aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN...

43
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KOMPETENSI DASAR HAKEKAT NEGARA MELALUI PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004 SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI JENAWI

Transcript of aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN...

Page 1: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KOMPETENSI DASAR HAKEKAT NEGARA

MELALUI PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh :

TARKO, S.Pd.

NIP : 19700110199903 1 004

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI JENAWIDINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA

KABUPATEN KARANGANYARTAHUN 2009

Page 2: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk

mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya yang dapat

dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan yang memberikan

berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui berbagai mata

pelajaran termasuk salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan.

Kemampuan dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar

yang dicantumkan dalam Standar Nasional merupakan bahan minimal yang harus

dikuasai siswa. Oleh karena itu, daerah, sekolah atau guru dapat mengembangkan,

menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan

kondisi setempat Realitanya hasil belajar siswa dalam materi Pendidikan

Kewarganegaraan belum menunjukkan hasil yang diinginkan.

Kondisi rendahnya hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara

tercermin juga dalam hasil belajar siswa pada siswa kelas X-1 SMA Negeri Jenawi.

Hal itu dapat diketahui dari rata-rata nilai harian siswa. Pada tiga kali ulangan

harian yang diadakan guru dengan kompetensi dasar hakekat negara menunjukkan

rata-rata kurang dari nilai 70. Dari ulangan harian yang pernah dilakukan, + 60 %

siswa mendapatkan nilai dibawah 70,00. Angka-angka tersebut dapat diartikan,

bahwa pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

tersebut relatif masih rendah. Dengan kata lain, pemahaman siswa SMA Negeri

Jenawi terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan

mencapai baru tercapai sekitar 40 persen.

Secara tidak disadari, karena rutinitas tugasnya mengakibatkan guru tidak

begitu menghiraukan/peduli apakah siswanya telah atau belum memperoleh

Page 3: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

pengalaman belajar yang bermakna. Sejauh mana siswa telah mengerti

(understanding) dan tidak hanya sekedar tahu (knowing), tentang konsep

Pendidikan Kewarganegaraan yang sudah disampaikan dalam proses pembelajaran?

Rutinitas yang dilakukan para guru tersebut meliputi penggunaan metode

pembelajaran yang cenderung monoton yaitu kapur dan tutur (chalk-and-talk),

kurangnya pelaksanaan evaluasi selama proses kegiatan belajar dan mengajar

(KBM) berlangsung, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan

ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif tiap akhir

semester.

Sebelum penelitian dilakukan guru memang belum mengoptimalkan metode

kontekstual. Guru baru sebatas memanfaatkan metode ceramah serta penugasan

(PR) kepada siswa. Kalaupun ada penugasan, siswa hanya di beri pekerjaan rumah

yang dinilai secara individual oleh guru tanpa didiskusikan di kelas. Secara

operasional, guru menjelaskan materi kepada siswa kemudian memberikan contoh-

contoh di papan tulis. Setelah selesai menerangkan materi, guru menyuruh siswa

untuk mengerjakan soal.

Kenyataan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah

tersebut perlu diperbaiki sebab Pendidikan Kewarganegaraan termasuk mata

pelajaran inti dengan nilai minimum ketuntasan belajar 70. Disamping itu, dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas juga dinyatakan

bahwa salah satu tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar

siswa menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu

membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

Melalui tindakan yang akan dilakukan guru, hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan meningkat. Nilai rata-rata ulangan

harian yang diharapkan setelah penelitian adalah 70 atau mencapai nilai batas

ketuntasan belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Guna meningkatkan hasil belajar

siswa dalam materi hakekat negara siswa, guru perlu melakukan tindakan kelas

Page 4: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

yakni dengan memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pola

pembelajaran yang selama ini hanya monoton pembelajaran kelas dengan ceramah

menjadi pembelajaran mandiri atas dasar inisiatif siswa..

Berdasarkan uraian di atas nampak adanya kesenjangan antara kondisi nyata

dengan harapan. Kesenjangan pokok dari subyek yakni pada kondisi awal hasil

belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah sedangkan kondisi akhir

yang diharapkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara meningkat.

Kesenjangan pokok dari peneliti yakni pada kondisi awal peneliti masih

menyampaikan materi menggunakan model pembelajaran konvensional sedangkan

kondisi akhir peneliti menggunakan metode kontekstual. Jadi, upaya untuk

memecahkan masalah dari kesenjangan yang terjadi adalah guru perlu menerapkan

metode kontekstual. Kegiatan kontekstual dilakukan secara mandiri, artinya siswa

sesuai prosedur kerja diberi kebebasan untuk berkreasi sendiri dan tidak berada di

bawah dikte guru.

Dari uraian di atas muncul kerangka pemikiran bahwa rendahnya nilai mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dikarenakan siswa kurang memahami

konsep hakekat negara yang selama ini hanya diajarkan guru melalui metode

ceramah. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah pelaksanaan kegiatan

tindak lanjut berupa pengajaran dengan menerapkan metode kontekstual. Hal itu

dimaksudkan agar siswa dapat mudah memahami dan menerima materi yang

disampaikan guru yang secara tidak langsung memberi penekanan agar siswa

memperhatikan penjelasan guru dan pada akhirnya siswa akan lebih memahami

konsep hakekat negarayang dipelajarinya. Dengan demikian adanya pemahaman

konsep tersebut maka akan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dan

akhirnya akan dapat mengatasi rendahnya hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 5: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

1. Metode yang dipergunakan guru dalam pembelajaran cenderung monoton

yakni ceramah dan diskusi.

2. Belum tercapainya hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran.

3. Proses pembelajaran cenderung bersifat teacher centered atau terpusat pada

guru dan guru mendominasi seluruh kegiatan pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah berkenaan dengan tindakan kelas ini adalah sebagai

berikut :

1. Variabel dalam penelitian ini hanya ada dua yaitu hasil belajar siswa dalam

materi hakekat negara (Y) dan penerapan metode kontekstual (X).

2. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X-1 semester I

SMA Negeri Jenawi tahun pelajaran 2009/2010 dalam kompetensi dasar

hakekat negara.

3. Metode kontekstual yang dilaksanakan dalam penelitian ini dilakukan secara

kelompok berdasarkan prosedur kerja yang telah ditentukan. Guru hanya

bertindak sebagai fasilitator. Siswa melakukan diskusi antar kelompok

kemudian menarik kesimpulan sendiri. Tindakan ini akan dilakukan pada tahun

pelajaran 2009/2010.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan terungkap bahwa

guru belum memberdayakan seluruh metode pembelajaran yang ada. Hal ini

disebabkan karena dalam mengajar mereka yang terpenting adalah materi pelajaran

dapat disampaikan secara keseluruhan sesuai dengan alokasi waktunya. Dengan

demikian penulis merumuskan masalah sebagai berikut : apakah melalui penerapan

metode kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat

negara ?

Page 6: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara bagi

siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi.

2. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui

penerapan metode kontekstual bagi siswa kelas X-1 semester I Sekolah

Menengah Atas Negeri Jenawi tahun pelajaran 2009/2010.

F. Manfaat Penelitan

Dalam mengadakan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan dalam menjawab masalah yang dihadapi di sekolah dalam mengajar mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh sebab itu penulis secara rinci

mengemukakan manfaat penelitian ini adalah mendorong guru untuk menggunakan

metode kontekstual dengan manfaat:

1. Manfaat Teoritis

a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang upaya meningkatkan hasil

belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode

kontekstual bagi siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi.

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan bagi

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara bagi siswa

kelas X-1 Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi

b. Manfaat bagi Guru

Melatih guru dalam memodifikasi sekaligus menerapkan berbagai metode

pembelajaran sekaligus dalam pembelajaran PKn.

Page 7: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

c. Manfaat bagi Sekolah

Memberikan pengetahuan umum tentang penerapan metode kontekstual

dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah

Menengah Atas sehingga dapat dijadikan pedoman guru lain.

d. Manfaat bagi Perpustakaan Sekolah

Menambah khasanah perpustakaan sekolah tentang upaya meningkatkan

hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode

kontekstual.

Page 8: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

a. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan

Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:(1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan,(2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab,

dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

(3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

Page 9: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

(4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

b. Hakekat Belajar

Pengertian belajar menurut para ahli memiliki definisi yang berbda-

beda. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungan (Slameto, 1998:6)

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan/aktifitas yang dilakukan

secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya

berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifaknya sedikit

banyak permanen (The Liang Gie, 2000 : 6).

Pengertian belajar seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1978 :

36) adalah :

Belajar adalah perubahan murid dari usahanya sendiri dalam bidang material, formil, serta fungsionil pada umumnya dan pada bidang-bidang intelek khususnya. Singkatnya belajar adalah berusaha mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan dirinya mencapai tujuan.

Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap (Winkel, 2001:

36). Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Pendapat Winkel di atas dikuatkan Winarno Surachmad (1996: 57)

sebagai berikut :

Belajar dapat dipandang sebagai proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman-

Page 10: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan pula daya-daya yang mendinamisir proses itu.

Pendefinisian tentang pengertian belajar yang bermacam-macam

menunjukkan bahwa dijumpai konsep-konsep tentang belajar yang

menimbulkan corak khas uraian dan pembicaraan mengenai belajar,

namun semua itu tergantung sudut pandang dan penekanannya. Sumadi

Suryabrata (1993:249) tidak memberikan batasan secara langsung tentang

belajar, melainkan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang disebut

belajar.

Pertama : belajar itu membawa perubahan (dalam arti Behavioral Changes, aktual maupun potensial).

Kedua : perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

Ketiga : bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja)

Mengacu pada batasan-batasan yang telah disampaikan di atas maka dapat

disimpulkan mengenai pengertian belajar yaitu :

1) Aktivitas yang dilakukan secara sadar dan aktif, sehingga

menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang

mengalami belajar.

2) Perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari sesuatu yang

dikuasai baik berupa pengetahuan, kemampuan, atau kecakapan yang

sifatnya relatif lama.

Dalam uraian di atas telah disebutkan batasan-batasan tentang

belajar. Apabila siswa benar-benar merasa tahu gunanya belajar, merasa

butuh belajar, merasa dapat belajar, dan merasa senang belajar maka dari

siswa tersebut akan timbul motivasi diri yang kuat untuk melakukan

kegiatan belajar secara mandiri. Keputusan untuk melakukan kegiatan

belajar pada tiap-tiap individu tidak sama, tergantung pada kekuatan

Page 11: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

motivasi diri, sebab jika motivasi kekuatan motivasi diri kuat maka

keputusan utuk melakukan kegiatan belajar juga tinggi. Hanya kekuatan

motivasi yang berasal dari dalam diri sendirilah yang merupakan faktor

pendorong untuk melakukan belajar mandiri karena belajar mandiri

menekankan pada autoaktifitas siswa dalam belajar yang penuh dengan

tanggung jawab atas keberhasilan belajarnya.

c. Hasil Belajar

Menurut Chaplin, pengertian hasil belajar atau hasil belajar adalah :

“Hasil belajar merupakan suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai

hasil dari kecakapan kepandaian, keahlian dan kemampuan di dalam karya

akademik yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi” (1992: 159).

Pendapat Chaplin di atas mengandung pengertian bahwa prestasi itu

hakikatnya berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan

itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar

mengajar tertentu.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai

dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti yang

dijelaskan oleh Poerwadarminta (1993 : 768) adalah hasil yang telah

dicapai (dilakukan). Pengertian hasil belajar menurut pendapat Mochtar

Buchari (1986 : 94) adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak

sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya

yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam

periode tertentu.

Nasution (1972:45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah

kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran

setelah mengikuti program belajar secara periodik. Dengan selesainya

Page 12: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu

evaluasi. Dimana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui

kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang

diberikan oleh guru.

Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang

biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil

belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas

yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut

kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar

anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang

diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan

didalam kurikulum.

Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar maupun faktor-faktor

yang mempengaruhinya maka harus diperhatikan faktor-faktor tersebut

supaya berpengaruh menguntungkan bagi belajarnya sehingga hasil belajar

sebagai suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan

kegiatan baik berupa angka atau huruf dapat meningkat.

d. Hasil Belajar PKn

Hasil belajar PKn adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi

PKn berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti

pembelajaran secara periodik dalam kelas. Dengan selesainya proses

belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan

belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi PKn terutama

kompetensi dasar hakekat negara yang diberikan oleh guru. Dari hasil

evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya

dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.

2. Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Page 13: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Menurut Seels and Richey (1994 : 32) metode pembelajaran adalah

spesifikasi untuk menyeleksi dan mengurutkan peristiwa atau langkah-

langkah dalam sebuah pembelajaran. Snelbecker (1982 : 115)

mengemukakan metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan

oleh guru untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran dengan

memahami perbedaan karakteristik dan kemampuan siswa, sehingga

diharapkan guru dapat membantu kesulitan belajar siswa dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran yang melibatkan guru

dan siswa harus diusahakan dalam rangka untuk mencapai tujuan

pembelajaran, artinya guru harus mampu memahami bahwa di antara

siswa terdapat perbedaan-perbedaan karakteristik. Hal itu karena siswa

berasal dari kondisi ekonomi dan kemampuan orang tua yang berbeda,

sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran terdapat perbedaan pula.

Dengan memahami perbedaan karakteristik siswa, dalam proses

pembelajaran, oleh guru dapat menentukan dan memilih metode

pembelajaran yang sesuai, guru dapat memberikan suatu perlakuan, dan

penilaian, serta keputusan yang tepat kepada siswa, sehingga siswa merasa

dirinya dihargai dan diperhatikan dalam proses pembelajaran tersebut.

Proses pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa

komponen seperti siswa, guru, dan metode, serta materi pembelajaran yang

saling berinteraksi datam mencapai tujuan. Dalam menyajikan materi

pembelajaran guru perlu menentukan dan memilih metode pembelajaran

yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode

pembelajaran yang tepat adalah metode yang mampu membangkitkan

motivasi belajar siswa.

Menurut Muhibbin Syah (1995 : 190) metode pembelajaran adalah

cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu

Page 14: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

tujuan. Semakin baik metode pembelajaran maka semakin efektif pula

pencapaian tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah suatu metode

pembelajaran disebut baik, diperlukan ketentuan yang bersumber dari

beberapa faktor. Adapun faktor utama yang menentukan adalah tujuan

yang akan dicapai. Metode pembelajaran di dalam kelas selain faktor

tujuan, juga faktor murid, faktor situasi, dan faktor guru ikut menentukan

efektif tidaknya suatu metode pembelajaran.

Menurut Wasty Soemanto (1998 : 102) metode pembelajaran

merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan

komunikasi dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Oleh

karena itu, peranan metode pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan

proses pembelajaran. Dengan metode pembelajaran diharapkan terciptalah

interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru harus dapat menumbuhkan

kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode pembelajaran yang

bervariasi.

b. Metode Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

Contextual Teaching and Learning (CTL) atau metode kontekstual

adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses

keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang

dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata

sehingga mendorong siswa untuk dapat monerapkannya daiam kehidupan

mereka (Wina Sanjaya, 2006: 109).

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama,

menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,

artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara

langsung. Proses belajar dalam konteks metode kontekstual tidak

mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses

mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Page 15: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

Kedua, metode kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan

hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata,

artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara

pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat

penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan

dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna

secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat

dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, metode kontekstual mendorong siswa untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan, artinya metode kontekstual bukan hanya

mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan

tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam

kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks metode kontekstual

bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi sebagai

bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan

metode kontekstual guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti

di bawah ini:

a. Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kompetensi yang hams dicapai serta manfaat

dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang

akan dipelajari.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual:

a) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan

jumlah siswa;

b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi,

misalnya kelompok 1 dan 2 mengobservasi kegiatan A, dan

kelompok 3 dan 4 mengobservasi kegiatan B;

Page 16: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

c) Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai

hal yang ditemukan pada masing-masing kegiatan tersebut.

3) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan

oleh setiap siswa

b. Inti di Lapangan

1) Siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas

kelompok.

2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan sesuai dengan alat

observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

Di dalam Kelas

1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan

kelompoknya masing-masing.

2) Siswa melaporkan hasil diskusi.

3) Setiap kelompok mynjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh

kelompok yang lain.

c. Penutup

1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar

masalah demokrasi sesuai dengan indikator hasil belajar yang

harus dicapai.

2) Guru menugaskan siswa untuk membuat rangkuman tentang

pengalaman belajar mereka dengan materi demokrasi.

Hal yang dapat ditangkap dari pembelajaran dengan menggunakan metode

kontekstual adalah pada metode kontekstual untuk mendapatkan

kemampuan pemahaman konsep anak mengalami langsung dalam

kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat

atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk

saling membelajarkan.

Page 17: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan

sebagai berikut :

KONDISI AWAL

TINDAKAN

KONDISI AKHIR

Guru :Belum menerapkan metode kontekstual dalam pembelajaran PKn dengan materi hakekat negara

Siswa :Pemahaman Siswa terhadap materi hakekat negara rendah

Menerapkan metode kontekstual dalam pembelajaran PKn dengan materi hakekat negara

SIKLUS IMenerapkan metode kontekstual dengan sumber naskah tertulis dari berbagai sumber

SIKLUS IIMemanfaatkan metode kontekstual dengan bantuan media audio berupa rekaman berita melalui tape recorder

SIKLUS IIIMemanfaatkan metode kontekstual dengan bantuan media audio visual berupa pemutaran menggunakan VCD

Diduga melalui penerapan metode kontekstual dapat meningkatkan pemahaman terhadap hakekat negara pada siswa kelas X-1 SMA Negeri Jenawi semester I tahun pelajaran 2009/2010

Page 18: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2009/2010 yaitu

minggu 1 dan 2 bulan Agustus 2009.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri Jenawi dalam pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas X-1 semester I tahun pelajaran

2009/2010. Alasan penelitian dilaksanakan di sekolah tersebut karena peneliti

merupakan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas X-1 di

sekolah tersebut. Di samping itu, hasil belajar siswa pada materi hakekat

negara di sekolah tersebut rata-rata rendah.

B. Subjek Penelitian

Mengingat dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti adalah guru mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka subjeknya adalah siswa yakni siswa

kelas X-1 SMA Negeri Jenawi semester I tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri

atas 40 siswa.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini berasal dari subyek

penelitian atau dari siswa yang merupakan sumber data primer yaitu nilai ulangan

harian siswa baik nilai ulangan harian sebelum tindakan kelas maupun setelah

dilakukanya tindakan kelas oleh guru.

Page 19: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat berbentuk tes maupun non tes. Namun

dalam penelitian tindakan kelas ini yang dipergunakan adalah teknik

pengumpulan data berbentuk tes. Pengertian tes adalah serentetan pertanyaan

atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu

atau kelompok (Suharsimi, 1996: 138). Adapun tes yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes prestasi atau achievement test yaitu test yang

digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu

(Suharsimi Arikunto, 1996: 139).

Tes diberikan sesudah siswa yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai

dengan yang akan diteskan yaitu tes ulangan harian. Mengingat penelitian ini

merupakan penelitian tindakan kelas maka juga dipergunakan metode

pengamatan (observe). Maksudnya bahwa data dikumpulkan dari hasil

kegiatan yang dilaksanakan dari satu siklus ke siklus berikutnya.

2. Alat Pengumpulan Data

Mengingat teknik yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

berbentuk tes dan observasi, maka alat pengumpulan data yang dipergunakan

adalah butir soal tes dan lembar observasi.

E. Analisis Data

Teknik analisis data dalam PTK ini bersifat deskriptif analitis. Langkah-

langkah yang dilakukan dalam analisis data penelitian adalah :

1. Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan pengelompokan data berdasarkan kriteria tertentu

untuk mencari homogenitas yang diinginkan. Dalam penelitian ini klasifikasi

Page 20: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

digunakan untuk mengelompokkan hasil belajar siswa dari kegiatan penerapan

metode kontekstual.

2. Penafsiran Data

Penafsiran data bertujuan untuk mengambil kesimpulan sementara data yang

telah diperoleh. Penafsiran merupakan langkah awal untuk pembahasan

masalah secara mendalam.

3. Evaluasi Data

Data yang telah diklasifikasi kemudian dievaluasi untuk mendapatkan

kebenaran antara hasil penafsiran dengan realitas sesungguhnya. Apakah data

tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam penelitian atau tidak, apakah

penafsiran yang disampaikan sesuai dengan rumusan yang telah ditetapkan dan

sebagainya. Hasil evaluasi dapat dipergunakan sebagai feed back (umpan balik)

untuk mengukur sejauh mana data yang diperoleh dalam penelitian tersebut

merupakan sesuatu yang bermanfaat ataukah tidak. Apabila dirasa kurang

dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka prosedur penelitian dapat

dilakukan secara berulang.

4. Penarikan Kesimpulan

Tujuan akhir dari setiap penelitian adalah mendapatkan kesimpulan mengenai

apa yang telah disampaikan dengan hasil penelitian. Kesimpulan merupakan

hasil tertinggi dalam suatu penelitian. Dengan diperolehnya kesimpulan, maka

masalah yang disajikan, dibahas dan carikan jalan keluarnya akan nampak

dengan jelas. Dengan demikian maka kesimpulan merupakan penjabaran

sistematis dari seluruh kegiatan penelitian.

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Rancangan-rancangan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:

a. Membuat lembar observasi untuk melihat suasana pembelajaran, aktivitas

Page 21: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

guru dan aktivitas siwa selama proses belajar mengajar dengan

menerapkan metode kontekstual.

b. Membuat analisa hasil ulangan harian setiap siklus, untuk melihat apakah

siswa kelas X-1 dalam proses belajar mengajar ada peningkatan

penguasaan materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual

dengan menganalisis hasil belajar siswa.

2. Tahap Pelaksanaan / Tindakan

Guru melaksanakan tindakan kelas dengan strategi pembelajaran cara belajar

siswa aktif melalui optimalisasi metode kontekstual yang diterapkan dengan

tugas kelompok menggunakan bantuan berbagai media. Tugas yang telah

dilakukan kemudian dipresentasikan di depan kelas, disini guru sebagai

fasilitator yang memberi penguat dan simpulan untuk kejelasan materi hakekat

negara.

3. Pemantauan / observing

Pada tahap pemantauan dikumpulkan data dan informasi dari beberapa sumber

untuk mengetahui seberapa jauh efektifitas dari tindakan yang dilakukan. Data

tentang penguasaan materi hakekat negara diperoleh dari nilai ulangan harian.

4. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan yang mengulas secara kritis (reflective) tentang

perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Guru merefleksi

capaian hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan kemudian

merumuskan keberhasilan maupun kekurangannya untuk ditindaklanjuti

dengan langkah-langkah program berikutnya berupa penyempurnaan dan

pengembangan.

Rencana tindakan penelitian dilaksanakan atau disusun terperinci setiap

siklusnya, sesuai jadwal dan alokasi waktu berdasarkan rancangan penelitian.

Bentuk tindakan yang akan dilaksanakan dalam tindakan kelas pada tiap-tiap

siklusnya dijelaskan sebagai berikut :

Page 22: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

1. Siklus I

a. Perencanaan

1) Mempersiapkan materi pembelajaran

2) Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan

3) Mempersiapkan lembar kerja siswa

4) Mempersiapkan kelas dalam setting pembelajaran klasikal

5) Membuat lembar observasi tentang aktivitas siwa selama proses

belajar mengajar

b. Tindakan

1) Pertemuan 1

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b) Kegiatan Inti

(1) Guru menjelaskan materi dan memberikan contoh-contoh

soal.

(2) Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat.

(3) Siswa berlatih menyelesaikan soal-soal seperti dicontohkan

oleh guru.

(4) Siswa mendiskusikan materi.

c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa membuat rangkuman

(2) Guru memberikan tugas pekerjaan rumah

2) Pertemuan 2

1. Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

2. Kegiatan Inti

a. Guru menjelaskan materi pelajaran

b. Guru memberikan contoh soal

Page 23: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

c. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat

d. Siswa berlatih menyelesaikan soal-soal seperti dicontohkan

oleh guru

3. Kegiatan Penutup

a. Siswa bersama guru menyimpulkan materi

b. Siswa mengerjakan soal evaluasi

c. Pemantauan

1) Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar agar berjalan

seoptimal mungkin

2) Mengamati dan mencatat tindakan aktifitas siswa

d. Refleksi

1) Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi

serta menentukan keberhasilan pencapaian tujuan tindakan.

2) Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

3) Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan yang telah

dilakukan.

4) Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih giat.

Indikator untuk melanjutkan ke siklus berikutnya adalah peningkatan hasil

belajar yang dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya

50% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal).

2. Siklus II

a. Perencanaan

1) Mempersiapkan materi pembelajaran

2) Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan

3) Mempersiapkan lembar kerja siswa

4) Mempersiapkan kelas dalam setting pembelajaran kontekstual dengan

bantuan media audio berupa rekaman berita melalui tape recorder

5) Membuat lembar observasi tentang aktivitas siwa selama proses

Page 24: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

belajar mengajar

b. Tindakan

1) Pertemuan 1

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b) Kegiatan Inti

(1) Siswa dibagi menjadi empat kelompok

(2) Guru memberikan penjelasan teknis pelaksanaan diskusi

(3) Siswa mendiskusikan materi

c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa membuat kesimpulan

(2) Siswa mencatat tugas rumah

2) Pertemuan 2

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b) Kegiatan Inti

(1) Siswa dibagi menjadi empat kelompok

(2) Dalam kelompoknya siswa melakukan diskusi

(3) Siswa menganalisis hasil diskusi

(4) Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan

kelompok lain menanggapinya

c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi

(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi

c. Pemantauan

1) Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar agar berjalan

seoptimal mungkin

2) Mengamati dan mencatat tindakan aktifitas siswa

Page 25: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

d. Refleksi

1) Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi

serta menentukan keberhasilan pencapaian tujuan tindakan.

2) Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

3) Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan yang telah

dilakukan.

4) Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih giat.

Indikator untuk melanjutkan ke siklus berikutnya adalah peningkatan hasil

belajar yang dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya

65% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal)

3. Siklus III

a. Perencanaan

1) Mempersiapkan materi pembelajaran

2) Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan

3) Mempersiapkan lembar kerja siswa

4) Mempersiapkan kelas dalam setting pembelajaran kontekstual dengan

bantuan media audio visual berupa pemutaran menggunakan VCD

5) Membuat lembar observasi tentang aktivitas siwa selama proses

belajar mengajar

6) Membuat angket untuk mengumpulkan data tentang respons siswa

setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan metode

kontekstual.

b. Tindakan

1) Pertemuan 1

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b) Kegiatan Inti

Page 26: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

(1) Siswa dibagi menjadi sembilan kelompok

(2) Guru memberikan penjelasan tentang cara menggunakan alat

dan cara merangkai

(3) Siswa mendiskusikan materi

c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa membuat kesimpulan

(2) Siswa mencatat tugas rumah

2) Pertemuan 2

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

c) Kegiatan Inti

(1) Siswa dibagi menjadi sembilan kelompok

(2) Dalam kelompoknya siswa melakukan diskusi

(3) Siswa menganalisis hasil diskusi

(4) Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan

kelompok lain menanggapinya

d) Kegiatan Penutup

(1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi

(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi

c. Pemantauan

1) Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar agar berjalan

seoptimal mungkin

2) Mengamati dan mencatat tindakan aktifitas siswa

d. Refleksi

1) Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi

serta menentukan keberhasilan pencapaian tujuan tindakan.

2) Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

Page 27: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

3) Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan yang telah

dilakukan.

4) Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih giat.

Indikator berakhirnya siklus adalah peningkatan hasil belajar yang

dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 90% siswa

telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal)

Page 28: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmum, 2000, Psikologi Kependidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya

Bloom, Benyamin S, 1986, Taxonomy of Education Objective, New York : Longman.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Model pengembangan Silabus Mata pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PKn. Jakarta : Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Rumpun Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Umum. Jakarta : Balitbang Depdiknas.

Djamah Sopah, 2001, Pengembangan dan Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS, http://www.depdiknas.go.id./Jurnal/31/djamah sopah.htm.

JP. Chaplin. 1992. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Pustaka Jaya.

Mochtar Buchari. 1986. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung : Tarsito.

Mudhoffir. 1990. Proses Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Formal. Surabaya : Usaha Nasional.

Muhibbin Syah, 1995, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Nana Sudjana, 1996, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru.

Nasution. 1972. Psikologi Pengajaran Nasional. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Ratna Wilis Dahar. 1986. Pengelolaan Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Press.

Rochman Nata Wijaya. 1992. Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Sardiman A.M, 1989, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Press.

Seels and Richey, 1994, Instructional Technology, New York : Ashton Scholastic Pty Limited.

Slameto. 1998. Didaktik Metodik. Jakarta : Pustaka Jaya.

Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta.

Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

The Liang Gie. 2000. Kamus Psikologi. Jakarta : PN. Balai Pustaka.

Page 29: aguswuryanto.files.wordpress.com · Web viewKELAS X-1 SMA NEGERI JENAWI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh : TARKO, S.Pd. NIP : 19700110199903 1 004

Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra, 1997, Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran, Jakarta : PAU Ditjen Dikti Depdikbud

Wasty Soemanto, 1998, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Winarno Surakhmad, 1994, Pengantar Interaksi Mengajar Belajar, Bandung : Tarsito.

WS. Winkel. 2001. Psikogi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.