Post on 07-Mar-2021
VISI DAN MISI PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA(PSI)
DALAM PERSPEKTIF SIYASAH
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Syari’ah
Oleh
Misda Sari
NPM: 1621020501
Prodi : Hukum Tatanegara (Siyasah Syar’iyyah)
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1442H/2020M
i
VISI DAN MISI PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA(PSI)
DALAM PERSPEKTIF SIYASAH
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Syari’ah
Oleh
Misda Sari
NPM: 1621020501
Prodi :Hukum Tatanegara ((Siyasah Syar’iyyah)
Pembimbing I : Dr. Bunyana Solihin, M.Ag
Pembimbing II : Drs. H. Chaidir Nasution, M.H
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1442H/2020M
ii
ABSTRAK
Partai politik merupakan salah satu metode yangmana dipergunakan untuk
keperluan tercapainya suatu tujuan dari suatu organisasi khususnya organisasi
politik, dalam hal agar terwujudnya tujuan tersebut masing-masing partai politik
membuat struktur kepengurusan haluan dalam kegiatan berpolitiknya, dalam hal
ini merancang metode atau cara atas suatu tindakannya berupa prinsip perumusan
visi misi dari masing-masing partai politik,seperti halnya PSI (partai solidaritas
Indonesia) yang sebagai salah satu partai politik baru yang sudah mulai berkiprah,
dengan beberapa tujuan visi misi nya dengan tindakan agar visi dan misi tercapai
PSI merumuskan prinsip guna tercapainya tujuan yaitu diantaranya dikutip
menolak kaderisasi dari golongan usia lanjut dan menolak sistem politik usang,
atas suatu batasan ketentuan usia dari pengkaderan agar tercapainya tujuan politik.
Sehingga peneliti menuangkan ke dalam suatu karya ilmiah yaitu skripsi yang
berjudul Visi & Misi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DalamPerspektif Siyasah,
lantas Masalah dalam penelitian ini adalah 1). Bagaimana Visi dan Misi Partai
Solidaritas Indonesia (PSI) dalam kaitannya dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia(NKRI)?2). Bagaimana Visi Misi Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
dalam Perspektif Siyasah?. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu mengetahui Bagaimana akibat yang
ditimbulkan dari Visi dan Misi Partai Solidaritas Indonesia dalam kaitannya
dengan Negara Kesatuan Indonesiadan Bagaimana Visi dan Misi Partai
Solidaritas Indonesiadalam Perspektif Siyasah.
Metode menggunakan jenis penelitian pustaka (Library research) yaitu
penelitian yang dilakukan secara sistematis dan metodis untuk mengungkapkan
data-data yang diperlukan dalam penelitian yang bersumber dari lokasi
kepustakaan (data primer), jurnal dan lainnya (sekunder) dan pendukung lainnya
(data tersier) yang menggunakan penelitian pola berpikir deduktif dan induktif
yang bersifat pendekatan kualitatif. Didapatkan berdasarkan pada kaitan serta
ketersediaan referensi kepustakaan, maka berdasarkan kesimpulan dapat kita tarik
terhadap jawaban dari inti permasalahan dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa visi dan misi Partai
Solidaritas Indonesia (PSI) dalam kaitannya dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) telah sesuai dengan garis besar Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang salah satunya berlandaskan hukum, maka secara
redaksional visi dan misi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) telah sesuai dengan
cita-cita bangsa. Visi dan misi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang kemudian
dituangkan dalam berbagai kebijakan partai, bila ditinjau dari fiqh siyasah
terdapat pertentangan, misalnya pada pandangan mengenai perda syari’ah.
iii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Misda Sari
NPM : 1621020501
Jurusan : Hukum Tata Negara
Fakultas : Syari’ah
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudulVisi Misi Partai Solidaritas Indonesia
Perspektif Siyasahadalah benar-benar merupakan hasil karya penyusun sendiri,
bukan duplikasi ataupun saluran dari karya orang lain kecuali pada bagian yang
telah dirujuk dalam footnote atau daftar pustaka apabila di lain waktu terdapat
penyimpangan dalam karya ini maka tanggungjawab sepenuhnya ada di penyusun,
demikian pernyataan dibuat agar dimaklumi
Bandar Lampung, November 2020
Penulis
Misda Sari
1621020501
Materai
6000
iv
PERSETUJUANAN
v
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul VISI DAN MISI PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA
(PSI) DALAM PERSPEKTIF SIYASAH, disusun oleh Misda Sari NPM.
1621020501 ProdiHukum Tatanegaratelah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung pada
hari/tanggal: Senin, 26 Oktober 2020
TIM PENGUJI
Ketua : H. Rohmat, S.Ag., M.H.I. (.....................)
Sekretaris : Dr. Ahmad Fauzan, M.H. (.....................)
Penguji I : Drs. Susiadi AS., M.Sos.I. (.....................)
Penguji II : Dr. Bunyana Solihin, M.Ag. (.....................)
Penguji III : Drs. H. Chaidir Nasution, M.H. (.....................)
Mengetahui
Dekan Fakultas Syari’ah
Dr. H. Khairuddin, M. H.
NIP. 196210221993031002
vi
MOTTO
ا بأانفسهم الله إن يروا ما تى يغا ا بقاىم حا ير ما لا يغا
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah sesuatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(Q.S. ar-Ra’d: 11)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi sederhana ini penulis persembahkan sebagai tanda cinta, kasih
sayang dan hormat yang tak terhingga kepada :
1. Kepada kedua orang tuaku tercinta, bapak A. Zahri dan ibu Ida Riyanti,
yang telah melahirkan, merawat dan membesarkanku penuh cinta kasih,
dan pengorbanan yang selalu mendoakanku setiap waktu, memberiku
semangat, menginspirasi, dan yang selalu mengharapkan anak-anaknya
tumbuh menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat untuk semua orang.
Terimakasih tak terhingga, semoga Allah memberikan kalian umur yang
panjang sehingga aku bisa membahagiakan kalian kelak, dan semoga
Allah selalu memberikan kalian kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Saudara kandung ku Imam Bochari yang selalu memberi dukungan
tentang pendidikan adiknya dan doa yang tanpa henti.
3. Teman-temanku yang setia selalu memberikan dukungan.
viii
RIWAYAT HIDUP
Misda Sari, dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 07 Mei 1998, anak
ke dua dari pasangan A.Zahri dan Ida Riyanti. Pendidikan dimulai dari sekolah
dasar negeri 3 Bukit Kemiling Permai Bandar Lampung dan selesai pada tahun
2010, dilanjutkan dengan pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) negeri 8
Bandar Lampung, selesai pada tahun 2013, selanjutnya melanjutkan studi pada
sekolah menengah kejuruan (SMK) Negeri 4 Bandar Lampung, selesai dan
mengikuti pendidikan tingkat perguruan tinggi pada Fakultas Syariah UIN Raden
Intan Lampung dimulai pada semester I Tahun Akademik 1438H/2016M.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan izin Allah SWT, segala puji syukur kupanjatkan atas
segala nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan kepada saya, baik nikmat
kesehatan, ilmu, semangat dan petunjuk, sehingga skripsi dengan judul “VISI
DAN MISI PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA DALAM PERSPEKTIF
SIYASAH” dapat diselesaikan. Serta sholawat dan salam disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, sehabatnya dan pengikutnya.
Atas bantuan semua pihak yang membantu baik bantuan materil dan immateril
dalam proses penyelesaian skripsi ini, tak lupa dihaturkan terima kasih sedalam-
dalamnya, secara rinci ungkapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M. Ag selaku rektor UIN Raden Intan Lampung
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu
di kampus tercinta
2. Dr. Bunyana Solihin, M.Ag. Selaku pembimbing I yang selalu
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis serta memberikan
arahan demi terselesainya skripsi ini.
3. Drs. H. Chaidir Nasution, M.H. Selaku pembimbing akademik II dalam
penyusunan skripsi yang senantiasa tanggap luwes serta baik terhadap
para mahasiswanya serta selalu meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis serta memberikan arahan demi terselesainya skripsi
ini.
4. Dosen-dosen Fakultas Syari’ah dan segenap civitas akademika UIN
Raden Intan Lampung.
x
5. Kepala perpustakaan pusat dan fakultas serta segenap pengelola
perpustakaan yang telah memberikan referensi nya.
6. Ketua Prodi Hukum Tatanega Bak Frankie, M.Si. beserta jajaran yang
selalu memberikan arahan terhadap mahasiswa.
7. Sahabat-sahabatku Anggi Putri, Nova indah, Ayu syahira, Anjani, Lesta,
Zerli, Intan, Tomy, Fransisco, Bagas, Geri, julio, Fahrizal yang tidak
dapat saya sebutkan satu-persatu serta saudara saya Imam Bochari yang
telah memberikan dukungan dan doanya.
8. Almamater tercinta UIN Raden Intan Lampung.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semuanya. Hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya, mudah-
mudahan skripsi ini bermanfaat tidak hanya bagi penulis tetapi juga bagi seluruh
para pembaca. Amin.
Bandar Lampung, 05 Oktober 2020
Penulis
Misda Sari
NPM. 1621020501
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iii
PERSETUJUAN ................................................................................................... iv
PENGESAHAN ...................................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ....................................................................................... 1
B. Alasan Memilih Judul .............................................................................. 2
C. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 3
D. Fokus Penelitian ...................................................................................... 6
E. Rumusan Masalah.................................................................................... 6
F. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
G. Signifikansi Penelitian ............................................................................. 7
H. Metode Penelitian .................................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakikat Partai Politik............................................................................. 15
1. Definisi Partai Politik ...................................................................... 15
2. Tujuan dan Fungsi Partai Politik ..................................................... 17
3. Prinsip dan Ciri Partai Politik .......................................................... 19
B. Pengertian dan Rumusan Visi & Misi ................................................... 23
1. Definisi Visi dan Misi...................................................................... 23
2. Perumusan dan Unsur Visi dan Misi ............................................... 27
3. Fungsi dan Tujuan Visi dan Misi Bagi Partai Politik ...................... 29
C. Siyasah Dusturiyah dan Prinsip Ketatanegaraan Islam ......................... 31
1. Siyasah Dusturiyah .......................................................................... 32
2. Prinsip Ketatanegaraan Islam .......................................................... 42
D. Tinjauan Pustaka.................................................................................... 57
xii
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Partai Solidaritas Indonesia ...................................................... 60
B. Visi, Misi dan Tujuan Partai Solidaritas Indonesia ............................... 62
C. Perolehan Partai Solidaritas Indonesia dalam Pemilihan
Anggota Legislatif (PILEG 2019) ......................................................... 71
BAB IV ANALISA DATA
A. Visi dan Misi Partai Solidaritas Indonesia dalam Kaitannya
dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) .......................... 74
B. Visi dan Misi Partai Solidaritas Indonesia dalam Perspektif Siyasah ... 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 80
B. Rekomendasi ......................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Penegasan terkait istilah judul dalam setiap penelitian sangat
diperlukan karena hal ini tidak lain adalah untuk menghindari suatu
kekeliruan dalam memahami suatu maksud dari judul tersebut. Adapun dari
judul ini adalah Visi dan Misi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam
Perspektif Siyasah yang kemudian mengenai uraian-uraian istilah diatas
adalah sebagai berikut:
a. Visi ialah kemampuan untuk melihat pada inti persoalan, pandangan
atau wawasan kedepan; seluruh rakyat mempunyai yang sama
mengenai perjuangan bangsa; kemampuan untuk merasakan sesuatu
yang tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan;
apa yang tampak dikhayalan; penglihatan; pengamatan.1
c. Misi adalah suatu langkah atau usaha guna mewujudkan visi yang
telah dicanangkan guna mencapai sebuah tujuan, dalam hal organisasi
partai misi yaitu langkah kecil secara tindakannya guna mewujudkan
visi dari partai tersebut.2
1 Menteri Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka), h. 1734. 2Ibid.
2
d. Partai Solidaritas Indonesia adalah partai politik baru yang didirikan
pada tanggal 16 november 2014 berdasarkan Akte Notaris
Widyatmoko, SH No. 14 Tahun 2014 3
e. Perpektif adalah cara melukiskan suatu benda pada permukaan yg
mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi
(panjang, lebar dan tingginya; dua sudut pandang; pandangan)4
f. Siyasah merupakan bentuk mashdar(gerund) dari tashrif (derivasi)
kata Sasa-Yasusu-Siyasat5
yang berarti mengatur,mengurus,
mengemudikan, memimpin, dan memerintah.
Maka berdasarkan pemaparan mengenai penegasan judul di atas,
dapat ditarik kesimpulan terkait penegasan judul penelitian, yakni suatu
kajian analisis fiqh siyasah dengan menggunakan teori Siyasah Dusturiyah
terhadap visi dan misi partai solidaritas Indonesia (PSI).
B. Alasan Memilih Judul
Alasan penulis memilih judul diatas untuk diteliti adalah sebagai berikut:
1. Alasan Objektif
a. Mengenai visi dan misi partai solidaritas Indonesia dalam hal
penggunaan ideologi pada penggunaan tujuan dari visi dan misi nya
tidak terdapat penjelasan secara jelas mengenai pedoman ideologi
apa yang harus dipergunakan atau dicantumkan di dalam visi dan
3Grace Natalie, ABC Partai Solidaritas Indonesia, (Jakarta: DPP PSI), h. 03
4Ibid.
5Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Prenada Media, 2014), h. 3.
3
misi Partai Soldaritas Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b. Atas penerapan visi dan misi dari Parai Solidaritas Indonesia sendiri
tidak secara nyata memaparkan ideologi pancasila sebagai pedoman
mewujudkan tujuannya jika ditelisik dari segi siyasah sebab pancasila
sendiri merupakan sumber materil dalam bernegara yang sudah
mendapat persetujuan dari para tokoh ulama yang ikut merumuskan
pancasila yang sudah berlandaskan pada terwujudnya kemaslahatan.
2. Alasan Subjektif
Pembahasan ini sangat relavan dengan disiplin ilmu pengetahuan
yang penulis pelajari di Fakultas Syari‟ah dan Hukum jurusan Siyasah
serta terjadinya literatur yang menunjang sebagai referensi kajian dan
data dalam usaha menyelesaikan karya ilmiah.
C. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang universal yang misi nya ialah rahmatan
lil’alamin selain itu membawa konsep bagi umat manusia mengenai
persoalan yang terkait pada sistem politik, ekonomi hingga penegakkan
hukum. Bidang politik Islam menempatkannya sebagai sarana penjaga umat
sehingga politik di dalam Islam merupakan penghadapan Islam dengan
kekuasaan yang mengharuskan sikap politik yang berorientasi pada nilai
keislaman dan tujuan kemaslahatan manusia.
4
Sehingga di setiap dari lingkup perpolitikan tidak terlepas dari yang
namanya peran organisasi partai politik yang intinya untuk mencapai tujuan
dari setiap partai politik memiliki konsep guna dijadikan pijakan di dalam
membuat kebijakan berupa bentuk yang tertuang dari visi dan misi dari
masing-masing partai.6
Fungsi dan tujuan dari visi dan misi itu sendiri bagi partai politik ialah
diharapkan mampu memberikan suatu arah yang akan ditempuh oleh
organisasi partai yang kedepannya akan berdampak bagi suatu kondisi atau
keadaan yang secara objektif dan terukur maupun spesifik guna memberikan
suatu kestabilan dalam mencapai tujuan dari partai politik itu sendiri.7
Hakikatnya di dalam suatu partai politik itu sendiri haruslah memiliki
prinsip serta ciri-ciri dalam mengurusi suatu urusan dengan cara totalitas yang
dapat mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia hingga yang mengatur
urusan keterkaitan antara agama dan negara (kaffah) hingga tidak melakukan
pemisahan antara agama dan negara. Konsepnya ialah suatu negara haruslah
berideologikan religius atau ideologi spiritual, selain itu dalam partai politik
haruslah berorientasi pada kebaikan kemaslahatan individu, kelompok dan
negara, yang dalam penentuan kebijakannya haruslah tidak diperbolehkan
bertentangan dengan nilai-nilai syariat Islam yang jauh dari tindakan
ekstrimis dan diskriminatif.8
6Ridwan, Hubungan Islam dan Politik di Indonesia Perspektif Pemikiran Hasan alBanna,
Samudra Keadilan, Vol. 12, No. 2, (November, 2012), h. 224. 7
Yuni Ratna Dewi, Pemahaman Karyawan Terhadap Visi dan Msi, FIKOM
UPDM,Wacana, Vol. XII, No. 3, (Agustus, 2004), h. 248. 8Ridho al-Hamdi, Partai Politik Islam dan Praktik di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013), h. 10.
5
Partai politik di Indonesia khususnya dalam mencapai suatu tujuan
haruslah berpijak pada visi dan misi dari masing-masing partai berbeda, hal
ini dapat terlihat dari berbagai visi dan misi dari masing-masing partai,
diantaranya ialah dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Partai yang baru
didirikan ini memiliki beberapa visi dan misi yang dilakukan pencanangan
guna tercapai atau terwujudnya tujuan dari partai itu sendiri, di mana misi
tersebut dapat dilihat ialah:
1. Menggalang perjuangan politik dengan nilai solidaritas nasional guna
melanjutkan agenda reformasi dan demokratisasi.
2. Membangun kembali semangat republikanisme, merajut kembali rasa
kebangsaan yang terserak, menanam kembali benih-benih idealisme serta
mendirikan kembali benteng kebhinekaan dan pondasi gotong royong.
Dari beberapa visi dan misi yang dikutip di atas, namun pada
kenyataannya atau secara riilnya dalam prinsip mencapai tujuan dari visi misi
partai tersebut konsep kampanye dari Partai Solidaritas Indonesia berbeda
serta berseberangan dengan misi dari partai solidaritas itu sendiri, salah
satunya ialah kampanye penolakan poligami dengan landasan alasannya ialah
melindungi kepribadian dan hak-hak wanita, selain itu penolakan peraturan-
peraturan daerah yang berbau agama, seperti halnya Perda Syariah dengan
alasan penolakannya karena berseberangan dengan prinsip solidaritas dan
kebhinekaan bangsa, lantas dari sinilah, hemat penulis berdasarkan
pemaparan latar belakang ini peneliti tertarik meneliti dari judul ini yang
6
mana dengan judul “ Visi & Misi Partai Solidaritas Indonesia Dalam
Perspektif Siyasah.
D. Fokus Penelitian
Lexy J Moleong mengungkapkan tujuan dari suatu penelitian
merupakan tindakan untuk membatasi studi secara efektif untuk menyaring
suatu informasi9
Sehingga dapat dikatakan bahwa fokus penelitian juga
merupakan suatu batasan ruang dalam research development supaya
penelitian yang dilakukan tidak terbuang sia-sia dikarenakan ketidakjelasan
suatu pengembangan pembahasan.Dengan demikian yang menjadi fokus
penelitian ini adalah Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Visi-Misi Partai
Solidaritas Indonesia, dalam politik ketatanegaraan.
E. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis merumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana Visi dan Misi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dalam
Kaitannya dengan Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI)?
2. Bagaimana Visi dan Misi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dalam
Perspektif Fiqh Siyasah?
9Ibid.
7
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada suatu rumusan masalah di atas,penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana visi misi dari partai solidaritas Indonesia
(PSI) dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan FiqhSiyasah atas visi misi
Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
G. Siginifikansi Penelitian
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan
ilmu pengetahuan, bagi akademis maupun masyarakat pembaca
khususnya mengenai visi misi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai
partai baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia dan menjadi peserta
dalam Pemilu 2019 yang lalu.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi diri
sendiri khussusnya maupun orang lain pada umumnya selain itu juga
untuk melengkapi syarat-syarat yang diperlukan untuk mencapai gelar S1
program studi Siyasah pada Fakultas Syari‟ah dan di UIN Raden Intan
Lampung.
8
H. Metode Penelitian
Metodologi merupakan yang pada hakikatnya memberikan pedoman
atau tuntunan, tentang cara seorang peneliti dalam mempelajari, menganalisa,
dan memahami suatu situasi yang akan dialaminya.
Sebagaimana metodologi yang dimaksud oleh Soerjono Soekanto
bahwa metodologi merupakan suatu unsur yang mutlak dan harus ada di
dalam suatu penelitian dalam pengembangan suatu ilmu pengetahuan,10
sehingga metode yang digunakan dalam penelitian ini (research)
menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat pendekatan deskriptif
analitis, sehingga dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Jenis dan sifat penelitian
a. Jenis penelitian
Apabila dilihat dari penelitian ini yang dilihat berdasarkan
jenisnya, yaitu penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
(libararyresearch)yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan suatu data atau informasi dengan menelaah atau
membaca AD/ART dan buku-buku yang relevan dengan partai politik
khususnya Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Ketatanegaraan
Indonesia. Perspektif fiqh siyasah mengenai judul penulis yaitu
terhadap visi misi partai solidaritas Indonesia.
10
Ibid, h.7.
9
b. Sifat penelitian
Sifat dari penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu di
mana merupakan suatu penelitian untuk memberikan data seteliti
mungkin mengenai gejala-gejala yang ada di dalam kehidupan
manusia. Hakikatnya hubungan di antara variabel-variabel yang
dianalisis dengan menggunakan teori yang objektif. Sehingga dalam
hal ini penulis akan menguraikan dan menggambarkan secara objektif
terkait perspektif fiqh siyasah tentang visi misi dari partai solidaritas
Indonesia.
2. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
atau objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan objek yang
diteliti.11
Sumber data yang langsung berkaitan dengan objek
penelitian denganAD/ART PSI (Partai Solidaritas Indonesia),
dokumen tertulis lainnya dari PSI (Partai Solidaritas Indonesia).
b. Data Sekunder
Bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang
digunakan untuk menjelaskan dari bahan-bahan hukum primer.12
Kemudian kaitannya dengan penelitian ini adalah upaya mencari data
yang bersumber daribuku, artikel, majalah dllyang mempunyai
keterkaitan dengan judul dari penulis.
11
Muhammad Pabunda Tika, Metodologi Riset Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 57. 12
Ibid.h. 53.
10
c. Data Tersier
Sumber data tersier ialah sumber yang kegunaanya untuk
memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan-bahan data
primer dan sekunder.13
Kemudian cara pencarian data-data ini dengan
menggunakan data yang bersumber pada dari kamus, transkip, daftar
bacaan, katalog perpustakaan dan sebagainya yang berkenaan dengan
judul dari penulis.
3. Pengumpulan data
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menindaklanjuti
dengan mengambil langkah, yakni dengan survey kepustakaan yang
berkaitan dengan judul penelitian ini.
a. Kepustakaan
Pada data yang didapatkan dari metode kepustakaan ini ialah
melalui penelitian langsung pada sifat pustaka yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan, buku, dokumen resmi, serta hasil
penelitian.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu catatan atau karya seseorang tentang sesuatu
dalam situasi sosial mencari data mengenai variabel berupa foto,
catatan, buku, maupun berupa sejarah kehidupan dan sebagainya.14
13
Ibid. 14
Ibid, h. 391.
11
4. Pengolahan Data
Dari data yang diperoleh seluruhnya kemudian bahan dalam
penelitian ini diolah dan dianalisa dengan menggunakan suatu cara
pengolahan data yang diantaranya sebagai berikut :
a. Pemeriksaan data (editing) dimana ini merupakan cara yang
dilakukan oleh penulis untuk mengoreksi terkait dengan
kelengkapan data yang sudah dikumpulkan, kevaliditasan data yang
telah diperoleh tersebut dan relevansinya dari data-data yang
diperoleh.
b. Sistemasi merupakan cara yang ditempuh oleh penulis dalam
menempatkan data yang menurut data atau kerangaka sistematika
bahasan yang berdasarkan pada kronologi masalah yang diperoleh
dari hasil penelitian tersebut.
5. AnalisaMasalah
Menurut Nasution, analisa data adalah proses menyusun,
mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk
memahami maknanya.15
Sebagaimana dalam penelitian kualitatif terdapat
berbagai analisis data yang dapat digunakan dalam melakukan sebuah
penelitian (research). Penggunaan pada semua analisis data penelitian
kualitatif senantiasa mendasarkan analisis data yang dilakukan selama
keberlangsungan analisis tersebut.
15
S. Nasution, Metodologi Penelitian Dasar, (Jakarta: Bulan Bintang, 2004), h. 72.
12
Kemudian penyajian hasil penelitian yang diperoleh dari
pengolahan data disatukan dengan analisa data.16
Ketika seluruh data
penelitian sudah berhasil terkumpul, proses selanjutnya ialah dengan
melakukan pengolahan data melalui proses editing, yaitu peneliti
memeriksa kembali terkait kelengkapan data yang diterima,
kejelasannya, konsistensi jawaban atau informasi.
Kemudian proses berikutnya ialah melakukan analisa dengan
menggunakan bentuk-bentuk metode analisa, yakni metode deduktifdan
induktif. Metode deduktif adalah suatu metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus,17
dan metode
induktif adalah suatu metode yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari hal-hal khusus ke umum.18
Metode deduktif dan induktif
digunakan dalam membuat sebuah kesimpulan terkait batasan sikap yang
berdasarkan pada akidah dalam pandangan fiqh siyasah tentang suatu
penerapan tujuan dari visi misi yag dirancang untuk mencapainya dari
suatu partai politik.
16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, .... , h. 68. 17
Hilda Handayani, Pengertian Metode Induktif dan Metode Deduktif, diakses dari
https://www.scribd.com/doc/285546689/Pengertian-Metode-Induktif-Dan-Metode-Deduktif,
tanggal 09 September 2019 pukul 23.58 WIB. 18
Ibid.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Partai Politik
1. Definisi Partai Politik
Partai politik secara etimologis berasal dari kata partai dan politik.
Kata partai berasal dari bahasa Inggris part yang berarti menunjuk kepada
sebagian orang yang seasas, sehaluan dan setujuan terutama di bidang
politik. Sedangkan politik yang dalam bahasa Inggris politics berarti ilmu
yang mengatur ketatanegaraan atau seni mengatur dan mengurus negara
dan ilmu kenegaraan.19
Partai politik adalah perkumpulan orang-orang yang seideologi
atau tempat atau wadah penyaringan dan pembulatan serta tempat
berkumpulnya orang-orang yang seide, cita-cita dan kepentingan.20
Partai
politik Islam telah ada dan berkembang hingga saat ini. Dari sini dapat
diketahui, bahwa lahirnya partai politik Islam di Indonesia menunjukkan
kenyataan bahwa dinamika politik di negeri ini salah satunya berorientasi
aliran. Menurut Th. Sumartana sebagaimana dikemukakan oleh Lili Romli,
ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya partai politik berbasis
agama. Pertama, karena agama itu sendiri memiliki dukungan teologis
untuk mencapai cita-cita berdasarkan keagamaan yang dipercayai. Kedua,
19
BN Marbun, Kamus Politik (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan),2004), h.5. 20
Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik (Jakarta: Rajawali Press, 1993), h. 209.
14
karena ikatan politik dari para warganya menyebabkan agama sebagai
faktor pengikat untuk mendukung pemimpin dari kelompok.21
Partai politik merupakan bagian dari infrastruktur politik dalam
suatu negara. Untuk memahaminya maka beberapa ahli menyatakan
pendapat tentang pengertian dari partai politik. Berikut ini pengertian
partai politik yang dikemukakan oleh para ahli:
a. Miriam Budiardjo menyebutkan bahwa partai politik adalah suatu
kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya memiliki
orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini
ialah untuk memperoleh kekuasaan politik, merebut kedudukan
politik, biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan
kebijakan mereka.22
b. Sigmund Neumann dalam Modern Political Parties mengemukakan
definisi sebagai berikut:
a political party is the articulate organization of society‟s active
political agents, those who are concerned with the control of
goverment power and who who compete for popular support with
another group or groups holding divergent views
artai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang
berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut
dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan golongan-golongan
lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.23
21
Lili Romli, Islam Yes Partai Islam Yes; Sejarah Perkembangan Partai-Partai Islam di
Indonesia (Yogjakarta:Pustaka Pelajar, 2006), h. 115-116. 22
Muhadam Labolo, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia : Teori
Konsep dan Strategi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 11. 23
Ibid.
15
c. Menurut Firmanzah, ia menegaskan bahwa partai politik adalah
organisasi publik yang bertujuan untuk membentuk opini masyarakat
dan membawa pemimpinnya berkuasa dan memungkinkan para
pendukungnya mendapat keuntungan dari dukungan tersebut. Karena
itu partai politik setidaknya memiliki empat karakteristik dasar,yaitu
organisasi yang berjangka panjang, memiliki struktur organisasi
yang berjenjang (Pusat, Daerah, Cabang, Ranting) dan adanya
pembagian divisi disetiap masing-masing level, memiliki orientasi
kekuasaan sebagai alat untuk mengimplementasikan kepentingan
rakyat, dan meraih dukungan suara sebanyak mungkin agar partai
dapat diterima oleh masyarakat luas.24
d. Selain pendapat para ahli tersebut, pengertian partai politik juga
dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang
Partai Politik, yang dimaksud dengan partai politik adalah setiap
organisasi yang dibentuk oleh warga Negara Republik Indonesia
secara sukarela atas dasar persamaan kehendak untuk
memperjuangkan baik kepentingan anggotanya maupun bangsa dan
negara melalui pemilihan umum.25
Setelah memaparkan pengertian partai politik, jika dikaitkan
dengan Islam maka Islam dalam konteks ini dipahami sebagai doktrin
agama yang harus diimplementasikandalam masyarakat serta mengatur
seluruh aktivitas dan perilaku manusia di dalamnya. Sebagaimana yang
24
Firmanzah, Mengelola Partai Politik Komunikasi dan Postioning Ideologi Politik di Era
Demokrasi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 66. 25
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai politik, Pasal 1 ayat (1).
16
telah ditegaskan dalam Al-Qur’ȃn bahwa Islam merupakan agama
komprehensif yang sudah mengatur segala sesuatu yang ada di muka
bumi. Dengan demikian, partai politik Islam dapat dipahami sebagai
sebuah organisasi publik yang memperjuangkan nilai- nilai Islam dalam
konteks yang berbeda melalui penguasaan struktur kelembagaan
pemerintah baik pada level legislatif maupun eksekutif. Proses
mendapatkan kekuasaan itu diperoleh melalui keikutsertaan dalam
pemilu serta melakukan kampanye dengan menjual isu dan program-
program yang tidak lepas dari nilai-nilai ideologis Islam.26
Dari sini kemudian muncul istilah partai politik Islam atau partai
yang dilandaskan pada simbol-simbol Islam, penganut Islam maupun
substansi ajaran Islam. Indonesia sebagai negara yang mayoritas
penduduknya muslim tak bisa mengelak dengan menjamurnya partai-
partai yang menamakan dirinya sebagai partai Islam. Pembahasan
bagaimana format dan bentuk partai Islam tidak lepas dari pola hubungan
Islam dan politik yang sekarang ini berkembang di tengah masyarakat
Indonesia. Partai politik Islam seperti PKS, PPP dan PBB secara tegas
menamakan dirinya sebagai Partai politik Islam. Sementara PKB dan
PAN secara jelas berlatarbelakang sebagai organisasi sosial keagamaan
menamakan dirinya sebagai partai terbuka bagi penganut agama
manapun.27
26
Ridho Al Hamdi, Partai Politik Islam;Teori dan Praktik di Indonesia (Yogyakarta:Graha
Ilmu, 2013), h. 8. 27
Imam Yahya, Gagasan Fikih Partai Politik dalam Khazanah Klasik (semarang:
Walisongo Press, 2010), h.15.
17
Berdasarkan kajian ilmu politik, penggunaan istilah “Partai Islam”
setidaknya memiliki dua konotasi. Pertama, ideologi organisasi yaitu
merujuk pada partai politik yang menjadikan Islam sebagai dasar
ideologinya. Ideologi organisatoris dianggap penting karena ia
merupakan tujuan dan orientasi. Ideologi menjadi alat pembeda antara
satu partai dengan partai lainnya. Kedua, basis sosio-kultural yaitu partai
politik dilihat bukan hanya sebagai organisasi tetapi juga sebagai sarana
atau media bagi masyarakat atau kelompok- kelompok di masyarakat
untuk mengartikulasikan, mengekspresikan dan memperjuangkan
kepentingan politiknya. Sehingga, identitas dari sebuah partai bukan
hanya bentuk organisasinya namun lebih kepada basis sosio-kultural
kelompok masyarakat yang diwakilinya.
Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan dengan data dan fakta
historis partai yang berasaskan Islam dibagi menjadi tiga kategori:
pertama, partai Islam yang berasaskan Islam, kedua partai Islam yang
berasaskan Islam dan Pancasila, ketiga partai Islam yang berasaskan
Pancasila tetapi berbasis masa Islam.28
2. Tujuan dan Fungsi Partai Politik
Tujuan ini dapat dirumuskan tiga tujuan utama partai politik Islam.
a. Masyarakat yang adil. Keadaan dimana seluruh masyarakat di
suatu negara tidak ada yang merasa terintimidasi maupun
terpinggirkan dari kehidupan masyarakat luas serta mendapatkan
28
Ibid.
18
hak-haknya sebagai warga yang mendiami suatu daerah tertentu.
Keadilan meliputi segala hal yang melekat pada mereka seperti hak
hidup, hak mendapatkan keamanan, hak berbicara dan lain
sebagainya.
b. Masyarakat yang makmur dan sejahtera. Setiap manusia
menginginkan hidup bahagia. Salah satu indikator hidup bahagia
adalah memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan hidup.
Makmur mengindikasikan kehidupan seseorang sudah cukup dari
segi materi dan sejahtera mengindikasikan bahagianya seseorang
tidak hanya dari segi materi tetapi juga dari segi psikis, misalnya
bahagia berada pada lingkungan keluarga yang peduli dan
perhatian terhadap mereka.
c. Masyarakat yang aman dan nyaman. Salah satu fungsi negara
adalah membuat warganya merasa aman dari berbagai bentuk
kejahatan maupun tindakan krimimal lainnya. Sedangkan nyaman
adalah rasa bahagia dari segi psikologis seseorang yang hidup
dalam lingkaran tertentu. Tujuan ini merupakan tujuan dari partai
politik Islam untuk menjadikan masyarakat tidak merasa terganggu
dari segala bentuk kejahatan maupun gangguan.29
29
Ridho Al Hamdi,Partai Politik Islam;Teori dan Praktik di Indonesia,....., h. 10-11.
19
3. Prinsip dan Ciri-ciri Partai Politik
Islam dalam mengurusi suatu urusan bagi organisasi politik atau
dapat dikatakan partai politik sendiri, memiliki beberapa prinsipal dasar
agar tujuan dan cita cita dari partai politik yang didasarkan pada prinsip
juga sesuai dengan ketentuan dari prinsip Islam itu sendiri. Maka dapat
diberikan penjabaran bahwa berikut beberapa prinsip partai politik Islam
a. Syumuliyah, prinsip ini menyatakan bahwa sebuah partai politik
dalam Islam harus dipahami sebagai kaffah, total dan komprehensif
dan mencakup segala dimensi kehidupan manusia dengan tidak
memisahkan antara agama dan negara. Sehinga berdasarkan
kesimpulan yang dapat ditarik dari prinsipsyumuliyah bahwa dalam
unsur partai setiap partai politik yang baik berasaskan hanya Islam,
ataupun pancasila haruslah bersifat secara luas dan totalitas dalam
setiap kegiatan berpolitik mencakup seluruh aspek kehidupan
masyarakat dalam bernegara di dalam suatu negara yang
mengharuskan ideologi spiritual tidak bisa dipisahkan dengan
urusan bernegara, seperti halnya di negara Indonesia dengan
berasaskan pancasila dalam penerapan kehidupan bernegara harus
berdasarkan berpusat pada sila pertama yang mana berhubungan
dengan pemahaman ideologi yang bersifat spiritual.
b. Al-ishlah, prinsip ini menyatakan bahwa suatu partai politik Islam
dalam hal kebijakan yang ditempuh berorientasi pada perbaikan
individu, masyarakat, pemerintah dan negara. Sehingga dengan
20
prinsip ini dapat dilihat dengan konsep melalui media dakwah.
Ketentuan al-Ishlah dapat ditentukan bahwa prinsip ini haruslah
dilakukan untuk perbaikan akhlak dan perilaku terkhusus individu
yang kemudian secara umum berorientasi pada masyarakat dan
juga pemerintah untuk mengatur kegaitan bernegara dan juga
pemerintahan agar tidak terjadi suatu penyimpangan yang dapat
dilakukan melalui media dakwah sehingga tidak dapat merusak
tatanan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
yang jauh dari kehidupan ideologi sesuai dengan negara Indonesia
yang berpusat kepada ideologi spiritual sesuai ketuhanan yang
maha esa.
c. Al-syari’ah (Konstitusional), prinsip ini menyatakan bahwa suatu
kebijakan yang akan dilakukan harus dapat mempertimbangkan
aspek fleksibilitas dan legalitas formal yang tidak bertentangan
dengan syariat Islam. Ketentuan mengenai prinsip ini bahwa dalam
ketentuan suatu kebijakan yang akan diterapkan haruslah dapat
mempertimbangkan aspek fleksibel dan legalitas baik secara formil
ataupun materil yang ketentuan untuk penerapan khususnya jika
prinsip ini di negara Indonesia haruslah tidak bertentangan sesuai
dengan masing-masing ajaran agama yang sudah berlaku di
Indonesia, seperti halnya suatu kebijakan dalam pemerintahan yang
akan dilakukan tidaklah boleh bertentangan dengan ajaran syariat
Islam, begitupun sebaliknya bagi agama-agama yang lain berlaku
21
di Indonesia. Sehingga dapat tercapainya prinsip bernegara
berkeadilan dan pluralitas.
d. Al-wasath (Moderat), prinsip ini menyatakan bahwa dalam hal
kebijakan, program, sikap, dan perilaku harus sejalan dengan
masyarakat muslim dan jauh dengan sikap ekstrimitas dan
diskriminatif.30
Ketentuan prinsip wasath jika ditelaah dapat
dikatakan bahwa dalam negara Indonesia suatu kebijakan ataupun
program haruslah sejalan seirama dengan masyarakat beragama
dengan berlandaskan pada dasar ketentuan-ketentuan nilai-nilai
spiritual, tanpa adanya muncul sikap ekstrimitas maupun
diskriminatif terhadap individu ataupun golongan/kelompok tanpa
membedakan suku, ras ataupun umur.
Sedangkan jika ditelisik atas suatu ciri-ciri dari politik Islam itu
sendiri yang mana jika didasarkan pada pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa politik Islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Berorientasi pada kemaslahatan umat
Ciri ini mendeskripsikan bahwa suatu partai sebelum
terbentuk ataupun sudah terbentuk dalam mewujudkan cita-cita
ataupun tujuan yang sudah sesuai dengan visi dan misi suatu partai
haruslah berorientasi terhadap kepentingan atau keselamatan
individu masyarakat.
30
Ibid, h. 12.
22
b. Berlandaskan ideologi spiritual
Ciri yang kedua dapat dideskripsikan bahwa suatu
pembentukan partai politik yang dalam tujuan partai sesuai dengan
visi dan misi-nya haruslah landasan pemikiran partai politik tersebut
berdasarkan kepada ideologi atau ajaran yang menjunjung ajaran
keagamaan/spiritual yang bersifat plural dan toleransi dalam
ketatanegaraan bernegara terkhusus dikaitkan dengan negara
Idonesia. Supaya dapat terciptanya prinsip keadilaan dan kesamaan
sesuai dengan tujuan bernegara ataupun prinsip dasar berdasarkan
ajaran fiqh siyasah.
c. Memenuhi aspek pertanggungjawaban
Ciri yang ketiga mengenai aspek pertanggungjawaban dapat
dideskripsikan bahwa suatu partai politik dalam proses untuk
mencapai suatu tujuan dari partai haruslah dapat memenuhi aspek
pertanggungjawaban atas segala tindakan dari suatu partai dalam
merencanakan ataupun menjalankan suatu kebijakan atau peraturan
yang dikeluarkan suatu partai politik dalam mencapai tujuan dari
visi-misi tersebut.
d. Adanya seni dan kreasi penguasa dalam pengaturan pemerintahan
maupun perundang-undangan.31
Ciri ini dapat dideskripsikan bahwa
sebagai partai politik haruslah memiliki ciri seni dan kreasi masing-
masing partai politik supaya dalam penguasaan untuk mengatur
31
Mutiara Fahmi, Petita, Prinsip Dasar Hukum Politik Islam dalam Perspektif Al-Qur‟an,
Vol. 2, Nomor. 1, (April, 2017), h. 50.
23
suatu pemerintahan maupun pengaturan suatu undang-undang dapat
terciptanya kemaslahatan begi seluruh aspek masyarakat agar tatanan
peraturan kehidupan bernegara tidaklah selalu berpaku terhadap
suatu aspek metode dalam penetapan pemerintahan yang itu-itu saja.
B. Pengertian & Perumusan Visi-Misi
1. Definisi Visi
Visi ialah suatu tentang gambaran mengenai tujuan atau keinginan
di masa depan yang akan datang (future), yang secara realistik dilakukan
dengan berbagai tindakan guna mewujudkannya dalam kurun waktu
tertentu. Selain itu visi merupakan suatu pernyataan yang ditulis ataupun
yang diucapkan dalam waktu yang bertepatan atas perumusannya dengan
cakupan untuk mencapai masa yang akan datang, Hax dan Maljuf
menyatakan terkait visi, mereka berpendapat bahwa visi ialah suatu
pernyataan yang merupakan sarana untuk:
a. Keberadaan organisasi mengenai suatu tujuan serta tugas pokok
yang berfungsi untuk alasan komunikasi antar variabel organisasi
b. Mempertunjukkan framework hubungan antara stakeholder
(sumber daya manusia, organisasi, konsumen, serta pihak lain yang
terkait) dengan organisasi
c. Menyatakan sasaran utama kinerja organisasi dalam arti
pertumbuhan serta perkembangannya.
24
Sehingga bagi suatu partai visi merupakan suatu yang
menggambarkan mengenai moral imajinasi terhadap suatu profil apa
yang diinginkan mengenai tujuannya di masa depan.32
Sedangkan misi ialah suatu suatu pernyataan mengenai hal-hal
yang harus dicapai oleh suatu organisasi bagi pihak yang berkepentingan
di masa yang akan datang.33
Jika ditinjau dari suatu segi atau sudut pandang mengenai misi
terhadap pembangunan Indonesia, yaitu mewujudkan Indonesia yang
aman, damai, adil, demokratis, sejahtera, serta dihormati pada pergaulan
internasional, ketentuan tersebut tidak pernah henti dilakukan di setiap
pergantian tabuk pemerintahan di Indonesia. Sehingga terhadap suatu
permasalahan yang dihadapi Indonesia dan cara mewujudkan visi jangka
panjang serta menengah terhadap tujuan pembangunan negara Indonesia,
dapat dirumuskan seperti berikut ini diantaranya,34
Aman dan damai, situasi atau kondisi mengenai keamanan serta
kedamaian terhadap satu visi Indonesia jangka panjang merupakan hak
atas setiap orang dan setiap bangsa guna menikmatinya, keadaan aman
dalam hal ini mengandung makna bahwa suatu keadaan yang bebas dari
bahaya, serta ancaman dari dalam ataupun luar, selain itu aman juga
mencerminkan suatu keadaan tentram, tidak ada rasa takut ataupun
khawatir. Sedangkan damai memiliki makna bahwa tidak terjadi konflik,
32
Ahmad Calam, Amnah Qurniati, Merumuskan Visi & Misi Lembaga Pendidikan, Ilmiah
Saintikom, Vol. 15, No. 1, (Januari, 2016), h. 53-56. 33
Ibid. 34
Susilo Bambang Yudhoyono, M. Jusuf Kalla, Membangun Indonesia Yang Aman, Adil
dan Sejahtera, (Jakarta: Seketeris Negara, 2004), h. 14.
25
tidak ada kerusuhan, tidak adanya keadaan permusuhan, serta keadaan
yang rukun dalam sistem negara hukum.35
Adil dan demokrasi yaitu suatu keadaan yang memiliki makna
yang dalam bagi bangsa dan Indonesia, sebab ini dapat terlihat pada
pembukaan undang-undang dasar negara republik Indonesia 1945.
Sehingga adil dapat menempati posisi penting dalam falsafah dan dasar
negara pancasila, yang dalam penyebutannya terdapat dua indikasi yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab, serta keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia, tanpa adanya keadilan pada dasarnya bangsa Indonesia
belum sepenuhnya merdeka.36
Sehingga kata adil tidak bertempatan jauh dengan demokrasi, sebab
konsep keadilan juga dihubungkan dengan demokrasi, sehingga dalam
hal ini demokrasi memiliki makna sebagai suatu pandangan hidup yang
mengutamakan persamaan hak dan kewajiban hingga perlakuan yang
sama bagi setiap warga negara di hadapan hukum dan pemerintahan37
Kesejahteraan Indonesia, konsep kesejahteraan pada visi Indonesia
dalam jangka panjang, memiliki makna terhadap kesejahteraan ialah
salahsatu tujuan pembangunan yang harus senantiasa ada, ketentuan ini
dengan secara tegas tertuang pada UUD 1945 yang menyatakan bahwa
pemerintahan berkewajiban mengupayakan kesejahteraan umum yaitu
35
Ibid, h. 15. 36
Ibid, h. 16. 37
Ibid, h. 17.
26
kesejahteraan rakyat dan negara Indonesia, dengan konsep kesejahteraan
ini ialah dalam keadaan sentosa dan makmur.38
Sehingga apabila visi jangka panjang, atas ketiga tujuan tersebut,
yaitu keadaan aman dan damai, adil dan demokrasi, serta sejahtera terkait
satu dengan yang lainnya serta harus dapat dicapai secara bersama,
sehingga perlu ditekankan bahwa kesejahteraan ialah untuk seluruh
rakyat sesuai dengan amanat pembukaan UUD 1945, dan merupakan
suatu kewajiban bagi siapa pun pemerintahan yang berkuasa.39
Sedangkan jika melihat pendefinisian atas misi adalah tahapan-
tahapan yang harus dilalui untuk mencapai visi tersebut. Selain itu, misi
juga merupakan deskripsi atau tujuan mengapa perusahaan, organisasi
atau instansi tersebut berada di tengah-tengah masyarakat.Misi juga bisa
dikatakan sebagai penjabaran sebuah visi. Jika visi hanya dituliskan
dalam satu kalimat saja, maka misi akan dijabarkan dengan beberapa
kalimat yang mudah untuk dipahami pembaca atau siapa saja yang
melihatnya.
Jika diambil kesimpulan, maka pengertian atau definisi misi
adalah:
a. Misi adalah penjabaran-penjabaran dari sebuah visi perusahaan,
instansi, atau organisasi.
38
Ibid 39
Ibid, h. 19.
27
b. Misi adalah langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang harus
dilalui sebuah perusahaan, instansi, atau organisasi untuk mencapai
visi utama.
c. Misi adalah langkah-langkah yang bisa diambil untuk merangsang
adanya pencapaian visi utama.40
2. Perumusan dan Unsur Visi& Misi
Terhadap suatu organisasi mengenai visi terdapat peranan yang
amat penting guna menentukan terhadap suatu arah kebijakan serta
karakteristik organisasi, sehingga ada beberapa hal yang harus
diperhatikan mengenai perumusan terhadap suatu visi diantaranya:
a. Suatu visi haruslah dapat memberikan panduan, motivasi serta
arahan.
b. Suatu visi haruslah dapat disebarkan pada kalangan anggota
organisasi.
c. Suatu visi dapat digunakan guna menyebarluaskan keputusan atas
tindakan organisasi pada hal terpenting.
d. Suatu visi sifatnya tidaklah statis dan tidak untuk selamanya.41
Sedangkan terhadap perumusan mengenai misi adalah setelah
terbentuknya atas suatu visi, maka setelah itu akan terbentuknya
gambaran mengenai misi, sehingga dapat dikatakan misi ialah suatu
tindakan atau upaya guna mewujudkan perumusan suatu visi sebelumnya
40
Heri, Pengertian Visi dan Misi, Diakses Pada Laman Web
https://salamadian.com/pengertian-contoh-perbedaan-visi-dan-misi/, Pada Hari Selasa, Pukul
08:00 WIB 41
Ibid.
28
ke dalam bentuk rumusan tugas. Sehingga dengan demikian misi
merupakan suatu bentuk layanan guna pemenuhan atas suatu tuntutan
yang tertuang dalam suatu visi dengan berbagai indikatornya.
Sehingga dengan begitu terdapat beberapa kriteria mengenai suatu
perumusan misi diantara lain kriteria tersebut tertuang ketentuan sebagai
berikut:
a. penjelasan tentang produk atau pelayanan yang ditawarkan
sangatlah diperlukan oleh masyarakat.
b. Haruslah jelas serta memiliki sasaran publik yang akan dicapai
c. Mengenai kualitas produk serta pelayanan yang ditawarkan
mempunyai daya saing yang dapat memberikan keyakinan pada
masyarakat.
d. Penjelasan mengenai aspirasi bisnis, yang diinginkan pada masa
mendatang selain itu juga bermanfaat dan keuntungannya bagi
masyarkat terhadap produk serta pelayanan yang tersedia.42
Mengenai visi dan misi dengan keadaan baik haruslah dapat
memberikan pernyataan dalam pertimbangan atas berbagai unsur
terpenting, sehingga haruslah dijadikan dasar pertimbangan sebelum
pernyataan dari suatu visi misi dirumuskan. Sehingga unsur-unsur
tersebut dapat dijelaskan pada penjabaran di bawah ini diantaranya:
a. Mengenai unsur dari visi misi dalam pertimbangannya adalah
audiens sasaran (target audience), sehingga unsur ini menghendaki
42
Ibid
29
rumusan visi misi yang menyatakan kepada siapa rumusan ini
ditujukan atau siapa stakeholder dari organisasi tersebut, mengenai
kelompok ini dapat mencakup seperti halnya pada sasaran
masyarakat, kader organisasi.
b. Mengenai unsur yang kedua ini yang harus diperhatikan dalam
perumusan visi misi organisasi adalah rentang cakupannya, seperti
rentan pernyataan visi-misi yang demikian singkat berupa satu
kalimat bahkan ada yang lebih terdapat banyak kalimat.
c. Mengenai unsur dari visi misi yang ketiga ini ialah mengenai
bahasa yang akan digunakan dalam perumusan visi-misi agar
terbentuknya rumusan misi yang baik.
d. Mengenai misi yang selanjutnya yaitu bahwa pernyataan visi misi
harus bertahan dalam jangka waktu tertentu agar tetap memiliki
makna bagi keberadaan organisasi dalam jangka waktu yang
lama.43
3. Fungsi dan Tujuan Visi Misi bagi Partai Politik
Bagi penerapan visi dan misi agar dapat terwujud sesuai dengan
apa yang dicita-citakan bagi suatu organisasi, dalam hal ini atas suatu
dari penelitian ini ialah partai politik maka, sebe;uim itu harus terlebih
dahulu memahami hakikat dari fungsi dan tujuan visi misi tersebut.
43
Yusuf Hamdan, Pernyataan Visi & Misi Perguruan Tinggi, Mimbar, Vol. XVII, No. 1,
(Maret, 2001), h. 95.
30
Maka dengan sendirinya fungsi dari visi dan misi yaitu
diantaranya:
a. Bagi visi sendiri diharapkan mampu memberikan suatu arah yang
ditempuh oleh suatu organisasi yang mempunyai peran penting
guna melakukan atau mengalami perubahan sepanjang waktu.
Sedangkan bagi misi sendiri ialah target dari organisasi yang
terukur, objektif dan spesifik guna memberikan kestabilitasan
dalam memanajemen dan memimpin suatu organisasi.44
Sehingga pada ketentuan dari fungsi di atas tersebut maka, tujuan
atau manfaat dari visi misi sendiri ialah dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a. Terjaminya suatu tujuan atas kesatuan dan keutuhan dari setiap
anggota organisasi yang mana, jika dilihat pada partai politik itu
sendiri agar tujuan politik dari organisasi partai politik tersebut
terjamin tuujuannya maka haruslah dilaksanakan dengan konsep
tekad yang bulat serta kesatuan.
b. Tersedianya sumber alokasi daya maupun dana dari organisasi,
sehingga dikaitkan dengan partai politik agar tujuan dari kegiatan
perpolitikannya dapat tercapai maka manfaat atau tujuan dari visi
misi tersebut ialah tersedianya secara totalitas dari mana sumber
alokasi daya maupun dana didapatkan
44
Yuni Retna Dewi, Pemahaman Karyawan Terhadap Visi Misi dan Tujuan FIKOM
UPDM, Wacana, Vol. XII, No. 3, (Agustus, 2004), h. 249.
31
c. Tersedianya dasar pengembangan dan evaluasi kinerja bagi
organisasi yang mana partai politik dalam hal ini, guna tujuan dari
partai tersebut dapat tercapai maka, tersedianya program
pengembangan serta evaluasi bagi kinerja anggotanya.
d. Tersedianya proses penterjemah tujuan dalam struktur organisasi,
bagi partai politik khususnya ialah dalam memahami atau
mentafsirkan suatu tujuan dengan adanya visi misi itu sendiri dapat
membantu berjalannya tujuan dari partai politik.45
C. Siyasah Dusturiyah &Prinsip Ketatanegaraan Islam
Konsep pengklasifikasian siyasah syar’iyyah dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis pengklasifikasian, akan tetapi dalam hal pembahasan ini,
terkait judul yang diangkat peneliti mengkaitkannya dengan jenis siyasah
dusturiyah, serta keterkaitan siyasah ini tidak terlepas dari yang nama nya
prinsip dari ketatanegaraan, tujuan tersebut supaya terdapat sinkronisasi
antara suatu pemerintahan di dalam sebuah negara maka perlu adanya prinsip
ketatanegaraan di dalam Islam tujuan itu supaya dapat terciptanya
kemaslahatan di dalam suatu negara, maka mengenai ketentuan ini dapat
dibahas berdasarkan uraian-uraian di bawah ini.
45
Ibid, h. 249.
32
1. Siyasah Disturiyah
a. Pengertian
Dusturiyah merupakan bagian bidang dalam ilmu siyasah yang
membahas mengenai ketentuan peraturan dalam bernegara. Mengenai
konsep dusturiyah terdapat pembahasan mengenai bidang-bidang
pembahasannya antara lain yaitu konsep konstitusi (UUD Negara),
legislasi (perumusan undang-undang), demokrasi dan syura.46
Problematika pembahasan mengenai fiqh siyasah ialah hubungan
antara pimpinan di salah satu pihak dengan rakyat di salah satu pihak
lain serta kelembagaan atau organisasi yang ada di dalam masyarakat.
Yang pada konsepnya untuk dapat merealisasikan kemaslahatan
manusia untuk memenuhi kebutuhannya.47
Setelah mengalami penyerapan ke dalam sastra Arab, kata
dusturiyah berkembang menjadi suatu asas, dasar, serta pembinaan,
yang menurut istilah dapat diartikan suatu kaidah yang mengatur suatu
hubungan kerja antar sesama anggota masyarakat terhadap suatu
rencana rancangan terhadap tujuan di dalam sebuah negara atau dalam
serapan bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berdasarkan undang-
undang dasar dari suatu negara.48
46
Muhammad Iqbal, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Kencana, 2014), h.
177. 47
H. Ahmad Djazuli, Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-
Rambu Syariah, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 47. 48
Muhammad Iqbal, Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, ...., h. 177-178.
33
b. Ruang Lingkup Kajian
Kajian mengenai ruang lingkup dalam siyasah dusturiyah yang
secara umum dapat disimpulkan antaranya sebagai berikut:
a. Persoalan imamah dan kewajiban
b. Persoalan rakyat mengenai status dan hak-haknya
c. Ba’iat
d. Waliyul Ahdi
e. Perwakilan
f. Wizarah serta perbandingannya.49
Sehingga apabila jika ditinjau siyasah dusturiyah dapat dibagi
menjadi beberapa bagian diantaranya:
1) Siyasah Tasyri’iyah yang mana siyasah ini termasuk di
dalamnya mencakup perwakilan persoalan rakyat, hubungan
muslim dan non muslim di dalam suatu negara seperti halnya
UUD, peraturan perundang-undangan yang lainnya.
2) Siyasah tanfidhiyah yaitu termasuk yang di dalamnya
pembahasan soal imamah persoalan bai’ah, wuzarah, wali al-
ahdi, dan lainnya.
3) Siyasah Qadha’iyyah yaitu di mana pembahasan mengenai
permasalahan peradilan.
4) Siyasah Idariyah yaitu mengenai pembahasan administrasi dan
kepegawaian.50
49
H. Ahmad Djazuli, Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-
Rambu Syariah, ...., h. 47.
34
Sehingga atas pembagian mengenai siyasah dusturiyah dapat
disimpulkan bahwa siyasah ini merupakan segala aspek yang
mengatur pemerintahan di dalam suatu negara mulai dari perancangan
suatu ketetapan atas surat dasar negara hingga berbagai ke-
administrasi yang berdasarkan pada tuntutan syariat Islam.
c. Konsep Negara Hukum
1) Konstitusi
Konstitusi pada dasarnya juga disebut sebagai dusturi namun
menurut istilah dustur sendiri merupakan suatu kumpulan kaidah
yang mengatur mengenai dasar-dasar dan hubungan kerja sama
antara sesama anggota masyarakat di dalam sebuah negara. Baik
berupa tertulis maupun tidak tertulis, sehingga jika diserap di dalam
bahasa Indonesia kata dustursendiri ialah peraturan Undang-
Undang Dasar (UUD). Sehingga jika dikaitkan dalam ketentuan
hukum Islam bahwa sumber utama nya yaitu ketentuan dari alquran
dan hadits, akan tetapi karena alquran bukanlah suatu undang-
undang maka alquran tidak mengatur secara menyeluruh dan
terperinci mengenai bagaimana hak dan kewajiban dari masing
masing msyarakat yang hidup di dalam sebuah negara khususnya
antara rakyat dengan pemerintah.51
50
Ibid, h. 48. 51
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), h. 281.
35
2) Legislasi
Dalam kajian fiqh siyasah, legislasi atau kekuasaan legislatif
disebut juga dengan al-sulthah al-tasyri’iyah, yaitu kekuasaan
pemerintah Islam dalam membuat dan menetapkan hukum.
Menurut Islam, tidak seorangpun berhak menetapkan hukum yang
akan diberlakukan bagi umat Islam. Akan tetapi, dalam wacana
fiqh siyasah, istilah al-suthah al-tasyri’iyah digunakan untuk
menunjukkan salah satu kewenangan atau kekuasaan pemerintah
Islam dalam mengatur masalah kenegaraan.52
Dalam konteks ini, kekuasaan legislatif berarti kekuasaan
atau kewenangan pemerintah Islam untuk menetapkan hukum yang
akan diberlakukan dan dilaksanakan oleh masyarakatnya.
Berdasarkan ketentuan yang telah diturunkan Allah SWT
dalam syariat Islam. Dengan demikian unsur-unsur legislasi dalam
Islam meliputi:
a) Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan untuk menetapkan
hukum yang akan diberlakukan dalam masyarakat Islam;
b) Masyarakat Islam yang akan melaksanakannya;
c) Isi peraturan atau hukum harus sesuai dengan nilai-nilai dasar
syariat Islam
Wewenang dan tugasnya Kekuasaan legislatif adalah
kekuasaan yang terpenting dalam pemerintahan Islam, karena
52
Muhammad Iqbal, Fiqh SiyasahKontekstualisasi Politik Islam, ...., h. 187
36
ketentuan dan ketetapan yang dikeluarkan lembaga legislatif ini
akan dilaksanakan secara efektif oleh lembaga eksekutif dan
dipertahankan oleh lembaga yudikatif atau peradilan. Orang-orang
yang duduk di lembaga legislatif ini terdiri dari para mujtahid dan
ahli fatwa (mufti) serta pakar dalam berbagai bidang. Karena
menetapkan syariat sebenarnya hanyalahwewenang Allah, maka
wewenang dan tugas lembaga legislatif hanya sebatas menggali dan
memahami sumber-sumber syariat Islam, yaitu Alquran dan sunnah
Nabi, dan menjelaskan hukum-hukum yang terkandung di
dalamnya.53
Undang-undang dan peraturan yang akan dikeluarkan oleh
lembaga legislatif harus mengikuti ketentuan-ketentuan kedua
sumber syariat Islam tersebut. Oleh karena itu, dalam hal ini
terdapat dua fungsi lembaga legislatif.
Pertama, dalam hal-hal yang ketentuannya sudah terdapat
dalam nashsh Alquran dan sunnah, undang-undang yang
dikeluarkan oleh al-sulthah al-tasyri’iyah adalah undang-undang
Ilahiyah yang diisyariatkan-Nya dalam Al-Quran dan dijelaskan
oleh Nabi SAW dalam hadits.
Kedua, yaitu melakukan penalaran kreatif (ijtihad) terhadap
permasalahan-permasalahan yang secara tegas tidak dijelaskan oleh
nash. Di sinilah perlunya al-sulthah al-tasyri’iyah tersebut diisi
53
Ibid, h. 188.
37
oleh para mujtahid dan ahli fatwa. Mereka melakukan ijtihad untuk
menetapkan hukumnya dengan jalan qiyas (analogi). Mereka
berusaha mencari illat atau sebab hukum yang ada dalam
permasalahan yang timbul dan menyesusaikannya dengan
ketentuan yang terdapat dalam nash. Ijtihad mereka juga perlu
mempertimbangkan situasi dan kondisi sosial masyarakat, agar
hasil peraturan yang akan diundangkan itu sesuai dengan aspirasi
masyarakat dan tidak memberatkan mereka.54
Bentuk dan perkembangan al-sulthah al-tasyri’iyah berbeda
dan berubah dalam sejarah, sesuai dengan perbedaan dan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat Islam. Pada masa
Nabi Muhammad SAW, otoritas yang membuat tasyri’ (hukum)
adalah Allah SWT. Allah menurunkan ayat-ayat Alquran secara
bertahap selama lebih kurang 23 tahun. Adakalanya ayat tersebut
diturunkan untuk menjawab suatu pertanyaan, adakalanya pula
untuk menanggapi suatu perubahan atau permasalahan yang terjadi
dalam masyarakat. Di samping itu, Nabi SAW juga berperan
sebagai penjelas terhadap ayat-ayat Alquran yang masih bersifat
global dan umum.55
3) Ummah
Ummah Dalam pengertian kata ummah yang di indonesia
menjadi kata umat adalah sebuah konsep yang telah akrab dalam
54
Muhammad Iqbal, The Reconstruction of ReligionThought in Islam, (Delhi: Kitab
Bhavan, 1981), h. 155. 55
Ibid.
38
masyarakat, akan tetapi sering dipahami secara keliru. Istilah ini,
karena begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari yang sering
terbaikan dan tidak dianggap sebagai pengertian ilmiah. Dari
kalangan Islam, pembahasan konsep ummah antara lain dilakukan
oleh Ali Syari‟ati dalam bukunya al-Ummah wa al-Imamah dan
Muhammad Quraish Shihab dalam bagian karya tafsir tematiknya
wawasan Alquran. Dalam Ensiklopedia Indonesia umat
mengandung empat macam pengertian, yaitu: 56
a) Bangsa, rakyat, kaum yang hidup bersatu padu atas dasar
iman atau sabda Tuhan,
b) Penganut suatu agama atau pengikut nabi,
c) Khalayak ramai, dan
d) Umum, seluruh, umat manusia.
Dalam piagam Madinah, pemakaian kata ummah
mengandung dua pengertian yaitu:
Pertama, organisasi yang diikat oleh aqidah Islam, terlihat
dari bunyi pasal satu piagam tersebut yang artinya sesungguhnya
mereka (suku Quraisy dan penduduk asli Madinah) adalah suatu
umat, yang berbeda dengan komunitas manusia lain.57
Kedua, organisasi umat yang menghimpun jamaah atau
komunitas yang beragam atas dasar ikatan sosial politik, seperti
tersurat dalam pasal 25 yang berbunyi sesungguhnya Banu ‘Awf
56
Hasan Sadhili,Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1980), h. 6 57
H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu
Syariah, ...., h. 211.
39
merupakan suatu umat dengan orang mukmin. Bagi Yahudi agama
mereka dan bagi kaum muslimin juga agama mereka. Kebebasan
ini berlaku bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali yang
berbuat aniaya dan jahat. Dalam pasal ini Yahudi tidak
dimaksudkan sebagai pengertian agama, tetapi pengertian suatu
kelompok dalam sebuah negara Madinah.58
Alquran menegaskan bahwa umat Islam merupakan umat
pertengahan (ummatan wasathan) yang harus menjadi teladan
manusia lainnya karena ummah dilandasi oleh semangat universal
Islam, maka Islam tidak dapat membenarkan nasionalis sempit
yang menganggap tanah, wilayah, ras, darah, dan hal-hal lain yang
sangat artifisial sebagai pengikat di antara manusia. Nasionalisme
seperti ini hanya akan memngarahkan manusia pada pengagungan
nilai-nilai tribalisme59
.
4) Negara Berdasarkan Amr Ma‟ruf Nahi Munkar
Tujuan Islam ialah guna mensejahterakan umat manusia yang
tidak terbatas kepada komunitas tertentu akan tetapi mencaup
semua umat manusia dalam permasalahan di kehidupan, sehingga
suatu asas dalam pemerintahan untuk kenegaraan yang berdasarkan
pada prinsip amar ma”ru nahi munkar, pada penjelasan secara
umum mengenai amar ma‟ruf nahi munkar tidak hanya
menyangkut tentang hal-hal yang berkaitan dengan pokok-pokok
58
Ibid. 59
Ibid, h. 222.
40
pembahasan mengenai keagamaan saja, akan tetapi sudah secara
meluas termasuk ke dalam aspek sosial, budaya serta perpolitikan.
Terkhusus terhadap aspek politik sudah dijelaskan ke dalam surat
Ali-Imran ayat 104, menyeru terhadap kebajikan secara
menyeluruh kepada yang ma’ruf serta pencegahan terhadap yang
munkar.60
Maka dalam hal ini tidak ada kebebasan dari sembarang
orang atau kelompok untuk secara langsung melakukan tindakan
kekerasan ataupun diskriminatif terhadap suatu individu dengan
suatu kelompok lainnya. Selain itu implementasinya juga harus
didasarkan pada penghargaan akan keniscayaan perbedaan,
kesamaan yang tumbuh dalam kehidupan politk bermasyarakat,
serta sangat tidak diperkenankan atas tindakan membedakan suatu
hal baik perbedaan antara laki-laki dan wanita, muda dan yang tua,
kulit putih dan kulit hitam. Sehingga gerakan amar ma‟ruf nahi
munkar dengan muatan-muatan penegakkan dan penerapan atas
kesamaan dalam aspek politik ditujukan atas pembangunan sistem
kemajuan suatu politik di dalam suatu ketatangaraan dan dijalankan
secara global, stimulan serta berkelanjutan.61
5) Negara Berdasarkan Pluralisme Hukum
Konsep dalam hukum Islam memang sangatlah berbeda jauh
dengan konsep penetapan hukum positif sebagai produk kreasi atas
60Marly Chandra, The Penology of Islamic Criminal Law, al-Adalah, Vol. 15, No. 2,
(2018), h. 348. 61
Ibid.
41
suatu seni yang diciptakan oleh pemerintahan yang berkuasa
terkhusus penetapan-penetapan bagi peraturan yang belum ada.
Perbedaan tersebut dapat terlihat dengan jelas pada kaidah hukum
Islam yang sangat bervariasi dan semuanya berpedoman pada
tuntunan ajaran al-Qur’ȃn dan Hadȋts, sedangkan hukum positif
hanya berpedoman terhadap pikiran akal manusia yang dikuasai
oleh nafsu, sehingga dapat menimbulkan suatu kesalahan pada isi
peraturan hukum tersebut sehingga bersifat relatif.
Penetapan pluralisme hukum sebagai instrumen penguatan
civil society dalam kehidupan bernegara dirasa memiliki hubungan
struktur sosial antara suatu bentuk golongan tertentu dengan
golongan yang lain, sehingga dengan adanya asas guna sebagai
penguatan instrumen civil society diharapkan mampu memperkuat
kesamaan seiring sejalan dan seirama agar terwujudnya tujuan
bernegara dengan cara menghilangkan identitas pribadi ataupun
golongan, sebaliknya hal tersebut digunakan untuk memunculkan
identitas masyarakat yang satu bersifat heterogen dan pluralisme.62
Kajian Islam terhadap instrumen pluralisme tanpa membedakan
suatu golongan tertentu atas unsur tahta, umur, suku dan agama
dengan tujuan terlaksananya suatu sistem pemerintahan bernegara
yang menghormati satu sama lain dan memberikan kesempatan
kepada siapapun tanpa harus melakukan tindakan diskriminatif
62
Dedy Sumardi, Islam Pluralisme dan Refleksi Masyarakat Homogen, Asy-Syir’ah, Vol.
50, Nomor. 2, (Desember, 2016), h. 488.
42
terhadap siapapun, sehingga terwujudnya keadilan sosial bagi
masyarakat sesuai dengan dasar ideologi negara Indonesia dan juga
berdasarkan ketatanegaraan dalam Islam (siyasah), yang harus
dilaksanakan oleh pemerintah yang dalam hal ini turut berperan
partai politik dalam penyusunan rancangan kebijakan yang dibuat
dalam pemerintahan, berdasarkan suatu prinsip berpegang teguh
pada inti ideologi spiritual. Hal ini sudah terang dijelaskan dalam
kehidupan masyarakat dalam bernegara dari ketentuan hukum
Islam.
2. Prinsip Ketatanegaraan Islam
a. Syura’
Sy r adalah salah satu prinsip utama politik Islam. Ia menjadi
satu-satunya faktor utama ke arah kejayaan sistem politik dan
pemerintahan Islam. Di samping itu sy r menjamin bahwa sistem
diktator tidak akan terwujud di kalangan umat Islam jika sistem ini
betul-betul diikuti.Di dalam Alqur‟an surat al-Sy r /42: 38 Allah
memuji orang-orang yang beriman yang menjadikan sy r sebagai
suatu sifat kepribadian mereka. Tugas mereka adalah bermusyawarah
di antara sesama mereka dalam mencari penyelesaian terhadap setiap
persoalan yang menimpa mereka. Dalam QS. as-Sy r 38-42 tersebut
berbunyi:
43
Artinya: Dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka, dan
mereka menafkahkan sebagian rizki yang kami berikan
kepada mereka.63
Dapatlah dikatakan bahwa pemerintah Islam di suatu masa
diberi kewenangan untuk menentukan bentuk dan corak sy r di
masanya dengan syarat prinsip-prinsip Islam, syarat-syarat dan adab-
adab sy r Islam hendaklah diikuti.64
Islam tidak menetapkan cara
perlaksanaan yang khusus, sebab jika ini dibuat sudah tentu akan
membawa kepada Jumud atau kakunya sistem sy r itu sendiri yang
sama sekali tidak sesuai dengan sifat undang- undang politik dan juga
63
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ...., h. 1134. 64
Muhammad Asad, The Principles of State and Government in Islam, edisi pertama oleh
University of California Press, 9 , Kuala Lumpur: Islamic Book Trust, , h. . “... the key
word “consultation” sy r has a double import. Firstly, it is meant to remind all followers of the
Qur‟ n that they must remain united within one single community ummah ; and secondly, it lays
down the principle that all their communal bussiness must be transacted in mutual consultation.
Muhammad Asad, The Message of the Qur„ n, Gibraltar: D r al-Andalus, 1980., h. 746
44
tidak sesuai dengan sifat agama Islam. Inilah yang menjadi pendapat
inti Asad tentang sy r .65
b. Prinsip Keadilan
Perkataan keadilan sama hal dengan musyawarah yang
bersumber dari Alquran. Cukup banyak ayat-ayat Alquran yang
menggambarkan tentang keadilan, di antaranya terdapat dalam surah
al-Nisa‟ : 35
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum
kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih
tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan
jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi
saksi, maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan.66
Dari ayat tersebut di atas sekurang-kurangnya dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1) Orang-orang yang beriman wajib menegakkan keadilan.
2) Setiap mukmin apabila ia menjadi saksi ia diwajibkan menjadi
saksi karena Allah dengan sejujur-jujurnya dan adil.
65
Asad, State, h. 80. 66
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ...., h. 156.
45
3) Manusia dilarang mengikuti hawa nafsu.
4) Manusia dilarang menyelewengkan kebenaran. 67
Keadilan merupakan salah satu prinsip yang sangat penting
dalam Alquran. Oleh karena Allah sendiri memiliki sifat Maha Adil.
Keadilan-Nya penuh dengan kasih sayang kepada makhluk-Nya
(rahman dan rahim). Dalam Islam, keadilan adalah kebenaran.
Kebenaran adalah merupakan salah satu nama Allah. Dia adalah
sumber kebenaran yang di dalam Alquran disebut al-haq. Oleh karena
itu, Al-Syaukani, sebagaimana yang dikutip Abd. Muin Salim,
menyatakan bahwa keadilan adalah menyelesaikan perkara
berdasarkan ajaran yang terdapat dalam Alquran dan sunah, bukan
menetapakn hukum dengan pikiran.68
Apabila prinsip keadilan dibawa
ke fungsi kekuasaan negara, maka ada tiga kewajiban pokok bagi
penyelenggara negara atau suatu pemerintahan sebagai pemegang
kekuasaan, yaitu:
1) Kewajiban menerapkan kekuasaan negara yang adil, jujur, dan
bijaksana;
2) Kewajiban menerapkan kekuasaan kehakiman yang seadil-
adilnya;
67
Abd. Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur‟an Cet. II; Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1995), h. 214. 68
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Semarang: Toha Putra, 988 , h.
847.
46
3) Kewajiban penyelenggara negara untuk mewujudkan suatu
tujuan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera di bawah
keridhaan Allah.
c. Prinsip Kebebasan
Konsep kebebasan sangat sentral dalam pemikiran
individualisme dan liberalisme Eropa. Kini, dapat dikatakan bahwa
semua negara demokrasi menjamin hak persamaan dan kebebasan
rakyatnya.69
Dalam tradisi ini, kebebasan berarti sebuah kondisi yang
dicirikan oleh ketiadaan pemaksaan (coersion) atau pembatasan
(constraint) yang dilakukan oleh orang lain.70
Pendapat penting
muncul dari pemikiran Bertrand Russell yang sering dikutip, “Secara
umum, kebebasan dapat didefinisikan sebagai ketiadaan rintangan
untuk merealisasikan hasrat”.71
Pernyataan ini sedikit menyulitkan
untuk mengindikasikan adanya pembatasan yang tak terbatas terhadap
pilihan manusia. Dalam Islam, konsep kebebasan secara mendasar
telah menuntut akan arti tanggung jawab.72
Selanjutnya, para sarjana hukum konstitusional modern
membagi kebebasan menjadi beberapa cabang: kebebasan berpikir,
kebebasan berkeyakinan, hak untuk mendapatkan pendidikan dan
69
Abdurrahman Abdulkadir Kurdi, The Islamic State: A Study based on the Islamic Holy
Constitution, (London and New York: Mansell Publishing Limited, 1984), h. 50. 70Felix E. Oppenheim, Dimensions of Freedom: An Analysis, New York: St. Martin‟s
Press, 1961), h. 33-37 71Bertrand Russell, “Freedom and Government”, dalam Ruth N. Anshen ed. , Freedom: Its
Meaning, (NewYork: Macmillan, 1941), h. 251. 72
Rahman, Mohammad Taufiq. "Social Justice in Western and Islamic Thought: A
Comparative Study of John Rawl's and Sayyid Qutb's Theories of Social Justice." PhD diss.,
Jabatan Akidah dan Pemikiran Islam,(Akademi Pengajian Islam: Universiti Malaya, 2010), h. 20
47
kepemilikan, dan kebebasan pribadi. Sebagian dari cabang-cabang ini,
pada gilirannya, dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti dalam
kasus kebebasan personal yang dapat dikategorikan ke dalam hak
untuk hidup, kebebasan dan keselamatan diri, serta kebebasan
bergerak.73
Dalam kaitan dengan negara Islam, menurut Asad, pada
dasarnya, negara Islam mengemban tugas “memberi jaminan pada
seluruh warganya untuk mendapatkan keselamatan fisik sekaligus
kebebasan untuk beragama, berbudaya dan bermasyarakat.”74
Mengikuti klasifikasi model di atas, berikut dikemukakan
bagaimana Islam telah menampakkan diri sebagai agama yang
memperjuangkan kebebasan manusia, melalui pendapat Asad.
Menurut Asad, negara Islam mengemban tugas “untuk
melakukan perlindungan terhadap kehidupan pribadi warganya.”75
Demikian itu karena jiwa umat Islam itu terhormat.76
Islam
mengharamkan pembunuhan manusia kecuali menurut undang-
undang Islam. Pembunuhan seseorang yang dibuat secara sengaja dan
tanpa alasan-alasan yang sah menurut undang-undang Islam dianggap
sebagai perbuatan membunuh seluruh manusia dan barangsiapa yang
memelihara satu jiwa maka ia dianggap sebagai telah memelihara
73
S.A. De Smith, Constitutional and Administrative Law, (London: Oxford University
Press, 1965), h. 440-457. 74
Asad, State, h. 33. 75
Asad, State, h. 84. 76Dalam hal ini Asad mengutip hadits riwayat Muslim dari J bir ibn Abd All h tentang
khuthbah perpisahan Nabi saw. di Arafah. Asad, State, h. 84.
48
seluruh kehidupan manusia. Hal ini disebutkan di dalam QS. al-
M ‟idah 5:3 , yaitu:
Artinya: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seolah-
olah dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seseorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara
kehidupan manusia semuanya.77
Jadi, ayat ini menyatakan bahwa nyawa seseorang tidak boleh
diambil kecuali dalam dua keadaan: Atas dasar ish sh, karena orang
itu membunuh orang lain, dan karena ia melakukan kerusakan di
muka bumi, sebab ia merampok atau membunuh.
Selain dari yang disebutkan di atas, seseorang itu diberi hak
mendapat perlindungan dari penyalahgunaan kekuasaan dari pihak
yang berkuasa.Selanjutnya adalah Kebebasan beragama. Menurut
Asad, dalam Islam, semua orang berhak menganut dan mengamalkan
ajaran agamanya dengan bebas dan aman.
77
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ...., h. 232.
49
d. Prinsip Persamaan
Prinsip persamaan dalam Islam dapat dipahami antara lain dari
alquran surah al-Hujurat (49): 13
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi maha mengenal.78
Ayat itu melukiskan bagaimana proses kejadian manusia. Allah
telah menciptakannya dari pasangan laki-laki dan wanita. Pasangan
yang pertama adalah Adam dan Hawa, kemudian dilanjutkan oleh
pasangan-pasangan lainnya melalui suatu pernikahan atau keluarga.
Jadi semua manusia melalui proses penciptaan yang “seragam” yang
merupakan suatu kriterium bahwa dasarnya semua manusia adalah
sama dan memiliki kedudukan yang sama. Inilah yang disebut prinsip
persamaan.79
e. Prinsip Pluralisme
Sebelum membedah pemikiran Asad tentang pluralisme,
diperlukan sedikit latar belakang mengapa isu pluralisme ini muncul.
Pada awalnya, masyarakat itu relatif homogen secara rasial, etnis, dan
78
Ibid, h. 563. 79
Asad, State, 41- . “... implying that this equality of biological irigin is reflected in the
e uality of the human dignity common to all...”. The Message, h. 794.
50
agama.80
Namun, dalam perkembangannya, masyarakat menjadi plural
atau pluralistik.81
Demikian pula, pluralisme terjadi dengan migrasi. Pada masa
kemunculan komunitas Muslim di Semenanjung Arab, sudah terdapat
komunitas Yahudi dan Kristen di Madinah, Khaybar, Tayma‟, Nejd
dan Arabia Selatan.82
Selain itu, pluralisme pun terbentuk oleh
perbudakan: hal itu terlihat dengan adanya orang-orang hitam dari
Ethiopia di zaman Nabi Muhammad SAW.83
Dalam sejarahnya,
kemudian, kekuasaan Islam memang selalu dihadapkan dengan
pluralisme. Dan untuk pluralisme ini umat Islam telah menunjukkan
kemampuan mereka untuk memerintah dengan relatif aman, walaupun
menghadapi berbagai macam orang dengan begitu banyak perbedaan
ras, etnik dan bahasa.84
Di samping itu, dengan adanya kontak mereka dengan budaya
lain, selain Arab-Islam, mereka menemukan agama lain. Orang-orang
non-Muslim itu, yang dimotivasi oleh „keuntungan bisnis, melakukan
80Ahmad Yousif, “Islam, Minorities and Religious Freedom: A Challenge to Modern
Theory of Pluralism,” Journal of Muslim Minority Affairs, (Vol. 20, No. 2, 2000), h. 29. 81Di sini penulis tidak bermaksud untuk membedakan kata “plural” dan “pluralistic”.
Walaupun begitu, Smith menyatakan bahwa “plural” merujuk pada model masyarakat yang
seimbang equilibrium , sedangkan“pluralistic” merujuk pada model masyarakat konflik. M. G.
Smith, The Plural Society in the British West Indies, (Berkeley: University of California Press,
1965), passim. 82
Menurut Saunders, komunitas ini terbentuk oleh imigran Palestina setelah keruntuhan
Yerusalem yang dihancurkan oleh Nebuchadnezzar pada tahun 586 SM. J.J. Saunders, The History
of Medieval Islam, London: Routledge & Kegan Paul, 98 , h. ; Christopher Toll, „The
Purpose of Islamic Studies‟, dalam Klaus Ferdinand and Mehdi Mozaffari eds. , Islam: State and
Society, (Copenhagen: Scandinavian Institute of Asian Studies, 1988), h. 13. 83
Spencer-Trimingham, Christianity Among the Arabs in Pre-Islamic Times, (London:
Longman, 1979), h. 249. 84
Yvonne Y. Haddad, Islamists and the Challenge of Pluralism, Occasional Papers, Center
for Contemporary Arab Studies and Center for Muslim-Christian Understanding, (Georgetown
University, 1995), h. 21.
51
misi, dan pencarian pengetahuan beserta penggunaan praktisnya85
telah memberikan kondisi pluralistik pada sejarah Islam.
Tentang pluralisme ini, Asad menempatkannya pada
pembicaraan tentang partisipasi politik masyarakat Muslim. Dalam hal
ini konsepsi Asad tentang politik dan tata pemerintahan Islam betul-
betul serba mencakup dan merupakan konsepsi yang siap digunakan.86
Menurut Asad, walaupun bersumber pada syar ‟at yang sama,
masyarakat Muslim dapat pula berbeda-beda dalam opini mereka
tentang ketatanegaraan. Menurutnya, pluralitas pandangan itu
merupakan hal yang natural, karena penalaran manusia itu merupakan
proses yang sangat subjektif dan tidak pernah betul-betul terlepas dari
kecenderungan tempramental.
Kebiasaan, latar belakang sosial, dan pengalaman masa lalu
pemikirnya. Dengan kata lain, pemikiran manusia itu tidak dapat
terlepas dari semua pengaruh yang membentuk apa yang dikatakan
sebagai “kepribadian manusia”. Walaupun begitu, Asad menyadari
bahwa kemajuan yang sejati tidak mungkin terwujud tanpa
kemajemukan pendapat, karena hanya melalui perbedaan pandangan
85
Christopher Toll, Islam: State and Society, h.13. 86
Pemikiran Asad tentang hal ini, misalnya sesuai dengan outline permasalahan yang harus
dihadapi oleh sebuah sistem politik yang diketengahkan oleh Almond dan Powel, yaitu
permasalahan tentang bangunan-negara (state-building), bangunan-bangsa (nation-building),
partisipasi, dan permasalahan tentang distribusi kekayaan.Gabriel A. Almond dan G. Bingham
Powell, Jr., Comparative Politics: A Developmental Approach, (Boston:Little Brown and
Company, 1966), h. 35.
52
itulah masalah-masalah kemasyarakatan dapat diperjelas dan dapat
ditemukan pilihan solusinya.87
Sesuai dengan firman Allah dalam suart al-Maidah ayat 48 yang
berbunyi:
Artinya: Dan kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-
Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian, terhadap
Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya
Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-
Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu.88
Di sinilah, kemudian, Asad perlu mengutip sebuah hadits
populer yang ia temukan di dalam kitab al-J m ’ al-Shag r-nya al-
Suy th , yaitu “perbedaan opini di antara umatku itu adalah sebuah
87Asad, State, “... implying that this equality of biological irigin is reflected in the equality
of the human dignity common to all...”. The Message h. 48. 88
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, ...., h. 234.
53
tanda rahmat Tuhan.”89
Perbedaan pendapat yang biasanya kemudian
melahirkan perbedaan golongan inilah yang menjadi ajang pergulatan
musyawarah dalam negara Islam. Pada gilirannya, Asad kemudian
melegalisasi adanya partisipasi masyarakat melalui kelompok-
kelompok politik, yang nantinya dilakukan suatu seleksi di dalam
Majlis Sy r .90
Selain teks di atas, Asad juga perlu menjelaskan bahwa secara
natural pengelompokan politik itu dapat terjadi. Ia mengemukakan hal
ini dengan sejarah para sahabat Nabi Muhammad SAW Menurutnya,
mau tidak mau para sahabat harus berhadapan dengan bentuk
pengelompokan masyarakat yang sudah menjadi warisan tradisional,
yaitu berdasarkan suku dan klan.91
Yang dapat digambarkan di sini,
dengan demikian, adalah suatu bentuk perwakilan.
Maka, bagi masyarakat Muslim modern, perwakilan itu harus
ada, apapun bentuknya. Di sinilah Asad menyetujui pluralitas politik
dengan pluralitas partai, sebagai wahana aspirasi masyarakat. Karena,
menurutnya, jika kebebasan berpendapat dan melakukan kritik itu
diakui sebagai hak inherent warganegara, maka masyarakat harus
disetujui untuk bebas berkumpul dan mempropagandakan pemikiran
mereka sehingga dapat mempengaruhi kebijakan negara, baik di
89Asad, State, “... implying that this equality of biological irigin is reflected in the equality
of the human dignity common to all...”. The Message h. 48. 90
Ibid, h. 49. 91
Ibid,, h. 54.
54
dalam maupun di luar Majelis Sy r . Inilah yang dikatakannya
sebagai sistem politik Islam.92
Demikian Asad, akan timbul kesejahteraan material dan
kekuatan politik. Sebaliknya, jika moralitas masyarakat lemah, maka
akan lemah pula kondisi sosial, ekonomi, dan politik.93
Keberagaman pendapat dalam masyarakat, menurut Asad,
merupakan hikmah dari adanya ijtih d. Kebebasan ijtih d inilah yang
menjadi kewajiban moral dan sosial sehingga semua masalah umat
dapat didiskusikan. Para pemimpin umat secara moral terikat
membawa kemajuan kepada publik, apapun pemikiran baru mereka.
Untuk itu, hak untuk mengekspresikan opini dalam bentuk diskusi
ataupun tulisan merupakan hak fundamental setiap warganegara
dalam sebuah negara Islam. Tentu saja, demikian Asad, hal ini perlu
dimengerti bahwa kebebasan opini dan ekspresinya tidak boleh
digunakan untuk melawan hukum Islam atau memberontak pada
pemerintahan yang sah.94
f. Prinsip Kesejahteraan
Prinsip ini menyatakan bahwa ada suatu motivasi dalam
pelaksanaan prinsip kesejahteraan yaitu doktrin Islam hablun minallah
hablun minannasyaitu dapat dikatakan suatu aspek ibadah, ekonomi,
budaya dan politik dalam ruang lingkup ke Islaman, dengan artian
lainnya yaitu merupakan realisasi prinsip kesejahteraan yang semata-
92
Ibid, h. 61. 93
Ibid, h. 82. 94
Ibid, h. 83.
55
mata bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh aspek
masyarakat.95
Prinsip ini sesuai dengan firman Allah dalam surat at-
Taubah ayat 105 yang berbunyi:
Artinya: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-nya serta orang-
orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.96
Selain itu prinsip ini juga sesuai dengan apa yang dihaditskan
oleh Rasulullah mengenai prinsip kesejahteraan, di dalam kitab asbah
wa al-Nazairyang berbunyi sebagai berikut:
لحة ط بالأمصأ اعية منوأ مام على الر ف الأ تصر
Artinya: Kebijakan pemimpin kepada rakyatnya harus sesuai dengan
kemaslahatan atau kesejahteraan rakyatnya97
Penjelasan ayat di atas bahwa setiap pemimpin yang
mengendalikan kebijakan dalam bernegara haruslah
mempertimbangakn dan memperhatikan kemaslahatan ataupun
kesejahteraan bagi rakyatnya tanpa ada tindakan yang menimbulkan
kemudharatan khususnya dalam hal ini PSI selaku pemeran
pengendali dan pelaksana kebijakan jika melirik pada prinsip dari visi
95
Kurniawan, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Vol. XIII, Nomor. 55, (Desember, 2011), h. 158. 96
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, ...., h. 334. 97
Imam Suyuti, Kitab Ahsabh bi al-Nazair, (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiah),h. 83.
56
dan misi dan wacana kebijakan dikhawatirkan menimbulkan
kemudharatan bagi umat yaitu menciptakan tindakan diskriminatif.
g. Prinsip Pengakuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia
Prinsip pengakuan dan perlindungan hak ini merupakan
pernyataan bahwa setiap warga negara dijamin hak-hak dasar tertentu
sehingga dari sini harus adanya suatu bentuk perlindungan seperti
perlindungan terhadap keamanan pribadi dan lain sebagainya,98
dalam
hal prinsip ini sangat banyak dijumpai di dalam Alquran seperti dalam
surat Al-Baqarah ayat 256 yang berbunyi:
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan
yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada
thaghut dan beriman kepada Allah, maka Sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.99
Pada penjelasan ayat di atas dapat dikatakan bahwa di dalam
Islam sangat mengakui adanya pengakuan serta perlindungan bagi hak
asasi manusia, mulai dari segala aspek, tujuan tersebut bertujuan
untuk memungkinkan agar terhindarinya kemudharatan dari setiap diri
manusia
98
Mutiara Fahmi, Petita, Prinsip Dasar Hukum Politik Islam dalam Perspektif Al-Qur‟an,
...., h. 58. 99
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, ...., h 56
57
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu merupakan acuan terhadap penelitian selanjutnya,
di mana penelitian tersebut dipergunakan untuk dilakukan komparasi
(perbandingan) hasil penelitian. Sehingga dari tujuan dilakukannya tinjauan
pustaka itu sendiri ialah agar terhindarnya dari suatu tindakan plagiarisme
agar penelitian terhadap skripsi ini benar-benar secara riil (nyata) serta dapat
dipertanggungjawabkan.Sehingga atas tindakan yang dilakukan guna
meninjau dari pustaka atau referensi lain, penulis dapat menuangkan beberapa
kajian terdahulu yang dapat dijadikan patoak atau pedoman guna menghindari
kesamaan karya ilmiah. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang dapat
dijadikan landasan dalam sebuah penelitian diantaranya dapat disajikan di
dalam tabel di bawah ini sebagai berikut:
58
Tabel 1.
Rizqi Josta Sanggam
Nama,
Tahun, Judul
Penelitian
Variabel dan
Indikator atau
Fokus
Penelitian
Metode
Analisis
Data
Hasil Penelitian
Rizqi Josta
Sanggam,
(2018),
Analisis Fiqh
Siyasah
Terhadap
Strategi
Partai Golkar
dalam
Pemenangan
Pilkada 2015
di Kota
Bandar
Lampung
Untuk
mengetahui
perspektif
siyasah
mengenai
strategi Partai
Golongan
Karya dalam
politik
pemilihan
walikota
bandar
lampung
Deskriptif
Analitis
Ditinjau dari segi siyasah
terhadap strategis yang
diterapkan dalam politik untuk
memenangkan pilkada
berdasarkan konsep siyasah
sesuai dengan perkembangan era
politik era kontemporer, hal ini
dikarenakan prinsip golkar
tersebut sudah sesuai dengan
ma ashid syar’ah.
Sumber: Risqi Josta Sanggam, Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, 2018.
59
Tabel 2.
Joko Santoso
Nama,
Tahun,
Judul
Penelitian
Variabel dan
Indikator atau
Fokus Penelitian
Metode
Analisis
Data
Hasil Penelitian
Joko
Sanoso,
(2010),
Strategi
Politik
Partai
Keadilan
Sejahtera
Pada
Pemilu
2009 D. I.
Yogyakarta
Dalam
Perspektif
Fiqh
Siyasah
Untuk
mengetahui dan
menjelaskan
pandangan fikih
siyasah terhadap
prinsip atau
strategi partai
PKS pada
pemilu tahun
2009
Deskriptif
analitis
Strategi PKS ialah dengan
dilakukan pelebaran segmen
pemilih (tanpa membmidik
kalangan tertentu) tetapi pada
semua kalangan masyarakat
tanpa membedakan usia,
pendidikan dan lain sebagainya.
Sumber: Joko Santoso, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, 2010.
Keterangan:
1. Persamaan dan perbedaan yang diteliti oleh peneliti dengan Risqi
Josta Sanggam antara lain:
Persamaan: terletak pada pembahasan mengenai strategi atau
prinsip partai politik untuk mencapai suatu cita-cita
partai dan metode analisa data yaitu bersifat deskriptif
kualitatif.
Perbedaan: terletak pada partai dan strategi atau prinsip untuk
tercapainya cita-cita partai yang telah tertuang pada
60
visi-misi masing-masing partai di mana partai
golongan karya bersifat skala regional wilayah daerah
sedangkan penelitian ini berskala kenegaraan dengan
prinsip atau strategi partai dalam penelitian ini.
2. Persamaan dan perbedaan yang diteliti oleh peneliti dengan Joko
Santoso antara lain:
Persamaan: terletak pada pembahasan mengenai strategi atau
prinsip partai politik untuk mencapai suatu cita-cita
dalam visi-misi partai.
Perbedaan: terletak pada partai dan strategi atau prinsip untuk
tercapainya cita-cita partai yang telah tertuang pada
visi-misi masing-masing partai di mana partai PKS
bersifat skala regional wilayah daerah sedangkan
penelitian ini berskala kenegaraan dengan prinsip atau
strategi partai dalam penelitian ini.
82
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur‟an. Cet. II; Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1995.
Agus Aan Hermawan, Desember, 2014, Persepsi Muda Terhadap Partai Politik
Nasional Peserta Pemilu 2014 dan Implikasinya Terhadap Ketahanan
Politik Wilayah (Studi Pada KNPI Prov Banten), Ketahanan Nasional,
Vol. 20, No. 3.
Aahqiq Nanang, 2004, Politik Islam, (Jakarta: Kencana)
Ahmad Yousif, Islam, Minorities and Religious Freedom: A Challenge to Modern
Theory of Pluralism, Journal of Muslim Minority Affairs, (Vol. 20, No. 2,
2000),
Ahmad Calam, Amnah Qurniati, Merumuskan Visi & Misi Lembaga Pendidikan,
Ilmiah Saintikom, Vol. 15, No. 1, (Januari, 2016),
Abdurrahman Abdulkadir Kurdi, 1984, The Islamic State: A Study based on the
Islamic Holy Constitution, (London and New York: Mansell Publishing
Limited)
Felix E. Oppenheim, 1961, Dimensions of Freedom: An Analysis, (New York: St.
Martin‟s Press
Bertrand Russell, 1941, Freedom and Government, dalam Ruth N. Anshen (ed.),
Freedom: Its Meaning, (NewYork: Macmillan,)
Al Hamdi, Ridho. Partai Politik Islam; Teori dan Praktik di Indonesia
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013).
Asad, Muhammad, The Message of the Qur„ n, Gibraltar: D r al-Andalus, 1980.
Chandra Marly, The Penology of Islamic Criminal Law, al-Adalah, Vol. 15, No. 2,
(2018)
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya Semarang: Toha Putra,
1988.
Djazuli, 2009, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Kencana).
Dedy Sumardi, Islam Pluralisme dan Refleksi Masyarakat Homogen, Asy-Syir’ah,
Vol. 50, Nomor. 2, (Desember, 2016)
83
Firmanzah, Mengelola Partai Politik; Komunikasi dan Postioning Ideologi Politik
di Era Demokrasi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008).
Haddâd, Yvonne Y., Islamists and the Challenge of Pluralism, Occasional Papers,
Center for Contemporary Arab Studies and Center for Muslim-Christian
Understanding, Georgetown University, 1995.
Hanafi, A. Pengantar Teologi Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003).
Hilda Handayani, Pengertian Metode Induktif dan Metode Deduktif, diakses dari
https://www.scribd.com/doc/285546689/Pengertian-Metode-Induktif-
Dan-Metode-Deduktif, tanggal 09 Desember 2018 pukul 23.58 WIB.
Hasan Sadhili, 1980, Pimpinan Redaksi Ensiklopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve),
Imam Suyuti, 2007, Terjemahan Kitab Ahsabh bi al-Nazair (Bandung: Khazanah
Ilmu)
Imam Yahya, 2010, Gagasan Fikih Partai Politik dalam Khazanah Klasik
(semarang: Walisongo Press,),
Labolo, Muhadam. Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum di Indonesia :
Teori Konsep dan Strategi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2015).
Louis Ma‟luf, 975, al-Munjid,(Bayrut: Dar al-Masyrik)
Marbun, BN. Kamus Politik (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004).
Muhammad Pabunda Tika, 2006, Metodologi Riset Bisnis, (Jakarta: Bumi Aksara)
Muhammad Iqbal, 1981, The Reconstruction of ReligionThought in Islam, (Delhi:
Kitab Bhavan,)
Mujar Ibnu Syarif, Khamami Zada, 2008, Fikih Siyasah, (Jakarta: Erlangga).
Muri Yusuf,2014, Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif dan Gabungan),
(Jakarta: Kencana)
Mutiara Fahmi, April 2017, Prinsip Dasar Hukum Politik Islam dalam Perspektif
Al-Qur‟an, Ar-Raniry, vol. 2, No. 1.
Noer, Deliar. Pengantar ke Pemikiran Politik (Jakarta: Rajawali Press, 1993).
Oppenheim, Felix E., Dimensions of Freedom: An Analysis, New York: St.
Martin‟s Press, 9 .
84
Partai Solidaritas Indonesia, 2017, Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga
DPP PSI, (Jakarta: DPP PSI)
Romli, Lili. Islam Yes Partai islam Yes; Sejarah Perkembangan Partai-partai
Islam di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006
Ridho Al Hamdi, Partai Politik Islam;Teori dan Praktik di Indonesia
(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2013
Rahman, Mohammad Taufiq, 2010, Social Justice in Western and Islamic
Thought: A Comparative Study of John Rawl's and Sayyid Qutb's
Theories of Social Justice. PhD diss., Jabatan Akidah dan Pemikiran
Islam, (Akademi Pengajian Islam: Universiti Malaya)
S. Nasution, 2004, Metodologi Penelitian Dasar, (Jakarta: Bulan Bintang)
Smith, M.G., The Plural Society in the British West Indies, Berkeley: University
of California Press, 1965.
Soeranto Lincoln Arsyad, 2008, Metode Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis,
(Yogyakarta: STIM YKPN)
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia).
Spencer-Trimingham, Christianity Among the Arabs in Pre-Islamic Times,
London: Longman, 1979.
Bambang Yudhoyono, M. Jusuf Kalla, 2004, Membangun Indonesia Yang Aman,
Adil dan Sejahtera, (Jakarta: Seketeris Negara)
Sugiono, 2012, Metode Penelitian kualitatif, Kuantitatif, R&D, (Bandung:
Alfabeta)
Sri Kusriyah, Jurnal Pembaharuan Hukum, Politik Hukum Penyelenggaraan
Otonomi Daerah dalam Perspektif Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Vol. III, Nomor. 1, (Januari, 2016),
Toll, Christopher, The Purpose of Islamic Studies, dalam Klaus Ferdinand and
Mehdi Mozaffari (eds.), Islam: State and Society, Copenhagen:
Scandinavian Institute of Asian Studies, 1988
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik.
85
Yahya, Imam. Gagasan Fikih Partai Politik dalam Khazanah Klasik (Semarang:
Walisongo Press, 2010).
Yousif, Ahmad, Islam, Minorities and Religious Freedom: A Challenge to
Modern Theory of Pluralism, Journal of Muslim Minority Affairs, Vol.
20, No. 2, 2000.
Yusuf Hamdan, Pernyataan Visi & Misi Perguruan Tinggi, Mimbar, Vol. XVII,
No. 1, (Maret, 2001
Yuni Retna Dewi, Pemahaman Karyawan Terhadap Visi Misi dan Tujuan FIKOM
UPDM, Wacana, Vol. XII, No. 3, (Agustus, 2004)
Heri, Pengertian Visi dan Misi, Diakses Pada Laman Web
https://salamadian.com/pengertian-contoh-perbedaan-visi-dan-misi/.
Kurniawan, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Vol. XIII, Nomor. 55, (Desember, 2011)