Post on 12-Feb-2016
description
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Timah merupakan salah satu bahan galian terbesar yang dimiliki tanah air
Indonesia yang tidak dapat diperbaharui keberadaaannya, khususnya di Pulau
Bangka, Propinsi Bangka-Belitung. Industri pertambangan timah Indonesia
hingga saat ini merupakan produsen timah nomor dua di dunia setelah Cina dan
menghasilkan salah satu produk komoditi ekspor terbesar di dunia.
Belakangan ini harga timah di pasaran dunia mengalami fluktuasi dan
cenderung naik, sehingga menjadikan timah merupakan barang jenis logam yang
dicari keberadaannya. Sehingga negara-negara penghasil timah berusaha untuk
menyediakan stok di pasaran dunia sesuai dengan kebutuhannya.
Di Indonesia sendiri pertambangan timah hanya tersisa di Pulau Bangka
dan Pulau Belitung serta di daerah sekitar Kepulauan Riau. Sedangkan
perusahaan milik Negara yang melakukan penambangan di daerah tersebut
adalah PT. Timah ( Persero ) Tbk.
Industri pertambangan timah mempunyai tahapan kegiatan yang tidak
sederhana, mulai dari kegiatan pra-penambangan, kegiatan penambangan dan
kegiatan pasca penambangan. Dalam perkembangan terakhir, PT. Timah
( Persero ) Tbk telah menitikberatkan operasi penambangan pada cadangan
timah alluvial yang berada di laut dengan mengoperasikan kapal keruk dan kapal
2
isap pertambangan ( KepMen. PE No. 555 K/26/1995 ), atau lebih dikenal
sebagai kapal isap produksi ( KIP ). Metode penambangan dengan menggunakan
kapal keruk telah ada sejak zaman Pemerintahan Belanda melakukan
penambangan timah di Kepulauan Bangka-Belitung, sedangkan kapal isap
produksi merupakan metode yang baru karena baru diaplikasikan oleh PT.
Timah sekitar tahun 2005. Kapal isap produksi ini direncanakan akan mengganti
tempat kapal keruk yang telah puluhan tahun merupakan bagian dari
penambangan timah lepas pantai.
Kapal isap produksi seperti halnya kapal keruk dapat dikatakan seperti
pabrik terapung karena selain alat penggalian umumnya dilengkapi dengan
mesin-mesin unit pencucian. Dengan memperhatikan besarnya perananan kapal
isap produksi di sektor industri pertambangan timah dewasa ini, maka
perencanaan, kerja dan evaluasi pada kapal isap produksi perlu dilaksanakan
dengan baik dan terukur. Untuk itu, diperlukan optimalisasi proses penggalian
timah lepas pantai menggunakan kapal isap produksi timah 1.
B. Identifikasi Masalah
Dalam pelaksanaan penelitian studi kasus identifikasi masalah bertujuan
untuk mempermudah dalam penyelesain masalah yang akan dibahas, sehinggga
pada tahap penyelesain masalah tersebut dapat terurut dengan baik, dalam studi
kasus ini masalahnya dapat dikelompokkan :
3
1. Perlunya penganalisaan terhadap kinerja dan efisiensi penambangan yang
dipakai, sehingga sistem penambangan dapat lebih optimal.
2. Belum diketahui efektifitas penambangan timah menggunakan kapal isap
produksi dari segi teknis.
3. Perlu adanya sinkronisasi yang sesuai terhadap metode penambangan timah
menggunakan kapal isap produksi.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian studi kasus ini Penulis hanya mengkaji mengenai
optimalisasi penggalian timah lepas pantai menggunakan Kapal Isap Produksi
Timah 1.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut : Bagaimana ”Mengoptimalkan kinerja proses Penggalian timah
lepas pantai menggunakan Kapal Isap Produksi Timah 1, agar dapat efektif dan
efisien dalam rangka memenuhi target yang telah ditentukan ?
4
E. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisa
optimalisasi penambangan lapisan timah dengan metode penggalian
menggunakan kapal isap produksi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang harus diperbaiki dalam penggalian lapisan timah menggunakan kapal isap
produksi yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
kegiatan penggalian lapisan timah selanjutnya.
F. Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan kajian dan evaluasi terhadap pengalian oleh kapal isap,
diharapkan dapat manfaat baik bagi perusahaan dan bagi penulis sendiri. Adapun
manfaat yang diharapkan adalah :
1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi dalam pengalian,
yaitu dengan cara melakukan evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai saat ini.
2. Mengevaluasi kinerja dari peralatan kapal isap, yang secara langsung maupun
tidak langsung berkaitan dengan proses pengalian.
3. Memberi informasi dan saran terhadap masalah yang sedang terjadi, agar dapat
mencapai sasaran penggalian atau pemindahan tanah yang efektif.
4. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis terutama pada proses
penggalian timah lepas pantai menggunakan kapal isap produksi timah 1.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Kapal isap produksi adalah suatu alat gali atau pemindahan tanah yang
dipergunakan untuk menggali lapisan tanah bawah laut, dimana peralatan
mekanis dan pengolahan materialnya bertumpu pada sebuah ponton.
Selanjutnya material hasil penggalian tersebut dipindahkan ke bagian
pengolahan sementara, yaitu: instalasi pencucian. Bagian pengolahan
sementara ini berfungsi sebagai media pemisah antara material endapan bijih
timah ( Sn ) dengan material pengotor lainnya. Material endapan bijih timah
( Sn ) hasil pencucian ditampung di dalam kampil bijih ( karung tempat bijih
timah ), sedangkan material pengotornya langsung terpisah dan dibuang ke
dalam laut.
Gambar 1. KIP TIMAH 1
15,5 m
66,0 m
30,5 m
6
1. Bagian-Bagian Utama Kapal Isap Produksi
Secara garis besar bagian utama pada Kapal Isap Produksi adalah
sebagai berikut :
a. Alat Apung ( Ponton )
Ponton adalah bagian dasar/kumpulan dari beberapa tangki atau
kompartemen yang membentuk suatu badan kapal, ponton berbentuk tabung
berdiameter 1,8 meter. Selain sebagai alat apung, ponton juga berfungsi untuk
menyimpan HSD ( bahan bakar solar ) dan air tawar. Lebih jelas dapat di lihat
pada gambar 2.
Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk
Gambar 2. PONTON TAMPAK ATAS
7
Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk
Gambar 3. SKEMA KIP
b. Permesinan
Mesin KIP terdiri dari 6 buah mesin ( gambar 3.3 ) yaitu:
1) Mesin 1, ( 380 HP-1800 rpm ) untuk menggerakan pompa hidrolik
penggerak saringan putar, penggerak pulsator jig primer dan clean
up, pemutar impeller pompa onderwater, serta sumber tenaga listrik
Kapal Isap ( idealnya 350 Hp ).
8
2) Mesin 2, ( 300 HP-1800 rpm ) untuk memutar impeller pompa isap
tanah. Untuk ladder yang lebih panjang dapat ditambahkan turbo
charger untuk menambah daya isap pompa.
3) Mesin 3, ( 380 HP-1800 rpm ) untuk menggerakkan pompa hidrolik
proveller swing kiri dan kanan, cutter, kawat ladder serta jangkar kiri
dan kanan.
4) Mesin 4, Nisan RD 10 sebagai cadangan.
5) Mesin 5, ( 380 HP-1800 rpm ) untuk penggerak proveller kemudi
kiri.
6) Mesin 6, ( 380 HP-1800 rpm ) untuk penggerak proveller kemudi
kanan.
7) Genset yang terletak di bawah ruang komando sebagai sumber tenaga
listrik Kapal Isap ( cadangan ).
Ketika beroperasi menggali tanah, mesin yang dipakai adalah mesin 1,
2 dan 3. Untuk operasi penggalian konsumsi BBM 2400 L/hari. Kapasitas
tangki harian sebesar 10 ton, sedangkan untuk tangki penyimpan BBM yang
ada di ponton no 1 dan 5 kapasitasnya 20 ton.
Kapal isap digerakkan oleh 4 buah proveller. Dua buah proveller
gerak yang hanya berfungsi apabila Kapal Isap melakukan perpindahan
penggalian. Proveller ini masing-masing berkekuatan 380 Hp. Sedangkan
dua buah proveller lagi yaitu proveller swing digunakan sebagai tenaga
9
pendorong Kapal Isap ketika melakukan perputaran sewaktu menggali
lapisan tanah. Proveller ini dapat di putar 90 kearah kiri ataupun kanan.
Selain itu proveller ini juga dapat membantu proveller gerak ketika KI
mengadakan perpindahan lokasi.
c. Alat Gali
Alat gali pada Kapal Isap Produksi dibagi atas:
1. Ladder
Panjang ladder sangat menetukan untuk mencapai kedalaman gali,
dimana KIP yang ada di Bangka sementara saat ini kedalaman gali
maksimum mencapai 32 m.
Konstruksi ladder terdiri dari besi siku dan plat sebagai dinding. Ujung
ladder dipasang cutter dan pangkal ladder dipasang as sebag ai tumpuan bagi
naik turunnya ladder. Pompa isap tanah diletakkan di ladder dengan jarak
11,5 m dari cutter.
Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk
Gambar 4. SKEMA LADDER DAN KAWAT PENGGERAK LADDER
10
2. Penggerak Ladder
Ladder ( gambar 3.4 ) digerakkan turun atau naik menggunakan kawat
ladder yang dibantu oleh empat buah skep penghantar. Kawat ladder yang
dipakai adalah kawat 1” dengan panjang kawat keseluruhan kurang lebih 130
m ( sebenarnya 100 m saja cukup, tetapi untuk mengantisipasi adanya
kerusakan pada kawat ladder yang sering tenggelam di dalam air, kawat
ladder yang digunakan lebih panjang dari 100 m ).
3. Cutter
Cutter yang dipakai mempunyai panjang 90 cm dan berdiameter 170
cm. Cutter terdiri dari 6 buah pisau dan tiap pisau terdiri dari 9 kuku. Bentuk
dan konstruksi cutter dapat dilihat pada gambar 5.
Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk
Gambar 5. CUTTER
11
4. Jangkar
Jangkar terdiri dari 2 buah jangkar kodok dengan berat 600 lbs yang
terletak di bagian depan kapal isap. Jangkar dihubungkan dengan ladder
yang digerakkan oleh winch dengan sistem hidrolik.
d. Peralatan Pencucian
Peralatan pencucian terdiri dari:
1. Pompa dan pipa isap.
2. Saringan putar.
3. Jig primer.
4. Jig clean up.
5. Sakan.
6. Bandar Tailing.
e. Alat Plotting dan Mapping ( GPS )
Peralatan dalam proses penggalian dibantu oleh adanya GPS yang
dapat memonitor koordinat posisi kapal isap dengan ketelitian hingga 1 m
setiap saat dan juga kedalaman penggalian. Kapten menyimpan titik-titik
lokasi yang pernah digali sehingga kemungkinan akan tergalinya tanah yang
sudah digali sangat kecil ( gambar 6 ).
12
Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk
Gambar 6. GPS
2. Prinsip Kerja Penggalian Kapal Isap
Pada Kapal Isap Produksi ini ada 4 buah gaya yang bekerja ketika KIP
menggali tanah. Gaya-gaya yang bekerja adalah:
a. Gaya putar cutter: dengan kecepatan 6-9 putaran/menit, cutter berfungsi
untuk memberaikan tanah agar mudah diisap oleh pompa isap tanah.
b. Gaya tekan ladder: membantu memberikan gaya tekan ke ujung cutter.
c. Gaya isap pompa tanah: yaitu gaya yang dapat menghisap tanah yang
terberai, gaya ini juga dapat memperlemah talud atau dinding tanah yang
belum digali sehingga dapat runtuh dengan sendirinya atau
mempermudah cutter untuk memberainya.
13
d. Gaya dorong proveller swing: proveller swing yang membuat pergerakan
KI dengan gerakan memutar mempunyai gaya dorong untuk menekan
ujung cutter kearah kiri atau kanan terhadap tanah yang akan digali.
3. Sistem Kerja Penggalian KIP
Sistem kerja penggalaian KIP dilakukan dengan beberapa sistem, menurut
kondisi dan situasi daerah kerja tersebut, antara lain:
a. Cadangan yang digali dengan ketebalan tanah lebih tipis daripada
ketebalan air (1:3) meter, dimana 1 m = ketebalan tanah dan 3 m =
ketebalan air.
b. Cadangan yang digali dengan lapisan tanah lebih tebal daripada
kedalaman air (3:1) meter, dimana 3m = lapisan tanah dan 1 m = lapisan
air.
c. Lokasi kerja dipengaruhi oleh:
- Arus yang kuat.
- Gelombang yang cukup besar.
- Angin yang cukup besar.
1) Penggalian apabila ketebalan tanah lebih tipis daripada kedalaman air
Sistem penggalian apabila ketebalan tanah yang digali lebih tipis
daripada kedalman air, yaitu:
a) Posisikan cutter pada titik lubang bor yang akan digali memakai
alat bantu GPS.
14
b) Ladder diarahkan sehingga menyentuh lapisan tanah ( pada
tengah-tengah lingkaran tersebut ).
c) Lingkari dulu titik bor tersebut dengan memutar kapal, dan
lingkaran tersebut akan kelihatan pada monitor GPS ( setiap
pergerakan KIP ).
d) Penggalian sudah dapat dimulai dengan cara menjalankan cutter
ditambah dengan menekan ladder dan memutar ponton KIP,
pengerjaan tersebut dapat juga dinamakan pengeboran.
e) Hasil dari pengeboran ( tanah yang diisap ) akan dialirkan ke
saringan putar menggunakana pompa isap, dan kelihatan dari
monitor saringan putar ( dapat dilihat dari ruang komando ).
f) Pada penggalian awal ( pengeboran awal ) buatlah lubang sebagai
titik perputaran ( stripeng ) agar posisi cutter tidak mudah keluar
dari lubang tersebut karena pergerakan KIP.
g) Setelah mencapai titik lingkaran penuh berbentuk lubang, maka
kedalaman ladder ( kedalaman penggalian ) dapat ditambah dalam,
dengan memperhatikan volume tanah pada saringan putar.
h) Penekanan ladder sangat tergantung dengan kemampuan isap,
kapasitas saringan putar, kekerasan lapisan tanah dan kemampuan
dari pisau cutter.
15
i) Apabila cutter belum mencapai kong, sedangkan ponton berat
untuk diputar, maka penggalian bisa dialihkan pada penggalaian
awal untuk memperlebar bukaan kolong yang pertama, untuk
memperlebar bukaan pertama, penggalian bisa dilakukan dengan
sistem maju mundur dengan menggunakan proveller bagian
belakang.
j) Makin dalam kaksa yang akan dicapai, pembukaan kolong bagian
atas harus makin luas.
2) Penggalian apabila ketebalan tanah lebih tebal daripada kedalaman air
Penggalian KIP apabila lapisan tanah yang digali lebih tebal daripada
ketinggian air, agak lebih sulit pngerjaannya, karena pada KIP tidak
dilengkapi dengan Bandar yang dapat membuang tanah yang lebih jauh dari
ponton.
Manufer daripada KIP pada saat melakukan penggalian dilakukan
dengan sistem berputar 360o. Dengan tidak membuang tanah lebih jauh akan
terjadi penimbunanan kembali terhadap lubang ( kolong ) yang sudah tergali.
Dampak dari penimbunaan akan terjadi pendangkalan pada lokasi kerja.
Sistem penggalian KIP apabila lapisan tanah jauh lebih tebal daripada
ketinggian air, yaitu:
a) Titik koordinat ( titik lubang bor ) dilingkari dulu dengan kolong yang
digali oleh KIP itu sendiri. Luas daripada kolong disesuaikan dengan
16
ketebalan lapisan tanah sampai dengan kong. Semakin dalam kong
maka semakin luas bukaan pada kolong kerja.
b) Kedalaman pembukaan kolong dilakukan sampai ± 1 meter sebelum
mencapai lapisan kaksa. Pada saat pembukaan kolong kerja dari
lapisan demi lapisan dapat di kontrol dari monitor saring putar atau di
cek manual memakai dulang dan materialnya diambil dari saring
putar. Jika ternyata sudah ada timah, maka kedalaman pembukaan
kolong diakhiri.
c) Penggalian selanjutnya diteruskan dengan penggalian lapisan kaksa
pada daerah yang sudah dibuka kolong kerjanya.
d) Apabila lapisan kaksa pada daerah yang telah dibuka kolong kerjanya
tergali semua, maka penggalian dapat dilanjutkan dengan mencari arah
penyebaran timah daripada lubang bor tersebut. Caranya ladder
diangkat sedikit dan kapal digerakan dengan sistem maju dan
memutar. Apabila penyebaran daripada lubang bor tersebut sudah
habis, maka penggalian selanjutnya dapat dilakukan dengan lubang
bor yang lain dengan sistem yang sama.
3) Penggalian apabila daerah cadangan dipengaruhi oleh keadaan alam
Sistem penggalian KIP apabila daerah cadangan dipengaruhi oleh
keadaaan alam seperti : Arus kuat, gelombang besar, dan angina kuat, yaitu:
17
a) Pada saat penggalian menghadapi arus kuat, maka posisi KIP
diarahkan melawan arus. Penggalian tidak dapat dilakukan dengan
sistem manufer 360o tetapi cukup antar 60o sampai dengan 90o,
untuk tetap mempertahankan KIP melawan arus. Untuk menahan
KIP agar tidak terdorong arus dari arah depan, ponton dibantu
dengan proveller bagian belakang dan penggalian dilakukan dengan
system maju mundur.
b) Apabila penggalian dipengaruhi oleh gelombang besar, maka kapal
diposisikan menyamping daripada gelombang. Manufer KIP
dilakukan dengan memutar kapal 60o sampai dengan 90o, untuk
manufer dibantu proveller dengan mengarahkan kesamping kanan
atau kiri sesuai dengan kebutuhan.
c) Pada saat penggalian menghadapi angin kencang, maka sistem
penggalian disamakan dengan apabila menghadapi arus kuat.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggalian KIP
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggalian KIP, antara
lain:
a. Jenis lapisan dan cara penggaliannya
Untuk jenis lapisan tanah yang gampang terberai, KIP tidak akan
menemukan kesulitan yang berarti dalam penggalian, sebab talud atau
dinding tanah yang berada didepan dinding cutter akan sedikit demi sedikit
18
runtuh dan akan dihisap oleh pompa isap. Tetapi bila menggali jenis
lapisan tanah keras yang susah diberai seperti lapisan lempung liat, maka
KIP harus memperlebar lubang penggalian untuk menghindari terjadinya
runtuhan sekaligus dari talud/ dinding tanah yang dapat berpotensi
menimbun ladder. Karena jenis lapisan tersebut liat maka cutter yang akan
memberai tanah harus digerakkan secara perlahan.
b. Kedalaman gali ideal
Dengan panjang ladder 28 m, kedalaman gali ideal KI adalah 23 m
dengan asumsi sudut penunjaman ladder maksimum 60. Untuk mencegah
agar KI tidak kandas akibat penimbunan tanah tailing, maka kedalaman
minimum yang ideal untuk digali 10 m.
c. Sudut putaran KIP
Untuk penggalian lubang awal, KIP terus berputar searah atau
berlawanan dengan arah jarum jam sampai kong ( bedrock ). Untuk
memperlebar lubang, KIP berputar 90 searah jarum jam, kemudian dibalas
berputar ke 90 berlawanan arah jarum jam mengikuti alur penyebaran
timah.
d. Tebal lapisan ideal
Tebal lapisan tanah ideal untuk digali oleh KIP adalah sebesar 0-10
meter. Pada kedalaman itu untuk jenis material lepas kemungkinan terjadi
longsoran yang mengakibatkan ladder tertimbun masih sangat kecil.
19
Apabila tebal lapisan tanah lebih tebal dari 10 meter, kemungkinan ladder
tertimbun tanah runtuhan akan semakin besar, apalagi kalau jenis tanah
yang digali adalah tanah keras yang tidak mudah runtuh, maka kondisi ini
akan sangat berbahaya bagi ladder.
e. Ruang buang tailing
Ruang buang tailing bergantung pada kedalaman ladder. Semakin
dalam ladder atau semakin besar sudut kemiringan ladder, maka jari-jari
ruang buang tailing akan semakin kecil. Berikut ini adalah tabel kedalaman
ladder terhadap ruang buang tailing.
Tabel III-1
KEDALAMAN LADDER VS RUANG BUANG TAILING
20
Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk
Gambar 7. SKETSA KEDALAMAN LADDER VS RUANG BUANG TAILING
IDEAL
Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk
Gambar 8. RUANG BUANG TAILING
21
5. Sistem Kerja Pencucian KIP
Proses pencucian pada KIP adalah sebagai berikut:
a. Cutter memotong lapisan tanah yang mengandung pasir timah kemudian
lapisan tanah yang terberai dihisap oleh pompa isap tanah.
b. Pompa isap tanah menghisap feed dan kemudian menyemprotkannya
kedalam saring putar.
c. Saring putar yang berbentuk grizzly berfungsi sebagai alat pemisah
( sizing ), overflow saring putar keluar sebagai tailing melalui bandar tailing
sedangkan underflownya dialirkan oleh bandar saring putar ke dua unit jig
primer.
d. Jig primer berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat
jenis mineral. Overflow jig primer keluar sebagai tailing sedangkan
underflow jig primer dari semua kompartemen ( A,B,C ) dialirkan langsung
ke jig clean up.
e. Jig clean up berfungsi sebagai alat pemisah dengan prinsip perbedaan berat
jenis. Overflow jig clean up keluar sebagai tailing, sedangkan underflow jig
clean up kompartemen A dialirkan ke penampung konsentrat A
( Sn = ± 50 % ).
22
f. Konsentrat A diproses di sakan untuk menghasilkan konsentrat akhir
dengan kadar Sn > 72 % yang dikemas dalam karung dan ditimbang
dengan berat ± 50 kg perkarung.
h. Underflow jig clean up kompartemen B dan C ditampung di penampung
konsentrat B dan C kemudian disirkulasi kembali ke kompartemen A jig
clean up.
i. Overflow dari sakan juga ditampung dan disirkulasi kembali ke
kompartemen A jig clean up.
Konsentrat akhir yang dihasilkan harus mempunyai kadar Sn > 72 %.
23
Sumber : PT. Timah (Persero), Tbk
GAMBAR 9. FLOWSHEET PENCUCIAN KIP
B. Kerangka Berpikir
Adapun kerangka berpikir yang penulis gambarkan untuk
mempermudah dalam proses pemecahan masalah studi kasus ini adalah
sebagai berikut :
24
Mulai
Kajian Teoritis
Data Primer
Data Hasil Pengujian Lapangan :1. Pengaturan Daya isap Pompa2. Kecepatan putaran cutter3. Kecepatan putaran proveller4. Kedalaman penekanan ladder5. Evaluasi Sistem Kerja Jig
terhadap Laju Pemindahan Tanah
Data sekunder
Data Penunjang Untuk Penelitian :1. Peta lokasi kesampain daerah2. Iklim dan Curah Hujan3. Keadaan Topografi dan
Morfologi4. Keadaan Geologi dan Stratigrafi5. Peralatan mesin yang dipakai
Kapal Isap Produksi dalam kerja laju pemindahan tanah
Pengumpulan Data
Evaluasi Hasil
KESIMPULAN
Penggolahan Data
25
BAB IIIMETODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
A. Jadwal Kegiatan
Kegiatan lapangan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman nyata di lapangan tentang teknis perencanaan, pelaksanaan dan
pengelolaan pekerjaan penambangan dalam rangka melengkapi pengetahuan
teori yang didapat di bangku perkuliahan.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan
Sumber : Catatan Penulis
B. Jenis Studi Kasus
MingguJenis Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Orientasi LapanganPengumpulan DataPengolahan Data
26
Penelitian ini merupakan penelitian terapan. Pada penelitian ini
dilakukan analisis teori, pengumpulan data dan kemudian dianalisis dengan
menggunakan rumus berdasarkan kajian pustaka
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PT. Timah (Persero), Tbk. mulai dari
tanggal 4 November 2013 sampai dengan 30 Desember 2013.
D. Metode Pengambilan Data
Dalam melakukan penelitian ini tahapan yang dilakukan oleh penulis
yaitu:
1. Studi Literatur
Tujuan dilakukannya studi literatur adalah sebagai penunjang atau
bahan dasar yang dapat membantu penulis dalam pengolahan data.
2. Penelitian Lapangan
a. Penelitian lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer atau
data aktual ( 11 November – 23 Desmber 2013 ) yang
dipergunakan dalam pengolahan data seperti :
1) Pengaturan Daya Isap Pompa
2) Pengaturan Kecepatan Putaran Cutter
3) Pengaturan Kecepatan Putaran Proveller
4) Pengaturan Kedalaman Penekanan Ladder
5) Evaluasi Sistem Kerja Jig terhadap Laju Pemindahan Tanah
27
b. Penelitian data sekunder dilakukan untuk penunjang yang
digunakan dalam perhitungan dan pengolahan data. Adapun data
diperoleh dari perusahaan dan literature-literatur terkait yang
meliputi :
1) Peta lokasi kesampaian daerah
2) Iklim dan curah hujan
3) Keadaan Topografi dan Morfologi
4) Keadaan geologi dan stratigrafi
5) Peralatan mesin yang dipakai KIP dalam laju pemindahan
tanah
Data yang dikumpulkan penulis dapat dilihat pada Lampiran.
3. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan-perhitungan teoritis.
Hasil dari pengolahan tersebut didapatkan beberapa alternatif dalam
pemecahan masalah yang berada di lapangan.
E. Metode Pengolahan Data
Data yang telah didapatkan kemudian diolah. Rumus yang digunakan
yaitu :
1. Pengaturan Daya Isap Pompa
Daya isap pompa adalah faktor yang berpengaruh besar dalam
penggalian lapisan timah ( kaksa ) menggunakan KIP. Pada KIP Timah 1,
28
daya isap pompa dikendalikan di ruang komando dengan pengaturan
kecepatan mesin hydraulic pompa.
a. Kecepatan Mesin Hydraulic Pompa KIP Timah 1
Banyaknya interval kelas ( K )
K = 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 log 30
Panjang Interval Kelas
i =
X max−X minK
b. Distribusi Frekuensi Kecepatan Mesin Hydraulic Pompa
Nilai rata-rata kecepatan mesin hydraulic pompa:
=
∑ fi x Xi
∑ fi
Karena kapasitas penggalian KIP dihitung dari kapasitas pompa,
berbeda dengan Kapal Keruk yang dihitung menggunakan bucket,
maka persentase tanah yang diisap pompa dapat dihitung dengan
perbandingan kinerja mesin pompa terhadap Lpt rata-rata:
Engine pompa rata-rata KIP Timah 1 = RPM
Lpt rata-rata KIP Timah 1 = m3/jam
Lpt ideal = m3/jam
Penyelesaian:
x = Engine pompa ideal
29
Engine pompa rata-rata KIP Timah 1Lpt rata-rata KIP Timah 1 =
xLpt ideal
Jadi, untuk mencapai target Lpt sebesar = m3/jam, seharusnya KIP
Timah 1 menggunakan kecepatan mesin hydraulic pompa sebesar
=RPM.
2. Pengaturan Kecepatan Putaran Cutter
Kecepatan putaran cutter dikendalian di dalam ruang komando dengan
mengatur kecepatan mesin hydraulic cutter.
a. Kecepatan Mesin Hydraulic Cutter KIP Timah 1
Banyaknya interval kelas ( K )
K = 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 log 30
Panjang Interval Kelas
i =
X max−X minK
b. Distribusi Frekuensi Kecepatan Mesin Hydraulic Cutter
Nilai rata-rata kecepatan mesin hydraulic cutter:
=
∑ fi x Xi
∑ fi
30
Jadi kecepatan mesin hydraulic cutter yang dipakai = RPM.
Dengan menggunakan perbandingan kinerja mesin cutter terhadap
Lpt rata-rata, dapat dihitung:
Engine cutter rata-rata KIP Timah 1 = RPM
Lpt rata-rata KIP Timah 1 = m3/jam
Lpt ideal = m3/jam
Penyelesaian:
x = Engine cutter ideal
Engine cutter rata-rata KIP Timah 1Lpt rata-rata KIP Timah 1 =
xLpt ideal
Jadi, untuk mencapai target Lpt sebesar = m3/jam, seharusnya
KIP Timah 1 menggunakan kecepatan mesin hydraulic cutter
sebesar = RPM.
3. Pengaturan Kecepatan Putaran Proveller
Gaya dorong proveller adalah gaya dorong yang membuat KIP
berputar 360o pada saat penggalian. Gaya dorong proveller dikendalikan
di dalam ruang komando dengan mengatur kecepatan mesin hydraulic
proveller.
a. Kecepatan Mesin Hydraulic Proveller KIP Timah 1
Banyaknya interval kelas ( K )
K = 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 log 30
31
Panjang Interval Kelas
i =
X max−X minK
b. Distribusi Frekuensi Kecepatan Mesin Hydraulic Proveller
Nilai rata-rata kecepatan mesin hydraulic proveller:
=
∑ fi x Xi
∑ fi
Jadi kecepatan mesin hydraulic proveller yang dipakai = RPM.
Dengan menggunakan perbandingan kinerja mesin proveller
terhadap Lpt rata-rata, dapat dihitung:
Engine proveller rata-rata KIP Timah 1 = RPM
Lpt rata-rata KIP Timah 1 = m3/jam
Lpt ideal = m3/jam
Penyelesaian:
x = Engine proveller ideal
Engine proveller rata-rata KIP Timah 1Lpt rata-rata KIP Timah 1 =
xLpt ideal
Jadi, untuk mencapai target Lpt sebesar = m3/jam, seharusnya
KIP Timah 1 menggunakan kecepatan mesin hydraulic proveller
sebesar = RPM.
4. Pengaturan Kedalaman Penekanan Ladder
32
Penekanan ladder dikendalikan di dalam ruang komando oleh
operator. Operator akan menggerakkan ladder ( turun/naik ) agar proses
pemberaian material oleh cutter lebih sempurna. Secara sistematis, apabila
dihitung dari selisih kedalaman yang ditunjukkan stand ladder per jam,
maka kedalaman penekanan ladder dapat dihitung sebagai berikut:
a. Kedalaman Penekanan Ladder Per Jam
Banyaknya interval kelas ( K )
K = 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 log 30
Panjang Interval Kelas
i =
X max−X minK
b. Distribusi Frekuensi Kedalaman Penekanan Ladder
Nilai rata-rata Kedalaman Penekanan ladder :
=
∑ fi x Xi
∑ fi
Jadi kedalaman penekanan ladder adalah cm / jam. Dengan
menggunakan perbandingan kedalaman penekanan ladder terhadap
Lpt rata-rata, dapat dihitung:
Kedalaman penekanan ladder rata-rata KIP Timah 1 = cm/jam
33
Lpt rata-rata KIP Timah 1 = m3/jam
Lpt ideal = m3/jam
Penyelesaian:
x = Kedalaman penekanan ladder rata-rata ideal
Kedalaman Penekanan Ladder KIP Timah 1Lpt rata-rata KIP Timah 1 =
xLpt ideal
Jadi, untuk mencapai target Lpt sebesar = m3/jam, seharusnya
kedalaman penekanan ladder KIP Timah 1 adalah sebesar =
cm/jam. Dalam hal ini, ketelitian operator sangat dibutuhkan
dalam merasakan apakah cutter sedang memberai material
lunak/keras sehingga proses penggalian dapat berjalan dengan
baik.
5. Evaluasi Sistem Kerja Jig terhadap Laju Pemindahan Tanah
a. Spesifikasi Jig
1) Jig Primer Type PA Jig
a) Ukuran per kompartemen = meter x meter
b) Panjang pukulan ( stroke = mm)
c) Jumlah pukulan = Rpm
2) Jig Sekunder Type PA Jig
a) Ukuran per kompartemen = meter x meter
b) Panjang pukulan ( stroke = mm)
34
c) Jumlah pukulan = Rpm
3) Kapasitas Pemindah Tanah
= m3/jam
b. Rumus Kapasitas (Debit)
Q = A x V m3/jam pulp
% Solid by volume ± 15 %
Q Solid = 15 % x Q = 15 % x A x V m3/jam
Rumus rumus yang dipergunakan :
S =
60 V2n
x fV =
S x 2 n60 x f
Dimana: S = Slag Jig
V = Kecepatan ( m/jam )
n = Rpm gear box
f = Faktor perbandingan luas diafragma dengan luas membran
Rumus V yang lain adalah :
V = 26,32 √d ( p−p ' )
Slag jig S =
60 V2n
x f
Rumus debit : Q = A x V m3/jam
35
DAFTAR PUSTAKA
Kopa, Raimon, MT.2008, Buku Panduan Pelaksanaan Praktek Lapangan Industri.
Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang, Padang.
Tim Instruktur Teknik Tambang Kapal Keruk. 1995. Teknik Pengerukan. PT.
Tambang Timah Persero, Pangkalpinang.
Tim Penambangan Kapal Keruk. 1996. Teknik Pengerukan. PT. Tambang Timah
Persero, Pangkalpinang.
Tim Tenaga Teknik Pertambangan di PT. tambang Timah. 1999. Peralatan dan
Operasi Tambang Kapal Isap Produksi. PT. Tambang Timah Persero.
Tasli wiguna, Ayas. 2009. ”Optimalisasi Penggalian KIP Timah I di Laut Penganak”.
Palembang: Universitas Sriwijaya.
Tobing, S.L. 2005. Prinsip Dasar Pengolahan Bahan Galian. Bandung.