Post on 26-Apr-2019
i Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
VISI
Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun
nasional.
MISI
Menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang dan
kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif
dan berkesinambungan.
FUNGSI
1. Fungsi Advisory Kebijakan 2. Fungsi Regional Financial Surveillance (RFS)
3. Fungsi Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah 4. Fungsi Pengelolaan Uang Rupiah (PUR)
5. Fungsi Sistem Pembayaran 6. Fungsi Sistem Pembayaran
7. Fungsi pengembangan UMKM dan Keuangan Inklusif 8. Fungsi komunikasi kebijakan
9. Melaksanakan dan mengelola fungsi enabler (pendukung)
TUGAS POKOK
1. Memberikan masukan kepada Dewan Gubernur kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya;
2. Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan daerah, yang didukung dengan
penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian/riset serta memfasilitasi pengendalian inflasi, pemberdayaan sektor riil dan
UMKM.
3. Melaksanakan kegiatan perizinan dan pengawasan serta operasionalisasi sistem pembayaran tunai dan non tunai sesuai dengan
kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya
4. Melaksanakan kebijakan stabilitas keuangan , program perluasan dan pemerataan akses dan keterjangkauan keuangan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif
5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung fungsi-fungsi utama.
Kalender Publikasi KEKR
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Mei Agustus November Februari
Penerbit :
Fungsi Asesmen Ekonomi dan Keuangan - Tim Ekonomi Moneter
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh
Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh - Indonesia
Telp : 0651-33200 / Fax : 0651-34116
Publikasi KER secara online dapat diperoleh di:http://www.bi.go.id/web/id/DIBI1/Regional/Publikasi/
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 ii
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan karuniaNya sehingga buku “Kajian
Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Aceh Periode November 2017” ini akhirnya dapat dipublikasikan. Buku ini memaparkan
informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah, diantaranya pertumbuhan ekonomi, perbankan,
sistem pembayaran dan keuangan daerah yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan informasi internal maupun eksternal
Bank Indonesia. Secara umum, hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Aceh periode triwulan laporan
mendeskripsikan bahwa perekonomian Aceh menunjukkan kecenderungan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini.
Harapan kami, kerja sama yang telah tercipta dapat terus berlanjut dan ditingkatkan pada masa yang akan datang.
Kami menyadari bahwa kualitas dan informasi yang disajikan masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran membangun dari seluruh pihak yang berkepentingan dengan buku ini.
Kami berharap, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.
Banda Aceh, Februari 2018
Kepala Perwakilan,
Z. Arifin Lubis
Deputi Direktur
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 viii
A. PDRB
PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha (Sektoral)
Sektoral
(Dalam Triliun)
2014 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Pertanian, Kehutanan,
& Perikanan 8.24 8.64 8.89 8.59 9.12 9.25 9.82 9.40 9.83 9.75 10.30 10.37 10.82 10.71 11.05 10.82
Pertambangan
& Penggalian 3.76 3.73 3.28 2.81 2.07 2.06 1.82 1.55 1.70 1.40 1.68 1.61 1.78 1.67 1.73 1.61
Industri Pengolahan 2.52 2.53 2.34 2.08 1.89 2.00 2.04 1.80 1.82 1.72 2.02 1.80 1.91 1.89 1.84 1.90
Pengadaan Listrik, Gas 0.03 0.03 0.03 0.04 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 0.05 0.05 0.05
Pengadaan Air 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02 0.01 0.02 0.02 0.02
Konstruksi 2.71 2.78 2.93 3.06 2.77 2.85 2.99 3.71 3.29 3.36 3.58 3.86 3.23 2.92 3.75 3.87
Perdagangan Besar
& Eceran, & Reparasi Mobil &
Sepeda Motor
4.49 4.69 4.92 4.87 4.86 5.05 5.28 5.15 5.36 5.44 5.68 5.93 5.87 5.92 6.01 6.04
Transportasi
& Pergudangan 2.33 2.37 2.55 2.60 2.45 2.51 2.61 2.61 2.40 2.43 2.45 2.46 2.42 2.57 2.52 2.68
Penyediaan Akomodasi
& Makan Minum 0.35 0.36 0.37 0.39 0.39 0.40 0.41 0.43 0.44 0.45 0.48 0.50 0.51 0.57 0.56 0.59
Informasi & Komunikasi 0.99 0.98 0.99 1.01 1.01 1.02 1.03 1.04 1.04 1.05 1.06 1.07 1.08 1.10 1.08 1.09
Jasa Keuangan 0.54 0.56 0.57 0.57 0.59 0.55 0.61 0.65 0.64 0.66 0.75 0.65 0.71 0.78 0.71 0.73
Real Estate 1.06 1.08 1.11 1.14 1.19 1.21 1.24 1.26 1.29 1.33 1.34 1.37 1.43 1.48 1.51 1.56
Jasa Perusahaan 0.18 0.18 0.18 0.19 0.18 0.19 0.19 0.20 0.20 0.20 0.22 0.22 0.22 0.22 0.23 0.24
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan & Jaminan Sosial
Wajib
2.35 2.36 2.67 2.75 2.69 2.79 3.06 3.09 2.89 3.64 3.33 3.34 3.12 3.66 3.89 3.97
Jasa Pendidikan 0.58 0.60 0.67 0.70 0.66 0.69 0.76 0.79 0.76 0.86 0.82 0.90 0.83 0.94 0.97 1.04
Jasa Kesehatan & Kegiatan
Sosial 0.70 0.73 0.75 0.81 0.78 0.80 0.82 0.84 0.84 0.92 0.85 0.91 0.87 0.96 0.97 1.05
Jasa lainnya 0.37 0.38 0.39 0.40 0.41 0.42 0.41 0.43 0.44 0.45 0.46 0.48 0.49 0.51 0.52 0.52
PDRB 31.21 32.01 32.64 32.03 31.09 31.85 33.15 33.00 32.98 33.72 35.07 35.53 35.33 35.96 37.42 37.77
PDRB Non-Migas 27.42 28.32 29.53 29.69 29.68 30.45 31.89 32.06 31.77 32.80 33.95 34.54 34.04 34.76 36.21 36.72
Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah
Tabel Indikator Ekonomi Terpilih
ix Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
PDRB Berdasarkan Pengeluaran
Komponen (Rp Triliun)
2014 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga 15,34 15,45 15,73 15,83 19.45 19.64 20.30 20.46 20.77 21.14 21.84 21.88 22.18 22.76 23.19 23.63
Pengeluaran Konsumsi
LNPRT 0,53 0,54 0,49 0,50 0.61 0.62 0.63 0.64 0.66 0.68 0.71 0.74 0.78 0.77 0.79 0.78
Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah 4,53 5,08 5,73 7,82 5.84 7.30 8.96 13.07 6.16 8.36 8.14 11.53 6.04 8.29 9.33 12.11
Pembentukan Modal Tetap
Bruto 9,23 9,07 9,27 9,36 10.90 10.96 11.44 12.76 12.01 12.41 13.12 13.77 12.72 12.25 14.57 14.72
Perubahan Inventori -0,09 0,12 -0,04 0,05 -0.07 0.02 -0.06 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01 -0.04 -0.02 -0.04 -0.02
Ekspor Luar Negeri 0,81 1,53 1,11 1,26 0.58 0.39 0.71 0.46 0.54 0.24 0.27 0.49 0.59 0.52 0.44 0.61
Impor Luar Negeri 0,28 0,33 0,26 0,37 1.19 0.93 0.73 0.69 0.55 0.67 0.56 0.54 0.51 0.75 0.61 0.67
Net Ekspor Antar Daerah -1,99 -2,98 -3,07 -6,15 -5.03 -6.15 -8.10 -13.70 -6.62 -8.46 -8.47 -12.34 -6.43 -7.85 -10.24 -13.39
P D R B 31.21 32.01 32.64 32.03 31.09 31.85 33.15 33.00 32.98 33.72 35.07 35.53 35.33 35.96 37.42 37.77
PDRB Non-Migas 27.42 28.32 29.53 29.69 29.68 30.45 31.89 32.06 31.77 32.80 33.95 34.54 34.04 34.76 36.21 36.72
Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah
B. Inflasi
Inflasi (% YoY)
2014 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Banda Aceh 5,40 6,12 4,30 1,27 5,40 6,12 4,30 1,27 3,10 2,01 3,17 3,13 3,08 3,94 4,14 4,86
Lhokseumawe 5,44 6,36 4,55 2,44 5,44 6,36 4,55 2,44 4,63 3,03 4,79 5,60 3,61 4,10 3,59 2,87
Meulaboh 5,67 6,47 2,86 0,58 5,67 6,47 2,86 0,58 3,12 2,19 3,81 3,77 4,72 4,32 3,15 4,76
Aceh 5,45 6,24 4,19 1,53 5,45 6,24 4,19 1,53 4,45 2,34 3,73 3,95 3,45 4,03 3,85 4,25
Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah
Kota
Kelompok (%, yoy)
Bahan
Makanan Kesehatan
Makanan Jadi,
Minuman,
Rokok dan
Tembakau
Pendidikan,
Rekreasi dan
Olah Raga
Perumahan, Air,
Listrik, Gas dan
Bahan Bakar
Sandang Transpor, Komunikasi dan
Jasa Keuangan Total
Banda Aceh 3,99 1,44 5,30 1,54 6,54 5,33 4,60 4,86
Lhokseumawe -0,43 2,57 2,70 2,24 6,28 6,26 3,58 2,87
Meulaboh 2,84 3,57 5,43 3,08 9,46 1,20 5,14 4,76
Aceh 2,47 2,05 4,56 1,94 6,84 5,07 4,38 4,25
Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 x
C. Perbankan (Berdasarkan Lokasi Bank)
Indikator Umum
Indikator 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV
Total Aset (Rp Triliun) 41,27 45,79 48,70 43,49 45,76 46,75 43,65 45,23 45,25 51,22 50,52 51,63
Pertumbuhan (yoy)% 9,66 9,64 8,82 3,04 10,88 2,09 -10,37 4,01 -1,14 9,55 15,73 14,14
Pertumbuhan (mtm)% 4,46 1,09 13,36 (9,51) 4,31 -8,98 -10,66 -1,09 6,37 2,09 8,29 1,83
DPK (Rp Triliun) 27,84 31,42 34,62 31,05 31,65 33,27 33,41 32,37 31,12 36,93 38,39 38,59
Pertumbuhan (yoy)% 19,85 19,78 23,10 16,34 13,66 5,87 -3,49 4,24 -1,67 10,98 14,90 19,22
Pertumbuhan (mtm)% 5,59 3,20 15,15 (9,11) 3,09 -4,36 -3,88 -7,02 2,85 2,33 10,56 1,68
Pembiayaan (Rp Triliun) 25,37 26,35 26,37 27,22 27,54 28,62 29,09 29,95 30,74 31,88 31,96 33,16
Pertumbuhan (yoy)% 6,52 6,68 7,06 7,92 8,53 8,60 10,31 10,01 11,61 11,39 9,86 10,71
Pertumbuhan (mtm)% 1,45 2,00 0,80 1,92 1,78 1,60 0,96 0,66 2,76 1,29 0,53 3,10
FDR % 91,14 83,88 76,18 87,68 87,03 86,04 87,07 92,53 98,78 86,35 83,25 85,93
NPL-gross % 4,62 4,38 4,30 3,64 3,84 3,72 3,48 2,63 2,66 2,53 2,29 1,91
NPL-Nominal (Rp Triliun) 1,17 1,15 1,13 0,99 1,06 1,06 1,01 0,79 0,82 0,81 0,72 0,63
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Diolah
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Simpanan)
SIMPANAN 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV
Total (Rp Triliun) 27,84 31,42 34,62 31,05 31,65 33,27 33,41 32,37 31,12 36,93 38,39 38,59
Pertumbuhan (yoy)% 19,85 19,78 23,1 16,34 13,66 5,87 -3,49 4,24 -1,67 10,98 14,90 19,22
Giro (Rp Triliun) 7,00 9,07 11,12 6,10 7,30 7,27 7,91 5,51 6,82 9,75 10,47 6,35
Pertumbuhan (yoy)% 4,86 12,32 17,4 10,07 4,2 -19,83 -
28,88 -9,72 -6,59 33,96 32,38 15,14
Tabungan (Rp Triliun) 12,57 12,64 13,65 17,02 14,56 15,65 15,73 18,51 16,06 16,98 17,40 21,32
Pertumbuhan (yoy)% 12,11 12,33 16,31 15,91 15,84 23,75 15,20 8,75 10,32 8,49 10,63 15,17
Deposito (Rp Triliun) 8,27 9,70 9,84 7,92 9,78 10,34 9,77 8,35 8,24 10,20 10,52 10,92
Pertumbuhan (yoy)% 54,86 40,71 42,47 22,69 18,37 6,61 -0,72 5,32 -15,85 -1,41 7,63 30,88
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Diolah
Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaan
PINJAMAN 2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV
Total Kredit (Rp Triliun) 25,37 26,35 26,37 27,22 27,54 28,62 29,09 29,95 30,74 31,89 31,96 33,16
Pertumbuhan (yoy) % 6,52 6,68 7,06 7,92 8,53 8,6 10,31 10,01 11,61 11,39 9,86 10,71
Modal Kerja (Rp Triliun) 7,41 7,80 7,64 8,04 7,97 8,45 8,57 8,84 9,09 9,97 9,81 10,13
Pertumbuhan (yoy)% -5,77 -3,48 -2,04 2,08 7,44 8,31 12,18 9,93 13,99 17,92 14,41 14,54
Investasi (Rp Triliun) 2,67 2,90 2,90 3,10 3,24 3,43 3,67 3,81 3,91 3,76 3,75 3,79
Pertumbuhan (yoy)% 17,86 23,22 24,41 24,39 21,12 18,01 26,53 22,79 20,62 9,68 1,98 -0,38
Konsumsi (Rp Triliun) 15,28 15,64 15,82 16,07 16,33 16,74 16,83 17,30 17,75 18,16 18,39 19,23
Pertumbuhan (yoy)% 11,70 9,70 9,17 8,26 6,86 7,00 6,60 7,58 8,66 8,44 9,27 11,19
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Diolah
xi Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Indikator (Dalam Triliun)
2015 2016 2017
I II III IV I II III IV I II III IV
Pertanian 1,64 1,91 1,89 2,05 2,12 2,21 2,27 2,36 2,39 2,51 2,50 2,56
Pertambangan 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02 0,03 0,03
Industri Pengolahan 1,27 1,27 1,26 1,38 1,47 1,48 1,75 1.93 2,22 2,63 2,44 2,72
Listrik Gas dan Air 0,11 0,10 0,09 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,17 0,17 0,16
Konstruksi 0,65 0,82 0,86 0,90 0,74 0,78 0,78 0,78 0,66 0,76 0,82 0,83
76Perdagangan 5,49 5,65 5,55 5,74 5,79 6,11 6,10 6,15 6,14 6,31 6,26 6,19
Pengangkutan 0,09 0,10 0,10 0,10 0,12 0,13 0,14 0,14 0,15 0,17 0,18 0,19
Jasa Dunia Usaha 0,23 0,22 0,20 0,20 0,22 0,26 0,31 0,30 0,29 0,30 0,28 0,32
Jasa Sosial Masy. 0,53 0,54 0,51 0,49 0,49 0,65 0,67 0,74 0,91 0,83 0,89 0,93
Lainnya 15,32 15,70 15,86 16,11 16,36 16,76 16,85 17,31 17,76 18,16 18,40 19,24
Total 25,37 26,35 26,37 27,22 27,54 28,62 29,09 29,95 30,74 31,89 31,96 33,16
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Diolah
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xii
Ringkasan Eksekutif
Gambaran Umum Perekonomian Aceh
• Secara umum pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sesuai dengan proyeksi
Bank Indonesia yang berada pada kisaran 3,75%(yoy) – 4,75%(yoy).
Kinerja ekonomi tahun 2017 yang berhasil tumbuh sebesar 4,19%(yoy)
merupakan capaian kinerja ekonomi Aceh paling tinggi sejak sepuluh
(10) tahun terakhir.
• Realisasi pendapatan terhadap pagu Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Aceh pada Triwulan IV 2017 lebih
tinggi dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun
sebelumnya. Sementara itu, realisasi belanja terhadap pagu APBD
mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya.
• Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada akhir Triwulan-IV 2017
tercatat mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode
triwulan III-2017, dan masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
inflasi pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Inflasi tahunan
Aceh sepanjang Triwulan-IV 2017 disumbang oleh kelompok
administered prices dan volatile food.
• Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2017 tidak
sepenuhnya berimbas pada kinerja penyaluran kredit di kelompok
korporasi. Penyaluran kredit kelompok korporasi mengalami
peningkatan kinerja setelah mulai tertekan pada triwulan sebelumnya,
kemudian terjadi penurunan risiko yang tercermin dari penurunan non
performing loan (NPL).
• Pengedaran Uang Kartal Di Provinsi Aceh Mengalami Net Cash Outflow,
sedangkan transaksi ritel melalui SKNBI mengalami peningkatan
• Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Agustus
2017 mencapai 63,74%, atau menurun dibanding bulan Agustus 2016
xiii Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
yang mencapai 64,26%. Kemudian, pada bulan Agustus 2017 Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 6,57%, menurun
dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar
7,57%.
• Perekonomian Aceh pada tahun 2018 diperkirakan tumbuh lebih baik
dibandingkan tahun 2017. Namun pada triwulan I-2018 pertumbuhan
ekonomi diperkirakan menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.
Asesmen Makro Ekonomi Regional
Kinerja ekonomi Aceh
selama tahun 2017 tercatat
tumbuh sebesar
4,19%(yoy), lebih baik
dibandingkan tahun
sebelumnya yang tumbuh
sebesar 3,30%(yoy).
• Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 tercatat tumbuh sebesar
4,19%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
tumbuh sebesar 3,30%(yoy). Sementara itu, perekonomian pada triwulan
IV-2017 tumbuh sebesar 3,58%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,78%(yoy).
• Dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah dan konsumsi
pemerintahan masih menjadi lokomotif utama perekonomian. Sesuai
dengan pola historisnya, pengeluaran dan belanja pemerintah paling
besar selalu tertumpuk pada triwulan akhir sehingga menyebabkan
komponen konsumsi pemerintah mengalami peningkatan pertumbuhan
yang signifikan. Di sisi lain, adanya peningkatan daya beli masyarakat
yang didorong oleh realisasi APBA (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Aceh) serta berbagai event tingkat nasional dan internasional ikut
membantu mendorong pertumbuhan komponen konsumsi rumah
tangga.
• Dilihat dari sisi sektoral, kinerja ekonomi pada triwulan laporan didorong
oleh kenaikan yang cukup signifikan dari sektor administrasi
pemerintahan dan sektor transportasi dan logistik. Kedua sektor tersebut
secara berturut-turut memberikan kontribusi ekonomi sebesar 1,17% dan
0,76%. Sementara itu, sektor pertanian sebagai sektor dengan proporsi
terbesar di Aceh memberikan kontribusi sebesar 0,57%. Peningkatan
yang terajdi pada sektor administrasi pemerintahan seiring dengan
peningkatan realisasi belanja pegawai di akhir triwulan laporan.
Sementara itu, adanya kegiatan internasional Sail Sabang dan Pentas
Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) Nasional
VIII menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor transportasi dan
logistik. Di sisi lain, kontribusi sektor pertanian yang menurun pada
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xiv
triwulan laporan disebabkan oleh adanya gagal panen di beberapa
sentra padi Aceh, seperti Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat akibat
kondisi cuaca.
Asesmen Keuangan Daerah
Realisasi pendapatan
Pemerintah Provinsi Aceh
terhadap APBD mengalami
peningkatan dibandingkan
periode yang sama di tahun
sebelumnya, sedangkan
dari sisi realisasi belanja
yang mengalami penurunan
• Tingkat realisasi pendapatan terhadap pagu Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Aceh pada Triwulan IV 2017
lebih tinggi dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun
sebelumnya. Peningkatan realisasi pendapatan tersebut bersumber dari
peningkatan nominal Pendapatan Perimbangan/Transfer dan Pendapatan
Lain-Lain yang Sah.
• Realisasi belanja terhadap pagu APBD mengalami penurunan
dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Penurunan
realisasi belanja APBD terutama didorong oleh penurunan realisasi Belanja
Operasi dan Belanja Tidak Terduga. Begitupun dengan belanja APBN yang
mengalami penurunan dan bersumber dari pos Belanja Bantuan Sosial dan
Dana Otsus & Penyesuaian.
Asesmen Inflasi Daerah
Tekanan inflasi tahunan
Provinsi Aceh pada
Triwulan-IV 2017
mengalami peningkatan
dan masih berada dalam
kisaran target
• Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada Triwulan-IV 2017 mencapai
4,25%(yoy) atau mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan inflasi
pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,85%(yoy) dan masih lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang
mencapai 3,95%(yoy).
• Pada Triwulan-IV 2017, laju inflasi untuk komponen administered price secara
year on year tercatat mengalami inflasi sebesar 11,17%(yoy) atau menurun
apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi
sebesar 12,17%(yoy).
• Berturut-turut kelompok barang dan jasa yang memiliki andil terbesar
terhadap inflasi tahunan pada Tw IV 2017 yaitu kelompok Perumahan, Air,
Listrik, Gas dan Bahan Bakar (1,75%), kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok dan Tembakau (0,79%), dan kelompok Transpor, Komunikasi dan
Jasa Keuangan (0,65%).
Asesmen Perbankan, Stabilitas Keuangan Daerah, dan Pengembangan UMKM
Risiko Stabilitas Keuangan
Daerah di Aceh Relatif
Mengalami Penurunan
• Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2017 tidak
sepenuhnya berimbas pada kinerja penyaluran kredit di kelompok korporasi.
Penyaluran kredit kelompok korporasi mengalami peningkatan kinerja
xv Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
setelah mulai tertekan pada triwulan sebelumnya, kemudian terjadi
penurunan risiko yang tercermin dari penurunan non performing loan (NPL).
• Kinerja penyaluran kredit kelompok rumah tangga Kinerja penyaluran kredit
kelompok rumah tangga pada triwulan IV-2017 mengalami peningkatan. Hal
tersebut didukung oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) Perseorangan di Perbankan
yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan risiko
kredit rumah tangga yang tercatat menurun dan masih di bawah ambang
batas NPL 5%.
• Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM sedikit meningkat jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM
mengalami penurunan, namun masih berada di atas 5%.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah
Transaksi ritel melalui
SKNBI mengalami
peningkatan.
• Net cash outflow pada Triwulan IV 2017 mencapai Rp 3,61 triliun, searah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net cash
outflow sebesar Rp 1,16 triliun dikarenakan pemenuhan uang kartal di
menjelang libur akhir tahun dan peringatan meulid nabi.
• Pada triwulan IV-2017 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat
sebesar 104.670. Data Keuangan Elektronik (DKE) meningkat sebesar
21,26%(qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 86.317 DKE.
Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp 4,04 triliun atau
meningkat 13,48%(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 3,56
triliun.
Asesmen Ketenagakerjaan Dan
Kesejahteraan
Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) dan Tingkat
Kemiskinan Aceh menurun
dibandingkan periode yang
sama di tahun sebelumnya.
• Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Agustus
2017 mencapai 63,74%, atau menurun dibanding bulan Agustus 2016 yang
mencapai 64,26%. Kemudian, pada bulan Agustus 2017 Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 6,57%, menurun
dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 7,57%.
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xvi
Prospek Perekonomian
Perekonomian Aceh pada
tahun 2018 diperkirakan
tumbuh lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun
sebelumnya dengan risiko
inflasi yang mengalami
penurunan.
• Perekonomian Aceh sepanjang tahun 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran
3,73%(yoy) – 4,73%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan capaian tahun
2017 yang sebesar 4,19%(yoy). Namun demikian, pada triwulan I-2018 tingkat
pertumbuhan ekonomi Aceh diperkirakan akan berada pada kisaran
2,92%(yoy) – 3,92%(yoy).
• Pada akhir tahun 2018, inflasi di Aceh diperkirakan akan lebih stabil
dibandingkan dengan tahun 2017. Inflasi Aceh diperkirakan berada pada
kisaran 3,09%(yoy)-4,09%(yoy), menurun dibandingkan dengan realiasi pada
tahun 2017 yang sebesar 4,25%(yoy).
1 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah Kinerja perekonomian Aceh secara umum pada tahun 2017 tercatat lebih
baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
• Kinerja ekonomi Aceh selama tahun 2017 tercatat tumbuh sebesar 4,19%(yoy), lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,30%(yoy). Namun demikian, pertumbuhan
ekonomi pada triwulan IV-2017 yang sebesar 3,58%(yoy) tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang sebesar 4,78%(yoy) .
• Dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah menjadi
lokomotif utama pendorong pertumbuhan. Sementara itu, dari sisi sektoral kinerja perekonomian
ditopang oleh peningkatan kinerja sektor pertanian dan administrasi pemerintahan.
1. Gambaran Umum
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 tercatat
tumbuh sebesar 4,19%(yoy), lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
tumbuh sebesar 3,30%(yoy). Sementara itu,
perekonomian pada triwulan IV-2017 tumbuh sebesar
3,58%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
4,78%(yoy)
ertumbuhan ekonomi tahun 2017 sesuai
dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada
pada kisaran 3,75%(yoy) – 4,75%(yoy). Kinerja
ekonomi tahun 2017 yang berhasil tumbuh sebesar
4,19%(yoy) merupakan capaian kinerja ekonomi Aceh
paling tinggi sejak sepuluh (10) tahun terakhir.
Dilihat dari sisi sektoral, kinerja ekonomi pada triwulan
laporan didorong oleh kenaikan yang cukup signifikan
dari sektor administrasi pemerintahan dan sektor
transportasi dan logistik. Kedua sektor tersebut secara
berturut-turut memberikan kontribusi ekonomi
sebesar 1,17% dan 0,76%. Sementara itu, sektor
pertanian sebagai sektor dengan proporsi terbesar di
Aceh memberikan kontribusi sebesar 0,57%.
Peningkatan yang terajdi pada sektor administrasi
pemerintahan seiring dengan peningkatan realisasi
belanja pegawai di akhir triwulan laporan. Sementara
itu, adanya kegiatan internasional Sail Sabang dan
Pentas Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama
Islam (Pentas PAI) Nasional VIII menjadi pendorong
utama pertumbuhan sektor transportasi dan logistik.
Di sisi lain, kontribusi sektor pertanian yang menurun
pada triwulan laporan disebabkan oleh adanya gagal
panen di beberapa sentra padi Aceh, seperti Aceh
Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat akibat kondisi
cuaca.
Dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah dan
konsumsi pemerintahan masih menjadi lokomotif
utama perekonomian. Sesuai dengan pola historisnya,
pengeluaran dan belanja pemerintah paling besar
selalu tertumpuk pada triwulan akhir sehingga
menyebabkan komponen konsumsi pemerintah
mengalami peningkatan pertumbuhan yang
signifikan. Di sisi lain, adanya peningkatan daya beli
P
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 2
masyarakat yang didorong oleh realisasi APBA
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh) serta
berbagai event tingkat nasional dan internasional ikut
membantu mendorong pertumbuhan komponen
konsumsi rumah tangga.
Dengan capaian pertumbuhan sebesar 3,58% pada
triwulan laporan, kinerja perekonomian Aceh tercatat
masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi
Nasional dan Sumatera (Grafik 1.1.)
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: Badan Pusat Statistik
Memasuki triwulan I-2018, berbagai indikator
ekonomi terkini memperlihatkan adanya risiko
penurunan kinerja ekonomi dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Penurunan tersebut terindikasi dari hasil Indeks
Ekspektasi Konsumsi dan Indeks Daya Beli masyarakat
hingga bulan Februari 2018 yang tercatat mengalami
penurunan. Di samping itu, adanya faktor
keterlambatan persetujuan APBA diperkirakan dapat
mengurangi pertumbuhan konsumsi masyarakat dan
pemerintah pada triwulan I-2018. Adanya gagal panen
padi pada bulan Februari 2018 di sejumlah sentra padi
serta kondisi harga komoditas pertanian yang turun
juga diperkirakan menjadi faktor yang dapat
memperlambat kinerja perekonomian.
Namun demikian, indikasi penurunan kinerja tersebut
diperkirakan dapat tertahan oleh perbaikan kinerja
sektor pertambangan. Tren kenaikan harga komoditas
di kedua sektor tersebut diperkirakan masih akan
terus berlangsung pada triwulan I-2018.
2. Sisi Pengeluaran
Dari sisi pengeluaran, perekonomian Aceh baik
sepanjang tahun 2017 maupun triwulan IV-2017
masih ditopang oleh dua komponen utamanya, yakni
konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintahan.
Konsumsi pemerintah dan rumah tangga pada
triwulan laporan tercatat masing-masing memberikan
kontribusi sebesar 2,88% dan 1,87% pada
pertumbuhan ekonomi. Di samping kedua komponen
tersebut, adanya peningkatan ekspor pada triwulan
laporan juga memberikan kontribusi bagi
pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.
Pertumbuhan konsumsi pemerintah dan konsumsi
rumah tangga tercatat tumbuh sebesar 11,08%(yoy)
dan 3,33%(yoy). Sementara itu, ekspor tercatat
tumbuh sebesar 33,86%(yoy).
Grafik 1.2. Pertumbuhan dan Kontribusi
Ekonomi Aceh dari Sisi Pengeluaran
Sumber: BPS Aceh
Konsumsi Rumah Tangga
Sepanjang tahun 2017, konsumsi rumah tangga
tumbuh sebesar 3,15%(yoy), menurun dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar
3,32%(yoy). Kondisi yang sama juga terjadi pada
triwulan IV-2017 konsumsi Rumah Tangga tumbuh
3,58
4,43
5,19
-2
0
2
4
6
8
I II III IV
2013 2014 2015 2016 2017
gAceh (%, yoy, kiri) gSumatera (%, yoy, kiri)
gNasional (%, yoy, kiri)
1,87
0,04
2,88
0,21 0,37 0,34
-1,37-2
0
2
4
-20
0
20
40
60
Ko
ns.
RT
Ko
ns.
LN
PR
T
Ko
ns.
Pe
mer
inta
h
Inve
stas
i
Eksp
or
Imp
or
Eksp
or-
Imp
or
Dae
rah
Pertumbuhan (%, yoy, kanan)
Kontribusi Pertumbuhan (%, kiri)
3 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
3,33%(yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 2,75%(yoy).
Membaiknya daya beli didorong oleh peningkatan
pendapatan masyarakat sebagai dampak dari efek
multiplier dari realisasi APBA dan berbagai event
tingkat nasional dan internasional ikut membantu
mendorong pertumbuhan komponen konsumsi
rumah tangga, yakni Sail Sabang dan Pentas
Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam
(Pentas PAI) Nasional VIII (Grafik 1.3).
Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi
Rumah Tangga
Sumber: Badan Pusat Statistik
Peningkatan yang terjadi pada triwulan laporan
tersebut juga didukung oleh konsumsi masyarakat di
daerah pedesaan. Tercatat, terdapat peningkatan Nilai
Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV-2017 yang tercatat
sebesar 103,60 atau lebih tinggi dibandingkan NTP
triwulan sebelumnya sebesar 94,18.
Naiknya NTP di subsektor tanaman pangan dan
perkebunan rakyat menjadi salah satu faktor
pendorong kenaikan NTP total. Kenaikan NTP
tanaman pangan seiring dengan menurunnya
pasokan padi akibat kondisi cuaca buruk yang
menyebabkan kegagalan panen sehingga harga
komoditas tersebut kembali mengalami peningkatan
(Grafik 1.4).
Grafik 1.4 Nilai Tukar Petani
Sumber: Badan Pusat Statistik
Peningkatan yang terjadi pada NTP tersebut juga
terkait dengan pergerakan harga-harga komoditas di
subsektor perkebunan yang menunjukkan tren
peningkatan, khususnya komoditas kelapa sawit
sebagai komoditas perkebunan utama Aceh. Sampai
dengan triwulan IV-2017, harga kelapa sawit tercatat
mengalami peningkatan dari 628,66 USD/Metric ton
pada triwulan sebelumnya menjadi 632,65 USD/Metric
ton pada triwulan laporan (Grafik 1.5).
Grafik 1.5 Harga Komoditas (USD/Metric
ton)
Sumber: Bank Indonesia
Pertumbuhan yang positif pada komponen konsumsi
rumah tangga juga didukung oleh hasil Survei
Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada
triwulan IV-2017 yang menunjukkan bahwa Indeks
Penghasilan tercatat mengalami peningkatan pada
triwulan laporan. Peningkatan Indeks Penghasilan
tersebut dapat mencerminkan adanya peningkatan
daya beli masyarakat pada triwulan laporan (Grafik
1.6).
15
16
16
17
17
18
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Konsumsi RT (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
85
90
95
100
105
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
0
100
200
300
400
500
600
700
800
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Harga Sawit (USD/metric ton, kiri)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 4
Grafik 1.6 Indeks Penghasilan
Sumber: Bank Indonesia
Pada triwulan I-2018, konsumsi rumah tangga
diperkirakan masih akan mengalami peningkatan.
Grafik 1.7 Proyeksi Pertumbuhan
Konsumsi Rumah Tangga
Sumber: Bank Indonesia
Pada triwulan I-2018, diperkirakan komponen
konsumsi rumah tangga dapat tumbuh sebesar
3,75%(yoy) atau meningkat dibandingkan dengan
capaian triwulan laporan yang sebesar 3,33%(yoy).
Peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan I
tahun 2018 diperkirakan akan didukung oleh
peningkatan penghasilan sebagai akibat dari adanya
peningkata upah minimum provinsi dari Rp2,5 juta
pada tahun 2017 menjadi Rp2,7 juta pada tahun 2018.
Namun demikian, beberapa kondisi di lapangan perlu
untuk diperhatikan mengingat ekspektasi Konsumsi
Masyarakat pada bulan kedua di triwulan I tahun 2018
menunjukkan adanya penurunan. Indeks Ekspektasi
Konsumen rata-rata pada bulan Februari tahun 2017
tercatat lebih kecil dibandingkan dengan posisi
triwulan IV-2017. Angka Indeks Ekspektasi pada bulan
Februari tahun 2018 tercatat sebesar 107,00, lebih
rendah dari rata-rata pada triwulan IV-2017 yang
sebesar 123,80 (Grafik 1.8).
Grafik 1.8 Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Bank Indonesia
Hal lain yang perlu untuk diperhatikan adalah adanya
penurunan proporsi penghasilan masyarakat yang
digunakan untuk konsumsi. Hasil Survei Konsumen
Bank Indonesia mencatat bahwa sebesar 74,80%
penghasilan masyarakat digunakan untuk konsumsi.
Angka tersebut juga tercatat menurun jika
dibandingkan dengan proporsi rata-rata pada 3 (tiga)
bulan di triwulan IV-2017 yang sebesar 78,60%.
Grafik 1.9 Indeks Penghasilan, Kondisi
Usaha, dan Ketersediaan Tenaga Kerja
Sumber: Bank Indonesia
Hasil Survei Bank Indonesia Provinsi Aceh pada bulan
Februari 2018 juga mengindikasikan adanya
penurunan penghasilan, kinerja usaha, dan kondisi
lapangan kerja. Hasil survei tersebut memperlihatkan
adanya penurunan Indeks Penghasilan dan Indeks
Ketersediaan Lapangan Usaha (Grafik 1.9).
100,0
110,0
120,0
130,0
140,0
I II III IV I II III IV
2016 2017
Indeks Penghasilan
15
15
16
16
17
17
18
18
0
1
2
3
4
5
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Konsumsi RT (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
122,97 128,00 128,93 128,87 128,76 126,95 127,52 123,80
107,00
0,00
25,00
50,00
75,00
100,00
125,00
150,00
I II III IV I II III IV Feb
2016 2017 2018
50
70
90
110
130
150
170
I II III IV I II III IV Feb
2016 2017 2018
Indeks Penghasilan
Indeks Kinerja Usaha
Indeks Ketersediaan Tenaga Kerja
5 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Konsumsi Pemerintah
Kinerja komponen konsumsi pemerintah pada
triwulan laporan tercatat mengalami penurunan.
Setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar
18,29%(yoy), pada triwulan laporan komponen ini
berhasil tumbuh sebesar 11,08%(yoy).
Namun demikian, capaian pertumbuhan pada triwulan
laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan
capaian pertumbuhan pada periode yang sama di
tahun sebelumnya yang tercatat terkontraksi sebesar
10,22%(yoy) (Grafik 1.10).
Grafik 1.10 Pertumbuhan Konsumsi
Pemerintah Daerah
Sumber: Badan Pusat Statistik
Pertumbuhan belanja pemerintah pada triwulan
laporan sebagian besar disebabkan oleh adanya
realisasi dari APBA yang sebesar pada triwulan
laporan. Selain disalurkan pada bidang kesehatan,
pendidikan, dan sosial, realisasi APBA juga disalurkan
untuk pembangunan fisik di Aceh. Sementara itu,
realisasi total belanja APBA hingga akhir tahun 2017
tercatat sebesar 93% dari total seluruh APBA tahun
2017 sebesar Rp14,7 triliun.
Pada triwulan I-2018, konsumsi pemerintah
diperkirakan akan terus mengalami penurunan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Jumlah APBA Aceh selaku pendorong utama ekonomi
Aceh pada tahun 2018 diperkirakan akan lebih besar
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun
demikian, dengan belum disahkannya APBA hingga
akhir minggu ketiga bulan Februari 2018 memberikan
risiko yang lebih besar bagi perlambatan
pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan I-
2018 (Grafik 1.11).
Grafik 1.11 Proyeksi Pertumbuhan
Konsumsi Pemerintah
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi)
Komponen PMTB pada triwulan laporan tumbuh
sebesar 0,57%(yoy), lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar
5,45%(yoy).
Capaian tersebut tercatat masih lebih tinggi
dibandingkan dengan capaian di triwulan yang sama
di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,76%(yoy)
(Grafik 1.12). Menurunnya pertumbuhan investasi
tersebut seiring dengan telah selesainya berbagai
proyek infrastruktur multiyear di Aceh seperti
jembatan fly over Simpang Surabaya dan Jembatan
Lamnyong 1 dan Jembatan Lamnyong 2.
Grafik 1.12 Pertumbuhan Investasi
Sumber: Badan Pusat Statistik
0
2
4
6
8
10
-21
-14
-7
0
7
14
21
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Konsumsi Pemerintah (triliun,kanan )
Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
0
2
4
6
8
10
-21
-14
-7
0
7
14
21
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Konsumsi Pemerintah (triliun,kanan ) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
0
2
4
6
8
10
12
-7
0
7
14
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Investasi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 6
Berdasarkan sumbernya, peningkatan pertumbuhan
investasi pada triwulan IV-2017 terlihat dari jumlah
PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan PMA
(Penanaman Modal Asing) yang terealisasi di Aceh.
Pada triwulan laporan, investasi PMDN mengalami
peniurunan dari Rp3,7 triliun pada triwulan yang sama
di tahun sebelumnya menjadi Rp450 miliar pada
triwulan laporan. Proporsi PMDN sebesar 94,73%
sedangkan sisanya dimiliki oleh PMA dengan proporsi
sebesar 5,27% terhadap total investasi. Kondisi
peningkatan pada PMDN juga terjadi pada kinerja
PMA yang turun dari Rp1,2 triliun pada triwulan yang
sama di tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp25
miliar pada triwulan laporan (Grafik 1.13).
Grafik 1.13 Realisasi Investasi Aceh
Sumber: Badan Investasi Aceh
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank
Indonesia juga ikut mengonfirmasi adanya penurunan
investasi yang tercermin dari kinerja perusahaan
konstruksi. Pada triwulan IV-2017 kinerja perusahaan
konstruksi mengalami penurunan dari 2,52%(yoy)
pada triwulan sebelumnya menjadi tumbuh sebesar
1,89%(yoy) (Grafik 1.14).
Grafik 1.14 SKDU Konstrksi
Sumber: Bank Indonesia
Selain itu, indikator utama sektor konstruksi lainnya,
yakni konsumsi semen juga tercatat mengalami
penurunan pertumbuhan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Laju pertumbuhan konsumsi
semen pada triwulan laporan tercatat terkontraksi
sebesar 6,49%(yoy), lebih rendah dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
9,76%(yoy) (Grafik 1.15).
Grafik 1.15 Konsumsi Semen
Sumber: Kemenperin dan Kemendag
Dari sisi dukungan pembiayaan, tercatat pertumbuhan
kredit untuk sektor konstruksi juga masih mengalami
penurunan. Kredit konstruksi tumbuh sebesar
4,38%(yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 5,20%(yoy) (Grafik 1.16).
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Mili
ar (
Rp
)
PMA PMDN TOTAL INVESTASI
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
-50%
-25%
0%
25%
50%
75%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Konsumsi Semen (Ton, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)
7 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Grafik 1.16 Kredit Konstruksi
Sumber: Bank Indonesia
Memasuki triwulan I tahun 2018, investasi di Aceh
diperkirakan masih akan berada dalam tren
peningkatan.
Komponen investasi diperkirakan akan tumbuh pada
angka 2,92%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
0,57%(yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan masih
akan berasal dari dana pemerintah dalam APBA serta
PMDN yang terealisasi dalam bentuk investasi fisik
atau infrastruktur (Grafik 1.17).
Grafik 1.17. Proyeksi Pertumbuhan
Investasi
Sumber: Bank Indonesia
Beberapa faktor utama peningkatan tersebut adanya
kegiatan investasi dari pihak swasta dalam negeri yang
bergerak di sektor industri pengolahan dan sektor
energi.
Ekspor-Impor
Kinerja ekspor pada triwulan laporan tercatat
mengalami peningkatan dibandingkan dengan
triwulan yang sama di tahun sebelumnya.
Setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh
sebesar 60,20%(yoy), kinerja ekspor pada triwulan
laporan tumbuh sebesar 33,86%(yoy). Capaian
pertumbuhan tersebut tercatat jauh lebih baik
dibandingkan dengan periode yang sama di tahun
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 33,06%(yoy)
(Grafik 1.18).
Grafik 1.18. Pertumbuhan Nilai Ekspor
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan komoditasnya, lebih dari 90% total nilai
ekspor Aceh pada triwulan laporan berasal dari sektor
pertambangan dan penggalian, khususnya dari
subsektor nonmigas, yaitu batu bara. Sementara itu,
sisanya adalah ekspor komoditas bahan kimia, ikan
tuna, lobster dan udang.
Komoditas batu bara menjadi satu-satunya lokomotif
peningkatan ekspor Aceh seiring dengan peningkatan
permintaan komoditas tersebut dari India dan Cina
pada triwulan laporan. Pada tahun ini tercatat nilai
total batu bara yang diekspor sebesar USD14,77 juta,
naik signifikan dibandingkan dengan triwulan yang
sama pada tahun sebelumnya yang tidak mengirimkan
ekspor komoditas tersebut.
Peningkatan ekspor batu bara tersebut tidak terlepas
dari adanya peningkatan harga komoditas tersebut.
Sampai dengan triwulan IV-2017, harga batu bara di
pasar internasional tercatat USD 52,99/metric ton atau
naik dibandingkan dengan posisi triwulan yang sama
di tahun sebelumnya yang berada pada level 54,99
USD/metric ton (Grafik 1.20).
-20,00
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
0
200
400
600
800
1000
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017Kredit Konstruksi (Miliar, kiri)
0
4
8
12
-7
0
7
14
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Investasi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
0
0
0
1
1
-100
0
100
200
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Ekspor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 8
Grafik 1.20. Harga Batubara (USD/Metric
Ton)
Sumber: Bank Indonesia
Kinerja pertumbuhan impor sampai dengan triwulan
IV-2017 tercatat kembali mengalami peningkatan.
Grafik 1.21 Pertumbuhan Nilai Impor
Sumber: Badan Pusat Statistik
Jenis barang impor yang mendominasi pada triwulan
laporan masih didominasi oleh peralatan listrik dan
mesin-mesin. Impor barang-barang tersebut masih
digunakan untuk keperluan pada industri pengolahan.
Pada triwulan laporan, impor Aceh tumbuh sebesar
34,38%(yoy), naik dibandingkan dengan periode
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
13,87%(yoy). Capaian pertumbuhan tersebut juga
tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
yang sama di tahun sebelumnya yang terkontraksi
sebesar 33,06%(yoy). Tren peningkatan impor tercatat
terus terjadi sejak triwulan I-2016. Peningkatan impor
tersebut perlu untuk terus dicermati di tengah
ketergantungan Aceh terhadap berbagai produk yang
berasal dari luar negeri maupun luar daerah agar net
ekspor Aceh berada dalam kondisi yang sehat bagi
perekonomian.
Pada triwulan I-2018, pertumbuhan ekspor
diperkirakan akan terus mengalami peningkatan
sedangkan impor diproyeksikan akan sedikit
mengalami penurunan.
Peningkatan ekspor tersebut masih didorong proyeksi
peningkatan permintaan akan komoditas
pertambangan nonmigas (batu bara). Permintaan
ekspor batu bara tersebut tercatat sebesar 5 juta
metric ton sampai akhir tahun 2017 untuk dikirim ke
India dan Cina. Sementara itu, sepanjang tahun 2017
telah diekspor batu bara sebanyak 2,7 juta metric ton
telah dikirim sebanyak 1,9 juta ton ekspor batu bara.
Namun demikian, kondisi tersebut perlu untuk
mendapat perhatian mengingat adanya tendensi
penurunan harga komoditas perkebunan dan batu
bara di pasar internasional.
Tabel 1.2. Proyeksi Harga Komoditas Batu Bara
Komoditas Satuan 2017Q1 2018Q1*
Batu Bara $/MT 87,90 82,30
Sumber: IMF
Proyeksi dari International Monetary Fund (IMF)
memperlihatkan masih akan adanya penurunan harga
batu bara serta berbagai macam komoditas
perkebunan hingga triwulan IV-2017. Tren penurunan
harga masih akan berpengaruh terhadap kenaikan
ekspor Aceh pada triwulan IV-2017 (Grafik 1.22 dan
Grafik 1.23).
Grafik 1.22 Proyeksi Pertumbuhan Ekspor
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
30
35
40
45
50
55
60
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
-
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
-80
-40
0
40
80
120
160
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017Impor (triliun, kanan)
-
0,20
0,40
0,60
0,80
-100
-50
0
50
100
150
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Ekspor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)
9 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Grafik 1.23 Proyeksi Pertumbuhan Impor
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
3. Sisi Sektoral
Sektor administrasi pemerintahan, transportasi dan
logistik, dan pertanian menjadi lokomotif pendorong
pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.
Sektor pertanian sebagai sektor paling besar dalam
perekonomian masih memberikan kontribusi paling
sebesar 0,57% terhadap kinerja ekonomi Aceh pada
triwulan laporan. Kontribusi tersebut mengalami
penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama
di tahun sebelumnya yang meberikan kontribusi
sebesar 1,48%.
Namun demikian, kontribusi sektor pertanian berada
di bawah kontribusi sektor administrasi pemerintahan
dan sektor transportasi dan logistik. Pada triwulan
laporan, sektor administrasi pemerintahan
memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 1,17%,
sedangkan sektor transportasi dan pergudangan
memberikan andil sebesar 0,76% (Grafik 1.24).
Grafik 1.24 Pertumbuhan dan Kontribusi
Ekonomi Aceh dari Sisi Sektoral
Sumber: Badan Pusat Statistik
Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Secara tahunan kinerja sektor pertanian pada
triwulan IV-2017 menurun dibandingkan triwulan
yang sama di tahun sebelumnya.
Sektor pertanian pada triwulan I-2017 tumbuh sebesar
2,08%(yoy) atau menurun dibandingkan dengan
triwulan IV tahun 2016 yang tumbuh sebesar
5,44%(yoy). Capaian tersebut juga tercatat lebih
rendah dibandingkan dengan capaian pada triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,71%(yoy) (Grafik
1.25).
Grafik 1.25 Pertumbuhan Sektor
Pertanian
Sumber: Badan Pusat Statistik
Menurunnya pertumbuhan sektor pertanian tersebut
juga dikonfirmasi oleh hasil SKDU di sektor pertanian
yang menunjukan penurunan kinerja usaha.
Adanya penurunan kapasitas utilisasi akibat
terganggunya hasil produksi panen padi akibat hama
dan cuaca buruk hingga banjir pada subsektor bahan
pangan menjadi salah satu faktor menurunnya kinerja
sektor pertanian. Sementara itu, tren penurunan harga
komoditas perkebunan di akhir tahun 2017
menyebabkan adanya penurunan hasil output dari
subsektor perkebunan.
Menurunnya kinerja sektor pertanian ini diikuti oleh
pemberian kredit dari industri keuangan kepada
sektor tersebut. Kredit sektor pertanian pada triwulan
I-2017 tercatat tumbuh sebesar 8,78%(yoy), lebih
-
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
-80
-40
0
40
80
120
160
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Impor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
0,57
-0,320,040,010,00
-0,28
0,13
0,76
0,170,070,130,31
0,03
1,17
0,290,420,09
-1
0
1
2
-5
0
5
10
Pe
rtan
ian
Pe
rtam
ban
gan
Ind
ust
ri
List
rik
Pe
nga
daa
n A
ir
Ko
nst
ruks
i
Pe
rdag
anga
n
Tran
spo
rtas
i
Ako
mo
das
i
Ilko
m
Keu
anga
n
Rea
l Est
ate
Jasa
Per
usa
haa
n
Pe
mer
inta
han
Jasa
Pen
did
ikan
Kee
hat
an s
osi
al
Jasa
lain
nya
Pertumbuhan (%, yoy, kiri) Kontribusi Pertumbuhan (%, kanan)
7
8
8
9
9
0
2
4
6
8
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Pertanian (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 10
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
9,52%(yoy) (Grafik 1.27). Industri keuangan masih
dapat melakukan ekspansi ke sektor pertanian
mengingat adanya tren penurunan jumlah Non-
Performing Loan (NPL) pada sektor ini. NPL sektor
pertanian tercatat sebesar 1,35%, lebih rendah
dibandingkan dengan NPL triwulan sebelumnya yang
sebesar 1,53%.
Grafik 1.26 Kredit Sektor Pertanian
Sumber: Bank Indonesia
Pada triwulan I-2018, sektor pertanian diproyeksikan
akan mengalami peningkatan dari 2,08%(yoy)
menjadi 2,58%(yoy).
Grafik 1.27 Proyeksi Pertumbuhan Sektor
Pertanian
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
Peningkatan di sektor pertanian diperkirakan
bersumber dari adanya peningkatan di subsektor
tanaman pangan (Padi dan holtikultura) serta
perkebunan (kelapa Sawit dan karet)
Namun demikian, kekeringan yang melanda beberapa
kabupaten sentra padi di awal tahun 2018 perlu untuk
menjadi perhatian khusus bagi perkembangan di
sektor ini, khususnya untuk tanaman pangan seperti
padi. Risiko kekeringan tinggi dikhawatirkan
mengganggu hasil panen para petani. Tidak hanya itu,
serangan hama juga ditemukan di beberapa sentra
pangan Aceh sehingga perlu untuk terus diantisipasi
berbagai kemungkinan alam yang mengganggu
hingga akhir tahun 2018. Untuk perkebunan,
permasalahan yang perlu untuk menjadi perhatian
karena berpeluang menjadi risiko adalah kondisi
tanaman yang sudah tidak produktif atau tua. Kondisi
tersebut ditemukan pada komoditas kelapa sawit dan
kopi.
Di samping itu, risiko lain pada akhir tahun 2018 yang
perlu diantisipasi adalah adanya tendensi penurunan
harga dari beberapa komoditas perkebunan utama di
Aceh, khususnya dari komoditas kopi, kelapa sawit,
dan karet.
Berdasarkan hasil proyeksi dari IMF (International
Monetary Fund), harga berbagai komoditas
perkebunan pada triwulan I-2018 diperkirakan akan
mengalami penurunan sebagai akibat dari
peningkatan kinerja produksi dari Malaysia pasca
menurunnya produksi akibat curah hujan yang
menerpa kawasan perkebunannya.
Tabel 1.3 Proyeksi Harga Komoditas
Pertanian
Kopi
(cts/lb)
CPO
($/MT)
Karet
(cts/lb)
2017Q1 105,5 677,00 87,30
2018Q1 104,0 599,00 77,80
Sumber : IMF
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Sektor perdagangan pada triwulan laporan tercatat
mengalami penurunan kinerja usaha dibandingkan
dengan periode triwulan sebelumnya.
0
20
40
60
80
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Kredit Pertanian (Miliar, kanan) Pertumbuhan (%, yoy, kiri)
7
8
8
9
9
0
2
4
6
8
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Pertanian (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
11 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Pada periode laporan ini, sektor perdagangan tumbuh
sebesar 0,83%(yoy), menurun dibandingkan dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar
3,46%(yoy). Namun demikian, angka tersebut tercatat
lebih tinggi dibandingkan dengan capaian di periode
yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar
6,50%(yoy).
Penurunan di sektor perdagangan tersebut dapat
sejalan dengan terjadinya penurunan konsumsi rumah
tangga pada triwulan laporan akibat menurunnya
daya beli masyarakat. Penurunan daya beli tersebut
tercermin dari hasil Indeks Penghasilan yang
mengalami penurunan pada triwulan laporan (Grafik
1.29).
Grafik 1.28 Pertumbuhan Sektor
Perdagangan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Pada triwulan I-2018 sektor perdagangan
diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,99%(yoy),
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,83%(yoy).
Grafik 1.29 Proyeksi Pertumbuhan Sektor Perdagangan
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
Adanya perayaan Maulid Nabi selama 2-3 bulan
hingga triwulan I-2018 diperkirakan mampu
mendorong konsumsi masyarakat pada triwulan I-
2017. Adanya peningkatan konsumsi dan daya beli
masyarakat tersebut diperkirakan akan didukung oleh
adanya peningkatan realisasi anggaran pendapatan
dan belanja pemerintah meskipun mengalami sedikit
keterlambatan.
Sektor Konstruksi
Secara tahunan, pertumbuhan sektor konstruksi
menurun secara signifikan baik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya maupun dengan periode yang
sama di tahun sebelumnya.
Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan
tercatat terkontraksi sebesar 2,55%(yoy) atau lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 4,88%(yoy)
Capaian tersebut juga tercatat lebih rendah
dibandingkan dengan kinerja di triwulan yang sama
tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar
2,71%(yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, sektor
konstruksi dapat memberikan kontribusi sebesar -
0,28%(yoy) (Grafik 1.31).
Grafik 1.30 Pertumbuhan Sektor
Konstruksi
Sumber: Badan Pusat Statistik
Faktor utama yang menyebakan penurunan sektor ini
adalah karena telah berakhirnya berbagai proyek
infrastruktur yang bersifat multiyears maupun
nonmultiyears.
Kondisi penurunan sektor konstruksi ini juga
terkonfirmasi dari meningkatnya pertumbuhan
konsumsi semen pada triwulan IV-2017 dibandingkan
4
5
5
0
2
4
6
8
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Perdagangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
4
5
5
0
2
4
6
8
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Perdagangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
0
1
2
3
4
-20
-10
0
10
20
30
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Konstruksi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 12
dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Konsumsi semen pada triwulan laporan tercatat
terkontraksi sebesar 6,49%(yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi sebesar 9,76%(yoy) (Grafik 1.32).
Grafik 1.31 Pertumbuhan Konsumsi
Semen
Sumber: Kementerian Perindustrian
Sektor Konstruksi pada triwulan I-2018 diperkirakan
akan mengalami sedikit perbaikan.
Pada triwulan I-2018, sektor konstruksi diperkirakan
akan terkontraksi sebesar 1,81%(yoy), lebih tinggi
dibandingkan realisasi pada triwulan sebelumnya yang
terkontraksi sebesar 6,49%(yoy).
Grafik 1.32 Proyeksi Pertumbuhan Sektor
Konstruksi
Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia
Peningkatan capaian pertumbuhan tersebut terutama
didorong oleh adanya proyek pemeliharaan dan
perbaikan jembatan serta jalan nasional di Aceh dari
dana APBN sebesar Rp800 miliar yang telah dimulai
sejak triwulan I-2018.
Sektor Pertambangan Dan Penggalian
Pada triwulan laporan, kinerja sektor Pertambangan
dan Penggalian tercatat terkontruksi sebesar
4,63%(yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan
periode yang sama di tahun sebelumnya yang
terkontraksi sebesar 1,65%(yoy).
Capaian angka tersebut juga tercatat lebih rendah
dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya
yang tercatat tumbuh sebesar 2,14%(yoy). Berdasarkan
komponen penyusunnya, penurunan sektor ini berasal
dari adanya penurunan komoditas migas, sementara
itu, komoditas nonmigas masih mengalami
pertumbuhan positif sebesar 0,16%(yoy).
Sementara itu, subsektor komoditas migas tercatat
terkonstraksi sebesar 0,03%(yoy), naik dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
0,24 (Grafik 1.34).
Grafik 1.33 Pertumbuhan Sektor
Pertambangan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Grafik 1.34 Harga Batubara (USD/Metric
Ton)
Sumber: Bank Indonesia
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
-50%
-25%
0%
25%
50%
75%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Konsumsi Semen (Ton, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)
0
1
2
3
4
-20
-10
0
10
20
30
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018Konstruksi…
0
1
2
3
-45
-30
-15
0
15
30
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Pertambangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)
30
35
40
45
50
55
60
65
I II III IV I II III IV I II III IV Feb
2015 2016 2017 2018
13 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Peningkatan kinerja sektor pertambangan dan
penggalian non migas terutama didorong oleh adanya
peningkatan produksi batu bara. Hal tersebut sejalan
dengan hasil liaison ke perusahaan penghasil batu
bara yang menginformasikan akan adanya ekspor
sampai dengan akhir tahun 2017 sebanyak 800 ribu
ton ke Cina dan India.
Total ekspor batu bara hingga akhir tahun 2017
sebanyak 2,7 juta metric ton. Angka ekspor tersebut
meningkat signifikan dibandingkan dengan realisasi
ekspor tahun 2015 yang sebanyak 55 ribu metric ton
dan tahun 2016 yang tercatat sebesar 1,08 juta metric
ton. Ekspor komoditas batu bara menjadi komoditas
non-pertanian yang menjadi andalan Aceh pasca
habisnya gas Arun pada akhir tahun 2014 dengan
proporsi terhadap total ekspor aceh mencapai lebih
dari 90%.
Pada triwulan I-2018 sektor pertambangan dan
penggalian diperkirakan akan mengalami perbaikan
kinerja di tengah tendensi penurunan harga
komoditas batu bara di pasar internasional.
Pada triwulan awal tahun 2018, sektor ini diperkirakan
tumbuh pada angka 6,21%(yoy), atau lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
terkonstraksi sebesar 4,63%(yoy). Peningkatan kinerja
ini khususnya diperkirakan akan bersumber dari
produksi batu bara untuk memenuhi permintaan dari
India dan Cina sesuai dengan kontrak perjanjian pada
awal tahun 2018.
Grafik 1.35 Proyeksi Pertumbuhan
Sektor Pertambangan
Sumber: Bank Indonesia
Namun demikian, peningkatan tersebut perlu untuk
dicermati mengingat tren kondisi harga komoditas
batu bara yang masih berada dalam tren penurunan.
IMF memperkirakan bahwa pada tahun 2018 tren
harga batu bara akan mengalami penurunan
dibandingkan tahun sebeumnya.
Tabel 1.4. Proyeksi Harga Komoditas Batu
Bara
Komoditas Satuan 2017Q1 2018Q1*
Batu Bara $/MT 87,90 82,30
Sumber: IMF
0
1
2
3
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018
Pertambangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 14
PERKEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS LHOSKEUMAWE
Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe (KEK Lhokseumawe) adalah sebuah kawasan khusus yang
direncanakan dibangun di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara dimana ide untuk membangun
kawasan tersebut terjadi saat Presiden RI berkunjung ke Aceh pada tahun 2015 yang kemudian
menginstruksikan Kemenko Kemaritiman untuk melakukan revitalisasi aset yang berada di Lhokseumawe dan
secara khusus ditugaskan untuk membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis kawasan industri.
KEK Lhokseumawe direncanakan berdiri di lahan seluas 2.622,48 Ha dengan pengelola utama adalah PT.
Patriot Nusantara Aceh (PT. Patna), sebuah konsorsium dari empat perusahaan besar nasional yaitu PT.
Pertamina, PT Pupuk Iskandar Muda, Pelindo 1, serta Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh (PDPA).
Gambar 1. Rencana Bisnis KEK Arun Lhokseumawe
Sumber Badan Sekretariat KEK Nasional
Gambar 2 : Kegiatan Utama KEK Arun Lhokseumawe
Sumber Badan Sekretariat KEK Nasional
Selanjutnya saat KEK Lhokseumawe telah beroperasi, terdapat beberapa sektor utama yang akan
dikembangkan, diantaranya adalah industri minyak, gas, dan energi (produk hasil pengolahan minyak dan
gas); industri petrokimia (produk turunan minyak dan gas), energi primer dan alternatif (pengembangan dan
15 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
PERKEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS LHOSKEUMAWE
pengelolaan utilitas dengan memanfaatkan sumber-sumber energi primer dan alternatif lainnya); logistik
(penyimpanan, perakitan, penyortiran, pengepakan, pendistribusian, perbaikan, dan perekondisian &
pengolahan ekspor) serta industri kreatif (industri terkait unsur kreatif dan unsur digital pada produk dan
jasadnya seperti data center). Berbagai projek tersebut diperkirakan akan menghasilkan nilai investasi sebesar
3,8 miliar dolar AS untuk 10 tahun dengan proyeksi penyerapan tenaga kerja sebanyak 40.000 orang.
KEK Lhokseumawe sendiri dibentuk untuk membuat lingkungan usaha yang kondusif bagi berbagai aktivitas
perekonomian, diantaranya adalah investasi, ekspor, dan perdagangan. Oleh karena itu, KEK Lhokseumawe
menawarkan berbagai kemudahan dan fasilitas kepada calon investor, diantaranya adalah:
• Tax Holiday
• Tax Allowance
• Bebas PPN dan PPnBM
• Penangguhan bea masuk dan pembebasan cukai
• Terdapat Dewan Pengupahan dan LKS Triparti Khusus
• Kemudahan perizinan keimigrasian
• Pemilikan properti bagi orang asing di KEK Pariwisata
• Pemerintah daerah memberikan keringanan pajak dan retribusi daerah
Selain hal tersebut diatas, KEK Lhokseumawe pun menawarkan upaya percepatan pelaksanaan berusaha yang
terdiri dari tiga aspek.
1. Kemudahan Perizinan Berusaha
• Administrator berwenang menerbitkan izin prinsip dan izin usaha melalui pelayanan
terpadu satu pintu di KEK.
• Percepatan penerbitan izin selambat-lambatnya 3 jam (dalam hal persyaratan terpenuhi).
• Penerapan perizinan dan nonperizinan daftar pemenuhan persyaratan (checklist).
• Proses dan penyelesaian perizinan dan non perizinan keimigrasian, ketenagakerjaan, dan
pertanahan di Administrator KEK.
2. Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK)
• Badan Usaha atau Pelaku Usaha dapat melakukan kegiatan konstruksi setelah mendapat
izin investasi dan secara paralel mengurus perizinan lain yang dilakukan.
3. Checklist
• Percepatan Pelaksanaan berusaha di KEK dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan
persayaratan (checklist).
• Formulir checklist yang telah diregister oleh Administrator KEK menjadi izin sementara
dan telah mempunyai dasar hukum untuk memulai kegiatan yang diperlukan dalam
pelaksanaan berusaha.
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 16
PERKEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS LHOSKEUMAWE
• Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi seluruh persayaratan yang dimuat dalam
checklist, Administrator wajib menerbitkan Perizinan Berusaha.
Dengan adanya KEK Lhokseumawe ini diharapkan akan menjadi salah satu mesin pendorong perekonomian
serta sebagai katalis reformasi ekonomi Aceh. Berdasarkan hasil riset Growth Diagnostic Bank Indonesia
dengan menggunakan CGE Model, operasional dari KEK Lhokseumawe ini akan berdampak sebesar 0,63%
terhadap perekonomian Aceh. Untuk itu, percepatan operasional KEK Lhokseumawe akan sangat esensial
dalam membantu akselerasi pertumbuhan ekonomi Aceh yang lebih sustainable ke depannya.
Keuangan Pemerintah 20
KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh terhadap APBD mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, sedangkan dari sisi realisasi belanja yang mengalami penurunan.
• Tingkat realisasi pendapatan terhadap pagu Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Aceh pada Triwulan IV 2017 lebih tinggi dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi pendapatan tersebut bersumber dari peningkatan nominal Pendapatan Perimbangan/Transfer dan Pendapatan Lain-Lain yang Sah.
• Realisasi belanja terhadap pagu APBD mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Penurunan realisasi belanja APBD terutama didorong oleh penurunan realisasi Belanja Operasi dan Belanja Tidak Terduga. Begitupun dengan belanja APBN yang mengalami penurunan dan bersumber dari pos Belanja Bantuan Sosial dan Dana Otsus & Penyesuaian.
2.1. Penerimaan Pemerintah Provinsi
Persentase realisasi pendapatan daerah terhadap
target APBA pada Triwulan IV 2017 mencapai
99.06%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
pada tahun 2016 yang mencapai 98,51%.
ealisasi pendapatan pada Triwulan IV 2017
mencapai Rp 14.312,54 milyar atau mencapai
99,06% dari target pendapatan APDB senilai Rp
14.448,90 milyar. Sementara pada triwulan IV 2016,
realisasi pendapatan tercatat sebesar Rp 12.364,57
milyar atau 98,51% dari pagu Rp 12.551 milyar.
Peningkatan realisasi pendapatan APBA terutama
bersumber dari nominal realisasi Pendapatan
Perimbangan/Transfer dan Lain-Lain Pendapatan
yang Sah. Sementara Pendapatan Asli Daerah
menurun dibandingkan periode yang sama pada
tahun sebelumnya.
Realisasi Pendapatan Perimbangan/Transfer mencapai
99,05% dari pagu, lebih tinggi dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 98,23%
dari pagu. Begitu juga dengan realisasi Lain-Lain
Pendapatan yang Sah mencapai 82,29% dari pagu,
lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2016 yang
hanya 52,83%.
Realisasi PAD berada di posisi 99,66% dari pagu,
menurun dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya yaitu 100,13%. Penurunan realisasi PAD
terutama terjadi pada pos Pendapatan Hasil
Pengelolaan Kekayaan yang mencapai 79,69% atau
menurun sebesar 8,24% dibandingkan periode yang
sama tahun 2016.
REALISASI PENDAPATAN APBA
Pendapatan Asli Daerah 99,66%
Transfer Pusat 99,05%
Lain-Lain 82,29%
R
21 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Tabel 2.1 Pendapatan APBA Triwulan IV 2017 (Milyar Rupiah)
Sumber : Dinas Keuangan Aceh
Berdasarkan struktur APBA 2017, porsi Pendapatan
Perimbangan/Transfer mendominasi pendapatan
APBA Pemerintah Provinsi.
Hal ini tercermin dari porsi Pendapatan
Perimbangan/Transfer sebesar 83,91% dibandingkan
Pendapatan Asli Daerah yang hanya sebesar 15,55%.
2.2.Belanja Pemerintahan Provinsi
Persentase Belanja Pemerintah Provinsi Aceh pada
Triwulan IV 2017 lebih rendah dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya.
Realisasi belanja APBA mencapai Rp 13.834,78 milyar
atau 92,78% dari pagu anggaran tahunan 2017 senilai
Rp 14.911,63 milyar. Walaupun secara nominal lebih
besar, namun tingkat realisasi triwulan IV tahun 2017
lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya yang mencapai 94,14% dari
pagu anggaran.
REALISASI BELANJA APBA
Belanja Operasi 91,28%
Belanja Tidak Terduga 1,02%
Penurunan persentase realisasi belanja APBD
terutama bersumber dari Belanja Operasi dan
Belanja Tidak Terduga.
Realisasi belanja operasi tercatat sebesar 91,28%, lebih
rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun
2016 sebesar 93,31%. Penurunan tersebut terutama
bersumber dari Belanja Pegawai.
Realisasi Belanja Pegawai tercatat sebesar 92,60% atau
lebih rendah sebesar 4,74% dibandingkan periode yang
sama tahun lalu yang mencapai 97,34%. Sedangkan
tingkat realisasi Belanja Tidak Terduga triwulan IV 2017
hanya 1,02%, menurun signifikan dibandingkan periode
yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat
sebesar 44,45%.
PAGU REALISASI % PAGU REALISASI %
2,057.48 2,060.18 100.13 2,247.27 2,239.62 99.66
Pendapatan Pajak Daerah 1,219.99 1,252.75 102.69 1,299.74 1,315.39 101.20
Pendapatan Retribusi Daerah 11.80 9.50 80.51 11.65 11.47 98.45
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan 201.08 176.80 87.93 226.98 180.89 79.69
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 624.61 621.13 99.44 708.90 731.87 103.24
10,484.85 10,299.72 98.23 12,123.98 12,009.02 99.05
8.84 4.67 52.83 77.65 63.90 82.29
12,551.17 12,364.57 98.51 14,448.90 14,312.54 99.06
Pendapatan Perimbangan/Transfer
Lain-Lain Pendapatan yang Sah
Total Pendapatan
PENDAPATAN APBD PROVINSI ACEHTriwulan IV 2016 Triwulan IV 2017
Pendapatan Asli Daerah
Keuangan Pemerintah 22
Tabel 2.1 Belanja APBA Triwulan IV 2017 (Milyar Rupiah)
Sumber : Dinas Keuangan Aceh
Penurunan realisasi Belanja Pegawai dan Belanja Tidak
Terduga mendorong penurunan realisasi Belanja
Operasi secara umum.
Grafik 2.1. Struktur Belanja Daerah
Pemerintah Provinsi Aceh
Sumber: Dinas Keuangan Aceh
Berdasarkan strukturnya, belanja daerah Pemerintah
Provinsi Aceh didominasi oleh Belanja Operasi/Rutin.
Hal ini ditunjukkan oleh tingginya pangsa Belanja
Operasi (55,28%) dibandingkan Belanja Modal (15,67%).
Adapun porsi pagu Belanja Modal telah menunjukkan
penurunan pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp 2,48 triliun
dibandingkan tahun 2016 yang sebesar Rp 2,58 triliun.
2.3.Belanja Pemerintah Pusat
Realisasi belanja APBN Provinsi Aceh pada Triwulan
IV 2017 lebih rendah dibandingkan periode yang
sama pada tahun sebelumnya.
Pada Triwulan IV 2017, penyerapan APBN mencapai Rp
13.509,86 milyar yaitu 27,99% terhadap target belanja
APBN tahunan senilai Rp 48.267,07 milyar, lebih
rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 29,03% dari target belanja APBN
senilai Rp 47.288,91 milyar.
Menurunnya realisasi APBN pada triwulan laporan
disebabkan oleh menurunnya realisasi Belanja
Bantuan Sosial dan Dana Otsus & Penyesuaian, yang
masing-masing turun sebesar 14,16% dan 13,46%.
REALISASI BELANJA APBN
Belanja Negara 32,93%
Transfer 26,12%
Pada Tw IV 2017, terdapat penurunan realisasi
anggaran pada mayoritas komponen/pos belanja
negara. Namun demikian ada beberapa
komponen/pos belanja mengalami peningkatan yang
signifikan dibandingkan periode yang sama tahun
2016, yaitu realisasi Transfer Dana Desa dan Dana
Perimbangan DBH.
Apabila dibandingkan dengan triwulan IV tahun tahun
sebelumnya, pos Transfer Dana Desa mengalami
peningkatan sebesar 15,47%. Adapun Dana
Perimbangan DBH meningkat sebesar 10,01%.
PAGU REALISASI % PAGU REALISASI %
6,571.02 6,131.38 93.31 8,377.29 7,647.20 91.28
Belanja Pegawai 971.68 945.82 97.34 2,451.73 2,270.32 92.60
Belanja Barang dan Jasa 4,176.26 3,789.41 90.74 4,976.42 4,466.26 89.75
Belanja Hibah 1,182.15 1,167.16 98.73 680.89 661.02 97.08
Belanja Bantuan Sosial 240.93 228.99 95.04 268.25 249.60 93.05
2,578.25 2,284.85 88.62 2,475.10 2,168.29 87.60
20.00 8.89 44.45 40.14 0.41 1.02
3,705.36 3,694.58 99.71 4,019.10 4,018.88 99.99
12,874.63 12,119.70 94.14 14,911.63 13,834.78 92.78
BELANJA APBD PROVINSI ACEH
Total Belanja dan Transfer
Transfer
Triwulan IV 2016 Triwulan IV 2017
Belanja Operasi
Belanja Modal
Belanja Tidak Terduga
56,18
16,60
0,27
26,95
Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tak Terduga Transfer
Keuangan Pemerintah
Tabel 2.3 Pengeluaran APBN Di Provinsi Aceh Triwulan IV 2017 (Milyar Rupiah)
*Pagu merupakan alokasi dana dalam 1 tahun anggaran
Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Aceh
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
A. Pendapatan Negara
Pendapatan Pajak - 1,833.43 - 1,864.12 -
PNBP - 204.65 - 269.10 -
Hibah 548.68 325.84 59.39 514.36 188.05 36.56
548.68 2,363.91 514.36 2,321.27
Belanja Pusat 12,747.70 4,217.93 33.09 13,228.94 4,356.61 32.93
Belanja Pegawai 5,396.61 1,456.79 26.99 5,618.83 1,450.79 25.82
Belanja Barang 4,450.53 1,563.67 35.13 4,512.42 1,651.42 36.60
Belanja Modal 2,833.70 1,155.58 40.78 3,025.95 1,219.61 40.30
Belanja Bantuan Sosial 66.86 41.89 62.66 71.74 34.80 48.50
Transfer ke Daerah dan Dana Desa 34,541.21 9,509.94 27.53 35,038.13 9,153.25 26.12
Dana Perimbangan 22,703.88 5,703.93 25.12 21,396.65 5,241.52 24.50
DBH 1,282.64 395.05 30.80 1,118.92 456.68 40.81
DAU 14,065.94 2,502.66 17.79 14,887.11 2,419.35 16.25
DAK 7,355.30 2,806.21 38.15 5,390.62 2,365.48 43.88
Dana Otsus dan Penyesuaian 8,007.58 2,866.41 35.80 8,748.91 1,954.70 22.34
Dana Desa 3,829.75 939.60 24.53 4,892.57 1,957.03 40.00
47,288.91 13,727.87 29.03 48,267.07 13,509.86 27.99
(46,740.23) (11,363.96) (47,752.71) (11,188.59)
Total Belanja Negara
C. Surplus/Defisit APBN
UraianTriwulan IV 2016 Triwulan IV 2017
Total Pendapatan Negara
B. Belanja Negara
Perkembangan Inflasi Daerah 20
Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada Triwulan-IV 2017 mengalami peningkatan dan masih berada dalam kisaran target.
• Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada akhir Triwulan-IV 2017 tercatat mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode triwulan III-2017, dan masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Inflasi tahunan Aceh sepanjang Triwulan-IV 2017 disumbang oleh kelompok administered prices, core, dan volatile food.
• Tren perkembangan inflasi bulanan Aceh pada Triwulan-IV 2017 sedikit meningkat dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di periode yang sama pada tahun sebelumnya maupun dibandingkan rata-rata inflasi bulanan pada triwulan sebelumnya.
• Pada Triwulan-IV 2017 telah dilaksanakan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID) Provinsi Aceh yang terus menghimbau dan menekankan berbagai upaya untuk meredam dan menjaga stabilitas inflasi. Beberapa upaya yang masih terus dilakukan antara lain meliputi strategi intervensi pasar, distribusi barang, komunikasi kebijakan, koordinasi, dan menjaga kecukupan pasokan.
3.1. Inflasi Tahunan
Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada Triwulan-
IV 2017 mencapai 4,25%(yoy) atau mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan inflasi pada
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
3,85%(yoy) dan masih lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama di tahun sebelumnya yang
mencapai 3,95%(yoy).
ekanan inflasi secara tahunan pada periode ini
didorong oleh peningkatan harga pada tarip
listrik, nasi dengan lauk, dan komoditas
tongkol/ambu-ambu yang disebabkan oleh
penghapusan subsidi listrik bagi pelanggan Rumah
Tangga Mampu (RTM) golongan 900 Volt Ampere
(VA), berlangsungya kegiatan berskala nasional yang
menyebabkan ribuan orang hadir ke Aceh, serta
kondisi cuaca ekstrim yang terjadi yang memaksa para
nelayan untuk membatasi kegiatan usahanya.
Inflasi Aceh dihitung berdasarkan kenaikan Indeks
Harga Konsumen (IHK) di tiga kota pantauan inflasi,
yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Meulaboh
dengan nilai masing-masing sebesar 4,86%(yoy),
2,87%, dan 4,76 % pada Triwulan-IV 2017.
Grafik 3.1. Pergerakan Laju Inflasi
Tahunan Kota Pantauan Aceh
Sumber: BPS, diolah
Laju inflasi tersebut lebih tinggi dengan realisasi inflasi
tahunan Sumatera di triwulan yang sama yang tercatat
sebesar 3,30%(yoy). Jika dibandingkan dengan kondisi
23 kota pantauan inflasi di kawasan Sumatera, secara
tahunan angka inflasi di Kota Banda Aceh, Kota
Meulaboh, dan Kota Lhokseumawe masing masing
tercatat berada pada peringkat 1, 3, dan 16.
0
1
2
3
4
5
6
7
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
% Y
oY
Meulaboh Banda Aceh Lhokseumawe AcehT
21 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Capaian inflasi tahunan kota Banda Aceh pada
Triwulan-IV 2017 tersebut meningkat bila
dibandingkan dengan inflasi tahunan kota tersebut di
periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 3,13 %
(yoy). Pencapaian Inflasi tahunan kota Meulaboh di
Triwulan-IV 2017 juga tercatat meningkat bila
dibandingkan dengan inflasi tahunan kota tersebut
pada periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu
3.77%. Sementara itu, inflasi kota Lhokseumawe
mengalami penurunan signifikan dibandingkan
dengan inflasi tahunan kota tersebut di periode yang
sama di tahun sebelumnya sebesar 5,60 % (yoy).
Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi
Secara tahunan, inflasi Aceh pada Triwulan-IV 2017
disumbang oleh seluruh komponen inflasi, yaitu
administered price, core , dan volatile food.
Pada Triwulan-IV 2017, laju inflasi untuk komponen
administered price secara year on year tercatat
mengalami inflasi sebesar 11,17%(yoy) atau menurun
apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang mengalami inflasi sebesar 12,17%(yoy).
Inflasi tersebut disebabkan oleh peningkatan tarip
listrik pada sebagian pelanggan rumah tangga 900 VA
dikarenakan terdapat penghapusan subsidi bagi
rumah tangga yang dianggap sebagai Rumah Tangga
Mampu (RTM). Serta akibat adanya peningkatan harga
pada komoditas angkutan udara dikarenakan adanya
peningkatan permintaan tiket pesawat di masa liburan.
Adanya tekanan inflasi komponen core tercatat
sebesar 3,45%(yoy) di triwulan laporan, atau
mengalami penurunan dibandingkan periode
sebelumnya yang tercatat sebesar 3,86%(yoy).
Inflasi komponen core tersebut dipengaruhi oleh
kenaikan harga pada komoditas nasi dengan lauk
yang disebabkan oleh permintaan yang meningkat
seiring dilaksanakanannya berbagai kegiatan berskala
nasional di Aceh. Kenaikan upah tukang bukan
mandor pun turut mendorong terjadinya peningkatan
pada inflasi inti.
Grafik 3.2. Perkembangan Inflasi
Tahunan
Sumber: BPS, diolah
Sedangkan untuk kelompok volatile food tercatat
mengalami inflasi sebesar 1,84%(yoy) atau mengalami
peningkatan dibandingkan Triwulan III-2017 yang
sebesar 0,74%(yoy).
Inflasi volatile food tersebut disebabkan oleh kenaikan
harga komoditas tongkol/ambu-ambu sebagai
pengaruh dari cuaca ekstrim yang terjadi sehingga
menyebabkan nelayan terpaksa membatasi kegiatan
usahanya yang pada akhirnya berdampak pada jumlah
pasokan ikan yang menurun.
Tabel 3.1: Komoditas Inflatoir (Andil %
yoy)
No Inflatoir Yoy (%)
Andil (%)
Volatile foods
1 Tongkol/Ambu-ambu 11,95 0,22
2 Daging Ayam Ras 10,69 0,12
3 Dencis 26,90 0,11
Administered Prices
1 Tarip Listrik 31,68 0,80
2 Angkutan Udara 30,82 0,22
3 Bensin 4,79 0,19
Core
1 Nasi dengan Lauk 15,91 0,23
2 Tukang bukan Mandor 6,49 0,18
3 Besi Beton 18,67 0,14
Sumber: BPS, diolah
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
(% Y
oY
)
IHK Core Volatile Adm Price
Perkembangan Inflasi Daerah 22
Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi
disumbang oleh kelompok volatile food dengan andil
sebesar 1,02%(yoy).
Tiga komoditas pada kelompok volatile food yang
memberikan andil inflasi tertinggi secara year on year
antara lain Ikan Tongkol/Amu-Ambu (0,22%), Daging
Ayam Ras (0,12%), dan Dencis (0,11%).
Selanjutnya, inflasi tahunan Aceh pada triwulan
laporan juga disumbang beberapa komoditas dari
kelompok core yaitu Nasi dengan Lauk (0,23%),
Tukang bukan Mandor (0,18%) dan Besi Beton (0,14%).
Tabel 3.2. Komoditas Deflatoir (Andil %yoy)
No Deflatoir Yoy (%)
Andil (%)
Volatile foods
1 Cabai Merah (31,64) (0,21)
2 Bawang Merah (18,42) (0,09)
3 Cabai Rawit (20,04) (0,08)
Administered Prices
1 Tarip Air Minum PAM (0,00) (0,00)
2 Tarip Puskesmas (0,00) (0,00)
3 Angkutan Dalam Kota (0,00) (0,00)
Core
1 Gula Pasir (11,36) (0,06)
2 Televisi Berwarna (5,40) (0,01)
3 SMA (2,75) (0,01)
Sumber: BPS, diolah.
Berdasarkan Kelompok Barang
Komoditas kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
Bahan Bakar memberikan andil terbesar pada inflasi
di Triwulan-IV 2017
Berturut-turut kelompok barang dan jasa yang
memiliki andil terbesar terhadap inflasi tahunan pada
Tw IV 2017 yaitu kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas
dan Bahan Bakar (1,75%), kelompok Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan Tembakau (0,79%), dan
kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
(0,65%).
Tabel 3.3. Inflasi Kelompok Barang
Tw III 2017 Tw IV 2017
Kelompok Barang dan
Jasa
Inflasi
(%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Inflasi
(%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Bahan Makanan 0,93 0,23 2,47 0,63
Makanan Jadi,
Minuman, Rokok dan
Tembakau
4,36 0,75 4,56 0,79
Sandang 3,59 0,28 5,07 0,38
Pendidikan, Rekreasi,
dan Olahraga 1,55 0,08 1,94 0,09
Kesehatan 2,28 0,09 2,05 0,08
Perumahan, Air, Listrik,
Gas dan Bahan Bakar 6,78 1,75 6,84 1,75
Transport, Komunikasi,
dan Jasa Keuangan 4,87 0,72 4,38 0,65
Inflasi Umum 3,85 4,25
Sumber: BPS, diolah
Inflasi Kelompok Bahan Makanan meningkat dari
0,93%(yoy) pada Triwulan-III 2017 menjadi 2,47%(yoy)
pada Triwulan-IV 2017, dengan andil inflasi yang
mengalami peningkatan yaitu dari 0,23%(yoy) pada
Triwulan-III 2017 menjadi 0,63%(yoy) pada triwulan
laporan.
Tabel 3.4. Inflasi Bahan Makanan
Kelompok Bahan
Makanan
Tw III 2017 Tw IV 2017 Inflasi
(% yoy)
Andil
(% yoy)
Inflasi (%
yoy)
Andil
(% yoy)
Padi-padian, Umbi-
umbian, dan Hasilnya
1,19 0,05 0,79 0,04
Daging dan hasil-
hasilnya
8,88 0,26 7,74 0,23
Ikan Segar 3,66 0,25 9,84 0,70
Ikan Diawetkan 9,45 0,04 3,91 0,02
Telur, Susu, dan Hasil-
hasilnya
-1,68 -0,03 1,46 0,02
Sayur-sayuran 0,25 0,00 (5,39) (0,11)
Kacang-kacangan 0,07 0,00 (0,20) 0,00
Buah-buahan -3,50 -0,09 (2,39) (0,06)
Bumbu-bumbuan -16,47) -0,37 (13,97) (0,32)
BAHAN MAKANAN INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW III 2017 0,93 TW IV 2017 2,47
Komoditas Bahan
Makanan
Ikan Tongkol
Daging Ayam Ras
Dencis
Tw III 2017 Tw IV 2017 Inflasi (%
yoy)
Andil (%
yoy)
Inflasi (%
yoy)
Andil
(% yoy)
(6,59)
15,56
28,09
(0,12)
0,15
0,10
11,95 0,22
10,69
26,90
0,12
0,11
Tembakau dan
Minuman
Beralkohol
Tw III 2017 Tw IV 2017
Inflasi
(%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Inflasi
(%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Rokok Kretek Filter
Rokok Kretek
Rokok Putih
9,38
6,58
8,51
0,25
0,11
0,05
6,52
6,43
5,59
0,18
0,11
0,03
23 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Kelompok Bahan
Makanan
Tw III 2017 Tw IV 2017 Inflasi
(% yoy)
Andil
(% yoy)
Inflasi (%
yoy)
Andil
(% yoy)
Lemak dan Minyak 6,53 0,09 5,02 0,07
Bahan Makanan
Lainnya
3,27 0,01 8,46 0,02
Inflasi Kelompok 0,93 0,23 2,47 0,63
Sumber: BPS, diolah
Berdasarkan andilnya, sumber inflasi kelompok bahan
makanan terutama bersumber dari sub kelompok ikan
segar. Komoditas utama yang meningkatkan inflasi
tahunan yaitu Ikan Tongkol.
Harga ikan tongkol pada Tw IV 2017 mengalami
peningkatan karena pasokan ikan yang menurun
dikarenakan cuaca yang kurang baik serta gelombang
tinggi yang melanda perairan sekitar Aceh.
Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Makanan
Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Kelompok Makanan
Jadi, Minuman, Rokok
dan Tembakau
Tw III 2017 Tw IV 2017
Inflasi
(%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Inflasi
(%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Tembakau dan
Minuman Beralkohol
8,27 0,41 6,41 0,32
Makanan Jadi 4,35 0,37 5,60 0,48
Minuman yang Tidak
Beralkohol
(0,74) (0,03) (0,44) (0,02)
Inflasi Kelompok 4,36 0,75 4,56 0,79
Di sisi lain, inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman,
Rokok, dan Tembakau meningkat tipis dari 4,36%(yoy)
pada triwulan III 2017 menjadi 4,56%(yoy) pada
triwulan laporan dengan andil inflasi yang juga
meningkat dari 0,75% menjadi 0,79%.
MAKANAN JADI,
MINUMAN, ROKOK,
DAN TEMBAKAU INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW III 2017 4,36 TW IV 2017 4,56
Peningkatan andil tersebut terjadi karena adanya
peningkatan andil pada sub kelompok Makanan Jadi.
Komoditas yang menyebabkan peningkatan andil
inflasi kelompok tersebut yaitu nasi dengan lauk.
PERUMAHAN, AIR,
LISTRIK, GAS DAN
BAHAN BAKAR INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW III 2017 6,78 TW IV 2017 6,84
Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas Dan
Bahan Bakar meningkat dari 6,78%(yoy) pada Triwulan
III-2017 menjadi 6,84%(yoy) di Triwulan laporan.
Peningkatan andil terjadi pada sub kelompok Tukang
Bukan Mandor yaitu dari 0,08 di triwulan III 2017
menjadi 0,18 di triwulan laporan, sedangkan tarip listrik
mengalami penurunan andil menjadi 0,80 pada
triwulan laporan atau menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar 0,87.
Komoditas yang menyebabkan peningkatan andil
inflasi pada kelompok tersebut yaitu Tukang Bukan
Mandor. Tekanan inflasi tersebut merupakan dampak
dari meningkatnya Upah Minimum Regional di Aceh
sebesar 18%, dari sebelumnya Rp2.118.500 menjadi
Rp2.500.000 per bulan.
SANDANG INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW III 2017 3,59 TW IV 2017 5,07
Secara agregat Inflasi Kelompok Sandang mengalami
peningkatan dari 3,59%(yoy) pada triwulan III-2017
menjadi 5,07%(yoy) di Triwulan laporan dengan andil
inflasi yang menurun dari 0,32%(yoy) ke 0,28%(yoy).
Perumahan, Air,
Listrik, Gas Dan
Bahan Bakar
Tw III 2017 Tw IV 2017
Inflasi
(% yoy)
Andil
(% yoy)
Inflasi (%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Tarip Listrik
Tukang Bukan
Mandor
Sewa Rumah
34,44
2,89
0,87
0,87
0,08
0,04
31,68
6,49
0,87
0,80
0,18
0,04
Inflasi Kelompok 0,93 1,75 2,47 1,75
Perkembangan Inflasi Daerah 24
Komoditas Sandang
Tw III 2017 Tw IV 2017 Inflasi
(% yoy)
Andil (% yoy)
Inflasi (% yoy)
Andil (% yoy)
Baju Kaos Berkerah 5,17 0,02 2,03 0,02
Blus 4,99 0,01 4,99 0,01
Baju Anak Stelan 8,09 0,03 7,62 0,03
Penurunan andil inflasi tersebut bersumber dari
stabilnya andil yang diberikan oleh sub kelompok blus,
baju kaos berkerah, serta baju stelan anak yaitu
sebesar 0.01% (yoy), 0,02% (yoy), dan 0,03% (yoy) pada
Triwulan laporan.
TRANSPOR,
KOMUNIKASI DAN
JASA KEUANGAN INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW III 2017 4,87 TW IV 2017 4,38
Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
mengalami penurunan dari sebesar 4,87%(yoy) di
triwulan III 2017 menjadi 4,38%(yoy) di triwulan
laporan dengan andil inflasi yang mengalami
penurunan pula dari 0,72% menjadi 0,65%.
Penurunan andil inflasi terbesar bersumber dari sub
komoditas Komunikasi dan Pengiriman yaitu dari
0,14%(yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 0,09%(yoy)
di Triwulan laporan.
Komoditas yang menyebabkan penurunan andil inflasi
pada kelompok tersebut yaitu Angkutan Udara,
Bensin, dan Tarip Pulsa.
Pada triwulan I-2018, inflasi Aceh diproyeksikan akan
mencapai 3,24%- 4,24%(yoy). Proyeksi inflasi tersebut
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
dikarenakan terdapat panen raya dan curah hujan
yang menurun.
3.2. Inflasi Bulanan
Tren rata-rata IHK bulanan Aceh pada Triwulan-IV
2017 mengalami inflasi sebesar 0,60%(mtm),
meningkat dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di
triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar
0,45%(mtm).
Faktor utama penyebab inflasi selama triwulan IV-2017
adalah meningkatnya permintaan barang diakibatkan
oleh adanya perayaan hari raya Idul Adha serta
pelaksanaan beberapa kegiatan berskala nasional
yang menghadirkan ribuan orang ke Aceh selama
berlangsungnya acara. Sementara itu, efek dari
terhentinya kegiatan penggalian pasir ilegal
berdampak pada berkurangnya pasokan pasir di lokasi
penjualan. Di sisi lain, kondisi gelombang yang tinggi
pada akhir tahun memaksa para nelayan untuk
membatasi kegiatan usahanya sehingga berdampak
pada naiknya harga komoditas ikan, khususnya
tongkol yang sering dikonsumsi masyarakat. Efek
realisasi anggaran pemerintah pada akhir tahun
terhadap proyek konstruksi pun ikut memberikan andil
pada inflasi di triwulan laporan.
INFLASI OKTOBER 2017
0,16 % KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
- Nasi dengan Lauk 0,08 - Tongkol 0,05 - Cumi-cumi 0,04
Tekanan inflasi pada bulan Oktober 2017 mengalami
penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang
mengalami inflasi sebesar 0,45%(mtm) namun
mengalami peningkatan jika dibandingkan inflasi pada
periode yang sama tahun sebelumnya yang
mengalami inflasi sebesar 0,10%(mtm).
Sumber terjadinya inflasi pada bulan laporan berasal
dari kelompok core yang memberikan andil inflasi
Transpor,
Komunikasi dan
Jasa Keuangan
Tw III 2017 Tw IV 2017
Inflasi
(% yoy)
Andil
(% yoy)
Inflasi (%
yoy)
Andil
(%
yoy)
Angkutan Udara
Bensin
Tarip Pulsa Ponsel
34,19
5,19
8,01
0,23
0,21
0,14
30,82
4,79
4,81
0,22
0,19
0,09
25 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
bulanan (mtm) sebesar 0,12% kemudian diikuti oleh
kelompok volatile food yang memberikan andil inflasi
sebesar 0,01%.
Adapun komoditas utama yang mendorong tekanan
inflasi adalah dari kelompok core yang memberikan
andil inflasi bulanan sebesar 0,02%, khususnya pada
komoditas nasi dengan lauk dan tukang bukan
mandor.
Peningkatan harga komoditas nasi dan lauk tersebut
disebabkan oleh adanya peningkatan konsumsi akan
nasi dan lauk didorng oleh adanya kegiatan skala
nasional, yakni Pekan Keterampilan dan Seni
Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) tingkat Nasional
ke VIII tahun 2017 pada tanggal 9 s.d. 13 Oktober yang
dihadiri oleh lebih dari 1.200 peserta.
Secara bulanan angka capaian inflasi volatile food
tercatat menurun dari inflasi pada periode yang sama
di tahun sebelumnya yang sebesar 0,28%(mtm)
menjadi 0,06% (mtm) pada Oktober 2017. Penyebab
inflasi bulanan komoditas volatile food pada periode
ini adalah karena berkurangnya pasokan ikan
terutama ikan tongkol dan cumi-cumi yang
diakibatkan oleh gelombang tinggi yang terjadi di
perairan wilayah barat, utara, dan timur Aceh sehingga
menyebabkan sedikitnya nelayan yang melaut dan
berdampak pada jumlah pasokan yang menurun.
INFLASI NOVEMBER 2017
0,38% KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
- Tongkol 0,07 - Beras 0,05 - Udang Basah 0,04
Secara bulanan, capaian inflasi di Aceh pada bulan
November 2017 tercatat meningkat apabila
dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami
inflasi sebesar 0,16%(mtm) dan lebih tinggi daripada
inflasi bulanan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 0,20% (mtm).
Sumber inflasi bulanan tersebut berasal dari
komponen volatile food yang memberikan andil inflasi
sebesar 0,26%(mtm) kemudian diikuti oleh komponen
core yang memberikan andil sebesar 0,07%(yoy) dan
komponen administered prices yang memberikan andil
sebesar 0,03%(yoy).
Sumber inflasi bulanan pada komponen volatile food
bersumber dari kenaikan berbagai komoditas ikan
serta beras. Pengaruh cuaca buruk akibat siklus tropis
berpengaruh terhadap kondisi gelombang tinggi yang
dapat mencapai level 5 meter masih terjadi di perairan
wilayah Barat, Utara, dan Timur Aceh. Kondisi tersebut
menyebabkan sedikitnya nelayan yang melaut dan
berdampak pada jumlah pasokan yang menurun,
khususnya untuk komoditas ikan tongkol, udang, dan
ikan kembung. Selain itu, cuaca buruk pun
menyebabkan banjir di beberapa sentra penghasil
beras utama di Aceh seperti di wilayah Aceh Tenggara
dan Pidie.
Sedangkan sumber inflasi bulanan pada komponen
core bersumber dari kenaikan harga dari berbagai
komoditas barang dan jasa di sektor konstruksi,
khususnya komoditas pasir, batu bata, dan seng.
Realisasi berbagai proyek baik pemerintah maupun
swasta di akhir tahun membuat harga bahan baku
konstruksi meningkat.
INLASI DESEMBER 2017
1,26%
KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
- Tongkol 0,36 - Cabai Rawit 0,10 - Beras 0,09
Secara bulanan, tingkat inflasi di Aceh pada bulan
Desember 2017 tercatat sedikit lebih tinggi apabila
dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami
inflasi sebesar 0,38% (mtm) dan juga lebih tinggi
Perkembangan Inflasi Daerah 26
daripada capaian inflasi pada bulan Desember tahun
sebelumnya yang sebesar 1,12%(mtm).
Sumber inflasi bulanan tersebut berasal dari
komponen volatile foods yang memberikan andil
inflasi bulanan sebesar 1,02%(mtm). Sementara itu
komponen core dan administered prices memberikan
andil sebesar 0,14% dan 0,11%(mtm).
Sumber inflasi bulanan pada komponen volatile food
bersumber dari peningkatan harga pada komoditas
ikan tongkol/ambu-ambu, cabai rawit, beras, serta
daging ayam ras dan dencis.
Peningkatan harga akan komoditas-komoditas
tersebut bersumber dari faktor berkurangnya pasokan
bahan baku dari wilayah penghasil ikan di wilayah
Aceh, antara lain di kawasan Aceh bagian Barat dan
Utara. Pengaruh cuaca akibat hujan berpengaruh
terhadap kondisi gelombang tinggi yang berada pada
level medium (3 meter) masih terjadi di perairan
wilayah Barat, Utara, dan Timur Aceh. Kondisi tersebut
menyebabkan sedikitnya nelayan yang melaut dan
berdampak pada jumlah pasokan yang menurun,
khususnya untuk komoditas ikan tongkol. Di samping
itu, harga komoditas mengalami peningkatan
bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi
Muhammad saw di Aceh yang berlangsung selama
lebih kurang 3 bulan serta menjelang libur panjang
natal dan tahun baru.
Sumber inflasi bulanan pada komponen core terjadi
akibat adanya kenaikan dari komoditas sektor di
kontruksi, khususnya harga tukang bukan mandor
yang memberikan andil sebesar 0,03%. Peningkatan
harga komoditas ini seiring dengan meningkatnya
kegiatan pembangunan fisik pemerintah pada akhir
tahun 2017.
3.3.Aktivitas Tim Pengendalian Inflasi (TPID)
Untuk menyusun program pengendalian inflasi Aceh
menghadapi risiko inflasi di akhir tahun serta
menyusun strategi pengendalian inflasi tahun 2018,
telah dilaksanakan kegiatan High Level Meeting TPID
pada tanggal 13 Desember 2017 bertempat di Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh. Forum
tersebut menekankan pada pentingnya upaya untuk
memitigasi inflasi akibat cuaca yang kurang baik di
akhir tahun 2017 serta pembahasan program kerja
TPID Aceh tahun 2018.
Ada beberapa program yang dilaksanakan TPID Aceh
di akhir tahun 2017. Pertama, program Diseminasi
Data & Informasi yang meliputi kegiatan monitoring
data & harga pangan melalui pengembangan situs
hargapanganaceh.com, pembuatan iklan layanan
masyarakat, pelaksanaan himbauan keagamaan
berkoordinasi dengan Majelis Permusyawaratan
Ulama (MPU), dan konferensi pers pengendalian
inflasi. Kedua, TPID Aceh melakukan Koordinasi Antar
Institusi seperti melakukan kajian terhadap draft
perdagangan antar daerah dengan Provinsi Sumatera
Utara, melaksanakan kegiatan studi banding ke TPID
Kota Padang dan TPID Kota Bukit Tinggi, menjajaki
kerjasama perdagangan antar wilayah baik antar
provinsi maupun intra provinsi, melaksanakan rapat
high level TPID, berkoordinasi dengan satgas pangan
Aceh untuk memonitor kecukupan stok barang
kebutuhan pokok dan meningkatkan komitmen
pelaporan TPID Kabupaten / Kota.
Program TPID Aceh yang ketiga adalah Menjaga
Kelancaran Distribusi dengan cara menjaga dan
mempertahankan kualitas kualitas jalan dan
melakukan monitoring lalu lintas barang yang dibantu
oleh Dinas Perhubungan Provinsi Aceh. Selanjutnya
program keempat TPID Aceh juga Memastikan
27 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Kecukupan Pasokan dengan melaksanakan kegiatan
inspeksi pasar, pedagang besar & gudang distributo
serta melaksanakan Operasi Pasar. Kelima, dalam
rangka Menjaga Stabilitas Harga, TPID Aceh
menyelenggarakan program pasar murah dan
program Toko Tani Indonesia.
Beberapa program TPID Aceh di tahun 2018 yang
potensial untuk dilaksanakan diantaranya yaitu
meliputi Toko Tani Indonesia Center, MoU
Perdagangan antardaerah di wilayah Provinsi Aceh,
benih padi (Desa Mandiri Benih), percepatan sistem
resi gudang, pengawasan bersama LPG 3 kg, subsidi
stagnasi transportasi, memperlancar/mempersingkat
konektivitas antardaerah (jalur distribusi), pengawasan
stok pangan, dan pengawasan distribusi antarpulau.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Stabilitas Keuangan Daerah &
Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM Risiko Stabilitas Keuangan Daerah di Aceh Relatif Mengalami Penurunan
• Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2017 tidak sepenuhnya berimbas pada kinerja penyaluran kredit di kelompok korporasi. Penyaluran kredit kelompok korporasi mengalami peningkatan kinerja setelah mulai tertekan pada triwulan sebelumnya, kemudian terjadi penurunan risiko yang tercermin dari penurunan non performing loan (NPL).
• Kinerja penyaluran kredit kelompok rumah tangga pada triwulan IV-2017 mengalami peningkatan. Hal tersebut didukung oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) Perseorangan di Perbankan yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan risiko kredit rumah tangga yang tercatat menurun dan masih di bawah ambang batas NPL 5%.
• Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM sedikit meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM mengalami penurunan, namun masih berada di atas 5%.
4.1.Ketahanan Sektor Korporasi
Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-
2017 belum berimbas pada melambatnya kinerja
sektor korporasi.
asil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan
perlambatan kinerja korporasi di sektor
pertanian sebagai sektor paling besar di Aceh.
Hasil SKDU sektor pertanian menunjukkan adanya
penurunan hasil usaha dari terkontraksi 1,95%(yoy)
pada triwulan sebelumnya menjadi terkontraksi
4,03%(yoy), pada triwulan laporan.
Penurunan ini terutama didorong oleh adanya
menurunnya kapasitas utilisasi hampir di seluruh
subsektor bahan pangan dan perikanan. Penurunan
kapasitas utilisasi tersebut didorong oleh cuaca buruk
yang melanda wilayah Aceh pada akhir tahun
sehingga menyebabkan petani dan nelayan tidak
dapat melakukan kegiatan secara optimal. Curah
hujan yang tinggi menyebabkan petani mengalami
gagal panen, kemudian gelombang tinggi yang terjadi
di wilayah perairan sekitar Aceh menyebabkan nelayan
tidak dapat melaut.
Menurunnya kinerja sektor pertanian juga terindikasi
dari melambatnya kredit pada sektor tersebut. Kredit
sektor pertanian pada triwulan IV-2017 tercatat
tumbuh sebesar 36,45%(yoy), mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
38,45%(yoy).
Grafik 4.1. Realisasi SKDU Pertanian
Sumber: Bank Indonesia
Kondisi kinerja korporasi di sektor kedua terbesar di
Aceh, yakni sektor perdagangan mengalami
penurunan. Tercatat kinerja sektor perdagangan
berdasarkan hasil SKDU mengalami penurunan
menjadi sebesar 0,13%(yoy) dibandingkan periode
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
2,05%(yoy).
-8,00
-6,00
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
SKDU Sektor Pertanian (%,yoy)Pertumbuhan Sektor Pertanian (%,yoy)
H
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 28
Grafik 4.2. Realisasi SKDU Perdagangan
Sumber: Bank Indonesia
Selain hal tersebut di atas, kinerja sektor korporasi juga
dapat dilihat dari hasil SKDU Bank Indonesia terkait
dengan akses kredit. Responden SKDU yang
menyatakan bahwa akses kredit yang berkategori
‘Baik’ dan ‘Cukup’ sedikit menurun dari total 94,12%
pada triwulan sebelumnya menjadi 91,66% pada
triwulan laporan.
Sedikit menurunnya kondisi akses kredit tersebut, juga
cukup membawa pengaruh terhadap kondisi
keuangan korporasi, khususnya di sisi kemampuan
likuiditas. Kemampuan likuiditas tersebut
menunjukkan ketahanan korporasi dalam hal
pembiayaan kegiatan korporasi dalam jangka pendek.
Hasil SKDU mencatat penurunan penilaian likuiditas
yang memiliki predikat ‘Baik’ dari 76,36% pada
triwulan sebelumnya menjadi 71,65% pada triwulan
laporan.
Sementara itu, dari sisi kemampuan rentabilitas yang
menggambarkan kemampuan korporasi dalam hal
pembiayaan kegiatan perusahaan dalam jangka
panjang tercatat mengalami sedikit penurunan.
Tercatat sebanyak 75,00% responden menyampaikan
bahwa kondisi rentabilitas berada dalam predikat
1 Indikator SKDU Akses kredit tidak mencerminkan pertumbuhan
kredit yang diterima korporasi namun lebih ke arah jumlah nominal
korporasi yang menerima kredit.
‘Baik’, lebih rendah dibandingkan dengan kondisi
triwulan sebelumnya yang sebesar 79,09%
Grafik 4.3. Realisasi SKDU Kondisi
Keuangan
Sumber: Bank Indonesia
Eksposur Perbankan di Sektor Korporasi
Kredit perbankan kepada sektor korporasi di Aceh
mengalami penurunan risiko yang tercermin dari
penurunan rasio Non Performing Loan (NPL), disisi
lain pertumbuhan penyalurannya mengalami
perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kredit korporasi triwulan IV-2017 mengalami
perbaikan yang signifikan menjadi 33,35% (yoy) jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
sebesar -1,25% (yoy).
Dilihat dari strukturnya, kredit korporasi Aceh
terkonsentrasi pada tiga sektor utama yaitu sektor
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (43%), sektor
Perdagangan Besar dan Eceran (14%), dan sektor
Industri Pengolahan (14%). Secara sektoral, perbaikan
pertumbuhan penyaluran kredit korporasi terutama
didorong oleh peningkatan kredit pada sektor industri
pengolahan, dan perdagangan, namun sedikit
tertahan akibat perlambatan penyaluran kredit pada
sektor pertanian.
-4,00
-2,00
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
SKDU Sektor Perdagangan (%,yoy)
Pertumbuhan Sektor Perdagangan (%,yoy)
0
20
40
60
80
100
Akses Kredit Kondisi LikuiditasPerusahaan
Kondisi RentabilitasPerusahaan
Tw III-17 Tw IV-17
29 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Grafik 4.4. Pangsa Kredit Korporasi
Sektoral
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Pertumbuhan kredit korporasi di sektor perdagangan
meningkat cukup signifikan, yaitu tumbuh sebesar
9,17%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi 15,40%(yoy). Peningkatan kredit di sektor
ini terjadi seiring pelaku usaha memerlukan dana
untuk berinvestasi.
Grafik 4.5. Kredit Korporasi Sektoral
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Kredit korporasi sektor Industri Pengolahan
mengalami pertumbuhan sebesar 294,54%(yoy),
kondisi ini mencerminkan kenaikan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 294,54%(yoy).
Berdasarkan hasil liaison KPw BI Provinsi Aceh, salah
satu faktor yang mendorong peningkatan
pertumbuhan kredit sektor industri adalah beberapa
aktivitas investasi di perusahaan pada sektor industri
manufaktur yang digunakan untuk pembelian unit
kendaraan serta pengadaan bahan baku produksi.
Selanjutnya, kredit korporasi di Sektor Pertanian
mengalami pertumbuhan sebesar 36,45%(yoy), atau
mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
38,50%(yoy).
Berlawanan dengan peningkatan penyaluran kredit
korporasi, risiko kredit tercatat mengalami penurunan.
Rasio Non Performing Loan (NPL) kredit korporasi
berada di bawah ambang batas NPL 5%, yaitu berada
di angka 3,24% atau menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar 4,29%.
Grafik 4.6. NPL Kredit Korporasi
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Penurunan risiko kredit korporasi terjadi didorong
oleh penurunan NPL pada sektor perdagangan dan
sektor pertanian, dimana pada triwulan sebelumnya
NPL di sektor perdagangan mencapai 3,32%, namun
pada triwulan IV-2017 menurun hingga mencapai
0,15%. Sementara itu pada sektor pertanian NPL turun
ke level 0,39% setelah pada triwulan sebelumnya
berada pada level 0,69%. Di sisi lain, satu sektor lainnya
yaitu sektor industri pengolahan mengalami sedikit
peningkatan NPL menjadi 2,17% dari 1,62% pada
triwulan sebelumnya. Meskipun demikian, NPL pada
sektor Industri Pengolahan tersebut masih sehat
karena masih berada di bawah ambang batas NPL,
yaitu sebesar 5%.
Tren penurunan suku bunga kredit korporasi yang
terjadi sejak awal tahun 2016 kembali terjadi, karena
14%
12%
43%
31%
PERDAGANGAN
INDUSTRI
PERTANIAN
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Rp
Milia
r
Kredit Ke Perdagangan
Kredit Ke Industri Pengolahan
Kredit Ke Pertanian
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
%
NPL PHR NPL Industri Pengolahan
NPL Pertanian
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 30
pada triwulan laporan, suku bunga kredit korporasi
berada pada level 11,55% atau sedikit menurun
dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya
sebesar 11,75%.
4.2.Ketahanan Sektor Rumah Tangga
Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2017
mengalami peningkatan sebagai penahan
melambatnya pertumbuhan ekonomi Aceh.
Meningkatnya daya beli masyarakat secara umum di
triwulan IV-2017 tercermin dari hasil Survei Konsumen
yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Dalam survei
tersebut Indeks Penghasilan tercatat mengalami
peningkatan di triwulan IV-2017.
Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut
didorong oleh perayaan Maulid Nabi Muhammad
SAW dan banyaknya long weekend di akhir tahun.
Menggeliatnya aktivitas ekonomi memasuki perayaan
hari keagamaan ini cukup mampu menstimulus
konsumsi masyarakat Aceh.
Namun demikian, peningkatan konsumsi tersebut
belum mampu mengangkat nilai Indeks Kondisi
Ekonomi (IKE) pada triwulan laporan. IKE periode
Desember 2017 menurun 2,4 poin dibandingkan
triwulan lalu, yaitu tercatat berada pada level 115,0.
Penurunan ini tidak lepas dari performa dua indeks
pendukung IKE, yaitu Indeks Ketersediaan Lapangan
Kerja serta Indeks Kegiatan Usaha. Indeks Ketersediaan
Lapangan Kerja menurun signifikan sebesar 9,1 poin
sehingga tercatat pada level 100,0 pada triwulan
laporan. Sementara Indeks Kegiatan Usaha turun 4
poin dari 124,6 pada triwulan sebelumnya menjadi
120,6 pada triwulan laporan.
Sementara itu, meningkatnya 1 (satu) indeks
pendukung lainnya secara kumulatif menahan nilai IKE
untuk tidak turun lebih besar lagi. Indeks Penghasilan
Konsumen tercatat meningkat dari 124,6 di triwulan
sebelumnya menjadi 130,6 pada triwulan laporan. Di
sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen turun dari 122,5
pada triwulan sebelumnya menjadi 119,4 pada triwulan
laporan. (Grafik 4.7, Adapun detail penjelasan tentang
Perkembangan Sektor Rumah Tangga dijelaskan pada
bab 1).
Grafik 4.7 Indeks Keyakinan Konsumen,
Kondisi Ekonomi, dan Penghasilan
Sumber: Bank Indonesia
DPK Perseorangan di Perbankan
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perseorangan
di Perbankan mengalami peningkatan.
DPK perseorangan tercatat tumbuh sebesar
0,60%(yoy), meningkat signifikan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat terkontraksi
sebesar 9,23%(yoy). Pertumbuhan bersumber dari
peningkatan tabungan.
Grafik 4.8. Komposisi DPK Perseorangan
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Dengan pangsa sebesar 78,95% dari total DPK
perseorangan, pertumbuhan tabungan pada triwulan
100
110
120
130
140
I II III IV I II III IV
2016 2017
Indeks Penghasilan Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Keyakikan Konsumen
5,01
%
78,9
5%
16,0
4%
GIRO
TABUNGA
31 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
IV-2017 tercatat sebesar 15,00%(yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 9,50%(yoy). Deposito mengalami kontraksi
sebesar 33,50%(yoy), sedikit meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar
42,03%. Sedangkan giro terkontraksi sebesar
24,48%(yoy), atau mengalami penurunan kontraksi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
35,01%(yoy). Namun demikian, pangsa deposito serta
giro terhadap total DPK perorangan hanya sebesar
16,04% dan 5,01%.
Grafik 4.9. Pertumbuhan DPK
Perseorangan
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Seiring dengan perlambatan pertumbuhan
perekonomian Aceh di akhir tahun, beberapa Rumah
Tangga Aceh diindikasikan cenderung merubah
preferensi DPKnya dari investasi (produk deposito)
menjadi DPK untuk berjaga-jaga (produk tabungan).
Kredit Perseorangan di Perbankan
Penyaluran kredit kepada sektor perseorangan di
Aceh mengalami peningkatan pertumbuhan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, adapun
tingkat risiko yang tercermin dari NPL masih relatif
terjaga.
Grafik 4.10. Pangsa Kredit Perseorangan
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Grafik 4.11. Pertumbuhan Kredit
Perseorangan
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Kredit rumah tangga tumbuh sebesar 10,60%(yoy)
pada triwulan IV-2017, meningkat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
7,80%(yoy). Kredit perseorangan yang menunjukkan
peningkatan pertumbuhan yaitu kredit multiguna,
sementara pertumbuhan kredit KKB serta KPR
mengalami kontraksi.
Kredit multiguna tercatat tumbuh sebesar 11,11%(yoy),
naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
8,52%(yoy). Di sisi lain, kredit KKB dan KPR tercatat
mengalami kontraksi sebesar -3,34% dan -23,71%.
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Giro Perseorangan (%YoY)
Tabungan Perseorangan (%YoY)
14%
10%
73%
3%
MULTIGUNAKPRKKB
0%
200%
0
50
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Rp
Tri
liu
n
Kredit Perorangan Kredit Total
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 32
Grafik 4.12. Pertumbuhan Kredit
Perseorangan Berdasarkan Jenis
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Risiko kredit rumah tangga relatif terjaga. Risiko kredit
rumah tangga pada triwulan IV-2017 tercatat membaik
ke level 0,62% dari triwulan sebelumnya yang berada
di level 0,76%. Angka tersebut masuk ke dalam
kategori baik karena masih jauh berada dibawah
ambang batas NPL yaitu 5%.
Grafik 4.13. NPL Kredit Perseorangan
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Kondisi tersebut ditopang oleh stabilnya risiko kredit
diseluruh sektor (KPR, KKB, Multiguna, lainnya). NPL
KPR tercatat sebesar 1,36%, selanjutnya NPL KKB, dan
Multiguna masing-masing tercatat sebesar 0,86% dan
0,39%.
4.3. Eksposur Perbankan Di Sektor UMKM
Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM
mengalami penurunan, namun berada di atas level
wajar 5%.
Grafik 4.14. Pangsa Kredit UMKM
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Berdasarkan skala usahanya, pangsa penyaluran kredit
sektor UMKM didominasi oleh kredit UMKM skala kecil
dengan penyaluran mencapai Rp5,01 Triliun (48%),
diikuti oleh UMKM skala mikro sebesar Rp3,36 Triliun
(32%), dan skala menengah Rp2,08 Triliun (20%),
sehingga secara total eksposur UMKM mencapai
27,89% dari total kredit.
Grafik 4.15. Pertumbuhan Kredit UMKM
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
Kredit UMKM tercatat tumbuh sebesar 6,79%(yoy),
mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,77%(yoy).
Komposisi kredit UMKM terbesar pada posisi kredit
kecil sebesar Rp5,01 Triliun pada triwulan laporan.
Grafik 4.16. NPL Kredit UMKM
-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
0,6
0,8
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Pertumbuhan yoy KPR (%)
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
NPL KPR NPL KKB NPL Multiguna
20%
48%
32%
MIKRO
KECIL
MENENGAH
0%
5%
10%
15%
20%
0
5
10
15
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
Rp
Tri
liu
n
Total Pembiayaan UMKM (triliun) Pertumbuhan (yoy)
33 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia
NPL UMKM pada triwulan IV-2017 tercatat sebesar
5,30%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 6,10%. Penurunan NPL UMKM terjadi pada
seluruh skala Kredit UMKM, yaitu pada skala mikro,
kecil dan menengah. Walaupun mengalami
penurunan, NPL kredit UMKM masih berada di atas
level wajar 5%.
NPL kredit UMKM skala mikro pada triwulan IV-2017
tercatat sebesar 2,07%, lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 2,84%. Sedangkan NPL
kredit UMKM skala kecil turun dari 7,31% pada triwulan
sebelumnya menjadi 6,50% pada triwulan laporan dan
NPL kredit skala menengah pun menurun menjadi
7,64% dari 8,61% pada triwulan sebelumnya.
Pada triwulan laporan, outstanding Kredit Untuk
Rakyat (KUR) tercatat sebesar Rp1,88 triliun dengan
jumlah debitur sebanyak 97.487 debitur. Angka
outstanding KUR tersebut meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar Rp1,83 triliun dengan
jumlah debitur sebanyak 97.036 debitur.
4.4. Pengembangan UMKM
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh (KPw
BI Prov. Aceh) selain melaksanakan pengembangan
UMKM unggulan dengan pendekatan pengembangan
ekonomi lokal (Local Economic Development atau LED)
dalam rangka menumbuhkan/menciptakan pusat-
pusat aktivitas ekonomi baru ditahun 2017 juga
melaksanakan pengembangan UMKM Ketahanan
Pangan kepada 3 komoditas yaitu cabai merah,
bawang merah dan sapi dalam rangka mendukung
program pengendalian inflasi daerah.
Program Pengembangan Kelompok Cabai Merah.
Program pengembangan komoditas cabai merah
tahun 2017 terdiri dari beberapa kegiatan
pengembangan yang dititik beratkan pada
peningkatan soft skill dan sarana budidaya kepada
petani binaan diantaranya kegiatan Pelatihan Sekolah
Lapang “Teknik Budidaya Cabai Merah Profesional”
serta pemberian sarana produksi pertanian cabai
merah yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan para petani serta meningkatkan
produktifitas cabai merah untuk kebutuhan di kawasan
Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar serta di daerah
sekitarnya.
Program pembinaan ditujukan kepada dua kelompok
petani binaaan Bank Indonesia yang berada di dua
lokasi yaitu Gapoktan Ladong Makmur, Desa Ladong,
Kecamatan Mesjid Raya dan Kelompok Tani Bunga
Harapan, Desa Lonbaroh, Kecamatan Lembah
Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.
Dengan adanya pembinaan kepada petani binaan
diharapkan dapat memberikan motivasi kepada para
petani lainnya guna pentingnya kontinuitas dan
peningkatan produktifitas, efisiensi biaya produksi,
-
5
10
15
20
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
NPL Kredit Mikro NPL Kredit Kecil
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 34
serta menerapkan manajemen penanaman yang baik
guna menjaga stabilitas harga cabai merah dipasaran.
Sehingga pada akhirnya secara berlahan dan
berkelanjutan pengendalian harga disektor komoditas
cabai merah dapat lebih terkendali dan dapat
mensejahterakan kehidupan para petani.
Program Pengembangan Kelompok Penangkaran
Bibit Bawang Merah
Program Pengembangan Kelompok Penangkaran
Bibit Bawang Merah tahun 2017 merupakan kelanjutan
dari program pengembangan klaster di tahun
sebelumnya, dimana program tersebut dikhususkan
kepada para petani penangkar bibit bawang merah di
Kabupaten Pidie.
Program pengembangan tahun 2017 terdiri dari
beberapa kegiatan pengembangan yang dititik
beratkan pada peningkatan soft skill dan sarana
pembibitan kepada petani binaan diantaranya
kegiatan studi banding ke sentral bawang di
Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur, serta
pemberian sarana gudang penyimpanan bibit bawang
merah yang bertujuan untuk meningkatkan
produktifitas bibit bawang merah untuk kebutuhan
budidaya bawang merah di Kabupaten Pidie maupun
daerah sekitarnya.
Dengan adanya pembinaan kepada petani di tahun
2017 tersebut, diharapkan dapat memberikan motivasi
kepada para petani lainnya guna membangun
kemandirian bibit untuk kebutuhan budidaya
khususnya di Provinsi Aceh.
Selain itu, diharapkan program tersebut juga dapat
meningkatkan produktifitas budidaya, efisiensi biaya
produksi, serta dapat menghasilkan bibit yang
berkualitas. Sehingga, pada akhirnya komoditas
bawang merah dapat mensejahterakan kehidupan
para petani dan harga nya terkendali.
Program Pembinaan Kelompok Peternak Pembibitan
Sapi.
Pada tahun 2017 pengembangan dan pembinaan
kelompok dilakukan baik dengan kelompok-kelompok
binaan eksisting maupun replikasi kelompok binaan
baru yang memiliki potensi untuk dapat
dikembangkan dalam rangka pengendalian inflasi di
daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengambangan
klaster sapi di wilayah kerja KPwBI Provinsi Aceh perlu
dilakukan dengan memberikan pembinaan untuk
kelompok-kelompok klaster sapi baru yang memiliki
potensi untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut
baik dengan program replikasi maupun dengan
program inovasi baru yang relevan dilakukan.
Adapun kelompok binaan yang dijadikan target
program pengembangan klaster sapi melalui Program
Sosial Bank Indonesia (PSBI) yaitu Rumah Pakan
Ternak kepada Kelompok Peternak Sapi “Aceh Tani
Lestari” di Desa Bak Diliep, Kecamatan Montasik,
Kabupaten Aceh Besar.
35 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Dengan pemberian bantuan rumah pakan, peternak
dapat menyimpan bahan baku pembuatan pakan
konsentrat maupun pakan alternatif serta sebagai
sarana pengolahan pembuatan pakan tersebut. Selain
itu rumah pakan ini dapat dijadikan sebagai balai
pelatihan dalam rangka meningkatkan pengetahuan
masyarakat di bidang pembibitan sapi di Aceh Besar
serta cara budidaya sapi yang baik dan benar,
sehingga dapat dicapai suatu efisiensi dalam produksi.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah 42
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Dan Pengelolaan Uang Rupiah Pengedaran Uang Kartal Di Provinsi Aceh Mengalami Net Cash Outflow, sedangkan transaksi ritel melalui SKNBI mengalami peningkatan.
• Net cash outflow pada Triwulan IV 2017 mencapai Rp 3,61 triliun, searah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net cash outflow sebesar Rp 1,16 triliun.
• Pada triwulan IV-2017 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebesar 104.670. Data Keuangan
Elektronik (DKE) meningkat sebesar 21,26%(qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 86.317 DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp 4,04 triliun atau meningkat 13,48%(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 3,56 triliun.
5.1. Sistem Pembayaran Tunai
Pada triwulan IV 2017, posisi pengedaran uang kartal
di Bank Indonesia mengalami net cash outflow, atau
aliran uang kartal dari Bank Indonesia ke sistem
perbankan dan pemusnahan uang rusak (outflow)
lebih besar daripada aliran uang kartal dari
perbankan dan masyarakat ke Bank Indonesia
(inflow).
et cash outflow yang terjadi sebesar Rp 3,61
triliun atau naik dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tercatat net cash outflow
sebesar Rp 1,16 triliun dikarenakan pemenuhan uang
kartal menjelang libur akhir tahun, peringatan maulid
nabi. Pola net cash outflow tersebut merupakan siklus
tahunan seiring dengan pembayaran proyek baik
swasta maupun pemerintah.
Aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia
(inflow) mengalami penurunan yang signifikan yaitu
sebesar 59,80%(qtq) dari sebesar Rp 2,04 triliun pada
triwulan III 2017 menjadi Rp 0,82 triliun pada triwulan
IV 2017.
Sebaliknya, aliran uang kartal dari Bank Indonesia
menuju perbankan dan masyarakat serta pemunahan
uang rusak (outflow) pada triwulan pelaporan tercatat
sebesar Rp 4,43 triliun atau naik sebesar 38,44%(qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp
3.20 triliun.
Posisi net outflow saat triwulan IV 2017 sejalan dengan
pola historisnya. Hal ini didorong oleh peningkatan
aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke
perbankan/masyarakat seiring dengan aktivitas
ekonomi yang timbul pada peringatan maulid nabi,
libur akhir tahun, penyelenggaraan acara Sail Sabang
serta pembayaran proyek pemerintah dan swasta.
Grafik 5.1. Netflow Kas (Rp Triliun)
Sumber: Bank Indonesia
(1)
-
1
2
3
4
5
6
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
2015 2016 2017
Inflow Outflow Netflow
N
43 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Secara tahunan, posisi inflow pada triwulan laporan
mengalami kontraksi sebesar 14,80%(yoy) setelah
sebelumnya pada triwulan III 2017 terkontraksi sebesar
8,22%(yoy). Selanjutnya posisi outflow pun secara
tahunan mengalami pertumbuhan sebesar
21,08%(yoy) atau naik signifikan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
6,05%(yoy).
Tabel 5.1. Netflow Uang Kartal
Tahun 2017
(Rp Milyar) Pertumbuhan
(% yoy)
Triwulan III IV III IV
Inflow 2.041,5 817,0 -8,22 -14,80
Outflow 3.203,5 4.428,3 6,05 21,08
Netflow 1.162,0 3.611,2 45,88 33,83
Sumber: Bank Indonesia
Selain menjaga dan memelihara kestabilan nilai
Rupiah, Bank Indonesia juga berupaya menjaga
kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean
money policy and fresh for circulation). Dalam rangka
meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat,
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh secara
rutin melaksanakan kegiatan kas keliling baik di dalam
kota (Banda Aceh dan sekitarnya), luar kota, maupun
remote area (daerah terpencil).
Sepanjang triwulan IV Tahun 2017 telah dilaksanakan
kegiatan kas keliling sebanyak 6 (enam) kali kegiatan
di berbagai wilayah Aceh, yaitu pada tanggal 23
Oktober 2017 di Tapak Tuan, tanggal 25 Oktober 2017
secara simultan di Kabupaten Pidie, tanggal 1
November 2017 di Sabang, tanggal 27 November 2017
di Sigli, tanggal 11 Desember 2017 di Tapak Tuan, dan
tanggal 18 Desember 2017 di Nagan Raya.
Selain itu untuk memenuhi kebutuhan uang layak edar
masyarakat di wilayah selatan Aceh, Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Aceh juga telah membuka kas
titipan sejak 9 Oktober 2017 bertempat di PT. Bank
Aceh Syariah Cabang Subulussalam.
Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan ke Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh pada triwulan
IV 2017 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sepanjang triwulan IV 2017, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Aceh menerima laporan uang palsu
sebanyak 25 lembar, meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebanyak 15 lembar.
Grafik 5.2. Uang Palsu (Lembar)
Sumber: Bank Indonesia
5.2. Sistem Pembayaran Non Tunai
Baik secara triwulanan maupun tahunan,
penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI pada
triwulan IV-2017 tercatat mengalami peningkatan.
Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang
diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik
dari sisi volume maupun nominal (Grafik 5.3).
Grafik 5.3. Volume Kliring
Sumber: Bank Indonesia
27 71 11844 2 10 17
1196
11 12 15 25
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017Lembar
-1
0
1
2
3
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
%
Volume (kiri) g_VolKliring(QtQ) g_VolKliring(YoY)
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah 44
Secara triwulanan, pada triwulan IV-2017 penyelesaian
transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebesar 104.670
Data Keuangan Elektronik (DKE) atau meningkat
sebesar 21,26% dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya sebesar 86.317 DKE. Nilai transaksi yang
diproses melalui SKNBI sebesar Rp 4,04 triliun atau
meningkat 13,48% dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar Rp 3,56 triliun.
Peningkatan transaksi kliring tersebut didorong oleh
beberapa faktor, diantaranya terdapat realisasi
anggaran pemerintah, khususnya belanja modal dan
pola serapan belanja APBA yang umumnya masih
mulai meningkat di akhir tahun.
Grafik 5.4. Nominal Kliring
Sumber: Bank Indonesia
Secara tahunan, volume transaksi ritel melalui SKNBI
pada periode triwulan IV-2017 tercatat meningkat
sebesar 6,00% dibandingkan dengan periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar 98.881 DKE.
Kemudian nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI
mengalami peningkatan sebesar 4,0%(yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar Rp3,89 triliun.
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017
%
Rp
Mili
ar
Nominal (Kiri) g_NomKliring(QtQ) g_NomKliring(YoY)
45 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Pada Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Berdasarkan data terakhir di Bulan September 2017, Tingkat Kemiskinan Provinsi Aceh juga mengalami penurunan.
• Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Agustus 2017 mencapai 63,74%, atau menurun
dibanding bulan Agustus 2016 yang mencapai 64,26%. Kemudian, pada bulan Agustus 2017 Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 6,57%, menurun dibandingkan periode yang sama di
tahun sebelumnya yang sebesar 7,57%.
• Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan September 2017 tercatat sebesar 15,92%.
Angka tersebut mengalami penurunan 0,51% dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan September
2016 yang mencapai 16,43%. Menurunnya tingkat kemiskinan di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya
penurunan tingkat kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 2,25%.
6.1. Ketenagakerjaan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Aceh
menurun dibandingkan periode yang sama pada
tahun sebelumnya
ingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi
Aceh pada Agustus 2017 mencapai 6,57%,
menurun dibandingkan TPT bulan Agustus 2016
sebesar 7,57%. Sementara itu, jumlah angkatan kerja
tercatat sebesar 2,289 juta orang, atau meningkat
sebanyak 31 ribu orang dari jumlah angkatan kerja di
bulan Agustus 2016 sebanyak 2,258 juta orang.
TINGKAT PENGANGGURAN
Agustus 2016 7,57
Agustus 2017 6,57
TPT yang menurun tersebut didorong oleh
meningkatnya jumlah angkatan kerja, sementara
jumlah pengangguran menurun. Jumlah angkatan
kerja meningkat sebesar 31 ribu orang sementara
jumlah pengangguran lebih rendah sebesar 11 ribu
orang dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
pertumbuhan jumlah angkatan kerja selama periode
tahun 2016 hingga tahun 2017 masih dapat diserap
dengan baik oleh pasar tenaga kerja terkait dengan
peningkatan berbagai aktivitas ekonomi dan proyek di
Aceh.
Tabel 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka
PENGANGGURAN 2016 2017
Agustus Agustus
Jumlah Angkatan Kerja (orang, dalam ribuan)
Bekerja 2087 2139
Pengangguran 171 150
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Persentase TPAK (%) 64,62 63,74
Tingkat Pengangguran Terbuka
TPT (%) 7,57 6,57
Perkembangan ketenagakerjaan hingga triwulan III
2017 cenderung positif.
Kondisi ini tercermin dari hasil Liaison Tw III 2017, di
mana jumlah contact yang mengkonfirmasi kenaikan
penggunaan tenaga kerja lebih banyak dari contact
T
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 46
yang mengkonfirmasi penurunan penggunaan tenaga
kerja.
Hasil Likert Scale Liaison mengindikasikan adanya
peningkatan realisasi tenaga kerja dibandingkan
triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut sejalan
dengan hasil SKDU Tw III 2017 yang menunjukkan
peningkatan realisasi tenaga kerja. Realisasi tenaga
kerja tercatat sebesar 3,40% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar
1,14% (yoy).
Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2016,
maka jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus
2017 di Sektor Industri Pengolahan tercatat meningkat
sebanyak 44 ribu jiwa, Sektor Jasa-Jasa tercatat
menurun sebanyak 88 ribu dan Sektor Pertanian,
Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
tercatat meningkat sebanyak 96 ribu jiwa.
Tabel 6.2. Tenaga Kerja Berdasarkan
Sektor (%)
SEKTOR Agustus
2017
Pertanian 38,84
Industri Pengolahan 15,56
Jasa-jasa 45,58
Sektor Jasa-jasa menyerap tenaga kerja dengan porsi
terbesar yaitu 45,58%, sementara penyerapan tenaga
kerja pada Sektor Industri Pengolahan hanya sebesar
15,56%.
Sebagian besar tenaga kerja di Provinsi Aceh masih
didominasi oleh tenaga kerja dengan pendidikan yang
rendah yaitu setingkat SD ke bawah.
Penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh pada Agustus
2017 masih didominasi oleh pekerja yang
berpendidikan SD kebawah yang mencapai 655 ribu
1 Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga
yang diterima petani dengan indeks harga yang
dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar
orang (30,64%). Jumlah tersebut mengalami
peningkatan apabila melihat periode Februari 2016
yang sebesar 638 ribu orang (30,57%).
Tabel 6.3. Tenaga Kerja Menurut
Pendidikan (%)
Pendidikan Tertinggi
(Agustus) 2016 2017
SD ke bawah 30,57 30,64
Sekolah Menengah Pertama 20,20 20,75
Sekolah Menengah Atas 26,89 27,24
Sekolah Menengah Kejuruan 4,28 4,39
Diploma I/II/III 5,72 4,65
Universitas 12,34 12,34
Berdasarkan status pekerjaannya, sektor
Buruh/Karyawan/Pegawai menyerap tenaga kerja
dengan porsi terbesar yaitu sekitar (36,86%),
Tabel 6.4. Tenaga Kerja Berdasarkan
Pekerjaan
Status
Pekerjaan
Agustus
2016 2017
Porsi (%) Porsi (%)
Berusaha Sendiri 20,20 20,47
Berusaha dibantu
buruh tidak tetap 13,81 14,62
Berusaha dibantu
buruh tetap 4,19 3,57
Buruh/Karyawan 38,64 36,86
Pekerja bebas 9,60 10,69
Pekerja
keluarga/tak
dibayar
13,55 13,80
Nilai Tukar Petani1 pada akhir triwulan IV 2017
mengalami penurunan dibandingkan NTP pada
triwulan sebelumnya.
Nilai Tukar Petani pada akhir triwulan IV 2017 tercatat
sebesar 93,88, atau mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
petani merupakan salah satu indikator dalam menentukan
tingkat kesejahteraan petani.
47 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
sebesar 94,18. Nilai Tukar Petani pada triwulan laporan
masih berada dalam tekanan (di bawah 100). NTP di
bawah 100 mengindikasikan bahwa petani mengalami
defisit dalam usahanya sebab penerimaan atas hasil
produksi petani lebih rendah dibandingkan dengan
pengeluaran petani. Penurunan NTP bersumber dari
subsektor tanaman pangan, subsektor peternakan dan
subsektor perikanan.
NILAI TUKAR PETANI (NTP)
Triwulan III 2017 94,18
Triwulan IV 2017 93,88
Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di
wilayah Sumatera, NTP Aceh berada di posisi terendah
kedua setelah Bangka Belitung yang memiliki nilai NTP
sebesar 92,43.
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada Triwulan-IV
2017 tercatat sebesar 102,62, sedikit lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 101,73.
NTUP menggambarkan keuntungan yang diperoleh
petani dari selisih antara indeks harga pengeluaran
yang terkait dengan keperluan produksi dan
penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks
harga yang diterimanya. NTUP di atas 100
menunjukkan bahwa petani telah memperoleh
keuntungan dalam menjalankan usahanya.
6.2. Kemiskinan
Posisi kemiskinan pada September 2017 menurun
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu menurun dari
16,43% menjadi 15,92%. Penurunan persentase
penduduk miskin tersebut terjadi baik perdesaan
maupun di perkotaan. Secara nominal, jumlah
penduduk miskin di Provinsi Aceh pada September
2017 sebesar 829 ribu orang menurun dibandingkan
periode September 2016 sebesar 841 ribu orang.
Penurunan tingkat kemiskinan ini terutama didorong
oleh lancarnya pendistribusian Beras Sejahtera (Rastra)
dan berjalannya program pemerintah lainnya yang
bersumber dari APBA dan APBK.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan
(GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM),
terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh
lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan
kesehatan).
Pada September 2017, sumbangan GKM terhadap GK
sebesar 76,31% sementara sumbangan GKBM
terhadap GK sebesar 23,69%. Beberapa komoditas
utama yang memberikan sumbangan besar terhadap
kenaikan Garis Kemiskinan baik di perdesaan maupun
perkotaan yaitu beras, rokok kretek filter, daging sapi,
perumahan, bensin dan listrik.
KEMISKINAN (%) SEP 2016 16,43
SEP 2017 15,92
INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN SEP 2016 3,06
SEP 2017 2,92
INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN SEP 2016 0,87
SEP 2017 0,78
Sementara itu, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada
September 2017 mengalami penurunan
dibandingkan dengan September 2016.
P1 mengalami penurunan dari 3,06% pada September
2016 menjadi 2,92% pada September 2017. Sementara
P2 mengalami penurunan dari 0,87% pada September
2016 menjadi 0,78 pada September 2017. Penurunan
nilai indeks P1 mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin
mendekati garis kemiskinan. Sementara penurunan
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 48
nilai indeks P2 menunjukkan bahwa ketimpangan
pengeluaran di antara penduduk miskin semakin kecil.
Tabel 6.5. Indeks Kemiskinan (P1 dan P2)
Daerah
2016 2017
SEP SEP
P1 P2 P1 P2
Perkotaan 1,45 0,28 1,67 0,37
Pedesaan 3,74 1,11 3,47 0,96
Perkotaan+Pedesaan 3,06 0,87 2,92 0,78
49 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Aceh pada tahun 2018 diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun 2017 dengan capaian inflasi yang lebih stabil
• Perekonomian Aceh sepanjang tahun 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,73%(yoy) – 4,73%(yoy), lebih
tinggi dibandingkan dengan capaian tahun 2017 yang sebesar 4,19%(yoy). Namun demikian, pada triwulan I-2018
tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh diperkirakan akan berada pada kisaran 2,92%(yoy) – 3,92%(yoy).
• Pada akhir tahun 2018, inflasi di Aceh diperkirakan akan lebih stabil dibandingkan dengan tahun 2017. Inflasi Aceh
diperkirakan berada pada kisaran 3,09%(yoy)-4,09%(yoy), menurun dibandingkan dengan realiasi pada tahun
2017 yang sebesar 4,25%(yoy). Pada triwulan I-2017, tren inflasi diperkirakan akan menurun. Potensi perlambatan
inflasi tersebut terutama bersumber dari administered price yang diperkirakan akan tetap stabil seiring dengan
tidak adanya rencana kenaikan bahan bakar minyak dan listrik serta dari komoditas volatile foods seiring dengan
masuknya musim panen tabama pada bulan Maret.
7.1. Prospek Makroekonomi
Perekonomian Aceh pada tahun 2018 diperkirakan
tumbuh lebih baik dibandingkan tahun 2017. Namun
pada triwulan I-2018 pertumbuhan ekonomi
diperkirakan menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.
Tabel 7.1 Perkiraan Pertumbuhan
Ekonomi
YoY 2018Q1p 2018p
2,92%-3,92% 3,73%-4,73%
Sumber: Proyeksi Bank Indonesia
erekonomian Aceh pada akhir tahun 2017
diperkirakan meningkat pada kisaran 3,73%(yoy)-
4,73%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan
capaian tahun 2017 yang sebesar 4,19%(yoy). Kondisi
perbaikan tersebut diperkirakan didorong oleh
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,
investasi, dan ekspor.
Namun demikian pada triwulan I-2018 tingkat
pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berada
pada kisaran 2,92%(yoy)-3,92%(yoy) atau sedikit
melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2017
yang tumbuh sebesar 3,58%(yoy). Penurunan
pertumbuhan tersebut karenakan adanya penurunan
investasi yang bersumber dari pembiayaan
Pemerintah Daerah akibat belum disahkannya APBA
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh).
Realisasinya APBA juga diperkirakan akan mulai
berjalan secara optimal pada triwulan II-2018.
Resiko lainnya adalah potensi kekeringan di wilayah
Aceh bagian utara yang menyebabkan kegagalan
panen di awal tahun 2018. serta kondisi curah hujan
di kawasan Aceh bagian tengah dan selatan yang
dikhawatirkan berdampak pada produksi perkebunan.
Sementara itu pada subsektor perikanan, cuaca
ekstrem yang terjadi di sepanjang pantai barat dan
utara Sumatera, khususnya di awal triwulan I-2018
dikhawatirkan berpengaruh pada penurunan produksi
perikanan tangkap di wilayah Aceh bagian bagian
barat, utara, dan timur.
Sepanjang tahun 2018, potensi penurunan harga
komoditas perkebunan diperkirakan akan turut
membayangi perekonomian. Tren penurunan
komoditas juga mulai terjadi sejak pada triwulan I-
P
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 50
2018 dan diperkirakan akan berlangsung hingga akhir
tahun 2018. Hal tersebut dikhawatirkan dapat
menghambat pertumbuhan perekonomian Aceh,
khususnya pada sektor utama, yakni sektor pertanian.
Harga kopi dunia sejak triwulan I-2018 diperkirakan
terus mengalami penurunan hingga triwulan III-2018.
Penurunan harga tersebut tidak terlepas dari
peningkatan pasokan akibat cuaca yang membaik di
mayoritas negara penghasil kopi. Namun demikian,
pada triwulan IV-2018, harga kopi diperkirakan akan
kembali mengalami peningkatan.
Kondisi yang sama juga terjadi pada komoditas
pertanian utama Aceh, yakni kelapa sawit dan karet.
Namun demikian, membaiknya pasar CPO domestik
untuk permintaan biodiesel B20 diharapkan mampu
menahan laju perlambatan harga CPO, khususnya di
tingkat lokal.. Harga CPO diperkirakan turun dari
608,10 $/MT pada awal tahun 2018 menjadi 596,70
$/MT pada akhir tahun 2018. Adanya perbaikan
pasokan, khususnya supply produksi sawit di Malaysia
menjadi salah satu penyebab adanya penurunan
harga tersebut.
Tabel 7.2 Perkiraan Harga Komoditas
Kopi
(cts/lb)
CPO
($/MT)
Karet
(cts/lb)
2018Q1 104,00 608,10 79,00
2018Q2 103,70 612,30 80,70
2018Q3 104,40 600,90 81,90
2018Q4 105,30 596,70 81,90
Sumber : IMF
Di sisi lain, sampai dengan awal tahun 2018, optimisme
dari dunia usaha masih menunjukkan sentimen
optimois. Hasil liaison pada beberapa korporasi swasta
yang bergerak di bidang usaha perkebunan sawit
mencatat bahwa penjualan, tenaga kerja, dan rencana,
investasi pada awal tahun 2018 masih dalam zona
optimis. Peningkatan tersebut di samping karena
produksi yang akan meningkat dengan adanya hasil
tanaman replanting baru, khususnya dari perkebunan
rakyat, juga didorong oleh adanya peningkatan
permintaan dari pemerintah terkait program biofuel
dari kelapa sawit.
Selain itu, perkiraan membaiknya permintaan pasar
CPO domestik didorong regulasi Permen ESDM No
26/2016 tanggal 12/10/2016 yang menetapkan bahwa
tidak ada lagi pembedaan perlakuan antara biosolar
subsidi maupun non subsidi, sehingga semua solar
yang dicampur biodiesel akan mendapatkan subsidi
yg dikelola BPDP Kelapa Sawit.
Ekspektasi konsumsi rumah tangga pada triwulan I
2018 dan sepanjang tahun 2018 masih terjaga.
Perbaikan pendapatan rumah tangga seiring dengan
kebijakan kenaikan UMP tahun 2018. UMP Aceh tahun
2018 tercatat naik sebesar 8,00% menjadi Rp2.700.000
dari sebelumnya yang sebesar Rp2.500.000. Di
samping itu, adanya kegiatan Pilkada pada tahun 2018
di beberapa kabupaten/kota diharapkan mampu
mendorong usaha perekonomian, khususnya di sektor
perdagangan, administrasi pemerintahan, serta sektor
jasa akomodasi dan makan minum. Di samping itu,
hingga bulan Februari 2018, kondisi harga barang
tambang khususnya batu bara masih mengalami
peningkataan. Harga batubara hingga pertengahan
triwulan I-2018 tercatat sebesar 58,92 (USD/Metric
Ton), meningkat dari 54,99 (USD/Metric Ton) pada
triwulan IV-2017.
Grafik 7.1. Harga Batubara (USD/Metric
Ton)
Sumber: Bank Indonesia
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
I II III IV I II III IV I II III IV Feb
2015 2016 2017 2018
51 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Melihat pada risiko dan kondisi tersebut,
perekonomian Aceh sepanjang tahun 2018
diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,73%-4,73%(yoy)
atau berpotensi sedikit lebih tinggi dibandingkan
pencapaian tahun 2017 yang tumbuh sebesar
4,19%(yoy). Potensi peningkatan pertumbuhan
perekonomian disebabkan karena perbaikan ekspor di
sektor tambang, khususnya untuk komoditas batu
bara.
7.2. Prospek Inflasi
Pada triwulan I-2018, inflasi Aceh diperkirakan berada
pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan
awal tahun 2017 dengan capaian inflasi diperkirakan
berada pada kisaran 3,24%-4,24%(yoy). Sementara
itu, pada tahun 2018 capaian inflasi juga diperkirakan
lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2017.
Tabel 7.2 Perkiraan Inflasi
YoY
2018Q1p 2018 p
3,24%-4,24% 3,09%-4,09%
Sumber: Proyeksi Bank Indonesia
Perkiraan laju inflasi Provinsi Aceh pada triwulan I-2018
berada pada kisaran 3,24%-4,24%(yoy) dengan
tekanan inflasi bersumber dari komponen volatile
foods (VF).
Harga komoditas dan ikan, sayur mayur, dan beras
diperkirakan menjadi komoditas volatile food yang
mendorong tekanan inflasi pada bulan Januari - Maret
2018.
Sementara itu, tekanan harga dari kelompok
administred prices diperkirakan memiliki potensi yang
lebih kecil seiring dengan tidak adanya rencana
pemerintah pusat untuk menaikkan harga BBM pada
APBN tahun 2018. Namun demikian, potensi kenaikan
harga minyak dunia perlu untuk terus diwaspadai.
Kondisi ini diperkirakan akan memberikan pengaruh
pada kenaikan harga energi domestik maupun pada
komoditas lain yang terkait langsung dengan
penggunaan minyak dan bahan bakar.
Tabel 7.3 Perkiraan Harga Minyak Dunia
USD/bbl 2018Q1p 2018 p
47,80 49,30
Sumber: IMF
Selain itu beberapa komoditas ikan dan bumbu-
bumbuan berdasarkan pola siklus panennya
berpotensi mengalami penurunan pasokan pada
triwulan I-2018. Beberapa komoditas tersebut, yaitu
Tongkol, Cabai Merah dan Bawang Merah. Hal
tersebut terkait dengan kondisi cuaca pada triwulan
pertama yang sering dibarengi dengan curah hujan
yang cukup tinggi.
Sementara itu, laju inflasi inti diperkirakan masih dapat
dikendalikan. Faktor utama pencetus stabilitas inflasi
inti adalah kestabilan kurs Rupiah terhadap Dolar AS
sebagai respon pasar atas predikat investment grade
yang diberikan oleh lembaga rating Standard & Poor
terhadap Indonesia. Namun demikian, beberapa
faktor yang dikhawatirkan dapat memberikan tekanan
terhadap inflasi inti Aceh antara lain: peningkatan
ekspektasi masyarakat seiring dengan kenaikan harga
komoditas, risiko ketidakpastian perekonomian global
yang bersumber dari kebijakan ekonomi Amerika
Serikat yang diperkirakan berdampak pada nilai tukar
Rupiah kedepan dan memberikan dampak pada
perkembangan imported inflation.
Pada akhir tahun 2018, inflasi Aceh diperkirakan akan
berada pada kisaran 3,09%(yoy)-4,09%(yoy), lebih
rendah dibandingkan 2017. Namun pada triwulan II
dan III tahun 2018, tren inflasi Aceh diperkirakan
mengalami peningkatan seiring dengan banyaknya
hari raya keagamaan pada periode-periode tersebut.
Sumber tekanan inflasi Aceh sampai dengan akhir
tahun 2017 diperkirakan berasal dari komoditas
administered price dan volatile food sementara untuk
komoditas inti diperkirakan masih relatif terjaga.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 52
Sumber tekanan administered prices yang berpotensi
mendorong tekanan inflasi di tahun 2017 meliputi
kenaikan harga cukai rokok serta peningkatan TDL
sepanjang tahun 2017.
7.3. Rekomendasi Kebijakan
Beberapa rekomendasi kebijakan yang perlu
ditempuh dalam upaya mempertahankan arah
pertumbuhan ekonomi Aceh dan stabilitas inflasi yaitu:
Pertumbuhan Ekonomi
1. Percepatan pembangunan Kawasan Ekonomi
Khusus Lhokseumawe melalui:
• Kemudahan kegiatan perijinan, legalitas, dan
kegiatan administrasi dalam pembentukan
KEK Lhokseumawe yang dapat ditempuh
melalui peningkatan koordinasi antar instansi
dan antarlevel pemerintahan, baik di tingkat
kabupaten, provinsi, hingga tingkat nasional.
• Penyediaan infrastruktur primer khususnya
listrik dan air.
2. Penambahan kapasitas serta percepatan
perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan
utama Aceh, seperti pelabuhan Malahayati dan
Pelabuhan Krueng Geukeuh. Perbaikan
pelabuhan tersebut dapat berbentuk program-
program sebagai berikut:
• Perbaikan infrastruktur pelabuhan, termasuk
luas pelabuhan untuk menambah kapasitas
dan menarik para eksportir/importir luar
negeri dan luar daerah.
• Perbaikan konektivitas darat dari dan menuju
ke pelabuhan.
• Penambahan sumber daya manusia untuk
peningkatan service dalam hal dwelling time.
• Promosi penggunaan pelabuhan di Aceh ke
berbagai pelaku usaha di Aceh dan luar Aceh
sebagai pelabuhan alternatif di samping
pelabuhan Belawan di Sumatera Utara.
3. Pembangunan konektivitas darat trans Aceh:
• Pembangunan jalur alternatif baru serta
perbaikan dan perluasan jalan yang
menghubungkan kawasan Aceh bagian
Tengah (Penghasil kopi) dengan wilayah
Aceh bagian Timur (Jalur bisnis utama Aceh).
• Perbaikan jalan yang menghubungkan Aceh
bagian barat (Penghasil kelapa sawit dan
karet) dengan wilayah bagian timur (Jalur
Bisnis Utama Aceh)
4. Pengembangan kualitas sumber daya manusia,
khususnya dalam hal produktivitas dan
kompetensi melalui program wajib wajib belajar
12 tahun, penyediaan beasiswa pendidikan bagi
para siswa kurang mampu, perbaikan fasilitas
sarana dan prasaran pendidikan di daerah
remote, pengembangan Sekolah Menengah
Kejuruan, peningkatan kualitas guru/dosen,
program pelatihan keterampilan, sertifikasi
keahlian.
5. Memberikan stimulus perekonomian berupa
percepatan realisasi APBA, tren peningkatan
pertumbuhan pengeluaran pemerintah terutama
untuk proyek pembangunan harus dipertahankan
karena merupakan sumber utama penopang
pertumbuhan Aceh.
6. Merumuskan kebijakan untuk menurunkan defisit
neraca perdagangan Aceh, diantaranya melalui
upaya pembuatan model kerjasama
perdagangan antar daerah baik di tingkat provinsi
maupun kabupaten / kota yang memprioritaskan
pemenuhan komoditas strategis dari Aceh
sendiri, selain itu percepatan pembangunan
pabrik-pabrik pengolahan harus dilakukan agar
produk dengan nilai tambah yang terbesar
berada di Aceh.
53 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
7. Melakukan penguatan daya saing daerah. Tren
peningkatan ekspor non migas Aceh saat ini
harus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan
melalui upaya: (i) Peningkatan nilai tambah
komoditas pertanian dan perkebunan seperti
gabah, kopi, CPO, karet, dan kokoa melalui
integrasi dengan industri pengolahan pertanian
sebagai sektor unggulan baru Aceh; (ii)
Meningkatkan kemudahan dalam berusaha dan
berinvestasi di Aceh melalui pembentukan
kawasan khusus seperti kawasan industri maupun
kawasan ekonomi khusus; (iii) Menumbuhkan
sektor perdagangan & akomodasi melalui
peningkatan infrastruktur, regulasi maupun tata
kelola pariwisata potensial di Aceh; (iv)
pembentukan forum peningkatan daya saing
daerah dan Regional Investment Relation Unit
untuk meningkatkan awareness Aceh sebagai
daerah berpotensi, baik dan terpercaya; (v)
mengurangi jumlah pungutan liar di Aceh, antara
lain melalui alternatif-alternatif kebijakan dan
program pemberdayaan ekonomi yang bersifat
padat karya pada daerah-daerah perbatasan
dengan Sumatera Utara, antarkabupaten, serta di
wilayah-wilayah yang mengalami dampak konflik
paling besar. Di samping itu, pengurangan
pungutan liar juga dapat dilakukan dengan
alternatif peningkatan kuantitas, kapabilitas, dan
kemampuan dari aparat kemanan baik dari pihak
kepolisian, pengadilan, bahkan apabila diperlukan
mengajak masyarakat untuk dapat bergabung
dalam suatu tim pengawasan yang terpadu dan
bersifat memberdayakan secara ekonomi.
Inflasi
1. Optimalisasi peran dan fungsi Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) melalui pelaksanaan
program:
• Senantiasa memonitor perkembangan
harga, stok dan produksi komoditas bahan
makanan sebagai dasar dalam pelaksanaan
intervensi pengendalian harga melalui
program operasi pasar, beras sejahtera dan
pasar murah.
• Sinergi program kerja SKPA untuk
pengendalian inflasi di Aceh sesuai dengan
dokumen roadmap TPID Aceh.
• Pengalokasian APBN dan APBD dalam
memperbaiki konektivitas perhubungan dan
energi untuk mendukung kelancaran
distribusi barang dan mendukung
peningkatan ketersediaan pasokan.
• Mendorong upaya pengembangan
infrastruktur dan antisipasi kerusakan
infrastruktur khususnya infrastruktur yang
mendukung produksi bahan pangan dan
terkait transportasi untuk menjamin
kelancaran pasokan barang.
• Melakukan diseminasi dan komunikasi terkait
inflasi untuk menjaga ekspektasi harga di
masyarakat.
• Meningkatkan kelancaran distribusi barang
ke masyarakat melalui pasar alternatif,
seperti Toko Tani Indonesia atau optimalisasi
pasar induk.
• Pencegahan upaya penimbunan kebutuhan
pokok melalui koordinasi dengan aparat
penegak hukum.
• Melakukan upaya untuk meningkatkan
kecukupan dan kemandirian pangan Aceh
melalui upaya pengembangan agroindustri,
pemanfaatan bibit unggul, serta aplikasi
metode dan teknologi tepat guna.
• Melaksanakan kerjasama perdagangan antar
provinsi/kabupaten/kota terkait pemenuhan
stok komoditas strategis di Aceh secara tepat
waktu dan tepat guna.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 54
• Mendorong peningkatan stok untuk
menjaga ekspektasi pasar, salah satunya
melalui optimalisasi program Sistem Resi
Gudang (SRG) dan pemanfaatan cold storage
serta cold chain.
• Sepanjang tahun 2018, beberapa program
telah dirancang oleh TPID Provinsi Aceh,
antara lain program Toko Tani Indonesia
Center, MoU Perdagangan antardaerah di
wilayah Provinsi Aceh, benih padi (Desa
Mandiri Benih), percepatan sistem resi
gudang, pengawasan bersama LPG 3 kg,
subsidi stagnasi transportasi,
memperlancar/mempersingkat konektivitas
antardaerah (jalur distribusi), pengawasan
stok pangan, dan pengawasan distribusi
antar pulau.
Lampiran 54
Lampiran
DAFTAR ISTILAH
Administered price Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh
pemerintah.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat
inflasi secara keseluruhan.
APBA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah Aceh yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara
keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap
komoditas tersebut.
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan
pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Faktor Fundamental Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan
moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi
masyarakat
Faktor Non Fundamental Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas
moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa
yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)
Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap
ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1–100.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang
dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi
ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan
ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1–100.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
55 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018
Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang
dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai
perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan
dalam bentuk laporan
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan
ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Sektor ekonomi dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan
pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat
bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Lampiran 56
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
Z. Arifin Lubis
KOORDINATOR PENYUSUN
Teuku Munandar
EDITOR
Tutut Tiana
TIM PENULIS
Tutut Tiana
Ridwan Sobirin
Ridha Subagja
Wahyu Munandar
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI ACEH
JL. Cut Mutia No.15, Banda Aceh
Telp. (0651) 32320 ext. 8205| Fax. (0651) 34116
Softcopy dapat diunduh pada tautan:
http://www.bi.go.id/web/id/publikasi/ ekonomi_regional/aceh/