Post on 11-Jan-2023
BAHAN AJARIPA BIOLOGI
INSECTA“ KUNANG-KUNANG “
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas UAS
Mata Kuliah : Keterpaduan Islam dan IPTEK
Dosen : Edy Chandra, S.Si, MA
KOMARUDIN
59461244
TARBIYAH/IPA.BIOLOGI C/VII
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2012
MATERI
A. Serangga (Insekta)
Serangga (disebut pula Insecta) adalah kelompok utama dari
hewan beruas atau (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga
pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari
bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam"). Kajian mengenai
peri kehidupan serangga disebut entomologi Serangga termasuk
dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi
menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat),
Coleoptera (misalnya kumbang, kunang-kunang), Hymenoptera
(misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya
kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo
karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25
ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki
sayap. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi
yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama
kali sukses berkolonisasi di bumi.
B. Sejarah
Keaneka-ragaman serangga telah terdapat pada periode
Carboniferous (sekitar 300 juta tahun yang lalu).
Pada periode Permian (270 juta tahun yang lalu) beberapa
kelompok serangga telah menyerupai bentuk yang dijumpai
sekarang.
Sayap pada serangga mungkin pada awalnya berevolusi sebagai
perluasan kutikula yang membantu tubuh serangga itu
menyerap panas, kemudian baru menjadi organ untuk terbang.
Pandangan lain menyarankan bahwa sayap memungkinkan hewan
itu meluncur dari vegetasi ke tanah, atau bahkan berfungsi
sebagai insang dalam serangga akuatik. Hipotesis lain
menyatakan bahwa sayap serangga berfungsi untuk berenang
sebelum mereka berfungsi untuk terbang.
C. Kemampuan
Salah satu alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman
dan kelimpahan yang tinggi adalah kemampuan reproduksinya
yang tinggi, serangga bereproduksi dalam jumlah yang sangat
besar, dan pada beberapa spesies bahkan mampu menghasilkan
beberapa generasi dalam satu tahun.
Kemampuan serangga lainnya yang dipercaya telah mampu
menjaga eksistensi serangga hingga kini adalah kemampuan
terbangnya.[1] Hewan yang dapat terbang dapat menghindari
banyak predator, menemukan makanan dan pasangan kawin, dan
menyebar ke habitat baru jauh lebih cepat dibandingkan
dengan hewan yang harus merangkak di atas permukaan tanah.
Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu
siklus hidup dengan beberapa tahapan yang berbeda: telur,
larva, pupa, dan imago. Beberapa ordo yang mengalami
metamorfosis sempurna adalah Lepidoptera, Diptera,
Coleoptera, dan Hymenoptera. Metamorfosis tidak sempurna
merupakan siklus hidup dengan tahapan : telur, nimfa, dan
imago. Peristiwa larva meniggalkan telur disebut dengan
eclosion. Setelah eclosion, serangga yang baru ini dapat
serupa atau beberapa sama sekali dengan induknya. Tahapan
belum dewasa ini biasanya mempunyai ciri perilaku makan
yang banyak.
Pertumbuhan tubuh dikendalikan dengan menggunakan acuan
pertambahan berat badan, biasanya dalam bentuk tangga
dimana pada setiap tangga digambarkan oleh lepasnya kulit
lama (exuvium), dimana proses ini disebut molting. Karena
itu pada setiap tahapan, serangga tumbuh sampai dimana
pembungkus luar menjadi terbatas, setelah ditinggalkan lagi
dan seterusnya sampai sempurna.
D. Ragam Spesies Insekta
Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan.
Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies
bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu
dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya
(Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000
spesies bangsa kumbang, kunang-kunang (Coleoptera), dan 110.000
spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera).
1. Ordo Lepidoptera ketika fase larva memiliki tipe mulut
pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut
penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan.
2. Ordo Collembola memiliki ciri khas yaitu memiliki
collophore, bagian yang mirip tabung yang terdapat pada
bagian ventral di sisi pertama segmen abdomen. Ada
beberapa dari jenis ini yang merupakan karnivora dan
penghisap cairan. Umumnya Collembolla merupakan scavenger
yang memakan sayuran dan jamur yang busuk, serta bakteri,
selain itu ada dari jenis ini yang memakan feses
Artropoda, serbuk sari, ganggang, dan material lainnya.
3. Ordo Coleoptera memliki tipe mulut pengunyah dan termasuk
herbivore. Habitatnya adalah di permukaan tanah, dengan
membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit
pohon, dan ada beberapa yang membuat sarang pada dedaunan
.
4. Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa
spesies sebagai predator. Tipe mulut dari ordo ini adalah
tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat dijumpai yaitu sayap
depan lebih keras dari sayap belakang.
5. Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya
bersegmen terdiri atas toraks dan abdomen. Abdomennya
terdapat bagian seperti garpu. Ordo Diplura memiliki mata
majemuk, tidak terdapat ocelli, dan tarsinya terdiri atas
satu segmen. Habitatnya di daerah terrestrial, dapat
ditemukan di bawah batu, di atas tanah, tumpukan kayu, di
perakaran pohon, dan di gua. Ordo ini merupakan pemakan
humus.
6. Ordo Hemiptera memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap.
Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai
penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat
parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini
banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan,
kulit pohon, serta pada jamur yang busuk.
7. Ordo Odonata memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo
ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan
sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis.
Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan
di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah
bebatuan.
8. Sub kelas Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang
seperti cacing dengan beberapa kaki, beberapa memiliki
kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya
menopang dua bagian dari tubuhnya. Hewan jenis ini
memiliki kepala cembung dengan daerah epistoma yang besar
dan datar pada bagian bawahnya. Habitatnya adalah di
lingkungan yang basah, seperti di bawah bebatuan,
menempel pada lumut, di perakaran pohon, dan di dalam
tanah. Tipe mulutnya adalah pengunyah. Beberapa dari
jenis ini merupakan scavenger dan memakan tumbuhan yang
busuk, selain itu ada beberapa yang merupakan hama bagi
tanaman.
E. Metamorfosis pada Serangga
Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis.
Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur
hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi.
Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis.
Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit"
yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini
disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh
tipe metamorfosisnya.
F. Morfologi Serangga
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan
menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya
menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga
bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada
(thorax), dan perut (abdomen).
G. Peran serangga
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia,
diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai
termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan
pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama
tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi,
penghasil madu (dari genus Apis) dll.
Kunang-Kunang Dalam Prespektif Islam
A. Kunang-kunang
Kunang-kunang adalah sejenis serangga yang dapat
mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari.
Cahaya ini dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak
mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah dan memiliki
panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah
pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%.
Kunang-kunang termasuk dalam golongan Lampyridae yang
merupakan familia dalam ordo kumbang Coleoptera. Ada lebih
dari 2000 spesies kunang-kunang, yang dapat ditemukan di
daerah empat musim dan tropis di seluruh dunia. Banyak
sepesies ini yang ditemukan di rawa atau hutan yang basah
dimana tersedia banyak persediaan makanan untuk larvanya.
Kunang-kunang, yang memancarkan sinar untuk saling
mengenali atau untuk memberi tanda kawin, menggunakan panjang
gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada spesiesnya.
Selain itu, pada beberapa spesies, kunang-kunang jantan yang
mula-mula menyorotkan sinar untuk menarik sang betina,
sementara pada spesies lainnya, sang betina yang “memanggil.”
Sebagian kunang-kunang menggunakan cahaya mereka untuk
mempertahankan diri. Mereka mengeluarkan sinar sebagai tanda
pada musuh bahwa mereka bukan makanan yang lezat.
Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka
berperan pula dalam perburuan. Betina jenis ini dapat meniru
kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain,
misalnya Photuris. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-
kunang jantan jenis Photuris pun terjebak dan dimakan oleh
Photuris betina.
Cahaya kunang-kunang berperan pula sebagai tanda
peringatan, untuk memperingatkan antar-sesama jenisnya tentang
ancaman bahaya, maupun peringatan bagi serangga dan burung
pemangsa agar tidak memakannya. Sebab, zat pemicu pembentukan
cahaya kunang-kunang berasa pahit. Kalaupun ada serangga
pemangsa yang nekad, mereka biasanya memakan tubuh kunang-
kunang dari bagian kepala, terus hingga ke bagian belakang,
kecuali bagian perut yang tidak dimakannya.
B. Penciptaan kunang-kunang Terkait dalam Al-Qur’an
Thomas Edison adalah seorang ilmuwan terbesar di dunia.
Sekitar seratus dua puluh tahun telah berlalu sejak ia
menemukan bola lampu. Dalam masa ini, bola lampu telah menjadi
bagian penting kehidupan manusia. Kini, jutaan bola lampu
mungil bersama-sama menerangi kota-kota besar di seluruh
dunia.
Penerangan menjadi suatu simbul penting bagi peradaban
ini. Namun, ada sumber penerangan lain. Kita tentunya pernah
menjumpai cahaya kecil yang menerangi kegelapan malam hari.
Cahayanya begitu kuat dan terang, namun sumber penerangan ini
sangatlah berbeda dengan bola lampu. Bahkan ia sama sekali
bukanlah benda, melainkan makhluk hidup. Ia adalah seekor
kunang-kunang. Makhluk kecil ini menghasilkan cahaya dalam
tubuhnya meski ia tidak memiliki bola lampu. Meskipun tidak
menggunakan listrik, ia memiliki teknologi yang jauh lebih
hebat. Teknologi ini lebih efektif dari bola lampu yang mampu
merubah sepuluh persen saja dari energinya menjadi cahaya,
sedangkan sembilan puluh persen sisanya berubah dan hilang
menjadi panas.
Sebaliknya, kunang-kunang mampu menghasilkan hampir
seratus persen cahaya dari energi yang ada. Ini dikarenakan
disain sempurna pada sistem penghasil cahaya yang dimilikinya.
Tubuhnya berisi zat kimia khusus bernama lusiferin, dan enzim
yang disebut lusiferase. Untuk menghasilkan cahaya, dua zat
kimia ini bercampur, dan percampuran ini menghasilkan energi
dalam bentuk cahaya. Molekul kompleks ini telah didisain
secara khusus untuk memancarkan cahaya. Penempatan setiap atom
yang membentuk molekul tersebut telah ditentukan sesuai dengan
tujuan ini. Tidak ada keraguan bahwa disain biokimia ini
bukanlah sebuah kebetulan. Ia sengaja diciptakan secara
khusus. Sebagaimana Allah telah memberi semua makhluk hidup
ciri mereka masing-masing, Dia juga telah mengajarkan kunang-
kunang cara membuat cahaya.
Tapi, untuk apakah kunang-kunang membuat cahaya melalui
teknologi yang sedemikian maju. Untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan ini, kita harus mengamati lebih dekat sekawanan
kunang-kunang. Sekelompok kunang-kunang dalam jumlah besar,
hingga ratusan ribu, di malam hari memunculkan pemandangan
yang membuat kita seolah sedang berjalan di bawah bintang-
bintang.
Cahaya ini sangatlah penting bagi kunang-kunang sebagai
alat komunikasi. Sepanjang sejarah, manusia telah menggunakan
berbagai sarana untuk berkomunikasi. Salah satunya adalah
sandi morse, yang terdiri atas kombinasi sinyal panjang dan
pendek, dan dipakai pada telegram. Kunang-kunang menggunakan
sinyal cahaya untuk berkomunikasi, cara yang menyerupai sandi
morse.
Kunang-kunang jantan menyalakan dan memadamkan cahayanya
untuk mengirim pesan kepada sang betina. Pesan ini berisi kode
tertentu. Dan kunang-kunang betina menggunakan kode yang sama
untuk mengirim pesan balasan kepada sang jantan. Sebagai hasil
dari pesan timbal-balik ini, sang jantan dan betina mendekat
satu sama lain.
Sejak saat ia dilahirkan, tiap kunang-kunang mengetahui
bagaimana berkirim pesan dengan cara ini, dan bagaimana
memahami pesan yang dikirim oleh yang lain. Singkatnya,
masing-masing dari ribuan kunang-kunang yang kita lihat
bersama di kegelapan malam adalah sebuah keajaiban penciptaan.
Pencipta sistem yang luar biasa ini adalah Allah, Pencipta
semua makhluk hidup.
Sungguh tidak rasional untuk berpikir bahwa makhluk yang
demikian kompleks dengan sistemnya yang rumit muncul secara
kebetulan. Tak ada keraguan bahwa makhluk ini sengaja
diciptakan dengan disain khusus. Oleh karenanya, pertunjukan
cahaya ini, yang datang dari ratusan meter di bawah permukaan
laut, sebenarnya mengungkapkan kepada kita akan kekuasaan
Allah. Dia menciptakannya secara khusus. Segala sesuatu di
darat dan di laut adalah kepunyaan-Nya. Dan Dia memiliki ilmu
dan pengetahuan yang tak terbatas. Dalam sebuah ayat
dinyatakan:
“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang
Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-nama Yang Paling Baik.
Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan dibumi dan
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr,
59:24)
Tafsir Jalalain
(Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan) makhluk-Nyadari tiada (Yang membentuk rupa, hanya kepunyaan-Nyalah asma-asma yang paling baik) yang berjumlah sembilan puluh sembilan,sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis. Lafal al-husnaadalah bentuk muannats dari lafal al-ahsan. (Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang MahaPerkasa lagi Maha Bijaksana) penafsirannya sebagaimana yangtelah lalu.
Kunang-kunang dilengkapi dengan sistem yang menakjubkan.
Serangga ini memiliki organ dalam tubuhnya yang memancarkan
cahaya berpendar. Cahaya ini sangat penting bagi kelestarian
jenisnya, sebab kunang-kunang betina dan jantan mengenali
jenis kelamin masing-masing berdasarkan cahaya mereka.
Organ berpendar pada kunang-kunang terdiri atas tiga
lapisan, persis seperti lampu depan mobil. Sel-sel yang
menghasilkan cahaya berada pada lapisan paling bawah.Sel-sel
ini bertugas menghasilkan zat yang mudah terbakar. Zat ini
bereaksi dengan oksigen di bawah kendali sebuah enzim.
Akibat reaksi kimia ini, cahaya berpendar yang proses
pembuatannya mirip seperti pada pabrik ini, pertama-tama
diteruskan ke lapisan cekung terdekat, dan kemudian ke lapisan
transparan bagian atas di mana cahaya ini dipantulkan.
Kualitas sempurna dan tingkat produktifitas 98% dari
cahaya berpendar ini mengejutkan para ilmuwan yang meneliti
kunang-kunang. Bola lampu yang digunakan manusia untuk
penerangan hanya mampu mengubah 5% dari energi yang
diterimanya menjadi cahaya, sedangkan 95% sisanya terbuang
dalam bentuk panas. Karena 95% panas yang dihasilkan inilah
kita tidak tahan menyentuh bola lampu yang sedang menyala.
Meskipun kunang-kunang menghasilkan cahaya hampir 20 kali
lebih besar dari bola lampu, suhu kunang-kunang tidak naik
karena sifat dingin cahaya mereka. Manusia hanya mampu membuat
cahaya dingin di laboratorium setelah melakukan serangkaian
reaksi kimia.
Jelas tidak masuk akal untuk mengatakan bahwa sistem
pencahayaan rumit ini telah dirancang dan kemudian ditempatkan
dalam tubuh serangga mungil ini dengan sendirinya.
Kesempurnaan dalam tubuh kunang-kunang memperlihatkannya
sebagai hasil dari hikmah yang agung and ilmu yang tak
terbatas. Allah menciptakan semua jenis makhluk hidup dengan
cirinya masing-masing dan; melalui semua ini, memperlihatkan
kepada kita Kekuasaan-Nya Yang Kekal. Dalam sebuah ayat
Alqur’an, manusia diperintah agar memikirkan kenyataan ini:.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha
Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (QS. Asy-
Syuuraa, 42:29)
Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa sebagian daritanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Nya ialah diciptakanNya langit dan bumi serta apa yang tersebar pada keduanya
seperti binatang yang melata dan bergerak termasukmanusia dan semua hewan dengan berbagai bentuk corakwarnanya, termasuk pula manusia dan jin. Dia kuasamengumpulkan di hari kemudian, baik yang datang lebihdulu maupun yang datang kemudian, begitu juga makhlukyang lain; di padang Mahsyar kemudian Dia akan memberikanbalasan kepada mereka dengan seadil-adilnya. Dia Maha Halus dan Maha Mengetahui. Firman Allah SWT:
ر ) ي� ب� خ� ف� ال� ي� ط و ال�ل لق� وه� ن� خ�� علم م� لا ي�� (14ا' Artinya: Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yangkamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagiMaha Mengetahui? (Q.S. Al Mulk: 14)
Alasan utama kenapa kunang-kunang dapat mengeluarkan cahaya
adalah karena kunang-kunang menggunakan cahaya yang
dikeluarkan dari tubuhnya untuk dapat menarik perhatian lawan
jenisnya ketika tiba saatnya musim kawin. Kunang-kunang,
seperti kebanyakan hewan yang berkembang biak secara seksual,
harus mencari cara untuk menarik pasangannya. Dalam kasus
kunang-kunang, cara yang dipakai adalah dengan kilatan cahaya.
Gambar 1. Kunang-kunang
Baik kunang-kunang jantan maupun betina sama-sama dapat
mengeluarkan cahaya. Ketika tiba musim kawin, jantan akan
mulai berpatroli pada area tertentu untuk menarik perhatian
betina yang ada disitu. Jantan akan memulai pertunjukan tarian
cahayanya dengan harapan terlihat oleh betina dan betina akan
tertarik padanya. Para betina biasanya akan menunggu, dan
sekali kunang-kunang jantan dapat menarik perhatian betina,
sang betina akan membalas sang jantan dengan memberi sinyal
cahaya juga yang menandakan bahwa ia telah siap untuk kawin.
Cahaya yang dikeluarkan oleh kunang-kunang sendiri
berasal dari perut bagian bawah mereka. Cahaya dihasilkan oleh
lapisan kecil sel yang disebut photocytes yang terdiri dari
beberapa lapis sel reflektif yang dapat mengeluarkan cahaya
berwarna kuning kehijauan. Secara khusus, di dalam sel
reflektif penghasil cahaya ini terdapat sebuah organel yang
disebut peroxizome. Bahan kimia yang terletak di dalam organel
inilah yang dapat menghasilkan cahaya. Magnesium dan ATP dalam
peroxizome akan bereaksi dengan enzim yang dikenal sebagai
luciferase dan protein luciferin. Kombinasi ini akan
menciptakan molekul yang sangat tidak stabil dan melepaskan
energinya dalam bentuk foton cahaya. Dan selanjutnya ketika
oksigen masuk ke dalam campuran ini, molekul akan kembali
menjadi stabil sehingga cahaya pun menjadi padam.
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan
cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus,
yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca
(dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti
mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah
timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang
minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak
disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan
Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan
Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
Tafsir Al Qur’an Surah An-Nur Ayat 35
Oleh: Dr. Abdul Halim al-Kahil
Allah berfirman, ‘Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan
bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang
yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu
di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang
bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari
pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh
tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah
barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-
lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia
kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi
manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.’ (an-Nur:
35)
Di dalam ayat ini Allah bericara tentang cahaya-Nya, dan
mengumpakan cahaya itu dengan cahaya yang memancar dari sebuah
lentera yang berbahan bakar minyak, dimana minyak ini hampir-
hampir menebarkan sinar tanpa tersentuh api. Bagaimana mungkin
itu terjadi?
Ada penemuan ilmiah penting yang terjadi sejak sepuluh
tahun, ketika para ilmuwan mencermati keberadaan gelombang
listrik yang dikeluarkan tubuh manusia. Kemudian mereka
melanjutkan penelitian dan menemukan bahwa segala sesuatu di
sekitar kita juga mengeluarkan gelombang listrik. Jadi, segala
sesuatu di alam semesta ini bergetar secara mencengangkan,
seolah-olah mereka bertasbih kepada Penciptanya tetapi kita
tidak memahami tasbih tersebut!
Yang dimaksud dengan gelombang di sini adalah gelombang
terbatas yang terjadi dalam setiap benda, karena kita semua
tahu bahwa segala sesuatu di sekitar kita terbuat dari atom-
atom, dan atom-atom tersebut selalu dalam keadaan bergetar.
Karena itu, gelombang atom-atom tersebut menyebabkan munculnya
medan elektro-magnetik, dan itulah yang diungkapkan para
ilmuan akhir-akhir ini.
Dr. Royal R. Rife menemukan bahwa makanan itu memiliki
gelombang elegtro-magnetik yang bisa diukur. Ia juga menemukan
bahwa minyak memiliki lebih banyak gelombang; gelombang yang
dimunculkan manusia di atas 60 osilasi; dan bahwa ada beberapa
makanan seperti makanan kaleng tidak memiliki gelombang.
Sedangkan daun kering memiliki gelombang sekitar 20 osilasi
per detik. Tetapi, yang mengejutkan baginya adalah ia
menemukan gelombang yang paling tinggi ada pada minyak yang
mencapai 320 osilasi per detik. Gelombang ini hampir menyamai
gelombang pada cahaya yang kita lihat. Tetapi kita tidak bisa
melihat gelombang pada minyak tersebut karena Allah menabirnya
dari kita. Jadi, kita bisa merasakan medan tertentu dari
gelombang cahaya dan suara, tetapi kita tidak bisa melihat
gelombang yang tinggi dan yang rendah, dan kita hanya bisa
mengukurnya dengan alat pengukur.
C. Metamorfosis Kunang-kunang
Betina akan meletakan telur sekitar seratus butir atau
lebih di tanah, didasar pohon. Telur akan menetas dalam 2-4
minggu. Kebanyakkan larva kunang-kunang ditemukan di kayu-kayu yang
telah membusuk atau serasah hutan atau di daerahlembab ditepi
sungai dan kolam pada malam hari. Beberapa spesies asia hidup
dalamair (sehubungan ditemukanya insang trakeal ) yang hidup
di bawah air.Larva instar tiga sampai instar enam Luciola
substiata berenang dan hidup di dalam air. Kecepatan berenang
larva tersebut lebih kurang 0,9 m/jam .Larva bersifat
karnifora, memakan serangga lain, siput dan slug´. spesies
tropical genus Pyractomena bersifa arboreal,memakan siput
arboreal dan pupanya mengantung di bawah daun seperti hal
kupu-kupu chrysalis Larva akan hidup setara satu atau dua
tahun. Pada kunang-kunang dewasa, selain untuk memberi
peringatan tanda bahaya,cahaya pada tubuhnya berfungsi untuk
menarik perhatian pasangannya. Tidak hanya kunang-kunang
dewasa, bayi kunang-kunang yang masih berupa larva juga
mengeluarkan cahaya. Cahaya pada larva berguna untuk
memperingatkan hewanlain yang akan memangsa mereka agar tidak
mendekat.Setelah terjadi perkimpoian, kunang-kunang betina
akan meletakkan telur-telurnya dibawah permukaan tanah. Telur-
telur tersebut akan menetas menjadi larvasetelah 3-4 minggu
dan akan terus diberi makan hingga musim panas
berakhir.Setelah kira-kira 1-2 minggu dari berakhirnya musim
panas, larva tersebut akan berubah menjadi pupa, kemudian berubah
menjadi kunang-kunang dewasa.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Ada 2 faktor yang menjadi penyebab populasi kunang-kunang
menurun. Kedua faktor itu adalah pembangunan dan polusi
cahaya. Pembukaan lahan hutan untuk permukiman ini membuat
habitat kunang-kunang hilang sedikit demi sedikit. Kegiatan
manusia yang menggunakan pestisida dan menimbulkan polusi, juga
mengganggu aktivitas dari kunang-kunang itu sendiri.
penerangan yang kita gunakan di malam hari, ternyata
menjadi sebuah polusi cahaya bagi mereka. Menurut para
ilmuwan, cahaya-cahaya yang muncul dari aktivitas manusia
menyulitkan mereka untuk memberi sinyal cahaya
pada pasangannya. Hal-hal inilah yang membuat kunang-kunang jarang
terlihat di kota-kota besar. Kunang-kunang bukanlah hewan
biasa. Keberadaan kunang-kunangdapat dijadikan sebagai
indikator (petunjuk) sehat atau tidaknya sebuah lingkungan.
Kunang-kunang dapat hidup jika lingkungan tersebut memiliki
udara yang segar,tanah subur, dan air yang jernih.
E. Pengaruh Cahaya
1. Analisis Cahaya Kunang-kunang
Pada bagian perut kunang-kunang terdapat lentera yang
menjadi sumber cahaya. Lentera serangga ini terdiri dari
beberapa lapisan sel pemantul cahaya dan satu lapisan yang
terdiri dari ribuan sel photocyte. Sel photocyte ini terletak
pada cincin di sekeliling sel trakea. Sel ini banyak
mengandung senyawa protein luciferin. Luciferin kemudian
bereaksi dengan ATP (adenosin triphosphat).Perlu diketahui,
ATP boleh disebut sebagai sumber bahan bakar bagienergi cahaya
bioluminescent. Luciferin menjadi aktif oleh adanya enzim
luciferase.Luciferin yang telah aktif ini kemudian bereaksi
dengan oksigen. Hasil reaksi iniadalah energi dalam bentuk
cahaya kunang-kunang. Keseluruhan reaksi berlangsung di dalam
sel photocyte sehingga lantern dapat terlihat bercahaya
(skema).Perut kunang-kunang terlihat mengeluarkan flash secara
periodik dan teratur. Hal ini diatur oleh kerja saraf. Namun
ternyata saraf pada kunang-kunang ini tidak terhubunglangsung
dengan bagian sel photocyte.Ujung dari saraf ditemukan berada
pada sel trakea yang berada di samping sel photocyte. Ada jarak
17 meter di antara keduanya. Jarak yang cukup jauh bagi ukuran
molekul. Lalu bagaimana saraf bisa mengirim sinyal sampai ke
sel photocyte? Peneliti kehilangan jejak penghubung antara
saraf dan photocyte ini.
2. Mekanisme sinar kedap-kedip pada kunang-kunang
Prof Barry Trimmer dari Tufts University, Massachusetts,
dalam publikasinya pada majalah Science vol 292 tahun 2001
berhasil menguak proses kimia pada mekanisme kedap-kedip
cahaya kunang-kunang. Kuncinya adalah padamolekul sederhana
gas nitrogen monooksida (NO) yang berfungsi sebagai penghantar
sinyal flash.Untuk menguak misteri ini, Prof Trimmer
meletakkan kunang-kunangdalam ruangan tertutup yang mengandung
gas oksigen. Gas NO juga dialirkan kedalam ruangan. Pada
kondisi demikian, ternyata kunang-kunang dapat bercahayadengan
terang.Cahayanya terlihat dapat bertahan lebih lama.
Sebaliknya, jika aliran gas NO dihentikan, cahaya kunang-
kunang berangsur berkurang. Dari situlah merekamemperkirakan
bahwa gas NO memiliki andil dalam proses bercahaya kunang-
kunang tersebut. Namun, dari itu saja belum dapat disimpulkan
apakah gas NO berefek secara langsung pada sel photocyte atau
pada sel saraf. Untuk membuktikan itu,mereka menggunakan
lantera kunang-kunang yang telah dilepaskan sel
sarafnya.Sebagai gantinya, dimasukkan octopamine yang
merupakan ujung sel saraf.Pada kondisi seperti ini terlihat
adanya sinar kedap-kedip pada lentera serangga ini. Hal ini
berarti ada senyawa penghantar (sensor) biokimia di antara
keduanya. Pada percobaan lainnya, ditambahkan senyawa yang
dapat menangkap gas NO secara efektif. Pada saat gas NO tidak
ada dalam ruangan tersebut, ternyata tidak ada cahaya yang
timbul. Ini meyakinkan mereka akan pengaruh gas NO. Gas ini
ternyata memang berefek langsung memberi sinyal pada sel
photocyte. Mereka juga menemukan bahwa di antara ujung sel
saraf dan photocyte banyak terdapat enzim penghasil gas NO
(nitric oxide synthetase atau NOS). Enzimini diaktifkan oleh
octopamine untuk menghasilkan gas NO. Kemudian molekul
kecilini dengan mudah melewati dinding membran sel untuk berdifusi ke
dalam sel photocyte.
3. Fungsi Cahaya
Cahaya ini sangatlah penting bagi kunang-kunang sebagai
alat komunikasi. Sepanjang sejarah, manusia telah menggunakan
berbagai sarana untuk berkomunikasi. Salah satunya adalah
sandi morse, yang terdiri atas kombinasi sinyal panjang dan
pendek, dan dipakai pada telegram. Kunang-kunang
menggunakansinyal cahaya untuk berkomunikasi, cara yang menyerupai
sandi morse.Kunang-kunang jantan menyalakan dan memadamkan
cahayanya untuk mengirim pesan kepada sang betina. Pesan ini berisi
kode tertentu. Dan kunang-kunang betina menggunakan kode yang
sama untuk mengirim pesan balasan kepadasang jantan. Sebagai
hasil dari pesan timbal-balik ini, sang jantan dan
betinamendekat satu sama lain. Sejak saat ia dilahirkan, tiap
kunang-kunang mengetahui bagaimana berkirim pesan dengan cara
ini, dan bagaimana memahami pesan yangdikirim oleh yang lain.
Singkatnya, masing-masing dari ribuan kunang-kunang yangkita
lihat bersama di kegelapan malam adalah sebuah keajaiban
penciptaan.Bisa juga signal cahaya ini dalam ritme yang
berbeda digunakan untuk berburu. Dan belakangan juga
diketahui bahwa di antara masing-masing spesieskunang-kunang
yang berbeda punya kode kedipan cahaya yang berbeda. Kode yanghanya
bisa dipahami sesama spesiesnya.
F. Tingkat Populasi Kunang-kunang
Untuk meningkatkan populasi kunang-kunang, beberapa
negara telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikannya.
Sebagai contoh di Jepang. Anak-anak di Jepang ikut menjaga dan
melestarikan kunang-kunang. Hingga kini belumada yang memastikan
penyebab anjolknya populasi kunang-kunang, tetapi para ahli
menduga hilangnya habitat dan polusi cahaya adalah biangnya.
Tepi-tepi sungaisudah ditumbuhi bangunan. Kilau lampu-lampu
buatan dari bangunan di daratan menyulitkan kunang-kunang
dewasa untuk saling bertemu dan kawin di kegelapanmalam
G. Habitat dan Makanan Kunang-kunang
Kebanyakkan spesies kunang-kunang ditemukan di daerah
dengan kelembaban tinggi dan hangat seperti kolam, sungai,
payau, lembah, parit dan padang rumput. Yang mungkin
disebabkan kelembaban di daerah tersebut lebih lama dibanding
daerah sekitarnya. Meskipun demikian beberapa spesies
ditemukan didaerah yang sangat kersang dan kering. Di daerah
kersang ini dewasa dan larva dapatdengan mudah/cepat ditemukan
setelah hujan.Kunang-kunang dewasa memiliki waktu hidup yang
pendek.
Makanan
Informasi tentang jenis makanan kunang-kunang ini belum
jelas. Sebagian informasi mengatakan bahwa kunang-kunang
memakan serbuk sari dan nektar danhanya makan sedikit atau
tidak makan. Di daerah empat musim, selama musim panaskunang-
kunang akan beristirahat diatas pohon atau ranting di tempat
yang sejuk danlembab sepanjang hari dan akan aktif pada senja
hingga tengah malam .
H. Pengaruh Kunang-kunang dalam kehidupan manusia
Pengaruh pencemaran lingkunagn persawahan terhadap
kehidupan larvakunang-kunang diantaranya adalah sebagai
berikut (Herawati, 1981) :
a. Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh tidak langsung pada umumnya bersifat merusak
lingkungan hidupdari kunang-kunang , misal perubahan pH air,
rendahnya kandungan Oksigen, perubahan temperatur dan
kekeruhan. pH air sangat berpengaruh terhadap kehidupan
larva kunang-kunang sedangketahanannya tergantung pada umur
larva tersebut. Variasi pH air yang baik untuk kehidupan
larva kuang-kunang berkisar antara 6,5 ± 9,0. Sampah-sampah
pencemar lingkungan mengandung pH basa dan asam, hal ini
menyebabkan selalu terjadi perubahan pH. pH air yang kurang
dari 5 dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan lendir pada
insang larva kunang-kunang sehingga menyebabkan ikanmati lemas.
pH air yang lebih dari 9 akan menyebabkan larva tidak nafsu
makan.Kandungan oksigen normal yaitu 4mg/liter. Proses
penguraian bahan organik, pernafasan, dan pembusukan dalam
air dapat mengakibatkan habisnya persediaanoksigen terlarut.
Kenaikan temperature menyebabkan aktifitas metabolism
organisme air meningkat dan ini mengakibatkan berkurangnya
gas-gas yang terlarutdi dalam air. Kenaikan temperature juga
akan menambah daya racun. Pencemaran yang disebabkan oleh
pasir dan Lumpur akan menyelimuti insang, sehingga
sulit bernafas. Lumpur juga akan menyerap makanan yang
berguna.
b. Pengaruh Langsung
Beberapa bahan pencemar yang terdiri dari bahan-bahan kimia
yang berdaya racun tinggi dapat langasung mematikan larva
kunang-kunang. Reaksi fisiologi larva terhadap pengaruh
pestisida konsentrasi tinggi mukai terlihat setelah 30
sampai 60menit sejak masuknya pestisida ke perairan. Pada
konsentrasi rendah, reaksi inimulai terlihat dalam jangka
waktu yang lebih lama. Insektisida organofosfat seperti
diazinon, penthion, fonofos, dan tenofos mempunyai pengaruh
yang menyebabkan tidak aktifnya enzim acetylholinesterase
didalam syaraf larva dan lama kelamaan larva tersebut akan
mati. Kecepatan terjadinya pengaruh organ ofosfat tergantung
pada lamanya pencemaran, sifat dasar insektisidayang
bersangkutan dan konsentrasinya. Daya racun herbisida pada
umumnya lebihrendah dari daya racun insektisida
I. Klasifikasi Kunang-kunang
Kerajaan : AnimaliaFilum : ArthopodaKelas : InsectaOrdo : ColeopteraFamily : LampyridaeSpesies : Photuris lucicrescens
J. Jenis Makanan
Makanan kunang-kunang adalah cairan tumbuhan, siput-
siputan kecil, cacing, maupun serangga lain.
K. Cara Pemeliharaan Kunang-kunang
Bila ingin memelihara kunang-kunang, sebaiknya menyiapkan
tempat yang di desain hampir sama dengan habitat aslinya.
Tidak harus seluas dengan yang aslinya. Yang penting kunang-
kunang nyaman dan betah tinggal disana. Makanannya pun bisa di
ambil dari alam sekitar kita.
L. Reproduksi Kunang-kunang
Diketahui ada dua tipe ritual perkawinan kunang-kunang.
Tipe pertama, kunang-kunang betina akan melepaskan cahaya
yang menarik perhatian kunang-kunang jantan. Pada tipe ini,
kunang-kunang betina merupakan pihak yang aktif mencari
pasangan sedangkan yang jantan pasif.
Pada tipe kedua, ritual perkawinan diawali dengan
kedipan-kedipan cahaya kunang-kunang jantan yang mengabarkan
bahwa ia adalah perjaka atau duda kesepian yang tengah mencari
kekasihnya yang kini entah dimana. Terbang kian kemari sambil
berharap ada kunang-kunang betina yang sedang mejeng mencari
jodoh.
Kedipan cahaya suatu jenis kunang-kunang memiliki warna,
intensitas dan kekuatan yang khas sehingga hanya kunang-kunang
jenis yang sama yang mampu mengartikulasikan makna kedipan
cahaya tersebut. Kekhasan cahaya pada saat mencari pasangan
ini pulalah yang digunakan oleh para ahli untuk membedakan
berbagai jenis kunang-kunang.
Kunang-kunang betina jarang terbang mencari pasangan
hidup, ia hanya menunggu di atas tanah atau rerumputan sambil
berharap ada isyarat dari kunang-kunang jantan yang bakal
menjadi tambatan hatinya. Ketika melihat cahaya kunang-kunang
jantan, sang betina akan memberikan respon dengan pancaran
cahaya yang mengisyaratkan bahwa ia telah mengenali signal
sang jantan.
Selanjutnya pejantan terbang menuju betina dambaan
hidupnya. Setelah dekat, kunang-kunang jantan mengeluarkan
cahaya terang berkali-kali, mungkin untuk meyakinkan bahwa
cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Demikian juga si
betina akan mengeluarkan sinar terang yang menandakan siap
bercumbu, pejantan akan mendekati betina dan kemudian mereka
kawin.
Proses perkawinan terjadi dengan saling menyentuhkan
kedua alat kelaminnya yang berada di ujung perut dan
dilanjutkan dengan transfer paket sperma dari pejantan ke
tubuh betina. Paket sperma akan disimpan di dalam abdomen
betina sampai ia siap bertelur. Proses perkawinan dapat
berlanjut sepanjang malam, dan pada saat itu kunang-kunang
tidak mengeluarkan cahaya.
Setelah proses perkawinan, betina langsung memakan sang
kekasihnya yang telah membuahi sel telurnya. Serangga jenis
tertentu juga ada yang mempunyai kebiasaan seperti ini seperti
Black widow, dll. Dengan memakan lawan jenisnya, maka sang
betina mendapatkan tambahan protein untuk membesarkan sel
telur yang ada dalam tubuhnya.
Kunang-kunang bertelur pada saat hari gelap, telur-
telurnya yang berjumlah antara 100 dan 500 butir diletakkan di
tanah, ranting, rumput, di tempat berlumut atau di bawah
dedaunan. Pekuburan yang tanahnya relatif gembur dan tidak
banyak terganggu merupakan lokasi ideal perteluran kunang-
kunang.
Setelah sekitar 30 hari, muncul larva kunang-kunang
menyerupai cacing memancarkan cahaya, bentuknya pipih dengan
kepala kecil dan rahang kuat. Fungsi cahaya pada larva hanya
untuk memperingatkan pemangsa agar tidak mencoba
mengganggunya. Aktivitas utama larva adalah makan makanan yang
berupa cacing tanah, siput kecil atau serangga kecil lain.Masa
larva merupakan masa paling lama yaitu sekitar1-2 tahun
sebelum menjadi kepom-pong. Hanya sebagian kecil dari telur
kunang-kunang menetas menjadi larva dan hanya sedikit larva
yang sukses menjadi kepompong. Beberapa pemangsa memangsa
telur maupun kunang-kunang yunior.
Sebelum menjadi kepompong larva akan membuat liang di
dalam tanah. Selanjutnya ia akan masuk dan melingkarkan
tubuhnya di dakam liang. Mulutnya akan mengeluarkan lendir
lengket yang ditempelkan di dinding liang. Setelah sebulan
larva beristirahat dalam bilik, ia menanggalkan kulit untuk
terakhir kali dan memasuki masa kepompong. Kepompong pada
mulanya berwarna kuning pucat dan perlahan-lahan menjadi
gelap, masa kepompong berlangsung sekitar 10 hari.
Kunang-kunang dewasa keluar dari kepompong dengan tubuh
pucat yang akhirnya berkembang menjadi lebih gelap. Kedua
pasang sayap direntangkan agar mengembang dan kering. Kunang-
kunang dewasa ini tinggal di dalam bilik selama beberapa hari
sampai kedua sayap depannya benar-benar keras dan membentuk
elitera, perisai yang melindungi kedua sayap belakangnya yang
lunak.
Kunang-kunang dewasa hidup selama 2 - 3 minggu, untuk
melakukan perkawinan. Selama itu aktivitas makan kunang-kunang
sangat beragam, beberapa jenis hanya mengisap cairan tumbuhan
sementara jenis lainnya meneruskan kebiasaan makan seperti
ketika masih larva, sebagai pemakan serangga lain atau siput-
siputan kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Borror et al. 2005. Study of Insect.Ed-7. Amerika: Thomson
Brook/ Cole.
Campbell, N.A,J.B. Reece, dan L.G. Mitchell, 2003. Biologi
Edisi Kelima Jilid 2. ISBN : 979-688-469-0. Jakarta:
Erlangga.
D.A Pratiwi. 2006. Biologi SMA untuk kelas X. Jakarta : Erlangga
Gandjar. 1997. Prosiding Seminar Nasional Biologi XV, Universitas
Lampung, ISBN 979-8287-17-7.Lampung: Perhimpunan
Biologi Indonesia.
Hendro Darmodjo, Kaligis, J R E. (1991/1992). Pendidikan IPA II,
Hal 7-11 Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan
Suranto A. 2004. Khasiat & Manfaat Madu Herbal. ISBN 9793702028.
Jakarta: AgroMedia.
: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2165201-
klasifikasi insekta/#ixzz2E3T76Ns3