Post on 25-Dec-2019
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2013-2017)
Oleh:
ATIKA INDAH FITRIYANI
NIM: 1114081000087
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H / 2019
i
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
ATIKA INDAH FITRIYANI
NIM: 11140810000087
Dibawah Bimbingan,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA Deni Pandu Nugraha, S.E., M.Sc
NIDN. 2004107002 NIDN. 2012108503
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Pada hari Kamis, 12 April 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
Nama : Atika Indah Fitriyani
NIM : 11140810000087
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Pengaruh Good Corporate Governance, Leverage Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Empiris pada perusahaan Sektor
Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2013-2017)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 April 2018
1. Amalia, M.S.M ( )NIP. 19740821 200901 2 005 Penguji I
2. Faizul Mubarok, MM ( )NIDN. 2014058801 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu 23 Januari 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Atika Indah Fitriyani
2. NIM : 11140810000087
3. Jurusan : Manajemen Keuangan
4. Judul Skripsi: Pengaruh Good Corporate Governance, Leverage Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi
(Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan Lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 23 Januari 2019
1. Dr. Titi Dewi Warninda, S.E., M.Si ( )
NIP. 19731221 2005012 002 Ketua
2. Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA ( )
NIDN. 2004107002 Sekretaris
3. Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA ( )
NIDN. 2004107002 Pembimbing I
4. Deni Pandu Nugraha, S.E., M.Sc ( )
NIDN. 2012108503 Pembimbing II
5. Dr. Indoyama Nasarudin, S.E., MAB ( )
NIP. 19741127 200112 1 002 Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Atika Indah Fitriyani
NIM : 11140810000087
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Konsentrasi : Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggung jawab
atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pertnyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakutas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Januari 2019
Yang Menyatakan
(Materai Rp6.000,-)
(Atika Indah Fitriyani)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Atika Indah Fitriyani
Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 6 Maret 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Alamat : Jl. Kabel Atas no. 25 RT 004/05 Pd Karya Pd Aren
No. HP : 0813-1092-6541
E-mail : atika.pdc@gmail.com
II. PENDIDIKAN
2001-2002 : TK Wijaya Mekar
2002-2008 : SDN Bintaro 04 Pagi
2008-2010 : SMPN 31 Jakarta Selatan
2010-2014 : SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan
2014-2019 : S1 Ekonomi - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : M. Santoso
2. Ibu : Maimunah
3. Alamat : Jl. Kabel Atas no. 25 RT 004/05 Pd. Karya Pd. Aren
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
- OSIS - Wakil Kord. Bidang Pembinaan Teknologi dan Informasi dan
Kominikasi 2011/2012
- OSIS - Koord. Sekbid VIII Persepsi, Apresiasi dan Karya Seni 2012/2013
vi
- Pengurus Galeri Investasi Syariah BEI Fakultas Ekonomi dan Bisnis
periode 2016-2017 sebagai anggota divisi Pengembangan Sumber Daya
Manusia.
- Pengurus Galeri Investasi Syariah BEI Fakultas Ekonomi dan Bisnis
periode 2017-2018 sebagai Sekretaris
- Pengurus Galeri Investasi Syariah BEI Fakultas Ekonomi dan Bisnis
periode 2018-2019 sebagai Pengawas II
- Pengurus KSPM GI BEI Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode
2016-2018
V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
1. 28 s/d 30 Agustus 2014 : Orientasi Pengenalan Akademik
(OPAK)
2. 15 September 2014 : Company Visit PT. Yakult Indonesia
Persada yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan
Manajemen (HMJ)
3. 24 November 2015 : Seminar Studentpreneur “Mencetak
Generasi Berwawasan Kebangsaan Melalui Studentpreneur”
4. 23 Februari 2016 : Mata Kuliah Praktek Qira’at
5. 25 Juli s/d 25 Agustus 2017 : Kuliah Kerja Nyata (KKN)
6. 26 September 2017 : Seminar “Yuk Mengenal Saham
Syariah”
7. 18-19 Mei 2018 : Capital Market Internship Fair (CMIF),
Bursa Efek Indonesia
8. 10 Jan s/d 04 Nov 2018 : Pelatihan Pencak Silat, Padepokan Bina
Insan Mulia
vii
THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE AND LEVERAGE TO FIRM VALUE WITH PROFITABILITY AS MODERATING
EFFECT
(Study on Consumer Goods companies listed in the Indonesian Stock Exchange During Years 2013-2017)
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of good corporate governance and leverage on firm value with profitability as moderating variable. The sample in this study is the company of the Consumer Goods sector that is listed on the Indonesia Stock Exchange. The company samples that were successfully obtained and fulfilled the criteria were as many as 28 companies, where the research was carried out for 5 years since 2013-2017. The analysis technique used Moderated Regression Analysis (MRA). The results showed that, (1) Good corporate governance represented by audit committees and independent comissioner, had a positive effect on firm value, (2) Leverage represented by DAR, negatively not affected firm value, (3) Profitability represented by ROA, had a positive effect on firm value, (4) Good corporate governance represented by audit committees and moderated by profitability proves that profitability is able to moderate GCG and has a positive effect on company value, (5) leverage represented by DAR and moderated by profitability proves that profitability is not able to moderate leverage and negative effect on company value.
Keywords: Good Corporate Governance, Leverage, Profitability and Firm Value.
viii
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh good corporate governance dan leverage terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaaan sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dan memenuhi kriteria adalah sebanyak 28 perusahaan, dimana penelitian dilakukan selama 5 tahun yaitu tahun 2013 sampai dengan tahun 2017. Teknik analisis menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) Good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit dan komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (2) Leverage yang direpresentasikan dengan DAR tidak berpengaruh dan negatif terhadap nilai perusahaan, (3) Profitabilitas yang direpresentasikan dengan ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (4) Good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit yang dimoderasi dengan profitabilitas membuktikan bahwa profitabilitas mampu memoderasi GCG dan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (5) leverage yang direpresentasikan dengan DAR dan dimoderasi dengan profitabilitas membuktikan bahwa profitabilitas tidak mampu memoderasi leverage dan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Kata Kunci: Good Corporate Governance, Leverage, Profitabilitas dan Nilai Perusahaan.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, nikmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance Dan
Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan perusahaan Sektor Consumer Goods
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)”. Shalawat dan
salam selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga
terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,
secara khusus penulis ingin menyampaikan hormat dan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya kepada penulis
2. Kedua orang tua, Ayahanda M. Santosa dan Ibunda Maimunah.
Terimakasih Alhamdulillahi jaza kumullahu khoiro atas segala curahan
cinta, doa, nasihat, kasih sayang, bantuan moril maupun materil dan sudah
mendidik penulis dari kecil sampai sekarang ini. Semoga Allah SWT
selalu memberikan kesehatan, umur yang barokah, rezeki yang lancar.
Aamiin.
3. Untuk kakakku M. Zainal Rifai. Terimakasih Alhamdulillahi jaza kallahu
khoiro atas semua support yang telah diberikan kepada penulis.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
5. Ibu Dr. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen
dan Ibu Ella Patriana, MM, selaku Wakil Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan skripsi dan telah
membantu memberikan izin kepada penulis sehingga penulisan skripsi
dapat berjalan dengan lancar.
6. Bapak Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA selaku dosen pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar
bagi penulis. Semoga beliau diberikan kesehatan, dilancarkan segala
urusannya dan setiap ilmu yang Bapak berikan kepada penulis bisa
bermanfaat untuk seterusnya. Aamiin.
7. Bapak Deni Pandu Nugraha, S.E., M.Sc selaku dosen pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar
bagi penulis. Semoga beliau diberikan kesehatan, dilancarkan segala
urusannya dan setiap ilmu yang Bapak berikan kepada penulis bisa
bermanfaat untuk seterusnya. Aamiin.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmunya yang bermanfaat buat penulis. Serta para staff dan karyawan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pelayanan yang
terbaik bagi mahasiswa.
9. Ranger Sarjana Ekonomi Ratna Fitria, Winarni, Zahara Husna, Devi
Dayanti, Puji, Ernawati yang tidak berhenti untuk menyemangati penulis
dalam pembuatan skripsi.
10. Wanita Sholihah Qisti Amalia, Ayudhita, Isti Farah, dan Suci Fatikah
Hapsari atas segala pembelajaran tentang kehidupan dan rasa bersyukur.
11. Teman seperjuanganku Zulfa Adilla Mafadatin yang telah memberi
pencerahan terhadap penulis, juga pada Gialin, Mela semoga kita bisa
memberikan yang terbaik untuk bangsa ini dengan hati, pikiran dan tenaga
yang kita miliki.
xi
12. Sahabat-sahabat Idaman Kaum Adam Lia, Putri, Mba Miftah, Meril,
Delia, Ningrum, Dewi sahabat sejak kecil hingga sekarang yang masih
memberi support moril.
13. Teman-teman JUINC Alvi, Mas Anas, Irma Fajar Hadi Suryaningrum,
Egi, Ido, Chilman, Salmah, Tyas, Rendi, Bella, Arin dan yang lainnya
yang selalu berbagi canda dan tawa, teman-teman seperjuangan yang
berjuang mencari ilmu agama dan ilmu dunia.
14. Rekan-rekan Galeri Investasi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai keluarga kedua dikampus, sebagai
salah satu wadah mendapatkan ilmu selain dalam perkuliahan.
15. Teman-teman PPM Bina Insan Mulia, sebagai sumber motivasi dan
inspirasi, teman-teman santri yang saling berjuang dan menyemangati.
16. Teman-teman KKN 003 ASTEROID 2017 yang telah bersama-sama
mengabdikan diri kepada masyarakat di Desa Telagasari, Tangerang.
17. Seluruh teman-teman Manajemen Keuangan 2016 yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan bisa bersama kalian.
18. Seluruh teman-teman dari Manajemen angkatan 2014 yang menjadi salah
satu motivasi penulis. Terimakasih untuk kebersamaannya selama ini sejak
memulai menimba ilmu di UIN.
“Tiada gading yang tak retak”, penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan terbatasnya kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
segala bentuk saran, masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak serta menambah wawasan bagi kita semua.
Jakarta, Januari 2019
Penulis
Atika Indah Fitriyani
NIM. 11140810000087
xii
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
PENGESAHAN JUDUL SKRIPSI.........................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF........................................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI........................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...............................................................................vi
ABSTRACT...........................................................................................................viii
ABSTRAK..............................................................................................................ix
KATA PENGANTAR.............................................................................................x
DAFTAR ISI.........................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL..................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................9
C. Tujuan...........................................................................................................9
D. Manfaat.......................................................................................................10
BAB II....................................................................................................................11
A. Landasan Teori............................................................................................11
1. Teori Keagenan (Agency Theory)............................................................11
2. Nilai Perusahaan......................................................................................13
3. Good Corporate Governance..................................................................17
4. Leverage..................................................................................................26
5. Profitabilitas............................................................................................28
B. Penelitian Terdahulu...................................................................................29
C. Kerangka Pemikiran....................................................................................37
D. Keterkaitan antar Variabel dan Perumusan Hipotesis.................................38
E. Hipotesis......................................................................................................42
xiv
BAB III..................................................................................................................43
A. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................................43
B. Populasi Dan Sampel..................................................................................43
C. Metode Pengumpulan.................................................................................45
D. Metode Analisis Data..................................................................................46
1. Uji Statistik Deskriptif.............................................................................46
2. Uji Asumsi Klasik...................................................................................47
3. Teknik Analisis........................................................................................49
F. Pengujian Hipotesis.....................................................................................51
1. Koefisien Determinasi.............................................................................52
2. Uji F.........................................................................................................52
3. Uji t..........................................................................................................53
G. Operasional Variabel Penelitian..................................................................53
BAB IV..................................................................................................................62
A. Gambaran Umum Objek Penelitian :..........................................................62
B. Statistik Deskriptif......................................................................................78
C. Hasil Uji Asumsi Klasik...........................................................................116
1. Normalitas.............................................................................................116
2. Multikolonieritas...................................................................................118
3. Autokorelasi..........................................................................................120
4. Heteroskedastisitas................................................................................121
D. Hasil Pengujian Hipotesis.........................................................................123
1. Hasil Koefisien Determinasi.................................................................123
2. Hasil Uji F.............................................................................................124
3. Hasil Uji t..............................................................................................126
E. Pembahasan...............................................................................................132
BAB V..................................................................................................................140
A. Kesimpulan...............................................................................................140
B. Saran..........................................................................................................142
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................143
LAMPIRAN.........................................................................................................147
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu.............................................................................30Tabel 3. 1 Nama-nama Perusahaan........................................................................44Tabel 3. 2 Durbin Watson......................................................................................48Tabel 3. 3 Operasional Variabel............................................................................60Tabel 4. 1 Kepemilikan Institusional.....................................................................78Tabel 4. 2 Deskriptif Statistik Kepemilikan Publik...............................................83Tabel 4. 3 Deskriptif Statistik Komite Audit.........................................................87Tabel 4. 4 Deskriptif Statistik Direksi...................................................................92Tabel 4. 5 Deskriptif Statistik Komisaris Independen...........................................96Tabel 4. 6 Deskriptif Statistik Leverage..............................................................102Tabel 4. 7 Deskriptif Statistik Profitabilitas.........................................................107Tabel 4. 8 Deskriptif Statistik Nilai Perusahaan..................................................111Tabel 4. 9 Output One-Sample K-S......................................................................117Tabel 4. 10 Output Multikolinearitas...................................................................119Tabel 4. 11 Output Durbin-Watson......................................................................120Tabel 4. 12 Output Uji Glejser.............................................................................121Tabel 4. 13 Koefisien Determinasi Regresi Model I...........................................123Tabel 4. 14 Koefisien Determinasi Regresi Model II..........................................124Tabel 4. 15 Uji F Regresi Model I.......................................................................125Tabel 4. 16 Uji F Regresi Model II......................................................................125Tabel 4. 17 Hasil Uji t Sebelum Moderasi...........................................................126Tabel 4. 18 Hasil Uji t Setelah Moderasi............................................................127Tabel 4. 19 Uji t Variabel GCG terhadap Nilai Perusahaan................................128Tabel 4. 20 Uji t Variabel Leverage terhadap Nilai Perusahaan..........................129Tabel 4. 21Uji t Variabel Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan.....................129Tabel 4. 22 Uji t Moderasi GCG dengan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan..............................................................................................................................130Tabel 4. 23 UJI t Moderasi Leverage, Nilai Perusahaan, X6_Z..........................131Tabel 4. 24 Perhitungan Regresi..........................................................................131
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Pengeluaran...............................................................................1Gambar 1. 2 Indeks Industri Barang Konsumsi.......................................................2
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran 37
Gambar 4. 1 P-Plot...............................................................................................118Gambar 4. 2 Output Scatterplot...........................................................................122
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Statistik Deskriptif............................................................................147Lampiran 2 Uji Normalitas..................................................................................147Lampiran 3 Uji Multikolinieritas.........................................................................148Lampiran 4 Uji Autokorelasi...............................................................................148Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas.....................................................................149Lampiran 6 Model Regresi I................................................................................150Lampiran 7 Model Regresi II (Moderated Regression Analysis (MRA))...........151Lampiran 8 Data Kepemilikan Institusional........................................................153Lampiran 9 Data Kepemilikan Publik.................................................................154Lampiran 10 Data Komite Audit.........................................................................155Lampiran 11 Data Dewan Direksi.......................................................................156Lampiran 12 Data Komisaris Independen...........................................................157Lampiran 13 Data Leverage.................................................................................158Lampiran 14 Data PBV........................................................................................159Lampiran 15 Profitabilitas...................................................................................160
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil di kisaran angka 5
persen dalam 3 tahun terakhir, dan memiliki tren meningkat. Membaiknya
kondisi perekonomian Indonesia kemudian memicu meningkatnya
kesejahteraan dan daya beli masyarakat. Berdasarkan gambar 1.1 diketahui
bahwa jumlah yang dikeluarkan masyarakat untuk keperluan konsumsi terus
meningkat seiring dengan pergerakan harga dan waktu. Menurut Monoarfa
(2011) kondisi ini membuka peluang untuk peningkatan produksi barang
konsumsi yang pada akhirnya memajukan pertumbuhan industri barang
konsumsi. Pertumbuhan berkelanjutan dalam industri barang konsumsi akan
membantu meningkatkan nilai investasi di bidang ini.
Gambar 1.1
Grafik Pengeluaran
Sumber: www.id.tradingeconomics.com
Selain pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia yang terus
meningkat, berdasarkan gambar 1.2 bentuk grafik indeks industri barang
1
konsumsi di bawah ini menunjukkan keadaan pasar dalam kondisi yang stabil
atau dalam kondisi sideways dimana kondisi pasar sedang datar atau
pergerakan harga hanya terjadi selisih kecil. Kondisi pasar sideways
disebabkan karena antara bullish (pembeli) dan bearish (penjual) sama kuat.
Gambar 1. 2
Indeks Industri Barang Konsumsi
Sumber: www.indonesia-investments.com
Objek penelitian diambil dari perusahaan Industri barang konsumsi
karena industri ini memiliki pangsa pasar yang sangat luas mencakup seluruh
kalangan di dalam mayarakat. Industri barang konsumsi memiliki prospek
yang baik karena produknya mencakup berbagai kebutuhan hidup antara lain
terdiri dari sandang, pangan, teknologi dan lain sebagainya.
Dimisyqiyani (2013) menjelaskan bahwa perusahaan Consumer Goods
Industry merupakan perusahaan yang menghasilkan barang, sehingga
perusahaan harus memiliki dana yang cukup untuk beroperasi dengan lancar.
Salah satu sumber dana yang biasa digunakan oleh perusahaan berasal dari
sumber pendanaan eksternal. Artinya, dana yang didapatkan bukan berasal
dari perusahaan itu sendiri akan tetapi didapatkan dari pihak lain di luar
perusahaan yaitu dari para investor dan pemegang saham atau biasa disebut
shareholder. Sehingga perusahaan-perusahaan ini juga harus
2
memperhitungkan nilai perusahaannya di kacamata para investor dan
shareholder.
Nilai perusahaan merupakan nilai yang harus dijaga dan dipertahankan
oleh suatu perusahaan. Harmono (2014: 50) menjelaskan, nilai perusahaan
dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan terbentuknya
harga saham perusahaan dipasar, yang merupakan refleksi penilaian oleh
publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan secara riil karena
terbentuknya harga di pasar merupakan bertemunya titik-titik kestabilan
kekuatan permintaan dan titik-titik kestabilan kekuatan penawaran harga yang
secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga di pasar modal antara para
penjual (emiten) dan para investor, atau yang disebut ekuilibrium pasar.
Nilai perusahaan tersebut tidak terlepas dari keinginan para investor dan
pemegang saham yang sangat memperhatikan prospek dari profit dan
keuntungan suatu perusahaan. Apabila prospek keuntungan suatu perusahaan
itu baik maka para investor akan berbondong-bondong dalam
menginvestasikan uang mereka ke perusahaan tersebut. Weston dan Brigham
(1990: 15) mengungkapkan, tujuan utama perusahaan adalah
memaksimumkan kekayaan pemegang saham, dengan mempertimbangkan
risiko dan waktu dalam kaitannya dengan laba per saham yang diharapkan
guna memaksimumkan harga saham perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa salah satu fokus nilai perusahaan yaitu mencari keuntungan atau dalam
penelitian ini dikaitkan dengan profitabilitas, suatu ukuran yang menjadi
indikator evaluasi kinerja perusahaan.
3
Hasil penelitian Denziana (2016) menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas
diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA) dan
Return on Equity (ROE) ini merupakan pengukuran penting bagi calon
investor karena dapat mengetahui seberapa efisien sebuah perusahaan akan
menggunakan uang yang mereka investasikan tersebut untuk menghasilkan
laba bersih.
Jensen dan Meckling (2010: 1) menjelaskan, seiring dalam proses
memaksimalkan nilai perusahaan (profit) akan muncul konflik kepentingan
antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang biasa disebut
agency problem. Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan
mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan
utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham.
Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini
mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict, hal
tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi,
sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari
manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya
bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan
dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai
perusahaan. Dalam penelitian Kaihatu (2006) menjelaskan, bahwa
perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya
memastikan bahwa proses pengelolaan perusahaan berjalan dengan efisien.
4
Diperlukan instrumen baru yakni, Good Corporate Governance (GCG) untuk
memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik, ada dua hal yang
ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham
untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan
kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure)
secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja
perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Dari berbagai hasil pengkajian
yang dilakukan oleh berbagai lembaga riset independen nasional dan
internasional, menunjukkan rendahnya pemahaman terhadap arti penting dan
strategisnya penerapan prinsip-prinsip GCG oleh pelaku bisnis di Indonesia.
Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan GCG di
Indonesia.
Untuk mengurangi konflik maka perusahan juga perlu untuk menerapkan
nilai-nilai prusahaan ke dalam perusahaan itu sendiri. Dalam Buku Pedoman
Umum GCG oleh Komite Nasional Kebijakan Governance atau KNKG
(2006: 8) menyebutkan untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang,
pelaksanaan GCG perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu,
diperlukan pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi organ
perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan
etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip-prinsip
dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah: (1) Setiap perusahaan
harus memiliki nilai-nilai perusahaan yang menggambarkan sikap moral
perusahaan dalam pelaksanaan usahanya, (2) Untuk dapat merealisasikan
5
sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus memiliki
rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua
karyawan, (3) Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu
dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat
dipahami dan diterapkan.
Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan
kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka
investasikan. Herawaty (2008) menjelaskan, Corporate governance berkaitan
dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan
keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan
mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang
tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah
ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana pada investor
mengendalikan para manajer. Arifin (2005: 13) memaparkan, tujuan GCG
pada intinya adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi
dewan komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang meliputi
investor, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pihak–pihak lain yang
berkepentingan. Hasil penelitian Permatasari (2016) bahwa profitabilitas
mampu memoderasi pengaruh GCG pada nilai perusahaan. Sehingga peneliti
akan menguji pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan dan apakah dengan
6
adanya profitabilitas dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara
leverage dan nilai perusahaan.
Investor dalam kaitannya dengan investasi, investor juga memperhatikan
leverege dari sebuah perusahaan. Leverage adalah penggunaan aset dan
sumber dana (source of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap
(beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial
pemegang saham. Dalam Sartono (2008: 257), leverage adalah suatu tingkat
kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang
mempunyai beban tetap (hutang dan atau saham istimewa) dalam rangka
mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik
perusahaan.
Pada saat sebuah perusahaan meminjam uang, perusahaan berjanji
melakukan sederet pembayaran bunga dan kemudian mengembalikan jumlah
uang yang dipinjam. Jika laba naik, pemegang utang terus menerima
pembayaran bunga tetap saja, jadi semua keuntungan menjadi milik
pemegang saham. Sebaliknya, jika laba turun dalam hal ini pemegang saham
lah yang menanggung kerugian. Jika masa cukup sulit, perusahaan yang
meminjam dalam jumlah besar mungkin tidak dapat membayar utangnya,
perusahaan itu lalu bangkrut, dan pemegang saham kehilangan seluruh
investasi mereka. Menurut Braely (2010), karena utang meningkatkan
pengembalian bagi pemegang saham dalam masa-masa baik dan
menguranginya pada masa-masa buruk, utang tersebut dikatakan menciptakan
leverage keuangan.
7
Menurut Fahmi (2013: 72), rasio leverage mengukur seberapa besar
perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan
membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori
extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat
utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena
itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak
diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar
utang. Hal ini didukung oleh penelitian Rahmadani dan Rahayu (2017) yang
mana variabel leverage berpengaruh negatif terhadap variabel nilai
perusahaan, hubungan yang negatif dikarenakan banyak perusahaan sampel
yang modalnya menggunakan utang lebih besar dari pada modal sendiri.
Namun dalam penelitian Farooq (2016) yaitu leverage berpengaruh positif
dan signifikan mempengaruhi nilai perusahaan. Sehingga peneliti juga akan
menguji pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan dan apakah dengan
adanya profitabilitas dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara
leverage dan nilai perusahaan.
Berdasarkan penjelasan yang diuraikan diatas, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana profitabilitas dapat memoderasi pengaruh
antara Good Corporate Goverance dan Leverage terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan sektor Consumer Goods di Indonesia. Maka penelitian ini
mengambil judul “Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel
8
Pemoderasi (Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka berikut dapat disimpulkan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh good corporate governance terhadap nilai
perusahaan?
2. Bagaimana pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan?
3. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan?
4. Bagaimana pengaruh profitabilitas dalam memoderasi hubungan good
corporate governance terhadap nilai perusahaan?
5. Bagaimana pengaruh profitabilitas dalam memoderasi hubungan
leverage terhadap Nilai Perusahaan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka, tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini, sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh good corporate governance terhadap nilai
perusahaan.
2. Mengetahui pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan.
9
3. Mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
4. Mengetahui pengaruh profitabilitas dalam memoderasi good
corporate governance terhadap nilai perusahaan.
5. Mengetahui pengaruh profitabilitas dalam memoderasi leverage
terhadap nilai perusahaan.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna sebagai referensi
bagi beberapa pihak, yaitu:
1. Bagi kalangan investor dan masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi
para investor untuk mempertimbangkan beberapa hal seperti good
corporate governance, leverage dan bagaimana variabel moderasi yaitu
profitabilitas mampu mempengaruhi nilai perusahaan terhadap keputusan
berinvestasi.
2. Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada perusahaan, khususnya mengenai pengaruh good corporate
governance, leverage terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas
sebagai variabel pemoderasi dan menjadi bahan tambahan informasi bagi
perusahaan dalam pengambilan keputusan.
3. Bagi kalangan akademis
10
Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana pengembangan keilmuan
khususnya mengenai nilai perusahaan serta menjadi referensi bagi
penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi
nilai perusahaan.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Para manajer diberi kekuasaaan oleh pemilik perusahaan, yaitu
pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini
menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori
keagenan (agency theory). Brigham dan Houston (2006: 26)
menjelaskan, hubungan keagenan (agency relationship) dalam konteks
perusahaan terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai
principal yaitu pemilik perusahaan menyewa individu atau organisasi
lain, yang disebut sebagai agen atau manajemen, untuk melakukan
sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat
keputusan kepada agen tersebut.
Arifin (2005: 8) menjelaskan, bahwa hubungan keagenan merupakan
kontrak, baik bersifat eksplisit maupun implisit, dimana satu atau lebih
orang (prinsipal) meminta orang lain (agen) untuk mengambil tindakan
atas nama prinsipal. Dalam kontrak tersebut terdapat pendelegasian
beberapa kewenangan pengambilan keputusan kepada agen. Pihak
manajemen diberi wewenang untuk mengambil keputusan yang terkait
dengan operasi dan strategi perusahaan dengan harapan keputusan-
keputusan yang diambil akan memaksimumkan nilai perusahaan. Namun
dalam praktiknya masih banyak keputusan-keputusan yang diambil oleh
11
pihak manajemen yang lebih menguntungkan pihak manajemen daripada
pihak pemilik perusahaan.
Menurut Kodrat dan Herdinata (2009: 13) masalah keagenan antara
pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi
bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang
saham tentu menginginkan manajer berkerja dengan tujuan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer
perusahaan bisa saja bertindak tidak untuk memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham, tetapi memaksimumkan kemakmuran
mereka sendiri. Sehingga terjadilah conflict of interest, untuk
meyakinkan bahwa manajer berkerja sungguh-sungguh untuk
kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus mengeluarkan
biaya yang disebut agency cost yang meliputi antara lain: pengeluaran
untuk memonitor kegiatan manajer, pengeluaran untuk membuat suatu
struktur orginasasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang
tidak diinginkan serta opportunity cost yang timbul akibat kondisi
dimana manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa
persetujuan pemegang saham.
Dalam Weston dan Brigham (1990: 21) untuk menjamin agar para
manajer melakukan hal yang terbaik bagi pemegang saham secara
maksimal, perusahaan harus menanggung biaya keagenan (Agency Cost),
yang bisa berupa: (1) pengeluaran untuk memantau tindakan manajemen,
(2) pengeluaran untuk menata struktur organisasi sehingga kemungkinan
12
timbulnya perilaku manajer yang tidak dikehendaki semakin kecil, dan
(3) biaya kesempatan karena hilangnya kesempatan memperoleh laba
sebagai akibat dibatasinya kewenangan manajemen sehingga tidak bisa
mengambil keputusan secara tepat waktu, padahal seharusnya hal itu bisa
dilakukan jika manajer tersebut juga menjadi pemilik perusahaan.
2. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan menggambarkan pengelolaan perusahaan yang
dilakukan oleh manajemen. Baik atau buruknya pengelolaan yang
dilakukan oleh manajeman akan berdampak pada nilai perusahaan.
Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga
saham di pasar. Naiknya harga saham dikarenakan adanya peluang
investasi. Peluang investasi terjadi karena investor percaya manajemen
mengelola aset, modal dan hutang dengan baik sehingga keuntungan
yang diharapkan akan terjadi. Keuntungan inilah yang menjadi daya tarik
investor dalam menginvestasikan dananya kepada perusahaan. Rachman,
dkk (2015) menjelaskan, adanya peluang investasi dapat memberikan
sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang,
sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan meningkatnya harga
saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, yaitu: keputusan
pendanaan, kebijakan deviden, keputusan investasi, struktur modal,
pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan. Beberapa faktor tersebut
memiliki hubungan dan pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tidak
13
konsisten. Dalam beberapa literatur juga menjelaskan bahwa nilai
perusahaan dapat dihitung dari harga pasar dan nilai bukunya. Dalam
Rodoni (2005: 75), hubungan antara harga pasar dan nilai buku per
lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan alternative untuk
menentukan nilai suatu saham, karena secara teoritis nilai pasar suatu
saham haruslah mencerminkan nilai bukunya. Adapun beberapa rasio
yang dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah sebagai
berikut:
a. Price Earning Ratio (PER)
Brigham dan Houston (2006: 110) menjelaskan, price earning
ratio (PER) menunjukkan berapa banyak jumlah uang yang rela
dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba
yang dilaporkan. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa
besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan
keuntungan yang diperoleh oleh para pemegang saham.
Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana
pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning
per share nya. Price earning ratio (PER) berfungsi untuk mengukur
perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan
datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan
perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Price
earning ratio (PER) adalah sebagai berikut:
14
b. Price to Book Value (PBV)
Fakhruddin dan Hadianto (2001) menjelaskan, price to book
value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan apakah harga saham
yang diperdagangkan overvalued (di atas) atau undervalued (di
bawah) nilai buku saham tersebut.
Price to book value (PBV) menggambarkan seberapa besar
pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi
rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.
PBV juga menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu
menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal
yang diinvestasikan untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan
dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang
menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai
bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan
dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang
telah ditanamkan di perusahaan. Adapun rumus yang digunakan
untuk mengukur Price to Book Value (PBV) adalah sebagai berikut:
15
c. Tobin’s Q
Alternatif lain yang digunakan dalam mengukur nilai
perusahaan adalah dengan menggunakan metode Tobin’s Q yang
dikembangkan oleh James Tobin. Dalam Weston dan Copeland
(2001), Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar
saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.
Rasio Tobin’s Q lebih unggul daripada rasio nilai pasar terhadap
nilai buku karena rasio ini fokus pada berapa nilai perusahaan saat
ini secara relatif terhadap berapa biaya yang dibutuhkan untuk
menggantinya saat ini. Adapaun rumus Tobin’s Q adalah sebagai
berikut:
Keterangan:
Q = nilai perusahaan
EMV= nilai pasar ekuitas
EBV = nilai buku dari total aktiva
D = nilai buku dari total hutang
EMV diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan
pada akhir tahun (PBV) dengan jumlah saham yang beredar pada
16
akhir tahun sedangkan EBV diperoleh dari selisih total asset
perusahaan dengan total kewajibannya.
3. Good Corporate Governance
Good corporate governance sangat dibutuhkan eksistensinya
diberbagai perusahaan. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik akan
meningkatkan kinerja keuangan. Tingginya kinerja keuangan
memberikan efek kepada nilai perusahaan. Good corporate governance
diartikan sebagai suatu sistem untuk mengendalikan dan mengatur
perusahaan dengan tujuan mendapatkan nilai tambah. GCG dapat
mendorong pola kerja manajemen yang transparan, bersih dan
professional. Pengertian good corporate governance menurut Price
Waterhouse Coopers yaitu tata kelola perusahaan terkait dengan
pengambilan keputusan yang efektif, yang bertujuan untuk mencapai
bisnis yang efisien dalam mengelola risiko yang bertanggung jawab pada
kepentingan stakeholders. Tujuan GCG pada intinya adalah
menciptakaan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.
Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan
komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang meliputi investor,
kreditur, pemerintah, masyarakat dan pihak–pihak lain yang
berkepentingan (stakeholders). Iba dan Bariah (2013) menjelaskan,
praktik GCG berbeda di setiap negara dan perusahaan karena berkaitan
dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya.
17
Perbedaan praktik ini menimbulkan beberapa versi yang menyangkut
prinsip-prinsip GCG, namun pada dasarnya mempunyai banyak
kesamaan.
Melihat dari sisi kepengelolaan perusahaan, naik turunnya nilai
perusahaan juga dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya, struktur
kepemilikan saham peusahaan yaitu kepemilikan saham oleh manajemen,
institusional atau umum (masyarakat). Dalam penelitian Ningtyas (2014)
menunjukkan bahwa kepemilikan institusi berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Kepemilikian merupakan variabel GCG untuk mengontrol
keuangan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Selanjutnya
dapat dipengaruhi komite audit, dewan komisaris dan sebagainya. Hasil
penelitian Ferial (2016) Hasil penelitian menunjukan bahwa indikator
komite audit dan indikator dewan komisaris independen berpengaruh
signifikan dikarenakan hampir semua perusahaan yang menjadi sampel
penelitian telah menerapkan jumlah komite audit dan dewan komisaris
yang telah sesuai dengan peraturan perusahaan. Karena banyak dijumpai
dalam laporan keuangan perusahaan yang menerapkan GCG dalam
perusahaannya.
Dalam pedoman buku KNKG (2006: 5) dijelaskan beberapa Asas
good corporate governance bahwa setiap perusahaan harus memastikan
bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua
jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan
18
untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan
dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).
a. Transparansi (Transparency)
Prinsip Dasar: Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan
bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan
relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan
pemangku kepentingan lainnya. Pedoman Pokok Pelaksanaan:
1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta
mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan
haknya.
2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak
terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham
oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta
anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan
lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan
19
pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta
tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat
mempengaruhi kondisi perusahaan.
3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak
mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan
kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional
dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.
b. Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip Dasar: Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus
dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan. Pedoman Pokok Pelaksanaan:
1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung
jawab masing-masing organ perusahaan dan semua
karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-
nilai perusahaan (corporate values), dan strategi
perusahaan.
20
2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan
dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai
dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam
pelaksanaan GCG.
3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian
internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.
4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua
jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha
perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi
(reward and punishment system).
5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap
organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang
pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct)
yang telah disepakati.
c. Responsibilitas (Responsibility)
Prinsip Dasar: Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-
undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat
dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha
dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good
corporate citizen. Pedoman Pokok Pelaksanaan:
1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian
dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
21
undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-
laws).
2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial
dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan
kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan
membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
d. Independensi (Independency)
Prinsip Dasar: Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-
masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain. Pedoman Pokok Pelaksanaan:
1) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari
terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh
oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan
(conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan,
sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara
obyektif.
2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi
dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau
melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.
e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
22
Prinsip Dasar: Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan. Pedoman Pokok Pelaksanaan:
1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku
kepentingan untuk memberikan masukan dan
menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta
membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.
2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan
wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat
dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam
penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya
secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, gender, dan kondisi fisik.
Setiap perusahaan pasti memiliki struktur organ perusahaan, yang
terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan
Direksi yang mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara
efektif. Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ
mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung
23
jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan. Dalam KNKG
(2006) menjelaskan, adapun peran organ perusahaan tersebut, antara lain:
a) Rapat Umum Pemegang Saham
Dalam KNKG (2006: 11), RUPS sebagai organ perusahaan
merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil
keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam
perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan
peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam
RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam
jangka panjang. RUPS dan atau pemegang saham tidak dapat
melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan
Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS
untuk menjalankan haknya sesuai dengan anggaran dasar dan
peraturan perundang- undangan, termasuk untuk melakukan
penggantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan atau
Direksi.
b) Dewan Komisaris dan Direksi
Dalam KNKG (2006: 12), kepengurusan perseroan terbatas di
Indonesia menganut sistem dua badan (two-board system) yaitu
Dewan Komisaris dan Direksi yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing
sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan. Namun demikian, keduanya mempunyai
24
tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha perusahaan
dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan Komisaris dan
Direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan
nilai-nilai perusahaan.
c) Dewan Komisaris
Dalam KNKG (2006: 13), Dewan Komisaris sebagai organ
perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi
serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun
demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam
mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing
anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara.
Tugas Komisaris Utama sebagai primus inter pares adalah
mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Agar pelaksanaan
tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif.
d) Direksi
Dalam KNKG (2006: 17), Direksi sebagai organ perusahaan
bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola
perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan
tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan
wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing
anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama.
25
Kedudukan masing-masing anggota Direksi termasuk Direktur
Utama adalah setara. Tugas Direktur Utama sebagai primus inter
pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini GCG
direpresentasikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan publik,
komite audit, direksi dan komisaris independen.
4. Leverage
Tampubolon (2013: 41) menjelaskan, bahwa leverage digunakan
utuk menjelaskan penggunaan hutang unuk membiayai sebagian dari
pada aktiva korporasi. Pembiayaan hutang mempunya pengaruh bagi
korporasi karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap.
Kegagalan korporasi dalam membayar bunga atas hutang dapat
menyebabkan kesulitan keuangan yang dapat berakhir dengan
kebangkrutan korporasi. Tetapi penggunaan hutang juga memberikan
subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham,
oleh karena itu penggunaan hutang harus menyeimbangkan antara
keuntungan dan kerugiannya.
Menurut Fahmi (2013: 72), rasio leverage mengukur seberapa besar
perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi
akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam
kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak
dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang
tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan
26
berapa utang yang layak diambil dan dari mana sumber-sumber yang
dapat dipakai untuk membayar utang.
Dalam Walsh (2004: 125), keputusan tentang hutang atau leverage
merupakan salah satu tanggug jawab yang besar dari manajemen. Selalu
ada trade off antara risiko dan pengembalian. Keinginan unutuk
mencapai tingkat pengembalian yang tinggi bagi pemegang saham harus
dikendalikan oleh profil risiko perusahaan. Bahkan perusahaan yang
dikelola baik dapat mengalami kemerosotan posisi keuangan yang tidak
diharapkan baik akibat kegagalan atau default kepada sebagian debitor
utama maupun memburuknya kondisi bisnis secara umum. Kemerosotan
seperti itu sangat sulit diperbaiki. Manajemen harus berhati-hati dalam
mempertahankan sebagian likuiditas cadangannya untuk berjaga-jaga
menghadapi situasi semacam itu.
Menurut Weston dan Brigham (1990: 301), leverage keuangan
menaikkan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi para pemegang
saham karena dua sebab:
a. Karena bunga dapat dikurangkan dlam menghitung laba kena
pajak, penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan akan
memperkecil pajak dan memperbesar laba operasi yang diterima
oleh investor.
b. Jika tingkat pengembalian atas aktiva (EBIT / Total Aktiva)
melebihi tingkat bunga atas utang, sebagaimana lazimnya, maka
perusahaan bersangkutan dapat menggunakan utang untuk
27
membiayai aktivanya, membayar bunga atas utang dengan
menyisakan bonus bagi pemegang sahamya.
Setelah diuraikan diatas maka proksi dari variabel leverage yang
digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total assets atau debt ratio
(DAR). Dalam Fahmi (2013: 72), rasio ini disebut juga sebagai rasio
yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari
perbandingan total utang dibagi dengan total asset.
5. Profitabilitas
Puspitaningtyas (2017) menjelaskan, bahwa tingkat profitabilitas
menjadi penting bagi upaya pencapaian tujuan perusahaan. Suatu
perusahaan harus berada dalam kondisi yang menguntungkan
(profitable), sebab tanpa keuntungan (profit), maka akan sulit bagi
perusahaan menarik minat investor untuk menginvestasikan dananya
dalam saham perusahaan. Oleh karenanya, upaya peningkatan
profitabilitas penting artinya bagi kelangsungan dan masa depan
perusahaan. Terdapat beberapa indicator pengukuran profitabilitas,
diantaranya: net profit margin, return on assets, dan return on equity.
Menurut Denziana (2016), perusahaan yang memiliki profitabilitas
(profitability) besar setiap tahunnya, cenderung diminati oleh banyak
investor. Para investor beranggapan bahwa perusahaan yang mempunyai
profit besar akan menghasilkan return yang besar pula.
Dalam Sabrin (2016) menjelaskan, bahwa profitabilitas dapat diukur
dari dua pendekatan yaitu pendekatan penjualan dan pendekatan
28
investasi. Ukuran yang banyak digunakan adalah return on asset (ROA)
dan return on equity (ROE), rasio profitabilitas diukur dengan ROA dan
ROE mencerminkan daya tarik bisnis (business attractive). Return on
assets (ROA) adalah ukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan
dalam menghasilkan laba dengan jumlah keseluruhan aset yang tersedia
di dalam perusahaan. ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi
operasional perusahaan secara keseluruhan. Salah satu ukuran rasio
profitabilitas yang sering digunakan adalah return on equity (ROE), yang
merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dengan modal sendiri yang digunakan. Rasio ini menunjukkan efisiensi
investasi dilihat dalam efektivitas manajemen modal mereka sendiri.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu sumber yang dijadikan acuan
dalam penelitian. Penelitian terdahulu dalam penelitian ini terdiri dari 4 jurnal
Internasional dan 6 jurnal asal Indonesia. Berisikan nama peneliti, tahun
penelitian, judul penelitian, metodologi penelitian beserta persamaan dan
perbedaan penelitian antara peneliti terdahulu dengan penelitian ini, dan
kesimpulan penelitian terdahulu. Ringkasan penelitian terdahulu diringkas
dalam tabel 2.1 dibawah ini:
29
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi PenelitianHasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
30
1 Muhammad Azhar Farooq (2016)
Impact of Financial Leverage on Value of Firms: Evidence from Cement Sector of Pakistan
Variabel: Financial Leverage,
Metode Analisis :Regresi
Variabel: Ukuran Perusahaan, Asset Tangibility, Liquidity, Tobin’s Q
Objek Penelitian:Cement Sector Of Pakistan
Hasil empiris menggambarkan bahwa leverage keuangan memiliki hubungan positif dan signifikan secara statistik dengan nilai perusahaan yang diwakili oleh Tobin's Q. Di antara variabel kontrol, ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terkait dengan Tobin’s Q. Likuiditas ditemukan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan nilai perusahaan semen yang menunjukkan bahwa manajemen modal kerja yang efisien menyebabkan peningkatan nilai perusahaan.
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan2 Sabrin, et,
al (2016)The Effect of Profitability on Firm
Variabel:Profitabilitas direpresentas
Variabel:Profitabilitas(ROE),
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki
31
Value in Manufacturing Company at Indonesia Stock Exchange
ikan dengan ROA, Nilai Peusahaan direpresentasikan dengan PBV,
Tobin’s Q, dan Market Book Ratio
Metode Analisis :Partial Least SquareObjek Penelitian: Perusahaan Manufaktur
hubungan terhadap nilai perusahaan karenanilainya positif pada pencapaian laba untuk membenarkan pembayaran dividen, sehingga harga saham akan meningkat karena perusahaan menunjukkan sinyal positif untuk membayar dividen.
3 Nosakhare Peter Osazuwa Ayoib Che-Ahmad (2015)
The moderating effect of profitability andleverage on the relationship betweeneco-efficiency and firm value in publiclytraded Malaysian firms
Variabel:Profitabilitas direpresentasikan ROA
Metode Analisis :Multiple regression analysis
Variabel:DER, EPS, Book Value, eco-efficiency
Objek Penelitian:Bursa Malaysia
Studi ini menunjukkan hubungan positif antara efisiensi lingkungan dan nilai perusahaan dan memberikan dukungan untuk hubungan moderat yang positif untuk profitabilitas dalam hubungan antara efi siensi lingkungan dan nilai perusahaan,Sedangkan tidak ada pengaruh yang signifikan untuk leverage.
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan4 Ming-
Chang Cheng and
The Effect Of Leverage On Firm Value
Variabel:Leverage direpresenta
Variabel:Nilai Perusahaan
Hasil empiris menunjukkan sebagai berikut:
32
Zuwei-Ching Tzeng(2011)
And How The Firm Financial Quality Influence On This Effect
sikan dengan DER, Nilai Perusahaan
direpresentasikan EPS, bankruptcy probability, Altman‘s Z-Score, freecash flow of per share
Metode Analisis :Generalizedmethod of moment(GMM)Objek Penelitian:Taiwan Securities Exchange(TSE)
Pertama, nilai-nilai perusahaan yang leverage lebih besar daripada perusahaan yang tidak leverage jika kita tidak mempertimbangkan probabilitas kebangkrutan. Kedua, Jika kita mempertimbangkan manfaat dan biaya utang secara bersamaan, leverage secara signifikan berhubungan positif dengan nilai perusahaan sebelum mencapai struktur modal optimal perusahaan. Ketiga, pengaruh positif dari leverage terhadap nilai perusahaan cenderung lebih kuat ketika kualitas keuangan perusahaan lebih baik (i e., Z-score yang lebih besar).
5 Tri Kartika Pertiwi dan Ferry Madi Ika Pratama(2012)
Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate GovernanceTerhadap Nilai Perusahaan Food And Beverage
Variabel:Kinerja Keungan direpresentasikan dengan ROA
Metode Analisis :Regresi Linear
Variabel:Nilai Perusahaan direpresentasikan dengan Tobin’s Q, GCG direpresentasikan dengan kepemilikan manajerial
Objek Penelitian:Food And Beverage
Hasil penelitian menunjukkan kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan Good Corporate Governance bukanlah variabel yang memoderasi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan6 I Gusti
Bagus Pengaruh Ukuran
Variabel:Profitabilita
Variabel:Leverage
Hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh bahwa
33
Angga Pratama danI Gusti Bagus Wiksuana(2016)
Perusahaan Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Mediasi
s direpresentasikan dengan ROA, Nilai Perusahaan direpresentasikan dengan PBV
direpresentasikan dengan DER dan Ukuran Perusahaan.
Metode Analisis :Path Analysis Objek Penelitian:Perusahaan Telekomunikasi
Ukuran Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Ukuran Perusahaan dan Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Profitabilitas. Namun profitabilitas tidak mampu memediasi pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan serta Profitabilitas tidak mampu memediasi pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan.
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan7 Kilat
Liliani Pengaruh Good
Variabel:GCG
Variabel:Nilai
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
34
Ningtyas, dkk (2014)
Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Tahun 2010-2013)
direpresentasikan dengan kepemilikan institusional ukuran direksi, proporsi komisaris independen, dan komite audit. Nilai Perusahaan direpresentasikan dengan closing price
Metode Analisis :Regresi Linear Berganda
Perusahaan direpresentasikan dengan Tobin’s Q
Objek Penelitian:Jakarta Islamic Index (JII)
kepemilikaninstitusional, ukuran direksi, dan proporsi komisaris independen berpengaruh secara signifikanterhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan closing price; komite audit tidak berpengaruh signifikanterhadap nilai perusahaan yang dengan indikator closing price; kepemilikan institusional dan ukuran direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang dengan indikator Tobin’s Q. proporsikomisaris independen dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikandengan Tobin’s Q.
8 Luh Wulan Permatasari dan Gayatri (2016)
Profitabilitas Sebagai Pemoderasi Pengaruh GoodCorporate Governance Pada Nilai Perusahaan
Variabel:Profitabilitas direpresentasikan dengan ROA, Metode Analisis :Moderated Regression Analysis.
Variabel:Nilai Perusahaan direpresentasikan dengan Tobin’s QObjek Penelitian:Perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan CGPI tahun 2009-2013
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa profitabilitas mampu memoderasi pengaruh GCG pada nilai perusahaan. Keberadaan profitabilitas akan memperkuat pengaruh positif antara GCG dan nilai perusahaan.
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan9 Arief Nour
Rachman, Pengaruh Good
Variabel:GCG
Variabel:DER,
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Good
35
dkk (2015)
Corporate Governance Dan Financial LeverageTerhadap Kinerja Keuangan Dan Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks Sri Kehati Selama Periode 2011-2014)
direpresentasikan dengan kepemilikan institusi, Kepemilikan Publik, direksi, Proporsi Komisaris Independen, Komite Audit. Leverage direpresentasikan dengan DAR, Nilai Perusahaan direpresentasikan Dengan PBV, Kinerja Keuangan
Kinerja Keuangan direpresentasikan dengan current ratio dan ROE, Nilai Perusahaan direpresentasikan Dengan Tobin’s QMetode Analisis :Partial Least SquareObjek Penelitian:Indeks Sri Kehati
Corporate Governance (GCG) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, financial leverage berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, financial leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
No Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan
36
10 Fitra Dwi Rahmadani dan Sri Mangesti Rahayu (2017)
Pengaruh Good Corporate Governance (GCG), Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahan Perbankan Yang Terdaftar Pada Bei Periode 2013-2015)
Variabel:GCG direpresentasikan: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan manajerial, Komisaris independen. Profitabilitas direpresentasikan ROA, leverage direpresentasikan dengan DARMetode Analisis :Regresi Linear Berganda
Variabel:Profitabilitas direpresentasikan ROE, Leverage direpresentasikan dengan DER
Objek Penelitian:Sektor Perbankan
Hasil uji secara simultan atau uji F yaitu F hitung > F tabel ketiga variabel bebas (GCG, Profitabilitas dan Leverage) secara bersama-sama mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil Uji tmenyatakan variabel Good Corporate Governance (GCG) tidak mempengaruhi variabel nilai perusahaan. Variabel Profitabilitas mempengaruhi variabel nilai perusahaan secara positif signifikan. Variabel leverage berpengaruh negatif terhadap variabel nilai perusahaan secara signifikan.
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh suatu variabel terhadap nilai perusahan
sudah banyak dilakukan sehingga dari penjabaran hasil penelitian terdahulu
pada tabel 2.1 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan pada penelitian ini terletak pada objek
penelitian yaitu pada sektor barang konsumsi pada tahun 2013-2017. Serta
penggunaan pada variabel yang dijadikan penelitian yakni, good corporate
governance direpresentasikan dengan kepemilikan publik, kepemilikan
institusional, komite audit, direksi, komisaris independen, leverage
direpresentasikan dengan DAR dan ditambah variabel pemoderasi yaitu
profitabilitas direpresentasikan dengan ROA.
C. Kerangka Pemikiran
37
1. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kepercayaan masyarakat
terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama
beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan
saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, karena
dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik
juga akan meningkat. Dalam penelitian Rahmadani dan Rahayu (2017),
GCG dapat berpengaruh meningkatkan nilai perusahaan karena semakin
baik tata kelola perusahaan maka akan menjadikan perusahaan tersebut
lebih efisien sehingga akan meningkatkan profit dan juga nilai
perusahaan akan meningkat. Maka dari itu penelitian ini memprediksikan
bahwa Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
H1: Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
2. Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan
Leverage atau yang biasa disebut juga sebagai pengungkit ini sering
kali dianggap sebagai satu-satunya jalan bagi sebuah perusahaan untuk
mendapatkan dan dapat terus mengoperasionalkan aktivitas
perusahaannya. Menurut Fahmi (2013: 175), bahwa hutang yang terus
tumbuh tanpa pengendalian hanya akan menurunkan nilai perusahaan.
Artinya publik akan ragu ketika perusahaan memiliki kondisi utang yang
extreme leverage, apakah utang itu bisa dilunaskan atau tidak. Disaat
39
keyakinan publik menurun maka reaksi negatif dari para pemegang
saham akan terlihat yaitu dalam bentuk “pelepasan saham”. Maka dari itu
penelitian ini memprediksikan bahwa leverage berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
H2: Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap nilai perusahaan
Puspaningtyas (2017) menjelaskan, kemampuan suatu perusahaan
untuk menghasilkan laba atau keuntungan dalam suatu periode
mencerminkan kemampuan perusahaan meningkatkan nilai perusahaan
yang tercermin pada harga saham. Perhitungan laba tersebut dihitung
melalui rasio profitabilitas yang tergantung dari informasi akuntansi yang
diambil dari laporan keuangan. Oleh karena itu profitabilitas dalam
konteks analisis rasio, untuk mengukur pendapatan menurut laporan laba
rugi dengan nilai buku investasi.
Berdasarkan penelitian Monoarfa (2018), ditemukan bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh positif yang signifikan nilai perusahaan.
Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas, semakin tinggi
nilai perusahaan. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba, akan menaikkan nilai perusahaan sebagaimana
diindikasikan oleh kenaikan harga saham perusahaan. Perusahaan yang
memiliki profitabilitas besar setiap tahun, cenderung diminati oleh
banyak investor. Para investor berpikir bahwa perusahaan itu memiliki
keuntungan besar akan menghasilkan laba yang besar pula. Ini ditangkap
40
oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan, yang akan
meningkatkan kepercayaan investor dan akan memfasilitasi manajemen
perusahaan untuk menarik modal dalam saham. Sehingga, dapat
dijelaskan bahwa nilai perusahaan dapat tercermin dari kemampuannya
untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin
tinggi nilai perusahaan dan semakin rendah tingkat profitabilitas,
semakin rendah juga nilai perusahaan. Penelitian ini memprediksikan
bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
H3: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
4. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Pemoderasi
Perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung
mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan sumber-sumber dari
investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi
yang lebih menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan
bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa
mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan sumber
perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam
bentuk shirking. Corporate governance merupakan suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat
memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang
saham. Dengan demikian, penerapan good corporate governance
dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan dan juga laba yang akan
41
di dapatkan para pemegang saham. Penelitian ini memprediksikan bahwa
Profitabilitas memperkuat hubungan antara Good Corporate Governance
terhadap Nilai Perusahaan.
H4: Profitabilitas memperkuat hubungan antara Good Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan.
5. Pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Pemoderasi
Leverage digunakan utuk menjelaskan penggunaan hutang unuk
membiayai sebagian dari pada aktiva korporasi. Pembiayaan hutang
mempunya pengaruh bagi korporasi karena hutang mempunyai beban
yang bersifat tetap. Dalam hal ini profitabilitas diharapkan dapat
memperkuat atau memperlemah hubungan antara kebijakan hutang
dengan nilai perusahaan. Profitabilitas memiliki peran penting dalam
kebijakan hutang, dimana kebijakan ini pada akhirnya dapat
memaksimalkan nilai perusahaan. Perusahaan yang profitnya tinggi akan
lebih menggunakan dana internal, karena sumber dana internalnya
melimpah. Keputusan perusahaan dalam mendanai perusahaan akan
dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian ini memprediksikan
bahwa Profitabilitas memperkuat hubungan antara leverage terhadap
nilai perusahaan.
H5: Profitabilitas memperkuat hubungan antara leverage pada nilai
perusahaan.
42
E. Hipotesis
1. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan
Ho1: β = 0, Good Corporate Governance tidak berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Ha1: β ≠ 0, Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan.
2. Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Ho2: β = 0, Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Ha2: β ≠ 0, Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
3. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
Ho3: β = 0Profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Ha3: β ≠ 0, Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
4. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai
Variabel Pemoderasi
Ho4: β = 0, Profitabilitas memperlemah hubungan antara Good Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan.
Ha4: β ≠ 0, Profitabilitas memperkuat hubungan antara Good Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan.
5. Pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas
sebagai Variabel Pemoderasi
Ho5: β = 0, Profitabilitas memperlemah hubungan antara leverage pada
nilai perusahaan.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu, data berbentuk angka dan analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik. Penelitian ini akan menguji dan
memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel independen yaitu
Good Corporate Governance dan Leverage terhadap variabel dependen, yaitu
Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. Sampel
yang digunakan diperoleh dari web Bursa Efek Indonesia
(www.web.idx.com) yaitu perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar
di BEI selama periode 2013-2017
B. Populasi Dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda
yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data
dan memiliki karakter tertentu dan sama. Adapun populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar
di BEI selama periode 2013-2017.
Dalam Sukandarrumidi (2012: 50), sampel adalah bagian dari populasi
yang memiliki sifat-sifat yang sama dari obyek yang merupakan sumber data.
Sehingga penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan
Purposive (Judgement) Sampling. Menurut Supranto (2013: 43), Purposive
(Judgement) Sampling adalah teknik penentuan sampel yang digunakan atas
43
pertimbangan peneliti bahwa elemen sampel yang dipilih memang orang yang
menguasai bidangnya. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel sebagai
berikut:
1. Perusahaan sektor konsumsi yang terdaftar dalam BEI periode 2013-
2017
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya yang
berakhir per 31 Desember pada periode tahun 2013-2017
3. Mempunyai data yang dibutuhkan dalam penelitian selama periode
2013-2017.
Berdasarkan jumlah perusahaan yang dijadikan sampel dan memenuhi
kriteria dalam pengambilan sampel yaitu sebanyak 28 perusahaan dengan
kriteria yang telah ditentukan dalam Bursa Efek Indonesia. Berikut beberapa
nama perusahaan yang diteliti:
Tabel 3. 1 Nama-nama Perusahaan
No Kode Nama1 ADES Akasha Wira International Tbk.2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.3 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk4 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk.5 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.6 DLTA Delta Djakarta Tbk.7 HMSP H.M. Sampoerna Tbk.8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk9 IIKP Inti Agri Resources Tbk10 INAF Indofarma Tbk.11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.12 KAEF Kimia Farma Tbk.13 KICI Kedaung Indah Can Tbk14 KLBF Kalbe Farma Tbk.
No Kode Nama
44
15 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk.16 MBTO Martina Berto Tbk.17 MERK Merck Tbk.18 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.19 MYOR Mayora Indah Tbk.20 PYFA Pyridam Farma Tbk21 RMBA Bentoel Internasional Investam22 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk.23 SKBM Sekar Bumi Tbk.24 TCID Mandom Indonesia Tbk.25 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.26 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Tra27 UNVR Unilever Indonesia Tbk.28 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk.
Sumber: Hasil Penyisihan Berdasarkan Kriteria
C. Metode Pengumpulan
Metode pengumpulan data dilakukan dengan melalui penelitian
kepustakaan (library research) dan data-data sekunder (internet research).
Sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan
Melalui studi kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan
berbagai literatur seperti buku-buku, jurnal-jurnal dalam negeri,
jurnal asing dan website resmi yang berkaitan dengan pembahasan
yang diteliti.
2. Data sekunder
Dalam Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta (2009: 76) data
sekunder merupakan data primer yang diperoleh melalui hasil dari
pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan oleh pengumpul data primer oleh pihak lain-umumnya
45
disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini didapatkan melalui website Bursa Efek Indonesia
(www.web.idx.co.id), dengan mengambil data financial report
perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh good corporate governance,
leverage, profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Serta untuk menguji
bagaimana pengaruh interaksi antara good corporate governance dan
leverage terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel
pemoderasi. Variabel pemoderasi adalah variabel independen yang akan
memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya
terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini dilakukan dua tahap
pengujian dengan menggunakan tools IBM SPSS Statistics 22.0.
1. Uji Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan deskripsi atau gambaran
tentang ringkasan data atas variabel-variabel penelitian secara statistik.
Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari
jumlah data (N), nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum,
dan Standar penyimpangan data (standar deviasi).
46
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Nugroho (2005: 23) menjelaskan, uji normalitas dilakukan untuk
menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan
dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal. Normalitas data dapat dideteksi dengan melihat bentuk kurva
histogram dengan kemiringan seimbang ke kiri dan ke kanan dan
berbentuk seperti lonceng atau dengan melihat titik-titik data yang
menyebar di sekitar garis diagonal dan searah mengikuti garis
diagonal dari gambar Normal P-Plot.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah
multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi antar variabel independen.
Pengujian Multikoliniearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF), kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Tolerance digunakan untuk mengukur variabilitas variabel
independen lainnya. Pengukuran dapat dilihat jika nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/Tolerance).
47
Nilai pengukuran yang umum digunakan untuk menunjukkan
adanya multikolinieritas adalah jika Nilai Tolerance < 0.10 atau sama
dengan nilai VIF > 10.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu yang saling berkaitan. Dalam penelitian ini uji autokorelasi
digunakan untuk menguji adakah korelasi antara kesalahan
pengganggu dalam pengujian model regresi linear, jika terjadi korelasi
maka dalam pengujian ditemukan problem autokorelasi. Suatu model
regresi dikatakan baik ketika suatu regresi terbebas dari autokorelasi
atau korelasi antara kesalahan pengganggu. Dalam penelitian ini, uji
autokorelasi dilakukan dengan cara Uji Durbin-Watson (DW).
Tabel 3. 2 Durbin Watson
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tdk ada autokorelasi positifTdk ada autokorelasi positif
Tdk ada korelasi negatifTdk ada korelasi negatif
Tdk ada autokorelasi, positif atau negatif
TolakNo decision
TolakNo decisionTdk ditolak
0 < d < dldl < d < du
4 – dl < d < 44 – du < d < 4 – dl
du < d < 4 – du
Sumber: buku referensi, Ghozali (2006)
d. Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas adalah variabel pengganggu dimana memiliki
varian yang berbeda dari satu observasi ke observasi lainnya atau
varian antar variabel independen tidak sama, hal ini melanggar asumsi
homokedastisitas yaitu setiap variabel penjelas memiliki varian yang
48
sama (konstan). Dalam Ghozali (2006: 125-129), Uji
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Uji Park, yaitu dengan
melihat nilai signifikansi di atas tingkat α= 5%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya
Heteroskedastisitas.
3. Teknik Analisis
Sugiyono (2007) menjelaskan, analisis regresi digunakan untuk
meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen
apabila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor
dimanipulasi. Berdasarkan kegunaannya regresi berganda dilakukan untuk
mengetahui arah dan besarnya pengaruh dari variabel bebas yang jumlahya
lebih dari satu terhadap variabel terikatnya. Dalam Nurhasanah (2016:
104) analisis regresi berganda didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai
berikut:
a. Ada hubungan yang bersifat linier antara variabel terikat dengan
variabel bebasnya.
b. Variabel terikat bersifat kontinu atau berskala rasio atau nisbah.
c. Keragaman atau residu untuk semua nilai y bersifat konstan dan
menyebar secara normal.
d. Pengamatan yang bersifat berurutan terhadap variabel bebas tidak
berkolerasi.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh interaksi variabel
dependen terhadap independen pada hipotesis 1, 2 dan 3, dan pengaruh
49
interaksi variabel moderasi pada hipotesis 4 dan hipotesis 5 dengan
menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Moderated
Regression Analysis merupakan alat analisis yang menggunakan
pendekatan analitik yang mempertahankan integritas sampel dan
memberikan dasar untuk mengontrol pengaruh variabel moderator.
Dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi
(perkalian dua atau lebih variabel independen). Model atas pengujian
analisi regresi adalah sebagai berikut:
Model Regresi I
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + ε
Model Regresi II
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8Z +
β9X1*Z + β10X2*Z + β11X3*Z + β12X4*Z + β13X5*Z + β14X6*Z + ε
Keterangan:
Y : Nilai Perusahaan
α : konstanta
β1-β14 : koefisien regresi
XI : kepemilikan institusi
X2 : kepemilikan publik
X3 : komite audit
X4 : direksi
X5 : komisaris independen
X6 : DAR
X7 : SIZE
Z : Profitabilitas (ROA)
X1*Z : Interaksi perkalian kepemilikan institusi dengan
profitabilitas
50
X2*Z : Interaksi perkalian kepemilikan publik dengan
profitabilitas
X3*Z : Interaksi perkalian komite audit dengan profitabilitas
X4*Z : Interaksi perkalian direksi dengan profitabilitas
X5*Z : Interaksi perkalian komisaris independen dengan
profitabilitas
X6*Z : Interaksi perkalian DAR dengan profitabilitas
X7*Z : Interaksi perkalian SIZE dengan profitabilitas
ε : error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam
penelitian
Persamaan pertama menunjukkan hubungan GCG terhadap nilai
perusahaan. Persamaan kedua menunjukkan keterkaitan hubungan antara
GCG terhadap Profitabilitas sebagai variabel moderasi terhadap nilai
perusahaan.
F. Pengujian Hipotesis
Hipotesis apabila ditinjau secara etimologi adalah perpaduan dua kata,
hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dari; thesis adalah pendapat atau tesis.
Secara harfiah hipotesis dapat diartikan sebagai sesuatu pertanyaan yang
belum merupakan suatu tesis; suatu kesimpulan sementara; suatu pendapat
yang belum final, karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Yusuf (2014:
130) menjelaskan, bahwa apa yang dikemukakan dalam hipotesis adalah
dugaan sementara yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi
jawaban yang benar. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis ditentukan
dengan melihat sebagai berikut:
51
1. Koefisien Determinasi
Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independent atau
bebas dalam menerangkan secara keseluruhan terhadap variabel
dependen atau terikat serta pengaruhnya secara potensial dapat diketahui
dari besarnya nilai koefisien determinasi (R Square) yang dirumuskan
dengan:
Nilai R Square digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan
variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Jika R Square
semakin besar (mendekati satu), maka sumbangan variabel bebas
terhadap variabel terikat semakin besar. Sebaliknya apabila R Square
semakin kecil (mendekati nol), maka besarnya sumbangan variabel bebas
terhadap variabel terikat semakin kecil. Jadi besarnya R Square berada
diantara 0 – 1 atau 0 < R Square < 1.
2. Uji F
Menguji keberartian regresi ganda dengan uji F. Uji F-statistik
digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel
independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output
hasil regresi menggunakan SPSS dengan signifikansi level 0,05 (α= 5%).
52
Jika nilai siginifikansi lebih besar dari α maka koefisien ditolak dan jika
lebih kecil dari α maka hipotesis diterima.
3. Uji t
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh
suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Uji t juga dapat dilakukan dengan melihat nilai
signifikansi t masing-masing variabel pada output hasil regresi
menggunakan SPSS dengan siginifikansi 0,05 (α= 5%). Jika nilai
signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak, dan jika lebih kecil
dari α maka hipotesis diterima.
G. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Sugiyono (2003: 33) menjelaskan, variabel dependen atau variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Dalam Penelitian ini variabel terikatnya
adalah sebagai berikut:
a. Nilai Perusahaan
Investor menilai perusahaan dengan melihat nilai pasar
perusahaan. Harga saham merupakan persepsi investor terhadap nilai
perusahaan. Indikator nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah
PBV.
1) Price Book Value (PBV)
53
Fakhruddin dan Hadianto (2001) menjelaskan, price to book
value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan apakah harga saham
yang diperdagangkan overvalued (di atas) atau undervalued (di
bawah) nilai buku saham tersebut. Price to book value (PBV)
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar
percaya akan prospek perusahaan tersebut. Adapun rumus yang
digunakan untuk mengukur Price to Book Value (PBV) adalah
sebagai berikut:
2. Variabel Independen
Menurut Sugiono (2009: 59), variabel independen atau variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel independen.
a. Good Corporate Governance
Variabel good corporate governance direpresentasikan dengan
sebagai berikut:
1) Kepemilikan institusional
Ningtiyas (2014) menjelaskan, bahwa kepemilikan
institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan
yang dimiliki oleh institusi dan pemerintah. Institusi
54
ataupun pemerintah yang memiliki saham dalam suatu
perusahaan dapat menjadi salah satu upaya dalam
mengawasi perusahaan. Semakin banyak jumlah saham
yang dimiliki pemerintah dalam suatu perusahaan maka
memungkikan pengawasan terhadap perusahaanpun
semakin baik. Oleh karena itu institusi menjadi sebuah
lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap
investasi yang dilakukan termasuk investasi saham.
Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang
besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya
untuk memonitor manajemen. Adapun proporsi
kepemilikan institusional dihitung dari jumlah kepemilikan
institusional dibagi dengan jumlah total kepemilikan saham
dikali 100%.
2) Kepemilikan Publik
Merupakan kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh masyarakat. Adapun proporsi kepemilikan
publik dalam Lastanti dalam Rachman, dkk (2015), dihitung
dari jumlah kepemilikan publik dibagi dengan jumlah total
kepemilikan saham dikali 100%.
55
Kepemilikan Institusional= Saham Institusi x 100% Saham Beredar
Kepemilikan Publik= Saham Publik x 100% Saham Beredar
3) Direksi
Direksi adalah organ Emiten atau Perusahaan Publik
yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan emiten atau perusahaan publik untuk
kepentingan emiten atau perusahaan publik, sesuai dengan
maksud dan tujuan emiten atau perusahaan publik serta
mewakili emiten atau perusahaan publik, baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar, sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
otoritas jasa Keuangan Nomor 33/PojK.04/2014. Adapun
proporsi direksi diukur dengan jumlah direksi selama
periode n.
4) Komite Audit
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan
bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam
membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan
Komisaris, hal-hal yang terkait dengan informasi
keuangan, pengendalian internal, pengelolaan risiko serta
kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku
sebagaimana disebutkan dalam Peraturan otoritas jasa
Keuangan NOMOR 55 /POJK.04/2015 Pasal 1 ayat 1.
56
Jumlah Direksi= Jumlah direksi selama periode n
Adapun proporsi komite audit dalam Ningtiyas (2014: 4),
diukur dengan jumlah anggota komite audit yang ada
didalam perusahaan.
5) Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang berasal dari luar emiten atau Perusahaan
Publik dan memenuhi persyaratan sebagai Komisaris,
sebagaimana disebutkan dalam Peraturan otoritas jasa
Keuangan Nomor 33/PojK.04/2014. Tugas utama
Komisaris independen adalah melakukan pengawasan
serta menjaga terpenuhinya hak serta kewajiban pemegang
saham minoritas. Adapun proporsi komisaris independen
dalam Ningtiyas (2014: 4), diukur dengan jumlah
komisaris yang berasal dari luar perusahaan dibagi jumlah
komisaris dikalikan 100%.
b. Leverage
Leverage merupakan penggunaan asset dan sumber dana oleh
perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar
57
Komisaris Independen= Jumlah Komisaris Independen x 100% Jumlah Seluruh Komisaris
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Dengan
tujuan mendapatkan keuntungan yang diperoleh lebih besar
daripada biaya aset dan sumber dananya, dengan demikian akan
meningkatkan keuntungan pemegang saham. Variabel Leverage
yang direpresentasikan dengan Debt to Total Assets atau Debt
Ratio (DAR).
1) Debt to Total Assets atau Debt Ratio (DAR)
Dalam Fahmi (2013: 72) rasio ini disebut juga sebagai
rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu
diperoleh dari perbandingan total utang dibagi dengan
total asset. Adapun rumus debt to total assets atau debt
ratio adalah sebagai berikut:
3. Variabel Moderasi
Dalam Supranto (2013: 47), variabel moderasi adalah variabel yang
mempengaruhi kuatnya hubungan antara variabel dependen dengan
variabel independen atau besarnya pengaruh dari variabel dependen
terhadap variabel independen. Adapun variabel moderasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Profitabilitas
58
DAR= Total Liabilities x 100% Total Asset
Menurut Harahap (2010: 304), Rasio Profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya. Dalam Fahmi (2013: 80), rasio ini mengukur
efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh
besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik
rasio maka semakin baik rasio maka semakin baik
menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan
perusahaan. Variabel profitabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini direpresentasikan dengan:
1) Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio keuangan
perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, asset dan
modal saham tertentu. Dalam Harahap (2010: 304), rasio
ini menunjukkan berapa laba bersih yang diperoleh
perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Adapun rumus
Return On Asset adalah sebagai berikut:
59
ROA= Profit for the period x 100% Total Assets
Tabel 3. 3 Operasional Variabel
No Variabel Definisi Skala Pengukuran1 Price Book
Value (PBV)Seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan
Rasio PBV= Market Price per Share Book Value per Share
2 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi dan pemerintah
Rasio Kepemilikan Institusional=Saham Institusi x 100%Saham Beredar
3 Kepemilikan Publik
Kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh masyarakat.
Rasio Kepemilikan Publik=Saham Publik x 100%Saham Beredar
4 Komite Audit Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris
Nominal Komite Audit= Jumlah anggota komite audit selama periode n
5 Direksi Direksi adalah organ Emiten atau Perusahaan Publik yang
Nominal Direksi= LN jumlah direksi selama periode n
60
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Emiten atau Perusahaan Publik untuk kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik
No Variabel Definisi Skala Pengukuran
6 Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan Komisaris yang berasal dari luar emiten atau Perusahaan Publik
Rasio Komisaris Independen=Jml Komisaris Independen x 100% Jml Seluruh Komisaris
7 Debt To Total Assets atau Debt Ratio (DAR)
Rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan
Rasio DAR= Total Liabilities x 100% Total Asset
8 Return On Asset (ROA)
Mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, asset dan modal saham tertentu
Rasio ROA= Profit for the period x 100% Total Assets
61
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian :
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaaan sektor Consumer
Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia atau perusahaan yang telah go
public selama periode 2013-2017. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh
dan memenuhi kriteria adalah sebanyak 28 perusahaan, dimana penelitian
dilakukan selama 5 tahun yaitu tahun 2013 sampai dengan tahun 2017,
sehingga terkumpul sebanyak 140 sampel. Data penelitian ini diperoleh dari
laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang terdapat di situs
resmi Bursa Efek Indonesia www.web.idx.com dan web perusahaan terkait.
Fokus penelitian ini untuk mengetahui pengaruh nilai perusahaan yang
direpresentasikan dengan PBV, Good Corporate Governance (GCG) yang
direpresentasikan dengan kepemilikan institusi, kepemilikan publik, komite
audit, direksi, komisaris independen dan Leverage yang direpresentasikan
dengan debt to assets ratio (DAR) yang di moderasi dengan Profitabilitas
yang direpresentasikan dengan Return on assets (ROA). Sektor Consumer
Goods atau Barang Konsumsi mencakup perusahaan makanan dan minuman,
tembakau, farmasi, kosmetik dan produk rumah tangga, dan peralatan rumah
tangga.
62
Berikut ini adalah profil 28 perusahaan yang menjadi sampel penelitian yang
berhasil diperoleh:
1. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. (TPSF) dengan kode perusahaan
AISA, merupakan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2003 yang pada awalnya hanya bergerak di bisnis
makanan (TPS Food). Sejalan dengan proses transformasi bisnis yang
dimulai pada 2009, TPSF telah menjadi salah satu perusahaan yang
termasuk dalam Indeks Kompas 100. Pada 2011, TPSF menjadi salah
satu perusahaan yang termasuk dalam daftar “A List of the Top 40 Best
Performing Listed Company” dari Majalah Forbes Indonesia dan pada
2012, TPSF mendapatkan penghargaan Indonesia Best Corporate
Transformation dari Majalah SWA. Selain itu, TPSF juga dianugerahi
penghargaan Asia’s Best Companies 2014 kategori Best Small Cap dari
Finance Asia dan termasuk dalam daftar 20 Rising Global Stars dari
Forbes Indonesia pada 2014.
2. Bumi Teknokultura Unggul Tbk.
Bumi Teknokultura Unggul Tbk. dengan kode perusahaan BTEK,
merupakan perusahaan yang awalnya bergerak dalam bidang bio
teknologi pertanian, namun dewasa ini fokus kegiatan utama Perseroan
adalah pembibitan baik untuk tanaman kehutanan, tanaman pangan,
tanaman obat-obatan, tanaman hias tropis, pembalakan kayu (HPH), serta
perdagangan kayu bulat (log). Ruang lingkup kegiatan Perusahaan
63
berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan adalah mencakup
bioteknologi pertanian, Hak Perusahaan Hutan (HPH), Hutan Tanaman
Industri (HTI) dan Perdagangan. Kantor pusat Perusahaan beralamat di
Rukan Komplek Permata Senayan, Blok E No. 38 Jl. Tentara Pelajar
Jakarta Selatan 12210, sedangkan lokasi kegiatan usaha berada di Jl.
Raya Otonom, Pasar Kemis, Cikupa, Tangerang. Perusahaan mulai
melakukan kegiatan komersialnya pada bulan Juni 2001.
3. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan CEKA,
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi minyak
nabati dan khusus yang digunakan dalam industri makanan dan
perdagangan umum, termasuk ekspor dan impor. Perusahaan memulai
operasinya pada tahun 1971. PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. adalah
perusahaan di bawah Wilmar International Limited ("WIL") Group yang
merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura.
4. Delta Djakarta Tbk.
PT. Delta Djakarta Tbk. dengan kode perusahaan DLTA, merupakan
perusahaan bir terbesar di Indonesia. PT Delta Djakarta Tbk. adalah
produsen dan distributor beberapa merek bir terbaik di dunia di bawah
merek dagang Anker, Carlsberg, San Miguel, dan Kuda Putih.
Perusahaan ini juga merupakan figur kunci dalam pasar minuman non-
alkohol di Indonesia dengan mereknya Sodaku dan Soda Ice.
64
5. Darya-Varia Laboratoria Tbk.
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. ("Darya-Varia atau Perseroan")
dengan kode perusahaan DVLA, merupakan perusahaan farmasi yang
telah lama berdiri di Indonesia, beroperasi sejak tahun 1976. Setelah
menjadi perusahaan terbuka pada tahun 1994, Perseroan mengakuisisi PT
Pradja Pharin (Prafa) di tahun 1995, dan terus mengembangkan berbagai
produk Obat Resep dan Consumer Health. Pada Juli 2014, Darya-Varia
bergabung (merger) dengan Prafa.
6. Gudang Garam Tbk.
Gudang Garam Tbk. dengan kode perusahaan GGRM, merupakan
salah satu industri rokok terkemuka di tanah air yang telah berdiri sejak
tahun 1958 di kota Kediri, Jawa Timur. Hingga kini, Gudang Garam
sudah terkenal luas baik di dalam negeri maupun mancanegara sebagai
penghasil rokok kretek berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa
ditemukan dalam berbagai variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL),
sigaret kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-mesin
(SKM).
7. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. dengan kode perusahaan
ICBP, merupakan salah satu produsen produk konsumen bermerek yang
mapan dan terkemuka, dengan kegiatan usaha yang terdiversifikasi antara
lain mi instan, dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan
65
makanan khusus serta minuman. Selain itu, ICBP juga menjalankan
kegiatan usaha kemasan yang memproduksi baik kemasan fleksibel
maupun karton untuk mendukung kegiatan usaha intinya.
8. Indofarma Tbk.
PT Indofarma (Persero) Tbk. dengan kode perusahaan INAF,
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang
usaha industri farmasi. Sesuai ketentuan dalam Anggaran Dasar, maksud
dan tujuan didirikannya adalah menyediakan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan berdaya saing kuat di bidang farmasi, diagnostik, alat
kesehatan serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi,
berdaya saing kuat, dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai
Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas.
Berawal dari tahun 1918 di sebuah pabrik skala kecil di lingkungan
Rumah Sakit Pusat Pemerintah Kolonial Belanda yang pada saat itu
hanya memproduksi beberapa jenis salep dan kasa pembalut. Seiring
dengan berjalannya waktu, usaha Perseroan berkembang menambah
tablet dan injeksi dalam rangkaian lini produksinya. Sempat dikuasai
oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1942 di bawah manajemen Takeda
Pharmaceutical, Perseroan kembali diambil alih oleh Pemerintah
Indonesia pada tahun 1950 melalui Departemen Kesehatan.
66
9. Indofood Sukses Makmur Tbk.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. dengan kode perusahaan INDF,
merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman yang
bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14
Agustus 1990 oleh Sudono Salim dengan nama PT. Panganjaya
Intikusuma yang pada tanggal 5 Februari 1994 menjadi Indofood Sukses
Makmur. Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya hingga
Australia, Asia, dan Eropa.
10. Kimia Farma Tbk.
Kimia Farma Tbk. dengan kode perusahaan KAEF, merupakan
perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh
Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada
awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia
melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF
(Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada
tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi
Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT
Kimia Farma (Persero).
67
11. Kedaung Indah Can Tbk.
PT. Kedaung Indah Can Tbk. Dengan kode perusahaan KICI,
merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi alat rumah
tangga yang bermarkas di Surabaya, Indonesia. Perusahaan ini didirikan
pada tahun 1992, dan menghasilkan berbagai macam alat rumah tangga.
12. Kalbe Farma Tbk.
Kalbe Farma Tbk. dengan kode perusahaan KLBF, merupakan
perusahaan internasional yang memproduksi farmasi, suplemen, nutrisi
dan layanan kesehatan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Kalbe
Farma didirikan pada 10 September 1966, oleh 6 bersaudara, yaitu
Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw Lip Swan, Boenjamin
Setiawan, Maria Karmila, F. Bing Aryanto. Kalbe Farma telah jauh
berkembang dari awal mulanya sebagai usaha farmasi yang dikelola di
garasi rumah pendirinya di wilayah Jakarta Utara. Kalbe Farma memiliki
motto Innovation for a Better Life.
13. Martina Berto Tbk.
Martina Berto Tbk. dengan kode perusahaan MBTO,
merupakan perusahaan yang memproduksi berbagai macam-macam
bahan kosmetik dan telah diekspor ke berbagai negara seperti Malaysia,
Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Jepang, Hong Kong dan Taiwan
di Asia, Yunani, dan Timur Tengah. Bermarkas di Jakarta, Indonesia
perusahaan ini didirikan pada tahun 1977.
68
14. Merck Tbk.
PT. Merck Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan MERK,
merupakan perusahaan yang beroperasi pada bisnis farmasi dan kimia di
Indonesia. Di bidang farmasi, perusahaan memproduksi produk sebagai
berikut: Neurobion®, Sangobion® and Glucophage®. Sedangkan di
bidang kimia, MERK memasarkan berbagai jenis bahan kimia, zat
warna, serta berbagai spesialisasi kimia lainnya. MERK tercatat pada
Bursa Efek Indonesia di tahun 1981 pada Papan Pengembangan.
Perusahaan didirikan pada tahun 1970 dan berpusat di Jakarta, Indonesia.
MERK beroperasi sebagai anak usaha dari Merck KgaA, Perusahaan
farmasi yang berpusat di Darmstadt, Jerman.
15. Multi Bintang Indonesia Tbk.
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan MLBI,
merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri
minuman bir di Indonesia. Perusahaan ini pertama kali didirikan dengan
nama NV Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen pada tanggal 3 Juni
1929 di Medan, Sumatera Utara. Produsen bir ini awalnya memulai
operasionalnya di sebuah pabrik yang terletak di Surabaya, Jawa Timur.
Pada tahun 1936, saham mayoritas perusahaan ini dipegang oleh
salah satu perusahaan pembuat bir terkemuka bernama Heineken NV.
Pada tahun yang sama perusahaan juga memindahkan kantor pusat di
Surabaya. Perusahaan mulai berganti nama menjadi Heineken's
69
Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen Maatschappij NV sejak tahun
1951. Nama PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mulai dipakai secara resmi
oleh perusahaan sejak tahun 1982. Pada tahun yang sama perusahaan
juga mulai merubah status perusahaan menjadi perusahaan terbuka
dengan berhasil mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
16. Mustika Ratu Tbk.
PT. Mustika Ratu Tbk. dengan kode perusahaan MRAT, merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, perdagangan dan
distribusi kosmetik herbal dan tradisional, minuman kesehatan. Seperti
Minyak Zaitun Mustika Ratu, Minyak Cendana Mustika Ratu, Lulur
Kocok Ratu Mas, Slimming Gel, Slimming Tea, Lokol Tea, Tox Tea, dan
sebagainya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun
1978 dan bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 1975. Perusahaan ini mengirim barang ke lebih dari satu negara di
dunia.
17. Mayora Indah Tbk.
PT. Mayora Indah Tbk. dengan kode perusahaan MYOR, merupakan
kelompok bisnis yang memproduksi makanan terkemuka di Indonesia.
Mayora Indah telah berkembang menjadi salah satu perusahaan Fast
Moving Consumer Goods Industry yang telah diakui keberadaan-nya
secara global. Perusahaan ini pertama kali didirikan sejak 17 Februari
1977 sebagai sebuah industri biskuit rumah sederhana yang hingga
sekarang mampu berkembang dengan pesat menjadi salah satu kelompok
70
usaha yang ter-integrasi di Indonesia. Perkembangan perusahaan juga
ditorehkan dengan merubah status perusahaan menjadi perusahaan
terbuka seiring dengan pencatatan saham perusahaan untuk pertama kali
di Bursa Efek Jakarta sejak 4 Juli 1990.
18. Prasidha Aneka Niaga Tbk.
PT Prasidha Aneka Niaga Tbk. dengan kode perusahaan PSDN,
merupakan perusahaan yang bisnis utamanya adalah pengolahan dan
ekspor komoditas pertanian yang ditangani terutama oleh perusahaan
anggota operasinya PT. Prasidha Aneka Niaga & anak perusahaannya.
Perusahaan ini juga memiliki diversifikasi dalam makanan, manufaktur,
dan perkebunan didirikan pada tahun 1984 oleh Bapak Oesman
Soedargo, Bapak Mansjur Tandiono, almarhum Bapak Haji Mahmud
Uding dan almarhum Bapak I Gede Subratha.
19. Pyridam Farma Tbk.
Pyridam Farma Tbk. dengan kode perusahaan PYFA, merupakan
perusahaan multinasional yang memproduksi farmasi yang bermarkas di
Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1972. Perusahaan
ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan farmasi dan juga
memiliki lebih dari 100 produk dalam bentuk tablet, kaplet, kapsul, sirup
krim, dan salep. Selain itu, Pyridam juga memproduksi produk resep
seperti penisilin dan non-penisilin antibiotik, anti-TBC, dan obat
penghilang rasa sakit, serta produk non-resep produk vitamin, pencegah
flu dan batuk, dan antipiretik.
71
Didirikan pada tahun 1976 oleh Bapak Sarkri Kosasih. Pyridam
dianugerahi gelar “Mitra dengan Baik Kinerja” pada tahun 1994 oleh
Departemen Pertanian. Pada tahun 1985, Pyridam mendirikan Divisi
Farmasi, yang berkembang cepat. Peningkatan yang dipercepat
memungkinkan Pyridam membangun sebuah pabrik produksi baru di atas
lahan seluas 35.000m2 di Cianjur, Jawa Barat, dengan desain canggih,
mesin dan manajemen lingkungan. Pabrik mulai beroperasi di Indonesia
April 2001.
20. PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk.
PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk. dengan kode perusahaan
RMBA, merupakan anggota dari British American Tobacco Group,
kelompok perusahaan tembakau kedua terbesar di dunia menurut pangsa
pasar global dengan brand yang diperjualbelikan di lebih dari 200
negara. Bentoel adalah produsen rokok terbesar keempat di Indonesia
dengan pangsa pasar sebesar 7%. Bentoel memproduksi dan memasarkan
berbagai jenis produk tembakau seperti rokok kretek mesin, rokok kretek
tangan dan rokok putih. Bentoel mempekerjakan lebih dari 6.000 orang
karyawan, dari mulai membangun kemitraan dengan petani-petani
tembakau, pembelian dan pemrosesan daun tembakau dan cengkeh,
hingga produksi, pemasaran dan distribusi rokok.
72
21. Nippon Indosari Corpindo Tbk.
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. dengan kode perusahaan ROTI,
merupakan perusahaan roti terbesar di Indonesia dengan merek dagang
Sari Roti. Nippon Indosari Corpindo Tbk merupakan salah satu
perusahaan roti dengan merek dagang “Sari Roti” terbesar di Indonesia.
Perusahaan ini berdiri pada tahun 1995 sebagai sebuah perusahaan
penanaman modal asing dengan nama PT Nippon Indosari Corporation.
Perkembangan perusahaan ini semakin meningkat dengan semakin
meningkatnya permintaan konsumen. Sehingga perseroan mulai
meningkatkan kapasitas produk dengan menambahkan dua lini produksi,
yakni roti tawar dan roti manis sejak tahun 2001.
22. Sekar Bumi Tbk.
Sekar Bumi Tbk. dengan kode perusahan SKBM, merupakan
perusahaan bidang usaha pengolahan hasil perikanan laut dan darat, hasil
bumi dan peternakan. Sekar Bumi memiliki 2 divisi usaha, yaitu hasil
laut beku nilai tambah (udang, ikan, cumi-cumi, dan banyak lainnya) dan
makanan olahan beku (dim sum, udang berlapis tepung roti, bakso
seafood, sosis, dan banyak lainnya). Selain itu, melalui anak usahanya,
Sekar Bumi memproduksi pakan ikan, pakan udang, mete dan produk
kacang lainnya. Produk-produk Sekar Bumi dipasarkan dengan berbagai
merek, diantaranya SKB, Bumifood dan Mitraku. Tanggal 18 September
1995, SKBM memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SKBM (IPO) kepada
73
masyarakat. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 05 Januari 1993.
23. Sekar Laut Tbk.
PT. Sekar Laut, Tbk. dengan kode perusahaan SKLT, merupakan
perusahaan produsen makanan terkemuka di Indonesia produk yang
dihasilkan antara lain krupuk, bumbu masakan instant, kacang mente,
melinjo, beras dan biji-bijian lain, saus, sarden, kacang gulung, dan
sambal. Berawal dari sebuah usaha dibidang perdagangan produk
kelautan di kota Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 1966. Kemudian
berkembang menjadi usaha krupuk udang tradisional. Dengan kegigihan
usaha yang dirintis berkembang pesat dari industry rumah tangga
menjadi perusahaan penghasil kerupuk. PT. Sekar Laut, Tbk. didirikan
pada 19 juli 1976 dalam bentuk perseroan terbatas dan kemudian
terdaftar resmi sebagai badan perusahaan di departemen kehakiman pada
1 maret 1978.
24. Mandom Indonesia Tbk.
PT Mandom Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan TCID,
merupakan perusahaan yang bemula sebagai perusahaan joint venture
antara Mandom Corporation, Jepang dan PT The City Factory. Perseroan
berdiri dengan nama PT Tancho Indonesia dan pada tahun 2001 berganti
menjadi PT Mandom Indonesia Tbk. Pada tahun 1993, Perseroan
menjadi perusahaan ke-167 dan perusahaan joint venture Jepang ke-11
yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Saat ini jumlah
74
saham Perseroan adalah 201.066.667 lembar saham dengan nilai nominal
Rp 500/saham. Kegiatan produksi komersial Perseroan dimulai pada
tahun 1971 dimana pada awalnya Perseroan menghasilkan produk
perawatan rambut, kemudian berkembang dengan memproduksi produk
wangi-wangian dan kosmetik. Perseroan mempunyai dua lokasi pabrik
yaitu pabrik Sunter yang khusus memproduksi seluruh produk kosmetik
Perseroan sementara pabrik Cibitung berfungsi untuk memproduksi
kemasan plastik dan juga sebagai pusat logistik. Kemasan plastik dikirim
dari Cibitung ke Sunter untuk diisi kemudian barang jadi dikirim kembali
ke Cibitung dan didistribusikan melalui pusat logistic.
25. Tempo Scan Pacific Tbk.
PT Tempo Scan Pacific Tbk. dengan kode perusahaan TSPC,
merupakan bagian dari Tempo Grup yang memulai kegiatan usahanya
melalui pendirian PT PD Tempo pada tanggal 3 Nopember 1953 yang
bergerak di bidang perdagangan produk farmasi. Perseroan dibentuk
melalui proses restrukturisasi pada tahun 1991 dan semula Perseroan
bernama PT Scanchemie yang pada tahun 1970 memulai kegiatan
produksi komersial produk farmasi dalam skala besar. Seiring dengan
perjalanan waktu, Perseroan melalui entitas anaknya juga telah
memproduksi produk kosmetik dan produk konsumen sejak tahun 1977.
Pada tahun 1994 Perseroan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan
saham-sahamnya sejumlah 75.000.000 lembar saham di Bursa Efek
Indonesia/BEI.
75
26. Ultra Jaya Milk Industry Tbk.
Ultra Jaya Milk Industry Tbk. dengan kode perusahaan ULTJ,
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri makanan
dan minuman, dan bidang perdagangan. Bermula dari usaha keluarga
yang dirintis sejak tahun 1960an oleh Bapak Achmad Prawirawidjaja
(alm), PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. dari tahun
ke tahun terus berkembang, dan saat ini telah menjadi salah satu
perusahaan yang terkemuka di bidang industri makanan & minuman di
Indonesia. Di bidang minuman Ultrajaya memproduksi berbagai
minuman seperti susu cair, sari buah, teh, minuman tradisional dan
minuman kesehatan, yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra High
Temperature) dan dikemas dalam kemasan karton aseptik. Di bidang
makanan Ultrajaya memproduksi susu kental manis, susu bubuk, dan
konsentrat buah-buahan tropis.
27. Unilever Indonesia Tbk.
Unilever Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan UNVR,
merupakan salah satu perseroan terdepan untuk kategori Fast Moving
Consumer Goods di Indonesia. Unilever Indonesia didirikan pada 5
Desember 1933 sebagai Lever Zeepfabrieken N.V. Pada 22 Juli 1980,
nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada
30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia
Tbk. Unilever Indonesia melepas 15% sahamnya di Bursa Efek Jakarta
76
dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981. Unilever Indonesia
mempunyai lebih dari 1.000 distributor di seluruh Indonesia. Rangkaian
produk Unilever Indonesia mencakup brand-brand ternama dunia seperti
Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline,
Rinso, Molto, Sunlight, Wall’s, Royco, Bango dan lainnya.
28. Wismilak Inti Makmur Tbk.
Wismilak Inti Makmur Tbk. dengan kode perusahaan WIIM,
merupakan perusahaan rokok Indonesia yang didirikan pada tahun 1962
di Surabaya. Pada tahun 2012, Wismilak sukses melakukan penawaran
umum perdana saham Perseroan kepada masyarakat dan menjadi
Perusahaan Publik, PT Wismilak Inti Makmur Tbk. PT Wismilak Inti
Makmur Tbk merupakan perusahaan induk dari PT Gelora Djaja
(produsen) dan PT Gawih Jaya (distributor) yang pada akhir tahun 2017
memiliki 5 Fasilitas Produksi, 4 Sentra Logistik Regional, 19 Area
Distribusi, 2 Stock Point dan 30 Agen yang tersebar di seluruh pulau
besar di Indonesia.
77
B. Statistik Deskriptif
1. Kepemilikam Institusional
Ningtiyas (2014) menjelaskan, bahwa kepemilikan institusional
merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi
dan pemerintah. Institusi ataupun pemerintah yang memiliki saham
dalam suatu perusahaan dapat menjadi salah satu upaya dalam
mengawasi perusahaan. Semakin banyak jumlah saham yang dimiliki
pemerintah dalam suatu perusahaan maka memungkikan pengawasan
terhadap perusahaan semakin baik.
Tabel 4. 1
Kepemilikan Institusional
NO Nama Perusahaan Kepemilikan institusional 2013 2014 2015 2016 20171 ADES 0,92 0,92 0,92 0,92 0,922 AISA 0,56 0,62 0,62 0,63 0,623 BTEK 0,50 0,37 0,24 0,73 0,734 BUDI 0,53 0,53 0,50 0,53 0,535 CEKA 0,46 0,92 0,92 0,92 0,096 DLTA 0,82 0,85 0,82 0,82 0,827 HMSP 0,98 0,98 0,92 0,92 0,928 ICBP 0,81 0,81 0,81 0,81 0,819 IIKP 0,57 0,55 0,52 0,13 0,1310 INAF 0,81 0,81 0,81 0,87 0,8711 INDF 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5012 KAEF 0,90 0,90 0,08 0,90 0,9013 KICI 0,83 0,83 0,83 0,83 0,8314 KLBF 0,57 0,57 0,57 0,57 0,5715 LMPI 0,83 0,83 0,83 0,83 0,2416 MBTO 0,68 0,68 0,68 0,68 0,6817 MERK 0,94 0,87 0,87 0,87 0,8718 MLBI 0,75 0,84 0,82 0,82 0,82
78
19 MYOR 0,33 0,33 0,33 0,33 0,8420 PYFA 0,54 0,54 0,54 0,54 0,5421 RMBA 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99NO
Nama Perusahaan
Kepemilikan institusional
2013 2014 2015 2016 201722 ROTI 0,71 0,71 0,07 0,07 0,0723 SKBM 0,81 0,81 0,81 0,80 0,8024 TCID 0,72 0,72 0,72 0,72 0,7225 TSPC 0,77 0,78 0,78 0,78 0,7926 ULTJ 0,47 0,47 0,45 0,37 0,3727 UNVR 0,85 0,85 0,85 0,85 0,8528 WIIM 0,22 0,28 0,22 0,28 0,05
MINIMUM 0,22 0,28 0,07 0,07 0,05MAKSIMUM 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99RATA-RATA 0,69 0,71 0,64 0,68 0,64
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat besarnya Kepemilikan
Institusional perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan
sampel penelitian periode 2013-2017.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan
institusional sebesar 0,69 dengan nilai kepemilikan institusional tertinggi
sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah sebesar 0,22 oleh WIIM .
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan
institusional diatas rata-rata diantaranya ADES, DLTA, HMSP, ICBP,
INAF, KAEF, KICI, LMPI, MERK, ROTI, SKBM, TCID, TSPC dan
UNVR. Sedangkan nilai kepemilikan institusional dibawah rata-rata
dimiliki oleh AISA, BTEK, BUDI, CEKA, IIKP, INDF, KLBF, MBTO,
MYOR, PYFA, ULTJ dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2013
terdapat 15 perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata yang
mengindikasikan kemampuan untuk memonitor manajemen adalah baik
79
karena makin tinggi kepemilikan institusional maka pengawasan pada
perusahaan tersebut makin baik. Sedangkan 14 perusahaan lainnya
memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata yang
mengindikasikan kurangnya dari segi pengawasan oleh pihak luar untuk
perusahaan tersebut.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan
institusional meningkat menjadi 0,71 dengan nilai kepemilikan
institusional tertinggi sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah
sebesar 0,22 oleh WIIM. Disamping itu, beberapa perusahaan juga
memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata diantaranya
ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KAEF, KICI, LMPI,
MERK, MLBI, ROTI, SKBM, TCID, TSPC dan UNVR. Sedangkan nilai
kepemilikan institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA, BTEK,
BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO, MYOR, PYFA, ULTJ dan WIIM.
Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 17 perusahaan yang
menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan kemampuan
untuk memonitor manajemen adalah baik karena makin tinggi
kepemilikan institusional maka pengawasan pada perusahaan tersebut
makin baik. Sedangkan 14 perusahaan lainnya memiliki kepemilikan
institusional dibawah rata-rata mengindikasikan kurangnya dari segi
pengawasan oleh pihak luar untuk perusahaan tersebut.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan
institusional menurun menjadi sebesar 0,64 dengan nilai kepemilikan
80
institusional tertinggi sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah
sebesar 0,07 oleh ROTI. Disamping itu, beberapa perusahaan juga
memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata diantaranya
ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KICI, LMPI,MBTO,
MERK, MLBI, RMBA, SKBM, TCID, TSPC dan UNVR. Sedangkan
nilai kepemilikan institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA,
BTEK, BUDI, IIKP, INDF, KAEF, KLBF, MBTO, MYOR, PYFA,
ROTI dan ULTJ. Dapat disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 16
perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata yang
mengindikasikan kemampuan untuk memonitor manajemen adalah baik
karena makin tinggi kepemilikan institusional maka pengawasan pada
perusahaan tersebut makin baik. Sedangkan 12 perusahaan lainnya
memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata yang
mengindikasikan kurangnya dari segi pengawasan oleh pihak luar untuk
perusahaan tersebut.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan
institusional kembali meningkat sebesar 0,68 dengan nilai kepemilikan
institusional tertinggi sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah
sebesar 0,07 oleh ROTI. Disamping itu, beberapa perusahaan juga
memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata diantaranya
ADES, BTEK, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KAEF, KICI,
LMPI, MBTO, MERK, MLBI, SKBM, TCID, TSPC dan UNVR.
Sedangkan nilai kepemilikan institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh
81
AISA, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MYOR, PYFA, ULTJ dan WIIM.
Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 18 perusahaan yang
menggunakan hutang diatas rata-rata mengindikasikan kemampuan untuk
memonitor manajemen adalah baik karena makin tinggi kepemilikan
institusional maka pengawasan pada perusahaan tersebut makin baik.
Sedangkan 10 perusahaan lainnya memiliki kepemilikan institusional
dibawah rata-rata mengindikasikan kurangnya dari segi pengawasan oleh
pihak luar untuk perusahaan tersebut.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan
institusional menurun sebesar 0,64 dengan nilai kepemilikan institusional
tertinggi sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah sebesar 0,05
oleh WIIM. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai
kepemilikan institusional diatas rata-rata diantaranya ADES, BTEK,
DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KAEF, KICI, MBTO, MERK, MLBI,
MYOR, SKBM, TCID, TSPC dan UNVR. Sedangkan nilai kepemilikan
institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA, BUDI, CEKA, IIKP,
INDF, KLBF, LMPI, PYFA, ROTI dan ULTJ. Dapat disimpulkan pada
tahun 2017 terdapat 17 perusahaan yang menggunakan hutang diatas
rata-rata yang mengindikasikan kemampuan untuk memonitor
manajemen adalah baik karena makin tinggi kepemilikan institusional
maka pengawasan pada perusahaan tersebut makin baik. Sedangkan 11
perusahaan lainnya memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata
82
mengindikasikan kurangnya dari segi pengawasan oleh pihak luar untuk
perusahaan tersebut.
2. Kepemilikan Publik
Merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh
masyarakat. Adapun proporsi kepemilikan publik dalam Lastanti dalam
Rachman, dkk (2015).
Tabel 4. 2
Deskriptif Statistik Kepemilikan Publik
NO Nama Perusahaan Kepemilikan Publik 2013 2014 2015 2016 20171 ADES 0,08 0,08 0,08 0,08 0,082 AISA 0,44 0,38 0,38 0,38 0,383 BTEK 0,46 0,58 0,76 0,27 0,274 BUDI 0,47 0,44 0,47 0,47 0,475 CEKA 0,04 0,07 0,08 0,07 0,076 DLTA 0,18 0,15 0,18 0,18 0,187 HMSP 0,02 0,02 0,08 0,08 0,088 ICBP 0,19 0,19 0,19 0,19 0,199 IIKP 0,43 0,42 0,48 0,87 0,87
10 INAF 0,19 0,19 0,19 0,13 0,1311 INDF 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5012 KAEF 0,10 0,10 0,02 0,10 0,1013 KICI 0,17 0,17 0,17 0,17 0,1614 KLBF 0,43 0,43 0,43 0,43 0,4315 LMPI 0,17 0,17 0,17 0,17 0,0816 MBTO 0,32 0,32 0,32 0,32 0,3217 MERK 0,06 0,13 0,13 0,13 0,1318 MLBI 0,17 0,16 0,18 0,18 0,1819 MYOR 0,67 0,67 0,67 0,67 0,1620 PYFA 0,23 0,23 0,23 0,23 0,2321 RMBA 0,01 0,01 0,01 0,01 0,0122 ROTI 0,29 0,29 0,03 0,03 0,03
83
23 SKBM 0,17 0,15 0,15 0,16 0,1624 TCID 0,23 0,23 0,28 0,28 0,2825 TSPC 0,23 0,22 0,22 0,22 0,2126 ULTJ 0,36 0,36 0,38 0,51 0,5127 UNVR 0,15 0,15 0,15 0,15 0,1528 WIIM 0,34 0,29 0,29 0,28 0,33
MINIMUM 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01MAKSIMUM 0,67 0,67 0,76 0,87 0,87RATA-RATA 0,25 0,25 0,26 0,26 0,24
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat besarnya Kepemilikan Publik
perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian
periode 2013-2017.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik
sebesar 0,25 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,67
dimiliki oleh MYOR dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas
rata-rata diantaranya AISA, BTEK, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO,
ROTI, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik tere
dibawah rata-rata ndah dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP,
ICBP, INAF, KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, SKBM, TCID,
TSPC dan UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 11
perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata yang
mengindikasikan semakin banyak atau besar informasi yang diketahui
oleh public tentang perusahaan tersebut. Sedangkan 17 perusahaan
lainnya memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata
mengindikasikan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan
manajemen laba.
84
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik
sebesar 0,25 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,67
dimiliki oleh MYOR dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas
rata-rata diantaranya AISA, BTEK, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO,
ROTI, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik dibawah
rata-rata dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,
KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, SKBM, TCID, TSPC dan
UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 11 perusahaan yang
menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan semakin
banyak atau besar informasi yang diketahui oleh publik tentang
perusahaan tersebut. Sedangkan 17 perusahaan lainnya memiliki
kepemilikan institusional dibawah rata-rata mengindikasikan semakin
kecil kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik
sebesar 0,26 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,76
dimiliki oleh MYOR dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas
rata-rata diantaranya AISA, BTEK, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO,
TCID, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik dibawah
rata-rata dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,
KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM,
TSPC dan UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 11
85
perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata yang
mengindikasikan semakin banyak atau besar informasi yang diketahui
oleh public tentang perusahaan tersebut. Sedangkan 17 perusahaan
lainnya memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata
mengindikasikan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan
manajemen laba.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik
sebesar 0,24 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,87
dimiliki oleh BTEK dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas
rata-rata diantaranya AISA, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO, MYOR,
TCID, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik dibawah
rata-rata dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,
KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, ROTI, SKBM, TSPC dan
UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 11 perusahaan yang
menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan semakin
banyak atau besar informasi yang diketahui oleh public tentang
perusahaan tersebut. Sedangkan 17 perusahaan lainnya memiliki
kepemilikan institusional dibawah rata-rata mengindikasikan semakin
kecil kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik
sebesar 0,24 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,87
dimiliki oleh BTEK dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping
86
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas
rata-rata diantaranya AISA, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO, MYOR,
TCID, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik dibawah
rata-rata dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,
KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, ROTI, SKBM, TSPC dan
UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 11 perusahaan yang
menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan semakin
banyak atau besar informasi yang diketahui oleh public tentang
perusahaan tersebut. Sedangkan 17 perusahaan lainnya memiliki
kepemilikan institusional dibawah rata-rata mengindikasikan semakin
kecil kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.
3. Komite Audit
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung
jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas
dan fungsi Dewan Komisaris, sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
otoritas jasa Keuangan NOMOR 55 /POJK.04/2015 Pasal 1 ayat 1.
Komite audit dibentuk dengan tujuan membantu dewan Komisaris dalam
pelaksanaan fungsi pengawasan atas hal-hal yang terkait dengan
informasi keuangan, pengendalian internal, pengelolaan risiko serta
kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
Tabel 4. 3 Deskriptif Statistik Komite Audit
NO Nama Perusahaan Komite Audit
2013 2014 2015 2016 20171 ADES 3 3 3 3 3
87
2 AISA 3 4 4 4 43 BTEK 3 3 3 3 34 BUDI 3 3 3 3 35 CEKA 3 3 3 3 36 DLTA 3 3 3 3 37 HMSP 3 3 3 3 38 ICBP 3 3 3 3 39 IIKP 3 3 3 3 310 INAF 3 3 3 3 311 INDF 3 3 3 3 312 KAEF 3 3 4 4 413 KICI 3 3 3 3 3NO Nama Perusahaan Komite Audit
2013 2014 2015 2016 2017
15 LMPI 3 3 3 3 316 MBTO 2 2 2 2 217 MERK 3 3 3 3 318 MLBI 3 3 3 3 319 MYOR 3 3 3 3 320 PYFA 3 3 3 3 321 RMBA 3 3 3 3 322 ROTI 3 3 3 3 323 SKBM 3 3 3 3 324 TCID 4 4 4 4 325 TSPC 3 3 3 3 326 ULTJ 3 3 3 3 327 UNVR 3 3 3 3 328 WIIM 3 3 3 3 3
MINIMUM 2 2 2 2 2MAKSIMUM 4 4 4 4 4RATA-RATA 3 3 3 3 3
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat besarnya Komite Audit
perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian
periode 2013-2017.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3
dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh TCID dan
88
terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata
diantaranya ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP,
IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI KLBF, LMPI, MBTO, MERK
MLBI,MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ UNVR dan
WIIM. Sedangkan nilai komite audit dibawah rata-rata dimiliki oleh
MBTO. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 27 perusahaan yang
memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas
hal-hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal
pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku..
Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata
mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite audit
untuk perusahaan tersebut.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3
dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh AISA dan
TCID dan terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas
rata-rata diantaranya ADES, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP,
ICBP, IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI KLBF, LMPI, MBTO, MERK
MLBI,MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ, UNVR dan
WIIM. Sedangkan nilai komite audit dibawah rata-rata dimiliki oleh
MBTO. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 27 perusahaan yang
memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas
89
hal-hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal
pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku..
Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata
mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite audit
untuk perusahaan tersebut.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3
dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh AISA, KAEF
dan TCID dan terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas
rata-rata diantaranya ADES, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP,
ICBP, IIKP, INAF, INDF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO, MERK MLBI,
MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ, UNVR dan WIIM.
Sedangkan nilai komite audit teren dibawah rata-rata dah dimiliki oleh
MBTO. Dapat disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 27 perusahaan yang
memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas
hal-hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal
pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku.
Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata
mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite audit
untuk perusahaan tersebut.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3
dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh AISA, KAEF
dan TCID dan terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu,
90
beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas
rata-rata diantaranya ADES, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP,
ICBP, IIKP, INAF, INDF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO, MERK, MLBI,
MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ, UNVR dan WIIM.
Sedangkan nilai komite audit dibawah rata-rata dimiliki oleh MBTO.
Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 27 perusahaan yang
memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas
hal-hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal
pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku..
Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata
mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite audit
untuk perusahaan tersebut.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3
dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh AISA dan
KAEF dan terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas
rata-rata diantaranya ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA,
HMSP, ICBP, IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI KLBF, LMPI, MBTO,
MERK MLBI,MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ,
UNVR dan WIIM. Sedangkan nilai komite audit dibawah rata-rata
dimiliki oleh MBTO. Dapat disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 27
perusahaan yang memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan
komite audit atas hal-hal yang terkait dengan informasi keuangan,
91
pengendalian internal pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap
perundangan yang berlaku.. Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki
komite audit dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurang
maksimanya segi pengawasan oleh komite audit untuk perusahaan
tersebut.
4. Direksi
Direksi bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam
mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi melaksanakan
tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan
wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota
Direksi merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing
anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara.
Tabel 4. 4 Deskriptif Statistik Direksi
NO Nama Perusahaan Dewan Direksi 2013 2014 2015 2016 20171 ADES 4 4 4 3 32 AISA 4 3 3 3 43 BTEK 4 4 4 4 44 BUDI 7 7 7 7 75 CEKA 4 4 4 4 46 DLTA 5 5 5 5 57 HMSP 7 7 7 8 88 ICBP 7 9 9 9 99 IIKP 2 2 2 2 210 INAF 4 3 3 3 311 INDF 9 9 10 10 1012 KAEF 5 5 5 5 513 KICI 3 3 3 3 314 KLBF 5 5 5 5 615 LMPI 5 5 5 5 416 MBTO 4 4 4 4 417 MERK 7 5 5 5 5
92
18 MLBI 4 4 4 4 419 MYOR 5 5 5 5 520 PYFA 3 3 3 3 221 RMBA 4 4 4 4 422 ROTI 6 6 6 5 523 SKBM 6 6 6 6 824 TCID 13 15 16 16 1625 TSPC 12 11 11 10 1026 ULTJ 3 3 3 3 327 UNVR 10 8 9 10 1028 WIIM 6 6 6 6 6
MINIMUM 2 2 2 2 2MAKSIMUM 13 15 16 16 16RATA-RATA 6 6 6 6 6
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat besarnya Direksi perusahaan
sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian periode
2013-2017.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6
dengan nilai direksi tertinggi sebesar 13 dimiliki oleh TCID dan
terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya
BUDI, HMSP, ICBP, INDF, MERK, ROTI, SKBM, TSPC, UNVR
dan WIIM. Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh
ADES, AISA, BTEK, CEKA, DLTA, INAF, KAEF, KICI, KLBF,
LMPI, MBTO, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA dan ULTJ. Dapat
disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 11 perusahaan yang memiliki
direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan memungkinkan
ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan memiliki pengendalian
manajemn yang lebih efektif sesuai dengan kemampuan mereka
93
dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 17 perusahaan lainnya
memiliki direksi dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurang
efektif dalam pengendalian manajemen.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6
dengan nilai direksi tertinggi sebesar 15 dimiliki oleh TCID dan
terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya
BUDI, HMSP, ICBP, INDF, ROTI, SKBM, TSPC, UNVR dan
WIIM. Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh
ADES,AISA, BTEK, CEKA,DLTA, IIKP, INAF, KAEF, KICI,
KLBF, LMPI, MBTO, MERK, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA dan
ULTJ. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 9 perusahaan
yang memiliki direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan
memungkinkan ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan
memiliki pengendalian manajemn yang lebih efektif sesuai dengan
kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 19
perusahaan lainnya memiliki direksi dibawah rata-rata yang
mengindikasikan kurang efektif dalam pengendalian manajemen.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6
dengan nilai direksi tertinggi sebesar 16 dimiliki oleh TCID dan
terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya
BUDI, HMSP, ICBP, INDF, MERK, ROTI, SKBM, TSPC, UNVR
94
dan WIIM. Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh
ADES, AISA, BTEK, CEKA, DLTA, INAF, KAEF, KICI, KLBF,
LMPI, MBTO, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA dan ULTJ. Dapat
disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 11 perusahaan yang memiliki
direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan memungkinkan
ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan memiliki pengendalian
manajemn yang lebih efektif sesuai dengan kemampuan mereka
dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 17 perusahaan lainnya
memiliki direksi dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurang
efektif dalam pengendalian manajemen.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6
dengan nilai direksi tertinggi sebesar 16 dimiliki oleh TCID dan
terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya
BUDI, HMSP, ICBP, INDF, SKBM, TSPC, UNVR dan WIIM.
Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES,
AISA, BTEK, CEKA, DLTA, INAF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI,
MBTO, MERK, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI dan ULTJ.
Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 9 perusahaan yang
memiliki direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan
memungkinkan ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan
memiliki pengendalian manajemn yang lebih efektif sesuai dengan
kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 19
95
perusahaan lainnya memiliki direksi dibawah rata-rata yang
mengindikasikan kurang efektif dalam pengendalian manajemen.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6
dengan nilai direksi tertinggi sebesar 16 dimiliki oleh TCID dan
terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya
BUDI, HMSP, ICBP, KLBF, SKBM, TSPC, UNVR dan WIIM.
Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES,
AISA, BTEK, CEKA, DLTA, IIKP, INAF, KAEF, KICI, LMPI,
MBTO, MERK, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI dan ULTJ.
Dapat disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 9 perusahaan yang
memiliki direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan
memungkinkan ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan
memiliki pengendalian manajemn yang lebih efektif sesuai dengan
kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 19
perusahaan lainnya memiliki direksi dibawah rata-rata yang
mengindikasikan kurang efektif dalam pengendalian manajemen.
96
5. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang
berasal dari luar emiten atau Perusahaan Publik dan memenuhi
persyaratan sebagai Komisaris, sebagaimana disebutkan dalam
Peraturan otoritas jasa Keuangan Nomor 33/PojK.04/2014. Tugas
utama Komisaris independen adalah melakukan pengawasan serta
menjaga terpenuhinya hak serta kewajiban pemegang saham minoritas.
Tabel 4. 5 Deskriptif Statistik Komisaris Independen
NO Nama Perusahaan Komisaris Independen
2013 2014 2015 2016 20171 ADES 0,33 0,33 0,33 0,33 0,332 AISA 0,33 0,40 0,40 0,40 0,403 BTEK 0,33 0,33 0,33 0,33 0,334 BUDI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,335 CEKA 0,50 0,50 0,50 0,50 0,506 DLTA 0,40 0,40 0,40 0,40 0,407 HMSP 0,50 0,50 0,50 0,40 0,408 ICBP 0,43 0,43 0,33 0,50 0,509 IIKP 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
NO Nama Perusahaan Komisaris Independen
2013 2014 2015 2016 201710 INAF 0,50 0,33 0,33 0,33 0,3311 INDF 0,38 0,38 0,38 0,38 0,3812 KAEF 0,40 0,40 0,33 0,20 0,2013 KICI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3314 KLBF 0,33 0,33 0,43 0,43 0,4315 LMPI 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5016 MBTO 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3317 MERK 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3318 MLBI 0,43 0,50 0,50 0,57 0,5019 MYOR 0,40 0,40 0,40 0,40 0,4020 PYFA 0,33 0,25 0,20 0,50 0,5021 RMBA 0,40 0,33 0,60 0,50 0,5022 ROTI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3323 SKBM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3324 TCID 0,40 0,40 0,40 0,40 0,50
97
25 TSPC 0,50 0,75 0,50 0,50 0,6026 ULTJ 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3327 UNVR 0,80 0,80 0,80 0,80 0,8028 WIIM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
MINIMUM 0,33 0,25 0,20 0,20 0,20MAKSIMUM 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80RATA-RATA 0,40 0,40 0,40 0,41 0,41
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat besarnya Komisaris
Independen perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan
sampel penelitian periode 2013-2017.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen
sebesar 0,40 dengan nilai komisaris independen tertinggi sebesar 0,80
dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,33 oleh ADES, AISA,
BTEK, BUDI, IIKP, KICI, KLBF, MBTO, MERK, PYFA, ROTI,
SKBM, ULTJ dan WIIM. Disamping itu, beberapa perusahaan juga
memiliki nilai komisaris independen diatas rata-rata diantaranya
CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KAEF, LMPI, MLBI, MYOR,
RMBA, TCID dan TSPC. Sedangkan nilai komisaris independen
dibawah rata-rata dimiliki oleh INDF. Dapat disimpulkan pada tahun
2013 terdapat 13 perusahaan yang memiliki komisaris independen
diatas rata-rata yang mengindikasikan kemampuan meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan tersebut makin baik, karena komisaris
independen merupakan sentral mekanisme kontrol internal perusahaan
dalam melakukan pengawasan terhadap manajer. Sedangkan 15
perusahaan lainnya memiliki komisaris independen dibawah rata-rata
98
yang mengindikasikan kurangnya pengawasan pada para manajer
pada perusahaan tersebut.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen
sebesar 0,40 dengan nilai komisaris independen tertinggi sebesar 0,80
dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,25 oleh PYFA.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai komisaris
independen diatas rata-rata diantaranya CEKA, DLTA, HMSP, ICBP,
KAEF, LMPI, MLBI, MYOR, RMBA, TCID dan TSPC. Sedangkan
nilai komisaris independen dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES,
BTEK, BUDI, IIKP, INAF, INDF, KICI, KLBF, MBTO, MERK,
ROTI, SKBM, ULTJ dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2014
terdapat 13 perusahaan yang memiliki komisaris independen diatas
rata-rata yang mengindikasikan kemampuan meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan tersebut makin baik, karena komisaris
independen merupakan sentral mekanisme kontrol internal perusahaan
dalam melakukan pengawasan terhadap manajer. Sedangkan 15
perusahaan lainnya memiliki komisaris independen dibawah rata-rata
yang mengindikasikan kurangnya pengawasan pada para manajer
pada perusahaan tersebut.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen
sebesar 0,40 dengan nilai kepemilikan institusional tertinggi sebesar
0,80 dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,20 oleh PYFA.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai komisaris
99
independen diatas rata-rata diantaranya CEKA, DLTA, HMSP, ICBP,
INAF, KAEF, LMPI, MLBI, MYOR, RMBA, TCID, TSPC dan
UNVR. Sedangkan nilai komisaris independen dibawah rata-rata
dimiliki oleh INDF, ADES, AISA, BTEK, BUDI, IIKP, KICI, KLBF,
MBTO, MERK, PYFA, ROTI, SKBM, ULTJ dan WIIM. Dapat
disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 13 perusahaan yang memiliki
komisaris independen diatas rata-rata yang mengindikasikan
kemampuan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan tersebut
makin baik, karena komisaris independen merupakan sentral
mekanisme kontrol internal perusahaan dalam melakukan pengawasan
terhadap manajer. Sedangkan 15 perusahaan lainnya memiliki
komisaris independen dibawah rata-rata yang mengindikasikan
kurangnya pengawasan pada para manajer pada perusahaan tersebut.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen
sebesar 0,41 dengan nilai komisaris independen tertinggi sebesar 0,80
dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,20 oleh KAEF.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai komisaris
independen diatas rata-rata diantaranya CEKA, ICBP, KLBF, LMPI,
MLBI, PYFA, TSPC dan UNVR. Sedangkan nilai komisaris
independen dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,
BUDI, DLTA, HMSP, IIKP, INAF, INDF, KICI, MBTO, MERK,
MYOR, ROTI, SKBM, TCID, ULTJ dan WIIM. Dapat disimpulkan
pada tahun 2016 terdapat 9 perusahaan yang memiliki komisaris
100
independen diatas rata-rata yang mengindikasikan kemampuan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan tersebut makin baik,
karena komisaris independen merupakan sentral mekanisme kontrol
internal perusahaan dalam melakukan pengawasan terhadap manajer.
Sedangkan 19 perusahaan lainnya memiliki komisaris independen
dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurangnya pengawasan pada
para manajer pada perusahaan tersebut.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen
sebesar 0,41 dengan nilai kepemilikan institusional tertinggi sebesar
0,80 dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,20 oleh KAEF.
Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai komisaris
independen diatas rata-rata diantaranya CEKA, ICBP, KLBF, LMPI,
MLBI, PYFA, RMBA dan TSPC. Sedangkan nilai komisaris
independen dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,
BUDI, DLTA, HMSP, IIKP, INAF, INDF, KICI, MBTO, MERK,
MYOR, ROTI, SKBM, TCID, ULTJ, WIIM. Dapat disimpulkan pada
tahun 2017 terdapat 9 perusahaan yang memiliki komisaris
independen diatas rata-rata yang mengindikasikan kemampuan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan tersebut makin baik,
karena komisaris independen merupakan sentral mekanisme kontrol
internal perusahaan dalam melakukan pengawasan terhadap manajer.
Sedangkan 19 perusahaan lainnya memiliki komisaris independen
101
dibawah rata-rata mengindikasikan kurangnya pengawasan pada para
manajer pada perusahaan tersebut.
6. Leverage
Leverage merupakan penggunaan asset dan sumber dana oleh
perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar
meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Dengan tujuan
mendapatkan keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya
aset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan
keuntungan pemegang saham.
102
Tabel 4. 6
Deskriptif Statistik Leverage
NO Nama Perusahaan DAR
2013 2014 2015 2016 20171 ADES 0,40 0,41 0,50 0,50 0,502 AISA 0,53 0,51 0,56 0,54 0,613 BTEK 0,78 0,82 0,84 0,71 0,634 BUDI 0,63 0,63 0,66 0,60 0,585 CEKA 0,51 0,58 0,57 0,38 0,336 DLTA 0,22 0,23 0,18 0,15 0,167 HMSP 0,48 0,52 0,16 0,20 0,218 ICBP 0,59 0,54 0,46 0,36 0,369 IIKP 0,05 0,04 0,04 0,17 0,17
10 INAF 0,54 0,53 0,61 0,58 0,6611 INDF 0,53 0,53 0,53 0,47 0,4712 KAEF 0,41 0,43 0,42 0,51 0,5813 KICI 0,31 0,32 0,30 0,36 0,3914 KLBF 0,25 0,22 0,20 0,18 0,1615 LMPI 0,52 0,51 0,49 0,50 0,5516 MBTO 0,19 0,18 0,23 0,38 0,4717 MERK 0,28 0,23 0,26 0,22 0,2718 MLBI 0,45 0,75 0,64 0,64 0,5819 MYOR 0,59 0,60 0,58 0,54 0,5120 PYFA 0,46 0,44 0,37 0,37 0,3221 RMBA 0,90 0,88 0,75 0,30 0,3722 ROTI 0,57 0,55 0,56 0,51 0,2823 SKBM 0,61 0,53 0,55 0,63 0,3724 TCID 0,21 0,33 0,18 0,18 0,2125 TSPC 0,29 0,27 0,31 0,30 0,3126 ULTJ 0,28 0,22 0,21 0,18 0,1927 UNVR 0,73 0,72 0,69 0,72 0,7328 WIIM 0,36 0,36 0,30 0,27 0,21
MINIMUM 0,05 0,04 0,04 0,15 0,16MAKSIMUM 0,90 0,88 0,84 0,72 0,73RATA-RATA 0,45 0,46 0,43 0,41 0,40
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat besarnya Leverage perusahaan
sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian periode
2013-2017.
103
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar
0,45 dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,90 dimiliki oleh RMBA
dan nilai terendah sebesar 0,05 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya
AISA, BTEK, BUDI, CEKA, HMSP, ICBP, INAF, INDF, LMPI,
MLBI, MYOR, PYFA, ROTI, SKBM dan UNVR. Sedangkan nilai
leverage dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, DLTA, KAEF, KICI,
KLBF, MBTO, MERK, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat
disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 16 perusahaan yang
menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan
memiliki utang yang besar. Sedangkan 12 perusahaan lainnya yang
memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan
perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang
kecil menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil
sehingga dapat menghindari perusahaan dari resiko kebangkrutan.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar
0,46 dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,88 dimiliki oleh RMBA
dan nilai terendah sebesar 0,04 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya
AISA, BTEK, BUDI, CEKA, HMSP, ICBP, INAF, INDF, LMPI,
MLBI, MYOR, ROTI, SKBM dan UNVR. Sedangkan nilai leverage
dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, DLTA, KAEF, KICI, KLBF,
MBTO, MERK, PYFA, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat
104
disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 15 perusahaan yang
menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan
memiliki utang yang besar. Sedangkan 13 perusahaan lainnya yang
memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan
perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang
kecil menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil
sehingga dapat menghindari perusahaan dari resiko kebangkrutan.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar
0,43 dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,84 dimiliki oleh RMBA
dan nilai terendah sebesar 0,04 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya
ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA, ICBP, INAF, INDF, LMPI,
MLBI, MYOR, ROTI, SKBM dan UNVR. Sedangkan nilai leverage
dibawah rata-rata dimiliki oleh DLTA, HMSP, KAEF, KICI, KLBF,
MBTO, MERK, PYFA, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat
disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 15 perusahaan yang
menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan
memiliki utang yang besar. Sedangkan 13 perusahaan lainnya yang
memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan
perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang
kecil menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil
sehingga dapat menghindari perusahaan dari resiko kebangkrutan.
105
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar
0,41 dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,72 dimiliki oleh RMBA
dan nilai terendah sebesar 0,15 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya
ADES, AISA, BTEK, BUDI, INAF, INDF, KAEF, LMPI, MLBI,
MYOR, ROTI, SKBM dan UNVR. Sedangkan nilai leverage dibawah
rata-rata dimiliki oleh CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, KICI, KLBF,
MBTO, MERK, PYFA, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat
disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 14 perusahaan yang
menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan
memiliki utang yang besar. Sedangkan 14 perusahaan lainnya yang
memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan
perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang
kecil menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil
sehingga dapat menghindari perusahaan dari resiko kebangkrutan.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar
0,40 dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,73 dimiliki oleh RMBA
dan nilai terendah sebesar 0,16 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa
perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya
ADES, AISA, BTEK, BUDI, INAF, INDF, KAEF, LMPI, MBTO,
MLBI, MYOR dan UNVR. Sedangkan nilai leverage dibawah rata-
rata dimiliki oleh CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, KICI, KLBF, MERK,
PYFA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat
106
disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 13 perusahaan yang
menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan
memiliki utang yang besar. Sedangkan 15 perusahaan lainnya yang
memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan
perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang
kecil menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil
sehingga dapat menghindari perusahaan dari risiko kebangkrutan.
7. Profitabilitas
Menurut Harahap (2010: 304), Rasio Profitabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Dalam
Fahmi (2013: 80), rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara
keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan
yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun
investasi. Semakin baik rasio maka semakin baik rasio maka semakin
baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan
perusahaan
107
Tabel 4. 7
Deskriptif Statistik Profitabilitas
NO Nama Perusahaan ROA
2013 2014 2015 2016 20171 ADES 0,07 0,04 0,05 0,11 0,092 AISA 0,07 0,05 0,04 0,08 0,103 BTEK 0,01 -0,01 0,01 0,01 -0,014 BUDI 0,02 0,01 0,01 0,01 0,025 CEKA 0,06 0,03 0,07 0,18 0,086 DLTA 0,31 0,29 0,18 0,21 0,217 HMSP 0,39 0,35 0,27 0,30 0,298 ICBP 0,10 0,10 0,11 0,13 0,119 IIKP -0,05 -0,03 -0,05 -0,04 -0,0410 INAF -0,04 0,01 0,01 0,01 -0,0311 INDF 0,04 0,06 0,04 0,06 0,0612 KAEF 0,09 0,08 0,08 0,06 0,0513 KICI 0,08 0,01 -0,10 0,01 0,0514 KLBF 0,17 0,17 0,15 0,15 0,1515 LMPI -0,01 0,01 0,01 0,01 -0,0416 MBTO 0,03 0,01 -0,02 0,01 -0,0317 MERK 0,25 0,26 0,22 0,21 0,1718 MLBI 0,49 0,36 0,24 0,43 0,5319 MYOR 0,11 0,04 0,11 0,11 0,0720 PYFA 0,04 0,02 0,02 0,03 0,0421 RMBA -0,10 -0,21 -0,13 -0,15 -0,0422 ROTI 0,09 0,09 0,10 0,10 0,0323 SKBM 0,12 0,14 0,05 0,02 0,0224 TCID 0,10 0,09 0,26 0,07 0,0825 TSPC 0,12 0,10 0,08 0,08 0,0726 ULTJ 0,12 0,10 0,15 0,17 0,1427 UNVR 0,42 0,42 0,37 0,38 0,3728 WIIM 0,11 0,08 0,10 0,08 0,03
MINIMUM -0,10 -0,21 -0,13 -0,15 -0,04MAKSIMUM 0,49 0,42 0,37 0,43 0,53RATA-RATA 0,11 0,10 0,09 0,10 0,09
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat besarnya Profitabilitas
perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel
penelitian periode 2013-2017.
108
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar
0,11 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,49 dimiliki oleh
MLBI dan nilai terendah sebesar -0,10 oleh RMBA. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata
diantaranya DLTA, HMSP, KLBF, MERK, MYOR, SKBM, TSPC,
ULTJ, UNVR dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan institusional
dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA,
ICBP, IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO, PYFA, ROTI
dan TCID. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 11
perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-rata yang
mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh keuntungan dalam
penjualan maupun investasi. Sedangkan 17 perusahaan lainnya
memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang mengindikasikan
kurangnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba
pada tingkat pendapatan, asset dan modal tertentu.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar
0,10 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,42 dimiliki oleh
UNVR dan nilai terendah sebesar -0,21 oleh RMBA. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata
diantaranya DLTA, HMSP, ICBP, KLBF, MERK, SKBM, TSPC,
ULTJ dan MLBI. Sedangkan nilai kepemilikan institusional dibawah
rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA, IIKP,
INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO, MYOR, PYFA, ROTI,
109
TCID dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 10
perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-rata yang
mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh keuntungan dalam
penjualan maupun investasi. Sedangkan 18 perusahaan lainnya
memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang mengindikasikan
kurangnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba
pada tingkat pendapatan, asset dan modal tertentu.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar
0,09 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,37 dimiliki oleh
UNVR dan nilai terendah sebesar -0,13 oleh RMBA. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata
diantaranya DLTA, HMSP, ICBP, KLBF, MERK, MLBI, MYOR,
ROTI, TCID, ULTJ, UNVR dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan
institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,
BUDI, CEKA, IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO,
PYFA, RMBA, SKBM dan TSPC. Dapat disimpulkan pada tahun
2015 terdapat 12 perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-
rata yang mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh
keuntungan dalam penjualan maupun investasi. Sedangkan 16
perusahaan lainnya memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang
mengindikasikan kurangnya perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, asset dan modal
tertentu.
110
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar
0,10 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,43 dimiliki oleh
MLBI dan nilai terendah sebesar -0,15 oleh RMBA. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata
diantaranya ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, KLBF, MERK,
MLBI, MYOR, ROTI dan ULTJ. Sedangkan nilai kepemilikan
institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA, BTEK, BUDI,
IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO, PYFA,
SKBM ,TCID, TSPC dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2016
terdapat 12 perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-rata
yang mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh keuntungan
dalam penjualan maupun investasi. Sedangkan 16 perusahaan lainnya
memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang mengindikasikan
kurangnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba
pada tingkat pendapatan, asset dan modal tertentu.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar
0,09 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,53 dimiliki oleh
MLBI dan nilai terendah sebesar -0,04 oleh RMBA. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata
diantaranya ADES, AISA, DLTA, HMSP, ICBP, KLBF, MERK,
MLBI, ULTJ dan UNVR. Sedangkan nilai kepemilikan institusional
dibawah rata-rata dimiliki oleh TEK, BUDI, CEKA, IIKP, INAF,
INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI,
111
SKBM, TCID, TSPC dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2017
terdapat 10 perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-rata
yang mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh keuntungan
dalam penjualan maupun investasi. Sedangkan 18 perusahaan lainnya
memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang mengindikasikan
kurangnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba
pada tingkat pendapatan, asset dan modal tertentu.
8. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan menggambarkan pengelolaan perusahaan yang
dilakukan oleh manajemen. Baik atau buruknya pengelolaan yang
dilakukan oleh manajeman akan berdampak pada nilai perusahaan.
Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga
saham di pasar. Dalam penelitian ini nilai perusahaan di intreperaikan
dengan Price to book value (PBV) yang menggambarkan seberapa
besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan.
Tabel 4. 8
Deskriptif Statistik Nilai Perusahaan
No Nama PerusahaanPBV
2013 2014 2015 2016 20171 ADES 4,46 2,74 1,82 1,53 1,282 AISA 1,95 2,05 0,98 1,58 0,353 BTEK 20,16 16,36 24,85 1,49 3,174 BUDI 0,50 0,48 0,26 0,34 0,365 CEKA 1,31 0,87 0,63 0,90 0,856 DLTA 0,21 9,33 4,90 4,37 3,487 HMSP 15,12 27,35 13,66 14,51 16,138 ICBP 2,21 5,26 4,79 5,61 5,11
112
No Nama PerusahaanPBV
2013 2014 2015 2016 20179 IIKP 21,29 33,35 38,69 29,30 42,80
10 INAF 0,80 1,98 0,88 25,80 35,7411 INDF 0,15 1,45 1,05 1,55 1,4312 KAEF 2,04 4,75 2,59 6,84 5,8313 KICI 0,72 0,46 0,37 0,36 0,5214 KLBF 5,97 9,30 5,66 6,01 5,9715 LMPI 0,55 0,44 0,20 0,34 0,4116 MBTO 0,72 0,47 0,34 0,45 0,3517 MERK 0,04 6,97 6,41 7,44 6,2418 MLBI 0,26 48,67 22,54 47,54 27,0619 MYOR 0,24 4,74 5,25 6,38 6,7120 PYFA 0,08 0,77 0,59 1,03 0,90
21 RMBA 4,68 -17,41 -1,17 1,79 1,60
22 ROTI 6,56 7,76 5,39 5,97 5,3923 SKBM 0,17 3,08 2,57 1,65 1,2324 TCID 2,02 2,80 1,93 1,44 1,9425 TSPC 3,79 3,15 1,82 1,94 1,6626 ULTJ 6,45 4,91 4,07 3,95 3,5927 UNVR 46,63 45,03 54,48 46,67 82,4428 WIIM 1,80 1,60 0,96 0,62 0,53
MINIMUM 0,04-
17,41 -1,17 0,34 0,35MAKSIMUM 46,63 48,67 54,48 47,54 82,44RATA-RATA 5,39 8,17 7,38 8,12 9,40
Sumber: Data Penelitian 2019
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat besarnya nilai perusahaan sub
sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian periode 2013-
2017.
Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan
sebesar 5,39 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 46,63 dimiliki
oleh UNVR dan nilai terendah sebesar 0,04 oleh MERK. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-
113
rata diantaranya BTEK, HMSP, IIKP, KLBF, ROTI dan ULTJ.
Sedangkan nilai perusahaan dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES,
AISA, BUDI, CEKA, DLTA,ICBP, INAF, INDF, KAEF, KICI,
LMPI, MBTO, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA, SKBM, TCID, TSPC
dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 7 perusahaan
yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar
rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan
mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk
pemegang saham. Sedangkan 21 perusahaan lainnya memiliki nilai
perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham
dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai
buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.
Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan
sebesar 8,17 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 48,67 dimiliki
oleh MLBI dan nilai terendah sebesar -17,41 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-
rata diantaranya BTEK, DLTA, HMSP, IIKP, KLBF dan UNVR.
Sedangkan nilai perusahaan dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES,
AISA, BUDI, CEKA, ICBP, INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI,
MBTO, MERK, MYOR, PYFA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ
dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 7 perusahaan
yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar
114
rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan
mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk
pemegang saham. Sedangkan 21 perusahaan lainnya memiliki nilai
perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham
dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai
buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.
Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan
sebesar 7,38 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 54,48 dimiliki
oleh UNVR dan nilai terendah sebesar -1,17 oleh RMBA. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-
rata diantaranya BTEK, IIKP dan MLBI. Sedangkan nilai perusahaan
dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BUDI, CEKA, DLTA,
ICBP, INAF, INDF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO, MERK,
MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ dan
WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 4 perusahaan
yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar
rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan
mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk
pemegang saham. Sedangkan 24 perusahaan lainnya memiliki nilai
perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham
115
dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai
buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.
Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan
sebesar 8,12 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 47,54 dimiliki
oleh MLBI dan nilai terendah sebesar 0,34 oleh BUDI. Disamping itu,
beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-rata
diantaranya HMSP, IIKP, INAF dan UNVR. Sedangkan nilai
perusahaan dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,
CEKA,DLTA, ICBP, INDF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO,
MERK, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ
dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 5 perusahaan
yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar
rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan
mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk
pemegang saham. Sedangkan 23 perusahaan lainnya memiliki nilai
perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham
dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai
buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.
Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan
sebesar 9,40 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 82,44 dimiliki
oleh UNVR dan nilai terendah sebesar 0,35 oleh MBTO. Disamping
itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-
116
rata diantaranya HMSP, IIKP, INAF dan MLBI. Sedangkan nilai
perusahaan dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,
BUDI, CEKA, DLTA, ICBP, INDF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI,
MERK, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ
dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 5 perusahaan
yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar
rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan
mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk
pemegang saham. Sedangkan 23 perusahaan lainnya memiliki nilai
perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham
dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai
buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.
C. Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik pada penelitian ini dilakukan untuk memberikan
kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan
dalam estimasi, tidak bias dan konsisten.
1. Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Suatu model regresi yang baik adalah yang
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
117
Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa residual data yang diperoleh dari
variabel tabel berdistribusi normal. Engan demikian, residual data
berdistribusi normal dna model regresi memenuhi asumsi normalitas
Tabel 4. 9 Output One-Sample K-S
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 114
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std.
Deviation,38329298
Most Extreme
Differences
Absolute ,082
Positive ,082
Negative -,059
Test Statistic ,082
Asymp. Sig. (2-tailed) ,057c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Hasil output dari analisis statistik uji normalitas dengan One-Sample
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data pada model regresi
terdistribusi normal. Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan nilai signifikansi
variabel independen nilai perusahaan sebesar 0,057 yang berarti nilai ini
lebih besar dari 0,05 (sig. > 0,05). Dengan demikian model regresi layak
untuk digunakan karena memenuhi asumsi normalitas.
118
Gambar 4. 1 P-Plot
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Untuk melihat pola distribusi uji normalitas dapat dilihat pada gambar
4.1 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual disimpulkan
bahwa pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal. Grafik ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi
asumsi normalitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi pada
penelitian ini memenuhi syarat untuk menjadi model regresi yang baik
karena merupakan model regresi yang memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal.
2. Multikolonieritas
119
Tujuan digunakannya uji ini adalah untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terdapat
atau terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah multikolinieritas
(multikol). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kerelasi di
antara variabel independen.
Tabel 4. 10
Output MultikolinearitasCoefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
LN_DAR ,670 1,491
Kepemilikan Institusional ,919 1,088
Kepemilikan Publik ,796 1,256
Komite Audit ,845 1,184
Direksi ,717 1,395
Komisaris Independen ,853 1,173
ROA ,690 1,449
SIZE ,745 1,343
a. Dependent Variable: LN_YSumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk
variabel kepemilikan institusi sebesar 0,919, kepemilikan publik sebesar
0,769, komite audit sebesar 0,919, direksi sebesar 0,717, komisaris
independen sebesar 0,853, LN_DAR (leverage) sebesar 0,570, size sebesar
0,745 dan ROA (profitabilitas) sebesar 0,690. Nilai tolerance dari masing-
masing variabel ini lebih besar dari 0,1. Kemudian nilai VIF untuk
variabel kepemilikan institusi sebesar 1,088, kepemilikan publik sebesar
1,256, komite audit sebesar 1,184, direksi sebesar 1,395, komisaris
120
independen sebesar 1,174, LN_DAR (leverage) sebesar 1,491 dan ROA
(profitabilitas) sebesar 1,452. Nilai VIF dari masing-masing variabel ini
kurang dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian
ini memenuhi syarat untuk menjadi model regresi yang baik karena tidak
terjadi korelasi antar variabel independen.
3. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.
Tabel 4. 11 Output Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,704a ,496 ,457 ,39763 2,207
a. Predictors: (Constant), SIZE, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, LN_DAR,
Komisaris Independen, Kepemilikan Publik, Direksi, ROA
b. Dependent Variable: LN_Y Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.11 Nilai Durbin-Watson sebesar 2,207, nilai ini
dibandingkan dengan nilai tabel dengan signifikansi 5%, jumlah sampel
126 dan jumlah variabel independen 8, sehingga didapat nilai tabel
Durbin-Watson sebesar dl=1.59383 dan du=1.82768. Oleh karena nilai
Durbin-Watson 2, 207lebih besar dari batas atas (du) 1.59383 dan kurang
dari 8-1.59383 ( 8 - du ) sehingga Ho dalam tabel keputusan diterima.
121
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara variabel tidk terjadi
autokorelasi positif atau negatif atau tidak terdapat autokorelasi.
4. Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
atau terdapat ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain.
Tabel 4. 12
Output Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) ,237 ,227 1,044 ,299
LN_DAR ,105 ,061 ,195 1,713 ,090
Kepemilikan Institusional -,034 ,029 -,113 -1,163 ,247
Kepemilikan Publik -,014 ,151 -,010 -,093 ,926
Komite Audit ,073 ,064 ,117 1,151 ,253
Direksi -,011 ,009 -,138 -1,254 ,213
Komisaris Independen ,071 ,230 ,031 ,311 ,757
ROA -,019 ,308 -,007 -,060 ,952
SIZE 1,007E-9 ,000 ,079 ,730 ,467
a. Dependent Variable: ABS_YSumber: Data Olah SPSS 22.0
Penilaian pada Uji Glejser dapat dilihat berdasarkan nilai P value yaitu
pada kolom Sig., apabila nilai Sig. > 0,05 maka tidak ada gejala
Heteroskedastistias. Berdasarkan tabel 4.12 diatas nilai sig. yang didapat
adalah sebagai berikut, kepemilikan institusi memiliki nilai 0, 247,
kepemilikan publik memiliki nilai 0, 926, komite audit memiliki nilai 0,
122
253, direksi memiliki nilai 0, 213, komisaris independen memiliki nilai 0,
757, leverage memiliki nilai 0, 090, profitabilitas memiliki nilai 0, 952.
Nilai sig. yang didapat pad setiap variabel lebih dari 0,05 atau Sig. 0,299,
0,090, 0,247, 0,926, 0,253, 0,213, 0,757, 0,952, 0,467> 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data pada model regresi adalah
homokedastisitas atau tidak mengalami heteroskedastisitas.
Gambar 4. 2
Output Scatterplot
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Dari grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Jadi
dapat disimpulkan bahwa model pada penelitian ini memenuhi syarat
untuk menjadi model yang baik karena merupakan model yang
homoskedastisitas atau varians dari nilai residual pengamatan satu ke
123
pengamatan yang lain tetap. Sehingga model regresi ini layak untuk
digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan dengan variabel yang
mempengaruhinya yaitu kepemilikan institusi, kepemilikan publik, komite
audit, direksi, komisaris independen, leverage dan profitabilitas.
D. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Hasil Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya
sumbangan variabel dependen yang diteliti terhadap variabel independen.
Jika R Square semakin besar (mendekati satu), maka sumbangan variabel
dependen terhadap variabel independen semakin besar. Sebaliknya
apabila R Square semakin kecil (mendekati nol), maka besarnya
sumbangan variabel dependen terhadap variabel independen semakin
kecil. Jadi besarnya R Square berada diantara 0 - 1 atau 0 < R Square < 1.
Tabel 4. 13
Koefisien Determinasi Regresi Model I
Model R R Square1 ,704a ,496
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan pada Tabel 4.13, nilai koefisien determinasi (R
Square) model regresi I adalah sebesar 0, 496 atau 50%. Hal ini berarti
variasi variabel GCG (komisaris independen, komite audit, kepemilikan
institusi, kepemilikan publik dan direksi), leverage dan profitabilitas
mampu menjelaskan sebesar 50% variasi variabel nilai perusahaan dan
124
50% (100% - 50%= 50%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar
model regresi.
Tabel 4. 14
Koefisien Determinasi Regresi Model II
Model R R Square1 ,755a ,570
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan pada tabel 4.14, nilai koefisien determinasi (Adjusted
R2) model regresi II adalah sebesar 0, 570 atau 57%. Hal ini berarti
variasi variabel GCG (komisaris independen, komi te audit, kepemilikan
institusi, kepemilikan publik dan direksi), leverage, profitabilitas dan
perkalian antara variabel komisaris independen dengan profitabilitas,
komite audit dengan profitabilitas, kepemilikan institusi dengan
profitabilitas, kepemilikan publik dengan profitabilitas, direksi dengan
profitabilitas dan leverage dengan profitabilitas mampu menjelaskan
sebesar 57% variasi variabel nilai perusahaan dan 43% (100% - 57%=
43%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model regresi.
2. Hasil Uji F
Uji F digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh
variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
dependen. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F
125
pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan signifikansi level
0,05 (α=5%). Jika nilai siginifikansi lebih besar dari α maka koefisien
ditolak dan jika lebih kecil dari α maka hipotesis diterima. Jika F hitung
> F tabel, maka H0 ditolak, artinya variabel independen secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4. 15 Uji F Regresi Model I
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 16,328 8 2,041 12,909 ,000b
Residual 16,601 105 ,158
Total 32,929 113 Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Pada tabel 4.15 dapat dilihat hasil uji ANOVA atau uji F pada
regresi I menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini
dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 12,909 lebih besar dari F tabel
sebesar 2,02 (F hitung 12,909> F tabel 2,43) dengan signifikansi sebesar
0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05 (0,000 < 0,05). Oleh karena itu
variabel GCG (komisaris independen, komite audit, kepemilikan
institusi, kepemilikan publik, direksi), leverage (DAR) dan profitabilitas
(ROA) dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan.
Tabel 4. 16 Uji F Regresi Model II
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18,766 14 1,340 9,369 ,000b
Residual 14,163 99 ,143
Total 32,929 113
126
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Pada tabel 4.16 dapat dilihat hasil uji ANOVA atau uji F pada
regresi I menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dibuktikan
dari nilai F hitung sebesar 9,369 lebih besar dari F tabel sebesar 2,02 (F
hitung 9,369 > F tabel 2,43) dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil
dari signifikansi 0,05 (0,000 < 0,05). Oleh karena itu variabel GCG
(komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusi, kepemilikan
publik, direksi), leverage (DAR), profitabilitas (ROA) dan perkalian
antara GCG dengan profitabilitas (Interaksi_1, Interaksi_2, Interaksi_3,
Interaksi_4, Interaksi_5) dan perkalian leverage dengan profitabilitas
(Interaksi_6) dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan.
3. Hasil Uji t
Berdasarkan output olah data uji t sebelum moderasi ditunjukkan
pada tabel 4.17 sebagai berikut:
Tabel 4. 17 Hasil Uji t Sebelum Moderasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 1,252 ,391 3,200 ,002
Kepemilikan Institusional -,058 ,050 -,084 -1,159 ,249
Kepemilikan Publik -,522 ,260 -,156 -2,008 ,047
Komite Audit ,057 ,109 ,039 ,523 ,602
Direksi -,014 ,015 -,077 -,947 ,346
Komisaris Independen -,322 ,396 -,061 -,814 ,417
LN_DAR -,050 ,105 -,040 -,476 ,635
127
ROA 4,214 ,531 ,663 7,943 ,000
SIZE ,000000003505 ,000 ,119 1,478 ,142
a. Dependent Variable: LN_YSumber: Data Olah SPSS 22.0
Dari tabel 4.17 diatas dapat dirumuskan persamaan model regresi I
sebagai berikut:
Y= 1,252 + -0,058 X1 + -0,522 X2 + 0,057 X3 + -0,014X4 +-0,561X5 +
-0,322X6 + 4,214X7+ 0,000000003505X8 + ε
Selanjutnya Berdasarkan output olah data uji t sesudah moderasi
ditunjukkan pada tabel 4.18 sebagai berikut:
Tabel 4. 18 Hasil Uji t Setelah Moderasi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B
Std.
Error Beta
1 (Constant) ,677 ,637 1,062 ,291
Kepemilikan Institusional ,107 ,296 ,155 ,361 ,719
Kepemilikan Publik -1,034 ,531 -,309 -1,947 ,054
Komite Audit ,346 ,166 ,239 2,084 ,040
Direksi -,022 ,026 -,121 -,864 ,390
Komisaris Independen -,909 ,431 -,172 -2,108 ,038
LN_DAR -,003 ,137 -,002 -,019 ,985
ROA 21,947 8,214 3,451 2,672 ,009
SIZE ,000000002323 ,000 ,079 ,996 ,322
Interaksi_1 -2,000 3,725 -,353 -,537 ,593
Interaksi_2 7,588 5,548 ,304 1,368 ,175
Interaksi_3 -6,974 2,430 -3,375 -2,870 ,005
Interaksi_4 ,361 ,268 ,422 1,345 ,182
Interaksi_5 3,921 5,397 ,269 ,726 ,469
Interaksi_6 -,115 ,972 -,026 -,118 ,906
128
a. Dependent Variable: LN_Y Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Dari tabel 4.18 dapat dirumuskan persamaan model regresi II
sebagai berikut:
Y= 0,677 + 0,107X1 + -1,034X2 + 0,346X3 + -0,022X4 + -0,909X5 + -
0,003X6 + 21,947X7 + 0,00000002323X8 + -2,000X9 + 7,588X10 + -
6,974X11 + 0,361X12 + 3,921X13+ -0,115 X14 + ε
Tabel 4. 19 Uji t Variabel GCG terhadap Nilai Perusahaan
Model
Unstandardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error
Komite Audit ,346 ,166 2,084 ,040
Komisaris Independen -,909 ,431 -2,108 ,038Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.19 hasil uji t variabel good corporate
governance terhadap nilai perusahaan menunjukkan terdapat dua variabel
good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit
dan komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Variabel pertama yaitu, variabel komite audit berpengaruh terhadap
nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized coefficients B
sebesar 0,346 yang berarti memiliki arah positif. Nilai t hitung sebesar -
2,084 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0, 040 < 0,05 yang
129
berarti variabel komite audit berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sehingga Ho1 ditolak dan Ha1 diterima.
Variabel kedua adalah variabel komisaris independen berpengaruh
terhadap nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized
coefficients B sebesar -0,909 yang berarti memiliki arah negatif. Nilai t
hitung sebesar -2,108 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar
0,038 < 0,05 yang berarti variabel komisaris independen berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho1 ditolak dan Ha1
diterima. Artinya, good corporate governance berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Tabel 4. 20 Uji t Variabel Leverage terhadap Nilai Perusahaan
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig.B Std. Error
LN_DAR -,003 ,137 -,019 ,985Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.20 hasil uji t variabel leverage terhadap nilai
perusahaan menunjukkan bahwa variabel independen leverage yang
direpresentasikan dengan DAR berpengaruh terhadap nilai perusahaan
secara parsial, di mana unstandardized coefficients B sebesar -0,003 yang
berarti memiliki arah negatif. Nilai t hitung sebesar -0,019 > t tabel 1,98
dengan nilai signifikansi sebesar 0,985 > 0,05 yang berarti leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho2 ditolak
dan Ha2 diterima. Artinya, leverage tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
130
Tabel 4. 21Uji t Variabel Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig.B Std. Error
ROA 21,947 8,214 2,672 ,009
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.21 hasil uji t variabel profitabilitas terhadap nilai
perusahaan menunjukkan bahwa variabel independen profitabilitas yang
direpresentasikan dengan ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan
secara parsial, di mana unstandardized coefficients B sebesar 21,947
yang berarti memiliki arah positif. Nilai t hitung sebesar 2,672 > t tabel
1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 < 0,05 yang berarti
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga
Ho3 ditolak dan Ha3 diterima. Artinya, profitabilitas berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Tabel 4. 22 Uji t Moderasi GCG dengan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig.B Std. Error
Interaksi_3 -6,974 2,430 -2,870 ,005
Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.22 hasil uji t diatas, terdapat satu variabel
moderasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan,
yaitu Interaksi_3 yang merupakan perkalian antara komite audit dengan
profitabilitas. Komite audit yang dimoderasi dengan profitabilitas
berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara parsial, di mana
unstandardized coefficients B sebesar -6,974 yang berarti memiliki arah
131
negatif. Nilai t hitung sebesar -2,870 > t tabel 1,98 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,005 < 0,05 yang berarti variabel Interaksi_3
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho4 ditolak
dan Ha4 diterima. Artinya, profitabilitas memperkuat hubungan good
corporate governance terhadap nilai perusahaan.
Tabel 4. 23 UJI t Moderasi Leverage, Nilai Perusahaan, X6_Z
Model
Unstandardized Coefficients
t Sig.B Std. Error
Interaksi_6 -,115 ,972 -,118 ,906Sumber: Data Olah SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.23 hasil uji t diatas, variabel Interaksi_6 yaitu
perkalian antara leverage dengan profitabilitas, berpengaruh terhadap
nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized coefficients B
sebesar -0,115 yang berarti memiliki arah negatif. Nilai t hitung sebesar
-0,118 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,906 > 0,05 yang
berarti variabel Interaksi_6 tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sehingga Ho5 diterima dan Ha5 ditolak. Artinya,
profitabilitas memperlemah hubungan leverage terhadap nilai
perusahaan.
Tabel 4. 24 Perhitungan Regresi
Hipotesis
R Squar
e
F Hitung Sig. t
Hitung Sig. Keputusan
HaI0,50 12,909 0,00
0 2,084 0,040Diterima
0,50 12,909 0,000 -2,108 0,038
Ha2 0,50 12,909 0,00 -0,019 0,98 Ditolak
132
0 5
Ha3 0,50 12,909 0,000 2,672
0,009
Diterima
Ha4 0,57 9,369 0,000 -2,870 0,005 Diterima
Ha5 0,57 9,369 0,000 -,118
0,906
Ditolak
Sumber: Ringkasan Hasil Output SPSS 22.00
E. Pembahasan
1. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari lima variabel yang
digunakan untuk mempresentasikan variabel good corporate governance
yaitu komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusi,
kepemilikan publik, direksi yang dimasukkan dalam model regresi, ada
dua variabel moderasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel independen
good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit
dan komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan baik secara simultan, Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung
sebesar 15,370 lebih besar dari F tabel sebesar 12,909 dengan
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05.
Variabel pertama yaitu, variabel komite audit berpengaruh terhadap
nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized coefficients B
sebesar 0,346 yang berarti memiliki arah positif. Nilai t hitung sebesar -
133
2,084 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0, 040 < 0,05 yang
berarti variabel komite audit berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sehingga Ho1 ditolak dan Ha1 diterima.
Variabel kedua adalah variabel komisaris independen berpengaruh
terhadap nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized
coefficients B sebesar -0,909 yang berarti memiliki arah negatif. Nilai t
hitung sebesar -2,108 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar
0,038 < 0,05 yang berarti variabel komisaris independen berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho1 ditolak dan Ha1
diterima. Artinya, good corporate governance berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.Ningtiyas (2014: 4) menjelaskan, bahwa komite audit
dibentuk oleh perusahaan dengan tujuan untuk membantu dewan
komisaris dalam pelaksanaan fungsi pengawasan atas hal-hal yang terkait
dengan informasi keuangan, pengendalian internal, pengelolaan risiko
serta kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
Hasil ini didukung oleh penelitian Ferial (2016) Hasil penelitian
menunjukan bahwa indikator komite audit dan indikator dewan komisaris
independen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Arah yang
positif menunjukkan bahwa perusahaan telah mengoptimalkan peran
komite audit sebagai pengawas kinerja manajemen dalam mengelola
perusahaan bersama dewan komisaris. Berbeda dengan penelitian
Ningtyas (2014) bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan dengan indikator PBV.
134
2. Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan
Hasil pengujian variabel independen leverage yang
direpresentasikan dengan DAR berpengaruh secara signifikan terhadap
nilai perusahaan baik secara simultan, hal ini dibuktikan dari nilai F
hitung sebesar 12,909 lebih besar dari F tabel sebesar 2,02 dengan
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05.
Nilai t hitung sebesar -0,019 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi
sebesar 0,985 > 0,05 yang berarti leverage tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho2 ditolak dan Ha2 diterima.
Artinya, leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Sartono (2008: 257) menjelaskan, leverage merupakan suatu tingkat
kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang
mempunyai beban tetap (hutang dan atau saham istimewa) dalam rangka
mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik
perusahaan dalam. Walaupun hasil penelitian menunjukkan arah yang
negatif namun hubungan leverage terhadap nilai perusahaan signifikan.
Artinya banyaknya hutang yang dimiliki oleh perusahaan akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Sehingga hasil yang signifikan
menandakan bahwa kebijakan hutang yang telah ditetapkan perusahaan
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dipaparkan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdapat di sektor
goods consumer mampu mengelola hutang dengan baik. Hubungannya
135
dengan memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan. Hasil ini
didukung oleh penelitian Tah dan Susilo (2017) bahwa leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadp nilai perusahaandan memiliki arah yang
negative. Dan bertentangan dengan penelitian Rahmadani dan Rahayu
(2017) yaitu variabel leverage berpengaruh negatif terhadap variabel
nilai perusahaan secara signifikan. Dalam penelitiannya Rahmadani dan
Rahayu menjelaskan, hasil pengujian yang bernilai negatif menandakan
terjadi hubungan yang terbalik antara leverage dan nilai perusahaan.
Semakin rendah leverage suatu perusahaan maka nilai perusahaan akan
semakin tinggi. Hubungan yang negatif juga dapat dikarenakan banyak
perusahaan sampel yang modalnya menggunakan utang lebih besar dari
pada modal sendiri.
3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Hasil pengujian variabel independen profitabilitas berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai perusahaan baik secara simultan dan
secara parsial. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 12,909 lebih
besar dari F tabel sebesar 2,02 dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih
kecil dari signifikansi 0,05.
Nilai t berdasarkan unstandardized coefficients B sebesar 6,359
mempunyai arti bahwa setiap profitabilitas naik sebesar 1% akan
menyebabkan nilai perusahaan naik sebesar 6,36%. Nilai t hitung sebesar
2,672 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 < 0,05 yang
berarti profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
136
Sehingga Ho3 ditolak dan Ha3 diterima. Artinya, profitabilitas
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan arah yang positif dan signifikan
sehingga menandakan satu arah. Artinya ketika profitabilitas mengalami
kenaikan maka otomatis nilai perusahaan juga mengalami kenaikan dan
sebaliknya, jika profitabilitas menurun maka nilai perusahaan juga ikut
menurun. Sehingga suatu perusahaan harus berada dalam kondisi yang
menguntungkan (profitable), sebab tanpa keuntungan (profit), maka akan
sulit bagi perusahaan menarik minat investor untuk menginvestasikan
dananya dalam saham perusahaan. Oleh karenanya, upaya peningkatan
profitabilitas penting artinya bagi kelangsungan dan masa depan
perusahaan.
Hasil penelitian didukung oleh penelitian Denziana (2016)
menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. Dan penelitian Sabrin, et, al (2016) yang
menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki hubungan terhadap nilai
perusahaan karena nilainya positif pada pencapaian laba untuk
membenarkan pembayaran dividen, sehingga harga saham akan
meningkat karena perusahaan menunjukkan sinyal positif untuk
membayar dividen.
4. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai perusahaan
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Pemoderasi
137
Hasil pengujian variabel independen dari lima variabel GCG yang
dimasukkan dalam model regresi, hanya satu variabel moderasi yang
berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. hasil uji t diatas,
terdapat satu variabel moderasi yang berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan, yaitu Interaksi_3 yang merupakan perkalian
antara komite audit dengan profitabilitas. Komite audit yang dimoderasi
dengan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan secara simultan. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung sebesar
9,369 lebih besar dari F tabel sebesar 2,02 (F hitung 9,369 > F tabel
2,43) dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05
(0,000 < 0,05).
Nilai unstandardized coefficients B sebesar -6,974 yang berarti
memiliki arah negatif, mempunyai arti bahwa setiap pertambahan sebesar
1 porsi komite audit yang dimoderasi oleh profitabilitas pada perusahaan
akan menyebabkan nilai perusahaan turun sebesar 16%, sebaliknya
pengurangan sebesar 1 porsi komite audit pada perusahaan akan
menyebabkan nilai perusahaan naik sebesar 16%. Dan nilai t hitung
sebesar -2,870 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,005 <
0,05 yang berarti variabel Interaksi_3 berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan secara parsial, di mana Sehingga variabel Interaksi_3
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho4 ditolak
dan Ha4 diterima. Artinya, profitabilitas memperkuat hubungan good
corporate governance terhadap nilai perusahaan.
138
Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan
akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku
manajemen agar tidak menghamburkan sumber dana perusahaan, baik
dalam bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam bentuk shirking.
Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan
meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan
demikian, penerapan good corporate governance dipercaya dapat
meningkatkan nilai perusahaan dan juga laba yang akan di dapatkan para
pemegang saham.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit dan direksi
memiliki hubungan terhadap nilai perusahaan karena nilainya positif.
Artinya semakin banyak jumlah komite audit dan jumlah direksi yang
berada disuatu perusahaan maka pengawasan manajemen pada
perusahaan tersebut tinggi dan dapat mempengaruhi atau meningkatkan
nilai perusahaan dengan adanya profitabilitas. Sesuai dengan hasil
penelitian Permatasari (2016) bahwa profitabilitas mampu memoderasi
pengaruh GCG pada nilai perusahaan. Keberadaan profitabilitas akan
memperkuat pengaruh positif antara GCG dan nilai perusahaan.
5. Pengaruh Leverage terhadap nilai perusahaan dengan Profitabilitas
sebagai variabel pemoderasi
Hasil pengujian variabel independen perkalian antara leverage dan
profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
139
perusahaan secara parsial namun berpengaruh secara simultan. Hal ini
dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 9,369 lebih besar dari F tabel
sebesar 2,02 (F hitung 9,369 > F tabel 2,43) dengan signifikansi sebesar
0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05 (0,000 < 0,05).
Nilai unstandardized coefficients B sebesar -0,115 mempunyai arti
bahwa setiap leverage naik sebesar 1% akan menyebabkan nilai
perusahaan turun sebesar 13%. Dan nilai t hitung sebesar -0,118 > t
tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,906 > 0,05 yang berarti
variabel Interaksi_6 tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sehingga Ho1 diterima dan Ha5 ditolak. Artinya,
profitabilitas memperlemah hubungan leverage terhadap nilai
perusahaan.
Leverage digunakan utuk menjelaskan penggunaan hutang unuk
membiayai sebagian dari pada aktiva korporasi. Pembiayaan hutang
mempunyai pengaruh bagi korporasi karena hutang mempunyai beban
yang bersifat tetap. Perusahaan yang profitnya tinggi akan lebih
menggunakan dana internal, karena sumber dana internalnya melimpah.
Sehingga ketika leverage atau penggunaan hutang tinggi profitabilitas
tidak mampu memperkuat hubungan terhadap nilai perusahaan akibat
penggunaan hutang yang tinggi sehingga hhubungan yang terjadi dengan
nilai perusahaan yaitu melemah. Maka hal ini membuktikan bahwa
adanya tambahan variabel profitabilitas atau kemampuan perusahaan
memperoleh laba tidak mempengaruhi leverage dalam meningkatkan
140
Nilai Perusahaan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian I Gusti Bagus
Angga Pratama dan I Gusti Bagus Wiksuana (2016) bahwa Profitabilitas
tidak mampu memediasi pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan.
141
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil intrepetasi dan pembahasan pada bab sebelumnya
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit
dan komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Arah yang positif menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang
terdapat dalam sektor consumer goods selama 5 tahun telah
mengoptimalkan peran komite audit dan komisaris independen sebagai
pengawas kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan.
2. Leverage yang direpresentasikan dengan DAR tidak berpengaruh dan
memiliki arah negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian yang
bernilai negatif menandakan terjadi hubungan yang terbalik antara
leverage dan nilai perusahaan. Semakin rendah leverage suatu
perusahaan maka nilai perusahaan akan semakin tinggi. Hubungan yang
negatif juga dapat dikarenakan banyak perusahaan sampel yang
modalnya menggunakan utang lebih besar dari pada modal sendiri.
3. Profitabilitas yang direpresentasikan dengan ROA berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan arah yang
positif dan signifikan sehingga menandakan satu arah. Artinya, ketika
profitabilitas mengalami kenaikan maka otomatis nilai perusahaan juga
140
mengalami kenaikan dan sebaliknya, jika profitabilitas menurun maka
nilai perusahaan juga ikut menurun.
4. Good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit
dan dimoderasi dengan profitabilitas membuktikan bahwa profitabilitas
mampu memoderasi GCG dan berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit memiliki
hubungan terhadap nilai perusahaan karena nilainya positif. Artinya
semakin banyak jumlah komite audit dan jumlah direksi yang berada
disuatu perusahaan maka pengawasan manajemen pada perusahaan
tersebut tinggi dan dapat mempengaruhi atau meningkatkan nilai
perusahaan dengan adanya profitabilitas.
5. Leverage yang direpresentasikan dengan DAR dan dimoderasi dengan
profitabilitas membuktikan bahwa profitabilitas tidak mampu
memoderasi leverage dan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Hasil pengujian yang bernilai negatif menandakan terjadi hubungan yang
terbalik antara leverage dan nilai perusahaan yang dimoderasi oleh
profitabilitas. Sehingga ketika leverage atau penggunaan hutang tinggi
profitabilitas tidak mampu memperkuat hubungan terhadap nilai
perusahaan akibat penggunaan hutang yang tinggi sehingga hhubungan
yang terjadi dengan nilai perusahaan yaitu melemah. Maka hal ini
membuktikan bahwa adanya tambahan variabel profitabilitas atau
kemampuan perusahaan memperoleh laba tidak mempengaruhi leverage
dalam meningkatkan Nilai Perusahaan.
141
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian diatas, saran
unutk penelitian selanjutnya yaitu:
1. Bagi investor, sebaiknya memperhatikan porsi komite audit dan porsi
direksi pada suatu perusahaan yang hendak diberikan investasi sebagai
salah satu bentuk pengawasan tidak langsung pada perusahaan yang
dituju.
2. Bagi penelitian selanjutnya:
a. Disarankan untuk memperluas sampel penelitian dan menggunakan jenis
perusahaan yang berbeda sebagai pembanding.
b. Penggunaan variabel lain yang memungkinkan bisa menjadi faktor yang
berpengaruh terhadap nilai perusahaan seperti kebijakan dividen dan
variabel lain yang dapat mempresentasikan Good Corporate
Governance.
c. Menambah variabel independen atau variabel moderasi guna mengetahui
variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau
memperlemah variabel dependen.
142
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. “Peran akuntan dalam menegakkan prinsip good corporate governance pada perusahaan di indonesia (tinjauan perspektif teori keagenan)”, disampaikan pada sidang senat guru besar Universitas Diponegoro dalam rangka pengusulan jabatan guru besar, FE Undip, Semarang, 2005.
Brealey, Myres Dan Marcus. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan”, Alih Bahasa Oleh Bob Sabran MM, Jakarta: PT Gelora, 2008.
Brigham, E.F. dan Houston Joel. “Manajemen Keuangan”, Jakarta: Erlangga, 2001.
Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan“, Edisi 10 buku 1, Jakarta: Salemba Empat penerjemah Ali Akbar Yulianto, 2009.
Brigham, Eugene F dan Weston J. Fred. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan“, jilid 1, Jakarta: Erlangga alih Bahasa alfonsus Sirait, S.E., M.Bus, 1990.
Dimisyqiyani, Erindah, Suhadak dan Kertahadi. “The Effect Of Financial Leverage On Firm Value And Market Risk (Research On Consumer Goods Industries Listed In Indonesian Stock Exchange In The Year Of 2010-2012)”, Profit (Jurnal Administrasi Bisnis) Vol 9, No 1, 2015.
Denziana, Angrita dan Winda Monica. “Analisis Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tergolong LQ45 di BEI Periode 20112014)”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7, No. 2, September 2016.
Fahmi, Irham. “Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab”, Bandung: Alfabeta, 2013.
Fakhruddin dan Sopian Hadianto. “Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal”, Buku satu, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001.
Farooq, Muhammad Azhar and Ahsan Masood. “Impact of Financial Leverage on Value of Firms: Evidence from Cement Sector of Pakistan”, Research Journal of Finance and Accounting, Vol.7, No.9, 2016
Ferial, Fery, Suhadak dan Handayani, Siti Ragil. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dan Efeknya Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 33, No. 1 April 2016
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011.
143
Harmono. “Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis”, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009
Harahap, Sofyan Syafri. “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010.
Herawaty, Vinola. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, November 2008.
Iba, Zainuddin dan Bariah, Chairul. “Mengenal Prinsip Dan Penerapan Corporate Governance Dalam Mendukung Pengungkapan Informasi”, Vol. 2, No. 3, Jurnal Kebangsaan, 2013.
Jensen, M. and Meckling, W. “Theory of the firm: managerial behavior, agency costs and ownership structure”, Journal of Financial Economics, Vol. 3, P. 305-60, 1976.
Kaihatu, Thomas S. “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.8, No. 1, Maret 2006.
KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance). “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”, 2006.
Kodrat, David Sukardi dan Herdinata, Christian. “Manajemen Keuangan Based On Empirical Research”, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Ningtiyas, Kilat. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan (Studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di Islamic Jakarta Indexs)”, Jurnal Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya, Vol 17, 2014.
Monoarfa, Rio. "The Role of Profitability in Mediating the Effect of Dividend Policy and Company Size on Company Value", Vol. 4, No. 2, Redfame Publishing, Gorontalo, 2018.
Martalena dan Maya Malinda. “Pengantar Pasar Modal”, Jogjakarta: ANDI, 2011.
Puspitaningtyas, Zarah. “Efek Moderasi Kebijakan Dividen Dalam Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur”, Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 5, No. 2, December 2017.
Permatasari, Luh Wulan dan Gayatri. “Profitabilitas Sebagai Pemoderasi Pengaruh Good Corporate Governance Pada Nilai Perusahaan”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2016.
Pratama, I Gusti Bagus Angga dan Wiksuana, I Gusti Bagus. “Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Lhanaeverage Terhadap Nilai Perusahaan Dengan
144
Profitabilitas Sebagai Variabel Mediasi”, E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 2, 2016.
Rachman, Arif Noer, Rahayu, Sri Mangesti dan Topowijono. “Pengaruh Good Corporate Governance Dan Financial Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Dan Nilai Perusahaan”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 27, No. 1, Oktober 2015.
Rahmadani, Fitra Dwi dan Rahayu, Sri Mangesti. “Pengaruh Good Corporate Governance (GCG), Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 52, No. 1, November 2017.
Sabrin, Sarita, Buyung, S. Takdir, Dedy dan Sujono.“The Effect of Profitability on Firm Value in Manufacturing Company at Indonesia Stock Exchange”, The International Journal Of Engineering And Science (IJES), Vol. 5, 2016
Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi Empat, Yogyakarta: BPFE, 2008.
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, Bandung: Alfabeta, 2012.
Sudana, I Made. “Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan praktik”, Jakarta: Erlangga, 2011.
Sukandarrumidi. “Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula”, Cetakan Keempat, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.
Supranto dan Nandan Limakrisna. “Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah Untuk Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi”, Jilid 1, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.
Tahu, Gregorius Paulus dan Susilo, Dominicius Djoko Budi, "Effect of Liquidity, Leverage and profitability to The Firm Value (Dividend Policy as Moderating Variable) in Manufacturing Company of Indonesia Stock Exchange", Research Journal of Finance and Accounting, Mahasaraswati University, Denpasar, Vol.8, No.18, 2017.
Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta. “Pedoman Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Tampubolon, Manahan P. “Manajemen Keuangan (Finance Management)”, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.
145
Walsh, Ciaran. “Key Management Ratios: rasio-rasio Manajemen Penting Penggerak dan Pengendali Bisnis”, Jakarta: Erlangga, 2003.
Weston, J. F dan T. E. Copeland. “Manajemen Keuangan”, edisi 9, Alih Bahasa Oleh Robinson Tarigan, Jakarta: Erlangga, 2001.
www.id.tradingeconomics.com
www.indonesia-investments.com
146
LAMPIRAN
Lampiran 1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepemilikan Institusional 114 ,05 8,65 ,7408 ,78264
Kepemilikan Publik 114 ,01 ,67 ,2460 ,16127
Komite Audit 114 2 4 3,05 ,373
Direksi 114 2 16 5,77 2,939
Komisaris Independen 114 ,20 1,00 ,3925 ,10239
ROA 114 -,15 ,39 ,0780 ,08488
LN_DAR 114 -1,90 -,11 -,9730 ,43393
LN_Y 114 -,19 2,84 1,4560 ,53982
SIZE 114 96746 91831526 9096437,62 18275562,182
Valid N (listwise) 114
Lampiran 2 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 114
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,38329298
Most Extreme Differences Absolute ,082
Positive ,082
Negative -,059
Test Statistic ,082
Asymp. Sig. (2-tailed) ,057c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
147
Lampiran 3 Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1,252 ,391 3,200 ,002
LN_DAR -,050 ,105 -,040 -,476 ,635 ,670 1,491
Kepemilikan
Institusional-,058 ,050 -,084
-
1,159,249 ,919 1,088
Kepemilikan
Publik-,522 ,260 -,156
-
2,008,047 ,796 1,256
Komite Audit ,057 ,109 ,039 ,523 ,602 ,845 1,184
Direksi -,014 ,015 -,077 -,947 ,346 ,717 1,395
Komisaris
Independen-,322 ,396 -,061 -,814 ,417 ,853 1,173
ROA 4,214 ,531 ,663 7,943 ,000 ,690 1,449
SIZE 3,505E-9 ,000 ,119 1,478 ,142 ,745 1,343
a. Dependent Variable: LN_Y
Lampiran 4 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,704a ,496 ,457 ,39763 2,207
a. Predictors: (Constant), PROFITABILITAS, KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE
AUDIT, SIZE, KEPEMILIKAN institusi, LEVERAGE, DIREKSI, KEPEMILIKAN PUBLIK
b. Dependent Variable: LN_Y
148
Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 3,073 2,214 1,388 ,168
KEPEMILIKAN institusi -,744 1,052 -,081 -,707 ,481
KEPEMILIKAN PUBLIK -1,645 1,391 -,137 -1,183 ,239
KOMITE AUDIT -,829 ,606 -,129 -1,367 ,174
DIREKSI -,053 ,090 -,064 -,590 ,556
KOMISARIS INDEPENDEN -,329 2,155 -,015 -,153 ,879
LEVERAGE -,529 1,232 -,044 -,430 ,668
SIZE -1,450E-8 ,000 -,116 -1,127 ,262
PROFITABILITAS -1,854 2,649 -,075 -,700 ,485
a. Dependent Variable: UI_NILAIPERUSAHAAN
149
Lampiran 6 Model Regresi I
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,704a ,496 ,457 ,39763
a. Predictors: (Constant), SIZE, Komite Audit, Kepemilikan Institusional,
LN_DAR, Komisaris Independen, Kepemilikan Publik, Direksi, ROA
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 16,328 8 2,041 12,909 ,000b
Residual 16,601 105 ,158
Total 32,929 113
a. Dependent Variable: LN_Y
b. Predictors: (Constant), SIZE, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, LN_DAR, Komisaris
Independen, Kepemilikan Publik, Direksi, ROA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,252 ,391 3,200 ,002
Kepemilikan Institusional -,058 ,050 -,084 -1,159 ,249
Kepemilikan Publik -,522 ,260 -,156 -2,008 ,047
Komite Audit ,057 ,109 ,039 ,523 ,602
Direksi -,014 ,015 -,077 -,947 ,346
Komisaris Independen -,322 ,396 -,061 -,814 ,417
LN_DAR -,050 ,105 -,040 -,476 ,635
ROA 4,214 ,531 ,663 7,943 ,000
SIZE 3,505E-9 ,000 ,119 1,478 ,142
a. Dependent Variable: LN_Y
150
Lampiran 7 Model Regresi II (Moderated Regression Analysis (MRA))
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,755a ,570 ,509 ,37824
a. Predictors: (Constant), Interaksi_6, Kepemilikan Publik, Komite Audit,
Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, SIZE, Direksi,
LN_DAR, Interaksi_2, Interaksi_5, Interaksi_4, Interaksi_1, Interaksi_3,
ROA
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 18,766 14 1,340 9,369 ,000b
Residual 14,163 99 ,143
Total 32,929 113
a. Dependent Variable: LN_Y
b. Predictors: (Constant), Interaksi_6, Kepemilikan Publik, Komite Audit, Komisaris Independen,
Kepemilikan Institusional, SIZE, Direksi, LN_DAR, Interaksi_2, Interaksi_5, Interaksi_4,
Interaksi_1, Interaksi_3, ROA
151
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) ,677 ,637 1,062 ,291
Kepemilikan
Institusional,107 ,296 ,155 ,361 ,719
Kepemilikan Publik -1,034 ,531 -,309 -1,947 ,054
Komite Audit ,346 ,166 ,239 2,084 ,040
Direksi -,022 ,026 -,121 -,864 ,390
Komisaris Independen -,909 ,431 -,172 -2,108 ,038
LN_DAR -,003 ,137 -,002 -,019 ,985
ROA 21,947 8,214 3,451 2,672 ,009
SIZE 2,323E-9 ,000 ,079 ,996 ,322
Interaksi_1 -2,000 3,725 -,353 -,537 ,593
Interaksi_2 7,588 5,548 ,304 1,368 ,175
Interaksi_3 -6,974 2,430 -3,375 -2,870 ,005
Interaksi_4 ,361 ,268 ,422 1,345 ,182
Interaksi_5 3,921 5,397 ,269 ,726 ,469
Interaksi_6 -,115 ,972 -,026 -,118 ,906
a. Dependent Variable: LN_Y
152
Lampiran 8 Data Kepemilikan Institusional
NO Nama Perusahaan
Kepemilikan institusional2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,92 0,92 0,92 0,92 0,922 AISA 0,56 0,62 0,62 0,63 0,623 BTEK 0,50 0,37 0,24 0,73 0,734 BUDI 0,53 0,53 0,50 0,53 0,535 CEKA 0,46 0,92 0,92 0,92 0,096 DLTA 0,82 0,85 0,82 0,82 0,827 HMSP 0,98 0,98 0,92 0,92 0,928 ICBP 0,81 0,81 0,81 0,81 0,819 IIKP 0,57 0,55 0,52 0,13 0,1310 INAF 0,81 0,81 0,81 0,87 0,8711 INDF 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5012 KAEF 0,90 0,90 0,08 0,90 0,9013 KICI 0,83 0,83 0,83 0,83 0,8314 KLBF 0,57 0,57 0,57 0,57 0,5715 LMPI 0,83 0,83 0,83 0,83 0,2416 MBTO 0,68 0,68 0,68 0,68 0,6817 MERK 0,94 0,87 0,87 0,87 0,8718 MLBI 0,75 0,84 0,82 0,82 0,8219 MYOR 0,33 0,33 0,33 0,33 0,8420 PYFA 0,54 0,54 0,54 0,54 0,5421 RMBA 0,99 0,99 0,99 0,99 0,9922 ROTI 0,71 0,71 0,07 0,07 0,0723 SKBM 0,81 0,81 0,81 0,80 0,8024 TCID 0,72 0,72 0,72 0,72 0,7225 TSPC 0,77 0,78 0,78 0,78 0,7926 ULTJ 0,47 0,47 0,45 0,37 0,3727 UNVR 0,85 0,85 0,85 0,85 0,8528 WIIM 0,22 0,28 0,22 0,28 0,05
Lampiran 9 Data Kepemilikan Publik
153
1 ADES 0,08 0,08 0,08 0,08 0,082 AISA 0,44 0,38 0,38 0,38 0,383 BTEK 0,46 0,58 0,76 0,27 0,274 BUDI 0,47 0,44 0,47 0,47 0,475 CEKA 0,04 0,07 0,08 0,07 0,076 DLTA 0,18 0,15 0,18 0,18 0,187 HMSP 0,02 0,02 0,08 0,08 0,088 ICBP 0,19 0,19 0,19 0,19 0,199 IIKP 0,43 0,42 0,48 0,87 0,8710 INAF 0,19 0,19 0,19 0,13 0,1311 INDF 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5012 KAEF 0,10 0,10 0,02 0,10 0,1013 KICI 0,17 0,17 0,17 0,17 0,1614 KLBF 0,43 0,43 0,43 0,43 0,4315 LMPI 0,17 0,17 0,17 0,17 0,0816 MBTO 0,32 0,32 0,32 0,32 0,3217 MERK 0,06 0,13 0,13 0,13 0,1318 MLBI 0,17 0,16 0,18 0,18 0,1819 MYOR 0,67 0,67 0,67 0,67 0,1620 PYFA 0,23 0,23 0,23 0,23 0,2321 RMBA 0,01 0,01 0,01 0,01 0,0122 ROTI 0,29 0,29 0,03 0,03 0,0323 SKBM 0,17 0,15 0,15 0,16 0,1624 TCID 0,23 0,23 0,28 0,28 0,2825 TSPC 0,23 0,22 0,22 0,22 0,2126 ULTJ 0,36 0,36 0,38 0,51 0,5127 UNVR 0,15 0,15 0,15 0,15 0,1528 WIIM 0,34 0,29 0,29 0,28 0,33
Lampiran 10 Data Komite Audit
NO
Nama Perusahaan Komite Audit2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 3 3 3 3 3
155
2 AISA 3 4 4 4 43 BTEK 3 3 3 3 34 BUDI 3 3 3 3 35 CEKA 3 3 3 3 36 DLTA 3 3 3 3 37 HMSP 3 3 3 3 38 ICBP 3 3 3 3 39 IIKP 3 3 3 3 310 INAF 3 3 3 3 311 INDF 3 3 3 3 312 KAEF 3 3 4 4 413 KICI 3 3 3 3 314 KLBF 3 3 3 3 315 LMPI 3 3 3 3 316 MBTO 2 2 2 2 217 MERK 3 3 3 3 318 MLBI 3 3 3 3 319 MYOR 3 3 3 3 320 PYFA 3 3 3 3 321 RMBA 3 3 3 3 322 ROTI 3 3 3 3 323 SKBM 3 3 3 3 324 TCID 4 4 4 4 325 TSPC 3 3 3 3 326 ULTJ 3 3 3 3 327 UNVR 3 3 3 3 328 WIIM 3 3 3 3 3
Lampiran 11 Data Dewan Direksi
NO Nama Perusahaan Dewan Direksi
2013 2014 2015 2016 20171 ADES 4 4 4 3 32 AISA 4 3 3 3 4
156
3 BTEK 4 4 4 4 44 BUDI 7 7 7 7 75 CEKA 4 4 4 4 46 DLTA 5 5 5 5 57 HMSP 7 7 7 8 88 ICBP 7 9 9 9 99 IIKP 2 2 2 2 210 INAF 4 3 3 3 311 INDF 9 9 10 10 1012 KAEF 5 5 5 5 513 KICI 3 3 3 3 314 KLBF 5 5 5 5 615 LMPI 5 5 5 5 416 MBTO 4 4 4 4 417 MERK 7 5 5 5 518 MLBI 4 4 4 4 419 MYOR 5 5 5 5 520 PYFA 3 3 3 3 221 RMBA 4 4 4 4 422 ROTI 6 6 6 5 523 SKBM 6 6 6 6 824 TCID 13 15 16 16 1625 TSPC 12 11 11 10 1026 ULTJ 3 3 3 3 327 UNVR 10 8 9 10 1028 WIIM 6 6 6 6 6
Lampiran 12 Data Komisaris Independen
NO
Nama Perusahaan Komisaris Independen2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,33 0,33 0,33 0,33 0,332 AISA 0,33 0,40 0,40 0,40 0,403 BTEK 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
157
4 BUDI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,335 CEKA 0,50 0,50 0,50 0,50 0,506 DLTA 0,40 0,40 0,40 0,40 0,407 HMSP 0,50 0,50 0,50 0,40 0,408 ICBP 0,43 0,43 0,33 0,50 0,509 IIKP 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3310 INAF 0,50 0,33 0,33 0,33 0,3311 INDF 0,38 0,38 0,38 0,38 0,3812 KAEF 0,40 0,40 0,33 0,20 0,2013 KICI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3314 KLBF 0,33 0,33 0,43 0,43 0,4315 LMPI 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5016 MBTO 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3317 MERK 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3318 MLBI 0,43 0,50 0,50 0,57 0,5019 MYOR 0,40 0,40 0,40 0,40 0,4020 PYFA 0,33 0,25 0,20 0,50 0,5021 RMBA 0,40 0,33 0,60 0,50 1,0022 ROTI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3323 SKBM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3324 TCID 0,40 0,40 0,40 0,40 0,5025 TSPC 0,50 0,75 0,50 0,50 0,6026 ULTJ 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3327 UNVR 0,80 0,80 0,80 0,80 0,8028 WIIM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
Lampiran 13 Data Leverage
NO Nama Perusahaan
DAR2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,40 0,41 0,50 0,50 0,502 AISA 0,53 0,51 0,56 0,54 0,613 BTEK 0,78 0,82 0,84 0,71 0,634 BUDI 0,63 0,63 0,66 0,60 0,58
158
5 CEKA 0,51 0,58 0,57 0,38 0,336 DLTA 0,22 0,23 0,18 0,15 0,167 HMSP 0,48 0,52 0,16 0,20 0,218 ICBP 0,59 0,54 0,46 0,36 0,369 IIKP 0,05 0,04 0,04 0,17 0,1710 INAF 0,54 0,53 0,61 0,58 0,6611 INDF 0,53 0,53 0,53 0,47 0,4712 KAEF 0,41 0,43 0,42 0,51 0,5813 KICI 0,31 0,32 0,30 0,36 0,3914 KLBF 0,25 0,22 0,20 0,18 0,1615 LMPI 0,52 0,51 0,49 0,50 0,5516 MBTO 0,19 0,18 0,23 0,38 0,4717 MERK 0,28 0,23 0,26 0,22 0,2718 MLBI 0,45 0,75 0,64 0,64 0,5819 MYOR 0,59 0,60 0,58 0,54 0,5120 PYFA 0,46 0,44 0,37 0,37 0,3221 RMBA 0,90 0,88 0,75 0,30 0,3722 ROTI 0,57 0,55 0,56 0,51 0,2823 SKBM 0,61 0,53 0,55 0,63 0,3724 TCID 0,21 0,33 0,18 0,18 0,2125 TSPC 0,29 0,27 0,31 0,30 0,3126 ULTJ 0,28 0,22 0,21 0,18 0,1927 UNVR 0,73 0,72 0,69 0,72 0,7328 WIIM 0,36 0,36 0,30 0,27 0,21
Lampiran 14 Data PBV
NO Nama Perusahaan PBV2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 4,46 2,74 1,82 1,53 1,282 AISA 1,95 2,05 0,98 1,58 0,353 BTEK 20,16 16,36 24,85 1,49 3,174 BUDI 0,50 0,48 0,26 0,34 0,365 CEKA 1,31 0,87 0,63 0,90 0,85
159
6 DLTA 0,21 9,33 4,90 4,37 3,487 HMSP 15,12 27,35 13,66 14,51 16,138 ICBP 2,21 5,26 4,79 5,61 5,119 IIKP 21,29 33,35 38,69 29,30 42,8010 INAF 0,80 1,98 0,88 25,80 35,7411 INDF 0,15 1,45 1,05 1,55 1,4312 KAEF 2,04 4,75 2,59 6,84 5,8313 KICI 0,72 0,46 0,37 0,36 0,5214 KLBF 5,97 9,30 5,66 6,01 5,9715 LMPI 0,55 0,44 0,20 0,34 0,4116 MBTO 0,72 0,47 0,34 0,45 0,3517 MERK 0,04 6,97 6,41 7,44 6,2418 MLBI 0,26 48,67 22,54 47,54 27,0619 MYOR 0,24 4,74 5,25 6,38 6,7120 PYFA 0,08 0,77 0,59 1,03 0,9021 RMBA 4,68 -17,41 -1,17 1,79 1,6022 ROTI 6,56 7,76 5,39 5,97 5,3923 SKBM 0,17 3,08 2,57 1,65 1,2324 TCID 2,02 2,80 1,93 1,44 1,9425 TSPC 3,79 3,15 1,82 1,94 1,6626 ULTJ 6,45 4,91 4,07 3,95 3,5927 UNVR 46,63 45,03 54,48 46,67 82,4428 WIIM 1,80 1,60 0,96 0,62 0,53
Lampiran 15 Profitabilitas
NO Nama Perusahaan
ROA2013 2014 2015 2016 2017
1 ADES 0,07 0,04 0,05 0,11 0,092 AISA 0,07 0,05 0,04 0,08 0,103 BTEK 0,01 -0,01 0,01 0,01 -0,014 BUDI 0,02 0,01 0,01 0,01 0,025 CEKA 0,06 0,03 0,07 0,18 0,086 DLTA 0,31 0,29 0,18 0,21 0,21
160
7 HMSP 0,39 0,35 0,27 0,30 0,298 ICBP 0,10 0,10 0,11 0,13 0,119 IIKP -0,05 -0,03 -0,05 -0,04 -0,04
10 INAF -0,04 0,010 0,01 0,01 -0,03
11 INDF 0,04 0,06 0,04 0,06 0,0612 KAEF 0,09 0,08 0,08 0,06 0,05
13 KICI 0,08 0,01 -0,10 0,010 0,05
14 KLBF 0,17 0,17 0,15 0,15 0,1515 LMPI -0,01 0,01 0,01 0,01 -0,0416 MBTO 0,03 0,01 -0,02 0,01 -0,0317 MERK 0,25 0,26 0,22 0,21 0,1718 MLBI 0,49 0,36 0,24 0,43 0,5319 MYOR 0,11 0,04 0,11 0,11 0,0720 PYFA 0,04 0,02 0,02 0,03 0,0421 RMBA -0,10 -0,21 -0,13 -0,15 -0,0422 ROTI 0,09 0,09 0,10 0,10 0,0323 SKBM 0,12 0,14 0,05 0,02 0,0224 TCID 0,10 0,09 0,26 0,07 0,0825 TSPC 0,12 0,10 0,08 0,08 0,0726 ULTJ 0,12 0,10 0,15 0,17 0,1427 UNVR 0,42 0,42 0,37 0,38 0,3728 WIIM 0,11 0,08 0,10 0,08 0,03
161