kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN....

24
BAB IV PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN A. Gambaran Umum Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi pada hasil dalam pengelolaan keuangan negara, setiap satker wajib menyusun laporan pertanggungjawaban realisasi anggaran belanja masing- masing. Tujuan pertanggungjawaban realisasi anggaran belanja ini adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi : 1. telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat. 2. telah dilaksanakan sesuai dengan APBN. 3. telah dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan. Dalam rangka memenuhi prinsip akuntabilitas tersebut perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang merupakan serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuanganPemerintah Pusat. Berdasarkan PMK Nomor. 171/PMK 05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, SAPP memiliki 2 (dua) subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). 103 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Transcript of kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN....

Page 1: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

BAB IV

PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABANPELAKSANAAN ANGGARAN

A. Gambaran Umum

Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi pada hasil dalam pengelolaan

keuangan negara, setiap satker wajib menyusun laporan pertanggungjawaban realisasi

anggaran belanja masing-masing. Tujuan pertanggungjawaban realisasi anggaran

belanja ini adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam memprediksi

sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah dalam

periode mendatang dengan cara menyajikan informasi kepada para pengguna laporan

tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi :

1. telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat.

2. telah dilaksanakan sesuai dengan APBN.

3. telah dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan.

Dalam rangka memenuhi prinsip akuntabilitas tersebut perlu diselenggarakan

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang merupakan serangkaian prosedur

manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,

pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi

keuanganPemerintah Pusat. Berdasarkan PMK Nomor. 171/PMK 05/2007 tentang

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, SAPP memiliki 2 (dua)

subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem

Akuntansi Instansi (SAI).

SA-BUN dilaksanakan oleh Departemen Keuangan selaku Bendahara Umum

Negara (Chief Financial Officer) sedangkan SAI dilaksanakan oleh Menteri/Ketua

Lembaga Teknis/Satker selaku Chief Operational Officer (COO).

SAI memiliki 2 (dua) subsistem, yaitu Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan

Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).

103 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 2: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

KERANGKA UMUM SAI

Gambar 7 : Kerangka Umum SAI

Penjabaran secara rinci diatur pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan

Nomor PER-65/PB/2010 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan

Kementerian Negara/Lembaga. Peraturan tersebut menyatakan bahwa untuk

melaksanakan SAI, Kementerian Negara/Lembaga wajib membentuk unit akuntansi

yang terdiri dari :

1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran/Barang (UAPA/B) pada tingkat Kementerian

Negara/Lembaga;

2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang pada tingkat Eselon I

(UAPPA/B-E1);

3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang pada tingkat wilayah

(UAPPA/B-W);

4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran/Barang (UAKPA/B) pada tingkat

satuan kerja.

Pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran yang dilakukan oleh setiap

satker ini juga diiringi dengan kewajiban pertanggungjawaban setiap Bendahara

Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran. Prosedur pertanggungjawaban Bendahara

ini telah diatur tersendiri dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008

tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban

Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja dan Peraturan Direktur

Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara

Kementerian Negara/ Lembaga/ Kantor/Satuan Kerja.

104 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

SAI

Sistem Akuntansi Keuangan(SAK)

Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik

Negara (SIMAK-BMN

Page 3: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

B. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK)

Sistem Akuntansi Keuangan merupakan bagian SAI yang digunakan oleh

Kementerian Negara/Lembaga untuk memproses transaksi anggaran dan realisasinya,

sehingga menghasilkan Laporan Keuangan. Selanjutnya SAK yang akan dibahas

adalah SAK pada UAKPA. Pelaksanaan akuntansi Keuangan dibantu dengan

perangkat lunak (software) SAK yang memungkinkan penyederhanaan dalam proses

manual dan mengurangi tingkat kesalahan manusia (human error) dalam

pelaksanaannya.

UAKPA melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan atas

pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya. Satuan kerja selaku

UAKPA berkewajiban membentuk struktur organisasi Unit Akuntansi sebagaimana

gambar berikut :

Gambar 8: Struktur Organisasi UAKPA

Tugas pokok penanggung jawab UAKPA adalah menyelenggarakan akuntansi

keuangan di lingkungan satuan kerja, dengan fungsi sebagaimana berikut :

1. Menyelenggarakan akuntansi keuangan,

2. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala,

3. Memantau pelaksanaan akuntansi keuangan.

105 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 4: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

Laporan keuangan yang dihasilkan merupakan bentuk pertanggungjawaban

pelaksanaan anggaran oleh UAKPA sebagai entitas akuntansi terdiri dari :

1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan dan

belanja, yang masing-masing dibandingkan dengan anggarannya dalam satu

periode.

2. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas akuntansi dan entitas

pelaporan mengenai aset, kewajiban, ekuitas dana per tanggal tertentu.

3. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan, daftar rinci, dan analisis atas

nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.

UAKPA yang menggunakan Anggaran Belanja Subsidi dan Belanja Lain-Lain,

disamping wajib menyusun laporan keuangan atas bagian anggarannya sendiri, juga

wajib menyusun Laporan Keuangan Bagian Anggaran Belanja Subsidi dan Belanja

Lain-Lain secara terpisah.

SKPD yang menerima Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dari

pemerintah pusat wajib menyampaikan laporan keuangan yang merupakan satu

kesatuan/tidak terpisah dari laporan keuangan kementerian negara/lembaga terkait.

Selanjutnya laporan keuangan yang dihasilkan oleh UAKPA disampaikan kepada

UAPPA-W/UAPPA-E1.

1. Proses Penyusunan Laporan Keuangan

Dokumen sumber yang digunakan di tingkat satuan kerja guna penyusunan

laporan keuangan adalah sebagai berikut :

a. Dokumen penerimaan yang terdiri dari:

1) Estimasi Pendapatan yang dialokasikan: Pajak, PNBP dan Hibah pada DIPA

dan dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA;

2) Realisasi Pendapatan: Bukti Penerimaan Negara yang didukung oleh

dokumen penerimaan seperti SSBP, SSPB, SSP, SSBC, dan dokumen lain

yang dipersamakan.

b. Dokumen pengeluaran yang terdiri dari:

106 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 5: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

1) Alokasi Anggaran DIPA, Revisi DIPA, SKPA, dan dokumen lain yang

dipersamakan;

2) Realisasi Pengeluaran: SPM beserta SP2D, Surat Perintah Pengesahan dan

Pembukuan (SP3), dan dokumen lain yang dipersamakan.

c. Dokumen Piutang antara lain: kartu piutang, daftar rekapitulasi piutang, dan daftar

umur piutang.

d. Dokumen Persediaan antara lain: kartu persediaan, buku persediaan, dan laporan

persediaan.

e. Dokumen Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP) antara lain: kartu KDP, laporan

KDP, dan lembar analisis SPM/SP2D.

f. Memo Penyesuaian (MP) yang digunakan dalam rangka pembuatan jurnal koreksi

dan jurnal aset.

g. Dokumen lainnya dalam rangka penyusunan laporan keuangan kementerian

negara/lembaga seperti Berita Acara Serah Terima (BAST) Barang/Jasa, SK

Penghapusan, dan lain sebagainya.

Setiap bulan UAKPA melakukan pengiriman ADK, LRA, dan Neraca ke tingkat

UAPPA-W dan UAPPA-W Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan berikut Berita Acara

Rekonsiliasi (BAR). Sedangkan untuk UAKPA kantor pusat hanya melakukan

pengiriman ke UAPPA-E1.

Selanjutnya setiap semester UAKPA menyusun laporan keuangan lengkap terdiri

LRA, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) disertai dengan Pernyataan

Tanggung Jawab yang ditandatangani oleh KPA/kepala satker.

Dalam rangka penerapan prinsip check and balance, terdapat prosedur

rekonsiliasi (proses pencocokan informasi berupa laporan keuangan yang dihasilkan

dari dokumen yang sama namun diproses oleh dua unit pemroses data yang berbeda)

yang harus dilakukan berupa :

a. Rekonsiliasi antara Laporan Keuangan UAKPA dengan Laporan Barang Milik

Negara yang dihasilkan oleh UAKPB;

b. Rekonsiliasi antara data keuangan UAKPA dengan data keuangan pada KPPN;

c. Rekonsiliasi antara data Barang Milik Negara UAKPB dengan data Barang Milik

Negara pada KPKNL

Pada proses rekonsiliasi antara data keuangan pada UAKPA dengan data

keuangan pada KPPN, hasil rekonsiliasinya dituangkan dalam BAR beserta lampiran

107 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 6: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

hasil rekonsiliasi. Terhadap UAKPA yang tidak melakukan rekonsiliasi dengan KPPN

selambat-lambatnya tujuh hari kerja setelah bulan bersangkutan berakhir diberikan

sanksi berupa Surat Peringatan Penyampaian Laporan Keuangan (SP2LK). Jika

sampai dengan lima hari kerja sejak diterbitkannya SP2LK KPA tidak menyampaikan

laporan keuangan bulanan dikenakan sanksi berupa penundaan penerbitan SP2D atas

SPM yang diajukan (SPM-UP/TUP/GUP maupun SPM-LS kepada bendahara

pengeluaran).

Hal dimaksud sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

PER-19/PB/2008 tentang Pengenaan Sanksi atas Keterlambatan Penyampaian

Laporan Keuangan sesuai dengan PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem

Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

2. Jadwal Pengiriman Laporan Keuangan

Jadwal penyampaian laporan keuangan UAKPA kepada UAPPA-W

selambatlambatnya pada tanggal :

a. Triwulan I : 12 April 2XX0

b. Semester I : 10 Juli 2XX0

c. Triwulan III : 12 Oktober 2XX0

d. Tahunan : 20 Januari 2XX1

C. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN)

SIMAK-BMN adalah sistem terpadu yang merupakan gabungan prosedur manual

dan komputerisasi dalam rangka menghasilkan data transaksi untuk mendukung

penyusunan neraca. Di samping itu, SIMAK-BMN juga menghasilkan Daftar Barang,

Laporan Barang, dan berbagai kartu kontrol yang berguna untuk menunjang fungsi

pengelolaan BMN. Selanjutnya SIMAK-BMN yang akan dibahas adalah SIMAK-BMN

pada UAKPB.

Pelaksanaan akuntansi BMN dibantu dengan perangkat lunak (software) SIMAK-

BMN yang memungkinkan penyederhanaan dalam proses manual dan mengurangi

tingkat kesalahan manusia (human error) dalam pelaksanaannya.

Laporan BMN yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

1. Laporan Barang Kuasa Pengguna Intrakomtabel

2. Laporan Barang Kuasa Pengguna Ekstrakomtabel

3. Laporan Kuasa Pengguna – Kontruksi Dalam Pengerjaan

108 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 7: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

4. Laporan Kuasa Pengguna – Persediaan

5. Laporan Kuasa Pengguna – Aset Tak Berwujud

6. Catatan atas Laporan BMN (CalBMN)

Selanjutnya laporan BMN yang dihasilkan oleh UAKPB disampaikan kepada

UAPPBW)/UAPPB-E1.

1. Klasifikasi BMN

Untuk memudahkan identifikasi, maka setiap BMN diklasifikasikan dengan cara

tertentu sehingga memberikan kemudahan dalam pengelolaannya. Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik

Negara sebagai pengganti Keputusan Menteri Keuangan Nomor 18/KMK.018/1999

tentang Klasifikasi dan Kodefikasi Barang Inventaris Milik/Kekayaan Negara membagi

BMN dalam klasifikasi Golongan, Bidang, Kelompok, Sub Kelompok, dan Sub-sub

kelompok.

Gambar 9 : Klasifikasi BMN

Golongan BMN meliputi: Barang Tidak Bergerak; Barang Bergerak; Hewan, Ikan

dan Tanaman, Barang Persediaan, Konstruksi Dalam Pengerjaan, Aset Tak Berwujud

dan Golongan Lain-lain. Dari masing-masing Golongan tersebut selanjutnya dirinci lagi

ke dalam klasifikasi bidang, kelompok, sub kelompok, dan sub-sub kelompok. Dengan

demikian, klasifikasi paling rinci (detil) ada di level Sub-sub kelompok.

2. Pengkodean BMN

Untuk memudahkan pencatatan dan pengendalian, BMN selain diberikan

identifikasi berupa nama, juga diberikan identifikasi dalam bentuk kode. Pemberian

kode BMN sepenuhnya mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan Nomor

97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara. Untuk

memberikan identitas, BMN diberikan nomor kode barang (ditambah nomor urut

pendaftarannya) dan kode lokasi (ditambah tahun perolehannya).

109 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Semakin Global

Semakin Rinci

Kelompok

Bidang

Golongan

Sub Kelompok

Sub-sub Kelompok

Page 8: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

Skema kode identifikasi barang adalah sebagai berikut :

X . XX . XX . XX . XXX

Sub-sub Kelompok

Sub Kelompok

KelompokBidang

Golongan

Sedangkan kode lokasi, diskemakan sebagai berikut:

XXX . XX . XX . XXXXXX . XXX

UAPKPBUAKPB

UAPPB-WUAPPB-E1

UAPB

Pembuatan label BMN dilakukan dengan menggabungkan kode lokasi (ditambah

dengan tahun perolehan) dan kode barang (ditambah dengan nomor urut pendaftaran.

Skema label BMN digambarkan sebagai berikut:

UAPB

UAPPB-E1

UAPPB-W

110 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 9: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

UAKPB

UAPKPB Tahun Perolehan

XXX . XX . XX . XXXXXX . XXX XXX

X . XX . XX . XX . XXX XXXXXX

Sub-sub Kelompok

Nomor Urut Pendaftaran

Sub Kelompok

KelompokBidang

Golongan

3. Tabel Kode Barang

Setiap BMN dibukukan dengan mengacu pada kode BMN yang telah ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor: 97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan

dan Kodefikasi Barang Milik Negara. Berikut adalah contoh kode BMN pada PMK

tersebut :

GOL BID KEL SUB KEL SUB-SUB KEL URAIAN

1 00 00 00 000 BARANG TIDAK BERGERAK

1 01 00 00 000 TANAH

1 01 01 00 000 Tanah Persil

1 01 01 01 000 Tanah Bangunan Perumahan/G.Tempat Tinggal

1 01 01 01 001 Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan I

1 01 01 01 002 Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan II

1 01 01 01 003 Tanah Bangunan Rumah Negara Golongan III

1 01 01 01 004 Tanah Bangunan Rumah Negara Tanpa Golongan

1 02 00 00 000 JALAN DAN JEMBATAN

1 02 01 00 000 Jalan

111 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 10: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

1 02 01 01 000 Jalan Nasional

1 02 01 01 001 Jalan Nasional Arteri

1 02 01 01 002 Jalan Nasional Kolektor

1 02 01 01 003 Jalan Nasional Bernilai Strategis Nasional

1 03 00 00 000 BANGUNAN AIR

1 03 01 00 000 Bangunan Air Irigasi

1 03 01 01 000 Bangunan Waduk Irigasi

1 03 01 01 001Waduk dengan Bendungan, Tanggul, Menara Pengambilan Pelimpah Banjir dan Terowongan Pengelak

1 03 01 01 002 Waduk dengan Bendungan, Tanggul, Menara Pengambilan

1 03 01 01 003 Waduk dengan Menara Pengambilan

1 03 01 01 004 Waduk dengan Tanggul dan Pintu Air/Menara Pengambilan

1 04 00 00 000 INSTALASI

1 04 06 00 000 Instalasi Gardu Listrik

1 04 06 01 000 Instalasi Gardu Listrik Induk

1 04 06 01 001 Instalasi Gardu Listrik Induk Kapasitas Kecil

1 04 06 01 002 Instalasi Gardu Listrik Induk Kapasitas Sedang

1 04 06 01 003 Instalasi Gardu Listrik Induk Kapasitas Besar

4. Kondisi BMN

Kondisi BMN dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: baik, rusak ringan,

dan rusak berat. Tabel berikut ini menyajikan indikasi yang menentukan 3 kondisi BMN

tersebut :

Jenis Barang Kondisi IndikasiBarang Bergerak Baik (B) Apabila kondisi barang tersebut masih dalam

keadaan utuh dan berfungsi dengan baik

Rusak Ringan (RR) Apabila kondisi barang tersebu masih dalam keadaan utuh tetapi kurang berfungsi dengan baik. Untuk berfungsi dengan baik memerlukan perbaikan ringan dan tidak memerlukan penggantian bagian utama/komponen pokok.

Rusak Berat (RB) Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan tidak berfungsi lagi atau memerlukan perbaikan besar/penggantian bagian utama/komponen pokok, sehingga tidak ekonomis untuk diadakan perbaikan /rehabilitasi.

Barang Tidak Bergerak : Tanah Baik (B) Apabila kondisi tanah tersebut siap

112 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 11: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

dipergunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.

Rusak Ringan (RR) Apabila kondisi tanah tersebut karena sesuatu sebab tidak dapat dipergunakan dan/atau dimanfaatkan dan masih memerlukan pengolahan/perlakuan (misalnya pengeringan, pengurugan, perataan dan pemadatan) untuk dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya.

Rusak Berat (RB) Apabila kondisi tanah tersebut tidak dapat lagi dipergunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya karena adanya bencana alam, erosi dan sebagainya.

Barang Tidak Bergerak : Jalan dan Jembatan

Baik (B) Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik.

Rusak Ringan (RR) Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan utuh namun memerlukan perbaikan ringan untuk dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya.

Rusak Berat (RB) Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan tidak utuh/tidak berfungsi dengan baik dan memerlukan perbaikan dengan biaya besar.

Barang Tidak Bergerak : Bangunan

Baik (B) Apabila bangunan tersebut utuh dan tidak memerlukan perbaikan yang berarti kecuali pemeliharaan rutin

Rusak Ringan (RR) Apabila bangunan tersebut masih utuh, memerlukan pemeliharaan rutin dan perbaikan ringan pada komponen-komponen bukan konstruksi utama.

Rusak Berat (RB) Apabila bangunan tersebut tidak utuh dan tidak dapat dipergunakan lagi.

5. Proses Penyusunan Laporan BMN

a. Petugas akuntansi memproses dokumen sumber transaksi BMN untuk

menghasilkan data transaksi BMN, Laporan Barang Kuasa Pengguna, Laporan

Barang Kuasa Pengguna Barang Bersejarah, Laporan Barang Kuasa Pengguna

Barang Persediaan, Laporan Barang Kuasa Pengguna Konstruksi Dalam

Pengerjaan, Laporan Kondisi Barang, Kartu Identitas Barang, Daftar Barang

Ruangan, dan Daftar Barang Lainnya. Register Transaksi Harian diverifikasi

dengan dokumen sumber, untuk memastikan bahwa seluruh transaksi sudah

diproses sesuai dengan dokumen sumber yang ada. Laporan Barang Kuasa

Pengguna beserta ADK setiap semester dan tahunan dikirim ke tingkat UAPPB-

W/UAPPB-E1 untuk dilakukan penggabungan data.

b. Laporan Barang Kuasa Pengguna Semester I dan II disusun berdasarkan proses

perekaman transaksi barang semester I dan II termasuk saldo awal.

113 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 12: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

c. Laporan Barang Kuasa Pengguna Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Semester I

dan II disusun berdasarkan proses perekaman transaksi barang semester I dan II

termasuk saldo awal yang dananya bersumber dari dana Dekonsentrasi/Tugas

Pembantuan.

d. UAKPB yang memiliki Unit Akuntansi Pembantu Kuasa Pengguna Barang

(UAPKPB) menggabungkan Laporan Barang Kuasa

Untuk menjaga keandalan Laporan Barang dan Laporan Keuangan, UAKPB bersama

UAKPA melakukan rekonsiliasi internal.

6. Rekonsiliasi Data BMN

Rekonsiliasi dilakukan antara UAKPB dengan Kantor Pelayanan Kekayaan

Negara dan Lelang (KPKNL). UAKPB setiap semester melakukan rekonsiliasi dan

pemutakhiran data BMN dengan KPKNL selaku kuasa Pengelola Barang. KPKNL harus

memonitor perkembangan BMN dan menjaga saldo awal BMN yang telah ditetapkan

tidak mengalami perubahan dan laporan BMN yang disampaikan oleh satuan kerja

sudah sesuai dengan nilai BMN pada laporan Neraca.

7. Jadwal Pengiriman Laporan BMN

Jadwal penyampaian laporan keuangan UAKPB kepada UAPPB-W selambat-

lambatnya pada tanggal :

a. Semester I : 05 Juli 2XX0

b. Semester II : 10 Januari 2XX1

D. Pembukuan dan Pertanggungjawaban Bendahara

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 73/PMK.05/2008

tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban

Bendahara Kementerian Negara/Lembaga/ Kantor/ Satuan Kerja, Bendahara

Penerimaan dan Pengeluaran wajib menyusun LPJ secara bulanan atas pengelolaan

uang dan surat berharga dalam rangka pelaksanaan APBN.

Bendahara penerimaan menerima bukti setor maupun uang atas penerimaan

bukan pajak (PNBP) dalam rangka pelaksanaan anggaran pendapatan satuan kerja.

Atas penerimaan yang dikelolanya, Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan

pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran/penyetoran atas

penerimaan.

Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran atas belanja negara selama

satu tahun anggaran dengan menggunakan Uang Persediaan. Bukti-bukti pengeluaran

114 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 13: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

oleh Bendahara Pengeluaran harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan, di mana

bukti-bukti belanja tersebut merupakan transaksi yang juga dilaporkan oleh Sistem

Akuntansi Instansi. Pembayaran belanja yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran

merupakan kegiatan realisasi anggaran yang akan dilaporkan dalam Laporan Realisasi

Anggaran. Pencatatan atas transaksi dilakukan dengan menggunakan basis kas, yaitu

basis yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau

setara kas diterima atau dibayar. Pencatatan dilakukan pada saat terjadinya

penerimaan kas atau pada saat terjadinya pengeluaran kas sehingga suatu transaksi

belum dicatat apabila tidak diikuti dengan terjadinya penerimaan atau pengeluaran kas.

Pembukuan Bendahara Pengeluaran dilaksanakan dengan azas bruto yaitu suatu

prinsip yang tidak memperkenankan pencatatan secara neto penerimaan setelah

dikurangi pengeluaran pada suatu unit organisasi atau tidak memperkenankan

pencatatan pengeluaran setelah dilakukan kompensasi antara penerimaan dengan

pengeluaran. Asas ini menekankan apabila terdapat satu transaksi yang mengakibatkan

penerimaan sekaligus pengeluaran maka pencatatan atas transaksi tersebut dilakukan

secara terpisah yaitu mencatat penerimaan sebesar jumlah penerimaan dan mencatat

pengeluaran sebesar jumlah pengeluaran dan tidak hanya mencatat selisih lebih besar

antara penerimaan dengan pengeluaran meskipun kas riil yang diterima atau yang

dikeluarkan hanya sebesar selisihnya, sehingga transaksi masing-masing dicatat

sebesar nilai brutonya.

1. Dokumen Sumber

Dokumen sumber adalah dokumen yang berhubungan dengan transaksi

keuangan yang digunakan sebagai sumber atau bukti pencatatan untuk menghasilkan

data pelaporan. Dokumen sumber yang menjadi dasar dalam pembukuan Bendahara

penerimaan adalah :

a. Surat Bukti Setor (SBS) sebagai bukti pembukuan penerimaan bendahara;

b. SSBP yang dinyatakan sah, yang diterima dari orang/badan hukum sebagai bukti

pembukuan penerimaan sekaligus pengeluaran bendahara;

c. SSBP yang dinyatakan sah sebagai bukti pembukuan pengeluaran bendahara

atas setoran ke Kas Negara.

Dokumen sumber yang menjadi dasar pembukuan atas penerimaan kas atau

pengeluaran kas oleh Bendahara Pengeluaran, adalah sebagai berikut :

115 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 14: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

a. SPM-UP/TUP yang telah terbit SP2D-nya, sebagai bukti atas penerimaan kas;

b. SPM-GUP yang telah terbit SP2D-nya, sebagai bukti penerimaan kas dan bukti

pengesahan;

c. SPM-LS Bendahara atas Belanja Pegawai, Belanja Perjalanan Dinas yang kasnya

diterima melalui Bendahara Pengeluaran, sebagai bukti penerimaan kas dan bukti

pengurangan anggaran;

d. Faktur Pajak dan/atau bukti potongan pajak yang dipungut/dipotong oleh

Bendahara Pengeluaran, sebagai bukti penerimaan kas;

e. Kwitansi/bukti pembayaran dengan menggunakan Uang Persediaan/Tambahan

Uang Persediaan, sebagai bukti pengeluaran kas dan bukti pengurangan

anggaran;

f. Bukti pembayaran kas yang dananya berasal dari SPM-LS Belanja Pegawai atau

SPM-LS Belanja Perjalanan, sebagai bukti pengeluaran kas;

g. SSP, SSBP dan SSPB, sebagai bukti pengeluaran kas;

h. Dokumen-dokumen transaksi lainnya yang dipersamakan dengan dokumen di

atas.

Sedangkan dokumen bukti transaksi yang tidak mempengaruhi jumlah kas, namun

harus dicatat oleh Bendahara Pengeluaran karena terkait dengan transaksi sebelumnya

atau mempengaruhi anggaran, yaitu :

a. SPM-LS kepada pihak ketiga yang telah diterbitkan SP2D-nya, sebagai bukti

pengurangan anggaran;

b. SPM-GUP Nihil yang merupakan pengesahan oleh KPPN atas belanja dengan

Tambahan Uang Persediaan atau Uang Persediaan yang tidak akan diberikan

penggantian, sebagai bukti pengesahan;

c. Bukti penarikan kas dari bank (misal Cek), bukti setor kas ke bank, bukti terima

persekot oleh Pemegang Uang Muka/BPP, bukti pengembalian persekot, sebagai

bukti perpindahan kas;

d. Dokumen/Bukti lain yang dipersamakan dengan dokumen di atas.

2. Jenis dan Fungsi Buku

Setiap Bendahara pada satuan kerja wajib menyelenggarakan pembukuan yang

dapat dilakukan dengan tulis tangan atau komputer. Pembukuan tersebut dicatat dalam

Buku Kas Umum, Buku Pengawasan Anggaran dan buku-buku pembantu sesuai

dengan kebutuhan dalam rangka pertanggungjawaban manajerial.

a. Buku Kas Umum (BKU).

116 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 15: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

BKU merupakan buku yang digunakan untuk mencatat semua transaksi

penerimaan dan pengeluaran. Bendahara harus mengetahui posisi kas baik dalam

jumlah maupun peruntukannya masing-masing. Untuk itu, dibutuhkan bentuk BKU

yang dapat memberikan informasi mengenai saldo kas setiap saat

b. Buku Pembantu

Sementara itu untuk penatausahaan terhadap masing-masing sumber kas sesuai

dengan peruntukannya dapat digunakan buku pembantu, terdiri dari :

1) Buku Pembantu Kas (Tunai dan Bank);

Bagi Bendahara Penerimaan Buku Pembantu Kas (tunai dan bank)

merupakan buku yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan

atas penerimaan setoran tunai dari orang/badan hukum dan transaksi

penyetoran ke Kas Negara, sedangkan bagi Bendahara Pengeluaran Buku

Pembantu Kas ini digunakan untuk mencatat transaksi arus kas yang

bersumber dari SPM yang ditujukan kepada Bendahara dan telah terbit

SP2D-nya.

2) Buku Pembantu Uang Muka Perjalanan dinas;

Buku ini mencatat dana uang muka yang bersumber dari Uang Persediaan

yang diberikan kepada pejabat/pegawai negeri yang melaksanakan

perjalanan dinas dalam negeri.

3) Buku Pembantu BPP/PUM;

Dalam melakukan pembayaran atas belanja, Bendahara Pengeluaran dapat

dibantu oleh satu atau lebih Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)/PUM.

Untuk itu, Bendahara Pengeluaran menyerahkan Uang UP/Uang yang

bersumber dari LS Bendahara dimana pelaksanaan pembayarannya

dilaksanakan oleh BPP/PUM.

Uang yang diserahkan kepada BPP merupakan tanggungjawab BPP,

sedangkan uang UP/LS Bendahara yang diserahkan kepada PUM tetap

merupakan tanggung jawab Bendahara Pengeluaran (PUM hanya sebagai

juru bayar). Atas penyerahan UP/LS Bendahara yang pelaksanaan

pembayarannya dilaksanakan BPP/PUM dibutuhkan Buku Pembantu

BPP/PUM ini.

4) Buku Pembantu Uang Persediaan;

117 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 16: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

Dalam pengelolaan Uang Persediaan, Bendahara Pengeluaran dapat

mencatatnya dalam Buku Pembantu Uang Persediaan sehingga jumlah

Uang Persediaan dapat diketahui saldonya guna perencanaan penggunaan

selanjutnya maupun untuk kepentingan penggantian.

Pada saat melakukan pembayaran belanja dengan menggunakan Uang

Persediaan maka jumlah Uang Persediaan akan berkurang dan hal ini harus

dicatat di Buku Pembantu Uang Persediaan. Sementara itu pada saat

memperoleh penggantian UP dari pengajuan SPM-GUP maka UP akan

bertambah sebesar pengeluaran yang telah dipertanggungjawabkan dan

disahkan oleh Kuasa Bendahara Umum Negara/KPPN sehingga pengisian

kembali UP (Revolving) harus dicatat dalam Buku Pembantu Uang

Persediaan.

5) Buku Pembantu LS Bendahara;

Bendahara Pengeluaran selain membayar pengeluaran belanja dengan

menggunakan Uang Persediaan juga melakukan pembayaran atas belanja

yang proses pencairannya melalui mekanisme LS akan tetapi Kuasa

Bendahara Umum Negara mentransfer ke rekening Bendahara Pengeluaran

untuk diteruskan kepada pihak yang akan menerima. Penerimaan kas yang

demikian disebut dengan LS Bendahara sehingga diperlukan

penatausahaan dan pertanggungjawaban oleh Bendahara Pengeluaran.

Atas penerimaan dan pembayaran kas dari LS ini Bendahara Pengeluaran

mencatatnya pada Buku Pembantu LS Bendahara.

6) Buku Pembantu Pajak,

Atas pembayaran belanja dengan menggunakan Uang Persediaan,

Bendahara Pengeluaran selaku wajib memungut/memotong pajak apabila

dalam transaksi tersebut ditetapkan terutang pajak. Pajak yang telah

dipungut/dipotong wajib disetor ke kas negara. Untuk menatausahakan dan

mempertanggungjawabkan kas atas kewajiban memungut/memotong pajak

dan penyetorannya, Bendahara Pengeluaran mencatat pada Buku

Pembantu Pajak.

7) Buku Pembantu lain-lain;

Buku Pembantu Lain-lain ini digunakan untuk menampung kemungkina

terdapat transaksi keuangan atau penerimaan kas yang dilakukan oleh

118 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 17: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

Bendahara di luar aktivitas atau transaksi yang dicatat dalam buku-buku

pembantu di atas.

c. Buku Pengawasan Anggaran

Sesuai fungsinya, Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran atas belanja

dengan menggunakan Uang Persediaan. Pembayaran belanja ini mengakibatkan

terjadinya pengurangan anggaran. Oleh karena itu, Bendahara Pengeluaran harus

mengetahui posisi anggaran sebelum melakukan pembayaran belanja dan

mencatat terjadinya pengurangan anggaran pada saat membayar belanja.

Untuk kegiatan pengendalian dan pengurangan terhadap anggaran ini dibutuhkan

buku yaitu Buku Pengawasan Anggaran. Buku ini berisi pagu anggaran belanja

atau yang disebut allotment belanja (penjatahan belanja), realisasi belanja dan

saldo anggaran belanja. Allotment belanja dicatat di Buku Pengawasan Anggaran

berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang diterima pada awal

tahun anggaran untuk satuan kerja yang bersangkutan.

3. Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara

Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran wajib menyusun laporan

pertanggungjawaban secara bulanan atas uang yang dikelolanya. Bendahara

Pengeluaran Pembantu wajib menyampaikan laporan pertanggungjawabannya kepada

Bendahara Pengeluaran pada setiap awal bulan. Laporan pertanggungjawaban

bendahara tersebut harus menyajikan informasi tentang :

Keadaan pembukuan pada bulan pelaporan, meliputi saldo awal, penambahan,

penggunaan, dan saldo akhir dari buku-buku pembantu;

Keadaan kas pada akhir bulan pelaporan, meliputi uang tunai di brankas dan

saldo di rekening bank/pos;

Hasil rekonsiliasi internal (antara pembukuan bendahara dengan UAKPA); dan

Penjelasan atas selisih (jika ada), antara saldo buku dan saldo kas.

a. Tata Cara Penyusunan LPJ Bendahara

LPJ Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran disusun berdasarkan

buku kas umum, buku-buku pembantu dan buku pengawasan anggaran yang

telah direkonsiliasi dengan UAKPA. Disamping itu juga perlu ditambahkan bahwa

LPJ Bendahara Pengeluaran merupakan gabungan dari satu atau lebih LPJ-BPP

dengan LPJ Bendahara Pengeluaran itu sendiri.

119 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga

Page 18: kppntanjungbalai.files.wordpress.com  · Web viewBAB IV. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN. PELAKSANAAN ANGGARAN. Gambaran Umum. Sesuai dengan asas akuntabilitas yang berorientasi

LPJ BPP juga disusun berdasarkan buku kas umum, buku-buku pembantu dan

buku pengawasan anggaran

b. Penyampaian LPJ Bendahara

LPJ Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran disampaikan kepada :

1) Kepala KPPN yang ditunjuk dalam DIPA satuan kerjanya;

2) Menteri/Pimpinan Lembaga masing-masing;

3) Badan Pemeriksa Keuangan.

Penyampaian LPJ tersebut dilakukan secara bulanan paling lambat 10 (sepuluh)

hari kerja bulan berikutnya, disertai dengan salinan rekening koran dari bank/pos.

LPJ BPP dikirimkan kepada Bendahara Pengeluaran induknya paling lambat 5

(lima) hari kerja bulan berikutnya disertai dengan salinan rekening koran dari

bank/pos bulan berkenaan.

120 | Modul Pengelolaan Keuangan Negara Tingkat Satker Kementerian Negara/Lembaga