GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http...

21
101 Irianto dan Suciantini: Anomali Iklim: Penyebab, Karakteristik, dan Antisipasi 1 Direktur Pengelolaan Air, Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air/Ahli Peneliti Utama Bidang Agroklimat dan Hidrologi 2 Peneliti Agroklimat, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Anomali Iklim: Faktor Penyebab, Karakteristik, dan Antisipasinya Gatot Irianto 1 dan Suciantini 2 Ringkasan Secara harafiah, anomali iklim adalah pergeseran musim dari rata-rata normalnya. Empat faktor dominan penyebab anomali iklim adalah SST NINO, arah angin, beda tekanan udara permukaan di Darwin dan Tahiti, serta Indian Ocean Dipole. Ada tiga pola hujan di Indonesia, yaitu pola monsunal, pola ekuatorial, dan pola lokal. Wilayah dengan pola monsunal paling terpengaruh anomali iklim dan sebagian besar sentra padi di Indonesia berada di wilayah ini. Dengan demikian, kejadian ini perlu diprediksi untuk menekan kerugian. Dalam antisipasi anomali iklim, diperlukan langkah-langkah strategis seperti: mengefektifkan informasi prakiraan iklim dan teknik menghadapinya, memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan, menganalisis pergeseran musim, menganalisis neraca air wilayah dan indeks kecukupan air dan saat tanam yang tepat, menampung air hujan untuk mengisi cadangan air tanah, membudidayakan komoditas berumur pendek dan tahan kekeringan, mempercepat tanam, memanfaatkan sistem gogorancah, pompanisasi di daerah-daerah dengan cadangan air tanah, memperbaiki efek- tivitas saluran irigasi dan embung/bendungan, meningkatkan daya dukung daerah hulu aliran sungai, memantau dan mengevaluasi daya tampung waduk, me- manfaatkan mulsa in-situ untuk menekan evaporasi. Antisipasi lebih diperlukan untuk menghadapi El-Niæo karena bencana yang ditimbulkannya lebih serius daripada La-Niæa. Penurunan hujan akibat El-Niæo dapat mencapai 80 mm/bulan; sementara peningkatan hujan akibat La-Niæa tidak lebih dari 40 mm/bulan, itu pun dapat untuk perluasan areal tanam. Langkah-langkah operasional ke- lembagaan yang dapat dilakukan antara lain: (1) kebijakan pembagian tugas lintas instansi yang terkait dengan efektivitas organisasi, pendanaan, prioritas penanggulangan, perbaikan, dan pemilihan teknologi penanggulangan, (2) intensifikasi koordinasi dan meningkatkan kemampuan tim penanggulangan di beberapa propinsi yang rawan kekeringan, (3) penyebarluasan informasi prakiraan iklim dalam periode tertentu, dan (4) perluasan kawasan konservasi air di tiap kecamatan berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota.

Transcript of GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http...

Page 1: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

101Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

1 Direktur Pengelolaan Air Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan AirAhli Peneliti Utama BidangAgroklimat dan Hidrologi

2 Peneliti Agroklimat Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Anomali Iklim Faktor Penyebab Karakteristikdan Antisipasinya

Gatot Irianto1 dan Suciantini2

Ringkasan

Secara harafiah anomali iklim adalah pergeseran musim dari rata-rata normalnyaEmpat faktor dominan penyebab anomali iklim adalah SST NINO arah anginbeda tekanan udara permukaan di Darwin dan Tahiti serta Indian Ocean DipoleAda tiga pola hujan di Indonesia yaitu pola monsunal pola ekuatorial dan polalokal Wilayah dengan pola monsunal paling terpengaruh anomali iklim dansebagian besar sentra padi di Indonesia berada di wilayah ini Dengan demikiankejadian ini perlu diprediksi untuk menekan kerugian Dalam antisipasi anomaliiklim diperlukan langkah-langkah strategis seperti mengefektifkan informasiprakiraan iklim dan teknik menghadapinya memanfaatkan peta wilayah rawankekeringan menganalisis pergeseran musim menganalisis neraca air wilayahdan indeks kecukupan air dan saat tanam yang tepat menampung air hujanuntuk mengisi cadangan air tanah membudidayakan komoditas berumur pendekdan tahan kekeringan mempercepat tanam memanfaatkan sistem gogorancahpompanisasi di daerah-daerah dengan cadangan air tanah memperbaiki efek-tivitas saluran irigasi dan embungbendungan meningkatkan daya dukung daerahhulu aliran sungai memantau dan mengevaluasi daya tampung waduk me-manfaatkan mulsa in-situ untuk menekan evaporasi Antisipasi lebih diperlukanuntuk menghadapi El-Nintildeo karena bencana yang ditimbulkannya lebih seriusdaripada La-Nintildea Penurunan hujan akibat El-Nintildeo dapat mencapai 80 mmbulansementara peningkatan hujan akibat La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan itupun dapat untuk perluasan areal tanam Langkah-langkah operasional ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (1) kebijakan pembagian tugaslintas instansi yang terkait dengan efektivitas organisasi pendanaan prioritaspenanggulangan perbaikan dan pemilihan teknologi penanggulangan (2)intensifikasi koordinasi dan meningkatkan kemampuan tim penanggulangan dibeberapa propinsi yang rawan kekeringan (3) penyebarluasan informasi prakiraaniklim dalam periode tertentu dan (4) perluasan kawasan konservasi air di tiapkecamatan berkoordinasi dengan pemerintah kabupatenkota

id15704531 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer - a great PDF creator - httpwwwpdfmachinecom httpwwwbroadguncom

102 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Terminologi Anomali Iklim

Anomali iklim dalam beberapa tahun terakhir banyak dibicarakan akan tetapitidak banyak orang memahami apa itu sebenarnya Sayangnya sebagianbesar pemangku kepentingan di sektor terkait seperti pertanian kehutananperikanan dan kelautan kesehatan perhubungan lebih tertarik pada dampakanomali iklim Sementara itu publikasi dan interpretasi anomali iklim dariberbagai sumber sangat beragam sehingga akan menyulitkan pengambilankeputusan untuk adaptasi dan minimalisasi risikonya Teladan konkritnyaadalah dampak anomali iklim terhadap terjadinya curah hujan ekstrim baikekstrim tinggi (banjir) maupun ekstrim rendah (kekeringan) Informasi yangsangat global dan beragamnya dampak antarwilayah dan antarwaktumenyebabkan kerugian harus diterima oleh masyarakat yang akses terhadapinformasi dan teknologinya terbatas

Secara harafiah anomali iklim adalah pergeseran musim dari rata-ratanormalnya Musim hujan di Indonesia untuk wilayah dengan pola monsunalbiasanya terjadi antara bulan Oktober-Maret dan musim kemarau terjadi padaApril-September Pada saat anomali iklim musim hujan ataupun kemaraubisa maju ataupun mundur dari biasanya Musim di Indonesia didasarkanpada kondisi curah hujan yang tercatat Ada tiga pola hujan di Indonesiayaitu pola monsunal (seperti yang disebutkan di depan) dengan satu puncakhujan pola ekuatorial (pola hujan dengan dua puncak hujanbimodal) danpola lokal (pola hujan yang berkebalikan dengan pola monsunal) Berkaitandengan anomali iklim wilayah dengan pola monsunal merupakan wilayahyang paling terpengaruh kejadian anomali iklim

Anomali iklim terjadi karena beberapa sebab namun yang banyakdibicarakan orang adalah karena terjadinya fenomena ENSO (El-Nintildeo SouthernOscillation) yang dikaitkan dengan kondisi anomali suhu permukaan laut dizona NINO 34 (5oLU-5oLS 170oBB-120oBB) Selain anomali suhu permukaanlaut di zona NINO 34 faktor dominan lain adalah arah angin pasat perbedaantekanan antara Darwin dan Tahiti dan yang disebut-sebut belakangan banyakmempengaruhi kondisi iklim Indonesia adalah Indian Ocean Dipole Mode (IOD)yang mengaitkan suhu permukaan laut di Samudera Hindia dengan yang diPasifik

Umumnya kejadian anomali iklim menimbulkan kerugian pada sektorpertanian terutama tanaman pangan sehingga kejadian ini penting untukdiketahui atau diprediksi sebelumnya sehingga kerugian dapat ditekanKarena kaitannya dengan ketersediaan air kalau terjadi anomali iklim terutamayang menyebabkan kekeringan di Indonesia maka tanaman pangan yangpaling terpengaruh adalah tanaman-tanaman yang membutuhkan banyak airdalam satu daur hidupnya (seperti padi) sehingga ketika musim bergesermaju atau mundur dari yang dijadwalkan tanaman akan mengalamikekeringan panen menurun karena terjadi puso Sebagian besar sentra padi

103Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

di Indonesia berada di wilayah dengan pola monsunal seperti wilayah PanturaJawa sehingga anomali iklim akan memberi dampak yang nyata

Sebagai contoh peristiwa anomali iklim tahun 1994 dan 1997 telahmenyebabkan kekeringan pada areal sawah irigasi teknis yang ada di JawaBarat Selain menyebabkan penurunan produksi pertanian kekeringan jugamenyebabkan kebakaran hutan seperti yang banyak terjadi di Sumateradan Kalimantan Kegagalan panen akibat penyimpangan iklim yang terjaditersebut akhirnya berdampak pada meningkatnya jumlah masyarakat miskindi pedesaan

Berkaitan dengan anomalipenyimpangan iklim yang belakangan inisemakin sering frekuensinya ada beberapa pertanyaan yang sering timbulyang berkaitan dengan sektor pertanian di antaranya adalah Bagaimanahubungan antara unsur iklim dengan faktor lain Apakah keputusan yangdiambil dalam penetapan masa tanam petani sudah memperhitungkankemungkinan terjadinya penyimpangan iklim Bagaimana kaitannya denganketersediaan air untuk masa pertanaman Cukupkah atau perlu tambahanirigasi Tanaman apa yang seharusnya ditanam dengan memperhitungkankebutuhan air tanaman dengan ketersediaan air minimal Sampai seberapabatas aman yang mungkin dapat dihitung atau seberapa besar kerugian yangmungkin timbul kalau kita memilih opsi-opsi yang diberikan dan Bagaimanakitapetani mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan yang terjadi sertasejauh mana hal itu dapat dikelola Pertanyaan-pertanyaan tersebutmengharuskan kita mengantisipasi dan beradaptasi pada penyimpangan iklimyang mungkin terjadi untuk meminimalkan risiko kerugian Pembuatankalender tanam dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinyapenyimpangan iklim dapat merupakan salah satu alternatif pemecahanmasalah ini

Faktor Dominan Penyebab Anomali Iklim

Indonesia terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera(Pasifik dan Hindia) Hal itu sangat mempengaruhi kondisi iklim IndonesiaSistem cuaca dan iklim Indonesia dipengaruhi oleh kondisi lokal (sepertiinteraksi antarpulau) regional (seperti sistem monsoon) dan global (sepertiEl-Nintildeo) Karena letaknya di antara dua samudera maka terdapat interaksiyang kuat antara atmosfer dan lautan Interaksi atmosfer-laut terjadi melaluiinti-inti kondensasi awan yang diinjeksikan oleh percikan gelombang laut keudara dan melalui pelepasan panas laten kondensasi uap air ketika menjaditetes-tetes awan (Tjasyono 2003) Interaksi antara atmosfer dengan lautanmerupakan interaksi yang kompleks Atmosfer dan laut keduanya beredardalam tiga dimensi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain Interaksiantara atmosfer dan lautan melibatkan hal-hal berikut yang terkait juga denganterjadinya anomali iklim seperti

104 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Suhu lautan (di permukaan dan di pedalaman) Tinggi permukaan laut Sirkulasi dari lautan (arus dan upwelling) Suhu atmosfer (permukaan dan lapisan atas) Tekanan udara di atmosfer (lapisan atas dan lapisan bawah) dan Sirkulasi dari atmosfer (angin sirkulasi Walter dan Sirkulasi Hadley)

(Partridge dan Mashum 2003)

Berkaitan dengan interaksi antara atmosfer-lautan paling tidak ada empatfaktor penyebab dominan anomali iklim yang dampaknya sangat besar ter-hadap kinerja sektor pertanian (1) anomali suhu muka laut nino 34 (2) arahangin (3) beda tekanan uap air antara Darwin dan Tahiti (4) Indian OceanDipole Mode (IOD) Intensitas durasi dan frekuensi anomali iklim yang lebihdikenal dengan magnitude anomali iklim sangat dipengaruhi kapan danseberapa besar dan banyak faktor dominan anomali iklim bekerja di wilayahtersebut Besaran anomali iklim akan semakin besar apabila keempat faktordominan bekerja secara simultan di wilayah yang sama pada musim hujanmaupun kemarau

Dampak langsungnya curah hujan akan sangat tinggi (ekstrim mak-simum) atau curah hujan sangat rendah (ekstrim minimum) Menariknya lagipengaruh faktor dominan penyebab anomali iklim terhadap suatu wilayahsangat berbeda sehingga pemetaan pengaruhnya antarwilayah dan antar-waktu merupakan pilihan yang harus dilakukan dalam adaptasi dampakanomali iklim

Keempat faktor dominan penyebab anomali iklim adalah sebagai berikut

1 SST NINO

Peristiwa ini menggambarkan pemanasan suhu permukaan laut di daerahtropis di Samudera Pasifik Selatan yang merupakan hasil interaksi yangkompleks dan tak beraturan antara lautan dan atmosfer Mempunyai dampakyang cukup besar terutama jika dikaitkan dengan terjadinya kekeringan disuatu wilayah dan banjir ataupun badai di wilayah lain Di Indonesia kejadianmusim kemarau yang kering dan panjang dikaitkan dengan peristiwa El-Nintildeodan sebaliknya pendinginan di tropis Pasifik yang mengakibatkan Indonesiamengalami banjir (curah hujan di atas rata-rata) disebut sebagai peristiwa La-Nintildea (Torrence amp Webster 1999)

2 Arah Angin

Peristiwa El-Nintildeo terjadi saat angin pasat tenggara melemah yang menyebab-kan arus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur Akibat pergerakankolam air hangat ini akan menyebabkan pergerakan daerah konveksi awan

105Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan Sehingga daerah awan hujan akan bergerak ke bagian TimurSebaliknya pada saat terjadi La-Nintildea angin pasat tenggara berhembus sangatkuat di Pasifik dan membawa uap air yang banyak Sebagian besar wilayahIndonesia mendapat curah hujan di atas rata-ratanya

3 Beda tekanan antara Darwin dengan Tahiti

Perbedaan tekanan antara Darwin dan Tahiti merupakan salah satu indikatoruntuk mengetahui terjadinya El-Nintildeo ataupun La-Nintildea Perbedaan tekananitu disebut sebagai Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index SOI)Secara lengkap dikatakan bahwa osilasi selatan merupakan suatu Hasilinteraksi antara lautan dan atmosfer yang terjadi di wilayah Pasifik ekuatoryang bekerja menyerupai timbangan tekanan udara antara wilayah Pasifikekuator bagian timur dan wilayah Indonesia yaitu ketika tekanan udarapermukaan di salah satu wilayah tersebut tinggi secara tidak wajar biasanyaakan diimbangi dengan tekanan udara permukaan yang rendah secara tidakwajar di wilayah satunya Secara umum Osilasi selatan dapat menyebabkankekeringan di Indonesia Australia India dan beberapa bagian Afrika dan padasaat yang bersamaan menyebabkan banjir di Amerika Utara dan Selatan dandi Kepulauan Pasifik tengah

Kuat-lemahnya Osilasi Selatan diukur dari selisih tekanan udara antaraDarwin dengan Tahiti (Gambar 1) Jika SOI positif berarti tekanan udara di

Gambar 1 Perbedaan tekanan antara Tahiti dengan Darwin sebagaiperhitungan indeks SOI(httpwwwatmospherempgdeenid77d9810278d8243047762d9afac0ae3b55a304092d09192html)

106 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tahiti lebih tinggi daripada di Darwin sehingga angin pasat bertiup dari Timurke Barat di Samudera Hindia dan ini merupakan fenomena yang biasaSedangkan jika SOI negatif maka angin pasat tersebut melemah sehinggaarus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur dan fenomena inilahyang disebut sebagai El-Nintildeo (Windupranata et al 2001 Partridge amp Mashum2002)

Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan sekali padavariabilitas musim pada skala antartahunan Setiap tahun sirkulasi tropisbergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagaimusim kemarau musim hujan serta periode transisi di antara kedua musimtersebut Sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi angin muson Pada saatterjadi Muson Barat yang berlangsung antara Oktober-Maret merupakanmusim hujan dan musim kemarau terjadi antara April-September (MusonTimur)

4 IOD (Indian Ocean Dipole)

Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautanyang menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga meng-akibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air diSamudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendahsementara di Samudera Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5o-10oLS) memilikianomali suhu yang tinggi (lebih panas) IOD memiliki nilai positif SST anomaliuntuk barat (50degBT-70degBT10degLS-10degLU) dan negatif SST untuk timur (90degBT-110degBT 10degLS-ekuator) (Saji 1999 Webster et al 1999) (Gambar 2)

Gejala Dipole Mode dapat dideteksi bukan hanya melalui perubahan suhupermukaan lautnya saja tetapi juga dapat dideteksi melalui perubahan tinggimuka air lautnya (Windupranata et al 2001) Sampai saat ini fenomena

Gambar 2 Kondisi yang ditunjukkan pada saat IOD positif (kiri) dan negatif (kanan)(sumber Suryachandra)

Negative Dipole ModePositive Dipole Mode

107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia

Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya

Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah

Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO

2 di atmosfer dua kali lipat

dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3

kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula

Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun

108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia

Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997

Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian

Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah

Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM

Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh

1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-

Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)

109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal

Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera

Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember

Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja

Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga

110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat

Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau

Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm

Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung

Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo

Awal Intensitas Awal Intensitas

Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN

Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N

Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N

Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN

Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N

Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN

Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Sumber Surmaini amp Irianto (2003)

111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 3

Aw

al m

usim

kem

arau

(A

MK

) a

wal

mus

im h

ujan

(A

MH

) da

n cu

rah

huja

n (C

H)

pada

tah

un-t

ahun

El-N

intildeo

dan

La-N

intildea

pada

setia

p st

asiu

n di

band

ingk

an d

enga

n ra

ta-r

atan

ya d

i Kab

In

dram

ayu

(Suc

iant

ini e

t al

20

04)

Rat

a-ra

taE

l-Nintilde

oLa

-Nintilde

aS

tasi

unW

ilaya

hD

PMA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

n(m

m)

(mm

)(m

m)

Anj

atan

612

11

401

123

122

713

351

725

Ban

gkir

617

11

907

183

182

316

362

347

Ban

tarh

uni

715

351

866

1436

181

515

332

100

Bon

dan

715

361

709

151

158

818

342

022

Bug

el6

103

110

812

3 8

7911

31

253

Bug

is6

142

146

813

21

250

1335

164

8B

ulak

612

21

322

112

112

915

31

514

Cid

empe

t6

141

164

113

21

343

1736

189

2C

iked

ung

615

361

609

143

131

017

352

020

Cip

ancu

h7

1635

190

613

351

879

1734

217

6G

abus

Wet

an6

131

136

513

21

224

141

165

1G

anta

r7

1533

175

313

321

672

1633

207

5In

dram

ayu

615

351

762

141

144

114

332

262

Jatib

aran

g7

1435

152

511

361

344

1533

173

1Ju

ntin

yuat

617

11

520

162

123

615

352

107

Kar

ang

Ase

m6

131

128

611

31

150

1536

151

7K

edok

an B

unde

r6

141

144

914

41

284

1735

207

0K

erta

sem

aya

716

21

655

164

143

119

11

893

Kra

ngke

ng6

161

146

415

31

240

1734

200

8Lo

sara

ng6

141

152

014

11

248

1534

178

6Lo

hben

er6

161

155

015

31

337

1933

177

5S

udi M

ampi

r6

151

137

814

31

158

1336

169

9S

udi K

ampi

ran

714

11

410

143

115

218

331

811

Suk

adan

a7

161

155

815

31

636

1636

167

6S

um

urw

atu

717

361

630

153

137

318

342

147

Tug

u6

1735

157

017

351

364

1832

181

4U

jung

aris

614

361

505

143

129

016

341

637

Rat

a-ra

ta15

11

550

142

136

416

351

865

AM

K =

Aw

al M

usim

Kem

arau

(da

saria

n) A

MH

= A

wal

Mus

im H

ujan

(da

saria

n)

112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu

El-Nintildeo La-NintildeaStasiun

AMK AMH AMK AMH

Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2

tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)

Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 2: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

102 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Terminologi Anomali Iklim

Anomali iklim dalam beberapa tahun terakhir banyak dibicarakan akan tetapitidak banyak orang memahami apa itu sebenarnya Sayangnya sebagianbesar pemangku kepentingan di sektor terkait seperti pertanian kehutananperikanan dan kelautan kesehatan perhubungan lebih tertarik pada dampakanomali iklim Sementara itu publikasi dan interpretasi anomali iklim dariberbagai sumber sangat beragam sehingga akan menyulitkan pengambilankeputusan untuk adaptasi dan minimalisasi risikonya Teladan konkritnyaadalah dampak anomali iklim terhadap terjadinya curah hujan ekstrim baikekstrim tinggi (banjir) maupun ekstrim rendah (kekeringan) Informasi yangsangat global dan beragamnya dampak antarwilayah dan antarwaktumenyebabkan kerugian harus diterima oleh masyarakat yang akses terhadapinformasi dan teknologinya terbatas

Secara harafiah anomali iklim adalah pergeseran musim dari rata-ratanormalnya Musim hujan di Indonesia untuk wilayah dengan pola monsunalbiasanya terjadi antara bulan Oktober-Maret dan musim kemarau terjadi padaApril-September Pada saat anomali iklim musim hujan ataupun kemaraubisa maju ataupun mundur dari biasanya Musim di Indonesia didasarkanpada kondisi curah hujan yang tercatat Ada tiga pola hujan di Indonesiayaitu pola monsunal (seperti yang disebutkan di depan) dengan satu puncakhujan pola ekuatorial (pola hujan dengan dua puncak hujanbimodal) danpola lokal (pola hujan yang berkebalikan dengan pola monsunal) Berkaitandengan anomali iklim wilayah dengan pola monsunal merupakan wilayahyang paling terpengaruh kejadian anomali iklim

Anomali iklim terjadi karena beberapa sebab namun yang banyakdibicarakan orang adalah karena terjadinya fenomena ENSO (El-Nintildeo SouthernOscillation) yang dikaitkan dengan kondisi anomali suhu permukaan laut dizona NINO 34 (5oLU-5oLS 170oBB-120oBB) Selain anomali suhu permukaanlaut di zona NINO 34 faktor dominan lain adalah arah angin pasat perbedaantekanan antara Darwin dan Tahiti dan yang disebut-sebut belakangan banyakmempengaruhi kondisi iklim Indonesia adalah Indian Ocean Dipole Mode (IOD)yang mengaitkan suhu permukaan laut di Samudera Hindia dengan yang diPasifik

Umumnya kejadian anomali iklim menimbulkan kerugian pada sektorpertanian terutama tanaman pangan sehingga kejadian ini penting untukdiketahui atau diprediksi sebelumnya sehingga kerugian dapat ditekanKarena kaitannya dengan ketersediaan air kalau terjadi anomali iklim terutamayang menyebabkan kekeringan di Indonesia maka tanaman pangan yangpaling terpengaruh adalah tanaman-tanaman yang membutuhkan banyak airdalam satu daur hidupnya (seperti padi) sehingga ketika musim bergesermaju atau mundur dari yang dijadwalkan tanaman akan mengalamikekeringan panen menurun karena terjadi puso Sebagian besar sentra padi

103Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

di Indonesia berada di wilayah dengan pola monsunal seperti wilayah PanturaJawa sehingga anomali iklim akan memberi dampak yang nyata

Sebagai contoh peristiwa anomali iklim tahun 1994 dan 1997 telahmenyebabkan kekeringan pada areal sawah irigasi teknis yang ada di JawaBarat Selain menyebabkan penurunan produksi pertanian kekeringan jugamenyebabkan kebakaran hutan seperti yang banyak terjadi di Sumateradan Kalimantan Kegagalan panen akibat penyimpangan iklim yang terjaditersebut akhirnya berdampak pada meningkatnya jumlah masyarakat miskindi pedesaan

Berkaitan dengan anomalipenyimpangan iklim yang belakangan inisemakin sering frekuensinya ada beberapa pertanyaan yang sering timbulyang berkaitan dengan sektor pertanian di antaranya adalah Bagaimanahubungan antara unsur iklim dengan faktor lain Apakah keputusan yangdiambil dalam penetapan masa tanam petani sudah memperhitungkankemungkinan terjadinya penyimpangan iklim Bagaimana kaitannya denganketersediaan air untuk masa pertanaman Cukupkah atau perlu tambahanirigasi Tanaman apa yang seharusnya ditanam dengan memperhitungkankebutuhan air tanaman dengan ketersediaan air minimal Sampai seberapabatas aman yang mungkin dapat dihitung atau seberapa besar kerugian yangmungkin timbul kalau kita memilih opsi-opsi yang diberikan dan Bagaimanakitapetani mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan yang terjadi sertasejauh mana hal itu dapat dikelola Pertanyaan-pertanyaan tersebutmengharuskan kita mengantisipasi dan beradaptasi pada penyimpangan iklimyang mungkin terjadi untuk meminimalkan risiko kerugian Pembuatankalender tanam dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinyapenyimpangan iklim dapat merupakan salah satu alternatif pemecahanmasalah ini

Faktor Dominan Penyebab Anomali Iklim

Indonesia terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera(Pasifik dan Hindia) Hal itu sangat mempengaruhi kondisi iklim IndonesiaSistem cuaca dan iklim Indonesia dipengaruhi oleh kondisi lokal (sepertiinteraksi antarpulau) regional (seperti sistem monsoon) dan global (sepertiEl-Nintildeo) Karena letaknya di antara dua samudera maka terdapat interaksiyang kuat antara atmosfer dan lautan Interaksi atmosfer-laut terjadi melaluiinti-inti kondensasi awan yang diinjeksikan oleh percikan gelombang laut keudara dan melalui pelepasan panas laten kondensasi uap air ketika menjaditetes-tetes awan (Tjasyono 2003) Interaksi antara atmosfer dengan lautanmerupakan interaksi yang kompleks Atmosfer dan laut keduanya beredardalam tiga dimensi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain Interaksiantara atmosfer dan lautan melibatkan hal-hal berikut yang terkait juga denganterjadinya anomali iklim seperti

104 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Suhu lautan (di permukaan dan di pedalaman) Tinggi permukaan laut Sirkulasi dari lautan (arus dan upwelling) Suhu atmosfer (permukaan dan lapisan atas) Tekanan udara di atmosfer (lapisan atas dan lapisan bawah) dan Sirkulasi dari atmosfer (angin sirkulasi Walter dan Sirkulasi Hadley)

(Partridge dan Mashum 2003)

Berkaitan dengan interaksi antara atmosfer-lautan paling tidak ada empatfaktor penyebab dominan anomali iklim yang dampaknya sangat besar ter-hadap kinerja sektor pertanian (1) anomali suhu muka laut nino 34 (2) arahangin (3) beda tekanan uap air antara Darwin dan Tahiti (4) Indian OceanDipole Mode (IOD) Intensitas durasi dan frekuensi anomali iklim yang lebihdikenal dengan magnitude anomali iklim sangat dipengaruhi kapan danseberapa besar dan banyak faktor dominan anomali iklim bekerja di wilayahtersebut Besaran anomali iklim akan semakin besar apabila keempat faktordominan bekerja secara simultan di wilayah yang sama pada musim hujanmaupun kemarau

Dampak langsungnya curah hujan akan sangat tinggi (ekstrim mak-simum) atau curah hujan sangat rendah (ekstrim minimum) Menariknya lagipengaruh faktor dominan penyebab anomali iklim terhadap suatu wilayahsangat berbeda sehingga pemetaan pengaruhnya antarwilayah dan antar-waktu merupakan pilihan yang harus dilakukan dalam adaptasi dampakanomali iklim

Keempat faktor dominan penyebab anomali iklim adalah sebagai berikut

1 SST NINO

Peristiwa ini menggambarkan pemanasan suhu permukaan laut di daerahtropis di Samudera Pasifik Selatan yang merupakan hasil interaksi yangkompleks dan tak beraturan antara lautan dan atmosfer Mempunyai dampakyang cukup besar terutama jika dikaitkan dengan terjadinya kekeringan disuatu wilayah dan banjir ataupun badai di wilayah lain Di Indonesia kejadianmusim kemarau yang kering dan panjang dikaitkan dengan peristiwa El-Nintildeodan sebaliknya pendinginan di tropis Pasifik yang mengakibatkan Indonesiamengalami banjir (curah hujan di atas rata-rata) disebut sebagai peristiwa La-Nintildea (Torrence amp Webster 1999)

2 Arah Angin

Peristiwa El-Nintildeo terjadi saat angin pasat tenggara melemah yang menyebab-kan arus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur Akibat pergerakankolam air hangat ini akan menyebabkan pergerakan daerah konveksi awan

105Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan Sehingga daerah awan hujan akan bergerak ke bagian TimurSebaliknya pada saat terjadi La-Nintildea angin pasat tenggara berhembus sangatkuat di Pasifik dan membawa uap air yang banyak Sebagian besar wilayahIndonesia mendapat curah hujan di atas rata-ratanya

3 Beda tekanan antara Darwin dengan Tahiti

Perbedaan tekanan antara Darwin dan Tahiti merupakan salah satu indikatoruntuk mengetahui terjadinya El-Nintildeo ataupun La-Nintildea Perbedaan tekananitu disebut sebagai Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index SOI)Secara lengkap dikatakan bahwa osilasi selatan merupakan suatu Hasilinteraksi antara lautan dan atmosfer yang terjadi di wilayah Pasifik ekuatoryang bekerja menyerupai timbangan tekanan udara antara wilayah Pasifikekuator bagian timur dan wilayah Indonesia yaitu ketika tekanan udarapermukaan di salah satu wilayah tersebut tinggi secara tidak wajar biasanyaakan diimbangi dengan tekanan udara permukaan yang rendah secara tidakwajar di wilayah satunya Secara umum Osilasi selatan dapat menyebabkankekeringan di Indonesia Australia India dan beberapa bagian Afrika dan padasaat yang bersamaan menyebabkan banjir di Amerika Utara dan Selatan dandi Kepulauan Pasifik tengah

Kuat-lemahnya Osilasi Selatan diukur dari selisih tekanan udara antaraDarwin dengan Tahiti (Gambar 1) Jika SOI positif berarti tekanan udara di

Gambar 1 Perbedaan tekanan antara Tahiti dengan Darwin sebagaiperhitungan indeks SOI(httpwwwatmospherempgdeenid77d9810278d8243047762d9afac0ae3b55a304092d09192html)

106 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tahiti lebih tinggi daripada di Darwin sehingga angin pasat bertiup dari Timurke Barat di Samudera Hindia dan ini merupakan fenomena yang biasaSedangkan jika SOI negatif maka angin pasat tersebut melemah sehinggaarus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur dan fenomena inilahyang disebut sebagai El-Nintildeo (Windupranata et al 2001 Partridge amp Mashum2002)

Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan sekali padavariabilitas musim pada skala antartahunan Setiap tahun sirkulasi tropisbergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagaimusim kemarau musim hujan serta periode transisi di antara kedua musimtersebut Sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi angin muson Pada saatterjadi Muson Barat yang berlangsung antara Oktober-Maret merupakanmusim hujan dan musim kemarau terjadi antara April-September (MusonTimur)

4 IOD (Indian Ocean Dipole)

Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautanyang menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga meng-akibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air diSamudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendahsementara di Samudera Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5o-10oLS) memilikianomali suhu yang tinggi (lebih panas) IOD memiliki nilai positif SST anomaliuntuk barat (50degBT-70degBT10degLS-10degLU) dan negatif SST untuk timur (90degBT-110degBT 10degLS-ekuator) (Saji 1999 Webster et al 1999) (Gambar 2)

Gejala Dipole Mode dapat dideteksi bukan hanya melalui perubahan suhupermukaan lautnya saja tetapi juga dapat dideteksi melalui perubahan tinggimuka air lautnya (Windupranata et al 2001) Sampai saat ini fenomena

Gambar 2 Kondisi yang ditunjukkan pada saat IOD positif (kiri) dan negatif (kanan)(sumber Suryachandra)

Negative Dipole ModePositive Dipole Mode

107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia

Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya

Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah

Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO

2 di atmosfer dua kali lipat

dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3

kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula

Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun

108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia

Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997

Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian

Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah

Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM

Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh

1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-

Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)

109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal

Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera

Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember

Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja

Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga

110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat

Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau

Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm

Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung

Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo

Awal Intensitas Awal Intensitas

Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN

Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N

Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N

Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN

Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N

Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN

Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Sumber Surmaini amp Irianto (2003)

111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 3

Aw

al m

usim

kem

arau

(A

MK

) a

wal

mus

im h

ujan

(A

MH

) da

n cu

rah

huja

n (C

H)

pada

tah

un-t

ahun

El-N

intildeo

dan

La-N

intildea

pada

setia

p st

asiu

n di

band

ingk

an d

enga

n ra

ta-r

atan

ya d

i Kab

In

dram

ayu

(Suc

iant

ini e

t al

20

04)

Rat

a-ra

taE

l-Nintilde

oLa

-Nintilde

aS

tasi

unW

ilaya

hD

PMA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

n(m

m)

(mm

)(m

m)

Anj

atan

612

11

401

123

122

713

351

725

Ban

gkir

617

11

907

183

182

316

362

347

Ban

tarh

uni

715

351

866

1436

181

515

332

100

Bon

dan

715

361

709

151

158

818

342

022

Bug

el6

103

110

812

3 8

7911

31

253

Bug

is6

142

146

813

21

250

1335

164

8B

ulak

612

21

322

112

112

915

31

514

Cid

empe

t6

141

164

113

21

343

1736

189

2C

iked

ung

615

361

609

143

131

017

352

020

Cip

ancu

h7

1635

190

613

351

879

1734

217

6G

abus

Wet

an6

131

136

513

21

224

141

165

1G

anta

r7

1533

175

313

321

672

1633

207

5In

dram

ayu

615

351

762

141

144

114

332

262

Jatib

aran

g7

1435

152

511

361

344

1533

173

1Ju

ntin

yuat

617

11

520

162

123

615

352

107

Kar

ang

Ase

m6

131

128

611

31

150

1536

151

7K

edok

an B

unde

r6

141

144

914

41

284

1735

207

0K

erta

sem

aya

716

21

655

164

143

119

11

893

Kra

ngke

ng6

161

146

415

31

240

1734

200

8Lo

sara

ng6

141

152

014

11

248

1534

178

6Lo

hben

er6

161

155

015

31

337

1933

177

5S

udi M

ampi

r6

151

137

814

31

158

1336

169

9S

udi K

ampi

ran

714

11

410

143

115

218

331

811

Suk

adan

a7

161

155

815

31

636

1636

167

6S

um

urw

atu

717

361

630

153

137

318

342

147

Tug

u6

1735

157

017

351

364

1832

181

4U

jung

aris

614

361

505

143

129

016

341

637

Rat

a-ra

ta15

11

550

142

136

416

351

865

AM

K =

Aw

al M

usim

Kem

arau

(da

saria

n) A

MH

= A

wal

Mus

im H

ujan

(da

saria

n)

112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu

El-Nintildeo La-NintildeaStasiun

AMK AMH AMK AMH

Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2

tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)

Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 3: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

103Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

di Indonesia berada di wilayah dengan pola monsunal seperti wilayah PanturaJawa sehingga anomali iklim akan memberi dampak yang nyata

Sebagai contoh peristiwa anomali iklim tahun 1994 dan 1997 telahmenyebabkan kekeringan pada areal sawah irigasi teknis yang ada di JawaBarat Selain menyebabkan penurunan produksi pertanian kekeringan jugamenyebabkan kebakaran hutan seperti yang banyak terjadi di Sumateradan Kalimantan Kegagalan panen akibat penyimpangan iklim yang terjaditersebut akhirnya berdampak pada meningkatnya jumlah masyarakat miskindi pedesaan

Berkaitan dengan anomalipenyimpangan iklim yang belakangan inisemakin sering frekuensinya ada beberapa pertanyaan yang sering timbulyang berkaitan dengan sektor pertanian di antaranya adalah Bagaimanahubungan antara unsur iklim dengan faktor lain Apakah keputusan yangdiambil dalam penetapan masa tanam petani sudah memperhitungkankemungkinan terjadinya penyimpangan iklim Bagaimana kaitannya denganketersediaan air untuk masa pertanaman Cukupkah atau perlu tambahanirigasi Tanaman apa yang seharusnya ditanam dengan memperhitungkankebutuhan air tanaman dengan ketersediaan air minimal Sampai seberapabatas aman yang mungkin dapat dihitung atau seberapa besar kerugian yangmungkin timbul kalau kita memilih opsi-opsi yang diberikan dan Bagaimanakitapetani mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan yang terjadi sertasejauh mana hal itu dapat dikelola Pertanyaan-pertanyaan tersebutmengharuskan kita mengantisipasi dan beradaptasi pada penyimpangan iklimyang mungkin terjadi untuk meminimalkan risiko kerugian Pembuatankalender tanam dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinyapenyimpangan iklim dapat merupakan salah satu alternatif pemecahanmasalah ini

Faktor Dominan Penyebab Anomali Iklim

Indonesia terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera(Pasifik dan Hindia) Hal itu sangat mempengaruhi kondisi iklim IndonesiaSistem cuaca dan iklim Indonesia dipengaruhi oleh kondisi lokal (sepertiinteraksi antarpulau) regional (seperti sistem monsoon) dan global (sepertiEl-Nintildeo) Karena letaknya di antara dua samudera maka terdapat interaksiyang kuat antara atmosfer dan lautan Interaksi atmosfer-laut terjadi melaluiinti-inti kondensasi awan yang diinjeksikan oleh percikan gelombang laut keudara dan melalui pelepasan panas laten kondensasi uap air ketika menjaditetes-tetes awan (Tjasyono 2003) Interaksi antara atmosfer dengan lautanmerupakan interaksi yang kompleks Atmosfer dan laut keduanya beredardalam tiga dimensi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain Interaksiantara atmosfer dan lautan melibatkan hal-hal berikut yang terkait juga denganterjadinya anomali iklim seperti

104 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Suhu lautan (di permukaan dan di pedalaman) Tinggi permukaan laut Sirkulasi dari lautan (arus dan upwelling) Suhu atmosfer (permukaan dan lapisan atas) Tekanan udara di atmosfer (lapisan atas dan lapisan bawah) dan Sirkulasi dari atmosfer (angin sirkulasi Walter dan Sirkulasi Hadley)

(Partridge dan Mashum 2003)

Berkaitan dengan interaksi antara atmosfer-lautan paling tidak ada empatfaktor penyebab dominan anomali iklim yang dampaknya sangat besar ter-hadap kinerja sektor pertanian (1) anomali suhu muka laut nino 34 (2) arahangin (3) beda tekanan uap air antara Darwin dan Tahiti (4) Indian OceanDipole Mode (IOD) Intensitas durasi dan frekuensi anomali iklim yang lebihdikenal dengan magnitude anomali iklim sangat dipengaruhi kapan danseberapa besar dan banyak faktor dominan anomali iklim bekerja di wilayahtersebut Besaran anomali iklim akan semakin besar apabila keempat faktordominan bekerja secara simultan di wilayah yang sama pada musim hujanmaupun kemarau

Dampak langsungnya curah hujan akan sangat tinggi (ekstrim mak-simum) atau curah hujan sangat rendah (ekstrim minimum) Menariknya lagipengaruh faktor dominan penyebab anomali iklim terhadap suatu wilayahsangat berbeda sehingga pemetaan pengaruhnya antarwilayah dan antar-waktu merupakan pilihan yang harus dilakukan dalam adaptasi dampakanomali iklim

Keempat faktor dominan penyebab anomali iklim adalah sebagai berikut

1 SST NINO

Peristiwa ini menggambarkan pemanasan suhu permukaan laut di daerahtropis di Samudera Pasifik Selatan yang merupakan hasil interaksi yangkompleks dan tak beraturan antara lautan dan atmosfer Mempunyai dampakyang cukup besar terutama jika dikaitkan dengan terjadinya kekeringan disuatu wilayah dan banjir ataupun badai di wilayah lain Di Indonesia kejadianmusim kemarau yang kering dan panjang dikaitkan dengan peristiwa El-Nintildeodan sebaliknya pendinginan di tropis Pasifik yang mengakibatkan Indonesiamengalami banjir (curah hujan di atas rata-rata) disebut sebagai peristiwa La-Nintildea (Torrence amp Webster 1999)

2 Arah Angin

Peristiwa El-Nintildeo terjadi saat angin pasat tenggara melemah yang menyebab-kan arus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur Akibat pergerakankolam air hangat ini akan menyebabkan pergerakan daerah konveksi awan

105Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan Sehingga daerah awan hujan akan bergerak ke bagian TimurSebaliknya pada saat terjadi La-Nintildea angin pasat tenggara berhembus sangatkuat di Pasifik dan membawa uap air yang banyak Sebagian besar wilayahIndonesia mendapat curah hujan di atas rata-ratanya

3 Beda tekanan antara Darwin dengan Tahiti

Perbedaan tekanan antara Darwin dan Tahiti merupakan salah satu indikatoruntuk mengetahui terjadinya El-Nintildeo ataupun La-Nintildea Perbedaan tekananitu disebut sebagai Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index SOI)Secara lengkap dikatakan bahwa osilasi selatan merupakan suatu Hasilinteraksi antara lautan dan atmosfer yang terjadi di wilayah Pasifik ekuatoryang bekerja menyerupai timbangan tekanan udara antara wilayah Pasifikekuator bagian timur dan wilayah Indonesia yaitu ketika tekanan udarapermukaan di salah satu wilayah tersebut tinggi secara tidak wajar biasanyaakan diimbangi dengan tekanan udara permukaan yang rendah secara tidakwajar di wilayah satunya Secara umum Osilasi selatan dapat menyebabkankekeringan di Indonesia Australia India dan beberapa bagian Afrika dan padasaat yang bersamaan menyebabkan banjir di Amerika Utara dan Selatan dandi Kepulauan Pasifik tengah

Kuat-lemahnya Osilasi Selatan diukur dari selisih tekanan udara antaraDarwin dengan Tahiti (Gambar 1) Jika SOI positif berarti tekanan udara di

Gambar 1 Perbedaan tekanan antara Tahiti dengan Darwin sebagaiperhitungan indeks SOI(httpwwwatmospherempgdeenid77d9810278d8243047762d9afac0ae3b55a304092d09192html)

106 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tahiti lebih tinggi daripada di Darwin sehingga angin pasat bertiup dari Timurke Barat di Samudera Hindia dan ini merupakan fenomena yang biasaSedangkan jika SOI negatif maka angin pasat tersebut melemah sehinggaarus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur dan fenomena inilahyang disebut sebagai El-Nintildeo (Windupranata et al 2001 Partridge amp Mashum2002)

Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan sekali padavariabilitas musim pada skala antartahunan Setiap tahun sirkulasi tropisbergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagaimusim kemarau musim hujan serta periode transisi di antara kedua musimtersebut Sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi angin muson Pada saatterjadi Muson Barat yang berlangsung antara Oktober-Maret merupakanmusim hujan dan musim kemarau terjadi antara April-September (MusonTimur)

4 IOD (Indian Ocean Dipole)

Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautanyang menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga meng-akibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air diSamudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendahsementara di Samudera Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5o-10oLS) memilikianomali suhu yang tinggi (lebih panas) IOD memiliki nilai positif SST anomaliuntuk barat (50degBT-70degBT10degLS-10degLU) dan negatif SST untuk timur (90degBT-110degBT 10degLS-ekuator) (Saji 1999 Webster et al 1999) (Gambar 2)

Gejala Dipole Mode dapat dideteksi bukan hanya melalui perubahan suhupermukaan lautnya saja tetapi juga dapat dideteksi melalui perubahan tinggimuka air lautnya (Windupranata et al 2001) Sampai saat ini fenomena

Gambar 2 Kondisi yang ditunjukkan pada saat IOD positif (kiri) dan negatif (kanan)(sumber Suryachandra)

Negative Dipole ModePositive Dipole Mode

107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia

Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya

Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah

Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO

2 di atmosfer dua kali lipat

dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3

kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula

Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun

108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia

Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997

Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian

Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah

Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM

Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh

1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-

Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)

109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal

Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera

Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember

Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja

Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga

110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat

Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau

Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm

Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung

Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo

Awal Intensitas Awal Intensitas

Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN

Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N

Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N

Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN

Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N

Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN

Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Sumber Surmaini amp Irianto (2003)

111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 3

Aw

al m

usim

kem

arau

(A

MK

) a

wal

mus

im h

ujan

(A

MH

) da

n cu

rah

huja

n (C

H)

pada

tah

un-t

ahun

El-N

intildeo

dan

La-N

intildea

pada

setia

p st

asiu

n di

band

ingk

an d

enga

n ra

ta-r

atan

ya d

i Kab

In

dram

ayu

(Suc

iant

ini e

t al

20

04)

Rat

a-ra

taE

l-Nintilde

oLa

-Nintilde

aS

tasi

unW

ilaya

hD

PMA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

n(m

m)

(mm

)(m

m)

Anj

atan

612

11

401

123

122

713

351

725

Ban

gkir

617

11

907

183

182

316

362

347

Ban

tarh

uni

715

351

866

1436

181

515

332

100

Bon

dan

715

361

709

151

158

818

342

022

Bug

el6

103

110

812

3 8

7911

31

253

Bug

is6

142

146

813

21

250

1335

164

8B

ulak

612

21

322

112

112

915

31

514

Cid

empe

t6

141

164

113

21

343

1736

189

2C

iked

ung

615

361

609

143

131

017

352

020

Cip

ancu

h7

1635

190

613

351

879

1734

217

6G

abus

Wet

an6

131

136

513

21

224

141

165

1G

anta

r7

1533

175

313

321

672

1633

207

5In

dram

ayu

615

351

762

141

144

114

332

262

Jatib

aran

g7

1435

152

511

361

344

1533

173

1Ju

ntin

yuat

617

11

520

162

123

615

352

107

Kar

ang

Ase

m6

131

128

611

31

150

1536

151

7K

edok

an B

unde

r6

141

144

914

41

284

1735

207

0K

erta

sem

aya

716

21

655

164

143

119

11

893

Kra

ngke

ng6

161

146

415

31

240

1734

200

8Lo

sara

ng6

141

152

014

11

248

1534

178

6Lo

hben

er6

161

155

015

31

337

1933

177

5S

udi M

ampi

r6

151

137

814

31

158

1336

169

9S

udi K

ampi

ran

714

11

410

143

115

218

331

811

Suk

adan

a7

161

155

815

31

636

1636

167

6S

um

urw

atu

717

361

630

153

137

318

342

147

Tug

u6

1735

157

017

351

364

1832

181

4U

jung

aris

614

361

505

143

129

016

341

637

Rat

a-ra

ta15

11

550

142

136

416

351

865

AM

K =

Aw

al M

usim

Kem

arau

(da

saria

n) A

MH

= A

wal

Mus

im H

ujan

(da

saria

n)

112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu

El-Nintildeo La-NintildeaStasiun

AMK AMH AMK AMH

Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2

tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)

Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 4: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

104 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Suhu lautan (di permukaan dan di pedalaman) Tinggi permukaan laut Sirkulasi dari lautan (arus dan upwelling) Suhu atmosfer (permukaan dan lapisan atas) Tekanan udara di atmosfer (lapisan atas dan lapisan bawah) dan Sirkulasi dari atmosfer (angin sirkulasi Walter dan Sirkulasi Hadley)

(Partridge dan Mashum 2003)

Berkaitan dengan interaksi antara atmosfer-lautan paling tidak ada empatfaktor penyebab dominan anomali iklim yang dampaknya sangat besar ter-hadap kinerja sektor pertanian (1) anomali suhu muka laut nino 34 (2) arahangin (3) beda tekanan uap air antara Darwin dan Tahiti (4) Indian OceanDipole Mode (IOD) Intensitas durasi dan frekuensi anomali iklim yang lebihdikenal dengan magnitude anomali iklim sangat dipengaruhi kapan danseberapa besar dan banyak faktor dominan anomali iklim bekerja di wilayahtersebut Besaran anomali iklim akan semakin besar apabila keempat faktordominan bekerja secara simultan di wilayah yang sama pada musim hujanmaupun kemarau

Dampak langsungnya curah hujan akan sangat tinggi (ekstrim mak-simum) atau curah hujan sangat rendah (ekstrim minimum) Menariknya lagipengaruh faktor dominan penyebab anomali iklim terhadap suatu wilayahsangat berbeda sehingga pemetaan pengaruhnya antarwilayah dan antar-waktu merupakan pilihan yang harus dilakukan dalam adaptasi dampakanomali iklim

Keempat faktor dominan penyebab anomali iklim adalah sebagai berikut

1 SST NINO

Peristiwa ini menggambarkan pemanasan suhu permukaan laut di daerahtropis di Samudera Pasifik Selatan yang merupakan hasil interaksi yangkompleks dan tak beraturan antara lautan dan atmosfer Mempunyai dampakyang cukup besar terutama jika dikaitkan dengan terjadinya kekeringan disuatu wilayah dan banjir ataupun badai di wilayah lain Di Indonesia kejadianmusim kemarau yang kering dan panjang dikaitkan dengan peristiwa El-Nintildeodan sebaliknya pendinginan di tropis Pasifik yang mengakibatkan Indonesiamengalami banjir (curah hujan di atas rata-rata) disebut sebagai peristiwa La-Nintildea (Torrence amp Webster 1999)

2 Arah Angin

Peristiwa El-Nintildeo terjadi saat angin pasat tenggara melemah yang menyebab-kan arus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur Akibat pergerakankolam air hangat ini akan menyebabkan pergerakan daerah konveksi awan

105Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan Sehingga daerah awan hujan akan bergerak ke bagian TimurSebaliknya pada saat terjadi La-Nintildea angin pasat tenggara berhembus sangatkuat di Pasifik dan membawa uap air yang banyak Sebagian besar wilayahIndonesia mendapat curah hujan di atas rata-ratanya

3 Beda tekanan antara Darwin dengan Tahiti

Perbedaan tekanan antara Darwin dan Tahiti merupakan salah satu indikatoruntuk mengetahui terjadinya El-Nintildeo ataupun La-Nintildea Perbedaan tekananitu disebut sebagai Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index SOI)Secara lengkap dikatakan bahwa osilasi selatan merupakan suatu Hasilinteraksi antara lautan dan atmosfer yang terjadi di wilayah Pasifik ekuatoryang bekerja menyerupai timbangan tekanan udara antara wilayah Pasifikekuator bagian timur dan wilayah Indonesia yaitu ketika tekanan udarapermukaan di salah satu wilayah tersebut tinggi secara tidak wajar biasanyaakan diimbangi dengan tekanan udara permukaan yang rendah secara tidakwajar di wilayah satunya Secara umum Osilasi selatan dapat menyebabkankekeringan di Indonesia Australia India dan beberapa bagian Afrika dan padasaat yang bersamaan menyebabkan banjir di Amerika Utara dan Selatan dandi Kepulauan Pasifik tengah

Kuat-lemahnya Osilasi Selatan diukur dari selisih tekanan udara antaraDarwin dengan Tahiti (Gambar 1) Jika SOI positif berarti tekanan udara di

Gambar 1 Perbedaan tekanan antara Tahiti dengan Darwin sebagaiperhitungan indeks SOI(httpwwwatmospherempgdeenid77d9810278d8243047762d9afac0ae3b55a304092d09192html)

106 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tahiti lebih tinggi daripada di Darwin sehingga angin pasat bertiup dari Timurke Barat di Samudera Hindia dan ini merupakan fenomena yang biasaSedangkan jika SOI negatif maka angin pasat tersebut melemah sehinggaarus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur dan fenomena inilahyang disebut sebagai El-Nintildeo (Windupranata et al 2001 Partridge amp Mashum2002)

Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan sekali padavariabilitas musim pada skala antartahunan Setiap tahun sirkulasi tropisbergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagaimusim kemarau musim hujan serta periode transisi di antara kedua musimtersebut Sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi angin muson Pada saatterjadi Muson Barat yang berlangsung antara Oktober-Maret merupakanmusim hujan dan musim kemarau terjadi antara April-September (MusonTimur)

4 IOD (Indian Ocean Dipole)

Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautanyang menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga meng-akibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air diSamudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendahsementara di Samudera Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5o-10oLS) memilikianomali suhu yang tinggi (lebih panas) IOD memiliki nilai positif SST anomaliuntuk barat (50degBT-70degBT10degLS-10degLU) dan negatif SST untuk timur (90degBT-110degBT 10degLS-ekuator) (Saji 1999 Webster et al 1999) (Gambar 2)

Gejala Dipole Mode dapat dideteksi bukan hanya melalui perubahan suhupermukaan lautnya saja tetapi juga dapat dideteksi melalui perubahan tinggimuka air lautnya (Windupranata et al 2001) Sampai saat ini fenomena

Gambar 2 Kondisi yang ditunjukkan pada saat IOD positif (kiri) dan negatif (kanan)(sumber Suryachandra)

Negative Dipole ModePositive Dipole Mode

107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia

Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya

Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah

Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO

2 di atmosfer dua kali lipat

dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3

kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula

Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun

108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia

Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997

Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian

Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah

Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM

Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh

1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-

Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)

109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal

Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera

Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember

Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja

Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga

110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat

Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau

Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm

Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung

Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo

Awal Intensitas Awal Intensitas

Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN

Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N

Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N

Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN

Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N

Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN

Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Sumber Surmaini amp Irianto (2003)

111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 3

Aw

al m

usim

kem

arau

(A

MK

) a

wal

mus

im h

ujan

(A

MH

) da

n cu

rah

huja

n (C

H)

pada

tah

un-t

ahun

El-N

intildeo

dan

La-N

intildea

pada

setia

p st

asiu

n di

band

ingk

an d

enga

n ra

ta-r

atan

ya d

i Kab

In

dram

ayu

(Suc

iant

ini e

t al

20

04)

Rat

a-ra

taE

l-Nintilde

oLa

-Nintilde

aS

tasi

unW

ilaya

hD

PMA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

n(m

m)

(mm

)(m

m)

Anj

atan

612

11

401

123

122

713

351

725

Ban

gkir

617

11

907

183

182

316

362

347

Ban

tarh

uni

715

351

866

1436

181

515

332

100

Bon

dan

715

361

709

151

158

818

342

022

Bug

el6

103

110

812

3 8

7911

31

253

Bug

is6

142

146

813

21

250

1335

164

8B

ulak

612

21

322

112

112

915

31

514

Cid

empe

t6

141

164

113

21

343

1736

189

2C

iked

ung

615

361

609

143

131

017

352

020

Cip

ancu

h7

1635

190

613

351

879

1734

217

6G

abus

Wet

an6

131

136

513

21

224

141

165

1G

anta

r7

1533

175

313

321

672

1633

207

5In

dram

ayu

615

351

762

141

144

114

332

262

Jatib

aran

g7

1435

152

511

361

344

1533

173

1Ju

ntin

yuat

617

11

520

162

123

615

352

107

Kar

ang

Ase

m6

131

128

611

31

150

1536

151

7K

edok

an B

unde

r6

141

144

914

41

284

1735

207

0K

erta

sem

aya

716

21

655

164

143

119

11

893

Kra

ngke

ng6

161

146

415

31

240

1734

200

8Lo

sara

ng6

141

152

014

11

248

1534

178

6Lo

hben

er6

161

155

015

31

337

1933

177

5S

udi M

ampi

r6

151

137

814

31

158

1336

169

9S

udi K

ampi

ran

714

11

410

143

115

218

331

811

Suk

adan

a7

161

155

815

31

636

1636

167

6S

um

urw

atu

717

361

630

153

137

318

342

147

Tug

u6

1735

157

017

351

364

1832

181

4U

jung

aris

614

361

505

143

129

016

341

637

Rat

a-ra

ta15

11

550

142

136

416

351

865

AM

K =

Aw

al M

usim

Kem

arau

(da

saria

n) A

MH

= A

wal

Mus

im H

ujan

(da

saria

n)

112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu

El-Nintildeo La-NintildeaStasiun

AMK AMH AMK AMH

Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2

tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)

Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 5: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

105Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan Sehingga daerah awan hujan akan bergerak ke bagian TimurSebaliknya pada saat terjadi La-Nintildea angin pasat tenggara berhembus sangatkuat di Pasifik dan membawa uap air yang banyak Sebagian besar wilayahIndonesia mendapat curah hujan di atas rata-ratanya

3 Beda tekanan antara Darwin dengan Tahiti

Perbedaan tekanan antara Darwin dan Tahiti merupakan salah satu indikatoruntuk mengetahui terjadinya El-Nintildeo ataupun La-Nintildea Perbedaan tekananitu disebut sebagai Indeks Osilasi Selatan (Southern Oscillation Index SOI)Secara lengkap dikatakan bahwa osilasi selatan merupakan suatu Hasilinteraksi antara lautan dan atmosfer yang terjadi di wilayah Pasifik ekuatoryang bekerja menyerupai timbangan tekanan udara antara wilayah Pasifikekuator bagian timur dan wilayah Indonesia yaitu ketika tekanan udarapermukaan di salah satu wilayah tersebut tinggi secara tidak wajar biasanyaakan diimbangi dengan tekanan udara permukaan yang rendah secara tidakwajar di wilayah satunya Secara umum Osilasi selatan dapat menyebabkankekeringan di Indonesia Australia India dan beberapa bagian Afrika dan padasaat yang bersamaan menyebabkan banjir di Amerika Utara dan Selatan dandi Kepulauan Pasifik tengah

Kuat-lemahnya Osilasi Selatan diukur dari selisih tekanan udara antaraDarwin dengan Tahiti (Gambar 1) Jika SOI positif berarti tekanan udara di

Gambar 1 Perbedaan tekanan antara Tahiti dengan Darwin sebagaiperhitungan indeks SOI(httpwwwatmospherempgdeenid77d9810278d8243047762d9afac0ae3b55a304092d09192html)

106 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tahiti lebih tinggi daripada di Darwin sehingga angin pasat bertiup dari Timurke Barat di Samudera Hindia dan ini merupakan fenomena yang biasaSedangkan jika SOI negatif maka angin pasat tersebut melemah sehinggaarus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur dan fenomena inilahyang disebut sebagai El-Nintildeo (Windupranata et al 2001 Partridge amp Mashum2002)

Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan sekali padavariabilitas musim pada skala antartahunan Setiap tahun sirkulasi tropisbergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagaimusim kemarau musim hujan serta periode transisi di antara kedua musimtersebut Sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi angin muson Pada saatterjadi Muson Barat yang berlangsung antara Oktober-Maret merupakanmusim hujan dan musim kemarau terjadi antara April-September (MusonTimur)

4 IOD (Indian Ocean Dipole)

Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautanyang menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga meng-akibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air diSamudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendahsementara di Samudera Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5o-10oLS) memilikianomali suhu yang tinggi (lebih panas) IOD memiliki nilai positif SST anomaliuntuk barat (50degBT-70degBT10degLS-10degLU) dan negatif SST untuk timur (90degBT-110degBT 10degLS-ekuator) (Saji 1999 Webster et al 1999) (Gambar 2)

Gejala Dipole Mode dapat dideteksi bukan hanya melalui perubahan suhupermukaan lautnya saja tetapi juga dapat dideteksi melalui perubahan tinggimuka air lautnya (Windupranata et al 2001) Sampai saat ini fenomena

Gambar 2 Kondisi yang ditunjukkan pada saat IOD positif (kiri) dan negatif (kanan)(sumber Suryachandra)

Negative Dipole ModePositive Dipole Mode

107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia

Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya

Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah

Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO

2 di atmosfer dua kali lipat

dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3

kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula

Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun

108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia

Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997

Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian

Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah

Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM

Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh

1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-

Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)

109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal

Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera

Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember

Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja

Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga

110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat

Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau

Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm

Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung

Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo

Awal Intensitas Awal Intensitas

Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN

Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N

Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N

Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN

Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N

Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN

Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Sumber Surmaini amp Irianto (2003)

111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 3

Aw

al m

usim

kem

arau

(A

MK

) a

wal

mus

im h

ujan

(A

MH

) da

n cu

rah

huja

n (C

H)

pada

tah

un-t

ahun

El-N

intildeo

dan

La-N

intildea

pada

setia

p st

asiu

n di

band

ingk

an d

enga

n ra

ta-r

atan

ya d

i Kab

In

dram

ayu

(Suc

iant

ini e

t al

20

04)

Rat

a-ra

taE

l-Nintilde

oLa

-Nintilde

aS

tasi

unW

ilaya

hD

PMA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

n(m

m)

(mm

)(m

m)

Anj

atan

612

11

401

123

122

713

351

725

Ban

gkir

617

11

907

183

182

316

362

347

Ban

tarh

uni

715

351

866

1436

181

515

332

100

Bon

dan

715

361

709

151

158

818

342

022

Bug

el6

103

110

812

3 8

7911

31

253

Bug

is6

142

146

813

21

250

1335

164

8B

ulak

612

21

322

112

112

915

31

514

Cid

empe

t6

141

164

113

21

343

1736

189

2C

iked

ung

615

361

609

143

131

017

352

020

Cip

ancu

h7

1635

190

613

351

879

1734

217

6G

abus

Wet

an6

131

136

513

21

224

141

165

1G

anta

r7

1533

175

313

321

672

1633

207

5In

dram

ayu

615

351

762

141

144

114

332

262

Jatib

aran

g7

1435

152

511

361

344

1533

173

1Ju

ntin

yuat

617

11

520

162

123

615

352

107

Kar

ang

Ase

m6

131

128

611

31

150

1536

151

7K

edok

an B

unde

r6

141

144

914

41

284

1735

207

0K

erta

sem

aya

716

21

655

164

143

119

11

893

Kra

ngke

ng6

161

146

415

31

240

1734

200

8Lo

sara

ng6

141

152

014

11

248

1534

178

6Lo

hben

er6

161

155

015

31

337

1933

177

5S

udi M

ampi

r6

151

137

814

31

158

1336

169

9S

udi K

ampi

ran

714

11

410

143

115

218

331

811

Suk

adan

a7

161

155

815

31

636

1636

167

6S

um

urw

atu

717

361

630

153

137

318

342

147

Tug

u6

1735

157

017

351

364

1832

181

4U

jung

aris

614

361

505

143

129

016

341

637

Rat

a-ra

ta15

11

550

142

136

416

351

865

AM

K =

Aw

al M

usim

Kem

arau

(da

saria

n) A

MH

= A

wal

Mus

im H

ujan

(da

saria

n)

112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu

El-Nintildeo La-NintildeaStasiun

AMK AMH AMK AMH

Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2

tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)

Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 6: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

106 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tahiti lebih tinggi daripada di Darwin sehingga angin pasat bertiup dari Timurke Barat di Samudera Hindia dan ini merupakan fenomena yang biasaSedangkan jika SOI negatif maka angin pasat tersebut melemah sehinggaarus laut akan bergerak dari Barat ke Timur sehingga kolam air hangat diSamudera Pasifik Barat akan bergerak ke arah Timur dan fenomena inilahyang disebut sebagai El-Nintildeo (Windupranata et al 2001 Partridge amp Mashum2002)

Osilasi selatan juga merupakan hal yang sangat berperan sekali padavariabilitas musim pada skala antartahunan Setiap tahun sirkulasi tropisbergerak ke utara dan selatan hingga menimbulkan apa yang disebut sebagaimusim kemarau musim hujan serta periode transisi di antara kedua musimtersebut Sebagian wilayah Indonesia dipengaruhi angin muson Pada saatterjadi Muson Barat yang berlangsung antara Oktober-Maret merupakanmusim hujan dan musim kemarau terjadi antara April-September (MusonTimur)

4 IOD (Indian Ocean Dipole)

Indian Ocean Dipole (IOD) adalah fenomena kopel antara atmosfer dan lautanyang menggambarkan angin pasat yang bertiup lebih kuat sehingga meng-akibatkan pergerakan air laut yang dominan ke arah timur dan kolam air diSamudera Hindia Timur memiliki anomali suhu (lebih dingin) yang rendahsementara di Samudera Hindia Barat (daerah sekitar lintang 5o-10oLS) memilikianomali suhu yang tinggi (lebih panas) IOD memiliki nilai positif SST anomaliuntuk barat (50degBT-70degBT10degLS-10degLU) dan negatif SST untuk timur (90degBT-110degBT 10degLS-ekuator) (Saji 1999 Webster et al 1999) (Gambar 2)

Gejala Dipole Mode dapat dideteksi bukan hanya melalui perubahan suhupermukaan lautnya saja tetapi juga dapat dideteksi melalui perubahan tinggimuka air lautnya (Windupranata et al 2001) Sampai saat ini fenomena

Gambar 2 Kondisi yang ditunjukkan pada saat IOD positif (kiri) dan negatif (kanan)(sumber Suryachandra)

Negative Dipole ModePositive Dipole Mode

107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia

Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya

Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah

Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO

2 di atmosfer dua kali lipat

dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3

kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula

Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun

108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia

Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997

Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian

Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah

Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM

Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh

1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-

Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)

109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal

Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera

Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember

Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja

Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga

110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat

Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau

Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm

Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung

Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo

Awal Intensitas Awal Intensitas

Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN

Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N

Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N

Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN

Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N

Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN

Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Sumber Surmaini amp Irianto (2003)

111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 3

Aw

al m

usim

kem

arau

(A

MK

) a

wal

mus

im h

ujan

(A

MH

) da

n cu

rah

huja

n (C

H)

pada

tah

un-t

ahun

El-N

intildeo

dan

La-N

intildea

pada

setia

p st

asiu

n di

band

ingk

an d

enga

n ra

ta-r

atan

ya d

i Kab

In

dram

ayu

(Suc

iant

ini e

t al

20

04)

Rat

a-ra

taE

l-Nintilde

oLa

-Nintilde

aS

tasi

unW

ilaya

hD

PMA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

n(m

m)

(mm

)(m

m)

Anj

atan

612

11

401

123

122

713

351

725

Ban

gkir

617

11

907

183

182

316

362

347

Ban

tarh

uni

715

351

866

1436

181

515

332

100

Bon

dan

715

361

709

151

158

818

342

022

Bug

el6

103

110

812

3 8

7911

31

253

Bug

is6

142

146

813

21

250

1335

164

8B

ulak

612

21

322

112

112

915

31

514

Cid

empe

t6

141

164

113

21

343

1736

189

2C

iked

ung

615

361

609

143

131

017

352

020

Cip

ancu

h7

1635

190

613

351

879

1734

217

6G

abus

Wet

an6

131

136

513

21

224

141

165

1G

anta

r7

1533

175

313

321

672

1633

207

5In

dram

ayu

615

351

762

141

144

114

332

262

Jatib

aran

g7

1435

152

511

361

344

1533

173

1Ju

ntin

yuat

617

11

520

162

123

615

352

107

Kar

ang

Ase

m6

131

128

611

31

150

1536

151

7K

edok

an B

unde

r6

141

144

914

41

284

1735

207

0K

erta

sem

aya

716

21

655

164

143

119

11

893

Kra

ngke

ng6

161

146

415

31

240

1734

200

8Lo

sara

ng6

141

152

014

11

248

1534

178

6Lo

hben

er6

161

155

015

31

337

1933

177

5S

udi M

ampi

r6

151

137

814

31

158

1336

169

9S

udi K

ampi

ran

714

11

410

143

115

218

331

811

Suk

adan

a7

161

155

815

31

636

1636

167

6S

um

urw

atu

717

361

630

153

137

318

342

147

Tug

u6

1735

157

017

351

364

1832

181

4U

jung

aris

614

361

505

143

129

016

341

637

Rat

a-ra

ta15

11

550

142

136

416

351

865

AM

K =

Aw

al M

usim

Kem

arau

(da

saria

n) A

MH

= A

wal

Mus

im H

ujan

(da

saria

n)

112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu

El-Nintildeo La-NintildeaStasiun

AMK AMH AMK AMH

Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2

tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)

Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 7: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

107Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Dipole Mode dianggap tidak saling berkorelasi dengan El-Nintildeo ataupun La-Nintildea (Hameed et al 2001) IOD dikatakan cukup besar pengaruhnya padakondisi hujan di Indonesia

Karakteristik Anomali Iklim dan Dampaknya

Hasil pemantauan fenomena anomali iklim selama ini menunjukkan bahwaIndonesia sangat dipengaruhi oleh fenomena La-Nintildea dan El-Nintildeo Berdasarkanhasil pengamatan 10 tahun terakhir intensitas kehadiran El-Nintildeo akanbertambah besar dari 5 tahun satu kali menjadi 2-3 tahun satu kali Sehinggadapat dibayangkan apabila intensitasnya bertambah maka dampaknya jugabertambah

Frekuensi kejadian El-Nintildeo diperkirakan akan meningkat dengan me-ningkatnya suhu global Ratag (1998) menyatakan bahwa berdasarkan hasilsimulasi model iklim global frekuensi kejadian iklim ekstrim yang berkaitandengan fenomena ENSO akan meningkat dari sekali dalam 3-7 tahun menjadisekali dalam 2-5 tahun apabila konsentrasi CO

2 di atmosfer dua kali lipat

dari konsentrasi CO2 saat ini Apabila ditingkatkan konsentrasinya menjadi 3

kali konsentrasi Sekarang frekuensi kejadian akan meningkat 2 sampai 3kali lipat Maka kejadian iklim ekstrim akan meningkat pula

Berdasarkan hasil analisis pola anomali OLR (Outgoing LongwaveRadiation) yang berkaitan dengan tingkat penutupan awan dan hasil analisismedan angin untuk mengetahui evolusi El-Nintildeo 1997-98 di Pasifik dandampaknya terhadap pola pembentukan awan di Indonesia (Hadi et al 2003)diketahui bahwa dampak El-Nintildeo di Indonesia terutama untuk daerah Jawabagian Barat dan Sumatera Bagian Selatan mulai efektif ketika perubahan diPasifik memasuki fase perkembangan dan transisi Dampak El-Nintildeo yangutama adalah memperparah atau memperpanjang musim kering sedangkandampak La-Nintildea adalah memperbanyak pertumbuhan awan di musim hujanNamun demikian El-Nintildeo dalam skala kecil mempunyai pengaruh yang tidaksignifikan terhadap kekeringan di Indonesia Oleh karena itu apabila dilihatdari intensitasnya ada istilah El-Nintildeo kuat sedang dan lemah demikian puladengan La-Nintildea Penggolongan intensitas tersebut muncul berdasarkan nilaianomali suhu muka laut di zona NINO 34 Apabila anomali SST berkisarantara 05-15 dikatakan bersifat lemah (intensitas lemah) 15-25 dikatakanbersifat sedang dan gt25 dikatakan bersifat kuat Maka kalau suhu permukaanlaut di Samudera Pasifik mendingin (yang mengisyaratkan El-Nintildeo lemah)peluang pembentukan awan hujan di Indonesia rendah Menurut Mihardja(2000 dalam Windupranata et al 2001) untuk peristiwa El-Nintildeo yang lemahmempunyai periode ulang 2-3 tahunan sedangkan El-Nintildeo yang kuatmempunyai periode ulang 8-11 tahun

108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia

Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997

Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian

Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah

Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM

Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh

1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-

Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)

109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal

Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera

Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember

Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja

Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga

110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat

Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau

Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm

Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung

Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo

Awal Intensitas Awal Intensitas

Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN

Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N

Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N

Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN

Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N

Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN

Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Sumber Surmaini amp Irianto (2003)

111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 3

Aw

al m

usim

kem

arau

(A

MK

) a

wal

mus

im h

ujan

(A

MH

) da

n cu

rah

huja

n (C

H)

pada

tah

un-t

ahun

El-N

intildeo

dan

La-N

intildea

pada

setia

p st

asiu

n di

band

ingk

an d

enga

n ra

ta-r

atan

ya d

i Kab

In

dram

ayu

(Suc

iant

ini e

t al

20

04)

Rat

a-ra

taE

l-Nintilde

oLa

-Nintilde

aS

tasi

unW

ilaya

hD

PMA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

n(m

m)

(mm

)(m

m)

Anj

atan

612

11

401

123

122

713

351

725

Ban

gkir

617

11

907

183

182

316

362

347

Ban

tarh

uni

715

351

866

1436

181

515

332

100

Bon

dan

715

361

709

151

158

818

342

022

Bug

el6

103

110

812

3 8

7911

31

253

Bug

is6

142

146

813

21

250

1335

164

8B

ulak

612

21

322

112

112

915

31

514

Cid

empe

t6

141

164

113

21

343

1736

189

2C

iked

ung

615

361

609

143

131

017

352

020

Cip

ancu

h7

1635

190

613

351

879

1734

217

6G

abus

Wet

an6

131

136

513

21

224

141

165

1G

anta

r7

1533

175

313

321

672

1633

207

5In

dram

ayu

615

351

762

141

144

114

332

262

Jatib

aran

g7

1435

152

511

361

344

1533

173

1Ju

ntin

yuat

617

11

520

162

123

615

352

107

Kar

ang

Ase

m6

131

128

611

31

150

1536

151

7K

edok

an B

unde

r6

141

144

914

41

284

1735

207

0K

erta

sem

aya

716

21

655

164

143

119

11

893

Kra

ngke

ng6

161

146

415

31

240

1734

200

8Lo

sara

ng6

141

152

014

11

248

1534

178

6Lo

hben

er6

161

155

015

31

337

1933

177

5S

udi M

ampi

r6

151

137

814

31

158

1336

169

9S

udi K

ampi

ran

714

11

410

143

115

218

331

811

Suk

adan

a7

161

155

815

31

636

1636

167

6S

um

urw

atu

717

361

630

153

137

318

342

147

Tug

u6

1735

157

017

351

364

1832

181

4U

jung

aris

614

361

505

143

129

016

341

637

Rat

a-ra

ta15

11

550

142

136

416

351

865

AM

K =

Aw

al M

usim

Kem

arau

(da

saria

n) A

MH

= A

wal

Mus

im H

ujan

(da

saria

n)

112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu

El-Nintildeo La-NintildeaStasiun

AMK AMH AMK AMH

Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2

tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)

Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 8: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

108 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Boer (1999) menyatakan bahwa berdasarkan pengalaman kejadiankekeringan dari tahun 1960 ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalubersamaan dengan kejadian El-Nintildeo Sebagai contoh tahun 1961 hampirsekitar 75 wilayah mengalami penurunan curah hujan (CH di bawah normal)tetapi tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nintildeo Tabel yang disajikanberikut menjelaskan bahwa selain El-Nintildeo perubahan anomali suhu mukalaut di Samudera Hindia (IOD) juga memegang peranan yang cukup pentingterhadap terjadinya kekeringan di Indonesia

Pada kejadian tahun 1997 El-Nintildeo dan Indian Ocean Dipole positif yangdatang secara bersamaan menyebabkan musim kering yang berkepanjangandi Indonesia (wilayah Monsunal) (ENSOIODM Tabel 1) El-Nintildeo denganintensitas sedang mulai dirasakan pada bulan April 1997 ketika kolam panasekuator Pasifik Barat berpindah dari barat menuju Pasifik Timur Hal inimenyebabkan Indonesia mendapat suplai massa air yang relatif lebih dinginyang mengalir dari Samudera Pasifik bagian barat Pembentukan massa airdingin di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dan Sumatera semakin intensifpada saat Indian Ocean Dipole dengan fase positif (ditandai dengan dominasianomali negatif Suhu Permukaan Laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur)mulai terbentuk dan semakin menguat pengaruhnya hingga mencapaipuncaknya Oktober 1997

Berlawanan dengan penjelasan di atas menurut Yamagata et al (2001)pengaruh dari ENSO dengan IOD tidak selalu simultan Yamagata menemukanbahwa IOD dapat mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan ENSOIOD bahkan dapat mengurangi pengaruh dari ENSO pada kejadian monsoonpanas Indian

Anomali iklim mempunyai sifat yang agak sulit diprediksi karenavariabilitasnya tinggi sehingga hanya dapat diprediksi berdasarkan trendterutama dari kondisi curah hujan menyangkut total intensitas dan polanyaAnomali iklim di Indonesia selalu dikaitkan dengan curah hujan karena curah

Tabel 1 Tahun kering dan kaitannya dengan ENSO amp IODM

Tahun Pengaruh Tahun Pengaruh

1957 ENSOIODM- 1982 ENSOIODM+1961 IODM+ 1987 ENSO1963 ENSOIODM+ 1991 ENSO1965 ENSO 1994 ENSO1967 ENSO 1997 ENSOIODM+1969 ENSO 2002 ENSOIODM-1972 ENSOIODM+ 2003 IODM+1977 ENSO 2004 ENSOIODM-

Sumber Amien komunikasi pribadi (2006)

109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal

Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera

Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember

Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja

Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga

110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat

Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau

Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm

Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung

Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo

Awal Intensitas Awal Intensitas

Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN

Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N

Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N

Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN

Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N

Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN

Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Sumber Surmaini amp Irianto (2003)

111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 3

Aw

al m

usim

kem

arau

(A

MK

) a

wal

mus

im h

ujan

(A

MH

) da

n cu

rah

huja

n (C

H)

pada

tah

un-t

ahun

El-N

intildeo

dan

La-N

intildea

pada

setia

p st

asiu

n di

band

ingk

an d

enga

n ra

ta-r

atan

ya d

i Kab

In

dram

ayu

(Suc

iant

ini e

t al

20

04)

Rat

a-ra

taE

l-Nintilde

oLa

-Nintilde

aS

tasi

unW

ilaya

hD

PMA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

n(m

m)

(mm

)(m

m)

Anj

atan

612

11

401

123

122

713

351

725

Ban

gkir

617

11

907

183

182

316

362

347

Ban

tarh

uni

715

351

866

1436

181

515

332

100

Bon

dan

715

361

709

151

158

818

342

022

Bug

el6

103

110

812

3 8

7911

31

253

Bug

is6

142

146

813

21

250

1335

164

8B

ulak

612

21

322

112

112

915

31

514

Cid

empe

t6

141

164

113

21

343

1736

189

2C

iked

ung

615

361

609

143

131

017

352

020

Cip

ancu

h7

1635

190

613

351

879

1734

217

6G

abus

Wet

an6

131

136

513

21

224

141

165

1G

anta

r7

1533

175

313

321

672

1633

207

5In

dram

ayu

615

351

762

141

144

114

332

262

Jatib

aran

g7

1435

152

511

361

344

1533

173

1Ju

ntin

yuat

617

11

520

162

123

615

352

107

Kar

ang

Ase

m6

131

128

611

31

150

1536

151

7K

edok

an B

unde

r6

141

144

914

41

284

1735

207

0K

erta

sem

aya

716

21

655

164

143

119

11

893

Kra

ngke

ng6

161

146

415

31

240

1734

200

8Lo

sara

ng6

141

152

014

11

248

1534

178

6Lo

hben

er6

161

155

015

31

337

1933

177

5S

udi M

ampi

r6

151

137

814

31

158

1336

169

9S

udi K

ampi

ran

714

11

410

143

115

218

331

811

Suk

adan

a7

161

155

815

31

636

1636

167

6S

um

urw

atu

717

361

630

153

137

318

342

147

Tug

u6

1735

157

017

351

364

1832

181

4U

jung

aris

614

361

505

143

129

016

341

637

Rat

a-ra

ta15

11

550

142

136

416

351

865

AM

K =

Aw

al M

usim

Kem

arau

(da

saria

n) A

MH

= A

wal

Mus

im H

ujan

(da

saria

n)

112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu

El-Nintildeo La-NintildeaStasiun

AMK AMH AMK AMH

Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2

tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)

Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 9: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

109Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

hujan mempunyai pengaruh yang sangat besar yaitu dengan terjadinyapeningkatan dan penurunan curah hujan pada tahun-tahun tertentu dibandingdengan kondisi normal atau rata-rata Berbagai kalangan menetapkan kriteriaanomali iklim yang berbeda antara lain seperti (1) 85-115 dari rata-ratahujan jangka panjang (2) 70-130 dari rata-rata hujan jangka panjang dan(3) 50-150 dari rata-rata hujan jangka panjang Kisaran pertama merupakankisaran hujan normal yang digunakan BMG sedangkan nilai kisaran ke-duadan ke-tiga mewakili kondisi penyimpangan iklim yang jauh dan sangat jauhdari normal

Tidak semua daerah di Indonesia dipengaruhi El-Nintildeo Wilayah yangsangat terpengaruh El-Nintildeo adalah wilayah yang memiliki pola monsunal Diwilayah ini musim kemarau dan transisi ke musim hujan sangat dipengaruhioleh ENSO El-Nintildeo (Kishore et al 2000) Menurut Boer (1999b) berdasarkandata pengamatan El-Nintildeo tahun 1982 1991 1994 dan 1997 menunjukkanbahwa dampak El-Nintildeo bervariasi dari satu daerah ke daerah lain Tahun1982 daerah yang sangat terpengaruh adalah Pulau Jawa dan Sulawesisementara tahun 1991 dan 1994 ialah Jawa dan tahun 1997 Jawa danSumatera

Surmaini dan Irianto (2003) menyontohkan wilayah yang terpengaruh El-Nintildeo yaitu Propinsi Lampung Kejadian El-Nintildeo sangat nyata terhadappenurunan curah hujan tahunan di Propinsi Lampung Penurunan curah hujantersebut berbeda berdasarkan ketinggian paling rendah di daerah pesisirpantai (30) meningkat di dataran rendah (40) dan paling besar di daerahpegunungan (50) El-Nintildeo dengan intensitas kuat mengakibatkan peningkat-an periode musim kemarau yang cukup signifikan Sedangkan dalam kaitan-nya dengan awal musim dampak El-Nintildeo berbeda-beda bergantung padaposisi daerah Awal musim kemarau di daerah bagian utara dan ujung selatanmaju 1-5 dasarian dan awal musim hujan mundur 1-5 dasarian Sedangkanawal musim kemarau di daerah bagian tengah dan timur normal dan awalmusim hujan mundur 1-5 dasarian (Tabel 2) Awal musim kemarau terjadipada Mei II-III sedangkan awal musim hujan mundur antara Oktober-Desember

Hal yang sama terjadi pada studi kasus di Kabupaten Indramayu Evaluasiyang dilakukan pada setiap stasiun di Indramayu menunjukkan bahwaKabupaten Indramayu sangat dipengaruhi oleh fenomena El-Nintildeo (Suciantiniet al 2004) Dari pengamatan maju atau mundurnya awal musim di setiapstasiun (Tabel 3 dan 4) terlihat bahwa pada tahun-tahun El-Nintildeo awal musimhujan umumnya mundur satu hingga tiga dasarian sedangkan pada tahun-tahun La-Nintildea mengalami percepatan satu hingga tiga dasarian jikadibandingkan dengan rata-ratanya Meskipun demikian ada juga stasiun yangtidak mengikuti gejala umumnya yaitu tetap atau menunjukkan kondisisebaliknya Tetapi hal itu hanya terjadi pada sebagian kecil stasiun saja

Kondisi sebaliknya terjadi untuk awal musim kemarau umumnya setiapstasiun mencatat awal musim kemarau terjadi lebih cepat satu hingga tiga

110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat

Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau

Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm

Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung

Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo

Awal Intensitas Awal Intensitas

Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN

Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N

Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N

Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN

Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N

Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN

Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Sumber Surmaini amp Irianto (2003)

111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 3

Aw

al m

usim

kem

arau

(A

MK

) a

wal

mus

im h

ujan

(A

MH

) da

n cu

rah

huja

n (C

H)

pada

tah

un-t

ahun

El-N

intildeo

dan

La-N

intildea

pada

setia

p st

asiu

n di

band

ingk

an d

enga

n ra

ta-r

atan

ya d

i Kab

In

dram

ayu

(Suc

iant

ini e

t al

20

04)

Rat

a-ra

taE

l-Nintilde

oLa

-Nintilde

aS

tasi

unW

ilaya

hD

PMA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

n(m

m)

(mm

)(m

m)

Anj

atan

612

11

401

123

122

713

351

725

Ban

gkir

617

11

907

183

182

316

362

347

Ban

tarh

uni

715

351

866

1436

181

515

332

100

Bon

dan

715

361

709

151

158

818

342

022

Bug

el6

103

110

812

3 8

7911

31

253

Bug

is6

142

146

813

21

250

1335

164

8B

ulak

612

21

322

112

112

915

31

514

Cid

empe

t6

141

164

113

21

343

1736

189

2C

iked

ung

615

361

609

143

131

017

352

020

Cip

ancu

h7

1635

190

613

351

879

1734

217

6G

abus

Wet

an6

131

136

513

21

224

141

165

1G

anta

r7

1533

175

313

321

672

1633

207

5In

dram

ayu

615

351

762

141

144

114

332

262

Jatib

aran

g7

1435

152

511

361

344

1533

173

1Ju

ntin

yuat

617

11

520

162

123

615

352

107

Kar

ang

Ase

m6

131

128

611

31

150

1536

151

7K

edok

an B

unde

r6

141

144

914

41

284

1735

207

0K

erta

sem

aya

716

21

655

164

143

119

11

893

Kra

ngke

ng6

161

146

415

31

240

1734

200

8Lo

sara

ng6

141

152

014

11

248

1534

178

6Lo

hben

er6

161

155

015

31

337

1933

177

5S

udi M

ampi

r6

151

137

814

31

158

1336

169

9S

udi K

ampi

ran

714

11

410

143

115

218

331

811

Suk

adan

a7

161

155

815

31

636

1636

167

6S

um

urw

atu

717

361

630

153

137

318

342

147

Tug

u6

1735

157

017

351

364

1832

181

4U

jung

aris

614

361

505

143

129

016

341

637

Rat

a-ra

ta15

11

550

142

136

416

351

865

AM

K =

Aw

al M

usim

Kem

arau

(da

saria

n) A

MH

= A

wal

Mus

im H

ujan

(da

saria

n)

112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu

El-Nintildeo La-NintildeaStasiun

AMK AMH AMK AMH

Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2

tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)

Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 10: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

110 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

dasarian pada tahun-tahun El-Nintildeo dan sebaliknya pada tahun-tahun La-Nintildea lebih lambat satu hingga empat dasarian Tabel 4 menjelaskan sensitivitaswilayah Indramayu terhadap adanya pengaruh El-Nintildeo maupun La-Nintildea Per-geseran awal musim baik kemarau maupun hujan menegaskan bahwa padaumumnya hampir setiap wilayah di Indramayu dipengaruhi pola monsunalyang sangat kuat

Pengaruh anomali iklim baik yang terjadi karena ENSO maupun IODberpengaruh terhadap curah hujan secara signifikan terutama pada kondisikejadian dengan intensitas kuat Tabel 5 menyajikan kaitan antara anomaliiklim dengan distribusi curah hujan pada pada musim hujan dan musimkemarau

Naylor et al (2001) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang jelasantara pola El-Nintildeo dengan kondisi curah hujan di Pulau Jawa terutama padamusim hujan Perubahan anomali suhu muka laut di Nino 34 tahun ke tahunmempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan perubahan curah hujan tahunke tahun pada bulan September-Desember ketika padi ditanam Selamakejadian El-Nintildeo curah hujan September-Desember dapat menurun menjadisekitar 500 mm dibandingkan rata-ratanya sekitar 625 mm

Tabel 2 Curah hujan dan pergeseran musim hujan dan kemarau pada tahun-tahun El-Nintildeo di Propinsi Lampung

Musim Kemarau Musim HujanWilayah El-Nintildeo

Awal Intensitas Awal Intensitas

Krui Kuat maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian BNSedang maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Purajaya Kuat maju 4 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang maju 5 dasarian JBN normal BNLemah maju 2dasarian JBN mundur 5 dasarian BN

Gisting Kuat mundur 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian JBNSedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN mundur 5 dasarian N

Bukit Kuat maju 1 dasarian JBN normal BNKemuning Sedang normal JBN normal N

Lemah maju 1 dasarian JBN mundur 5 dasarian NJepara Kuat normal JBN mundur 5 dasarian JBN

Sedang normal JBN mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal N

Penengahan Kuat normal JBN mundur 5 dasarian NSedang normal N mundur 5 dasarian NLemah normal JBN normal AN

Mesuji Kuat maju 3 dasarian JBN mundur 5 dasarian NSedang maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian NLemah maju 2 dasarian JBN mundur 5 dasarian N

Sumber Surmaini amp Irianto (2003)

111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 3

Aw

al m

usim

kem

arau

(A

MK

) a

wal

mus

im h

ujan

(A

MH

) da

n cu

rah

huja

n (C

H)

pada

tah

un-t

ahun

El-N

intildeo

dan

La-N

intildea

pada

setia

p st

asiu

n di

band

ingk

an d

enga

n ra

ta-r

atan

ya d

i Kab

In

dram

ayu

(Suc

iant

ini e

t al

20

04)

Rat

a-ra

taE

l-Nintilde

oLa

-Nintilde

aS

tasi

unW

ilaya

hD

PMA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

n(m

m)

(mm

)(m

m)

Anj

atan

612

11

401

123

122

713

351

725

Ban

gkir

617

11

907

183

182

316

362

347

Ban

tarh

uni

715

351

866

1436

181

515

332

100

Bon

dan

715

361

709

151

158

818

342

022

Bug

el6

103

110

812

3 8

7911

31

253

Bug

is6

142

146

813

21

250

1335

164

8B

ulak

612

21

322

112

112

915

31

514

Cid

empe

t6

141

164

113

21

343

1736

189

2C

iked

ung

615

361

609

143

131

017

352

020

Cip

ancu

h7

1635

190

613

351

879

1734

217

6G

abus

Wet

an6

131

136

513

21

224

141

165

1G

anta

r7

1533

175

313

321

672

1633

207

5In

dram

ayu

615

351

762

141

144

114

332

262

Jatib

aran

g7

1435

152

511

361

344

1533

173

1Ju

ntin

yuat

617

11

520

162

123

615

352

107

Kar

ang

Ase

m6

131

128

611

31

150

1536

151

7K

edok

an B

unde

r6

141

144

914

41

284

1735

207

0K

erta

sem

aya

716

21

655

164

143

119

11

893

Kra

ngke

ng6

161

146

415

31

240

1734

200

8Lo

sara

ng6

141

152

014

11

248

1534

178

6Lo

hben

er6

161

155

015

31

337

1933

177

5S

udi M

ampi

r6

151

137

814

31

158

1336

169

9S

udi K

ampi

ran

714

11

410

143

115

218

331

811

Suk

adan

a7

161

155

815

31

636

1636

167

6S

um

urw

atu

717

361

630

153

137

318

342

147

Tug

u6

1735

157

017

351

364

1832

181

4U

jung

aris

614

361

505

143

129

016

341

637

Rat

a-ra

ta15

11

550

142

136

416

351

865

AM

K =

Aw

al M

usim

Kem

arau

(da

saria

n) A

MH

= A

wal

Mus

im H

ujan

(da

saria

n)

112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu

El-Nintildeo La-NintildeaStasiun

AMK AMH AMK AMH

Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2

tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)

Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 11: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

111Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 3

Aw

al m

usim

kem

arau

(A

MK

) a

wal

mus

im h

ujan

(A

MH

) da

n cu

rah

huja

n (C

H)

pada

tah

un-t

ahun

El-N

intildeo

dan

La-N

intildea

pada

setia

p st

asiu

n di

band

ingk

an d

enga

n ra

ta-r

atan

ya d

i Kab

In

dram

ayu

(Suc

iant

ini e

t al

20

04)

Rat

a-ra

taE

l-Nintilde

oLa

-Nintilde

aS

tasi

unW

ilaya

hD

PMA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

nA

MK

AM

HC

H ta

huna

n(m

m)

(mm

)(m

m)

Anj

atan

612

11

401

123

122

713

351

725

Ban

gkir

617

11

907

183

182

316

362

347

Ban

tarh

uni

715

351

866

1436

181

515

332

100

Bon

dan

715

361

709

151

158

818

342

022

Bug

el6

103

110

812

3 8

7911

31

253

Bug

is6

142

146

813

21

250

1335

164

8B

ulak

612

21

322

112

112

915

31

514

Cid

empe

t6

141

164

113

21

343

1736

189

2C

iked

ung

615

361

609

143

131

017

352

020

Cip

ancu

h7

1635

190

613

351

879

1734

217

6G

abus

Wet

an6

131

136

513

21

224

141

165

1G

anta

r7

1533

175

313

321

672

1633

207

5In

dram

ayu

615

351

762

141

144

114

332

262

Jatib

aran

g7

1435

152

511

361

344

1533

173

1Ju

ntin

yuat

617

11

520

162

123

615

352

107

Kar

ang

Ase

m6

131

128

611

31

150

1536

151

7K

edok

an B

unde

r6

141

144

914

41

284

1735

207

0K

erta

sem

aya

716

21

655

164

143

119

11

893

Kra

ngke

ng6

161

146

415

31

240

1734

200

8Lo

sara

ng6

141

152

014

11

248

1534

178

6Lo

hben

er6

161

155

015

31

337

1933

177

5S

udi M

ampi

r6

151

137

814

31

158

1336

169

9S

udi K

ampi

ran

714

11

410

143

115

218

331

811

Suk

adan

a7

161

155

815

31

636

1636

167

6S

um

urw

atu

717

361

630

153

137

318

342

147

Tug

u6

1735

157

017

351

364

1832

181

4U

jung

aris

614

361

505

143

129

016

341

637

Rat

a-ra

ta15

11

550

142

136

416

351

865

AM

K =

Aw

al M

usim

Kem

arau

(da

saria

n) A

MH

= A

wal

Mus

im H

ujan

(da

saria

n)

112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu

El-Nintildeo La-NintildeaStasiun

AMK AMH AMK AMH

Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2

tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)

Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 12: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

112 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabel 4 Pergeseran awal musim kemarau (AMK) dan awal musim hujan (AMH)pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea pada setiap stasiun dibandingkandengan rata-ratanya di Kabupaten Indramayu

El-Nintildeo La-NintildeaStasiun

AMK AMH AMK AMH

Anjatan 0 (+)2 (+)1 (-)2Bangkir (+)1 (+)2 (-)1 (-)1Bantarhuni (-)1 (+)1 0 (-)2Bondan 0 (+)1 (+)3 (-)2Bugel (+)2 0 (+)1 0Bugis (-)1 0 (-)1 (-)2Bulak (-)1 0 (+)3 (+)1Cidempet (-)1 (+)1 (+)3 (-)1Cikedung (+)1 (+)3 (+)2 (-)1Cipancuh (-)3 0 (+)1 (-)1Gabuswetan 0 (+)1 (+)1 0Gantar (-)2 (-)1 (+)1 0Indramayu (-)1 (+)2 (-)1 (-)2Jatibarang (-)3 (+)1 (+)1 (-)2Juntinyuat (-)1 (+)1 (-)2 (-)2Karangasem (-)2 (+)2 (+)2 (-)1Kedokanbunder 0 (+)3 (+)3 (-)2Krangkeng (-)1 (+)2 (+)1 (-)3Kertasemaya 0 (+)2 (+)3 (-)1Losarang 0 0 (+)1 (-)2Rentang (-)1 (+)2 (+)3 (-)3Sudikampiran 0 (+)2 (+)4 (-)3Sudimampir (-)1 (+)2 (-)2 (-)1Sukadana (-)1 (+)2 0 (-)1Sumurwatu (-)2 (+)3 (+)1 (-)2Tugu 0 0 (+)1 (-)3Ujungaris 0 (+)3 (+)2 (-)2

tanda (-) menunjukkan maju tanda (+) menunjukkan mundur dari rata-ratanyaSumber Suciantini et al (2004)

Pola produksi padi pada tahun-tahun El-Nintildeo dan La-Nintildea sepenuhnyakonsisten dengan variable curah hujan di Jawa Selama periode 1971-1998hujan pada bulan September-Desember berkorelasi positif dengan total curahhujan tahunan di Jawa Bagaimanapun curah hujan pada bulan Januari-Agustus berkorelasi secara negatif dengan total curah hujan tahunan Padatahun-tahun El-Nintildeo baik curah hujan September-Desember maupun curahhujan tahunan sama-sama rendah Curah hujan selama Januari-Agustus lebihtinggi dibanding normalnya tetapi tidak cukup besar untuk penanaman padipada September-Desember (Naylor et al 2002) dengan kata lain penanaman

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 13: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

113Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

padi terpengaruh dengan anomali iklim Berbeda dengan pada penanamanpadi pengaruh anomali iklim pada penanaman jagung boleh dikatakan hampirtidak signifikan (Naylor et al 2002) dengan tetap memperhatikan waktu tanamHal itu dapat dijelaskan dari kebutuhan air tanaman Padi membutuhkan 600-1200 mm air selama masa pertumbuhan tanaman (90-120 hari) Sedangkanjagung hanya membutuhkan 300-400 mm air selama periode tumbuhnya (90-125 hari)

Dalam kaitannya dengan produksi padi di Pulau Jawa kondisi curahhujan berpengaruh terhadap waktu dan luas areal tanam maupun luas panenProduksi beras di Indonesia sangat dipengaruhi oleh pola hujan monsoonyang mempunyai kaitan sangat erat dengan performance pada musim hujandan musim kemarau Musim hujan Normal dari Oktober hingga Maret musimkemarau mulai April hingga September Anomali hujan pada tahun 1997-1998menyebabkan penurunan areal panen padi sekitar 380000 ha (34 di bawahmusim hujan sebelumnya) Petani menanam jagung di areal dimana paditidak dapat ditanam sehingga menambah areal jagung menjadi 266000 halebih banyak kondisi normalnya (peningkatannya 8 daripada musim hujansebelumnya) (Kishore et al 2000) Pada El-Nintildeo tahun 1997 kerugian sektorpertanian diprakirakan mencapai 797 miliar rupiah (Boer 1999)

Dampak anomali iklim terhadap produksi dan luas areal tanam diper-lihatkan pada Tabel 6 dan 7 Sedangkan Tabel 8-11 memperlihatkan fluktuasiluas areal tanam dan yang mengalami puso akibat banjir dan kekeringan

Dampak anomali iklim tidak saja dirasakan pada pertanian tanamanpangan saja Terjadinya kebakaran hutan merupakan salah satu dampakanomali iklim (El-Nintildeo) dalam sektor kehutanan Tercatat kebakaran hutandan lahan yang besar pada tahun 19821983 198719901994 dan 19971998Kerugian yang dialami akibat kebakaran tersebut sangat besar yaitusekitar 36 juta hektar hutan tropika basah rusak pada tahun 19821983 dansekitar 10 juta hektar pada tahun 19971998 (Haeruman 2004)

Tabel 5 Anomali iklim dan distribusi CH pada masing-masing musim tanam

Sifat iklim MK I MK II MH Tahunanmm () mm () mm () mm ()

Normal 589 630 1377 2596(23100) (24100) (53100) (100100)

La-Nintildea 723 958 1345 3006(24123) (32152) (4498) (100116)

El-Nintildeo 465 359 1317 2124(2279) (1757) (6296) (10082)

(Sumber Las 2006)

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 14: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

114 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Pada sektor perkebunan dampak terjadinya kekeringan yang diakibatkanfenomena El-Nintildeo adalah melesetnya perkiraan produksi perkebunan antara10-65 Penurunan produksi akibat kekeringan yang diderita oleh pertanamanlada teh kopi cengkeh kakao karet dan tebu bisa mencapai 10-65 Padatanaman kelapa dan kelapa sawit baru terlihat jelas pada tahun berikutnyaberupa penurunan produksi hingga 40 (Subagyono 2005)

Terjadinya anomali iklim lebih banyak memberikan dampak negatif ter-hadap sektor pertanian tidak demikian halnya pada sektor perikanan Feno-mena alam ini memicu melimpahnya ikan tuna yang memiliki nilai ekonomis

Tabel 7 Realisasi luas areal tanam padi di Jawa pada tahun El-Nintildeo La-Nintildeadan normal

Tahun September Oktober November Kumulatif

El-Nintildeo1997 68 81 338 487 (337)1994 67 83 510 660 (457)1982 65 55 232 352 (244)

La-Nintildea1998 233 523 1065 1821 (1260)1996 98 458 1070 1626 (1125)1992 114 558 1050 1722 (1192)

Normal 135 440 870 1445 (100)

Sumber Las (2006)

Tabel 6 Dampak anomali iklim terhadap produksi pangan 1968-2000

Komoditas panganKondisi iklim

Padi Padi Jagung Ubi Kacang Ubi Kedelaisawah gogo kayu tanah jalar

Perubahan areal panen ()El-Nintildeo -257 -303 -1125 -025 -368 -483 -506La-Nintildea -061 303 1035 -212 406 371 -034

Perubahan produktivitas ()El-Nintildeo -037 033 -007 -051 -089 -044 -099La-Nintildea -126 -031 106 -039 008 182 -227

Tahun El-Nintildeo 1972 1977 1982 1987 1991 1994 1997Tahun La-Nintildea 1971 1973 1975 1988 1998Sumber Las (2006)

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 15: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

115Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Tabe

l 8

Luas

ban

jir (

terk

ena)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

1781

361

773

9062

4272

190

3313

242

2208

119

358

1109

964

083

2002

6327

010

9828

9032

8403

1916

473

1458

116

148

125

2818

5145

2003

7377

134

688

4993

6797

4694

320

134

8047

9810

7013

447

1183

8920

0468

858

1280

3333

539

3053

1046

331

6370

2261

915

709

8176

5200

620

0513

4333

1505

018

241

2429

783

847

428

20

1614

2489

1394

333

937

Rat

a-ra

ta 2

001-

0671

609

6987

44

1497

34

9364

470

698

1468

643

72

933

1495

247

502

9896

654

712

2006

1272

8256

651

1143

110

227

2045

1662

3-

--

--

-

Tabe

l 9

Lua

s ba

njir

(pus

o) p

ada

tana

man

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 2

006)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2368

4839

1202

1553

485

187

1198

075

7133

7197

2120

0210

344

3601

527

6235

3389

970

100

2370

4332

912

4320

0320

397

6796

1096

1863

762

7013

280

017

813

1134

153

2004

2025

623

631

1269

148

666

8163

23

290

4869

999

1880

320

0549

400

2401

1199

357

1225

659

160

049

170

917

9074

14

Rat

a-ra

ta 2

001-

0620

553

1473

64

5948

826

294

3340

322

496

431

82

121

817

1415

6014

266

820

0638

982

2352

250

1858

0987

216

083

--

--

--

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 16: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

116 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Tabe

l 10

Lu

as k

eker

inga

n (t

erke

na)

pada

tan

aman

pad

i (h

a) t

ahun

200

1-20

06 (

Sum

ber

Pur

wan

i 20

06)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

2581

853

0858

3860

8931

2397

2635

231

712

4594

5611

282

3458

820

0216

957

6831

4850

1106

221

456

7016

665

848

5500

339

294

4101

367

0093

3220

0350

713

3463

3117

2940

822

505

1708

0914

4727

1161

1820

457

5923

419

960

2004

6745

1536

273

968

8022

420

4246

158

8424

937

2366

783

5057

7370

520

0540

880

8015

415

099

965

3467

142

458

3504

1487

956

9511

467

3349

539

3

Rat

a-ra

ta 2

001-

0628

222

622

223

659

286

9675

2199

66

6565

82

4926

348

529

818

741

414

452

893

338

9195

620

0623

4925

343

019

021

30

--

--

--

Tabe

l 11

Lu

as k

eker

inga

n (p

uso)

pad

a ta

nam

an p

adi

(ha)

tah

un 2

001-

2006

(S

umbe

r P

urw

ani

2006

)

Tah

unJa

nF

ebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ag

uS

epO

ktN

ovD

es

2001

3226

3913

0727

215

112

1311

3245

858

324

3517

3520

0267

511

662

457

1244

9133

7250

5300

4724

1866

366

220

0330

718

0412

716

9278

3817

607

4526

636

583

5052

679

510

2004

308

1296

042

845

124

5780

113

865

626

4978

346

0115

220

0561

627

094

3120

8720

6070

0996

810

7329

713

8011

250

Rat

a-ra

ta 2

001-

0610

264

8381

611

288

542

827

628

6932

410

987

9371

427

1610

064

1235

637

78

2006

4835

60

00

0-

--

--

-

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 17: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

117Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

tinggi di perairan Indonesia Dwi Susanto peneliti BPPT menjelaskan padaKompas bahwa saat La-Nintildea suhu perairan atau muka laut di barat SamuderaPasifik hingga Indonesia menghangat maka ikan tuna dari Pasifik timur yangdingin bergerak masuk ke Indonesia hingga ke perairan utara Maluku Perairanbarat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan ikan tuna tertinggimencapai 70 stok ikan tuna dunia Sebaliknya ketika terjadi El-Nintildeo ikantuna di Pasifik bergerak ke timur Namun yang berada di Samudera Hindiamasuk ke selatan Indonesia Hal itu karena perairan di timur samudera inimendingin sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa meng-hangat

Antisipasi

Penyimpangan iklim yang terjadi memberikan dampak terhadap penurunanproduksi terutama produksi padi sebagai makanan pokok Untuk mengurangidampak yang ditimbulkan maka kemampuan mengantisipasi kejadian iklimtersebut perlu ditingkatkan dan diperlukan kerja sama antara berbagai instansidan pakar

Berkaitan dengan antisipasi iklim Badan Penelitian dan PengembanganPertanian telah merealisasikan suatu kelompok kerja (POKJA) antisipasi iklimyang berfungsi sebagai media untuk menghimpun bahan masukan bagi pe-ngambil kebijakan dan media komunikasi antarpeneliti dan praktisi yangberhubungan dengan iklim Pada moment-moment tertentu membahasmengenai prediksi musim serta rekomendasi untuk kegiatan pertanianBerbicara mengenai penyimpangan iklim tidak dapat dilepaskan dari prediksiatau forecast yang dilakukan para ahli Dengan prediksi yang akurat akandapat diketahui pergeseran musim yang terjadi Keberhasilan forecast yangdiimbangi dengan pengaturan teknis antisipasi yang tepat tentu akan me-ngurangi atau meminimalkan risiko kerugian

Dalam antisipasi penyimpangan iklim yang terjadi diperlukan langkah-langkah strategis sebagai berikut (Balitklimat 2006)

1 mengefektifkan informasi prakiraan iklim yang dilakukan oleh beberapalembaga internasional dan nasional sebagai langkah awal menentukankemungkinan terjadinya kekeringan ataupun sebaliknya dan pilihan tek-nologi yang akan diterapkan

2 memanfaatkan peta wilayah rawan kekeringan sebagai informasi awaldalam memantau kekeringan dalam kondisi iklim normal Artinya wilayahrawan kekeringan yang didelineasi pada peta tersebut akan menjadidaerah yang pertama kali terkena kekeringan dan harus diprioritaskanpenanggulangannya ketika intensitas dan besaran (magnitude) fenomenaEl-Nintildeo bertambah kuat

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 18: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

118 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

3 melakukan analisis pergeseran musim yang ditetapkan maju atau mundursatu atau lebih dasarian dari normalnya Hal ini penting dilakukan untukmemberikan kepastian masa tanam yang tepat dari suatu rangkaianhari hujan yang jatuh pada suatu daerah pengamatan

4 memanfaatkan analisis neraca air wilayah dan analisis indeks kecukupanair (ETRETM) untuk mengetahui periode defisit dan surplus air dan saattanam yang tepat pada kondisi iklim normal Dengan demikian dapatdiketahui masing-masing bulan yang sangat berpotensi mengalami airterutama jika peluang kejadian hujan semakin kecil akibat El-NintildeoDemikian pula dengan pergeseran tanggal tanamnya

5 melakukan penampungan air hujan di saluransungai mati dam reservoirmaupun embung untuk mengisi cadangan air tanah (water rechanging)dan meningkatkan stok air pada saat terjadi El-Nintildeo Atau sering disebutdengan teknologi panen hujan dan aliran permukaan

6 melakukan budi daya komoditas pangan berumur pendek dan tahan ter-hadap kekeringan yang mengkonsumsi air terbatas percepatan tanamuntuk memanfaatkan sisa air pada MK I dan pergiliran tanaman padi kepalawija

7 optimalisasi pemanfaatan air melalui sistem gogorancah menumbuhkangulma (dikenteng) untuk memutuskan siklus hama sekaligus mengubahposfit menjadi pospat telah dilakukan oleh petani di Jawa Tengah danJawa Timur

8 melakukan upaya-upaya penanggulangan potensi kekeringan melaluipengembangan pompanisasi pada daerah-daerah yang masih memilikicadangan air tanah permukaan dan dalam

9 memperbaiki saluran-saluran irigasi dan embungbendungan agar efek-tivitas penggunaannya meningkat terutama dalam menekan kehilanganair selama air ditampung di bendungan atau pada saat air dialirkan kelahan petani

10 meningkatkan daya dukung DAS (daerah aliran sungai) di hulu gunamenerima menyimpan selama mungkin dan menyalurkan air hujan kedaerah hilir melalui penghutanan kembali lahan-lahan gundul

11 memonitor dan mengevaluasi daya tampung waduk terutama yangberkaitan dengan proses sedimentasi dan lain-lain

12 memanfaatkan teknologi mulsa insitu dalam menekan kehilangan airakibat tinggi yang dapat memicu terjadinya evaporasi

13 pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah air permukaan airbendung

14 Memberikan bantuan penanggulangan seperti benih pompa air traktordll

Antisipasi banyak dipersiapkan untuk menghadapi pergeseran musimakibat El-Nintildeo mengingat bencana yang ditimbulkan akibat bencana El-Nintildeolebih serius La-Nintildea (Boer 1999b) Hal itu ditunjukkan dengan data hujanmusim kemarau selama 100 tahun penurunan hujan dari normal akibat

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 19: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

119Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

kejadian El-Nintildeo dapat mencapai 80 mm per bulan sedangkan peningkatanhujan dari normal akibat terjadi La-Nintildea tidak lebih dari 40 mmbulan Bahkanmeningkatnya hujan akibat La-Nintildea dapat berdampak positif dengan dimanfaat-kan kelebihan air untuk peningkatan luas areal tanam

Faktor-faktor yang telah disebutkan adalah anitisipasi dengan meng-gunakan teknologi di samping itu sebenarnya diperlukan pula pendekatandari sisi kelembagaan Beberapa langkah operasional pendekatan ke-lembagaan yang dapat dilakukan antara lain (Balitklimat 2006)

1 menyusun kebijakan lintas instansi tentang pembagian tugas pe-nanggulangan kekeringan baik yang terkait dengan efektivitas organisasipenanggulangan bencana pendanaan (dialokasikan oleh pemerintahKabupatenkota dan pusat) prioritas penanggulangan perbaikan sarana(saluran irigasi pompanisasi bendungan dll) dan pemilihan teknologipenanggulangan bencana kekeringan

2 mengintensifkan koordinasi dan meningkatkan kemampuan Tim penang-gulangan kekeringan yang telah dibentuk di beberapa propinsi (PokjaIklim Tim Iklim) yang rawan terhadap kekeringan

3 menyebarluaskan informasisosialisasi prakiraan iklim yang terkait denganpenurunan jumlah curah hujan pada periode tertentu melalui Tim penang-gulangan bencana dari tingkat pusat sampai kecamatan di propinsi yangrawan terhadap kekeringan Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkanmedia elektronik (radio dsb)

4 melakukan perluasan areal dan menetapkan kawasan konservasi air yangdikonsentrasikan di masing-masing kecamatan berkoordinasi denganpemerintah kabupatenkota

Pustaka

Amien I 2006 Pendekatan dalam Evaluasi Dampak Anomali dan PerubahanIklim pada Pertanian Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Balitklimat 2006 Bahan Rapim bulan Juni Balai Penelitian Agroklimat danHidrologi Bogor

Boer R 1999 Peranan Informasi Iklim dan Cuaca untuk PerdaganganKomoditas Pertanian Laboratorium Klimatologi Jurusan Geofiacutesika danMeteorologi FMIPA IPB Bogor Disampaikan pada Indofutop DerivatesTraining 12-16 Juli 1999

Boer R 1999b Perubahan Iklim El-Nintildeo dan La-Nintildea LaboratorumKlimatologi Jurusan Geofiacutesika dan Meteorologi FMIPA IPB BogorDisampaikan pada Pelatihan Dosen-Dosen Perguruan Tinggi Negeri

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 20: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

120 Iptek Tanaman Pangan No 2 - 2006

Indonesia Bagian Barat Bidang Agroklimatologi BIOTROP Bogor 1-12 Februari 1999

Hadi TW ZL Dupe and A Lubis 2003 Evolusi El-NintildeoLa-Nintildea di Pasifikdan dampaknya di Indonesia Prosiding Temu Ilmiah Prediksi Cuacadan Iklim Nasional 2002 LAPAN Bandung

Haeruman H 2004 Penyesuaian Pembangunan Kehutanan Indonesiaterhadap Dampak Perubahan Iklim Global Makalah disampaikan dalamLokakarya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim Global dalam Pem-bangunan Kehutanan Berkelanjutan Poltrop IPB 29-30 April 2004Bogor

Hameed SN BN Goswami P Vinayachandran and T Yamagata 2001The Dipole Mode Event Indian Oceans Coupled Instability Pheno-menon Climate Variation Research Programme httpw3frontierestoorjpd1contentspapersap1html

Kishore K AR Subbiah T Sribimawati S Diharto S Alimoeso P Rogersand A Setiana 2000 Indonesia Country Study Asian DisasterPreparedness Center (ADPC) with sponsored by UNEPNCARWMOUNUISDR and Office of Foreign Disaster and NOAA PathumthaniThailand

Las I 2006 Strategi dan Teknologi Antisipasi dan Penanggulangan BencanaIklim (kejadian iklim ekstrim) Balai Besar Sumberdaya LahanPertanian Disampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROPBogor

Naylor RL WP Falcon D Rochberg N Wada 2001 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Predict Rice Production inIndonesia Climatic Change 50 255-265

Naylor RL WP Falcon N Wada D Rochberg 2002 Using El-NintildeoSouthern Oscillation Climate Data to Improve Food Policy Planning inIndonesia Bulletin of Indonesian Economic Studies 38(1) 75-91

Partridge IJ dan M Mansur 2002 Kapan Hujan Turun Dampak OsilasiSelatan dan El-Nintildeo di Indonesia The State of Queensland Departmentof Primary Industries Publishing Services DPI Brisbane

Purwani ET 2006 Pemanfaatan Informasi Prakiraan Musim BMG dalamPengamanan Produksi di Sektor Pertanian Direktorat PerlindunganTanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen PertanianDisampaikan pada pelatihan Capable Juli 2006 BIOTROP Bogor

Ratag MA S Asiati A Nuryanto B Siswanto and Suyadhi 1998 Green-house gases climate change and El-Nintildeo In Economic Assess-mentof Greenhouse Gas Abatement Options ALGAS-FINAL NationalWorkshop

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp

Page 21: GatotIrianto.pmd - pdfMachine from Broadgun Software, http ...pangan.litbang.pertanian.go.id/files/01-GatotIrianto.pdf · berbagai sumber sangat beragam, sehingga akan menyulitkan

121Irianto dan Suciantini Anomali Iklim Penyebab Karakteristik dan Antisipasi

Saji NH BN Goswami PN Vinayachandran and T Yamagata 1999 Adipole mode in the tropical Indian Ocean Nature 401 360-363

Subagyono 2005 Dirjen Bina Produksi Perkebunan Pemilik kebun harustetap waspada terhadap kekeringan 2005 Harian Ekonomi MedanBisnis Bandung

Suciantini R Boer dan R Hidayat 2004 Evaluasi Prakiraan Sifat Hujan danPenyusunan Model Prediksi Musim Studi Kasus KabupatenIndramayu Sebagian dari Thesis Fakultas Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor Bogor

Surmaini amp G Irianto G 2003 Karakterisasi Dampak El-Nino terhadap CurahHujan dan Pergeseran Musim di Lampung Balai Penelitian Agroklimatdan Hidrologi Bogor

Suryachandra A Rao Indian Ocean Dipole (IOD) HOME PAGE (sumberhttpwwwjamstecgojpfrsgcresearchd1iod)

Tjasyono B 2003 Apakah Arlindo berperan dalam sistem iklim di IndonesiaProsiding Temu Ilmiah Prediksi Cuaca dan Iklim Nasional 2002 LAPANBandung

Torrence C amp PJ Webster 1999 Interdecadal changes in the ENSO-Monsoon System American Meteorological Society Journal of Climate12 2679-2690

Webster PJ A Moore Loschnigg and M Leban 1999 Coupled ocean-atmosphere dynamics in the Indian Ocean during 1997-98 Nature 401356-360

Windupranata W DK Mihardja MS Fitrianto dan F Stevanus 2001Analisis tinggi muka air laut di Samudera Hindia Perairan Indonesiadan Samudera Pasifik serta kaitannya dengan fenomena El-Nino andLa-Nina Jurnal Surveying dan Geodesi 11(1)

Yamagata T A Karumuri and G Zhaoyong 2001 Indian Ocean DipolePhenomenons Impact on Correlation between Indian Monsoon andEl-NintildeoSouthern Oscillation NASDA and JAMSTEC httpwwwjamstecgojp