UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

100
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSAT PERIODE 26 SEPTEMBER – 29 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER CYNTHIA JAYA, S.Farm. 1006835135 ANGKATAN LXXIII FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI DEPOK DESEMBER 2011 Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI APOTEK ATRIKA

Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSATPERIODE 26 SEPTEMBER – 29 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

CYNTHIA JAYA, S.Farm.1006835135

ANGKATAN LXXIII

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOKDESEMBER 2011

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI APOTEK ATRIKA

Jl. KARTINI RAYA NO. 34A, JAKARTA PUSATPERIODE 26 SEPTEMBER – 29 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

CYNTHIA JAYA, S.Farm.1006835135

ANGKATAN LXXIII

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMPROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI

DEPOKDESEMBER 2011

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek

Kerja Profesi Apoteker di Apotek Atrika pada periode 26 September – 29 Oktober

2011. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilaksanakan sebagai

salah satu syarat untuk meraih gelar Apoteker. Tujuan PKPA ini yaitu untuk

meningkatkan pemahaman dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama

perkuliahan. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih

dan rasa hormat kepada:

1. Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker, Departemen

Farmasi, FMIPA UI sekaligus pembimbing dari Apotek Atrika yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulis

melaksanakan PKPA dan menyusun laporan PKPA.

2. Dra. Rosmala Dewi, Apt. selaku pembimbing dari Departemen Farmasi,

FMIPA UI yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dan nasehat yang begitu

bermanfaat.

3. Bapak Winardi Hendrayanta selaku Pemilik Sarana Apotek Atrika.

4. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA

UI.

5. Para karyawan Apotek Atrika atas ilmu, arahan, dan bantuan yang telah

diberikan selama pelaksanaan PKPA ini.

6. Seluruh dosen Departemen Farmasi FMIPA UI atas ilmu dan bantuan yang

diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker.

7. Keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan moral sehingga program

PKPA dan penyusunan laporan ini dapat dilaksanakan dengan lancar.

8. Rekan-rekan PKPA di Apotek Atrika.

9. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker, Departemen Farmasi,

FMIPA UI yang telah memberikan dukungan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala

kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan PKPA

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

iv

ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan

ilmu farmasi pada khususnya.

Penulis

2011

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iiKATA PENGANTAR ...................................................................................... iiiDAFTAR ISI ..................................................................................................... vDAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 11.1 Latar Belakang .......................................................................... 11.2 Tujuan ....................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA . ................................................................. 32.1 Definisi Apotek ......................................................................... 32.2 Tugas dan Fungsi Apotek ......................................................... 32.3 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek ................................ 42.4 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek ................................... 52.5 Tata Cara Perizinan Apotek ...................................................... 62.6 Pencabutan Surat Izin Apotek ................................................... 72.7 Tenaga Kerja di Apotek ............................................................ 92.8 Sediaan Farmasi di Apotek ....................................................... 112.9 Pengelolaan Apotek .................................................................. 182.10 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ............................... 23

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA ................................... 273.1 Sejarah dan Lokasi .................................................................... 273.2 Tata Ruang ................................................................................ 273.3 Struktur Organisasi ................................................................... 283.4 Tugas dan Fungsi Jabatan ......................................................... 283.5 Kegiatan di Apotek Atrika ........................................................ 31

BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................... 40

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 485.1 Kesimpulan ............................................................................... 485.2 Saran .......................................................................................... 48

DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 49

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo golongan obat ....................................................................... 11Gambar 2.2 Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas .................... 12

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika .......................................................... 51Lampiran 2. Denah Ruangan Apotek Atrika .................................................... 52Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Atrika .............................................. 53Lampiran 4. Alur Penanganan Resep ............................................................... 54Lampiran 5. Surat Pesanan (SP) Apotek Atrika ............................................... 55Lampiran 6. Surat Pesanan (SP) Psikotropika ................................................. 56Lampiran 7. Surat Pesanan (SP) Narkotika ...................................................... 57Lampiran 8. Format Laporan Penggunaan Psikotropika .................................. 58Lampiran 9. Format Laporan Penggunaan Narkotika ...................................... 60Lampiran 10. Salinan Resep Apotek Atrika ...................................................... 61Lampiran 11. Etiket Apotek Atrika .................................................................... 62

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah

keadaan sehat, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial, yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif, baik secara sosial maupun ekonomi. Pembangunan

kesehatan masyarakat merupakan elemen penting dalam memajukan

kesejahteraan masyarakat dan menjadi modal bagi pelaksanaan pembangunan

nasional. Upaya kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat

secara terpadu dan berkesinambungan dalam bentuk pencegahan penyakit

(preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan penyakit (kuratif), dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif) untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat adalah memberikan pelayanan yang baik di apotek (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2009c).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/MENKES/SK/IX/2004, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Apotek merupakan suatu jenis usaha yang memiliki unsur sosial yaitu pelayanan

kesehatan (patient oriented) dan juga unsur bisnis (profit oriented). Apotek

mendukung terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal yaitu dengan

menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat dan memberikan

pelayanan yang baik bagi masyarakat. Namun, sebagai unit bisnis apotek juga

mencari keuntungan untuk mengembalikan modal dan menutupi biaya operasional

yang cukup besar.

Komoditas bisnis apotek yang paling utama adalah sediaan farmasi yang

apabila tidak dikelola oleh orang yang memiliki ilmu kefarmasian akan dapat

membahayakan kesehatan masyarakat. Atas dasar inilah pemerintah menetapkan

bahwa suatu apotek harus memiliki setidaknya satu orang apoteker sebagai

penanggung jawab yang disebut sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA).

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

2

Universitas Indonesia

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004

disebutkan bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah

diberi Surat Izin Apotek (SIA). Selain harus memiliki pengetahuan dan

kemampuan dalam mengelola apotek, APA juga dituntut untuk memiliki

kemampuan kewirausahaan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke

pasien. Sebagai konsekuensi atas perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk dapat berinteraksi

langsung dengan pasien. Apoteker harus memiliki kemampuan berkomunikasi

dengan masyarakat dan mampu memberikan pelayanan informasi obat yang tepat,

aman, dan rasional (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan calon apoteker dalam bidang

pelayanan kefarmasian, Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA

Universitas Indonesia melakukan kerjasama dengan Apotek Atrika untuk

mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). PKPA di apotek

tersebut merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa calon apoteker untuk

mendapatkan pengalaman kerja dan pemahaman yang lebih dalam tentang peran

dan fungsi apoteker di apotek dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

dan mengelola apotek.

1.2 Tujuan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika bertujuan agar

mahasiswa PKPA:

a. Mengetahui tugas, fungsi, dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek di

Apotek Atrika, baik secara teknis maupun non-teknis kefarmasian.

b. Mendapat kesempatan untuk lebih memahami cara-cara pelayanan terhadap

pasien dan memberikan informasi secara langsung kepada pasien serta

memahami sistem manajemen dan administrasi di Apotek Atrika.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, apotek adalah

sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh

apoteker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009a). Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/MENKES/SK/IX/2004, apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan

pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

lainnya kepada masyarakat. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan

obat, obat tradisional, dan kosmetika sedangkan perbekalan kesehatan adalah

semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan

upaya kesehatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Menurut

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah

pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan

obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2009a).

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 Tahun 1980,

tugas dan fungsi apotek adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, serta

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

4

Universitas Indonesia

d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai obat dan perbekalan

farmasi lainnya kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 1980).

2.3 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/MENKES/SK/IX/ 2004, apotek harus berlokasi pada daerah yang dengan

mudah dikenali oleh masyarakat, terdapat papan petunjuk yang dengan jelas

tertulis kata “APOTEK” pada halaman apotek, dapat dengan mudah diakses oleh

anggota masyarakat, dan pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat

yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya. Hal tersebut

berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi

risiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan

mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan

apotek harus dijaga kebersihannya serta bebas dari hewan pengerat dan serangga.

Apotek juga harus memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari

pendingin.

Apotek harus memiliki ruangan atau fasilitas sebagai berikut:

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

b. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur/materi informasi.

c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

d. Ruang racikan.

e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan

obat dan barang-barang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu,

kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan

dengan temperatur yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2004).

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

5

Universitas Indonesia

2.4 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

889/MENKES/PER/V/2011, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus

sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apoteker yang

akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki Surat Tanda Registrasi

Apoteker (STRA).

Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA)

wajib memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA). SIPA adalah surat izin yang

diberikan kepada apoteker untuk dapat melaksanakan praktek kefarmasian pada

fasilitas pelayanan kefarmasian. Untuk memperoleh SIPA, apoteker mengajukan

permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan

kefarmasian dilaksanakan dengan melampirkan:

a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN (Komite Farmasi Nasional)

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari

pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi

d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak dua lembar dan 3 x 4 sebanyak dua

lembar

SIPA bagi Apoteker Pengelola Apotek hanya diberikan untuk satu tempat

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/MENKES/SK/X/2002 disebutkan bahwa apabila APA berhalangan

melakukan tugasnya pada jam buka apotek, maka APA harus menunjuk Apoteker

Pendamping. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu

berhalangan melakukan tugasnya, maka APA menunjuk Apoteker Pengganti.

Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi

setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun

secara terus-menerus, Surat Izin Apotek atas nama apoteker bersangkutan dicabut.

Apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris APA wajib melaporkan

kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam. Apabila pada apotek tersebut

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

6

Universitas Indonesia

tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka pada proses pelaporan wajib disertai

dengan penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat

penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada proses penyerahan tersebut, dibuat

Berita Acara Serah Terima kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

2.5 Tata Cara Perizinan Apotek

Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002

disebutkan bahwa Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh

Menteri kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk

menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Menteri melimpahkan

wewenang pemberian izin apotek kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan

pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin

apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Propinsi. Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1;

b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya enam hari kerja setelah menerima

permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk

melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan

kegiatan;

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya enam hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat

dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-3;

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam poin (b) dan (c) tidak

dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

7

Universitas Indonesia

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan

menggunakan contoh Formulir Model APT-4;

e. Dalam jangka waktu dua belas hari kerja setelah diterima laporan hasil

pemeriksaan sebagaimana dimaksud poin (c), atau pernyataan dimaksud poin

(d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat

Izin Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5;

f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM dimaksud poin (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu dua belas hari kerja

mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model

APT-6;

g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam poin (f), apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat

Penundaan.

h. Jika permohonan izin apotek ternyata tidak memenuhi persyaratan atau lokasi

apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua belas

hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-

alasannya dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-7.

Bila APA menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana yang

dimaksud didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana

apotek (PSA). PSA harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam

pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat dan hal tersebut harus

dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. Hal ini tertuang dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

2.6 Pencabutan Surat Izin Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat

mencabut Surat Izin Apotek apabila:

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

8

Universitas Indonesia

a. APA tidak lagi memenui ketentuan persyaratan APA.

b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan,

dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan terjamin

keabsahannya. Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan

lagi atau dilarang digunakan harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau

ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam

resep dengan obat paten.

c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-

menerus.

d. terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Obat Keras, Undang-

Undang tentang kesehatan, Undang-Undang tentang psikotropika, Undang-

Undang tentang narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain

yang berlaku.

e. Surat Izin Kerja (saat ini diganti menjadi SIPA) APA dicabut.

f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat.

g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat

pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya

baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.

Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilaksanakan setelah:

a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut

dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan

contoh Formulir Model APT-12.

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak

dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek dengan menggunakan

Formulir Model APT-13.

Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah

membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam

peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir Model APT-14. Pencairan

Izin Apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim

Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

9

Universitas Indonesia

Apabila Surat Izin Apotek dicabut, APA atau Apoteker Pengganti wajib

mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Pengamanan tersebut wajib mengikuti tata cara sebagai berikut:

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika,

obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.

b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci.

c. APA wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang

penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam poin

(a) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

2.7 Tenaga Kerja di Apotek

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009

dijelaskan bahwa tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan

kefarmasian, yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga

teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani

pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi,

analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/asisten apoteker (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2009a). Tenaga pendukung untuk menjamin

kelancaran kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, yaitu juru resep,

kasir, dan pegawai administrasi/tata usaha.

2.7.1 Apoteker

Di apotek, apoteker dapat berperan sebagai:

a. Apoteker Pengelola Apotek (APA)

APA adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Setiap apotek

harus ada satu orang APA dan seorang apoteker hanya dapat menjadi APA di

satu apotek saja.

APA bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di

apotek dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama

dengan pihak lain (Pemilik Sarana Apotek). Tugas dan kewajiban APA di

apotek adalah sebagai berikut:

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

10

Universitas Indonesia

1) Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non

teknis kefarmasian, sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang

berlaku.

2) Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang

bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin.

3) Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi.

4) Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil

yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan

omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah

mungkin.

5) Melakukan pengembangan apotek.

b. Apoteker Pendamping

Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping

APA dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.

Syarat menjadi apoteker pendamping sama dengan syarat menjadi APA.

c. Apoteker Pengganti

Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama APA

tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus.

Apoteker Pengganti tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. Syarat

menjadi apoteker pengganti sama dengan syarat menjadi APA.

2.7.2 Asisten Apoteker (AA)

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Asisten

Apoteker berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek di bawah

pengawasan apoteker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003).

2.7.3 Juru resep

Juru resep membantu asisten apoteker dalam menyiapkan (meracik) obat

menurut resep. Juru resep melakukan pekerjaan kefarmasian dibawah pengawasan

asisten apoteker.

2.7.4 Kasir

Kasir merupakan petugas yang mencatat penerimaan dan pengeluaran

uang yang dilengkapi dengan kuitansi, nota, tanda setoran dan lain-lain.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

11

Universitas Indonesia

2.7.5 Pegawai administrasi/tata usaha

Pegawai administrasi/tata usaha bertugas membantu apoteker dalam

kegiatan administrasi, seperti membuat laporan harian yang meliputi pencatatan

penjualan tunai dan kredit, pencatatan pembelian, mengurus gaji, pajak, izin,

asuransi, dan lain-lain.

Karyawan yang bekerja di apotek disesuaikan dengan kebutuhan apotek

tersebut. Untuk keadaan tertentu, satu orang dapat memegang lebih dari satu

fungsi pekerjaan (Hartini dan Sulasmono, 2006).

2.8 Sediaan Farmasi di Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1027/MENKES/SK/IX/2004, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat

tradisional, dan kosmetika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan

bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan

kontrasepsi untuk manusia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009c).

Obat-obat yang beredar di Indonesia digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat

dan Makanan (BPOM) dalam lima kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas,

obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika.

Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap

peredaran dan pemakaian obat-obatan tersebut. Golongan obat dapat dilihat pada

tanda yang terdapat pada kemasan.

Gambar 2.1. Logo golongan obat

Obat Bebas

Obat Bebas Terbatas

Obat Keras, termasukGolongan Psikotropika

Obat GolonganNarkotika

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

12

Universitas Indonesia

2.8.1 Obat OTC (Over the Counter)

Obat OTC (Over the Counter) adalah obat-obat yang boleh dibeli oleh

pasien tanpa resep dokter. Obat OTC terdiri dari obat bebas dan obat bebas

terbatas.

2.8.1.1 Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa

resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran

hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah parasetamol

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

2.8.1.2 Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras

tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai dengan

tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas

adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah CTM.

Wadah atau kemasan obat bebas terbatas perlu dicantumkan tanda

peringatan dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan

tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau

disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya

dengan huruf berwarna putih (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Contoh tanda peringatan dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

13

Universitas Indonesia

2.8.2 Obat Etikal

Obat etikal adalah obat yang dapat diperoleh oleh pasien dengan adanya

resep dari dokter. Obat etikal terdiri dari obat keras, psikotropika, dan narkotika.

2.8.2.1 Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep

dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran

merah dengan garis tepi berwarna hitam. Obat-obat yang masuk ke dalam

golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes,

hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, dan semua obat injeksi.

2.8.2.2 Obat Golongan Psikotropika (Undang-Undang Republik Indonesia No. 5Tahun 1997)

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Obat golongan psikotropik ini perlu diatur peredaran dan penggunaannya.

Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah:

a. menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan

dan ilmu pengetahuan

b. mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika

c. memberantas peredaran gelap psikotropika (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 1997).

Psikotropika digolongkan menjadi:

a. Psikotropika golongan I

Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu

pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta berpotensi amat

kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

b. Psikotropika golongan II

Psikotropika golongan II berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan.

c. Psikotropika golongan III

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

14

Universitas Indonesia

Psikotropika golongan III berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan.

d. Psikotropika golongan IV

Psikotropika golongan IV berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan

dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan

mengakibatkan sindroma ketergantungan (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 1997).

Pengelolaan psikotropika di apotek adalah sebagai berikut:

a. Pemesanan

Obat-obat golongan psikotropika dapat diperoleh dari Pedagang Besar

Farmasi (PBF) dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) Psikotropika dan

ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. Satu surat pesanan dapat

digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis obat golongan psikotropika.

b. Penyimpanan

Obat-obatan golongan psikotropika cenderung disalahgunakan sehingga

disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari

khusus.

c. Penyerahan

Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh

apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Penyerahan

psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah

sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pengguna/pasien.

Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas

hanya dapat dilakukan kepada pengguna/pasien. Penyerahan psikotropika oleh

apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan

berdasarkan resep dokter. Penyerahan psikotropika oleh dokter hanya boleh

dilakukan dalam hal menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui

suntikan, menolong orang sakit dalam keadaan darurat, dan menjalankan tugas

di daerah terpencil yang tidak ada apotek. Psikotropika yang diserahkan dokter

hanya dapat diperoleh dari apotek.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

15

Universitas Indonesia

d. Pelaporan

Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang

berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan

Kota/Kabupaten setempat secara berkala dengan tembusan kepada Balai Besar

POM/Balai POM setempat.

e. Pemusnahan

Pada pemusnahan psikotropika, Apoteker wajib membuat berita acara dan

disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat

kepastian. Pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal:

1) berkaitan dengan tindak pidana

2) psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan

yang berlaku

3) kadaluarsa

4) tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan

dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 1997).

2.8.2.3 Obat Golongan Narkotika (Undang-Undang Republik Indonesia No. 35Tahun 2009)

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Undang-Undang tentang

Narkotika bertujuan:

a. menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

b. mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan Narkotika

c. memberantas peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika

d. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna

dan pecandu Narkotika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009b).

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

16

Universitas Indonesia

Narkotika digolongkan menjadi:

a. Narkotika golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta berpotensi sangat tinggi

mengakibatkan ketergantungan.

b. Narkotika golongan II

Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat

digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

c. Narkotika golongan III

Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau

untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi ringan

mengakibatkan ketergantungan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2009b).

Pengelolaan narkotika di apotek adalah sebagai berikut :

a. Pemesanan

Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan ke Pedagang Besar Farmasi

(PBF) Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan narkotika yang

ditandatangani oleh APA, dilengkapi nama jelas, nomor SIK, dan stempel

apotek. Satu lembar surat pesanan hanya dapat digunakan untuk memesan satu

macam narkotika.

b. Penyimpanan

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

28/Menkes/Per/I/1978 dijelaskan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus

untuk menyimpan narkotika. Tempat tersebut harus dibuat seluruhnya dari

kayu atau bahan lain yang kuat, harus mempunyai kunci yang kuat, dibagi dua

masing-masing dengan kunci yang berlainan (bagian pertama digunakan untuk

menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika,

sedangkan bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang

digunakan sehari-hari), dan harus dibuat pada tembok atau lantai jika tempat

khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm. Lemari

khusus tersebut harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

17

Universitas Indonesia

umum serta tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain

narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri. Anak kunci lemari khusus harus

dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang diberi kuasa.

c. Pelayanan resep

Dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2009 disebutkan bahwa narkotika hanya

dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep

asli dokter. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum

sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut

hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep

dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali.

d. Pelaporan

Apotek berkewajiban menyusun, menyampaikan, dan menyimpan laporan

bulanan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang

ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas

dan stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan sediaan

jadi narkotika. Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap

bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada Dinas

Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan tembusan Balai Besar

POM/Balai POM dan berkas untuk disimpan sebagai arsip.

e. Pemusnahan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9, APA dapat memusnahkan narkotika yang

rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam

pelayanan kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang

sekurang-kurangnya memuat: tempat dan waktu (hari, tanggal, bulan, dan

tahun); nama pemegang izin khusus, APA, atau dokter pemilik narkotika;

nama seorang saksi dari pemerintahan dan seorang saksi lain dari apotek;

nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda

tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek, dokter pemilik

narkotika, dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara pemusnahan narkotika

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

18

Universitas Indonesia

tersebut dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat.

2.8.3 Obat Wajib Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

347/MENKES/SK/VII/1990, Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang

dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990). Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 919/MENKES/PER/X/1993, obat yang dapat

diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia dua tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang harus dilakukan

oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 1993a).

Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, apoteker di apotek

diwajibkan untuk :

a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan

dalam OWA yang bersangkutan.

b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.

c. Memberikan informasi yang meliputi dosis dan aturan pakainya,

kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990).

2.9 Pengelolaan Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dan juga sebagai

salah satu tempat pengabdian dan praktik profesi apoteker dalam melakukan

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

19

Universitas Indonesia

pekerjaan kefarmasian. Dalam hal membantu masyarakat untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal, apoteker di apotek harus senantiasa hadir dan siap untuk

melakukan tugas profesionalnya sesuai dengan ilmu yang dimilikinya, yaitu

dengan melakukan konseling, pemberian informasi, dan edukasi kepada

masyarakat tentang obat yang diterimanya. Peran apoteker di apotek yang juga

penting adalah sebagai manajer, yaitu mengelola sumber daya yang ada di apotek

dengan maksimal agar apotek dapat berkembang dengan baik. Kedua peran

tersebut harus dimiliki oleh seorang apoteker dan harus dilaksanakan secara

beriringan.

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, apotek harus

dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek,

apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan

yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi

antarprofesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner,

kemampuan mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar

sepanjang karir, dan membantu memberikan pendidikan dan peluang untuk

meningkatkan pengetahuan.

Pengelolaan apotek dapat dibedakan atas pengelolaan teknis farmasi dan

non teknis farmasi. Sebagai pengelola teknis farmasi, Apoteker Pengelola Apotek

bertanggung jawab mengawasi pelayanan resep, mengawasi mutu obat yang

dijual, memberikan pelayanan informasi obat dan membuat laporan mengenai

penggunaan obat-obat khusus (narkotika dan psikotropika). Adapun sebagai

pengelola non teknis farmasi, seorang APA bertanggung jawab terhadap semua

kegiatan administrasi, keuangan, dan bidang lain yang berhubungan dengan

apotek.

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, meliputi perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, administrasi, dan pelayanan. Pengeluaran obat

memakai sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first expire first out).

2.9.1 Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan

harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

20

Universitas Indonesia

sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat.

Perencanaan juga dapat mencegah terjadinya kelebihan perbekalan farmasi yang

tersimpan lama dalam gudang. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi

seperti obat-obatan dan alat kesehatan perlu dilakukan pengumpulan data obat-

obatan yang akan dipesan. Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku

defekta, yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah

barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya.

Pertimbangan yang harus dilakukan oleh APA dalam melaksanakan

perencanaan pemesanan barang yaitu pemilihan Pedagang Besar Farmasi (PBF)

yang memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan

sesuai (murah), ketepatan waktu pengiriman, potongan harga dan bonus yang

diberikan sesuai (besar), jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam

pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa. Dalam membuat perencanaan

pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan pola penyakit, tingkat

perekonomian masyarakat, dan budaya masyarakat (Hartini dan Sulasmono,

2006).

2.9.2 Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan

farmasi. Tujuan pengadaan yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang

dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas dan harga yang dapat

dipertanggungjawabkan dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan

efisien menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku. Pengadaan barang

dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan

anggaran keuangan yang ada. Pengadaan barang meliputi proses

pemesanan/pembelian dan penerimaan barang (Hartini dan Sulasmono, 2006).

Pengadaan sediaan farmasi apotek (golongan obat bebas, obat bebas

terbatas, obat keras, psikotropika, dan narkotika) dapat berasal langsung dari

pabrik farmasi, PBF, maupun apotek lain. Golongan obat bebas dapat pula dibeli

dari toko obat berizin. Semua pembelian harus disertai dengan faktur pembelian

resmi.

Pengadaan obat dilakukan dengan menuliskan sediaan farmasi yang

dibutuhkan pada blanko ‘Surat Pesanan’ yang ditandatangani oleh APA.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

21

Universitas Indonesia

Pengadaan perbekalan farmasi harus diterapkan sebaik mungkin agar

pengendalian, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan farmasi dapat dilakukan

secara efektif dan efisien. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar membeli barang,

tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama pemasok dalam

menyediakan barang yang dibutuhkan.

Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan

frekuensi dan waktu pemesanan maka pengadaan atau pembelian barang di apotek

dapat dilakukan dengan cara:

a. Pembelian kontan atau kredit

Pembelian kontan adalah pihak apotek langsung membayar harga obat yang

dibeli dari distributor, biasanya untuk apotek yang baru dibuka karena untuk

melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya

dalam menjual, sedangkan pembelian kredit adalah pembelian yang

pembayarannya sampai jatuh tempo.

b. Pembelian konsinyasi (titipan obat)

Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek,

dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila

barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu

kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat

dikembalikan pada pemiliknya.

2.9.3 Penyimpanan

Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika isi

harus dipindahkan ke dalam wadah lain, maka harus dicegah terjadinya

kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru yang memuat

sekurang-kurangnya nomor bets dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat harus

disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilan bahan. Penataan

perbekalan farmasi perlu memperhatikan peraturan yang berlaku dan kemudahan

dalam melakukan kegiatan pelayanan serta memiliki nilai estetika. Penataan pada

lemari harus menjamin higienitas sehingga kebersihan dan keamanan perbekalan

farmasi senantiasa terjaga (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

22

Universitas Indonesia

2.9.4 Administrasi

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek perlu dilaksanakan

kegiatan administrasi yang meliputi administrasi umum dan administrasi

pelayanan. Kegiatan administrasi umum meliputi pencacatan, pengarsipan,

pelaporan narkotika dan psikotropika, dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Administrasi pelayanan meliputi pengarsipan resep, pengarsipan

cacatan pengobatan pasien, dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.9.5 Pelayanan

Pelayanan apotek diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 dan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002. Isi dari peraturan tersebut

adalah:

a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter

hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab APA sesuai

dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat;

b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan yang

bermutu baik dan keabsahannya terjamin;

c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep

dengan obat bermerek dagang. Namun resep dengan obat bermerek dagang

atau obat paten boleh diganti dengan obat generik;

d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat

sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan membuat Berita Acara.

Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau

dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM;

e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib

berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih

tepat;

f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat;

g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

23

Universitas Indonesia

dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep

tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau

membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep;

h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker;

i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka

waktu tiga tahun;

j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis

resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas

kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan

yang berlaku;

k. APA, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diizinkan menjual obat

keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

l. Dalam melaksanakan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten

Apoteker (AA).

m. AA melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibawah pengawasan

Apoteker (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993b; Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2002).

2.10 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Pada saat ini orientasi pelayanan kefarmasian telah bergeser dari obat ke

pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).

Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan

obat sebagai komoditas kini berfokus pada pelayanan yang komprehensif yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi

perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan

pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian

informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhirnya sesuai

harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan

menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)

dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu, apoteker dalam menjalankan praktik

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

24

Universitas Indonesia

harus sesuai standar yang ada untuk menghindari terjadinya hal tersebut. Suatu

pedoman mengenai pelayanan kefarmasian perlu dibuat untuk menjamin kualitas

layanan yang diberikan apoteker kepada setiap pasien. Pedoman tersebut perlu

disusun secara nasional dengan inisiatif dari organisasi profesi apoteker dan

pemerintah. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan masyarakat dapat

terlindung dari pelayanan yang tidak profesional.

Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya

dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.

Keberhasilan apoteker yang melakukan PC dilihat dari berapa banyak orang yang

dapat ditolong, bukan dari berapa jumlah resep yang dilayani.

Tugas pokok apoteker yang menjalankan PC yaitu:

a. mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat

b. menangani masalah terkait penggunaan obat yang sudah terjadi

c. mencegah timbulnya masalah terkait penggunaan obat yang berpotensi untuk

terjadi.

Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek adalah sebagai berikut:

a. Melakukan serah terima obat kepada pasien atas resep dokter dengan beberapa

kriteria.

b. Melakukan pemilihan obat pada pasien dalam upaya pengobatan diri sendiri

(swamedikasi).

c. Memonitor kembali penggunaan obat oleh pasien akan tujuan yang optimal

melalui telepon atau kunjungan residensial.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi

pelayanan resep, promosi dan edukasi, dan pelayanan residensial (home care).

2.10.1 Pelayanan Resep

a. Skrining resep

Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi pemeriksaan persyaratan

administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Pemeriksaan

terhadap persyaratan administratif meliputi:

1) nama, SIP, dan alamat dokter

2) tanggal penulisan resep

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

25

Universitas Indonesia

3) tanda tangan/paraf dokter penulis resep

4) nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien

5) nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta

6) cara pemakaian yang jelas

7) informasi lainnya.

Pemeriksaan kesesuaian farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi,

stabilitas, inkompatibilitas, serta cara dan lama pemberian. Skrining

pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping, interaksi,

kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain). Jika ada keraguan

terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.

b. Penyiapan obat

Penyiapan obat dimulai dengan peracikan, yaitu kegiatan menyiapkan,

menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah.

Suatu prosedur tetap harus dibuat dalam melaksanakan peracikan obat dengan

memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.

Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi

dalam kemasan yang cocok sehingga kualitas obat tetap terjaga. Sebelum obat

diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap

kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker

disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. Apoteker

harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah dimengerti oleh

pasien. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara

pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas

serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Apoteker

harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan, dan

perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup

pasien atau pasien terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan

salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Apoteker harus

memberikan konseling secara berkelanjutan pada penderita penyakit tertentu

seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya,.

Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

26

Universitas Indonesia

kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.10.2 Promosi dan Edukasi

Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi

kepada masyarakat. Apoteker ikut membantu penyebaran informasi, antara lain

dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lainnya (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.10.3 Pelayanan Residensial (Home Care)

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan

kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia

dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis. Dalam menjalankan aktivitas ini

apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record)

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

27 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA

3.1 Sejarah dan Lokasi

Apotek Atrika didirikan pada tanggal 21 Juli 2001 dengan nomor SIA

1387.01/KANWIL/SIA/01/0 dengan Apoteker Pengelola Apotek Dr. Harmita,

Apt. Pada tanggal 26 Juli 2008 Apotek Atrika pindah lokasi sehingga SIA yang

diperoleh berubah menjadi SIA 1.11.0226.2009.4.04/08/08 dengan Pemilik

Sarana Apotek (PSA) Apotek Atrika yaitu Bapak Winardi Hendrayanta.

Apotek Atrika berada di kawasan pemukiman penduduk, yaitu terletak di

Jalan Kartini Raya No. 34A Jakarta Pusat. Peta lokasi Apotek Atrika dapat dilihat

pada Lampiran 1. Apotek Atrika terletak di tepi jalan yang mudah dijangkau oleh

kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum serta jalan dua arah dengan badan

jalan yang tidak terlalu lebar. Di sekitar apotek juga terdapat praktek dokter

umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan.

3.2 Tata Ruang

Bangunan Apotek Atrika terbagi menjadi dua, yaitu ruang depan dan

ruang dalam. Ruang depan terdiri atas ruang tunggu, kasir, tempat penerimaan

resep sekaligus tempat penyerahan obat, dan etalase untuk obat OTC. Ruang

dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat etikal, tempat

administrasi, kamar mandi, tempat pencucian, dan wastafel. Apotek Atrika

memiki halaman yang dapat digunakan sebagai tempat parkir tetapi tidak begitu

luas. Denah ruangan Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 2.

Penyusunan obat di Apotek Atrika dilakukan berdasarkan susunan abjad

dan disesuaikan berdasarkan jenis sediaannya. Sediaan yang terdapat di Apotek

Atrika dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sediaan oral padat (tablet, kapsul), sediaan

oral cair (sirup, suspensi), dan sediaan topikal (salep, krim, gel, suppositoria,

ovula, obat tetes mata, obat tetes telinga dan sebagainya). Selain itu, juga terdapat

lemari terpisah untuk menyimpan obat generik, obat golongan narkotika,

psikotropika, dan obat yang telah mendekati waktu kadaluarsa.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

28

Universitas Indonesia

3.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan fungsi-fungsi yang

terdapat dalam suatu organisasi. Apotek Atrika memiliki 10 orang tenaga kerja,

terdiri atas tenaga teknis farmasi dan tenaga non-teknis farmasi. Tenaga teknis

farmasi terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan, seorang

apoteker pendamping, dua orang asisten apoteker, dan seorang juru resep. Tenaga

non-teknis farmasi terdiri dari tenaga keuangan dan kasir yang dilaksanakan oleh

dua orang, dua orang pesuruh, dan satu orang kurir. Struktur organisasi Apotek

Atrika dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.4 Tugas dan Fungsi Jabatan

Tugas dan tanggung jawab pada tiap jabatan yang ada di Apotek Atrika

adalah sebagai berikut:

3.4.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek adalah sebagai

berikut:

a. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan

dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar

giliran kerja serta menetapkan pembagian kerja dan tanggung jawab masing-

masing karyawan.

b. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya

(apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan

perundang-undangan dibidang perapotekan yang berlaku.

c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan

omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan

mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan

pelayanan dan kemajuan apotek.

d. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi

tentang penggunaan obat serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

e. Memberikan pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada pasien.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

29

Universitas Indonesia

f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi.

g. Bertanggung jawab atas kelancaran, pengamanan, dan penggunaan uang di

apotek.

h. Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi dan penyimpanan

dokumen penting.

i. Bertanggung jawab dalam merencanakan pengadaan barang, pelaporan

narkotika dan psikotropika, serta mengawasi segala aktivitas di apotek,

termasuk pemeliharaan dan pengamanannya.

3.4.2 Apoteker Pendamping

Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pendamping adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek ketika

Apoteker Pengelola Apotek sedang tidak berada di tempat.

b. Menjamin penyampaian informasi obat kepada pasien.

c. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nama pasien, dan cara pakainya.

d. Mencatat dan menghitung bon penjualan kredit untuk resep-resep kredit.

3.4.3 Asisten Apoteker (AA)

Tugas dan kewajiban Asisten Apoteker adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pendataan kebutuhan barang.

b. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di

ruang peracikan.

c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan

resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan

penyerahan obat.

d. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan

resep.

e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi

tentang penggunaan obat serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

f. Membuat salinan resep dan kuitansi bila diperlukan.

g. Mencatat keluar masuk barang.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

30

Universitas Indonesia

h. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa.

i. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang

masuk setiap harinya.

j. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu juga

dengan pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuintansi, nota, dan tanda

setoran yang sudah diparaf APA atau karyawan yang ditunjuk.

3.4.4 Juru Resep

Tugas dan kewajiban juru resep adalah sebagai berikut:

a. Membantu tugas Asisten Apoteker dalam penyediaan/pembuatan obat jadi

maupun obat racikan.

b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil

sediaan yang telah jadi kepada Asisten Apoteker.

c. Membuat obat-obat racikan standar (aanmaak) di bawah pengawasan Asisten

Apoteker.

3.4.5 Kasir

Tugas dan tanggung jawab kasir adalah sebagai berikut:

a. Menerima pembayaran tunai maupun dengan kartu kredit.

b. Menerima barang masuk.

c. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk.

d. Melayani penjualan obat bebas dan bebas terbatas.

e. Mencatat, menghitung, dan menyimpan uang hasil penjualan.

f. Menyetor uang hasil penjualan ke bagian keuangan.

g. Bertanggung jawab terhadap kesesuaian uang yang masuk dengan penjualan.

3.4.6 Keuangan

Tugas dan kewajiban fungsi keuangan adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab terhadap kondisi aliran kas yang terjadi.

b. Menerima uang yang disetor oleh kurir dan penjualan obat tunai, baik obat

bebas dan bebas terbatas maupun penjualan obat dengan resep.

c. Mengeluarkan uang yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

operasional apotek, seperti listrik dan telepon.

d. Menyimpan bukti pembayaran dan pembelian barang, serta bukti pertukaran

faktur dengan Pedagang Besar Farmasi (PBF).

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

31

Universitas Indonesia

3.4.7 Pesuruh

Tugas dan tanggung jawab pesuruh adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kebersihan apotek.

b. Menjamin kerapian apotek.

c. Membantu petugas apotek lain yang memerlukan bantuan non-teknis

kefarmasian.

3.4.8 Kurir

Tugas dan tanggung jawab kurir adalah sebagai berikut:

a. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar.

b. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat.

c. Menyerahkan uang hasil pembayaran obat ke kasir.

3.5 Kegiatan di Apotek Atrika

Tenaga kerja Apotek Atrika bekerja secara bergantian berdasarkan jam

kerja yang telah dibagi menjadi tiga shift, yaitu shift I pukul 08.00 – 14.00, shift II

pukul 14.00 – 21.00 dan shift III pukul 21.00 – 22.00. Apotek Atrika buka dari

hari Senin hingga Sabtu dimana pada hari Senin hingga Jumat buka mulai pukul

08.00 sampai 22.00 WIB dan pada hari Sabtu mulai pukul 08.00 sampai 17.00

WIB. Apotek Atrika tutup pada hari Minggu dan hari libur nasional.

Kegiatan yang dilakukan di Apotek Atrika dikelompokkan menjadi dua

bidang, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan di bidang non-

teknis kefarmasian.

3.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian

3.5.1.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Pengadaan Barang

Apotek Atrika melakukan pengadaan perbekalan farmasi apabila sudah

menipis atau hampir habis. Kegiatan pengadaan ini dilakukan setiap hari.

Pemesanaan dilakukan berdasarkan buku defekta kepada PBF dan menggunakan

surat pesanan langsung kepada salesman atau melalui telepon.

Pemesanan/pembelian dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Asisten

Apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada APA. Surat pemesanan

perbekalan farmasi ditandatangani oleh Apoteker Pendamping atau Asisten

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

32

Universitas Indonesia

Apoteker. Untuk pengadaan barang di Apotek Atrika, jenis dan jumlah barang

yang dipesan juga disesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus barang

fast moving atau slow moving serta didasarkan pada obat-obat yang banyak

diresepkan oleh dokter yang praktek di sekitar apotek.

Pengadaan barang bisa dilakukan dengan cara konsinyasi, COD (Cash

Order Delivery), atau kredit. Konsinyasi adalah penitipan barang dari distributor

keapada apotek, di mana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang

menerima komisi bila barang terjual dan bila tidak terjual barang dapat

dikembalikan. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat baru yang belum

dijual di apotek, dimana sedang dalam masa promosi, sementara pembayaran

dilakukan hanya terhadap barang yang telah terjual. COD adalah pembelian

barang di mana pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang,

sedangkan pembayaran yang dilakukan secara langsung dan pada saat barang

datang, sedangkan pembayaran yang dilakukan secara kredit dilakukan setelah

jatuh tempo.

b. Penerimaan Barang

Asisten Apoteker memeriksa barang yang diterima berdasarkan surat

pesanan dan faktur, baik kuantitas maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan

fisik barang, kode produksi/bets dan lain-lain). Apabila barang yang diterima

sesuai dengan surat pesanan, maka petugas selanjutnya menandatangani dan

memberi stempel apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali

ke PBF dan salinan faktur disimpan di apotek sebanyak dua lembar. Pembelian

dicatat dalam buku pembelian yang berisi tanggal pembelian, nama PBF, no.

faktur, nama dan jumlah barang yang diterima, tanggal kadaluarsa, harga satuan,

potongan harga, dan harga total. Jumlah barang yang diterima kemudian

ditambahkan ke dalam kartu stok besar dan kartu stok kecil (harian). Bila terjadi

perubahan harga barang maka perubahan harga dicatat di buku perubahan harga

kemudian juga di buku daftar harga barang dan komputer kasir.

c. Penyimpanan Barang

Apotek Atrika melakukan penyimpanan barang berdasarkan bentuk

sediaan obat menurut abjad, baik untuk obat etikal maupun untuk obat OTC.

Obat disusun berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

33

Universitas Indonesia

Expired First Out) dimana obat yang memiliki tanggal kadaluarsa lebih awal

diletakkan di bagian paling depan dan/atau paling atas, agar yang terlebih dahulu

mencapai batas kadaluarsa keluar terlebih dahulu. Selain itu, terdapat juga lemari

khusus untuk menyimpan barang-barang yang mendekati waktu kadaluarsa.

Penyimpanan narkotika dilakukan di lemari khusus yang menempel di dinding

dan kunci lemari tersebut disimpan oleh Apoteker Pendamping.

d. Pengeluaran Barang

Apotek Atrika melakukan pengeluaran barang dengan sistem FEFO (First

Expired First Out), yaitu barang yang dikeluarkan terlebih dahulu adalah barang

yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal. Barang yang keluar dari penjualan

bebas dicatat pada buku penjualan, sedangkan barang yang keluar dari penjualan

resep dicatat pada buku resep.

e. Pemeriksaan dan Pencataan Stok Barang

Pemeriksaan dan pencataan stok barang dilakukan setiap hari berdasarkan

buku penujalan dan buku resep. Jumlah barang yang ada dicocokan dengan

jumlah yang tertera pada kartu stok harian. Barang yang habis dicatat pada buku

defekta untuk dilakukan pemesanaan.

f. Pembuatan Sediaan Standar

Sediaan standar (aanmaak) adalah obat-obat yang dibuat oleh apotek

berdasarkan resep-resep standar dalam buku resmi untuk dijual bebas ataupun

berdasarkan resep dokter. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Atrika

adalah minyak kayu putih, minyak telon, lysol, obat batuk putih, obat batuk hitam,

obat biang keringat, rivanol, salicyl spiritus, dan bedak salisilat. Sediaan standar

ini ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad.

3.5.1.2 Pengelolaan Narkotika

a. Pengadaan Narkotika

Pemesanan narkotika harus dilakukan dengan menggunakan surat pesanan

khusus narkotika. Pembelian narkotika hanya dapat dilakukan pada PBF Kimia

Farma. Dalam satu lembar surat pesanan hanya boleh tercantum satu jenis

narkotika dan perlu juga mencantumkan jumlah stok terakhir.

Surat pesanan narkotika harus ditandatangani oleh Apoteker Pengelola

Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIA dan SIK/SP, serta nama,

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

34

Universitas Indonesia

alamat, dan stempel apotek. Surat pesanan dibuat rangkap empat dan satu rangkap

untuk arsip apotek. Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA atau Apoteker

Pendamping dan bukti penerimaannya diterima dan disimpan oleh Apoteker

Pengelola Apotek.

b. Penyimpanan Narkotika

Penyimpanan narkotika dilakukan di dalam lemari khusus yang menempel

di dinding dan kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping.

c. Pelayanan Narkotika

Pelayanan resep yang mengandung narkotika harus berdasarkan resep asli

yang belum pernah dilayani atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Atrika

yang jumlah obatnya belum diberikan seluruhnya atau belum pernah diberikan

kepada pasien. Setiap pengeluaran narkotika harus dicatat di kartu stok dan

diperiksa kesesuaian jumlahnya. Resep yang mengandung narkotika harus digaris

merah dan disimpan terpisah dari resep lain.

d. Pelaporan Narkotika

Laporan penggunaan narkotika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku

Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap

bulannya dengan tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip.

e. Pemusnahan Narkotika

Pemusnahan narkotika di Apotek Atrika selama ini dilakukan menurut

ketentuan yang berlaku.

3.5.1.3 Pengelolaan Psikotorpika

a. Pengadaan Psikotropika

Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan

psikotropik (berbeda dengan surat pesanan narkotika) yang ditandatangani oleh

Apoteker Pengelola Apotek. Dalam satu surat pesanan boleh dicantumkan

beberapa jenis psikotropika dan tidak perlu mencantumkan jumlah stok terakhir.

b. Penyimpanan Psikotropika

Penyimpanannya dilakukan di dalam lemari khusus yang menempel di

dinding dan kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

35

Universitas Indonesia

c. Pelayanan Psikotropika

Pelayanan resep prikotropika diserahkan atas dasar resep dokter dan

salinan resep yang dibuat Apotek Atrika maupun apotek lain. Resep yang

mengandung psikotropika disimpan terpisah dari resep lain.

d. Pelaporan Psikotropika

Laporan penggunaan psikotropika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku

Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap

bulannya dengan tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip.

e. Pemusnahan Psikotropika

Pemusnahan psikotropika di Apotek Atrika selama ini dilakukan menurut

ketentuan yang berlaku.

3.5.1.4 Pelayanan Apotek

Apotek Atrika melakukan pelayanan resep dan pelayanan obat bebas serta

komoditi lain di luar sediaan farmasi. Pelayanan resep dilakukan dengan sistem

pembayaran tunai dan kredit.

a. Pelayanan Obat dengan Resep

Proses pelayanan obat dengan resep di Apotek Atrika dilakukan sesuai

dengan prinsip HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Asisten Apoteker

menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan skrining resep dan diberi harga

pada huruf H dari HTKP berdasarkan harga yang terdapat pada komputer kasir.

Setelah itu, pada huruf H tersebut diberi paraf. Apabila resep berasal dari dokter

untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya, harga yang telah

dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan. Pasien membayar

harga obat yang disetujui di kasir dan kasir mencatat alamat dan nomor telepon

pasien.

Resep kemudian dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh

Asisten Apoteker dan juru resep. Setelah semua bahan dalam resep ditimbang,

maka huruf T pada HTKP diberi paraf. Resep yang telah selesai dikerjakan dan

diberi etiket diperiksa oleh Apoteker atau Asisten Apoteker, kemudian huruf K

dari HTKP diberi paraf. Resep yang telah diperiksa kemudian diserahkan kepada

pasien. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menyerahkan obat menyampaikan

informasi yang berkaitan dengan obat tersebut memberikan paraf pada huruf P

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

36

Universitas Indonesia

pada HTKP. Resep yang telah selesai dikumpulkan berdasarkan nomor urut resep

per hari dan dicatat dalam buku resep. Pelayanan resep secara tunai sama dengan

pelayanan resep secara kredit, tetapi untuk pelayanan resep secara kredit, kuitansi

pembayarannya tidak diserahkan ke pasien tetapi disimpan untuk dilakukan

penagihan pada awal bulan berikutnya.

b. Pelayanan/Penjualan Bebas

Apotek Atrika juga melakukan penjualan obat tanpa menggunakan resep

dokter (obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek) dan penjualan

sediaan lain di luar obat-obatan. Pembayarannya dilakukan di kasir secara tunai

kemudian barang dan struk pembayaran diserahkan kepada pembeli.

3.5.2 Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian

3.5.2.1 Kegiatan Administrasi

a. Administrasi Personalia

Apotek Atrika melakukan administrasi personalia yang berkaitan dengan

semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan

fasilitas lain yang berhubungna dengan pengawai.

b. Administrasi Umum

Apotek Atrika melakukan adminsitrasi umum yang meliputi laporan

penggunaan bahan baku dan sediaan jadi narkotika, laporan penggunaan

psikotropika, dan segala hal yang berhubungan dengan urusan administrasi.

c. Administrasi Penjualan

Apotek Atrika melakukan adminstrasi penjualan dengan melakukan

pencatatan terhadap semua penjualan resep dan penjualan bebas secara tunai.

Pengaturan juga dilakukan terhadap harga jual yang dimasukkan ke dalam buku

daftar harga jual yang dijadikan sebagai acuan. Apabila terdapat perubahan harga,

maka harga yang tertera pada buku harga jual akan diubah.

d. Administrasi Pembelian

Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi pembelian dengan

melakukan pencatatan terhadap semua pembelian di buku pembelian dan

pengumpulan faktur-faktur berdasarkan debitur. Tanggal tukar faktur yang

ditentukan oleh Apotek Atrika adalah setiap tanggal 5 dan 15, sedangkan tanggal

pembayaran akan ditentukan pada tanggal tukar faktur.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

37

Universitas Indonesia

e. Administrasi Pajak

Apotek Atrika melakukan administrasi pajak dengan melakukan

pencatatan dan pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang

harus dibayarkan oleh apotek. Kegiatan administrasi pajak juga menangani pajak

lain yang harus dibayarkan oleh apotek, seperti pajak reklame.

f. Administrasi Pergudangan

Apotek Atrika melakukan administrasi pergudangan dengan melakukan

pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang

tersedia untuk masing-masing obat sehingga dapat diketahui sisa persediaan.

g. Administrasi Piutang

Pengumpulan kuitansi piutang dilakukan terhadap penjualan secara kredit

kepada suatu badan sosial dan melakukan pencatatan apabila telah dilunasi.

3.5.2.2 Sistem Administrasi

Apotek Atrika memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik,

dimulai dari perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang

masuk dan keluar. Pengelolaan ini dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker

yang dibantu oleh karyawan administrasi. Kelengkapan administrasi di Apotek

Atrika meliputi:

a. Buku defekta

Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang

habis atau yang harus segera dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan di apotek.

Dengan adanya buku ini, proses pemesanan menjadi lebih cepat sehingga

tersedianya barang di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan baik

b. Surat Pesanan (SP)

Surat Pesanan digunakan untuk melakukan pemesanan barang ke PBF.

Surat Pesanan terdiri dari dua lembar, dimana satu lembar pertama untuk

diberikan kepada PBF dan lembar terakhir untuk keperluan arsip di apotek. Dalam

surat pesanan terdapat tanggal pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan

nama barang, jumlah pesanan, tanda tangan pemesan, dan stempel apotek.

c. Buku Daftar Harga

Buku ini berfungsi untuk mencatat harga barang untuk penjualan bebas

dan untuk penjualan resep. Pada buku ini tercantum nama obat dengan merek

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

38

Universitas Indonesia

dagang, generik, maupun bahan baku. Penyusunan nama obat berdasarkan alfabet

dan dipisahkan antara obat dengan nama dagang dan generik.

d. Buku Faktur

Buku ini berfungsi sebagai buku penerimaan barang. Dalam buku ini

tercantum tanggal, nomor urut faktur, nama PBF, nomor faktur, jumlah barang,

nama barang, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon, harga setelah potongan,

jumlah harga seluruh barang. Buku penerimaan barang depan dan barang dalam

dipisahkan.

e. Buku Pembelian dan Penggunan Narkotika dan Psikotropika

Buku ini digunakan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat

golongan narkotika dan psikotropika. Dalam buku ini tercantum nama obat, bulan,

persediaan awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah,

nama PBF, pengurangan dan sisa serta keterangan lain jika ada.

f. Buku Pemasukan Barang Dalam

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan barang dalam. Di dalam

buku ini tercantum nama barang, jumlah barang dalam satuan terkecil dan tanggal

kadaluarsa.

g. Buku Perubahan Harga

Buku ini berfungsi untuk mencatat perubahan harga barang. Jika ada

perubahan harga barang, maka harga terkini barang tersebut dicatat di buku

perubahan harga, kemudian dilakukan perubahan harga barang pada buku daftar

harga, komputer kasir dan juga dilakukan pemberitahuan pada Apotek Atrika

cabang.

h. Buku Pengiriman Barang ke Cabang

Buku ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang dikirimkan ke

Apotek Atrika cabang. Setiap cabang ada buku masing-masing. Buku ini memuat

nama barang, jumlah barang dan tanggal kadaluarsa.

i. Buku resep

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat berdasarkan resep.

Buku ini memuat tanggal dibuatnya resep, nomor resep, nama obat, jumlah obat

serta bentuk dan jumlah sediaan yang dibuat.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

39

Universitas Indonesia

j. Kartu Stok Besar

Kartu stok besar berfungsi untuk mencatat barang-barang yang masuk atau

baru dibeli. Kartu stok besar memuat tanggal penerimaan barang, jumlah barang,

nama PBF, nomor faktur, harga satuan, diskon, nomor bets dan tanggal

kadaluarsa.

k. Kartu Stok Kecil (Kartu Stok Harian)

Kartu stok harian berfungsi untuk mencatat jumlah barang yang keluar

dan masuk serta sisa stok barang di lemari. Kartu stok ini memuat tanggal

keluar/masuk barang, keterangan (nomor resep/penjualan untuk pengeluaran

barang, tanggal kadaluarsa untuk pemasukan barang), jumlah yang masuk, jumlah

yang keluar, dan sisa stok barang pada lemari.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

40 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian yang dimaksud adalah

pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan

sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat,

obat tradisional, dan kosmetika (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

2009a).

Apotek merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran

strategis dalam menunjang pelayanan kesehatan masyarakat dan mendukung

upaya kesehatan dasar, seperti swamedikasi atau upaya pengobatan sendiri. Selain

memiliki fungsi sosial sebagai tempat pengabdian dan pengembangan jasa

pelayanan pendistribusian serta informasi obat dan perbekalan kesehatan, apotek

juga memiliki fungsi ekonomi yang mengharuskan suatu apotek memperoleh laba

untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kelangsungan usahanya.

Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) dalam menjalankan profesi

apotekernya di apotek tidak hanya harus mampu bekerja sebagai penanggung

jawab teknis kefarmasian saja, melainkan juga harus mampu menerapkan prinsip

bisnis dalam mengelola apotek.

Apotek yang menjadi tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)

yaitu Apotek Atrika. Apotek Atrika terletak Jl. Kartini Raya No.34A, Jakarta

Pusat. Ada beberapa faktor yang menunjang keberhasilan suatu apotek dan lokasi

merupakan hal yang paling menentukan. Suatu apotek harus mudah dijangkau

oleh masyarakat. Letak Apotek Atrika cukup strategis karena dilalui kendaraan

dari dua arah yang cukup ramai dan dilalui kendaraan umum sehingga mudah

untuk dicapai. Selain itu, apotek tersebut juga dekat dengan pemukiman penduduk

dan di sekitarnya banyak tempat praktek dokter seperti dokter umum, dokter gigi,

dokter spesialis (spesialis penyakit dalam dan spesialis kulit dan kelamin), dokter

hewan, dan sarana kesehatan lainnya, seperti rumah sakit dan Puskesmas.

Keberadaan Apotek Atrika cukup mudah dikenali dengan adanya papan nama

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

41

Universitas Indonesia

apotek berupa neon box berwarna kuning dengan ukuran yang cukup besar

bertuliskan “Apotik” berwarna merah yang diletakkan di sisi jalan.

Apotek Atrika memiliki halaman yang dapat digunakan sebagai tempat

parkir dengan kapasitas satu buah mobil dan beberapa motor. Tata ruang Apotek

Atrika terdiri dari ruang depan dan ruang dalam dengan desain interior yang rapi.

Ruang depan terdiri atas ruang tunggu, kasir, tempat penerimaan resep sekaligus

tempat penyerahan obat, dan etalase untuk obat OTC. Terdapat lima buah kursi di

ruang tunggu. Jumlah kursi tersebut sudah cukup karena jumlah pelanggan per

hari yang tidak terlalu banyak. Ruang tunggu juga terjaga kebersihannya dan

dilengkapi pendingin ruangan.

Ruang dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat

etikal, tempat administrasi, kamar mandi, tempat pencucian, dan wastafel. Ruang

dalam juga dilengkapi AC untuk menjaga suhu ruangan agar stabilitas obat selama

penyimpanan tetap terjaga dan memberikan kenyamanan tenaga kerja dalam

melakukan pekerjaanya. Tempat peracikan terletak ditengah-tengah ruang dalam

yang dikelilingi oleh lemari penyimpanan obat-obat etikal. Tempat peracikan juga

dilengkapi dengan buku-buku dan semua peralatan untuk menunjang peracikan

agar berjalan dengan efektif agar berjalan dengan efektif dan nyaman. Peralatan

apotek seperti timbangan, mortir, alu, dan buku-buku referensi tertata dengan rapi

pada tempatnya. Obat-obatan juga tersusun dengan rapi, terlindungi dari debu,

kelembapan, dan cahaya yang berlebihan, serta diletakkan pada kondisi ruangan

dan temperatur yang sesuai. Pada ruang racik juga terdapat toilet untuk karyawan

yang dilengkapi dengan wastafel yang dapat digunakan sebagai tempat pencucian

alat.

Secara keseluruhan, ruangan di Apotek Atrika telah terjaga kebersihannya.

Kebersihan merupakan salah satu faktor pendukung kenyamanan apotek. Kondisi

apotek yang bersih dan nyaman dapat memberikan nilai lebih bagi apotek. Selain

dapat menarik minat pelanggan, kondisi bersih juga berdampak baik terhadap

kesehatan karyawan yang sehari-hari bekerja di apotek.

Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, yaitu Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek, sebuah apotek harus dikelola oleh seorang

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

42

Universitas Indonesia

apoteker yang profesional. Dalam mengelola sebuah apotek, berlaku juga fungsi

manajemen dimana apoteker harus mampu mengorganisir beberapa SDM dengan

tugas dan tanggung jawab sesuai fungsinya masing-masing. Apoteker Pengelola

Apotek (APA) di Apotek Atrika dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh

beberapa orang karyawan. APA harus memilki kemampuan untuk dapat

mendistribusikan tugas sesuai dengan keahlian masing-masing pengawai. Semua

karyawan di Apotek Atrika saling bekerja sama sehingga sistem manajemen dan

administrasi mampu berjalan dengan baik dan efektif.

Apotek Atrika telah dikelola dengan baik, termasuk dalam hal pengelolaan

persediaan barang di apotek. Apotek dengan ketersediaan obat yang lengkap akan

memberikan citra yang baik dan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan. Oleh

karena itu, diperlukan suatu sistem manajemen persediaan barang yang baik.

Pengadaan barang di Apotek Atrika dilakukan melalui pembelian secara

kredit dengan memperhatikan arus barang dan arus uang. Pengadaan barang juga

dilakukan ketika ada permintaan khusus dari pasien. Pemesanan obat dapat

melalui telepon maupun Medical Representative yang datang ke apotek.

Pemesanan obat yang dilakukan setiap hari menyebabkan obat-obatan di apotek

selalu berputar sehingga kerugian dapat dicegah. Pemesanan dilakukan oleh

seorang petugas apotek yang telah diberi wewenang berdasarkan catatan obat-

obatan di buku pemesanan/defekta. Petugas apotek yang bertugas untuk memesan

barang kemudian mengelompokkan obat-obat tersebut berdasarkan PBF yang

menyediakan obat-obat tersebut untuk mempermudah pemesanan. Jika suatu obat

tersedia pada lebih dari satu PBF, maka dasar pemilihan yang diterapkan adalah

faktor harga, besaran diskon yang diberikan, dan ketetapan waktu PBF tersebut

dalam mengantarkan pesanan. Selain pembelian kredit, apotek juga menerima

barang titipan atau konsinyasi dimana jika barang tersebut terjual, maka apotek

juga menerima komisi. Apabila barang tersebut tidak laku hingga batas waktu

yang ditetapkan atau kadaluarsa, maka barang tersebut dapat dikembalikan.

Pada saat barang yang dipesan datang, dilakukan pemeriksaan kesesuaian

jenis dan jumlah barang antara barang yang diserahkan dengan yang tertera pada

faktur dan surat pesanan (SP). Apabila barang yang datang, faktur, dan SP telah

sesuai, maka faktur diberi tanggal dan nomor urut, stempel apotek serta

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

43

Universitas Indonesia

ditandatangani. Biasanya faktur terdiri atas 4 rangkap (dua lembar pertama akan

diambil oleh PBF dan dua lembar terakhir diserahkan ke apotek) sedangkan SP

terdiri dari dua rangkap (lembar putih diserahkan ke PBF sedangkan yang merah

untuk arsip apotek). Setelah serah terima faktur dan SP, dilakukan pemeriksaan

fisik, nomor bets, dan tanggal kadaluarsa produk. Faktur-faktur dikumpulkan dan

ditukar ke PBF pada tanggal 5 dan 15 setiap bulannya, sedangkan tanggal

pembayaran ditentukan pada saat penukaran faktur tersebut. Dengan sistem

pembayaran seperti ini, apotek tidak harus membayar setiap hari dan tidak

terbebani dengan tanggal pembayaran yang tidak teratur.

Pencatatan barang yang datang dilakukan pada buku pemasukan barang,

buku faktur, dan kartu stok. Dalam buku pemasukan barang dicatat nama dan

jumlah barang yang dibeli setiap hari dan dilakukan pemisahan pencatatan antara

obat OTC dan etikal. Dalam buku faktur dicatat seluruh pembelian. Buku ini

berfungsi sebagai data untuk mengetahui jumlah pembelian setiap hari dan hutang

yang akan jatuh tempo dan mempermudah penelusuran riwayat pembayaran suatu

PBF. Kartu stok ada dua, yaitu kartu besar untuk mencatat penambahan jenis

barang setiap ada penerimaan barang dan kartu stok kecil (kartu stok harian) yang

mencatat jumlah barang yang masuk dan keluar setiap waktu. Berdasarkan jenis

sediaannya, kartu dibedakan menjadi tiga warna untuk mempermudah dalam

pengambilan kartu dan penelurusan, yaitu kartu stok putih untuk sediaan oral

padat, kartu stok merah untuk sediaan oral cair, dan kartu stok hijau untuk sediaan

topikal. Setelah itu, barang diletakkan sesuai dengan tempatnya masing-masing.

Apotek Atrika tidak memiliki gudang penyimpanan obat karena lokasi

apotek yang berdekatan dengan beberapa PBF sehingga apotek tidak perlu

menyimpanan stok dalam jumlah besar, kecuali untuk obat-obat yang fast moving.

Obat yang diterima langsung diletakkan pada lemari obat dan disediakan dalam

jumlah yang disesuaikan dengan arus barang. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi

dengan penghematan biaya pemeliharaan stok dan perawatan gudang serta

mencegah kerugian akibat obat kadaluarsa sebelum terjual.

Penyimpanan obat di Apotek Atrika ditata sedemikian rupa sehingga

memudahkan proses pengambilan obat-obat tersebut ketika dibutuhkan. Obat-obat

Over the Counter (OTC) diletakkan di ruang depan dengan penaataan yang baik

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

44

Universitas Indonesia

agar terlihat menarik bagi pengunjung sedangkan obat-obat etikal diletakkan di

ruang dalam. Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan yang terdiri dari

sediaan solid, semisolid, dan liquid. Obat-obat generik disimpan dalam lemari

tersendiri dan beberapa obat generik yang diletakkan di meja racik seperti

klorfeniramin maleat (CTM), prednison, deksametason, dan lain-lain untuk

mempermudah pengerjaan peracikan obat. Obat-obat golongan narkotika dan

psikotropika diletakkan di lemari khusus. Masing-masing sediaan disusun

berdasarkan abjad dari bagian atas lemari hingga ke bawah lemari secara zig-zag

sehingga memudahkan pencarian.

Obat yang akan kadaluarsa diletakkan di tempat terpisah dan

dikelompokkan sesuai dengan bulan kadaluarsa, serta ada pencatatan pada buku

khusus “obat yang akan expired” agar terlihat obat-obat yang akan kadaluarsa.

Obat-obat kadaluarsa akan didahulukan untuk dijual atau dipersiapkan untuk

dikembalikan ke PBF. Tidak semua obat-obat yang akan kadaluarsa dapat

dikembalikan ke PBF. Hal tersebut tergantung kebijakan PBF masing-masing

dalam pengembalian obat. Pada lemari obat yang berisi obat yang akan kadaluarsa

diberi catatan untuk mengingatkan agar jika terdapat permintaan terhadap obat

tersebut, maka obat yang akan kadaluarsa diserahkan terlebih dahulu. Jika obat

yang akan kadaluarsa sudah terjual atau dikembalikan pada BPF, maka statusnya

akan dicatat pada buku khusus “obat yang akan expired”. Jika obat-obat tersebut

tidak terjual atau tidak dapat dikembalikan ke PBF hingga batas kadaluarsanya,

obat-obat tersebut akan dimusnahkan.

Pengeluaran barang atau obat di Apotek Atrika dilakukan menggunakan

sistem FIFO (First In First Out) untuk obat dengan batas kadaluarsa yang sama

dan sistem FEFO (First Expired First Out) untuk obat dengan batas kadaluarsa

yang berbeda. Obat dengan batas kadaluarsa lebih awal dikeluarkan terlebih

dahulu. Pengeluaran barang atau obat pada Apotek Atrika dapat terjadi karena

adanya pembelian, baik pembelian dengan resep maupun pembelian untuk

swamedikasi, dan pengiriman barang atau obat ke cabang Apotek Atrika sesuai

permintaan. Setiap pengeluaran barang atau obat dicatat pada kartu stok dan buku

yang sesuai dengan jenis pengeluaran, yaitu buku catatan resep, buku penjualan

bebas, atau buku pengiriman. Setiap pagi atau malam hari dilakukan pencatatan

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

45

Universitas Indonesia

obat yang keluar dan masuk pada kartu stok, kemudian dibuktikan kebenarannya

dengan memeriksa sisa stok yang sebenarnya di rak obat.

Apotek Atrika juga melakukan pengelolaan terhadap obat-obat golongan

narkotika dan psikotropika. Pengelolaan obat-obat golongan narkotika dan

psikotropika di Apotek Atrika telah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Setiap pengeluaran obat-obatan golongan narkotika dan

psikotropika dicatat pada buku pengeluaran khusus narkotika dan psikotropika

dan pada kartu stok masing-masing. Kartu stok narkotika dan psikotropika tidak

disimpan bersama kartu stok lainnya melainkan disimpan di dalam lemari

penyimpanan narkotika dan psikotropika.

Apotek Atrika memberikan laporan penggunaan obat golongan narkotika

dan psikotropika kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat setiap bulan

sebelum tanggal 10. Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika yang rusak

dan sudah kadaluarsa, pemusnahan dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku,

tetapi pemusnahan ini sangat jarang dilakukan di Apotek Atrika karena

penyediaan obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan secermat

mungkin untuk menghindari adanya obat yang kadaluarsa sebelum terjual.

Pelayanan resep pada Apotek Atrika, mulai dari penerimaan resep,

pemberian harga, penimbangan/peracikan, pengemasan, hingga penyerahan obat,

dilakukan berdasarkan prinsip HTKP (Harga, Timbang, Kemas, dan Penyerahan).

Resep yang akan ditebus pada awalnya akan ditempel dengan kertas kecil berisi

tabel HTKP disertai kolom paraf, kemudian dihitung harganya. Setelah diketahui

harganya, harga tersebut diberitahukan kepada pasien. Dengan mempertimbangkan

harga tersebut, pasien memiliki hak untuk memilih apakah akan menebus seluruh

resep atau hanya sebagian saja. Setelah mendapat keputusan dari pasien, resep

kemudian disiapkan. Pada kertas HTKP, setiap orang yang telah menyelesaikan

tugasnya menandatangani kolom yang tersedia pada kertas HTKP. Untuk

mempermudah penelusuran resep, dilakukan pembedaan antara resep yang

mengandung narkotika dengan resep golongan non narkotika, berdasarkan warna

kertas HTKP. Untuk resep yang mengandung narkotika, digunakan kertas HTKP

berwarna kuning, sedangkan untuk resep golongan non-narkotika, digunakan

kertas HTKP berwarna putih.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

46

Universitas Indonesia

Pada saat penyerahan obat, pegawai Apotek Atrika (baik apoteker

pendamping maupun AA) telah melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan

cukup baik, yaitu dengan memberikan informasi mengenai indikasi dan efek

samping obat, cara penggunaan obat, jangka waktu pemakaian, makanan dan

minuman yang dianjurkan atau dihindari untuk mendukung penyembuhan

penyakit pasien. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan penyalahgunaan obat

atau penggunaan obat yang salah oleh pasien.

Pengelolaan terhadap resep yang masuk dilakukan dengan cara

mengelompokkan resep berdasarkan bulan penerimaan resep dan diurutkan sesuai

dengan nomor. Resep yang mengandung narkotika dan psikotropika dipisahkan

untuk memudahkan dalam penyusunan laporan ke suku dinas kesehatan.

Walaupun jarak dengan apotek lain cukup jauh, tetapi Apotek Atrika tetap

membina hubungan baik dengan apotek pesaing. Hal ini menguntungkan bagi

apotek karena apabila ada obat-obat yang tidak tersedia di Apotek Atrika, maka

petugas apotek dapat membeli obat tersebut ke apotek pesaing. Selain dengan

apotek lain, hubungan baik dengan dokter yang menjadi pelanggan juga dibina

dengan baik, terutama dalam hal penyediaan obat-obatan yang biasa diresepkan

oleh dokter yang berpraktek di daerah sekitar apotek. Kecepatan dan ketepatan

pelayanan resep adalah salah satu faktor penentu kesuksesan suatu apotek.

Pelayanan informasi mengenai obat dan perbekalan farmasi lainnya, yang

ditujukan kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya serta masyarakat, merupakan

salah satu kegiatan yang dilakukan oleh seorang apoteker di apotek. Seorang

apoteker wajib memberikan informasi ketika menyerahkan obat kepada pasien,

meliputi informasi cara penggunaan obat, dosis, indikasi, efek samping yang

mungkin timbul selama penggunaan, bahkan interaksi dengan obat lain jika ada.

Kegiatan ini telah dilakukan oleh apoteker dan asisten apoteker yang berada di

Apotek Atrika. Selain itu, apoteker yang selalu berada di apotek juga melayani

pertanyaan seputar penggunaan obat yang datang dari pasien atau masyarakat,

baik yang datang langsung maupun melalui telepon atau faksimili. Hal ini dapat

meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan citra Apotek Atrika.

Proses administrasi dalam hal pencatatan obat dilakukan secara manual

dan secara komputerisasi untuk meningkatkan kinerja. Sistem ini menggunakan

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

47

Universitas Indonesia

program khusus yang meliputi pencatatan pembelian, persediaan, dan penjualan

barang-barang di apotek beserta keterangan dari barang-barang tersebut. Sistem

ini berguna dalam mengintegrasikan informasi mengenai arus perputaran barang

di apotek, termasuk dalam hal pengeluaran barang karena sistem ini terhubung

langsung dengan kasir. Sistem komputer ini juga dapat memberikan peringatan

mengenai obat yang akan kadaluarsa. Proses administrasi yang dicatat dengan

komputer tetap dicatat kembali secara manual karena masih adanya kekurangan

pada sistem yang digunakan.

Berdasarkan pembahasan tersebut dapat dilihat bahwa Apotek Atrika telah

melaksanakan fungsi apoteknya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51

tahun 2009, yaitu sebagai sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya

praktek kefarmasian oleh apoteker, seperti pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusian obat, pengelolaan obat, dan pelayanan obat atas resep dokter serta

memberikan pelayanan informasi obat. Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek

Atrika telah memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang pengelolaan

suatu apotek.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

48 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Apoteker Pengelola Apotek di Apotek Atrika telah melaksanakan tugas,

fungsi, dan tanggung jawabnya, baik dalam bidang teknis maupun non-teknis

kefarmasian, sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang

berlaku.

b. Sistem manajemen dan administrasi di Apotek Atrika secara keseluruhan

telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan peraturan dan perundang-

undangan yang berlaku.

5.2. Saran

a. Untuk meningkatkan kenyamanan konsumen saat menunggu proses

pelayanan, perlu adanya peningkatan fasilitas di ruang tunggu seperti

majalah, koran, atau televisi.

b. Perlu ditingkatkan Pelayanan Informasi Obat di Apotek Atrika untuk

kemajuan apotek.

c. Perlu diberikan penyuluhan dan pelatihan sumber daya manusia di Apotek

Atrika untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

49 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia No. 28/Menkes/Per/I/1978 Tentang PenyimpananNarkotika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Peraturan PemerintahRepublik Indonesia No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas PeraturanPemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 347/MenKes/SK/VII/1990 TentangObat Wajib Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 919/Menkes/Per/X/1993 tentangKriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/1993 tentangKetentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang RepublikIndonesia No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentangPerubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian IzinApotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2003). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 679/MENKES/SK/IV/2003 tentangRegistrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentangStandar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan ObatBebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan RepublikIndonesia.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

50

Universitas Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009a). Peraturan PemerintahRepublik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang RepublikIndonesia No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009c). Undang-Undang RepublikIndonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: DepartemenKesehatan Republik Indonesia.

Hartini, Y. S. dan Sulasmono. (2006). Apotek: Ulasan Beserta Naskah PeraturanPerundang-Undangan Terkait Apotek. Yogyakarta: Penerbit UniversitasSanata Dharma.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentangRegistrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

LAMPIRAN

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

51

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika

Keterangan:

Apotek Atrika terletak di Jalan Kartini Raya No.34A, Jakarta Pusat

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

52

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Denah Ruangan Apotek Atrika

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Lampiran 3. Struktur O

Bagan Struktur Organisasi Apotek Atrika

ApotekerPendamping

Universitas Indonesia

3. Struktur Organisasi Apotek Atrika

Bagan Struktur Organisasi Apotek Atrika

Pemilik SaranaApotek (PSA)

Apoteker PengelolaApotek (APA)

KasirJuru ResepAsistenApoteker

53

Universitas Indonesia

Pemilik SaranaApotek (PSA)

Kurir

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

54

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Alur Penanganan Resep

Penerimaan resep

Resep kredit Resep tunai

Pemeriksaankelengkapanadministrasi

Pemberianharga

Pasien mendapatnomor urut resep

Pasien mendapat nomorurut resep dan membayar

di kasir

Bagian peracikan

Obat jadi Obat racikan

Pemberian etiketdan salinan resep

Pemeriksaankesesuaian obat

Penyerahan obat

Obat diterimapasien

Resep disimpanoleh apotek

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

55

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Surat Pesanan (SP) Apotek Atrika

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

56

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Surat Pesanan (SP) Psikotropika

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

57

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Surat Pesanan (SP) Narkotika

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

58

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Format Laporan Penggunaan Psikotropika

Data ini sudah di verifikasi oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotik: DR HARMITA

Tanggal: 07/12/2009

Nama Satuan Dari Jumlah Untuk Jumlah Saldo AkhirNama Satuan Saldo AwalPEMASUKAN DariPEMASUKAN JumlahPENGGUNAAN UntukPENGGUNAAN JumlahSaldo Akhir

Alganax 0.25 mg Tablet 0 ATRIKA 3 4 RESEP 4 0Alganax 0.5 mg Tablet 0 0 0 0Alganax 1 mg Tablet 14 0 0 14Alprazolam 0.25 mg Tablet 0 0 0 0Alprazolam 0.5 mg Tablet 0 0 0 0Alprazolam 1 mg Tablet 0 0 0 0Alviz 0.25 mg Tab Tablet 0 0 0 0Alviz 0.5 mg Tablet 0 0 0 0Alviz 1 mg Tablet 0 0 0 0Analsik Tab Tablet 0 0 0 0Apisate Tab Tablet 30 PENTA VALENT 95 RESEP 76 49Atarax 0.5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Ativan 0.5 mg Tablet 40 MENSA BINA SUKSES 100 RESEP 40 100Ativan 1 mg Tablet 83 0 RESEP 10 73Ativan 2 mg Tablet 36 MENSA BINA SUKSES 100 RESEP 36 100Bellaphen Tab Tablet 0 0 0 0Braxidin Tab Tablet 22,5 BINA SAN PRIMA 100 RESEP 21 101,5Calmlet 0.25 mg Tab Tablet 0 0 0 0Calmlet 0.5 mg Tablet 0 0 0 0Calmlet 1 mg Tablet 0 0 0 0Calmlet 2 mg Tablet 0 0 0 0CeTabrium 10 mg Tablet 0 0 0 0Cetalgin Tablet 0 0 0 0Cliad Tablet 0 0 0 0Clobazam 10 mg Tablet 0 0 0 0Danalgin Tab Tablet 27,5 0 0 27,5Decazepam 5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Diazepam 10 ml Inj Ampul 0 0 0 0Diazepam 2 mg Tablet 0 0 0 0Diazepam 5 mg Tablet 0 0 0 0Diobrium 10 mg Caps Kapsul 0 0 0 0Diobrium 5 mg Caps Kapsul 0 0 0 0Ditalin Tab Tablet 0 0 0 0Dormicum 15 mg/ampul InjAmpul 0 0 0 0Dormicum 5 mg/ampul InjAmpul 0 0 0 0Dumolid 5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Esilgan 1 mg Tablet 77 0 RESEP 30 47Esligan 2 mg Tablet 65 0 0 65Fortanest 15 mg Ampul 0 0 0 0Fortanest 5 mg Ampul 0 0 0 0Frisium 10 mg Tablet 20 0 0 20Frixitas 0.25 mg Tablet 0 0 0 0Frixitas 0.5 mg Tablet 0 0 0 0Frixitas 1 mg Ampul 0 0 0 0Hedix Tablet 0 0 0 0Klidibrax Tablet 0 0 0 0Lexotan 1.5 mg Tablet 0 0 0 0Lexotan 3 mg Tablet 0 0 0 0Librax Tablet 17 0 0 17Luminal 100 mg Tablet 0 0 0 0Luminal 30 mg Tablet 1656 0 RESEP 32 1624Melidox Tablet 0 0 0 0Mentalium 10 mg Tablet 0 0 0 0Mentalium 2 mg Tablet 0 0 0 0Mentalium 5 mg Tablet 776 0 0 776Merlopam 0.5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Merlopam 2 mg Tab Tablet 0 0 0 0Metaneuron Tablet 0 0 0 0Midazolam 15 mg Inj Ampul 0 0 0 0Midazolam 5 mg Inj Ampul 0 0 0 0

SaldoAwal

PEMASUKAN PENGGUNAAN

Laporan Psikotropika Bulan Nopember 2009Unit Layanan: ATRIKA

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

59

Universitas Indonesia

(Lampiran 8. Lanjutan)

Neo Protal Tab Tablet 0 0 0 0Neoroval Tablet 0 0 0 0Neurodial 5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Neurogen Tab Tablet 0 0 0 0Neuropyron Tab Tablet 127 0 RESEP 15 112Piptal Pet drops 0.5 ml Botol 0 0 0 0Proclozam 10 mg Tab Tablet 0 0 0 0Proneuron Tablet 0 0 0 0Prozepam 2 mg Tab Tablet 0 0 0 0Prozepam 5 mg Tablet 0 0 0 0Renagas 6 mg Tab Tablet 0 0 0 0Renaquil 1 mg Tab Tablet 0 0 0 0Ritalin 10 mg Tab Tablet 0 0 0 0Ritalin LA 20 mg Tablet 0 0 0 0Rivotril 2 mg Tablet 0 0 0 0Sedacum inj 5 mg AmpulAmpul 0 0 0 0Sibital Inj Ampul 0 0 0 0Spasmium 5 mg Tab Tablet 65 0 0 65Stesolid 2 mg Tablet 17 0 0 17Stesolid 5 mg Tablet 0 0 0 0Stesolid Inj. 10 ml Ampul 0 0 0 0Stesolid rectal 10 mg TubeTube 0 0 0 0Stesolid rectal 5 mg TubeTube 0 0 0 0Stesolid Syrup Botol 0 0 0 0Teronac Tab Tablet 0 0 0 0Trazep Rectal Tube 5 mg/2.5mlTube 0 0 0 0Valdimex 10 mg/ 2ml InjAmpul 0 0 0 0Valdimex 5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Valium 10 mg Tablet 0 0 0 0Valium 10 mg Inj Ampul 0 0 0 0Valium 2 mg Tablet 0 0 0 0Valium 5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Valizanbe 2 mg Tab Tablet 0 0 0 0Valizanbe 5 mg Tab Tablet 90 0 RESEP 12 78Xanax 0.25 mg Tab Tablet 0 0 0 0Xanax 0.5 mg Tab Tablet 95 0 RESEP 30 65Xanax 1 mg Tab Tablet 0 0 0 0Yekalgin Kaplet Kaplet 0 0 0 0Zolastin 1 mg Tab Tablet 0 0 0 0Zolmia 10 mg Tab Tablet 0 0 0 0Zyparon Tablet 0 0 0 0Zypraz 0.25 mg Tab Tablet 0 0 0 0Zypraz 0.5 mg Tab Tablet 0 0 0 0Zypraz 1 mg Tab Tablet 0 0 0 0Asabium 10 mg Tab Tablet 0 0 0 0Atarax 0.25 Tablet 0 0 0 0CeTabrium 5 mg Tablet 0 0 0 0Miloz 15 mg/3ml Inj Ampul 0 0 0 0Miloz 5 mg/ 5 ml Inj Ampul 0 0 0 0Luminal 50 mg Tablet 0 0 0 0Luminal 60 mg/ml Inj Ampul 0 0 0 0Hufralgin Tablet 0 0 0 0Lexotan 6 mg Tablet 0 0 0 0Librium 5mg Tablet 0 0 0 0Librium 10 mg Tablet 0 0 0 0Limbritol Tablet 0 0 0 0Omegastri Tablet 0 0 0 0Pehaspas Tablet 0 0 0 0Ritalin 30 mg Tab Tablet 0 0 0 0Ritalin 40 mg Tab Tablet 0 0 0 0Ritalin SR 20 mg Tab Tablet 0 0 0 0Riklona 2 mg Tablet 0 0 0 0Soxietas 0.5 mg Tablet 0 0 0 0Stilnox Tablet 0 0 0 0Tranquam 5 mg Tablet 0 0 0 0Unagen with AMR UAP Tablet 0 0 0 0

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

60

Universitas Indonesia

Lampiran 9. Format Laporan Penggunaan Narkotika

Data ini sudah di verifikasi oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotik: DR HARMITA

Tanggal: 07/12/2009

Nama Satuan Dari Jumlah Untuk Jumlah Saldo Akhir

Nama Satuan Saldo AwalPEMASUKAN DariPEMASUKAN JumlahPENGGUNAAN UntukPENGGUNAAN JumlahSaldo AkhirCodein 10 mg Tablet Tablet 4 KIMIA FARMA 250 RESEP 3 251Codein 15 mg Tablet Tablet 4 (blank) 0 RESEP 1 3Codein 20 mg Tablet Tablet 166 KIMIA FARMA 500 RESEP 95 571Codipront Capsul Kapsul 5 (blank) 0 (blank) 0 5Codipront Cum Exp KapsulKapsul 39 (blank) 0 (blank) 0 39Codipront Cum Exp SyrupBotol 3 (blank) 0 (blank) 0 3Codipront Syrup Botol 3 (blank) 0 (blank) 0 3

Laporan Narkotika Bulan Nopember 2009Unit Layanan: ATRIKA

PEMASUKAN PENGGUNAANSaldoAwal

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

61

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Salinan Resep Apotek Atrika

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

62

Universitas Indonesia

Lampiran 11. Etiket Apotek Atrika

Etiket Obat Dalam

Etiket Obat Luar

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

UNIVERSITAS INDONESIA

PENURUNAN BERAT BADANDAN DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

CYNTHIA JAYA, S.Farm.1006835135

ANGKATAN LXXIII

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMDEPARTEMEN FARMASI - PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKDESEMBER 2011

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ iDAFTAR ISI ......................................................................................................... iiDAFTAR TABEL ................................................................................................ iiiDAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ivDAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... v

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 11.1 Latar Belakang ................................................................................. 11.2 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 32.1 Definisi Obesitas .............................................................................. 32.2 Penyebab Kegemukan (Obesitas) .................................................... 42.3 Program Menurunkan Berat Badan ................................................. 42.4 Bahaya Penurunan Berat Badan yang Terlalu Cepat ...................... 12

BAB 3 PEMBAHASAN ..................................................................................... 14

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 195.1 Kesimpulan ....................................................................................... 195.2 Saran ................................................................................................. 19

DAFTAR ACUAN............................................................................................... 20

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori kegemukan ........................................................................... 3

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Contoh resep obat penurun berat badan ..........................................15

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Obat Penurun Berat Badan yang Beredar di Indonesia ................... 21Lampiran 2. Algoritma Penanganan Obesitas ..................................................... 22

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang, terutama perempuan, ingin langsing dan memiliki berat

badan ideal. Tidak mengherankan jika obesitas menjadi masalah serius bagi setiap

orang. Obesitas yang menyebabkan penampilan tidak seimbang sering menjadi

permasalahan citra diri yang berdampak pada perlakuan sosial yang tidak

menyenangkan. Selain itu, obesitas juga merupakan faktor risiko bagi timbulnya

berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, dislipidemia, hipertensi,

diabetes mellitus, penyakit hormonal, gangguan hati (sirosis dan gagal hati),

kanker, gangguan reproduksi, dan gangguan tidur (Mumpuni dan Wulandari,

2010).

Obesitas terjadi karena adanya penumpukan (akumulasi) jaringan lemak di

dalam tubuh secara berlebihan. Akumulasi jaringan lemak menimbulkan

peningkatan berat badan yang jauh di atas normal. Berbagai faktor secara

kompleks mempunyai peran terhadap timbulnya obesitas pada seseorang. Ada

yang sejak lahir telah berpotensi untuk menjadi gemuk, tetapi faktor perilaku dan

lingkungan juga mempunyai peran yang kuat untuk menimbulkan obesitas

(Wargahadibrata, 2011).

Berbagai cara dilakukan agar memperoleh bentuk tubuh yang langsing,

seperti menjalani program diet, menggunakan alat pelangsing tubuh, dan

meminum obat pelangsing. Obesitas timbul dalam kurun waktu tertentu sehingga

penanganannya tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Namun, hanya sedikit

orang yang meyadari hal tersebut. Banyak orang memilih cara-cara yang ekstrim

untuk menurunkan berat badannya dengan cepat tanpa memikirkan efek samping

yang mungkin terjadi, misalnya dengan mengurangi asupan makanan secara

berlebihan dan meminum obat-obatan pelangsing di pasaran tanpa konsultasi

terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi. Pada akhirnya yang diperoleh bukan

langsing melainkan gangguan kesehatan (Febry, 2011).

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

2

Universitas Indonesia

Pada laporan ini dibahas mengenai cara menurunkan berat badan yang

baik, bahaya penggunaan obat-obatan penurun berat badan, serta bahaya

penurunan berat badan yang terlalu cepat/ekstrim.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini yaitu:

a. Memberikan informasi mengenai cara menurunkan berat badan yang efektif

dan aman.

b. Memberikan informasi mengenai bahaya penggunaan obat-obatan penurun

berat badan.

c. Memberikan informasi mengenai bahaya penurunan berat badan yang terlalu

ekstrim.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Obesitas

Secara umum obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. Pada kondisi

normal, lemak tubuh berfungsi sebagai cadangan energi, pengatur suhu tubuh,

pelindung terhadap benturan, dan fungsi-fungsi lainnya. Namun, bila lemak tubuh

tersebut berlebih, maka lemak akan disimpan di dalam tubuh sebagai cadangan

lemak. Bila hal tersebut terjadi terus-menerus, maka dapat menimbulkan obesitas

(Wargahadibrata, 2011).

Cara menghitung kegemukan yang paling mudah adalah dengan

membandingkan antara tinggi badan (kg) dengan berat badan (m) yang dikenal

dengan istilah Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT).

2

berat badan (kg)IMT =(tinggi badan (m))

Tabel 2.1 Kategori kegemukan

No. IMT Klasifikasi1 < 18,5 Kurus (kurang)2 18,5 – 22,9 Normal (ideal)3 23 – 29,9 Kelebihan (overweight)4 30 – 34,9 Kegemukan (obesitas) tingkat I5 35 – 39,9 Kegemukan (obesitas) tingkat II6 > 40 Kegemukan (obesitas) tingkat III

Semakin tinggi nilai IMT semakin tinggi pula risiko seseorang menderita

beberapa penyakit terkait obesitas.

Obesitas tidak terjadi secara instan, tetapi perlahan-lahan berdasarkan

jumlah cadangan lemak yang terus bertambah karena cadangan lemak tersebut

tidak digunakan untuk beraktivitas. Tidak adanya aktivitas menyebabkan tidak

ada pembakaran kalori dan cadangan lemak akan terus bertambah seiring

bertambahnya lemak di dalam tubuh (Mumpuni dan Wulandari, 2010).

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

4

Universitas Indonesia

2.2 Penyebab Kegemukan (Obesitas)

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak

daripada yang diperlukan oleh tubuh. Namun, ada berbagai macam faktor lain

yang menyebabkan terjadinya kegemukan, yaitu:

a. Faktor genetik

Kegemukan cenderung diturunkan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa

rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat

badan seseorang.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan mencakup perilaku atau pola gaya hidup, misalnya apa

yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya.

c. Faktor pola makan

Terlalu banyak makan akan menyebabkan penambahan berat badan, terutama

jika makanan yang dikonsumsi banyak mengandung lemak dan gula, misalnya

makanan siap saji, makanan yang digoreng, dan manisan. Selain itu, konsumsi

makanan yang mengandung karbohidrat sederhana, seperti gula, fruktosa,

minuman ringan, dan bir akan menyebabkan penambahan berat badan karena

karbohidrat jenis ini lebih mudah diserap oleh tubuh.

d. Faktor psikis

Ada dua pola makan abnormal yang dapat menyebabkan kegemukan yang

biasanya dipicu oleh stres, yaitu makan dalam jumlah sangat banyak dan

makan di malam hari.

e. Faktor kesehatan

Beberapa penyakit dapat menyebabkan kegemukan, antara lain hipotiroid dan

resistensi insulin. Selain itu, beberapa obat-obatan juga dapat memicu

kegemukan, seperti beberapa antidepresi, antikonvulsi, antidiabetes,

kontrasepsi oral, antihipertensi, dan kortikosteroid (Mumpuni dan Wulandari,

2010).

2.3 Program Menurunkan Berat Badan

Ada dua jenis terapi untuk menurunkan berat badan, yaitu terapi

nonfarmakologi dan terapi farmakologi.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

5

Universitas Indonesia

2.3.1 Terapi Nonfarmakologi

Terapi nonfarmakologi meliputi perubahan gaya hidup, seperti perbaikan

asupan makanan, peningkatan aktivitas fisik, dan perubahan perilaku.

2.3.1.1 Perbaikan Asupan Makanan

Asupan makanan rendah kalori sangat berguna dalam program penurunan

berat badan pada penderita kelebihan berat badan dan obesitas. Jumlah asupan

makanan dikurangi perlahan. Penurunan kalori yang terlalu cepat tidak akan

memberikan efek penurunan berat badan yang tahan lama karena pasien akan

lebih sulit untuk mempertahankan pola makannya. Konsumsi karbohidrat, protein,

dan lemak harus seimbang. Penderita kelebihan berat badan maupun obesitas

sebaiknya melakukan konsultasi dengan ahli gizi untuk menentukan asupan

makanan yang tepat dan seimbang.

2.3.1.2 Peningkatan Aktivitas Fisik

Menjaga asupan makanan yang diiringi dengan rutin melakukan aktivitas

fisik (olahraga) akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih maksimal.

Aktivitas fisik dapat membantu untuk mencegah kenaikan kembali berat badan

dan mengurangi risiko timbulnya penyakit (Burns, et al., 2008).

Terdapat berbagai jenis olahraga yang efektif dilakukan untuk

menurunkan berat badan. Melakukan aktivitas olahraga berikut ini dapat

membakar lebih kurang 150 kalori energi per hari:

a. bermain voli selama 45-60 menit

b. jalan cepat selama 35 menit

Jalan kaki dapat meningkatkan efisiensi kerja jantung dan paru-paru. Selain

mendukung program penurunan berat badan, aktivitas ini mampu

mengencangkan otot kaki, pinggul, pantat, dan perut.

c. bermain basket selama 15-20 menit

d. bersepeda dengan kecepatan 16 km/jam selama 30 menit

e. berenang selama 20 menit

Renang termasuk salah satu olahraga yang efektif membakar kalori. Olahraga

air ini juga sangat baik untuk seluruh bagian tubuh karena membuat hampir

seluruh otot bekerja.

f. lompat tali selama 15 menit

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

6

Universitas Indonesia

g. berlari dengan kecepatan 10 km/jam selama 15 menit

Olahraga lari tidak selalu cocok bagi semua orang, seperti bagi penderita

penyakit jantung atau paru-paru.

Intensitas latihan dapat ditingkatkan secara bertahap. Konsultasi terlebih

dahulu dengan dokter sebaiknya dilakukan untuk mengetahui pilihan olahraga

yang tepat dan tidak membahayakan kesehatan (Burns, et al., 2008; Febry, 2011).

Selain olahraga tersebut di atas, terdapat jenis olahraga lain yang dapat

membantu penurunan berat badan, yaitu:

a. Senam aerobik

Olahraga ini juga efektif mengurangi berat badan karena mampu membakar

banyak kalori berlebih. Umumnya senam aerobik dilakukan selama satu jam.

Hasil penurunan berat badan untuk tiap orang berbeda-beda tergantung

seberapa tinggi aktivitas yang dilakukan saat aerobik.

b. Angkat beban

Latihan angkat beban terbukti meningkatkan metabolisme tubuh sehingga

dapat membantu proses penurunan berat badan. Sesi latihan sebaiknya tidak

lebih dari satu jam.

c. Yoga

Yoga terbukti efektif dalam menjaga kesehatan dan menurunkan berat badan.

Senam yoga memiliki beberapa manfaat, antara lain melatih pernapasan,

memperlancar peredaran darah, membakar lemak berlebih (mengurangi berat

badan), serta mengencangkan lengan, kaki, dan bokong. Senam yoga

sebaiknya dilaksanakan secara rutin dan teratur.

Olahraga dapat dilakukan kapan pun tetapi ada waktu-waktu tertentu yang

harus diperhatikan untuk membakar lemak dengan lebih cepat. Ada olahraga yang

sebaiknya dilakukan pada pagi hari, namun ada pula olahraga yang baik dilakukan

pada sore hari.

Olahraga yang baik dilakukan pada pagi hari adalah senam aerobik,

renang, lari, jalan kaki, atau yoga, yaitu dengan durasi sekitar 45-60 menit. Pada

pagi hari biasanya perut masih dalam keadaan kosong (kadar gulanya rendah). Hal

ini mendukung proses pelangsingan karena yang dibakar adalah lemak, bukan

makanan. Lemak merupakan tenaga cadangan. Tenaga cadangan akan dipakai saat

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

7

Universitas Indonesia

tenaga utama sudah kosong sehingga untuk membakar lemak dianjurkan untuk

melakukan olahraga saat perut kosong dan gula darah rendah.

Cara yang paling optimal untuk membakar lemak pada sore hari adalah

dengan latihan beban selama 45 menit. Hal ini berguna untuk membakar

karbohidrat yang telah dikonsumsi seharian. Kemudian, latihan beban tersebut

diakhiri dengan olahraga lain, misalnya yoga, renang, dan treadmill. Dengan

pengaturan waktu olahraga secara tepat, berat badan ideal akan diperoleh secara

cepat dan efektif (Febry, 2011).

2.3.1.3 Perubahan Perilaku

Ketidakpatuhan terhadap perubahan gaya hidup dapat mengakibatkan

kegagalan penurunan berat badan. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan

perilaku agar memperoleh keuntungan yang maksimal dari proses penurunan berat

badan yang meliputi perbaikan asupan makanan dan peningkatan aktivitas fisik.

Pasien harus memiliki motivasi yang kuat dalam menjalankan program penurunan

berat badan. Komunikasi antara pasien dengan konsultan kesehatan harus terjaga

dengan baik (Burns, et al., 2008).

2.3.2 Terapi Farmakologi

Terdapat dua golongan obat yang dapat diresepkan dokter untuk tujuan

terapi adjuvan dalam penanganan obesitas, yaitu:

a. obat yang bekerja lokal, yaitu obat yang bekerja di usus dengan cara

menghambat penyerapan zat gizi seperti lemak.

Obat yang termasuk golongan ini adalah orlistat. Orlistat menghambat kerja

enzim lipase pankreas sehingga tidak terjadi hidrolisis trigliserida makanan

menjadi asam lemak bebas dan monogliserida yang dapat diabsorpsi.

Trigliserida yang utuh tidak dapat diabsorpsi oleh tubuh. Penyerapan lemak

pun berkurang sehingga total asupan kalori dari lemak pun berkurang. Hal

tersebut berdampak positif pada pengaturan berat badan (Wargahadibrata,

2011).

Orlistat yang dikombinasikan dengan diet rendah kalori diindikasikan untuk

pengobatan pasien obesitas dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥30 kg/m2 atau

pasien dengan IMT >28 kg/m2 dengan faktor risiko penyerta. Pengobatan

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

8

Universitas Indonesia

dengan orlistat sebaiknya dihentikan setelah 12 minggu jika pasien tidak dapat

mencapai penurunan berat sedikitnya 5% dari berat badan saat memulai

pengobatan (Xenical Division, 2007).

Pada dosis 120 mg tiga kali sehari, orlistat dapat mengurangi penyerapan

lemak hingga 30%. Orlistat diminum setiap kali makan (saat makan atau

hingga 1 jam setelah makan). Jika tidak makan atau makanan tidak

mengandung lemak, orlistat tidak boleh diberikan. Orlistat biasanya

diresepkan untuk dua minggu dan dapat kembali dikonsumsi setelah jeda

beberapa waktu.

Beberapa uji klinik menunjukkan bahwa orlistat yang dikombinasikan dengan

asupan rendah kalori menghasilkan penurunan berat badan 6-10% dalam

setahun. Kemungkinan kenaikan berat badan kembali pun kecil (Hofbauer et

al., 2004).

Efek samping orlistat yaitu dapat menimbulkan:

1) gangguan penyerapan makanan, termasuk penyerapan vitamin A, D, E,

dan K (vitamin yang larut dalam lemak)

2) keluhan diare karena gerakan usus meningkat

3) tidak nyaman saat buang air besar karena feses berminyak

4) flatus bersama dengan kotoran

(Wargahadibrata, 2011 dan Xenical Division, 2007)

b. Obat yang bekerja sentral, yaitu bekerja di saraf pusat dengan cara menekan

nafsu makan dan meningkatkan rasa kenyang.

Obat golongan ini digunakan untuk menolong pasien dalam

menjalankan diet rendah kalori. Keberhasilan dalam menurunkan berat badan

bergantung pada kepatuhan pasien dalam menjalankan diet yang ketat dan

terus-menerus.

1) Sibutramin

Sibutramin bekerja dengan cara menghambat ambilan (reuptake)

norepinefrin, serotonin, dan dopamin. Dengan pengawasan dokter,

sibutramin digunakan sebagai terapi tambahan dalam program penurunan

berat badan pada pasien obesitas dengan IMT ≥30 kg/m2 atau pada pasien

kelebihan berat badan dengan IMT ≥27 kg/m2 yang memiliki faktor risiko

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

9

Universitas Indonesia

yang terkait dengan obesitas. Penggunaan obat ini hanya perlu

dipertimbangkan jika upaya diet, olahraga, dan perubahan gaya hidup

tidak berhasil.

Dosis awal sibutramin adalah 10 mg per hari pada pagi hari dan dapat

ditelan dengan atau tanpa makanan. Pada pasien dengan respon penurunan

berat badan kurang dari 2 kg setelah empat minggu pemberian obat, dosis

dapat ditingkatkan menjadi 15 mg per hari. Pemberian obat harus

dihentikan bila dengan dosis 15 mg respon pasien tetap tidak memadai.

Efek samping yang dapat timbul dari penggunaan sibutramin adalah

peningkatan denyut jantung, palpitasi (jantung berdebar), peningkatan

tekanan darah, sakit kepala, kegelisahan, kehilangan nafsu makan,

konstipasi, mulut kering, gangguan pada alat perasa, vasodilatasi,

insomnia, pusing, dan berkeringat (Badan POM RI, 2006).

Hasil studi terbaru menunjukkan peningkatan risiko kejadian

kardiovaskular pada penggunaan sibutramin jangka panjang. Dengan

adanya informasi aspek keamanan tersebut, Badan POM RI telah

melakukan pembatalan izin edar dan penarikan produk obat yang

mengandung sibutramin terhitung sejak tanggal 14 Oktober 2010 (Badan

POM RI, 2010).

2) Dietilpropion

Dietilpropion bekerja dengan mekanisme pelepasan norepinefrin dari

granul sinaptik sehingga memberikan efek stimulasi bagi sistem saraf

pusat dan menekan nafsu makan. Obat ini diindikasikan untuk penggunaan

jangka pendek diiringi dengan pengurangan asupan kalori dan peningkatan

aktivitas fisik pada pasien obesitas dengan IMT ≥30 kg/m2 (Hofbauer, et

al., 2004; Burns, et al., 2008).

Penggunaan dietilpropion selama lebih dari tiga bulan dapat meningkatkan

risiko timbulnya hipertensi pulmonari. Efek samping yang mungkin timbul

selama penggunaan obat ini yaitu sakit kepala, insomnia, gelisah, cemas,

euforia, tremor, depresi, mengantuk, midriasis, pandangan kabur, ruam,

rambut rontok, dan nyeri otot. Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan

kejang, takikardia, peningkatan tekanan darah, jantung berdebar, mulut

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

10

Universitas Indonesia

kering, gangguan perut, konstipasi, diare, mual, muntah, gangguan

menstruasi, impotensi atau perubahan libido, ginekomastia, dan

leukopenia. Obat ini dikontraindikasikan bagi penderita hipertensi,

aterosklerosis, hipertiroid, dan glukoma (Burns, et al., 2008; McEvoy, et

al., 2002).

Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 25 mg tiga kali sehari

satu jam sebelum makan atau 75 mg sekali dalam sehari pada pagi hari

untuk sediaan pelepasan terkendali. Jika terjadi toleransi terhadap efek

anoreksiknya, maka pemakaian obat sebaiknya dihentikan. Peningkatan

dosis sebaiknya dihindari. Untuk mengurangi risiko ketergantungan,

dietilpropion sebaiknya tidak dikonsumsi selama beberapa minggu

berturut-turut. Dietilpropion biasanya diresepkan untuk dua minggu dan

dapat kembali dikonsumsi setelah jeda beberapa waktu (Sweetman, 2009).

3) Benzfetamin

Benzfetamin bekerja dengan mekanisme pelepasan norepinefrin dari

granul sinaptik sehingga memberikan efek stimulasi bagi sistem saraf

pusat dan menekan nafsu makan (Hofbauer, et al., 2004). Efek samping

yang mungkin timbul selama penggunaan obat ini sama dengan efek

samping penggunaan dietilpropion.

Dosis awal penggunaan obat ini adalah 25-50 mg sekali sehari pada pagi

atau siang hari dan jika diperlukan (misalnya terjadi tolerasi terhadap efek

anoreksiknya) dapat ditingkatkan menjadi 25-50 mg hingga tiga kali

sehari. Obat ini tidak diindikasikan untuk pemakaian jangka panjang

(McEvoy, et al., 2002; Sweetman, 2009).

FDA (Food and Drug Administration) telah melarang penggunaan obat ini

(Burns, et al., 2008).

4) Fentermin

Fentermin mengurangi asupan jumlah makanan dengan meningkatkan

pelepasan norepinefrin dan dopamin pada sistem saraf pusat. Obat ini

diindikasikan untuk penggunaan jangka pendek sebagai terapi tambahan

bagi pasien dengan IMT ≥30 kg/m2 atau IMT ≥27 kg/m2 dengan faktor

risiko penyerta yang sedang menerapkan perubahan gaya gidup. Efek

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

11

Universitas Indonesia

samping yang mungkin timbul selama penggunaan obat ini sama dengan

efek samping penggunaan dietilpropion (Burns, et al., 2008).

Dosis pemakaian obat ini untuk orang dewasa adalah 8 mg tiga kali sehari

diberikan 30 menit sebelum makan. Fentermin dalam bentuk sediaan

pelepasan terkendali dapat diberikan 15-30 mg atau 15-37,5 mg sekali

sehari pada pagi hari sebelum sarapan (McEvoy, et al., 2002).

5) Fendimetrazin

Fendimetrazin bekerja dengan mekanisme pelepasan norepinefrin dari

granul sinaptik sehingga memberikan efek stimulasi bagi sistem saraf

pusat dan menekan nafsu makan (Hofbauer, et al., 2004).

Efek samping yang mungkin timbul selama penggunaan obat ini sama

dengan efek samping penggunaan dietilpropion

Dosis pemakaian obat ini untuk orang dewasa adalah 35 mg 2-3 kali sehari

diberikan satu jam sebelum makan. Dosis dapat disesuaikan terhadap

respon individu dan terjadinya toleransi menjadi 17,5 mg dua kali sehari

hingga maksimum 70 mg tiga kali sehari. Fendimetrazin 105 mg dalam

bentuk sediaan pelepasan terkendali dapat diberikan sekali sehari pada

pagi hari. Obat ini tidak diindikasikan untuk pemakaian jangka panjang

(McEvoy, et al., 2002).

Efikasi dari obat-obatan penekan nafsu makan dapat menurunkan berat

badan minimal 5%. Fentermin, dietilpropion, benzfetamin, dan fendimetrazin

memiliki potensi kecil untuk disalahgunakan. Obat-obatan tersebut disetujui

penggunaannya sebagai antiobesitas oleh beberapa negara. Namun, badan

regulator di negara-negara Eropa telah menarik semua anorektik dari pasaran.

Obat yang bekerja secara sentral yang sudah tidak dapat digunakan

untuk menangani obesitas adalah amfetamin, metamfetamin, mazindol,

fenfluramin, dan fenilpropanolamin. Amfetamin dan metamfetamin ditarik

dari peredaran karena sangat berpotensi untuk disalahgunakan dan juga dapat

mengakibatkan anemia, penyakit jantung, gangguan jiwa (psikotik), pecahnya

pembuluh darah otak, stroke, gagal jantung, dan bahkan meninggal pada

penggunaan jangka panjang (Martono dan Joewana, 2008). Mazindol yang

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

12

Universitas Indonesia

bekerja dengan menghambat ambilan (reuptake) norepinefrin ditarik karena

meningkatkan termogenesis. Fenfluramin sebagai antiobesitas telah ditarik

dari peredaran karena diperkirakan menyebabkan hipertensi pulmonal dan

kerusakan katup jantung. Fenilpropanolamin yang digunakan oleh wanita

penderita obesitas dalam dosis besar (>75 mg sehari) ternyata meningkatkan

kejadian stroke. Oleh karena itu, indikasi fenilpropanolamin untuk obesitas

telah ditarik dan obat ini hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal 75 mg

sehari sebagai dekongestan (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI,

2007; Hofbauer et al., 2004).

2.4 Bahaya Penurunan Berat Badan yang Terlalu Cepat

Penurunan berat badan yang terlalu cepat dapat membahayakan kesehatan

dan biasanya tidak bertahan lama sehingga sering menimbulkan terjadinya

‘sindroma yoyo’. Sindroma yoyo berbahaya karena mengganggu metabolisme

dimana berat badan cepat turun, kemudian naik lagi, turun lagi, dan begitu

seterusnya. Selain itu, sindroma tersebut dapat membuat penderita frustasi. Bila

telah mengalami sindroma yoyo, maka suatu saat penurunan berat badan akan

menjadi lebih sulit dilakukan. Penurunan berat badan yang dilakukan secara

perlahan-lahan walaupun lambat tetapi bila dilakukan secara konsisten akan dapat

menghasilkan penurunan berat badan yang lebih lestari dan tidak membahayakan

bagi kesehatan.

Tujuan menurunkan berat badan adalah untuk sehat, bukan untuk menjadi

sakit. Penurunan berat badan dengan cepat dapat terjadi karena diet yang sangat

ketat atau melakukan aktivitas fisik yang berat secara ekstrim. Hal tersebut dapat

menyebabkan:

a. defisiensi energi dan nutrien

b. dehidrasi (kekurangan cairan)

c. anemia

d. letargi (kelelahan, hilang gairah)

e. nyeri kepala

f. konstipasi

g. tidak tahan terhadap cuaca dingin

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

13

Universitas Indonesia

h. kulit kering dan rambut rontok

i. bengkak dan kram otot

j. gangguan kesuburan, gangguan menstruasi, dan menopause dini

k. ketosis akibat terlalu banyak pembakaran lemak

l. asam urat meningkat

m. terbentuknya batu empedu

n. koma karena hipoglikemik (kadar gula rendah) (Wargahadibrata, 2011).

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

14 Universitas Indonesia

BAB 3

PEMBAHASAN

Tubuh seseorang memerlukan kalori sebagai penggerak aktivitas sehari-

hari. Kalori tersebut didapatkan dari makanan dan minuman yang dikonsumsi.

Jika jumlah kalori yang masuk seimbang dengan yang digunakan oleh tubuh,

maka tidak akan menjadi masalah. Namun, jika jumlah kalori yang masuk lebih

besar daripada yang digunakan, maka kelebihan kalori tersebut akan disimpan

dalam tubuh sebagai cadangan energi. Apabila cadangan tersebut menumpuk

dalam jumlah yang berlebihan di dalam tubuh, maka akan menyebabkan obesitas.

Bagi banyak orang obesitas merupakan hal yang mengganggu penampilan.

Selain itu, obesitas juga diyakini sebagai faktor pencetus berbagai penyakit. Oleh

karena itu, saat ini semakin banyak orang yang ingin menguruskan badannya demi

kesehatan dan menunjang penampilan. Produk-produk pelangsing tubuh serta alat

kesehatan yang menunjang penurunan berat badan semakin marak beredar.

Banyak pabrik farmasi menjanjikan obat produksinya dapat menurunkan berat

badan dengan cepat. Namun, pabrik-pabrik tersebut belum tentu mengantongi izin

dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memproduksi dan

mengedarkan obat-obatan tersebut sehingga khasiat, kualitas, dan keamanan obat

tidak terjamin. Obat penurun berat badan yang beredar di Indonesia dapat dilihat

pada Lampiran 1. Dari beberapa obat yang beredar tersebut, tidak semua obat

masih diizinkan dan aman untuk diberikan kepada pasien. Dengan demikian,

masyarakat harus lebih waspada dalam menggunakan obat penurun berat badan.

Cara menurunkan berat badan sebenarnya sederhana. Berdasarkan

algoritma yang tertera pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa langkah awal

penanganan obesitas adalah dengan mengubah pola makan dan menu makanan,

meningkatkan aktivitas fisik, dan memperbaiki gaya hidup. Permasalahannya

yaitu langkah tersebut sukar diterapkan. Jika langkah awal telah diterapkan namun

tidak berhasil menurunkan berat badan hingga 5-10%, maka penggunaan obat

dapat dipertimbangkan jika IMT ≥30 atau IMT ≥27 dengan faktor risiko. Obat-

obatan diresepkan oleh dokter dengan tujuan untuk mendukung program diet dan

latihan fisik. Pemakaian obat harus ditindaklanjuti dengan kontrol (pengawasan

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

15

Universitas Indonesia

dari dokter), yaitu pada satu bulan pertama dan kemudian setiap tiga bulan. Jika

penurunan berat badan < 5% setelah diberikan obat, maka pemakaian obat

dihentikan dan ditindaklanjuti dengan cara penanganan yang lain, misalnya

dengan mengganti atau mengkombinasikan obat. Jika penurunan berat badan ≥

5%, maka pemakaian obat dilanjutkan. Penurunan dan pemeliharaan berat badan

dipantau tiap bulan. Bila ternyata berat badan naik kembali, maka pemakaian obat

dihentikan dan dipertimbangkan cara penanganan yang lain.

Di Indonesia pilihan obat antiobesitas sangat sedikit. Dokter hanya dapat

meresepkan dietilpropion (obat jangka pendek) dan orlistat (obat jangka panjang).

Sibutramin yang dapat digunakan jangka panjang sudah dibekukan izin edarnya

oleh BPOM karena hasil studi terbaru menunjukkan peningkatan risiko kejadian

kardiovaskular pada penggunaan sibutramin jangka panjang (Dwinanda, 2010).

Di Apotek Atrika hanya terdapat satu macam obat penurun berat badan,

yaitu dietilpropion dengan merek dagang Apisate. Contoh resep obat penurun

berat badan yang diterima oleh Apotek Atrika dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Dalam penggunaannya, dietilpropion (Apisate) selalu dikombinasikan dengan

penghambat sekresi asam lambung untuk mengurangi efek samping dietilpropion

terhadap lambung.

Gambar 3.1 Contoh resep obat penurun berat badan

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

16

Universitas Indonesia

Masyarakat perlu diimbau untuk tidak membeli obat penurun berat badan

secara bebas karena produk farmasi tersebut tergolong obat keras. Efek

sampingnya cukup tinggi, terutama pada jantung dan pembuluh darah, seperti

peningkatan tekanan darah, gangguan jantung, dan stroke. Selain itu, masyarakat

juga perlu berhati-hati terhadap produk penurun berat badan dengan zat aktif

berbahaya dan bahkan telah dilarang penggunaannya. Dengan demikian,

penggunaan obat penurun berat badan harus dibawah pengawasan dokter. Dokter

melakukan pemeriksaan kesehatan pasien terlebih dahulu untuk menentukan perlu

tidaknya pasien menggunakan obat, obat yang cocok bagi pasien, dosis obat yang

diperlukan, dan kemudian mengontrol penggunaan obat oleh pasien.

Tidak semua orang menyadari bahwa penurunan berat badan harus

diupayakan secara bertahap dan tubuh yang langsing tidak dapat diperoleh secara

instan. Banyak orang yang mencoba menurunkan berat badan secara cepat

padahal penurunan badan yang cepat hanya akan memberikan hasil yang bersifat

sementara. Setelah berat badan turun maka akan dengan mudah kembali lagi

seperti semula. Akhirnya, bukan kurus dan sehat yang diperoleh melainkan

penyakit yang diperoleh. Penurunan berat badan yang terlalu ekstrim dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan karena tubuh dipaksa untuk menyesuaikan

diri dengan perubahan yang terjadi terlalu cepat. Metabolisme tubuh berubah

secara mendadak. Hal inilah yang dapat mengganggu kesehatan.

Berikut ini merupakan cara menurunkan berat badan yang salah:

a. menjalani program diet yang ekstrim

Banyak orang yang melakukan program diet yang ekstrim, misalnya hanya

makan sekali dalam sehari dengan porsi yang kecil atau secara total

menghindari konsumsi lemak. Dengan mengurangi porsi makan secara

ekstrim, maka tubuh akan mengalami defisiensi energi dan nutrien secara

mendadak yang berakibat buruk bagi kesehatan. Menghindari lemak secara

total juga tidak baik bagi kesehatan karena bagaimanapun tubuh tetap

memerlukan zat gizi (termasuk lemak) yang seimbang agar dapat berfungsi

dengan baik.

Makan sedikit dengan porsi yang kecil tidak efektif dalam menurunkan berat

badan. Hal tersebut dapat mengakibatkan ketidakstabilan kadar glukosa dalam

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

17

Universitas Indonesia

darah. Sering makan dalam jumlah yang kecil dengan menu makanan yang

sehat (kaya gizi, rendah lemak, dan rendah karbohidrat) lebih dianjurkan

karena dapat menjaga kestabilan kadar glukosa darah dan mengendalikan diri

untuk makan berlebihan. Selain itu, makanan yang dikonsumsi pun sebaiknya

yang memiliki indeks glikemik rendah, seperti roti gandum, apel, pepaya,

alpukat, kacang mete, almond, dan kacang hijau.

b. melakukan aktivitas fisik (olahraga) yang terlalu berat

Cara olahraga yang salah misalnya dengan berolahraga berat di akhir pekan

(weekend warrior). Banyak orang yang sibuk sehingga tidak melakukan

olahraga secara rutin dan akhirnya membayarnya dengan melakukan olahraga

yang berat dan lama di akhir pekan. Hal tersebut tentu tidak efektif dalam

menurunkan berat badan. Olahraga ringan tetapi rutin dilakukan lebih

dianjurkan dalam menjaga berat badan.

c. meminum obat pelangsing yang belum terjamin keamanannya demi

menurunkan berat badan secara cepat.

Banyak produk yang dipasarkan di toko obat ataupun apotek dengan klaim

dapat menurunkan berat badan. Produk yang bekerja dengan meningkatkan

frekuensi buang air kecil dan/atau buang air besar harus dihindari.

Mengeluarkan cairan tubuh dan tinja secara paksa tidak menyelesaikan

masalah dan juga membahayakan. Cairan tubuh berkurang hingga dapat

menyebabkan dehidrasi dan pengaruh buruknya dapat mengenai ginjal.

Gangguan elektrolit yang diakibatkannya juga dapat mengganggu kerja

jantung. Penggunaan obat-obatan dengan mekanisme kerja diuretik dan/atau

laksatif merupakan cara menurunkan berat badan yang salah. Untuk

menurunkan berat badan, yang harus dikurangi bukan cairan tubuh dan tinja,

melainkan timbunan lemak di bawah kulit dan di organ-organ dalam (hati,

usus).

Berbagai merek suplemen pembakar lemak (fat burner) yang tinggi kafein

sebaiknya juga dihindari. Kandungan kafein dapat meningkatkan tekanan

darah dan gangguan irama jantung. Orang yang mengonsumsi berisiko terkena

serangan jantung atau stroke. Penggunaan carbohidrat blocker dalam

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

18

Universitas Indonesia

menurunkan berat badan juga tidak dianjurkan karena suplemen tersebut

hanya tepat untuk digunakan oleh penderita diabetes (Dwinanda, 2010).

Upaya KIE (komunikasi, informasi, edukasi) perlu dilakukan agar dapat

ditanamkan kepada masyarakat bahwa untuk menurunkan berat badan, terdapat

tahapan yang harus dilakukan dan tidak harus langsung ditangani dengan

penggunaan obat-obatan. Hal yang paling penting dilakukan adalah perubahan

perilaku dan gaya hidup, termasuk melakukan diet rendah lemak dan olahraga

secara rutin. Intervensi dengan obat hanya dilakukan bila memang dianggap perlu

oleh dokter. Penggunaan obat hanya perlu dipertimbangkan jika upaya diet,

olahraga, dan perubahan gaya hidup tidak berhasil dan harus diingat bahwa

penggunaan obat tidak dapat hanya merupakan satu-satunya usaha. Secara umum

penggunaan obat tetap dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Oleh karena itu, pemberian obat tetap harus mempertimbangkan rasio risiko-

manfaat bagi pasien.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

19 Universitas Indonesia

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa:

a. Cara menurunkan berat badan yang efektif dan aman adalah dengan

memperbaiki dan mengurangi asupan makanan serta meningkatkan aktivitas

fisik, misalnya dengan berolahraga. Obat-obatan penurun berat badan

digunakan bila kedua cara tersebut tidak berhasil mengurangi berat badan.

b. Untuk menurunkan berat badan sebaiknya tidak banyak mengonsumsi obat-

obatan penurun berat badan karena obat-obatan tersebut umumnya memiliki

efek samping yang berbahaya, seperti takikardia, peningkatan tekanan darah,

dan jantung berdebar. Penggunaannya pun harus selalu di bawah pengawasan

dokter.

c. Penurunan berat badan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan defisiensi

energi dan nutrien, dehidrasi, anemia, nyeri kepala, konstipasi, kram otot,

gangguan sistem reproduksi, terbentuknya batu empedu, dan koma karena

hipoglikemik.

5.2 Saran

a. Bagi apotek

Perlu ditingkatkan pelayanan apoteker di Apotek Atrika dalam memberikan

konseling mengenai cara menurunkan berat badan yang aman dan efektif serta

memberikan informasi tentang obat penurun berat badan kepada pasien.

b. Bagi pasien atau penderita obesitas

Obesitas merupakan penyakit kronis yang dapat menimbulkan penyakit-

penyakit berbahaya, misalnya penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus,

dan stroke. Oleh karena itu, obesitas sebaiknya ditangani dengan

menggunakan cara yang tepat sebelum terjadi berbagai penyakit atau

komplikasinya.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

20 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006, Juli). Sibutramin.Info POM. 7: 4. 25 Oktober 2011. http://perpustakaan.pom.go.id.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2010). KeteranganPers Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia tentangPembatalan Izin Edar dan Penarikan Obat yang Mengandung Sibutramin.No: PN.01.04.1.31.1010.9829. 25 Oktober 2011.http://www.ikatanapotekerindonesia.net.pharmacy-news/publicwarning/1601-sibutramin-dilarang.html.

Burns, M. A. C., et al. (2008). Pharmacotherapy Principles & Practice. USA:McGraw-Hill Companies, Inc.

Dwinanda, R. (2010, 5 Desember). Cara Salah Perangi Obesitas. Republika. A4.

Febry, A. B. (2011). Langsung Langsing dalam 4 Minggu. Cetakan I. Jakarta:WahyuMedia.

Hofbauer, K. G., U. Keller, and O. Boss. (2004). Pharmacotherapy of Obesity:Options and Alternatives. New York: CRC Press.

Martono, L. H. dan S. Joewana. (2008). Peran Orang Tua dalam Mencegah danMenanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. Cetakan kedua. Jakarta: BalaiPustaka.

McEvoy, G. K., et al. (2002). AHFS Drug Information. USA: American Societyof Health-System Pharmacists.

Mumpuni, Y. dan A. Wulandari. (2010). Cara Jitu Mengatasi Kegemukan.Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Nutrition Committee of the Royal College of Physicians of London. (2003). Anti-obesity Drugs: Guidance on Appropriate Prescribing and Management.London: Royal College of Physicians of London.

Sweetman, S. C. (2009). Martindale: The Complete Drug Reference. 36th Edition.USA: Pharmaceutical Press.

Wargahadibrata, A. F. (2011). Kelebihan Berat Badan dan Berat Badan Berlebih(Obesitas). Jakarta: Familia Medika.

Xenical Division. (2007). Xenical: Orlistat. Depok: PT Roche Indonesia. 20Oktober 2011. http://www.obesitas.web.id/infoprod.html.

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

LAMPIRAN

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

21

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Obat Penurun Berat Badan yang Beredar di Indonesia

No. Nama Obat Zat Aktif BentukSediaan

Dosis Pabrik

1 Apisate Dietil propion HCl Tablet 75 mg Sunthi Sepuri,Wyeth

2 Isomeride Deksfenfluramin Kapsul 15 mg Servier3 Maxislim Sibutramin HCl 10 mg, 15

mgSandoz

4 Ponderal Fenfluramin HCl Tablet 20 mg Servier,Darya Varia

5 PonderalPacaps

Fenfluramin HCl Kapsul 60 mg Servier,Darya Varia

6 Reductil Sibutramin HCl Tabletsalut

selaput

10 mg, 15mg

Abbott

7 Teronac Mazindol Tablet 1 mg Sandoz8 Xenical Orlistat Kapsul 120 mg Roche

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

22

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Algoritma Penanganan Obesitas

[Sumber: Nutrition Committee of the Royal College of Physicians of London, 2003, telah diolahkembali]

Pasien obesitas

Langkah awal penanganan:Mengubah pola makan dan menu makananMeningkatkan aktivitas fisikMemperbaiki gaya hidup

Gagal menurunkan berat badan hingga 5-10%

Penggunaan obat dapat dipertimbangkan jika:IMT≥30 atauIMT≥27 dengan faktor risiko

Jika pasien memenuhi kriteria untukpenggunaan obat, maka pasien dapat memulaiterapi dengan obat

Penurunan berat badan ≥5%Penurunan berat badan < 5%

Pemakaian obat dilanjutkan,Penurunan dan pemeliharaanberat badan dipantau tiapbulan.

Pemakaian obat dihentikan,perlu dipertimbangkan carapenanganan yang lain

12 minggu

Berat badannaik kembali

Laporan praktek..., Cynthia Jaya, FMIPA UI, 2011