digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

160
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI MELALUI TEKNIK PERMAINAN SIMULASI DAN MEDIA KARTU LAMBANG MAJAS (Penelitian pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persayaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh: HENDRIYATI TRIKORWATI S 841108039 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Transcript of digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

Page 1: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI

MELALUI TEKNIK PERMAINAN SIMULASI DAN MEDIA KARTU LAMBANG MAJAS

(Penelitian pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012)

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persayaratan mencapai derajat Magister

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh:

HENDRIYATI TRIKORWATI

S 841108039

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR

Page 4: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAN KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI

Page 5: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hendriyati Trikorwati. “UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI MELALUI TEKNIK PERMAINAN SIMULASI DAN MEDIA KARTU LAMBANG MAJAS” (Penelitian pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012). Tesis, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember, 2012.

ABSTRAK

Kemampuan guru mengajarkan materi memparafrasakan puisi rendah. Kemampuan ini berdampak pada proses belajar dan hasil belajar siswa. Melihat situasi demikian guru berupaya melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen melalui teknik permainan simulasi kartu lambang majas; dan (2) untuk meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen melalui teknik permainan simulasi kartu lambang majas. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitiannya siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran2011/2012, yang berjumlah 32 siswa dan guru bahasa Indonesia kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen. Sumber data yang digunakan yaitu: tempat dan peristiwa, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber dengan cara pernberian tugas, observasi, wawancara, analisis dokumen, tes yang berhubungan dengan materi pembelajaran, dan angket. Alat pengumpulan data berupa hasil pekerjaan siswa yaitu: (a) daftar presensi kehadiran siswa; (b) daftar kumpulan nilai test formatif tertulis siswa mulai dari siklus pertama, siklus II, dan siklus III; (c) daftar pengamatan minat belajar siswa setiap siklusnya oleh pengamatan teman sejawat; (d) hasil pengamatan catatan belajar siswa kelas; (e) pengumpulan hasil angket siswa. Penelitian dimulai dari survei kondisi awal, siklus I, siklus II, sampai siklus III.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kualitas proses belajar dan hasil pembelajaran memparafrasakan puisi melalui teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas. Peningkatan proses ditunjukkan dengan peningkatan belajar pada setiap siklusnya. Perasaan senang terhadap memparafrasakan puisi meningkat. Kesadaran mengikuti pembelajaran memparafrasakan puisi meningkat. Perhatian siswa terhadap penjelasan tentang memparafrasakan puisi meningkat. Kemauan dalam belajar meningkat, dan keterlibatan melaksanakan tugas dari guru meningkat. Pening-katan hasil pembelajaran memparafrasakan puisi terlihat pada setiap tindakan, baik pada kondisi awal, tindakan siklus I, tindakan siklus II, maupun tindakan siklus III. Hal ini ditandai dengan jumlah siswa yang mencapai nilai batas KKM meningkat dari kondisi awal 4 siswa, (12,5 %), siklus I meningkat menjadi 8 siswa (25%), siklus II meningkat menjadi 24 siswa (75), dan siklus III, 24 siswa (75%). Jadi bila dilihat dari kondisi awal penelitian sampai dengan siklus terakhir terlihat peningkatan hasil belajar memenuhi batas KKM sejumlah 20 siswa atau 62,5%

Kata kunci: parafrasa puisi, teknik dan media, meningkat Hendriyati Trikorwati. “THE ATTEMPT OF IMPROVING LEARNING INTEREST AND POETRY PARAPHRASING ABILITY THROUGH SIMULATION GAME

Page 6: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

AND FIGURE OF SPEECH SYMBOL CARD MEDIA TECHNIQUES” (A Research on the VII B Graders of SMP Negeri 7 Kebumen in the School Year of 2011/2012). Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. December, 2012.

ABSTRACT The teacher’s competence to teach the material about paraphrasing a poem was

low. This competence had the impact in learning process and learning result of the students. According to the situation, the teacher made serious efforts to do a Class Action Research. The objectives of research are: (1) to improve the learning interest of the VII B graders of SMP Negeri 7 Kebumen through simulated figure of speech symbol card game technique; (2) to improve the poetry paraphrasing ability of the VII B graders of SMP Negeri 7 Kebumen through simulated figure of speech symbol card game technique; and

This study was a classroom action research. The subject of research was the VII B graders of SMP Negeri 7 Kebumen in the school year of 2011/2012, consisting of 32 students and Indonesian language teacher who teaches VII B graders of SMP Negeri 7 Kebumen. The data sources used were: place and event, informant, and document. Technique of collecting data used source triangulation technique by means of task administration, observation, interview, document analysis, test relating to learning material, and questionnaire. The instruments of collecting data constituting the students’ work included: (a) student presence list; (b) students’ written formative test score list from the first, second, and third cycles; (c) observation list of student learning interest each cycle by the peer-observation; (d) result of student learning note observation in the class; (e) learning source book completeness; (f) student questionnaire result collection. This research started by the survey on prior condition, cycles I, II, and III.

Considering the result of research, it could be concluded that there was an improvement in the learning process quality and poetry paraphrasing learning achievement through simulation game and figure of speech symbol media. The process improvement was indicated by the learning improvement in each cycle, increased enjoyment in paraphrasing poetry, increased awareness of attending paraphrasing learning, increased attention of the students to the explanation about poetry paraphrasing, increased willingness to study, and increased involvement in doing the task the teacher gave. The improvement of poetry paraphrasing learning achievement could be seen from each action in prior condition, cycle I, cycle II, and cycle III. It was indicated by the increased number of students who achieved KKM (minimum passing criteria) score from 4 students (12.5%) in prior condition to 8 (25%) in cycle I, to 24 (75%) in cycle II, and to 24 (75%) in cycle III. So, viewed from the prior condition of research to the final cycle, there were an increase in learning achievement with 20 students or 62.5% who meet the KKM limit. Keywords: poetry paraphrasing, technique and media improved

Page 7: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur tidak henti-hentinya penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt

yang selalu melimpahkan rahmat, hidayat, serta inayah-Nya kepada penulis,

sehingga sampai saat ini pula penulis dapat membuat laporan Penelitian Tindalan

Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar dan Kemampuan

Memparafrasakan Puisi Melalui Teknik Permainan Simulasi dan Media Kartu

Lambang Majas” (Penelitian pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen

Tahun Ajaran 2011/-2012). Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir

perkuliahan Pragram Pascasarjana (S2) Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Sudah tentu dalam penelitian ini tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak tidak

akan selesai dengan baik. Oleh karena itu, penulis secara pribadi mengucapkan

terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.Pd. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian;

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Direktur PPs Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan tesis ini.

3. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. yang telah bersusuah payah, penuh

kesabaran, arif, bijaksana, membimbing terselesaikannya tesis ini;

4. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum, dosen pembimbing yang telah bersusah

payah, tekun, disiplin, membimbing terselesaikan tesis ini;

5. Semua dosen yang tidak ditulis satu-satu yang dengan ikhlas mengajar;

6. Drs. H. Widodo, mantan Kepala SMP Negeri 7 Kebumen yang memberi izin

mengikuti pendidikan;

Page 8: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7. Hj. Wihardiningsih, S.Pd. Kepala SMP Negeri 7 Kebumen yang memberi izin

untuk mengikuti pendidikan;

8. Sri Sudarto, S.Pd. teman guru yang telah membantu terselesaikannya tesis ini;

9. Sulastari, S.Pd. teman kerja yang telah mendukung terselesaikannya tesis ini;

10. Keluarga tercinta yang telah mendukung sepenuhnya dalam menempuh

perkuliahan dari awal sampai akhir.

Tentunya tesis ini masih banyak kekurangan karena itu penulis mohon kritik

yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Apabila dalam penulisan ini ada sesuatu yang kurang berkenan di hati

Saudara, penulis mohon maaf yang setulusnya. Mudah-mudahan laporan ini

bermanfaat.

Surakarta, Desember 2012

Penulis

Page 9: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

GANTUNGKAN CITA-CITAMU SETINGGI LANGIT, TAPI RENDAHKAN

HATIMU SEDALAM MUTIARA DI DALAM LAUTAN

BERDOA, USAHA, SERTA KEDISIPLINAN ADALAH KUNCI

KESUKSESAN

Page 10: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

JUDUL …………..…………………………………………………… i

PENGESAHAN PEMBIMBING …….…………….……….……….. ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS …….………….……………. iii

PERNYATAAN …….…………….…………….…………….……… iv

ABSTRAK…….…………….….….………………………………..... v

ABSTRACT …….…………….…………….…………….……..…… vi

KATA PENGANTAR …….…………….…………….……………… vii

MOTTO ……………………………………………………………….. ix

DAFTAR ISI ………………………………………………………….. x

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. xiii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xiv

DAFTAR GRAFIK ……..…………………………………………....... xv

DAFTAR LAMPIRAN….…………………………………………....... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..…………………………………………... 1

B. Perumusan Masalah ………………………………………. 6

C. Tujuan Penelitian …………………………………………. 6

D. Manfaat Penelitian ………………………………………… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka ……………………………………...……….. 9

1. Kemampuan Memparafrasakan Puisi …................ ….. 9

Page 11: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Pengertian Puisi ................................................….. 10

b. Pengertian Majas ..............................................….. 17

c. Hubungan Puisi dan Majas .............................. ….. 19

d. Memparafrasakan Puisi .................................... ….. 20

e. Mengintepretasikan Puisi ................................ ….. 23

2. Hakikat Minat Belajar ………………………………… 28

3. Hakikat Teknik Permainan Simulasi ............................. 34

a. Pengertian Teknik …………………………………. 34

b. Pengertian Permainan Simulasi …………………… 36

c. Langkah-langkah Permainan Simulasi dan Media

Kartu Lambang Majas ........................................... 39

4. Hakikat Media Kartu Lambang Majas ………………. 42

a. Pengertian Lambang Majas ………………………. 44

b. Pengertian Kartu Lambang Majas .……………….. 45

c. Bentuk Kartu Lambang Majas ……………………. 47

B. Temuan Hasil Penelitian Relevan ………………………… 50

C. Kerangka Berpikir ……………………………….………... 52

D. Hipotesis Tindakan ………………………………....…….. 56

BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian ……………………………………….... 58

B. Subjek Penelitian ………………………………………… 59

C. Data dan Sumber Data …...............……………………… 60

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data …….………………. 60

E. Validitas Data ……………………………………………. 61

F. Teknik Analisis Data …………………………………….. 61

G. Indikator Kinerja ………………………………………… 63

H. Prosedur Tindakan ………………………………………. 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 12: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

A. Hasil Penelitian ............................................................. 66

1. Deskripsi Kondisi Awal …………………………… ... 66

2. Pelaksanaan Tindakan ................................................ 74

3. Siklus I ....................................................................... 75

4. Siklus II ...................................................................... 92

5. Siklus III ..................................................................... 107

B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... 121

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ......................................................................... 134

B. Implikasi ........................................................................ 135

C. Saran .............................................................................. 138

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 140

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………... 144

Page 13: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lambang Majas Metafora ................................................ 44

Gambar 2. Kerucut Pengalaman ............................................................. 48

Gambar 3. Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian ........................... 56

Gambar 4. Model Analisis Ineraktif ....................................................... 62

Page 14: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian …………………………...……. 59

Tabel 2. Indikator Ketercapaian Tujuan ………………………………… 63

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Kondisi Awal ...................... 70

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Kondisi Awal ..................... 71

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siklus I................................. 85

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Siklus I ................................ 86

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siklus II ............................... 101

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Siklus II ............................... 103

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Nilai Minat Belajar Siklus III ..................... 114

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Ulangan Siklus III ............. 116

Tabel 11. Rekap Nilai Minat Belajar Siklus III ..............................……... 131

Tabel 12. Rekap Nilai Ulangan Kemampuan Memparafrasakan Puisi ….. 132

Page 15: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GRAFIK

Histogram 1. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Kondisi Awal …. 70

Histogram 2. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Kondisi Awal …… 71

Histogram 3. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Siklus I ...……… 86

Histogram 4. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Siklus I …………. 87

Histogram 5. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Siklus II ……….. 101

Histogram 6. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Siklus II .………… 103

Histogram 7. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Siklus III ……… 115

Histogram 8. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Siklus III ….…….. 116

Histogram 9. Rekap Nilai Minat Belajar ................................................ 131

Histogram 10. Rekap Kemampuan Memparafrasakan Puisi ………….. 132

Page 16: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Survei dan Penelitian Kondisi Awal :

Lampiran 1.a Peta Kelurahan Bumirejo ................................. 144

Lampiran 1.b Peta Lokasi SMP Negeri 7 Kebumen .............. 145

Lampiran 1.c Media Kartu Lambang Majas .......................... 146

Lampiran 1.d Hasil Wawancara dengan Guru Kelas ……….. 153

Lampiran 1.e Tulisan Singkat tentang Permainan Simulasi

dan Media Kartu Lambang Majas ……………. 158

Lampiran 1.f Silabus Kondisi Awal ……………………….. 166

Lampiran 1.g Lembar Penilaian Perumusan Silabus Kondisi

Awal …………………………………………. 168

Lampiran 1.h RPP Kondisi Awal ……………………………. 169

Lampiran 1.i Lembar Penilaian RPP Kondisi Awal ………… 173

Lampiran 1.k Jurnal Refleksi Guru Kondisi Awal …….…… 174

Lampiran 1.k Jurnal Refleksi Siswa Kondisi Awal …………. 176

Lampiran 1.l Lembar Penilaian Kinerja Guru Kondisi Awal .. 179

Lampiran 1.m Instrumen Minat Memparafrasakan Puisi

Kondisi Awal ……………………………….. 181

Lampiran 1.n Catatan Lapangan Hasil Pengamatan Kondisi

Awal …………………………………………. 183

Lampiran 1.n Foto Pembelajaran Memparafrasakan Puisi

…………………………………………………… 187

Lampiran 1.o Lembar Soal Tes Memparafrasakan Puisi

Page 17: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kondisi Awal ………………………………… 188

Lampiran 1.p Lembar Pekerjaan Siswa Kondisi Awal ……… 189

Lampiran 2. Hasil Penelitian Siklus I

Lampiran 2.a Silabus Siklus I ……………………………… 190

Lampiran 2.b Lembar Penilaian Silabus Siklus I ………….. 192

Lampiran 2.c RPP Siklus I ………………………………… 193

Lampiran 2.d Lembar Penilaian RPP Siklus I …………….. 196

Lampiran 2.e Jurnal Refleksi Guru Siklus I ......................... 197

Lampiran 2.f Jurnal Refleksi Siswa Siklus I ……………… 198

Lampiran 2.g Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus I …… 201

Lampiran 2.h Instrumen Minat Memparfrasakan Puisi

Siklus I ……………………………………… 203

Lampiran 2.j Catatan Lapangan Hasil Pengamatan Kondisi

Awal …………………………………………. 205

Lampiran 2.k Foto Pembelajaran Memparafrasakan Puisi

Siklus 209

Lampiran 2.l Lembar Kerja Siswa Siklus I ……………….. 210

Lampiran 2.m Lembar Pekerjaan Siswa Siklus I ………….. 211

Page 18: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 3 Hasil Penelitian Siklus II

Lampiran 3.a Silabus Siklus II ……………………………. 212

Lampiran 3.b Lembar Penilaian Silabus Siklus II ………. 214

Lampiran 3.c RPP Siklus II ………………………………. 215

Lampiran 3.d Lembar Penilaian RPP Siklus II …………... 219

Lampiran 3.e Jurnal Refleksi Guru Siklus II ...................... 220

Lampiran 3.f Jurnal Refleksi Siswa Siklus II ……………. 221

Lampiran 2.g Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus I…… 222

Lampiran 2.h Instrumen Minat Memparfrasakan Puisi

Siklus II …………………………………… 224

Lampiran 3.g Foto Pembelajaran Memparafrasakan Puisi

Siklus II ……………………………………. 226

Lampiran 3.j Lembar Kerja Siswa Memparafrasakan Puisi

Siklus II ……………………………………. 227

Lampiran 3.k Lembar Pekerjaan Kerja Siswa Siklus II ..… 228

Lampiran 3.l Catatan Lapangan Hasil Pengamatan Siklus II 229

Lampiran 4 Hasil Penelitian Siklus III

Lampiran 4.a Silabus Siklus III …………………………… 235

Lampiran 4.b Lembar Penilaian Silabus Siklus III ……….. 237

Lampiran 4.c RPP Siklus III ……………………………… 238

Lampiran 4.d Lembar Penilaian RPP Siklus III ………….. 242

Lampiran 4.e Jurnal Refleksi Guru Siklus III ……………. 243

Page 19: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lampiran 4.f Jurnal Refleksi Siswa Siklus III ……………. 245

Lampiran 4.g Instrumen Minat Memparafrasakan Puisi

Siklus III .......................................................... 248

Lampiran 4.h Foto Pembelajaran Memparafrasakan Puisi

Siklus III

………………………………………………………………

250

Lampiran 4.i Lembar Kerja Siswa Memparafrasakan Puisi

Siklus III ………………………………………..251

Lampiran 4.j Lembar Pekerjaan Siswa Siklus III …………… 252

Lampiran 4.k Daftar Nilai Siswa .......................................... 253

Lampiran 4.l Daftar Hadir Siswa .......................................... 254

Lampiran 4.M Catatan Lapangan Hasil Siklus III ………… 255

Page 20: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Standar kompetensi merupakan salah satu acuan guru untuk mengajarkan

mata pelajaran bahasa Indonesia. Isi dari standar kompetensi dituangkan pada

silabus yang memuat kompetensi dasar. Materi kompetensi dasar 13.2 adalah

merefleksi isi puisi yang dibacakan. Indikator dari kompetensi dasar tersebut

adalah: (1) mampu menemukan majas yang terdapat dalam puisi; (2) mampu

memparafrasakan pusi; (3) mampu merefleksi isi puisi, KTSP (2011: 12).

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan

bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batin, Herman J.

Waluyo (1987: 25). Berkaitan dengan itu pula dinyatakan bahwa puisi dan majas

adalah dua sisi yang berhubungan (Herman J. Waluyo, 1991: 83).

Sebagian besar puisi mengandung majas. Elfiati W. (2005: 136)

berpendapat bahwa majas adalah suatu usaha untuk menciptakan maksud dan

suasana seperti yang diharapkannya, agar ceritanya mudah dihayati atau ditangkap

oleh pembaca. Majas tidak tercantum dalam standar kompetensi maupun

kompetensi dasar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Namun, tertuang

dalam indikatornya, terutama aspek kesusastraan bentuk puisi, oleh karena itu

majas perlu dikuasai. Apabila sebagian besar majas dikuasai maka akan

mempermudah siswa untuk memparafrasakan puisi.

1

Page 21: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Memparafrasakan adalah hasil pengungkapan kembali terhadap konsep

yang disusun orang lain dengan bahasa yang berbeda, tanpa mengubah maksud

semula, walaupun kadang-kadang diberi tekanan yang berbeda. Atau boleh juga

diartikan sebagai suatu perubahan bentuk puisi menjadi bentuk prosa atau

sebaliknya Perpustakaan Nasional Indonesia (2004: 586).

Guru dalam melaksanakan pembelajaran tentulah optimis ingin

mengajarkan puisi dengan hasil yang memuaskan. Hasil yang menjadi harapan

guru adalah siswa mampu mengikuti kegiatan balajar mengajar dengan minat

belajar yang tinggi dan hasil belajar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Mengajar

(KKM) yaitu 70. Namun, harapan guru tidak sesuai dengan kenyataannya. Hal

yang dihadapi bukan keberhasilan melainkan kekecewaan yang didapat.

Sebagian besar siswa tidak mampu menemukan dan mengartikan majas

yang terdapat pada puisi, tidak mampu memparafrasakan puisi, tidak mampu

menjawab pertanyaan yang berhubungan isi puisi. Karena itu jumlah siswa yang

memperoleh nilai batas KKM 70 hanya empat siswa dari rombongan belajar 32

siswa, atau siswa yang tuntas hanya 12,5%, rerata nilai 60, nilai tertinggi 72, nilai

terendah 45. Jumlah siswa seluruhnya 32. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 28

siswa atau 87,5 %. Contoh hasil pekerjaan siswa dapat dilihat pada lampiran.

Hasil pengamatan proses kegiatan belajar siswa diketahui minat belajar

kurang. Dengan rincian 23 tiga siswa (72%) siswa kurang berminat, enam siswa

(18,75%) tidak berminat, dua (6,25 %) siswa berminat, satu siwa (3,125 %) sangat

berminat, sedangkan siswa sangat tidak berminat tidak ada.

Page 22: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar dan

kemampuan memparafrasakan puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 7

Kebumen pada kenyataanya rendah.

Pada dasarnya kelemahan tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu: faktor

yang munculnya dari siswa dan factor yang munculnya dari guru. Faktor yang

muncul dari siswa antara lain: lingkungan tempat tinggal siswa, lingkungan belajar

siswa, dan faktor dari dalam diri siswa. Faktor yang muncul dari lingkungan tempat

tinggal siswa yaitu adanya kondisi tempat tinggal siswa yang sebagian besar adalah

siswa berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya lemah yaitu 85% orang tua

pekerjaanya: tukang becak, buruh tani, pembantu rumah tangga, kuli bangunan.

Tempat belajar siswa (sekolah) cukup mendukung karena letak SMP Negeri 7

Kebumen dikelilingi oleh situasi yang tidak terlalu mengganggu konsentrasi

belajarnya (senter pendidikan).

Faktor yang muncul dari diri siswa antara lain minat belajar yang ada pada

siswa. Minat belajar terlihat pada: tanggung jawab terhadap keberhasilan diri

sendiri; beberapa sikap siswa yang tidak bertanggung jawab; siswa tidak mau

konsentrasi terhadap permasalahan yang dihadapi; mereka lebih suka bermain,

tidak mau memperhatikan penjelasan guru; berbicara sendiri (Jawa ”nyemlong”);

yang dibicarakan tidak berhubungan dengan materi; nurut saja tidak punyai inisiatif

apapun; kedisiplinan rendah; kerjasama rendah; perilaku siswa yang tidak mau

disuruh temannya pada waktu kerja kelompok, justru melemparkan tugasnya pada

temannya; malas.

Page 23: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penyebab lain yang dijadikan latar belakang diadakan penelitian adalah

faktor kognitif atau intelegensi. Hasil Penerimaan Siswa Baru Tahun Ajaran

2011/2012. tercatat rata-rata pemerolehan nilai siswa adalah 6,3 (enam koma tiga).

Permasalahan pembelajaran yang disebabkan oleh guru adalah: (1) faktor

dari pribadi guru; (2) penguasaan materi pembelajaran; (3) penguasaan metode; (4)

pemakaian media; (5) evaluasi; (6) pemilihan bahan ajar; (7) faktor perumusan

RPP.

Hasil angket yang disampaikan pada siswa tentang gurunya siswa

menyatakan bahwa mereka kurang menguasai memparafrasakan puisi dikarenakan

guru dalam menyampaikan materi kurang menarik dan kurang jelas sehingga

kurang mudah dipahami, siswa malas, mengantuk, akhirnya tiduran.

Faktor lain dari guru adalah kebiasaan guru yang masih belum professional,

guru belum mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran tepat waktu. Faktor lain

dari pihak guru adalah guru kurang menguasai materi sastra, tidak begitu

menyenangi sastra, tidak mampu mengapresiasikan sastra. Media pembelajaran

untuk membantu memahami majas belum ada. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi

guru untuk menyampaikan materi.

Perihal tersebut di atas, sesuai dengan hasil wawancara dengan guru bahasa

Indonesia. Dari hasi wawancara ditemukan bahwa guru kurang menyenangi puisi

sehingga utuk menguasai materi tentang memparafrasakan puisi kurang memadai.

Kurang mampu dalam hal memahami puisi. Baginya puisi kelihatannya mudah tapi

sesungguhmya susah. Banyak kata-kata dalam puisi yang kurang dipahami.

Kurang memahami majas, apa lagi antara puisi satu dengan lainnya kadang

Page 24: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menggunakan majas atau gaya bahasa yang berbeda. Guru dalam memahami gaya

bahasa mengalami kesulitan. Apa lagi memahami puisi yang kontemporer atau

mbeling.

Buku pelajaran yang digunakan oleh siswa adalah buku yang telah diseleksi

isinya. Sesuai atau tidak, buku yang digunakan untuk mengajarkan pusi dianggap

mampu memenuhi kebutuhan belajar siswa. Evaluasi yang digunakan dalam

pembelajaran tersebut di atas sudah sesuai dengan tujuan dari pembelajaran

tersebut. Faktor perumusan RPP juga menentukan. Faktor yang timbul dari RPP

adalah langkah-langkah pembelajaran yang kurang tepat.

Melihat kenyataan tersebut guru sadar akan kelemahannya. Sebagai guru

yang bertanggung jawab ia akan berbuat. Menurut Herman J. Waluyo (2007: 88)

orang yang bertanggung jawab tidak hanya berani melakukan sesuatu perbuatan

namun, juga berani menanggung akibat dari perbuatan itu termasuk berani

menanggung akibat jika terjadi kesalahan atau kegagalan. Jika terjadi kesalahan

atau kegagalan dari dirinya, ia tidak akan melempar kesalahan atau kegagalan itu

kepada orang lain atau hal lain. Berdasarkan kegagalan ini guru berusaha

menemukan solusinya.

Adanya permasalahan di atas, mewajibkan guru untuk berusaha dan

berkreasi membuat satu media yaitu kartu lambang majas. Kartu lambang majas

digunakan untuk permainan simulasi dengan cara main tebak-tebakan.

Langkah kedua untuk mengatasi permasalahan itu adalah diadakannya

penelitian. Penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Penelitian ini berjudul ”Upaya Meningkatkan Kemampuan

Page 25: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Memparafrasakan Puisi dan Minat Belajar melalui Teknik Permainan Simulasi dan

Media Kartu Lambang Majas”.

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen,

Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan derajat kepercayaan yaitu

triangulasi sumber. Metode pengumpulan data dengan metode data dan sumber

data, sedangkan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, analisis

dokumen, tes yang berhubungan dengan materi pembelajaran, dan angket.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut.

1. Apakah penerapan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas

dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen

Tahun Ajaran 2011/2012?

2. Apakah penerapan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas

dapat meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B

SMP Negeri 7 Kebumen, Tahun Ajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. meningkatkan minat belajar siswa SMP Negeri 7 Kebumen melalui teknik

permainan simulasi dan media kartu lambang majas.

Page 26: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa SMP Negeri 7

Kebumen melalui teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat secara teoretis dan manfaat praktis. Manfaat

secara teoritisnya adalah: dapat dijadikan bahan masukan untuk memperdalam

pemahaman teori tentang penguasaan memparafrasakan puisi dengan menggunakan

teknik permainan simulasi kartu lambang majas. Dengan kemampuan ini

diharapkan permasalahan dapat teratasi.

Manfaat praktis hasil penelitian ini dapat digunakan oleh siswa, guru,

maupun sekolah. Manfaat bagi siswa adalah:

1. minat belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Pelajaran

2011/2012 meningkat;

2. kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen,

Tahun Ajaran 2011/2012 meningkat.

Manfaat bagi guru adalah:

1. kegunaan permainan simulasi dan media kartu lambang majas akan menambah

teknik meningkatkan minat belajar siswa;

2. kegunaan permainan simulasi dan media kartu lambang majas akan menambah

teknik untuk meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa.

Manfaat penelitian bagi sekolah adalah:

1. prestasi belajar siswa meningkat melalui teknik permainan simulasi dan media

kartu lambang majas;

Page 27: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. kemampuan guru mengajarkan parafrasa puisi meningkat, melalui teknik

permainan simulasi dan media kartu lambang majas;

3. sumbangan teknik mengajar khususnya dalam bidang pengajaran puisi; dan

4. sumbangan media pembelajaran khususnya dalam bidang pengajaran puisi.

Page 28: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Dalam tinjauan pustaka ini akan dipaparkan tentang permasalahan yang

berhubungan dengan judul penelitian, yang terdiri atas empat variabel yaitu

sebagai berikut: (1) kemampuan memparafrasakan puisi, (2) hakikat minat belajar,

(3) teknik permainan simulasi, dan (4) media kartu lambang majas.

1. Kemampuan Memparafrasakan Puisi

Robbins (1992: 85-86) berpendapat bahwa kemampuan itu merupakan

kesanggupan seseorang untuk melakukan sesuatu atau menjalankan tugas

kewajiban secara fisik maupun intelektual. Pada dasarnya manusia ditakdirkan

berbeda baik dalam kemampuan fisik maupun psikisnya.

Kemampuan merupakan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk

melakukan kegiatan tertentu. Depdiknas (2003: 5) menyatakan bahwa kemampuan

dirumuskan sebagai kecakapan yang disyaratkan untuk dapat melakukan suatu

pekerjaan (kegiatan) dengan standar tertentu. Berkaitan dengan kemampuan

tersebut Cronbach (1984: 29) mendefinisikan sebagai penampilan maksimum

(maximum performance) yang dilakukan seseorang dalam beberapa pekerjaan.

Apabila penampilan maksimal tersebut diukur, orang tesebut ada kecenderungan

untuk melakukan pekerjaan itu sebaik-baiknya dengan harapan akan mencapai hasil

yang paling besar.

9

Page 29: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kemampuan diperoleh dengan melalui belajar. Karena diperoleh dengan

belajar maka aspek kognitif mempunyai peran yang sangat penting. Menurut

Sunarto (2006; 11) Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif

merupakan hasil belajar. Hasil belajar dapat terlihat dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif,

diatur, dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang telah dimiliki

oleh anak. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur

dengan tes hasil belajar.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu

kecakapan seseorang untuk memperoleh sesuatu melalui proses belajar atau melalui

aspek kognitif.

Kemampuan kognitif inilah yang pada pada dasarnya merupakan faktor

utama yang perlu ditingkatkan. Kemampuan kognitif yang perlu ditingkatkan dalam

penelitian ini adalah kemampuan memparafrasakan puisi. Oleh karena itu, alasan

utama dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan

memparafrasakan puisi.

a. Pengertian Puisi

Berbicara tentang pengertian puisi memang cukup menguras pikiran. Hal

tersebut mengingat banyak para ahli menentukan pengertian puisi tidak secara

mantap. Ada yang tidak tegas mengartikan tentang puisi. Namun di sisi lain juga

banyak para ahli yang mendefinisikan puisi dengan mantap. Perihal tersebut sesuai

dengan pendapat para ahli puisi seperti dinyatakan sebagai berikut.

Page 30: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Rachmat Djoko Pradopo (1997: 5) menyatakan bahwa karena bentuk visual

puisi, sekarang ini, tidak dapat membedakan prosa dan puisi, maka pada waktu

sekarang niat pembacalah yang menjadi ciri sastra yang utama, termasuk dalamnya

puisi, kalau tidak satu-satunya ciri (Teeuw, 1983:6; Culler, 1977: 138); ini

mengingat bahwa pembacalah yang memberi makna.

Burhan Nurgiyantoro (2005: 311) menyatakan bahwa tidak mudah

mendefinisikan puisi karena apapun definisi yang dibuat selalu saja menunjukkan

ketidaklengkapan, atau kurang dapat mencandra secara akurat sifat alamiah yang

dimiliki puisi itu.

Kesulitan juga dirasakan Hodins dan Silverman (dalam Conny R Semiawan,

2005: 311), jika membaca sebuah buku yang membuat seluruh tubuh kedinginan

dan tanpa adanya api yang dapat memanaskan tubuh, kami tahu bahwa itu adalah

puisi. Suharianto (2009: 22) menyatakan berbicara tentang puisi bagi orang awam

merupakan hal cukup menimbulkan pikiran. Hal tersebut karena tidak mudah

untuk memahaminya secara langsung, apalagi berhubungan dengan puisi yang

mbeling, puisi kontemporer, dan puisi lainnya.

Pernyataan-pernyataan di atas digarisbawahi pula oleh Sakdiyah (2001:32)

pembelajaran apresiasi puisi merupakan pembelajaran yang membosankan. Guru

cenderung mengajarkan teori puisi tanpa mengajak siswa menganalisis dan

memaknai puisi itu.

Hal tersebut di atas dimantapkan lagi oleh Muhammad Rohmadi (2008: 27)

menulis sastra adalah suatu kreativitas yang tidak dimiliki oleh setiap orang.

Baginya banyak orang pandai berbicara, berorasi, berdebat dalam berbagai bidang,

Page 31: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya, tetapi belum tentu dapat

menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk tulisan, baik fiksi, maupun nonfiksi

dengan mumpuni dan mempesona.

Berbeda dengan pendapat di atas, ternyata dari pencarian literature, dapat

ditemukan pengertian puisi dengan mantap adalah sebagai berikut. Menurut

Altenbernd (dalam Rachmat Djoko Pradopo.1997:5) puisi adalah pendramaan

pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama

(bermetrum)(as the interpretative dramatization of experience in metrical

language).

Sepadan dengan itu pula Richardson (dalam Doris, Leung and Jennifer

Lapum, 2005: 67 ) mengemukakan bahwa puisi adalah emosional terpendek jarak

antara dua titik. Puisi memiliki kemampuan untuk membangkitkan resonansi di

mana pembaca dapat datang dekat dengan citra emosional penyair dari fenomena

tersebut. Puisi memiliki kemampuan untuk membangkitkan resonansi di mana

pembaca dapat datang dekat dengan citra emosional penyair dari fenomena

tersebut, Macbeth (dalam Doris, Leung and Jennifer, 2005: 67). Berkaitan dengan

hal tersebut James Reeves (1978: 26) mengemukakan pendapat bahwa puisi adalah

karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif

karena banyak menggunakan makna kias dan makna lambang (majas).

Puisi sendiri mengandung arti ragam sastra yang pada awal

perkembangannya memperlihatkan ciri khusus, yaitu: bahasa yang dipergunakan

sangat terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunannya yang sangat terikat

pada larik dan bait. Bentuk puisi yang penulisannya mengikuti pola yang demikian

Page 32: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lebih dikenal dengan sebagai puisi klasik Indonesia. Pantun dan syair adalah jenis

yang dapat digolongkan kepada jenis puisi klasik itu. Di dalam perkembangannya

selanjutnya, penulisan puisi Indonesia tidak lagi mengikuti sepenuhnya pola yang

demikian. Perpustakaan Nasional Indonesia (2004: 639). Begitu juga Herman J.

Waluyo bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan

perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua

kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

Meskipun banyak para ahli mendefinisikan puisi tidak dengan mantap,

namun dari penjelasan para ahli tersebut di atas dapat ditarik simpulan bahwa puisi

merupakan pancaran kehidupan dan gejolak kejiwaan yang ditimbulkan oleh

adanya interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung yang biasa terikat

oleh syarat-syarat tertentu, yaitu adanya: ide, emosi, kepadatan kata-kata, serta gaya

bahasa, ataupun tidak mengikuti syarat-syarat tertentu tergantung kepada

penyairnya.

Dari pengertian puisi di atas, maka terdapat beberapa hal yang penting

dalam puisi, antara lain sebagai berikut. (1) Puisi merupakan ungkapan pemikiran,

gagasan ide, dan ekspresi penyair; (2) Bahasa puisi bersifat konotatif, simbolis, dan

lambang; oleh karena itu puisi penuh dengan imaji, metafora, kias, dengan bahasa

figuratif yang estetis; (3) Susunan larik-larik puisi memanfaatkan pertimbangan

bunyi dan rima yang maksimal; (4) Dalam penulisan puisi terjadi pemadatan kata

dengan berbagai bentuk kekuatan bahasa yang ada; (5) Unsur pembangun puisi

mencakup unsur batin dan lahir, sehingga menjadi padu; (6) Bahasa puisi tidak

Page 33: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terikat oleh kaidah kebahasaan umumnya, karena itu, ia memiliki kebebasan untuk

menyimpang dari kaidah kebahasaan yang ada, bernama licentia poetica.

(1) Jenis puisi

Untuk meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi tentunya perlu

juga mengetahui tentang jenis puisi. Dalam perkembangannya jenis puisi dijelaskan

oleh ahli satu dan lainnya agak berbeda. Oleh karena itu, dalam kajian teori ini jenis

puisi dirangkum dari beberapa paraahli. Berdasarkan perkembangannya puisi

Indonesia dapat dibagi menjadi empat macam yaitu sebagai berikut.

(a) Puisi lama

Puisi lama adalah puisi yang diciptakan pada zaman Balai Pustaka. Puisi

lama mencerminkan tradisi seni sastra masyarakat lama, dengan ciri-ciri: (1)

merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya; (2) disampaikan

lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan; (3) sangat terikat oleh aturan-

aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata, maupun rima; (4) bentuk-

bentuknya adalah: mantra, pantun dan syair, sesuai dengan penjelasan Herman J.

Waluyo (2010: 8-17).

(b) Puisi baru

Puisi baru sering juga disebut sebagai sajak. Puisi baru lebih menekankan

pada isi yang terkandung di dalamnya. Puisi baru merupakan pancaran masyarakat

baru dan banyak dihasilkan oleh para sastrawan angkatan Balai Pustaka dan

Pujangga Baru, sesuai dengan penjelasan Herman J. Waluyo (2010: 8-19).

Distikhon (sajak dua seuntai), yaitu tiap bait terdiri atas dua baris,

(c) Puisi modern

Page 34: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Puisi modern mencerminkan tradisi seni sastra masyarakat modern. Puisi

moderen ini muncul, sejak kehadiran Jepang di Indonesia. Walaupun kehadiran

Jepang di Indonesia memberikan kesengsaraan bagi masyarakat namun, bagi

penyair memberikan kandungan keuntungan yang sangat besar, yaitu adanya

kebebasan menggunakan bahasa Indonesia Djaali (1990: 27).

(d) Puisi kontemporer

Kehadiran puisi kontemporer merupakan perkembangan puisi Indonesia.

Tahapan dari karya puisi kontemporer tidak hanya mementingkan diri si penyair,

tetapi tuntutan keharusan, kemestian, dan kebenaran menjadi tahap yang utama

dalam menciptakan sebuah puisi. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Herman J.

Waluyo (2010: 21-25).

Siswa SMP adalah anak yang secara psikologinya masih dalam keadaan

belum mantap atau masih labil, belum stabil. Karena anak usia SMP secara

psikologi dalam keadaan transisi. Ia bukan anak, juga bukan orang dewasa.

Menurut Conny R. Semiawan (2008:130) Perkembangan manusia memiliki masa

kritis, yaitu pada umur 3-5 tahun, antara lain ditandai oleh masa keras kepala; dan

masa remaja 14-15 tahun, di mana terjadi gejolak kehidupan emosonal dan

konfrontasi dan keinginan untuk mandiri pada satu pihak, dan ketidak mampuan

mandiri dalam arti ekonomis pada pihak lain. Gejala tersebut ibarat badai dan topan

yang mencakup berbagai dorongan dalam dirinya.

Syafei (2006: 123) menyatakan bahwa masa remaja dianggap sebagai

proses sosialisasi dalam mencari identitas diri; (1) Tidaklah mudah bagi remaja

untuk melawan orang tua/guru jika mereka dimengerti bukan ditekan; (2) di mata

Page 35: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

orang tua/guru, remaja memperlihatkan sikap dan tingkah laku yang dapat merusak

seperti melawan kekuasaan orang tua, kurang bertanggung jawab mengenai

penggunaan waktu, pemakaian alat-alat ramah tangga, pemakaian kendaraan, radio,

VCD, handphone, dan sebagainya. Masa krisis ketiga adalah bila seseorang merasa

menjadi tua, tetapi tidak ingin menjadi tua.

Berdasar pada pengertian puisi dan kondisi siswa tersebut di atas, maka

puisi yang disajikan bagi siswa SMP bukanlah puisi yang terlalu mudah seperti

puisi anak, ataupun puisi yang sulit ditangkap maknanya seperti puisi mbeling.

Namun, puisi yang cocok untuk siswa SMP yaitu puisi yang isinya mengarahkan

pada kondisi anak remaja pada umumnya. Pernyataan tersebut sesuai dengan

pendapat Supriyadi (1999: 55) pemilihan substansi materi puisi hendaknya sesuai

dengan tingkat perkembangan anak. Lebih lanjut lagi, Parto (1997: 37)

mengusulkan agar materi puisi dipilih sesuai dengan usia anak. Menurut Ormrod

(2008: 408) siswa harus diberi kebebasan dan rasa aman yang dibutuhkan untuk

mengambil resiko pada saat menggali kreativitas. Rasa aman dan bebas sangat

dipentingkan dalam menyampaikan ide.

b. Pengertian Majas

Dalam pembelajaran aspek kesusastraan bentuk puisi, majas merupakan

unsur pembangunnya. Elfiati W. (2005: 136) menyatakan bahwa bahasa dalam

puisi banyak menggunakan majas, kata-kata unik, simbol-simbol, ungkapan-

ungkapan khusus, serta kiasan yang terkadang maknanya hanya dapat dimengerti

oleh penulisnya sendiri. Majas adalah suatu usaha untuk menciptakan maksud dan

Page 36: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

suasana seperti yang diharapkannya agar ceritanya mudah dihayati atau ditangkap

oleh pembaca.

Menurut Herman J. Waluyo (2010: 96) disebut sebagai bahasa figuratife

(majas). Departemen Pendidikan Nasional. (2002: 250) menyatakan majas adalah

cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain;

kiasan. Suharianto majas adalah suatu usaha untuk menciptakan maksud dan

suasana seperti yang diharapkannya agar ceritanya mudah dihayati atau ditangkap

oleh pembaca. Majas biasa disebut dengan gaya bahasa.

Kosasih (2006:15) berpendapat bahwa majas adalah bahasa kiasan atau

bahasa yang indah ditujukan untuk meningkatkan efek tertentu. Majas sering pula

disebut gaya bahasa. Majas dalam istilah Inggris adalah figure of speech adalah

peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau

menyimpang dari arti harafiahnya (arti). Majas yang baik menyarankan dan

menimbulkan citraan tertentu di dalam pikiran pembaca atau pendengarnya

Perpustakaan Nasional RI (2004: 479).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa majas merupa-kan

bahasa kiasan. Bahasa kiasan adalah bahasa dalam arti tidak sebenarnya, atau

bahasa konotatif yang artinya disesuaikan dengan kalimatnya. Oleh karena itu

untuk memahaminya tidak dapat dengan mudah, apalagi dengan jumlah majas yang

cukup banyak. Berkaitan dengan itu maka majas menjadi pembahasan utama dalam

upaya meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi pada penelitian ini.

(1) Macam-macam Majas

Page 37: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berhubungan dengan pengertian majas tentunya ada macamnya. Macam

majas. Menurut Herman J. Waluyo (2010: 96) macam-macam majas yaitu: (a)

majas metafora, (2) perbandingan, (3) personifikasi, (4) hiperbola, (5) sinekdoke,

(6) ironi. Sehubungan dengan itu Suharianto (1989: 77) mengemukakan tentang

macam majas adalah: (a) majas perbandingan diantaranya: personifikasi, metafora,

perumpamaan, alegori; (b) majas pertentangan di antaranya adalah: hiperbola,

litotes, ironi, sarkasme, antitesis, paradoks, koreksio, klimaks, antiklimaks,

pernyatan, inuedo, oksiomoron, apofasis; (c) majas pertautan diantaranya: perautan,

metonimia, alusio, elipsis, antonomasia, pleonasme, eponim, asindeton,

eufemisme, inverse, sinekdose; (d) majas perulangan di antaranya: aliterasi,

repetisi, paralelisme, kiasmus, enumerasi, polisendeton.

Dari penjelasan di atas, didapati ada 34 majas. Jumlah ini relatif merupakan

jumlah majas yang cukup banyak. Jumlah majas yang cukup banyak ini tentunya

tidak mudah untuk diingat dan dipahaminya dalam waktu yang cepat. Oleh karena

itu, dalam pembelajarannya membutuhkan teknik dan media yang tepat agar majas

mudah dipahami siswa. Teknik dan media yang tepat untuk mengatasinya

dijelaskan dalam bagian selanjutnya dalam bab ini.

(2) Hubungan Puisi dan Majas

Bahasa yang digunakan dalam puisi seolah mempunyai pigura bahasa, atau

bahasa figuratif. Bahasa berpigura itu disebut majas. Sesuai pendapat Herman J.

Waluyo (1991:83) bahwa bahasa dalam puisi adalah bahasa berpigura (piguratif)

atau majas. Makna yang dinyatakan dalam bahasa puisi bukan makna harafiah

namun, makna lambang atau makna kiasan, Puisi dan majas adalah dua sisi yang

Page 38: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berhubungan. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa makna yang

dinyatakan dalam bahasa puisi bukan makna harafiah namun, makna lambang atau

makna kiasan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memaknai

puisi bukanlah pekerjaan yang mudah karena membutuhkan kemampuan

pemahaman terutama hubungannya dengan puisi yang banyak mengandung majas.

Puisi dan majas adalah dua sisi yang berhubungan. Hal tersebut

mengandung maksud bahwa puisi tanpa majas akan terasa hambar. Puisi tanpa

majas akan terasa tidak indah akhirnya membosankan. Menurut Perrine (1974: 616)

tujuan penciptaan majas dinyatakan untuk: (1) menghasilkan kesenangan imajinatif;

(2) menghasilkan makna tambahan sehingga lebih nikmat dibaca; (3) menambah

intensitas makna dan mengkonkretkan sikap penyair; (4) untuk memadatkan makna

sehingga intens.

Dalam paparan di atas, dapat diambil simpulan bahwa majas mempunyai

hubungan yang sangat erat dengan puisi, sedangkan majas merupakan faktor

penyebab siswa kurang menguasai kemampuan memparafrasakan puisi dalam

pemebelajarannya. Oleh karena itu majas merupakan permasalahan yang menjadi

objek pertama dalam penelitian ini.

Page 39: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Memparafrasakan Puisi

Berbicara tentang puisi bagi orang awam merupakan hal cukup

menimbulkan pikiran. Apa lagi untuk memparafrasakan puisi tersebut.

Memparafrasakan adalah hasil pengungkapan kembali terhadap konsep yang

disusun orang lain dengan bahasa yang berbeda, tanpa mengubah maksud semula,

walaupun kadang-kadang diberi tekanan yang berbeda. Atau boleh juga diartikan

sebagai suatu perubahan bentuk puisi menjadi bentuk prosa atau sebaliknya

Perpustakaan Nasional Indonesia (2004: 586).

Menurut Suharianto (2009: 125) parafrasa adalah mengubah puisi ke dalam

bentuk beberan atau paparan. Prosa mengandung arti karya yang terurai, bercerita,

dipaparkan secara langsung (orate provosa) Herman J. Waluyo (2011:2).

Untuk memparafrasakan puisi tentunya dibutuhkan keterampilan membaca

pemahaman. Sesuai dengan pendapat Lado (1977: 223) bahwa kemampuan

membaca pemahaman merupakan kemampuan memahami arti dalam lambang

bacaan melalui tulisan atau bacaan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Lado menekankan adanya

dua hal pokok berhubungan dengan membaca pemahaman, yaitu bahasa dan simbul

grafis. Dari simpulan di atas dapat dinyatakan bahwa hanya orang yang telah

menguasai bahasa dan simbul grafislah yang dapat melakukan kegiatan membaca

pemahaman. Karena itu untuk memparafrasakan puisi perlu memahami bahasa dan

simbul grafisnya.

Pendapat di atas juga sesuai dengan pernyataan Goodman (1980:15) yang

menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses

Page 40: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

merekonstruksikan pesan yang terdapat dalam teks bacaan. Goodman lebih lanjut

menerangkan bahwa proses rekonstruksi pesan itu berlapis, interaktif, dan di

dalamnya tejadi proses pembentukan dan pengujian hipotesis. Hasil pengujian

hipotesis menurut Goodman akan dipakai oleh pembaca sebagai dasar simpulan

mengenai pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis. Grellet (1986:13)

mendukung pendapat Goodman menyatakan bahwa kemampuan membaca

pemahaman merupakan kemampuan menyimpulkan informasi yang diperlukan dari

bacaan.

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa tanpa kemampuan

membaca pemahaman ketika memaparafrasakan puisi tentunya akan terasa sulit

karena memaknai puisi tidak mudah secara langsung, apalagi berhubungan dengan

puisi yang mbeling atau puisi kontemporer. Karena itu diperlukan langkah-langkah

yang dapat mempermudah untuk memahaminya.

Puisi mempunyai sifat multitafsir. Suharianto (2009: 22) berpendapat bahwa

puisi itu multitafsir. Pernyataan tersebut sesuai dengan penjelasan di atas bahwa

kenyataan dalam memparafrasakan puisi sendiri paraahli memiliki banyak tafsir

(multitafsir). Hal itu terjadi karena: Pertama, puisi itu hakikatnya merupakan

pengalaman pribadi atau lebih tepatnya merupakan pengejawantahan pengalaman

pribadi. Kedua, bahasa yang dipakai pada umumnya berupa kiasan atau lambang.

Kalau ada tafsiran atau parafrasa suatu puisi dapat sesuai atau sama persis dengan

maksud penyair, dengan demikian, hemat penulis itu hanyalah sebuah kebetulan.

Kebetulan dalam penafsiran puisi di atas dimaksudkan adalah kebetulan

yang beralasan bukan kebetulan yang sembarangan. Maksudnya, kebetulannya itu

Page 41: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena pertama, pembaca memiliki pengalaman yang sama dengan penyair; kedua,

pembaca memiliki latar belakang yang sama dengan penyair. Latar belakang di sini

dapat: berasal dari daerah yang sama, pemeluk agama atau keyakinan yang sama,

lingkungan hidup yang sama, dan sebagainya. Ketiga, pembaca memiliki ilmu atau

pengetahuan yang relatif sama dengan yang dimiliki penyair. Jadi tidak sama

dengan kebetulannya orang menebak nomor buntutan atau mendapat undian.

Berangkat dari uraian di atas, maka sebenarnya tidak perlu takut

menafsirkan atau memparafrasakan puisi orang, karena kata tafsiran itu sendiri

memang membuka peluang untuk tidak sama antara penafsiran orang satu dengan

yang lain. Hanya yang tidak boleh dilupakan, tafsiran tersebut harus disertai dengan

argumentasi atau alasan yang dapat dirunut alur pikirnya. Argumentasi atau alasan

yang dapat dirunut alur pikirnya dalam rangka memparafrasakan puisi dapat

dipahami dengan melalui kegiatan interpretasi terlebih dahulu.

(1) Menginterpretasikan Puisi

Agar upaya memparafrasakan puisi berargumen dan terasa lebih mudah,

maka perlu diinterpretasikan terlebih dahulu. Interpretasi sama dengan menafsirkan

dari kata latin interpretation yang berarti penafsiran. Intepretasi seolah-olah

menerjemahkan teks B, yang sepadan dengan membuat parafrasa yang

menerangkan, memaparkan ide-ide (inilah yang dimaksudkan) Perpustakaan

Nasional RI (2004: 358). Nyoman Kutha Ratna (2004: 116) menyatakan bahwa

interpretasi adalah tanda-tanda baru setelah dihubungkan dengan acuannya.

Page 42: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa menginter-

pretasikan adalah suatu upaya untuk menerjemahkan puisi agar lebih mudah

dipahami namun tetap sesuai dengan acuannya.

Untuk mempermudah menginterpretasikan sebuah puisi dibutuhkan

langkah-langkah. Langkah-langkah menginterpretasikan puisi berikut merupakan

rangkuman dari pendapat-pendapat paraahli. Langkah-langkah tersebut adalah

sebagai berikut.

Pertama siswa diajak untuk membaca puisi, dilanjutkan tanya jawab yang

berhubungan dengan isi puisi, diantanya menggunakan pertanyaan yang

mengandung kata tanya: siapa, apa, di mana, kapan, bagaimana, dan sebagainya

Retno Winarni (pakar sastra UNS, dalam sidang ujian pascasarjana, 7 januari

2013).

Kedua, apabila siswa mengalami hambatan hubungannya dengan majas

kemudian siswa disuruh mengartikan majas yang terdapat di dalamnya. Menurut

Herman J. Waluyo (1991: 83) puisi dan majas adalah dua sisi yang berhubungan.

Ketiga adalah menambah kata-kata atau mengembalikan kata-kata yang

sengaja dihilangkan oleh penyair. Suharianto (2009: 126) menyatakan bahwa dalam

bentuknya yang demikian (bentuk puisi) masih terasa sulit bagi kita untuk membuat

parafrasanya. Dengan demikian terasa ada bagian-bagian yang tidak disertakan oleh

penyairnya. Tugas kita sekarang ialah mengembalikan bagian-bagian yang sengaja

dihilangkan oleh penyair tersebut.

Keempat adalah mengetahui biodata penyair, karena dengan mengetahui

sejarah penyair akan lebih mudah untuk mengetahui permasalahan yang sedang

Page 43: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dihadapi penyair, karena pada dasarnya puisi itu dituangkan karena adanya

peristiwa yang mengesankannya. Herman J. Waluyo (2010: 140) mengemukakan

bahwa dalam menciptakan puisi, suasana penyair ikut diekspresikan dan harus

dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama penyair yang

satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair yang lainnya sehingga hasil puisi

yang diciptakan berbeda pula. Apabila interpretasi dari suatu puisi sudah mampu

kita buat, maka akan mempermudah kita dalam memparafrasakannya.

(2) Contoh Memparafrasakan Puisi

Apabila puisi sudah dapat diinterpretasikan maka untuk lebih konkret

pemahaman isinya, hasil interpretasinya dituangkan dalam bentuk parafrasa.

Dalam penelitian ini pembelajaran memparafrasakan puisi menitik beratkan pada

memparafrasakan bentuk puisi ke dalam bentuk prosa atau bentuk beberan sesuai

dengan isi dari puisi tersebut. Berikut ini adalah contoh memparafrasa dari “Gadis

Peminta-minta” lebih kurangnya adalah sebagai berikut.

Toto Sudarto Bachtir selalu bertemu dengan seorang gadis kecil dia adalah

seorang pengemis. Meskipun dia seorang pengemis ia selalu tersenyum seakan

tidak pernah berduka. Pada saat itu dia melihat pada Toto Sudarto Bachtiar, di

benaknya ada tersirat rasa cemburu. Saat itu kota terasa sepi seakan tidak ada

penghuninya.

Pada saat itu Toto Sudarto Bachtiar ingin ikut bersama pengemis pulang ke

bawah jembatan. Di sana ternyata hanya ada tempat yang sangat sempit, yang

hanya cukup ditempati tubuh melulu dan angan-angan gemerlap, serta kegembiraan

yang semu. Tapi kehidupannya dirasakan seperti mewah dan megah. Padahal

Page 44: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hidupnya hanya berkisar di antara air kotor (comberan). Tapi kehidupan yang

seperti itu ia sudah terbiasa.

Gadis kecil sebagai identitas kota Jakarta hidupnya sangat murni, sehingga

Toto tidak sanggup menyampaikan dukanya pada dia. Jika pengemis itu mati, kota

Jakarta tidak ada lagi yang mengingatkan tentang kemiskinan yang ada di

sekitarnya, meskipun ia juga ingin supaya tokoh semacam gadis kecil itu tidak ada

lagi. Toto berharap agar kotanya (pemerintahnya) punya belas kasih untuk

memikirkan rakyatnya yang semacam itu, sehingga hidupnya tidak lagi di bawah

jembatan.

Dari penjelasan di atas dapat diambil simpulan bahwa kemampuan

memparafrasakan puisi pada hakikatnya merupakan kesanggupan individu untuk

memparafrasakan puisi atau kemampuan mengubah bentuk puisi ke dalam bentuk

prosa secara maksimum agar mencapai hasil pemahaman puisi yang paling tinggi.

Kemampuan mamparafrasakan puisi dapat dilihat dari hasil belajar siswa

melalui postes atau evaluasi. Melihat kenyataan itu kemampuan ini perlu

ditingkatkan. Hasan Alwi dkk. (2003: 121) menyatakan bahwa meningkatkan

mengandung arti suatu usaha atau melakukan perbuatan agar meningkat. Upaya

untuk meningkatkan prosentase ketuntasan belajar yang berhubungan dengan

memparafrasakan puisi adalah dengan meningkatkan minat belajar siswa melalui

teknik permainan simulasi kartu lambang majas.

Kemampuan yang harus dikerahkan dalam memparafrasakan puisi salah

satunya adalah kemampuan membaca pemahaman. Untuk kemampuan tersebut

aspek kognitif merupakan aspek yang paling dominan. Hal tersebut karena siswa

Page 45: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dituntut untuk menganalisis puisi-puisi yang dihadapinya. Hasil analisis siswa

tersebut nantinya akan diukur melalui tes yang disebut postes (tes yang

dilaksanakan setelah siswa melakukan atau mengikuti pembelajaran). Dari hasil

postes inilah akan tergambar penguasaan kemampuan memparafrasakan puisi.

Sunarto (2006:11) menyatakan bahwa kemampuan kognitif menggam-

barkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya

kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Proses belajar mengajar adalah upaya

menciptakan lingkungan yang bernilai positif, diatur dan direncanakan untuk

mengembangkan faktor dasar yang telah dimiliki oleh anak. Tingkat kemampuan

kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan

kemampuan memparafrasakan puisi adalah suatu usaha individu untuk memperoleh

kemampuan atau kesanggupan memparafrasakan atau mengubah bentuk puisi

kedalam bentuk prosa secara maksimum sehingga mampu memaknai puisi yang

dibaca atau didengarnya dengan hasil yang paling tinggi.

Hasil yang paling tinggi dapat tergambar dalam bentuk hasil evaluasi yang

behubungan dengan materi tersebut. Kemampuan yang meningkat tentang

penguasaan memparafrasakan tidak hanya berhadapan dengan pemaknaan puisi

saja, tetapi siswa akan mempunyai kemampuan lebih dari itu, yaitu kemampuan

untuk mengimplementasikannya. Kemampuan memparafrasakan puisi ini akan

diperoleh apa bila minat belajar tinggi dan media yang digunakan sesuai dengan

minat siswa dan materi yang diajarkan.

Page 46: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari pendeskripsian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

memparafrasakan puisi adalah kecakapan yang disyaratkan untuk dapat melakukan

suatu pekerjaan (kegiatan) secara maksimum yang dilakukan seseorang dalam

upaya mengubah bentuk puisi menjadi bentuk prosa atau sebaliknya.

Tentunya dengan permasalahan tersebut teknik permainan simulasi dan

media kartu lambang majas merupakan teknik pilihan yang paling tepat untuk

meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa SMP Negeri 7 Kebumen.

Teknik dan media yang sesuai dengan minat belajar dan kemampuan

memparafrasakan puisi akan dijelaskan pada bab ini.

2. Hakikat Minat Belajar

Guru adalah seorang pendidik yang menpunyai tugas mengajar. Tugas

utama guru dalam pembelajaran adalah menciptakan siswa belajar. Dengan belajar

maka siswa akan mengalami perubahan tingkah laku.

Ahmadi (2004: 128) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses

usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009: 5)

menyatakan bahwa belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada peserta didik

akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan

latihan. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Selanjutnya Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009:4)

mengemukakan bahwa dalam bahasa sederhana kata belajar dimaknai sebagai

Page 47: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menuju ke arah yang lebih baik dengan cara sistematis. Menurut W.S. Winkel

(1987:36) belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, serta perubahan tersebut bersifat konstan

dan berbekas. Belajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar

oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri,

baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan

nilai yang positif, Syamsu Mappa (1994: 1).

Untuk menciptakan kondisi belajar siswa ditentukan oleh faktor internal dan

eksternal. Sesuai dengan pendapat Gagne (dalam Trianto, 2007: 12) terjadinya

belajar pada diri siswa diperlukan kondisi internal maupun kondisi eksternal.

Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar

terdahulu. Memori siswa terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru

dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal maliputi aspek atau benda

yang dirancang atau ditata dalam suatu pelajaran.

Faktor internal yang merupakan pendukung paling kuat dalam keberhasilan

pembelajaran adalah minat. Djaali (2011: 101-132) menyatakan bahwa minat

adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada

yang menyuruh. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.

Minat berkaitan dengan tujuan belajar. Dalam Crow dan Crow (1988:351)

ditunjukkan bahwa minat adalah kemampuan untuk memberi stimuli yang

mendorong siswa untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau aktivitas,

Page 48: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah

distimuli oleh kegiatan itu sendiri.

Lobby Loekmono (1994:62) mengatakan bahwa minat merupakan salah

satu hal yang ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik

dalam studi, kerja dan kegiatan-kegiatan lain. Minat pada suatu bidang tertentu

akan memunculkan perhatian yang spontan terhadap bidang tersebut. Adapun Joko

Sudarsono (2003:28) menyatakan bahwa minat merupakan sikap ketertarikan atau

sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadarinya pentingnya atau

bernilainya kegiatan tersebut. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong

orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila

mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat, Ini

kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang minat pun berkurang

Hurlock (2005:114)

Berbicara tentang minat, Bower & Hilgard (1981: 542) mengemukakan

bahwa:

“Learning is best fostered by capturing the learner’s interest in the subject matter. Interest is a nonanalytic cover term for many factor, but it usually refers either to the reinforcing nature of the material it self (such as cartoon and comic book rerwards for children) or to the child’s perception that learning the material has a clear instrumental value for attaining some recognisable goal other then a course grade”.

Dari penjelasan Bower & Hilgard dapat dijelaskan bahwa belajar dapat

dibantu perkembangannya secara baik dengan memperhatikan minat siswa terhadap

pelajaran, dengan demikian terdapat kaitan yang sangat erat antara tujuan belajar

dan minat belajar.

Page 49: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan

keinginan dan kemauan serta kecenderungan hati yang tinggi dari suatu individu

yang terkonsentrasi atau memusatkan perhatian secara penuh dan relatif menetap

terhadap suatu objek karena adanya motivasi yang membantu mengarahkan

perhatian dan perilaku menuju pada objek minatnya. Minat belajar merupakan

suatu sikap tertentu yang bersikap sangat pribadi pada setiap orang yang ingin

belajar, Sudarsono (2003:28).

Pendapat-pendapat paraahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

minat belajar adalah suatu proses atau usaha sadar melalui pengalaman dan latihan

untuk memperoleh perubahan baik berupa pengetahuan, keterampilan, sikap,

maupun nilai positif. Pengalaman dan latihan yang diharapkan adalah pengalaman

dan latihan untuk memperoleh kemampuan memparafrasakan puisi.

Dari beberapa pendapat paraahli tentang minat belajar di atas, terkandung

unsur pengertian minat yaitu: (1) perasaan senang, (2) kesadaran, (3) perhatian

siswa, (4) kemauan dalam belajar, (5) keterlibatan siswa.

a. Perasaan senang

Wingkel (1986:90) menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang

terdapat dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan rasa

senang berkecimpung dalam bidang itu. Dari penjelasan tersebut dapat ditangkap

pengertian bahwa minat merupakan motor penggerak psikhis yang dapat

menimbulkan rasa senang. Dalam hal ini minat merupakan sikap positif bagi suatu

aktifitas. Perasaan senang merupakan aktifitas positif yang tidak boleh diabaikan

karena perasaan senang yang ada dalam diri siswa akan berpengaruh pada aktifitas.

Page 50: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perasaan senang akan berpengaruh positif sedangkan perasaan takut, sedih, dan

sebagainya akan menimbulkan sikap yang negatif. Sikap positif dapat diperkuat

dengan alasan yang rasional, sehingga mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk

selalu berada pada jalur yang mengarah pada pencapaian tujuan.

b. Kesadaran

Kesadaran akan mengantarkan siswa mencari dan bertindak untuk

memperoleh hasil yang maksimal, sehingga akan memperoleh kepuasan dalam

pemenuhan kebutuhannya. Kepuasan ini akan diulang-ulangnya. Witherington

(dalam Buchory, 1987: 136) berpendapat bahwa minat adalah kesadaran seseorang,

bahwa sesuatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut

paut dengan dirinya.

c. Perhatian siswa

Menurut Witherington (dalam Buchory, 1987: 136) perhatian adalah

aktivitas yang vital dalam pendidikan. Sebab pada saat guru terkonsentrasi,

aktivitas jiwa bekerja secara maksimal. Guru akan berusaha mengenal dan

memahami objek yang diperhatikan dengan sebaik-baiknya.

Perhatian yang timbul dari dalam diri siswa akan menghasilkan proses yang

lebih kuat, bila dibandingkan dengan perhatian yang ditumbuhkan akibat

rangsangan dari luar. Apabila dalam diri siswa sudah ada minat, perhatian yang

dilakukan siswa merupakan perhatian yang spontan keluar dari diri siswa itu

sendiri. Hal ini akan lebih menguntungkan. Menurut Bimo Walgito (1980: 69)

perhatian erat hubungannya dengan minat individu, bila individu telah mempunyai

Page 51: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

minat terhadap sesuatu, terhadap objek, biasanya timbul perhatian spontan atau

secara otomatis.

d. Keterlibatan

Menurut Kartini Kartono (1980: 83) aktifitas yang disadari akan

berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku seseorang. Kemauan yang merupakan

aktifitas sadar akan menumbuhkan rangsangan yang kuat untuk berusaha

melakukan perintah internal berdasarkan pertimbangan yang masuk akal, agar

terpenuhi kebutuhan dalam dirinya.

e. Kemauan dalam belajar siswa

Minat belajar akan tampak dari keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

Keterlibatannya dibuktikan dengan siswa mau melakukan apa yang diinginkannya

dalam suatu kegiatan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Hurlock (2005:

114) bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk

melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka

melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat, Ini

kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang minat pun berkurang.

Pendapat yang berhubungan hal tesebut di atas dinyatakan pula oleh Sudarsono

(2003: 28) ketertarikan akan dimanifestasikan melalui partisipasi aktif dalam

kegiatannya. Minat belajar merupakan suatu sikap tertentu yang bersifat sangat

pribadi pada setiap orang yang ingin belajar.

Pengertian-pengertian minat dan belajar di atas dapat disimpulkan bahwa

minat belajar mengandung arti gairah atau keinginan untuk memperoleh

kepandaian atau ilmu. Dalam hal ini adalah gairah atau keinginan untuk

Page 52: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memperoleh kepandaian tentang ilmu yang berhubungan dengan memparafrasakan

puisi. Gairah untuk memiliki kepandaian merupakan unsur utama keberhasilan

sesorang.

Agar minat belajar dapat meningkat maka diperlukan teknik pembelajaran

yang bervariasi. Teknik adalah cara yang digunakan guru untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapinya dalam pembelajaran, Iskandarwassid dan Dadang

Sunendar (2009:40-41). Teknik sifatnya taktis dan merupakan kreasi guru yang

disesuaikan dengan keadaan kelas yang diajar. Untuk meningkatkan minat belajar

tersebut Hasan Alwi dkk. (2003: 121) menyatakan bahwa meningkatkan

mengandung arti suatu usaha atau melakukan perbuatan agar meningkat. Untuk

meningkatkan minat belajar seyogyanya guru menggunakan teknik pembelajaran

yang bervariasi sehingga menimbulkan rasa ketertarikan pada diri siswa. Teknik

pembelajaran yang sesuai dengan minat belajar siswa salah satu alternatifnya

adalah teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.

3. Hakikat Teknik Permaian Simulasi

Teknik mempunyai pengertian yang bermacam-macam. Agar lebih jelas

tentang teknik yang digunakan dalam pembelajaran yang berhubungan dengan

peningkatan minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi, maka berikut

ini merupakan penjelasannya.

Page 53: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Pengertian Teknik

Teknik adalah suatu cara yang digunakan guru untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapinya dalam pembelajaran. Teknik sifatnya taktis dan

merupakan kreasi guru yang disesuaikan dengan keadaan kelas yang diajar. Teknik

penyajian pembelajaran menurut Roestiyah (dalam Iskandar Wassid dan Dadang

Sunendar, 2008: 67) adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang

dipergunakan oleh pengajar atau instruktur. Menurut Dadang Sunendar (2009:40-

41) teknik adalah cara yang digunakan guru untuk mengatasi permasalahan yang

dihadapinya dalam pembelajaran.

Shahbaz, Anjum (2012: 1) dalam tulisannya membahas persepsi siswa

tentang teknik pengajaran yang digunakan oleh guru mereka di tingkat menengah.

Hasil penelitiannya adalah bahwa guru sering ingin menggunakan teknik salah

satunya untuk menarik perhatian siswanya. Persamaannya adalah sama-sama teknik

digunakan untuk menarik perhatian siswa agar mudah untuk mencapai tujuannya.

Dari pendeskripsian di atas dapat disimpulan bahwa teknik dalam penelitian

ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, dengan demikian pembelajaran dapat

menarik dan minat belajar pun dapat meningkat, begitu pula dengan kemampuan

memparafrasakan puisinya.

Ada beberapa macam teknik penyajian pembelajaran. Iskandar Wassid dan

Dadang Sunendar (2008: 67) mengemukakan tentang macam-macam teknik

penyajian pembelajaran yaitu: teknik penyajian diskusi, kerja kelompok, penemuan,

simulasi, unit teaching, sumbang saran, inquiry, eksperimen, demonstrasi, karya

wisata, kerja lapangan, cara kasus, cara sistem regu, latihan tubian, dan ceramah.

Page 54: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Elita Burhanudin (1999: 17) bahwa media pengajaran bahasa ada beberapa

macam yaitu: (1) permainan dan simulasi, yang terdiri dari: simulasi, permainan

simulasi, bermain peran, psikodrama, sandiwara boneka; (2) media pandang; (3)

media dengar, (4) media pandang dengar.

b. Pengertian Permainan Simulasi

Permainan simulasi adalah salah satu media pengajaran bahasa, yang

memeragakan sesuatu dalam bentuk tiruan. Pernyataan tersebut sesuai dengan

pendapat Nasution, Noehi (2002: 17) bahwa permainan simulasi adalah metode

pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan

sesungguhnya. Berkaitan dengan itu pula Wassid dan Dadang Sunendar (2008: 68)

menyatakan bahwa teknik permainan simulasi adalah teknik pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berperan seperti orang yang

terlibat atau dalam keadaan yang dikehendaki. Peserta didik berlatih memegang

peran sebagai orang lain. Jadi permainan simulasi adalah permainan yang

memeragakan tiruan. Dalam penelitian ini permainan dilakukan dengan cara

memainkan kartu lambang majas. Pengertian kartu lambang majas dijelaskan

berikut dalam bab ini.

Deesii, Angkana (2002:1) menyatakan bahwa strategi penguasaan bahasa

dengan menggunakan permainan (game) di dalam kelas, dimanfaat untuk:

menangkap perhatian siswa; menurunkan tingkat kesetresan siswa; dan

memberikan siswa kesempatan untuk berkomunikasi.

Dalam memilih permainan, guru harus memilih sesuai dengan keadaan

siswa dan kurikulum. Hal itu sesuai dengan hasil penelitan Lia, Hong (2002: 1)

Page 55: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang membicarakan bagaimana memilih permainan. Menurutnya untuk memilih

permainan perlu mempertimbangkan: kapan permainan itu digunakan; bagaimana

hubungannya dengan buku teks mereka; silabus, atau program. Yang jelas

permainan yang berbeda akan menguntungkan siswa dengan cara yang berbeda

(Khan, J.1996). Kunci keberhasilan permainan bahasa adalah pada penguasaanya,

tujuan didefinisikan dengan baik dan permainan harus menyenangkan.

Dalam memilih permainan tentunya tidak tanpa alasan. Pemilihan permaian

harus dipertimbangkan. Pertimbangan permainan tersebut sesuai dengan pendapat

Byrne (dalam Deesii, Angkana, 2002) parmainan adalah,

“Give the devinition to game as a form of play governed by rules. they should the enjoyed and fun. they are not just a diversion a break from rutine activities, but a way of getting the learner to use the language in the course of the game. Similarly, Jill Hadfield (1990) defined games as “an activity with rules, agoal and an element of fun”.

Berhubungan dengan pernyataan itu maka yang perlu dipertimbangkan

dalam permainan adalah: permainan itu digunakan berhubungan dengan:

bagaimana hubungannya dengan buku teks, silabus, atau program. Permainan yang

berbeda akan menguntungkan siswa dengan cara yang berbeda. Kunci keberhasilan

permainan bahasa adalah terletak pada guru. Yang terpenting adalah tujuan

didefinisikan dengan tepat dan permainan harus menyenangkan. Erat berkait

dengan hal tersebut Lia, Hong (2002:1) berpendapat sebagai berikut.

Page 56: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“Students may wish to play for fun. Teacher however, need convincing reasons. teacher need to consider which games to use, when to use them, how to link them up with the sylabus, textbook or programme and how, more specifically, different games will benefit students in different ways (Khan, J.1996) the key to successful language game is that the rulers are clear, the ultimate goal is well defined and the game must be fun”. Karena teknik ini merupakan permainan maka akan menyenangkan siswa

sehingga akan menurunkan tingkat kesetresan siswa. Strategi penguasaan bahasa

dengan menggunakan permainan (game) di dalam kelas, dimanfaatkan untuk:

menangkap perhatian siswa; menurunkan tingkat kesetresan siswa; dan

memberikan siswa kesempatan untuk berkomunikasi Deesii, Angkana (2002).

Paparan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik permainan simulasi adalah

suatu cara yang digunakan guru untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya

dalam pembelajaran dengan satu media pengajaran bahasa, yang memeragakan

sesuatu dalam bentuk tiruan. Atau dapat diartikan bahwa teknik pembelajaran ini

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berperan seperti orang yang

terlibat atau dalam keadaan yang dikehendaki.

Permainan simulasi adalah permainan yang dilakukan oleh kelompok.

Karena dengan berkelompok maka ada pengaruh dari teman dalam kelompok

tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kane, Aimee A, Linda Argote, & John M.

Levine (2004) bahwa hubungan antara siswa dalam kelompok. Bahwa dalam

kelompok siswa akan terpengaruh oleh pemerolehan pengetahuan dari temannya.

Berkaitan dengan penjelasan di atas maka permainan simulasi banyak sekali

keuntungannya diantaranya:

Page 57: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(1) siswa akan termotifasi sehingga situasi belajar menyenangkan. Hal ini

ditegaskan pula oleh Nasution Noehi (1993:141) siswa akan termotivasi jika

situasi belajar menyenangkan, juga menurut Sudirman N. Dkk. (1987: 56)

salah satu nilai-nilai praktis media pengajaran adalah membangkitkan motivasi

belajar siswa;

(2) karena permainan simulasi dilaksanakan lebih dari satu orang maka akan

menciptakan suatu interaksi sosial. Dengan interaksi sosial ini siswa mendapat

pengaruh dari temannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik permainan simulasi

kartu lambang majas adalah suatu cara yang digunakan guru untuk meningkatkan

minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi. Teknik ini sesuai dengan

perihal yang harus dipertimbangkan dalam memilih permainan.

c. Langkah-langkah Permainan Simulasi dan Media Kartu Lambang Majas

Permainan simulasi dengan menggunakan media kartu lambang majas

merupakan permainan yang sudah tidak asing bagi anak-anak. Permainan ini sama

dengan permainan anak-anak dengan menggunakan kartu, seperti empat satu, remi,

minuman, dan lainnya. Hanya saja permainan ini menggunakan kartu yang isinya

didesain sendiri untuk kepentingkan pembelajaran yang berhubungan dengan

memparafrasakan puisi.

Permainan simulasi dan media kartu lambang majas didasari oleh metode

tebak kata kemudian disempurnakan sehingga tercipta langkah-langkah permainan

simulasi dan kartu lambang majas yang mudah dilakukan siswa. Permainan tebak

Page 58: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kata ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengingat dan menggunakan

konsep yang telah dipelajari dan bahkan yang baru diketahui atau ditemukan pada

saat permainan berlangsung, tanpa ragu atau takut salah, dan tentunya sekaligus

melatih berbicara siswa dan bagaimana mengidentifikasikan sesuatu dengan

membuat kalimat-kalimat Nurarti, (dalam Tukiran Taniredja, 2011: 32).

Langkah-langkah permainan simulasi dan kartu lambang majas ini terdiri

atas tiga tahapan yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap penutup. Lebih rinci dari

langkah-langkah simulasi kartu lambang majas adalah sebagai berikut

(1) Tahap awal

(a) Simulasi ini dilakukan dengan jumlah pemain dua sampai dengan empat anak

dalam satu kelompok;

(b) Tentukan siapa yang mengocok, dengan cara hompimpah;

(c) Anggota yang memperoleh urutan terakhir harus mengocok;

(d) Kartu dikocok agar urutannya acak;

(e) Bagikan pada anggota.

(f) Setiap anggota mendapat bagian empat kartu.

(g) Sisa kartu diletakkan di tengah (tempat yang mudah dijangkau oleh seluruh

anggota).

(2) Tahap inti

(a) Pengocok pertama memperlihatkan halaman sketsa atau lambang kata kepada

teman yang pertama kali menang hompimpah (lawan).

(b) Lawan pertama bertugas menebak gambar atau sketsa.

Page 59: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(c) Tulisan pada halaman belakang tidak boleh diperlihatkan lawan

(d) Apabila kartu tertebak maka kartu tersebut menjadi milik lawan dan poin satu

kemenangan.

(e) Pengocok mengambil satu kartu yang ada di depannya.

(f) Apa bila kartu tidak tertebak maka perlihatkan pada urutan selanjutnya.

(g) Begitulah terus sampai kartu tertebak semua;

(h) Apabila siswa bingung terhadap jawaban lawan, maka anggota wajib

menanyakan pada guru;

(i) Jika kartu tidak tertebak oleh seluruh peserta, maka pengertian dan contoh

majas wajib dibacakan sampai semua peserta dalam kelompoknya mendengar;

(j) Permainan berpindah pada pengocok kedua. Begitulah seterusnya, sampai

semua kartu habis tertebak.

(k) Peserta yang memperoleh kartu paling sedikit maka dia diberi hukuman harus

mengocok dalam permainan ulangan berikutnya.

(3) Tahap penutup

(a) Bagi peserta yang memperoleh kartu paling banyak maka dialah peme-

nangnya.

(b) Permainan ini diulang-ulang lebih kurang tiga set putaran;

(c) Perolehan kartu dari satu permainan ke permainan berikutnya harus dicatat.

(d) Akhir dari permainan, jumlahkan perolehan kartu yang dijadikan skor

penilaian;

(e) Skor dari perolehan kartu menjadi pertimbangan penilaian guru untuk majas.

Page 60: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan keberhasilan menerapkan teknik permainan simulasi kartu lambang

majas maka pada hakikatnya merupakan satu langkah keberhasilan menuju

kemampuan mengubah bentuk puisi ke dalam bentuk prosa secara maksimum,

sehingga untuk mencapai keberhasilan memparafrasakan puisi lebih memuaskan

dapat tercapai. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan minat

belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi dapat dilakukan melalui teknik

permainan simulasi dan kartu lambang majas.

4. Hakikat Media Kartu Lambang Majas

Media kartu lambang majas adalah suatu media yang sengaja didesain guru

untuk memenuhi kebutuhannya dalam pelaksanaan pembelajaran puisi. Menurut

Gordon dalam Joice and Weill (1996: 1) yaitu: Kreatif merupakan sesuatu yang

penting dalam kegiatan sehari-hari.

Selain tersebut di atas media kartu lambang majas dibuat, mengingat media

untuk mengajarkan materi puisi terutama media yang berhubungan dengan upaya

meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi belum ada. Pernyataan itu

sesuai dengan pendapat Andayani (2008: 83) keprihatinan berbagai pihak terhadap

pembelajaran apresiasi sastra disebabkan oleh sejumlah keterbatasan yang

berkaitan dengan pembelajaran tesebut. Hal itu tampak pada terbatasnya sarana dan

prasarana yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran sastra, terbatasnya

sosialisasi model-model pembelajaran sastra yang inovatif, dan terbatasnya materi

sastra yang dimasukkan ke dalam buku ajar atau buku pelajaran sekolah, khususnya

buku pelajaran bahasa Indonesia.

Page 61: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pendapat tersebut dikuatkan oleh Muhammad Rohmadi (2008: 31) bahwa

pengajaran apresiasi sastra tidak hanya berupa pemberian informasi dengan

berceramah atau menceramahkan materi, namun memerlukan kreativitas guru

dalam menyampaikan materi agar sampai dimensi afektif dan terlebih sampai ke

psikomotor yang merupakan totalitas kegiatan yang memadukan ketiga matra itu

(kognitif, afektif, dan psikomotorik). Untuk lebih jelasnya tentang media kartu

lambang majas dijelaskan berikut.

a. Pengertian Lambang Majas

Lambang majas merupakan simbol-simbol yang dapat mewakili pengertian

dan contoh-contoh majas. Lambang majas merupakan teknik yang dibuat guru

sebagai upaya untuk mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap

majas, mengingat majas mempunyai macam yang cukup banyak serta pengertian

yang cukup panjang dan contoh yang cukup banyak. Apabila siswa mampu

mengingat dengan cepat dengan jumlah majas cukup banyak maka akan

meningkatkan penguasaan memparafrasakan puisi.

Lambang majas dibuat dengan asumsi bahwa dengan penuangan sketsa

atau gambar-gambar yang mampu mencerminkan informasi yang berupa kata-kata,

kalimat-kalimat, dan contoh-contoh yang terdapat dalam pengertian majas, siswa

akan terbantu mengingatnya, sehingga penguasaan majas meningkat. Teknik ini

sesuai dengan pendapat Mitchell (2003: 79-82) bahwa buku gambar tanpa (atau

hampir tanpa) kata mempunyi beberapa tujuan, yaitu: (1) memberanikan anak

mengamati dunia secara lebih dekat; (2) memberanikan anak mengkreasikan kata;

dan (3) membawa anak ke dalam dunia (elemen) fantastik.

Page 62: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lukens juga menegaskan (2003:289-290) bahwa ilustrasi (gambar) dalam

teks nonfiksi harus memperjelas makna teks verbal, ilustrasi harus mengkonkretkan

dan membantu pemahaman informasi yang disampaikan lewat teks verbal. Menurut

Burhan Nurgiyantoro (2005: 378) ketika teks verbal berkisah tentang jenis dan

manfaat kambing, ilustrasinya berupa foto berbagai jenis kambing, atau ketika teks

verbal mengisahkan modifikasi cuaca atau hujan buatan, ilustrasinya adalah

gumpalan awan dan anak kehujanan. atau ketika teks verbal mengisahkan buah apel

yang manis, ilustrasinya berupa foto tanaman dan buah apel di pohon serta anak-

anak kecil yang menyirami pot tanaman.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Pedri, Nancy (2010:1) yang

meneliti tentang menarasikan ide melalui gambar. Hasil penelitiannya ialah: untuk

menulisakan ide menjadi sebuah narasi digunakan gambar (grafik). Narasi grafik

akan membedakan dengan bentuk narasi lainnnya. Penelitian ini akan memberi

perkembangan bagi dunia cerita.

Berdasar pada teori-teori di atas maka dirancanglah suatu sketsa atau

lambang yang membantu pemahaman informasi tentang macam-macam, pengetian,

dan contoh majas. Karena majas dituangkan dalam bentuk sketsa -sketsa atau

lambang-lambang kata penting dari pengertian majas, maka sketsa-sketsa ini

diberi nama Lambang Majas. Lambang-lambang majas tersebut antara lain sebagai

berikut.

Page 63: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Lambang majas metafora

Untuk majas ini siswa dibantu

dengan sketsa ”harimau” sebagai lambang

sifat dan ”kaca mata” sebagai lambang

bentuk. Dengan lambang ini siswa diingatkan

bahwa harimau dikenal karena sifatnya yaitu

mempunyai sifat menguasai hutan dan kaca

mata merupakan sketsa bentuk yang mirip

dengan mata terbuat dari kaca, sehingga

siswa dapat menalar lebih lanjut tentang

pengertian majas metafora yaitu majas

perbandingan yang mempergunakan benda-

benda tertentu sebagai alat pembanding

dengan yang lain yang dimaksud, yang

mempunyai bentuk dan sifat yang sama.

b. Pengertian Kartu Lambang Majas

Kartu lambang majas adalah kartu yang berisi lambang-lambang atau sketsa

yang dapat mempresentasikan pengertian majas. Kartu ini berukuran panjang 9 cm

dan lebar 6 cm, atau dapat disesuaikan dengan selera guru. Kartu ini dibuat sebagai

media untuk mengantarkan materi majas dan untuk meningkatkan penguasaan

tentang majas. Kartu ini dibuat mengingat belum ada media yang tepat untuk

mengantarkan materi yang berhubungan dengan majas. Menurut Gordon (dalam

Joice and Weill, 1996: 35) kreatif merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan

sehari-hari.

METAFORA

Gambar 1. Lambang majas metafora

Page 64: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Banyak keuntungan dari menggunakan media kartu lambang majas ini.

Keuntungan tersebut diataranya: (1) majas mudah diingat oleh siswa karena sketsa

dibuat sedemikian sederhana, karena dengan melihat lambang-lambang majas siswa

ingatan siswa terbantu; (2) ingatan dan penalaran siswa tentang majas lebih cepat;

(3) menarik perhatian siswa karena dibuat sedemikian indah, dengan warna-warna

yang kontras; (4) menambah keaktifan indra siswa baik indra penglihatan,

pendengaran, maupun motoriknya; Sesuai pendapt John Locke semua

pengetahuan, tanggapan, dan perasaan jiwa manusia itu diperoleh karena

pengalaman melalui alat-alat inderanya; (5) belajar mengajar menyenangkan.

Sunarto (2006; 239) menyatakan bahwa menciptakan suasana belajar mengajar

yang menyenangkan bagi anak menggunakan metode dan alat mengajar yang

menimbulkan gairah belajar.

Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih media

pembalajaran ini. Menurut Dick & Carey (dalam Arief Sadiman, 1996: 86) dasar

pertimbangan pemilihan model dalam penelitian adalah: (1) mendukung

tercapainya tujuan; (2) mendukung tercapainya isi pelajaran oleh siswa;(3) faktor

efektifitas biayanya untuk waktu yang lama; (4) dapat digunakan berulang-ulang

atau ekonomis; (5) sesuai dengan taraf berpikir siswa; (6) tersedianya waktu untuk

menggunakannya.

Kartu lambang kata merupakan alat atau media yang mampu memenuhi

pertimbangan dalam memilih media ataupun model. Hal tersebut karena sifat dari

kartu lambang majas adalah: (1) belum ada media yang mampu untuk mendukung

keberhasilan yang berhubungan dengan materi majas; (2) dana untuk membuat

Page 65: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kartu lambang kata majas relatif murah, karena dapat dibuat dengan bantuan

komputer saja, dan semua lambang-lambangnya dapat dicari dalam simbol-simbol

yang sudah tersedia di komputer; (3) dana yang dibutuhkan relatif murah karena

hanya kertas-kertas tebal untuk mencetak simbol-simbol atau gambar yang sudah

disiapkan sedemikian rupa di dalam komputer; (4) kartu lambang kata majas sangat

luwes, praktis, dan tahan lama; (5) karena terbuat dari kertas maka dengan mudah

dapat dibawa ke mana saja, dapat disimpan di mana saja, dan dapat dipakai kapan

saja; (6) media ini sangat efektif , ekonomis, dapat dpakai dalam jangka waktu yang

panjang.

c. Bentuk Kartu Lambang Majas

Kartu Lambang majas dibuat dalam bentuk persegi panjang dengan bahan

baku kertas. Kertas mempunyai dua sisi. Sisi pertama diisi sketsa atau lambang-

lambang kata yang disesuaikan dengan pengertian masing-masing majas sedangkan

sisi kedua diisi dengan pengertian majas dan contoh-contohnya. Sisi pertama

digunakan untuk memancing siswa dalam menebak pengertian majas dan

contohnya, sedang sisi kedua untuk mengontol kebenaran dari pengertian dan

contoh majas yang ada pada sisi pertama.

Bentuk kartu lambang majas ada dua macam yaitu: kartu kocok dan kartu

besar. kedua kartu akan dijelaskan berikut.

(1) Kartu Kocok

Kartu kocok ukurannya mirip mainan pada umumnya. Kartu kocok

digunakan dalam teknik permainan simulasi dengan tujuan membantu memperkuat

Page 66: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ingatan tentang majas, kartu ini fungsinya untuk mengulang-ulang atau untuk

mengedril materi majas agar ingatan siswa tentang majas lebih kuat.

Kartu kocok bentuknya mirip kartu permainan remi atau pun kartu

permainan empat satu sehingga memainkannya pun tidak jauh berbeda. Kalau kartu

mainan remi atau permainan empat satu lambang-lambang hanya terdapat pada satu

halaman, atau halaman depan saja, kartu lambang kata majas terdapat pada halaman

depan maupun halaman belakang, atau bolak-balik.

Sebagai media dalam permainan simulasi untuk memahami kartu lambang

kata dibutuhkan konsentrasi indera penglihatan, pendengaran, dan indra gerak

siswa. Dengan konsentrasi beberapa indra maka siswa akan memperoleh

pengalaman lebih baik. Menurut John Locke, semua pengetahuan, tanggapan, dan

perasaan jiwa manusia itu diperoleh karena pengalaman melalui alat-alat inderanya.

Pemikiran Edgar Dale (dalam Rohani, 1990 : 153) menggambarkan dengan “Cone

of experience” atau Kerucut Pengalaman.

Gambar 2. Kerucut Pengalaman menurut Edgar Dale

(Diadaptasi dari Rohani, 1990 : 153)

Page 67: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keterangan :

1. Pengalaman langsung bertujuan

2. Pengalaman tiruan

3. Pengalaman dramatisasi

4. Pengalaman percontohan

5. Pengalaman darmawisata

6. Pengalaman pameran dan museum

7. Pengalaman televisi

8. Pengalaman gambar hidup / fiksi

9. Pengalaman lambang tetap, rekaman dan radio

10. Pengalaman lambang visual

11. Pengalaman lambang kata

Kerucut pengalaman tersebut mengurutkan perolehan pengalaman belajar

siswa. Pengalaman belajar siswa akan diperoleh dengan hasil yang terbaik

diurutkan dari urutan 1 sampai dengan 11. Berdasar urutan “Kerucut Pengalaman di

atas diketahui bahwa kartu kocok yang berisi lambang-lambang majas masuk ke

dalam kerucut pengalaman urutan kesembilan yaitu merupakan pengalaman

lambang tetap. Berdasar pada pernyataan di atas maka kartu kocok lambang majas

bila digunakan untuk media pembelajaran akan lebih baik bila dibandingkan

dengan pengalaman lambang kata. Oleh karena itu kartu kocok baik untuk dipakai

sebagai media pembelajaran. Dengan demikian maka kartu kocok lambang majas

bila dibandingkan dengan pembalajaran melalui pengalaman lambang kata atau

dengan kata-kata saja maka akan diperoleh hasil yang lebih baik.

Jumlah kartu kocok dapat didesain sesuai dengan jumlah majas. Contoh

desain terlampir.

Page 68: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(2) Kartu Besar

Kartu besar adalah kartu dengan ukuran besar yaitu ukuran kertas kuarto.

Kartu ini digunakan untuk membantu menerangkan pengertian majas dengan teknik

pemodelan. Dengan teknik ini guru memepertunjukkan sketsa majas yang ada pada

kartu besar sambil menerangkan pengertian dan contohnya. Selanjutnya guru

mepertunjukkan model-model kartu besar lainnya sambil menjelaskan pengertian

sketsa dari majas tersebut. Kartu ini digunakan sebelum siswa diberi tugas

kelompok, sifatnya hanya untuk memperkenalkan macam-macam majas dan

pengertiannya secara cepat. Sketsa kartu besar tidak beda dengan kartu kocok.

Kartu ini dapat dilihat dari seluruh penjuru kelas, yaitu penjuru tempat duduk siswa.

Contoh kartu besar terlampir.

Hasil dari penganalisaan di atas dapat disimpulkan bahwa media kartu

lambang majas adalah suatu media hasil kreatifitas guru untuk memenuhi

kebutuhannya dalam pelaksanaan pembelajaran puisi berupa kartu yang berisi

simbol-simbol yang dapat mewakili pengertian dan contoh-contoh majas, sebagai

upaya untuk mempermudah kemampuan memparafrasakan puisi.

B. Temuan Hasil Penelitian Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian beberapa para ahli sesuai dengan

bidangnya. Penemuan tersebut adalah sebagai berikut.

Deesii, Angkana (2002: 1) meneliti strategi penguasaan bahasa dengan

menggunakan permainan (game) di dalam kelas. Dalam penelitiannya permainan

dimanfaat untuk: menangkap perhatian siswa; menurunkan tingkat kesetresan

Page 69: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

siswa; dan memberikan siswa kesempatan untuk berkomunikasi. Hubungan

penelitian Deesii, Angkana (2002: 1) dengan penelitian ini adalah keduanya

menggunakan permainan sebagai sarana penguasaan kompetensi mencapai tujuan

pembelajaran. Sedangkan perbedaanya adalah Deesii, Angkana (2002: 1) mengacu

pada kemampuan bahasa Inggris, sedangkan penelitian ini mengacu pada

kemampuan memparafrasakan puisi.

Penelitan Lia, Hong (2002: 1) membicarakan bagaimana memilih

permainan. Menurutnya untuk memilih permainan perlu mempertimbangkan:

kapan permainan itu digunakan; bagaimana hubungannya dengan buku teks

mereka; silabus, atau program. Yang jelas permainan yang berbeda akan

menguntungkan siswa dengan cara yang berbeda (Khan, J.1996). Kunci

keberhasilan permainan bahasa adalah jelas pada penguasannya, tujuan

didefinisikan dengan baik dan permainan harus menyenangkan. Penelitiannya

mempunyai kesamaan yaitu kunci sukses dalam pembelajaran dengan

menggunakan teknik permainan. Sedangkan perbedaannya teknik permainannya

diterapkan pada pembelajaran Bahasa Inggris sedangkan penelitian ini digunakan

untuk meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Pedri, Nancy (2010: 1) yang

meneliti tentang menarasikan ide melalui gambar. Hasil penelitiannya ialah: untuk

menuliskan ide menjadi sebuah narasi digunakan gambar (grafik). Narasi grafik

akan membedakan dengan bentuk narasi lainnnya. Penelitian ini akan memberi

perkembangan bagi dunia cerita. Penelitian Pedri, Nancy (2010: 1) mempunyai

pesamaan dengan penelitian ini yaitu keduanya menggunakan lambang atau gambar

Page 70: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagai alat mempermudah penyampaian pesan. Perbedaan dari kedua penelitian

adalah: penelitiannya merupakan upaya untuk membuat karangan bentuk narasi,

sedangkan pada penelitian ini lambang atau sketsa dijadikan media untuk

memancing ingatan tentang majas.

Penelitian Shahbaz, Anjum (2012: 1) dalam tulisannya membahas persepsi

siswa tentang teknik pengajaran yang digunakan oleh guru mereka di tingkat

menengah. Hasil penelitiannya adalah bahwa guru sering ingin menggunakan

teknik salah satunya untuk menarik perhatian siswanya. Persamaannya adalah

sama-sama teknik digunakan untuk menarik perhatian siswa agar mudah untuk

mencapai tujuannya. Perbedaan dari penelitian keduanya adalah penelitian

Shahbaz, Anjum (2012: 1) menggunakan penelitian studi kasus sedangkan

penelitian ini dengan menggunakan penelitian tindakan kelas.

Kane, Aimee A, Linda Argote, & John M. Levine (2004: 1) meneliti tentang

hubungan antara siswa dalam kelompok. Bahwa dalam kelompok siswa akan

terpengaruh oleh pemerolehan pengetahuan dari temannya. Persamaan dengan

penelitiannya adalah terdapat pada unsur kerja kelompok mempengaruhi anggota

kelompoknya. Perbedaan keduanya adalah: pada penelitian Kane, Aimee A, Linda

Argote, & John M. Levine (2004: 1) kerja kelompok digunakan untuk

mempengaruhi teman, sedangkan pada penelitian ini kerja kelompok digunakan

dalam permainan simulasi. Simulasi pada dasarnya sama yaitu sama-sama

bermuara untuk tujuan saling mempengaruhi anggota kelompok. Dengan memberi

pengaruh antara satu dan lainnya sehingga tercipta adanya saling memotivasi.

Page 71: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada penelitian ini dijelaskan dalam dua bagian.

Penjelasannya adalah sebagai berikut.

1. Penerapan Teknik Permainan Simulasi dan Kartu Lambang Majas untuk

Meningkatkan Minat Belajar

Banyak siswa yang mempunyai minat belajar rendah. Faktor kelemahan itu

karena pembelajaran yang diperoleh tidak sesuai dengan minat dan kondisi siswa

tersebut. Teknik pembelajaran melalui permainan simulasi dan kartu lambang

majas merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan ini.

Teknik permainan simulasi sengaja dipilih untuk mengatasi permasalahan

minat belajar siswa rendah. Teknik pembelajaran ini dipilih karena mampu

menyajikan pembelajaran dengan menyenangkan. Teknik pembelajaran melalui

permainan ini menyenangkan karena dalam pembelajaran siswa diajak untuk

bermain-main. Setiap permainan akan disukai siswa.

Teknik permainan simulasi mudah dilaksanakan. Dikatakan mudah

silaksanakan karena permainan ini biasa dilakukan dalam permainan anak-anak

sehari-hari seperti permainan yang menggunakan kartu. Contoh permainan yang

biasa menggunakan kartu yaitu: empat satu, minuman, remi, dan lain-lain. Semua

permainan ini membutuhkan hubungan sosial atau teman bermain. Karena sudah

terbiasa dilakukan anak-anak maka permainan simulasi kartu lambang majas

mudah dilakukan. Hal ini akan membuat siswa berpikir lebih serius. Kondisi seperti

itu dapat mengurangi rasa malas, sehingga menarik minat siswa.

Page 72: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Media kartu lambang majas digunakan dalam permainan simulasi.

Dukungan media kartu lambang majas akan menambah situasi permainan lebih

menyenangkan karena kartu lambang majas didesain sedemikian rupa agar indah.

Keindahan itu dapat dilihat dalam bentuk maupun warnanya. Bentuknya sederhana

tidak membingungkan. Warnanya kontras sehingga menarik perhatian. Keindahan

itu sengaja diciptakan untuk menarik perhatian siswa. Lambang-lambang majas

juga dituangkan dalam lembaran kertas karton berbentuk persegi panjang.

Lembaran-lembaran karton itu dapat dengan nyaman dipegang siswa, sehingga

tidak merepotkan.

Lambang majas berguna untuk mempermudah dan mempercepat siswa

mengingat tentang majas. Pengertian dan contoh majas berguna untuk

mengungkapkan kembali pemahaman siswa terhadap majas yang sedang

dihadapinya. Melalui lambang majas siswa akan dengan cepat melihat majas tanpa

membaca deretan huruf panjang terlebih dahulu. Karena itu siswa memperoleh

kemudahan untuk menangkapnya. Karena siswa mengalami kemudahan,

kenyamanan, dan kesenangan maka kemalasan siswa dapat terkurangi, akhirnya

timbulah minat belajar.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik

permainan simulasi dan media kartu lambang majas dapat meningkatkan minat

belajar siswa.

Page 73: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Penerapan Teknik Permainan Simulasi dan Kartu Lambang Majas untuk

Meningkatkan Kemampuan Memparafrasakan Puisi

Permainan simulasi mempunyai sifat untuk mencari kesenangan, bermain,

atau hiburan. Karena itu setiap permainan akan menyenangkan. Hiburan atau

kesenangan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Permainan simulasi bila

didukung dengan media kartu lambang majas akan meningkatkan kemampuan

tentang majas. Media kartu lambang majas berisi sketsa sederhana yang berisi

lambang-lambang majas baik pengertian maupun contoh-contohnya. Lambang-

lambang majas didesain sedemikian sederhana agar mudah diingat. Lambangnya

sederhana namun mampu mengungkapkan kalimat-kalimat tentang pengertian dan

contoh-contoh majas. Warnanya didesain sedemikian indah agar menarik perhatian

siswa.

Media kartu lambang majas ada dua yaitu kartu besar dan kartu kocok.

Media berupa kartu besar dipergunakan untuk menerangkan tentang majas dengan

teknik pemodelan. Teknik pemodelan dengan media kartu besar dilakukan sebelum

permainan simulasi. Kartu besar berguna untuk mengenalkan dan memancing

ingatan tentang majas, tentunya dengan waktu pengenalan yang relative singkat.

Teknik pemodelan dengan kartu besar harus dilakukan sebelum permainan

simulasi dilaksanakan, dengan tujuan agar dalam permainan simulasi siswa sudah

dibantu pemahamannya. Kartu kocok digunakan dalam permainan simulasi yaitu

dengan cara tebak-tebakan dan dilakukan berulang kali dalam satu set permainan.

Permainan ini bersifat untuk mengedril ingatan siswa.

Page 74: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Karena ingatan tentang majas diulang-ulang maka penguasaan majas

meningkat. Peningkatan ini tentunya akan mempengaruhi meningkatkan

kemampuan memparafrasakan puisi, karena bahasa yang digunakan dalam puis i

bersifat pigura, atau bahasa figuratif yang biasa disebut dengan majas.

Berhubungan dengan itu maka tanpa sadar siswa menguasi majas dan menguasai

parafrasa puisi dengan hati yang senang. Karena senang, kesadaran, perhatian siswa

meningkat, timbul kemauan belajar, dan siswa ikut terlibat, selanjutnya minat

belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi meningkat.

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik

permainan simulasi dan media kartu lambang majas adalah suatu usaha guru

melalui permainan simulasi dan media kartu lambang majas agar permasalahan

yang dihadapinya berupa rendahnya minat belajar dan memparafrasakan puisi

dapar teratasi.

Tentunya penjelasan-penjelasan di atas kurang mudah dipahami. Agar

keunggulan dari teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas mudah

dipahami, berikut adalah bagan kerangka berpikirnya.

Page 75: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 3. Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti uraian di atas,

diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut. (1) Penerapan teknik permainan

simulasi dan media kartu lambang majas dapat meningkatkan minat belajar siswa

kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012; (2) Penerapan

teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas dapat meningkatkan

penguasaan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen

Tahun Ajaran 2011/2012.

Minat belajar

Permainan simulasi dan media kartu lambang majas

Meningkat

Kemampuan

memparafrasakan puisi

Minat dan kemampuan memparafrasakan puisi rendah

Page 76: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

Penelitian diadakan di kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen. SMP Negeri 7

Kebumen memiliki wilayah cukup luas yaitu 10231 m2 . Luas wilayah itu didirikan

bangunan banyak sekali lokal. Penataan lokal SMP Negeri 7 Kebumen berbentuk

persegi. Dari 17 lokal itu terdapat 57 ruangan. Dua puluh delapan ruang digunakan

untuk ruang kelas dari kelas VII A sampai dengan kelas IX I. Ruangan kelas VII B

terletak pada lokal ketujuh belas dari depan. Letaknya paling belakang bila dilihat

dari pintu gerbang sekolah.

Lokal 17 berjarak tempuh sekitar 30 meter dari lokal paling depan. Lokasi

ruang guru berada pada lokal pertama atau lokal paling depan. Untuk berjalan ke

ruang VII B guru membutuhkan waktu perjalanan sekitar lima menit. Sehingga

banyak guru tidak tepat waktu untuk sampai pada kelas VII B. Untuk menempuh

jarak sepanjang itu guru harus mempersiapkan waktu sekitar lima menit, sehingga

kalau berangkat tepat pukul 07.00 dari kelas maka sampai di kelas sekitar pukul

07.05 ini kalau guru langsung berjalan menuju ke ruang kelas VII. Kalau masih

harus mampir, atau berbicara dengan teman atau memberi pengaruh terhadap siswa

yang melakukan pelanggaran, maka waktu yang digunakan untuk melakukan

perjalanan sampai di kelas VII B akan lebih lama lagi.

Adapun waktu pelaksanaan dimulai pada bulan Juli sampai dengan

Desember tahun 2012. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

57

Page 77: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No.

Urutan Kegiatan

Tahun Ajaran 2011/2012

Juli 2012

Agus 2012

Sept. 2012

Okt. 2012

Nov. 2012

Des. 2012

1. Pengajuan judul proposal

penelitan

xx

2. Menyusun proposal penelitian xx xxxx

3. Pengumpulan data dengan

melakukan tindakan penelitian:

Siklus 1 (1 pertemuan)

Siklus 2 (1pertemuan)

Siklus 3 (1 pertemuan)

xxxx

x

x

x

4. Analisis Data x x xx

5. Pembahasan/Diskusi/Presentasi x x

6. Meyusun laporan hasil

penelitian

xx

7. Pengesahan x

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siwa kelas VII B dan guru Bahasa Indonesia SMP

Negeri 7 Kebumen, Tahun Ajaran 2011/2012. Siswa kelas VII B berjumlah 32

anak. Kondisi siswa ini sebagian besar mempunyai lingkungan tempat tingal yang

kurang mendukung. Sebagian besar penghasilan orang tua adalah buruh dan tukang

becak sehingga perhatian terhadap pendidikan anak kurang.

Kurangnya perhatian orang tua siswa terhadap anaknya menimbulkan minat

belajar siswa sangar rendah. Bila mengikuti pembelajaran, mereka banyak yang

malas, dan lebih suka bermain-main. Konsentrasi belajar sangar rendah.

Page 78: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kemampuan menyimpan ilmu juga rendah. Dilihat dari hasil penerimaan siswa

baru rata-rata nilai bahasa Indonesia adalah 6,3.

Karena itu kondisi siswa yang berdampak buruk pada hasil belajar perlu

diteliti. Penelitian yang dilakukan pada subjek peserta didik adalah minat belajar

siswa selama pembelajaran dan hasil pembelajaran.

Kelemahan siswa tersebut tidak lepas dari peranan guru. Hasil survei

didapati bahwa guru kurang menguasai tentang majas. Karena itu guru perlu

diteliti. Penelitian terhadap guru yang akan diamati adalah: pelakasanaan sebelum,

sesudah, dan setelah kegiatan belajar mengajar setiap siklusnya.

C. Data dan Sumber Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid maka peneliti menyiapkan

sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer meliputi : (1) hasil

pretes dan postes tiap siklus, (2) soal-soal, (3) daftar hasil pengamatan, (4) angket

penilaian terhadap guru, (5) hasil wawancara dengan siswa.

Sumber data sekunder meliputi : (1) RPP, (2) daftar hadir siswa, (3) daftar

hasil pengamatan sikap siswa, (4) lembar pemantauan terhadap guru, (5) rekap hasil

penilaian, dan (6) rekap hasil pemantauan terhadap guru.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik penelitian dilaksanakan diakhir pembelajaran berlangsung, dengan

cara menganalisis hasil: observasi, wawancara, analisis dokumen, tes yang

berhubungan dengan materi pembelajaran, dan angket. Alat pengumpulan data

Page 79: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berupa hasil pekerjaan siswa yaitu: (a) daftar presensi kehadiran siswa; (b) daftar

kumpulan nilai test formatif tertulis siswa mulai dari siklus pertama, siklus kedua,

dan siklus ketiga; (c) daftar pengamatan minat belajar siswa selama pelaksanaan

program perbaikan pembelajaran dilaksanakan setiap siklusnya, baik secara pribadi

ataupun secara kelompok oleh pengamatan teman sejawat; (d) hasil

pengamatan catatan belajar siswa kelas; (e) kelengkapan buku sumber belajar; (f)

pengumpulan hasil angket siswa.

E. Validasi Data

Teknik validasi data yang digunakan adalah teknik triangulasi data dan

triangulasi metode. Teknik triangulasi sumber berasal dari kolaborasi dengan

bantuan teman sejawat pada saat proses belajar mengajar. Data berupa lembar hasil

pengamatan teman sejawat pada saat proses belajar mengajar, baik data guru

maupun data siswa.

Validasi data dengan menggunakan data triangulasi metode diperoleh

melalui: (1) presensi siswa; (2) hasil perolehan nilai test akhir program perbaikan

pembelajaran per siklus; (3) hasil pengamatan perubahan minat dan sikap

perilaku siswa setiap pelaksanaan program perbaikan persiklus; (4) angket minat

siswa; (5) hasil pengamatan terhadap guru; (6) wawancara.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis interaktif dan

analisis deskriptif komparatif. Teknik analisis interaktif merupakan perpaduan antar

Page 80: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

empat komponen, yaitu: pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan

penarikan simpulan. Pada saat pengumpulan data sudah dilakukan reduksi dan

display data sekaligus sesuai kemunculan data yang dibutuhkan. Proses

pengumpulan data dapat lebih dipahami melalui bagan sebagai berikut.

Gambar 4. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (dalam Sutopo,

2002: 96)

Teknik analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil

penelitian antar siklus, baik membandingkan kondisi penelitian awal dengan siklus

I, Siklus I dengan siklus II, sklus II dengan siklus III. Hal yang dibandingkan

berupa minat belajar dan hasil belajar mengapresiasikan puisi maupun kinerja

guru. Hasil analisis siklus I dijadilan dasar penyusunan perencanaan tindakan pada

siklus II, Hasil analisis siklus II dijadikan dasar penyusunan tindakan Siklus III.

Pengumpulan Data

Display Data

Reduksi Data

Penarikan Simpulan

Page 81: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

G. Indikator Kinerja

Ukuran dari keberhasilan atau peningkatan dari penelitian ini berdasarkan

pada hasil musyawarah antara peneliti dan kolaborator. Indikator tersebut ada dua

unsur yaitu: (1) adanya peningkatan minat belajar siswa dalam pembelajaran

ditandai dengan kriteria 75 % dari 32 siswa mempunyai minat belajar yang tinggi

dan (2) adanya peningkatan hasil belajar berupa peningkatan kemampuan

memparafrasakan puisi dengan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar di atas

50% dari 32 siswa, dengan KKM 70. Untuk mengukur ketercapaian tujuan

penelitian di atas dirumuskan indicator sebagai berikut.

Tabel 2. Indikator Ketercapaian Tujuan

NO. INDIKATOR PENCAPAIAN

SIKLUS III CARA MENGUKUR

1 Minat belajar mem-parafrasakan puisi

Minimal (75 %) siswa berminat memperlajari parafrasa puisi.

Diamati secara langsung de-ngan menggunakan instru-men minat memparafrasakan puisi setiap siswanya. Dengan hasil nilai pengamatan rata-rata 4 (siswa rata-rata ber-minat).

1. Kemampuan mem-parafrasakan puisi

Minimal (50 %) siswa mampu mencapai KKM 70 materi mempa-rafrasakan puisi.

Diukur dari hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal memparafrasakan puisi.

Page 82: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

H. Prosedur Tindakan

Pada tahap prosedur penelitian tindakan kelas, pelaksanaan dimulai dari

Pratindakan. Kegiatan pratindakan dilakukan untuk mengetahui kondisi awal dan

merupakan diagnosis permasalahan. Dari hasil pengamatan pratindakan maka

diketahui tindakan apa yang perlu diberikan terhadap permasalahan yang dihadapi

siswa. Ternyata memang siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen mempunyai

permasalahan, yaitu minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi, sangat

rendah, sehingga perlu diadakan tindakan.

Setelah diketahui permasalahan yang dihadapai maka dilakukanlah tindakan

penelitian yang terdiri dari tiga siklus. Tiap siklus dilakukan satu pertemuan.

Jumlah siklus disesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja. Setiap siklus

dilakukan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hal tersebut dianggap

sebagai satu siklus.

Teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas mulai

diterapkan pada tindakan Silkus I atau pembelajaran pada Siklus I. Ketika

pembelajaran berlangsung, peneliti dan kolaborator kedua mengamati jalannya

pelakasanaan pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai maka diadakan

wawancara dan diskusi, serta merefleksi hasil dari pembelajaran, berdasakan pada

hasil pengamatan. Dari hasil pengamatan dan refleksi penelitian maka diambil

simpulan tentang hasil pembelajaran dan langkah selanjutnya. Apabila hasil

pembelajaran pada Siklus I terdapat kekurangan baik minat belajar

memparafrasakan puisi, kemampuan memparafrasakan puisi, dan penerapan teknik

Page 83: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

permainan simulasi dan media kartu lambang majas, maka dilakukan lagi tindakan

pada Siklus II.

Pelaksaan Siklus II tidak berbeda dengan pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan

siklus II berdasar pada hasil pengamatan dan refleksi Siklus I. Siklus II

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat pada Siklua I atau

pembelajaran pada Siklus I. Begitu pula dengan tindakan pada Siklus III, juga

memperbaiki kekurangan atau kelemahan yang terdapat pada Siklus II.

Prosedur selanjutnya, apabila tindakan penelitian sudah dilaksanakan maka

diadakan pembahasan. Masalah yang dibahas adalah semua hasil pembelajaran

siklus I, siklus II, dan siklus III kemudian disimpulkan. Simpulan merupakan hasil

penerapan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas terhadap

minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP

Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012. Bagaimanakah hasilnya, apakah

teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas mampu meningkatkan

minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP

Negeri 7 Kebumen atau tidak. Apabila teknik ini tidak berhasil maka metode

pembelajaran yang ditetapkan diubah atau diganti, atau mengadakan penelitian lagi.

Page 84: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Teknik permainan simulasi dengan media kartu lambang majas sebagai

upaya meningkatkan minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi siswa

kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011-2012 merupakan teknik

pembelajaran yang dipersiapkan untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan

dengan minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi.

Penelitian ini dilakukan dengan tiga siklus. Sebelum dilaksanankan

penelitian tiap siklus, kondisi awal siswa diketahui terlebih dahulu. Tindakan ini

disebut dengan penelitian kondisi awal. Apabila penelitian kondisi awal telah

ditentukan, kegiatan selanjutnya adalah dilakukannya tindakan pembelajaran yang

terdiri dari tiga siklus. Tiga siklus ini diberi nama Siklus I, Siklus II, dan Siklus III.

Masing-masing siklus diadakan tindakan, yaitu: perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Lebih lengkapnya hasil penelitian dijelaskan sebagai

berikut.

1. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum mengadakan survei peneliti telah berbincang-bincang dengan guru

kelas yang intinya akan mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh

guru kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen, sesuai dengan permasalahan yang

65

Page 85: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sedang dihadapinya. Tentunya hal ini telah disetujuai terlebih dahulu oleh Kepala

SMP Negeri 7 Kebumen. Bahwa kedatangan peneliti adalah

ingin mengadakan penelitian yang behubungan dengan minat belajar dan

kemampuan memparafrasakan puisi. Dari hasil perbincangan ditentukan bahwa

guru kelas yang akan mengikuti panelitian yaitu Ibu Sulastari, S.Pd. sebagai guru

kelas VII B, beliau bertindak sebagai kolaborator satu. Bapak Sri Sudarto, S.Pd.

sebagai kolaborator dua, mereka bersedia membantu penelitian ini.

Pada kegiatan kondisi awal penelitian dilakukan melalui survei. Kegiatan ini

dilakukan pada tanggal Selasa, 9 Oktober 2012. Kegiatan survei dilakukan melalui

wawancara dan observasi dengan guru kelas VII B. Dari hasil survei melalui

wawancara diketahui bahwa guru mempunyai permasalahan yang berhubungan

dengan pembelajaran pada kompetensi dasar 13,2. Setelah diketahui ada

permasalahan pada guru tersebut maka peneliti dan kolaborator berdiskusi. Hasil

diskusi adalah diadakannya penelitian tindakan kelas. Setelah diadakan wawancara

disepakati membuat instrumen penelitian. Instrumen yang dipersiapkan meliputi:

(1) lembar penilaian silabus; (2) lembar penilaian RPP; (4) lembar penilaian kinerja

guru; (5) instrumen minat siswa memparafrasakan puisi; (6) jurnal refleksi guru; (6)

jurnal refleksi siswa; (7) ringkasan tentang teknik permainan simulasi dan media

kartu lambang majas. Pada kesepakatan tersebut ditentukan bahwa yang membuat

instrumen adalah peneliti.

Lembar penilaian silabus digunakan untuk mengetahui ketepatan perumusan

silabus, baik hubungan dengan standar kompetensi yang ada pada kurikulum atau

komponen-komponen lain dari silabus. Lembar penilaian RPP digunakan untuk

Page 86: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengetahui ketepatan perumusan komponen-komponen yang ada pada RPP,

terutama perumusan indikator, pemilihan materi pembelajaran, metode yang

digunakan, langkah-langkah pembelajarannya, media yang digunakan, dan

evaluasi.

Lembar penilaian kinerja guru digunakan untuk mengetahui kemampuan

guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Instrument minat siswa adalah

untuk mengetahui seberapa tinggi minat siswa dalam pembelajaran puisi tersebut.

Jurnal refleksi guru digunakan untuk mengetahui pendapat guru setelah

pelaksanaan pembelajaran. Jurnal refleksi siswa digunakan untuk mengetahui

pendapat siswa setelah pelaksanaan pembelajaran puisi. Ringkasan tentang teknik

permainan simulasi dan media kartu lambang majas diberikan kepada kolaborator

agar memahami teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.

Setelah instrumen selesai dibuat maka kegiatan selanjutnya adalah survei

pelaksanaan pembelajaran tentang puisi yang dilakukan oleh guru kelas.

a. Hasil Pengamatan Minat Belajar dan Kemampuan Memparafrasakan

Puisi

Proses pembelajaran untuk mengetahui kondisi awal kemampuan guru

maupun siswa dilakukan pada hari Rabu,10 Oktober 2012. Hasil pengamatan

pembelajaran terhadap kinerja guru mulai dari awal sampai akhir kegiatan adalah

sebagai berikut.

Hasil pengamatan guru melakukan kegiatan pembelajaran secara umum

sudah cukup baik atau skor 3 (57% dari nilai keseluruhan 90). Apersepsi berupa

Page 87: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tanya jawab tentang puisi dilakukan dengan sangat baik (skor 5). Menyampaikan

Kompetensi dasar 13.2 dengan sangat baik (skor 5). Cukup baik (skor 3)

penguasaan materi memparafrasakan puisi. Kemampuan guru tersebut menyulitkan

siswa untuk memahami parafrasa puisi dan tidak menarik minat siswa. Ketika

membicarakan puisi tidak menyinggung materi tentang majas, sehingga siswa

merasa kesukaran mengartikan puisi tersebut. Kemampuan menyesuaikan materi

puisi dengan KD kurang mampu (skor 3). Sehingga materi tidak mengarah pada

pemahaman isi puisi. Untuk lebih lengkap hasil pengamatan terhadap kinerja guru

dapat dilihat pada lampiran.

Hasil pengamatan kegiatan belajar siswa pada kondisi awal dapat

disimpulkan bahwa minat belajar kurang. Dengan rincian 23 tiga siswa (72%) siswa

kurang berminat, enam siswa (18,75%) tidak berminat, dua (6,25 %) siswa

berminat, satu siwa (3,125 %) sangat berminat, sedangkan siswa sangat tidak

berminat tidak ada.

Minat belajar kurang terlihat dari: sebagian besar ekspresi siswa datar,

ketertarikan terhadap pembelajaran memparafrasakan puisi tidak kelihatan. Ada 50

% siswa sadar artinya hanya 15 siswa yang mempunyai kesadaran bertindak untuk

memperoleh hasil yang baik dalam dalam memparafrasakan puisi. Siswa yang

perhatian atau siswa yang konsentrasai terhadap pembelajaran hanya 10 siswa atau,

31,25 %. Siswa yang mempunyai kemauan belajar tinggi hanya 17 atau, 53,125, %.

Keterlibatan siswa atau aktifitas siswa dalam memperoleh nilai memparafrasakan

18 siswa, atau 56,25 %.

Page 88: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Secara umum dapat digambarkan hasil pengamatan minat belajar siswa

adalah sebagai berikut. Sebagian besar siswa memperhatikan guru menjelaskan

puisi. Beberapa siswa malas memperhatikan guru saat menjelaskan puisi. Satu

siswa kelihatan sangat senang karena kadang bertanya dengan menunjukkan

jarinya. Ada sepuluh siswa sadar dengan tugas yang diberikan karena ketika dia

diberi tugas langsung mengerjakan tugasnya. Ada tiga siswa berlari-lari menemui

temannya, kelihatan dia sedang bermain-main dengan temannya. Ada juga dua

siswa tidak memperhatikan guru justru bermain surat, yang tidak sesuai dengan

materi saat itu. Dari paparan di atas dapat dibuat grafik minat belajar sebagai

berikut.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Kondisi Awal

NO

MINAT SISWA FREKUENSI

1. Sangat tidak berminat 0

2. Tidak berminat 6

3. Kurang berminat 23

4. Berminat 2

5. Sangat berminat 1

Jumlah siswa 32

Page 89: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa masih

rendah. Minat belajar siswa rendah mempengaruhi hasil belajar memparafrasakan

puisi. Hal tersebut dapat dilihat pada pekerjaan siswa yaitu: siswa yang mendapat

nilai batas KKM 70 hanya empat siswa, atau siswa yang tuntas hanya 12,5%, rerata

nilai 60, nilai tertinggi 72, nilai terendah 45. Jumlah siswa seluruhnya 32. Jumlah

siswa yang tidak tuntas belajar 28 siswa atau 87,5 % siswa tidak tuntas. Hasil

belajar memparafrasakan puisi, dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.

0

5

10

15

20

25Histogram 1. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Kondisi Awal

Page 90: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Kondisi Awal

NO

NILAI ULANGAN

FREKUENSI

1. 40-45 4

2. 46-51 4

3. 52-57 0

4. 58-63 8

5. 64-69 12

6 70-75 4

7. 76-81 0

Jumlah siswa 32

b. Hasil Wawancara

Ada tiga siswa yang diwawancari hubungannya dengan penelitian ini.

Peneliti sengaja mengambil tiga siswa atas dasar tiga kemampuan yang dimiliki

siswa dengan pembelajaran puisi pada KD 13.2. Tiga kemampuan tersebut yaitu:

(1) siswa yang terlihat aktif dalam pembelajaran kondisi awal dan memperoleh

nilai tuntas; (2) siswa yang aktif dalam pembelajaran namun perolehan nilai tidak

0

2

4

6

8

10

12

14

40-45 46-51 52-57 58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93

Histogram 2. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Kondisi Awal

Page 91: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tuntas; (3) siswa yang memperoleh nilai paling rendah dalam proses pembelajaran

dan tergolong siswa yang malas. Ketiga siswa tersebut adalah: (1) FMT; (2) LM;

(3) MS.

Hasil wawancara dengan FMT adalah: anak ini salah satu anak yang

kelihatan malas, karena itu dia mendapat nilai tidak tuntas. Menurutnya dia malas

karena kegiatan belajar kurang menarik, guru banyak bicara terus, sehingga dia

mengantuk. Harapannya adalah guru mengajar dengan menarik, menjelaskan materi

dengan mudah, jangan tergesa-gesa.

Hasil wawancara dengan LM. Dia salah satu siswa yang aktif dan mendapat

nilai hasil belajar tuntas, yaitu 72. Meskipun dia mendapat nilai tuntas namun dia

masih kecewa dengan hasil yang diperolehnya. Baginya pelajarannya susah.

Mengajarnya tidak menarik. Bu Guru mengajarnya kurang jelas. Materi yang

diberikan tidak dijelaskan terlebih dahulu. Ia ingin belajar dengan menyenangkan.

Saran yang disampaikannya adalah Bu Guru disuruh mengajar yang menarik dan

jelas, jangan cepat-cepat

Penilaian terhadap kinerja guru juga dapat lihat dari hasil wawancara

dengan MS. Dia adalah siswa yang memperoleh nilai hasil belajar pada posisi di

tengah-tengah. Siswa yang pada kegiatan pembelajaran kelihatan cukup berminat

tetapi nilainya tidak dapat memenuhi KKM 70. Pertanyaan yang diberikan

kepadanya, dijawab dengan penyataan kecewa karena nilainya tidak bagus. Ia

hanya mendapat nilai 59. Menurutnya pelajaran puisi susah. Hal yang menjadi

hambatannya adalah banyak kata-kata dalam puisi yang tidak diketahuinya.

Page 92: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Baginya puisinya, susah. Guru dalam mengajar menyebabkan dia mengantuk,

sehingga dia tidak mau memperhatikan penjelasan guru dengan baik.

Dari hasil pekerjaan siswa juga dapat disimpulkan bahwa permasalahan

yang dihadapi siswa yang sangat dominan adalah ada pada materi yang

berhubungan dengan majas dan media yang digunakan oleh guru kurang tepat serta

metode yang digunakan guru kurang dapat menarik minat belajar siswa.

Permasalahan tersebut tentunya tidak mungkin dibiarkan saja.

Begitu pula hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa guru juga

mempunyai permasalahan. Permasalahan yang dihadapi guru adalah ketika

melaksanakan pembelajaran dengan materi merefleksi isi puisi yang dibacakan,

guru merasa belum ada hal yang dapat dicapai karena belum ada hasil pembelajaran

yang sesuai dengan keinginannya. Masih banyak siswa bermain-main, tidak mau

terlibat dalam pembelajran, atau dikatakan siswa tidak mempunyai minat belajar.

Masalah lain yang dihadapi guru dalam pembelajaran ini adalah guru

kurang menguasai materi, belum ada media yang mampu membantu pembelajaran.

Siswa kurang bergairah dalam belajar, dan masih banyak lagi permasalahan yang

guru hadapi. Harapan yang guru inginkan adalah adanya bantuan untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapinya itu, bagaimana biar pembelajaran puisi bisa

berhasil sesuai dengan keinginannya. Salah satu dari keinginannya adalah banyak

siswa mencapai KKM70, minimal 50 % dari jumlah siswa dapat tuntas beljar.

Hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa dan guru mengha-dapi

permasalahan dalam pembelajaran yang berhubungan dengan KD 13.2. Oleh

Page 93: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena itu peneliti, guru, dan kolaborator sepakat untuk mengadakan penelitian

tindakan kelas.

Kegiatan selanjutnya setelah diketahuinya kondisi awal adalah menentu-kan

pemecahan permasalahannya. Pemecahan permasalahan desesuaikan dengan

kondisi siswa. Karena siswa banyak yang tidak berminat dalam pembelajaran puisi,

maka peneliti mengajukan solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Peneliti mengajukan pendapat, karena siswa banyak yang tidak berminat belajar

puisi, maka alangkah baiknya bila siswa dalam belajar diajak dengan permainan.

Saat itu peneliti mengajukan teknik pembelajaran yaitu teknik permainan simulasi

dan media kartu lambang majas.

Setelah teknik pembelajaran dijelaskan kepada kolaborator ternyata mereka

dapat menerima teknik yang peneliti ajukan. Bagi mereka teknik ini akan lebih

mudah untuk memahaminya. Berdasar pada diskusi antar peneliti dan kolaborator

maka ditentukanlah pelaksanaan peneltian, yaitu penelitian dilakukan pada hari

Kamis, 11 Oktober 2012, di ruang kelas VII B, pukul 07.00 sampai dengan pukul

08.20 dilanjutkan pukul 08.35 sampai dengan 09.55. Hasil survei, pengamatan

pembelajaran serta hasil wawancara terlampir.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan melalui tiga Siklus. Ketiga

Siklus tersebut dilakukkan dengan daur ulang dan berkelanjutan dari Siklus I,

Siklus II, dan Siklus III. Setiap Siklus terdiri dari empat tahap. Empat tahap

tersebut yaitu: 1. Tahap perencanaan (planning), 2. Tahap implementasi

Page 94: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tindakan (acting), 3. Tahap pengamatan (observing), dan 4. Tahap refleksi

(reflecting).

l. Siklus I

Tindakan Siklus I dilaksanakan berdasar pada hasil survei, pengamatan

pembelajaran, dan wawancara dengan guru kelas. Tindakan setiap Siklus terdiri

dari perencanan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Perencanaan tindakan Siklus I dilakukan pada hari Rabu, 10 Oktober 2012,

di ruang transit guru. Perencanaan dilakukan berdasar pada hasil analisis dan

refleksi pada kondisi awal. Pada tahap ini peneliti dan kolaborator mempersiapkan

perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran pada Siklus I merupakan

perbaikan dari hasil pembahasan pada kondisi awal dan mulai dimasukkannya

teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas. Perangkat pembelajaran

tersebut, yaitu silabus dan RPP.

Pada silabus aspek yang diperbaiki adalah: (1) kegiatan pembelajaran; (2)

indikator; dan (3) Penilaian. Hal yang diperbaiki dalam RPP adalah: (1) perumusan

indikator; (3) metode pembelajaran; (4) langkah-langkah pembelajaran; (5) media

dan sumber belajar; (6) penilaian. Kegiatan lain yang perlu dipersiapkan dalam

penelitian adalah mempersiapkan siswa agar situasi pembelajaran lebih kondusif.

Kegiatan pembelajaran pada silabus disempurnakan dengan menambahkan

rumusan yang disesuaikan dengan kondisi kompetensi dasar, sehingga rumusan

Page 95: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

disempurnakan menjadi: (1) mendengarkan pembacaan puisi; (2) mendiskusikan

gambaran pengindraan, perasaan, dan pendapat dalam puisi; (3) mendiskusikan

nada, suasana, irama dan pilihan kata yang berkaitan dengan isi puisi; (4)

menentukan baris yang mengandung majas; (5) menginterpretasikan baris yang

mengandung majas; (6) memparafrasakan puisi; (7) menyimpulkan pesan-pesan

yang terdapat di dalam puisi; (8) menulis persamaan dan perbedaan kehidupan

pribadi siswa dengan kehidupan dalam puisi.

Indikator pembelajaran pada silabus juga disempurnakan sehingga terdiri dari

indikator: (1) mampu menangkap isi puisi seperti gambaran pengindraan, perasaan,

dan pendapat; (2) mampu menemukan baris puisi yang mengandung majas; (3)

mampu menginterpretasikan baris puisi yang mengandung majas; (4) mampu

memparafrasakan puisi yang telah dibacakan; (5) mampu mengemukakan pesa-

pesan puisi; (6) mampu mengaitkan kehidupan dalam puisi dengan kehidupan nyata

siswa.

Perbaikan RPP dipusatkan pada perumusan indikator. Penyempurnaannya

sebagai berikut. (1) Mampu menangkap isi puisi seperti gambaran pengindraan,

perasaan, dan pendapat; (2) Mampu menemukan majas pada baris-baris puisi; (3)

Mampu menginterpretasikan baris-baris puisi yang mengandung majas; (4)

Mampu memparafrasakan puisi; (5) Mampu mengemukakan pesan-pesan puisi; (6)

Mampu mengaitkan kehidupan dalam puisi dengan kehidupan nyata siswa.

Metode pembelajaran pada RPP juga disempurnakan. Penyempunaan

metode disesuaikan dengan teknik yang dipersiapkan pada penelitian ini. Pemilihan

metode disempurnakan menjadi: ceramah, tanya jawab, pemodelan, permainan

Page 96: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

simulasi. Langkah-langkah pembelajaran tidak luput dari perbaikan. Perbaikan

langkah pembelajaran terdiri atas: (1) kegiatan awal; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan

akhir.

Kegiatan awal pembelajaran diisi dengan tanya jawab tentang puisi.

Kegiatan inti diisi dengan kegiatan: (a) guru menjelaskan tentang majas dengan

metode pemodelan disertai ceramah dan tanya jawab dengan menggunakan media

kartu lambang majas besar (kartu besar); (b) guru membentuk kelompok yang

setiap kelompok berisi 4 orang; (c) peserta didik melakukan permainan simulasi.

(d) guru menjelaskan tentang cara menginterpretasikan puisi; (e) guru menjelaskan

tentang memparafrasakan puisi; (f) guru membagikan lembar kerja; (g) siswa

mengerjakan tugas. Kegiatan akhir diisi dengan kegiatan peserta didik dan guru

mengadakan refleksi.

Media pada pembelajaran awal tidak ada, maka pada pembelajaran Siklus

I, diadakan yaitu dengan menggunakan media kartu lambang majas besar dan kartu

lambang majas kocok. Begitu juga dengan penilaian. Penilaian ditambah terutama

materi soal yang dikerjakan siswa. Soal yang ditambahkan yaitu soal yang

berhubungan dengan majas, interpretasi baris puisi yang bermajas, dan

memparafrasakan puisi.

Dalam kesempatan ini pula peneliti dan kolaborator juga mendiskusikan

tentang persamaan persepsi. Persamaan persepsi yang pertama adalah: penyamaan

pelaksanaan pengamatan tindakan kelas. Bahwa tindakan pada Siklus I, merupakan

perbaikan pada pelaksanaan pembelajaran pratindakan. Kekurangan-kekurangan

yang dilakukan pada kondisi awal tidak boleh diulang kembali. Bahwa pengamatan

Page 97: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dilakukan selama pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan

akhir. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan kolaborator dua. Semua kegiatan

ditulis secara lengkap. Peneliti mengamati kegiatan guru sedangkan kolaborator

kedua mengamati kegiatan siswa.

Persamaan persepsi yang kedua yaitu: langkah-langkah pembelajaran

kompetensi dasar 13.2. dengan menggunakan teknik simulasi dan media kartu

lambang majas, dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dirumuskan. Pemodelan

dilakukan seperti umunya dilakukan. Permainan simulasi dilakukan sesuai dengan

langkah-langkah yang ada pada ringkasan permainan simulasi.Guru agar

memahami dan menguasai betul tentang langkah-langkah permainan simulasi dan

pengertian dari masing-masing lambang majas agar tidak membingungkan.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh kolaborator satu atau guru kelas VII B;

Pembuatan lembar soal dan lembar kerja siswa dibuat oleh kolaborator satu.

Kesepakatan setelah pelaksanaan tindakan kelas Siklus I, peneliti dan kolaborator

berkumpul lagi di ruang transit guru membahas kegiatan refleksi Siklus I. Jadwal

kegiatan tindakan ditetapkan pada hari Kamis, 11 Oktober 2012, tempat tetap di

ruang kelas VII B.

b. Tindakan Siklus I

Tahap tindakan penelitian Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 11

Oktober 2012 di ruang kelas VII B, puku; 07.00 sampai dengan pukul 08.20

dilanjutkan pukul 08.35 sampai dengan 09.55. Pada tahap ini kolaborator pertama

(guru bahasa Indonesia kelas VII B) melaksanakan pembelajaran. Kolaborator dua

Page 98: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan peneliti mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas

atau kolaborator pertama. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan langkah-

langkah yang telah dirumuskan pada RPP Siklus I, yaitu kegiatan awal. Pada

kegiatan ini yang dilakukan guru adalah: (1) mengucapkan salam; (2) mengabsen

kehadiran siswa. (3) tanya jawab tentang puisi dihubungkan sampai pengertian

majas; (4) menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa melalui

beberapa indikator. Menyampaikan KKM yang harus ditempuh.

Ketika kegiatan inti, guru melaksanakan kegiatan: menjelaskan majas

dengan menggunakan kartu lambang majas besar, dengan metode pemodelan,

ceramah, dan tanya jawab. Masing-masing majas dijelaskan secara sekilas.

Kegiatan ini mampu mamancing minat belajar siswa. Sebagian siswa mau

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan guru tentang majas. Namun

begitu, masih ada sekitar tujuh siswa kurang berminat terhadap penjelasan guru.

Perhatian mereka ada pada surat yang sedang dipegang, asyik bermain dasi,

berbicara dengan teman sendiri, dan meletakkan kepala di atas meja.

Kegiatan selanjutnya adalah guru membentuk kelompok. Setiap kelompok

beranggotakan 4 orang. Guru membentuknya dengan cara siswa disuruh

menghitung urutan mulai dari satu sampai delapan. Bagi siswa yang menyebutkan

hitungan yang sama, maka mereka dijadikan satu kelompok. sehingga terbentuklah

delapan kelompok. Jadi setiap kelompok terdiri dari empat siswa. Saat

pembentukan kelompok siswa kelihatan kacau, mereka sebagian besar mencari-cari

teman dan tempat duduk mereka dengan berteriak-teriak. Saat itu guru tidak

Page 99: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memberi peringatan untuk tidak ribut. Ada juga siswa yang dengan ogah-ogahan

mencari tempat duduknya.

Setelah siswa menemukan tempat duduk masing-masing maka kegiatan

selanjutnya adalah guru menyampaikan bahwa mereka akan diajak bermain. Semua

siswa kelihatan senang. Guru pun menjelaskan langkah-langkah permainan

simulasi kartu lambang majas. Guru pun menjelaskan bahwa permainan simulasi

dilakukan tidak bebeda dengan permainan kartu biasa. Guru menanyakan kepada

siswa, tentang permainan remi, malingan, empat satu. Banyak siswa menjawab

“pernah”. Guru pun melanjutkan kegiatannya membagikan satu set kartu kocok

pada setiap satu kelompok. Membimbing siswa melakukan permainan simulasi

kartu lambang majas. Siwa melakukan permainan simulasi kartu lambang majas.

Sekitar 25 menit permainan simulasi kartu lambang majas berlangsung,

guru menghentikan permainan, dilanjutkan dengan menjelaskan tentang

menginterpretasikan puisi dan memparafrasakan puisi. Puisi yang digunakan adalah

“Aku” Dalam menjelaskan cara menginterpretasikan puisi guru menyampaikan

pertanyaan “kalimat mana yang mengandung majas”. Sebagian besar siswa

menjawab dengan benar.

Ada beberapa siswa yang menanyakan arti majas tersebut serta

menanyakan arti keseluruhan kalimat tersebut. Sebagian siswa menjawab

pertanyaan dari temannya tetapi belum ada yang mampu menjawab dengan benar.

Guru mengulangi pertanyaan tentang arti kalimat yang mengandung majas tersebut.

Beberapa siswa menjawab dengan minat tinggi.

Page 100: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Guru menerangkan tentang memparafrasakan puisi. Sebagian besar siswa

menjawab dengan minat yang tinggi, namun banyak juga siswa yang minat

belajarnya sangat rendah, karena dua siswa meletakkan kepala di atas meja, dua

siswa bercakap-cakap dengan temannya. Banyak siswa bertanya tentang

memparafrasakan puisi. Pada saat itu beberapa siswa minat belajarnya rendah. Guru

membiarkan saja siswa yang minat belajarnya rendah. Guru menyuruh beberapa

siswa yang aktif untuk memparafrasakan puisi. Dua siswa mampu

memparafrasakan puisi “Aku” dengan mendekati benar.

Guru menunjuk siswa yang pandai membacakan puisi. Siswa maju

membacakan puisi yang telah dipersiapkan guru. Siswa yang lain mendengarkan

dengan saksama. Semua siswa memyimak dengan penuh perhatian. Tidak ada

siswa yang tidak memperhatikannya. Langkah selanjutnya guru membagikan soal

dan lembar kerja. Kegiatan akhir adalah guru melakukan tefleksi.

c. Pengamatan Siklus I

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan kolaborator kedua,

selama pelaksanaan pembelajaran diperoleh gambaran sebagai berikut.

(1) Pengamatan terhadap Kinerja Guru

Hasil pengamatan terhadap kinerja guru dapat disimpulkan bahwa

kemampuan kinerja guru cukup baik. Hasil skor yang diproleh adalah 60 atau 66%

Page 101: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dari skor maksimal 90, dengan rata-rata skor 3 (cukup baik). Kegiatan tersebut

dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Kegiatan guru dijelasakan mulai dari kegiatan positif sampai kegiatan

negatifnya. Kinerja guru yang positif antara lain: (a) guru telah berusaha

melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah dirumus-

kan pada RPP; (b) semua aturan yang harus dikerjakan oleh siswa telah disam-

paikan; (c) melakukan kegiatan apersepsi dengan sangat baik, dilakukan dengan

tanya jawab tentang puisi dan siswa antusias; (d) menyampaikan kompetensi dasar

dengan sangat baik, yaitu membacakannya dengan sesuai dengan silabus; (e)

penguasaan materi memparafrasakan puisi cukup baik; (f) kemampuan

menyesuaikan materi memparafrasakan puisi dengan materi yang ditetntukan

kurikulum kurang tepat karena tidak mengarah pada isi puisi; dan lain-lain. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

Kinerja guru dengan hasil kurang baik di antaranya adalah: (a) kemampuan

menyesuai materi puisi dengan kompetensi dasar kurang baik karena tidak

mengarah pada pemahaman isi puisi; (b)penguasaan materi pembelajaran puisi

cukup baik kurang mampu menguasai majas; (c) menyampaikan materi puisi

kurang jelas, karena kurang dipahami siswa, sehingga banyak siswa merasa

kesulitan untuk memparafrasakan puisi; Kemampuan menyesuai materi puisi

dengan kompetensi dasar kurang baik karena tidak mengarah pada pemahaman isi;

cukup baik dalam menyampaikan pembeajaran karena cukup sesuai dengan

langkah-langkah mengajar yang tertuang dalam RPP, dan lain-lain. Untuk lebih

jelas dapat dilihat pada lampiran.

Page 102: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa guru dalam

melaksanakan pembelajaran masih mempunyai banyak kelemahan. Kelemahan

yang dimiliki guru tentunya berdampak pada minat belajar siswa dan kemampuan

memparafrasakan puisi. Dampak negatif dari kelemahan guru dapat diketahui dari

hasil pengamatan terhadap kinerja siswa maupun hasil pengamatan terhadap guru.

Hasil pengamatan tersebut dabat dilihat pada penjelasan berikut.

(2) Pengamatan terhadap Kinerja Siswa

Ada dua hasil pengamatan terhadap kinerja siswa, yaitu minat belajar siswa

yang positif dan minat belajar yang negarif. Kedua minat belajar tersebut dijelaskan

berikut.

Pada awal pembelajaran, semua siswa siap mengikuti kegiatan yang

dilakukan guru. Tidak ada siswa yang tampak malas. Ketika guru mengabsen,

hampir seluruh siswa berebut menjawab nama temannya yang tidak hadir saat itu.

Siwa diam saja ketika guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajarai.

Ketika guru menjelaskan majas melalui pemodelan kartu lambang majas

besar, sebagian besar siswa aktif memperhatikan dan aktif menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang disampaikan guru. Tiga siswa tampak berambisi menjawab

pertanyaan-petenyaan guru dan lebih banyak menjawab dengan benar. Sebagian

besar siswa mengikuti pembelajaran dengan semangat tinggi, namun kemampuan

menguasai majas belum begitu tampak. Ada 28 siswa mempunyai kesadaran

memperhatikan penjelasan guru tentang majas. Namun begitu, masih ada empat

siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Mereka ada yang bermain surat,

bermain dasi, meletakkan kepala di atas meja, berbicara sendiri.

Page 103: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Setelah guru membentuk kelompok dan menyuruh siswa untuk

menempatkan diri pada kelompoknya, sebagian besar siswa aktif, berteriak-teriak

memanggil temannya. Ketika siswa melakukan permainan simulasi dan media kartu

lambang majas, semua siswa kelihatan senang sekali. Sebagian besar siswa

berjuang keras mempertahankan jawabannya dan lawan mainnya mempertahankan

kebenaran jawabannya. Dua puluh sembilan siswa semangat menjawab pertanyaan

tentang majas Dalam kegiatan ini siswa betul-betul bejuang untuk memenangkan

permainan. Kegiatan ini sangat memancing siswa berusaha keras menguasai majas

baik bentuk maupun artinya.

Ada tiga puluh siswa memperhatikan guru ketika menjelaskan tentang

menginterpretasikan puisi. Dua siswa mampu memparfrasakan puisi yang

dijelaskan guru. Sebagian besar belum mampu menginterpretasikan puisi dengan

tepat, hanya mendekati betul. Beberapa siswa malas memperhatikan guru saat

menjelaskan memparafrasakan puisi. Mereka meletakkan kepala, dan bermain dasi.

Ketika guru menjelasakan tentang memparafrasakan puisi, sebagian besar

siswa mau memperhatikan penjelasan guru dengan minat yang tinggi. Mereka

menjawab pertanyaan-petanyaan guru dengan antusias. Namun mereka belum

mampu memparafrasakan puisi “Aku” dengan sempurna. Dalam hal ini sebagian

besar siswa belum mampu mengartikan dengan tepat dan kalimat bermajas masih

tampak digunakan dalam mengartikan puisi “Aku”. Namun sudah ada satu siswa

yang mendekati sempurna dalam memparafrasakan puisi “Aku”.

Kegiatan selanjutnya adalah siswa disuruh mendengarkan temannya

membacakan puisi “Surat dari Ibu”. Minat belajar siswa saat itu sangat tinggi

Page 104: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena semua sisiwa (32) menyimak dengan antusias. Mereka semua memberi

tepuk tangan tanpa disuruh oleh guru.

Akhir dari pembelajaran, guru memberi tugas kelompok kepada siswa.

Minat siswa dalam mengerjakan tugas dengan cukup baik. Sebagian besar siswa

mempunyai kemauan agak besar saat mengerjakan tugas dari guru. Satu siswa tidak

mau mengerjakan tugas melainkan berjalan-jalan. Tiga belas siswa berminat

mengerjakan tugas. Tiga belas siswa kurang sadar dalam melaksanakan tugas

karena begitu disuruh mengerjakan tugas ada yang berlari ke tempat temannya, ada

yang tetap malas, bersenda gurau dengan teman. Satu siswa tidak segera

mengerjakan tugas tetapi bermain dasi yang dipakai.

Secara garis besar minat belajar siswa baik, dengan skor 4 (berminat),

dengan rincian sebagai berikut: 4 (12,5 %) siswa sangat berminat; 19 (59 %) siswa

berminat; 8 (25 %) kurang berminat; 1 (3,1 %) siswa tidak berminat; tidak ada

siswa yang sangat tidak berminat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik berikut.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siklus I

NO

MINAT SISWA

FREKUENSI

1. Sangat tidak berminat

0

2. Tidak berminat

1

3. Kurang berminat

4

Page 105: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Berminat

23

5. Sangat berminat

4

Jumlah siswa

32

Dengan minat belajar yang demikian mengakibatkan hasil pembelajaran

kurang menguntungkan. Hasil belajar siswa ditemukan nilai terendah 58, Nilai

tertinggi 82, Rerata Nilai 66,5 Rentang Nilai 24. Juga ditemukan dua puluh empat

siswa belum tuntas mengerjakan soal yang berhubungan dengan kompetensi. Hanya

delapan siswa yang tuntas hasil belajarnya. Perolehan hasil belajar siswa masih

rendah yaitu hanya sembilan siswa yang tuntas, 75 % nilai hasil belajar siswa

dibawah KKM 70. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel hasil belajar di bawah ini

dan kegiatan siswa melalui foto yang terdapat pada lampiran.

0

5

10

15

20

25Histogram 3. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Siklus I

Page 106: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Siklus I

NO NILAI ULANGAN FREKUENSI

1. 58-63 12

2. 64-69 12

3. 70-75 4

4. 76-81 0

5. 82-87 4

6 88-93 0

d. Refleksi Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian pada Siklus I, diketahui bahwa

proses pembelajaran melalui teknik permainan simulasi dan media kartu lambang

majas, minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi sudah terlihat ada

peningkatannya, bila dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada kondisi awal.

Peningkatan tersebut tejadi pada kinerja siswa maupun kinerja guru. Peningkatan

terhadap kinerja siswa terlihat dengan adanya peningkatan minat belajar dan

0

2

4

6

8

10

12

14

58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93

Histogram 4. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Siklus I

Page 107: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kemampuan mamparafrasakan puisi. Peningkatan kinerja guru telihat dari

kegiatannya dalam pelaksanaan pembelajaran.

Minat siswa sudah terlihat adanya perubahan, meskipun peningkatannya

belum terlalu dominan. Siswa senang mengikuti pembelajaran. Hal tersebut tampak

pada ekspresi siswa yang tertawa-tawa, semangat dalam belajar. Hal tersebut

tampak ketika guru menjelaskan majas dengan metide pemodelan, permainan

simulsi.

Kesadaran dalam mengikuti pembelajaran sudah tampak terlihat dari tiga

puluh siswa sadar memperhatikan penjelasan guru tentang majas Sebagian besar

siswa mempunyai kemauan agak besar saat mengerjakan tugas dari guru.

Perhatian siswa dalam pembelajaran cukup tinggi. Mereka mau menjawab

pertanyaan-petanyaan guru dengan antusias. Mereka menyimak penejelasan guru

dengan antusias. Menyimak dengan penuh perhatian ketika dibacakan puisi oleh

temannya. Memberi tepuk tangan tanpa disuruh oleh guru. Tiga puluh siswa

memperhatikan guru ketika menjelaskan tentang menginterpretasikan puisi.

Kemauan dalam belajar meningkat juga. Tiga siswa tampak berambisi

menjawab pertanyaan-petenyaan guru dan banyak menjawab dengan benar.

Sebagian besar siswa mengikuti pembelajaran dengan semangat tinggi. Semangat

menjawab pertanyaan tentang majas. siswa bejuang keras memenangkan

permainan, artinya berjuang keras untuk menjawab pertanyaan berhubungan

dengan majas.

Keterlibatan siswa dalam pemelajaran sebagian besar aktif. Tiga puluh

siswa sadar memperhatikan penjelasan guru tentang majas. Sebagian besar siswa

Page 108: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berjuang keras mempertahankan jawabannya dan lawan mainnya mempertahankan

kebenaran jawabannya Dua siswa mampu memparfrasakan puisi yang dijelaskan

guru. Sebagian besar siswa mempunyai kemauan agak besar saat mengerjakan

tugas dari guru. Sebagian besar siswa terlibat dalam mengerjakan tugas. Sekitar dua

puluh empat siswa sadar dengan tugas yang diberikan karena ketika dia diberi tugas

langsung mengerjakannya.

Hasil belajar siswa pun meningkat. Perolehan hasil belajar, delapan siswa

tuntas. Nilai tertinggi meningkat menjadi 82. Nilai terendah menurun menjadi 58.

Rereata nilai meningkat menjadi 66,5.Sehingga rentang nilai menjadi 24.

Tidak hanya peningkatan yang tampak pada hasil pengamatan ini. Namun

kelemahannya juga dapat dilihat dalam penerapan teknik permainan simulasi dan

media kartu lambang majas. Kelemahan tersebut tampak pada minat maupun hasil

belajar siswa. Kelemahan tersebut sebagai berikut.

Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru karena mereka ada

yang bermain surat, bermain dasi, meletakkan kepala di atas meja, berbicara

sendiri. Kemampuan menguasai majas belum begitu tampak karena banyak siswa

yang masih menjawab peranyaan berhubungan dengan majas belum betul. Kelas

terasa gaduh karena guru tidak memperingatkan siswa. Sebagian besar belum

mampu menginterpretasikan puisi dengan tepat, hanya mendekati betul. Beberapa

siswa malas memperhatikan guru saat menjelaskan memparafrasakan puisi. Mereka

meletakkan kepala, dan bermain dasi.

Kemampuan memparafrakan puisi siswa masih rendah karena masih dua

puluh empat siswa belum dapat memenuhi KKM 70. Ada tiga siswa meletakkan

Page 109: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

badan di meja ketika guru memberi tugas kelompok. Satu siswa tidak mau

mengerjakan tugas melainkan berjalan-jalan. Sekitar delapan siswa kurang sadar

dalam melaksanakan tugas karena begitu disuruh mengerjakan tugas ada yang

berlari ke tempat temannya, ada yang tetap malas, bersenda gurau dengan teman.

Satu siswa tidak segera mengerjakan tugas tetapi bermain dasi yang dipakai, dan

sekitar tiga siswa mengandalkan teman bekerja.

Dari minat belajar yang demikian akhirnya kemampuan memparafrasakan

puisi siswa kurang berhasil. Hal itu terlihat dari dua puluh empat siswa belum

mencapai batas tuntas mengerjakan soal yang berhubungan dengan kompetensi.

Dengan rincian sebagai berikut. 75 % nilai hasil belajar siswa dibawah KKM 70.

Rerata nilai kelas masih rendah, yaitu 66,5. Semua itu artinya hasil pembelajaran

Siklus I belum memnuhi indikator kinerja yang telah ditentukan pada Bab III.

Peningkatan kinerja guru terlihat dari: (1) kemampuan guru membuka

pelajaran dengan cukup baik; (2) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah yang telah dirumuskan pada RPP; (3) mampu menyampaikan

majas dengan media kartu lambang majas agak mudah diterima siswa; (4)

merespon siswa lebih baik; (5) memotivasi siswa lebih baik; (6) menyampaikan

materi cukup baik; (7) penguasaan kelas agak lebih baik.

Dari hasil pengamatan pembelajaran dapat ditemukan kekurangber-

hasilannya pembelajaran, dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran Siklus I

belum berhasil. Faktor ketidakberhasilan dari pembelajaran tersebut dipengaruhi

oleh factor guru maupun faktor siswa. Faktor kelemahan dari guru tersebut

diantaranya adalah: (1) guru belum mampu menguasai majas dengan teknik

Page 110: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

permainan simulasi; (2) guru belum mampu menguasai media kartu lambang

majas; (3) guru kurang menguasai materi hubungannya dengan memparafrasakan

puisi; (4) guru kurang mampu menguasai kelas; (5) guru kurang mampu membagi

waktu; (5) guru dalam melaksanakan pembelajaran masih grogi. Kelemahan yang

terdapat pada siswa adalah: (1) beberapa siswa malas; (2) beberapa siswa berteriak-

teriak senang sehingga menimbulkan keributan yang tinggi; (3) beberapa siswa

lebih suka asik dengan dirinya sendiri.

Berkait erat dengan permasalahan tersebut tentunya pembelajaran pada

Siklus I perlu diperbaiki. Maka dari itu penelitian perlu dilanjutkan lagi, yaitu

penelitian Siklus II. Rencana pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II adalah

sebagai berikut.

(a) Guru mempelajari dan memahami lagi RPP yang telah dibuat bersama peneliti

dan kolaborator dua;

(b) Guru diharap berusaha menguasai kartu lambang majas;

(c) Guru diharapkan berusaha menguasai prosedur pelaksanaan pembelajaran

permainan simulasi melalui media kartu lambang majas;

(d) Guru diharap berusaha menguasai interpretasi dan memparafrasakan puisi;

(e) Masuk kelas 10 menit sebelum pembelajaran dimulai;

(f) Siswa diajak berdoa sebelum pembelajaran dimulai;

(g) Guru berusaha lagi memahami tentang majas sampai menguasai betul;

(h) Pada saat menjelaskan majas melalui media kartu besar, usahakan jangan terlalu

cepat;

Page 111: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(i) Mengadakan perjanjian dengan siswa sebelum melakukan permainan simulasi,

agar siswa tidak melakukan perbuatan yang diluar dugaan guru dan

membahayakan;

(j) Memperhatikan siswa ketika melaksanakan permainan simulasi dengan kartu

kocok;

(k) Pada saat menjelasakan menginterpretasikan puisi jangan terlalu cepat;

(l) Menjelaskan memparafrasakan puisi jangan terlalu cepat;

(m) Guru mengingatkan siswa yang menyimpang dari kegiatan pembelajaran, siswa

yang melakukan penyimpangan sebaiknya diberi pertanyaan;

(n) Jangan membiarkan siswa keluar kelas terlalu lama, kalau perlu ditentukan

waktu saat ke belakang;

(o) Siswa yang kurang konsentrasi dalam pembelajaran, diingatkan misalnya:

memberi petanyaan atau memberi kesempatan untuk tampil membaca puisi di

depan kelas.

2. Siklus II

Tindakan Siklus II dilaksanakan berdasar pada hasil survei, pengamatan

pembelajaran Siklus I, wawancara dengan guru kelas setelah pembelajaran pada

Siklus I. Tindakan Siklus II dilakukan karena pembelajaran pada Siklus I

dinyatakan belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Hasil refleksi

Siklus I menyatakan bahwa pembelajaran belum berhasil. Hal itu dilatar belakangi

oleh kesulitan guru dalam penerapan teknik permaian simulasi dan media kartu.

Kesulitan tersebut dikarenakan guru belum menguasai lambang majas. Melihat

Page 112: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kennyataan tersebut maka penelitian dilanjutkan. Tindakan Siklus II tidak berbeda

dengan tindakan pada siklus sebelumnya, yaitu terdiri dari perencanan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi.

e. Perencanaan Siklus II

Jumat, 2 November 2012 peneliti dan kolaborator mengadakan diskusi

kembali. Kegiatan dilakukan di ruang transit guru. Hasil diskusi menetapkan

kegiatan tindakan Siklus II berdasarkan hasil refleksi, observasi, wawancara, dan

penilaian Siklus I. Oleh karena itu tindakan Siklus II merupakan perbaikan

pembelajaran Siklus I. Pada diskusi ini disepakati untuk mempersiapkan keperluan

dalam pelaksanaan penelitian yaitu: (1) perangkat pembelajaran; (2) pelaksanaan

pembelajaran, meliputi pembukaan, inti, dan penutup; (3) penyamaan persepsi

dalam mengambil keputusan; (4) pembuatan lembar soal dan lembar kerja siswa;

(5) pembuatan instrumen penelitian; (6) penetapan waktu dan tempat pelaksanaan

Siklus II.

Perangkat pembelajaran paling utama dibahas adalah silabus. Silabus untuk

pembelajaran Siklus II disetujui tidak perlu dibuat atau diperbaiki lagi sudah

memenuhi syarat. Begitu juga penuangannya pada RPP dianggap memenuhi syarat.

Namun, untuk rumusan RPP perlu diadakan revisi, terutama pada kegiatan inti.

Pada kegiatan inti sebelum pelaksanaan permainan simulasai, perlu “diadakan

perjanjian sebelum melakukan permainan simulasi”. Catatan itu digunakan agar

sebelum permainan siswa harus mematuhi syarat bermain agar peristiwa ramai

sekali dan kegiatan yang agak membahayakan tidak terjadi. Perjanjian itu adalah:

Page 113: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(1) siswa tidak boleh gaduh; (2) tidak boleh melakukan ancaman terhadap teman

dalam bentuk apapun; (3) tidak boleh curang, kalau jawaban memang benar

katakana benar, kalau jawaban salah katakan salah.

Perangkat pembelajaran lain yang harus disediakan oleh guru kelas adalah

daftar nilai, daftar hadir siswa, lembar soal, lembar kerja siswa, buku pegangan

guru, buku siswa.

Metode pembelajaran masih tetap menggunakan metode pemodelan kartu

lambang majas, karena mampu menarik minat belajar siswa. Guru diharap lebih

menguasai metode ini. Saat menggunakan metode ini diharapkan guru dalam

menyampaikannya diperlambat agar siswa lebih mudah memahaminya. Begitu pula

dengan lambang-lambang majas yang terdapat pada kartu lambang majas besar,

guru diharapkan menguasai lambang-lambang majas yang ada pada kartu lambang

majas, agar dalam menjawab pertanyaan dari siswa, guru tidak grogi dan bisa

menjawab dengan tepat. Dalam menyampaikan majas, agak diperjelas dan merata

terhadap siswa.

Begitu pula dengan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang

majas tetap dipakai, karena teknik dan media ini mampu menarik minat belajar

siswa dan mampu meningkatkan hasil belajar. Namun, sebelum penggunaan teknik

permainan sismulasi dan media kartu lambang majas, harus diadakan perjanjian

dengan siswa terlebih dahulu agar permainan dapat berjalan kondusif. Media

pembelajaran berupa kartu lambang majas juga masih tetap dipakai. Media ini

sangat menarik perhatian siswa dan sangat membantu mengingatkan siswa tentang

majas.

Page 114: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Ditentukan pula bahwa materi masih menggunakan materi puisi "Ibu" karya

Ni Wayan Supartiwi. Judul puisi tersebut dipakai dengan tujuan untuk

menguatkan pemahaman siswa dan penguasaan siswa tentan jalannya memahami

puisi, sampai dengan kemampuan memparafrasakan puisi.

Selain menetapkan perangkat pembelajaran, metode, media, dan waktu

pelaksanaan, tim peneliti juga menyamakan persepsi. Persepsi disamakan terutama

dalam hal pengamatan kinerja guru dan kinerja siswa. Pengamata dilakukan mulai

dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Pengamatan

pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh dua orang yaitu kolaburator dua

melaksanakan pengamatan kenerja siswa sedangkan peneliti mengamati kinerja

guru.

Selanjutnya diskusi menentukan pembuat lebar soal, lembar kerja siswa,

serta instrumen yang harus disediakan Pembuat soal dan lembar kerja siswa

ditentukan adalah guru kelas sedangkan pembuat instrument penelitian adalah

peneliti dan kolaburator kedua.

Waktu pelaksanaan pembelajaran ditentukan Sabtu, 3 November 2012

tempat di kelas VII B, pukul 06.50 WIB. Pelaksanaan dimulai dari kegiatan awal

dilanjutkan dengan kegiatan inti dan diakhiri dengan kegiatan akhir. Pelaksanaan

pembelajaran berdasarkan RPP Siklus II, dilakukan oleh guru kelas VII B.

a. Tindakan Siklus II

Sabtu, 3 November 2012 tempat di kelas VII B tindakan Siklus II

dilaksanakan. Pada tindakan kali ini guru memperbaiki kekurangan-kekurangan

Page 115: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang terjadi pada pembelajaran Siklus I. Guru masuk 15 menit sebelum

pembelajaran dimulai. Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran. Silabus, RPP,

daftar hadir siswa, daftar nilai, media kartu lambang majas, buku pegangan guru,

dan lembar tugas siswa.

Pukul 07.00 guru mulai melaksanakan kegiatan awal. Kegiatan yang

dilakukan adalah memberi salam, mengabsen siswa, menyampaikan kompetensi

dasar yang akan dipelajari hari itu. Guru memohon agar siswa mendukung jalannya

penelitian hari ini, dilanjutkan dengan tanya jawab tentang puisi.

Pada kegiatan inti guru menjelaskan tentang majas dengan metode

pemodelan media kartu lambang majas besar. Dalam kegiatan ini guru

menyampaikannya dengan tidak tergesa-gesa. Guru kelihatan mulai menguasai

materi majas. Tanya jawab juga dilakukan, guru merespon pertanyaan siswa dengan

baik. Banyak siswa yang mengacungkan jari untuk menjawab peranyaan dari guru.

Cukup banyak siswa mampu menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan

majas. Beberapa siswa yang menyampaikan pertanyaan. Guru menjawab

pertanyaan yang diajukan siswa.

Sebagian besar siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru hubung-annya

dengan majas. Setelah guru memandang siswa memahami tentang majas

selanjutnya guru mengajak siswa untuk bermain simulasi kartu lambang majas.

Beberapa siswa terdengar berteriak ”Horeeee, asyiiik”. Melihat keadaan siswa yang

antusias untuk memainkan simulasi kartu majas, maka guru mengadakan perjanjian

tentang pelaksanaan permainan simulasi, baik sebelum bermain. Ketika bermain,

maupun setelah bermain. Siswa menyetujui permainan tersebut.

Page 116: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Langkah selanjutnya guru membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri

dari empat siswa. Dalam kegiatan itu siswa lebih tertib dalam mencari

kelompoknya, tidak berteriak-teriak lagi. Guru menjelaskan kembali langkah-

langkah permainan simulasi. Siswa melakukan permainan simulasi. Semua siswa

bermain dengan riang gembira. Sebagian besar bersemangat memainkan simulasi

tersebut. Sebagian besar siswa berjuang keras menguasai majas beserta contohnya.

Banyak siswa sudah mampu mengumpulkan poin kemenangan, sebagi bukti

kemampuan penguasaan majas. Ada yang mampu menguasai delapan kartu, ada

yang mampu mengumpulkan sebelas kartu.

Ada satu siswa kurang bersemangat, menopang kepalanya seakan tidak

peduli dengan permainan tersebut. Guru mendekati satu siswa yang tidak

bersemangat bermain. Namun setelah guru mendekati, menanyakan, dan memberi

perhatian kepadanya, kelihatan siswa tersebut mau melakukan permainan itu lagi.

Teman lain memberi pengaruh terhadapnya. Pada kegiatan ini guru dekat dengan

siswa, berkeliling memperhatikan siswa bermain sambil memberi pengaruh.

Kegiatan permainan simulasi berjalan tertib. Tanya jawab tentang majas dilakukan

lagi oleh guru. Penguasaan materi majas sebagian besar siswa telah menguasai,

Guru menjelaskan tentang menginterpretasikan puisi sekaligus

memparafrasakannya. Guru melakukan tanya jawab. Sebagian besar siswa aktif

menjawab, sebagian besar siswa sudah mampu menjawab pertanyaan dari guru.

Beberapa siswa mampu menginterpretasikan puisi ”Aku” dengan baik. Dua siswa

mampu memparafrasakan puisi ”Aku” dengan hampir sempurna. Beberapa siswa

Page 117: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masih ada yang meletakkan kepala, oleh guru diberi pertanyaan, selanjutnya dia

aktif kembali.

Kegiatan selanjutnya adalah pembacaan puisi ”Ibu”. Satu siswa yang telah

dipersiapkan sebelumnya maju membacakan puisi. Siswa yang disuruh

membacakan berbeda dengan siswa yang membacakan puisi pada Siklus I, semua

siswa memperhatikan dengan saksama, tidak ada siswa yang meletakkan kepala

atau tidak memperhatikannya. Setelah pembacaan puisi, sebagian siswa bertepuk

tangan.

Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang perasaan siswa setelah

mendengarkan pembacaan puisi. Selanjutnya tanya jawab dilanjutkan dengan

membicarakan puisi dengan menggunakan kata tanya: apa, siapa, kapan,

bagaimana, mengapa. Ternyata sebagian besar siswa belum mampu menjawab

pertanyaan, akhirnya menanyakan tentang majas yang ada dalam puisi tersebut dan

menginterpretasikannya. Guru menanyakan parafrasa dari puisi tersebut, dan

menanyakan tentang isi puisi tersebut. Selanjutnya guru membagikan lembar kerja

pada siswa. Setelah selesai mengerjakan tugas lembar kerja dikumpulkan. Akhirnya

pada kegiatan penutup guru dan siswa mengadakan refleksi.

Semua kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan

akhir sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan. Tindakan penelitian Siklus II ini

dapat diselesaikan guru dengan baik. Ketika bel berbunyi tanda pergantian jam

pelajaran, kegiatan pembelajaran telah diakhiri.

Pada kegiatan ini peneliti dan kolaborator mengamati jalannya pelaksanaan

pembelajara mulai dari awal sampai akhir pembelajaran. Mengisi lembar instrumen

Page 118: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penelitian yang telah disediakan. Selanjutnya peneliti dan kedua kolaborator

mendiskusikan hasil tindakan Siklus II.

b. Pengamatan Siklus II

Kegiatan pengamatan Siklus II dilakukan oleh peneliti dan kolaborator II.

Pengamatan dilakukan saat guru melaksanakan pembelajaran, mulai dari awal

kegiatan sampai guru menutup kegiatan pembelajaran. Semua kegiatan dicatat

dengan runtut.

(1) Hasil Pengamatan terhadap Kinerja Guru

Hasil pengamatan tindakan Siklus II diketahui bahwa guru mampu

melaksanakan pembelajaran dengan baik. Skor keberhasilan mencapai 82% dari

skor maksimal 90, dengan rata-rata 4,1.Untuk lebih jelasnya dapat diikuti paparan

berikut.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dengan hasil sangat baik di

antaranya yaitu: (a) melakukan apersepsi; (b) menyampaikan kompetensi dasar;

melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai dengan langkah-langkah yang

tercantum di dalam RPP.

Kegiatan pembelajaran dengan hasil baik yaitu: melaksanakan pembelajaran

secara runtut sehingga cukup mudah dipahami siswa dan mampu menarik minat

siswa; menyampaikan materi puisi dengan jelas; melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai; melaksanakan pembelajaran dengan teknik

permainan simulasi dan media kartu lambang majas; mampu menguasai kelas,

Page 119: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kelas tidak ramai; sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; menguasaan materi

pembelajaran puisi.

Satu kekurangan guru dalam pembelajaran memparafrasakan puisi adalah

kurang mampu menguasai majas dan media kartu lambang majas. Agar lebih

lengkap pemahaman tentang hasil kinerja guru Siklus II dapat dilihat pada

penjelasan berikut.

Guru menyampaikan majas melalui metode pemodelan dengan media kartu

lambang majas dengan lebih pelan memancing perhatian siswa. Pertanyaan sudah

diberikan secara merata kepada siswa. Guru sangat aktif menanyakan macam-

macam majas dengan bantuan kartu majas besar.

Media kartu lambang majas digunakan dengan sangat menarik perhatian

siswa, memancing siswa mau bertanya dengan semangat. Sebagian besar siswa

dapat menjawab pertanyaan tentang majas. Siswa yang tidak berminat diberi

pertanyaan, sambil didekatinya, sehingga perhatian siswa dapat ditarik kembali.

Guru terlihat sangat menguasai kelas, komunikatif, memberi sanjungan terhadap

kinerja siswa yang berhasil, memberi semangat terhadap kinerja siswa yang kurang

berminat, selalu mencoba menarik perhatian siswa yang kurang perhatian dengan

cara yang halus.

Guru menerapkan teknik permainan simulasi melalui media kartu majas

kocok dengan sangat baik. Guru membimbing siswa bermain simulasi dengan

penuh perhatian. Guru lebih tanggap terhadap situasi-situasi yang memicu terhadap

kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif. Kelompok yang kelihatannya kurang

Page 120: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bersemangat didatangi dan ditanyakan permasalahannya. Semua kegiatan guru ini

menciptakan situasi pembelajaran betul-betul kondusif.

Guru menjelaskan interpretasi dan memparafrasakan puisi dengan pelan

disertai dengan menyampaikan pertanyaan, sehingga menarik perhatian siswa.

Pertanyaan diberikan secara merata kepada seluruh siswa, tidak hanya siswa yang

dianggap mampu oleh guru. Kegiatan akhir diisi dengan pembagian lembar kerja.

Guru dapat menyelesaikan semua kegiatan pembelajaran mulai dari awal

sampai kegiatan akhir kegiatan sesuai alokasi waktu yang ditentukan. Begitu bel

berbunyi tanda pergantian jam pelajaran, pelaksanaan pembelajaran telah diakhiri.

(b) Hasil Pengamatan terhadap Kinerja Siswa

Kinerja siswa pada pembelajaran Siklus II sebagian besar mempunyai minat

yang tinggi. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan hasi pengamatan minat

belajar siswa terhadap pembelajaran memparafrasakan puisi yaitu: terdapat 13 (40,6

%) siswa sangat berminat; 14 (43,75 %) siswa berminat; dua (6,25 %) siswa kurang

berminat; dua (6,25 %) siswa tidak berminat; dan satu (3,125 %) siswa sangat tidak

berminat. Agar lebih mudah memahami pendeskripsian tersebut di atas dapat

dilihat tabel dan grafik berikut.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siklus II

NO

MINAT SISWA

FREKUENSI

1. Sangat tidak berminat 1

2. Tidak berminat 2

Page 121: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Kurang berminat 2

4. Berminat 14

5. Sangat berminat 13

Jumlah siswa 32

Hasil pengamatan minat belajar tersebut di atas dirinci sebagai berikut.

Siswa yang senang mengikuti pembelajaran memparafraskan puisi adalah: 19

siswa sangat berminat, delapan siswa berminat, empat siswa kurang berminat, satu

siswa tidak berminat, dan tidak ada siswa yang sangat tidak berminat.

Siswa yang sadar terhadap pembelajaran memparafrasakan puisi Siklus II

terdiri dari: 13 siswa sangat sadar mengikuti pembelajara; 15 sadar mengikuti

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Histogram 5. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Siklus II

Page 122: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembelajaran siklus II; 2 siswa kurang sadar; 1 siswa tidak sadar; dan 1 siswa

sangat tidak sadar mengikuti pembelajaran.

Perhatian siswa terhadap pembelajaran memparafrasakan puisi diketahui

sebagai berikut. Dua belas siswa sangat perhatian, 16 siswa perhatian, empat siswa

kurang perhatian. Dilihat dari kemauannya diketahui ada delapan siswa mempunyai

kemauan yang sangat tinggi; 20 siswa mempunyai kemauan; dua siswa kurang

kemauan belajarnya; dua siswa kurang mempunyai kemauan. Tujuh belas siswa

sangat terlibat dalam pembelajaran memparafrasakan puisi; sembilan siswa terlibat;

lima siswa kurang terlibat; dan satu siswa tidak mau terlibat.

Pada pembelajara siklus ini kondisi awal pembelajaran, siswa mampu

memperhatikan guru dengan baik. Tidak ada satu pun siswa yang meletakkan

kepala di meja atau berbicara dengan teman. Semua berminat menjawab pertanyaan

yang dibutuhkan guru dengan baik.

Bermodal minat belajar tinggi akhirnya hasil pembelajaran

memparafrasakan puisi Siklus II meningkat bila dibandingkan dengan hasil

pembelajaran Siklus I. Hasil belajar siswa didapati sebagai berikut. Perolehan hasil

belajar siswa meningkat tinggi. Nilai terendah 58, Nilai tertinggi 88, Nilai Rerata

71,125, dan rentang nilai 30. Jumlah siswa tuntas ada 24 siswa atau 75 % siswa

mencapai batas KKM 70, nilai hasil belajar siswa tidak tuntas adalah 25 %. Untuk

lebih jelas hasil belajar siswa dapat dilihat pada distribusi dan grafik di bawah

berikut.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Siklus II

Page 123: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

NO NILAI ULANGAN FREKUENSI

1. 58-63 4

2. 64-69 4

3. 70-75 20

4. 76-81 0

5. 82-87 0

6 88-93 4

Jumlah siswa 32

c. Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian pada Siklus II, dapat disimpulkan

bahwa proses pembelajaran yang merupakan upaya meningkatakan minat belajar

dan kemampuan memparafrasakan puisi sudah terlihat peningkatannya cukup

signifikan. Bila dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada Siklus I hasil

0

5

10

15

20

25

58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93

Histogram 6. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Siklus II

Page 124: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembelajaran Siklus II tampak jelas perbedaannya. Peningkatan tersebut terjadi

pada minar belajar maupun kemampuan memparafrasakan puisi siswa.

Peningkatan minat belajar siswa terlihat pada ekspresi siswa dalam

mengikuti pembelajaran sangat senang, tertawa-tawa,. Hal tersebut tampak ketika

guru menjelaskan majas dengan metide pemodelan, permainan simulsi dan ketika

menjelaskan tentang memparafrasakan puisi “Aku”.

Kesadaran siswa dalam mengikuti pembelajaran memparafraskan puisi

tinggi, telihat dari antusias dalam mengajukan pertanyaan, penyampaian

argumentasi saat mejawab pertanyaan dari teman. Semua siswa mengerjakan tugas

dari guru, tidak ada yang menjagakan teman dalam mengerjakan tugas. Banyak

siswa menjawab pertanyaan-pertnyaan dari guru dengan benar. Banyak siswa

mampu meninterpretasikan puisi “Aku” dengan benar.

Perhatian siswa terhadap pembelajaran sangat tinggi. Hal itu terlihat pada

berkurangnya siswa yang meletakkan kepala maupun bermain sendiri. Menyimak

dengan penuh perhatian ketika dibacakan puisi oleh temannya. Memberi tepuk

tangan tanpa disuruh oleh guru. Semua siswa memperhatikan guru ketika

menjelaskan tentang menginterpretasikan puisi. Mencatat ketika guru menjelaskan

interpretasi puisi dan memparafrasakan puisi “Aku”. Mendengarkan perintah guru

dengan konsentrasi.

Kemauan dalam belajar sangat tinggi, hal tersebut dapat dilihat saat

dilkukannya permainan simulasi dan media kartu lambang majas. Mereka sangat

semangat untuk menjawab pertanyaan-petanyaan tentang majas yang disampaikan

Page 125: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

temannya. Emosi siswa untuk menjawab dengan benar sangat tinggi. Kemauan

yang sangat tinggi untuk memenangkan permainan simulasi.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat tinggi. Tiga puluh siswa

dengan sadar memperhatikan penjelasan guru tentang majas. Sebagian besar siswa

berjuang keras mempertahankan jawabannya tentang majas dalam permainan

simulasi. Siswa sebagai lawan main mempertahankan kebenaran jawabannya. Dua

siswa mampu memparfrasakan puisi yang dijelaskan guru. Sebagian besar siswa

mempunyai kemauan agak besar saat mengerjakan tugas dari guru. Sebagian besar

siswa terlibat dalam mengerjakan tugas. Sebagian besar siswa aktif mengerjakan

tugas yang dibertikan guru. Sekitar dua puluh empat siswa sadar dengan tugas yang

diberikan karena ketika dia diberi tugas langsung mengerjakannya.

Kondisi minat belajar yang tinggi berdampak positif pada hasil belajar

siswa. Dampak positif yang dapat dilihat adalah jumlah siswa yang tuntas belajar

meningkat, dari delapan menjadi dua puluh empat siswa. Nilai tertinggi juga

meningkat, dari nilai tertinggi 82 menjadi 88. Nilai terendah tetap 58. Rerata nilai

meningkat dari 66,5 menjadi 71,125. Sehingga rentang nilai menjadi 30.

Kelemahan masih terlihat dalam penerapan teknik permainan simulasi dan

media kartu lambang majas, meskipun kelemahan tersebut tidak mendominasi

situasi pembelajaran. Kelemahan tersebut tampak pada kemapuan guru dalam

menerapkan teknik tersebut. Guru kurang mampu menahan teriakan siswa dam

permainan simulasi. Sehingga masih ada sedikit kegaduhan dalam pembelajaran.

Kelemahan lainnya sudah tidak ada.

Page 126: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kelemahan pada minat belajar siswa masih tampak kadang-kadang saja.

Kelemahan itu dapat diantisipasi dengan cara guru memberi perhatian dan memberi

pertanyaan-pertanyaan pada siswa. Perhatian tersebut sudah mampu

mengembalikan siswa kepada minat belajar. Kelemahan pada kemampuan

memparafrakan puisi masih tampak. Terlihat dari hasil pembelajaran masih ada

siswa yang belum memenuhi KKM 70, yaitu masih delapan siswa yang belum

memenuhi KKM 70.

Kendala yang dihadapi guru juga masih ada, yaitu masih adanya siswa yang

pembawaannya malas meskipun perhatian sidah dikonsentrasikan padanya, tetap

saja tidak berubah. Pembawaan siswa yang tidak dapat konsentrasi belajar dalam

waktu yang relatif lama. Kondisi siswa yang memang lemah menjadi kendala guru

dalam menuntaskan kemampuan memparafrasakan puisi.

Mengingnat masih ada kendala yang terjadi pada Siklus II maka penelitian

perlu dilanjutkan. Maka penelitian dilanjutkan pada Siklus III. Hal yang perlu

menjadi catatan dan perlu perbaikan dalam pembelajaran Siklus III adalah sebagai

berikut.

(1) Mengulangi pembelajaran, dengan menghilangkan kekuarangan yang ada pada

Siklus II;

(2) Siswa yang kurang konsentrasi dalam pembelajaran, lebih diingatkan misalnya:

memberi petanyaan atau memberi kesempatan tampil membacakan puisi di

depan teman-teman secara berulang-ulang.

(3) Saat menjelaskan majas pertanyaan lebih dikonsentrasikan pada siswa yang

belum tuntas hasil belajarnya;

Page 127: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4) Mendekati dan mengawasi kegiatan siswa yang mempunyai masalah melakukan

permainan simulasi maupun saat mengerjakan tugas;

(5) Saat menjelaskan tentang menginterpretasikan puis pertanyaan lebih dikonsen

pada siswa yang bermasalah;

(6) Saat menjelaskan tentang memparafrasakan puisi, pertanyaan lebih ditujukan

pada siswa yang bermasalah;

(7) Memberi kesempatan membacaka puisi pada siswa yang bermasalah.

3. Siklus III

Tindakan Siklus III merupakan perbaikan dari tindak lanjut Siklus II.

Tindakan Siklus II berdasarkan hasil refleksi dinyatakan masih ada delapan siswa

belum mencapai batas ketuntasan belajar, juga masih ada siswa yang minat belajar

masih rendah. Hasil refleksi, observasi, dan wawancara dengan guru kelas pada

Siklus II menyatakan bahwa perlu adanya perbaikan hasil belajar. Mengingat masih

ada delapan siswa belum tuntas kemampuan memparafrasalan puisi. Berdasar pada

kenyataan tersebut maka peneliti dan kolaborator bersepakat agar penelitian

dilanjutkan pada Siklus III. Oleh karena itu ditetampan Selasa, 7 November 2012

diadakan perencanaan penelitian.

a. Perencanaan Siklus III

Selasa, 7 November 2012 peneliti dan kolaborator berdiskusi lagi

menentukan pelaksanaan tindakan Siklus III. Diskusi tersebut dilakukan untuk

mempersiapkan tentang perangkat pembelajaran meliputi: (1) silabus; (2) RPP; (3)

metode dan media pembelajaran; (4) pelaksanaan pembelajaran: kegiatan awal,

Page 128: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kegiatan inti, dan kegiatan akhir; (5) persamaan persepsi pengamatan kinerja guru

dan kinerja siswa; (6) penetapan pembuatan lebar soal dan lember kerja siswa; (7)

pembuatan insttumen yang harus disediakan; (8) penetapan waktu dan tempat

pelaksanaan Tindakan Siklus III; (9) penetapan kegiatan selanjutnya.

Silabus pembelajaran ditetapkan tidak perlu diadakan perbaikan, tetap

menggunakan silabus yang telah ada, karena dipandang sudah memenuhi syarat

baik terhadap kurikulum, maupun semua aspek yang terdapat dalam silabus.

Ditentukan pula bahwa silabus tetap dibuat meskipun tidak ada revisi. RPP pada

dasarnya tidak perlu diubah. Hanya ada bagian yang perlu diganti, yaitu bagian

yang ada pada instrument evaluasi. Materi puisi yang digunakan sebagai alat

evaluasi memparafrasakan puisi diganti dengan puisi lainnya, agar tidak

membosankan, serta kemampuan siswa dalam memparafrasakan puisi lebih

tampak. Puisi penggantinya adalah “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto

Bachtiar.

Metode yang digunakan juga sama, tidak ada perubahan yaitu: ceramah,

tanya jawab, pemodelan kartu lambang majas, permainan simulasi dan kartu

lambang majas. Media yang dipakai tetap media kartu lambang majas besar dan

kartu kocok. Pelaksanaan pembelajaran tetap dimulai dari kegiatan awal, kegiatab

inti, dan kegiatan akhir, sesuai dengan yang dirumuskan dalam RPP. Persamaan

persepsi jug disamakan, bahwa pengamatan kinerja guru adalah peneliti sedangkan

pengamat kinerja siswa yaitu kolaburator kedua. Pembuat lebar soal dan lember

kerja siswa adalah guru kelas. Pembuat instrumen pengamatan adalah peneliti.

Waktu dan tempat pelaksanaan tindakan Siklus III dilakukan pada Kamis, 8

Page 129: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

November 2012 tempat di kelas VII B. Setelah pengamatan dilanjutkan lagi dengan

diskusi setelah pelaksanaan pembelajaran.

b. Tindakan Siklus III

Kamis, 8 November 2012 tempat di kelas VII B tindakan Siklus III

dilaksanakan. Guru masuk 10 menit sebelum pembelajaran dimulai. Guru

mempersiapkan perangkat pembelajaran. Silabus, RPP, daftar hadir siswa, daftar

nilai, media kartu lambang majas, buku pegangan guru, dan lembar tugas siswa.

Pukul 07.00 guru mulai melaksanakan kegiatan awal. Kegiatan yang dilakukan

adalah memberi salam, berdoa bersama, mengabsen siswa, menyampaikan

kompetensi dasar yang akan dipelajari hari itu. Guru memohon agar siswa

mendukung jalannya penelitian hari ini, dilanjutkan dengan tanya jawab tentang

puisi pertanyaan lebih diutamakan pada siswa yang bermasalah.

Pada kegiatan inti guru menjelaskan tentang majas dengan metode

pemodelan media kartu lambang majas besar. Dalam kegiatan ini guru

menyampaikannya pengertian majas yang ada pada kartu lambang majas besar

dengan agak pelan. Kemampuan menyampaiakan majas saat itu lebih dikuasai

guru. Tanya jawab juga dilakukan, diutaman pertanyaan disampaikan pada siswa

yang bermasalah. Perhatian guru betul-betul merespon pertanyaan siswa yang

bermasalah. Delapan siswa yang bermasalah terlihat ada perubahan. Siswa mau

menjawab pertanyaan dari guru. Dari sebagian petanyaan yang disampaikan guru

dapat terjawab dengan benar. Guru banyak memberi pujian kepada siswa yang

bermasalah tersebut untuk jawaban yang benar. Siswa terlihat tersenyum-senyum.

Page 130: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Setelah guru memandang siswa yang belum tuntas memahami tentang

majas, selanjutnya guru mengajak siswa untuk bermain simulasi dan media kartu

lambang majas. Semua siswa kelihatan senang sekali. Sebelum guru

memperbolehkan permainan simulasi diadakan perjanjian tentang pelaksanaan

permainan simulasi. Bagi siswa yang melanggar maka dikurangi poinnya satu.

Langkah selanjutnya guru membentuk kelompok. Setiap kelompok terdiri

dari empat siswa. Guru menjelaskan kembali langkah-langkah permainan simulasi.

Setelah semua siswa ditanya sudah jelas tentang langkah permainan simulasi dan

media kartu lambang majas, peserta didik diperbolehkan melakukan permainan

simulasi.

Pada saat permainan simulasi dan media kartu lambang majas berlangsung,

semua siswa kelihatan senang sekali. Ambisi untuk memenangkan permainan besar

sekali, sehinggu usaha untuk menguasai majas kelihatan sekali. Banyak siswa

memperoleh poin kartu lambang majas. Guru lebih mendekati kedelapan siswa

yang bermasalah. Perhatian pun ditekankan pada delapan siswa yang bermasalah

tersebut. Kedelapan siswa yang belum tuntas terlihat lebih perhatian pada

permainan. Sebagian besar siswa dari kedelapan siswa bermasalah mampu

mengumpulkan poin kartu lambang majas.

Guru mendekati satu siswa yang tidak bersemangat bermain. Namun setelah

guru mendekati, menanyakan, dan memberi perhatian, siswa kelihatan mau

melakukan permainan itu lagi. Teman lain memberi pengaruh terhadapnya. Pada

kegiatan ini guru berkeliling memperhatikan siswa bermain simulasi sambil

memberi pengaruh. Kegiatan permainan simulasi berjalan tertib. Tanya jawab

Page 131: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tentang majas dilakukan lagi oleh guru. Penguasaan materi majas terlihat lebih

dukuasai siswa.

Setelah 55 menit berlalu, guru menjelaskan tentang menginterpretasikan

puisi sekaligus memparafrasakannya. Guru melakukan tanya jawab. Sebagian besar

siswa aktif menjawab. Siswa yang meletakkan kepala sudah tidak terlihat.

Kegiatan selanjutnya adalah salah satu siswa yang bermasalah disuruh untuk

membacakan puisi. Semua siswa memperhatikan dengan saksama, tidak ada siswa

yang meletakkan kepala atau tidak memperhatikannya.

Guru menyuruh siswa memberikan aplaus terhadap Kinerja Siswa yang

telah membacakan puisi. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang perasaan

setelah mendengarkan pembacaan puisi. Selanjutnya guru membagikan lembar

kerja pada siswa. Setelah selesai mengerjakan tugas lembar kerja dikumpulkan.

Akhirnya pada kegiatan penutup guru dan siswa mengadakan refleksi.

Semua kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan

akhir sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan. Tindakan penelitian Siklus III

dapat diselesaikan guru dengan baik. Ketika bel berbunyi tanda pergantian jam

perajaran lain, kegiatan pembelajaran telah diakhiri.

Pada kegiatan ini peneliti dan kolaborator mengamati jalannya pelaksanaan

pembelajara mulai dari awal sampai akhir pembelajaran. Mengisi lembar instrumen

penelitian yang telah disediakan. Selanjutnya peneliti dan kedua kolaborator

mendiskusikan hasil tindakan Siklus III.

c. Pengamatan Siklus III

Page 132: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kegiatan pengamatan dilakukan saat guru melakukan pembelajaran, mulai

dari awal kegiatan sampai guru menutup kegiatan pembelajaran. Pengamatan

dilakukan oleh peneliti dan kolaborator kedua. Pengamatan dilakukan dengan cara

mengisi instrumen penelitian yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Semua kegiatan

dicatat dengan runtut. Pada pengisian instrumen pekerjaan dibagi. Peneliti

mempunyai bagian mengamati proses pembelajarannya,sedang kolaborator kedua

meneliti guru dalam melaksanakan pembelajaran.

(1) Hasil Pengamatan terhadap Kinerja Guru

Hasil pengamatan tindakan Siklus III diketahui bahwa guru telah mampu

melaksanakan persiapan dengan sangat baik. Pencapaian skor keberhasilan

mencapai 92 % (skor 83) dari nilai maksimal penskoran kinerja guru 90. Rata-rata

penskoran 4,6 (kinerja guru sangat baik).

Kegiatan awal dilaksanakan dengan sangat baik. Guru mengabsen siswa.

Tanya jawab tentang puisi dengan siswa. Kegiatan inti dilakukan dengan sangat

baik. Guru menyampaikan majas melalui metode pemodelan dengan media kartu

lambang majas diselingi tanya jawab dengan siswa yang bermasalah, menarik

perhatian siswa yang beramasalah. Guru lebih menguasai materi tentang majas.

Media kartu lambang majas digunakan dengan sangat menarik, memancing

siswa mau bertanya dengan semangat. Perhatian siswa dapat ditarik. Guru terlihat

sangat menguasai kelas, komunikatif, memberi sanjungan terhadap Kinerja Siswa

yang berhasil, memberi semangat terhadap Kinerja Siswa, selalu mencoba menarik

perhatian siswa yang kurang perhatian dengan cara yang halus.

Page 133: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Guru menggunakan teknik permainan simulasi dan media kartu majas

kocok dengan sangat baik. Guru membimbing siswa yang bermasalah dengan

telaten untuk bermain simulasi. Guru segera mendekati siswa yang mempunyai

gejala akan melakukan penyimpangan. Guru menjelaskan interpretasi dan

memparafrasakan puisi dengan pelan disertai dengan menyampaikan pertanyaan-

pertanyaa, sehingga menarik perhatian siswa. Pertanyaan lebih diutamakan

diberikan pada siswa yang bermasalah. Kegiatan akhir diisi dengan pembagian

lembar kerja dan soal-soal. Guru dalam pembelajaran pada siklus ini terlihat lebih

mudah menarik perhatian siswa dalam kerja kelompok.

(b) Hasil Pengamatan terhadap Kinerja Siswa

Berdasar pemantauan minat belajar dapat diketahui bahwa siswa mampu

mengikuti kegiatan awal sampai akhir pembelajaran dengan minat tinggi. Semua

siswa aktif, menyimak dan menjawab pertanyaan guru. Tidak ada siswa yang

bermain-main maupun mengantuk, atau meletakkan kepala di meja. Ketika guru

menjelaskan majas dengan media kartu lambang majas, siswa yang bermasalah

sangat aktif.

Kesepakatan permainan simulasi disepakati dan dilakukan dengan sangat

baik. Semua siswa terlihat sangat senang saat permainan simulasi dengan kartu

lambang majas kocok. Siswa melakukan permainan simulasi lebih terarah dan

lebih dapat menahan emosinya. Tidak ada siswa yang malas untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan dari teman. Siswa yang bemasalah sudah mau terlibat dalam

kegiatan permainan simulasi kartu lambang majas.

Page 134: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Ketika guru menjelaskan tentang menginterpretasikan dan memparafrasakan

puisi, siswa menjawab pertanyaan-petanyaan dengan baik dan perhatian. Siswa

mendengarkan pembacaan puisi yang disampaikan oleh teman sendiri dengan

antusias. Kerja sama antar teman tinggi. Minat mengerjakan tugas cukup tinggi.

Semua siswa terlibat mengerjakan tugas.

Hasil pengamatan terhadap Kinerja Siswa di atas secara garis besar dapat

disimpulkan bahwa minat belajar siswa pada Siklus III sangat tinggi. Penjekasan

terseut akan lebih mudah ditangkan dengan rincian sebagai berikut. Ada 16 (15 %

dari 32) siswa sangat berminat; 15 (47 %) siswa berminat; dan satu (3,125 %)

kurang berminat.

Lebih rinci lagi hasil pengamatan minat belajar siswa adalah sebagai

berikut. siswa yang sangat senang mengikuti pembelajaran memparafrasakan puisi

ada 22 siswa, siswa yang senang ada tujuh siwa, siswa yang kurang senang tiga

tiga siswa. Siswa yang mempunyai kesadaran terhadap pembelajaran terlihat ada

sembilan siswa sangar sadar, 23 siswa sadar.

Perhatian siswa terhadap pembelajaran tampak pada: 19 siswa sangat perhatian,

sepuluh siswa perhatian, dan tiga siswa kurang perhatian. Kemauan siswa dalam

pemblajaran terlihat dari: 14 siswa mempunyai kemauan yang sangar tinggi, 16

siswa mempunyai kemauan, dan dua siswa mempunyai kemauan cukup.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yaitu: 19 sangat terlibat, 12 terlibat, dan

satu cukup terlibat. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada tebel dan histogram

berikut.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siklus III

Page 135: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

NO MINAT SISWA FREKUENSI

1. Sangat tidak berminat 0

2. Tidak berminat 0

3. Kurang berminat 1

4. Berminat 15

5. Sangat berminat 16

Jumlah siswa 32

Kemampuan memparafrasakan puisi juga tinggi. Hasil belajar siswa

didapati bahwa: (1) perolehan hasil belajar siswa meningkat; (2) nilai terendah

menjadi 60 dari nilai 58; (3) nilai tertinggi meningkat menjadi 90 dari nilai 88; (4)

nilai rerata meningkat menjadi 72,875 dari 71,125.

Prosentase kenaikan hasil belajar siswa pada Siklus III terlihat meningkat.

Peningkatan tersebut dapat dilihat pada rincian sebagai berikut: (1) peningkatan

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Histogram 7. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Siklus III

Page 136: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

nilai rerata adalah 1,75 atau 1,75%. (2) siswa tuntas belajar memparafrasakan puisi

sejumlah 24 siswa atau 75 %. Agar hasil belajar dapat dipahami dengan lebih jelas,

dapat dibaca pada distribusi frekuensi dan grafik hasil belajar siswa berikut.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Siklus III

NO NILAI ULANGAN FREKUENSI

1. 58-63 4

2. 64-69 4

3. 70-75 16

4. 76-81 4

5. 82-87 0

6 88-93 4

Jumlah siswa 32

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93

Histogram 8. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Siklus III

Page 137: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil pembelajaran tersebut didasarkan pada hasil pengamatan peneliti juga

didasarkan pada hasil penilaian minat memparafrasakan puisi melalui angket. Hasil

Angket minat memparafrasakan puisi Siklus III terlampir.

d. Refleksi Siklus III

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penelitian pada Siklus III,

dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatakan minat belajar dan kemampuan

memparafrasakan puisi melalui permainan simulasi dan media kartu lambang majas

menghasilkan pembelajaran yang sangat efektif. Minat belajar maupun kemampuan

memparafrasakan puisi terlihat ada peningkatannya. Peningkatan pembelajaran

puisi dapat dilihat dari minat belajar siswa maupun kemampuan memparafrasakan

puisi.

Dimulai dari awal pembelajaran, minat belajar siswa mulai tampak.

Perhatian siswa terhadap Kinerja Guru meningkat. Tidak ada satu siswa pun yang

meletakkan kepala di meja atau berbicara dengan teman. Semua siswa menjawab

pertanyaan yang disampaikan guru dengan baik.

Ketika guru menjelaskan majas dengan metode pemodelan kartu lambang

majas besar, tiga puluh satu siswa aktif menyimak dan menjawab pertanyaan guru.

Ada sesekali siswa bercanda dengan teman. Namun tidak lama kemudian siswa

memperhatikan guru menjelaskan tentang majas. Hampir semua siswa tidak ada

yang bermain-main maupun mengantuk. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan

dari guru. Banyak siswa mampu menjawab pertanyaan guru dengan betul. Hanya

Page 138: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan cara menunjukkan gambar saja, siswa mampu menjelaskan gambar yang

ditunjukkan guru.

Kesadaran dalam mengikuti pembelajaran sangat kelihatan. Semua siswa

sadar untuk belajar meskipun kadang-kadang guru mengingatkannya dengan cara

memberi pertanyaan kepada siswa yang agak kurang minat belajar. Sebagian besar

siswa mempunyai kesadaran yang tinggi memperhatikan penjelasan guru tentang

majas.

Perhatian siswa dalam pembelajaran cukup tinggi. Mereka menyimak

penjelasan guru dengan antusias. Menyimak dengan penuh perhatian ketika

dibacakan puisi oleh temannya. Semua memperhatikan guru saat menjelaskan

tentang menginterpretasikan puisi. Semua siswa memperhatikan guru saat

menjelaskan memparafrasakan puisi.

Kemauan belajar siswa meningkat. Semua siswa berambisi menjawab

pertanyaan-pertanyaan guru dan jawaban banyak yang benar. Meskipun begitu

masih ada satu siswa yang tampak malas-malasan. Oleh guru segera diingatkan dan

diberi pertanyaan. Akhirnya siswa yang malas kembali konsentrasi belajar.

Sebagian besar siswa mengikuti pembelajaran dengan semangat tinggi. Namun, ada

satu siswa yang meskipun sudah berkali-kali diingatkan dia cenderung untuk

meletakkan kepala di meja.

Semua siswa aktif. Siswa sangat aktif menyimak ketika dijelaskan tentang

majas yang ada pada kartu majas besar. Sebagian besar siswa berusaha

menyampaikan pertanyaan ketika guru menjelaskan interpretasi puisi dan

memparafrasakan puisi. Semua siswa berusaha menjawab dan bertanya. Semua

Page 139: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

siswa berjuang keras mempertahankan jawabannya, sedangkan lawan mainnya

mempertahankan kebenaran jawabannya ketika malaksanakan permainan simulasi.

Sebagian besar siswa mampu menginterpretasaikan baris-baris puisi yang

mengandung majas. Sebagian besar siswa mampu memparafrasakan puisi. Semua

siswa mengerjakan tugas dari guru. Semua siswa terlibat dalam mengerjakan tugas,

tidak ada yang mengandalkan pekerjaan teman.

Hasil belajar siswa meningkat, tampak pada kemampuan menguasai majas,

banyak siswa yang mampu menjawab peranyaan berhubungan dengan majas

dengan betul. Kemampuan memparafrasakan puisi sudah tampak karena banyak

siswa yang mampu memparafrasakan puisi dengan betul. Perolehan hasil belajar

meningkat. Nilai tertinggi meningkat menjadi 90. Nilai terendah menurun menjadi

60. Nilai rerata meningkat menjadi 72,875. Sehingga rentang nilai menjadi 30.

Lebih jelasnya peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada table berikut.

Peningkatan tidak hanya terjadi pada siswa. Guru dalam melaksanakan

pembelajaran juga mampu menciptakan situasi pembelajaran dengan kondusif.

Guru mampu mempersiapkan pembelajaran dengan sangat baik. Semua perangkat

mengajar telah dipersiapkan dengan lengkap dan baik. Melaksanakan apersepsi

dengan tepat. Menguasai kartu lambang majas besar dengan sangat baik serta

mampu menyampaikan majas dengan metode pemodelan media kartu lambang

majas dengan tepat.

Guru juga mampu menciptakan suasana bermain dengan baik, artinya

mampu mengondisikan siswa bermain dengan keadaan siswa senang dan

memenuhi sasaran, yaitu siswa mampu belajar tentang majas dengan

Page 140: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menyenangkan. Langkah-langkah permainan simulasi juga telah dikuasai guru

sehingga kondisi permaian kondusif. Selain itu guru juga mampu menjelaskan

interpretasi puisi dengan lebih pelan sehingga siswa mampu menangkap dengan

lebih baik lagi, dengan bukti siswa lebih banya menjawab pertanyaan dengan benar.

Guru mampu menjelaskan memparafrasakan puisi dengan teknik yang lebih mudah

dipahami siswa, sehingga mendorong siswa untuk bertanya dan memparafrasakan

dengan baik.

Kemampuan lain yang meningkat adalah guru mampu mengadakan evaluasi

dengan situasi yang mendukung kegiatan belajar. Guru juga mampu melaksanakan

refleksi dengan baik sehingga banyak siswa yang tersenyum ketika diingatkan,

begitu juga siswa mampu menyampaikan kritik terhadap Kinerja Guru.

Tidak hanya peningkatan yang tampak pada hasil pengamatan ini. Namun

ada juga kelemahannya, meskipun kelemahan ini relatif tidak mengganggu proses

pembelajaran. Kelemahan pada kegiatan pembelajaran berhubungan dengan minat

maupun hasil belajar siswa, kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.

Masih ada satu siswa tidak mau memperhatikan penjelasan guru, meskipun

sudah ada upaya menarik perhatiannya, dia tetap berakhir dengan meletakkan

kepala di meja. Ketika diberi pertanyaan mau konsentrasi, namun setelah guru

lengah maka keadaannya kembali seperti semula. Dua siswa masih berbicara

sendiri, namun setelah diberi peringatan dan diberi pertanyaan mereka kembali

aktif. Masih ada siswa yang belum mampu menginterpretasikan puisi dengan tepat,

hanya mendekati betul. Masih ada siswa yang belum mampu memparafrasakan

puisi.

Page 141: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil belajar siswa masih perlu diperbaiki, karena masih ada delapan siswa

yang belum tuntas atau belum memenuhi KKM 70. Rentang nilai masih terlalu jauh

yaitu 30,

Bila dilihat dari kekurangberhasinya pembelajaran tersebut dapat diambil

simpulan bahwa pembelajaran Siklus III relative tidak kelemahannya. Dapat

dikatakan bahwa penelitian ini sudah berhasil. Dikatakan berhasil karena sudah

memenuhi ukuran indicator keberhasilan atau peningkatan dari penelitian ini. Ada

dua unsur indicator keberhasilan penelitian ini yaitu: (1) adanya peningkatan minat

belajar siswa dalam hasil pembelajaran ditandai dengan kriteria 75 % dari 32 siswa:

(a) konsentrasi, (b) senang, (c) adanya kesadaran untuk belajar, (d) kemauan dalam

belajar, (e) keterlibatan siswa dalam pembelajaran; (2) adanya peningkatan hasil

belajar berupa peningkatan kemampuan memparafrasakan puisi dengan prosentase

jumlah siwa yang tuntas di atas 50% dari KKM 70. Semua indikator yang telah

dirumuskan pada Bab III, sudah tercapai.

Faktor kelemahan dari pembelajaran tersebut bukan merupakan dampak

dari kelemahan dari guru. Namun, kelemahan itu memang kondisi siswa. Siswa

mempunyai pembawaan suka ngantuk dan malas. Hal tersebut terlihat dari keadaan

siswa sejak dimulainya penelitian pratindakan. Karena itu kelemahan tersebut

dijadikan catatan tersendiri bagi pemakai teknik pembelajaran ini.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Tindakan Pembelaaran telah dilakukan dengan baik dan lancar. Semua

personil penelitian bekerja dengan baik. Kerja sama terjalin antara peneliti dan

Page 142: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kolaborator dengan harmonis. Hasil dari penelitian tindakan kelas dapat tergambar

pada paparan berikut.

1. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi melalui Teknik Permainan

Simulasi dan Media Kartu Lambang Majas

Berdasarkan pada permasalahan yang dirumuskan dalam bagian pendahu-

luan yaitu rendahnya minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi, serta

deskripsi hasil penelitian, berikut ini merupakan rumusan hasil penelitian dalam

upaya meningkatakan minat belajar memparafrasakan puisi melalui teknik

permainan simulasi dan kartu lambang majas bagi siswa kelas VII B SMP Negeri 7

Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012.

Berdasarkan survei, wawancara, serta pengamatan pembelajaran sebelum

diadakannya tindakan, diperoleh gambaran bahwa minat belajar memparafrasakan

puisi siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012 sangat

rendah. Meskipun ada siswa yang memperhatikan penjelasan guru, namun,

kelemahan-kelemahan yang tampak pada pembelajaran cukup menonjol. Ekspresi

datar tergambar pada wajah siswa. Beberapa siswa meletakkan kepala di meja,

bermain-main dasi yang dipakai, berbicara dengan teman, menyandarkan kepala di

pundak teman, dan lainnya.

Siswa kurang sadar terhadap tugasnya sebagai pelajar untuk mengikuti

pembelajaran tentang memparafrasakan puisi. Ketika diberi tugas kesadaran siswa

rendah, banyak tidak peduli dengan tugasnya, dia ogah-ogahan mengeluarkan alat

menulis, maupun buku yang menjadi pegangannya.

Page 143: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran pun rendah. Hal itu terbukti dari

perilakunya yang lebih suka bermain-main dari pada mengikuti pembelajaran.

Tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru, kalau menjawab kata yang

keluar “tidak tahu”. Kemauan dalam belajar pun rendah. Perilaku tersebut tampak

pada tidak mau mengerjakan tugas kelompok. Dia hanya diam mempermainkan

pulpennya.

Keterlibatan siswa dalam belajar pun sebagian besar rendah. Tampak dari

perilakunya yang membiarkan tugas diselesaikan oleh temannya, dia sendiri tidak

mau berperan di dalamnya. Siswa cenderung hanya untuk duduk, diam, dengar,

untuk menerima penjelasan-penjelasan dari guru.

Guru merupakan sentral dalam pembelajaran yang merupakan satu-satu-nya

narasumber dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Guru mendominasi kegiatan

dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan tugas, potensi kerja

sama dan interaksi antar siswa belum dioptimalkan. Kurang memberi kesempatan

siswa. Akibatnya pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang kondusif, minat

belajar siswa tidak tereksploitasi. Kondisi tersebut ternyata membawa dampak yang

negatif terhadap kemampuan memparafrasakan puisi siswa.

Setelah diadakan diskusi antara peneliti, kolaborator satu (guru) dan

kolaborator dua, disepakati untuk diadakan tindakan kelas. Setelah diadakan

tindakan pembelajaran dengan cara guru mengubah metode pembelajaran dari

ceramah dan tugas, diubah dengan teknik permainan simulasi dan media kartu

lambang majas, kondisi pembelajaran tampak sekali perubahannya.

Page 144: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pembelajaran Siklus I sudah tampak sekali perubahan minat belajar

memparafrasakan puisi. Ketika guru menjelaskan majas dengan menggunakan

teknik pemodelan kartu lambang majas, ada beberapa siswa aktif bertanya

menunjukkan tangan. Guru menjawab, hampir semua siswa perhatian dengan

masalah majas.

Ekspresi senang tampak pada wajah-wajah siswa ketika guru menggunakan

teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas. Mereka tertawa ketika

mengetahui temannya menjawab pertanyaan temannya yang berkali-kali melakukan

kesalahan. Atau sebaliknya ketika mereka memberikan pertanyaan salah. Semangat

dalam adu argumentasi dalam menjawab masalah hubungannya dengan majas.

Mereka emosi ketika jawabanya agak betul disalahkan, mereka berebut

memenangka permainan tersebut. Mengerjakan tugas dari guru pun sebagian siswa

tampak lebih bertanggung jawab, mereka lebih banyak mengerjakan tugasnya

secara kelompok.

Pembelajaran Siklus II semakin meningkat minat belajar memparafrasakan

puisi, setelah guru mengkondisikan siwa agar lebih peduli terhadap pembelajaran.

Juga meminta pada siswa untuk membantu pelaksanaan penelitan, sehingga guru

dalam menjelaskan tentang majas dengan teknik pemodelan dengan media kartu

lambang majas siswa lebih perhatian. Ekspresi wajah lebih terlihat menyenangkan,

kemauan belajar tampak lebih giat, keterlibatan siswa terhadap tugas lebih peduli.

Guru lebih peduli lagi pada siswa. Guru sudah tidak mendominasi pembelajaran,

Guru dalam menjelaskan majas lebih pelan dan tenang serta banyak mengajukan

pertanyaan kepada siswa. Hal itu menjadikan minat belajar siswa lebih meningkat.

Page 145: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kondisi seperti ini menguntungkan guru dalam memberi pengaruh terhadap Kinerja

Siswa.

Minat belajar siswa semakin meningkat, ketika siswa belajar dengan

permainan simulasi kartu lambang majas. Kondisi pada saat itu betul-betul

kondusif. Dalam melaksanakan permainan simulasi minat belajar siswa sangat

tinggi. Mereka bersemangat, konsentrasi, senang, serta terkontrol kondisi

bermainnya, tidak ada siswa yang mengancam. Tugas dikerjakan dengan kesadaran

sendiri, penuh tanggung jawab, tidak mengandalkan orang lain. Dengan kondisi

seperti itu terlihat guru lebih santai menghadapi pelaksanaan pembelajaran. Guru

sudah tidak grogi, dengan begitu maka pembelajaran lebih menyenangkan lagi, baik

bagi guru maupun bagi siswa.

Tindakan pada Siklus III juga tampak paling maksimal. Baik minat belajar

siswa maupun kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran secara

keseluruhan. Minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi siswa dalam

keadaan maksimal karena guru lebih memperhatikan siswa, terutama siswa yang

lebih banyak masalah, yaitu siswa yang hasil belajarnya masih di bawah KKM 70.

Ketika guru menjelasakan majas dengan teknik pemodelan kartu lambang majas

besar, guru lebih menujukan pertanyaan pada siswa yang masih bermasalah. Dari

tindakan guru tersebut, tampak minat belajar siswa semakin maksimal. Hal itu

dikarenakan siswa lebih menguasai tentang majas, dampak dari itu semua maka

banyak siswa berebut menjawab pertanyaan guru. Minat belajar siswa sangat

tinggi, bersemangat, konsentrasi, dan senang, serta terkontrol, ketika pembela-jaran

menggunakan teknik permainan simulasi dan kartu lambang majas.

Page 146: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Kemampuan Memparafrasakan Puisi melalui Teknik Permainan Simulasi

dan Media Kartu Lambang Majas

Tindakan penelitian dalam hal kemampuan memparafrasakan puisi melalui

permainan simulasi dan media kartu lambang majas dari tahap pertahap mengalami

peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat diikuti paparan sebagai berikut.

Sebelum melaksanakan tindakan tentunya sudah dilakukan survei,

wawancara, pengamatan, maupun penilaian untuk mengetahui permasalahan yang

berhubungan dengan memparafrasakan puisi. Sebelum melaksanakan tindakan

terlebih dahulu guru mewawancari guru kelas VII B. Dari hasil wawancara

ditemukan bahwa kemampuan memparafrasakan puisi siswa sangat rendah

disebabkan karena dalam rumusan indikator tidak dirumuskan tentang majas dan

memparfrasakan puisi. Dampak dari itu adalah siswa tidak mampu merefleksi isi

puisi yang dibacakan. Dari hasil wawancara tersebut disepakati diadakan tindakan

atau penelitian tindakan kelas.

Sebelum mengadakan tindakan penelitian tiap siklus, terlebih dahulu

diadakan pengamatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas VII B. Hasil

belajar siswa dari pembalajaran pratindakan diketahui bahwa kemampuan

memparafrasakan puisi siswa sangat rendah, yaitu siswa yang memperoleh nilai

sampai batas tuntas KKM 70 hanya empat siswa. (12,5 %). Nilai tertinggi

diperoleh siswa adalah 72, nilai terendah diperoleh siswa 45. Rerata nilai 60.

Melihat kenyataan itu maka diajukan solusi dari permasalahan tersebut yaitu

diajukan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas. Dengan

Page 147: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terbuka guru menerima usul dari penelti, selanjutnya dilakukan tidakan. Hasil setiap

tindakan dijelaskan berikut.

Pelaksanaan tindakan Siklus I, dengan menggunakan teknik pemodelan dan

media kartu lambang majas, siswa dijelaskan tentang majas. Pada kegiatan ini guru

dalam menjelaskan terlalu cepat sehingga siswa kurang memahami materi tentang

majas. Begitu pula dalam menjelaskan menginterpretasikan pusi dan

memparafrasakan puisi guru terlalu tergesa-gesa, sehingga siswa kurang mampu

menangkap penjelasan guru. Permainan simulasi yang dilakukan guru juga belum

optimal karena kurangnya pendekatan guru terhadap Kinerja Siswa. Guru kurang

mempengaruhi siswa sehingga siswa kurang terkontrol dalam permainan tersebut.

Ternyata kelemahan yang dilakukan guru berdampak pada hasil belajar siswa yang

kurang optimal. Meskipun peningkatan tidak dominan namun tampak adanya

perubahan. Nilai dari pekerjaan siswa dapat perubahan. Jumlah siswa yang tuntas

meningkat menjadi delapan siswa (25 %). Nilai tertinggi meningkat dari 72 menjadi

82. Nilai terendah mengurang dari 45 menjadi 58. Rerata nilai juga berubah dari 60

menjadi 66,5.

Mengingat hasil belajar siswa masih belum maksimal maka penelitian

dilanjutkan lagi. Penelitian selanjutnya disebut penelitian Siklus II. Hasil penelitian

Siklus II didasarkan pada kelemahan-kelemahan yang dilakukan pada Siklus I.

Pelaksanaan Siklus II dihasilkan bahwa guru dalam menyampaikan majas dengan

pemodelan media kartu lambang majas besar kecepatannya lebih diperlambat, lebih

memberikan pertanyaan kepada siswa, Begitu pula dalam menyampaikan masalah

interpretasi puisi dan memparafrasakan puisi lebih mengusahakan agar siswa

Page 148: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mudah menangkapnya. Permainan simulasi lebih diarahkan dan lebih memberi

dorongan. Dari perlakuan guru dengan perbaikan penyampaian materi dengan

teknik permaian dan media kartu lambang majas maka hasil dari belajar siswa

mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Siswa yang mencapai hasil belajar

batas tuntas naik dari delapan siswa menjadi 24 siswa (75). Nilai tertinggi dari 82

naik menjadi 88. Nilai terendah tidak berubah tetap 58. Rerata naik cukup

signifikan dari rerata 66,5 menjadi 71,125.

Siklus III juga mengalami peningkatan, meskipun peningkatannya tidak

begitu dominan, karena tidak begitu mempengaruhi posisi hasil belajar siswa. Pada

tindakan Siklus III langkah-langkah mengajar tidak berbeda. Namun, guru lebih

memusatkan perhatian pada siswa yang belum tuntas belajar atau belum mencapai

KKM 70. Baik dari pertanyaan yang diajukan maupun dari perhatiannya. Dari

tindakan itu dapat menghasilkan peningkatan hasil belajar siswa naik. Banyak

siswa menjawab petanyaan-pertanyaan guru, betul. Jumlah siswa yang bertanya

meningkat. Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas (KKM 70) tidak ada

peningkatan bila disbanding dengan Siklus II. Nilai tertinggi mengalami kenaikan

dari 88 menjadi 90. Nilai terendah berkurang dari nilai 68 menjadi 60.

3. Kemampuan Guru dalam Penerapkan Teknik Permainan Simulasi dan

Media Kartu Lambang Majas

Berdasarkan survei, wawancara, pengamatan, dan penilaian awal diperoleh

gambaran bahwa guru masih belum menguasai tentang majas. Guru tidak menyukai

materi tentang materi puisi. Begitu pula dengan merumuskan silabus dan RPP,

Page 149: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

utamanya adalah merumuskan indikator. Indikator yang dirumuskan kurang tepat,

sehingga tidak mampu mengungkapkan kempetensi dasar 13.2. Kemampuan guru

dalam penerapan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas

memang masih sangat rendah, bahkan belum memahami teknik permainan simulasi

dan media kartu lambang majas dengan baik dan lancar. Dalam mengajar guru

masih menggunakan metode yang kurang memancing kemampuan

memparafrasakan puisi. Pemilihan metode pun masih kurang tepat. Metode yang

digunakan yaitu ceramah dan tugas saja. Pemilihan media pembelajaran juga

kurang tepat. Hal tesebut jelas menimbulkan ketidak berhasilan dalam

pembelajaran kompetensi dasar 13.2 Melihat kenyataan ini guru menerima tawaran

untuk mengadakan perbaikan. Perbaikan tersebut dinyatakan dalam tindakan

berupa penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan oleh guru kelas bersama

peneliti dan kolaborator kedua.

Kondisi guru pada penelitian tindakan kelas Siklus I, terlihat masih belum

mampu menguasai teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.

Guru masih gugup dan belum mampu menyampaikan materi majas dengan teknik

pemodelan, sehingga mengakibatkan penguasaan kelas kurang baik. Guru kurang

memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kelihatan juga guru terlalu

mendominasi kesempatan. Dalam menyampaikan interpretasi puisi dan mempara

frasakan puisi juga kurang menguasai. Akibatnya pembelajaran yang berlangsung

menjadi kurang kondusif dan kurang menyenangkan. sehingga hal tersebut

membawa dampak terhadap Kinerja Siswa yaitu minat belajar dan kemampuan

Page 150: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memparafrasakan puisi rendahnya. Hasil tindakan guru yang masih rendah ini

diperbaik pada Siklus II.

Hasil tindakan guru pada Siklus II sudah ada peningkatan. Guru mampu

menggunakan media kartu lambang majas dengan baik. Tentunya karena

peningkatan penguasaan materi majas. Karena itu guru mampu menyampaikan

majas dengan baik. Selain menguasai materi guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya, guru juga menyampaikan pertanyaan pada siswa. Hal ini

menguatkan pemahaman siswa tentang majas.

Penerapan teknik permainan simulasi dan kartu lambang majas guru juga

lebih terampil. Selain memberi penjelasan langkah-langkah melakukan permainan

simulasi, guru juga memberi perhatian penuh terhadap jalannya permainan simulasi

tersebut, sehingga tingkah laku yang melaumpaui batas dapat agak diredam. Guru

juga menerangkan interprets puisi dengan jelas, begitu pula dalam menyampaikan

tentang memparafrasakan puisi lebih mudah dipahami oleh siswa. Tanya jawab

tentang isi puis sekilas juga dibahas sehingga memperkuat pemahaman materi oleh

siswa. Dari penguasaan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas

ternyata berdampak pada peningkatan minat belajar dan kemampuan

memparafrasakan puisi siswa.

Pembelajaran pada Siklus III juga terjadi peningkatan. Guru selain

melakukan hal-hal yang menguntungkan pada Siklus-siklus sebelumnya juga

melakukan perbaikan pada Siklus III. Pada Siklus ini guru lebih menguasai kelas.

Lebih menguasai teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.

Hanya dalam tindakan Siklus ini guru lebih memusatkan perhatian pada siswa yang

Page 151: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masih bermasalah pada hasil belajarnya. Siswa yang hasil belajarnya belum baik

lebih mendapat perhatian. Pertanyaan-pertanyaan dan tugas lebih ditujukan

padanya, sehingga siswa yang kurang minat belajar mampu mengubah tingkah

lakunya, mensejajarkan keadaan sesuai dengan siswa lainnya. Dampaknya adalah

peningkatan kemampuan memparafrasakan puisi.

Dari tindakan-tindakan tersebut akhirnya permasalahan-permasalahan yang

berhubungan dengan rendahnya minat belajar dan kemampuan memparafrasakan

puisi sedikit demi sedikit dapat teratasi dan puncak dari tindakan ini adalah

peningkatan dalam beberapa hal. Yaitu peningkatan minat belajar, peningkatan

kemampuan memparafrasakan puisi siswa, dan peningkatan kemampauan guru

dalam membelajarkan kompetensi dasar 13.2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dalam table dan grafik berikut.

Tabel 11. Rekap Distribusi Frekuensi Minat Belajar

NO MINAT SISWA

FREKUENSI

KONDISI AWAL

SIKLUS

I

SIKLUS

II SIKLUS

III

1. Sangat tidak berminat 0 0 1 0

2. Tidak berminat 1 1 2 0

3. Kurang berminat 4 4 2 1

4. Berminat 23 23 14 15

5. Sangat berminat 4 4 13 16

Jumlah siswa 32 32 32 32

Page 152: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 12. Rekap Nilai Ulangan Kemampuan Memparafrasakan Puisi

NILAI ULANGAN

KONDISI AWAL

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKUS III

40-45 4 0 0 0

46-51 4 0 0 0

52-57 0 0 0 0

58-63 8 12 4 4

64-69 12 12 4 4

70-75 4 4 20 16

76-81 0 0 0 4

0

5

10

15

20

25

Histogram 9. Rekap Minat Belajat Memparafrasakan Puisi

Kondisi Awal Siklus I Siklus II Siklus III

Page 153: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82-87 0 4 0 0

88-93 0 0 4 4

Jumlah Siswa 32 32 32 32

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik permainan simulasi dan

media kartu lambang majas dapat meningkatkan minat belajar dan kemampuan

memparafrasakan puisi. Hasil penelitian membuktikan peningkatan terjadi dari

siklus I sampai dengan siklus III. Keberhasilan ini dapat dipertanggungjawabkan

baik secara teoretis maupun empirik. Dari segi teoritik teknik dan media ini

mengacu pada pendapat-pendapat para ahli. Secara empirik teknik ini menghasilkan

suatu peningkatan pembelajaran puisi.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

40-45 46-51 52-57 58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93

Histogram10. Rekap Kemampuan Memparafrasakan Puisi

Kondisi Awal Siklus I Siklus II Siklus III

Page 154: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

AB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAS

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas dapat

meningkatkan minat belajar memaparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP

Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012. Peningkatan ditunjukkan dengan

peningkatan belajar setiap siklusnya. Perasaan senang terhadap

memparafrasakan puisi meningkat. Kesadaran mengikuti pembelajaran

memparafrasakan puisi meningkat. Perhatian siswa terhadap penjelasan tentang

memparafrasakan puisi meningkat. Kemauan dalam belajar meningkat, dan

keterlibatan melaksanakan tugas dari guru pun meningkat.

2. Penerapan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas dapat

meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP

Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012. Peningkatan pembelajaran

memparafrasakan puisi terlihat pada setiap tindakan, baik pada kondisi awal,

siklu I, siklus II, maupun siklus III. Hal ini ditandai dengan jumlah siswa yang

mencapai nilai batas KKM meningkat dari kondisi awal 4 siswa, (12,5 %),

siklus I menjadi 8 siswa (25%), siklus II menjadi 24 siswa (75 %), dan siklus

III, 24 siswa (75%). Jadi, bila dilihat dari kondisi awal penelitian sampai

134

Page 155: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan siklus terakhir terlihat peningkatan hasil belajar memenuhi batas KKM

sejumlah 20 siswa atau 62,5%

B. Implikasi

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VII B SMP Negeri 7

Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012, dapat berjalan dengan efektif di semua siklus.

Keefektifannya dapat dilihat pada pembelajaran mulai dari awal pelaksanaan

pembelajaran sampai dengan penutup mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat

terlihat jelas pada peningkatan setiap siklusnya baik siklus I, siklus II, maupun

siklus III. Yang paling kelihatan peningkatannya terjadi pada siklus III.

Peningkatan tersebut tidak hanya terjadi pada siswa, baik proses pembelajaran

maupun hasil belajarnya, namun terjadi pula peningkatan pada faktor lainnya,

antara lain: faktor kurikulum termasuk di dalamnya silabus dan RPP; guru, sarana

dan prasarana, media, maupun sumber belajarnya.

Minat belajar siswa terlihat jelas meningkat setelah diadakan pembelajaran

dengan menggunakan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.

Situasi pembelajaran sangat menyenangkan. Ketika guru menggunakan media kartu

besar banyak siswa tunjuk jari untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru.

Sebagian siswa bertanya tentang majas. Ketika siswa melakukan permainan

simulasi, semua siswa senang, sebagian besar siswa sadar akan kebutuhan majas,

perhatian siswa terhadap kegiatan belajar mengajar maksimal, mereka berebut

untuk menjawab pertanyaan dari teman.

Kemauan belajar sangat tinggi, terlihat dari kekecewaan siswa apabila

jawaban pertanyaan tidak terjawab dengan betul, dengan minat tinggi berusaha

Page 156: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menjawab lagi pertanyaan yang diajukan. Keterlibatan siswa sangat tinggi, semua

siswa ingin memberi pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan tepat. Kemauan

bersaing utuk memenangkan jumlah jawaban yang benar sangat tinggi. Keinginan

mengalahkan teman yang lain dalam menjawab pertanyaan berebut. Nyaris tidak

ada siswa yang mengantuk atau malas.

Sebanding dengan peningkatan minat belajar, maka kemampuan

memparafrasakan puisi pun meningkat. Dasar dari permasalahan adalah siswa

kurang mampu menguasai majas. Tingkat penguasaan majas siswa meningkat

berkat teknik ini. Kemampuan menemukan baris bermajas pada puisi meningkat.

Kemampuan menginterpretasikan baris puisi pun meningkat. Sejalan dengan

peningakatan itu semua, maka kemampuan memparafrasakan puisi pun meningkat.

Siswa mampu menjawab soal-soal yang berhubungan dengan puisi yang

dibacakannya. Akhirnya kemampuan Merefleksi isi puisi yang dibacakan

meningkat.

Hasil belajar siswa pun meningkat, pada siklus terakhir, atau siklus III yang

merupakan siklus penentu keberhasilan pembelajaran, terlihat adanya peningkatan

yang cukup dominan, karena 75% dari jumlah siswa mampu mencapai batas KKM.

Demikian pula hubungannya dengan kurikulum. Kurikulum terutama

silabus diadakan revisi. Revisi yang dilakukan adalah perbaikan indikator

pembelajaran. Indikator pembelajaran dirumuskan disesuaikan dengan kompetensi

dasar yang ada. Indikator tersebut adalah: (1) menemukan baris puisi yang

mengandung majas; (2) mampu menginterpretasikan baris-baris puisi yang

mengandung majas; (3) mampu memparfrasakan puisi.

Page 157: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan penambahan indikator pembelajaran tersebut akan memudahkan

siswa mengimplementasikan puisi yang didengarnya. KD tersebut membawa

perubahan dalam langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran. Indikator

tambahan mempunyai peranan dalam kemampuan memparafrasakan puisi. Tanpa

indikatator tersebut siswa mengalami kesulitan untuk mengimplementasikan puisi

yang didengarnya. Perubahan pada silabut tentu saja berdampak pada RPP, karena

itu RPP pun ikut menyesuaikan dengan dasar silabus.

Teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas kegiatan guru

meningkat. Melalui teknik ini guru lebih berperan. Hal itu terlihat pada kegiatan

pemodelan. Dalam kegiatan ini guru harus menyampaikan pengertian majas dan

contohnya dengan menggunakan kartu besar. Tanpa penyampaian ini siswa akan

mengalami kesulitan dalam pelaksanaan permainan simulasi. Selain itu guru juga

harus memperhatika siswa dalam permainan simulasi, mengingat permainan ini

memancing emosi siswa cukup tinggi. Maka guru harus selalu waspada, karena

tanpa disadari kadang siswa marah karena kecewa terhadap temannya, atas

jawaban yang dianggapnya betul tenyata salah.

Dalam kegiatan mengajar guru sudah mengadakan perubahan, tidak lagi

banyak mendominasi keadaan, melainkan lebih banyak memberi kesempatan

kepada siswa untuk bertanya dan menjawab, sehingga siswa kelihatan lebih aktif.

Sarana dan prasarana juga membutuhkan perhatian. Sarana yang diperguanakan

seperti lembar soal, lembar jawaban soal, sudah tersedia. Media yang akan

dipergunakan juga sudah tersedia. Semua persiapan ini mendukung lancarnya

proses pembelajaran.

Page 158: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penerapan teknik permainan

simulasi dan media kartu lambang majas mampu meningkatkan minat belajar dan

kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B, SMP Negeri 7 Kebumen

Tahun Ajaran 2011/2012.

C. Saran

Semua teknik tentunya mempunya banyak keuntungan. Oleh karana itu ada

beberapa saran yang perlu diperhatikan demi perbaikan dan pengembangan

pembelajaran puisi. Saran ini baik bagi sekolah, guru, maupun siswa. Saran yang

dapat diajukan pada bab ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Sekolah

Bagi sekolah teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas

bermanfaat untuk:

a. meningkatkan ketersediaan teknik mengajarkan puisi sehingga perma-

salahan guru yang berhubungan dengan puisi dapat lebih ditekan lagi;

b. menambah jumlah media pembelajaran yang ada di sekolah;

c. memotivasi guru bahasa Indonesia untuk lebih aktif dalam melaksanakan

tugasnya;

d. memotivasi guru agar lebih giat lagi mencari solusi bagi permasalahan yang

dihadapi sesuai dengan tugasnya;

Page 159: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Bagi Guru

Gunakanlah teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.

Karena apabila teknik ini digunakan secara tepat maka bermanfaat untuk:

a. mengurangi permasalahan yang berhubungan dengan teknik mengajarkan

materi yang berhubungan dengan puisi.

b. apabila guru mau mengembangkan teknik pembelajaran ini dengan tepat maka

mempermudah dan meringankan guru mengajar;

c. menyajikan pembelajaran yang menyenangakan siswa, sehingga minat belajar

meningkat;

d. meningkatkan hasil belajar siswa;

e. meningkatkan kemampuan nilai karakter bangsa, karena dengan permaianan

simulasi siswa selalu diingatkan untuk aktif oleh temannya;

f. memberi nilai tambah bagi guru. Karena guru mampu mengajarkan meteri puisi

sesuai dengan keinginan siswa.

g. tidak ada teknik mengajar yang paling tepat, maka teknik ini pun mempunyai

kelemahan yaitu apa bila siswa dibiarkan bermain sendiri, maka akan timbul

keributan, atau peristiwa yang tidak diinginkan. Hal tersebut karena teknik ini

memancing emosi siswa. Karen itu disarankan agar guru dan siswa mengadakan

perjajian dan memantau perjalanan permainan simulasi.

3. Bagi Siswa

Sebaiknya siswa memainkan teknik permainan simulasi dan media kartu

majas secara tepat. Apa bila teknik ini dimainkan dengan tepat maka akan

bermanfaat untuk:

Page 160: digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. memudahkan siswa dalam mempelajari materi yang berhubungan dengan puisi;

b. meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang berhubungan

dengan materi puisi.

c. meningkatkan kerja sama antar siswa, terlihat dalam teknik permainan

simulasinya;

d. meningkatkan persaingan positif dalam memperoleh hasil belajar;