Post on 05-Jan-2016
description
1
MAKALAH PRAKTIKUM BAHAN ALAM
“ISOLASI DAN IDENTIFIKASI TANAMAN ROSELLA”
Disusun Oleh :
Fajar Asmara Nur Alam ( 138921 )
Dosen Pembimbing:
Mukadis M.Pd
AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK
2015 / 2016
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita haturkan atas karunia Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah “Praktek
Bahan Alam: Isolasi dan Identifikasi tanaman rosella ”
Dalam pembuatan makalah ini, kami menemui beberapa kesulitan dalam
mengerjakannya. Namun, kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Kami
mengucapkan terimakasih terutama kepada; Tim Praktek mata kuliah Praktek
Bahan Alam, karena telah memberikan kami tugas makalah ini serta kepada pihak-
pihak lain yang telah membantu menyelesaikan tugas ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan dan lebih baik kedepannya. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pada khususnya. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
Pontianak, Oktober 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 3
2. 1 Klasifikasi ....................................................................................................... 3
2. 2 Kandungan kimia ............................................................................................ 4
2. 3 Manfaat ........................................................................................................... 5
2. 4 Morfologi ........................................................................................................ 5
BAB III ............................................................................................................................... 8
METODE PENELITIAN ................................................................................................ 8
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................................ 8
3.2. Cara Kerja ....................................................................................................... 9
3.2.1. Pengumpulan bahan baku ....................................................................... 9
3.2.2. Sortasi Basah ........................................................................................... 9
3.2.3. Pencucian ................................................................................................ 9
3.2.4. Perajangan ............................................................................................. 10
3.2.5. Pengeringan ........................................................................................... 10
3.2.6. Sortasi Kering ....................................................................................... 10
3.2.7. Penyimpanan ......................................................................................... 10
3.2.8. Parameter Simplisia .............................................................................. 10
3.8.9 Ektraksi ................................................................................................................ 11
3.2.9. Identifikasi ekstrak .............................................................................................. 12
BAB IV ............................................................................................................................. 15
PENUTUP ........................................................................................................................ 15
iii
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 16
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 17
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman rosella merupakan tanaman yang serbaguna. Hampir seluruh
bagian tanaman rosella mulai dari buah, kelopak dan daun dapat dimakan.
Tanaman ini juga dimanfaatkan sebagai bahan minuman, sari buah, salad, sirup,
pudding dan asinan. Minuman dari kelopak rosella, selain punya rasa yang enak
juga berkhasiat sebagai obat batuk dan lainlain. Sebagai obat tradisional, secara
empiris rosella berkhasiat sebagai antiseptic, diuretic, pelarut, sedative, dan
tonik (Maryani dan Kristina, 2005)
Salah satu kandungan yang ada dalam kelopak rosella adalah flavonoid
yaitu antosianin. Flavonoid adalah salah satu senyawa metabolitb sekunder
yang biasanya ada di akar, batang, daun, kelopak, biji dan lain-lain. Antosianin
adalah pigmen daun bunga yang berwarna merah sampai biru. Flavonoid yang
ada sebagai metabolit sekunder mempunyai efek berbagai macam, seperti dapat
bekerja sebagai inhibitor kuat pernafasan, sebagi antioksidan juga bermanfaat
sebagai pengobatan gangguan fungsi hati dan mengurangi pembekuan darah
(Robinson, 1991)
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia
hewani, dan simplisia pelican (mineral). Untuk menjamin mutu keseragaman
senyawa aktif, keamanan, maupun kegunaannya, maka simplisia harus
memenuhi persyaratan minimal. Untuk dapat memenuhi persyaratan minimal
tersebut beberapa faktor yang berpengaruh antara lain adalah: 1. Bahan baku
simplisia 2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan
baku simplisia 3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia (DepKes, 1985)
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut:
pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan,
sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu (DepKes,
1985).
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa senyawa yang terdapat dalam tanaman rosella ?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi senyawa yang terdapat pada tanaman
rosella ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui senyawa yang terdapat dalam tanaman rosella.
2. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi senyawa yang terdapat pada
tanaman herba rosella.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Klasifikasi
Devisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvaceales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Speces : Hibiscus sabdariffa L.
Varietas : Hibiscus sabdariffa varietas sabdariffa L.
Hibiscus sabdariffa varietas ultissima Wester (Anonim, 2009).
4
2. 2 Kandungan kimia
5
2. 3 Manfaat
Dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi
(hypertensi), melancarkan buang air kecil (diuretic), sebagai anti
inflammantory yang kuat, mempunyai unsur antipyretic yang
menurunkan panas dalam, mempercepat pemecahan darah beku di
otak, kandungan asiaticoside (triterpene glycoside) dalam
merangsang pembentukan lipid dan protein yang amat berguna
untuk kesehatan kulit. Asiaticosides diklarifikasikan juga sebagai
antibiotik, mengandung vitamin C, B, D, K beberapa mineral
penting temasuk magnesium, kalsium dan sodium, dapat
meredakan dan menghilangkan batuk kronis, menurunkan
kolesterol, menghancurkan lemak, melangsingkan tubuh,
mengurangi efek buruk miras, mengurangi kecanduan merokok,
mencegah stroke dan hypertensi, mengurangi stress, memperbaiki
pencernaan, menghilangkan wasir, menurunkan kadar gula, bersifat
penetral racun, mencegah kanker, tumor, kista dan sejenis, maaq
menahun, migrain, demam tinggi, cocok untuk ibu hamil guna
membentuk kecerdasan otak anak di dalam kandungan, mampu
meningkatkan gairah sex dan tahan lama (dengan terapi rutin), dan
lain-lain (Daryanto-Agrina, 2006).
2. 4 Morfologi
a. Batang
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai batang
bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah.tumbuh dari biji dengan
ketinggian bisa mencapai 3-5 meter.
Gambar 2.1 batang
6
b. Akar
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai akar
tunggal.
c. Daun
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai daun
tunggal berbentuk bulat telur, bertulang menjari, ujung tumpul, tepi
bergerigi dan pangkal berlekuk, Panjang daun 6-15 cm dan lebar 8
cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau dengan panjang 4-7 cm (Seperti
pada gambar 2.3)
d. Bunga
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai bunga
berwarna cerah, Kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap
dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga raya/sepatu. Bunganya
keluar dari ketiak daun dan merupakan bunga tunggal, yang berarti
pada setiap tangkai hanya terdapat 1 (satu) bunga. Bunga ini
mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm, yang
pangkalnya saling berlekatan dan berwarna merah. Kelopak bunga ini
sering dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang
sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.(Seperti
pada gambar 2.2).
Gambar 2.2 bunga Gambar 2.3 daun
7
e. Biji
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai biji berbentuk
seperti ginjal hingga triangular dengan sudut runcing, berbulu, panjang 5 mm
dan lebar 4 mm.
Gambar 2.4 biji
4. Perkembang biakan tanaman rosella
Tanaman rosella berkembang biak secara generatif (dengan biji).
5. Kandungan zat kimia pada bunga rosella.
Bunga rosella mempunyai kandungan zat kimia sebagai berikut : kalori, air,
protein, lemak, karbohidrat, kalsium, phosphor, besi, B-karotene, asam askorbat
(Daryanto-Agrina, 2006).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
Pembuatan Simplisia
1. Pisau
2. Bak cuci
3. Alat pengering (oven)
4. Kain hitam
5. Alat penumbuk
Ekstraksi
1. Bejana maserasi
2. Gelas kimia
3. Erlenmeyer
4. Evaporator
KLT
1. Gelas kimia
2. Penggaris
3. Pinset
4. Lampu UV
5. Pipa kapiler
6. Chamber
7. Oven
Bahan yang digunakan
Pembuatan Simplisia
Kelopak bunga rosella.
Ekstraksi
1. Kelopak bunga rosella
2. Etanol 96 %
3. Kertas saring
9
KLT
1. Kloroform
2. Aquades
3. N-heksan
4. Kertas saring
5. Tissu
6. Plat KLT
3.2. Cara Kerja
3.2.1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain :
1. Bagian tanaman yang digunakan
2. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
3. Waktu panen
4. Lingkungan tempat tumbuh
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan
senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen
yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif
dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di
dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu.
3.2.2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran0kotoran atau
bahan asing lainnya dari bahan simplisia.
3.2.3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air
bersih,misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia
yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir,
pencucian agar dilakukan dalam waktu ynang sesingkat mungkin.
10
3.2.4. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilkukan untuk mempermudah proses
pengeringan,pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil
jangan langsung dirajang tetapi dijemur dlaam keadaan utuh selama satu
hari. Perajangan dilakukan dengan pisau,dengan alat mesin perajangan
khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki.
3.2.5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalahuntuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Pengeringan simplisia
dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu
alat pengeringan. Ha-hal yang perlu diperhatikan selama proses
pengeringan adalah suhu pengeringan,kelembaban udara,aliran udara,waktu
pengeringan, dan luas permukaan bahan. Cara pengeringan yang salah dapat
mengakibatkan terjadinya “face harding” yakni bagian luar bahan sudah
kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.
3.2.6. Sortasi Kering
Setelah pengeringan sebenarnya tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih
ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilkukan sebelum
simplisia dibungkus untuk kemudian dibungkus.
3.2.7. Penyimpanan
Simplisisa dapat rusak mundur atau berubah mutunya karena
berbagai faktor luar dan dalam antara lain : cahaya, oksigen udara, reaksi
kimia intern, dehidrasi, penyerapan air, serangga kapang.
3.2.8. Parameter Simplisia
1. Pemerian
Bau aromatik; rasa pahit (materia medika jilid 2).
11
Berupa herba, bau khas, rasa pahit, batang bentuk bulat, daun kecil,
bentuk bundar telur – bundar memanjang; panjang helai daun 5 -10 mm,
lebar 2,5 – 5 mm, bungan dan buah terdapat pada ketiak daun atau
terlepas; buah bentuk bulat berwarna hijau kekuningan – kuning
kecoklatan (farmakope herbal).
2. Kadar Air
Prinsip metode ini adalah pengukuran kandungan air yang berada
didalam bahan. (tidak lebih dari 10%).
3. Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan. <111>
tidak lebih dari 10%
4. Kadar Abu
1. Kadar abu total
<81> tidak lebih dari 7,2%
2. Kadar abu tidak larut asam
<82> tidak lebih dari 1,2%
5. Kadar Sari
1. Kadar sari larut air
<91> tidak kurang dari 16,0%
2. Kadar sari larut etanol
<92> tidak kurang dari 8,0%
3.8.9 Ektraksi
A. Maserasi
1. Haluskan sampel tumbuhan yang telah kering menjadi serbuk
2. Timbang sampel halus tersebut
3. Masukkan dalam bejana maserasi dan tambahkan pelarut etanol
sampai semua sampel terendam
4. Diamkan sampel sambil diaduk-aduk
5. Proses dilakukan selama 3 kali 24 jam
6. Maserasi diambil dan disaring lalu dilakukan teknik pemekatan
12
B. Teknik Pemekatan
1. Masukkan hasil penyaringan berupa ekstrak cair kedalam cawan
porselen yang telah diketahui beratnya dan kemudian uapkan diatas
penangas air hingga menjadi ekstrak kental
2. Atau lakukan pemekatan dengan evapurator hingga menjadi ekstrak
kental
C. Perhitungan Randemen
1. Ketahui berat ekstrak kental melalui selisis berat cawan yang berisi
dengan ekstrak dengan berat cawan kosong
2. Hitung randemen melalui rumus :
Rendemen = ekstrak kental X 100%
Berat sampel
3.2.9. Identifikasi ekstrak
1. Penyiapan Sampel
A. Diambil sedikit ekstrak sampel dan ditempatkan pada dua botol vial
yang terpisah, beri tanda
B. Dilarutkan ekstrak sampel dengan pelarut etanol atau air hingga
diperoleh larutan ekstrak yang cukup encer
2. Penyiapan Plat KLT
A. Disiapkan plat KLT alumunium berlapis silika gel 60 GF254 Merck
ukuran 2x4 cm(lebar x tinggi)sebanyak 3 buah
B. Diaktifkan plat dengan cara dipanaskan plat dalam oven pada suhu
100oC selama 5 menit
C. Diambil plat KLT dan didinginkan
D. Dibuat garis batas pada bawah dan atas plat KLT masing-masing
dengan jarak 3 mm dan 2 mm, gunakan pensil
E. Dibuat 2 titik berjarak 0,5 cm satu sama lain pada garis batas bawah
3. Penyiapan Chamber
A. Disiapkan chamber, pinset, gelas ukur dan kertas saring
B. Dimasukkan pelarut fase gerak berdasarkan Farmakope Herba
Indonesia kedalam chamber dan tutup chamber
13
C. Dimasukkan kertas saring dengan ukuran yang sesuai dengan
ukuran chamber dan letakkan sedemikian rupa
D. Dibiarkan chamber jenuh dengan uap eluen yang ditandai dengan
basahnya kertas saring.
4. Penotolan Pada Plat KLT
A. Disiapkan larutan sampel, pipa kapiler, tisu, pelarut metanol dan
plat KLT
B. Dibersihkan pipa kapiler dengan pelarut metanol dan dikeringkan
dengan tisu
C. Diambil larutan ekstrak sampel dengan menggunakan pipa kapiler
bersih dan ditotolkan dititik pertama pada plat KLT, dikering
anginkan
D. Diulangi penotolan hingga titik pertama cukup pekat berisi ekstrak
n-heksan (warna ungu atau gelap diamati dibawah lampu UV)
E. Dilakukan kembali cara kedua sampai 4 untuk penotolan terhadap
ekstrak dititik kedua pada plat KLT
5. Pengelusian
A. Dimasukkan platKLT yang sudah berisi ekstrak n-heksan dan
metanol kedalam chamber yang sudah jenuh, dengan posisi tegak.
Diusahakan garis batas bawah tidak terendam eluen.
B. Ditutup chamberdengan cepat dan ditunggu sampai eluen mencapai
tanda batas atas.
C. Diambil plat KLT dengan pinset dan dikeringanginkan
6. Pendeteksian
A. Secara visula
Diamati plat KLT
Ditandai noda-noda yang berwarna dengan pensil.
Dihitung harga Rf masing-masing noda.
o 𝑅𝑓 =𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠
Dicatat warna noda masing-masing harga Rf /noda
B. Pengamatan plat KLT dibawah lampu UV.
14
Diamati plat KLT di bawah lampu UV
Ditandai noda yang berpendar dengan pensil
Dicatat warna pendaran noda
Dihitung harga Rf
C. Pengamatan dengan pereaksi/reagen penampak noda.
Disiapkan reagen penampak noda dalam sprayer gelas.
Disemprot reagen dipermukaan plat KLT hingga rata. Dilakukan
dilemari asam.
Diambil plat KLT dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 100C.
Tungguhingga 5 menit atau sampai noda-noda menampakkan
perubahan warna.
Diambil plat KLT dan dicatat warna noda yang tampak.
Dihitung harga Rf dan noda-noda tersebut.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
A. Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman rosella salah satunya adalah
flavonoid yaitu antosianin.
B. Tanaman rosella dapat di identifikasi dengan metode KLT ( Kromatografi
Lapis Tipis )
16
DAFTAR PUSTAKA
Carvajal-Zarrabal O, Maria D, Barradas-Dermitz, Orta-Flores, Z. Margaret P,
Hayward-Jones et al. Hibiscus sabdariffa L., Roselle Calyx, from Ethno-
botany to Pharmacology. Journal of Experimental
Pharmacology.2012.4:25–39.
Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat, Jilid I, Penerbit Trubus Agriwidya,
Jakarta, hlm. 120.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid
III, Jakarta, hlm 20-25
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III, Jakarta, hlm. 1756.
Mahadevan N, Shivali, and Kamboj P. Hibiscus sabdariffa Linn, An Overview.
Natural Product Radiance;2009. 8 (1):77-83.
17
LAMPIRAN
1. Penyiapan Simplisia
Diambil kelopak bunga rosella segar
Dicuci bersih dengan air mengalir
Dirajang tumbuhan dengan ukuran sedang
Dikeringkan dalam oven dengan suhu 40ºC hingga kadar air < 5%
Diblender
2. Ekstraksi Sampel
Ditimbang sebanyak 502,01g serbuk simplisia kering
Dimaserasi
Disaring
Dipekatkan filtrat dengan menggunakan vacum rotary evaporator
dengan suhu 45ºC
Tumbuhan Rosella
Serbuk Simplisia
Serbuk Simplisia
Filtrat
Ekstrak Kental
18
3. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
a. Penyiapan KLT
Plat KLT
- Disiapkan sebanyak 1 buah dengan ukuran 3 x 10 cm
- Dibuat garis batas bawah dan atas plat KLT masing-masing dengan
jarak 1 cm dan 0.5 cm menggunakan pensil
- Dibuat dua titik berjarak 1 cm satu sama lain pada garis batas bawah
- Diaktifkan plat degan cara dipanaskan dalam oven pada suhu 100oC
selama 5 menit
- Diambil plat KLT dan dinginkan
Plat KLT siap pakai
b. Penyiapan Chamber
Eluen
- Dimasukkan dalam chamber dan ditutup
- Dimasukkan kertas saring dengan ukuran yang sesuai ke dalam
chamber dan ditempatkan sedemikian rupa
- Dibiarkan chamber jenuh dengan uap eluen yang ditandai dengan
basahnya kertas saring
Chamber Jenuh
Keterangan : Eluen = Kloroform : N-heksan ( 4: 1 )
c. Penotolan
Sampel
- Diambil ekstrak sampel dengan menggunakan pipa kapiler bersih
dan ditotolkan pada plat KLT, dikering anginkan.
- Diulangi penotolan hingga cukup pekat berisi ekstrak sampel
Hasil penotolan
19
d. Pengelusian
Plat KLT + hasil penotolan
- Dimasukkan dalam chamber yang sudah berisi eluen yang sudah
jenuh dengan posisi tegak
- Diusahakan bagian batas bawah tidak terendam oleh eluen
- Ditutup chamber dengan cepat dan ditunggu sampai eluen mencapai
tanda batas atas
- Diambil plat KLT dengan pinset dan dikringanginkan.
Hasil