妓ﺑ儀ﺮﻟ企 - eprints.stainkudus.ac.ideprints.stainkudus.ac.id/1751/5/FILE 5. BAB II.pdfKata...
Transcript of 妓ﺑ儀ﺮﻟ企 - eprints.stainkudus.ac.ideprints.stainkudus.ac.id/1751/5/FILE 5. BAB II.pdfKata...
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Diskripsi Pustaka
1. Pengertian Akad
Kata akad berasal bahasa Arabal-‘aqd yang berarti perikatan,
perjanjian, persetujuan dan permufakatan. Kata ini juga bisa diartikan
tali yang mengikat karena akan adanya ikatan antara orang yang
berakad. Dalam kitab fiqih sunnah, kata akad diartikan dengan
hubungan ( 妓 儀 企 亀 ) dan kesepakatan ( 妓季 鬼 偽 偽 企).1Secara istilahfiqh, akad didefinisikan dengan : Pertalianijab
(pernyataan melakukan ikatan) danqabul (peryataan penerimaan
ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh kepada
objek perikatan. Pencantuman kata-kata yang☜sesuai dengan kehendaksyariat☝ maksudnya bahwa seluruh perikatan yang dilakukan oleh duapihak atau lebih tidak dianggap sah apabila tidak sejalan dengan
kehendak syara☂. Misalnya, kesepakatan untuk melakukan transaksiriba, menipu orang lain, atau merampok kekayaan orang lain. Adapun
pencantuman kata-kata ☜berpengaruh kepada objek perikatan☝maksudnya adalah terjadinya perpindahan pemilikan dari satu pihak
(yang melakukanijab) kepada pihak lain (yang menyatakanqabul).2
Hasbi Ash Shiddieqy, yang mengutip definisi yang
dikemukakan Al-Sanhury, akad ialah: ☜ Perikatanijab danqabul yang
dibenarkan syara☂ yang menetapkan kerelaan kedua belah pihak☝.Adapula yang mendefinisikan, akad ialah: ☜Ikatan, pengokohan
dan penegasandari satu pihak atau kedua belah pihak.☝.3Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
Akad ialah pertalaianijab (ungkapan tawaran disatu pihak yang
1 Suhendi Hendi,Fiqih Muamalah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005). hlm.442Abdul Rahman Ghazaly, et.al,Fiqh Muamalat,(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 51.3Abdul Aziz, Muhammad Azzam,Fiqh Muamalat,(Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 15.
11
mengadakan kontrak) denganqabul (ungkapan penerimaan oleh pihak
lain) yang memberikan pengaruh pada suatu kontrak.
Dasar hukum dilakukannya akad dalam Al-Qur☂an adalah
偽寄 妓 亀 亀 企 妓 鬼 妓貴鬼雁企 妓 亀 鬼 企 鬼 妓 偽 企 鬼 企 鬼Artinya : ☜Hai orang-orang yang beriman tepatilah janji-janjimu.☝(Qs. Al-Maidah Ayat: 1).4
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa melakukan isi
perjanjian atau akad itu hukumnya wajib.
2. Pengertian Ijarah
Pengertian Al-ijarah menurut bahasa,Ijarah berasal dari kata
Al-Ajru yang artinya adalahAl-Iwadh dalam bahasa Indonesia
diartikan sebagai ganti dan upah. Dalam arti luas, ijarah adalah suatu
akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu dengan jalan memberikan
imbalan dalam jumlah tertentu.Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak
guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan(ownership/malikiyyah)atas
barang itu sendiri.5
Sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda♠ beda
mendefinisikan Ijarah, antara lain adalah sebagai berikut:6
a) Menurut Hanafiyah bahwaIjarah ialah :
妓 鬼 騎 鬼 亀 妓 鬼 騎 鬼 鬼 妓 鬼 亀 妓 偽 妓 鬼 亀 偽 亀 飢 妓 亀 騎旗 妓 鬼 偽 偽危 鬼 偽 鬼 妓 妓 企 偽 鬼 妓 企 鬼 偽 騎危 鬼寄 妓 亀☜Akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dandisengaja dari suatu zat yang di sewa dengan imbalan.☝7
b) Menurut Malikiyah bahwaIjarah ialah :
鬼 企 偽 妓 鬼 鬼貴 鬼 偽 鬼寄 企 偽 鬼 鬼 妓 鬼 鬼 鬼 偽 亀 鬼 企 亀 鬼 偽 妓 鬼 偽規鬼 妓 亀 妓
4 Al- Qur☂an, Surat Al-Maidah, Ayat: 1, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(Surabaya:Karya Agung, 2006), hlm. 97
5 Syafi☂i Antonio, Muhammad.Bank Syariah Dari teori ke Praktek, (Jakarta: Gema InsaniPress 2001), hlm, 117
6 Hendi Suhendi,Fiqih Muamalah, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 114-1157 Jaziri, Abdurrahman,Al-Fiqh ‘Ala Madzahib Al-Arba’ah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1977),
hlm. 18
12
☜Nama bagi akad– akad untuk kemanfaatan yang bersifatmanusiawi dan untuk sebagian yang dapat dipindahkan.☝8
c) Menurut Syaikh Syihab Al♠ Din dan Syaikh Umairah bahwa yang
dimaksud denganIjarah ialah :
輝 妓 鬼貴 偽旗 鬼 偽 偽 偽 鬼 鬼 偽 企 鬼貴 偽紀 妓 鬼 妓 偽 亀 鬼 偽 鬼 騎危 鬼 亀 妓 飢 騎 鬼 亀 妓 鬼 騎 鬼 鬼 妓 鬼 鬼 鬼 飢 妓 亀☜Akad atas manfaat yang diketahui dan disengaja untuk memberidan membolehkan dengan imbalan yang diketahui ketika itu.☝
d) Menurut Muhammad Al♠Syarbini Al♠Khatib bahwa yang di
maksud denganIjarah adalah:
騎既 亀 亀 偽 偽旗 鬼 偽 偽 騎 鬼 鬼 妓 鬼 亀 妓 偽 妓 鬼☜Pemilik manfaat dengan adanya imbalan dan syarat– syarat☝.9
e) Menurut Sayyid Sabiq bahwa:☜Ijarah ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat denganjalan penggantia☝.
f) Menurut Hasbi Ash♠ Shiddiqie bahwaIjarah ialah :
鬼 鬼 偽 鬼 鬼寄 鬼 亀 企 飢 鬼 妓 亀 妓 鬼 飢 妓 鬼 騎旗 鬼 偽 偽 鬼 亀 偽 妓 鬼 妓起鬼雁 騎危 鬼寄 妓貴 亀 妓 鬼 騎危 亀 偽 偽 妓 企 偽 鬼 鬼 妓 鬼 偽 偽 鬼 鬼 企 亀 妓 鬼 鬼 偽 鬼
☜Akad yang objeknya ialah penukaran manfaat untuk masatertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama denganmenjual manfaat.☝( Hasbi Ash♠ Shiddiqie, 1984:18).10
Menurut Muhamad Syafi☂i Antonio, Al-ijarah adalah
pemindahan hak bangunan atas barang atau jasa melaluai upah sewa,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.11
Fiqh Islam,Ijarah yaitu memberikan sesuatu untuk disewakan.
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional pembiayaan Ijarah adalah
akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang.12
8 Hendi Suhendi,Op.Cit,hlm. 979 Hendi Suhendi,Fiqh Muamalah,dari bukuAl-Khatib, Al-Iqna, hlm.7010 Ibid., hlm. 11711 Muhamad Syafi☂i Antonio, Op.Cit,hlm. 11712Ismail, Perbankan Syariah, Edisi Pertama, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011),
hlm. 160
13
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik
suatu pengertian bahwaijarah adalah bentuk jenis perikatan atau
perjanjian yang mempunyai tujuan mengambil manfaat suatu benda
yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar upah sesuai
dengan perjanjian dan sesepakatan (kerelaan) kedua belah pihak,
sesuai dengan rukun dan syarat yang telah ditentukan.
3. Pengertian Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT)
Jenis akad ijarah dibagi menjadi dua jenis, yaitu akadIjarah
dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT), perbedaan antara jenis akad
tersebut adalah terdapat perpindahan kepemilikan aset yang disewa di
akhir masa sewa pada akad IMBT, sedangkan untuk akad ijarah tidak
ada perpindahan status kepemilikan aset ijarah.
Ijarah Muntahiya Bittamlik(financial leasing with purchase
option) atau Akad sewa menyewa yang berakhir dengan kepemilikan
adalah sebuah istilah modern yang tidak terdapat dikalangan fuqaha
terdahulu. Istilah ini tersusun dari dua kata.
Pertama, at-ta'jiir menurut bahasa; diambil dari kata al-
ajr,yaitu imbalan atas sebuah pekerjaan, danjuga dimaksudkan dengan
pahala. Adapunal-ijarah, nama untuk upah, yaitu suatu yang diberikan
berupa upah terhadap pekerjaan. Sedangkanal-ijarah dalam istilah
para ulama ialah suatu akad yang mendatangkan manfaat yang jelas
lagi mubah berupa suatu dzat yang ditentukan ataupun yang disifati
dalam sebuah tanggungan, atau akad terhadap pekerjaan yang jelas
dengan imbalan yang jelas serta tempo waktu yang jelas.
Kedua, at-tamliik secara bahasa bermakna: menjadikan orang
lain memiliki sesuatu.Adapun menurut istilah ia tidak keluar dari
maknanya secara bahasa. Danat-tamliik bisa berupa kepemilikan
terhadap benda, kepemilikan terhadap manfaat, bisa dengan ganti atau
tidak. Jika kepemilikan terhadap sesuatu terjadi dengan adanya ganti
maka ini adalah jual beli. Jika kepemilikan terhadap suatu manfaat
dengan adanya ganti maka disebut persewaan.
14
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat didefinisikan Ijarah
Mumtahiyah Bittamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik
objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa
yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa
pada saat tertentu sesui dengan akad sewa.13
Ijarah Mumtahiyah Bittamlik disebut juga denganijarah wa
iqtina adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa (lessor)
dan penyewa (lessee), atas barang yang disewakan yang mana
penyewa mendapat hak opsi untuk membeli obyek sewa pada saat
masa sewa berakhir.14
Muhammad Syafi☂i Antonio dalam bukunya mengatakan,
transaksi yang disebut dengan al Ijarah al Muntahiyah Bit Tamlik
adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih
tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di
tangan si penyewa. Sifat kepemilikan ini pula yang membedakan
dengan ijarah biasa.15
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah suatu kesepakatan
tertulis dalam hal kerjasama, dimana BMT (shahibul maal)
menyediakan barang (majur) yang kemudian diserahkan kepada
anggota (mustajir) yang digunakan sebagai objek sewa serta terdapat
pula perjanjian dimana dalam perjanjian itu terdapat hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak yang salah satu poinnya adalah
menyerahkan kepemilikan barang sewa (majur) kepada anggota
(mustajir).
Akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah transaksi sewa dengan
perjanjian untuk menjual atau menghibahkan obyek sewa di akhir
13 Hasbi Ramli,Toeri Dasar Akutansi Syariah, Renaisan, ( Jakarta: Putra Kencana, 2005),hlm. 63.
14Mustofa Imam,Fiqh Muamalah Kontemporer, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2015),hlm. 97
15Syafi☂I Antonio, Op.Cit,hlm. 118.
15
periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan kepemilikan obyek
sewa.
Dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik, pemindahan hak milik
barang terjadi dengan salah satu dari 2 (dua) cara sebagai berikut16:
1) Ijarah dengan janji akan menjual pada akhir masa sewa.
Pilihan untuk menjual barang di akhir masa sewaalternatif
pertama Biasanya diambil bila kemampuan finansial penyewa
untuk membayar sewa relatif kecil. Karena sewa yang dibayarkan
relatif kecil, akumulasi nilai sewa belum mencukupi harga beli
barang tersebut dan margin laba yang ditetapkan bank.
2) Ijarah dengan janji untuk memberikan hibah pada akhir masa sewa.
Pilihan untuk menghibahkan barang di akhir masa sewa
(alternatif kedua) biasanya diambil bila kemampuan finansial
penyewa untuk membayar sewa relatif lebih besar. Karena sewa
yang dibayarkan relatif besar, akumulasi sewa di akhir periode
sewa sudah mencukupi harga beli barang tersebut dan margin laba
yang ditetapkan bank.
Berbagai bentuk alih kepemilikan dalam Ijarah Muntahiyah
Bittamlik antara lain:17
1) Hibah di akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode sewa,
aset di hibahkan ke pada penyewa.
2) Harga yang berlaku pada akhir periode, yaitu ketika pada akhir
periode sewaassetdibeli oleh penyewa dengan harga yang
berlaku pada saat itu.
3) Harga ekuivalendalam periode sewa, yaitu ketika penyewa
membeli asset dalam periode sewa sebelum kontrak sewa
berahir dengan hargaekuivalen.
4) Bertahap selama periode sewa, yaitu ketika alih kepemilikan
dilakukan bertahap dengan pembayaran sewa.
16Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, ( Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada 2004), hlm. 156.
17 Ismail,Op.Cit, hlm. 163-164
16
4. Dasar Hukum Akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik sebagai pembiayaan telah
berlandaskan pada dalil-dalil syar☂i, baik itu Al-Qur☂an atau As-sunnah
yang menjadi dasar atas sahnya akad tersebut, dan juga menandakan
bahwa akad tersebut telah disyari☂atkan dan disahkan secara Agama
maupun negara. Adapun dalil-dalil tersebut antara lain18:
1. Al-Qur'an
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamitelah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalamkehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian merekaatas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian merekadapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmatTuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”(Qs. Al-Zukhruf Ayat: 32).19
Surat Al-Qashas: 26
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata wahai bapakkuambillah ia sebagai orang yang bekerja dengan kita karenasesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untukbekerja ialah orangyang kuat lagi dapat dipercaya”. (Qs. Al-Qashas Ayat 26).20
Surat Al-Baqarah: 233
18 Mustofa Imam,Op.Cit, hlm.86-8919 Al- Qur☂an, Surat Al- Zukhruf, Ayat: 32, Alqur’an dan Terjemahannya,(Surabaya:
Karya Agung, 2006), hlm. 44320 Al- Qur☂an, Surat Al- Qashas, Ayat: 26,Alqur’an dan Terjemahannya,(Surabaya:
Karya Agung, 2006), hlm. 352
17
☜Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,tidak dosabagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yangpatut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah MahaMelihat apa yang kamukerjakan”.(Qs. Al-Baqarah Ayat: 233).21
2. Al-Hadits
Hadits Nabi yang dapat dijadikan dasar hukum beroperasionalnya
kegiatan Ijarah, meliputi :
Hadis Nabi riwayat Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu
Said al-Khudri, Nabi S.A.W bersabda:
亀記 鬼 妓 鬼雁 亀 妓 偽 妓 亀 妓 鬼 企 輝 妓 偽 鬼雁 鬼 鬼 妓 鬼 妓 企 偽 鬼 .“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlahupahnya”.(HR. Ibnu Majah).22
Hadits Nabi riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasa☂i dari Sa`d IbnAbi Waqqash, dengan teks Abu Daud, ia berkata:
鬼 偽 鬼 鬼 鬼貴 偽棋 妓希 企 鬼 偽 妓 偽 企 鬼 企 鬼 鬼 鬼 偽 鬼旗 妓希鬼 妓企 軌偽 妓 亀 亀 鬼 鬼 鬼 鬼 莞 鬼 妓 偽 偽翫 鬼 妓 偽 妓貴鬼雁 騎 鬼尭 鬼 偽 鬼 鬼 偽 妓 亀 妓規鬼雁 鬼 鬼 鬼 鬼雁 鬼貴 鬼 偽 鬼岐 妓 鬼 鬼 鬼 鬼貴 偽 偽 贋 鬼貴 偽 妓 鬼 鬼 亀 鬼 亀紀 妓 亀 鬼希
騎 偽.
“Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil tanaman
yang tumbuh pada parit dan tempat yang teraliri air; makaRasulullah melarang kami melakukan hal tersebut danmemerintahkan agar kami menyewakan tanah itu dengan emasatau perak (uang)”.23
Hadits Nabi riwayat Tirmizi dari 'Amr bin 'Auf al-Muzani, Nabi
s.a.w. bersabda:
顔 企 企 徽 規 企貴 企 雁 貴雁 企 雁 貴雁 徽 既 顔 既貴 .
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkanyang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
21 Al- Qur☂an, Surat Al- Baqarah, Ayat: 233,Alqur’an dan Terjemahannya,(Surabaya:Karya Agung, 2006), hlm. 33
22 Muhammad bin Yazid Abu , Abdullah al-Qazwiniy,Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar al-Fikr, 2004), Jilid II, hlm. 20
23 Sabiq, Sayyid,Fiqh Al-Sunnah, (Beirut: Dar Al-fkr, 1997), hlm. 18
18
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal ataumenghalalkan yang haram”.(HR. Tirmizi).24
Hadits Nabi riwayat Ahmad dalam kitabnyaMusnad,dari Ibnu
Mas☂ud:危 企貴 貴 紀 希 .
“Rasulullah melarang dua bentuk akad sekaligus dalam satu
obyek”. (HR. Ahmad, Musnad III/100).25
Kaidah fiqh:
寄 紀 規雁 顔 企 喜 企 企.“ Hukum asal mua’malah adalah bahwa segala sesuatunya di
bolehkan, kecuali ada dalil yang melarangnya (dalam al-qur’an ,
as-sunnah)”.26
3. Al-Ijma☂Mengenai di perbolehkannya sewa menyewa, semua ulama
bersepakat bahwa sewa menyewa diperbolehkan. Tidak seorang
ulama pun yang membantah kesepakatan (ijma) ini, sekalipun ada
beberapa orang diantara mereka yang berbeda pendapat, akan
tetapi hal itu tidak signifikan.
Dengan dasar hukum Al-Qur'an, Hadits, dan Ijma' maka
hukum diperbolehkannya sewa menyewa sangat kuat karena dasar
hukum tersebut merupakan sumber penggalian hukum Islam yang
utama. Dari beberapa dasar di atas, kiranya dapat dipahami bahwa
sewa menyewa itu diperbolehkan dalam Islam, karena pada dasarnya
manusia senantiasa terbentur pada keterbatasan dan kekurangan. Oleh
karena itu, manusia antara yang satu dengan yang lainnya selalu terikat
dan saling membutuhkan, dan sewa menyewa adalah salah satu
aplikasi keterbatasan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat.
24 S. Pradja Juhaya,Ekonomi Syariah, ( Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm.9925 Sabiq, Sayyid, Fiqh Al-Sunnah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), hlm. 1826 S. Pradja Juhaya,Op.Cit., hlm.100.
19
5. Bentuk-Bentuk Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik
Ijarah Muntahiya Bittamlik mempunyai lima bentuk, yaitu :
a. Akad ijarah yang sejak awal akad memang dimaksudkan untuk
memindahkan kepemilikan barang sewa kepada pihak penyewa.
Penyewa menyewa suatu barang dengan pembayaran sewa secara
angsuran dalam kurun waktu tertentu dengan jumlah tertentu
kemudian pada saat angsuran terakhir barang sewaan berpindah
pemilikan kepada pihak penyewa. Dalam hal ini tidak ada akad
baru untuk memindahkan hak barang tersebut setelah angsuran
sewa lunas.
b. Akad ijarah memang dari awal murni dimaksudkan hanya untuk
sewa, hanya saja si penyewa diberi hak untuk memiliki barang
sewaan dengan memberikan uang pengganti dalam jumlah tertentu.
Dalam hal ini tidak ada perjanjian yang mengikat di antara
keduanya untuk memindahkan hak barang dengan cara jual beli,
karena akad yang dibuat adalah akad sewa murni.
c. Akad ijarah dimaksudkan untuk sewa suatu barang, pada saat akad
pihak penyewa dan pemberi sewa membuat perjanjian yang
mengikat untuk melakukan akad jual beli barang objek sewa.
Pemberi sewa akan menjual barang yang disewa kepada penyewa
dengan sejumlah harga tertentu setelah angsuran sewa lunas.
d. Akad ijarah dimaksudkan untuk sewa suatu barang, pada saat akad
pihak penyewa dan pemberi sewa membuat perjanjian yang
mengikat untuk melakukan hibah barang objek sewa. Pemberi sewa
akan menghibahkan barang yang disewa kepada penyewa.
e. Akad ijarah dimaksudkan untuk sewa suatu barang dalam jangka
tertentu dengan pembayaran dalam jumlah tertentu, pada saat akad
pihak penyewa dan pemberi sewa membuat perjanjian yang
mengikat untuk memberikan hak tiga opsi kepada pihak penyewa.
Opsipertama, pihak penyewa menjadi pemilik dengan pembayaran
sejumlah uang yang telah diangsurkan bersamaan dengan angsuran
20
uang sewa. Pelaksanaan perjanjian pembayaran ini dilakukan sejak
awal, pembayaran uang pengganti perpindahan milik juga
dilakukan sejak pembayaran angsuran pertama. Opsikedua,
memperpanjang masa sewa. Opsiketiga, pihak penyewa
mengembalikan barang sewa kepada pemberi sewa.27
6. Rukun dan Syarat Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik
a. Rukun Pembiayaan Akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Sebagai sebuah transaksi umum, Ijarah baru dianggap sah
apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya, sebagaimana yang
berlaku secara umum dalam transaksi lainnya. Menurut ulama
Hanafiyah, rukun sewa menyewa atau Ijarah hanya ijab dan qabul
(ungkapan menyewakan) dan qabul (persetujuan terhadap sewa
menyewa).
Pada umumnya rukun Ijarah Al Muntahiyah Bittamlik sama
dengan Ijarah pada umunya. Sesuai dengan Fatwa DSN No.09
Tahun 2000. Rukun sewa menyewa ada empat, yaitu:28
1) Aqid (orang yang berakad)
Menurut ulama Hanafiyah. Aqid (orang yang
melakukan akad) disyaratkan harus berakal dan mumayyis
(minimal 7 tahun) serta tidak disyaratkan harus baligh. Akan
tetapi, jika barang bukan miliknya sendiri, akad ijarah anak
mumayyizdi pandang sah apabila telah mendapatkan ridha dari
walinya. Sedangkan menurut Malikiyyahtamyizadalah syarat
ijarah dan jual-beli, sedangkanbaligh adalah syarat
penyerahan. Dengan demikian, akad anak mumayyiz adalah
sah, tetapi bergantung pada keridhaan walinya.
Ulama Syafi☂iyah dan Hanabilah mensyaratkan orang
yang melakukan akad harusmukallaf, yaitubaligh dan berakal,
sedangkan anak yangmumayyiz belum dikategorikan ahli
27 Musthofa Imam,Op.Cit, hlm. 97-9828Suhendi Hendi,Op.Cit, hlm. 117-118.
21
akad.29 Di dalam istilah hukum Islam orang yang menyewakan
disebut dengan"Mu'jir ", Sedangkan orang yang menyewa
disebut dengan "Musta'jir".Kedua belah pihak yang melakukan
merupakan orang yang cakap bertindak dalam hukum yaitu
mempunyai kemampuan untuk dapat membedakan yang baik
dan yang buruk (berakal) serta dewasa (balig).30
2) Shighat Akad
Akad menurutbahasa berasal dari bahasa Arab ☜Al-
Aqdu☝ yang berarti perikatan, perjanjian dan pemufakatan.Sedangkan menurut istilah,Sighat akad ijarah adalah
pernyataan niat dari dua pihak yang berkontrak, baik secara
verbal ataupun tulisan. Pernyataan tersebut berupa penawaran
(Ijab) dari pemilik aset dan penerimaan (Qabul) yang
dinyatakan oleh penyewa. Sesuai dengan kehendak syari☂atyang berpengaruh pada obyek perikatan. Sewa menyewa itu
terjadi dan sah apabila ada akad, baik dalam bentuk perkataan
maupun dalam bentuk pernyataan lainnya yang menunjukkan
adanya persetujuan antara kedua belah pihak dalam melakukan
sewa menyewa akad tersebut berisi Ijab dan Qabul
Ijab dan qabul adalah suatu ungkapan antara dua pihak
dalam sewa menyewa suatu barang atau benda. Ijab adalah
permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang
berakad dengan menggambarkan kemauannya dalam
mengadakan akad. Qabul adalah kata yang keluar dari pihak
yang lain sesudah adanya ijab untuk menerangkan
persetujuannya.31
29Rachmat Syafi☂e, Fiqih Muamalah, ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2001), hlm. 12530Suhrawardi K. Lubis,Hukum Ekonomi Islam,Cet I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000),
hlm. 14531 Ibid,. hlm.146
22
3) Ujrah atau Upah
Uang upah atau imbalan atas pemakaian manfaat
barang tersebut disebut dengan"ujrah". Pihak penyewa dan
pihak yang menyewakan mengadakan kesepakatan mengenai
harga sewa dimana antara keduanya terjadi penawaran. Pada
dasarnya ujrah diberikan pada saat terjadinya akad
sebagaimana dalam transaksi jual beli. Tetapi pada waktu akad
para pihak dapat mengadakan kesepakatan seperti pembayaran
boleh diadakan dengan mendahulukan imbalan atau
mengakhirkan imbalan.
Menurut Abu Hanifah, bila tidak ada pekerjaan lain,
jika akad sudah berlangsung dan tidak disyaratkan mengenai
pembayaran dan tidak ada ketentuan penangguhannya, wajib
diserahkan upahnya secara berangsur sesuai dengan manfaat
yang diterimanya. SedangkanMenurut Imam Syafi☂i danAhmad, sesungguhnya ia berhak dengan akad itu sendiri. Jika
mu’jir menyerahkan zat benda yang disewakan kepada
musta’jir, ia berhak menerima bayarannya karena penyewa
(musta’jir) sudah menerima kegunaan.32
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
Artinya: kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)muuntukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya”. (QS. Ath
Tholaq Ayat: 6).33
Allah Ta☂ala juga berfirman:
32 Suhendi hendi,Op.Cit, hlm. 12133 Al- Qur☂an, Surat Ath- Tholaq, Ayat: 6,Alqur’an Dan Terjemahannya, (Surabaya:
Karya Agung, 2006), hlm. 504.
23
Artinya: salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Yabapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita),karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamuambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagidapat dipercaya".(Qs. Al-Qashas Ayat: 26).34
Hadits Nabi riwayat Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan
Abu Said al-Khudri, Nabi s.a.w bersabda:
亀記 鬼 妓 鬼雁 亀 妓 偽 妓 亀 妓 鬼 企 輝 妓 偽 鬼雁 鬼 鬼 妓 鬼 妓 企 偽 鬼 .“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlahupahnya”.35
Hadits Nabi riwayat Abdullah bin Umar, Nabi bersabda:
妓規鬼雁 鬼 妓 鬼 亀危 鬼 妓 偽 鬼雁 鬼 妓 偽 妓企 企 亀 妓 雁 亀 亀 鬼 鬼 偽 鬼“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelumkeringatnya kering”.
36
4) Manfaat Objek Ijarah
Kalangan ulama menjelaskan bahwa tidak boleh
menyewakan barang-barang yang tidak bermanfaat atau
barang-barang yang dilarang sebab termasuk barang yang batal.
Barang-barang yang dilarang tersebut adalah barang-barang
yang dilarang oleh syara, seperti menyewakan rumah untuk
hal-hal kemaksiatan.37
b. Syarat Pembiayaan Akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Syarat pembiayaan Ijarah muntahiyah Bittamlik akan sah
apabila syarat dalam ijarah pada umunya telah tercukupi. Adapun
syarat-syarat sah ijarah adalah:38
1) Bagi ( mu☂jir dan musta☂jir )Syarat bagi para pihak yang melakukan akad adalah telah
baligh, yaitu tidak kanak-kanak, sempurna akalnya, yaitu tidak
gila atau separuh gila,rasyd atau pintar, dan mereka yang
34 Al- Qur☂an, Surat Al- Qashas, Ayat: 26,Alqur’an dan Terjemahannya,(Surabaya:Karya Agung, 2006), hlm. 352
35 Shahih Sunnan Ibnu Majah, II/817, Nomor. 244336 Shahih Sunnan Ibnu Majah Hadis, Nomor: 253737 Hendi Suhendi,Fiqih Muamalah, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.14738M. Ali Hasan,Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), hlm. 231
24
bukan termasuk golongan orang yang dilarang dari
menjalankan urusan muamalah, sepertimuflis dan saih.39
Dengan demikian apabila pihak yang berakad belum atau tidak
berakal, seperti anak kecil atau orang gila menyewakan
hartanya atau diri mereka sebagai buruh maka akadnya tidak
sah. Berbeda dengan pendapat dari mazhab Hanafi dan Maliki
yang menyatakan bahwa orang yang melakukan akad tidak
harus mencapai usia baligh, tetapi anak yang telah masih kecil
boleh melakukan akad sewa menyewa dengan ketentuan telah
mendapat persetujuan walinya.
2) Harus adanya kerelaan antara kedua belah pihak
Masing-masing pihak menyatakan kerelaannya untuk
melakukan perjanjian sewa menyewa, kalau di dalam
perjanjian sewa menyewa terdapat unsur pemaksaan maka
sewa menyewa itu tidak sah.40 Ketentuan ini sesuai dengan
Firman Allah yang berbunyi:
☜Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salingmemakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecualidengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimuSesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.(Qs. An-Nisa' Ayat 29).41
3) Upah atau Imbalan
Akad sewa menyewa dalam menentukan upah atau imbalan
harus jelas, tertentu dan sesuatu yang bernilai harta. Hal ini
39S. Pradja Juhaya,Op.Cit, hlm.13340 Ibid, hlm.11541 Al- Qur☂an, Surat An- Nisa☂, Ayat: 29, Alqur’an Dan Terjemahannya, (Surabaya:
Karya Agung, 2006), hlm. 76
25
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya perselisihan
dikemudian hari. Dalam Fiqh Sunah disebutkan bahwa imbalan
itu harus berbentuk harta yang mempunyai nilai yang jelas
diketahui, baik dengan menyaksikan atau dengan
menginformasikan ciri-cirinya. Karena ia merupakan
pembayaran harga manfaat.
4) Obyek Ijarah
ketentuan obyek ijarah sebagai berikut:
a) Obyek sewa menyewa dapat diserahkan sebagaimana
penyerahan harga (ada serah terima).
b) Obyek sewa menyewa dapat dimanfaatkan sampai kepada
masa yang disepakati.
c) Objek Ijarah itu merupakan manfaat atas sesuatu yang biasa
disewakan
d) Manfaat yang menjadi objek Ijarah adalah manfaat
terhadap sesuatu yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan
syara☂.e) Manfaat yang menjadi objek Ijarah harus diketahui secara
sempurna dan jelas, sehingga tidak muncul perselisihan di
kemudian hari.
f) Ukuran jenis objek sewa (Ijarah) harus secara jelas
diketahui dan tercantum didalam akad Ijarah.
g) Penyerahan manfaat obyek sewa harus sempurna yakni
adanya jaminan keselamatan obyek sewa sampai kepada
masa yang disepakati.42
7. Perbedaan Ijarah dengan Leasing
Pada praktiknya ijarah danleasingmemiliki perbedaan, penulis
berdasarkan penelitian karim (2003) mencoba membandingkan ijarah
dan leasing melalui tabel 2.1 di bawah ini:
42Mustofa Imam,Op.cit, hlm.93
26
Tabel 2.1
Perbedaan Ijarah dengan Leasing
No. Keterang Ijarah Leasing1 Obyek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang2 Metode
pembayaranTergantung atau tidaktergantung pada kondisibarang/jasayang disewa
Tidak tergantung padakondisi barang yangdisewa
3 Perpindahankepemilikan
1. Ijarah, tidak adaperpindahan kepemilikan.
2. IMBT, janji untukmenjual/menghibahkan diawal akad
1. Sewa guna operasi,tidak ada perpindahankepemilikan
2. Sewa guna denganhak opsi, memilikiopsi untuk membeliatau tidak membeli diakhir masa sewa
4 JenisSewa/Leasinglainnya
1. Leasing purchase, tidakdiperbolehkan karenaakadnya gharar, yakniantara sewa dan beli
2. Sale and lease back,diperbolehkan
1. Lease purchase,diperbolehkan
2. Sale and lease back,diperbolehkan
Sumber: Akuntansi Syariah Di Indonesia, Edisi 4 (2015)
Tabel di atas memberikan ikhtisar perbedaan dan kesamaan
antara ijarah dan sewa. Sedikitnya ada empat aspek yang dapat
dicermati, yakni: objek, metode pembayaran, perpindahan
kepemilikan, dan jenis sewa.43
a) Objek Sewa
Dalam ijarah, objek yang disewakan dapat berupa aset
maupun jasa/tenaga kerja. Ijarah bila diterapkan untuk
mendapatkan manfaat dari aset disebut sewa-menyewa, sedangkan
bila diterapkan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja/jasa
disebut upah-mengupah (ujrah). Dalam sewa (leasing) hanya
berlaku untuk sewa-menyewa aset saja, dengan kata lain terbatas
pada pemanfaatan aset. Dengan demikian, ijarah memiliki cakupan
yang lebih luas daripada sewa.
43 Sri Nurhayati-Wasilah,Akuntansi Syariah Di Indonesia, Edisi 4, (Jakarta: SalembaEmpat, 2015), hlm. 238-239
27
b) Metode Pembayaran
Dalam ijarah, metode pembayaran dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja
objek yang disewa (contingent to performance) dan ijarah yang
pembayarannya tidak tergantung pada kinerja yang disewa (not
contingent to performance).
c) Perpindahan Kepemilikan
Pada dasarnya akad ijarah sama seperti operating lease,
yakni yang dipindahkan adalah manfaat dari aset yang disewakan.
Untuk jenis akad Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT),
kepemilikan aset tetap pada pemberi sewa dan si penyewa
mengambil manfaat/menggunakan aset tersebut. Namun, pemberi
sewa di awal akad berjanji (wa’ad) kepada pihak penyewa, bahwa
ia akan melepaskan kepemilikan atas aset yang disewakan kepada
penyewa. Pengalihan hak milik atas aset yang bersangkutan dapat
dilakukan dengan menjual atau dengan menghibahkannya. Atas
pemindahan kepemilikan tersebut akan dibuatkan akad secara
terpisah.
Sementara dalamleasing, jenis leasingtergantung dari sisi
pemberi sewa dan penyewa. Dari sisi pemberi sewa, secara umum
dikenal 4 (empat) jenis sewa, yaitu:financial lease, sale type lease,
operating lease,dan leverage lease.Sedangkan dari sisi penyewa,
dikenal 2 (dua) jenis yaituoperating leasedancapital lease.
Dalam financial lease(sisi lessor) ataucapital lease(sisi
lessee) merupakan bentuk transfer sebagian besar risiko dan
keuntungan kepemilikan yang mengikat padalessee, periode
jangka panjang, danlessee akan menanggung semua biaya
perbaikan dan pada akhir periode memiliki hak untuk membeli
karena risiko barang ditanggung olehnya. Dalamoperating lease,
hak kepemilikan berada pada pemilik aset, yang dialihkan hanya
manfaat dari aset tersebut, dengan demikian akad ijarah atau IMBT
28
merupakanoperating leasekarena yang ditransfer hanya manfaat
dari objek ijarah sedangkan kepemilikannya tetap berada pada
pemberi sewa.
Berdasarkan definisi tersebut maka syariah tidak
menghalalkancapital/financial leasekerena memiliki akad yang
tidak jelas (gharar) antara beli dan sewa, sedangkan untuk
operating leasedibolehkan karena bentuknya sewa-menyewa.
d) Jenis Sewa Lainnya
1) Purchase lease
Suatu bentuk sewa yang menggabungkan antara hak beli
dan sewa sekaligus. Ciri dalampurchase lease: pembeli
membayar sejumlah uang untuk hak beli yang tidak dapat
ditarik kembali serta bukan bagian dari uang muka pembelian,
harga jual ditetapkan di awal dan biasanya lebih tinggi dari
harga pasar, selama belum terjadi pembelian, pembeli
membayar sejumlah uang sewa, perjanjian tidak dapat
dibatalkan kecuali gagal bayar yang biasanya objek sewa akan
ada orang yang dapat membeli aset tersebut setelah perjanjian
pembeli dan pemilik.
Dalam syariah, akadlease-purchaseini diharamkan karena
ada two in one (dua akad sekaligus ataushafaqatain fi
shafqah). Ini menyebabkangharar dalam akad, yakni ada
ketidakjelasan akad, apakah yang berlaku akad sewa atau akad
beli.
2) Sale and Lease Back(al ba’i tsumma ‘iadatul ijarah atau jual
dan ijarah)
Suatu bentukleasedimana penjual menjual barang kepada
pembeli kemudian pembeli menyewakan kembali kepada
penjual. Alasan dilakukannya transaksi tersebut bisa saja si
pemilik aset membutuhkan uang sementara ia masih
memerlukan manfaat dari aset tersebut. Akad jenis ini
29
dibolehkan secara syariah, asalkan akad jual dan akad ijarah
harus terpisah dan tidak boleh dipersyaratkan.44
8. Peraturan-peraturan DSN-MUI berkaitan dengan Ijarah dan
Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT)
DSN-MUI adalah lembaga yang dibentuk oleh MUI yang
secara struktural berada dibawah MUI dan bertugas menangani
masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi syariah, baik yang
berhubungan langsung dengan lembaga keuangan syariah ataupun
yang lainnya. Jadi DSN merupakan bagian dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang bertugas menumbuhkembangkan penerapan
nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan
sektor keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi dan
reksadana. Melalui Dewan Pengawas Syariah (DPS) melakukan
pengawasan terhadap penerapan prinsip syariah dalam sistem dan
manajemen Lembaga Keuangan Syariah (LKS).45
Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan satu-satunya badan
yang mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa atau jenis-jenis
kegiatan, produk dan jasa keuangan syariah serta mengawasi
penerapan fatwa dimaksudkan oleh lembaga-lembaga keuangan
syariah di Indonesia. Disamping untuk lebih memberikan kepastian
hukum baik bagi Lembaga Keuangan Syariah (LKS) maupun para
pengguna jasa perbankan syariah. Salah satu tugas pokok DSN adalah
mengkaji, menggali dan merumuskan nilai dan prinsip-prinsip hukum
Islam (syariah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam
kegiatan transaksi di lembaga keuangan syariah.
Di Indonesia, ketentuan syariah yang lebih terperinci atas akad
Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) disusun oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI), dalam hal ini oleh Dewan Syariah Nasional
(DSN). Ketentuan yang dimaksud terdapat: Fatwa DSN-MUI
44 Ibid,.hlm.238-23945Supriyadi Ahmad,Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, (Kudus: STAIN Kudus,
2008), hlm. 30.
30
No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah dan fatwa DSN-
MUI/III/2002 tentang Al-Ijarah Al-Muntahiyah Bittamlik. Isi dari
fatwa tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini:46
Tabel 2.2
Fatwa DSN-MUI No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Ijarah
Rukun dan Syarat Ijarah
1 Sighat ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari keduabelah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal ataudalam bentuk lain.
2 Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasadan penyewa/pengguna jasa.
3 Obyek akad ijarah adalah :a. manfaat barang dan sewa; ataub. manfaat jasa dan upah.
Ketentuan Obyek Ijarah
1 Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
2 Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakandalam kontrak.
3 Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidakdiharamkan).
4 Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengansyari☂ah.
5 Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untukmenghilangkanjahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkansengketa.
6 Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangkawaktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasifisik.
7 Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabahkepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapatdijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upahdalam Ijarah.
8 Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) darijenis yang sama dengan obyek kontrak.
9 Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapatdiwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.
Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah
1 Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan
46 Fatwa DSN MUI No. 09, 2000,Tentang Ijarah, (Jakarta: Dewan Syariah NasionalMUI , 2000), hlm.3-4.
31
b. Menanggung biaya pemeliharaan barang.c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
2 Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak.b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan
(tidak materiil).c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggara dari
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihakpenerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawabatas kerusakan tersebut.
Ketentuan lain-lain
1 Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jikaterjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannyadilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari☂ah setelah tidak tercapaikesepakatan melalui musyawarah.
Sumber: Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Sedangkan untuk fatwa yang mengatur tentang Ijarah
Muntahiya Bittamlik (IMBT) dijelaskan melalui tabel 2.3 berikut:47
Tabel 2.3Fatwa No. 27/DSN-MUI/III/2002 Tentang Al-Ijarah Al-
Muntahiyah BittamlikKetentuan Umum
Akad al-ijarah al-muntahiya bi al-tamlik boleh dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
1 Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Ijarah (Fatwa DSNnomor: 09/DSN-MUI/IV/2000) berlaku pula dalam akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik.
2 Perjanjian untuk melakukan akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik harus disepakati ketika akad Ijarah ditandatangani.
3 Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad.
Ketentuan tentang al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik
1 Pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiah bi al-Tamlik harusmelaksanakan akad Ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahankepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian, hanya dapatdilakukan setelah masa Ijarah selesai.
2 Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad Ijarahadalahwa'd ( 企 ), yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janjiitu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad pemindahan
47 Fatwa DSN MUI No. 27, 2002,Tentang Ijarah Muntahiya Bitamlik,(Jakarta: DewanSyariah Nasional MUI, 2002), hlm.3-4.
32
kepemilikan yang dilakukan setelah masa Ijarah selesai.Ketentuan lain-lain
1 Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jikaterjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, makapenyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelahtidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dandisempurnakan sebagaimana mestinya.
Sumber: Fatwa Majelis Ulama Indonesia
9. Pembiayaan Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik
a. Prosedur Pembiayaan IMBT
Salah satu aspek penting dalam perbankan syari☂ah adalah
proses pembiayaan yang sehat. Proses pembiayaan yang sehat
adalah proses pembiayaan yang berimplikasi pada investasi halal
dan baik serta menghasilkanreturn sebagaimana yang diharapkan
atau bahkan lebih. Dalam proses pembiayaan tersebut ada beberapa
tahapan yang harus dilalui yaitu : permohonan, pengumpulan data,
analisa rasio, persetujuan pembiayaan, pencairan, dan
pengawasan.48
1) Permohonan Pembiayaan
Merupakan tahap awal dari proses pembiayaan,
permohonan pembiayaan dilakukan secara tertulis oleh nasabah
kepadaofficer bank. Inisiatif pengajuan pembiayaan biasanya
datang dari nasabah yang kekurangan modal. Tidak mesti dari
nasabah, tetapi juga dapat muncul dariofficer bank.
Hal-hal yang dijadikan acuan untuk menindaklanjuti
sebuah permohonan pembiayaan antara lain :
a) TrendUsaha
b) Peluangbisnis
c) Reputasibisnis perusahaan atau perorangan
d) Reputasimanajemen
48 Kasmir,Bank dan Lembaga Keuangan Lannya, Edisi Keenam(Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2002), hlm.264-266
33
Apabila sebuah permohonan pembiayaan dapat ditindak
lanjuti, maka dapat diteruskan dengan pengumpulan data dan
investigasi. Namun apabila permohonan pembiayaan ditolak,
maka harus segera dilakukan tanpa menunda-nunda waktu.
Penolakan dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan untuk
efisiensi waktu.
2) Pengumpulan Data danInvestigasi.
Data yang diperlukan dalam pembiayaan antara lain :
a) Kartu identitas calon nasabah
b) Kartu identitas suami/istri
c) Kartu keluarga dan surat nikah
d) Slip gaji terakhir
e) Surat-surat referensi dari kantor tempat berkerja atau SK
pengangkatan untuk PNS
f) Salinan rekening bank tiga bulan terakhir
g) Salinan tagihan rekening listrik dan telepon
h) Data obyek pembiayaan
i) Data jaminan
3) Wawancara
Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan
langsung berhadapan dengan calon peminjam untuk
meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap
seperti yang bank inginkan.wawancara ini juga untuk
mengetahui keinginan dan kebutuhan debitur sebenarnya.
4) On The Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan kelapangan dengan
meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau
jaminan.
5) Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan bertujuan untuk mengamankan
pemberian modal yang akan diberikan melalui klasifikasi dan
34
penilaian terhadap fakta-fakta yang ada. Prinsip dasar dalam
analisis pembiayaan dapat dilakukan dengan berbagai metode
sesuai dengan kebijakan bank. Metode yang sering digunakan
adalah metode analisis 5C yaitu menyangkut: (character,
capacity, capital, collateral, condition).49
a) Character
Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon
penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan
kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat
memenuhi kewajibannya.
b) Capacity
Penilaian secara subyektif tentang kemampuan
penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran.
Kemampuan tersebut dapat diukur dengan catatan prestasi
penerima pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan
pengamatan dilapangan atas sarana usahanya seperti toko,
karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.
c) Capital
Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki
oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi
perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan olehrasio
financial dan penekanan pada komposisi modal.
d) Collateral
Jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan.
Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika
suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka
jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.
Pada Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008
tentang perbankan syariah menentukan bahwa:50
49 Ibid,. hlm. 104-104.50 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentangPerbankan syariah.hlm. 2.
35
1) Pada Ayat 1 berbunyi: Bank Syariah dan atau Unit
Usaha Syariah harus mempunyai keyakinan atas
kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima
fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada
waktunya, sebelum bank syariah dan Unit Usaha
Syariah menyalurkan dana kepada nasabah penerima
fasilitas.
2) Pada Ayat 2 berbunyi: Untuk memperoleh keyakinan
sebai dimad pada ayat (1), Bank syariah dan atau Unit
Usaha Syariah wajib melakukan penilaian yang
seksama terhadap watak, kemampuan, modal, aguan,
dan prospek usaha dari calon nasabah penerima
fasilitas.
e) Conditional
Lembaga keuangan syariah harus melihat kondisi
ekonomi yang terjadi secaraspesifik melihat adanya
keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon
penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi
eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha
calon penerima pembiayaan.
6) Persetujuan
Persetujuan merupakan proses penentuan apakah
permohonan pembiayaan disetujui atau tidak disetujui. Proses
persetujuan ini juga tergantung pada kebijakan bank, yang
disebut komite pembiayaan. Komite pembiayaan merupakan
tingkat paling akhir dari persetujuan pembiayaan. Karena itu
hasil akhir dari komite pembiayaan adalah penolakan,
penundaan atau persetujuan pembiayaan.
36
7) Pengumpulan data tambahan
Pengumpulan data tambahan sebagai pemenuhan
persyaraatan merupakan hal terpenting sekaligus merupakan
indikasi utama tindak lanjut pencairan biaya.
8) Pengikatan
Setelah semua persyaratan dipenuhi selanjutnya adalah
proses pengikatan jaminan. Secara garis besar pengikatan
terdiri dari dua macam, yaitu pengikatan bahwa tangan dan
pengikatan notariel. Pengikatan di bahwa tangan adalah
penandatanganan akad yang dilakukan antara bank dengan
nasabah. Sedangkan pengikatannotariel adalah proses
penandatanganan akad antara bank dan nasabah yang
dilaksanakan oleh notaris. Dalam Al-Qur☂an ditegaskan bahwa
apabila bermuamalah tidak secara tunai hendaklah ditulis, agar
lebih terjaga jumlah dan waktunya dan lebih menguatkan
saksinya, hal tersebut diterangkan dalam surat Al- Baqarah:
282 sebagai berikut :
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamubermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorangpenulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.☝(QS. Al-Baqarah: 282).51
9) Pencairan
Sebelum melakukan pencairan pembiayaan harus
dilakukan pemeriksaan kembali semua kelengkapan yang harus
dipenuhi sesuai disposisi komite pembiayaan pada permohonan
51 Al- Qur☂an, Surat Al- Baqarah, Ayat: 282,Alqur’an Dan Terjemahannya, (Surabaya:Karya Agung, 2006), hlm. 45.
37
pembiayaan. Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka proses
pencairan fasilitas pembiayaan dapat diberikan.
10) Pengawasan
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran
kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung
pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang
telah ditetapkan tersebut. Pengawasan pembiayaan yang umum
dipakai di bagi menjadi dua, yaitu:52
a) Pengawasan langsung
Pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi dan
melakukan pemeriksaan di tempat (on the spot) terhadap
objek yang diawasi.
b) Pengawasan tidak langsung
Pengawasan yang dilakukan tanpa mendatangi tempatobjek
yang diawasi. Seperti memeriksa berkas-berkas, data, dan
laporan tentang objek yang diawasi.
b. Skema pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik
Aplikasi Ijarah Muntahiya Bittamlik dalam lembaga
keuangan syariah dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
52 Sujamto,Aspek-Aspek Pengawasan Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996),hlm. 14
38
Milik
Gambar. 2.1
Skema Ijarah Muntahiya Bittamlik
Keterangan skema pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik
di atas adalah sebagai berikut :
1) Nasabah mengajukan permohonan sewa guna usaha barang
kepada bank syariah.
2) Bank menyediakan barang yang ingin disewa oleh nasabah.
3) Dilaksanakan akad penyewaan, yang berisi spesifikasi barang
yang disewa, jangka waktu, biaya sewa, dan berbagai
persyaratan transaksi lainnya. Dilengkapi pula dengan opsi
pembelian pada akhir masa kontrak.
4) Nasabah membayar secara rutin biaya sewa sesuai kesepakatan
yang telah ditandatangani kepada pemberi sewa sampai masa
kontrak berakhir. Selama proses penyewaan, biaya
pemeliharaan ditanggung oleh bank.
SUPPLIER OBJEKSEWA NASABAH
Objek sewa di beliLKS dari suplier
LEMBAGAKEUANGAN
SYARIAH
Bayar Sewa
Pesan Objek Sewa
Di Akhir Masa SewaLembaga Keuangan SyariahMenghibahkan Atau MenjualObjek Sewa Kepada Nasabah
39
5) Setelah masa ijarah berakhir, bank memindahkan kepemilikan
obyek sewa kepada nasabah, bisa melalui hibah maupun jual
beli.53
c. Implementasi Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik
1) Ma☂jur (objek sewa)Barang yang bisa digunakan sebagai objek sewa pada
umumnya adalah aset tetap yang meliputi: properti, peralatan,
alat transportasi, dan aset tetap lainnya. Jenis, ukuran, kualitas,
dan kuantitas objek sewa harus dijelas dan di tulis dalam akad.
2) Musta☂jir (penyewa)Bank sebagai pihak yang menyewakan, tidak memiliki
tempat untuk menyimpan objek sewa bila masa sewa berakhir.
Dengan demikian, maka dalam akad sudah disebutkan adanya
kewajiban bagi pennyewa untuk membeli objek sewa pada saat
masa sewa berakhir. Ketentuan lain, bahwa selama masa sewa
penyewa dilarang menyewakan kepada orang lain.
3) Ujrah (harga sewa)
Harga sewa dan harga beli sudah ditetapkan pada saat
penandatangan akad sewa di awal perjanjian. Biaya sewa yang
dibayar oleh penyewa merupakan biaya sewa, bukan angguran.
4) Jangka waktu
Jangka waktu bisa bervariasi antara jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang, tergantung pada harga
nominal objek sewa dan kemampuan nasabah.
5) Pembayaran biaya sewa
Biaya sewa harus dibayar oleh penyewa secara rutin
sampai dengan jatuh tempo. Bila nasabah mengalami
wanprestasi, atau adanya penundaan pembayaran, maka
permasalahan ini bisa dilakukan dengan musyawarah. Bila
53 Al Arif Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis dan Praktis,(Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 257
40
penundaan dilakukan dengan sengaja, maka bank syariah bisa
memberikan denda atas keterlambatan, dan keterlambatan
pembayaran biaya sewa akan dimasukkan dalam rekening
sosial atau dana titipan sosial. Pendapatan denda bukan
merupakan pendapatan oprasional bank syariah.54
10. Perjanjian Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik Berakhir
Perjanjian Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) merupakan
kontrak sewa yang terikat dengan jangka waktu. IMBT berakhir dalam
bergai hal, sebagai berikut:
a. Masa kontrak berakhir, dan pembayaran sewa dilakukan sesuai
dengan perjanjian.
b. Masa kontrak belum berakhir, namun penyewa membayar seluruh
biaya sewa sesuai dengan kontrak.
c. Masa kontrak belum belum berakhir, namun penyewa tidak lagi
membayar sewa. Dalam hal ini terjadi wanprestasi yang dilakukan
oleh penyewa, sehingga objek sewa bisa diambil oleh pemberi
sewa.
d. Rusaknya obyek yang disewakan. Apabila barang yang menjadi
obyek perjanjian sewa menyewa mengalami kerusakan atau
musnah sama sekali, misalnya terbakarnya rumah yang menjadi
obyek sewa.55
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Guna menghindari penelitian terhadap obyek yang sama atau
pengulangan terhadap suatu penelitian yang telah ada sebelumnya, maka
penulis melakukan kajian terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya,
tentunya yang berkaitan dengan judul penelitian, antara lain sebagai
berikut:
54 Ismail,Perbankan Syariah, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011), hlm.168-16955 Ibid,.hlm.171-172
41
Pertama, Ali Syukron, ☜Implementasi IjarahmuntahiyaBittamlik(IMBT) Pada Perbankan Syariah☝, Vol.2, No. 2, 2012.
Dari Jurnal Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa,Al-Ijā rah al-
Muntahiya bit al-Tamlik(IMBT) merupakan salah satu alternatif skim
syariah untuk memfasilitasi pembiayaan jangka menengah dan jangka
panjang yang sesuai dengan jenis usaha nasabah sekaligus mengamankan
kepentingan bank. Dibandingkan dengan akad mudharabah, akad IMBT
ini lebih fleksibel dan kompetitif bagi nasabah dalam penetapan harga
sewa, walaupun ada beberapa risiko yang mungkin terjadi yang harus
diantisipasi seperti risikodefault yaitu nasabah tidak membayar cicilan
dengan sengaja, aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya
pemeliharaan bertambah, terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa
pemeliharaan harus dilakukan oleh si pemberi sewa (muajjir), dan nasabah
berhenti di tengah kontrak dan tidak mau membeli aset tersebut.
Akibatnya bank harus menghitung kembali keuntungan dan
mengembalikan sebagian kepada nasabah.56
Kedua, Laili Nur Amalia, ☝ Tinjauan Ekonomi Islam TerhadapPenerapan Ijarah Pada Bisnis Jasa Laundry (Studi Kasus di Desa
Kedungrejo Kecamatan Muncar)☝, Vol.5, No. 2, 2015.
Dari Jurnal Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, Praktek akad
ijarah pada Laundry Tia, Gama dan Jaya merupakan akad ijarah dimana
pihak laundry menyediakan jasa pencucian baju kepada pelanggan laundry
dengan ujrah atau biaya laundry yang telah disepakati oleh kedua belah
pihak.Prosedur akad ijarah pada laundry secara umum terdapat lima
tahapan yaitu: penerimaan barang kotor, pencucian, pengeringan,
penyetrikaan dan pembungkusan. Penerapan akad ijarah pada bisnis jasa
laundry yang ditinjau dalam ekonomi islam sudah sah dan sesuai, hal ini
dapat dilihat dari akad ijarah yang dipraktekan pada bisnis jasa laundry
sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan syara, dan dengan adanya
56Syukron, Ali, Implementasi Ijarahmuntahiya Bittamlik (IMBT) Pada PerbankanSyariah,Banyuwangi : Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Ulum, Vol.2, No. 2, 2012.
42
ketentuan kerja, bentuk kerja, waktu kerja dan ujrah yang sudah jelas serta
jasa yang disewa merupakan jasa yang mubah. Akan tetapi dalam prosedur
pencuciannya masih kurang memperhatikan dalam hal kesucian.57
Ketiga, Achmad Farid,☜Pembiayaan Ijarah Multijasa Pada Jasa
Keuangan di KSU Usaha Mulia Probolinggo☝, Vol. 6, No. 2, 2015.
Dari Jurnal Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, koperasi
tersebut menggunakan AkadIjarah untuk transaksi multijasa dalam jasa
keuangan antara lain dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, kepariwisataan dan keperluan jasa lainnya dengan
menetukanfee/ujrahdi awal dengan menggunakan porsentase dari plafon
yang di gunakan. Terjadi ketidak sesuaian antara fatwa DSN MUI dengan
pihak lembaga dalam menentukan jumlahujrah. Dimana pihak Lembaga
menetukan jumlahujrah dengan menyetarakan jasa 1,6% dari plafon yang
dipinjam. Sedangkan dalam Fatwa DSN MUI melarang menentukan jasa
dalam bentuk porsentase, tapi dalam bentuk nominal.58
Keempat, Afit Kurniawan dan Nur Inayah,☜Tinjauan Kepemilikandalam KPR Syariah: AntaraMurabahah, Ijarah Muntahiyyah Bittamlik,
danMusyarakah Mutanaqisah”, Vol. 1, No. 2, 2013.
Dari Jurnal Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, Bentuk
Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) yang dilakukan di Indonesia antara
lain akad murabahah, ijarah muntahiya bittamlik, dan musyarakah
mutanaqisah.Ketiga akad tersebut melakukan pembelian tanah beserta
bangunannya melalui nasabah dengan akadwakalah dan saat itu juga
tanah tersebut diatasnamakan nasabah. Masalah selanjutnya adalah terkait
dengan penjaminan. Dengan belum sempurnanya kepemilikan tanah dan
bangunan tersebut oleh nasabah seharusnya barang tersebut belum bisa
dijadikan jaminan oleh bank syariah. Hal ini tidak sah menurut syara☂
57 Nur Amalia, Laili, Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Penerapan Ijarah Pada BisnisJasa Laundry(Studi Kasus di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar)☝. Banyuwangi : SekolahTinggi Agama Islam Darul Ulum, Vol.5, No. 2, 2015.
58 Farid Achmad,Pembiayaan Ijarah Multijasa Pada Jasa Keuangan di KSU usaha muliaprobolingg,Lumajang: Institut Agama Islam Syarifuddin, Vol. 6, No. 2, 2015.
43
namun sah di mata hukum positif di Indonesia. Sehingga menimbulkan
kerancuan hukum dalam hal ini. Ketiga akad tersebut seharusnya melalui
dua tahapan pemilikan, namun dari segi hukum adanya dua tahapan
tersebut akan berdampak dengan munculnyadouble transaction, double
tax. Terlebih dalam Undang-Undang Perbankan Syariah tidak
mengisyaratkan bank melakukan usaha riil, yaitu jual beli.59
Kelima, Murtadho Ridwan,☜ Al-Ijarah Al-Mutanaqishah: Akad
Alternative Untuk Pemberdayaan Tanah Wakaf☝, Vol. 3, No.1, 2015.
Dari Jurnal Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa,
Pengembangan dan inovasi lain dari akadIjarah adalah akadal-Ijarah al-
Mutanaqishah. Akad ini sangat cocok dipraktikkan dalam pemberdayaan
tanah wakaf di Indonesia. Ini karena Indonesia memiliki tanah wakaf yang
cukup banyak sebagaimana yang telah disebutkan di atas, namun dari
banyaknya tanah wakaf yang dimiliki masih sedikit sekali yang
diperdayakan untuk tujuan bisnis. Oleh sebab itu pihak Lembaga Wakaf
Indonesia yang menjadi Nazhir dengan didukung Kementrian Agama
perlu mengambil alternatif pemberdayaan dengan akadal-Ijarah al-
Mutanaqishah. Selain itu pemerintah secara umum harus memberi
stimulus kepada Lembaga Keuangan Syariah untuk ikut andil dalam
investasi yang dapat mendorong pada pemberdayaan tanah wakaf.60
59 Afit Kurniawan dan Nur inayah,Tinjauan Kepemilikan dalam KPR Syariah: antaramurabahah, Ijarah muntahiyyah bittamlik, dan Musyarakah mutanaqisah, Kudus: STAIN Kudus,Vol. 1, No. 2, 2013.
60Ridwan, Murtadho, Al-Ijarah Al-Mutanaqishah: Akad Alternative UntukPemberdayaan Tanah Wakaf. Kudus: sekolah tinggi agama islam kudus, Vol. 3, No.1, 2015.
44
Tabel. 2.4
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Ali Syukron Implementasi
Ijarah
Muntahiya
Bittamlik Pada
Perbankan
Syariah
Dibandingkan
dengan akad
mudharabah,
penerapan akad
IMBT ini lebih
fleksibel dan
kompetitif bagi
nasabah dalam
penetapan harga
sewa, walaupun
ada beberapa
risiko yang
mungkin terjadi
yang harus
diantisipasi
seperti risiko
default
Dalam
penelitiannya
sama-sama
menggunakan
akad Ijarah
Muntahiya
Bittamlik
Penelitian ini
membahas
tentang
Implementasi
Ijarah
Muntahiya
Bittamlik saja,
sedangkan
penelitian yang
akan dilakukan
terkait
penerapan
akad ijarah
muntahiya
bittamlik
(IMBT)
ditinjau Fatwa
DSN No. 27
Tahun 2002
2 Laili Nur
Amalia
Tinjauan
Ekonomi Islam
Terhadap
Penerapan
Ijarah Pada
Bisnis Jasa
Laundry (Studi
Kasus di Desa
Penerapan akad
ijarah pada
bisnis jasa
laundry yang
ditinjau dalam
ekonomi islam
sudah sah dan
sesuai dengan
Dalam
penelitiannya
Sama-sama
terdapat
variabel
sewa (ijarah
Penelitian ini
membahas
tentang
Penerapan
Ijarah Pada
Bisnis Jasa
Laundry,
sedangkan
45
Kedungrejo
Kecamatan
Muncar)
ketentuan-
ketentuan syara,
akan tetapi
masih ada yang
kurang
memperhatikan
kesucian.
penelitian yang
akan dilakukan
terkait
penerapan
akad IMBT
ditinjau Fatwa
DSN No. 27
tahun 2002
3 Ahmad Farid Pembiayaan
ijarah multijasa
pada jasa
keuangan di
KSU usaha
mulia
probolinggo
Terjadi ketidak
sesuaian antara
fatwa DSN MUI
dengan pihak
lembaga dalam
menentukan
jumlah ujrah.
Dimana pihak
Lembaga
menetukan
jumlah ujrah
dengan
menyetarakan
jasa 1,6% dari
plafon yang
dipinjam.
Sedangkan
dalam Fatwa
DSN MUI
melarang
menentukan jasa
dalam bentuk
porsentase, tapi
Dalam
penelitiannya
terdapat
variabel
ijarah
Penelitian ini
membahas
tentang
Penerapan
Ijarah Pada
Bisnis Jasa
Laundry
sedangkan
penelitian yang
akan dilakukan
terkait
penerapan
akad IMBT
ditinjau Fatwa
DSN No. 27
tahun 2002
46
dalam bentuk
nominal
4 Afit kurniawan
dan Nur inayah
Tinjauan
Kepemilikan
dalam KPR
Syariah: antara
murabahah,
Ijarah
muntahiyyah
bittamlik, dan
Musyarakah
mutanaqisah
Penerapan akad
murabahah,
Ijarah
muntahiya
bittamlik, dan
musyarakah
mutanaqisah.
Pembelian tanah
dengan wakalah
dengan
mengatasnamak
an nasabah dan
bisa di jadikan
jaminan.Hal
tersebut tidak
sah menurut
syara dan sah
menurut hukum
positif di
indonesia.
Salah satu
variabelnya
menggunakan
ijarah
muntahiya
bittamlik
Penelitian ini
membahas
tentang
Tinjauan
Kepemilikan
dalam KPR
Syariah: antara
murabahah,
Ijarah
muntahiyyah
bittamlik, dan
Musyarakah
mutanaqisah
sedangkan
penelitian yang
akan dilakukan
terkait
penerapan
akad IMBT
ditinjau Fatwa
DSN No. 27
tahun 2002
5 Murtadho
Ridwan
Al-Ijarah Al-
Mutanaqishah:
Akad
Alternative
Untuk
Pemberdayaan
Inovasi di dalam
akadal-Ijarah al
Mutanaqishah
sebagai
alternatif
pemberdayaan
Dalam
penelitiannya
terdapat
variabel yang
sama yaitu
penggunaan
Penelitian ini
membahas
tentang Al-
Ijarah
AlMutanaqisha
h: Akad
47
Tanah Wakaf tanah wakaf di
indonesia
akad al-ijarah
atau ijararah
mutanaqisha
h
Alternative
Untuk
Pemberdayaan
Tanah Wakaf
sedangkan
penelitian yang
akan dilakukan
terkait
penerapan
akad IMBT
ditinjau Fatwa
DSN No. 27
tahun 2002
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu kerangka
kerja (frame work) dari analisis penelitian. secara singkat dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar. 2.2
Kerangka Berfikir Penelitian
Fatwa Dewan SyariahNasional Nomor :
27/DSN-MUI/III/2002
Akad IjarahMuntahiya Bittamlik
AnalisisPenerapannya
BMT AmanahKudus
ProdukPembiayaan sewa
48
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa Fatwa Dewan
Syariah Nasional Nomor: 27/DSN-MUI/III/2002 menjadi landasan teori
pelaksanaan akad Ijarah Muntahiya Bittamlik. Produk pembiayaan yang
terdapat di BMT Amanah kudus menggunakan akad Ijarah Muntahiya
Bittamlik adalah produk pembiayaan sewa. Dalam pelaksanaan
pembiayaan tersebut kemudian dianalisis penerapannya, apakah penerapan
akad Ijarah Muntahiya Bittamlik pada pembiayaan sewa sudah sesuai
dengan konsep Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 27/DSN-
MUI/III/2002 atau belum.