Kantor penyuluhan pajak

UJI KOMPETENSI

Page 72: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan cara member tanda silang

(X) pada huruf a, b, c, d, atau e.

1. Bentuk formulir Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan

Wajib Pajak orang pribadi dari usaha/pekerjaan bebas yang

menyelenggarakan pembukuan atau norma penghitungan penghasilan neto

adalah …..

a. Formulir 1770

b. Formulir 1770 S

c. Formulir 1770 SS

d. Formulir 1770 II

e. Formulir 1770 III

2. Bentuk formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi

sederhana (formulir 1770-S) bagi wajib pajakyang mempunyai penghasilan

lebih dari satu atau lebih pemberi kerja adalah …

a. Formulir 1770

b. Formulir 1770 S

c. Formulir 1770 SS

d. Formulir 1770 II

e. Formulir 1770 III

3. Dalam hal wajib pajak menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan

dengan menggunakan formulir 1770 SS maka lampiran Bukti Pemotongan

Pajak Penghasilan Pasal 21 berupa bukti pemotongan 1721 A1 dan/atau 1721

A2 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ….

a. Formulir 1770

b. Formulir 1770 S

c. Formulir 1770 SS

d. Formulir 1770 II

e. Formulir 1770 III

4. Berikut jenis penghasilan yang bukan merupakan obyek pajak berdasarkan

pasal 4 ayat (3) Undang-undang pajak penghasilan adalah ….

a. Honorarium

b. Hadiah

c. Sumbangan

d. Uang lembur

e. Laba usaha

5. Mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pasal 17 atau tarif umum

adalah menghitung ….

Page 73: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

a. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

b. Penghasilan Kena Pajak (PKP)

c. Pajak Penghasilan (PPh) Terutang

d. Penghasilan bruto

e. Penghasilan neto

6. Berikut merupakan bagian penting yang termuat dalam SPT, kecuali ….

a. Penghasilan wajib pajak

b. Jumlah pajak yang harus dibayar

c. Jumlah pajak yang telah dipungut

d. Harta dan kewajiban

e. Daftar pemotongan pajak

7. Cara pengisian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak orang pribadi diisi dimulai

dari ….

a. Halaman depan ke halaman belakang

b. Halaman terakhir ke halaman depan

c. Halaman depan

d. Halaman terakhir

e. Halaman tengah ke halaman akhir

8. Jumlah PTKP untuk wajib pajak kawin mempunyai 3 (tiga) tangungan sesuai

dengan undang-undang yang mulai berlaku januari 2009 sebesar …

a. Rp 21.120.000,00

b. Rp 17.160.000,00

c. Rp 19.800.000,00

d. Rp 33.000.000,00

e. Rp 15.840.000,00

9. Besarnya tarif PPh wajib pajak badan untuk PKP sampai Rp 100.000.000,00

adalah ….

a. 10%

b. 15%

c. 25%

d. 5%

e. 35%

10. Suatu tempat dimana memberikan pelayanan untuk pengambilan SPT

Tahunan Wajib Pajak adalah ….

a. Kantor Dinas Menteri Keuangan

b. Kantor Cabang Pembantu Perpajakan

c. Kantor Pusat Pemerintah

Page 74: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

d. Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

e. Kantor Pemerintah Daerah

11. Apabila wajib pajak mengalami kesulitan dalam mengambil SPT Tahunan

PPh, misalnya para pekerja pabrik, supermarket, perkebunan, dan sebagainya.

Maka pengambilannya dapat dilakukan secara ….

a. Salah seorang wakil perusahaan ke kantor pajak terdekat

b. Tidak perlu mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan PPh.

c. Hanya dilakukan oleh pimpinan perusahaan saja.

d. Hanya melampirkan bukti-bukti yang diperlukan saja tanpa mengisi SPT

Tahunan PPh.

e. Melaporkan dan menyampaikan SPT Tahun depan.

12. Untuk menghitung SPT Tahunan wajib badan, lapisan PKP di atas Rp

100.000.000,00 dengan pengurangan ….

a. Rp 2.500.000,00

b. Rp 3.000.000,00

c. Rp 1.000.000,00

d. Rp 12.000.000,00

e. Rp 12.500.000,00

13. Berikut jenis penghasilan yang dikenakan PPh final, kecuali …

a. Bunga deposito/tabungan

b. Hadiah undian

c. Laba dari transaksi penjualan tanah/bangunan

d. Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek

e. Premi asuransi

14. Biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan untuk dibebankan adalah

biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan badan berkaitan dengann

ushaa atau kegiatan Badan Usaha Tetap (BUT) yang besarnya ditetapkan oleh

a. Direktur Jenderal Pajak

b. Menteri Keuangan

c. Petugas pajak

d. Undang-undang perpajakan

e. Pengusaha

15. Sarana penyuluhan dan pelayanan perpajakan bagi masyarakat dan atau wajib

pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakanya yang ditempatkan di

pusat-pusat perbelanjaan, pusat bisnis atau tempat-tempat tertentu lainnya di

seluruh Indonesia disebut ….

Page 75: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

a. Kantor Pelayanan Pajak (PKP)

b. Pajak online

c. Pojok pajak

d. Kantor direktorat pajak

e. Kantor pos persepsi

16. Surat kuasa khusus dalam hal SPT ditandatangani oleh …

a. Wajib pajak

b. Bukan wajib pajak

c. Subjek pajak

d. Objek pajak

e. Wajib badan

17. Formulir 1770 SS hanya boleh digunakan oleh wajib pajak orang pribadi

yang penghasilannya berasal dari satu pemberi kerja saja dengan penghasilan

bruto setahun tidak lebih dari …

a. Rp 50.000.000,00

b. Rp 30.000.000,00

c. Rp 60.000.000,00

d. Rp 55.000.000,00

e. Rp 45.000.000,00

18. Apabila Surat Pemberitahuan PPh wajib badan tidak disampaikan dalam

jangka waktu pelaporan atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat

Pemberitahuan, maka dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar ….

a. Rp 2.000.000,00

b. Rp 1.000.000,00

c. Rp 500.000,00

d. Rp 1.500.000,00

e. Rp 2.500.000,00

19. Apabila Surat Pemberitahuan PPh wajib pajak orang pribadi tidak

disampaikan dalam jangka waktu pelaporan atau batas waktu perpanjangan

penyampaian Surat Pemberitahuan, maka dikenakan sanksi administrasi

berupa denda sebesar ….

a. Rp 200.000,00

b. Rp 150.000,00

c. Rp 175.000,00

d. Rp 100.000,00

e. Rp 50.000,00

Page 76: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan

20. Sebagai sarana untuk melaporkan/mempertanggungjawabkan pajak yang

dipotong atau dipungut dan disetor merupakan fungsi SPT bagi …

a. PKP

b. Wajib Pajak

c. Pemotong atau Pemungut

d. Wajib pajak orang pribadi

e. Wajib pajak badan

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar

1. Apa yang dimaksud dengan Badan Usaha Tetap (BUT)

2. Bagaimana bunyi pasal pajak penghasilan pasal 24?

3. Sebutkan langkah-langkah untuk menghitung PPh Wajib Pajak orang pribadi!

4. Menurut undang-undang No. 17 tahun 2000, jelaskan penetapan tarif pajak

untuk wajib pajak orang pribadi!

5. Jumlah PKP untuk wajib pajak badan dalam negeri (BUT) sebesar Rp

300.000.000,00. Berapa PPh terutangnya.

6. Sebutkan fungsi SPT PPh Tahunan wajib pajak.

7. Sebutkan fungsi SPT Tahunan bagi PKP

8. Bagaimana cara perpanjangan SPT Tahunan

9. Kapan SPT dianggap tidak disampaikan

10. Jelaskan persyaratan melakukan pembetulan SPT!

C. Perbaikan

1. Identifikasi jenis penghasilan yang objek pajak tidak final meliputi 3 (tiga)

hal, sebutkan!

2. Bagi orang pribadi yang sumber penghasilannya diperoleh dari satu atau lebih

pemberi kerja, mempunyai penghasilan dalam negeri lainnya tau mempunyai

penghasilan yang dikenakan PPh final. Sebutkan persiapan-persiapan

sebelum melakukan pengisian SPT tahunan wajib pajak orang pribadi !

3. Bagaimana cara pengisian formulir SPT Tahunan PPh wajib pajak orang

pribadi?

4. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengisian SPT Tahunan

wajib pajak badan!

5. Sebutkan tempat-tempat yang ditunjuk untuk pengambilan SPT!

Page 77: blognyamuhda.files.wordpress.com€¦  · Web viewLaba usaha. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Penerimaan kembali pembayaran atau pajak yang telah dibebankan