library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewJadi dalam...
-
Upload
trinhnguyet -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2014-1... · Web viewJadi dalam...
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen
Menurut Robbins dan Coulter (2009, p8), manajemen adalah proses
pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut
terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Proses menggambarkan fungsi yang sedang berjalan atau kegiatan-kegiatan
utama yang dilakukan oleh para manajer. Fungsi-fungsi itu biasa dikenal dengan
sebutan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan.
Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil
sedangkan efektifitas digambarkan sebagai "melakukan sesuatu dengan benar",
yaitu aktifitas yang membantu organisasi lain dalam mencapai sasaran atau tujuan.
Fungsi-fungsi manajemen menurut Robbins dan Coulter (2009, pB) adalah :
1. Merencanakan
Fungsi manajemen adalah mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi guna
mencapai sasaran, menyusun rencana untuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
2. Mengorganisasikan
Fungsi manajemen yang mencakup proses menentukan tugas apa yang
harus dilakukan. Siapa yang harus melakukan, bagaimana cara
mengelompokan tugas tugas itu, siapa yang harus melapor kepada siapa, dan
dimana keputusan harus dibuat.
3. Memimpin
Fungsi manajemen yang mencakup motivasi bawahan, mempengaruhi
individu atau tim sewaktu mereka bekerja, memilih saluran komunikasi
yang paling efektif, dan memecahkan berbagai masalah.
4. Mengendalikan
Fungsi manajemen yang berkaitan dengan memantau kinerja aktual,
membandingkan aktual dengan kenyataan dan membuat koreksinya jika
diperlukan.
11
12
2.2 Pengertian Manajemen Operasional
Menurut Richard L. Daft (2007, p216), manajemen operasi adalah bidang
manajemen yang mengkhususkan pada produksi produk, serta menggunakan alat-alat
dan teknik-teknik khusus untuk memecahkan masalah-masalah produksi.
2.2.1 Operasi Prioritas Kompetitif
Operasi harus fokus pada kemampuan spesifik yang memberikan keunggulan
kompetitif yang dapat disebut prioritas kompetitif.Tiga operasi prioritas atau
tindakan kemampuan ini dapat disebut biaya, waktu, kualitas.
2.2.1.1 Biaya
Menurut Henry Simamora (2004, p36), biaya adalah kas atau nilai setara kas
yang dikorbankan untuk produk atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada
saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi.
Jika suatu organisasi bersaing pada harga maka adalah penting bahwa itu
membuat basis biaya yang lebih rendah dari kompetitor.Biaya ini juga penting bagi
strategi penyediaan produk ke dalam pasar yang pesaing tidak dapat memberikan
ataupun ikut berkompetisi.Dengan demikian kedekatan biaya (yaitu untuk
memastikan biaya dekat dengan rata-rata pasar) adalah penting untuk
memaksimalkan keuntungan dan mencegah pesaing memasuki pasar.
Kategori utama biaya adalah gaji dan tunjangan karyawan, fasilitas (termasuk
overhead) dan bahan dengan lingkup terbesar bagi pengurangan biaya terletak pada
pengurangan biaya bahan.Sebuah proporsi yang relatif kecil dari biaya biasanya
ditugaskan untuk tenaga kerja langsung.
2.2.1.2 Waktu
Waktu keterlambatan atau kecepatan operasi dapat diukur sebagai waktu antara
permintaan pelanggan untuk produk / jasa dan kemudian menerima bahwa produk /
jasa. Kecepatan merupakan faktor penting bagi pelanggan dalam membuat pilihan
tentang apa yang organisasi untuk menggunakan. Konsep P: rasio D (Shingo, 1989)
membandingkan waktu permintaan D (dari permintaan pelanggan untuk penerimaan
produk / jasa) dengan total waktu proses P dari pembelian, membuat dan tahap
pengiriman.
13
Jadi dalam sistem, D merupakan waktu pengiriman, tetapi untuk sistem
customer-to-order waktu permintaan pelanggan adalah sama dengan pembelian,
tahap pengiriman (P). Dalam hal ini kecepatan proses internal pembelian
mempengaruhi waktu pengiriman yang dialami oleh pelanggan.
Dengan demikian keuntungan dari kecepatan adalah bahwa hal itu bisa
digunakan untuk mengurangi jumlah aktivitas spekulatif dan menjaga waktu
pengiriman konstan atau untuk jumlah yang sama dari spekulatif aktivitas dapat
mengurangi keseluruhan waktu pengiriman. Jadi dalam hal kecepatan yang
kompetitif dapat digunakan untuk mengurangi biaya (membuat perkiraan akurat) dan
mengurangi waktu pengiriman (layanan pelanggan yang lebih baik).
2.2.1.3 Kualitas
Kualitas meliputi baik kualitas produk / layanan itu sendiri dan kualitas proses
yang memberikan produk / jasa. Kualitas dapat diukur dengan 'biaya kualitas' model
yang biaya dikategorikan sebagai biaya mencapai baik kualitas (biaya jaminan
kualitas) atau biaya produk berkualitas rendah (biaya tidak sesuai dengan
spesifikasi). Keuntungan dari kualitas yang baik terhadap daya saing meliputi
peningkatan ketergantungan, mengurangi biaya dan meningkatkan pelanggan
layanan
2.3 Distribusi
Menurut Kotler dan Keller (2010, p49), saluran distribusi adalah organisasi-
organisasi yang saling tergantung dalam proses membuat produk atau jasa menjadi
tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi.
Distribusi adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian aliran material dari produsen ke konsumen dengan
suatu keuntungan. Jenis-jenis distribusi persediaan terdiri dari distribusi fisik, sistem
distribusi push and pull dan Distribution Requirement Planning.
2.3.1 Manajemen Persediaan Distribusi
Manajemen persediaan logistik meliputi kegiatan memperoleh material
(pengadaan), memindahkan material melalui lingkungan manufaktur (manufaktur
produk) dan distribusi. Logistik dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Perencanaan kebutuhan distribusi (Distribution Requirement Planning)
14
Serangkaian kegiatan untuk memenuhi permintaan pelanggan serta menerima
dan menyimpan barang dengan biaya serendah mungkin.
2. Perencanaan sumber daya distribusi (Distribution Resource Planning)
Melanjutkan perencanaan kebutuhan distribusi ke arah perencanaan sumber
daya penting yang terkandung dalam sistem distribusi: ruang gudang, tenaga
kerja, biaya angkutan.
3. Persediaan distribusi yang meliputi semua persediaan di manapun dalam
sistem distribusi.
2.3.2 Sistem Distribusi
Ada dua jenis sistem distribusi yaitu Sistem Distribusi Dorong (Push System)
dan Sistem Distribusi Tarik (Pull System). Berikut penjelasan kedua sistem distribusi
tersebut (Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2004)
2.3.2.1 Sistem Dorong (Push System)
Sistem ini mendorong persediaan dari pabrik pusat ke gudang.Keputusan
penambahan kembali persediaan dilakukan di pabrik. Keuntungan dari sistem dorong
adalah tercapainya skala ekonomis oleh satu sumber pusat, seperti pabrik.
Kerugiannya adalah kurang fleksibel dalam menanggapi kebutuhan pelanggan lokal.
Menentukan kebutuhan total (gudang-gudang dan penjualan langsung), persediaan
yang ada di gudang pusat dan cabang, barang dalam perjalanan dan rencana
penerimaan dari sumber (pabrik atau pemasok). Menentukan jumlah yang tersedia
untuk setiap gudang dan penjualan langsung, dimana gudang pusat menentukan apa
yang akan dikirim ke gudang cabang.
2.3.2.2 Sistem Tarik (Pull System)
Prinsip dari sistem ini adalah setiap pusat distribusi mengelola persediaan
produk yang dimilikinya. Persediaan berada di gudang pusat atau di pusat produksi.
Setiap pusat distribusi pada tingkat yang lebih rendah menghitung kebutuhan dan
kemudian memesan kepada pusat distribusi pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan
demikian produk ditarik dari pabrik melalui struktur jaringan distribusi, dipesan
melalui pesanan pengisian kembali dari lokasi stok yang secara langsung memasok
kebutuhan pelanggan.
15
2.3.3Distribution Requirement Planning (DRP)
Istilah DRP memiliki dua pengertian yang berbeda, yaitu :Distribution
Requirement Planning adalah berfungsi menentukan kebutuhan-kebutuhan untuk
mengisi kembali inventory pada distribution center. Sedangkan
DistributionResource Planning merupakan perluasan dari distribution requirement
planning yang mencakup lebih dari sekadar sistem perencanaan dan pengendalian
pengisian kembali inventori, tetapi ditambah dengan perencanaan dan pengendalian
dari sumber-sumber yang terkait dalam sistem distribusi seperti : warehouse space,
tenaga kerja, uang, fasilitas transportasi dan warehousing. Termasuk di sini adalah
keterkaitan dari replenishmentsystem ke financial system dan penggunaan simulasi
sebagai alat untuk meningkatkan performansi sistem. (Gasperz, Vincent, 2012, hal
300-301)
2.3.3.1 Konsep Distribution Requirement Planning (DRP)
Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani
pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Metode ini
menggunakan demandindependent, dimana dilakukan peramalan untuk memenuhi
struktur pengadaannya. Berapapun banyaknya level yang ada dalam jaringan
distribusi, semuanya merupakan variabel yang dependent kecuali level yang
langsung memenuhi permintaan konsumen.
Distribution Requirement Planning lebih menekankan pada aktivitas
pengendalian dari kegiatan pemesanan. DRP mengantisipasi kebutuhan mendatang
dengan perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi. Metode ini dapat
memprediksi masalah yang benar-benar terjadi, sehingga memberikan titik pandang
terhadap jaringan distribusi. Empat langkah utama harus diterapkan satu per satu
pada periode pemesanan dan pada setiap item, langkah-langkah tersebut adalah :
1. Netting
Netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih
yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan
persediaan. Data yang dibutuhkan dalam proses kebutuhan bersih ini adalah :
• Kebutuhan kotor untuk setiap periode
• Persediaan yang dimiliki pada awal perencanaan
• Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan
16
2. Lotting
Lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan
optimal untuk setiap item secara individu didasarkan pada kebutuhan bersih
yang telah dilakukan.
3. Offsetting
Langkah ini bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melakukan
rencana pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih. Rencana
pemesanan diperoleh dangan cara mengurangkan saat awal tersedianya ukuran
lot yang diinginkan dengan besarnya lead time.
4. Explosion
Proses explosion adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat
jaringan distribusi yang lebih rendah.
Logika dasar DRPadalah sebagai berikut menurut Richard J. Tersine, 2008 :
1. Gross Requirement /Forecast Demand diperoleh dari hasil forecasting.
2. Dari hasil peramalan distribusi lokal, hitung Time Phased Net Requirement.
Net Requirement tersebut mengidentifikasikan kapan level persediaan
(Scheduled Receipt - Projected On Hand Periode sebelumnya) dipenuhi oleh
Gross Requirement. Untuk sebuah periode :
Net Requirement = (Gross Requirement + Safety Stock) – (Schedule Receipt +
Projected On Hand Periode sebelumnya). Nilai Net Requirement yang dicatat
(recorded) adalah nilai yang bernilai positif.
3. Setelah itu dihasilkan sebuah Planned Order Receipt sejumlah Net
Requirement tersebut (ukuran lot tertentu) pada periode tersebut.
4. Ditentukan hari dimana harus melakukan pemesanan tersebut (Planned Order
Release) dengan mengurangkan hari terjadwalnya Planned Order Receipt
dengan Lead Time.
5. Di hitung Projected On Hand pada periode tersebut:
Projected On Hand = (Projected On Hand Periode sebelumnya + Schedule
Receipt + Planned Order Receipt) - (Gross Requirement).
6. Besarnya Planned Order Release menjadi Gross Requirement pada periode
yang sama untuk level berikutnya dari jaringan distribusi.
17
2.3.3.2 Fungsi Distribution Requirement Planning (DRP)
Distribution Requirement Planning sangat berperan baik dalam sistem
distribusi manufaktur yang terintegrasi maupun sistem distribusi murni. Dengan
kebutuhan persediaan time phasing pada tiap level dalam jaringan distribusi,
DRPmemiliki kemampuan untuk memprediksi suatu masalah yang akan terjadi.
Sistem Distribution Requirement Planning bekerja berdasarkan penjadwalan yang
telah dibuat untuk permintaan di masa yang akan datang sehingga mampu
mengantisipasi perencanaan masa depan dengan perencanaan yang lebih dini pada
setiap level distribusi.
Perencanaan Distribution Requirement Planning seharusnya dilakukan
penjdwalan ulang dan jaringan dilakukan secara periodik, hal ini biasanya dilakukan
minimal satu kali dalam satuminggu. Keuntungan yang didapat dari penerapan
metode DRPadalah :
1. Adanya ketergantungan antara persediaan distribusi dan manufaktur.
2. Sebuah jaringan distribusi yang lengkap yang dapat disusun, memberikan
gambaran yang jelas dari atas maupun dari bawah jaringan.
3. DRPmenyusun kerangka kerja untuk pengendalian logistik total dari
distribusi ke manufaktur untuk pembelian.
4. DRPmenyediakan masukan untuk perencanaan jadwal distrbusi dari sumber
penawaran ke titik distribusi.
2.3.4 Distribusi Persediaan
Persediaan merupakan semua produk dan bahan yang dipakai dalam proses
produksi dan distribusi perusahaan. Jadi distribusi persediaan adalah suatu aktifitas
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi
perusahaan dari produsen hingga sampai ke konsumen untuk memperoleh suatu
keuntungan.
Distribusi sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok dan pelanggan
potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya akan
diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya
produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan untuk
mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik. Beberapa faktor
yang mempengaruhi distribusi adalah saluran distribusi, jenis pasar yang akan
dilayani, karakteristik produk, jenis transportasi yang digunakan.
18
Distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai
ke konsumen untuk memperoleh suatu keuntungan. Distribusi persediaan sangatlah
penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial
tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan
peningkatan jumlah produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan
berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan dalam mendukung
sistem distribusi yang baik.
2.3.4.1 Penyebab dan Fungsi Persediaan
Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya
persediaan adalah sebagai berikut (Baroto,Teguh. Hal 52):
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan.
2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian.
3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar
dari kenaikan harga di masa mendatang.
Fungsi persediaan menurut Freddy Rangkuty (2009:15) adalah sebagi berikut:
1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.
2. Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan
penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi
lebih murah dan sebagainya.
3. Fungsi Antisipasi, apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data –data
masa lalu yaitu permintaaan musiman.
Persediaan mempunyai beberapa fungsi dalam memenuhi kebutuhan,
diantaranya adalah sebagai berikut (Sofyan Assauri, 2008, hal. 170) :
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya produk atau bahan-bahan
yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga
dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
19
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran
arus produksi.
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6. Memberikan pelayanan (service) kepada langganan dengan sebaik-baiknya,
dimana keinginan langanan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau
memberikan jaminan tetap tersedianya produk jadi tersebut.
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan
atau penjualannya.
2.3.4.2 Jenis Persediaan
Menurut Jay Heizer dan Barry Render(2010) persediaan dapat dibedakan
dalam lima jenis, yaitu:
a) Persediaan bahan baku (raw materials stock)
Merupakan persediaan dari produk yang digunakan dalam proses produksi,
dimana produk tersebut diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari
supplier yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya.
b) Persediaan produk setengah jadi atau produk dalam proses (work in process)
Merupakanpersediaan produk yang keluar dari tiap proses dan kemudian bisa
diproses kembali menjadi produk jadi.
c) Persediaan produk-produk pembantu atau perlengkapan (supplier stock)
Merupakan persediaan produk yang diperlukan dalam proses produksi untuk
membantu menghasilkan produk tetapi tidak merupakan bagian komponen dari
produk jadi.
d) Persediaan komponen produk (components stock)
Merupakan persediaan produk-produk yang terdiri dari komponen yang diterima
dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung di-assembling dengan komponen
lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya
e) Persediaan produk jadi (finished good stock)
Merupakan persediaan produk yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual
kepada pelanggan atau perusahaan lain.
20
2.3.4.3 Biaya-biaya Dalam Sistem Persediaan
Tujuan dari adanya pengaturan persediaan adalah untuk menentukan bahan
baku dan produk jadi pada jumlah yang tepat, waktu yang tepat, dan biaya rendah,
untuk itu ada empat parameter yang perlu diperhatikan (Sofyan Assauri, 2008) :
1. Biaya Pembelian (purchasing cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang keluarkan untuk membeli produk.Besarnya
biaya pembelian ini tergantung pada jumlah produk yang dibeli dan harga
satuan.Biaya pembelian manjadi faktor penting ketika harga yang tergantung
pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount
atau price break, dimana harga produk perunit akan turun bila jumlah produk
yang dibeli meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya
pembelian ini tidak dimasukkan kedalam total biaya sistem persediaan karena
diasumsikan bahwa harga produk per unit tidak dipengaruhi oleh jumlah
produk yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu
tertentu (misalnya 1tahun) konstan akan hal ini tidak akan mempengaruhi
jawaban optimal tentang berapa banyak produk yang harus disimpan.
2. Biaya Pengadaan (procurement cost)
Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal usul produk, yaitu biaya
pemesanan (Ordering Cost) bila produk yang diperlukan diperlukan diperoleh
dari pihak luar (Supplier) dan biaya pembuatan (Setup Cost) bila produk
diperoleh dengan memproduksi sendiri.
3. Biaya Pemesanan (ordering cost)
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan
produk dari luar.Biaya ini meliputi biaya menentukan pemasok (Supplier),
pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya
pengiriman dan seterusnya.Biaya ini di asumsikan konstan untuk setiap kali
pesan.
4. Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying cost)
Biaya penyimpanan yaitu semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan
produk atau biaya yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara
persediaan.
21
2.3.5 Sistem Persediaan
Adapun sistem persediaan menurutFreddy Rangkuty (2009)dalam penentuan
jumlah produk yang dibutuhkan (net requirement) dan jumlah produk yang akan
dikirimkan (planned order release) adalah sistem Ukuran Lot (Lot Sizing)
2.3.5.1 Metode Penentuan Ukuran Lot
Ukuran lot adalah jumlah minimum pesanan, yang didasarkan atas ketentuan
pemasok. Hal ini hanya sebagian yang benar karena sebetulnya ukuran lot ditentukan
oleh beberapa faktor yaitu :(Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2004))
1. Perhitungan ekonomis (EOQ)
2. Frekuensi pengiriman
3. Ukuran kontainer pengiriman
4. Total ukuran berat (tonase) atau volume (m3)
Dalam hal persediaan pengaman, perlu diperhatikan bahwa pengadaan
persediaan pengaman ini berbeda antara sistem distribusi satu tingkat atau tunggal
dengan sistem distribusi multitingkat.Dalam distribusi multitingkat, harus dihindari
adanya duplikasi penimbunan persediaan pengaman.
Teknik- teknik penentuan ukuran lot diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Economic Order Quantity ( EOQ ).
2. Lot for Lot ( LFL ).
3. Fixed Order Interval ( FOI)
4. Period Order Quantity ( POQ ).
5. Least Uni Cost.
6. Least Total Cost.
7. Part Period Balancing.
8. Wagner Within Algoritma.
9. Fixed Period Requirement.
Ukuran lot tidak didasarkan pada minimasi biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan, bila biaya penyimpanan tidak didefinisikan baik secara marginal
maupun incremental.
2.3.5.1.1 Fix Period Requirement (FPR)
Teknik penetapan ukuran lot dengan kebutuhan periode tetap (FPR) ini
membuat pesanan berdasarkan periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah
22
kebutuhan tidak berdasarkan ramalan, tetapi dengan cara menjumlahkan kebutuhan
bersih pada periode yang akan datang. Pada teknik jumlah pesanan tetap (FOQ) yang
telah dijelaskan sebelumnya, besarnya jumlah ukuran lot adalah tetap, meskipun
selang waktu antar pemesanan tidak tetap.Sedangkan dalam teknik kebutuhan
periode tetap (FPR), selang waktu antar pemesanan dibuat tetap dengan ukuran lot
sesuai pada kebutuhan bersih.
2.3.6 Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Pengertian persediaan pengaman (safety stock) menurut Freddy Rangkuty
(2009:10) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau
menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan(Stock Out).
2.3.6.1 Metode Penentuan Safety Stock
Dalam menentukan safety stock terdapat metode yang dapat digunakan oleh
perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Intuisi Persediaan
Ditentukan berdasarkan jumlah safety stock pengalaman sebelumnya misalnya
1,5 kali; 1,4 kali dan seterusnya selama lead time.
2. Service Level
Metode ini mengukur seberapa efektif perusahaan mensuplai permintaan produk
dari stok yang ada.Dalam perhitungan digunakan probabilitas untuk memenuhi
permintaan, untuk itu diperlukan informasi yang lengkap tentang probabilitas
berbagai tingkatan permintaan selama lead time karena sering kali terjadi
variasi.Variasi ini disebabkan oleh fluktuasi lama lead time dan tingkat
permintaan rata-rata.
3. Permitaan dengan Distribusi Empiris
Metode ini didasarkan pada pengalaman empiris dimana dalam penentuan stock
didasarkan pada kondisi riil yang dihadapi oleh perusahaan.
4. Permintaan Distribusi Normal
Permintaan yang dilakukan oleh beberapa pelanggan memiliki jumlah yang
bebeda-beda, walaupun demikian dengan menggunakan asumsi permintaan
bersifat total akan dapat dilakukan perhitungan dengan distribusi normal.
5. Permintaan Berdistribusi Poisson
23
Pada saat jumlah permintaan total merupakan permintaan dari beberapa
pelanggan dimana setiap pelanggan hanya membutuhkan sedikit barang, maka
sedikit sekali kemungkinan produsen akan memenuhi kebutuhan satu pelanggan
dalam jumlah yang besar.Dengan adanya rata-rata tingkat pemesanan yang
konstan dan interval waktu jumlah pemesanan tidak tergantung pada yang
lainnya, maka penentuan safety stock dapat menggunakan pendekatan distribusi
poisson dengan syarat jumlah permintaan rata-rata selama lead time sama atau
kurang dari 20.
6. Lead Time
Adanya jumlah permintaan yang tidak pasti pada periode tertentu akan berakibat
lead time untuk setiap siklus pemesanan bervariasi. Untuk itu perusahaan akan
berusaha menyediakan safety stock atau buffer stock selama lead time. Adapun
rumus yang didasarkan dalam perhitungan safety stock lead timeadalah :
SS = zs
Keterangan:SS
: Safety Stock z : Tabel z (tingkat kemungkinan)
s : Standar Deviasi L : Lead Time
7. Biaya Stock Out
Peningkatan biaya penyimpanan akan meningkat service level, sehingga semua
usaha yang digunakan untuk menutup semua level yang memungkinkan pada
saat terjadi lead time permintaan merupakan tujuan yang sangat sulit dicapai.
Untuk semua produk, permintaan maksimum akan lebih murah dibandingkan
dengan terjadinya stock out.Permasalahannya adalah menentukan tingkat safety
stock yang dapat menyeimbangkan biaya penyimpanan dengan biaya stockout.
2.3.6.2 Reorder Point(ROP)
Reorder Point (ROP) menurut Gasperz (2012) mengatakan bahwa tarik dari
reorder point menimbulkan cash loading input ke setiap tingkat adalah output dari
tingkat atau tahap sebelumnya sehingga menyebabkan kesalingtergantungan diantara
tingkat-tingkat dalam sistem distribusi. Lebih jauh lagi Gasperz menambahkan dalam
sistem ROP setiap pusat ditribusi pada tingkat lebih rendah meramalkan permintaan
untuk produk guna melayani pelanggannya, kemudian memesan dari pusat distribusi
pada tingkat yang lebih tinggi apa bila kuantitas dalam stock pada pusat distribusi
24
yang lebih rendah mencapai ROP.ROP dihitung berdasarkan formula (Gasperz,
Vincent, 2012, hal 291-292):
ROP = DLT + SS
Keterangan :
ROP = Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
DLT = Permintaan Selama Waktu Tunggu (Demand During Lead Time)
SS = Stock Pengaman (Safety Stock)
Adapun beberapa faktor untuk menentukan Reorder Point (ROP) diantaranya
menurut Petty, William, Scott dan David (2005:279) adalah;
1. Pengadaan atau stock selama masa pengiriman
2. Tingkat pengamanan yang diinginankan
2.3.7 Peramalan (Forecasting)
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa yang
akan datang, meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi
yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan produk ataupun jasa.
Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil,
karena perubahan permintaan relatif kecil.Dalam kondisi pasar bebas, permintaan
pasar lebih bersifat kompleks dan dinamis karena permintaan tersebut tergantung
dari keadaan ekonomi, politik, teknologi, produk pesaing dan produk subtitusi. Oleh
karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan
dalam pengambilan keputusan manajemen.(Nasution, A. H., 2004, Hal 29).
Peramalan memerlukan berbagai kegiatan untuk mengenali dan memantau
berbagai sumber permintaan akan produk dan jasa, yang meliputi peramalan,
mencatat pesanan, membuat janji penyerahan, menentukan kebutuhan unit-unit
operasional untuk mengkordinasikan seluruh kegiatan secara terpadu. Sasaran
peramalan dapat dikategorikan berdasarkan jangka waktunya ke dalam sasaran
jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek, dan segera.Cakupan sasaran
peramalan untuk setiap departemen.(Baroto,T.,2006,Hal 22).
2.3.7.1 Model-Model Peramalan
Terdapat dua jenis model peramalan yang utama, yaitu: model deret berkala
(time series) dan model regresi (kausal). Pada jenis pertama, pendugaan masa depan
25
dilakukanberdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu.
Tujuan metodeperamalan deret berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola
dalam deret historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Adapun
model peramalan menurut Baroto, T 2006 :
a. Pendekatan Naif (Naive Method)
Cara paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa permintaan di
periode mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir.
Untuk beberapa jenis produk, pendekatan naif (naive method) merupakan
model peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya.
Paling tidak pendekatan naif memberikan titik awal untuk perbandingan
dengan model lain yang lebih canggih.
b. Rata-Rata Bergerak (Moving Average)
Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data actual masa lalu
untuk menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat
mengasumsikan bahwa permintaan pasarakan stabil sepanjang masa yang kita
ramalkan.
c. Rata-Rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted Moving Average)
Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk
menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini.Pemilihan bobot
merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkan
mereka.Oleh karena itu, pemututsan bobot yang digunakan membutuhkan
pengalaman.
d. Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing)
Penghalusan eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak
dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan.Metode ini
mengunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit.
e. Penghalusan Eksponensial dengan Penyesuaian Tren (Exponential Smoothing
With Trend).
Model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan
diri pada tren yang ada.Idenya adalah menghitung tren rata-rata data
penghalusan eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan (lag)
positif atau negative pada tren.Dengan penghalusan eksponensial dengan
penyesuaian tren, estimasi rata-rata dan tren dihaluskan.
26
f. Proyeksi Trend (Linear Regression)
Proyeksi Tren merupakan suatu metode peramalan yang mencocokan garis
tren pada serangkaian data masa lalu, kemudian memproyeksikan garis pada
masa mendatang untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang.
Untuk menjelaskan hubungan kedua metode ini kita gunakan notasi matematis seperti :
Y = F (x)
Dimana :
Y = Dependent variable (variabel yang dicari)
X = Independent variable (variabel yang mempengaruhinya)
Notasi regresi sederhana dengan menggunakan regresi linier (garis lurus) dapat digunakan sebagai berikut :
Y = a + b X
Dimana a dan b adalah merupakan parameter (koefisien regresi) yang harus dicari. Untuk mencari nilai a dapat digunakan dengan menggunakan rumus :
a =
atau :
a = - b
kemudian nilai b dapat dicari dengan rumus :
b =
atau
b =
Model kausal di pihak lain mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan
menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas.
Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala (time series) yang tepat
adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling
27
tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis
(Spyros M, Steven C,Victor E,2004, hal. 10 ) :
1. Pola Horizontal (H)
Terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan.
Deret seperti itu adalah “stasioner” terhadap nilai rata-ratanya. Suatu produk
yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu
termasuk kedalam jenis ini.
Gambar 2.1 Pola Data Horizontal
2. Pola Musiman (S)
Terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya
kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu).
Gambar 2.2 Pola Data Musiman Kuartalan
3. Pola Siklis (C)
Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang
seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis.Penjualan produk seperti
mobil, baja, dan peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola ini.
28
Gambar 2.3 Pola Data Siklus
(Sumber: Spyros M, Steven C, Victor E,2003, hal. 10 )
4. Pola trend (T)
Terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang
dalam data.Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GNP) dan
berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti suatu pola trend
selama perubahannya sepanjang waktu.
Gambar 2.4 Pola Data Trend
2.3.8 Peramalan Permintaan
Sasaran akhir dari keseluruhan aktivitas peramalan adalah perkiraan mengenai
kebutuhan modal. Dengan mengetahui kebutuhan modal pada semua aktivitas
produksi, maka kebijakan harga dan keuntunagn akan lebih mudah untuk dibuat.
(Baroto,T.,2006,Hal 22).
29
2.3.8.1 Faktor Pengaruh Permintaan
Permintaan akan suatu produk pada suatu perusahaan merupakan resultan dari
berbagai faktor yang paling berinteraksi dalam pasar. Faktor - faktor ini hampir
selalu merupakan kekuatan yang berada diluar kendali perusahaan. Berbagai faktor
tersebut antara lain:
Siklus bisnis. Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan
produk tersebut, dan permintaan suatu produk akan dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase inflasi, resesi,
depresi, dan masa pemulihan. fase pertumbuhan, fase kematangan dan
akhirnya fase penurunan. Untuk menjaga kelangsungan usaha, maka perlu
dilakukan inovasi produk pada saat yang tepat.
Faktor-faktor lain. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan
adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha
yang dilakukan sendiri oleh perusahaan seperti meningkatkan kualitas,
pelayanan, anggaran periklanan, dan kebijaksanaan pembayaran secara
kredit.
Siklus hidup produk. Siklus hidup produk biasanya mengikuti suatu pola
yang biasa disebut kurva s. Kurva s menggambarkan besarnya permintaan
terhadap waktu, dimana siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi fase
pengenalan. Berikut tampilan factor-faktor yang mempengaruhi permintaan :
Gambar 2.5 Faktor yang mempengaruhi permintaan
(Sumber :Nasution, A. H., 2004,hal 31-32)
30
c
Mulai
Survey Lapangan Studi Kepustakaan
Tujuan Penelitian
Identifikasi Variabel
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data : Data permintaan produk bulan September 2013 – Oktober 2014 Data persedian produk Data lead time, data safety stock Data biaya dan frekuensi pemesanan, data biaya pengiriman Data biaya ekspedisi saat ini, kapasitas angkut Struktur organisasi dan sejarah perusahaan, supplier
Perencanaan jadwaldistribusi padaperiode 2013/2014 dengan metode DRP “F1” : Perhitungan Safety Stock Hitung Fix Periode Requirement Penentuan Gross Requirement Hitung Time Phased Net Requirement Tentukan Planned Order Receipt Tentukan Planned Order Release Hitung Projected On Hand Perhitungan reorder point (ROP)
Perencanaan jadwaldistribusi
Perusahaan padaperiode
2013/2014(Actual) “F”
Perencanaan Penjadwalan Distribusi Biaya Distribusi
Total biaya pengadaan
produk perusahaanperio
de 2013/2014(Actu
al) “TC”
Total biaya pengadaan
produk metode DRP periode
2013/2014“TC1”
F1 < FF1 > F TC1 < TC
TC1 > TC
Filter Data Menggunakan Metode Pareto
2.4 Kerangka Pemikiran
31
c
F1 < FTC1 < TC
Menghitung dan Memilih MAD dan MSE Terkecil
Penerapan Metode Peramalan Terbaik
Menentukan Peramalan Permintaan Periode 2014/2015
Hasil dan Pembahasan
Simpulan dan Saran
Selesai
Pengujian 5 Metode Forecasting
Perencanaan Penjadwalan Distribusi DRP Biaya Distribusi DRP
Perencanaan jadwaldistribusi padaperiode 2014/20145 dengan metode DRP : Hitung Fix Periode Requirement (FPR) Penentuan Forcast Demand Hitung Time Phased Net Requirement Tentukan Planned Order Receipt Tentukan Planned Order Release Hitung Projected On Hand Perhitungan reorder point (ROP)
Total biaya pengadaan produk metode DRP periode 2014/2015 : Total Biaya Pemesanan Total Biaya Transportasi
Yes
No
Keterangan :F = Frekuensi PemesananTC = Total Cost (Total Biaya Pengadaan)C = Continous (Lanjutan)