Post on 11-Sep-2021
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI APOTEK ATRIKA
Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSATPERIODE 26 SEPTEMBER – 29 OKTOBER 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
CYNTHIA JAYA, S.Farm.1006835135
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOKDESEMBER 2011
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI APOTEK ATRIKA
Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSATPERIODE 26 SEPTEMBER – 29 OKTOBER 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
CYNTHIA JAYA, S.Farm.1006835135
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI
DEPOKDESEMBER 2011
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek
Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atrika pada periode 26 September – 29 Oktober
2011. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilaksanakan sebagai
salah satu syarat untuk meraih gelar Apoteker. Tujuan PKPA ini yaitu untuk
meningkatkan pemahaman dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih
dan rasa hormat kepada:
1. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker, Departemen
Farmasi, FMIPA UI sekaligus pembimbing dari Apotek Atrika yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulis
melaksanakan PKPA dan menyusun laporan PKPA.
2. Dra. Rosmala Dewi, Apt. selaku pembimbing dari Departemen Farmasi,
FMIPA UI yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dan nasehat yang begitu
bermanfaat.
3. Bapak Winardi Hendrayanta selaku Pemilik Sarana Apotek Atrika.
4. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA
UI.
5. Para karyawan Apotek Atrika atas ilmu, arahan, dan bantuan yang telah
diberikan selama pelaksanaan PKPA ini.
6. Seluruh dosen Departemen Farmasi FMIPA UI atas ilmu dan bantuan yang
diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker.
7. Keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan moral sehingga program
PKPA dan penyusunan laporan ini dapat dilaksanakan dengan lancar.
8. Rekan-rekan PKPA di Apotek Atrika.
9. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker, Departemen Farmasi,
FMIPA UI yang telah memberikan dukungan dan semangat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala
kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan PKPA
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
iv
ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan
ilmu farmasi pada khususnya.
Penulis
2011
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iiKATA PENGANTAR ...................................................................................... iiiDAFTAR ISI ..................................................................................................... vDAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 11.1 Latar Belakang .......................................................................... 11.2 Tujuan ....................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA . ................................................................. 32.1 Definisi Apotek ......................................................................... 32.2 Tugas dan Fungsi Apotek ......................................................... 32.3 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek ................................ 42.4 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek ................................... 52.5 Tata Cara Perizinan Apotek ...................................................... 62.6 Pencabutan Surat Izin Apotek ................................................... 72.7 Tenaga Kerja di Apotek ............................................................ 92.8 Sediaan Farmasi di Apotek ....................................................... 112.9 Pengelolaan Apotek .................................................................. 182.10 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ............................... 23
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA ................................... 273.1 Sejarah dan Lokasi .................................................................... 273.2 Tata Ruang ................................................................................ 273.3 Struktur Organisasi ................................................................... 283.4 Tugas dan Fungsi Jabatan ......................................................... 283.5 Kegiatan di Apotek Atrika ........................................................ 31
BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................... 40
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 485.1 Kesimpulan ............................................................................... 485.2 Saran .......................................................................................... 48
DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 49
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Logo golongan obat ....................................................................... 11Gambar 2.2 Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas .................... 12
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika .......................................................... 51Lampiran 2. Denah Ruangan Apotek Atrika .................................................... 52Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Atrika .............................................. 53Lampiran 4. Alur Penanganan Resep ............................................................... 54Lampiran 5. Surat Pesanan (SP) Apotek Atrika ............................................... 55Lampiran 6. Surat Pesanan (SP) Psikotropika ................................................. 56Lampiran 7. Surat Pesanan (SP) Narkotika ...................................................... 57Lampiran 8. Format Laporan Penggunaan Psikotropika .................................. 58Lampiran 9. Format Laporan Penggunaan Narkotika ...................................... 60Lampiran 10. Salinan Resep Apotek Atrika ...................................................... 61Lampiran 11. Etiket Apotek Atrika .................................................................... 62
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah
keadaan sehat, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial, yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif, baik secara sosial maupun ekonomi. Pembangunan
kesehatan masyarakat merupakan elemen penting dalam memajukan
kesejahteraan masyarakat dan menjadi modal bagi pelaksanaan pembangunan
nasional. Upaya kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat
secara terpadu dan berkesinambungan dalam bentuk pencegahan penyakit
(preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat adalah memberikan pelayanan yang baik di apotek (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2009c).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/MENKES/SK/IX/2004, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Apotek merupakan suatu jenis usaha yang memiliki unsur sosial yaitu pelayanan
kesehatan (patient oriented) dan juga unsur bisnis (profit oriented). Apotek
mendukung terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal yaitu dengan
menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat dan memberikan
pelayanan yang baik bagi masyarakat. Namun, sebagai unit bisnis apotek juga
mencari keuntungan untuk mengembalikan modal dan menutupi biaya operasional
yang cukup besar.
Komoditas bisnis apotek yang paling utama adalah sediaan farmasi yang
apabila tidak dikelola oleh orang yang memiliki ilmu kefarmasian akan dapat
membahayakan kesehatan masyarakat. Atas dasar inilah pemerintah menetapkan
bahwa suatu apotek harus memiliki setidaknya satu orang apoteker sebagai
penanggung jawab yang disebut sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA).
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
2
Universitas Indonesia
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004
disebutkan bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah
diberi Surat Izin Apotek (SIA). Selain harus memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam mengelola apotek, APA juga dituntut untuk memiliki
kemampuan kewirausahaan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke
pasien. Sebagai konsekuensi atas perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk dapat berinteraksi
langsung dengan pasien. Apoteker harus memiliki kemampuan berkomunikasi
dengan masyarakat dan mampu memberikan pelayanan informasi obat yang tepat,
aman, dan rasional (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan calon apoteker dalam bidang
pelayanan kefarmasian, Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA
Universitas Indonesia melakukan kerjasama dengan Apotek Atrika untuk
mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). PKPA di apotek
tersebut merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa calon apoteker untuk
mendapatkan pengalaman kerja dan pemahaman yang lebih dalam tentang peran
dan fungsi apoteker di apotek dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
dan mengelola apotek.
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika bertujuan agar
mahasiswa PKPA:
a. Mengetahui tugas, fungsi, dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek di
Apotek Atrika, baik secara teknis maupun non-teknis kefarmasian.
b. Mendapat kesempatan untuk lebih memahami cara-cara pelayanan terhadap
pasien dan memberikan informasi secara langsung kepada pasien serta
memahami sistem manajemen dan administrasi di Apotek Atrika.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoteker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009a). Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/MENKES/SK/IX/2004, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan
obat, obat tradisional, dan kosmetika sedangkan perbekalan kesehatan adalah
semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Menurut
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2009a).
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 1980,
tugas dan fungsi apotek adalah:
a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan.
b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, serta
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
4
Universitas Indonesia
d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai obat dan perbekalan
farmasi lainnya kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1980).
2.3 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/MENKES/SK/IX/ 2004, apotek harus berlokasi pada daerah yang dengan
mudah dikenali oleh masyarakat, terdapat papan petunjuk yang dengan jelas
tertulis kata “APOTEK” pada halaman apotek, dapat dengan mudah diakses oleh
anggota masyarakat, dan pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat
yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya. Hal tersebut
berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi
risiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan
mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan
apotek harus dijaga kebersihannya serta bebas dari hewan pengerat dan serangga.
Apotek juga harus memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari
pendingin.
Apotek harus memiliki ruangan atau fasilitas sebagai berikut:
a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
b. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosur/materi informasi.
c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja
dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
d. Ruang racikan.
e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.
Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan
obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu,
kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan
dengan temperatur yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2004).
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
5
Universitas Indonesia
2.4 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
889/MENKES/PER/V/2011, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apoteker yang
akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA).
Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA)
wajib memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA). SIPA adalah surat izin yang
diberikan kepada apoteker untuk dapat melaksanakan praktek kefarmasian pada
fasilitas pelayanan kefarmasian. Untuk memperoleh SIPA, apoteker mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilaksanakan dengan melampirkan:
a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN (Komite Farmasi Nasional)
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak dua lembar dan 3 x 4 sebanyak dua
lembar
SIPA bagi Apoteker Pengelola Apotek hanya diberikan untuk satu tempat
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/MENKES/SK/X/2002 disebutkan bahwa apabila APA berhalangan
melakukan tugasnya pada jam buka apotek, maka APA harus menunjuk Apoteker
Pendamping. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu
berhalangan melakukan tugasnya, maka APA menunjuk Apoteker Pengganti.
Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun
secara terus-menerus, Surat Izin Apotek atas nama apoteker bersangkutan dicabut.
Apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris APA wajib melaporkan
kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam. Apabila pada apotek tersebut
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
6
Universitas Indonesia
tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka pada proses pelaporan wajib disertai
dengan penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat
penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada proses penyerahan tersebut, dibuat
Berita Acara Serah Terima kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
2.5 Tata Cara Perizinan Apotek
Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002
disebutkan bahwa Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh
Menteri kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk
menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Menteri melimpahkan
wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan
pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin
apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi. Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1;
b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya enam hari kerja setelah menerima
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan
kegiatan;
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-
lambatnya enam hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat
dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-3;
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam poin (b) dan (c) tidak
dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
7
Universitas Indonesia
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-4;
e. Dalam jangka waktu dua belas hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud poin (c), atau pernyataan dimaksud poin
(d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat
Izin Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5;
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai POM dimaksud poin (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu dua belas hari kerja
mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model
APT-6;
g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam poin (f), apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat
Penundaan.
h. Jika permohonan izin apotek ternyata tidak memenuhi persyaratan atau lokasi
apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua belas
hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-
alasannya dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-7.
Bila APA menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana yang
dimaksud didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana
apotek (PSA). PSA harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam
pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat dan hal tersebut harus
dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. Hal ini tertuang dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
2.6 Pencabutan Surat Izin Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
mencabut Surat Izin Apotek apabila:
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
8
Universitas Indonesia
a. APA tidak lagi memenui ketentuan persyaratan APA.
b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan,
dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan terjamin
keabsahannya. Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan
lagi atau dilarang digunakan harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau
ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri.
Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam
resep dengan obat paten.
c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-
menerus.
d. terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Obat Keras, Undang-
Undang tentang kesehatan, Undang-Undang tentang psikotropika, Undang-
Undang tentang narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain
yang berlaku.
e. Surat Izin Kerja (saat ini diganti menjadi SIPA) APA dicabut.
f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan di bidang obat.
g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat
pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya
baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.
Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilaksanakan setelah:
a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan
contoh Formulir Model APT-12.
b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek dengan menggunakan
Formulir Model APT-13.
Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah
membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir Model APT-14. Pencairan
Izin Apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim
Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
9
Universitas Indonesia
Apabila Surat Izin Apotek dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib
mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pengamanan tersebut wajib mengikuti tata cara sebagai berikut:
a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika,
obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.
b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang
tertutup dan terkunci.
c. APA wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang
penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam poin
(a) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
2.7 Tenaga Kerja di Apotek
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
dijelaskan bahwa tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga
teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi,
analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2009a). Tenaga pendukung untuk menjamin
kelancaran kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, yaitu juru resep,
kasir, dan pegawai administrasi/tata usaha.
2.7.1 Apoteker
Di apotek, apoteker dapat berperan sebagai:
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
APA adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Setiap apotek
harus ada satu orang APA dan seorang apoteker hanya dapat menjadi APA di
satu apotek saja.
APA bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di
apotek dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama
dengan pihak lain (Pemilik Sarana Apotek). Tugas dan kewajiban APA di
apotek adalah sebagai berikut:
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
10
Universitas Indonesia
1) Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non
teknis kefarmasian, sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang
berlaku.
2) Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang
bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin.
3) Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi.
4) Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil
yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan
omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah
mungkin.
5) Melakukan pengembangan apotek.
b. Apoteker Pendamping
Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping
APA dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
Syarat menjadi apoteker pendamping sama dengan syarat menjadi APA.
c. Apoteker Pengganti
Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA
tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus.
Apoteker Pengganti tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. Syarat
menjadi apoteker pengganti sama dengan syarat menjadi APA.
2.7.2 Asisten Apoteker (AA)
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Asisten
Apoteker berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek di bawah
pengawasan apoteker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003).
2.7.3 Juru resep
Juru resep membantu asisten apoteker dalam menyiapkan (meracik) obat
menurut resep. Juru resep melakukan pekerjaan kefarmasian dibawah pengawasan
asisten apoteker.
2.7.4 Kasir
Kasir merupakan petugas yang mencatat penerimaan dan pengeluaran
uang yang dilengkapi dengan kuitansi, nota, tanda setoran dan lain-lain.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
11
Universitas Indonesia
2.7.5 Pegawai administrasi/tata usaha
Pegawai administrasi/tata usaha bertugas membantu apoteker dalam
kegiatan administrasi, seperti membuat laporan harian yang meliputi pencatatan
penjualan tunai dan kredit, pencatatan pembelian, mengurus gaji, pajak, izin,
asuransi, dan lain-lain.
Karyawan yang bekerja di apotek disesuaikan dengan kebutuhan apotek
tersebut. Untuk keadaan tertentu, satu orang dapat memegang lebih dari satu
fungsi pekerjaan (Hartini dan Sulasmono, 2006).
2.8 Sediaan Farmasi di Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/MENKES/SK/IX/2004, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat
tradisional, dan kosmetika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan
bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan
kontrasepsi untuk manusia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009c).
Obat-obat yang beredar di Indonesia digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) dalam lima kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas,
obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika.
Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap
peredaran dan pemakaian obat-obatan tersebut. Golongan obat dapat dilihat pada
tanda yang terdapat pada kemasan.
Gambar 2.1. Logo golongan obat
Obat Bebas
Obat Bebas Terbatas
Obat Keras, termasukGolongan Psikotropika
Obat GolonganNarkotika
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
12
Universitas Indonesia
2.8.1 Obat OTC (Over the Counter)
Obat OTC (Over the Counter) adalah obat-obat yang boleh dibeli oleh
pasien tanpa resep dokter. Obat OTC terdiri dari obat bebas dan obat bebas
terbatas.
2.8.1.1 Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran
hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah parasetamol
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).
2.8.1.2 Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan
tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas
adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah CTM.
Wadah atau kemasan obat bebas terbatas perlu dicantumkan tanda
peringatan dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan
tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau
disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya
dengan huruf berwarna putih (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).
Contoh tanda peringatan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
13
Universitas Indonesia
2.8.2 Obat Etikal
Obat etikal adalah obat yang dapat diperoleh oleh pasien dengan adanya
resep dari dokter. Obat etikal terdiri dari obat keras, psikotropika, dan narkotika.
2.8.2.1 Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran
merah dengan garis tepi berwarna hitam. Obat-obat yang masuk ke dalam
golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes,
hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, dan semua obat injeksi.
2.8.2.2 Obat Golongan Psikotropika (Undang-Undang Republik Indonesia No. 5Tahun 1997)
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Obat golongan psikotropik ini perlu diatur peredaran dan penggunaannya.
Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah:
a. menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan
dan ilmu pengetahuan
b. mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika
c. memberantas peredaran gelap psikotropika (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1997).
Psikotropika digolongkan menjadi:
a. Psikotropika golongan I
Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta berpotensi amat
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
b. Psikotropika golongan II
Psikotropika golongan II berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
c. Psikotropika golongan III
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
14
Universitas Indonesia
Psikotropika golongan III berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
d. Psikotropika golongan IV
Psikotropika golongan IV berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1997).
Pengelolaan psikotropika di apotek adalah sebagai berikut:
a. Pemesanan
Obat-obat golongan psikotropika dapat diperoleh dari Pedagang Besar
Farmasi (PBF) dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) Psikotropika dan
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Satu surat pesanan dapat
digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis obat golongan psikotropika.
b. Penyimpanan
Obat-obatan golongan psikotropika cenderung disalahgunakan sehingga
disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari
khusus.
c. Penyerahan
Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh
apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Penyerahan
psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah
sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pengguna/pasien.
Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas
hanya dapat dilakukan kepada pengguna/pasien. Penyerahan psikotropika oleh
apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan
berdasarkan resep dokter. Penyerahan psikotropika oleh dokter hanya boleh
dilakukan dalam hal menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui
suntikan, menolong orang sakit dalam keadaan darurat, dan menjalankan tugas
di daerah terpencil yang tidak ada apotek. Psikotropika yang diserahkan dokter
hanya dapat diperoleh dari apotek.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
15
Universitas Indonesia
d. Pelaporan
Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang
berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kota/Kabupaten setempat secara berkala dengan tembusan kepada Balai Besar
POM/Balai POM setempat.
e. Pemusnahan
Pada pemusnahan psikotropika, Apoteker wajib membuat berita acara dan
disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat
kepastian. Pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal:
1) berkaitan dengan tindak pidana
2) psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan
yang berlaku
3) kadaluarsa
4) tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan
dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1997).
2.8.2.3 Obat Golongan Narkotika (Undang-Undang Republik Indonesia No. 35Tahun 2009)
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Undang-Undang tentang
Narkotika bertujuan:
a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan Narkotika
c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika
d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna
dan pecandu Narkotika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009b).
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
16
Universitas Indonesia
Narkotika digolongkan menjadi:
a. Narkotika golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta berpotensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
b. Narkotika golongan II
Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
c. Narkotika golongan III
Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan
mengakibatkan ketergantungan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2009b).
Pengelolaan narkotika di apotek adalah sebagai berikut :
a. Pemesanan
Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan ke Pedagang Besar Farmasi
(PBF) Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan narkotika yang
ditandatangani oleh APA, dilengkapi nama jelas, nomor SIK, dan stempel
apotek. Satu lembar surat pesanan hanya dapat digunakan untuk memesan satu
macam narkotika.
b. Penyimpanan
Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
28/Menkes/Per/I/1978 dijelaskan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus
untuk menyimpan narkotika. Tempat tersebut harus dibuat seluruhnya dari
kayu atau bahan lain yang kuat, harus mempunyai kunci yang kuat, dibagi dua
masing-masing dengan kunci yang berlainan (bagian pertama digunakan untuk
menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika,
sedangkan bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang
digunakan sehari-hari), dan harus dibuat pada tembok atau lantai jika tempat
khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm. Lemari
khusus tersebut harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
17
Universitas Indonesia
umum serta tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri. Anak kunci lemari khusus harus
dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang diberi kuasa.
c. Pelayanan resep
Dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2009 disebutkan bahwa narkotika hanya
dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep
asli dokter. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum
sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut
hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep
dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali.
d. Pelaporan
Apotek berkewajiban menyusun, menyampaikan, dan menyimpan laporan
bulanan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang
ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas
dan stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan sediaan
jadi narkotika. Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap
bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada Dinas
Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan tembusan Balai Besar
POM/Balai POM dan berkas untuk disimpan sebagai arsip.
e. Pemusnahan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9, APA dapat memusnahkan narkotika yang
rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang
sekurang-kurangnya memuat: tempat dan waktu (hari, tanggal, bulan, dan
tahun); nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika;
nama seorang saksi dari pemerintahan dan seorang saksi lain dari apotek;
nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda
tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek, dokter pemilik
narkotika, dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara pemusnahan narkotika
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
18
Universitas Indonesia
tersebut dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat.
2.8.3 Obat Wajib Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
347/MENKES/SK/VII/1990, Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang
dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990). Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 919/MENKES/PER/X/1993, obat yang dapat
diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia dua tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1993a).
Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, apoteker di apotek
diwajibkan untuk :
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan
dalam OWA yang bersangkutan.
b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
c. Memberikan informasi yang meliputi dosis dan aturan pakainya,
kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990).
2.9 Pengelolaan Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dan juga sebagai
salah satu tempat pengabdian dan praktik profesi apoteker dalam melakukan
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
19
Universitas Indonesia
pekerjaan kefarmasian. Dalam hal membantu masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal, apoteker di apotek harus senantiasa hadir dan siap untuk
melakukan tugas profesionalnya sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, yaitu
dengan melakukan konseling, pemberian informasi, dan edukasi kepada
masyarakat tentang obat yang diterimanya. Peran apoteker di apotek yang juga
penting adalah sebagai manajer, yaitu mengelola sumber daya yang ada di apotek
dengan maksimal agar apotek dapat berkembang dengan baik. Kedua peran
tersebut harus dimiliki oleh seorang apoteker dan harus dilaksanakan secara
beriringan.
Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, apotek harus
dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek,
apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan
yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi
antarprofesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner,
kemampuan mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar
sepanjang karir, dan membantu memberikan pendidikan dan peluang untuk
meningkatkan pengetahuan.
Pengelolaan apotek dapat dibedakan atas pengelolaan teknis farmasi dan
non teknis farmasi. Sebagai pengelola teknis farmasi, Apoteker Pengelola Apotek
bertanggung jawab mengawasi pelayanan resep, mengawasi mutu obat yang
dijual, memberikan pelayanan informasi obat dan membuat laporan mengenai
penggunaan obat-obat khusus (narkotika dan psikotropika). Adapun sebagai
pengelola non teknis farmasi, seorang APA bertanggung jawab terhadap semua
kegiatan administrasi, keuangan, dan bidang lain yang berhubungan dengan
apotek.
Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya
dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, meliputi perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, administrasi, dan pelayanan. Pengeluaran obat
memakai sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out).
2.9.1 Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan
harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
20
Universitas Indonesia
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat.
Perencanaan juga dapat mencegah terjadinya kelebihan perbekalan farmasi yang
tersimpan lama dalam gudang. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi
seperti obat-obatan dan alat kesehatan perlu dilakukan pengumpulan data obat-
obatan yang akan dipesan. Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku
defekta, yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah
barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya.
Pertimbangan yang harus dilakukan oleh APA dalam melaksanakan
perencanaan pemesanan barang yaitu pemilihan Pedagang Besar Farmasi (PBF)
yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan
sesuai (murah), ketepatan waktu pengiriman, potongan harga dan bonus yang
diberikan sesuai (besar), jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam
pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa. Dalam membuat perencanaan
pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan pola penyakit, tingkat
perekonomian masyarakat, dan budaya masyarakat (Hartini dan Sulasmono,
2006).
2.9.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan
farmasi. Tujuan pengadaan yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas dan harga yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan
efisien menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku. Pengadaan barang
dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan
anggaran keuangan yang ada. Pengadaan barang meliputi proses
pemesanan/pembelian dan penerimaan barang (Hartini dan Sulasmono, 2006).
Pengadaan sediaan farmasi apotek (golongan obat bebas, obat bebas
terbatas, obat keras, psikotropika, dan narkotika) dapat berasal langsung dari
pabrik farmasi, PBF, maupun apotek lain. Golongan obat bebas dapat pula dibeli
dari toko obat berizin. Semua pembelian harus disertai dengan faktur pembelian
resmi.
Pengadaan obat dilakukan dengan menuliskan sediaan farmasi yang
dibutuhkan pada blanko ‘Surat Pesanan’ yang ditandatangani oleh APA.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
21
Universitas Indonesia
Pengadaan perbekalan farmasi harus diterapkan sebaik mungkin agar
pengendalian, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan farmasi dapat dilakukan
secara efektif dan efisien. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar membeli barang,
tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama pemasok dalam
menyediakan barang yang dibutuhkan.
Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan
frekuensi dan waktu pemesanan maka pengadaan atau pembelian barang di apotek
dapat dilakukan dengan cara:
a. Pembelian kontan atau kredit
Pembelian kontan adalah pihak apotek langsung membayar harga obat yang
dibeli dari distributor, biasanya untuk apotek yang baru dibuka karena untuk
melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya
dalam menjual, sedangkan pembelian kredit adalah pembelian yang
pembayarannya sampai jatuh tempo.
b. Pembelian konsinyasi (titipan obat)
Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek,
dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila
barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu
kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat
dikembalikan pada pemiliknya.
2.9.3 Penyimpanan
Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika isi
harus dipindahkan ke dalam wadah lain, maka harus dicegah terjadinya
kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru yang memuat
sekurang-kurangnya nomor bets dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat harus
disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilan bahan. Penataan
perbekalan farmasi perlu memperhatikan peraturan yang berlaku dan kemudahan
dalam melakukan kegiatan pelayanan serta memiliki nilai estetika. Penataan pada
lemari harus menjamin higienitas sehingga kebersihan dan keamanan perbekalan
farmasi senantiasa terjaga (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
22
Universitas Indonesia
2.9.4 Administrasi
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek perlu dilaksanakan
kegiatan administrasi yang meliputi administrasi umum dan administrasi
pelayanan. Kegiatan administrasi umum meliputi pencacatan, pengarsipan,
pelaporan narkotika dan psikotropika, dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Administrasi pelayanan meliputi pengarsipan resep, pengarsipan
cacatan pengobatan pasien, dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
2.9.5 Pelayanan
Pelayanan apotek diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 dan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002. Isi dari peraturan tersebut
adalah:
a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter
hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab APA sesuai
dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat;
b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan yang
bermutu baik dan keabsahannya terjamin;
c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep
dengan obat bermerek dagang. Namun resep dengan obat bermerek dagang
atau obat paten boleh diganti dengan obat generik;
d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan membuat Berita Acara.
Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau
dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM;
e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib
berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih
tepat;
f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan
obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat;
g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
23
Universitas Indonesia
dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep
tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau
membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep;
h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker;
i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka
waktu tiga tahun;
j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan
yang berlaku;
k. APA, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diizinkan menjual obat
keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
l. Dalam melaksanakan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten
Apoteker (AA).
m. AA melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibawah pengawasan
Apoteker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993b; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
2.10 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pada saat ini orientasi pelayanan kefarmasian telah bergeser dari obat ke
pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan
obat sebagai komoditas kini berfokus pada pelayanan yang komprehensif yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi
perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan
pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian
informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhirnya sesuai
harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan
menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)
dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu, apoteker dalam menjalankan praktik
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
24
Universitas Indonesia
harus sesuai standar yang ada untuk menghindari terjadinya hal tersebut. Suatu
pedoman mengenai pelayanan kefarmasian perlu dibuat untuk menjamin kualitas
layanan yang diberikan apoteker kepada setiap pasien. Pedoman tersebut perlu
disusun secara nasional dengan inisiatif dari organisasi profesi apoteker dan
pemerintah. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan masyarakat dapat
terlindung dari pelayanan yang tidak profesional.
Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya
dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.
Keberhasilan apoteker yang melakukan PC dilihat dari berapa banyak orang yang
dapat ditolong, bukan dari berapa jumlah resep yang dilayani.
Tugas pokok apoteker yang menjalankan PC yaitu:
a. mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat
b. menangani masalah terkait penggunaan obat yang sudah terjadi
c. mencegah timbulnya masalah terkait penggunaan obat yang berpotensi untuk
terjadi.
Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek adalah sebagai berikut:
a. Melakukan serah terima obat kepada pasien atas resep dokter dengan beberapa
kriteria.
b. Melakukan pemilihan obat pada pasien dalam upaya pengobatan diri sendiri
(swamedikasi).
c. Memonitor kembali penggunaan obat oleh pasien akan tujuan yang optimal
melalui telepon atau kunjungan residensial.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi
pelayanan resep, promosi dan edukasi, dan pelayanan residensial (home care).
2.10.1 Pelayanan Resep
a. Skrining resep
Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi pemeriksaan persyaratan
administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pemeriksaan
terhadap persyaratan administratif meliputi:
1) nama, SIP, dan alamat dokter
2) tanggal penulisan resep
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
25
Universitas Indonesia
3) tanda tangan/paraf dokter penulis resep
4) nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
5) nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta
6) cara pemakaian yang jelas
7) informasi lainnya.
Pemeriksaan kesesuaian farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompatibilitas, serta cara dan lama pemberian. Skrining
pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain). Jika ada keraguan
terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.
b. Penyiapan obat
Penyiapan obat dimulai dengan peracikan, yaitu kegiatan menyiapkan,
menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah.
Suatu prosedur tetap harus dibuat dalam melaksanakan peracikan obat dengan
memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi
dalam kemasan yang cocok sehingga kualitas obat tetap terjaga. Sebelum obat
diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker
disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. Apoteker
harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti oleh
pasien. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas
serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Apoteker
harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan, dan
perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau pasien terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan
salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Apoteker harus
memberikan konseling secara berkelanjutan pada penderita penyakit tertentu
seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya,.
Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
26
Universitas Indonesia
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
2.10.2 Promosi dan Edukasi
Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi
kepada masyarakat. Apoteker ikut membantu penyebaran informasi, antara lain
dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lainnya (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
2.10.3 Pelayanan Residensial (Home Care)
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia
dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis. Dalam menjalankan aktivitas ini
apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record)
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
27 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA
3.1 Sejarah dan Lokasi
Apotek Atrika didirikan pada tanggal 21 Juli 2001 dengan nomor SIA
1387.01/KANWIL/SIA/01/0 dengan Apoteker Pengelola Apotek Dr. Harmita,
Apt. Pada tanggal 26 Juli 2008 Apotek Atrika pindah lokasi sehingga SIA yang
diperoleh berubah menjadi SIA 1.11.0226.2009.4.04/08/08 dengan Pemilik
Sarana Apotek (PSA) Apotek Atrika yaitu Bapak Winardi Hendrayanta.
Apotek Atrika berada di kawasan pemukiman penduduk, yaitu terletak di
Jalan Kartini Raya No. 34A Jakarta Pusat. Peta lokasi Apotek Atrika dapat dilihat
pada Lampiran 1. Apotek Atrika terletak di tepi jalan yang mudah dijangkau oleh
kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum serta jalan dua arah dengan badan
jalan yang tidak terlalu lebar. Di sekitar apotek juga terdapat praktek dokter
umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan.
3.2 Tata Ruang
Bangunan Apotek Atrika terbagi menjadi dua, yaitu ruang depan dan
ruang dalam. Ruang depan terdiri atas ruang tunggu, kasir, tempat penerimaan
resep sekaligus tempat penyerahan obat, dan etalase untuk obat OTC. Ruang
dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat etikal, tempat
administrasi, kamar mandi, tempat pencucian, dan wastafel. Apotek Atrika
memiki halaman yang dapat digunakan sebagai tempat parkir tetapi tidak begitu
luas. Denah ruangan Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 2.
Penyusunan obat di Apotek Atrika dilakukan berdasarkan susunan abjad
dan disesuaikan berdasarkan jenis sediaannya. Sediaan yang terdapat di Apotek
Atrika dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sediaan oral padat (tablet, kapsul), sediaan
oral cair (sirup, suspensi), dan sediaan topikal (salep, krim, gel, suppositoria,
ovula, obat tetes mata, obat tetes telinga dan sebagainya). Selain itu, juga terdapat
lemari terpisah untuk menyimpan obat generik, obat golongan narkotika,
psikotropika, dan obat yang telah mendekati waktu kadaluarsa.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
28
Universitas Indonesia
3.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan fungsi-fungsi yang
terdapat dalam suatu organisasi. Apotek Atrika memiliki 10 orang tenaga kerja,
terdiri atas tenaga teknis farmasi dan tenaga non-teknis farmasi. Tenaga teknis
farmasi terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan, seorang
apoteker pendamping, dua orang asisten apoteker, dan seorang juru resep. Tenaga
non-teknis farmasi terdiri dari tenaga keuangan dan kasir yang dilaksanakan oleh
dua orang, dua orang pesuruh, dan satu orang kurir. Struktur organisasi Apotek
Atrika dapat dilihat pada Lampiran 3.
3.4 Tugas dan Fungsi Jabatan
Tugas dan tanggung jawab pada tiap jabatan yang ada di Apotek Atrika
adalah sebagai berikut:
3.4.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek adalah sebagai
berikut:
a. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan
dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar
giliran kerja serta menetapkan pembagian kerja dan tanggung jawab masing-
masing karyawan.
b. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya
(apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan
perundang-undangan dibidang perapotekan yang berlaku.
c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan
omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan
mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan
pelayanan dan kemajuan apotek.
d. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien
kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi
tentang penggunaan obat serta informasi tambahan lain yang diperlukan.
e. Memberikan pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada pasien.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
29
Universitas Indonesia
f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi.
g. Bertanggung jawab atas kelancaran, pengamanan, dan penggunaan uang di
apotek.
h. Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi dan penyimpanan
dokumen penting.
i. Bertanggung jawab dalam merencanakan pengadaan barang, pelaporan
narkotika dan psikotropika, serta mengawasi segala aktivitas di apotek,
termasuk pemeliharaan dan pengamanannya.
3.4.2 Apoteker Pendamping
Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pendamping adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek ketika
Apoteker Pengelola Apotek sedang tidak berada di tempat.
b. Menjamin penyampaian informasi obat kepada pasien.
c. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nama pasien, dan cara pakainya.
d. Mencatat dan menghitung bon penjualan kredit untuk resep-resep kredit.
3.4.3 Asisten Apoteker (AA)
Tugas dan kewajiban Asisten Apoteker adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pendataan kebutuhan barang.
b. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di
ruang peracikan.
c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan
resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan
penyerahan obat.
d. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan
resep.
e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien
kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi
tentang penggunaan obat serta informasi tambahan lain yang diperlukan.
f. Membuat salinan resep dan kuitansi bila diperlukan.
g. Mencatat keluar masuk barang.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
30
Universitas Indonesia
h. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa.
i. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang
masuk setiap harinya.
j. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu juga
dengan pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuintansi, nota, dan tanda
setoran yang sudah diparaf APA atau karyawan yang ditunjuk.
3.4.4 Juru Resep
Tugas dan kewajiban juru resep adalah sebagai berikut:
a. Membantu tugas Asisten Apoteker dalam penyediaan/pembuatan obat jadi
maupun obat racikan.
b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil
sediaan yang telah jadi kepada Asisten Apoteker.
c. Membuat obat-obat racikan standar (aanmaak) di bawah pengawasan Asisten
Apoteker.
3.4.5 Kasir
Tugas dan tanggung jawab kasir adalah sebagai berikut:
a. Menerima pembayaran tunai maupun dengan kartu kredit.
b. Menerima barang masuk.
c. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk.
d. Melayani penjualan obat bebas dan bebas terbatas.
e. Mencatat, menghitung, dan menyimpan uang hasil penjualan.
f. Menyetor uang hasil penjualan ke bagian keuangan.
g. Bertanggung jawab terhadap kesesuaian uang yang masuk dengan penjualan.
3.4.6 Keuangan
Tugas dan kewajiban fungsi keuangan adalah sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab terhadap kondisi aliran kas yang terjadi.
b. Menerima uang yang disetor oleh kurir dan penjualan obat tunai, baik obat
bebas dan bebas terbatas maupun penjualan obat dengan resep.
c. Mengeluarkan uang yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
operasional apotek, seperti listrik dan telepon.
d. Menyimpan bukti pembayaran dan pembelian barang, serta bukti pertukaran
faktur dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF).
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
31
Universitas Indonesia
3.4.7 Pesuruh
Tugas dan tanggung jawab pesuruh adalah sebagai berikut:
a. Menjaga kebersihan apotek.
b. Menjamin kerapian apotek.
c. Membantu petugas apotek lain yang memerlukan bantuan non-teknis
kefarmasian.
3.4.8 Kurir
Tugas dan tanggung jawab kurir adalah sebagai berikut:
a. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar.
b. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat.
c. Menyerahkan uang hasil pembayaran obat ke kasir.
3.5 Kegiatan di Apotek Atrika
Tenaga kerja Apotek Atrika bekerja secara bergantian berdasarkan jam
kerja yang telah dibagi menjadi tiga shift, yaitu shift I pukul 08.00 – 14.00, shift II
pukul 14.00 – 21.00 dan shift III pukul 21.00 – 22.00. Apotek Atrika buka dari
hari Senin hingga Sabtu dimana pada hari Senin hingga Jumat buka mulai pukul
08.00 sampai 22.00 WIB dan pada hari Sabtu mulai pukul 08.00 sampai 17.00
WIB. Apotek Atrika tutup pada hari Minggu dan hari libur nasional.
Kegiatan yang dilakukan di Apotek Atrika dikelompokkan menjadi dua
bidang, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan di bidang non-
teknis kefarmasian.
3.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian
3.5.1.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Pengadaan Barang
Apotek Atrika melakukan pengadaan perbekalan farmasi apabila sudah
menipis atau hampir habis. Kegiatan pengadaan ini dilakukan setiap hari.
Pemesanaan dilakukan berdasarkan buku defekta kepada PBF dan menggunakan
surat pesanan langsung kepada salesman atau melalui telepon.
Pemesanan/pembelian dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Asisten
Apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada APA. Surat pemesanan
perbekalan farmasi ditandatangani oleh Apoteker Pendamping atau Asisten
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
32
Universitas Indonesia
Apoteker. Untuk pengadaan barang di Apotek Atrika, jenis dan jumlah barang
yang dipesan juga disesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus barang
fast moving atau slow moving serta didasarkan pada obat-obat yang banyak
diresepkan oleh dokter yang praktek di sekitar apotek.
Pengadaan barang bisa dilakukan dengan cara konsinyasi, COD (Cash
Order Delivery), atau kredit. Konsinyasi adalah penitipan barang dari distributor
keapada apotek, di mana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang
menerima komisi bila barang terjual dan bila tidak terjual barang dapat
dikembalikan. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat baru yang belum
dijual di apotek, dimana sedang dalam masa promosi, sementara pembayaran
dilakukan hanya terhadap barang yang telah terjual. COD adalah pembelian
barang di mana pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang,
sedangkan pembayaran yang dilakukan secara langsung dan pada saat barang
datang, sedangkan pembayaran yang dilakukan secara kredit dilakukan setelah
jatuh tempo.
b. Penerimaan Barang
Asisten Apoteker memeriksa barang yang diterima berdasarkan surat
pesanan dan faktur, baik kuantitas maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan
fisik barang, kode produksi/bets dan lain-lain). Apabila barang yang diterima
sesuai dengan surat pesanan, maka petugas selanjutnya menandatangani dan
memberi stempel apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali
ke PBF dan salinan faktur disimpan di apotek sebanyak dua lembar. Pembelian
dicatat dalam buku pembelian yang berisi tanggal pembelian, nama PBF, no.
faktur, nama dan jumlah barang yang diterima, tanggal kadaluarsa, harga satuan,
potongan harga, dan harga total. Jumlah barang yang diterima kemudian
ditambahkan ke dalam kartu stok besar dan kartu stok kecil (harian). Bila terjadi
perubahan harga barang maka perubahan harga dicatat di buku perubahan harga
kemudian juga di buku daftar harga barang dan komputer kasir.
c. Penyimpanan Barang
Apotek Atrika melakukan penyimpanan barang berdasarkan bentuk
sediaan obat menurut abjad, baik untuk obat etikal maupun untuk obat OTC.
Obat disusun berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
33
Universitas Indonesia
Expired First Out) dimana obat yang memiliki tanggal kadaluarsa lebih awal
diletakkan di bagian paling depan dan/atau paling atas, agar yang terlebih dahulu
mencapai batas kadaluarsa keluar terlebih dahulu. Selain itu, terdapat juga lemari
khusus untuk menyimpan barang-barang yang mendekati waktu kadaluarsa.
Penyimpanan narkotika dilakukan di lemari khusus yang menempel di dinding
dan kunci lemari tersebut disimpan oleh Apoteker Pendamping.
d. Pengeluaran Barang
Apotek Atrika melakukan pengeluaran barang dengan sistem FEFO (First
Expired First Out), yaitu barang yang dikeluarkan terlebih dahulu adalah barang
yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal. Barang yang keluar dari penjualan
bebas dicatat pada buku penjualan, sedangkan barang yang keluar dari penjualan
resep dicatat pada buku resep.
e. Pemeriksaan dan Pencataan Stok Barang
Pemeriksaan dan pencataan stok barang dilakukan setiap hari berdasarkan
buku penujalan dan buku resep. Jumlah barang yang ada dicocokan dengan
jumlah yang tertera pada kartu stok harian. Barang yang habis dicatat pada buku
defekta untuk dilakukan pemesanaan.
f. Pembuatan Sediaan Standar
Sediaan standar (aanmaak) adalah obat-obat yang dibuat oleh apotek
berdasarkan resep-resep standar dalam buku resmi untuk dijual bebas ataupun
berdasarkan resep dokter. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Atrika
adalah minyak kayu putih, minyak telon, lysol, obat batuk putih, obat batuk hitam,
obat biang keringat, rivanol, salicyl spiritus, dan bedak salisilat. Sediaan standar
ini ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad.
3.5.1.2 Pengelolaan Narkotika
a. Pengadaan Narkotika
Pemesanan narkotika harus dilakukan dengan menggunakan surat pesanan
khusus narkotika. Pembelian narkotika hanya dapat dilakukan pada PBF Kimia
Farma. Dalam satu lembar surat pesanan hanya boleh tercantum satu jenis
narkotika dan perlu juga mencantumkan jumlah stok terakhir.
Surat pesanan narkotika harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola
Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIA dan SIK/SP, serta nama,
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
34
Universitas Indonesia
alamat, dan stempel apotek. Surat pesanan dibuat rangkap empat dan satu rangkap
untuk arsip apotek. Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA atau Apoteker
Pendamping dan bukti penerimaannya diterima dan disimpan oleh Apoteker
Pengelola Apotek.
b. Penyimpanan Narkotika
Penyimpanan narkotika dilakukan di dalam lemari khusus yang menempel
di dinding dan kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping.
c. Pelayanan Narkotika
Pelayanan resep yang mengandung narkotika harus berdasarkan resep asli
yang belum pernah dilayani atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Atrika
yang jumlah obatnya belum diberikan seluruhnya atau belum pernah diberikan
kepada pasien. Setiap pengeluaran narkotika harus dicatat di kartu stok dan
diperiksa kesesuaian jumlahnya. Resep yang mengandung narkotika harus digaris
merah dan disimpan terpisah dari resep lain.
d. Pelaporan Narkotika
Laporan penggunaan narkotika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku
Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap
bulannya dengan tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip.
e. Pemusnahan Narkotika
Pemusnahan narkotika di Apotek Atrika selama ini dilakukan menurut
ketentuan yang berlaku.
3.5.1.3 Pengelolaan Psikotorpika
a. Pengadaan Psikotropika
Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan
psikotropik (berbeda dengan surat pesanan narkotika) yang ditandatangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek. Dalam satu surat pesanan boleh dicantumkan
beberapa jenis psikotropika dan tidak perlu mencantumkan jumlah stok terakhir.
b. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanannya dilakukan di dalam lemari khusus yang menempel di
dinding dan kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
35
Universitas Indonesia
c. Pelayanan Psikotropika
Pelayanan resep prikotropika diserahkan atas dasar resep dokter dan
salinan resep yang dibuat Apotek Atrika maupun apotek lain. Resep yang
mengandung psikotropika disimpan terpisah dari resep lain.
d. Pelaporan Psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku
Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap
bulannya dengan tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip.
e. Pemusnahan Psikotropika
Pemusnahan psikotropika di Apotek Atrika selama ini dilakukan menurut
ketentuan yang berlaku.
3.5.1.4 Pelayanan Apotek
Apotek Atrika melakukan pelayanan resep dan pelayanan obat bebas serta
komoditi lain di luar sediaan farmasi. Pelayanan resep dilakukan dengan sistem
pembayaran tunai dan kredit.
a. Pelayanan Obat dengan Resep
Proses pelayanan obat dengan resep di Apotek Atrika dilakukan sesuai
dengan prinsip HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Asisten Apoteker
menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan skrining resep dan diberi harga
pada huruf H dari HTKP berdasarkan harga yang terdapat pada komputer kasir.
Setelah itu, pada huruf H tersebut diberi paraf. Apabila resep berasal dari dokter
untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya, harga yang telah
dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan. Pasien membayar
harga obat yang disetujui di kasir dan kasir mencatat alamat dan nomor telepon
pasien.
Resep kemudian dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh
Asisten Apoteker dan juru resep. Setelah semua bahan dalam resep ditimbang,
maka huruf T pada HTKP diberi paraf. Resep yang telah selesai dikerjakan dan
diberi etiket diperiksa oleh Apoteker atau Asisten Apoteker, kemudian huruf K
dari HTKP diberi paraf. Resep yang telah diperiksa kemudian diserahkan kepada
pasien. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menyerahkan obat menyampaikan
informasi yang berkaitan dengan obat tersebut memberikan paraf pada huruf P
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
36
Universitas Indonesia
pada HTKP. Resep yang telah selesai dikumpulkan berdasarkan nomor urut resep
per hari dan dicatat dalam buku resep. Pelayanan resep secara tunai sama dengan
pelayanan resep secara kredit, tetapi untuk pelayanan resep secara kredit, kuitansi
pembayarannya tidak diserahkan ke pasien tetapi disimpan untuk dilakukan
penagihan pada awal bulan berikutnya.
b. Pelayanan/Penjualan Bebas
Apotek Atrika juga melakukan penjualan obat tanpa menggunakan resep
dokter (obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek) dan penjualan
sediaan lain di luar obat-obatan. Pembayarannya dilakukan di kasir secara tunai
kemudian barang dan struk pembayaran diserahkan kepada pembeli.
3.5.2 Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian
3.5.2.1 Kegiatan Administrasi
a. Administrasi Personalia
Apotek Atrika melakukan administrasi personalia yang berkaitan dengan
semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan
fasilitas lain yang berhubungna dengan pengawai.
b. Administrasi Umum
Apotek Atrika melakukan adminsitrasi umum yang meliputi laporan
penggunaan bahan baku dan sediaan jadi narkotika, laporan penggunaan
psikotropika, dan segala hal yang berhubungan dengan urusan administrasi.
c. Administrasi Penjualan
Apotek Atrika melakukan adminstrasi penjualan dengan melakukan
pencatatan terhadap semua penjualan resep dan penjualan bebas secara tunai.
Pengaturan juga dilakukan terhadap harga jual yang dimasukkan ke dalam buku
daftar harga jual yang dijadikan sebagai acuan. Apabila terdapat perubahan harga,
maka harga yang tertera pada buku harga jual akan diubah.
d. Administrasi Pembelian
Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi pembelian dengan
melakukan pencatatan terhadap semua pembelian di buku pembelian dan
pengumpulan faktur-faktur berdasarkan debitur. Tanggal tukar faktur yang
ditentukan oleh Apotek Atrika adalah setiap tanggal 5 dan 15, sedangkan tanggal
pembayaran akan ditentukan pada tanggal tukar faktur.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
37
Universitas Indonesia
e. Administrasi Pajak
Apotek Atrika melakukan administrasi pajak dengan melakukan
pencatatan dan pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang
harus dibayarkan oleh apotek. Kegiatan administrasi pajak juga menangani pajak
lain yang harus dibayarkan oleh apotek, seperti pajak reklame.
f. Administrasi Pergudangan
Apotek Atrika melakukan administrasi pergudangan dengan melakukan
pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang
tersedia untuk masing-masing obat sehingga dapat diketahui sisa persediaan.
g. Administrasi Piutang
Pengumpulan kuitansi piutang dilakukan terhadap penjualan secara kredit
kepada suatu badan sosial dan melakukan pencatatan apabila telah dilunasi.
3.5.2.2 Sistem Administrasi
Apotek Atrika memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik,
dimulai dari perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang
masuk dan keluar. Pengelolaan ini dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker
yang dibantu oleh karyawan administrasi. Kelengkapan administrasi di Apotek
Atrika meliputi:
a. Buku defekta
Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang
habis atau yang harus segera dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan di apotek.
Dengan adanya buku ini, proses pemesanan menjadi lebih cepat sehingga
tersedianya barang di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan baik
b. Surat Pesanan (SP)
Surat Pesanan digunakan untuk melakukan pemesanan barang ke PBF.
Surat Pesanan terdiri dari dua lembar, dimana satu lembar pertama untuk
diberikan kepada PBF dan lembar terakhir untuk keperluan arsip di apotek. Dalam
surat pesanan terdapat tanggal pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan
nama barang, jumlah pesanan, tanda tangan pemesan, dan stempel apotek.
c. Buku Daftar Harga
Buku ini berfungsi untuk mencatat harga barang untuk penjualan bebas
dan untuk penjualan resep. Pada buku ini tercantum nama obat dengan merek
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
38
Universitas Indonesia
dagang, generik, maupun bahan baku. Penyusunan nama obat berdasarkan alfabet
dan dipisahkan antara obat dengan nama dagang dan generik.
d. Buku Faktur
Buku ini berfungsi sebagai buku penerimaan barang. Dalam buku ini
tercantum tanggal, nomor urut faktur, nama PBF, nomor faktur, jumlah barang,
nama barang, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon, harga setelah potongan,
jumlah harga seluruh barang. Buku penerimaan barang depan dan barang dalam
dipisahkan.
e. Buku Pembelian dan Penggunan Narkotika dan Psikotropika
Buku ini digunakan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat
golongan narkotika dan psikotropika. Dalam buku ini tercantum nama obat, bulan,
persediaan awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah,
nama PBF, pengurangan dan sisa serta keterangan lain jika ada.
f. Buku Pemasukan Barang Dalam
Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan barang dalam. Di dalam
buku ini tercantum nama barang, jumlah barang dalam satuan terkecil dan tanggal
kadaluarsa.
g. Buku Perubahan Harga
Buku ini berfungsi untuk mencatat perubahan harga barang. Jika ada
perubahan harga barang, maka harga terkini barang tersebut dicatat di buku
perubahan harga, kemudian dilakukan perubahan harga barang pada buku daftar
harga, komputer kasir dan juga dilakukan pemberitahuan pada Apotek Atrika
cabang.
h. Buku Pengiriman Barang ke Cabang
Buku ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang dikirimkan ke
Apotek Atrika cabang. Setiap cabang ada buku masing-masing. Buku ini memuat
nama barang, jumlah barang dan tanggal kadaluarsa.
i. Buku resep
Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat berdasarkan resep.
Buku ini memuat tanggal dibuatnya resep, nomor resep, nama obat, jumlah obat
serta bentuk dan jumlah sediaan yang dibuat.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
39
Universitas Indonesia
j. Kartu Stok Besar
Kartu stok besar berfungsi untuk mencatat barang-barang yang masuk atau
baru dibeli. Kartu stok besar memuat tanggal penerimaan barang, jumlah barang,
nama PBF, nomor faktur, harga satuan, diskon, nomor bets dan tanggal
kadaluarsa.
k. Kartu Stok Kecil (Kartu Stok Harian)
Kartu stok harian berfungsi untuk mencatat jumlah barang yang keluar
dan masuk serta sisa stok barang di lemari. Kartu stok ini memuat tanggal
keluar/masuk barang, keterangan (nomor resep/penjualan untuk pengeluaran
barang, tanggal kadaluarsa untuk pemasukan barang), jumlah yang masuk, jumlah
yang keluar, dan sisa stok barang pada lemari.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
40 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian yang dimaksud adalah
pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat,
obat tradisional, dan kosmetika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2009a).
Apotek merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran
strategis dalam menunjang pelayanan kesehatan masyarakat dan mendukung
upaya kesehatan dasar, seperti swamedikasi atau upaya pengobatan sendiri. Selain
memiliki fungsi sosial sebagai tempat pengabdian dan pengembangan jasa
pelayanan pendistribusian serta informasi obat dan perbekalan kesehatan, apotek
juga memiliki fungsi ekonomi yang mengharuskan suatu apotek memperoleh laba
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kelangsungan usahanya.
Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam menjalankan profesi
apotekernya di apotek tidak hanya harus mampu bekerja sebagai penanggung
jawab teknis kefarmasian saja, melainkan juga harus mampu menerapkan prinsip
bisnis dalam mengelola apotek.
Apotek yang menjadi tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
yaitu Apotek Atrika. Apotek Atrika terletak Jl. Kartini Raya No.34A, Jakarta
Pusat. Ada beberapa faktor yang menunjang keberhasilan suatu apotek dan lokasi
merupakan hal yang paling menentukan. Suatu apotek harus mudah dijangkau
oleh masyarakat. Letak Apotek Atrika cukup strategis karena dilalui kendaraan
dari dua arah yang cukup ramai dan dilalui kendaraan umum sehingga mudah
untuk dicapai. Selain itu, apotek tersebut juga dekat dengan pemukiman penduduk
dan di sekitarnya banyak tempat praktek dokter seperti dokter umum, dokter gigi,
dokter spesialis (spesialis penyakit dalam dan spesialis kulit dan kelamin), dokter
hewan, dan sarana kesehatan lainnya, seperti rumah sakit dan Puskesmas.
Keberadaan Apotek Atrika cukup mudah dikenali dengan adanya papan nama
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
41
Universitas Indonesia
apotek berupa neon box berwarna kuning dengan ukuran yang cukup besar
bertuliskan “Apotik” berwarna merah yang diletakkan di sisi jalan.
Apotek Atrika memiliki halaman yang dapat digunakan sebagai tempat
parkir dengan kapasitas satu buah mobil dan beberapa motor. Tata ruang Apotek
Atrika terdiri dari ruang depan dan ruang dalam dengan desain interior yang rapi.
Ruang depan terdiri atas ruang tunggu, kasir, tempat penerimaan resep sekaligus
tempat penyerahan obat, dan etalase untuk obat OTC. Terdapat lima buah kursi di
ruang tunggu. Jumlah kursi tersebut sudah cukup karena jumlah pelanggan per
hari yang tidak terlalu banyak. Ruang tunggu juga terjaga kebersihannya dan
dilengkapi pendingin ruangan.
Ruang dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat
etikal, tempat administrasi, kamar mandi, tempat pencucian, dan wastafel. Ruang
dalam juga dilengkapi AC untuk menjaga suhu ruangan agar stabilitas obat selama
penyimpanan tetap terjaga dan memberikan kenyamanan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaanya. Tempat peracikan terletak ditengah-tengah ruang dalam
yang dikelilingi oleh lemari penyimpanan obat-obat etikal. Tempat peracikan juga
dilengkapi dengan buku-buku dan semua peralatan untuk menunjang peracikan
agar berjalan dengan efektif agar berjalan dengan efektif dan nyaman. Peralatan
apotek seperti timbangan, mortir, alu, dan buku-buku referensi tertata dengan rapi
pada tempatnya. Obat-obatan juga tersusun dengan rapi, terlindungi dari debu,
kelembapan, dan cahaya yang berlebihan, serta diletakkan pada kondisi ruangan
dan temperatur yang sesuai. Pada ruang racik juga terdapat toilet untuk karyawan
yang dilengkapi dengan wastafel yang dapat digunakan sebagai tempat pencucian
alat.
Secara keseluruhan, ruangan di Apotek Atrika telah terjaga kebersihannya.
Kebersihan merupakan salah satu faktor pendukung kenyamanan apotek. Kondisi
apotek yang bersih dan nyaman dapat memberikan nilai lebih bagi apotek. Selain
dapat menarik minat pelanggan, kondisi bersih juga berdampak baik terhadap
kesehatan karyawan yang sehari-hari bekerja di apotek.
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, yaitu Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, sebuah apotek harus dikelola oleh seorang
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
42
Universitas Indonesia
apoteker yang profesional. Dalam mengelola sebuah apotek, berlaku juga fungsi
manajemen dimana apoteker harus mampu mengorganisir beberapa SDM dengan
tugas dan tanggung jawab sesuai fungsinya masing-masing. Apoteker Pengelola
Apotek (APA) di Apotek Atrika dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh
beberapa orang karyawan. APA harus memilki kemampuan untuk dapat
mendistribusikan tugas sesuai dengan keahlian masing-masing pengawai. Semua
karyawan di Apotek Atrika saling bekerja sama sehingga sistem manajemen dan
administrasi mampu berjalan dengan baik dan efektif.
Apotek Atrika telah dikelola dengan baik, termasuk dalam hal pengelolaan
persediaan barang di apotek. Apotek dengan ketersediaan obat yang lengkap akan
memberikan citra yang baik dan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Oleh
karena itu, diperlukan suatu sistem manajemen persediaan barang yang baik.
Pengadaan barang di Apotek Atrika dilakukan melalui pembelian secara
kredit dengan memperhatikan arus barang dan arus uang. Pengadaan barang juga
dilakukan ketika ada permintaan khusus dari pasien. Pemesanan obat dapat
melalui telepon maupun Medical Representative yang datang ke apotek.
Pemesanan obat yang dilakukan setiap hari menyebabkan obat-obatan di apotek
selalu berputar sehingga kerugian dapat dicegah. Pemesanan dilakukan oleh
seorang petugas apotek yang telah diberi wewenang berdasarkan catatan obat-
obatan di buku pemesanan/defekta. Petugas apotek yang bertugas untuk memesan
barang kemudian mengelompokkan obat-obat tersebut berdasarkan PBF yang
menyediakan obat-obat tersebut untuk mempermudah pemesanan. Jika suatu obat
tersedia pada lebih dari satu PBF, maka dasar pemilihan yang diterapkan adalah
faktor harga, besaran diskon yang diberikan, dan ketetapan waktu PBF tersebut
dalam mengantarkan pesanan. Selain pembelian kredit, apotek juga menerima
barang titipan atau konsinyasi dimana jika barang tersebut terjual, maka apotek
juga menerima komisi. Apabila barang tersebut tidak laku hingga batas waktu
yang ditetapkan atau kadaluarsa, maka barang tersebut dapat dikembalikan.
Pada saat barang yang dipesan datang, dilakukan pemeriksaan kesesuaian
jenis dan jumlah barang antara barang yang diserahkan dengan yang tertera pada
faktur dan surat pesanan (SP). Apabila barang yang datang, faktur, dan SP telah
sesuai, maka faktur diberi tanggal dan nomor urut, stempel apotek serta
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
43
Universitas Indonesia
ditandatangani. Biasanya faktur terdiri atas 4 rangkap (dua lembar pertama akan
diambil oleh PBF dan dua lembar terakhir diserahkan ke apotek) sedangkan SP
terdiri dari dua rangkap (lembar putih diserahkan ke PBF sedangkan yang merah
untuk arsip apotek). Setelah serah terima faktur dan SP, dilakukan pemeriksaan
fisik, nomor bets, dan tanggal kadaluarsa produk. Faktur-faktur dikumpulkan dan
ditukar ke PBF pada tanggal 5 dan 15 setiap bulannya, sedangkan tanggal
pembayaran ditentukan pada saat penukaran faktur tersebut. Dengan sistem
pembayaran seperti ini, apotek tidak harus membayar setiap hari dan tidak
terbebani dengan tanggal pembayaran yang tidak teratur.
Pencatatan barang yang datang dilakukan pada buku pemasukan barang,
buku faktur, dan kartu stok. Dalam buku pemasukan barang dicatat nama dan
jumlah barang yang dibeli setiap hari dan dilakukan pemisahan pencatatan antara
obat OTC dan etikal. Dalam buku faktur dicatat seluruh pembelian. Buku ini
berfungsi sebagai data untuk mengetahui jumlah pembelian setiap hari dan hutang
yang akan jatuh tempo dan mempermudah penelusuran riwayat pembayaran suatu
PBF. Kartu stok ada dua, yaitu kartu besar untuk mencatat penambahan jenis
barang setiap ada penerimaan barang dan kartu stok kecil (kartu stok harian) yang
mencatat jumlah barang yang masuk dan keluar setiap waktu. Berdasarkan jenis
sediaannya, kartu dibedakan menjadi tiga warna untuk mempermudah dalam
pengambilan kartu dan penelurusan, yaitu kartu stok putih untuk sediaan oral
padat, kartu stok merah untuk sediaan oral cair, dan kartu stok hijau untuk sediaan
topikal. Setelah itu, barang diletakkan sesuai dengan tempatnya masing-masing.
Apotek Atrika tidak memiliki gudang penyimpanan obat karena lokasi
apotek yang berdekatan dengan beberapa PBF sehingga apotek tidak perlu
menyimpanan stok dalam jumlah besar, kecuali untuk obat-obat yang fast moving.
Obat yang diterima langsung diletakkan pada lemari obat dan disediakan dalam
jumlah yang disesuaikan dengan arus barang. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi
dengan penghematan biaya pemeliharaan stok dan perawatan gudang serta
mencegah kerugian akibat obat kadaluarsa sebelum terjual.
Penyimpanan obat di Apotek Atrika ditata sedemikian rupa sehingga
memudahkan proses pengambilan obat-obat tersebut ketika dibutuhkan. Obat-obat
Over the Counter (OTC) diletakkan di ruang depan dengan penaataan yang baik
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
44
Universitas Indonesia
agar terlihat menarik bagi pengunjung sedangkan obat-obat etikal diletakkan di
ruang dalam. Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan yang terdiri dari
sediaan solid, semisolid, dan liquid. Obat-obat generik disimpan dalam lemari
tersendiri dan beberapa obat generik yang diletakkan di meja racik seperti
klorfeniramin maleat (CTM), prednison, deksametason, dan lain-lain untuk
mempermudah pengerjaan peracikan obat. Obat-obat golongan narkotika dan
psikotropika diletakkan di lemari khusus. Masing-masing sediaan disusun
berdasarkan abjad dari bagian atas lemari hingga ke bawah lemari secara zig-zag
sehingga memudahkan pencarian.
Obat yang akan kadaluarsa diletakkan di tempat terpisah dan
dikelompokkan sesuai dengan bulan kadaluarsa, serta ada pencatatan pada buku
khusus “obat yang akan expired” agar terlihat obat-obat yang akan kadaluarsa.
Obat-obat kadaluarsa akan didahulukan untuk dijual atau dipersiapkan untuk
dikembalikan ke PBF. Tidak semua obat-obat yang akan kadaluarsa dapat
dikembalikan ke PBF. Hal tersebut tergantung kebijakan PBF masing-masing
dalam pengembalian obat. Pada lemari obat yang berisi obat yang akan kadaluarsa
diberi catatan untuk mengingatkan agar jika terdapat permintaan terhadap obat
tersebut, maka obat yang akan kadaluarsa diserahkan terlebih dahulu. Jika obat
yang akan kadaluarsa sudah terjual atau dikembalikan pada BPF, maka statusnya
akan dicatat pada buku khusus “obat yang akan expired”. Jika obat-obat tersebut
tidak terjual atau tidak dapat dikembalikan ke PBF hingga batas kadaluarsanya,
obat-obat tersebut akan dimusnahkan.
Pengeluaran barang atau obat di Apotek Atrika dilakukan menggunakan
sistem FIFO (First In First Out) untuk obat dengan batas kadaluarsa yang sama
dan sistem FEFO (First Expired First Out) untuk obat dengan batas kadaluarsa
yang berbeda. Obat dengan batas kadaluarsa lebih awal dikeluarkan terlebih
dahulu. Pengeluaran barang atau obat pada Apotek Atrika dapat terjadi karena
adanya pembelian, baik pembelian dengan resep maupun pembelian untuk
swamedikasi, dan pengiriman barang atau obat ke cabang Apotek Atrika sesuai
permintaan. Setiap pengeluaran barang atau obat dicatat pada kartu stok dan buku
yang sesuai dengan jenis pengeluaran, yaitu buku catatan resep, buku penjualan
bebas, atau buku pengiriman. Setiap pagi atau malam hari dilakukan pencatatan
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
45
Universitas Indonesia
obat yang keluar dan masuk pada kartu stok, kemudian dibuktikan kebenarannya
dengan memeriksa sisa stok yang sebenarnya di rak obat.
Apotek Atrika juga melakukan pengelolaan terhadap obat-obat golongan
narkotika dan psikotropika. Pengelolaan obat-obat golongan narkotika dan
psikotropika di Apotek Atrika telah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Setiap pengeluaran obat-obatan golongan narkotika dan
psikotropika dicatat pada buku pengeluaran khusus narkotika dan psikotropika
dan pada kartu stok masing-masing. Kartu stok narkotika dan psikotropika tidak
disimpan bersama kartu stok lainnya melainkan disimpan di dalam lemari
penyimpanan narkotika dan psikotropika.
Apotek Atrika memberikan laporan penggunaan obat golongan narkotika
dan psikotropika kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat setiap bulan
sebelum tanggal 10. Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika yang rusak
dan sudah kadaluarsa, pemusnahan dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku,
tetapi pemusnahan ini sangat jarang dilakukan di Apotek Atrika karena
penyediaan obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan secermat
mungkin untuk menghindari adanya obat yang kadaluarsa sebelum terjual.
Pelayanan resep pada Apotek Atrika, mulai dari penerimaan resep,
pemberian harga, penimbangan/peracikan, pengemasan, hingga penyerahan obat,
dilakukan berdasarkan prinsip HTKP (Harga, Timbang, Kemas, dan Penyerahan).
Resep yang akan ditebus pada awalnya akan ditempel dengan kertas kecil berisi
tabel HTKP disertai kolom paraf, kemudian dihitung harganya. Setelah diketahui
harganya, harga tersebut diberitahukan kepada pasien. Dengan mempertimbangkan
harga tersebut, pasien memiliki hak untuk memilih apakah akan menebus seluruh
resep atau hanya sebagian saja. Setelah mendapat keputusan dari pasien, resep
kemudian disiapkan. Pada kertas HTKP, setiap orang yang telah menyelesaikan
tugasnya menandatangani kolom yang tersedia pada kertas HTKP. Untuk
mempermudah penelusuran resep, dilakukan pembedaan antara resep yang
mengandung narkotika dengan resep golongan non narkotika, berdasarkan warna
kertas HTKP. Untuk resep yang mengandung narkotika, digunakan kertas HTKP
berwarna kuning, sedangkan untuk resep golongan non-narkotika, digunakan
kertas HTKP berwarna putih.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
46
Universitas Indonesia
Pada saat penyerahan obat, pegawai Apotek Atrika (baik apoteker
pendamping maupun AA) telah melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan
cukup baik, yaitu dengan memberikan informasi mengenai indikasi dan efek
samping obat, cara penggunaan obat, jangka waktu pemakaian, makanan dan
minuman yang dianjurkan atau dihindari untuk mendukung penyembuhan
penyakit pasien. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan penyalahgunaan obat
atau penggunaan obat yang salah oleh pasien.
Pengelolaan terhadap resep yang masuk dilakukan dengan cara
mengelompokkan resep berdasarkan bulan penerimaan resep dan diurutkan sesuai
dengan nomor. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika dipisahkan
untuk memudahkan dalam penyusunan laporan ke suku dinas kesehatan.
Walaupun jarak dengan apotek lain cukup jauh, tetapi Apotek Atrika tetap
membina hubungan baik dengan apotek pesaing. Hal ini menguntungkan bagi
apotek karena apabila ada obat-obat yang tidak tersedia di Apotek Atrika, maka
petugas apotek dapat membeli obat tersebut ke apotek pesaing. Selain dengan
apotek lain, hubungan baik dengan dokter yang menjadi pelanggan juga dibina
dengan baik, terutama dalam hal penyediaan obat-obatan yang biasa diresepkan
oleh dokter yang berpraktek di daerah sekitar apotek. Kecepatan dan ketepatan
pelayanan resep adalah salah satu faktor penentu kesuksesan suatu apotek.
Pelayanan informasi mengenai obat dan perbekalan farmasi lainnya, yang
ditujukan kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya serta masyarakat, merupakan
salah satu kegiatan yang dilakukan oleh seorang apoteker di apotek. Seorang
apoteker wajib memberikan informasi ketika menyerahkan obat kepada pasien,
meliputi informasi cara penggunaan obat, dosis, indikasi, efek samping yang
mungkin timbul selama penggunaan, bahkan interaksi dengan obat lain jika ada.
Kegiatan ini telah dilakukan oleh apoteker dan asisten apoteker yang berada di
Apotek Atrika. Selain itu, apoteker yang selalu berada di apotek juga melayani
pertanyaan seputar penggunaan obat yang datang dari pasien atau masyarakat,
baik yang datang langsung maupun melalui telepon atau faksimili. Hal ini dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan citra Apotek Atrika.
Proses administrasi dalam hal pencatatan obat dilakukan secara manual
dan secara komputerisasi untuk meningkatkan kinerja. Sistem ini menggunakan
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
47
Universitas Indonesia
program khusus yang meliputi pencatatan pembelian, persediaan, dan penjualan
barang-barang di apotek beserta keterangan dari barang-barang tersebut. Sistem
ini berguna dalam mengintegrasikan informasi mengenai arus perputaran barang
di apotek, termasuk dalam hal pengeluaran barang karena sistem ini terhubung
langsung dengan kasir. Sistem komputer ini juga dapat memberikan peringatan
mengenai obat yang akan kadaluarsa. Proses administrasi yang dicatat dengan
komputer tetap dicatat kembali secara manual karena masih adanya kekurangan
pada sistem yang digunakan.
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat dilihat bahwa Apotek Atrika telah
melaksanakan fungsi apoteknya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51
tahun 2009, yaitu sebagai sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya
praktek kefarmasian oleh apoteker, seperti pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat, pengelolaan obat, dan pelayanan obat atas resep dokter serta
memberikan pelayanan informasi obat. Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek
Atrika telah memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang pengelolaan
suatu apotek.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
48 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Atrika telah melaksanakan tugas,
fungsi, dan tanggung jawabnya, baik dalam bidang teknis maupun non-teknis
kefarmasian, sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang
berlaku.
b. Sistem manajemen dan administrasi di Apotek Atrika secara keseluruhan
telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
5.2. Saran
a. Untuk meningkatkan kenyamanan konsumen saat menunggu proses
pelayanan, perlu adanya peningkatan fasilitas di ruang tunggu seperti
majalah, koran, atau televisi.
b. Perlu ditingkatkan Pelayanan Informasi Obat di Apotek Atrika untuk
kemajuan apotek.
c. Perlu diberikan penyuluhan dan pelatihan sumber daya manusia di Apotek
Atrika untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
49 Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia No. 28/Menkes/Per/I/1978 Tentang PenyimpananNarkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Peraturan PemerintahRepublik Indonesia No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas PeraturanPemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 347/MenKes/SK/VII/1990 TentangObat Wajib Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 919/Menkes/Per/X/1993 tentangKriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/1993 tentangKetentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang RepublikIndonesia No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentangPerubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian IzinApotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2003). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 679/MENKES/SK/IV/2003 tentangRegistrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentangStandar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan ObatBebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan RepublikIndonesia.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
50
Universitas Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009a). Peraturan PemerintahRepublik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang RepublikIndonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009c). Undang-Undang RepublikIndonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.
Hartini, Y. S. dan Sulasmono. (2006). Apotek: Ulasan Beserta Naskah PeraturanPerundang-Undangan Terkait Apotek. Yogyakarta: Penerbit UniversitasSanata Dharma.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentangRegistrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
51
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika
Keterangan:
Apotek Atrika terletak di Jalan Kartini Raya No.34A, Jakarta Pusat
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
52
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Denah Ruangan Apotek Atrika
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
Lampiran 3. Struktur O
Bagan Struktur Organisasi Apotek Atrika
ApotekerPendamping
Universitas Indonesia
3. Struktur Organisasi Apotek Atrika
Bagan Struktur Organisasi Apotek Atrika
Pemilik SaranaApotek (PSA)
Apoteker PengelolaApotek (APA)
KasirJuru ResepAsistenApoteker
53
Universitas Indonesia
Pemilik SaranaApotek (PSA)
Kurir
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
54
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Alur Penanganan Resep
Penerimaan resep
Resep kredit Resep tunai
Pemeriksaankelengkapanadministrasi
Pemberianharga
Pasien mendapatnomor urut resep
Pasien mendapat nomorurut resep dan membayar
di kasir
Bagian peracikan
Obat jadi Obat racikan
Pemberian etiketdan salinan resep
Pemeriksaankesesuaian obat
Penyerahan obat
Obat diterimapasien
Resep disimpanoleh apotek
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
55
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Surat Pesanan (SP) Apotek Atrika
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
56
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Surat Pesanan (SP) Psikotropika
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
57
Universitas Indonesia
Lampiran 7. Surat Pesanan (SP) Narkotika
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
58
Universitas Indonesia
Lampiran 8. Format Laporan Penggunaan Psikotropika
Data ini sudah di verifikasi oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotik: DR HARMITA
Tanggal: 07/12/2009
Nama Satuan Dari Jumlah Untuk Jumlah Saldo AkhirNama Satuan Saldo AwalPEMASUKAN DariPEMASUKAN JumlahPENGGUNAAN UntukPENGGUNAAN JumlahSaldo Akhir
Alganax 0.25 mg Tablet 0 ATRIKA 3 4 RESEP 4 0Alganax 0.5 mg Tablet 0 0 0 0Alganax 1 mg Tablet 14 0 0 14Alprazolam 0.25 mg Tablet 0 0 0 0Alprazolam 0.5 mg Tablet 0 0 0 0Alprazolam 1 mg Tablet 0 0 0 0Alviz 0.25 mg Tab Tablet 0 0 0 0Alviz 0.5 mg Tablet 0 0 0 0Alviz 1 mg Tablet 0 0 0 0Analsik Tab Tablet 0 0 0 0Apisate Tab Tablet 30 PENTA VALENT 95 RESEP 76 49Atarax 0.5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Ativan 0.5 mg Tablet 40 MENSA BINA SUKSES 100 RESEP 40 100Ativan 1 mg Tablet 83 0 RESEP 10 73Ativan 2 mg Tablet 36 MENSA BINA SUKSES 100 RESEP 36 100Bellaphen Tab Tablet 0 0 0 0Braxidin Tab Tablet 22,5 BINA SAN PRIMA 100 RESEP 21 101,5Calmlet 0.25 mg Tab Tablet 0 0 0 0Calmlet 0.5 mg Tablet 0 0 0 0Calmlet 1 mg Tablet 0 0 0 0Calmlet 2 mg Tablet 0 0 0 0CeTabrium 10 mg Tablet 0 0 0 0Cetalgin Tablet 0 0 0 0Cliad Tablet 0 0 0 0Clobazam 10 mg Tablet 0 0 0 0Danalgin Tab Tablet 27,5 0 0 27,5Decazepam 5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Diazepam 10 ml Inj Ampul 0 0 0 0Diazepam 2 mg Tablet 0 0 0 0Diazepam 5 mg Tablet 0 0 0 0Diobrium 10 mg Caps Kapsul 0 0 0 0Diobrium 5 mg Caps Kapsul 0 0 0 0Ditalin Tab Tablet 0 0 0 0Dormicum 15 mg/ampul InjAmpul 0 0 0 0Dormicum 5 mg/ampul InjAmpul 0 0 0 0Dumolid 5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Esilgan 1 mg Tablet 77 0 RESEP 30 47Esligan 2 mg Tablet 65 0 0 65Fortanest 15 mg Ampul 0 0 0 0Fortanest 5 mg Ampul 0 0 0 0Frisium 10 mg Tablet 20 0 0 20Frixitas 0.25 mg Tablet 0 0 0 0Frixitas 0.5 mg Tablet 0 0 0 0Frixitas 1 mg Ampul 0 0 0 0Hedix Tablet 0 0 0 0Klidibrax Tablet 0 0 0 0Lexotan 1.5 mg Tablet 0 0 0 0Lexotan 3 mg Tablet 0 0 0 0Librax Tablet 17 0 0 17Luminal 100 mg Tablet 0 0 0 0Luminal 30 mg Tablet 1656 0 RESEP 32 1624Melidox Tablet 0 0 0 0Mentalium 10 mg Tablet 0 0 0 0Mentalium 2 mg Tablet 0 0 0 0Mentalium 5 mg Tablet 776 0 0 776Merlopam 0.5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Merlopam 2 mg Tab Tablet 0 0 0 0Metaneuron Tablet 0 0 0 0Midazolam 15 mg Inj Ampul 0 0 0 0Midazolam 5 mg Inj Ampul 0 0 0 0
SaldoAwal
PEMASUKAN PENGGUNAAN
Laporan Psikotropika Bulan Nopember 2009Unit Layanan: ATRIKA
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
59
Universitas Indonesia
(Lampiran 8. Lanjutan)
Neo Protal Tab Tablet 0 0 0 0Neoroval Tablet 0 0 0 0Neurodial 5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Neurogen Tab Tablet 0 0 0 0Neuropyron Tab Tablet 127 0 RESEP 15 112Piptal Pet drops 0.5 ml Botol 0 0 0 0Proclozam 10 mg Tab Tablet 0 0 0 0Proneuron Tablet 0 0 0 0Prozepam 2 mg Tab Tablet 0 0 0 0Prozepam 5 mg Tablet 0 0 0 0Renagas 6 mg Tab Tablet 0 0 0 0Renaquil 1 mg Tab Tablet 0 0 0 0Ritalin 10 mg Tab Tablet 0 0 0 0Ritalin LA 20 mg Tablet 0 0 0 0Rivotril 2 mg Tablet 0 0 0 0Sedacum inj 5 mg AmpulAmpul 0 0 0 0Sibital Inj Ampul 0 0 0 0Spasmium 5 mg Tab Tablet 65 0 0 65Stesolid 2 mg Tablet 17 0 0 17Stesolid 5 mg Tablet 0 0 0 0Stesolid Inj. 10 ml Ampul 0 0 0 0Stesolid rectal 10 mg TubeTube 0 0 0 0Stesolid rectal 5 mg TubeTube 0 0 0 0Stesolid Syrup Botol 0 0 0 0Teronac Tab Tablet 0 0 0 0Trazep Rectal Tube 5 mg/2.5mlTube 0 0 0 0Valdimex 10 mg/ 2ml InjAmpul 0 0 0 0Valdimex 5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Valium 10 mg Tablet 0 0 0 0Valium 10 mg Inj Ampul 0 0 0 0Valium 2 mg Tablet 0 0 0 0Valium 5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Valizanbe 2 mg Tab Tablet 0 0 0 0Valizanbe 5 mg Tab Tablet 90 0 RESEP 12 78Xanax 0.25 mg Tab Tablet 0 0 0 0Xanax 0.5 mg Tab Tablet 95 0 RESEP 30 65Xanax 1 mg Tab Tablet 0 0 0 0Yekalgin Kaplet Kaplet 0 0 0 0Zolastin 1 mg Tab Tablet 0 0 0 0Zolmia 10 mg Tab Tablet 0 0 0 0Zyparon Tablet 0 0 0 0Zypraz 0.25 mg Tab Tablet 0 0 0 0Zypraz 0.5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Zypraz 1 mg Tab Tablet 0 0 0 0Asabium 10 mg Tab Tablet 0 0 0 0Atarax 0.25 Tablet 0 0 0 0CeTabrium 5 mg Tablet 0 0 0 0Miloz 15 mg/3ml Inj Ampul 0 0 0 0Miloz 5 mg/ 5 ml Inj Ampul 0 0 0 0Luminal 50 mg Tablet 0 0 0 0Luminal 60 mg/ml Inj Ampul 0 0 0 0Hufralgin Tablet 0 0 0 0Lexotan 6 mg Tablet 0 0 0 0Librium 5mg Tablet 0 0 0 0Librium 10 mg Tablet 0 0 0 0Limbritol Tablet 0 0 0 0Omegastri Tablet 0 0 0 0Pehaspas Tablet 0 0 0 0Ritalin 30 mg Tab Tablet 0 0 0 0Ritalin 40 mg Tab Tablet 0 0 0 0Ritalin SR 20 mg Tab Tablet 0 0 0 0Riklona 2 mg Tablet 0 0 0 0Soxietas 0.5 mg Tablet 0 0 0 0Stilnox Tablet 0 0 0 0Tranquam 5 mg Tablet 0 0 0 0Unagen with AMR UAP Tablet 0 0 0 0
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
60
Universitas Indonesia
Lampiran 9. Format Laporan Penggunaan Narkotika
Data ini sudah di verifikasi oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotik: DR HARMITA
Tanggal: 07/12/2009
Nama Satuan Dari Jumlah Untuk Jumlah Saldo Akhir
Nama Satuan Saldo AwalPEMASUKAN DariPEMASUKAN JumlahPENGGUNAAN UntukPENGGUNAAN JumlahSaldo AkhirCodein 10 mg Tablet Tablet 4 KIMIA FARMA 250 RESEP 3 251Codein 15 mg Tablet Tablet 4 (blank) 0 RESEP 1 3Codein 20 mg Tablet Tablet 166 KIMIA FARMA 500 RESEP 95 571Codipront Capsul Kapsul 5 (blank) 0 (blank) 0 5Codipront Cum Exp KapsulKapsul 39 (blank) 0 (blank) 0 39Codipront Cum Exp SyrupBotol 3 (blank) 0 (blank) 0 3Codipront Syrup Botol 3 (blank) 0 (blank) 0 3
Laporan Narkotika Bulan Nopember 2009Unit Layanan: ATRIKA
PEMASUKAN PENGGUNAANSaldoAwal
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
61
Universitas Indonesia
Lampiran 10. Salinan Resep Apotek Atrika
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
62
Universitas Indonesia
Lampiran 11. Etiket Apotek Atrika
Etiket Obat Dalam
Etiket Obat Luar
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
PENURUNAN BERAT BADANDAN DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
CYNTHIA JAYA, S.Farm.1006835135
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMDEPARTEMEN FARMASI - PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOKDESEMBER 2011
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ iDAFTAR ISI ......................................................................................................... iiDAFTAR TABEL ................................................................................................ iiiDAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ivDAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 11.1 Latar Belakang ................................................................................. 11.2 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 32.1 Definisi Obesitas .............................................................................. 32.2 Penyebab Kegemukan (Obesitas) .................................................... 42.3 Program Menurunkan Berat Badan ................................................. 42.4 Bahaya Penurunan Berat Badan yang Terlalu Cepat ...................... 12
BAB 3 PEMBAHASAN ..................................................................................... 14
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 195.1 Kesimpulan ....................................................................................... 195.2 Saran ................................................................................................. 19
DAFTAR ACUAN............................................................................................... 20
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori kegemukan ........................................................................... 3
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Contoh resep obat penurun berat badan ..........................................15
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Obat Penurun Berat Badan yang Beredar di Indonesia ................... 21Lampiran 2. Algoritma Penanganan Obesitas ..................................................... 22
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap orang, terutama perempuan, ingin langsing dan memiliki berat
badan ideal. Tidak mengherankan jika obesitas menjadi masalah serius bagi setiap
orang. Obesitas yang menyebabkan penampilan tidak seimbang sering menjadi
permasalahan citra diri yang berdampak pada perlakuan sosial yang tidak
menyenangkan. Selain itu, obesitas juga merupakan faktor risiko bagi timbulnya
berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, dislipidemia, hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit hormonal, gangguan hati (sirosis dan gagal hati),
kanker, gangguan reproduksi, dan gangguan tidur (Mumpuni dan Wulandari,
2010).
Obesitas terjadi karena adanya penumpukan (akumulasi) jaringan lemak di
dalam tubuh secara berlebihan. Akumulasi jaringan lemak menimbulkan
peningkatan berat badan yang jauh di atas normal. Berbagai faktor secara
kompleks mempunyai peran terhadap timbulnya obesitas pada seseorang. Ada
yang sejak lahir telah berpotensi untuk menjadi gemuk, tetapi faktor perilaku dan
lingkungan juga mempunyai peran yang kuat untuk menimbulkan obesitas
(Wargahadibrata, 2011).
Berbagai cara dilakukan agar memperoleh bentuk tubuh yang langsing,
seperti menjalani program diet, menggunakan alat pelangsing tubuh, dan
meminum obat pelangsing. Obesitas timbul dalam kurun waktu tertentu sehingga
penanganannya tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Namun, hanya sedikit
orang yang meyadari hal tersebut. Banyak orang memilih cara-cara yang ekstrim
untuk menurunkan berat badannya dengan cepat tanpa memikirkan efek samping
yang mungkin terjadi, misalnya dengan mengurangi asupan makanan secara
berlebihan dan meminum obat-obatan pelangsing di pasaran tanpa konsultasi
terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi. Pada akhirnya yang diperoleh bukan
langsing melainkan gangguan kesehatan (Febry, 2011).
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
2
Universitas Indonesia
Pada laporan ini dibahas mengenai cara menurunkan berat badan yang
baik, bahaya penggunaan obat-obatan penurun berat badan, serta bahaya
penurunan berat badan yang terlalu cepat/ekstrim.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini yaitu:
a. Memberikan informasi mengenai cara menurunkan berat badan yang efektif
dan aman.
b. Memberikan informasi mengenai bahaya penggunaan obat-obatan penurun
berat badan.
c. Memberikan informasi mengenai bahaya penurunan berat badan yang terlalu
ekstrim.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Obesitas
Secara umum obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. Pada kondisi
normal, lemak tubuh berfungsi sebagai cadangan energi, pengatur suhu tubuh,
pelindung terhadap benturan, dan fungsi-fungsi lainnya. Namun, bila lemak tubuh
tersebut berlebih, maka lemak akan disimpan di dalam tubuh sebagai cadangan
lemak. Bila hal tersebut terjadi terus-menerus, maka dapat menimbulkan obesitas
(Wargahadibrata, 2011).
Cara menghitung kegemukan yang paling mudah adalah dengan
membandingkan antara tinggi badan (kg) dengan berat badan (m) yang dikenal
dengan istilah Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT).
2
berat badan (kg)IMT =(tinggi badan (m))
Tabel 2.1 Kategori kegemukan
No. IMT Klasifikasi1 < 18,5 Kurus (kurang)2 18,5 – 22,9 Normal (ideal)3 23 – 29,9 Kelebihan (overweight)4 30 – 34,9 Kegemukan (obesitas) tingkat I5 35 – 39,9 Kegemukan (obesitas) tingkat II6 > 40 Kegemukan (obesitas) tingkat III
Semakin tinggi nilai IMT semakin tinggi pula risiko seseorang menderita
beberapa penyakit terkait obesitas.
Obesitas tidak terjadi secara instan, tetapi perlahan-lahan berdasarkan
jumlah cadangan lemak yang terus bertambah karena cadangan lemak tersebut
tidak digunakan untuk beraktivitas. Tidak adanya aktivitas menyebabkan tidak
ada pembakaran kalori dan cadangan lemak akan terus bertambah seiring
bertambahnya lemak di dalam tubuh (Mumpuni dan Wulandari, 2010).
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
4
Universitas Indonesia
2.2 Penyebab Kegemukan (Obesitas)
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak
daripada yang diperlukan oleh tubuh. Namun, ada berbagai macam faktor lain
yang menyebabkan terjadinya kegemukan, yaitu:
a. Faktor genetik
Kegemukan cenderung diturunkan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat
badan seseorang.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan mencakup perilaku atau pola gaya hidup, misalnya apa
yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya.
c. Faktor pola makan
Terlalu banyak makan akan menyebabkan penambahan berat badan, terutama
jika makanan yang dikonsumsi banyak mengandung lemak dan gula, misalnya
makanan siap saji, makanan yang digoreng, dan manisan. Selain itu, konsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat sederhana, seperti gula, fruktosa,
minuman ringan, dan bir akan menyebabkan penambahan berat badan karena
karbohidrat jenis ini lebih mudah diserap oleh tubuh.
d. Faktor psikis
Ada dua pola makan abnormal yang dapat menyebabkan kegemukan yang
biasanya dipicu oleh stres, yaitu makan dalam jumlah sangat banyak dan
makan di malam hari.
e. Faktor kesehatan
Beberapa penyakit dapat menyebabkan kegemukan, antara lain hipotiroid dan
resistensi insulin. Selain itu, beberapa obat-obatan juga dapat memicu
kegemukan, seperti beberapa antidepresi, antikonvulsi, antidiabetes,
kontrasepsi oral, antihipertensi, dan kortikosteroid (Mumpuni dan Wulandari,
2010).
2.3 Program Menurunkan Berat Badan
Ada dua jenis terapi untuk menurunkan berat badan, yaitu terapi
nonfarmakologi dan terapi farmakologi.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
5
Universitas Indonesia
2.3.1 Terapi Nonfarmakologi
Terapi nonfarmakologi meliputi perubahan gaya hidup, seperti perbaikan
asupan makanan, peningkatan aktivitas fisik, dan perubahan perilaku.
2.3.1.1 Perbaikan Asupan Makanan
Asupan makanan rendah kalori sangat berguna dalam program penurunan
berat badan pada penderita kelebihan berat badan dan obesitas. Jumlah asupan
makanan dikurangi perlahan. Penurunan kalori yang terlalu cepat tidak akan
memberikan efek penurunan berat badan yang tahan lama karena pasien akan
lebih sulit untuk mempertahankan pola makannya. Konsumsi karbohidrat, protein,
dan lemak harus seimbang. Penderita kelebihan berat badan maupun obesitas
sebaiknya melakukan konsultasi dengan ahli gizi untuk menentukan asupan
makanan yang tepat dan seimbang.
2.3.1.2 Peningkatan Aktivitas Fisik
Menjaga asupan makanan yang diiringi dengan rutin melakukan aktivitas
fisik (olahraga) akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih maksimal.
Aktivitas fisik dapat membantu untuk mencegah kenaikan kembali berat badan
dan mengurangi risiko timbulnya penyakit (Burns, et al., 2008).
Terdapat berbagai jenis olahraga yang efektif dilakukan untuk
menurunkan berat badan. Melakukan aktivitas olahraga berikut ini dapat
membakar lebih kurang 150 kalori energi per hari:
a. bermain voli selama 45-60 menit
b. jalan cepat selama 35 menit
Jalan kaki dapat meningkatkan efisiensi kerja jantung dan paru-paru. Selain
mendukung program penurunan berat badan, aktivitas ini mampu
mengencangkan otot kaki, pinggul, pantat, dan perut.
c. bermain basket selama 15-20 menit
d. bersepeda dengan kecepatan 16 km/jam selama 30 menit
e. berenang selama 20 menit
Renang termasuk salah satu olahraga yang efektif membakar kalori. Olahraga
air ini juga sangat baik untuk seluruh bagian tubuh karena membuat hampir
seluruh otot bekerja.
f. lompat tali selama 15 menit
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
6
Universitas Indonesia
g. berlari dengan kecepatan 10 km/jam selama 15 menit
Olahraga lari tidak selalu cocok bagi semua orang, seperti bagi penderita
penyakit jantung atau paru-paru.
Intensitas latihan dapat ditingkatkan secara bertahap. Konsultasi terlebih
dahulu dengan dokter sebaiknya dilakukan untuk mengetahui pilihan olahraga
yang tepat dan tidak membahayakan kesehatan (Burns, et al., 2008; Febry, 2011).
Selain olahraga tersebut di atas, terdapat jenis olahraga lain yang dapat
membantu penurunan berat badan, yaitu:
a. Senam aerobik
Olahraga ini juga efektif mengurangi berat badan karena mampu membakar
banyak kalori berlebih. Umumnya senam aerobik dilakukan selama satu jam.
Hasil penurunan berat badan untuk tiap orang berbeda-beda tergantung
seberapa tinggi aktivitas yang dilakukan saat aerobik.
b. Angkat beban
Latihan angkat beban terbukti meningkatkan metabolisme tubuh sehingga
dapat membantu proses penurunan berat badan. Sesi latihan sebaiknya tidak
lebih dari satu jam.
c. Yoga
Yoga terbukti efektif dalam menjaga kesehatan dan menurunkan berat badan.
Senam yoga memiliki beberapa manfaat, antara lain melatih pernapasan,
memperlancar peredaran darah, membakar lemak berlebih (mengurangi berat
badan), serta mengencangkan lengan, kaki, dan bokong. Senam yoga
sebaiknya dilaksanakan secara rutin dan teratur.
Olahraga dapat dilakukan kapan pun tetapi ada waktu-waktu tertentu yang
harus diperhatikan untuk membakar lemak dengan lebih cepat. Ada olahraga yang
sebaiknya dilakukan pada pagi hari, namun ada pula olahraga yang baik dilakukan
pada sore hari.
Olahraga yang baik dilakukan pada pagi hari adalah senam aerobik,
renang, lari, jalan kaki, atau yoga, yaitu dengan durasi sekitar 45-60 menit. Pada
pagi hari biasanya perut masih dalam keadaan kosong (kadar gulanya rendah). Hal
ini mendukung proses pelangsingan karena yang dibakar adalah lemak, bukan
makanan. Lemak merupakan tenaga cadangan. Tenaga cadangan akan dipakai saat
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
7
Universitas Indonesia
tenaga utama sudah kosong sehingga untuk membakar lemak dianjurkan untuk
melakukan olahraga saat perut kosong dan gula darah rendah.
Cara yang paling optimal untuk membakar lemak pada sore hari adalah
dengan latihan beban selama 45 menit. Hal ini berguna untuk membakar
karbohidrat yang telah dikonsumsi seharian. Kemudian, latihan beban tersebut
diakhiri dengan olahraga lain, misalnya yoga, renang, dan treadmill. Dengan
pengaturan waktu olahraga secara tepat, berat badan ideal akan diperoleh secara
cepat dan efektif (Febry, 2011).
2.3.1.3 Perubahan Perilaku
Ketidakpatuhan terhadap perubahan gaya hidup dapat mengakibatkan
kegagalan penurunan berat badan. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan
perilaku agar memperoleh keuntungan yang maksimal dari proses penurunan berat
badan yang meliputi perbaikan asupan makanan dan peningkatan aktivitas fisik.
Pasien harus memiliki motivasi yang kuat dalam menjalankan program penurunan
berat badan. Komunikasi antara pasien dengan konsultan kesehatan harus terjaga
dengan baik (Burns, et al., 2008).
2.3.2 Terapi Farmakologi
Terdapat dua golongan obat yang dapat diresepkan dokter untuk tujuan
terapi adjuvan dalam penanganan obesitas, yaitu:
a. obat yang bekerja lokal, yaitu obat yang bekerja di usus dengan cara
menghambat penyerapan zat gizi seperti lemak.
Obat yang termasuk golongan ini adalah orlistat. Orlistat menghambat kerja
enzim lipase pankreas sehingga tidak terjadi hidrolisis trigliserida makanan
menjadi asam lemak bebas dan monogliserida yang dapat diabsorpsi.
Trigliserida yang utuh tidak dapat diabsorpsi oleh tubuh. Penyerapan lemak
pun berkurang sehingga total asupan kalori dari lemak pun berkurang. Hal
tersebut berdampak positif pada pengaturan berat badan (Wargahadibrata,
2011).
Orlistat yang dikombinasikan dengan diet rendah kalori diindikasikan untuk
pengobatan pasien obesitas dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥30 kg/m2 atau
pasien dengan IMT >28 kg/m2 dengan faktor risiko penyerta. Pengobatan
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
8
Universitas Indonesia
dengan orlistat sebaiknya dihentikan setelah 12 minggu jika pasien tidak dapat
mencapai penurunan berat sedikitnya 5% dari berat badan saat memulai
pengobatan (Xenical Division, 2007).
Pada dosis 120 mg tiga kali sehari, orlistat dapat mengurangi penyerapan
lemak hingga 30%. Orlistat diminum setiap kali makan (saat makan atau
hingga 1 jam setelah makan). Jika tidak makan atau makanan tidak
mengandung lemak, orlistat tidak boleh diberikan. Orlistat biasanya
diresepkan untuk dua minggu dan dapat kembali dikonsumsi setelah jeda
beberapa waktu.
Beberapa uji klinik menunjukkan bahwa orlistat yang dikombinasikan dengan
asupan rendah kalori menghasilkan penurunan berat badan 6-10% dalam
setahun. Kemungkinan kenaikan berat badan kembali pun kecil (Hofbauer et
al., 2004).
Efek samping orlistat yaitu dapat menimbulkan:
1) gangguan penyerapan makanan, termasuk penyerapan vitamin A, D, E,
dan K (vitamin yang larut dalam lemak)
2) keluhan diare karena gerakan usus meningkat
3) tidak nyaman saat buang air besar karena feses berminyak
4) flatus bersama dengan kotoran
(Wargahadibrata, 2011 dan Xenical Division, 2007)
b. Obat yang bekerja sentral, yaitu bekerja di saraf pusat dengan cara menekan
nafsu makan dan meningkatkan rasa kenyang.
Obat golongan ini digunakan untuk menolong pasien dalam
menjalankan diet rendah kalori. Keberhasilan dalam menurunkan berat badan
bergantung pada kepatuhan pasien dalam menjalankan diet yang ketat dan
terus-menerus.
1) Sibutramin
Sibutramin bekerja dengan cara menghambat ambilan (reuptake)
norepinefrin, serotonin, dan dopamin. Dengan pengawasan dokter,
sibutramin digunakan sebagai terapi tambahan dalam program penurunan
berat badan pada pasien obesitas dengan IMT ≥30 kg/m2 atau pada pasien
kelebihan berat badan dengan IMT ≥27 kg/m2 yang memiliki faktor risiko
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
9
Universitas Indonesia
yang terkait dengan obesitas. Penggunaan obat ini hanya perlu
dipertimbangkan jika upaya diet, olahraga, dan perubahan gaya hidup
tidak berhasil.
Dosis awal sibutramin adalah 10 mg per hari pada pagi hari dan dapat
ditelan dengan atau tanpa makanan. Pada pasien dengan respon penurunan
berat badan kurang dari 2 kg setelah empat minggu pemberian obat, dosis
dapat ditingkatkan menjadi 15 mg per hari. Pemberian obat harus
dihentikan bila dengan dosis 15 mg respon pasien tetap tidak memadai.
Efek samping yang dapat timbul dari penggunaan sibutramin adalah
peningkatan denyut jantung, palpitasi (jantung berdebar), peningkatan
tekanan darah, sakit kepala, kegelisahan, kehilangan nafsu makan,
konstipasi, mulut kering, gangguan pada alat perasa, vasodilatasi,
insomnia, pusing, dan berkeringat (Badan POM RI, 2006).
Hasil studi terbaru menunjukkan peningkatan risiko kejadian
kardiovaskular pada penggunaan sibutramin jangka panjang. Dengan
adanya informasi aspek keamanan tersebut, Badan POM RI telah
melakukan pembatalan izin edar dan penarikan produk obat yang
mengandung sibutramin terhitung sejak tanggal 14 Oktober 2010 (Badan
POM RI, 2010).
2) Dietilpropion
Dietilpropion bekerja dengan mekanisme pelepasan norepinefrin dari
granul sinaptik sehingga memberikan efek stimulasi bagi sistem saraf
pusat dan menekan nafsu makan. Obat ini diindikasikan untuk penggunaan
jangka pendek diiringi dengan pengurangan asupan kalori dan peningkatan
aktivitas fisik pada pasien obesitas dengan IMT ≥30 kg/m2 (Hofbauer, et
al., 2004; Burns, et al., 2008).
Penggunaan dietilpropion selama lebih dari tiga bulan dapat meningkatkan
risiko timbulnya hipertensi pulmonari. Efek samping yang mungkin timbul
selama penggunaan obat ini yaitu sakit kepala, insomnia, gelisah, cemas,
euforia, tremor, depresi, mengantuk, midriasis, pandangan kabur, ruam,
rambut rontok, dan nyeri otot. Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan
kejang, takikardia, peningkatan tekanan darah, jantung berdebar, mulut
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
10
Universitas Indonesia
kering, gangguan perut, konstipasi, diare, mual, muntah, gangguan
menstruasi, impotensi atau perubahan libido, ginekomastia, dan
leukopenia. Obat ini dikontraindikasikan bagi penderita hipertensi,
aterosklerosis, hipertiroid, dan glukoma (Burns, et al., 2008; McEvoy, et
al., 2002).
Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 25 mg tiga kali sehari
satu jam sebelum makan atau 75 mg sekali dalam sehari pada pagi hari
untuk sediaan pelepasan terkendali. Jika terjadi toleransi terhadap efek
anoreksiknya, maka pemakaian obat sebaiknya dihentikan. Peningkatan
dosis sebaiknya dihindari. Untuk mengurangi risiko ketergantungan,
dietilpropion sebaiknya tidak dikonsumsi selama beberapa minggu
berturut-turut. Dietilpropion biasanya diresepkan untuk dua minggu dan
dapat kembali dikonsumsi setelah jeda beberapa waktu (Sweetman, 2009).
3) Benzfetamin
Benzfetamin bekerja dengan mekanisme pelepasan norepinefrin dari
granul sinaptik sehingga memberikan efek stimulasi bagi sistem saraf
pusat dan menekan nafsu makan (Hofbauer, et al., 2004). Efek samping
yang mungkin timbul selama penggunaan obat ini sama dengan efek
samping penggunaan dietilpropion.
Dosis awal penggunaan obat ini adalah 25-50 mg sekali sehari pada pagi
atau siang hari dan jika diperlukan (misalnya terjadi tolerasi terhadap efek
anoreksiknya) dapat ditingkatkan menjadi 25-50 mg hingga tiga kali
sehari. Obat ini tidak diindikasikan untuk pemakaian jangka panjang
(McEvoy, et al., 2002; Sweetman, 2009).
FDA (Food and Drug Administration) telah melarang penggunaan obat ini
(Burns, et al., 2008).
4) Fentermin
Fentermin mengurangi asupan jumlah makanan dengan meningkatkan
pelepasan norepinefrin dan dopamin pada sistem saraf pusat. Obat ini
diindikasikan untuk penggunaan jangka pendek sebagai terapi tambahan
bagi pasien dengan IMT ≥30 kg/m2 atau IMT ≥27 kg/m2 dengan faktor
risiko penyerta yang sedang menerapkan perubahan gaya gidup. Efek
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
11
Universitas Indonesia
samping yang mungkin timbul selama penggunaan obat ini sama dengan
efek samping penggunaan dietilpropion (Burns, et al., 2008).
Dosis pemakaian obat ini untuk orang dewasa adalah 8 mg tiga kali sehari
diberikan 30 menit sebelum makan. Fentermin dalam bentuk sediaan
pelepasan terkendali dapat diberikan 15-30 mg atau 15-37,5 mg sekali
sehari pada pagi hari sebelum sarapan (McEvoy, et al., 2002).
5) Fendimetrazin
Fendimetrazin bekerja dengan mekanisme pelepasan norepinefrin dari
granul sinaptik sehingga memberikan efek stimulasi bagi sistem saraf
pusat dan menekan nafsu makan (Hofbauer, et al., 2004).
Efek samping yang mungkin timbul selama penggunaan obat ini sama
dengan efek samping penggunaan dietilpropion
Dosis pemakaian obat ini untuk orang dewasa adalah 35 mg 2-3 kali sehari
diberikan satu jam sebelum makan. Dosis dapat disesuaikan terhadap
respon individu dan terjadinya toleransi menjadi 17,5 mg dua kali sehari
hingga maksimum 70 mg tiga kali sehari. Fendimetrazin 105 mg dalam
bentuk sediaan pelepasan terkendali dapat diberikan sekali sehari pada
pagi hari. Obat ini tidak diindikasikan untuk pemakaian jangka panjang
(McEvoy, et al., 2002).
Efikasi dari obat-obatan penekan nafsu makan dapat menurunkan berat
badan minimal 5%. Fentermin, dietilpropion, benzfetamin, dan fendimetrazin
memiliki potensi kecil untuk disalahgunakan. Obat-obatan tersebut disetujui
penggunaannya sebagai antiobesitas oleh beberapa negara. Namun, badan
regulator di negara-negara Eropa telah menarik semua anorektik dari pasaran.
Obat yang bekerja secara sentral yang sudah tidak dapat digunakan
untuk menangani obesitas adalah amfetamin, metamfetamin, mazindol,
fenfluramin, dan fenilpropanolamin. Amfetamin dan metamfetamin ditarik
dari peredaran karena sangat berpotensi untuk disalahgunakan dan juga dapat
mengakibatkan anemia, penyakit jantung, gangguan jiwa (psikotik), pecahnya
pembuluh darah otak, stroke, gagal jantung, dan bahkan meninggal pada
penggunaan jangka panjang (Martono dan Joewana, 2008). Mazindol yang
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
12
Universitas Indonesia
bekerja dengan menghambat ambilan (reuptake) norepinefrin ditarik karena
meningkatkan termogenesis. Fenfluramin sebagai antiobesitas telah ditarik
dari peredaran karena diperkirakan menyebabkan hipertensi pulmonal dan
kerusakan katup jantung. Fenilpropanolamin yang digunakan oleh wanita
penderita obesitas dalam dosis besar (>75 mg sehari) ternyata meningkatkan
kejadian stroke. Oleh karena itu, indikasi fenilpropanolamin untuk obesitas
telah ditarik dan obat ini hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal 75 mg
sehari sebagai dekongestan (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI,
2007; Hofbauer et al., 2004).
2.4 Bahaya Penurunan Berat Badan yang Terlalu Cepat
Penurunan berat badan yang terlalu cepat dapat membahayakan kesehatan
dan biasanya tidak bertahan lama sehingga sering menimbulkan terjadinya
‘sindroma yoyo’. Sindroma yoyo berbahaya karena mengganggu metabolisme
dimana berat badan cepat turun, kemudian naik lagi, turun lagi, dan begitu
seterusnya. Selain itu, sindroma tersebut dapat membuat penderita frustasi. Bila
telah mengalami sindroma yoyo, maka suatu saat penurunan berat badan akan
menjadi lebih sulit dilakukan. Penurunan berat badan yang dilakukan secara
perlahan-lahan walaupun lambat tetapi bila dilakukan secara konsisten akan dapat
menghasilkan penurunan berat badan yang lebih lestari dan tidak membahayakan
bagi kesehatan.
Tujuan menurunkan berat badan adalah untuk sehat, bukan untuk menjadi
sakit. Penurunan berat badan dengan cepat dapat terjadi karena diet yang sangat
ketat atau melakukan aktivitas fisik yang berat secara ekstrim. Hal tersebut dapat
menyebabkan:
a. defisiensi energi dan nutrien
b. dehidrasi (kekurangan cairan)
c. anemia
d. letargi (kelelahan, hilang gairah)
e. nyeri kepala
f. konstipasi
g. tidak tahan terhadap cuaca dingin
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
13
Universitas Indonesia
h. kulit kering dan rambut rontok
i. bengkak dan kram otot
j. gangguan kesuburan, gangguan menstruasi, dan menopause dini
k. ketosis akibat terlalu banyak pembakaran lemak
l. asam urat meningkat
m. terbentuknya batu empedu
n. koma karena hipoglikemik (kadar gula rendah) (Wargahadibrata, 2011).
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
14 Universitas Indonesia
BAB 3
PEMBAHASAN
Tubuh seseorang memerlukan kalori sebagai penggerak aktivitas sehari-
hari. Kalori tersebut didapatkan dari makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Jika jumlah kalori yang masuk seimbang dengan yang digunakan oleh tubuh,
maka tidak akan menjadi masalah. Namun, jika jumlah kalori yang masuk lebih
besar daripada yang digunakan, maka kelebihan kalori tersebut akan disimpan
dalam tubuh sebagai cadangan energi. Apabila cadangan tersebut menumpuk
dalam jumlah yang berlebihan di dalam tubuh, maka akan menyebabkan obesitas.
Bagi banyak orang obesitas merupakan hal yang mengganggu penampilan.
Selain itu, obesitas juga diyakini sebagai faktor pencetus berbagai penyakit. Oleh
karena itu, saat ini semakin banyak orang yang ingin menguruskan badannya demi
kesehatan dan menunjang penampilan. Produk-produk pelangsing tubuh serta alat
kesehatan yang menunjang penurunan berat badan semakin marak beredar.
Banyak pabrik farmasi menjanjikan obat produksinya dapat menurunkan berat
badan dengan cepat. Namun, pabrik-pabrik tersebut belum tentu mengantongi izin
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memproduksi dan
mengedarkan obat-obatan tersebut sehingga khasiat, kualitas, dan keamanan obat
tidak terjamin. Obat penurun berat badan yang beredar di Indonesia dapat dilihat
pada Lampiran 1. Dari beberapa obat yang beredar tersebut, tidak semua obat
masih diizinkan dan aman untuk diberikan kepada pasien. Dengan demikian,
masyarakat harus lebih waspada dalam menggunakan obat penurun berat badan.
Cara menurunkan berat badan sebenarnya sederhana. Berdasarkan
algoritma yang tertera pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa langkah awal
penanganan obesitas adalah dengan mengubah pola makan dan menu makanan,
meningkatkan aktivitas fisik, dan memperbaiki gaya hidup. Permasalahannya
yaitu langkah tersebut sukar diterapkan. Jika langkah awal telah diterapkan namun
tidak berhasil menurunkan berat badan hingga 5-10%, maka penggunaan obat
dapat dipertimbangkan jika IMT ≥30 atau IMT ≥27 dengan faktor risiko. Obat-
obatan diresepkan oleh dokter dengan tujuan untuk mendukung program diet dan
latihan fisik. Pemakaian obat harus ditindaklanjuti dengan kontrol (pengawasan
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
15
Universitas Indonesia
dari dokter), yaitu pada satu bulan pertama dan kemudian setiap tiga bulan. Jika
penurunan berat badan < 5% setelah diberikan obat, maka pemakaian obat
dihentikan dan ditindaklanjuti dengan cara penanganan yang lain, misalnya
dengan mengganti atau mengkombinasikan obat. Jika penurunan berat badan ≥
5%, maka pemakaian obat dilanjutkan. Penurunan dan pemeliharaan berat badan
dipantau tiap bulan. Bila ternyata berat badan naik kembali, maka pemakaian obat
dihentikan dan dipertimbangkan cara penanganan yang lain.
Di Indonesia pilihan obat antiobesitas sangat sedikit. Dokter hanya dapat
meresepkan dietilpropion (obat jangka pendek) dan orlistat (obat jangka panjang).
Sibutramin yang dapat digunakan jangka panjang sudah dibekukan izin edarnya
oleh BPOM karena hasil studi terbaru menunjukkan peningkatan risiko kejadian
kardiovaskular pada penggunaan sibutramin jangka panjang (Dwinanda, 2010).
Di Apotek Atrika hanya terdapat satu macam obat penurun berat badan,
yaitu dietilpropion dengan merek dagang Apisate. Contoh resep obat penurun
berat badan yang diterima oleh Apotek Atrika dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Dalam penggunaannya, dietilpropion (Apisate) selalu dikombinasikan dengan
penghambat sekresi asam lambung untuk mengurangi efek samping dietilpropion
terhadap lambung.
Gambar 3.1 Contoh resep obat penurun berat badan
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
16
Universitas Indonesia
Masyarakat perlu diimbau untuk tidak membeli obat penurun berat badan
secara bebas karena produk farmasi tersebut tergolong obat keras. Efek
sampingnya cukup tinggi, terutama pada jantung dan pembuluh darah, seperti
peningkatan tekanan darah, gangguan jantung, dan stroke. Selain itu, masyarakat
juga perlu berhati-hati terhadap produk penurun berat badan dengan zat aktif
berbahaya dan bahkan telah dilarang penggunaannya. Dengan demikian,
penggunaan obat penurun berat badan harus dibawah pengawasan dokter. Dokter
melakukan pemeriksaan kesehatan pasien terlebih dahulu untuk menentukan perlu
tidaknya pasien menggunakan obat, obat yang cocok bagi pasien, dosis obat yang
diperlukan, dan kemudian mengontrol penggunaan obat oleh pasien.
Tidak semua orang menyadari bahwa penurunan berat badan harus
diupayakan secara bertahap dan tubuh yang langsing tidak dapat diperoleh secara
instan. Banyak orang yang mencoba menurunkan berat badan secara cepat
padahal penurunan badan yang cepat hanya akan memberikan hasil yang bersifat
sementara. Setelah berat badan turun maka akan dengan mudah kembali lagi
seperti semula. Akhirnya, bukan kurus dan sehat yang diperoleh melainkan
penyakit yang diperoleh. Penurunan berat badan yang terlalu ekstrim dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan karena tubuh dipaksa untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan yang terjadi terlalu cepat. Metabolisme tubuh berubah
secara mendadak. Hal inilah yang dapat mengganggu kesehatan.
Berikut ini merupakan cara menurunkan berat badan yang salah:
a. menjalani program diet yang ekstrim
Banyak orang yang melakukan program diet yang ekstrim, misalnya hanya
makan sekali dalam sehari dengan porsi yang kecil atau secara total
menghindari konsumsi lemak. Dengan mengurangi porsi makan secara
ekstrim, maka tubuh akan mengalami defisiensi energi dan nutrien secara
mendadak yang berakibat buruk bagi kesehatan. Menghindari lemak secara
total juga tidak baik bagi kesehatan karena bagaimanapun tubuh tetap
memerlukan zat gizi (termasuk lemak) yang seimbang agar dapat berfungsi
dengan baik.
Makan sedikit dengan porsi yang kecil tidak efektif dalam menurunkan berat
badan. Hal tersebut dapat mengakibatkan ketidakstabilan kadar glukosa dalam
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
17
Universitas Indonesia
darah. Sering makan dalam jumlah yang kecil dengan menu makanan yang
sehat (kaya gizi, rendah lemak, dan rendah karbohidrat) lebih dianjurkan
karena dapat menjaga kestabilan kadar glukosa darah dan mengendalikan diri
untuk makan berlebihan. Selain itu, makanan yang dikonsumsi pun sebaiknya
yang memiliki indeks glikemik rendah, seperti roti gandum, apel, pepaya,
alpukat, kacang mete, almond, dan kacang hijau.
b. melakukan aktivitas fisik (olahraga) yang terlalu berat
Cara olahraga yang salah misalnya dengan berolahraga berat di akhir pekan
(weekend warrior). Banyak orang yang sibuk sehingga tidak melakukan
olahraga secara rutin dan akhirnya membayarnya dengan melakukan olahraga
yang berat dan lama di akhir pekan. Hal tersebut tentu tidak efektif dalam
menurunkan berat badan. Olahraga ringan tetapi rutin dilakukan lebih
dianjurkan dalam menjaga berat badan.
c. meminum obat pelangsing yang belum terjamin keamanannya demi
menurunkan berat badan secara cepat.
Banyak produk yang dipasarkan di toko obat ataupun apotek dengan klaim
dapat menurunkan berat badan. Produk yang bekerja dengan meningkatkan
frekuensi buang air kecil dan/atau buang air besar harus dihindari.
Mengeluarkan cairan tubuh dan tinja secara paksa tidak menyelesaikan
masalah dan juga membahayakan. Cairan tubuh berkurang hingga dapat
menyebabkan dehidrasi dan pengaruh buruknya dapat mengenai ginjal.
Gangguan elektrolit yang diakibatkannya juga dapat mengganggu kerja
jantung. Penggunaan obat-obatan dengan mekanisme kerja diuretik dan/atau
laksatif merupakan cara menurunkan berat badan yang salah. Untuk
menurunkan berat badan, yang harus dikurangi bukan cairan tubuh dan tinja,
melainkan timbunan lemak di bawah kulit dan di organ-organ dalam (hati,
usus).
Berbagai merek suplemen pembakar lemak (fat burner) yang tinggi kafein
sebaiknya juga dihindari. Kandungan kafein dapat meningkatkan tekanan
darah dan gangguan irama jantung. Orang yang mengonsumsi berisiko terkena
serangan jantung atau stroke. Penggunaan carbohidrat blocker dalam
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
18
Universitas Indonesia
menurunkan berat badan juga tidak dianjurkan karena suplemen tersebut
hanya tepat untuk digunakan oleh penderita diabetes (Dwinanda, 2010).
Upaya KIE (komunikasi, informasi, edukasi) perlu dilakukan agar dapat
ditanamkan kepada masyarakat bahwa untuk menurunkan berat badan, terdapat
tahapan yang harus dilakukan dan tidak harus langsung ditangani dengan
penggunaan obat-obatan. Hal yang paling penting dilakukan adalah perubahan
perilaku dan gaya hidup, termasuk melakukan diet rendah lemak dan olahraga
secara rutin. Intervensi dengan obat hanya dilakukan bila memang dianggap perlu
oleh dokter. Penggunaan obat hanya perlu dipertimbangkan jika upaya diet,
olahraga, dan perubahan gaya hidup tidak berhasil dan harus diingat bahwa
penggunaan obat tidak dapat hanya merupakan satu-satunya usaha. Secara umum
penggunaan obat tetap dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu, pemberian obat tetap harus mempertimbangkan rasio risiko-
manfaat bagi pasien.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
19 Universitas Indonesia
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa:
a. Cara menurunkan berat badan yang efektif dan aman adalah dengan
memperbaiki dan mengurangi asupan makanan serta meningkatkan aktivitas
fisik, misalnya dengan berolahraga. Obat-obatan penurun berat badan
digunakan bila kedua cara tersebut tidak berhasil mengurangi berat badan.
b. Untuk menurunkan berat badan sebaiknya tidak banyak mengonsumsi obat-
obatan penurun berat badan karena obat-obatan tersebut umumnya memiliki
efek samping yang berbahaya, seperti takikardia, peningkatan tekanan darah,
dan jantung berdebar. Penggunaannya pun harus selalu di bawah pengawasan
dokter.
c. Penurunan berat badan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan defisiensi
energi dan nutrien, dehidrasi, anemia, nyeri kepala, konstipasi, kram otot,
gangguan sistem reproduksi, terbentuknya batu empedu, dan koma karena
hipoglikemik.
5.2 Saran
a. Bagi apotek
Perlu ditingkatkan pelayanan apoteker di Apotek Atrika dalam memberikan
konseling mengenai cara menurunkan berat badan yang aman dan efektif serta
memberikan informasi tentang obat penurun berat badan kepada pasien.
b. Bagi pasien atau penderita obesitas
Obesitas merupakan penyakit kronis yang dapat menimbulkan penyakit-
penyakit berbahaya, misalnya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus,
dan stroke. Oleh karena itu, obesitas sebaiknya ditangani dengan
menggunakan cara yang tepat sebelum terjadi berbagai penyakit atau
komplikasinya.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
20 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006, Juli). Sibutramin.Info POM. 7: 4. 25 Oktober 2011. http://perpustakaan.pom.go.id.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2010). KeteranganPers Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia tentangPembatalan Izin Edar dan Penarikan Obat yang Mengandung Sibutramin.No: PN.01.04.1.31.1010.9829. 25 Oktober 2011.http://www.ikatanapotekerindonesia.net.pharmacy-news/publicwarning/1601-sibutramin-dilarang.html.
Burns, M. A. C., et al. (2008). Pharmacotherapy Principles & Practice. USA:McGraw-Hill Companies, Inc.
Dwinanda, R. (2010, 5 Desember). Cara Salah Perangi Obesitas. Republika. A4.
Febry, A. B. (2011). Langsung Langsing dalam 4 Minggu. Cetakan I. Jakarta:WahyuMedia.
Hofbauer, K. G., U. Keller, and O. Boss. (2004). Pharmacotherapy of Obesity:Options and Alternatives. New York: CRC Press.
Martono, L. H. dan S. Joewana. (2008). Peran Orang Tua dalam Mencegah danMenanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. Cetakan kedua. Jakarta: BalaiPustaka.
McEvoy, G. K., et al. (2002). AHFS Drug Information. USA: American Societyof Health-System Pharmacists.
Mumpuni, Y. dan A. Wulandari. (2010). Cara Jitu Mengatasi Kegemukan.Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Nutrition Committee of the Royal College of Physicians of London. (2003). Anti-obesity Drugs: Guidance on Appropriate Prescribing and Management.London: Royal College of Physicians of London.
Sweetman, S. C. (2009). Martindale: The Complete Drug Reference. 36th Edition.USA: Pharmaceutical Press.
Wargahadibrata, A. F. (2011). Kelebihan Berat Badan dan Berat Badan Berlebih(Obesitas). Jakarta: Familia Medika.
Xenical Division. (2007). Xenical: Orlistat. Depok: PT Roche Indonesia. 20Oktober 2011. http://www.obesitas.web.id/infoprod.html.
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
21
Universitas Indonesia
Lampiran 1. Obat Penurun Berat Badan yang Beredar di Indonesia
No. Nama Obat Zat Aktif BentukSediaan
Dosis Pabrik
1 Apisate Dietil propion HCl Tablet 75 mg Sunthi Sepuri,Wyeth
2 Isomeride Deksfenfluramin Kapsul 15 mg Servier3 Maxislim Sibutramin HCl 10 mg, 15
mgSandoz
4 Ponderal Fenfluramin HCl Tablet 20 mg Servier,Darya Varia
5 PonderalPacaps
Fenfluramin HCl Kapsul 60 mg Servier,Darya Varia
6 Reductil Sibutramin HCl Tabletsalut
selaput
10 mg, 15mg
Abbott
7 Teronac Mazindol Tablet 1 mg Sandoz8 Xenical Orlistat Kapsul 120 mg Roche
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011
22
Universitas Indonesia
Lampiran 2. Algoritma Penanganan Obesitas
[Sumber: Nutrition Committee of the Royal College of Physicians of London, 2003, telah diolahkembali]
Pasien obesitas
Langkah awal penanganan:Mengubah pola makan dan menu makananMeningkatkan aktivitas fisikMemperbaiki gaya hidup
Gagal menurunkan berat badan hingga 5-10%
Penggunaan obat dapat dipertimbangkan jika:IMT≥30 atauIMT≥27 dengan faktor risiko
Jika pasien memenuhi kriteria untukpenggunaan obat, maka pasien dapat memulaiterapi dengan obat
Penurunan berat badan ≥5%Penurunan berat badan < 5%
Pemakaian obat dilanjutkan,Penurunan dan pemeliharaanberat badan dipantau tiapbulan.
Pemakaian obat dihentikan,perlu dipertimbangkan carapenanganan yang lain
12 minggu
Berat badannaik kembali
Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011