jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/JURNAL-NOVRIANA.docx · Web viewDalam kondisi...

50
ANALISIS PENGARUH FRAUD TRIANGLE TERHADAP PENDETEKSIAN FRAUD DALAM LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015 Novriana Sigalingging Email : [email protected] Jack Febriand Adel, SE.Ak., M.Si., CA Asri Eka Ratih, SE., M.Si Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang ABSTRACT This study aims to detect financial statement fraud based on the analysis of fraud triangle. The first fraud triangle theory proposed by Cressey (1953) states that there are three conditions that are always present in every fraud. The third condition is pressure, opportunity, and rationalization. Based on the fraud triangle theory developed by Cressey, researchers develop variables that can be used to proxy the size of the fraud triangle component. Cheating on the financial statements or financial statement fraud in this study is proxied by earnings management. The population of this study is a manufacturing companies listed on the Indonesian stock exchange (BEI) in 2013-2015. Sample selection was done by purposive sampling method and got sample of research as many as 48 companies. Hypothesis testing is done by multiple linear method. The results showed that financial stability pressure variables proxied by total asset changes (ACHANGE), personal financial needs proxied by internal stock ownership (OSHIP), external pressure proxied by free cash flow ratio (FREEC), nature of industry Proxied with inventory (INVENTORY), ineffective monitoring proxied by independent board of commissioners (BDOUT), and rationalization proxied by audit opinion 1

Transcript of jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2017/08/JURNAL-NOVRIANA.docx · Web viewDalam kondisi...

ANALISIS PENGARUH FRAUD TRIANGLE TERHADAP PENDETEKSIAN FRAUD DALAM LAPORAN KEUANGAN PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015

Novriana SigalinggingEmail : [email protected]

Jack Febriand Adel, SE.Ak., M.Si., CAAsri Eka Ratih, SE., M.Si

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang

ABSTRACT

This study aims to detect financial statement fraud based on the analysis of fraud triangle. The first fraud triangle theory proposed by Cressey (1953) states that there are three conditions that are always present in every fraud. The third condition is pressure, opportunity, and rationalization. Based on the fraud triangle theory developed by Cressey, researchers develop variables that can be used to proxy the size of the fraud triangle component. Cheating on the financial statements or financial statement fraud in this study is proxied by earnings management.

The population of this study is a manufacturing companies listed on the Indonesian stock exchange (BEI) in 2013-2015. Sample selection was done by purposive sampling method and got sample of research as many as 48 companies. Hypothesis testing is done by multiple linear method. The results showed that financial stability pressure variables proxied by total asset changes (ACHANGE), personal financial needs proxied by internal stock ownership (OSHIP), external pressure proxied by free cash flow ratio (FREEC), nature of industry Proxied with inventory (INVENTORY), ineffective monitoring proxied by independent board of commissioners (BDOUT), and rationalization proxied by audit opinion (AUDREPORT) using dummy variables have no effect on fraudulent financial statements which can not be used to detect fraudulent financial statements . This study shows the positive effect of financial targets proxyed with return on assets (ROA) against fraudulent financial statements which means this variable can be used to detect fraudulent financial statements.

Keywords : Fraud Triangle, Financial Statement Fraud

1

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan informasi suatu organisasi atas hasil dari

proses akuntansi untuk mengkomunikasikan kepada pihak internal maupun

eksternal perusahan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), tujuan laporan keuangan adalah memberikan

informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang

bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan

keputusan ekonomi. Oleh sebab itu, pelaku bisnis diharapkan bisa handal, relevan,

dan dapat menghindari adanya kecurangan menyajikan laporan keuangan agar

tidak dapat menyesatkan pengguna dalam pengambilan keputusan. Ketika ada

salah saji material pada laporan keuangan, maka informasi tersebut menjadi tidak

relevan sebagai dasar pengambilan keputusan karena tidak menggunakan

informasi yang sebenarnya.

Indonesia ditemukan adanya tindakan kecurangan dalam penyajian laporan

keuangan. Salah satunya adalah PT Kereta Api (KAI), diduga terjadi manipulasi

data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005. Perusahaan BUMN itu dicatat

meraih keuntungan sebesar Rp6,9 Miliar, padahal apabila diteliti dan dikaji lebih

rinci, perusahaan justru menderita kerugian sebesar Rp63 Miliar. Hal ini

dikarenakan perusahaan tidak dapat menagih pajak pihak ketiga, sehingga dalam

laporan keuangannya pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan

seharusnya tidak bisa diakui sebagai pendapatan. Salah saji yang timbul terhadap

laporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregulatities (ketidakberesan),

bentuk kecurangan seperti ini biasa disebut kecurangan manajemen misalnya

seperti manipulasi, pemalsuan, dan pengubahan terhadap catatan akuntansi atau

dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan.

Kasus-kasus skandal akuntansi dalam beberapa tahun belakangan ini memberikan

bukti kuat adanya kegagalan audit yang berdampak kerugian para pelaku bisnis.

Adapun kasus lainnya, yaitu kasus kecurangan berdasarkan laporan

(ACFE), pada tahun 2002 kerugian yang diakibatkan oleh kecurangan Amerika

Serikat adalah sekitar 6% dari pendapatan atau $600 milyar dan secara persentase

2

tingkat kerugian ini tidak banyak berubah dari tahun 1996 (Koroy, 2008).

Selanjutnya Koroy menambahkan bahwa kasus-kasus kecurangan tersebut, jenis

kecurangan yang paling banyak terjadi adalah aset misappropriations (85%),

kemudian disusul dengan korupsi (13%) dan jumlah yang paling sedikit (5%)

adalah kecurangan laporan keuangan (fraudulent statement).

Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al., (2008) menyatakan

financial statement fraud yang tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi skandal

besar yang meugikan banyak pihak. Maka, penelitian ini dimaksudkan untuk

mendeteksi financial statement fraud menggunakan analisis fraud triangle.

Penelitian yang dilakukan Skousen et al., (2008) berhasil mengembangkan model

prediksi kecurangan yang mengalami peningkatan substansial dibandingkan

dengan model prediksi lainnya.

Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi

terjadinya financial statement fraus dengan menggunakan analisis fraud triangle.

Maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Apakah variabel

Financial Stability Pressure, Financial Targets, Personal Financial Need,

External Pressure, Nature Of Industry, Ineffective Monitoring, dan

Rasionalization berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Teori Keagenan ( Agency Theory)

Jensen dan Meckling, (1976) mendefinisikan teori keagenan (agency

theory) sebagai kontrak antara satu atau lebih principal (pemilik) dengan agent

(manajer). Hubungan ini muncul ketika satu atau lebih pemilik melibatkan orang

lain (agent) untuk melakukan beberapa layanan kemudian mendelegasikan

wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Agent memiliki kontrak

untuk menunjukkan kewajibannya kepada principal, sedangkan principal

memiliki kontrak untuk memberikan bonus kepada agent. Tujuan utama teori

keagenan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

3

kemakmuran pemilik. Oleh karena itu, manajer harus bertanggung jawab kepada

pemegang saham.

Teori agensi mendeskripsikan bahwa manajer cenderung untuk

menyembunyikan informasi tentang perusahaan kepada prinsipal. Dalam kondisi

asimetri tersebut, agen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang

disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Hal

ini dapat menimbulkan asimetri informasi antara agen dan prinsipal. Untuk

meminimalisir terjadinya asimetri informasi, principal cenderung mengeluarkan

biaya agensi. Jensen dan Meckling, (1976) menyatakan bahwa biaya agensi yang

dikeluarkan principal dapat membatasi perbedaan kepentingannya dengan

menetapkan insentif yang tepat kepada agen dan mengeluarkan biaya pengawasan

yang didesain untuk membatasi perilaku aktivitas dari agen.

Definisi Kecurangan (Fraud)

Dalam literatur akuntansi dan auditing, fraud diterjemahkan sebagai

praktik kecurangan dan sering diartikan sebagai irregularity (ketidakteraturan)

dan penyimpangan. Fraud itu sendiri merupakan suatu perbuatan melawan hukum

yang dilakukan oleh orang-orang dalam atau luar organisasi, dengan maksud

untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompoknya yang secara langsung

merugikan pihak lain.

Definisi Fraud menurut Standar The Institute Of Internal Auditors

(2013:4) ialah :

“Any illegal acts characterized by deceit, concealment, or violation of

trust. These acts are not dependent upon the application of threats of

violence or physical force. Frauds are perpetrated by individuals, and

organizations to obtain money, property or services; to avoid payment or

loss of services; or to secure personal or business advantage”. Yang dapat

diartikan sebagai segala perbuatan yang dicirikan dengan pengelabuan

atau pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang, asset, jasa atau

mencegah pembayaran atau kerugian atau untuk menjamin keuntungan

4

atau manfaat pribadi dan bisnis. Perbuatan ini tidak tergantung pada

ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap orang lain.

Jenis-jenis Fraud

1. Employee fraud (penggelapan oleh pegawai)

Pada fraud ini, pegawai merugikan pemberi kerja mereka dengan

mengambil aset kas, persediaan, peralatan, perlengkapan atau aset lain milik

perusahaan secara tidak sah (melanggar prosedur dan kebijakan perusahaan atau

meelanggar hukum).

2. Management fraud (fraud oleh manajemen)

Management fraud umumnya melibatkan manipulasi penyajian,

pengungkapan, dan akurasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen

puncak. Fraud ini disebutkan juga skandal akuntansi. Management fraud

memiliki dampak kerugian yang luar biasa besar ketimbang employee fraud.

3. Investment scams

Dalam penipuan ini, investasi yang sebenarnya tidak ada nilainya

ditawarkan atau dijual kepada investor yang tidak menaruh kerugian.Modus ini

dapat dilakukan melalui pasar uang atau pasar modal yang sesungguhnya sangat

diatur dan diawasi oleh regulasi-regulasi. Namun yang paling berisiko adalah

scams yang dilakukan secara private dan direct (maksudnya tidak melalui pasar

uang dan modal). Investasi ini dilakukan secara langsung oleh investor (pemilik

modal) kepada penerima investasi berdasarkan kontrak, brosur atau tanpa surat

tertulis.

4. Vendor fraud

Vendor fraud terbagi menjadi tiga macam:

a. Pelaku fraud dilakukan sendiri oleh vendor.

b. Pelaku fraud melalui kolusi antara pembeli dan vendor.

c. Pelaku fraud melakukan sendiri dengan menggunakan shell companyatau

perusahaan fiktik.

5

5. Customer fraud

Pada customer fraud pelanggan tidak membayar barang yang dibeli, atau

mereka mendapatkan sesuatu tanpa apa-apa, atau mereka menipu perusahaan

untuk mendapatkan sesuatu yang tidak seharusnya mereka dapatkan.

Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Menurut The Association Of Certified Fraud Examiners (2014:1.203)

dalam Anshori, (2015) definisi kecurangan laporan keuangan adalah:

“Financial statement fraud is the deliberate misrepresentation of the financial

condition of an enterprise accomplished through the intentional misstatement or

omission of amounts on disclosures in the financial statement to deceive financial

statement users”. Yang dapat diartikan sebagai penggambaran atau penyajian

kondisi finansial suatu organisasi yang disengaja salah yang dapat tercapai

melalui salah saji yang disengaja atau penghilangan suatu nilai atau jumlah atau

pengungkapan dilaporan keuangan yang bertujuan untuk mengelabui penggunaan

laporan keuangan.

Menurut Priantara, (2013:91) fraudulent financial reporting yang

bertujuan untuk mengelabui investor dan kreditur dilakukan dengan cara

meninggikan nilai aset dan pengakuan pendapatan, serta sebaliknya merendahkan

nilai liabilitas dan pembebanan ongkos operasional dan biaya produksi.

Sedangkan untuk mengelabui pemerintah, misalnya untuk pajak penghasilan,

perlakuan sebaliknya dengan cara merendahkan nilai aset dan pengakuan

pendapatan, serta sebaliknya meninggikan nilai liabilitas dan pembebanan ongkos

operasional dan bisa produksi.

Fraud Triangle Theory

Teori yang mendasari penelitian ini adalah fraud triangle theory. Gagasan

ini pertama kali diperkenalkan oleh Cressey, (1953). Melalui serangkaian

wawancara dengan 113 orang yang telah dihukum karena melakukan penggelapan

uang perusahaan yang disebut “trust violators” atau “pelanggaran kepercayaan”.

Ilustrasi faktor resiko kecurangan dari standar kecurangan yang ada (yakni SAS

99, ISA 240 TSAS 43), serta oleh Institut Akuntan Indonesia (IAI) dalam

6

pernyataan Standar Akuntansi No. 70 didasarkan pada teori kecurangan yang

dicetuskan oleh D. R. Cressey pada tahun 1953 dalam Lou dan Wang (2009).

Fraud triangle terdiri dari tiga kondisi yang hadir dalam setiap situasi fraud

terjadi yaitu incentive/pressure, opportunity, dan rasionalization/attitude.

Gambar 2.1

Fraud Triangle

Pressure

Opportunity Rasionalisasi

Pressure (Tekanan/motif)

Pressure adalah dorongan orang untuk melakukan fraud. Tekanan dapat

mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntunan ekonomi, dan lain-

lain. Dalam SAS No.99, terdapat empat jenis kondisi umum mengakibatkan

kecurangan yaitu:

1. Financial Stability Pressure

Yaitu keadaan yang memaksa suatu perusahaan harus menggambarkan

kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil.

2. Financial Targets

Yaitu tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai target

keuangan yaitu dipatok oleh direksi atau manajemen.

3. Personal Financial Need

Yaitu kondisi ketika keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi

keuangan para eksekutif perusahaan.

4. External Pressure

Yaitu tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi

persyaratan atau harapan dari pihak ketiga.

Opportunity (Kesempatan)

Opportunity adalah peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Para

pelaku kecurangan percaya bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi. Menurut

7

Montgomery et al., (2002) tentang Opportunity yaitu peluang yang menyebabkan

pelaku secara leluasa dapat menjalankan aksinya yang disebabkan oleh

pengendalian internal yang lemah, ketidakdisplinan, kelamahan dalam mengakses

informasi, tidak ada mekanisme audit, dan sikap apatis. Kondisi tersebut adalah

nature of industry, dan ineffective monitoring. Dua kategori tersebut ialah:

1. Nature Of Industry

Yaitu berkaitan dengan munculnya resiko bagi perusahaan yang

berkecimpung dalam industri yang melibatkan estimasi dan pertimbangan

yang signifikan jauh lebih besar.

2. Ineffective Monitoring

Yaitu keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit pengawas yang

efektif memantau kinerja perusahaan.

Rasionalization (Rasionalisasi)

Rasionalisasi merupakan bagian fraud triangle yang paling sulit diukur

(Skousen et al., 2008). Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya

fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya. Adanya suatu

sikap, karakter atau seperangkat nilai-nilai etika yang memungkinkan manajemen

atau pegawai untuk melakukan tindakan tidak jujur yang memberikan mereka

tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan

melakukan perbuatan yang tidak jujur (Elder, et al., 2008:375). Integritas

manajemen merupakan penentu utama dari kualitas laporan keuangan. Ketika

integritas manajemen dipertanyakan, keandalan laporan keuangan diragukan.

Manajemen Laba (Earnings Management)

Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba

(earnings) atau kinerja usaha suatu organisasi karena tingkat keuntungan atau laba

yang diperoleh sering dikaitkan dengan prestasi manajemen disamping memang

adalah suatu yang lazim bila besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh

manajer atau tanciem untuk direksi tergantung dari besar kecilnya laba yang

diperoleh.

8

Earnings management muncul karena adanya kesempatan bagi manajemen

perusahaan untuk memilih metode akuntansi tertentu sehingga dapat

memanipulasi laba perusahaan yang akhirnya mendatangkan keuntungan bagi

dirinya. Standar Akuntansi Keuangan memperbolehkan manajer untuk memilih

kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, salah satunya dengan

berbasis akuntansi akrual. FASB (1978) dalam Norbarani, (2012) menyatakan

bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan akuntansi akrual memberikan

keunggulan karena informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya

mempunyai indikasi yang lebih baik dibandingkan informasi yang dihasilkan dari

akuntansi berbasis kas.

Kerangka Pemikiran

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7 H7

H8

Pengembangan Hipotesis

Financial Stability Pressure Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan

Kesalahan bisa terjadi karena kekeliruan. Salah saji dalam laporan

keuangan mengakibatkan adanya kecurangan dalam menyajikan laporan

9

Financial Stability Pressure

Financial Targets

Personal Financial Need

Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan

Keuangan)External Pressure

Nature Of Industry

Ineffecyive Monitoring

Rsionalization

keuangan. Salah satunya ialah financial stability pressure yang merupakan

keadaan yang memaksa suatu perusahaan harus menggambarkan kondisi

keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Perusahaan berusaha untuk

meningkatkan outlook perusahaan yang baik salah satunya dengan memanipulasi

informasi kekayaan aset yang dimilikinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al., (2008) membuktikan bahwa

semakin besar rasio perubahan total aset suatu perusahaan maka probabilitas

dilakukannya tindak fraud pada laporan keuangan perusahaan tersebut semakin

tinggi. Manajemen perusahaan perlu melakukan tindakan proaktif untuk

mencegah dan menanggulangi terjadinya fraud demi integritas keuangan, reputasi,

dan masa depan organisasi. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Kusumawardhani, (2013) dan Sihombing dan Rahardjo, (2014) menemukan

financial stability yang diproksikan dengan ACHANGE berpengaruh signifikan

terhadap kecurangan laporan keuangan. Tetapi tidak sejalan dengan penelitian

Soraya, (2013) tidak ditemukannya pengaruh variabel financial stability pressure

dengan kecurangan lpaoran keuangan.

H 1 = Financial Stability Pressure berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan.

Financial Targets Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan

Financial targets dapat dikatakan sebagai target keuangan yang ditetapkan

oleh dewan komisaris atau pemilik yang harus dicapai manajemen. Target tersebut

biasanya berkaitan dengan target profitabilitas. Dalam peneltitian ini, financial

targets diproksikan dengan Return On Assets (ROA). ROA merupakan rasio

profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

Tentu dengan adanya target profitabilitas akan memberikan tekanan

tersendiri bagi manajemen yang membuat mereka harus bekerja keras untuk

merealisasikannya. Penelitian yang dilakukan Manurung dan Hadian, (2013),

Soraya, (2013) dan Martantya dan Daljono, (2013) membuktikan bahwa financial

targets yang diproksikan dengan ROA berpengaruh signifikan terhadap

10

kecurangan laporan keuangan. Semakin besar ROA yang diperoleh, semakin besar

pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik

pula posisi perusahaan dalam penggunaan aset perusahaan.

H2 = Financial Targets berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Personal Financial Need Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan

Personal financial need yaitu untuk mendeteksi adanya kecurangan dalam

laporan keuangan. Faktor-faktor secara langsung diteliti sehingga diperlukan

variabel proksi agar lebih mudah dalam meneliti. Personal financial need

merupakan kondisi ketika keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi

keuangan para eksekutif perusahaan. Salah satu bentuk pressure dari personal

financial need yang dapat dilihat dari adanya tidaknya kepemilikan saham oleh

orang dalam (OSHIP). Dengan adanya sebagian saham yang dimiliki oleh

eksekutif perusahaan akan mempengaruhi kebijakan manajemen yang dibuat

dalam mengungkapkan kinerja keuangan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Soraya, (2013) membuktikan bahwa personal

financial need yang diproksikan dengan OSHIP berpengaruh signifikan terhadap

financial statement fraud. Hal ini berarti persentase kepemilikan saham yang

dimiliki oleh orang dalam mempengaruhi terjadinya kecurangan laporan keuangan

pada perusahaan. Semakin tinggi nilai OSHIP, maka akan mengurangi terjadinya

kecurangan laporan keuangan.

H3 = Personal Financial Need berpengaruh terhadap kecurangan

laporan keuangan.

External Pressure Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan

External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen

untuk memenuhi persyaratan atau harapan pihak ketiga, untuk mengatasi tekanan

tersebut perusahaan membutuhkan tambahan utang atau sumber pembiayaan

eksternal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran

11

pembangunan dan modal. Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas

yang dihasilkan dari aktivitas operasi dan investasi (Skousen et al., 2008).

Variabel ini diukur dengan arus kas bebas (FREEC). Dimana rasio arus kas bebas

merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan

kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi sehingga

dimungkinkan terjadinya kecurangan financial yang lebih besar peluangnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Soraya, (2013) menyatakan bahwa variabel

external pressure yang diproksikan dengan rasio arus kas bebas (FREEC) dimana

semakin besar arus kas bebas maka semakin besar adanya kecurangan pada

laporan keuangan.

H4 = External Pressure berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Nature Of Industry Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan

Peluang yang memungkinkan terjadinya kecurangan (fraud) dalam laporan

keuangan ialah kesempatan (opportunity). Dalam penelitian ini, nature of industry

diproksikan dengan inventory. Summers dan Sweeney, (1998) dalam Skousen et

al., (2008) mengatakan akun persediaan dan piutang dapat digunakan untuk

mengidentifikasi manipulasi laporan keuangan. Oleh karena itu, peneliti

menggunakan rasio total persedian sebagai proksi nature of industry. Ardiyani

dan Utaminingsih, (2015) mengatakan persediaan merupakan aktiva lancar yang

rentan dengan pencurian dan kecurangan karena persediaan dalam suatu

perusahaan biasanya dalam jumlah yang besar serta mempunyai pengaruh yang

besar terhadap neraca dan perhitungan laba rugi.

Penelitian Annisya et al., (2016) menyatakan variabel nature of industry

dengan proksi INVENTORY tidak memiliki pengaruh terhadap financial statement

fraud. Namun tidak mendukung penelitian Sihombing dan Rahardjo, (2014) yang

menyatakan nature of industry berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan

keuangan.

12

H5 = Nature Of Industry berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Ineffective Monitoring Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan

Terjadinya praktik kecurangan (fraud) merupakan salah satu dampak dari

pengawasan atau monitoring yang lemah sehingga memberikan kesempatan

kepada agen atau manajer untuk berprilaku menyimpang dengan melakukan

manajemen laba. Praktik kecurangan (fraud) dapat diminimalkan salah satunya

dengan mekanisme pengawasan yang baik. Pengawasan dilakukan oleh komite

audit yang ditunjuk oleh dewan komisaris. Komite audit bertanggung jawab

kepada dewan komisaris dan bertugas untuk mengawasi proses pelaporan

keuangan dalam perusahaan (Antonia, 2008:21) dalam Anshori, (2015).

Penelitian ini memproksikan ineffective monitoring dengan BDOUT.

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardhani, (2013) dan Soraya, (2013)

membuktikan bahwa ineffective monitoring yang menggunakan proksi BDOUT

berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan yang diproksikan dengan

manajemen laba. Dengan menggunakan proksi ini perusahaan dapat

mendeteksikan adanya kecurangan laporan keuangan pada perusahaan.

H6 = Ineffective Monitoring berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Rasionalization Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan

Rasionalization menjadi elemen yang penting dalam terjadinya

kecurangan, dimana pelaku fraud selalu mencari pembenaran secara rasional

untuk membenarkan perbuatannya. Rendahnya integritas yang dimiliki seseorang

menimbulkan pola pikir dimana orang tersebut merasa dirinya benar saat

melakukan kecurangan (Ratmono et al., 2013:5) dalam Anshori, (2015). SAS

No.99 (2002:47) dalam Anshori, (2015) menjelaskan salah satu tindakan

keurangan yang disebabkan oleh rasionalisasi adalah kepentingan manajemen

dalam menjaga atau meningkatkan tren laba.

13

Peneliti ini memproksikan rasionalization dengan audit report dengan

menggunakan variabel dummy. Penelitian dari Widarti, (2015) menyatakan tidak

adanya pengaruh opini audit terhadap kecurangan laporan keuangan. Tetapi tidak

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sukirman dan Sari, (2013)

membuktikan bahwa rasionalization dapat mendeteksi adanya kecurangan laporan

keuangan dengan menggunakan proksi Audit Report.

H7 = Rasionalization berpengaruh terhadap kecurangan laporan

keuangan.

METODOLOGI PENELITIAN

Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Objek dalam peneltian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2013-2015. Peneliti membahas tentang

adanya kecurangan akibat salah penyajian dalam laporan keuangan. Adapun

terjadinya kecurangan merupakan suatu tindakan yang disengaja, yang tidak dapat

terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberikan efek yang merugikan dan

cacat bagi proses pelaporan keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan

menyebabkan informasi menjadi tidak valid dan tidak sesuai dengan pelaporan

keuangan secara hukum.Adapun tujuan dalam kecurangan tersebut adalah untuk

memperoleh keuntungan secara material dan non material.

Metode Penelitian

Dalam pemecahan masalah yang ada suatu penelitian diperlukan

penyelidikan yang lebih teliti dan juga teratur. Adapun pengertian dari metode

penelitian adalah suatu teknik atau cara untuk mencari, memperoleh,

mengumpulkan, atau mencatat data, baik itu berupa data primer maupun data

skunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun suatu penelitian dan

kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok

permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atas data yang diperoleh.

Jenis penelitian ini yaitu jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

merupakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan

14

fenomena serta hubungan-hubungannya. Penelitian kuantitatif lebih sistematis,

terencana, terstruktur dan jelas dari awal hingga akhir penelitian. Adapun Menurut

Sugiyono, (2003:14) terdapat dua jenis penelitian, salah satunya adalah jenis

penelitian kuantitatif. Dimana penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan

memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel dependen (Y)

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial

statement fraud yang diproksikan dengan manajemen laba yang dihitung dengan

menggunakan Model Jones Modifikasi.

Untuk menggunakan modifikasi model jones, terlebih dahulu menghitung

total akrual untuk tiap perusahaan i ditahun t dengan metode modifikasi jones

yaitu:

TAC it = Niit - CFOit

Dimana:

TAC it = Total akrual

Niit = Laba bersih

CFO it = Arus kas operasi

Nilai total accrual (TAC) diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai

berikut:

TACit/Ait-1 = β1(1/Ait-1)+β2(ΔREVt/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)+e

Dimana:

TACit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t

Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

15

ΔREVt = perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t

PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

e = Error

Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary

accrual (NDA) dapat dihitung dengan rumus:

NDAit = β1(1/Ait-1)+β2(ΔREVt/Ait-1-ΔRECt/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)

Dimana:

NDAit = Non discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t

ΔRECt = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t

Selanjutnya discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut:

DAit = TACit/Ait-NDAit

Dimana:

DAit = Discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t

Variabel Independen (X)

Financial Stability Pressure (X1)

Financial stability adalah kecurangan yang disebabkan oleh tekanan salah

satu jenisnya adalah stabilitas atau profitabilitas keuangan yang terancam oleh

kondisi ekonomi, industri, atau operasi entitas. Menurut Skousen et al. (2008),

bentuk manipulasi laporan keuangan dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan

pertumbuhan aset perusahaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini financial

stability pressure diproksikan dengan rasio perubahan aset (ACHANGE). Dapat

dihitung dengan rumus:

ACHANGE=Total Asett−Total Aset t−1

Total Asett

16

Financial Targets (X2)

Tekanan yang berlebihan pada manajemen untuk mencapai suatu target

yang telah ditentukan oleh direksi. ROA sering digunakan dalam menilai kinerja

manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah. ROA merupakan bagian

dari rasio probabilitas dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja

perusahaan. Karena itu, ROA sebagai proksi dari financial targets yang dapat

dihitung dengan rumus:

ROA= Laba bersih setelah pajakTotal Aktiva

Personal Financial Need (X3)

Personal financial need merupakan suatu keadaan dimana keuangan

perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan

(Skousen et al., 2008). Variabel ini diproksikan dengan rasio kepemilikan saham

oleh orang dalam yang disebut dengan OSHIP. Kepemilikan sebagian saham oleh

orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaporan keuangan. Rasio

kepemilikan saham oleh orang dalam dapat dihitung dengan rumus:

OSHIP=Total saham yangdimiliki oleh orangdalamTotal saham biasa yangberedar

External Pressure (X4)

External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen

untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Untuk mengatasi

tekanan tersebut perusahaan membutuhkan tambahan utang atau sumber

pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif. Kebutuhan pembiayaan eksternal

terkait dengan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi dan investasi (Skousen et

al., 2008) .Variabel external pressure pada penelitian ini diproksikan dengan rasio

arus kas bebas (FREEC). Rasio arus kas bebas dihitung dengan rumus:

FREEC=Total kasbersih dari hasil aktivitas operasi−kasdividen−capital expenditureTotal Asset

17

Capital expenditure=Totalaset tetapt−Total aset tetapt−1

Nature Of Industry (X5)

Menurut SAS No.99, nature of industry berkaitan dengan munculnya

risiko bagi perusahaan yang berkecimpungan dalam industri yang berhubungan

dengan transaksi pihak istimewa. Summer dan Sweeney, (1989) dalam Skousen et

al., (2008) mencatat bahwa akun piutang dan persediaan memerlukan penilaian

subjektif dalam memperkirakan tidak tertagihnya utang. Oleh karena itu,

penelitian ini menggunakan rasio total persediaan sebagai proksi dari nature of

industry yang dapat dihitung dengan rumus:

Inventory=Inventory t

Sales t−

Inventory t−1

Salest−1

Ineffective Monitoring (X6)

Ineffective monitoring merupakan keadaan dimana perusahaan tidak

memiliki unit pengawasan yang efektif memantau kinerja perusahaan. Ineffective

monitoring dapat terjadi karena adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau

kelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi, tidak efektifnya pengawasan dewan

direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian

internal dan sejenisnya (SAS No.99). Dewan komisaris secara luas dipercaya

memainkan peranan penting khususnya dalam memonitor manajemen tingkat atas

(Gunarsih dan Hartadi, 2002). Oleh sebab itu, penelitian ini memproksikan

ineffective monitoring pada rasio jumlah dewan komisaris independen (BDOUT),

dihitung dengan rumus:

BDOUT= Jumlah dewan komisaris independenJumlah totaldewan komisaris

Rasionalization (X7)

Menurut Skousen et al., (2008) rasionalisasi adalah faktor yang sulit untuk

diukur untuk mendeteksi kecurangan seperti manajemen laba. Auditor dapat

18

memberikan beberapa opini atas perusahaan yang diauditnya sesuai dengan

kondisi yang terjadi pada perusahaan tersebut. Opini tersebut merupakan bentuk

tolerir dari auditor atas manajemen laba. Hal ini memungkinkan manajemen untuk

bersikap rasionalisasi atau menganggap kesalahan yang dibuatnya tidaklah salah,

dikarenakan telah ditolerir oleh auditor. Oleh karena itu, penelitian ini

memproksikan Rasionalization dengan audit report yang menggunakan variabel

dummy. Adapun menggunakan variabel dummy yaitu:

Kode 1, jika opini audit wajar tanpa pengecualian.

Kode 0, jika opini audit wajar tanpa pengecualian dengan bahasa

penjelasan.

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015. Total populasi adalah 137

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015

berdasarkan IDX FactBook 2013.

Perusahaan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

periode 2013-2015. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive

sampling, dengan kriteria :

1. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan dalam website

BEI selama periode 2013-2015.

2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan dalam website

perusahaan atau website BEI yang dinyatakan dalam Rupiah (Rp).

3. Perusahaan memiliki data secara lengkap (data secara keseluruhan tersedia

pada publikasi selama periode 2013-2015), mengenai data-data yang

memenuhi variabel independen.

Metode Analisis Data

Uji Asumsi Klasik

Uji Multikolonieritas

19

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali,

2013:105). Untuk menguji adanya multikolinearitas, digunakan nilai Variance

Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF < 10 maka model regresi terbebas dari

adanya multikolinearitas.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada peiode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2013:110). Untuk mengetahui

autokorelasi, maka dilakukan uji Run Test. Jika nilai sig > 0,05 maka data

terbebas dari autokorelasi.

Uji Heteroskedatisitas

Uji heteroskedatisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan

lainnya (Ghozali, 2013:139). Model regresi yang baik tidak mengandung

heteroskedatisitas. Untuk melihat terbebas dari heteroskedatisitas, maka jika nilai

sig > 0,05 maka model regresi terbebas dari heterokedastisitas.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,

2013:160). Untuk melakukan uji normalitas, maka dilakukan uji statistic non-

parametrik Kolmogorov-Smirnov Test. Jika nilai signifikan > 0,05 maka data

berdistribusi normal.

Uji Hipotesis

Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.

Keputusan yang diambil berdasarkan significance level 0,05 (α = 5%). Dasar

pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis

20

yang diajukan diterima, hal ini berarti variabel bebas mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel terikat. Akan tetapi, jika nilai signifikansi > 0,05

maka hipotesis ditolak, hal ini berarti variabel independen tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

21

Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah:

FRAUD=β0+β1 ACHANGE+β2 ROA+β3OSHIP+ β4 FREEC +β5 INVENTORY +β6 BDOUT +β7 AUDREPORT+ε

Keterangan:

ACHANGE = Perubahan aset

ROA = Return on asset

OSHIP = Kepemilikan saham oleh orang dalam

FREEC = Rasio arus kas bebas

INVENTORY = Persediaan

BDOUT = Dewan komisaris independen

AUDREPORT = Audit report

β0 = Koefisien regresi konstanta

β1−β8 = Koefisien regresi masing-masing proksi

ε = Error

Uji Signifikansi Serentak (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat signifikansi variabel independen secara

bersama-sama (simultan) dalam mempengaruhi variabel dependen. Jika nilai

signifikan < 0,05 maka variabel independen secara simultan mempengaruhi

variabel dependen. Namun jika nilai signifikan > 0,05 maka variabel independen

secara simultan tidak mempengaruhi variabel dependen.

Uji Signifikan Variabel Independen secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t juga disebut dengan uji

signifikansi individual (Ghozali, 2013:178). Untuk pengambilan keputusan

menolak dan menerima hipotesis nol sebagai berikut : Apabila nilai signifikan <

0,05, maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti bahwa

secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen. Dan apabila nilai statistik t hitung > nilai statistik

tabel dan -t hitung < -t tabelmaka H0 ditolak yang artinya variabel berpengaruh.

21

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi berfungsi untuk melihat seberapa besar variasi

dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Pengujian

dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi R2 yang memiliki rentang

nilai 0-1. Semakin tinggi nilai R2 (mendekati nilai 1) maka menunjukkan bahwa

variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen untuk model regresi

yang baik menggunakan nilai Adjusted R2.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Obyek Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari IDX FactBook tahun 2013-2015,

didapat jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia

(BEI) pada tahun 2013-2015 adalah 137 perusahaan. dari jumlah tersebut, hanya

16 perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Total sampel yang

digunakan sebagai responden dalam penelitian ini adalah 16 perusahaan selama

tiga periode (2013-2015) sehingga berjumlah 48 sampel penelitian.

Deskriptif Statistik

Berdasarkan hasil output SPSS rata-rata kecurangan laporan keuangan

yang diproksikan dengan manajemen laba memiliki rata-rata sebesar -

0,000819089. Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan melakukan

manajemen laba sebesar -0,0819%. Nilai maksimum sebesar 0,4942% dan

minimum sebesar -1,144%. Terdapat rentang yang jauh antara maksimum dan

minimum. Rentang perbedaan yang sangat jauh diakibatkan adanya perusahaan

diduga melakukan manajemen laba dengan menaikkan laba ataupun menurunkan

laba. Tingkat variasi manajemen laba setiap perusahaan cukup bervariasi dengan

nilai standar deviasi sebesar 0,302%.

Perubahan aset (ACHANGE) merupakan proksi financial stability. Rasio

perubahan aset dapat dihitung dengan total aset tahun ini dikurangi dengan total

aset tahun sebelumnya dibagi dengan total aset tahun ini. Berdasarkan tabel 4.2,

rata-rata besarnya perubahan aset adalah 0,106285222 yang menunjukkan bahwa

22

sekitar 10,62% total aset perusahaan mengalami perubahan dari tahun

sebelumnya. Dapat dilihat standar nilai minimumnya sebesar -5,420% dan nilai

maksimumnya sebesar 32,89%. Terjadi variasi kecurangan laporan keuangan

setiap perusahaan cukup bervariasi dengan nilai standar deviasi sebesar 7,789%.

Return on asset (ROA) merupakan proksi financial targets. ROA dapat

dihitung dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dan total aset.

Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata ROA sebesar 9,407% yang menunjukkan

kemampuan perusahaan secara rata-rata dapat mencapai tingkat laba. Nilai

minimumnya sebesar 0,075% dan maksimum sebesar 26,15%. Variabel financial

targets ini menunjukkan nilai standar deviasi 0,0626047172 antar perusahaan

yang cukup bervariasi sebesar 6,26%.

Kepemilikan saham oleh orang dalam perusahaan merupakan proksi

personal financial need yang menggambarkan keuangan perusahaan turut

dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan. OSHIP dapat

dihitung dengan membandingkan total saham yang dimiliki oleh orang dalam

dengan total saham yang beredar. Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata OSHIP sebesar

4,042% yang menunjukkan sedikit perusahaan yang memegang penuh

kepemilikan saham oleh orang dalam dari seluruh saham yang beredar. Nilai

minimum sebesar 2,25% dan nilai maksimum sebesar 25,61%. Tingkat variasi

kepemilikan saham oleh orang dalam setiap perusahaan cukup bervariasi dengan

nilai standar deviasi sebesar 8,25%.

Rasio arus kas bebas (FREEC) merupakan proksi external pressure. Rasio

arus kas bebas dapat dihitung dengan membandingkan total arus kas bersih dari

hasil aktivitas operasi dikurangi kas dividen dikurangi capital expenditure dengan

total aset. Berdasarkan tabel 4.2 FREEC memiliki rata-rata sebesar -5,012%

menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang menggunakan rasio arus kas bebas

mengalami penurunan. Nilai minimumnya sebesar -30,05% dan maksimum

sebesar 12,97%. Nilai standar deviasi sebesar 9,0009% yang menunjukkan terjadi

variasi kemampuan manajemen laba setiap perusahaan yang cukup bervariasi.

23

INVENTORY merupakan proksi nature of industry, persediaan merupakan

aktiva lancar yang rentan dengan pencurian dan kecurangan karena persediaan

dalam suatu perusahaan biasanya dalam jumlah yang besar. Persediaan dapat

dihitung dengan membandingkan persediaan tahun ini dibagi dengan penjualan

tahun ini dikurang dengan persediaan tahun sebelumnya dibagi dengan penjualan

tahun sebelumnya. Berdasarkan tabel 4.2 inventory memiliki nilai rata-rata

sebesar 0,13% yang menunjukkan rata-rata perusahaan rentan dengan adanya

tindakan kecurangan laporan keuangan. Dengan nilai minimum sebesar -13,25%

dan nilai maksimum sebesar 9,35%. Variasi kecurangan setiap perusahaan cukup

rendah yakni dengan standar deviasi sebesar 3,72%.

Dewan komisaris independen (BDOUT) merupakan proksi variabel

ineffective monitoring. Perhitungan variabel ini adalah membandingkan jumlah

dewan komisaris independen dengan total dewan komisaris. Berdasarkan tabel 4.2

dapat diperoleh rata-rata sebesar 37,39% menunjukkan ada beberapa perusahaan

memiliki pengawasan yang baik dari total dewan komisaris. Nilai minimum

sebesar 0,30 dan nilai maksimum sebesar 0,60. Tingkat variasi dewan komisaris

setiap perusahaan cukup bervariasi dengan nilai standar deviasi sebesar 6,866%.

Hasil output SPSS untuk variabel dummy dijelaskan kode 1, jika opini

audit wajar tanpa pengecualian. Bisa dilihat terdapat 42 perusahaan yang

mengungkapkan opini audit wajar tanpa pengecualian dengan persentasi sebesar

87,5%. Dan dijelaskan juga kode 0, jika opini audit wajar tanpa pengecualian

dengan bahasa penjelasan, bisa dilihat terdapat 6 perusahaan yang

mengungkapkan opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan dengan

persentasi sebesar 12,5%.

Hasil Pengujian

Uji Asumsi Klasik

Hasil tampilan output SPSS menunjukkan bahwa nilai residual

berdistribusi normal. Selain itu, hasil penelitian penguji dengan uji Kolmogorov-

Smirnov Test yang menunjukan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,791 dan

24

memiliki signifikansi diatas 0,05 yaitu 0,559 (Tabel 4.7). Hasil ini menunjukkan

sudah diperolehnya distribusi normal pada data residual. Kenormalan data

tersebut diikuti dengan bebasnya data dalam penelitian dari masalah

multikolonearitas (Tabel 4.4), autokorelasi (Tabel 4.5) dan heterokedastisitas

(Tabel 4.6).

Pengujian Hipotesis

Uji Simultan (Uji F)

Hasil output SPSS uji statistik F menunjukkan nilai hitung dapat dilihat

nilai Fhitung sebesar 2,365 dan F tabel sebesar 2,25 dengan signifikan 0,040. Dengan

demikian dapat diketahui Fhitung > F tabel (2,365 > 2,21) dengan signifikasi 0,040 <

0,05 yang menunjukkan secara serentak variabel financial stability pressure,

financial targets, personal financial need, external pressure, nature of industry,

ineffective monitoring, dan rasionalization berpengaruh terhadap variabel

dependen yaitu kecurangan laporan keuangan.

Uji Parsial (Uji T)

Tabel 4.9 Uji Parsial (Uji T)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -.003 .003 -.908 .369

ACHANGE -.023 .012 -.602 -1.921 .062

ROA .016 .007 .325 2.224 .032

OSHIP -.001 .006 -.034 -.207 .837

FREEC -.005 .010 -.160 -.545 .589

INVENTORY .015 .011 .189 1.338 .188

BDOUT .004 .006 .089 .603 .550

AUDREPORT .002 .001 .186 1.217 .231

a. Dependent Variable: Manajemen Laba

Sumber : data diolah 2017

25

Persamaan regresi:

FRAUD = -0,003 - 0,023 ACHANGE + 0,16 ROA – 0,001 OSHIP – 0,005

FREEC + 0,015 INVENTORY + 0,004 BDOUT + 0,002 AUDREPORT

Maka dapat dijelaskan :

1. Konstanta ini bernilai negatif sebesar -0,003 menyatakan bahwa jika

variabel independen dianggap konstan, maka kecurangan laporan

keuangan menurun sebesar 0,003%.

2. Koefisien ACHANGE sebesar -0,023, menyatakan bahwa setiap

penurunan 1% financial stability pressure maka manajemen laba menurun

sebesar 0,023%.

3. Koefisien ROA sebesar 0,016, menyatakan bahwa setiap peningkatan 1%

financial targets maka manajemen laba meningkat sebesar 0,016%.

4. Koefisien OSHIP sebesar -0,001, menyatakan bahwa setiap penurunan 1%

personal financial need maka manajemen laba menurun sebesar 0,001%.

5. Koefisien FREEC sebesar -0,005, menyatakan bahwa setiap penurunan

1% external pressure maka manajemen laba menurun sebesar 0,005%.

6. Koefisien INVENTORY sebesar 0,015, menyatakan bahwa setiap

peningkatan 1% nature of industry maka manajemen laba meningkat

sebesar 0,015%.

7. Koefisien BDOUT sebesar 0,004, menyatakan bahwa setiap peningkatan

1% ineffective monitoring maka manajemen laba meningkat sebesar

0,004%.

8. Koefisien AUDREPORT sebesar 0,002, menyatakan bahwa setiap

peningkatan 1% rasionalization maka manajemen laba meningkat sebesar

0,002%.

Uji DeterminasiBerdasarkan hasil uji, nilai Adjusted R Square sebesar 0,169, ini

menunjukkan bahwa variabel dependen yang mampu di jelaskan oleh variabel

independen sebesar 16,9%. Sisanya 83,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini (Tabel 4.10).

26

Pembahasan

Pengaruh Financial Stability Pressure Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Dari tabel 4.9 siginifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel

Financial stability pressure mempunyai hasil koefisien regresi yang negatif

menunjukkan hubungan bersifat negatif, tingkat signifikansi sebesar 0,062 > 0,05

dan nilai t hitung > t tabel (-1,921 > -2,02108). Hal ini berarti H 0 diterima, sehingga

disimpulkan bahwa variabel financial stability pressure tidak berpengaruh

signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis

pertama (H 1) ditolak.

Pengaruh Financial Targets Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Dari tabel 4.9 signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel

Financial tergets mempunyai hasil koefisien regresi yang positif menunjukkan

hubungan bersifat positif, tingkat signifikansi sebesar 0,032 < 0,05 dan nilai t hitung

> t tabel (2,224 > 2,02108). Hal ini berarti H 0 ditolak, sehingga disimpulkan bahwa

variabel financial targets berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan

keuangan. Dengan demikian hipotesis kedua H 2 diterima.

Pengaruh Personal Financial Need Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Dari tabel 4.9 signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel

Personal financial need mempunyai hasil koefisien regresi yang negatif

menunjukkan hubungan bersifat negatif, tingkat signifikansi sebesar 0,837 > 0,05

dan nilai t hitung > t tabel (-0,207 > -2,02108). Hal ini berarti H 0 diterima, sehingga

disimpulkan bahwa variabel personal financial need tidak berpengaruh signifikan

terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis ketiga H 3

ditolak.

Pengaruh External Pressure Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Dari tabel 4.9 signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel

External pressure mempunyai hasil koefisien regresi yang negatif menunjukkan

hubungan bersifat negatif, tingkat signifikansi sebesar 0,589 > 0,05 dan nilai t hitung

> t tabel (-0,545 > -2,02108). Hal ini berarti H 0 diterima, sehingga disimpulkan

27

bahwa variabel personal financial need tidak berpengaruh signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian hipotesi keempat H 4 ditolak.

Pengaruh Nature Of Industry Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Dari tabel 4.9 signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel

Nature of industry mempunyai hasil koefisien regresi yang positif menunjukkan

hubungan bersifat positif, tingkat signifikansi sebesar 0,188 > 0,05 dan nilai t hitung

< t tabel (1,338 < 2,02108). Hal ini berarti H 0 diterima, sehingga disimpulkan

bahwa variabel nature of industry tidak berpengaruh signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis kelima H 5 ditolak.

Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Dari tabel 4.9 signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel

Ineffective monitoring mempunyai hasil koefisien regresi yang positif

menunjukkan hubungan bersifat positif, tingkat signifikansi sebesar 0,550 > 0,05

dan nilai t hitung < t tabel (0,603 < 2,02108). Hal ini berarti H 0 ditolak, sehingga

disimpulkan bahwa variabel ineffective monitoring tidak berpengaruh signifikan

terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis keenam H 6

ditolak.

Pengaruh Rasionalization Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Dari tabel 4.9 signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel

Rasionalization mempunyai hasil koefisien regresi yang positif menunjukkan

hubungan bersifat positif, tingkat signifikansi sebesar 0,231 > 0,05 dan nilai t hitung

< t tabel (1,217 < 2,02108). Hal ini berarti H 0 diterima, sehingga disimpulkan

bahwa variabel rasionalization tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis ketujuh H 7 ditolak.

Kesimpulan

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Hasil uji simultan bahwa variabel financial stability pressure, financial

targets, personal financial need, external pressure, nature of industry,

ineffective monitoring, dan rasionalization secara simultan berpengaruh

28

terhadap kecurangan laporan keuangan yang diproksikan dengan

manajemen laba.

2. Financial stability pressure tidak berpengaruh signifikan terhadap

kecurangan laporan keuangan.

3. Financial targets berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan.

4. Personal financial need tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan.

5. External pressure tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan.

6. Nature of industry tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan.

7. Ineffective monitoring tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan

laporan keuangan.

8. Rasionalization tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan

keuangan.

Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya

berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah sampel perusahaan yang terdaftar di BEI tidak hanya pada

perusahaan manufaktur saja, seperti perbankan, transportasi, real estate,

property, infrastruktur dan lain sebagainya.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menemukan proksi untuk

financial stability pressure, financial targets, personal financial need,

external pressure, nature of industry, ineffective monitoring, dan

rasionalization. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi seperti

leverage. Selain itu, proksi dari kecurangan laporan keuangan dapat

menggunakan proksi lain seperti penyajian laporan keuangan kembali.

29

3. Menambahkan jumlah sampel kategori perusahaan agar dapat

memprediksi kasus kecurangan laporan keuangan pada kategori

perusahaan lainnya.

4. Penelitian selanjutnya juga sebaiknya memperluas periode pengamatan

agar dapat lebih menggambarkan adanya kecurangan pelaporan keuangan.

30

DAFTAR PUSTAKA

Annisya Mafiana. 2016. Pendeteksian Fraudulent Financial Statement Dengan Analisis Fraud Diamond (Studi Empiris Perusahaan Jasa Sektor Properti Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014. Skripsi : Universitas Lampung

Annisya Mafiana., Lindrianasari., & Asmaranti Yuztitya. 2016. “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Menggunakan Fraud Diamond”.Jurnal Bisnis dan Ekonomi.Vol. 23, No. 1.Hal.72-89.

Anshori, Fakhri Muhammad. 2015. Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Oleh Auditor Spesialis Industri Dengan Analisis Fraud Triangle. Skripsi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Fadhil, Muhammad.,& Siregar , Sylvia. 2012. Analisis Pengungkapan Segmen : Faktor-Faktoryang Mempengaruhi dan Dampaknya Terhadap Biaya Ekuitas.Jurnal Ekonomi dan Keuangan: Universitas Indonesia

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang : Universitas Diponegoro.

Https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-theory/

Koroy, Ramaraya Tri. 2008. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan Oleh Auditor Eksternal.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10, No. 1.

Kurniawati, Ema. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud DalamPerspektif Fraud Triangle. Skripsi : Universitas Diponegoro

Kusumawardhani, Prisca. 2013. Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. Universitas Negeri Surabaya.

Manurung T. H. Daniel, dan Hadian Niki. 2013. Detection Fraud Of Financial Statement With Fraud Triangle.International Business Research : University Widyatama.

Marfuah, Laila Tiffani. 2015. Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Islam Indonesia.

Martantya, Daljono. 2013. “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan Dan Peluang (Studi Empiris Perusahaan Yang Mendapat Sanksi Dari Bapepam Periode 2002-2006)”.Journal of Accounting.Vol. 2, No. 2.Hal.1-12.

31

Kurniawati, Ema. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud DalamPerspektif Fraud Triangle. Skripsi : Universitas Diponegoro

Kusumawardhani, Prisca. 2013. Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. Universitas Negeri Surabaya.

Manurung T. H. Daniel, dan Hadian Niki. 2013. Detection Fraud Of Financial Statement With Fraud Triangle.International Business Research : University Widyatama.

Marfuah, Laila Tiffani. 2015. Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Islam Indonesia.

Martantya, Daljono. 2013. “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan Dan Peluang (Studi Empiris Perusahaan Yang Mendapat Sanksi Dari Bapepam Periode 2002-2006)”.Journal of Accounting.Vol. 2, No. 2.Hal.1-12.

Meckling, W. H., dan Jensen, M. C, 1976. "Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure", Journal of Financial Economic,, Vol. 3, No. 4: 305-360.

Molida, Resti. 2011. Pengaruh Financial Stability, Personal Financial Need dan Ineffective Monitoring pada Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle. Universitas Diponegoro.

Norbarani Listiana. 2012. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Analisis Fraud Triangle Yang Diadopsi Dalam SAS No.99. Skripsi : Universitas Diponegoro

Sihombing Samuel Kennedy, Rahardjo Nur Shiddiq. (2014). “Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012”.Journal of Accounting.Vol. 3, No. 2.Hal.1-12.

Skousen J Christopher.,Smith R Kevin.,dan Wright J Charlotte. 2008. Detecting And Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness Of The Fraud Triangle And SAS No.99. University Utah State.

Sukirman, Sari Pramono Maylia. 2013. Model Deteksi Kecurangan Berbasis Fraud Triangle. Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol. 9, No. 2.

Susanti Yayuk Andri. 2014. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Analisis Fraud Triangle. Skripsi: Airlangga.

32

Widarti. 2015. Pengaruh Fraud Triangle Terhadap Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Manajemen dan Bisnis: Universitas Sriwijaya, Vol.13, No. 2.

Www.idx.co.id

33