Akaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Makalah... · Web viewHasil belajarnya rendah, di...
Transcript of Akaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Makalah... · Web viewHasil belajarnya rendah, di...
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan
bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan
kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli menyatakan
bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada
pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan
bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di
dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas
menyatakan bahwa terminologi layanan bimbingan dan konseling dapat diganti
dengan layanan bimbingan saja.
1. Pengertian
Banyak ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan konseling.
Dalam merumuskan kedua istilah tersebut mereka memberikan tekanan pada
aspek tertentu dan kegiatan tersebut. Untuk Iebih jelasnya berikut ini
dikemukakan beberapa rumusan tentang istilah bimbingan.
Menurut Jones (1963), Guidance is the help given by one person to
another in making choice and adjustments and in solving problems. Dalam
pengertian tersebut terkandung maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah
membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri,
sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing (klien).
Ini senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman
Natawidjaja (1978), yaitu : Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak
wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan
demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan
sumbangan yang berarti.
Selanjutnya Bimo Walgito (1982: 11) menyarikan beberapa rumusan
bimbingan yang dikemukakan para ahli, sehingga mendapatkan rumusan sebagai
berikut: Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi
kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan
individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu,
dapat dikemukakan bahwa bimbingan merupakan:
a) suatu proses yang berkesinambungan,
b) suatu proses membantu individu,
c) bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan
dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai
dengan kemampuan/potensinya, dan
d) kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat
memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan
lingkungannya.
Untuk melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang telah
memiliki keahilan dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan dan
konseling.
2. Pengertian Konseling
Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Istilah
penyuluhan dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat.
Menurut mereka yang lebih tepat adalah konseling karena kegiatan konseling ini
sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan-kegiatan penyuluhan lain
seperti penyuluhan dalam bidang pertanian dan penyuluhan dalam keluarga
berencana. Untuk menekankan kekhususannya itulah maka dipakai istilah
Bimbingan dan Konseling. Pelayanan konseling menuntut keahlian khusus,
sehingga tidak semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu
memberikan jenis layanan konseling ini (Winkel, 1978).
Banyak ahil yang memberikan makna tentang konseling. Menurut James
P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976: 19a):
Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana
yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik
memahami dirinya dalam huhungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya
pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
Bimo Walgito (1982: II) menyatakan bahwa konseling adalah. bantuan
yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya
dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang
dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapatlah dikatakan bahwa kegiatan
konseling itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Pada umumnya dilaksanakan secara individual.
b) Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka.
c) Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli.
d) Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi klien.
e) Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan
masalahnya dengan kemampuannya sendiri.
B. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang
utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan
emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain
mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani
masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara
tidak Iangsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di
sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui Iayanan secara khusus terhadap semua
siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara
penuh (Mortensen & Schemuller, 1969).
Koestoer Partowisastro (1982), mengungkapkan sebagai berikut:
1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, di mana
anak dalam waktu sekian jam (± 6 jam) hidupnya berada di sekolah.
2. Para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan
bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan
dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan.
Kehadiran konselor di sekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist
dan Chamely yang dikutip oleh Belkin, 1981). Mereka menyatakan bahwa
konselor ternyata sangat membantu guru, dalam
1) Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah
afektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2) Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan
mempengaruhi proses belajar-mengajar.
3) Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa
lebih efektif.
4) Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan
tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam
kegiatan pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses
pembelajaran yang lehih efektif. Oleh karena itu. kegiatan bimbingan dan
konseling, tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sekolah.
C. Tujuan Bimbingan di Sekolah
Layanan bimbingan sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai
masalah dapat terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik Dalam
kurikulum SMA tahun 1975 Buku III C dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di
sekolah adalah membantu siswa:
1. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi
belajar yang tinggi.
2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang
dilakukannya pada saat proses belajar-mengajar berlangsung dan
dalam hubungan sosial.
3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan
jasmani
4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan prencanaan
dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat.
6. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah
sosial-emosiona1 di sekolah yang bersumber dari sikap murid yang
bersangkutan terhadap dirinya sendiri, terhadap lingkungan sekolah,
keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan Layanan bimbingan
adalah membantu mengatasi berbagai macam kesulitan yang dihadapi siswa
sehingga terjadi proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien.
D. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar
semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan.
Harapan tersebut sering kali kandas dan tidak bisa terwujud, sering mengalami
berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai pertanda bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dan berhagai jenis
gejalanya seperti dikemukakan Abu Ahmadi (1977) sebagai berikut:
Hasil belajarnya rendah, di bawah rata-rata kelas.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya
Menunjukkan sikap yang kurang wajar: suka menentang, dusta, tidak
mau menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya.
Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos,
suka mengganggu, dan sebagainya.
Dalam kondisi sebagaimana dikemukakan di atas, maka bimbingan dan
konseling dapat memberikan layanan dalam :
1. bimbingan belajar,
2. bimbingan sosial, dan
3. bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi.
1) Bimbingan Belajar
Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang
berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Bimbingan ini antara lain meliputi:
a) Cara belajar. baik belajar secara kelompok ataupun individual
b) Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar.
c) Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran.
d) Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran
tertentu.
e) Cara, proses, dan prosedur tentang mengikuti pelajaran.
2) Bimbingan sosial
Dalam proses belajar di kelas siswa juga harus mampu menyesuiakan diri
dengan kehidupan kelompok. Dalam kehidupan kelompok perlu adanya toleransi/
tenggang rasa, saling memberi dan menerima (take and give), tidak mau menang
sendiri, atau kalau mempunyai pendapat harus diterima dalam mengambil
keputusan. langsung ataupun tidak langsung suasana hubungan sosial di kelas atau
di sekolah akan dapat mempengaruhi perasaan aman bagi siswa yang
bersangkutan. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasinya dalam belajar.
Menurut Abu Ahmadi (1977) bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk:
a) Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai.
b) Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai
c) Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah
tertentu.
3) Bimbingain dalam Mengatasi Masalah-Masalah Pribadi
Bimbingan ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi
masalah-masalah pribadi. yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya Siswa
yang mempunyai masalah dan belum dapat diatasi/dipecahkan, akan cenderung
terganggu.konsentrasi dalam belajarnya dan akibatnya prestasi belajar yang
dicapainya rendah.
Ada beberapa masalah pribadi yang memerlukan bantuan konseling, yaitu
masalah akibat konflik antara:
a) Perkembangan intelektual dengan emosionalnya.
b) Bakat dengan aspirasi lingkungannya.
c) Kehendak siswa dengan orang tua atau lingkungannya.
d) Kepentingan siswa dengan orang tua atau lingkungannya.
e) Situasi sekolah dengan situasi lingkungan.
f) Bakat dan pendidikan yang kurang bermutu dengan kelemahan
keengganan mengambil pilihan.
Masalah-masalah pribadi ini juga sering ditimbulkan oleh hubungan
muda-mudi. Selanjutnya juga dikemukakan oleb Downing (1968) bahwa layanan
bimbingan di sekolah sangat bermanfaat, terutama dalam membantu:
a) Menciptakan suasana hubungan sosial yang menyenangkan.
b) Menstimulasi siswa agar mereka meningkatkan partisipasinva dalam
kegiatan belajar-mengajar.
c) Menciptakan atau mewujudkan pengalaman belajar yang lebih bermakna.
d) Meningkatkan motivasi belajar siswa.
e) Menciptakan dan menstimulasi tumbuhnya minat belajar
E. Landasan Bimbingan dan Konseling
Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnva selalu
didasarkan atas landasan-landasan utama atau prinsip-pririsip dasar. Hal ini
berupa keyakinan-keyakinan yang pada akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling. Menurut Winkel (1991) landasan-landasan itu adalah
sebagai berikut:
1) Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu
yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang.
2) Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu.
3) Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara
pembimbing dengan yang dibimbing.
4) Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran Individu
yang dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human
rights).
5) Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang
mengintegrasikan bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian
bantuan psikologis.
6) Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang
bermasalah saja.
7) Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus-
menerus, berkesinambungan, terutama, dan mengikuti tahap-tahap
perkembangan anak.
F. Prinsip-prinsip Operasional Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah landasan teoretis yang mendasari
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, agar layanan tersebut dapat lebih
terarah dan berlangsung dengan baik.
1. Prinsip-Prinsip Umum
Dalam prinsip umum ini dikemukakan beberapa acuan umum yang
mendasari semua kegiatan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip umum ini
antara lain:
a) Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku
individu.
b) Perlu dikenal dan dipahami karakteristik individual dan individu yang
dibimbing.
c) Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu
yang bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri
dalam menghadapi kesulitan-kesulitannya.
d) Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah
yang bersangkutan.
e) Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas
yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan,
f) Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian secara
teratur untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang
diperoleh.
2. Prinsip-Prinsip yang Berhuhungan dengan Individu yang Dibimbing
a) Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswi Maksudnya
bahwa pembimbing dalam memberikan layanan tidak tertuju kepada siswa
tertentu saja, tetapi semua siswa perlu mendapatkan bimbingan, baik yang
mempunyai masalah ataupun belum. Bagi siswa yang belum bermasalah,
mereka perlu memperoleh bimbingan yang bersifat pencegahan
(preventive).
b) Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa tertentu.
c) Program bimbingan harus berpusat pada siswa.
d) Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu
yang bersangkutan secara serba ragam dan serba luas.
e) Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang
dibimbing.
f) Individu yang mendapat bimbingan harus berangsur-angsur dapat
membimbing dirinya sendiri.
3. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Individu yang
Memberikan Bimibingan
a) Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan,
pengalaman, dan kemampuannya.
b) Konselor harus mendapat kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta
keahliannya melalui berbagai latihan penataran.
c) Konselor hendaknya selalu mempergunakan informasi yang tersedia
mengenai individu yang dibimbing beserta lingkungannya.
d) konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi .tetang
individu yang dibimbingnya.
e) Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknik
yang tepat dalam melakukan tugasnya.
f) Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian
dalam bidang: minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk
kepentingan perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
4. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Organisasi dan
Administrasi Bimbingan
a) Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan.
b) Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi (cumulative
record) bagi setiap individu (siswa).
c) Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang
bersangkutan.
d) Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik.
e) Bimbingan. harus dilaksanakan dalam situasi individual dan dalam stuasi
kelompok, sesuai dengan masalah dan metode yang dipergunakan dalam
memecahkan masalah itu.
f) Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar sekolah yang
menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan dan
penyuluhan pada umumnya.
g) Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan
bimbingan.
G. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Asas adalah segala hal yang harus dipenuhi dalam melaksanakan suatu
kegiatan, agar kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik serta mendapatkan
hasil yang memuaskan.
Bimbingan dan konselng menurut Prayitno (1982) ada beberapa asas yang
perlu diperhatikan, yaitu:
1. Asas kerahasiaaa
Asas ini mempunyai makna yang sangat penting dalam layanan bimbingan
dan konseling. Mungkin tidak terlalu berlebihan bilamana asas ini disebut dengan
asas kunci dalam pemberian layanan tersebut.
2. Asas Keterbukaan
Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana keterbukaan dalam
membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan,
pikiran, dan keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya
permasalahan.
3. Asas Kesukarelaan
Konselor mempunyai peran utama dalam mewujudkan asas kesukarelaan
ini. Konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima kehadiran
klien.
4. Asas Kekinian
Pemecahan masalah dalam kegiatan konseling seharusnya berfokus pada
masalah-masalah yang dialami oleh klien pada saat ini.
5. Asas Kegiatan
Usaha layanan bimbingan dan konseling akan dapat berlangsung baik,
bilamana klien mau melaksanakan sendiri kegiatan yang telah dibahas dalam
layanan itu.
6. Asas Kedinamisan
Arah layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya prubahan dalam
diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah lebih baik.
7. Asas Keterpaduan
Kepribadian klien merupakan suatu kesatuan dan berbagai macam aspek.
8. Asas Kenormatifan
Maksud dan asas ini ialah usaha layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku,
sehingga tidak terjadi penolakan dan individu yang dibimbing.
9. Asas Keahlian
Layanan bimbingan dan konseling adalah professional.
10. Asas Alih Tangan
Asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pemberian layanan
yang tidak tepat.
11. Asas Tut Wuri Handayani
Setelah klien mendapatkan layanan, hendaknya klien merasakan bahwa
layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya.
H. Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling perlu memiliki orientasi tertentu.
Menurut Humphreys dan Traxler (1954) sikap dasar pekerjaan bimbingan itu ialah
bahwa individual merupakan suatu hal yang sangat penting.
1. Orientasi Individual
Pada hakikatnya setiap individu itu mempunyai perbedaan satu sama
lainnya. Perbedaan itu dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya,
pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang dimiliki, sebagainya. Menurut Willerman
(1979) anak kembar satu telur juga mempunyai perbedaan, apalagi kalau
dibesarkan dalam linkungan yang berbeda. ini membuktikan bahwa kondisi
lingkungan tempat memberikan andil terjadinya perbedaan individu.
2. Orientasi Perkembangan
Masing-masing individu berada pada usia perkembangannya. Dalam setiap
tahap usia perkembangan, individu yang bersangkutan hendaknya mampu
mewujudkan tugas-tugas perkembangannya itu.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja menurui Havighurst yang dikutip
oleh Hurlock (1980) antara lain:
a) Mampu mengadakan hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan
teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan.
b) Dapat berperan sosial yang sesuai, baik perannya sebagai laki-laki atau
sebagai perempuan.
c) Menerima keadaan fisik serta dapat memanfaatkan kondisi fisiknya
dengan baik.
d) Mampu menerima tanggung jawab sosial dan bertingkah laku sesuai
dengan tanggung jawab sosial.
e) Tidak tergantung secara emosional pada orang tua atau orang dewasa
lainnya.
f) Menyiapkan diri terhadap kanier dan ekonom.
g) Menyiapkan diri terhadap perkawinan dan kehidupan berkeluarga.
h) Memperoleh nilai-nilai sistem etis sebagal pedoman dalam bertingkah laku
serta dapat mengembangkan suatu ideologi.
3. Orintasi Masalah,
Layanan bimbingan dan konseling harus bertolak dari masalah sedang
dihadapi oleh klien.
I. Kode Etik Bimbingan dan Konseing
Untuk menyatukan pandangan tentang kode etik jabatan, berikut ini
dikemukakan suatu rumusan dan Winkel (1992): “Kode etik jabatan ialah pola
ketentuan/aturan/tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan
aktivitas suatu profesi.”
PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH
DAN PERAN GURU DALAM
PELAKSANAANNYA
A. Program Bimbingan di Sekolah
Kegiatan bimbingan dan konseling dapat mencapai hasil yang efektif
bilamana dimulai dari adanya program yang disusun dengan baik Program
bimbingan berisi rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pemberian
layanan bimbingan dan konseling.
1. Pengertian Program Bimbingan
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan
Mitchell (1981) program bimbingan dan konseling adalah suatu program yang
memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu individu dalam
mengadakan penyesuaian diri. Program bimbingan itu menyangkut dua faktor,
yaitu:
faktor pelaksana atau orang yang akan memberikan bimbingan dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan perlengkapan, metode, bentuk
layanan siswa-siswa, dan sebagainya, yang mempunyai kaitan dengan
kegiatan bimbingan (Abu Ahmadi, 1977).
2. Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan
Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah
seperti dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan
Moh. Surya (1985) seperti berikut:
a) Tahap persiapan.
b) Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah
ditunjuk oleh pemimpin sekolah.
c) Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan.
d) Pembentukan panitia penyelenggara program.
3. Variasi Program Bimbingan menurut Jenjang Pendidikan
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah seharusnya dilaksanakan
secara terus-menerus, mulai dari jenjang pendidikan terendah (taman kanak-
kanak) sampai jenjang pendidikan tertinggi (perguruan tinggi).
a. Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Taman kanak-kanak sebenarnya belum termasuk jenjang pedidikan formal
dan lebih dikenal dengan pendidikan prasekolah. pendidikan formal terendah
adalah sekolah dasar (SD).
Layanan bimbingan dan konseling di taman kanak-kanak, hendaknya
ditekankan pada:
Bimbingan yang berkaitan dengan kemandiran dan keharmonisan
dalam menjalin hubungan sosial dengan teman-teman sebayanya.
Bimbingan pribadi, seperti pemupukan disiplin diri dan memahami
perintah.
b. Program Bimbingan di Sekolah Dasar
Hingga saat ini pelaksanaan bimbingan di sekolah dasar belum pada
terlaksana dengan baik sebagaimana di sekolah menengah;
a. Kegiatan bimbingan di SD hendaknya lebih menekankan pada
aktivitas-aktivitas belajar.
b. Di SD masih menggunakan sistem guru kelas sehingga seaindainya
ada anak yang tidak disenangi oleh guru, maka akan lebih fatal
akibatnya.
c. Adanya kecenderungan seorang anak bergantung kepada teman
sebayanya.
d. Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.
e. Masalah-masalah yang timbul di tingkat SD, tidak terlalu kompleks.
c. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Suasana belajar di SLTP berbeda dengan kegiatan di sekolah dasar,
terutama dalam sistem belajarnya. Belajar di sekolah dasar (SD) umumnya diasuh
oleh guru kelas. sedangkan di SLTP diasuh oleh guru bidang studi.
Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya
berorientasi kepada:
Bimbingan belajar, karena cara belajar di SLTP berbeda dengan di SD.
Bimbingan tentang hubungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka
mulai mengenal hubungan cinta kasih (Gibson dan Mitchell, 1981).
Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya (peer group),
maka program bimbingan hendaknya juga menangani masalah-masalah
yang berkaitan dengan hubungan social
Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia
12-15 tahun.
Bimbingan kanier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia
pendidikan ataupun pekerjaan.
d. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Program layanan bimbingan di SLTA hendaknya lebih lengkap dan luas
cakupannya dibandingkan dengan program layanan di jenjang pendidikan di
bawahnya.
Oleh sebab itu, program bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi
kepada:
a) Hubungan muda-mudi/hubungan sosial.
b) Pemberian informasi pendidikan dan jabatan.
c) Bimbingan cara belajar.
e. Program Bimbingan di Perguruan tinggi
Tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa menuntut seseorang untuk
lebih mandiri, dan berdisiplin diri (self dicipline). Mereka dituntut untuk mampu
mengenbangkan sikap membina ilmu demi kemajuan bangsanya (Winkel, 1991).
Oleh sebab itu, program bimbingan di perguruan tinggi hendaknya
berorientasi kepada:
1) Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat
akademik.
2) Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi.
4. Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dan
keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antara
personel sekolah, yaitu: kepala sekolah, guru-guru, wali kelas, dan petugas
lainnya (Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya, 1985).
Koestoer, P. (1982) mengemukakan sejumlah personalia/konselor di
sekolah terdiri dari:
Konselor sekolah.
Guru konselor/guru pembimbing.
Tenaga khusus/psikolog sekolah, pekerja sosial sekolah; dokter dan juru
rawat.
Dalam kurikulum tersebut dijelaskan rincian tugas masing-masing
personel sebagai berikut:
a) Kepala Sekolah
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala
sekolah mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Membuat rencana/program sekolah secara menyeluruh.
2) Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan
penyuluhan.
3) Mengawasi pelaksanaan program.
4) Melengkapi dan menyediakan kebutuhan fasilitas bimbingan dan
penyuluhan.
5) Mempertanggung jawabkan program tersebut baik ke dalam (sekolah)
maupun ke luar (masyarakat).
6) Mengadakan hubungan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah dalam
rangka kerja sama pelaksanaan bimbingan.
7) Mengkoordinasikan kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan lainnya.
b) Penyuluh Pendidikan (Konselor Sekolah)
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah,
konselor sekolah sangat berperan. Adapun peranan dan tugas konselor sekolah
dalam kegiatan bimbingan dan konseling adalah:
1) Menyusun program bimbingan dan konseling bersama kepala sekolah.
2) Memberikan garis-garis kebijaksanaan umum mengenai kegiatan bimbingan
dan konseling.
3) Bertanggung jawab terhadap jalannya program.
4) Mengkoordinasikan laporan kegiatan pelaksanaan program sehari-hari.
5) Memberikan laporan kegiatan kepada kepala sekolah.
6) Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian kepada diri
sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial yang makin lama makin
berkembang.
7) Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan dan informasi
lainnya yang diperoleh dan menyimpannya sehingga menjadi catatan
kumulatif siswa.
8) Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan suatu rencana
tindakan prositif terhadap siswa.
9) Menyelenggarakan pertemuan staf.
10) Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual.
11) Memberikan inforniasi pendidikan dan jabatàn kepada siswa-siswa dan
menafsirkannya untuk keperluan pendidikan dan jabatan.
12) Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang berhübungan dengan
program bimbingan dan konseling dan memimpin usaha survei dalam
masyarakat sekitar sekolah untuk mengetahui lapangan-lapangan kerja yang
terbuka.
13) Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman atau kegiatan-kegiatan
ko-kurikuler yang sesuai dengan minat, sifat, bakat, dan kebutuhannya.
14) Membantu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat penyesuaian
metode mengajar yang sesuai dengan dan dapat memenuhi sifat masalah
masing-masing siswa.
15) Mengadakan penelaahan lanjutan terhadap siswa-siswa tamatan sekolahnya
dan terhadap siswa putus sekolah serta melakukan usaha penilaian lain yang
bérhubungan dengan program bimbingan secara tetap.
16) Mengadakan konsultasi dengan orang tua siswa dan mengadakan kunjungan
rumah (home visit).
17) Menyelenggarakan pembicaraan kasus (case conference).
18) Mengadakan wawancara latihan bagi para petugas bimbingan.
19) Menyelenggarakan program latihan bagi para petugas bimbingan.
20) Melakukan alih tangan (referal) masalah siswa kepada lembaga atau ahli lain
yang lebih berwenang.
c) Guru Pembimbing/Wali Kelas
Wali kelas merupakan personel sekolah yang ditugasi untuk menangani
masalah-masalah yang dialami oleh siswa yang menjadi binaannya. Berkenaan
dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah peran dan tanggung jawab
wali kelas adalah:
Mengumpulkan data tentang siswa.
Menyelenggarakan bimbingan kelompok.
Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa (akademik, sosial, fisik,
pribadi).
Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari.
Mengobservasi kegiatan siswa di rumah.
Mengadakan kegiatan orientasi.
Memberikan penerangan.
Mengatur dan menempatkan siswa.
Memantau hubungan sosial siswa dengan individu lainnya dan berbagai
segi, seperti frekuensi pergaulan, intensitas pergaulan dan popularitas
pergaulannya.
Bekerjasama dengan konselor dalam membuat sosiometri dan sosiogram.
Bekerjasama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan kesehatan
psikologis oleh tim ahli.
Mengidentiflkasikan siswa yang memerlukan bantuan. Ikut serta atau
menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus (case conference).
d) Guru/Pengajar
Guru merupakan personel sekolah yang memiliki kesempatan untuk
bertatap muka lebih banyak dengan siswa dibandingkan degan personel sekolah
lainnya.
Adapun tugas dan tanggung jawab guru dalam kegiatan ini adalah:
Turut serta akif dalam membantu melaksanakan kegiatan program
bimbingan dan konseling.
Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan
konseling.
Memberikan layanan instruksional (pengajaran).
Berpartisipasi dalam pertemuan kasus.
Memberikan informasi kepada siswa.
Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa,
Menilai hasil kemajuan belajar siswa.
Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.
Bekerja sama dengan konselor mengumpulkan data siswa dalam usaha
untuk mengidentifikasikan masalah yang dihadapi siswa.
Membantu memecahkan masalah siswa.
Mengirimkan (referal) masalah siswa yang tidak dapat diselesaikannya
kepada konselor.
Mengidentifikasikan, menyalurkan, dan membina bakat.
e) Petugas Administrasi
Keberhasilan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah juga
memerlukan keterlibatan dari petugas administrasi di sekolah yang brsangkutan.
Mengenai tugas dan tanggung jawab petugas administrasi dalam kegiatan
bimbingan dan konseling adalah:
1) Mengisi kartu pribadi siswa.
2) Menyimpan catatan-catatan (record) dan data lainnya.
3) Menyelesaikan laporan dan pengumpulan data tentang siswa.
4) Mengirim dan menerima surat panggilan dan surat pemberitahuan.
5) Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data siswa,
seperti angket, observasi wawancara, riwayat hidup, Sosiometri dan
sosiogram, kunjungan rumah, panggilan orang tua, pemeriksaan kesehatan,
dan pemeriksaan psikologis.
5. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan
tanggung jawab kepala sekolah. Program bimbingan di sekolah merupakan bagian
yang terintegrasi dengan seluruh kegiatan pendidikan.
6. Mekanisme Implementasi Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah
Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah,
konselor beserta persone lainnya perlu memperhatikan komponen kegiatan
sebagai berikut:
a. Komponen Pemrosesan Data
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling meliputi beberapa aspek,
yaitu:
(1) pengumpulan data,
(2) pengklasifikasian,
(3) pendokumentasian,
(4) penyimpanan,
(5) penyediaan data yang diperlukan, dan
(6) penafsiran.
Data yang perlu diproses adalah data tentang keadaan siswa di sekolah
yang meliputi:
1) kemampuàn skolastik (bakat khusus, hasil belajar, kepribadian, inteligensi,
riwayat pendidikan),
2) cita-cita
3) habungan sosial,
4) minat terhadap mata pelajaran,
5) kebiasaan belajar,
6) kesehatan fisik,
7) pekerjaan orang tua, dan
8) keadaan keluarga.
b. Komponen Kegiatan Pemberian Informasi
Komponen ini terdiri dari:
1) Pemberian orientasi kehidupan sekoah kepada siswa baru.
2) Pemberian informasi tentang program studi kepada siswa yang dipandang
memerlukannya.
3) Pemberian informasi jabatan kepada siswa yang diperkirakan tidak dapat
melanjutkan, ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan
4) Pemberian informasi pendidikan lanjutan.
c. Komponen Kegiatan Konseling
Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengalami masalah yang
sifatnya Iebih pribadi.
d. Komponen Pelaksana
Pelaksana jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor
bersama guru bidang studi dan juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi dan
peranannya masing-masing.
e. Komponen Metode/Alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan
itu dapat berupa: tes psikologis, tes hasil belajar, dokumen, angket. kartu pribadi,
brosur/poster, konseling, dan sebagainya. ini sesuai dengan jenis data atau
kegiatan yang akan dikumpulkan/ lakukan.
f. Komponen Waktu Kegiatan
Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun ajaran, secara
periodik, bilamana perlu (insidental), akhir masa olah, awal semester atau waktu
lain tergantung dan jenis/macam kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
g. Komponen Sumber Data
Data yang diperlukan dapat diperoleh dari siswa yang bersangkutan; guru,
orang tua, teman-teman siswa, sekolah, masyarakat maupun instansi. Hal ini
tergantung atas jenis data yang diperlukan.
B. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah
Peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat dibedakan
menjadi dua:
1) Tugas dalam layanan bimbingan dalam kelas dan
2) Di luar kelas.
1. Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas
Guru perlu mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas kelas harus
dilakukannya dalam kegiatan bimbingan.
2. Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam giatan proses
belajar-mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga giatan-kegiatan bimbingan di
luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain;
Memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching).
Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa.
Melakukan kunjungan rumah (home visit).
Menyelenggarakan kelompok belajar.
3. Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan
Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja
sama antara guru dengan konselor demi tercapainya yang diharapkan.
ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM
PROFESI KEGURUAN
A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan
Untuk memahami peranan administrasi pendidikan dalam system
pendidikan nasional, perlu dibahas:
1) Pengertian administrasi pendidikan,
2) Beberapa konsep yang berhubungan dengan pengertian itu.
1. Pengertian Administrasi Pendidikan
Administrasi Pendidikan seringkali disalah artikan sebagai semata-mata
ketata usahaan pendidikan. Namun dari uraian berikut ini akan diketahui bahwa
pengertian administrasi pendidikan sebenarnya adalah bukan sekadar itu.
Pertama, administrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan
membagi tugas-tugas kepada orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan.
Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir
sistem. Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian itu berinteraksi
dalam suatu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
Keempat, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi manajemen.
Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi pemimpinan.
Keenam, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari proses
pengambilan keputusan.
Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi.
Kedelapan, administrasi seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit
yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah kegiatan rutin catat-mencatat,
mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala
aspeknya, serta mempersiapkan laporan.
2. Konsep Administrasi Pendidikan
a. SistemPendidikan Nasional
Pertama sistem pendidikan nasional mempunyai satuan dan kegiatan.
Kedua, sistem pendidikan nasional adalah alat dan tujuan lain mencapai
cita-cita pendidikan nasional.
Ketiga, sebagai suatu sistem, pendidikan nasional harus dilihat sebagai
keseluruhan unsur atau komponen dan kegiatan pendidikan yang ada di nusantara
ini.
Unsur-unsur sistem pendidikan nasional menurut Undang-undang Nomor 2/1989
itu dapat dibedakan atas:
a) Unsur I : Dasar, fungsi, dan tujuan sistem (Bab I)
b) Unsur II : Norma yang dipakai dalam sistem (Bab III, X, XI, XII,
XIII, Bab XVIII, XV, XVI, Ban XIX Bab XX)
c) Unsur III : Jenjang pendidikan (Bab V)
d) Unsur IV : Peserta didik (Bab VI)
e) Unsur V : Tenaga kependidikan (Bab VII)
f) Unsur VI : Sumber daya pendidikan (Bab VIII)
g) Unsur V : Kurikulum (Bab IX)
h) Unsur VII : Organisasi (Bab XIV XV).
b. Sekolah sebagai Bagian Sistem Pendidikan Nasional
B. Fungsi Administrasi Pendidikan
Paparan tentang fungsi administrasi pendidikan terutama dalan konteks
sekolah perlu dimulai dan tinjauan tentang tujuan pendidikan, dalam hal ini tujuan
sekolah menengah. Hal ini disebabkan oleh adanya prinsip bahwa pada dasarnya
kegiatan administrasi pendidikan dimaksudkan untuk pencapaian tujuan
pendidikan itu.
1. Tujuan Pendidikan Menengah
Tujuan pendidikan menengah perlu dibicarakan di sini karena
alasan sebagai berikut:
a) tujuan pendidikan menengah merupakan jabaran dari tujuan
pendidikan nasional.
b) tujuan pendidikan menengah merupakan titik berangkat administrasi
pendidikan pada jenjang sekolah menengah, dan
c) tujuan pendidikan menengah itu juga merupakan tolok ukur
keberhasilan kegiatan administrasi pendidikan di jenjang pendidikan
itu.
Tujuan institusional sekolah menengah adalah tujuan yang
dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional. Di dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 2.
disebutkan bahwa: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-un dang.” Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, merupakan undang-undang yang
dimaksud dalam UUD 1945 itu.
Tujuan nasional tersebut kemudian dijabarkan dalam tujuan
institusional, yaitu tujuan untuk tiap jenjang pendidikan. Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 1990 adalah peraturan yang mengatur institusi pendidika.
Tujuan sekolah menengah merupakan bagian dan tujaan
pendidikan di atas. Di dalam PP No. 29 Tahun 1990 itu, tidak kita temui tujuan
dan berbagai jenis sekolah menengah secara rinci.
Menurut kurikulum itu, tujuan khusus SMA ialah agar 1ulusan
SMA dapat memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Di dalam Pengetahuan
1) Memilih pengetahuan tentang agama dan atau kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2) Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar kenegaraan dan pemerintahan
sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
3) Memiliki pengetahuan yang fungsional tentang fakta dan kejadian penting
ãktual, baik lokal, regional, nasional maupun internasional.
4) Menguasai pengetahuan dasar dalam bidang matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, dan bahasa (khususnya bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris), serta menguasai pengetahuan lanjutan yang cukup dalam
satu atau beberapa dari bidang pengetahuan tersebut di atas.
5) Memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis dan jenjang pekerjaan yang
ada di masyarakat serta syarat-syaratnya.
6) Mëmiliki pengetahuan tentang berbagai unsur kebudayaan dan tradisi
nasional.
7) Memiliki pengetahuan dasar tentang kependudukan, kesejahteraan keluarga,
dan kesehatan.
b) Di bidang keterampilan:
1) Menguasai cara belajar yang baik.
2) Memiliki keterampilan memecahkan masalah dengan sistematik.
3) Mampu membaca/memahami isi bacaan yang agak lanjut dalam bahasa
Indonesia dari bacaan sederhana dalam bahasa Inggris yang berguna
baginya.
4) Memiliki keterampilan mengadakan komunikasi sosial dengan orang lain,
lisan maupun tulisan, dan keterampilan mengekspresi diri sendiri, lisan
maupun tentulis.
5) Memiliki keterampilan olah raga dan kebiasaan olah raga.
6) Memiliki keterampilan sekurang-kurangnya dalam satu cabang kesenian.
7) Memiliki keterampilan dalam segi kesejahteraan keluarga dan segi
kesehatan.
8) Memiliki keterampilan dalam bidang kesejahteraan keluarga dari segi
kesehatan.
9) Menguasai sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan untuk bekerja sesuai
dengan minat dan kebutuhan lingkungan.
c) Di bidang nilai dan sikap
1) Menerima dan melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2) Menerima dan melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa yang dianutnya, serta menghormati ajaran agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dianut orang lain.
3) Mencintai sesama manusia, bangsa, dan lingkungan sekitamya.
4) Memiliki sikap demokratis dan tenggang rasa.
5) Memiliki rasa tanggung jawab dalam pekerjaan dan masyarakat.
6) Dapat mengapresiasikari kebudayaan dan tradisinasional
7) Percaya pada diri sendiri dan bersikap mahakarya.
8) Memiliki minat dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.
9) Memiliki kesadaran akan disiplin dan patuh pada peraturan yang berlaku
bebas dan jujur.
10) Memiliki inisiatif. daya kreatif, sikap kritis, rasional, dan objektif dalam
memecahkan persoalan.
11) Memiliki sikap hemat dan produktif.
12) Memiliki minat dan sikap yang positif dan konstruktif terhadap olah raga
dan hidup sehat.
13) Menghargai setiap jenis pekerjaan dan prestasi kerja di masyarakat tanpa
memandang tinggi rendahnya nilal sosial ekonomi masing-masing jenis
pekerjaan tersebut dan berjiwa pengabdian pada masyarakat.
14) Memiliki kesadaran menghargai waktu.
Adapun penjelasan masing-masing tujuan itu adalah:
Tujuan kurikuler, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu institusi,
misalnya tujuan pengajaran sejarab di sekolah menengah umum.
Tujuan instruksional umum, yaitu tujuan suatu pokok bahasan tertentu
suatu mata pelajaran dalam suatu tingkat dan dalam suatu jenjang
institusi; misalnya tujuan pengajaran sejarah kelas dua sekolah
menengah umum.
Tujuan instruksional khusus, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam
suatu periode atau unit waktu tertentu dalam suatu tingkat pada jenjang
institusi; misalnya tujuan pengajaran sejarah selama tiga minggu
masing-masing tiga jam pengajaran di kelas satu sekolah menengah
umum.
2. Proses sebagai Fungsi Administrasi Pendidikan Menengah
a) Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang
penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan
untuk mencapai tujuan tersebut.
b) Pengorganisasian
Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan personel
sekolah lainnya) serta mengalokasikan prasarana dan sarana untuk rnenunjung
tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah.
c) Pengarahan
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa
yang telah direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki.
d) Pengkoordinasian
Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk
nyatupadukan kegiatan dan berbagai individu atau unit di sekolah agar kegiatan
mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha mencapai
tujuan sekolah.
e) Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta
mengelola anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah.
f) Penilaan
Dalam waktu-waktu tertentu, sekolah pada umumnya atau anggota
organisasi sekolah seperti guru, kepala sekolah, dan murid pada khususnya harus
melakukan penilaian tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai,
serta mengetahui kekuatan dan kelemahan program yang dilaksanakan.
C. Lingkup Bidang Garapan Administrasi Pendidikan Menengah
Untuk memahami apa yang telah diuraikan secara lebih baik, secara ringkas perlu
ditegaskan hal-hal berikut:
a) Administrasi pendidikan menengah merupakan bentuk kerja sama
personel pendidikan .menengah untuk mericapai tujuan pendidikan
menengah.
b) Administrasi pendidikan menengah merupakan suatu proses yang
merupakan daur (sikius) penyelenggaraan pendidikan menengah,
dimulai dari perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian, pengarahan,
pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian (entang usaha sekolah untuk
mencapai tujuannya.
c) Administrasi pendidikan menengah merupakan usaha untuk
melakukan rnanajemen sistem pendidikan menengah.
d) Administrasi pendidikan menengah merupakan kegiatan memimpin,
mèngambil keputusan, serta komunikasi dalam organisasi sekolah
sebagai usaha untuk mencapai tujuan pendidikan menengah itu.
Empat kategon pokok dan satu kategori pendukung tersebut, yaitu:
1) Yang berhubungan langsung dengan pengajaran sekaligus langsung
dengan pengelolaan, meliputi:
a. Kurikulum.
b. Supervisi.
2) Yang berhubungan langsung dengan pengelolaan tetapi tidak langsung
dengan pengajaran, yaitu:
a. Kemuridan.
b. Keuangan.
c. Prasarana dan sarana.
d. Kepegawaian.
e. Layanan khusus.
3) Yang tidak berhubungan langsung, baik dengan pengajaran maupun
dengan pengelolaan.
a. Hubungan sekolah-masyarakat (Husemas)
b. BP3.
4) Yang tidak langsung berhubungan dengan pengelolaan tetapi langsung
dengan pengajaran.
5) Kegiatan pendukung. yaitu pengelolaan ketata-usahaan, yang diperlukan
oleh semua kegiatan butir 1) sampai 4).
D. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan
Sekolah merupakan subsistem pendidikan nasional dan di samping
sekolah, sistem pendidikan nasional itu juga mempunyai komponen-komponen
lainnya. Guru harus memahami apa yang terjadi di lingkungan kerjanya.