digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id
Transcript of digilib.uns.ac.id/Upaya...digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI
MELALUI TEKNIK PERMAINAN SIMULASI DAN MEDIA KARTU LAMBANG MAJAS
(Penelitian pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persayaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh:
HENDRIYATI TRIKORWATI
S 841108039
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAN KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hendriyati Trikorwati. “UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI MELALUI TEKNIK PERMAINAN SIMULASI DAN MEDIA KARTU LAMBANG MAJAS” (Penelitian pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012). Tesis, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember, 2012.
ABSTRAK
Kemampuan guru mengajarkan materi memparafrasakan puisi rendah. Kemampuan ini berdampak pada proses belajar dan hasil belajar siswa. Melihat situasi demikian guru berupaya melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen melalui teknik permainan simulasi kartu lambang majas; dan (2) untuk meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen melalui teknik permainan simulasi kartu lambang majas. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitiannya siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran2011/2012, yang berjumlah 32 siswa dan guru bahasa Indonesia kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen. Sumber data yang digunakan yaitu: tempat dan peristiwa, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber dengan cara pernberian tugas, observasi, wawancara, analisis dokumen, tes yang berhubungan dengan materi pembelajaran, dan angket. Alat pengumpulan data berupa hasil pekerjaan siswa yaitu: (a) daftar presensi kehadiran siswa; (b) daftar kumpulan nilai test formatif tertulis siswa mulai dari siklus pertama, siklus II, dan siklus III; (c) daftar pengamatan minat belajar siswa setiap siklusnya oleh pengamatan teman sejawat; (d) hasil pengamatan catatan belajar siswa kelas; (e) pengumpulan hasil angket siswa. Penelitian dimulai dari survei kondisi awal, siklus I, siklus II, sampai siklus III.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kualitas proses belajar dan hasil pembelajaran memparafrasakan puisi melalui teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas. Peningkatan proses ditunjukkan dengan peningkatan belajar pada setiap siklusnya. Perasaan senang terhadap memparafrasakan puisi meningkat. Kesadaran mengikuti pembelajaran memparafrasakan puisi meningkat. Perhatian siswa terhadap penjelasan tentang memparafrasakan puisi meningkat. Kemauan dalam belajar meningkat, dan keterlibatan melaksanakan tugas dari guru meningkat. Pening-katan hasil pembelajaran memparafrasakan puisi terlihat pada setiap tindakan, baik pada kondisi awal, tindakan siklus I, tindakan siklus II, maupun tindakan siklus III. Hal ini ditandai dengan jumlah siswa yang mencapai nilai batas KKM meningkat dari kondisi awal 4 siswa, (12,5 %), siklus I meningkat menjadi 8 siswa (25%), siklus II meningkat menjadi 24 siswa (75), dan siklus III, 24 siswa (75%). Jadi bila dilihat dari kondisi awal penelitian sampai dengan siklus terakhir terlihat peningkatan hasil belajar memenuhi batas KKM sejumlah 20 siswa atau 62,5%
Kata kunci: parafrasa puisi, teknik dan media, meningkat Hendriyati Trikorwati. “THE ATTEMPT OF IMPROVING LEARNING INTEREST AND POETRY PARAPHRASING ABILITY THROUGH SIMULATION GAME
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
AND FIGURE OF SPEECH SYMBOL CARD MEDIA TECHNIQUES” (A Research on the VII B Graders of SMP Negeri 7 Kebumen in the School Year of 2011/2012). Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. December, 2012.
ABSTRACT The teacher’s competence to teach the material about paraphrasing a poem was
low. This competence had the impact in learning process and learning result of the students. According to the situation, the teacher made serious efforts to do a Class Action Research. The objectives of research are: (1) to improve the learning interest of the VII B graders of SMP Negeri 7 Kebumen through simulated figure of speech symbol card game technique; (2) to improve the poetry paraphrasing ability of the VII B graders of SMP Negeri 7 Kebumen through simulated figure of speech symbol card game technique; and
This study was a classroom action research. The subject of research was the VII B graders of SMP Negeri 7 Kebumen in the school year of 2011/2012, consisting of 32 students and Indonesian language teacher who teaches VII B graders of SMP Negeri 7 Kebumen. The data sources used were: place and event, informant, and document. Technique of collecting data used source triangulation technique by means of task administration, observation, interview, document analysis, test relating to learning material, and questionnaire. The instruments of collecting data constituting the students’ work included: (a) student presence list; (b) students’ written formative test score list from the first, second, and third cycles; (c) observation list of student learning interest each cycle by the peer-observation; (d) result of student learning note observation in the class; (e) learning source book completeness; (f) student questionnaire result collection. This research started by the survey on prior condition, cycles I, II, and III.
Considering the result of research, it could be concluded that there was an improvement in the learning process quality and poetry paraphrasing learning achievement through simulation game and figure of speech symbol media. The process improvement was indicated by the learning improvement in each cycle, increased enjoyment in paraphrasing poetry, increased awareness of attending paraphrasing learning, increased attention of the students to the explanation about poetry paraphrasing, increased willingness to study, and increased involvement in doing the task the teacher gave. The improvement of poetry paraphrasing learning achievement could be seen from each action in prior condition, cycle I, cycle II, and cycle III. It was indicated by the increased number of students who achieved KKM (minimum passing criteria) score from 4 students (12.5%) in prior condition to 8 (25%) in cycle I, to 24 (75%) in cycle II, and to 24 (75%) in cycle III. So, viewed from the prior condition of research to the final cycle, there were an increase in learning achievement with 20 students or 62.5% who meet the KKM limit. Keywords: poetry paraphrasing, technique and media improved
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur tidak henti-hentinya penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt
yang selalu melimpahkan rahmat, hidayat, serta inayah-Nya kepada penulis,
sehingga sampai saat ini pula penulis dapat membuat laporan Penelitian Tindalan
Kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar dan Kemampuan
Memparafrasakan Puisi Melalui Teknik Permainan Simulasi dan Media Kartu
Lambang Majas” (Penelitian pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen
Tahun Ajaran 2011/-2012). Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir
perkuliahan Pragram Pascasarjana (S2) Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sudah tentu dalam penelitian ini tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak tidak
akan selesai dengan baik. Oleh karena itu, penulis secara pribadi mengucapkan
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.Pd. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian;
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Direktur PPs Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan tesis ini.
3. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. yang telah bersusuah payah, penuh
kesabaran, arif, bijaksana, membimbing terselesaikannya tesis ini;
4. Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum, dosen pembimbing yang telah bersusah
payah, tekun, disiplin, membimbing terselesaikan tesis ini;
5. Semua dosen yang tidak ditulis satu-satu yang dengan ikhlas mengajar;
6. Drs. H. Widodo, mantan Kepala SMP Negeri 7 Kebumen yang memberi izin
mengikuti pendidikan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7. Hj. Wihardiningsih, S.Pd. Kepala SMP Negeri 7 Kebumen yang memberi izin
untuk mengikuti pendidikan;
8. Sri Sudarto, S.Pd. teman guru yang telah membantu terselesaikannya tesis ini;
9. Sulastari, S.Pd. teman kerja yang telah mendukung terselesaikannya tesis ini;
10. Keluarga tercinta yang telah mendukung sepenuhnya dalam menempuh
perkuliahan dari awal sampai akhir.
Tentunya tesis ini masih banyak kekurangan karena itu penulis mohon kritik
yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Apabila dalam penulisan ini ada sesuatu yang kurang berkenan di hati
Saudara, penulis mohon maaf yang setulusnya. Mudah-mudahan laporan ini
bermanfaat.
Surakarta, Desember 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
GANTUNGKAN CITA-CITAMU SETINGGI LANGIT, TAPI RENDAHKAN
HATIMU SEDALAM MUTIARA DI DALAM LAUTAN
BERDOA, USAHA, SERTA KEDISIPLINAN ADALAH KUNCI
KESUKSESAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
JUDUL …………..…………………………………………………… i
PENGESAHAN PEMBIMBING …….…………….……….……….. ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS …….………….……………. iii
PERNYATAAN …….…………….…………….…………….……… iv
ABSTRAK…….…………….….….………………………………..... v
ABSTRACT …….…………….…………….…………….……..…… vi
KATA PENGANTAR …….…………….…………….……………… vii
MOTTO ……………………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. xiii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xiv
DAFTAR GRAFIK ……..…………………………………………....... xv
DAFTAR LAMPIRAN….…………………………………………....... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..…………………………………………... 1
B. Perumusan Masalah ………………………………………. 6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………. 6
D. Manfaat Penelitian ………………………………………… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ……………………………………...……….. 9
1. Kemampuan Memparafrasakan Puisi …................ ….. 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Pengertian Puisi ................................................….. 10
b. Pengertian Majas ..............................................….. 17
c. Hubungan Puisi dan Majas .............................. ….. 19
d. Memparafrasakan Puisi .................................... ….. 20
e. Mengintepretasikan Puisi ................................ ….. 23
2. Hakikat Minat Belajar ………………………………… 28
3. Hakikat Teknik Permainan Simulasi ............................. 34
a. Pengertian Teknik …………………………………. 34
b. Pengertian Permainan Simulasi …………………… 36
c. Langkah-langkah Permainan Simulasi dan Media
Kartu Lambang Majas ........................................... 39
4. Hakikat Media Kartu Lambang Majas ………………. 42
a. Pengertian Lambang Majas ………………………. 44
b. Pengertian Kartu Lambang Majas .……………….. 45
c. Bentuk Kartu Lambang Majas ……………………. 47
B. Temuan Hasil Penelitian Relevan ………………………… 50
C. Kerangka Berpikir ……………………………….………... 52
D. Hipotesis Tindakan ………………………………....…….. 56
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian ……………………………………….... 58
B. Subjek Penelitian ………………………………………… 59
C. Data dan Sumber Data …...............……………………… 60
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data …….………………. 60
E. Validitas Data ……………………………………………. 61
F. Teknik Analisis Data …………………………………….. 61
G. Indikator Kinerja ………………………………………… 63
H. Prosedur Tindakan ………………………………………. 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
A. Hasil Penelitian ............................................................. 66
1. Deskripsi Kondisi Awal …………………………… ... 66
2. Pelaksanaan Tindakan ................................................ 74
3. Siklus I ....................................................................... 75
4. Siklus II ...................................................................... 92
5. Siklus III ..................................................................... 107
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... 121
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................... 134
B. Implikasi ........................................................................ 135
C. Saran .............................................................................. 138
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 140
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………... 144
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lambang Majas Metafora ................................................ 44
Gambar 2. Kerucut Pengalaman ............................................................. 48
Gambar 3. Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian ........................... 56
Gambar 4. Model Analisis Ineraktif ....................................................... 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian …………………………...……. 59
Tabel 2. Indikator Ketercapaian Tujuan ………………………………… 63
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Kondisi Awal ...................... 70
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Kondisi Awal ..................... 71
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siklus I................................. 85
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Siklus I ................................ 86
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siklus II ............................... 101
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Siklus II ............................... 103
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Nilai Minat Belajar Siklus III ..................... 114
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Ulangan Siklus III ............. 116
Tabel 11. Rekap Nilai Minat Belajar Siklus III ..............................……... 131
Tabel 12. Rekap Nilai Ulangan Kemampuan Memparafrasakan Puisi ….. 132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GRAFIK
Histogram 1. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Kondisi Awal …. 70
Histogram 2. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Kondisi Awal …… 71
Histogram 3. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Siklus I ...……… 86
Histogram 4. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Siklus I …………. 87
Histogram 5. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Siklus II ……….. 101
Histogram 6. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Siklus II .………… 103
Histogram 7. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Siklus III ……… 115
Histogram 8. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Siklus III ….…….. 116
Histogram 9. Rekap Nilai Minat Belajar ................................................ 131
Histogram 10. Rekap Kemampuan Memparafrasakan Puisi ………….. 132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Survei dan Penelitian Kondisi Awal :
Lampiran 1.a Peta Kelurahan Bumirejo ................................. 144
Lampiran 1.b Peta Lokasi SMP Negeri 7 Kebumen .............. 145
Lampiran 1.c Media Kartu Lambang Majas .......................... 146
Lampiran 1.d Hasil Wawancara dengan Guru Kelas ……….. 153
Lampiran 1.e Tulisan Singkat tentang Permainan Simulasi
dan Media Kartu Lambang Majas ……………. 158
Lampiran 1.f Silabus Kondisi Awal ……………………….. 166
Lampiran 1.g Lembar Penilaian Perumusan Silabus Kondisi
Awal …………………………………………. 168
Lampiran 1.h RPP Kondisi Awal ……………………………. 169
Lampiran 1.i Lembar Penilaian RPP Kondisi Awal ………… 173
Lampiran 1.k Jurnal Refleksi Guru Kondisi Awal …….…… 174
Lampiran 1.k Jurnal Refleksi Siswa Kondisi Awal …………. 176
Lampiran 1.l Lembar Penilaian Kinerja Guru Kondisi Awal .. 179
Lampiran 1.m Instrumen Minat Memparafrasakan Puisi
Kondisi Awal ……………………………….. 181
Lampiran 1.n Catatan Lapangan Hasil Pengamatan Kondisi
Awal …………………………………………. 183
Lampiran 1.n Foto Pembelajaran Memparafrasakan Puisi
…………………………………………………… 187
Lampiran 1.o Lembar Soal Tes Memparafrasakan Puisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kondisi Awal ………………………………… 188
Lampiran 1.p Lembar Pekerjaan Siswa Kondisi Awal ……… 189
Lampiran 2. Hasil Penelitian Siklus I
Lampiran 2.a Silabus Siklus I ……………………………… 190
Lampiran 2.b Lembar Penilaian Silabus Siklus I ………….. 192
Lampiran 2.c RPP Siklus I ………………………………… 193
Lampiran 2.d Lembar Penilaian RPP Siklus I …………….. 196
Lampiran 2.e Jurnal Refleksi Guru Siklus I ......................... 197
Lampiran 2.f Jurnal Refleksi Siswa Siklus I ……………… 198
Lampiran 2.g Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus I …… 201
Lampiran 2.h Instrumen Minat Memparfrasakan Puisi
Siklus I ……………………………………… 203
Lampiran 2.j Catatan Lapangan Hasil Pengamatan Kondisi
Awal …………………………………………. 205
Lampiran 2.k Foto Pembelajaran Memparafrasakan Puisi
Siklus 209
Lampiran 2.l Lembar Kerja Siswa Siklus I ……………….. 210
Lampiran 2.m Lembar Pekerjaan Siswa Siklus I ………….. 211
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 3 Hasil Penelitian Siklus II
Lampiran 3.a Silabus Siklus II ……………………………. 212
Lampiran 3.b Lembar Penilaian Silabus Siklus II ………. 214
Lampiran 3.c RPP Siklus II ………………………………. 215
Lampiran 3.d Lembar Penilaian RPP Siklus II …………... 219
Lampiran 3.e Jurnal Refleksi Guru Siklus II ...................... 220
Lampiran 3.f Jurnal Refleksi Siswa Siklus II ……………. 221
Lampiran 2.g Lembar Penilaian Kinerja Guru Siklus I…… 222
Lampiran 2.h Instrumen Minat Memparfrasakan Puisi
Siklus II …………………………………… 224
Lampiran 3.g Foto Pembelajaran Memparafrasakan Puisi
Siklus II ……………………………………. 226
Lampiran 3.j Lembar Kerja Siswa Memparafrasakan Puisi
Siklus II ……………………………………. 227
Lampiran 3.k Lembar Pekerjaan Kerja Siswa Siklus II ..… 228
Lampiran 3.l Catatan Lapangan Hasil Pengamatan Siklus II 229
Lampiran 4 Hasil Penelitian Siklus III
Lampiran 4.a Silabus Siklus III …………………………… 235
Lampiran 4.b Lembar Penilaian Silabus Siklus III ……….. 237
Lampiran 4.c RPP Siklus III ……………………………… 238
Lampiran 4.d Lembar Penilaian RPP Siklus III ………….. 242
Lampiran 4.e Jurnal Refleksi Guru Siklus III ……………. 243
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 4.f Jurnal Refleksi Siswa Siklus III ……………. 245
Lampiran 4.g Instrumen Minat Memparafrasakan Puisi
Siklus III .......................................................... 248
Lampiran 4.h Foto Pembelajaran Memparafrasakan Puisi
Siklus III
………………………………………………………………
250
Lampiran 4.i Lembar Kerja Siswa Memparafrasakan Puisi
Siklus III ………………………………………..251
Lampiran 4.j Lembar Pekerjaan Siswa Siklus III …………… 252
Lampiran 4.k Daftar Nilai Siswa .......................................... 253
Lampiran 4.l Daftar Hadir Siswa .......................................... 254
Lampiran 4.M Catatan Lapangan Hasil Siklus III ………… 255
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Standar kompetensi merupakan salah satu acuan guru untuk mengajarkan
mata pelajaran bahasa Indonesia. Isi dari standar kompetensi dituangkan pada
silabus yang memuat kompetensi dasar. Materi kompetensi dasar 13.2 adalah
merefleksi isi puisi yang dibacakan. Indikator dari kompetensi dasar tersebut
adalah: (1) mampu menemukan majas yang terdapat dalam puisi; (2) mampu
memparafrasakan pusi; (3) mampu merefleksi isi puisi, KTSP (2011: 12).
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan
bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batin, Herman J.
Waluyo (1987: 25). Berkaitan dengan itu pula dinyatakan bahwa puisi dan majas
adalah dua sisi yang berhubungan (Herman J. Waluyo, 1991: 83).
Sebagian besar puisi mengandung majas. Elfiati W. (2005: 136)
berpendapat bahwa majas adalah suatu usaha untuk menciptakan maksud dan
suasana seperti yang diharapkannya, agar ceritanya mudah dihayati atau ditangkap
oleh pembaca. Majas tidak tercantum dalam standar kompetensi maupun
kompetensi dasar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Namun, tertuang
dalam indikatornya, terutama aspek kesusastraan bentuk puisi, oleh karena itu
majas perlu dikuasai. Apabila sebagian besar majas dikuasai maka akan
mempermudah siswa untuk memparafrasakan puisi.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Memparafrasakan adalah hasil pengungkapan kembali terhadap konsep
yang disusun orang lain dengan bahasa yang berbeda, tanpa mengubah maksud
semula, walaupun kadang-kadang diberi tekanan yang berbeda. Atau boleh juga
diartikan sebagai suatu perubahan bentuk puisi menjadi bentuk prosa atau
sebaliknya Perpustakaan Nasional Indonesia (2004: 586).
Guru dalam melaksanakan pembelajaran tentulah optimis ingin
mengajarkan puisi dengan hasil yang memuaskan. Hasil yang menjadi harapan
guru adalah siswa mampu mengikuti kegiatan balajar mengajar dengan minat
belajar yang tinggi dan hasil belajar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Mengajar
(KKM) yaitu 70. Namun, harapan guru tidak sesuai dengan kenyataannya. Hal
yang dihadapi bukan keberhasilan melainkan kekecewaan yang didapat.
Sebagian besar siswa tidak mampu menemukan dan mengartikan majas
yang terdapat pada puisi, tidak mampu memparafrasakan puisi, tidak mampu
menjawab pertanyaan yang berhubungan isi puisi. Karena itu jumlah siswa yang
memperoleh nilai batas KKM 70 hanya empat siswa dari rombongan belajar 32
siswa, atau siswa yang tuntas hanya 12,5%, rerata nilai 60, nilai tertinggi 72, nilai
terendah 45. Jumlah siswa seluruhnya 32. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 28
siswa atau 87,5 %. Contoh hasil pekerjaan siswa dapat dilihat pada lampiran.
Hasil pengamatan proses kegiatan belajar siswa diketahui minat belajar
kurang. Dengan rincian 23 tiga siswa (72%) siswa kurang berminat, enam siswa
(18,75%) tidak berminat, dua (6,25 %) siswa berminat, satu siwa (3,125 %) sangat
berminat, sedangkan siswa sangat tidak berminat tidak ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar dan
kemampuan memparafrasakan puisi pada siswa kelas VII B SMP Negeri 7
Kebumen pada kenyataanya rendah.
Pada dasarnya kelemahan tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu: faktor
yang munculnya dari siswa dan factor yang munculnya dari guru. Faktor yang
muncul dari siswa antara lain: lingkungan tempat tinggal siswa, lingkungan belajar
siswa, dan faktor dari dalam diri siswa. Faktor yang muncul dari lingkungan tempat
tinggal siswa yaitu adanya kondisi tempat tinggal siswa yang sebagian besar adalah
siswa berasal dari keluarga yang kondisi ekonominya lemah yaitu 85% orang tua
pekerjaanya: tukang becak, buruh tani, pembantu rumah tangga, kuli bangunan.
Tempat belajar siswa (sekolah) cukup mendukung karena letak SMP Negeri 7
Kebumen dikelilingi oleh situasi yang tidak terlalu mengganggu konsentrasi
belajarnya (senter pendidikan).
Faktor yang muncul dari diri siswa antara lain minat belajar yang ada pada
siswa. Minat belajar terlihat pada: tanggung jawab terhadap keberhasilan diri
sendiri; beberapa sikap siswa yang tidak bertanggung jawab; siswa tidak mau
konsentrasi terhadap permasalahan yang dihadapi; mereka lebih suka bermain,
tidak mau memperhatikan penjelasan guru; berbicara sendiri (Jawa ”nyemlong”);
yang dibicarakan tidak berhubungan dengan materi; nurut saja tidak punyai inisiatif
apapun; kedisiplinan rendah; kerjasama rendah; perilaku siswa yang tidak mau
disuruh temannya pada waktu kerja kelompok, justru melemparkan tugasnya pada
temannya; malas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penyebab lain yang dijadikan latar belakang diadakan penelitian adalah
faktor kognitif atau intelegensi. Hasil Penerimaan Siswa Baru Tahun Ajaran
2011/2012. tercatat rata-rata pemerolehan nilai siswa adalah 6,3 (enam koma tiga).
Permasalahan pembelajaran yang disebabkan oleh guru adalah: (1) faktor
dari pribadi guru; (2) penguasaan materi pembelajaran; (3) penguasaan metode; (4)
pemakaian media; (5) evaluasi; (6) pemilihan bahan ajar; (7) faktor perumusan
RPP.
Hasil angket yang disampaikan pada siswa tentang gurunya siswa
menyatakan bahwa mereka kurang menguasai memparafrasakan puisi dikarenakan
guru dalam menyampaikan materi kurang menarik dan kurang jelas sehingga
kurang mudah dipahami, siswa malas, mengantuk, akhirnya tiduran.
Faktor lain dari guru adalah kebiasaan guru yang masih belum professional,
guru belum mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran tepat waktu. Faktor lain
dari pihak guru adalah guru kurang menguasai materi sastra, tidak begitu
menyenangi sastra, tidak mampu mengapresiasikan sastra. Media pembelajaran
untuk membantu memahami majas belum ada. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi
guru untuk menyampaikan materi.
Perihal tersebut di atas, sesuai dengan hasil wawancara dengan guru bahasa
Indonesia. Dari hasi wawancara ditemukan bahwa guru kurang menyenangi puisi
sehingga utuk menguasai materi tentang memparafrasakan puisi kurang memadai.
Kurang mampu dalam hal memahami puisi. Baginya puisi kelihatannya mudah tapi
sesungguhmya susah. Banyak kata-kata dalam puisi yang kurang dipahami.
Kurang memahami majas, apa lagi antara puisi satu dengan lainnya kadang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggunakan majas atau gaya bahasa yang berbeda. Guru dalam memahami gaya
bahasa mengalami kesulitan. Apa lagi memahami puisi yang kontemporer atau
mbeling.
Buku pelajaran yang digunakan oleh siswa adalah buku yang telah diseleksi
isinya. Sesuai atau tidak, buku yang digunakan untuk mengajarkan pusi dianggap
mampu memenuhi kebutuhan belajar siswa. Evaluasi yang digunakan dalam
pembelajaran tersebut di atas sudah sesuai dengan tujuan dari pembelajaran
tersebut. Faktor perumusan RPP juga menentukan. Faktor yang timbul dari RPP
adalah langkah-langkah pembelajaran yang kurang tepat.
Melihat kenyataan tersebut guru sadar akan kelemahannya. Sebagai guru
yang bertanggung jawab ia akan berbuat. Menurut Herman J. Waluyo (2007: 88)
orang yang bertanggung jawab tidak hanya berani melakukan sesuatu perbuatan
namun, juga berani menanggung akibat dari perbuatan itu termasuk berani
menanggung akibat jika terjadi kesalahan atau kegagalan. Jika terjadi kesalahan
atau kegagalan dari dirinya, ia tidak akan melempar kesalahan atau kegagalan itu
kepada orang lain atau hal lain. Berdasarkan kegagalan ini guru berusaha
menemukan solusinya.
Adanya permasalahan di atas, mewajibkan guru untuk berusaha dan
berkreasi membuat satu media yaitu kartu lambang majas. Kartu lambang majas
digunakan untuk permainan simulasi dengan cara main tebak-tebakan.
Langkah kedua untuk mengatasi permasalahan itu adalah diadakannya
penelitian. Penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian ini berjudul ”Upaya Meningkatkan Kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Memparafrasakan Puisi dan Minat Belajar melalui Teknik Permainan Simulasi dan
Media Kartu Lambang Majas”.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen,
Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan derajat kepercayaan yaitu
triangulasi sumber. Metode pengumpulan data dengan metode data dan sumber
data, sedangkan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, analisis
dokumen, tes yang berhubungan dengan materi pembelajaran, dan angket.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apakah penerapan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas
dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen
Tahun Ajaran 2011/2012?
2. Apakah penerapan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas
dapat meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B
SMP Negeri 7 Kebumen, Tahun Ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. meningkatkan minat belajar siswa SMP Negeri 7 Kebumen melalui teknik
permainan simulasi dan media kartu lambang majas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa SMP Negeri 7
Kebumen melalui teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat secara teoretis dan manfaat praktis. Manfaat
secara teoritisnya adalah: dapat dijadikan bahan masukan untuk memperdalam
pemahaman teori tentang penguasaan memparafrasakan puisi dengan menggunakan
teknik permainan simulasi kartu lambang majas. Dengan kemampuan ini
diharapkan permasalahan dapat teratasi.
Manfaat praktis hasil penelitian ini dapat digunakan oleh siswa, guru,
maupun sekolah. Manfaat bagi siswa adalah:
1. minat belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Pelajaran
2011/2012 meningkat;
2. kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen,
Tahun Ajaran 2011/2012 meningkat.
Manfaat bagi guru adalah:
1. kegunaan permainan simulasi dan media kartu lambang majas akan menambah
teknik meningkatkan minat belajar siswa;
2. kegunaan permainan simulasi dan media kartu lambang majas akan menambah
teknik untuk meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa.
Manfaat penelitian bagi sekolah adalah:
1. prestasi belajar siswa meningkat melalui teknik permainan simulasi dan media
kartu lambang majas;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. kemampuan guru mengajarkan parafrasa puisi meningkat, melalui teknik
permainan simulasi dan media kartu lambang majas;
3. sumbangan teknik mengajar khususnya dalam bidang pengajaran puisi; dan
4. sumbangan media pembelajaran khususnya dalam bidang pengajaran puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Dalam tinjauan pustaka ini akan dipaparkan tentang permasalahan yang
berhubungan dengan judul penelitian, yang terdiri atas empat variabel yaitu
sebagai berikut: (1) kemampuan memparafrasakan puisi, (2) hakikat minat belajar,
(3) teknik permainan simulasi, dan (4) media kartu lambang majas.
1. Kemampuan Memparafrasakan Puisi
Robbins (1992: 85-86) berpendapat bahwa kemampuan itu merupakan
kesanggupan seseorang untuk melakukan sesuatu atau menjalankan tugas
kewajiban secara fisik maupun intelektual. Pada dasarnya manusia ditakdirkan
berbeda baik dalam kemampuan fisik maupun psikisnya.
Kemampuan merupakan kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan kegiatan tertentu. Depdiknas (2003: 5) menyatakan bahwa kemampuan
dirumuskan sebagai kecakapan yang disyaratkan untuk dapat melakukan suatu
pekerjaan (kegiatan) dengan standar tertentu. Berkaitan dengan kemampuan
tersebut Cronbach (1984: 29) mendefinisikan sebagai penampilan maksimum
(maximum performance) yang dilakukan seseorang dalam beberapa pekerjaan.
Apabila penampilan maksimal tersebut diukur, orang tesebut ada kecenderungan
untuk melakukan pekerjaan itu sebaik-baiknya dengan harapan akan mencapai hasil
yang paling besar.
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kemampuan diperoleh dengan melalui belajar. Karena diperoleh dengan
belajar maka aspek kognitif mempunyai peran yang sangat penting. Menurut
Sunarto (2006; 11) Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya kemampuan kognitif
merupakan hasil belajar. Hasil belajar dapat terlihat dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran adalah upaya menciptakan lingkungan yang bernilai positif,
diatur, dan direncanakan untuk mengembangkan faktor dasar yang telah dimiliki
oleh anak. Tingkat kemampuan kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur
dengan tes hasil belajar.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu
kecakapan seseorang untuk memperoleh sesuatu melalui proses belajar atau melalui
aspek kognitif.
Kemampuan kognitif inilah yang pada pada dasarnya merupakan faktor
utama yang perlu ditingkatkan. Kemampuan kognitif yang perlu ditingkatkan dalam
penelitian ini adalah kemampuan memparafrasakan puisi. Oleh karena itu, alasan
utama dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
memparafrasakan puisi.
a. Pengertian Puisi
Berbicara tentang pengertian puisi memang cukup menguras pikiran. Hal
tersebut mengingat banyak para ahli menentukan pengertian puisi tidak secara
mantap. Ada yang tidak tegas mengartikan tentang puisi. Namun di sisi lain juga
banyak para ahli yang mendefinisikan puisi dengan mantap. Perihal tersebut sesuai
dengan pendapat para ahli puisi seperti dinyatakan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rachmat Djoko Pradopo (1997: 5) menyatakan bahwa karena bentuk visual
puisi, sekarang ini, tidak dapat membedakan prosa dan puisi, maka pada waktu
sekarang niat pembacalah yang menjadi ciri sastra yang utama, termasuk dalamnya
puisi, kalau tidak satu-satunya ciri (Teeuw, 1983:6; Culler, 1977: 138); ini
mengingat bahwa pembacalah yang memberi makna.
Burhan Nurgiyantoro (2005: 311) menyatakan bahwa tidak mudah
mendefinisikan puisi karena apapun definisi yang dibuat selalu saja menunjukkan
ketidaklengkapan, atau kurang dapat mencandra secara akurat sifat alamiah yang
dimiliki puisi itu.
Kesulitan juga dirasakan Hodins dan Silverman (dalam Conny R Semiawan,
2005: 311), jika membaca sebuah buku yang membuat seluruh tubuh kedinginan
dan tanpa adanya api yang dapat memanaskan tubuh, kami tahu bahwa itu adalah
puisi. Suharianto (2009: 22) menyatakan berbicara tentang puisi bagi orang awam
merupakan hal cukup menimbulkan pikiran. Hal tersebut karena tidak mudah
untuk memahaminya secara langsung, apalagi berhubungan dengan puisi yang
mbeling, puisi kontemporer, dan puisi lainnya.
Pernyataan-pernyataan di atas digarisbawahi pula oleh Sakdiyah (2001:32)
pembelajaran apresiasi puisi merupakan pembelajaran yang membosankan. Guru
cenderung mengajarkan teori puisi tanpa mengajak siswa menganalisis dan
memaknai puisi itu.
Hal tersebut di atas dimantapkan lagi oleh Muhammad Rohmadi (2008: 27)
menulis sastra adalah suatu kreativitas yang tidak dimiliki oleh setiap orang.
Baginya banyak orang pandai berbicara, berorasi, berdebat dalam berbagai bidang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya, tetapi belum tentu dapat
menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk tulisan, baik fiksi, maupun nonfiksi
dengan mumpuni dan mempesona.
Berbeda dengan pendapat di atas, ternyata dari pencarian literature, dapat
ditemukan pengertian puisi dengan mantap adalah sebagai berikut. Menurut
Altenbernd (dalam Rachmat Djoko Pradopo.1997:5) puisi adalah pendramaan
pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama
(bermetrum)(as the interpretative dramatization of experience in metrical
language).
Sepadan dengan itu pula Richardson (dalam Doris, Leung and Jennifer
Lapum, 2005: 67 ) mengemukakan bahwa puisi adalah emosional terpendek jarak
antara dua titik. Puisi memiliki kemampuan untuk membangkitkan resonansi di
mana pembaca dapat datang dekat dengan citra emosional penyair dari fenomena
tersebut. Puisi memiliki kemampuan untuk membangkitkan resonansi di mana
pembaca dapat datang dekat dengan citra emosional penyair dari fenomena
tersebut, Macbeth (dalam Doris, Leung and Jennifer, 2005: 67). Berkaitan dengan
hal tersebut James Reeves (1978: 26) mengemukakan pendapat bahwa puisi adalah
karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif
karena banyak menggunakan makna kias dan makna lambang (majas).
Puisi sendiri mengandung arti ragam sastra yang pada awal
perkembangannya memperlihatkan ciri khusus, yaitu: bahasa yang dipergunakan
sangat terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunannya yang sangat terikat
pada larik dan bait. Bentuk puisi yang penulisannya mengikuti pola yang demikian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lebih dikenal dengan sebagai puisi klasik Indonesia. Pantun dan syair adalah jenis
yang dapat digolongkan kepada jenis puisi klasik itu. Di dalam perkembangannya
selanjutnya, penulisan puisi Indonesia tidak lagi mengikuti sepenuhnya pola yang
demikian. Perpustakaan Nasional Indonesia (2004: 639). Begitu juga Herman J.
Waluyo bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua
kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Meskipun banyak para ahli mendefinisikan puisi tidak dengan mantap,
namun dari penjelasan para ahli tersebut di atas dapat ditarik simpulan bahwa puisi
merupakan pancaran kehidupan dan gejolak kejiwaan yang ditimbulkan oleh
adanya interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung yang biasa terikat
oleh syarat-syarat tertentu, yaitu adanya: ide, emosi, kepadatan kata-kata, serta gaya
bahasa, ataupun tidak mengikuti syarat-syarat tertentu tergantung kepada
penyairnya.
Dari pengertian puisi di atas, maka terdapat beberapa hal yang penting
dalam puisi, antara lain sebagai berikut. (1) Puisi merupakan ungkapan pemikiran,
gagasan ide, dan ekspresi penyair; (2) Bahasa puisi bersifat konotatif, simbolis, dan
lambang; oleh karena itu puisi penuh dengan imaji, metafora, kias, dengan bahasa
figuratif yang estetis; (3) Susunan larik-larik puisi memanfaatkan pertimbangan
bunyi dan rima yang maksimal; (4) Dalam penulisan puisi terjadi pemadatan kata
dengan berbagai bentuk kekuatan bahasa yang ada; (5) Unsur pembangun puisi
mencakup unsur batin dan lahir, sehingga menjadi padu; (6) Bahasa puisi tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terikat oleh kaidah kebahasaan umumnya, karena itu, ia memiliki kebebasan untuk
menyimpang dari kaidah kebahasaan yang ada, bernama licentia poetica.
(1) Jenis puisi
Untuk meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi tentunya perlu
juga mengetahui tentang jenis puisi. Dalam perkembangannya jenis puisi dijelaskan
oleh ahli satu dan lainnya agak berbeda. Oleh karena itu, dalam kajian teori ini jenis
puisi dirangkum dari beberapa paraahli. Berdasarkan perkembangannya puisi
Indonesia dapat dibagi menjadi empat macam yaitu sebagai berikut.
(a) Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang diciptakan pada zaman Balai Pustaka. Puisi
lama mencerminkan tradisi seni sastra masyarakat lama, dengan ciri-ciri: (1)
merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya; (2) disampaikan
lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan; (3) sangat terikat oleh aturan-
aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata, maupun rima; (4) bentuk-
bentuknya adalah: mantra, pantun dan syair, sesuai dengan penjelasan Herman J.
Waluyo (2010: 8-17).
(b) Puisi baru
Puisi baru sering juga disebut sebagai sajak. Puisi baru lebih menekankan
pada isi yang terkandung di dalamnya. Puisi baru merupakan pancaran masyarakat
baru dan banyak dihasilkan oleh para sastrawan angkatan Balai Pustaka dan
Pujangga Baru, sesuai dengan penjelasan Herman J. Waluyo (2010: 8-19).
Distikhon (sajak dua seuntai), yaitu tiap bait terdiri atas dua baris,
(c) Puisi modern
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Puisi modern mencerminkan tradisi seni sastra masyarakat modern. Puisi
moderen ini muncul, sejak kehadiran Jepang di Indonesia. Walaupun kehadiran
Jepang di Indonesia memberikan kesengsaraan bagi masyarakat namun, bagi
penyair memberikan kandungan keuntungan yang sangat besar, yaitu adanya
kebebasan menggunakan bahasa Indonesia Djaali (1990: 27).
(d) Puisi kontemporer
Kehadiran puisi kontemporer merupakan perkembangan puisi Indonesia.
Tahapan dari karya puisi kontemporer tidak hanya mementingkan diri si penyair,
tetapi tuntutan keharusan, kemestian, dan kebenaran menjadi tahap yang utama
dalam menciptakan sebuah puisi. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Herman J.
Waluyo (2010: 21-25).
Siswa SMP adalah anak yang secara psikologinya masih dalam keadaan
belum mantap atau masih labil, belum stabil. Karena anak usia SMP secara
psikologi dalam keadaan transisi. Ia bukan anak, juga bukan orang dewasa.
Menurut Conny R. Semiawan (2008:130) Perkembangan manusia memiliki masa
kritis, yaitu pada umur 3-5 tahun, antara lain ditandai oleh masa keras kepala; dan
masa remaja 14-15 tahun, di mana terjadi gejolak kehidupan emosonal dan
konfrontasi dan keinginan untuk mandiri pada satu pihak, dan ketidak mampuan
mandiri dalam arti ekonomis pada pihak lain. Gejala tersebut ibarat badai dan topan
yang mencakup berbagai dorongan dalam dirinya.
Syafei (2006: 123) menyatakan bahwa masa remaja dianggap sebagai
proses sosialisasi dalam mencari identitas diri; (1) Tidaklah mudah bagi remaja
untuk melawan orang tua/guru jika mereka dimengerti bukan ditekan; (2) di mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
orang tua/guru, remaja memperlihatkan sikap dan tingkah laku yang dapat merusak
seperti melawan kekuasaan orang tua, kurang bertanggung jawab mengenai
penggunaan waktu, pemakaian alat-alat ramah tangga, pemakaian kendaraan, radio,
VCD, handphone, dan sebagainya. Masa krisis ketiga adalah bila seseorang merasa
menjadi tua, tetapi tidak ingin menjadi tua.
Berdasar pada pengertian puisi dan kondisi siswa tersebut di atas, maka
puisi yang disajikan bagi siswa SMP bukanlah puisi yang terlalu mudah seperti
puisi anak, ataupun puisi yang sulit ditangkap maknanya seperti puisi mbeling.
Namun, puisi yang cocok untuk siswa SMP yaitu puisi yang isinya mengarahkan
pada kondisi anak remaja pada umumnya. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pendapat Supriyadi (1999: 55) pemilihan substansi materi puisi hendaknya sesuai
dengan tingkat perkembangan anak. Lebih lanjut lagi, Parto (1997: 37)
mengusulkan agar materi puisi dipilih sesuai dengan usia anak. Menurut Ormrod
(2008: 408) siswa harus diberi kebebasan dan rasa aman yang dibutuhkan untuk
mengambil resiko pada saat menggali kreativitas. Rasa aman dan bebas sangat
dipentingkan dalam menyampaikan ide.
b. Pengertian Majas
Dalam pembelajaran aspek kesusastraan bentuk puisi, majas merupakan
unsur pembangunnya. Elfiati W. (2005: 136) menyatakan bahwa bahasa dalam
puisi banyak menggunakan majas, kata-kata unik, simbol-simbol, ungkapan-
ungkapan khusus, serta kiasan yang terkadang maknanya hanya dapat dimengerti
oleh penulisnya sendiri. Majas adalah suatu usaha untuk menciptakan maksud dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
suasana seperti yang diharapkannya agar ceritanya mudah dihayati atau ditangkap
oleh pembaca.
Menurut Herman J. Waluyo (2010: 96) disebut sebagai bahasa figuratife
(majas). Departemen Pendidikan Nasional. (2002: 250) menyatakan majas adalah
cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain;
kiasan. Suharianto majas adalah suatu usaha untuk menciptakan maksud dan
suasana seperti yang diharapkannya agar ceritanya mudah dihayati atau ditangkap
oleh pembaca. Majas biasa disebut dengan gaya bahasa.
Kosasih (2006:15) berpendapat bahwa majas adalah bahasa kiasan atau
bahasa yang indah ditujukan untuk meningkatkan efek tertentu. Majas sering pula
disebut gaya bahasa. Majas dalam istilah Inggris adalah figure of speech adalah
peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau
menyimpang dari arti harafiahnya (arti). Majas yang baik menyarankan dan
menimbulkan citraan tertentu di dalam pikiran pembaca atau pendengarnya
Perpustakaan Nasional RI (2004: 479).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa majas merupa-kan
bahasa kiasan. Bahasa kiasan adalah bahasa dalam arti tidak sebenarnya, atau
bahasa konotatif yang artinya disesuaikan dengan kalimatnya. Oleh karena itu
untuk memahaminya tidak dapat dengan mudah, apalagi dengan jumlah majas yang
cukup banyak. Berkaitan dengan itu maka majas menjadi pembahasan utama dalam
upaya meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi pada penelitian ini.
(1) Macam-macam Majas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berhubungan dengan pengertian majas tentunya ada macamnya. Macam
majas. Menurut Herman J. Waluyo (2010: 96) macam-macam majas yaitu: (a)
majas metafora, (2) perbandingan, (3) personifikasi, (4) hiperbola, (5) sinekdoke,
(6) ironi. Sehubungan dengan itu Suharianto (1989: 77) mengemukakan tentang
macam majas adalah: (a) majas perbandingan diantaranya: personifikasi, metafora,
perumpamaan, alegori; (b) majas pertentangan di antaranya adalah: hiperbola,
litotes, ironi, sarkasme, antitesis, paradoks, koreksio, klimaks, antiklimaks,
pernyatan, inuedo, oksiomoron, apofasis; (c) majas pertautan diantaranya: perautan,
metonimia, alusio, elipsis, antonomasia, pleonasme, eponim, asindeton,
eufemisme, inverse, sinekdose; (d) majas perulangan di antaranya: aliterasi,
repetisi, paralelisme, kiasmus, enumerasi, polisendeton.
Dari penjelasan di atas, didapati ada 34 majas. Jumlah ini relatif merupakan
jumlah majas yang cukup banyak. Jumlah majas yang cukup banyak ini tentunya
tidak mudah untuk diingat dan dipahaminya dalam waktu yang cepat. Oleh karena
itu, dalam pembelajarannya membutuhkan teknik dan media yang tepat agar majas
mudah dipahami siswa. Teknik dan media yang tepat untuk mengatasinya
dijelaskan dalam bagian selanjutnya dalam bab ini.
(2) Hubungan Puisi dan Majas
Bahasa yang digunakan dalam puisi seolah mempunyai pigura bahasa, atau
bahasa figuratif. Bahasa berpigura itu disebut majas. Sesuai pendapat Herman J.
Waluyo (1991:83) bahwa bahasa dalam puisi adalah bahasa berpigura (piguratif)
atau majas. Makna yang dinyatakan dalam bahasa puisi bukan makna harafiah
namun, makna lambang atau makna kiasan, Puisi dan majas adalah dua sisi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berhubungan. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa makna yang
dinyatakan dalam bahasa puisi bukan makna harafiah namun, makna lambang atau
makna kiasan. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memaknai
puisi bukanlah pekerjaan yang mudah karena membutuhkan kemampuan
pemahaman terutama hubungannya dengan puisi yang banyak mengandung majas.
Puisi dan majas adalah dua sisi yang berhubungan. Hal tersebut
mengandung maksud bahwa puisi tanpa majas akan terasa hambar. Puisi tanpa
majas akan terasa tidak indah akhirnya membosankan. Menurut Perrine (1974: 616)
tujuan penciptaan majas dinyatakan untuk: (1) menghasilkan kesenangan imajinatif;
(2) menghasilkan makna tambahan sehingga lebih nikmat dibaca; (3) menambah
intensitas makna dan mengkonkretkan sikap penyair; (4) untuk memadatkan makna
sehingga intens.
Dalam paparan di atas, dapat diambil simpulan bahwa majas mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan puisi, sedangkan majas merupakan faktor
penyebab siswa kurang menguasai kemampuan memparafrasakan puisi dalam
pemebelajarannya. Oleh karena itu majas merupakan permasalahan yang menjadi
objek pertama dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Memparafrasakan Puisi
Berbicara tentang puisi bagi orang awam merupakan hal cukup
menimbulkan pikiran. Apa lagi untuk memparafrasakan puisi tersebut.
Memparafrasakan adalah hasil pengungkapan kembali terhadap konsep yang
disusun orang lain dengan bahasa yang berbeda, tanpa mengubah maksud semula,
walaupun kadang-kadang diberi tekanan yang berbeda. Atau boleh juga diartikan
sebagai suatu perubahan bentuk puisi menjadi bentuk prosa atau sebaliknya
Perpustakaan Nasional Indonesia (2004: 586).
Menurut Suharianto (2009: 125) parafrasa adalah mengubah puisi ke dalam
bentuk beberan atau paparan. Prosa mengandung arti karya yang terurai, bercerita,
dipaparkan secara langsung (orate provosa) Herman J. Waluyo (2011:2).
Untuk memparafrasakan puisi tentunya dibutuhkan keterampilan membaca
pemahaman. Sesuai dengan pendapat Lado (1977: 223) bahwa kemampuan
membaca pemahaman merupakan kemampuan memahami arti dalam lambang
bacaan melalui tulisan atau bacaan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Lado menekankan adanya
dua hal pokok berhubungan dengan membaca pemahaman, yaitu bahasa dan simbul
grafis. Dari simpulan di atas dapat dinyatakan bahwa hanya orang yang telah
menguasai bahasa dan simbul grafislah yang dapat melakukan kegiatan membaca
pemahaman. Karena itu untuk memparafrasakan puisi perlu memahami bahasa dan
simbul grafisnya.
Pendapat di atas juga sesuai dengan pernyataan Goodman (1980:15) yang
menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
merekonstruksikan pesan yang terdapat dalam teks bacaan. Goodman lebih lanjut
menerangkan bahwa proses rekonstruksi pesan itu berlapis, interaktif, dan di
dalamnya tejadi proses pembentukan dan pengujian hipotesis. Hasil pengujian
hipotesis menurut Goodman akan dipakai oleh pembaca sebagai dasar simpulan
mengenai pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis. Grellet (1986:13)
mendukung pendapat Goodman menyatakan bahwa kemampuan membaca
pemahaman merupakan kemampuan menyimpulkan informasi yang diperlukan dari
bacaan.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa tanpa kemampuan
membaca pemahaman ketika memaparafrasakan puisi tentunya akan terasa sulit
karena memaknai puisi tidak mudah secara langsung, apalagi berhubungan dengan
puisi yang mbeling atau puisi kontemporer. Karena itu diperlukan langkah-langkah
yang dapat mempermudah untuk memahaminya.
Puisi mempunyai sifat multitafsir. Suharianto (2009: 22) berpendapat bahwa
puisi itu multitafsir. Pernyataan tersebut sesuai dengan penjelasan di atas bahwa
kenyataan dalam memparafrasakan puisi sendiri paraahli memiliki banyak tafsir
(multitafsir). Hal itu terjadi karena: Pertama, puisi itu hakikatnya merupakan
pengalaman pribadi atau lebih tepatnya merupakan pengejawantahan pengalaman
pribadi. Kedua, bahasa yang dipakai pada umumnya berupa kiasan atau lambang.
Kalau ada tafsiran atau parafrasa suatu puisi dapat sesuai atau sama persis dengan
maksud penyair, dengan demikian, hemat penulis itu hanyalah sebuah kebetulan.
Kebetulan dalam penafsiran puisi di atas dimaksudkan adalah kebetulan
yang beralasan bukan kebetulan yang sembarangan. Maksudnya, kebetulannya itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
karena pertama, pembaca memiliki pengalaman yang sama dengan penyair; kedua,
pembaca memiliki latar belakang yang sama dengan penyair. Latar belakang di sini
dapat: berasal dari daerah yang sama, pemeluk agama atau keyakinan yang sama,
lingkungan hidup yang sama, dan sebagainya. Ketiga, pembaca memiliki ilmu atau
pengetahuan yang relatif sama dengan yang dimiliki penyair. Jadi tidak sama
dengan kebetulannya orang menebak nomor buntutan atau mendapat undian.
Berangkat dari uraian di atas, maka sebenarnya tidak perlu takut
menafsirkan atau memparafrasakan puisi orang, karena kata tafsiran itu sendiri
memang membuka peluang untuk tidak sama antara penafsiran orang satu dengan
yang lain. Hanya yang tidak boleh dilupakan, tafsiran tersebut harus disertai dengan
argumentasi atau alasan yang dapat dirunut alur pikirnya. Argumentasi atau alasan
yang dapat dirunut alur pikirnya dalam rangka memparafrasakan puisi dapat
dipahami dengan melalui kegiatan interpretasi terlebih dahulu.
(1) Menginterpretasikan Puisi
Agar upaya memparafrasakan puisi berargumen dan terasa lebih mudah,
maka perlu diinterpretasikan terlebih dahulu. Interpretasi sama dengan menafsirkan
dari kata latin interpretation yang berarti penafsiran. Intepretasi seolah-olah
menerjemahkan teks B, yang sepadan dengan membuat parafrasa yang
menerangkan, memaparkan ide-ide (inilah yang dimaksudkan) Perpustakaan
Nasional RI (2004: 358). Nyoman Kutha Ratna (2004: 116) menyatakan bahwa
interpretasi adalah tanda-tanda baru setelah dihubungkan dengan acuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa menginter-
pretasikan adalah suatu upaya untuk menerjemahkan puisi agar lebih mudah
dipahami namun tetap sesuai dengan acuannya.
Untuk mempermudah menginterpretasikan sebuah puisi dibutuhkan
langkah-langkah. Langkah-langkah menginterpretasikan puisi berikut merupakan
rangkuman dari pendapat-pendapat paraahli. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut.
Pertama siswa diajak untuk membaca puisi, dilanjutkan tanya jawab yang
berhubungan dengan isi puisi, diantanya menggunakan pertanyaan yang
mengandung kata tanya: siapa, apa, di mana, kapan, bagaimana, dan sebagainya
Retno Winarni (pakar sastra UNS, dalam sidang ujian pascasarjana, 7 januari
2013).
Kedua, apabila siswa mengalami hambatan hubungannya dengan majas
kemudian siswa disuruh mengartikan majas yang terdapat di dalamnya. Menurut
Herman J. Waluyo (1991: 83) puisi dan majas adalah dua sisi yang berhubungan.
Ketiga adalah menambah kata-kata atau mengembalikan kata-kata yang
sengaja dihilangkan oleh penyair. Suharianto (2009: 126) menyatakan bahwa dalam
bentuknya yang demikian (bentuk puisi) masih terasa sulit bagi kita untuk membuat
parafrasanya. Dengan demikian terasa ada bagian-bagian yang tidak disertakan oleh
penyairnya. Tugas kita sekarang ialah mengembalikan bagian-bagian yang sengaja
dihilangkan oleh penyair tersebut.
Keempat adalah mengetahui biodata penyair, karena dengan mengetahui
sejarah penyair akan lebih mudah untuk mengetahui permasalahan yang sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dihadapi penyair, karena pada dasarnya puisi itu dituangkan karena adanya
peristiwa yang mengesankannya. Herman J. Waluyo (2010: 140) mengemukakan
bahwa dalam menciptakan puisi, suasana penyair ikut diekspresikan dan harus
dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama penyair yang
satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair yang lainnya sehingga hasil puisi
yang diciptakan berbeda pula. Apabila interpretasi dari suatu puisi sudah mampu
kita buat, maka akan mempermudah kita dalam memparafrasakannya.
(2) Contoh Memparafrasakan Puisi
Apabila puisi sudah dapat diinterpretasikan maka untuk lebih konkret
pemahaman isinya, hasil interpretasinya dituangkan dalam bentuk parafrasa.
Dalam penelitian ini pembelajaran memparafrasakan puisi menitik beratkan pada
memparafrasakan bentuk puisi ke dalam bentuk prosa atau bentuk beberan sesuai
dengan isi dari puisi tersebut. Berikut ini adalah contoh memparafrasa dari “Gadis
Peminta-minta” lebih kurangnya adalah sebagai berikut.
Toto Sudarto Bachtir selalu bertemu dengan seorang gadis kecil dia adalah
seorang pengemis. Meskipun dia seorang pengemis ia selalu tersenyum seakan
tidak pernah berduka. Pada saat itu dia melihat pada Toto Sudarto Bachtiar, di
benaknya ada tersirat rasa cemburu. Saat itu kota terasa sepi seakan tidak ada
penghuninya.
Pada saat itu Toto Sudarto Bachtiar ingin ikut bersama pengemis pulang ke
bawah jembatan. Di sana ternyata hanya ada tempat yang sangat sempit, yang
hanya cukup ditempati tubuh melulu dan angan-angan gemerlap, serta kegembiraan
yang semu. Tapi kehidupannya dirasakan seperti mewah dan megah. Padahal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hidupnya hanya berkisar di antara air kotor (comberan). Tapi kehidupan yang
seperti itu ia sudah terbiasa.
Gadis kecil sebagai identitas kota Jakarta hidupnya sangat murni, sehingga
Toto tidak sanggup menyampaikan dukanya pada dia. Jika pengemis itu mati, kota
Jakarta tidak ada lagi yang mengingatkan tentang kemiskinan yang ada di
sekitarnya, meskipun ia juga ingin supaya tokoh semacam gadis kecil itu tidak ada
lagi. Toto berharap agar kotanya (pemerintahnya) punya belas kasih untuk
memikirkan rakyatnya yang semacam itu, sehingga hidupnya tidak lagi di bawah
jembatan.
Dari penjelasan di atas dapat diambil simpulan bahwa kemampuan
memparafrasakan puisi pada hakikatnya merupakan kesanggupan individu untuk
memparafrasakan puisi atau kemampuan mengubah bentuk puisi ke dalam bentuk
prosa secara maksimum agar mencapai hasil pemahaman puisi yang paling tinggi.
Kemampuan mamparafrasakan puisi dapat dilihat dari hasil belajar siswa
melalui postes atau evaluasi. Melihat kenyataan itu kemampuan ini perlu
ditingkatkan. Hasan Alwi dkk. (2003: 121) menyatakan bahwa meningkatkan
mengandung arti suatu usaha atau melakukan perbuatan agar meningkat. Upaya
untuk meningkatkan prosentase ketuntasan belajar yang berhubungan dengan
memparafrasakan puisi adalah dengan meningkatkan minat belajar siswa melalui
teknik permainan simulasi kartu lambang majas.
Kemampuan yang harus dikerahkan dalam memparafrasakan puisi salah
satunya adalah kemampuan membaca pemahaman. Untuk kemampuan tersebut
aspek kognitif merupakan aspek yang paling dominan. Hal tersebut karena siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dituntut untuk menganalisis puisi-puisi yang dihadapinya. Hasil analisis siswa
tersebut nantinya akan diukur melalui tes yang disebut postes (tes yang
dilaksanakan setelah siswa melakukan atau mengikuti pembelajaran). Dari hasil
postes inilah akan tergambar penguasaan kemampuan memparafrasakan puisi.
Sunarto (2006:11) menyatakan bahwa kemampuan kognitif menggam-
barkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Pada dasarnya
kemampuan kognitif merupakan hasil belajar. Proses belajar mengajar adalah upaya
menciptakan lingkungan yang bernilai positif, diatur dan direncanakan untuk
mengembangkan faktor dasar yang telah dimiliki oleh anak. Tingkat kemampuan
kognitif tergambar pada hasil belajar yang diukur dengan tes hasil belajar.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan
kemampuan memparafrasakan puisi adalah suatu usaha individu untuk memperoleh
kemampuan atau kesanggupan memparafrasakan atau mengubah bentuk puisi
kedalam bentuk prosa secara maksimum sehingga mampu memaknai puisi yang
dibaca atau didengarnya dengan hasil yang paling tinggi.
Hasil yang paling tinggi dapat tergambar dalam bentuk hasil evaluasi yang
behubungan dengan materi tersebut. Kemampuan yang meningkat tentang
penguasaan memparafrasakan tidak hanya berhadapan dengan pemaknaan puisi
saja, tetapi siswa akan mempunyai kemampuan lebih dari itu, yaitu kemampuan
untuk mengimplementasikannya. Kemampuan memparafrasakan puisi ini akan
diperoleh apa bila minat belajar tinggi dan media yang digunakan sesuai dengan
minat siswa dan materi yang diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari pendeskripsian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
memparafrasakan puisi adalah kecakapan yang disyaratkan untuk dapat melakukan
suatu pekerjaan (kegiatan) secara maksimum yang dilakukan seseorang dalam
upaya mengubah bentuk puisi menjadi bentuk prosa atau sebaliknya.
Tentunya dengan permasalahan tersebut teknik permainan simulasi dan
media kartu lambang majas merupakan teknik pilihan yang paling tepat untuk
meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa SMP Negeri 7 Kebumen.
Teknik dan media yang sesuai dengan minat belajar dan kemampuan
memparafrasakan puisi akan dijelaskan pada bab ini.
2. Hakikat Minat Belajar
Guru adalah seorang pendidik yang menpunyai tugas mengajar. Tugas
utama guru dalam pembelajaran adalah menciptakan siswa belajar. Dengan belajar
maka siswa akan mengalami perubahan tingkah laku.
Ahmadi (2004: 128) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009: 5)
menyatakan bahwa belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada peserta didik
akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan
latihan. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Selanjutnya Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009:4)
mengemukakan bahwa dalam bahasa sederhana kata belajar dimaknai sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menuju ke arah yang lebih baik dengan cara sistematis. Menurut W.S. Winkel
(1987:36) belajar adalah aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, serta perubahan tersebut bersifat konstan
dan berbekas. Belajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar
oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri,
baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan
nilai yang positif, Syamsu Mappa (1994: 1).
Untuk menciptakan kondisi belajar siswa ditentukan oleh faktor internal dan
eksternal. Sesuai dengan pendapat Gagne (dalam Trianto, 2007: 12) terjadinya
belajar pada diri siswa diperlukan kondisi internal maupun kondisi eksternal.
Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar
terdahulu. Memori siswa terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru
dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal maliputi aspek atau benda
yang dirancang atau ditata dalam suatu pelajaran.
Faktor internal yang merupakan pendukung paling kuat dalam keberhasilan
pembelajaran adalah minat. Djaali (2011: 101-132) menyatakan bahwa minat
adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.
Minat berkaitan dengan tujuan belajar. Dalam Crow dan Crow (1988:351)
ditunjukkan bahwa minat adalah kemampuan untuk memberi stimuli yang
mendorong siswa untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau aktivitas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah
distimuli oleh kegiatan itu sendiri.
Lobby Loekmono (1994:62) mengatakan bahwa minat merupakan salah
satu hal yang ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik
dalam studi, kerja dan kegiatan-kegiatan lain. Minat pada suatu bidang tertentu
akan memunculkan perhatian yang spontan terhadap bidang tersebut. Adapun Joko
Sudarsono (2003:28) menyatakan bahwa minat merupakan sikap ketertarikan atau
sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadarinya pentingnya atau
bernilainya kegiatan tersebut. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong
orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila
mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat, Ini
kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang minat pun berkurang
Hurlock (2005:114)
Berbicara tentang minat, Bower & Hilgard (1981: 542) mengemukakan
bahwa:
“Learning is best fostered by capturing the learner’s interest in the subject matter. Interest is a nonanalytic cover term for many factor, but it usually refers either to the reinforcing nature of the material it self (such as cartoon and comic book rerwards for children) or to the child’s perception that learning the material has a clear instrumental value for attaining some recognisable goal other then a course grade”.
Dari penjelasan Bower & Hilgard dapat dijelaskan bahwa belajar dapat
dibantu perkembangannya secara baik dengan memperhatikan minat siswa terhadap
pelajaran, dengan demikian terdapat kaitan yang sangat erat antara tujuan belajar
dan minat belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan
keinginan dan kemauan serta kecenderungan hati yang tinggi dari suatu individu
yang terkonsentrasi atau memusatkan perhatian secara penuh dan relatif menetap
terhadap suatu objek karena adanya motivasi yang membantu mengarahkan
perhatian dan perilaku menuju pada objek minatnya. Minat belajar merupakan
suatu sikap tertentu yang bersikap sangat pribadi pada setiap orang yang ingin
belajar, Sudarsono (2003:28).
Pendapat-pendapat paraahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
minat belajar adalah suatu proses atau usaha sadar melalui pengalaman dan latihan
untuk memperoleh perubahan baik berupa pengetahuan, keterampilan, sikap,
maupun nilai positif. Pengalaman dan latihan yang diharapkan adalah pengalaman
dan latihan untuk memperoleh kemampuan memparafrasakan puisi.
Dari beberapa pendapat paraahli tentang minat belajar di atas, terkandung
unsur pengertian minat yaitu: (1) perasaan senang, (2) kesadaran, (3) perhatian
siswa, (4) kemauan dalam belajar, (5) keterlibatan siswa.
a. Perasaan senang
Wingkel (1986:90) menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang
terdapat dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan rasa
senang berkecimpung dalam bidang itu. Dari penjelasan tersebut dapat ditangkap
pengertian bahwa minat merupakan motor penggerak psikhis yang dapat
menimbulkan rasa senang. Dalam hal ini minat merupakan sikap positif bagi suatu
aktifitas. Perasaan senang merupakan aktifitas positif yang tidak boleh diabaikan
karena perasaan senang yang ada dalam diri siswa akan berpengaruh pada aktifitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perasaan senang akan berpengaruh positif sedangkan perasaan takut, sedih, dan
sebagainya akan menimbulkan sikap yang negatif. Sikap positif dapat diperkuat
dengan alasan yang rasional, sehingga mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk
selalu berada pada jalur yang mengarah pada pencapaian tujuan.
b. Kesadaran
Kesadaran akan mengantarkan siswa mencari dan bertindak untuk
memperoleh hasil yang maksimal, sehingga akan memperoleh kepuasan dalam
pemenuhan kebutuhannya. Kepuasan ini akan diulang-ulangnya. Witherington
(dalam Buchory, 1987: 136) berpendapat bahwa minat adalah kesadaran seseorang,
bahwa sesuatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut
paut dengan dirinya.
c. Perhatian siswa
Menurut Witherington (dalam Buchory, 1987: 136) perhatian adalah
aktivitas yang vital dalam pendidikan. Sebab pada saat guru terkonsentrasi,
aktivitas jiwa bekerja secara maksimal. Guru akan berusaha mengenal dan
memahami objek yang diperhatikan dengan sebaik-baiknya.
Perhatian yang timbul dari dalam diri siswa akan menghasilkan proses yang
lebih kuat, bila dibandingkan dengan perhatian yang ditumbuhkan akibat
rangsangan dari luar. Apabila dalam diri siswa sudah ada minat, perhatian yang
dilakukan siswa merupakan perhatian yang spontan keluar dari diri siswa itu
sendiri. Hal ini akan lebih menguntungkan. Menurut Bimo Walgito (1980: 69)
perhatian erat hubungannya dengan minat individu, bila individu telah mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
minat terhadap sesuatu, terhadap objek, biasanya timbul perhatian spontan atau
secara otomatis.
d. Keterlibatan
Menurut Kartini Kartono (1980: 83) aktifitas yang disadari akan
berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku seseorang. Kemauan yang merupakan
aktifitas sadar akan menumbuhkan rangsangan yang kuat untuk berusaha
melakukan perintah internal berdasarkan pertimbangan yang masuk akal, agar
terpenuhi kebutuhan dalam dirinya.
e. Kemauan dalam belajar siswa
Minat belajar akan tampak dari keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Keterlibatannya dibuktikan dengan siswa mau melakukan apa yang diinginkannya
dalam suatu kegiatan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Hurlock (2005:
114) bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk
melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka
melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat, Ini
kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang minat pun berkurang.
Pendapat yang berhubungan hal tesebut di atas dinyatakan pula oleh Sudarsono
(2003: 28) ketertarikan akan dimanifestasikan melalui partisipasi aktif dalam
kegiatannya. Minat belajar merupakan suatu sikap tertentu yang bersifat sangat
pribadi pada setiap orang yang ingin belajar.
Pengertian-pengertian minat dan belajar di atas dapat disimpulkan bahwa
minat belajar mengandung arti gairah atau keinginan untuk memperoleh
kepandaian atau ilmu. Dalam hal ini adalah gairah atau keinginan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memperoleh kepandaian tentang ilmu yang berhubungan dengan memparafrasakan
puisi. Gairah untuk memiliki kepandaian merupakan unsur utama keberhasilan
sesorang.
Agar minat belajar dapat meningkat maka diperlukan teknik pembelajaran
yang bervariasi. Teknik adalah cara yang digunakan guru untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapinya dalam pembelajaran, Iskandarwassid dan Dadang
Sunendar (2009:40-41). Teknik sifatnya taktis dan merupakan kreasi guru yang
disesuaikan dengan keadaan kelas yang diajar. Untuk meningkatkan minat belajar
tersebut Hasan Alwi dkk. (2003: 121) menyatakan bahwa meningkatkan
mengandung arti suatu usaha atau melakukan perbuatan agar meningkat. Untuk
meningkatkan minat belajar seyogyanya guru menggunakan teknik pembelajaran
yang bervariasi sehingga menimbulkan rasa ketertarikan pada diri siswa. Teknik
pembelajaran yang sesuai dengan minat belajar siswa salah satu alternatifnya
adalah teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.
3. Hakikat Teknik Permaian Simulasi
Teknik mempunyai pengertian yang bermacam-macam. Agar lebih jelas
tentang teknik yang digunakan dalam pembelajaran yang berhubungan dengan
peningkatan minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi, maka berikut
ini merupakan penjelasannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Pengertian Teknik
Teknik adalah suatu cara yang digunakan guru untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapinya dalam pembelajaran. Teknik sifatnya taktis dan
merupakan kreasi guru yang disesuaikan dengan keadaan kelas yang diajar. Teknik
penyajian pembelajaran menurut Roestiyah (dalam Iskandar Wassid dan Dadang
Sunendar, 2008: 67) adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
dipergunakan oleh pengajar atau instruktur. Menurut Dadang Sunendar (2009:40-
41) teknik adalah cara yang digunakan guru untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapinya dalam pembelajaran.
Shahbaz, Anjum (2012: 1) dalam tulisannya membahas persepsi siswa
tentang teknik pengajaran yang digunakan oleh guru mereka di tingkat menengah.
Hasil penelitiannya adalah bahwa guru sering ingin menggunakan teknik salah
satunya untuk menarik perhatian siswanya. Persamaannya adalah sama-sama teknik
digunakan untuk menarik perhatian siswa agar mudah untuk mencapai tujuannya.
Dari pendeskripsian di atas dapat disimpulan bahwa teknik dalam penelitian
ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, dengan demikian pembelajaran dapat
menarik dan minat belajar pun dapat meningkat, begitu pula dengan kemampuan
memparafrasakan puisinya.
Ada beberapa macam teknik penyajian pembelajaran. Iskandar Wassid dan
Dadang Sunendar (2008: 67) mengemukakan tentang macam-macam teknik
penyajian pembelajaran yaitu: teknik penyajian diskusi, kerja kelompok, penemuan,
simulasi, unit teaching, sumbang saran, inquiry, eksperimen, demonstrasi, karya
wisata, kerja lapangan, cara kasus, cara sistem regu, latihan tubian, dan ceramah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Elita Burhanudin (1999: 17) bahwa media pengajaran bahasa ada beberapa
macam yaitu: (1) permainan dan simulasi, yang terdiri dari: simulasi, permainan
simulasi, bermain peran, psikodrama, sandiwara boneka; (2) media pandang; (3)
media dengar, (4) media pandang dengar.
b. Pengertian Permainan Simulasi
Permainan simulasi adalah salah satu media pengajaran bahasa, yang
memeragakan sesuatu dalam bentuk tiruan. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pendapat Nasution, Noehi (2002: 17) bahwa permainan simulasi adalah metode
pelatihan yang meragakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan
sesungguhnya. Berkaitan dengan itu pula Wassid dan Dadang Sunendar (2008: 68)
menyatakan bahwa teknik permainan simulasi adalah teknik pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berperan seperti orang yang
terlibat atau dalam keadaan yang dikehendaki. Peserta didik berlatih memegang
peran sebagai orang lain. Jadi permainan simulasi adalah permainan yang
memeragakan tiruan. Dalam penelitian ini permainan dilakukan dengan cara
memainkan kartu lambang majas. Pengertian kartu lambang majas dijelaskan
berikut dalam bab ini.
Deesii, Angkana (2002:1) menyatakan bahwa strategi penguasaan bahasa
dengan menggunakan permainan (game) di dalam kelas, dimanfaat untuk:
menangkap perhatian siswa; menurunkan tingkat kesetresan siswa; dan
memberikan siswa kesempatan untuk berkomunikasi.
Dalam memilih permainan, guru harus memilih sesuai dengan keadaan
siswa dan kurikulum. Hal itu sesuai dengan hasil penelitan Lia, Hong (2002: 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang membicarakan bagaimana memilih permainan. Menurutnya untuk memilih
permainan perlu mempertimbangkan: kapan permainan itu digunakan; bagaimana
hubungannya dengan buku teks mereka; silabus, atau program. Yang jelas
permainan yang berbeda akan menguntungkan siswa dengan cara yang berbeda
(Khan, J.1996). Kunci keberhasilan permainan bahasa adalah pada penguasaanya,
tujuan didefinisikan dengan baik dan permainan harus menyenangkan.
Dalam memilih permainan tentunya tidak tanpa alasan. Pemilihan permaian
harus dipertimbangkan. Pertimbangan permainan tersebut sesuai dengan pendapat
Byrne (dalam Deesii, Angkana, 2002) parmainan adalah,
“Give the devinition to game as a form of play governed by rules. they should the enjoyed and fun. they are not just a diversion a break from rutine activities, but a way of getting the learner to use the language in the course of the game. Similarly, Jill Hadfield (1990) defined games as “an activity with rules, agoal and an element of fun”.
Berhubungan dengan pernyataan itu maka yang perlu dipertimbangkan
dalam permainan adalah: permainan itu digunakan berhubungan dengan:
bagaimana hubungannya dengan buku teks, silabus, atau program. Permainan yang
berbeda akan menguntungkan siswa dengan cara yang berbeda. Kunci keberhasilan
permainan bahasa adalah terletak pada guru. Yang terpenting adalah tujuan
didefinisikan dengan tepat dan permainan harus menyenangkan. Erat berkait
dengan hal tersebut Lia, Hong (2002:1) berpendapat sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Students may wish to play for fun. Teacher however, need convincing reasons. teacher need to consider which games to use, when to use them, how to link them up with the sylabus, textbook or programme and how, more specifically, different games will benefit students in different ways (Khan, J.1996) the key to successful language game is that the rulers are clear, the ultimate goal is well defined and the game must be fun”. Karena teknik ini merupakan permainan maka akan menyenangkan siswa
sehingga akan menurunkan tingkat kesetresan siswa. Strategi penguasaan bahasa
dengan menggunakan permainan (game) di dalam kelas, dimanfaatkan untuk:
menangkap perhatian siswa; menurunkan tingkat kesetresan siswa; dan
memberikan siswa kesempatan untuk berkomunikasi Deesii, Angkana (2002).
Paparan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik permainan simulasi adalah
suatu cara yang digunakan guru untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya
dalam pembelajaran dengan satu media pengajaran bahasa, yang memeragakan
sesuatu dalam bentuk tiruan. Atau dapat diartikan bahwa teknik pembelajaran ini
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berperan seperti orang yang
terlibat atau dalam keadaan yang dikehendaki.
Permainan simulasi adalah permainan yang dilakukan oleh kelompok.
Karena dengan berkelompok maka ada pengaruh dari teman dalam kelompok
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kane, Aimee A, Linda Argote, & John M.
Levine (2004) bahwa hubungan antara siswa dalam kelompok. Bahwa dalam
kelompok siswa akan terpengaruh oleh pemerolehan pengetahuan dari temannya.
Berkaitan dengan penjelasan di atas maka permainan simulasi banyak sekali
keuntungannya diantaranya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(1) siswa akan termotifasi sehingga situasi belajar menyenangkan. Hal ini
ditegaskan pula oleh Nasution Noehi (1993:141) siswa akan termotivasi jika
situasi belajar menyenangkan, juga menurut Sudirman N. Dkk. (1987: 56)
salah satu nilai-nilai praktis media pengajaran adalah membangkitkan motivasi
belajar siswa;
(2) karena permainan simulasi dilaksanakan lebih dari satu orang maka akan
menciptakan suatu interaksi sosial. Dengan interaksi sosial ini siswa mendapat
pengaruh dari temannya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik permainan simulasi
kartu lambang majas adalah suatu cara yang digunakan guru untuk meningkatkan
minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi. Teknik ini sesuai dengan
perihal yang harus dipertimbangkan dalam memilih permainan.
c. Langkah-langkah Permainan Simulasi dan Media Kartu Lambang Majas
Permainan simulasi dengan menggunakan media kartu lambang majas
merupakan permainan yang sudah tidak asing bagi anak-anak. Permainan ini sama
dengan permainan anak-anak dengan menggunakan kartu, seperti empat satu, remi,
minuman, dan lainnya. Hanya saja permainan ini menggunakan kartu yang isinya
didesain sendiri untuk kepentingkan pembelajaran yang berhubungan dengan
memparafrasakan puisi.
Permainan simulasi dan media kartu lambang majas didasari oleh metode
tebak kata kemudian disempurnakan sehingga tercipta langkah-langkah permainan
simulasi dan kartu lambang majas yang mudah dilakukan siswa. Permainan tebak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kata ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengingat dan menggunakan
konsep yang telah dipelajari dan bahkan yang baru diketahui atau ditemukan pada
saat permainan berlangsung, tanpa ragu atau takut salah, dan tentunya sekaligus
melatih berbicara siswa dan bagaimana mengidentifikasikan sesuatu dengan
membuat kalimat-kalimat Nurarti, (dalam Tukiran Taniredja, 2011: 32).
Langkah-langkah permainan simulasi dan kartu lambang majas ini terdiri
atas tiga tahapan yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap penutup. Lebih rinci dari
langkah-langkah simulasi kartu lambang majas adalah sebagai berikut
(1) Tahap awal
(a) Simulasi ini dilakukan dengan jumlah pemain dua sampai dengan empat anak
dalam satu kelompok;
(b) Tentukan siapa yang mengocok, dengan cara hompimpah;
(c) Anggota yang memperoleh urutan terakhir harus mengocok;
(d) Kartu dikocok agar urutannya acak;
(e) Bagikan pada anggota.
(f) Setiap anggota mendapat bagian empat kartu.
(g) Sisa kartu diletakkan di tengah (tempat yang mudah dijangkau oleh seluruh
anggota).
(2) Tahap inti
(a) Pengocok pertama memperlihatkan halaman sketsa atau lambang kata kepada
teman yang pertama kali menang hompimpah (lawan).
(b) Lawan pertama bertugas menebak gambar atau sketsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(c) Tulisan pada halaman belakang tidak boleh diperlihatkan lawan
(d) Apabila kartu tertebak maka kartu tersebut menjadi milik lawan dan poin satu
kemenangan.
(e) Pengocok mengambil satu kartu yang ada di depannya.
(f) Apa bila kartu tidak tertebak maka perlihatkan pada urutan selanjutnya.
(g) Begitulah terus sampai kartu tertebak semua;
(h) Apabila siswa bingung terhadap jawaban lawan, maka anggota wajib
menanyakan pada guru;
(i) Jika kartu tidak tertebak oleh seluruh peserta, maka pengertian dan contoh
majas wajib dibacakan sampai semua peserta dalam kelompoknya mendengar;
(j) Permainan berpindah pada pengocok kedua. Begitulah seterusnya, sampai
semua kartu habis tertebak.
(k) Peserta yang memperoleh kartu paling sedikit maka dia diberi hukuman harus
mengocok dalam permainan ulangan berikutnya.
(3) Tahap penutup
(a) Bagi peserta yang memperoleh kartu paling banyak maka dialah peme-
nangnya.
(b) Permainan ini diulang-ulang lebih kurang tiga set putaran;
(c) Perolehan kartu dari satu permainan ke permainan berikutnya harus dicatat.
(d) Akhir dari permainan, jumlahkan perolehan kartu yang dijadikan skor
penilaian;
(e) Skor dari perolehan kartu menjadi pertimbangan penilaian guru untuk majas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan keberhasilan menerapkan teknik permainan simulasi kartu lambang
majas maka pada hakikatnya merupakan satu langkah keberhasilan menuju
kemampuan mengubah bentuk puisi ke dalam bentuk prosa secara maksimum,
sehingga untuk mencapai keberhasilan memparafrasakan puisi lebih memuaskan
dapat tercapai. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan minat
belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi dapat dilakukan melalui teknik
permainan simulasi dan kartu lambang majas.
4. Hakikat Media Kartu Lambang Majas
Media kartu lambang majas adalah suatu media yang sengaja didesain guru
untuk memenuhi kebutuhannya dalam pelaksanaan pembelajaran puisi. Menurut
Gordon dalam Joice and Weill (1996: 1) yaitu: Kreatif merupakan sesuatu yang
penting dalam kegiatan sehari-hari.
Selain tersebut di atas media kartu lambang majas dibuat, mengingat media
untuk mengajarkan materi puisi terutama media yang berhubungan dengan upaya
meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi belum ada. Pernyataan itu
sesuai dengan pendapat Andayani (2008: 83) keprihatinan berbagai pihak terhadap
pembelajaran apresiasi sastra disebabkan oleh sejumlah keterbatasan yang
berkaitan dengan pembelajaran tesebut. Hal itu tampak pada terbatasnya sarana dan
prasarana yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran sastra, terbatasnya
sosialisasi model-model pembelajaran sastra yang inovatif, dan terbatasnya materi
sastra yang dimasukkan ke dalam buku ajar atau buku pelajaran sekolah, khususnya
buku pelajaran bahasa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendapat tersebut dikuatkan oleh Muhammad Rohmadi (2008: 31) bahwa
pengajaran apresiasi sastra tidak hanya berupa pemberian informasi dengan
berceramah atau menceramahkan materi, namun memerlukan kreativitas guru
dalam menyampaikan materi agar sampai dimensi afektif dan terlebih sampai ke
psikomotor yang merupakan totalitas kegiatan yang memadukan ketiga matra itu
(kognitif, afektif, dan psikomotorik). Untuk lebih jelasnya tentang media kartu
lambang majas dijelaskan berikut.
a. Pengertian Lambang Majas
Lambang majas merupakan simbol-simbol yang dapat mewakili pengertian
dan contoh-contoh majas. Lambang majas merupakan teknik yang dibuat guru
sebagai upaya untuk mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap
majas, mengingat majas mempunyai macam yang cukup banyak serta pengertian
yang cukup panjang dan contoh yang cukup banyak. Apabila siswa mampu
mengingat dengan cepat dengan jumlah majas cukup banyak maka akan
meningkatkan penguasaan memparafrasakan puisi.
Lambang majas dibuat dengan asumsi bahwa dengan penuangan sketsa
atau gambar-gambar yang mampu mencerminkan informasi yang berupa kata-kata,
kalimat-kalimat, dan contoh-contoh yang terdapat dalam pengertian majas, siswa
akan terbantu mengingatnya, sehingga penguasaan majas meningkat. Teknik ini
sesuai dengan pendapat Mitchell (2003: 79-82) bahwa buku gambar tanpa (atau
hampir tanpa) kata mempunyi beberapa tujuan, yaitu: (1) memberanikan anak
mengamati dunia secara lebih dekat; (2) memberanikan anak mengkreasikan kata;
dan (3) membawa anak ke dalam dunia (elemen) fantastik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lukens juga menegaskan (2003:289-290) bahwa ilustrasi (gambar) dalam
teks nonfiksi harus memperjelas makna teks verbal, ilustrasi harus mengkonkretkan
dan membantu pemahaman informasi yang disampaikan lewat teks verbal. Menurut
Burhan Nurgiyantoro (2005: 378) ketika teks verbal berkisah tentang jenis dan
manfaat kambing, ilustrasinya berupa foto berbagai jenis kambing, atau ketika teks
verbal mengisahkan modifikasi cuaca atau hujan buatan, ilustrasinya adalah
gumpalan awan dan anak kehujanan. atau ketika teks verbal mengisahkan buah apel
yang manis, ilustrasinya berupa foto tanaman dan buah apel di pohon serta anak-
anak kecil yang menyirami pot tanaman.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Pedri, Nancy (2010:1) yang
meneliti tentang menarasikan ide melalui gambar. Hasil penelitiannya ialah: untuk
menulisakan ide menjadi sebuah narasi digunakan gambar (grafik). Narasi grafik
akan membedakan dengan bentuk narasi lainnnya. Penelitian ini akan memberi
perkembangan bagi dunia cerita.
Berdasar pada teori-teori di atas maka dirancanglah suatu sketsa atau
lambang yang membantu pemahaman informasi tentang macam-macam, pengetian,
dan contoh majas. Karena majas dituangkan dalam bentuk sketsa -sketsa atau
lambang-lambang kata penting dari pengertian majas, maka sketsa-sketsa ini
diberi nama Lambang Majas. Lambang-lambang majas tersebut antara lain sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lambang majas metafora
Untuk majas ini siswa dibantu
dengan sketsa ”harimau” sebagai lambang
sifat dan ”kaca mata” sebagai lambang
bentuk. Dengan lambang ini siswa diingatkan
bahwa harimau dikenal karena sifatnya yaitu
mempunyai sifat menguasai hutan dan kaca
mata merupakan sketsa bentuk yang mirip
dengan mata terbuat dari kaca, sehingga
siswa dapat menalar lebih lanjut tentang
pengertian majas metafora yaitu majas
perbandingan yang mempergunakan benda-
benda tertentu sebagai alat pembanding
dengan yang lain yang dimaksud, yang
mempunyai bentuk dan sifat yang sama.
b. Pengertian Kartu Lambang Majas
Kartu lambang majas adalah kartu yang berisi lambang-lambang atau sketsa
yang dapat mempresentasikan pengertian majas. Kartu ini berukuran panjang 9 cm
dan lebar 6 cm, atau dapat disesuaikan dengan selera guru. Kartu ini dibuat sebagai
media untuk mengantarkan materi majas dan untuk meningkatkan penguasaan
tentang majas. Kartu ini dibuat mengingat belum ada media yang tepat untuk
mengantarkan materi yang berhubungan dengan majas. Menurut Gordon (dalam
Joice and Weill, 1996: 35) kreatif merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan
sehari-hari.
METAFORA
Gambar 1. Lambang majas metafora
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Banyak keuntungan dari menggunakan media kartu lambang majas ini.
Keuntungan tersebut diataranya: (1) majas mudah diingat oleh siswa karena sketsa
dibuat sedemikian sederhana, karena dengan melihat lambang-lambang majas siswa
ingatan siswa terbantu; (2) ingatan dan penalaran siswa tentang majas lebih cepat;
(3) menarik perhatian siswa karena dibuat sedemikian indah, dengan warna-warna
yang kontras; (4) menambah keaktifan indra siswa baik indra penglihatan,
pendengaran, maupun motoriknya; Sesuai pendapt John Locke semua
pengetahuan, tanggapan, dan perasaan jiwa manusia itu diperoleh karena
pengalaman melalui alat-alat inderanya; (5) belajar mengajar menyenangkan.
Sunarto (2006; 239) menyatakan bahwa menciptakan suasana belajar mengajar
yang menyenangkan bagi anak menggunakan metode dan alat mengajar yang
menimbulkan gairah belajar.
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih media
pembalajaran ini. Menurut Dick & Carey (dalam Arief Sadiman, 1996: 86) dasar
pertimbangan pemilihan model dalam penelitian adalah: (1) mendukung
tercapainya tujuan; (2) mendukung tercapainya isi pelajaran oleh siswa;(3) faktor
efektifitas biayanya untuk waktu yang lama; (4) dapat digunakan berulang-ulang
atau ekonomis; (5) sesuai dengan taraf berpikir siswa; (6) tersedianya waktu untuk
menggunakannya.
Kartu lambang kata merupakan alat atau media yang mampu memenuhi
pertimbangan dalam memilih media ataupun model. Hal tersebut karena sifat dari
kartu lambang majas adalah: (1) belum ada media yang mampu untuk mendukung
keberhasilan yang berhubungan dengan materi majas; (2) dana untuk membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kartu lambang kata majas relatif murah, karena dapat dibuat dengan bantuan
komputer saja, dan semua lambang-lambangnya dapat dicari dalam simbol-simbol
yang sudah tersedia di komputer; (3) dana yang dibutuhkan relatif murah karena
hanya kertas-kertas tebal untuk mencetak simbol-simbol atau gambar yang sudah
disiapkan sedemikian rupa di dalam komputer; (4) kartu lambang kata majas sangat
luwes, praktis, dan tahan lama; (5) karena terbuat dari kertas maka dengan mudah
dapat dibawa ke mana saja, dapat disimpan di mana saja, dan dapat dipakai kapan
saja; (6) media ini sangat efektif , ekonomis, dapat dpakai dalam jangka waktu yang
panjang.
c. Bentuk Kartu Lambang Majas
Kartu Lambang majas dibuat dalam bentuk persegi panjang dengan bahan
baku kertas. Kertas mempunyai dua sisi. Sisi pertama diisi sketsa atau lambang-
lambang kata yang disesuaikan dengan pengertian masing-masing majas sedangkan
sisi kedua diisi dengan pengertian majas dan contoh-contohnya. Sisi pertama
digunakan untuk memancing siswa dalam menebak pengertian majas dan
contohnya, sedang sisi kedua untuk mengontol kebenaran dari pengertian dan
contoh majas yang ada pada sisi pertama.
Bentuk kartu lambang majas ada dua macam yaitu: kartu kocok dan kartu
besar. kedua kartu akan dijelaskan berikut.
(1) Kartu Kocok
Kartu kocok ukurannya mirip mainan pada umumnya. Kartu kocok
digunakan dalam teknik permainan simulasi dengan tujuan membantu memperkuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ingatan tentang majas, kartu ini fungsinya untuk mengulang-ulang atau untuk
mengedril materi majas agar ingatan siswa tentang majas lebih kuat.
Kartu kocok bentuknya mirip kartu permainan remi atau pun kartu
permainan empat satu sehingga memainkannya pun tidak jauh berbeda. Kalau kartu
mainan remi atau permainan empat satu lambang-lambang hanya terdapat pada satu
halaman, atau halaman depan saja, kartu lambang kata majas terdapat pada halaman
depan maupun halaman belakang, atau bolak-balik.
Sebagai media dalam permainan simulasi untuk memahami kartu lambang
kata dibutuhkan konsentrasi indera penglihatan, pendengaran, dan indra gerak
siswa. Dengan konsentrasi beberapa indra maka siswa akan memperoleh
pengalaman lebih baik. Menurut John Locke, semua pengetahuan, tanggapan, dan
perasaan jiwa manusia itu diperoleh karena pengalaman melalui alat-alat inderanya.
Pemikiran Edgar Dale (dalam Rohani, 1990 : 153) menggambarkan dengan “Cone
of experience” atau Kerucut Pengalaman.
Gambar 2. Kerucut Pengalaman menurut Edgar Dale
(Diadaptasi dari Rohani, 1990 : 153)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan :
1. Pengalaman langsung bertujuan
2. Pengalaman tiruan
3. Pengalaman dramatisasi
4. Pengalaman percontohan
5. Pengalaman darmawisata
6. Pengalaman pameran dan museum
7. Pengalaman televisi
8. Pengalaman gambar hidup / fiksi
9. Pengalaman lambang tetap, rekaman dan radio
10. Pengalaman lambang visual
11. Pengalaman lambang kata
Kerucut pengalaman tersebut mengurutkan perolehan pengalaman belajar
siswa. Pengalaman belajar siswa akan diperoleh dengan hasil yang terbaik
diurutkan dari urutan 1 sampai dengan 11. Berdasar urutan “Kerucut Pengalaman di
atas diketahui bahwa kartu kocok yang berisi lambang-lambang majas masuk ke
dalam kerucut pengalaman urutan kesembilan yaitu merupakan pengalaman
lambang tetap. Berdasar pada pernyataan di atas maka kartu kocok lambang majas
bila digunakan untuk media pembelajaran akan lebih baik bila dibandingkan
dengan pengalaman lambang kata. Oleh karena itu kartu kocok baik untuk dipakai
sebagai media pembelajaran. Dengan demikian maka kartu kocok lambang majas
bila dibandingkan dengan pembalajaran melalui pengalaman lambang kata atau
dengan kata-kata saja maka akan diperoleh hasil yang lebih baik.
Jumlah kartu kocok dapat didesain sesuai dengan jumlah majas. Contoh
desain terlampir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(2) Kartu Besar
Kartu besar adalah kartu dengan ukuran besar yaitu ukuran kertas kuarto.
Kartu ini digunakan untuk membantu menerangkan pengertian majas dengan teknik
pemodelan. Dengan teknik ini guru memepertunjukkan sketsa majas yang ada pada
kartu besar sambil menerangkan pengertian dan contohnya. Selanjutnya guru
mepertunjukkan model-model kartu besar lainnya sambil menjelaskan pengertian
sketsa dari majas tersebut. Kartu ini digunakan sebelum siswa diberi tugas
kelompok, sifatnya hanya untuk memperkenalkan macam-macam majas dan
pengertiannya secara cepat. Sketsa kartu besar tidak beda dengan kartu kocok.
Kartu ini dapat dilihat dari seluruh penjuru kelas, yaitu penjuru tempat duduk siswa.
Contoh kartu besar terlampir.
Hasil dari penganalisaan di atas dapat disimpulkan bahwa media kartu
lambang majas adalah suatu media hasil kreatifitas guru untuk memenuhi
kebutuhannya dalam pelaksanaan pembelajaran puisi berupa kartu yang berisi
simbol-simbol yang dapat mewakili pengertian dan contoh-contoh majas, sebagai
upaya untuk mempermudah kemampuan memparafrasakan puisi.
B. Temuan Hasil Penelitian Relevan
Penelitian ini relevan dengan penelitian beberapa para ahli sesuai dengan
bidangnya. Penemuan tersebut adalah sebagai berikut.
Deesii, Angkana (2002: 1) meneliti strategi penguasaan bahasa dengan
menggunakan permainan (game) di dalam kelas. Dalam penelitiannya permainan
dimanfaat untuk: menangkap perhatian siswa; menurunkan tingkat kesetresan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa; dan memberikan siswa kesempatan untuk berkomunikasi. Hubungan
penelitian Deesii, Angkana (2002: 1) dengan penelitian ini adalah keduanya
menggunakan permainan sebagai sarana penguasaan kompetensi mencapai tujuan
pembelajaran. Sedangkan perbedaanya adalah Deesii, Angkana (2002: 1) mengacu
pada kemampuan bahasa Inggris, sedangkan penelitian ini mengacu pada
kemampuan memparafrasakan puisi.
Penelitan Lia, Hong (2002: 1) membicarakan bagaimana memilih
permainan. Menurutnya untuk memilih permainan perlu mempertimbangkan:
kapan permainan itu digunakan; bagaimana hubungannya dengan buku teks
mereka; silabus, atau program. Yang jelas permainan yang berbeda akan
menguntungkan siswa dengan cara yang berbeda (Khan, J.1996). Kunci
keberhasilan permainan bahasa adalah jelas pada penguasannya, tujuan
didefinisikan dengan baik dan permainan harus menyenangkan. Penelitiannya
mempunyai kesamaan yaitu kunci sukses dalam pembelajaran dengan
menggunakan teknik permainan. Sedangkan perbedaannya teknik permainannya
diterapkan pada pembelajaran Bahasa Inggris sedangkan penelitian ini digunakan
untuk meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Pedri, Nancy (2010: 1) yang
meneliti tentang menarasikan ide melalui gambar. Hasil penelitiannya ialah: untuk
menuliskan ide menjadi sebuah narasi digunakan gambar (grafik). Narasi grafik
akan membedakan dengan bentuk narasi lainnnya. Penelitian ini akan memberi
perkembangan bagi dunia cerita. Penelitian Pedri, Nancy (2010: 1) mempunyai
pesamaan dengan penelitian ini yaitu keduanya menggunakan lambang atau gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai alat mempermudah penyampaian pesan. Perbedaan dari kedua penelitian
adalah: penelitiannya merupakan upaya untuk membuat karangan bentuk narasi,
sedangkan pada penelitian ini lambang atau sketsa dijadikan media untuk
memancing ingatan tentang majas.
Penelitian Shahbaz, Anjum (2012: 1) dalam tulisannya membahas persepsi
siswa tentang teknik pengajaran yang digunakan oleh guru mereka di tingkat
menengah. Hasil penelitiannya adalah bahwa guru sering ingin menggunakan
teknik salah satunya untuk menarik perhatian siswanya. Persamaannya adalah
sama-sama teknik digunakan untuk menarik perhatian siswa agar mudah untuk
mencapai tujuannya. Perbedaan dari penelitian keduanya adalah penelitian
Shahbaz, Anjum (2012: 1) menggunakan penelitian studi kasus sedangkan
penelitian ini dengan menggunakan penelitian tindakan kelas.
Kane, Aimee A, Linda Argote, & John M. Levine (2004: 1) meneliti tentang
hubungan antara siswa dalam kelompok. Bahwa dalam kelompok siswa akan
terpengaruh oleh pemerolehan pengetahuan dari temannya. Persamaan dengan
penelitiannya adalah terdapat pada unsur kerja kelompok mempengaruhi anggota
kelompoknya. Perbedaan keduanya adalah: pada penelitian Kane, Aimee A, Linda
Argote, & John M. Levine (2004: 1) kerja kelompok digunakan untuk
mempengaruhi teman, sedangkan pada penelitian ini kerja kelompok digunakan
dalam permainan simulasi. Simulasi pada dasarnya sama yaitu sama-sama
bermuara untuk tujuan saling mempengaruhi anggota kelompok. Dengan memberi
pengaruh antara satu dan lainnya sehingga tercipta adanya saling memotivasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada penelitian ini dijelaskan dalam dua bagian.
Penjelasannya adalah sebagai berikut.
1. Penerapan Teknik Permainan Simulasi dan Kartu Lambang Majas untuk
Meningkatkan Minat Belajar
Banyak siswa yang mempunyai minat belajar rendah. Faktor kelemahan itu
karena pembelajaran yang diperoleh tidak sesuai dengan minat dan kondisi siswa
tersebut. Teknik pembelajaran melalui permainan simulasi dan kartu lambang
majas merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan ini.
Teknik permainan simulasi sengaja dipilih untuk mengatasi permasalahan
minat belajar siswa rendah. Teknik pembelajaran ini dipilih karena mampu
menyajikan pembelajaran dengan menyenangkan. Teknik pembelajaran melalui
permainan ini menyenangkan karena dalam pembelajaran siswa diajak untuk
bermain-main. Setiap permainan akan disukai siswa.
Teknik permainan simulasi mudah dilaksanakan. Dikatakan mudah
silaksanakan karena permainan ini biasa dilakukan dalam permainan anak-anak
sehari-hari seperti permainan yang menggunakan kartu. Contoh permainan yang
biasa menggunakan kartu yaitu: empat satu, minuman, remi, dan lain-lain. Semua
permainan ini membutuhkan hubungan sosial atau teman bermain. Karena sudah
terbiasa dilakukan anak-anak maka permainan simulasi kartu lambang majas
mudah dilakukan. Hal ini akan membuat siswa berpikir lebih serius. Kondisi seperti
itu dapat mengurangi rasa malas, sehingga menarik minat siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Media kartu lambang majas digunakan dalam permainan simulasi.
Dukungan media kartu lambang majas akan menambah situasi permainan lebih
menyenangkan karena kartu lambang majas didesain sedemikian rupa agar indah.
Keindahan itu dapat dilihat dalam bentuk maupun warnanya. Bentuknya sederhana
tidak membingungkan. Warnanya kontras sehingga menarik perhatian. Keindahan
itu sengaja diciptakan untuk menarik perhatian siswa. Lambang-lambang majas
juga dituangkan dalam lembaran kertas karton berbentuk persegi panjang.
Lembaran-lembaran karton itu dapat dengan nyaman dipegang siswa, sehingga
tidak merepotkan.
Lambang majas berguna untuk mempermudah dan mempercepat siswa
mengingat tentang majas. Pengertian dan contoh majas berguna untuk
mengungkapkan kembali pemahaman siswa terhadap majas yang sedang
dihadapinya. Melalui lambang majas siswa akan dengan cepat melihat majas tanpa
membaca deretan huruf panjang terlebih dahulu. Karena itu siswa memperoleh
kemudahan untuk menangkapnya. Karena siswa mengalami kemudahan,
kenyamanan, dan kesenangan maka kemalasan siswa dapat terkurangi, akhirnya
timbulah minat belajar.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik
permainan simulasi dan media kartu lambang majas dapat meningkatkan minat
belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Penerapan Teknik Permainan Simulasi dan Kartu Lambang Majas untuk
Meningkatkan Kemampuan Memparafrasakan Puisi
Permainan simulasi mempunyai sifat untuk mencari kesenangan, bermain,
atau hiburan. Karena itu setiap permainan akan menyenangkan. Hiburan atau
kesenangan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Permainan simulasi bila
didukung dengan media kartu lambang majas akan meningkatkan kemampuan
tentang majas. Media kartu lambang majas berisi sketsa sederhana yang berisi
lambang-lambang majas baik pengertian maupun contoh-contohnya. Lambang-
lambang majas didesain sedemikian sederhana agar mudah diingat. Lambangnya
sederhana namun mampu mengungkapkan kalimat-kalimat tentang pengertian dan
contoh-contoh majas. Warnanya didesain sedemikian indah agar menarik perhatian
siswa.
Media kartu lambang majas ada dua yaitu kartu besar dan kartu kocok.
Media berupa kartu besar dipergunakan untuk menerangkan tentang majas dengan
teknik pemodelan. Teknik pemodelan dengan media kartu besar dilakukan sebelum
permainan simulasi. Kartu besar berguna untuk mengenalkan dan memancing
ingatan tentang majas, tentunya dengan waktu pengenalan yang relative singkat.
Teknik pemodelan dengan kartu besar harus dilakukan sebelum permainan
simulasi dilaksanakan, dengan tujuan agar dalam permainan simulasi siswa sudah
dibantu pemahamannya. Kartu kocok digunakan dalam permainan simulasi yaitu
dengan cara tebak-tebakan dan dilakukan berulang kali dalam satu set permainan.
Permainan ini bersifat untuk mengedril ingatan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Karena ingatan tentang majas diulang-ulang maka penguasaan majas
meningkat. Peningkatan ini tentunya akan mempengaruhi meningkatkan
kemampuan memparafrasakan puisi, karena bahasa yang digunakan dalam puis i
bersifat pigura, atau bahasa figuratif yang biasa disebut dengan majas.
Berhubungan dengan itu maka tanpa sadar siswa menguasi majas dan menguasai
parafrasa puisi dengan hati yang senang. Karena senang, kesadaran, perhatian siswa
meningkat, timbul kemauan belajar, dan siswa ikut terlibat, selanjutnya minat
belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi meningkat.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa teknik
permainan simulasi dan media kartu lambang majas adalah suatu usaha guru
melalui permainan simulasi dan media kartu lambang majas agar permasalahan
yang dihadapinya berupa rendahnya minat belajar dan memparafrasakan puisi
dapar teratasi.
Tentunya penjelasan-penjelasan di atas kurang mudah dipahami. Agar
keunggulan dari teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas mudah
dipahami, berikut adalah bagan kerangka berpikirnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3. Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti uraian di atas,
diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut. (1) Penerapan teknik permainan
simulasi dan media kartu lambang majas dapat meningkatkan minat belajar siswa
kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012; (2) Penerapan
teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas dapat meningkatkan
penguasaan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen
Tahun Ajaran 2011/2012.
Minat belajar
Permainan simulasi dan media kartu lambang majas
Meningkat
Kemampuan
memparafrasakan puisi
Minat dan kemampuan memparafrasakan puisi rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
Penelitian diadakan di kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen. SMP Negeri 7
Kebumen memiliki wilayah cukup luas yaitu 10231 m2 . Luas wilayah itu didirikan
bangunan banyak sekali lokal. Penataan lokal SMP Negeri 7 Kebumen berbentuk
persegi. Dari 17 lokal itu terdapat 57 ruangan. Dua puluh delapan ruang digunakan
untuk ruang kelas dari kelas VII A sampai dengan kelas IX I. Ruangan kelas VII B
terletak pada lokal ketujuh belas dari depan. Letaknya paling belakang bila dilihat
dari pintu gerbang sekolah.
Lokal 17 berjarak tempuh sekitar 30 meter dari lokal paling depan. Lokasi
ruang guru berada pada lokal pertama atau lokal paling depan. Untuk berjalan ke
ruang VII B guru membutuhkan waktu perjalanan sekitar lima menit. Sehingga
banyak guru tidak tepat waktu untuk sampai pada kelas VII B. Untuk menempuh
jarak sepanjang itu guru harus mempersiapkan waktu sekitar lima menit, sehingga
kalau berangkat tepat pukul 07.00 dari kelas maka sampai di kelas sekitar pukul
07.05 ini kalau guru langsung berjalan menuju ke ruang kelas VII. Kalau masih
harus mampir, atau berbicara dengan teman atau memberi pengaruh terhadap siswa
yang melakukan pelanggaran, maka waktu yang digunakan untuk melakukan
perjalanan sampai di kelas VII B akan lebih lama lagi.
Adapun waktu pelaksanaan dimulai pada bulan Juli sampai dengan
Desember tahun 2012. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No.
Urutan Kegiatan
Tahun Ajaran 2011/2012
Juli 2012
Agus 2012
Sept. 2012
Okt. 2012
Nov. 2012
Des. 2012
1. Pengajuan judul proposal
penelitan
xx
2. Menyusun proposal penelitian xx xxxx
3. Pengumpulan data dengan
melakukan tindakan penelitian:
Siklus 1 (1 pertemuan)
Siklus 2 (1pertemuan)
Siklus 3 (1 pertemuan)
xxxx
x
x
x
4. Analisis Data x x xx
5. Pembahasan/Diskusi/Presentasi x x
6. Meyusun laporan hasil
penelitian
xx
7. Pengesahan x
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siwa kelas VII B dan guru Bahasa Indonesia SMP
Negeri 7 Kebumen, Tahun Ajaran 2011/2012. Siswa kelas VII B berjumlah 32
anak. Kondisi siswa ini sebagian besar mempunyai lingkungan tempat tingal yang
kurang mendukung. Sebagian besar penghasilan orang tua adalah buruh dan tukang
becak sehingga perhatian terhadap pendidikan anak kurang.
Kurangnya perhatian orang tua siswa terhadap anaknya menimbulkan minat
belajar siswa sangar rendah. Bila mengikuti pembelajaran, mereka banyak yang
malas, dan lebih suka bermain-main. Konsentrasi belajar sangar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kemampuan menyimpan ilmu juga rendah. Dilihat dari hasil penerimaan siswa
baru rata-rata nilai bahasa Indonesia adalah 6,3.
Karena itu kondisi siswa yang berdampak buruk pada hasil belajar perlu
diteliti. Penelitian yang dilakukan pada subjek peserta didik adalah minat belajar
siswa selama pembelajaran dan hasil pembelajaran.
Kelemahan siswa tersebut tidak lepas dari peranan guru. Hasil survei
didapati bahwa guru kurang menguasai tentang majas. Karena itu guru perlu
diteliti. Penelitian terhadap guru yang akan diamati adalah: pelakasanaan sebelum,
sesudah, dan setelah kegiatan belajar mengajar setiap siklusnya.
C. Data dan Sumber Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid maka peneliti menyiapkan
sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer meliputi : (1) hasil
pretes dan postes tiap siklus, (2) soal-soal, (3) daftar hasil pengamatan, (4) angket
penilaian terhadap guru, (5) hasil wawancara dengan siswa.
Sumber data sekunder meliputi : (1) RPP, (2) daftar hadir siswa, (3) daftar
hasil pengamatan sikap siswa, (4) lembar pemantauan terhadap guru, (5) rekap hasil
penilaian, dan (6) rekap hasil pemantauan terhadap guru.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik penelitian dilaksanakan diakhir pembelajaran berlangsung, dengan
cara menganalisis hasil: observasi, wawancara, analisis dokumen, tes yang
berhubungan dengan materi pembelajaran, dan angket. Alat pengumpulan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berupa hasil pekerjaan siswa yaitu: (a) daftar presensi kehadiran siswa; (b) daftar
kumpulan nilai test formatif tertulis siswa mulai dari siklus pertama, siklus kedua,
dan siklus ketiga; (c) daftar pengamatan minat belajar siswa selama pelaksanaan
program perbaikan pembelajaran dilaksanakan setiap siklusnya, baik secara pribadi
ataupun secara kelompok oleh pengamatan teman sejawat; (d) hasil
pengamatan catatan belajar siswa kelas; (e) kelengkapan buku sumber belajar; (f)
pengumpulan hasil angket siswa.
E. Validasi Data
Teknik validasi data yang digunakan adalah teknik triangulasi data dan
triangulasi metode. Teknik triangulasi sumber berasal dari kolaborasi dengan
bantuan teman sejawat pada saat proses belajar mengajar. Data berupa lembar hasil
pengamatan teman sejawat pada saat proses belajar mengajar, baik data guru
maupun data siswa.
Validasi data dengan menggunakan data triangulasi metode diperoleh
melalui: (1) presensi siswa; (2) hasil perolehan nilai test akhir program perbaikan
pembelajaran per siklus; (3) hasil pengamatan perubahan minat dan sikap
perilaku siswa setiap pelaksanaan program perbaikan persiklus; (4) angket minat
siswa; (5) hasil pengamatan terhadap guru; (6) wawancara.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis interaktif dan
analisis deskriptif komparatif. Teknik analisis interaktif merupakan perpaduan antar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
empat komponen, yaitu: pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan
penarikan simpulan. Pada saat pengumpulan data sudah dilakukan reduksi dan
display data sekaligus sesuai kemunculan data yang dibutuhkan. Proses
pengumpulan data dapat lebih dipahami melalui bagan sebagai berikut.
Gambar 4. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (dalam Sutopo,
2002: 96)
Teknik analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil
penelitian antar siklus, baik membandingkan kondisi penelitian awal dengan siklus
I, Siklus I dengan siklus II, sklus II dengan siklus III. Hal yang dibandingkan
berupa minat belajar dan hasil belajar mengapresiasikan puisi maupun kinerja
guru. Hasil analisis siklus I dijadilan dasar penyusunan perencanaan tindakan pada
siklus II, Hasil analisis siklus II dijadikan dasar penyusunan tindakan Siklus III.
Pengumpulan Data
Display Data
Reduksi Data
Penarikan Simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
G. Indikator Kinerja
Ukuran dari keberhasilan atau peningkatan dari penelitian ini berdasarkan
pada hasil musyawarah antara peneliti dan kolaborator. Indikator tersebut ada dua
unsur yaitu: (1) adanya peningkatan minat belajar siswa dalam pembelajaran
ditandai dengan kriteria 75 % dari 32 siswa mempunyai minat belajar yang tinggi
dan (2) adanya peningkatan hasil belajar berupa peningkatan kemampuan
memparafrasakan puisi dengan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar di atas
50% dari 32 siswa, dengan KKM 70. Untuk mengukur ketercapaian tujuan
penelitian di atas dirumuskan indicator sebagai berikut.
Tabel 2. Indikator Ketercapaian Tujuan
NO. INDIKATOR PENCAPAIAN
SIKLUS III CARA MENGUKUR
1 Minat belajar mem-parafrasakan puisi
Minimal (75 %) siswa berminat memperlajari parafrasa puisi.
Diamati secara langsung de-ngan menggunakan instru-men minat memparafrasakan puisi setiap siswanya. Dengan hasil nilai pengamatan rata-rata 4 (siswa rata-rata ber-minat).
1. Kemampuan mem-parafrasakan puisi
Minimal (50 %) siswa mampu mencapai KKM 70 materi mempa-rafrasakan puisi.
Diukur dari hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal memparafrasakan puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H. Prosedur Tindakan
Pada tahap prosedur penelitian tindakan kelas, pelaksanaan dimulai dari
Pratindakan. Kegiatan pratindakan dilakukan untuk mengetahui kondisi awal dan
merupakan diagnosis permasalahan. Dari hasil pengamatan pratindakan maka
diketahui tindakan apa yang perlu diberikan terhadap permasalahan yang dihadapi
siswa. Ternyata memang siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen mempunyai
permasalahan, yaitu minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi, sangat
rendah, sehingga perlu diadakan tindakan.
Setelah diketahui permasalahan yang dihadapai maka dilakukanlah tindakan
penelitian yang terdiri dari tiga siklus. Tiap siklus dilakukan satu pertemuan.
Jumlah siklus disesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja. Setiap siklus
dilakukan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hal tersebut dianggap
sebagai satu siklus.
Teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas mulai
diterapkan pada tindakan Silkus I atau pembelajaran pada Siklus I. Ketika
pembelajaran berlangsung, peneliti dan kolaborator kedua mengamati jalannya
pelakasanaan pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai maka diadakan
wawancara dan diskusi, serta merefleksi hasil dari pembelajaran, berdasakan pada
hasil pengamatan. Dari hasil pengamatan dan refleksi penelitian maka diambil
simpulan tentang hasil pembelajaran dan langkah selanjutnya. Apabila hasil
pembelajaran pada Siklus I terdapat kekurangan baik minat belajar
memparafrasakan puisi, kemampuan memparafrasakan puisi, dan penerapan teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
permainan simulasi dan media kartu lambang majas, maka dilakukan lagi tindakan
pada Siklus II.
Pelaksaan Siklus II tidak berbeda dengan pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan
siklus II berdasar pada hasil pengamatan dan refleksi Siklus I. Siklus II
memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat pada Siklua I atau
pembelajaran pada Siklus I. Begitu pula dengan tindakan pada Siklus III, juga
memperbaiki kekurangan atau kelemahan yang terdapat pada Siklus II.
Prosedur selanjutnya, apabila tindakan penelitian sudah dilaksanakan maka
diadakan pembahasan. Masalah yang dibahas adalah semua hasil pembelajaran
siklus I, siklus II, dan siklus III kemudian disimpulkan. Simpulan merupakan hasil
penerapan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas terhadap
minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP
Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012. Bagaimanakah hasilnya, apakah
teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas mampu meningkatkan
minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP
Negeri 7 Kebumen atau tidak. Apabila teknik ini tidak berhasil maka metode
pembelajaran yang ditetapkan diubah atau diganti, atau mengadakan penelitian lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Teknik permainan simulasi dengan media kartu lambang majas sebagai
upaya meningkatkan minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi siswa
kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011-2012 merupakan teknik
pembelajaran yang dipersiapkan untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan
dengan minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi.
Penelitian ini dilakukan dengan tiga siklus. Sebelum dilaksanankan
penelitian tiap siklus, kondisi awal siswa diketahui terlebih dahulu. Tindakan ini
disebut dengan penelitian kondisi awal. Apabila penelitian kondisi awal telah
ditentukan, kegiatan selanjutnya adalah dilakukannya tindakan pembelajaran yang
terdiri dari tiga siklus. Tiga siklus ini diberi nama Siklus I, Siklus II, dan Siklus III.
Masing-masing siklus diadakan tindakan, yaitu: perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Lebih lengkapnya hasil penelitian dijelaskan sebagai
berikut.
1. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum mengadakan survei peneliti telah berbincang-bincang dengan guru
kelas yang intinya akan mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen, sesuai dengan permasalahan yang
65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sedang dihadapinya. Tentunya hal ini telah disetujuai terlebih dahulu oleh Kepala
SMP Negeri 7 Kebumen. Bahwa kedatangan peneliti adalah
ingin mengadakan penelitian yang behubungan dengan minat belajar dan
kemampuan memparafrasakan puisi. Dari hasil perbincangan ditentukan bahwa
guru kelas yang akan mengikuti panelitian yaitu Ibu Sulastari, S.Pd. sebagai guru
kelas VII B, beliau bertindak sebagai kolaborator satu. Bapak Sri Sudarto, S.Pd.
sebagai kolaborator dua, mereka bersedia membantu penelitian ini.
Pada kegiatan kondisi awal penelitian dilakukan melalui survei. Kegiatan ini
dilakukan pada tanggal Selasa, 9 Oktober 2012. Kegiatan survei dilakukan melalui
wawancara dan observasi dengan guru kelas VII B. Dari hasil survei melalui
wawancara diketahui bahwa guru mempunyai permasalahan yang berhubungan
dengan pembelajaran pada kompetensi dasar 13,2. Setelah diketahui ada
permasalahan pada guru tersebut maka peneliti dan kolaborator berdiskusi. Hasil
diskusi adalah diadakannya penelitian tindakan kelas. Setelah diadakan wawancara
disepakati membuat instrumen penelitian. Instrumen yang dipersiapkan meliputi:
(1) lembar penilaian silabus; (2) lembar penilaian RPP; (4) lembar penilaian kinerja
guru; (5) instrumen minat siswa memparafrasakan puisi; (6) jurnal refleksi guru; (6)
jurnal refleksi siswa; (7) ringkasan tentang teknik permainan simulasi dan media
kartu lambang majas. Pada kesepakatan tersebut ditentukan bahwa yang membuat
instrumen adalah peneliti.
Lembar penilaian silabus digunakan untuk mengetahui ketepatan perumusan
silabus, baik hubungan dengan standar kompetensi yang ada pada kurikulum atau
komponen-komponen lain dari silabus. Lembar penilaian RPP digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengetahui ketepatan perumusan komponen-komponen yang ada pada RPP,
terutama perumusan indikator, pemilihan materi pembelajaran, metode yang
digunakan, langkah-langkah pembelajarannya, media yang digunakan, dan
evaluasi.
Lembar penilaian kinerja guru digunakan untuk mengetahui kemampuan
guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Instrument minat siswa adalah
untuk mengetahui seberapa tinggi minat siswa dalam pembelajaran puisi tersebut.
Jurnal refleksi guru digunakan untuk mengetahui pendapat guru setelah
pelaksanaan pembelajaran. Jurnal refleksi siswa digunakan untuk mengetahui
pendapat siswa setelah pelaksanaan pembelajaran puisi. Ringkasan tentang teknik
permainan simulasi dan media kartu lambang majas diberikan kepada kolaborator
agar memahami teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.
Setelah instrumen selesai dibuat maka kegiatan selanjutnya adalah survei
pelaksanaan pembelajaran tentang puisi yang dilakukan oleh guru kelas.
a. Hasil Pengamatan Minat Belajar dan Kemampuan Memparafrasakan
Puisi
Proses pembelajaran untuk mengetahui kondisi awal kemampuan guru
maupun siswa dilakukan pada hari Rabu,10 Oktober 2012. Hasil pengamatan
pembelajaran terhadap kinerja guru mulai dari awal sampai akhir kegiatan adalah
sebagai berikut.
Hasil pengamatan guru melakukan kegiatan pembelajaran secara umum
sudah cukup baik atau skor 3 (57% dari nilai keseluruhan 90). Apersepsi berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tanya jawab tentang puisi dilakukan dengan sangat baik (skor 5). Menyampaikan
Kompetensi dasar 13.2 dengan sangat baik (skor 5). Cukup baik (skor 3)
penguasaan materi memparafrasakan puisi. Kemampuan guru tersebut menyulitkan
siswa untuk memahami parafrasa puisi dan tidak menarik minat siswa. Ketika
membicarakan puisi tidak menyinggung materi tentang majas, sehingga siswa
merasa kesukaran mengartikan puisi tersebut. Kemampuan menyesuaikan materi
puisi dengan KD kurang mampu (skor 3). Sehingga materi tidak mengarah pada
pemahaman isi puisi. Untuk lebih lengkap hasil pengamatan terhadap kinerja guru
dapat dilihat pada lampiran.
Hasil pengamatan kegiatan belajar siswa pada kondisi awal dapat
disimpulkan bahwa minat belajar kurang. Dengan rincian 23 tiga siswa (72%) siswa
kurang berminat, enam siswa (18,75%) tidak berminat, dua (6,25 %) siswa
berminat, satu siwa (3,125 %) sangat berminat, sedangkan siswa sangat tidak
berminat tidak ada.
Minat belajar kurang terlihat dari: sebagian besar ekspresi siswa datar,
ketertarikan terhadap pembelajaran memparafrasakan puisi tidak kelihatan. Ada 50
% siswa sadar artinya hanya 15 siswa yang mempunyai kesadaran bertindak untuk
memperoleh hasil yang baik dalam dalam memparafrasakan puisi. Siswa yang
perhatian atau siswa yang konsentrasai terhadap pembelajaran hanya 10 siswa atau,
31,25 %. Siswa yang mempunyai kemauan belajar tinggi hanya 17 atau, 53,125, %.
Keterlibatan siswa atau aktifitas siswa dalam memperoleh nilai memparafrasakan
18 siswa, atau 56,25 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Secara umum dapat digambarkan hasil pengamatan minat belajar siswa
adalah sebagai berikut. Sebagian besar siswa memperhatikan guru menjelaskan
puisi. Beberapa siswa malas memperhatikan guru saat menjelaskan puisi. Satu
siswa kelihatan sangat senang karena kadang bertanya dengan menunjukkan
jarinya. Ada sepuluh siswa sadar dengan tugas yang diberikan karena ketika dia
diberi tugas langsung mengerjakan tugasnya. Ada tiga siswa berlari-lari menemui
temannya, kelihatan dia sedang bermain-main dengan temannya. Ada juga dua
siswa tidak memperhatikan guru justru bermain surat, yang tidak sesuai dengan
materi saat itu. Dari paparan di atas dapat dibuat grafik minat belajar sebagai
berikut.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Kondisi Awal
NO
MINAT SISWA FREKUENSI
1. Sangat tidak berminat 0
2. Tidak berminat 6
3. Kurang berminat 23
4. Berminat 2
5. Sangat berminat 1
Jumlah siswa 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa masih
rendah. Minat belajar siswa rendah mempengaruhi hasil belajar memparafrasakan
puisi. Hal tersebut dapat dilihat pada pekerjaan siswa yaitu: siswa yang mendapat
nilai batas KKM 70 hanya empat siswa, atau siswa yang tuntas hanya 12,5%, rerata
nilai 60, nilai tertinggi 72, nilai terendah 45. Jumlah siswa seluruhnya 32. Jumlah
siswa yang tidak tuntas belajar 28 siswa atau 87,5 % siswa tidak tuntas. Hasil
belajar memparafrasakan puisi, dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.
0
5
10
15
20
25Histogram 1. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Kondisi Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Kondisi Awal
NO
NILAI ULANGAN
FREKUENSI
1. 40-45 4
2. 46-51 4
3. 52-57 0
4. 58-63 8
5. 64-69 12
6 70-75 4
7. 76-81 0
Jumlah siswa 32
b. Hasil Wawancara
Ada tiga siswa yang diwawancari hubungannya dengan penelitian ini.
Peneliti sengaja mengambil tiga siswa atas dasar tiga kemampuan yang dimiliki
siswa dengan pembelajaran puisi pada KD 13.2. Tiga kemampuan tersebut yaitu:
(1) siswa yang terlihat aktif dalam pembelajaran kondisi awal dan memperoleh
nilai tuntas; (2) siswa yang aktif dalam pembelajaran namun perolehan nilai tidak
0
2
4
6
8
10
12
14
40-45 46-51 52-57 58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93
Histogram 2. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Kondisi Awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tuntas; (3) siswa yang memperoleh nilai paling rendah dalam proses pembelajaran
dan tergolong siswa yang malas. Ketiga siswa tersebut adalah: (1) FMT; (2) LM;
(3) MS.
Hasil wawancara dengan FMT adalah: anak ini salah satu anak yang
kelihatan malas, karena itu dia mendapat nilai tidak tuntas. Menurutnya dia malas
karena kegiatan belajar kurang menarik, guru banyak bicara terus, sehingga dia
mengantuk. Harapannya adalah guru mengajar dengan menarik, menjelaskan materi
dengan mudah, jangan tergesa-gesa.
Hasil wawancara dengan LM. Dia salah satu siswa yang aktif dan mendapat
nilai hasil belajar tuntas, yaitu 72. Meskipun dia mendapat nilai tuntas namun dia
masih kecewa dengan hasil yang diperolehnya. Baginya pelajarannya susah.
Mengajarnya tidak menarik. Bu Guru mengajarnya kurang jelas. Materi yang
diberikan tidak dijelaskan terlebih dahulu. Ia ingin belajar dengan menyenangkan.
Saran yang disampaikannya adalah Bu Guru disuruh mengajar yang menarik dan
jelas, jangan cepat-cepat
Penilaian terhadap kinerja guru juga dapat lihat dari hasil wawancara
dengan MS. Dia adalah siswa yang memperoleh nilai hasil belajar pada posisi di
tengah-tengah. Siswa yang pada kegiatan pembelajaran kelihatan cukup berminat
tetapi nilainya tidak dapat memenuhi KKM 70. Pertanyaan yang diberikan
kepadanya, dijawab dengan penyataan kecewa karena nilainya tidak bagus. Ia
hanya mendapat nilai 59. Menurutnya pelajaran puisi susah. Hal yang menjadi
hambatannya adalah banyak kata-kata dalam puisi yang tidak diketahuinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Baginya puisinya, susah. Guru dalam mengajar menyebabkan dia mengantuk,
sehingga dia tidak mau memperhatikan penjelasan guru dengan baik.
Dari hasil pekerjaan siswa juga dapat disimpulkan bahwa permasalahan
yang dihadapi siswa yang sangat dominan adalah ada pada materi yang
berhubungan dengan majas dan media yang digunakan oleh guru kurang tepat serta
metode yang digunakan guru kurang dapat menarik minat belajar siswa.
Permasalahan tersebut tentunya tidak mungkin dibiarkan saja.
Begitu pula hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa guru juga
mempunyai permasalahan. Permasalahan yang dihadapi guru adalah ketika
melaksanakan pembelajaran dengan materi merefleksi isi puisi yang dibacakan,
guru merasa belum ada hal yang dapat dicapai karena belum ada hasil pembelajaran
yang sesuai dengan keinginannya. Masih banyak siswa bermain-main, tidak mau
terlibat dalam pembelajran, atau dikatakan siswa tidak mempunyai minat belajar.
Masalah lain yang dihadapi guru dalam pembelajaran ini adalah guru
kurang menguasai materi, belum ada media yang mampu membantu pembelajaran.
Siswa kurang bergairah dalam belajar, dan masih banyak lagi permasalahan yang
guru hadapi. Harapan yang guru inginkan adalah adanya bantuan untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapinya itu, bagaimana biar pembelajaran puisi bisa
berhasil sesuai dengan keinginannya. Salah satu dari keinginannya adalah banyak
siswa mencapai KKM70, minimal 50 % dari jumlah siswa dapat tuntas beljar.
Hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa dan guru mengha-dapi
permasalahan dalam pembelajaran yang berhubungan dengan KD 13.2. Oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
karena itu peneliti, guru, dan kolaborator sepakat untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas.
Kegiatan selanjutnya setelah diketahuinya kondisi awal adalah menentu-kan
pemecahan permasalahannya. Pemecahan permasalahan desesuaikan dengan
kondisi siswa. Karena siswa banyak yang tidak berminat dalam pembelajaran puisi,
maka peneliti mengajukan solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Peneliti mengajukan pendapat, karena siswa banyak yang tidak berminat belajar
puisi, maka alangkah baiknya bila siswa dalam belajar diajak dengan permainan.
Saat itu peneliti mengajukan teknik pembelajaran yaitu teknik permainan simulasi
dan media kartu lambang majas.
Setelah teknik pembelajaran dijelaskan kepada kolaborator ternyata mereka
dapat menerima teknik yang peneliti ajukan. Bagi mereka teknik ini akan lebih
mudah untuk memahaminya. Berdasar pada diskusi antar peneliti dan kolaborator
maka ditentukanlah pelaksanaan peneltian, yaitu penelitian dilakukan pada hari
Kamis, 11 Oktober 2012, di ruang kelas VII B, pukul 07.00 sampai dengan pukul
08.20 dilanjutkan pukul 08.35 sampai dengan 09.55. Hasil survei, pengamatan
pembelajaran serta hasil wawancara terlampir.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan melalui tiga Siklus. Ketiga
Siklus tersebut dilakukkan dengan daur ulang dan berkelanjutan dari Siklus I,
Siklus II, dan Siklus III. Setiap Siklus terdiri dari empat tahap. Empat tahap
tersebut yaitu: 1. Tahap perencanaan (planning), 2. Tahap implementasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tindakan (acting), 3. Tahap pengamatan (observing), dan 4. Tahap refleksi
(reflecting).
l. Siklus I
Tindakan Siklus I dilaksanakan berdasar pada hasil survei, pengamatan
pembelajaran, dan wawancara dengan guru kelas. Tindakan setiap Siklus terdiri
dari perencanan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Perencanaan tindakan Siklus I dilakukan pada hari Rabu, 10 Oktober 2012,
di ruang transit guru. Perencanaan dilakukan berdasar pada hasil analisis dan
refleksi pada kondisi awal. Pada tahap ini peneliti dan kolaborator mempersiapkan
perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran pada Siklus I merupakan
perbaikan dari hasil pembahasan pada kondisi awal dan mulai dimasukkannya
teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas. Perangkat pembelajaran
tersebut, yaitu silabus dan RPP.
Pada silabus aspek yang diperbaiki adalah: (1) kegiatan pembelajaran; (2)
indikator; dan (3) Penilaian. Hal yang diperbaiki dalam RPP adalah: (1) perumusan
indikator; (3) metode pembelajaran; (4) langkah-langkah pembelajaran; (5) media
dan sumber belajar; (6) penilaian. Kegiatan lain yang perlu dipersiapkan dalam
penelitian adalah mempersiapkan siswa agar situasi pembelajaran lebih kondusif.
Kegiatan pembelajaran pada silabus disempurnakan dengan menambahkan
rumusan yang disesuaikan dengan kondisi kompetensi dasar, sehingga rumusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
disempurnakan menjadi: (1) mendengarkan pembacaan puisi; (2) mendiskusikan
gambaran pengindraan, perasaan, dan pendapat dalam puisi; (3) mendiskusikan
nada, suasana, irama dan pilihan kata yang berkaitan dengan isi puisi; (4)
menentukan baris yang mengandung majas; (5) menginterpretasikan baris yang
mengandung majas; (6) memparafrasakan puisi; (7) menyimpulkan pesan-pesan
yang terdapat di dalam puisi; (8) menulis persamaan dan perbedaan kehidupan
pribadi siswa dengan kehidupan dalam puisi.
Indikator pembelajaran pada silabus juga disempurnakan sehingga terdiri dari
indikator: (1) mampu menangkap isi puisi seperti gambaran pengindraan, perasaan,
dan pendapat; (2) mampu menemukan baris puisi yang mengandung majas; (3)
mampu menginterpretasikan baris puisi yang mengandung majas; (4) mampu
memparafrasakan puisi yang telah dibacakan; (5) mampu mengemukakan pesa-
pesan puisi; (6) mampu mengaitkan kehidupan dalam puisi dengan kehidupan nyata
siswa.
Perbaikan RPP dipusatkan pada perumusan indikator. Penyempurnaannya
sebagai berikut. (1) Mampu menangkap isi puisi seperti gambaran pengindraan,
perasaan, dan pendapat; (2) Mampu menemukan majas pada baris-baris puisi; (3)
Mampu menginterpretasikan baris-baris puisi yang mengandung majas; (4)
Mampu memparafrasakan puisi; (5) Mampu mengemukakan pesan-pesan puisi; (6)
Mampu mengaitkan kehidupan dalam puisi dengan kehidupan nyata siswa.
Metode pembelajaran pada RPP juga disempurnakan. Penyempunaan
metode disesuaikan dengan teknik yang dipersiapkan pada penelitian ini. Pemilihan
metode disempurnakan menjadi: ceramah, tanya jawab, pemodelan, permainan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
simulasi. Langkah-langkah pembelajaran tidak luput dari perbaikan. Perbaikan
langkah pembelajaran terdiri atas: (1) kegiatan awal; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan
akhir.
Kegiatan awal pembelajaran diisi dengan tanya jawab tentang puisi.
Kegiatan inti diisi dengan kegiatan: (a) guru menjelaskan tentang majas dengan
metode pemodelan disertai ceramah dan tanya jawab dengan menggunakan media
kartu lambang majas besar (kartu besar); (b) guru membentuk kelompok yang
setiap kelompok berisi 4 orang; (c) peserta didik melakukan permainan simulasi.
(d) guru menjelaskan tentang cara menginterpretasikan puisi; (e) guru menjelaskan
tentang memparafrasakan puisi; (f) guru membagikan lembar kerja; (g) siswa
mengerjakan tugas. Kegiatan akhir diisi dengan kegiatan peserta didik dan guru
mengadakan refleksi.
Media pada pembelajaran awal tidak ada, maka pada pembelajaran Siklus
I, diadakan yaitu dengan menggunakan media kartu lambang majas besar dan kartu
lambang majas kocok. Begitu juga dengan penilaian. Penilaian ditambah terutama
materi soal yang dikerjakan siswa. Soal yang ditambahkan yaitu soal yang
berhubungan dengan majas, interpretasi baris puisi yang bermajas, dan
memparafrasakan puisi.
Dalam kesempatan ini pula peneliti dan kolaborator juga mendiskusikan
tentang persamaan persepsi. Persamaan persepsi yang pertama adalah: penyamaan
pelaksanaan pengamatan tindakan kelas. Bahwa tindakan pada Siklus I, merupakan
perbaikan pada pelaksanaan pembelajaran pratindakan. Kekurangan-kekurangan
yang dilakukan pada kondisi awal tidak boleh diulang kembali. Bahwa pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan selama pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan
akhir. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan kolaborator dua. Semua kegiatan
ditulis secara lengkap. Peneliti mengamati kegiatan guru sedangkan kolaborator
kedua mengamati kegiatan siswa.
Persamaan persepsi yang kedua yaitu: langkah-langkah pembelajaran
kompetensi dasar 13.2. dengan menggunakan teknik simulasi dan media kartu
lambang majas, dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dirumuskan. Pemodelan
dilakukan seperti umunya dilakukan. Permainan simulasi dilakukan sesuai dengan
langkah-langkah yang ada pada ringkasan permainan simulasi.Guru agar
memahami dan menguasai betul tentang langkah-langkah permainan simulasi dan
pengertian dari masing-masing lambang majas agar tidak membingungkan.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh kolaborator satu atau guru kelas VII B;
Pembuatan lembar soal dan lembar kerja siswa dibuat oleh kolaborator satu.
Kesepakatan setelah pelaksanaan tindakan kelas Siklus I, peneliti dan kolaborator
berkumpul lagi di ruang transit guru membahas kegiatan refleksi Siklus I. Jadwal
kegiatan tindakan ditetapkan pada hari Kamis, 11 Oktober 2012, tempat tetap di
ruang kelas VII B.
b. Tindakan Siklus I
Tahap tindakan penelitian Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 11
Oktober 2012 di ruang kelas VII B, puku; 07.00 sampai dengan pukul 08.20
dilanjutkan pukul 08.35 sampai dengan 09.55. Pada tahap ini kolaborator pertama
(guru bahasa Indonesia kelas VII B) melaksanakan pembelajaran. Kolaborator dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan peneliti mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas
atau kolaborator pertama. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan langkah-
langkah yang telah dirumuskan pada RPP Siklus I, yaitu kegiatan awal. Pada
kegiatan ini yang dilakukan guru adalah: (1) mengucapkan salam; (2) mengabsen
kehadiran siswa. (3) tanya jawab tentang puisi dihubungkan sampai pengertian
majas; (4) menyampaikan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa melalui
beberapa indikator. Menyampaikan KKM yang harus ditempuh.
Ketika kegiatan inti, guru melaksanakan kegiatan: menjelaskan majas
dengan menggunakan kartu lambang majas besar, dengan metode pemodelan,
ceramah, dan tanya jawab. Masing-masing majas dijelaskan secara sekilas.
Kegiatan ini mampu mamancing minat belajar siswa. Sebagian siswa mau
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan guru tentang majas. Namun
begitu, masih ada sekitar tujuh siswa kurang berminat terhadap penjelasan guru.
Perhatian mereka ada pada surat yang sedang dipegang, asyik bermain dasi,
berbicara dengan teman sendiri, dan meletakkan kepala di atas meja.
Kegiatan selanjutnya adalah guru membentuk kelompok. Setiap kelompok
beranggotakan 4 orang. Guru membentuknya dengan cara siswa disuruh
menghitung urutan mulai dari satu sampai delapan. Bagi siswa yang menyebutkan
hitungan yang sama, maka mereka dijadikan satu kelompok. sehingga terbentuklah
delapan kelompok. Jadi setiap kelompok terdiri dari empat siswa. Saat
pembentukan kelompok siswa kelihatan kacau, mereka sebagian besar mencari-cari
teman dan tempat duduk mereka dengan berteriak-teriak. Saat itu guru tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memberi peringatan untuk tidak ribut. Ada juga siswa yang dengan ogah-ogahan
mencari tempat duduknya.
Setelah siswa menemukan tempat duduk masing-masing maka kegiatan
selanjutnya adalah guru menyampaikan bahwa mereka akan diajak bermain. Semua
siswa kelihatan senang. Guru pun menjelaskan langkah-langkah permainan
simulasi kartu lambang majas. Guru pun menjelaskan bahwa permainan simulasi
dilakukan tidak bebeda dengan permainan kartu biasa. Guru menanyakan kepada
siswa, tentang permainan remi, malingan, empat satu. Banyak siswa menjawab
“pernah”. Guru pun melanjutkan kegiatannya membagikan satu set kartu kocok
pada setiap satu kelompok. Membimbing siswa melakukan permainan simulasi
kartu lambang majas. Siwa melakukan permainan simulasi kartu lambang majas.
Sekitar 25 menit permainan simulasi kartu lambang majas berlangsung,
guru menghentikan permainan, dilanjutkan dengan menjelaskan tentang
menginterpretasikan puisi dan memparafrasakan puisi. Puisi yang digunakan adalah
“Aku” Dalam menjelaskan cara menginterpretasikan puisi guru menyampaikan
pertanyaan “kalimat mana yang mengandung majas”. Sebagian besar siswa
menjawab dengan benar.
Ada beberapa siswa yang menanyakan arti majas tersebut serta
menanyakan arti keseluruhan kalimat tersebut. Sebagian siswa menjawab
pertanyaan dari temannya tetapi belum ada yang mampu menjawab dengan benar.
Guru mengulangi pertanyaan tentang arti kalimat yang mengandung majas tersebut.
Beberapa siswa menjawab dengan minat tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Guru menerangkan tentang memparafrasakan puisi. Sebagian besar siswa
menjawab dengan minat yang tinggi, namun banyak juga siswa yang minat
belajarnya sangat rendah, karena dua siswa meletakkan kepala di atas meja, dua
siswa bercakap-cakap dengan temannya. Banyak siswa bertanya tentang
memparafrasakan puisi. Pada saat itu beberapa siswa minat belajarnya rendah. Guru
membiarkan saja siswa yang minat belajarnya rendah. Guru menyuruh beberapa
siswa yang aktif untuk memparafrasakan puisi. Dua siswa mampu
memparafrasakan puisi “Aku” dengan mendekati benar.
Guru menunjuk siswa yang pandai membacakan puisi. Siswa maju
membacakan puisi yang telah dipersiapkan guru. Siswa yang lain mendengarkan
dengan saksama. Semua siswa memyimak dengan penuh perhatian. Tidak ada
siswa yang tidak memperhatikannya. Langkah selanjutnya guru membagikan soal
dan lembar kerja. Kegiatan akhir adalah guru melakukan tefleksi.
c. Pengamatan Siklus I
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan kolaborator kedua,
selama pelaksanaan pembelajaran diperoleh gambaran sebagai berikut.
(1) Pengamatan terhadap Kinerja Guru
Hasil pengamatan terhadap kinerja guru dapat disimpulkan bahwa
kemampuan kinerja guru cukup baik. Hasil skor yang diproleh adalah 60 atau 66%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dari skor maksimal 90, dengan rata-rata skor 3 (cukup baik). Kegiatan tersebut
dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Kegiatan guru dijelasakan mulai dari kegiatan positif sampai kegiatan
negatifnya. Kinerja guru yang positif antara lain: (a) guru telah berusaha
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang telah dirumus-
kan pada RPP; (b) semua aturan yang harus dikerjakan oleh siswa telah disam-
paikan; (c) melakukan kegiatan apersepsi dengan sangat baik, dilakukan dengan
tanya jawab tentang puisi dan siswa antusias; (d) menyampaikan kompetensi dasar
dengan sangat baik, yaitu membacakannya dengan sesuai dengan silabus; (e)
penguasaan materi memparafrasakan puisi cukup baik; (f) kemampuan
menyesuaikan materi memparafrasakan puisi dengan materi yang ditetntukan
kurikulum kurang tepat karena tidak mengarah pada isi puisi; dan lain-lain. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
Kinerja guru dengan hasil kurang baik di antaranya adalah: (a) kemampuan
menyesuai materi puisi dengan kompetensi dasar kurang baik karena tidak
mengarah pada pemahaman isi puisi; (b)penguasaan materi pembelajaran puisi
cukup baik kurang mampu menguasai majas; (c) menyampaikan materi puisi
kurang jelas, karena kurang dipahami siswa, sehingga banyak siswa merasa
kesulitan untuk memparafrasakan puisi; Kemampuan menyesuai materi puisi
dengan kompetensi dasar kurang baik karena tidak mengarah pada pemahaman isi;
cukup baik dalam menyampaikan pembeajaran karena cukup sesuai dengan
langkah-langkah mengajar yang tertuang dalam RPP, dan lain-lain. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari hasil pengamatan di atas dapat disimpulkan bahwa guru dalam
melaksanakan pembelajaran masih mempunyai banyak kelemahan. Kelemahan
yang dimiliki guru tentunya berdampak pada minat belajar siswa dan kemampuan
memparafrasakan puisi. Dampak negatif dari kelemahan guru dapat diketahui dari
hasil pengamatan terhadap kinerja siswa maupun hasil pengamatan terhadap guru.
Hasil pengamatan tersebut dabat dilihat pada penjelasan berikut.
(2) Pengamatan terhadap Kinerja Siswa
Ada dua hasil pengamatan terhadap kinerja siswa, yaitu minat belajar siswa
yang positif dan minat belajar yang negarif. Kedua minat belajar tersebut dijelaskan
berikut.
Pada awal pembelajaran, semua siswa siap mengikuti kegiatan yang
dilakukan guru. Tidak ada siswa yang tampak malas. Ketika guru mengabsen,
hampir seluruh siswa berebut menjawab nama temannya yang tidak hadir saat itu.
Siwa diam saja ketika guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajarai.
Ketika guru menjelaskan majas melalui pemodelan kartu lambang majas
besar, sebagian besar siswa aktif memperhatikan dan aktif menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang disampaikan guru. Tiga siswa tampak berambisi menjawab
pertanyaan-petenyaan guru dan lebih banyak menjawab dengan benar. Sebagian
besar siswa mengikuti pembelajaran dengan semangat tinggi, namun kemampuan
menguasai majas belum begitu tampak. Ada 28 siswa mempunyai kesadaran
memperhatikan penjelasan guru tentang majas. Namun begitu, masih ada empat
siswa tidak memperhatikan penjelasan guru. Mereka ada yang bermain surat,
bermain dasi, meletakkan kepala di atas meja, berbicara sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setelah guru membentuk kelompok dan menyuruh siswa untuk
menempatkan diri pada kelompoknya, sebagian besar siswa aktif, berteriak-teriak
memanggil temannya. Ketika siswa melakukan permainan simulasi dan media kartu
lambang majas, semua siswa kelihatan senang sekali. Sebagian besar siswa
berjuang keras mempertahankan jawabannya dan lawan mainnya mempertahankan
kebenaran jawabannya. Dua puluh sembilan siswa semangat menjawab pertanyaan
tentang majas Dalam kegiatan ini siswa betul-betul bejuang untuk memenangkan
permainan. Kegiatan ini sangat memancing siswa berusaha keras menguasai majas
baik bentuk maupun artinya.
Ada tiga puluh siswa memperhatikan guru ketika menjelaskan tentang
menginterpretasikan puisi. Dua siswa mampu memparfrasakan puisi yang
dijelaskan guru. Sebagian besar belum mampu menginterpretasikan puisi dengan
tepat, hanya mendekati betul. Beberapa siswa malas memperhatikan guru saat
menjelaskan memparafrasakan puisi. Mereka meletakkan kepala, dan bermain dasi.
Ketika guru menjelasakan tentang memparafrasakan puisi, sebagian besar
siswa mau memperhatikan penjelasan guru dengan minat yang tinggi. Mereka
menjawab pertanyaan-petanyaan guru dengan antusias. Namun mereka belum
mampu memparafrasakan puisi “Aku” dengan sempurna. Dalam hal ini sebagian
besar siswa belum mampu mengartikan dengan tepat dan kalimat bermajas masih
tampak digunakan dalam mengartikan puisi “Aku”. Namun sudah ada satu siswa
yang mendekati sempurna dalam memparafrasakan puisi “Aku”.
Kegiatan selanjutnya adalah siswa disuruh mendengarkan temannya
membacakan puisi “Surat dari Ibu”. Minat belajar siswa saat itu sangat tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
karena semua sisiwa (32) menyimak dengan antusias. Mereka semua memberi
tepuk tangan tanpa disuruh oleh guru.
Akhir dari pembelajaran, guru memberi tugas kelompok kepada siswa.
Minat siswa dalam mengerjakan tugas dengan cukup baik. Sebagian besar siswa
mempunyai kemauan agak besar saat mengerjakan tugas dari guru. Satu siswa tidak
mau mengerjakan tugas melainkan berjalan-jalan. Tiga belas siswa berminat
mengerjakan tugas. Tiga belas siswa kurang sadar dalam melaksanakan tugas
karena begitu disuruh mengerjakan tugas ada yang berlari ke tempat temannya, ada
yang tetap malas, bersenda gurau dengan teman. Satu siswa tidak segera
mengerjakan tugas tetapi bermain dasi yang dipakai.
Secara garis besar minat belajar siswa baik, dengan skor 4 (berminat),
dengan rincian sebagai berikut: 4 (12,5 %) siswa sangat berminat; 19 (59 %) siswa
berminat; 8 (25 %) kurang berminat; 1 (3,1 %) siswa tidak berminat; tidak ada
siswa yang sangat tidak berminat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik berikut.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siklus I
NO
MINAT SISWA
FREKUENSI
1. Sangat tidak berminat
0
2. Tidak berminat
1
3. Kurang berminat
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Berminat
23
5. Sangat berminat
4
Jumlah siswa
32
Dengan minat belajar yang demikian mengakibatkan hasil pembelajaran
kurang menguntungkan. Hasil belajar siswa ditemukan nilai terendah 58, Nilai
tertinggi 82, Rerata Nilai 66,5 Rentang Nilai 24. Juga ditemukan dua puluh empat
siswa belum tuntas mengerjakan soal yang berhubungan dengan kompetensi. Hanya
delapan siswa yang tuntas hasil belajarnya. Perolehan hasil belajar siswa masih
rendah yaitu hanya sembilan siswa yang tuntas, 75 % nilai hasil belajar siswa
dibawah KKM 70. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel hasil belajar di bawah ini
dan kegiatan siswa melalui foto yang terdapat pada lampiran.
0
5
10
15
20
25Histogram 3. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Siklus I
NO NILAI ULANGAN FREKUENSI
1. 58-63 12
2. 64-69 12
3. 70-75 4
4. 76-81 0
5. 82-87 4
6 88-93 0
d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan penelitian pada Siklus I, diketahui bahwa
proses pembelajaran melalui teknik permainan simulasi dan media kartu lambang
majas, minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi sudah terlihat ada
peningkatannya, bila dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada kondisi awal.
Peningkatan tersebut tejadi pada kinerja siswa maupun kinerja guru. Peningkatan
terhadap kinerja siswa terlihat dengan adanya peningkatan minat belajar dan
0
2
4
6
8
10
12
14
58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93
Histogram 4. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kemampuan mamparafrasakan puisi. Peningkatan kinerja guru telihat dari
kegiatannya dalam pelaksanaan pembelajaran.
Minat siswa sudah terlihat adanya perubahan, meskipun peningkatannya
belum terlalu dominan. Siswa senang mengikuti pembelajaran. Hal tersebut tampak
pada ekspresi siswa yang tertawa-tawa, semangat dalam belajar. Hal tersebut
tampak ketika guru menjelaskan majas dengan metide pemodelan, permainan
simulsi.
Kesadaran dalam mengikuti pembelajaran sudah tampak terlihat dari tiga
puluh siswa sadar memperhatikan penjelasan guru tentang majas Sebagian besar
siswa mempunyai kemauan agak besar saat mengerjakan tugas dari guru.
Perhatian siswa dalam pembelajaran cukup tinggi. Mereka mau menjawab
pertanyaan-petanyaan guru dengan antusias. Mereka menyimak penejelasan guru
dengan antusias. Menyimak dengan penuh perhatian ketika dibacakan puisi oleh
temannya. Memberi tepuk tangan tanpa disuruh oleh guru. Tiga puluh siswa
memperhatikan guru ketika menjelaskan tentang menginterpretasikan puisi.
Kemauan dalam belajar meningkat juga. Tiga siswa tampak berambisi
menjawab pertanyaan-petenyaan guru dan banyak menjawab dengan benar.
Sebagian besar siswa mengikuti pembelajaran dengan semangat tinggi. Semangat
menjawab pertanyaan tentang majas. siswa bejuang keras memenangkan
permainan, artinya berjuang keras untuk menjawab pertanyaan berhubungan
dengan majas.
Keterlibatan siswa dalam pemelajaran sebagian besar aktif. Tiga puluh
siswa sadar memperhatikan penjelasan guru tentang majas. Sebagian besar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berjuang keras mempertahankan jawabannya dan lawan mainnya mempertahankan
kebenaran jawabannya Dua siswa mampu memparfrasakan puisi yang dijelaskan
guru. Sebagian besar siswa mempunyai kemauan agak besar saat mengerjakan
tugas dari guru. Sebagian besar siswa terlibat dalam mengerjakan tugas. Sekitar dua
puluh empat siswa sadar dengan tugas yang diberikan karena ketika dia diberi tugas
langsung mengerjakannya.
Hasil belajar siswa pun meningkat. Perolehan hasil belajar, delapan siswa
tuntas. Nilai tertinggi meningkat menjadi 82. Nilai terendah menurun menjadi 58.
Rereata nilai meningkat menjadi 66,5.Sehingga rentang nilai menjadi 24.
Tidak hanya peningkatan yang tampak pada hasil pengamatan ini. Namun
kelemahannya juga dapat dilihat dalam penerapan teknik permainan simulasi dan
media kartu lambang majas. Kelemahan tersebut tampak pada minat maupun hasil
belajar siswa. Kelemahan tersebut sebagai berikut.
Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan guru karena mereka ada
yang bermain surat, bermain dasi, meletakkan kepala di atas meja, berbicara
sendiri. Kemampuan menguasai majas belum begitu tampak karena banyak siswa
yang masih menjawab peranyaan berhubungan dengan majas belum betul. Kelas
terasa gaduh karena guru tidak memperingatkan siswa. Sebagian besar belum
mampu menginterpretasikan puisi dengan tepat, hanya mendekati betul. Beberapa
siswa malas memperhatikan guru saat menjelaskan memparafrasakan puisi. Mereka
meletakkan kepala, dan bermain dasi.
Kemampuan memparafrakan puisi siswa masih rendah karena masih dua
puluh empat siswa belum dapat memenuhi KKM 70. Ada tiga siswa meletakkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
badan di meja ketika guru memberi tugas kelompok. Satu siswa tidak mau
mengerjakan tugas melainkan berjalan-jalan. Sekitar delapan siswa kurang sadar
dalam melaksanakan tugas karena begitu disuruh mengerjakan tugas ada yang
berlari ke tempat temannya, ada yang tetap malas, bersenda gurau dengan teman.
Satu siswa tidak segera mengerjakan tugas tetapi bermain dasi yang dipakai, dan
sekitar tiga siswa mengandalkan teman bekerja.
Dari minat belajar yang demikian akhirnya kemampuan memparafrasakan
puisi siswa kurang berhasil. Hal itu terlihat dari dua puluh empat siswa belum
mencapai batas tuntas mengerjakan soal yang berhubungan dengan kompetensi.
Dengan rincian sebagai berikut. 75 % nilai hasil belajar siswa dibawah KKM 70.
Rerata nilai kelas masih rendah, yaitu 66,5. Semua itu artinya hasil pembelajaran
Siklus I belum memnuhi indikator kinerja yang telah ditentukan pada Bab III.
Peningkatan kinerja guru terlihat dari: (1) kemampuan guru membuka
pelajaran dengan cukup baik; (2) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah yang telah dirumuskan pada RPP; (3) mampu menyampaikan
majas dengan media kartu lambang majas agak mudah diterima siswa; (4)
merespon siswa lebih baik; (5) memotivasi siswa lebih baik; (6) menyampaikan
materi cukup baik; (7) penguasaan kelas agak lebih baik.
Dari hasil pengamatan pembelajaran dapat ditemukan kekurangber-
hasilannya pembelajaran, dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran Siklus I
belum berhasil. Faktor ketidakberhasilan dari pembelajaran tersebut dipengaruhi
oleh factor guru maupun faktor siswa. Faktor kelemahan dari guru tersebut
diantaranya adalah: (1) guru belum mampu menguasai majas dengan teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
permainan simulasi; (2) guru belum mampu menguasai media kartu lambang
majas; (3) guru kurang menguasai materi hubungannya dengan memparafrasakan
puisi; (4) guru kurang mampu menguasai kelas; (5) guru kurang mampu membagi
waktu; (5) guru dalam melaksanakan pembelajaran masih grogi. Kelemahan yang
terdapat pada siswa adalah: (1) beberapa siswa malas; (2) beberapa siswa berteriak-
teriak senang sehingga menimbulkan keributan yang tinggi; (3) beberapa siswa
lebih suka asik dengan dirinya sendiri.
Berkait erat dengan permasalahan tersebut tentunya pembelajaran pada
Siklus I perlu diperbaiki. Maka dari itu penelitian perlu dilanjutkan lagi, yaitu
penelitian Siklus II. Rencana pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II adalah
sebagai berikut.
(a) Guru mempelajari dan memahami lagi RPP yang telah dibuat bersama peneliti
dan kolaborator dua;
(b) Guru diharap berusaha menguasai kartu lambang majas;
(c) Guru diharapkan berusaha menguasai prosedur pelaksanaan pembelajaran
permainan simulasi melalui media kartu lambang majas;
(d) Guru diharap berusaha menguasai interpretasi dan memparafrasakan puisi;
(e) Masuk kelas 10 menit sebelum pembelajaran dimulai;
(f) Siswa diajak berdoa sebelum pembelajaran dimulai;
(g) Guru berusaha lagi memahami tentang majas sampai menguasai betul;
(h) Pada saat menjelaskan majas melalui media kartu besar, usahakan jangan terlalu
cepat;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(i) Mengadakan perjanjian dengan siswa sebelum melakukan permainan simulasi,
agar siswa tidak melakukan perbuatan yang diluar dugaan guru dan
membahayakan;
(j) Memperhatikan siswa ketika melaksanakan permainan simulasi dengan kartu
kocok;
(k) Pada saat menjelasakan menginterpretasikan puisi jangan terlalu cepat;
(l) Menjelaskan memparafrasakan puisi jangan terlalu cepat;
(m) Guru mengingatkan siswa yang menyimpang dari kegiatan pembelajaran, siswa
yang melakukan penyimpangan sebaiknya diberi pertanyaan;
(n) Jangan membiarkan siswa keluar kelas terlalu lama, kalau perlu ditentukan
waktu saat ke belakang;
(o) Siswa yang kurang konsentrasi dalam pembelajaran, diingatkan misalnya:
memberi petanyaan atau memberi kesempatan untuk tampil membaca puisi di
depan kelas.
2. Siklus II
Tindakan Siklus II dilaksanakan berdasar pada hasil survei, pengamatan
pembelajaran Siklus I, wawancara dengan guru kelas setelah pembelajaran pada
Siklus I. Tindakan Siklus II dilakukan karena pembelajaran pada Siklus I
dinyatakan belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan. Hasil refleksi
Siklus I menyatakan bahwa pembelajaran belum berhasil. Hal itu dilatar belakangi
oleh kesulitan guru dalam penerapan teknik permaian simulasi dan media kartu.
Kesulitan tersebut dikarenakan guru belum menguasai lambang majas. Melihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kennyataan tersebut maka penelitian dilanjutkan. Tindakan Siklus II tidak berbeda
dengan tindakan pada siklus sebelumnya, yaitu terdiri dari perencanan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi.
e. Perencanaan Siklus II
Jumat, 2 November 2012 peneliti dan kolaborator mengadakan diskusi
kembali. Kegiatan dilakukan di ruang transit guru. Hasil diskusi menetapkan
kegiatan tindakan Siklus II berdasarkan hasil refleksi, observasi, wawancara, dan
penilaian Siklus I. Oleh karena itu tindakan Siklus II merupakan perbaikan
pembelajaran Siklus I. Pada diskusi ini disepakati untuk mempersiapkan keperluan
dalam pelaksanaan penelitian yaitu: (1) perangkat pembelajaran; (2) pelaksanaan
pembelajaran, meliputi pembukaan, inti, dan penutup; (3) penyamaan persepsi
dalam mengambil keputusan; (4) pembuatan lembar soal dan lembar kerja siswa;
(5) pembuatan instrumen penelitian; (6) penetapan waktu dan tempat pelaksanaan
Siklus II.
Perangkat pembelajaran paling utama dibahas adalah silabus. Silabus untuk
pembelajaran Siklus II disetujui tidak perlu dibuat atau diperbaiki lagi sudah
memenuhi syarat. Begitu juga penuangannya pada RPP dianggap memenuhi syarat.
Namun, untuk rumusan RPP perlu diadakan revisi, terutama pada kegiatan inti.
Pada kegiatan inti sebelum pelaksanaan permainan simulasai, perlu “diadakan
perjanjian sebelum melakukan permainan simulasi”. Catatan itu digunakan agar
sebelum permainan siswa harus mematuhi syarat bermain agar peristiwa ramai
sekali dan kegiatan yang agak membahayakan tidak terjadi. Perjanjian itu adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(1) siswa tidak boleh gaduh; (2) tidak boleh melakukan ancaman terhadap teman
dalam bentuk apapun; (3) tidak boleh curang, kalau jawaban memang benar
katakana benar, kalau jawaban salah katakan salah.
Perangkat pembelajaran lain yang harus disediakan oleh guru kelas adalah
daftar nilai, daftar hadir siswa, lembar soal, lembar kerja siswa, buku pegangan
guru, buku siswa.
Metode pembelajaran masih tetap menggunakan metode pemodelan kartu
lambang majas, karena mampu menarik minat belajar siswa. Guru diharap lebih
menguasai metode ini. Saat menggunakan metode ini diharapkan guru dalam
menyampaikannya diperlambat agar siswa lebih mudah memahaminya. Begitu pula
dengan lambang-lambang majas yang terdapat pada kartu lambang majas besar,
guru diharapkan menguasai lambang-lambang majas yang ada pada kartu lambang
majas, agar dalam menjawab pertanyaan dari siswa, guru tidak grogi dan bisa
menjawab dengan tepat. Dalam menyampaikan majas, agak diperjelas dan merata
terhadap siswa.
Begitu pula dengan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang
majas tetap dipakai, karena teknik dan media ini mampu menarik minat belajar
siswa dan mampu meningkatkan hasil belajar. Namun, sebelum penggunaan teknik
permainan sismulasi dan media kartu lambang majas, harus diadakan perjanjian
dengan siswa terlebih dahulu agar permainan dapat berjalan kondusif. Media
pembelajaran berupa kartu lambang majas juga masih tetap dipakai. Media ini
sangat menarik perhatian siswa dan sangat membantu mengingatkan siswa tentang
majas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ditentukan pula bahwa materi masih menggunakan materi puisi "Ibu" karya
Ni Wayan Supartiwi. Judul puisi tersebut dipakai dengan tujuan untuk
menguatkan pemahaman siswa dan penguasaan siswa tentan jalannya memahami
puisi, sampai dengan kemampuan memparafrasakan puisi.
Selain menetapkan perangkat pembelajaran, metode, media, dan waktu
pelaksanaan, tim peneliti juga menyamakan persepsi. Persepsi disamakan terutama
dalam hal pengamatan kinerja guru dan kinerja siswa. Pengamata dilakukan mulai
dari awal kegiatan pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Pengamatan
pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh dua orang yaitu kolaburator dua
melaksanakan pengamatan kenerja siswa sedangkan peneliti mengamati kinerja
guru.
Selanjutnya diskusi menentukan pembuat lebar soal, lembar kerja siswa,
serta instrumen yang harus disediakan Pembuat soal dan lembar kerja siswa
ditentukan adalah guru kelas sedangkan pembuat instrument penelitian adalah
peneliti dan kolaburator kedua.
Waktu pelaksanaan pembelajaran ditentukan Sabtu, 3 November 2012
tempat di kelas VII B, pukul 06.50 WIB. Pelaksanaan dimulai dari kegiatan awal
dilanjutkan dengan kegiatan inti dan diakhiri dengan kegiatan akhir. Pelaksanaan
pembelajaran berdasarkan RPP Siklus II, dilakukan oleh guru kelas VII B.
a. Tindakan Siklus II
Sabtu, 3 November 2012 tempat di kelas VII B tindakan Siklus II
dilaksanakan. Pada tindakan kali ini guru memperbaiki kekurangan-kekurangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang terjadi pada pembelajaran Siklus I. Guru masuk 15 menit sebelum
pembelajaran dimulai. Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran. Silabus, RPP,
daftar hadir siswa, daftar nilai, media kartu lambang majas, buku pegangan guru,
dan lembar tugas siswa.
Pukul 07.00 guru mulai melaksanakan kegiatan awal. Kegiatan yang
dilakukan adalah memberi salam, mengabsen siswa, menyampaikan kompetensi
dasar yang akan dipelajari hari itu. Guru memohon agar siswa mendukung jalannya
penelitian hari ini, dilanjutkan dengan tanya jawab tentang puisi.
Pada kegiatan inti guru menjelaskan tentang majas dengan metode
pemodelan media kartu lambang majas besar. Dalam kegiatan ini guru
menyampaikannya dengan tidak tergesa-gesa. Guru kelihatan mulai menguasai
materi majas. Tanya jawab juga dilakukan, guru merespon pertanyaan siswa dengan
baik. Banyak siswa yang mengacungkan jari untuk menjawab peranyaan dari guru.
Cukup banyak siswa mampu menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan
majas. Beberapa siswa yang menyampaikan pertanyaan. Guru menjawab
pertanyaan yang diajukan siswa.
Sebagian besar siswa mampu menjawab pertanyaan dari guru hubung-annya
dengan majas. Setelah guru memandang siswa memahami tentang majas
selanjutnya guru mengajak siswa untuk bermain simulasi kartu lambang majas.
Beberapa siswa terdengar berteriak ”Horeeee, asyiiik”. Melihat keadaan siswa yang
antusias untuk memainkan simulasi kartu majas, maka guru mengadakan perjanjian
tentang pelaksanaan permainan simulasi, baik sebelum bermain. Ketika bermain,
maupun setelah bermain. Siswa menyetujui permainan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Langkah selanjutnya guru membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri
dari empat siswa. Dalam kegiatan itu siswa lebih tertib dalam mencari
kelompoknya, tidak berteriak-teriak lagi. Guru menjelaskan kembali langkah-
langkah permainan simulasi. Siswa melakukan permainan simulasi. Semua siswa
bermain dengan riang gembira. Sebagian besar bersemangat memainkan simulasi
tersebut. Sebagian besar siswa berjuang keras menguasai majas beserta contohnya.
Banyak siswa sudah mampu mengumpulkan poin kemenangan, sebagi bukti
kemampuan penguasaan majas. Ada yang mampu menguasai delapan kartu, ada
yang mampu mengumpulkan sebelas kartu.
Ada satu siswa kurang bersemangat, menopang kepalanya seakan tidak
peduli dengan permainan tersebut. Guru mendekati satu siswa yang tidak
bersemangat bermain. Namun setelah guru mendekati, menanyakan, dan memberi
perhatian kepadanya, kelihatan siswa tersebut mau melakukan permainan itu lagi.
Teman lain memberi pengaruh terhadapnya. Pada kegiatan ini guru dekat dengan
siswa, berkeliling memperhatikan siswa bermain sambil memberi pengaruh.
Kegiatan permainan simulasi berjalan tertib. Tanya jawab tentang majas dilakukan
lagi oleh guru. Penguasaan materi majas sebagian besar siswa telah menguasai,
Guru menjelaskan tentang menginterpretasikan puisi sekaligus
memparafrasakannya. Guru melakukan tanya jawab. Sebagian besar siswa aktif
menjawab, sebagian besar siswa sudah mampu menjawab pertanyaan dari guru.
Beberapa siswa mampu menginterpretasikan puisi ”Aku” dengan baik. Dua siswa
mampu memparafrasakan puisi ”Aku” dengan hampir sempurna. Beberapa siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masih ada yang meletakkan kepala, oleh guru diberi pertanyaan, selanjutnya dia
aktif kembali.
Kegiatan selanjutnya adalah pembacaan puisi ”Ibu”. Satu siswa yang telah
dipersiapkan sebelumnya maju membacakan puisi. Siswa yang disuruh
membacakan berbeda dengan siswa yang membacakan puisi pada Siklus I, semua
siswa memperhatikan dengan saksama, tidak ada siswa yang meletakkan kepala
atau tidak memperhatikannya. Setelah pembacaan puisi, sebagian siswa bertepuk
tangan.
Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang perasaan siswa setelah
mendengarkan pembacaan puisi. Selanjutnya tanya jawab dilanjutkan dengan
membicarakan puisi dengan menggunakan kata tanya: apa, siapa, kapan,
bagaimana, mengapa. Ternyata sebagian besar siswa belum mampu menjawab
pertanyaan, akhirnya menanyakan tentang majas yang ada dalam puisi tersebut dan
menginterpretasikannya. Guru menanyakan parafrasa dari puisi tersebut, dan
menanyakan tentang isi puisi tersebut. Selanjutnya guru membagikan lembar kerja
pada siswa. Setelah selesai mengerjakan tugas lembar kerja dikumpulkan. Akhirnya
pada kegiatan penutup guru dan siswa mengadakan refleksi.
Semua kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan
akhir sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan. Tindakan penelitian Siklus II ini
dapat diselesaikan guru dengan baik. Ketika bel berbunyi tanda pergantian jam
pelajaran, kegiatan pembelajaran telah diakhiri.
Pada kegiatan ini peneliti dan kolaborator mengamati jalannya pelaksanaan
pembelajara mulai dari awal sampai akhir pembelajaran. Mengisi lembar instrumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penelitian yang telah disediakan. Selanjutnya peneliti dan kedua kolaborator
mendiskusikan hasil tindakan Siklus II.
b. Pengamatan Siklus II
Kegiatan pengamatan Siklus II dilakukan oleh peneliti dan kolaborator II.
Pengamatan dilakukan saat guru melaksanakan pembelajaran, mulai dari awal
kegiatan sampai guru menutup kegiatan pembelajaran. Semua kegiatan dicatat
dengan runtut.
(1) Hasil Pengamatan terhadap Kinerja Guru
Hasil pengamatan tindakan Siklus II diketahui bahwa guru mampu
melaksanakan pembelajaran dengan baik. Skor keberhasilan mencapai 82% dari
skor maksimal 90, dengan rata-rata 4,1.Untuk lebih jelasnya dapat diikuti paparan
berikut.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dengan hasil sangat baik di
antaranya yaitu: (a) melakukan apersepsi; (b) menyampaikan kompetensi dasar;
melaksanakan pembelajaran secara runtut sesuai dengan langkah-langkah yang
tercantum di dalam RPP.
Kegiatan pembelajaran dengan hasil baik yaitu: melaksanakan pembelajaran
secara runtut sehingga cukup mudah dipahami siswa dan mampu menarik minat
siswa; menyampaikan materi puisi dengan jelas; melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai; melaksanakan pembelajaran dengan teknik
permainan simulasi dan media kartu lambang majas; mampu menguasai kelas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kelas tidak ramai; sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; menguasaan materi
pembelajaran puisi.
Satu kekurangan guru dalam pembelajaran memparafrasakan puisi adalah
kurang mampu menguasai majas dan media kartu lambang majas. Agar lebih
lengkap pemahaman tentang hasil kinerja guru Siklus II dapat dilihat pada
penjelasan berikut.
Guru menyampaikan majas melalui metode pemodelan dengan media kartu
lambang majas dengan lebih pelan memancing perhatian siswa. Pertanyaan sudah
diberikan secara merata kepada siswa. Guru sangat aktif menanyakan macam-
macam majas dengan bantuan kartu majas besar.
Media kartu lambang majas digunakan dengan sangat menarik perhatian
siswa, memancing siswa mau bertanya dengan semangat. Sebagian besar siswa
dapat menjawab pertanyaan tentang majas. Siswa yang tidak berminat diberi
pertanyaan, sambil didekatinya, sehingga perhatian siswa dapat ditarik kembali.
Guru terlihat sangat menguasai kelas, komunikatif, memberi sanjungan terhadap
kinerja siswa yang berhasil, memberi semangat terhadap kinerja siswa yang kurang
berminat, selalu mencoba menarik perhatian siswa yang kurang perhatian dengan
cara yang halus.
Guru menerapkan teknik permainan simulasi melalui media kartu majas
kocok dengan sangat baik. Guru membimbing siswa bermain simulasi dengan
penuh perhatian. Guru lebih tanggap terhadap situasi-situasi yang memicu terhadap
kegiatan pembelajaran yang kurang kondusif. Kelompok yang kelihatannya kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bersemangat didatangi dan ditanyakan permasalahannya. Semua kegiatan guru ini
menciptakan situasi pembelajaran betul-betul kondusif.
Guru menjelaskan interpretasi dan memparafrasakan puisi dengan pelan
disertai dengan menyampaikan pertanyaan, sehingga menarik perhatian siswa.
Pertanyaan diberikan secara merata kepada seluruh siswa, tidak hanya siswa yang
dianggap mampu oleh guru. Kegiatan akhir diisi dengan pembagian lembar kerja.
Guru dapat menyelesaikan semua kegiatan pembelajaran mulai dari awal
sampai kegiatan akhir kegiatan sesuai alokasi waktu yang ditentukan. Begitu bel
berbunyi tanda pergantian jam pelajaran, pelaksanaan pembelajaran telah diakhiri.
(b) Hasil Pengamatan terhadap Kinerja Siswa
Kinerja siswa pada pembelajaran Siklus II sebagian besar mempunyai minat
yang tinggi. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan hasi pengamatan minat
belajar siswa terhadap pembelajaran memparafrasakan puisi yaitu: terdapat 13 (40,6
%) siswa sangat berminat; 14 (43,75 %) siswa berminat; dua (6,25 %) siswa kurang
berminat; dua (6,25 %) siswa tidak berminat; dan satu (3,125 %) siswa sangat tidak
berminat. Agar lebih mudah memahami pendeskripsian tersebut di atas dapat
dilihat tabel dan grafik berikut.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siklus II
NO
MINAT SISWA
FREKUENSI
1. Sangat tidak berminat 1
2. Tidak berminat 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Kurang berminat 2
4. Berminat 14
5. Sangat berminat 13
Jumlah siswa 32
Hasil pengamatan minat belajar tersebut di atas dirinci sebagai berikut.
Siswa yang senang mengikuti pembelajaran memparafraskan puisi adalah: 19
siswa sangat berminat, delapan siswa berminat, empat siswa kurang berminat, satu
siswa tidak berminat, dan tidak ada siswa yang sangat tidak berminat.
Siswa yang sadar terhadap pembelajaran memparafrasakan puisi Siklus II
terdiri dari: 13 siswa sangat sadar mengikuti pembelajara; 15 sadar mengikuti
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Histogram 5. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran siklus II; 2 siswa kurang sadar; 1 siswa tidak sadar; dan 1 siswa
sangat tidak sadar mengikuti pembelajaran.
Perhatian siswa terhadap pembelajaran memparafrasakan puisi diketahui
sebagai berikut. Dua belas siswa sangat perhatian, 16 siswa perhatian, empat siswa
kurang perhatian. Dilihat dari kemauannya diketahui ada delapan siswa mempunyai
kemauan yang sangat tinggi; 20 siswa mempunyai kemauan; dua siswa kurang
kemauan belajarnya; dua siswa kurang mempunyai kemauan. Tujuh belas siswa
sangat terlibat dalam pembelajaran memparafrasakan puisi; sembilan siswa terlibat;
lima siswa kurang terlibat; dan satu siswa tidak mau terlibat.
Pada pembelajara siklus ini kondisi awal pembelajaran, siswa mampu
memperhatikan guru dengan baik. Tidak ada satu pun siswa yang meletakkan
kepala di meja atau berbicara dengan teman. Semua berminat menjawab pertanyaan
yang dibutuhkan guru dengan baik.
Bermodal minat belajar tinggi akhirnya hasil pembelajaran
memparafrasakan puisi Siklus II meningkat bila dibandingkan dengan hasil
pembelajaran Siklus I. Hasil belajar siswa didapati sebagai berikut. Perolehan hasil
belajar siswa meningkat tinggi. Nilai terendah 58, Nilai tertinggi 88, Nilai Rerata
71,125, dan rentang nilai 30. Jumlah siswa tuntas ada 24 siswa atau 75 % siswa
mencapai batas KKM 70, nilai hasil belajar siswa tidak tuntas adalah 25 %. Untuk
lebih jelas hasil belajar siswa dapat dilihat pada distribusi dan grafik di bawah
berikut.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
NO NILAI ULANGAN FREKUENSI
1. 58-63 4
2. 64-69 4
3. 70-75 20
4. 76-81 0
5. 82-87 0
6 88-93 4
Jumlah siswa 32
c. Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan penelitian pada Siklus II, dapat disimpulkan
bahwa proses pembelajaran yang merupakan upaya meningkatakan minat belajar
dan kemampuan memparafrasakan puisi sudah terlihat peningkatannya cukup
signifikan. Bila dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada Siklus I hasil
0
5
10
15
20
25
58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93
Histogram 6. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran Siklus II tampak jelas perbedaannya. Peningkatan tersebut terjadi
pada minar belajar maupun kemampuan memparafrasakan puisi siswa.
Peningkatan minat belajar siswa terlihat pada ekspresi siswa dalam
mengikuti pembelajaran sangat senang, tertawa-tawa,. Hal tersebut tampak ketika
guru menjelaskan majas dengan metide pemodelan, permainan simulsi dan ketika
menjelaskan tentang memparafrasakan puisi “Aku”.
Kesadaran siswa dalam mengikuti pembelajaran memparafraskan puisi
tinggi, telihat dari antusias dalam mengajukan pertanyaan, penyampaian
argumentasi saat mejawab pertanyaan dari teman. Semua siswa mengerjakan tugas
dari guru, tidak ada yang menjagakan teman dalam mengerjakan tugas. Banyak
siswa menjawab pertanyaan-pertnyaan dari guru dengan benar. Banyak siswa
mampu meninterpretasikan puisi “Aku” dengan benar.
Perhatian siswa terhadap pembelajaran sangat tinggi. Hal itu terlihat pada
berkurangnya siswa yang meletakkan kepala maupun bermain sendiri. Menyimak
dengan penuh perhatian ketika dibacakan puisi oleh temannya. Memberi tepuk
tangan tanpa disuruh oleh guru. Semua siswa memperhatikan guru ketika
menjelaskan tentang menginterpretasikan puisi. Mencatat ketika guru menjelaskan
interpretasi puisi dan memparafrasakan puisi “Aku”. Mendengarkan perintah guru
dengan konsentrasi.
Kemauan dalam belajar sangat tinggi, hal tersebut dapat dilihat saat
dilkukannya permainan simulasi dan media kartu lambang majas. Mereka sangat
semangat untuk menjawab pertanyaan-petanyaan tentang majas yang disampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
temannya. Emosi siswa untuk menjawab dengan benar sangat tinggi. Kemauan
yang sangat tinggi untuk memenangkan permainan simulasi.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat tinggi. Tiga puluh siswa
dengan sadar memperhatikan penjelasan guru tentang majas. Sebagian besar siswa
berjuang keras mempertahankan jawabannya tentang majas dalam permainan
simulasi. Siswa sebagai lawan main mempertahankan kebenaran jawabannya. Dua
siswa mampu memparfrasakan puisi yang dijelaskan guru. Sebagian besar siswa
mempunyai kemauan agak besar saat mengerjakan tugas dari guru. Sebagian besar
siswa terlibat dalam mengerjakan tugas. Sebagian besar siswa aktif mengerjakan
tugas yang dibertikan guru. Sekitar dua puluh empat siswa sadar dengan tugas yang
diberikan karena ketika dia diberi tugas langsung mengerjakannya.
Kondisi minat belajar yang tinggi berdampak positif pada hasil belajar
siswa. Dampak positif yang dapat dilihat adalah jumlah siswa yang tuntas belajar
meningkat, dari delapan menjadi dua puluh empat siswa. Nilai tertinggi juga
meningkat, dari nilai tertinggi 82 menjadi 88. Nilai terendah tetap 58. Rerata nilai
meningkat dari 66,5 menjadi 71,125. Sehingga rentang nilai menjadi 30.
Kelemahan masih terlihat dalam penerapan teknik permainan simulasi dan
media kartu lambang majas, meskipun kelemahan tersebut tidak mendominasi
situasi pembelajaran. Kelemahan tersebut tampak pada kemapuan guru dalam
menerapkan teknik tersebut. Guru kurang mampu menahan teriakan siswa dam
permainan simulasi. Sehingga masih ada sedikit kegaduhan dalam pembelajaran.
Kelemahan lainnya sudah tidak ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kelemahan pada minat belajar siswa masih tampak kadang-kadang saja.
Kelemahan itu dapat diantisipasi dengan cara guru memberi perhatian dan memberi
pertanyaan-pertanyaan pada siswa. Perhatian tersebut sudah mampu
mengembalikan siswa kepada minat belajar. Kelemahan pada kemampuan
memparafrakan puisi masih tampak. Terlihat dari hasil pembelajaran masih ada
siswa yang belum memenuhi KKM 70, yaitu masih delapan siswa yang belum
memenuhi KKM 70.
Kendala yang dihadapi guru juga masih ada, yaitu masih adanya siswa yang
pembawaannya malas meskipun perhatian sidah dikonsentrasikan padanya, tetap
saja tidak berubah. Pembawaan siswa yang tidak dapat konsentrasi belajar dalam
waktu yang relatif lama. Kondisi siswa yang memang lemah menjadi kendala guru
dalam menuntaskan kemampuan memparafrasakan puisi.
Mengingnat masih ada kendala yang terjadi pada Siklus II maka penelitian
perlu dilanjutkan. Maka penelitian dilanjutkan pada Siklus III. Hal yang perlu
menjadi catatan dan perlu perbaikan dalam pembelajaran Siklus III adalah sebagai
berikut.
(1) Mengulangi pembelajaran, dengan menghilangkan kekuarangan yang ada pada
Siklus II;
(2) Siswa yang kurang konsentrasi dalam pembelajaran, lebih diingatkan misalnya:
memberi petanyaan atau memberi kesempatan tampil membacakan puisi di
depan teman-teman secara berulang-ulang.
(3) Saat menjelaskan majas pertanyaan lebih dikonsentrasikan pada siswa yang
belum tuntas hasil belajarnya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(4) Mendekati dan mengawasi kegiatan siswa yang mempunyai masalah melakukan
permainan simulasi maupun saat mengerjakan tugas;
(5) Saat menjelaskan tentang menginterpretasikan puis pertanyaan lebih dikonsen
pada siswa yang bermasalah;
(6) Saat menjelaskan tentang memparafrasakan puisi, pertanyaan lebih ditujukan
pada siswa yang bermasalah;
(7) Memberi kesempatan membacaka puisi pada siswa yang bermasalah.
3. Siklus III
Tindakan Siklus III merupakan perbaikan dari tindak lanjut Siklus II.
Tindakan Siklus II berdasarkan hasil refleksi dinyatakan masih ada delapan siswa
belum mencapai batas ketuntasan belajar, juga masih ada siswa yang minat belajar
masih rendah. Hasil refleksi, observasi, dan wawancara dengan guru kelas pada
Siklus II menyatakan bahwa perlu adanya perbaikan hasil belajar. Mengingat masih
ada delapan siswa belum tuntas kemampuan memparafrasalan puisi. Berdasar pada
kenyataan tersebut maka peneliti dan kolaborator bersepakat agar penelitian
dilanjutkan pada Siklus III. Oleh karena itu ditetampan Selasa, 7 November 2012
diadakan perencanaan penelitian.
a. Perencanaan Siklus III
Selasa, 7 November 2012 peneliti dan kolaborator berdiskusi lagi
menentukan pelaksanaan tindakan Siklus III. Diskusi tersebut dilakukan untuk
mempersiapkan tentang perangkat pembelajaran meliputi: (1) silabus; (2) RPP; (3)
metode dan media pembelajaran; (4) pelaksanaan pembelajaran: kegiatan awal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kegiatan inti, dan kegiatan akhir; (5) persamaan persepsi pengamatan kinerja guru
dan kinerja siswa; (6) penetapan pembuatan lebar soal dan lember kerja siswa; (7)
pembuatan insttumen yang harus disediakan; (8) penetapan waktu dan tempat
pelaksanaan Tindakan Siklus III; (9) penetapan kegiatan selanjutnya.
Silabus pembelajaran ditetapkan tidak perlu diadakan perbaikan, tetap
menggunakan silabus yang telah ada, karena dipandang sudah memenuhi syarat
baik terhadap kurikulum, maupun semua aspek yang terdapat dalam silabus.
Ditentukan pula bahwa silabus tetap dibuat meskipun tidak ada revisi. RPP pada
dasarnya tidak perlu diubah. Hanya ada bagian yang perlu diganti, yaitu bagian
yang ada pada instrument evaluasi. Materi puisi yang digunakan sebagai alat
evaluasi memparafrasakan puisi diganti dengan puisi lainnya, agar tidak
membosankan, serta kemampuan siswa dalam memparafrasakan puisi lebih
tampak. Puisi penggantinya adalah “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto
Bachtiar.
Metode yang digunakan juga sama, tidak ada perubahan yaitu: ceramah,
tanya jawab, pemodelan kartu lambang majas, permainan simulasi dan kartu
lambang majas. Media yang dipakai tetap media kartu lambang majas besar dan
kartu kocok. Pelaksanaan pembelajaran tetap dimulai dari kegiatan awal, kegiatab
inti, dan kegiatan akhir, sesuai dengan yang dirumuskan dalam RPP. Persamaan
persepsi jug disamakan, bahwa pengamatan kinerja guru adalah peneliti sedangkan
pengamat kinerja siswa yaitu kolaburator kedua. Pembuat lebar soal dan lember
kerja siswa adalah guru kelas. Pembuat instrumen pengamatan adalah peneliti.
Waktu dan tempat pelaksanaan tindakan Siklus III dilakukan pada Kamis, 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
November 2012 tempat di kelas VII B. Setelah pengamatan dilanjutkan lagi dengan
diskusi setelah pelaksanaan pembelajaran.
b. Tindakan Siklus III
Kamis, 8 November 2012 tempat di kelas VII B tindakan Siklus III
dilaksanakan. Guru masuk 10 menit sebelum pembelajaran dimulai. Guru
mempersiapkan perangkat pembelajaran. Silabus, RPP, daftar hadir siswa, daftar
nilai, media kartu lambang majas, buku pegangan guru, dan lembar tugas siswa.
Pukul 07.00 guru mulai melaksanakan kegiatan awal. Kegiatan yang dilakukan
adalah memberi salam, berdoa bersama, mengabsen siswa, menyampaikan
kompetensi dasar yang akan dipelajari hari itu. Guru memohon agar siswa
mendukung jalannya penelitian hari ini, dilanjutkan dengan tanya jawab tentang
puisi pertanyaan lebih diutamakan pada siswa yang bermasalah.
Pada kegiatan inti guru menjelaskan tentang majas dengan metode
pemodelan media kartu lambang majas besar. Dalam kegiatan ini guru
menyampaikannya pengertian majas yang ada pada kartu lambang majas besar
dengan agak pelan. Kemampuan menyampaiakan majas saat itu lebih dikuasai
guru. Tanya jawab juga dilakukan, diutaman pertanyaan disampaikan pada siswa
yang bermasalah. Perhatian guru betul-betul merespon pertanyaan siswa yang
bermasalah. Delapan siswa yang bermasalah terlihat ada perubahan. Siswa mau
menjawab pertanyaan dari guru. Dari sebagian petanyaan yang disampaikan guru
dapat terjawab dengan benar. Guru banyak memberi pujian kepada siswa yang
bermasalah tersebut untuk jawaban yang benar. Siswa terlihat tersenyum-senyum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Setelah guru memandang siswa yang belum tuntas memahami tentang
majas, selanjutnya guru mengajak siswa untuk bermain simulasi dan media kartu
lambang majas. Semua siswa kelihatan senang sekali. Sebelum guru
memperbolehkan permainan simulasi diadakan perjanjian tentang pelaksanaan
permainan simulasi. Bagi siswa yang melanggar maka dikurangi poinnya satu.
Langkah selanjutnya guru membentuk kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari empat siswa. Guru menjelaskan kembali langkah-langkah permainan simulasi.
Setelah semua siswa ditanya sudah jelas tentang langkah permainan simulasi dan
media kartu lambang majas, peserta didik diperbolehkan melakukan permainan
simulasi.
Pada saat permainan simulasi dan media kartu lambang majas berlangsung,
semua siswa kelihatan senang sekali. Ambisi untuk memenangkan permainan besar
sekali, sehinggu usaha untuk menguasai majas kelihatan sekali. Banyak siswa
memperoleh poin kartu lambang majas. Guru lebih mendekati kedelapan siswa
yang bermasalah. Perhatian pun ditekankan pada delapan siswa yang bermasalah
tersebut. Kedelapan siswa yang belum tuntas terlihat lebih perhatian pada
permainan. Sebagian besar siswa dari kedelapan siswa bermasalah mampu
mengumpulkan poin kartu lambang majas.
Guru mendekati satu siswa yang tidak bersemangat bermain. Namun setelah
guru mendekati, menanyakan, dan memberi perhatian, siswa kelihatan mau
melakukan permainan itu lagi. Teman lain memberi pengaruh terhadapnya. Pada
kegiatan ini guru berkeliling memperhatikan siswa bermain simulasi sambil
memberi pengaruh. Kegiatan permainan simulasi berjalan tertib. Tanya jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tentang majas dilakukan lagi oleh guru. Penguasaan materi majas terlihat lebih
dukuasai siswa.
Setelah 55 menit berlalu, guru menjelaskan tentang menginterpretasikan
puisi sekaligus memparafrasakannya. Guru melakukan tanya jawab. Sebagian besar
siswa aktif menjawab. Siswa yang meletakkan kepala sudah tidak terlihat.
Kegiatan selanjutnya adalah salah satu siswa yang bermasalah disuruh untuk
membacakan puisi. Semua siswa memperhatikan dengan saksama, tidak ada siswa
yang meletakkan kepala atau tidak memperhatikannya.
Guru menyuruh siswa memberikan aplaus terhadap Kinerja Siswa yang
telah membacakan puisi. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang perasaan
setelah mendengarkan pembacaan puisi. Selanjutnya guru membagikan lembar
kerja pada siswa. Setelah selesai mengerjakan tugas lembar kerja dikumpulkan.
Akhirnya pada kegiatan penutup guru dan siswa mengadakan refleksi.
Semua kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan
akhir sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan. Tindakan penelitian Siklus III
dapat diselesaikan guru dengan baik. Ketika bel berbunyi tanda pergantian jam
perajaran lain, kegiatan pembelajaran telah diakhiri.
Pada kegiatan ini peneliti dan kolaborator mengamati jalannya pelaksanaan
pembelajara mulai dari awal sampai akhir pembelajaran. Mengisi lembar instrumen
penelitian yang telah disediakan. Selanjutnya peneliti dan kedua kolaborator
mendiskusikan hasil tindakan Siklus III.
c. Pengamatan Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kegiatan pengamatan dilakukan saat guru melakukan pembelajaran, mulai
dari awal kegiatan sampai guru menutup kegiatan pembelajaran. Pengamatan
dilakukan oleh peneliti dan kolaborator kedua. Pengamatan dilakukan dengan cara
mengisi instrumen penelitian yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Semua kegiatan
dicatat dengan runtut. Pada pengisian instrumen pekerjaan dibagi. Peneliti
mempunyai bagian mengamati proses pembelajarannya,sedang kolaborator kedua
meneliti guru dalam melaksanakan pembelajaran.
(1) Hasil Pengamatan terhadap Kinerja Guru
Hasil pengamatan tindakan Siklus III diketahui bahwa guru telah mampu
melaksanakan persiapan dengan sangat baik. Pencapaian skor keberhasilan
mencapai 92 % (skor 83) dari nilai maksimal penskoran kinerja guru 90. Rata-rata
penskoran 4,6 (kinerja guru sangat baik).
Kegiatan awal dilaksanakan dengan sangat baik. Guru mengabsen siswa.
Tanya jawab tentang puisi dengan siswa. Kegiatan inti dilakukan dengan sangat
baik. Guru menyampaikan majas melalui metode pemodelan dengan media kartu
lambang majas diselingi tanya jawab dengan siswa yang bermasalah, menarik
perhatian siswa yang beramasalah. Guru lebih menguasai materi tentang majas.
Media kartu lambang majas digunakan dengan sangat menarik, memancing
siswa mau bertanya dengan semangat. Perhatian siswa dapat ditarik. Guru terlihat
sangat menguasai kelas, komunikatif, memberi sanjungan terhadap Kinerja Siswa
yang berhasil, memberi semangat terhadap Kinerja Siswa, selalu mencoba menarik
perhatian siswa yang kurang perhatian dengan cara yang halus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Guru menggunakan teknik permainan simulasi dan media kartu majas
kocok dengan sangat baik. Guru membimbing siswa yang bermasalah dengan
telaten untuk bermain simulasi. Guru segera mendekati siswa yang mempunyai
gejala akan melakukan penyimpangan. Guru menjelaskan interpretasi dan
memparafrasakan puisi dengan pelan disertai dengan menyampaikan pertanyaan-
pertanyaa, sehingga menarik perhatian siswa. Pertanyaan lebih diutamakan
diberikan pada siswa yang bermasalah. Kegiatan akhir diisi dengan pembagian
lembar kerja dan soal-soal. Guru dalam pembelajaran pada siklus ini terlihat lebih
mudah menarik perhatian siswa dalam kerja kelompok.
(b) Hasil Pengamatan terhadap Kinerja Siswa
Berdasar pemantauan minat belajar dapat diketahui bahwa siswa mampu
mengikuti kegiatan awal sampai akhir pembelajaran dengan minat tinggi. Semua
siswa aktif, menyimak dan menjawab pertanyaan guru. Tidak ada siswa yang
bermain-main maupun mengantuk, atau meletakkan kepala di meja. Ketika guru
menjelaskan majas dengan media kartu lambang majas, siswa yang bermasalah
sangat aktif.
Kesepakatan permainan simulasi disepakati dan dilakukan dengan sangat
baik. Semua siswa terlihat sangat senang saat permainan simulasi dengan kartu
lambang majas kocok. Siswa melakukan permainan simulasi lebih terarah dan
lebih dapat menahan emosinya. Tidak ada siswa yang malas untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari teman. Siswa yang bemasalah sudah mau terlibat dalam
kegiatan permainan simulasi kartu lambang majas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ketika guru menjelaskan tentang menginterpretasikan dan memparafrasakan
puisi, siswa menjawab pertanyaan-petanyaan dengan baik dan perhatian. Siswa
mendengarkan pembacaan puisi yang disampaikan oleh teman sendiri dengan
antusias. Kerja sama antar teman tinggi. Minat mengerjakan tugas cukup tinggi.
Semua siswa terlibat mengerjakan tugas.
Hasil pengamatan terhadap Kinerja Siswa di atas secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa minat belajar siswa pada Siklus III sangat tinggi. Penjekasan
terseut akan lebih mudah ditangkan dengan rincian sebagai berikut. Ada 16 (15 %
dari 32) siswa sangat berminat; 15 (47 %) siswa berminat; dan satu (3,125 %)
kurang berminat.
Lebih rinci lagi hasil pengamatan minat belajar siswa adalah sebagai
berikut. siswa yang sangat senang mengikuti pembelajaran memparafrasakan puisi
ada 22 siswa, siswa yang senang ada tujuh siwa, siswa yang kurang senang tiga
tiga siswa. Siswa yang mempunyai kesadaran terhadap pembelajaran terlihat ada
sembilan siswa sangar sadar, 23 siswa sadar.
Perhatian siswa terhadap pembelajaran tampak pada: 19 siswa sangat perhatian,
sepuluh siswa perhatian, dan tiga siswa kurang perhatian. Kemauan siswa dalam
pemblajaran terlihat dari: 14 siswa mempunyai kemauan yang sangar tinggi, 16
siswa mempunyai kemauan, dan dua siswa mempunyai kemauan cukup.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran yaitu: 19 sangat terlibat, 12 terlibat, dan
satu cukup terlibat. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat pada tebel dan histogram
berikut.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
NO MINAT SISWA FREKUENSI
1. Sangat tidak berminat 0
2. Tidak berminat 0
3. Kurang berminat 1
4. Berminat 15
5. Sangat berminat 16
Jumlah siswa 32
Kemampuan memparafrasakan puisi juga tinggi. Hasil belajar siswa
didapati bahwa: (1) perolehan hasil belajar siswa meningkat; (2) nilai terendah
menjadi 60 dari nilai 58; (3) nilai tertinggi meningkat menjadi 90 dari nilai 88; (4)
nilai rerata meningkat menjadi 72,875 dari 71,125.
Prosentase kenaikan hasil belajar siswa pada Siklus III terlihat meningkat.
Peningkatan tersebut dapat dilihat pada rincian sebagai berikut: (1) peningkatan
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Histogram 7. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
nilai rerata adalah 1,75 atau 1,75%. (2) siswa tuntas belajar memparafrasakan puisi
sejumlah 24 siswa atau 75 %. Agar hasil belajar dapat dipahami dengan lebih jelas,
dapat dibaca pada distribusi frekuensi dan grafik hasil belajar siswa berikut.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Siklus III
NO NILAI ULANGAN FREKUENSI
1. 58-63 4
2. 64-69 4
3. 70-75 16
4. 76-81 4
5. 82-87 0
6 88-93 4
Jumlah siswa 32
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93
Histogram 8. Kemampuan Memparafrasakan Puisi Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil pembelajaran tersebut didasarkan pada hasil pengamatan peneliti juga
didasarkan pada hasil penilaian minat memparafrasakan puisi melalui angket. Hasil
Angket minat memparafrasakan puisi Siklus III terlampir.
d. Refleksi Siklus III
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penelitian pada Siklus III,
dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatakan minat belajar dan kemampuan
memparafrasakan puisi melalui permainan simulasi dan media kartu lambang majas
menghasilkan pembelajaran yang sangat efektif. Minat belajar maupun kemampuan
memparafrasakan puisi terlihat ada peningkatannya. Peningkatan pembelajaran
puisi dapat dilihat dari minat belajar siswa maupun kemampuan memparafrasakan
puisi.
Dimulai dari awal pembelajaran, minat belajar siswa mulai tampak.
Perhatian siswa terhadap Kinerja Guru meningkat. Tidak ada satu siswa pun yang
meletakkan kepala di meja atau berbicara dengan teman. Semua siswa menjawab
pertanyaan yang disampaikan guru dengan baik.
Ketika guru menjelaskan majas dengan metode pemodelan kartu lambang
majas besar, tiga puluh satu siswa aktif menyimak dan menjawab pertanyaan guru.
Ada sesekali siswa bercanda dengan teman. Namun tidak lama kemudian siswa
memperhatikan guru menjelaskan tentang majas. Hampir semua siswa tidak ada
yang bermain-main maupun mengantuk. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan
dari guru. Banyak siswa mampu menjawab pertanyaan guru dengan betul. Hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan cara menunjukkan gambar saja, siswa mampu menjelaskan gambar yang
ditunjukkan guru.
Kesadaran dalam mengikuti pembelajaran sangat kelihatan. Semua siswa
sadar untuk belajar meskipun kadang-kadang guru mengingatkannya dengan cara
memberi pertanyaan kepada siswa yang agak kurang minat belajar. Sebagian besar
siswa mempunyai kesadaran yang tinggi memperhatikan penjelasan guru tentang
majas.
Perhatian siswa dalam pembelajaran cukup tinggi. Mereka menyimak
penjelasan guru dengan antusias. Menyimak dengan penuh perhatian ketika
dibacakan puisi oleh temannya. Semua memperhatikan guru saat menjelaskan
tentang menginterpretasikan puisi. Semua siswa memperhatikan guru saat
menjelaskan memparafrasakan puisi.
Kemauan belajar siswa meningkat. Semua siswa berambisi menjawab
pertanyaan-pertanyaan guru dan jawaban banyak yang benar. Meskipun begitu
masih ada satu siswa yang tampak malas-malasan. Oleh guru segera diingatkan dan
diberi pertanyaan. Akhirnya siswa yang malas kembali konsentrasi belajar.
Sebagian besar siswa mengikuti pembelajaran dengan semangat tinggi. Namun, ada
satu siswa yang meskipun sudah berkali-kali diingatkan dia cenderung untuk
meletakkan kepala di meja.
Semua siswa aktif. Siswa sangat aktif menyimak ketika dijelaskan tentang
majas yang ada pada kartu majas besar. Sebagian besar siswa berusaha
menyampaikan pertanyaan ketika guru menjelaskan interpretasi puisi dan
memparafrasakan puisi. Semua siswa berusaha menjawab dan bertanya. Semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa berjuang keras mempertahankan jawabannya, sedangkan lawan mainnya
mempertahankan kebenaran jawabannya ketika malaksanakan permainan simulasi.
Sebagian besar siswa mampu menginterpretasaikan baris-baris puisi yang
mengandung majas. Sebagian besar siswa mampu memparafrasakan puisi. Semua
siswa mengerjakan tugas dari guru. Semua siswa terlibat dalam mengerjakan tugas,
tidak ada yang mengandalkan pekerjaan teman.
Hasil belajar siswa meningkat, tampak pada kemampuan menguasai majas,
banyak siswa yang mampu menjawab peranyaan berhubungan dengan majas
dengan betul. Kemampuan memparafrasakan puisi sudah tampak karena banyak
siswa yang mampu memparafrasakan puisi dengan betul. Perolehan hasil belajar
meningkat. Nilai tertinggi meningkat menjadi 90. Nilai terendah menurun menjadi
60. Nilai rerata meningkat menjadi 72,875. Sehingga rentang nilai menjadi 30.
Lebih jelasnya peningkatan hasil belajar dapat dilihat pada table berikut.
Peningkatan tidak hanya terjadi pada siswa. Guru dalam melaksanakan
pembelajaran juga mampu menciptakan situasi pembelajaran dengan kondusif.
Guru mampu mempersiapkan pembelajaran dengan sangat baik. Semua perangkat
mengajar telah dipersiapkan dengan lengkap dan baik. Melaksanakan apersepsi
dengan tepat. Menguasai kartu lambang majas besar dengan sangat baik serta
mampu menyampaikan majas dengan metode pemodelan media kartu lambang
majas dengan tepat.
Guru juga mampu menciptakan suasana bermain dengan baik, artinya
mampu mengondisikan siswa bermain dengan keadaan siswa senang dan
memenuhi sasaran, yaitu siswa mampu belajar tentang majas dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyenangkan. Langkah-langkah permainan simulasi juga telah dikuasai guru
sehingga kondisi permaian kondusif. Selain itu guru juga mampu menjelaskan
interpretasi puisi dengan lebih pelan sehingga siswa mampu menangkap dengan
lebih baik lagi, dengan bukti siswa lebih banya menjawab pertanyaan dengan benar.
Guru mampu menjelaskan memparafrasakan puisi dengan teknik yang lebih mudah
dipahami siswa, sehingga mendorong siswa untuk bertanya dan memparafrasakan
dengan baik.
Kemampuan lain yang meningkat adalah guru mampu mengadakan evaluasi
dengan situasi yang mendukung kegiatan belajar. Guru juga mampu melaksanakan
refleksi dengan baik sehingga banyak siswa yang tersenyum ketika diingatkan,
begitu juga siswa mampu menyampaikan kritik terhadap Kinerja Guru.
Tidak hanya peningkatan yang tampak pada hasil pengamatan ini. Namun
ada juga kelemahannya, meskipun kelemahan ini relatif tidak mengganggu proses
pembelajaran. Kelemahan pada kegiatan pembelajaran berhubungan dengan minat
maupun hasil belajar siswa, kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.
Masih ada satu siswa tidak mau memperhatikan penjelasan guru, meskipun
sudah ada upaya menarik perhatiannya, dia tetap berakhir dengan meletakkan
kepala di meja. Ketika diberi pertanyaan mau konsentrasi, namun setelah guru
lengah maka keadaannya kembali seperti semula. Dua siswa masih berbicara
sendiri, namun setelah diberi peringatan dan diberi pertanyaan mereka kembali
aktif. Masih ada siswa yang belum mampu menginterpretasikan puisi dengan tepat,
hanya mendekati betul. Masih ada siswa yang belum mampu memparafrasakan
puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hasil belajar siswa masih perlu diperbaiki, karena masih ada delapan siswa
yang belum tuntas atau belum memenuhi KKM 70. Rentang nilai masih terlalu jauh
yaitu 30,
Bila dilihat dari kekurangberhasinya pembelajaran tersebut dapat diambil
simpulan bahwa pembelajaran Siklus III relative tidak kelemahannya. Dapat
dikatakan bahwa penelitian ini sudah berhasil. Dikatakan berhasil karena sudah
memenuhi ukuran indicator keberhasilan atau peningkatan dari penelitian ini. Ada
dua unsur indicator keberhasilan penelitian ini yaitu: (1) adanya peningkatan minat
belajar siswa dalam hasil pembelajaran ditandai dengan kriteria 75 % dari 32 siswa:
(a) konsentrasi, (b) senang, (c) adanya kesadaran untuk belajar, (d) kemauan dalam
belajar, (e) keterlibatan siswa dalam pembelajaran; (2) adanya peningkatan hasil
belajar berupa peningkatan kemampuan memparafrasakan puisi dengan prosentase
jumlah siwa yang tuntas di atas 50% dari KKM 70. Semua indikator yang telah
dirumuskan pada Bab III, sudah tercapai.
Faktor kelemahan dari pembelajaran tersebut bukan merupakan dampak
dari kelemahan dari guru. Namun, kelemahan itu memang kondisi siswa. Siswa
mempunyai pembawaan suka ngantuk dan malas. Hal tersebut terlihat dari keadaan
siswa sejak dimulainya penelitian pratindakan. Karena itu kelemahan tersebut
dijadikan catatan tersendiri bagi pemakai teknik pembelajaran ini.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Tindakan Pembelaaran telah dilakukan dengan baik dan lancar. Semua
personil penelitian bekerja dengan baik. Kerja sama terjalin antara peneliti dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kolaborator dengan harmonis. Hasil dari penelitian tindakan kelas dapat tergambar
pada paparan berikut.
1. Minat Belajar Memparafrasakan Puisi melalui Teknik Permainan
Simulasi dan Media Kartu Lambang Majas
Berdasarkan pada permasalahan yang dirumuskan dalam bagian pendahu-
luan yaitu rendahnya minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi, serta
deskripsi hasil penelitian, berikut ini merupakan rumusan hasil penelitian dalam
upaya meningkatakan minat belajar memparafrasakan puisi melalui teknik
permainan simulasi dan kartu lambang majas bagi siswa kelas VII B SMP Negeri 7
Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012.
Berdasarkan survei, wawancara, serta pengamatan pembelajaran sebelum
diadakannya tindakan, diperoleh gambaran bahwa minat belajar memparafrasakan
puisi siswa kelas VII B SMP Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012 sangat
rendah. Meskipun ada siswa yang memperhatikan penjelasan guru, namun,
kelemahan-kelemahan yang tampak pada pembelajaran cukup menonjol. Ekspresi
datar tergambar pada wajah siswa. Beberapa siswa meletakkan kepala di meja,
bermain-main dasi yang dipakai, berbicara dengan teman, menyandarkan kepala di
pundak teman, dan lainnya.
Siswa kurang sadar terhadap tugasnya sebagai pelajar untuk mengikuti
pembelajaran tentang memparafrasakan puisi. Ketika diberi tugas kesadaran siswa
rendah, banyak tidak peduli dengan tugasnya, dia ogah-ogahan mengeluarkan alat
menulis, maupun buku yang menjadi pegangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran pun rendah. Hal itu terbukti dari
perilakunya yang lebih suka bermain-main dari pada mengikuti pembelajaran.
Tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru, kalau menjawab kata yang
keluar “tidak tahu”. Kemauan dalam belajar pun rendah. Perilaku tersebut tampak
pada tidak mau mengerjakan tugas kelompok. Dia hanya diam mempermainkan
pulpennya.
Keterlibatan siswa dalam belajar pun sebagian besar rendah. Tampak dari
perilakunya yang membiarkan tugas diselesaikan oleh temannya, dia sendiri tidak
mau berperan di dalamnya. Siswa cenderung hanya untuk duduk, diam, dengar,
untuk menerima penjelasan-penjelasan dari guru.
Guru merupakan sentral dalam pembelajaran yang merupakan satu-satu-nya
narasumber dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Guru mendominasi kegiatan
dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan tugas, potensi kerja
sama dan interaksi antar siswa belum dioptimalkan. Kurang memberi kesempatan
siswa. Akibatnya pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang kondusif, minat
belajar siswa tidak tereksploitasi. Kondisi tersebut ternyata membawa dampak yang
negatif terhadap kemampuan memparafrasakan puisi siswa.
Setelah diadakan diskusi antara peneliti, kolaborator satu (guru) dan
kolaborator dua, disepakati untuk diadakan tindakan kelas. Setelah diadakan
tindakan pembelajaran dengan cara guru mengubah metode pembelajaran dari
ceramah dan tugas, diubah dengan teknik permainan simulasi dan media kartu
lambang majas, kondisi pembelajaran tampak sekali perubahannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pembelajaran Siklus I sudah tampak sekali perubahan minat belajar
memparafrasakan puisi. Ketika guru menjelaskan majas dengan menggunakan
teknik pemodelan kartu lambang majas, ada beberapa siswa aktif bertanya
menunjukkan tangan. Guru menjawab, hampir semua siswa perhatian dengan
masalah majas.
Ekspresi senang tampak pada wajah-wajah siswa ketika guru menggunakan
teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas. Mereka tertawa ketika
mengetahui temannya menjawab pertanyaan temannya yang berkali-kali melakukan
kesalahan. Atau sebaliknya ketika mereka memberikan pertanyaan salah. Semangat
dalam adu argumentasi dalam menjawab masalah hubungannya dengan majas.
Mereka emosi ketika jawabanya agak betul disalahkan, mereka berebut
memenangka permainan tersebut. Mengerjakan tugas dari guru pun sebagian siswa
tampak lebih bertanggung jawab, mereka lebih banyak mengerjakan tugasnya
secara kelompok.
Pembelajaran Siklus II semakin meningkat minat belajar memparafrasakan
puisi, setelah guru mengkondisikan siwa agar lebih peduli terhadap pembelajaran.
Juga meminta pada siswa untuk membantu pelaksanaan penelitan, sehingga guru
dalam menjelaskan tentang majas dengan teknik pemodelan dengan media kartu
lambang majas siswa lebih perhatian. Ekspresi wajah lebih terlihat menyenangkan,
kemauan belajar tampak lebih giat, keterlibatan siswa terhadap tugas lebih peduli.
Guru lebih peduli lagi pada siswa. Guru sudah tidak mendominasi pembelajaran,
Guru dalam menjelaskan majas lebih pelan dan tenang serta banyak mengajukan
pertanyaan kepada siswa. Hal itu menjadikan minat belajar siswa lebih meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kondisi seperti ini menguntungkan guru dalam memberi pengaruh terhadap Kinerja
Siswa.
Minat belajar siswa semakin meningkat, ketika siswa belajar dengan
permainan simulasi kartu lambang majas. Kondisi pada saat itu betul-betul
kondusif. Dalam melaksanakan permainan simulasi minat belajar siswa sangat
tinggi. Mereka bersemangat, konsentrasi, senang, serta terkontrol kondisi
bermainnya, tidak ada siswa yang mengancam. Tugas dikerjakan dengan kesadaran
sendiri, penuh tanggung jawab, tidak mengandalkan orang lain. Dengan kondisi
seperti itu terlihat guru lebih santai menghadapi pelaksanaan pembelajaran. Guru
sudah tidak grogi, dengan begitu maka pembelajaran lebih menyenangkan lagi, baik
bagi guru maupun bagi siswa.
Tindakan pada Siklus III juga tampak paling maksimal. Baik minat belajar
siswa maupun kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran secara
keseluruhan. Minat belajar dan kemampuan memparafrasakan puisi siswa dalam
keadaan maksimal karena guru lebih memperhatikan siswa, terutama siswa yang
lebih banyak masalah, yaitu siswa yang hasil belajarnya masih di bawah KKM 70.
Ketika guru menjelasakan majas dengan teknik pemodelan kartu lambang majas
besar, guru lebih menujukan pertanyaan pada siswa yang masih bermasalah. Dari
tindakan guru tersebut, tampak minat belajar siswa semakin maksimal. Hal itu
dikarenakan siswa lebih menguasai tentang majas, dampak dari itu semua maka
banyak siswa berebut menjawab pertanyaan guru. Minat belajar siswa sangat
tinggi, bersemangat, konsentrasi, dan senang, serta terkontrol, ketika pembela-jaran
menggunakan teknik permainan simulasi dan kartu lambang majas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Kemampuan Memparafrasakan Puisi melalui Teknik Permainan Simulasi
dan Media Kartu Lambang Majas
Tindakan penelitian dalam hal kemampuan memparafrasakan puisi melalui
permainan simulasi dan media kartu lambang majas dari tahap pertahap mengalami
peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat diikuti paparan sebagai berikut.
Sebelum melaksanakan tindakan tentunya sudah dilakukan survei,
wawancara, pengamatan, maupun penilaian untuk mengetahui permasalahan yang
berhubungan dengan memparafrasakan puisi. Sebelum melaksanakan tindakan
terlebih dahulu guru mewawancari guru kelas VII B. Dari hasil wawancara
ditemukan bahwa kemampuan memparafrasakan puisi siswa sangat rendah
disebabkan karena dalam rumusan indikator tidak dirumuskan tentang majas dan
memparfrasakan puisi. Dampak dari itu adalah siswa tidak mampu merefleksi isi
puisi yang dibacakan. Dari hasil wawancara tersebut disepakati diadakan tindakan
atau penelitian tindakan kelas.
Sebelum mengadakan tindakan penelitian tiap siklus, terlebih dahulu
diadakan pengamatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas VII B. Hasil
belajar siswa dari pembalajaran pratindakan diketahui bahwa kemampuan
memparafrasakan puisi siswa sangat rendah, yaitu siswa yang memperoleh nilai
sampai batas tuntas KKM 70 hanya empat siswa. (12,5 %). Nilai tertinggi
diperoleh siswa adalah 72, nilai terendah diperoleh siswa 45. Rerata nilai 60.
Melihat kenyataan itu maka diajukan solusi dari permasalahan tersebut yaitu
diajukan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terbuka guru menerima usul dari penelti, selanjutnya dilakukan tidakan. Hasil setiap
tindakan dijelaskan berikut.
Pelaksanaan tindakan Siklus I, dengan menggunakan teknik pemodelan dan
media kartu lambang majas, siswa dijelaskan tentang majas. Pada kegiatan ini guru
dalam menjelaskan terlalu cepat sehingga siswa kurang memahami materi tentang
majas. Begitu pula dalam menjelaskan menginterpretasikan pusi dan
memparafrasakan puisi guru terlalu tergesa-gesa, sehingga siswa kurang mampu
menangkap penjelasan guru. Permainan simulasi yang dilakukan guru juga belum
optimal karena kurangnya pendekatan guru terhadap Kinerja Siswa. Guru kurang
mempengaruhi siswa sehingga siswa kurang terkontrol dalam permainan tersebut.
Ternyata kelemahan yang dilakukan guru berdampak pada hasil belajar siswa yang
kurang optimal. Meskipun peningkatan tidak dominan namun tampak adanya
perubahan. Nilai dari pekerjaan siswa dapat perubahan. Jumlah siswa yang tuntas
meningkat menjadi delapan siswa (25 %). Nilai tertinggi meningkat dari 72 menjadi
82. Nilai terendah mengurang dari 45 menjadi 58. Rerata nilai juga berubah dari 60
menjadi 66,5.
Mengingat hasil belajar siswa masih belum maksimal maka penelitian
dilanjutkan lagi. Penelitian selanjutnya disebut penelitian Siklus II. Hasil penelitian
Siklus II didasarkan pada kelemahan-kelemahan yang dilakukan pada Siklus I.
Pelaksanaan Siklus II dihasilkan bahwa guru dalam menyampaikan majas dengan
pemodelan media kartu lambang majas besar kecepatannya lebih diperlambat, lebih
memberikan pertanyaan kepada siswa, Begitu pula dalam menyampaikan masalah
interpretasi puisi dan memparafrasakan puisi lebih mengusahakan agar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mudah menangkapnya. Permainan simulasi lebih diarahkan dan lebih memberi
dorongan. Dari perlakuan guru dengan perbaikan penyampaian materi dengan
teknik permaian dan media kartu lambang majas maka hasil dari belajar siswa
mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Siswa yang mencapai hasil belajar
batas tuntas naik dari delapan siswa menjadi 24 siswa (75). Nilai tertinggi dari 82
naik menjadi 88. Nilai terendah tidak berubah tetap 58. Rerata naik cukup
signifikan dari rerata 66,5 menjadi 71,125.
Siklus III juga mengalami peningkatan, meskipun peningkatannya tidak
begitu dominan, karena tidak begitu mempengaruhi posisi hasil belajar siswa. Pada
tindakan Siklus III langkah-langkah mengajar tidak berbeda. Namun, guru lebih
memusatkan perhatian pada siswa yang belum tuntas belajar atau belum mencapai
KKM 70. Baik dari pertanyaan yang diajukan maupun dari perhatiannya. Dari
tindakan itu dapat menghasilkan peningkatan hasil belajar siswa naik. Banyak
siswa menjawab petanyaan-pertanyaan guru, betul. Jumlah siswa yang bertanya
meningkat. Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas (KKM 70) tidak ada
peningkatan bila disbanding dengan Siklus II. Nilai tertinggi mengalami kenaikan
dari 88 menjadi 90. Nilai terendah berkurang dari nilai 68 menjadi 60.
3. Kemampuan Guru dalam Penerapkan Teknik Permainan Simulasi dan
Media Kartu Lambang Majas
Berdasarkan survei, wawancara, pengamatan, dan penilaian awal diperoleh
gambaran bahwa guru masih belum menguasai tentang majas. Guru tidak menyukai
materi tentang materi puisi. Begitu pula dengan merumuskan silabus dan RPP,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
utamanya adalah merumuskan indikator. Indikator yang dirumuskan kurang tepat,
sehingga tidak mampu mengungkapkan kempetensi dasar 13.2. Kemampuan guru
dalam penerapan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas
memang masih sangat rendah, bahkan belum memahami teknik permainan simulasi
dan media kartu lambang majas dengan baik dan lancar. Dalam mengajar guru
masih menggunakan metode yang kurang memancing kemampuan
memparafrasakan puisi. Pemilihan metode pun masih kurang tepat. Metode yang
digunakan yaitu ceramah dan tugas saja. Pemilihan media pembelajaran juga
kurang tepat. Hal tesebut jelas menimbulkan ketidak berhasilan dalam
pembelajaran kompetensi dasar 13.2 Melihat kenyataan ini guru menerima tawaran
untuk mengadakan perbaikan. Perbaikan tersebut dinyatakan dalam tindakan
berupa penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan oleh guru kelas bersama
peneliti dan kolaborator kedua.
Kondisi guru pada penelitian tindakan kelas Siklus I, terlihat masih belum
mampu menguasai teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.
Guru masih gugup dan belum mampu menyampaikan materi majas dengan teknik
pemodelan, sehingga mengakibatkan penguasaan kelas kurang baik. Guru kurang
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kelihatan juga guru terlalu
mendominasi kesempatan. Dalam menyampaikan interpretasi puisi dan mempara
frasakan puisi juga kurang menguasai. Akibatnya pembelajaran yang berlangsung
menjadi kurang kondusif dan kurang menyenangkan. sehingga hal tersebut
membawa dampak terhadap Kinerja Siswa yaitu minat belajar dan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memparafrasakan puisi rendahnya. Hasil tindakan guru yang masih rendah ini
diperbaik pada Siklus II.
Hasil tindakan guru pada Siklus II sudah ada peningkatan. Guru mampu
menggunakan media kartu lambang majas dengan baik. Tentunya karena
peningkatan penguasaan materi majas. Karena itu guru mampu menyampaikan
majas dengan baik. Selain menguasai materi guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya, guru juga menyampaikan pertanyaan pada siswa. Hal ini
menguatkan pemahaman siswa tentang majas.
Penerapan teknik permainan simulasi dan kartu lambang majas guru juga
lebih terampil. Selain memberi penjelasan langkah-langkah melakukan permainan
simulasi, guru juga memberi perhatian penuh terhadap jalannya permainan simulasi
tersebut, sehingga tingkah laku yang melaumpaui batas dapat agak diredam. Guru
juga menerangkan interprets puisi dengan jelas, begitu pula dalam menyampaikan
tentang memparafrasakan puisi lebih mudah dipahami oleh siswa. Tanya jawab
tentang isi puis sekilas juga dibahas sehingga memperkuat pemahaman materi oleh
siswa. Dari penguasaan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas
ternyata berdampak pada peningkatan minat belajar dan kemampuan
memparafrasakan puisi siswa.
Pembelajaran pada Siklus III juga terjadi peningkatan. Guru selain
melakukan hal-hal yang menguntungkan pada Siklus-siklus sebelumnya juga
melakukan perbaikan pada Siklus III. Pada Siklus ini guru lebih menguasai kelas.
Lebih menguasai teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.
Hanya dalam tindakan Siklus ini guru lebih memusatkan perhatian pada siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masih bermasalah pada hasil belajarnya. Siswa yang hasil belajarnya belum baik
lebih mendapat perhatian. Pertanyaan-pertanyaan dan tugas lebih ditujukan
padanya, sehingga siswa yang kurang minat belajar mampu mengubah tingkah
lakunya, mensejajarkan keadaan sesuai dengan siswa lainnya. Dampaknya adalah
peningkatan kemampuan memparafrasakan puisi.
Dari tindakan-tindakan tersebut akhirnya permasalahan-permasalahan yang
berhubungan dengan rendahnya minat belajar dan kemampuan memparafrasakan
puisi sedikit demi sedikit dapat teratasi dan puncak dari tindakan ini adalah
peningkatan dalam beberapa hal. Yaitu peningkatan minat belajar, peningkatan
kemampuan memparafrasakan puisi siswa, dan peningkatan kemampauan guru
dalam membelajarkan kompetensi dasar 13.2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam table dan grafik berikut.
Tabel 11. Rekap Distribusi Frekuensi Minat Belajar
NO MINAT SISWA
FREKUENSI
KONDISI AWAL
SIKLUS
I
SIKLUS
II SIKLUS
III
1. Sangat tidak berminat 0 0 1 0
2. Tidak berminat 1 1 2 0
3. Kurang berminat 4 4 2 1
4. Berminat 23 23 14 15
5. Sangat berminat 4 4 13 16
Jumlah siswa 32 32 32 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 12. Rekap Nilai Ulangan Kemampuan Memparafrasakan Puisi
NILAI ULANGAN
KONDISI AWAL
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKUS III
40-45 4 0 0 0
46-51 4 0 0 0
52-57 0 0 0 0
58-63 8 12 4 4
64-69 12 12 4 4
70-75 4 4 20 16
76-81 0 0 0 4
0
5
10
15
20
25
Histogram 9. Rekap Minat Belajat Memparafrasakan Puisi
Kondisi Awal Siklus I Siklus II Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82-87 0 4 0 0
88-93 0 0 4 4
Jumlah Siswa 32 32 32 32
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik permainan simulasi dan
media kartu lambang majas dapat meningkatkan minat belajar dan kemampuan
memparafrasakan puisi. Hasil penelitian membuktikan peningkatan terjadi dari
siklus I sampai dengan siklus III. Keberhasilan ini dapat dipertanggungjawabkan
baik secara teoretis maupun empirik. Dari segi teoritik teknik dan media ini
mengacu pada pendapat-pendapat para ahli. Secara empirik teknik ini menghasilkan
suatu peningkatan pembelajaran puisi.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
40-45 46-51 52-57 58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93
Histogram10. Rekap Kemampuan Memparafrasakan Puisi
Kondisi Awal Siklus I Siklus II Siklus III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
AB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAS
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas dapat
meningkatkan minat belajar memaparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP
Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012. Peningkatan ditunjukkan dengan
peningkatan belajar setiap siklusnya. Perasaan senang terhadap
memparafrasakan puisi meningkat. Kesadaran mengikuti pembelajaran
memparafrasakan puisi meningkat. Perhatian siswa terhadap penjelasan tentang
memparafrasakan puisi meningkat. Kemauan dalam belajar meningkat, dan
keterlibatan melaksanakan tugas dari guru pun meningkat.
2. Penerapan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas dapat
meningkatkan kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B SMP
Negeri 7 Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012. Peningkatan pembelajaran
memparafrasakan puisi terlihat pada setiap tindakan, baik pada kondisi awal,
siklu I, siklus II, maupun siklus III. Hal ini ditandai dengan jumlah siswa yang
mencapai nilai batas KKM meningkat dari kondisi awal 4 siswa, (12,5 %),
siklus I menjadi 8 siswa (25%), siklus II menjadi 24 siswa (75 %), dan siklus
III, 24 siswa (75%). Jadi, bila dilihat dari kondisi awal penelitian sampai
134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan siklus terakhir terlihat peningkatan hasil belajar memenuhi batas KKM
sejumlah 20 siswa atau 62,5%
B. Implikasi
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VII B SMP Negeri 7
Kebumen Tahun Ajaran 2011/2012, dapat berjalan dengan efektif di semua siklus.
Keefektifannya dapat dilihat pada pembelajaran mulai dari awal pelaksanaan
pembelajaran sampai dengan penutup mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat
terlihat jelas pada peningkatan setiap siklusnya baik siklus I, siklus II, maupun
siklus III. Yang paling kelihatan peningkatannya terjadi pada siklus III.
Peningkatan tersebut tidak hanya terjadi pada siswa, baik proses pembelajaran
maupun hasil belajarnya, namun terjadi pula peningkatan pada faktor lainnya,
antara lain: faktor kurikulum termasuk di dalamnya silabus dan RPP; guru, sarana
dan prasarana, media, maupun sumber belajarnya.
Minat belajar siswa terlihat jelas meningkat setelah diadakan pembelajaran
dengan menggunakan teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.
Situasi pembelajaran sangat menyenangkan. Ketika guru menggunakan media kartu
besar banyak siswa tunjuk jari untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru.
Sebagian siswa bertanya tentang majas. Ketika siswa melakukan permainan
simulasi, semua siswa senang, sebagian besar siswa sadar akan kebutuhan majas,
perhatian siswa terhadap kegiatan belajar mengajar maksimal, mereka berebut
untuk menjawab pertanyaan dari teman.
Kemauan belajar sangat tinggi, terlihat dari kekecewaan siswa apabila
jawaban pertanyaan tidak terjawab dengan betul, dengan minat tinggi berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjawab lagi pertanyaan yang diajukan. Keterlibatan siswa sangat tinggi, semua
siswa ingin memberi pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan tepat. Kemauan
bersaing utuk memenangkan jumlah jawaban yang benar sangat tinggi. Keinginan
mengalahkan teman yang lain dalam menjawab pertanyaan berebut. Nyaris tidak
ada siswa yang mengantuk atau malas.
Sebanding dengan peningkatan minat belajar, maka kemampuan
memparafrasakan puisi pun meningkat. Dasar dari permasalahan adalah siswa
kurang mampu menguasai majas. Tingkat penguasaan majas siswa meningkat
berkat teknik ini. Kemampuan menemukan baris bermajas pada puisi meningkat.
Kemampuan menginterpretasikan baris puisi pun meningkat. Sejalan dengan
peningakatan itu semua, maka kemampuan memparafrasakan puisi pun meningkat.
Siswa mampu menjawab soal-soal yang berhubungan dengan puisi yang
dibacakannya. Akhirnya kemampuan Merefleksi isi puisi yang dibacakan
meningkat.
Hasil belajar siswa pun meningkat, pada siklus terakhir, atau siklus III yang
merupakan siklus penentu keberhasilan pembelajaran, terlihat adanya peningkatan
yang cukup dominan, karena 75% dari jumlah siswa mampu mencapai batas KKM.
Demikian pula hubungannya dengan kurikulum. Kurikulum terutama
silabus diadakan revisi. Revisi yang dilakukan adalah perbaikan indikator
pembelajaran. Indikator pembelajaran dirumuskan disesuaikan dengan kompetensi
dasar yang ada. Indikator tersebut adalah: (1) menemukan baris puisi yang
mengandung majas; (2) mampu menginterpretasikan baris-baris puisi yang
mengandung majas; (3) mampu memparfrasakan puisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan penambahan indikator pembelajaran tersebut akan memudahkan
siswa mengimplementasikan puisi yang didengarnya. KD tersebut membawa
perubahan dalam langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran. Indikator
tambahan mempunyai peranan dalam kemampuan memparafrasakan puisi. Tanpa
indikatator tersebut siswa mengalami kesulitan untuk mengimplementasikan puisi
yang didengarnya. Perubahan pada silabut tentu saja berdampak pada RPP, karena
itu RPP pun ikut menyesuaikan dengan dasar silabus.
Teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas kegiatan guru
meningkat. Melalui teknik ini guru lebih berperan. Hal itu terlihat pada kegiatan
pemodelan. Dalam kegiatan ini guru harus menyampaikan pengertian majas dan
contohnya dengan menggunakan kartu besar. Tanpa penyampaian ini siswa akan
mengalami kesulitan dalam pelaksanaan permainan simulasi. Selain itu guru juga
harus memperhatika siswa dalam permainan simulasi, mengingat permainan ini
memancing emosi siswa cukup tinggi. Maka guru harus selalu waspada, karena
tanpa disadari kadang siswa marah karena kecewa terhadap temannya, atas
jawaban yang dianggapnya betul tenyata salah.
Dalam kegiatan mengajar guru sudah mengadakan perubahan, tidak lagi
banyak mendominasi keadaan, melainkan lebih banyak memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya dan menjawab, sehingga siswa kelihatan lebih aktif.
Sarana dan prasarana juga membutuhkan perhatian. Sarana yang diperguanakan
seperti lembar soal, lembar jawaban soal, sudah tersedia. Media yang akan
dipergunakan juga sudah tersedia. Semua persiapan ini mendukung lancarnya
proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penerapan teknik permainan
simulasi dan media kartu lambang majas mampu meningkatkan minat belajar dan
kemampuan memparafrasakan puisi siswa kelas VII B, SMP Negeri 7 Kebumen
Tahun Ajaran 2011/2012.
C. Saran
Semua teknik tentunya mempunya banyak keuntungan. Oleh karana itu ada
beberapa saran yang perlu diperhatikan demi perbaikan dan pengembangan
pembelajaran puisi. Saran ini baik bagi sekolah, guru, maupun siswa. Saran yang
dapat diajukan pada bab ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi Sekolah
Bagi sekolah teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas
bermanfaat untuk:
a. meningkatkan ketersediaan teknik mengajarkan puisi sehingga perma-
salahan guru yang berhubungan dengan puisi dapat lebih ditekan lagi;
b. menambah jumlah media pembelajaran yang ada di sekolah;
c. memotivasi guru bahasa Indonesia untuk lebih aktif dalam melaksanakan
tugasnya;
d. memotivasi guru agar lebih giat lagi mencari solusi bagi permasalahan yang
dihadapi sesuai dengan tugasnya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Bagi Guru
Gunakanlah teknik permainan simulasi dan media kartu lambang majas.
Karena apabila teknik ini digunakan secara tepat maka bermanfaat untuk:
a. mengurangi permasalahan yang berhubungan dengan teknik mengajarkan
materi yang berhubungan dengan puisi.
b. apabila guru mau mengembangkan teknik pembelajaran ini dengan tepat maka
mempermudah dan meringankan guru mengajar;
c. menyajikan pembelajaran yang menyenangakan siswa, sehingga minat belajar
meningkat;
d. meningkatkan hasil belajar siswa;
e. meningkatkan kemampuan nilai karakter bangsa, karena dengan permaianan
simulasi siswa selalu diingatkan untuk aktif oleh temannya;
f. memberi nilai tambah bagi guru. Karena guru mampu mengajarkan meteri puisi
sesuai dengan keinginan siswa.
g. tidak ada teknik mengajar yang paling tepat, maka teknik ini pun mempunyai
kelemahan yaitu apa bila siswa dibiarkan bermain sendiri, maka akan timbul
keributan, atau peristiwa yang tidak diinginkan. Hal tersebut karena teknik ini
memancing emosi siswa. Karen itu disarankan agar guru dan siswa mengadakan
perjajian dan memantau perjalanan permainan simulasi.
3. Bagi Siswa
Sebaiknya siswa memainkan teknik permainan simulasi dan media kartu
majas secara tepat. Apa bila teknik ini dimainkan dengan tepat maka akan
bermanfaat untuk:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. memudahkan siswa dalam mempelajari materi yang berhubungan dengan puisi;
b. meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang berhubungan
dengan materi puisi.
c. meningkatkan kerja sama antar siswa, terlihat dalam teknik permainan
simulasinya;
d. meningkatkan persaingan positif dalam memperoleh hasil belajar;