اﻮُْﻟﺪِﻌَْـﺗ - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3086/7/Bab 4.pdfteks hadis...

64
  BAB 1V ADIL DALAM TAFSIR AL-MUNI<R KARYA WAHBAH AL-ZUH{AYLI< Adil adalah salah satu sifat Allah yang agung, dan termasuk salah satu al-Asma>’ al-H{usna> ”. Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, sehingga tujuan syari’at Islam adalah untuk menegakkan dan mewujudkan keadilan di muka bumi ini. Banyak ayat al-Qur’an maupun teks hadis yang memerintahkan manusia untuk berlaku adil dan juga mengecam orang-orang yang berlaku dzalim. Oleh karena itu, kata adil sering dilawankan dengan kata dzalim, (baik berupa penindasan, penganiayaan, pemerasan, penekanan, dan sebagainya). Hal ini menunjukkan bahwa usaha penegakan keadilan merupakan gagasan penting dalam wacana Islam. A. Adil dalam tafsir al-Muni> r karya Wahbah al-Zuh} ayli> Adapun makna adil menurut Wahbah al-Zuh{ayli> dalam kitab tafsir al-Muni>r, yaitu: 1. Adil bermakna Al-Musa> wah (persamaan) a. Surat al-Nisa> ’ ayat 3 ﺎع ر و ث و ﺜـ ﺎء ﱢﺴ اﻟﻨ ﺎب ﻮا ﺎﻧ ﺎﻣ اﻟ ﻮا ﺗـ أ ن إ و ن ﻮا ﻮﻟ ﺗـ أ د أ ذ ﺎﻧ أ و أ ة اﺣ ﻓـ ﻮا ﺗـ أ: اﻟﻨﺴﺎءﺳﻮرة) ٣ (

Transcript of اﻮُْﻟﺪِﻌَْـﺗ - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3086/7/Bab 4.pdfteks hadis...

  

BAB 1V

ADIL DALAM TAFSIR AL-MUNI<R KARYA WAHBAH AL-ZUH{AYLI<

Adil adalah salah satu sifat Allah yang agung, dan termasuk salah

satu “al-Asma>’ al-H{usna>”. Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai

keadilan, sehingga tujuan syari’at Islam adalah untuk menegakkan dan

mewujudkan keadilan di muka bumi ini. Banyak ayat al-Qur’an maupun

teks hadis yang memerintahkan manusia untuk berlaku adil dan juga

mengecam orang-orang yang berlaku dzalim.

Oleh karena itu, kata adil sering dilawankan dengan kata dzalim,

(baik berupa penindasan, penganiayaan, pemerasan, penekanan, dan

sebagainya). Hal ini menunjukkan bahwa usaha penegakan keadilan

merupakan gagasan penting dalam wacana Islam.

A. Adil dalam tafsir al-Muni>r karya Wahbah al-Zuh}ayli>

Adapun makna adil menurut Wahbah al-Zuh{ayli> dalam kitab tafsir

al-Muni>r, yaitu:

1. Adil bermakna Al-Musa>wah (persamaan)

a. Surat al-Nisa>’ ayat 3

خفتم إن وإن خفتم أال تـقسطوا يف اليتامى فانكحوا ما طاب لكم من النساء مثـىن وثالث ورباع ف

)٣(سورة النساء: أال تـعدلوا فـواحدة أو ما ملكت أميانكم ذلك أدىن أال تـعولوا

  

76  

  

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (jika kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,1 maka (nikahilah) seorang saja,2 atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.3 (QS. Al-Nisa>’ : 3)

Ayat tersebut menggunakan salah satu bentuk af‘a>l al-khamsah d}ami>r

mukha>t}ab jama‘ yang diawali dengan ‘a>mil nawa>s}ib (an) dan la>m nafy (la>), maka

nunnya hilang atau di-h}adhf (أن ال تـعدلوا).

Asbabun nuzulnya: Diriwayatkan oleh Sa‘i>d ibn Jabi>r, Qata>dah, al-Rabi>‘,

al-D{ah{a>k, dan al-Sudi> bahwasanya mereka menindas atau mempersempit harta

anak-anak yatim serta menganggap murah wanita, mereka dinikahi dengan

seenaknya sendiri, terkadang mereka bisa berbuat adil, akan tetapi di lain waktu

mereka juga tidak bisa berbuat adil terhadap wanita yang dinikahinya, saat itu

mereka juga bertanya tentang anak-anak yatim, maka Allah menurunkan ayat wa

a>tu> al-yata>ma>….. (al-Nisa>’: 2). Kemudian Allah juga menurunkan ayat wa in

khiftum an la> tuqsit}u>……. (al-Nisa>’: 3). Ayat itu berbicara tentang perintah

memberikan harta anak yatim dan berbuat adil terhadapnya. Seperti halnya

dalam kasus kekhawatiran dalam ketidakadilan terhadap anak yatim, begitu juga

dengan khawatir terhadap wanita (baca: istri) yang tidak bisa berbuat adil

terhadap mereka, maka janganlah nikah melebihi satu (banyak) wanita sebelum

                                                            1 Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah dan bathiniyah. 2 Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. Ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja. 3 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemah (Bekasi: Sukses Publishing, 2012), 78.

  

77  

  

dapat memungkinkan untuk menjalankan hak-hak mereka karena wanita itu sama

halnya dengan anak yatim, yaitu jika keduanya dilihat dari segi lemahnya.4

Diriwayatkan dari ‘A<ishah, ayat tersebut turun ketika ada seorang laki-laki

yang mempunyai anak yatim perempuan dan menjadi wali dari anak tersebut,

yang punya harta dan tidak ada seseorang pun yang memusuhinya, akan tetapi ia

tidak mau menikah karena ia lebih cinta harta dan pergaulannya tidak bagus,

maka Allah pun berfirman ayat tersebut. Dilanjutkan dengan perkataan Nabi,

“aku tidak menghalalkannya kepadamu, maka tinggalkanlah hal ini.” (HR.

Muslim dari Abi> Kuraib, Usa>mah, dan Hisha>m).5

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Azi>z ibn ‘Abdilla>h telah

menceritakan kepada kami Ibra>hi>m ibn Sa‘ad dari S{a>lih{ ibn Kaisa>n dari Ibn

Shiha>b ia berkata; Telah mengabarkan kepadaku ‘Urwah ibn al-Zubair

bahwasanya ia bertanya kepada ‘A<ishah mengenai firman Allah: Jika kalian takut

tidak berbuat adil kepada anak yatim. (al-Nisa>’: 3) ‘A<ishah berkata; wahai anak

saudariku, yang dimaksud adalah seorang gadis yatim yang berada di peliharaan

walinya, ia membantu dalam mengurus hartanya, lalu walinya takjub dengan

harta dan kecantikannya hingga ia ingin menikahinya namun tidak bisa berbuat

adil dalam maharnya sehingga ia memberinya seperti yang diberikan oleh orang

selainnya. Maka mereka dilarang untuk menikahi gadis-gadis itu kecuali jika

berbuat adil dan memberi sebaik-baik mahar kepada mereka, sehingga mereka

bisa memperoleh setinggi-tinggi mahar seukuran kondisi yang berlaku.                                                             4 Abi> al-H{asan ‘Ali> ibn Ah}mad al-Wa>h}idi> al-Nai>sa>bu>ri>. Asba>b al-Nuzu>l (Beirut: Da>r al-Fikr, 1991), 95. 5 Ibid.

  

78  

  

Akhirnya mereka diperintahkan untuk menikahi wanita yang baik selain

anak-anak perempuan yatim itu. ‘Urwah berkata; lalu ‘A<ishah berkata;

sesungguhnya orang-orang meminta fatwa kepada Rasulullah setelah turun ayat

tersebut, lalu Allah menurunkan: dan mereka meminta fatwa kepadamu tentang

wanita-wanita, katakanlah bahwa Allah memberi fatwa kepada kalian sampai

firman Allah: dan kalian ingin menikahi mereka. ‘A<ishah berkata; maksudnya,

ketika terjadi ketidaksenangan seseorang diantara kalian kepada anak yatim yang

ia pelihara karena harta dan kecantikannya sedikit, maka mereka dilarang untuk

menikahinya karena dorongan niat untuk menguasai harta gadis-gadis yatim itu.

Kecuali jika bisa menegakkan keadilan meskipun tidak senang kepada mereka.6

Penulis menemukan beberapa riwayat asba>b al-nuzu>l ayat ini. Riwayat yang

kedua dan ketiga dianggap ghair s{ari>h{ karena redaksi yang digunakan tidak jelas.

Untuk riwayat yang pertama menggunakan redaksi .اآلية تعاىل اهللا أنزل oleh karena itu

penulis menyimpulkan bahwasannya riwayat yang pertama yang patut dijadikan

sebagai asba>b al-Nuzu>l ayat tersebut.

Makna ayat tersebut adalah kewajiban para orang yang berwasiat (wa>s}i)>

terhadap anak asuhnya dan para wali terhadap anak perwaliannya. Ayat ini juga

menjelaskan tentang bolehnya berpoligami sampai empat orang dan wajibnya

memberikan mahar.7 Jika seorang laki-laki tidak bisa berbuat adil, maka ia

                                                            6 Al-Bukha>ri>, S{ah{i>h{ al-Bukha>ri> No. 4208 (t.th: Lidwa Pustaka i-Software – Kitab 9 Imam Hadis) lihat juga Wahbah al-Zuh}ayli>, Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>‘ah wa al-Manhaj juz IV jilid II (Damaskus: Da>r al-Fikr, 2011), 566. 7 Mahar adalah bentuk cinta dan cara memulyakan wanita dari seorang laki-laki jika ingin menikahinya. Baca: Wahbah al-Zuh}ayli>, Tafsi>r al-Muni>r juz IV jilid II……………, 573-574.

  

79  

  

diwajibkan hanya menikahi wanita satu orang saja karena Islam menyuruh untuk

monogami agar tidak berbuat dzalim.

Lain halnya dengan nikahnya Rasulullah, bagi beliau tidak ada

kekhawatiran sama sekali untuk berbuat dzalim karena beliau kuat untuk

memberikan hak-hak istri. Dengan kekuatan inilah yang merupakan salah satu

tanda kenabiannya. Hal yang menyebabkan beliau mampu ber adalahbuat seperti

itu karena beliau memutus syahwat keinginan kepada perempuan, meskipun

beliau tetap memberikan hak-hak terhadap istri-istrinya. Hal itu merupakan

bahwa beliau mampu melakukan semuanya karena Allah.8

Keadilan yang tercakup pada lafadz ini meliputi pemenuhan kebutuhan dan

hak-hak perorangan atau pembagian, sehingga penggunaan lafadz al-qist} pada

ayat tersebut adalah pemenuhan kebutuhan hak pemeliharaan anak perempuan

yatim oleh walinya.9 Lafadh al-qist} lebih diarahkan untuk dua orang (kedua belah

pihak), sedangkan kata al-‘adl itu tidak harus dua orang, akan tetapi tetap

berlaku adil terhadap hal-hal yang didalamnya dibutuhkan untuk bersikap adil.

Konsep adil harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari agar bisa terwujud

masyarakat yang makmur, rukun, dan tentram.

                                                            8 Al-Zamakhshari>, al-Kashsha>f ‘an H{aqa>iq al-Tanzi>l wa ‘Uyu>n al-Aqa>wi>l fi> Wuju>h al-Ta’wi>l Jilid 1 (Beirut: da>r al-Kutub al-‘Ilmi>yah), 496. Wahbah al-Zuh}ayli>, Tafsi>r al-Muni>r juz IV jilid II…………, 573 dan 577. Slamet Abidin dan H. Aminuddin. Fiqh Munakahat cet II (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), 140. 9 Muh}ammad H{usain T{aba>t}aba>‘i>, Tafsi>r al-Mi>za>n Jilid XVIII (Theheran: Da>r al-Kutub al-Isla>miyyah. 1397H), 332.

  

80  

  

Ayat ini juga melarang untuk berbuat dzalim dalam persoalan nafkah,10

(pembagian jatah tempat menginap, mu’amalah) serta tidak menyakiti hati istri

yang lain.11 Empat orang itu merupakan batasan untuk berpoligami. Oleh karena

itu ia harus mampu berlaku adil.12 Menjauhi kedzaliman itu adalah sebab

disyariatkan memilih wanita satu orang saja untuk dijadikan sebagai istri.

Beberapa syarat untuk melakukan poligami karena darurat atau kebutuhan,

mampu memberikan nafkah, bisa berlaku adil terhadap semua istrinya, dan

mampu memperlakukan mereka dengan baik. Adapun kondisi yang membolehkan

poligami adalah Istri yang mandul, banyaknya jumlah wanita di saerah tertentu,

dan hormon yang tinggi atau berlebihan.13

Dengan demikian ayat tersebut mempertegas bahwa keadilan itu sangat

penting dalam kehidupan, termasuk dalam kehidupan rumah tangga. Sekalipun

anak yatim itu sudah menjadi isteri tetap harta mereka harus diberikan dan mahar

harus diserahkan kepadanya. Tidak ada alasan untuk tidak memenuhi

kewajibannya sebagai seorang wali, yaitu menyerahkan harta anak yatim itu

kepadanya yang menjadi haknya yang ada dalam perwaliannya. Dan apabila anak

perempuan yatim itu dinikahi, maka maharnya juga wajib dipenuhi.14

                                                            10 Memberikan nafkah di sini adalah dalam kehidupan sehari-hari menurut kebiasaan daerah setempat, baik berupa makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. 11 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r fi> juz IV jilid II…………., 565-568. 12 Adil maknawi adalah adil terhadap para istri yang terkait dengan kondisi hati, yaitu condong dan cinta tanpa istri itu meminta karena hal tersebut berhubungan dengan rasa yang tidak bisa dinilai harganya dan juga tidak terbatas. Baca selengkapnya: Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz IV jilid II……, 569. 13 Abdul Rahman Ghozali. Fiqh Munakahat. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003), 130-131. Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz IV jilid II ………, 576. 14 Abdul Rahman Ghozali. Fiqh Munakahat……………, 132.

  

81  

  

Anak yatim itu wajib dirawat dan dijaga hartanya hingga ia dewasa, harta

yang mereka punya bukanlah hak walinya, dalam al-Qur’an telah disebutkan

bahwasannya wali boleh menggunakan harta anak yatim jika ia termasuk

golongan orang miskin, akan tetapi jika wali tersebut bisa menahan untuk

memakan harta anaknya, maka hal itu dinggap lebih baik. Kewajiban penyerahan

harta anak yatim itu dengan syarat dua perkara, yaitu baligh dan pandai.15

Surat al-Nisa>’ ayat 2 dan 3 ada relevansinya sebab ayat 2 mengingatkan

kepada para wali yang mengelola harta anak yatim bahwa berdosa besar jika

memakan atau menukar harta mereka dengan yang jelek atau dengan jalan yang

tidak sah. Sedangkan ayat 3 mengingatkan kepada para wali anak wanita yatim

yang mau menikahi anak yatim tersebut agar wali berbuat baik dan adil serta

wajib memberikan mahar dan hak lainnya. Ia tidak boleh menikahi dengan

maksud untuk memeras dan menguras harta anak yatim atau menghalanginya

menikah dengan orang lain.16

Diperbolehkannya poligami diturunkan dalam konteks anak yatim maupun

istri-istrinya jika orang yang menjadi wali tersebut menikah lebih dari satu.17

Dilihat dari kontek sosialnya maka ayat tersebut bukanlah izin umum kepada

laki-laki untuk menikah lebih satu dengan semaunya. Poligami diperbolehkan

                                                            15 ‘Abdul ‘Azi>z Muh{ammad Azzam dan ‘Abdul Wahha>b Sayyid Hawwa>s, al-Usrah wa Ah{ka>muha> fi> al-Tashri>‘ al-Isla>mi> Terj. ‘Abdul Maji>d Khon (Jakarta: Amzah, 2009), 234 16 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah; Kapita Selekta Hukum Islam (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1994), 14 17 Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam, Terj. Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), 154.

  

82  

  

hanya untuk menjamin keadilan bagi anak yatim atau perempuan (janda). Artinya

jika persoalan itu tidak ada maka poligami tidak akan muncul.18

Apa yang dimaksud perlakuan yang adil disini tidak hanya pada aspek fisik,

tapi juga aspek non fisik, seperti cinta dan afeksi. Dalam pandangannya, syarat

perlakuan yang adil mempunyai tiga tingkat yang harus dipenuhi: pertama;

jaminan untuk menggunakan harta anak yatim dan janda secara benar, kedua;

jaminan untuk memberikan keadilan kepada semua istri dalam hal materi, ketiga;

memberikan cinta dan kasih sayang yang sama kepada semua istri.19 Menurut

penulis poligami hanya bersifat iba>h}ah. Kebolehan ini harus disertai dengan

batasan dan syarat yang harus dipenuhi.

Hikmah poligami dengan syarat berlakunya adil, antara lain:20

a. Untuk mendapatkan keturunan bagi suami yang subur dan istri mandul.

b. Untuk menjaga keutuhan keluarga tanpa menceraikan istri, sekalipun istri

tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.

c. Untuk menyelamatkan suami yang hypersex dari perbuatan zina dan krisis

akhlak lainnya.

d. Untuk menyelamatkan kaum wanita dari krisis akhlak yang tinggal di

masyarakat yang jumlah wanitanya jauh lebih banyak dari kaum prianya.

                                                            18 Wahbah al-Zuh}ayli>, Tafsi>r al-Muni>r juz IV jilid II………, 572. 19 M. Agus Nuryanto. Islam, Teologi Pembebasan dan Kesetaraan Gender: Studi Atas Pemikiran Asghar Ali Engineer, (Yogyakarta: UII Press, 2001), 76. Wahbah al-Zuh{ayli>, Tafsi>r al-Muni>r juz IV, jilid II………., 570-572. 20 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat……………, 136.

  

83  

  

Mengenai hikmah Nabi Muhammad diizinkan beristri melebihi jumlah

maksimal yang diizinkan bagi umatnya adalah sebagai berikut:21

a. Untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran agama.22

b. Untuk kepentingan sosial dan kemanusiaan.23

c. Untuk kepentingan politik mempersatukan suku-suku bangsa Arab dan

untuk menarik mereka masuk agama Islam.24

Islam memperbolehkan bagi seorang Muslim untuk menikah lebih dari satu

(berpoligami), karena Islam adalah agama yang sesuai dengan fithrah yang

bersih, dan memberikan penyelesaian yang realistis dan baik tanpa harus lari dari

permasalahan, akan tetapi harus diketahui syarat yang harus dipenuhi dan alasan

mendasar yang menyebabkannya untuk bersikap poligami asalkan bisa berlaku

adil (bisa menyamakan antara satu istri dengan yang lainnya).

b. Surat al-Nisa>’ ayat 129

بـني النساء ولو حرصتم فال متيلوا كل الميل فـتذروها كالمعلقة وإن تصلحوا ولن تستطيعوا أن تـعدلوا )١٢٩(سورة النساء: وتـتـقوا فإن الله كان غفورا رحيما

                                                            21 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah………,15-16. Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat ……….., 137. Wahbah al-Zuh}ayli>, Tafsi>r al-Muni>r juz IV jilid II…………, 577-579. 22 Istri Nabi sebanyak 9 orang bisa menjadi sumber informasi bagi umat Islam yang ingin mengetahui ajaran-ajaran Nabi dalam berkeluarga dan bermasyarakat. 23 Misalnya Saudah binti Zum’ah (suami meninggal setelah kembali dari hijrah Abbesinia), H{afs}ah binti ‘Umar (suami gugur di perang Badr), dan lain-lain. Mereka memerlukan perlindungan untuk melindungi jiwa dan agamanya serta penanggung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 24 Misalnya pernikahan Nabi dengan Juwairiyah, putri al-H{a>rith (kepala suku Bani Musthaliq). Pernikahan Nabi dengan S{afiyyah (seorang tokoh dari Bani Quraiz}ah dan Bani Naz}i>r).

  

84  

  

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.25 (QS. Al-Nisa>’ : 129)

Ayat tersebut menggunakan salah satu bentuk af‘a>l al-khamsah d}ami>r

mukha>t}ab jama‘ yang diawali dengan ‘a>mil nawa>s}ib (an), maka nunnya hilang

atau di-h}adhf ( تـعدلواأن ). Ayat tersebut bertemakan tentang keharusan

memberikan hak-hak orang yang lemah dan cara menyelesaikan kesulitan rumah

tangga. Adil dalam ayat ini lebih mengarah kepada adil dalam menggauli istri,

Adil di sini disesuaikan dengan kemampuan suami tersebut.26

Meskipun kata al-‘adl dan al-qist} mempunyai titik kesamaan dalam segi arti

secara bahasa, tetapi keduanya mempunyai perbedaan dari segi istilah. Kalau kata

al-‘adl maknanya adalah adil dalam hal materi (keduanya merasa puas), dan

kalau kata al-qist} maknanya adalah adil dalam hal non-materi (yang merasa puas

tidak harus keduanya).

Rasulullah mengajarkan doa agar bisa berlaku adil terhadap semua istrinya

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, beliau menggilir

isterinya dengan adil. Apabila hendak bepergian membuat undian untuk isterinya

terlebih dahulu. Beliau melakukan itu untuk menghindari keresahan hati isteri-

isterinya dan untuk memperoleh kepuasan mereka.

                                                            25 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah…………, 100. 26 Wahbah al-Zuhayli>, al- Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III………., 307.

  

85  

  

Maksud dari doa di bawah ini adalah kemampuan untuk bersikap adil di

dalam kecenderungan hati kepada salah seorang isteri Nabi. Berikut doa yang

dibaca ketika berkaitan kisah Rasulullah dengan Aisyah dan istrinya yang lain:

متلك وال أملك..... يـعين المحبة أللهم هذا قسمي فيما أملك فال ٢٧

"Ya Allah, inilah penggiliranku (pembagianku) sesuai dengan kemampuanku, maka janganlah Engkau mencelaku terhadap apa-apa yang Engkau miliki dan yang tidak saya miliki."

Setiap orang terlibat dalam kehidupan rumah tangga, mereka memiliki hak

disamping kewajiban yang harus diperoleh dan dilaksanakan dalam mewujudkan

kedamaian, keharmonisan, dan kesejahteraan dalam rumah tangga. Suami

sebagai kepala rumah tangga berkewajiban memenuhi kebutuhan isteri dan anak-

anaknya sesuai dengan kemampuannya (sandang, pangan, dan papan). Terutama

ketika suami berpoligami, dia harus berlaku adil terhadap isteri-isteri mereka,

sehingga tidak memiliki kecenderungan yang lebih kepada yang dicintai.28

Menikah lebih dari satu perempuan hanya dibolehkan dengan syarat tiga

tingkat: dengan jaminan penggunaan harta anak yatim dan para janda secara

benar, dengan jaminan keadilan bagi semua istri pada tingkat materi, dan

membagi kasih sayang secara adil.29

                                                            27 Wahbah al-Zuhayli>, al- Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III………., 308. 28 Abdul Rahman Ghozali. Fiqh Munakahat. ……….., 132. Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III ……....., 307-308. 29 Muhammad Yusron, dkk. Studi Kitab Tafsir Kontemporer dalam “Abdul Mustaqim, Penafsiran al-Qur’an yang Sensitif Gender (Telaah Kritis Atas Pemikiran Amina Wadud Muh}sin)”. (Yogyakarta: TH-Press. 2006), 128-129. Baca selengkapnya: Asghar Ali Engineer, The Qur’an, Women, and Modern Society (New Delhi: Sterling Publishers Privete Limited, 1999), 95.

  

86  

  

Yang dimaksud cenderung atau condong adalah meremehkan hak-hak isteri,

bukan semata-mata kecenderungan hati. Adil yang mutlak dan sempurna

terhadap para isteri itu tidak bisa dilakukan oleh manusia, sesuai dengan tabiat

(watak) mereka karena adil yang sempurna itu menuntut sikap yang sama dalam

segala sesuatu, sampai masalah kecenderungan hati dan keinginan seks. Ini

sesuatu yang tidak mungkin ada. Ia pasti mencintai salah satunya lebih dari yang

lainnya dan cenderung kepada yang satu lebih dari yang lainnya. Oleh karena itu

Allah memberikan maaf dalam hal tersebut. Apabila tidak sengaja ia tidak

terkena dosa sebab berada di luar kemampuannya karena ia belum bisa adil.30

Dalam ayat ini seorang suami dituntut untuk tidak menelantarkan salah

satu dari istrinya dalam kapasitasnya sebagai seorang istri. ia harus menjaga

keharmonisan kehidupan rumah tangga bersama istri-istrinya. Pihak istri juga

berhak mengajukan gugatan cerai tanpa kehilangan hak-haknya. Sebaliknya isteri

berkewajiban memberi pelayanan yang baik terhadap suaminya dan anak-

anaknya berupa pemeliharaan, pembinaan, dan perlindungan dari keluarga.

c. Surat al-Nisa>’ ayat 135

Islam menetapkan, bahwa setiap orang, sama kedudukannya di

depan hukum, tanpa memandang tinggi rendahnya status sosial. Nilai-

nilai keadilan dalam wacana hukum selalu diabaikan. Pelanggaran ini

dapat memicu kerusuhan sosial, sehingga bisa merugikan pihak-pihak

tertentu, sekaligus dapat menjatuhkan wibawa pengadilan itu sendiri.

                                                            30 Abdul Rahman Ghozali. Fiqh Munakahat …………, 136-137.

  

87  

  

ولو على أنـفسكم أو الوالدين واألقـربني إن يا أيـها الذين آمنوا كونوا قـوامني بالقسط شهداء لله ضوا فإن الله كان مبا يكن غنيا أو فقريا فالله أوىل ما فال تـتبعوا اهلوى أن تـعدلوا وإن تـلووا أو تـعر

)١٣٥النساء: (سورة تـعملون خبرياWahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar

penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia31 kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.32 (QS. Al-Nisa>’ : 135)

Ayat tersebut menggunakan salah satu bentuk af‘a>l al-khamsah d}ami>r

mukha>t}ab jama‘ yang diawali dengan ‘a>mil nawa>s}ib (an), maka nunnya hilang

atau di-h}adhf (أن تـعدلوا).

Asbabun Nuzul ayat tersebut adalah: diterangkan dalam suatu riwayat

bahwa turunnya ayat ini berkenaan dengan pengaduan dua orang yang sedang

bersengketa. Seorang dari mereka adalah orang kaya dan seorang lagi miskin.

Rasulullah SAW membela pihak yang fakir dengan menganggap bahwa orang

fakir tidak akan mendzalimi orang yang kaya. Akan tetapi Allah tidak

membenarkan tindakan Rasulullah dan memerintahkan untuk menegakkan

keadilan antara kedua belah pihak dengan seadil-adilnya. (diriwayatkan oleh Ibn

Abi> H{a>tim yang bersumber dari al-Suddi>).33

                                                            31 Maksudnya: orang yang tergugat atau yang terdakwa. 32 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemah………, 101. 33 Asrifin an Nakhrawie, Ringkasan Asbaabun Nuzul; Sebab-Sebab Turunnya Ayat-Ayat al-Qur’an Terj. Luba>b al-Nuqu>l fi> Asba>b al-Nuzu>l (Surabaya: Ikhtiar, 2011), 53-54. K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan, dkk. Asba>bun Nuzu>l; Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat al-

  

88  

  

Adil di sini bermakna memutuskan suatu perkara dengan benar. Adil di sini

bermakna sama yaitu menyamakan antara orang kaya, miskin, orang tua, anak

muda, dan yang lain. Seorang hakim harus memberikan suatu keputusan dengan

benar tanpa memandang derajat seseorang yang dihakimi tersebut. Oleh karena

itu dibutuhkan adanya saksi untuk memberikan bukti yang terkait dengan

permasalahan yang dihadapi. Sikap bijaksana dan adil merupakan sifat yang

diperlukan oleh seorang hakim.

Adil dalam hukum yang terkait dengan persaksian itu harus dilakukan

dengan jujur dan benar, baik menyangkut dirinya sendiri, orang tua, maupun

kerabat baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, mu’amalah, pengadilan dan

lain-lain. Suatu kebenaran harus selalu dijunjung agar tidak terjadi kedzaliman.34

Persaksian itu hendaknya dilakukan ikhlas karena Allah SWT. Dan

persaksian itu bisa ditolak jika apa yang diucapkan punya niatan mengambil

manfaat untuk dirinya sendiri atau memberikan keterangan yang palsu sehingga

hasilnya tidak valid. Kesaksian tersebut harus benar dan jujur baik berupa tulisan

maupun secara lisan langsung. Kesaksian yang berlandaskan keadilan seperti

itulah yang dapat membantu dalam menegakkan hukum. Jadi pada dasarnya ialah

berlaku adil tanpa berat sebelah, baik karena kerabat, harta ataupun pangkat,

kefakiran atau kemiskinan.

                                                                                                                                                                   Qur’an (Bandung: Diponegoro, 2000), 176. Ibn al-Qayyim al-Jawzi>, Za>d al-Masi>r fi> ‘Ilm al-Tafsi>r (Beirut: Dar Ibn H{azm, 2002), 333. Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III…………., 322. Abi> al-H{asan ‘Ali> ibn Ah}mad al-Wa>h}idi>>. Asba>b al-Nuzu>l………, 124 34 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III ……....., 322-328.

  

89  

  

Dalam permusuhan dan kebencian terhadap seseorang pun kita

didorong dan diperintahkan untuk bersikap adil terhadap mereka. Jadi

kita harus tetap memberi kesaksian sesuatu dengan hak yang patut

mereka terima apabila mereka memang patut menerimanya karena

makna adil di sini adalah menyamakan, baik terhadap orang yang kita

benci maupun orang yang kita sukai. Kebenaran harus dijunjung tanpa

memandang status sosial.

d. Surat al-Ma>’idah ayat 95

Adil disini lebih menekankan pada persamaan yang tidak ada

perbedaan di antara laki-laki dan perempuan, orang kaya dan miskin, dan

sebagainya. Seperti dalam firman Allah:

دا فجزاء مثل ما قـتل من النـعم يا أيـها الذين آمنوا ال تـقتـلوا الصيد وأنـتم حرم ومن قـتـله منكم متـعم

ا ليذوق حيكم به ذوا عدل منكم هديا بالغ الكعبة أو كفارة طعام مساكني أو عدل ذلك صيام

)٩٥(سورة املائدة: سلف ومن عاد فـيـنتقم الله منه والله عزيز ذو انتقام وبال أمره عفا الله عما

Hai orang-orang ya1ng beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan,35 ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai h}ad-nya36 yang dibawa sampai ke Ka'bah37 atau

                                                            35 Ialah: binatang buruan baik yang boleh dimakan atau tidak, kecuali burung gagak, burung elang, kalajengking, tikus dan anjing buas. Dalam suatu riwayat termasuk juga ular. 36 Ialah: binatang (unta, lembu, kambing, biri-biri) yang dibawa ke Ka'bah untuk mendekatkan diri kepada Allah, disembelih ditanah haram dan dagingnya dihadiahkan kepada fakir miskin dalam rangka ibadah haji. 37 Yang dibawa sampai ke daerah haram untuk disembelih di sana dan dagingnya dibagikan kepada fakir miskin.

  

90  

  

(dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin38 atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu,39 supaya dia merasakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu.40 Dan barang siapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.41 (QS. Al-Ma>’idah: 95)

Kata adil di atas diulang sebanyak dua kali. keduanya berbentuk

isim masdar, yang satu dibaca jer karena menjadi mud{a>f ilaih ( دل .(ذوا ع

Dan yang lainnya dibaca rafa’ karena menjadi ma‘t}u>f ( أو عدل).

Tema ayat yang dimaksud adalah menghormati ka’bah sebagai

sokoguru kehidupan manusia. Ayat itu juga menjelaskan tentang balasan

bagi orang yang berburu waktu melaksanakan ihram, baik sebelum

melakukan ihram maupun sesudahnya, hal itu akan dikenai denda apabila

melanggarnya yaitu mengeluarkan kafarat dengan cara memberikan

makan orang-orang miskin.

Tiap-tiap orang miskin itu satu mud yang seharga dengan nilai

hewan yang diburu. Jika tidak mampu bisa melakukan dengan puasa

(sehari untuk tiap-tiap orang miskin).42 Adil dalam ayat tersebut

bermakna sama antara kaum laki-laki dan perempuan, jika salah satu di

antara mereka ada yang melanggar, hukuman atau tebusan yang dijalani

pun juga sama.

                                                            38 Seimbang dengan harga binatang ternak yang akan penggganti binatang yang dibunuhnya itu. 39 Yaitu puasa yang jumlah harinya sebanyak mud yang diberikan kepada fakir miskin, dengan catatan: seorang fakir miskin mendapat satu mud (lebih kurang 6,5 ons). 40 Maksudnya: membunuh binatang sebelum turun ayat yang mengharamkan ini. 41 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah………., 124. 42 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r …………., 53 dan 57.

  

91  

  

e. Surat al-Ma>’idah ayat 106

نكم أو أيـها الذين آمنوا شهادة بـينكم إذا حضر أحدكم الموت حني الوصية اثـنان ذوا عدل م يا من بـعد الصالة آخران من غريكم إن أنـتم ضربـتم يف األرض فأصابـتكم مصيبة الموت حتبسونـهما

إنا إذا لمن اآلمثني فـيـقسمان بالله إن ارتـبتم ال نشرتي به مثنا ولو كان ذا قـرىب وال نكتم شهادة الله )١٠٦(سورة املائدة:

Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu,43 jika kamu dalam perjalanan dimuka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah, jika kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian itulah termasuk orang-orang yang berdosa".44 (QS. Al-Ma>’idah: 106).

Kata adil di atas menggunakan bentuk isim masdar yang di baca jer

Karena menjadi mud{a>f ilaih ( ذوا عدل).

Asbabun Nuzul ayat tersebut adalah: dalam suatu riwayat

dikemukakan bahwa dua orang Nasrani yang bernama Tami>m45 al-Da>ri>

dan ‘Adi> ibn Bada‘ sering pulang pergi ke Syam untuk berdagang

sebelum mereka masuk Islam. Ikut bersama mereka seorang mawla> Bani

Sahm yang bernama Badil ibn Abi> Maryam yang juga membawa

                                                            43 Ialah: mengambil orang lain yang tidak seagama dengan kamu sebagai saksi dibolehkan, bila tidak ada orang Islam yang akan dijadikan saksi. 44 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Depag RI, al-Qur’an dan Terjemah …………, 126. 45 Al-Dhahabi> menetapkan bahwa Tami>m di sini bukan Tami>m al-Da>ri>. Pendapat tersebut didasarkan kepada ucapan Muqa>til ibn H{ibba>n. Sementara al-H{a>fiz{ Ibn H{ajar tidak mendapatkan keterangan yang jelas bahwa yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah Tami>m al-Da>ri>. Lihat di K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan, dkk. Asba>bun Nuzu>l………, 211-212.

  

92  

  

dagangan serta membawa bejana perak. Di perjalanan, Badil sakit dan

berwasiat kepada kedua orang itu agar pusakanya disampaikan kepada

ahli warisnya. Tamim: “Ketika ia mati, kami ambil bejana perak dan

kami jual dengan harga seribu dirham, dan uangnya kami bagi dua

bersama ‘Adi> ibn Bada‘. Setelah kami menyampaikan amanat warisan

itu, mereka kehilangan bejana perak lalu menanyakannya ke kami. Kami

katakan bahwa Badil tidak meninggalkan selain yang kami serahkan”.46

Setelah Tamim masuk Islam, ia merasa berdosa atas perbuatannya

itu. Kemudian ia mendatangi ahli waris Badil dan mengaku terus terang

serta menyerahkan uang lima ratus dirham, sementara sisanya sebesar

lima ratus lagi ada pada kawannya (‘Adi> ibn Bada‘). Maka berangkatlah

ahli waris Badil beserta Adi> menghadap Rasulullah SAW. Rasulullah

meminta bukti tuduhan tersebut tetapi mereka tidak dapat

memenuhinya. Lalu menyuruh mereka menyumpah Adi>, Maka Allah

menurunkan ayat ini (QS. Al-Ma>’idah: 106-108) sampai …an turadda

ayma>num ba‘da ayma>nihim… (…akan dikembalikan sumpahnya kepada

ahli waris sesudah mereka bersumpah…). Berdirilah ‘Amr ibn al-‘A<s{ dan

seorang lainnya bersumpah untuk menjadi saksi sehingga diputuskan

uang yang lima ratus dirham lagi diambil dari ‘Adi>. (diriwayatkan oleh

al-Turmudhi> dari Ibn ‘Abba>s yang bersumber dari Tami>m al-Da>ri>).47

                                                            46 Al-Wa>h}idi>, Asba>b al-Nuzu>l………….., 142-143. 47 Ibid. baca juga Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz VII jilid IV………, 100-101.

  

93  

  

Ayat di atas temanya tentang anjuran berwasiat dengan persaksian

ketika akan meninggal dunia. Persaksian itu bisa dilihat atau diketahui

dengan tujuan untuk mengetahui sebuah alur kejadian dengan

menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. Jumlah saksi yang

dibutuhkan adalah dua orang dengan syarat tidak boleh ragu atau plin-

plan dalam menyampaikan informasi yang diketahuinya.48

Makna yang terkandung dalam ayat tersebut adalah pentingnya

wasiat baik orangnya hadir maupun bepergian, pentingnya persaksian

dalam wasiat, dan dua orang saksi yang adil.49

Dalam menegakkan hukum dan peradilan, keberadaan saksi sangat

penting. Menjadi saksi karena Allah tidak terbatas pada lingkungan

lembaga pengadilan tapi juga lembaga lain dalam berbagai aspek

kehidupan. Kesaksian yang sebenarnya juga mencakup berbagai aktivitas

perlawanan publik terhadap segala bentuk penyimpangan dan kedzaliman

dengan mengungkapkan fakta yang benar melalui saluran yang tersedia.50

Persaksian di sini adalah mengabarkan sesuatu apa yang telah

terjadi dengan indera penglihatan atau pendengaran. Hal ini terkait

dengan wasiat ketika ada orang yang mau meninggal agar tidak terjadi

kesalahpahaman. Orang yang menyaksikan harus jujur dan tidak boleh

                                                            48 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz VII jilid IV………, 98-99. 49 Ibid., 103-105. 50 Ali Zawani dan Syaifullah Ma’shum, Penjelasan al-Qur’an tentang Sosial, Ekonomi, dan Politik (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 65-66.

  

94  

  

berkhianat atau bohong. Ia harus menyampaikan wasiat atau pesan

tersebut dengan benar dan adil.51

Meskipun begitu sudah dijelaskan bahwa dalam al-Qur’an secara

tegas telah mengakui kesetaraan antara perempuan dan laki- laki, juga

tidak menafikan keunggulan laki-laki atas perempuan dalam beberapa

persoalan yang bersifat normatif.

2. Al-Ins{a>f dan al-Wast} (Fifty-fifty dan pertengahan).

Adil di sini memberikan arti keseimbangan dalam memberikan

jatah tertentu secara seimbang (Fifty-fifty). Keseimbangan ini ditetapkan

apabila memang kondisi menghendaki demikian. Termasuk pula dalam

tataran ini, keseimbangan antara pembangunan material dan spiritual,

antara zikir dan fikir, dan sebagainya.

a. Surat al-Nah{l ayat 90

حسان وإيتاء ذي القرىب ويـنـهى عن الفحشاء والمنكر والبـ غي يعظكم إن الله يأمر بالعدل واإل )٩٠(سورة النحل: لعلكم تذكرون

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.52 (QS. Al-Nah{l: 90)

                                                            51Ada penjelasan lain kalau orang yang menjadi saksi boleh dari kalangan non-muslim apabila keadaannya darurat atau dibutuhkan.Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz VII jilid IV………, 100-105. 52 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah………., 278.

  

95  

  

Asbabun Nuzul ayat tersebut adalah: bahwasannya ‘Abdullah ibn

‘Abba>s sedang bersama Rasulullah, mengganti rumahnya yang di Makah

dengan majlis. Tiba-tiba ‘Uthma>n ibn Maz}‘u>n lewat maka Ibn ‘Abba>s

memperlihatkan kepada Rasulullah. Rasulullah pun bersabda. “Apakah

kamu tidak ingin duduk?” ia pun segera duduk di depannya (menghadap

ke depannya). Ketika mereka sedang asyik berbincang, Rasulullah

menaikkan pandangannya ke arah langit, ia melihat sesaat dari atas

sampai ke bukit lembah yang ada di bumi. Kemudian ia duduk mendekati

‘Uthma>n. Ia lalu merendahkan pandangannya seakan-akan ia meminta

keterangan terhadap apa yang dikatannya tadi.

Kemudian ‘Uthma>n ikutan menaikkan pandangannya ke langit

untuk yang kedua kalinya, ia pun menghadap kepada ‘Uthma>n seperti

keadaan ia duduk yang pertama tadi. Ia berkata, “Wahai Muhammad, apa

yang terjadi denganmu? Apa yang kau lihat?” ia menjawab, “aku tidak

melihat apa-apa yang engkau kerjakan.” Ia berkata lagi, “Aku melihatmu

sedang menaikkan pandanganmu ke langit kemudian menoleh kea rah

kanan dan kiri. Lalu kamu merendahkan kepalamu seolah-olah minta

keterangan. Rasulullah pun menjawab, “Jibril datang kepadaku tadi, dan

kamu dalam keadaan duduk.” Apa yang ia katakan tadi? “Ia berkata

kepadaku Innalla>ha Ya’muru bil ‘Adli……………… oleh karena itu ayat

  

96  

  

ini merupakan penjelasan untuk memperkokoh keimanan di hati dan

menambah rasa cinta kepada Rasulullah.53

Kata al-‘adl di atas dibaca kasroh karena menjadi majrur, huruf

jernya adalah kata “bi”. Maka dibaca bil ‘adli. Ayat yang dimaksud

menjelaskan tentang tiga kata yang menunjukkan perintah (amr) yaitu

adil, berbuat baik, dan silaturrahmi. Ayat ini juga menjelaskan tentang

tiga kata yang menunjukkan larangan (nahy) yaitu perbuatan keji,

munkar, dan merugikan orang lain.54

Allah swt. mengutus Rasul-Nya agar menegakan keadilan dan

memerintahkan kepada umatnya untuk berbuat dan berlaku adil. Perintah

berbuat adil dalam Al-Qur’an sangat tegas, yakni menggunakan kata-

kata atau us}lu>b amr ( يأمر -أمر ) dan menggunakan fi’il amar (اعدلوا).

Adil pada ayat ini bermakna al-ins}a>f wa al-sawiyyah (berada

dipertengahan dan mempersamakan).55 Seperti antara bakhil dan boros

(dalam artian kita harus bersikap hemat)56 dalam kehidupan sehari-hari.

setiap orang punya hak individu dalam masyarakat harus mendapat

perlindungan dan perlakuan hukum secara adil.

                                                            53 Al-Wa>h}idi>, Asba>b al-Nuzu>l………….., 189, 54 Perbuatan keji yaitu segala sesuatu yang dilarang, seperti zina, makan riba, durhaka kepada orang tua, dan lain-lain. Perbuatan munkar yaitu segala sesuatu yang jelek menurut syariat dan akal. Seperti mengkonsumsi narkoba, dan lain-lain. Perbuatan yang merugikan orang lain Seperti berbuat dzalim, memusuhi tetangga, dan lain-lain. Baca selengkapnya: Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XIV jilid VII……….., 538. 55 Nas}r al-Di>n Abu> Khair ‘Abdulla>h ibn ‘Umar al-Bayd}a>wi>, Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta’wi>l, (Mesir: Mus}t}afa> al-Ba>b al-H{alabi, 1939), 191. 56 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XIV jilid VII………….., 531.

  

97  

  

Menurut Ibnu ‘At}iyyah adil dalam ayat ini adalah mengerjakan

kewajiban dari aqidah, syariat, si>rah Nabi bersama orang lain dalam

menjalankan amanah tanpa berbuat dzalim. Ia akan selalu berbuat

menengahi dan memberikan sesuatu yang sesuai dengan haknya.57

Dari paparan di atas, diketahui bahwasannya adil di sini lebih

mengarah kepada menengahi baik dalam kebaikan maupun kejelekan.

Hal itu dilakukan karena taat kepada Allah baik dalam muamalah,

memutuskan hukum, menyampaikan hak dalam urusan agama maupun

dunia. Akan tetapi dalam hal keyakinan tidak boleh menyamakan antara

tuhan dengan yang lain. Seperti Tuhan dengan bintang, matahari,

malaikat, Nabi, dan sebagainya.58

Selain berbuat adil, dalam ayat ini juga dijelaskan tentang

pentingnya berbuat ih{sa>n yaitu melakukan pekerjaan dan memperbanyak

hal yang bisa menambah nilai-nilai kewajiban, kebaikannya lebih

ditonjolkan sementara kejelekannya sedikit atau dikurangi.59

b. Surat al-H{ujura>t ayat 9

نـهما فإن بـغت إحدامها على األخرى فـق اتلوا اليت تـبغي وإن طائفتان من المؤمنني اقـتتـلوا فأصلحوا بـيـ

نـ (سورة هما بالعدل وأقسطوا إن الله حيب المقسطني حىت تفيء إىل أمر الله فإن فاءت فأصلحوا بـيـ

)٩احلجرات:                                                             57 ‘Abd al-H{aq ibn ‘At}iyyah, al-Muh{arrir al-Waji>z (Beirut: Da>r ibn H{azm, 2002), 1111. 58 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XIV jilid VII……….., 537. 59 Ibid.

  

98  

  

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.60 (QS. Al-H{ujura>t: 9)

Asbabun Nuzul ayat tersebut adalah bahwa dua orang dari kaum muslimin

bertengkar satu sama lain. Kemarahan itu sampai menimbulkan perkelahian antar

pendukung keduanya. Ayat tersebut turun sebagai perintah untuk menghentikan

pertikaian antar sesame umat Islam. (diriwayatkan oleh Sa‘i>d ibn Mans}u>r dan Ibn

Jari>r yang bersumber dari Abi> Ma>lik).61

Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa Rasulullah naik keledai dan pergi ke

rumah Abdulla>h ibn Ubay.62 Setelah sampai pada tempat yang dituju, Abdulla>h

berkata, “Enyahlah engkau dari padaku, demi Allah aku terganggu karena bau

busuk keledaimu ini.” Mendengar itu salah seorang dari golongan Anshar

berkata, “Demi Allah, keledainya lebih harum baunya daripada engkau.”

Rupanya anak buah Abdulla>h marah dan tidak terima dengan omongan itu. Maka

timbullah kemarahan pada kedua belah pihak bahkan terjadi perkelahian dengan

menggunakan pelepah kurma, tangan dan sandal. Maka turunlah ayat di atas

                                                            60 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah………., 517. 61 Ringkasan Asbaabun Nuzul…………, 145. Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XXVI jilid XIII……….., 566 62 Ia adalah salah seorang dari golongan orang-orang munafiq.

  

99  

  

yang memerintahkan untuk menciptakan perdamaian. (diriwayatkan oleh al-

Shaikha>ni> dari Anas).63

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa seorang laki-laki Ans}a>r yang

bernama Imra>n beristrikan Ummu Sa‘i>d. suatu saat Ummu Sa‘i>d bermaksud

ziarah ke rumah keluarganya, akan tetapi dilarang oleh suaminya bahkan ia

dikurung di atas loteng. Sang istri akhirnya mengirim utusan kepada

keluarganya. Maka datanglah beberapa orang menurunkannya dari loteng untuk

dibawa ke rumah keluarganya. Melihat hal itu sang suami meminta tolong

kepada ahlinya.

Maka datanglah beberapa orang untuk mengambil kembali wanita tersebut

dari keluarganya. Maka yang terjadi selanjutnya adalah sebuah pertikaian,

mereka saling pukul dengan menggunakan sandal untuk memperebutkan wanita

tersebut. Maka turunlah ayat itu. Rasulullah pun mengirimkan utusan kepada

mereka untuk mendamaikan perselisihan itu. (diriwayatkan oleh Ibn Jari>r dan Ibn

Abi> H{a>tim yang bersumber dari al-Suddi>).64

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa perkelahian yang disebut

sebelumnya terjadi antara dua suku. Mereka dipanggil ke pengadilan, akan tetapi

mereka membangkang. Maka Allah menurunkan ayat ini sebagai peringatan

                                                            63 Al-Wa>h}idi>, Asba>b al-Nuzu>l…….., 263. Asrifin an Nakhrawie, Ringkasan Asbaabun Nuzul…………, 144-145. K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan, dkk. Asba>bun Nuzu>l…….., 514-515. Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XXVI jilid XIII……….., 566. 64 Ringkasan Asbaabun Nuzul………, 145. Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XXVI jilid XIII……….., 566-567.

  

100  

  

kepada orang-orang yang bertengkar agar segera berdamai. (diriwayatkan oleh

ibn Jari>r yang bersumber dari al-H{asan).65

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan

dua orang Anshar yang tawar-menawar dalam memperoleh haknya. Salah

seorang di antara mereka berkata, “aku akan mengambilnya dengan kekerasan

karena aku banyak mempunyai kawan.” sedang yang lainnya mengajak untuk

menyerahkan keputusannya kepada Rasulullah. Orang itu menolaknya sehingga

terjadilah pukul-memukul dengan sandal dan tangan, akan tetapi tidak sampai

terjadi pertumpuhan darah. Ayat ini turun untuk memerintahkan agar melawan

orang yang menolak upaya perdamaian. (diriwayatkan oleh Ibn Jari>r yang

bersumber dari Qata>dah).66\\

Kata al-‘adl di atas dibaca kasroh karena menjadi majrur, huruf jernya

adalah kata “bi”. Maka dibaca bil ‘adli.

Pada ayat terdapat kata al-‘adl dan al-qist} keduanya bermakna adil, yakni

Allah swt. memerintahkan agar kedua kelompok yang bertikai itu didamaikan

dengan adil, yakni sesuai dengan ketentuan dalam kitab Allah, kemudian

dipertegas lagi dengan perintah berbuat adillah artinya berbuatlah sesuai dengan

ketentuan Allah swt.67

                                                            65 K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan, dkk. Asba>bun Nuzu>l…………, 515. Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XXVI jilid XIII……….., 567. 66 Ibid. 67 Abu> T{a>hir ibn Ya‘qu>b al-Fair al-Zabadi>, Tanwi>r Miqba>s min Tafsi>r ibn ‘Abba>s (ttp: Da>r al-Fikr li Ittiba>‘ah wa al-Nashr wa al-Tawzi>‘, tth), 436.

  

101  

  

Adil pada ayat tersebut mengambil dua bentuk yakni: al-‘adl dan al-qist}

tentu memiliki perbedaan subtansi, al-‘adl dalam makna materil dan adil dalam

makna immaterial, al-qist meliputi perasaan dan sikap puas menerima keputusan,

karena keputusan itu memenuhi keinginan dan perasaan. Pendapat lain

mengatakan kalau kata قسط yang artinya adil dalam setiap perkara dan adil dalam

mengambil atau menyampaikan hak tanpa disertai sifat curang. Sementara kata

yaitu memuji perbuatan mereka dengan balasan yang baik.68 العادلين

Cara menyelesaikan persengketaan yang timbul antara kaum muslimin

adalah para pemimpin atau hakim wajib mendamaikan mereka yang saling

bersengketa dengan cara dakwah (nasehat, petunjuk, dan pendapat atau opini).

Mendamaikan dengan cara yang adil, tanpa adanya darah ataupun harta itu

hukumnya wajib.69 Hukum berdakwah itu bisa menjadi fardhu kifayah jika sudah

ada orang yang melakukannya.

Usaha perdamaian adalah perbuatan yang sangat terpuji, yakni merukunkan

dua pihak yang bertikai atau sementara dalam konflik, hal itu merupakan

perintah Allah swt. Dengan demikian perdamaian dan keadilan sangat penting

ditegakkan dalam menyelesaikan sengketa atau konflik yang terjadi di antara

kelompok yang ada dalam masyarakat, konflik perorangan atau konflik antar

kelompok perlu diselesaikan sesuai dengan ketentuan Allah swt dalam al-Qur’an.

                                                            68 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XXVI jilid XIII………, 565. 69 Ibid., 571-575.

  

102  

  

Perdamaian bisa dilakukan dengan cara memberikan nasehat dan

berdakwah dengan sikap adil. Agar tidak terjadi kedzaliman dalam masalah di

antara kedua belah pihak. jika permusuhan dilanjutkan akan menyebabkan

kerusakan atau fitnah di kalangan masyarakat. Allah Maha Adil, Ia akan selalu

berbuat adil, membalas amalan orang mukmin dengan sebaik-baik balasan.

Adil dalam hukum itu mengarah kepada kebenaran yang cocok dengan

hukum Allah dan jauh dari sifat dzalim, artinya tidak mengambil keputusan yang

jauh dari kebenaran. Karena sesungguhnya balasan Allah itu akan disesuaikan

dengan perbuatan manusia selama di dunia.70

3. Adil yang bermakna Al-Tawa>zun (seimbang)

a. Surat al-An‘a>m ayat 1

(سورة م يـعدلون احلمد لله الذي خلق السماوات واألرض وجعل الظلمات والنور مث الذين كفروا بر )١األنعام:

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, Dia mengadakan gelap dan terang, namun orang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.71 (QS. Al-An‘a>m: 1)

Kata adil di atas menggunakan salah satu bentuk af‘a>l al-khamsah

d{ami>r gha>ib jama’ maka bacaanya ( يعدلون).

Keadilan Allah dalam ayat ini akan tampak ketika hari kebangkitan nanti.

Allah menyuruh hamba-Nya untuk berbuat adil terhadap semua orang. Yang

                                                            70 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XXVI jilid XIII…………., 568. 71 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah………., 129.

  

103  

  

dimaksud adalah kesamaan antara ibadah dengan doa.72 Di sisi lain adil juga bisa

diterapkan dalam taat secara ikhlas kepada Allah. Taat seperti itu adalah

mendasarkan diri dan berorientasi kepada Allah, berbuat sesuatu karena

diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan sesuatu karena larangan Allah.73

Dalam ayat ini dipahami bahwa adil juga wajib kepada Allah, yang mana

kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah itu didahulukan dari pada

kepentingan yang lain yang menyangkut urusan pribadi maupun orang lain.

Allah adalah dzat yang Maha Memiliki atau berhak untuk dipuji akan

nikmat yang telah diberikan terhadap semua hamba-Nya. dan Allah adalah dzat

yang disembah di langit maupun di bumi.74 Dari ayat tersebut, bisa dipahami

kalau Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

b. Surat al-Infit}a>r ayat 7

Adil yang dimaksud bermakna seimbang, karena bisa

mengkombinasikan suatu hal sehingga bisa mewujudkan suasana dan

kondisi yang harmonis sehingga tercipta keserasian di dalamnya.

)٧(سورة اإلنفطار: فـعدلك الذي خلقك فسواك

Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. (QS. Al-Infit}a>r: 7).75

                                                            72 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz VII jilid IV………, 134-135. 73 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci cet II (Jakarta: Paramadina, 2002), 370. 74 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz VII jilid IV………, 139-140. 75 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah………., 588.

  

104  

  

Kata ‘adala adalah fiil Ma>d}i> Mabni> Ma‘lu>m, lam fiilnya tetap

dibaca fathah karena tidak bertemu dengan d{ami>r rafa‘ mutah{arrik dan

d{ami>r wawu jama‘, maka ia tetap mabni fathah.

Tema ayat ini adalah tentang celaan terhadap manusia yang

durhaka kepada Allah. adil yang dimaksud mengarah kepada adil

terhadap diri sendiri, ia harus mampu mengkombinasikan antara apa

yang telah diciptakan dengan anggota yang dimilikinya. Ia juga tidak

dibolehkan untuk membuat aib pada dirinya sendiri.76

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa sekiranya Allah menjadikan

salah satu di antara anggota tubuh manusia berlebih atau berkurang dari

kadar, ukuran, posisi, atau syarat yang seharusnya, maka pasti terjadi

ketidak seimbangan atau jauh keserasian.

4. Adil bermakna proposional

Adil di sini bermakna memberikan kepada orang yang berhak

menerimanya, atau memberikan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan

masing-masing.

a. Surat al-Baqarah ayat 48

ها شفاعة و ها عدل وال هم واتـقوا يـوما ال جتزي نـفس عن نـفس شيئا وال يـقبل منـ ال يـؤخذ منـ )٤٨(سورة البقرة: يـنصرون

                                                            76 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XXX jilid XV…………..., 468.

  

105  

  

Dan takutlah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at77 dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.78 (QS. Al-Baqarah: 48)

Kata adil tersebut menggunakan s}i>ghat isim mas}dar yang dibaca rafa’

karena menjadi na>’ibul fa>’il ( عدل), fiil mud{a>ri’ yang menjadi mabni> majhu>lnya

adalah lafadh ( يأخذ).

Tema ayat tersebut adalah peringatan Tuhan kepada Bani Israil yang tidak

mau berbuat baik dan taat kepada Allah. Mereka melupakan atau meninggalkan

apa yang telah diperintahkan oleh Allah sehingga mereka tidak mau bersyukur

terhadap nikmat yang telah diberikan kepada mereka.79

Adil dalam ayat yang dimaksud adalah bermakna fida>’, yaitu tebusan atau

balasan Allah terhadap perbuatan manusia di dunia, baik perbuatannya baik

maupun yang jelek. Hal ini merupakan bentuk sikap proposional, tidak ada

kesamaan di antara manusia, karena perbuatan manusia tidak ada yang sama.

Oleh karena itu balasannya pun juga akan berbeda. Semua akan mendapatkan

balasan sesuai dengan yang mereka kerjakan selama di dunia.80 Itulah bentuk

sikap adil yang dimiliki oleh Allah. Dia yang menentukan balasan bagi hamba-

Nya sesuai dengan tingkatan amalnya di dunia.

                                                            77 Syafa'at adalah usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. Syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir. Atau bisa juga diartikan dengan pertolongan yang diberikan oleh Rasul atau orang-orang tertentu untuk meringankan beban atau azab seseorang di akhirat atas izin Allah. 78 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemah……….., 8. 79 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r…………, 167. 80 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r…………, 170-171.

  

106  

  

Semua yang dilakukan di dunia akan dimintai pertanggung jawaban di

akhirat nanti. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-S{a>ffa>t ayat 24:

)٢٤سورة الصافات: ( وقفوهم إنـهم مسئولون

Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya.81 (QS. Al-S{a>ffa>t: 24)

Di akhirat nanti, syafa’at itu tidak bisa diberikan oleh Rasulullah kecuali

hanya dengan izin dan ridla dari Allah, karena syafaat adalah sebuah doa. Orang

yang bisa memperoleh syafa’at adalah orang yang beramal shalih, imannya kuat,

selalu membantu orang lain yang sedang kesusahan, dan lain-lain. Syafa’at yang

ditolak adalah syafa’at untuk orang-orang kafir, sementara orang mukmin bisa

mendapatkan syafa’at tersebut dengan izin Allah.82

Orang yang utama di sini adalah orang yang selalu mengerjakan perbuatan

yang bernilai fad}i>lah di mata Allah dan menjauhi perbuatan yang keji atau jelek.

Kelak di akhirat nanti mereka akan berkumpul dengan para Nabi, tabiin dan

orang-orang yang mendapatkan hidayah dari Allah. Perbuatan baik yang disertai

sifat istiqomah itulah yang bisa mendapatkan keutamaan tersebut.83 Orang yang

seperti itu kelak akan mendapatkan syafa’at Nabi. Pemberian syafa'at hanya

dapat berlaku dengan izin Allah.

                                                            81 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah…………., 447. 82 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz I jilid I……………., 170-171. 83 Baca Muh}ammad Rashi>d Rid}a>, Tafsi>r al-Qur’a>n al-H}aki>m Vol. I (Kairo: Da>r al-Manna>r, 1947), 304. Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r…………, 171.

  

107  

  

b. Surat al-Baqarah ayat 123

فعها شفاعة وال هم يـنصرون واتـقوا يـوما ال جتزي نـفس عن نـفس شيئا وال ها عدل وال تـنـ يـقبل منـ )١٢٣(سورة البقرة:

Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan84 seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafa'at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong.85 (QS. Al-Baqarah: 123)

Kata adil menggunakan s}i>ghat isim mas}dar yang dibaca rafa’ menjadi

na>’ibul fa>’il ( عدل), fiil mud{a>ri’ yang mabni> majhu>lnya adalah lafadh ( يقبل).

Ayat ini menguatkan dan mempertegas pada ayat sebelumnya bahwa Allah

memberikan nikmat yang begitu banyak kepada hamba-Nya untuk selalu

menambah nilai keimanan kepada Allah, kepada Rasulullah maupun kitab-Nya

dan memerintahkan pula untuk selalu bersyukur.86 Adil di sini mempunyai arti

proposional, yaitu membalas sesuai dengan perbuatan manusia selama di dunia.

Ayat yang dimaksud adalah sebuah peringatan akan siksa Allah kepada

orang-orang yang membakar kitab Taurat, mendustakan Rasulullah. Pada hari

kiamat nanti ia tidak akan memperoleh syafa’at maupun balasan apapun karena

perbuatannya tersebut. Itulah ganjaran bagi orang yang menentang ajaran Allah,

pertolongan apapun tidak akan berlaku baginya.87

                                                            84 Maksudnya: dosa dan pahala seseorang tidak dapat dipindahkan kepada orang lain. 85 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah………, 20. 86 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz 1 jilid 1………….., 325. 87 Ibid.

  

108  

  

Balasan yang akan didapatkannya itu merupakan implikasi dari sifat Allah

yang adil, Dia membalas semua perbuatan hamba-Nya selama di dunia, dan

dihitung pada waktu yawm al-h}isa>b yang mana nilai keadilannya itu sangat

tinggi. Dalam hal itu syafa’at, penolong, tebusan tidak akan berlaku kecuali

dengan izin Allah. Sikap proposional berlaku pada ayat ini. Itulah bukti Allah

Maha adil, tidak bersifat dzalim atau curang dalam memberikan balasan terhadap

hamba-Nya, semua balasan disesuaikan dengan amalan sewaktu di dunia.

c. Surat al-Baqarah ayat 282

نكم كات ب بالعدل وال يا أيـها الذين آمنوا إذا تدايـنتم بدين إىل أجل مسمى فاكتبوه وليكتب بـيـ

وليملل الذي عليه احلق وليتق الله ربه وال يـبخس منه يأب كاتب أن يكتب كما علمه الله فـليكتب

يه بالعدل شيئا فإن كان الذي عليه احلق سفيها أو ضعيفا أو ال يستطيع أن ميل هو فـليملل ول

ين من رجالكم فإن مل يكونا رجلني فـرجل وامرأتان ممن تـرضون من الشهداء أن واستشهدوا شهيد

ر إحدامها األخرى وال يأب الشهداء إذا ما دعوا وال تسأموا أن تك غريا أو تبوه ص تضل إحدامها فـتذك

كون جتارة حاضرة كبريا إىل أجله ذلكم أقسط عند الله وأقـوم للشهادة وأدىن أال تـرتابوا إال أن ت

نكم فـليس عليكم جناح أال تكتبوها وأشهدوا إذا تـ بايـعتم وال يضار كاتب وال شهيد تديرونـها بـيـ

)٢٨٢(سورة البقرة: وإن تـفعلوا فإنه فسوق بكم واتـقوا الله ويـعلمكم الله والله بكل شيء عليم

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah88 tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,

                                                            88 Bermu’amalah seperti berjual beli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya.

  

109  

  

meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan, maka sesungguhnya hal itu adalah kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.89 (QS. Al-Baqarah: 282)

Kata adil pada ayat tersebut menggunakan lafadh al-‘adl yang

s}i>ghatnya adalah isim masdar, dibaca jer karena diawali dengan huruf

“bi” ( بالعدل). Lafadh itu disebutkan sebanyak dua kali.

Tema ayat yang dimaksud adalah kesaksian dalam mu’amalah, baik

perhutangan maupun pergadaian. Ia harus jujur dan benar dalam hal menulis

(menyamakan antara kedua belah pihak, yaitu yang berhutang dan yang

memberikan hutang tanpa memandang atau condong pada salah satu di antara

mereka tanpa harus menambah atau mengurangi tulisan dalam kaitan kurun

waktu dan juga nilai yang disepakati olek mereka.90

                                                            89 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah…....., 49. 90 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r fi> juz III jilid II……………., 115-116.

  

110  

  

Ayat menjelaskan tentang perjanjian dalam hutang piutang dan merupakan

bagian dari ayat h}udu>d yang menjelaskan batas minimal dalam perjanjian. Oleh

karena itu bentuk suatu perjanjian minimal tidak boleh mengabaikan syarat

tersebut. Syarat ini tidak boleh dikurangi, tetapi boleh ditambah sesuai

kesepakatan.91

Perwalian adalah menjadi pengampuh dan pengasuh terhadap seorang atau

anak yatim yang berada dalam pengawasannya, dan orang-orang yang tidak ahli

melakukan perbuatan hukum, seperti: orang yang kehilangan kesadaran

(berpenyakit gila atau jiwa) dan orang safi>h (lemah akalnya).92 Perwalian itu

merupakan tanggung jawab keluarga terdekat atau pemerintah apabila orang itu

tidak punya keluarga, mereka menjadi wali yang bertanggung jawab terhadap diri

dan harta yang diwalinya itu sesuai dengan ketentuan syara’.

Menurut Amina Wadud, adanya persaksian dua perempuan yang seakan

disetarakan dengan dua laki-laki lebih disebabkan oleh adanya hambatan sosial

pada waktu turunnya ayat, yaitu tidak adanya pengalaman bagi perempuan untuk

masalah transaksi dalam mu’amalah. Di samping itu, seringkali terjadi

pemaksaan terhadap perempuan, dalam saat yang bersamaan sesungguhnya al-

Qur’an tetap memandang perempuan sebagai saksi yang potensial.93

                                                            91 Muh}ammad Shah}ru>r, Prinsip dan Dasar Heremeneutika Hukum Islam Kontemporer terj, Sahiron Syamsuddin dan Burhanuddin Dzikri (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2007), 116. 92 Wahbah al-Zuh}ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r jilid II juz III….……., 120. 93 M. Yusron, dkk. Studi Kitab Tafsir Kontemporer ………, 101. Baca selengkapnya: Amina Wadud Muh}sin, “Qur’an and Women” dalam Charles Kurzman (Ed) Liberal Islam, Charles Kurzman (New York: Oxford University Press. 1998), 86.

  

111  

  

Pada ayat tersebut dapat dipahami bahwa penyaksian terhadap jual beli

kontan atau kredit dapat dilakukan oleh seorang penulis yang adil, dalam hal ini

seorang notaris wajib melaksanakan pencatatan secara benar dan sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya. Mereka yang dimintai untuk menulis utang-piutang

itu, tidak boleh menolak, karena hal itu menjadi penyaksian tertulis terhadapnya.

Saksi yang dimaksud wajib menulis dengan sejujur-jujurnya, tanpa harus

menambah atau mengurangi jumlah nominal yang ada.

Dalam penyaksian jual beli dibutuhkan dua orang saksi yang adil, atau

seorang laki-laki dan dua orang perempuan, demikian juga pada pernikahan

dibutuhkan dua orang saksi yang adil, sedangkan penyaksian terhadap kejahatan

perzinaan dibutuhkan empat orang saksi laki-laki. Penyaksian dalam jual beli

terkadang dalam bentuk tulisan (akta jual beli) dari penulis yang adil (notaris).94

Orang yang berhutang pun juga mempunyai syarat-syarat tertentu,

diantaranya ia bukanlah seorang yang idiot, balita, bodoh, stress atau gila, buta,

atau bahkan seorang yang bicaranya gagap sehingga bicaranya pun sulit

dipahami, dan ia membutuhkan seseorang yang lain untuk menerjemahkan apa

yang ingin dikatakannya. Hal itu mempersulit hubungan transaksi di antara

kedua belah pihak agar tidak terjadi kesalahpahaman di dalamnya.95

                                                            94 Wahbah al-Zuh}ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r jilid II juz III….……., 120-121. 95 Ibid., 120. Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003), 64.

  

112  

  

Tulisan atau catatan dan persaksian itu tidaklah diwajibkan, jumhur ulama’

menganjurkan karena sifat lupa manusia tidak bisa dihindari atau salah satu dari

kedua belah pihak ada yang meninggal maka bukti tersebut bisa diperlihatkan

kepada ahli waris yang bersangkutan. hal itu bisa menguatkan transaksi tersebut.

Hukum tulisan dalam mu’amalah aslinya fardhu kifayah, hukum tersebut

bisa menjadi fardhu ain jika kedua belah pihak meminta adanya surat tanda sah

dalam perhutangan tersebut. Akan tetapi untuk perjanjian yang bertempo maka

syarat keduanya (tulisan dan persaksian) itu diwajibkan.96

Persaksian itu merupakan implikasi dari sikap adil. Karena dalam

persaksian tidak boleh adanya kecurangan, kebohongan, atau tidak sesuai dengan

kesepakatan dari kedua belah pihak. Para saksi diharuskan untuk menulis

berdasarkan nilai kejujuran dan kebenaran. Para ulama’ menjelaskan bahwa satu

saksi laki-laki nilainya setara dengan dua saksi perempuan, karena laki-laki lebih

unggul dari pada perempuan.

Ayat ini berkaitan dengan masalah keuangan. Perempuan dimasa itu tidak

mempunyai pengalaman yang memadai dalam masalah keuangan, karena itu dua

saksi perempuan dianjurkan oleh al-Qur’an. Sehingga bila kelupaan (karena

kurangnya pengalaman), maka salah satu orang dapat mengingatkan yang lain.

Karena laki-laki mempunyai pengalaman yang cukup, maka pengingat semacam

itu tidak perlu bagi mereka.97

                                                            96 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r jilid II juz III………., 129. 97 Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan…………, 97.

  

113  

  

Hal terpenting yang perlu dicatat bahwa walaupun dua saksi perempuan

yang dianjurkan sebagai pengganti seorang saksi laki-laki, hanya salah seorang

diantara keduanya yang memberikan kesaksian, fungsi yang lain tidak lebih dari

sekedar mengingatkan jika yang satunya bimbang atau bingung (karena

kurangnya pengalamannya dalam masalah keuangan)

d. Surat al-Nisa>’ ayat 58

ا ن الله يأمركم أن تـؤدوا األمانات إىل أهلها وإذا إ حكمتم بـني الناس أن حتكموا بالعدل إن الله نعميعا بصريا  )٥٨(سورة النساء: يعظكم به إن الله كان مس

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.98 (QS. Al-Nisa>’ : 58)

Kata adil pada ayat tersebut menggunakan lafadh al-‘adl yang

s}i>ghatnya adalah isim masdar, dibaca jer karena diawali dengan huruf

“bi” ( دل dan kata amr tersebut bermakna ikhba>r yang dikuatkan oleh (بالع

nun tauki>d sebanyak tiga kali. hal ini untuk menegaskan akan pentingnya

perintah dari Allah dalam ayat ini.99

Asbabun Nuzul ayat tersebut adalah: bahwa setelah Fathul Makkah

Rasulullah memanggil Uthma>n ibn T{alh{ah untuk meminta kunci Ka’bah.

Ketika Uthma>n datang menghadap Nabi untuk meminta kunci itu, Abba>s

                                                            98 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah…………, 88. 99 Wahbah al-Zuh}ayli>, Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III……………, 127.

  

114  

  

berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah demi Allah, serahkan kunci itu

kepadaku untuk saya rangkap jabatan dengan jabatan siqa>yah (urusan

pengairan).” Uthma>n menarik kembali tangannya. Rasulullah bersabda,

“berikanlah kunci itu kepadaku wahai Uthma>n!” Ia berkata, “Inilah

amanat dari Allah.” Maka Rasulullah berdiri membuka pintu Ka’bah,

kemudian keluar untuk thawaf di Baitullah. Turunlah Jibril membawa

perintah supaya kunci itu diserahkan kembali kepada Uthma>n. Rasulullah

melaksanakan perintah itu sambil membawa ayat tersebut. (diriwayatkan

oleh Ibnu Mardawaih dari al-Kalbi> dari Abi> S{a>lih{ yang bersumber dari

Ibn ‘Abba>s).100 Maka Uthma>n ibn ‘Abd al-Da>r pun memeluk Islam.101

Dijelaskan pula dalam riwayat lain bahwa turunnya ayat di atas

adalah berkenaan dengan Uthma>n ibn T{alh{ah. Ketika itu Rasulullah

mengambil kunci Ka’bah darinya pada waktu Fathul Makkah. Dengan

kunci itu Rasulullah masuk Ka’bah. Di waktu keluar dari Ka’bah beliau

membaca ayat ini. Tak lama setelah itu beliau memanggil Uthma>n untuk

menyerahkan kembali kunci tersebut. Menurut Umar ibn Khat}t}a>b

kenyataannya bahwa ayat itu turun di dalam Ka’bah karena pada waktu

itu Rasulullah keluar dari Ka’bah, membawa ayat tersebut dan

bersumpah bahwa sebelumnya belum pernah mendengar ayat itu.

                                                            100 Asrifin an Nakhrawie, Ringkasan Asbaabun Nuzul…….., 39. Baca juga K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan, dkk. Asba>bun Nuzu>l….., 145. Wahbah al-Zuh}ayli>, Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III……………, 127. 101 Fakhr al-Ra>zi>, al-Tafsi>r al-Kabi>r jilid X (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Arabi>, tth.), 138. Al-Wa>h}idi>, Asba>b al-Nuzu>l………….., 104-105.

  

115  

  

(diriwayatkan oleh Shu‘bah di dalam tafsirnya dari H{ajja>j yang

bersumber dari Ibn Juraij).102

Tema ayat tersebut adalah dasar-dasar pemerintahan yang

berlandaskan kepada sifat adil dan amanah. Adil dalam ayat ini yaitu

memberikan sesuatu kepada yang berhak dengan sebaik-baik cara. Orang

muslim wajib taat kepada Allah untuk menyuruh melaksanakan amanah

dan adil karena hal itu merupakan asas hukum Islam. Ayat ini juga

menjelaskan tentang perintah untuk taat kepada Allah, Rasulullah serta

pemimpin (uli> al-amr) dan Allah akan memberikan pahala bagi orang

yang beriman dan beramal shalih.103

Amanah itu merupakan asas hukum, sementara adil merupakan asas

kepemilikan. Para hakim, pegawai, pemimpin itu wajib melaksanakan

keadilan sehingga hak yang dibawa bisa tersampaikan dan memutuskan

suatu perkara dengan benar, dan amanah wajib disampaikan.104

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan hamba-Nya untuk

menyampaikan amanat105 secara sempurna, utuh tanpa mengulur-ulur

atau menunda-nundanya kepada yang berhak. Dalam hubungannya adil

dengan amanat sangat terkait erat karena keadilan tergantung dengan

                                                            102 Asrifin an Nakhrawie, Ringkasan Asbaabun Nuzul………., 40. Baca juga K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan, dkk. Asba>bun Nuzu>l…………, 146. Al-Wa>h}idi>, Asba>b al-Nuzu>l………….., 105. Wahbah al-Zuh}ayli>, Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III……………, 128. 103 Asas hukum Islam, yaitu: Amanah, adil, dan sikap amanah yang diikuti dengan adil. Baca: Wahbah al-Zuh}ayli>, Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III……………, 128-130. 104 Ibid., 127-133. 105 Amanat yaitu: segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia dan diperintahkan untuk dikerjakan.

  

116  

  

amanat. Adil tidak akan bisa jalan apabila amanat itu tidak ada. Ia

diharuskan berlaku adil dalam menetapkan hukum untuk kemaslahatan

manusia dan menjaga amanah.

Abd. Muin Salim menyebutkan bahwa perintah menetapkan hukum

dengan adil di antara manusia secara kontekstual tidak hanya kepada

kelompok sosial tertentu dalam masyarakat melainkan kepada setiap

orang yang memiliki kekuasaan atau kewenangan mengurus atau

memimpin orang lain, seperti suami terhadap isterinya dalam pemberian

nafqah terutama jika isteri lebih dari satu, orang tua terhadap anak-

anaknya, terutama yang berhubungan dengan hibah.106

Sedangkan di sisi yang lain dikemukakan bahwa keadilan yang

dimaksud dalam ayat tersebut meliputi adil dalam kekuasaan politik.107

Padangan ini sesuai dengan sebab turunnya ayat.108 Keadilan pada ayat

tersebut mencakup sikap dan perlakuan hakim terhadap para pihak yang

bersengketa, maka para hakim harus memperlakukan mereka (para pihak)

tersebut dalam status yang sama ketika mereka melakukan proses

pemeriksaan dalam menyelesaikan suatu perkara, tidak ada perbedaan di

antara mereka karena hukum harus ditegakkan secara adil dan benar.

                                                            106 Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran (Jakarta: LSKI, 1994), 212. 107 Rasyi>d Rid}a>, Tafsi>r al-Manna>r jilid V…………, 171-172. Wahbah al-Zuh}ayli>, Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III……………, 131. 108 Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah……….., 212.

  

117  

  

Menurut Wahbah al-Zuh}ayli>, bahwa kata “adil” di dalam ayat ini

adalah “ ق ال الح قإيص رب طري ن أق احبه م ى ص إل ” yaitu memberikan hak kepada

pemiliknya dengan jalan yang terdekat.109 Keadilan merupakan asas

kepimpinan. Seluruh syari’at yang datang dari Allah itu diwajibkan

mendirikan keadilan. Maka dari itu, wajib bagi kita melestarikan

keadilan sehingga hak-hak tersebut bisa disampaikan kepada ahlinya.110

e. Surat al-Ma>’idah ayat 8

ال تـعدلوا اعدلوا ا أيـها الذين آمنوا كونوا قـوامني لله شهداء بالقسط وال جيرمنكم شنآن قـوم على أ ي  )٨(سورة املائدة: للتـقوى واتـقوا الله إن الله خبري مبا تـعملون هو أقـرب

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.111 (QS. Al-Ma>’idah: 8)

Ayat tersebut menggunakan salah satu bentuk af‘a>l al-khamsah d}ami>r

mukha>t}ab jama‘ yang diawali dengan ‘a>mil nawa>s}ib (an) dan la>m nafy (la>), maka

nunnya hilang atau di-h}adhf (أن تـعدلوا). Dan yang satu fiil ‘amr jama’ (اعدلوا).

Tema ayat tersebut adalah kewajiban berlaku adil dan jujur. Adil di sini

juga bisa dimaknai dengan menjalankan kebenaran. Rasulullah saw diutus oleh

Allah swt untuk menegakkan keadilan. Adil adalah suatu sifat yang dekat dengan

                                                            109 Wahbah al-Zuhayli>, al- Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III………………….., 129 110 Ibid., 130. 111 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah…………., 109.

  

118  

  

taqwa. Adil adalah salah satu unsur taqwa karena dalam taqwa tersebut

terkandung pengertian tentang kemampuan memilih antara yang baik dan yang

buruk dengan berbagai pertimbangan yang adil.

Imam Fakhr al-Di>n al-Ra>zi> menegaskan kalau Imam al-Syafi’i berkata

bahwa ayat tersebut berbicara tentang persamaan hak dalam peradilan.112

Anjuran berbuat adil dilaksanakan bukan karena ingin dilihat atau didengar oleh

manusia, melainkan dengan niat ingin mendapat ridla Allah, yaitu dengan ikhlas

dalam tiap pekerjaannya baik perkara dunia maupun agama.113

Makna ayat yang dibahas adalah wajibnya berbuat ikhlas dalam tiap

pekerjaan atau beban, orang kafir tidak menolak keadilan dalam muamalah,

wajibnya melakukan persaksian tanpa disertai rasa cinta maupun benci, wajibnya

bersikap adil kepada siapapun, dan wajibnya taqwa kepada Allah.114

Sedangkan kalimat I‘dilu> Huwa Aqrabu li al-Taqwa> merupakan penguat

dari kalimat sebelumnya, karena sangat penting keadilan untuk diperhatikan.

Keadilan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan tanpa memandang

siapapun, dalam persaksian harus menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi

meskipun menguntungkan lawan dan merugikan sahabat atau kerabat karena

keadilan lebih dekat dari taqwa kepada Allah dan terhindar dari murka-Nya.

                                                            112 Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>. al-Tafsi>r al-Kabi>r jilid X. (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Arabi>. Tth), 141. 113 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz VI jilid III …………, 468. 114 Ibid., 470-471.

  

119  

  

f. Surat al-An‘a>m ayat 70

ر به أن تـبسل نـفس مبا كسبت ليس هلا وذر الذين اختذوا دينـهم نـيا وذك لعبا وهلوا وغرتـهم احلياة الد

ها أولئك الذين أبسلوا مب م ا كسبوا هل من دون الله ويل وال شفيع وإن تـعدل كل عدل ال يـؤخذ منـ

يم وعذاب أليم مبا كانوا يكفرون  )٧٠(سورة األنعام: شراب من مح

Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama115 mereka sebagai main-main dan senda gurau,116 dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Qur’an itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.117 (QS. Al-An‘a>m: 70)

Kata adil dalam ayat ini disebutkan sebanyak dua kali. ia

menggunakan fiil Mud{a>ri‘ Mukha>t}ab Mufrad yaitu ta‘dilu di atas dibaca

ta‘dil karena bertemu dengan in shart}iyyah yang berfaedah menjazemkan

dua fiil mud{a>ri‘. Oleh karena berubah dibaca in ta‘dil (lamnya disukun =

دل = Dan yang satu adalah bentuk mas}dar (‘adlun .(إن تـعـــدل yang (ع

menjadi mud{a>f ilaih dari kata kull. jadi dibaca ‘adlin ( كل عدل)

                                                            115 Yakni agama Islam yang disuruh mereka mematuhinya dengan sungguh-sungguh. 116Arti menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau ialah memperolokkan agama itu, mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya dengan dasar main-main dan tidak sungguh-sungguh. 117Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah..…….., 137.

  

120  

  

Tema ayat tersebut adalah tuntunan dalam mengahadapi

masyarakat. Adil disini bermakna fida’ (balasan) terhadap apa yang

dilakukan selama di dunia.118

Ayat di atas mempunyai beberapa arti yaitu wajib meninggalkan

majlis yang didalamnya terdapat orang-orang yang menertawakan al-

Qur’an, Nabi, maupun hukum Islam. Berkumpul dalam majlis yang

didalamnya terdapat orang-orang yang berbuat dosa besar itu dilarang.119

Jika mengetahui seseorang yang berbuat kemungkaran dan menyadari

kalau orang tersebut tidak bisa menerima nasehat dari orang lain, maka

ia wajib meninggalkan majlis itu. Orang yang lupa tentang hukum

syariat itu wajib diingatkan.

g. Surat al-An‘a>m ayat 115

ل لكلماته وهو السميع العليم و )١١٥(سورة األنعام: متت كلمة ربك صدقا وعدال ال مبد

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.120 (QS. Al-An‘a>m: 115)

Kata adil dalam ayat tersebut menggunakan bentuk isim masdar yang

dibaca nashab karena menjadi ma‘t}u>f ( عدال) dan yang menjadi ma‘t}u>f ‘alaih

adalah kata صدقا.

                                                            118 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz VII jilid IV………., 262. 119 Ibid., 263-264. 120 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah…………, 143.

  

121  

  

Hukum yang paling adil adalah hukum Allah. Adil tidak harus sama,

artinya mampu memerintahkan hal yang baik dan melarang hal yang buruk. Adil

di sini mengarah dalam hal memberikan suatu perkara atau hukum, sementara

jujur itu sendiri mengarah dalam hal memberikan kabar berita.121 Hukum yang

diputuskan harus benar dan tidak ada unsur kedzaliman, yang benar harus dibela

dan yang salah harus dihukum sesuai dengan norma hukum yang berlaku.

Manusia dituntut untuk selalu berkata jujur. Demikian juga dalam

menuntaskan masalah hukum, manusia dituntut bersikap obyektif dan adil (tidak

memihak salah satu pihak). Ia tidak boleh memutuskan suatu perkara hukum

berdasarkan hawa nafsu dan dorongan emosi.122

f. Surat al-An‘a>m ayat 152

ه وأوفوا الكيل والميزان بال وال لغ أشد قسط ال نكلف تـقربوا مال اليتيم إال باليت هي أحسن حىت يـبـ

لكم وصاكم به لعلكم نـفسا إال وسعها وإذا قـلتم فاعدلوا ولو كان ذا قـرىب وبعهد الله أوفوا ذ

 )١٥٢(سورة األنعام: تذكرون

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, meskipun ia adalah kerabat(mu)123 dan penuhilah janji Allah.124 Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.125 (QS. Al-An‘a>m: 152).

                                                            121 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz VIII jilid IV……….., 360-363. 122 Muh}ammad Shah}ru>r, Prinsip dan Dasar Heremeneutika Hukum Islam…………., 117. 123 Maksudnya mengatakan yang sebenarnya meskipun merugikan kerabat sendiri. 124 Maksudnya penuhilah segala perintah-perintah-Nya.

  

122  

  

Kata adil di atas menggunakan fiil amar jama’ (اعدلوا), yang diawali dengan

fa’ jawa>biyah karena kata sebelumnya mengandung makna shart}iyah. Kata yati>m

merujuk kepada seorang anak belum baligh yang kehilangan bapaknya.126

Ayat tersebut temanya tentang wasiat sepuluh, yaitu larangan terhadap

lima perkara dan perintah terhadap lima perkara juga. Yang dimaksud lima

larangan tersebut adalah larangan untuk berbuat syirik, larangan durhaka kepada

orang tua, larangan membunuh anak kecil perempuan, larangan berbuat zina, dan

larangan membunuh orang lain yang bukan haknya.

Sementara yang dimaksud lima perintah adalah perintah berbuat baik

terhadap orang tua, perintah menjaga harta anak yatim, perintah menimbang

suatu takaran dengan adil dalam transaksi perdagangan, perintah berlaku adil,

dan perintah untuk menepati janji dan tidak berkhianat.127

Adil dalam dunia hukum itu dipraktekkan dalam hal persaksian meskipun

terkait dengan dirinya sendiri maupun kerabat karena Islam adalah agama yang

berlandaskan kebenaran dan keadilan. Adil tersebut juga bermakna mengambil

atau memberikan barang sesuai dengan takaran dalam transaksi perdagangan.128

g. Surat al-A‘ra>f ayat 159

)١٥٩(سورة األعراف: ومن قـوم موسى أمة يـهدون باحلق وبه يـعدلون                                                                                                                                                                    125 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah………., 150. 126 Jika ia kehilangan ibunya maka disebut sebagai piatu. Dan jika ia kehilangan keduanya maka disebut yatim piatu. Ketika seorang anak menjadi yatim, ia membutuhkan bantuan baik dalam bentuk harta maupun pendidikan. 127 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz VIII jilid IV……………., 448-454. 128 Ibid., 458-459.

  

123  

  

Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak dan dengan yang hak itulah mereka menjalankan keadilan.129 (QS. Al-A‘ra>f: 159)

Adil yang dimaksud pada ayat tersebut mengarah kepada hukum antar

manusia dan mengikuti kebenaran dalam hukum sehingga tidak berbuat

curang.130 Cara menghukuminya adalah dengan bersikap adil dan menjunjung

nilai kebenaran karena keduanya merupakan hukum yang permanen (mawd{u>‘i>).

h. Surat al-A‘ra>f ayat 181

)١٨١(سورة األعراف: خلقنا أمة يـهدون باحلق وبه يـعدلون وممن

Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.131 (QS. Al-A‘ra>f: 181)

Kata adil di atas menggunakan salah satu bentuk af‘a>l al-khamsah

d{ami>r gha>ib jama’ maka bacaanya ( يعدلون).

Ayat tersebut bertemakan tentang golongan yang ada di dunia ini,

yaitu orang mukmin dan orang kafir. Mereka akan menerima balasan

sesuai dengan apa yang dilakukan selama di dunia.132

                                                            129 Maksudnya: mereka memberi petunjuk dan menuntun manusia dengan berpedoman kepada petunjuk dan tuntunan yang datang dari Allah dan juga dalam hal mengadili perkara-perkara, mereka selalu mencari keadilan dengan berpedomankan petunjuk dan tuntunan Allah. Lihat Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah…….., 171. 130 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz IX jilid V.………, 139-142. 131 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah………., 175. 132 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz IX jilid V……….., 191.

  

124  

  

Adil dalam ayat tersebut berlandaskan kebenaran tanpa harus

curang di antara kedua belah pihak yang saling bermusuhan. Oleh karena

itu Nabi Muhammad memerintahkan kepada umatnya untuk selalu

menunjukkan kepada yang lain dengan jalan yang baik, jujur dan

memutuskan perkara dengan berpegangan kepada asas kebenaran.133

Menegakkan hukum harus dengan adil merupakan salah satu asas hukum,

berbuat adil berarti melakukan perlawanan terhadap penyimpangan dalam

berbagai bentuk seperti politik kekuasaan, penindasan atau dzalim, pengekangan

terhadap aspirasi masyarakat, diskriminasi, penumpukan kekayaan dan

kekuasaan akan mengarah kepada struktur sosio-ekonomi yang baik.

i. Surat al-Nah{l ayat 76

هه ال يأت وضرب الله مثال رجلني أحدمها أبكم ال يـقدر على شيء وهو كل على مواله أيـنما يـو ج )٧٦(سورة النحل: بالعدل وهو على صراط مستقيم خبري هل يستوي هو ومن يأمر

Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja dia disuruh oleh penanggungnya itu, dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atas jalan yang lurus.134 (QS. Al-Nah{l: 76)

Kata al-‘adl di atas dibaca kasroh karena menjadi majrur, huruf jernya

adalah kata “bi”. Maka dibaca bil ‘adli. Ayat yang dimaksud bertemakan tentang

segi-segi pelajaran yang dapat diambil dari kehidupan alam semesta., yaitu

perumpamaan orang mukmin dan orang kafir.

                                                            133 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz IX jilid V……….., 192. 134 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah ……….., 276.

  

125  

  

Perumpamaan pertama yang dimaksud adalah seperti berhala yang

disamakan dengan Allah, akan tetapi ia tidak mampu memberikan mnfaat,

bahaya, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Hal ini dianggap tidak masuk akal karena

Tuhan itu Maha Kuat sementara berhala itu lemah. Sementara perumpamaan

kedua yang dimaksud adalah seperti sifatnya Allah, akan tetapi berhala itu

sebenarnya buta, bisu, tuli, dan tidak punya panca indra seperti manusia

umumnya. Hal ini tidak masuk akal karena Allah Maha Segala-galanya.135

Kedua persamaan tersebut tidak bisa disamakan karena tidak ada makhluk

yang mampu menyamainya, Ia Maha Esa. Orang yang ketauhidannya tinggi akan

selalu taat kepada apa yang diperintahkan oleh Allah. Ia akan selalu menerapkan

sifat-Nya dengan segala kemampuannya terutama sifat adil yang dimiliki-Nya.

Hal di atas adalah bukti bahwasannya Allah tidak bisa disamakan dengan

apapun. Allah selalu menunjukkan hamba-Nya kepada kebenaran dan menyuruh

untuk tidak berbuat syirik.136 Allah tidak bisa disamakan dengan apapun, karena

Ia adalah Maha Kuasa. Ia mampu berbuat apapun dengan kehendak-Nya.

j. Surat al-Shu>ra> ayat 15

ب وأمرت ألعدل فلذلك فادع واستقم كما أمرت وال تـتبع أهواءهم وقل آمنت مبا أنـزل الله من كتا

نكم الله ربـنا وربكم لنا أعمالنا ولكم نـنا وإليه بـيـ نكم الله جيمع بـيـ نـنا وبـيـ ة بـيـ أعمالكم ال حج

 )١٥(سورة الشورى: المصري

                                                            135 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XIV jilid VII…………, 502. 136 Ibid., 506.

  

126  

  

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah137 sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".138 (QS. Al-Shu>ra>: 15)

Kata adil dalam ayat ini menggunakan fi’il Mud{a>ri‘ s}i>ghat

Mutakallim Wah}dah yang diawali dengan la>m ta‘li>l jadi dibaca ( ألعدل).

Tema ayat tersebut adalah semua Rasul mengajak untuk menyembah Allah.

Kata adil di atas adalah mengarah kepada hal dalam memutuskan hukum, dan

juga dalam hal menyampaikan amanah, timbangan, maupun takaran tanpa ada

sifat curang dengan cara menambah atau mengurangi.139

Nabi dan orang-orang setelahnya adalah seorang mukmin dan diperintahkan

untuk berdakwah. Sementara orang musyrik, Yahudi, Nasrani dalam ayat

tersebut adalah orang yang suka berdebat (muja>dalah) dalam persoalan agama.

Allah menurunkan al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya itu didasari dengan

adanya kebenaran didalamnya, dan terdapat ayat-ayat yang membahas tentang

anjuran dan ancaman yang menjelaskan tentang terjadinya hari kiamat nanti.

Allah Maha Pemurah kepada hamba-Nya. Ia tidak hanya memberikan rizki

dan nikmat kepada orang mukmin saja, tetapi kepada orang kafir juga. Dan

keadaan orang kafir selamanya akan dikasih berupa kenikmatan dunia sehingga

                                                            137 Maksudnya: tetaplah dalam agama dan lanjutkanlah berdakwah. 138 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah ………, 485. 139 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XXV jilid XIII…………, 46-49.

  

127  

  

mereka tidak percaya (ingkar) akan terjadinya hari kiamat.140 Ayat tersebut

digambarkan umat Islam yang harus bertindak seimbang dan adil di muka bumi

dan juga bisa memberikan kearifan tindakan bagi kita dalam memecahkan

masalah sosial yang dihadapi umat Islam maupun hubungan antar agama.

Musyawarah dalam ayat itu mendapatkan perhatian utama sebagai prinsip

kehidupan sosial-politik yang benar, mulai dari rumah tangga atau keluarga,

kehidupan bermasyarakat, dan kenegaraan. Musyawarah pun menjadi kata kunci

surat tersebut. Prinsip musyawarah ini juga yang dipraktekkan secara sangat

ekspresif oleh Nabi Saw. sehingga dapat menjadi model bagi kaum Muslim untuk

mengerti kehidupan modern mengenai demokrasi.

Tetapi jika musyawarah ini tidak bisa dicapai, dan kaum Muslim hak-hak

pribadi maupun kolektifnya merasa diinjak-injak, maka mereka diperbolehkan

bertahan dan membalas demi membela kebenaran. Balasan atas suatu kejahatan

adalah kejahatan yang setimpal. Tetapi dalam membela diri, dan membalas,

kaum Muslim diingatkan untuk tidak boleh melebihi dari kezaliman yang

dideritanya, sehingga menjadi bentuk balas dendam.

Untuk menghindari bentuk balas dendam yang dapat menimbulkan

kedzaliman, Al-Qur’an memberi jalan keluar bahwa yang ideal itu bukan balas

dendam tetapi mengikuti cara yang lebih baik ke arah kerukunan kembali dengan

orang-orang yang melakukan pelanggaran. Inilah langkah moral terbaik dari

                                                            140 Seolah-olah mereka mengira kalau kehidupan hanyalah di dunia saja jadi mereka menghabiskan di dunia dengan bersenang-senang saja tanpa mengenal akan larangan yang harus dijauhi sesuai dengan apa yang tertulis dalam al-Qur’an. Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XXV jilid XIII……….., 52-53

  

128  

  

ajaran agama, yang membalik sikap permusuhan menjadi persahabatan dan

persaudaraan, yang penuh dengan maaf dan rasa kasih sayang. Dari segi Agama,

Allah lebih meridlai sikap persahabatan, persaudaraan, maaf dan rasa kasih

sayang daripada permusuhan dan balas dendam secara terus menerus.141

Hikmah ayat tersebut adalah bahwa bersabar dan memberi maaf memang

lebih berat dijalankan, daripada memperlakukan orang dengan kasar dan keras

untuk membalas dendam. Menurut Al-Qur’an, bersabar dan memberi maaf adalah

bentuk keberanian, pemecahan masalah yang paling tinggi dan mulia.

k. Surat al-T{ala>q ayat 2

فارقوهن مبعروف وأشهدوا ذوي عدل منكم وأقيموا فإذا بـلغن أجلهن فأمسكوهن مبعروف أو

(سورة له خمرجاالشهادة لله ذلكم يوعظ به من كان يـؤمن بالله واليـوم اآلخر ومن يـتق الله جيعل

 )٢الطالق:

Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.142 (QS. Al-T{ala>q: 2)

Kata yang menunjukkan makna adil adalah berbentuk isim masdar yaitu

dhaway ‘adlin. Lafadh ‘adlin dibaca kasroh karena menjadi mud{a>f ilaih.

                                                            141 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XXV jilid XIII……….., 52-53. 142 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah……….., 559.

  

129  

  

Asbabun Nuzul ayat tersebut adalah: dalam suatu riwayat dikemukakan

bahwa ayat ini turun berkenaan dengan surat al-T{ala>q ayat 3, berkenaan dengan

seorang suku Ashja’ yang fakir, cekatan, dan banyak anak. Ia menghadap

Rasulullah meminta bantuan beliau (tentang anaknya yang ditawan musuh dan

tentang penderitaan hidupnya). Rasulullah bersabda: “Bertakwalah kepada Allah

dan bersabarlah.” Tiada lama kemudian datanglah anaknya (yang ditawan itu)

membawa seekor kambing (hasil rampasan dari musuh sewaktu ia melarikan

diri). Hal ini segera dilaporkannya kepada Rasulullah. Rasulullah bersabda:

“Makanlah (kambing itu).” Ayat ini (surat al-T{ala>q: 2-3) menerangkan bahwa

Allah memberi rezeki kepada umatnya tanpa disangka-sangka dan akan member

jalan keluar bagi orang yang bertakwa. (diriwayatkan oleh al-H{a>kim yang

bersumber dari Ja>bir, dan diriwayatkan oleh Ibn Jari>r yang bersumber dari Sa>lim

ibn Abi> al-Ja‘d).143

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ‘Auf ibn Ma>lik al-Ashja‘i>

menghadap kepada Rasulullah dan berkata, “Anakku ditawan musuh dan ibunya

sangat gelisah. Apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?” Rasulullah

bersabda, “Aku perintahkan agar engkau dan istrimu memperbanyak

mengucapkan La> H{awla wa La> Quwwata illa> billa>h.” Sang istri berkata,

“Alangkah baiknya apa yang diperintahkan oleh Rasulullah kepadamu”.

Keduanya pun memperbanyak bacaan tersebut. Maka di waktu musuh sedang

lalai, anaknya yang ditawan itu berhasil melarikan diri sekaligus berhasil

                                                            143 K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan, dkk. Asba>bun Nuzu>l…………, 583. Ringkasan Asbaabun Nuzul…………, 290.

  

130  

  

membawa pulang kambing musuhnya ke rumah bapaknya. (diriwayatkan oleh Ibn

Mardawaih dari al-Kalbi> dari Abi> S{a>lih{ yang bersumber dari Ibn ‘Abba>s.

diriwayatkan pula oleh al-Khat}i>b dalam tarikhnya dari Juwaibir dari al-al-D{ah{h{a>k

yang bersumber dari Ibn ‘Abba>s).144

Ayat tersebut juga menjelaskan tentang beberapa ketentuan tentang thalaq

dan iddah. Adil dalam ayat ini dijelaskan bahwa disunnahkan untuk menyaksikan

jika seseorang melaksanakan proses thalaq, ia hadir untuk menyaksikan apakah

seseorang yang melakukan thalaq itu akan ruju’ kembali atau pisah sesuai dengan

keputusan yang diambil oleh kedua belah pihak. Ayat tersebut juga menjelaskan

tentang dalil butuh adanya persaksian dalam ruju’ maupun cerai. Makna ayat

tersebut adalah cerai itu diperbolehkan karena disyariatkan juga dalam Islam,

setiap kali orang yang melakukan cerai pasti ada iddahnya kecuali seorang istri

yang masih belum disetubuhi oleh suaminya.145

Ayat tersebut merupakan suatu kewajiban untuk menghadirkan saksi dalam

proses ruju’ talak.146 hal itu perlu dipersaksikan kepada dua orang laki-laki yang

adil. Allah tidak membedakan antara ruju’ talak dengan menghadirkan saksi.

Karena itu, tidak boleh memisahkan satu dari yang lainnya.

Redaksi ayat yang pertama diawali dengan “Ya> Ayyuha al-Nabi>”. Pada saat

yang sama penolakan terhadap perintah yang tertuang dalam ayat ini

diidentikkan dengan perbuatan dzalim terhadap diri sendiri, yaitu dalam

                                                            144 Asrifin an Nakhrawie, Ringkasan Asbaabun Nuzul…………., 179-180. K.H.Q. Shaleh dan H.A.A. Dahlan, dkk. Asba>bun Nuzu>l….……, 583-584. Ringkasan Asbaabun Nuzul………, 289. 145 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XXVIII jilid XIV…………, 655-657. 146 Ibid., 649. Baca juga Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat……….., 209.

  

131  

  

penggalan ayat “faqad z}alama nafsahu”. Ketika Allah hendak menyebut nilai-

nilai ketakwaan, Allah menyebutkan ayat setelahnya (al-T{ala>q: 2). Ketika

perceraian terjadi, hendaklah hal itu diselesaikan dengan cara yang baik karena

ini merupakan anjuran yang berupa nasehat.

Ayat tersebut memberikan penjelasan tentang konsep al-ma‘ru>f. Kebiasaan

yang berlaku antar manusia membatasi cara menjalin hubungan kerja mereka.

Hubungan suami dan istrinya adalah hidup bersama dan kemungkinan terjadi

perceraian.147 Adat dan kebiasaan merupakan hasil dari hubungan ekonomi dan

bentukan kondisi lingkungan, ia dapat berubah sesuai konteks ruang dan waktu.

Dengan demikian kita perlu memahami konsep al-ma‘ruf dan al-munkar sebagai

konsep yang berkembang terus dan sifatnya tidak permanen.

5. Adil bermakna al-Mayl (condong atau kecenderungan)

a. Surat al-An‘a>m ayat 150

ع أهواء هلم شهداءكم الذين يشهدون أن الله حرم هذا فإن شهدوا فال تشهد معهم وال تـتب قل م يـعدلون بوا بآياتنا والذين ال يـؤمنون باآلخرة وهم بر )١٥٠م: (سورة األنعا الذين كذ

Katakanlah: "Bawalah kemari saksi-saksi kamu yang dapat mempersaksikan bahwasanya Allah telah mengharamkan (makanan yang kamu) haramkan ini" Jika mereka mempersaksikan, maka janganlah kamu ikut pula menjadi saksi bersama mereka; dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka.148 (QS. Al-An‘a>m : 150)

                                                            147 Muh}ammad Shah}ru>r, Prinsip dan Dasar Heremeneutika Hukum Islam……………, 139. 148 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah………, 149.

  

132  

  

Kata adil di atas menggunakan salah satu bentuk af‘a>l al-khamsah

d{ami>r gha>ib jama’ maka bacaanya ( يعدلون).

Prinsip yang mendasari realitas masyarakat memiliki dua sifat utama, yaitu

kejujuran dan keadilan. Dua sifat itulah yang menjadi sifat dasar manusia kerena

manusia dituntut berkata-kata atas dasar bukti yang jelas, bukan karena hawa

nafsu. Hendaknya prinsip yang mendasari struktur pemerintah atau kelembagaan

dalam Negara Islam dan perilaku penduduknya adalah konsep yang dibangun atas

dasar pembuktian. Dalam kondisi ini struktur Negara berdiri di atas prinsip

kejujuran dan keadilan.149

Adil di sini adalah mengambil sesuatu dengan cara adil (sama), akan tetapi

yang dimaksud adalah syirik.150 Jadi arti adil di sini mengarah kepada

kecenderungan untuk berbuat syirik, hal itu tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Kita dilarang untuk mengikuti mereka karena kelak mereka tidak akan selamat di

akhirat nanti. Allah Maha Adil. Oleh karena itu Ia akan membalas hamba-Nya

sesuai dengan perbuatan/amalan di dunia.151

Terkait dengan kesaksian, sumpah persaksian dalam hukum peradilan harus

berupa sumpah saksi atas dasar perkataan yang jujur bukan yang pasti

kebenarannya, karena terkadang manusia berkata jujur sebatas apa yang

disaksikannya, dan terkadang persaksian dapat mengelabui kebenaran atau hanya

bersifat dugaan sehingga persaksian tersebut menjadikan fakta tidak benar.

                                                            149 Muh}ammad Shah}ru>r, Prinsip dan Dasar Heremeneutika Hukum Islam………, 117. 150 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz VIII jilid IV……….., 441. 151 Ibid., 444.

  

133  

  

Pendapat apapun harus didasarkan pada bukti material-obyektif tanpa

disertai dengan hawa nafsu dan gejolak emosi. Kesaksian harus berupa kesaksian

kognitif yang didukung kesaksian indra, khususnya pendengaran dan penglihatan.

Pendapat yang berupa kesimpulan logis disebut sebagai pengetahuan (khibrah),

bukan kesaksian (al-shaha>dah).152

Persaksian harus disertai dengan sifat jujur, adil, dan tidak curang karena

terkait dengan hukum. Oleh karena itu kebenaran di sini harus dilaksanakan dan

praktekkan dengan bukti-bukti dari semua pihak agar tidak terjadi kecurangan

dan kesalahpahaman. Keadilan harus ditegakkan dalam hal apapun.

b. Surat al-Naml ayat 60

نا به حدائق ذات بـهجة ما كان أم من خلق السماوات واألرض وأنـزل لكم من السماء ماء فأنـبتـ

 )٦٠(سورة النمل: لكم أن تـنبتوا شجرها أئله مع الله بل هم قـوم يـعدلون

Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).153 (QS. Al-Naml: 60)

Kata adil di atas menggunakan salah satu bentuk af‘a>l al-khamsah

d{ami>r gha>ib jama’ maka bacaanya ( يعدلون).

                                                            152 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz VIII jilid IV……….., 441.445. 153 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah…………., 383.

  

134  

  

Ayat tersebut temanya tentang perintah Allah kepada Nabi

Muhammad untuk mensyukuri nikmat dan kewajiban beribadah kepada

Allah semata. Allah yang menciptakan langit dan bumi, menurunkan

hujan, menumbuhkan pohon, tanaman, bauah-buahan, yang bermacam-

macam dengan berbagai warna dan bentuk yang berbeda-beda. Ia juga

mampu membuat pemandangan yang bagus dan sejuk hawanya.154

Allah yang mampu berbuat apapun, Ia Maha Esa, selalu

memberikan manfaat dan kebaikan. Itulah kekuasaanya, tiada seorang

pun yang mampu menandinginya. Hal itu merupakan ketetapan akan

kemampuan Allah dalam melakukan apapun yang Ia kehendaki.

B. MACAM-MACAM ADIL

1. Menurut Sasaran Obyek

Berlaku adil dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :

a. Berlaku adil kepada Allah SWT.

Yang dimaksud adalah harus dapat menempatkan Allah SWT. Dalam

posisi sebagai pencipta, dzat yang wajib disembah, manusia sebagai makhluk

yang berkewajiban berbakti dan menta’ati semua aturanNya. Untuk dapat

berbuat adil kepada Allah, jalannya adalah melaksanakan semua petunjuk

Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya.155

                                                            154 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz XX jilid X……….., 369. 155 I bid., juz V jilid III….., 129, dan juz XIV jilid VII……, 544.

  

135  

  

b. Berlaku adil terhadap diri sendiri.

Yang dimaksud adil terhadap diri sendiri adalah menyatakan sesuatu

dengan benar, baik dalam ucapan, perbuatan, dan tingkah laku, sekalipun hal

itu merugikan diri sendiri, kapan dan dimana saja berada tetap mengemukakan

kebenaran. Ia juga menggunakan anggota badan sesuai dengan maksud

pemilik. Menjaga agar kondisi tetap sehat dalam keadaan bagaimanapun,

mengusahakan terpenuhinya kebutuhan diri secara fisik maupun rohani.156

Adil terhadap diri sendiri bermakna memelihara kejujuran dalam segala

hal, sehingga dapat memperlakukan orang dengan baik, tidak melakukan

sesuatu yang bersifat diskriminasi, dirinya dihiasi dengan kebaikan dan tidak

merugikan sesamanya demi keuntungan dan kebahagiaannya sendiri.

Dengan demikian orang yang adil pada dirinya adalah mereka memahami

dan mengetahui kemampuan dan kualitas dirinya, sehingga mereka dapat

memperlakukan diri sesuai dengan kapasitas atau kemampuan tersebut. Orang

yang adil pada dirinya sendiri dapat menilai dan mengukur kemampuannya,

dan dia dapat menempatkan diri dengan baik.

Orang yang tidak beriman dan yang melakukan maksiat sebenarnya orang

yang dzalim kepada diri sendiri karena mereka tidak akan terlepas daripada

hukuman Allah di dunia dan di akhirat sebab mereka tidak patuh kepada

hukum yang ditentukan oleh Allah.

                                                            156 Wahbah al-Zuh{ayli>, al-Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III….., 129. 

  

136  

  

c. Berbuat adil terhadap orang lain.

Pada setiap manusia mempunyai kebutuhan yang sama sesuai dengan

kondisinya, begitu pula bahwa setiap orang tidak menyukai terhadap sesuatu

yang merugikan dirinya. Berbuat adil terhadap orang lain berarti tidak

menghambat atau mempersulit tercapainya kebutuhan orang lain, dan tidak

mendorong seseorang terperangkap kepada hal yang tidak disenanginya.157

Setiap warga masyarakat mempunyai hak dan kewajiban, dan setiap hak

menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi, demikian juga kewajiban yang harus

dilaksanakan sesuai dengan kedudukan mereka dalam struktur masyarakat.

setiap orang memiliki hak pribadi yang bersifat asasi, yakni: hak hidup, hak

memiliki harta, hak memelihara kehormatan, hak kebebasan, kemerdekaan,

dan persamaan, hak memperoleh pendidikan dan pengajaran.158 Semua hak itu

diuraikan secara terperinci oleh Dr. Mus}t}afa> H{usni> al-Siba>‘i> dalam bukunya

yang disertai dengan lengkah-langkah pemeliharaannya.159

Keadilan kepada orang lain berasaskan penyempurnaan hak mereka dan

melaksanakan hukum secara saksama antara mereka, membela orang yang

teraniaya dan menghukum orang yang bersalah.

                                                            157  Wahbah al-Zuhayli>, al- Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III………….., 129. dan juz XIV jilid VII…………, 544. Ibn al-‘Arabi> juga berpendapat kalau macam-macam adil ada tiga macam, seperti yang penulis paparkan di atas. 158 Sayyid Sa>biq, al-Fiqh al-Sunnah jilid II, (Kairo: Da>r al-Fath} li al-I‘la>m al-‘Arabi>, 2000), 323. 159 Mus}t}afa> H{usni> al-Siba>‘i>, Ishtira>kiyya>t al-Isla>mi>, Terj. M. Abdai Ratomy “Sosialisme Islam” (Bandung: Diponegoro, 1969), 79-187. 

  

137  

  

d. Berlaku adil terhadap makhluk lain/alam sekitar

Yaitu dapat memanfaatkan potensi alam yang ada sesuai dengan

kebutuhan dan tidak berlebih-lebihan, dan karena itu keberadaan alam

sekitar harus dijaga keberadaannya, kelestariannya serta agar tetap

terjamin keseimbangannya. Menjaga dan mengolah alam agar tetap

bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia, bukan justru menjadi

ancaman terhadap kelangsungan hidup dan kehidupan manusia.160

2. Menurut Keadaan atau Hal

Sikap adil dalam syariat Islam dapat kita lihat dalam setiap

ajarannya, baik secara teoritis maupun aplikatif, tarbawi> (pendidikan)

maupun tashri>‘i> (peraturan). Islam sangat moderat dalam bidang akidah,

pemahaman, ibadah, ritual, akhlaq, adab, hukum dan peraturan.

Dari analisis pada ayat-ayat yang dibahas, penulis menyimpulkan

bahwa macam-macam adil menurut keadaannya adalah sebagai berikut:

a. Adil dalam menetapkan hukum (QS. al-Nisa>’: 58)

b. Adil dalam kesaksian (QS. al-Nisa>’: 135, al-Ma>’idah: 8, al-T{ala>q: 2)

c. Adil dalam berbicara (QS. al-An‘a>m: 152)

d. Adil dalam memberikan hak orang lain (QS. al-Nah}l: 90)

                                                            160  Wahbah al-Zuhayli>, al- Tafsi>r al-Muni>r juz V jilid III………….., 129. dan juz XIV jilid VII…………, 544. 

  

138  

  

e. Adil dalam pencatatan hutang piutang (QS. al-Baqarah: 282)

f. Adil dalam mendamaikan perselisihan (QS. al-H{ujura>t: 9)

g. Adil dalam menghadapi orang yang tidak disukai (QS. al-Ma>’idah: 8)

h. Adil dalam pemberian balasan (QS. al-Ma>’idah: 95).

i. Adil dalam hal menyimpang dari kebenaran (al-ishra>k), (QS. al-Nisa>’:

135, al-An‘a>m: 1 dan 150).

j. Adil dalam hal menebus (QS. al-Baqarah: 48, 123 dan al-An‘a>m: 70).

Pengertian, makna, dan penggunaan kata adil, tetap menjadi sebuah

konsep yang up to date dan masih sangat relevan dengan kehidupan

masyarakat, bahkan perkembangan masyarakat menjadi maju dan

modern harus didukung oleh prinsip keadilan yang menjadi sebuah cita-

cita masyarakat yang adil dan makmur.

Keadilan merupakan sesuatu yang harus ditegakkan dalam

kehidupan, sehingga seluruh norma atau peraturan hukum yang

ditetapkan harus memenuhi kebutuhan dan melindungi hak-hak

seseorang. Keadilan merupakan prinsip Islam yang sangat penting dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sehingga kehendak individu

disesuaikan dengan kepentingan masyarakat.