)idigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/HSL PENEL P2PLR TH 2002/Pengolahan...lampu...

8
STUDI PROTEKSI RADIASI AKIBA T RESIDU RADiOAKTIF DI LlNGKUNGAN Erwansyah Lubis Pusal Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaklif-BATAN, Serpong ABSTRAK STUDt PROTEKSI RADIASI AKIBAT RESIDU RADIOAKTfF DI L1NGKUNGAN. Residu radioaklif yang mcngandung radionuklida waklu-paro panjang mempunyai polensi meningkatkan paparan radiasi lalm (background) dan meningkolkon pOllerimaan dosis lingkungan lerhi1dap anggola masyorakal. Dalam perlindungan onggola mosyarakol, penerimsan dosis oleh perorongan dari residu radiooklif dibatasi dongsn menorapkan dosis pembalss (doso conslmint). Terhadap kegialan yang direncanakan harus dilorapkan pembenaron Oustilikasi) kegialan dan oplimlsasi proleksl radiasi. Terhadap kegialan yang lolah dilutup dan kecclakaan nukir yang menimbulkan resldu radioaktif mcnyebsbkan terjadinya peningkalan penorimaan dosis lerhadap perorangan melampaul dosis ambang unluk efek delermlnislik perlu dilakukan lindakan inlervensi. ABSTRACT mE STUDY OF RADIAnON PROTEcnON ON mE EFFECT OF RADIOACnvE RESIDUES IN THE ENVIRONMENT. Tho long-lived mdioaclivo residuos in Ihe environment have a po/ential to increase the background rodiation lavol and will increase the effoctivo annual dose received by the public. In the protection of Ihe public, effective annual dose from radioaclivo residues is limited by the implementations of dose conslmint. The activities or practicos that will raise the radioaclive residues in Iho environment havo to implemant the radiation pro/ection principles and oplimization of radiological protection at Ihe planing stago. The activity that was decommissioned and nuclear accidonls which caused the raise of annual dosa oxcaeding Ihe annual equivalent dose threshold for dctarministic effacts always require inlervention. PENDAHULUAN Dalam kegiatan industri yang menggunakan bahan baku alam yang mengandung Naturally Occuring Radioactivo Material (NORM), dalam kegiatan proses dapat menimbulkan terjadinya pemekatan, sehingga terjadi Technologically Enchanced Naturally Occuring Radioactive Material (TENORM). Kegiatan industri terse but diantaranya adalah industri pupuk phosfat, pertambangan minyak dan gas, pabrik kaos lampu petromak, pembangkit listrik tenaga batu-bara serta industri lainnya. TENORM yang terbentuk dapat terikut dalam produk akhir atau sebagai sisa proses yang a'NAn 1<08MlIo( selanjutnya di daur-ulang ataupun di buang ke lingkungan. TENORM yang didaur-ulang dan dibuang ke lingkungan mempunyai potensi meningkatkan residu radioaktif di lingkungan dan meningkatkan papa ran radiasi latar (background). Residu radioaktif di lingkungan juga dapat terjadi karena adanya penutupan suatu kegiatan (praktek) yang legal, kegiatan dimasa lampau yang belum diatur (unregulated) dan adanya kecelakaan radiasil nuklir. Berbagai sumber yang dapat menimbulkan residu radioaktif di lingkungan dan "menyebabkan terjadinya papa ran jangka panjang ditampilkan dalam Gambar 1. ~ KO,..y\Oi r,. II ~ .... )i e-j;~ ..~ "M_"!?_'. NNUKlln Gambar 1. Bcrbagai sumbcr yang dapat mcnimbulkan rcsidu radioaktif dan menycbabkan tcrjadinya pcmaparan jangka panjang 174

Transcript of )idigilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/HSL PENEL P2PLR TH 2002/Pengolahan...lampu...

STUDI PROTEKSI RADIASI AKIBA T RESIDU RADiOAKTIF DI LlNGKUNGAN

Erwansyah LubisPusal Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaklif-BATAN, Serpong

ABSTRAKSTUDt PROTEKSI RADIASI AKIBAT RESIDU RADIOAKTfF DI L1NGKUNGAN. Residu radioaklif yang

mcngandung radionuklida waklu-paro panjang mempunyai polensi meningkatkan paparan radiasi lalm (background)dan meningkolkon pOllerimaan dosis lingkungan lerhi1dap anggola masyorakal. Dalam perlindungan onggolamosyarakol, penerimsan dosis oleh perorongan dari residu radiooklif dibatasi dongsn menorapkan dosis pembalss(doso conslmint). Terhadap kegialan yang direncanakan harus dilorapkan pembenaron Oustilikasi) kegialan danoplimlsasi proleksl radiasi. Terhadap kegialan yang lolah dilutup dan kecclakaan nukir yang menimbulkan reslduradioaktif mcnyebsbkan terjadinya peningkalan penorimaan dosis lerhadap perorangan melampaul dosis ambang unlukefek delermlnislik perlu dilakukan lindakan inlervensi.

ABSTRACTmE STUDY OF RADIAnON PROTEcnON ON mE EFFECT OF RADIOACnvE RESIDUES IN THE

ENVIRONMENT.Tho long-lived mdioaclivo residuos in Ihe environment have a po/ential to increase the backgroundrodiation lavol and will increase the effoctivo annual dose received by the public. In the protection of Ihe public, effectiveannual dose from radioaclivo residues is limited by the implementations of dose conslmint. The activities or practicosthat will raise the radioaclive residues in Iho environment havo to implemant the radiation pro/ection principles andoplimization of radiological protection at Ihe planing stago. The activity that was decommissioned and nuclear accidonlswhich caused the raise of annual dosa oxcaeding Ihe annual equivalent dose threshold for dctarministic effacts alwaysrequire inlervention.

PENDAHULUANDalam kegiatan industri yang menggunakanbahan baku alam yang mengandungNaturally Occuring Radioactivo Material(NORM), dalam kegiatan proses dapatmenimbulkan terjadinya pemekatan,sehingga terjadi Technologically EnchancedNaturally Occuring Radioactive Material(TENORM). Kegiatan industri tersebutdiantaranya adalah industri pupuk phosfat,pertambangan minyak dan gas, pabrik kaoslampu petromak, pembangkit listrik tenagabatu-bara serta industri lainnya. TENORMyang terbentuk dapat terikut dalam produkakhir atau sebagai sisa proses yang

a'NAn 1<08MlIo(

selanjutnya di daur-ulang ataupun di buangke lingkungan. TENORM yang didaur-ulangdan dibuang ke lingkungan mempunyaipotensi meningkatkan residu radioaktif dilingkungan dan meningkatkan paparanradiasi latar (background). Residu radioaktifdi lingkungan juga dapat terjadi karenaadanya penutupan suatu kegiatan (praktek)yang legal, kegiatan dimasa lampau yangbelum diatur (unregulated) dan adanyakecelakaan radiasil nuklir. Berbagai sumberyang dapat menimbulkan residu radioaktif dilingkungan dan "menyebabkan terjadinyapaparan jangka panjang ditampilkan dalamGambar 1.

~ KO,..y\Oi r,. II

~....)ie-j;~..~ "M_"!?_'.NNUKlln

Gambar 1. Bcrbagai sumbcr yang dapat mcnimbulkan rcsidu radioaktifdan menycbabkan tcrjadinya pcmaparan jangka panjang

174

DTE A-

i DTT oleh~

~ adanyaKegiatan

DTE setelah

r DTE

Akhir kegiatansebelurn ada

(post practice).

Kegiatan• ,

Waktu

Gambar 2. Dosis tahunan exist (DTE) setelah suatu kegiatan ditutup/didekomisioning

Secara de facto manusia di bumi

menerima paparan radiasi alam dan residuradioaktif yang telah ada (exist) difingkungan. Dosis tahunan (DT) dari radiasialam dan residu radioaktif umumnya relatifkonstan, menurun secara perlahan-Iahandalam kurun waktu yang lama dan umumnyadapat dikontrol. Dalam makalah ini akandiuraikan penerapan sistem proteksi radiasiterhadap residu radioaktif yang terjadi dilingkung an dari kegiatan masa lampau yangbelum dan atau telah diatur, serta dari suatukecelakaan radiasil nuklir1J.

PENGKAJIAN PEMAPARAN

Besaran yang digunakan dalampengkajian paparan jangka panjang yangditimbulkan dari residu radioaktif adalahdosis tahunan efektif, dinyatakan sebagaidosis tahunan (DT). DT yang berasal darisetiap paparan jangka panjang yang telahada di suatu ling kung an hidup dinyatakansebagai besaran dosis tahunan existing(DTE). Dosis tahunan jangka panjang yangditimbulkan oleh adanya kegiatan baru disuatu IIngkungan hldup dlnyatakan sebagaldosis tahunan tambahan (DTT).Pengurangan DTT melalui intervensidinyatakan sebagai dosis tahunan averted(DTA)/ dosis tambahan yang dapat dicegah.Dalam Gambar 2 diilustrasikan DTE disuatu kawasan sebelum aan sesudah

adanya kegiatan yang dioperasikan dan didekomisioning.

RESIDU RADIOAKTIF[2,3]Prinsip sistem proteksi radiasi adalah

adanya pembenaran (justification) terhadapsetiap kegiatan yang direncanakan,

175

optimisasi perlindungan radiologik danmembatasi penerimaan dosis terhadapperorangan, sehingga seluruh kegiatanberada dibawah kontrol. Prinsip iniditerapkan pada tiap kegiatan yangdirencanakan dan diprakirakan menimbulkanresidu radioaktif yang menyebabkantimbulnya pemaparan jangka panjang difingkungan. Prinsip ini diimplementasikandalam disain, pengoperasian dandekomisioning pada setiap kegiatan dalampemanfaatan ilmu dan teknologi (iptek) nuklir.

Pembenaran dan Optimisasi ProteksiRadiasi

Pembenaran terhadap setiap kegiatanyang menimbulkan residu radioaktif dilingkungan yang menyebabkan terjadinyapemaparan jangka panjang memerlukanpertimbangan sebelum kegiatan tersebutdiadopsi. Faktor penting yang perludiperhatikan terhadap residu radioaktif yangterjadi di lingkungan adalah DTT yang akanditerima oleh perorangan ataupun kelompokmasyarakat. Dalam pembenaran kegiatandilakukan seleksi terhadap berbagai opsiproteksi optimum berdasarkan kondlsl soslsldan ekonomi yang umum. Pilihan proteksiyang optimum dapat ditentukan denganmenggunakan teknik optimisasi yangdirekomendasikan oleh InternationalCommission on Radiation Protection (ICRP).Dalam kondisi tertentu, bila sumber radiasiyang digunakan menimbulkan DTT :; 0,01mSv, kegiatan tersebut dapat dikeluarkandari pengaturan proteksi radiasi.

Pembatasan Dosis PeroranganBila residu radioaktif dari suatu kegiatan

menimbulkan paparan jangka panjang danmempengaruhi generasi yang akan datang,

dalam pembenaran dan optimisasi terhadapkegiatan tersebut diterapkan dosis pembatas(Dose Constraint) untuk perorangan. Dosispembatas (DP) yang direkomendasikanICRP untuk sumber tunggal atau dari seluruhkegiatan adalah 0,3 mSv per tahun(31.

Suatu sumber yang beroperasi untuk 1tahun dan menimbulkan release radionuklidaT112 panjang ke lingkungan, akanmenimbulkan DT sebesar (A) ke kelompokkritis selama setahun, yang akan menurunpada tahun-tahun berikutnya (B, C, 0, E,dst), Iihat Gambar 3 (a). Bila sumberberoperasi pada tahun kedua, DT yangditerima oleh kelompok umur yang samapad a tahun tersebut adalah (A + B), danbesarnya dosis pada tahun-tahun berikutnyaadalah B+C, C+D, D+E, dan seterusnya, lihatGambar 3(b). Dalam jangka panjang, DTyang ditimbulkan dari suatu sumber yangberoperasi secara kontinyu berdasarkanasumsi release dan kelompok keritis adalahtetap, sama dengan A+B+C+O+E+ ... , lihatGambar 3(c). Oosis ini sama denganpenjumlahan DT satu tahun operasi,

~_.-tDf-~..; :..- .,•...•.

(a). DT dan keglatan 1 tahun.

(b). DT dan keglatan 2 tahun

( c ).DT dan keglatan yg konUnyu

dinyatakan sebagai dosis komitmen untukkegiatan 1 tahun.

Dalam kondisi di atas, metodologipengkajian harus digunakan untuk menjaminpemenuhan DP yang direkomendasikan,diperhitungkan tiap alasan yangmenyebabkan terjadinya kombinasi danakumulasi pemaparan. Bila dalam situasikhusus, verifikasi pemenuhan regulasi tidakfeasibel, akan bijaksana bila diterapkan OPuntuk perorangan sebesar 0,1 mSv. Oalammenghindari kesalahan dari optimisasiproteksi, disarankan penerapan DP denganekstrim dan fleksibel. Pemaparan jangkapanjang merupakan hasil dari akumulasiresidu zat radioaktif dari kegiatan yangberjalan secara kontinyu, dan dari seluruhkegiatan yang tidak berlangsung lama,penerimaan dosis perorangan dibatasisebesar 1,0 mSv dalam 1 tahun. Tujuanpenerapan DP adalah mencegah terjadinyapenerimaan dosis terhadap perorangan dariseluruh kegiatan yang ada saat ini dan yangdiprakirakan terjadi dikemudian han tidakmelampaui dosis sebesar 1,0 mSv, lihatGambar 3.

,.,

N ••••'..•.....• ....:.M ••.•.

Gambar 3. Akumulasi paparan jangka panjang dari kegiatan atau sumberyang beroperasi secara kontinyu

176

DTE

A

DTA, rnelaluii

DTE

,intervenstJ)E.

iSmelurnw

intervensi DTESetelah intervensi -..Waktu

Gambar 4. DTE setelah dilakukan intervensi

Intervensi

Prinsip sistem proteksi dalam intervensiadalah pembenaran intervensi dan optimisasitindakan proteksi. Prinsip ini harus diterapkanpad a setiap situasi pemaparan yang benarterjadi terhadap residu radioaktif yangmenimbulkan pemaparan jangka panjangyang dapat dikontrol, seperti ditampilkandalam Gambar 4 di atas.

Pembenaran dan Optirnisasi IntervensiDalam pembenaran intervensi terhadap

pemaparan jangka panjang yang ditimbulkanoleh residu radioaktif memerlukanpertimbangan terhadap berbagai faktor.Misalnya terhadap DTA untuk peroranganataupun untuk kelompok masyarakat danfaktor penting lainnya, seperti mengurangikeresahan disebabkan oleh situasi danperbaikan biaya sosial melalui implementasitindakan protektif diterapkan.

Pengkajian pembenaran harusberdasarkan pertimbangan perlindunganradiologik dan hasilnya digunakan sebagaimasukan untuk proses pengambilankeputusan yang lebih strategis sepertiditunjukan dalam Gambar 5.

Gambar 5 menampilkan faktor-faktorkunci yang dapat menimbulkan kerugian(disadvantage) bila tidak dilakukan intervensi.Intervensi dapat mereduksi faktor-faktor yangmerugikan (misalnya dosis, anxiety) ataumengeliminasi faktor lainnya (tekananpolitik), atau mengajukan faktor-faktor baruyang memberikan keuntungan (biayaintervensi, gangguan sosial) dan (jaminanlasuransi). Biaya intervensi untuk gangguansosial dan asuransi tidak ditampilkan padaGambar 5 (a), karena nilainya adalah nol(tanpa intervensi). Faktor tekanan politik jugadiasumsikan dapat 'dieliminasi hingga nolkarena itu tidak ditampilkan dalamGambar 5(b).

c Tanpa Intervens! c:••

"'as

~j:;

.ac .c:i c::I ~:I" -~ ::Iat~;.=:t; ••~

~l ~Q "0

0

cC

II••I

ft ~'51'0.

.- ."r 2H

at ••~

~

Faktor

Dengan intervensi

Faktor

Gambar 5. Gambaran skematik bagaimana prinsip justifikasi dari intervensi

177

Pilihan pembenaran intervensi, tindakanpertindungan optimal (berdasarkan bentuk,skala, waktu) harus dipilih berdasarkanpendekatan optimisasi proteksi radiasi yangdirekomendasikan JCRP. Dalam kondisi yangmenimbulkan pemaparan jangka panjangoleh residu radioaktif, pembatasanpemanfaatan lingkungan hidup harusmerupakan hasil optimisasi.

Tingkat Acuan KhususDalam pengelolaan residu radioaktif,

badan pengawas ketenaganukliran harusmenetapkan tingkat acuan khusus (SpecificReference Level), seperti TingkatPembebasan Intervensi (InterventionExemption Level) , Tingkat Intervensi(Intervention Level) dan Tingkat PengambilanTindakan (Action Level) yang dinyatakandalam TDA, atau besaran lainnya yangsesuai. Penggunaan tingkat acuan khususmemberikan fasilitas untuk mengambilkeputusan dalam pengambilan tindakan danpemanfaatan sumberdaya dengan efektif,penggunaan yang tidak tepat dapatmenyebabkan te~adinya inkonsistensiterhadap prinsip pembenaran dan optimisasi.

Tingkat Acuan GenerikPenggunaan tingkat acuan generik

(Generic Reference Level) dinyatakan dalamDTE. Hal ini memadai bila intervensiditetapkan untuk situasi pemaparan jangkapanjang, seperti pemaparan dari residuradioaktif yang berasal dari kegiatan legalyang te~adi pada masa lampau. TingkatAcuan Generik (TAG) digunakan padasituasi yang ekstrim. Penggunaan TAG tidakmencegah penerapan tindakan perlindungankhusus dalam upaya mengurangi komponenDTE yang dominan. Tindakan perlindungandiputuskan berdasarkan kasus per kasus,mengikuti persyaratan sistem proteksi untukIntervonGi.

Tingkat DrE yang rendah biasanya tidakmemerlukan pembenaran sistem proteksiyang sedang diimplementasikan ke tiapkomponen DTE. Kebalikannya, tingkat DTEyang tinggi tidak selalu memerlukan adanyaintervensi. Dengan ketentuan ini, untuk DTE

orEmSv100102,4

178

<; 10 mSv dapat digunakan sebagai TingkatIntervensi Generik (TIG), dibawah tingkat iniintervensi tidak memerlukan. adanyapembenaran. Akan tetapi dibawah TIG,tindakan perlindungan untuk mengurangikomponen-komponen DTE tetap merupakanpilihan dan diperlukan adanya pembenaran.Tingkat Tindakan Khusus (TTK) terhadapkomponen tertentu dapat diberlakukanberdasarkan TAG yang direkomendasikan.Untuk DTE > 10 mSv, intervensi diperlukandan dilakukan pembenaran dalam kasus perkasus.

Situasi dimana dosis ambang (treshold)untuk efek deterministik organ tertentudilampaui selalu diperlukan intervensi. Dalammenerapkan ketentuan ini, ketidak-pastiandalam prakiraan efek deterministik harusdipertimbangkan. Untuk nilai DTE hingga 100mSv selalu memerlukan pembenaranintervensi dan dapat digunakan sebagai TAGuntuk menerapkan tingkat protektif dibawahkondisi yang memungkinkan, lihat Tabel1.

APLIKASI DOSIS PEMBATASDosis pembatas (DP) yang

direkomendasikan harus diterapkan denganberhasil terhadap residu radioaktif yangberada di lingkungan yang ditimbulkansetelah adanya penutupan kegiatan, misal dikawasan nuklir yang telah di dekomisioningataupun terjadi setelah adanya kecelakaannuklir. Dalam prinsip, DP yang diterapkansetelah penutupan tidak lebih tinggi dari DPyang diterapkan pada phase operasional. DPyang diterapkan sebelum penutupan denganDP yang diterapkan sesudah dekomisioningtidak perlu sama. Bila DP yangdioperasionalkan terlalu rendah setelahphase dekomisioning dapat menyebabkantimbulnya pengaturan pembatasan yangkurang tepat. Terhadap residu radioaktif yangditimbulkan dari kegiatan yang lalu dan tidakterkena pengaturan, tindakan perlindunganditetapkan berdasarkan kasus per kasusmengikuti prinsip intervensi yangdirekomendasikan dari pada melakukanpembatasan dosis untuk perorangan. Biladiperlukan, TAG yang direkomendasikandigunakan sebagai pedoman.

Tingkat Intervensi Generik

Intervensi selalu dibenarkan

Intervensi mungkin diperlukanIntervensi tidak diDerlukan

cnsi

s.asi

r

DTE

Dosis a"crlcd mclalui optimi__. - ....__._.•__ ._..•__ ~__ ._ .•._._.•... _•....._.n ....•_Tindakan tmnbah:m...

Pcmbatasan dosisi..--..-.-.,--.-.... _._~.._._---_.- .- _._-_ .._-_._._~ ..._-_._ ..~._._..~- .- ...... -

OrEOTE sctclah ada

DTEschelum kcgiat:m. helml;

~

ada kcgiatan :.da intcrvcnsiSctcl:

intcr":f.__

h

~ Wuklu

Gambar 6. DTE dari kejadian yang dapat dirunut, bila kewenangannasional menenerapkan pembatasan khusus terhadap dosisperorangan terhadap residu radioaktif yang ditimbulkan

Oalam suatu kasus dimana timbulnyaresidu radioaktif dapat dirunut, dan siapayang menimbulkan dapat diketahui, dalamtindakan perlindungan, Badan Pengawasdapat melakukan pembatasan khusus untukdosis perorangan yang ditimbulkan dariresidu terse but. Hal ini memerlukan tindakanperlindungan tambahan yang harusditerapkan oleh pihak yang menimbulkansituasi. Pembatasan khusus dapat lebihtinggi dari OP dan Nilai Batas Oosis (NBO)yang diterapkan, lihat Gambar 6 di atas.

Residu Radioaktif Dengan Hot PartikelOalam situasi tertentu, residu radioaktif

yang terjadi di lingkung an tersebar(sparsely), sebagai "hot Particles". Oalamsituasi yang disebabkan oleh "hot particles",tingkat tindakan diturunkan berdasarkanprobabilitas pemaparan yang dapatmenyebabkan terjadinya kematian.

UTEIHA

Probabilitas ini harus dikaji denganmengkombinasikan probabilitas yangmenimbulkan dosis kematian, dimanaprobabilitas diintegrasikan terhadap seluruhdaerah rentang dosis. Penting untuk disadaribahwa stakeholder akan kesulitan dalammenerima pendekatan probabilitas yangdilakukan. Oalam memantapkan tingkattindakan untuk pemaparan jangka panjang,pertimbangan harus dilakukan terhadapkemungkinan bahwa efek deterministik jugaterjadi sebagai hasil penggabungan "hotparticles" .

Kecelakaan

Pada residu radioaktif yang ditimbulkanpad a akhir suatu kecelakaan, intervensi yangdilakukan dapat bersifat permanen ataudiskontinyu dengan beberapa tahapan,seperti ditampilkan dalam Gambar 7.

Dosil'i tahunan

tnnlhuharl

t f)T jankgui p:II1Jang1 ak,hal

.•. kcgialan

DTE~cbclllrn

.•.

: f)TA jangk:o

i panjang.•. IIIIS'! i"lcrvcl1,\i

InE11",iJ

akhir

illlcrvcl1\i

Gambar 7. Evolusi DTE setelah terjadi kecelakaan setelah dilakukanintervensi dan tindakan perlindungan yang tidak kontinyu

179

DT dari suatu komoditas

scbelumnya adal noluntuk bcbcraparadionuklida.

DTE

DT dariradionuklida

Yang tcrdapatdalamSuatu Komoditas .

iII _

~•••• _. U· _ ••_1

T

DT dampak olchadanya kccciakaan

---"---.--.--.--.--..---. -··--------·----·-·-t-

DT darircsidu

Gambar 9. Evolusi DTE disebabkan komoditas yang terkontaminasi

Dasar pembenaran untuk intervensitidak kontinyu adalah adanya konfirmasibahwa pemaparan telah menurun ke tingkattindakan yang memerlukan intervensi cepat.Penting untuk diingat bahwa tindakanperlindungan yang dilakukan diharapkanmenghasilkan pengurangan pemaparan yangsignifikan. Bila penurunan pemaparan tidakfeasibel, TAG dibawah nilai DTE. dapatmenjadi dasar dilakukan intervensi yang tidakkontnyu. Setelah intervensi secara tidakkontinyu dilakukan, DTE dari sisa residuharus tidak mempengaruhi kondisi kehidupannormal di daerah yang terkena dampakkecelakaan, termasuk kebijakan untukintroduksi kegiatan baru, walaupun DTE lebihtinggi dan DTE sebelum kecelakaan.

Residu Radioaktif dalam KomoditasPaparan yang tersembunyi dari

radionuklida T1/2 panjang terdapat jugadalam berbagai komoditas yang digunakanoloh ml!l8yafakat. Aktlvltas tiel' radlonuklldayang terdapat dalam komoditas dikontrolmelalui sistem proteksi. Tingkat aktivitasradionuklida yang boleh terdapat dalamkomoditas perlu distandarisasi. Dalamstandarisasi. komoditas dapat dikelompokanke tiga kelompok umum, yaitu bahanmakanan, bahan bangunan dan produklainnya. Komoditas dalam seluruh kelompokini akan merupakan sumber yangmenimbulkan pemaparan jangka panjangsecara simultan terhadap perorangan. TAGsebesar 1,0 mSv untuk DT perorangan dapatdigunakan sebagai dasar pengontrolan untukkelompok komoditas dominan. Badan

180

Pengawas harus menetapkan TingkatIntervensi Pengecualaian (TIP) untuk jeniskomoditas tertentu yang terkontaminasi olehadanya suatu kecelakaan., lihat Gambar 8 diatas.

Situasi sulit dapat terjadi untukkomoditas yang diproduksi di daerah yangdipengaruhi oleh dampak kecelakaan. Bilatingkat radioaktivitas lebih tinggi dari produkyang dihasil oleh daerahl negara tetangga,kriteria untuk diterima pasar harusditetapkan_

Bila DT di daerah yang dipengaruhi ofehsuatu kecelakaan diterima , situasi diluardaerah yang dipengaruhi juga akan diterima.DT perorangan dimarfa saja dari penggunaankomoditas yang dihasilkan dari daerah yangdipengaruhi tidak akan lebih tinggidibandingkan daerah yang kena dampakkecelakaan.

Prakiraan DT dari Residu RadioaktifDalam panorapon rokomendasl !ni,

pemaparan jangka panjang harus dikajisecara umum berdasarkan DT rata-rataterhadap kelompok keritis. Harus dicatat,bahwa dalam beberapa situasi te~adikesulitan dalam melakukan prakiraan DT.Skenario jangka panjang harus didefinisikanuntuk mengetahui perorangan yangmendapat pemaparan. Kuantifikasiketidakpastian (uncertain) haruslahmerupakan penjumlahan perkiraan danDT.Bila memungkinkan OT dilaporkanmerupakan nilai distribusi yang mungkindaripada nilai tunggal. Harus juga diingatbahwa residu radioaktif biasanya terdistribusi

berdasarkan ruang, menciptakan situasipemaparan jangka panjang yang heterogen.Hal ini yang membuat prakiraan berdasarkankasus per kasus sehingga estimasi realistikmengenai populasi yang mendapat paparan.Pemilihan metode untuk mengevaluasipemaparan heterogen akan tergantungterhadap situasi dan tujuan dari evaluasi.Evaluasi DT dalam peIT,laparan jangkapanjang harus berdasarkan asumsi bahwatidak ada pembatasan dalam pemanfaatan/penggunaan kawasan (site) bekas kegiatannuklir dan komoditas. Asumsi ini memberikanimplikasi bahwa seluruh jalur pemaparanadalah realistik pada saat ini dan setiapwaktu dimasa yang akan datang dapatdipertanggung jawabkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarikbeberapa kesimpulan,1. Residu radioaktif yang mengandung

radionuklida T1/2 panjang dapat terjadi dilingkungan hidup yang diakibatkan dariberbagai kegiatan, baik kegiatan yangregulated/ unregulated. Residu radioaktifini dapat meningkatkan penerimaandosis efektif tahunan terhadap publik,sehingga harus diatur oleh instansi yangberwenang.

181

2. Penerimaan dosis dari residu radioaktifdibatasi oleh besarnya dosis pembatas(dose constraint), besarnya dosispembatas yang direkomendasikanadalah 0,3 mSv per tahun untuk seluruhsumberl kegiatan yang ada dalam suatukawasan (site).

3. Bila residu radioaktif yang terjadimelampaui dosis pembatas perludilakukan intervensi untuk mengurangisecara maksimal dosis efektif yang akanditerima publik berdasarkan prinsip­prinsip proteksi radiasi. Dalam tindakanintervensi diterapkan Tingkat AcuanKhusus ataupun Tingkat Acuan Generikyang direkomendasikan oleh instansiyang berwenang.

DAFTAR PUSTAKA

1. International Basic Safety Standards forProtection against lonising Radiation andfor the safety of Radiation Sources.IAEA Safety-Series 115, Vienna, 1996.

2. ROGER H. C., Restoration principles andcriteria, Proceedings of internationalsymposium, IAEA SM-359, December,1999.

3. International Commission on

Radiological Protection (ICRP).Radiological Policy for the Disposal ofRadioactive Waste. ICRP Publication-77,1978.