Kunang-Kunang

32
BAHAN AJAR IPA BIOLOGI INSECTA “ KUNANG-KUNANG “ Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas UAS Mata Kuliah : Keterpaduan Islam dan IPTEK Dosen : Edy Chandra, S.Si, MA KOMARUDIN 59461244 TARBIYAH/IPA.BIOLOGI C/VII

Transcript of Kunang-Kunang

BAHAN AJARIPA BIOLOGI

INSECTA“ KUNANG-KUNANG “

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas UAS

Mata Kuliah : Keterpaduan Islam dan IPTEK

Dosen : Edy Chandra, S.Si, MA

KOMARUDIN

59461244

TARBIYAH/IPA.BIOLOGI C/VII

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI

CIREBON

2012

MATERI

A. Serangga (Insekta)

Serangga (disebut pula Insecta) adalah kelompok utama dari

hewan beruas atau (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga

pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari

bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam"). Kajian mengenai

peri kehidupan serangga disebut entomologi Serangga termasuk

dalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi

menjadi 29 ordo, antara lain Diptera (misalnya lalat),

Coleoptera (misalnya kumbang, kunang-kunang), Hymenoptera

(misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya

kupu-kupu dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo

karena semua serangga dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25

ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki

sayap. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi

yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama

kali sukses berkolonisasi di bumi.

B. Sejarah

Keaneka-ragaman serangga telah terdapat pada periode

Carboniferous (sekitar 300 juta tahun yang lalu).

Pada periode Permian (270 juta tahun yang lalu) beberapa

kelompok serangga telah menyerupai bentuk yang dijumpai

sekarang.

Sayap pada serangga mungkin pada awalnya berevolusi sebagai

perluasan kutikula yang membantu tubuh serangga itu

menyerap panas, kemudian baru menjadi organ untuk terbang.

Pandangan lain menyarankan bahwa sayap memungkinkan hewan

itu meluncur dari vegetasi ke tanah, atau bahkan berfungsi

sebagai insang dalam serangga akuatik. Hipotesis lain

menyatakan bahwa sayap serangga berfungsi untuk berenang

sebelum mereka berfungsi untuk terbang.

C. Kemampuan

Salah satu alasan mengapa serangga memiliki keanekaragaman

dan kelimpahan yang tinggi adalah kemampuan reproduksinya

yang tinggi, serangga bereproduksi dalam jumlah yang sangat

besar, dan pada beberapa spesies bahkan mampu menghasilkan

beberapa generasi dalam satu tahun.

Kemampuan serangga lainnya yang dipercaya telah mampu

menjaga eksistensi serangga hingga kini adalah kemampuan

terbangnya.[1] Hewan yang dapat terbang dapat menghindari

banyak predator, menemukan makanan dan pasangan kawin, dan

menyebar ke habitat baru jauh lebih cepat dibandingkan

dengan hewan yang harus merangkak di atas permukaan tanah.

Umumnya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu

siklus hidup dengan beberapa tahapan yang berbeda: telur,

larva, pupa, dan imago. Beberapa ordo yang mengalami

metamorfosis sempurna adalah Lepidoptera, Diptera,

Coleoptera, dan Hymenoptera. Metamorfosis tidak sempurna

merupakan siklus hidup dengan tahapan : telur, nimfa, dan

imago. Peristiwa larva meniggalkan telur disebut dengan

eclosion. Setelah eclosion, serangga yang baru ini dapat

serupa atau beberapa sama sekali dengan induknya. Tahapan

belum dewasa ini biasanya mempunyai ciri perilaku makan

yang banyak.

Pertumbuhan tubuh dikendalikan dengan menggunakan acuan

pertambahan berat badan, biasanya dalam bentuk tangga

dimana pada setiap tangga digambarkan oleh lepasnya kulit

lama (exuvium), dimana proses ini disebut molting. Karena

itu pada setiap tahapan, serangga tumbuh sampai dimana

pembungkus luar menjadi terbatas, setelah ditinggalkan lagi

dan seterusnya sampai sempurna.

D. Ragam Spesies Insekta

Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan.

Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies

bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu

dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya

(Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000

spesies bangsa kumbang, kunang-kunang (Coleoptera), dan 110.000

spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera).

1. Ordo Lepidoptera ketika fase larva memiliki tipe mulut

pengunyah, sedangkan ketika imago memiliki tipe mulut

penghisap. Adapun habitat dapat dijumpai di pepohonan.

2. Ordo Collembola memiliki ciri khas yaitu memiliki

collophore, bagian yang mirip tabung yang terdapat pada

bagian ventral di sisi pertama segmen abdomen. Ada

beberapa dari jenis ini yang merupakan karnivora dan

penghisap cairan. Umumnya Collembolla merupakan scavenger

yang memakan sayuran dan jamur yang busuk, serta bakteri,

selain itu ada dari jenis ini yang memakan feses

Artropoda, serbuk sari, ganggang, dan material lainnya.

3. Ordo Coleoptera memliki tipe mulut pengunyah dan termasuk

herbivore. Habitatnya adalah di permukaan tanah, dengan

membuat lubang, selain itu juga membuat lubang pada kulit

pohon, dan ada beberapa yang membuat sarang pada dedaunan

.

4. Ordo Othoptera termasuk herbivora, namun ada beberapa

spesies sebagai predator. Tipe mulut dari ordo ini adalah

tipe pengunyah. Ciri khas yang dapat dijumpai yaitu sayap

depan lebih keras dari sayap belakang.

5. Ordo Dermaptera mempunyai sepasang antenna, tubuhnya

bersegmen terdiri atas toraks dan abdomen. Abdomennya

terdapat bagian seperti garpu. Ordo Diplura memiliki mata

majemuk, tidak terdapat ocelli, dan tarsinya terdiri atas

satu segmen. Habitatnya di daerah terrestrial, dapat

ditemukan di bawah batu, di atas tanah, tumpukan kayu, di

perakaran pohon, dan di gua. Ordo ini merupakan pemakan

humus.

6. Ordo Hemiptera memiliki tipe mulut penusuk dan penghisap.

Ada beberapa yang menghisap darah dan sebagian sebagai

penghisap cairan pada tumbuhan. Sebagian besar bersifat

parasit bagi hewan, tumbuhan, maupun manusia. Ordo ini

banyak ditemukan di bagian bunga dan daun dari tumbuhan,

kulit pohon, serta pada jamur yang busuk.

7. Ordo Odonata memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo

ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan

sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis.

Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan

di sekitar air terjun, di sekitar danau, dan pada daerah

bebatuan.

8. Sub kelas Diplopoda memiliki ciri tubuh yang panjang

seperti cacing dengan beberapa kaki, beberapa memiliki

kaki berjumlah tiga puluh atau lebih, dan segmen tubuhnya

menopang dua bagian dari tubuhnya. Hewan jenis ini

memiliki kepala cembung dengan daerah epistoma yang besar

dan datar pada bagian bawahnya. Habitatnya adalah di

lingkungan yang basah, seperti di bawah bebatuan,

menempel pada lumut, di perakaran pohon, dan di dalam

tanah. Tipe mulutnya adalah pengunyah. Beberapa dari

jenis ini merupakan scavenger dan memakan tumbuhan yang

busuk, selain itu ada beberapa yang merupakan hama bagi

tanaman.

E. Metamorfosis pada Serangga

Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis.

Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur

hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi.

Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis.

Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit"

yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini

disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh

tipe metamorfosisnya.

F. Morfologi Serangga

Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan

menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya

menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga

bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada

(thorax), dan perut (abdomen).

G. Peran serangga

Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia,

diantaranya yaitu sebagai organisme pembusuk dan pengurai

termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata, bermanfaan

pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama

tanaman, pakan hewan (burung) yang bernilai ekonomi tinggi,

penghasil madu (dari genus Apis) dll.

Kunang-Kunang Dalam Prespektif Islam

A. Kunang-kunang

Kunang-kunang adalah sejenis serangga yang dapat

mengeluarkan cahaya yang jelas terlihat saat malam hari.

Cahaya ini dihasilkan oleh "sinar dingin" yang tidak

mengandung ultraviolet maupun sinar inframerah dan memiliki

panjang gelombang 510 sampai 670 nanometer, dengan warna merah

pucat, kuning, atau hijau, dengan efisiensi sinar sampai 96%.

Kunang-kunang termasuk dalam golongan Lampyridae yang

merupakan familia dalam ordo kumbang Coleoptera. Ada lebih

dari 2000 spesies kunang-kunang, yang dapat ditemukan di

daerah empat musim dan tropis di seluruh dunia. Banyak

sepesies ini yang ditemukan di rawa atau hutan yang basah

dimana tersedia banyak persediaan makanan untuk larvanya.

Kunang-kunang, yang memancarkan sinar untuk saling

mengenali atau untuk memberi tanda kawin, menggunakan panjang

gelombang sinar yang berbeda, tergantung pada spesiesnya.

Selain itu, pada beberapa spesies, kunang-kunang jantan yang

mula-mula menyorotkan sinar untuk menarik sang betina,

sementara pada spesies lainnya, sang betina yang “memanggil.”

Sebagian kunang-kunang menggunakan cahaya mereka untuk

mempertahankan diri. Mereka mengeluarkan sinar sebagai tanda

pada musuh bahwa mereka bukan makanan yang lezat.

Bagi kunang-kunang kelompok Photuris, cahaya mereka

berperan pula dalam perburuan. Betina jenis ini dapat meniru

kerlipan sinyal cahaya yang dipancarkan betina jenis lain,

misalnya Photuris. Dengan sinyal cahaya palsu ini, kunang-

kunang jantan jenis Photuris pun terjebak dan dimakan oleh

Photuris betina.

Cahaya kunang-kunang berperan pula sebagai tanda

peringatan, untuk memperingatkan antar-sesama jenisnya tentang

ancaman bahaya, maupun peringatan bagi serangga dan burung

pemangsa agar tidak memakannya. Sebab, zat pemicu pembentukan

cahaya kunang-kunang berasa pahit. Kalaupun ada serangga

pemangsa yang nekad, mereka biasanya memakan tubuh kunang-

kunang dari bagian kepala, terus hingga ke bagian belakang,

kecuali bagian perut yang tidak dimakannya.

B. Penciptaan kunang-kunang Terkait dalam Al-Qur’an

Thomas Edison adalah seorang ilmuwan terbesar di dunia.

Sekitar seratus dua puluh tahun telah berlalu sejak ia

menemukan bola lampu. Dalam masa ini, bola lampu telah menjadi

bagian penting kehidupan manusia. Kini, jutaan bola lampu

mungil bersama-sama menerangi kota-kota besar di seluruh

dunia.

Penerangan menjadi suatu simbul penting bagi peradaban

ini. Namun, ada sumber penerangan lain. Kita tentunya pernah

menjumpai cahaya kecil yang menerangi kegelapan malam hari.

Cahayanya begitu kuat dan terang, namun sumber penerangan ini

sangatlah berbeda dengan bola lampu. Bahkan ia sama sekali

bukanlah benda, melainkan makhluk hidup. Ia adalah seekor

kunang-kunang. Makhluk kecil ini menghasilkan cahaya dalam

tubuhnya meski ia tidak memiliki bola lampu. Meskipun tidak

menggunakan listrik, ia memiliki teknologi yang jauh lebih

hebat. Teknologi ini lebih efektif dari bola lampu yang mampu

merubah sepuluh persen saja dari energinya menjadi cahaya,

sedangkan sembilan puluh persen sisanya berubah dan hilang

menjadi panas.

Sebaliknya, kunang-kunang mampu menghasilkan hampir

seratus persen cahaya dari energi yang ada. Ini dikarenakan

disain sempurna pada sistem penghasil cahaya yang dimilikinya.

Tubuhnya berisi zat kimia khusus bernama lusiferin, dan enzim

yang disebut lusiferase. Untuk menghasilkan cahaya, dua zat

kimia ini bercampur, dan percampuran ini menghasilkan energi

dalam bentuk cahaya. Molekul kompleks ini telah didisain

secara khusus untuk memancarkan cahaya. Penempatan setiap atom

yang membentuk molekul tersebut telah ditentukan sesuai dengan

tujuan ini. Tidak ada keraguan bahwa disain biokimia ini

bukanlah sebuah kebetulan. Ia sengaja diciptakan secara

khusus. Sebagaimana Allah telah memberi semua makhluk hidup

ciri mereka masing-masing, Dia juga telah mengajarkan kunang-

kunang cara membuat cahaya.

Tapi, untuk apakah kunang-kunang membuat cahaya melalui

teknologi yang sedemikian maju. Untuk menemukan jawaban atas

pertanyaan ini, kita harus mengamati lebih dekat sekawanan

kunang-kunang. Sekelompok kunang-kunang dalam jumlah besar,

hingga ratusan ribu, di malam hari memunculkan pemandangan

yang membuat kita seolah sedang berjalan di bawah bintang-

bintang.

Cahaya ini sangatlah penting bagi kunang-kunang sebagai

alat komunikasi. Sepanjang sejarah, manusia telah menggunakan

berbagai sarana untuk berkomunikasi. Salah satunya adalah

sandi morse, yang terdiri atas kombinasi sinyal panjang dan

pendek, dan dipakai pada telegram. Kunang-kunang menggunakan

sinyal cahaya untuk berkomunikasi, cara yang menyerupai sandi

morse.

Kunang-kunang jantan menyalakan dan memadamkan cahayanya

untuk mengirim pesan kepada sang betina. Pesan ini berisi kode

tertentu. Dan kunang-kunang betina menggunakan kode yang sama

untuk mengirim pesan balasan kepada sang jantan. Sebagai hasil

dari pesan timbal-balik ini, sang jantan dan betina mendekat

satu sama lain.

Sejak saat ia dilahirkan, tiap kunang-kunang mengetahui

bagaimana berkirim pesan dengan cara ini, dan bagaimana

memahami pesan yang dikirim oleh yang lain. Singkatnya,

masing-masing dari ribuan kunang-kunang yang kita lihat

bersama di kegelapan malam adalah sebuah keajaiban penciptaan.

Pencipta sistem yang luar biasa ini adalah Allah, Pencipta

semua makhluk hidup.

Sungguh tidak rasional untuk berpikir bahwa makhluk yang

demikian kompleks dengan sistemnya yang rumit muncul secara

kebetulan. Tak ada keraguan bahwa makhluk ini sengaja

diciptakan dengan disain khusus. Oleh karenanya, pertunjukan

cahaya ini, yang datang dari ratusan meter di bawah permukaan

laut, sebenarnya mengungkapkan kepada kita akan kekuasaan

Allah. Dia menciptakannya secara khusus. Segala sesuatu di

darat dan di laut adalah kepunyaan-Nya. Dan Dia memiliki ilmu

dan pengetahuan yang tak terbatas. Dalam sebuah ayat

dinyatakan:

“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang

Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-nama Yang Paling Baik.

Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan dibumi dan

Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr,

59:24)

Tafsir Jalalain

(Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan) makhluk-Nyadari tiada (Yang membentuk rupa, hanya kepunyaan-Nyalah asma-asma yang paling baik) yang berjumlah sembilan puluh sembilan,sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis. Lafal al-husnaadalah bentuk muannats dari lafal al-ahsan. (Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang MahaPerkasa lagi Maha Bijaksana) penafsirannya sebagaimana yangtelah lalu.

Kunang-kunang dilengkapi dengan sistem yang menakjubkan.

Serangga ini memiliki organ dalam tubuhnya yang memancarkan

cahaya berpendar. Cahaya ini sangat penting bagi kelestarian

jenisnya, sebab kunang-kunang betina dan jantan mengenali

jenis kelamin masing-masing berdasarkan cahaya mereka.

Organ berpendar pada kunang-kunang terdiri atas tiga

lapisan, persis seperti lampu depan mobil. Sel-sel yang

menghasilkan cahaya berada pada lapisan paling bawah.Sel-sel

ini bertugas menghasilkan zat yang mudah terbakar. Zat ini

bereaksi dengan oksigen di bawah kendali sebuah enzim.

Akibat reaksi kimia ini, cahaya berpendar yang proses

pembuatannya mirip seperti pada pabrik ini, pertama-tama

diteruskan ke lapisan cekung terdekat, dan kemudian ke lapisan

transparan bagian atas di mana cahaya ini dipantulkan.

Kualitas sempurna dan tingkat produktifitas 98% dari

cahaya berpendar ini mengejutkan para ilmuwan yang meneliti

kunang-kunang. Bola lampu yang digunakan manusia untuk

penerangan hanya mampu mengubah 5% dari energi yang

diterimanya menjadi cahaya, sedangkan 95% sisanya terbuang

dalam bentuk panas. Karena 95% panas yang dihasilkan inilah

kita tidak tahan menyentuh bola lampu yang sedang menyala. 

Meskipun kunang-kunang menghasilkan cahaya hampir 20 kali

lebih besar dari bola lampu, suhu kunang-kunang tidak naik

karena sifat dingin cahaya mereka. Manusia hanya mampu membuat

cahaya dingin di laboratorium setelah melakukan serangkaian

reaksi kimia.

Jelas tidak masuk akal untuk mengatakan bahwa sistem

pencahayaan rumit ini telah dirancang dan kemudian ditempatkan

dalam tubuh serangga mungil ini dengan sendirinya.

Kesempurnaan dalam tubuh kunang-kunang memperlihatkannya

sebagai hasil dari hikmah yang agung and ilmu yang tak

terbatas. Allah menciptakan semua jenis makhluk hidup dengan

cirinya masing-masing dan; melalui semua ini, memperlihatkan

kepada kita Kekuasaan-Nya Yang Kekal. Dalam sebuah ayat

Alqur’an, manusia diperintah agar memikirkan kenyataan ini:.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan

makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha

Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (QS. Asy-

Syuuraa, 42:29)

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa sebagian daritanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Nya ialah diciptakanNya langit dan bumi serta apa yang tersebar pada keduanya

seperti binatang yang melata dan bergerak termasukmanusia dan semua hewan dengan berbagai bentuk corakwarnanya, termasuk pula manusia dan jin. Dia kuasamengumpulkan di hari kemudian, baik yang datang lebihdulu maupun yang datang kemudian, begitu juga makhlukyang lain; di padang Mahsyar kemudian Dia akan memberikanbalasan kepada mereka dengan seadil-adilnya. Dia Maha Halus dan Maha Mengetahui. Firman Allah SWT:

ر ) ي� ب� خ� ف� ال� ي� ط و ال�ل لق� وه� ن� خ�� علم م� لا ي�� (14ا' Artinya: Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yangkamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagiMaha Mengetahui? (Q.S. Al Mulk: 14)

Alasan utama kenapa kunang-kunang dapat mengeluarkan cahaya

adalah karena kunang-kunang menggunakan cahaya yang

dikeluarkan dari tubuhnya untuk dapat menarik perhatian lawan

jenisnya ketika tiba saatnya musim kawin. Kunang-kunang,

seperti kebanyakan hewan yang berkembang biak secara seksual,

harus mencari cara untuk menarik pasangannya. Dalam kasus

kunang-kunang, cara yang dipakai adalah dengan kilatan cahaya.

Gambar 1. Kunang-kunang

Baik kunang-kunang jantan maupun betina sama-sama dapat

mengeluarkan cahaya. Ketika tiba musim kawin, jantan akan

mulai berpatroli pada area tertentu untuk menarik perhatian

betina yang ada disitu. Jantan akan memulai pertunjukan tarian

cahayanya dengan harapan terlihat oleh betina dan betina akan

tertarik padanya. Para betina biasanya akan menunggu, dan

sekali kunang-kunang jantan dapat menarik perhatian betina,

sang betina akan membalas sang jantan dengan memberi sinyal

cahaya juga yang menandakan bahwa ia telah siap untuk kawin.

Cahaya yang dikeluarkan oleh kunang-kunang sendiri

berasal dari perut bagian bawah mereka. Cahaya dihasilkan oleh

lapisan kecil sel yang disebut photocytes yang terdiri dari

beberapa lapis sel reflektif yang dapat mengeluarkan cahaya

berwarna kuning kehijauan. Secara khusus, di dalam sel

reflektif penghasil cahaya ini terdapat sebuah organel yang

disebut peroxizome. Bahan kimia yang terletak di dalam organel

inilah yang dapat menghasilkan cahaya. Magnesium dan ATP dalam

peroxizome akan bereaksi dengan enzim yang dikenal sebagai

luciferase dan protein luciferin. Kombinasi ini akan

menciptakan molekul yang sangat tidak stabil dan melepaskan

energinya dalam bentuk foton cahaya. Dan selanjutnya ketika

oksigen masuk ke dalam campuran ini, molekul akan kembali

menjadi stabil sehingga cahaya pun menjadi padam.

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan

cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus,

yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca

(dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti

mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang

berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah

timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang

minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak

disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah

membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan

Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan

Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Tafsir Al Qur’an Surah An-Nur Ayat 35

Oleh: Dr. Abdul Halim al-Kahil

Allah berfirman, ‘Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan

bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang

yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu

di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang

bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari

pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh

tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah

barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,

walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-

lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia

kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi

manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.’ (an-Nur:

35)

Di dalam ayat ini Allah bericara tentang cahaya-Nya, dan

mengumpakan cahaya itu dengan cahaya yang memancar dari sebuah

lentera yang berbahan bakar minyak, dimana minyak ini hampir-

hampir menebarkan sinar tanpa tersentuh api. Bagaimana mungkin

itu terjadi?

Ada penemuan ilmiah penting yang terjadi sejak sepuluh

tahun, ketika para ilmuwan mencermati keberadaan gelombang

listrik yang dikeluarkan tubuh manusia. Kemudian mereka

melanjutkan penelitian dan menemukan bahwa segala sesuatu di

sekitar kita juga mengeluarkan gelombang listrik. Jadi, segala

sesuatu di alam semesta ini bergetar secara mencengangkan,

seolah-olah mereka bertasbih kepada Penciptanya tetapi kita

tidak memahami tasbih tersebut!

Yang dimaksud dengan gelombang di sini adalah gelombang

terbatas yang terjadi dalam setiap benda, karena kita semua

tahu bahwa segala sesuatu di sekitar kita terbuat dari atom-

atom, dan atom-atom tersebut selalu dalam keadaan bergetar.

Karena itu, gelombang atom-atom tersebut menyebabkan munculnya

medan elektro-magnetik, dan itulah yang diungkapkan para

ilmuan akhir-akhir ini.

Dr. Royal R. Rife menemukan bahwa makanan itu memiliki

gelombang elegtro-magnetik yang bisa diukur. Ia juga menemukan

bahwa minyak memiliki lebih banyak gelombang; gelombang yang

dimunculkan manusia di atas 60 osilasi; dan bahwa ada beberapa

makanan seperti makanan kaleng tidak memiliki gelombang.

Sedangkan daun kering memiliki gelombang sekitar 20 osilasi

per detik. Tetapi, yang mengejutkan baginya adalah ia

menemukan gelombang yang paling tinggi ada pada minyak yang

mencapai 320 osilasi per detik. Gelombang ini hampir menyamai

gelombang pada cahaya yang kita lihat. Tetapi kita tidak bisa

melihat gelombang pada minyak tersebut karena Allah menabirnya

dari kita. Jadi, kita bisa merasakan medan tertentu dari

gelombang cahaya dan suara, tetapi kita tidak bisa melihat

gelombang yang tinggi dan yang rendah, dan kita hanya bisa

mengukurnya dengan alat pengukur.

C. Metamorfosis Kunang-kunang

Betina akan meletakan telur sekitar seratus butir atau

lebih di tanah, didasar  pohon. Telur akan menetas dalam 2-4

minggu. Kebanyakkan larva kunang-kunang ditemukan di kayu-kayu yang

telah membusuk atau serasah hutan atau di daerahlembab ditepi

sungai dan kolam pada malam hari. Beberapa spesies asia hidup

dalamair (sehubungan ditemukanya insang trakeal ) yang hidup

di bawah air.Larva instar tiga sampai instar enam Luciola

substiata berenang dan hidup di dalam air. Kecepatan berenang

larva tersebut lebih kurang 0,9 m/jam .Larva bersifat

karnifora, memakan serangga lain, siput dan slug´. spesies

tropical genus Pyractomena bersifa arboreal,memakan siput

arboreal dan pupanya mengantung di bawah daun seperti hal

kupu-kupu chrysalis Larva akan hidup setara satu atau dua

tahun. Pada kunang-kunang dewasa, selain untuk memberi

peringatan tanda bahaya,cahaya pada tubuhnya berfungsi untuk

menarik perhatian pasangannya. Tidak hanya kunang-kunang

dewasa, bayi kunang-kunang yang masih berupa larva juga

mengeluarkan cahaya. Cahaya pada larva berguna untuk

memperingatkan hewanlain yang akan memangsa mereka agar tidak

mendekat.Setelah terjadi perkimpoian, kunang-kunang betina

akan meletakkan telur-telurnya dibawah permukaan tanah. Telur-

telur tersebut akan menetas menjadi larvasetelah 3-4 minggu

dan akan terus diberi makan hingga musim panas

berakhir.Setelah kira-kira 1-2 minggu dari berakhirnya musim

panas, larva tersebut akan berubah menjadi pupa, kemudian berubah

menjadi kunang-kunang dewasa.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Ada 2 faktor yang menjadi penyebab populasi kunang-kunang

menurun. Kedua faktor itu adalah pembangunan dan polusi

cahaya. Pembukaan lahan hutan untuk permukiman ini membuat

habitat kunang-kunang hilang sedikit demi sedikit. Kegiatan

manusia yang menggunakan pestisida dan menimbulkan polusi, juga

mengganggu aktivitas dari kunang-kunang itu sendiri.

penerangan yang kita gunakan di malam hari, ternyata

menjadi sebuah polusi cahaya bagi mereka. Menurut para

ilmuwan, cahaya-cahaya yang muncul dari aktivitas manusia

menyulitkan mereka untuk memberi sinyal cahaya

pada pasangannya. Hal-hal inilah yang membuat kunang-kunang jarang

terlihat di kota-kota besar. Kunang-kunang bukanlah hewan

biasa. Keberadaan kunang-kunangdapat dijadikan sebagai

indikator (petunjuk) sehat atau tidaknya sebuah lingkungan.

Kunang-kunang dapat hidup jika lingkungan tersebut memiliki

udara yang segar,tanah subur, dan air yang jernih.

E. Pengaruh Cahaya

1. Analisis Cahaya Kunang-kunang

Pada bagian perut kunang-kunang terdapat lentera yang

menjadi sumber cahaya. Lentera serangga ini terdiri dari

beberapa lapisan sel pemantul cahaya dan satu lapisan yang

terdiri dari ribuan sel photocyte. Sel photocyte ini terletak

pada cincin di sekeliling sel trakea. Sel ini banyak

mengandung senyawa protein luciferin. Luciferin kemudian

bereaksi dengan ATP (adenosin triphosphat).Perlu diketahui,

ATP boleh disebut sebagai sumber bahan bakar bagienergi cahaya

bioluminescent. Luciferin menjadi aktif oleh adanya enzim

luciferase.Luciferin yang telah aktif ini kemudian bereaksi

dengan oksigen. Hasil reaksi iniadalah energi dalam bentuk

cahaya kunang-kunang. Keseluruhan reaksi berlangsung di dalam

sel photocyte sehingga lantern dapat terlihat bercahaya

(skema).Perut kunang-kunang terlihat mengeluarkan flash secara

periodik dan teratur. Hal ini diatur oleh kerja saraf. Namun

ternyata saraf pada kunang-kunang ini tidak terhubunglangsung

dengan bagian sel photocyte.Ujung dari saraf ditemukan berada

pada sel trakea yang berada di samping sel photocyte. Ada jarak

17 meter di antara keduanya. Jarak yang cukup jauh bagi ukuran

molekul. Lalu bagaimana saraf bisa mengirim sinyal sampai ke

sel photocyte? Peneliti kehilangan jejak penghubung antara

saraf dan photocyte ini.

2. Mekanisme sinar kedap-kedip pada kunang-kunang

Prof Barry Trimmer dari Tufts University, Massachusetts,

dalam publikasinya pada majalah Science vol 292 tahun 2001

berhasil menguak proses kimia pada mekanisme kedap-kedip

cahaya kunang-kunang. Kuncinya adalah padamolekul sederhana

gas nitrogen monooksida (NO) yang berfungsi sebagai penghantar

sinyal flash.Untuk menguak misteri ini, Prof Trimmer

meletakkan kunang-kunangdalam ruangan tertutup yang mengandung

gas oksigen. Gas NO juga dialirkan kedalam ruangan. Pada

kondisi demikian, ternyata kunang-kunang dapat bercahayadengan

terang.Cahayanya terlihat dapat bertahan lebih lama.

Sebaliknya, jika aliran gas NO dihentikan, cahaya kunang-

kunang berangsur berkurang. Dari situlah merekamemperkirakan

bahwa gas NO memiliki andil dalam proses bercahaya kunang-

kunang tersebut. Namun, dari itu saja belum dapat disimpulkan

apakah gas NO berefek secara langsung pada sel photocyte atau

pada sel saraf. Untuk membuktikan itu,mereka menggunakan

lantera kunang-kunang yang telah dilepaskan sel

sarafnya.Sebagai gantinya, dimasukkan octopamine yang

merupakan ujung sel saraf.Pada kondisi seperti ini terlihat

adanya sinar kedap-kedip pada lentera serangga ini. Hal ini

berarti ada senyawa penghantar (sensor) biokimia di antara

keduanya. Pada percobaan lainnya, ditambahkan senyawa yang

dapat menangkap gas NO secara efektif. Pada saat gas NO tidak

ada dalam ruangan tersebut, ternyata tidak ada cahaya yang

timbul. Ini meyakinkan mereka akan pengaruh gas NO. Gas ini

ternyata memang berefek langsung memberi sinyal pada sel

photocyte. Mereka juga menemukan bahwa di antara ujung sel

saraf dan photocyte banyak terdapat enzim penghasil gas NO

(nitric oxide synthetase atau NOS). Enzimini diaktifkan oleh

octopamine untuk menghasilkan gas NO. Kemudian molekul

kecilini dengan mudah melewati dinding membran sel untuk berdifusi ke

dalam sel photocyte.

3. Fungsi Cahaya

Cahaya ini sangatlah penting bagi kunang-kunang sebagai

alat komunikasi. Sepanjang sejarah, manusia telah menggunakan

berbagai sarana untuk  berkomunikasi. Salah satunya adalah

sandi morse, yang terdiri atas kombinasi sinyal panjang dan

pendek, dan dipakai pada telegram. Kunang-kunang

menggunakansinyal cahaya untuk berkomunikasi, cara yang menyerupai

sandi morse.Kunang-kunang jantan menyalakan dan memadamkan

cahayanya untuk mengirim pesan kepada sang betina. Pesan ini berisi

kode tertentu. Dan kunang-kunang betina menggunakan kode yang

sama untuk mengirim pesan balasan kepadasang jantan. Sebagai

hasil dari pesan timbal-balik ini, sang jantan dan

betinamendekat satu sama lain. Sejak saat ia dilahirkan, tiap

kunang-kunang mengetahui bagaimana berkirim pesan dengan cara

ini, dan bagaimana memahami pesan yangdikirim oleh yang lain.

Singkatnya, masing-masing dari ribuan kunang-kunang yangkita

lihat bersama di kegelapan malam adalah sebuah keajaiban

penciptaan.Bisa juga signal cahaya ini dalam ritme yang

berbeda digunakan untuk  berburu. Dan belakangan juga

diketahui bahwa di antara masing-masing spesieskunang-kunang

yang berbeda punya kode kedipan cahaya yang berbeda. Kode yanghanya

bisa dipahami sesama spesiesnya.

F. Tingkat Populasi Kunang-kunang

Untuk meningkatkan populasi kunang-kunang, beberapa

negara telah melakukan berbagai upaya untuk melestarikannya.

Sebagai contoh di Jepang. Anak-anak di Jepang ikut menjaga dan

melestarikan kunang-kunang. Hingga kini belumada yang memastikan

penyebab anjolknya populasi kunang-kunang, tetapi para ahli

menduga hilangnya habitat dan polusi cahaya adalah biangnya.

Tepi-tepi sungaisudah ditumbuhi bangunan. Kilau lampu-lampu

buatan dari bangunan di daratan menyulitkan kunang-kunang

dewasa untuk saling bertemu dan kawin di kegelapanmalam

G. Habitat dan Makanan Kunang-kunang

Kebanyakkan spesies kunang-kunang ditemukan di daerah

dengan kelembaban tinggi dan hangat seperti kolam, sungai,

payau, lembah, parit dan padang rumput. Yang mungkin

disebabkan kelembaban di daerah tersebut lebih lama dibanding

daerah sekitarnya. Meskipun demikian beberapa spesies

ditemukan didaerah yang sangat kersang dan kering. Di daerah

kersang ini dewasa dan larva dapatdengan mudah/cepat ditemukan

setelah hujan.Kunang-kunang dewasa memiliki waktu hidup yang

pendek.

Makanan

Informasi tentang jenis makanan kunang-kunang ini belum

jelas. Sebagian informasi mengatakan bahwa kunang-kunang

memakan serbuk sari dan nektar danhanya makan sedikit atau

tidak makan. Di daerah empat musim, selama musim panaskunang-

kunang akan beristirahat diatas pohon atau ranting di tempat

yang sejuk danlembab sepanjang hari dan akan aktif pada senja

hingga tengah malam .

H. Pengaruh Kunang-kunang dalam kehidupan manusia

Pengaruh pencemaran lingkunagn persawahan terhadap

kehidupan larvakunang-kunang diantaranya adalah sebagai

berikut (Herawati, 1981) :

a. Pengaruh Tidak Langsung

Pengaruh tidak langsung pada umumnya bersifat merusak

lingkungan hidupdari kunang-kunang , misal perubahan pH air,

rendahnya kandungan Oksigen, perubahan temperatur dan

kekeruhan. pH air sangat berpengaruh terhadap kehidupan

larva kunang-kunang sedangketahanannya tergantung pada umur

larva tersebut. Variasi pH air yang baik untuk kehidupan

larva kuang-kunang berkisar antara 6,5 ± 9,0. Sampah-sampah

pencemar lingkungan mengandung pH basa dan asam, hal ini

menyebabkan selalu terjadi perubahan pH. pH air yang kurang

dari 5 dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan lendir pada

insang larva kunang-kunang sehingga menyebabkan ikanmati lemas.

pH air yang lebih dari 9 akan menyebabkan larva tidak nafsu

makan.Kandungan oksigen normal yaitu 4mg/liter. Proses

penguraian bahan organik, pernafasan, dan pembusukan dalam

air dapat mengakibatkan habisnya persediaanoksigen terlarut.

Kenaikan temperature menyebabkan aktifitas metabolism

organisme air meningkat dan ini mengakibatkan berkurangnya

gas-gas yang terlarutdi dalam air. Kenaikan temperature juga

akan menambah daya racun. Pencemaran yang disebabkan oleh

pasir dan Lumpur akan menyelimuti insang, sehingga

sulit bernafas. Lumpur juga akan menyerap makanan yang

berguna.

b. Pengaruh Langsung

Beberapa bahan pencemar yang terdiri dari bahan-bahan kimia

yang berdaya racun tinggi dapat langasung mematikan larva

kunang-kunang. Reaksi fisiologi larva terhadap pengaruh

pestisida konsentrasi tinggi mukai terlihat setelah 30

sampai 60menit sejak masuknya pestisida ke perairan. Pada

konsentrasi rendah, reaksi inimulai terlihat dalam jangka

waktu yang lebih lama. Insektisida organofosfat seperti

diazinon, penthion, fonofos, dan tenofos mempunyai pengaruh

yang menyebabkan tidak aktifnya enzim acetylholinesterase

didalam syaraf larva dan lama kelamaan larva tersebut akan

mati. Kecepatan terjadinya pengaruh organ ofosfat tergantung

pada lamanya pencemaran, sifat dasar insektisidayang

bersangkutan dan konsentrasinya. Daya racun herbisida pada

umumnya lebihrendah dari daya racun insektisida

I. Klasifikasi Kunang-kunang

Kerajaan : AnimaliaFilum : ArthopodaKelas : InsectaOrdo : ColeopteraFamily : LampyridaeSpesies : Photuris lucicrescens

J. Jenis Makanan

Makanan kunang-kunang adalah cairan tumbuhan, siput-

siputan kecil, cacing, maupun serangga lain.

K. Cara Pemeliharaan Kunang-kunang

Bila ingin memelihara kunang-kunang, sebaiknya menyiapkan

tempat yang di desain hampir sama dengan habitat aslinya.

Tidak harus seluas dengan yang aslinya. Yang penting kunang-

kunang nyaman dan betah tinggal disana. Makanannya pun bisa di

ambil dari alam sekitar kita.

L. Reproduksi Kunang-kunang

Diketahui ada dua tipe ritual perkawinan kunang-kunang.

Tipe pertama, kunang-kunang betina akan melepaskan cahaya

yang menarik perhatian kunang-kunang jantan. Pada tipe ini,

kunang-kunang betina merupakan pihak yang aktif mencari

pasangan sedangkan yang jantan pasif.

Pada tipe kedua, ritual perkawinan diawali dengan

kedipan-kedipan cahaya kunang-kunang jantan yang mengabarkan

bahwa ia adalah perjaka atau duda kesepian yang tengah mencari

kekasihnya yang kini entah dimana. Terbang kian kemari sambil

berharap ada kunang-kunang betina yang sedang mejeng mencari

jodoh.

Kedipan cahaya suatu jenis kunang-kunang memiliki warna,

intensitas dan kekuatan yang khas sehingga hanya kunang-kunang

jenis yang sama yang mampu mengartikulasikan makna kedipan

cahaya tersebut. Kekhasan cahaya pada saat mencari pasangan

ini pulalah yang digunakan oleh para ahli untuk membedakan

berbagai jenis kunang-kunang.

Kunang-kunang betina jarang terbang mencari pasangan

hidup, ia hanya menunggu di atas tanah atau rerumputan sambil

berharap ada isyarat dari kunang-kunang jantan yang bakal

menjadi tambatan hatinya. Ketika melihat cahaya kunang-kunang

jantan, sang betina akan memberikan respon dengan pancaran

cahaya yang mengisyaratkan bahwa ia telah mengenali signal

sang jantan.

Selanjutnya pejantan terbang menuju betina dambaan

hidupnya. Setelah dekat, kunang-kunang jantan mengeluarkan

cahaya terang berkali-kali, mungkin untuk meyakinkan bahwa

cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Demikian juga si

betina akan mengeluarkan sinar terang yang menandakan siap

bercumbu, pejantan akan mendekati betina dan kemudian mereka

kawin.

Proses perkawinan terjadi dengan saling menyentuhkan

kedua alat kelaminnya yang berada di ujung perut dan

dilanjutkan dengan transfer paket sperma dari pejantan ke

tubuh betina. Paket sperma akan disimpan di dalam abdomen

betina sampai ia siap bertelur. Proses perkawinan dapat

berlanjut sepanjang malam, dan pada saat itu kunang-kunang

tidak mengeluarkan cahaya.

Setelah proses perkawinan, betina langsung memakan sang

kekasihnya yang telah membuahi sel telurnya. Serangga jenis

tertentu juga ada yang mempunyai kebiasaan seperti ini seperti

Black widow, dll. Dengan memakan lawan jenisnya, maka sang

betina mendapatkan tambahan protein untuk membesarkan sel

telur yang ada dalam tubuhnya.

Kunang-kunang bertelur pada saat hari gelap, telur-

telurnya yang berjumlah antara 100 dan 500 butir diletakkan di

tanah, ranting, rumput, di tempat berlumut atau di bawah

dedaunan. Pekuburan yang tanahnya relatif gembur dan tidak

banyak terganggu merupakan lokasi ideal perteluran kunang-

kunang.

Setelah sekitar 30 hari, muncul larva kunang-kunang

menyerupai cacing memancarkan cahaya, bentuknya pipih dengan

kepala kecil dan rahang kuat. Fungsi cahaya pada larva hanya

untuk memperingatkan pemangsa agar tidak mencoba

mengganggunya. Aktivitas utama larva adalah makan makanan yang

berupa cacing tanah, siput kecil atau serangga kecil lain.Masa

larva merupakan masa paling lama yaitu sekitar1-2 tahun

sebelum menjadi kepom-pong. Hanya sebagian kecil dari telur

kunang-kunang menetas menjadi larva dan hanya sedikit larva

yang sukses menjadi kepompong. Beberapa pemangsa memangsa

telur maupun kunang-kunang yunior.

Sebelum menjadi kepompong larva akan membuat liang di

dalam tanah. Selanjutnya ia akan masuk dan melingkarkan

tubuhnya di dakam liang. Mulutnya akan mengeluarkan lendir

lengket yang ditempelkan di dinding liang. Setelah sebulan

larva beristirahat dalam bilik, ia menanggalkan kulit untuk

terakhir kali dan memasuki masa kepompong. Kepompong pada

mulanya berwarna kuning pucat dan perlahan-lahan menjadi

gelap, masa kepompong berlangsung sekitar 10 hari.

Kunang-kunang dewasa keluar dari kepompong dengan tubuh

pucat yang akhirnya berkembang menjadi lebih gelap. Kedua

pasang sayap direntangkan agar mengembang dan kering. Kunang-

kunang dewasa ini tinggal di dalam bilik selama beberapa hari

sampai kedua sayap depannya benar-benar keras dan membentuk

elitera, perisai yang melindungi kedua sayap belakangnya yang

lunak.

Kunang-kunang dewasa hidup selama 2 - 3 minggu, untuk

melakukan perkawinan. Selama itu aktivitas makan kunang-kunang

sangat beragam, beberapa jenis hanya mengisap cairan tumbuhan

sementara jenis lainnya meneruskan kebiasaan makan seperti

ketika masih larva, sebagai pemakan serangga lain atau siput-

siputan kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Borror et al. 2005. Study of Insect.Ed-7. Amerika: Thomson

Brook/ Cole.

Campbell, N.A,J.B. Reece, dan L.G. Mitchell, 2003. Biologi

Edisi Kelima Jilid 2. ISBN : 979-688-469-0. Jakarta:

Erlangga.

D.A Pratiwi. 2006. Biologi SMA untuk kelas X. Jakarta : Erlangga

Gandjar. 1997. Prosiding Seminar Nasional Biologi XV, Universitas

Lampung, ISBN 979-8287-17-7.Lampung: Perhimpunan

Biologi Indonesia.

Hendro Darmodjo, Kaligis, J R E. (1991/1992). Pendidikan IPA II,

Hal 7-11 Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan

Tenaga Kependidikan

Suranto A. 2004. Khasiat & Manfaat Madu Herbal. ISBN 9793702028.

Jakarta: AgroMedia.

: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2165201-

klasifikasi insekta/#ixzz2E3T76Ns3