Post on 08-Jan-2023
HIMPUNAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA JILID II TAHUN 2016
Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
Republik Indonesia
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, Biro Hukum, Persidangan, dan
Hubungan Kelembagaan, Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan dapat menyusun himpunan peraturan perundang-undangan
yang diterbitkan di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Tahun 2016 sebagai pertanggungjawaban atas salah satu tugas
dan fungsi Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan, yaitu
melaksanakan pendokumentasian dan publikasi produk hukum. Juga
sebagai salah satu upaya pengembangan Jaringan Dokumentasi dan
Informasi Hukum (JDIH) kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan.
Peraturan Perundang-Undangan yang dihimpun dan diterbitkan di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan meliputi
Himpunan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan, Himpunan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan, serta Himpunan Peraturan Sekretaris Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan ini sangat dibutuhkan
untuk dijadikan pedoman dalam menjabarkan tugas dan tanggung jawab
serta wewenang yang dilaksanakan secara profesional dan prosedural baik di
lingkungan kerja Kemenko Polhukam maupun di lapangan.
Semoga buku himpunan ini dapat memberi manfaat bagi
keberhasilan pelaksanaan tugas Kemenko Polhukam.
Jakarta, Desember 2016
Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan
Hubungan Kelembagaan
Drs. Subroto, M.M.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
1. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor 3 Tahun 2016 tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2015-2019 ……………………………………….
1
2. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2015-2019 ………………………………….
151
3. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan ……………………………………………….
243
1Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2016
TENTANG
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
TAHUN 2015-2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 3004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Pasal 3 ayat (1)
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 3015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 3015-3019,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan tentang Rencana Strategis
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Tahun 2015-2019;
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
2 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);
4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-
2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 3);
5. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 83);
6. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga 2015-2019 (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 860);
3 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
7. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1665);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK,
HUKUM, DAN KEAMANAN TENTANG RENCANA STRATEGIS
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM,
DAN KEAMANAN TAHUN 2015-2019.
Pasal 1
Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Tahun 2015-2019 yang selanjutnya
disebut Rencana Strategis sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Rencana Strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
berlaku sebagai panduan dalam melaksanakan penyusunan
dan evaluasi pelaksanaan program, kebijakan, pengendalian,
dan kegiatan koordinasi bidang politik, hukum dan keamanan
tahun 2015-2019.
4 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Pasal 3
Rencana Strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dapat
dilakukan perubahan sepanjang:
a. terdapat undang-undang yang mengamanatkan
perubahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga;
atau
b. adanya perubahan struktur organisasi dan/atau tugas
dan fungsi Kementerian/Lembaga.
Pasal 4
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
Nomor: Per-13/Menko/1/2010 tentang Rencana Strategis
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Tahun 2010-2014 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Nomor: Per-13/Menko/6/2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-13/Menko/1/2010
tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2010-2014 , dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
dan berlaku surut sejak tanggal 9 November 2015.
5 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Agustus 2016
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
LUHUT BINSAR PANDJAITAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 Agustus 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1251
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.
6 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 3 TAHUN 2016
TENTANG
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM,
DAN KEAMANAN TAHUN 2015-2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum
1.1.1 Evaluasi Capaian Program Tahun 2010-2014
A. BIDANG POLITIK
1. Politik Dalam Negeri
Kehidupan politik dalam negeri pada era reformasi saat ini,
dibangun dengan lebih mengedepankan sistem politik demokrasi
yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila dan amanat konstitusi
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Pengelolaan sistem demokrasi lebih mengedepankan pada proses
pemenuhan hak-hak politik masyarakat yang berkualitas dengan
ditandai meningkatnya kualitas pemilihan umum (yang selanjutnya
disebut pemilu) baik pemilu legislatif maupun pemilu
Presiden/Wakil Presiden, dan terbentuknya pemerintahan yang
efisien dan efektif serta menurunnya intensitas permasalahan.
7 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
Secara garis besar program politik dalam negeri dilakukan
dalam rangka mewujudkan sinergi kelembagaan terkait dengan
penyusunan Indeks Demokrasi Indonesia; kondisi organisasi
masyarakat sipil; pelaksanaan pemilu kepala daerah, pemilu
legislatif, dan pemilu Presiden/Wakil Presiden; pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah; serta pengelolaan situasi politik
di wilayah Aceh, Papua, dan Papua Barat.
a. Penyusunan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI)
1) Hasil yang dicapai:
a) Sejak tahun 2010 Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan (yang selanjutnya
disebut Kemenko Polhukam) telah melaksanakan
penyusunan IDI bekerjasama dengan Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian
Dalam Negeri, dan Badan Pusat Statistik (BPS), serta
melibatkan United Nations Development Programme
(UNDP).
b) Penyusunan IDI yang dibuat merupakan country-led
assessment berdasarkan keadaan perkembangan
demokrasi di setiap provinsi, yang meliputi 3 aspek
(kebebasan sipil, hak-hak politik, dan kelembagaan
demokrasi), 11 variabel, dan 28 indikator. Proses
penyusunan IDI melibatkan unsur pakar,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Pemda),
perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, serta
media massa.
c) Hasil pengukuran IDI dapat menunjukkan tingkat
perkembangan demokrasi di setiap provinsi di
Indonesia dan membantu perencanaan
8 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
pembangunan politik tingkat provinsi. Data IDI
mampu menunjukkan aspek, variabel, atau indikator
yang tidak/kurang berkembang, sehingga perlu
ditangani oleh pemerintah pusat atau Pemda.
d) Perkembangan IDI dari tahun ke tahun mengalami
perubahan secara fluktuatif, adapun hasil IDI tahun
2009 sebesar 67,30, mengalami penurunan pada
tahun 2010 menjadi sebesar 63,17, selanjutnya
mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi
sebesar 65,48, dan mengalami penurunan kembali
pada tahun 2012 menjadi sebesar 62,63. Selanjutnya
pada tahun 2013 capaian IDI mengalami kenaikan
menjadi 63,72; sedangkan untuk tahun 2014, masih
dalam proses pengkodingan yang dilakukan oleh BPS
bersama Tim Ahli.
b. Organisasi Masyarakat Sipil (OMS)
1) Hasil yang dicapai:
a) Meningkatnya penataan OMS oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah melalui pendataan dan
verifikasi dalam rangka menciptakan sistem
informasi dan kemitraan OMS dengan Pemerintah.
b) Meningkatnya pemberdayaan OMS melalui fasilitasi,
pembinaan, dan kemitraan untuk mewujudkan
sinergitas dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
c) Meningkatnya koordinasi antara
Kementerian/Lembaga (K/L) terkait dengan
stakeholder dalam penanganan tindak anarkis
bermotif keagamaan.
9 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
d) Hasil pendataan OMS yang tercatat pada K/L terkait
sebanyak 163.362 OMS, terdata pada Kementerian
Dalam Negeri 67.735, Kementerian Sosial 25.000,
Kementerian Luar Negeri 109, Kementerian Pertanian
85, Kementerian Pemuda dan Olahraga 150,
Kementerian Lingkungan Hidup 159, Kementerian
Kelautan dan Perikanan 49, Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif 75, dan Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi 70.000 OMS.
c. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
1) Hasil yang dicapai:
a) Secara umum pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah (yang selanjutnya
disebut Pemilukada) telah berlangsung dengan
aman, lancar, tertib, dan demokratis. Pada tahun
2010-2014 telah dilaksanakan 567 Pemilukada,
terdiri dari 32 provinsi, 97 kota, dan 438 kabupaten,
dengan rincian tahun 2010: 224 daerah, tahun 2011:
115 daerah, tahun 2012: 77 daerah, tahun 2013: 149
daerah, dan tahun 2014: 2 daerah.
b) Berkurangnya sengketa Pemilukada, namun dalam
segi kualitas permasalahan Pemilukada semakin
memprihatinkan terutama dikaitkan dengan
permasalahan yang melibatkan pejabat daerah
maupun pimpinan Mahkamah Konstitusi (MK).
c) Sengketa perkara Pemilukada direncanakan tidak
ditangani lagi oleh MK, hal ini didasari atas Pasal 236
C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Pemerintahan Daerah dan Pasal 29 ayat 1 huruf e
10 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman.
d. Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden Tahun
2014
1) Hasil yang dicapai:
a) Ditetapkannya sejumlah Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri sebagai dasar hukum
penyelenggaraan Pemilu Legislatif dan Pemilu
Presiden/Wakil Presiden tahun 2014.
b) Putusan MK terkait pelaksanaan Pemilu
Presiden/Wakil Presiden tahun 2014 sebagai berikut:
(1) Putusan MK Nomor 22/PUU-XII/2014 tentang
hak pilih anggota Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri) dalam Pemilu Presiden/Wakil Presiden,
dimana TNI/Polri tidak menggunakan hak
pilihnya.
(2) Keputusan MK untuk mengabulkan
permohonan uji materi terhadap Pasal 159 ayat
1 UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden. Sehingga Pemilu
Presiden 9 Juli 2014 diputuskan berlangsung
satu putaran karena hanya ada dua calon
pasangan.
(3) Putusan MK Nomor 1/PHPU.PRES-XII/2014
tanggal 21 Agustus 2014 tentang Perselisihan
Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden Tahun 2014, dengan amar putusan
11 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
ditolak secara keseluruhan permohonan
pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
c) Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden
tahun 2014 secara umum dapat dilaksanakan
dengan baik, aman, tertib dan lancar serta
berkualitas dan demokratis, dimana tingkat
partisipasi pemilih untuk Pemilu Legislatif sebesar
75,11% sedangkan untuk Pemilu Presiden/Wakil
Presiden berkisar 70,91%.
e. Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
1) Hasil yang dicapai:
a) Sejak tahun 1999 sampai saat ini telah terbentuk
223 Daerah Otonom Baru (DOB) yang terdiri dari 8
provinsi, 181 kabupaten, dan 34 kota. Dengan
demikian daerah otonom yang ada hingga saat ini
berjumlah 542 daerah, yang terdiri dari 34 provinsi,
415 kabupaten, dan 93 kota.
b) Ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 78
Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan,
Penghapusan, dan Penggabungan Daerah. Peraturan
Pemerintah ini menjadi pengganti Peraturan
Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang
Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran,
Penghapusan, dan Penggabungan Daerah dan
memuat persyaratan administrasi, persyaratan fisik,
dan persyaratan teknis yang lebih ketat terhadap
usulan pembentukan DOB.
c) Terlaksananya evaluasi terhadap pembentukan DOB
pada tahun 2011 dengan mengukur 4 (empat)
variabel sesuai dengan tujuan dibentuknya daerah
12 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
otonom, yakni: meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, meningkatkan pelayanan publik,
memperbaiki kualitas governance, dan
meningkatkan daya saing daerah. Dari hasil evaluasi
pada tahun 2011, hampir semua DOB belum
memenuhi harapan, total nilai tertinggi yang
diperoleh DOB provinsi sebesar 55,88, sedangkan
rangking tertinggi kabupaten 59,43 dan kota 64,61.
d) Ditetapkannya beberapa peraturan perundang-
undangan yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan Peraturan
Presiden Nomor 11 Tahun 2010 tentang Kerja Sama
Pemerintah Aceh dengan Lembaga atau Badan di
Luar Negeri.
e) Beberapa rancangan peraturan yang sedang dalam
proses finalisasi dan mendesak antara lain:
(1) Rancangan Undang-Undang revisi Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
(2) Rancangan Undang-Undang tentang Pemilihan
Kepala Daerah;
(3) Rancangan Peraturan Presiden tentang
Musyawarah Pimpinan Daerah; dan
(4) Rancangan Peraturan Presiden tentang Tata
Cara Penyusunan Peraturan Daerah.
13 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
f. Pengelolaan Situasi Politik di Provinsi Aceh
1) Hasil yang dicapai:
a) Terlaksananya koordinasi antara Pemerintah dan
Pemerintahan Aceh terkait dengan penolakan
beberapa Qanun. Qanun yang ditolak atau belum
disetujui oleh Pemerintah dikembalikan ke
Pemerintahan Aceh untuk diperbaiki dan
disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan.
b) Terlaksananya koordinasi antara Pemerintah dan
Pemerintahan Aceh dalam penyelarasan dan
harmonisasi substansi Qanun sesuai peraturan
perundang-undangan.
g. Pengelolaan Situasi Politik di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat
1) Hasil yang dicapai:
a) Diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun
2011 tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat melalui
kebijakan pembangunan sosial politik dan budaya
serta pembangunan sosial ekonomi.
b) Diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 84 Tahun
2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
dalam rangka Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat, yang memberikan
kekhususan terhadap pengadaan barang/jasa
pemerintah untuk daerah-daerah terpencil melalui
pengadaan langsung.
14 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
c) Terlaksananya sinkronisasi, koordinasi, monitoring
serta evaluasi program pembangunan dan
pengelolaan permasalahan terkait Papua, baik dalam
hubungan internasional maupun pengelolaan
permasalahan di dalam negeri, melalui kegiatan
antara lain meredam isu pembukaan kantor
perwakilan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di
beberapa negara, fasilitasi penyelesaian
permasalahan implementasi Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi
Provinsi Papua, Pemilukada, fasilitasi kunjungan
kerja para Menlu Melanesian Spearhead Group
(MSG) ke Papua dan Maluku, membuka website “We
Love Papua” dengan 10 (sepuluh) feeder-nya, dialog
interaktif media elektronik, dan membuka jaring
informasi/komunikasi langsung dengan seluruh
perwakilan Republik Indonesia di luar negeri terkait
masalah Papua.
d) Dilaksanakannya pembahasan Rancangan Undang-
Undang tentang Pemerintahan di Tanah Papua yang
merupakan usulan dari Pemerintah Provinsi Papua
dan saat ini sedang dalam tahap harmonisasi dengan
melibatkan K/L terkait.
2. Politik Luar Negeri
Dalam kurun waktu 2009-2014, pelaksanaan koordinasi
politik luar negeri telah terlaksana dengan baik dan menunjukkan
berbagai kemajuan hubungan Indonesia baik secara bilateral,
regional, maupun multilateral. Dalam kurun waktu tersebut,
koordinasi politik luar negeri juga melakukan berbagai upaya untuk
mendukung penegakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik
15 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
Indonesia (NKRI), diantaranya mendorong pembentukan Flight
Communication Information System dan Flight Information Region;
pengelolaan isu perbatasan; pengelolaan penanganan isu Papua
Merdeka di luar negeri serta pelaksanaan upaya perlindungan
Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri.
Dalam hubungan bilateral, fokus koordinasi politik luar
negeri pada kurun waktu tersebut ditekankan pada upaya
peningkatan hubungan dengan negara-negara yang memiliki
kemitraan strategis atau kemitraan komprehensif dengan
Indonesia. Dilakukan pula upaya-upaya pembentukan forum
bilateral antara Kemenko Polhukam dengan mitra di negara
sahabat. Pada tataran regional, Indonesia berperan aktif dalam
memantapkan pembentukan komunitas Association of Southeast
Asian Nation (ASEAN) dalam ketiga pilarnya dan pada saat yang
sama mendorong kesiapan nasional guna mendapatkan manfaat
optimal bagi kepentingan nasional. Berbagai upaya tersebut
dilaksanakan melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN,
Dewan Komunitas Politik-Keamanan ASEAN, dan Badan Sektoral di
bawah pilar politik dan keamanan ASEAN yang mengadakan
pertemuan reguler setiap tahunnya. Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan (yang selanjutnya disebut Menko
Polhukam) menjadi koordinator pilar politik dan keamanan dan
Representative Indonesia pada Dewan Komunitas Politik dan
Keamanan ASEAN.
Di bidang hubungan multilateral, koordinasi politik luar
negeri diarahkan pada pembahasan keanggotaan Indonesia pada
organisasi internasional; landasan hukum bagi keberadaan
Lembaga atau Badan Kerja Sama Asing di Indonesia; kejahatan
lintas batas negara; pemajuan penanganan dan kepentingan
nasional terkait pemeliharaan perdamaian Persatuan Bangsa-
16 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Bangsa (PBB); Sumber Daya Genetik, Pengetahuan Tradisional dan
Kearifan Lokal; penyusunan dan penegakan konvensi internasional
bagi kepentingan nasional; kerja sama maritim, migran ilegal, isu-
isu Hak Asasi Manusia (HAM), dan pembangunan ekonomi
internasional.
a. Kerja Sama Bilateral
1) Hasil yang dicapai:
Meningkat dan berkembangnya hubungan kerja
sama di bidang politik, hukum, dan keamanan dengan
negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika,
kawasan Amerika dan Eropa dengan hasil meliputi:
a) 16 negara telah menjalin kemitraan strategis atau
kemitraan komprehensif dengan Indonesia.
b) Dukungan diplomasi perbatasan dengan Singapura
telah ditandatangani untuk segmen timur.
Sedangkan dengan Filipina, telah disepakati
Exclusive Economic Zone Boundary Line dalam lima
segmen, sehingga hal ini akan memberikan dampak
positif kerja sama bidang perikanan, patroli
terkoordinasi, dan penanganan transnational crimes.
c) Telah berjalannya forum bilateral tahunan Menko
Polhukam dengan State Councillor Republik Rakyat
Tiongkok (RRT) sejak 2010. Pertemuan tahun 2014
akan dilaksanakan di Beijing RRT dan untuk tahun
2015 akan dilaksanakan di Kemenko Polhukam.
Menko Polhukam juga melaksanakan forum bilateral
dengan Secretary of the Security Council of the
Russian Federation (sebagai mitra Menko Polhukam
di Rusia) yang dikukuhkan melalui Memorandum of
Understanding.
17 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
d) Menjadi peserta aktif dalam pertemuan tahunan
International Conference on High Officials Responsible
for Security Matter di Rusia dan menjadi focal point
dalam pertukaran pengalaman melalui kunjungan 2
(dua) pejabat Colombian Agency for Reintegration ke
Aceh, serta focal point dalam beberapa komisi
bersama bidang pertahanan dan keamanan seperti
dengan Brasil dan Amerika Serikat.
e) Memberikan briefing kepada Kepala Perwakilan
Asing di Jakarta mengenai situasi politik, hukum
dan keamanan Indonesia dalam acara An Update on
Political and Security Situation in Indonesia.
b. Kerja Sama ASEAN
1) Hasil yang dicapai:
a) Adanya percepatan pencapaian Komunitas Politik
dan Keamanan ASEAN dan kesiapan Indonesia
menuju pembentukan komunitas ASEAN pada akhir
tahun 2015.
b) Terbentuknya blueprints Komunitas ASEAN
khususnya cetak biru komunitas politik dan
keamanan ASEAN pada tahun 2009.
c) Diselesaikannya penyusunan dan proses ratifikasi
ASEAN Convention on Counter Terrorism (ACCT)
yang berlaku sejak 27 Mei 2011.
d) Terbentuknya gagasan dan tindak tindak lanjut
ASEAN Common Visa bagi peningkatan people to
people termasuk bisnis.
e) Terimplementasikannya cetak biru pilar politik
keamanan ASEAN dimana Indonesia mengambil
prakarsa untuk melaksanakan 13 action lines dari 32
18 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
yang belum diimplementasikan pada tataran ASEAN
untuk kurun waktu tahun 2014-2015.
f) Terbentuknya ASEAN Maritime Forum dan Expanded
Maritime Forum sejak tahun 2011.
g) Tersusunnya visi ASEAN pasca 2015 terutama
prakarsa Indonesia bagi arsitektur keamanan
kawasan melalui konsep Indo-Pacific Treaty of
Friendship and Cooperation yang diajukan pada
tahun 2013.
c. Kerja Sama Multilateral
1) Hasil yang dicapai:
a) Peran aktif Indonesia sebagai bagian dari solusi
permasalahan global di berbagai forum internasional
seperti menginisiasi perlindungan Genetic
Resources, Traditional Knowledge and Folklore
(GRTKF) serta mendorong target Indonesia untuk
mencapai peringkat 10 besar dunia melalui
pencapaian 4.000 Indonesian peacekeepers dalam
multidimensional mission.
b) Berperan dalam pembentukan dan kelanjutan
mekanisme Bali Process dan Bali Democracy Forum
(BDF), penanganan perompakan internasional di
perairan laut lepas Somalia dan Semenanjung Afrika
serta pencegahan terorisme melalui Financial Action
Task Force (FATF).
c) Berperan dalam berbagai organisasi dan kegiatan
internasional seperti Organisasi Konferensi Islam
khususnya dalam isu Aktivitas Arakan Rohingya
Union, isu HAM internasional seperti indigenous
issue dan self determination, Open Government
19 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
Partnership (OGP), dan berperan aktif dalam
pencapaian perdamaian atas konflik di Timur
Tengah.
d. Pemeliharaan Kedaulatan dan Keutuhan NKRI
1) Hasil yang dicapai:
a) Menangkal kegiatan kelompok Papua merdeka di
luar negeri serta mempelopori pembentukan Flight
Communication Information System (FCIS).
b) Menangkal kampanye kelompok Papua merdeka di
luar negeri dan memberikan informasi yang benar
dan jelas kepada Perwakilan Republik Indonesia.
c) Berperan aktif atas diterimanya Indonesia menjadi
observer Melanesian Spearhead Group (MSG) melalui
KTT ke-18 di Suva pada tahun 2011.
d) Penolakan MSG atas aplikasi West Papua National
Coalition for Liberation sebagai anggota MSG (Juni
2014) dan menetralisir isu-isu HAM oleh berbagai
pihak dan NGO asing atas isu dalam negeri
Indonesia.
e. Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI)
1) Hasil yang dicapai:
a) Menjadi penjuru dalam menangani kasus-kasus WNI
yang bersifat masif dan sangat krusial seperti
pemulangan WNI overstayers dari Kerajaan Arab
Saudi baik melalui laut dan udara serta berperan
aktif dalam Satuan Tugas Penanganan Kasus WNI
atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri yang
Terancam Hukuman Mati.
20 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
b) Berperan aktif dalam upaya pembebasan WNI awak
kapal MV Sinar Kudus yang disandera di perairan
Somalia dan pemulangan WNI di Suriah.
c) Menangani 442 kasus WNI yang terancam hukuman
mati di luar negeri, dimana 190 WNI berhasil lepas
dari ancaman hukuman mati.
3. Kesatuan Bangsa
Sejak awal berdirinya NKRI, para pendiri negara menyadari
bahwa keberadaan masyarakat yang majemuk merupakan
kekayaan bangsa Indonesia yang harus diakui, diterima, dan
dihormati, yang kemudian diwujudkan dalam semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika”. Namun, disadari bahwa ketidakmampuan untuk
mengelola kemajemukan dan ketidaksiapan sebagian masyarakat
untuk menerima kemajemukan tersebut, serta pengaruh negatif
globalisasi telah mengakibatkan terjadinya berbagai gesekan dan
konflik serta memudarnya implementasi nilai-nilai Pancasila yang
berpotensi membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh
karena itu, pada 24 Mei 2011 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dan Wakil Presiden Boediono mengadakan pertemuan dengan 7
(tujuh) pimpinan Lembaga Negara di Mahkamah Konstitusi guna
membahas penguatan Pancasila sebagai ideologi negara.
a. Wawasan Kebangsaan
1) Hasil yang dicapai:
a) Tersusunnya draf final Desain Induk Pemantapan
Wawasan Kebangsaan Tahun 2012-2025 sebagai
pedoman K/L, pemda, dan segenap komponen
bangsa dalam memperkokoh kehidupan bangsa yang
demokratis berdasarkan Empat Konsensus Dasar
(Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika).
21 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
b) Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya Empat Konsensus Dasar, antara lain
dapat dilihat dari makin banyaknya komponen
masyarakat yang menyelenggarakan diskusi dan
seminar tentang wawasan kebangsaan.
c) Terwujudnya proses peralihan kekuasaan secara
demokratis dan damai melalui Pemilu Legislatif dan
Pemilu Presiden/Wakil Presiden tahun 2014.
b. Harmonisasi Sosial
1) Hasil yang dicapai:
a) Terlaksananya fasilitasi penyelesaian gesekan
berbagai kelompok masyarakat yang terkait dengan
ajaran umat agama tertentu (Ahmadiyah dan Syiah)
dan hubungan antar umat beragama (kasus
pendirian rumah ibadah).
b) Terlaksananya pencegahan konflik dan terciptanya
suasana aman, tenteram, tertib, dan damai sesuai
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Penanganan Konflik Sosial.
c. Pemberdayaan Masyarakat
1) Hasil yang dicapai:
a) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam
mengawasi penyelenggaraan pemerintahan di pusat
dan daerah agar tercipta transparansi dan
akuntabilitas.
b) Terlaksananya fasilitasi organisasi kemasyarakatan
dalam implementasi wawasan kebangsaan dan
sosialisasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013
tentang Organisasi Kemasyarakatan.
22 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
c) Terlaksananya fasilitasi pembahasan dan
penyusunan Peraturan Pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yakni
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa.
d. Masyarakat Kawasan Tertinggal
1) Hasil yang dicapai:
a) Terlampauinya target pengentasan kawasan
tertinggal yang ditetapkan dalam RPJMN (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2010-
2014, sebesar 70 kabupaten (27 kabupaten di
wilayah Timur; 6 kabupaten di wilayah Kalimantan;
35 kabupaten di Wilayah Sumatera; dan 2 kabupaten
di wilayah Jawa) dari target minimal 50 kabupaten
dari 183 daerah tertinggal.
b) Masyarakat di kawasan daerah tertinggal termasuk
di kawasan perbatasan pada umumnya tetap bangga
dan setia kepada NKRI, walaupun belum sejahtera.
e. Pengelolaan Wilayah Khusus
1) Hasil yang dicapai:
Terlaksananya koordinasi antar K/L dalam upaya
pengelolaan pascakonflik dan pascabencana, antara lain
pasca meletusnya Gunung Sinabung, Sumatera Utara dan
Banjir Bandang di Manado, Sulawesi Utara.
4. Komunikasi, Informasi, dan Aparatur
Regulasi di bidang komunikasi, informasi, dan aparatur
seperti Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang
23 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
Pers, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran,
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
Transaksi Elektronik, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dan Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara perlu dioptimalkan
pelaksanaannya guna memperlancar proses dan meningkatkan
intensitas pembangunan nasional.
a. Hasil yang dicapai:
1) Terciptanya iklim kebebasan pers yang semakin kondusif
dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap
mekanisme penyelesaian masalah akibat pemberitaan
media massa melalui penggunaan hak jawab/hak koreksi.
2) Terbentuknya Desk Ketahanan dan Keamanan Informasi
Cyber Nasional berdasarkan Keputusan Menko Polhukam
Nomor 24 Tahun 2014 untuk mendorong terciptanya
ketahanan informasi di lingkungan cyber nasional,
meningkatkan kerja sama regional dan global untuk
menangani 3 (tiga) isu utama dunia (food
security/ketahanan pangan, energy security/ketahanan
energi dan cyber space security/ketahanan ruang cyber)
serta menjaga kemandirian bangsa dalam pengelolaan
informasi di ruang cyber.
3) Dalam rangka mewujudkan transparansi informasi
sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, telah
dibentuk Komisi Informasi Pusat dan Komisi Informasi di
provinsi-provinsi serta Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID) pada badan-badan publik di tingkat
pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Selain itu, telah
24 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
dapat diwujudkan pelayanan informasi yang relatif lebih
cepat dan transparan.
4) Terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara.
5) Penerapan program Penilaian Mandiri Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi (PMPRB) secara online (self-
assessment) di lingkungan Kementerian/Lembaga dan
pemerintah daerah.
6) Reformasi birokrasi telah mampu mendorong secara
signifikan 8 (delapan) area perubahan terutama
menyangkut organisasi, ketatalaksanaan, perundang-
undangan, Sumber Daya Manusia (SDM), pengawasan,
akuntabilitas, pelayanan publik dan mindset aparatur,
dimana Kemenko Polhukam berdasarkan penilaian
mandiri telah mencapai hasil rata-rata 71% namun belum
diverifikasi oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi.
7) Terbangunnya pelayanan publik melalui mekanisme satu
pintu meliputi pelayanan informasi oleh PPID, pelayanan
pengadaan barang/jasa oleh Layanan Pengadaan Secara
Elektronik (LPSE), dan pelayanan fungsional yang
dilaksanakan oleh masing-masing kedeputian.
B. BIDANG HUKUM DAN HAM
Penegakan supremasi hukum (rule of law), dengan
mengedepankan kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu
prasyarat untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan
bersih (good governance and clean government). Dalam mendukung
pencapaian penegakan supremasi hukum, Pemerintah telah melakukan
upaya penataan produk hukum maupun penanganan permasalahan
bidang hukum, seperti dalam hal penyusunan peraturan perundang-
25 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
undangan yang diakomodasi melalui Program Legislasi Nasional
(Prolegnas).
Beberapa permasalahan penegakan hukum terkait penanganan
kasus korupsi, penanggulangan pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual
(HKI), serta pemajuan dan perlindungan HAM belum dapat diselesaikan
secara tuntas karena adanya hambatan ego sektoral dari instansi terkait
dan adanya aturan hukum yang ketinggalan seiring berkembangnya
kasus kejahatan tersebut.
1. Penyelesaian Peraturan Perundang-Undangan
a. Hasil yang dicapai:
1) Dalam Prolegnas tahun 2010-2014, hingga bulan Juli
2014 telah disahkan sebanyak 96 Undang-Undang dari
target 340 RUU, khusus Rancangan Undang-Undang
terkait bidang politik, hukum, dan keamanan telah
disahkan 36 Undang-Undang dari target 137 Rancangan
Undang-Undang.
2) Penyusunan Peraturan Pemerintah dan Peraturan
Presiden bidang politik, hukum, dan keamanan
khususnya terkait masalah Aceh baru diselesaikan pada
tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia dan dilanjutkan rapat Eselon I di Kemenko
Polhukam guna membahas Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Kewenangan Pemerintah yang
bersifat Nasional di Aceh, Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Pengelolaan Bersama Sumber Daya
Alam Minyak dan Gas Bumi di Aceh, Rancangan
Peraturan Presiden tentang Pengalihan Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Aceh dan Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota menjadi Perangkat Daerah Aceh, dan
Rancangan Peraturan Presiden sebagai revisi Keputusan
26 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Presiden Nomor 63 Tahun 2004 tentang Pengamanan
Obyek Vital Nasional.
3) Dalam mendukung terwujudnya beberapa peraturan
perundang-undangan terkait penyelenggaraan hukum
internasional, Kemenko Polhukam telah
menyelenggarakan pembahasan Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Penjaga Laut dan Pantai, Rancangan
Peraturan Pemerintah tentang Pengawasan Perikanan,
Rancangan Undang-Undang tentang Landas Kontinen
Indonesia, dan revisi Undang-Undang Perairan Nomor 6
Tahun 1996 yang didalamnya memuat pembentukan
Badan Keamanan Laut (BAKAMLA).
2. Peningkatan Peran dan Profesionalitas Aparat Hukum TNI
a. Hasil yang dicapai:
Telah ditandatanganinya Nota Kesepahaman antara Panglima
TNI dan Jaksa Agung terkait dengan tugas Liaison Officer
kepada pihak Kejaksaan sebagai embrio terbentuknya Jaksa
Agung Muda Tindak Pidana Militer.
b. Permasalahan yang dihadapi:
Belum disetujuinya keberadaan Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Militer, karena diperlukan beberapa peraturan
perundang-undangan pendukung persetujuan dimaksud.
3. Penataan Organisasi dan Manajemen Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas)
a. Hasil yang dicapai:
1) Pemerintah telah menetapkan perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan, sehingga pemberian remisi,
27 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
pembebasan bersyarat, dan asimilasi menjadi lebih
diperketat. Substansi dari salah satu perubahan adalah
mengatur tentang syarat narapidana harus bersedia
bekerjasama dengan penegak hukum untuk membantu
membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya;
2) Diselenggarakannya Rapat Koordinasi Tingkat Menteri,
dengan hasil berupa rekomendasi kepada Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk membentuk Tim
Terpadu Penataan Organisasi dan Sistem Manajemen
Lapas;
3) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia telah
melakukan transisi melalui restrukturisasi program yang
diampu oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan dan
melakukan langkah-langkah koordinasi dalam rangka
evaluasi organisasi Lapas.
4. Penegakan Hukum
a. Hasil yang dicapai:
1) Terbentuknya Tim Terpadu Pencari Tersangka, Terpidana
dan Aset dalam Perkara Tindak Pidana. Pada tahun 2014,
tugas Tim Terpadu tidak hanya mencari tersangka dan
terpidana, akan tetapi diperluas untuk mencari aset yang
tidak hanya berkaitan dengan tindak pidana korupsi
melainkan juga aset yang berkaitan dengan tindak pidana
dalam bidang keuangan. Hasil kerja Tim Terpadu yang
dicapai antara lain:
a) mengajukan permintaan ekstradisi terhadap
terpidana Edi Tansil yang melarikan diri ke China.
b) mengajukan permintaan ekstradisi terhadap
terpidana Adrian Kiki Ariawan ke Australia dan
28 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
berhasil dipulangkan ke Indonesia pada 22 Januari
2014.
c) mengajukan permintaan ekstradisi terhadap
terpidana Djoko Soegiarto Tjandra yang melarikan
diri ke Papua Nugini.
d) melakukan pembahasan dan negosiasi perjanjian
ekstradisi antara Pemerintah RI dan Vietnam serta
Papua Nugini.
2) Melakukan aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi,
dengan memantapkan koordinasi peningkatan kapasitas
aparat penegak hukum dan aparat terkait lainnya melalui
koordinasi pelatihan berkala dan pelatihan bersama.
3) Melaksanakan sinkronisasi dan koordinasi penanganan
perkara tindak pidana korupsi yang dilaksanakan oleh
Kejaksaan dan Polri.
4) Merekomendasikan kepada Presiden bahwa kasus hukum
PT Indosat Mega Media (IM2) masih dalam proses hukum
di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Semua
pihak baik pemerintah maupun dunia usaha
telekomunikasi seyogyanya menghormati proses hukum
yang sedang berjalan.
5) Melakukan koordinasi dalam rangka pemberantasan
penebangan kayu secara ilegal di kawasan hutan dan
peredarannya di seluruh wilayah Indonesia.
6) Memberikan pendapat hukum kepada Presiden atas
permohonan grasi kepada terpidana mati.
7) Pembentukan Badan Pengelola Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan
Gambut, yang dikenal dengan Badan REDD+ (Reduction
Emissions from Deforestation and Forest Degradation)
29 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2013
tentang Badan Pengelola Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan
Gambut.
8) Melaksanakan koordinasi penanganan kejadian tabrakan
di perairan Selat Sunda antara Kapal Ferry Bahuga Jaya
dan kapal tanker M.V. Norgas Chantika milik Norwegia;
dan ditindaklanjuti dengan merekomendasikan kepada
Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) untuk
mendalami marine safety investigation guna perbaikan
sistem transportasi.
9) Melakukan pengkajian ulang mengenai keberadaan
Otoritas Pusat (Central Authority) yang saat ini berada di
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mengingat
tidak lagi menjadi bagian dari integrated criminal justice
system. Otoritas Pusat mempunyai peranan sangat
penting dan strategis dalam mendukung keberhasilan
pelaksanaan kerja sama internasional sebagai bentuk
keikutsertaan Indonesia dalam pergaulan internasional
yang telah meratifikasi Konvensi PBB.
10) Melakukan pemantapan dengan K/L terkait dan pakar
hukum lingkungan dalam penanganan dampak
pencemaran asap lintas batas (transboundary haze
pollution) akibat kebakaran hutan di Provinsi Riau,
berupa pengajuan tuntutan, baik hukum pidana maupun
perdata dari negara yang dirugikan akibat tercemar asap.
30 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
5. Perjanjian Bilateral Batas Wilayah Laut dan Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE)
a. Hasil yang dicapai:
1) Telah dilaksanakan perundingan Republik Indonesia-
Singapura mengenai batas wilayah laut di segmen timur
Selat Singapura antara Tim Teknis Delimitasi Batas
Maritim kedua negara selama 9 (sembilan) putaran.
Putaran ke-9 berlangsung pada 9-10 Desember 2013 di
Singapura; dan telah disepakati Peta lampiran draft
perjanjian oleh pihak berwenang kedua negara. Untuk
Indonesia telah disetujui oleh Badan Informasi Geospasial
(BIG) dan Dinas Hidrografi TNI AL.
2) Telah dilaksanakan perundingan batas ZEE RI-Filipina
mulai tahun 2004 hingga tahun 2007, dengan hasil
menyepakati 3 (tiga) segmen (segmen 1, 3, dan 5) dimana
garis batas ZEE di segmen tersebut telah terletak pada
posisi yang sama/berhimpitan (merged lines), Konstruksi
garis dilakukan sesuai dengan ketentuan Konvensi PBB
tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982), menggunakan
prinsip proporsionalitas, dan mencari balance kebutuhan
dan kepentingan kedua negara.
b. Permasalahan yang dihadapi:
Belum dilaporkannya hasil 2 (dua) perundingan tersebut
kepada Presiden Republik Indonesia, sehingga penandatangan
perjanjian kedua negara belum dilaksanakan.
31 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
6. Pembahasan Mengenai Peran TNI Angkatan Udara sebagai Penegak
Kedaulatan dan Hukum di Udara (Wacana revisi Undang-Undang
tentang Penerbangan)
a. Hasil yang dicapai:
Pada 11 Februari 2014 telah dilaksanakan rapat koordinasi
membahas peran TNI AU sebagai penegak kedaulatan dan
hukum di udara.
7. Perumusan Rules of Engagement pada Tataran Grand Strategy
a. Hasil yang dicapai:
Pada 18 Februari 2013 telah dilaksanakan rapat koordinasi
membahas keperluan pembentukan Rules of Engagement
(RoE) pada tataran grand strategy, sebagai dasar ketentuan
yang legal terkait dengan penggunaan kekuatan dan kekerasan
bersenjata sehingga dibenarkan menurut hukum, serta sesuai
dengan kepentingan/misi yang harus dicapai.
8. Mekanisme Penyelesaian Pelanggaran Hukum yang Dilakukan oleh
Prajurit yang Sedang Tugas Operasi Perdamaian PBB
a. Hasil yang dicapai:
Pada 19 Maret 2014 telah dilaksanakan rapat koordinasi
membahas mekanisme penyelesaian pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh prajurit yang sedang melaksanakan tugas
operasi perdamaian PBB.
9. Pemajuan dan Perlindungan HAM
a. Hasil yang dicapai:
1) Penetapan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2011
tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun
2011-2014 dan telah terbentuk Panitia Pelaksana
Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) di
Pusat sebanyak 40 (empat puluh) K/L dan Panitia
32 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
RANHAM di daerah sebanyak 33 (tiga puluh tiga) provinsi,
dan 451 (empat ratus lima puluh satu) kabupaten/kota.
2) Ratifikasi sejumlah instrumen HAM Internasional:
a) Rancangan Undang-Undang tentang Pengesahan
Konvensi Internasional untuk Perlindungan Semua
Orang dari Penghilangan secara Paksa, masih
menunggu waktu pembahasan dari Komisi I Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
b) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2012 tentang
Pengesahan Optional Protocol to the Convention on
the Rights of the Child on the Involvement of Children
in Armed Conflict (Protokol Opsional Konvensi Hak-
Hak Anak mengenai Keterlibatan Anak dalam Konflik
Bersenjata).
c) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2012 tentang
Pengesahan Optional Protocol to the Convention on
the Rights of the Child on the Sale of Children, Child
Prostitution and Child Pornography (Protokol
Opsional Konvensi Hak-hak Anak mengenai
Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi
Anak).
d) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2012 tentang
Pengesahan International Convention on The
Protection of The Rights of All Migrant Workers and
Members Their Families (Konvensi Internasional
mengenai Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja
Migran dan Anggota Keluarganya).
e) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pengesahan Convention on The Rights of Persons
33 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
with Disabilities (Konvensi mengenai Hak-hak
Penyandang Disabilitas).
3) Pembentukan kelembagaan untuk perlindungan,
penghormatan, dan pemenuhan HAM.
4) Pengelolaan pengungsi dan korban kerusuhan horizontal
di Ambon, Sampit, dan Poso, serta korban bencana alam
di sejumlah daerah.
5) Pelaksanaan berbagai langkah peningkatan perlindungan
TKI di luar negeri berdasarkan:
a) Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang
Satuan Tugas Penanganan Kasus Warga Negara
Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
yang Terancam Hukuman Mati.
b) Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Satuan Tugas Penanganan Kasus Warga Negara
Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
yang Terancam Hukuman Mati.
6) Penerbitan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pendanaan Terorisme.
7) Tercapainya peningkatan citra Indonesia di dunia
internasional dalam penghormatan HAM, antara lain:
a) ASEAN Intergovernmental Commission on Human
Rights (AICHR) yang dibentuk tahun 2009 sebagai
Badan HAM ASEAN.
b) ASEAN Human Rights Declaration (AHRD) yang
disahkan para Pemimpin ASEAN di Phnom Penh,
Kamboja pada 18 November 2012.
34 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
8) Terpilihnya Indonesia sebagai anggota Dewan HAM pada
sidang Majelis Umum PBB:
a) Dalam kiprahnya sebagai negara anggota, Indonesia
pernah menjadi Wakil Presiden Dewan HAM untuk
periode 2009-2010, yang dijabat oleh Wakil Tetap
RI/Duta Besar Dian Triansyah Djani.
b) Indonesia terpilih kembali sebagai anggota Dewan
HAM PBB periode 2011-2014 dengan memperoleh
jumlah suara 184, yang merupakan suara terbanyak
yang diterima oleh seluruh kandidat negara dalam
pemilihan.
9) Terlaksananya Universal Periodic Review (Pengkajian
Berkala Universal terhadap situasi HAM di negara anggota
PBB) di Indonesia. Sidang pembahasan laporan initial dan
periodik pertama Indonesia sebagai negara Pihak
International Covenant on Civil and Political Rights
(ICCPR) Jenewa, Swiss pada tahun 2013.
10) Pemberian kompensasi dan bantuan lainnya kepada
pengungsi eks Timor Timur yang bermukim di wilayah
Indonesia. Melalui Direktif Presiden telah dilakukan
program pembangunan perumahan bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) di Provinsi NTT yang
diperuntukkan bagi Eks warga Timor Timur beserta
masyarakat lokal, dan telah dianggarkan sebesar Rp 1
trilliun untuk tahun 2011-2012 (belum dapat
direalisasikan sepenuhnya karena hambatan sistem
penganggaran).
11) Disepakatinya pembentukan Komisi Kebenaran dan
Persahabatan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan
Republik Demokratik Timor Leste pada tahun 2005 untuk
35 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
menyelesaikan permasalahan HAM di Timor Timur yang
bersifat konstruktif dan didasarkan pada pendekatan
restorative justice (penekanan pada pemulihan martabat
dan perbaikan kondisi para korban), bukan pada
prosecutorial justice. Hasil kerja sama Republik
Indonesia- Republik Demokratik Timor Leste adalah
sebagai berikut:
a) Terbentuknya Kelompok Kerja Tindak Lanjut
Rencana Aksi Implementasi Rekomendasi Komisi
Kebenaran dan Persahabatan Pemerintah Republik
Indonesia dan Republik Demokratik Timor Leste
tahun 2005-2014, yang beranggotakan dari
Kementerian/Lembaga terkait.
b) Terlaksananya renovasi Taman Makam Pahlawan
(TMP) Seroja Dili di Timor Leste.
c) Diberlakukannya Pas Lintas Batas (PLB) di 7 (tujuh)
wilayah perbatasan Pemerintah Republik Indonesia
dan Republik Demokratik Timor Leste, dari 9
(sembilan) yang direncanakan.
d) Dilakukan pengembalian/pembayaran Tabungan
Hari Tua (THT), Tabungan Perumahan (Taperum),
dan Jaminan Hari Tua (JHT) bagi mantan Pegawai
Negeri Sipil (PNS), anggota TNI/Polri dan Pegawai
Swasta Indonesia eks Provinsi Timor Timur oleh PT.
Taspen, PT. Asabri, Bapertarum, dan PT. Jamsostek.
e) Terbentuknya Kelompok Kerja Taman Makam
Pahlawan (TMP) untuk renovasi dan relokasi TMP
Seroja di Republik Demokratik Timor Leste, dengan
ketua pejabat Kemlu dan anggota dari K/L terkait.
36 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
f) Terbentuknya Kelompok Kerja mengenai
pembangunan Pusat Budaya Indonesia (PBI) di Dili,
dengan ketua dari Kementerian Luar Negeri dan
anggota dari Kementerian/Lembaga terkait.
g) Dilaksanakannya kerja sama antara
Kementerian/Lembaga di Republik Demokratik
Timor Leste dengan Perguruan Tinggi yang ada di
Indonesia, baik perguruan tinggi negeri maupun
swasta sebagai pelaksanaan pemantapan koordinasi
terkait program Rencana Aksi Implementasi
Rekomendasi Komisi Kebenaran dan Persahabatan
Pemerintah Republik Indonesia dan Republik
Demokratik Timor Leste di bidang pendidikan.
h) Dilaksanakannya kerja sama antara K/L di Republik
Demokratik Timor Leste dengan rumah sakit, baik
negeri maupun swasta, khususnya di Denpasar, Bali
dan Surabaya, Jawa Timur sebagai pelaksanaan
pemantapan koordinasi program Rencana Aksi
Implementasi Rekomendasi Komisi Kebenaran dan
Persahabatan Repubik Indonesia- Republik
Demokratik Timor Leste di bidang kesehatan.
i) Ditandatanganinya berbagai dokumen Berita Acara
Serah Terima Pembayaran Tabungan Hari Tua (THT),
Taperum, dan Dana Pensiun kepada mantan PNS,
Prajurit TNI dan Polri eks Provinsi Timor Timur
antara PT. Taspen, Bapertarum, PT. Asabri (Persero),
dan Sepfope.
37 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
10. Penanganan Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat
a. Hasil yang dicapai:
1) Kejaksaan Agung telah menangani 7 (tujuh) laporan
terkait pelanggaran HAM Berat, antara lain untuk Kasus
Semanggi 1 dan 2, Kerusuhan Mei 1998, Kasus Wamena
dan Wasior, Kasus Penghilangan Orang secara Paksa
Tahun 1997-1998, Kasus PKI Tahun 1965 dan 1966.
Berkas tersebut telah dikembalikan kepada Komnas HAM
selaku Penyidik pada 28 Mei 2014.
2) Terhadap kasus Penghilangan Orang secara Paksa,
Komnas HAM sudah memberikan rekomendasi ke DPR
untuk pembentukan Pengadilan Ad Hoc Hak Asasi
Manusia (HAM), untuk 6 kasus lainnya belum ada
rekomendasi dari Komnas HAM.
11. Penanganan Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu
melalui Mekanisme Rancangan Undang-Undang tentang Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi (RUU KKR)
a. Hasil yang dicapai:
Untuk pelanggaran HAM Berat Masa Lalu, RUU KKR
diharapkan dapat menjadi solusi pembentukan Peradilan HAM
di Indonesia dan akan segera diajukan ke DPR untuk
disahkan.
12. Tindak Pidana Korupsi
Berdasarkan data dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
selama kurun waktu tahun 2009-Mei 2014, KPK telah menangani
total 265 kasus yang meliputi pengadaan barang/jasa 66 kasus,
perijinan 7, penyuapan 149, pungutan 5, penyalahgunaan
anggaran 22, tindak pidana pencucian uang 13, dan tindakan
merintangi proses KPK 3 kasus.
38 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Keuangan negara yang diselamatkan dari penindakan tindak
pidana korupsi dan disetor ke kas negara periode 2005-Mei 2014
total sejumlah Rp 999.947.998.138, sedangkan yang disetorkan ke
kas daerah Rp 228.880.475.048 dan dari penindakan tindak
gratifikasi Rp 19.628.559.562.
Penyelamatan keuangan negara dari tindakan pencegahan
terkait pengalihan hak milik negara, sektor migas, dan alokasi gas
bumi untuk pupuk sebesar Rp 196.196.305.391.340, sedangkan
pencegahan potensi keuangan negara terkait pinjam pakai kawasan
hutan dan sumber daya mineral serta batu bara sebesar
Rp 51.508.882.241.869,4.
C. BIDANG KEAMANAN NASIONAL
1. Pertahanan Negara
Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala bentuk ancaman dan gangguan baik
yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri. Untuk mencapai
tujuan tersebut, ada 4 (empat) sasaran strategis yang saling terkait,
yaitu terselenggaranya pertahanan yang mampu menghadapi
ancaman militer, terselenggaranya pertahanan yang mampu
menghadapi ancaman nonmiliter, terselenggaranya pertahanan
yang mampu untuk ikut serta mewujudkan perdamaian dunia dan
stabilitas regional, serta terselenggaranya pertahanan negara yang
didukung oleh industri pertahanan yang kuat dan mandiri.
Pemerintah telah melakukan upaya-upaya dalam
mewujudkan sasaran strategis guna mewujudkan pertahanan yang
tangguh melalui pembangunan postur pertahanan, meskipun
dihadapkan dengan terbatasnya keuangan negara, dengan alokasi
anggaran pada awal RPJMN 2004-2009 sebesar 1,1% PDB namun
terdapat penurunan belanja pertahanan pada tahun 2007 sebesar
39 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
0,92% PDB, 0,70% PDN pada tahun 2008, dan 0,63% pada tahun
2009. Kondisi tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap
kemampuan pertahanan dihadapkan dengan berbagai ancaman
dan gangguan kedaulatan NKRI. Sehingga Pemerintah mengambil
kebijakan dalam pengembangan postur dan struktur pertahanan
melalui pemenuhan tahapan Minimum Essential Force (MEF).
a. Pembangunan Kekuatan Pertahanan
1) Hasil yang dicapai:
Realisasi pencapaian MEF pada Rencana Strategis
II (2010 s.d. Mei 2014) telah dilaksanakan sesuai dengan
sasaran program dan anggaran yang telah ditetapkan
yang meliputi pencapaian sasaran kekuatan organisasi,
personel dan materiil/Alutsista dengan persentase
capaian rata-rata sebesar 45,2%, dengan rincian TNI
Angkatan Darat 61,6%, TNI Angkatan Laut 25,5%, dan
TNI Angkatan Udara 50.7%. Hal tersebut bila dihadapkan
pada pelaksanaan tugas pokok serta dukungan anggaran
yang tersedia belum dapat meningkatkan kemampuan
TNI secara keseluruhan, walaupun demikian TNI tetap
dapat melaksanakan tugas pokoknya dengan cukup
memadai sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Sehingga sangat diperlukan kesinambungan
pembangunan MEF sesuai tahapan Rencana Strategis
jangka panjang yang telah ditetapkan.
b. Penggunaan Kekuatan Pertahanan
1) Hasil yang dicapai:
Penggunaan kekuatan TNI pada dasarnya
diarahkan untuk mampu mengatasi tantangan dan
ancaman pertahanan negara baik isu global, regional
maupun nasional utamanya isu kejahatan lintas negara,
40 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
isu keamanan terkait terorisme internasional, isu
keamanan laut dan udara, isu keamanan perbatasan
serta isu-isu keamanan yang berdimensi nirmiliter. Dalam
menghadapi ancaman digunakan kekuatan yang bersifat
gabungan TNI (Tri Matra Terpadu) serta didukung oleh
komponen pertahanan lainnya. Penggunaan kekuatan
pertahanan yang telah dilakukan antara lain:
a) melaksanakan operasi intelijen untuk memantau
situasi wilayah terutama di daerah rawan konflik,
pascakonflik, daerah perbatasan, dan pulau-pulau
terluar guna mencegah munculnya embrio
separatisme, terorisme, dan kejahatan transnasional.
b) melaksanakan operasi pengamanan di seluruh
wilayah NKRI terutama di wilayah perbatasan,
daerah rawan konflik, dan pulau-pulau terluar
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
c) melaksanakan patroli laut dan udara serta patroli
terkoordinasi yang diprioritaskan di perairan Selat
Malaka, Kepulauan Riau, Sulawesi, dan di sepanjang
ALKI.
d) melaksanakan bantuan bencana alam dan dukungan
keamanan kepada Polri sesuai permintaan.
e) meningkatkan pemberdayaan wilayah pertahanan
secara terpadu guna mewujudkan kondisi yang
mendukung terselenggaranya Sishanta terutama di
daerah rawan konflik, pascakonflik, dan rawan
bencana.
f) melaksanakan misi perdamaian dunia di bawah
bendera PBB dan organisasi internasional yang
diakui oleh pemerintah.
41 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
c. Pengelolaan Wilayah Perbatasan
1) Hasil yang dicapai:
a) Telah dilaksanakannya perundingan batas negara:
(1) Batas darat:
(a) Diselesaikannya 1 Unresolved Segment di
perbatasan darat Repubik Indonesia-
Republik Demokratik Timor Leste, yaitu di
wilayah Dilumil Memo.
(b) Diperoleh kemajuan pembahasan
Outstanding Boundary Problems (OBP)
Republik Indonesia-Malaysia, yaitu di
wilayah timur (Sabah-Kalimantan Utara).
(c) Disepakatinya rencana pembangunan
monumen di perbatasan Republik
Indonesia-Malaysia pada tahun 2014 dan
rencana survei bersama untuk perapatan
monumen batas MM.
(2) Batas maritim:
(a) Terkait batas maritim Republik Indonesia-
Malaysia, telah dirundingkan konstruksi
usulan garis batas laut wilayah di Laut
Sulawesi, Laut China Selatan di perairan
sekitar Tanjung Datu dan Selat Malaka
bagian Selatan.
(b) Tercapainya kesepakatan oleh Tim Teknis
Perunding untuk penetapan titik-titik batas
laut wilayah Segmen Timur RI-Singapura.
(c) Ditandatanganinya penetapan batas Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) RI-Filipina di 5
(lima) segmen pada area delimitasi
42 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
sepanjang 599,5 mil laut setara dengan
1.109,35 km.
(d) Terkait batas maritim Republik Indonesia-
Thailand, telah disepakati untuk
melanjutkan perundingan penetapan batas
ZEE di tingkat Tim Teknis.
(e) Terkait batas maritim Republik Indonesia-
Vietnam, telah disepakati penyelesaian
guide lines penyelesaian batas ZEE
Republik Indonesia-Vietnam.
b) Pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau
kecil terluar
(1) Telah dilaksanakan koordinasi pembangunan
sarana prasarana infrastruktur untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar.
(2) Telah dilaksanakan rapat-rapat dalam rangka
percepatan pembangunan jalan di sepanjang
perbatasan Kalimantan dan Malaysia.
d. Pengelolaan Industri Pertahanan
1) Hasil yang dicapai:
a) Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan,
Pemerintah berupaya membangkitkan industri
pertahanan dengan mewajibkan pemenuhan
Alutsista TNI diupayakan dari produksi dalam negeri
atau membeli material dari luar negeri dengan
menyertakan teknologinya atau Transfer of
Technology (TOT).
43 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
b) Sampai dengan tahun 2014 telah terpenuhi
Alutisista yang didukung oleh produksi dalam negeri
sebesar 43,6% sesuai program MEF.
2. Keamanan
Terciptanya rasa aman secara umum diwujudkan dengan
adanya ketenteraman merupakan kebutuhan mendasar dari setiap
individu yang harus terpenuhi di dalam usahanya dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dalam kehidupan bermasyarakat setiap orang senantiasa
mengharapkan suasana yang aman sehingga interaksi sosial dapat
terwujud secara harmonis, demikian juga untuk kelancaran
pelaksanaan pembangunan nasional, sangat diperlukan adanya
situasi keamanan yang kondusif.
Situasi keamanan dewasa ini secara umum cukup kondusif
namun masih terjadi beberapa kejadian yang berkaitan dengan
gangguan keamanan, antara lain dampak sengketa Pemilukada dan
Pemilu Legislatif, separatisme dan terorisme, konflik sosial,
kejahatan transnasional, dan unjuk rasa anarkis.
a. Pengelolaan Keamanan
1) Hasil yang dicapai:
a) Meningkatnya peran Polri dalam menciptakan
kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib
dan tegaknya hukum serta terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
b) Terselenggaranya kerja sama penanganan masalah
keamanan nasional antara TNI dan Polri.
c) Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan stabilitas
keamanan melalui Forum Koordinasi dan Konsultasi
44 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
(FKK) dalam rangka penyelesaian permasalahan di
Aceh dan Papua.
d) Terlaksananya pengamanan pelaksanaan Pemilu
Legislatif dan Pemilu Presiden/Wakil Presiden tahun
2014.
e) Meningkatnya efektivitas peran dan fungsi intelijen
keamanan.
f) Meningkatnya peran masyarakat dalam memelihara
keamanan.
b. Pemberantasan Terorisme
1) Hasil yang dicapai:
a) Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah dalam
memerangi isu terorisme, salah satunya adalah
dengan meningkatkan kerja sama internasional yang
kuat dan berkelanjutan dalam memerangi kejahatan-
kejahatan internasional bagi keamanan, ketenangan
masyarakat, dan perdagangan. Upaya Indonesia
dalam memperkuat pemberantasan tindak pidana
pencucian uang dan pembiayaan terorisme
dilakukan secara berkelanjutan, baik di tingkat
nasional, bilateral, regional, maupun multilateral.
b) Indonesia terus menyempurnakan peraturan
perundang-undangan dalam penanganan tindak
pidana pencucian uang dan pembiayaan terorisme,
termasuk menyesuaikan rekomendasi-rekomendasi
Financial Action Task Force (FATF). Pada tingkat
regional, Indonesia berperan aktif dalam kegiatan
Asia Pacific Group on Money Laundering, dan sebagai
co-chair Southeast Asia Working Group dari Global
Counter-Terrorism Forum dan tindak lanjut dari
45 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
Konvensi Anti Terorisme ASEAN. Mekanisme regional
lainnya adalah melalui ASEAN Regional Forum dan
ASEAN Defense Ministrial Meeting. Pada tingkat
multilateral, Indonesia telah meratifikasi sejumlah
Konvensi Internasional dan Protokol terkait
terorisme, yaitu 1963 Convention on Effences and
Certain Other Acts Commited on Board Aircraft,
Convention for the Suppression of Unlawful Acts
Against the Safety of Civil Aviation, 1980 Conventions
on the Physical Protection of Nuclear Material,
International Convention for the Suppression of the
Financing of Terrorism, 1997 International
Convention for the Suppression of Terrorist Bombing,
Amandment to the Conventions on the Physical
Protection of Nuclear Material, Protocol for the
Suppression of Unlawful Acts of Violence at Airport
Serving International Civil Aviation, dan United
Nations Convention Against Transnational Organized
Crime (UNTOC). Saat ini Indonesia sedang dalam
proses meratifikasi International Convention on the
Suppression of the Acts of Nuclear Terrorism yang
diharapkan dapat diratifikasi pada awal tahun 2014.
c) Pemerintah memiliki komitmen yang kuat dan
menyambut baik setiap keinginan masyarakat
internasional dalam melakukan kerja sama guna
penanggulangan segala bentuk kejahatan
internasional. Di tingkat bilateral, Indonesia telah
menandatangani beberapa perjanjian mengenai
pemberantasan terorisme. Keterpaduan strategi,
kebijakan dan pendekatan perlu dilakukan bukan
46 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
hanya pada tingkat nasional akan tetapi juga pada
tingkat internasional yang memerlukan koordinasi
antar K/L terkait.
c. Tindak Pidana Kejahatan Konvensional, Transnasional,
Kontijensi dan Kekayaan Negara
1) Hasil yang dicapai:
a) Sepanjang tahun 2013, tren gangguan keamanan
dan ketertiban masyarakat cenderung naik. Data
yang disajikan oleh Markas Besar Polri per 8 Januari
2014 menyebutkan terjadi peningkatan kasus
kejahatan sebanyak 4.854 (1,56%).
b) Tren tersebut antara lain kejahatan konvensional
sebanyak 293.047 kasus (2012: 291.228), kejahatan
transnasional 18.429 kasus (2012: 15.450),
kejahatan terhadap kekayaan negara 4.144 kasus
(2012: 3.837) dan kejahatan yang berimplikasi
kontinjensi 398 kasus (2012: 649). Dengan demikian,
jumlah keseluruhan kasus kejahatan tahun 2013
sebanyak 316.018 kasus (2012: 311.164).
Sedangkan jumlah kasus kejahatan yang dapat
diselesaikan hingga akhir November 2013 sebanyak
167.956 kasus atau naik 7.031 kasus, dengan
penyelesaian kasus sebesar 53% (2012: 52%).
c) Kasus kejahatan narkoba berdasarkan data akhir
Badan Narkotika Nasional dan Badan Reserse
Kriminal Polri sebanyak 14.441 kasus (2013: 35.586
kasus), dengan jumlah tersangka 18.017 WNI dan 88
Warga Negara Asing (WNA) (2013: 43.683 WNI dan
149 WNA), sedangkan jumlah barang bukti ganja
17.790.323,76 gr (tahun 2013), heroin 7.889,6 gr,
47 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
kokain 7.597,24 gr (tahun 2012), sabu 164.063,32 gr
dan ekstasi 9.155 butir.
1.2 Potensi dan Permasalahan
A. Potensi / Kekuatan
1. Secara umum stabilitas di bidang poltik, hukum dan
keamanan semakin kondusif. Kehidupan politik yang sehat,
kepastian hukum, dan stabilitas keamanan merupakan
prasyarat dalam pembangunan ekonomi untuk mencapai
kesejahteraan rakyat.
2. Konsolidasi Demokrasi menunjukan kemajuan (Data Indeks
Demokrasi Indonesia).
3. Komitmen terhadap penegakan hukum semakin tinggi.
4. Secara umum kondisi keamanan dalam negeri dalam rangka
menciptakan Kamtibnas menunjukan kemajuan.
5. Komitmen menjaga kedaulatan dan kesatuan NKRI ditunjukan
oleh seluruh elemen bangsa.
6. Ketersediaan sumber daya aparatur dan infrastruktur
pendukung dalam rangka koordinasi serta implementasi
reformasi birokrasi di Kemenko Polhukam sejak tahun 2010.
B. Permasalahan / Kelemahan
1. Ancaman terhadap wibawaan negara
2. Negara dianggap kurang memberikan rasa aman kepada
segenap warga negara, tidak mampu mendeteksi ancaman
terhadap kedaulatan wilayah, memberikan pelanggaran Hak
Asasi Manusia (HAM), lemah dalam penegakan hukum, dan
tidak berdaya dalam mengelola konflik sosial.
3. Intoleransi dan krisis keperibadaian bangsa
48 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
4. Jati diri bangsa terkoyak oleh merebaknya konflik kesektarian
dan berbagai bentuk intolerensi dan menjadi ancaman bagi
pembangunan karakter bangsa.
5. Kuatnya arogansi sektoral.
6. Perlunya penguatan tata kerja koordinasi antara kementerian
koordinator dengan kementerian teknis yang ada di bawahnya.
7. Potensi pemaknaan demokratisasi yang berlebihan.
8. Adanya fenomena regulation trap dan d’botllenecking dalam
peraturan perundang-undangan.
9. Masih adanya potensi separatisme dan terorisme yang menjadi
faham sebagian kelompok tertentu yang mengganggu
kedaulatan bangsa dan negara.
C. Peluang
1. ASEAN Community 2015 merupakan peluang terutama dalam
kepemimpinan Indonesia di ASEAN.
2. Secara geopolitik Indonesia sangat diuntungkan terutama
dalam perwujudan keamanan kawasan.
3. Bonus demografi merupakan peluang tersedianya sumber daya
manusia produktif dalam rangka pembangunan nasional.
4. Komitmen pemerintah untuk mewujudkan tata pemerintahan
yang baik (Good Governance) termasuk pemberantasan
korupsi, narkoba, terorisme, kegiatan ilegal, pengembangan
demokrasi, dan penguatan negara kesatuan.
D. Tantangan
1. Peningkatan stabilitas keamanan negara
Target utama stabilitas sosial dan politik adalah memelihara
ke-bhineka-an Indonesia agar tetap menjadi faktor yang
menginspirasi, memperkaya dan memperkuat Indonesia dalam
49 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
mencapai visi pembangunan nasional. Tantangan lainnya
adalah meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat akan
bahaya terorisme bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada aparatur
penegak hukum khususnya Polri, dan meningkatkan kekuatan
Alutsista pada seluruh Matra.
2. Pembangunan tata kelola untuk menciptakan birokrasi yang
efektif dan efisien
Kualitas tata kelola pemerintahan diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang optimal untuk mendukung
keberhasilan pembangunan dan peningkatan daya saing
nasional. Proses demokratisasi, desentralisasi dan otonomi
daerah yang berlangsung sejak reformasi telah merubah
struktur hubungan antar berbagai lembaga, khususnya antara
legislatif dan eksekutif, antara pemerintah pusat dan daerah,
dan antara pemerintah masyarakat dan masyarakat.
3. Pemberantasan Korupsi
Pemberantasan korupsi masih merupakan tantangan serius
bagi pembangunan di Indonesia. Korupsi sangat menghambat
efektivitas mobilisasi dan alokasi sumber daya pembangunan
bagi pengentasan kemiskinan dan pembangunan
infrastruktur. Hal ini akan sangat menghambat pencapaian
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)
dan akan memunculkan beragam dampak buruk bagi
masyarakat luas. Oleh karena itu korupsi dapat dikategorikan
sebagai kejahatan luar biasa (extra-ordinary crime). Tantangan
utama untuk melaksanakan pemberantasan korupsi adalah
bagaimana mengefektifkan penegakan hukum.
50 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
E. Lingkungan Strategis
1. Lingkungan Geo-Politik Global
Kontelasi geo-politik global akan menjadi tantangan,
khususnya bagi negara yang terbuka dan luas seperti
Indonesia. Kontelasi politik global ditandai dengan munculnya
aktor non-negara yang memiliki kapasitas dan jejaring
internasional. Terorisme global dan indikasi perang teknologi
informasi merupakan salah satu bentuk ancaman terhadap
keamanan negara yang masih akan dihadapi.
2. Lingkungan Geo-Politik Regional
Indonesia secara geo-politik akan menghadapi kepentingan
negara-negara terdekat dalam konsentriknya seperti negara-
negara anggota ASEAN dan Asia Pasifik, negara-negara yang
berkepentingan dengan sumber daya alam termasuk
perikanan, negara-negara yang memiliki armada niaga besar,
memiliki kekuatan maritim, dan negara-negara besar dalam
rangka mencapai tujuan global strateginya.
3. Lingkungan Geo-Politik Nasional
Pada lingkungan strategis nasional, Indonesia akan
mengahadapi suatu lingkungan strategis yang akan
mempengaruhi eksistensi demokrasi dan kemajuan Indonesia.
Tantangan ke depan adalah menguatkan dan memantapkan
Pancasila sebagai ideologi yang dapat menjamin semua
kelompok yang ada di Indonesia, dengan mengutamakan nilai-
nilai toleransi dan non diskriminasi. Konflik-konflik vertikal
dan horizontal yang berdimensi kekerasan harus dicegah
secara serius.
51 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN/LEMBAGA
2.1 Visi Kementerian/Lembaga
Terciptanya koordinasi yang efektif untuk mewujudkan keamanan
nasional dan kedaulatan wilayah dalam masyarakat yang demokratis
berlandaskan hukum.
Permasalahan dalam lingkungan strategis yang akan dihadapi dalam
menjalankan peran, tugas dan fungsi Kemenko Polhukam tergambar jelas
dalam kondisi umum, potensi dan analisis permasalahan yang diuaraikan
sebelumnya. Pencapaian tujuan Nasional yang diselenggarakan melalui
pembangunan nasional dapat ditangani secara baik, apabila seluruh jajaran
institusi pemerintah yang terkait dapat dikoordinasikan oleh satu institusi
dalam jajaran pemerintah atau kabinet secara efektif. Selama ini koordinasi
di bidang politik, hukum dan keamanan dalam jajaran kabinet dilakukan oleh
Kemenko Polhukam. Kemenko Polhukam mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan
Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang politik, hukum
dan keamanan. Setiap Kementerian/Lembaga yang mempunyai peran, tugas,
dan fungsi terkait dengan isu politik, hukum, dan keamanan akan
dikoordinasikan oleh Kemenko Polhukam. Kondisi tersebut sebagai
konsekuensi logis karena bidang politik, hukum, dan keamanan adalah
bidang yang memiliki irisan atau overlapping dalam pencapaian tujuan dan
sasaran yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga.
Kemenko Polhukam sebagai organisasi Pemerintah seharusnya
memiliki kemampuan merespon secara cerdas kondisi dinamis lingkungan
yang secara alamiah tumbuh, berkembang, dan pengaruh mempengaruhi.
Terdapat fakta bahwa dinamika atau perubahan politik dunia yang terjadi di
era globalisasi telah menghadirkan suatu kompetisi antar bangsa. Kondisi
52 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
tersebut cenderung mengarah pada perebutan pengaruh yang cukup ketat,
baik pada level regional maupun global. Perkembangan tersebut antara lain
menyebabkan terjadinya perubahan pada situasi ketertiban nasional
maupun dunia dengan munculnya isu-isu diseminasi nilai-nilai universal dan
percepatan.
Kondisi lingkungan internal dan eksternal tersebut memberikan
gambaran jelas apa yang seharusnya diwujudkan oleh Kemenko Polhukam.
Sebagai organisasi pengoordinir, penyinkron sekaligus pengendali
pelaksanaan kebijakan bidang politik, hukum, dan keamanan maka
Kemenko Polhukam dituntut untuk memiliki kemampuan, kompetensi, dan
kesanggupan baik secara kelembagaan, SDM dan fungsi manajemen lainnya
dalam mengharmonisasi kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait
dengan isu bidang Polhukam.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Kemenko Polhukam dalam
menjalankan rencana pembangunan 2015-2019 memperhatikan pencapaian
sebelumnya pada Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode kedua
2010 – 2014. Pembangunan nasional di bidang politik, hukum, dan
keamanan diarahkan agar mampu mengakomodasi berbagai tantangan yang
berkembang. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka Visi Kemenko
Polhukam 2015-2019 disepakati sebagai berikut:
“Terciptanya koordinasi yang efektif untuk mewujudkan keamanan nasional
dan kedaulatan wilayah dalam masyarakat yang demokratis berlandaskan
hukum.”
Kemenko Polhukam mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi,
sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan
pemerintahan di bidang politik, hukum, dan keamanan. Dengan demikian
Kemenko Polhukam memiliki kekuatan dan kemampuan untuk
menggerakkan Kementerian/Lembaga melaksanakan kebijakan politik,
hukum dan keamanan baik yang dihasilkan oleh Kemenko Polhukam
53 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
maupun dalam rangka pelaksanaan kebijakan yang terkait dengan isu
politik, hukum, dan keamanan.
Dengan visi tersebut, keberadaan Kemenko Polhukam sebagai
koordinator bidang politik, hukum, dan keamanan menjadi semakin penting
dan bernilai manfaat yang tinggi, karena dapat diakui, dipercaya dan
dihormati oleh semua pihak. Kemenko Polhukam bukan hanya bagian dari
pemerintah, melainkan juga bagian dari keseluruhan masyarakat dan aspek
kehidupan.
Visi Kemenko Polhukam tahun 2015-2019 ini tidak terlepas dari
upaya mewujudkan visi Pembangunan Nasional 2005-2025 yaitu “Indonesia
yang mandiri, maju, adil, dan makmur” dan melaksanakan misi
Pembangunan Nasional 2005-2025 yaitu “Mewujudkan masyarakat
demokratis berlandaskan hukum” dan “Mewujudkan Indonesia aman, damai,
dan bersatu”, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.
2.2 Misi Kementerian/Lembaga
Perumusan misi Kemenko Polhukam dilakukan dengan
memperhatikan masukan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders),
dan memberikan peluang untuk disesuaikan dengan tuntutan perkembangan
lingkungan strategis. Rumusan misi Kemenko Polhukam bertujuan untuk
mampu:
a) mencakup semua maksud yang terkandung di dalam pernyataan visi;
b) menggambarkan penjabaran RPJMN serta tugas-tugas yang
dibebankan oleh undang-undang terkait;
c) menggambarkan tindakan disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi
Kemenko Polhukam; dan
d) menjembatani penjabaran visi Kemenko Polhukam ke dalam Tujuan
Kemenko Polhukam.
54 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Pernyataan misi Kemenko Polhukam yang dikaitkan dengan visi Kemenko
Polhukam djabarkan sebagai berikut:
“Meningkatkan kualitas koordinasi perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
dan pengendalian kebijakan di bidang politik, hukum dan keamanan.”
2.3 Tujuan Kementerian/Lembaga
1. Tercapainya efektifitas sinkronisasi dan koordinasi perencanaan,
penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan bidang politik, hukum dan
keamanan.
2. Meningkatnya kapasitas kelembagaan Kemenko Polhukam dalam
rangka koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang politik, hukum,
dan keamanan.
2.4 Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga
Dalam rangka mencapai tujuan Kemenko Polhukam tersebut di atas maka
disusunlah sasaran strategis beserta indikator untuk lima tahun kedepan
yaitu:
a. Tercapainya efektifitas sinkronisasi dan koordinasi perencanaan,
penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan bidang poltik, hukum dan
keamanan.
Sasaran Indikator
Semakin mantapnya reformasi
birokrasi dan tata kelola
1. Skor Integritas Pelayanan Publik
Terwujudnya penegakan hukum
1. Indeks Persepsi Korupsi 2. Indeks Perilaku Anti
Korupsi
Meningkatnya kualitas
demokrasi dan diplomasi
1. Indeks Demokrasi Indonesia
2. Jumlah Perjanjian dan Kerja sama Internasional Yang disepakati dalam bidang politik, hukum, dan keamanan
55 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
Terciptanya stabilitas keamanan
1. Tahap MEF 2. Persentase kontribusi
industri pertahanan dalam negeri terhadap MEF
Terlaksananya
Koordinasi/Konsolidasi
Pengarusutamaan Wawasan
Kebangsaan dan Karakter
Bangsa
1. Jumlah provinsi dan Kabupaten/Kota yang melaksanakan koordinasi wawasan kebangsaan
dan karakter bangsa (sesuai RPJMN)
b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan Kemenko Polhukam dalam
rangka koordinasi dan sinkronisasi kebijakan bidang politik, hukum,
dan keamanan.
Sasaran Indikator
Terwujudnya tata kelola
pemerintahan yang baik di
Kemenko Polhukam
1. Indeks Reformasi Birokrasi Kemenko Polhukam
2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas laporan keuangan Kemenko Polhukam
56 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Kerangka Logis Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran
57 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Penyusunan arah kebijakan dan strategi nasional dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode ke-3 tahun
2015-2019 berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) sebagaimana tertuang dalam UU No. 17 Tahun 2007.
Untuk pelaksanaannya, RPJPN 2005-2025 dibagi dalam empat tahap,
yakni RPJMN ke-1 2005-2009, RPJMN ke-2 2010-2014, RPJMN ke-3
2015-2019 dan RPJMN ke-4 2020-2024. Masing-masing tahap memiliki
tujuan pembangunan nasional sebagaimana terlihat pada Gambar 3-1
berikut ini
Dalam kerangka pencapaian visi jangka panjang, yakni Indonesia
yang mandiri, maju, adil dan makmur, RPJPN 2005-2025
mengamanatkan bahwa RPJMN ke-3 periode 2015-2019 diarahkan untuk
lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan
58 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang
berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yang
berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sebagaimana disebutkan dalam buku 1 RPJMN 2015-2019 sub bab 2.2.,
bahwa terdapat tantangan utama pembangunan yang dapat dapat
dikelompokkan atas: (1) dalam rangka meningkatkan wibawa negara,
tantangan utama pembangunan mencakup peningkatan stabilitas dan
keamanan negara, pembangunan tata kelola untuk menciptakan birokrasi
yang efektif dan efisien, serta pemberantasan korupsi; (2) dalam rangka
memperkuat sendi perekonomian bangsa, tantangan utama
pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkelanjutan, percepatan pemerataan dan keadilan, serta keberlanjutan
pembangunan; (3) dalam rangka memperbaiki krisis kepribadian bangsa
termasuk intoleransi, tantangan utama pembangunan mencakup
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pengurangan kesenjangan
antarwilayah, dan percepatan pembangunan kelautan.
Berdasarkan dinamika tantangan tersebut, dalam strategi
pembangunan nasional ditekankan pada beberapa hal berikut: pada
konteks norma maka perlu diterapkan bahwa (i) membangun
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan
masyarakat, (ii) upaya meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran dan
produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar,
dan (iii) aktivitas pembangunan tidak boleh merusak ekosistem. Selain itu
pada konteks dimensi pembangunan terdapat juga dimensi pembangunan
yaitu (i) pembangunan manusia dan masyarakat, (ii) Dimensi
pembangunan sektor unggulan dengan prioritas, dan (iii) Dimensi
pemerataan dan kewilayahan. Mencermati kondisi tersebut, nampak
bahwa aspek-aspek Sumberdaya manusia dan masyarakat sangat
diperhatikan dalam strategi pembangunan Nasional.
59 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
Selanjutnya untuk menunjukkan prioritas pembangunan, pada
jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri
dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,
dirumuskan sembilan agenda prioritas. Kesembilan agenda prioritas itu
disebut NAWA CITA. Untuk mencapai Visi dan terlaksana dan tercapainya
agenda pembangunan nasional 2015-2019 maka sasaran utama
Pembangunan adalah: (i) Sasaran Makro; (ii) Sasaran Pembangunan
Manusia dan Masyarakat, (iii) Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;
(iv) Sasaran Dimensi Pemerataan; (v) Sasaran Pembangunan Wilayah dan
Antarwilayah; dan (vi) Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan
Keamanan.
Kemenko Polhukam berperan strategis dalam rangka mendukung
dimensi pembangunan nasional yaitu, dimensi pembangunan manusia,
dimensi sektor unggulan serta dimensi pemerataan antar kelompok dan
antar wilayah.
Prakondisi yang harus diwujudkan adalah :
1. Kepastian dalam penegakan hukum;
2. Rasa aman dan terciptanya ketertiban dalam masyarakat;
3. Kondisi politik yang sehat dan demokrasi yang substansial serta
4. Dukungan birokrasi yang profesional sebagai cerminan dari
kesuksesan implementasi reformasi birokrasi; dan
5. Terlaksananya konsolidasi pengarusutamaan wawasan kebangsaan
dan karakter bangsa.
Peran strategis Kemenko Polhukam sejalan dengan 9 Agenda
Prioritas Nasional (Nawacita) Presiden Jokowi yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. Melalui
pelaksanaan politik luar negeri bebas-aktif.
60 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui program
Indonesia Pintar dengan wajib belajar 12 tahun bebas pungutan. Dan
program Indonesia Sehat untuk peningkatan layanan kesehatan
masyarakat. Serta Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera dengan
mendorong program kepemilikan tanah seluas sembilan juta hektar.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-
sektor strategis ekonomi dan domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalu penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia melalui penguatan ke-Bhineka-an dan menciptakan ruang
dialog antar warga.
61 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
Peran strategis Kemenko Polhukam berdasarkan Nawacita dapat dirinci
dengan sasaran dan arah kebiijakan sebagai berikut:
68 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian/Lembaga
Kemenko Polhukam dalam menciptakan stabilitas bidang politik, hukum,
dan keamanan melaksanakan arah kebijakan dan strategi yaitu:
71 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
3.2.1 Program dan Kegiatan
a. Program Peningkatan Koordinasi Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan.
1) Kegiatan Prioritas Nasional :
a. Koordinasi Demokrasi dan Organisasi Masyarakat Sipil
dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Demokrasi ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Demokrasi yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan Bidang Demokrasi Sipil
yang tersinkronisasi
004 Laporan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI)
005 Laporan Seminar Demokrasi dan Organisasi
Masyarakat Sipil
006 Laporan Kajian Demokrasi dan Organisasi
Masyarakat Sipil
007 Laporan Utilisasi Hasil IDI 2014
b. Koordinasi Kerja Sama ASEAN, dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait Kerja
Sama ASEAN yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Kerja Sama ASEAN yang efektif
72 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Kerja Sama ASEAN
yang tersinkronisasi
c. Koordinasi Peningkatan Pelayanan Publik, dengan
indikator:
001 Persentase (%) Rekomendasi kebijakan terkait
Pelayanan Publik yang ditindak lanjuti
002 Persentase (%) Pengendalian kebijakan terkait
Pelayanan Publik yang efektif
003 Jumlah analisa kebijakan terkait Pelayanan Publik
004 Persentase (%) Rekomendasi kebijakan terkait
Rancangan Peraturan Pemerintah amanat dari
Undang-Undang tentang Pelayanan Publik yang
ditindak lanjuti
d. Koordinasi Penegakan Hukum, dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Penegakan Hukum dan Pemberdayaan Aparatur
Hukum yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Penegakan Hukum dan Pemberdayaan
Aparatur Hukum yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Penegakan Hukum
dan Pemberdayaan Aparatur Hukum
004 Persentase (%) Rekomendasi Tim Terpadu Pencari
Tersangka, Terpidana dan Aset dalam Perkara Tindak
Pidana Korupsi yang ditindaklanjuti
e. Koordinasi Wilayah Perbatasan dan Tata Ruang
Pertahanan, dengan indikator :
001 persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Wilayah Perbatasan dan Tata Ruang Pertahanan
yang ditindaklanjuti
73 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
002 persentase (%) pengendalian rekomendasi Wilayah
Perbatasan dan Tata Ruang Pertahanan yang efektif
003 Jumlah analisis Kebijakan Wilayah Perbatasan dan
Tata Ruang Pertahanan yang tersinkronisasi
004 Laporan Rapat Koordinasi Wiltas dan Tata Ruang
Pertahanan
005 Laporan Penguatan Desk Wiltas dan PPKT
f. Koordinasi Penanganan Konflik dan Keamanan
Transportasi, dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Penanganan Konflik dan Keamanan Transportasi
yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Penanganan Konflik dan Keamanan
Transportasi yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Penanganan
Konflik dan Keamanan Transportasi yang
tersinkronisasi
004 persentase (%) Rekomendasi terkait Desk Keamanan
dalam Negeri yang ditindak lanjuti
005 persentase (%) Forum koordinasi pencegahan dan
penanganan konflik sosial terbentuk di pusat dan
daerah
006 Laporan Rapat Koordinasi Penanganan Keamanan
Transportasi
007 Laporan Pemantapan Penanganan Keamanan
Transportasi
008 Laporan Rapat Koordinasi Penanganan Kebakaran
Hutan dan Lahan
74 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
009 Laporan Pemantapan Penanganan Kebakaran Hutan
dan Lahan
g. Koordinasi Intelijen Keamanan, Bimbingan Masyarakat,
dan Obyek Vital Nasional, dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Intelijen Keamanan, Bimbingan Masyarakat, dan
Obyek Vital yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Intelijen Keamanan, Bimbingan Masyarakat,
dan Obyek Vital yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Intelijen
Keamanan, Bimbingan Masyarakat, dan Objek Vital
yang tersinkronisasi
h. Koordinasi Wawasan Kebangsaan, dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Wawasan Kebangsaan yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait rekomendasi kebijakan terkait Wawasan
Kebangsaan yang ditindaklanjuti
003 Jumlah rekomendasi Tim Terpadu Pemantapan
Wawasan Kebangsaan yang ditindaklanjuti
004 Jumlah analisis kebijakan terkait Wawasan
Kebangsaan yang tersinkronisasi
005 Laporan Desk Wawasan Kebangsaan
006 Dokumen panduan dan kriteria pengarusutamaan
wasbang dan karbang dalam kebijakan dan regulasi
007 Jumlah regulasi penerapan wasbang dan karbang di
Pusat dan Daerah
75 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
008 Jumlah K/L dan Pemerintah Daerah yang
menerapkan pengarusutamaan wasbang dan
karbang
2) Kegiatan prioritas bidang :
a. Koordinasi Otonomi Khusus, dengan indikator:
001 Jumlah (%) rekomendasi kebijakan terkait Otonomi
Khusus yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Pemantapan Otonomi Khusus yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan Otonomi Khusus yang
tersinkronisasi
004 Laporan Desk Otonomi Khusus
005 Laporan Kajian Desk Otonomi Khusus
b. Koordinasi Kerja Sama Asia, Pasifik dan Afrika, dengan
indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait Kerja
Sama Asia, Pasifik, dan Afrika yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Kerja Sama Asia, Pasifik, dan Afrika yang
efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Kerja Sama Asia,
Pasifik, dan Afrika yang tersinkronisasi
c. Koordinasi Organisasi Internasional, dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Organisasi Internasional yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Organisasi Internasional yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Organisasi
Internasional yang tersinkronisasi
76 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
d. Koordinasi Kekuatan, Kemampuan, dan Kerja Sama
Pertahanan, dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi Kekuatan, Kemampuan,
dan Kerja Sama Pertahanan yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan
Kemampuan, Kerja Sama Pertahanan, Potensi
Pertahanan, dan Integritas Nasional yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Kekuatan,
Kemampuan, Kerja Sama Pertahanan, yang
tersinkronisasi
004 Persentase (%) rekomendasi Pertahanan dan
Integritas Nasional yang ditindaklanjuti
005 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan Potensi
Pertahanan dan Integritas Nasional yang efektif
006 Koordinasi Potensi Pertahanan dan Diplomasi
Pertahanan
e. Koordinasi Penanganan Kejahatan Transnasional dan dan
Kejahatan Luar Biasa, dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Penanganan Kejahatan Transnasional dan Kejahatan
Luar Biasa yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait rekomendasi kebijakan terkait Penanganan
Kejahatan Transnasional dan Kejahatan Luar Biasa
yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Penanganan
Kejahatan Transnasional dan Kejahatan Luar Biasa
yang tersinkronisasi
004 Laporan Koordinasi Penanganan Narkoba
77 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
005 Laporan Koordinasi Penanganan Terorisme dan
Radikalisme
f. Koordinasi Kesadaran Bela Negara, dengan indikator :
001 persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Kesadaran Bela Negara yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Kesadaran Bela Negara yang ditindaklanjuti
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Kesadaran Bela
Negara yang tersinkronisasi
g. Koordinasi Informasi Publik dan Media Massa, dengan
indikator :
001 persentase (%) kebijakan terkait Bidang Informasi
Publik yang ditindaklanjuti
002 persentase (%) kebijakan terkait Bidang Media
Massa yang ditindaklanjuti
003 Persentase (%) pengendalian kebijakan terkait
Informasi Publik dan Media Massa yang efektif
004 Jumlah dokumen analisis regulasi media massa yang
ditindaklanjuti
005 Laporan analisis PPID
006 Jumlah dokumen analisis media Cetak
007 Jumlah dokumen analisis media Penyiaran
008 Laporan analisis media Online
3) Kegiatan prioritas Kementerian/Lembaga:
a. Koordinasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah, dengan
indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah
yang ditindaklanjuti
78 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi
Daerah yang efektif
003 Laporan Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi
Daerah
004 Laporan Kajian Otonomi Daerah
b. Koordinasi Tata Kelola Pemerintahan, dengan indikator:
001 Persentase (%) Rekomendasi kebijakan terkait
Rancangan Peraturan Pemerintah amanat dari
Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara yang
ditindak lanjuti
002 Persentase (%) Rekomendasi kebijakan terkait
Rancangan Peraturan Pemerintah amanat dari
Undang-Undang tentang Administrasi Pemerintahan
yang ditindak lanjuti
003 Persentase (%) pengendalian kebijakan terkait
Pendayagunaan Aparatur yang efektif
004 Jumlah analisa kebijakan terkait bidang
Pendayagunaan Aparatur
005 Persentase (%) Rekomendasi kebijakan terkait Tata
Kelola Pemerintahan yang ditindak lanjuti
006 Persentase (%) Pengendalian kebijakan terkait Tata
Kelola Pemerintahan yang efektif
007 Jumlah analisa kebijakan terkait Tata Kelola
Pemerintahan
c. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara,
dengan indikator :
001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi
002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan
003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian
79 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
004 Jumlah Dokumen Pelaksanaan Fungsi Lainnya
Deputi Bidang Pertahanan Negara
d. Koordinasi Doktrin dan Strategi Pertahanan, dengan
indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait terkait
Doktrin dan Strategi Pertahanan yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Doktrin dan Strategi Pertahanan yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Doktrin dan
Strategi Pertahanan yang tersinkronisasi
e. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa,
dengan indikator :
001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi
002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan
003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian
f. Koordinasi Hukum Internasional, dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Hukum Internasional yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Hukum Internasional yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Hukum
Internasional
g. Koordinasi Intelijen Pertahanan, dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Intelijen Pertahanan yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait rekomendasi Intelijen Pertahanan yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Bidang Intelijen
Pertahanan yang tersinkronisasi
80 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
h. Koordinasi Kerja Sama Amerika dan Eropa, dengan
indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait Kerja
Sama Amerika dan Eropa yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Kerja Sama Amerika dan Eropa yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Kerja Sama
Amerika dan Eropa yang tersinkronisasi
i. Koordinasi Kewaspadaan Nasional, dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Kewaspadaan Nasional yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Kewaspadaan Nasional yang ditindaklanjuti
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Kewaspadaan
Nasional yang tersinkronisasi
j. Koordinasi Materi Hukum, dengan indikator :
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait Materi
Hukum yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Materi Hukum yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Materi Hukum
yang tersinkronisasi
k. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi,
Informasi, dan Aparatur, dengan indikator :
001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi
002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan
003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian
81 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
l. Koordinasi Telekomunikasi dan Informatika, dengan
indikator :
001 persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Ketahanan dan Keamanan Informasi Cyber Nasional
002 persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Telekomunikasi dan Informatika
003 Persentase (%) pengendalian kebijakan terkait
Telekomunikasi dan Informatika yang efektif
004 Jumlah dokumen Analisis Regulasi Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK)
005 Laporan Indeks Ketanggap siagaan sistem cyber
nasional
006 Jumlah rekomendasi kebijakan oleh Pusat
Pemantauan Krisis (PPK)
m. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri,
dengan indikator:
001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi
002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan
003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian
004 Jumlah Dokumen Pelaksanaan Fungsi Lainnya
Deputi Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri
n. Koordinasi Pemajuan dan Perlindungan HAM, dengan
indikator:
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Pemajuan dan Perlindungan HAM
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Pemajuan dan Perlindungan HAM yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Pemajuan dan
Perlindungan HAM
82 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
o. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Hukum dan HAM,
dengan indikator:
001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi
002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan
003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian
p. Koordinasi Memperteguh Ke-Bhineka-an, dengan indikator:
001 persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Memperteguh Ke-Bhineka-an yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Memperteguh Ke-Bhineka-an yang
ditindaklanjuti
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Memperteguh Ke-
Bhineka-an yang tersinkronisasi
q. Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat, dengan indikator:
001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi
002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan
003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian
004 Jumlah Dokumen Pelaksanaan Fungsi Lainnya
Deputi Bidang Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
r. Koordinasi Penanganan Kejahatan Konvensional dan
Kejahatan Terhadap Kekayaan Negara, dengan indikator:
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Penanganan Kejahatan Konvensional dan Kejahatan
Terhadap Kekayaan Negara yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait rekomendasi kebijakan terkait Penanganan
Kejahatan Konvensional dan Kejahatan Terhadap
Kekayaan Negara yang efektif
83 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
003 Jumlah analisis kebijakan terkait Penanganan
Kejahatan Konvensional dan Kejahatan Terhadap
Kekayaan Negara yang tersinkronisasi
004 Laporan Tim Evaluasi Pelaksanaan Tugas Satgas
Pemberantasan Ikan secara Ilegal
s. Koordinasi Pengelolaan Pemilu dan Penguatan Partai
Politik, dengan indikator:
001 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Pengelolaan Pemilu yang ditindaklanjuti
002 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Pengelolaan Pemilu yang efektif
003 Jumlah analisis kebijakan Pengelolaan Pemilu dan
Penguatan Partai Politik
004 Jumlah Partai Politik yang memenuhi standar
kelayakan
005 Persentase (%) rekomendasi kebijakan terkait
Penguatan Partai Politik yang ditindaklanjuti
006 Persentase (%) pengendalian pelaksanaan kebijakan
terkait Penguatan Partai Politik yang efektif
007 Laporan Pelaksanaan Pemilu dan Penguatan Partai
Politik
t. Sekretariat Deputi Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri,
dengan indikator:
001 Jumlah Laporan Perencanaan dan Evaluasi
002 Jumlah Laporan Pengelolaan Ketatausahaan
003 Bulan Layanan Administrasi Kedeputian
84 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
IV.2.b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kemenko Polhukam, dengan kegiatan :
1) Kegiatan Penyusunan dan Pengembangan Rencana Kerja,
Evaluasi, Organisasi dan Tata Laksana, Perpustakaan, dan
Data, dengan indikator :
001 Dokumen Perencanaan Program dan Anggaran
002 Dokumen Organisasi dan Tata Laksana
003 Dokumen Pemantapan dan Evaluasi Pelaksanaan
Anggaran
004 Dokumen Data dan Informasi
2) Kegiatan Pengelolaan Administrasi Umum, Kepegawaian,
Perlengkapan dan Rumah Tangga, Keuangan, Protokol, dan
Keamanan, dengan indikator :
001 Dokumen Pengelolaan Tata Usaha dan Protokol
002 Dokumen Pengembangan Kepegawaian
003 Dokumen Pengelolaan Pengadaan dan Rumah Tangga
004 Dokumen Keuangan
005 Dokumen Pelaksanaan Tugas Lainnya
006 Layanan Perkantoran
007 Gedung/Bangunan (m2)
3) Kegiatan Penyelenggaraan Pelayanan Persidangan dan
Hubungan Antar Lembaga, dengan indikator :
001 Dokumen Layanan Hukum
002 Dokumen Penyusunan Persidangan dan Risalah
003 Dokumen Penyusunan Naskah Persidangan
004 Dokumen Penyusunan Hubungan Kelembagaan dan
Hubungan Masyarakat
85 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
4) Kegiatan Pengelolaan Pengawasan Internal, dengan indikator :
001 Laporan Pengawasan Pelaksanaan Rencana Kerja
002 Laporan Hasil Audit dari Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK)
003 Persentase (%) laporan pengawasan pelaksanaan rencana
kerja yang akuntabel dan tepat waktu
004 Laporan Kinerja Kemenko Polhukam
005 Laporan Penilaian Mandiri Reformasi Birokrasi
5) Kegiatan Telaahan dan Rekomendasi Kebijakan Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan, dengan indikator :
001 Jumlah laporan hasil telaahan dan rekomendasi
Kebijakan Bidang Polhukam
6) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelayanan Tugas Teknis
Lainnya Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dengan
indikator:
001 Jumlah Dokumen Perencanaan Anggaran dan Program
Kerja
002 Jumlah Laporan Pengelolaan Informasi dan Sumberdaya
003 Jumlah Laporan Pengawasan dan Pemantapan Kinerja
Kepolisian
004 Pengaduan Masyarakat Terhadap Kinerja Kepolisian yang
ditindaklanjuti
005 Jumlah Laporan Penelitian dan Pengembangan
006 Jumlah Rekomendasi oleh Komisi Kepolisian Nasional
kepada Presiden
007 Layanan perkantoran
008 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
86 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
7) Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelayanan Tugas Teknis
Lainnya Komisi Kejaksaan Republik Indonesia (Komjak RI)
dengan indikator:
001 Jumlah Dokumen Perencanaan Anggaran dan Program
Kerja
002 Jumlah Pengembangan Organisasi dan Tata Laksana
Komisi Kejaksaan Republik Indonesia dan Sekretariat
Komisi Kejaksaan Republik Indonesia
003 Layanan Data dan Perpustakaan
004 Laporan Pengawasan dan Pemantapan Kinerja Jaksa
dan/atau Pegawai Kejaksaan
005 Pengawasan, Pemantapan dan Tindak Lanjut Laporan
atau Pengaduan Masyarakat
006 Koordinasi dan Peningkatan Hubungan Antar Lembaga
007 Rekomendasi dan Laporan Komisi Kejaksaan Republik
Indonesia
008 Layanan perkantoran
009 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
IV.2.c. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Kemenko
Polhukam, dengan kegiatan peningkatan sarana dan prasarana
aparatur dengan Indikator
001 Tersedianya sarana dan prasarana
002 Tersedianya kendaraan dinas
87 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
3.3 Kerangka Kelembagaan
Dengan dibentuknya Kementerian Kabinet Kerja dengan Keputusan
Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian
dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019 pada
tanggal 27 Oktober 2014, maka struktur organisasi Kemenko Polhukam
telah disusun dengan mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun
2015 tentang Organisasi Kementerian Negara. Adapun sebagai tindak
lanjut, perumusan tugas, fungsi, organisasi, dan tata kerja Kemenko
Polhukam telah ditetapkan dengan:
1. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; dan
2. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Guna kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi, Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dibantu oleh:
1. Pejabat Eselon I, terdiri dari:
a. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan (Sesmenko Polhukam);
b. Deputi:
1) Deputi I, Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri;
2) Deputi II, Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri;
3) Deputi III, Bidang Koordinasi Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
4) Deputi IV, Bidang Koordinasi Pertahanan Negara;
5) Deputi V, Bidang Koordinasi Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat;
6) Deputi VI, Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa; dan
7) Deputi VII, Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi, dan
Aparatur.
88 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
c. Staf Ahli:
1) Staf Ahli Bidang Ideologi dan Konstitusi;
2) Staf Ahli Bidang Ketahanan Nasional;
3) Staf Ahli Bidang Kedaulatan Wilayah dan Kemaritiman;
4) Staf Ahli Bidang Sumber Daya Manusia dan Teknologi; dan
5) Staf Ahli Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup.
d. Staf Khusus (3 orang)
2. Pejabat Eselon II kebawah:
a. Asisten Deputi sebanyak 28 (dua puluh delapan) orang dengan
masing-masing Deputi membawahi 4 (empat) orang Asisten
Deputi;
b. Sekretaris Deputi sebanyak 7 (tujuh) orang dengan masing-
masing Deputi membawahi 1 (satu) orang Sekretaris Deputi;
c. Kepala Biro sebanyak 3 (tiga) orang di bawah Sesmenko
Polhukam;
d. Inspektur sebanyak 1 (satu) orang yang bertanggungjawab
kepada Menko Polhukam dan secara administratif
dikoordinasikan oleh Sesmenko Polhukam; dan
e. Pejabat Eselon III dan IV sebanyak 141 orang.
89 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 Target Kinerja
Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan Rencana Strategis Kemenko
Polhukam Tahun 2015 – 2019 diukur dengan berbagai indikator kinerja
beserta target kinerjanya. Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai
target kinerja yang ditetapkan untuk indikator kinerja sasaran
stratetegis, indikator kinerja program dan indikator kinerja kegiatan.
4.1.1 Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Indikator Sasaran Strategis Kemenko Polhukam untuk Pembangunan
Jangka Menengah periode 2015 – 2019 merupakan alat ukur yang
mengindikasikan keberhasilan pencapaian sasaran strategis Kemenko
Polhukam dalam kurun waktu tersebut.
Adapun Indikator Kinerja Sasaran Strategis Kemenko Polhukam Tahun
2015 – 2019 disertai target kinerjanya adalah sebagai berikut:
93 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
4.1.2 Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan,
maka dalam kurun waktu 2015 – 2019, Kemenko Polhukam akan
menjalankan 1 (satu) program teknis dan 2 (dua) program generik.
Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan program teknis dan program
generik tersebut disertai masing-masing kegiatan ini perlu ditetapkan
dengan Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan
(IKK). Indikator Kinerja Program merupakan alat ukur yang
mengindikasikan keberhasilan pencapaian hasil (outcome) dari suatu
program. Indikator Kinerja Program ditetapkan secara spesifik untuk
mengukur pencapaian kinerja berkaitan dengan sasaran program
(outcome). Sedangkan Indikator Kinerja Kegiatan merupakan alat ukur
yang mengindikasikan keberhasilan pencapaian keluaran (output) dari
suatu kegiatan. Indikator Kinerja Kegiatan ditetapkan secara spesifik
untuk mengukur pencapaian kinerja berkaitan dengan sasaran kegiatan
(output).
Indikator kinerja program dan indikator kinerja kegiatan dari masing-
masing program dan kegiatan Kemenko Polhukam dalam kurun waktu
2015 – 2019 adalah sebagai berikut:
140 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
4.2 Kerangka Pendanaan
Kerangka pendanaan merupakan kebutuhan pendanaan secara
keseluruhan untuk mencapai sasasaran strategis Kemenko Polhukam.
Adapun kerangka pendanaan yang dibutuhkan untuk mendukung
pelaksanaan keseluruhan program dan kegiatan Kemenko Polhukam
adalah sebagai berikut:
149 Peraturan Menko Polhukam Nomor 3 Tahun 2016
BAB V
PENUTUP
Penyusunan Rencana Strategis Kemenko Polhukam mengacu pada
pedoman yang telah ditetapkan oleh Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan
mengakomodasi program dan kegiatan yang bersumber dari kebijakan
Presiden, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-
2019, Nawacita Presiden, dan Program Prioritas Bidang Polhukam.
Lingkup materi Rencana Strategis ini mencakup analisis lingkungan
strategis, potensi, permasalahan dan tantangan, kelemahan serta peluang
yang dihadapi oleh Kemenko Polhukam, dan identifikasi berbagai
permasalahan lainnya yang dihadapi oleh bangsa dan negara. Perumusan
tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang
sejalan dengan agenda nasional Kabinet Kerja. Demikian juga, arah
kebijakan dan strategi untuk pencapaian tujuan dan sasaran strategis
tersebut diatas dituangkan dalam bentuk program dan kegiatan yang
kesemuanya sejalan dengan upaya perwujudan visi dan misi Presiden melalui
Nawacita.
Rencana Strategis ini berbeda dengan Rencana Strategis sebelumnya,
karena memuat program dan kegiatan yang telah disesuaikan dengan acuan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional mengenai Restrukturisasi Penyusunan Program dan
Kegiatan, dengan tujuan untuk menciptakan institusi pemerintah yang
transparan, akuntabel dan berorientasi pada kinerja yang terukur
(hasil/outcome). Rencana Strategis Kemenko Polhukam ini diharapkan dapat
mewujudkan keselarasan pedoman, persepsi, pemahaman program dan
kegiatan, pola tindak dan pola kerja antar Kementerian/Lembaga dibawah
koordinasi Kemenko Polhukam dan unit-unit kerja dalam kantor Kemenko
Polhukam.
150 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Mengingat bahwa Rencana Strategis ini menjadi pedoman bagi segenap
pejabat terkait, maka penetapannya dilakukan dengan Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIRANTO
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan,
ttd.
Drs. Subroto, M.M.
151Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2016
TENTANG
ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM,
DAN KEAMANAN TAHUN 2015-2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Bab II angka 2.1 Peraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025 dinyatakan bahwa Road
Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 menjadi pedoman bagi
Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah dalam
menyusun Road Map masing-masing dalam pelaksanaan
reformasi birokrasi;
b. bahwa Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-
375/Menko/Polhukam/12/2009 tentang Program
Percepatan (Quick Wins) di Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan Peraturan
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
152 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
Nomor: Per-05/Menko/Polhukam/10/2011 tentang Road
Map Reformasi Birokrasi 2010-2014 Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sudah
tidak sesuai dengan perkembangan reformasi birokrasi
sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b serta dalam rangka
menindaklanjuti ketentuan Pasal 1 huruf b Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map
Reformasi Birokrasi 2015-2019, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan tentang Road Map Reformasi Birokrasi
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Tahun 2015-2019.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5494);
3. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
153 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-
2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 3);
5. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 83);
6. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor: PER-7/Menko/12/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komisi Kejaksaaan
Republik Indonesia;
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 9 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;
8. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor: PER-01/Menko/1/2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Komisi Kepolisian
Nasional
9. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1665);
10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road
Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 985);
154 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK,
HUKUM, DAN KEAMANAN TENTANG ROAD MAP REFORMASI
BIROKRASI KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK,
HUKUM, DAN KEAMANAN TAHUN 2015-2019.
Pasal 1
Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2015-2019,
adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 2
Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Tahun 2015-2019
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan sebagai
acuan untuk melaksanakan reformasi birokrasi di lingkungan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan.
Pasal 3
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka:
1. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Nomor: Per-375/Menko/Polhukam
/12/2009 tentang Program Percepatan (Quick Wins) di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan; dan
155 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
2. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Nomor: Per-05/Menko/Polhukam/10
/2011 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan;
3. dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 4
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
dan berlaku surut sejak tanggal 1 Desember 2015.
156 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 November 2016
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Wiranto
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 17 November 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1746
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.
157 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2016
TENTANG
ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG
POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
TAHUN 2015 - 2019
ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
TAHUN 2015 - 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk
melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek
kelembagaan (organisasi), sumber daya manusia aparatur, dan
ketatalaksanaan (business process). Tujuan reformasi birokrasi adalah
membangun aparatur negara agar mampu mengemban misi, tugas dan
fungsi serta peranannya masing-masing, secara bersih, efektif, dan
efisien, dalam rangka meningkatkan pelayanan publik yang lebih baik.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-
2025) mengamanatkan bahwa pendayagunaan aparatur dilakukan
158 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
melalui reformasi birokrasi yang kemudian dijabarkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014) yang
telah menetapkan bahwa reformasi birokrasi dan tata kelola merupakan
program prioritas pertama pembangunan nasional. Selanjutnya dalam
rangka pelaksanaan reformasi birokrasi, telah ditetapkan Peraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014.
Sesuai tahapan pelaksanaan reformasi birokrasi sebagaimana
termuat dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, pelaksanaan reformasi birokrasi
periode pertama telah berakhir (2010-2014) dan sekarang telah
memasuki periode kedua (2015-2019). Sebagaimana halnya periode
sebelumnya, untuk dapat mengikuti arah kebijakan pelaksanaan
reformasi birokrasi nasional yang termuat dalam rancangan induk
(grand design) untuk kurun waktu 2010-2025, Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi selaku motor
penggerak pelaksanaan reformasi birokrasi nasional telah menerbitkan
Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 melalui Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11
Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 yang
menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga dalam penyusunan Road
Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 di masing-masing instansi.
Road Map Reformasi Birokrasi merupakan bentuk
operasionalisasi Grand Design Reformasi Birokrasi yang disusun dan
dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali dan merupakan rencana rinci
pelaksanaan reformasi birokrasi dari satu tahapan ke tahapan
selanjutnya selama lima tahun dengan sasaran tiap tahun jelas, dimana
sasaran tahun pertama akan menjadi dasar bagi sasaran tahun
159 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
berikutnya, begitupun sasaran tahun-tahun berikutnya mengacu pada
sasaran tahun sebelumnya.
Road Map Reformasi Birokrasi memiliki arti yang sangat penting
untuk Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
(yang selanjutnya disebut Kemenko Polhukam), karena:
1. Mendorong efektivitas dan efisiensi serta mengarah kepada tujuan
yang ingin dicapai;
2. Sebagai pedoman kegiatan reformasi birokrasi di Kemenko
Polhukam;
3. Mendorong terciptanya budaya perubahan ke arah perbaikan;
4. Pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi dapat dimonitor dan
dievaluasi secara berkelanjutan, sehingga setiap tahapan proses
manajemen dapat dipastikan telah dilakukan secara tepat dan
benar serta sesuai dengan rencana yang telah digariskan. Bahkan
proses perubahan dapat segera diperbaiki ketika proses perubahan
tidak lagi relevan dengan kondisi terkini; dan
5. Menjaga momentum pelaksanaan reformasi birokrasi Kemenko
Polhukam tidak kehilangan arah, tujuan dan target yang hendak
dicapai pada tahun 2025 sebagaimana tertuang dalam Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010–2025, yaitu terciptanya
Pemerintahan Kelas Dunia.
B. Tugas dan Fungsi Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
Kemenko Polhukam berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Kemenko Polhukam dipimpin oleh Menteri Koordinator.
Kemenko Polhukam mempunyai tugas menyelenggarakan
koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam
160 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
penyelenggaraan pemerintahan di bidang politik, hukum, dan
keamanan.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kemenko Polhukam menjalankan
menyelenggarakan fungsi:
a. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang terkait dengan
isu di bidang politik, hukum, dan keamanan;
b. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga yang
terkait dengan isu di bidang politik, hukum, dan keamanan;
c. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan;
d. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan;
e. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.
Kemenko Polhukam mengoordinasikan Kementerian dan Lembaga
yaitu Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, Kementerian
Pertahanan, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian
Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi, Kejaksaan Agung, Badan Intelijen
Negara, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dan Instansi lain yang dianggap perlu.
Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi oleh Kemenko Polhukam
dilakukan melalui penerapan peta bisnis proses yang menggambarkan
tata hubungan kerja yang efektif dan eefisien baik antar
161 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
Kementerian/Lembaga yang dikoordinasikannya maupun dengan
Kementerian/Lembaga lain yang terkait.
Selain melalui penerapan peta bisnis proses, pelaksanaan
koordinasi dan sinkronisasi oleh Kemenko Polhukam dilakukan melalui
rapat koordinasi Menteri Koordinator atau rapat koordinasi gabungan
antar Menteri Koordinator, rapat koordinasi Menteri Koordinator dengan
Kementerian/Lembaga terkait baik dalam koordinasi Menteri
Koordinator maupun di luar koordinasi Menteri Koordinator, rapat
koordinasi tingkat Pimpinan Tinggi Madya dengan Kementerian dan
Lembaga terkait, rapat kelompok kerja yang dibentuk oleh Menteri
Koordinator sesuai dengan kebutuhan, forum-forum koordinasi dan
konsultasi yang sudah ada sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, konsultasi langsung dengan para Menteri dan pimpinan
lembaga lain yang terkait; dan rapat koordinasi internal.
Hasil pelaksanaan koordinasi oleh Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan dilaporkan kepada Presiden. Hasil
pelaksanaan koordinasi oleh Pimpinan Tinggi Madya Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dilaporkan kepada
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan guna
dijadikan bahan laporan kepada Presiden dan menjadi bahan tindak
lanjut pelaksanaan hasil koordinasi, baik oleh Pimpinan Tinggi Madya
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
maupun bersama dengan unsur Kementerian dan Lembaga terkait.
Pelaksanaan reformasi birokrasi dimulai dengan penetapan
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan ditindaklanjuti dengan penetapan
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi
Birokrasi 2010-2014. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010
162 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
tersebut digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan reformasi
birokrasi di lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
periode 2010-2014.
Selama periode 2010-2014, Kemenko Polhukam telah melakukan
reformasi birokrasi internal dengan berpedoman pada Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik Hukum, dan Keamanan Nomor: Per-
5/Menko/Polhukam/10/2011 tentang Road Map Reformasi Birokrasi
2010-2014 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan. Program reformasi birokrasi yang dilaksanakan di Kemenko
Polhukam meliputi Manajemen Perubahan, Penataan Peraturan
Perundang-undangan, Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan
Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia
Aparatur, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja,
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Monitoring dan Evaluasi, dan
penetapan quick wins Kemenko Polhukam.
C. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan reformasi
birokrasi di Kemenko Polhukam periode 2010-2014 terkait dengan 9
(sembilan) Program dan Quick Wins Kemenko Polhukam, yaitu:
1. Manajemen Perubahan
Kemenko Polhukam telah melakukan berbagai upaya
pembenahan yang berkaitan dengan manajemen perubahan,
namun perhatian dan komitmen dalam upaya peningkatan etos dan
budaya kerja, orientasi kinerja, kreativitas dan inovasi dari seluruh
aparatur Kemenko Polhukam belum maksimal.
163 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
2. Penataan Peraturan Perundang-Undangan
Masih adanya pemahaman bahwa permasalahan hanya
dapat diselesaikan dengan membentuk Peraturan Menteri, sehingga
terdapat beberapa Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan dibentuk tanpa benar-benar
memperhatikan ada/tidaknya amanah dari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, kesesuaian substansi, dan realitas
budaya hukum. Konsekuensinya, terdapat Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang diduga
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi dan tumpang tindih dengan Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya.
Upaya identifikasi, pemetaan, dan analisis melalui analisis
dan evaluasi/penelaahan Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan telah dilakukan, namun mengingat
belum ada fungsi yang khusus menangani evaluasi/penelaahan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan, sehingga analisis dan evaluasi/penelaahan dilakukan
oleh fungsi lain. Oleh karenanya, analisis dan evaluasi/penelaahan
masih bersifat umum dan belum dilakukan secara komprehensif
untuk tiap Peraturan Menteri. Analisis dan evaluasi/penelaahan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan untuk tiap Peraturan Menteri baru dilakukan ketika ada
permintaan dari unit pemrakasa.
3. Penataan dan Penguatan Organisasi
Terdapat tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi unit organisasi karena kurang jelasnya ketentuan tugas dan
fungsi dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Nomor: Per-367/Menko/Polhukam/10/2010
164 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan.
4. Penataan Tata Laksana
Pelaksanaan E-Government di Kemenko Polhukam belum
didukung dengan pembangunan sistem kerja berbasis teknologi
informasi dan komunikasi yang mengarah pada proses digitalisasi
kerja di lingkungan Kemenko Polhukam (manajemen persuratan,
kearsipan, dan ketatalaksanaan yang berbasis Teknik Informatika
dan Komputer).
5. Penataan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Aparatur
Masih adanya permasalahan dalam penataan Sistem
Manajemen Sumber Daya Manusia di Kemenko Polhukam yaitu
belum berjalannya penegakan hukum disiplin pegawai, penerapan
sistem prestasi kerja, penerapan peta jabatan, pola karier pegawai
belum belum berjalan secara optimal, belum adanya assessment
test, penempatan pegawai belum sepenuhnya berdasarkan
kompetensi, dan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
Kemenko Polhukam belum mutakhir.
6. Penguatan Pengawasan
Masih diperlukan peningkatan pengawasan oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Permasalahan dari
pengawasan intern yaitu belum dilakukan pencanangan dan
pembangunan Zona Integritas, rendahnya kapabilitas Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di Kemenko Polhukam,
Sistem Pengawasan Intern Pemerintah (SPIP) belum
terimplementasi secara optimal, dan belum adanya Standar
165 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
Operasional Prosedur (SOP) pengaduan masyarakat, pelaporan
gratifikasi, dan Whistleblower System.
7. Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Hasil penilaian Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi terhadap evaluasi kinerja Kemenko
Polhukam Tahun 2015 memperoleh nilai B, namun masih
memerlukan peningkatan dalam beberapa hal untuk mencapai nilai
yang lebih tinggi. Adapun hal-hal yang perlu diperbaiki
diantaranya adalah belum tersedianya dokumen Indikator Kinerja
Utama (IKU) yang mampu mengakomodir kinerja tiap unit dan
ketersediaan IKU sampai dengan tingkatan staf, belum tersedianya
sistem pengumpulan kinerja secara elektronik yang mampu
menggambarkan keseluruhan kegiatan setiap unit di Kemenko
Polhukam, belum tersedianya pengelolaan kinerja berbasis
Balanced Score Card di seluruh unit Kemenko Polhukam, belum
tersedianya sistem monitoring dan evaluasi secara elektronik,
belum optimalnya sistem akuntabilitas kinerja di Kemenko
Polhukam, dan belum tersedianya pengembangan sistem publikasi
dokumen terhadap publik.
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Belum dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap standar
layanan dan kualitas pelayanan publik di Kemenko Polhukam,
belum optimalnya implementasi Standar Operasional Prosedur
(SOP) Pelayanan Publik, dan belum ada reward and punishment
terkait pelayanan publik.
166 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
9. Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan kegiatan monitoring, evaluasi, dan
pengendalian program reformasi birokrasi internal belum maksimal
karena belum memiliki sumber daya manusia yang kompeten dalam
melaksanakan penilaian mandiri reformasi birokrasi.
10. Quick Wins
Penetapan Quick Wins Kemenko Polhukam memerlukan
waktu yang cukup lama sehingga terdapat penundaan dalam
pencapaian program prioritas Kemenko Polhukam.
D. Upaya Mengatasi Permasalahan
Dari penjabaran terkait permasalahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi di Kemenko Polhukam periode 2010-
2014, selanjutnya dirumuskan langkah-langkah perbaikan yang akan
dilakukan pada 9 (sembilan) Program dan Quick Wins dalam Road Map
Reformasi Birokrasi Kemenko Polhukam 2015-2019, yaitu:
1. Manajemen Perubahan
a. Melanjutkan pembentukan Tim Reformasi Birokrasi Kemenko
Polhukam periode 2015-2019.
b. Monitoring dan evaluasi atas implementasi rencana kerja
reformasi birokrasi secara menyeluruh. Selama ini hanya
dilaksanakan secara parsial pada bidang-bidang tertentu yang
menjadi fokus perbaikan.
c. Identifikasi ulang program maupun kegiatan yang dianggap
sebagai “quick wins” bagi keberhasilan pelaksanaan reformasi
birokrasi di Kemenko Polhukam.
d. Diseminasi dan internalisasi Road Map Reformasi Birokrasi
yang menyangkut arah strategi dan kebijakan dalam rangka
167 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
penyempurnaan sektor organisasi, tata laksana dan sumber
daya manusia.
e. Melakukan penilaian atas pelaksanaan reformasi birokrasi
melalui Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan di
Kemenko Polhukam.
f. Implementasi atas rencana tindak lanjut hasil penilaian
pelaksanaan reformasi birokrasi melalui koordinasi dan
koordinasi yang intensif diantara para pegawai Kemenko
Polhukam.
g. Penguatan peran serta aktif dari seluruh pegawai Kemenko
Polhukam sebagai prasyarat keberhasilan pelaksanaan
reformasi birokrasi internal.
h. Pembentukan Agent of Change/Role Model secara formal
untuk menggerakkan organisasi menuju perubahan.
2. Penguatan Sistem Pengawasan
a. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan
penanganan gratifikasi disertai dengan tindak lanjut atas hasil
pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
b. Pelaksanaan penilaian risiko atas organisasi disertai dengan
pembekalan bagi individu yang menangani penilaian resiko
pada masing-masing organisasi.
c. Monitoring dan evaluasi atas penanganan pengaduan
masyarakat disertai dengan tindak lanjut atas hasil monitoring
dan evaluasi tersebut.
d. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan Whistle
Blowing System disertai dengan tindak lanjut atas hasil
monitoring dan evaluasi tersebut.
168 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
e. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan
penanganan benturan kepentingan disertai dengan tindak
lanjut atas hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
f. Pelaksanaan pembangunan zona integritas disertai dengan
monitoring dan evaluasi yang menghasilkan unit kerja yang
ditetapkan sebagai “menuju WBK/WBBM”.
g. Penyempurnaan pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP).
h. Perbaikan sistem yang memungkinkan seluruh fungsi
pengawasan internal berfokus pada klien dan audit berbasis
risiko.
3. Penguatan Akuntabilitas Kinerja
a. Penyempurnaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan yang menekankan pada aspek
kewajiban seluruh pimpinan memantau pencapaian kinerja
secara berkala.
b. Upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang
menangani akuntabilitas kinerja di seluruh lini organisasi
Kemenko Polhukam.
c. Perancangan sistem Pengukuran Kinerja secara elektronik
yang menjamin ketepatan dan keakuratan capaian kinerja
pada satu waktu serta dapat diakses oleh seluruh unit
organisasi.
4. Penguatan Kelembagaan Penataan dan Penguatan Organisasi
Evaluasi atas seluruh aspek/kriteria pembentukan
organisasi di Kemenko Polhukam, baik menyangkut ketepatan
fungsi, jenjang organisasi, kemungkinan duplikasi, kesesuaian
169 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
struktur dengan mandat organisasi, dan berbagai hal teknis lainnya
guna menjamin organisasi dapat adaptif terhadap dinamika
lingkungan strategis yang ada di sekitarnya.
5. Penguatan Tatalaksana
a. Upaya pengembangan e-Government yang bertujuan
mempermudah pelaksanaan pekerjaan, sinkronisasi pekerjaan
diantara satuan unit organisasi, dan peningkatan kualitas
pelayanan kepada pihak yang berkepentingan di Kemenko
Polhukam.
b. Penyusunan Proses Bisnis di Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan sebagai panduan dalam
penyusunan sistem kerja di Kemenko Polhukam.
c. Evaluasi dan penyempurnaan Standar Operasional Prosedur
(SOP) melalui serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan
mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi,
bagaimana, kapan harus dilakukan, di mana dan oleh siapa
dilakukan, sehingga Standar Operasional Prosedur (SOP)
disusun dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi.
d. Pembangunan fungsi kepemerintahan secara online maupun
berbasis elektronik sesuai tugas dan fungsi.
e. Penerapan kebijakan keterbukaan informasi publik.
f. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan
keterbukaan informasi publik, disertai dengan upaya tindak
lanjut atas rencana perbaikan atas kebijakan tersebut.
g. Evaluasi atas penerapan kearsipan dan tata naskah dinas
dalam rangka penyempurnaan kebijakan terkait kearsipan dan
tata naskah dinas.
170 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
6. Penguatan Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Aparatur
a. Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
b. Pelaksanaan assessment test kepada seluruh pegawai dalam
rangka promosi dan rotasi guna menjamin tersedianya pegawai
yang kompeten dalam mendukung terwujudnya sasaran
organisasi.
c. Perumusan dan penetapan kebijakan sistem rekrutmen dan
seleksi pegawai secara transparan, obyektif, akuntabel, dan
bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.
d. Pengembangan kompetensi yang dibutuhkan bagi para
pegawai untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas
yang berguna dalam pelaksanaan aktivitas pekerjaan sehari-
hari dengan didukung dengan anggaran yang memadai.
e. Perumusan dan penetapan kebijakan pengendalian kualitas
pendidikan dan pelatihan.
f. Penyusunan dan penetapan pola karir.
g. Penyempurnaan atas pelaksanaan seleksi jabatan secara
terbuka sebagai wujud dari amanat Undang-Undang Aparatur
Sipil Negara dengan disertai dengan implementasi kebijakan
internal terkait seleksi terbuka dan pembekalan kepada
aparatur yang bertugas menangani promosi jabatan terbuka
tersebut.
h. Pemantauan dan evaluasi atas penetapan kinerja individu
sebagai upaya penilaian kinerja pegawai yang hasilnya dapat
dijadikan dasar bagi pengembangan karir dan pemberian
tunjangan kinerja pegawai.
i. Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan aturan
disiplin/kode etik/kode perilaku instansi dengan tindak lanjut
171 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
berupa pemberian sanksi dan imbalan (reward) kepada seluruh
unit organisasi.
j. Penguatan dan pengembangan sistem informasi kepegawaian,
yang akan digunakan sebagai pendukung pengambilan
kebijakan manajemen sumber daya manusia.
7. Penguatan Peraturan Perundang-Undangan
a. Analisis dan evaluasi/penelaahan Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dilakukan
berkala setiap tahun dan akan lebih komprehensif dengan
analisis dan evaluasi/penelaahan untuk setiap Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dan tumpang tindih dengan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan lainnya. Selain itu analisis dan
evaluasi/penelaahan dapat dilakukan pada Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang perlu
untuk disesuaikan dengan perkembangan peraturan
perundang-undangan, perkembangan organisasi, dan
perkembangan reformasi birokrasi. Dengan adanya penataan
organisasi dan penyempurnaan fungsi pada Bagian Hukum
pada Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan
sesuai Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan, maka fungsi analisis dan evaluasi/penelaahan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum telah
termuat dalam satu subbagian di dalam Bagian Hukum.
172 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
b. Menindaklanjuti hasil analisis dan evaluasi dengan
penyempurnaan kebijakan atau deregulasi melalui perubahan
atau penggabungan beberapa Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan atau pencabutan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan.
c. Melakukan studi kelayakan pada materi yang akan dijadikan
Rancangan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan agar terbentuk Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang
berkualitas dan dalam rangka memperkuat sistem
pengendalian atas penyusunan peraturan perundang-
undangan.
d. Perbaikan atas sistem pengendalian atas penyusunan
peraturan perundang-undangan di Kemenko Polhukam
mencakup rapat koordinasi, studi kelayakan, dan paraf
koordinasi. Selain itu akan diatur ketentuan mengenai policy
paper.
e. Pembangunan dan pengembangan Jaringan Dokumentasi dan
Informasi Hukum Kemenko Polhukam.
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
a. Pelaksanaan reviu dan perbaikan atas standar pelayanan,
termasuk penyempurnaan kebijakan dan perbaikan SOP
standar pelayanan.
b. Pelaksanaan sosialisasi/pelatihan dalam upaya penerapan
Budaya Pelayanan Prima (contoh: kode etik, estetika, capacity
building, dan pelayanan prima).
173 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
c. Penyusunan sistem punishment (sanksi)/reward bagi
pelaksana layanan serta pemberian kompensasi kepada
penerima layanan bila layanan tidak sesuai standar.
d. Penyusunan inovasi pelayanan yang diciptakan dan
bermanfaat bagi penerima pelayanan.
e. Pelaksanaan tindak lanjut atas seluruh pengaduan pelayanan
untuk perbaikan kualitas pelayanan.
f. Pelaksanaan survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan,
termasuk tindak lanjut atas hasil rekomendasi survei tersebut.
g. Penyusunan rencana penerapan teknologi informasi dalam
pemberian pelayanan disertai dengan implementasi dan
perbaikan terus menerus.
h. Penguatan sistem dan sarana layanan terpadu/terintegrasi
pada seluruh jenis pelayanan.
i. Pelayanan cepat sesuai standar pelayanan.
9. Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan reformasi
birokrasi internal di Kemenko Polhukam, perlu dilakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi dalam
setiap triwulan dan setiap tahun serta melalui Penilaian Mandiri
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB). Dengan demikian
diharapkan adanya peningkatan akuntabilitas, meningkatnya
efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan reformasi birokrasi.
10. Quick Wins
Keberadaan program Quick Wins merupakan sebuah
keharusan dalam upaya pelaksanaan reformasi birokrasi di masing-
masing Kementerian/Lembaga. Setiap instansi harus memilih
Quick Wins yang sejalan dengan bidang tugas utamanya, terutama
174 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat, sehingga
masyarakat dapat langsung merasakan perubahan yang sedang
dilakukan oleh masing-masing instansi.
Pelaksanaan Quick Wins di Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan diawali dengan menetapkan
program unggulan sebagai Quick Wins dengan harapan dapat
memberikan dampak positif dan perbaikan yang signifikan dalam
pelayanan publik serta peningkatan kinerja.
Berdasarkan hal tersebut diatas, Kemenko Polhukam melalui
Tim Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan telah menetapkan Desk Pemantapan
Wawasan Kebangsaan, yang dikelola dan dikoordinasikan secara
teknis oleh Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa sebagai
Quick Wins Reformasi Birokrasi Internal di Kemenko Polhukam
pada tahun 2016.
Adapun untuk Quick Wins ditahun 2017, tahun 2018, dan
tahun 2019 akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dengan
mempertimbangkan evaluasi pelaksanaan Quick Wins di tahun
2016 dan hasil identifikasi ulang Quick Wins.
175 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
BAB II
AGENDA REFORMASI BIROKRASI NASIONAL 2015-2019
A. Sasaran dan Strategi Reformasi Birokrasi Nasional 2015-2019
Tujuan akhir implementasi reformasi birokrasi dalam lima tahun ke
depan diharapkan melalui reformasi birokrasi pemerintah sudah
beranjak ke tahapan pemerintahan yang berbasis kinerja dan pada
tahun 2025 diharapkan pemerintahan sudah beranjak pada tatanan
pemerintahan yang dinamis. Pemerintahan berbasis kinerja ditandai
dengan beberapa hal, antara lain:
1. Penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan dengan berorientasi
pada prinsip efektif, efisien dan ekonomis.
2. Kinerja pemerintah difokuskan pada upaya untuk mewujudkan
outcomes (hasil).
3. Seluruh instansi pemerintah menerapkan manajemen kinerja yang
didukung dengan penerapan sistem berbasis elektronik untuk
memudahkan pengelolaan data kinerja.
4. Setiap individu pegawai memiliki kontribusi yang jelas terhadap
kinerja unit kerja terkecil, satuan unit kerja di atasnya hingga pada
organisasi secara keseluruhan. Setiap instansi pemerintah, sesuai
dengan tugas dan fungsinya, secara terukur, juga memiliki
kontribusi terhadap kinerja pemerintah secara keseluruhan.
Gambar
Tujuan Jangka Panjang Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
176 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dirumuskan sasaran
reformasi birokrasi, yaitu:
1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel.
Arah kebijakan dari sasaran ini meliputi:
a. Penerapan sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif.
b. Penerapan pengawasan yang independen, profesional, dan
sinergis.
c. Peningkatan kualitas pelaksanaan dan integrasi antara sistem
akuntabilitas keuangan dan kinerja.
d. Peningkatan fairness, transparansi dan profesionalisme dalam
pengadaan barang dan jasa.
2. Birokrasi yang efektif dan efisien
Arah kebijakan dari sasaran ini meliputi:
a. Penguatan agenda reformasi birokrasi nasional dan
peningkatan kualitas implementasinya.
b. Penataan kelembagaan instansi pemerintah yang tepat
ukuran, tepat fungsi, dan sinergis.
c. Penataan bisnis proses yang sederhana, transparan,
partisipatif, dan berbasis e-government.
d. Penerapan manajemen Aparatur Sipil Negara yang transparan,
kompetitif, dan berbasis merit untuk mewujudkan Aparatur
Sipil Negara yang profesional dan bermartabat.
e. Penerapan sistem manajemen kinerja nasional yang efektif.
f. Peningkatan kualitas kebijakan publik.
g. Pengembangan kepemimpinan untuk perubahan dalam
birokrasi untuk mewujudkan kepemimpinan yang visioner,
berkomitmen tinggi, dan transformatif.
177 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
h. Peningkatan efisiensi (belanja aparatur) penyelenggaraan
birokrasi.
i. Penerapan manajemen kearsipan yang handal, komprehensif,
dan terpadu.
3. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas
a. Penguatan kelembagaan dan manajemen pelayanan:
1) Implementasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik.
2) Pemanfaatan Information Communication Technology
(ICT).
3) Integritas dan kualitas sumber daya manusia pelayanan.
4) Budaya pelayanan.
5) Quick Wins.
b. Penguatan kapasitas pengelolaan kinerja pelayanan publik.
1) Penguatan monitoring evaluasi kinerja.
2) Efektivitas pengawasan.
3) Sistem pengaduan.
4) Penerapan reward and punishment.
Ketiga sasaran strategis tersebut memiliki rumusan yang berbeda
dengan sasaran reformasi birokrasi pada periode tahun 2010 – 2014.
Namun demikian, keselarasan ketiga sasaran dimaksud dengan sasaran
reformasi birokrasi pada tahap sebelumnya secara substansi tidak
memiliki perbedaan.
B. Area Perubahan dan Program Reformasi Birokrasi
Guna melaksanakan percepatan dalam pelaksanaan reformasi
birokrasi di Indonesia agar berjalan dengan baik, pemerintah dalam hal
ini Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
178 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Birokrasi menerapkan 9 (sembilan) program untuk mencapai 8 (delapan)
area perubahan yang menjadi tujuan dalam pelaksanaan grand design
reformasi birokrasi. Melalui 9 (sembilan) program reformasi birokrasi
tersebut diharapkan, akan mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi
di Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah lebih terarah dan
berjalan dengan baik serta dapat mencapai tujuan akhir dari reformasi
birokrasi tersebut.
Untuk mewujudkan ketiga sasaran reformasi birokrasi
sebagaimana disebutkan di atas, ditetapkan area-area perubahan
birokrasi. Perubahan-perubahan pada area tertentu dalam lingkup
birokrasi diharapkan menciptakan kondisi yang kondusif untuk
mendukung pencapaian empat sasaran reformasi birokrasi. Area-area
perubahan dan hasil yang diharapkan sebagai berikut:
Tabel 1
Area Perubahan dan Hasil Yang diharapkan
Area
Hasil yang diharapkan
1. Mental Aparatur/
Manajemen
Perubahan
Meningkatnya penerapan/internalisasi
asas, prinsip, nilai dasar, kode etik, dan
kode perilaku, termasuk penguatan
budaya kinerja dan budaya pelayanan;
Meningkatnya penerapan budaya kerja
positif di setiap instansi pemerintah;
Meningkatnya integritas aparatur;
Meningkatnya profesionalisme aparatur;
Meningkatnya citra positif aparatur
sebagai pelayan masyarakat; dan
Meningkatnya kepuasan masyarakat.
179 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
Area
Hasil yang diharapkan
2. Pengawasan
Meningkatnya kapasitas Aparatur
Pengawasan Intern Pemerintah;
Meningkatnya penerapan sistem
pengawasan yang independen,
profesional, dan sinergis;
Meningkatnya penerapan
penyelenggaraan pemerintahan yang
bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan
nepotisme;
Meningkatnya efisiensi penyelenggaraan
birokrasi;
Menurunnya tingkat penyimpangan oleh
aparatur; dan
Meningkatnya jumlah instansi
pemerintah yang memperoleh opini Wajar
Tanpa Pengecualian dari Badan
Pemeriksa Keuangan.
3. Akuntabilitas
Meningkatnya kualitas penerapan sistem
akuntabilitas keuangan dan kinerja yang
terintegrasi;
Meningkatnya kualitas penerapan sistem
pengadaan barang dan jasa yang adil,
transparan, dan profesional;
Meningkatnya penerapan sistem
manajemen kinerja nasional; dan
Meningkatnya akuntabilitas aparatur.
180 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Area
Hasil yang diharapkan
4. Kelembagaan
Meningkatnya kualitas pelaksanaan
agenda reformasi birokrasi nasional;
Meningkatnya ketepatan ukuran,
ketepatan fungsi, dan
sinergisme/kesinergisan kelembagaan
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non
Kementerian/Lembaga Non Struktural;
Menurunnya tumpang tindih tugas dan
fungsi antar Kementerian/Lembaga dan
antar Kementerian/Lembaga dengan
Pemerintah daerah;
Meningkatnya kejelasan pembagian
kewenangan antara pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota;
Meningkatnya sinergisme kelembagaan
antara instansi pemerintah pusat dan
daerah;
Meningkatnya sinergisme dan penguatan
kelembagaan pada masing-masing bidang
pembangunan; dan
Meningkatnya kinerja aparatur.
5. Tatalaksana
Meningkatnya penerapan sistem, proses,
dan prosedur kerja yang jelas, efektif,
efisien, cepat, terukur sederhana,
transparan, partisipatif, dan berbasis e-
Government;
181 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
Area
Hasil yang diharapkan
Meningkatnya kualitas tata hubungan
antara pemerintah pusat dan daerah;
Meningkatnya penerapan keterbukaan
informasi publik;
Meningkatnya penerapan sistem
pengadaan barang dan jasa secara
elektronik;
Meningkatnya penerapan manajemen
kearsipan yang handal; dan
Meningkatnya kualitas pelayanan.
6. Sumber daya
manusia aparatur
sipil negara
Meningkatnya kemampuan unit yang
mengelola sumber daya manusia
Aparatur Sipil Negara untuk mewujudkan
sumber daya manusia aparatur yang
kompeten dan kompetitif;
Meningkatnya kepatuhan instansi untuk
penerapan manajemen sumber daya
manusia aparatur yang berbasis merit;
Meningkatnya jumlah instansi yang
mampu menerapkan manajemen kinerja
individu untuk mengidentifikasi dan
meningkatkan kompetensi sumber daya
manusia aparatur;
Meningkatnya jumlah instansi untuk
membentuk talent pool (kelompok
suksesi) untuk pengembangan karier
pegawai di lingkungannya;
182 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Area
Hasil yang diharapkan
Meningkatnya jumlah instansi yang
mampu mewujudkan sistem informasi
manajemen sumber daya manusia yang
terintegrasi di lingkungannya;
Meningkatnya penerapan sistem
pengembangan kepemimpinan untuk
perubahan;
Meningkatnya pengendalian penerapan
sistem merit dalam manajamen sumber
daya manusia aparatur; dan
Meningkatnya profesionalisme aparatur
7. Peraturan
Perundang-
undangan
Meningkatnya keterlibatan publik dalam
proses perumusan kebijakan; dan
Meningkatnya kualitas regulasi yang
melindungi, berpihak pada publik,
harmonis, tidak tumpang tindih dan
mendorong iklim kondusif bagi publik.
8. Pelayanan publik Meningkatnya sistem monitoring dan
evaluasi terhadap kinerja pelayanan
publik;
Meningkatnya kualitas pelayanan publik
sesuai kebutuhan dan harapan
masyarakat;
Meningkatnya profesionalisme aparatur.
183 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
Program-program reformasi birokrasi, baik dalam tingkatan Makro,
Meso, maupun Mikro adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Program-program Reformasi Birokrasi
Program-program
pada Tingkatan
Makro
Program-program
pada Tingkatan Meso
Program-program
pada Tingkatan Mikro
Revolusi Mental
Aparatur
Manajemen
Perubahan
Manajemen Perubahan
Penguatan Sistem
Pengawasan
Monitoring, Evaluasi,
dan Pelaporan
Penguatan Sistem
Pengawasan
Peningkatan
Akuntabilitas Kinerja
Peningkatan
Akuntabilitas Kinerja
Penguatan
Kelembagaan
Penguatan
Kelembagaan
Penguatan
Tatalaksana
Penguatan
Tatalaksana
Penguatan Sistem
Manajemen Sumber
Daya Manusia
Aparatur Sipil Negara
Penguatan Sistem
Manajemen Sumber
Daya Manusia
Aparatur Sipil Negara
Penguatan Peraturan
Perundang-undangan
Penguatan Peraturan
Perundang-undangan
Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik
Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik
Quick Wins Nasional Quick Wins
184 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
BAB III
KONSOLIDASI RENCANA AKSI
REFORMASI BIROKRASI KEMENKO POLHUKAM
TAHUN 2015-2019
A. Capaian
Sejak dilaksanakannya Road Map Reformasi Birokrasi di Kemenko
Polhukam dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, terdapat capaian
sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas pelayanan publik dengan sistem pelayanan
satu atap yang dilaksanakan oleh Unit Pelayanan Publik.
2. Mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan
Keuangan Kementerian yang diaudit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan berturut-turut sejak tahun 2010 sampai dengan 2014.
3. Mendapatkan penghargaan Barang Milik Negara Award dari
Kementerian Keuangan untuk kepatuhan pelaporan Barang Milik
Negara dengan peringkat 3 (tiga) nasional pada tahun 2013 dan
tahun 2014.
4. Mendapatkan nilai B untuk hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi pada tahun 2014.
5. Penerapan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara dan
Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara. Adapun untuk
kepatuhan pegawai Kemenko Polhukam yang wajib menyampaikan
Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara telah mencapai 89%
dari total wajib lapor Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil
Negara.
6. Rekruitmen dan seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil tahun 2013 dan
tahun 2014 yang dilakukan secara transparan, obyektif, akuntabel,
dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.
185 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
B. Visi dan Misi
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi sejak
tahun 2009 hingga tahun 2014, dirasakan perlu untuk melakukan reviu
atas visi dan misi Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan guna mempertajam dan sebagai langkah
akselerasi atas upaya perbaikan dan penyempurnaan implementasi
Reformasi Birokrasi Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan yang selaras dengan Program Reformasi Birokrasi
Nasional sebagai berikut.
Visi:
“Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi”
Misi:
1. SDM Profesional dan Sejahtera
2. Organisasi berkualitas dan Akuntabel
3. Prosedur Kerja Jelas, Efektif dan Efisien
Implementasi dan pencapaian visi misi Reformasi Birokrasi
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan 2015-
2019 tersebut sangat bergantung pada upaya dan aktualisasi dari setiap
langkah perubahan yang sudah ditetapkan. Selain itu, keberhasilan
pelaksanaan reformasi birokrasi sesuai visi di atas, tidak terlepas dari
dukungan kerjasama dan partisipasi baik dari intern Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan maupun dari
pemangku kepentingan (stakeholder). Reformasi birokrasi yang telah
dan sedang dilaksanakan pada Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan merupakan suatu siklus perubahan yang
berlangsung terus-menerus dan berkelanjutan, sehingga harus tetap
dikawal agar tetap konsisten. Berbagai perbaikan pada aspek
kelembagaan, budaya organisasi, ketatalaksanaan, regulasi/deregulasi
186 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
birokrasi, sumber daya manusia, dan beberapa perubahan yang lain
telah terjadi kearah yang lebih baik.
C. Konsolidasi Rencana Aksi
Konsolidasi Rencana Aksi Program dalam kurun waktu 2015-2019
mencakup:
1. Kegiatan;
2. Kriteria keberhasilan;
3. Tahapan Kegiatan;
4. Waktu Pelaksanaan;
5. Penanggung Jawab;
6. Anggaran; dan
7. Agenda Prioritas.
237 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
Monitoring pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan dalam
tingkatan lingkup unit/satuan kerja, lingkup kementerian/lembaga, dan
pemerintah daerah, dan lingkup nasional. Monitoring dilakukan untuk
mempertahankan agar rencana aksi yang dituangkan dalam Road Map
Reformasi Birokrasi dapat berjalan sesuai dengan jadwal, target-target,
dan tahapan sebagaimana telah ditetapkan. Dari proses monitoring,
berbagai hal yang perlu dikoreksi dapat langsung dikoreksi pada saat
kegiatan reformasi birokrasi dilaksanakan, sehingga tidak terjadi
penyimpangan dari target-target yang telah ditentukan. Pada lingkup
unit/satuan kerja, monitoring dapat dilakukan melalui beberapa media
sebagai berikut:
1. pertemuan rutin dengan pimpinan unit/satuan kerja untuk
membahas kemajuan, hambatan yang dihadapi, dan penyesuaian
yang perlu dilakukan untuk merespon permasalahan atau
perkembangan lingkungan strategis. Pertemuan ini penting
mengingat reformasi birokrasi harus terus dimonitor oleh masing-
masing pimpinan unit/satuan kerja untuk menjaga
keberlanjutannya. Pertemuan rutin dengan pimpinan juga
dilakukan pada unit/satuan kerja yang melaksanakan Quick Wins,
untuk membahas kemajuan, hambatan yang dihadapi, dan
penyesuaian yang perlu dilakukan untuk merespon permasalahan
atau perkembangan lingkungan strategis;
2. pertemuan dengan pimpinan unit/satuan kerja untuk merespon
permasalahan yang harus cepat diselesaikan;
3. survey terhadap kepuasan masyarakat dan pengaduan masyarakat;
238 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
4. pengukuran target-target kegiatan reformasi birokrasi sebagaimana
diuraikan dalam Road Map dengan realisasinya; dan
5. pertemuan dalam rangka Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (PMPRB), yang dikoordinasikan oleh Inspektorat.
Pada lingkup Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan, monitoring dilakukan melalui beberapa media sebagai
berikut:
1. pertemuan rutin pada tingkat tim pengarah;
2. pertemuan rutin pada tingkat tim pelaksana;
3. pertemuan rutin pada tingkat kelompok kerja;
4. survey kepuasan masyarakat dan pengaduan masyarakat;
5. pengukuran target-target kegiatan reformasi birokrasi sebagaimana
diuraikan dalam Road Map dengan realisasinya; dan
6. pertemuan dalam rangka penilaian mandiri pelaksanaan reformasi
birokrasi, yang dikoordinasikan oleh Inspektorat.
B. Evaluasi
Evaluasi terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di instansi
pemerintah dilakukan dalam rentang waktu tertentu yang ditentukan
oleh masing instansi pemerintah. Dalam lingkup instansi pemerintah
pusat, evaluasi dilakukan setiap enam bulan dan tahunan. Evaluasi
dilakukan untuk menilai kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi
secara keseluruhan termasuk tindak lanjut hasil monitoring yang
dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan. Evaluasi dilakukan melalui
beberapa tahapan mulai dari unit kerja sampai pada tingkat instansi,
sebagai berikut:
1. evaluasi semesteran atau tahunan di tingkat unit kerja yang
dipimpin oleh pimpinan unit/satuan kerja untuk membahas
kemajuan, hambatan yang dihadapi, dan penyesuaian kegiatan
yang perlu dilakukan pada 6 (enam) bulan atau 1 (satu) tahun ke
239 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
depan, sehingga tidak terjadi permasalahan yang sama atau dalam
rangka merespon perkembangan lingkungan strategis. Evaluasi
dilakukan secara menyeluruh terhadap seluruh prioritas yang telah
ditetapkan;
2. evaluasi semesteran atau tahunan di tingkat instansi, yang
dipimpin langsung oleh ketua tim pelaksana reformasi birokrasi;
3. evaluasi semesteran atau tahunan di tingkat instansi, yang
dipimpin langsung oleh ketua tim pengarah reformasi birokrasi;
4. berbagai informasi yang digunakan sebagai bahan pengambilan
keputusan dapat diperoleh dari:
a. hasil-hasil monitoring;
b. survey kepuasan masyarakat dan pengaduan masyarakat;
c. pengukuran target-target kegiatan reformasi birokrasi
sebagaimana diuraikan dalam Road Map dengan realisasinya;
dan
d. pertemuan dalam rangka penilaian mandiri pelaksanaan
reformasi birokrasi, yang dikoordinasikan oleh Inspektorat.
Hasil evaluasi diharapkan dapat secara terus menerus
memberikan masukan terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di
tahun-tahun berikutnya.
240 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
BAB V
PENUTUP
Reformasi birokrasi sebagai sebuah tuntutan pembangunan termasuk
di dalamnya masyarakat harus disikapi secara positif. Hal ini membutuhkan
komitmen seluruh jajaran Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan dan pemangku kepentingan (stakeholders) dalam upaya
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), yang
muaranya akan menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Terdapat 5 (lima) faktor penentu kesuksesan reformasi birokrasi, yaitu:
1. kemauan dan komitmen;
2. kesamaan persepsi dan tujuan;
3. konsistensi dan keberlanjutan;
4. ketersediaan anggaran; dan
5. dukungan masyarakat dan stakeholders.
Perubahan pola pikir (mind set), budaya kerja (cultural set) dan sistem
manajemen pemerintahan sebagai suatu sasaran reformasi birokrasi
menggambarkan adanya persepsi bahwa penanganan aspek sumber daya
manusia aparatur dengan aspek sistem manajemen pemerintahan
merupakan suatu yang harus ditata secara paralel atau bersamaan. Hal ini
menjadi dikotomi siapa yang memegang andil terbesar dari kondisi birokrasi
241 Peraturan Menko Polhukam Nomor 4 Tahun 2016
kita saat ini dapat dipinggirkan. Upaya yang telah dilakukan oleh
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan hanyalah
sebagian dari upaya pemerintah untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik. Oleh karena itu, semangat perubahan ini harus
terus berjalan dan perlu dilakukan evaluasi secara berkala.
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIRANTO
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan,
ttd.
Drs. Subroto, M.M.
295Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan
standar operasional prosedur administrasi pemerintahan di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan, diperlukan suatu kesatuan pedoman
penyusunan standar operasional prosedur administrasi
pemerintahan yang didalamnya memuat siklus
penyusunan standar operasional prosedur administrasi
pemerintahan mulai dari persiapan sampai dengan
monitoring dan evaluasi;
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
296 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
b. bahwa Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Nomor PER-03/MENKO/
POLHUKAM/7/2012 tentang Pedoman Evaluasi Standar
Operasional Prosedur Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan dan Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor
13 Tahun 2013 tentang Standar Operasional Prosedur
Administrasi Pemerintahan Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan perlu disesuaikan
kembali dengan perkembangan peraturan perundang-
undangan dan sistem ketatalaksanaan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional
Prosedur Administrasi Pemerintahan di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
2. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 83);
3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur
297 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
Administrasi Pemerintahan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 649);
4. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1665);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK,
HUKUM, DAN KEAMANAN TENTANG PEDOMAN
PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KEMENTERIAN
KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Operasional Prosedur, yang selanjutnya disingkat
SOP, adalah serangkaian instruksi tertulis yang
dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan
aktifitas organisasi, bagaimana dan kapan harus
dilakukan, dimana, dan oleh siapa dilakukan.
2. Standar Operasional Prosedur Administrasi
Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SOP AP, adalah
standar operasional prosedur dari berbagai proses
penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
298 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
3. Administrasi Pemerintahan adalah pengelolaan proses
pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan yang
dijalankan oleh organisasi pemerintah.
4. Prosedur Kerja adalah rangkaian tata kerja yang berkaitan
satu sama lain sehingga menunjukkan adanya urutan
tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus
ditempuh dalam rangka penyelesaian satu bidang tugas
yang merupakan salah satu bagian dari proses yang
dikembangkan dalam SOP AP.
5. SOP Administratif adalah prosedur standar yang bersifat
umum dan tidak rinci dari kegiatan yang dilakukan oleh
lebih dari satu orang aparatur atau pelaksana dengan
satu peran atau jabatan.
6. SOP Teknis adalah prosedur standar yang sangat rinci
dari kegiatan yang dilakukan oleh satu orang aparatur
atau pelaksana dengan satu peran atau jabatan.
7. Simbol-Simbol adalah suatu gambar yang
merepresentasikan suatu proses tertentu dalam SOP AP.
8. Judul SOP AP adalah nama dari suatu rangkaian tahapan
proses penyelesaian seluruh uraian jenis kegiatan yang
dimulai dari pendaftaran/pemasukan dokumen usulan
sampai dengan diperolehnya keluaran hasil/produk akhir
kegiatan.
9. Produk adalah barang/jasa yang dihasilkan atau
dikerjakan oleh suatu unit organisasi.
10. Mutu Baku adalah standar-standar mutu dilihat dari sisi
kelengkapan, ketepatan waktu penyelesaian, dan output
yang dihasilkan.
299 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
11. Hari Kerja adalah hari kerja di Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang
dilaksanakan 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
mulai hari senin sampai dengan hari jumat dan/atau
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
12. Jam Kerja Efektif adalah jam kerja yang secara efektif
dipergunakan untuk menjalankan atau melaksanakan
tugas, yaitu jam kerja dikurangi waktu kerja yang hilang
atau luang karena tidak bekerja.
13. Monitoring adalah suatu cara untuk mengetahui
pelaksanaan seluruh tahapan dalam SOP AP dengan
mengidentifikasi permasalahan dalam praktik
pelaksanaan SOP AP.
14. Evaluasi adalah peninjauan kembali tingkat keakuratan
yang telah disusun dan diterapkan dalam pelaksanaan
SOP AP agar SOP AP tersebut dapat berjalan dengan
efektif dan efisien
Pasal 2
(1) Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab
terhadap penyusunan SOP AP bagi unit organisasi di
lingkungan kerjanya.
(2) Penyusunan SOP AP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan mengacu pada Pedoman Penyusunan
SOP AP di Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
300 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
(3) SOP AP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
dinamis dan dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan tata kerja, prosedur, dan
sistem kerja dari unit organisasi.
Pasal 3
(1) SOP AP ditetapkan oleh pimpinan unit organisasi masing-
masing sesuai dengan kewenangannya.
(2) SOP AP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya
diintegrasikan dengan SOP AP dari seluruh unit
organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan.
(3) SOP AP yang telah diintegrasikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Pasal 4
SOP AP yang telah ditetapkan sebelum Peraturan Menteri ini
berlaku dinyatakan tetap berlaku sampai dengan ditetapkan
SOP AP sesuai dengan Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Nomor PER-03/MENKO/
POLHUKAM/7/2012 tentang Pedoman Evaluasi Standar
Operasional Prosedur Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan; dan
301 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
b. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Nomor 13 Tahun 2013 tentang Standar
Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
302 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Desember 2016
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Wiranto
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 Desember 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1898
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan, ttd. Drs. Subroto, M.M.
303 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2016
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN DI KEMENTERIAN
KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN
KEAMANAN
PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan upaya dalam mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance), telah dilaksanakan program
reformasi birokrasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan melalui pelaksanaan Road Map Reformasi Birokrasi
2010-2014 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan pada unsur-unsur organisasi di Kementerian Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, yang meliputi 9 (sembilan)
program dimana terdapat area yang fokus pada bidang penataan dan
penguatan organisasi dan penataan tata laksana.
304 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Untuk bidang penataan dan penguatan organisasi Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan pada tahun 2015
telah melakukan proses evaluasi dan penataan organisasi dengan
menghasilkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Sejalan dengan proses tersebut dan dalam rangka terlaksananya
tugas, fungsi, dan pelayanan yang sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang baru, maka diperlukan adanya rangkaian prosedur yang
telah distandardisasikan. Prosedur standar yang dimaksud adalah SOP
AP, dimana tahapan dalam proses penyusunan SOP AP merupakan
sebuah siklus yang dimulai dari persiapan, penilaian kebutuhan,
pengembangan, penerapan, hingga monitoring dan evaluasi.
Dalam kaitan dengan hal tersebut diatas, Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan melakukan upaya
pengembangan dan penyempurnaan pengaturan terkait penyusunan
dan evaluasi SOP AP yang sebelumnya telah diatur dengan Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor PER-
03/MENKO/POLHUKAM/7/2012 tentang Pedoman Evaluasi Standar
Operasional Prosedur Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan dan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Nomor 13 Tahun 2013 tentang Standar
Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan guna menjadi acuan
bagi unit-unit organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan.
305 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
B. Maksud, Tujuan dan Sasaran
1. Maksud
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan merupakan instansi yang memberikan pelayanan, baik
secara internal maupun secara eksternal kepada stakeholders
dan/atau masyarakat. Untuk itu, pedoman penyusunan SOP AP ini
disusun agar dapat digunakan oleh seluruh unit-unit organisasi di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
untuk menstandarkan prosedur-prosedur penting dalam
melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya.
2. Tujuan dan Sasaran
Pedoman ini bertujuan memberikan panduan bagi setiap
unit-unit organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan dalam mengidentifikasi dan menyusun SOP
AP berdasarkan persamaan prinsip dan persepsi,
mendokumentasikan, mengembangkan dan menyempurnakan,
memonitor, dan mengevaluasi SOP AP dalam melaksanakan tugas
dan fungsi. Dengan demikian, sasaran dari pedoman ini adalah agar
setiap unit organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan hingga unit terkecil memiliki SOP AP
untuk mendukung terciptanya proses penyelenggaraan
pemerintahan yang lebih baik, tertib, dan mampu memberikan
pelayanan maksimal kepada stakeholders dan/atau masyarakat.
306 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
C. Manfaat
Manfaat SOP AP dalam lingkup tugas dan fungsi pada
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah:
1. sebagai standarisasi mekanisme/proses yang dilakukan
Pejabat/Pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi
tugas dan fungsinya;
2. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas, fungsi,
dan tanggung jawab individual Pejabat/Pegawai Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dan organisasi
secara keseluruhan;
3. meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas;
4. memberikan informasi mengenai kualifikasi kompetensi yang harus
dikuasai oleh Pejabat/Pegawai Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan dalam melaksanakan tugasnya;
5. memberikan informasi mengenai beban tugas yang harus
dilaksanakan oleh Pejabat/Pegawai tersebut;
6. menghindari tumpang tindih aktifitas dalam melaksanakan tugas;
dan
7. membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam
penyusunan standar pelayanan, sekaligus dapat memberikan
informasi bagi kinerja pelayanan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman penyusunan SOP ini secara umum
meliputi:
1. pendahuluan;
2. jenis, format, dan dokumen SOP AP;
3. mekanisme penyusunan SOP AP;
4. penetapan dokumen SOP AP; dan
5. monitoring dan evaluasi SOP.
307 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
E. Prinsip
1. Prinsip Penyusunan SOP AP
a. Kemudahan dan kejelasan
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dapat dengan
mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua aparatur
bahkan bagi seseorang yang sama sekali baru dalam
pelaksanaan tugasnya.
b. Efisiensi dan efektifitas
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dapat dengan
mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua aparatur
bahkan bagi seseorang yang sama sekali baru dalam
pelaksanaan tugasnya.
c. Keselarasan
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus selaras dengan
prosedur-prosedur standar lain yang terkait.
d. Keterukuran
Output dari prosedur-prosedur yang distandarkan
mengandung capaian kualitas atau mutu baku tertentu yang
dapat diukur pencapaian keberhasilannya.
e. Dinamis
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus dengan cepat
dapat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas
pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan
administrasi pemerintahan.
f. Berorientasi pada pengguna atau pihak yang dilayani
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus
mempertimbangkan kebutuhan pengguna (customer’s need)
sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengguna.
308 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
g. Kepatuhan Hukum
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus memenuhi
ketentuan dan peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku.
h. Kepastian Hukum
Prosedur-prosedur yang distandarkan harus ditetapkan oleh
pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati,
dilaksanakan, dan menjadi instrumen untuk melindungi
aparatur atau pelaksana dari kemungkinan tuntutan hukum.
2. Prinsip Pelaksanaan SOP AP
a. Konsisten
SOP AP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke
waktu, oleh siapa pun, dan dalam kondisi yang relatif sama
oleh seluruh jajaran organisasi pemerintahan.
b. Komitmen
SOP AP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari
seluruh jajaran organisasi, dari tingkatan yang paling rendah
dan tertinggi.
c. Perbaikan berkelanjutan
Pelaksanaan SOP AP harus terbuka terhadap penyempurnaan-
penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-
benar efisien dan efektif.
d. Mengikat
SOP AP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah
ditetapkan.
e. Seluruh unsur memiliki peran penting
Seluruh aparatur melaksanakan peran-peran tertentu dalam
setiap prosedur yang distandarkan. Jika aparatur tertentu
tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan
309 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
mengganggu keseluruhan proses, yang akhirnya juga
berdampak pada terganggunya proses penyelenggaraan
pemerintah.
f. Terdokumentasi dengan baik
Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus
didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu
dijadikan acuan atau referensi bagi setiap pihak-pihak yang
memerlukan.
310 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
BAB II
JENIS, FORMAT, DAN DOKUMEN SOP AP
A. Jenis SOP
1. SOP berdasarkan sifat kegiatan
a. SOP Administratif
SOP Administratif mencakup kegiatan lingkup makro
dengan ruang lingkup yang besar dan tidak mencerminkan
pelaksana kegiatan secara detail dan kegiatan lingkup mikro
dengan ruang lingkup yang kecil dan mencerminkan pelaksana
yang sesungguhnya dari kegiatan yang dilakukan.
SOP Administratif ini pada umumnya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) pelaksana kegiatan berjumlah banyak atau lebih dari satu
aparatur/pelaksana atau lebih dari satu jabatan dan
bukan merupakan satu kesatuan tunggal; dan
2) berisi tahapan pelaksanaan kegiatan atau langkah-
langkah pelaksanaan kegiatan yang bersifat makro
ataupun mikro yang tidak menggambarkan cara
melakukan kegiatan.
b. SOP Teknis
Setiap prosedur pada SOP Teknis diuraikan dengan
sangat teliti sehingga tidak ada kemungkinan-kemungkinan
variasi lain. SOP Teknis pada umumnya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Pelaksana kegiatan berjumlah satu orang atau satu
kesatuan tim kerja atau satu jabatan meskipun dengan
pemangku yang lebih dari satu; dan
2) Berisi langkah rinci atau cara melakukan pekerjaan atau
langkah detail pelaksanaan kegiatan.
311 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
2. SOP Menurut Cakupan dan Besaran Kegiatan
a. SOP Makro adalah SOP berdasarkan cakupan dan besaran
kegiatannya mencakup beberapa SOP (SOP mikro) yang
mencerminkan bagian dari kegiatan tersebut atau SOP yang
merupakan integrasi dari beberapa SOP (SOP mikro) yang
membentuk serangkaian kegiatan dalam SOP tersebut. SOP
makro ini tidak mencerminkan kegiatan yang sesungguhnya
dilakukan oleh pelaksananya (misalnya Menteri X mengirim
surat ke Menteri Y, yang mengirim surat adalah caraka),
sedangkan SOP mikro mencerminkan kegiatan yang dilakukan
pelaksananya misalnya caraka mengirim surat, yang mengirim
adalah caraka itu sendiri bukan pelaksananya lainnya).
Contoh: SOP Monitoring dan Evaluasi SOP merupakan SOP
makro dari SOP Persiapan Monitoring dan Evaluasi SOP, SOP
Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi SOP, dan SOP Pelaporan
Monitoring dan Evaluasi SOP.
b. SOP Mikro adalah SOP yang berdasarkan cakupan dan
besaran kegiatannya merupakan bagian dari sebuah SOP (SOP
makro) atau SOP yang kegiatannya menjadi bagian dari
kegiatan SOP (SOP makro) yang lebih besar cakupannya.
Contoh:
SOP Persiapan Monitoring dan Evaluasi SOP, SOP Pelaksanaan
Monitoring dan Evaluasi SOP, dan SOP Pelaporan Monitoring
dan Evaluasi SOP merupakan SOP mikro dari SOP Monitoring
dan Evaluasi SOP.
Pendekatan lain yang dapat dilakukan untuk memahami SOP
mikro adalah dengan melakukan identifikasi terhadap kegiatan
terkait dari SOP makro karena pada dasarnya kegiatan yang
terkait tersebut adalah kegiatan mikro yang selanjutnya bila
disusun akan menjadi SOP mikro.
312 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
3. SOP Menurut Cakupan dan Kelengkapan Kegiatan
a. SOP Final adalah SOP yang berdasarkan cakupan kegiatannya
telah menghasilkan produk utama yang paling akhir.
b. SOP Parsial adalah SOP yang berdasarkan cakupan
kegiatannya belum menghasilkan produk utama yang paling
akhir, sehingga kegiatan ini masih memiliki rangkaian
kegiatan lanjutan yang mencerminkan produk utama
akhirnya.
4. SOP Menurut Cakupan dan Jenis Kegiatan
a. SOP Generik adalah SOP yang berdasarkan sifat dan muatan
kegiatannya relatif memiliki kesamaan baik dari kegiatan yang
di-SOP-kan maupun dari tahapan kegiatan dan pelaksananya.
Variasi SOP yang ada hanya disebabkan perbedaan lokasi SOP
itu diterapkan. Contoh: SOP Penyusunan Program dan
Anggaran di Deputi A dan SOP Penyusunan Program di Deputi
B memiliki SOP generik yaitu SOP Penyusunan Program
dengan pelaksana yaitu Sekretaris Deputi, Kepala Bagian
Program dan Evaluasi, dan Kepala Subbagian Penyusunan
Program.
b. SOP Spesifik (khusus) adalah SOP yang berdasarkan sifat dan
muatan kegiatannya relatif memiliki perbedaan dari kegiatan
yang di-SOP-kan, tahapan kegiatan, pelaksana, dan tempat
SOP tersebut diterapkan.
B. Format SOP AP
Agar para pejabat/pegawai mudah memahami dalam
menyelesaikan tugas dan fungsinya dengan baik, serta dilaksanakan
sesuai batasan tanggung jawab dan kewenangannya, maka ditetapkan
format SOP AP yang menggambarkan paduan antara penggunaan simbol
dan alur penyelesaian setiap uraian jenis kegiatan.
313 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
Guna keseragaman penulisan, dokumen SOP AP di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan digunakan format
penyusunan sebagai berikut:
1. Penggunaan Kertas
a. Kertas yang digunakan untuk menyusun SOP AP adalah kertas
HVS dengan ukuran F4 custom 21 cm x 33 cm, berat maksimal
80 gram; dan
b. Bentuk kertas (orientation paper) adalah horisontal
(landscape).
2. Ketentuan margin
a. Top : 2,5 cm
b. Bottom : 2,5 cm
c. Left : 3 cm
d. Right : 2,5 cm
3. Jenis huruf dan warna tinta
a. Jenis huruf yang dipergunakan dalam penyusunan SOP AP
adalah tipe “Bookman Old Style” dengan ukuran minimal 10;
b. Tinta yang dipergunakan dalam penyusunan SOP AP adalah
warna hitam; dan
c. Header “KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK,
HUKUM, DAN KEAMANAN” dengan jenis huruf “Bookman Old
Style” ukuran 12 diletakkan di pojok kiri atas pada lembar
identitas SOP AP.
4. Ketentuan jarak/spasi
Dalam penentuan jarak/spasi, hendaknya diperhatikan aspek
keserasian dan estetika, dengan mempertimbangkan banyaknya isi
naskah SOP AP.
314 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
5. Simbol-simbol dalam Diagram Alir
Simbol-simbol yang digunakan dalam Diagram Alir yaitu
sebagai berikut:
No. Simbol Arti Keterangan
1. Simbol kapsul
(terminator)
Untuk
mendeskripsikan
kegiatan mulai dan
berakhir
2. Simbol kotak
(process)
Untuk
mendeskripsikan
proses atau kegiatan
eksekusi
3. Simbol belah
ketupat
(decission)
Untuk
mendeskripsikan
kegiatan pengambilan
keputusan
4. Simbol anak
panah (arrow)
Untuk
mendeskripsikan arah
kegiatan (arah proses
kegiatan)
5. Simbol segi
lima (off page
connector)
Untuk
mendeskripsikan
hubungan antar
simbol yang berbeda
halaman
315 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
C. Dokumen SOP AP
Dokumen SOP AP memiliki 2 (dua) unsur utama, yaitu:
1. Unsur Dokumentasi
Merupakan unsur dari Dokumen SOP AP yang berisi hal-hal
terkait dengan proses pendokumentasian SOP AP sebagai sebuah
dokumen. Adapun unsur dokumentasi SOP AP antara lain
mencakup:
a. Halaman judul (cover)
Halaman judul merupakan halaman pertama sebagai
sampul muka sebuah dokumen SOP AP. Halaman judul ini
berisi informasi mengenai:
1) Judul SOP AP;
2) Nama unit organisasi;
3) Tahun pembuatan; dan
4) Informasi lain yang diperlukan.
316 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Berikut adalah contoh halaman judul sebuah dokumen
SOP AP
317 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
b. Keputusan Pimpinan Unit Organisasi
Karena dokumen SOP AP merupakan pedoman bagi setiap
pejabat/pegawai, dokumen ini harus memiliki kekuatan
hukum. Dalam halaman selanjutnya setelah halaman judul,
disajikan keputusan pimpinan unit organisasi selaku
penanggung jawab kegiatan yang menetapkan dokumen SOP
AP.
c. Daftar isi dokumen SOP AP
Daftar isi dibutuhkan untuk membantu mempercepat
pencarian informasi dan menulis perubahan atau revisi yang
dibuat untuk bagian tertentu dari SOP AP terkait.
2. Unsur Prosedur
Unsur ini dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu:
a. Bagian Identitas
Bagian identitas dari unsur prosedur dalam SOP AP dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Logo Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan dan nomenklatur unit organisasi.
2) Nomor SOP AP, diisi dengan nomor secara berurutan
dalam 1 (satu) tahun takwim.
3) Tanggal pengesahan, diisi tanggal disahkannya SOP AP
oleh Pejabat Eselon I atau Pejabat Eselon II pimpinan unit
organisasi.
4) Tanggal revisi, diisi tanggal SOP AP direvisi atau tanggal
rencana diperiksa kembali SOP AP yang bersangkutan.
5) Pengesahan oleh pimpinan unit organisasi atau pejabat
yang berwenang pada unit organisasi. Item pengesahan
berisi nomenklatur jabatan, tanda tangan, nama pejabat
yang disertai dengan Nomor Induk Pegawai/Nomor
Registrasi Pusat.
318 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
6) Judul SOP AP, sesuai dengan kegiatan yang sesuai
dengan tugas dan fungsi yang dimiliki.
7) Dasar hukum, berupa peraturan perundang-undangan
yang mendasari prosedur yang dibuat menjadi SOP AP
beserta peraturan pelaksanaannya.
8) Keterkaitan, memberikan penjelasan mengenai
keterkaitan prosedur yang distandarkan dengan
prosedur/SOP lain yang distandarkan (SOP AP lain yang
terkait secara langsung dalam proses pelaksanaan
kegiatan dan menjadi bagian dari kegiatan tersebut).
9) Peringatan, memberikan kejelasan mengenai
kemungkinan yang terjadi ketika prosedur dilaksanakan
atau tidak dilaksanakan. Peringatan memberikan indikasi
berbagai permasalahan yang mungkin muncul dan berada
di luar kendali pelaksana ketika prosedur dilaksanakan,
serta berbagai dampak lain yang ditimbulkan. Dalam hal
ini dijelaskan pula bagaimana cara mengatasinya bila
diperlukan. Umumnya menggunakan kata peringatan,
yaitu jika/apabila maka (if-then) atau batas waktu (dead
line) kegiatan harus dilaksanakan.
10) Kualifikasi Pelaksana, memberikan penjelasan mengenai
kualifikasi pelaksana yang dibutuhkan dalam
melaksanakan perannya pada prosedur yang
distandarkan.
11) Peralatan dan perlengkapan, memberikan penjelasan
mengenai daftar peralatan utama (pokok) dan
perlengkapan yang dibutuhkan yang terkait secara
langsung dengan prosedur yang dibuat menjadi SOP AP.
12) Pencatatan dan pendataan, memuat berbagai hal yang
perlu didata dan dicatat oleh pejabat tertentu. Dalam hal
319 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
ini perlu dibuat formulir-formulir tertentu yang akan diisi
oleh setiap pelaksana yang terlibat dalam proses. Proses
pencatatan dan pendataan akan menjadi dokumen yang
memberikan informasi penting mengenai “apakah
prosedur telah dijalankan dengan benar”.
Contoh Bagian Identitas SOP AP
b. Bagian Flowcharts
Merupakan uraian mengenai langkah-langkah kegiatan
secara berurutan dan sistematis dari prosedur yang
distandarkan, yang berisi:
1) Nomor, diisi nomor urut;
320 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
2) Tahapan kegiatan, diisi tahapan kegiatan yang
merupakan urutan logis suatu proses kegiatan. Biasanya
menggunakan kalimat efektif dengan awalan “me-“.
3) Pelaksana, merupakan pelaku (aktor) kegiatan. Simbol-
simbol diagram alir sesuai dengan proses yang dilakukan.
Keterangan simbol sebagaimana ditentukan pada daftar
simbol. Pelaksana diisi dengan nama-nama jabatan
(jabatan struktural dan jabatan fungsional) yang ada pada
unit organisasi yang bersangkutan. Urutan penulisan
jabatan dimulai dari jabatan terlebih dahulu melakukan
tahapan kegiatan. Jika dalam SOP AP tersebut terkait
dengan unit organisasi lain, maka jabatan unit organisasi
lain diletakkan setelah kolom jabatan di unit yang
bersangkutan.
4) Mutu Baku, berisi kelengkapan, waktu, output, dan
keterangan. Agar SOP AP ini terkait dengan kinerja, maka
setiap aktifitas hendaknya mengidentifikasikan mutu
baku tertentu, seperti waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan persyaratan/kelengkapan yang diperlukan
dan output-nya. Mutu baku ini akan menjadi alat kendali
mutu sehingga produk akhirnya dari sebuah proses telah
memenuhi kualitas yang diharapkan, sebagaimana
ditetapkan dalam standar pelayanan. Untuk
memudahkan dalam pendokumentasian dan
implementasi, sebaiknya SOP AP memiliki kesamaan
dalam unsur prosedur meskipun muatan dari unsur
tersebut akan berbeda sesuai dengan kebutuhan unit
organisasi. Norma waktu bisa dalam hitungan menit, jam,
dan hari.
322 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
BAB III
MEKANISME PENYUSUNAN SOP AP
A. Tahapan Penyusunan SOP AP
Penyusunan SOP AP meliputi siklus yang terdiri dari:
1. persiapan;
2. penilaian kebutuhan SOP AP;
3. pengembangan SOP AP;
4. penerapan SOP AP; dan
5. monitoring dan evaluasi SOP AP.
Secara rinci tahapan penyusunan SOP AP melalui proses sebagai
berikut:
Penjelasan dari tiap tahapan penyusunan SOP AP akan dijelaskan
lebih lanjut pada sub bab dibawah ini.
323 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
B. Persiapan
Agar penyusunan SOP AP dapat dilakukan dengan baik, maka perlu
dilakukan persiapan-persiapan sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim
Agar SOP AP yang disusun dapat menjawab tantangan
perubahan terutama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas
pelaksanaan tugas dan fungsi, maka perlu dibentuk tim yang
bertugas memfasilitasi penyusunan dan menyempurnakan SOP AP.
Tim ini terdiri dari orang-orang yang berada dalam unit organisasi
di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Dalam pembentukan tim tersebut, dapat dilibatkan beberapa
unsur:
a. Internal
Anggota tim dapat diambil dari unit yang memiliki tugas
yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas internal
manajemen pada unit organisasi yang terkait.
b. Independen (konsultan)
Anggota tim dapat diambil dari unit eksternal organisasi
(konsultan).
c. Gabungan
Gabungan kedua model tersebut merupakan model yang
ideal.
Tugas tim antara lain:
1) melakukan identifikasi kebutuhan;
2) mengumpulkan data;
3) melakukan analisis prosedur;
4) melakukan pengembangan;
5) melakukan uji coba;
6) melakukan sosialisasi;
7) mengawal penerapan;
324 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
8) memonitor dan melakukan evaluasi;
9) melakukan penyempurnaan-penyempurnaan; dan
10) menyajikan hasil-hasil pengembangan kepada pimpinan.
2. Kelengkapan Tim
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membentuk tim:
a. Tim harus dilengkapi dengan kewenangan dan tanggung
jawab.
b. Keanggotaan tim sebaiknya dibatasi, agar pengelolaan
terhadap rentang kendali (span of control) dapat dilakukan
dengan baik.
c. Tim harus dilengkapi dengan struktur yang jelas, tidak terlalu
banyak hierarki, dan lebih bersifat fungsional sehingga dapat
dibagi ke dalam sub-sub tim tertentu yang menangani aspek
prosedur tertentu.
d. Tim sebaliknya merumuskan dahulu apa misi, tujuan, dan
sasaran tim serta berapa banyak waktu dan sumber-sumber
lain yang diperlukan untuk pengembangan SOP AP.
e. Tugas tim meliputi aspek substansi SOP AP dan aspek
administratif.
f. Tim pengembangan SOP AP sangat tergantung dari sumber-
sumber apa yang dapat mereka peroleh dalam rangka
pengembangan SOP AP tersebut.
Kelengkapan tim lainnya melingkupi:
a. Pedoman bagi tim dalam melaksanakan tugasnya, yang berisi
deskripsi mengenai uraian tugas dan kewenangan dan
mekanisme kerja tim.
b. Fasilitas yang dibutuhkan tim, yaitu agar tim dapat bekerja
dengan baik, seperti: pembiayaan, sarana dan prasarana, dan
kebutuhan lainnya.
c. Komitmen pimpinan untuk mendukung kerja tim.
325 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
d. Memberikan pelatihan bagi anggota tim.
e. Memastikan bahwa seluruh unit mengetahui upaya pimpinan
untuk melakukan perubahan terhadap prosedur.
C. Penilaian Kebutuhan SOP AP
Penilaian kebutuhan adalah proses awal penyusunan SOP AP yang
dilakukan untuk mengidentifikasi tingkat kebutuhan SOP AP yang akan
disusun. Tahapan ini merupakan tahapan untuk melihat kembali SOP
AP yang sudah dimiliki dan mengidentifikasi kebutuhan SOP AP.
1. Tujuan Penilaian Kebutuhan SOP AP
a. Penilaian kebutuhan SOP AP bertujuan untuk mengetahui
ruang lingkup, jenis, dan jumlah SOP AP yang dibutuhkan.
b. Ruang lingkup, berkaitan dengan bidang tugas dari prosedur-
prosedur operasional yang distandarkan.
c. Jenis, berkaitan dengan tipe dan format SOP AP yang sesuai
untuk diterapkan.
d. Jumlah, berkaitan dengan jumlah SOP AP yang dibuat sesuai
dengan prioritas.
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam ketika
melakukan penilaian kebutuhan, yaitu:
a. Lingkungan Operasional
Yang dimaksud dengan lingkungan operasional adalah
lingkungan yang harus dipertimbangkan oleh Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya baik internal maupun
eksternal.
b. Kebijakan Pemerintah
Yang dimaksud dengan kebijakan pemerintah adalah
peraturan perundang-undangan yang memberikan pengaruh
dalam penyusunan SOP AP. Peraturan perundang-undangan
326 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
yang dimaksud bisa berbentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden, atau bentuk peraturan
lainnya yang terkait dengan organisasi pemerintah.
c. Kebutuhan Organisasi dan Pemangku Kepentingan
Penilaian kebutuhan organisasi dan pemangku
kepentingan (stakeholder) berkaitan erat dengan prioritas
terhadap prosedur-prosedur yang mendesak untuk segera
distandarkan. Kebutuhan mendesak dapat terjadi karena
perubahan struktur organisasi (susunan organisasi dan tata
kerja) di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan atau karena desakan dari pemangku kepentingan
(stakeholder) yang menginginkan perubahan terhadap kualitas
pelayanan.
2. Langkah-Langkah Penilaian Kebutuhan SOP AP
a. Menyusun rencana tindak penilaian kebutuhan
Pelaksanaan penilaian kebutuhan yang menyeluruh
dapat menjadi sebuah proses yang cukup padat dan memakan
waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, perlu disusun
sebuah rencana dan target-target yang jelas, serta pembagian
tugas siapa melakukan apa. Untuk membantu menyusun
rencana tindak penilaian kebutuhan, dapat digunakan tabel
sebagai berikut.
327 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
Tabel Rencana Tindak Tim Penyusunan SOP AP
No. Uraian
Kegiatan Output
Penanggung
Jawab
Jadwal
b. Melakukan penilaian kebutuhan
Jika organisasi telah memiliki SOP AP dan ingin
melakukan penyempurnaan terhadap SOP AP yang telah ada,
maka proses penilaian kebutuhan dapat dimulai dengan
mengevaluasi SOP AP yang sudah ada di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Untuk membantu melakukan penilaian kebutuhan dapat
digunakan tabel sebagai berikut:
Tabel Rencana Tindak Tim Penyusunan SOP AP
Unit
Kerja Bidang Prosedur
Penilaian Keterkaitan dengan Prioritas
Kebutuhan
Tugas
dan
Fungsi
Peraturan
Perundang
-undangan
Stake-
holders
Prosedur
lainnya
1 2 3 4 5 6 7 8
328 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Kolom 1 : Nama unit kerja tempat SOP AP akan
diterapkan.
Kolom 2 : Klasifikasi/pengelompokkan SOP AP
pada bidang tugas/proses tertentu
(misalnya: perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi, kepegawaian,
keuangan, pembuatan kebijakan, dan
sebagainya).
Kolom 3 : Nama prosedur yang akan distandarkan
yang menjadi bagian dari bidang
klasifikasi/pengelompokkannya
Kolom 4 : Penilaian keterkaitan dengan tugas dan
fungsi (penilaian: sangat terkait, terkait,
kurang terkait, tidak terkait)
Kolom 5 : Penilaian keterkaitan dengan peraturan
perundang-undangan (penilaian: sangat
terkait, terkait, kurang terkait, tidak
terkait)
Kolom 6 : Penilaian keterkaitan dengan
stakeholders (penilaian: sangat terkait,
terkait, kurang terkait, tidak terkait)
Kolom 7 : Penilaian keterkaitan dengan prosedur
lainnya (penilaian: sangat terkait,
terkait, kurang terkait, tidak terkait)
Kolom 8 : Prioritas kebutuhan (penilaian: sangat
terkait, terkait, kurang terkait, tidak
terkait)
329 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
c. Membuat sebuah daftar mengenai SOP AP yang akan
dikembangkan
Dari tahapan diatas, dapat disusun sebuah daftar
mengenai SOP AP apa saja yang akan disempurnakan maupun
dibuatkan yang baru. Setiap SOP AP yang masuk ke dalam
daftar disertai dengan pertimbangan dampak yang akan terjadi
baik secara internal maupun eksternal apabila SOP AP ini
dikembangkan dan dilaksanakan. Informasi ini akan
memudahkan bagi pengambil keputusan untuk menetapkan
kebutuhan SOP AP yang akan diterapkan di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Untuk memudahkan pembuatan daftar, dapat digunakan
tabel sebagai berikut:
Unit
Organisasi
SOP AP yang akan
dikembangkan Alasan
Pengembangan Bidang Prosedur
1 2 3 4
330 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Kolom 1 : Nama unit organisasi/kerja tempat
SOP AP akan diterapkan.
Kolom 2 : Klasifikasi/pengelompokkan SOP AP
pada bidang tugas/proses tertentu
(misalnya: perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi, kepegawaian, keuangan,
pembuatan kebijakan, dan
sebagainya).
Kolom 3 : Nama prosedur yang akan
distandarkan yang menjadi bagian
dari bidang
klasifikasi/pengelompokkannya
Kolom 4 : Alasan SOP AP tersebut
dikembangkan
D. Pengembangan SOP AP
Tahap selanjutnya setelah kita melakukan penilaian kebutuhan
adalah melakukan pengembangan SOP AP. Sebagai sebuah standar yang
akan dijadikan acuan dalam proses pelaksanaan tugas keseharian
organisasi, maka pengembangan SOP AP tidak merupakan sebuah
kegiatan yang dilakukan sekali langsung jadi, tetapi memerlukan reviu
berulang kali sebelum akhirnya menjadi SOP AP yang valid dan reliable
yang benar-benar menjadi acuan bagi setiap proses dalam organisasi di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Pengembangan SOP AP pada dasarnya meliputi 5 (lima) tahapan
proses kegiatan. Secara berurutan dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pengumpulan informasi dan identifikasi alternatif
Berdasarkan penilaian kebutuhan dapat ditentukan berbagai
informasi yang dibutuhkan untuk pengembangan SOP AP.
331 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
Identifikasi informasi yang akan dicari, dapat dipisahkan mana
informasi yang dicari dari sumber primer dan mana yang dicari dari
sumber sekunder.
Ada berbagai kemungkinan teknik pengumpulan informasi
yang dapat digunakan untuk mengembangkan SOP AP seperti
melalui brainstorming, focus group discussion, wawancara, survey,
benchmark, telaahan dokumen, dan lainnya. Teknik mana yang
akan digunakan, sangat erat dengan instrumen pengumpul
informasinya.
a. Teknik Curah Pendapat (brainstorming)
Biasanya dilakukan dalam keadaan tim tidak memiliki
cukup informasi yang diperlukan dalam pengembangan SOP
AP. Pada organisasi yang baru berdiri, atau organisasi yang
belum memiliki SOP AP, kemungkinan kondisi seperti ini dapat
terjadi. Oleh karena itu, teknik ini akan dapat membantu
pemahaman tim terhadap kebutuhan SOP AP yang
diharapkan.
b. Teknik Diskusi Terfokus (Focus Group Discussion)
Dilakukan jika tim telah memiliki cukup informasi terkait
prosedur-prosedur yang akan distandarkan tetapi ingin lebih
mendalaminya dari orang-orang yang akan dianggap
menguasai secara teknis berkaitan dengan informasi tersebut.
c. Teknik Wawancara
Dilakukan jika tim ingin mendapatkan informasi secara
mendalam dari seorang informan kunci, yaitu orang-orang
yang menguasai secara teknis berkaitan dengan prosedur-
prosedur yang akan distandarkan.
332 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
d. Teknik Survey
Dilakukan jika tim ingin memperoleh informasi dari
sejumlah besar orang yang terkait dengan pelayanan melalui
representasinya yang dipilih secara acak yang kemudian
disebut responden.
Teknik ini biasanya dilakukan untuk memperoleh
gambaran mengenai kualitas pelayanan apa yang diinginkan
oleh masyarakat. Informasi mengenai gambaran kualitas
pelayanan sangat penting dalam pengembangan SOP AP.
e. Teknik Perbandingan Kualitas (Benchmark)
Dilakukan jika tim ingin memandang bahwa terdapat
banyak unit sejenis yang sudah memiliki SOP AP dapat
dijadikan contoh untuk pengembangan SOP AP. Dari segi
waktu teknik ini akan mempercepat proses perumusan SOP
AP.
f. Telaahan Dokumen (Review Document)
Dilakukan untuk memperoleh informasi sekunder dari
dokumen-dokumen pemerintah berkaitan dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan prosedur yang akan
distandarkan.
Guna mempermudah pengumpulan informasi dan
identifikasi alternatif dapat digunakan tabel sebagai berikut:
333 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
Tabel Identifikasi SOP AP Unit Organisasi/Kerja
Unit Organisasi/Kerja: ……………………
Bidang Prosedur Aktifitas Persyaratan/
Kelengkapan Waktu Output
1 2 3 4 5 6
1. 1.1.
1.2.
2. 2.1.
dst …. dst …..
Unit
Organisasi/
Kerja
: Diisi dengan nama unit
organisasi/kerja dimana informasi
diperoleh dan SOP AP akan
dikembangkan.
Kolom 1 : Klasifikasi/pengelompokkan SOP AP
pada bidang tugas/proses tertentu
(misalnya: perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan
334 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
evaluasi, kepegawaian, keuangan,
pembuatan kebijakan, dan
sebagainya).
Kolom 2 : Nama prosedur yang di-SOP AP kan
(misalnya dalam bidang
perencanaan, nama prosedur yang
akan di SOP AP kan adalah SOP
Penyusunan Rencana Strategis, SOP
Penyusunan Rencana Kerja
Tahunan, dan sebagainya).
Kolom 3 : Proses sejak dari mulai sampai
dihasikannya sebuah output untuk
setiap SOP AP (misalnya untuk SOP
Penyusunan Rencana Strategis,
kegiatan akan menjabarkan proses
dimulai sampai dengan dihasilkan
sebuah output yaitu dokumen
Rencana Strategis.
Kolom 4,5,6 : Diisi dengan
persyaratan/kelengkapan apa yang
diperlukan dan output pada setiap
kegiatan yang dilakukan.
Tabel tersebut diatas dapat dibuat untuk mengidentifikasi
beberapa alternatif yang diajukan oleh tim.
Sebagai alternatif cara untuk mengidentifikasi kebutuhan
SOP AP dapat dipergunakan cara identifikasi judul-judul SOP
AP dengan melakukan analisis tugas dan fungsi yang dimiliki
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator
335 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan terkait organisasi dan
tata kerja. Cara identifikasi ini dilakukan berdasarkan asumsi-
asumsi sebagai berikut:
1) Bahwa setiap organisasi pemerintah dapat dipastikan
selalu memiliki peraturan mengenai struktur organisasi
dan tata kerja sebagai dasar pembagian struktur
organisasi serta pembagian tugas dan fungsi
organisasinya.
2) Bahwa tugas dan fungsi organisasi pemerintah terbagi
habis seiring dengan pembagian struktur organisasi dari
tingkatan tertinggi sampai dengan tingkatan terendah.
3) Bahwa setiap tugas dan fungsi struktur terendah dalam
organisasi pemerintah dapat dipastikan mencerminkan
fungsi dari tugas dan fungsi struktur tingkat atasnya
sampai struktur yang paling tinggi, atau dengan kata lain
bahwa tugas dan fungsi yang ada di dalam struktur
terendah merupakan operasionalisasi tugas dan fungsi
seluruh tingkatan yang ada dalam struktur organisasi
yang bersangkutan.
4) Bahwa tugas dan fungsi organisasi pemerintah
tercerminkan dari output final atau end product (keluaran
akhir) yang dihasilkan oleh seluruh tingkatan struktur
organisasi yang bersangkutan baik yang berupa
barang/benda (dokumen) yang berdimensi produk
maupun berupa jasa/kegiatan yang berdimensi proses.
5) Bahwa judul-judul SOP AP dirumuskan berdasarkan
output final yang didahului aspek kegiatan secara
keseluruhan (makro) maupun secara parsial (mikro),
yaitu: saat awal (pra), pada saat (in), dan setelahnya
(pasca).
336 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
6) Bahwa setiap organisasi pemerintah memiliki fungsi
operating core (fungsi utama), fungsi techno-structure
(fungsi bantuan teknis) seperti pengawasan dan fungsi
support staff (fungsi pendukung/kesekretariatan)
sehingga judul SOP AP sangat ditentukan jenis-jenis
fungsi yang diemban sebagai leading sector (unit inti)
fungsi tersebut.
7) Bahwa fungsi-fungsi struktur organisasi pemerintah yang
sama akan memiliki SOP AP yang relatif sama dengan
perbedaan hanya pada kolom pelaksana dan mutu baku
serta identitas tertentu saja.
Adapun langkah-langkah identifikasi SOP AP berdasarkan
analisis tugas dan fungsi yang dimiliki organisasi pemerintah
adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis tugas dan fungsi organisasi
Analisis tugas dan fungsi dilakukan dengan merinci
(mem-breakdown) tugas dan fungsi organisasi
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan terendah menjadi kegiatan yang operasional,
yang mencerminkan output sementaranya baik yang
berdimensi produk maupun yang berdimensi proses.
2) Mengidentifikasi output final (end product)
Identifikasi output final dari output sementara yang
dihasilkan struktur organisasi terendah di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
dengan melakukan penelusuran struktur yang
menghasilkan output final tersebut.
337 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
3) Mengidentifikasi aspek kegiatan dari output final (end
product)
Identifikasi aspek kegiatan dari output final dengan
merumuskan aspek kegiatan keseluruhan (makro) dan
aspek parsial (mikro) yang ada di awal (pra), pada saat ini
(in), dan setelah (pasca) dari output final tersebut.
4) Merumuskan judul SOP AP
Rumusan judul SOP AP dilakukan dengan
menggabungkan aspek kegiatan dengan output final.
Penggabungan aspek kegiatan secara keseluruhan
(makro) dengan output final menjadi judul SOP AP makro
dan penggabungan aspek parsial (mikro) menjadi judul
SOP AP mikro.
5) Mengidentifikasi seluruh judul SOP AP
Rumusan judul SOP AP yang telah dihasilkan baik
judul SOP AP makro maupun mikro dengan
mengelompokkan sesuai dengan tingkat struktur
organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan. keseluruhan judul SOP AP inilah
merupakan kebutuhan riil SOP AP yang harus disusun.
338 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Untuk mempermudah identifikasi SOP AP dapat
mempergunakan formulir identifikasi sebagai berikut:
Tabel Formulir Identifikasi SOP AP
Berdasarkan Tugas dan Fungsi
No. Tugas Fungsi Uraian
Tugas Kegiatan Ouput
Aspek
Kegiatan
Judul
SOP AP
1 2 3 4 5 6 7 8
Kolom 1 : Nomor diisi dengan nomor urut tugas
(sebaiknya dengan huruf kapital A)
Kolom 2 : Tugas diisi dengan tugas berdasarkan peraturan
yang ada (sebaiknya diisi sesuai dengan
peraturan yang ada dengan diberi nomor angka
arab, misal: 1, 2, 3, …..)
Kolom 3 : Fungsi diisi dengan fungsi berdasarkan
peraturan yang ada (sebaiknya diisi sesuai
dengan peraturan yang ada dengan diberi huruf
abjad kecil, misal: a, b, c, d, ….)
Kolom 4 : Uraian tugas diisi dengan uraian tugas yang
merupakan bagian dari fungsi yang ada dengan
diberi angka arab berkurung satu, misal: 1), 2),
3), ……
Kolom 5 : Kegiatan ini diisi dengan nama kegiatan yang
merupakan perwujuan riil dari uraian tugas
339 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
yang ada dengan diberi huruf abjad kecil
berkurung, misal: a), b), c), ……
Kolom 6 : Output diisi dengan output final yang dihasilkan
dari penelusuran end product sesuai struktur
organisasi dan diberi angka arab dalam kurung,
misal: (1), (2), (3), ……
Kolom 7 : Aspek kegiatan diisi dengan aspek kegiatan yang
terkait dengan output yang bersangkutan baik
aspek keseluruhan (makro) maupun aspek
parsial (mikro). Aspek ini biasanya berupa
fungsi manajemen, misal: penyusunan,
pelaksanaan, evaluasi, pelaporan, dan
sebagainya).
Kolom 8 : Judul SOP AP diisi judul SOP AP yang terdiri
dari unsur output final dan aspek kegiatan,
misalnya: SOP Penyusunan Rencana Strategis
(Renstra)
(Penyusunan aspek, Renstra output final).
Untuk memudahkan menghitung jumlahnya
maka sebaiknya diberi angka arab dari SOP
nomor urut pertama sampai dengan terakhir.
2. Analisis dan pemilihan alternatif
Prinsip-prinsip penyusunan SOP AP sebagaimana diuraikan
dalam bab sebelumnya dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan mana alternatif prosedur yang akan dipilih untuk
distandarkan antara lain, yaitu:
a. kemudahan dan kejelasan;
b. efisiensi dan efektivitas;
c. keselarasan;
d. keterukuran;
340 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
e. dinamis;
f. berorientasi pada pengguna (mereka yang dilayani);
g. kepatuhan hukum; atau
h. kepastian hukum.
Dengan menggunakan aspek-aspek tersebut diatas, setiap
alternatif prosedur dapat diuji satu per satu. Hasil pengujian akan
memberikan informasi mengenai keuntungan dan kerugian dari
setiap alternatif yang diajukan.
3. Penulisan SOP AP
Kegiatan penulisan SOP AP adalah pembuatan unsur prosedur
SOP AP yang terdiri dari bagian flowchart dan identitas dengan
menggunakan 5 (lima) simbol dan format diagram alir bercabang
(branching flowchart) yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
Dalam menentukan SOP AP yang akan dibuat, terlebih dahulu
diidentifikasi melalui tugas dan fungsi sebagaimana telah
dijelaskan pada bagian penilaian kebutuhan. Hal yang penting
dalam proses ini adalah bahwa aktivitas yang terdapat dalam
organisasi saling terkait dengan proses dan prosedur yang akan
distandarkan.
4. Pengujian dan Reviu SOP AP
Tahapan pengujian dan reviu dilakukan melalui dua cara,
yaitu:
a. Simulasi, yaitu kegiatan menjalankan prosedur sesuai dengan
SOP AP yang telah dibuat, tetapi tidak dengan pelaksana yang
sebenarnya, melainkan oleh tim penyusun SOP AP untuk
melihat apakah prosedur yang disusun telah memenuhi
prinsip penyusunan SOP AP; dan
b. Uji coba, yaitu kegiatan percobaan untuk menjalankan
prosedur sesuai dengan SOP AP yang telah dibuat dengan
341 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
melibatkan pelaksana yang sebenarnya sehingga kendala-
kendala yang kemungkinan ditemui pada tahapan penerapan
nantinya, dapat dikenali terlebih dahulu.
5. Pengesahan SOP AP
Proses pengesahan merupakan tindakan pengambilan
keputusan oleh pimpinan unit organisasi. Proses pengesahan akan
meliputi penelitian ulang oleh pimpinan unit organisasi terhadap
prosedur yang distandarkan. Adapun prosedur pengesahan SOP AP
adalah sebagai berikut:
a. unit organisasi pemrakarsa mengajukan nota dinas fasilitasi
penyusunan SOP AP kepada unit organisasi yang mempunyai
tugas dan fungsi teknis di bidang tata laksana (unit tata
laksana);
b. unit tata laksana melakukan identifikasi kebutuhan SOP AP
dan analisis prosedur;
c. unit organisasi pemrakarsa menyusun SOP AP sesuai dengan
ruang lingkup tugas dan fungsinya berdasarkan hasil
identiifikasi unit tata laksana. Unit organisasi pemrakarsa
dapat membentuk tim untuk mengumpulkan bahan-bahan
perumusan materi SOP AP dan persiapan sumber daya
manusia maupun sarana lainnya;
d. unit organisasi pemrakarsa berkoordinasi dengan unit tata
laksana dalam menyusun SOP AP;
e. unit tata laksana melakukan harmonisasi dan koreksi
terhadap rancangan teknis SOP AP yang diusulkan oleh unit
organisasi pemrakarsa;
f. unit organisasi pemrakarsa melakukan perbaikan terhadap
rancangan teknis SOP AP sesuai dengan pembahasan/koreksi
dan menyerahkan rancangan teknis tersebut kepada unit tata
laksana;
342 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
g. unit tata laksana melakukan verifikasi teknis terhadap
rancangan teknis SOP AP tersebut;
h. Pejabat Eselon I atau Pejabat Eselon II pimpinan unit
organisasi selaku penanggung jawab kegiatan
menandatangani SOP AP yang telah terverifikasi, kemudian
menyerahkan SOP AP tersebut kepada unit tata laksana;
i. unit tata laksana memberikan penomoran terhadap SOP AP
tersebut dan membuat lembar pengesahan SOP AP;
j. unit tata laksana menggandakan SOP AP dan menyerahkan
hasil penggandaan kepada unit organisasi pemrakarsa; dan
k. unit tata laksana menyimpan naskah asli SOP AP.
343 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
Contoh Lembar Pengesahan SOP AP
PENGESAHAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (SOP AP)
……. (Unit Organisasi Eselon I atau Eselon II) ……
SEKRETARIAT KEMENTERIAN KOORDINATOR
Jakarta, 2016
Kepala Biro
Perencanaan dan Organisasi,
(………………….)
Penanggung Jawab
Kegiatan
…….......….,
(…………………)
Telah diverifikasi oleh:
1) Kepala Bagian Organisasi dan
Tata Laksana
:
2) Kepala Subbagian Tata
Laksana
:
3) Analis Tata Laksana :
344 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
E. Penerapan SOP AP
Proses penerapan harus dapat memastikan bahwa tujuan-tujuan
berikut ini dapat tercapai:
1. Setiap pelaksana mengetahui SOP AP yang baru/diubah dan
mengetahui alasan perubahannya.
2. Salinan SOP AP disebarluaskan sesuai dengan kebutuhan dan siap
diakses oleh semua pengguna yang potensial.
3. Setiap pelaksana mengetahui perannya dalam SOP AP dan dapat
menggunakan semua pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
untuk menerapkan SOP AP secara aman dan efektif (termasuk
pemahaman akan akibat yang akan terjadi bila gagal dalam
melaksanakan SOP AP).
4. Terdapat sebuah mekanisme untuk memonitor kinerja,
mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin muncul, dan
menyediakan dukungan dalam proses penerapan SOP AP.
Keberhasilan pelaksanaan penerapan bergantung pada
keberhasilan proses simulasi dan pengujian pada tahapan
pengembangan SOP AP. Artinya, keberhasilan pada tahapan tersebut
juga akan menjamin keberhasilan pada praktek riil-nya.
Atas dasar hal tersebut diatas, untuk menjamin keberhasilan
penerapan SOP AP diperlukan strategi penerapan yang meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan dan Penerapan SOP AP
Pengembangan atau perubahan SOP AP harus disertai dengan
rencana penerapan yang tepat. Rencana penerapan akan
memberikan kesempatan untuk setiap pegawai dalam organisasi
yang berkepentingan untuk mempelajari dan memahami semua
tugas, arahan, dan jadwal serta kebutuhan sumber daya yang
terkait.
345 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
2. Pemberitahuan
Langkah selanjutnya dari proses penerapan setelah
penyusunan rencana penerapan adalah proses pemberitahuan/
penyebarluasan informasi perubahan.
3. Distribusi dan Aksesbilitas
Salinan dari berbagai SOP AP yang dikembangkan harus
tersedia untuk semua pelaksana yang terkait dalam SOP AP
tersebut. Jika pelaksana tidak memiliki akses terhadap SOP AP
yang baru dikembangkan, maka SOP AP tidak dapat diterapkan
dengan baik, sehingga mereka tidak dapat dianggap bertanggung
jawab jika terdapat kesalahan prosedur.
4. Pelatihan dan Pemahaman SOP AP
Penerapan SOP AP yang efektif terkadang membutuhkan
pelatihan untuk pelaksananya. Tergantung dengan kebutuhan dan
waktu yang ada, pelatihan bisa dalam bentuk formal atau informal,
dilaksanakan dalam kelas ataupun pada pelaksanaan tugas sehari
hari.
Tetapi apapun bentuknya, yang paling utama adalah program
yang dirancang harus dapat memenuhi prinsip-prinsip pendidikan
orang dewasa, dengan mempertimbangkan 4 (empat) komponen
utama (motivasi, alih informasi, kesempatan untuk melatih
keterampilan baru, dan peningkatan kemampuan).
Pemberian pelatihan dimulai dengan penilaian kebutuhan
pelatihan, penyusunan materi pelatihan, pemilihan peserta
pelatihan, pemilihan instruktur, serta penjadwalan dan
pengadministrasian pelatihan.
346 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
5. Supervisi
Penerapan SOP AP juga memerlukan adanya supervisi sampai
SOP AP benar-benar dipahami oleh para pelaksana. Dalam kaitan
dengan hal ini, maka perlu dibentuk tim yang selalu siap
memberikan supervisi secara terus menerus.
F. Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan penerapan SOP AP harus secara terus menerus
dipantau sehingga proses penerapannya dapat berjalan dengan baik.
Masukan-masukan dalam setiap upaya monitoring akan menjadi bahan
yang berharga dalam evaluasi sehingga penyempurnaan-
penyempurnaan terhadap SOP AP dapat dilakukan secara cepat sesuai
kebutuhan. Ketentuan lebih lanjut mengenai monitoring dan evaluasi
SOP AP akan dijelaskan pada Bab selanjutnya.
347 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI SOP AP
A. Monitoring
Sebagai bahan dari proses dalam penerapan SOP AP, organisasi
harus mempersiapkan suatu mekanisme monitoring dan memastikan
bahwa SOP AP telah diimplementasikan dengan baik. Proses ini
diarahkan untuk membandingkan dan memastikan kinerja pegawai
sesuai dengan maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam SOP
AP, mengidentifikasi permasalahan/kendala yang mungkin timbul, dan
menentukan cara untuk memperbaiki hasil penerapan atau
menyediakan dukungan tambahan untuk semua pegawai.
Salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SOP AP
adalah sampai sejauhmana setiap pejabat dan/atau pegawai memahami
SOP AP yang telah ditetapkan. Agar para pejabat dan/atau pegawai
memahami SOP AP, perlu dilakukan upaya pemberitahuan dan
internalisasi serta integrasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-
hari. Tujuannya adalah agar setiap pegawai dapat bertanggung jawab
terhadap kinerja pelaksanaan tugasnya dengan SOP AP yang berkenaan.
Agar dalam penyelenggaraan monitoring SOP AP dapat berjalan
efektif, diperlukan metode yang terukur dan obyektif, yaitu:
1. Observasi supervisi
Metode ini menggunakan supervisor di setiap unsur organisasi
sebagai observer yang memantau jalannya penerapan SOP AP.
2. Wawancara dan/atau mengumpulkan pendapat pegawai
Wawancara dapat dilakukan oleh tim yang telah dibentuk
sebelumnya.
348 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
3. Wawancara dan/atau mengumpulkan pendapat pihak yang
dilayani atau stakeholders
Informasi dari pihak luar organisasi, terutama pada pihak yang
dilayani akan sangat bermanfaat sebagai bahan masukan
monitoring. Informasi yang diperoleh dari pihak yang dilayani
berkaitan dengan aspek kualitas pelayanan, kesesuaian dengan
janji pelayanan dan prosedur pelayanan.
4. Pertemuan dan diskusi dengan unit-unit organisasi yang terkait
Unit yang secara langsung terlibat dalam proses penyusunan
dan/atau pengembangan SOP AP serta dengan unit organisasi
pelaksana atau pengguna SOP AP.
5. Pengarahan dalam tahap awal implementasi SOP AP
Metode ini menjamin agar proses dapat berjalan sesuai dengan
prosedur yang telah dibakukan.
Seluruh kegiatan monitoring SOP AP tidak terlepas dari
pencatatan dan pendokumentasian berbagai hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan implementasi. Hal ini diperlukan untuk
memastikan bahwa SOP AP telah dilaksanakan dengan benar. Hasil
monitoring SOP AP tersebut akan menjadi masukan dalam tahap
evaluasi SOP AP.
B. Evaluasi
SOP AP secara substansial akan membantu organisasi menjadi
lebih produktif. Dengan adanya SOP AP, organisasi telah melakukan
sebuah komitmen jangka panjang dalam rangka membangun sebuah
organisasi yang modern. Tidak selamanya SOP AP berlaku permanen,
karena perubahan dan dinamika lingkungan organisasi selalu membawa
pengaruh terhadap pelaksanaan SOP AP. Oleh karena itu, SOP AP perlu
senantiasa dievaluasi agar prosedur-prosedur dalam organisasi selalu
merujuk pada akuntabilitas dan kinerja yang baik.
349 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
Tahapan evaluasi dalam siklus penyusunan SOP AP merupakan
sebuah analisis yang sistematis terhadap serangkaian kegiatan dan
aktivitas yang telah dilakukan dalam SOP AP dari sebuah organisasi,
dalam rangka menentukan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi
organisasi selalu secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk melihat
kembali tingkat keakuratan dan ketepatan SOP AP yang tersusun
dengan proses penyelenggaraan tugas dan fungsi, sehingga organisasi
dapat berjalan secara efisien dan efektif.
Evaluasi sebagai langkah tindak lanjut dari monitoring, meliputi:
1. Substansi SOP AP sendiri, yaitu kemampuan dalam mendorong
kinerja pegawai dan organisasi, tingkat pemahaman pegawai
terhadap SOP AP, baik tidaknya pekerjaan, perlu tidaknya
penyempurnaan terhadap SOP yang ada, kemampuan SOP AP
dalam mengatasi permasalahan yang muncul, kemampuan SOP AP
menjawab tantangan perubahan lingkungan organisasi, dan
kemampuan berjalan secara sinergis dengan SOP AP lainnya; dan
2. proses penerapan, yaitu meliputi strategi dalam penerapan SOP AP,
tingkat penerimaan pegawai terhadap pemberlakuan SOP AP,
bagaimana kemampuan bekerja unit organisasi atau tim yang
ditunjuk untuk menyusun dan/atau mengembangkan SOP AP,
efektivitas supervisi SOP AP, pelatihan dan internalisasi penerapan
SOP AP, dan resiko yang muncul pada saat terjadi perubahan SOP
AP dan bagaimana respon menanganinya.
C. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi SOP AP
Agar monitoring dan evaluasi SOP AP dapat berjalan dengan baik
dan efektif, perlu dibentuk tim yang bertugas secara khusus dalam
melaksanakan monitoring dan evaluasi SOP AP. Tim akan dapat bekerja
secara efektif apabila terdiri atas pegawai yang sebelumnya terlibat
langsung dengan penyusunan dan/atau pengembangan SOP AP dan
350 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
mengikutsertakan pula pegawai yang berasal dari unit organisasi
pengguna SOP AP dan mengetahui keseluruhan ruang lingkup kegiatan
pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi bersangkutan.
1. Tugas dan wewenang Tim Pelaksana Monitoring dan Evaluasi SOP
AP
a. tugas tim terdiri dari:
1) menyusun dan menetapkan kerangka kerja monitoring
dan evaluasi SOP AP;
2) melakukan monitoring dan evaluasi SOP AP;
3) mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi
hasil monitoring dan evaluasi SOP AP; dan
4) menyusun dan menyampaikan laporan monitoring dan
evaluasi SOP AP.
b. wewenang tim terdiri dari:
1) mengakses data dan informasi yang dibutuhkan terkait
dengan pelaksanaan monitoring dan evaluasi ;
2) meminta penjelasan dan penegasan kepada pihak-pihak
terkait; dan
3) melaksanakan tugas lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan monitoring dan evaluasi SOP AP.
2. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi SOP AP.
Pelaksana monitoring dan evaluasi SOP AP di Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan adalah Biro
Perencanaan dan Organisasi sesuai dengan tugas dan fungsinya
sebagaimana tercantum dalam Pasal 10 dan Pasal 11 Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Nomor
4 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, yang mengatur
bahwa Bagian Organisasi dan Tata Laksana mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan
351 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
anggaran, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program
dan anggaran, pembinaan dan penataan organisasi dan tata
laksana, serta pengelolaan data dan sistem informasi di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Adapun salah satu fungsi Biro Perencanaan dan Organisasi
yang berkaitan dengan tugas dimaksud, adalah penataan dan
penguatan keorganisasian, penataan dan penyempurnaan sistem
ketatalaksanaan, serta penelitian dan pengembangan terhadap
aspek-aspek kelembagaan dan/atau ketatalaksanaan di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
D. Metode dan Instrumen Monitoring dan Evaluasi SOP AP
Tim atau Satuan Tugas atau unit organisasi melakukan monitoring
dan evaluasi SOP AP secara periodik dan teratur sesuai dengan rencana
kerja dan kegiatan masing–masing, serta sekurang–kurangnya sekali
dalam setiap tahun.
Rangkaian kegiatan monitoring dan evaluasi SOP AP pada semua
unit organisasi di Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan untuk memperoleh data/informasi. Pelaksanaan monitoring
dan evaluasi dilakukan dengan mengamati secara langsung prosedur
kegiatan pelaksanaan tugas dan fungsi serta pelayanan yang sedang
terjadi pada unit organisasi yang bersangkutan.
Kegiatan atau metode monitoring dan evaluasi SOP AP adalah
sebagai berikut:
1. melakukan pengamatan secara langsung/supervisi di lapangan;
2. melakukan wawancara mendalam atau diskusi dengan pimpinan
unit organisasi dan atau pemangku/pelaksana kegiatan pelayanan
yang mempunyai keterkaitan dengan pelaksanaan SOP AP;
352 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
3. melakukan identifikasi atas permasalahan dan atau
ketidaksesuaian dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana
tercantum dalam SOP AP; dan
4. mencari data/informasi lain dari sumber sekunder, baik berupa
pendapat/laporan.
Data/informasi berupa pendapat ditujukan guna mendapatkan
gambaran mengenai aspek capaian hasil atau manfaat atas
diterapkannya SOP AP dan dapat dilakukan dengan cara menyebarkan
serta mengumpulkan kuesioner yang diisi oleh para pegawai di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Jumlah responden sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen)
dari masing-masing total jumlah populasi pegawai tiap unit organisasi.
Hasilnya berupa rata-rata persentase pendapat responden terhadap
setiap unsur yang dinyatakan/ditanyakan berkaitan dengan penerapan
SOP AP.
Mekanisme monitoring dan evaluasi SOP AP, adalah sebagai
berikut.
1. Pelaksana monitoring dan evaluasi SOP AP sebelum melakukan
monitoring dan evaluasi, terlebih dahulu menyusun kerangka kerja
misalnya waktu tahapan pelaksanaan, SOP AP yang akan di
monitoring dan evaluasi, lokasi monitoring dan evaluasi, dan lain –
lain dan mempersiapkan segala sesuatu berkenaan dengan
administratif kegiatan.
2. Pelaksana monitoring dan evaluasi SOP AP memberitahukan
rencana kegiatan kepada unit organisasi pelaksana atau pengguna
SOP AP (locus) dan unit organisasi atasannya secara berjenjang,
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum monitoring dan
evaluasi.
353 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
3. Setiap pelaksana monitoring dan evaluasi SOP AP membawa
dokumen SOP AP dan/atau dokumen lainnya yang berkaitan
langsung dengan pelaksanaan monitoring dan evaluasi SOP AP.
4. Pelaksana monitoring dan evaluasi SOP AP wajib membuat laporan
monitoring dan evaluasi SOP AP per unit organisasi pelaksana atau
pengguna SOP AP (locus) dan laporan akhir yang memuat
data/informasi berkenaan dengan monitoring dan evaluasi SOP AP
secara keseluruhan.
Instrumen monitoring dan evaluasi SOP AP terhadap aspek
administratif dan aspek teknis menggunakan matriks sebagaimana
tercantum dalam form penilaian. Sedangkan aspek capaian hasil atau
manfaat atas diterapkannya SOP AP menggunakan formulir kuesioner
sebagaimana tercantum dalam form kuisioner.
E. Pelaporan Monitoring dan Evaluasi SOP AP
Laporan monitoring dan evaluasi SOP AP terdiri atas:
1. Laporan monitoring dan evaluasi per unit organisasi pelaksana atau
pengguna SOP AP (locus); dan
2. Laporan akhir yang memuat data informasi berkenaan dengan
monitoring dan evaluasi SOP AP secara keseluruhan atau
merupakan rangkuman dari seluruh laporan monitoring dan
evaluasi SOP AP yang disusun oleh masing-masing Pelaksana
Monitoring dan Evaluasi SOP AP pada setiap unit organisasi
pelaksana atau pengguna SOP AP (locus).
Pelaksana Monitoring dan Evaluasi SOP AP tingkat Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menyampaikan hasil
laporan kepada pimpinan Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan.
354 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Hasil laporan monitoring dan evaluasi SOP AP menjadi bagian
referensi oleh:
1) Biro Perencanaan dan Organisasi dalam meneliti, memeriksa,
memberikan koreksi dan masukan, serta menyusun konsep
rekomendasi persetujuan tertulis Sekretaris Kementerian
Koordinator terhadap usulan SOP AP semua unit organisasi di
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
dan
2) Masing-masing unit organisasi di Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan dalam menyusun dan/atau
mengembangkan (membuat baru, menambah, dan merevisi) SOP
AP pada periode berikutnya.
362 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
Form Kuesioner
Monitoring dan Evaluasi Standar Operasional Prosedur
Administrasi Pemerintahan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
A. Identitas Responden
Usia : < 30
tahun
30 s.d. 50
tahun
> 50
tahun
Pendidikan :
SLTA D3/S1/
Akmil/Akpol S2/S3
Lama
bekerja di
Kemenko
Polhukam
:
< 1 tahun 1 s.d. 5
tahun
> 5
tahun
B. Pertanyaan
Pemberitahuan
1. Apakah saudara mengetahui bahwa telah ditetapkan dan
diterapkan SOP AP dalam setiap pelaksanaan kegiatan tugas dan
fungsi?
a) Tidak mengetahui.
b) Kurang mengetahui.
c) Mengetahui.
2. Jika saudara menjawab “mengetahui” pada pertanyaan nomor 1,
menurut pengetahuan saudara, apakah telah disosialisasikan
penerapan SOP AP tersebut?
a) Tidak dilakukan diseminasi/sosialisasi.
b) Dilakukan diseminasi/sosialisasi tetapi saya tidak tahu.
c) Dilakukan diseminasi/sosialisasi tetapi saya tahu.
363 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
Distribusi dan Aksesbilitas
3. Bagaimana saudara memperoleh dokumen SOP AP tersebut ?
a) Pinjam atasan langsung.
b) Pustaka kantor.
c) Internet/intranet.
Pemahaman
4. Apakah uraian dan proses kegiatan dalam SOP AP secara
keseluruhan mudah dibaca ?
a) Tidak mudah dibaca.
b) Kurang mudah dibaca.
c) Mudah dibaca.
5. Menurut saudara, apakah uraian dan proses kegiatan dalam SOP
AP mudah dimengerti ?
a) Tidak mudah dimengerti.
b) Kurang mudah dimengerti.
c) Mudah dimengerti.
Penerapan/Integrasi
6. Apakah saudara menerapkan SOP AP dalam setiap pelaksanaan
tugas dan fungsi sehari-hari ?
a) Ya.
b) Tidak.
7. Jika saudara menjawab “ya” pada pertanyaan nomor 6, mohon
jelaskan alasan saudara ?
a) Praktis.
b) Efisien.
c) Alasan lainnya, sebutkan ………………………………………………
364 Himpunan Peraturan Menko Polhukam Jilid II Tahun 2016
8. Jika saudara menjawab “tidak” pada pertanyaan nomor 6, mohon
jelaskan alasan saudara ?
a) Rumit
b) Tidak praktis dan efisien
c) Alasan lainnya, sebutkan …………………………………………….
Pemahaman
9. Menurut pendapat saudara, apakah dengan menerapkan SOP AP
dapat meningkatkan kinerja organisasi ?
a) Tidak dapat meningkatkan kinerja organisasi
b) Kurang dapat meningkatkan kinerja organisasi
c) Dapat meningkatkan kinerja organisasi
10. Menurut pendapat saudara, apakah ada SOP AP yang berlaku di
unit kerja ini sudah dianggap tidak relevan lagi dan perlu dihapus?
a) Tidak ada
b) Ada, sebutkan nama SOP-nya …………………………………..…..
365 Peraturan Menko Polhukam Nomor 5 Tahun 2016
BAB V
PENUTUP
Meskipun SOP AP merupakan bagian kecil dalam aspek
penyelenggaraan sistem admininstrasi pemerintahan, namun SOP AP
cenderung memiliki peran yang cukup vital dalam mewujudkan
pemerintahan yang efektif, efisien, dan transparan dalam pemberian
pelayanan kepada publik.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi SOP AP merupakan suatu proses
yang penting dalam program penataan tata laksana yang dilakukan dalam
rangka pelaksanaan dan pengembangan reformasi birokrasi Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan untuk mendorong
perbaikan proses internal sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kepada masyarakat maupun para stakeholders.
Dengan adanya peningkatan kualitas pelayanan, maka akan
meningkatkan akuntabilitas yang pada akhirnya juga akan meningkatkan
kepercayaan dan kredibilitas kepada Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan.
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIRANTO
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
Kepala Biro Hukum, Persidangan, dan Hubungan Kelembagaan,
ttd.
Drs. Subroto, M.M.