Post on 26-Apr-2023
SISTEM PERDAGANGAN EFEK
DI BURSA EFEK INDONESIA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. SISTEM PERDAGANGAN EFEK
Saham, bukti right, waran, obligasi konversi adalah
jenis-jenis efek yang diperdagangkan di BEI. Transaksi Di
BEI dilakukan pada hari-hari yang disebut dengan Hari
Bursa, yaitu:
Senin-kamis Sesi I
Sesi II
Jam 09.00-12.00 wib
Jam 13.30-16.00 wibJum’at Sesi I
Sesi II
Jam 09.30-11.30 wib
Jam 14.00-16.00 wib
Sistem perdagangan efek otomatis di Bursa Efek
Indonesia adalah JATS (Jakarta Automated Trading System).
Dilihat dari pembentukan harga efek yang terjadi di
pasar, pembagian pasar terdiri dari pasar reguler dan
pasar negosiasi. Pembentukan harga di pasar regular
dilakukan dengan cara tawar menawar (auction market) secara
1
terus menerus berdasarkan kekuatan penawaran dan
permintaan. JATS akan manerima order jual dan beli. Order
yang telah masuk akan tersusun dalam antrian berdasarkan
harga dan waktu terbaik (prioritas harga dan waktu).
Transaksi yang terjadi akan menentukan nilai indeks harga
saham yang bersangkutan dan indeks harga saham gabungan.
Pembentukan harga efek di pasar negosiasi dilakukan
dengan negosiasi antara pihak penjual dan pihak pembeli
(bukan lelang). Harga dari transaksi yang terjadi tidak
akan menentukan indeks harga saham meskipun transaksi
tadi tetap harus dimasukkan kedalam JATS.
B. JENIS-JENIS PASAR
1. Pasar Negoisasi
Pasar negoisasi di BEI terdiri dari:
Perdagangan dalam jumlah besar (Block Trading) untuk
jumlah saham minimal 200 ribu
lembar saham.
Perdagangan di bawah standar lot (Odd Lot) untuk
jumlah saham kurang dari standar lot
(di bawah 500 saham).
Perdagangan tutup sendiri (Crossing) untuk transaksi
jual beli yang dilakukan oleh satu
anggota Bursa.
2
Perdagangan saham pemodal asing untuk saham yang
tercatat (Foreign Board).
2. Pasar Reguler
Jenis-jenis transaksi yang termasuk ke dalam pasar
reguler adalah:
a. Jumlah saham dalam satuan standar lot yaitu 1 (satu)
lot adalah 500 saham (untuk saham yang bukan reksa
dana), sedangkan standar lot untuk saham reksa dana
1 (satu) lot adalah 100 saham. Khusus untuk saham
perbankan 1 lot adalah 5000 saham.
b. Perubahan harga (fraksi) dalam menawar di bursa:
Sejak tanggal 3 januari 2005, satuan perubahan harga
(fraksi) untuk saham adalah :
Untuk harga saham kurang dari Rp. 500,- (lima
ratus rupiah ), ditetapkan fraksi sebesar Rp.
5,- (lima rupiah).
Untuk harga saham dalam rentang Rp. 500,- (lima
ratus rupiah) sampai dengan Rp. 2000,- (dua ribu
rupiah) ditetapkan fraksi sebesar Rp. 10,-
(sepuluh rupiah).
Untuk harga saham dalam rentang Rp. 2000,- (dua
ribu rupiah) sampai dengan Rp. 5000,- (lima ribu
rupiah) ditetapkan fraksi sebesar Rp. 25,- (dua
puluh lima rupiah).
3
Untuk harga saham Rp. 5000,- (lima ribu rupiah)
atau lebih, ditetapkan fraksi sebesar Rp. 50,-
(lima puluh rupiah).
Untuk harga Right sampai dengan Rp. 100,-
ditetapkan kelipatan Rp. 1,- dengan setiap kali
perubahan maksimum Rp. 10,-. Bagi Right dengan
harga antara Rp. 100,- hingga Rp. 1.000,-
ditetapkan kelipatan Rp. 10,- dengan setiap kali
perubahan maksimum Rp. 100,-.
Untuk harga saham waran sampai dengan Rp. 100,-
ditetapkan kelipatan Rp.1,- dengan setiap
perubahan maksimum Rp. 10,-. Bagi Waran dengan
harga antara Rp. 100,- sampai dengan Rp. 1000,-
ditetapkan kelipatan Rp. 5,- dengan setiap kali
perubahan maksimum Rp. 50,-, sedangkan untuk
waran dengan harga Rp. 1000,- sampai Rp.5000,-
ditetapkan kelipatan Rp. 10,- dengan setiap kali
perubahan maksimum Rp.100,- dan untuk harga
Waran diatas Rp. 5000,- ditetapkan kelipatan Rp.
25,- dengan setiap kali perubahan maksimum Rp.
200,-.
Transaksi terjadi berdasarkan prioritas harga
dan prioritas waktu.
4
3. Pasar Tunai
Pasar tunai disediakan bagi perusahaan Pialang
yang tidak dapat memenuhi kewajiban dalam Penyelesaian
transaksi dipasar regular dan Negosiasi (gagal
menyerahkan saham) pada hari bursa keempat (T+3). Pasar
Tunai dilakukan dengan prinsip pembayaran dan
penyerahan seketika (cash And carry).
C. HARGA SAHAM DAN SETTLEMENT
Harga Saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar
dalam artian tergantung pada kekuatan permintaan
(penawaran beli) dan penawaran (penawaran jual).
Transaksi di bursa secara umum bukan transaksi yang
bersifat tunai, untuk itu bursa menentukan apabila
transaksi dilakukan hari ini, maka penyerahan saham
diselesaikan melalui PT. KSEI (Kustodian Sentral Efek
Indonesia) dan pembayaran diselesaikan malalui PT. KPEI
(Kliring Penjaminan Efek Indonesia) pada hari keempat
(T+3) setelah terjadinya transaksi. Untuk penyelesaian
transaksi dan Right dilakukan sendiri antar Anggota bursa
yang melakukan transaksi
D. JENIS ORDER SAHAM
5
Dalam melakukan transaksi jual maupun beli saham,
pialang menghadapi berbagai jenis order. Beberapa jenis
order yang kita kenal di antaranya adalah market order,
limit order, stop order dan stop limit order.
1. Market Order, merupakan jenis order yang paling umum.
Pada jenis ini, investor menginstruksikan kepada
pialang untuk membeli atau menjual saham dalam
jumlah tertentu dengan segera. Pialang selanjutnya
bertanggung jawab untuk mengambil tindakan atas
dasar usaha terbaik untuk mendapatkan harga yang
terbaik dari harga Bid dan Offer yang terjadi pada saat
order dibuat oleh investor. Harga yang terbaik
adalah harga yang tinggi untuk order penjualan, dan
harga yang rendah untuk order pembelian. Pada
umumnya, investor juga memberikan patokan harga
tertentu sebagai informasi bagi pialang dalam
mengeksekusi order resebut.
2. Limit Order. Pada jenis ini, investor memberikan
batas harga tertentu kepada pialang. Dalam hal order
beli, pialang akan melaksanakan order tersebut hanya
pada harga yang telah ditentukan atau harga yang
lebih rendah dari batas harga yang diberikan
investor. Jika ordernya adalah order jual, maka
pialang akan malaksanakan order jika harga saham
6
lebih tinggi atau sama dengan batas harga yang
ditentukan. Order jenis ini cenderung sulit
dijalankan, karena terdapat ketidakpastian harga,
ketidakpastian kapan order dijalankan, dan karena
adanya batasan harga. Contoh: Harga pasar saham PT.
ABC saat ini Rp. 750,- seorang investor memberikan
limit order untuk menjual 100 lembar saham ABC
dengan batas harga Rp. 800,- per lembar saham dalam
satu hari tertentu. Hal ini kemungkinan sulit
dilaksanakan mengingat harga yang diminta lebih
tinggi, kecuali bila harga saham tersebut naik Rp.
50,- per lembar.
3. Stop order terdiri dari stop order (atau sering
disebut stop-loss order) dan stop limit order (lihat No.4).
Stop-loss order dilakukan bila investor menentukan batas
harga (stop price). Jika ia akan melakukan order jual,
maka stop-loss order adalah batas harga bawah pialang
tidak boleh (stop) menjual sahamnya di bawah harga itu
untuk menghindari kerugian. Kebalikannya, untuk
order beli, maka stop-loss order adalah batas harga
atas di mana pialang tidak boleh membeli saham
diatas harga tersebut. jika kemudian ada pihak lain
yang memperdagangkan saham tersebut dengan harga
yang sama atau melebihi harga yang ditentukan, maka
7
penghentian order diberlakukan. Misalnya: stop-loss
order jual ditetapkan Rp 750,-, maka penjualan hanya
dilakukan pada harga terbaik diatas harga Rp 750,-
dan bila stop-loss order beli ditetapkan Rp 800,-, maka
pembelian dilakukan pada harga terbaik dibawah harga
Rp 800,-.
4. Stop limit order adalah jenis order yang bertujuan
untuk mengurangi ketidakpastian eksekusi harga yang
berasosiasi dengan stop order. Dengan stop limit order,
investor menentukan dua batas harga, yaitu order
price dan limit price. Ketika saham diperdagangkan Pada
harga yang sama atau melebihi harga stop order yang
telah ditentukan, maka terbentuklah stop limit order
pada limit price untuk order beli yang ditentukan
oleh investor. Contohnya, stop order ditentukan Rp.
800,-, dansaham bergerak menuju Rp. 825,-. Investor
kemudian menentukan Rp. 825,- sebagai limit Price maka
pialang akan membeli saham dengan harga terbaik
dibawah harga Rp. 825,- atau Rp. 800,-. Sebaliknya
bila saham diperdagangkan pada harga yang sama atau
kurang dari harga stop order, maka terbentuklah stop limit
order price untuk order jual yang ditentukan investor.
Misalnya, stop order ditentukan Rp.800,- dan harga
saham bergerak menuju Rp. 775,-, investor menentukan
8
Rp. 775,- sebagai limit price, maka pialang akan
menjual saham tersebut dengan harga terbaik di atas
stop limit order Rp. 775,- atau di atas stop order price
Rp.800,-.
E. INDEKS DI BURSA
Indeks harga saham merupakan indikator perdagangan
saham yang dibuat berdasarkan rumusan tertentu untuk
mencerminkan tingkat aktivitas dan fluktuasi sebuah bursa
efek. Setiap bursa efek mempunyai indikator tersendiri.
Bursa saham di Indonesia yaitu: Bursa Efek Indonesia
(BEI) saat ini memiliki beberapa indeks, yaitu Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI, Indeks LQ45, Indeks
Sektoral, dan yang terbaru adalah JII (Jakarta Islamic
Index).
1. IHSG BEI atau JCI (Jakarta Composite Index)
IHSG BEI merupakan indikator pergerakan harga
atas seluruh saham yang tercatat di BEI, di mana satuan
perubahan indeks dinyatakan dalam satuan poin. Metode
perhitungan index yang dipakai adalah = (Kapitalisasi
pasar pada saat perhitungan / kapitalisasi pasar pada
tahun dasar perhitungan) x 100 %. Tahun dasar
perhitungan yang dipakai adalah tahun 1995 saat
diimplementasikannya sistem baru di BEJ, sejalan dengan
9
keluarnya UUPM No. 8/1995. Dengan model perhitungan
seperti ini, setiap jenis saham akan mempunyai bobot
yang berbeda. Semakin besar kapitalisasi pasarnya,
semakin besar bobotnya.
2. Indeks LQ-45
Indeks LQ45 adalah indeks dari 45 saham yang
telah terpilih yang memiliki likuidasi dan kapitalisasi
pasar yang tinggi. Kriteria pada saham-saham ini terus
direview setiap 6 bulan sekali. Saham-saham pada indeks
LQ45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama
Sebagai berikut yang lengkapnya adalah sebagai berikut:
Masuk dalam rangking 60 besar dari total transaksi
saham di pasar regular (rata-rata nilai transaksi
selama 12 bulan terakhir).
Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata
kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).
Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan.
Keadaan keuangan perusahaan dan prospek
pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari
perdagangan transaksi pasar reguler.
3. Indeks Sektoral
Indeks sektoral menggunakan semua saham yang
termasuk ke dalam masing-masing sektor dan merupakan
sub indeks dari IHSG. Saham-saham yang tercatat di BEI
10
dikelompokan ke dalam 9 sektor menurut klasifikasi
industri yang telah ditetapkan BEI (JASICA = Jakarta Stock
Exchange Industrial Classification). Sektor-sektor tersebut
adalah:
Sektor Pertanian
Sektor pertambangan
Sektor Industri dasar dan kimia
Sektor Aneka industri
Sektor Industri Barang konsumsi
Sektor Properti dan Real Estate
Sektor Transportasi dan Infrastruktur
Sektor Keuangan
Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi
Dari masing-masing sektor tersebut, selanjutnya
masih terdapat pengklasifikasian lebih lanjut ke dalam
sub-sub sektor. Sebagai contoh adalah sub sektor
perbankan yang masuk ke dalam sektor keuangan.
4. Jakarta Islamic Index (JII)
Indeks ini terdiri dari 30 saham yang sesuai
dengan syariah Islam dan merupakan tolok ukur kinerja
suatu investasi saham berbasis syariah. Syarat
pemilihan saham pada umumnya sama dengan LQ-45, namun
lebih ditekankan pada jenis usaha emiten yang tidak
boleh bertentangan dengan syariah Islam, seperti bukan
11
usaha yang tergolong judi, lembaga keuangan
konvensional, bukan usaha yang memproduksi,
mendistribusikan, dan memperdagangkan makanan/minuman
yang tergolong haram, dan bukan usaha yang memproduksi,
mensistribusikan atau menyediakan barang atau jasa yang
merusak moral dan bersifat mudharat. JII juga akan di
kaji setiap 6 bulan sekali, yaitu pada setiap bulan
Januari dan Juli. Melalui pembentukan indeks ini
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan inverstor
untuk mengembangkan investasi secara syariah.
12
BAB II
PEMBAHASAN
IHSG DAN MASALAH HARGA SAHAM DI BURSA
Aksi jual saham besar-besaran pun tak bisa
dibendung. Penawaran lebih banyak dibandingkan
permintaan. Sesuai hukum permintaan penawaran, tentunya
hal itu akan membuat harga saham yang dijual menjadi
jatuh dan bisa mempengaruhi IHSG itu sendiri.
Seperti diketahui IHSG mengalami penurunan yang
cukup tajam ketika perdagangan di bursa dibuka kembali
pasca libur Idul Fitri tanggal 6 Oktober 2008 ke level
1.648,74 dari level 1.832,51 (26 September 2008). IHSG
kemudian tercebur kembali 2 hari berikutnya ke level
1.451,67 (8 Oktober 2008) sebelum akhirnya ditutup
sementara oleh BEI. Penurunan IHSG ini sendiri sebenarnya
sudah berlangsung sejak awal tahun 2008 ini secara pelan-
pelan walaupun sempat menyentuh level tertinggi sepanjang
sejarah pada tanggal 9 Januari 2008 di level 2.830,26.
Penurunan ini sudah diprediksikan sebelumnya bahwa
banyaknya hot money yang umumnya berasal dari investor
13
asing dalam perdagangan di bursa. Hot money ini bisa
ditarik sewaktu-waktu dan bisa menyebabkan anjloknya
bursa.
Terkait dengan konsep IHSG itu sendiri, perlu
diperhatikan bahwa IHSG merupakan indikator yang
mencakup pergerakan harga saham biasa dan harga saham
preferen di BEI. Naik turunnya IHSG sangat bergantung
kepada pergerakan harga saham di bursa. Apabila
pergerakan harga saham secara umum bagus dan naik, maka
IHSG akan naik juga. Begitupun sebaliknya, bila
pergerakan harga saham kurang bagus atau turun maka IHSG
pun akan ikut turun. Fluktuasinya IHSG disebabkan oleh
fluktuasinya harga saham. Dan fluktuasinya harga saham
ini disebabkan salah satunya adalah karena pengukuran
nilai saham itu sendiri yang hampir tidak pernah
menggunakan indikator fundamental kinerja dan keuangan
perusahaan itu sendiri.
Bila kita tengok anjloknya pasar modal kita
kemarin bahwa hampir seluruh saham-saham di bursa turun.
Ada yang mengatakan bahwa anjloknya pasar modal tidak
lepas dari krisis finansial global. Ada pula yang
mengatakan bahwa ini gara-gara grup Bakrie yang gagal
bayar dalam transaksi buy back saham-sahamnya. Memang
benar apa yang dikatakan sebagian orang itu namun ada
14
satu akar sebab atau permasalahan mengapa IHSG dan saham-
saham bisa naik dan turun secara tajam, yaitu tidak
menggunakannya fundamental perusahaan sebagai dasar
penilaian harga saham di bursa. Tidak digunakannya
indikator ini memiliki banyak akibat hukum di pasar
modal. Sebut saja tindak pidana penipuan, manipulasi
pasar, insider trading, ketidaktransparanan Emiten ketika
melakukan aksi korporasi (masalah keterbukaan), dan
sebagainya. Kesemuanya itu sebenarnya forbidden di dalam UU
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Tentunya,
kalau diperhatikan sudah banyak kasus akibat masalah
penilaian saham yang tidak wajar ini. Kasus manipulasi
pasar PT Perusahaan Gas Negara (PGN), kasus saham Agis,
kasus saham Indosat, dan sebagainya. Semua itu sekali
lagi berakar kepada tidak digunakannya indikator
penilaian saham berdasarkan fundamental kinerja dan
keuangan perusahaan.
Secara teori, ada beberapa teknik perhitungan
harga wajar saham yaitu pertama, Par Value yaitu harga
saham didapat dari hasil pembagian total modal disetor
dengan jumlah saham. Kedua, Price to Book Value (PBV) yaitu
rasio perbandingan harga pasar saham dan nilai buku
(keuangan perusahaan) per saham. Ketiga, Capital Asset Pricing
Model (CAPM) yaitu menghitung nilai saham berdasarkan
15
hubungan antara resiko dan expected return di kemudian hari.
Keempat, adalah P/E Ratio yaitu menilai saham dengan
membandingkan harga pasar saham (market price) dengan laba
per saham. Kelima, adalah Discounted Dividend Model (DDM)
yaitu penilaian harga saham berdasarkan asumsi dividen di
masa mendatang dan pertumbuhan perusahaan.
Dalam prakteknya, penentuan nilai saham di
perdagangan bursa pada umumnya tidak berdasarkan teknik
perhitungan di atas akan tetapi berdasarkan permainan
orang-orang pintar pasar modal itu sendiri, sehingga
tidak heran apabila terdapat pelanggaran-pelanggaran di
pasar modal. Mereka bisa membuat harga saham naik dan
turun sesuka hati dalam rentang waktu tertentu yang
ujung-ujungnya dalam rangka membuat citra Emiten tersebut
baik atau bagus melalui pergerakan saham secara likuid.
Padahal, transaksi tersebut digerakkan oleh
kalangan mereka sendiri. Tentu saja, perbuatan mereka
bisa masuk kategori tindak pidana manipulasi pasar
sebagaimana diatur di dalam pasal 91-92 UUPM. Selain itu,
untuk mendukung aksi manipulasi pasarnya, biasanya mereka
menyebarkan informasi yang menyesatkan yang bisa masuk
kategori pelanggaran pasal 90 dan pasal 93 UUPM mengenai
penipuan dan informasi yang tidak benar atau menyesatkan.
Informasi ini bisa saja mengatakan bahwa perusahaan
16
sedang bagus-bagusnya atau perusahaan sedang turun-
turunya.
Disamping manipulasi pasar dan penipuan, akibat
masalah volatile-nya harga saham ini, bagi Emiten yang
mungkin memiliki kinerja dan fundamental yang baik,
ketika mereka akan melakukan aksi korporasi misalnya
berhutang atau menggadaikan sahamnya sebagai jaminan,
mereka akan hati-hati karena khawatir aksi korporasinya
akan membuat harga saham mereka turun dan anjlok.
Efek samping kekhawatiran ini adalah terbuka
kemungkinan Emiten yang bersangkutan tidak transparan
kepada publik ketika dia melakukan aksi korporasi. Ketika
dia sudah tidak transparan, maka dia telah bisa dianggap
melakukan pelanggaran atas prinsip keterbukaan di pasar
modal (Pasal 86 jo. Pasal 93 UUPM). Apabila aksi
korporasi tersebut mengandung benturan kepentingan dan
memenuhi prinsip transaksi material, maka dia juga telah
melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan tersebut.
Tentunya patut kita sayangkan apabila terdapat Emiten
yang baik dengan kinerja bagus lalu hendak melakukan aksi
korporasi, namun karena kekhawatiran masalah nilai saham
membuat dia melakukan pelanggaran yang sebenarnya tidak
perlu dilakukan.
17
Terkait dengan masalah naik turunnya harga saham,
sebenarnya BEI telah memiliki aturan mengenai auto
rejection terhadap pergerakan harga saham dengan maksimal
kenaikan dan penurunan per harinya adalah 10 %
berdasarkan Surat Edaran No. SE-004/BEI.PSH/10-2008
tanggal 12 Oktober 2008 tentang Pembatasan Harga
Penawaran Tertinggi atau Terendah atas Saham yang
Dimasukkan ke JATS di Pasar Reguler dan Pasar Tunai.
Aturan ini menggantikan Surat Edaran yang lama No. SE-
009/BEK/12-2001 tanggal 3 Desember 2001 yang membatasi
kenaikan dan penurunan harga saham hingga 20-50 %. Aturan
ini cukup bagus untuk mencegah perbuatan-perbuatan
manipulasi pasar dan penipuan yang bisa menyebabkan harga
saham naik dan turun secara tajam. Melalui restriksi
batasan harga ini bagi para investor dan Emiten,
ketentuan ini akan melindungi nilai investasi dan saham
mereka sendiri. Pengaruh aturan ini juga cukup bagus bagi
kepentingan Emiten yang hendak melakukan aksi korporasi
sehingga nilai saham tidak akan naik atau turun secara
tajam. Efek negatif ketatnya aturan auto rejection
barangkali adalah masalah likuiditas pasar.
Bagai para pemain saham, tentunya ini menjadi
tidak menarik karena tidak ada keuntungan besar bagi
mereka. Namun, perlu kita tegaskan bahwa pasar modal
18
adalah sarana investasi. Bicara investasi, maka kita
bicara jangka waktu yang panjang dan keuntungan untuk
semua orang. Apabila pasar modal menjadi ajang main
saham, sebaiknya para pelaku tadi mainlah ke Las Vegas
atau Makau. Itulah tempat main saham sebenarnya yaitu
meja perjudian. Janganlah hanya demi kepentingan dan
keuntungan sesaat, kemudian mengorbankan keuntungan
sebagian besar investor yang lain dan Emitennya.
Apresiasi patut diberikan kepada Bursa Efek Indonesia
dengan aturan auto rejection-nya. Penerbitan aturan tersebut
diharapkan dapat mengendalikan IHSG dan pasar modal yang
liar akibat krisis finansial global, walaupun padahal
fundamental Emite cukup banyak yang bagus dan kuat.
Penerbitan aturan itu juga dapat menjadi upaya preventif
dan minimalisir terhadap pelanggaran-pelanggaran hukum
pasar modal.
BAB III
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, MBA, CWM. 2010. Portofoliodan Investasi: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: PenerbitKanisius
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perkembangan_pasar_modal/BAB%202.%20MEKANISME%20PERDAGANGAN%20BEI.pdf diakses pada tanggal 29Maret 2015 jam 21:08:35 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_Indonesia diaksespada tanggal 29 Maret 2015 jam 21:10:40 WIB
21