Post on 28-Nov-2015
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai warga negara yang baik sudah selayaknya kita memahami seluk beluk keadaan
dan sejarah wilayah Indonesia, semua itu di rangkum dalam wawasan nusantara. Dengan
mempelajari wawasan nusantara kita dapat memahami landasan wawasan nusantara,
tonggak-tanggak penting wawasan nusantara, dan penentuan batas-batas wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Seperti kita ketahui, Negara kita sekarang sering mendapatkan gangguan dari Negara
luar baik mengenai sengketa batas wilayah hingga saling mengklaim suatu wilayah tertentu.
Tentunya hal ini menjadi kewajiban kita sebagai warga Negara untuk ikut serta
mempertahankan kedaulatan Negara, salah satunya dengan mempelajari dan memahami
wawasan nusantara.
Oleh karna itu, dengan mempelajari dan memahami wawasan nusantara kita bisa
mengetahui sejarah perkembangan dan di harapkan bisa menambah pengetahuan dan
menambah rasa cinta terhadap tanah air.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kewarganegaraan.
2. Untuk mengetahui pengertian tentang Wawasan Nusantara.
3. Untuk mengetahui tentang posisi silang Indonesia TZMKO.
4. Menjelaskan cara menentukan batas laut menurut Deklarasi Djuanda.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peta Wilayah Indonesia Berdasarkan Hukum Laut Teritoriale Zee En Maritim
Kringen Ordonantie 1939 (Hukum Laut Hindia Belanda 1939)
2.2 Peta Wilayah Indonesia Berdasarkan Hukum Laut Deklarasi Djuanda 13
Desember 1957 Diakui PBB-UNCLOS KONE Hukum Laut Internasioanl
2
2.3 Landasan Wawasan Nusantara
Landasan wawasan nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari
stratifiskasinya sebagai berikut:
1. Landasan Idiil
Pancasila sebagai faslafah ideologi bangsa dan dasar negara. Berkedudukan
sebagai landasan idiil darpada wawasan nusantara. Karena pada hakikatnya
wawasan nusantara merupakan perwujudan dari pancasila. Pancasila merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh serta mengandung paham keseimbangan, keselarasan,
dan keseimbangan. Maka wawasan nusantara mengarah kepada terwujudnya
kesatuan dan keserasian dalam bidang-bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan.
2. Landasan Konstitusional
UUD 1945 yang merupakan landasan konstitusi dasar negara, yang menjadi
pedoman pokok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik (Pasal 1 UUD 1945) yang kekuasaan
tertingginya ada pada rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR.
3. Landasan Visional.
Landasan visional atau tujuan nasional wawasan nusantara sebagai wawasan
nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh
seluruh rakyat dengan tujuan agar tidak terjadi penyesalan dan penyimpangan
dalam rangka mencapai dan mewujudkan cita-cita dan dan tujuan nasional yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu :
3
a) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
b) Memajukan kesejahteraan umum
c) Mencerdaskan kehidupan bangsa
d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia
4. Landasan Konsepsional
Ketahanan nasional, yaitu merupakan kondisi dinamis yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kemampuan sebagai
konsepsi nasional, berkedudukan sebagai landasan konsepsional. Dalam upaya
mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya, bangsa Indonesia mengahadapi berbagai
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (HTAG). Agar dapat mengatasinya,
bangsa Indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan daya tahan yang
dinamakan ketahanan nasional.
5. Landasan Operasional.
GBHN adalah sebagi landasan wawasan operasional dalam wawasan nusantara,
yang dikukuhkan MPR dalam ketetapan Nomor : IV/MPR/1973 pada tanggal 22
Maret 1973.
2.4 Pengertian Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara
Sir Balford John Mackinder menyatakan bahwa bila daratan sudah
dikuasai, maka daratan maritim dapat dikuasai juga (di wilayah Eropa dan Asia).
Wawasan Bahari
Alfred Thayer Mahan menyatakan bahwa jika laut sudah dikuasai, maka
perdagangan dapat dikuasai sekaligus menguasai seluruh dunia.
Wawasan Dirgantara
Giulio Deaghet W. Mitchell menyatakan bahwa udara atau kekuasaan angkasa
adalah daya tahan ampuh terhadap ancaman perang maka harus dikuasai.
Wawasan Kombinasi
4
Nicholas J. Spykman menyatakan bahwa suatu negara harus menguasai dunia,
seperti Singapura, terusan Suez, kerajaan Sriwijaya di Palembang di sungai Musi
dan terusan Kanal dan sebagainya.
A. Wawasan Nusantara
1) Res Nulius, yakni paham yang menyatakan laut tidak ada yang memiliki dan
karenanya dapat diambil serta dimiliki oleh sebuah negara. Tokohnya J.
Sneldon yang mengajukan prinsip-pinsip “mare clausum”.
2) Res Comunis, yakni paham ini menyatakan bahwa laut adalah milik bersama
masyarakat dunia, karena itu tidak boleh dimiliki oleh sebuah negara.
Tokohnya Grotius yang mengajukan prinsip-prinsip “mare liberum” (laut
bebas)
.
3) Laut Pemisah, yakni laut yang menghubungkan titik-titik terluar dari garis
wilayah laut Indonesia dan memisahkan antara negara Indonesia dengan
negara lain.
2.5 Unsur-Unsur Wawasan Nusantara
Posisi Silang Indonesia TZMKO
Posisi silang Indonesia : posisi negara Indonesia yang terletak diantara dua
Samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Fasifik dan dua benua yaitu benua
Asia dan benua Australia. Posisi silang ini membawa keuntungan dan keruguan
serta pengaruh dalam aspek kehidupan.
1) Keuntungan posisi silang Indonesia
a. Posisi wilayah Indonesia menjadi inti jalur perdagangan lalu lintas dunia,
menjadi jalur transportasi negara-negara lain, menjadi sumber devisa di bidang
perekonomian.
b. Luas wilayah Indonesia
- Mempermudah hubungan dengan negara lain, ikatan dagang.
- Saling menjalin kerja sama.
- Lalu lintas perdagangan damai dan lancar (ekspor impor rempah-rempah)
- Persaingan yang menguntungkan.
5
c. Budaya : sebagai sumber penghasilan di bidang pariwisata.
2) Kerugian posisi silang
a. Tatanan kehidupan sosial
- Budaya asing cepat atau mudah berkembang.
- Kebudayaan kurang dipertahankan atau mulai ditinggalkan.
- Gaya hidup kebarat-baratan.
- Sifat individualisme.
- Cara pendang bebas.
b. Sumber daya alam (SDM). Perebutan kekayaan alam.
3) Pengaruh-pengaruhnya :
a. Adanya posisi silang mengakibatkan nusantara, mau tidak mau menjadi lalu
lintas dari aspek-aspek sosial, adanya lalu lintas kehidupan sosial ini tentu
menimbulkan pengaruh bagi penghuni nusantara, yakni berlangsungnya
penyerapan yang dilakukan tanpa penyaringan akan menumbuhkan dampak
sosial yang kurang baik bagi penghuni nusantara. Sifat kehidupan cenderung
mengalami perubahan dan bercampur baur.
b. Pengaruh akibat hubungan antar bangsa selalu berlandaskan kepada kepentingan
masing-masing bangsa selama saling menguntungkan maka hubungan akan
berjalan lancar, namun jika tidak baik akan menimbulkan ketegangan antar
bangsa akibat ketegangan yang terjadi maka nusantara yang berada di posisi
silang baik langsung maupun tidak langsung akan menerima akibatnya.
Keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pembangunan dan
pembinaan kehidupan nasional.
c. Dengan berpedoman kepada kepentingan nasional masing-masing bangsa setiap
bangsa akan selalu berusaha menanamkan pengaruh melalui politik bahkan
idiologi. Bila usaha menanamkan pengaruh ini terjadi pada kita yang berada
dalam posisi silang maka akibat yang harus ditanggung adalah adanya
kemungkinan terpecah belahnya rasa persatuan bangsa, baik politik maupun
idiologi dalam hal ini dapat menimbulkan hal-hal yang tidak baik banyak dan
murah pasaran yang bagi negara industri sehingga merupakan daya tarik bagi
negara-negara yang tidak memiliki alam yang kaya. Hal ini dapat menimbulkan
6
sumber yang tidak menguntungkan bagi kita. Sebuah negara mungkin saja akan
melakukan ekspensi ke wilayah nusantara.
TZMKO Belanda Devide et Impera menyatakan batas wilayah berjarak 3 mil
diukur dari garis dasar yang berbentuk garis rendah dari setiap pulau.
a) Georafi negara Indonesia adalah negara terbesar di asean yang bercirikan
kepulauan letaknya dilalui garis khatulistiwa dengan batas-batas:
Utara Utara : + 60 Lintang Utara
Selatan : + 110 Lintang Selatan
Barat : + 950 Bujur Timur
Timur : + 1410 Bujur Timur
Kepulauan Indonesia dengan semua perairannya dipandang sebagai satu
kesatuan yang utuh yang disebut tanah air.
b) Geopolitik adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan konsentrasi geografis dari suatu negara dengan memanfaatkan
keuntungan letak geografis tersebut untuk kepentingan penyelenggaraan
pemerintah nasional.
c) Geostrategi adalah geopolitik dalam pelaksanaan atau kebijakan pelaksanaan
dalam menentukan tujuan, sarana serat prasarana untuk mencapai tujuan
nasional dengan memanfaatkan keberadaan dan kondisi geografi negara,
dengan demikian geopolitik dan geostrategi bagi bangsa Indonesia merupakan
pembenaran dari kepentingan nasional dan perjuangan untuk mencapai cita-
cita nasional.
Archipelago
Archipelago (cinta tanah air) berasal dari bahasa yunani yaitu Archi yang berarti
penting dan pelagus yang berarti laut atau wilayah lautan. Dengan kata lain
Archipelago principle / azas kenusantaraan bagi Indonesia adalah suatu kesatuan yang
utuh. Yang batas-batasnya ditentukan oleh laut dalam lingkungan dimana terdapat
pulau-pulau dan gagasan pulau-pulau didalamnya. Pulau-pulau dan gagasan pulau-
pulau dan perairan diantaranya sebagai kesatuan wilayah yang utuh. Dengan unsur air
sebagai penghubungnya (laut penghubung) demikian juga wujud nusantara yang
merupakan wilayah negara Republik Indonesia.
7
NKRI laut penghubung adalah laut yang menghubungkan titik-titik terluar dari
tiap-tiap pulau negara dan yang dilandasi dengan adanya garis tepi.
Point to Point Theory
1) Tujuan ke dalam : ikut serta mewujudkan kesatuan dalam segenap aspek
kehidupan yang mencakup aspek ilmiah dan aspek sosial, uatamanya
persatuan wilayah.
2) Tujuan ke luar : ikut serta mewujudkan kebahagiaan, keteriban, dan
perdamaian seluruh umat manusia.
Satu Kesatuan (GBHN)
Penerapan wawasan nusantra (GBHN) dinyatakan bahwa wawasan dalam mencapai
tujuan pembangunan nasional adalah wawasan nusantara yang mencakup perwujudan
kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
keamanan (POLEKSOSBUDHANKAM).
1) Politik : Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu keastuan wilayah, wadah, ruang lingkup, serta menjadi modal dan
milik bersama bangsa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan
setanah airir, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita bangsa sebagai
satu-satunya falsafah serta ideologi bangsa seluruuh kepulauan Indonesia atau
nusantara merupakan satu kesatuan hukum.
2) Ekonomi : Bahwa kekayaan wilayah nusantara baik potensial maupun efektif
adalah modal dan milik bersama bangsa, dan tingkat perkembangan ekeonomi
harus serasi dan seimbang di seluruh daerah, tanpa meninggalkan ciri-ciri khas
yang dimiliki oleh daerah-daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya.
3) Sosial budaya : Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu prikehidupan bangsa
harus merupakan kehidupan yang serasi dan terdapatnya tingkat kemajuan
masyarakat yang sama, merata, seimbang, serta adanya keselarasan kehidupan
yang sesuai dengan kemajuan bangsa. Budaya Indonesia adalah satu kekayaan
budaya bangsa sebagai modal dan landasan pengembangan budaya bangsa
seluruhnya.
4) Hankam : Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya
merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara, bahwa tiap-tiap warga
8
negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam rangka pembelaan bangsa
dan negara.
UNCLOS ZEE (3 Alasan)
Pemerintan Indonesia pada tanggal 21 Maret 1980 mengumumkan Zona Ekonomi
Ekslusif (ZEE) selebar 200 mil. ZEE ini diukur dari garis pangkal wilayah
lau Indonesia dimana pada ZEE semua sumber daya hayati maupun SDA lainnya yang
berada dibawah permukaan laut, di dasar laut, serta dibawah laut menajdi hak ekslusif
bangsa Indonesia. Segala kegiatan eksploitasi, eksplorasi, maupun penelitian ZEE
terlebih dahulu harus mendapat izin dari pemerintah Indonesia sedangkan lalu lintas laut
maupun udara dan pemasangan kabel telepon dibawah laut sepanjang tidak bertentangan
dengan hukum laut internasional diperkenankan. Pengumuman Indonesia mengenai ZEE
tidak bermaksud memperluas wilayah laut Indonesia.
Tiga alasan yang mendorong pemerintah mengumumkan ZEE adalah :
a) Semakin terbatasnya persediaan ikan
Hasil studi FAO pada tahun 2000 permintaan dunia terhadap ikan untuk bahan
makanan diperkirakan akan menjadi dua kali lipat dari permintaan sekarang.
Disisi lain hasil perikanan dunia menjelang tahun 2000 diperkirakan aka berada
dibawah tingkat permintaan dunia akan ikan. Sebagaimana negara lainnya yang
memiliki wilayah laut. Indonesia memandang perlu melindungi seluruh sumber
daya hayati yang berada disekitar laut wilayah Indonesia sehingga pemenuhan
kebuuhan masyarakat dapat lebih terjamin.
b) Pembangunan nasional.
Pada saat ini pemerintah tengah giat melakukan pembangunan. Dalam rangka
pembangunan ini, maka daerah yang berada disekitar laut kita perlu
dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan bangsa. Untuk itu, seyogyanya
daerah tersebut mendapat perlindungan dan pengelolaan yang baik. Upaya
untuk mengelola dan melindungi ini kemudian dikenal dengan ZEE.
c) Zee sebagai rezim hukum internasional
Sampai saat ini banyak negara yang telah mengeluarkan pernyataan tentang
Zona Ekonomi Ekslusif (lebih kurang 90 negara) selebar 200 mil. Kenyataan ini
menunjukan praktek negara yang konsisten, sehingga tanpa ataupun dengan
9
persetujuan konvensi hukum laut internasionl prihal atas wawasan nusantara
dan ZEE dapat dikemukakan bahwa setelah melalui proses perjuangan panjang
akhirnya dapat diterima oleh New York Bulan April 1982. Pada saat
penandatanganan hasil konferensi di Montego Bay Jamaika bulan Desember
1982 tercatat 130 negara menyetujui hasil konferensi, 17 negara abstain dan 4
negara menolak hasil konferensi.
Hubungan Dengan Ketahanan Nasional
Di dalam menyelenggarakan hidupnya, suatu bangsa memerlukan landasan dasar
yang mencerminkan penelitian diaog dinamis dari berbagai faktor baik yang bersifat
objektif maupun subyektif-psikologis seperti kondisi geografi, kesejahteraan, kondisi
sosial, budaya, landasan idiil, cita-cita dan lain-lain.
Dialog dinamis mencakup :
a. Geografi
1) Bentuk dan wujud yang harus dipandang dan diperlakukan sebagai satu
kesatuan untuk menyeluruh atau manunggal antara atan, serta udaranya.
2) Letak dan posisnya harus mampu memanfaatkan semua aspek-aspek positif
dari posisi dan letak geografi serta berusaha semaksimal mungkin
menghilangkan segi atau aspek-aspek negativ.
b. Demografi
Keanekaragaman suku bangsa, bahasa, daerah,agama dan adat istiadat harus
dipandang dan diperlakukan sebagai satu kesatuan kekayaan yang terpelihara dan
dikembangkan menjadi perpaduan yang serasi, seimbang, dan harmonis. Azas
Bhineka Tunggal Ika sebagai asas kesatuan dan persatuan bagi segenap aspek
kehidupan nasional hatus diterapkan secara nyata dalam segenap aspek kehidupan
nasional.
c. Sosial
Mencakup aspek idelogi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan hankam. Aspek
politik mencakup pengarahan kedalam dan pengarahan keluar.
- Kedalam : Demokrasi Pancasila yang berintikan musyawarah untuk mufakat.
- Keluar : Bebas dan aktif yang berdasarkan Pancasila.
Aspek lainnya hendaknya dipandang dan diperlakukan sebagai satu kesatuan
yang utuh seperi telah tertuang dalam GBHN. Interaksi dinamis dari semua faktor
tersebut menghasilkan sebuah konsepsi pandangan hidup bangsa yang lazim disebut
10
Wawasan Nasional dan bagi bangsa Indonesia disebut Wawasan Nusantara. Guna
memperjuangkan hak hidup tersebut mutlak diperlukan Ketahanan Nasional yang
mantap, sehingga ketahanan nasional senantiasa perlu disusun, dibina, dan
ditingkatkan. Di dalam menyusun, membina, serta meningkatkan ketahanan nasional
ini wajib berpedoman kepada Wawasan Nasional atau Wawasan Nusantara. Dengan
demikian, Wawasan Nasional atau Wawasan Nusantara akan mendasari konsepsi
pembinaan ketahanan nasional, sehingga ketahanan nasional merupakan realisasi dari
Wawasan Nusantara.
2.6 Penentuan Batas Laut
Teritoriale ZEE En Maritim Kringen Ordonantie (TZMKO)
Hukum Laut TZMKO (Teritoriale ZEE En Maritim Kringen Ordonantie)
ORDONANSI LAUT TERITORIAL DAN LINGKUNGAN-LINGKUNGAN
MARITIM 1939 (Territoriale zee en maritieme kringen-ordonnantie 1939.) Catatan:
Ordonansi ini s. d. u. dg. UU No, 4/Prp/1960dan PP No. 811962 Pasal I. ”Dengan
mencabut ordonansi laut teritorial dan lingkungan-lingkungan maritim, yang
ditetapkan dalam pasal I sub c (baca-pasal I) dalam ordonansi tanggal 11 Oktober
1935 (S. No. 497.) sebagaimana telah diubah dengan ordonansi tanggal 3Mei 1938 (S.
200.),
Maka ditetapkan Peraturan berikut yang dapat disebut sebagai "Ordonansi laut
teritorial dan lingkungan-lingkungan maritim1939". Pasal II. (1) Segala aturan yang
telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Lama yang disebut dalam pasal I masih tetap
berlaku, kecuali aturan-aturan yangsecara tegas dicabut menurut ordonansi ini. (2)
Dalam lima tahun sebelum tanggal berlakunya ordonansi ini,maka semua surat izin
yang masih terpakai (berlaku) dan telah diberikandahulu, dianggap telah diberikan
berdasarkan ketentuan-ketentuan dalamordonansi ini; dan semua izin-izin lainnya
dibatalkan pada saat berlakunya ordonansi ini. Pasal III. Di mana ada ditunjuk salah
satu dari pasal-pasal 1 dan 8 sampai dengan 14 dari"Ordonansi laut teritorial dan
lingkungan-lingkungan maritim" (S.1935-497.) di dalam beberapa peraturan
perundang-undangan dan aturantata-usaha, maka untuk ini haruslah dibaca (diganti
dengan) pasal-pasal yangsesuai dengan bunyi "Ordonansi laut teritorial dan
lingkungan-lingkungan maritim 1939" ini Pasal IV. Ordonansi ini mulai berlaku pada
hari ketigapuluh setelah diumumkan (diumumkan padatanggal 26 Agustus 1939.)
11
Deklarasi Djuanda
Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana
Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang
menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara
dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.
Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara
kepulauan (Archipelagic State) yang pada saat itu mendapat pertentangan besar dari
beberapa negara, sehingga laut-laut antar pulau pun merupakan wilayah Republik
Indonesia dan bukan kawasan bebas. Deklarasi Djuanda selanjutnya diresmikan
menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Akibatnya luas wilayah
Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km² menjadi 5.193.250 km²
dengan pengecualian Irian Jaya yang walaupun wilayah Indonesia tapi waktu itu
belum diakui secara internasional.
Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957, menyatakan:
1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak
tersendiri.
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan Nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan.
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan
wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan :
a) Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh
dan bulat
b) Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara
Kepulauan
c) Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan
dan keselamatan NKRI
Sebagai implementasi dari pernyatataan tersebut maka pemerintah RI sekaligus
menetapkan batas baru wilayah perairan Indonesia berdasarkan 3 formula yaitu :
1. Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi berdasarkan garis pasang surut (low
water line), tetapi pada sistem penarikan garis lurus (straight base line) yang
diukur dari garis yang menghubungkan titik - titik ujung yang terluar dari pulau-
pulau yang termasuk dalam wilayah RI.
2. Penentuan wilayah lebar laut dari 3 mil laut menjadi 12 mil laut.
12
3. Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebagai rezim Hukum Internasional, di mana
batasan nusantara 200 mil yang diukur dari garis pangkal wilayah laut Indonesia.
Dengan adanya Deklarasi Juanda, secara yuridis formal, Indonesia menjadi utuh
dan tidak terpecah lagi.
2.7 Tonggak Penting Wawasan Nusantara
Tahun Keterangan
1268 Dimulainya sejarah archipelago yaitu, ketika terjadi perjanjian antara
Republik Venesia dengan Raja Michael Palaeoaigaius yang menyatakan
bahwa laut algelus merupakan laut terpenting oleh kedua negara.
1900 Teori perjuangan mulai diperkenalkannya teori kekuasaan darat, laut, dan
udara.
1928 Sumpah pemuda sebagai realisasi kekuatan persatuan dan kesatuan
seluruh bangsa Indonesia.
1939 Berdirinya hukum laut Hindia belanda yang dikenal dengan nama
TZMKO.
1958 Forum konferensi internasional tentang hukum laut.
1967 Konsepsi jangka pendek.
1969 Pemerintah Indonesia mengeluarkan pengumuman tentang landasan
kontinen R.I sampai kedalaman 200 mil.
1973 Konsepsi juanda dibahas MPR.
1980 Pengeluaran konsep kewilayahan pada tanggal 21 Maret 1980.
1982 Pada tanggal 10 Desember 1982 di Montego Bay Jamaika diadakan
konferensi tentang hukum laut, United conference on the law of the sea
(UNCLOS) dari PBB dimana dalam konferensi tersebut didapat asas-asa
negara kepulauan yang berlaku efektif sejak tanggal 14 November 1904,
yaitu terdiri dari:
- Laut teritorial
- Zona ekonomi ekslusif (ZEE)
- Laut pedalaman = laut kontinen – zona persebelahan
- Landas benua
1983 Dikukuhkannya ZEE Indonesia dengan Undang-undang nomor 5 tahun
13
1983.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
bentuk geografinya berdasarkan Pancasiladan UUD 1945. Dalam pelaksanannya, wawasan
nusantara mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai kebhinekaan untuk mencapai
tujuan nasional.
Archipelago principle / azas kenusantaraan bagi Indonesia adalah suatu kesatuan yang
utuh. Yang batas-batasnya ditentukan oleh laut dalam lingkungan dimana terdapat pulau-
pulau dan gagasan pulau-pulau didalamnya. Pulau-pulau dan gagasan pulau-pulau dan
perairan diantaranya sebagai kesatuan wilayah yang utuh. Dengan unsur air sebagai
penghubungnya (laut penghubung) demikian juga wujud nusantara yang merupakan wilayah
negara Republik Indonesia.
Penerapan wawasan nusantra (GBHN) dinyatakan bahwa wawasan dalam mencapai
tujuan pembangunan nasional adalah wawasan nusantara yang mencakup perwujudan
kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
keamanan (POLEKSOSBUDHANKAM).
15
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, Agung Dwi. 2012. Makalah Wasantara. http://agung-
theraider.blogspot.com/2012/02/makalah-wasantara.html. diakses pada tanggal 24
November 2013.
Budiman, Christian. 2012. Wawasan Nusantara.
http://christianbudiman000.wordpress.com/wawasan-nusantara/. Diakses pada tanggal 01
Desember 2013.
16