· 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum...
-
Upload
vuongthien -
Category
Documents
-
view
251 -
download
0
Transcript of · 2 kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pubertas merupakan masa peralihan masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Pubertas dimulai dari awal berfungsinya ovarium sudah berfungsi mantap dan
teratur. Pubertas pada wanita mulai kira-kira pada umur 10-19 tahun. Kejadian
penting pada masa pubertas anak gadis adalah pertumbuhan badan yang cepat,
menarche dan perubahan fisik. Perkembangan ini disebabkan oleh estrogen
(Yanti, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Remaja (PKRR)
dibawah naungan WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa permasalahan
mengenai gangguan premenstrual seperti pola siklus haid, disminorhea dan
premenstrual syndrom (PMS) sebesar 38,45%, masalah gizi yang berhubungan
dengan anemia sebesar 20,3%, gangguan belajar sebesar 19,7% gangguan
psikologi sebesar 0,7%, serta masalah kegemukan sebesar 0,5%
(Setyaningsih dalam Monica 2008).
Banyak wanita yang mengalami keluhan-keluhan terdiri dari gangguan
fisik dan emosional berupa gelisah, susah tidur, mudah marah, tumbuh jerawat,
mual dan nyeri pada payudara yang biasanya dimulai satu minggu sampai
beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang,
yang secara medis disebut dengan premenstrual syndrome. Ada banyak faktor
yang diduga menjadi penyebab timbulnya premenstrual syndrome antara lain
2
kadar hormon progesteron yang rendah dan kadar hormon estrogen yang
berlebihan sebelum menstruasi (Suparman, 2011).
Berdasarkan studi epidemiologi angka kejadian dari premenstrual
syndrome sekitar 80%. Menunjukkan kurang lebih 20% dari wanita usia
reproduksi mengalami gejala premenstrual syndrome sedang sampai berat.
Sekitar 3-8% memiliki gejala hingga parah yang disebut premenstrual dysporic
disorder (PMDD) (Freeman, 2007). Sedangkan menurut wikipedia (2010),
sekitar 80-95% wanita pada usia reproduksi mengalami gejala-gejala
premenstrual yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya.
Gejala tersebut diperkirakan dan biasa terjadi secara regular pada dua minggu
periode sebelum menstruasi, hal ini dapat hilang begitu dimulainya menstruasi
namun dapat pula berlanjut setelahnya.
Berdasarkan Essel (2007), dalam suatu penelitian terhadap 384 wanita yang
berusia 15 tahun melaporkan bahwa 14% dari wanita tersebut mengalami PMS.
Sedangkan pada penelitian di Indonesia yang disponsori oleh WHO pada tahun
1981 menunjukkan bahwa gejala premenstrual dialami oleh 23% wanita
Indonesia. Berdasarkan penelitian Cristianty dalam Monica (2010), di Indonesia
prevalensi premenstrual syndrome pada siswa SMA di Surabaya sebanyak
39,2% mengalami gejala berat dan 60,8% mengalami gejala ringan.
Studi pendahuluan yang dilakukan di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen
kelas VIII pada bulan Oktober 2013 diperoleh data jumlah siswa sebanyak 249
siswa, dengan perbandingan siswa laki-laki sebanyak 106 orang dan jumlah
siswi perempuan sebanyak 143 orang. Hasil wawancara pada 10 siswi di SMP
3
Negeri 1 Karangmalang yang sudah mengalami menstruasi, didapatkan 2 siswi
(20%) pada kategori baik, 5 siswi (50%) pada kategori cukup dan 3 siswi (30%)
pada kategori kurang.
Dari uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“ Sikap Remaja Putri Kelas VIII Dalam Menghadapi Premenstrual Syndrome di
SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :”Bagaimana Sikap Remaja Putri Kelas VIII
Dalam Menghadapi Premenstrual Syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang
Sragen?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menggambarkan sikap remaja putri dalam menghadapi premenstrual
syndrome kelas VIII di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi
premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen pada
kategori baik.
b. Menggambarkan sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi
premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen pada
kategori cukup.
4
c. Menggambarkan sikap remaja putri dalam menghadapi premenstrual
syndrome kelas VIII di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen pada
kategori kurang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan wawasan keilmuan bagi
penulis dan pembaca dalam penanganan gangguan menstruasi.
2. Manfaat praktis
a. Bagi remaja
Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi remaja
mengenai sikap dalam menghadapi premenstrual syndrome
b. Bagi tempat penelitian
Dapat dijadikan bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai bahan
masukan bagi sekolah tersebut untuk memberikan informasi seputar
masalah premenstrual syndrome.
c. Bagi Peneliti
Dapat secara langsung mempraktikkan apa yang sudah didapatkan
selama kuliah dan penelitian ini dapat menambah wawasan,
pengetahuan bagi peneliti, serta mengetahui bagaimana sikap remaja
putri dalam menghadapi premenstrual syndrome.
d. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan bacaan dan wawasan bagi mahasiswa
kesehatan khususnya mahasiswa kebidanan dalam hal pengembangan
5
dan pemahaman ilmu kebidanan khususnya tentang premenstrual
syndrome serta sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan
datang.
E. Keaslian Penelitian
1. Zulaika F (2010), Universitas Sebelas Maret dengan judul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Reproduksi Remaja Putri Terhadap Sikap Menghadapi
Premenstrual Syndrome Di SMA Negeri 5 Surakarta. Penelitian ini adalah
penelitian observasional. Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan yang
signifiakan antara pengetahuan kesehatan terhadap sikap menghadapi
Premenstrual Syndrome di SMA Negeri 5 Surakarta. Semakin baik
pemgetahuan tentang kesehatan reproduksi maka semakin positif pula sikap
menhadapi Premenstrual Syndrome (PMS). Pada penelitian ini sama-sama
membahas tentang Sindrom Premenstruasi (PMS) pada remaja.
Perbedaannya adalah penelitian yang membahas tentang hubungan tingkat
pengetahuan reproduksi remaja putri terhadap sikap dalam menghadapi
Sindrom Premenstruasi (PMS). Sedangkan dalam penelitian yang peneliti
lakukan mengambarkan sikap remaja dalam menghadapi premenstrual
syndrome (PMS).
2. Nurhayati E (2012), Universitas Muhammadiyah Ponorogo dengan judul
“perilaku remaja putri dalam mengatasi premenstrual syndrome (PMS) di
SMP Negeri 4 Ngrayun Ponorogo. Desain penelitian ini adalah deskriptif
yang bertujuan untuk mengetahui perilaku remaja dalam mengatasi Sindrom
Premenstruasi. Dari hasil penelitian ini terdapat remaja putri. Perbedaannya
6
adalah penelitian yang membahas perilaku remaja putri dalam mengatasi
premenstrual syndrome (PMS). Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan
adalah bagaimana sikap remaja putri dalam mengatasi premenstrual
syndrome (PMS).
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam karya tulis ilmiah adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan isi karya tulis ilmiah secara singkat melalui latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
keaslian penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan teori medis tentang sikap, remaja putri, premenstrual
syndrome, kerangka teori dan kerangka konsep.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi
penelitian, populasi, sampel dan tekhnik pengambilan sampel,
instrumen penelitian, pengumpulan data, variabel penelitian, definisi
operasional, metode pengolahan data dan analisis data serta etika
penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas tentang gamabaran umum penelitian,
hasil penelitian tentang sikap remaja putri, pembahasan dan
keterbatasan dalam penelitian.
7
BAB V PENUTUP
Dalam bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang
ditujukan bagi Sekolah Menengah Pertama, bagi STIKes Kusuma
Husada Surakarta, Bagi Tenaga Kesehatan, dan bagi peneliti
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Sikap
a. Pengertian
Menurut Notoatmodjo dalam Wawan dkk (2011), sikap adalah
merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Pandangan-pandangan atau perasaan yang
disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai objek yang dihadapi
(Purwanto dalam Wawan dkk, 2011).
b. Komponen sikap
Menurut Walgito (2003), sikap itu mempunyai 3 komponen :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
(komponen kognitif).
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
(komponen efektif).
3) Kecenderungan untuk bertindak (komponen konatif).
c. Tingkatan sikap
Menurut Notoatmodjo dalam Wawan dkk (2011), sikap terdiri
dari berbagai tingkatan yaitu :
1) Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya, sikap
9
orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu
terhadap mceramah – ceramah.
2) Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau
salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
d. Ciri – Ciri Sikap
Menurut Walgito (2003), ciri – ciri sikap adalah :
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan terbentuk dalam
perkembangan individu yang bersangkutan.
2) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap, hubungan yang
positif atau negatif antara individu dengan objek tertentu, akan
menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap objek
tersebut.
3) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju
10
pada sekumpulan objek-objek.
4) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar tergantung seberapa
dalam sikap itu terbentuk.
5) Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi.
e. Sifat sikap
Menurut purwanto dalam Wawan dkk (2011), sikap dapat berifat
positif dan bersifat negatif :
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, menyenangi, mengharapkan objek tertentu.
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, serta tidak menyukai objek tertentu.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Wawan
dkk (2011), antara lain :
1) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap
yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap
penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
11
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.
3) Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah
mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah
yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya.
4) Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
sehingga akan berakibat terhadap sikap konsumen.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
lembaga sangat menentukan sistem kepercayaan, sehingga konsep
tersebut mempengaruhi sikap.
6) Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego.
g. Cara Pengukuran Sikap
12
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau
pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung
dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian
ditanyakakan pendapat responden melalui kuesioner (Walgito, 2003).
Menurut Hadi dalam Wawan dkk, (2011). Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi hasil pengukuran sikap yaitu :
1) Keadaan obyek yang di ukur
2) Situasi pengukuran
3) Alat ukur yang digunakan
4) Penyelenggaraan pengukuran
5) Pembacaan dan penilaian pengukuran
2. Remaja
a. Pengertian
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal
dari bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh” atau tumbuh
menjadi dewasa”. Saat ini mempunyai arti luas yang mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik
(proverawati dkk, 2009).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Menurut WHO, disebut remaja
13
apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun. Menurut Depkes RI dan
BKKBN adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin
(Widyastuti, 2009).
Menurut Sarwono (2007), remaja adalah suatu masa ketika:
1) Individu yang berkembang dari saat pertama kali menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat mencapai
kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif mandiri.
b. Perubahan Fisik pada Remaja
Menurut Widyastuti (2009), urutan perubahan-perubahan fisik
pada remaja adalah :
1) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota
badan menjadi panjang). Pinggul berkembang, membesar dan
membulat. Payudara membesar dan puting susu menonjol. Hal ini
terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin
besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan
lebih bulat.
2) Tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan,
setelah pinggul dan payudara mulai berkembang.
14
3) Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap
tahunnya.
4) Bulu kemaluan menjadi keriting
5) Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium.
6) Tumbuh bulu-bulu ketiak
c. Perubahan Psikologi pada Remaja
Tertarik pada lawan jenis, cemas, mudah sedih, lebih perasa,
menarik diri, pemalu dan pemarah (Romauli, 2009). Sensitif atau peka
misalnya mudah menangis, cemas, frustasi dan sebaliknya bisa tertawa
tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja puteri,
lebih-lebih sebelum menstruasi (Widyastuti, 2009)
3. Premenstrual Syndrome (Sindrom Premenstruasi)
a. Pengertian
Menurut Saryono dkk (2009), premenstrual syndrome adalah
gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita muda dan pertengahan,
ditandai dengan gejal fisik dan emosional yang konsisten. Nama lain
PMS adalah PreMenstrual Tension yang merupakan kumpulan gejala
fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi
wanita (Wijaya, 2008). Sindrom premenstruasi adalah kumpulan gejala
yang timbul saat menjelang haid yang menyebabkan gangguan pada
pekerjaan dan gaya hidup seseorang (Agustina, 2010).
15
b. Etiologi
Ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya PMS
diantaranya kadar hormon progesteron yang rendah, kadar hormon
estrogen yang berlebihan, perubahan ratio kadar hormon estrogen/
progesteron, dan peningkatan aktivitas hormon aldosteron, renin-
angiotensin serta hormon adrenal. Selain itu, juga diduga ada faktor
endogenous endorphin withdrawal, hipoglikemi, defisiensi vitamin dan
mineral (A, E, B6, kalsium), sekresi prolaktin yang berlebih, dan faktor
genetik (Agustina, 2010).
c. Gejala
Menurut Agustina (2010), dikelompokkan ke dalam tiga
symptoms yaitu :
1) Behavior symptoms
Gejala ini mencakup lelah, insomnia (susah tidur), makan
berlebihan, dan perubahan gairah seksual.
2) psychologic symptoms
Gejala psikologi meliputi mudah tersinggung, mudah marah,
depresi, mudah sedih, cengeng, cemas, susah konsentrasi, bingung
sulit istirahat dan merasa kesepian.
3) physical symptoms
Secara fisik muncul juga gejala sakit kepala, payudara bengkak
serta teraba keras, nyeri punggung, nyeri perut dan rasa penuh,
16
bengkak pada kaki dan tangan, mual, nyeri otot dan persendian
d. jenis – jenis premenstrual syndrome
Menurut Saryono dkk (2009), jenis-jenis premenstrual syndrome
antara lain :
1). PMS tipe A (Anxiety)
PMS tipe A ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif,
saraf tegang, perasaan labil, gejala ini timbul akibat
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Pada
penderita ini sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat
dan mengurangi atau membatasi minum kopi.
2). PMS tipe H (Hyperhydration)
PMS tipe H ditandai dengan gejala edema (pembengkakan)
perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan pada tangan
dan kaki, peningkatan berat badan sebalum haid. Pembengkakan itu
terjadi akibat berkumpulnya air dan jaringan di luar sel (ekstrasel)
karena tingginya asupan gula dan garam. Pada penderita ini
sebaiknya mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan
serta membatasi minum sehari-hari.
3). PMS tipe C (craving)
PMS tipe C ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi
makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat
sederhana (biasanya gula). Rasa ingin menyantap makanan manis
dapat disebabkan oleh stress, tinggi garam dalam diet makanan
17
tidak terpengaruhinya asam lemak esensial (omega 6), kurangnya
magnesium.
4). PMS tipe D (Depression)
PMS tipe D ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin
menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam
mengucapkan kata-kata (verbalisasi) bahkan kadang-kadang
muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri.
e. Diagnosis
Menurut Agustina (2010), kriteria diagnostik PMS sedikitnya
terjadi dalam waktu lima hari sebelum menstruasi selama tiga siklus
haid, kemudian gejala tersebut menghilang dalam waktu empat hari
sejak awal haid dan tidak kambuh setidaknya hingga hari ke-13 siklus
haid. Gejala PMS yang bisa timbul antara lain cemas, cepat marah,
berat badan bertambah, payudara sakit, abdomen terasa penuh, nafsu
makan bertambah, depresi, insomnia (Baradera, 2007). Dan menurut
Saryono dkk (2009), tiga kunci utama untuk mendiagnosis
premenstrual syndrome adalah gejala sesuai dengan premenstrual
syndrome, waktu kejadian konsisten hanya selama fase luteal dari
siklus menstruasi dan efek negatif gejala pada fungsi dan gaya hidup.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko terjadinya premenstrual
syndrom
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko premenstrual syndrom
menurut Saryono dkk (2009), antara lain :
18
1) Wanita yang pernah melahirkan
PMS semakin berat setelah melahirkan bebrapa anak, terutama
bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi.
2) Status perkawinan
Wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS
dibandingkan dengan yang belum.
3) Usia
PMS semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia.
4) Stress
Faktor stress memperberat gangguan PMS.
5) Diet
Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula dan makanan olahan
memperberat gejala PMS.
6) Kekurangan zat-zat gizi, seperti kurang vitamin B terutama B6,
vitamin C, magnesium, zat besi, seng. Kebiasaan merokok dan
minum alkohol juga dapat memperberat gejala PMS.
7) Keadaan fisik
Kurang olahraga dan beraktivitas fisik menyebabkan semakin
beratnya PMS.
g. Penanganan
Menurut Proverawati (2009), ada beberapa jenis penanganan
dalam mengatasi premenstrual syndrom antara lain :
1) Mengkonsumsi pil kontrasepsi oral.
19
2) Obat anti cemas, seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitors
(SSRIs), yang dapat digunakan setiap hari atau selama 14 hari
sebelum menstruasi.
3) Obat nyeri, yaitu obat-obatan penghilang nyeri seperti asam
asetilsalisilat, asetaminofen, dan obat anti inflamasi nonsteroid.
Obat-obatn ini dapat membantu menyembuhkan gejala fisik yang
sifatnya sedang, seperti nyeri otot dan sakit kepala.
4) Melakukan diet, seperti mengurangi kafein, mengkonsumsi lebih
banyak karbohidrat kompleks dan serat, menambah asupan
protein dan lemak, mengkonsumsi suplemen vitamin dan mineral,
serta mengurangi gula dan lemak.
5) Melakukan olahraga seperti aerobik selama 30 menit selama
empat hingga enam kali seminggu.
6) Makan teratur,lakukan relaksasi seperti pijat atau hal-hal yang
membuat nyaman.
h. Pencegahan
Menurut Saryono dkk (2009), pencegahan PMS dapat dilakukan
dengan cara :
1) Modifikasi Gaya Hidup
Pola hidup sehat seperti mengurangi kafein Memperbanyak
waktu istirahat untuk menghindari kelelahan dan mengurangi
stress berperan juga dalam terapi PMS.
20
2) Pola diet
Penurunan asupan gula, garam, karbohidrat (nasi, kentang,
roti) dapat mencegah edema (bengkak), serat penurunan konsumsi
kafein (kopi), teh, alkohol, dan soda juga dapat menurunkan
ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur).
3) Olahraga
Olahraga seperti berenang, berjalan kaki, tarikan nafas dalam
dan relaksasi juga bisa meringankanrasa tidak nyaman
21
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sikap Remaja Putri Menghadapi
Premenstrual Syndrome
Sumber : Notoatmodjo (2010), Suparman (2011), (Modifikasi)
Sikap
Faktor yang
mempengaruhi sikap
1. Pengalaman
pribadi
2. Pengaruh orang
lain yang di
anggap penting
3. Kebudayaan
4. Media massa
5. Lembaga
pendidikan dan
lembaga agama
6. Emosional
PMS meliputi :
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Gejala
4. Jenis
5. Diagnosa
6. Faktor Resiko
7. Penanganan
8. Pencegahan
Remaja
22
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Sikap Remaja Putri Menghadapi
Premenstrual Syndrome
Sumber : Notoatmodjo (2010), Suparman (2011), (Modifikasi)
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Sikap menghadapi
premenstrual syndrome
Baik
Cukup
Faktor yang mempengaruhi
sikap
1. Pengalaman pribadi
2. Pengaruh orang lain yang
di anggap penting
3. Kebudayaan
4. Media massa
5. Lembaga pendidikan dan
lembaga agama
6. Emosional
kurang
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat
gambar fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi
tertentu (Notoatmodjo, 2012). Menurut Riduwan (2012), kuantitatif adalah data
yang berwujud angka-angka. Deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu
keadaan yang terjadi didalam masyarakat. Metode ini digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi
sekarang (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menggambarkan tentang sikap
remaja putri dalam menghadapi premenstrual syndrome.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi penelitian tersebut
dilakukan dan lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup
penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Lokasi yang digunakan dalam
penelitian adalah SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen.
24
2. Waktu
Waktu penelitian merupakan waktu penelitian tersebut dilakukan
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 – 15 April
2014.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Riwidikdo, 2013). Populasi yang diteliti dari penelitian ini
adalah seluruh siswi kelas VIII di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen
yang berjumlah 143 siswi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling. Sedangkan
sampling adalah proses menyeleksi populasi yang dapat mewakili populasi
yang ada (Riwidikdo, 2013). Besarnya sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus (Notoatmojo, 2010) sebagai berikut :
N
1 + N(d)2
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
n =
25
d = tingkat kesalahan pengambilan sampel yaitu 5%
143
1 + 143(0.05)2
n = 105,34 dibulatkan menjadi 105
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka sampel yang diambil pada
penelitian ini sebanyak 105 responden siswi kelas VIII SMP Negeri 1
Karangmalang Sragen.
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel adalah suatu penelitian akan dilakukan
dengan pengambilan sampel, agar sampel penelitian tersebut dapat mewakili
populasi dan menghasilkan penelitian yang valid perlu dilakukan cara atau
teknik tertentu (Suyanto, 2008). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah systematic random sampling, yaitu
caranya membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah
sampel yang diinginkan, hasilnya adalah interval sampel. Sampel diambil
dengan membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak antara 1
sampai dengan banyaknya anggota populasi. Kemudian membagi dengan
jumlah sampel yang di inginkan, hasilnya sebagai interval adalah X, maka
yang terkena sampel adalah setiap kelipatan dari X tersebut (Notoatmodjo,
2012). Dari hasil perhitungan didapatkan hasil intervalnya adalah 1, jadi
yang terkena sampel adalah setiap kelipatan 1, didapatkan sampel 105 siswi.
n =
[
26
D. Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang peneliti gunakan adalah kuesioner.
Menurut Hidayat (2007), kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau
kuesioner dengan beberapa pernyataan.
Kuesioner yang peneliti gunakan adalah kuesioner tertutup, di mana
pilihan jawaban sudah disediakan dan responden tinggal memilih
(Arikunto, 2006). Pernyataan terdiri dari pernyataan favourable dan pernyataan
unfavourable. Pernyataan disusun dengan nilai berkisar 1-5 pada pertanyaan
favourable nilai 1 (satu) diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), nilai
2 (dua) untuk jawaban tidak setuju (TS), nilai 3 (tiga) untuk jawaban ragu-ragu
(RR), nilai 4 (empat) untuk jawaban setuju (S), dan nilai 5 untuk jawaban
sanagat setuju (SS). Pada jawaban unfavourable nilai 1 (satu) untuk jawaban
sangat setuju (SS), nilai 2 (dua) untuk jawaban setuju (S), nilai 3 (tiga) untuk
jawaban ragu-ragu (RR) dan nilai 4 (empat) untuk jawaban tidak setuju (TS),
nilai 5 untuk jawaban sangat tidal setuju (STS). Pengisian kuisioner dengan
memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar (Arikunto, 2010).
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan instrument
pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas ini untuk
mengetahui apakah alat ukur tersebut valid, valid artinya ketepatan
mengukur, atau alat ukur tersebut tepat untuk mengukur sebuah variabel
27
yang akan diukur. Uji validitas dapat menggunakan rumus pearson product
moment yaitu :
{ }{ }2222 )()(
).()(
yyNxxN
yxxyNr yX
å-åå-å
åå-å=
Keterangan :
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
y : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Pada penelitian ini menggunakan perhitungan komputer dengan
bantuan SPSS. Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel dengan
taraf signifikasi 5% (0,05) (Riwidikdo, 2013). Uji validitas telah dilakukan
di SMP Negeri 2 Kedawung Sragen pada 30 siswi. Dari 36 pernyataan
didapatkan hasil 5 soal tidak valid yaitu soal nomor 3,14,21,24,34, karena
rhitung < rtabel (0,361) dengan taraf signifikan 5% (0,05). Dengan adanya soal
yang tidak valid tersebut peneliti menghilangkan 5 soal, karena sudah
terdapat pernyataan yang mewakili setiap indikator, sehingga soal yang
digunakan peneliti sejumlah 31 butir soal.
28
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat ukur yang mempunyai prinsip keajegan,
dimana dipakai pada waktu dan tempat yang berbeda mempunyai
kemampuan mengukur yang sama. Untuk menguji reliabilitas instrument
menggunakan Alpha Cronbach dengan Rumus sebagai berikut :
úû
ùêë
é S-úû
ùêë
é-
=t
b
k
kr
2
2
11 11 s
s
Keterangan :
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σσb2 = Jumlah varian butir
Σt2 = Varians total
Dengan bantuan komputer SPSS for windows 16. Kuesioner atau angket
dikatakan reliabel jika memiliki nilai alpha minimal 0,7
(Riwidikdo, 2013).
Dari hasil uji reliabilitas yang telah peneliti lakukan didapatkan nilai alpha
0,983 yang berarti 0,983 > 0,7. Jadi kuesioner ini dapat dikatakan
reliabel untuk dijadikan sebagai instrument penelitian.
29
Untuk mempermudah dalam menyusun instrument, maka diperlukan
kisi – kisi. Berikut kisi - kisi dari instrumen dalam penelitian ini :
Tabel 3.1 Kisi kisi kuesioner Sikap menghadapi premenstrual syndrome
Variabel Indikator No. soal
Favourable Unfavourable
jumlah
Sikap remaja
putri dalam
menghadapi
premenstrual
syndrome
1. Pengertian premenstrual
syndrome 1,2,3 4 4
2. Etiologi premenstrual
syndrome 6,7 5 3
3. Tanda gejala
premenstrual syndrome 8,9,11,12 10 5
4. Jenis premenstrual
syndrome 13,14 2
5. Diagnosa premenstrual
syndrome 15 16 2
6. Faktor yang
mempengaruhi 17 18 2
7. Penanganan
premenstrual syndrome
19,20,21,24,
25,26,28,29 22,23,27 11
8. Pencegahan
premenstrual syndrome 31 30 2
Total Soal 31
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan
data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007).
Menurut Arikunto (2010), data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang
berupa fakta maupun angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Menurut Riwidikdo (2013), ada 2 metode untuk
memperoleh data, yaitu :
30
1. Data primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek penelitian oleh
peneliti perorangan maupun organisasi. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh secara langsung dari sumbernya dan diperoleh jawaban dari
pernyataan yang disediakan melalui kuesioner.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek peneliti. Peneliti mendapat data yang sudah jadi yang dapat
dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara
komersial maupun non komersial. Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari bagian tata usaha SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen yang
berupa jumlah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen, dan
data kepustakaan tentang sikap, remaja dan premenstrual syndrome terbitan
tahun 2003-2013.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat
atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2012). Variabel penelitian ini menggunakan variabel tunggal
yaitu sikap remaja putri dalam menghadapi premenstual syndrome.
31
G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2012).
Tabel 3.2
Definisi Operasional Sikap Remaja Putri Dalam Menghadapi
Premenstrual Syndrome
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Menurut Notoatmodjo (2012), proses pengolahan data melalui tahap -
tahap yang harus ditempuh, diataranya :
a. Editing (penyuntingan data)
Editing merupakan kegiatan memeriksa hasil data yang diperoleh dan
memperjelas pengecekan terhadap data yang telah dikumpulkan.
Variabel Definisi
Operasional
Kategori Alat ukur Skala
Sikap
menghadapi
premenstrual
syndrom
Respon yang
masih tertutup
terhadap
stimulus siswi
dalam
menghadapi
premenstrual
syndrom setelah
menjawab
pertanyaan
tentang Sikap
menghadapi
premenstrual
syndrom
a. Baik, bila nilai
responden (x) >
mean + 1 SD
b. Cukup, bila
nilai mean – 1
SD ≤ x ≤ mean
+ 1 SD
c. Kurang, bila
nalai (x) < mean
- 1 SD
(Riwidikdo,
2010).
Kuesioner Ordinal
32
b. Coding (membuat lembaran kode)
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) yang
terdiri atas beberapa kategori.
c. Data entry (memasukkan data)
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau database computer. Salah satu paket program
yng paling sering digunakan untuk “entri data” penelitian adalah paket
program SPSS for Window.
d. Cleaning (pembersihan data)
Apabila semua data dari setiap sumbar data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, kemudian dilakukan
pembetulan. Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning).
2. Analisis data
Menurut Notoatmodjo (2012), ada 3 jenis analisis data yaitu univariate,
bevariate dan multivariate. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
analisis univariate, yaitu pengolahan hasil data yang bertujuan untuk
menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis univariate yaitu distribusi sikap
remaja putri kelas VIII dalam menghadapi premenstrual syndrom di SMP
Negeri 1 Karangmalang Sragen.
Menurut Riwidikdo (2013), untuk membuat 3 kategori yaitu baik,
cukup dan kurang maka menggunakan parameter :
33
a) Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1SD.
b) Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean – 1SD ≤ x ≤
mean + 1SD.
c) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean – 1SD.
Menurut Riwidikdo (2013), untuk mengetahui nilai mean dengan
rumus sebagai berikut :
X = n
xå
Keteranngan :
X = nilai rata – rata
ΣX = jumlah seluruh data
n = banyaknya data
Menurut Riwidikdo (2013), untuk mencari simpangan baku dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
SD = 1
)( 22
-
S-S
n
n
xx i
i
Keterangan :
SD = simpangan baku
Xi = nilai dari data
n = banyaknya data
Menurut Riwidikdo (2013), cara mengukur prosentase yang digunakan
untuk menganalisis sikap remaja putri yaitu dengan rumus :
34
Jumlah nilai responden berdasarkan sikap
Jumlah responden
I. Etika Penelitian
Menurut Notoadmojo (2012), etika adalah ilmu atau pengetahuan tentang
apa yang dilakukan orang atau pengetahuan tentang adat kebiasaan orang.
Penelitian adalah upaya mencari kebenaran terhadap semua fenomena kehidupan
manusia.
Masalah etika penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian dan perlu diperhatian menurut (Hidayat, 2007) antara lain :
1. Inform consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut
diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuan informed consent adalah
subjek mengerti maksud, tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan pemberian jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah - masalah lainnya. Semua
x 100% Skor prosentase =
35
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
J. Jadwal Penelitian
Bagian ini diuraikan langkah – langkah kegiatan mulai penyusunan proposal
penelitian, sampai penulisan laporan penelitian, serta waktu berlangsungnya tiap
kegiatan tersebut. Jadwal penelitian (terlampir).
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen yang
terletak di Jl. Bratasena Karangmalang Sragen. SMP Negeri 1 Karangmalang
Sragen ini terbagi menjadi 3 tingkat kelas yaitu kelas VII, VIII dan IX. Jumlah
siswa kelas VII sebanyak 265 siswa yang terdiri dari 117 siswa dan 150 siswi,
kelas VIII sebanyak 249 siswa yang terdiri dari 106 siswa dan 143 siswi, kelas
IX sebanyak 248 siswa yang terdiri dari 116 siswa dan 132 siswi. Jadi jumlah
seluruh siswa SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen tahun ajaran 2013/2014
sebanyak 764 siswa.
B. Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah siswi kelas VIII SMP Negeri
karangmalang Sragen sebanyak 105 siswi. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh nilai mean dan standar deviasi seperti tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi
Variabel Mean Standar deviasi
Sikap remaja putri kelas VIII
dalam menghadapi premenstrual
syndrome di SMP Negeri 1
Karangmalang Sragen
114,5 18,6
37
Dari nilai mean dan standar deviasi tersebut kemudian dihitung kategori sikap
responden, yaitu :
1. Baik : Bila nilai responden yang diperoleh
x > mean + 1 SD
x > 114,5 + (1 x 18,6)
x > 133, 1
jadi sikap responden baik jika nilai responden >133,1
2. Cukup : Bila nilai responden yang diperoleh
mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
114,5 – (1 x 18,6) < x < 114,5 + (1 x 18,6)
95,9 < x < 133,1
Jadi sikap cukup jika nilai responden 95,9 < x < 133,1
3. Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh
(x) < mean – 1 SD
(x) < 114,5 – (1 x 18,6)
(x) < 95,9
Jadi sikap kurang jika nilai responden x < 95,9
Dari hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen
pada tanggal 14-15 April 2014 diperoleh distribusi frekuensi pada table 4.2.
38
Tabel 4.2
Sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi premenstrual syndrome
di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen
No Sikap Jumlah Prosentase
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
24
55
26
105
22,9 %
52,4 %
24,7 %
100 %
Sumber : Data Primer
Tabel di atas menunjukkan sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi
premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen yaitu pada
tingkat baik sebanyak 24 siswi (22,9%), cukup sebanyak 55 siswi (52,4%) dan
kurang sebanyak 26 siswi (24,7%). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa
sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi premenstrual syndrome di
SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen mayoritas pada kategori cukup yaitu 55
siswi (52,4%).
C. Pembahasan
Hasil penelitian sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi
premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen dapat
dikategorikan dalam kategori baik sebanyak 24 siswi (22,9%), cukup sebanyak
55 siswi (52,4%) dan kurang sebanyak 26 siswi (24,7%).
Menurut Notoatmodjo dalam Wawan dkk (2011), sikap adalah merupakan
reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
objek. Pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak sesuai objek yang dihadapi. Sikap positif kecenderungan tindakan
39
adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sikap negatif
terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, serta tidak
menyukai objek tertentu.
Sekitar 80-95% wanita pada usia reproduksi mengalami gejala-gejala
premenstrual yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya.
Gejala tersebut diperkirakan dan biasa terjadi secara regular pada dua minggu
sebelum menstruasi. Gejala ini dapat hilang begitu dimulainya menstruasi
namun dapat pula berlanjut setelahnya (Suparman, 2011).
Keluhan-keluhan premenstrual syndrome terdiri dari gangguan prilaku
seperti mudah lelah, insomnia (susah tidur), makan yang berlebihan, dan
perubahan gairah seksual. Gangguan psikologi meliputi, mudah tersinggung,
mudah marah, depresi, mudah sedih, cengeng, cemas, susah konsentrasi dan
merasa kesepian. Gangguan fisik berupa sakit kepala, payudara bengkak, nyeri
punggung, nyeri perut dan terasa penuh, nyeri otot dan persendian
(Agustina, 2010). Ada banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya
premenstrual syndrome antara lain dikarenakan kadar hormon progesteron yang
rendah dan kadar hormon estrogen yang berlebihan sebelum menstruasi
(Suparman, 2011). Sedangkan menurut Saryono dkk (2009), premenstrual
syndrome semakin berat setelah melahirkan anak, terutama hamil dengan
komplikasi, wanita yang sudah menikah, bertambahnya usia, faktor stress, faktor
kebiasaan makan seperti tinggi gula dan makanan olahan, kekurangan zat-zat
gizi, kurang olahraga dan beraktivitas fisik.
40
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sikap remaja putri kelas
VIII dalam menghadapi premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang
Sragen terbanyak pada kategori cukup yaitu 55 siswi (52,4%).
Menurut wawan dkk (2011), sikap dipengaruhi oleh kurangnya pengalaman
pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan,
media massa, lembaga pendidikan, faktor emosional.
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, pengalaman pribadi dapat
membentuk sikap seseorang menjadi positif atau negatif, dimana semakin
banyak pengalaman pribadi mengenai premenstrual syndrome cenderung akan
membentuk sikap yang baik pula. Orang yang dianggap penting juga sangat
mempengaruhi pembentukan sikap, keberadaan orang tua, kakak perempuan,
guru yang dapat memberikan pengarahan akan cenderung membentuk sikap
yang baik. Kebudayaan juga dapat mempengaruhi terbentukknya sikap, semakin
kentalnya kebudayaan yang kurang bagus di suatu daerah akan cenderung
membentuk sikap yang kurang bak juga. Dari media massa pun juga dapat
memepengaruhi terbentukknya sikap, semakin banyak seseorang memperoleh
informasi dari internet, koran, televisi, radio dan lain-lain akan cenderung
membentuk sikap yang baik pula. Serta faktor emosi juga dapat mempengaruhi
terbentukknya sikap, apabila seseorang dapat mengendalikan emosinya mereka
akan cenderung membentuk sikap yang baik.
41
D. Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yaitu :
1. Kendala
Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan belajar mengajar
sehingga harus mencari waktu di luar kegiatan pembelajaran.
2. Kelemahan
a. Penelitian ini menggunakan satu variabel saja yaitu sikap, sehingga hasil
penelitian ini terbatas pada sikap saja.
b. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesiner tertutup sehingga
responden tidak dapat menjabarkan alasan dari jawabannya dan hanya
terpaku pada jawaban yang ada.
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi premenstrual syndrome di
SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen dalam kategori baik sebanyak 24 siswi
(22,9%).
2. Sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi premenstrual syndrome di
SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen dalam kategori cukup sebanyak 55
siswi (52,4%).
3. Sikap remaja putri kelas VIII dalam menghadapi premenstrual syndrome di
SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen dalam kategori kurang sebanyak 26
siswi (24,7%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Sikap remaja putri kelas VIII dalam
menghadapi premenstrual syndrome di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen,
maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah :
1. Bagi Responden
Diharapkan siswi lebih memperluas pengetahuan tentang premenstrual
syndrome dengan cara mencari informasi yang lebih banyak melalui media
elektronik, media cetak maupun internet.
43
2. Bagi Institusi
a. Bagi SMP Negeri 1 karangmalang Sragen
Diharapkan membentuk program pendidikan kesehatan tentang
premenstrual syndrome atau dapat bekerja sama dengan tenaga
kesehatan untuk melakukan penyuluhan khususnya tentang bagaimana
menghadapi premenstrual syndrome.
b. Bagi STIKes Kusuma Husada Surakarta
Diharapkan menambah sumber bacaan dan referensi terbaru terutama
tentang premenstrual syndrome yang dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya sehingga dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian lebih mendalam
dengan menambah variabel lain yang mempengaruhinya.