Post on 13-Oct-2015
description
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Zeolit
Zeolit berasal dari kata zeinlithos yang berarti batuan berbuih. Zeolit
merupakan kristal alumina silikat dengan rumus empiris Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O.
Terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan rongga-rongga didalam yang berisi
ion-ion logam, biasanya golongan logam alkali, dan molekul air yang bergerak bebas.
Zeolit merupakan suatu kelompok mineral yang dihasilkan dari proses hidrotermal pada
batuan beku basa. Mineral ini biasanya dijumpai mengisi celah-celah ataupun rekahan
dari batuan tersebut. Selain itu zeolit juga merupakan endapan dari aktivitas vulkanik
yang banyak mengandung unsur silika. Pada saat ini penggunaan mineral zeolit semakin
meningkat, dari penggunaan dalam industri kecil hingga dalam industri berskala besar.
Di negara maju seperti Amerika Serikat, zeolit sudah benar-benar dimanfaatkan dalam
industri.(Sarno,H.1983)
Karena sifat-sifat yang dimiliki oleh zeolit, maka mineral ini dapat dimanfaatkan
dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang industri yaitu sebagai bahan yang dapat
digunakan untuk membantu pengolahan limbah pabrik. Masalah limbah industri
semakin meresahkan masyarakat, sehingga banyak dilakukan usaha-usaha untuk
mengatasi pencemaran limbah ini, baik itu dengan mengurangi volume limbah yang
terbuang ataupun dengan mendaur ulang kembali limbah tersebut. Zeolit sintetis adalah
suatu senyawa kimia yang mempunyai sifat fisik dan kimia yang sama dengan zeolit
alam. Zeolit ini dibuat dari bahan lain dengan proses sintetis. Karena secara umum zeolit
mampu menyerap, menukar ion dan menjadi katalis, membuat zeolit sintetis ini dapat
dikembangkan untuk keperluan alternatif pengolah limbah.
2.2.Komposisi mineral zeolit
Mineral zeolit merupakan sekelompok mineral yang terdiri dari beberapa jenis (species)
mineral. Secara umum mineral zelolit mempunyai rumus kimia sebagai berikut :
Mx/n(AlO2)x(SiO2)y.H2O
Universitas Sumatera Utara
dimana : n = valensi dari kation logam
w = bilangan molekul air per unit cell zeolit
x dan y = bilangan total tetrahedral per unit cell dan perbandingan x /y
selaku berkisar 1 sampai 5.
Berdasarkan hasil analisa kimia total, kandungan unsur-unsur zeolit dinyatakan
sebagai oksida SiO2, Al2O3, CaO, MgO, Na2O, K2O dan Fe2O3. Akan tetapi di alam
tergantung pada komponen bahan induk dan keadaan lingkungannya, maka
perbandingan Si/Al dapat bervariasi, dan juga unsur Na, Al, Si, sebahagian dapat
disubstitusikan oleh unsur lain.(Dana,D.James,1951)
Parameter kimia yang penting dari zeolit adalah perbandingan Si/Al, yang
menunjukkan persentase Si yang mengisi di dalam tetrahedral, jumlah kation monovalen
dan divalen, serta molekul air yang terdapat didalam saluran kristal. Perbedaan
kandungan atau perbandingan Si/Al akan berpengaruh terhadap ketahanan zeolit
terhadap asam atau pemanasan. Ikatan ion Al-Si-O adalah pembentuk struktur kristal
sedangkan logam alkali adalah kation yang mudah tertukar (exchangeable cation).
Jumlah molekul air menunjukkan jumlah pori-pori atau volume ruang kosong yang
terbentuk bila unit sel kristal tersebut dipanaskan.(Sastiano,A.1991)
Hingga kini sudah 40 jenis (species) mineral zeolit yang telah diketahui. Dari
jumlah tersebut, hanya 20 jenis saja yang diketahui terdapat dalam bentuk sedimen,
terutama dalam bentuk piroklastik. Nama dan rumus kimia mineral zeolit yang terdapat
dalam piroklastik (tufa) tercantum dalam tabel.
Tabel 2.1. Nama mineral zeolit dan rumus kimia nya
NO Nama Mineral Rumus kimia unit sel
1 Analsim Na16(Al16Si16O96).16H2O
2 Kabasit (Na2Ca)6(Al12Si24O72).40H2O
3 Klinoptilolt (Na4K4)(Al8Si40O96).24H2O
4 Erionit (Na7Ca5K)9(Al9Si27O72).27H2O
Universitas Sumatera Utara
5 Paujasit (Na58(Al58Si134O384).18H2O
6 Perrierit (Na2Mg2)(Al6Si30O72).18H2O
7 Wairakit Ca(Al2Si4O12).2H2O 8 Yugawaralit Ca(Al2Si4O12).6H2O
9 Pillipsit (Na,K)10(Al10Si22O64).20H2O
10 Epistilbit (Ca,Na2)3(Al6Si18O48).16H2O
11 Gismondin (Na,Ca2,K2)4(Al8,Si8O48).16H2O
12 Connardit (Na2Ca)(Al4Si6O20).5H2O
13 Harmotom (Ba,Na2)2(Al4Si12O32).12H2O
14 Natrolit Na4(Al4Si6O20).4H2O
15 Scolecit Ca2(Al4Si6O20).6H2O (Krauss,E.H,1959)
2.3.Sifat fisik Mineral Zeolit
Banyak mineral zeolit yang terdapat dalam batuan sedimen terdiri dari
monomineral (satu jenis mineral) , terutama untuk mineral klinoptilloit dan analsim, hal
ini sangat menguntungkan dalam penambangannya serta penggunaannya untuk industri.
Sifat yang menonjol dari mineral zeolit tersebut antara lain : struktur kristal, daya serap
dan kapasitas pertukaran ion, sehingga sifat sifat ini, yaitu sifat fisik, yang berhubungan
langsung dengan struktur kristal dan komposisi kimia perlu diketahui.
2.3.1.Struktur mineral zeolit
Seperti halnya mineral kwarsa dan felspar, maka mineral zeolit mempunyai
struktur kristal 3 dimensi tetrahedra silikat (SiO4-4) yang biasa disebut tectosilicate.
Dalam struktur ini sebagian silikon (tidak bermuatan atau netral) kadang-kadang diganti
oleh aluminium bermuatan listrik, sehingga muatan listrik kristal zeolit tersebut
bertambah. Kelebihan muatan ini biasanya diimbangi oleh kation-kation logam K, Na,
dan Ca yang menduduki tempat tersebar dalam struktur zeolit alam yang bersangkutan.
Dalam susunan kristal zeolit terdapat dua jenis molekul air, yaitu molekul air yang
Universitas Sumatera Utara
terikat kuat dan molekul air yang bebas. Berbeda dengan struktur kisi kristal kwarsa
yang kuat dan pejal, maka struktur kisi kristal zeolit terbuka dan mudah terlepas.
Volume ruang hampa dalam struktur zeolit cukup besar kadang-kadang mencapai 50
Angstrom, sedangkan garis tengah ruang hampa tersebut bermacam-macam, berkisar
antara 2A hingga lebih dari 8A, tergantung dari jenis mineral zeolit yang bersangkutan.
Dibawah ini struktur stereotip clinoptilolit yang menjadi precursor dalam penelitian ini.
Gambar2.1 Kerangka utama zeolit
Volume dan ukuran garis tengah ruang hampa dalam kisi-kisi kristal inilah yang
menjadi dasar penggunaan mineral zeolit sebagai bahan penyaring (molecular sieving).
Molekul zat yang disaring yang ukurannya lebih kecil dari ukuran garis tengah ruang
hampa mineral zeolit dapat melintas, sedangkan yang berukuran lebih besar akan
tertahan atau ditolak. Kapasitas atau daya saring mineral zeolit tergantung dari volume
dan jumlah ruang hampanya. Makin besar jumlah ruang hampa, maka makin besar pula
daya saring zeolit alam yang bersangkutan. Mineral zeolit mempunyai struktur tiga
dimensi tetrahedral (SiO4-4) yang biasa disebut tektosilikat, dimana masing-masing
berhubungan dengan ion silicon sebagai pusatnya, sehingga masing-masing atom
oksigen terdapat diantara atom silicon dan aluminium. Setiap atom terikat oleh dua
struktur yang tetrahedral. Struktur yang hanya terdiri dari silicon dan oksigen ini
bersifat netral. Dalam struktur zeolit terdapat pergantian silicon bervalensi empat dengan
aluminium bervalensi tiga. Dalam struktur ini sebahagian silicon ( tidak bermuatan
listrik atau netral ) dapat diganti oleh aluminium (bermuatan listrik) sehingga muatan
listrik zeolit tersebut bertambah. Kelebihan muatan ini biasanya diimbangi oleh kation
logam, seperti K, Na, Ca, yang menduduki tempat-tempat tersebar dalam struktur
Kristal mineral zeolit.(Rahmatullah.D.W.K,dkk,2007)
Universitas Sumatera Utara
Pada zeolit terjadi pergantian maksimum Si+4 oleh Al+3 dengan perbandingan 1:
1, sedangkan pergantian maksimum 1: 5, seperti yang terdapat pada zeolit jenis
modernit. Setiap tetrahedral oksigen adalah unit pembangun primer. Unit pembangun
sekunder terbentuk dari penggabungan tetrahedral oksigen, membentuk cincin lingkar 4,
6 dan 8 atau gabungan 2 cincin lingkar 6 dan dua cincin lingkar 4. Struktur kisi Kristal
zeolit terbuka dan mudah lepas. Volume ruang kosong dalam struktur zeolit cukup
besar, kadang-kadang mencapai 50A0, sedang garis ruang tengah kosong tersebut
bermacam-macam, berkisar 2A0 hingga lebih besar dari 8A0, tergantung dari jenis
mineral zeolit yang bersangkutan. Volume dan ukuran garis tengah ruang kosong dalam
kisi-kisi Kristal inilah yang menjadi dasar penggunaan mineral zeolit sebagai bahan
penyaring molekul ( molekul sieving).(Porterfield,1993)
2.3.2.Daya serap
Dalam keadaan normal maka ruang-ruang rongga dalam Kristal zeolit terisi oleh
molekul air bebas yang membentuk bulatan di sekitar kation. Bila Kristal tersebut
dipanaskan selama beberapa jam, biasanya pada temperatur 200-3000C, tergantung dari
jenis mineral zeolitnya, maka molekul-molekul air pada rongga-rongga tersebut akan
keluar, sehingga zeolit yang bersangkutan dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau
cairan.
Daya serap mineral zeolit tergantung dari jumlah ruang kosong dan luas
permukaan. molekul air yang terdapat dalam rongga-rongga saluran masuk yang
diperkirakan dapat mencapai jumlah 10-25% dari berat zeolitnya bila dikeluarkan, maka
molekul-molekul yang mempunyai garis tengah lebih kecil dari saluran masuk pada
zeolit, akan dapat diserap kebagian permukaan dari pusat rongga tersebut. Molekul-
molekul yang lebih besar dari saluran rongga , tidak akan dapat masuk kedalamnya.
Kemampuannya menyerap berdasarkan selektifitas ukuran garis tengah ruang
kosong molekul, juga pemilihan molekul-molekul zat yang diserap. Distribusi dari
muatan yang tidak lazim didalam rongga yang sudah didehidrasi menyebabkan beberapa
bahan dengan dua kutub (dipole) akan dapat diserap. Apabila ada dua molekul atau lebih
yang dapat melintasi saluran rongga, tetapi karena adanya pengaruh kutub atau
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara molekul-molekul zeolit itu sendiri dengan zat-zat yang diserap, maka
hanya satu buah saja yang diloloskan sedang yang lain ditahan atau ditolak. Hal ini
merupakan suatu sifat yang tidak terdapat pada penyerapan oleh bahan jenis lain. CO2
yang polar akan lebih disukai untuk diserap oleh zeolit dibandingkan dengan CH4 yang
bukan polar. Molekul yang berkutup atau tidak jenuh diterima daripada yang tidak
berkutup atau jenuh. (Zuzzman,J.,Howie,R.A.,Deer.W.A,1985)
2.4.Pengaktifan mineral zeolit
Pengaktifan zeolit dimaksudkan sebagai suatu usaha untuk memodifikasi
keadaan pada struktur kerangka atau non kerangka zeolit sehingga diperoleh sifat-fisika-
kimia zeolit yang diinginkan. Pada zeolit alam, pengaktifan memberikan efek pencucian
atau penghilangan komponen pengotor ( impurities) dari mineral zeolit. Pengaruh
pengaktifan zeolit, yaitu dapat memurnikan zeolit dari komponen pengotor,
menghilangkan jenis kation logam tertentu dan molekul air yang terdapat dalam rongga,
atau memperbesar volume pori, sehingga memiliki kapasitas yang lebih tinggi . Oleh
sebab itu zeolit alam perlu diaktifkan terlebih dahulu sebelum digunakan, untuk
mempertinggi daya kerjanya. Pengaktifan zeolit dapat dilakukan melalui beberapa cara
antara lain :
1. Pemanasan dalam jangka waktu dan suhu tertentu
2. Mengubah atau mempertukarkan kation yang dapat dipertukarkan
3. Mengubah ratio perbandingan Si/Al dengan perlakuan dealuminasi
2.4.1.Pengaktifan dengan Pemanasan
Pemanasan terhadap zeolit alam bertujuan untuk mengeluarkan air atau garam
pengotor dari dalam rongga-rongga kristal zeolit. Kemampuan atau sifat pertukaran
kation zeolit teruatama selektifitas dan kapasitas pertukarannya akan sangat ditentukan
oleh struktur kristalnya. Pemakaian panas terlalu tinggi menyebabkan terjadinya
pelepasan aluminium dari struktur kerangka tetrahedral zeolit. Menurut Barrer (1982)
aktifasi pemanasan yang terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya dehidroksilasi
gugus OH pada struktur zeolit. Akibat terjadinya pemutusan ikatan Si-O-Al,
menyebabkan pembentukan gugus siloksan (Si-O-Al) dan aluminium yang miskin gugus
Universitas Sumatera Utara
hidroksil. Akibatnya bila terjadi kerusakan pada struktur zeolit tersebut maka
kemempuan mempertukarkan kation dan adsorbsinya berkurang/menurun. Kestabilan
zeolit terhadap temperatur tergantung pada jenis kandungan mineral zeolitnya
(perbandingan Si dengan Al, dan kation yang terdapat dalam zeolit). Umumnya zeolit
dengan silika lebih banyak mempunyai kestabilan yang lebih besar. Clinoptilolit alam
yang kaya akan kalsium rusak pada temperature 5000C, jika kationnya diganti dengan
kalium, maka akan tetap utuh pada temperature 8000C. komposisi kation yang berbeda
dan perbandingan Si dan Al yang berbeda dan perbandingan Si dengan Al yang berbeda
pada beberapa zeolit alam menyebabkan kestabilannya pada temperature yang berbeda-
beda. Seperti modernit yang stabil pada 800-10000C sedangkan philipsit stabil pada 360-
4000(Saputra.,R 2006)
2.4.2.Pengaktifan dengan Pengasaman
Yang kedua aktivasi zeolit secara kimia dengan tujuan untuk membersihkan
permukaan pori, membuang senyawa pengotor dan mengatur kembali letak atom yang
dapat dipertukarkan. Proses aktivasi zeolit dengan perlakuan asam HCl pada konsentrasi
0,1N hingga 1N menyebabkan zeolit mengalami dealuminasi dan dekationisasi yaitu
keluarnya Al dan kation-kation dalam kerangka zeolit. Aktivasi asam menyebabkan
terjadinya dekationisasi yang menyebabkan bertambahnya luas permukaan zeolit karena
berkurangnya pengotor yang menutupi pori-pori zeolit. Luas permukaan yang bertambah
diharapkan meningkatkan kemampuan zeolit dalam proses penjerapan (Weitkamp,
1999). Tingginya kandungan Al dalam kerangka zeolit menyebabkan kerangka zeolit
sangat hidrofilik. Sifat hidrofilik dan polar dari zeolit ini merupakan hambatan dalam
kemampuan penjerapannya.
Proses aktivasi dengan asam dapat meningkatkan kristalinitas, keasaman dan
luas permukaan (Shrihapsari,D 2006)
Setiap oksigen dalam ikatan ini cenderung akan mengikat H+ membentuk OH
atau gugus silanol yang bersifat polar.
Universitas Sumatera Utara
Ion hydrogen pada gugus hidroksilini siap dipertukarkan dengan kation lain.
Pada keadaan netral atau agak asam, dapat terjadi hidrolisis akan menyebabkan kenaikan
pada pH dengan reaksi :
SiO2- + H2O SiOH + OH-+
Keadaan yang demikian akan menyebabkan kapasitas pertukarannya meningkat.
Pada harga konsentrasi tertentu, asam juga menghidrolisa aluminium dari
kerangka zeolit yang menyebabkan struktur menjadi rusak. Bila proses dealuminasi
dilakukan berlebihan maka akhirnya Si(OH)4 mudah berpolimerisasi dan terjadi
pemisahan gugus OH (dehidroksilasi), membentuk Si O-Si yang merupakan ikatan
yang kuat. Hasil dari proses dealuminasi zeolit ini berbentuk silica gel, seperti pada
pemanasan yang terlalu tinggi dan terbentuk bahan amorf sebagai bahan
akhir.(Bambang.P.,dkk.1995)
Secara umum konsentrasi larutan asam serta jenis asam yang dipergunakan di
dalam aktivasi akan mempengaruhi sifat pertukaran dan struktur kristal dari mineral
zeolit.
Berdasarkan kelarutan di dalam Asam Klorida (HCl), Bogdanova dan Belitsky
(1968) membagi zeolit dalam empat kelompok :sangat resisten, resisten, sedikit resisten,
sedang klinoptilolit resisten. Keadaan ini merupakan sifat dari struktur Kristal dan ratio
Si/Al yang dimiliki oleh masing-masing jenis zeolit tersebut.(Sarno,H.,1983)
2.5.Crude Palm Oil (CPO)
Minyak sawit tersusun dari unsur-unsur C, H, dan O. Minyak sawit ini terdiri
dari fraksi padat dan fraksi cair dengan perbandingan yang seimbang. Penyusun fraksi
padat terdiri dari asam lemak jenuh antara lain asam miristat (1%), asam palmitat (45%),
dan asam stearat. Sedangkan fraksi cair terdiri dari asam lemak tidak jenuh yang terdiri
dari asam oleat (39%) dan asam linoleat (11%). Komposisi tersebut ternyata agak
berbeda jika dibandingkan dengan minyak nabati inti sawit dan minyak kelapa.
Universitas Sumatera Utara
Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1%, antara lain
terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolida. Dua unsur yang
pertama di sebut, yaitu karoten dan tokoferol mempunyai nilai lebih dibandingkan unsur
yang lain karena kedua unsur itu diketahui meningkatkan kemantapan minyak terhadap
oksidasi. Dengan kata lain, keberadaan kedua unsur itu dalam suatu jenis minyak
menyebabkan minyak relatif tidak mudah tengik. Selain itu karoten mempunyai potensi
untuk dikembangkan sebagai bahan obat anti kanker. Sedangkan tokoferol dimanfaatkan
sebagai sumber vitamin E. Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan
biasanya dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses
fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenasi. Dewasa ini, produksi CPO Indonesia sebagian
besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Dari nilai
gizinya, pengggunaan minyak sawit sebagai minyak goreng sangat menguntungkan.
Adanya karoten dan tokoferol yang terkandung di dalamnya menyebabkan minyak sawit
ini perlu dikembangkan sebagai sumber vitamin. Selain itu, minyak sawit dapat
dikatakan sebagai minyak goreng non-kolesterol (kadar kolesterol nya
rendah).(Naibaho,P.M,1998)
Minyak sawit sebagai bahan dalam industri farmasi, terutama dikaitkan dengan
kandungan karoten dan tokoferol. Karoten, atau dikenal juga sebagai pigmen warna
jingga, menyebabkan warna minyak sawit menjadi kuning jingga. Warna minyak sawit
yang demikian ini kurang di sukai konsumen, sehingga dalam proses nya, karoten ini
biasa nya di buang. Padahal sebenarnya karoten menyimpan potensi yang cukup
berharga karena para peneliti berhasil membuktikan bahan tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai obat kanker paru-paru dan payudara. Kandungan karoten dalam minyak sawit
mencapai 0,25-1,26 ppm. Sedangkan kandungan karoten dalam CPO berkisar antara
500-700 ppm, yang terdiri dari 36% karoten dan 54% karoten. Selain obat anti
kanker, karoten juga merupakan sumber provitamin A yang cukup potensial. Karoten
yang terdiri dari karoten dan karoten ini, tersimpan di dalam daging buah kelapa
sawit.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Struktur karoten
Gamabar 2.3. Struktur karoten
karoten merupakan provitamin A (bahan pembentuk vitamin A) dalam proses
metabolisme di dalam tubuh. Dalam proses pembuatan minyak, biasanya karoten
dibuang. Namun, sekarang telah berhasil ditemukan metode baru proses pengolahan
sehingga karoten terpisah dari minyak sawit. Dalam proses pengolahan tersebut,
minyak sawit yang mengandung karoten antara 600-1000 ppm dipisahkan menjadi fase
padat (stearin) dan fase cair (olein) pada proses fraksinasi. Untuk mempermudah
pemisahan kedua bentuk minyak sawit tersebut, dilakukan proses degumming yaitu
pengeluaran gum dari minyak. Selanjutnya, minyak didinginkan pada suhu 18-20oC
sehingga asam lemak jenuh akan mengkristal. Akibatnya, karoten tidak dapat larut di
dalam nya dan akhirnya asam lemak tidak jenuh (olein) meningkat, kandungan
karotennya menjadi sekitar 80%.
Tahap berikutnya adalah pemisahan karoten dari minyak dengan pemucatan dan
ekstraksi karoten dari bahan pemucat. Pemucatan dalam metode lama dilakukan pada
suhu 90oC dengan konsentrasi bahan pemucat 2- 2,5% (bahan pemucat yang biasanya di
pakai adalah karbon aktif dan tanah pemucat). Penggunaan metode ini mengakibatkan
kerusakan karoten.
Dengan metode yang telah diperbaharui, pemucatan dilakukan pada suhu 50oC
selama satu jam, konsentrasi bahan pemucat yang digunakan sebesar 10%. Selanjutnya
dilakukan penyaringan. Perubahan metode ini mengakibatkan karoten tidak rusak dan
minyak sawit tetap diperoleh. Selanjutnya karoten yang terkandung dalam tanah
Universitas Sumatera Utara
pemucat di ekstraksi secara bertahap. Langkah pertama adalah melunakkan tanah
pemucat dengan aseton, dan perbandingan penambahannya adalah 1:1. Untuk
melapaskan karoten dilakukan penyabunan dengan tambahan larutan KOH atau alcohol
sebanyak 12,5%. Setelah itu, karoten yang terlepas diambil dengan cara menambahkan
petroleum eter secukupnya dan diaduk. Dengan cara destilasi, karoten yang terdapat
pada petroleumeter dikristalkan.(Widyaastuti Y.E.dkk.,1992)
Universitas Sumatera Utara