repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS...

149
PENGARUH SELF-ESTEEM DAN KECERDASAN EMOSITERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA SANTRI PONDOK PESANTREN DAARUL RAHMAN JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Disusun oleh: NURIS FAKHMA HANANA 109070000002 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 1436H/2015M

Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS...

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

PENGARUH SELF-ESTEEM DAN KECERDASAN

EMOSITERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA SANTRI

PONDOK PESANTREN DAARUL RAHMAN JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun oleh:

NURIS FAKHMA HANANA

109070000002

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1436H/2015M

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

B) Januari 2015

C) Nuris Fakhma Hanana

D) Pengaruh Self-esteem dan Kecerdasan Emosi Terhadap Perilaku Prososial

Pada Santri Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta

E) Xiv + 113 Halaman + Lampiran

F) Perilaku prososial merupakan tindakan yang menguntungkan orang lain

secara sukarela sehingga menciptakan interaksi yang baik antara individu

ataupun kelompok. Namun, saat ini perilaku prososial cenderung menurun. Ini

terbukti dari menipisnya kepedulian tiap individu terhadap lingkungan, karena

lebih fokus pada kepentingan sendiri (Yusuf dan Listiara, 2012). Keadaan

tersebut menurut Sabiq dan Djalali (2012) juga terjadi di pesantren. Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku prososial, di antaranya adalah

self-esteem, dan kecerdasan emosi. Penelitian ini dilakukan untuk menguji

pengaruh self-esteem (successes, values, aspirations dan defences),

kecerdasan emosi (mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri,

mengenali emosi orang lain, dan keterampilan sosial), serta jenis kelamin dan

usia, terhadap perilaku prososial.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan populasi santri di

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta kelas satu sampai kelas lima,

sebanyak 503 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 200 santri.

Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik probability sampling.

Instrumen dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari skala perilaku

prososial dan self-esteem, yaitu, Prosocial Tendencies Measurement dan The

School Short-form Coopersmith Self-esteem Inventory. Sedangkan skala pada

kecerdasan emosi dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-

aspek kecerdasan emosi dari Goleman (1998). Analisis data penelitian

menggunakan regresi berganda dengan menggunakan program SPSS versi

16.0. Sedangkan untuk menguji validitas konstruk menggunakan LISREL

8.70.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel self-esteem, kecerdasan emosi,

jenis kelamin dan usia secara signifikan mempengaruhi perilaku prososial

dengan kontribusi sebesar 35.5 %. Dari sebelas variabel yang diteliti, ada

empat dimensi yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku prososial, yaitu

aspirations, mengenali emosi sendiri, keterampilan sosial dan jenis kelamin.

G) Bahan Bacaan: 28 buku + 12 jurnal + 1 tesis + 7 skripsi + 1 artikel

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

vii

ABSTRACK

A) Psychology Faculty

B) January 2015

C) Nuris Fakhma Hanana

D) Influence of Self-esteem and emotional intelligence Prosocial Behavior

Against Students Boarding School In Jakarta Daarul Rahman

E) Xiv + 113 + Attachment

F) Prosocial behaviors are actions that benefit others voluntarily thus creating a

good interaction between individuals or groups. However, this time prosocial

behavior tends to decrease. This is evident from the depletion of individual

concern for the environment, because it is more focused on their own interests

(Joseph and Listiara, 2012). The situation is under Sabiq and Djalali (2012)

also occurred at the school. There are several factors that influence prosocial

behavior, among which is the self-esteem, and emotional intelligence. This

study was conducted to examine the effect of self-esteem (successes, values,

aspirations and defenses), emotional intelligence (recognizing emotions,

managing emotions, motivating oneself, recognizing emotions in others, and

social skills), as well as gender and age, on behavior prosocial.

This study uses a quantitative approach to the population of students in

boarding school Daarul Rahman Jakarta grade one to grade five, as many as

503 people. The sample in this study were 200 students. Sampling using

probability sampling techniques. Instruments in this study is an adaptation of

the scale prosocial behavior and self-esteem, ie, Prosocial Tendencies

Measurement and The School Short-form Coopersmith Self-esteem Inventory.

While the scale of emotional intelligence developed by the researchers based

aspects of emotional intelligence Goleman (1998). Research data analysis

using multiple regression using SPSS version 16.0. Meanwhile, to test the

construct validity using LISREL 8.70.

The results showed that the variables of self-esteem, emotional intelligence,

sex and age significantly affect prosocial behavior with a contribution of

35.5%. Of the eleven variables studied, there are four dimensions significantly

influence prosocial behavior, ie aspirations, recognizing their own emotions,

social skills and sex.

G) Reading material: 28 books+ 12 journals + 1 thesis + 7 thesis + 1 articles

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

v

Moto Dan Persembahan

Hal-hal terbaik dan terindah di dunia ini tak bisa dilihat

dan disentuh mereka harus dirasakan

-Hellen Keller-

Segala sesuatu yang biasa akan menjadi luar biasa jika

dilakukan dengan cinta dan perasaan

-Hanana-

Karya ini saya persembahkan untuk Kedua

Orang tua saya adik-adik, keluarga besar

Alm. Mbah haji dan eyang kakung.

Terima kasih atas dukungannya selama ini.

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kasih sayang yang diberikan-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “PENGARUH SELF-

ESTEEM DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL

PADA SANTRI PONDOK PESANTREN DAARUL RAHMAN JAKARTA”. Shalawat

serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Rasulullah Muhammad

SAW berikut keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam

bentuk sumbangan pikiran, tenaga, waktu, dan do’a yang diberikan kepada penulis.

Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr.

Abdul Mujib, M.Si, M.Ag beserta seluruh jajaran dekanat lainnya yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas terbaik kepada seluruh mahasiswa

Psikologi UIN, untuk menjadi lulusan yang berkualitas.

2. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D. dan Ibu Layyinah, S.Psi., MSi. yang telah

membimbing, memberikan arahan dan saran kepada penulis selama proses

penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Netty Hartati, M.Si dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan pengetahuan, dan dukungan kepada penulis.

4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu, pengetahuan, dan bantuannya

kepada penulis selama studi di kampus UIN.

5. Kedua orang tua tercinta, abah Drs. Nurudin Abdullah dan umi Dra. Isna

Hidayati beserta keluarga besar dan juga kedua adik kebangaan penulis, Nuris

Fakhmi Zakky dan Nuris Ajieb Aulady yang selalu memberikan motivasi,

dukungan, pengertian serta doa yang tulus.

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

ix

6. Guru sehat Kahfi Motivator School bapak Tubagus Wahyudi, ST., MSi, Chi.,

MCHt (om Bagus) dan mba Wie yang tidak pernah bosan menyemangati

seluruh anak didiknya termasuk penulis untuk terus mencari ilmu dan

pengetahuan agar mencapai kehidupan yang lebih baik dan benar. Demikian

juga keluarga besar Kahfi Motivator School, yaitu teman Angkatan 11, serta

kakak dan kelas terutama Ka Fitriah AB dan Ka Lina Marlina yang terus

menerus mendorong penulis untuk menuntaskan skripsi ini.

7. Kepada keluarga besar Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta, KH

Syukron Mamun, Ustadz H Umar Faruq, dan Ustadzah Anti yang telah

memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan pengambilan data di

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta. Termasuk para santri Pondok yang

sangat kooperatif dalam membantu peneliti selama proses pengumpulan data

penelitian.

8. Teman-teman kelas A 2009 Fakultas Psikologi UIN Jakarta, terutama pada

Ajeng Sya’bani, Hawa Nadya Puspita, Siti Kesturi, Risa Pangestu dan Wahyu

Budiani yang selalu memberikan keceriaan, dukungan, kritik dan saran selama

perkuliahan.

9. Teman diskusi selama proses skripsi, Ka Adyo, Ka puti, Hani, Azka,

Restianie, dan Ayu yang selalu memberikan solusi, motivasi, serta dukungan

terbaik dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Keluarga besar IMM PK Psikologi (Ka Sarah, Ka Kiki, Mega, Bias, Uswah

dan Lala) yang telah mengajarkan arti berorganisasi dan kebersamaan.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu yang

telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

x

Semoga segala bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh Allah

SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari

situ sangatlah diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk

penulis pribadi dan siapa saja yang membaca serta berkeinginan untuk

mengeksplorasinya lebih lanjut.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 10 Desember 2014

Penulis

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

xi

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PERSTUJUAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii

LEMBAR ORISINALITAS ............................................................................. iv

MOTTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................. v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................... 8

1.2.1. Pembatasan Masalah ............................................................................ 8

1.2.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................................. 11

1.4. Sistematika Penulisan .................................................................................. 11

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1. Perilaku Prososial ......................................................................................... 12

2.1.1. Definisi perilaku prososial .................................................................. 12

2.1.2. Dimensi perilaku prososial .................................................................. 13

2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial ........................ 15

2.1.5. Pengukuran perilaku prososial ............................................................ 26

2.2. Self-esteem.................................................................................................... 27

2.2.1. Definisi Self-esteem ............................................................................ 27

2.2.2. Dimensi Self-esteem ........................................................................... 29

2.2.3. Pengukuran self-esteem ...................................................................... 34

2.3 Kecerdasan emosi.......................................................................................... 35

2.3.1. Definisi kecerdasan emosi.................................................................. 35

2.3.2. Dimensi kecerdasan emosi ................................................................. 36

2.3.4. Pengukuran kecerdasan emosi ........................................................... 38

2.4. Kerangka berfikir ......................................................................................... 39

2.5. Hipotesis penelitian ...................................................................................... 43

BAB 3 METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel .................................................................................... 45

3.2. Variabel Penelitian ....................................................................................... 47

3.3. Definisi Operasional Variabel ...................................................................... 48

3.3. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................................... 49

3.4. Uji Validitas Konstruk ................................................................................ 56

3.4.2. Uji Validitas Konstruk Perilaku Prososial ......................................... 58

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

xii

3.4.3. Uji Validitas Konstruk Self-esteem .................................................... 63

3.4.4. Uji Validitas konstruk Kecerdasan Emosi ......................................... 67

3.5. Metode Analisis Data .................................................................................. 72

3.6. Prosedur Peneltian ....................................................................................... 75

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Subjek ............................................................................. 77

4.2. Hasil Analisis Deskripsi ............................................................................... 78

4.3. Kategorisasi variabel penelitian ................................................................... 79

4.4. Uji Hipotesis Penelitian................................................................................ 85

4.5. Proporsi Varians ........................................................................................... 91

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI & SARAN

5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 95

5.2. Diskusi ......................................................................................................... 95

5.3. Saran ........................................................................................................... 101

5.3.1. Saran teoritis ..................................................................................... 101

5.3.2. Saran praktis ...................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 104

LAMPIRAN

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Format Model Skala Likert ...................................................................... 50

Tabel 3.2 Blue Print Skala Perilaku Prososial .......................................................... 53

Tabel 3.3 Blue Print Skala Self-Esteem .................................................................... 54

Tabel 3. 4 Blue Print Skala Kecerdasan Emosi ......................................................... 55

Tabel 3.6 Muatan Item Faktor Altruisme .................................................................. 58

Tabel 3.7 Muatan Item Faktor Compliant ................................................................. 59

Tabel 3.8 Muatan Item Faktor Emotional ................................................................. 60

Tabel 3.9 Muatan Item Faktor Public ....................................................................... 61

Tabel 3.10 Muatan Item Faktor Anonymous ............................................................... 62

Tabel 3.10 Muatan Item Faktor Dire .......................................................................... 62

Tabel 3.11 Muatan Item Faktor Successes .................................................................. 64

Tabel 3.11 Muatan Item Faktor Values ...................................................................... 65

Tabel 3.11 Muatan Item Faktor Aspiration ................................................................. 66

Tabel 3.11 Muatan Item Faktor Defenses ................................................................... 67

Tabel 3.11 Muatan Item Faktor Mengenali Emosi Sendiri ......................................... 68

Tabel 3.11 Muatan Item Faktor Mengelola Emosi ..................................................... 69

Tabel 3.11 Muatan Item Faktor Memotivasi Diri ....................................................... 70

Tabel 3.11 Muatan Item Faktor Mengenali Emosi Orang lain ................................... 71

Tabel 3.11 Muatan Item Faktor Keterampilan Sosial ................................................. 72

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ........................................................ 77

Tabel 4.2 Hasil analisis deskriptif ............................................................................. 78

Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor ........................................................................ 79

Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Perilaku Prososial ........................................................ 80

Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Self-Esteem .................................................................. 80

Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Successes ..................................................................... 81

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

xiv

Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Values .......................................................................... 81

Tabel 4.8 Kategorisasi Skor Aspiration .................................................................... 82

Tabel 4.9 Kategorisasi Skor Defenses ...................................................................... 82

Tabel 4.10 Kategorisasi Skor Kecerdasan Emosi ....................................................... 83

Tabel 4.11 Kategorisasi Skor Mengenali Emosi Sendiri ............................................ 83

Tabel 4.12 Kategorisasi Skor Mengelola Emosi ......................................................... 84

Tabel 4.13 Kategorisasi Skor Memotivasi Diri .......................................................... 84

Tabel 4.14 Kategorisasi Skor Mengenali Emosi Orang Lain ..................................... 85

Tabel 4.15 Kategorisasi Skor Keterampilan Sosial .................................................... 85

Tabel 4.16 Tabel R-Square ......................................................................................... 86

Tabel 4.17 Hasil Uji Anova ........................................................................................ 87

Tabel 4.18 Hasil Uji Koefisien Regresi ...................................................................... 88

Tabel 4.19 Proporsi Varian Untuk Masing-Masing Independent Variable ................ 92

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

xv

DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................................... 42

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian

Lampiran 2: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 3: Alat Ukur Penelitian

Lampiran 4: Syntax

Lampiran 5: Path Diagram CFA

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah,

tujuan, dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

1.1. Latar Belakang Masalah.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dimuka bumi ini sebagai makhluk sosial.

Artinya, manusia tidak dapat untuk hidup sendiri karena sebagian besar dari

aktifitas dalam kehidupannya, melibatkan interaksi dengan orang lain. Oleh

karena itu, agar tercipta interaksi yang baik, beberapa dari tindakan manusia,

cenderung mengarah kepada kepentingan masyarakat (bersama), seperti

membantu, menolong berderma dan lainnya (Walgito, 2008). Dalam psikologi

perilaku tersebut dinamakan perilaku prososial.

Perilaku prososial menurut Eisenberg (1989) adalah tindakan sukarela yang

dimaksudkan untuk memberikan keuntungan pada individu atau sekelompok

individu. Perilaku prososial ini meliputi aspek seperti menyumbang (donating),

bekerjasama (cooperating), memberi (giving), menolong (helping), simpati

(sympathy) dan altruism (Wispe dalam Zanden, 1984). Dalam Islam, aspek

perilaku prososial tercermin dalam himbauan: “Tolong-menolonglah kamu dalam

kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam perbuatan

dosa” (QS. Almaidah; 2). Hal tersebut bisa bisa diartikan bahwa orang yang

melakukan perilaku prososial dicirikan dengan mereka yang selalu mengerjakan

amal sholeh.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

2

Dalam bermasyarakat, perilaku prososial sangatlah penting untuk

menciptakan lingkungan yang aman dan kodusif sesuai dengan harapan warganya.

Adapun manfaat lainnya adalah dapat meminimalisir kejadian-kejadian negatif

seperti tawuran dan tindak kriminal yang lain. Begitu besarnya manfaat dari

perilaku prososial hingga Allah SWT memberikan pahala pada mereka yang

hanya menyerukan kebaikan namun tidak melakukannya. Hal tersebut menurut

Nawawi (2014) tertera dalam hadis nabi yang diriwayatkan oleh Muslim yang

artinya sebagai berikut. “Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka

baginya pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka

sedikitpun. (Hr. Muslim)”

Tetapi, sebuah penelitian mengemukakan bahwa budaya gotong royong dan

tolong menolong, serta solidaritas sosial pada masyarakat sekarang ini cendrung

menurun (Setiadi, dalam Hartati, 1997). Hal tersebut disebabkan banyak individu

yang sekarang ini sibuk dan terpaku pada kepentingan pribadinya masing-masing.

Sehingga kepedulian terhadap lingkungan sekarang ini menipis (Yusuf & Listiara,

2012).

Menurunya perilaku prososial, menurut Sabiq dan Djalali (2012) bukan

hanya dirasakan di masyarakat umum, akan tetapi juga merambah ke dunia

pesantren. Terlebih pada santri yang masuk kedalam pusaran modernitas dan

kehidupan hedonis. Lambat laun, etika yang dimiliki santri tersebut pudar.

Dampaknya adalah membuat perilaku prososial yang dimiliki santri menjadi

menurun (Mun’im, dalam Sabiq & Djalali, 2012).

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

3

Senada dengan pernyataan diatas, hasil wawancara peneliti kepada salah

seorang ustadzah salah satu pesantren di Parung, pada tanggal 12 November 2013

juga menyatakan bahwa kepedulian santri saat ini menurun drastis dari

sebelumnya. Misalnya, jika terdapat santri yang sakit, mereka hanya memantau

kondisinya, tidak lebih dari itu perhatiannya, seperti mengambilkan makanan

untuk santri yang sakit ataupun sekedar menemaninya.

Fenomena tersebut diperkuat pula oleh hasil wawancara pada lima orang

santri Pondok Pesantren Daarul Rahman pada tanggal 24 November 2013.

Diketahui bahwa masih ada diantara santri di pondok tersebut yang kurang peduli

dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Dari hasil observasi peneliti yang

lakukan juga terlihat bahwa masih ada beberapa santri yang terlihat acuh terhadap

teman lainnya, dan fokus pada kelompoknya sendiri.

Menurunya perilaku prososial di pesantren sebenarnya bisa diminamalisir,

karena pesantren merupakan salah satu tempat untuk meningkatkan perilaku

prososial pada remaja sebagai peserta didiknya. Hal tersebut karena santri

dibiasakan hidup bersama-sama, yang mengharuskan mereka untuk saling berbagi

dan peduli. Pembiasaan diri pada santri seperti itu akan membentuk mental

kebersamaan, gotong royong, dan jiwa sosial (Asy’ari, 1996).

Kondisi menurunnya perilaku prososial tersebut, memang bukan hanya

tanggung jawab satu pihak tertentu saja, misalnya pembina santri. Sebab ada

banyak faktor yang akan mempengaruhi tampil atau tidaknya perilaku prososial,

seperti, kehadiran orang lain, kondisi lingkungan, desakan waktu dan lainnya

(Taylor, Peplau & Sears, 2009). Selain itu, menurut Eisenberg, Fabes, dan Spinrad

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

4

(2006) faktor internal seperti asertif, emosi, religiusitas, self-esteem, dan norma-

norma juga berpengaruh signifikan terhadap perilaku prososial.

Dari pernyataan di atas, menurut hemat penulis, jika santri dipondok sudah

dibiasakan untuk memiliki sifat gotong royong, dan bersosialisasi, namun masih

terdapat perilaku santri yang cuek, egois, dan tidak melakukan perilaku prososial,

hal tersebut merupakan faktor dari santri itu sendiri. Alasan inilah yang

mendorong peneliti lebih menfokuskan penelitian perilaku prososial pada faktor-

faktor internal daripada faktor eksternal.

Harga diri atau yang sering disebut self-esteem menjadi salah satu faktor

internal dalam meningkatkan perilaku prososial. Dalam hal ini, Staub (2003)

melihat bahwa tingginya self-esteem akan membuat seseorang merasa

superioritas, dan saat itu, mereka akan lebih mampu menekan agressivitas agar

terhindar dari prilaku antisosial. Jika self-esteem rendah, seseorang tidak akan

merasa nyaman dan selalu melindungi dirinya sendiri sehingga sangat mudah

terpengaruh oleh prilaku yang tidak baik.

Senada dengan pernyataan diatas, Sweson dan Prelow (2005), dalam

penelitiannya juga menyatakan bahwa orang yang memiliki self-esteem tinggi,

akan mampu mengatasi masalah-masalah perilaku seperti depresi, kenakalan

remaja dan lainnya. Penemuan tersebut didukung oleh pernyataan Adimo dan

Retnowati (dalam Asia, 2008) yang mengemukakan bahwa self-esteem

berpengaruh terhadap sikap remaja dalam kehidupan sehari-hari. Remaja dengan

self-esteem rendah cenderung bersikap negatif dalam perilakunya dan merasa

tidak dihargai, tidak diterima dan diperlakukan kurang baik oleh orang lain.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

5

Sebaliknya remaja dengan harga diri tinggi cendrung bersikap positif dalam

perilakunya. Self esteem diartikan sebagai nilai yang ditempatkan pada diri

sendiri. Penilian diri tersebut didasarkan atas nilai sebagai manusia berdasarkan

persetujuan atau penolakan dari diri dan perilaku (Minchinton, 1995). Sedangkan

menurut Coopersmith (1990) self-esteem adalah evaluasi yang dibuat individu dan

biasanya berhubungan dengan penghargaan terhadap dirinya.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Leary dan MacDonald (dalam Mruk,

2006) hasilnya mendukung hubungan antara self-esteem dengan berbagai

fenomena interpersonal positif. Misalnya self-esteem tinggi berhubungan dengan

perilaku prososial seperti, menjunjung nilai-nilai moral atau standar kesehatan.

Penelitian lainnya yang dilakukan Srimanjaya (2007) tentang hubungan antara

orientasi keagamaan dan harga diri dengan perilaku prososial, juga menyimpulkan

bahwa harga diri memberikan kontribusi sebesar 28,479 % terhadap perilaku

prososial.

Faktor lain yang mempengaruhi perilaku prososial adalah emosi seseorang.

Seperti yang dikutip dari Baron, Byrne, Brascombe (dalam Sarwono, 2009)

menyatakan bahwa emosi seseorang dapat mempengaruhi kecenderungannya

untuk menolong. Wang dan Ahmad (dalam Vembriamma, 2010) menyatakan

bahwa emosi seseorang erat sekali kaitannya dengan kecerdasan emosi. Karena

pada dasarnya emosi (seperti, marah, bahagia, & sedih) sudah dimiliki tiap

manusia sejak lahir. Namun kecerdasan emosilah yang mampu mengontrolnya

agar tidak menimbulkan kerugian pada orang lain. Oleh sebab itulah kecerdasan

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

6

emosi sangat penting untuk mengontrol emosi agar merespon dengan benar

emosinya untuk orang lain, sehingga emosinya selalu positif.

Pernyataan diatas diperkuat oleh penelitian Rosenhan, Moore dan

Underwood, (dalam Feldman, 1985) yang mengungkap bahwa orang dengan

suasana hati yang baik akan lebih mungkin untuk membantu dari pada mereka

yang berada di mood negatif. Itulah sebabnya peneliti dalam penelitian ini

berfokus pada kecerdasan emosi. Adapun kecerdasan emosi meliputi, kemampuan

mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi

diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan

dalam hubungannya dengan orang lain (Goleman, 1998).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vembriamma (2010) terhadap

karyawan PT telkom menunjukkan hasil bahwa kecerdasan emosi berpengaruh

terhadap perilaku prososial sebesar 21, 8 % dan sisanya 78, 2 % dipengaruhi

faktor lain diluar kecerdasan emosi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rudyanto

(2010) juga menunjukkan hasil bahwa kecerdasan emosi memiliki korelasi yang

cukup kuat terhadap perilaku prososial.

Selain beberapa faktor yang telah dikemukakan di atas, faktor usia dan jenis

kelamin juga berpengaruh terhadap perilaku prososial. Caprara dan Steca (2005)

dalam penelitiannya terhadap kelompok usia yang berbeda antara usia 20 hingga

di atas 65 tahun, menemukan bahwa semakin dewasa seseorang akan lebih

menolong daripada yang masih anak-anak dan remaja. Hal tersebut karena pada

orang dewasa lebih bersungguh-sungguh dalam membantu orang lain. (Bengston

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

7

1985; Kahana & Midlarsky, 1983;Midlarsky & Hannah, 1989, dalam Caprara &

Steca, 2005).

Dari penelitian Carpara dan Steca (2005) juga membuktikan bahwa

perempuan lebih tinggi tingkat prososialnya daripada laki-laki. Hasil tersebut,

sejalan dengan penelitian Eisenberg (dalam Bierhoff, 2002) yang menyatakan

bahwa wanita lebih memiliki rasa menolong yang tinggi dari pada laki-laki.Itu

disebabkan karena wanita lebih memiliki rasa empati yang tinggi daripada laki-

laki. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian Afolaby (2003),

menurutnya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam proses

perilaku prososial.

Dari uraian di atas, peneliti ingin mengkaji sejauh mana pengaruh self-

esteem dan kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial khususnya pada santri.

Penelitian ini akan dilakukan di Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta, karena

pesantren tersebut berada di tengah kota Jakarta, dan letaknya berdampingan

dengan mall dan gedung bertingkat, suatu lingkungan yang dapat memicu

meningkatnya sikap hedonis dan individualis para santri. Padahal menurut Taylor

Peplau dan Sears (2009) kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku

prososial.

Selain itu sebagian besar santri di sana berusia remaja. Usia remaja

merupakan usia peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, sehingga banyak

perubahan yang berkembang pesat dalam diri mereka. Seperti perubahan fisik

yang pesat, begitu juga pada perilaku dan sikap (Hurlock, 1996).

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

8

Dengan pemaparan di atas, maka peneliti melakukan penelitian lebih

mendalam untuk tugas skripsi dengan judul “Pengaruh self-esteem dan

kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial pada santri di Pondok

Pesantren Daarul Rahman Jakarta.”

1. 2 Pembatasan dan Perumusan masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku prososial. Namun masalah utama

yang menjadi fokus penelitian ini adalah pengaruh self-esteem dan kecerdasan

emosi terhadap perilaku prososial pada santri Pondok Pesantren Daarul Rahman

Jakarta, yang pengertiannya sebagai berikut:

1. Self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah evaluasi yang dibuat

individu dan biasanya berhubungan dengan penghargaan terhadap dirinya. Dalam

penelitian ini merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Coopersmith (1990)

yang dimensinya meliputi successes, values, aspiration, defenses.

2. Kecerdasan emosi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, serta mampu

mengontrolnya dengan baik. Dalam penelitian ini merujuk pada pendapat yang

dikemukakan oleh Goleman (1998) yang dimensinya meliputi mengenali emosi

diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, keterampilan

membina hubungan.

3. Perilaku prososial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan

menolong yang dilakukan secara sukarela untuk menolong dan memberikan

manfaat kepada orang lain. Dalam penelitian ini merujuk pada Carlo dan Randall

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

9

(2002) yang dimensinya meliputi altruism, compliant, emotional, public,

anonymous dan dire.

4. Faktor demografi dalam penelitian ini adalah usia dan jenis kelamin.

5. Subjek dalam penelitian ini adalah santri kelas satu hingga kelas lima Pondok

Pesantren Daarul Rahman Jakarta yang masih aktif mengikuti kegiatan belajar

baik tingkat tsanawiyah maupun aliyah pada tahun pelajaran 2013 – 2014.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-esteem dan kecerdasan emosi

terhadap perilaku prososial pada santri Pondok Pesantren Daarul Rahman

Jakarta?

2. Apakah ada pengaruh Apakah ada pengaruh yang signifikan self-esteem

terhadap perilaku prososial pada santri Pondok Pesantren Daarul Rahman

Jakarta?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosi terhadap perilaku

prososial pada santri Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi self-esteem (successes,

values, aspirations, defenses), dimensi kecerdasan emosi (mengenali

emosi sendiri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang

lain, keterampilan sosial), usia dan jenis kelamin terhadap perilaku

prososial pada santri Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta?

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

10

1. 3 Tujuan dan Manfaat penelitian

1. 3. 1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data seberapa besar

pengaruh self-esteem dan kecerdasan emosi serta variabel demografi yaitu usia

dan jenis kelamin terhadap perilaku prososial pada santri.

Selain itu juga untuk memperoleh data seberapa besar sumbangan aspek-

aspek self-esteem (success, values, aspiration, defenses) dan aspek kecerdasan

emosi (mengenali emosi sendiri, mengelola emosi, memotivasi diri, kemampuan

mengenal emosi orang lain, keterampilan sosial) serta usia dan jenis kelamin

terhadap perilaku prososial.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan menambah wacana

dalam ilmu psikologi pendidikan. Selain itu juga dapat diharapkan dapat

memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang secara

umum berhubungan dengan perilaku prososial khususnya pada santri.

1.3.2.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai referensi yang dapat

digunakanoleh pembaca khususnya dan masyarakat luas dalam upaya

meningkatkan perilaku prososial pada remaja terutama pada santri agar dapat

menyesuaiakan diri dengan baik selama berada di pondok. Selain itu sebagai

masukan pada santri agar dapat mengoptimalkan perilaku prososial dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

11

1. 4 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika dalam penulisan ini mengacu pada pedoman penyusunan dan

penulisan skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Penulisan

ini dibagi menjadi beberapa bahasan yang dijabarkan berikut ini.

BAB 1 : Pendahuluan

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah,

rumusan masalah, dan sistematika penelitian.

BAB 2 : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi uraian teoritik mengenai variabel-variabel yang hendak diteliti di

antaranya perilaku prososial, self-esteem dan kecerdasan emosi. Dilengkapi

dengan kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

BAB 3 : Metodologi Penelitian

Bab ini berisi uraian mengenai populasi dan sampel penelitian, teknik

pengambilan sampel, identifikasi variabel penelitian meliputi definisi konseptual

dan operasional variabel, teknik pengumpulan data, uji validitas konstruk dan

hasilnya, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

BAB 4 : Hasil Penelitian

Bab ini berisi mengenai hasil deskripsi data penelitian dan uji hipotesis.

BAB 5 : Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Bab ini berisi uraian kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi mengenai temuan-

temuan dalam penelitian dan saran yang dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya.

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

12

BAB 2

KAJIAN TEORI

Bab ini berisi uraian teoritik mengenai variabel-variabel yang hendak diteliti yaitu

perilaku prososial, self-esteem dan kecerdasan emosi. Dilengkapi dengan

kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

2.1. Perilaku Prososial

2.1.1. Definisi Perilaku Prososial

Menurut Feldman (1985) perilaku prososial adalah “Behavior that benefit

other people”. Yang dimaknai sebagai “menolong atau perilaku yang

menguntungkan orang lain”.

Eisenberg dan Mussen (1989) juga mendefinisikan perilaku prososial

sebagai “voluntary actions that are intended to help or benefit another individual

or group of individuals.”Perilaku prososial merujuk pada suatu tindakan yang

dilakukan secara sukarela untuk menolong atau memberikan manfaat bagi

individu atau kelompok yang lain.

Sedangkan Daux & Wrightmans (1993) mendefinisikan perilaku prososial

sebagai: “Behavior that benefit other or has positive social consequence”. Artinya

perilaku prososial adalah perilaku mengutungkan orang lain atau memiliki

konsekuensi sosial yang positif.

Selain itu, tokoh lain, seperti Bierhoff (2002) mendefinisikan perilaku

prososial sebagai “Narrower, in that the action is intended to improve the

situation of the help-recipent, the actor is not motive by the fulfillment of

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

13

professional of the help recipient is a person and not an organization.”Artinya

perilaku prososial secara sempit, sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk

memperbaiki keadaan pihak penerima pertolongan, sementara itu si pelaku

(penolong) tidak didorong oleh adanya pemenuhan kewajiban secara professional

dan pihak penerima pertolongan adalah individu dan bukan kelompok.

Baron & Byrne (2005) mendefinisikan perilaku prososial sebagai suatu

tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan

suatu keuntungan langsung kepada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan

mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong.

Dari beberapa pemaparan definisi perilaku prososial, sebagai acuan dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan definisi yang dikemukakan oleh Eisenberg

(1989) yang mengemukakan bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan yang

dilakukan secara sukarela untuk menolong atau memberikan manfaat bagi

individu atau kelompok.

2.1.2. Dimensi-dimensi perilaku prososial

Dimensi prososial ini mengacu pada teori Eienberg (1989), yang salah satu

pengukurannya dikembangkan oleh Carlo dan Randall (2002).Menurutnya, ada

enam subskala dari perilaku prososial ini yaitu, altruism, compliant, emotional,

public, anonimus dan dire. Dengan merujuk pada Carlo dan Randall (2002),

masing-masing subskala perilaku prososial,akan dijabarkan singkat sebagai

berikut.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

14

1. Altruisme

Perilaku prososial altruistic didefinisikan sebagai perilaku sukarela untuk

menolong orang lain, didasarkan motivasi utama yaitu adanya kebutuhan untuk

menolong dan kepentingan untuk mensejahterakan orang lain, yang selalu diikuti

dengan respon simpati dan norma internal/ prinsip yang konsisten untuk

menolong orang lain.

2. Compliant

Perilaku prososial compliant didefinisikan sebagai permintaan menolong

orang lain karena adanya permintaan verbal dan non-verbal. Perilaku prososial ini

lebih sering dilakukan secara spontan.

3. Emotional

Perilaku prososial emotional adalah kecenderungan menolong orang lain atas

dasar situasi emosional yang tinggi. Seperti misalnya remaja yang tangannya

terluka, kemudian dia menangis dan mengeluarkan darah akan lebih menggugah

emosi daripada mereka yang tangannya terluka tetapi tidak menunjukkan respon

apapun. Faktor lain, seperti hubungan kekerabatan juga mampu menggugah

respon emosional orang yang mengamati.

4. Public

Perilaku prososial yang dilakukan di depan orang lain yang dimotivasi

dengan keinginan untuk mendapatkan penerimaan dan penghormatan dari orang

lain.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

15

5. Anonymous

Perilaku prososial anonymous didefinisikan sebagai tindakan menolong yang

ditunjukan tanpa diketahui oleh orang yang telah diberikan pertolongan.

6. Dire

Perilaku prososial dire perilaku menolong yang ditunjukkan seseorang

diantara situasi krisis atau keadaan darurat.

Dari ke-enam dimensi tersebut, semua akan ikut diteliti sebagai dimensi

varibel perilaku prososial.

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial

Menurut Sears, dkk (1994) terdapat tiga faktor yang mendasari seseorang

berperilaku prososial. Beberapa faktor tersebut, terbagi menjadi tiga yaitu,

karakteristik situasi, karakteristik penolong dan juga karakteristik orang yang

membutuhkan pertolongan. Ketiga faktor tersebut, akan dijabarkan sebagai

berikut :

1. Karakter Situasi. Situasi menjadi faktor yang akan menunjang seseorang dalam

melakukan perilaku prososial. Sears (1994) menyatakan, orang yang altruis

sekalipun, cenderung tidak menolong, dalam situasi tertentu. Maka itulah,

karakteristik situasi sangat penting dalam menunjang perilaku prososial.

Karakteristik situasi ini, meliputi kehadiran orang lain, kondisi lingkungan, dan

tekanan akibat keterbatasan waktu. Adapun penjelasannya akan dipaparkan

seperti di bawah ini:

A ) Kehadiran orang lain di sekitar cukup berpengaruh dalam prilaku prososial

ini. Hal tersebut, didasari atas adanya anggapan bahwa dengan kehadiran

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

16

banyak orang, menjadi alasan untuk tiada usaha memberikan pertolongan.

Keadaan tersebut, dipengaruhi oleh adanya peyebaran tanggung jawab,

adanya reaksi dari penonton lain, serta rasa takut dinilai

1. Penyebaran Tanggung Jawab. Timbul karena kehadiran orang lain.

Bila hanya ada satu orang yang menyaksikan korban yang

mengalami kesulitan, maka orang itu mempunyai tanggung jawab

untuk memberikan reaksi terhadap situasi tersebut dan akan

menanggung rasa salah dan rasa sesal bila tidak bertindak. Bila

terdapat orang lain yang juga muncul untuk memberikan

pertolongan, maka tanggung jawab akan terbagi.

2. Perilaku penonton yang lain dapat mempengaruhi bagaimana

menginterpretasikan situasi dan bagaimana reaksi. Jika orang lain

mengabaikan suatu situasi atau memberikan reaksi seolah-olah tidak

terjadi apa-apa, sehingga seseorang beranggapan tidak ada keadaan

darurat.

3. Rasa takut dinilai. Bila mengetahui bahwa orang lain memperhatikan

perilaku, mungkin berusaha melakukan apa yang menurut

diharapkan oleh orang lain dan memberikan kesan yang baik

(Baumeister, dalam Sears 1994). Rasa takut dinilai dalam efek

penonton memungkinkan terjadi, hal ini disebabkan adanya

kekhawatiran, karena adanya bystander (pengamat) dan timbulnya

pertimbangan. Misalnya rasa takut akan salah jika memberikan

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

17

bantuan, rasa takut dinilai menjadi pusat perhatian penonton yang

lain dan menimbulkan rasa malu.

B) Kondisi lingkungan. Sears (1994) menyatakan bahwa, orang yang

lebih senang apabila menolong seseorang jika cuaca cerah, dan pada

siang hari, daripada menolong pada saat gelap dan cuaca dingin.

Kondisi lingkungan ini, dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu,

cuaca, ukuran kota, dan kebisingan

a ) Cuaca. Orang cenderung membantu bila hari cerah dan bila suhu

udara cukup menyenangkan. (relatif hangat di musim dingin dan

relatif sejuk di musim panas).

b) Ukuran kota. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ukuran

kota menimbulkan perbedaan dalam usaha menolong orang

asing yang mengalami kesulitan. Persentase orang yang

menolong lebih besar di kota kecil daripada di kota besar.

c) Kebisingan. Faktor lingkungan lainnya yang mempengaruhi

perilaku prososial adalah kebisingan. Para peneliti menyatakan

bahwa suara bising yang keras menyebabkan orang

mengabaikan orang lain di sekitarnya dan memotivasi mereka

meninggalkan situasi tersebut secepatnya. Sehingga

menciptakan penonton yang tidak suka menolong.

C) Tekanan keterbatasan waktu. Bagi beberapa orang, keterbatasan waktu

akan mempengaruhi perilaku prososial.Terbukti dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Darley dan Batson (dalam Sears, 1994) menyebutkan

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

18

bahwa seseorang yang tergesa-gesa memiliki kecendrungan untuk

menolong yang lebih kecil daripada mereka yang memiliki banyak waktu

luang. Oleh karena itu, keterbatasan waktu, juga menjadi hal yang yang

tidak bisa terlepas dari karakteristik situasi.

2. Karakterisitik penolong. Faktor situasional dapat mempengaruhi orang untuk

melakukan tindakan prososial. Tetapi ada faktor penting lainnya yang

mendorong seseorang untuk menolong, yaitu faktor dari dalam diri orang

tersebut. Faktor tersebut menurut Sears (1994), dapat dikelompokkan

menjadi, faktor kepribadian, faktor suasana hati, faktor rasa bersalah, faktor

distress diri dan faktor rasa empatik.

1) Faktor kepribadian. Dalam beberapa jenis situasi dan tidak dalam

situasi yang lain. Kepribadian tertentu mendorong orang untuk

memberikan pertolongan

2) Suasana hati. Ada sejumlah bukti bahwa orang lebih terdorong

untuk memberikan bantuan bila mereka dalam suasana hati yang

baik. Misalnya, orang akan lebih cenderung menolong bila berhasil

melaksanakan tugas eksperimental (Isen, dalam Sears, 1994),

perasaan positif yang dapat meningkatkan ketersediaan untuk

melakkukan tindakan prososial.

3). Rasa bersalah. Keadaan psikologis yang mempunyai relevansi

khusus dengan perilaku prososial adalah rasa bersalah, perasaan

gelisah yang timbul bila kita melakukan sesuatu yang kita anggap

salah. Keinginan untuk mengurangi rasa bersalah bisa

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

19

menyebabkan kita menolong orang yang kita rugikan, atau

berusaha menghilangkannya dengan melakukan “tindakan yang

baik”. Beberapa peneliti memperlihatkan bahwa rasa bersalah yang

timbul meningkatkan kebersediaan untuk menolong (Cunningham,

dalam Sears, 1994).

4). Distres diri dan rasa empatik. Distres diri adalah reaksi pribadi kita

terhadap penderitaan orang lain, perasaan terkejut, cemas, prihatin,

tidak berdaya, atau perasaan apapun yang kita alami. Sebaliknya

yang dimaksud rasa atau sikap empatik (emphatic concern) adalah

perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya

untuk berbagai pengalaman atau secara tidak langsung merasakan

penderitaan orang lain. Perbedaan utamanya adalah bahwa

penderitaan diri terfokus pada diri sendiri, sedangkan empatik

terfokus pada korban.

3. Karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan. Dalam menolong

seseorang, penolong biasanya akan tetap memilih siapa saja yang patut untuk

ditolong. Karena dengan keterbatasan fisik dan materi orang yang menolong,

maka tidak semua orang yang menurutnya membutuhkan bantuan dapat

dibantu. Oleh karenanya, karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan

menjadi salah satu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan

perilaku prososial.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

20

a) Menolong orang yang disukai.

Daya tarik fisik dalam beberapa situasi akan memungkinan seseorang

untuk membantu. Selain daya tarik fisik, faktor kesamaan juga

mendorong seseorang untuk dapat membantu orang lain, seperti

berasal dari daerah yang sama daripada orang asing.

b) Menolong orang yang pantas ditolong.

Seseorang pasti akan memprioritaskan untuk menolong orang-orang

yang sangat membutuhkan pertolongan dan keadaannya mendesak.

Misalnya seorang mahasiswa akan lebih mudah meminjamkan uang

kepada temannya yang kehabisan uang karena sakit daripada kepada

mereka yang kehabisan uang karena kemalasannya (Mayer &

Mulherin dalam sears, 1994).

Faktor-faktor perilaku prososial juga dijelaskan oleh Baron dan Byrne (2005)

dengan membagi faktor-faktor perilaku prososial menjadi 3 bagian, yaitu, faktor

situasional, motivasi dan moralitas, keadaan emosional serta empati.

1. Faktor situasional. Menurut Baron dan Byrne (2005) faktor situasional ini,

dibagi menjadi 3 yaitu, daya tarik, atribusi dan model-model prososial.

a. Daya tarik (menolong mereka yang anda sukai)

Faktor yang mendorong sesorang menolong paling penting adalah

sejauh mana individu mengevaluasi korban secara positif (daya tarik).

Sesorang cenderung akan menolong jika seseorang yang membutuhkan

pertolongan menarik di mata orang yang hendak menolong.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

21

b Atribusi

Atribusi yang dibuat oleh individu mengenai apakah korban

bertanggung jawab atau tidak terhadap hal yang menimpanya. Dalam hal

ini, penolong akan melihat, sejauh mana korban atau orang yang hendak

ditolong, berusaha untuk keluar dari masalahnya. Jika orang tersebut

sudah berusaha untuk menolong dirinya sendiri, namun belum mampu

juga, maka orang tersebut akan lebih banyak mendapatkan pertolongan

daripada orang yang tidak sama sekali berusaha untuk menyelesaikan

masalahnya.

c. Model-model prososial

Pengalaman individu terhadap model-model prososial di masa

sekarang maupun dimasa lampau. Sebagai contoh, dari model semacam

itu terdapat pada suatu penelitian lapangan di mana seorang wanita muda

(asisten peneliti) yang bannya kempes memarkirkan mobilnya disamping

jalan. Para pengendara lebih banyak yang berhenti dan menolong wanita

ini jika mereka sebelumnya telah melewati suatu situasi (sandiwara)

dimana wanita lain yang mempunyai masalah dengan mobilnya terlihat

menerima pertolongan.

2. Faktor Motivasi dan Moralitas

Batson dan Thompson (dalam Baron & Byrne, 2005) mengindikasikan

bahwa ada tiga motif utama relevan ketika seseorang dihadapkan pada sebuah

dilemma moral. Self-interest (kadang-kadang disebut egoisme (egoism)), moral

integrity (integritas moral), dan moral hypocrisy. Bisa dikatakan faktor-faktor

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

22

tersebutlah yang membuat seseorang melakukan sesuatu terhadap orang lain,

termasuk perilaku prososial.

a. Kepentingan pribadi (self-interest)

Orang-orang yang memiliki motif utama tidak dipusingkan oleh pertanyaan

benar atau salah atau adil, mereka hanya melakukan yang terbaik bagi diri

mereka sendiri.

b. Integritas moral (moral integrity)

Bagi mereka yang termotivasi oleh integritas moral, pertimbangan akan

kebajikan dan keadilan seringkali membutuhkan sejumlah pengorbanan

terkait kepentingan pribadi untuk melakukan “hal yang benar”.

c. Hiprokisi Moral (moral hyprocisy)

Individu pada kategori ini didorong oleh kepentingan tapi juga

mempertimbangkan penampilan luar mereka. Kombinasi ini berarti bahwa

penting bagi mereka untuk terlihat peduli dalam melakukan hal yang benar,

sementara mereka sebenarnya tetap mengutamakan kepentingan-kepentingan

mereka pribadi.

3. Faktor Keadaan Emosional

Kondisi hati yang baik akan meningkatkan peluang terjadinya tingkah laku

menolong orang lain, sedangkan kondisi suasana hati yang tidak baik akan

menghambat tindakan tersebut. Terdapat banyak bukti yang mendukung asumsi

ini (Forgas dalam Baron & Byrne, 2005).

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

23

4. Empati

Minat seseorang untuk menolong seseorang berbeda-beda, motif altruistic

tersebut yang berdasarkan pada empati pada masing-masing individu (Clary &

Orenstein, Grusec dalam Baron, 2005).

Sedangkan Sarwono (2009) menyebutkan bahwa faktor yang

mempengaruhi perilaku prososial bisa dipicu oleh faktor dari luar dan dari dalam

diri seseorang.

1. Faktor luar/ Pengaruh situasi

a. Bystanders

Menurut penelitian Darley dan Latane (1996) kehadiran orang sekitar

berpengaruh pada perilaku menolong atau tidak menolong adalah adanya

orang lain yang kebetulan bersama kita di tempat kejadian (Bystanders).

Semakin banyak oramg lain semalin kecil kemungkinan untuk menolong

dan sebaliknya orang yang sendirian cenderung untuk menolong.

b. Daya tarik

Sejauh mana seseorang memandang korban (orang yang membutuhkan

pertolongan) dengan positif, akan mempengaruhi kesediaan penolong

untuk memberikan bantuan. Faktor daya tarik yang akan dapat

meningkatkan meningkatkan terjadinya respon untuk menolong.,

diantaranya adalah memiliki penampilan menarik, memiliki kesamaan

baik dalam hal yang disukai ataupun kesamaan sifat.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

24

c. Atribusi terhadap korban

Seseorang akan termotivasi untuk memberikan bantuan pada orang

apabila ketidak beruntungan korban adalah di luar kendali korban,

maksudnya orang tersebut kesulitan bukan karena kesalahannya tetapi itu

karena musibah yang menimpanya. Misal seseorang akan lebih menolong

orang yang kehabisan uang karena terkena bencana dibandingkan dengan

orang yang kalah berjudi.

d. Ada model

Pada teori pembelajaran sosial dijelaskan bahwa, adanya model yang

melakukan tingkah laku menolong akan dapat mendorong seseorang

untuk memberikan pertolongan pada orang lain.

e. Desakan waktu

Biasanya orang yang sibuk dan tergesa-gesa cenderung untuk tidak

menolong daripada orang yang memiliki waktu lebih banyak.

2. Faktor dari dalam diri

a. Suasana hati (mood)

Emosi seseorang dapat mempengaruhi kecendrungannya untuk untuk

menolong. Sarwono (2002) juga menjelaskan bahwa perasaan dalam diri

seseorang dapat mempengaruhi perilaku menolong. Kurang ada

konsistensi dalam hal pengaruh perasaan negatif (sedih, kecewa) terhadap

perilaku prososial. Perasaan negatif pada anak akan menghambatnya

melakukan perilaku menolong tetapi pada orang dewasa akan

mendorongnya melakukan perilaku menolong karena mereka telah

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

25

merasakan menfaat dari perilaku menolong untuk mengurangi perasaan

negatif sedangkan pada anak-anak belum ada kemampuan seperti itu.

Akan tetapi jika perasaan negatif itu terlalu mendalam (misalnya, karena

kematian anggota keluarga), dampaknya pada orang dewasa adalah juga

menghambat perilaku prososial. Pada saat itu mereka lebih fokus pada

dirinya sendiri dan tidak mau memikirkan orang lain. Lain halnya,

dengan perasaan positif, pada saat itu, mereka lebih konsisten untuk

menolong orang lain.

b. Faktor sifat

Penelitian Karremans (dalam Sarwono, 2009) membuktikan bahwa orang

yang memiliki sifat pemaaf akan memiliki kecendrungan untuk mudah

menolong. Orang yang memiliki pemantauan diri (self monitoring) yang

tinggi juga cenderung lebih penolong, karena dengan penolong ia akan

memiliki penghargaan sosial yang tinggi (White & Gerstein, dalam

Sarwono, 2009). Bierhoff, Klein dan Kramp (dalam Sarwono, 2002)

mengemukakan faktor-faktor dalam diri yang menyusun kepribadian

altruistik, yaitu adanya empati, kepercayaan pada dunia yang adil, rasa

tanggung jawab sosial, memiliki internal locus of control, dan

egosentrisme yang rendah.

c. Jenis kelamin

Peranan gender seseorang untuk menolong sangat bergantung pada

situasi dan kondisi. Laki-laki cenderung lebih mau terlibat dalam aktifitas

menolong pada situasi darurat yang membahayakan, misalnya menolong

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

26

seseorang dalam kebakaran. Hal ini tampaknya terkait dengan peran

tradisonal laki-laki yang dipandang lebih kuat dari perempuan karena

mempunyai keterampilan untuk melindungi. Sementara perempuan, lebih

tampil menolong pada situasi yang bersifat member dukungan emosi,

mengasuh dan merawat.

Selain tiga tokoh di atas, Eisenberg, Tracy dan Fabes (2006) juga

mengungkapkan bahwa terdapat aspek-aspek kepribadian yang mempengaruhi

perilaku prososial, seperti misalnya, tempramen, emosi, asertif, self esteem, self-

efficacy, agama, nilai-nilai dan tujuan. Menurutnya beberapa aspek kepribadian

tersebut berhubungan dengan faktor genetik seseorang. Faktor lain yang

berpengaruh terhadap perilaku prososial juga ditemukan oleh Caprara dan Steca

(2005), menurutnya jenis kelamin dan usia juga berpengaruh terhadap perilaku

prososial. Beberapa faktor tersebut, ada yang berasal dari internal dan maupun

eksternal. Dalam penelitian ini, faktor yang ingin diteliti berfokus pada faktor

internal yaitu pada, self- esteem, kecerdasan emosi, jenis kelamin serta usia.

2.1.4. Pengukuran perilaku prososial

Ada beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk perilaku prososial diantaranya

yaitu :

1. Prosocial Personality Battery (PSB) yang dikembangkan oleh Panner (1995).

Alat ukur ini dirancang secara baik untuk mengukur seberapa baik individu

dalam berprilaku prososial, dengan dimensinya yang diukur adalah, tanggung

jawab, empati, penalaran moral, dan membantu dengan menggunakan

questionare model likert yang memiliki 56 item pernyataan dan masing-masing

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

27

dimensi memiliki nilai alpha ≥ 0.50 yang membuktikan reabilitas per dimensi

hasilnya bagus.

2. Prosocial tendencies measure (PTM) yang dikembangkan oleh Carlo, Gustave

dan Randall (2002). PTM ini dirancang untuk anak usia anak-anak akhir

dengan 23 item pernyataan berbentuk likert dengan tes reabilitas alpha sebesar

0.62. Variabel yang diukur pada PTM ini adalah altruis, compliant, emotional,

public, anonymous dan dire.

Pada penelitian ini, alat ukur yang digunakan mengadaptasi dari alat ukur

prosocial tendencies measure yang dikembangkan oleh Carlo, Gustave dan

Randall (2002) karena memiliki rebilitas yang tinggi dan sesuai dengan kebutuhan

penelitian yang mencangkup altruis, compliant, emotional, public, anonymous

dan dire.

2.2. Self-esteem

2.2.1. Definisi Self-esteem

Definisi self-esteem menurut Coopersmith (1990) adalah suatu evaluasi yang

dibentuk berdasarkan kebiasaan individu memandang dirinya terutama mengenai

sikap menerima atau menolak dan indikasi besarnya kepercayaan individu

terhadap kemampuannya, keberartiannya, kesuksesannya, dan keberhargaan.

Secara singkat self-esteem adalah “personal judgment” mengenai perasaan

berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap

dirinya.

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

28

Selanjutnya menurut Branden (1992) self-esteem adalah pengalaman bahwa

kita cocok dengan dengan kehidupan ini dan dengan prasyarat dari kehidupan

lebih spesifik lagi, self-esteem adalah:

1. Keyakinan dalam kemampuan untuk bertindak dan menghadapi tantangan

hidup ini.

2. Keyakinan dalam hak kita untuk bahagia, perasaan berharga, layak,

memungkinkan untuk menegaskan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan

kita serta menikmati buah dari hasil kerja keras kita.

Kemudian menurut Minchinton (1993), self-esteem adalah sebagai penilaian

terhadap diri sendiri dan merupakan tolak ukur harga diri kita sebagai seorang

manusia, berdasarkan kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri atau tidak.

Dapat juga dideskripsikan sebagai penghormatan terhadap diri sendiri atau

perasaan mengenai diri kita sebenarnya. Self-esteem bukan hanya sekedar aspek

atau kualitas diri tetapi dengan pengertian yang lebih luas yang merupakan

kombinasi yang berhubungan dengan karakter perilaku.

Selain itu, Baumeister (2005) juga mengartikan self-esteem sebagai berikut

“self-esteem it is how people evaluate themselves. It’s synonyms include self-

worth, self regard, self covidence and pride”.

Dari definisi diatas, dikatakan bahwa self-esteem adalah cara untuk

mengevaluasi diri sendiri. Self-esteem ini disebut juga penilaian diri, penghargaan

diri dan kebanggaan.Sedangkan menurut Rosenberg (dalam Murk, 2006) self-

esteem merupakan sikap positif atau negatif terhadap objek tertentu yang disebut

self.

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

29

Baron, Branscombe dan Byrne (2008) juga mendefinisikan self-esteem

sebagai derajat dimana individu merasa dirinya positif atau negatif.

Berdasarkan pemaparan tentang definisi self-esteem diatas, peneliti

menyimpulkan, bahwa self esteem adalah penilaian tentang diri sendiri (personal

judgment) tentang kesuksesannya, keberartian dirinya yang kemudian

diekspresikan dalam sikap individu terhadap dirinya. Pernyataan ini mengacu

pada definisi self-esteem yang dikemukakan oleh Coopersmith (1990) bahwa

self-esteem adalah evaluasi yang dibentuk berdasarkan kebiasaan individu

memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak dan

indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartiannya,

kesuksesannya, dan keberhargaan. Secara singkat self-esteem adalah “personal

judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam

sikap-sikap individu terhadap dirinya.

2.2.2. Dimensi Self-esteem

Coopersmith (1990) menyebutkan bahwa self-esteem terdiri dari empat dimensi

yaitu Sucsesses, values, aspirations, defenses, yang masing-masing akan

dijabarkan sebagai berikut.

1. Keberhasilan (Successes)

Successes atau keberhasilan adalah tingkat pencapaian yang tinggi, dengan

tingkatan, dan tugas yang bervariasi untuk setiap individu.Pemaknaan yang

berbeda-beda terhadap keberhasilan ini disebabkan oleh faktor individu dalam

memandang kesuksesan dirinya dan juga dipengaruhi oleh kondisi-kondisi

budaya yang memberikan nilai pada bentuk-bentuk tertentu dari kesuksesan.

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

30

Dalam situasi sosial tertentu, mungkin lebih memaknakan keberhasilan dalam

bentuk kekayaaan, kekuasaan, penghormatan, independen dan kemandirian.

Pada konteks sosial yang lain, lebih dikembangkan makna

ketidakberhasilan dalam bentuk kemiskinan, ketidakberdayaan, penolakan,

keterikatan pada suatu bentuk ikatan social dan ketergantungan. Hal ini tidak

berarti bahwa individu dapat dengan mudahnya mengikuti nilai-nilai yang

dikembangkan dimasyarakat mengenai keberhasilan, tetapi hendaknya

dipahami bahwa masyarakat memiliki nilai-nilai tertentu mengenai apa yang

dianggap berhasil atau gagal dan dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianut

oleh individu.

Terdapat empat tipe pengalaman berbeda yang mendefinisikan tentang

keberhasilan. Setiap hal tersebut memberikan kreteria untuk mendefinisikan

keberhasilan itu adalah area power, area significance, area competence dan area

virtue. Adapun penjabaran mengenai empat keberhasilan tersebut akan di

jelaskan sebagai berikut:

a) Keberhasilan dalam area power

Keberhasilan ini diukur oleh kemampuan individu untuk mempengaruhi

aksinya dengan mengontrol tingkah lakunya sendiri dan mempengaruhi orang

lain. Dalam situasi tertentu, power tersebut muncul melalui pengakuan dan

penghargaan yang diterima oleh individu dari orang lain dan melalui kualitas

penilaian terhadap pendapat-pendapat dan hak-haknya. Efek dari pengakuan

tersebut adalah menumbuhkan perasaan penghargaan (sense of appreciation)

terhadap pandangannya sendiri dan mampu melawan tekanan untuk

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

31

melakukan konformitas tanpa mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan dan

pendapat-pendapatnya sendiri.

b) Keberhasilan dalam area significance

Keberhasilan ini diukur oleh adanya penerimaan, perhatian, dan kasih sayang

yang ditunjukkan oleh orang lain. Ekspresi dari penghargaan dan minat

terhadap individu tersebut termasuk dalam pengertian penerimaan

(acceptance) dan popularitas, yang merupakan kebalikan dari penolakan dan

isolasi. Penerimaan ditandai dengan kehangatan, responsifitas, minat, dan

menyukai individu apa adanya. Dampak utama dari masing-masing perlakuan

dan kasih sayang tersebut adalah menumbuhkan perasaan berarti (tense of

importance) dalam dirinya. Makin banyak orang menunjukkan kasih sayang,

maka makin besar kemungkinan memiliki penilaian diri yang baik.

c) Keberhasilan dalam area competence

Keberhasilan ini ditandai oleh tingkat pencapaian yang tinggi, dengan

tingkatan, dan tugas yang bervariasi untuk tiap kelompok usia. White (dalam

Coopersmith, 1990) menunjukkan bahwa pengalaman-pengalaman seorang

anak mulai dari masa bayi yang diberikan secara biologis dan rasa mampu

(sense of efficacy) yang memberikannya kesenangan, membawanya untuk

selalu berhadapan dengan lingkungan dan menjadi dasar bagi pengembangan

motivasi instrinsik untuk mencapai kompetensi yang lebih tinggi lagi.

White (dalam Coopersmith, 1990) menekankan pentingnya aktivitas

spontan pada seorang anak dalam menumbuhkan perasaan mampu (feeling of

efficacy) dan pengalaman-pengalaman dalam pencapaian kemandirian dapat

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

32

sangat memberikan penguatan terhadap nilai-nilai personalnya dan tidak

tergantung pada kekuatan-kekuatan di luar dirinya.

d) Keberhasilan dalam area virtue

Menurut Coopersmith (1990) keberhasilan ini ditandai oleh tingkah laku

patuh pada kode etik, moral dan prinsip-prinsip agama. Orang yang mematuhi

kode etik, agama dan kemudian menginternalisasikannya, menampilkan sikap

diri yang positif dengan keberhasilan dalam pemenuhan terhadap tujuan-

tujuan pengabdian terhadap nilai-nilai luhur. Perasaan berharga muncul

diwarnai dengan sentimen-sentimen keadilan, kejujuran dan pemenuhan

terhadap hal-hal yang bersifat spiritual.

2. Nilai-nilai (values)

Setiap individu berbeda dalam memberikan pemaknaan terhadap

keberhasilan yang ingin dicapai dalam beberapa area pengalaman dan

perbedaan-perbedaan ini merupakan fungsi dari nilai-nilai yang

diinternalisasikan dari orang tua dan figur-figur signifikan lainnya dalam

hidup. Faktor-faktor seperti penerimaan (acceptance) dan respek dari orang

tua merupakan sesuatu yang dapat memperkuat penerimaan nilai-nilai dari

orang tua tersebut. Hal ini juga mengungkapkan bahwa kondisi-kondisi yang

mempengaruhi pembentukan self-esteem akan berpengaruh pula dalam

pembentukan nilai-nilai yang realistis dan stabil.

3. Aspirasi-aspirasi (Aspirations)

Menurut Coopersmith (1990), penilaian diri (self judgement) meliputi

perbandingan antara performance dan kapasitas actual dengan aspirasi dan

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

33

standar personalnya. Jika standar tersebut tercapai, khususnya dalam area

tingkah laku yang bernilai, maka individu akan menyimpulkan bahwa dirinya

adalah orang yang berharga. Ada perbedaan esensial antara tujuan yang terikat

secara sosial (public goals) dan tujuan yang bersifat self significant yang

ditetapkan individu. Individu-individu yang berbeda tingkat self-esteemnya

tidak akan berbeda dalam public goalnya, tetapi berbeda dalam personal ideals

yang ditetapkan untuk dirinya sendiri. Individu dengan self-esteem tinggi

menentukan tujuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan

self-esteem yang lebih rendah.

4. Pertahanan (defenses)

Defenses adalah kemampuan untuk mengeliminir situmulus yang

mencemaskan, mempu menjaga ketenangangan, dan mampu mengevaluasi diri

dan tingkah lakunya efektif. Menurut Coopersmith (1990), beberapa

pengalaman dapat merupakan sumber evaluasi diri yang positif, namun ada

pula yang menghasilkan penilaian diri yang negatif. Kenyataan ini tidak akan

mudah diamati dan diukur pada tipe individu. Kenyataan ini merupakan bahan

mentah yang digunakan dalam membuat penilaian, interpretasi terhadapnya

tidaklah senantiasa seragam. Interpretasi akan bervariasi sesuai dengan

karakteristik individu dalam mengatasi distress dan situasi ambigu serta

dengan tujuan dan harapan-harapannya.

Dari dimensi-dimensi yang telah dibahas diatas, maka keempatnya akan

dijadikan dasar alat ukur dalam penelitian ini dan semua variabel tersebut akan

ikut diteliti dalam penelitian ini sebagai independent variable.

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

34

2.2.3. Pengukuran Self-esteem

Beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur self-esteem, yaitu:

1. Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) dikembangkan oleh Rosenberg. RSES

adalah instrument unidimensional mengenai self-esteem yang mengukur

self-esteemse cara global dengan skala berjumlah 10 item dan memiliki

interabilitas alpha sebesar 0.95 (Heatherton dan Wyland, 2002).

2. Self-esteem inventory dikembangkan oleh Minchinton (1993) yang terdiri

atas 25 item dengan aspek-aspek yang diukur adalah perasaan mengenai diri

sendiri, perasaan terhadap hidup, serta hubungan dengan orang lain dengan

reabilitas alpha sebesar 0.877.

3. The Coopersmith Self-esteem Inventory sebuah instrumen yang

dikembangkan oleh Coopersmith (1990) terdiri atas 50 item yang mengukur

sikap terhadap diri sendiri dan memiliki skor alpha cronbachs dari hasil

pengujian reabilitas sebesar 0.870. Dalam perkembangannya Coopersmith

juga membuat alat ukur self-esteem untuk pelajar, dengan menciptakan The

School Short-form Coopersmith Self-esteem Inventory pada tahun 1981

yang kemudian kembangkan oleh Hills, Francis dan Jennings (2011).

Dimensi yang diukur adalah successes, values, aspiration, defenses yang

terdiri atas 25 item pernyataan.

Alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan alat ukur The

School Short-form Coopersmith Self-esteem Inventory yang dikembangkan oleh

Coopersmith (2011) karena memiliki nilai reabilitas yang cukup tinggi dan juga

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

35

sesuai dengan kebutuhan penelitian yang mencangkup successes, values,

aspiration, defenses.

2.3. Kecerdasan emosi

2. 3 1. Definisi kecerdasan emosi

Kecerdasan emosi menurut Salovey dan Mayor (1990) adalah sebagai berikut

“Emotional intelligence as the subset of social intelligence that involves the

ability to monitor one’s own and others feelings and emotions, to discriminate

among them and to use this information to guide one’s thinking and action”.

Yang memaknai kecerdasan emosi sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang

melibatkan kemampuan untuk memantau diri sendiri dan perasaan dan emosi

orang lain, untuk membedakan di antara mereka dan digunakan sebagai informasi

untuk menuntun pikiran dan tindakan menjadi satu.

Sedangkan menurut Goleman (1998) kecerdasan emosi adalah kemampuan

mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi

diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan

dalam hubungannya dengan orang lain.

Baron (2006) juga mendefinisikan kecerdasan emosional, sebagai bagian

lintas kompetensi antara emosi dengan kemampuan sosial, keterampilan dan

fasilitator yang menentukan seberapa efektif seseorang memahami dan

mengekspresikan diri, memahami orang lain dan berhubungan dengan mereka,

serta menghadapi tuntutan dalam hidup sehari-hari.

Dari beberapa definisi tentang kecerdasan emosi dapat disimpulkan, bahwa

kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengontrol emosi dirinya sendiri dan

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

36

juga orang lain serta mampu mengelolanya dengan baik. Hal teresebut, sesuai

dengan teori Goleman (1998) yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah

kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan

memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri

sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain.

2. 3. 2. Dimensi-dimensi kecerdasan emosi

Menurut Goleman (1998) kecerdasan emosi terdiri dari 5 dimensi, yaitu,

mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang

lain, keterampilan sosial.

a. Mengenali emosi diri (self awareness)

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya

untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur

yang realitis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

Kemampuan ini berupa kesadaran diri (self Awarenees) dalam mengenal

perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Pada tahap ini diperlukan adanya

pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologis

dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan

yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan.

Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk

bagi pengambilan keputusan masalah. Kemampuan kesadaran diri ini adalah

kemampuan dalam menangani emosi diri sendiri dan pengaruhnya, serta

mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

37

b. Mengelola emosi (self management )

Mengelola emosi adalah kemampuan menangani emosinya sendiri,

mengekspresikan serta mengendalikan emosi, memiliki kepekaan terhadap

kata hati, untuk digunakan dalam hubungan dan tindakan sehari-hari.

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani

perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan

dalam diri individu. Selain itu juga terdapat kemampuan control diri yang

bertujuan menjaga keseimbangan emosi dan bukan menekannya, karena

setiap perasaan memiliki nilai dan makna. Kemampuan dalam menampilkan

emosi yang wajar, selaras antara perasaan dan lingkungan.

c. Memotivasi diri (motivating oneself)

Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat

membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih

baik serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, mampu

bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

d. Mengenali emosi orang lain (emphaty)

Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang

lain, mampu memahami perspektif orang lain, dan menimbulkan hubungan

saling percaya serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe

individu. Kunci untuk memahami perasaan atau emosi orang lain adalah

kemampuan untuk membaca pesan nonverbal (misalnya gerak-gerik, ekspresi

wajah). Merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

38

persepektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan

menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

e. Keterampilan Sosial (social skills)

Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan

keterampilan sosial (social skills) yang mendukung keberhasilan dalam

pergaulan dengan orang lain. tanpa memiliki keterampilan seseorang akan

mengalami kesulitan dalam pergaulan dengan orang lain. Menangani emosi

dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat

membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar menggunakan

keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin,

bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja dalam

team.

Dari kelima dimensi tersebut, semua dimensi akan ikut diteliti sebagai

dimensi kecerdasan emosi dan menjadi independent variableyang kedua pada

penelitian ini.

2.3.3. Pengukuran kecerdasan emosi

Ada beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan

emosi ini, diantaranya adalah

1. Bar-on’s EQ-I dikembangkan oleh Bar-On (1997) untuk usia diatas 17

tahun dengan berbentuk self report untuk mengukur emotional

intelligence dan social intelligence. EQ-I ini terdiri dari 133 item

pernyataan dan menyediakan 5 point skala respon. Skala ini telah

digunakan untuk menilai ribuan individu dengan reliabilitas sebesar 6.21.

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

39

Dan saat ini dikenal untuk memprediksi validitas di situasi kerja, salah

satunya perekrutan di U.S. Air Foce (Cherniss, 2000).

2. Mayer Salovey dan Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT) yang

dikembangkan oleh Salovey dan Mayer (2002), berbentuk tes kemampuan

(tes of ability) yang terdiri dari 141 item pernyataan. Test MSCEIT ini

adalah pengembangan dari Multifactor Emotional Intelligence Scale

(MEIS). Pada MSCEIT ini pula pengukurannya berkembang menjadi

MSCEIT RV 1.1 dan yang terbaru MSCEIT V2,0. Adapun dimensi yang

diukur dalam test ini adalah mengamati emosi dengan tepat,

menggunakan emosi untuk memudahkan penyampaian ide, memahami

emosi dan mengelola emosi.

Adapun pengukuran kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian ini,

merujuk pada teori Goleman (1998). Alat ukur ini terdiri atas 25 item, yang

mengukur kesadaran diri, kemampuan mengelola emosi, memotivasi diri,

kemampuan mengenal emosi orang lain, serta keterampilan sosial dan memiliki

tingkat reabilitas alpha cronbarch’s cukup tinggi sebesar 65.5.Penelitian-penelitian

lain di Indonesia juga mengembangkan alat ukur kecerdasan emosi, dengan

mengacu pada teori Goleman. Seperti Farikha (2011) dan juga Fajri (2013).

2. 4. Kerangka Berpikir

Perilaku prososial menurut Eisenberg dan Mussen (1989) adalah perilaku yang

dilakukan secara sukarela untuk menolong atau memberikan manfaat bagi orang

lain. Perilaku prososial sangat besar manfaatnya untuk menciptakan lingkungan

yang aman dan kondusif. Ada beberapa faktor yang berasal dari luar individu atau

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

40

(eksternal) yang dapat mempengaruhi tampil atau tidaknya perilaku prososial,

yaitu kehadiran orang lain, kondisi lingkungan, dan desakan waktu (Taylor,

Peplau & Sears, 2009). Selain itu adapula faktor yang berasal dari faktor dalam

diri individu (internal) diantaranya, seperti asertif, emosi, religiusitas, self-esteem,

dan norma-norma juga berpengaruh signifikan terhadap perilaku prososial

(Eisenberg, Fabes & Spinrad, 2006).

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku prososial adalah self esteem

(Eisenberg, Tracy & Fabes, 2006). Karena dengan self-esteem yang tinggi pada

diri seseorang akan mampu menekan agresitifitasnya sehingga terhindar dari

perilaku antisosial (Staub, 2003). Hal tersebut sesuai dengan penelitian

Srimanjaya (2007) yang menemukan bahwa self-esteem memberikan kontribusi

terhadap perilaku prososial sebesar 28,479 %.

Self-esteem menurut Coopersmith (1990) adalah evaluasi yang dibuat oleh

individu dan kebiasaan memandang dirinya, berdasarkan keyakinan, kesuksesan

serta keberhargaan dirinya. Orang yang memiliki yang memiliki self-esteem tinggi

cenderung memiliki nilai diri positif. Maka itu mereka mampu mengatasi depresi

dan juga masalah kenakalan remaja dengan begitu mereka akan lebih mudah

berprilaku prososial (Sweson & Prelow, 2005).

Selain self-esteem, kecerdasan emosi juga berpengaruh terhadap perilaku

prososial. Kecerdasan emosi yang tinggi, akan membentuk individu mampu

mengenali emosi sendiri, memotivasi diri, mengelola emosi, mengenali emosi

orang lain dan mampu bersosialisasi dengan baik (Goleman,1998). Hal tersebut

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

41

menjadikan emosi seseorang selalu positif, sehingga mereka akan lebih mudah

untuk melakukan perilaku prososial (Eisenberg & Mussen, 1989).

Berpengaruhnya kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial juga telah

dibuktikan oleh penelitian Vebriamma (2010) dan Rudyanto (2010) yang

menemukan bahwa kecerdasan emosi memiliki kontribusi dan hubungan yang

signifikan terhadap perilaku prososial.

Selain dua variabel di atas, jenis kelamin dan usia juga merupakan faktor

kategorik yang mempengaruhi perilaku prososial. Hal ini mengacu pada penelitian

Caprara dan Steca, (2005), yang menemukan bahwa usia berpengaruh terhadap

perilaku prososial seseorang. Selain itu pernyataan Sarwono (2009) yang

menyatakan bahwa usia dan jenis kelamin berpengaruh terhadap perilaku

prososial. Sejalan dengan pernyataan tersebut, hasil penelitian Eisenberg (dalam

Bierhoff, 2002) juga membuktikan bahwa wanita lebih memiliki rasa menolong

yang tinggi dari pada laki-laki. Itu disebabkan karena wanita lebih memiliki rasa

empati yang tinggi dari pada laki-laki.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini,

peneliti ingin melihat pengaruh self-esteem dan kecerdasan emosi serta variabel

demografi (usia dan jenis kelamin) terhadap perilaku prososial. Dalam penelitian

ini dependent variable yaitu perilaku prososial, sedangkan independent variable

adalah self-esteem, kecerdasan emosi, usia dan jenis kelamin. Adapun penjelasan

self-esteem dalam penelitian ini, dimensinya terdiri atas successes, values,

aspirations, defenses. Kecerdasan emosi dalam penelitian ini dimensinya terdiri

atas mengenali emosi sendiri, mengelola emosi, motivasi diri, mengenali emosi

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

42

orang lain, dan keterampilan sosial. Dari kerangka berpikir yang telah dipaparkan,

dapat diilustrasikan sebagai berikut.

Gambar 2.1

Kerangka berpikir

Mengenali emosi

sendiri

Mengelola emosi

Motivasi diri

Mengenali emosi

orang lain

Keterampilan sosial

Kecerdasan emosi

Successes

Values

Aspirations

Defenses

Self-esteem

Perilaku

Prososial

Jenis kelamin

Usia

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

43

Berdasarkan gambar diatas, dalam penelitian ini peneliti ingin mencari

pengaruh self–esteem dan kecerdasan emosi serta faktor demografi (usia dan jenis

kelamin), terhadap perilaku prososial. Selanjutnya peneliti juga ingin mencari

pengaruh dimensi-dimensi self esteem yang terdiri dari successes, values,

aspirations dan defenses. Begitu juga pada dimensi kecerdasan emosi yang terdiri

dari kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, mengenal emosi orang lain,

dan keterampilan sosial terhadap perilaku prososial serta ditambahkan faktor

demografis, yaitu, usia dan jenis kelamin terhadap perilaku prososial.

2.5 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua hipotesis yaitu hipotesis mayor dan hipotesis minor

yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:

Hipotesis mayor:

Ada pengaruh yang signifikan self-esteem (successes, values, aspirations dan

defenses), kecerdasan emosi (kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri,

mengenalemosi orang lain dan keterampilan sosial) serta variabel demografis jenis

kelamin dan usia terhadap perilaku prososial

Hipotesis minor:

Ha₁ : Ada pengaruh yang signifikan dimensi successes pada variabel self-

esteem terhadap perilaku prososial.

Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi values pada variabel self-esteem

terhadap perilaku prososial.

Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi aspirations pada variabel self-

esteem terhadap perilaku prososial.

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

44

Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi defenses pada variabel self-esteem

terhadap perilaku prososial.

Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi kesadaran diri pada variable

kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial.

Ha6 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi mengelola emosi pada variabel

kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial.

Ha7 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi motivasi diri pada variabel

kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial.

Ha8 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi mengenal emosi orang lain pada

variabel kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial.

Ha9 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi keterampilan sosial pada variabel

kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial.

Ha10 : Ada pengaruh yang signifikan variabel demografis jenis kelamin

terhadap perilaku prososial.

Ha11 : Ada pengaruh yang signifikan variabel demografis usia terhadap perilaku

prososial.

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

45

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab tiga ini akan diuraikan mengenai populasi, sampel, variabel penelitian,

instrument pengumpulan data, uji validitas konstruk, metode analisis data dan

prosedur penelitian.

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Daarul Rahman

Jakarta, kelas I, II, III, IV, dan V, tahun ajaran 2013-2014. Santri kelas VI tidak

diikutkan dalam penelitian ini, karena sedang fokus mengikuti ujian akhir

pondok. Oleh karena itu, jumlah total populasi santri dalam penelitian sebanyak

503 santri. Mereka terdiri atas 270 santri kelas I, 65 santri kelas II, 50 santri kelas

III, 60 santri kelas IV, dan 58 santri kelas V. Selanjutnya, dari jumlah populasi

tersebut peneliti menetapkan sampel sebanyak 200 santri atau 40 persen dari

populasi. Penetapan jumlah sampel tersebut, disesuaikan dengan peneliti

berdasarkan pertimbangan waktu dan dana dalam penelitian ini.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability

sampling melalui cara stratified random sampling, dimana masing-masing

populasi memiliki peluang yang sama untuk ditetapkan menjadi sampel. Adapun

penetapan anggota populasi yang dijadikan sampel ditentukan sesuai dengan

proporsi masing-masing kelas, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

46

Proporsi perkelas = populasi kelas X kouta sampel yang ditentukan

populasi sekolah

Mengacu pada rumus diatas, maka jumlah sampel pada masing-masing kelas

adalah sebagai berikut:

1. Kelas I : 270/503 x 200 = 107

2. Kelas II : 65/503 x 200 = 26

3. Kelas III : 50/503 x 200 = 20

4. Kelas IV : 60/503 x 200 = 24

5. Kelas V : 58/ 503 x 200 = 23

Setelah dilakukan penentuan jumlah sampel pada masing-masing kelas,

tahap selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara random dari masing-

masing kelas dengan dengan langkah sebagai berikut:

1. Peneliti mengumpulkan data santri (daftar hadir) dari kelas satu sampai

kelas lima, untuk kemudian dilakukan penomeran pada data tersebut,

sesuai dengan jumlah populasi yang diikutkan.

2. Langkah selanjutnnya setelah dilakukan penomeran, peneliti

mengelompokkannya berdasarkan tingkatan kelas, sesuai dengan jumlah

santri pada tiap-tiap kelas. Kemudian dilakukan proses random untuk

menentukan sampel dengan menggunakan SPSS versi 16.0.

3. Adapun yang berhalangan untuk mengisi karena sakit dan juga telah

keluar dari pondok diadakan replacement sesuai tingkat kelasnya sehingga

jumlahnya 200.

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

47

3.2. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel penelitian yang diteliti adalah sebagai berikut.

1. Perilaku prososial

2. Successes

3. Value

4. Aspiration

5. Defenses

6. Mengenali emosi diri sendiri

7. Mengelola emosi

8. Memotivasi diri

9. Mengenali emosi orang lain.

10. Keterampilan sosial

11. Usia

12. Jenis kelamin

Dari beberapa variabel yang telah di sebutkan diatas, peneliti

mengelompokkan variabel tersebut, menjadi independent variable dan dependent

variable, yang akan dijabarkan sebagai berikut: self-esteem (successes, value,

aspirations, dan defenses), kecerdasan emosi (mengenali emosi diri sendiri,

mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, keterampilan

sosial) usia dan jenis kelamin, pada penelitian ini akan dikelompokkan sebagai

Independent variable. Sedangkan perilaku prososial dalam penelitian ini sebagai

dependent variable.

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

48

3.3. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan definisi konseptual yang telah dijelaskan dalam Bab 2, kemudian

peneliti menentukan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Perilaku prososial

Perilaku prososial adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk

menolong atau memberikan manfaat bagi orang lain dengan diukur

menggunakan alat ukur Prososial Tendencies Measurement yang

dikembangkan oleh Carlo dan Randall (2002), dan memiliki enam dimensi,

yaitu, altruism, compliant, emotional, public, anonymous dan dire.

2. Self-esteem

self-esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian terhadap diri

sendiri (personal judgment) mengenai perasaan mampu, penting, berarti dan

menerima kekurangan yang ada dan diekspresikan dalam sikap-sikap individu

terhadap diri para santri di Pondok Pesantren Daarul Rahman dengan diukur

menggunakan Coopersmith Self-esteem Inventory dan memiliki empat dimensi,

yaitu, succsses, values, aspirations, defenses.

3. Kecerdasan emosi

kecerdasan emosi dalam penelitian ini adalah kemampuan santri dalam

mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, memotivasi diri sendiri dan

juga mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri serta hubungannya dengan

orang lain, yang dimensinya terdiri dari mengenali emosi diri sendiri,

mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

49

keterampilan sosial dan diukur menggunakan skala yang mengacu pada teori

Goleman (1998).

4. Usia

Usia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia santri Pondok Pesantren

Daarul Rahman yang berusia sebelas hingga Sembilan.

5. Jenis Kelamin

Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini banyaknya santri laki-laki

dan santri perempuan yang dilibatkan dalam penelitian.

3.4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini, terdiri dari dua bagian. Bagian

pertama terdiri dari pertanyaan demografi yang mencangkup jenis kelamin, usia

dan pendidikan saat ini. Bagian kedua, berisi skala yang merupakan alat ukur

dari perilaku prososial, self-esteem dan kecerdasan emosi.

Untuk model skala, peneliti menggunakan model skala likert, dimana

variabel penelitian dijadikan titik tolak penyusunan item-item instrument.

Jawaban dari setiap instrument ini memiliki gradasi dari tertinggi (sangat positif)

sampai terendah (sangat negatif), dengan empat kategori jawaban, yaitu “Sangat

Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Tidak Sesuai” (TS), “Sangat Tidak Sesuai” (STS).

Selanjutnya, subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban

yang masing-masing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan

dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek. Model skala likert ini terdiri dari

pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Penskoran

tertinggi pada pernyataan positif (Favorable), diberikan pada pilihan sangat

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

50

sesuai dan terendah pada pernyataan sangat tidak sesuai. Sedangkan untuk

pernyataan unfavorable skor tertinggi diberikan pada pilihan jawaban sangat

tidak sesuai dan skor terendah diberikan untuk pilihan sangat sesuai. Informasi

tentang perhitungan skor tiap pilihan jawaban, akan dijabarkan seperti pada tabel

dibawah ini.

Tabel 3.1

Format Model Skala Likert

Alternatif Jawaban Favorable Unfavorable

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

1. Skala pengukuran perilaku prososial

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku prososial adalah

Prosocial Tendencies Measurement yang dikembangkan oleh Carlo dan

Randal (2002) yang terdiri atas 23 item berbentuk likert scale dan terbagi

menjadi enam dimensi sebagai berikut: altruism, compliant, emotional,

public, anonymous, dan dire.

Proses yang dilakukan oleh peneliti dalam penyusunan skala perilaku

prososial berdasarkan prosocial tendencies measurement yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, skala asli

yang mengunakan bahasa Inggris diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.

Kemudian hasil terjemahan akan diperbaiki sehingga bahasanya mudah

dimengerti oleh responden. Pada proses ini peneliti dibantu oleh mahasiswa

S1 jurusan bahasa Inggris UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

51

Langkah kedua, peneliti mengklasifikasikan tiap-tiap item dengan dasar

teroi yang telah dikemukakan. Hal tersebut dilakukan karena instrumen tidak

memiliki blue print item. Mengacu pada pengklasifikasian tersebut, maka

masing-masing dimensi akan dikelompokkan sebagai berikut: anonymous

dan altruisme memiliki lima item yang sesuai dengan teori. Sedangkan public

dan emotional didalamnya terdapat empat item. Adapun dimensi dire hanya

memiliki tiga item, dan terakhir compliant memiliki dua item yang sesuai

dengan teori.

Setelah proses pengklasifikasian, peneliti menyimpulkan bahwa ada satu

item yang terdapat pada dimensi altruisme tidak sesuai jika digunakan di

Indonesia. Item tersebut adalah item nomer 10 yang berbunyi “I believe that

donating goods or money works best when it is tax-deduxtible”. Hal tersebut

karena dalam Negara kita tidak mengaitkan antara menyumbangkan uang

dengan pengurangan pajak. Dengan begitu total item yang digunakan oleh

peneliti berjumlah 22 item.

Informasi selanjutnya, setelah pengelompokan item di atas, salah satu

dimensi perilaku prososial, yaitu dimensi compliant, hanya memiliki dua

item. Sedangkan untuk melakukan first order dalam penelitian ini,

dibutuhkan tiga item atau lebih. Oleh karena itu, peneliti menambahkan

jumlah item, agar bisa dilakukan first order pada dimensi compliant.

Selain pada dimensi compliant, peneliti juga menambahkan item pada

tiap-tiap dimensi. Hal tersebut perlu dilakukan karena jumlah item pada

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

52

Prosocial Tendencies Measurement memiliki jumlah item yang berbeda-beda

dan relatif sedikit.

Dalam proses penambahan item, pembuatannya mengacu pada indikator

masing-masing dimensi dan banyaknya item yang akan ditambah,

disesuaikan dengan jumlah item yang tersedia sebelumnya. Sehingga secara

keseluruhan, tiap dimensi memiliki jumlah item yang sama.

Total item yang ditambahkan oleh peneliti sebanyak delapan item, yang

tersebar di beberapa dimensi. Penyebaran item tambahan tersebut akan

dijabarkan sebagai berikut: tiga item tambahan akan diletakkan di dimensi

compliant, lalu dua item tambahan pada dimensi dire, serta satu item

tambahan untuk dimensi emotional, public dan altruisme.

Langkah selanjutnya, peneliti merubah skala kuesioner yang telah ada, di

mana pada skala aslinya mengunakan skala likert yang memiliki rentang

skala lima poin, dengan pilihannya “1” (tidak menggambarkan diri saya), “2”

(menggambarkan sedikit tentang diri saya), “3” (kadang-kadang-kadang

menggambarkan diri saya), “4” (cukup menggambarkan diri saya) “5”

(sangat menggambarkan diri saya). Dari skala yang ada, kemudian peneliti

merubah pilihan jawaban tersebut menjadi model skala likert dengan rentang

skala empat poin, yaitu dari “4” ( sangat sesuai), “3” (sesuai), “2” ( tidak

sesuai), “1” (sangat tidak sesuai), dengan tujuan untuk memudahkan

responden dalam menjawab. Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat

dilihat pada table 3.2 dibawah ini

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

53

Tabel 3.2

Blue print skala perilaku prososial

No Dimensi Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

1.

Altruism

Membantu karena adanya

kebutuhan untuk membantu

dan mensejahterakan orang

lain

23

4,19,

22,15

5

2. Compliant a. Membantu orang lain

b. didasarkan permintaan verbal

dan nonverbal.

7,17,

30

24, 28

5

3. Emotional Membantu dan beramal

didasarkan situasi yang

menggugah emosional

2,11,

16,20,

26

5

4 Public a. Menolong seseorang

ketika banyak orang yang

melihat

b. Adanya keinginan untuk

mendapatkan penghargaan

dari orang lain.

1, 3

5, 12

25 3

2

5. Anonymous Beramal dan menolong tanpa

diketahui orang lain

8,10,14

18, 21

5

6 Dire Meonolong dalam situasi kritis

atau darurat

6,9, 13,

27

29 5

Jumlah item 22 8 30

2. Skala pengukuran self-esteem

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur self-esteem adalah adaptasi dari

alat ukur The School Short-form Coopersmith Self-esteem Inventory.

Instrumen ini merupakan hasil pengembangan dari self-esteem coopersmith

inventory yang dilakukan oleh Hills, Francis dan Jennings (2011) dan

dirancang khusus untuk anak-anak sekolah. Item kuesioner dari alat ukur

tersebut, terdiri dari 25 item mengukur dimensi self-esteem, yaitu successes,

values, aspirations, dan defenses.

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

54

Proses yang dilakukan oleh peneliti dalam menggunakan skala tersebut,

adalah sebagai berikut. Pertama, skala asli yang ada, diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia. Kemudian hasil terjemahan akan diperbaiki sehingga

bahasanya mudah dimengerti oleh responden. Pada proses ini peneliti dibantu

oleh mahasiswa S1 jurusan bahasa Inggris UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kemudian, peneliti mengubah skala kuesioner skala dikotomi “Ya” dan

“Tidak” pada skala asli, menjadi model skala likert dengan rentang skala

empat poin, yaitu dari “4” (sangat sesuai), “3” (sesuai), “2” (tidak sesuai),

“1” (sangat tidak sesuai). Hal tersebut bertujuan agar dalam penelitian ini

mendapatkan respon jawaban yang lebih bervariasi. Penjelasan lebih lengkap

tiap-tiap dimensi dapat dilihat pada table 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3

Blue print skala self-eteem

No Dimensi Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

1.

2.

3.

4.

Successes

Values

Aspirations

Defenses

a. Berhasil dalam area power

b. Berhasil dalam area

significance.

c. Berhasil dalam area

competence

d. Berhasil dalam area virtue

a. Pencapaian terhadap standar

orang tua

b. Pencapaian terhadap standar

teman sebaya

a. Mampu membuat harapan

yang realistis.

b. Adanya usaha untuk

mencapai keberhasilan.

a. Mampu mengatasi stimulus

yang mencemaskan

b. Mampu mempertahankan

harga diri

7, 8

2,

1

10

12,11

14

22,15

23,19

20,21

17

5

4, 3, 6

9

13, 25

24

16

18

2

2

4

2

2

3

2

3

3

2

Jumlah item 15 10 25

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

55

3. Skala kecerdasan emosi.

Skala kecerdasan emosi dalam penelitian ini, dikembangkan sendiri oleh peneliti

dengan mengacu pada dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Goleman (1998).

Terdiri atas 25 item favorable unfavorable, berbebentuk skala likert dengan

rentang skala empat poin, yaitu dari “4” (sangat sesuai), “3” (sesuai), “2” (tidak

sesuai), “1” (sangat tidak sesuai). Dimensinya terdiri atas mengenali emosi diri,

mengelola emosi, motivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan keterampilan

sosial. Adapun penjelasan item tersebut dapat dilihat pada table 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4

Blue print skala kecerdasan emosi

No Dimensi Indikator Item Jumlah

Fav Unfav

1.

Mengenali

emosi diri

sendiri

a. Memahami dan

mengenal emosinya

sendiri

b. Memahami

penyebabnya dan

mengetahui

pengaruhnya terhadap

tindakan

1

2

4

3,5

2

3

2.

3.

4.

5.

Mengelola

emosi

Memotivasi

diri

Mengenali

emosi orang

lain

Keterampilan

sosial

a. Mengungkapkan

perasaan secara

langsung

b. Mengendalikan perasaan

terhadap stress

a. Mampu memotivasi diri

sendiri dan orang lain.

b. Memiliki inisiatif

a. Merasakan apa yang

dirasakan orang lain,

serta mau

mendengarkan keluh

kesah orang lain

b. Mampu menyelaraskan

diri dengan tipe individu

yang berbeda

a. Mampu memimpin dan

bekerjasama dalam

team

b. Mampu mengatasi

perselisihan

6

8,9

11, 13

15

16

19

22

23,24

7

10

14

12

17,18

21

20

25

2

3

3

2

3

2

2

3

Jumlah item 13 12 25

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

56

3.5. Uji Validitas Konstruk

Untuk menguji keadaan instrument yang digunakan pada penelitian ini, maka

dilakukan uji CFA (Confirmatory Factor Analysis). Uji CFA dilakukan untuk

menguji sejauhmana masing-masing item valid mengukur apa yang hendak

diukur. Instrumen yang akan diuji validitasnya adalah 1) perilaku prososial, 2)

Self-esteem dan 3) kecerdasan emosi. Instrumen tersebut akan diuji dengan

menggunakan software Lisrel 8.7. Adapun Langkah-langkah CFA akan di

jabarkan sebagai berikut.

1. Hal pertama yang harus dilakukan adalah pengujian hipotesis. Apakah

semua butir mengukur satu konstruk/trait yang didefinisikan. Dalam

penelitian ini, menguji model FIT untuk “model satu faktor” (uni-

dimensional model). Hipotesis ini diuji dengan chi-square. Jika hasil chi

square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil diterima, yang

artinya, item yang diuji mengukur satu faktor saja (unidimensional).

Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p < 0.05), artinya item-item

yang diuji mengukur lebih dari satu faktor (multidimensional).

2. Jika diketahui ada salah satu faktor tidak fit karena mengukur konstruk lain

selain yang diukur, maka bisa dilakukan dengan dimodifikasinya dengan

membiarkan kesalahan pengukuran berkorelasi, sampai diperoleh model

satu faktor.

3. Jika diperoleh model yang tidak fit, Ada beberapa cara untuk menganalisis

item mana yang menjadi sumber tidak fit.

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

57

a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor (loading

factor) dari masing-masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t <

1,96, berarti item tersebut akan dikeluarkan karena dianggap tidak

signifikan sumbangannya terhadap pengukuran yang sedang dilakukan.

b. Melihat muatan faktor (loading factor). Jika suatu item memiliki muatan

faktor negatif, maka item ini juga di drop.

c. Melihat kesalahan pengukuran item. Apabila kesalahan pengukuran pada

sebuah item berkorelasi terlalu banyak dengan kesalahan pengukuran pada

item lainnya, maka item tersebut juga perlu di drop. Sebab, item yang

demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, juga mengukur hal

lain (multidimensional item).

3. Langkah terakhir, semua item yang tidak di drop dihitung skor faktornya.

Skor faktor dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan

pengukuran. Jadi penghitungan skor faktor ini tidak menjumlahkan item-

item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true score pada setiap

skala. Skor faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang bermuatan positif

dan signifikan. Adapun rumusnya yaitu :

3.5.1. Uji Validitas Konstruk Perilaku Prososial

3.5.1.1. Uji validitas dimensi altruisme

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur altruisme. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 23.50

T score = (10 x skor faktor) + 50

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

58

df = 5, p-value = 0.00027, RMSEA = 0.136. Oleh karena itu, peneliti

melakukan terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi-Square = 6.38, df = 3, p-value = 0,09465, RMSEA = 0,075.

Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0.05 (tidak signifikan), yang

artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa

seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu altruisme.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5.

Tabel 3.5

Muatan faktor item Altruisme

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

4 0.31 3.74 0.08 V

15 0.43 5.25 0.08 V

19 -0.75 -9.09 0.08 X

22

23

0.67

0.39

8.38

4.74

0.08

0.08

V

V

Dari tabel 3.5 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1.96

yaitu item 19. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96) sehingga item

nomor 19 tersebut dinyatakan tidak valid.

3.5.1.2. Uji validitas dimensi compliant.

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur compliant. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square =13.03, df

= 5, p-value = 0.02309, RMSEA = 0.090. Oleh karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

59

pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit dengan Chi-Square = 8.43 df = 4, p-value = 0.07702 RMSEA =

0.075. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0.05 (tidak signifikan),

yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu compliant.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6.

Tabel 3.6

Muatan faktor item Compliant

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

7 0.40 3.42 0.12 V

17 0.04 0.43 0.09 X

24 0.75 4.01 0.19 V

28

30

0.32

-0.23

3.06

-2.32

0.11

0.10

V

X

Pada tabel 3.6 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1.96

yaitu item 17 dan 30. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96)

sehingga item nomor 17 dan 30 tersebut dinyatakan tidak valid.

3.4.1.3. Uji validitas dimensi emotional

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur emotional. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square =32.83, df

= 5, p-value = 0.00000, RMSEA = 0.0167. Oleh karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran

pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

60

model fit dengan Chi-Square = 6.20 df = 3, p-value = 0.10250 RMSEA =

0,073. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0.05 (tidak signifikan),

yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu emotional.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7

Tabel 3.7

Muatan faktor item emotional

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

2 0.23 2.51 0.09 V

11 0.03 0.34 0.08 X

16 0.41 3.97 0.10 V

20

26

0.82

0.41

4.93

3.94

0.17

0.10

V

V

Pada tabel 3.7 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1.96

yaitu item 11. Sedangkan item lainnya sigifikan (t > 1.96) sehingga item

nomer 11 tersebut dinyatakan tidak valid.

3.4.1.4. Uji validitas dimensi public

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur public. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor dan hasilnya fit, dengan Chi-Square = 5.72, df =

5, p-value = 0.33395, RMSEA = 0.27. Oleh karena itu, peneliti tidak perlu

melakukan modifikasi terhadap model.

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

61

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8.

Tabel 3.8

Muatan faktor item public

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

1 0.76 8.78 0.09 V

3 0.57 6.95 0.08 V

5 0.42 5.12 0.08 V

12

25

0.54

0.05

6.61

0.64

0.08

0.08

V

X

Dari tabel 3.8 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t <1,96)

yaitu item 25. Sedangkan item lainnya signifikan ( t >1,96) sehingga item

nomer 25 tersebut dinyatakan tidak valid.

3.4.1.5. Uji validitas dimensi anonymous

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur anonymous. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor dan hasilnya fit, dengan Chi-Square =

7.52 df = 5, p-value = 0.18479, RMSEA = 0.050. Oleh karena itu, peneliti

tidak perlu melakukan modifikasi terhadap model.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

62

Tabel 3. 9

Muatan faktor item anonymous

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

8 0.65 9.55 0.07 V

10 0.64 9.50 0.07 V

14 0.82 13.19 0.06 V

18

21

0.64

0.79

9.39

12.53

0.07

0.06

V

V

Dari tabel 3.9, berdasarkan pada muatan faktor (lambda) dan t-value

setiap item dikatakan signifikan, karena memiliki koefisien muatan faktor

yang positif dan nilai koefisien (t>1,96).

3.4.1.6 Uji validitas dimensi dire

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur dire. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor dan hasilnya fit, dengan Chi-Square = 2.70, df =

5, p-value = 0.74659, RMSEA = 0.000. Oleh karena itu, peneliti tidak

perlu melakukan modifikasi terhadap model.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10.

Tabel 3. 10

Muatan faktor item dire

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

6 0.18 1.82 0.10 X

9 0.22 2.23 0.10 V

13 0.58 4.63 0.13 V

27

29

0.49

-0.36

4.29

-3.50

0.11

0.10

V

X

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

63

Pada tabel 3.10 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1.96

yaitu item 6 dan 29. Sedangkan item lainnya sigifikan (t > 1.96) sehingga

item nomer 6 dan 29 tersebut dinyatakan tidak valid.

3.5.2 Uji Validitas Konstruk Self-esteem

3.5.2.1. Uji validitas dimensi successes

Peneliti menguji apakah 10 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur successes. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square =133,50,

df = 35, p-value = 0.00000, RMSEA = 0.119. Oleh karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran

pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

model fit dengan Chi-Square = 40.95 df = 28, p-value = 0.05428 RMSEA

= 0,048. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0.05 (tidak signifikan),

yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu successes.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.11

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

64

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item Successes

No Item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

1 0,38 4,77 0,08 V

2 -0,06 -0,71 0,09 X

3 0,77 10,38 0,07 V

4 0,31 3,96 0,08 V

5

6

7

8

9

10

0,63

-0,20

0,39

-0,01

0,50

0,35

8,37

-2,50

5,00

-0,16

6,55

4,46

0,08

0,08

0,08

0,08

0,08

0,08

V

X

V

X

V

V

Pada tabel 3.11 terdapat item yang memiliki nilai koefisient < 1.96

yaitu item 2, 6 dan 8. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96)

sehingga item nomor 2, 6 dan 8 tersebut dinyatakan tidak valid.

3.4.2.2 Uji validitas dimensi values

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur values. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square =30.47, df = 5, p-value = 0.00001, RMSEA = 0.160. Oleh

karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

65

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 7.51 df = 4,

p-value = 0.11122 RMSEA = 0.066. Dari hasil tersebut menunjukkan p-

value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu value.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

pada setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.12

Tabel 3.12

Muatan faktor item values

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

11 0.36 0.23 0.09 X

12 0.76 4.95 0.11 V

13 0.42 6.34 0.09 V

14

25

0.43

0.13

5.12

3.26

0.09

0.09

V

V

Pada tabel 3.12 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1.96

yaitu item 11. Sedangkan item lainnya sigifikan (t > 1.96) sehingga item

nomer 11 tersebut dinyatakan tidak valid.

3.4.2.3. Uji validitas dimensi aspirations

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur aspirations. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square =11.28, df = 5, p-value = 0.04605, RMSEA = 0.079. Oleh

karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

66

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square =4.65 df = 4,

p-value = 0.32458 RMSEA = 0.029. Dari hasil tersebut menunjukkan p-

value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu aspiration.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.13.

Tabel 3.13.

Muatan faktor item aspirations

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

15 0.49 6.63 0.07 V

19 0.49 5.41 0.09 V

22 0.90 11.57 0.08 V

23

24

0.66

0.41

9.00

5.55

0.07

0.07

V

V

Dari tabel 3.13, berdasarkan pada muatan faktor (lambda) dan

t-aspirations setiap item dikatakan signifikan, karena memiliki koefisien

muatan faktor yang positif dan nilai koefisien (t>1,96).

3.4.2.4. Uji validitas dimensi defenses

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya defenses. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor dan hasilnya fit, dengan Chi-Square = 16.13,

df = 5, p-value = 0.00648, RMSEA = 0.106. Oleh karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran

pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

67

model fit dengan Chi-Square =5.07 df = 4, p-value = 0.28025 RMSEA =

0.037. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0.05 (tidak signifikan),

yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,

bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu defenses.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.14.

Tabel 3.14

Muatan faktor item defenses

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

16 0,36 4,92 0,07 V

17 0,19 2,47 0,08 V

18 -0,15 -2,00 0,07 X

20

21

0,80

0,94

9,79

10,99

0,08

0,09

V

V

Dari tabel 3.14, terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1.96

yaitu item 18. Sedangkan item lainnya sigifikan (t > 1.96) sehingga item

nomer 18 tersebut dinyatakan tidak valid.

3.4.3. Uji Validitas Konstruk Kecerdasan Emosi

3.4.3.1 Uji validitas dimensi mengenali emosi diri sendiri

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur mengenali emosi diri sendiri. Dari hasil

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit

dengan Chi-Square = 32.64 df = 5, p-value = 0.00000, RMSEA = 0.167.

Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

68

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 5.94 df = 2, p-

value = 0.11435, RMSEA = 0.070. Dari hasil tersebut menunjukkan p-

value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu mengenali emosi diri sendiri.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5.

Tabel 3.15

Muatan faktor item mengenali emosi diri sendiri

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

1 0.58 5.89 0.10 V

2 0.57 5.71 0.10 V

3 -0.31 -3.37 0.09 X

4

5

-0.11

0.47

-0.98

5.04

0.11

0.09

X

V

Pada tabel 3.15 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1.96

yaitu item 3 dan 4. Sedangkan item lainnya sigifikan (t > 1.96) sehingga

item nomer 3 dan 4 tersebut dinyatakan tidak valid.

3.4.3.2 . Uji validitas dimensi mengelola emosi

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur mengenali emosi diri sendiri. Dari hasil

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit

dengan Chi-Square = 15.48 df = 5, p-value = 0.000851, RMSEA = 0.103.

Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

69

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 2.71 df = 2,

p-value = 0.60735, RMSEA = 0,000. Dari hasil tersebut menunjukkan p-

value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu mengelola emosi.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.16

Tabel 3.16

Muatan faktor item mengelola emosi

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

6 0.43 5.03 0.09 V

7 0.34 3.97 0.09 V

8 0.77 7.77 0.10 V

9

10

0.49

-0.22

5.65

-2.55

0.09

0.09

V

X

Pada tabel 3.16 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1.96

yaitu item 10. Sedangkan item lainnya sigifikan (t > 1.96) sehingga item

nomer 10 tersebut dinyatakan tidak valid.

3.4.3.3 Uji validitas dimensi memotivasi diri

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur mengenali emosi diri sendiri. Dari hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square = 12.57 df = 5, p-value = 0.02777, RMSEA = 0.087. Oleh

karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana

kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

70

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 4.27 df = 4,

p-value = 0.37107, RMSEA = 0.018. Dari hasil tersebut menunjukkan p-

value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu memotivasi diri.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.17.

Tabel 3.17

Muatan faktor item memotivasi diri

No

item

Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

11 0.97 7.26 0.13 V

12 0.30 2.48 0.12 V

13 0.36 4.43 0.08 V

14

15

0.24

0.51

3.13

5.55

0.08

0.09

V

V

Dari tabel 3.17, berdasarkan pada muatan faktor (lambda) dan

t-value setiap item dikatakan signifikan, karena memiliki koefisien muatan

faktor yang positif dan nilai koefisien (t>1,96).

3.4.3.4. Uji validitas dimensi mengenali emosi orang lain

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur mengenali emosi diri sendiri. Dari hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square = 56.94 df = 5, p-value = 0.00000, RMSEA = 0.228. Oleh

karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

71

kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 1.34 df = 2,

p-value = 0.51128, RMSEA = 0.000. Dari hasil tersebut menunjukkan p-

value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu mengenali emosi orang lain.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.18.

Tabel 3.18

Muatan faktor item mengenali emosi orang lain.

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

16 0.34 3.31 0.10 V

17 0.39 -4,32 0.09 X

18 0.64 6.57 0.10 V

19

21

0.36

0.54

3.74

-5.81

0.10

0.09

V

X

Pada tabel 3.18, terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1.96

yaitu item 17 dan . Sedangkan item lainnya sigifikan (t > 1.96) sehingga

item nomer 17 dan 21 tersebut dinyatakan tidak valid.

3.4.1.1 Uji validitas dimensi keterampilan sosial

Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur mengenali emosi diri sendiri. Dari hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan

Chi-Square =42.99 df = 5, p-value = 0.00000, RMSEA = 0.195. Oleh

karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

72

kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 5.94 df = 2,

p-value = 0.11445, RMSEA = 0.070. Dari hasil tersebut menunjukkan p-

value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu keterampilan sosial.

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut

mengukur faktor yang hendak diukur atau tidak, dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.19

Tabel 3.19

Muatan faktor item keterampilan sosial

No item Lambda T-Value Std. Eror Signifikan

20 0,22 2,71 0,08 V

22 0,54 7,17 0,08 V

23 0,69 8,80 0,08 V

24

25

0,86

0.05

10,42

0,61

0,08

0,08

V

X

Pada tabel 3.19 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t < 1.96

yaitu item 25. Sedangkan item lainnya sigifikan (t > 1.96) sehingga item

nomer 25 tersebut dinyatakan tidak valid.

3.5 Metode Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh yang

signifikan dimensi self-esteem dan dimensi kecerdasan emosi sebagai IV

terhadap perilaku prososial sebagai DV, serta untuk mengetahui berapa besar

sumbangan yang diberikan masing-masing IV terhadap DV maka peneliti

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

73

menggunakan teknik analisis regresi berganda (multiple regression analysis),

yang penghitungannya menggunakan bantuan program atau software SPSS 16.0 .

Dalam penelitian ini, terdapat satu variabel terikat (Dependent Variable)

yaitu perilaku prososial, dan 11 variabel bebas (Independent Variable), yang

merupakan dimensi dari self-esteem, kecerdasan emosi, serta faktor demografis

yaitu usia dan jenis kelamin. Sehingga susunan persamaan garis regresi

penelitian adalah sebagai berikut:

y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+ b10X10+b11X11+ e

Dimana:

y = dependent variable, yang dalam hal ini perilaku prososial

a = intercept (konstan)

b = koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X

X1 = independent variable dalam hal ini successes

X2 = independent variable dalam hal ini value

X3 = independent variable dalam hal ini aspirations

X4 = independent variable dalam hal ini defenses

X5 = independent variable dalam hal ini mengenali emosi diri

X6 = independent variable dalam hal ini mengelola emosi

X7 = independent variable dalam hal ini memotivasi diri

X8 = independent variable dalam hal ini mengenali emosi orang lain

X9 = independent variable dalam hal ini keterampilan sosial

X10 == independent variable dalam hal ini usia

X11 == independent variable dalam hal ini jenis kelamin

e = residu

Melalui regresi berganda ini dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien

korelasi berganda antara perilaku prososial dengan self-esteem, kecerdasan

emosi, usia, dan jenis kelamin. Besarnya kemungkinan perilaku prososial, yang

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

74

disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh

koefisien determinasi berganda atau R2. Fungsi R2 digunakan untuk melihat

proporsi varians dari perilaku prososial yang dipengaruhi oleh self-esteem,

kecerdasan emosi, usia, dan jenis kelamin. Untuk mendapatkan nilai R2,

digunakan rumus sebagai berikut:

Uji R2 diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari

independent variabel satu persatu signifikan atau tidak. Untuk membuktikan

apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, dilakukan dengan menggunakan

rumus F, yaitu sebagai berikut:

Dimana K adalah jumlah variabel bebas dan N adalah jumlah sampel. Dari

hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah independent variable

yang diujikan tersebut memiliki pengaruh terhadap dependent variable.

Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan variabel-

variabel independent signifikan terhadap dependent variabel, maka peneliti

melakukan uji t. Uji t yang dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar error dari b. Hasil uji t

ini akan diperoleh dari hasil regresi yang dilakukan peneliti. Analisis data dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program spss versi 16.0.

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

75

3.6. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari

beberapa tahapan, yang penjabaran sebagai berikut:

1. Sebelum turun ke lapangan, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti

kemudian menentukan variable yang akan diteliti yaitu perilaku prososial,

self esteem dan kecerdasan emosi. setelah itu mengadakan studi pustaka

untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang teoritis. Setelah

mendapatkan teori-teori secara lengkap kemudian menyiapkan, membuat dan

menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala

perilaku prososial yang diadaptasi dari Carlo dan Randall (2002) dengan

bentuk skala likert, alat ukur self esteem berdasarkan adaptasi dari skala

Coopersmith (1990) dengan bentuk skala likert, dan alat ukur kecerdasan

emosi yang dibuat berdasarkan teori Goleman (1998).

2. Meminta expert judgment, yaitu dosen pembimbing yang dianggap ahli untuk

menilai apakah pengklasifikasian item yang dilakukan sudah benar dan tepat

berdasarkan teori yang telah dipaparkan.

3. Menyesuaikan hasil expert judgment dengan pengklasifikasian yang telah

dibuat, sehingga didapat pengklasifikasian item yang tepat dan sesuai dengan

dasar teori yang telah dikemukakan.

4. Menentukan sampel penelitian yaitu perilaku prososial yang sesuai dengan

kriteria dan lokasi yang telah ditetapkan yaitu Pondok Pesantren Daarul

Rahman Jakarta. Setelah mendapatkan persetujuan dari Pondok Pesantren,

selanjutnya peneliti membuat surat izin penelitian kepada pihak fakultas

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

76

psikologi dengan melampirkan surat persetujuan pembimbing dan alat ukur

penelitian untuk keperluan izin penelitian di Pondok Pesantren Daarul

Rahman.

5. Peneliti melaksanakan pengambilan data dengan cara menyebar angket

kepada subjek yang telah ditentukan selama kurang lebih 4 hari.

6. Langkah terakhir setelah mendapatkan data yang diinginkan, peneliti

melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah terkumpul, untuk

selanjutnya dilakukan pengolahan data dan pengujian dari hasil skala yang

sudah didapatkan dalam pengujian hasil, peneliti menggunakan spss 16.0.

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

77

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini, dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis

deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil uji hipotesis dan proporsi

varians.

4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang subjek penelitian

maka pada subbab ini ditampilkan gambaran banyaknya subjek penelitian

berdasarkan usia dan jenis kelamin.

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Berdasarkan data pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah subjek yang

diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 200 orang dengan santri terbanyak

berada pada usia 13 tahun, sejumlah 63 orang atau 31.5 %. Selanjutnya usia 14

tahun sebanyak 35 orang atau 17.5 %, lalu usia 15 tahun sebanyak 34 orang atau

Frekuensi %

Usia

11

2

1 %

12 16 8 %

13 63 31.5 %

14 35 17.5 %

15 34 17 %

16 22 11 %

17 22 11 %

18 5 2.5 %

19 1 0.5 %

Total 200 100

Jenis Kelamin

Laki – laki

113

56.5 %

Perempuan 87 43.5 %

Total 200 100

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

78

15 %. Adapun usia tertinggi yang mengikuti penelitian ini berada pada usia 19

tahun sebanyak satu orang atau 0.5 %. Sementara usia paling rendah adalah usia

11 tahun sebanyak 2 orang atau 1 %.

Selanjutnya, jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin, pada penelitian ini

memiliki jumlah sampel laki-laki sebanyak 113 santri atau 56.5 % dan sampel

perempuan sebanyak 87 santri atau 43.5 %.

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.

Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan maksimum, minimum, mean dan

standar deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor variabel

penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4. 2

Hasil Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Perilaku prososial 200 22.10 65.95 50.0000 9.20018

Succesess 200 23.03 66.36 50.0000 8.14916 Values 200 22.57 63.13 50.0000 7.42672 Aspirate 200 14.91 60.58 50.0000 8.26933 Defens 200 20.29 61.80 50.0000 8.96894 Mengenali emosi sendiri 200 26.88 62.13 50.0000 7.02528 Mengelola emosi 200 22.45 62.34 50.0000 7.63028

Memotivasi diri 200 18.33 61.40 50.0000 9.16507 Mengenali emosi orang lain 200 25.20 63.79 50.0000 7.88997

Keterampilan sosial 200 16.32 62.24 50.0000 8.28042 Valid N (listwise) 200

Berdasarkan data pada tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa subjek

penelitian sebanyak 200 orang dengan nilai minimum dari variabel perilaku

prososial adalah 22.10 dengan nilai maksimum=65.95, mean = 50,0000 dan sd =

9.20018. Kedua, successes memiliki nilai minimum= 23.03, nilai maksimum =

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

79

66.36, mean = 50.0000 dan sd =8.14916. Ketiga, values memiliki nilai minimum

= 22.57 dengan nilai maksimum = 63.13, mean = 50.0000 dan sd = 7.42672.

Keempat, aspirations memiliki nilai minimum = 14.91, nilai maksimum = 60.58,

mean = 50.0000 dan sd = 8.26933. Kelima, defenses memiliki nilai minimum =

20.29, nilai maksimum = 61.80, mean = 50.0000 dan sd = 8.96894. Keenam,

mengenali emosi diri sendiri memiliki nilai minimum = 26.88, nilai maksimum =

62.13 mean = 50,0000 dan sd = 7.02528. Ketujuh, mengelola emosi memiliki

nilai minimum =22.45, nilai maksimum = 62.34, mean = 50,0000 dan sd

=7.63028. Kedelapan, memotivasi diri memiliki nilai minimum =18.33, nilai

maksimum =61.40, mean = 50.0000 dan sd = 9.16507. Kesembilan, mengenali

emosi orang lain memiliki nilai minimum =25.20, nilai maksimum = 63.79, mean

= 50.0000 dan sd =7.88997. Terakhir, keterampilan sosial memiliki nilai

minimum =16.32, nilai maksimum = 62.24 mean = 50,0000 dan sd =8.28042.

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu, tinggi dan

rendah. Untuk mendapatkan norma kategorisasi tersebut, peneliti menggunakan

pedoman sebagai berikut

Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor

Kategori Rumus

Rendah X < Mean

Tinggi X ≥ Mean

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

80

Uraian mengenai gambaran kategorisasi skor variabel penelitian berdasarkan

rendah dan tingginya variabel perilaku prososial disajikan pada tabel 4.4 di

bawah ini.

Tabel 4.4.

Kategorisasi skor perilaku prososial

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 95 47,5 47,5

Tinggi 105 52,5 100,0

Total 200 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 47,5% atau 95 santri

memiliki perilaku prososial yang rendah. Sedangkan santri yang memiliki

perilaku prososial tinggi jumlahnya lebih banyak, yaitu 52,5% atau 105 santri.

Selanjutnya pada tabel 4.5 adalah variabel skor kategorisasi secara

keseluruhan dari self-esteem.

Tabel 4.5.

Kategorisasi skor self-esteem

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 97 48,5 48,5

Tinggi 103 51,5 100,0

Total 200 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa 48,5% atau 97 santri

memiliki kategorisasi self-esteem yang rendah. Sedangkan santri yang memiliki

kategorisasi self-esteem tinggi jumlahnya lebih banyak, yaitu 51,5% atau 103

santri.

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

81

Uraian selanjutnya, akan menjelaskan kategori skor variabel penelitian

berdasarkan tinggi dan rendahnya variabel successes disajikan pada tabel 4.6 di

bawah ini.

Tabel 4.6

Kategorisasi skor successes

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 98 49,0 49,0

Tinggi 102 51,0 100,0

Total 200 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa 49,0% atau 98 santri

memiliki kategorisasi successes yang rendah. Sedangkan santri yang memiliki

kategorisasi successes tinggi jumlahnya lebih banyak, yaitu 51,0% atau 102

santri.

Selanjutnya, gambaran kategori skor variabel penelitian berdasarkan tinggi

dan rendahnya variabel values disajikan pada tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7

Kategorisasi skor Values

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 100 50,0 50,0

Tinggi 100 50,0 100,0

Total 200 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa santri yang memiliki

kategorisasi values yang rendah sama banyaknya dengan santri yang memiliki

kategorisasi values tinggi yaitu sejumlah 50,0% atau 100 santri.

Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel penelitian berdasarkan

tinggi dan rendahnya variabel aspirations disajikan pada tabel 4.8 di bawah ini.

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

82

Tabel 4.8

Kategorisasi skor aspiration

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 88 44,0 44,0

Tinggi 112 56,0 100,0

Total 200 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa 44% atau 88 santri

memiliki kategorisasi aspirations yang rendah. Sedangkan santri yang memiliki

kategorisasi aspirations tinggi jumlahnya lebih banyak, yaitu 56, % atau 112

santri.

Selanjutnya, gambaran kategori skor variabel penelitian berdasarkan tinggi

dan rendahnya variabel defenses disajikan pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.9

Kategorisasi skor defenses

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 109 54,5 54,5

Tinggi 91 45,5 100,0

Total 200 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa 54,5 % atau 109 santri

memiliki kategorisasi defenses yang rendah. Sedangkan santri yang memiliki

kategorisasi defenses tinggi jumlahnya lebih sedikit, yaitu 45,5% atau 91 santri.

Tabel selanjutnya adalah uraian mengenai gambaran kategori skor variabel

penelitian berdasarkan tinggi dan rendahnya variabel kecerdasan emosi disajikan

pada tabel 4.10 di bawah ini.

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

83

Tabel 4.10.

Kategorisasi skor kecerdasan emosi

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 105 52,5 52,5

Tinggi 95 47,5 100,0

Total 200 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa 52,5 % atau 104 santri

memiliki kategorisasi kecerdasan emosi yang rendah. Sedangkan santri yang

memiliki kategorisasi kecerdasan emosi tinggi jumlahnya lebih sedikit, yaitu 48

% atau 96 santri.

Uraian selanjutnya adalah mengenai gambaran kategori skor kategori

variabel penelitian berdasarkan tinggi dan rendahnya variabel mengenali emosi

diri sendiri disajikan pada tabel 4.11 di bawah ini.

Tabel 4.11

Kategorisasi skor mengenali emosi diri sendiri

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 97 48,5 48,5

Tinggi 103 51,5 100,0

Total 200 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa 48,5 % atau 97 santri

memiliki kategorisasi mengenali emosi diri sendiri yang rendah.Sedangkan santri

yang memiliki kategorisasi mengenali emosi diri sendiri tinggi jumlahnya lebih

sedikit 51, 5% atau 103 santri.

Selanjutnya, gambaran kategori skor variabel penelitian berdasarkan tinggi

dan rendahnya variabel mengelola emosi sendiri disajikan pada tabel 4.12 di

bawah ini.

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

84

Tabel 4.12

Kategorisasi skor untuk mengelola emosi

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 110 55,0 55,0

Tinggi 90 45,0 100,0

Total 200 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa 55 % atau 110 santri

memiliki kategorisasi mengelola emosi yang rendah. Sedangkan santri yang

memiliki kategorisasi mengelola emosi tinggi jumlahnya lebih sedikit 45% atau

90 santri.

Tabel selanjutnya adalah uraian mengenai gambaran kategori skor variabel

penelitian berdasarkan tinggi dan rendahnya variabel memotivasi diri disajikan

pada tabel 4.13.

Tabel 4.13

Kategorisasi skor memotivasi diri

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 123 61,5 61,5

Tinggi 77 38,5 100,0

Total 200 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa 61,5 % atau 123 santri

memiliki kategorisasi memotivasi diri yang rendah. Sedangkan santri yang

memiliki kategorisasi memotivasi diritinggi jumlahnya lebih sedikit 38.5 % atau

77 santri.

Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel penelitian berdasarkan

tinggi dan rendahnya variabel mengenali emosi orang lain disajikan pada tabel

4.14 di bawah ini.

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

85

Tabel 4.14

Kategorisasi skor mengenali emosi orang lain

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 102 51,0 51,0

Tinggi 98 49,0 100,0

Total 200 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa 56% atau 112 santri

memiliki kategorisasi mengenali emosi orang lain yang rendah. Sedangkan santri

yang memiliki kategorisasi mengenali emosi orang lain tinggi jumlahnya lebih

sedikit 44 % atau 88 santri.

Uraian mengenai gambaran kategori skor kategori variabel penelitian

berdasarkan tinggi dan rendahnya variabel keterampilan sosial disajikan pada

tabel 4.15 di bawah ini.

Tabel 4.15

Kategorisasi skor keterampilan sosial

Frequency Percent Cumulative

Percent

Valid Rendah 105 52,5 52,5

Tinggi 95 47,5 100,0

Total 200 100,0

Berdasarkan data pada tabel 4.15 dapat dilihat bahwa 52,5 % atau 105 santri

memiliki kategorisasi keterampilan sosial yang rendah. Sedangkan santri yang

memiliki kategorisasi keterampilan sosial tinggi jumlahnya lebih sedikit 95 %

atau 47,5 santri.

4.4 Uji Hipotesis Penelitian

Selanjutnya, uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-masing IV terhadap

DV dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan dengan teknik multiple regresion.

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

86

Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang diperoleh dari hasil

analisis faktor. Alasan penulis menggunakan faktor skor ini ialah untuk

menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran.

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi

berganda dengan menggunakan software SPSS 16. Dalam regresi ada 3 hal yang

dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%)

varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV

berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan

atau tidaknya koefisien regresi dari masing - masing IV.

Pengujian hipotesis dilakukan dilakukan dengan berapa tahapan. Langkah

pertama peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%)

varians DV yang dijelaskan oleh IV.Selanjutnya untuk tabel R square, dapat

dilihat pada tabel 4.16.

Tabel 4.16 Model Summary Analisis Regresi

Model Summary

Model

R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

d

i

m

e

n

s

i

o

n

0

1

.596a

.355

.317

7.60103

a. Predictors: (Constant), Successes, Values, Aspirations, Defenses

Mengenali emosi sendiri, memotivasidiri , mengelola emosi, mengenali

emosi orang lain, keterampilan sosial,usia, jenis kelamin

Berdasarkan data pada tabel 4.16 dapat kita lihat bahwa perolehan R-

square sebesar 35,5 % dijelaskan oleh IV sedangkan 64,5 % dari variabel yang

lainnya. Artinya proporsi varians dari perilaku prososial yang dijelaskan oleh

semua dimensi self-esteem, dimensi kecerdasan emosi, usia dan jenis kelamin

dalam penelitian ini adalah sebesar 35,5%. Sedangkan 64,5% sisanya dipengaruhi

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

87

oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua peneliti menganalisis

dampak dari seluruh independent variable terhadap perilaku prososial. Adapun

hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.17 dibawah ini.

Tabel 4.17.

Tabel Anova Pengaruh Keseluruhan IV Terhadap DV

ANOVA b

Model Sum of

Squares

Df

Mean Square F Sig

1 Regression 5982.197 11 543.836 9.413 .000a

Residual 10861.820 188 57.776

Total 16844.017 199

a. Predictors: (Constant), Successes, Values, Aspirations, Defenses Mengenali emosi sendiri, memotivasi diri , mengelola emosi, mengenali emosi orang lain, keterampilan sosial,usia, jenis kelamin.

b. Dependent Variable : perilaku prososial

Berdasarkan data pada tabel 4.17 kolom ke 6 dari kiri diketahui bahwa

(p<0.05) atau signifikan, maka hipotesis nol ditolak. Oleh karenanya hipotesis

minor yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan seluruh independent

variable terhadap perilaku perilaku prososial diterima. Artinya, ada pengaruh

yang signifikan dari self-esteem (successes, values, aspirations dan defenses),

kecerdasan emosi ( mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi, memotivasi

diri, mengenali emosi orang lain, keterampilan sosial) dan variabel demografis

yaitu, usia serta jenis kelamin terhadap perilaku prososial.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent

variable. Jika nilai t> 1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan Hal ini

menunjukkan bahwa bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan

terhadap perilaku prososial. Adapun penyajiannya ditampilkan pada table 4.18.

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

88

Tabel 4.18

Koefisien regresi

Model

Unstandardized

Coefficients Standardized

Coefficients

T

Sig

B Std. Error

Beta

1 (Constant) 1.097 7.361 .149 .882

Successes -.053 .087 -.047 -.606 .545

Values -.047 .086 .038 .553 .581

Aspirations .269 .082 .242 3.279 .001

Defences -.006 .076 -.006 -.077 .939

Mengenali

emosi sendiri

.229 .114 .175 2.005 .046

Mengelola

emosi

.080 .091 .066 .873 .384

Memotivasi

diri

.071 .074 .071 .958 .340

Mengenali

emosi orang

lain

-.034 .083 -.029 -.411 .682

Keterampilan

sosial

.237 .088 .213 2.702 .008

Usia .227 .329 .041 .691 .491

Jenis

kelamin

2.525 1.168 .136 2.161 .032

a. Depent variabel : perilaku prososial

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.18 dapat disampaikan

persamaan regresi sebagai berikut, dengan tanda (*) yang artinya signifikan:

Perilaku prososial = 1.097 - 0.047 sukses – 0.038 values + 0.242

*aspirations - 0.006 defenses + 0.175

*mengenali emosi diri sendiri + 0.066 mengelola

emosi + 0.071 memotivasi diri sendiri – 0.029

mengenali emosi orang lain + 0.213

*keterampilan sosial +0.041 usia + 0.136 *jenis

kelamin

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

89

Berdasarkan data pada tabel 4.18, untuk melihat signifikan atau tidaknya

koefisien regresi yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai signifikan pada kolom

yang paling kanan (kolom ke-6) jika P < 0.05, maka koefisien regresi yang

dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap perilaku prososial dan sebaliknya.

Dari hasil di atas, koefisien regresi dari aspirations, mengenali emosi sendiri,

keterampilan sosial dan jenis kelamin dikatakan memiliki pengaruh yang

signifikan sedangkan sisa lainnya tidak signifikan.

Hal ini berarti bahwa dari sebelas independent variable hanya empat yang

signifikan yaitu aspirations, mengenali emosi sendiri, keterampilan sosial dan

jenis kelamin. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-

masing IV adalah sebagai berikut:

1. Variabel successes : Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.047 dengan

signifikansi sebesar 0.545 (p >0.05). Hal ini menunjukkan bahwa successess

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku prososial.

2. Variabel values: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar + 0.038 dengan

signifikansi sebesar 0.581 (p >0.05). Hal ini menunjukkan bahwa values

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku prososial.

3. Variabel aspirations: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar + 0.242

dengan signifikansi sebesar 0.001 (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

asprations memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku

prososial. Dapat disimpulkan, semakin tinggi aspirations maka semakin

tinggi perilaku prososial.

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

90

4. Variabel defenses: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar - 0.006 dengan

siginifikansi sebesar 0.939 (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa defenses

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku prososial.

5. Variabel mengenali emosi diri sendiri: Diperoleh nilai koefisien regresi

sebesar + 0.175 dengan signifikansi sebesar 0.046 (p<0.05). Hal ini

menunjukkan bahwa mengenali emosi diri sendiri memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap perilaku prososial. Dapat disimpulkan, semakin tinggi

aspirations maka semakin tinggi perilaku prososial.

6. Variabel mengelola emosi: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar + 0.066

dengan signifikansi sebesar 0.384 (p > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

mengelola emosi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

prososial.

7. Variabel memotivasi diri: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar + 0.071

dengan signifikansi sebesar 0.340 (p > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

memotivasi diri tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

prososial.

8. Variabel mengenali emosi orang lain : Diperoleh nilai koefisien regresi

sebesar -0.029 dengan signifikansi sebesar 0.682 (p>0.05). Hal ini

menunjukkan bahwa mengenali emosi orang lain tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap perilaku prososial.

9. Variabel keterampilan sosial: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

+ 0.213 dengan signifikansi sebesar 0.008 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan

bahwa keterampilan sosial memiliki pengaruh positif yang signifikan

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

91

terhadap perilaku prososial. Dapat disimpulkan, semakin tinggi keterampilan

sosial maka semakin tinggi perilaku prososial.

10. Variabel usia: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar + 0.041 dengan

signifikansi sebesar 0.491 (p > 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa usia tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku prososial.

11. Variabel jenis kelamin: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar + 0.136

dengan signifikansi sebesar 0.032 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa

jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

prososial.

4.5. Proporsi Varian

Selanjutnya, peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians

dari masing-masing independent variable terhadap perilaku prososial.Pada tabel

4.18 kolom pertama adalah IV yang dianalisis secara satu per satu, kolom kedua

merupakan penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per satu

tersebut.

Kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang

dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung bagi IV

yang bersangkutan, kolom DF adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan

pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator, kolom F tabel adalah kolom

mengenai nilai IV pada tabel F dengan DF yang telah ditentukan sebelumnya,

nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung.

Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka kolom

selanjutnya, yaitu kolom signifikansi yang akan dituliskan signifikan dan

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

92

sebaliknya. Besarnya proporsi varians pada perilaku prososial dapat dilihat pada

table 4.19 berikut:

Tabel 4.19 Proporsi Varians untuk Masing–Masing Independent Variable (IV)

Model summary

a. Predictors: (Constant), Successes

b. Predictors: (Constant), Successes, Values c. Predictors: (Constant), Successes, Values, Aspirations d. Predictors: (Constant), Successes, Values, Aspirations, Defenses e. Predictors: (Constant), Successes, Values, Aspirations, Defenses, mengenali emosi

sendiri f. Predictors: (Constant), Successes, Values, Aspirations, Defenses, mengenali emosi

sendiri, mengelola emosi g. Predictors: (Constant), Successes, Values, Aspirations, Defenses, Mengenali emosi

sendiri, mengelolaemosi, memotivasi diri h. Predictors: (Constant), Successes, Values, Aspirations, Defenses, Mengenali emosi

sendiri, mengelolaemosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain i. Predictors: (Constant), Successes, Values, Aspirations, Defenses, Mengenali emosi

sendiri, mengelolaemosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, keterampilan sosial

j. Predictors: (Constant), Successes, Values, Aspirations, Defenses, Mengenaliemosisendiri, mengelolaemosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, Keterampilan sosial, Usia

k. Predictors: (Constant), Successes, Values, Aspirations, Defenses, Mengenaliemosisendiri, mengelolaemosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, Keterampilan sosial, Usia, jenis kelamin

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

R Square Change

F Change df1 df2

Sig.F Change

1 .177a

.031

.026

9.07831

.031

6.379

1

198

.012

2

.296b

.087

.078

8.83347

.056

12.128

1

197

.001

3 .482c

.232

.221

8.12269

.145

36.986

1

196

.000

4 .489d

.239

.224

8.10621

.007

1.797

1

195

.182

5 .535e

.286

.268

7.87186

.047

12.784

1

194

.000

6 .544f

.296

.274

7.83679

.010

2.740

1

193

.099

7 .557g

.310

.285

7.77944

.004

3.856

1

192

.051

8

9

10

11

.557h

.582i

582j

596k

.311

.338

.339

.355

.282

.307

.304

.317

7.79776

7.65974

7.67449

7.60103

.000

.028

.001

.016

.099

7.945

.270

4.671

1

1

1

1

191

190

189

188

.754

.005

.604

.032

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

93

Berdasarkan data pada tabel 4.18 dapat disampaikan informasi sebagai berikut :

1. Variabel successes memberikan sumbangan varians sebesar 3.1 % pada

perilaku prososial. Sumbangan tersebut signifikan karena p < 0.05 dilihat dari

nilai sig. F change = 0.012. Nilai F = 6.379 serta df1=1 dan df 2= 198.

2. Variabel values memberikan sumbangan varians sebesar 5.6 % pada perilaku

prososial. Sumbangan tersebut signifikan karena p < 0.05 dilihat dari sig F

Change = 0.001. Nilai F = 12.128 serta df1= 1 dan df2= 197.

3. Variabel aspirations memberikan sumbangan varians sebesar 14.5 % pada

perilaku prososial. Sumbangan tersebut signifikan karena p < 0.05 dilihat dari

nilai sig F change = 0.000. Nilai F = 36.986 serta df1=1 dan df2=196.

4. Variabel defenses memberikan sumbangan varians sebesar 0.7 % pada

perilaku prososial. Sumbangan tersebut tidak signifikan karena p > 0.05 dilihat

dari sig F change = 0.182. Nilai F = 1.797 serta df1 = 1 dan df2= 195.

5. Variabel mengenali emosi diri sendiri memberikan sumbangan varians

sebesar 4.7 % pada perilaku prososial. Sumbangan tersebut signifikan karena

p < 0.05 dilihat dari sig F change = 0.000. Nilai F = 12.784 serta df1=1 dan

df2=194.

6. Variabel mengelola emosi memberikan sumbangan varians sebesar 1 % pada

perilaku prososial. Sumbangan tersebut tidak signifikan karena p > 0.05 dilihat

dari sig F change = 0.099. Nilai F = 2.740 serta df1 = 1 dan df2= 193.

7. Variabel memotivasi diri memberikan sumbangan varians sebesar 0.4 % pada

perilaku prososial. Sumbangan tersebut signifikan karena p<0.05 dilihat dari

sig F change = 0.051. Nilai F = 4.117 serta df1=1 dan df2=192.

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

94

8. Variabel mengenali emosi orang lain memberikan sumbangan varians sebesar

0 % pada perilaku prososial. Sumbangan tersebut tidak signifikan karena p

>0.05 dilihat dari sig F change = 0.754. Nilai F = 0.079 serta df1=1 dan df2=

191.

9. Variabel keterampilan sosial memberikan sumbangan varians sebesar 2.8 %

pada perilaku prososial. Sumbangan tersebut signifikan karena p < 0.05 dilihat

dari sig F change = 0.005. Nilai F = 7.954 serta df1=1 dan df2= 190.

10. Variabel usia memberikan sumbangan varians sebesar 0.1 % pada perilaku

prososial. Sumbangan tersebut tidak signifikan karena p > 0.05 dilihat dari sig

F change = 0.604. Nilai F = 0.270 serta df1=1 dan df2= 189.

11. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan varians sebesar 1.6 % pada

perilaku prososial. Sumbangan tersebut signifikan karena p < 0.05 dilihat dari

sig F change = 0.032. Nilai F = 4.671 serta df1=1 dan df2= 188.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh variabel

independen, yaitu successes, values, aspirations, mengenali emosi sediri,

memotivasi diri, keterampilan sosial dan jenis kelamin yang signifikan

sumbangannya terhadap perilaku prososial jika dilihat dari besarnya R2 yang

dihasilkan dari sumbangan proporsi variabel yang diberikan.

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

95

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab lima peneliti akan memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang telah

dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kesimpulan, diskusi, dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil dari

penelitian ini adalah: “ada pengaruh yang signifikan dari self-esteem (successes,

values, aspirations dan defenses), kecerdasan emosi (mengenali emosi sendiri,

mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, keterampilan sosial)

serta variabel demografis, yaitu usia, dan jenis kelamin terhadap perilaku prososial

pada santri Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis yang menguji signifikansi masing-

masing koefisien regresi terhadap dependent variable, diperoleh hanya empat

koefisien regresi yang signifikan mempengaruhi perilaku prososial yaitu dimensi

aspirations, mengenali emosi sendiri, keterampilan sosial dan jenis kelamin.

5.2 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, diketahui bahwa ada pengaruh

yang signifikan dari variabel self-esteem (aspirations), kecerdasan emosi

(keterampilan sosial) dan jenis kelamin terhadap perilaku prososial pada santri

Pondok Pesantren Daarul Rahman Jakarta.

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

96

Secara terpisah self-esteem berpengaruh terhadap perilaku prososial sebesar

23.4%. Sedangkan kecerdasan emosi sendiri berpengaruh signifikan sebesar 27.5 %

terhadap perilaku prososial. Namun jika dilihat dari kategorisasi, nilai kategorisasi

self-esteem lebih tinggi daripada kecerdasan emosi. Hal ini bisa saja terjadi, karena

santri berada pada usia remaja, terkadang emosinya tidak selalu stabil. Namun hal ini

tidak mempengaruhi perilaku prososialnya. Karena kategorisasi prososial rata-rata

santri tinggi. Ini membuktikan bahwa pengajaran spiritual mampu membentengi

mereka untuk tetap berprilaku sesuai dengan norma-norma dan ajaran agama,

meskipun Pondok Pesantren Daarul Rahman berada di kawasan pusat bisnis daerah

Senopati yang tergolong hedonis dan individualis.

Pondok yang berdiri sejak tahun 1975 ini juga mampu mengembangkan anak

didiknya agar terus survive di tengah perkembangan zaman yang sangat cepat. Hal ini

salah satunya dibuktikan dari banyaknya santri yang berasal dari berbagai daerah

yang terus berdatangan untuk menimba ilmu di Pondok tersebut. Adapun kegiatan

santri seperti pidato, mengkaji kitab dan lainnya antara lain bertujuan untuk

meningkatkan self-esteem mereka untuk mampu bersaing dengan lulusan dari sekolah

lain. Terbukti, dari penelitian ini terlihat bahwa kategorisasi self-esteem santri rata-

rata tinggi. Self-esteem dan kecerdasan emosi yang difokuskan dalam penelitian ini

juga terbukti mempengaruhi perilaku prososial.

Meskipun dalam penelitian ini terbukti bahwa variabel self-esteem dan

kecerdasan emosi berpengaruh signifikan terhadap perilaku prososial, namun

dimensi-dimensi yang berpengaruh terhadap perilaku prososial hanya aspirations,

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

97

mengenali emosi sendiri, keterampilan sosial dan jenis kelamin. Sedangkan dimensi

lainnya tidak berpengaruh terhadap perilaku prososial.

Dalam penelitian ini dimensi aspirations pada variabel self-esteem terbukti

berpengaruh terhadap perilaku prososial. Hal tersebut bisa disebabkan karena rata-

rata santri memiliki nilai kategorisasi aspirations yang tinggi. Aspirations berkaitan

kuat dengan harapan dan tujuan seseorang. Keduanya merupakan salah satu faktor

pendorong seseorang untuk melakukan perilaku prososial (Staub, 2003). Harapan

dan tujuan seseorang dalam melakukan perilaku prososial menurutnya pula, seperti

misalnya, meningkatkan derajat, mengurangi peperangan, berhubungan baik dengan

orang lain, dan persahabatan.

Pengaruh yang signifikan pada Aspirations dalam penelitian ini, bisa dikaitkan

dengan persahabatan termasuk harapan untuk diterima dalam kelompok. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Sarwono (2009) yang menyatakan bahwa kebutuhan akan

persetujuan (need of approval) akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku

prososial. Diterima oleh teman sebaya memang sangat penting bagi remaja, karena

mereka lebih sering untuk meluangkan waktu dengan teman-temannya (Santrock,

1995). Penelitian Twenge, Ciarocco, Bartels, Baumester dan De Wall (2007) juga

membuktikan bahwa orang yang diterima oleh teman sebaya akan lebih mudah

menolong daripada orang yang ditolak dalam kelompok.

Pada kecerdasan emosi, dimensi yang berpengaruh adalah mengenali emosi

sendiri. Hasil yang didapat memang tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Farikha (2011). Karena dalam penelitiannya tidak menemukan adanya pengaruh

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

98

antara mengenali emosi sendiri terhadap perilaku prososial. Namun, pernyataan

White dan Gerstain (dalam Sarwono, 2009) menyebutkan bahwa self monitoring

berpengaruh terhadap perilaku prososial. Kemampuan memantau diri (self monitor)

berarti adalah mengetahui apa kelebihan, kekurangannya dan mampu menghadapi

dan mengatasi permasalahan yang ada. Pada santri yang terbiasa hidup sendiri, dan

hidup mandiri, bisa saja memacu mereka untuk mampu mengenal dirinya dan

kemampuannya dengan lebih baik. Hal tersebut juga dibuktikan dengan kategorisasi

mengenali emosi sendiri pada subjek dalam penelitian ini termasuk tinggi.

Selain mengenali emosi sendiri, dimensi keterampilan sosial dalam penelitian ini

juga berpengaruh terhadap perilaku prososial. Meskipun kategorisasi keterampilan

sosial pada penelitian ini cenderung rendah, namun intensitas kebersamaan santri di

Pondok, membentuk santri untuk mampu bersosialisasi dengan baik. Hal tersebut,

akan membantu mereka untuk bertingkah laku yang sesuai dan positif, supportive,

serta sedikit memiliki konflik dengan teman-temannya dan hasilnya akan

meningkatkan perilaku prososial (Eisenberg dkk, 2006).

Variabel selanjutnya yang berpengaruh terhadap perilaku prososial adalah

variabel jenis kelamin (gender). Variabel ini berpengaruh terhadap perilaku prososial

sebesar 1.8 %. Hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian Afolabi (2013) yang

menyatakan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku prososial,

namun hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Bierhoff (2002) serta penelitian

Caprara dan Steca (2005) yang menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh

terhadap perilaku prososial. Namun hasilnya kontradiktif, karena temuan sebelumnya

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

99

menyatakan bahwa perempuan lebih prososial daripada laki-laki. Sedangkan dalam

penelitian ini laki-laki menjadi dominan dalam penelitian, dengan hasil yang

signifikan. Hal tersebut bisa saja terjadi karena pada laki-laki, mereka akan tampil

menolong secara langsung, saat terjadi sesuatu. Bisa dikatakan seperti pahlawan.

(Eagly & Crowley dalam Afolabi, 2013). Hasil ini terkait dengan peran tradisional

laki-laki yang dipandang lebih kuat dan lebih memiliki keterampilan untuk

melindungi diri. Sementara sifat perempuan, lebih tampil menolong pada situasi yang

bersifat member dukungan emosi, merawat, dan mengasuh (Daux, Dane &

Wrightsman, dalam Sarwono, 2009).

Pada variabel self-esteem dan kecerdasan emosi terdapat tujuh variabel yang

tidak berpengaruh terhadap perilaku prososial yaitu, successes, values, defenses,

mengelola emosi, mengenali emosi orang lain, memotivasi diri dan usia. Ada

beberapa faktor yang menyebabkan beberapa dimensi tersebut tidak berpengaruh

terhadap perilaku prososial.

Faktor pertama, jika dilihat dari data, beberapa dimensi tersebut yang tidak

signifikan tersebut memiliki kategorisasi rata-ratanya rendah. Hal tersebut terbukti

pada dimensi defenses, rata-rata santri memiliki kategorisasi rendah, yaitu sejumlah

119 dan hanya 91 santri yang memiliki defenses yang tinggi. Begitu juga pada

dimensi mengenali emosi orang lain, dimana hanya 88 santri nilai kategorisasi

mengenali emosi orang lain yang tinggi, sedangkan 112 orang lainnya memiliki nilai

kategorisasi mengenali emosi orang lain yang rendah. Kategorisasi yang rendah juga

terjadi pada values, mengelola emosi, dan memotivasi diri.

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

100

Faktor lain yang menyebabkan beberapa dimensi tersebut tidak berpengaruh,

disebabkan karena subjek dalam penelitian ini berada pada fase remaja. Pada masa

tersebut, seseorang mengalami banyak perubahan, diantaranya perubahan fisik, dan

kelenjar. Inilah yang membuat emosinya sering meledak dan terkadang

melampiaskan emosi dengan marah dan dalam istilah sering disebut dengan periode

badai dan tekanan (Hurlock, 1996). Inilah yang membuat mereka kurang bersikap

alruistik.

Apabila dikaitkan dengan teori psikososial Erikson, usia remaja berada berada

tahap perkembangan psikososial ke lima, yaitu fase identitas versus kebingungan

identitas (identity versus identity confusion). Pada saat itu fokus utama remaja

adalah pencarian identitas (Santrock, 2011). Hal tersebut membuat sikap dan prilaku

mereka yang berubah-ubah untuk mencari minat, tujuan, serta harapan mereka yang

sesuai di masa depan.

Peneliti juga mencoba menganalisis dari proses empati yang merupakan

motivasi terpenting dalam proses perilaku prososial. Davis (dalam Taufik 2012)

menyebutkan bahwa proses empati digolongkan ke dalam empat tahapan yaitu

antecedents, processes, intrapersonal outcomes, dan interpersonal outcomes. Dalam

tahapan-tahapan tersebut, perilaku menolong baru akan muncul pada tahap

intrapersonal outcomes. Karena pada tiga tahap sebelumnya, seseorang hanya

mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, tanpa ada satu tindakan yang

mengarah kepada kagiatan menolong atau perilaku prososial. Dengan demikian,

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

101

tidak berpengaruhnya beberapa dimensi diatas, terutama dimensi empati bisa terjadi

karena subjek belum mencapai tahap interpersonal outcomes.

Adapun faktor lainnya, berasal dari kelemahan dan kekurangan peneliti dalam

proses penelitian. Kekurangan tersebut disebabkan oleh tidak seimbangnya jumlah

sampel antara lelaki dan perempuan, adanya bias budaya, bahasa dalam

mengadaptasi item dari skala baku kurang tepat. Kelamahan lainnya menurut

peneliti juga berasal dari santri, pada saat mengisi kuesionare, seperti, adanya faking

good terhadap item karena kecenderungan subjek untuk mengisi sesuai dengan

norma yang berlaku, serta mood subjek pada saat pengisian kuesionare. Hal tersebut

mampu mempengaruhi tidak signifikannya beberapa dimensi pada penelitian ini.

5.3 Saran

Pada penelitian ini, peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologi dan

saran praktis. Saran metodologi sebagai bahan pertimbangan untuk perkembangan

penelitian selanjutnya, dan saran praktis sebagai bahan masukan bagi pembaca,

sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.

5. 3. 1 Saran Teoritis

1. Dalam penelitian ini, subjek yang digunakan hanya satu pondok, yaitu Pondok

Pesantren Daarul Rahman. Saran bagi peneliti selanjutnya, agar tidak

menggunakan subjek hanya dari satu pondok. Dengan demikian peneliti bisa

mendapatkan wawasan lebih luas, bagaimana perilaku prososial pada dua

pesantren yang berbeda.

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

102

2. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji tentang perilaku prososial,

diharapkan untuk menambah variabel lain yang berpengaruh terhadap perilaku

prososial, seperti variabel spritualitas, pola asuh, sef-concept dan juga

kepribadian. Hal tersebut, untuk memperkaya hasil penelitian dan pengetahuan

tentang perilaku prososial.

3. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk memperhatikan jumlah sampel

antara laki-laki dan perempuan. Karena dengan perbandingan sampel yang

seimbang, diharapkan hasil yang diperoleh dapat lebih akurat.

4. Penelitian menekankan pada penelitian kuantitatif. Maka akan lebih baik jika

penelitian selanjutnya, melengkapi data-data kuatitatif yang ada dengan hasil dari

penelitian kualitatif. Dengan begitu akan mampu menjelaskan lebih detail motif –

motif yang membuat para santri melakukan perilaku prososial.

5.3.2 Saran Praktis

1. Saran bagi managemen pondok adalah rutin mengadakan kebersamaan yang

sistematis, seperti pelatihan pembentukan karakter islami dan training motivasi

atau kegiatan lain yang bertujuan mengarahkan santri dalam proses

pembentukan karakter dan jati diri mereka. Hal tersebut terkait dengan hasil

penelitian ini, yang membuktikan bahwa mengenali emosi sendiri dan aspiration

memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku prososial.

2. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa keterampilan sosial signifikan

mempengaruhi perilaku prososial. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti sarankan

agar pengurus pondok memperbanyak kegiatan yang mengasah kemampuan

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

103

mereka dalam bekerjasama, diantaranya kegiatan pramuka, marawis, dan

olahraga.

3. Pada penelitian ini ditemukan sebagian besar santri memiliki kecerdasan emosi

yang rendah jika dilihat dari kategorisasi. Namun pengaruh kecerdasan emosi

terhadap perilaku prososial paling besar dibandingkan dengan variabel self-

esteem, usia dan jenis kelamin. Oleh sebab itu peneliti sarankan kepada para

santri untuk aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakulikuler pondok. Karena

dengan menambah intensitas waktu bersosialisasi dalam satu kegiatan formal

akan membuat santri menjadi lebih bertanggung jawab, dan peka terhadap

lingkungan sekitar.

4. Meskipun dalam penelitian ini self-esteem memiliki pengaruh lebih sedikit

daripada kecerdasan emosi, namun hasilnya menunjukkan self-esteem

berpengaruh positif terhadap perilaku prososial. Maka itu, sangat disarankan

bagi ustadz dan pengurus Pondok untuk terus memberikan dukungan positif saat

pada santri yang melakukan perilaku prososial. Dengan begitu akan memacu

mereka untuk melakukan perilaku prososial dan menumbuhkan rasa solidaritas

kepada sesama.

5. Kepada walisantri, agar tetap memantau tingkah laku dan moral anaknya baik

dirumah ataupun di pondok, pada saat menjenguk. Karena kontrol moral dan

kedisiplinan yang dibuat oleh pondok akan hilang jika orang tua tidak ikut

mengawasi perkembangan anaknya.

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

104

DAFTAR PUSTAKA

Afolabi, O. (2013) Roles of personality types, emotional intelligence and gender

differences on prosocial behavior. Psychological thought. 6 (1), 124-139.DOI

: 10.5984

Asia, N. (2008) Hubungan antara harga diri dan asertivitas dengan perilaku

prososial remaja. Skripsi. Surakarta. Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Asy’ari, Z. (1996). Moralitas pendidikan pesantren.Yogyakarta. Lembaga Kajian

Sumber Daya Manusia (LKPSM).

Bar-On, R.(2006). The Bar-on model of emotional intelligence (ESI). Psichotema.

18, 13-25.

Baumeister, R. (2005). Rethinking self-esteem. Stanford Social Inovation review.

Retrieved from

http://www.academia.edu/8860170/Stanford_Social_Innovation_Review_518_Memori

al_Rethinking_Self-Esteem_Why_nonprofits_should_stop_pushing_self-

esteem_and_start_endorsing_self-control

Baron, R.A., & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial.10th ed. Jakarta: Erlangga.

Baron, R.A., Branscome, N., Byrne, D. (2008). Social psychology. 12th ed.

Pearson Education,. Inc.

Bierhoff. (2002). Prosocial Behavior. New York. Psychology Press

Branden, N. (1992). The power of self esteem. Florida. Health Communication.inc

Carlo, G., & Randall, B. A. (2002).The development of a measure of prosocial

behaviors for late adolescents. Journal of Youth and Adolescence. 31(1), 31-

44.

Cherniss, C. (2000) Emotional Intelligence : What it is and why it matters,

consortium for research on Emotional Intelligence in organizations.

Coopersmith, S., (1990) The Antecedents of self esteem, Consulting Psychologists

Press

Deaux, K., Dane, F.C., Wrightman, L.S, & Sigelman, C.K. (1990). Social

psychology in the ‘90s. California :Pasific Grove.

Eisenberg, N.(2006). Social, emotional and personality development. 6th ed. Hand

book of child psychology.

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

105

Eisenberg,. N,. & Mussen,. P.H. (1989) The roots of prosocial behavior in

children. Cambridge University Press. Cambridge.

Ervin, S. (2003). The psychology of good and evil. Cambrdige.

Fajri, N. (2013). Pengaruh self-esteem, kecerdasan emosi dan konformitas teman

sebaya terhadap agresitifitas remaja. Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Farikha, R. (2011) Pengaruh tipe kepribadian big five dan kecerdasan emosi

terhadap perilaku prososial satuan polisi pamong praja kota tangerang.

Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Feldman, R.S. (1985). Social psychology : Theories, research and aplication.

United States of America: McGraw-Hill Companies.

Goleman .(1998). Working with Emotional Intelligence. New York. Bantam Dell.

Goleman, D. (1997). Kecerdasan emosional. Hermaya (terj). Jakarta. Gramedia

Pustaka Utama.

Gregor, Gary, L, Conner Hubert, (1971) Reciptoral Altruisme : The effect of self-

esteem and anticipation of face-to-face on reciprocation. Annual convention

of the western psychological association, San Fransisco, California.

Hartaty, N. (1997). Perilaku dan Motif Prososial Anak Berbakat Intelektual

Umum. Thesis. Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia.

Heatherton, T ., Wyland, C . (2003). Assesing Self-esteem. Dartmouth Colege

Hills, P.R., Francis, L.J., & Jennings, P., (2011), Reseived School Short From

Coopersmith Self-Esteem Inventory. American Psychological Association,

Retrieved from PsycTEST.DOI: 10.1037/t0565-000.

Hurlock, E. B. (1996). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan.5th. Jakarta: Erlangga.

Jannah, M. (2008). Hubungan antara kecerdasan ruhani dan tipe kepribadian

ekstrovert terhadap perilaku prososial pada santri. Skripsi. Surakarta. Fakultas

Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mayer, Caruso, Gill, Salovey (2003) Measuring Emotional Intelligence With the

MSCEIT V2.0. American Psychological Association. 3(1), 97-105. DOI: 10.

1037/1528-3542.3.1.97.

Minchinton, (1993). Maximum self esteem : The hand book for reclaiming your

sense of self worth. Kuala Lumpur. Golden books center Sdn, Bhd

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

106

Mruk, C.J. (2006). Self-Esteem research, theory and practice : Toward a positive

psychology of self-esteem.3rd ed. New York: Springer Publishing Company.

Inc

Nawawi, I., et, al. (2014). Syarah dan terjemah riyadhus shalihin. 10th ed.

Jakarta.Al-I;tishom.

Penner, L, A., Fritzsche, B, A., Craiger, J.P., Freifeld, T. R. (1995). Measuring the

Prosocial personality. Advances in personality assesment. 10. Hillsdale, NJ:

Erlbaum.

Pusa, V. (2010) Hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku prososial

pada karyawan area network PT Telkom Purwokerto. Skripsi. Semarang.

Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Rudyanto, E. (2010). Hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan

spritual dengan perilaku prososial pada perawat. Skripsi. Surakarta: Fakultas

Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sabiq, Z., & Asad. D. (2012) Kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dan perilaku

prososial santri pondok pesantren Nasyrul Ulum Pamekasan. Jurnal psikologi

Indonesia. 1 (2), 53-65.

Salovey, P., & Mayer (1990). Emotional intelligence. Baywood Publishing.

Santrock, J.W. (1995). Life Span development. Perkembangan Masa hidup,

Achmad & Juda (terj) Jakarta: Erlangga

Santrock, J.W. (2011). Masa perkembangan anak: Children. Pakpahan. V.

Anugraheni, W (terj). Jakarta: Salemba.

Sarwono,S.W., & Meinarno. (2009). Psikologi sosial. Jakarta : Salemba

Humanika.

Sears, O. D. Freedman, J. L., & Peplau, L. A . Social psychology. 5th . Michael

Driyanto (terj). 1994. Jakarta : Erlangga.

Srimanjaya, D. (2007) Hubungan antara Orientasi Keagamaan dan Harga diri

dengan Perilaku Prososial. Skripsi. Surakarta. Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Sweson,.R., & Prelow, H. (2004). Ethnic identity, self esteem, and perceived

efficacy as mediator of the relation of supportive parenting to psychosocial

outcomes among urban adolescents. Jurnal Of Adolescence (28), 465-477.

Taufik. (2012). Empati: pendekatan psikologi sosial. Jakarta : Rajawali Press.

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

107

Twenge, J., Ciarocco., N., Bartels., Baumeister, R., & De Wall, N. (2007). Social

exlucion: decreas prosocial behavior. Jurnal of Personality and Social

Psychology. 92 (1), 56-66.

Walgito, B. (2008). Psikologi sosial. Yogyakarta : Andi offset.

Wrightsman, S. L. (1977). Social Psychology. California : Wadsworth Publishing

Company, Inc.

Yusuf, Z., & Listiara, A. (2012). The difference between prosocial tendency

regular classes and special classes SMAN 1 and SMAN 3 Semarang. Jurnal

psikologi. 1 (1), 120-138.

Zanden, V. J. W. (1993). Human Development. 5th ed. United Stated Of America ;

Mc Graw-Hill,inc.

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

LAMPIRAN

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM
Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM
Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Assalamualaikum Wr. Wb

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan

sarjana di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya bermaksud

mengadakan penelitian mengenai “Pengaruh Self-esteem dan Kecerdasan Emosi

terhadap Perilaku Prososial pada Santri Pondok Pesantren Daarul Rahman

Jakarta”. Untuk itu saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan dapat saya

peroleh dengan adanya kerjasama adik-adik dalam mengisi skala ini.

Skala ini bukan tes, sehingga setiap orang bisa mempunyai jawaban

berbeda. Tidak ada jawaban salah dalam pengisian skala ini. Semua jawaban

adalah benar apabila sesuai dengan keadaan, perasaan, dan pikiran Adik-adik

sendiri tanpa pengaruh dari siapapun.

Jawaban yang Adik-adik berikan akan dijamin kerahasiaannya sehingga

tidak akan berakibat pada nilai Adik-adik. Atas perhatian dan kesediannya, saya

ucapkan terimakasih.

Hormat

saya,

Nuris Fakhma Hanana

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

IDENTITAS RESPONDEN

Nama/Inisial :

Kelas :

Usia :

Jenis kelamin :

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi

..............................................................

(Nama/Inisial dan tanda tangan)

PETUNJUK

Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan, lalu berilah tanda checklist (√) pada

salah satu pilihan jawaban yang paling mewakili keadaan diri Anda pada saat ini.

Adapun pilihan jawaban tersebut adalah :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

TS : Tidak Sesuai

STS : Sangat Tidak Sesuai

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Contoh :

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Saya merasa bahagia. √

Skala 1

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya dapat membantu orang lain dengan baik ketika banyak

orang yang melihat.

2 Saya merasa bahagia ketika dapat menyenangkan hati orang

yang sedang sedih.

3 Saya akan lebih cepat membantu seseorang, ketika berada

di tempat umum.

4 Manfaat utama dalam membantu adalah saya dianggap

baik.

5 Keuntungan akan saya dapatkan, jika membantu dihadapan

banyak orang.

6 Saya akan membantu orang lain yang berada dalam kondisi

darurat.

7. Ketika seseorang meminta pertolongan, saya akan langsung

membantunya

8. Saya lebih suka menyumbang tanpa menyebut nama.

9. Saya akan tetap membantu orang yang suka menyakiti

dirinya sendiri.

10. Saya akan tetap membantu orang, meskipun tidak ada

satupun orang yang mengetahui.

11. Saya cenderung untuk membantu orang lain yang sedang

tertekan perasaannya.

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

12. Saya ingin menjadi pusat perhatian saat membantu orang

lain.

13. Sangat mudah bagi saya membantu orang yang berada

dalam kesulitan.

14. Saya terbiasa membantu orang lain tanpa diketahui

siapapun.

15. Membantu orang lain, membuat saya disegani teman-teman.

16. Saya dengan cepat membantu jika situasinya menyentuh

perasaan saya.

17. Saya tidak segan membantu siapapun yang membutuhkan

bantuan.

18. Menurut saya membantu seseorang tanpa ada yang

mengetahui adalah hal yang membahagiakan.

19. Dengan beramal membuat saya terkenal.

20 Situasi yang menyentuh perasaan membuat saya ingin

membantu mereka yang membutuhkan.

21. Saya akan merasa lebih baik apabila menyumbang tanpa

diketahui orang lain.

22. Jika saya membantu seseorang, maka mereka harus

membantu saya.

23. Menurut saya membantu merupakan tanggung jawab

sebagai sesama makhluk hidup.

24. Saat melihat teman kesulitan saya bersikap acuh dan seolah

tidak tahu tentang kesulitan mereka.

25 Kehadiran orang lain, tidak mempengaruhi saya dalam

membantu seseorang.

26. Saya sering membantu orang lain yang tertimpa musibah.

27. Saya akan meluangkan waktu untuk membantu seseorang

yang berada dalam kondisi kritis.

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

28. Saya hanya akan membantu seseorang yang meminta

bantuan

29. Saya akan tetap membantu seseorang walapun tidak dalam

kondisi darurat

30. Saat memberikan bantuan kepada orang lain, biasanya

banyak yang saya pertimbangkan.

Skala 2

No Pernyataan STS TS S SS

1 Nilai-nilai saya selama ini membanggakan

2 Saya termasuk orang yang populer di Pondok.

3 Saya termasuk orang yang mudah menyerah.

4 Saya malu berbicara didepan kelas.

5 Banyak teman yang tidak menyukai saya.

6 Saya membutuhkan waktu yang lama untuk beradaptasi

dengan sesuatu yang baru.

7. Saya mampu mempengaruhi teman-teman dipondok untuk

aktif berbahasa Arab dan Inggris.

8. Teman-teman selalu mengikuti pendapat saya.

9. Saya termasuk orang yang mudah marah .

10. Saya mampu untuk mengikuti peraturan-peraturan pondok

selama menjadi santri.

11. Orang tua selalu menuntut agar saya mampu dalam segala

hal.

12. Orang tua saya bangga dengan prestasi yang saya miliki.

13. Saya sering merasa tidak berguna.

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

14. Saya adalah orang yang menyenangkan.

15. Jika saya mampu, ada banyak hal yang ingin saya ubah

dalam hidup ini.

16. Saya sering cemas saat mendapat tugas muhadhrahah.

17. Saya tidak menganggap serius ejekan dari teman-teman

saya.

18. Saya adalah orang yang rendah diri.

19. Saya mampu melakukan banyak hal seperti yang dapat

orang lain lakukan.

20 Saya mampu menghadapi ujian lisan dan tulisan dengan

tenang.

21. Saya selalu mempersiapkan diri dengan baik, dalam

menghadapi ujian.

22. Saya akan lulus pondok dengan nilai yang baik.

23. Banyaknya hafalan dipondok menjadikan saya semakin

bersungguh-sungguh dalam belajar.

24. Apa yang saya lakukan biasanya akan gagal.

25 Sangat sulit menjadi diri saya sendiri.

Skala 3

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya mengetahui kekurangan dan kelebihan yang ada dalam

diri saya.

2 Saat sedang marah, saya lebih memilih diam daripada

berdebat apalagi berkelahi.

3 Saat terjadi perselisihan dengan teman, saya lebih memilih

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

untuk duduk sendiri dikamar.

4 Walaupun saya tahu apa saja yang menjadi peraturan

pondok, tetapi saya masih sering melanggar.

5 Ketika sedih, saya menjadi malas untuk mengerjakan tugas.

6 Saat sedih ataupun senang, saya mudah menceritakannya

kepada teman-teman.

7. Saat berdiskusi di kelas, saya cenderung diam.

8. Kesulitan yang saya hadapi membuat saya lebih dewasa dan

mandiri.

9. Saya mampu menghadapi stres dengan tenang.

10. Saya sulit melupakan masalah yang tidak menyenangkan.

11. Saya sering memberi semangat teman yang sedang

memiliki masalah.

12. Saya tidak mau mengawali percakapan dengan orang yang

belum saya kenal

13. Saya sering diminta teman-teman untuk memberikan

nasihat.

14. Saya mudah terpuruk saat gagal pada suatu pekerjaan

15. Saya suka mempelajari sesuatu yang baru.

16. Saat teman menceritakan masalahnya saya dapat ikut

merasakannya.

17. Saat ada teman yang berkelahi, saya lebih memilih untuk

menjauh dari mereka.

18. Saya sering menghindari teman yang ingin menceritakan

masalahnya pada saya.

19. Saya mudah berkawan dengan orang-orang yang baru saya

kenal.

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

20 Bekerjasama dengan orang lain hanya merepotkan saya.

21. Saya sering marah bila ada orang yang berbeda pendapat

dengan saya.

22. Saya mampu bekerjasama dengan baik.

23. Saat ada teman yang menceritakan masalahnya, saya akan

mendengarkannya dengan penuh perhatian.

24. Saat ada teman yang berselisih saya mampu mendamaikan

mereka.

25 Saat saya terlibat konflik dengan teman, saya akan

menceritakannya dalam group besar.

Terimakasih

semoga sukses selalu

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Syntax perilaku prososial DATE: 12/15/2014 TIME: 9:48 L I S R E L 8.70 BY Karl G. Jöreskog& Dag Sörbom This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com The following lines were read from file D:\prososial\baru alt\alt.spl: ujivaliditasaltruisme da ni=5 no=200 ma=pm la it4 it15 it19 it22 it23 pm sy fi=altruisme.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk altruism fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 td 5 2 td 2 1 pd ou tv mi ss

Lampiran 4

Syntax

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Compliant Uji validitas compliant Da ni=5 no=200 ma=pm la it1 it2 it3 it4 it5 pm sy fi=com.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk compliant fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 td 5 4 pd ou tv mi ss

Emotional Uji validitas emotional da ni=5 no=200 ma=pm la it2 it11 it16 it20 it26 pm sy fi=emotional.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk emotional fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 td 5 1 td 2 1 pd ou tv mi ss

public ujivaliditas public da ni=5 no=200 ma=pm la it1 it2 it3 it4 it5 pm sy fi=publik.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk public fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 pd ou tv mi ss

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

anonymous

ujivaliditas anonymous da ni=5 no=200 ma=pm la it8 it10 it14 it18 it21 pm sy fi=anony.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk anonymous fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 pd ou tv mi ss

Dire Uji validitas dire da ni=5 no=200 ma=pm la it6 it9 it13 it27 it29 pm sy fi=dire.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk dire fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 pd ou tv mi ss

Syntax Self-Esteem

Successes Uji validitas sukses da ni=10 no=200 ma=pm la it1 it2 it3 it4 it5 it6 it7 it8 it9 it10 pm sy fi=sukses.cor mo nx=10 nk=1 lx=fr td= sy,fi lk sukses fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 td 6 6 td 7 7 td 8 8 td 9 9 td 10 10 fr td 10 7 td 2 1 td 8 7 td 8 6 td 10 6 td 9 6 td 5 2 pd ou tv mi ss

Page 138: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Values

Uji Validitas Value da ni=5 no=200 ma=pm la it11 it12 it13 it14 it25 pm sy fi=value.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk value

fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 td 2 1

pd ou tv mi ss

Aspiration ujivaliditas aspirations da ni=5 no=200 ma=pm la it15 it19 it22 it23 it24 pm sy fi=asp.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk aspiration fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 td 3 2 pd ou tv mi ss

Defenses Uji validitas defenses dani=5 no=200 ma=pm la it16 it17 it18 it20 it21 pm sy fi=defences.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk defences fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 td 4 2 pd ou tv mi ss

Page 139: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Syntax kecerdasan emosi

Mengenaliemosisendiri Uji validitas mengenali emosi sendiri Da ni=5 no=200 ma=pm la it1 it2 it3 it4 it5 pm sy fi=emosisendiri.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk mengenaliemosisendiri fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 td 5 4 td 4 2 pd ou tv mi ss

MengelolaEmosi

Uji validitas mengelola emosi da ni=5 no=200 ma=pm la it6 it7 it8 it9 it10 pm sy fi=mengelolaemosi.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk mengelolaemosi fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 td 5 2 pd ou tv mi s

Memotivasidiri

Uji Validitas motivasidiri da ni=5 no=200 ma=pm la it11 it12 it13 it14 it15 pm sy fi=motivasi.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk motivasidiri

fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 td 2 1

pd ou tv mi ss

Page 140: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Mengenaliemosi orang lain Uji validitas mengenali emosi orang lain da ni=5 no=200 ma=pm la it16 it17 it18 it19 it21 pm sy fi=emosioranglain.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk mengenaliemosi orang lain fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 td 4 1 td 4 2 td 5 1 pd ou tv mi ss

Keterampilansosial

Uji Validitasketerampilansosial Da ni=5 no=200 ma=pm la it20 it22 it23 it24 it25 pm sy fi=sosial.cor mo nx=5 nk=1 lx=fr td=sy,fi lk keterampilansosial fr td 1 1 td 2 2 td 3 3 td 4 4 td 5 5 td 5 1 td 3 1

pd

ou tv mi ss

Page 141: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Path diagram altruisme

Lampiran 5

Path diagram CFA

Page 142: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Path diagram compliant

Path diagram emotional

Page 143: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Path diagram public

Page 144: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Path diagram anonymous

Path diagram dire

Page 145: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Path diagram sucsesess

Page 146: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Path diagram values

Path diagram aspirations

Page 147: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Path diagram defenses

Path diagram mengenali emosi sendiri

Page 148: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Path diagram mengelola emosi

Path diagram motivasi diri

Page 149: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37166/1/NURIS FAKHMA... · Created Date: 4/19/2015 10:35:06 AM

Path diagram mengenali emosi orang lain

Path diagram keterampilan sosial