bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN...

116
PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

Transcript of bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN...

Page 1: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

PENDIDIKAN, OLAHRAGA,KEBUDAYAAN NASIONAL DAN

KEPERCAYAANTERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

Page 2: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan
Page 3: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

BAB XVII

PENDIDIKAN, OLAHRAGA,KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN

TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

A. PENDAHULUAN

Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan wahana strategis untuk mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan sesuai amanat yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia. Pem-bangunan pendidikan di Indonesia berpegang pada pasal 31 UUD 1945, yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak men-dapat pengajaran, dan Pemerintah mengusahakan dan menyeleng-garakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang.

XVII/3

Page 4: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) maka segenap kegiatan pendidikan menjadi lebih terarah, sesuai dengan fungsinya untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Dalam Repelita VI pembangunan pendidikan ditekankan pada pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, tanpa rnengesampingkan upaya perluasan daya tampung di semua jenis dan jenjang pendidikan. Di samping itu penekanan juga diberikan pada upaya peningkatan mutu pendidikan, relevansi, dan efisiensi penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.

Sebagai hasil Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, kesempatan mengikuti pendidikan di tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) termasuk madrasah tsanawiyah (MTs) telah meningkat cukup besar, yang tercermin dengan meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) yaitu dari 56,2 persen pada tahun 1994/95 menjadi 60,8 persen pada tahun 1995/96. Sejalan dengan itu, angka partisipasi pendidikan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi juga meningkat. APK pada jenjang sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) termasuk madrasah aliyah (MA) meningkat dari 34,1 persen pada tahun 1994/95 menjadi 35,9 pada tahun 1995/96, sedangkan APK pada jenjang pendidikan tinggi termasuk pendidikan tinggi agama (PTA) meningkat dari 11,0 persen pada tahun 1994/95 menjadi 11,4 persen pada tahun 1995/96. Pencapaian APK di semua jenjang pendidikan tersebut telah XVII/4

Page 5: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

melampaui sasaran tahun kedua Repelita VI, yaitu 57,8 untuk SLTP, 33,8 persen untuk SLTA, dan 11,3 persen untuk PT. Di samping itu, pembinaan pendidikan luar sekolah juga terus ditingkatkan guna mendukung pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, yang dilakukan melalui kegiatan Kejar Paket A setara SD dan Kejar Paket B setara SLTP.

Page 6: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Di bidang olahraga telah dilakukan upaya perluasan pemasalan olahraga, peningkatan kesegaran jasmani dan rekreasi, pemantauan bakat, pembibitan dan peningkatan prestasi olahraga. Kegiatan-kegiatan tersebut didukung dengan pembangunan berbagai sarana dan prasarana olahraga. Guna membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat, pada tanggal 2 Mei 1995 dicanangkan Bulan Buku. Sementara itu pada tanggal 14 September 1995 dicanangkan pula Hari Aksara Internasional, Bulan Gemar Membaca dan Kunjung Perpustakaan.

B. PENDIDIKAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan pendidikan dalam Repelita VI adalah mantapnya penataan pendidikan nasional untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta me-miliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, dengan mengutamakan pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar serta perluasan pendidikan keahlian dan kejuruan.

Sehubungan dengan itu, dalam Repelita VI menjadi sasaran ter-wujudnya keterkaitan dan kesepadanan yang lebih baik antara pendi-dikan dan dunia kerja; meningkatnya pemerataan pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang ditunjukkan oleh angka partisipasi kasar (APK) pada akhir Repelita VI sekitar 115 persen untuk SD termasuk MI, sekitar 66 persen untuk SLTP termasuk madrasah tsanawiyah (MTs), sekitar 41 persen untuk SLTA termasuk

XVII/5

Page 7: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

madrasah aliyah (MA), dan sekitar 13 persen untuk PT termasuk perguruan tinggi agama (PTA); meningkatnya jumlah guru SD yang berkualifikasi D2, guru SLTP yang berkualifikasi D3 dan guru SLTA yang berkualifikasi S 1 dan menurunnya angka buta aksara penduduk usia 10 tahun ke atas menjadi sekitar 10 persen.

Untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan pendidikan dalam Repelita VI, ditempuh berbagai kebijaksanaan, antara lain melaksana-kan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun; membina pendidikan menengah umum dan kejuruan; membina pendidikan ting-gi; membina pendidikan luar sekolah; membina guru dan tenaga kependidikan lainnya; mengembangkan kurikulum; mengembangkan buku; membina sarana dan prasarana pendidikan; meningkatkan peran serta masyarakat, termasuk dunia usaha dalam penyelenggaraan pendidikan; dan meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas pendidikan.

Berdasarkan pada sasaran dan kebijaksanaan pembangunan pen-didikan nasional tersebut, dalam Repelita VI dilaksanakan berbagai program pokok yang meliputi : (1) pembinaan pendidikan dasar, (2) pembinaan pendidikan menengah, (3) pembinaan pendidikan tinggi, (4) pendidikan luar sekolah, (5) pendidikan kedinasan, dan (6) pembinaan tenaga kependidikan. Program-program tersebut didukung oleh 6 program penunjang, dua di antaranya dilaporkan dalam bab ini adalah program penelitian dan pengembangan pendidikan, dan program pengembangan informasi pendidikan. Sedangkan program lainnya dilaporkan pada sektor-sektor yang bersangkutan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Kedua Repelita VI

Pembangunan pendidikan di semua ,alur, jenis, dan jenjang

XVII/6

Page 8: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

pendidikan terus ditingkatkan dengan penekanan pada perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, peningkatan mutu, relevansi, serta efisiensi dan efektivitas pendidikan. Dalam Repelita VI pembangunan pendidikan memberikan perhatian yang lebih besar pada pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

a. Program Pokok

1) Program Pembinaan Pendidikan Dasar

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 (sembilan) tahun yang diselenggarakan selama 6 (enam) tahun di Sekolah Dasar (SD) dan 3 (tiga) tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) atau satuan pendidikan yang sederajat. Pendidikan dasar sebagai jenjang awal dari pendidikan di sekolah ditujukan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Program ini meliputi pembinaan pada sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah luar biasa, mengingat jenjangnya sederajat dengan pendidikan dasar yang dimaksudkan dalam UUSPN, serta pembinaan pendidikan prasekolah.

Pada tahun pertama Repelita VI (1994/95) telah dicanangkan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan direncanakan untuk diselesaikan selambat-lambatnya dalam tiga repelita yaitu sampai akhir Repelita VIII. Oleh karena itu, kegiatan tahun 1995/96 diutamakan pada peningkatan daya tampung SLTP melalui antara lain penambahan gedung dan ruang kelas baru SLTP. Selain itu, upaya peningkatan mutu terus dilakukan antara lain melalui

XVII/7

Page 9: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

program penyetaraan D2 bagi guru SD dan D3 bagi guru SLTP, serta pengadaan buku dan sarana pendidikan lainnya.

a) Pembinaan Pendidikan Prasekolah

Pendidikan prasekolah merupakan wahana untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak usia balita di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Pendidikan prasekolah diselenggarakan melalui Taman Kanak-kanak (TK) dan ditujukan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap yang diperlukan oleh anak didik dalam menye-suaikan diri dengan lingkungannya serta untuk pertumbuhan dan .

perkembangannya.

Perkembangan jumlah TK yang cukup pesat menunjukkan meningkatnya prakarsa dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pendidikan, khususnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pen-didikan prasekolah. Upaya meningkatkan mutu pendidikan prasekolah yang sebagian besar dikelola oleh masyarakat (swasta) dilakukan melalui pembangunan TK Pembina yang berfungsi sebagai TK percon-tohan di berbagai propinsi. Jumlah TK Pembina pada tahun 1995/96 100 buah, meningkat 22 buah dibandingkan tahun 1994/95. Sementara itu usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di TK diupayakan melalui penyelenggaraan penataran guru, pembinaan kurikulum, dan pengadaan peralatan pendidikan serta lomba kreativitas guru dan murid.

b) Pembinaan Sekolah Dasar

Pendidikan sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kemam-puan dasar kepada siswa dalam pengembangan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manu-

XVII/8

Page 10: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

sia serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke SLTP. Perluasan kesempatan belajar di sekolah dasar termasuk Madrasah Ibtidaiyah (SD-MI) dilaksanakan melalui program Inpres SD yang diselenggarakan sejak tahun 1973.

Pada tahun 1995/96 kegiatan perluasan kesempatan belajar dan peningkatan mutu pendidikan pada tingkat SD dilakukan melalui penyediaan berbagai fasilitas, yaitu pembangunan unit gedung baru (UGB), ruang kelas baru (RKB), rumah guru dan kepala sekolah, serta rumah penjaga; penyediaan alat peraga, buku pelajaran pokok dan buku bacaan; serta penyediaan biaya operasional dan pemeliha -raan (BOP). Sebagaimana halnya tahun 1994/95, pembangunan UGB diprioritaskan pada daerah permukiman barn, daerah transmigrasi dan daerah terpencil, sedangkan pembangunan RKB ditujukan untuk meningkatkan daya tampung sekolah-sekolah yang terletak di daerah padat penduduk. Bagi SD Inti yaitu SD percontohan yang berfungsi melayani SD-SD di sekitarnya, RKB digunakan untuk ruang perpusta-kaan, ruang KKG (Kelompok Kerja Guru), atau ruang serba guna.

Peningkatan pelayanan pendidikan bagi penduduk yang berpindah-pindah dan daerah-daerah berpenduduk jarang dilakukan melalui penyelenggaraan SD Kecil, yaitu SD dengan jumlah murid terbatas, ruang belajar terbatas (hanya 2-3 ruang) dan guru yang terbatas pula (hanya 2-3 orang). Pada tahun 1995/96 jumlah SD Kecil telah mencapai 20.134 sekolah yang tersebar di seluruh propinsi. Guru-guru yang bertugas di SD Kecil mendapat penataran khusus dan modul sebagai sarana belajar mengajar. Proyek percontohan yaitu penyelenggaraan SD dengan satu guru yang mulai dilaksanakan pada tahun 1994/95 di 6 propinsi yaitu Riau; Kalimantan Barat; Kalimantan Tengah; Sulawesi Tengah; Maluku; dan Irian Jaya pada tahun 1995/96 dilanjutkan. Pada sekolah ini seorang guru mengajar dari kelas 1 sampai kelas 6 dalam satu ruangan karena jumlah murid sangat sedikit.

XVII/9

Page 11: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut telah menghasilkan peningkatan angka partisipasi pendidikan (Tabel XVII-1). Pada tahun 1995/96 angka partisipasi murni (APM) atau rasio murid SD/MI berusia 7-12 tahun terhadap penduduk kelompok usia 7-12 tahun mencapai 94,0 persen. Jika dibandingkan dengan APM tahun 1994/95 yang mencapai 93,3 persen, APM tahun 1995/96 mengalami pening-katan sebesar 0,7 persen. Kenaikan partisipasi pada jenjang SD masih berlangsung secara konsisten, sebagaimana ditunjukkan oleh naiknya angka partisipasi kasar (APK) dari 110,8 persen pada tahun 1994/95 menjadi 111,9 persen pada tahun 1995/96.

Meskipun angka partisipasi dan daya tampung selalu meningkat, masih ada, anak usia 7-12 tahun yang tidak bersekolah, baik karena putus sekolah maupun akibat sulitnya menjangkau sekolah karena tinggal di daerah terpencil, berpindah-pindah, di samping karena rendahnya kemampuan ekonomi keluarga. Selain itu belum semua anak penyandang cacat fisik atau mental yang berusia 7-12 tahun dapat mengikuti pendidikan di sekolah. Upaya untuk menjangkau mereka yang masih belum tertampung, terutama bagi anak-anak di daerah terpencil dan kepulauan dilakukan melalui program guru kunjung yang telah dirintis sejak awal Repelita V di kepulauan Riau, dalam Repelita VI terus dilanjutkan dan disempurnakan.

Salah satu penyebab putus sekolah di SD daerah-daerah miskin adalah kekurangan gizi, maka salah satu upaya untuk mengatasinya adalah dengan pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah (PMT-AS). Prinsip dasar PMT AS adalah sebagai sarana penyuluhan gizi dan kesehatan; diselenggarakan dengan melibatkan orangtua, murid, guru dan masyarakat dalam menuju kemandirian kesehatan untuk meningkatkan prestasi belajar anak sekolah. Kegiatan rintisan PMT-AS dimulai pada tahun 1991/1992 di kawasan Indonesia Bagian Timur. Pada tahun 1995/96 berkembang menjadi 20 propinsi yang

XVII/10

Page 12: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

mencakup 38.694 anak SD-MI di 460 SD di daerah tertinggal. Tahun 1995/96 paket PMT AS meliputi makanan jajanan, obat cacing, tablet besi untuk pencegahan anemia gizi besi dan kegiatan penunjang seperti penyuluhan, pelatihan, dan supervisi. Pemberian makanan tambahan berupa makanan jajanan yang mengandung 200-300 kilokalori, yang diberikan selama 9 bulan yang merupakan hari belajar efektif. Makanan jajanan dalam PMT-AS menggunakan bahan hasil pertanian desa setempat atau sekitarnya, dan pembuatan makanan jajanan dilaksanakan oleh kader-kader PKK bekerjasama dengan orang tua murid dan guru. Hasil evaluasi menyimpulkan bahwa PMT-AS terutama telah mengurangi absensi anak sekolah, meningkatkan semangat belajar, dan makin meningkatkan derajat kesehatan dan gizi anak sekolah.

Peningkatan mutu sekolah dasar dilakukan melalui penambahan jumlah dan jenis buku pelajaran dan buku bacaan, serta pengadaan peralatan keterampilan, kesenian, olahraga, dan alat peraga untuk berbagai mata pelajaran (label XVII-2). Dalam tahun 1995/96 disedia-kan buku pelajaran pokok sekitar 42,7 juta eksemplar, meningkat lebih dari 31,9 persen dari yang disediakan tahun 1994/95. Sementara itu pengadaan buku bacaan mengalami penurunan yaitu dari 24,6 juta eksemplar pada tahun 1994/95 menjadi 12,5 juta eksemplar pada tahun 1995/96. Penurunan jumlah buku bacaan pada tahun 1995/96 disebabkan oleh pemberian prioritas yang lebih besar pada pengadaan buku pelajaran pokok untuk memenuhi rasio satu buku satu murid terutama bagi sekolah-sekolah di daerah tertinggal.

Peningkatan mutu guru SD ditingkatkan melalui berbagai penataran dan penyetaraan Diploma II (D2), sesuai dengan ketetapan bahwa pendidikan D2 adalah syarat minimal untuk guru SD-MI. Pada tahun 1995/96 guru SD yang sedang mengikuti pendidikan D2 adalah sekitar 140 ribu orang.

XVII/11

Page 13: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Untuk menumbuhkembangkan wawasan iptek sejak dini, proporsi mata pelajaran matematika dan IPA dalam kurikulum sekolah dasar diperbesar, serta wawasan iptek diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran.

c) Pembinaan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di SD, yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara, serta memper-siapkan mereka untuk mengikuti pendidikan menengah. Pembinaan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dalam Repelita VI lebih ditekankan pada upaya perluasan kesempatan memperoleh pendidikan dan pening-katan mutu sebagai bagian dari program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Dalam rangka percepatan pencapaian target pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, titik berat ditekankan pada peningkatan daya tampung. Perluasan kesempatan belajar di tingkat SLTP pada tahun 1995/96 dilakukan melalui pembangunan sebanyak 483 unit gedung baru (UGB) dan 4,2 ribu ruang kelas baru (RKB), yang seluruhnya setara dengan 7,1 ribu RKB, belum termasuk pembangunan gedung baru dan tambahan ruang SLTP swasta. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, dilanjutkan pula pembangunan ruang laboratorium IPA dan ruang perpustakaan masing-masing 101 ruang dan 180 ruangan (Tabel XVII-2).

Jumlah lulusan SD-MI yang melanjutkan ke SLTP pada tahun 1995/96 adalah sekitar 2,6 juta orang atau 64,8 persen dari jumlah seluruh lulusan SD-MI. Angka melanjutkan ini meningkat dari 57,4

XVII/12

Page 14: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

persen pada tahun 1994/95. Dengan meningkatnya angka melanjutkan ini, maka jumlah murid SLTP juga meningkat. Pada tahun 1995/96 angka partisipasi kasar (APK) pada tingkat SLTP (tidak termasuk MTs) yaitu rasio antara jumlah murid SLTP dengan jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun adalah sebesar 50,8 persen, atau 4,6 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 1994/95 (label XVII-3). Apabila murid MTs diperhitungkan, maka APK pada tahun 1995/96 adalah sebesar 60,8 persen atau 4,6 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 1995/96. Pencapaian APK tersebut melampaui sasaran tahun kedua Repelita VI yaitu sebesar 57,8 persen. Hal tersebut menunjuk-kan peranan MTs yang makin besar dalam sistem pendidikan nasional karena makin banyak lulusan SD-MI yang memasuki MTs.

Dalam rangka memberi kesempatan yang lebih luas kepada lulu-san SD-MI yang tidak dapat meneruskan pendidikan ke SLTP dan MTs, dilakukan pembinaan berbagai jenis SLTP lainnya seperti SLTP Kecil dan SLTP Terbuka. Pembangunan SLTP Kecil dirintis sejak awal Repelita V dalam upaya menjangkau anak usia SLTP di daerah terpencil termasuk daerah kepulauan. SLTP Kecil terutama ditujukan untuk daerah-daerah dengan jumlah murid terbatas dan guru yang terbatas pula. Dengan demikian seorang guru SLTP Kecil disiapkan untuk mengajar lebih dari satu bidang studi. Untuk memberi kesem-patan kepada anak-anak yang kurang mampu mengikuti pendidikan di SLTP umum diselenggarakan SLTP Terbuka yang tempat belajarnya disesuaikan dengan keadaan setempat seperti di pondok, balai perte-muan atau sanggar kegiatan belajar (SKB). Murid SLTP Terbuka belajar secara mandiri dengan mempelajari materi yang disediakan dalam bentuk modul. Sampai dengan tahun 1995/96 jumlah SLTP Terbuka terus meningkat sehingga terdapat di 356 lokasi yang ter-sebar di 27 propinsi dan menampung sekitar 49 ribu orang siswa. Sementara itu jumlah SLTP Kecil adalah sebanyak 128 lokasi yang tersebar di 10 propinsi (Jawa Barat; Jawa Tengah; Riau; Lampung;

XVII/13

Page 15: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Kalimantan Barat; Kalimantan Tengah; Kalimantan Selatan; Sulawesi Tengah; Sulawesi Tenggara dan Maluku).

Dalam rangka penyediaan buku pelajaran pokok dan buku per-pustakaan, pada tahun 1995/96 dilakukan pengadaan 17 juta eksem-plar buku pelajaran pokok dan 1 juta eksemplar buku perpustakaan. Pengadaan buku tersebut secara keseluruhan meningkat 2,8 juta eksemplar dari tahun 1994/95. Jika dibandingkan dengan kebutuhan total buku pelajaran untuk SLTP negeri dan swasta yang diperkirakan berjumlah kurang lebih 68 juta, jumlah buku yang diadakan tahun 1995/96 ditambah buku yang diadakan selama dua tahun sebelumnya masih jauh dari kebutuhan. Namun demikian upaya untuk memenuhi kebutuhan buku pelajaran, sehingga mencapai rasio 1:1 terus dilanjut -kan, yang sebagian diharapkan dipenuhi oleh masyarakat dan sekolah-sekolah swasta.

Peningkatan mutu guru dilakukan melalui berbagai jenis dan jenjang pelatihan dan penataran. Dalam upaya peningkatan kualifikasi guru SLTP diadakan program penyetaraan Diploma-III (D3) bagi mereka yang belum mencapai jenjang tersebut. Pada tahun 1995/96 guru SLTP yang sedang mengikuti pendidikan D3 adalah sebanyak 69,1 ribu orang.

Seperti pada tingkat sekolah dasar, untuk menumbuhkan dan mengembangkan wawasan iptek sejak dini, proporsi mata pelajaran matematika dan IPA dalam kurikulum SLTP telah ditingkatkan, dan disertai pula dengan pengintegrasian wawasan iptek ke dalam semua mata pelajaran. Di samping itu, untuk mengembangkan sifat kepemim-pinan, kreativitas, dan bela negara, kegiatan ekstrakurikuler di SLTP ditingkatkan, seperti melalui organisasi pramuka, palang merah rema-ja (PMR), budaya, kesenian, olahraga, dan organisasi kesiswaan lainnya.

XVII/14

Page 16: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

d) Pembinaan Sekolah Luar Biasa

Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan satuan pendidikan yang khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental. Tujuan pendidikan SLB adalah untuk membantu peserta didik agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi atau anggota masyarakat dalam mengada-kan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan . kemampuan bekerja atau untuk mengikuti pendidikan selanjutnya.

Sampai dengan tahun 1995/96 jumlah SLB sudah mencapai 1.084 sekolah, yang terdiri dari 23 SLB Pembina Negeri, 216 SDLB swasta, 165 SLB Terpadu swasta, dan 680 SLB Swasta. Dari jumlah tersebut hampir 98 persen di antaranya adalah SLB Swasta. Hal ini menunjuk-kan besarnya perhatian dan partisipasi masyarakat terhadap pendi-dikan sekolah luar biasa. Peningkatan mutu pendidikan Sekolah Luar Biasa dilakukan melalui penataran guru, bimbingan langsung ke sekolah, pengadaan buku guru dan murid, pengadaan peralatan pen-didikan khusus yang sesuai dengan jenis ketunaannya, pelatihan bagi pengelola SLB baik pelatihan di dalam negeri maupun di luar negeri.

Pada tahun 1995/96 telah dilakukan rehabilitasi gedung, pemba-ngunan ruang keterampilan khusus untuk SLB Pembina Tingkat Nasional di Jakarta. Di samping itu dilakukan pula pembangunan gedung dan penambahan ruang kelas untuk SLB di 7 propinsi yaitu di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Pada tahun 1995/96 pe-ngembangan kamus bahasa isyarat terus ditingkatkan melalui penam-bahan kosa kata yang dimaksudkan untuk menunjang komunikasi bagi penyandang tuna rungu.

XVII/15

Page 17: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

2) Program Pembinaan Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan iptek. Pendidikan menengah terdiri dari Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sesuai dengan UUSPN, mulai tahun ajaran 1994/1995 nama SMA secara resmi telah berubah menjadi SMU. Sementara itu istilah sekolah menengah kejuruan tingkat atas telah resmi pula berubah menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Pada tahun 1995/96 jumlah murid baru pendidikan menengah (SMU dan SMK), tidak termasuk madrasah aliyah (MA) tercatat 1,6 juta orang, atau 155 ribu orang lebih tinggi dari jumlah murid baru tahun 1994/95. Meskipun jumlah murid baru meningkat cukup besar, namun angka melanjutkan dari SLTP ke pendidikan menengah menurun, seperti nampak pada rasio jumlah murid baru. SMU dan SMK terhadap jumlah lulusan SLTP yang menurun dari 84,8 persen pada tahun 1994/95 menjadi 83,3 persen pada tahun l995/96. Penu-runan ini antara lain menunjukkan bahwa percepatan perluasan kesempatan mengikuti pendidikan menengah di SMU dan SMK belum sepenuhnya dapat mengimbangi percepatan lulusan SLTP sebagai dampak dari keberhasilan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Kenaikan lulusan SLTP pada tahun 1995/96 mencapai 217,8 ribu orang, sedangkan kenaikan siswa baru tingkat SLTA baru mencapai 155 ribu orang. Meskipun demikian, angka partisipasi kasar (APK) SLTA tidak termasuk Madrasah Aliyah (MA) pada tahun 1995/96 adalah 32,5 persen, lebih tinggi dari angka tahun 1994/95 yang besarnya adalah 30,6 persen. Jika murid MA diperhitungkan, maka APK SLTA secara keseluruhan meningkat dari 34,1 persen

XVII/16

Page 18: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

pada tahun 1994/95 menjadi 35,9 persen pada tahun 1995/96. Penca-paian tersebut telah melampaui sasaran tahun kedua Repelita VI yaitu sebesar 33,8 persen.

a) Pembinaan Sekolah Menengah Umum (SMU)

Dalam rangka meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, daya tampung SMU terns ditambah, antara lain dengan membangun UGB dan RKB. Pada tahun 1995/96 dibangun 60 UGB dan 768 RKB. Di samping pembangunan UGB dan RKB dibangun pula 66 ruang penunjang berupa ruang keterampilan dan ruang laboratorium (Tabel XVII-5).

Dengan bertambahnya daya tampung SMU, maka jumlah murid baru kelas I SMU pada tahun 1995/96 meningkat menjadi 948,2 ribu orang, dari 867,6 ribu orang pada tahun 1994/95. Sejalan dengan itu, jumlah murid SMU pada tahun 1995/96 meningkat menjadi 2,57 juta orang, atau meningkat sekitar 157,6 ribu dibandingkan dengan jumlah murid pada tahun 1994/95 sebesar 2,41 juta orang. APK SMU, atau rasio jumlah murid SMU terhadap jumlah penduduk usia 16-18 tahun pada tahun 1995/96 mencapai 19,8 persen (Tabel XVII-4). Angka ini lebih tinggi dibanding sasaran tahun kedua Repelita VI yaitu 18,7 persen.

Upaya peningkatan perluasan kesempatan belajar di SMU terse-but diiringi pula dengan upaya peningkatan mutu pendidikannya. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pada tahun 1995/96 dilakukan pengadaan 17 ribu set alat pendidikan termasuk alai IPA, pengadaan sekitar 11,4 juta eksemplar buku pelajaran pokok, serta sekitar 1,2 ribu perangkat peralatan olahraga dan pendidikan jasmani.

XVII/17

Page 19: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Untuk meningkatkan budaya iptek di kalangan siswa SMU, kegiatan pelatihan penelitian terus ditingkatkan. Upaya ini didukung oleh berbagai lomba karya ilmiah dari tingkat sekolah sampai tingkat nasional. Sejalan dengan itu, dilakukan pula berbagai kegiatan ekstra-kurikuler untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan dan kreativitas peserta didik, seperti melalui kegiatan usaha kesehatan sekolah, palang merah remaja, dan pramuka.

Upaya pengembangan SMU Plus yang dirintis dalam Repelita V dilanjutkan dalam Repelita VI. Sekolah ini dimaksudkan untuk me-nampung siswa yang memiliki potensi tinggi dari segi akademik maupun keterampilan. Sampai dengan tahun 1995/96 telah tercatat 55 SMU Plus tersebar di 27 propinsi, yang umumnya dibangun atas prakarsa pemerintah daerah dengan ditunjang oleh partisipasi masya-rakat.

b) Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Dalam rangka meningkatkan daya tampung dan kesempatan belajar pada SMK, pada tahun 1995/96 dilakukan perluasan dan rehabilitasi berbagai fasilitas pendidikan yaitu pada 8 STM Pemba-ngunan, 154 STM 3 Tahun, 46 STM Pertanian, 12 STM Khusus terdiri dari STM Penerbangan, STM Perkapalan, STM Grafika dan STM Kimia, 340 SMEA dan 157 SMK lainnya yang tersebar di semua propinsi (Tabel XVII-6).

Dengan meningkatnya daya tampung tersebut, pada tahun 1995/96 jumlah murid baru kelas I SMK meningkat menjadi 615,8 ribu orang, dari 541 ribu pada 1994/95. Jumlah tersebut melampaui sasaran tahun kedua Repelita VI yaitu sebesar 569,6 ribu orang. Sejalan dengan itu, jumlah murid SMK secara keseluruhan juga meningkat. Pada tahun 1995/96 jumlah murid SMK adalah 1,65 juta,

XVII/18

Page 20: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

meningkat lebih dari 165 ribu dibandingkan dengan jumlah murid pada tahun 1994/95 sebanyak 1,48 juta orang. Dengan demikian pada tahun 1995/96 APK SMK menjadi 12,7 persen atau 1,1 persen lebih tinggi dari APK SMK tahun 1994/95 (Tabel XVII-4).

SMK yang diselenggarakan oleh swasta pada umumnya menawar-kan bidang studi nonteknik, karena untuk menyelenggarakan pendi -dikan kejuruan teknik diperlukan investasi yang lebih besar. Sehu-bungan dengan itu pengembangan pendidikan kejuruan oleh peme-rintah diutamakan pada bidang-bidang teknik serta peningkatan mutu secara keseluruhan. Untuk lebih menjamin agar lulusan SMK meme -nuhi standar yang dapat diterima oleh dunia kerja, dikembangkan unit produksi dan sistem uji profesi, serta diperbanyak jam praktek dalam proses belajar mengajar. Unit produksi yang mulai dirintis sejak tahun 1994/95 di 25 sekolah, pada tahun 1995/96 telah dikembangkan di 500 sekolah. Di samping itu untuk lebih menyesuaikan program pendidikan SMK dengan kebutuhan industri dan dunia usaha lainnya serta perkembangan iptek, kerjasama dengan swasta lebih diintensif-kan, yang antara lain dilakukan dengan penerapan pendidikan sistem ganda. Program ini yang juga dimulai pada tahun 1994/95 dengan melibatkan 247 sekolah, 36,8 ribu siswa dan 6,1 ribu industri, pada tahun 1995/96 telah berkembang dengan melibatkan 505 sekolah, 62,7 ribu siswa dan 11,2 ribu industri.

Dengan meningkatnya kesempatan belajar di SMK, sejalan dengan itu mutu SMK juga ditingkatkan, antara lain dengan mening-katkan kemampuan guru dan pengelola SMK, pengadaan buku pela-jaran, pengadaan peralatan praktik yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan program studi, dan peningkatan kemampuan mana-jerial kepala sekolah.

XVII/19

Page 21: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

3) Program Pembinaan Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dibina dan dikembangkan untuk menyiapkan serta membekali peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional dalam ragam yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Untuk mencapai tujuan terse-but berbagai upaya telah dilakukan dengan penekanan pada perluasan kesempatan belajar, peningkatan mutu, peningkatan relevansi, serta peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan.

Perluasan kesempatan belajar diupayakan melalui peningkatan jumlah dan perluasan sarana perguruan tinggi. Pada tahun 1995/96 jumlah perguruan tinggi negeri dan swasta tercatat sebanyak 1.251 lembaga atau bertambah dengan 40 lembaga dari tahun 1994/95. Pertambahan tersebut terutama terjadi pada perguruan tinggi swasta. Sementara itu di berbagai perguruan tinggi negeri pada tahun 1995/96 dilakukan penambahan gedung kuliah dan gedung kantor seluas 91,2 ribu m2, gedung laboratorium 146,7 ribu m2, dan gedung perpus -takaan 38,9 ribu m2, serta rehabilitasi gedung pendidikan seluas 38,9 ribu m2 (Tabel XVII-8).

Upaya-upaya tersebut telah meningkatkan daya tampung lulusan SLTA yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Selama dua tahun Repelita VI, jumlah mahasiswa baru terus meningkat, yang pada tahun 1995/96 tercatat sekitar 551,0 ribu orang. Dengan demikian angka melanjutkan ke perguruan tinggi atau rasio jumlah mahasiswa barn terhadap jumlah lulusan SLTA pada tahun 1995/96 menjadi 45,7 persen, atau meningkat 6,3 persen dibandingkan tahun 1994/95 (Tabel XVII-7).

XVII/20

Page 22: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Sebagai akibat meningkatnya jumlah mahasiswa baru, pada tahun 1995/96 jumlah mahasiswa seluruhnya (tidak termasuk mahasiswa perguruan tinggi agama) tercatat lebih dari 2,34 juta mahasiswa, atau sekitar 137,2 ribu lebih tinggi dari tahun 1994/95. Dengan demikian APK perguruan tinggi atau rasio jumlah mahasiswa dengan penduduk kelompok usia 19-24 tahun pada tahun 1995/96 adalah sebesar 10,3 persen, atau meningkat 0,3 persen dari APK tahun 1994/95. Angka tersebut lebih tinggi dari sasaran tahun kedua Repelita VI yaitu sebe-sar 10,2 persen. Apabila jumlah mahasiswa perguruan tinggi agama diperhitungkan, maka APK perguruan tinggi pada tahun 1995/96 sudah mencapai 11,4 persen, atau meningkat 0,4 persen dari tahun 1994/95. Angka ini juga lebih besar dari sasaran tahun kedua Repelita VI yaitu sebesar 11,3 persen (Tabel XVII-7).

Sejalan dengan meningkatnya angka melanjutkan dan APK, jumlah lulusan pendidikan tinggi pada dua tahun Repelita VI juga meningkat. Mahasiswa yang lulus pada tahun 1994/95 sebanyak 227,6 ribu orang dan pada 1995/96 menjadi sekitar 258,9 ribu orang (Tabel XVII-7).

Guna membantu mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu tetapi berprestasi akademik tinggi dalam menempuh pendidikan, penyediaan beasiswa selama dua tahun Repelita VI terus ditingkatkan. Pada tahun 1994/95 beasiswa diberikan kepada 12.000 mahasiswa, dan pada tahun 1995/96 ditingkatkan lagi menjadi 20.000 mahasiswa. Apabila beasiswa yang diberikan oleh masyarakat termasuk swasta dan Yayasan Supersemar diperhitungkan, penerima beasiswa pada tahun 1995/96 tercatat lebih dari 25 ribu orang.

Sejalan dengan peningkatan kesempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan tinggi juga terus diupayakan, antara lain dengan meningkatkan jumlah dan mutu dosen. Jumlah dosen pada tahun

XVII/21

Page 23: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

1995/96 mencapai 98,9 ribu orang, atau 5,4 ribu lebih banyak dari tahun 1994/95. Meskipun secara absolut jumlah dosen bertambah cukup banyak namun karena pertumbuhan jumlah mahasiswa yang juga pesat, maka rasio antara jumlah mahasiswa dengan dosen pada tahun 1995/96 tidak berubah dari keadaan tahun terakhir Repelita V yaitu 23:1.

Peningkatan mutu dosen dilakukan melalui berbagai pendidikan dan pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri. Pada tahun 1995/96 jumlah dosen yang sedang mengikuti pendidikan pasca sarja-na (Magister dan Doktor) adalah sekitar 7.750 orang, sedangkan yang mengikuti pelatihan atau penataran lebih dari 8.700 orang. Selain itu, mulai tahun 1994/95 juga disediakan beasiswa yang disebut Beasiswa Unggulan bagi para sarjana yang berprestasi akademik sangat me-muaskan untuk mengikuti pendidikan program S2 atau S3. Pada tahun 1995/96 beasiswa tersebut diberikan kepada 404 orang yang terdiri dari 383 orang untuk program S2 dan 21 orang program S3. Jumlah tersebut termasuk 95 orang (78 orang program S2 dan 17 orang program S3) yang mulai mengikuti pendidikan pada tahun 1994/95. Peserta program tidak hanya tenaga pengajar perguruan tinggi tetapi juga dari perusahaan swasta, dengan ketentuan bahwa mereka harus menyisihkan waktu untuk mengajar di perguruan tinggi setelah menyelesaikan studinya. Pada tahun 1995/96 sarana yang menunjang peningkatan mutu pendidikan juga bertambah, antara lain dengan pengadaan buku sebanyak 212 ribu eksemplar, dan pengadaan peralat -an laboratorium sekitar 2,63 ribu perangkat. Di samping itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta dirintis pula pemantapan sistem akreditasi melalui pembentukan Badan Akreditasi Nasional. Upaya perluasan kesem-patan belajar dan mutu pendidikan tinggi tidak hanya terbatas sampai program sarjana, tetapi juga pada program pasca sarjana. Sampai dengan tahun 1994/95 sudah terdapat 22 perguruan tinggi negeri dan

XVI/22

Page 24: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

39 perguruan tinggi swasta yang diberi wewenang untuk menye-lenggarakan program pasca sarjana. Pada tahun 1995/96 telah dibuka 20 program studi pasca sarjana baru di perguruan tinggi negeri.

Selain bagi perguruan tinggi negeri, upaya meningkatkan mutu perguruan tinggi swasta juga terus ditingkatkan, yaitu melalui pemba-ngunan pusat pengembangan (growth center) di empat Kopertis, yaitu di Medan, Semarang, Surabaya, dan Ujung Pandang. Kegiatan yang dilakukan juga mencakup penambahan sarana pendidikan seperti laboratorium yang fungsinya tidak hanya digunakan bagi para dosen untuk meningkatkan kemampuannya, tetapi juga bagi para mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi-perguruan tinggi yang belum memiliki laboratorium yang memadai.

Penelitian yang merupakan bagian yang penting dalam pendi-dikan tinggi, dilanjutkan dan ditingkatkan terutama melalui penelitian Hibah Bersaing yang bersifat kompetitif. Secara keseluruhan, pada tahun 1995/96 jumlah penelitian mencapai lebih dari 970 judul. Dari segi kuantitas, jumlah judul penelitian yang dilakukan pada tahun 1995/96 lebih kecil jika dibandingkan dengan tahun 1994/95 bahkan dari tahun 1993/94. Hal ini berkait dengan pemberian penekanan yang lebih besar pada mutu basil penelitian dibandingkan dengan jumlah judul penelitian. Untuk penelitian Hibah Bersaing, melalui seleksi yang ketat, pada tahun 1995/96 telah terpilih sebanyak 58 judul dari sebanyak 580 usulan, sehingga secara keseluruhan program ini telah membiayai sebanyak 260 judul penelitian termasuk lanjutan tahun 1994/95, 1993/94, dan 1992/93. Di samping penelitian Hibah ber -saing dibuka pula kesempatan untuk penelitian berbagai bidang ilmu (BBI) yang tingkat seleksinya tidak seketat Hibah Bersaing. Pada tahun 1995/96 melalui program ini telah dilakukan penelitian seba-nyak 144 judul yang menampung banyak peneliti dari berbagai per-guruan tinggi baik negeri maupun swasta. Di samping berbagai peneli-

XVII/23

Page 25: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

tian di atas, dilakukan pula penelitian-penelitian terapan yang hasilnya dapat segera diterapkan di masyarakat. Dana penelitian disediakan pula dalam program operasi dan perawatan fasilitas (OPF) khususnya untuk meningkatkan kemampuan dosen muda dalam melakukan pene-litian. Selain itu, pada tahun 1995/96 mulai disiapkan Penelitian Pembibitan guna meningkatkan kemampuan meneliti bagi para dosen muda di perguruan tinggi yang kapasitas penelitiannya masih rendah. Khusus untuk peningkatan mutu pendidikan pasca sarjana, pada tahun 1995/96 telah dibiayai sebanyak 77 judul penelitian khusus bagi doktor baru, serta 74 judul (termasuk 30 judul yang merupakan lanjut-an tahun 1994/95) dibiayai bagi tim peneliti pascasarjana, yang anggo-ta penelitinya adalah para mahasiswa pascasarjana.

Upaya meningkatkan relevansi pendidikan masih menghadapi masalah komposisi bidang studi yang masih belum seimbang dan belum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Bidang-bidang studi sains dan keteknikan termasuk pertanian yang sangat dibutuhkan masih sangat rendah proporsinya, baru sekitar 29,5 persen dari total maha-siswa. Sehubungan dengan itu upaya pengembangan daya tampung di perguruan tinggi negeri lebih diarahkan pada bidang-bidang sains dan keteknikan. Di samping itu dilakukan pula penataan kembali jumlah dan jenis program-program studi.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga profesional sesuai perkembangan dunia usaha dan industri, pengembangan pendidikan politeknik terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Saat ini sudah terdapat 26 politeknik yang terdiri dari 6 politeknik pertanian dan 20 politeknik keteknikan yang 12 diantaranya menyelenggarakan program bisnis. Keduapuluh enam politeknik tersebut diselenggarakan di 20 perguruan tinggi negeri. Politeknik Dili yang barn berdiri tahun 1990, mengelola program keteknikan dan bisnis.

XVII/24

Page 26: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Dalam upaya mengembangkan kampus sebagai masyarakat ilmiah telah dilakukan berbagai kegiatan lomba karya ilmiah seperti Lomba Karya Inovatif Produktif, Lomba Karya Tulis Ilmiah, dan Lomba Karya Widya Utama yang dilakukan secara berjenjang dari tingkat perguruan tinggi sampai tingkat nasional. Kegiatan kema-hasiswaan lainnya seperti di bidang olahraga dan seni juga terus dikembangkan. Pembinaan keagamaan dilakukan dengan berbagai kegiatan antara lain melalui Musabaqah Tilawatil Qur'an yang pelak-sanaannya dipusatkan di Universitas Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

4) Program Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah

Dalam Repelita VI program pendidikan luar sekolah terutama diarahkan pada usaha meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kete-rampilan dasar bagi masyarakat termasuk anak usia sekolah yang tidak mampu mengikuti pendidikan di jalur sekolah. Dengan demikian para peserta didik selain mendapat kesempatan belajar juga dapat lebih mengembangkan usaha produktif melalui berwirausaha dalam rangka meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup mereka.

Pembinaan pendidikan luar sekolah meliputi pembinaan kegiatan kelompok belajar dan pendidikan kesejahteraan keluarga, pembinaan kursus yang diselenggarakan oleh masyarakat, dan penataran dan pelatihan petugas.

Pembinaan kegiatan kelompok terdiri dari pembinaan bagi kelompok belajar (Kejar) Paket A dan Paket B, Kejar Usaha, dan magang. Kegiatan Kejar Paket A pada tahun 1995/96 telah menjang-kau sekitar 1,7 juta orang atau lebih banyak sekitar 100 ribu orang bila dibanding dengan tahun 1994/95. Melalui Kejar Paket A diupayakan antara lain untuk menurunkan jumlah penduduk yang buta aksara.

XVII/25

Page 27: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Dalam rangka Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun kegiat-an Kejar Paket B diarahkan pada penguasaan pengetahuan setara SLTP disertai tambahan penguasaan berbagai keterampilan agar dapat mempunyai bekal mencari mata pencaharian yang layak. Kegiatan ini melibatkan lebih 246 ribu orang pada tahun 1995/96 atau 2 kali lipat lebih banyak bila dibandingkan tahun 1994/95.

Melalui kegiatan kelompok belajar usaha diberikan modal dan keterampilan berusaha bagi para pedagang kecil yang miskin dan tidak bersekolah agar dapat mandiri serta memperbaiki taraf hidupnya. Kegiatan ini melibatkan sekitar 21,6 ribu orang pada tahun 1995/96 atau lebih banyak sekitar 1.400 orang dibandingkan tahun 1994/95.

Kegiatan magang ditujukan untuk memberikan keterampilan kepada peserta didik agar mampu mengelola usaha kecil atau dapat langsung bekerja pada lembaga atau usaha tempat magang. Kegiatan magang diharapkan dapat memperluas kesempatan memperoleh peker-jaan yang sekaligus mengurangi pengangguran. Sekitar 14 ribu orang telah mengikuti kegiatan magang pada tahun 1995/96 sedikit menurun bila dibandingkan dengan sasaran tahun 1994/95. Penurunan ini sebagai akibat telah banyaknya para peserta didik yang telah mampu mengelola usahanya sendiri tanpa melalui proses magang.

Di samping beberapa kegiatan di atas, telah dirintis kegiatan pendidikan kesejahteraan keluarga, yang meliputi pembinaan anak dan remaja, pembinaan penitipan anak dan kelompok bermain. Untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut telah disusun pola dasar pem-binaan pendidikan prasekolah, serta modul pendidikan anak, penitipan anak, kelompok bermain, dan pendidikan keluarga. Di samping itu telah dilakukan pula pelatihan dan penelusuran bakat remaja yang meliputi latihan fotografi dan agribisnis.

XVII/26

Page 28: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Selain itu dilakukan pula pembinaan bagi kursus-kursus keteram-pilan yang diselenggarakan oleh masyarakat, antara lain seperti kursus menjahit, mengemudi mobil, perbengkelan, mengetik, komputer, las, dan kecantikan. Kursus-kursus tersebut dibina melalui pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat dan diarahkan menjadi program pendidikan berkelanjutan.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas pendidikan masyarakat dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, telah dilakukan berbagai penataran dan pelatihan.

5) Program Pembinaan Pendidikan Kedinasan

Pendidikan kedinasan bertujuan untuk meningkatkan kemam-puan, keterampilan, pengetahuan dan sikap karyawan pemerintah di berbagai bidang pembangunan. Usaha tersebut dimaksud untuk lebih menyiapkan dan rnenyesuaikan mutu tenaga dengan bidang tugasnya agar dapat terus menerus mengikuti dan menguasai cara-cara penge-lolaan dan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masya-rakat dan teknologi.

Pada tahun 1995/96 jumlah mahasiswa pendidikan kedinasan di tingkat pendidikan tinggi secara keseluruhan sudah mencapai 150 ribu orang, meningkat 26,9 ribu dibandingkan tahun 1994/95. Mahasiswa tersebut tersebar di berbagai lembaga pendidikan yang berada di bawah pengelolaan berbagai Departemen dan LPND antara lain di Departemen Dalam Negeri; Departemen Kehakiman; Departemen Kesehatan; Departemen Keuangan; Departemen Pariwisata; Pos dan Telekomunikasi; Departemen Penerangan; Departemen Perdagangan; Departemen Perhubungan; Departemen Perindustrian; Departemen Pertahanan dan Keamanan; Departemen Pertambangan dan Energi;

XVII/27

Page 29: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Departemen Pertanian; Departemen Sosial; Departemen Tenaga Kerja; Badan Pertanahan Nasional; Badan Tenaga Atom Nasional; Sekretariat Negara; dan Lembaga Administrasi Negara.

6) Program Pembinaan Tenaga Kependidikan

Pembinaan tenaga kependidikan dan kebudayaan bertujuan untuk meningkatkan mutu tenaga kependidikan agar program pembangunan pendidikan dapat dilaksanakan dengan lebih baik, efektif, dan efisien. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyetaraan guru SD setara D2 (D2 PGSD) dan guru SLTP setara D3 serta penataran bagi tenaga pendidi -kan luar sekolah.

Upaya meningkatkan mutu guru SD melalui penyetaraan Diploma II (D2 PGSD) dilaksanakan melalui program tatap muka dan program belajar jarak jauh (PBJJ) dengan menggunakan modul dan dikombinasikan dengan kegiatan tutorial secara berkala. Program tatap muka dan program belajar jarak jauh ini juga dilakukan untuk meningkatkan mutu guru SLTP melalui program Diploma III (D3).

Pada tahun 1995/96, peserta baru yang mengikuti penyetaraan D2 melalui Universitas Terbuka adalah sebanyak 6,2 ribu orang, atau menurun 25,3 ribu dibandingkan tahun 1994/95 yang mencapai 31,5 ribu orang. Penurunan tersebut disebabkan karena dibatasinya penerimaan peserta baru sehubungan dengan dilaksanakannya evaluasi metode penyelenggaraan penyetaraan agar diperoleh program yang lebih efektif dan efisien. Sebaliknya, jumlah peserta program penyetaraan D3 mengalami peningkatan, yaitu dari 56,3 ribu pada tahun 1994/95 menjadi 69,1 ribu pada tahun 1995/96.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan guru SD, pendidikan D2 pendidikan guru sekolah dasar (D2 PGSD) yang diselenggarakan dengan tatap muka terus dilaksanakan di lembaga pendidikan tenaga

XVII/28

Page 30: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

kependidikan (LPTK), di 10 IKIP Negeri dan 1 IKIP Swasta, 2 STKIP Negeri, serta 18 FKIP Negeri dan 5 FKIP Swasta. Lulusan PGSD ini diharapkan dapat mendukung program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dengan tersedianya guru yang lebih bermutu.

Jumlah mahasiswa program D2 PGSD pada tahun 1995/96 adalah sebanyak 20,4 ribu orang atau menurun 2,0 ribu orang jika dibandingkan dengan jumlah mahasiswa pada tahun 1994/95. Hal ini disebabkan karena dibatasinya jumlah mahasiswa baru menjadi 5,0 ribu orang pada tahun 1995/96. Pembatasan jumlah mahasiswa baru tersebut sejalan dengan kebutuhan akan tambahan guru tingkat sekolah dasar yang semakin menurun. Sementara itu jumlah mahasiswa baru program sarjana kependidikan pada tahun 1995/96 mencapai 48,5 ribu orang. Jumlah tersebut antara lain untuk mengantisipasi meningkatnya kebutuhan guru untuk tingkat SLTP dan SLTA.

Mutu tenaga kependidikan luar sekolah termasuk tenaga tutor Paket A dan Paket B terus ditingkatkan untuk mendukung pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Pada tahun 1995/96 telah dilakukan pelatihan bagi 819 orang tenaga fungsional sanggar kegiatan belajar (SKB). Peserta pelatihan tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya.

Kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan diupayakan untuk terus ditingkatkan antara lain dengan pembinaan karier yang terenca-na, peningkatan honorarium kelebihan jam mengajar, dan penghar-gaan yang memadai bagi mereka yang bertugas di daerah terpencil, seperti memberikan tunjangan pengabdian. Kesejahteraan guru diatur dengan memberikan kemudahan kenaikan pangkat/jabatan dengan sistem angka kredit. Dengan peraturan yang barn seorang guru dapat dimungkinkan untuk naik pangkat sampai ke jenjang tertinggi kepang-

XVII/29

Page 31: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

katan apabila mampu mengumpulkan angka kredit yang disyaratkan. Upaya lain untuk meningkatkan kesejahteraan guru adalah dengan menambah tunjangan pendidikan. Di samping itu, disediakan pula asrama guru untuk mereka yang bertugas di daerah terpencil.

b. Program Penunjang

1) Program Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Program Penelitian dan Pengembangan Pendidikan bertujuan untuk memperoleh masukan bagi upaya perbaikan, perluasan, penda-laman, dan penyempurnaan sistem pendidikan nasional, yang menyangkut penyelenggaraan kegiatan pendidikan serta sarana dan prasarana penunjangnya.

Kegiatan yang dilakukan pada tahun 1995/96 adalah berupa: (1) penelitian dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan tahun yang dilakukan dengan berbagai inovasi pelayanan pendidikan antara lain perintisan SLTP Kecil, perluasan SLTP terbuka, Siaran Radio Pendidikan untuk murid Sekolah Dasar dan Pengembangan Sistem Guru Kunjung; (2) pene-litian tentang strategi pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, Kesetaraan Program Kejar Paket A dan Paket B dengan SD dan SLTP; (3) untuk menunjang upaya peningkatan kese-suaian (relevansi) pendidikan telah dilakukan penelitian tentang seko-lah menengah kejuruan (SMK), hubungan antara dunia kerja dan pendidikan, hubungan kemampuan siswa SMK dalam mata pelajaran adaptif serta pengembangan model pendidikan keterampilan pada pendidikan luar sekolah.

XVII/30

Page 32: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

2) Program Pengembangan Informasi Pendidikan

Program ini bertujuan meningkatkan, mengembangkan, dan me-mantapkan sistem informasi pendidikan sehingga mampu memberikan data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan guna proses pengambilan keputusan, serta untuk memberikan data dan informasi dalam rangka meningkatkan peranserta masyarakat dalam pembangunan pendidikan.

Seperti pada tahun 1994/95 penerbitan buku "Statistik Pendidikan dalam Grafik", "Indikator Pemerataan Pendidikan di Indonesia", "Indikator Mutu Pendidikan di Indonesia", dan buku "Pendidikan di Indonesia" yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dilanjutkan dengan penambahan data dan informasi baru.

Selain itu, pada tahun 1995/96 dilanjutkan kegiatan pengem-bangan pangkalan data penelitian dalam versi bahasa Indonesia dan versi bahasa Inggris. Pengembangan pangkalan data dalam bahasa Inggris dimaksudkan untuk meningkatkan kerja sama dengan negara-negara lain, khususnya negara-negara yang tergabung dalam Southeast Asian Research Review and Advisory Group (SEARRAG), yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Phillipina, dan Indonesia.

B. OLAHRAGA

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Dalam Repelita VI sasaran pembangunan olahraga yaitu mening-katnya pemasalan olahraga secara meluas dan merata ke seluruh pelo-sok tanah air yang mencakup seluruh lapisan masyarakat; mening-

XVII/31

Page 33: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

katnya peringkat pada Asian Games dan mempertahankan juara umum pada SEA Games; meningkatnya perolehan medali emas pada Olim-piade; dan terciptanya sistem pembinaan olahraga yang mendukung peningkatan prestasi.

Beberapa kebijaksanaan yang ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan olahraga antara lain adalah meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya olahraga; meningkatkan prestasi olahraga melalui pembibitan dan pembinaan olahraga sejak usia dini, pemantauan bakat dan pemilihan bibit olahragawan berpo-tensi; meningkatkan pembinaan terhadap tenaga keolahragaan; me-ningkatkan peran serta masyarakat dan organisasi keolahragaan yang tumbuh di masyarakat termasuk di perdesaan dalam upaya mendorong keberhasilan pemasalan dan pemasyarakatan olahraga; dan mengem-bangkan iklim yang mendukung peningkatan keterpaduan dan koordi-nasi antarlembaga dan instansi terkait guna menumbuhkan pengertian dan tanggung jawab bersama dalam pembinaan dan pengembangan olahraga.

Sehubungan dengan sasaran dan kebijaksanaan pembangunan olahraga tersebut, dalam Repelita VI dilaksanakan satu program pokok yaitu Program Pembinaan Keolahragaan yang didukung oleh berbagai program penunjang, yaitu: (a) Program Pendidikan, Pela-tihan, dan Penyuluhan Olahraga; (b) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga; dan (c) Program Penelitian dan Pengembangan Olahraga.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Kedua Repelita VI

Pembangunan bidang olahraga merupakan bagian penting dalam upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang sehat jasmani dan

XVII/32

Page 34: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

rohaninya. Oleh karena itu, kegiatan dan pembinaan olahraga terus dilanjutkan dan ditingkatkan agar makin menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Selain itu juga terus ditingkatkan upaya budaya berolah -raga dan iklim yang sehat untuk mendorong peran serta aktif masya-rakat dalam peningkatan prestasi olahraga.

a. Program Pokok

Program pokok pembangunan olahraga adalah Program Pembi-naan Keolahragaan yang meliputi kegiatan-kegiatan: pemasalan olah-raga dan peningkatan kesegaran jasmani, pemantauan bakat, pembi-bitan, dan peningkatan prestasi olahraga, pembinaan olahraga yang berkembang di masyarakat, pembinaan olahraga untuk kelompok khusus, dan pembinaan kelembagaan dan organisasi induk olahraga.

1) Pemasalan Olahraga dan Peningkatan Kesegaran Jasmani

Kegiatan ini bertujuan mendorong dan menggerakkan masyarakat agar lebih memahami dan menghayati hakikat dan manfaat olahraga sebagai kebutuhan hidup, khususnya jenis olahraga yang bersifat mudah, murah, menarik, bermanfaat dan massal Salah satu bentuk kegiatannya adalah peningkatan kesegaran jasmani dalam rangka peningkatan kualitas fisik manusia Indonesia. Secara tidak langsung peningkatan kesegaran jasmani akan mendukung peningkatan prestasi belajar, prestasi olahraga, dan produktivitas kerja, 3crta sekaligus merupakan landasan yang kuat bagi peningkatan prestasi olahraga Indonesia.

Pada tahun 1995/96 dilanjutkan dan ditingkatkan pemasalan senam kesegaran jasmani bagi pelajar dari tingkat taman kanak-kanak sampai tingkat SLTA, mahasiswa, dan masyarakat luas.

XVII/33

Page 35: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

2) Pemantauan Bakat, Pembibitan, dan Peningkatan Prestasi Olahraga

Tujuan kegiatan pemantauan bakat, pembibitan dan peningkatan prestasi olahraga adalah untuk memperoleh calon atlet berprestasi yang dilakukan melalui pembinaan olahraga usia dini bagi anak ber-umur 6-14 tahun melalui perkumpulan olahraga, pembinaan pendi-dikan jasmani dan olahraga di sekolah ataupun di luar sekolah melalui pertandingan cabang olahraga tertentu. Melalui kegiatan ini diupaya-kan mencari bibit olahragawan yang berpotensi, serta meningkatkan mutu guru pendidikan jasmani dan kesehatan dalam membina, memantau, dan menemukan bibit olahragawan yang berbakat, baik di perkumpulan maupun di sekolah.

Pemantauan bakat olahraga prestasi dilakukan melalui berbagai pertandingan mulai dari pertandingan antar sekolah, antar kecamatan, kabupaten, propinsi, sampai tingkat nasional yang diselenggarakan melalui PORDES, PORCAM, PORDA, PORNAS, dan PON.

Upaya meningkatkan kemampuan dan prestasi bibit-bibit olah-ragawan yang terjaring dilakukan melalui berbagai pembinaan seperti pelatihan baik di tingkat daerah maupun di tingkat nasional. Pada tahun 1995/96 kegiatan pembibitan olahraga pelajar dan mahasiswa berbakat telah melibatkan lebih dari 1,8 ribu orang.

Kegiatan pembibitan olahragawan berbakat yang dilakukan mela-lui sekolah khusus olahraga dan pusat pendidikan olahraga terus dilan-jutkan dan ditingkatkan, seperti melalui sekolah khusus SLTP dan SMU Negeri di Ragunan, Jakarta, serta di pusat-pusat pendidikan dan latihan olahraga pelajar (PPLP) di beberapa kota, yaitu untuk sepak bola di Medan, Padang, Palembang, Jayapura, Salatiga, dan Ujung

XVII/34

Page 36: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Pandang, bulu tangkis di Jambi, sepak takraw di Ujung pandang, serta tinju di Ambon dan Dili. Di tingkat pendidikan tinggi dikembangkan jurusan-jurusan olahraga. Pendidikan dan latihan olahragawan ber-bakat tersebut pada tahun 1995/96 telah menjangkau 663 orang atau meningkat 233 orang dibanding tahun 1994/95.

3) Pembinaan Olahraga yang Berkembang di Masyarakat

Kegiatan pembinaan olahraga masyarakat ini ditujukan untuk menggali, melestarikan, dan mengembangkan jenis olahraga yang berkembang di masyarakat, seperti olahraga tradisional dan olahraga pencinta alam dan alam terbuka. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam berolahraga, meningkat pula kegiatan-kegiatan olahraga masyarakat yang salah satu bentuknya adalah olahraga tradi-sional yang pengembanannya bersifat khas daerah dan banyak yang dikaitkan dengan hiburan atau pariwisata.

Di samping itu, perkembangan olahraga pencinta alam dan alam terbuka juga terus meningkat, terlihat dari meningkatnya jumlah per-kumpulan-perkumpulan olahraga pencinta alam, terutama di pergu-ruan tinggi. Pada tahun 1995 juga telah dilakukan berbagai ekspedisi oleh beberapa perkumpulan-perkumpulan pencinta alam.

4) Pembinaan Olahraga untuk Kelompok Khusus

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada kelompok khusus masyarakat seperti penyandang cacat dan penduduk usia lanjut untuk berolahraga dan ikut berperan, serta berprestasi pada kejuaraan khusus untuk mereka, baik tingkat nasional, regional mau-pun internasional.

XVII/35

Page 37: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Kegiatan olahraga khusus bagi penyandang cacat yang dibina oleh badan pembina olahraga cacat (BPOC), telah berhasil meningkatkan sportivitas dan solidaritas di kalangan penyandang cacat, dan meningkatkan prestasi atlet penyandang cacat sampai tingkat inter-nasional.

Jenis olahraga khusus lain yang berkembang di masyarakat ada-lah yang terkait dengan pemeliharaan atau pemulihan kesehatan seper-ti olahraga rehabilitasi penderita penyakit jantung, olahraga per-napasan bagi penderita asma, dan olahraga kelenturan bagi penderita rematik sendi. Sebagai contoh, Yayasan Jantung Indonesia telah mengembangkan olahraga jantung sehat, dan untuk itu telah terbentuk Klub Jantung Sehat Indonesia (KJSI), yang telah menjangkau semua propinsi, bahkan telah mempunyai cabang sampai ke daerah tingkat II dan kecamatan-kecamatan.

5) Pembinaan Kelembagaan dan Organisasi Induk Olahraga

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, efektivitas, dan fungsi kelembagaan, serta mekanisme kerja lembaga-lembaga keolahragaan disertai dengan peningkatan koordinasi kerja sektoral baik di pusat maupun di daerah, Pembinaan bagi organisasi-organisasi keolahragaan, termasuk pembinaan yang dilakukan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan organisasi olahraga lainnya telah dilanjutkan dan ditingkatkan pada tahun 1995/96.

KVII/36

Page 38: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

b. Program Penunjang

1) Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Olahraga

Program ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan kualitas sumber daya manusia di bidang olahraga, baik dari aspek keilmuan maupun keterampilan. Pembinaan dan peningkatan prestasi para olahragawan berbakat, memerlukan kebera-daan, keterlibatan dan penanganan yang optimal dan profesional dari pelatihnya. Selama ini kebutuhan dan tuntutan akan jumlah dan mutu pelatih dirasakan masih belum memadai. Pada tahun 1995/96 telah dilakukan penataran guru, pelatih dan penggerak olahraga bagi 9.370 orang serta pendidikan dan pelatihan bagi olahragawan berbakat yang diikuti oleh 663 orang.

Pada tahun 1995/96 kegiatan penyuluhan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran berolahraga juga terus ditingkatkan. Salah satu bentuk kegiatannya adalah penyuluhan melalui media massa, termasuk melalui media elektronik seperti televisi. Kegiatan ini didukung dengan penyediaan buku pedoman kegiatan olahraga yang pada tahun 1995/56 diadakan sebanyak 60 ribu eksemplar.

2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga

Peningkatan sarana dan prasarana olahraga bertujuan mengupaya-kan ketersediaan, pengadaan dan pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan pembinaan dan pengem-bangan olahraga. Seperti pada tahun 1994/95, pada tahun 1995/96 telah diberikan pula bantuan kepada beberapa daerah untuk menye-lesaikan berbagai sarana olahraga, seperti lapangan sepak bola di Lampung Tengah dan di Garut (Jawa Barat), velodrome di Medan

XVII/37

Page 39: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

(Sumatera Utara), fasilitas olahraga dirgantara di Jakarta, tribune gedung latihan bulutangkis di Bandung (Jawa Barat), gedung olahraga di Kolaka (Sulawesi Tenggara), serta stadion olahraga di Lubuk Sikaping (Sumatera Barat), Bulukumba (Sulawesi Selatan), Manna (Bengkulu), Dili (Timor-Timur), dan di Wates (DI Yogyakarta). Kegiatan tersebut didukung dengan penyediaan 9.370 paket olahraga. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 87,4 persen dari tahun 1994/1995.

Di samping itu, dari sekolah-sekolah tingkat sekolah dasar sampai tingkat pendidikan tinggi secara terus menerus dibangun sarana dan prasarana olahraga. Sarana olahraga yang dibangun di perguruan tinggi tidak saja digunakan oleh mahasiswa, tetapi dapat juga digunakan oleh masyarakat di sekitarnya. Pada tahun 1995/96 telah dibangun fasilitas olahraga di 10 perguruan tinggi, yaitu di Insti -tut Teknologi Bandung (Jawa Barat), Universitas Diponegoro dan Universitas Sebelas Maret (Jawa Tengah), Universitas Gajah Mada (DI Yogyakarta), Universitas Airlangga (Jawa Timur), Universitas Sumatera Utara (Sumatera Utara), Universitas Tanjungpura (Kalimantan Barat), Universitas Hasanuddin (Sulawesi Selatan), Universitas Halu Oleo (Sulawesi Tenggara), dan Universitas Cenderawasih (Irian Jaya). Di samping itu sarana olahraga di perguruan tinggi-perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan keolahragaan juga terus ditingkatkan. Dalam rangka menambah pengetahuan dan kecintaan berolahraga, dilanjutkan pula pengadaan buku-buku olahraga di sekolah.

Peran serta swasta dan masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana olahraga juga terus didorong. Jumlah fasilitas olahraga di kompleks-kompleks permukiman seperti lapangan tenis, kolam renang, dan pusat kebugaran (fitness center) juga terus bertambah.

XVII/38

Page 40: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

3) Program Penelitian dan Pengembangan Olahraga

Program ini bertujuan mengembangkan, memanfaatkan, dan menerapkan iptek di bidang olahraga, terutama dalam upaya mencapai prestasi olahraga setinggi-tingginya. Pada tahun 1995/96 dilanjutkan dan ditingkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan kesegaran jasmani dan rekreasi dalam rangka peningkatan prestasi.

C. KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Maha Esa dalam Repelita VI adalah meningkatnya penghayatan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam segenap aspek kehidupan. Sasaran tersebut dijabarkan lebih lanjut dengan makin kukuhnya jati diri, kepribadian bangsa dan jiwa persatuan dan kesatuan, dan kebanggaan nasional; terwujudnya sikap maju dan mandiri melalui penanaman budaya iptek; makin mantapnya mekanisme penyaringan terhadap pengaruh kebudayaan yang negatif yang disebarluaskan melalui berbagai media, serta makin meningkatnya penyebarluasan informasi dan pertukaran budaya, baik pada tingkat nasional, regional maupun internasional.

Sasaran pembinaan kebahasaan, kesastraan, dan kepustakaan an-tara lain adalah makin meningkatnya pemakaian dan mutu pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta makin berkembangnya bahasa Indonesia sebagai bahasa iptek; tersusunnya bahan bacaan bermutu yang digali dari naskah kuno, cerita rakyat, dan sejarah

XVII/39

Page 41: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

kepahlawanan; meningkatnya penulisan dan penerjemahan berbagai buku bermutu; serta terselenggaranya pelayanan perpustakaan sampai ke perdesaan dalam rangka mengembangkan minat baca dan minat belajar masyarakat.

Dalam pembinaan kesenian, sasaran yang akan dicapai, antara lain, adalah tergali dan terbinanya kesenian daerah yang hampir punah serta berkembangnya bentuk kesenian kreasi baru, terutama yang berakar pada puncak-puncak budaya daerah.

Sasaran pembinaan tradisi, peninggalan sejarah dan permu-seuman, antara lain, adalah berkembangnya tradisi, peninggalan sejarah, dan purbakala sebagai unsur pembentuk rasa cinta tanah air dan kebanggaan nasional, serta makin meningkatnya fungsi museum sebagai tempat rekreasi dan lembaga pendidikan budaya, termasuk sebagai wahana pembudayaan iptek sejak usia dini.

Dalam hal pembinaan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sasaran pada Repelita VI adalah makin mening-katnya kualitas kerukunan antar dan antara penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan meningkatnya peran serta penga-nut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam pemba-ngunan. Menjadi sasaran pula terbinanya organisasi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga tidak mengarah kepada pembentukan agama baru dan pelaksaaannya sesuai dengan Pancasila, terutama dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa seperti tersebut di atas ditempuh berbagai kebijaksanaan yang meliputi: pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya, antara lain melalui

XVII/40

Page 42: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

identifikasi peranan budaya dan pengembangan komunikasi pemikiran budaya; pembinaan kebahasaan, kesastraan, dan kepustakaan antara lain melalui pemasyarakatan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar serta peningkatan mutu perpustakaan; pembinaan kesenian antara lain melalui peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kese-nian daerah serta peningkatan peran serta masyarakat, termasuk dunia usaha dan organisasi kesenian dalam membina dan mengembangkan kesenian; dan pembinaan tradisi, peninggalan sejarah, dan permu-seuman antara lain melalui peningkatan pengamanan dan perlindungan benda cagar budaya dan peningkatan peranan museum sebagai wahana penelitian dan pendidikan budaya, termasuk pengembangan budaya iptek sejak usia dini; serta pembinaan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan tersebut di atas, digaris-kan enam program pokok pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang meliputi: (1) pem-binaan dan pengembangan nilai-nilai budaya, (2) pembinaan keba-hasaan dan kesastraan, (3) pembinaan kepustakaan; (4) pembinaan kesenian; (5) pembinaan tradisi, peninggalan sejarah, dan permu-seuman; serta (6) pembinaan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Program-program tersebut didukung oleh 4 program penunjang, satu diantaranya dilaporkan dalam bab ini adalah program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kebudayaan. Sedangkan pro-gram penunjang lainnya dilaporkan pada sektor-sektor yang bersang-kutan.

XVII/41

Page 43: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tahun Kedua Repelita VI

a. Program Pokok

1) Program Pembinaan dan Pengembangan Nilai-nilai Budaya

Program pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya bertu-juan untuk mengungkapkan, menanamkan, dan memasyarakatkan nilai-nilai luhur budaya Indonesia dalam rangka memperkukuh jati diri dan kepribadian bangsa. Lingkup kegiatannya meliputi usaha-usaha inventarisasi, penelitian, pengkajian, pendidikan, dan pengungkapan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Melalui kegiatan inventarisasi dan pembinaan nilai budaya, pada tahun 1995/96 dilakukan 120 judul penelitian dan pengkajian kebuda-yaan daerah, meliputi berbagai cerita rakyat, adat istiadat, arsitektur daerah, dan sebagainya. Hasil penelitian dan pengkajian tersebut telah dicetak sebanyak 131 ribu eksemplar dan disebarluaskan ke berbagai perpustakaan, taman budaya dan lembaga-lembaga pendidikan. Jum-lah tersebut 30 ribu eksemplar atau sekitar 30 persen lebih banyak dari basil tahun 1994/95 yaitu sebanyak 101 ribu eksemplar. Selain itu, hasil penelitian dan pengkajian tersebut telah disebarluaskan pula melalui media massa baik media cetak maupun elektronik seperti TVRI dan RRI.

Untuk lebih meningkatkan pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya, pada tahun 1995/96 dilanjutkan pembangunan 8 gedung balai kajian sejarah dan nilai tradisional yaitu di DI Yogyakarta, Sulawesi Utara, Maluku, DI Aceh, Bali, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Irian Jaya. Dengan semakin meningkatnya penyebar -

XVII/42

Page 44: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

luasan basil penelitian serta penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan, maka pembinaan dan pemasyarakatan nilai luhur bangsa semakin mantap untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa serta ketahanan nasional.

2) Program Pembinaan Kebahasaan dan Kesastraan

Program pembinaan kebahasaan dan kesastraan bertujuan untuk membina dan mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia dalam upaya membina bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan mengembangkan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern yang dapat berperan sebagai sarana komunikasi nasional dan wahana pengem-bangan iptek. Kegiatan yang dilakukan pada tahun 1995/96 meliputi antara lain penyebarluasan hasil penelitian dan pembinaan bahasa dan sastra Indonesia dan daerah, serta penyebarluasan karya sastra Indo-nesia dan daerah.

Pada tahun 1995/96, telah dilakukan penyuluhan bahasa Indo-nesia sebanyak 22 kali melalui berbagai media massa dan ceramah di lembaga pendidikan dan berbagai instansi baik di pusat maupun daerah. Penyebaran basil penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah pada tahun 1995/96 mencapai 19,2 ribu eksemplar yang meliputi 32 judul penelitian.

Dalam hal pembinaan kesastraan, pada tahun 1995/96 telah dikumpulkan dan diterbitkan 22 naskah sastra lama Indonesia yang bermutu serta langka. Naskah-naskah tersebut kemudian dicetak sebanyak 11 ribu eksemplar dan telah disebarluaskan ke seluruh Perpustakaan Pusat maupun Daerah, Taman Budaya serta lembaga-lembaga penelitian.

XVII/43

Page 45: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan anak terhadap sastra, pada tahun 1995/96 telah disebarluaskan 21 ribu naskah sastra Indonesia dan Daerah ke sekolah-sekolah dan perpustakaan, yang berarti naik lebih 100 persen dibandingkan sasaran penyebarluasan tahun 1994/95 yang hanya 10 ribu eksemplar. Dengan demikian meningkatnya penyebarluasan hasil penelitian bahasa dan sastra Indo-nesia dan daerah serta karya sastra Indonesia dan daerah, penyediaan sarana dan prasarana, akan memperkaya perbendaharaan bahasa dan sastra Indonesia dan khasanah kebudayaan nasional sebagai salah satu unsur jati diri dan kepribadian bangsa.

3) Program Pembinaan Kepustakaan

Program pembinaan kepustakaan ditujukan untuk meningkatkan kesempatan membaca buku bagi masyarakat, sehingga mendukung upaya mewujudkan masyarakat yang gemar membaca dan belajar dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa menuju terwujudnya masyarakat yang makin berbudaya tinggi, maju, dan mandiri. Melalui program ini, pada tahun 1995/96 antara lain dilakukan kegiatan pemantapan sistem perpustakaan nasional dan pelayanannya, serta pembinaan pengelolaan bagi berbagai perpustakaan.

Dalam upaya memantapkan sistem perpustakaan nasional dan pelayanannya kepada masyarakat sampai ke desa-desa, dilanjutkan rintisan otomatisasi jaringan layanan, pengadaan 12 unit perpustakaan keliling, serta penambahan koleksi buku dan bahan bacaan lainnya. Pada tahun 1995/96 telah disebarkan sekitar 502 ribu eksemplar buku, atau meningkat sekitar 22 ribu atau 5 persen dibandingkan tahun 1994/95. Buku-buku tersebut disebarkan ke perpustakaan daerah sekitar 306 ribu eksemplar, ke perpustakaan keliling sekitar 100 ribu eksemplar, ke perpustakaan umum Dati II 33 ribu eksemplar, ke perpustakaan kecamatan dan desa sekitar 25 ribu eksemplar, ke

XVII/44

Page 46: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

perpustakaan sekolah sebanyak 15 ribu eksemplar, dan ke perpus-takaan rumah ibadah sekitar 10 ribu eksemplar. Selain itu untuk koleksi dan pelayanan umum sebanyak 12 ribu eksemplar disimpan pada Perpustakaan Nasional.

Pembinaan pengelolaan perpustakaan dalam tahun 1995/96 telah dilakukan bagi 212 buah perpustakaan keliling, 281 buah perpus -takaan umum Dati II, 9,8 ribu perpustakaan umum kecamatan/desa dan sekitar 94,6 ribu buah perpustakaan sekolah. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan tenaga teknis perpustakaan pada tahun 1995/96 telah dilakukan pelatihan bagi 684 orang yang meningkat 90 orang atau sekitar 15 persen dibandingkan dengan jumlah yang dilatih pada tahun 1994/95 sebanyak 594 orang.

Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1990, pada tahun 1995/96 serah simpan karya cetak dan rekam meningkat pesat diban-dingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Karya cetak dan rekam yang terkumpul antara lain berupa majalah sekitar 4,5 ribu eksemplar, monografi sekitar 17,0 ribu, surat kabar sekitar 27,5 ribu, dan brosur sekitar 14,7 ribu.

Dalam rangka membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat, pada tanggal 2 Mei 1995 dicanangkan Bulan Buku. Selan-jutnya dicanangkan pula Hari Aksara Internasional, Bulan Gemar Membaca dan Kunjung Perpustakaan pada tanggal 14 September 1995 yang bertujuan antara lain untuk memantapkan dan memasyarakatkan fungsi buku dan perpustakaan sebagai salah satu sarana mencerdaskan kehidupan bangsa.

XVII/45

Page 47: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

4) Program Pembinaan Kesenian

Program pembinaan kesenian diarahkan pada upaya menumbuh-kan daya cipta kreatif yang dapat memperkaya khazanah kebudayaan nasional dalam rangka memperkukuh jati diri dan kepribadian bangsa, meningkatkan kebanggaan nasional, mengungkapkan kehalusan pera-saan dan keindahan, serta memperkukuh persatuan dan kesatuan. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah penyelenggaraan berbagai pergelaran seni dan pemberian bantuan peralatan kesenian.

Pada tahun 1995/96 telah diselenggarakan 254 kali pergelaran seni di taman budaya di tingkat propinsi dan 253 kali pergelaran seni di tingkat kabupaten. Pergelaran di tingkat kabupaten yang dilakukan pada tahun 1995/96 lebih sedikit dibandingkan tahun 1994/95 yang mencapai 282 kali. Hal ini disebabkan pada tahun 1995/96 pergelaran lebih diutamakan dilakukan di taman budaya di tingkat propinsi, yang pada tahun 1995/96 meningkat 73 kali dibandingkan tahun 1994/95. Selama tahun 1995/96 juga diselenggarakan 66 kali pameran seni rupa dan pengiriman misi kesenian ke luar negeri. Bersamaan dengan berbagai kegiatan kesenian yang diantaranya disebutkan di atas, pada tahun 1995/96 telah diberikan bantuan sebanyak 36 unit peralatan kesenian terutama untuk kabupaten/kotamadya, daerah transmigrasi dan taman budaya.

Dengan semakin meningkatnya upaya pembinaan dan pengem-bangan kesenian serta makin memadainya penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan, maka ketahanan budaya terhadap penga-ruh budaya luar akan semakin kukuh.

XVII/46

Page 48: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

5) Program Pembinaan Tradisi, Peninggalan Sejarah dan Permuseuman

Program pembinaan tradisi, peninggalan sejarah dan permu-seuman ditujukan untuk mendukung upaya pembinaan kebudayaan nasional yang berakar kuat pada tradisi dan nilai-nilai kesejarahan dengan tetap memelihara dinamika yang tinggi, serta untuk meles-tarikan dan memanfaatkan bukti-bukti peninggalan sejarah dan kepur-bakalaan untuk menunjang program pendidikan guna mempertinggi rasa cinta tanah air dan kebanggaan nasional serta memperkaya budaya bangsa dan mendukung kegiatan pariwisata.

Dalam rangka pelestarian dan pemanfaatan peninggalan sejarah dan purbakala, dalam tahun 1995/96 dilanjutkan kegiatan konservasi candi Borobudur melalui observasi stabilitas batu candi seluas 5.760 m2 dan lingkungan, evaluasi struktur candi, dokumentasi, dan pengamanan candi Borobudur. Selain itu dilanjutkan pemugaran bekas kerajaan Mojapahit di Trowulan antara lain pemugaran Candi Kedaton dan Candi Gentong, serta lanjutan pemugaran Kraton Kaibon di bekas kota lama Banten. Pemeliharaan situs kepurbakalaan terus dilanjutkan dan ditingkatkan guna menjaga pengamanan dan pemeliharaan situs di daerah-daerah. Sampai tahun 1995/96 pemeliharaan situs mencakup 1,6 ribu situs.

Dalam rangka pengembangan museum, pada tahun 1995/96 telah dilakukan 48 kali pameran keliling. Selain itu telah diberikan bantuan pada 18 buah museum swasta, yang merupakan kelanjutan dari ban-tuan yang diberikan pada tahun 1994/95.

Untuk lebih meningkatkan fungsi Museum Nasional, pada tahun 1995/96 telah diperluas tanah seluas 8.833 m2 serta direhabilitasi

XVII/47

Page 49: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

gedung seluas 6.861 m2, dan disempurnakan tata pameran tetap seluas 500 m2. Selain itu dilaksanakan pula penerbitan 10 ribu eksemplar folder dan brosur yang berisikan informasi mengenai berbagai koleksi museum. Pada tahun 1995/96 diselenggarakan pula 12 kali pameran khusus.

Gagasan pendirian museum iptek telah menghasilkan konsep dasar penyusunan masterplan. Museum tersebut akan berfungsi antara lain sebagai sarana pendidikan nonformal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, museum iptek juga berfungsi untuk mendorong kesadaran dan motivasi masyarakat pada ilmu pengetahuan dan tek-nologi, terutama bagi generasi muda. Pada tahun 1995/96 telah dila-kukan pembuatan maket dan rancang bangun museum Iptek serta survey koleksi di 6 propinsi.

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, dilanjutkan pula penelitian arkeologi untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya luhur yang terkandung dalam peninggalan sejarah. Pada tahun 1995/96 telah dihasilkan naskah penelitian arkeologi untuk 70 situs yang meliputi situs prasejarah arkeologi klasik, arkeologi Islam, dan arkeometri.

Meningkatnya upaya pemugaran, konservasi dan pemeliharaan Benda cagar budaya, akan berpengaruh bagi pengembangan sektor sosial dan ekonomi serta lebih meningkatkan pemahaman jati diri bangsa terutama bagi generasi muda.

6) Program Pembinaan Penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Pembinaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dituju-kan agar tidak mengarah kepada pembentukan agama baru dan untuk mengefektifkan pengambilan langkah-langkah agar pelaksanaan ke-

XVII/48

Page 50: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

percayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa berlangsung menurut dasar-dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pada tahun 1995/96 program ini telah melanjutkan penyebaran informasi tentang budaya spiritual dan budi luhur melalui media massa, khususnya TVRI dan RRI sebanyak 66 tayangan, sedikit lebih banyak dari jumlah tayangan pada tahun 1994/95. Di camping itu, dilakukan pula kegiatan pemaparan budaya spiritual di semua pro-pinsi.

Dengan semakin intensifnya penyelenggaraan penyebarluasan informasi tentang budaya spiritual dan budi luhur melalui berbagai media, maka terasa semakin mantap terciptanya kerukunan antar penganut kepercayaan dan antara penganut kepercayaan dengan umat beragama di Indonesia.

b. Program Penunjang

Salah satu program penunjang dalam pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan Kebudayaan. Pro-gram ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan efektivitas sumber daya manusia di bidang kebudayaan dalam mendidik, melatih, dan mengelola kebudayaan baik teknis maupun administratif untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan kebudayaan, serta meningkatkan wawasan budaya masyarakat. Pada tahun 1995/1996 telah dilatih 295 orang tenaga teknis kebudayaan. Dengan semakin bertambah banyaknya jumlah tenaga teknis kebudayaan yang telah ditatar, maka semakin lancar pula pelaksanaan kegiatan-kegiatan kebudayaan di daerah.

XVII/49

Page 51: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

TABEL XVII—1PERKEMBANGAN JUMLAH MURID, GURU, DAN LULUSAN

TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD DAN MI) I)1993/94, 1994/95 — 1995/96

1)Tahun

AjaranJumlah murid SD + MI berusia 7 — 12 tahun

2) Angka Partisipasi Murni = ------------------------------------------------------ x 100% Jumlah penduduk kelompok usia 7 — 12 tahun

Jumlah murid SD + MI3) Angka Partisipasi Kasar = ------------------------------------------------------- x

100% Jumlah penduduk kelompok usia 7 — 12 tahun

XVII/50

Repelita VI

No. Komponen Satuan 1993/94

1. Jumlah Penduduk Usia 7 — 12 tahun ribu orang 26.810,3

2. Jumlah Murid Baru Kelas I ribu orang 4.8488a. SD ribu orang 4.211,2b. MI ribu orang 637,6

3. Jumlah Murid ribu orang 295919a. SD ribu orang 26.319,9b. MI ribu orang 3.272,0

4. Jumlah Murid Usia 7 — 12 tahun ribu orang 25.064,5

5. Jumlah Lulusan ribu orang 3.839,9a. SD ribu orang 3.471,4b. MI ribu orang 368,5

6. Jumlah Guru ribu orang 1.297,0a. SD ribu orang 1.172,5b. MI ribu orang 124,5

7. Angka Partisipasi Murni 2) % 93,5

8. Angka Partisipasi Kasar 3) % 110 4a. SD % 98,2b. MI % 12,2

1994/95 . 1995/96

26.599,3 26.321,4

4.788.2 4.666,94.154,8 4.141,0

633,4 525,9

29.481,3 29.448,026.181,5 25.948,63.299,8 3.499,4

24.813,9 24.752,4

3.841,7 3.960 83.471,4 3.575,3

370,3 385,5

1.317,4 1.31801.172,5 1.172,7

144,9 145,3

93,3 94,0

110 8 111998,4 98,612,4 13,3

Page 52: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

GRAFIK XVII - 1JUMLAH PENDUDUK USIA 7 - 12 TAHUN

DAN MURID TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD/MI)1993/94 - 1994/95, 1995/96

XVII/51

Page 53: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan
Page 54: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

TABEL XVII – 2PEMBINAAN PENDIDIKAN DASAR (SD dan SLTP)

1993/94, 1994/95 – 1995/96

XVII/52

Page 55: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

TABEL XVII – 3PERKEMBANGAN JUMLAH MURID, GURU, DAN LULUSAN

SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTP) 1)1993/94, 1994/95 – 1995/96

XVII/53

Page 56: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

GRAFIK XVII – 2JUMLAH PENDUDUK USIA 13 -1 5 TAHUN

DAN MURID SLTP1993/94, 1994/95 – 1995/96

XVII/54

Page 57: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

TABEL XVII – 4PERKEMBANGAN JUMLAH MURID, GURU, DAN LULUSAN

SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS (SLTA) 1)1993/94, 1994/95 – 1995/96

XVII/55

Page 58: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

GRAFIK XVII - 3JUMLAH PENDUDUK USIA 16 - 18 TAHUN

DAN MURID SLTA1993/94, 1994/95 - 1995/96

(Iota orang)

XVII/56

Page 59: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

TABEL XVII — 5PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH UMUM

1993/94,1994/95 — 1995/96

Repelita VI

No. Jenis Kegiatan Satuan 1993/94 1994/95 1995/96

1. Pembangunan Gedung gedung 83 95 1) 60

2. Pembangunan Ruang Kelas Baru kelas 895 645 t) 768

3. Rehabilitasi Gedung gedung 192 128 284

4. Pembangunan Ruang Lab. IPA ruang 235 39 66

5. Pembangunan Ruang Perpustakaan ruang 224 32

6. Pengadaan Alat Kesenian dan Olahraga perangkat 1.032 1.448 1.163

7. Pengadaan Alat Peraga Matematika perangkat 4.025 1.491 1.534

8. Pengadaan Alat Laboratorium IPS paket — 538 799

9. Pengadaan Komputer paket — 554 1.296

10. Pengadaan Alat Praktek IPA perangkat 2.922

11. Pengadaan Buku Pelajaran Pokok buku — 5.625.750 11.420.543

12. Pengadaan Buku Perpustakaan buku — — 79500

1) Angka diperbaiki

XVII/57

Page 60: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

TABEL XVII — 6PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

1993/94,1994/95 — 1995/96

1) Termasuk buku perpustakaan2) Mulai dilaksanakan pada tahun 1994/953) Angka diperbaiki

XVII/58

Page 61: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

TABEL XVII — 7PERKEMBANGAN JUMLAH MAHASISWA DAN LULUSAN

PERGURUAN TINGGI (PT) 1)

1993/94,1994/95 — 1995/96

XVII/59

Page 62: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

GRAFIK XVII – 4JUMLAH PENDUDUK USIA 19 – 24 TAHUNDAN MAHASISWA PENDIDIKAN TINGGI

1993/94 – 1994/95, 1995/96

XVII/60

Page 63: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

TABEL XVII - 8PEMBINAAN PENDIDIKAN TINGGI

1993/94, 1994/95 - 1995/96

Repelita VINo. Jenis Kegiatan Satuan 1993/9

41994/95 1995/

961. Pembangunan Gedung Pendidikan m2 313.300 252.800 276.800

a. Pembangunan Ruang Kuliah/Kantor m2 223.300 150.200 91.200b. Pembangunan Ruang Laboratorium m2 69.600 89.600 146.700c. Pembangunan Ruang Perpustakaan m2 20.400 13.000 38.900

2. Rehabilitasi Gedung m2 386.000 136.576 147.000

3. Penataran Dosen orang 3.498 5.100 8.7404. Pend. Pasca Sarjana/Doktor orang 5.736 7.498 7.7505. Pemberian Bea Siswa orang/

thn6.400 12.000 20.000

6. Pengadaan Buku buku/ 131.508 151350 372.760a. Pengadaan Buku Perpustakaan buku/

judul51.508 55350 212.000

b. Pengadaan/Penerbitan Buku Teks buku/judul

80.000 96.000 160.760

7. Pengadaan Peralatan Laboratorium perangkat

2380 3.150 2.630

8. Penelitian judul/thn 1.498 1.056 9789. Pelaksanaan KKN mahasis

wa69.330 60.600¹) 62.900

1) Angka diperbaiki

Page 64: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan

XVII/61

Page 65: bappenas.go.id · Web viewBAB XVII PENDIDIKAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. PENDAHULUAN Pembangunan pendidikan merupakan upaya dan