kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN...

65
1 Analisa Laporan Keuangan BAB I PENDAHULUAN A. ALIRAN DANA, POSISI KEUANGAN DAN ATURAN AKUNTANSI Laporan Keuangan yang disusun pada saat ini menggunakan kaidah-kaidah akuntansi yang telah diakui secara internasional sesuai dengan sistem Government Finance Statistics (GFS). Seluruh data dalam sistem GFS terdiri atas aliran dana (flows) maupun posisi keuangan (stocks). Aliran dana merupakan pernyataan dalam bentuk uang (monetary expression) dari tindakan-tindakan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit dan kejadian-kejadian lain yang mempengaruhi status ekonomi suatu unit yang terjadi sepanjang suatu periode akuntansi. Sedangkan posisi keuangan menggambarkan posisi aset dan kewajiban dari unit-unit pada waktu tertentu dan posisi nilai kekayaan bersih unit tersebut, yang nilainya sama dengan total aset dikurangi total kewajiban. Aliran dana dan posisi keuangan yang dicatat di sistem GFS merupakan catatan yang terintegrasi, yang berarti bahwa seluruh perubahan posisi keuangan dapat sepenuhnya dijelaskan oleh aliran dana. Dengan kata lain, hubungan berikut ini berlaku untuk setiap posisi keuangan: S 1 = S 0 + F Di mana S 0 dan S 1 merupakan nilai-nilai dari posisi keuangan pada awal periode dan akhir periode akuntansi, dan F merupakan nilai bersih dari aliran dana sepanjang periode yang mempengaruhi posisi keuangan. Pada umumnya, nilai posisi keuangan yang dimiliki oleh suatu unit pada suatu waktu tertentu merupakan nilai kumulatif dari seluruh aliran dana yang mempengaruhi posisi keuangan yang terjadi sejak unit yang bersangkutan pertama kali memperoleh posisi keuangan tersebut. 1. JENIS ALIRAN DANA Aliran dana menggambarkan pembentukan, perubahan, pertukaran, transfer atau hilangnya nilai ekonomis. Hal-hal

Transcript of kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN...

Page 1: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

1 Analisa Laporan Keuangan

BAB IPENDAHULUAN

A. ALIRAN DANA, POSISI KEUANGAN DAN ATURAN AKUNTANSI

Laporan Keuangan yang disusun pada saat ini menggunakan kaidah-kaidah akuntansi yang telah diakui secara internasional sesuai dengan sistem Government Finance Statistics (GFS). Seluruh data dalam sistem GFS terdiri atas aliran dana (flows) maupun posisi keuangan (stocks). Aliran dana merupakan pernyataan dalam bentuk uang (monetary expression) dari tindakan-tindakan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit dan kejadian-kejadian lain yang mempengaruhi status ekonomi suatu unit yang terjadi sepanjang suatu periode akuntansi. Sedangkan posisi keuangan menggambarkan posisi aset dan kewajiban dari unit-unit pada waktu tertentu dan posisi nilai kekayaan bersih unit tersebut, yang nilainya sama dengan total aset dikurangi total kewajiban.

Aliran dana dan posisi keuangan yang dicatat di sistem GFS merupakan catatan yang terintegrasi, yang berarti bahwa seluruh perubahan posisi keuangan dapat sepenuhnya dijelaskan oleh aliran dana. Dengan kata lain, hubungan berikut ini berlaku untuk setiap posisi keuangan:

S1 = S0 + F

Di mana S0 dan S1 merupakan nilai-nilai dari posisi keuangan pada awal periode dan akhir periode akuntansi, dan F merupakan nilai bersih dari aliran dana sepanjang periode yang mempengaruhi posisi keuangan. Pada umumnya, nilai posisi keuangan yang dimiliki oleh suatu unit pada suatu waktu tertentu merupakan nilai kumulatif dari seluruh aliran dana yang mempengaruhi posisi keuangan yang terjadi sejak unit yang bersangkutan pertama kali memperoleh posisi keuangan tersebut.

1. JENIS ALIRAN DANA

Aliran dana menggambarkan pembentukan, perubahan, pertukaran, transfer atau hilangnya nilai ekonomis. Hal-hal ini meliputi perubahan-perubahan dalam volume, komposisi, atau nilai aset, kewajiban dan kekayaan bersih suatu unit. Suatu aliran dana dapat berupa kejadian tunggal, seperti pembayaran tunai untuk pembelian barang, atau nilai kumulatif dari satu set kejadian yang muncul selama satu periode akuntansi, seperti beban bunga yang terus menerus (continuous accrual of interest expense) dari obligasi pemerintah. Seluruh aliran dana dapat diklasifikasikan sebagai transaksi atau aliran dana ekonomi lainnya.

Transaksi

Suatu transaksi adalah sebuah interaksi antara dua unit dengan perjanjian saling menguntungkan atau suatu tindakan di dalam satu unit yang diperlakukan sebagai transaksi untuk kepentingan analitis. Perjanjian saling menguntungkan berarti bahwa ada pengetahuan dan pemahaman sebelumnya dari unit-unit yang

Page 2: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

2 Analisa Laporan Keuangan

bertransaksi, tetapi tidak berarti bahwa kedua unit melakukan transaksi secara sukarela.

Setiap transaksi adalah suatu pertukaran apabila suatu unit memproduksi barang, jasa, aset, atau tenaga kerja kepada unit kedua dan menerima barang, jasa, aset, atau tenaga kerja dengan nilai yang sama sebagai gantinya. Kompensasi atas karyawan, pembelian barang dan jasa, timbulnya biaya bunga, penjualan bangunan kantor dan seluruh transaksi internal adalah pertukaran.

Suatu transaksi adalah transfer jika suatu unit menyediakan barang, jasa, aset, atau tenaga kerja kepada unit kedua tanpa menerima secara simultan barang, jasa, aset atau tenaga kerja pada nilai tertentu sebagai gantinya.

Beberapa transaksi muncul sebagai pertukaran tetapi secara aktual merupakan kombinasi dari pertukaran dan transfer. Dalam hal ini transaksi actual harus dibagi dalam dua transaksi, satu hanya merupakan pertukaran dan satu hanya merupakan transfer. Sebagai contoh, unit pemerintah umum mungkin menjual aset pada harga yang jelas di bawah harga pasar. Penjualan ini harus dibagi ke dalam sebuah pertukaran pada nilai pasar dari aset dan sebuah transfer yang nilainya sama dengan selisih antara nilai transaksi aktual dan nilai pasar dari aset yang bersangkutan.

Seluruh transaksi dapat juga diklasifikasikan sebagai moneter atau non moneter. Transaksi moneter adalah satu transaksi di mana satu unit membuat pembayaran atau terbebani kewajiban yang dinyatakan dalam mata uang dan unit kedua menerima pembayaran atau aset lainnya, juga dinyatakan dalam mata uang. Sebagai contoh, barang biasanya dibeli pada jumlah mata uang tertentu untuk setiap unit barang, dan manfaat pengaman sosial sering dibayar dalam jumlah kas tetap. Sementara itu, transaksi non moneter harus dibuat dalam nilai moneter karena berkaitan dengan aliran dana dan posisi keuangan yang dinyatakan dalam ukuran uang. Nilai-nilai yang dibuat untuk transaksi non moneter mempunyai arti ekonomi yang berbeda dibandingkan dengan pembayaran tunai dalam jumlah yang sama, karena transaksi tersebut bukan merupakan jumlah uang bebas yang dapat dibelanjakan. Akan tetapi, untuk semua sistem yang komprehensif dan terintegrasi, perlu untuk dibuat estimasi nilai pasar terhadap pos-pos yang terlibat dalam transaksi non moneter.

Transaksi non moneter dapat merupakan salah satu dari transaksi dua pihak atau transaksi internal, dan transaksi-transaksi ini dapat merupakan perukaran atau transfer. Barter, atau remunerasi dalam bentuk natura dan pembayaran dalam bentuk lain adalah pertukaran non moneter. Transfer bentuk lain adalah transfer non moneter.

Aliran Dana Ekonomi Lainnya

Suatu aliran dana ekonomi lainnya adalah suatu perubahan dalam volume atau nilai aset atau kewajiban yang bukan merupakan akibat dari transaksi. Perubahan volume biasanya digambarkan sebagai perubahan lain dalam volume aset (other changes in the volume of asets) atau istilah yang lebih sederhana perubahan lain dalam volume, dan perubahan nilai diilustrasikan sebagai

Page 3: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

3 Analisa Laporan Keuangan

keuntungan dan kerugian karena memegang aset (holding gains and loses). Dalam semua kasus, perubahan volume dan nilai aset juga mengacu pada perubahan yang berkaitan dengan kewajiban.

Perubahan lain dalam volume aset meliputi kejadian-kejadian dengan ruang lingkup yang luas. Kejadian ini dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:

a. Kejadian-kejadian yang melibatkan penambahan atau pengurangan saldo neraca dari aset dan kewajiban tanpa perubahan kuantitas atau kualitas, misalkan:

i) Peningkatan akses mungkin membuat budi daya tanaman tertentu di hutan menjadi layak secara komersial;

ii) Proyek konstruksi mungkin kehilangan nilai ekonomis sebelum selesai dan aset yang selesai sebagian ditunda;

iii) Pemerintah mungkin membantu perlindungan hak cipta untuk penemuan-penemuan.

b. Kejadian-kejadian yang merubah kuantitas dan kualitas aset, misalkan:

i) Penghancuran sebagian atau seluruh aset yang disebabkan oleh kejadian dengan skala besar, seperti gempa bumi atau angin ribut;

ii) Peningkatan kuantitas hutan dan persediaan ikan karena pertumbuhan alami;

iii) Pengecilan aset oleh unit pemerintah tanpa pemberian kompensasi penuh dengan alas an-alasan selain kegagalan membayar pajak, denda dan tagihan-tagihan sejenis.

c. Kejadian-kejadian yang berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam klasifikasi aset. Reklasifikasi aset dan dan kewajiban, serta reklasifikasi dari satu sektor ke sektor lainnya termasuk dalam kategori ini. Pada kejadian dimaksud, nilai ekayaan bersih tidak akan berubah karena perubahan klasifikasi.

2. ATURAN AKUNTANSI

Aturan akuntansi untuk mencatat aliran dana dan posisi keuangan didesain untuk meyakinkan bahwa data yang dihasilkan dalam laporan keuangan sesuai dengan standar yang diterima untuk kompilasi statistic ekonomi.

a. Jenis Sistem Akuntansi

Akuntansi ayat jurnal berpasangan (double entry accounting) digunakan untuk pencatatan aliran dana. Dalam sistem ayat jurnal berpasangan, setiap aliran dana akan memunculkan dua jurnal yang bernilai sama, yang secara tradisional disebut sebagai jurnal debet dan kredit. Debet adalah suatu kenaikan aset, penurunan kewajiban, atau penurunan nilai kekayaan bersih. Kredit adalah suatu penurunan aset, kenaikan kewajiban, atau kenaikan nilai kekayaan bersih. Jurnal pendapatan yang mewakili suatu kenaikan nilai kekayaan bersih, dicatat sebagai kredit. Sebaliknya, suatu biaya menunjukkan penurunan nilai kekayaan bersih dan dicatat sebagai debet.

Page 4: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

4 Analisa Laporan Keuangan

Suatu neraca sebuah kompilasi aset, kewajiban dan nilai kekayaan bersih dari unjit pemerintah. Ciri dasar neraca dan akuntansi secara umum adalah bahwa total nilai aset selalu sama dengan total nilai kewajiban ditambah nilai kekayaan bersih. Penggunaan sistem ayat jurnal berpasangan meyakinkan bahwa cirri tersebut dipertahankan secara benar. Ada banyak kombinasi debet dan kredit yang mungkin mempengaruhi aset, kewajiban dan nilai kekayaan bersih. Sebagai contoh, pembelian jasa oleh unit pemerintah yang pembayarannya dilakukan dalam 30 hari mendatang akan dicatat sebagai biaya (debet) dan kenaikan nilai kewajiban (utang). Jadi nilai kekayaan bersih melalui biaya, turun/berkurang dengan jumlah yang sama dengan kenaikan kewajiban, sementara nilai aset tidak terpengaruh. Pembayaran yang dilakukan kemudian akan dicatat sebagai penurunan uang kas (kredit) dan penurunan utang (debet). Dalam hal ini, aset dan kewajiban keduanya menurun dengan jumlah yang sama dan nilai kekayaan bersih tidak terpengaruh.

b. Saat Pencatatan Aliran Dana

Sekali aliran dana teridentifikasi, waktu di mana saat kejadian itu muncul harus ditentukan sedemikian rupa sehingga hasil-hasil dari aliran dana dalam satu periode akuntansi tertentu dapat dikompilasi. Meskipun bagian ini menekankan pada waktu terjadinya aliran dana, karakteristik dari sistem yang terintegrasi menunjukan bahwa posisi keuangan yang dicatat dalam neraca juga dipengaruhi oleh waktu aliran dana tersebut terjadi.

Satu dari masalah dalam menentukan saat transaksi adalah kemunculan yang sering dari periode yang panjang antara inisiatif tindakan dan penyelesaian akhir. Sebagai contoh, banyak pembelian barang dimulai dengan penandatanganan suatu kontrak antara penjual dan pembeli, yang diikuti dengan dimulainya produksi atas barang yang dipesan, penyelesaian produksi, pengangkutan dari lokasi penjual, kedatangan barang di lokasi pembeli, persiapan dan pengiriman faktur, penerimaan faktur, persetujuan pembayaran, pengakuan bunga karena telat membayar atau berakhirnya masa diskon, dan seterusnya. Bahkan kemudian, transaksi ini mungkin belum selesai ketika ada hak untuk mengembalikan atau klaim garansi. Meskipun masing-masing kejadian yang berbeda di atas secara ekonomi relevan dan mungkin menghasilkan transaksi ganda, namun dalam hanya satu waktu dapat ditandai untuk masing-masing transaksi.

c. Penilaian

Seluruh aliran dana dan posisi keuangan harus dinilai pada jumlah di mana barang, aset selain kas, jasa, upah, atau penyediaan modal secara nyata dipertukarkan atau dapat dipertukarkan secara tunai. Nilai ini biasanya dikenal dengan istilah nilai atau harga pasar yang berlaku. Aliran dana harus dinilai berdasarkan harga yang berlaku pada saat aliran dana tersebut dicatat. Posisi keuangan harus dinilai dengan harga yang berlaku pada tanggal neraca.

Umumnya, aliran dana yang dinyatakan dalam satuan moneter ketika aliran tersebut timbul dapat dicatat pada nilai aktualnya karena nilai tersebut dianggap

Page 5: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

5 Analisa Laporan Keuangan

sebagai nilai pasar tahun berjalan. Beberapa transaksi yang dinyatakan dalam satuan moneter perlu dibagi ke dalam dua transaksi. Dalam kasus tersebut, nilai total dari dua transaksi harus sama dengan nilai satuan moneter dari transaksi tunggal yang secara nyata timbul. Apabila unit pemerintah menjual aset dengan nilai di bawah harga pasar atau membeli aset dengan nilai dari harga pasar, penjualan atau pembelian harus dinilai pada harga pasar yang benar dan transfer atas selisih harus dicatat. Sering transaksi-transaksi yang bersifat seperti ini distrukturkan sedemikian rupa sehingga nilai pasar yang benar tidak mungkin diestimasi secara akurat. Namun demikian, estimasi harus dibuat apabila memungkinkan.

Aliran dana yang dinyatakan dalam satuan mata uang asing harus dikonversikan ke dalam mata uang rupiah pada kurs yang berlaku ketika aliran dana dilakukan, dan posisi keuangan dikonversikan pada kurs (tengah) yang berlaku pada tanggal neraca. Penilaian dalam rupiah atas pembelian atau penjualan secara kredit yang dinyatakan dalam mata uang asing mungkin berbeda dari nilai pembayaran tunai yang mengikutinya karena kurs berubah dalam masa itu. Kedua transaksi harus dinilai pada nilai pasar yang berlaku (current market value) pada tanggal-tanggal di mana transaksi-transaksi tersebut timbul, dan keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dari perubahan kurs harus dicatat dalam periode tersebut atau periode di mana kejadian tersebut timbul.

B. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Laporan Keuangan memuat informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan,belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangan.

Kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan ini diperlukan mengingat setiap entitas pelaporan menggunakan sumber dana/anggaran yang berasal dari rakyat dan perlu dipertanggungjawabkan capaian kegiatannya. Oleh karenanya llaporan keuangan yang disusun oleh suatu entitas diperlukan untuk keperluan:

1) Akuntabilitas, yaitu untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kegiatan secara periodik.

2) Manajemen, yaitu membantu para pengguna mengevaluasi pelaksanaan kegiatan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban dan ekuitas dana.

3) Transparansi, yaitu memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat.

Page 6: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

6 Analisa Laporan Keuangan

4) Keseimbangan antar generasi (intergenerational equity), membantu para pengguna untuk mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan.

Dalam kaitan dengan peranan laporan keuangan tersebut, maka diperlukan proses analisis laporan keuangan sehingga didapatkan suatu penilaian yang obyektif dan terukur mengenai penggunaan anggaran dan kinerja yang berhasil dicapai oleh suatu entitas. Lebih lanjut, analisis juga diperlukan bagi perbaikan rencana penganggaran di masa yang akan datang, sebagaimana tergambar dalam diagram berikut ini.

Sebelum melakukan analisis, terlebih dahulu perlu dimengerti mengenai tujuan, prinsip, dan karakteristik pelaporan keuangan. Selain itu, perlu juga dimengerti mengenai keterbatasan dari pelaporan keuangan sehingga hasil analisis dapat lebih objektif dan tidak bias.

1. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN

Analisis Laporan

Keuangan

Maksud dan Tujuan:Memberi informasi secara lebih terinci atas hasil intepretasi mengenai kinerja yang dicapai serta situasi dan keadaan anggaran entitas

Mengevaluasi:Sumber daya keuangan LRA, Neraca, CaLKKebijakan/Metode Sumber dan Penggunaan Dana, Analisis Vertikal, Analisis Horisontal, Analisis Rasio

Merencanakan:Penggunaan Anggaran (UP, LS dan sebagainya)Struktur Keuangan EntitasPencapaian Tugas, Pokok dan Fungsi OrganisasiEfektifitas Penggunaan Dana

Page 7: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

7 Analisa Laporan Keuangan

Dalam kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan yang merupakan salah satu bagian dari Standar Akuntansi Pemerintahan, dijelaskan mengenai tujuan laporan keuangan pemerintah. Tujuan laporan keuangan tersebut adalah untuk menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

a. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan selama periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran.

b. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundangan,

c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumberdaya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai,

d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi dan mencukupi kebutuhan kasnya,

e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.

f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

2. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya, yang meliputi:

a. Relevan, yaitu informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan haruslah memenuhi unsure-unsur memiliki manfaat umpan balik (feedback value), memiliki manfaat prediktif (predictive value), tepat waktu dan lengkap.

b. Andal, yaitu informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal haruslah memiliki karakteristik penyajian jujur, dapat diverifikasi (verifiability), dan netral.

c. Dapat dibandingkan, yang berarti informasi yang termuat dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya.

d. Dapat dipahami, yang berarti laporan keuangan disajikan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna.

3. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

Page 8: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

8 Analisa Laporan Keuangan

Penyusunan laporan keuangan harus mengikuti prinsip-prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan agar dapat ditaati dan dipahami para pembuat standar akuntansi pemerintahan, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan, dan para pengguna laporannya. Prinsip-prinsip tersebut terdiri atas:

a. Basis akuntansi menggunakan basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Sedangkan basis akrual digunakan untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca.

b. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayarkan atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebutpada saat perolehan. Sedangkan kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa depan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah. Penggunaan nilai historis ini dikarenakan lebih obyektif dan dapat diverifikasi dibandingkan penilaian lain. Dalam hal tidak terdapat nilai historis , maka dapat digunakan nilai wajar dari aset atau kewajiban terkait.

c. Realisasi, yang berarti pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah selama satu tahun fiskal akan digunakan untuk membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut.

d. Substansi mengungguli bentuk (substance over form), yang berarti transaksi atau peristiwa lain yang ditampilkan dalam laporan keuangan dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya.

e. Periodisitas (periodicity), yang berarti kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan dibagi dalam periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.

f. Konsistensi (consistency), yaitu perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari period ke periode oleh entitas pelaporan.

g. Pengungkapan lengkap (full disclosure), yaitu menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.

h. Penyajian wajar (fair presentation).

4. KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL

Harus diakui bahwa informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pastilah memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut dikarenakan adanya keterbatasan dalam menyajikan informasi keuangan yang relevan dan andal. Secara umum, kendala ini dapat diartikan sebagai keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat keterbatasan atau karena alasan-alasan kepraktisan, antara lain:

a. Materialitas, laporan keuangan pemerintah hanya memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas.

Page 9: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

9 Analisa Laporan Keuangan

b. Pertimbangan biaya dan manfaat, laporan keuangan pemerintah tidak seharusnya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya.

c. Keseimbangan antar Karakteristik Kualitatif, diperlukan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah.

Selain kendala-kendala tersebut di atas, secara umum setiap laporan keuangan juga memiliki sifat dan keterbatasan, yaitu:

a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat.

b. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu.

c. Proses penyusunan laporan tidak lepas dari penggunaan taksiran dan pertimbangan.

d. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran.

C. METODE ANALISIS

Ada beberapa cara atau metode dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan suatu entitas, namun yang paling baik adalah gabungan atau kombinasi metode-metode secara bersama-sama sehingga dapat diperoleh makna yang lebih lengkap dan mendalam. Secara umum, metode yang digunakan meliputi:

1. ANALISIS HORISONTAL

Yaitu analisis dengan cara membandingkan neraca atau laporan realisasi anggaran beberapa tahun terakhir secara berurutan. Analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam neraca maupun LRA apakah mengalami kenaikan atau penurunan. Apabila metode ini dilakukan untuk suatu jangka waktu yang cukup panjang dan menitikberatkan pada arah perkembangannya, maka analisis seperti ini disebut analisis tren.

2. ANALISIS VERTIKAL

Yaitu cara analisis yang dilakukan dengan jalan menghitung proporsi pos-pos dalam neraca dengan suatu jumlah tertentu dari neraca atau proporsi dari unsur-unsur tertentu LRA dengan jumlah tertentu LRA. Misalnya: proporsi Kas di Bendahara Pengeluaran terhadap jumlah Aset Lancar, proporsi Persediaan terhadap jumlah Aset, ataupun proporsi Belanja Pegawai terhadap jumlah Belanja Satker. Jadi maksudnya untuk memperoleh gambaran tentang kewajaran pos-pos atau unsure-unsur neraca maupun LRA.

3. ANALISIS RASIO

Page 10: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

10 Analisa Laporan Keuangan

Yaitu analisis dengan cara menghitung rasio-rasio keuangan dari data-data laporan keuangan satker. Rasio-rasio tersebut dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu:

a. Rasio Cepat, yaitu rasio yang mengukur kesanggupan satker untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo dengan kas yang ada.

b. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang mengukur kesanggupan satker untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo.

c. Rasio Solvabilitas, yaitu rasio yang mengukur kesanggupan satker untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.

d. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio), yaitu rasio yang mengukur kesanggupan satker untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara berkelanjutan.

Untuk dapat mengartikan rasio-rasio yang telah dihitung dari suatu satker perlu adanya standar pembanding, misalnya rasio-rasio dari satker lain dibandingkan dengan rasio rata-rata dari satker sejenis dalam kementerian negara/lembaga tersebut. Dari sudut pandang praktis dapat dikatakan satker yang dikelola dengan baik akan mempunyai beberapa rasio yang lebih baik daripada rasio-rasio satker sejenisnya atau sebaliknya. Analisis rasio keuangan ini jangan dilakukan secara mekanis saja, tetapi harus lebih menggunakan penilaian (judgment) sebagai bagian dari proses evaluasi yang lebih luas. Dengan meneliti rasio-rasio keuangan dari suatu satker serta membandingkannya dengan suatu standar tertentu, maka dapat diperoleh gambaran mengenai tata kelola dari suatu satker yang dinilai baik/unggul pada suatu kementerian negara/lembaga. Selanjutnya atas dasar analisis ini, kementerian Negara/lembaga dapat melakukan perbaikan tata kelola satker di bawahnya.

Page 11: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

11 Analisa Laporan Keuangan

BAB IIANALISIS LAPORAN KEUANGAN

A. PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan pemerintah untuk menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Demikian pula Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya, wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya sebagai bentuk pertanggungjawaban. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh kementerian/lembaga negara bersangkutan. Data keuangan dalam laporan keuangan akan lebih berarti apabila dianalisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh informasi yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil. Dengan demikian, analisis laporan keuangan merupakan analisis yang dilakukan terhadap berbagai macam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Analisis laporan keuangan banyak digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap masalah-masalah keuangan pemerintah. Dalam melakukan analisis, setiap pengguna laporan harus mengidentifikasi informasi yang harus dipilih untuk dianalisis, teknik analisis yang tepat, ruang lingkup, kedalaman analisis dengan menggunakan pertimbangan yang cermat agar dapat memperoleh informasi yang diinginkan untuk mendukung keputusan-keputusan yang diambilnya.

B. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN

Komponen laporan keuangan setidak-tidaknya terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran

2. Laporan Arus Kas

3. Neraca

4. Catatan atas laporan keuangan

Laporan Realisasi Anggaran sering juga disebut laporan operasional merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah yang menggambarkan perbandingan antara anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.

Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

Catatan atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya menyajikan tentang ;

Page 12: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

12 Analisa Laporan Keuangan

a. informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target

b. ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan

c. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya

d. pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar mukalaporan keuangan

e. pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas

f. informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan

g. daftar dan skedul

Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

Setiap komponen laporan keuangan hendaknya tidak dianalisis secara parsial. Keempat komponen laporan tersebut merupakan satu kesatuan yang harus dianalisis secara bersama-sama. Terdapat hubungan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan sehingga untuk memperoleh gambaran informasi yang utuh, pos-pos terkait dianalisis secara terintegrasi.

Laporan keuangan merupakan hasil rekaman transaksi keuangan dari peristiwa masa lalu. Dengan demikian laporan keuangan berarti menyajikan data hsitoris pemerintah yang bersangkutan. Sementara itu berbagai pihak yang berkepentingan pada umumnya tidak hanya membutuhkan informasi masa lalu tetapi mereka menggunakannya untuk mencari tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Oleh karena itu teknik dan tingkat kedalaman analisis disesuaikan dengan kebutuhan

B. PENGGUNA LAPORAN KEUANGANPihak-pihak yang menggunakan informasi keuangan dari laporan keuangan disebut

pengguna. Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada:

1. masyarakat,

2. para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa,

3. pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, dan

4. manajemen pemerintah

Page 13: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

13 Analisa Laporan Keuangan

Setiap pemakai bisa mempunyai kepentingan yang berlainan. Oleh karena itu, mereka harus memahami informasi yang disajikan dalam laporan dan menganalisis dengan teknik yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhannya

Masyarakat pada umumnya ingin mengetahui panggunaan sumber daya ekonomi yang dipungut dari masyarakat selama tahun berjalan berikut kinerja atau hasil-hasil yang dicapainya.

Para wakil rakyat berkewenangan untuk mengawasi apakah pemerintah bekerja sesuai dengan batas-batas anggaran yang telah dituangan peraturan yang telah ditetapkan. Mereka juga berkepentingan apakah peraturan perundangan yang berlaku ditaati.

Investor/kreditor pada umumnya berkepentingan untuk melihat apakah pemerintah mampu mengembalikan pinjaman/investasi berikut kemampuan untuk membayar beban bunganya secara tepat waktu.

Manajemen pemerintah berkepentingan terhadap informasi keuangan untuk perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian kegiatan operasional pemerintahan. Hal ini sangat penting bagi pemerintah agar dapat mengalokasikan dan menggunakan anggaran yang tersedia untuk mencapai output/outcome secara efisien dan efektif.

Page 14: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

14 Analisa Laporan Keuangan

BAB IIITUJUAN DAN PRASYARAT ANALISIS

A. TUJUAN ANALISISInformasi yang disajikan dalam laporan keuangan mencakup informasi kuantitatif

maupun informasi kualitatif. Informasi kuantitatif tentang posisi keuangan pada awal dan akhir tahun anggaran disajikan di neraca dan transaksi anggaran maupun non anggaran yang terjadi dalam satu tahun anggaran dilaporkan dalam laporan realisasi anggaran dan laporan arus kas.

Informasi kualitatif berupa kebijakan umum keuangan, kebijakan akuntansi, pencapaian kinerja dan penjelasan pos-pos laporan keuangan disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

Informasi kuantitatif harus dipadukan dengan informasi kualitatif dalam melakukan analisis laporan keuangan. Ruang lingkup informasi yang dianalisis sangat dipengaruhi oleh tujuan analisis itu sendiri.

Tujuan analisis laporan keuangan pemerintah pada umumnya adalah:

1. untuk meyakini bahwa pemerintah telah melaksanakan anggaran sesuai dengan peraturan perundang-udangan

2. untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja pemerintah

3. untuk mengukur potensi pendapatan atau sumber ekonomi

4. untuk mengetahui kondisi keuangan

5. untuk mengetahui kemampuan pemerintah dalam memenuhi kewajibannya

B. TINGKAT KEDALAMAN ANALISISLaporan keuangan pemerintah pada dasarnya merupakan laporan keuangan yang

bertujuan umum, yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar pengguna. Dalam kenyataanya setiap kelompok pengguna bisa mempunyai kebutuhan yang berbeda. Setiap kebutuhan membutuhkan jenis dan tingkat kedalaman informasi yang berbeda. Hal ini menentukan seberapa dalam seorang pengguna akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan.

Sebagai contoh seorang calon investor yang akan menanamkan uang pemerintahan untuk jangka waktu yang panjang akan membutuhkan banyak informasi dengan ruang lingkup yang luas, menganalisisnya secara mendalam dengan menggunakan berbagai teknik analisis. Mereka akan membutuhkan informasi mengenai potensi ekonomi di masa yang akan datang, mengukur tingkat keuntungan yang dikehendaki, mengukur berapa lama investasinya akan diperoleh kembali. Sebaliknya mungkin ada pejabat pemerintah yang hanya ingin mengetahui naik-turunya pendapatan pajak atau non pajak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Karena kebutuhannya sangat sederhana maka ia hanya akan membandingkan antara pajak dan non pajak dengan tahun anggaran sebelumnya.

Page 15: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

15 Analisa Laporan Keuangan

Dari kedua contoh tersebut tampak bahwa pengguna mempunyai kepentingan yang berbeda. Kepentingannya bervariasi dari yang sangat sederhana sampai dengan informasi yang kompleks. Semakin besar permasalahan yang dihadapi dan semakin panjang waktu yang menjadi kepentingan pengguna akan diperlukan analisis yang semakin mendalam dengan menggunakan berbagai teknik dan metode analisis.

C. PRASYARAT ANALISISDalam melakukan analisis laporan keuangan, pengguna harus memahami bahwa

angka-angka yang disajikan di neraca, laporan realisasi anggaran dan laporan arus kas merupakan hasil pemrosesan data keuangan sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada. Kondisi yang dihadapi belum tentu sama dari waktu ke waktu. Disamping itu, juga harus disadari bahwa penyajian laporan keuangan harus mentaati standar akuntansi pemerintahan yang berlaku. Berdasarkan standar akuntasi pemerintahan tersebut, pemerintah harus menyusun kebijakan akuntansi yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Berhubung dengan adanya permasalahan sebagaimana disebutkan di atas, maka terdapat prasyarat analisis yang harus dipahami oleh pengguna, antara lain sebagai berikut:

1. Laporan Keuangan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan dan kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh pemerintah. Oleh karena itu, membandingkan laporan keuangan secara horisontal maupun vertikal harus diyakini terlebih dahulu bahwa mereka menggunakan metode-metode yang sama. Setelah sama metodenya barulah angka-angka dapat diperbandingkan.

2. Angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan mungkin dipengaruhi oleh suatu kondisi atau masalah tertentu yang spesifik. Dengan adanya kemungkinan seperti ini, pengguna harus berhati-hati apabila membandingkan angka-angka dari berbagai pos yang dihasilkan oleh kondisi yang berlainan. Misalnya pengeluaran untuk belanja obat-obatan pada tahun lalu dengan tahun ini. Tahun lalu belum ada imunisasi cacar sehingga banyak obat yang dikeluarkan untuk puskesmas-puskesmas untuk merawat masyarakat yang terkena penyakit tersebut. Tahun berjalan tidak ada serangan penyakit cacar lagi sehubungan dengan adanya program imunisasi. Dengan contoh seperti ini dapat dilihat bahwa dalam hal-hal tertentu angka-angka sangat dipengaruhi oleh situasi atau kondisi yang bersifat musiman yang terjadi.

3. Pengaruh transaksi, peristiwa dan kejadian yang ekstrim atau luar biasa juga harus dieliminasi supaya tidak meyesatkan. Sebagai contoh, pada suatu tahun terjadi bencana alam sehingga terdapat pengeluaran belanja yang besar untuk menangani bencana alam tersebut. Tahun-tahun sebelumnya tidak pernah terjadi bencana alam. Terhadap peristiwa yang sedemikian ini pengaruhnya terhadap angka-angka laporan keuangan harus dihilangkan supaya angkanya tidak meyesatkan.

4. Membandingkan antar Laporan Keuangan harus memperhitungkan kesetaraan satker dalam hal tupoksi, jenis, maupun besaran-besaran relatif lainnya. Misalkan, apabila kita ingin membandingkan efektifitas kinerja dari dua buah satker di bawah Departemen Keuangan maka harus dipastikan keduanya merupakan satker di bawah unit organisasi Eselon 1 yang sama, mempunyai tupoksi yang sejenis dan bertipe sama seperti antara KPPN tipe A dengan KPPN tipe A lainnya, KPP Pratama dengan KPP Pratama lainnya dan sebagainya. Sangat tidak masuk akal untuk membandingkan dua satker yang tidak mempunyai kesetaraan sama sekali, sehingga analisis yang dihasilkanpun kemungkinan besar akan sumir.

Pemilihan angka-angka yang menjadi tolok ukur harus dilaksanakan secara hati-hati, terlebih lagi jika yang digunakan sebagai pembanding adalah laporan keuangan. Misalnya laporan keuangan suatu kementerian negara/lembaga dibandingkan dengan kementerian

Page 16: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

16 Analisa Laporan Keuangan

negara/lembaga lainnya. Permasalahan tidak hanya terletak pada perbedaan berbagai kebijakan akuntansi tetapi kondisi dan kemampuan keuangan yang mungkin sudah berbeda.

Page 17: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

17 Analisa Laporan Keuangan

BAB IV

METODE DAN TEKNIK ANALISIS

A. METODE ANALISIS HORISONTAL DAN VERTIKALAnalisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan membandingkan pos-pos yang

disajikan dalam laporan keuangan. Metode yang dapat digunakan ada dua, yaitu analisis horisontal dan analisis vertikal.

Analisis horisontal dilaksanakan dengan membandingkan angka-angka dalam suatu laporan keuangan kementerian negara/lembaga dengan kementerian negara/lembaga lainnya, antara pemerintah dengan pemerintah lainnya atau laporan keuangan beberapa tahun terakhir secara berurutan. Di dalam melaksanakan metode yang demikian pengguna harus hati-hati bahwa yang berbeda tidak hanya kebijakan akuntansi tetapi bisa jadi terdapat perbedaan-perbedaan lain yang lebih mendasar. Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut pengguna harus hati-hati dalam memilih laporan keuangan yang akan dijadikan sebagai pembanding agar tidak menghasilkan informasi yang menyesatkan. Atau, sebelum melakukan analisis, pengguna harus mengeliminasi perbedaan-perbedaan yang yang berpengaruh terhadap proses analisis.

Analisis vertikal dilakukan dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lain dalam laporan keuangan yang sama, misalnya berapa persen belanja pegawai, belanja barang atau belanja modal dari keseluruhan belanja. Dalam analisis vertikal ini, kasus dan masalah tidak serumit sebagaimana analisis horisontal karena yang dianalisis adalah laporan keuangan dari suatu entitas atau kementerian negara/lembaga yang sama.

B. TOLOK UKUR ATAU PEMBANDINGEvaluasi hasil analisis laporan keuangan akan dibandingkan dengan kriteria atau

tolok ukur yang ditetapkan. Tolok ukur yang dapat digunakan dalam melakukan analisis ini antara lain:

1. Informasi internal dari kementerian negara/lembaga yang bersangkutan, berupa:a. Rencana kerja dan anggaran atau dokumen lainnya; danb. Laporan keuangan periode sebelumnya.

2. Informasi eksternal, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan kementerian negara/lembaga lainnya.

C. TEKNIK ANALISIS

Terdapat beberapa teknik analisis yang dapat digunakan oleh pengguna dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Teknik analisis laporan keuangan tersebut meliputi:

1. Analisis perubahan laporan keuangan2. Analisis prosentase per komponen3. Analisis tren

Page 18: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

18 Analisa Laporan Keuangan

4. Analisis rasio5. Analisis ketaatan terhadap peraturan

Teknik-teknik analisis tersebut mempunyai fokus yang berbeda. Oleh karena itu, pengguna harus berhati-hati dalam memilih teknik yang akan digunakan. Setiap teknik analisis tersebut dapat digunakan secara individual atau bersama-sama sehingga dapat saling melengkapi untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai kondisi suatu laporan keuangan kementerian negara/lembaga.

1. ANALISIS PERUBAHAN LAPORAN KEUANGAN

a. Pengertian

Analisis perubahan laporan keuangan adalah teknik analisis yang dilakukan dengan memperbandingkan pos-pos yang sama dua laporan keuangan dengan periode yang berlainan. Periode yang dipilih pada umumnya adalah dua periode yang berturut-turut. Sebagai contoh, membandingkan pos Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diperoleh selama tahun 2006 dengan PNBP yang diperoleh selama tahun 2005. Pos belanja pegawai tahun anggaran 2006 dibandingkan dengan belanja pegawai tahun anggaran 2005.

b. TujuanAnalisis perubahan laporan keuangan dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui perubahan suatu pos dari periode yang satu ke periode yang lain. Hal ini diperlukan untuk mengetahui dampak dari adanya perubahan kebijakan, lingkungan, peraturan, prosedur dan hal-hal lainnya yang terjadi di suatu kementerian negara/lembaga. Oleh karena itu, perubahan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan tidak dibaca secara awam hanya sekedar kenaikan atau penurunannya melainkan harus dikaitkan dengan berbagai perubahan yang telah dilakukan oleh kementerian negara/lembaga dalam menjalankan kegiatan pemerintahan.

Perubahan suatu pos diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan dalam kuantitatif diperoleh dengan menghitung naik/turunnya suatu pos dari periode ke periode berikutnya. Selanjutnya, perubahan tersebut diukur secara kualitatif untuk mengetahui tingkat signifakansi dari angka-angka tersebut. Pengukuran secara kualitatif pada umunya dilakukan dengan menghitung porsentasi perubahan terhadap pos tersebut di periode sebelumnya.

c. IlustrasiSumber PNBP Satuan Kerja AAA hanya berasal dari sewa rumah dinas dan

Pendapatan Pendidikan. Pendapatan Pendidikan adalah pendapatan yang diperoleh Satuan Kerja AAA dalam rangka pelaksanaan program-program pendidikan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja tersebut. Dalam tahun anggaran 2006, Satuan Kerja AAA mencanangkan program optimalisasi PNBP tersebut, dimulai dengan kegiatan pendataan ulang pendapatan sewa rumah dinas dan tagihan-tagihan yang seharusnya diterima Satuan Kerja tersebut. Optimalisasi juga dilaksanakan dengan penambahan frekuensi promosi atas keunggulan program pendidikan yang disediakan oleh Satuan Kerja AAA. Pada akhir tahun 2006, Satuan Kerja AAA ingin mengetahui sejauh mana peningkatan PNBP Satuan Kerja tersebut sehubungan dengan program yang telah dicanangkan.

Page 19: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

19 Analisa Laporan Keuangan

Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari program tersebut, dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara PNBP tahun 2006 dengan tahun 2005. ilustrasi perhitungannya sebagai berikut:

Pos-pos LRA 2006 2005 PerubahanRp %

Pendapatan Negara Bukan Pajak

12.000 10.000 2.000 20%

Apabila berbagai faktor yang berpengaruh terhadap PNBP tidak mengalami perubahan, misalnya Satuan Kerja AAA pada tahun 2006 hanya mendapatkan PNBP dari sewa rumah dinas dan Pendapatan Pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pendataan ulang dan promosi program yang dikelola Satuan Kerja AAA ternyata menghasilkan kenaikan PNBP sebesar Rp2.000(12.000-10.000) atau sebesar 20% ((2.000/10.000)x100) dari PNBP tahun sebelumnya. Informasi ini tentunya diharapkan juga mempunyai predictive value bagi jajaran manajemen pemerintah untuk memperkirakan apa yang akan terjadi terhadap PNBP sehubungan dengan program-program yang akan dilakukan di tahun-tahun mendatang.

Namun apabila terdapat unsur di luar sewa rumah dinas dan Pendapatan Pendidikan yang bersifat tidak biasa yang mempengaruhi PNBP Satuan Kerja AAA maka pendapatan dari unsur yang tidak biasa tersebut harus dikeluarkan dalam analisis. Misalnya pada tahun 2006 PNBP Satuan Kerja AAA sebesar berasal dari:

No Uraian PNBP Jumlah (Rp)

1. Sewa rumah dinas 8.000

2. Penerimaan pendidikan 2.500

3. Penjualan aset yang berlebihan/ rusak*) 1.500

Jumlah 12.000

*) Pendapatan ini berasal dari hasil lelang aset yang rusak dan sudah dihapuskan Satuan Kerja AAA oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKN-L) dan diperkirakan tidak akan terjadi pada tahun-tahun selanjutnya.

Akibat adanya transaksi yang tidak biasa tersebut, pendapatan yang berasal dari penjualan aset yang berlebihan/rusak harus dikeluarkan dari unsur PNBP dalam melakukan analisis perubahan pendapatan. Dengan demikian kenaikan PNBP sebagai akibat program Satuan Kerja AAA sebesar 500 (10.500-10.000) atau sebesar 5% ((500/10.000)x100%). Hasil analisis ini selanjutnya dapat digunakan oleh manajemen dalam hal ini adalah Satuan Kerja AAA untuk melakukan langkah-langkah peningkatan PNBP, misalnya melalui intensifikasi penggunaan Balai Pendidikan dan Pelatihan yang dimiliki, peningkatan mutu pendidikan yang disediakan dan promosi yang lebih gencar.

Page 20: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

20 Analisa Laporan Keuangan

Ilustrasi yang lain analisis perubahan antara realisasi anggaran tahun 2006 dengan 2005 disajikan pada tabel berikut.

SATUAN KERJA BBBPERUBAHAN REALISASI ANGGARAN 2006 VS 2005

Uraian

Realisasi

Kenaikan (Penurunan)

Realisasi 2006 vs 2005

         2006  2005 Rp %

A. Pendapatan Negara dan Hibah        

 I. Penerimaan Negara Bukan Pajak 36.503.209 23.585.859 12.917.350 54,77

    1. PNBP. Lainnya 36.503.209 23.585.859 12.917.350 54,77

 

B. Belanja Negara    

  I. Belanja Pemerintah Pusat 253.517.733 175.190.287 78.327.446 44,71

    1. Belanja Pegawai 73.252.287 54.254.195 18.998.092 35,02

    2. Belanja Barang 47.181.912 29.171.687 18.010.225 61,74

    3. Belanja Modal 54.951.875 32.888.839 22.063.036 67,08

    4. Bantuan Sosial 40.708.566 24.903.485 15.805.081 63,47

    5. Belanja Lain-lain 37.423.093 33.972.081 3.451.012 10,16

Keterangan: Dari sajian data di atas dapat diambil beberapa poin penting yang dapat dijadikan sebagai kesimpulan yaitu: Pendapatan Negara Bukan Pajak Satuan Kerja BBB mengalami kenaikan

54,77% Belanja Satuan Kerja BBB secara keseluruhan meningkat secara rata-rata

44,71%

Berdasarkan teknik analisis yang sama untuk seluruh Satuan Kerja Departemen ZZZ diperoleh data sebagai berikut:

PERUBAHAN PNBP PER SATUAN KERJA DEP. ZZZ

Satuan Kerja 2006 2005 PerubahanRp %

BBB 36.000.000 23.000.000 13.000.000 56,5

CCC 30.000.000 23.000.000 7.000.000 30,4

DDD 28.000.000 22.000.000 6.000.000 27,3

Page 21: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

21 Analisa Laporan Keuangan

Dari data di atas dapat dilakukan analisis perubahan laporan keuangan metode horisontal sebagai berikut:Dengan asumsi bahwa terdapat kesetaraan antar Satuan Kerja dalam Departemen ZZZ, Satuan kerja BBB mengalami perubahan kenaikan pendapatan dengan prosentase paling tinggi dibanding Satuan Kerja yang lain dalam Departemen ZZZ. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kinerja Pendapatan Negara Bukan Pajak Satuan Kerja BBB paling baik di antara Satuan Kerja dalam Departemen ZZZ.

2. ANALISIS PERSENTASE PER KOMPONEN

a. PengertianAnalisis persentase per komponen merupakan suatu teknik analisis yang

dilakukan dengan membandingkan antara suatu pos terhadap totalnya dalam laporan keuangan yang sama. Jadi analisis ini merupakan analisis vertikal dalam suatu laporan keuangan. Sebagai contoh:

belanja gaji dibandingkan dengan total belanja pegawai belanja pegawai dibandingkan dengan total belanja pendapatan pajak dibandingkan dengan total pendapatan negara

b. TujuanAnalisis prosentase per komponen dimaksudkan untuk mengetahui seberapa

besar kontribusi suatu pos dalam bentuk angka total. Dengan diperolehnya angka ini, pengguna dapat mengukur besarnya pengaruh pos tersebut bagi kementerian negara/lembaga. Dengan demikian besaran angka ini seharusnya digunakan sebagai dasar mengarahkan, mengalokasikan, dan mengendalikan sumber daya yang dimiliki suatu kementerian negara/lembaga untuk menghasilkan output yang optimal bagi kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

Di samping itu fakta ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menggali berbagai potensi-potensi yang dapat dikembangkan. Jadi, informasi ini dapat memberikan umpan balik, baik untuk perencanaan, penganggaran, pengalokasian, maupun pengendalian sumber daya yang dimiliki suatu kementerian negara/lembaga.

c. IlustrasiBelanja pegawai selama satu tahun anggaran Rp73.252.287. Dari jumlah

tersebut ternyata besarnya gaji Rp35.000.000, honorarium Rp38.000.000 dan lainnya Rp252.287. Angka ini memperlihatkan bahwa besarnya gaji kurang dari 50%, sedangkan honorarium mencapai lebih dari 50%. Angka yang demikian sudah memberikan sinyal adanya kelemahan atau kesalahan dalam pemberdayaan sumber daya manusia.

Dengan mengambil data pada halaman 18, di atas, beberapa analisis prosentase per komponen pada tahun yang bersangkutan sebagai berikut:

Page 22: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

22 Analisa Laporan Keuangan

No Analisis prosentase per komponen menurut tahun 2006 2005 Naik

(Turun)

Belanja

1. Belanja Pegawai dengan total Belanja Pemerintah Pusat

28.89% 30.97% (2.07%)

2. Belanja Barang dengan total Belanja Pemerintah Pusat

18.61% 16.65% 1.96%

3. Belanja Modal dengan total Belanja Pemerintah Pusat

21.68% 18.77% 2.90%

4. Belanja Bantuan Sosial dengan total Belanja Pemerintah Pusat

16.06% 14.22% 1.84%

5. Belanja Lain-Lain total total Belanja Pemerintah Pusat

14.76% 19.39% (4.63%)

Berdasarkan teknik analisis yang sama untuk seluruh Satuan Kerja Departemen ZZZ misalnya diperoleh data sebagai berikut:

Belanja Barang per Satuan Kerja

No Satuan Kerja 2006(jutaan rupiah) %

1. AAA 15.000. 202. BBB 10.000 13,33. CCC 50.000 66,7

TOTAL 75.000 100

Apabila diasumsikan bahwa ketiga Satuan Kerja AAA, BBB, CCC dari Departemen ZZZ mempunyai jenis/tipe kantor yang sama dengan jumlah pegawai yang relatif sama, dan kegiatan yang relatif sama maka dapat dikatakan bahwa Satuan Kerja BBB dapat melakukan penghematan atau efisiensi dalam belanja barang dibanding Satuan Kerja yang lain. Bila digambarkan dengan tabel, komposisi Belanja Barang per Satuan Kerja adalah sebagai berikut:

Page 23: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

23 Analisa Laporan Keuangan

Belanja Barang per Satuan Kerja

20%

13,30%66,70%

AAA

BBB

CCC

3. ANALISIS TREN

a. Pengertian Analisis tren merupakan salah satu teknik analisis yang dilakukan dengan

membandingkan pos-pos yang sama dari beberapa periode yang berurutan (time series data). Teknik ini membutuhkan data dari sejumlah periode yang relatif panjang agar dapat memperoleh gambaran yang lebih baik dalam mempelajari perilaku pos tersebut selama beberapa periode. Periode lima tahun pada umumnya dianggap cukup untuk melakukan analisis tren ini.

Dalam melakukan analisis tren ini, angka-angka yang dibandingkan ke angka suatu tahun, yang dikenal sebagai tahun dasar. Oleh karena itu, pengguna harus menetapkan tahun yang dipilih sebagai tahun dasar. Tahun dasar pada umumnya dipilih suatu tahun dimana kondisi ekonomi, sosial, politik, dan keamanan relatif stabil, tidak terjadi berbagai macam gejolak, sehingga angka-angka yang tersaji dalam laporan keuangan realistis dan wajar karena tidak ada distorsi-distorsi yang mengganggu dalam penyelenggaraan pemerintahan.

b. TujuanAnalisis tren ini dimaksudkan untuk memahami arah atau kecenderungan

suatu pos dari waktu ke waktu. Angka-angka yang tersaji dalam laporan setiap tahunnya merupakan potret atau rekaman fakta yang terjadi dalam suatu tahun dengan kebijakan, situasi, dan kondisi tertentu.

Apabila arah kecenderungan ini dapat dipahami maka lama-kelamaan pengguna dapat memahami perilaku pos-pos tersebut sehingga akan sangat membantu mereka dalam proses pengambilan keputusan untuk masa-masa yang akan datang.

Page 24: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

24 Analisa Laporan Keuangan

Dalam memahami informasi ini, seyogyanya pengguna melakukan analisis terhadap sekelompok perkiraan terkait karena pada umunya pos-pos terkait ini mempunyai perilaku yang sejalan. Oleh karena itu bilamana ada pos-pos yang trennya meyimpang padahal seharusnya mempunyai tren yang sama, hal ini juga memberikan sinyal bahwa ada sesuatu yang kurang tepat pada pos tersebut. Apabila sinyal ini diperoleh maka pengguna akan meneliti lebih lanjut sesuai kepentingan masing-masing. Bagi jajaran internal manajemen yang bersangkutan dapat melakukan analisis lebih lanjut untuk meneliti penyebabnya supaya dapat memperoleh jalan keluar yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.

c. IlustrasiBerikut ini data yang diperoleh dari laporan keuangan Satuan Kerja CCC dari

tahun 2001 sampai dengan 2005.

PNBP 2001 2002 2003 2004 2005

Pendapatan Sewa Rumah Dinas 200 210 250 300 350

Pendapatan Jasa Giro 150 180 200 250 260

Penjualan Dokumen Lelang 50 50 55 60 70

Tuntutan Ganti Rugi 300

Apabila tahun 2001 dipilih sebagai tahun dasar karena berbagai pertimbangan maka angka pada tahun tersebut diberikan nilai 100. Angka angka pada tahun berikutnya dibandingkan dengan tahun dasar sehingga diperoleh tren selama lima tahun untuk setiap pos. Pendapatan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) pada ilustrasi di atas adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat adanya tuntutan Satuan Kerja terhadap pegawai yang karena kelalaiannya menghilangkan aset negara. Karena kelalaiannya, maka pegawai tersebut harus membayar sejumlah uang kepada negara sebagai pengganti aset yang hilang. Karena sifat dari Pendapatan TGR untuk Satuan Kerja ini tidak terjadi terus menerus dan bukan pendapatan yang diperoleh karena kegiatan operasional utama (tidak biasa), maka pendapatan ini harus dikeluarkan dari analisis untuk mendapatkan informasi yang tepat.

Tren dari angka-angka tersebut adalah sebagai berikut:

PNBP 2001 2002 2003 2004 2005

Sewa Rumah Dinas 100 105 125 150 175

Jasa Giro 100 120 133 167 173

Penjualan Dokumen Lelang 100 100 110 120 140

Page 25: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

25 Analisa Laporan Keuangan

Berikut ini ilustrasi tren dalam bentuk grafik atas pendapatan tersebut.

Dari gambar di atas pengguna dapat memanfaatkannya untuk memprediksi kondisi yang akan terjadi di masa mendatang sehubungan dengan adanya perubahan-perubahan atau rencana yang akan dilakukan oleh pemerintah atau dalam lingkup yang lebih kecil yaitu Satuan Kerja CCC.

4. ANALISIS RASIO

a. PengertianAnalisis rasio merupakan teknik analisis yang dilakukan dengan

membandingkan pos yang satu dengan pos yang lain dalam laporan keuangan yang sama. Rasio-rasio yang diperoleh selanjutnya akan dibandingkan dengan rasio yang sama di kementerian negara/lembaga yang bersangkutan untuk periode yang berlainan atau akan dibandingkan dengan rasio pos yang sama dari kementerian negara/lembaga lainnya

Rasio ini dapat dikembangkan sebanyak yang diinginkan. Rasio ini mudah dihitungnya dan bilamana pengguna mampu membaca angka-angka rasio ini dengan baik serta menggabungkannya dengan informasi yang ada dalam catatan atas laporan keuangan serta informasi lainnya akan banyak membantu pengguna dalam pengambilan keputusan. Jenis-jenis rasio meliputi :

Rasio neraca Rasio laporan realisasi anggaran

b. TujuanAnalisis rasio lazimnya digunakan untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas,

efisiensi serta kemampuan suatu organisasi dalam memperoleh hasil untuk membiayai pengeluarannya.

Rasio yang berlaku di pemerintahan tentunya berbeda dengan rasio yang berada di lingkungan organisasi komersial karena tujuan organisasi pemerintah berbeda dengan perusahaan komersial. Oleh karena itu cara mengembangkan jenis rasio maupun cara menganalisisnya tentu harus dikaitkan dengan hakekat organisasi pemerintah.

c. Ilustrasi

Page 26: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

26 Analisa Laporan Keuangan

Rasio likuiditas dapat dihitung dengan membandingkan antara total aset lancar dengan hutang lancar dalam neraca. Sebagai contoh, pemerintah mempunyai total aset lancar sebesar Rp45.000 dan total hutang lancar sebesar Rp30.000 maka rasio likuiditas pemerintah 45.000 : 30.000 = 1,33

Apabila rasio tersebut lebih besar dari 1 mencerminkan bahwa total aset lancar mencukupi untuk pembayaran hutang jangka pendek. Namun angka ini tidak mutlak berarti demikian. Sifat seperti ini tidak mutlak berlaku di bidang pemerintahan. Pembayaran hutang tidak tergantung sepenuhnya pada aset lancar atau sumber daya yang dimiliki. Terdapat sumber dana yang berasal dari pungutan masyarakat tanpa imbalan secara langsung misalnya pajak. Oleh karena itu semua informasi ini harus digunakan secara bersama-sama dengan informasi lainnya.

Dari rasio ini sebenarnya pengguna juga dapat melihat kemampuan pemerintah untuk mendanai kebutuhannya. Semakin besar rasionya berarti semakin besar kemampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

Rasio solvabilitas dapat dihitung dengan membandingkan total aset dan total hutang. Sebagai contoh, pemerintah mempunyai total aset sebesar Rp1.525.000 dan total hutang hutang sebesar Rp335.000 maka rasio solvabilitas 1.525.000 : 335.000 = 4,5.

Apabila rasionya lebih besar dari 1 berarti asetnya masih lebih besar dari hutang. Dalam analisis ini pengguna harus hati-hati karena sebagian besar aset pemerintah pada umumnya berupa aset tetap yang dinilai dengan harga perolehan. Oleh karena itu bilamana menghendaki data yang lebih akurat, aset tetap tersebut seyogyanya dinilai dengan nilai pasar yang wajar saat dilakukan penilaian.

Apabila pemerintah mencari pinjaman pada umumnya digunakan untuk membiayai perolehan aset tetap, misalnya membangun gedung, membeli peralatan, membangun jalan, irigasi dan jaringan. Dengan membandingkan antara total aset tetap dengan total hutang mencerminkan seberapa besar pemerintah membiayai aset tetapnya dari hutang dan seberapa besar membiayainya dari ekuitas dana pemerintah.

Apabila ekuitas dananya negatif berarti utang pemerintah lebih besar dari total aset yang dimiliki. Sebaliknya bila ekuitas dana positif mencerminkan hutangnya lebih kecil dari total aset. Informasi seperti ini banyak digunakan investor dan kreditur untuk mengukur kemampuan pemerintah untuk membayar kembali pokok hutang dan bunganya.

Kemampuan pemerintah untuk membayar bunga dapat dihitung dari pendapatan dibagi dengan tingkat bunga. Semakin besar rasionya berarti semakin besar kemampuan pemerintah untuk membayar bunga atas pinjaman yang diterima.

Selanjutnya perlu disadari bahwa aset pemerintah banyak yang tertanam dalam prasarana seperti jalan, jembatan, dan lain-lain yang tidak dapat dijadikan jaminan atau dijual dalam rangka pelunasan pinjaman. Jadi angka-angka rasio

Page 27: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

27 Analisa Laporan Keuangan

hanyalah merupakan sinyal bagi pengguna tentang kondisi keuangan pemerintah yang harus dilengkapi dengan informasi lainnya.

Rasio realisasi anggaran yang dominan pada umumnya adalah perbandingan angka realisasi terhadap anggarannya. Rasio jenis ini sering disebut rasio varians (selisih). Angka ini mencerminkan pencapaian target selama satu tahun anggaran. Yang perlu diperhatikan adalah angka ini hanya indikator keuangan. Untuk mengukur kinerja pemerintah tidak cukup hanya melihat pencapaian target keuangan tetapi harus memperhatikan output yang dihasilkan. Total penyerapan dana dibagi dengan output menghasilkan biaya standar. Hal penting yang harus diingat dan selalu digunakan bersama-sama dalam mengukur kinerja pemerintah adalah standar pelayanan minimal. Apabila dapat diketahui berapa biaya standar per obyek dengan tingkat kualitas pelayanan tertentu maka kombinasi ini sangat membantu untuk mengukur kinerja keuangan maupun kinerja pelayanan di lingkungan pemerintah atau kementerian negara/lembaga.

Biaya standar ini akan dibandingkan dengan biaya yang ditetapkan pada saat penyusunan anggaran. Dengan demikian dapat diketahui tingkat efisiensi dalam pengelolaan anggaran. Selanjutnya hasil yang dicapai dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Tingkat pencapaian target ini mencerminkan tingkat efektifitas pemerintah dalam menghasilkan output.

Disamping membandingkan antara realisasi terhadap anggaran, pengguna dapat melakukan analisis tentang kemampuan pemerintah untuk membiayai pengeluarannya dari pendapatan yang diterimanya. Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini antara lain :

Total pendapatan dalam negeri/total belanja Total pendapatan dalam negeri/total belanja operasi pendapatan/total belanja

Berbagai informasi atau perhitungan yang dilakukan tersebut selanjutnya digabungkan dengan strategi/kebijakan/sistem dan prosedur dalam pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah serta kendala/hambatan yang dihadapi sehingga pengguna dapat memperoleh gambaran yang utuh tentang kinerja keuangan.

Disamping analisis kuantitatif sebagaimana telah diuraikan di atas, informasi tentang aset yang tersedia dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah dalam memberikan pelayanan. Informasi untuk memenuhi kebutuhan ini pada umumnya dapat dilihat di catatan atas laporan keuangan atau informasi tambahan, misalnya banyaknya item, kondisi, penguasaan dan umur. Berdasarkan ini akan dapat diketahui apakah di pemerintah tersedia sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan program dan kegiatan pemerintah.

Analisis rasio berdasarkan neraca disajikan sebagai berikut:

NERACA TINGKAT SATUAN KERJA

Page 28: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

28 Analisa Laporan Keuangan

PER 31 DESEMBER 2006 DAN 2005 (dalam rupiah)

Uraian 31-Des-06 31-Des-05 ASET Aset Lancar

Kas Di Bendahara Pengeluaran 3.972.769.563 1.084.515.865 Kas di Bendahara Penerimaan 250.500.000 150.000.000Bagian Lancar TGR 81.491.160 72.828.004

Persediaan 3.536.488 7.046.248 Jumlah Aset Lancar 4.308.297.211 1.314.390.117 Aset Tetap Tanah 81.443.273 78.518.225 Peralatan dan Mesin 111.945.481 136.141.296 Gedung dan Bangunan 53.225.868 39.274.840 Jalan, Irigasi, dan Jaringan 82.173.661 50.532.400 Aset Tetap Lainnya 4.101.874 1.668.963 Konstruksi Dalam Pengerjaan 11.034.797 8.031.643 Jumlah Aset Tetap 343.924.954 314.167.367

JUMLAH ASET 4.652.222.165 1.628.557.484

KEWAJIBAN Kewajiban Jangka Pendek

Uang Muka dari KPPN 3.972.769.563 1.084.515.865 Pendapatan yang Ditangguhkan 250.500.000 150.000.000Hutang kepada Pihak Ketiga 10.000.000 0

JUMLAH KEWAJIBAN 4.233.269.563 1.234.515.865 EKUITAS DANA Ekuitas Dana Lancar Cadangan Piutang 81.491.160 72.828.004

Cadangan Persediaan 3.536.488 7.046.248Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran -10.000.000 0

Jumlah Ekuitas Dana Lancar 75.027.648 79.874.252Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Aset Tetap 343.924.954 314.167.367

Jumlah Ekuitas Dana Investasi 343.924.954 314.167.367Jumlah Ekuitas Dana 418.952.602 394.167.367

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 4.652.222.165 1.628.557.484

1 Rasio Lancar= Total aset lancar/Kewajiban lancar

101,77% 106,47%

2 Rasio cepat = Kas/Kewajiban Lancar 99,76% 100%

3 Rasio solvabilitas= Total aset/total hutang 109,90% 131,92%

5. ANALISIS KETAATAN TERHADAP PERATURAN

Page 29: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

29 Analisa Laporan Keuangan

a. PengertianLaporan keuangan pemerintah merupakan sarana pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan negara yang setiap tahunnya ditetapkan dengan undang-undang. Berhubung anggaran dan realisasinya selalu diatur dalam peraturan perundang-perundangan.

Di dalam peraturan perundang-undangan terdapat berbagai macam ketentuan, antara lain:

i) pendapatan dan belanja diatur dalam undang-undang APBN

ii) prinsip prealabel, yaitu anggaran harus disahkan sebelum ada penggunaan

iii) prinsip universalitas, yaitu semua jenis pengeluaran harus dicantumkan dalam anggaran

iv) prinsip spesialitas, yaitu anggaran yang telah disediakan dalam mata anggaran pengeluaran tertentu tidak diperkenankan untuk digeser

v) prinsip periodisitas, yaitu laporan disusun secara berkala sesuai dengan peraturan

vi) asas bruto, yaitu tidak diperbolehkan adanya offsetting antara pendpatan dan beban

vii) anggaran belanja merupakan plafon

viii) pelaksanaan anggaran sesuai dengan pedoman yang mengatur pelaksanaan anggaran

Semua ini harus dipelajari secara cermat dalam rangka memastikan bahwa peraturan-peraturan telah ditaati.

a. TujuanTujuan analisis ini terutama difokuskan untuk mayakini bahwa semua

peraturan perundang-undangan telah dipatuhi. Untuk meyakini apakah peraturan-peraturan telah dipatuhi, tidak setiap pangguna mampu menelaah dan menganalisis sendiri. Pengguna pada umumnya tidak memiliki informasi yang cukup serta pengetahuan yang memadai untuk mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu dalam laporan keuangan harus diaudit oleh auditor independen untuk meyakini kewajarannya. Hasil audit ini akan dimasukkan dalam laporan keuangan disertai tanggapan pemerintah atas hasil audit atau temuan-temuan yang berupa kesalahan, penyimpangan, dan kelemahan yang ada.

b. IlustrasiSebagai contoh sederhana untuk mengetahui apakah plafon anggaran

terlampaui, laporan realisasi anggaran disajikan dengan membandingkan antara anggaran dan realisasi. Dengan demikian setiap jenis belanja dapat dikendalikan dan bilamana terdapat belanja yang melebihi plafon langsung dapat diketahui. Untuk meyakini bahwa semua pengeluaran dimuat dalam anggaran, bisa dibandingkan antara mata anggaran yang ada dengan realisasi belanja. Anggaran umurnya hanya satu tahun, maka mestinya per 31 Desember semua tagihan pihak ketiga (tagihan belanja) per 31 Desember telah dibayar. Semua pendapatan dipungut berdasarkan

Page 30: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

30 Analisa Laporan Keuangan

peraturan yang berlaku. Untuk itu dapat dibandingkan antara peraturan dengan jenis penerimaan pendapatan yang diterima.

Berikut disajikan analisis horizontal antara anggaran dengan realisasi tahun 2006.

ANALISIS HORIZONTAL ANTARA ANGGARAN DENGAN REALISASITAHUN ANGGARAN 2006

Uraian Anggaran 2006

Realisasi 2006

Kurang (Lebih) Realisasi 2006 vs

Anggaran A. Pendapatan Negara dan Hibah     Rp  %    1. PNBP. Lainnya 41.811.889 36.503.209 (5.308.680) (12,70)

Jumlah Pendapatan Negara & Hibah (A) 41.811.889 36.503.209 (5.308.680) (12,70)

B. Belanja Pemerintah Pusat    1. Belanja Pegawai 78.904.457 73.252.287 (5.652.170) (7,16)    2. Belanja Barang 55.506.999 47.181.912 (8.325.087) (15,00)    3. Belanja Modal 66.723.899 54.951.875 (11.772.024) (17,64)    4. Bantuan Sosial 44.590.994 40.708.566 (3.882.428) (8,71)    5. Belanja Lain-lain 42.400.714 37.423.093 (4.977.621) (11,74)  Jumlah Belanja (B) 288.127.063 253.517.733 (34.609.330) (12,01)

Keterangan:

1) Analisis kepatuhan terhadap pendapatan cenderung untuk memenuhi target besaran pendapatan yang telah ditetapkan pada periode yang bersangkutan. Apabila pendapatan melebih target secara signifikan, maka penyusunan anggaran kurang realistis.

2) Analisis kepatuhan terhadap belanja, di mana realisasi tidak melebihi pagu yang ditetapkan.

Page 31: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

31 Analisa Laporan Keuangan

BAB VTELAAH LAPORAN KEUANGAN

SATUAN KERJA

A. TUJUANTelaah laporan keuangan satuan kerja dilakukan dengan tujuan, antara lain untuk:

1. Mengetahui validitas dari tiap pos yang disajikan dalam laporan keuangan satu periode; dan

2. Menguji kesesuaian pos-pos Neraca dan LRA yang memiliki keterkaitan satu sama lain, yang disajikan dalam laporan keuangan satu periode.

B. TEKNIK TELAAHTelaah laporan keuangan satuan kerja dilakukan terhadap Laporan Realisasi

Anggaran dan Neraca suatu periode yang lebih difokuskan untuk mengetahui validitas suatu laporan keuangan, sehingga teknik analisis yang diterapkan antara lain ditujukan untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang potensial terjadi pada laporan keuangan sebagai akibat dari kesalahan pada saat pengoperasian aplikasi SAK.

1. Telaah Laporan Realisasi AnggaranDalam melakukan telaah terhadap Laporan Realisasi Anggaran, perlu dilakukan identifikasi kesalahan yang sering terjadi dalam pangoperasian aplikasi SAK, antara lain:

a. Kesalahan Input Kode Jenis Satker.

Misalnya: suatu instansi pusat tetapi mencantumkan kode jenis satker KD ( Kantor Daerah).

b. Kesalahan Input Kode Sumber Dana (SD) dan Cara Penarikan (CP).

Hal ini diindikasikan dengan adanya pagu dana yang kosong (nol) tetapi memiliki realisasi belanja.

c. Kesalahan Input Kode Fungsi, Sub Fungsi , Program, Kegiatan dan Kesalahan Pembebanan.

Hal ini diindikasikan dengan adanya realisasi belanja yang melebihi pagu dana sehingga sisa anggaran bernilai negatif.

d. Kesalahan perekaman kode BAS dan revisi DIPA.

Hal ini diindikasikan dengan adanya realisasi belanja yang melebihi pagu dana sehingga sisa anggaran bernilai negatif.

Dalam melakukan telaah Pendapatan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

Page 32: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

32 Analisa Laporan Keuangan

a. Realisasi pendapatan tidak melihat apakah ada anggarannya atau tidak

b. Pendapatan suatu kementerian negara/lembaga merupakan pendapatan yang wajar diterima oleh K/L yang bersangkutan sesuai dengan TUPOKSI, yaitu:

(1) Pendapatan Pajak, terdapat pada Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai

(2) PNBP Umum (sesuai PP. no 22 tahun 1997):, dalam bentuk:

Penerimaan kembali belanja TAYL (Pendapatan Lain-lain)

Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara

Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara

Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro)

Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (Tuntutan Ganti Rugi dan Tuntutan Perbendaharaan)

Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah

Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang

(3) PNBP Khusus

PNBP yang pelaksanaan pemungutannya hanya dilakukan oleh satu Kementerian Negara/ Lembaga tertentu yang mengacu kepada tugas pokok dan fungsi masing-masing Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan

(4) Pendapatan Hibah

Bisa ada di semua K/L, dalam bentuk hibah uang, barang, dan jasa

Dikaitkan dengan Belanja Hibah

Dilaporkan di Laporan Realisasi anggaran Pendapatan dan diungkapkan dalam CaLK

Dalam melakukan validasi Belanja, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Apakah masih ada kode fungsi, sub fungsi dan program yang belum terisi atau salah.

b. Identifikasi kode dan uraiannya;

c. Apakah realisasi tidak melebihi anggaran, yang ditandai dengan adanya nilai minus atau angka dalam kurung (kecuali untuk belanja pegawai);

d. Pastikan ketepatan penggunaan kode BAS

2. Telaah NeracaUntuk mengetahui validitas penyajian Neraca, diperlukan pengujian terhadap pos-pos neraca dengan teknik analisis sebagai berikut:

a. Kas di Bendahara PengeluaranPada saat akhir tahun anggaran, saldo Kas di Bendahara Pengeluaran harus berjumlah nol. Akan tetapi sering kali saldo Kas di Bendahara Pengeluaran berjumlah tidak sama dengan nol atau bahkan minus (negatif).

Hal ini dapat disebabkan:

Page 33: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

33 Analisa Laporan Keuangan

SPM/SP2D UP/TUP, SPM/SP2D GU Nihil, SSBP Pengembalian UP masih ada yang belum direkam.

Kesalahan penggunaan BAS Pengembalian UP.

Transaksi yang mempengaruhi saldo Kas di Bendahara Pengeluaran adalah seperti dalam tabel berikut:

Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran di Neraca harus

sama dengan Uang Muka dari KPPN

BAS Uraian BAS Dr Cr

825111 Pengeluaran Uang Persediaan Dana Rupiah √

825112 Pengeluaran Uang Persediaan Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri

825113 Pengeluaran Uang Persediaan Pengguna PNBP (Swadana)

815111 Penerimaan Pengembalian Uang Persediaan Dana Rupiah

815112 Penerimaan Pengembalian Uang Persediaan Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri

815113 Penerimaan Pengembalian Uang Persediaan Pengguna PNBP (Swadana)

815114 Penerimaan Pengembalian Uang Persediaan Tahun Anggaran Yang Lalu

b. Kas di Bendahara PenerimaUntuk satuan kerja yang mempunyai tugas fungsional pemungut Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), bila pada tanggal Neraca masih terdapat PNBP yang belum belum disetor ke kas negara oleh Bendahara Penerima maka nilai yang belum disetor tersebut sajikan dalam neraca pada akun Kas di Bendahara Penerima.

Saldo Kas di Bendahara Penerima di Neraca harus

sama dengan Saldo Pendapatan yang Ditangguhkan

c. PersediaanPada satuan kerja, saldo Persedian yang disajikan dalam Neraca semesteran dan tahunan berasal dari Catatan Persediaan Pengelola Barang.

Saldo Persediaan di Neraca harus

sama dengan saldo Cadangan Persediaan

Page 34: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

34 Analisa Laporan Keuangan

d. Piutang Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayarkan kepada pihak tertentu dan/atau hak pihak tertentu yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah

Akun Piutang

merupakan lawan dari Akun Cadangan Piutang

e. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR) Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi merupakan reklasifikasi tuntutan ganti rugi kedalam aset lancar disebabkan adanya tuntutan ganti rugi jangka panjang yang jatuh tempo tahun berikutnya.

Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah rupiah Tuntutan Ganti Rugi yang akan diterima dalam waktu satu tahun.

Akun Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi

merupakan lawan dari Akun Cadangan Piutang

f. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran(TPA)Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Merupakan reklasifikasi tagihan penjualan angsuran jangka panjang ke dalam piutang jangka pendek. Seluruh tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo dalam kurun waktu satu tahun atau kurang diakui sebagai Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran. Bagian lancar Tagihan penjualan angsuran dicatat sebesar nilai nominal yaitu sejumlah tagihan penjualan angsuran yang harus diterima dalam waktu satu tahun.

Akun Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran

merupakan lawan dari Akun Cadangan Piutang

g. Aset TetapUntuk melakukan validasi saldo Aset Tetap di Neraca, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Bandingkan jumlah aset dalam Laporan Barang Milik Negara Intarakomptabel dengan jumlah Aset Tetap Dalam Neraca.

Bandingkan Pertambahan Aset Tetap dalam Neraca dengan Realisasi Belanja Modal dalam Laporan Relisasi Anggaran

Apabila dalam neraca satuan kerja masih terdapat akun-akun:

(1) Tanah Belum disesuaikan

(2) Gedung dan bangunan sebelum disesuaikan

(3) Peralatan dan Mesin belum disesuaikan

(4) Jalan, irigasi dan jaringan belum disesuaikan

Page 35: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

35 Analisa Laporan Keuangan

(5) Aset Tetap Lainnya sebelum disesuaikan

Akun-akun tersebut disebabkan:

Belum melakukan proses penerimaan ADK (arsip data komputer) dari Aplikasi SABMN

Telah melakukan proses penerimaan ADK dari aplikasi SABMN tetapi ada kesalahan dalam perekaman nomor SPM/SP2D ataupun jumlah rupiah SPM

Belum selesainya pengadaan aset tersebut (Konstruksi dalam Pengerjaan)

Saldo Aset Tetap di Neraca harus sama dengan

saldo Diinvestasikan dalam Aset Tetap

h. Tagihan Penjualan AngsuranTagihan Penjualan Angsuran menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah.

Tagihan Penjualan Angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikuarangi dengan angsuran yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.

Akun Tagihan Penjualan Angsuran merupakan

lawan dari Akun Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

i. Tuntutan Ganti RugiTuntutan Ganti Rugi merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugas kewajibannya.

Tuntutan ganti rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTM). Dokumen sumber yang dapat digunakan untuk menentukan nilai tuntutan ganti rugi adalah surat keterangan tanggung jawab mutlak dan bukti setor ke kas negara.

Akun Tuntutan Ganti Rugi merupakan lawan

dari Akun Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

Telaah laporan keuangan satuan kerja juga dapat digunakan untuk menguji kesesuaian pos-pos Neraca dan LRA yang memiliki keterkaitan satu sama lain, yang disajikan dalam laporan keuangan satu periode, misalnya: korelasi antara penambahan Belanja Modal di LRA dengan penambahan saldo Aset Tetap di Neraca.

j. Utang Kepada Pihak Ketiga

Page 36: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

36 Analisa Laporan Keuangan

Utang pihak ketiga adalah kewajiban yang timbul akibat hak atas barang/jasa yang diterima Kementerian Negara.Lembaga, namun sampai dengan pada akhir periode pelaporan belum dilakukan pembayaran/pelunasan atas hak tersebut kepada pegawai dan/atau pihak ketiga selaku penyedia barang/jasa. Termasuk dalam hal ini adalah kewajiban kepada pegawai dan barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya.

Akun Utang Kepada Pihak Ketiga merupakan

lawan dari Akun Dana yang harus disediakan untuk pembayaran hutang jangka pendek

k. Ilustrasi Kesalah Input DataBerikut adalah contoh-contoh kesalahan input data SAI oleh Satuan Kerja

Page 37: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

37 Analisa Laporan Keuangan

KESALAHAN INPUT KODE KEWENANGAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJABELANJA SATUAN KERJA MELALUI KPPN

UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 JANUARI 2007(dalam rupiah)

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 015 DEPARTEMEN KEUANGANESELON I : 08 DITJEN PERBENDAHARAAN Kode Lap. : LRBSB 02KANTOR WILAYAH : 013 KANWIL XIII SEMARANG Tanggal : 29April 2008SATUAN KERJA : 123456 SATKER CONTOH Halaman : 1

JENIS SATUAN KERJA : KP KANTOR PUSATProg.Id : lu_lrabstkb

KODE URAIAN ANGGARAN SEMULA ANGGARANSETELAHREVISI

REALISASI BELANJA %REALISASI ANGGARAN SISAANGGARANJUMLAH S/D

BULAN YANG LALU BULAN INI JUMLAHS/D BULAN INI

1 2 3 4 5 6 7 8 901

0

0 1

01

01

0001 0001 51

5111 511111

RUPIAH MURNI

RM

PELAYANAN UMUM

LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI

PROGRAM PENYEMPURNAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN DEMOKRASI

PENGELOLAAN GAJI, HONORARIUM DAN TUNJANGAN PEMBAYARAN GAJI, LEMBUR, HONORARIUM DAN VAKASI BELANJA PEGAWAI

Belanja Gaji dan Tunjangan PNS

0 0 0 5,500,000 5,500,000 0.00 ( 5,500,000)

JUMLAH SUB KELOMPOK BELANJA 5111 0 0 0 5,500,000 5,500,000 0.00 ( 5,500,000)

JUMLAH KELOMPOK BELANJA 51 0 0 0 5,500,000 5,500,000 0.00 ( 5,500,000)

JUMLAH BELANJA SUB KEGIATAN 0001.0001 0 0 0 5,500,000 5,500,000 0.00 ( 5,500,000)

JUMLAH BELANJA KEGIATAN 0001 0 0 0 5,500,000 5,500,000 0.00 ( 5,500,000)JUMLAH BELANJA PROGRAM 01.01.01 0 0 0 5,500,000 5,500,000 0.00 ( 5,500,000)

Page 38: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

38 Analisa Laporan Keuangan

JUMLAH BELANJA SUB FUNGSI 01.01 0 0 0 5,500,000 5,500,000 0.00 ( 5,500,000)

JUMLAH BELANJA FUNGSI 01 0 0 0 5,500,000 5,500,000 0.00 ( 5,500,000)

Page 39: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

39 Analisa Laporan Keuangan

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJABELANJA SATUAN KERJA MELALUI KPPN

UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 JANUARI 2007(dalam rupiah)

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 015 DEPARTEMEN KEUANGAN

ESELON I : 08 DITJEN PERBENDAHARAAN Kode Lap. : LRBSB 02KANTOR WILAYAH : 013 KANWIL XIII SEMARANG Tanggal : 29April 2008SATUAN KERJA : 123456 SATKER CONTOH Halaman : 2JENIS SATUAN KERJA : KD KANTOR DAERAH Prog.Id : lu_lrabstkb

KODE URAIAN ANGGARAN SEMULA ANGGARANSETELAHREVISI

REALISASI BELANJA%REALISASI ANGGARAN

SISAANGGARANJUMLAH S/D

BULAN YANG LALUBULAN INI JUMLAHS/D

BULAN INI

1 2 3 4 5 6 7 8 9

01

0

0 1

01

0001

0001

511111

52

RUPIAH MURNI

RM

PELAYANAN UMUM

LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, KEUANGAN DAN FISKAL,

SERTA URUSAN LUAR NEGERI

PROGRAM PENYEMPURNAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN DEMOKRASI

PENGELOLAAN GAJI, HONORARIUM DAN TUNJANGAN

PEMBAYARAN GAJI, LEMBUR, HONORARIUM DAN VAKASI

BELANJA PEGAWAI

5,000,000,000 5,000,000,000 0 0 0 0.00 5,000,000,000

JUMLAH SUB KELOMPOK BELANJA 5111 5,000,000,000 5,000,000,000 0 0 0 0.00 5,000,000,000

JUMLAH KELOMPOK BELANJA 51 5,000,000,000 5,000,000,000 0 0 0 0.00 5,000,000,000

BELANJA BARANG

Belanja Barang Operasional

250,000,000 250,000,000 0 0 0 0.00 250,000,000

JUMLAH SUB KELOMPOK BELANJA 5211 250,000,000 250,000,000 0 0 0 0.00 250,000,000

Page 40: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

40 Analisa Laporan Keuangan

5211

521111

JUMLAH KELOMPOK BELANJA 52 250,000,000 250,000,000 0 0 0 0.00 250,000,000

KESALAHAN INPUT SD-CP

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJABELANJA SATUAN KERJA MELALUI KPPN

UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 28 PEBRUARI 2007(dalam rupiah)

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 015 DEPARTEMEN KEUANGAN

ESELON I : 08 DITJEN PERBENDAHARAAN Kode Lap. : LRBSB 02KANTOR WILAYAH : 013 KANWIL XIII SEMARANG Tanggal : 29April 2008SATUAN KERJA : 123456 SATKER CONTOH Halaman : 1JENIS SATUAN KERJA : KD KANTOR DAERAH Prog.Id : lu_lrabstkb

KODE URAIAN ANGGARAN SEMULA ANGGARANSETELAHREVISI

REALISASI BELANJA%REALISASI ANGGARAN

SISAANGGARANJUMLAH S/D

BULAN YANG LALUBULAN INI JUMLAHS/D

BULAN INI

1 2 3 4 5 6 7 8 9

01

0

0 1

01

0001

5111

511111

5211

521111

RUPIAH MURNI

RM

PELAYANAN UMUM

LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, KEUANGAN DAN FISKAL,

SERTA URUSAN LUAR NEGERI

PROGRAM PENYEMPURNAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN DEMOKRASI

PENGELOLAAN GAJI, HONORARIUM DAN TUNJANGAN

PEMBAYARAN GAJI, LEMBUR, HONORARIUM DAN VAKASI

BELANJA PEGAWAI

5,000,000,000 5,000,000,000 0 0 0 0.00 5,000,000,000

JUMLAH KELOMPOK BELANJA 51 5,000,000,000 5,000,000,000 0 0 0 0.00 5,000,000,000

BELANJA BARANG

Belanja Barang Operasional

250,000,000 250,000,000 0 0 0 0.00 250,000,000

Page 41: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

41 Analisa Laporan Keuangan

53

JUMLAH SUB KELOMPOK BELANJA 5211 250,000,000 250,000,000 0 0 0 0.00 250,000,000

JUMLAH KELOMPOK BELANJA 52 250,000,000 250,000,000 0 0 0 0.00 250,000,000

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJABELANJA SATUAN KERJA MELALUI KPPN

UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 28 PEBRUARI 2007(dalam rupiah)

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : 015 DEPARTEMEN KEUANGAN

ESELON I : 08 DITJEN PERBENDAHARAAN Kode Lap. : LRBSB 02KANTOR WILAYAH : 013 KANWIL XIII SEMARANG Tanggal : 29April 2008SATUAN KERJA : 123456 SATKER CONTOH Halaman : 2JENIS SATUAN KERJA : KD KANTOR DAERAH Prog.Id : lu_lrabstkb

KODE URAIAN ANGGARAN SEMULA ANGGARANSETELAHREVISI

REALISASI BELANJA%REALISASI ANGGARAN

SISAANGGARANJUMLAH S/D

BULAN YANG LALUBULAN INI JUMLAHS/D

BULAN INI

1 2 3 4 5 6 7 8 9

JUMLAH BELANJA KEGIATAN 0001 5,520,000,000 5,520,000,000 0 0 0 0.00 5,520,000,000

JUMLAH BELANJA PROGRAM 01.01.01 5,520,000,000 5,520,000,000 0 0 0 0.00 5,520,000,000

JUMLAH BELANJA SUB FUNGSI 01.01 5,520,000,000 5,520,000,000 0 0 0 0.00 5,520,000,000

JUMLAH BELANJA FUNGSI 01 5,520,000,000 5,520,000,000 0 0 0 0.00 5,520,000,000

JUMLAH BELANJA CARA PENARIKAN 0 5,520,000,000 5,520,000,000 0 0 0 0.00 5,520,000,000

JUMLAH BELANJA SUMBER DANA 01 5,520,000,000 5,520,000,000 0 0 0 0.00 5,520,000,000

Page 42: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

42 Analisa Laporan Keuangan

02

1

0 1

01

01

PINJAMAN LUAR NEGERI

PP

PELAYANAN UMUM

LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, KEUANGAN DAN FISKAL,

SERTA URUSAN LUAR NEGERI

PROGRAM PENYEMPURNAAN DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN DEMOKRASI

PENGELOLAAN GAJI, HONORARIUM DAN TUNJANGAN

PEMBAYARAN GAJI, LEMBUR, HONORARIUM DAN VAKASI

BELANJA BARANG

0 0 0 210,000,000 210,000,000 0.00 ( 210,000,000)

Page 43: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

43 Analisa Laporan Keuangan

BAB VICONTOH ILUSTRASI ANALISIS MENYELURUH

A. ANALISIS NERACAPada dasarnya, analisis pos-pos perkiraan Neraca bertujuan untuk mengetahui

pertumbuhan nilai tiap-tiap pos dalam Neraca selama periode runtun waktu tertentu, mengetahui proporsi kelompok aset terhadap total aset dan mengetahui komposisi ekuitas dana. Ketiga hal di atas diperlukan oleh para pimpinan di kementerian Negara/ lembaga untuk mengambil keputusan. Sebagai contoh dengan mengetahui pertumbuhan Kas di Bendahara Pengeluaran dapat diketahui efektifitas pengeluaran uang persediaan selama periode tahun tertentu.

NERACA TINGKAT SATUAN KERJA

PER 31 DESEMBER 2006 DAN 2005 (dalam rupiah)

NAMA PERKIRAANJUMLAH Kenaikan (Penurunan)

2006 2005 Jumlah %

1 2 3 4 5ASETASET LANCAR

Kas di Bendahara PengeluaranKas di Bendahara PenerimaanPersediaan

JUMLAH ASET LANCAR

ASET TETAPTanahPeralatan dan MesinGedung dan BangunanJalan, Irigasi dan JaringanAset Tetap LainnyaKonstruksi dalam Pengerjaan

JUMLAH ASET TETAP

ASET LAINNYAAset Lain-Lain

JUMLAH ASET AINNYA JUMLAH ASET

KEWAJIBANKEWAJIBAN JANGKA PENDEK

Uang Muka dari KPPNPendapatan yang Ditangguhkan

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PENDEKJUMLAH KEWAJIBAN

EKUITAS DANAEKUITAS DANA LANCAR

Cadangan PersediaanJUMLAH EKUITAS DANA LANCAR

EKUITAS DANA INVESTASIDiinvestasikan dalam Aset Tetap

25.000.000100.000.000

5.000.000130.000.000

4.250.000.000250.000.000

1.450.000.000125.000.000125.000.000

25.000.0006.225.000.000

20.000.00020.000.000

6.375.000.000

25.000.000100.000.000125.000.000

125.000.000

5.000.000

5.000.000

6.225.000.000

20.000.00090.000.000

3.500.000113.500.000

4.125.000.000175.000.000

1.350.000.000150.000.000145.000.000

15.000.0005.960.000.000

20.000.00020.000.000

6.093.500.000

20.000.00090.000.000

110.000.000

110.000.000

3.500.000

3.500.000

5.960.000.000

5.000.00010.000.000

1.500.00016.500.000

125.000.00075.000.000

100.000.000(25.000.000)(20.000.000)

10.000.000265.000.000

00

281.500.000

5.000.00010.000.00015.000.000

15.000.000

1.500.000

1.500.000

265.000.000

25,011,142,814,5

3,042,8

7,4(16,7)(13,8)

66,74,4

0,00,04,6

25,011,113,6

13,6

42,8

42,8

4,4

Page 44: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

44 Analisa Laporan Keuangan

Diinvestasikan dalam Aset LainnyaJUMLAH EKUITAS DANA INVESTASIJUMLAH EKUITAS DANA

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

20.000.000

6.245.000.0006.250.000.000

6.375.000.000

20.000.000

5.980.000.0005.983.500.000

6.093.500.000

0

265.000.000266.500.000

281.500.000

0

4,44,5

4,6

Pada saat ini penghitungan kenaikan (penurunan) pos-pos Neraca langsung dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi Sistem Akuntansi Instansi. Sebetulnya ada dua cara menghitung pertumbuhan ini, yaitu dengan harga konstan yang memperhitungkan tingkat inflasi pada saat ini atau dengan harga yang berlaku yang menegasikan tingkat inflasi. Untuk saat ini kita hanya memperhatikan pertumbuhan menurut harga yang berlaku.

B. ANALISIS ASET

1. Pertumbuhan Aset Lancar

Apabila diperhatikan aset lancar dari Satuan Kerja A mengalami peningkatan sebesar 14,5%. Hal ini disumbang dari kenaikan Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar 25,0%, Kas di Bendahara Penerimaan sebesar 11,1% dan Persediaan sebesar 42,8%. Secara umum, kondisi ini menunjukkan bahwa Departemen A terlalu likuid (overliquid) karena pertumbuhan aset lancar melebihi kenaikan aset lainnya.

Jika ditilik dari nilai uang kas yang dipegang oleh Bendaharawan Pengeluaran, maka pimpinan Satuan Kerja A dapat menilai apakah jumlah tersebut terlalu besar, wajar ataupun terlalu kecil. Kemudian nilai tersebut dihubungkan dengan program-program kegiatan di departemen tersebut, apakah berjalan sesuai rencana/target atau di bawah rencana/target. Jumlah uang kas yang terlalu besar dengan capaian program kegiatan yang di bawah target dapat mengindikasikan tidak efektifnya program kegiatan departemen. Hal sebaliknya, apabila besarnya uang kas diimbangi dengan capaian target sesuai rencana dapat dikatakan Departemen A telah mencapai skala efisiensi tertentu.

Sementara itu, naiknya nilai Kas di Bendahara Penerimaan dengan jumlah yang signifikan dapat mengindikasikan pengelolaan PNBP di Departemen A tersebut tidak efektif. Untuk itu, pihak pimpinan Departemen A dapat melakukan langkah-langkah penertiban dengan mengatur waktu penyetoran, sehingga setoran PNBP tidak menumpuk di akhir tahun anggaran. Akhirnya, kenaikan persediaan dapat berarti perencanaan kegiatan Departemen A tidak terlalu baik sehingga masih banyak barang yang belum terdistribusikan ataupun terdapatnya potensi risiko dari memegang persedian tersebut (opportunity cost).

2. Pertumbuhan Aset Tetap

Apabila diperhatikan aset lancar dari Satuan Kerja A, secara keseluruhan aset tetap meningkat sebesar 4,4%. Akan tetapi dari jumlah kenaikan tersebut terdapat kenaikan aset untuk pos-pos tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan serta konstruksi dalam pengerjaan, dan penurunan nilai jalan, irigasi, dan jaringan serta aset tetap lainnya.

Untuk aset tetap yang mengalami kenaikan, kita harus bertanya apakah penambahan aset tersebut untuk keperluan pelayanan publik atau kepentingan aparatur. Jika penambahan sebanding dengan kompleksitas pelayanan yang harus diberikan

Page 45: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

45 Analisa Laporan Keuangan

kepada masyarakat, maka tujuan dari Satuan Kerja A dapat dikatakan tercapai. Sedangkan jika penambahan aset ini semata-mata untuk kepentingan aparatur, pihak pimpinan Satuan Kerja A harus kembali bertanya layakkah hal ini dilakukan. Dengan demikian, Satuan Kerja A dapat membatasi untuk penambahan aset tetap yang tidak terlalu diperlukan. Selain itu, dapat dicegah pemborosan belanja operasional untuk biaya pemeliharaan di masa yang akan datang.

Sedangkan untuk aset tetap yang menurun nilainya, Satuan Kerja A harus memastikan bahwa prosedur penghapusan yang dilakukan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam banyak kasus, terjadi pelimpahan aset tetap ke pihak lain yang tidak sesuai prosedur sehingga menimbulkan kerugian bagi negara. Sekali lagi dasar pertimbangan penghapusan harus diupayakan untuk efektifitas pelayanan publik.

3. Pertumbuhan Aset Lainnya

Penambahan atau penurunan nilai aset lainnya dapat bergantung kepada kepemilikan benda-benda bersejarah, aset tak berwujud ataupun berupa aset lain-lain. Dalam hal ini diupayakan agar pertambahan aset lain-lain serendah mungkin, karena pada umumnya tidak berhubungan langsung dengan kegiatan Satuan Kerja A melayani kepentingan masyarakat.

C. ANALISIS PROPORSI KELOMPOK ASET TERHADAP TOTAL ASET

Analisis di atas harus diimbangi dengan analisis proporsi yang berguna untuk melihat gambaran aset Satuan Kerja A secara global. Apabila kelompok aset lancar terlalu likuid (overliquid) maka hal tersebut tidak baik bagi pengelolaan keuangan Satuan Kerja bersangkutan. Harus diingat bahwa Satuan Kerja A adalah bagian dari entitas Pemerintah Pusat, sehingga pengelolaan keuangan yang tidak baik dapat berimplikasi pada buruknya manajemen keuangan di tingkat nasional. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian keuangan di Satuan Kerja A tersebut.

D. ANALISIS KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

1. Analisis Pertumbuhan Utang

Analisis ini bermanfaat untuk mengetahui perkembangan kewajiban departemen bersangkutan, sehingga dapat dilakukan pengendalian utang atasnya. Jika menilik pada komposisi kewajiban Satuan Kerja A, terlihat bahwa masih banyak Uang Muka dari KPPN yang belum terselurkan dan PNBP yang belum disetorkan. Hal ini dapat mengindikasikan pengelolaan kas di Departemen A kurang begitu baik sehingga pimpinan Satuan Kerja A dapat mulai melakukan pembenahan di sektor ini. Misalnya, dengan memperbaiki perencanaan kasnya dan memperbaiki mekanisme penerimaan serta penyetoran PNBP.

2. Analisis Komposisi Ekuitas Dana

Setidaknya ada 2 (dua) macam analisis laporan keuangan yang melibatkan ekuitas dana, yaitu rasio utang terhadap ekuitas dana dan rasio kecukupan ekuitas. Rasio utang terhadap ekuitas dana menunjukkan posisi aman atau tidaknya keuangan departemen bersangkutan, sedangkan rasio kecukupan ekuitas menunjukkan struktur

Page 46: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

46 Analisa Laporan Keuangan

ekuitas yang mencerminkan harmonisasi antara pembiayaan eksternal dan internal departemen.

Dari laporan keuangan di atas, dapat dilihat struktur ekuitas dan komposisi ekuitas dana sebagai berikut:

Struktur Ekuitas

Ekuitas DanaTahun 2005 Tahun 2006

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

Total Kewajiban

Total Ekuitas Dana

Total Kewajiban dan Ekuitas Dana

110.000.000

5.983.500.000

6.093.500.000

1,8%

98,2%

100%

125.000.000

6.250.000.000

6.375.000.000

2%

98%

100%

Komposisi Ekuitas Dana

Ekuitas DanaTahun 2005 Tahun 2006

Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi

Ekuitas Dana Lancar

Ekuitas Dana Investasi

Total Ekuitas Dana

3.500.000

5.980.000.000

5.983.500.000

0,1%

99,9%

100%

5.000.000

6.245.000.000

6.250.000.000

0,1%

99,9%

100%

E. ANALISIS LAPORAN REALISASI ANGGARAN1. Analisis Realisasi Pendapatan

Dengan memperhatikan Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja kita dapat melakukan perhitungan analisis varians (selisih) anggaran pendapatan, pertumbuhan pendapatan dan rasio keuangan. Akan tetapi pada modul ini hanya akan dibahas dua hal terdahulu karena analisis rasio keuangan kurang diperlukan mengingat dalam rangka tugas-tugas pemerintahan memberikan pelayanan publik, efektifitas lebih diutamakan daripada efisiensinya.

2. Analisis Varians (Selisih) Anggaran dengan Pendapatan

Analisis ini dilakukan dengan cara menghitung selisih antara realisasi pendapatan dengan yang dianggarkan. Informasi tentang selisih diperlukan untuk membantu pengguna anggaran memahami dan menganalisis kinerja pendapatan. Hal utama yang perlu dilakukan oleh pembaca laporan meliputi:

Page 47: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

47 Analisa Laporan Keuangan

a. Melihat besarnya selisih anggaran pendapatan dengan realisasinya baik secara nominal maupun persentase;

b. Menetapkan tingkat selisih yang dapat ditoleransi/wajar;c. Menilai signifikansi selisih tersebut dilihat dari total pendapatan;d. Menganalisis penyebab terjadinya selisih anggaran pendapatan.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja DDD berikut ini.

Page 48: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

48 Analisa Laporan Keuangan

LAPORAN REALISASI ANGGARAN TINGKAT SATUAN KERJA

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2006

(DALAM RUPIAH)

Kode Lap : LRAKT

Tanggal: Monday, Jan 16

SATUAN KERJA: DDDD Halaman : 1

Prog_id :ad_irma

No. URAIAN

2006 2005

ANGGARAN REALISASIREALISASI DI

ATAS (BAWAH) ANGGARAN

% REALISASI

ANGGARANANGGARAN REALISASI

REALISASI DI ATAS (BAWAH)

ANGGARAN

% REALISASI ANGGARAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH                

A.1. PENERIMAAN DALAM NEGERI 24,950,408,000 25,076,000,000 125,592,000 100.50 22,475,000,000 25,076,000,000 2,601,000,000 111.57

Penerimaan Negara Bukan Pajak 24,950,408,000 25,076,000,000 125,592,000 100.50 22,475,000,000 25,076,000,000 2,601,000,000 111.57

A.2. HIBAH 40,000,000 23,000,000 (17,000,000) 57.50 40,000,000 17,000,000 (23,000,000) 42.50

 JUMLAH PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH (A1+A2) 24,990,408,000 25,099,000,000 108,592,000 100.43 22,515,000,000 25,093,000,000 2,578,000,000 111.45

Page 49: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

49 Analisa Laporan Keuangan

Secara umum, anggaran pendapatan merupakan target pendapatan minimal yang harus diperoleh oleh kementerian negara/lembaga dan biasanya tercantum dalam target pendapatan dalam DIPA. Suatu Satuan Kerja dikatakan berkinerja baik apabila mampu memenuhi sebesar-besarnya target pendapatan yang telah ditetapkan atau bahkan melebihinya (favourable variance). Ini artinya perencanaan penganggaran pada Satuan Kerja tersebut telah berjalan dengan baik. Demikian juga dengan hal sebaliknya, di mana suatu Satuan Kerja dikatakan berkinerja kurang baik apabila target pendapatannya tidak tercapai (unfavourable variance).

3. Analisis Pertumbuhan Pendapatan

Analisis ini diperlukan untuk mengetahui kinerja Satuan Kerja pada tahun bersangkutan mengalami kemajuan yang positif atau mengalami kemunduran, sehingga para pengambil keputusan dapat memperbaikinya. Formula yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

Pertumbuhan

Pendapatan =

Tahun 2006

Pendapatan Tahun 2006 – Pendapatan Tahun 2005

X 100%Pendapatan Tahun 2005

Mengacu pada Laporan Realisasi Anggaran di atas, maka pertumbuhan Pendapatan dan Hibah tahun 2006 dapat dihitung mengalami pertumbuhan sebesar 6,3%. Bagi Satuan Kerja DDDD, hal ini merupakan preseden baik bagi pengelolaan keuangannya.

4. Analisis Komposisi Pendapatan

Analisis ini pada dasarnya dipergunakan untuk mengetahui komposisi sumber-sumber pendapatan negara dan hibah dari suatu Satuan Kerja terhadap jumlah total pendapatan negara dan hibah yang diperolehnya. Dengan mengetahui komposisi pendapatannya, Satuan Kerja dapat menyusun langkah-langkah untuk mengoptimalkan sumber-sumber pendapatannya tersebut.

F. ANALISIS LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA1. Analisis Varians (Selisih) Belanja

Anggaran belanja merupakan batas tertinggi pengeluaran yang boleh dilakukan oleh kementerian negara/lembaga. Oleh karena itu mengatahui varians belanja tiap tahunnya sangat menarik dalam proses pengambilan keputusan. Satuan Kerja dinilai berkinerja baik apabila mampu mencapai target output yang telah ditetapkan dalam DIPA dengan biaya yang tidak melebihi batas tertinggi anggaran. Hal penting yang harus dilakukan dalam analisis varians, meliputi:

a. Mempertanyakan alasan terjadinya varians. Apakah selisih tersebut cukup beralasan dan dapat dipertanggungjawabkan?

b. Berapa besarnya varians, apakah jumlahnya signifikan atau tidak?

c. Berapa selisih (varians) yang bisa ditoleransi?

Selisih anggaran yang cukup signifikan dapat mengindikasikan efisiensi anggaran ataupun kelemahan dalam perencanaan penganggaran, tergantung pada

Page 50: kppntanjungbalai.files.wordpress.com · Web viewBAB II ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PENGERTIAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Undang-Undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003 mewajibkan

50 Analisa Laporan Keuangan

capaian target yang telah ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran. Ada beberapa analisis varians (selisih) yang dapat dianalisis dari LRA Satuan Kerja, yaitu:

a. Analisis varians belanja per program;

b. Analisis varians belanja per jenis belanja;

c. Analisis varians belanja per jenis kewenangan:

d. Analisis varians belanja per sumber dana.

Mekanisme penghitungan varians ini menggunakan formula yang sama tetapi kebutuhannya tergantung pada jenis LRA yang dianalisis. Untuk jelasnya perhatikan LRA Satuan Kerja berikut ini.

Dari contoh di atas kita dapat menganalisis bahwa kinerja Departemen C tergolong baik. Hal ini terlihat bahwa dari total target penganggaran yang dicapainya, Departemen C hanya menggunakan 98,25% anggaran yang dialokasikan. Sementara itu apabila kita ingin menganalisis varians belanja per eselon I, program, per wilayah dan jenis kewenangan, maka kita tinggal menganalisis LRA yang berkesesuaian dengan hal tersebut.

2. Analisis Pertumbuhan Belanja

Analisis pertumbuhan belanja dipergunakan untuk mengetahui tren belanja dari tahun ke tahun. Hal ini sangat penting digunakan dalam analisis karena mampu mengindikasikan kesalahan penganggaran. Logikanya setiap kenaikan anggaran harus memperhitungkan kondisi perekonomian dan capaian kementerian negara/lembaga yang terus meningkat. Apabila kedua hal tersebut tidak tercermin dalam kenaikan anggaran maka kenaikan dapat dipertanyakan oleh para pengambil keputusan.

Analisis pertumbuhan belanja ini terdiri atas:

a. Analisis pertumbuhan belanja per program;

b. Analisis pertumbuhan belanja per jenis belanja;

c. Analisis pertumbuhan belanja per eselon I;

d. Analisis pertumbuhan belanja per wilayah;

e. Analisis Pertumbuhan belanja per jenis kewenangan;

f. Analisis pertumbuhan belanja per jenis sumber dana.

Sebagai contoh, dari LRA di atas didapatkan bahwa Departemen C baik alokasi maupun realisasi anggarannya meningkat dari tahun 2005 ke tahun 2006. Untuk alokasi anggaran belanja meningkat hampir 9% sementara realisasi anggaran belanja meningkat 8,5%.