Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

27
KLASIFIKASI HADITS 1 Oleh : Dr. H. Hasbullah Diman, Lc. MA Para tabi’in dalam memelihara hadits adalah sampai saat ini telah mengklasifikasikan, sebagai berikut : A. Klasifikasi Hadits dilihat dari kwantitas sanadnya. 2 Hadits ditinjau dari segi kwantitas (jumlah) sedikit atau banyak perawi yang menjadi sumber berita , menurut para ulama hadits terbagi kepada dua bagian, yaitu : 1. Hadits Mutawattir 2. Hadits Ahad Hadits Mutawattir ( secara bahasa ), yaitu : ism fail, yaitu berasal dari kata” tawattur”, yang artinya : tatabu’ (berturut- turut), dan menurut istilah ulama hadits, mutawattir berarti : 3 ِ ب كذ ل ى اَ عل م ه ط وا ت عادة ل ا ل ي ح تٌ ر ي% ث كٌ عذد واةَ ما ر” Hadit yang diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil menurut adat kebiasaan, mereka bersepakat untuk berdusta ”. 1 Lihat. Muhammad bin Muhammad bin Shabah, Al-Wasit}} Fi> Ulu>m Wa Must}alah al- Hadi>th, (Jeddah: Alam al-Ma’rifah, t.th), 190 2 Menurut Imam Hanafi yang dikutif Abdul Karim Zaidan, hadits sesuai dengan kwantitas perawinya terbagi kepada tiga bagian, yaitu : hadits mutawattir, hadits Ahad dan Hadits Masyhur. Sedangkan Jumhur Ulama membagi kepada dua bagian : yaitu hadits Mutawattir, hadits Ahad, sedangkan hadits Masyhur adalah bagian dari Ahad dalam hal ini, Lihat Al-Wazis Fi Ushul Fiqh, h. 168. 3 Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah Hadits, h. 19 1

Transcript of Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

Page 1: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

KLASIFIKASI HADITS 1

Oleh : Dr. H. Hasbullah Diman, Lc. MA

Para tabi’in dalam memelihara hadits adalah sampai saat ini telah mengklasifikasikan, sebagai

berikut :

A. Klasifikasi Hadits dilihat dari kwantitas sanadnya. 2

Hadits ditinjau dari segi kwantitas (jumlah) sedikit atau banyak perawi yang menjadi

sumber berita , menurut para ulama hadits terbagi kepada dua bagian, yaitu :

1. Hadits Mutawattir

2. Hadits Ahad

Hadits Mutawattir ( secara bahasa ), yaitu : ism fail, yaitu berasal dari kata” tawattur”,

yang artinya : tatabu’ (berturut-turut), dan menurut istilah ulama hadits, mutawattir berarti : 3

ما رواه� عدد كثير تحيل� العادة� تواطؤ�هم على الكذب ” Hadit yang diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil menurut adat kebiasaan,

mereka bersepakat untuk berdusta ”.

Menurut Ibn Shalah Hadits Mutawattir, adalah :

فإنه عبارة عن الخ%%بر ال%ذى ينقل%ه من يحص%%ل العلم� بص%دقه ض%%رورة وال ب%%د فى إس%%ناده من اس%%تمرار ه%%ذا الش%%رط فى

واته من أوله إلى م�نتهاه� . ر�

1 Lihat. Muhammad bin Muhammad bin Shabah, Al-Wasit}} Fi> Ulu>m Wa Must}alah al-Hadi>th, (Jeddah: Alam al-Ma’rifah, t.th), 190

2 Menurut Imam Hanafi yang dikutif Abdul Karim Zaidan, hadits sesuai dengan kwantitas perawinya terbagi kepada tiga bagian, yaitu : hadits mutawattir, hadits Ahad dan Hadits Masyhur. Sedangkan Jumhur Ulama membagi kepada dua bagian : yaitu hadits Mutawattir, hadits Ahad, sedangkan hadits Masyhur adalah bagian dari Ahad dalam hal ini, Lihat Al-Wazis Fi Ushul Fiqh, h. 168.

3 Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah Hadits, h. 19

1

Page 2: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

“ Sesungguhnya Mutawattir itu adalah ungkapan tentang khabar yang dinukil( diriwayatkan ) oleh orang yang menghasilkan ilmu dengan kebenarannya secara pasti. Dan persyaratan itu harus terdapat secara berkelanjutan pada setiap tingkatan ( thabaqah ) dari awal sanad hingga akhir.

Dalam hal ini, tidaklah dikatakan Mutawattir, bila apabila suatu informasi yang

diriwayatakana itu diperoleh bukan melalui, pancaindra, seperti melalui proses berfikir, atau

pengguna daya nalarnya. 4

Imam Nawawi mengemukakan dalam definisinya, hampir senada dengan Ibn Shalah,

yaitu :

هو مانقله من يحصل� العلم� بصدقهم ض%%رورة عن مثلهم من أول%%هإلى آخره .

"Mutawattir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang menghasilkan ilmu dengan kebenaran mereka secara pasti dari orang-orang yang sama keadaannya dengan mereka mulai awal ( sanad ) hingga akhir.

Kriteria Hadits Mutawattir

Berdasarkan definisi diatas, hadits Mutawattir memiliki kriteria, diantaranya : yaitu :

Pertama : Periwayatan yang disampaikan oleh perawi-perawi harus berdasarkan atas

tanggapan pancaindra, baik secara Musyahadah ( bertemu langsung ), maupun dengan cara

Sima’i ( mendengar ).

Kedua : Jumlah rawi-rawinya harus mencapai suatu ketentuan yang tidak memungkinkan

mereka bersepakat bohong. Para ulama berbeda-beda pendapat tentang batasan untuk tidak

mungkin besepekat dusta.

a. Abu Thayib menentukan sekurang-kurangnya 4 orang karena diqiyaskan dengan

banyaknya saksi yang diperlukan Hakim untuk memvonis terdakwa.

b. As-Habus Syafi’ih : menentukan minimal 5 orang, karena mengkiaskan dengan jumlah

para nabi yang mendapat gelar ulul-Azmi.

c. Sebagian ulama menetapkan 20 orang bedasarkan ketentuan firman Allah surat Al-

Anfal : 65.

4 Nawir Yuslem, h. 201

2

Page 3: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

d. Ulama lain menetapkan jumlah sekurang-kurangnya 40 orang, karena mengkiaskan

dengan firman Allah surat Al-Anfal : 64.

e. Pendapat yang terpilih ( mukhtar ) diantara syarat-syarat diatas, minimal orang 10

perawi.

Ketiga : Adanya keseimbangan jumlah rawi-rawi dalam setiap thabaqat ( lapisan ) pertama

dan dengan jumlah rawi-rawi dalam thabaqath berikiutnya. 5

Klasifikasi Hadits Mutawattir.

Hadits Mutawattir terbagi kepada dua bagian, yaitu : Mutawattir Lafdzi dan Mutawattir

Ma’nawi.

1. Yang dimaksud Hadits Mutawattir Lafdzi adalah :

ما تواتر لفظ�ه ومعناه Artinya :

” Hadits yang Mutawattir Lafad} dan Maknanya ”. Atau

Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang banyak, yang susunan redaksinya sesuai

benar antara riwayat yang satu dengan yang lainnya, atau dengan definisi lain, bahwa hadits

Mutawattir Lafdzi adalah hadits yang mutawattir lafadz dan Maknanya.

Contoh Hadits Hadits Mutawattir Lafd}i adalah :

( رواه بض%%عة من كذب على متعمدا فليتبوأ مقعده� من الن%%ار.وسبعون صحابيا)

Baranga siapa yang berbuat dusta terhadapku dengan sengaja, maka berarti ia telah menyediahkan tempatnya di neraka. ( Hadaits ini diriwayatkan oleh lebih dari 70 shahabat ).

2. Yang dimaksud Hadits Mutawattir Maknawi adalah :

ماتواتر معناه دون لفظه Hadits yang Mutawattir maknanya saja, tidak pada lafadznya. Atau

” adalah yang diriwayatkan oleh orang banyak yang susunan redaksi dan maknanya sesuai benar antara riwayat yang satu dengan riwayat yang lain ”

Contoh Hadits Mutawattir Maknawi : 5 Fathurrahman, Ikhtishar Mustthalah Hadits, ( Bandung : PT. Marif, 1981), cet. Ke-3, hal. 60

3

Page 4: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

1. Hadits tentang mengangkat tangan ketika berdoa’. 6 Telah diriwayatkan lebih dari seratus

Hadits mengenai mengangkat tangan ketika berdo’a, namun dengan lafadz yang berbeda

antara yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing lafadz tidak sampai mencapai

derajat yang mutawattir, tetapi makna dari keseluruhan lafadz-lafadz tersebut mengacu

kepada satu makna, sehingga secara maknawi hadits tersebut adalah Mutawattir.

2. Contoh lain, adalah hadits tentang mengusap sepatu ( mas}hu al-khuffain ), yang

diriwayatkan secara bervariasi lafadznya oleh sekitar 70 orang. 7

Kitab-kitab yang terkenal diantaranya :

1. Al-Azhar Al-Mutana>thiran Fi Akhbar al-Mutawa>tiroh, oleh Al-Imam As-

Suyutti w.911 H )

2. Qat}ful Al-Azhar, oleh As-Suyutti. Kitab ini ringkasan dari kitab yang pertama di

atas.

3. Naz}mul al-Mutana>thir min al-Hadi>th al-Mutawa>ttir, oleh Muhamad

Bin Ja’far al-Kattani.

Hukum dan Kedudukan Hadits Mutawattir

Status dan kedudukan hadits Mutawattir adalah Qath’i a-Wurud, yaitu pasti

kebenarannya dan menghasilkan ilmu yang dharury. Oleh karena itu, adalah wajib bagi umat

Islam untuk menerima dan mengamalkannya. Dan karenanya pula, orang yang menolak hadits

tersebut hukumnya kafir. Seluruh hadits mutawattir adalah maqbul, karena pembahasan

mengenai perawi tidak perlu dipertanyakan lagi.

Hadits Ahad

A. Pengertian Hadits Ahad

Pengertian hadits Ahad secara bahasa, (al-Ahaad ), mufrdanya: al-aha>d : artinya

wa>hid (satu), Kabar wahid : yaitu yang diriwayat oleh satu orang perawi. Dan menurut

istilah :

هو مالم يجمع شروط المتواتر ” Yaitu hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits mutawattir ”.

6 Mahmud Thahhan, Taysir Muththalah Al-Hadits, 21 7 Ibid, h. 21-22

4

Page 5: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

Hukum hadits ini berfaedah sebagai Ilmu Nadhary, yaitu kepastiannya perlu dilakukan

penelitian, yaitu tidak diterima sebagai dalil-dalil yang sah, karena perawinya di sebagian

thabaqat, pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, belum mencapai derajat mutawattir ( pada

masa-masa tabi’in dan atba’ tabi’in ),

Kesepakatan Ulama untuk menerima Hadits Ahad sebagai sumber hukum, di antaranya :

Pertama : Dapat menjadi sumber hukum, dengan mengambil dalil surat at-Taubah : 122,

yaitu :

Bahwa kata t}aifah ( yang dimaksudkan dalam ayat adalah menunjukan arti (طائفة

satu. Seandainya hadits Ahad tidak bisa dijadikan hujjah ( dalil ), maka peringatan yang

dilakukan oleh satu orang dalam kaitannya dalam penyampaian ilmu itu tidak ada artinya. Oleh

karena itu hadits Ahad dapat dijadikan Hujjah. Ini pendapat Mazhab Hambali, Syafi’ih, Zhahiri,

dan lainnya.

Kedua : Bahwanya Rasulullah SAW, mengutus para Shahabat sebagai Hakim, Qhadhi’,

atau imam, seperti Muaz bin Jabal atau yang lain ke suatu tempat. Maka dalam hal ini adalah

menunjukkan suatu kebolehan, bahwa khabar wahid diterima seagai hujjah.

Dari dua pendapat diatas mewakili syarat-syarat yang lain, menurut Abdul Karim Zaidan,

bahwa pendapat pertama adalah Rajih ( kuat ), sedang pendapat yang kedua adalah marjuh

( lemah ), dalam hal ini Imam Syafi’ih menegaskan tentang hadits ahad ini, dengan sebutan

Khabar Khashah, dan tidak dapat dijadikan hujjah ( dalil ), kecuali dengang syata-syarat tertentu,

yaitu :

Pertama : Apabila diriwayatkan oleh perawi yang dapat dipercaya, pengamalan

agamannya.

a. Dikenal sebagai orang yang jujur dalam menyampaikan berita.

b. Memahami dengan baik hadits yang diriwayatkannya.

c. Mengetahui perubahan makna hadits, bila terjadi perubahan lafadznya.

d. Mampu meriwayatkan hadits secara tegas, tidak meriwayatkan hadits secara makna.

d. Terpeihara hafalan bila ia meriwayatkan secara hafalan, dan terpelihara tulisan, bila

meriwayatkan melaui kitabnya.

6. Apabila diriwayatkan orang lain, maka bunyi hadits tersebut tidak berbeda, dan

terlepas dari penyembunyian cacat ( tadlis ),

5

Page 6: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

Kedua : Rangkaian riwayat bersambung kepada Nabi SAW, atau dapat juga tidak sampai

kepada Nabi.

A. Klasifikasi Hadits Ahad

Hadits Ahad terbagi kepada tiga bagian, yaitu :

1. Hadits Masyhur

2. Hadits Aziz 3. Hadits Gharib

1. Hadits Masyhur :Secara bahasa, kata masyhur adalah ism maf’u>l dari ( syahara ) : zhuhur ( nampak ),

atau nyata. Sedangkan pengertian hadits masyhur menurut istilah ilmu Hadits adalah :

. مارواه ثالثة فأكثر� – فى كل طبقة – مالم يبلغ حد التواتر

Yaitu Hadits yang diriayatkan oleh tiga orang atau lebih, pada setiap tingkatan sanad, selama tidak sampai kepada tingkat mutawattir.

Dari definisi di atas menyatakan, bahwa hadits masyhur adalah hadits yang memiliki

syarat perawi yang sekurang-kurangnya tiga orang, dan harus ada di setiap tingkatan sanad.

Menuru Ibn Hajjar, beliau berpendapat,

المش%%هور م%%ا ل%%ه ط%%رق محص%%ورة ب%%أكثر من اث%%نين ولم يبل%%غ ح%%دالتواتر

Hadits Masyhur adalah hadits yang memiliki jalan yang terbatas, yaitu lebih dari dua namun tidak sampai ke derajat Mutawattir.

Dalam Hal ini, Para ulama Hadits berbeda pendapat dalam mendefinisikan hadits

Masyhur, diantaranya ada tiga macam yaitu :

a. Hadits Masyhur sama ( mura>dif ) dengan hadits Mustafid}.

b. Lebih Khusus pengertiannya dari hadits masyhur, karena dalam hadits mustafidz

disyaratkan harus sama sanadnya dalam setiap tingkatan, sedangkan hadits Masyhur

tidak disyaratkan.

Hadits Masyhur yang tidak secara istilah, yaitu hadits masyhur yang terkenal dikalangan ulama yang tidak memiliki syarat-syarat, yaitu meliputi ;

6

Page 7: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

1. Hadits Masyhur yang perawinya hanya satu.

2. Hadits Masyhur yang perawinya lebih dari satu.

3. Hadits Masyhur yang tidak memiliki perawi asal.

Macam-macam Hadits Masyhur yang bukan secara istilah para ulama, di antaranya ;

1. Masyhur khusus dikalangan Ulama Hadits saja, contohnya Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. Ia berkata :

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قنت بعد الركوع ي%%دعو علىرعل وذكوان ( واه البخارى ومسلم )

Bahwasanya Rasulullah SAW berkunut selama satu bulan setelah ruku, mendo’akan hukuman atas ( tindakan kejahatan ), penduduk Riklin dan Zakwan ( HR. Bukhari-Muslim ).

2. Masyhur dikalangan Ulama Hadits, Ulama Fiqh dan Ulama Ushul Fiqh, dan juga

masyarakat awam, seperti :

االمس%%لم من س%%لم المس%%لمون من لس%%انه وي%%ده , والمه%%اجر منهجر ما حرم الله� . (رواه البخارى ومسلم )

” Muslim yang sebenarnya adalah Muslimyang selamat muslim lainnya dari akibat lidah

dan tangannya dan orang yang berhijrah itu adalah yang oindah dari segala perbuatan

yang diharamkan Allah SWT ”

3. Masyhur dikalangan Ulama Fiqh, seperti hadits :

أبعض� الحالل إلى الله الطالق ( رواه أبو داود وابن ماجه )Perbuatan yang halal yang paling dibenci adalah Thalaq ( HR. Abu Daud dan Ibn Majah )

4. Masyhur dikalangan Ulama Ushul Fiqh, contohnya ;

�س%%تكره�وا علي%%ه .( رواه ابن � والنس%%يان� وم%%ا أ فع عن أمتى الخطأ ر�ماجه )

Diangkat ( dosa/ hukuman ) dari umatku karena kesalahan ( tidak sengaja ), lupa, dan perbuatan yang dilakukan karena terpaksa ( HR. Ibn Majah )

5. Masyhur dikalangan Ulama Nahwu, contohnya :

7

Page 8: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

نعم العبد� ص�هيب Sebaik-baik hamba adalah S}uhaib

6. Masyhur di kalangan Umum, contohnya :

العجلة� من الشيطان ( رواه الترمذى )Hukum Hadits Masyhur

Hadits Masyhur baik yang secara istilah atau yang bukan secara istilah, dan tidak

memiliki sifat baik, shahih atau tidak, akan tetapi bersifat ada yang shahih, hasan atau dha’if

bahkan maudhu’, akan tetapi masyhur secara Istilah, memiliki kriteria tertentu yang

dikembalikan kepada syarat Hadits Aziz dan Hadits Gharib.

Kitab-Kitab Hadits Masyhur, diantaranya :

1. Al-Maqa>s}id al-Hasanah fi>ma Ishtaharo ala Alsinah, oleh Sakhawy.

2. Khashfu al-Khafa’ Wa Mazilul Ilbas Fi>ma Ishtaharo min al-Had>ith ala Alsina

Al-Nash, oleh Al-’Ajalu>ni.3. Tamyi>z AL-T}ayyib Min Al-Khabi>ts Fi>ma Yadu>ru ala Al-Sinati Al-Nas Min Al-Hadi>th, karangan Ibn Al-Daiba’ al-Syaibany.

2. Hadits Aziz

Al-Aziz menurut bahasa adalah sifat musyabah dari kata ( – يعز ) ( عز kasra ’ain )

yang memiliki arti ( قل يقل , ) : yaitu sedikit dan jarang, atau berasal dari kata ( , يعز� عز )

yang berarti ( , اشتد yaitu kuat dan sangat. Dikatakan demikian, dikarenakan sedikit ( قوي

jumlahnya dan jarang atau karena kuat datangnnya dari satu sisi yang lain.

Sedangkan menurut istilah Ulama : 8

السند طبقات جميع فى اثنين عن رواته يقل ال أن

8 Ta’rif diatas, menurut ibn Hajar Al-Atsqalani dalam kitabnya, an-Nukhhbah al-Fikr, dan syarakhnya Nuzhah, h. 21 & 24, Mahmud Thahhan, h. 26, Jalaluddin Al-Qashimi, Qawaid At-Tahditd, Dar Nafais, Beirut, 1987, cet. I, h. 125

8

Page 9: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

” Yaitu Hadits yang disampaikan tidak lebih dari dua orang perawi dalam setiap

tingkatan ”

Definisi diatas, dapat menjelaskan bahwa Hadits Aziz adalah hadits yang perawinya tidak

boleh kurang dari dua orang pada tingkatan sanadnya, namumn boleh lebih dari dua, seperti, tiga,

empat, atau lebih dengan syarat bahwa pada salah satu tingkatan sanad harus ada yang perawinya

terdiri dari dua orang. Hal ini adalah untuk membedakan dari hadits masyhur. Hadits Aziz ini

bisa juga hadits Masyhur, jika ada salah satu yang rawi-rawinya pada salah satu thabaqat terdiri

dari dua orang, sedang pada thabaqat yang lain terdiri dari banyak perawi.

Contoh hadits Masyhur :

قال رسول الله ص%%لى الل%%ه علي%%ه وس%%لم : ال ي%%ؤمن أح%%دكم ح%%تى أك%%ون أحب إلي%%ه من نفس%%ه ووال%%ده و الن%%اس أجمعين . ( رواه

البخارى و مسلم )Artinya :

Rasulullah Bersabda: Tidaklah sempurna iman seseorang dari padamu sehingga aku laebi dicintainya dari pada ia mencintai dirinya sendiri, orang tua, anak-anaknya dan manusia seluruhnya “. ( HR. Bukhari dan Muslim ).

Hadits ini ditakhrij oleh Bukhari dan Muslim, dari shahabt Anas ra, Anas bin Malik

memberikan hadits ini kepada dua orang shahabat Qatadah dan Abdul Aziz bin Shihab, dan dari

Qatadah di terima kepada dua orang juga. Dan pada thabaqat kelima terdiri empat dan lima orang

perawi. Maka dikatakan hadits ini awalnya Aziz dan akhirnya menjadi Masyhur. 9 1. Hadits Ghari>b 10

Menurut Bahasa, kata Ghari>b adalah sifat Mushabbahah, yang berarti munfarid (

: yang artinya menyendiri atau jauh dari kerabatnya. Menurut istilah ,(منفرد

هو ما ينفرد بروايته راو واحد “ Yaitu hadits yang sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam periwayatannya ”

Dari definisi di atas, bahwa hadits Gharib adalah hadits yang hanya terdapat satu orang

perawi, baik dari setiap tingkatan maupun sebagian tingkatan saja, meskipun hanya dalam satu

9 Fathur Rahman, h. 75 10 Ibid, h. 29

9

Page 10: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

tingkatan, dan tidak berpengaruh status meskipun hanya satu orang perawi dalam satu tingkatan.

Karena yang dimaksud dari definisi, adalah batas minimal hanya satu orang perawi. Maka

dengan demikian hadits tersebu dinamakan Hadith Ghari>b.

Pembagian Hadits Gharib 11

Hadits Gharib terbagi kepada dua, yaitu Ghari>b Muthlaq dan Gharib Nisbi.

a. Garib Mutlaq, yaitu :

ما ينفرد بروايته شخص واحد فى أصل سنده ” Hadits yang menyendiri seorang perawi dalam periwayatannya pada asal

sanadnya ”.

Contoh hadits gharib mutlaq adalah tentang niat :

إنما األعمال بالنيات ( أخرجه الشيخان )” Sesungguhnya seluruh amal itu bergantung pada niat ” ( HR. Bukhari dan Muslim )

Hadits niat tersebut diriwayatkan oleh Umar bin Khattab sendiri pada tingkatan Shahabat. b. Gharib Nisbi, yaitu :

ه�و ما كانت الغرابة فى أثناء سنده ” Hadits yang terjadi di pertengahan sanadnya ”

Atau Hadits Gharib Nisbi : yaitu yang diriwayatkan oleh satu orang atau lebih dari asal

sanadnya, kemudian diriwayatkan oleh satu orang saja dari beberapa rawi. Inya ditunjukkan

kepeda seseorang tertentu. Macam-macam hadits gharib Nisbi :

a. Gharib ( menyendiri ), tetangsifat keadilan dan kedhabitan rawinya., mislanya hadits

muslim, tentang umar bin khatab ra, kepada Abu Waqid al-Laisi prihal surat-surat yang dibaca

Nabi SAW sholat hari raya. Dijawab oleg Abu Waqid :

� فى األض%%حى والفط%%ر ب%%ق والق%%رأن المجي%%د واق%%تربت الس%%اعة كان يق%%رأوانشق القمر (رواه مسلم و الدارقطنى )

Bahwasanya Rasulullah SAW pada hari raya kurban dan Fitri membaca surat Qaf dan surat Qamar ” ( HR. Muslim ).

11 Mahmud Thahhan, Taysir Muththalah Al-Hadits, 28

10

Page 11: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

b. Menyendiri tentang kota atau tempat tinggal, mislanya hadits yang diriwayatkan dari

Bashrah saja, yaitu hadits yang ditakhrij oleh Abu Daud dengan sanad Abu Walid At-Tayalisi,

Hammam, Qatadah, Abu Nadhar dab Said, tidak terdapat perawi selain dari kota Bashrah, contoh

Haditsnya :

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم : أن نقرأ بفاتحة الكتاب وما تيسرمنه

( رواه أبو داود ) ” Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita agar membaca surat Al-Fatihah dan surat

yang termudah dari Al-Qur’an ” ( HR. Abu Daud ).

c. Gharib, tentang periwayatannya dari rawi tertentu, misalnya Hadits Anas Malik , berkata :

إن النبى صلى الله عليه وسلم : أولم على صفية بسويق وتمرBahwa Rasulullah SAW mengadakan walimah untuk Shafiyyah, dengan jamuan tepung

gandum dan kurma ”.

Para Ulama hadits membagi hadits Gharib dari sisi sanadnya, atau matannya, atau

keduanya, adalah :

1. Gharib pada sanad dan matannya, misalnya hadits Bukhari dan Muslim, yang bersumber

dari Ibn Umar ra, yang mengabarkan :

2. Gharib pada sanadnya saja, seperti hadits yang diriwayatkanoleh para Shahabat,

kemudian menyendiri periwayatannya dari shahabat, sebagaimana dikatakan oleh imam

Turmudzi, gharib min hadzal wajhi, yaitu gharib dalam stau sisi saja,

3. Gharib pada sebagian matannya saja, misalnya, hadits Turmudzi yang diriwayatkan

oleh Malik bin Anas dari Nafi’ dari Ibn Umar ra, berkata :

فرض رسول الله صلى الله عليه وس%%لم : زك%%اة الفط%%ر ص%%اعا من ش%%عير على العبد والحر والذكر واألنثى والص%%غير والكب%%ير من المس%%لمين ( رواه

الترمذى )Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitra, satu sha’ kepada hamba sahaya, orang

merdeka, laki-laki, perempuan, anak-anak, dan orang dewasa, golongan muslim, ( HR. Muslim),

11

Page 12: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

Pembagian Hadits Ahad ( Masyhur, Aziz, Gharib ), dari sisi kuat atau lemahnya perawi,

terbagi kepada dua bagia :

1. Hadits Maqbul ( diterima ) : yaitu hadits yang rajih kebenaran perawinya, hukumya

wajib sebagai hujjah, serta pemakainnya sebagai hukum ( tasyri’ ).

2. Hadits Mardud ( ditolak ) : yaitu hadits yang belum diterima kebenaran perawinya,

huhumnya ditolak sebagai hujjah dalam sumber hukum ( tasyri’ ), serta pemakainnya sebagai

hukum islam.

B. Klasifikasi Hadit Ditinjau dari Kwalitas Sanadnya,

Hadits dilihat dari kwalitas sanadnya, terbagi kepada : Hadits Shahih, Hadits Hasan, dan

Hadits Dha’if. Pembagian Hadits tersebut adalah hasil seleksi dari unsur-unsur yang ada dalam

hadits itu, yaitu : Sanad, Ra>wi dan Matan Hadits .12

1. Hadits Shahih

Hadits yang diakui dan diaterima adalah bila memenuhi syarat-syarat yang telah

disepakati oleh para Ulama Hadits, sebagaimana definisi berikut ini :

Shahih secara etimologi lawan dari saqi>m ( sakit ), sedangkan dalam istilah ilmu

hadits, hadits shahih adalah : 13

ما نقله عدل تام الضبط متصل السند غير معلل وال شاذ

” Hadits Shahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak berillat dan tidak janggal.

Atau dengan istilah lain, 14

ما اتصل سنده� بنقل العدل الضابط عن مثله إلى منتهاه من غ%%يرشذوذ وال علة

” Hadits yang berhubungan ( bersambung ), sanad yang diriayatkan oleh perawi yang adil, dhabith, yang diterimanya dari perawi yang sama ( kwalitasnya ), dengan sampai kepada akhir sanad, tidak syadz dan tidak pula ber-illat ”

12 Muhamad Ustman Al-Khasat, At-Taqrib Wa Taysisr Lima’rifati al-Basyir Wa An Nadzir Lil Imam Mahyuddin bin Syaraf Nawawi ( 631-676 H ), ( Beirut : Dar Kutub Al-Arobi, 1405 H / 1985 ), cet. I, H. 25

13 Nawir Yuslem, Ulumul Hadits, 219 14 Mahmud Thahan, Taysisr Musthalah Hadits, 34

12

Page 13: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

Dari definisi yang dikemukakan di atas, terdapat kriteria yang harus disepakati

diantaranya :

1. Bersambung sanad dari awal hingga akhir sanad.

2. Diriwayatkan dengan perawi yang adil.

3. Diriwayatkan oleh perawai yang d}abit} ( sempurna ) hapalannya,

4. Dan tidak terdapat kejanggalan

5. Dan Tidak terdapat cacat ( rusak ).

Dari penelitian di atas, merupakan hal-hal yang yang melatar-belakangi pentingnya

penelitian hadits, baik yang berkaitan dengan sanad maupun yang berkaitan dengan matan.

Adapun dari beberapa kriteria di atas, dapat kita jelaskan sebagai berikut :

Pertama : Sanad hadits harus bersambung ( Ittishal as-Sanad ).

Maksud dari syarat di atas adalah bahwa setiap perawi menerima hadits secara langsung

dari perawai yang berada di atasnya, dari awal sanad hingga akhir, dan seterusnya sampai kepada

Nabi Muhamad SAW sebagai sumber Hadits tersebut. Hadits yang tidak bersambung sanadnya,

tidak dianggap sebagai hadits Shahih.

Kedua : Perawinya adalah Adil ( Ada>lah al-Ruwwa>t )15

Setiap perawi hadits harus bersifat adil, yaitu memenuhi kriteria : muslim, berakal, taa’t

agama ( taqwa ), tidak melakukan perbuatan fasik, dan tidak rusak murua’ahnya. Adalah (adil)

merupakan kumpulan beberepa sifat, diantaranya : Islam : karena periwayatan dari seorang kafir,

tidak dapat diterima. Sebab ia dianggap tidak dapat dipercaya. Lebih-lebih kedudukannya

meriwayatkan hadits itu sangat tinggi lagi mulia. Mukallaf : karenya periwayatan dari seorang

yang belum dewasa, menurut pendapat yang lebih shahih, tidak diterima, karena ia belum

terjamin dari kedustaan. Dan yang lain, adalah selamat dari sebab-sebab yang menjadikan

seorang fasik lagi dapat memcacatkan kepribadian seseorang. 16

Ketiga : D}abit ( sempurna ) ingatan periwayatannya ( Dhabtur- Ruwwat )

15 Keadilan seorang perawi menurut Sam’ani, harus memenuhi 4 kriteria, yaitu : [1]. Slalu memelihara perbuatan taat, dan menjauhi perbuatan maksiat, [2]. Menjaui dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan snatun, [3]. Tidak melakukan perkara-perkara mubah yang dapat menggurkan iman kepada Qadar dan mengakibatkan penyesalan. [4]. Tidak mengikuti pendapat salah satu mazhab yang bertentangan dengan dasar syara’. Fatchur Rahman, Ikhtishar Mustalahul Hadits, ( Bandung : PT Al-Ma’arif, 1981), cet. Ke-3, 97

16 Fathurahman, Ikhtishar Musthalah Hadits, h. 98

13

Page 14: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

Yang dimaksud dengan d}abith adalah orang yang kuat ingatannya. Artinya bahwa

ingatnya lebih banyak dari pada lupanya, dan kebenarannya lebih banyak dari pada

kesalahannya. Jika sesesorang mempunyai ingatan yang kuat, sejak dia menerima hingga kepada

penyampaian kepada orang lain, dan ingatannya ia sanggup diungkapkan kapan dan dimanapun,

maka dengan demikian adalah d}abit al-s}adri. Kemudian bila apa yang disampaikan itu

berdasarkan pada buku (catatan) maka orang tersebut adalah d}abtu al-Kitab.

Keempat : Tidak ber-Illat ( cacat )( ’Adamu al-Illat )

Illat Hadits adalah suatu penyakit yang samar-samar, yang dapat menodai keshahihan

hadits. Misalnya meriwayatkan hadits secara Muttashil (bersambung), terhadap hadits Mursal

( yang gugur seorang shahabat yang meriwayatkannya ) atau terhadap hadits yang munqathi

(yang gugur salah seorang rawinnya), dan sebaliknya. Demikian itu dianggap suatu Illat sebuah

hadits, yaitu suatu yang terdapat pada matan hadits. Dengan demikian maka hadits harus

sempurna periwayatannya dari hal-hal yang menyebabkan cacat ( illat ).

Kelima : Tidak Syadz ( janggal ). ( Adamu al-Shudhuz )

Shadh ( kejanggalan ) sebuah hadits terletak kepada adanya perlawanan anatara suatu

hadits yang diriwayatkan oleh yang maqbul( yang dapat diterima ) periwayatannya dengan hadits

yang diriwayatakan oleh perawi yang rajih ( kuat ) dari padanya, disebabkan dengan adanya

kelebihan jumlah sanad atau kelebihan dalam kedhabithan rawinya atau adanya segi-segi tarjih

yang lain.

Contoh : Sebagaimana al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahihnya, berkata

:

حدثنا عبد الله بن يوسف قال أخبرنا مالك عن ابن ش%%هاب عن محم%%د بن جبير بن مطعم عن أبيه قال سمعت� رسول الله ص%%لى الل%%ه علي%%ه وس%%لم

قرأ فى المغرب بالطور. Keterangan :

Hadits di atas adalah berstatus sahih, karena :

1. Bahwa sanadnya bersambung, karena setiap perawi telah mendengar langsung dari

gurunya, sedangkan yang hadits yang diriwayatakan dengan lafadz an ( hadits

Muan’an ), seperti Malik dan Ibn Syihab dan Ibn Jubair muttashil dalam sanadnya,

karenanya tidak tertutuh sebagai Mudallis.

14

Page 15: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

2. Disepakati oleh kebanyakan ulama Jarah wa Ta’dil, bahwa semua perawinya adalah

Dhabith ( kuat ) ingatannya.

3. Dikatakan Imam Malik adalah seorang Imam Yang adail.

4. Ibn Syihab Al-Zuhri adalah seorang yang faqih, al-Hafidz, yang sempurna.

5. Muhamad bin Jubair adalah Thiqath ( sempurna ) .

6. Jubair Bin Mut}’im adalah Shahabat.

7. Dan Hadits tersebut tidak Janggal, berarti tidak berentangan dengan periwayatan yang

lebih kuat dan juga tidak terdapat Illat ( cacat ).

Hukum Hadits ShahihHadits Shahih wajib diamalkan sebagaimana kesepakatan ulama (ijma’). Dan Para Ulama

Ushul serta para Ahli Fiqh menjadikannya hujjah ( dalil ) sebagai hukum Islam.

Martabat (Kedudukan) Hadits ShahihKedudukan Hadits Shahih adalah karena mengingat berlebih atau berkurangnya sifat

kedhabithan atau keadilan perawinya, maka terdapat tingkatan, yaitu yang tertinggi adalah

bersanad : Ashahul Asa>nid ( yang paling Shahih ), dan selanjutnya :

1. Hadits yang telah disepakati oleh kedua Imam Bukhari dan Imam Muslim tetang

sanadnya, yang dikenal Mutafaq Alaihi.

2. Hadits yang hanya diriwayatkan ( ditakhrij ) oleh Imam Bukhari saja. Sedang Imam

Muslim Tidak meriwayatkan. Para ulama Hadits menyebutnya infarada bihi al-Bukhari.

3. Hadits yang hanya diriwayatkan Imam Muslim saja, artinya Imam Bukhari tidak

meriwayatkan. Hadits ini dikenal Infarada bihi Muslim.

4. Hadits yang diriwayatkan menurut syarat-syarat yang disepakati oleh Imam Bukhari dan

Imam Muslim.

5. Hadits yang menurut syarat Bukhari, sedangkan beliau sendiri tidak mentakhrijnya.

Yang disebut Shahih ala Syart Bukhari.

6. Hadits yang menurut syarat Imam Muslim, sedangkan beliau sendiri tidak

mentakhrijnya, yang dalam hal ini dikenal Shahih ala Imam Muslim.

Hadits yang tidak menurut keduanya, baik Imam Bukhari Maupun Imam Muslim.

15

Page 16: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

2. Hadits Hasan dan Pembagiannya

Hadits Hasan secara bahasa adalah, sifat mushabbahah dari lafadz al-Husnu yang berarti

al Jamal ( indah ).17 Sedang memnurut istilah Ulama : para ulama terdapat beberapa perbedaan,

diantaranya :

Menurut at-Turmudzi mendefinisikan :

كل حديث يروى ال يكون فى إسناده من يتهم بالكذب , وال يك%%ونالحديث شاذا ويروى من غير وجه نحوى ذالك .

Setiap Hadits yang diriwayatkan, yang dalam sanadnya, tidak ada rawi yang dituduh berdusta, haditsnya tidak syaz diriwayatkan pula haditsnya, melalui jalan lain, hadits semacam ini, menurut kami adalah hadits hasan.18

Menurut definisi Ibn Hajar, yaitu :

هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذى خف ضبطه عن مثله إلىمنتهاه من غير شذوذ وال علة

Yaitu, hadits yang bersambung sanadnya, dengan periwayatan perawi yang adil, ringan( kurang), ke-dhabitannya, dari pearawi yang sama (kwalitasnya), dan sampai ke akhir sanad, tidak shaz dan tidak illat.

Dalam hal ini, Mahmud Thahan menilai, bahwa definisi hadits hasan, menurutnya adalah

yang dikemukakan oleh Ibn Hajar. Bahwa menurut Ibn Hajar, hadits hasan adalah hadits shahih

yang hanya saja, derajat ke dhabitan perawinya, lebih rendah atau lebih ringan. Ini termasuk

definisi yang baik, mengenai hadits hasan. Sedangkan definisi yang menurut al-Turmuzi

mencakup salah satu jenis hadits hasan, yaitu hadits hasan li ghairihi. Padahal yang dituju

dengan hadits itu, adalah hasan li zatihi. Sebab, pada dasarnya, hadits hasan li ghairihi pada

dasarnya merupakan hadits dha’if yang derajatnya naik menjadi hadaits hadits hasan, karena

17 Mahmud al-Tahhan, Taysir Mus}t}alah al-Hadith ( Riyad: Maktabah al-Ma’arif, 1405/1985 M), cet. Ke-7, 45 18 Mahmud al-Tahhan, Taysir Mus}t}alah al-Hadith ( Riyad: Maktabah al-Ma’arif, 1405/1985 M), cet. Ke-7, 45

16

Page 17: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

dibantu banyaknya jalur. Oleh karena itu, definisi yang menjadi pilihan, yaitu definisi yang

menurut Ibn hajar, yaitu, hadits hasan adalah hadits yang sanadnya, bersambung, yang

diriwayatkan, oleh rawi yang adil, yang derajat dhabithyna, lebih ringan dari orang yang serupa

hingga pubcak (akhir), sanad, tidak ada shaza maupun Illat. 19

Hukum hadits hasan, bisa dijadikan hujjah (argument), sebagaimana hadits sahih,

meskipun dari segi kekuatannya berbeda. Para ulama Fiqh menjadikannya hujjah, dan juga

mengamalkannya. Begitu pula sebagian besar pakar hadits dan ulama Ushul, kecuali mereka

yang memiliki sikap keras, dan sebagian ulama yang lebih longgar mengelompokannya dalam

hadits shahih, meski mereka mengatakan tetap berbeda dengan hadits shahih, yang telah

dijelaskan sebelumnya. Hal ini, sebagaimana menurut al-Hakim, Ibn Hibban, dan Ibn Huzaimah. 20

Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

حدثنا قتيبة� حدثنا جعفر� بن سليمان الض�بعى عن أبى عمران الج%%ونى عن أبى بكر بن أبى موسى األشعرى قال سمعت أبى بحض%%رة الع%%دو يق%%ول : ق%%ال رس%%ول الل%%ه ص%%لى الل%%ه علي%%ه وس%%لم أن أب%%واب الجن%%ة تحت ظالل

السيوف . Telah bercerita kepada kami Qutaibah, telah bercerita kepada kami Ja’far bin Sulaiman al-Duba’I, dari Abi Imran al-Jauni, dari Abu Bakar bin Abu musa al-Asyr’ari, yang berkata : Aku mendengar bapakku berkata- di hadapan musuh : Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya pintu-pintu surge itu berada di bawa kilatan pedang ( Hadits ).

Imam al-Tirmizi mengomentari hadits ini, dengan hadits hasan gharib, dengan alasan karena,

empat orang perawi sanadnya tergolong thiqat, kecuali Abu Ja’far bin Sulaiman al-D}uba’i. Jadilah haditsnya hadits hasan. Karena hal itu pula hadits yang martabathnya shahih turun

menjadi hasan. 21

Martabat (kedudukan) Hadits Hasan.

19 Mahmud al-Tahhan, Taysir Mus}t}alah al-Hadith ( Riyad: Maktabah al-Ma’arif, 1405/1985 M), cet. Ke-7, 46 20 Mahmud al-Tahhan, Taysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 21 Mahmud al-Tahhan, Taysir Mus}t}alah al-Hadith, 47

17

Page 18: Web viewTaysir Mus}t}alah al-Hadith, 46 . Contoh hadits hasan di antaranya, yaitu :

Tinggi rendahnya martabat hadits hasan terletak pada tinggi rendahnya kedhabitan para

perawinya. Hadits hasan yang tinggi martabatnya, ialah yang bersanad ahsanul asa>nid.22

Kemudian dibawahnya, ialah hadits hasan liza>tihi dan yang terakhir adalah hadits hasan lighairihi. 23

Kehujahan Hadits Hasan.

Hadits hasan sebagaimana halnya hadits sahih, meskipun derajatnya berada di bawah

hadits sahih, adalah hadits yang dapat diterima dan dipergunakan sebagai dalil atau hujjah dalam

penetapan hokum atau dalam beramal. Para Ulama Hadits, Ulama Ushul Fiqh, Fuqaha

sependapat tentang kehujahan hadits hasan.24

Kitab-kitab Yang Memuat Hadits Hasan.

Terdapat beberapa kitab hadits yang menghimpun hadits-hadits hasan, di antara kitab-kitab

tersebut, adalah :

1. Ja>mi al-Tirmizi, yang lebih terkenal adalah sunan al-Tirmizi, dikarang oleh Abu Isa

Muhammad bin Isa bin Surah al-Tirmizi ( 209-279 H).

2. Sunan Abu> Dau>d, oleh Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishaq al-Azadi al-Sijistani

atau lebih dikenal dengan sebutan Abu Daud ( 202-275 H).

3. Sunan al-Da>r al-Qut}ni, dikarang oleh Abu Hasan Ali bin Umar bin Ahmad al-Dar

al-Qut}ni ( 306-385 H/ 919-995 M). 25 ****

22 Kriteria Ahsanul Asa>nid adalah hadits yang bersanad lebih rendah derajatnya dari pada yang bersanad asahul asa>nid, dan beberapa criteria hadits yang ahsanul asanid, bila hadits tersebut bersanadkan kepada, [1]. Bahar bin Hakim, dari ayahnya ( Hakim bin Mua’wiyah), dari kakeknya ( Mu’awiyah bin Haidah). [2]. Amr bin Syu’aib dari ayahnya ( Syu’aib bin Muhammad ), dari kakeknya ( Muhammad bin Abdullah bin Amr bin ash). Lihat. Fatchur Rahman, 28

23 Fatchur Rahman, 27, 11424 Lihat. Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta, PT. Mutiara Sumber Widya, 200), 23325 Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, Jakarta, PT. Mutiara Sumber Widya, 2001, 234, Lihat. Mahmud Thahan, Taysi>r Must}alah Hadi>th, (Riyad: Maktabah Ma’arif, 1985 / 1405 H), cet.ke-7, 49

18