perpustakaan.uns.ac.id : digilib.uns.ac.id : PEMANFAATAN CITRA … · 2013-09-24 · dilakukan...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id : digilib.uns.ac.id : PEMANFAATAN CITRA … · 2013-09-24 · dilakukan...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK PEMETAAN
RUANG TERBUKA HIJAU
DI KECAMATAN BANJARSARI
KOTA SURAKARTA
TAHUN 2007
Skripsi
Oleh :Tri Wahyono
K5403064
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK PEMETAAN
RUANG TERBUKA HIJAU
DI KECAMATAN BANJARSARI
KOTA SURAKARTA
TAHUN 2007
Oleh :
Tri Wahyono
K5403064
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Wakino, M.S Rahning Utomowati, S.Si NIP. 19521103 197603 1 003 NIP. 19671114 199903 2 001
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si. ...........................
Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si, M.Si. ...........................
Anggota I : Drs. Wakino, M.S. ...........................
Anggota II : Rahning Utomowati, S.Si. ...........................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.PdNIP. 19600727 198702 1 001
ABSTRACT
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tri Wahyono, K5403064. THE UTILIZATION OF IKONOS IMAGE FOR OPEN SPACE MAPPING IN BANJARSARI SUBDISTRICT OF SURAKARTA CITY IN 2007. Thesis, Surakarta; Teachers Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, April 2010.
The objectives of research are: (1) to find out the Ikonos image precision level in examining the open space in Subdistrict Banjarsari, (2) to find out the spatial distribution of open space in Subdistrict Banjarsari, (3) to find out the open space adequacy in Subdistrict Banjarsari.
This research employed spatial descriptive method. The data collection was done using ikonos image interpretation, field survey and documentation techniques. The data analysis was done using the map analysis.
The results of research are (1) Ikonos image has 91% precision and 09% commission so that it can be used for the examination of open space mapping. (2) the distribution of open space in Subdistrict Banjarsari is not even. Of 13 kelurahans in Subdistrict Banjarsari, those with the widest open space are Kelurahan Kadipiro with 120.45 Ha width, followed by Kelurahan Banyuanyar 39.25 Ha, Kelurahan Sumber 28.18 Ha, while Kelurahan Punggawan does not have sufficiently wide open space so that it cannot be seen in Ikonos image interpreted at 1: 35,000 scale; thus Kelurahan Punggawan is the one with the narrowest open space. (3) The adequacy level of open space in the research location is not sufficient or does not meet the standard open space width according to what included in Indonesian Republic’s Act Number 26 of 2007 about the Layout, Relating to the City Area layout; this act specifically mandates the requirement of open space provision and utilization with the width proportion of at least 30% of the city area width, while in the research location there is only 17.20% open space width.
ABSTRAK
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tri Wahyono. K5403064. PEMANFAATAN CITRA IKONOS UNTUK PEMETAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA TAHUN 2007. Skripsi, Surakarta; Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, April 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui tingkat ketelitian citra Ikonos untuk kajian ruang terbuka hijau di Kecamatan Banjarsari, (2) Mengetahui distribusi spasial ruang terbuka hijau di Kecamatan Banjarsari, (3) Mengetahui tingkat kecukupan ruang terbuka hijau di Kecamatan Banjarsari.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial. Pengumpulan data dilakukan dengan interpretasi citra ikonos, survey lapangan dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan analisis peta.
Hasil penelitian ini adalah (1) Citra Ikonos mempunyai ketelitian sebesar 91% dan komisi sebesar 09% sehingga mampu digunakan untuk kajian pemetaan ruang terbuka. (2) Persebaran lahan terbuka di Kecamatan Banjarsari tidak merata. Dari 13 kelurahan yang ada di Kecamatan Banjarsari yang memiliki luas ruang terbuka hijau paling banyak yaitu Kelurahan Kadipiro dengan luas 120,45 Ha, kemudian Kelurahan Banyuanyar dengan luas ruang terbuka hijau sebesar 39,25 Ha, Kelurahan Sumber 28,18 Ha sedangkan Kelurahan Punggawan tidak mempunyai ruang terbuka hijau yang cukup luas sehingga tidak mampak pada tampilan Cita Ikonos yang di interpretasi dengan skala 1: 35.000 sehingga Kelurahan Punggawan merupakan Kelurahan yang memikili luas ruang terbuka paling sedikit.(3) Tingkat kecukupan ruang terbuka hijau di daerah penelitian tidak cukup atau tidak memenuhi standar luas ruang terbuka berdasarkan isi dari Undang-undang Republik Indonesia nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Berkaitan dengan penataan ruang kota, Undang-Undang ini secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30% dari luas kota, sedangkan di daerah penelitian hanya terdapat 17.20% luas ruang terbuka hijau.
MOTTO
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sesungguhnya disetiap kesulitan terdapat kemudahan
(Qs Al- Insyiroh 6)
Selalu ada jalan untuk setiap insan yang mau berusaha dan bertahan dalam setiap keterbasan
demi sebuah kepercayaan, kasih sayang dan uraian air mata keikhlasan. Perjuangan tak akan
berhasil apabila kita menangis dan berpangkutangan
(Tri wahyono)
Di setiap tujuan selalu ada jalan, tersenyumlah karna dengan senyum
setiap letih, lelah dan duka akan hilang.
Senyum akan menjadi semangat bagi diri sendiri dan juga orang lain
(sahabat seperjuangan)
PERSEMBAHAN
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ada pepatah mengatakan ”Berikanlah yang terbaik pada orang-orang yang sangat kamu cintai.
Berusaha mewujudkan kebahagiaan untuk orang lain semampu kita dan membuat mereka
tersenyum”
Dalam semua keterbatasan yang aku miliki
Dalam uraian kasih tulus aku mencoba, menggapai setiap cinta untukku
Aku yakin semua berakhir dalam sempurna manusia
Untuk ibu dan ayahku terimakasih tak hingga untuk doa, cinta dan kasih sayangmu
istriku yang telah memberikan semangat
KATA PENGANTAR
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menurunkan
limpahan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan kemudahan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi
syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak. Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Drs. Syaiful Bahri, M.Pd selaku Ketua
Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan P.IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret.
4. Bapak Drs. Wakino, M.S selaku Pembimbing I yang
telah berkenan memberikan bimbingan dan arahan
yang bermanfaat dalam penyelesaian penyusunan
skripsi.
5. Ibu Rahning Utomowati, S.Si selaku Pembimbing II
yang telah memberikan dorongan, semangat dan
bimbingan dalam menyusun skripsi ini.
6. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si selaku Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan
saran selama penulis menempuh pendidikan di
Program Studi Pendidikan Geografi.
7. Kepala KESBANGLINMAS Kota Surakarta yang
telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Camat Banjarsari Kota Surakarta yang telah
memberikan ijin penelitian.
Sangat disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
Tri Wahyono
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................
viii
KATA PENGANTAR............................................................................................ ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi
DAFTAR PETA ..................................................................................................... ...........................................................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................................................................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7
1. Manfaat
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Teoritis................................................................................
..7
2. Manfaat
Praktis..................................................................................
.7
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................9
A. Tinjauan Pustaka.......................................................................................9
1. Penginderaan Jauh dan Uji Interpretasi.............................................. 9
2. Citra Ikonos.......................................................................................11
3. Ruang Terbuka Hijau........................................................................14
a. Ruang Terbuka......................................................................14
b. Pengertian Ruang Terbuka Hijau..........................................15
c. Kecukupan Ruang Terbuka Hijau.........................................17
4. Pemetaan........................................................................................... 17
5. Sistem Informasi Geografi (SIG)......................................................22
a. Masukan Data....................................................................... 23
b. Proses Manipulasi dan Analisi Data..................................... 23
c. Keluaran Data....................................................................... 23
B. Penelitian yang Relevan..........................................................................24
C. Kerangka Pemikiran................................................................................27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................30
A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................30
1. Tempat Penelitian..............................................................................30
2. Waktu Penelitian...............................................................................30
B. Bentuk dan Metode Penelitian................................................................ 31
C. Populasi dan Sampel............................................................................... 31
C. Sumber Data............................................................................................32
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................33
E. Teknik Analisis Data...............................................................................35
F. Validitas Data........................................................................................ 39
F. Prosedur Penelitian................................................................................. 39
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Penyusunan Proposal Penelitian....................................................... 39
2. Penyusuan Instrumen Penelitian....................................................... 39
3. Tahap Pengumpulan Data................................................................. 39
4. Tahap Analisis Data......................................................................... .40
5. Tahap Penulisan Laporan..................................................................40
BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................................ 41
A. Deskripsi Lokasi Penelitian......................................... 41
1. Letak, Batas dan Luas Daerah Penlitian........................................... 41
2. Kondisi Fisik.....................................................................................44
a. Iklim......................................................................................44
b. Tanah.....................................................................................48
c. Geomorfologi........................................................................49
d. Hidrologi............................................................................... 49
e. Ruang Terbuka Hijau............................................................51
3. Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi................................... 52
a. Kondisi Kependudukan....................................52
1) Jumlah Penduduk.................................................................. 52
2) Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian......... 53
3) Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.......55
b. Transportasi......................................................56
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan................................ 57
1. Uji Ketelitian Interpetasi Citra Ikonos Untuk Pemetaan Ruang
Terbuka Hijau................................................................................... 57
a. Hasil Interpretasi Citra Ikonos.................................................... 57
b. Uji Ketelitian Interpretasi Citra Ikonos.......................................64
2. Distribusi Spasial Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan
Banjarsari.......................................................................................... 66
3. Tingkat Kecukupan Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan
Banjarsari.......................................................................................... 79
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.......................................... 85
A. Kesimpulan................................................................................................ 85
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Implikasi.................................................................................................... 86
C. Saran.......................................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 89
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Spesifikasi Citra Ikonos.................................................................. 13
Tabel 2. Hubungan Antara Tingkatan Persepsi Dengan Variabel Visual.... 21
Tabel 3. Penelitian Yang Relevan................................................................ 26
Tabel 4. Jadwal Waktu Penelitian................................................................ 30
Tabel 5. Kunci Interpretasi Citra.................................................................. 35
Tabel 6. Uji Ketelitian Interpretasi Citra Ikonos.......................................... 37
Tabel 7. Nama dan Luas Kelurahan di Kecamatan Banjarsari..................... 42
Tabel 8. Nilai Q Berdasarkan Scmiht dan Ferguson.................................... 45
Tabel 9. Curah Hujan Rata–Rata Bulanan Tahun 1998- 2007 Kecamatan
Banjarsari........................................................................................ 45
Tabel 10. Luas Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Banjarsari.................... 51
Tabel 11. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan
Banjarsari Tahun 2003-2007.......................................................... 53
Tabel 12. Penduduk Kecamatan Banjarsari Berdasarkan Mata Pencaharian
Tahun 2007..................................................................................... 54
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 13. Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Banjarsari.............. 55
Tabel 14. Jumlah Kendaraan di Kecamatan Banjarsari.................................. 56
Tabel 15. Kontingensi Untuk Uji Ketelitian................................................... 65
Tabel 16. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta
Tahun 2007..................................................................................... 67
Tabel 17. Luas Ruang Terbuka Hijau dan Lahan Terbangun per Kerlurahan
di Kecamatan Banjarsari................................................................. 76
Tabel 18. Luas Lahan Terbangun dan Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan
Banjarsari........................................................................................ 81
Tabel 19. Tingkat Kecukupan Ruang Terbuka Hijau per Kelurahan di
Kecamatan Banjarsari..................................................................... 82
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram Luas Kecamatan di Kota Surakarta................................. 3
Gambar 2. Diagram Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Surakarta...... 3
Gambar 3. Tata Letak Komposisi Peta Tematik.............................................. 19
Gambar 4. Diagram Alur Kerangka Pemikiran ............................................... 29
Gambar 5. Diagram Tipe Curah Hujan Kecamatan Banjarsari........................ 47
Gambar 6. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Pemukiman di Daerah Manahan
Pada Citra Ikonos........................................................................... 58
Gambar 7. Tampilan Lahan Penggunaan Untuk Pemukiman di Daerah Gilingan
Pada Citra Ikonos............................................................................ 58
Gambar 8. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Sawah di Daerah Banyuanyar
Pada Citra Ikonos ........................................................................... 59
Gambar 9. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Sawah di Darah Banyuanyar
Pada Citra Ikonos............................................................................ 59
Gambar 10. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Tegalan di Daerah Kadipiro
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada Citra Ikonos............................................................................ 60
Gambar 11. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Tegalan di Daerah Kadipiro
Pada Citra Ikonos............................................................................ 60
Gambar 12. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Kebun di Daerah Kadipiro
Pada Citra Ikonos............................................................................ 61
Gambar 13. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Kebun di Daerah Kadipiro
Pada Citra Ikonos............................................................................ 61
Gambar 14. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Lahan Kosong di Daerah
Punggawan pada Citra Ikonos........................................................ 62
Gambar 15. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Lahan Kosong di Daerah
Keprabon pada Citra Ikonos........................................................... 62
Gambar 16. Stadion Manahan............................................................................ 70
Gambar 17. Tugu Stadion Manahan................................................................... 70
Gambar 18. Citra Ikonos Stadion Manahan....................................................... 70
Gambar 19. Taman Air Kalianyar...................................................................... 71
Gambar 20. Citra Ikonos Taman Air Kalianyar................................................. 71
Gambar 21. Taman Monumen 45....................................................................... 73
Gambar 22. Tugu Monumen 45......................................................................... 73
Gambar 23 Citra Ikonos Taman Monumen 45.................................................. 73
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PETA
Halaman
1.1. Peta Administrasi Kecamatan Banjarsari...................................................... .
43
2.2. Peta Tanah ...........................................................................................................................................................................................................................
50
3.3. Peta Interpretasi Citra Ikonos ..............................................................................................................................................................................................
63
4.4. Peta Persebaran Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Banjarsari ............................................................................................................................................
78
5.5. Peta Tingkat Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Banjarsari .......
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
.......................................................................................................................
84
6.6. Peta Rekomendasi.................................................................................................................................................................................................................
88
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi.
2. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan.
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Surat Permohonan Ijin Research / Try Out.
4. Surat Permohonan Ijin Penelitian.
5. Surat Ijin Penelitisn Dari KESBANG DAN LINMAS.
6. Data Curah Hujan Kota Surakarta Tahun 1997 – 2007.
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Petumbuhan penduduk di daerah perkotaan pada umumnya sangat tinggi,
yang diakibatkan oleh pertumbuhan alami maupun migrasi. Keadaan ini
berakibat pada besarnya permintaan kebutuhan lahan di kota untuk tempat tinggal
dan fasilitas – fasilitas lain sebagai pendukungnya. Pertumbuhan penduduk yang
pesat dan meningkatnya tuntutan ekonomi akan mendorong terjadinya kegiatan
pembangunan yang sering berdampak pada perubahan penggunaan lahan kota
salah satunya adalah perubahan ruang terbuka hijau.
Pembangunan kota tentunya harus mendasarkan kepada UU No.26
Tahun 2007 Tentang Tata Ruang Kota yang di dalamnya mengatur mengenai
ketentuan pelaksanaan Tata Ruang Kota. Demikian pula Kota Surakarta dalam
pembangunan bebarapa ruang teruka hijau selama ini tentu wajib mengacu kepada
regulasi tersebut. Salah satu acuan penting dalam regulasi penataan ruang tersebut
mensyaratkan bahwa pembangunan kota haruslah mengikutsertakan peran
masyarakat atau lebih dikenal dengan sebutan “pembangunan yang partisipatif”.
UU Penataan ruang menyebutkan bahwa dalam hal perencanaan sampai dengan
evaluasi penataan ruang harus melibatkan peran serta masyarakat. Sebagaimana
jelas termaktub dalam Pasal 55 ayat (1),ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5) UU
Penataan Ruang. Pasal ini menekankan pentingnya pengawasan penataan ruang
disetiap wilayah di Indonesia, termasuk didalamnya dikawasan kota seperti halnya
Kota Surakarta. Adapun bentuk partisipasi yang dimaksudkan didalam UU
Penataan ruang dijelaskan dalam pasal 65 ayat ayat (1), ayat(2), ayat (3).
Selain itu, dari prespektif kemanfaatan ruang, penambahan ruang sosial
masyarakat melalui pembangunan taman-taman kota diharapkan akan
memberikan manfaat bagi masyarakat diantaranya sebagai sarana rekreasi, olah
raga maupun manfaat sosial, estetika maupun ekologis lainnya sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 60b UU Penataan Ruang bahwa masyarakat berhak untuk
memperoleh dan menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ruang. Sehingga jangan sampai penataan ruang seperti halnya pembangunan ruang
terbuka hijau taman kota di Kota Surakarta tidak memberikan kemanfaatan bagi
masyarakat.
Sampai dengan saat ini taman-taman kota telah dibangun meskipun
beberapa diantaranya masih dalam proses, Sekiranya, patut diperhatikan
bagaimana masyarakat memperoleh kemanfaatan dari hasil pembangunan daerah
tersebut, Selanjutnya bagaimana ruang-ruang sosial itu akan dijaga keberadaan
dan kelestariannya dimasa depan.
Berkenaan dengan fenomena pembangunan daerah diatas, sebuah kajian
ilmiah terhadap kebijakan pembangunan ruang terbuka hijau yang telah
direncanakan maupun yang telah selesai digarap penting untuk dilakukan, guna
kontrol terhadap kebijakan yang dilaksanakan, baik yang sudah selesai maupun
yang masih dalam proses pembangunan. Mekanisme kontrol tersebut seharusnya
dilaksanakan untuk mengetahui kesesuaian perencaan pembangunan ruang
terbuka hijau berdasarkan rencana tata ruang wilayah dengan proses dan
pelaksanaan pembangunan, tingkat keberhasilan program, manfaat riil kebijakan,
maupun kelemahan yang ada. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui kesesuaian
perencanaan dan keberhasilan pencapaian rencana dalam pelaksanaan
pembangunan di Kota Surakarta.
Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kota
Surakarta tahun 1993 – 2013, Kota Surakarta memiliki luas 4.404 ha yang terdiri
dari 5 wilayah kecamatan dan 51 kelurahan. Dari keseluruhan luas kota, luas
kawasan yang terbangun telah mencapai 88,47% atau 3.896 ha. Daerah yang
belum terbangun luasnya kurang lebih 508 ha (11,53%), terdapat di bagian utara
dan barat kota. Kecamatan Banjarsari merupakan salah satu daerah di Kota
Surakarta yang wilayahnya terluas dibandingkan kecamatan lainnya yaitu seluas
1.481,10 Ha atau (36%) dari luas keseluruhan Kota Surakarta, dengan jumlah
penduduk 1.736.81 jiwa dan menjadi daerah yang potensial untuk kegiatan
perekonomian. Untuk lebih jelasnya mengenai luas Kecamatan di Kota Surakarta
dapat dilihat pada Gambar 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Gambar 1. Luas Kecamatan di Kota Surakarta
Adapun untuk melihat lebih jelas mengenai jumlah penduduk pada setiap
kecamatan di Kota Surakarta dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2.
Jumlah
Penduduk pada Tiap Kecamatan di Kota Surakarta
Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah, yang
saat ini sedang mengalami perkembangan, baik dalam bidang industri, jasa,
pemukiman, pandidikan, perdagangan maupun transportasi. Seiring dengan
perkembangan perkotaan tersebut maka terjadi alih fungsi lahan. Lahan pertanian
ataupun lahan terbuka kota yang semula tidak terbangun menjadi daerah
Luas Wilayah Kecamatan di Kota Surakarta
36%
29%
20%
9%6%
Banjarsari Jebres Laweyan Pasar Kliwon Serengan
173681154261
8738361845
125905
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
Jumlah Penduduk (jiwa)
Banjarsari Jebres Laweyan Pasar Kliwon Serengan
S1
Kecamatan
Jumlah Penduduk pada tiap Kecamatan di Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terbangun. Perluasan lahan terbangun baik difungsikan sebagai pemukiman,
perdagangan maupun industri secara otomatis akan memicu berkurangnya lahan
terbuka di kota surakarta. (www.surakarta.com.29 Maret 2008).
Sampai dengan penelitian ini dilaksanakan belum ada kajian terkait
permasalahan diatas oleh institusi terkait di Pemerintahan Kota Surakarta.
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilaksanakan untuk sarana evaluasi
pembangunan ruang teruka hijau di Kota Surakarta khususnya Kecamatan
Banjarsari. Selain itu, sebagai wujud pertisipasi aktif masyarakat kota dalam
penataan ruang sebagaimana di amanatkan UU Penataan Ruang.
Pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Banjarsari sebagai salah satu
Kecamatan di Kota Surakarta, didasarkan pada kenyataan bahwa di Kecamatan
Banjarsari sedang mengalami perkembangan fisik kota yang pesat. Salah satu
wujud perkembangan fisik kota tersebut adalah perubahan penggunaan lahan di
Kelurahan Keprabon yaitu di sekitar keraton mangkunegaran yang telah di bangun
gedung-gedung bertingkat seperi gedung apartemen Solo Paragon dan
perkantoran milik swasta. Selain itu, di Kelurahan Sumber dan Banyuanyar juga
telah banyak terjadi perubahan penggunaan lahan, dari lahan untuk pertanian
berubah menjadi perumahan elit. Hal tersebut karena di pusat kota sudah tidak
memungkinkan untuk dibangun perumahan sebab lahan untuk pembangunan
semakin sempit, sehingga pembangunan perumahan untuk pemukiman berpindah
ke penggiran pusat Kota Surakarta. Kondisi lahan terbuka di Kecamatan
Banjarsari mengalami penyusutan atau semakin berkurang luasnya. Seiring
dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, lahan – lahan
terbuka tersebut menjadi sasaran pembangunan. Dalam rentang waktu yang
singkat, perubahan lahan terbuka menjadi lahan terbangun (build up area) di
Kecamatan Banjarsari cukup besar.
Kecamtan Banjarsari memiliki letak yang strategis yaitu terdapat terminal
angkutan umum Tirtonadi dan stasiun kereta api Balapan sebagai salah satu akses
masuk Kota Surakarta, sehingga usaha tempat penginapan atau hotel serta
pertokoan semakin banyak guna memenuhi kebutuhan para pengguna jasa
transportasi umum yang masuk di terminal tirtonadi dan stasiun KA Balapan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Selain itu, juga terjadi penambahan fungsi jalan sebagai jalur kendaraan yang
bermuatan barang eksport – import dan barang komuditi. serta sarana umum
lainnya seperti sarana olahraga yang terdapat di Kelurahan Manahan
Ruang tebuka hijau di Kota Surakarta tidak terlepas dari benturan
kepentingan sebagaimana dipaparkan diatas. Susutnya jumlah dan kualitas ruang
terbuka hijau dikarenakan adanya kepentingan-kepentingan ekonomi yang gagal
didamaikan secara sinergis.
Fungsi ruang terbuka hijau tampaknya masih mempunyai makna
pelengkap/penyempurna bagi perkotaan, sehingga pemanfaatan lahan untuk ruang
terbuka hijau dianggap sebagai penambah estetika lingkungan. Lebih lagi ruang
terbuka hijau dianggap sebagai cadangan untuk penggunaan lahan di masa
mendatang. Hal ini mengakibatkan munculnya paradigma bahwa setiap saat ruang
terbuka hijau dapat diganti dengan penggunaan lain yang dirasakan lebih
menguntungkan secara ekonomis.
Studi tentang evaluasi perubahan luasan dan agihan lahan terbuka kota
telah dilakukan oleh beberapa peneliti, baik dengan menggunakan metode
konvensional maupun dengan metode penginderaan jauh. Metode konvensional
ternyata tidak mencukupi lagi, sejak kepadatan dan pola persebaran bangunan
manjadi padat dan tidak teratur sehingga menghalangi jangkauan pandangan.
Dengan semakin berkembangnya teknologi penginderaan jauh dan berbagai
kelebihan yang dimilikinya, orang berpaling ke teknik ini untuk berbagai studi
kekotaan, termasuk diantaranya untuk pemetaan lahan terbuka.
Salah satu produk penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk
pemetaan dan analisis ruang terbuka adalah menggunakan citra ikonos,
penggunaan citra ikonos didasarkan pada resolusi spasial dan temporal yang
memadai, data citra hasil perekaman dapat dianalisis dengan cepat dan akurat
dengan teknologi digital, data citra hasil perekaman dapat digunakan sekaligus
sebagai data perencanaan survai lapangan, terutama untuk pengenalan wilayah,
termasuk di dalamnya adalah kajian ruang terbuka.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengkaji atau melakukan
pemetaan lahan terbuka adalah dengan cara interpretasi citra penginderaan jauh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Data hasil interpretasi penginderaan jauh menghasilkan data spasial yang dapat
digunakan sebagai dasar pemetaan lahan terbuka.
Peta merupakan alat bantu yang baik dan tidak dapat ditinggalkan begitu
saja, di samping itu peta merupakan satu – satunya cara penunjukan lokasi
persebaran yang paling tepat karena peta memudahkan persepsi dalam membaca
dan memahami suatu objek. Penyajian data dalam bentuk peta bertujuan agar
mudah dalam menyampaikan ide dan informasi kepada pengguna peta,
memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari suatu
daerah sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan rencana-rencana yang
diajukan dalam melaksanakan suatu pekerjaan ilmiah.
Pemetaan data dimaksudkan untuk menimbulkan daya tarik yang besar
tentang persoalan yang disajikan, memperjelas, menyederhanakan dan
menerangkan suatu aspek yang lebih penting serta menonjolkan pokok-pokok
bahasan atau pembicaraan seperti yang diungkapkan Bintarto (1991: 55) bahwa :
“Penyajian informasi yang baik untuk distribusi keruangan hendaknya
ditunjukkan ke dalam bentuk peta”. Karena melalui peta dapat disampikan
informasi keruangan atau lokasi penyebaran, macam serta nilai data secara tepat
dan jelas, untuk mengetahui perubahan bentuk penggunaan lahan juga tidak dapat
terlepas dari peta.
Data yang diperoleh dari hasil interpretasi akan dilakukan pengecekan di
lapangan atau yang lebih dikenal sebagai uji ketelitian. Tujuan dari uji ketelitian
adalah untuk mengecek apakah data foto udara sudah sesuai dengan kondisi
lapangan ataukah tidak, selain itu juga untuk menilai ketepatan interpreter dalam
mengkaji obyek di lapangan. Pada akhirnya apabila data penginderaan jauh telah
diuji ketelitiannya maka data akan diolah dengan menggunakan SIG. Hal
digunakan untuk memperoleh hasil analisis yang akurat terhadap data penelitian
ini. Data yang besar, diolah lebih cepat, efisien dan dapat ditayangkan kembali
karena data tersimpan dalam bentuk digital.
Bedasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul :
“Pemanfaatan Citra Ikonos untuk Pemetaan Ruang Terbuka Hijau di
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta Tahun 2007”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Perumusan Masalah
Masalah yang akan dikemukakan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana ketelitian citra ikonos untuk kajian lahan terbuka di
Kecamatan Banjarsari tahun 2007?
2. Bagaimana persebaran lahan terbuka di Kecamatan Banjarsari
tahun2007?
3. Bagaimana tingkat kecukupan luas lahan terbuka di Kecamatan
Banjarsari tahun 2007?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat ketelitian citra ikonos
untuk kajian lahan terbuka di Kecamatan
Banjarsari tahun 2007.
2. Untuk mengetahui distribusi spasial lahan terbuka
di Kecamatan Banjarsari tahun 2007.
3. Untuk mengetahui tingkat kecukupan lahan
terbuka di Kecamatan Banjarsari tahun 2007.
D.Manfaat Penelitan
1.Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini sebagai bentuk presentasi data yang berupa angka atau
tulisan-tulisan tentang informasi luas dan agihan lahan terbuka dalam bentuk peta,
sehingga dapat digunakan sebagai studi keruangan tentang program pembangunan
tata ruang kota yang lebih baik khususnya di Kecamatan Banjarsari, Kota
Surakarta, serta sebagai acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
2.Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Memberikan masukan dalam program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
rancangan tata ruang kota yang lebih baik di
Kecamatan Banjarsari.
b. Memberikan masukan untuk pembelajaran
bidang studi Geografi yang berhubungan
dengan penginderaan jauh yang memiliki
kompetensi dasar dapat memahami
pemanfaatan citra penginderaan jauh dan
Sistem Informasi Geografis (SIG), pada kelas
XII, semester 1 Sekolah Menengah Atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
1. Penginderaan Jauh dan Uji
Interprestasi
Penginderaan jauh adalah suatu ilmu atau seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah
atau fenomena yang dikaji. Dua macam proses yang dikenal dalam penginderaan
jauh yaitu pengumpulan data dan pengolahan data/analisis data. Proses
pengumpulan data meliputi : energi, perjalanan energi melalui atmosfer, interaksi
energi dengan kenampakan di permukaan bumi, sensor, wahana yang dapat
berupa pesawat terbang, satelit atau wahana lain, dan hasil bentukan data berupa
cetak kertas atau data digital. (Lillesand dan Kieffer, 1997 : 1).
Remote Sensing is the science and art of acquiring information (spectral,
spatial, temporal) about material objects, area, or phenomenon, without coming
into physical contact with the objects, or area, or phenomenon under
investigation. Without direct contact, some means of transferring information
through space must be utilised. In remote sensing, information transfer is
accomplished by use of electro magnetic radiation.
(http://www.gisdevelopment.net/tutorials/tuman08htm).
Interpretasi citra terbagi atas dua cara yaitu secara digital dan secara
visual. Interpretasi citra secara digital dilakukan dengan melakukan
pengklasifikasian pixel berdasarkan nilai spektralnya. Interpretasi citra secara
digital dilakukan terutama untuk data yang berupa angka. Interpretasi citra secara
visual dilakukan melalui pengamatan secara langsung pada foto udara atau dengan
menggunakan bantuan alat yang berupa stereoskop sehingga data yang dihasilkan
merupakan data spasial.
Pada dasarnya interpretasi citra secara visual meliputi tiga tahap yaitu
deteksi atau pengenalan awal hal ini dilakukan untuk menentukan ada tidaknya
obyek pada citra, yang kedua yaitu identifikasi untuk mengeja ciri-ciri obyek yang
terekam, yang ketiga adalah pengenalan akhir berdasar identifikasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyimpulkan obyek apa yang sebenarnya terekam kemudian dilanjutkan dengan
melakukan azas konvergensi bukti (Sutanto, 1995: 22-23).
Penyadapan informasi yang lengkap dari foto udara memerlukan teknik
interpretasi yang teliti atau sesuai dengan kondisi lapangan. Agar hasil interpretasi
foto udara sesuai dengan obyek sebenarnya di lapangan, maka disamping harus
memiliki pengetahuan awal tentang obyek kajian juga harus dipahami
karakteristik obyek dengan memperhatikan unsur – unsur interpretasi foto udara.
Unsur – unsur interpretasi foto udara ini meliputi : rona/warna, bentuk, ukuran ,
tekstur, pola, bayangan, situs, asosiasi, dan konvergensi bukti (Sutanto, 1995:
122-123). Berikut keterangan dari unsur – unsur interpretasi foto udara :
a) Rona atau warna merupakan tingkat kegelapan atau kecerahan obyek pada
citra.
b) Bentuk adalah konfigurasi bukti atau kerangka suatu obyek,
c) Ukuran ialah atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi,
lereng, dan volume.
d) Tekstur ialah frekuensi perubahan rona pada citra atau pengulangan rona
kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual.
e) Pola ialah hubungan susunan spasial obyek.
f) Bayangan, bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang
berada di daerah gelap.
g) Situs ialah letak suatu obyek terhadap hubungan dengan obyek lain yang
ada di sekitarnya.
h) Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu
dengan obyek yang lain.
Dalam melakukan interpretasi dikenal dua metode yaitu monoskopis dan
strereoskopis. Pengamatan monoskopis adalah interpretasi foto udara tanpa
adanya alat bantu stereoskop, hanya menggunakan mata pada satu lembar foto
saja. Pengamatan secara stereoskopis dilakukan untuk menimbulkan pandangan
tiga dimensional bagi medan. Dilakukan dengan menggunakan alat bantu
stereoskop untuk dua lembar foto yang bertampalan (Lillesand and Kieffer; 1997:
119).
Uji interpretasi dilakukan pada hasil interpretasi citra pra-lapangan.
Kegiatan lapangan bertujuan untuk menguji atau membandingkan hasil
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
interpretasi pra-lapangan dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Apakah ada
yang mengalami perubahan atau ada kesalahan dalam menginterpretasi citra.
Kegiatan lapangan merupakan pembuktian hasil interpretasi (check field) dan
pemutakhiran data (data up dating).
Pembuktian hasil interpretasi/check field dilakukan dengan
membandingkan hasil interpretasi pra-lapangan dengan hasil interpretasi
lapangan. Pembuktian tidak dilakukan terhadap semua obyek, tetapi hanya
sebagian obyek yang dapat mewakili fenomena obyek tersebut atau pada tempat-
tempat yang interpretasinya meragukan. Misalnya obyek gedung dengan atap
berbentuk kotak, makam, pabrik, dan lain-lain. Hasil interpretasi tergantung dari
metode sampling yang digunakan. Hasil interpretasi merupakan hasil check field
setelah dilakukan uji ketelitian interpretasi. Pemutakhiran data (data up dating)
adalah penyesuaian obyek yang terekam pada citra dengan obyek yang ada di
lapangan. Misalnya perubahan lahan kosong menjadi pemukiman/lahan
terbangun.
2. Citra Ikonos
Perkembangan pesat teknologi satelit dimulai sejak tahun 1972, dengan
diluncurkannya ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite-1) oleh NASA
USA, yang memiliki resolusi spasial 80 meter dan resolusi temporal 18 hari.
Generasi satelit terbaru, misalnya QUICKBIRD, menghasilkan citra satelit dengan
resolusi 0.61 meter dan resolusi temporal 3 hari. Resolusi spasial adalah ukuran
objek terkecil yang masih dapat disajikan dibedakan, dan dikenali pada citra.
Semakin kecil ukuran objek yang dapat direkam, semakin baik resolusi
spasialnya. Resolusi temporal adalah kemampuan sensor untuk merekam ulang
objek yang sama. Semakin cepat suatu sensor merekam ulang objek yang sama,
semakin baik resolusi temporalnya (http://rovicky.wordpress.com/2006/10/02).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Citra Ikonos diluncurkan pertama kali di Vandenburg, California pada
tanggal 24 September 1999 oleh Space Imaging, merupakan citra satelit komersial
pertama yang memiliki resolusi spasial 1 meter. Satelit ini mengorbit bumi
sinkron dengan matahari setinggi 681 km. Satelit Ikonos bergerak melintasi bumi
sebanyak 14 kali dalam sehari atau waktu revolusinya adalah 98 menit untuk
sekali lintasan dengan kecepatan 4,5 mil/detik (7 km). Satelit ini membawa sensor
pankromatik untuk menghasilkan citra pankromatik hitam putih dengan resolusi
spasial 1 m dan sensor multispektral dengan resolusi spasial 4 m pada empat
saluran dengan panjang gelombang yang berbeda yaitu saluran biru, saluran
merah, infra merah dan infra merah dekat. Resolusi spasialnya adalah 3 hari.
(http://rovicky.wordpress.com/2006/10/02.)
Citra satelit resolusi tinggi (temporal dan spasial) memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan citra dengan resolusi tinggi
sebagai berikut :
1. Resolusi spasial yang memadai, dengan resolusi spasial 0.61 m s.d 2 m
sebuah benda dengan panjang 36,45 m akan mudah diidentifikasi pada
citra.
2. Resolusi temporal yang memadai, kemampuan satelit Formosat 2 milik
Taiwan yang mampu melakukan perekaman harian, memberikan jaminan
data yang cepat dan akurat. Formosat 2 adalah satelit yang mengorbit
sinkron matahari dan merekam data pukul 09.30 waktu setempat tiap
harinya.
3. Harga rata-rata citra satelit resolusi berkisar antara 10 – 40 USD/Km2, dan
menunjukkan kecenderungan yang terus menurun. Generasi pertama,
Ikonos, dijual dengan harga 37 USD/Km2, generasi berikutnya,
QUICKBIRD, lebih murah, 24 USD/Km2, sedangkan OrbView 3 dihargai
10 USD/Km2.
4. Efisiensi waktu. Data citra hasil perekaman dapat dianalisis dengan cepat
dan akurat dengan teknologi digital,
5. Multiguna. Data citra hasil perekaman dapat digunakan sekaligus sebagai
data perencanaan survai lapangan, terutama untuk pengenalan wilayah dan
alternatif akses jalan ke lokasi.
Disamping beberapa kemampuan yang disebutkan di atas, harus diakui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adanya beberapa keterbatasan yang dimiliki metode penginderaan jauh ini, antara
lain :
1. Terhalang cuaca. Citra yang disebutkan di atas termasuk dalam kategori
penginderaan jauh sistem pasif, artinya citra tersebut merekam data hasil
pantulan sinar matahari yang mengenai objek. Awan tebal tidak dapat
ditembus matahari sehingga jika terdapat awan, objek di permukaan bumi
akan tertutup oleh awan tersebut. Berbeda jika digunakan penginderaan
jauh sistem aktif, satelit memancarkan gelombang elektromagnetik dan
pantulannya akan direkam kembali oleh satelit. Sistem aktif ini tidak
tergantung cuaca dan waktu, karena dapat menembus awan dan dapat
beroperasi pada malam hari.
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Terbatas untuk penyisiran wilayah daratan. Kemampuan penetrasi ke
dalam air yang dimiliki citra-citra di atas sangat terbatas, sehingga tidak
dapat digunakan untuk wilayah perairan (h ttp:/ /rovicky. wordpress.com
//2006/10/02).
Tabel 1. Spesifikasi Citra IkonosSpesifikasi satelit ikonosBerat Satelit
Orbit ketinggian
Mengelilingi bumi
Kembali pada posisi yang sama
: 720 Kg
: 680 Km
: 14 kali / hari (tiap 98 menit)
: tiap 4 hariKeunggulan citra ikonosKemampuan cakupan luas
Kemampuan resolusi spasial
Kemampuan skala citra satelit
Identifikasi obyek
: 11 km x 11 km
: 1 m dan 4 m
: 1:2500
: skala lokal / detailKendala citra ikonosJenis sensor satelit
Tutupan awan
Kemampuan pengambilan area
: pasif (tidak dapat menembus awan)
: maksimum 20% dianggap berhasil
: segi empat dan lebar minimum 5 kmTipe produkGeo mon
Reference
Map
Pro
Precision
: 23,8 m RMS error ini horisontal accuracy
: 11,8 m RMS error ini horisontal accuracy
: 5,7 m RMS error ini horisontal accuracy
: 4,8 m RMS error ini horisontal accuracy
: 1,9 m RMS error ini horisontal accuracyAplikasi citra ikonosPendataan
Identifikasi
Pemantauan
Penilaian
PerencanaanSoftware yang dapat digunakanAutodesk
ERDAS
ERDAS with ESRI
ESRI
Map info
RSI
Space imaging
Bentley
Earth resource mapping
ERDAS
LH
PCI geomatics
Space Imaging
Sensor system
21 Imaging
: AutoCAD
: Imaging 8.2, 8.3
: ArcView Imaging, Analysis 1.1
: ArcVIEW 3.0
: MAPInfo 4.5
: ENVI 3.2
: Cartirra Analysis
: Microstation
: ER Mapper 5.5
: Mapsheets 1.2a
: socet set
: PCI 6.1
: Free Look
: Remote view
: Geomedia, image stationSumber : rovicky. wordpress.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Ruang Terbuka Hijau
a. Ruang Terbuka.
Budihardjo,(1999; 90) mendefinisikan ruang terbuka sebagai suatu
wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak
mempunyai penutup dalam bentuk fisik.
Jadi ruang terbuka merupakan penjabaran yang lebih rinci dan lebih luas
yang merupakan satu kesatuan unsur – unsur yang berada di atasnya. Unsur
utama dari lahan adalah tanah tetapi bukan berarti tanah saja, melainkan
gabungan dari beberapa unsur lain yaitu antara lain tanah, iklim, topografi,
penggunaan lahan, aktifitas manusia dan lain sebagainya. Satu kesatuan unsur
inilah yang mendatangkan keuntungan bagi manusia dalam pengelolaan dan
penggunaannya.
b. Pengertian Ruang Terbuka Hijau.
Ruang-ruang di dalam kota atau daerah yang lebih luas baik dalam bentuk
area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam
penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang
berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan
Olah Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan
(Inmendagri no.14/1988).
Menurut Dinas Pertamanan DKI Jakarta, Dinas Pertamanan
mengkalasifikasikan ruang terbuka hijau berdasarkan pada kepentingan
pengelolaannya adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Hijau Pertamanan Kota, berupa sebidang tanah yang
sekelilingnya
ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon pelindung, semak/perdu,
tanaman penutup tanah serta memiliki fungsi relaksasi
2. Kawassan Hijau Hutan Kota, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi
utama sebagai hutan raya.
3. Kawasan Hijau Rekreasi Kota, sebagai sarana rekreasi dalam kota yang
memanfaatkan ruang terbuka hijau.
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
4. Kawasan Hijau kegiatan Olahraga, tergolong ruang terbuka hijau area
lapangan, yaitu lapangan, lahan datar atau pelataran yang cukup luas.
Bentuk dari ruang terbuka ini yaitu lapangan olahraga, stadion, lintasan
lari atau lapangan golf.
5. Kawasan
Hijau Pemakaman.
6. Kawasan Hijau Pertanian, tergolong ruang terbuka hijau areal produktif,
yaitu lahan sawah dan tegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan
padi, sayuran, palawija, tanaman hias dan buah-buahan.
7. Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, taman di
persimpangan jalan, taman pulau jalan dan sejenisnya.
8. Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan,
perkantoran, perdagangan dan kawasan industri
Kegiatan–kegiatan manusia yang tidak memperhatikan kelestarian
lingkungan hijau mengakibatkan perubahan pada lingkungan yang akhirnya akan
menurunkan kualitas lingkungan perkotaan. Kesadaran menjaga kelestarian
lingkungan hijau pasti akan lebih baik jika setiap orang mengetahui fungsi RTH
bagi lingkungan perkotaan. fungsi dari RTH bagi kota yaitu: untuk meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan dalam kota dengan sasaran untuk
memaksimumkan tingkat kesejahteraan warga kota dengan menciptakan
lingkungan yang lebih baik dan sehat.
Berdasarkan fungsinya menurut Rencana Pengembangan Ruang terbuka
hijau tahun 1989 yaitu :
1. RTH yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dimana penduduk dapat
melaksanakan kegiatan berbentuk rekreasi, berupa kegiatan rekreasi aktif
seperti lapangan olahraga, dan rekreasi pasif seperti taman.
2. RTH yang berfungsi sebagai tempat berkarya, yaitu tempat penduduk bermata
pencaharian dari sektor pemanfaatan tanah secara langsung seperti pertanian
pangan, kebun bunga dan usaha tanaman hias.
3. RTH yang berfungsi sebagai ruang pemeliharaan, yaitu ruang yang
memungkinkan pengelola kota melakukan pemeliharaan unusur-unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perkotaan seperti jalur pemeliharaan sepanjang sungai dan selokan sebagai
koridor kota.
4. RTH yang berfungsi sebagai ruang pengaman, yaitu untuk melindungi suatu
objek vital atau untuk mengamankan manusia dari suatu unsur yang dapat
membahayakan seperti jalur hijau disepanjang jaringan listrik tegangan tinggi,
jalur sekeliling instalasi militer atau pembangkit tenaga atau wilayah
penyangga.
5. RTH yang berfungsi sebagai ruang untuk menunjang pelestarian dan
pengamanan lingkungan alam, yaitu sebagai wilayah konservasi atau
preservasi alam untuk mengamankan kemungkinan terjadinya erosi dan
longsoran pengamanan tepi sungai, pelestarian wilayah resapan air.
6. RTH yang berfungsi sebagai cadangan pengembangan wilayah terbangun kota
di masa mendatang
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Manfaat lahan terbuka berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat
langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan
bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar),
keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible)
seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.
(www.scripps.ohiou.edu/news/cmdd/Artikel_cd.htm-103k).
c. Kecukupan Ruang Terbuka Hijau.
Urban growth reduces open space in and around cities, impacting
biodiversity and ecosystem services. Using land-cover and population data, we
examined land consumption and open space loss between 1990 and 2000 for all
274 metropolitan areas in the contiguous United States. Nationally, 1.4 million ha
of open space was lost.
(http://www.plosone.org/article/info:doi%2F10.1371%2Fjournal.pone.0009509).
Berkaitan dengan kecukupan Ruang terbuka atau luas
standar Ruang terbuka pada wilayah perkotaan secara khusus
telah diterangkan pada Undang – Undang Republik Indonesia
nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Pada pasal 29
ayat 2 yang menerangkan bahwa Proporsi ruang terbuka hijau
pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas
wilayah kota.
4. Pemetaan
Prihandito (1998: 11) mengemukakan bahwa “peta merupakan gambar
permukaan bumi pada bidang datar dalam ukuran yang lebih kecil”. Prihandito
(1998 : 1) berpendapat pula bahwa, “ Peta merupakan penyajian grafis dari bentuk
ruang dan hubungan keruangan antara berbagai perwujudan yang diwakili”.
Menurut Sinaga (1995: 5) peta adalah suatu representasi / gambaran unsur
– unsur atau kenampakan – kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan
bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda – benda
angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil /
diskalakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sandy (1972: 2) mengemukakan bahwa pemetaan merupakan suatu usaha
untuk menyampaikan, menganalisis dan mengklasifikasikan data yang
bersangkutan, serta menyiapkan ke dalam bentuk peta dengan menggunakan
metode tertentu agar peta yang dihasilkan dapat dimengerti dengan mudah,
memberi gambaran yang jelas, rapi dan bersih.
Seorang kartograf harus dapat mendesain peta dan merekayasa,
mengkombinasikan berbagai data menjadi simbol-simbol yang menarik dan
mudah dimengerti sehingga peta yang dihasilkan mempunyai nilai tinggi baik isi
maupun unsur seninya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam
cara grafis dan untuk efisiensinya harus mempelajari atribut atau elemen-elemen
dasarnya (Sinaga, 1995: 3)
Tugas kartografer adalah mendesain peta. Tahapan mendesain peta
meliputi sebagai berikut :
a. Desain letak peta / komposisi peta
Desan tata letak/komposisi peta adalah merancang susunan dan pengaturan
masing-masing informasi tepi peta, agar peta menarik dan efisien. Komposisi peta
meliputi judul peta, skala peta baik grafis maupun numeric, orientasi, inset,
legenda, indeks peta, sumber data, sumber peta, nama penyusun peta, garis tepi
peta, garis lintang dan bujur, serta daerah yang dicakup. Penempatan unsur-unsur
tersebut ke dalam peta dipengaruhi oleh bentuk daerah penelitian, efisiensi kertas
dan skala peta, oleh karena itu letak dan ukuran huruf atau angka yang
ditempatkan pada peta harus nampak serasi dan harmonis sehingga memberi
kesan yang menarik bagi pengguna peta. Berikut contoh penempatan tata letak/
komposisi informasi peta tematik.
Keterangan :
1. Judul peta tematik
2. Daerah yang dicakup
3. Skala angka dan grafis
4. Orientasi utara
5. Legenda/ keterangan
6. Penyususn/ penerbit
7. Sumber data
8. Grid lintang dan bujur
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Gambar 3. Tata Letak Komposisi Peta Tematik
b. Desain peta dasar
Dalam membuat peta tematik diperlukan peta dasar yang berfungsi sebagai
latar belakang penempatan dan orientasi secara geografi dari tema yang akan
dibuat. Penentuan skala peta berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut
1) Sesuai dengan tujuan pemetaan.
2) Tidak banyak data yang dihilangkan.
3) Datanya dapat digambarkan dengan jelas.
4) Unit penggambaran terkecil masih nampak tergambar
dengan jelas. Dalam hal ini unit penggambaran
terkecil pada peta berskala 1:35.000 luasan terkecil
yang tergambar adalah 4,24 ha. Dijelaskan oleh
Elbersen G.W.W dalam Abdullah Tatat Sutarman,
1993 : 51.
c. Desain isi peta
Desain isi peta adalah merancang informasi ke dalam bentuk simbol yang
akan ditampilkan pada peta. Simbol harus memiliki arti unsur yang diwakilinya.
Informasi yang akan disampaikan melalui simbol seperti simbol titik, garis dan
area akan menentukan besarnya ukuran atau nilai.
Desain isi peta pada hakekatnya mendesai simbol dalam proses pemetaan
suatu data. Simbol merupakan penyajian dalam bentuk gambar yang menarik dan
mudah dipahami oleh pengguna peta atau sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan informasi suatu tema pada peta tematik. Menurut Sinaga (1995 :
39), unsur- unsur geografis yang digambarkan dalam peta dapat dikelompokan
menjadi :
1) Posisional, yakni unsur- unsur yang tidak mempunyai
dimensi atau perluassan, misalnya : titik ketinggian,
sumur pengeboran, pusat pelanyanan dan sebagainya.
Nilai dari unsur- unsur ini dapat dilihat angka yang ada
atau dihitung dengan menjumlahkan titiknya.
2) Linier, yakni unsur yang mempunyai perluasan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
satu sisi atau unsur dimensi satu. Misalnya : jalan, jalan
kereta api, sungai dan sebagainya. Untuk data linier ini
tergantung panjang pendek unsur yang digambarkan.
3) Unsur yang mempunyai bentuk perluasan atau yang
berdimensi dua nilai ditentukan berdasar luasnya,
bahkan unsur yang berdimensi tiga dapat ditentukan
volumenya, misalnya volume waduk, volume jumlah
cadangan bahan galian, jumlah curah hujan dan
sebagainya.
Penentuan bentuk dan ukuran simbol disesuaikan dengan macam data,
kuantitas data maupun generalisasi. Berikut ini beberapa tahapan dalam
mendesain simbol yang dikemukakan oleh Bertin dalam Martono (1998: 6)
1) Penentuan subjek yang dipetakan
2) Analisis data meliputi :
a) menentukan struktur organisasi data
b) menentukan karakteristik posisi data
3) Persepsi yang dikehendaki (Sinaga, 1995: 11).
a) Persepsi asosiatif adalah semua simbol yang
ada dalam peta tersebut mempunyai kesan
sama tingkatannya (pentingnya), derajadnya,
jadi tidak ada satu simbolpun yang lebih
menonjol dibandingkan dengan simbol yang
lain.
Contoh: variabel visual bentuk (form), orientasi (orientatiaon), warna
(colour) dan density.
b) Persepsi selektif adalah semua simbol
memberi kesan berbeda antara satu dengan
lainnya, akan tetapi dalam bentuk group.
Mata akan dapat membedakan group satu
dengan yang lainnya, tetapi tidak dapat
mebedakan mana group yang lebih penting.
Jadi group yang satu dengan lainnya sama
kedudukannya.
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Contoh : variabel visual nilai (value), ukuran (size) dan warna (colour).
c) Persepsi bertingkat adalah apabila mata
melihat group simbol akan mendapatkan
kesan bahwa group simbol yang satu akan
lebih penting dari group simbol yang lain
(ada tingkatannya)
Contoh: nilai (value), ukuran (size) dan density.
d) Persepsi kuantitatif adalah simbol - simbol
akan memberi kesan bahwa simbol yang
satu lebih besar dari simbol yang lain atau
dengan kata lain simbol satu dengan yang
lainnya dapat dibandingkan.
Contoh: ukuran (size).
Tabel 2. Hubungan antara Tingkatan Persepsi dengan Variabel VisualVariabel visual
Persepsi
Bentuk Orient
asi
Warna Density Nilai Ukuran
Kuantitaif
Bertingkat
Selektif
Assosiatif
4) Pemilihan variabel visual yaitu :
a) Bentuk c. Ukuran. e.
Kepadatan g. Nilai
b) Arah d. Warna f. Posisi
5) Desain simbol
Desain simbol berdasarkan pada :
Pembuat peta
Kenampakan sesungguhnya di lapangan
Permintaan dari pengguna peta
5. Sistem Informasi Geografis (SIG)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sistem Informasi Geografi merupakan sistem manual dan atau komputer
yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan menghasilkan
informasi yang mempunyai rujukan spasial atau geografis. Secara umum sistem
informasi geografi adalah suatu fasilitas untuk mempersiapkan, mempresentasikan
dan menginterpretasikan fakta (kenyataan) di muka bumi. Secara khusus sistem
informasi geografi adalah konfigurasi perangkat keras dan perangkat lunak
komputer yang secara khusus dirancang untuk proses-proses akusisi, pengelolaan
dan penggunaan data kartografi (Tomlin dalam Prahasta, 2001: 57).
Esri dalam Prahasta (2002: 55) mengemukakan bahwa SIG merupakan
kumpulan terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data
geografi, dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh,
menyimpan, meng-update, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua
bentuk informasi bereferensi geografi.
Demers dalam Prahasta (2002: 55) menjelaskan bahwa SIG adalah sistem
komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan,
dan menganalisa informasi – informasi yang berhubungan dengan permukaan
bumi.
Dari beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa SIG adalah sistem
komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem ini
diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang
berfungsi untuk: (1). Akusisi dan verifikasi data, (2). Kompilasi data, (3).
Penyimpanan data, (4). Perubahan dan updating data, (5). Manajemen dan
pertukaran data, (6). Manipulasi data, (7). Pemanggilan dan presentasi, (8).
Analisa data.
Dalam SIG terdapat 5 program software diantaranya adalah R2V, Arc
Info, Arc View. R2V digunakan untuk input data spasial, Arc View untuk
pemrosesan data spasial sedangkan Arc View untuk output data spasial maupun
data atribut termasuk tool untuk analisis. Untuk membangun data atribut bisa
dilakukan pada tabel Arc View maupun tabel exell (software exell) yang
selanjutnya digabungkan ke dalam tabel Arc View.
Sistem informasi geografi terdiri dari tiga komponen dasar yang dapat
digunakan untuk memasukkan data, proses manipulasi/analisis data, dan keluaran
data. Secara garis besar ketiga komponen dapat diuraikan sebagai berikut :
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a) Masukan Data.
Subsistem masukan data adalah fasilitas dalam SIG yang dapat
digunakan untuk memasukan data dan merubah bentuk data asli ke bentuk
yang dapat diterima dan dapat dipakai dalam SIG. Subsistem ini merupakan
subsistem yang rumit karena merupakan titik tolak semua aktifitas SIG.
subsistem ini harus dapat menjamin bahwa data yang dimasukkan sama
dengan data yang diterima, ketepatan informasi hanya akan diperoleh bila data
masukannya tepat dan benar.
Data masukan SIG terdiri dari dua tipe, yaitu data keruangan yang
berasosiasi dengan data atribut, dan data keruangan yang berkaitan dengan
lokasi geografis. Sumber data untuk SIG dalam penelitian ini berupa peta
grafis yaitu peta administrasi, peta rencana umum tata ruang kota, dan peta
penggunaan lahan. Data grafis diolah komputer jika terlebih dahulu
diubah/dikonversi ke bentuk digital.
Pemasukan data atribut dengan menggunakan menu tables
dimaksudkan untuk mengaitkan antara data atribut dengan data grafis. Item
yang perlu ditambahkan dalam menu ini adalah item matriks keselarasan
penggunaan lahan terhadap rencana umum tata ruang kota.
b) Proses Manipulasi dan Analisis Data.
Subsistem ini berfungsi untuk membedakan data yang akan diproses
dalam SIG. subsistem ini dapat digunakan untuk merubah format data,
memanipulasi data dan menganalisis data.
Proses selanjutnya adalah memasukan data atribut dengan
menggunakan menu tables dimaksudkan untuk mengaitkan antara data atribut
dengan data grafis.
c) Keluaran Data.
Subsistem keluaran berfungsi untuk menayangkan informasi ataupun
hasil analisa data geografis secara kualitatif ataupun kuantitatif. Keluaran ini
dapat berupa softcopy yang berupa tabel, peta, ataupun arsip elektronik
(electronic file), dan dalam bentuk hardcopy yang berupa peta – peta yang
dicetak dengan kertas dengan menggunakan plotter berwarna. Pembuatan
layout peta dengan menggunakan fasilitas Arc View GIS versi 3.3. melalui
keluaran ini pengguna dapat melakukan identifikasi informasi yang diperlukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai bahan pengambilan kebijakan atau perencanaan. Ketiga subsistem di
dalam SIG ini yang menopang jalannya proses pengolahan data hingga dapat
menghasilkan informasi yang bermanfaat.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan
penelitian yang penulis laksanakan antara lain :
Indrastuti (2002) melakukan penelitian dengan judul ”Pengelolaan dan
Interpretasi Citra Ikonos untuk mengetahui bentuk kota Cikarang
Kabupaten Bekasi tahun 2001”. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui
proses pengolahan dan interpretasi citra Ikonos dan mengetahui bentuk kota
Cikarang Kabupaten Bekasi tahun 2001. Metode yang digunakan adalah
penginderaan jauh dengan teknik interpretasi data digital citra Ikonos. Hasil
penelitian menunjukkan tata cara pengolahan dan interpretasi citra ikonos serta
dapat mengetahui bentuk morfologi kota Cikarang, informasi mengenai bentuk
kota Cikarang adalah berbentuk kompak dengan pola gurita.
Gultom (1995), telah melakukan penelitian dengan judul “ Peta
Penggunaan Lahan Kota Wonogiri Hasil Interpretasi Foto Udara
Dibandingkan Dengan Peta Rencana Umum Tata Ruang Menggunakan
Sistem Informasi Geografis “. Penelitian tersebut bertujuan untuk (1) membuat
peta panggunaan lahan Kota Wonogiri tahun 1994, dan (2) membandingkan peta
penggunaan lahan Kota Wonogiri tahun 1994 dengan RUTRK Wonogiri periode
1985-2005. Metode yang digunakan adalah interpretasi foto udara dengan uji
lapangan dan teknik tumpang susun peta.. Hasil yang diperoleh yaitu
ketidaksesuaian terbesar adalah untuk permukiman yaitu sebesar 17%.
Tegawati (2006) melakukan penelitian dengan judul “Perubahan
Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir Kecamatan Panarukan Kabupaten
Situbondo Tahun 1993–2005”. Tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui
agihan dan luasan penggunaan lahan wilayah pesisir di Kecamatan Panarukan
Kabupaten Situbondo tahun 1993–2005, mengetahui apakah tingkat aksesibilitas
(panjang jalan dan kualitas jalan) dan pertambahan penduduk menyebabkan
perubahan penggunaan lahan di wilayah pesisir di Kecamatan Panarukan
Kabupaten Situbondo tahun 1993–2005. Teknik yang dilakukan adalah analisis
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
peta dengan melakukan interpretasi foto udara dan SIG serta melakukan korelasi
untuk mengetahui pengaruh antara aksesibilitas dan pertumbuhan penduduk
dalam perubahan penggunaan lahan. Hasil dari penelitian tersebut adalah
informasi perubahan penggunaan lahan yang berupa pertambahan luas sawah dan
permukiman, penurunan luas lahan tambak, rawa, kebun, mangrove dan open
space. Diketahui bahwa terdapat hubungan yang kuat untuk faktor aksesibilitas
dalam mempengaruhi perubahan penggunaan lahan, sementara pertambahan
penduduk tidak begitu berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan karena
korelasinya kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C.Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan penduduk di perkotaan pada umumnya berlangsung dengan
cepat, yang diakibatkan oleh pertumbuhan alami maupun migrasi. Pertumbuhan
penduduk yang pesat dan meningkatnya tuntutan ekonomi akan mendorong
terjadinya kegiatan pembangunan yang sering berdampak pada perubahan
penggunaan lahan kota, salah satunya adalah perubahan Ruang terbuka.
Ruang Terbuka adalah Ruang yang berfungsi sebagai wadah (container)
untuk kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok, serta wadah
makhluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan (UUPR
no.24/1992).
Semakin banyaknya penduduk kota akibat pertumbuhan alami maupun
migrasi berimplikasi pada makin besarnya tekanan penduduk atas lahan kota,
karena kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan fasilitas – fasilitas lain sebagai
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pendukungnya. Perkembangan pembangunan di Kota Surakarta yang sangat pesat
mengakibatkan terjadinya kekurangan ruang untuk kegiatan pembangunan,
sehingga perluasan pembangunan Kota Surakarta akan merambah ke bagian utara,
salah satunya Kecamatan Banjarsari. Hal ini menjadi persoalan besar bagi
perencanaan, pengelola kota maupun penduduk sendiri, semula manusia memilih
ruang untuk tempat tinggalnya di wilayah yang sesuai dengan persyaratan, tetapi
akibat berbagai desakan, lahan yang seharusnya berfungsi sebagai ruang terbuka
digunakan untuk tempat tinggal maupun untuk membangun sarana perekonomian.
Lingkungan perkotaan, merupakan lingkungan yang mengalami banyak
rekayasa dari lingkungan alaminya. Ketika populasi di kota semakin bertambah,
kebutuhan energi, materi dan subsidi sumberdaya lainnya akan semakin
meningkat. Bahkan sering pula melampaui daya dukungnya. Akibatnya,
pencemaran terjadi baik di atmosfir, air, permukaan daratan maupun dalamnya.
Emisi kendaraan bermotor, limbah berbagai jenis pabrik dan pembakaran akan
menghasilkan udara berbagai jenis pencemaran seperti hidrokarbon, belerang
oksida, partikel melayang, sulfide. Selain udara, air tercemar antara lain oleh
berbagai logam berat dari kegiatan industri dan pencemaran tersebut dilengkapi
oleh sektor non industri seperti pertanian, perikanan, perumahan, perkantoran.
Untuk itu maka perlu diadakannya pemantauan ketersediaan ruang terbuka
karena dengan ruang terbuka hijau yang cukup akan mengurangi kerusakan
lingkungan di perkotaan. Ruang terbuka memegang peranan yang penting pada
sebuah kota diantaranya sebagai daerah resapan yang dapat berfungsi
mengendalikan banjir dan menjaga kestabilan air tanah. Selain memiliki vegetasi
yang berfungsi menjinakkan angin, polusi suara, habitat burung dan ancaman
penyinaran langsung matahari terhadap manusia serta menyaring (filterisasi) debu
dan muatan kimia, juga sebagai penyedia oksigen,
Untuk memaksimalkan fungsi ruang terbuka maka luas ruang terbuka
hijau pada suatu daereh idealnya memiliki luas 30% dari luas keseluruhan daerah
tersebut. Hal ini telah di terangkan pada Undang-undang Republik Indonesia
nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Untuk memperoleh luasan ruang
publik yang disyaratkan hingga saat ini masih menjadi masalah, mengingat selama
ini aspek penyediaan lahan tersebut seakanakan masih menjadi tugas pemerintah.
Mengingat kemanfaatannya adalah ditujukan kepada masyarakat luas, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pertumbuhan Penduduk place CityKota meningkatKebutuhan lahan hunian dan fasilitas pendukung meningkatInterpretasi C itra IKON OS
Luas dan agihan Ruang terbuka Uji lapanganA nalisis SIG Uji ketelitian hasil Interpretasi Citra
selayaknya masyarakat juga menanggung beban dalam penyediaan ruang terbuka
hijau tersebut.
Citra Ikonos memiliki resolusi spasial tinggi sehingga lebih mudah dan
murah digunakan untuk memetakan ruang terbuka apabila dibandingkan dengan
pemetaan secara terestrial atau pengukuran lapangan. Kemudian dilakukan uji
lapangan atau pengecekan obyek dengan pengamatan di lapangan secara langsung
(field check), uji lapangan dilakukan dengan membandingkan hasil interpretasi
dengan hasil pengecekan lapangan sehingga diketahui tingkat ketelitian citra
ikonos untuk kajian ruang terbuka. Hasil interpretasi tersebut selanjutnya di
analisis dengan menggunakan SIG untuk menghasilkan peta luas dan persebaran
Ruang terbuka Hijau di Kecamatan Banjarsari tahun 2008. Untuk lebih jelasnya
kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir kerangka
pemikiran di bawah ini :
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ketelitian C itra Ikonos untuk kajian ruang terbuka hijau
Luas dan persebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan Banjarsari tahun 2007
A nalisis tingkat kecukupan ruang terbuka hijau di Kecamatan Banjarsari21
Gambar 4. Diagram Kerangka Pemikiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian1.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.
Pemilihan lokasi ini didasarkan alasan bahwa Kecamatan Banjarsari yang terletak
di bagian utara Kota Surakarta ini masih banyak memiliki ruang terbuka.
Perkembangan pembangunan di Kota Surakarta yang sangat pesat mengakibatkan
terjadinya kekurangan lahan untuk kegiatan pembangunan. Dibandingkan
kecamatan – kecamatan lain di Kota Surakarta kondisi tersebut sangat
memungkinkan kegiatan pembangunan Kota Surakarta akan merambah ke bagian
utara, hal tersebut akan mengurangi luas ruang terbuka hijau di kawasan Kota
Surakarta salah satunya adalah Kecamatan Banjarsari.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini pada Bulan juli 2009 sampai dengan Bulan juli 2010,
yang diawali dengan tahap persiapan sampai dengan tahap pelaporan hasil
penelitian.
Tabel 4. Jadwal Waktu PenelitianNo Kegiatan Tahun / Bulan
2009 2010
jul-sept okt-des jan feb-apr Mei-jun jul
1 Persiapan penelitian
2 Penulisan proposal penelitian
3 Penyusunan instrumen penelitian
4 Pengumpulan data
5 Analisis data
6 Penulisan Pelaporan penelitian
B.Bentuk dan Metode Penelitian
.Metode yang digunakan adalah deskriptif spasial atau deskriptif geografis,
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yaitu analisa lokasi yang menitik beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak
(distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement) (Bintarto, 1978: 74).
Bentuk diskriptif geografis dalam penelitian ini yaitu menerangkan tentang
ketersediaan dan persebaran ruang terbuka hijau di Kecamatan Banjarsari serta
tingkat kecukupan ruang terbuka hijau yang dianalisis secara keruangan.
C.Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas
atau tidak terbatas (Tika,1997: 32). Dalam penelitian ini populasi meliputi seluruh
ruang terbuka hijau yang ada di Kecamatan Banjarsari.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-idividu yang mewakili
suatu populasi (Tika,1997: 33). Ada tiga pertimbangan paling penting dalam
pengambilan sampel yaitu kecepatan atau memerlukan waktu yang relatif pendek,
pengurangan biaya dan semakin bertambahnya akurasi serta ketajaman analisis
data (Suhardono,1987: 2). Dalam hal ini akurasi serta ketajaman analisis data
ditunjukkan pada analisis tingkat ketelitian interpretasi citra.
Sampel yang digunakan sebanyak 119 meliputi 8 klasifikasi obyek yaitu :
24 pemukiman, 27 sawah, 6 tegalan, 13 industri, 44 lahan terbuka, 2 kuburan, 1
taman kota, 2 lapangan olahraga. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
stratified proporsional random sampling, didasarkan pada kelas obyek
penggunaan lahan yang ada pada tiap kelurahan. Sampel diambil dengan
memperhatikan proporsi jumlah sampel, sehingga seluruh populasi terwakili oleh
sampel yang diambil. Titik sampel diambil secara acak (random) didasarkan atas
jumlah strata (kelas).
D.Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau
obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti (Tika,1997: 67).
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini data primer berupa
1. Data ruang terbuka di Kecamatan Banjarsari yang diperoleh dari
interpretasi Citra Ikonos yang diperoleh dari wabesite Google Earth.
2. Pengamatan di lapangan secara langsung. Cek lapangan dilakukan untuk
mencocokkan kebenaran hasil interpretasi citra ikonos dengan kondisi di
lapangan serta melengkapi dan memperbaharui data yang belum ada pada
citra ikonos tahun 2003, sehingga data yang digunakan dalam penelitian
adalah data tahun 2007.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun data
yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli. Data sekunder dapat
diperoleh dari instansi – instansi dan perpustakaan (Tika,1997: 67).
Untuk menunjang penelitian ini digunakan data yang diperoleh dari
dokumen yang dikeluarkan oleh beberapa instansi Kota Surakarta. Data sekunder
dalam penelitian ini meliputi :
a. Data luas wilayah, data kependudukan, data transportasi di
Kecamatan Banjarsari diperoleh dari Monografi Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta tahun 2007.
b. Koordinat titik ikat yang diperoleh dari Peta Rupa Bumi Lembar
1408-343 Surakarta, bersumber dari BAKOSURTANAL.
c. Data curah hujan diperoleh dari Sub Dinas Pengairan bersumber
DPU Kota Surakarta.
E.Teknik Pengumpulan Data
1. Interpretasi Citra
Interpretasi citra dimaksudkan sebagai alat atau cara khusus untuk
melaksanakan metode penginderaan jauh. Interpretasi citra juga merupakan cara
untuk melakukan interpretasi citra secara ilmiah. Bahwa interpretasi citra
dilakukan secara ilmiah, kiranya tidak perlu diragukan lagi. Interpretasi citra
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dilakukan dengan metode dan teknik tertentu, berdasarkan teori tertentu pula,
mungkin orang menyebutnya sebagai dugaan, akan tetapi merupakan dugaan
ilmiah (sceintific guess) (Sutanto,1986: 144).
Interpretasi citra ikonos dilakukan secara visual melalui beberapa tahap
yaitu:
1. Data Acuan.
Data acuan ialah data yang bukan berasal dari citra penginderaan jauh,
akan tetapi data itu diperlukan dalam interpretasi citra. Penelitian ini
menggunakan data acuan monografi Kecamatan Banjarsari, buku referensi,
Peta Rupa Bumi Lembar 1408-343 Surakarta. Data acuan diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan interpretasi citra dan kecermatan hasilnya.
2. Kunci Interpretasi Citra.
Kunci interpretasi citra pada umumnya berupa potongan citra yang telah
diinterpretasi serta diyakinkan kebenarannya dan diberikan keterangan
seperlunya. Keterangan dalam hal ini meliputi jenis obyek yang digambarkan
adalah seluruh penggunaan lahan yang terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu
permukiman, sawah, tegalan, bangunan industri, lahan terbuka, kuburan, taman
kota, lapangan olahraga. Unsur interpretasi yang digunakan ialah rona atau
warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs dan asosiasi. Selain
keterangan yang disebut di atas, juga diperlukann keterangan tentang citra yang
menyangkut jenis citra adalah menggunakan Citra Ikonos, perekaman tahun
2003, dan lokasi daerah Kecamatan Banjarsari.
3. Penanganan Data.
Cara yang digunakan untuk penanganan data berupa citra digital yaitu:
a. Pentransferan data berupa potongan citra Ikonos dari Google
Earth ke memori komputer yang akan digunakan untuk
interpretasi.
b. Penggabungan potongan citra Ikonos yang telah dipindahkan ke
komputer dengan menggunakan program Adobe Photoshop 7.0
sesuai urutan penomoran citra.
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Setelah tergabung menjadi satu kesatuan citra ikonos kemudian
citra tersebut dipotong menurut batas wilayah administrasi
Kecamatan Banjarsari dengan dasar peta rupa bumi lembar
1408-343 yang menggambarkan Kota Surakarta serta di
dalamnya termasuk Kecamatan Banjarsari.
d. Memasukkan data berupa citra ikonos tersebut ke dalam
program ArcView GIS 3.3 kemudian citra siap untuk
diinterpretasi.
4. Metode Pengkajian.
Pekerjaan interpretasi citra dimulai dari pengkajian terhadap semua
obyek yang sesuai dengan tujuannya. Interpretasi citra sebaiknya mengikuti
metode tertentu, yaitu mulai dari pertimbangan umum yang dilanjutkan kearah
obyek khusus. Dalam penelitian ini interpretasi dimulai dari menginterpretasi
seluruh penggunaan lahan di Kecamatan Banjarsari kemudian dilanjutkan
dengan mengkaji lebih dalam tentang penggunaan lahan berupa lahan terbuka.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan
melihat sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk
menemukan fakta dari suatu usaha. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan
data dengan menganalisis dokumen atau arsip dan benda tertulis lainnya yaitu:
a. Data luas wilayah, data kependudukan, data transportasi di
Kecamatan Banjarsari bersumber dari Monografi Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta tahun 2007.
b. Koordinat titik ikat yang bersumber dari Peta Rupa Bumi Lembar 1408-
343.
c. Data curah hujan tahun 1997 – 2007 diperoleh dari Sub Dinas Pengairan
bersumber DPU Kota Surakarta.
3. Observasi Lapangan
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang
ada pada obyek penelitian.
Observasi lapangan digunakan untuk menyempurnakan informasi hasil
interpretasi. Hasil observasi menjadi data penyempurna dalam pengumpulan data.
Data yang diperoleh dari observasi lapangan ialah data penggunaan lahan yang
akurat di Kecamatan Banjarsari. Serta data penggunaan lahan hasil observasi
tersebut digunakan untuk menguji tingkat ketelitian citra ikonos.
F.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.Analisis Tingkat
Ketelitian Citra IKONOS
Untuk Kajian Lahan Terbuka.
Interpretasi ruang terbuka hijau di Kecamatan Banjarsari dengan
manggunakan citra ikonos di identifikasi berdasarkan kunci interpretasi citra,
yang dimaksud kunci interpretasi adalah unsur – unsur interpretasi citra yang
akan digunakan untuk melakukan interpretasi visual citra. Berikut ini adalah
kunci interpretasi yang di gunakan :
Tabel 5. Kunci Interpretasi Citra
Obyek Pada Citra Unsur Interpretasi Citra
Permukiman
Rona/warna : GelapBentuk : Abstrak,PadatUkuran : KecilTekstur : KasarPola : Tidak BeraturanBayangan : AdaSitus : Terletak di tepi jalanAsosiasi : Jalan komplek
Sawah
Rona/warna : GelapBentuk : Kotak memanjangUkuran : BesarTekstur : HalusPola : BeraturanBayangan : Tidak adaSitus : Berdekatan dengan tegalanAsosiasi : Pemukiman
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tegalan
Rona/warna : CerahBentuk : Kotak memanjangUkuran : KecilTekstur : SedangPola : Tidak BeraturanBayangan : Tidak adaSitus : Terletak dekat sawahAsosiasi : Sawah
Bangunan industri
Rona/warna : CerahBentuk : Kotak memanjangUkuran : BesarTekstur : SedangPola : TeraturBayangan : AdaSitus : Terletak di tepin jalan memenjangAsosiasi : Tepi jalan
Lahan terbuka
Rona/warna : CerahBentuk : AbstrakUkuran : KecilTekstur : SedangPola : Tidak BeraturanBayangan : Tidak adaSitus : pemukimanAsosiasi : Dekat Pemukiman
Kuburan
Rona/warna : GelapBentuk : Abstrak,PadatUkuran : KecilTekstur : KasarPola : Tidak BeraturanBayangan : Tidak adaSitus : Sawah/pemukimanAsosiasi : Pemukiman/sawah
Taman kota
Rona/warna : CerahBentuk : AbstrakUkuran : KecilTekstur : SedangPola : Tidak BeraturanBayangan : Tidak adaSitus : Terletak di tepi jalan pusat kotaAsosiasi : Dekat Pemukiman
Lapangan olahraga
Rona/warna : CerahBentuk : Kotak, lebarUkuran : BesarTekstur : SedangPola : TeraturBayangan : Tidak adaSitus : Sekitar pemukimanAsosiasi : Dekat pemukiman
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Uji ketelitian interpretasi dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi
data yang diperoleh dari citra dengan menggunakan tabel uji ketelitian
interpretasi citra atau matrik konfusi. Uji ketelitian wajib dilakukan oleh para
peneliti yang menggunakan data penginderaan jauh. Ketelitian data hasil
interpretasi penting untuk diketahui oleh peneliti sebelum melakukan analisis
lebih jauh yang didasarkan analisis data tersebut.
Uji ketelitian interpretasi citra dilakukan dengan pengecekan di
lapangan dengan sampel yang sudah di tentukan. Pengujian berdasarkan
kesesuaian hasil interpretasi dengan kondisi di lapangan, sehingga kesalahan
interpretasi dapat diketahui. Dari uji ketelitian ini akan diketahui tingkat
akurasi interpretasi citra ikonos. Berikut tabel uji interpretasi atau tabel
kontigensi bukti disajikan dalam tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Uji Ketelitian Interpretasi Citra Ikonos
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KarakteristikUji Lapangan Total
Interpretasi
Total
Kesahihan( A ) ( B ) ( C ) ( D )
Interpretasi A A’A A’B A’C A’D ΣA ΣA.A’AB B’A B’B B’C B’D ΣB ΣB.B’BC C’A C’B C’C C’D ΣC ΣC.C’CD D’A D‘C D’C D’D ΣD ΣD.D’D
Total Lapangan ΣA ΣB ΣC ΣD Σ Benar Σ Salah% benar A’A / ΣA B’B/ ΣC C’C/ΣC D’D / ΣD Rerata % benar
% komisiΣA
AAΣA. ′
ΣBBBΣB. ′
ΣCCCΣC. ′
ΣDDDΣD. ′ Rerata % komisi
Keterangan :
A, B, C, D : Kelas obyek di lapangan
A’, B;, C’, D’ : Kelas hasil intepretasi
A’A : Kelas obyek yang diinterpetasi A’
A’B : Kelas obyek B yang diinterpretasi A’
B’A : Kelas obyek A yang diinterpretasi B’
1. % Ketelitian kelas A :
A’A / ΣA
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. % Komisi kelas A
: ΣAAAΣA. ′
3. Ketelitian diterima
apabila rerata % benar
>80 % dan rerata komisi
< 20
2.Persebaran Ruang
Terbuka Hijau di Kecamatan
Banjarsari.
Analisis ini menggunakan analisis peta, yang didasarkan pada peta hasil
interpretasi citra ikonos yang telah diketahui tingkat ketelitiannya. Analisis ini
dilakukan untuk mengetahui distribusi spasial ruang terbuka hijau di daerah
penelitian secara keseluruhan dan di setiap kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Banjarsari.
3.Tingkat Kecukupan
Ruang Terbuka Hijau.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
tingkat kecukupan ruang terbuka hijau yang terdapat di
Kecamatan Banjarsari dengan unit analisis perkelurahan,
dengan cara membandingkan isi dari Undang-undang Republik
Indonesia nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
dengan luas ruang terbuka hijau hasil interpretasi. Berkaitan
dengan penataan ruang kota, Undang-Undang ini secara
khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan
pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya
ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas kota,
yang diisi oleh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja ditanam.
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii.Validitas Data
Validitas data atau kesahihan data merupakan kebenaran data di dalam
penelitian. Dalam sebuah penelitian keabsahan data merupakan hal yang sangat
penting, untuk itu data atau informasi yang telah dikumpulkan perlu diuji
keabsahannya. Dalam penelitian ini pengujian data dilakukan dengan teknik uji
lapangan (field cheek) yang dilakukan dengan cara pengecekan lapangan, yaitu
pengecekan jenis penggunaan lahan di lapangan dengan menggunakan GPS.
Pengecekan lapangan dimaksudkan untuk mengkaji ketelitian data yang ada
dengan fakta di lapangan.
G.Prosedur Penelitian
1. Penyusunan Proposal Penelitian
Tahap ini merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum penelitian di
lapangan meliputi studi pustaka (mempelajari literatur, laporan, majalah) yang
berhubungan dengan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Banjarsari, Kota
Surakarta. Kemudian dalam penyusunan proposal ini dikemukakan secara garis
besar rencana dan permasalahan yang akan diteliti, sehingga terdapat batas yng
jelas di dalam melakukan penelitian. Pada proposal penelitian berisi pendahuluan,
kajian teori, dan metodologi penelitian.
2. Penyusunan Instrumen Penelitian.
Penyusunan Instrumen Penelitian merupakan tahap berikutnya dalam
melakukan penelitian. Salah satu instrumen penelitian yang digunakan adalah
membuat catatan lapangan tentang ruang terbuka hijau tahun 2007 di Kecamatan
Banjarsari, Kota Surakarta dan uji ketelitian hasil interpretasi
3. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpulkan data
dengan cara interpretasi Citra IKONOS untuk mengetahui ruang terbuka hijau
tahun 2007, dan pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara melakukan
observasi langsung ke lapangan.
4. Analisis Data
Tahap analisis data adalah kegiatan menganalisis data dan menetapkan
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
teknik analisis yang digunakan, teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif. Analisis dilakukan setelah data diperoleh melalui interpretasi Citra
IKONOS untuk mengetahui persebaran ruang terbuka hijau tahun 2007 dan
dilakukan observasi lapangan. Kemudian dilakukan pemetaan dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG).
5. Penulisan Laporan Penelitian
Tahap ini merupakan tahap penyusunan laporan penelitian yang berupa
naskah skripsi yang kemudian dilanjutkan dengan ujian skripsi di hadapan tim
penguji.
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Letak , Batas dan Luas Daerah Penelitian
a. Letak.
Kecamatan Banjarsari terletak di bagian utara Kota Surakarta.
Berdasarkan peta Rupa Bumi Indonesia, letak astronomi Kecamatan
Banjarsari adalah antara 110047’33,29” – 110050’20,55” BT dan
070031’23,84” – 070034’17,27” LS atau dalam koordinat UTM berada antara
477000 sampai 482000 mT dan 9164000 sampai 9168000 mU (Peta Rupa
Bumi Skala 1: 25.000).
b. Batas.
Batas-batas Kecamatan Banjarsari sebagai berikut :
- Sebelah timur : Berbatasan dengan Kecamatan Pasar Kliwon dan
Kecamatan Jebres.
- Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Serengan dan Kecamatan
Laweyan.
- Sebelah barat : Berbatasan dengan Kecamatan Colomadu Kabupaten
Karanganyar.
- Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar dan Kecamatan Ngemplak Kabupaten
Boyolali.
c. Luas.
Luas Kecamatan Banjarsari adalah 1.481,10 Ha. Kecamatan Banjarsari
dibagi menjadi 13 kelurahan yang terdiri dari 167 Rukun Warga (RW), dan
832 Rukun Tetangga (RT).
Kecamatan Banjarsari terbagi dalam 13 kelurahan, yaitu: Kelurahan
Mangkubumen, Kelurahan Timuran, Kelurahan Keprabon, Kelurahan Ketelan,
Kelurahan Punggawan, Kelurahan Kestalan, Kelurahan Stabelan, Kelurahan
Gilingan, Kelurahan Manahan, Kelurahan Sumber, Kelurahan Nusukan,
Kelurahan Kadipiro, Kelurahan Banyuanyar.
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Luas masing-masing Kelurahan di Kecamatan Banjarsari dapat dilihat
pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 7. Nama Kelurahan dan Luas kelurahan di Kecamatan Banjarsari.No Nama Kelurahan Luas
Ha %1 Mangkubumen 79,70 5.38
2 Timuran 31,50 2.12
3 Keprabon 31,80 2.14
4 Ketelan 25,00 1.685 Punggawan 36,00 2.43
6 Kestalan 20,80 1.40
7 Stabelan 27,70 1.80
8 Gilingan 127,20 8.62
9 Manahan 128,00 8.64
10 Sumber 133,30 9.00
11 Nusukan 206,30 13.92
12 Kadipiro 508,80 34.35
13 Banyuanyar 125,00 8.43Jumlah 1.481,10 100
Sumber: Kecamatan Banjarsari Dalam Angka tahun 2006
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa kelurahan yang paling luas adalah
Kelurahan Kadipiro seluas 508,80 Ha (34.35%), Kelurahan Nusukan terluas
kedua setelah Kelurahan Kadipiro yaitu 206,30 Ha (13,92%). Kelurahan yang
memiliki luas sempit diantaranya adalah Kelurahan Ketelan dengan luas 25,00
Ha (1,68), Kelurahan Stabelan 27,70 Ha (1,80) dan kelurahan yang paling
sempit adalah Kelurahan Kestalan seluas 20,80 Ha (1.40%).
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Kondisi Fisik
a. Iklim
Iklim merupakan gambaran keadaan rata - rata cuaca suatu tempat dalam
periode tertentu, biasanya selama kurun waktu 10 tahun. Iklim merupakan
kesimpulan dari perubahan-perubahan nilai unsur-unsur cuaca dalam jangka
panjang di suatu tempat tertentu. Iklim dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain: angin, intensitas curah hujan, temperatur, letak, jarak dari
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
matahari, dan tinggi suatu tempat. Faktor yang digunakan dalam penelitian ini
adalah curah hujan. Curah hujan tersebut digunakan untuk menentukan tipe
curah hujan karena dapat berpengaruh terhadap iklim daerah setempat.
Untuk mengetahui iklim di daerah penelitian maka digunakan
klasifikasi dari Schmidt dan Ferguson. Klasifikasi ini menggunakan hitungan
perbandingan rata - rata bulan basah dan rata–rata bulan kering
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100 basahbulan rata Ratakeringbulan rata Rata Q ×=
%
Untuk menentukan bulan basah dan bulan kering menggunakan kriteria
Mohr sebagai berikut:
- bulan basah adalah bulan yang rata - rata curah hujannya
lebih dari 100 mm
- bulan kering adalah bulan yang rata - rata curah hujannya
kurang dari 60 mm
- bulan lembab adalah bulan yang rata - rata curah hujannya
antara 60 – 100 mm
Schmidt dan Ferguson membagi tipe curah hujan Indonesia menjadi 8
golongan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Q Berdasarkan Schmidt dan FergusonTipe Curah Hujan Nilai Q Sifat
A 0 ≤ Q < 14,3 Sangat basahB 14,3 ≤ Q < 33,3 BasahC 33,3 ≤ Q < 60,0 Agak basahD 60,0 ≤ Q <100,0 SedangE 100,0 ≤ Q < 167,0 Agak keringF 167,0 ≤ Q <300,0 KeringG 300,0 ≤ Q < 700,0 Sangat keringH 700,0 ≤ Q Luar biasa kering
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber: Kartasapoetra (1994: 29)
Dari data sekunder yang diperoleh dari BP DAS Bengawan Solo Kota
Surakarta didapatkan data curah hujan antara tahun 1998 – 2007 sebagai
berikut:
Tabel 9. Curah Hujan Rata–rata Bulanan Tahun 1998- 2007 Kecamatan Banjarsari
Sumber: BPDAS Kota Surakarta tahun 1998 – 2007Berdasarkan tabel di atas Kecamatan Banjarsari memiliki rata - rata
bulan basah dan bulan kering sebagai berikut:
Rata - rata bulan basah
= 6,9
Rata - rata bulan kering
= 3,9
Tahun Bulan
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Jan 578 439 254 400 482 484 454 199 494
Peb 408 457 302 238 460 377 295 315 387
Maret 409 308 400 435 416 223 311 261 168
April 180 178 206 395 284 59 147 246 368
Mei 217 93 29 196 36 103 190 62 218
Juni 6 15 30 0 74 27 16 124 34
Juli 106 26 8 11 0 0 60 76 2
Agust 10 6 72 8 10 0 0 4 0
Septm 9 32 128 30 0 19 1 60 0
Okto 64 230 201 115 8 165 35 80 0
Nov 348 197 96 174 143 260 363 111 178
Des 281 346 85 131 306 180 657 550 444
Jumlah 2616 2317 1811 2133 2219 1897 2529 2088 2293
Bln Basah 8 7 6 8 6 7 7 7 7
Bln Kering 3 4 3 4 5 5 4 1 5
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari rata-rata bulan basah dan bulan kering dapat dihitung nilai Q sebagai
berikut: %5,56%100
9,69,3 =×=Q
Berdasarkan nilai Q tersebut, tipe curah hujan daerah penelitian adalah
agak basah (C) dan mempunyai syarat nilai Q antara 33,3% sampai dengan
60,0%. Tipe curah hujan menurut Schmidt & Ferguson dapat dilihat pada
Gambar 5.
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
0100090000031602000002009601000000009601000026060f002203574d464301
0000000000010041c0000000000100000000030000000000000003000001000000
6c0000000000000000000000350000006f0000000000000000000000153d0000d0
37000020454d460000010000030000100000000200000000000000000000000000
0000c01200000b190000cb0000000f010000000000000000000000000000c01903
0027240400160000000c000000180000000a000000100000000000000000000000
09000000100000006b0e00002f0d0000520000007001000001000000a4ffffff0000
00000000000000000000900100000000000004400022430061006c006900620072
006900000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
00000000000000000000000000000000000000000000110040ae110010000000a4
b1110024af110052516032a4b111009cae1100100000000cb0110088b1110024516
032a4b111009cae11002000000049642f319cae1100a4b1110020000000ffffffff1c3
8ec00d0642f31ffffffffffff0180ffff01802fff0180ffffffff0000010000080000000800
000000000001000000000000005802000025000000372e90010000020f05020202
04030204ef0200a07b20004000000000000000009f00000000000000430061006c0
0690062007200000000000008db0370a060328ab3164efc37ec005c4d9100d0ae11
009c38273104000000010000000caf11000caf1100e87825310400000034af11001c
38ec006476000800000000250000000c00000001000000250000000c0000000100
0000250000000c00000001000000120000000c00000001000000180000000c0000
000000000254000000540000000000000000000000350000006f00000001000000
555587407b4487400000000057000000010000004c000000040000000000000000
0000006e0e00002f0d000050000000200000003600000046000000280000001c00
00004744494302000000ffffffffffffffff6c0e0000300d00000000000046000000140
00000080000004744494303000000250000000c0000000e000080250000000c000
0000e0000800e00000014000000000000001000000014000000040000000301080
0050000000b0200000000050000000c0202023302040000002e0118001c000000f
b02f2ff0000000000009001000000000440002243616c6962726900000000000000
000000000000000000000000000000000000040000002d010000040000002d0100
00040000002d0100000400000002010100050000000902000000020d000000320a
0d000000010004000000000033020202201f08001c000000fb0202000100000000
00bc02000000000102022253797374656d00000000000000000000000000000000
00000000000000000000040000002d010100040000002d010100030000000000
Gambar 5. Diagram Tipe Curah Hujan Kecamatan Banjarsari Tahun 1998-2007
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Schmidt dan Ferguson
b. Tanah
Batuan induk sebagai bahan induk tanah merupakan faktor dominan
dalam proses pembentukan tanah selain faktor iklim, topografi, vegetasi dan
waktu pembentukan. Berdasarkan peta tanah skala 1: 250.000, yang
dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Tanah tahun 1966, tanah di Kecamatan
Banjarsari terdiri dari:
a. Asosiasi Grumosol Kelabu Tua dan Mediteran Coklat Kemerahan
Tanah ini mempunyai warna kelabu dan berkarakteristik tekstur lempung
karena memiliki kadar lempung yang tinggi sampai lebih dari 50 %
sehingga pada musim kemarau mengalami retakan. Sebaran jenis ini
terdapat pada dataran banjir lama dengan penggunaan lahan untuk
persawahan dan permukiman. Bahan induk tanah ini adalah vulkan
intermediate. Persebaran untuk asosiasi grumosol kelabu tua dan
mediteran coklat kemerahan terdapat di Kecamatan Banjarsari bagian
utara yaitu di Kelurahan Kadipiro, Kelurahan Banyuanyar, Kelurahan
Nusukan, Kelurahan Gilingan, Kelurahan Kestalan, Kelurahan
Setabelan, Kelurahan Punggawan, Kelurahan Ketelan, Kelurahan
Keprabon.
b. Regosol Kelabu
Tanah regosol kelabu terdapat di Kecamatan Banjarsari bagian selatan
dan barati Kelurahan Sumbar, Kelurahan Banyuanyar, Kelurahan
Punggawan, Kelurahan Ketelan, Kelurahan Keprabon, Kelurahan
Timuran, Kelurahan Mangkubumen, Kelurahan Manahan. Bahan induk
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tanah berasal dari abu/pasir vulkan intermediate.
c. Mediteran Coklat Tua
Tanah Mediteran Coklat Tua terdapat di Kecamatan Banjarsari bagian
timur yaitu di ujung sebelah timur kelurahan Kadipiro yang berbatasan
dengan Kelurahan Mojosongo. Tanah Mediteran coklat tua terbentuk
oleh bahan induk tuff dengan tekstur berupa lempung, tekstur yang bisa
dijumpai adalah granuler dan warna tanah dalam keadaan kering
bervariasi.
c. Geomorfologi
Banjarsari memiliki elevasi pada kisaran 80 – 130 meter di atas
permukaan laut. Berdasarkan Geomorfologi regional, daerah penelitian
terletak diantara kaki Gunung Merapi dan Gunung Lawu dan berada di tepian
Bengawan Solo. Kecamatan Banjarsari bagian selatan berkontur datar yaitu di
Kelurahan Banyuanyar, Kelurahan Sumber, Kelurahan Manahan, Kelurahan
Mankubumen, Kelurahan Gilingan, Kelurahan Kestalan, Kelurahan Setabelan,
Kelurahan Ketelan, Kelurahan Timuran, Kelurahan Keprabon. Sedangkan
kontur bagian utara adalah bergelombang mulai dari Kelurahan Nusukan
sampai Kelurahan Kadipiro.
d. Hidrologi
Pada daerah penelitian air bersumber dari air hujan, air sungai, air tanah
dan mata air. Untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga di setiap rumah
rata - rata memiliki sumur ataupun menggunakan air dari PDAM. Sumur pada
umumnya memiliki kedalaman antara 10–15 m. Untuk industri air diambil
dengan mengebor tanah membentuk sumur dalam sehingga kebutuhan akan
air selalu tercukupi.
Kecamatan Banjarsari dilalui oleh Sungai Pepe yang bermuara di
Bengawan Solo. Sungai Pepe merupakan sungai yang alirannya mengalir dari
lereng Gunung Merapi yang berada di wilayah Boyolali. Di musim hujan akan
mengalir dengan deras, di musim kemarau air akan tetap mengalir walaupun
debitnya kecil dan merupakan tempat pembuangan limbah bagi beberapa
industri yang ada dan juga limbah rumah tangga di Kecamatan Banjarsari.
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e. Ruang Terbuka
Kondisi ruang terbuka di Kecamatan Banjarsari dapat dideskripsikan
dalam bentuk suatu wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik (Budihardjo, 1999; 90). Di kecamatan
Banjarsari ruang terbuka dapat difungsikan sebagai (a) kawasan perdagangan,
(b) kawasan perindustrian, (c) kawasan permukiman, (d) kawasan pertanian,
(e) kawasan pemakaman, (f) kawasan olah raga, (g) taman kota
Agihan ruang terbuka di Kecamatan Banjarsari disajikan dalam Tabel
10 berikut ini:
Tabel 10. Luas Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Banjarsari
No Kelurahan Luas RuangTerbuka Hijau
( Ha ) %
1 Kadipiro 120,45 49,4
2 Banyuanyar 39,25 16,13 Nusukan 12,80 5,34 Sumber 28,18 11,65 Manahan 17,20 7,1
6 Gilingan 9,31 3,87 Mangkubumen 6,25 2,68 Kestalan 0,52 0,2
9 Punggawan 0 010 Setabelan 2,48 1,0
11 Ketelan 1,18 0,512 Timuran 2,76 1,113 Keprabon 3,32 1,4
Jumlah 243,7 100,0
Sumber : Kecamatan Banjarsari dalam angka tahun 2007
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi
a. Kondisi Kependudukan.
1) Jumlah Penduduk
Penduduk merupakan modal dasar pembangunan, meningkatnya
pembangunan selalu dikaitkan dengan pertambahan jumlah penduduk dan
kualitas penduduk. Dalam pelaksanaan pembangunan, dengan adanya
sumberdaya manusia yang baik, pembangunan akan berjalan dengan baik
dan lancar. Daerah penelitian terdiri dari tiga belas kelurahan, Jumlah
penduduk yang ada terus mengalami peningkatan. Jumlah penduduk
Kecamatan Banjarsari pada tahun 2007 berdasarkan hasil registrasi
kelurahan tercatat sebesar 162.090 jiwa. Jumlah penduduk terbesar di
Kecamatan Banjarsari berada di Kelurahan Kadipiro dengan jumlah
penduduk sebanyak 35.442. Kelurahan Kestalan merupakan Kelurahan
terpadat penduduk di Kecamatan Banjarsari dengan kepadatan penduduk
sebesar 19.305 jiwa/km.
Kartomo dalam Rahayu (2005: 65) mengklasifikasikan kepadatan
penduduk menjadi beberapa tingkat, sebagai berikut :
1. Sangat rendah, jika kepadatan penduduk kurang dari 101 jiwa/km2
2. Rendah, jika kepadatan penduduk antara 101 sampai 500 jiwa/km2
3. Sedang, jika kepadatan penduduk antara 501 sampai 1.000 jiwa/km2
4. Tinggi, jika kepadatan penduduk antara 1.001 samapai 2.000
jiwa/km2
5. Tinggi sekali, jika kepadatan penduduk antara 2.001 sampai 3.000
jiwa/km2
6. Sangat tinggi, jika kepadatan penduduk lebih dari 3.000 jiwa/km2
Secara rinci jumlah dan kepadatan penduduk dapat dilihat Tabel 11
berikut ini :
Tabel 11. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Banjarsari
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tahun 2003-2007
No KelurahanLuas
(km)
Penduduk Tahun
2007Kepadatan
L P1 Mangkubumen 0,80 5.004 5.073 12.596
2 Timuran 0,31 2.107 2.264 14.1093 Keprabon 0,32 1.888 1.918 11.8934 Ketelan 0,25 2.145 2.145 17.160
5 Punggawan 0,36 2.464 2.735 14.4416 Kestalan 0,21 2.087 1.924 19.1007 Setabelan 0,28 1.927 1.725 13.042
8 Gilingan 1,21 10.720 11.152 17.2229 Manahan 1,28 6.615 6.648 10.361
10 Sumber 1,33 7.793 7.945 11.83311 Nusukan 2,06 13.812 14.641 13.81212 Kadipiro 5,09 17.657 18.148 7.03413 Banyuanyar 1,25 5.624 5.328 8.761
Jumlah 14,81 79.843 81.649 10.904 Sumber: Kecamatan Banjarsari dalam angka tahun 2007.
Dari tiga belas kelurahan yang ada di Kecamatan Banjrasari pada tahun
2007 Kelurahan terpadat tetap Kelurahan Kestalan dengan 19.100 jiwa/km
sedangkan Kelurahan yang terendah adalah Kelurahan Kadipiro dengan
7.034 jiwa/km. Hal ini diakibatkan oleh tingginya angka kelahiran dan
migrasi menuju Kelurahan Kestalan.
2) Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata
Pencaharian
Mata pencaharian merupakan gambaran aktifitas penduduk untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Daerah penelitian merupakan salah satu
daerah industri bagi Kota Surakarta. Penduduk sebagai buruh industri
menempati urutan pertama berdasarkan mata pencahariannya. Secara rinci
data jumlah penduduk Kecamatan Banjarsari berdasarkan
matapencaharian dapat dilihat dalam tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Penduduk Kecamatan Banjarsari Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007
Jumlah
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Mata Pencaharian
Orang %
1. Petani sendiri 360 0.2
2. Buruh tani 415 0.3
3. Nelayan _ _
4. Pengusaha 2.758 2.3
5. Buruh industri 23.587 18.6
6. Buruh bangunan 23.689 18.4
7. Pedagang 11.520 9.2
8. Pengangkutan 7.891 5.3
9. PNS/ ABRI 9.278 7.9
10. Pensiunan 7.838 6.3
11. Lain - lain 34.623 30.6
Jumlah 120.178 100
Sumber: Kecamatan Banjarsari dalam angka tahun 2007.
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa pada tahun 2007 mata pencaharian
terbesar adalah buruh industri, sebesar 22,725 jiwa, petani sebesar 336
jiwa dan buruh tani sebesar 379 jiwa sedangkan sisanya bekerja pada
sektor perdagangan, pengangkutan dan pengusaha. Pensiunan dan lain -
lain merupakan tenaga kerja tidak produktif dan terselubung, termasuk
pula didalamnya orang - orang yang hanya bekerja paruh waktu ataupun
tenaga musiman.
Persebaran penduduk menurut mata pencahariannya di Kecamtan
Banjarsari berhubungan secara keruangan dengan penggunaan lahan,
misalnya penggunaan lahan yang didominasi oleh sawah maka wilayah
tersebut mencirikan banyak penduduknya yang bermatapencaharian
sebagai petani.. Sedangkan penggunaan lahan yang mempunyai lahan
untuk sawah yang sedikit, penduduknya banyak bermatapencaharian
sebagai buruh maupun karyawan.
3) Komposisi Penduduk Berdasarkan
Pendidikan
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Komposisi penduduk menurut pendidikan ini berguna untuk kemudahan
dalam mendapat informasi. pendidikan merupakan asumsi modernisasi
suatu daerah. Banyaknya penduduk dengan pendidikan tinggi merupakan
pembuktian bahwa daerah tersebut telah terbangun secara spiritual dan
morilnya. Untuk mengetahui komposisi penduduk Kecamatan Banjarsari
berdasar tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan BanjarsariTingkat Pendidikan Jumlah %
1. Tamatan Akademi / Perguruan Tinggi 9.565 7.32
2. Tamatan SLTA 25.422 21.7
3. Tamatan SLTP 28.755 21.2
4. Tamatan SD 31.321 20.5
5. Tidak tamat SD 11.654 8.0
6. Belum tamat SD 20.054 17.2
7. Tidak/ belum pernah sekolah 5.489 3.7Jumlah 127.936 100
Sumber: Kecamatan Banjarsari dalam angka tahun 2007
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk pada daerah
penelitian yaitu Kecamatan Banjarsari terdapat lulusan SD dengan jumlah
31.321 orang (20,5%), lulusan SLTP sebesar 28.755 orang (21,2%) dan
lulusan SLTA sebesar 25.422 orang (21,7%). Sisanya merupakan lulusan
akademi, tidak tamat SD, belum tamat SD. Jadi dapat disimpulkan bahwa
penduduk Kecamatan Banjarsari sebagian besar telah memperoleh
pendidikan.
b. Transportasi
Transportasi merupakan salah satu faktor penunjang dan penentu
pengembangan daerah. Transportasi akan memudahkan terbukanya suatu
daerah dari daerah lain dan merupakan penghubung daerah tersebut dengan
daerah lain. Dengan adanya keterjangkauan dari daerah lain maka akan
memudahkan hubungan baik untuk kegiatan ekonomi maupun sosial.
Jalan merupakan salah satu sarana untuk mendukung aktifitas
transportasi. Secara tidak langsung jalan berpengaruh pada perkembangan
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
daerah selain adanya sarana pemberhentian, seperti pasar dan terminal.
Peningkatan berbagai aspek ekonomi menuntut peningkatan di bidang
transportasi, khususnya peningkatan jalan. Panjang jalan di Kota Surakarta
pada tahun 2006 mencapai 675,86 kilometer.
Selain jalan dan terminal pemberhentian adapula moda yang perlu
diperhitungkan. Moda transportasi secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu
kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Jumlah kendaraan yang
ada di Kecamatan Banjarsari dapat dilihat dalam Tabel 14.
Tabel 14. Jumlah Kendaraan di Kecamatan BanjarsariJenis Kendaraan Macam Kendaraan Jumlah
Unit %1. Kendaraan
Bermotor
1. Truk 133 14.4
2. Bus 172 18.73. Mobil pribadi 5.827 0.6
2. 4. Sepeda motor 23.158 2.53. 5. Angkutan Kota 285 31.04. 6. Taxi 60 6.55. Kendaraan
Tidak Bermotor
1. Sepeda 16.924 1.8
6. 2. Becak 1.926 0.27. 3. Dokar dan andong 22 2.3
4. grobak dorong 199 21.6 Jumlah 918.835 100
Sumber: Kecamatan Banjarsari dalam angka 2007.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Tingkat Ketelitian Interpretasi Citra Ikonos Untuk Kajian Pemetaan
Ruang Terbuka Hijau.
a. Hasil Interpretasi Citra Ikonos
Data penggunaan lahan di Kecamatan Banjarsari diperoleh dari
interpretasi Citra Ikonos tahun 2003. Interpretasi Citra adalah proses mengenali
dan mengkaji suatu obyek atau fenomena yang terjadi di suatu wilayah, dengan
maksud untuk mendapatkan informasi mengenai obyek, fenomena ataupun
wilayah itu sendiri. Luasan terkecil yang tergambarkan pada penelitian ini adalah
4,24 ha.
Sejauh ini satelit komersial paling unggul yang memotret bumi adalah
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IKONOS. Jarak fokusnya 10 meter, sehingga hasil pemotretannya tajam. Hasil
dari pemotretan Satelit Ikonos dimanfaatkan oleh Google Earth untuk disajikan
kepada setiap mereka yang membuka website tersebut. Dalam penelitian ini Citra
Ikonos diperoleh dari website Google Earth pemotretan tahun 2003, mencakup
semua wilayah Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.
Obyek dalam Citra dapat dikenali melalui delapan unsur interpretasi
yang berupa rona atau warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs dan
asosiasi. Dari interpretasi yang telah dilakukan diperoleh beberapa penggunaan
lahan sebagai berikut:
a) Lahan permukiman : merupakan suatu lahan dengan segala
kelengkaan yang digunakan oleh manusia sebagai tempat tinggal
baik sementara atau permanen. Pada Citra Ikonos tampak jelas
tergambar dengan warna yang sebenarnya di lapangan, pola yang
tidak teratur dan cenderung bergerombol, berbentuk persegi, persegi
panjang atau kumpulan dari keduanya. Bertekstur kasar dan adanya
asosiasi dengan jalan.
Gambar 6. Tampilan penggunaan lahan untuk pemukiman di daerah Manahan pada Citra Ikonos.
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 7. Tampilan penggunaan lahan untuk pemukiman di daerah
Gilingan pada Citra Ikonos
b) Lahan persawahan merupakan lahan yang diusahakan oleh manusia
dengan tanaman musiman yang menghasilkan bahan baku makanan
dan bahan baku industri. Persawahan pada Citra Ikonos tampak
dengan warna hijau kecoklatan bahkan pada beberapa tempat
menunjukkan hijau yang lebih pekat. Hal ini memperlihatkan
perbedaan usia tanaman padi. Pada warna yang gelap menunjukkan
bahwa padi masih muda dan memerlukan pengairan yang lebih
banyak, sementara pada tanaman yang lebih tua umurnya warnanya
lebih cerah karena suplai air mulai berkurang. Perbedaan ini lebih
diakibatkan pada daya pantul air terhadap cahaya yang dipantulkan
pada saat pemotretan. Bentuk yang berpetak - petak dengan ukuran
yang tidak sama, bertekstur halus, cenderung seragam untuk satu
petak tetapi berbeda dengan petak yang lain. Sawah berasosiasi
dengan sungai dan saluran irigasi
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 8. Tampilan penggunaan lahan untuk sawah di daerah
Banyuanyar pada Citra Ikonos
Gambar 9. Tampilan penggunaan lahan untuk sawah di daerah Sumber pada Citra Ikonos
c) Tegal merupakan suatu lahan yang ditanami dengan tanaman keras,
berumur panjang dan hanya mengandalkan air hujan untuk
perngairannya. Tampak hampir sama dengan persawahan tetapi
ronanya lebih cerah, bentuk dan polanya tidak teratur dan jarang
terlihat berpetak- petak. Tegal berasosiasi dengan persawahan dan
kebun.
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 10. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Tegalan di Daerah
Kadipiro Pada Citra Ikonos
Gambar 11. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Tegalan di Daerah
Kadipiro Pada Citra Ikonos
d) Kebun merupakan lahan yang diusahakan dengan tanaman semusim,
tidak berumur panjang dan bermacam-maacam tanaman dalam satu
kali masa tanam. Pada Citra Ikonos kenampakannya hampir sama
dengan warna persawahan, pola yang teratur, bertekstur halus seperti
beludru dan berasosiasi dengan pemukiman.
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 12. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Kebun di Daerah Kadipiro Pada Citra Ikonos
Gambar 13. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Kebun di Daerah
Banyuanyar Pada Citra Ikonos
e) Lahan terbuka merupakan lahan tertentu yang belum/tidak digunakan
untuk pembangunan ataupun budidaya tanaman tertentu sehingga
ronanya cerah, teksturnya halus, bentuk dan polanya tidak teratur.
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 14. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Lahan Kosong di daerah Punggawan pada Citra IkonosGambar 15. Tampilan Penggunaan Lahan Untuk Lahan Kosong di daerah Keprabon pada Citra Ikonos56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Uji Ketelitian Interpetasi Citra Ikonos
Untuk menguji tingkat keakuratan hasil interpretasi dan mengetahui
seberapa besar peranan citra Ikonos didalam memberikan informasi untuk kajian
luasan ruang terbuka hijau serta untuk mengetahui kemampuan interpreter dalam
melakukan interpretasi maka dilakukan uji ketelitian di lapangan. Uji ketelitian
interpretasi merupakan proses membandingkan antara hasil interpretasi dengan
kondisi nyata di lapangan melalui kerja lapangan (Sutanto; 1987:177). Uji
ketelitian sangat penting untuk dilakukan sebelum peneliti menuju ketahap
berikutnya. Tahap pertama identifikasi obyek dengan memperhatikan delapan
unsur interpretasi.
Tahap kedua setelah identifikasi obyek adalah kerja lapangan dengan
tujuan untuk meyakinkan dan menguji kebenaran hasil interpretasi citra Ikonos.
Pengambilan sampel dalam pekerjaan teknik penginderaan jauh dilakukan dengan
acak dengan pertimbangan mewakili semua bentuk penggunaan lahan, daerah
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mudah dijangkau dan lokasi yang diuji mudah untuk dikenali. Selanjutnya akan
dilakukan uji interpetasi atau ketepatan hasil interpretasi.
Penelitian ini menggunakan citra ikonos tahun 2003. Untuk
memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan peneliti mengacu pada peta dan
catatan yang ada. Langkah pertama dalam pengujian ketepatan interpretasi adalah
melihat homogenitas rona dan pola. Sebagai data pembanding adalah Peta Rupa
Bumi dari BAKOSURTANAL dan informasi dari masyarakat sekitar.
Citra Ikonos dapat digunakan sebagai masukan data apabila rerata %
benar > 80 % dan rerata komisi < 20 %. Dari lapangan diperoleh rerata ketelitian
96 % dan rerata komisi 0,4 %, jadi hasil interpretasi Citra Ikonos dapat digunakan
untuk data masukan untuk pemetaan ruang terbuka hijau di Kecamatan Banjarsari,
Kota Surakarta. Untuk lebih jelasnya tabel kontingensi uji ketelitian disajikan
sebagai berikut:
Tabel 15. Kontingensi Untuk Uji KetelitianKarakteristik Uji Lapangan Total
Interpretasi
Total
Kesalahan(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H)
Interpretasi A’ 24 24 0
B’ 26 1 27 1C’ 1 5 6 1D’ 1 12 13 1E’ 2 41 1 44 3F’ 2 2 0G’ 1 1 0H’ 2 2 0
Total Lap 25 29 6 12 41 2 1 3 119 6
% benar 0,96 0,89 0,83 1 1 1 1 0,6 91
% komisi 0,04 0,10 0,16 0 0 0 0 0,3 9
Sumber: Cek lapangan dan perhitungan
Keterangan:
A= Permukiman E= Lahan Terbuka
B= Sawah F= Kuburan
C= Tegalan/Kebun G= Taman Kota
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D= Bangunan Industri H= Lapangan Olahrag
Ketelitian seluruh hasil interpretasi lahan adalah:
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. % Ketelitian = %91%100
86,0111183,089,096,0 =×+++++++
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. %Komisi = %09%100
83.0000016,010.004.0 =×+++++++
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh ketelitian citra Ikonos yang
digunakan mencapai 91% dan tingkat kesalahan 09%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hasil interpretasi sebagian besar cocok dengan kondisi di lapangan
sehingga hasil interpretasi citra ikonos mampu digunakan untuk pemetaan ruang
terbuka hijau di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
2 Distribusi Spasial Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Banjarsari .
Dinamika masyarakat yang terjadi ada suatu daerah akan
menyebabkan terjadinya suatu perubahan dan perkembangan daerah tersebut baik
secara lambat maupun cepat. Perubahan dan perkembangan tersebut dapat terjadi
baik secara fisik atupun non fisik. Perubahan secara non fisik bisa berupa adanya
pergeseran budaya, adat istiadat dan juga perilaku masyarakat sedangkan
perubahan fisik dapat dilihat dengan adanya perkembangan dan perubahan baik
secara kualitas maupun kuantitas fasilitas masyarakat. Perubahan ini terjadi
berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lain baik secara kualitas,
kuantitas maupun waktu terjadinya.
Secara keseluruhan luas daerah penelitian adalah 1.481,10 Ha. Pada
tahun 2007 penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Banjarsari adalah untuk
lahan pemukiman. yaitu seluas 1.294,20. Pemukiman ini tersebar di 13 kelurahan
yang ada baik berupa perkampungan ataupun berupa kompleks perumahan.
Penggunaan lahan terbesar kedua adalah untuk lahan pertanian. Lahan
pertanian terbesar pertama adalah untuk persawahan sebesar 144,102 Ha.
Penggunaan lahan untuk pertanian yang lain adalah untuk tegalan seluas 15,197
Ha, sedangkan untuk lahan perkebun seluas 18,518 Ha. Lahan untuk kebun
terutama untuk tanaman cabe, kacang panjang, kangkung dan tomat.
Penanamannya lebih sering dilakukan secara tumpangsari, dilakukan pada awal
musim penghujan sebelum lahan ditanami padi ataupun diakhir musim penghujan.
Penanaman ini dilakukan karena tanaman - tanaman tersebut tidak begitu
memerlukan air.
Lapangan olahraga 20,843 Ha terdapat di Kelurahan Manahan, yang
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
merupakan gelanggang olahraga terbesar di Kota Surakarta. Lahan kosong seluas
49,664 Ha sebagian merupakan areal pertanian yang belum ditanami,
menganggur (bero), akan tetapi sebagian juga merupakan tanah pemukiman yang
difungsikan sebagai lapangan olahraga. Sedangkan penggunaan lahan terkecil atau
memiliki luas paling sempit adalah berupa taman kota yang memiliki luas 2.227
Ha, bangunan industri memiliki luas 6.510 Ha. Untuk lebih jelasnya penggunaan
lahan di Kecamatan Banjarsari tahun 2007 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 16. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun
2007
Sumber : Hasil Interpretasi Citra Ikonos
Penggunaan lahan merupakan bentuk intervensi manusia atas
sumberdaya alam yang ada. Penggunaan lahan yang ada menunjukkan kegiatan
manusia sebagai penduduk yang tinggal pada suatu wilayah. Penggunaan lahan
merupakan bentuk penguasaan manusia atas lahan dan sumberdaya yang
terkandung di dalamnya.
Secara makro, perkembangan tata ruang di Kecamatan Banjarsari
dicirikan sebagai daerah transisi dari kegiatan perumahan dan pertanian menjadi
daerah kegiatan komersial, beberapa daerah perumahan tersebut semakin tinggi
intensitasnya sehingga menjadi kampung padat atau berubah fungsi (tergeser)
pada kegiatan komersial dan dunia usaha.
Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman
No Penggunaan Lahan Luas (Ha)1 Bangunan industri 6.5102 Kebun 18.5183 Kuburan 19.5764 Hutan kota 49.6645 Lapangan olahraga 20.8436 Pemukiman 1294.2087 Sawah 144.1028 Taman kota 2.2279 Tegalan 15.197
TOTAL 1570.845
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial dan kegiatan perekonomian. Berdasarkan kriteria tersebut, Kecamatan
Banjarsari termasuk dalam kawasan perkotaan. Susunan fungsi kawasan
penggunaan lahan Kecamatan Banjarsari terbagi menjadi perumahan atau
pemukiman, perusahaan atau industri, tanah kosong, tegalan, sawah, kuburan,
lapangan olahraga, taman kota, dan lain – lain. Penggunaan lahan tersebut
digolongkan menjadi dua jenis yaitu lahan yang telah terbangun atau Build Up
Area dan lahan yang belum terbangun atau lahan kosong (Open Speace).
Berikut ini adalah luas lahan yang telah terbangun baik pemukiman
maupun bangunan – bangunan industri ataupun jasa, dengan luas lahan yang
belum terbangun atau dapat disebut lahan terbuka yang berupa lahan persawahan,
kebun, tegalan. Lapangan olahraga, taman kota, kuburan yang terdapat di setiap
kelurahan di Kecamatan Banjarsari.
1. Kelurahan Kadipiro
Kelurahan Kadipiro merupakan kelurahan paling utara di
Kecamatan Banjarsari, ke arah utara berbatasan dengan Kecamatan
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar dan Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali, ke arah timur berbatasan dengan Desa Plesung dan
Kelurahan Mojosongo. Luas Kelurahan Kadipiro adalah 508,80 Ha atau
34,35% dari keseluruhan luas Kecamatan Banjarsari yaitu 1.481,10 Ha,
sehingga Kelurahan Kadipiro merupakan kelurahan yang paling luas
dibandingkan 13 Kelurahan lain yang ada di Kecamatan Banjarsari.
Luas ruang terbuka hijau di Kelurahan Kadipiro mencapai 120,45
Ha, terdiri dari sawah irigasi, tegalan atau kebun dan kuburan, selebihnya
merupakan bentuk penggunaan lahan berupa pemukiman dan bangunan
industri yang memilki luas 388,35 Ha, maka di Kelurahan Kadipiro
penggunaan lahannya didominasi oleh pemukiman dan industri. Di
Kelurahan Kadipiro memiliki sektor industri paling banyak bila
dibandingkan dengan kelurahan lain yang ada di Kecamatan Banjarsari.
2. Kelurahan Banyuanyar
Luas Kelurahan Banyuanyar adalah 125,00 Ha. Penggunaan lahan
di Kelurahan Banyuanyar masih didominasi untuk pemukiman dengan
luas lahan 85,75 Ha dari keseluruhan luas Kelurahan Banyuanyar.
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selebihnya merupakan ruang terbuka hijau berupa sawah irigasi dan lahan
kosong berupa lapangan olahraga kampung setempat yang memilki luas
39,25 Ha.
Kelurahan Banyuanyar sebelah barat berbatasan dengan
Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar , sebelah utara berbatasan
dengan desa sawahan dan Kecamatan Ngemplak. Di Kelurahan
Banyuanyar tidak banyak terdapat bangunan induatri.
3. Kelurahan Nusukan
Kelurahan Nusukan merupakan daerah padat pemukiman, semua
wilayah Kelurahan Nusukan didominasi oleh pemukiman, bahkan tidak
ada lahan kosong berupa sawah irigasi maupun tegalan. Ruang terbuka
hijau yang ada di Kelurahan Nusukan berupa lapangan olahraga, kuburan
dan beberapa lahan tidak terbangun di pinggiran Sungai Pepe yang
membatasi kelurahan nusukan dengan kelurahan gilingan.
Dari keseluruhan luas Kelurahan Nusukan yaitu 206,30 Ha, luas
pemukiman di kelurahan nusukan mencapai 193,41 Ha, selebihnya
merupakan ruang terbuka hijau yang memiliki luas 12,89 Ha. Kelurahan
Nusukan merupakan kelurahan terluas kedua setelah kelurahan Kadipiro.
4. Kelurahan Sumber
Luas Kelurahan Sumber adalah 133,30 Ha. Hampir sama dengan
kelurahan – kelurahan lain yang terdapat di Kecamatan Banjarsari, bahwa
penggunaan lahannya didominasi untuk pemukiman. Luas pemukiman
atau lahan terbangun di Kelurahan Sumber adalah 105,12 Ha, sedangkan
ruang terbuka hijau yaitu berupa sawah irigasi dengan luas 28,18 Ha.
5. Kelurahan Manahan
Kelurahan ini terletak di ujung barat Kecamatan Banjarsari yang
berbatasan dengan Kartasura, sehingga arus mobilisasi penduduk dari dan
ke Kartasura cukup mudah. Hal ini ditambah lagi dengan adanya jalan
nasional yang menghubungkan Solo – Jogja – Surabaya, dan jalan yang
ada dalam kondisi baik.
Luas lahan terbuka di Kelurahan Manahan adalah 17,20 Ha, terdiri
lahan kosong dan lapangan olahraga yang merupakan lapangan olahraga
terbesar yang ada di Kota Surakarta yaitu Gelora Manahan. Selebihnya
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 17. Tugu Stadion ManahanGambar 16. Stadion ManahanGambar 18. Citra Ikonos Stadion Manahan
merupakan lahan yang digunakan untuk pemukiman dan industri yang
mencapai luas 110,80 Ha.
Gambar 16. Stadion Manahan
6. Kelurahan Gilingan.
Lahan sawah dan tegalan tidak terdapat di sini, hanya terdapat
pemukiman dan industri dan beberapa lahan terbuka yang tidak digunakan
untuk apapun, sebagian ruang terbuka tersebut terletak di sekitar pinggiran
rel kereta api. Luas ruang terbuka hijau yang ada di Kelurahan Gilingan
mencapai 9,31 Ha. Untuk lahan pemukiman mencapai luas 117.89 Ha.
dhgt251647488fBehindDocument0fIsButton1fPseudoInline0fLayoutInCel
l1
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 20. Citra Ikonos placeTaman Air KalianyarGambar 19. placeTaman Air Kalianyar
7. Kelurahan Mangkubumen
Kelurahan Mangkubumen memiliki luas administrasi 79,70 Ha,
dengan jenis penggunaan lahan yang tidak bervariasi, hanya terdapat
beberapa jenis penggunaan lahan seperti lapangan olahraga, lahan kosong
serta pemukiman. Seperti halnya kelurahan – kelurahan lain yang terdapat
di Kelurahan Mangkubumen, pemukiman merupakan penggunaan lahan
yang paling luas yaitu 73,45 Ha, sedangkan ruang terbuka hijau 6,25 Ha.
Tidak ada komplek industri di Kelurahan Mangkubumen.
8. Kelurahan Kestalan
Kelurahan Kestalan merupakan salah satu kelurahan dengan
perkembangan yang lumayan cepat. Luas Kelurahan Kestalan adalah
20,80 Ha, atau 1.40% dari keseluruhan luas Kecamatan Banjarsari, itu
berarti kelurahan yang paling sempit di antara kelurahan yang lain yang
ada di Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.
Lahan terbangun yang ada di Kelurahan Kestalan berupa lahan
pemukiman dan tidak ada bangunan industri. Luas lahan terbangun di
Kelurahan Kestalan adalah 20,28 Ha, sedangkan ruang terbuka hijau di
Kelurahan Kestalan seluas 0,52 Ha berupa lahan kosong yang terdapat di
sekitar stasiun balapan yang memang di kosongkan untuk penempatan
bantaran rel kereta api serta untuk mengantisipasi pembangunan jalur
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ganda rel kereta api yang menggunakan keseluruhan luas lahan yang
dimiliki oleh Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).
9. Kelurahan Punggawan
Kelurahan Punggawan terletak di bagian selatan dari Kecamatan
Banjarsari. Bagian timur berbatasan dengan Kelurahan Ketelan, Bagian
barat berbatasan dengan Kelurahan mangkubumen, sebelah selatan
berbatasan dengan Kelurahan Timuran. Dilihat dari interpretasi Citra
Ikonos Kelurahan Punggawan tidak terdapat lahan terbuka yang cukup
luas, namun hanya terdapat ruang terbuka hijau yang tidak terlalu luas
sehingga tidak tergambar pada tampilan Cita Ikonos yang di interpretasi
dengan skala 1: 35.000. Dengan begitu berarti di Kelurahan Punggawan
hanya terbapat lahan tertutup yang berupa lahan pemukiman dengan luas
36,00 Ha dan merupkan salah satu kelurahan yang paling padat penduduk
di Kecamatan Banjarsari.
10. Kelurahan Setabelan
Diantara kebuabelas kelurahan yang ada di Kecamatan Banjarsari,
kelurahan satu – satunya yang memiliki taman Kota yang cukup luas
adalah Kelurahan Setabelan, yaitu Taman Monumen 45. Kelurahan
Setabelan tidak terdapat komplek industri tetapi hanya terbadapat lahan
pemukiman yang mencapai luas 25,22 Ha, selebihnya merupakan ruang
terbuka hijau yang memiliki luas 2,48 Ha berupa taman kota dan sedikit
lahan kosong yang digunakan untuk lapangan sepakbola warga sekitarnya.
Taman Kota yang terdapat di Kelurahan Setabelan memang
sekarang telah dikelola dan diurus dengan baik. Apabila melihat ke
belakang empat sampai lima tahun yang lalu, taman kota ini merupakan
tempat jual beli barang – barang bekas dan onderdil kendaraan bermotor
yang di kenal dengan sebutan pasar legi. Tetapi sekarang Pemerintah
Daerah Surakarta telah menertibkan hunian atau lapak – lapak liar yang
ada di komplek taman kota tersebut dan direlokasi ke Semanggi,
Kecamatan Pasar Kliwon.
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 21. placeTaman Monumen 45Gambar 22. Tugu Monumen 45Gambar 23. Citra Ikonos placeTaman Monumen 45
11. Kelurahan Ketelan
Tahun 2008, Kelurahan Ketelan dijamin bersih dari hunian liar.
Itulah target yang dicanangkan oleh Kelurahan Ketelan, sebagai kelanjutan
dari program penataan lingkungan kumuh menjadi Rumah Layak Huni
(RLH). Kebanyakan hunian liar ini dibangun di dekat bantaran sungai.
Terdapat sekitar 44 RLH yang dibangun di Kelurahan Ketelan. Dari total
jumlah penduduk Ketelan sekitar 4.000 jiwa, sebanyak 400 KK miskin
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang membutuhkan sentuhan program Rumah Layak Huni.
Kelurahan Ketelan memiliki luas 25,00 Ha. Terdapat penggunaan
lahan pemukiman dengan luas lahan mencapai 23,82 Ha dan terdapat juga
ruang terbuka hijau yang tidak di berdayakan untuk ekonomi dan
pertanian, dengan luas 2,48 Ha.
12. Kelurahan Timuran
Kelurahan Timuran sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Serengan, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sriwedari.
Kelurahan Timuran memiliki luas kurang lebih 31,50 Ha yaitu 2,12 % dari
Keseluruhan luas Kecamatan Banjarsari, dan merupakan salah satu
kelurahan yang padat penduduk. Hal ini terbukti dari luasan lahan untuk
pemukiman yaitu mencapai 29,04 Ha, sedangkan ruang terbuka hijau
hanya memiliki luas 2,76 Ha yang berupa tanah kosong yang tidak
diberdayakan untuk apapun.
13. Kelurahan Keprabon
Kelurahan Keprabon merupakan Kelurahan yang terletak paling
selatan dari Kecamatan Banjarsari dan berbatasan langsung dengan
Kecamatan Serengan di sebelah selatan, di sebalah timur berbatasan
dengan Kecamatan Pasarkliwon. Ruang terbuka yang ada di Kelurahan
Keprabon hanya terdapat di komplek Keraton Mangkunegaran, yang
memiliki luas 3,32 Ha. Sisanya merupakan lahan terbangun atau Build Up
Area berupa pemukiman dan fasilitas – fasilitas pelayanan publik dengsan
luas 28,18 Ha.
Saat ini di sepanjang Jalan Diponegoro rencana revitalisasi kawasan Ngarsapura telah berjalan. Seperti direncanakan, kawasan Ngarsapura akan ditata dengan konsep culture art shop. Tujuannya untuk mengembalikan kawasan Ngarsapura ke fungsi semula yaitu untuk kawasan perekomonian menengah ke bawah dan untuk fasilitas – fasilitas publik yang lain. Selain itu juga untuk memperkuat pandangan masyarakat bahwa Kota Surakarta sebagai kota wisata budaya.
Menurut 3 SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah), yakni Dinas Tata Kota (urusan Ngarsapura), Dinas Pasar (pembangunan Pasar Windu
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Jenar) serta Koperasi dan Perdagangan (menyangkut night market) rencana pembangunan fasilitas – fasilitas publik akan diperluas dan sebagian pedagang akan ditempatkan di bangunan baru yang ada di lahan kosong milik DPU yang terletak di sebelah gardu PLN depan Mangkunegaran, hal ini akan semakin menyempitkan lahan terbuka yang ada di Keluraha Keprabon.
Dari keterangan kondisi fisik per kelurahan yang di sajikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada wilayah perkotaan penggunaan lahan yang lebih dominan adalah lahan untuk pemukiman. Hal ini disebabkan karena terjadi pemusatan kegiatan perekonomian di perkotaan yang menyebabkan manusia berusaha mendekatkan dirinya ke pusat – pusat perekonomian untuk lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya dan mengabaikan ekosistem perkotaan seperti salah satunya adalah harus adanya ruang terbuka hijau yang memadai. Manusia sebagai pengubah penggunaan lahan pada suatu daerah memegang peranan penting bagi dinamika perubahan penggunaan lahan. Kegiatan manusia yang dinamis dan selalu berkembang menjadikan lahan berganti penggunaan sesuai dengan keinginannya. Penggunaan lahan apabila tidak mengalami pengawasan maka lambat laun akan merusak ekosistem alami dari lahan itu sendiri. Ruang terbuka hijau merupakan suatu bentuk lahan bebas terbuka yang mudah diubah menjadi penggunaan lahan yang lain. Adanya alih fungsi ke penggunaan yang lain secara otomatis akan mengurangi fungsi lahan sebagai tempat tumbuh tanaman, sebagai alat peresapan air juga sebagai suatu ekosistem bagi makluk hidup lain selain manusia. Luas ruang terbuka hijau cenderung menurun jumlahnya setiap tahun.
Ruang terbuka hijau merupakan suatu ruang yang digunakan untuk lahan bervegetasi meliputi lahan pertanian dan lahan yang bervegetasi lainnya berfungsi untuk menyerap dan menyimpan air di dalam tanah, ruang ini diharapkan tetap ada di dalam tata ruang suatu kota termasuk di Kecamatan Banjarsari, dengan pertimbangan sebagai fungsi penyerapan dan penyimpan air serta fungsi-fungsi lain ini sebagai penyebab dipertahankannya ruang terbuka di Kecamatan Banjarsari. Sedangkan berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya lahan terbuka diklasifikasi menjadi (a) kawasan perdagangan, (b) kawasan perindustrian, (c) kawasan permukiman, (d) kawasan pertanian, dan (e) kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah.
Agihan lahan terbuka dapat dilihat dalam peta persebaran lahan
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terbuka dan secara rinci luas ruang terbuka hijau dan lahan terbangun (Build Up Area) yang ada di Kecamatan Banjarsari disajikan dalam tabel 17 berikut ini:
Tabel 17. Luas Ruang Terbuka Hijau Dan Lahan Terbangun per Kerlurahan di Kecamatan Banjarsari
No Kelurahan Ruang terbuka hijau( Ha )
Lahan terbangun / Build Up Area (Ha)
1 Kadipiro 120,45 388,35
2 Banyuanyar 39,25 85,753 Nusukan 12,80 193,414 Sumber 28,18 105,125 Manahan 17,20 110,80
6 Gilingan 9,31 117,897 Mangkubumen 6,25 73,458 Kestalan 0,52 20,28
9 Punggawan 0 36,0010 Setabelan 2,48 25,22
11 Ketelan 1,18 23,8212 Timuran 2,76 29,0413 Keprabon 3,32 28,18
Total luas 243,7 1.237,01Sumber : Hasil Interpretasi Citra Ikonos
Distribusi spasial ruang terbuka hijau yang terdapat di Kecamatan
Banjarsari tidak merata, dari 13 kelurahan yang ada di Kecamatan Banjarsari
hanya terdapat 1 kelurahan saja yang masih mamenuhi standar yaitu sebesar 39,25
Ha atau 31,4% dari luas 125,00 Ha. Peraturan standarisasi tersebut tertuang dalam
Undang – undang No 26 tahun 2007 yang mengamanatkan bahwa ruang terbuka
hijau pada tiap daerah minimal memiliki luas 30% dari luas daerah tersebut.
Terdapat pula kelurahan yang memiliki ruang terbuka hijau yang sempit
atau bahkan hampir tidak ada yaitu Kelurahan Punggawan, Dengan begitu berarti
di Kelurahan Punggawan hanya terbapat lahan tertutup yang berupa lahan
pemukiman dengan luas 36,00 Ha dan merupkan salah satu kelurahan yang paling
padat penduduk di Kecamatan Banjarsari, seluruh lahan telah menjadi lahan
terbangun (Build Up Area), disebabkan karena Kelurahan Punggawan terletak di
tengah Kota Surakarta yang memilikin tempat strategis untuk menjalankan
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kegiatan perekonomian, hal tersebut dapat dilihat dengan adanya bangunan –
bangunan megah untuk pusat kegiatan perekonomian.
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 Tingkat Kecukupan Lahan Terbuka di Kecamatan Banjarsari
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
kecukupan ruang terbuka hijau yang terdapat di perkotaan, yang didasarkan pada
isi dari Undang-undang Republik Indonesia nomor 26 Tahun 2007 Tentang
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penataan Ruang. Berkaitan dengan penataan ruang kota, Undang-Undang ini
secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang
terbuka, yang luasannya ditetapkan paling sedikit 30% dari luas kota, yang diisi
oleh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Kegiatan manusia yang tinggal pada suatu tempat menentukan akan
digunakan untuk apa dan sebagai apa tempat tersebut. Manusia sebagai sosok
penduduk menentukan penggunaan lahan untuk berbagai hal sesuai dengan
keinginannya. Dengan memperhatikan berbagai faktor seperti kondisi tanah,
iklim, hidrologi, bentuk lahan dan aksesibilitas maka suatu lahan akan mudah
beralih fungsi. Peralihan fungsi harus tetap memperhatikan daya dukung dari
lahan itu sendiri sehingga ekosistem lahan tidak akan rusak. Pertumbuhan
penduduk yang sangat cepat menyulitkan untuk memenuhi kebutuhannya akan
sandang, pangan dan papan.
Kota Surakarta merupakan pusat kegiatan ekonomi yaitu kota dengan
ketersediaan fasilitas skala pelayanan nasional, sehingga berperan sebagai pusat
perekonomian yang memiliki potensi untuk mendorong daerah sekitar, pusat jasa
pelayanan, pusat pengumpulan barang secara nasional, simpul transportasi secara
nasional maupun propinsi, pusat jasa pemerintahan dan pusat jasa-jasa publik.
Pertumbuhan dan perkembangan Kota Surakarta yang berlangsung
hingga saat ini berimplikasi pada berkurangnya ruang terbuka (Open Speace),
sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk. Kurangnya optimalisasi penyediaan
ruang terbuka hijau baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif
ruang terbuka hijau makin berkurang karena terjadi konversi lahan. Untuk
mengetahui terjadinya konversi (alih guna) lahan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, di antaranya adalah dengan menggunakan data citra satelit.
Penggunaan citra satelit dengan resolusi spasial tinggi memiliki
keunggulan, khususnya untuk kemutakhiran data, tingkat kedetilan, cakupan
wilayah dan penyajian obyek sesuai dengan kenampakannya dilapangan sehingga
dapat memberikan informasi yang lebih akurat. Citra satelit dengan resolusi
spasial tinggi yang telah beroperasi saat ini adalah IKONOS dengan resolusi
spasial 1,0 m(pankromatik) dan 4,0 m multispektral. Berkenaan dengan hal
tersebut, maka dilakukan perhitungan tingkat kecukupan lahan di wilayah
Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta dengan menggunakan citra satelit IKONOS
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang diolah dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG).
Di Kecamatan Banjarsari terdapat 9 macam penggunaan lahan yaitu
Bangunan industri, Kebun, Kuburan, Lahan kosong, Lapangan olahraga,
Pemukiman, Sawah, Taman kota, Tegalan. Dari ke sembilan jenis peggunaan
lahan tersebut di klasifikasikan menjadi dua bentuk jenis lahan yaitu ruang
terbuka hijau dan lahan terbangun (Build Up Area). Ruang terbuka hijau adalah
suatu ruang yang digunakan untuk lahan bervegetasi meliputi lahan pertanian dan
lahan yang bervegetasi lainnya berfungsi untuk menyerap dan menyimpan air di
dalam tanah, sekaligus menyejukkan lingkungan dan lahan basah yang berperanan
dalam menjaga keseimbangan tata air dan pengendali banjir. Sedangkan lahan
terbangun (Build Up Area) adalah suatu bantuk lahan yang telah di pergunakan
oleh manusia untuk pemukiman maupun fasilitas – fasilitas jasa ataupun
bangunan – bangunan penunjang yang lainnya.
Dari pengolahan hasil interpretasi citra ikonos Kecamatan Banjarsari
dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) dapat diketahui bahwa di
Kecamatan Banjarsari memiliki luas Build up area atau wilayah terbangun yaitu
1.237,31 Ha atau 82.8% dari luas Kecamatan Banjarsari. Luas ruang terbuka hjau
yang ada di Kecamatan Banjarsari yaitu seluas 243,7 Ha atau 17.2% dari luas
Kecamatan Banjarsari. ini berarti tidak sesuai dengan isi dari Undang-undang
Republik Indonesia nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang diatur bahwa
luas area untuk lahan terbuka adalah 30 % dari luas daerahtersebut. Luas lahan
terbangun (Build Up Area) dan ruang terbuka hijau per kelurahan yang ada di
Kecamatan Banjarsari disajikan pada tabel 18 berikut:
Tabel 18. Luas Lahan Terbangun dan Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan
Banjarsari.
No KelurahanLuas
Kelurahan
Luas Ruang Terbuka Hijau
( Ha )
Luas Lahan terbangun / Build
Up Area (Ha)
Luas (Ha)
% Luas (Ha)
%
1 Kadipiro 508,8 120,45 23,68 388,35 76,32
2 Banyuanyar 125,00 39,25 31,4 85,75 68,6
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 Nusukan 206,30 12,80 6,25 193,41 93,75
4 Sumber 133,30 28,18 21,14 105,12 78,86
5 Manahan 128,00 17,20 13,4 110,80 86,6
6 Gilingan 127,20 9,31 7,32 117,89 92,68
7 Mangkubumen 79,70 6,25 7,84 73,45 92,16
8 Kestalan 20,80 0,52 2,5 20,28 97,5
9 Punggawan 36,00 0 0 36,00 100
10 Setabelan 27,70 2,48 8,95 25,22 91,05
11 Ketelan 25,00 1,18 4,72 23,82 95,28
12 Timuran 31,80 2,76 8,68 29,04 91,32
13 Keprabon 31,50 3,32 10,54 28,18 89,46
1.481,1 243,7 17,2 1.237,4 82,8
Sumber : Hasil Interpretasi Citra Ikonos
Berdasarkan tabel 18 diatas dapat diketahui tingkat kecukupan ruang
terbuka hijau kelurahan di kecamatan banjarsari. Pada tabel berikut ini
menjelaskan bahwa di Kecamatan Banjarsari hanya terdapat satu kelurahan yang
memenuhi standar luas ruang terbuka hijau yang di tetapkan pada Undang –
Undang Dasar Republik Indonesia No 26 Tahun 2007 Tentang penataan ruang,
yang mengatur luas lahan terbuka sebesar 30% dari luas keseluruhan daerah yang
ada.
Tabel 19. Tingkat Kecukupan Ruang Terbuka Hijau per Kelurahan di Kecamatan
Banjarsari
No Kelurahan % lahan terbuka Tingkat kecukupan1 Kadipiro 23,68 Tidak cukup
2 Banyuanyar 31,4 Cukup
3 Nusukan 6,25 Tidak cukup
4 Sumber 21,14 Tidak cukup
5 Manahan 13,4 Tidak cukup
6 Gilingan 7,32 Tidak cukup
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7 Mangkubumen 7,84 Tidak cukup
8 Kestalan 2,5 Tidak cukup
9 Punggawan 0 Tidak cukup
10 Setabelan 2,48 Tidak cukup
11 Ketelan 1,18 Tidak cukup
12 Timuran 2,76 Tidak cukup
13 Keprabon 3,32 Tidak cukup
Sumber: Hasil Interpretasi Citra Ikonos
Apabila dilihat dari perhitungan perkelurahan, maka terdapat satu
kelurahan di Kecamatan Banjarsari yang memiliki luas ruang terbuka hijau yang
masih luas dan memenuhi standar luas ruang terbuka. Dari 13 kelurahan yang ada
di Kecamatan Banjarsari hanya satu kelurahan saja yang memenuhi standar luas
ruang terbuka hijau yaitu Kelurahan Banyuanyar, dengan luas ruang terbuka hijau
(RTH) yaitu 39,25 Ha atau 31,4 % dari luas keseluruhan Kelurahan Banyuanyar
yang mencapai luas 125,00 Ha, karena di Kelurahan Banyuanyar masih terdapat
sawah produktif serta memiliki letak yang jauh dari pusat perekonomian.
Kelurahan yang lain tidak memenuhi standar luas ruang terbuka hijau
(RTH) karena luas ruang terbuka dari masing – masing kelurahan tersebut tidak
memenuhi standar luas ruang terbuka yang telah ditetapkan dalam Undang –
Undang Dasar Republik Indonesia No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang
yang menerangkan bahwa Proporsi ruang terbuka hijau di perkota
paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas kota. Hal tersebut
disebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk yang meningkat serta terjadi alih
fungsi lahan dari ruang terbuka hijau menjadi bangunan untuk berbagai keperluan
seperti perumahan, terminal, pertokoan, kantor, dan lain-lain.
Lebih jelasnya, tentang kecukupan ruang terbuka hijau dapat dilihat
pada peta 5, berikut ini :
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Citra Ikonos
mempunyai
ketelitian sebesar
91% dan komisi
sebesar 09%,
sehingga mampu
digunakan untuk
pemetaan ruang
terbuka hijau di
Kecamatan
Banjarsari
2. Persebaran ruang
terbuka hijau di
Kecamatan
Banjarsari tidak
merata. Dari 13
kelurahan yang ada
di Kecamatan
Banjarsari yang
memiliki luas ruang
terbuka hijau paling
banyak yaitu
Kelurahan Kadipiro
dengan luas 120,45
Ha, kemudian
Kelurahan
Banyuanyar dengan
luas ruang terbuka
85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hijau (RTH) sebesar
39,25 Ha,
Kelurahan Sumber
28,18 Ha sedangkan
Kelurahan
Punggawan tidak
mempunyai ruang
terbuka hijau yang
cukup luas sehingga
tidak mampak pada
tampilan Cita
Ikonos yang di
interpretasi dengan
skala 1: 35.000
sehingga Kelurahan
Punggawan
merupakan
Kelurahan yang
memikili luas ruang
terbuka hijau paling
sedikit.
3. Tingkat kecukupan
ruang terbuka hijau
di Kecamatan
Banjarsari menurut
Undang-undang
Republik Indonesia
nomor 26 Tahun
2007 Tentang
Penataan Ruang,
Kecamatan
Banjarsari tidak
memenuhi tingkat
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kecukupan ruang
terbuka hijau yang
layak. Berkaitan
dengan penataan
ruang wilayah kota,
Undang-Undang ini
secara khusus
mengamanatkan
perlunya
penyediaan dan
pemanfaatan ruang
terbuka hijau, yang
proporsi luasannya
ditetapkan paling
sedikit 30% dari
luas kota,
sedangkan di
Kecamatan
Banjarsari hanya
terdapat 17.20%
luas ruang terbuka
hijau. Apabila
dilihat dari
perhitungan
perkelurahan, maka
terdapat satu
kelurahan di
Kecamatan
Banjarsari yang
memiliki luas ruang
terbuka hijau yang
masih luas dan
memenuhi standar
87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
luas yaitu
Kelurahan
Banyuanyar,
dengan luas
ruang terbuka hijau yaitu 39,25 Ha atau 31,4 % dari luas keseluruhan Kelurahan
Banyuanyar yang mencapai luas 125,00 Ha, karena di Kelurahan Banyuanyar
masih terdapat sawah produktif serta memiliki letak yang jauh dari pusat
perekonomian, sedangkan 12 Kelurahan yang lain tidak memenuhi standar luas
ruang terbuka hijau.
B. Implikasi
1. Ruang terbuka hijau di daerah perkotaan merupakan bentuk penggunaan lahan
yang cukup mudah untuk beralih fungsi. Kerjasama yang baik antara
pemerintah daerah, warga masyarakat dan pengembang dibutuhkan untuk
mengatasi pengalihan fungsi lahan terbuka menjadi lahan terbangun. Ruang
terbuka hijau merupakan salah satu bentuk lahan yang dapat berfungsi untuk
menyerap dan menyimpan air di dalam tanah. sekaligus menyejukkan
lingkungan dan lahan basah yang berperanan dalam menjaga keseimbangan
tata air dan pengendali banjir. Perkembangan industri mampu membuka
lapangan kerja baru bagi masyarakat, tetapi juga memberi dampak
berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) di daerah perkotaan. Adanya
pembangunan juga memberi budaya baru yang turut merubah tatanan sosial
budaya dalam masyarakat. Diperlukan suatu pengawasan yang ketat dalam
masalah penggunaan lahan.
2 Dari hasil penelitian ini didapatkan informasi mengenai ruang terbuka
hijau sehingga akan mampu digunakan untuk evaluasi penggunaan lahan
di Kecamatan Banjarsari, khususnya mengenai keberadaan ruang terbuka
hijau.
3 Hasil penelitian dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang
mendukung pada pembelajaran geografi yang berhubungan dengan
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penginderaan jauh yang memiliki kompetensi dasar dapat memahami
pemanfaatan citra penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis
(SIG), pada kelas XII, semester 1 Sekolah Menengah Atas.
C. Saran
Perlu adanya perhatian dari pemerintah dalam upaya menanggulangi
kurangnya luasan ruang terbuka hijau di Kecamatan Banjarsari oleh karena itu
berdasarkan hasil penelitian maka penulis menyarankan:
1. Perlu adanya pembatasan pembangunan terutama pada lahan terbuka vital,
bila perlu dibuat surat keputusan mengenai pembatasan pembangunan atas
tanah tersebut.
2. Perlunya peran serta warga masyarakat, pemerintah daerah setempat dan
pengusaha untuk melakukan konservasi terhadap ruang terbuka hijau agar
lingkungan perkotaan tetap nyaman untuk dijadikan lahan hunian
masyarakat.
3. Perlunya pengaturan mengenai pembangunan yang tetap memperhatikan
kaidah lingkungan agar ruang terbuka hijau dan ekosistem yang ada di
sekitarnya tidak rusak.
4. Perlu adanya penelitian lanjut mengenai kajian ruang terbuka hijau di
daerah perkotaan sehingga bisa dilakukan pengontrolan secara bertahap
terhadap keberadaan ruang terbuka hijau tersebut.
5. Perlu penambahan ruang terbuka hijau (RTH) di Kecamatan Banjarsari,
khususnya di Kelurahan Kadipiro, Nusukan, Sumber, Manahan, Gilingan,
Mangkubumen, Kestalan, Punggawan, Setabelan, Ketelan, Timuran,
Keprabon.
89