· Web viewIndustri kecil yang memberikan kontribusi besar terhadap nilai ekspor industri kecil...

80
INDUSTRI 1

Transcript of  · Web viewIndustri kecil yang memberikan kontribusi besar terhadap nilai ekspor industri kecil...

INDUSTRI

1

BAB XI I N D U S T R I

A. PENDAHULUAN

Tujuan nasional seperti yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 33 UUD 1945 menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Amanat UUD 1945 ini menjadi landasan pembangunan industri. Dengan demikian sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pembangunan industri sekaligus diarahkan untuk mampu memecahkan masalah-masalah sosial ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja, memenuhi kebutuhan dasar rakyat, memeratakan pendapatan masyarakat yang berkeadilan, serta mempercepat

XI/3

pengentasan rakyat dari kemiskinan, dengan selalu memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Kemerdekaan telah membuka lembaran baru bagi perkembangan industri di Indonesia, karena sejak itu bangsa Indonesia sendiri yang harus menangani pengelolaan industri yang sudah ada maupun merencanakan serta melaksanakan pembangunan industri selanjutnya. Sejak masa awal kemerdekaan, pemikiran akan pentingnya industrialisasi sebagai kunci dalam pembangunan ekonomi sudah mendapatkan perhatian.

Pembangunan industri dapat dikatakan diawali dengan kebijaksanaan nasionalisasi atau pengalihan kepemilikan atas sebagian perusahaan peninggalan Belanda seperti pabrik kertas, kimia, semen, ban, permesinan, dan perbengkelan. Pengelolaan berbagai industri tersebut sebagai perusahaan negara berada dalam koordinasi Badan Penyelenggara Perusahaan Industri dan Tambang (BAPPIT). Namun beberapa perusahaan besar swasta milik asing masih tetap beroperasi, seperti pabrik rokok, sabun, margarine dan minyak goreng. Kesulitan yang dihadapi selama periode pengambilalihan perusahaan itu adalah langkanya tenaga ahli dan terampil, modal serta sarana yang sangat terbatas, dan besarnya ketergantungan pada berbagai suku cadang dan mesin yang sebagian besar berasal dari negeri Belanda.

Pembangunan industri seperti yang digariskan dalam Rentjana Urgensi Perekonomian (RUP) pada awal tahun 1950-an memberikan prioritas untuk secepatnya memperluas kesempatan dan peranserta pengusaha nasional yang umumnya bermodal lemah, khususnya dalam rangka perubahan struktur perekonomian dari perekonomian kolonial ke perekonomian nasional. Meskipun kebijaksanaan tersebut tidak menentang adanya modal

XI/4

asing, namun adanya ketentuan persyaratan

kepemilikan dan pembatasan pada beberapa jenis industri tertentu serta tindakan-tindakan nasionalisasi membawa pengaruh terhadap arus dana investasi yang mengalir pada sektor industri. Rencana tersebut tidak bisa terlaksana karena situasi ekonomi dan politik yang tidak stabil. Rencana pembangunan industri selanjutnya termasuk dalam Rentjana Lima Tahun (1956-1960) yang disusun oleh Biro Perantjang Negara (BPN). Rencana itupun tidak sepenuhnya terlaksana, disebabkan selain ketersediaan dana yang terbatas juga beberapa proyek industri secara tekno-ekonomi belum tepat dan layak dibangun pads masa itu. Meskipun dalam keadaan demikian dalam kurun waktu 1955-1965 beberapa pabrik baru telah dibangun dan sebagian besar merupakan industri dasar milik pemerintah, baik yang memanfaatkan dana pinjaman yang bersumber dari beberapa negara sosialis serta pampasan perang Jepang maupun melalui dana pembiayaan dari bank pemerintah. Pabrik baru yang dibangun itu antara lain adalah pabrik pupuk, baja, kertas, gelas, soda, pemintalan serta sepatu; dan penambahan kapasitas pada pabrik yang sudah ada antara lain pabrik kertas, semen, dan ban. Pada saat pembangunan maupun dalam pengelolaan pabrik tersebut peran serta putera Indonesia mulai tampak, terutama tenaga-tenaga muda yang telah memiliki pendidikan keahlian, meskipun jumlahnya masih terbatas.

Selama kurun waktu dari awal kemerdekaan sampai dengan tahun 1965, perkembangan industri secara keseluruhan belum mampu memberikan sumbangan yang berarti dalam perekonomian nasional. Industri yang berkembang umumnya masih terbatas pada industri yang memanfaatkan hasil pertanian dan tambang. Beberapa proyek pembangunan industri yang dimulai pembangunannya pada awal tahun 1960-an, bahkan ada yang terbengkalai dan tersendat-sendat atau terhenti pembangunannya. Keadaan sektor industri ini mencerminkan situasi perekonomian yang penuh ketidakpastian, sampai terjadinya,

pemberontakan G-30-S/PKI.

XI/5

Setelah melampaui tahapan stabilisasi dan rehabilitasi yang dilancarkan oleh Pemerintah Orde Baru sejak tahun 1966, rencana pembangunan industri tersusun lebih terarah dalam kerangka Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Pertama (PJP I) yang dilaksanakan melalui tahapan pembangunan lima tahunan (Repelita). Pada awal PJP I sumbangan industri pengolahan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) baru mencapai 9,2 persen dan ekspor industri nonmigas pada tahun 1969 juga baru mencapai US$310,0 juta atau 36,5 persen dari keseluruhan ekspor.

Dalam masa Repelita I sampai dengan Repelita III prioritas dan kebijaksanaan pembangunan industri diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat banyak, khususnya pangan, sandang dan papan; dan mendukung pembangunan sektor pertanian antara lain seperti penyediaan pupuk, alat dan mesin pertanian, serta berupaya mengurangi impor barang kebutuhan pokok. Sejak Repelita IV pembangunan industri sudah mulai diarahkan berorientasi ekspor disertai dengan pendalaman struktur industri bersamaan dengan upaya debirokratisasi, deregulasi, dan peningkatan investasi. Dalam periode ini juga diletakkan landasan hukum dan peraturan perundangan melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Kebijaksanaan tersebut terus dilanjutkan dan ditingkatkan selama Repelita V dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktivitas untuk menghadapi persaingan perdagangan yang kian ketat, sejalan dengan proses globalisasi yang tengah berlangsung.

Pada akhir PIP I, sumbangan industri pengolahan dalam PDB mencapai sebesar 22,3 persen, sehingga telah memperkukuh struktur ekonomi. Ekspor hasil industri mencapai nilai sebesar US$23.301 juta atau mencapai sekitar 63,3 persen dari keseluruhan ekspor nasional,

XI/6

yang berarti industri telah menjadi sumber utama penerimaan devisa negara dan pertumbuhan ekonomi.

Produksi beberapa barang penting, seperti pupuk, semen, dan kain tekstil, pada akhir PJP I mencapai masing-masing sebesar 53,5 kali lipat, 46,3 kali lipat, dan 24,9 kali lipat dari produksi pada awal PJP I. Struktur industri juga makin mantap dengan dihasilkannya berbagai produk baru. Secara sertahap kemampuan penguasaan teknologi industri juga meningkat dan bahkan mulai mampu melaksanakan ekspor antara lain jasa rancang bangun pabrik, pesawat terbang dan kapal angkut trailer.

Proses industrialisasi dalam PJP I selain telah berhasil merubah struktur produksi dari titik berat pada pertanian ke industr i, juga telah mendukung terjadinya proses transformasi yang serupa di bidang ketenagakerjaan. Pada tahun 1990 industri pengolahan menyerap sebanyak 8,2 juta tenaga kerja atau 11,4 persen dari jumlah keseluruhan pekerja, yang meningkat dari penyerapan pada tahun 1971 sebanyak 2,7 juta tenaga kerja atau 7,1 persen dari keseluruhan pekerja. Mengingat produktivitas di sektor industri yang rata-rata lebih tinggi dari sektor pertanian, maka penghasilan pekerja juga meningkat. Peningkatan kegiatan di sektor industri juga telah menumbuhkan dan memperluas lapangan usaha dan lapangan kerja di berbagai bidang jasa.

Pesatnya pertumbuhan industri selama PJP I merupakan prestasi yang tidak kecil karena dicapai dalam waktu relatif singkat dibandingkan dengan pengalaman negara maju pada saat mereka mulai melaksanakan industrialisasinya. Pembangunan industri telah membawa Indonesia pada kedudukan yang memenuhi beberapa kriteria negara industri baru. Hasil pembangunan industri dalam PJP I i tu merupakan modal dan menjadi landasan yang kuat untuk

XI/7

melanjutkan dan meningkatkan pembangunan industri dan ekonomi dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua (PJP II) yang dimulai dengan Repelita VI.

B. SASARAN, KEBIJAKSANAAN DAN PROGRAM REPELITA VI

Sasaran pembangunan industri dalam Repelita VI sebagai bagian dari sasaran bidang ekonomi adalah tertata dan mantapnya industri nasional yang mengarah pada penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan, dan penyebaran industri keseluruh wilayah Indonesia, dan makin kukuhnya struktur industri dengan peningkatan keterkaitan antara industri hulu, industri antara, dan industri hilir serta antara industri besar, industri menengah; industri kecil, dan industri rakyat, serta keterkaitan industri dengan sektor ekonomi lainnya.

Sasaran pembangunan industri dalam Repelita VI tersebut dijabarkan lebih lanjut menjadi tercapainya tingkat pertumbuhan industri yang cukup tinggi, baik dalam nilai tambah, kesempatan kerja maupun ekspor sehingga sektor industri makin efektif menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi; terciptanya struktur industri yang makin kuat dan dalam, didukung oleh kemampuan teknologi yang makin meningkat dan pemanfaatan sumber daya ekonomi yang optimal; meningkatnya daya saing industri sehingga menghasilkan produk unggulan yang mampu menerobos pasar internasional dan mengurangi ketergantungan pada impor; berkembangnya industri kecil dan menengah, termasuk industri di perdesaan sehingga makin meningkatkan peran serta masyarakat secara produktif dalam kegiatan industri; dan meluasnya persebaran lokasi industri ke daerah, termasuk kawasan timur Indonesia, sehingga mampu mengembangkan

XI/8

pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di daerah sesuai dengan potensi sumber dayanya, dalam upaya lebih memeratakan pembangunan.

Sasaran pertumbuhan nilai tambah sektor industri, termasuk industri pengolahan migas dalam Repelita VI, adalah rata-rata 9,4 persen per tahun. Industri pengolahan nonmigas diperkirakan berkembang dengan laju pertumbuhan rata-rata 10,3 persen per tahun.

Pada tingkat pertumbuhan industri seperti tersebut di atas, sumbangan industri pengolahan dalam PDB secara keseluruhan pada akhir Repelita VI akan mencapai 24,1 persen dan sumbangan industri pengolahan nonmigas 21,3 persen. Bersamaan dengan kenaikan produksi hasil industri, ekspor hasil industri diharapkan meningkat dengan laju kenaikan rata-rata sebesar 17,8 persen per tahun. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja di sektor industri akan mencapai 12.960 ribu orang pada akhir Repelita VI, yang berarti akan tercipta perluasan lapangan kerja Baru di sektor industri untuk 3.020 ribu orang.

Untuk mendukung tercapainya sasaran pembangunan industri, dalam Repelita VI ditempuh serangkaian kebijaksanaan, yang pada dasarnya bertumpu pada strategi, yaitu pembangunan industri yang berspektrum luas dan berorientasi pada pasar internasional, baik yang meliputi industri padat sumber daya alam dengan memanfaatkan teknologi yang makin maju, industri padat karya yang makin padat keterampilan maupun industri padat teknologi; pembangunan industri dengan mempercepat penguasaan teknologi dalam rangka memantapkan basis industrialisasi untuk menghasilkan produk industri unggulan; pembangunan industri yang bertumpu pada mekanisme pasar dengan dunia usaha sebagai pemeran utamanya; dan pembangunan industri yang mengutamakan tercapainya pertumbuhan

XI/9

bersamaan dengan pemerataan dengan memberikan prioritas pada berbagai industri yang mampu tumbuh dengan cepat dan meningkatkan peran serta masyarakat secara luas dan produktif.

Program pembangunan industri disusun sebagai pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan industri untuk mendukung tercapainya sasaran pembangunan industri dalam Repelita VI. Program pembangunan industri terdiri dari tiga program pokok, yaitu program pengembangan industri rumah tangga, industri kecil dan menengah, program peningkatan kemampuan teknologi industri, dan program penataan struktur industri. Program-program tersebut didukung oleh program penunjang terdiri atas program pengendalian pencemaran hidup, program pengembangan informasi industri, program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan industri, dan program penelitian dan pengembangan industri.

C. PELAKSANAAN DAN HASIL PEMBANGUNAN TAHUN PERTAMA REPELITA VI

Pertumbuhan sektor industri pada tahun 1994 mencapai sekitar 11,1 persen, atas dasar harga konstan tahun 1993, dan sumbangannya dalam PDB adalah sebesar 23,9 persen. Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada tahun 1994 tercatat 12,0 persen dengan sumbangan sebesar 21,2 persen. Pada tahun 1994 ekspor hasil industri pengolahan nonmigas mencapai nilai sebesar US$25,7 miliar dan peranannya adalah 64,2 persen dalam keseluruhan ekspor nasional.

Ditinjau dari komposisi nilai tambah industri pengolahan nonmigas, industri makanan dan minuman masih berperan besar yaitu sekitar 46,2 persen pada tahun 1994. Pada tahun yang sama industri kimia, barang dari karet dan plastik memberikan sumbangan 13,4

XI/10

persen, industri barang dari logam, mesin dan alat pengangkutan sebesar 12,9 persen, dan industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki 9,4 persen. Keempat kelompok industri tersebut memberikan sumbangan nilai tambah sebesar 81,9 persen dalam keseluruhan nilai tambah industri pengolahan nonmigas pada tahun 1994.

Perkembangan industri tersebut didukung oleh upaya debiro-kratisasi dan deregulasi , yang konsisten. Industri hulu yang menghasilkan bahan baku dan penolong yang mengolah sumber daya alam secara luas juga telah berkembang. Demikian pula mulai berkembang berbagai barang modal seperti mesin dan peralatan pabrik termasuk produk komponen dan subperakitan. Dengan demikian kemampuan industri dalam negeri meningkat baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun menjalin keterkaitan antarindustri yang semakin kukuh. Perkembangan industri didukung pula oleh meningkatnya investasi baik dalam negeri maupun luar negeri, meningkatnya penguasaan teknologi industri termasuk rancang bangun dan perekayasaan industri, dan makin tersedianya prasarana dasar ekonomi secara lebih memadai.

Sejalan dengan kemajuan yang dicapai dan tambahan rencana investasi industri, kesempatan kerja yang terbuka di sektor industri semakin meluas. Secara keseluruhan, sejak awal PJP I sampai dengan awal PJP II kesempatan kerja di sektor industri mampu menyerap kurang lebih sebanyak 10,8 juta tenaga kerja. Industri kecil merupakan penyumbang terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di sektor industri, yaitu merupakan 68,6 persen dari keseluruhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri.

XI/11

1. Program Pokok

a. Program Pengembangan Industri Rumah Tangga, Industri Kecil dan Menengah

Program pengembangan industri rumah tangga, industri kecil dan menengah dilaksanakan untuk menumbuhkembangkan kegiatan usaha ekonomi skala kecil yang produktif, serta untuk mendukung perluasan kesempatan kerja dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan.

Industri kecil termasuk industri kecil kerajinan dan rumah tangga telah berkembang menjadi bagian integral dari industri nasional sehingga mempunyai potensi besar sebagai sumber pertumbuhan industri dalam jangka panjang. Sampai dengan tahun 1994/95 perkembangan industri kecil cukup berperan penting dalam penyediaan kesempatan berusaha, perluasan lapangan kerja, pemerataan pendapatan masyarakat, dan pengentasan kemiskinan. Industri kecil yang menghasilkan barang ekspor juga berkembang. Sebagian besar usaha industri kecil berada di perdesaan, sehingga berkembangnya industri kecil juga menumbuhkan kegiatan ekonomi di perdesaan dan dengan demikian diharapkan akan mengurangi urbanisasi. Dalam rangka lebih mendorong pengembangan usaha kecil termasuk industri kecil, saat ini sedang disusun Rancangan Undang-Undang tentang Pembinaan Usaha Kecil.

Kegiatan pengembangan industri kecil dalam tahun pertama Repelita VI dilaksanakan baik oleh pemerintah maupun dunia usaha dengan memberikan bantuan dan bimbingan teknis serta pelatihan keterampilan dalam teknologi produksi, pemasaran, permodalan, dan manajemen. Industri kerajinan dan industri rumah tangga yang menghasilkan berbagai barang seni dan kerajinan tradisional, berkembang pula dengan memanfaatkan potensi daerah setempat ,

XI/12

seperti hasil pertanian dan pertambangan bukan logam. Industri perdesaan yang menghasilkan peralatan dan mesin pengolah hasil pertanian juga berkembang dan mulai mampu menghasilkan produk yang mempunyai peluang ekspor. Industri kecil juga diupayakan untuk berkembang di daerah perbatasan, daerah terpencil, dan daerah transmigrasi. Demikian pula dikembangkan industri kecil subkontrak yang terkait dengan industri di kawasan industri.

Dalam tahun 1994/95 dilakukan upaya pengembangan industri kecil yang dilaksanakan melalui pola pengembangan sentra industri yang tersebar di 27 propinsi, khususnya industri kecil kerajinan dan rumah tangga yang berlokasi di perdesaan. Pendekatan ini diharapkan membuat berkembangnya industri kecil menjadi lebih efektif, karena selain para perajin tidak perlu disediakan lokasi khusus, juga pengadaan bahan baku, penyediaan informasi, bantuan teknologi, serta pembinaan kelembagaan usaha menjadi koperasi, dapat berlangsung lebih efisien, terarah dan terpadu. Jumlah sentra industri yang telah dibina terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1994/95 telah dibina sebanyak 9.011 buah sentra atau naik sebesar 4,1 persen dibanding tahun sebelumnya. Ditinjau dari persebarannya sentra industri kecil sebagian besar berada di pulau Jawa yaitu sekitar 42,1 persen, pulau Sumatera 21,6 persen, dan kepulauan Nusa Tenggara sebesar 13,1 persen, dan selebihnya tersebar di daerah lainnya.

Pengembangan industri kecil yang dilaksanakan melalui sentra industri memberikan dampak positif terhadap penumbuhan unit usaha baru dan wirausahawan baru terutama di perdesaan. Dengan iklim usaha yang membaik, jumlah unit usaha industri kecil memperlihatkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1994 jumlah usaha industri kecil meningkat sebesar 2,8 persen dari yang tercatat tahun 1993 atau menjadi 2.082 ribu unit usaha. Ditinjau dari jenis usaha

XI/13

industrinya, pada tahun 1994 sebagian besar pengusaha industri kecil bergerak dalam industri makanan dan minuman yaitu sekitar 33,6 persen dari keseluruhan unit usaha, industri kayu dan barang dari kayu termasuk perabot rumah tangga sekitar 27,8 persen, dan industri tekstil, pakaian jadi dan kulit sekitar 14,3 persen. Industri kecil juga menangani kegiatan produksi yang berteknologi tinggi, seperti industri kecil elektronika.

Sejalan dengan meningkatnya jumlah unit usaha, jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri kecil juga meningkat. Pada tahun 1994 industri kecil menyerap tenaga kerja sekitar 7.442 ribu orang yang berarti ada tambahan tenaga kerja baru yang bekerja di industri kecil sebanyak 232,7 ribu orang atau meningkat sebesar 3,2 persen. Pada tahun 1994 sebagian besar tenaga kerja industri kecil bekerja pada industri kecil makanan dan minuman yaitu sekitar 31,9 persen dari keseluruhan tenaga kerja industri kecil; industri pengolahan kayu dan rotan sekitar 22,4 persen; dan industri tekstil pakaian jadi dan kulit sekitar 16,8 persen.

Dalam rangka meningkatkan mutu dan daya saing hasil produksi, usaha industri kecil dibantu dengan upaya pengendalian dan manajemen mutu. Bimbingannya diberikan melalui kelompok atau gugus kendali mutu (GKM) pada unit usaha mereka. Upaya ini terus ditingkatkan agar kesadaran akan perlunya penerapan manajemen mutu membudaya dan menjadi bagian integral dalam kegiatan produksi. Untuk mendukung industri kecil yang mempunyai potensi ekspor mampu menerobos pasar internasional, pada tahun 1994/95 mulai diperkenalkan dan dimasyarakatkan mengenai penerapan ISO-9000. Untuk mengatasi lemahnya aloes pada teknologi, termasuk pula fasilitas produksi, informasi dan pemasaran, unit pelayanan teknis (UPT) sebagai sarana penunjang pengembangan industri kecil ditingkatkan daya gunanya, antara lain melalui upaya restrukturisasi.

XI/14

Sampai dengan tahun pertama Repelita VI telah beroperasi 108 UPT yang tersebar di 24 propinsi.

Peran serta swasta dan masyarakat untuk mengembangkan usaha industri kecil didorong melalui kemitraan usaha antara industri kecil dan menengah dengan pengusaha/industri besar, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), secara saling memperkuat dan menguntungkan. Bentuk kemitraan yang berkembang adalah melalui pola dagang, vendor, dan subkontrak. Sampai dengan tahun 1994 telah ditandatangani kerja sama antara 15.211 perusahaan besar sebagai mitra usaha dengan 95.076 industri kecil. Sebagai penghargaan kepada perusahaan besar dan perorangan yang berhasil membina serta mengembangkan usaha industri kecil, Pemerintah memberikan penghargaan Upakarti jasa kepeloporan dan jasa pengabdian. Pada tahun 1994 diberikan 44 penghargaan Upakarti yang meliputi 22 penghargaan jasa pengabdian dan 22 penghargaan jasa kepeloporan. Secara keseluruhan sampai dengan tahun pertama Repelita VI telah diberikan sebanyak 733 penghargaan Upakarti, yang meliputi 343 jasa pengabdian dan 390 jasa kepeloporan. Melalui penyediaan dana sebesar 1,0 sampai dengan 5,0 persen dari laba bersih setiap tahunnya BUMN juga mendukung pengembangan usaha industri kecil.

Perkembangan nilai ekspor industri kecil secara keseluruhan menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Bila dibandingkan dengan nilai ekspor industri kecil pada tahun 1993 yang bernilai US$2.130,6 juta, maka nilai ekspor tahun 1994 yang bernilai sebesar US$ 2.475,1 juta meningkat 16,2 persen. Industri kecil yang memberikan kontribusi besar terhadap nilai ekspor industri kecil secara keseluruhan adalah industri tekstil dan produk tekstil, industri barang dari kulit, dan industri perhiasan dan kerajinan dari logam.

XI/15

b. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

Program peningkatan kemampuan teknologi industri dilaksanakan untuk meningkatkan nilai tambah produk industri, dan secara sertahap mengubah struktur kandungan nilai tambah sehingga makin bersumber dari kemampuan teknologi dan sumber daya manusia yang berkualitas; dan meningkatkan efisiensi, mutu dan daya saing produk hasil industri dengan ciri keunggulan kompetitif serta berkinerja tinggi.

Penguasaan teknologi industri, baik teknologi manufaktur maupun teknologi produk, menunjukkan kemajuan yang berarti dan dilakukan secara sertahap. Penguasaan teknologi diperoleh antara lain melalui berbagai proses alih teknologi, adaptasi teknologi serta penelitian dan pengembangan teknologi terapan, baik yang diselenggarakan melalui lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) industri milik pemerintah maupun dalam kegiatan industri sendiri. Balai litbang milik pemerintah diarahkan untuk membuat berbagai purwarupa peralatan yang sesuai dengan kebutuhan industri kecil, antara lain peralatan pengolahan hasil pertanian, industri kulit, industri logam dan mesin serta kerajinan. Di bidang rancang bangun dan perekayasaan industri tampak pula kemajuan, dan bahkan beberapa perusahaan telah mampu memberikan jasa dalam pembangunan pabrik di luar negeri, antara lain untuk pembangunan pabrik pupuk, pabrik kertas dan pabrik aluminium fluorida, pabrik tekstil dan serat sintetik, serta pabrik amoniak.

Upaya standardisasi dan normalisasi produk industri untuk peningkatan mutu produk dan efisiensi industri terus dilanjutkan. Sejak ditetapkannya standar nasional Indonesia (SNI) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1994, sampai saat ini standar industri yang telah ditetapkan sebagai SNI secara kumulatif berjumlah

XI/16

2.729 SNI dari jumlah konsep standar industri sebanyak 2.936 standar. Sistem jaringan kalibrasi dan pengujian mutu produk hasil industri pada tahun 1994/95 terus dikembangkan termasuk sistem jaringan akreditasi dan sertifikasinya, sehingga sampai dapat memperoleh pengakuan internasional. Demikian pula langkah-langkah untuk memasyarakatkan penerapan standar ISO 9000 (International Standards Organization 9000 series) juga ditingkatkan bersamaan dengan pengembangan kelembagaan dan pelatihan asessor ISO 9000.

Untuk menggairahkan kegiatan pengembangan teknologi, sangat penting adanya perlindungan atas hasil dan bagi yang menghasilkannya, antara lain melalui perlindungan paten. Sejak Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten mulai berlaku pada tanggal 1 Agustus 1991, sampai dengan tahun pertama Repelita VI jumlah permintaan paten termasuk baru dan ulang berjumlah 9.024 buah paten, terdiri dari paten dan paten sederhana.

c. Program Penataan Struktur Industri

Program penataan struktur industri dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan nilai tambah hasil industri, mengurangi ketergantungan impor barang hasil industri secara ekonomis, memperluas basis produksi industri nasional secara vertikal dan horizontal termasuk mengembangkan industri baru dalam rangka mengisi rangkaian hulu-hilir yang masih kosong secara efisien, meningkatkan efisiensi dan daya saing serta memperluas jenis industri yang berorientasi ekspor, dan memperkuat struktur industri ditinjau dari aspek kelembagaan usaha dan pelaku industri. Penataan struktur industri juga berkaitan erat dengan upaya persebaran industri ke daerah untuk meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya sekaligus mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri.

XI/l7

1) Perkembangan Basis Produksi Hasil Industri

a) Perkembangan Industri Hasil Pertanian

Industri hasil pertanian semakin berperan penting dalam pembangunan industri keseluruhan. Industri ini bukan saja untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat tetapi juga telah tumbuh menjadi industri berorientasi ekspor. Perkembangan industri hasil pertanian pada umumnya menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Secara keseluruhan perkembangan produksi dari beberapa jenis industri yang termasuk dalam industri hasil pertanian sampai dengan tahun pertama Repelita VI dapat dilihat pada Tabel XI-l.

Beberapa jenis industri yang tergolong dalam industri makanan dan minuman produksinya meningkat pesat, antara lain ada yang naik 30,0 sampai dengan 60,0 persen pada tahun pertama Repelita VI bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu produksi makanan ternak, susu bubuk, tepung terigu, susu cair, dan minyak goreng kelapa sawit.

Produksi industri kayu olahan menunjukkan perkembangan yang cukup mantap sampai dengan tahun pertama Repelita VI meskipun jumlah bahan baku yang tersedia makin terbatas. Industri kusen/daun pintu/jendela produksinya pada tahun 1994/95 meningkat sebesar 78,7 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berkembangnya keanekaragaman dan produksi barang kayu olahan termasuk kayu lapis dekoratif menunjukkan meningkatnya nilai tambah industri pengolahan kayu yang semula hanya terdiri atas kayu gergajian dan kayu lapis.

XI/18

Hasil industri barang dari kulit dan alas kaki, yaitu sepatu karet atau kanvas dan kulit imitasi pada tahun 1994/95 menunjukkan kenaikan cukup pesat yaitu masing-masing 31,8 persen dan 25,0 persen. Produksi sepatu karet atau kanvas dan sepatu kulit yang terus meningkat memberikan sumbangan yang cukup berarti terhadap peningkatan ekspor hasil industri.

Produksi industri kertas dan pulpa juga meningkat cukup mantap, terutama dengan telah selesainya perluasan dan optimalisasi kapasitas terpasang beberapa pabrik kertas dan pulpa. Bila dibandingkan dengan produksi tahun 1993/94, produksi kertas pada tahun 1994/95 mengalami kenaikan cukup besar, yaitu 22,7 persen, sedangkan produksi kotak karton meningkat 20,0 persen.

industri barang dari karet juga menunjukkan perkembangan yang pesat. Antara lain, produksi ban kendaraan bermotor roda empat dan ban sepeda pada tahun 1994/95 meningkat masing-masing sebesar 26,9 persen dan 14,4 persen.

b) Perkembangan Industri Logam, Mesin, dan Elektronika

Hasil industri logam, mesin dan elektronika pada umumnya adalah barang modal yang diperlukan baik untuk kegiatan industri sendiri maupun untuk kegiatan sektor ekonomi lainnya seperti pertanian, pertambangan dan energi, perhubungan dan sektor jasa lainnya. Dengan demikian kemajuan industri ini berperan pula dalam menunjang kemajuan sektor lainnya.

Industri logam, mesin dan elektronika yang telah berkembang sampai dengan tahun pertama Repelita VI meliputi: industri permesinan, terutama industri mesin dan peralatan pabrik, industri alat-alat berat/konstruksi, industri alat dan mesin pertanian dan

XI/19

pengolahan hasil pertanian, industri mesin dan peralatan tenaga listrik, dan industri komponen mesin; industri elektronika, terutama industri alat komunikasi yang menunjang pembangunan jaringan komunikasi nasional, industri alat pengolah data, instrumentasi dan kontrol, baik perangkat keras maupun perangkat lunak serta industri elektronika konsumsi; berbagai jenis industri alat angkut yang menunjang sektor perhubungan, termasuk industri komponennya; dan industri logam yang menghasilkan bahan baku dan produk antara bagi industri hilir.

Produksi industri logam, mesin dan elektronika sampai dengan tahun pertama Repelita VI pada umumnya menunjukkan peningkatan. Beberapa jenis industri ini sudah memasuki pasaran internasional dan memiliki potensi untuk terus meningkat ekspornya. Secara keseluruhan perkembangan produksi beberapa jenis industri yang termasuk dalam industri logam, mesin dan elektronika adalah seperti dalam Tabel XI-2.

Pada tahun 1994195 produksi batang kawat, baja lembaran lapis seng, baja lembaran canai dingin, batang tembaga, dan aluminium foil meningkat dengan kenaikan lebih dari 20,0 persen. Beberapa produksi industri logam itu telah mampu memasuki pasaran ekspor, antara lain besi beton, batang kawat, aluminium ingot, aluminium ekstrusi, batang kawat tembaga, dan aluminium foil.

Industri permesinan yang berkembang antara lain adalah industri mesin perkakas, industri alat dan mesin pertanian, industri alat-alat konstruksi, dan industri mesin listrik. Industri mesin perkakas memang menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi, meskipun menampakkan kecenderungan produksi yang meningkat. Hal ini karena industri permesinan masih mengandalkan pasar dalam negeri, sedangkan daya saing produk yang dihasilkan belum cukup tinggi menghadapi barang-barang impor. Beberapa jenis industri seperti

XI/20

mesin bor, mesin gerinda rata dan mesin potong pada tahun 1994/95 meningkat pesat, masing-masing naik sebesar 33,6 persen, 27,1 persen dan 127,9 persen.

Produksi industri alat dan mesin pertanian pada umumnya juga meningkat, misalnya produksi traktor mini, pompa irigasi dan mesin perontok padi pada tahun 1994/95 meningkat masing-masing sebesar 5,6 persen, 5,0 persen dan 5,0 persen bila dibandingkan dengan tahun 1993/94.

Produksi industri alat berat dan konstruksi pada umumnya menunjukkan kenaikan meskipun ada yang perkembangannya berfluktuasi. Bila dibandingkan dengan produksi tahun 1993/94, produksi asphalt mixing plant pada tahun 1994/95 mencatat kenaikan sebesar 16,7 persen, dan berbagai alat berat lainnya meningkat sekitar 5,0 persen. Walaupun masih dalam jumlah yang relatif kecil, beberapa produk kelompok industri ini bahkan telah mampu menembus pasaran ekspor.

Produksi industri mesin listrik secara keseluruhan menunjukkan kecenderungan meningkat, meskipun beberapa jenis industri mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Misalnya, industri pemutus arus (mini circuit breaker, MCB) pada tahun 1994/95 meningkat sebesar 189,4 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa produk lainnya seperti transformator tenaga, transformator distribusi, dan motor listrik juga meningkat meskipun dengan laju yang lebih rendah. Beberapa produk industri ini telah memasuki pasaran ekspor meskipun dalam jumlah yang masih terbatas, seperti transformator, generator, motor listrik dan komponennya.

XI/21

Produksi industri elektronika meningkat dengan mantap, bahkan beberapa produk seperti kipas angin, kabel listrik/telepon, dan alat pendingin produksinya meningkat cukup pesat yaitu masing-masing sebesar 245,0 persen, 29,1 persen dan 25,3 persen dibandingkan dengan produksi pada tahun 1993/94. Industri elektronika yang mendukung perkembangan sektor telekomunikasi, antara lain sentral telepon, pesawat telepon, radio mobil, dan VHF/UHF single channel, produksinya menunjukkan kenaikan yang cukup berarti. Industri elektronika berperan makin besar dalam ekspor hasil industri.

Industri alat angkut berkembang dengan menggembirakan, baik industri kendaraan bermotor, kereta api, pesawat terbang maupun kapal. Industri kendaraan bermotor meliputi industri kendaraan roda empat dan roda dua, serta industri komponen kendaraan bermotor. Sampai dengan tahun pertama Repelita VI industri kendaraan bermotor roda empat dan roda dua menunjukkan kecenderungan produksi yang meningkat, walaupun industri kendaraan roda empat menunjukkan perkembangan produksi yang berfluktuasi. Produksi sepeda pada tahun 1994/95 meningkat pesat yaitu sebesar 27,5 persen. Sejalan dengan upaya pendalaman struktur industri kendaraan bermotor produksi industri komponen telah meningkat. Pada tahun 1994/95, produksi komponen kendaraan bermotor rata-rata mengalami kenaikan sebesar 5,0 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tahun 1994/95 produksi gerbong barang dan gerbong penumpang tetap menunjukkan kenaikan bila dibandingkan dengan produksi tahun 1993/94, yaitu masing-masing naik sekitar 4,8 persen dan 6,3 persen. Kecenderungan perkembangan yang sama juga ditunjukkan dalam industri pesawat terbang, yang memproduksi beberapa jenis pesawat terbang dan helikopter. Pada saat ini masih terus berlangsung kegiatan pengembangan pesawat baru jenis N-250

XI/22

berkapasitas 70 penumpang, yang penerbangan perdananya direncanakan pada tahun 1995. Industri pesawat terbang dan komponennya serta helikopter telah mampu menembus pasaran ekspor.

Dalam industri perkapalan pada tahun 1994/95 produksi kapal baja baru tercatat 102,4 ribu bruto registered tons (BRT) atau meningkat 10,7 persen dibandingkan dengan tahun 1993/94. Kegiatan reparasi kapal baja juga meningkat. Kemampuan rekayasa dan rancang bangun industri perkapalan terus berkembang, antara lain melalui program pembangunan kapal Caraka Jaya, yang terdiri dari jenis kapal cargo dan kapal semi container. Pembangunan kapal angkut trailer dan kapal tanker untuk memenuhi pesanan luar negeri sedang berjalan.

Produksi industri mesin dan peralatan pabrik meningkat pada hampir semua jenis industri ini. Pada tahun 1994/95 produksi industri mesin dan peralatan pabrik pada umumnya mengalami kenaikan sekitar 5,0 persen dibandingkan produksi tahun 1993/94. Beberapa produk industri ini seperti boiler kecil, dan mesin dan peralatan pabrik teh, selama lima tahun terakhir ini meningkat pesat dan pada tahun 1994/95 produksinya masih meningkat, yaitu masing-masing dengan 9,8 persen dan 14,7 persen. Industri boiler besar juga menunjukkan kenaikan volume produksi yang cukup tinggi yaitu meningkat sebesar 15,2 persen dibandingkan pada tahun 1993/94. Industri nasional juga telah mampu menghasilkan berbagai mesin dan peralatan untuk penambangan dan industri pengolahannya, industri petrokimia, industri farmasi, industri mesin tekstil, dan industri pengolahan hasil hutan. Kemampuan jasa rancang bangun dan perekayasaan juga berkembang dan telah mampu mengekspor, seperti pembangunan pabrik tekstil, pabrik penghasil kertas tanpa karbon, pabrik aluminium fluorida, pabrik farmasi dan pabrik pupuk fosfat.

XI/23

Ekspor jasa enjinering tersebut telah mendorong pula ekspor mesin dan peralatan pabriknya.

c) Perkembangan Industri Kimia

Industri kimia pada umumnya menggunakan teknologi maju, padat energi serta padat modal. Di samping itu, industri kimia juga berkembang sebagai industri penghasil bahan baku dan bahan setengah jadi. Oleh karena itu perkembangan industri ini berperan penting dalam penguatan dan pendalaman struktur industri, terutama yang berbasis pada pengolahan sumber daya alam yang dimiliki sehingga memperkukuh keterkaitan antara industri hulu dengan industri hilir maupun antara sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya seperti pertanian dan pertambangan. Industri kimia meliputi berbagai jenis industri termasuk industri agrokimia, industri kimia organik, industri kimia anorganik, dan industri mineral bukan logam terutama industri semen.

Industri barang kimia pada umumnya menunjukkan kenaikan produksi yang cukup mantap. Hal tersebut dimungkinkan berkat adanya perluasan kapasitas produksi beberapa pabrik dan pembangunan pabrik-pabrik kimia baru. Banyak industri kimia telah menghasilkan produk ekspor yang terus meningkat. Secara keseluruhan perkembangan produksi beberapa jenis industri kimia adalah seperti dalam Tabel XI-3.

Dalam industri agrokimia produksi pupuk ZA menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, yaitu sebesar 17,1 persen bila dibandingkan produksi pada tahun 1993/94. Produksi pupuk urea dan TSP juga meningkat masing-masing sebesar 5,9 persen dan 1,8 persen bila dibandingkan produksi tahun 1993/94. Peningkatan berbagai jenis pupuk ini telah mendukung pembangunan di sektor pertanian.

XI/24

Produksi industri kimia organik pada umumnya menunjukkan peningkatan yang cukup berarti bila dibandingkan dengan tahun 1993/94. Peningkatan ini disertai dengan semakin berkembangnya industri ini kearah hulu serta makin beragamnya industri hilirnya, antara lain industri kimia organik yang mengolah sumber daya nabati.

Produk kimia dasar seperti polystyrene, zat warna tekstil, polypropylene, dan paraxylene pada tahun 1994/95 menunjukkan peningkatan produksi yang pesat, yaitu masing-masing sebesar 62,4 persen, 53,6 persen; 32,6 persen dan 30,3 persen bila dibandingkan dengan produksi tahun 1993/94.

Produksi industri kimia anorganik juga menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Beberapa industri ini pada tahun 1994/95 bahkan menunjukkan peningkatan produksi yang tinggi, antara lain sodium silikat, aluminium fluorida, dan sodium sulfat yang masing-masing meningkat sebesar 37,6 persen, 26,7 persen, dan 16,0 persen.

Demikian pula industri barang galian bukan logam pada umumnya menunjukkan peningkatan produksi. Produksi industri semen sebagai bahan dasar penting bagi pembangunan meningkat sebesar 15,4 persen dibandingkan dengan tahun 1993/94. Meskipun industri semen cukup berkembang namun masih belum mampu mengikuti kenaikan permintaan dalam negeri yang pesat. Produksi barang pecah belah dari keramik, sanitair, dan wall tile pada tahun 1994/95 meningkat cukup pesat, yaitu masing-masing 67,4 persen, 66,3 persen, dan 18,8 persen.

XI/25

d) Perkembangan Industri Barang Penting Lainnya

Perkembangan produksi industri barang-barang penting lainnya pada tahun pertama Repelita VI tampak seperti dalam Tabel XI-4.

Dalam kelompok industri barang penting lainnya ini tekstil dan produk tekstil (TPT), terutama berperan besar sebagai industri ekspor. Perkembangan industri TPT telah memacu pula tumbuhnya industri baru pada kelompok industri kimia yang menghasilkan bahan baku dan bahan penolong bagi industri TPT.

Produksi industri tekstil masih terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun pertama Repelita VI. Produksi industri tekstil lembaran, terdiri dari kain tenun dan rajut dan industri benang tenun masing-masing mencapai sebesar 8,0 miliar meter dan 5,2 juta bal pada tahun 1994/95, masih meningkat dibandingkan dengan produksi pada tahun 1993/94. Industri percetakan dan produk hasil industri lainnya seperti kertas diazo, pensil, kamera, organ, piano, dan ball point menunjukkan peningkatan yang berlanjut dalam tahun-tahun terakhir ini. Produksi kamera, organ, dan piano bahkan telah mampu menembus pasaran ekspor.

2) Perkembangan Industri Berorientasi Ekspor

Kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi di berbagai sektor rill yang dilaksanakan terus-menerus secara konsisten sejak tahun 1985 sampai dengan saat ini, telah mendorong banyak industri yang sebelumnya berorientasi pada pasar dalam negeri berkembang dan beralih pada pasar luar negeri. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan kemudian indust ri elektronika, yang sebelumnya

XI/26

berkembang sebagai industri substitusi impor, telah tumbuh pesat sebagai industri ekspor yang penting. Perubahan orientasi ini tidak saja mempercepat proses industrialisasi, tetapi juga telah menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian pengembangan industri berorientasi ekspor telah menjadi bagian penting dalam strategi pengembangan industri.

Upaya mendorong pengembangan industri berorientasi ekspor digerakkan melalui perbaikan iklim investasi maupun melalui berbagai kemudahan ekspor dengan dukungan prasarana, pelayanan aparatur serta peningkatan efisiensi dan mutu yang dilakukan oleh dunia usaha sendiri.

industri yang berdaya saing kuat dan yang berorientasi pada pasar luar negeri tidak hanya industri yang berskala besar tetapi juga industri kecil yang secara bertahap telah memberikan sumbangan cukup berarti dalam meningkatkan ekspor hasil industri. Pada tahun 1994 industri kecil memberikan sumbangan sebesar 9,7 persen terhadap ekspor hasil industri, yaitu dengan nilai sebesar US$2,5 miliar.

Apabila dibandingkan dengan kinerja ekspor hasil industri pada tahun 1993 yang tercatat sebesar US$23,3 miliar, nilai ekspor hasil industri yang dicapai pada tahun 1994 sebesar US$25,7 miliar mengalami peningkatan 10,3 persen. Pertumbuhan ini terjadi dalam perekonomian dunia yang masih lambat pertumbuhannya dan makin kuat daya saingnya. Dengan kenaikan itu, pada tahun 1994 sumbangan nilai ekspor hasil industri adalah sebesar 64,2 persen dari total nilai ekspor dan 84,7 persen dari nilai ekspor nonmigas.

Beberapa industri menunjukkan perkembangan pesat dan mencapai nilai ekspor yang cukup tinggi. Ekspor industri elektronika

XI/27

yang pada tahun 1993 bernilai sebesar US$1.217,4 juta pada tahun 1994 telah mencapai US$1.968,2 juta, atau meningkat dengan 61,6 persen. Industri ini memberi sumbangan 7,7 persen terhadap nilai ekspor hasil industri.

Jenis industri lainnya yang berkembang pesat sebagai industri berorientasi ekspor selama lima tahun terakhir ini antara lain adalah industri kulit, barang kulit, sepatu dan alas kaki tumbuh dengan rata-rata sebesar 46,8 persen per tahun dengan nilai ekspornya sebesar US$2.102,3 juta pada tahun 1994 atau memberikan sumbangan sebesar 8,2 persen dalam ekspor hasil industri. Selain itu industri alat olahraga, musik, pendidikan dan mainan tumbuh dengan rata-rata sebesar 64,8 persen setiap tahunnya meskipun baru memberikan sumbangan sebesar 0,9 persen pada tahun 1994. Industri-industri berorientasi ekspor yang pertumbuhannya berkisar antara 30-40 persen per tahun adalah industri pulpa dan kertas, industri plastik, industri kamera dan alat optik, industri alat-alat listrik, dan berbagai jenis industri barang kerajinan serta perhiasan.

Industri lainnya yang mampu menghasilkan ekspor hasil produksinya sekitar US$1,5 miliar pada tahun 1994 dan menunjukkan pertumbuhan pesat selama lima tahun terakhir adalah industri baja, mesin dan otomotif dengan rata-rata kenaikan sekitar 20,3 persen per tahun. Selain itu industri pengolahan kelapa/kelapa sawit dengan rata-rata kenaikan sebesar 26,2 persen per tahun, dan industri pengolahan karet yang tumbuh dengan rata-rata sebesar 6,2 persen per tahun. Ketiga industri tersebut pada tahun 1994 memberikan sumbangan dalam ekspor hasil industri masing-masing sebesar 5,3 persen, 5,8 persen, dan 5,4 persen.

Patut dicatat pula ekspor jasa industri dalam bidang rancang bangun dan perekayasaan pembangunan pabrik industri yang

XI/28

menunjukkan perkembangan yang berarti, termasuk pembangunan pabrik secara utuh.

Industri ekspor sampai dengan tahun pertama Repelita VI masih bertumpu pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) serta industri pengolahan kayu, meskipun peranan itu telah mulai menurun. Pada tahun 1993 kedua jenis industri tersebut memberikan sumbangan sebesar 25,0 persen dan 26,1 persen dalam keseluruhan ekspor hasil industri, dan pada tahun 1994 sumbangannya telah berkurang menjadi 22,0 persen dan 21,9 persen. Bila pada tahun-tahun sebelumnya industri TPT dan industri pengolahan kayu meningkat dengan pesat, maka pada tahun 1994 nilai ekspornya mengalami penurunan. Penurunan ekspor hasil industri pengolahan kayu terutama terjadi pada industri kayu lapis, sedangkan produk kayu lainnya meningkat pesat antara lain mebel, komponen dari kayu, dan papan partikel.

Secara keseluruhan perkembangan industri sampai dengan tahun pertama Repelita VI selain mengalami kenaikan juga menunjukkan adanya penguatan pada struktur industri yang berorientasi ekspor.

3) Perkembangan Investasi Industri

Rencana investasi di sektor industri yang tercatat pada tahun 1994 meningkat cukup pesat. Rencana penanaman modal yang telah mendapatkan persetujuan pada tahun 1994 secara keseluruhan berjumlah Rp76.324,2 miliar, terdiri dari penanaman modal asing (PMA) sebesar US$18.738,9 juta dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp36.035,65 miliar termasuk investasi tanpa fasilitas. Nilai investasi industri tersebut meningkat 115,1 persen dibandingkan dengan persetujuan investasi yang diberikan pada tahun 1993.

XI/29

2. Program Penunjang

a. Program Pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup

Program ini bertujuan untuk mendukung pengembangan industri yang berwawasan lingkungan sehingga percepatan laju pembangunan industri senantiasa selaras dengan berlangsungnya fungsi lingkungan hidup yang lestari. Upaya pencegahan dan pengendalian pencemaran limbah industri dilanjutkan dalam tahun 1994/95 dengan memperluas penggunaan teknologi bersih serta teknologi pengolahan limbah industri, antara lain juga pengkajian teknologi bersih (clean technology) bagi industri tekstil, kulit, tapioka dan crumb rubber. Dalam rangka meningkatkan kesadaran lingkungan, diadakan kegiatan penyuluhan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) di 3 propinsi dan pengolahan limbah can. industri tekstil, galvanis dan elektroplating, terutama limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun. Bimbingan dan bantuan teknis kepada industri kecil juga dilanjutkan dan ditingkatkan melalui sentra-sentra industri antara lain industri kulit, industri pencelupan tekstil dan batik, dan industri logam. Kegiatan AMDAL telah menyelesaikan sebanyak 515 dokumen AMDAL dari perusahaan industri yang sudah berdiri. Upaya pemantauan dilakukan pada 985 perusahaan industri tersebar di 14 propinsi, dan dari jumlah tersebut 564 perusahaan telah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Untuk meningkatkan kemampuan aparat dalam memantau baku mutu limbah, upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL) di perusahaan industri dilaksanakan pelatihan kepada 48 orang dari 27 propinsi.

b. Program Pengembangan Informasi Industri

Program ini bertujuan untuk terselenggaranya penyediaan berbagai jenis informasi yang andal dan mutakhir sesuai dengan

XI/30

kebutuhan baik dalam rangka kepentingan kebijaksanaan dan strategi pembangunan industri maupun sebagai sarana dalam rangka peningkatan dan perluasan kegiatan dunia usaha. Informasi keindustrian yang dikembangkan pada tahun 1994/95 mencakup antara lain informasi teknologi, usaha industri, pemasaran hasil industri, peluang usaha dan investasi, profil komoditi industri, dan informasi industri penting lainnya. Dalam hubungan ini, data dasar yang tersedia baik yang bersumber dari dalam maupun luar negeri telah mencapai 42 jenis data. Demikian pula perangkat lunak pendukung yang dikembangkan untuk melancarkan pelayanan informasi industri telah mencapai 36 jenis perangkat lunak. Sistem dan pelayanan informasi bagi industri kecil juga dikembangkan dan dilanjutkan baik dalam rangka mendukung peningkatan ekspor hasil industri kecil maupun bagi industri yang masih lemah dalam akses kepada informasi. Agar penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat dan tepat, upaya pengembangan jaringan informasi industri antara Pemerintah dan dunia usaha, antardaerah, serta antara daerah di dalam negeri dan luar negeri telah diupayakan untuk memperbaiki dan meningkatkan sistemnya. Pelayanan informasi industri yang memanfaatkan jaringan SKDP telah menjangkau 11 kota di Indonesia.

c. Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Industri

Program ini bertujuan untuk mendorong pengembangan kemampuan lembaga pendidikan industrial dan memantapkan serta meningkatkan koordinasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dalam rangka penyediaan tenaga-tenaga industrial yang terampil baik jumlah maupun kualifikasinya sesuai dengan kebutuhan industri yang terus berkembang, termasuk mengurangi ketergantungan pada tenaga ahli asing. Pada tahun 1994/95 upaya penyediaan dan peningkatan kualitas tenaga industrial itu antara lain diselenggarakan pada 17 unit

XI/31

pendidikan kejuruan industri baik di tingkat lanjutan atas maupun di tingkat pendidikan tinggi, pelatihan dan pengalaman kerja dengan sistem magang, dan penyusunan sistem dan pola pelatihan kerja industri. Dalam rangka mendukung kegiatan penyuluhan industri dilaksanakan pula pelatihan bagi 240 penyuluh, termasuk 60 sebagai penyuluh spesialis.

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan antara lain melalui berbagai media komunikasi baik cetak maupun elektronik dan pelaksanaan temu wicara sebagai upaya mendorong peran serta masyarakat secara meluas dalam pembangunan industri untuk terwujudnya tatanan masyarakat industri yang memiliki perilaku dan semangat yang tangguh, berwawasan maju, serta mempunyai rasa tanggung jawab sebagai pelaku pembangunan industri. Pada tahun pertama Repelita VI dilaksanakan temu wicara, temu usaha dan temu mitra yang melibatkan masyarakat luas, dunia usaha, akademisi, dan Pemerintah di 9 propinsi dengan jumlah peserta kurang lebih 750 orang.

d. Program Penelitian dan Pengembangan Industri

Pelaksanaan program penelitian dan pengembangan (litbang) baik oleh Pemerintah maupun dunia usaha dimaksudkan untuk menghasilkan berbagai informasi dan temuan dalam bidang teknologi dan manajemen industri guna memecahkan masalah praktis yang dihadapi oleh dunia usaha untuk mempercepat proses alih teknologi, peningkatan daya saing, dan memperkukuh struktur industri. Kegiatan litbang pada tahun 1994/95 dilaksanakan melalui 87 pengkajian baik dalam rangka pengembangan industri prospektif mencakup aspek tekno-ekonominya serta iklim industri yang mendukung maupun industri yang ada meliputi berbagai jenis industri dalam agroindustri, industri logam, mesin dan elektronika, industri kimia, dan industri barang penting lainnya, termasuk bagi pengembangan industri kecil dan menengah.

XI/32

XI/33

GRAFIK XI - 1PRODUKSI MINYAK GORENG

1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

XI/34

GRAFIK XI - 2PRODUKSI KERTAS

1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

XI/35

XI/40

XI/44

XI/45

XI/47