linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan...

34
HUBUNGAN KEBUDAYAAN DENGAN AGAMA, HUBUNGAN MASYARAKAT DENGAN AGAMA, DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN MASYARAKAT MENOLAK KEBUDAYAAN BARU ( Laporan Ini Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar ) Disusun Oleh : Nurlina Wijaya Kusumawati (A.410080051) PROGDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 1

Transcript of linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan...

Page 1: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

HUBUNGAN KEBUDAYAAN DENGAN AGAMA, HUBUNGAN

MASYARAKAT DENGAN AGAMA, DAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MENYEBABKAN MASYARAKAT MENOLAK

KEBUDAYAAN BARU

( Laporan Ini Ini Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar )

Disusun Oleh :

Nurlina Wijaya Kusumawati (A.410080051)

PROGDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2011

1

Page 2: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya

makalah ini. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya

Dasar FKIP Matematika Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Di dalam makalah ini kami membahas tentang Hubungan Agama, Masyarakat, dan

Budaya.

Makalah ini sudah barang tentu jauh dari sempurna. Kritik dan saran sangat kami

harapkan untuk perbaikan makalah ini. Tidak luput kami mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kemaslahatan umum.

Penyusun

2

Page 3: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................... 2

DAFTAR ISI ....................................................................................... 3

ABSTRAKSI......................................................................................... 4

A. PENDAHULUAN..................................................................... 4

1. Latar Belakang.................................................................... 4

2. Rumusan Masalah................................................................. 4

B. Hubungan Kebudayaan dengan Agama...................................... 4

C. Hubungan Masyarakat dan Agama............................................. 9

D. Faktor-faktor yang Menyebabkan Ditolaknya Kebudayaan Baru 10

Kesimpulan .......................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 22

3

Page 4: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

ABSTRAKSI

Kebiasaan masyarakat dalam berhubungan dengan masyarakat lain yang memiliki

kebudayaan yang berbeda; suatu unsur kebudayaan baru lebih mudah diterima jika tidak

bertentangan dengan ajaran agama yang dianut masyarakat; corak struktur sosial suatu

masyarakat yang menentukan proses penerimaan unsur kebudayaan baru; suatu unsur

kebudayaan baru lebih mudah diterima masyarakat kalau sebelumnya sudah ada unsur-unsur

kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur baru tersebut; unsur baru yang

terbukti mempunyai kegunaan konkret dan terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat

akan mudah diterima. Sebaliknya unsur baru yang belum terbukti kegunaannya dan tidak

terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat lebih sulit diterima.

Kata Kunci : agama, budaya, masyarakat

A. HUBUNGAN KEBUDAYAAN DENGAN AGAMA

Agama, budaya dan masyarakat jelas tidak akan berdiri sendiri, ketiganya

memiliki hubungan yang sangat erat dalam dialektikanya selaras dalam menciptakan

ataupun kemudian saling menegasikan.

Proses dialektika yang berjalan menurut Berger, dialami agama dengan tiga

bentuk. Pertama, energi eksternalisasi yang dimiliki individu dalam bermasyarakat

kemudian membentuk sebuah bentuk. Kedua, objektivasi atas kreasi manusia dan

akhirnya berputar kembali dalam bentuk ketiga. Ketiga, dengan arus informasi yang

menginternalisasi kedalam individu-individu.

Dalam dialektika ini, bukan berarti stagnan. Hasil eksternalisasi yang

terobjektivikasi selalu mengalami perkembangan, manusia tidak pernah puas atas

hasil yang telah dicapai. Dalam pandangan yang Idealis atau perspektif, manusia

memiliki pengandaian yang normatif yang selalu tidak berhenti dengan satu ciptaan.

Ketidakterjebakan manusia dalam imanensi dan selalu berhadapan dengan keabsurdan

membuat manusia dan agama yang juga berada dalam dialektika ini akhirnya bersifat

dinamis. Begitu juga budaya, proses dialektika yang dialami bersama agama tidaklah

jauh berbeda bahkan sama. Tiga bentuk : Eksternalisasi, Objektivikasi dan 4

Page 5: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

Internalisasi juga merupakan proses bagaimana budaya terbentuk dan bagaimana ia

berhubungan dengan Agama.

1. Fluiditas (kelenturan) Budaya-Agama

Saat budaya ataupun agama dianggap sebagai anugerah manusia terlahir di

dunia, mau tidak mau harus menerima warisan sebuah ide-ide, sistem tingkah

laku, dan artefak yang sebelumnya telah ada.

Berbeda dengan ketika budaya ataupun agama dimaknai sebagai proses,

keduanya dipandang dalam bentuk kontinyuitas perkembangan, kebangkitan, dan

keruntuhan suatu kebudayaan. Kebudayaan dan agama sebagai proses adalah

realitas yang tidak terhenti satu jejak saja. Fluiditas keduanya merupakan jejak

nostalgia dari sebelumnya untuk titik tolak menuju jejak berikut yang bersifat

menambahi, merubah atau bahkan meniadakan.

Agama sesungguhnya untuk manusia, dan keberadaan agama dalam praktik

hidup sepenuhnya berdasar pada kapasitas diri manusia, bukan sebaliknya manusia

untuk agama. Oleh karena itu, agama untuk manusia, maka agama pada

hakekatnya menerima adanya pluralitas dalam memahami dan menjalankan

ajarannya [Musa Asy’arie, 1999:76].

Jika agama untuk manusia, maka agama sesungguhnya telah memasuki

wilayah kebudayaan dan menyejarah menjadi kebudayaan sehingga sejarah agama

adalah sejarah kebudayaan agama yang menggambarkan dan menerangkan

bagaimana terjadi proses pemikiran, pemahaman dan isi kesadaran manusia

tentang wahyu, doktrin, dan ajaran agama, yang kemudian dipraktikkan dalam

realitas kehidupan manusia dan dalam sejarah perkembangan agama itu, sehingga

“agama yang menyejarah telah sepenuhnya menjadi wilayah kebudayaan, karena

tanpa menjadi kebudayaan, maka sesungguhnya sejarah agama-agama itu tidak

akan pernah ada dan tidak akan pernah dituliskan”.

Muhammad Hatta, mengatakan bahwa agama merupakan bagian dari

kebudayaan. Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa. Kebudayaan

banyak sekali macamnya. Yang menjadi pertanyaan apakah agama itu suatu

5

Page 6: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

ciptaan manusia atau tidak. Agama adalah juga suatu kebudayaan, karena dengan

beragama manusia dapat hidup dengan senang.

Suatu hal yang perlu mendapatkan penekanan adalah bahwa agama Islam

dan kebudayaan Islam adalah berbeda, artinya masing-masing berdiri sendiri

(agama sama dengan wahyu; kebudayaan sama dengan produk akal). Tentu saja

harus ada saling kait antara keduanya agar tetap menjadi kebudayaan Islam. Tetapi

lain halnya dengan agama-agama suku (agama alamiah yang dianut oleh suku-suku

tertentu], perpaduan antara “agama dan kebudayaan” sangat erat sekali, bahkan

sulit dipisahkan, artinya kebudayaan adalah sama dengan agama (contoh; agama

Hindu di Bali).

Dalam Islam, unsur-unsur kebudayaan “terlarang masuk ke dalam (ajaran)

agama”. Misalnya saja, orang dapat melakukan shalat langsung kepada Allah

tanpa disertai media nyanyian, tarian, saji-sajian, dan unsur-unsur kebudayaan

lainnya. Dengan demikian, agama Islam tetap terpelihara dan terjaga kemurnian

dan keasliannya, tidak tercampuri oleh adanya anasiranasir kebudayaan yang

hendak menyusup dan disusupkan ke dalam agama. Maka, setiap unsure

kebudayaan yang hendak menyusup dan disusupkan ke dalam agama ia pasti

ditolak dan akan diketahui karena agama Islam dapat dibedakan dengan hal-hal

yang bukan agama Y.B. Sariyanto Siswosoebroto (seorang Katolik yang sudah

masuk Islam), menyatakan “kalau kita mengikuti dengan cermat perubahan-

perubahan yang terdapat dalam Gereja, maka keseimpulannya bahwa agama sama

dengan kebudayaan akan menjadi jelas. Sebagai contoh, beliau mengatakan bahwa

sebelum Konsili Vatikan II, Kurban Missa [kebatinan] memakai bahasa Latin,

sedangkan sesudah Konsili Vatikan II, dengan sedikit demi sedikit Missa

memaakai bahasa setempat. Kesenian daerah masuk ke dalam Kurban Missa,

seperti gamelang, sendratari dan lain-lain, sehingga orang ke Gereja bukan saja

mengikuti Kurban Missa tetapi juga menikmati sendratari.

Masyarakat Indonesia sebenarnya sejak jauh-jauh hari telah memaknai

semangat menerima dan menghargai perbedaan, ketika bangunan negara ini

memang berpondasikan keberagaman. Bhineka Tunggal Ika, mestinya dimaknai

6

Page 7: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

lebih dari sekedar wacana, sebab inilah konsep multikulturalisme Indoensia yang

lahir bersama kelahiran republik ini. Jika semangat multikulturalisme itu

diruntuhkan dengan semangat monokulturalisme, maka hancurlah bangunan

Indonesia.

2. Agama dan Etika Kesadaran Multikultural

Dalam masyarakat plural, Indonesia misalnya, soal hubungan antara agama

dan multikulturalisme merupakan tema yang selalu hangat dibincangkan. Sebab,

cita-cita mengejawentahkan demokrasi selalu menyentuh agama dan keragaman

budaya. Demokrasi tidak akan terwujud tanpa memposisikan agama secara benar

dan memberikan apresiasi terhadap keragaman budaya.

Secara historis, konsep multikulturalisme termasuk yang mencuat

belakangan dibandingkan konsep plurality dan diversity. Menurut Bhikhu Parekh,

konsep multikulturalisme baru dibincangkan sekitar 1970-an dengan munculnya

gerakan multikultural pertama kali di Kanada dan Australia, kemudian di Amerika

Serikat, Inggris, Jerman, dan lainnya. Inti dari multikulturalisme itu sendiri adalah

sikap kebersediaan untuk menghargai sekaligus menerima the others sebagai

kesatuan, tanpa mengungkit latar perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, ataupun

agama.

Namun demikian, menemukan titik temu antara keduanya bukan menjadi

kemustahilan. Mun’im A Sirry misalnya, menawarkan dua pendekatan dalam hal

ini: pertama, re-interpretasi atas doktrin-doktrin keagamaan ortodoks yang

sementara ini dijadikan dalih untuk bersikap eksklusif, supaya agama tidak lagi

bersikap reseptif terhadap tradisi lokal. Agama harus bisa beradaptasi dengan

kultur-kultur atau tradisi lokal. Dalam konteks Indonesia, adaptasi seperti ini

sangat penting diperhatikan, mengingat begitu pluralnya tradisi lokal. Kedua,

mendialogkan agama dengan gagasan-gagasan modern. Agama harus mampu

beradaptasi dengan kultur-kultur yang menjauhkan agama, semisal kultur Barat.

3. Visi dan Kesadaran Etika Multikulturalisme

7

Page 8: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

Multikulturalisme – yang menurut Parsudi Suparlan berakar dari kata

kebudayaan – merupakan gagasan dekonstruksi atas kebudayaan tunggal.

Multikulturalisme juga merepresentasikan kelompok ras berbeda-beda yang

digambarkan dapat hidup dalam relasi egalitarian dan berkeadilan. Karenanya,

multikulturalisme menyediakan wadah untuk penampakan bagi the others.

Kahadiran the others harus dipahami tanpa reduksi atau distorsi, sehingga the

others bisa tampil dalam soliditas dan kebersamaan yang ideal.

Terkait visi, Karl R Popper, seorang British Philosopher of Science,

menyatakan bahwa visi multikulturalisme adalah meruntuhkan tembok besi

masyarakat yang tertutup dan tribalis untuk kemudian menapaki kehidupan

bermasyarakat yang terbuka, demokratis, egaliter dan berkeadilan. Karenanya,

multikulturalisme hanya akan terwujud bila seorang atau kelompok tertentu

memiliki sikap dan persepsi yang sesuai dengan realitas kehidupan secara

menyeluruh. Dalam hal ini, koreografer Sardono W. Kusumo menyatakan, “konsep

dasar multikulturalisme adalah sikap, yakni sikap menghayati dan menghargai

keragaman.”

Untuk menegakkan pilar multikulturalisme, sikap seperti di ataslah yang

pertama kali harus dikedepankan. Ini artinya, memaksakan multikulturalisme

secara buta sama saja mengingkari nilai asasi multikulturalisme itu sendiri.

Menjadi komunitas yang multikultur, sejatinya berarti bersedia berdampingan

dengan komunitas lain, termasuk yang menentang atau anti-multikultural

sekalipun.

Terkait soal bangunan etika multikulturalisme, Charris Zubeir menyatakan

bahwa ada dua agenda mendesak yang harus diselesaikan. Pertama,

mendekonstruksi wacana-wacana dominan yang memproklamirkan ke-aku-annya

di atas belantara keragaman dan perbedaan. Kedua, secara dewasa mempersiapkan

komunitas sosial untuk menghadapi klaim kebenaran yang diusung kelompok

etnisitas lain. Artinya, harus ada kesadaran untuk menghancurkan hegemoni dan

mitos ke-esa-an kuasa identitas tertentu.

8

Page 9: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

Pernyataan yang kurang lebih sealur, juga dilontarkan Barbara Houston.

Houston menyatakan, untuk membangun kohesivitas kesadaran kolektiv ideologi

multikulturalisme, setidaknya diperlukan dua hal pokok: adanya kesadaran

bersama untuk berbagi nilai (shared values) dan berbagi identitas (shared identity).

C. HUBUNGAN MASYARAKAT DENGAN AGAMA

Telah kita ketahui Indonesia memiliki banyak sekali budaya dan adat istiadat

yang juga berhubungan dengan masyarakat dan agama. Dari berbagai budaya yang

ada di Indonesia dapat dikaitkan hubungannya dengan agama dan masyarakat dalam

melestraikan budaya. Ada juga hubungan lainnya, yaitu menjaga tatanan kehidupan.

Maksudnya hubungan agama dalam kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan

masyarakat akan membentuk kehidupan yang harmonis, karena ketiganya mempunyai

keterkaitan yang erat satu sama lain. Sebagai contoh jika kita rajin beribadah dengan

baik dan taat dengan peraturan yang ada,hati dan pikiran kita pasti akan tenang dan

dengan itu kita dapat membuat keadaan menjadi lebih baik seperti memelihara dan

menjaga budaya kita agar tidak diakui oleh negara lain.

1. Indonesia sebagai Masyarakat Multikultur

Parsudi Suparlan – Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia –

memaparkan, masyarakat seperti Indonesia mempunyai sebuah kebudayaan yang

berlaku umum laksana mosaik. Dalam mosaik itu tercakup semua kebudayaan

dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang akhirnya membentuk

terwujudnya masyarakat yang lebih besar. Model multikulturalisme seperti ini

sebenarnya telah dijadikan acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam

mendesain apa yang dinamakan kebudayaan bangsa, seperti terungkap dalam

penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: "kebudayaan bangsa (Indonesia)

adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah".               

Namun demikian, ada kejanggalan soal penyikapan bangsa Indonesia

terhadap multikulturalisme, yang sebenarnya telah muncul di tengah-tengah

mereka sejak masa yang cukup dini. Parsudi Suparlan menunjukkan, kendati

9

Page 10: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

multikulturalisme telah dijadikan acuan untuk mendesain negara Indonesia oleh

para pendirinya, tapi secara umum bangsa Indonesia saat ini merasa

multikulturalisme adalah sebuah konsep asing. Multikulturalisme seakan barang

baru yang akhir-akhir ini saja meramaikan kehidupan masyarakat Indonesia.

Padahal sekali lagi, multikulturalisme telah menjadi acuan sejak masa yang

sangat dini, untuk mengembangkan konsep kebudayaan bangsa. Bahkan,

multikulturalisme telah tercantum dalam UUD 45. 

Kiranya juga perlu diperhatikan bersama, bahwa multikulturalisme tidak

seharusnya dipahami hanya sebagai sebuah wacana, melainkan sebuah ideologi

yang harus diperjuangkan. Multikulturalisme sangat dibutuhkan sebagai landasan

bagi tegaknya demokrasi, HAM, dan kesejahteraan hidup masyarakat. Karenanya,

banyak konsep yang perlu dikembangkan untuk tegaknya multikulturalisme:

misalnya demokrasi, keadilan dan hukum, nilai-nilai budaya dan etos,

kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, sukubangsa, kesukubangsaan,

kebudayaan sukubangsa, keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan budaya,

domain privat dan publik, HAM, hak budaya komuniti, dan konsep-konsep

lainnya yang relevan.

Beberapa pendapat yang dikutip oleh Nurul Huda Maarif menunjukkan

bahwa multikulturalisme memiliki visi yang mencerahkan dalam memberi

petunjuk untuk memaknai agama secara benar dalam konteks masyarakat yang

multikultul seperti Indonesia. Bahwa, multikulturalisme pada prinsipnya

membuka ruang dalam sikap yang terbuka dengan penuh semangat persamaan

bagi yang saling berbeda suku, ras, agama, golongan dan ideologi untuk hidup

bersama dalam suatu arak-arakan kehidupan. Multikulturalisme juga menuntut

adanya sikap keterbukaan untuk memaknai secara benar keyakinan yang dianut -

tanpa harus dibenturkan dengan yang lain – dalam sebuah masyarakat yang

multikultur. Visi multikulturalisme adalah terciptanya masyarakat yang

multikultur dalam sebuah persamaan hak, berkeadilan, sejahtera dan damai.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN MASYARAKAT MENOLAK

KEBUDAYAAN BARU

10

Page 11: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan

kontak dengan kebudayaan asing.

Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan

pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala

umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi

sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan

perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya

merupakan penyebab dari perubahan. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi

perubahan sosial:

1. tekanan kerja dalam masyarakat

2. keefektifan komunikasi

3. perubahan lingkungan alam.

Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan

masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh,

berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian

memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.

Dewasa ini perubahan merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan lagi.

Mengapa masyarakat melakukan perubahan? Soerjono Soekanto menyebutkan adanya

faktor-faktor intern dan ekstern yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam

masyarakat.

1. Faktor Intern

Ada beberapa faktor yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yang

menyebabkan terjadinya perubahan sosial, yaitu perubahan penduduk, penemuan-

penemuan baru, konflik dalam masyarakat, dan pemberontakan.

a. Perubahan Penduduk

Perubahan penduduk berarti bertambah atau berkurangnya penduduk

dalam suatu masyarakat. Hal itu bisa disebabkan oleh adanya kelahiran dan

11

Page 12: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

kematian, namun juga bisa karena adanya perpindahan penduduk, baik

transmigrasi maupun urbanisasi. Transmigrasi dan urbanisasi dapat

mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk daerah yang dituju, serta

berkurangnya jumlah penduduk daerah yang ditinggalkan. Akibatnya

terjadi perubahan dalam struktur masyarakat, seperti munculnya berbagai

profesi dan kelas sosial.

b. Penemuan-Penemuan Baru

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan

barang dan jasa semakin bertambah kompleks. Oleh karena itu berbagai

penemuan baru diciptakan oleh manusia untuk membantu atau

memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Penemuan baru

yang menyebabkan perubahan pada masyarakat meliputi proses discovery,

invention, dan inovasi.

1) Discovery, yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh individu

atau kelompok dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu dapat berupa

alat-alat baru ataupun ideide baru.

2) Invention, yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga

penemuan baru itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau

difungsikan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat

sudah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru ini

dalam kehidupan nyata di masyarakat.

3) Inovasi, atau proses pembaruan, yaitu proses panjang yang meliputi

suatu penemuan unsur baru serta jalannya unsur baru dari diterima,

dipelajari, dan akhirnya dipakai oleh sebagian besar warga masyarakat.

Suatu penemuan baru, baik kebudayaan rohaniah (imaterial) maupun

jasmaniah (material) mempunyai pengaruh bermacam-macam.

Biasanya pengaruh itu mempunyai pola sebagai berikut.

Suatu penemuan baru menyebabkan perubahan dalam bidang tertentu,

namun akibatnya memancar ke bidang lainnya. Contohnya penemuan

12

Page 13: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

handphone yang menyebabkan perubahan di bidang komunikasi,

interaksi sosial, status sosial, dan lain-lain.

Suatu penemuan baru menyebabkan perubahan yang menjalar dari satu

lembaga ke lembaga yang lain. Contohnya penemuan internet yang

membawa akibat pada perubahan terhadap pengetahuan, pola pikir,

dan tindakan masyarakat.

Beberapa jenis penemuan baru dapat mengakibatkan satu jenis

perubahan. Contohnya penemuan internet, e-mail, televisi, dan radio

menyebabkan perubahan pada bidang informasi dan komunikasi.

Penemuan baru dalam hal kebudayaan rohaniah (ideologi,

kepercayaan, sistem hukum, dan sebagainya) berpengaruh terhadap

lembaga kemasyarakatan, adat istiadat, maupun pola perilaku sosial.

Contohnya pemahaman dan kesadaran akan nasionalisme oleh

orangorang Indonesia yang belajar di luar negeri pada awal abad ke-

20, mendorong lahirnya gerakan-gerakan yang menginginkan

kemerdekaan politik dan lembagalembaga sosial baru yang bersifat

nasional.

c. Konflik dalam Masyarakat

Suatu konflik yang kemudian disadari dapat memecahkan ikatan

sosial biasanya akan diikuti dengan proses akomodasi yang justru akan

menguatkan ikatan sosial tersebut. Apabila demikian, maka biasanya

terbentuk keadaan yang berbeda dengan keadaan sebelum terjadi konflik.

Contohnya konflik antarteman di sekolah. Konflik dapat merubah

kepribadian orang-orang yang terlibat di dalamnya, misalnya jadi murung,

pendiam, tidak mau bergaul, dan lain-lain. Namun apabila orang-orang

yang terlibat konflik sadar akan hal itu, maka mereka akan berusaha untuk

memperbaiki keadaan itu agar lebih baik dari sebelumnya.

d. Pemberontakan (Revolusi) dalam Tubuh Masyarakat

13

Page 14: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

Revolusi di Indonesia pada 17 Agustus 1945 mengubah struktur

pemerintahan kolonial menjadi pemerintahan nasional. Hal itu diikuti

dengan berbagai perubahan mulai dari lembaga keluarga, sistem sosial,

sistem politik, sistem ekonomi, dan sebagainya.

2. Faktor Ekstern

Dengan melakukan interaksi sosial, banyak pengaruhpengaruh dari luar

masyarakat kita yang mendorong terjadinya perubahan sosial. Faktor-faktor

ekstern yang menyebabkan perubahan sosial adalah sebagai berikut.

a. Faktor Alam yang Ada di Sekitar Masyarakat Berubah

Bagi manusia, alam mempunyai makna yang sangat penting bagi

kehidupannya. Misalnya alam mempunyai nilai estetika yang mendorong

manusia untuk cinta pada alam, alam sebagai sumber penyediaan bahan-bahan

makanan dan pakaian, serta alam menjadi sumber kesehatan, keindahan, dan

hiburan atau rekreasi.

b. Peperangan

Peperangan yang terjadi antara negara yang satu dengan negara yang

lain dapat menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat mendasar, baik

seluruh wujud budaya (sistem budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur budaya

fisik) maupun seluruh unsur budaya (sistem pengetahuan, teknologi, ekonomi,

bahasa, kesenian, sistem religi, dan kemasyarakatan).

c. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain

Terjadinya pengaruh kebudayaan masyarakat lain adalah sebagai berikut.

Apabila terjadi hubungan primer, maka akan terjadi pengaruh timbal

balik. Di samping dipengaruhi, suatu masyarakat akan memengaruhi

masyarakat lain.

Apabila kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komunikasi massa

seperti radio, televisi, majalah atau surat kabar. Dalam hal ini pengaruh 14

Page 15: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

kebudayaan hanya terjadi sepihak, yaitu pengaruh dari masyarakat yang

menguasai sarana komunikasi massa tersebut.

Apabila dua masyarakat yang mengalami kontak kebudayaan mempunyai

taraf kebudayaan yang sama, terkadang yang terjadi justru cultural

animosity, yaitu keadaan di mana dua masyarakat yang meskipun

berkebudayaan berbeda dan saling hidup berdampingan itu saling

menolak pengaruh kebudayaan satu terhadap yang lain. Biasanya terjadi

antara dua masyarakat yang pada masa lalunya mempunyai konflik fisik

ataupun nonfisik.

Apabila dua kebudayaan bertemu salah satunya mempunyai taraf yang

lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi (peniruan) unsur-

unsur kebudayaan masyarakat yang telah maju oleh kebudayaan yang

masih rendah.

E. Faktor Pendukung dan Penghalang Proses Perubahan

Faktor Pendukung Proses Perubahan

Terjadinya suatu proses perubahan pada masyarakat, diakibatkan adanya

faktor yang mendorongnya, sehingga menyebabkan timbulnya perubahan. Faktor

pendorong tersebut menurut Soerjono Soekanto antara lain:

1. Kontak dengan kebudayaan lain

Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion (difusi). Difusi

adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu

lain. Dengan proses tersebut manusia mampu untuk menghimpun penemuan-

penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan

baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebar luaskan

kepada semua masyarakat, hingga seluruh masyarakat dapat merasakan

manfaatnya.

2. Sistem pendidikan formal yang maju

15

Page 16: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

Pada dasarnya pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi individu, untuk

memberikan wawasan serta menerima hal-hal baru, juga memberikan bagaimana

caranya dapat berfikir secara ilmiah. Pendidikan juga mengajarkan kepada individu

untuk dapat berfikir secara obyektif. Hal seperti ini akan dapat membantu setiap

manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuh

kebutuhan zaman atau tidak.

3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju

Bila sikap itu telah dikenal secara luas oleh masyarakat, maka masyarakat akan

dapat menjadi pendorong bagi terjadinya penemuan-penemuan baru. Contohnya

hadiah nobel, menjadi pendorong untuk melahirkan karya-karya yang belum

pernah dibuat.

4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)

Adanya toleransi tersebut berakibat perbuatan-perbuatan yang menyimpang itu

akan melembaga, dan akhirnya dapat menjadi kebiasaan yang terus menerus

dilakukan oleh masyarakat.

5. Sistem terbuka pada lapisan masyarakat

Adanya system yang terbuka di dalam lapisan masyarakat akan dapat

menimbulkan terdapatnya gerak social vertical yang luas atau berarti member

kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Hal

seperti ini akan berakibat seseorang mengadakan identifikasi dengan orang-orang

yang memiliki status yang lebih tinggi. Identifikasi adalah suatu tingkah laku dari

seseorang, hingga  orang tersebut merasa memiliki kedudukan yang sama dengan

orang yang dianggapnya memiliki golongan yang lebih tinggi. Hal ini

dilakukannya agar ia dapat diperlakukan sama dengan orang yang dianggapnya

memiliki status yang tinggi tersebut.

6. Adanya penduduk yang heterogen

16

Page 17: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

Terdapatnya penduduk yang memiliki latar belakang kelompok-kelompok

social yang berbeda-beda, misalnya ideology, ras yang berbeda akan mudah

menyulut terjadinya konflik. Terjdinya konflik ini akan dapat menjadi pendorong

perubahan-perubahan sosial di dalam masyarakat.

7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu

Terjadinya ketidakpuasan dalam masyarakat, dan berlangsung dalam waktu yang

panjang, juga akan mengakibatkan revolusi dalam kehidupan masyarakat.

8. Adanya orientasi ke masa depan

Terdapatnya pemikiran-pemikiran yang mengutamakan masa yang akan datang,

dapat berakibat mulai terjadinya perubahan-perubahan dalam system social yang

ada. Karena apa yang dilakukan harus diorientasikan pada perubahan di masa yang

akan datang.

Faktor Penghalang Proses Perubahan

Di dalam proses perubhan tidak selamanya hanya terdapat faktor pendorong

saja, tetapi juga ada faktor penghambat terjadinya proses perubahan tersebut. Faktor

penghalang tersebut antara lain:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat

Terlambatnya ilmu pengetahuan dapat diakibatkan karena suatu masyarakat

tersebut hidup dalam keterasingan dan dapat pula karena ditindas oleh masyarakat

lain.

2. Sikap masyarakat yang tradisional

Adanya suatu sikap yang membanggakan dan memperthankan tradisi-tradisi

lama dari suatu masyarakat akan berpengaruh pada terjadinya proses perubahan.

Karena adanya anggapan bahwa perubahan yang akan terjadi belum tentu lebih

baik dari yang sudah ada.

17

Page 18: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

3. Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuatnya.

Organisasi sosial yang telah mengenal system lapisan dapat dipastikan aka

nada sekelompok individu yang memanfaatkan kedudukan dalam proses

perubahan tersebut. Contoh, dalam masyarakat feodal dan juga pada masyarakat

yang sedang mengalami transisi. Pada masyarakat yang mengalami transisi,

tentunya ada golongan-golongan dalam masyarakat yang dianggap sebagai

pelopor proses transisi. Karena selalu mengidentifikasi diri dengan usaha-usaha

dan jasa-jasanya, sulit bagi mereka untuk melepaskan kedudukannya di dalam

suatu proses perubahan.

4. Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.

Anggapan seperti inibiasanya terjadi pada masyarakat yang pernah

mengalami hal yang pahit dari suatu masyarakat yang lain. Jadi bila hal-hal yang

baru dan berasal dari masyarakat-masyarakat yang pernah membuat suatu

masyarakat tersebut menderita, maka masyarakat ituakan memiliki prasangka

buruk terhadap hal yang baru tersebut. Karena adanya kekhawatiran kalau hal

yang baru tersebut diikuti dapat menimbulkan kepahitan atau penderitaan lagi.

5. Adanya hambatan yang bersifat ideologis.

Hambatan ini biasanya terjadi pada adanya usaha-usaha untuk merubah

unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Karena akan diartikan sebagai usaha yang

bertentangan dengan ideologi masyarakat yang telah menjadi dasar yang kokoh

bagi masyarakat tersebut.

6. Adat atau kebiasaan

Biasanya pola perilaku yang sudah menjadi adat bagi suatu masyarakat

akan selalu dipatuhi dan dijalankan dengan baik. Dan apabila pola perilaku yang

sudah menjadi adat tersebut sudah tidak dapat lagi digunakan, maka akan sulit

untuk merubahnya, karena masyarakat tersebut akan mempertahankan alat, yang

dianggapnya telah membawa sesuatu yang baik bagi pendahulu-pendahulunya.

18

Page 19: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

Faktor-faktor yang menghalangi terjadinya proses perubahan tersebut,

secara umum memang akan merugikan masyarakat itu sendiri. Karena setiap

anggota dari suatu masyarakat umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan

sesuatu yang lebih daripada yang sudah didapatnya. Hal tersebut tidak akan

diperolehnya jika masyarakat tersebut tidak mendapatkan adanya perubahan-

perubahan dan hal-hal yang baru.

Faktor penghambat dari proses perubahan social ini, oleh Margono Slamet

dikatakannya sebagai kekuatan pengganggu atau kekuatan bertahan yang ada di

dalam masyarakat. kekuatan bertahan adalah kekuatan yang bersumber dari

bagian-bagian masyarakat yang:

1. Menentang segala macam bentuk perubahan. Biasanya golongan yang paling

rendah dalam masyarakat selalu menolak perubahan, karena mereka

memerlukan kepastian untuk hari esok. Mereka tidak yakin  bahwa perubahan

akan membawa perubahan untuk hari esok.

2. Menentang tipe perubahan tertentu saja, misalnya ada golongan yang

menentang pelaksanaan keluarga berencanasaja, akan tetapi tidak menentang

pembangunan-pembangunan lainnya.

3. Sudah puas dengan keadaan yang ada.

4. Beranggapan bahwa sumber perubahan tersebut tidak tepat. Golongan ini pada

dasarnya tidak menentang perubahan itu sendiri, akan tetapi tidak menerima

perubahan tersebut oleh karena orang yang menimbulkan gagasan perubahan

tidak dapat mereka terima. Hal ini dapat dihindari dengan jalan menggunakan

pihak ketiga sebagai penyampai gagasan tersebut kepada masyarakat.

5. Kekurangan atau tidak tersedianya sumber daya yang diperlukan untuk

melaksanakan perubahan diinginkan.

Hambatan tersebut selain dari kekuatan yang bertahan, juga terdapat

kekuatan pengganggu.  Kekuatan pengganggu ini bersumber dari:

1. Kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat yang bersaing untuk memperoleh

dukungan seluruh masyarakat dalam proses pembangunan. Hal ini dapat 19

Page 20: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

menimbulkan perpecahan, yang dapat mengganggu pelaksanaan

pembangunan.

2. Kesulitan atau kekomplekkan perubahan yang berakibat lambatnya

penerimaan masyarakat terhadap perubahan yang akan dilakukan. Perbaikan

gizi, keluarga berencana, konservasi hutan dan lain-lain, adalah beberapa

contoh dari bagian itu.

3. Kekurangan sumber daya yang diperlukan dalam bentuk kekurangan

pengetahuan, tenaga ahli, keterampilan, pengertian, biaya dan sarana serta

yang lainnya.

Prilaku Masyarakat Akibat Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial budaya itu akan tetap ada selama manusia hidup dan

bersosialisasi, meskipun perubahan itu ada yang berdampak positif dan ada yang

berdampak negative pada kehidupan masyarakat.

1. Dampak Positif

a) Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi

b) Kebutuhan lebih mudah dipenuhi

c) Pola pikir yang lebih maju

2. Dampak Negatif

a) Konsumerisme

b) Keresahan sosial

c) Ketidak merataan pembangunan antar daerah yang satu dengan daerah yang

lain

d) Gangguan hubungan sosial

Sikap Terhadap Pengaruh Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial harus terus diarahkan dan disesuaikan dengan proses

pembangunan, sehingga yang harus dipertahankan adalah bagaimana mengarahkan

perubahan agar sesuai dan bermanfaat untuk masyarakat

Sikap yang harus ditunjukkan terhadap pengaruh perubahan sosial budaya

yang berdampak negative adalah melalui tindakan preventif yang merupakan upaya

20

Page 21: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

pencegahan, dan sikap reprensif yang merupakan sikap untuk mengatasi dampak

tersebut

Pada umumnya masyarakat lebih menyukai kehidupan mereka berjalan seperti

biasa. Hal-hal baru yang dapat menimbulkan perubahan pada awalnya cenderung

ditolak. Tidak semua hal baru atau perubahan mendapat tentangan secara luas dari

masyarakat. Beberapa perubahan dapat diterima dan disetujui oleh masyarakat.

Ada beberapa faktor yang berperan dan berpengaruh terhadap diterima atau

ditolaknya suatu unsur atau kebudayaan baru, yaitu: kebiasaan masyarakat dalam

berhubungan dengan masyarakat lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda; suatu

unsur kebudayaan baru lebih mudah diterima jika tidak bertentangan dengan ajaran

agama yang dianut masyarakat; corak struktur sosial suatu masyarakat yang

menentukan proses penerimaan unsur kebudayaan baru; suatu unsur kebudayaan baru

lebih mudah diterima masyarakat kalau sebelumnya sudah ada unsur-unsur

kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur baru tersebut; unsur baru

yang terbukti mempunyai kegunaan konkret dan terjangkau oleh kebanyakan anggota

masyarakat akan mudah diterima. Sebaliknya unsur baru yang belum terbukti

kegunaannya dan tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat lebih sulit

diterima. Ada kecenderungan masyarakat untuk mempertahankan beberapa unsur

kebudayaannya dan menolak unsur-unsur kebudayaan yang berasal dari kebudayaan

lain. Unsur-unsur yang dipertahankan tersebut ialah: unsur yang mempunyai fungsi

vital dan sudah diterima luas oleh masyarakat; unsure yang diperoleh melalui proses

sosialisasi sejak kecil dan sudah terinternalisasi dalam diri anggota masyarakat; unsur

kebudayaan yang menyangkut sistem keagamaan atau religi; unsur-unsur yang

menyangkut ideologi dan falsafah hidup. Ada beberapa faktor yang mendorong

munculnya kecenderungan perubahan dalam masyarakat atau kebudayaan, di

antaranya: rasa tidak puas masyarakat atas keadaan dan situasi yang ada; kesadaran

akan adanya kekurangan dalam kebudayaan sendiri; pertumbuhan masyarakat

menyebabkan timbulnya keperluan, keadaan, dan kondisi baru; ada kesulitan-

kesulitan yang tidak dapat diatasi dengan sistem kebudayaan yang ada; bertambahnya

kebutuhan hidup yang didukung oleh keinginan untuk meningkatkan taraf hidup lebih

sejahtera; sikap terbuka dari masyarakat yang bersangkutan terhadap hal-hal baru.

21

Page 22: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

KESIMPULAN

Ada beberapa faktor yang mendorong munculnya kecenderungan perubahan dalam

masyarakat atau kebudayaan, di antaranya: rasa tidak puas masyarakat atas keadaan dan

situasi yang ada; kesadaran akan adanya kekurangan dalam kebudayaan sendiri; pertumbuhan

masyarakat menyebabkan timbulnya keperluan, keadaan, dan kondisi baru; ada kesulitan-

kesulitan yang tidak dapat diatasi dengan sistem kebudayaan yang ada; bertambahnya

kebutuhan hidup yang didukung oleh keinginan untuk meningkatkan taraf hidup lebih

sejahtera; sikap terbuka dari masyarakat yang bersangkutan terhadap hal-hal baru.

DAFTAR PUSTAKA

Wrahatnala, Bondet, 2009, Sosiologi 1 : untuk SMA dan MA Kelas X, Jakarta : Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 81 – 85.

Nurul Huda Maarif, Agama dan Kesadaran Etika Multikultural. Rabu, 23 Maret 2005 10:01

Krisnawan Adi , Hubungan Agama dengan Masyarakat . 03.49

Hubungan   Agama-Budaya , Posted on April 24, 2008 by wiselife

Drs. Hujair. AH. Sanaky, MSI, 2008, Pemikiran dan Peradaban Islam. UNIVERSITAS

ISLAM INDONESIA

Drs. Suwarno, dkk, 2008: ISBD. Surakarta. BP- FKIP UMS

22

Page 23: linacintaindonesia.files.wordpress.com€¦ · Web viewhubungan kebudayaan dengan agama, hubungan masyarakat dengan agama, dan faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat menolak kebudayaan

23