Post on 08-Mar-2016
description
November—Desember 2009 Volume 5
Sebagai salah satu upaya koordinasi
pelaksanaan Program Karbon Hutan
Berau, TNC bersama Tim POKJA REDD
Berau melaksanakan rapat koordinasi
bersama dengan jajaran Pemerintah
Kabupaten Berau. Dalam rapat koordi-
nasi yang dihadiri oleh Wakil Bupati
Berau bapak Ir. H.
Achmad Rifai dan
dilaksanakan di ruang
pertemuan SETDA
Berau pada tanggal
10 Desember 2009
dipaparkan program
karbon hutan Berau
sebagai upaya yang
dilakukan oleh Pe-
merintah Kabupaten
Berau bekerja sama
dengan The Nature
Conservancy dalam
menjawab tantangan
global yang saat ini sudah di depan
mata yaitu perlunya upaya dalam men-
gantisipasi pemanasan global dan miti-
gasi perubahan iklim.
Bapak Wahyudi Wardojo menyampai-
kan apreasiasi yang tinggi atas dukun-
gan dan komitmen Pemerintah Kabu-
paten Berau dalam program ini dengan membentuk Kelompok Kerja
REDD yang merupakan gabungan dari berbagai institusi untuk mem-
persiapkan program ini. Program ini akan menjadi sangat penting dan
berguna memberikan masukan ke dalam pengembangan program di
skala yang lebih besar baik pada tingkat provinsi, tingkat nasional
maupun tingkat internasional. Terutama bagi kabupaten, kegiatan-
kegiatan ini akan menunjukkan upaya penerapan pemerintahan yang
baik (good governance).
Perlu diketahui bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan melalui
program ini masuk kedalam tahap persiapan atau yang dikenal den-
gan readiness phase.
Bapak Achmad Rifai juga menyampaikan bahwa Kabupaten Berau
telah berkomitmen untuk melindungi lingkungan dan sumberdaya
alam di Kabupaten Berau terutama pada kawasan hulu sungai Kelai
dan sungai Segah. Perlindungan pada kawasan ini dilakukan dengan
melindungi kawasan hutan dan lingkungan yang ada karena kedua
DAS ini merupakan DAS yang penting bagi Kabupaten Berau. Berau
juga berkomitmen dalam perencanaan ruangnya yang disusun den-
gan memperhatikan kondisi dilapangan langsung dan juga berdasar-
kan kriteria yang telah ditetapkan. Hingga saat ini Berau telah menga-
lokasikan + 30 % kawasannya menjadi kawasan lindung. Namun
sayangnya proses penyusunan tata ruang ini masih terhambat di
tingkat provinsi dan nasional. Terkait dengan program karbon hutan
Berau, beliau meminta untuk lebih jauh dibahas tentang kewenangan
dan tanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya alam, tidak
hanya diantara institusi pemerintah tetapi juga dengan pihak swasta
seperti HPH, perkebunan dan pertambangan serta tentunya juga
dengan masyarakat. Selain itu juga harus jelas pembagian kontribusi
dari para pihak yang terlibat. Kontribusi ini bukan hanya terkait den-
gan keuangan tetapi juga
aspek legalisasinya. Kedua
hal tersebut harus dibahas
secara jelas dan trans-
paran bersama semua
pihak. Menjawab hal ini,
bapak Basri Sahrin yang
juga wakil ketua POKJA
REDD berjanji akan mem-
bahasnya bersama den-
gan tim POKJA REDD lain-
nya dengan memperhati-
kan aturan yang ada.
Di akhir diskusi, bapak
Wahyudi sekali lagi menyampaikan apresiasi yang tinggi atas komit-
men Berau yang dengan serius menunjukkan mengembangkan
pengelolaan sumber daya alam dengan lestari. Dengan komitmen
tersebut pula banyak pihak yang akan memberikan dukungan untuk
membantu Berau dalam upaya menurunkan emisi melalui desain dan
implementasi strategi-strategi. Beliau juga menegaskan bahwa me-
lalui program karbon hutan Berau ini mencoba menangkap peluang
pendanaan yang ada dalam tahap persiapan bukan langsung dari
dana perdagangan karbon. Karena dimungkinkan pendanaan dari
perdagangan karbon baru akan bisa tersedia pada 3-4 tahun men-
datang. Yang coba ditangkap dalam tahap ini adalah dana-dana dari
kerjasama bilateral, multilateral dan philanthropic yang disediakan
untuk melaksanakan demonstration activities dengan menyiapkan
Berau agar siap untuk memasuki tahap implementasi. Hal ini menjadi
kesempatan yang sangat baik
bagi Berau dimana belum
ada kabupaten lain yang
memulai tahap REDD demon-
stration yang lebih detail
sebagaimana yang diterap-
kan oleh Berau. Oleh
karenanya ini menjadi ke-
sempatan yang sangat baik
untuk mendapatkan dukun-
gan bukan hanya dari
provinsi dan nasional tetapi
juga dari institusi interna-
sional.
(Disarikan dari catatan perte-
muan rapat)(Iwied)
Edisi kali ini:
Meeting Tim
POKJA—TNC den-
gan Wakil Bupati
Berau
1
Workshop New Ap-
proaches for Measuring
and Monitoring
Carbon Stock and For-
est Cover in the Tropics
2
Pelatihan
Penginderaan Jauh
dan Analisis Data
Spatial dengan
Perangkat Lunak Envi
4.x
3
Lokakarya Nasional :
Inisiatif Daerah dalam
Mengantisipasi Pema-
nasan Global dan Miti-
gasi Perubahan Iklim
4
Rumusan Hasil Lo-kakarya
5
Indonesia Siapkan
Langkah Konkret
Setelah KTT Iklim
6
Meeting Tim POKJA—TNC dengan Wakil Bupati Berau
Workshop New Approaches for Measuring and Monitoring
Carbon Stock and Forest Cover in the Tropics
Halaman 2 Volume 5
Kemampuan dalam pendugaan penyebaran dan jumlah kar-
bon tersimpan dalam biomassa kayu menjadi sangat penting
dalam mekanisme yang dikembangkan dalam kerangka Reduc-
ing Emissions from Deforestation and Degradation (REDD)
atau yang biasa disebut dengan pengurangan emisi karbon
melalui penghindaran terjadinya deforestasi dan degradasi
hutan. Kesalahan dalam estimasi biomassa pada hutan tropis
lebih banyak disebabkan oleh adanya kekurangan dalam sur-
vey yang sistematis terhadap keragaman data-data spatial dan
jenis pohon yang juga sangat beragam (Clark et al. 2001). Ada
banyak metode yang dikembangkan dalam pendugaan
(estimasi) kepadatan biomassa, seperti (i) pengklasifikasian
tipe tutupan lahan, dimana masing-masing klasifikasi mem-
perkirakan nilai rata-rata kepadatan biomass berdasarkan
pada pendugaan yang telah disusun dari literatur penelitian
dan atau survei-survey kehutanan yang ada; (ii) pengukuran
kepadatan biomassa dengan menggunakan system regresi
berdasarkan pada faktor-faktor lingkungan seperti rataan tem-
peratur dan curah hujan pada satu wilayah; (iii) penentuan
hubungan antara kepadatan biomassa dengan penginderaan
jauh yang kemudian dipetakan dalam skala yang lebih besar
(Baccini et Al. 2008, Houghton et Al. 2009).
Dalam workshop yang digagas oleh Wood Holes Research Cen-
ter (WHRC), disampaikan metode baru dalam pengukuran dan
estimasi biomassa pada tegakan di dalam kawasan hutan. Me-
tode ini menggunakan radar dalam pendugaan kepadatan bio-
massa yang terkandung pada tegakan dengan luasan tertentu.
Workshop ini dilaksanakan di Taman Nasional Cat Tien, Viet-
nam pada 9 – 12 November 2009 dan dihadiri oleh perwakilan
dari berbagai Negara seperti Malaysia, Cambodia, Laos, Thai-
land, USA, Italy, Vietnam, Papua New Guinea dan tentunya
Indonesia. Peserta dari Indonesia diikuti oleh Sekretariat
POKJA REDD Berau dan Fakultas Kehutanan Universitas Mula-
warman. Tujuan utama dari workshop ini adalah sebagai
sarana shared learning program-program karbon hutan serta
penggunaan penginderaan jauh dalam mendukung program
oleh berbagai Negara. Juga memperkenalkan metode yang
dikembangkan oleh WHRC dalam pendugaan stok karbon di
hutan tropis. Dan membangun kemitraan pengembangan pro-
gram karbon antara Negara-negara tropis.
Dalam kesempatan ini, Sekretariat POKJA REDD Berau men-
yampaikan program karbon hutan Berau yang saat ini sedang
dikembangkan berkerjasama dengan The Nature Conservancy
termasuk metode yang dikembangkan dalam pendugaan stok
karbon di Kabupaten Berau yang juga dilakukan bersama
SEKALA. Pertukaran informasi terkait metode pendugaan stok
karbon dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan ketelitian
dan juga monitoring stok karbon itu sendiri. (Iwied)
LIDAR Measurements
A series of forest canopy
structure metrics were de-
rived using data from the
Geoscience Laser Altimeter
System (GLAS) on the Ice,
Cloud, and Land Elevation
Satellite (ICESat), launched in January 2003. GLAS is a light
detection and ranging (lidar) instrument that, like any lidar,
has the capability of measuring the three-dimensional vertical
structure of vegetation in great detail, sometimes with hun-
dreds of measurements in the vertical dimension (creating a
“waveform”) (Figure 1) for many locations across the pantropi-
cal region. Additional such instruments are being designed by
NASA for launch in the near future (Houghton and Goetz
2009). The quality of each GLAS lidar “shot” varies depending
on several factors, including atmospheric conditions and the
ground surface slope and roughness (Lefsky 2005). We re-
moved shots that did not produce adequate waveforms for
characterizing vegetation structure from this analysis. The
screening procedure was intentionally conservative in regards
to quality, while still retaining as many data points as possible.
Field measurements are an essential part of any effort to link
vegetation carbon stocks to sat-
ellite observations. WHRC initi-
ated an effort to collect field
data co-located with the GLAS
shot (footprint) over a broad
range of conditions across the
pantropical region. This effort
was facilitated by cooperative
agreements with host institutions in many tropical countries,
which to date include Brazil, Colombia, Ecuador, Bolivia, De-
mocratic Republic of the Congo, Tanzania, Uganda, Laos, Viet-
nam and Indonesia (Papua). A protocol was established to
standardize collection in field campaigns focused primarily on
the measurement of stem diameters (diameter at breast
height; DBH) occurring within and centered on the GLAS shots,
using a satellite geographic positioning system (GPS). We used
allometric relationships that allowed the estimation of tree
biomass density from our field measured properties (after
Chave et al. 2005). A statistical relationship between the field
biomass estimates and the GLAS metrics was then established,
effectively allowing extension of the field measurements to
thousands of locations across the tropics.
Sumber : http://whrc.org/policy/CopenhagenReports/assets/
Biomass_COP15.pdf
Informasi mengenai muka
bumi banyak diperlukan dan
digunakan untuk berbagai
keg iatan p erencanaan
wilayah, kesehatan, dan
politik. Pada berbagai kasus
bahkan diperlukan informasi
yang bersifat cepat, akurat,
up to date, dan mencakup
area yang luas. Hal tersebut
dapat dipenuhi dengan pen-
ginderaan jauh. Penginderaan
Jauh adalah ilmu dan seni
untuk memperoleh informasi
tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis
data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung
dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji. Namun ha-
sil penginderaan jauh tidak serta-merta dapat langsung
digunakan, karena objek muka bumi yang terekam dengan
penginderaan jauh adalah semua yang dapat
tertangkap oleh sensor sistem penginderaan
jauh, sehingga diperlukan kegiatan pengolahan
untuk menterjemahan data menjadi informasi-
informasi yang lebih spesifik, untuk memenuhi
kebutuhan data, yang biasanya disajikan dalam
bentuk peta.
Perkembangan teknologi penginderaan jauh juga
didukung dengan bermunculannya berbagai per-
angkat lunak yang berfungsi sebagai perangkat
pengolahannya. Salah satu perangkat lunak pen-
golahan citra digital adalah Envi, yang banyak
dipakai karena memiliki sifat antar muka yang
user friendly.
Kegiatan pelatihan ini mulai dilaksanakan pada tanggal 7-11
Desember 2009 yang dilaksanakan ruang pertemuan Kantor
Badan Lingkungan Hidup, Kantor Dinas Perikanan dan Kelau-
tan dan Sekretariat POKJA REDD Berau. Kegiatan ini dibuka
langsung oleh Bapak Basri Syahrin sebagai Wakil Ketua Pokja
Berau sekaligus Kepala Badan Lingkungan Hidup. Pelatihan ini
diikuti peserta dari berbagai instansi pemerintah dan LSM
yang terlibat dalam Program Karbon Hutan
Berau sebanyak 14 orang peserta dianta-
ranya dari Dinas Kehutanan (3 orang), Di-
nas Perikanan dan Kelautan (1 orang), Di-
nas Perumahan dan Tata Ruang (1 orang),
Dinas Pertambangan dan Energi (2 orang),
Dinas Perkebunan (1 orang), Yayasan
BESTARI (1 orang), TNC (1 orang), PT
Amindo WP (1 orang), Dinas Badan Ling-
kungan Hidup (1 orang) dan Sekertariat
POKJA REDD (2 orang). Sedangkan Pema-
teri dari Yayasan Serasi Kelola Alam
(SEKALA) Sebastian Bagas dan Cicik Madu-
sari. Seringnya terjadi pemadaman listrik
membuat kami harus berpindah-pindah lokasi, tetapi itu tidak
menyurutkan semangat peserta untuk ikut dalam pelatihan
ini.
Materi yg diberikan diantaranya pemahaman dasar pen-
ginderaan jauh,
instalasi perangkat
lunak ENVI 4.3,
metode perolehan
data citra, pem-
rosesan awal data
citra dilakukan
dalam berbagai
materi yaitu layer
s t a c k i n g
( p e n g g a b u n g a n
band-band citra),
compute statistic
(untuk melihat
apakah citra ini
sudah terkoreksi atau belum), koreksi radiometrik dan geo-
metric, komposit citra, subset citra, mozaik citra, fill gap dan
kemudian materi processing yaitu klasifikasi citra, penajaman
citra, hingga post processing.
Secara umum materi yang disampaikan bisa diikuti oleh semua
peserta karena proses penyampaiannya yang sangat baik dan
telah dibuat buku panduan setelah kegiatan selesai.
Dengan adanya pelatihan ini pengetahuan tentang pen-
ginderaan jauh dan keahlian terkait dengan pengolahan citra
digital akan sangat membantu bagi Anggota Kelompok Kerja
REDD Kabupaten Berau yang diharapkan nantinya akan dapat
dipergunakan dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan
implementasi program karbon hutan Berau pada khususnya,
serta pengelolaan dan pengambilan keputusan terkait peman-
faatan sumberdaya alam Berau pada umumnya. Penguasaan
terhadap konsep dan pengolahannya diharapkan akan mem-
bantu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sebagai
operator, pengambil manfaat, dan pembuat kebijakan. (Adji)
Pelatihan Penginderaan Jauh dan Analisis Data Spatial dengan Perangkat
Lunak Envi 4.x
Halaman 3 Volume 5
Halaman 4 Volume 5
Indonesia sebagai bagian
dari masyarakat dunia men-
yadari bahwa upaya mengu-
rangi dampak perubahan
iklim merupakan tanggung
jawab global yang menuntut
upaya sungguh-sungguh dan
tanggung jawab serta komit-
men yang dalam dari semua
pihak. Oleh karena itu, di
tingkat nasional Presiden
Republik Indonesia telah
berkomitmen untuk menu-
runkan 26% emisi nasional
dengan anggaran mandiri
dan dapat meningkat hingga 41% jika kemudian terdapat ban-
tuan-bantuan dari pihak luar. Daerah (sub nasional) memiliki
peran yang sangat strategis dan merupakan ujung tombak
dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Oleh karena itu sangat
dibutuhkan komitmen dan dukungan Pemerintah Daerah
dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim baik pada
tingkat lokal, nasional maupun global. Untuk mendu-
kung hal tersebut, Pemerintah Daerah Kalimantan
Timur berinisiatif menggalang upaya-upaya daerah
dalam proses pengurangan dampak perubahan iklim.
Terkait dengan hal tersebut di atas, Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur menggagas kegiatan
“Lokakarya Nasional: Inisiatif Daerah dalam Mengan-
tisipasi Pemanasan Global dan Mitigasi Perubahan
Iklim” yang dilaksanakan di Hotel Novotel Balikpapan
pada tanggal 1 Desember 2009. Lokakarya ini di-
hadiri oleh setidaknya 200 orang peserta terdiri dari
Bupati/Walikota se Kalimantan Timur, unsur Mus-
pida Provinsi Kalimantan Timur, Ketua dan Anggota
DPRD Kalimantan Timur, Kepala Badan Lingkungan dan Dinas
Kehutanan Se Kalimantan Timur, Organisasi Masyarakat, LSM,
Lembaga Internasional dan Swasta.
Dalam lokakarya ini dibahas
tentang upaya-upaya yang
dapat dilakukan oleh
Daerah baik Provinsi mau-
pun Kabupaten dalam men-
jawab tantangan global
mengatasi akibat dari pe-
manasan global dan pe-
rubahan iklim. Upaya-
upaya tersebut disampai-
kan dalam bentuk pema-
paran dan presentasi dari
berbagai pihak baik unsur
pemerintah daerah, pemer-
intah pusat, kalangan
swasta, lembaga non pe-
merintah yang bergerak di
bidang kehutanan dan konser-
vasi. Pemaparan ini disampaikan
dalam empat sesi berbeda di-
mana pada sesi pertama disam-
paikan pemaparan tentang
kondisi terkini pembahasan
upaya mitigasi perubahan iklim di
tingkat internasional dan na-
sional oleh mantan Menteri Ling-
kungan Hidup Indonesia bapak Ir.
Sarwono Kusuma Admaja dan Ibu
Amanda Katili dari Dewan Na-
sional Perubahan Iklim Nasional
serta ibu Marinah Embiricos dari
BTRF.
Dalam sesi kedua yang dipandu oleh Bapak Prof. Daddy Ruchi-
yat dibahas tentang pandangan dan strategi dalam upaya miti-
gasi perubahan iklim yang dilakukan oleh beberapa pemerin-
tah provinsi. Pemaparan disampaikan oleh pemerintah
provinsi Kalimatan Barat, Nangroe Aceh Darussalam, DKI Ja-
karta, dan Kaliman-
tan Timur yang
disampaikan lang-
sung oleh Guber-
nur Awang Farouk
Ishak. Kemudian
dilanjutkan dengan
sesi ketiga yang
dipandu oleh Prof.
Mustofa Agung
Sardjono dengan
membahas pelak-
sanaan mitigasi
perubahan iklim di
Kalimantan Timur. Pemerintah Kabupaten Berau yang diwakili
oleh Bapak Suparno Kasim mendapatkan kesempatan pertama
dalam menyampaikan upaya yang telah dilakukan oleh Pem-
kab Berau yang tertuang dalam program karbon hutan Berau.
Kemudian dilanjutkan oleh Pemkab Malinau, Kutai Timur,
Balikpapan, dan Paser yang juga memaparkan program-
program konservasi dalam mengantisipasi pemanasan global
dan mitigasi perubahan iklim. Pada sesi ketiga dipandu oleh
bapak Syafei Sidik membahas inisiatif dan kemajuan untuk
sektor energi dan transportasi yang disampaikan oleh PT Total
Indonesia, PT Berau Coal dan PT Kaltim Prima Coal.
Begitu banyaknya upaya dan inisiatif yang dilakukan oleh
daerah ini harus mendapatkan apresiasi yang baik dari semua
pihak dalam mengantisipasi pemanasan global dan mitigasi
perubahan iklim. Melalui lokakarya nasional ini juga dihasilkan
rumusan yang kemudian disebut dengan Deklarasi Balikpapan
(lihat halaman ….). Gubernur Kaltim akan membawa Deklarasi
Balikpapan ini kepada Presiden RI untuk dijadikan bahan ma-
sukan kepada tim delegasi RI yang akan mengikuti pertemuan
COP 15 di Copenhagen. (Iwied)
Lokakarya Nasional : Inisiatif Daerah dalam Mengantisipasi Pemanasan Global dan Mitigasi Perubahan Iklim
Halaman 5 Volume 5
Rumusan Hasil Lokakarya
Inisiatif Daerah Dalam Mengantisipasi Pemanasan Global dan Mitigasi Perubahan Iklim
Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia menyadari bahwa upaya mengurangi dampak perubahan iklim merupakan tanggung jawab
global yang menuntut upaya sungguh-sungguh dan tanggung jawab serta komitmen yang dalam dari semua pihak. Oleh karena itu, di tingkat
nasional Presiden Republik Indonesa telah berkomitmen untuk menurunkan 26% emisi nasional dengan anggaran mandiri dan dapat mening-
kat hingga 41% jika kemudian terdapat bantuan-bantuan dari pihak luar. Daerah (sub nasional) memiliki peran yang sangat strategis dan
merupakan ujung tombak dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Oleh karena itu sangat dibutuhkan komitmen dan dukungan Pemerintah
Daerah dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim baik pada tingkat lokal, nasional maupun global. Untuk mendukung hal tersebut,
Pemerintah Daerah Kalimantan Timur berinisiatif menggalang upaya-upaya daerah dalam proses pengurangan dampak perubahan iklim.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kami – Pemerintah Provinsi dan Kabupaten yang hadir pada acara “Lokakarya Nasional Inisiatif
Daerah dalam Mengantisipasi Pemanasan Global dan Mitigasi Perubahan Iklim” di Balikpapan, menyadari adanya urgensi tindakan-tindakan
integratif, sistematis dan terukur dalam upaya mengurangi laju perubahan iklim, bersepakat untuk:
1. Melaksanakan pembangunan rendah emisi melalui:
a. Pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi lingkungan melalui kegiatan di sektor kehutanan, penggunaan lahan dan penataan
ruang
b. Pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan seraya secara bertahap mengurangi ketergantungan pada energi tak terbarukan
c. Perencanaan keruangan yang mempertimbangkan aspek-aspek pembangunan berkelanjutan termasuk masalah perubahan iklim
d. Peningkatan tutupan kawasan hutan melalui upaya-upaya penanaman dan penghutanan kembali
e. Pengembangan sistem transportasi masal yang rendah emisi
f. Pengembangan strategi mitigasi dan adaptasi di sektor kelautan, perikanan, pesisir dan pulau-pulau kecil
g. Secara bertahap dan terstruktur berupaya mengurangi emisi dari sektor industri termasuk sektor migas dan pertambangan
h. Meningkatkan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan melibatkan para pihak terkait
i. Program penanaman pohon
j. Program Kalimantan Timur Hijau
k. Pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dan mempertimbangkan emisi GRK
l. Pemulihan DAS-DAS yang kritis.
m. Pembangunan berkelanjutan di kawasan perbatasan sebagai pengejawantahan program Heart of Borneo (HoB)
2. Mengintegrasikan target-target pembangunan berkelanjutan di daerah melalui:
a. penyusunan rencana strategis adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada tingkat daerah
b. perencanaan pembangunan daerah yang mempertimbangkan aspek keberlanjutan termasuk masalah perubahan iklim
c. mendorong kerjasama lintas sektor dan lintas daerah dalam kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
3. Pemerintah daerah akan melakukan analisis dan penyesuaian atas kebijakan pembangunan yang sedang berjalan
4. Memanfaatkan dan mengembangkan penelitian-penelitian terkait dalam rangka mensikapi persoalan perubahan iklim secara proporsional
dan profesional termasuk pengembangan dan pemanfaatan jejaring kerja perguruan tinggi (kususnya untuk bidang kehutanan )
5. Mendukung upaya-upaya mitigasi yang saat ini sudah sedang digagas dalam kerjasama dengan berbagai lembaga-lembaga internasional
seperti Inisiatif REDD di Berau, Pengelolaan Hutan Lindung Wehea, Program REDD Mainau dan upaya-upaya lainnya.
Menyadari bahwa upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim adalah kegiatan yang menuntut kerja keras dan tanggung jawab para pihak,
maka kami juga menuntut:
1. Agar negara-negara industri/ maju (Annex I) untuk menunjukkan komitmen yang sungguh-sungguh dalam pengurangan laju perubahan
iklim global termasuk memperlihatkan kepemimpinannya
2. Upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim harus berjalan seiring dengan pembangunan kesejahteraan masyarakat lokal. Masyarakat
harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan dan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
3. Harus dibangun mekanisme yang memberikan insentif yang jelas kepada daerah yang telah mengupayakan kegiatan-kegiatan mitigasi
dan adaptasi perubahan iklim secara transparan dan bertanggung jawab
4. Seluruh pemangku kepentingan dituntut untuk terlibat secara aktif dalam upaya-upaya pengurangan emisi maupun dampak perubahan
iklim
5. Dukungan bagi peningkatan kapasitas dalam mengarus-utamakan/melembagakan kegiatan mitigasi perubahan iklim di daerah serta alih
pengetahuan dalam mengembangkan ekonomi ber emisi rendah.
6. Terbangunnya mekanisme kebijakan untuk mobilisasi pendanaan mitigasi pada tingkat nasional dan lokal
7. Mitigasi perubahan iklim harus mempertimbangkan kesetaraan antara kepentingan daerah, nasional dan internasional
8. Mitigasi perubahan iklim perlu berada dalam keseimbangan dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
9. Terlibatnya daerah secara aktif dalam dialog-dialog kebijakan nasional dan internasional terkait penanganan perubahan iklim
Demikian kesimpulan, komitmen, harapan ini kami sampaikan sebagai bentuk rasa tanggung jawab Pemerintah Daerah terhadap persoalan-
persoalan global yang kita hadapi bersama.
Balikpapan, 1 Desember 2009
Prof. Dr. Daddy Ruchiyat
Ketua Steering Committee
H. Tuparman
Sekretaris Organizing Committee
Mengetahui,
H. Awang Faroek Ishak
Gubernur Kalimantan Timur
Agenda bulan Januari — Februari 2010
Informasi lebih lanjut
mengenai REDD Program,
kontak :
Iwied Wahyulianto
Koordinator Sekretariat
POKJA REDD Kab. Berau
Jln. Anggur No 265 Tanjung
Redeb, Berau
Telp/Fax. 0554 - 21232
email:
iwe13009@gmail.com ;
iwied@cbn.net.id
Hamzah As-Saied
Dinas Kehutanan Kab.
Berau Jl. Pulau Sambit No 1
Tanjung Redeb
Email:
hazbrou@gmail.com
Fakhrizal Nashr
Berau Program Leader
The Nature Conservancy
JL. Cempaka No. 7 - RT 07/
RW 07 Berau 77311
Tel. +62 - 554 23388
Hp.: +62-812-5408141
Email : fnashr@tnc.org
Alfan Subekti
REDD Field Manager
The Nature Conservancy
Jalan Polantas No. 5,
Markoni, Balikpapan,
76112,
Telp.: +62-542-442896
Fax.: +62-542-745730
Email : asubekti@tnc.org
1. Pelatihan Program Karbon Hutan Berau di Tanjung Redeb, Minggu I Januari 2010
2. Program Training dan Magang dengan SEKALA, Denpasar, Minggu II Januari 2010
3. Joint Working Group Meeting 3, Minggu II Februari 2010
JAKARTA - Pemerintah Indonesia akan menyiapkan sejumlah langkah konkret setelah
pertemuan iklim di Kopenhagen Denmark sebagai upaya aktif tanpa menunggu sempur-
nanya protokol yang akan menggantikan Protokol Kyoto. Demikian ditegaskan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dalam perjalanan kembali ke Jakarta setelah lawatannya ke
Eropa dan menghadiri KTT Perubahan Iklim.
"Indonesia melangkah terus agar peluang tidak hilang. Kita telah berjuang dan berupaya,
hasilnya seperti itu, pandailah kita dapat peluang dan melangkah untuk lingkungan kita,
agar mendorong perkembangan ekonomi kita," kata Presiden saat transit di Dubai,
Minggu (20/12/2009).
Presiden mengatakan naskah kesepakatan yang disebut dengan Copenhagen Accord,
dalam perkembangan terakhir telah disepakati oleh sidang yang berlangsung Sabtu pagi
waktu Kopenhagen dan diikuti 194 negara. Sebagai tindaklanjut dari perkembangan itu,
Presiden mengatakan pada 2010 mendatang Indonesia mengharapkan ada penajaman-
penajaman kesepakatan dan bisa dibawa dalam konferensi serupa yang akan berlangsung
di Meksiko akhir 2010 mendatang.
"Di samping rencana aksi nasional yang sudah dimutakhirkan, maka kita pastikan dilampiri
oleh rencana aksi daerah-daerah. Dengan demikian tidak perlu menunggu sempurna pro-
tokol baru," paparnya. Salah satu hal yang membuat Indonesia menilai positif Kopenha-
gen Accord adalah diadopsinya usulan Indonesia tentang pengelolaan hutan. "Tentang
hutan yang tadinya kurang balance (seimbang) seolah hanya memberikan kewajiban pada
negara yang miliki hutan tropis dan tidak ada klausul insentif apa yang diberikan negara
maju, atas perjuangan kita masuk gamblang sekali, mekanisme pendanaan dan seba-
gainya," kata Presiden.
Presiden mengaku sedikit kecewa karena usulan atas peningkatan dana bantuan negara
maju bagi negara-negara berkembang untuk asistensi pencegahan perubahan iklim dan
mitigasi sebesar 25 miliar dolar AS hingga 35 miliar dolar AS dari 2010 hingga 2012 hanya
berada di angka 10 miliar dolar. Walau demikian, Presiden mengatakan Indonesia harus
tetap bekerja selain bagi kebaikan global, khususnya bagi kebaikan Indonesia sendiri.
(kompas.com).
Sumber: http://www.tribunkaltim.co.id/read/artikel/44045
Indonesia Siapkan Langkah Konkret Setelah KTT Iklim
Pokja REDD Updates merupakan lembar informasi internal bagi seluruh anggota Pokja
REDD Kabupaten Berau yang diterbitkan oleh Sekretariat Pokja REDD Kabupaten Berau
setiap akhir bulan untuk memberikan berbagai perkembangan program REDD di Kabu-
paten Berau
Sekretariat POKJA REDD menerima tulisan dari semua pihak yang ingin terlibat aktif
dalam program REDD di Kabupaten Berau.
Foto-foto:
Adji R, (halaman 1 dan 3); Iwied (halaman 4);