thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keselamatan (safety) menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green Productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit (Depkes RI, 2006). Menurut Permenkes Nomor 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis

Transcript of thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara...

Page 1: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keselamatan (safety) menjadi isu global termasuk juga untuk rumah

sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah

sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau

petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang

bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan

lingkungan (green Productivity) yang berdampak terhadap pencemaran

lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan

kelangsungan hidup rumah sakit (Depkes RI, 2006).

Menurut Permenkes Nomor 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit

membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengkajian risiko,

identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimkan risiko dan mencegah

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Program patient safety dilakukan untuk menjamin keselamatan

pasien di rumah sakit melalui pencegahan terjadinya kesalahan dalam

memberikan pelayanan kesehatan antara lain : infeksi nosokomial, pasien

jatuh, pasien dicubitus, plebitis pada pemasangan infus, tindakan bunuh

1

Page 2: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

2

diri yang bisa dicegah, kegagalan profilaksis (Kusnanto, 2007). Penggunaan

komunikasi yang tepat dengan read back telah menjadi salah satu sasaran dari

program patient safety yaitu peningkatan komunikasi yang efektif. Menurut

Vardaman (2012) bahwa S-BAR dapat berfungsi sebagai alat untuk

standarisasi komunikasi antara perawat dan dokter. Jurnal ini menunjukkan

bahwa S-BAR dapat membantu dalam pengembangan skema yang

memungkinkan membuat keputusan yang cepat oleh perawat.

Komunikasi ISBAR dan S-BAR adalah komunikasi dengan

menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi sehingga dapat

ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien. Komunikasi dengan

menggunakan alat terstruktur ISBAR dan S-BAR (Introduction, Situation,

Background, Assesment, Recomendation) untuk mencapai ketrampilan

berfikir kritis, dan menghemat waktu. (NHS, 2012).

Tenaga kesehatan secara umum merupakan satu kesatuan tenaga yang

terdiri dari tenaga medis, tenaga perawatan, tenaga paramedis non

perawatan dan tenaga non medis. Semua kategori tenaga kesehatan yang

bekerja di rumah sakit, tenaga perawat merupakan tenaga terbanyak dan

mereka mempunyai waktu kontak dengan pasien lebih lama dibandingkan

tenaga kesehatan yang lain, sehingga mereka mempunyai peranan penting

dalam menentukan baik buruknya mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit

(KARS, 2006).

Meningkatkan komunikasi yang efektif merupakan kunci bagi staf

untuk mencapai keselamatan pasien berdasarkan standar keselamatan pasien

Page 3: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

3

di rumah sakit. Komunikasi yang tidak efektif adalah hal yang paling sering

disebutkan sebagai penyebab dalam kasus-kasus Sentinel . Komunikasi harus

tepat pada waktunya, akurat, komplit, tidak rancu dan dimengerti oleh

penerima. Penelitian menunjukan bahwa penundaan dalam menanggapi hasil

yang penting mempengaruhi secara negatif hasil akhir pasien (JCI, 2007)

Menerapkan sebuah proses/ prosedur berupa perintah yang

disampaikan melalui telepon (lisan), atau penyampaian hasil uji klinis sangat

penting, sehingga harus diverifikasi dengan mengulang selengkapnya

perintah atau pun hasil uji klinis yang diterima, serta harus dilakukan oleh

orang yang menerima informasi tersebut. Rumah Sakit harus

mengembangkan dan mensosialisasikan sebuah sistem dimana semua

perintah maupun hasil uji yang diterima harus diverifikasi atau dibacakan

ulang kepada pihak yang memberi perintah atau hasil uji klinis tersebut. Hal

ini termasuk pula proses dokumentasi dan penandatanganan sebagai bentuk

konfirmasi atas perintah/ hasil uji yang diterima.

Mengidentifikasi pasien dengan benar dengan meningkatkan

komunikasi secara efektif, meningkatkan keamanan dari high alert

medications, memastikan benar tempat, benar prosedur, dan benar

pembedahan pasien, mengurangi resiko infeksi dari pekerja kesehatan,

mengurangi resiko terjadinya kesalahan yang lebih buruk.

The Joint Commision World (2007) telah menyampaikan bahwa

komunikasi S-BAR harus selalu di sosialisasikan kepada staf di seluruh ruang

perawatan. Ruang Medikal Bedah dalam melayani pasien melibatkan

Page 4: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

4

banyak SDM ( medis, keperawatan, non keperawatan, teknisi, analis, dan

tenaga administrasi ) juga menggunakan banyak peralatan dan obat-obatan.

Hal ini dapat memicu tingginya kemungkinan terjadi error dalam

pelaksanaannya (Permenkes RI, 2011).

Tenaga keperawatan profesional yang menjalankan pekerjaan

berdasarkan ilmu sangat berperan dalam penanggulangan komplikasi

penyakit dan terjadinya infeksi nosokomial serta memperpendek hari

perawatan pasien. Pelatihan program keselamatan pasien merupakan salah

satu pelayanan mutu terhadap pasien. Perawat yang kurang mempunyai

motivasi terhadap pelatihan program patient safety terutama menggunakan

tehnik komunikasi dengan tehnik S-BAR akan dapat menyebabkan pelayanan

kepada pasien kurang baik dan keamanan pasien tidak terjaga dengan baik

yang berawal dari kesalahan komunikasiHal ini termasuk langkah menuju

pelatihan program keselamatan pasien (patient safety) di ruang perawatan

medikal bedah. Pelatihan merupakan proses perubahan perilaku yang dinamis

yang didalamnya membutuhkan sebuah proses yang didukung motivasi

seseorang. Motivasi juga merupakan konsep yang di pakai untuk

menguraikan keadaan ekstrinsik yang ditampilkan dalam perilaku.

Respon instrinsik disebut juga sebagai motif (pendorong) yang mengarahkan

perilaku ke rumusan kebutuhan atau pencapaian tujuan.

Penelitian yang dilakukan oleh Pajar (2008) menjelaskan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan, motivasi terhadap

produktifitas kerja karyawan keperawatan di RS PKU Muhammadiyah

Page 5: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

5

Surakarta. Tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan dapat menstimulasi

motivasi yang baik sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja dan

mutu pelayanan perawatan di rumah sakit tersebut.

Demikian juga dengan hasil penelitian Ariyani (2008) menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan motivasi

terhadap sikap mendukung pelatihan program patient safety.

Pengetahuan dan motivasi yang baik dan benar akan dapat memberikan

kontribusi positif dalam sikap dukungan pelatihan program tersebut.

Perawat akan mempunyai perilaku yang positif dalam aplikasi pelatihan

kepada pasien sehingga dapat mencegah terjadinya adverse event dan near

miss dalam memberikan pelayanan keperawatan.

Menurut Velji, G, Baker, Fancott, Andreoli, Boaro, Tardif, Aimone

and Sinclair (2008) dengan Judul: Efektivitas Alat Komunikasi S-BAR dalam

pengaturan perawatan di ruang rehabilitasi. Komunikasi yang efektif dan

kerja sama tim telah diidentifikasi dalam literatur sebagai kunci pendukung

dari keselamatan pasien. Proses S-BAR terbukti telah menjadi alat komunikasi

yang efektif dalam pengaturan perawatan akut untuk tingkatan komunikasi

yang urgen, terutama antara dokter dan perawat, namun masih sedikit yang

diketahui dari efektivitas dalam pengaturan tentang hal yang lain. Penelitian

ini mengevaluasi efektivitas alat S-BAR yang di gunakan dalam situasi

mendesak dan tidak mendesak di ruang rehabilitasi yang melibatkan staf,

kilinis, pasien, keluarga. Penelitian ini menunjukkan bahwa staf menemukan

penggunaan alat S-BAR yang disesuaikan kondisinya dapat membantu dalam

Page 6: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

6

komunikasi, baik individu dengan tim yang akhirnya dapat mempengaruhi

perubahan dalam meningkatkan budaya keselamatan pasien dari tim,

sehingga ada dampak positif dan terlihat ada perbaikan pada pelaporan

insiden keselamatan.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti tentang pelatihan

patient safety berupa wawancara dengan kepala ruang perawatan medikal

bedah di RS PKU Muhammadiyah Surakarta telah diketahui bahwa: Ruang

Perawatan Medikal Bedah di ruang Sofa Marwa dan ruang Multazam serta

ruang Arofah RS PKU Muhammadiyah Surakarta dilayani oleh dokter dari

berbagai disiplin ilmu dengan jumlah perawat pelaksana 54 orang dengan

klasifikasi pendidikan S1: 1 orang, D3 sebanyak 48 orang, SPK sebanyak

5 orang, dibagi dalam 3 shift, sistem asuhan keperawatan menggunakan

metode penugasan kasus, disini setiap perawat ditugaskan untuk melayani

seluruh kebutuhan pasien saat dinas.

Perawat yang sudah mengikuti sosialisasi patient safety hanya kepala

ruang. Perawat menyampaikan setuju sekali kalau program patient safety

bisa diterapkan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta dengan baik, sebab

hal tersebut akan mempunyai dampak positif baik bagi pasien dan tenaga

kesehatan yang ada serta bagi instansi rumah sakit. Perawat yang belum

mengikuti pelatihan telah berpendapat akan mengikuti kebijakan yang ada.

Perawat akan memberikan pelayanan kepada pasien dan tetap mendukung

bila ada pelatihan atau informasi yang akan diberikan kepada mereka.

Hasil studi pendahuluan di Ruang Medikal Bedah RS PKU

Page 7: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

7

Muhammadiyah Surakarta bahwa perawat di ruangan telah melakukan

program patient safety akan tetapi belum secara utuh. Program patient

safety terutama pelaksanaan komunikasi S-BAR dengan sasarannya belum

diketahui secara lengkap oleh perawat. Hasil wawancara bersama dengan

perawat setempat bahwa sosialisasi terkait sasaran program patient safety

yang diberikan tentang tehnik cuci tangan, pemberian obat dengan tehnik 6

benar dan pencegahan infeksi nosokomial akan tetapi pelaksanaan kurang

disiplin dan motivasi yang baik. Program patient safety terkait pelaksanaan

read back di saat komunikasi dengan dokter belum menjadi protap dan ada

kendala/ hambatan di saat komunikasi dengan dokter yang sesuai dengan

harapan.

B. Rumusan masalah

Perawat mempunyai peranan penting di dalam pencegahan Nursing

Error dan mendukung keselamatan pasien terutama di ruang Medikal

Bedah. Pelatihan komunikasi dengan tool S-BAR untuk meningkatkan

motivasi dan psikomotor perawat sangat penting, sehingga dapat

membentuk budaya yang baik dalam pelatihan program patient safety.

Kesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional

kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko KTD (Kejadian Tidak

Diinginkan) dan KNC (Kejadian Nyaris Cidera) pada pasien serta

menurunkan mutu pelayanan terhadap pasien.

Page 8: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

8

Berdasarkan pertimbangan di atas rumusan masalah dari penelitian ini

adalah

1. Bagaimana efektifitas pelatihan komunikasi S-BAR dalam meningkatkan

psikomotor perawat di ruang perawatan medikal bedah RS PKU

Muhammadiyah Surakarta?

2. Bagaimana perbedaan motivasi kelompok intervensi dan kontrol setelah

dilakukan pelatihan komunikasi S- BAR?

3. Bagaimana perbedaan Psikomotor kelompok intervensi dan kontrol

setelah dilakukan pelatihan komunikasi S- BAR?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas pelatihan

komunikasi S-BAR dalam meningkatkan motivasi dan psikomotor

perawat di ruang perawatan medikal bedah RS PKU Muhammadiyah

Surakarta?

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui motivasi perawat sebelum dilakukan pelatihan

komunikasi S-BAR pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

b. Mengetahui motivasi perawat sesudah dilakukan pelatihan

komunikasi S-BAR pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

c. Mengetahui tentang psikomotor perawat sebelum dilakukan pelatihan

Page 9: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

9

komunikasi S-BAR pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

d. Mengetahui tentang psikomotor perawat setelah dilakukan pelatihan

komunikasi S-BAR pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

e. Menganalis perbedaan motivasi dan psikomotor perawat sebelum dan

setelah dilakukan pelatihan komunikasi S-BAR pada kelompok

intervensi dan kontrol.

D. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian dapat disampaikan sebagai berikut :

1. Manfaat bagi Program studi Magister Keperawatan Medikal Bedah

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Diharapkan penulisan ini dapat memperkaya bahasan dalam bidang

keperawatan berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusia

terutama dalam meningkatkan motivasi dan psikomotor perawat dalam

pelatihan komunikasi S-BAR di Ruang medikal bedah RS PKU

Muhammadiyah Surakarta

2. Manfaat bagi RS PKU Muhammadiyah Surakarta

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

bagi upaya pengembangan sumber daya manusia, melalui pelatihan S-

BAR dalam meningkatkan motivasi dan psikomotor perawat terutama

di ruang medikal Bedah.

3. Manfaat bagi peneliti lain

Memberikan informasi tentang efektifitas pelatihan komunikasi S-BAR

Page 10: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

10

dalam meningkatkan motivasi dan psikomotor perawat, kemudian dapat

diteliti lagi secara mendalam dari faktor faktor lain yang berkaitan

dengan pelatihan komunikasi tersebut serta dapat dilakukan di ruang

rawat inap yang lain.

E. Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut:

1. Lingkup waktu

Penelitian dilakukan dalam waktu 1 bulan

2. Lingkup tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Ruangan Medikal Bedah RS PKU

muhammadiyah Surakarta.

3. Lingkup Materi penelitian ini rencananya adalah yang berhubungan

dengan konsep patient safety: Komunikasi S-BAR, pendidikan

kesehatan, pengetahuan, dan motivasi

F. Keaslian Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan belum pernah dilakukan, tetapi ada

beberapa penelitian yang variabelnya sama dengan penelitian sebagai

berikut:

1. Penelitian Awwaline (2010) dengan judul pengetahuan, sikap, dan

perilaku tenaga kesehatan mengenai keselamatan pasien dalam

melaksanakan prosedur pemasangan infus Di RSU PKU

Page 11: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

11

Muhammadiyah Yogyakarta.

Penelitian ini ada persamaan konsep dengan penelitian yang

dilakukan yaitu berkaitan dengan patient safety. Perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan bahwa penelitian ini tehnik analisisnya

menggunakan korelasi Spearman Rank. subjek penelitian ini adalah

tenaga kesehatan yang bekerja di RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta di kamar rawat ibnu sina, dan kamar bayi. Jumlah subjek

yang diteliti sebanyak 30 tenaga kesehatan.

Variabel yang diteliti adalah pengetahuan, sikap dan perilaku

pelatihan keselamatan pasien yang berhubungan dengan pemasangan

infus. Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan responden

perawat Medikal Bedah RS PKU Muhammadiyah Surakarta dengan

variabel yang diteliti adalah motivasi dan psikomotor perawat terhadap

Metode penelitian yang akan digunakan untuk penelitian adalah

Experiment dengan pendekatan Pre test-post test only With Control

Group dan menggunakan sampel 48 orang perawat.

2. Penelitan Balas, Scott, Rogers (2004) dengan judul Penelitian The

Prevalence and Nature of Errors and Near Errors Reported by

Hospital Staff Nurses, Applied Nursing Research.

Penelitian ini mempunyai persaman konsep penelitian yaitu

berkaitan dengan patient safety. Penelitian ini tidak ada persamaan

variabel dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan dalam

Penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode

Page 12: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

12

penelitian studi deskriptif menggambarkan prevalensi 30 persen

perawat di ruangan melaporkan pernah melakukan satu kesalahan KTD

(Kejadian Tidak diinginkan) dan 33% melaporkan satu kesalahan KNC

(Kejadian Nyaris Cidera). Selama 28 hari pendataan yang diidentifikasi

meliputi: Administrasi pengobatan, Prosedur, kesalahan pencatatatan di

computer serta pencatatan terapi

3. Jurnal penelitian Manojlovich, Antonacos, Ronis (2009) dengan judul

Intensive Care Units, Communication Between Nurses and Physicians,

and Patients’ Outcomes, American Journal of critical Care

Tujuan penelitian ini untuk menentukan hubungan antara persepsi

perawat tentang elemen komunikasi antara perawat dan dokter dengan

karakteristik lingkungan praktek. Metode yang digunakan dengan

desain survei cross-sectional.Tes statistik termasuk korelasi dan regresi

berganda. Analisis dilakukan pada tingkat unit. Hasil respon tingkat

satuan bervariasi dari 6% menjadi 100%. Pemahaman variabilitas

dalam komunikasi dan pemanfaatan kapasitas adalah prediksi 27% dari

varians dalam ventilator-associated pneumonia.

Ketepatan waktu komunikasi berbanding terbalik dengan tekanan

ulkus (r = -0.38, P = 0,06), dan tempat kerja pemberdayaan dan nilai

pada fisiologi akut dan kronis kesehatan evaluasi III adalah prediktor

positif dari ventilator-associated pneumonia (R2 = 0,36, P = .005).

Kesimpulan Tidak semua elemen komunikasi yang berhubungan

dengan hasil yang dipilih merugikan. Hubungan antara karakteristik

Page 13: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

13

lingkungan praktek di tingkat unit dan hasil yang merugikan tetap sulit

dipahami.

4. Jurnal penelitian Vardaman J. M (2012) dengan judul Beyond

communication: The role of standardized protocols in a changing

health care environment,

Latar Belakang penelitian ini adalah kesalahan Komunikasi

memiliki konsekuensi serius dalam pengaturan perawatan kesehatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi implementasi dari

protokol S-BAR dan menyelidiki dampak potensial dari S-BAR pada

hari-hari pengalaman perawat.

Metode yang digunakan yaitu studi kasus kualitatif dari dua rumah

sakit yang menerapkan protokol S-BAR. Pengumpulan data dilakukan

pada 80 responden dengan wawancara semi terstruktur dengan perawat,

manajer perawat, dan dokter; observasi keperawatan dan aktivitas rumah

sakit lainnya, dan dokumen yang berkenaan dengan implementasi dari

protokol S-BAR.

Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan tematik dengan

hasil penelitian menunjukkan empat dimensi dari alat komunikasi

dengan S-BAR. Alat S-BAR memiliki kegunaan sebagai alat komunikasi

yang meliputi pembentukan skema, pengembangan legitimasi,

pengembangan modal sosial, dan penguatan logika dominan. S-BAR

dapat berfungsi sebagai alat untuk standarisasi komunikasi antara

perawat dan dokter. Jurnal ini menunjukkan bahwa S-BAR dapat

Page 14: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t30567.doc · Web viewKesalahan dalam komunikasi antara perawat dengan dokter dan profesional kesehatan yang lain akan menimbulkan resiko

14

membantu dalam pengembangan skema yang memungkinkan membuat

keputusan yang cepat oleh perawat. S-BAR menyediakan modal sosial

dan legitimasi untuk perawat, dan memperkuat ke arah standarisasi

dalam profesi keperawatan. Temuan lebih lanjut menunjukkan bahwa

protokol standar seperti S-BAR merupakan metode efektif dalam

pertimbangan pembiayaan oleh manajer dan administrator rumah sakit

sehingga mempercepat sosialisasi perawat, dan karyawan khususnya

yang baru.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini dalam hal

penggunaan alat S-BAR sebagai alat komunikasi di pelayanan

keperawatan. Perbedaannya jurnal ini telah meneliti dengan studi

kualitatif dan variabel yang telah diteliti menggunakan alat S-BAR dalam

merubah lingkungan pelayanan kesehatan. Penelitian yang akan

dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan

eksperimental dalam meningkatkan motivasi dan psikomotor perawat di

ruang medikal bedah RS PKU Muhammadiyah Surakarta dalam

menggunakan alat komunikasi S-BAR setelah dilakukan pelatihan.