Post on 24-Oct-2015
1
PENGARUH GAYA BELAJAR SERTA KREATIVITAS SISWA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATEMATIKA
KELAS VII DI SMPN 2 SUNGAI PUA
Proposal
Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah untuk Memenuhi Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan dalam
Bidang Pendidikan Matematika
Oleh
ZETRA ANDIKA NIM.2411.048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2012 M / 1433 H
2
DAFTAR ISI
Hal
ABSTARAK………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. . iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………… viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… ix
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………... x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah……………………………………….... 1
B. Identifikasi masalah……………………………………………. 7
C. Pembatasan masalah……………………………………………. 8
D. Rumusan masalah………………………………………………. 8
E. Tujuan penelitian……………………………………………….. 9
F. Defenisi operasional……………………………………………. 9
G. Manfaat penelitian…………………………………………….... 10
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Deskripsi teoritis………………………………………………... 11
1. Kreativitas…………………………………………………… 11
1.a Pengertian Kreativitas…………………………………… 11
1.b Istilah-istilah teknis tentang proses kreativitas…………. 13
1.c Pribadi Kreatif………………………………………… 18
3
1.d Pengertian Kreativitas Siswa…………………………… 20
1.e Mengukur Kreativitas Siswa…………………………… 20
2. Gaya Belajar………………………………………………… 23
2.a Pengertian Gaya Belajar………………………………... 23
2.b Gaya Belajar VAK (Visual, Auditorial, Kinestetik)…… 23
3. Hasil Belajar…………………………………………………. 27
3.a Pengertian Belajar……………………………………… 27
3.b Hasil Belajar…………………………………………… 28
B. Hipotesis penelitian……………………………………………... 31
BAB III.METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………………………………… 32
B. Populasi dan sampel pennelitian………………………………. 32
C. Variabel, Data, dan Sumber Data Penelitian
penelitian……………………………………………………… 39
D. Prosedur Penelitian…………………………………………….. 40
E. Teknik pengumpulan data…………………………………….. 41
F. Instrumen penelitian……………………………………………. 41
G. Metode analisis instrument……………………………………. 45
H. Teknik analisis data dan uji hipotesis………………………… 55
DAFTAR KEPUSTAKAAN……………………………………………… 86
LAMPIRAN………………………………………………………………. 89
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memberikan
kesempatan kepada siswa mempelajari apa yang perlu diketahui agar dapat
berfikir cerdas, berfikir cepat , terampil dan mempunyai keahlian. Di sekolah
terjadi proses pendidikan untuk membentuk pribadi yang berkualitas.
Keberhasilan yang akan kita tempuh tidak terlepas dari pendidikan yang kita
peroleh di sekolah. Belajar baik di sekolah ataupun bukan juga merupakan
sarana manusia untuk memahami ilmu ataupun segala sesuatu yang berkaitan
dengan proses penciptaan oleh Allah SWT. Melalui proses belajar, manusia
dapat memahami dan meyakini keberadaan pengaturnya. Proses belajar dalam
penggalian ilmu merupakan suatu kewajiban bahkan suatu kebutuhan
manusia yang dijadikan dasar dalam berperilaku dan menyelesaikan suatu
persoalan.
Menurut UU No 2 tahun 1989 pasal 1 ayat (1) “ Pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang”. 1
Berdasarkan pada tujuan pendidikan nasional setiap mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah mempunyai tujuan dan karakteristik tertentu, demikian
juga halnya pelajaran matematika juga mempunyai tujuan antara lain :
1 Fuad Ihsan. Dasar – Dasar Kependidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2003),h.2
5
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan , perbedaan, konsisten dan inkosisten.
2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, inkuiri, dan penemuan.
3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan abstrak lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan2
Usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut di atas
telah banyak dilakukan oleh pemerintah, seperti: diadakan seminar dan
pelatihan guru, penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan manajemen
sekolah dan lain-lain. Usaha tersebut semata-mata untuk memajukan
pendidikan matematika. Tanpa usaha segala sesuatu sulit untuk kita dapatkan.
Oleh karena itu berbagai upaya selalu dilakukan untuk mewujudkan tujuan
tersebut.
Dalam dunia pendidikan proses pembelajaran penekanannya lebih pada
hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang
diberikan. Proses–proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif
sebagaimana tercantum dalam tujuan pembelajaran matematika jarang dilatih.
Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga tejadi di negara-negara
lain, sebagaimana dinyatakan oleh Guilford (1950) dalam pidato
pelantikannya sebagai Presiden dari American Psychological Association,
bahwa:
Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun
2 Tim Penulis Departemen Pendidikan Nasional,Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas,2003), hal .6
6
mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang baru. 3
Ini Juga sering terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa akan
kesulitan menyelesaikan suatu masalah berupa soal-soal yang baru yang
dituntut penyelesaiannya dengan cara baru yang membutuhkan adanya
kreatifitas.
Selain kreativitas, gaya belajar siswa merupakan salah satu unsur yang
penting yang harus diperhatikan dalam proses belajar untuk mewujudkan
tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan. Bobbi DePorter dan Mike
Hernacki dalam bukunya Quantum Learning mengatakan bahwa gaya belajar
merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, sekolah,
dan dalam situasi antar pribadi, dengan begitu gaya belajar akan
mempengaruhi seseorang dalam menyerap dan mengolah informasi sehingga
akan mempengaruhi prestasi yang dicapai.4 Dari itu penulis sangat tertarik
untuk membuktikan teori tersebut apakah benar gaya belajar akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi di SMPN 2 Sungai Pua pada tanggal 20-30
oktober 2013, terlihat banyak siswa dalam menyelesaikan permasalahan
matematika hanya mengerjakan seperti apa yang diberikan oleh guru mereka.
Hal ini terlihat ketika mereka mengerjakan soal di papan tulis. Ketika
permasalahan yang dihadapinya agak berbeda penyajiannya mereka merasa
kesulitan untuk menyelesaikannya. Selain itu, cara penyelesaian
3Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal.7
4 Bobbi DePotter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, ( Bandung: Kaifa, 1999), h.110
7
permasalahan matematika setiap siswa terlihat homogen dan tidak ada yang
mengerjakan soal dengan cara penyelesaian selain yang diajarkan guru karena
takut salah. Hal ini dikarenakan cara berpikir mereka yang masih bersifat
konvergen. Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan berkreativitas sehingga
siswa dapat memilih dan menerapkan cara/metode yang tepat guna
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan benar. Pada akhirnya
hasil belajar yang diharapkan dapat optimal.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan atau lamban dalam menangkap pelajaran matematika.
Terdapat siswa yang gelisah di kelas kemudian bertanya pada teman
sebangkunya ketika guru memberi materi pelajaran secara lisan. Siswa
tersebut meminta temannya untuk menerangkan kembali penjelasan guru.
Terdapat pula siswa yang meminta guru untuk menuliskan contoh soal dan
jawabannya di papan tulis dan juga terdapat siswa yang diam saja ketika
ditanya guru, siswa tersebut tidak dapat menjawab. Dari berbagai masalah
yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran di kelas menandakan bahwa
siswa-siswi memiliki tingkat kreativitas dan cara yang berbeda-beda dalam
belajar dan proses pembelajaran. Cara yang mereka gunakan untuk menerima
pelajaran merupakan gaya belajar mereka masing-masing.
Selain itu penulis juga melihat banyak siswa yang merasa kesulitan
menyesuaikan gaya belajar mereka dengan cara mengajar guru di sekolah,
yang mana seharusnya gurulah yang harus tau dan paham akan keragaman
gaya belajar yang dimiliki siswa sehingga guru bisa memilih strategi yang
8
cocok. Ketidak cocokan gaya mengajar dan strategi yang dipilih guru dengan
gaya belajar siswa membuat susahnya siswa mengikuti proses pembelajaran
dengan baik, ini akan berujung pada hasil belajar yang kurang memuaskan.
Berdasarkan pada pengamatan dan adanya permasalahan yang terjadi
penulis berpikir bahwa betapa sangat berpengaruhnya kreativitas dan gaya
belajar terhadap prestasi seseorang. Walaupun hal ini belum diuji
kebenarannya namun secara teoritis kreativitas dan gaya belajar memegang
peranan penting dalam hubungannya dengan hasil belajar.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari guru bidang studi
matematika SMPN Sungai Pua , terlihat bahwa hasil belajar matematika
siswa masih rendah, nilai siswa masih banyak yang belum mencapai Standar
Ketuntasan yang ditetapkan. Sebagaimana terlihat pada tabel nilai ulangan
harian 1 matematika kelas VII semester Genap siswa MAN Koto Baru
Padang Panjang sebagai berikut:
Tabel 1.1.
Rata-Rata Nilai Ulangan Harian I Matematika Kelas VII Semester Genap Siswa SMPN 2 Tahun Pelajaran 2011 / 2012
Lokal
Jumlah Siswa
Rata-rata Persentase KetuntasanTuntas (%) Tidak Tuntas (%)
VII 1 30 60,00 41,17 58,83VII 2 29 64,50 51,51 48,49VII 3 31 65,01 40,00 60,00VII 4 32 62,85 35,29 64,71VII 5 30 63,28 39,28 60,72VII 6 30 63,05 39,47 60,53VII 7 29 60,24 27,27 72,73
9
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa masih
tergolong rendah, sebab persentase ketuntatasan yang dicapai masih berada
dibawah 50 % dan rata-rata nilai ulangan harian siswa umumnya masih
berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh
sekolah untuk mata pelajaran matematika yakni 70,00.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya hasil
belajar siswa, termasuk di dalamnya faktor intern dan faktor ekstern. Faktor-
faktor tersebut sering kali menjadi penghambat dan pendukung keberhasilan
siswa. Kreativitas dan gaya belajar merupakan faktor intern yang terdapat
dalam diri siswa yang dapat mendukung dan dapat juga menghambat untuk
menjadikan hasil belajar matematika siswa dikatakan baik. Kreativitas dan
gaya belajar yang dipilih sebagai variabel yang diteliti, hal ini dikarenakan
objek kajian yang dipelajari dalam matematika bersifat abstrak (fakta, konsep,
operasi, prinsip), terdapat pemecahan masalah, serta adanya pengertian yang
masih lemah dan belum bermakna dalam memahami konsep matematika.
Sehingga siswa masih kesulitan dalam mempelajari matematika
Keterkaitan antara kreativitas dan gaya belajar dengan prestasi belajar
matematika ini juga didukung penelitian Sternberg yang mengungkapkan
bahwa kreativitas berkaitan erat dengan intelegensi, gaya kognitif, dan
kepribadian atau motivasi.
Dalam penelitian ini diharapkan mampu mengungkapkan apakah benar
kreativitas dan gaya belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika dan seberapa besar pengarunya. Hal ini dimaksudkan guna
10
meningkatkan mutu hasil belajar matematika di SMPN 2 Sungai Pua
khususnya untuk kelas VII tempat peneliti melakukan penenlitian.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Siswa masih berpikir secara konvergen sehingga apabila permasalahan
yang dihadapinya agak berbeda penyajiannya mereka merasa kesulitan
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2. Kreativitas siswa yang kurang dalam menyelesaikan soal matematika
yang baru dan yang bervariasi
3. Strategi mengajar yang dipilih guru yang kadang-kadang kurang sesuai
dengan gaya belajar siswa.
4. Masih rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VII Sungai pua
C. Pembatasan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah agar pengkajian
masalah dalam penelitian ini dapat lebih terfokus dan terarah. Oleh karena
keterbatasan yang dimiliki peneliti baik dalam hal kemampuan, dana, waktu,
dan tenaga maka penelitian ini dibatasi pada pengaruh kreativitas dan gaya
belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 2 Sungai pua
dengan populasi seluruh siswa kelas VII, dan untuk sampelnya diambil 2 kelas.
11
D. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan tersebut
sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh signifikan kreativitas dan gaya belajar terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas VII SMPN 2 Sungai Pua?
2. Adakah pengaruh signifikan kreativitas terhadap hasil belajar matematika
siswa kelas VII SMPN 2 Sungai Pua?
3. Adakah pengaruh signifikan gaya belajar terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VII SMPN 2 Sungai Pua?
E. Tujuan penelitian
Penelitian ditujukan :
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh signifikan kreativitas dan gaya belajar
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 2 Sungai Pua.
Untuk mengetahui adakah pengaruh signifikan kreativitas terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas VII SMPN 2 Sungai Pua.
2. Untuk mengetahui adakah pengaruh signifikan gaya belajar terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas VII SMPN 2 Sungai Pua.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami
skripsi ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah
sebagai berikut :
1. Kreativitas adalah pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan
imajinatif, yang mencerminkan penemuan dan hasil-hasil ilmiah, cara
12
berpikir yang baru, asli, independen, dan imajinatif , konsisten, intuitif,
mampu menyimpan masalah, antusias, rasa ingin tahu, kemampuan untuk
menghubungkan dan mengaitkan, kemampuan membuat gagasan-gagasan
yang berbeda dan membuat sintesis. Dalam penelitian ini nilai kreativitas
merupakan skor yang diperoleh siswa setelah mengisi angket kreativitas
2. Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan
menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian
mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar atau bisa juga
diartikan cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita miliki.
Dalam penelitian ini nilai gaya belajar merupakan skor yang diperoleh
siswa dalam mengisi angket gaya belajar.
3. Hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
melakukan suatu proses belajar matematika selama kurun waktu tertentu
dimana hasil belajar tersebut bisa diukur melalui suatu tes. Dalam penelitian
ini hasil belajar matematika yang diteliti adalah hasil belajar pada ranah
kognitif. Hasil belajar siswa didapat dari skor / nilai yang diperoleh siswa
setelah mengikuti tes.
G. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru dan sekolah
Sebagai gambaran bagaimana peran guru sebagai motivator dan
fasilitator di dalam memberikan bimbingan kepada siswa dalam rangka
meningkatkan kreativitas belajar siswa.
13
Sebagai bahan acuan untuk menentukan strategi mengajar yang sesuai
dengan gaya belajar siswa guna mencapai tujuan pembelajaran yang
efektif dan secara tidak langsung akan meningkatkan mutu sekolah.
2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam penulisan karya ilmiah dan untuk memenuhi syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Matematika.
3. Bagi peneliti-peneliti lain, penelitian ini sebagai bahan referensi untuk
melakukan penelitian-penelitian yang sejenis selanjutnya
14
BAB IIKERANGKA TEORITIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Pada hakikatnya perkataan kreatif adalah penemuan sesuatu yang
baru, dan bukan akumulasi dari keterampilan atau pengetahuan yang
diperoleh dari buku pelajaran. Kreatif diartikan juga sebagai pola
berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang
mencerminkan hasil-hasil ilmiah, penemuan ilmiah, dan penciptaan-
penciptaan secara mekanik.
Menurut Winkel, dalam kreativitas berpikir atau berpikir kreatif,
kreativitas merupakan tindakan berpikir yang menghasilkan gagasan
kreatif atau cara berpikir yang baru, asli, independen, dan imajinatif.
Kreativitas dipandang sebuah proses mental. Daya kreativitas menunjuk
pada kemampuan berpikir yang lebih orisinal dibanding dengan
kebanyakan orang lain.5
Beberapa defenisi tentang kreativitas menurut para ahli:
1. Jacques Hadmard, dalam AN essay On The Psychology of invention
In Mathematical Field, mengatakan bahwa kreativitas adalah
“Jelaslah suatu penemuan atau kreasi, baik dalam matematika,
maupun dalam bidang lain, terjadi dengan menghubungkan ide-ide.”
5 Ngalim Purwanto M, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 513 - 514.
15
2. Dr.Myron S. Alien, Dalam Psychodynamic Synthesis mengatakan: “
Kreatifitas adalah perumusan-perumusan dari makna melalui
sintesis."
3. George J. Seidel, dalam The Crisis Of Creativity, mengatakan:” Kreatifitas
adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-
kadang dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan
dasar pendayagunaan kreatif dari
Menurut Elizabeth Hurlock (seorang pakar psikologi perkembangan anak),
”kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi,
produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak
dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis
pemikiran yang hasilnya bukan perangkuman. Ia mungkin mencakup
pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari
pengalaman sebelumnya dan pencangcokkan hubungan lama ke situasi baru
dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Ia harus mempunyai
maksud atau tujuan, bukan fantasi semata, walaupun merupakan hasil yang
sempurna lengkap. Ia mungkin dapat berbentuk produk seni, kesusasteraan,
produk ilmiah, atau mungkin bersifat prosedural atau metodologis.6
b. Istilah-istilah teknis tentang proses kreativitas
1. Produksi kreatif
6 Hurlock, Elizabeth B, (2002). Perkembangan Anak Jilid 2 (Meitasari Tjandrasa. Terjemahan)
(Jakarta:Erlangga, 2002), hal. 4.( dalam skripsiDewi A.Sagitasari, pengaruh kreatifitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar matematika siswa SMP, hal. 10)
16
Produksi kreatif adalah suatu produksi yang baru dan tiada
tandingannya, serta dikenal dengan kemampuan untuk memproduksi
sesuatu yang baru, atau menciptakan hubungan yang baru terhadap
sesuatu yang telah diketahui sebelumnya, dengan syarat sesuatu atau
hubungan yang baru itu mempunyai tujuan tertentu dan bermanfaat,
serta mampu menutupi kebutuhan bagi individu atau sekelompok
orang.7
Ada beberapa pengertian yang sepadan dengan makna
produksi kreatif ini, yaitu produk kreativitas. Kata ini mengandung
arti segala hal yang mendatangkan beberapa perubahan melalui
kreativitas tersebut. Jadi produk kreativitas ini memiliki makna dan
nilai tertentu. Ia dapat berupa suatu upaya untuk mengalahkan
kesulitan yang tidak diketahui oleh seseorang.
2. Kerja kreatif
Maksud dari kerja kreatif ini adalah segala bentuk tugas atau
pekerjaan dalam berbagai ilmu, seni dan sastra. Pada dasarnya kerja
kreatif ini adalah memberikan segala sesuatu yang baru, baik dalam
satra, ilmu, dan seni dengan jenis dan macam yang berbeda.8
3. Tingkat kreativitas
Ada beberapa tingkat kreativitas, diantaranya:
a. Kreativitas ekspresionis
7 AmalAbdussalam Al-khalili, Pengembangan kreatifitas anak, (Hj Umma Farida, terjemahan), (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h.32
8 AmalAbdussalam Al-khalili, … , h.33-34
17
Kreativitas ekspresionis adalah ungkapan bebas da mandiri yang
di dalamnya tidak memiliki urgensi atau kepentingan bagi
kemahiran dan keaslian
b. Kreativitas produksi
Kreativitas produksi adalah hasil-hasil produksi seni dan
keilmuan yang diperoleh melalui usaha mendisiplinkan
kecenderungan untuk bermain bebas, dan menentukan langkah-
langkah untuk mencapai hasil yang sempurna.
c. Kreativitas inovatif
Kreativitas inovatif banyak diungkapkan oleh para penemu yang
memperlihatkan kejeniusan mereka dengan menggunakan
pengembangan keterampilan-keterampilan individu.
d. Kreativitas pembaharuan
Kreatifitas pembaharuan ini berarti pengembangan dan prbaikan
yang mencakup penggunaaan keterampilan-keterampilan
individu.
e. Kreativitas emanasi
Kreativitas emanasi berarti menunjukkan prinsip baru atau
aksioma-aksioma baru yang muncul dari pendapat baru.9
4. Teori kreativitas
Salah satu teori dalam kreativitas yang akan dibahas dalam kajian
teori ini adalah teori Fungsi Hemisphere sebagai kekhususan belahan
9 AmalAbdussalam Al-khalili, … , h.35-36
18
otak. Secara umum para ahli menyimpulkan bahwa otak kita memiliki
dua sisi/kortikel (cortices) yang berhubungan secara mengagumkan
melalui jaringan serabut syaraf (Corpus callosum). Secara khusus
memiliki aktivitas mental/fungsi berbeda (Tabel 1).
Tabel 2.1.
Fungsi Belahan Otak Kiri dan Belahan Otak Kanan
Left Hemisphere Right Hemisphere
- math, history, language;-verbal, limit sensory
input;- sequential, measurable;- analytic;- comparative;- relational;- referential;- linier;- logical;- digital;- scientific, technological;
- self, elaborates and increases variables, inventive;
- nonverbal perception and expresivenness;- spatial;- intuitive;- holistic;- integrative;- nonreferential;- Gestalt;- Imagery;- Better at depth perception, facial recognition;- Mystical humanistic;
Sumber: Clark, B, Growing Up Gifted 3thed, (Ohio: Merrill
Publishing Co., 1988)
c. Pribadi Kreatif
Pada orang kreatif kemampuan berpikir divergen merupakan
hal yang menonjol. Berpikir divergen adalah bentuk pemikiran
terbuka, yang menjajaki bermacam macam kemungkinan jawaban
terhadap suatu persoalan atau masalah.
Orang kreatif juga memerlukan kemampuan berpikir
konvergen, yaitu kemampuan berpikir yang berfokus pada tercapainya
19
satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan atau masalah.
Hal ini diperlukan untuk memilih aspek masalah yang relevan dan
membuang yang tidak relevan (selective encoding),
d. Pengertian Kreativitas Siswa
Dari uraian sebelumnya, dapat dikemukan bahwa yang
dimaksud kreativitas adalah suatu ekspresi tertinggi dari
keberbakatan yang ditunjukkan melalui aspek kognitif dengan
tindakan dan berpikir divergen maupun konvergen serta aspek afektif
mengenai fungsi perasaan/internalisasi nilai. Dalam memecahkan
masalah, siswa yang kreativitasnya tinggi akan cenderung
menggunakan aspek berpikir divergen maupun konvergen ketika
mencari soluasi baru dan apabila akan mempersempit pilihan ketika
mencari jawaban. Sementara itu, aspek afektif ditunjukkan melalui
sifat imajinatif, rasa ingin tahu, independen, percaya diri, toleran
terhadap perbedaan situasi (mampu beradaptasi), senang pada
kompleksitas (antusias), konsisten dari satu situasi ke situasi lain,
intuitif, dan mampu menunda keputusan bila terjadi hambatan.
e. Mengukur Kreativitas Siswa
Secara garis besar, ada dua pendekatan utama untuk mengukur
kreativitas seseorang, diantaranya adalah: (1) Pendekatan kemampuan
berpikir kreatif (kognitif) serta (2) Pendekatan melalui kepribadian.
20
Salah satu tes yang banyak digunakan diantaranya; tes yang dilakukan
Torrance (Test of Creative Thinking) yang melibatkan kemampuan
berpikir; atau Tes sindroma kepribadian, contohnya Alpha Biological
Inventory.10
Inventori kepribadian ditujukan untuk mengetahui
kecenderungan kepribadian seseorang. Kepribadian kreatif yang
dimaksud meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berpikir, dan
kebiasaan-kebiasaan berperilaku.11 Penilaian proses mental yang
memunculkan solusi, ide, konsep, bentuk arstistik, teori atau produk
yang unik dan baru/orisinil tes dibuat dalam bentuk figural/gambar
atau verbal/ bahasa.
2. Gaya Belajar
a. Pengertian Gaya Belajar
Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki gaya belajar
merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap,
dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.12
Menurut Nasution gaya belajar atau “learning style” siswa
yaitu cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang
yang diterimanya dalam proses belajar.13 Para peneliti menemukan
10 Gardner, Howard, Creating minds, An Anatomy of Creativity, (New York: Basic Books, 1993), hal. 19-25(skripsi Dewi A. Sagitasari hal.23)
11 Dedi Supriyadi, … , h. 24-2512 DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, Quantum Learning, … ,h.11113 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Cetakan
ke-11, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 93.
21
adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan
menurut kategori-kategori tertentu. Mereka berkesimpulan, bahwa
1) Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya
belajar. Juga guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2) Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen
tertentu.
3) Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi
efektivitas belajar.
Dari pengertian-pengertian di atas, disimpulkan bahwa gaya
belajar adalah cara yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan
menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.
b. Gaya Belajar VAK (Visual, Auditorial, Kinestetik)
Banyak ahli yang menggunakan istilah berbeda-beda dalam
memahami gaya belajar ini. Tetapi secara umum, menurut Bobby
DePotter terdapat dua benang merah yang disepakati tentang gaya
belajar ini. Pertama adalah cara seseorang menyerap informasi
dengan mudah, yang disebut sebagai modalitas, dan kedua adalah
cara orang mengolah dan mengatur informasi tersebut. Modalitas
belajar adalah cara kita menyerap informasi melalui indera yang kita
miliki. Masing-masing orang mempunyai kecenderungan berbeda-
beda dalam menyerap informasi. Terdapat tiga modalitas belajar ini,
22
yaitu apa yang sering disingkat dengan VAK: Visual, Auditory,
Kinestethic.14
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik gaya
belajar seperti disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki,
adalah sebagai berikut:
1) Gaya Belajar Visual (Visual learners)Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
a) rapi dan teratur,b) berbicara dengan cepat,c) mampu membuat rencana dan mengatur jangka panjang
dengan baik,d) teliti dan rinci, e) mementingkan penampilan, f) lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa
yang didengar, g) mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual, h) memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat
baik, i) biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau
suara berisik ketika sedang belajar,j) sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu
seringkali ia minta instruksi secara tertulis), k) merupakan pembaca yang cepat dan tekun, l) lebih suka membaca daripada dibacakan,m) dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia
selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan,
n) jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara,
o) lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain, p) sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat
"ya" atau "tidak”,q) lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada
berpidato/berceramah,r) lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar)
daripada musik, s) sering kali menegtahui apa yang harus dikatakan, tetapi
tidak pandai menuliskan dalam kata kata,
14 Bobbi De Potter dan Mike Hernacki, … , h.113
23
t) kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.
2) Gaya Belajar Auditorial (Auditory Learners) Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
a) sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja (belajar), b) mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik,c) menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku
ketika membaca,d) lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada
membaca,e) jika membaca maka lebih senang membaca dengan
suara keras, f) dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan
warna suara, g) mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi
sangat pandai dalam bercerita, h) berbicara dalam irama yang terpola dengan baik,i) berbicara dengan sangat fasih,j) lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang
lainnya,k) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada apa yang dilihat,l) senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu
secara panjang lebar, m) mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-
tugas yang berhubungan dengan visualisasi,n) lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata
dengan keras daripada menuliskannya, o) lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca
buku humor/komik. 3) Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)
Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:a) berbicara dengan perlahan, b) menanggapi perhatian fisik, c) menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian
mereka,d) berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang
lain,e) banyak gerak fisik,f) memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar,g) belajar melalui praktek langsung atau manipulasi,
24
h) menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung,
i) menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca,
j) banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal),k) tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu
yang lama,l) sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke
tempat tersebut, m) menggunakan kata-kata yang mengandung aksi,n) pada umumnya tulisannya jelek, o) menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan
(secara fisik), p) ingin melakukan segala sesuatu.15
Dari beberapa uraian diatas dapat pula dijelaskan secara lebih ringan
tentang gaya belajar seseorang, dimana orang bergaya belajar visual
akan sangat mudah melihat atau membayangkan apa yang dibicarakan.
Mereka sering melihat gambar yang berhubungan dengan kata atau
perasaan dan mereka akan mengerti suatu informasi bila mereka melihat
kejadian, melihat informasi itu tertulis atau dalam bentuk gambar.
.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Witherington yang dikutip Nana Syaodih Sukamadinata,
belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru, yang berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.16
Sedangkan Slameto menyatakan, Belajar ialah suatu proses usaha
15 DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, … , h.12016 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:
PT 5Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 155.
25
yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungannya.17
Dari pendapat kedua ahli tersebut, belajar dapat diartikan sebagai
proses yang menghasilkan perubahan yang bersifat menetap dan
menyeluruh sebagai hasil dari adanya respon individu terhadap situasi
tertentu, namun juga berwujud keterampilan, kecakapan, sikap,
tingkah laku, pola piker, kepribadian, dan lain-lain.
b. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku.
Sebuah proses maka sudah barang tentu harus ada yang diproses
dan akhir dari proses. Akhir dari proses inilah yang disebut dengan
hasil belajar. Hasil belajar ini terdiri dari perubahan tingkah laku
tersebut.
Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution tentang hasil belajar yaitu:
“ Suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri pribadi individu yang belajar”.18
17 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hal. 2
18 Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar,( Jakarta: Grasindo,1982). hal.25
26
Sedangkan Arikunto mendefenisikan bahwa hasil belajar itu
merupakan hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana
tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat
diamati atau diukur.19 Jadi Hasil belajar siswa adalah hasil yang
diperoleh siswa setelah melakukan suatu proses belajar matematika
selama kurun waktu tertentu dimana hasil belajar tersebut bisa
diukur melalui suatu tes.
Hasil belajar juga dapat dikatakan sebagai kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil
belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai
tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari
informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-
kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun
individu.
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu :
(a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian;
(c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi
dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.20
19 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,1992), Hal.133
20 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Rosda Karya, 2004), Hal.22
27
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil belajar
yaitu :
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih
ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun
faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor
psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan,
tanggapan dan lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan
faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah
mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan,
dan pembentukan sikap.
Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari
proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil
belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang
hasil belajar yang dicapai siswa.21
B. Hipotesis Penelitian
21 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Rosda Karya, 1989), Hal.111
28
Berdasarkan atas rumusan masalah dan kajian teori yang telah
dikemukakan, maka diajukan hipotesis yaitu :
1. Terdapat pengaruh signifikan kreativitas dan gaya belajar terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas VII SMPN 2 Sungai Pua.
2. Terdapat pengaruh signifikan kreativitas terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VII SMPN 2 Sungai Pua.
3. Terdapat pengaruh signifikan gaya belajar siswa terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas VII SMPN 2 Sungai Pua.
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional dan expost facto
dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian
yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau
beberapa variabel.22 Di katakan expost facto karena di dalam penelitian ini
tidak dibuat perlakuan pada objek penelitian melainkan hanya
mengungkapkan fakta pada diri responden. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, artinya semua informasi
atau data penelitian diwujudkan dalam bentuk angka yang dianalisis dengan
statistik dan hasilnya dideskripsikan.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas siswa kelas VII
SMPN 2 Sungai Pua pada semester ganjil tahun ajaran 2013/ 2014 yang
terdiri dari 7 kelas.
Table 1 : Jumlah siswa kelas VII SMP N 1 Sungai Pua tahun pelajaran 2013-2014
Kelas Jumlah Siswa
VII.AVII.BVII.CVII.D
30272831
22 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Rineka Cipta: Jakarta, 2000), hal.326.
30
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah himpunan bagian dari populasi atau (contoh) untuk
dijadikan sebagai bahan penelaahan dengan harapan contoh yang diambil
dari populasi tersebut dapat mewakili (representative) terhadap
populasinya. Mengingat jumlah populasi yang besar dan terbatasnya
kemampuan penulis dari segi tenaga, dana, dan waktu maka penelitian ini
dilakukan terhadap sampel yang mewakili populasi. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah random sampling (acak).
Agar sampel dapat mewakili dan menggambarkan sifat serta
karakteristik dari populasi, maka langkah-langkah yang dilakukan untuk
pemilihan kelas sampel dalam penelitian ini yaitu:
a. Mengumpulkan nilai ulangan harian matematika siswa kelas VII
SMP N 1 Sungai Pua
b. Melakukan Uji Normalitas untuk mengetahui data berdistribusi
normal atau tidak, sehingga langkah selanjutnya tidak menyimpang
dari kebenaran.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 = Populasi berdistribusi normal.
H1 = Populasi berdistribusi tidak normal.
Untuk melihat sampel berdistribusi normal, digunakan uji
Lilifors yang dikemukakan oleh Sudjana dengan langkah – langkah
sebagai berikut:
1) Data X1, X2, X3,..., Xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil sampai yang terbesar.
31
2) Mencari skor baku dari skor mentah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Zi=X i−X̄
SDengan: Zi = Skor bakuS = Simpangan bakuX̄ = Skor rata-rataXi = Skor dari tiap soal
3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku dihitung peluang F(Zi) = P (Z < Zi).
4) Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih kecil atau sama Zi yang dinyatakan dengan S (Zi) dengan menggunakan rumus:
S (Z i )=Banyaknya Z1 , Z2 , .. .Zn yang ≤Z i
n
5) Menghitung selisih antara F(Zi) dengan S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
6) Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu
diberi simbol L0, L0 = maks |F (Z i )−S (Z i )|
7) Kemudian bandingkan L0 dengan nilai L0 yang ada pada tabel.
Pada taraf a=0 ,05 jikaL0¿ Ltabel maka H0 diterima dan jika L0>Ltabel maka H0 ditolak.23
c. Melakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji Barlet. Uji ini
bertujuan untuk melihat apakah populasi mempunyai variansi yang
homogen atau tidak.
Hipotesis yang diajukan yaitu :
H0 = Populasi mempunyai varians yang homogen
H1 = Populasi mempunyai varians yang tidak homogen
23 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung : Tarsito, 2005), h.466
32
Untuk menentukan uji homogenitas ini dilakukan langkah –
langkah sebagai berikut:
1) Menghitung varians masing – masing kelompok2) Menghitung variansi gabungan dari semua populasi dengan
rumus:
S2=∑ (ni−1 )S
i2
∑ (ni−1 )3) Menghitung harga satuan Barlett (B) dengan rumus:
B=( log S2)∑ (ni−1 )
4) Mengunakan statistik chi-kuadrat dengan rumus:
χ2=( ln10 ) {B−∑ (n i−1) log Si
2 }5) Menggunakan tabel/daftar
Kemudian harga X2hitung dibandingkan dengan harga X2
tabel
dengan kriteria bilaX2hitung < X2
tabel untuk taraf α maka populasi homogen. Dengan demikian populasi memiliki varians yang homogen.24
Peneliti menggunakan Software minitab untuk
membandingkan data penelitian dalam menentukan
populasi homogen, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Input data ke dalam Software minitab;
b. Klik stat, kemudian pilih Basic Statistic, klik 2
variances;
c. Tentukan variable yang akan diinput, kemudian klik
OK.
Populasi homogen jika P-value >a=0 ,05 atau selang
kepercayaan masing–masing kelompok beririsan.
24 Sudjana, Metode Statistika ... h.263
33
d. Melakukan uji kesamaan rata–rata dengan menggunakan analisis
variansi.
Uji ini menggunakan teknik anava satu arah dengan langkah–
langkah sebagai berikut:
1) Membuat hipotesis statistik yang diajukanH0 : µ1 = µ 2 = µ3 = µ4
H1 : paling sedikit satu tanda tidak sama dengan, tidak berlaku2) menentukan taraf nyatanya (α)3) Menentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus
f > f α [ k – 1, N – K]4) Menentukan perhitungan melalui bantuan tabel.
Table 3.3: Data hasil belajar siswa kelas populasi.Populasi
1 2 3 4X11
X12
…X1n
X21
X22
…X2n
X31
X32
…X3n
X41
X42
…X4n
Total T1 T2 T3 T4 TNilai Tengah
X1 X2 X3 X4 X
Perhitungannya dengan menggunakan rumus :
∑i=1
k T i2
N−
T …2
N
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = ∑i=1
k
∑j=1
¿
X i , j2 -
T…2
NJumlah Kuadrat untuk Nilai Tengah Kolom
(JKK)= ∑i=1
k
T i2
n−
T …2
NJumlah Kuadrat Galat (JKG) : JKT – JKKMasukkan data hasil perhitungan ke tabel berikut :Table 3.4:Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa
Kelas PopulasiSumber
KeragamamJumlah Kuadrat
Derajat Bebas
Kuadrat Tengah
f Hitung
Nilai Tengah Kolom
JKK
JKG
k – 1
N - K
s12 =
JKKk−1
s22=
s12
s22
34
Galat JKGk (n – 1)
Total JKT N - K5) Keputusannya
Ho diterima jika f ≤ f α [ k – 1, N – K]Ho ditolak jika f >f α [ k – 1, N – K].25
e. Pengamblian Sampel
Setelah perhitungan di atas diperoleh populasi yang
berdistribusi normal, homogen serta memiliki kesamaan rata-rata,
maka pengambilan sampel dilakukan secara acak. Pengambilan
sampel yang penulis lakukan adalah dengan cara menulis nama kelas
di kertas dan menggulungnya. Kemudian penulis mengundi
gulungan kertas dan mengambil dua gulungan secara acak. Kertas
pertama yang terambil merupakan kelas eksperimen, sedangkan
pengambilan kertas kedua merupakan kelas kontrol.
C. Variabel, Data dan Sumber data penelitian
1.Variabel
Variabel penelitian merupakan suatu objek penelitian yang menjadi titik
fokus perhatian peneliti dalam meneliti. Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel, yaitu:
25 Ronal, E. Walpole, Pengantar Statistika. ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka, 1993),h. 383
35
a. Variabel bebas : Kreativitas dan gaya belajar siswa kelas VII SMPN 2
Sungai Pua
b. Variabel terikat : Hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 2
Sungai Pua.
2. Data
a. Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti. Data primer dalam penelitian ini adalah data
skor angket kreativitas dan gaya belajar, data hasil
belajar siswa yang didapat dari tes
c. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak
langsung melalui dokumen – dokumen atau data yang
diarsipkan.26 Dalam penelitian ini adalah nilai ulangan
harian I matematika siswa yang berada pada kelas VII
SMPN 2 Sungai Pua semester genap sebelum dilakukan
penelitian.
3.Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer bersumber dari kelas VII SMPN 2 Sungai
Pua yang menjadi sampel pada penelitian ini.
b. Data sekunder bersumber dari Kantor Tata Usaha dan
Guru bidang studi SMPN 2 Sungai Pua.
D. Prosedur Penelitian
26Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian ,…, hal. 84-85
36
Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga tahap,
yaitu:
1.Tahap Persiapan
a) Menentukan jadwal penelitian
b) Mempersiapkan instrumen angket yang akan digunakan
untuk penelitian, berupa angket kreativitas dan gaya
belajar
c) Mempersiapkan soal tes hasil belajar
d) Melakukan validasi isi terhadap angket dan soal tes hasil
belajar matematika
2.Tahap Pelaksanaan
a) Memberikan uji coba angket di kelas VII 3 danVII 5
b) Menganalisis hasil angket uji coba dan soal tes uji coba
c) Memberikan angket kreativitas dan gaya belajar
d) Memberikan soal tes hasil belajar untuk lokal sampel yaitu
kelas VII 3 danVII 5
3.Tahap Penyelesaian
Pada tahap penyelesaian, peneliti mengolah data yang
didapat selama tahap pelaksanaan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Kuesioner
37
Metode ini merupakan cara pengumpulan data dalam bentuk sejumlah
pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan kepribadiannya atau dalam
hal-hal yang diketahuinya.27
2. Metode Tes
Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa selama kurun
waktu tertentu.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian atau instrumen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.28
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Angket yang
digunakan adalah jenis angket tertutup yaitu, suatu angket yang
pertanyaan/pernyataan dan alternatif jawabannya telah ditentukan sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang diinginkan.
1) Angket Kreativitas
Angket kreativitas digunakan untuk mengetahui tingkat
kreativitas setiap siswa dalam pembelajaran matematika. Dimensi-
dimensi yang digunakan meliputi dimensi kognitif, baik konvergen
maupun divergen, dan dimensi afektif yaitu kecenderungan bersikap
(fungsi perasaan).
27 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hal. 134.28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik., (Jakarta :
Rineka Cipta, 2006), h.158
38
Angket kreativitas siswa terdiri atas beberapa pernyataan.
Butir angket dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu pernyataan yang
bersifat positif dan pernyataan yang bersifat negatif. Pernyataan
positif yaitu pernyataan yang mendukung gagasan kreatif, sedangkan
pernyataan negatif yaitu pernyataan yang tidak mendukung gagasan
kreatif. Hal ini untuk menghindari jawaban yang asal memilih.
Penyekoran untuk setiap butir berdasarkan pilihan dan sifat butir
sebagai berikut:
Tabel 3.6.
Penyekoran butir angket bersifat positif dan negatif
Pilihan Selalu sering Kadang-kadang
Jarang Tidak pernah
Skor positif 5 4 3 2 1Skor negatif 1 2 3 4 5
Angket kreativitas disusun dengan mengikuti cara-cara
penyusunan tes kreativitas dengan penilaian yang melibatkan
keterampilan berpikir dan kecenderungan bertindak. Adapun
indikator-indikator variabel kreativitas dapat di lihat pada kisi-kisi
instrumen kreativitas sebagai berikut
Tabel 3.8. Kisi-kisi Instrumen KreativitasDIMENSI INDIKATOR No.Butir1. Kecenderungan
Berpikir secaraKonvergen danDivergen
a. Berpikir secara Konvergen (fokus jelas)
b. Berpikir secara Divergen (Mencari alternatif dengan pandangan yang berbeda)
3,6, 1,24
2,5,9,4,7, 8,10
39
2. Kecenderunganbersikap(fungsiperasaan)
a. Imajinatifb. Rasa ingin tahu c. Teguh dengan
ide/independent d. Percaya dirie. Antusiasf. Intuitifg. Konsistenh. Mampu menyimpan
asalah
25,1518,2111,16,
12,23,13,19,26,20,22,14,17,27
Total 27
Keterangan: Cetak miring = butir negative
2) Angket Gaya Belajar
Data mengenai gaya belajar diperoleh melalui angket skala
likert. Aspek-aspek yang diukur meliputi gaya belajar visual,
auditorial dan kinestetik. Angket gaya belajar terdiri atas beberapa
pernyataan. Butir angket dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu
pernyataan yang bersifat positif dan pernyataan yang bersifat negatif.
Penyekoran untuk setiap butir berdasarkan pilihan dan sifat butir
sama dengan angket kreativitas. Adapun indikator- indikator variabel
gaya belajar dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen kreativitas sebagai
berikut:
Tabel 3.9.Kisi-kisi instrumen Gaya Belajar
DIMENSI INDIKATOR No.Butir
GayaBelajarVisual
a. Belajar sesuatu dengan asosiasi visual b. Rapi dan teraturc. Mengerti dengan baik mengenai posisi,
bentuk, angka, dan warna d. Sulit menerima instruksi verbal
5,7,8,6,10,13,4
2,9GayaBelajar
a. Belajar dengan cara mendengarb. Lemah terhadap aktivitas Visual
15,20,1816,11
40
Auditori c. Memiliki kepekaan terhadap musikd. Baik dalam aktivitas lisan
31,13,1412,19,17
GayaBelajarKinestetik
a. Belajar melalui aktivitas fisik b. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak
bergerak c. Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuhd. Menyukai kegiatan coba-coba
27,22,2421,25,30
29,2823,26
Total 31Keterangan: Cetak miring = butir negative
3) Tes hasil belajar
Dalam hal ini dilakukan tes hasil belajar terhadap materi pelajaran
tertentu pada kelas VII SMPN 2 Sungai Pua semester genap,
dimana soalnya disesuaikan dengan indikator-indikator yang ada
pada materi pelajaran matematika kelas VII SMPN 2 Sungai Pua
G. Metode analisis instrument
1. Analisis instrument angket
a. Validitas Instrumen angket
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid
atau sahih memiliki validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah.
Validitas yang diperlukan untuk ketiga instrumen adalah validitas isi
yang diperoleh melalui expert judgement yakni dosen pembimbing dan
orang lain yang dianggap ahli.
b. Reliabilitas Instrumen angket
41
Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel, jika
pengukurannnya konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas
instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari
instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang homogen
diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri
subjek memang belum berubah.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha
Cronbach dengan bantuan SPSS 16. 29
2. Analisis Soal Tes
Sebelum dilakukan uji coba untuk analisis butir soal , dilakukan
validasi secara teoritik / isi oleh dua orang validator.
H. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah:
1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas
mengorganisasi dan menganalisis data angka agar dapat memberikan
gambaran secara teratur, ringkas dan jelas mengenai suatu keadaan
sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.30 Statistik deskriptif
29 Sambas Ali Muhidin,dkk, … , h.3730 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008), h. 4
42
ini juga merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Untuk memberikan gambaran mengenai hasil pengukuran terhadap
ketiga variabel, yakni kreativitas, gaya belajar, dan prestasi belajar siswa
disajikan melalui analisis deskriptif. Besaran statistik deskriptif antara lain
rata-rata (mean), nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (mode),
simpangan baku (standard deviation). Disamping itu ditentukan pula
besarnya nilai presentase frekuensi.
Rumus yang digunakan untuk mempersentasekan besarnya nilai
frekuensi adalah sebagai berikut :
f ( %)=f ¿¿
Keterangan :
f = persentase distribusi frekuensi
f(abs) = frekuensi absolut
N = jumlah total responden
Selanjutnya menentukan kecenderungan variabel. Pengkategorian
dilaksanakan berdasarkan Mean Ideal dan Standart Deviation Ideal yang
diperoleh:
Mean Ideal ( Mi )=12
( skor tertinggi+skor terendah )
SD Ideal ( SDi )=16
(skor tertinggi−skor terendah)
43
Pada angket kreativitas yang berjumlah 20 butir dengan skala (1-5), skor
terendah adalah 20 jika semua butir nilainya 1 dan skor tertinggi adalah
100 jika semua butir bernilai 5, sehingga rentang skor teoritiknya adalah
20-100. Pada angket gaya belajar yang berjumlah 24 butir dengan skala
(1-5), skor terendah adalah 24 jika semua butir nilainya 1 dan skor
tertinggi adalah 120 jika semua butir bernilai 5, sehingga rentang skor
teoritiknya adalah 24-120. Untuk nilai matematika siswa rentang skor
teoritiknya adalah 42-95, ini diambil nilai tertinggi dan terendah yang
didapatkan dari tes hasil belajar.
Tingkat kecenderungan masing-masing variabel dikategorikan
menjadi empat macam dengan ketentuan sebagai berikut:
x ≥ (Mi + 1. SDi) : tinggi
(Mi + 1. SDi) > x ≥ Mi : cukup
Mi > x ≥ (Mi – 1. SDi) : kurang
x < (Mi – 1. SDi) : rendah
2. Statistik Inferensial
Statistik inferensial yaitu statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Ciri
analisis data inferensial adalah digunakannya rumus statistik tertentu
(misalnya uji t, uji F, dan lain sebagainya). Dengan demikian statistik
inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel
bagi populasi.31
a. Pengujian Persyaratan analisis
31 Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.53
44
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependent, variabel independent, atau
keduanya mempunyai distribusi normal, ataukah tidak. Model
regresi dikatakan baik apabila distribusinya normal atau mendekati
normal. Uji normalitas dilakukan dan dengan menggunakan
software SPSS 16. Sebelumnya diajukan hipotesis:
H0: variabel kreativitas, gaya belajar dan hasil belajar tidak
berdistribusi normal
H1: variabel kreativitas, gaya belajar dan hasil belajar berdistribusi
normal
Kriteria uji , apabila nilai r (probability value/critical value) lebih
kecil atau sama dengan (=) dari tingkat α yang ditentukan maka H0
ditolak dan terima H1 , dalam hal lainnya H0 diterima dan tolak
H1.32
2) Uji Homogenitas
Untuk keperluan uji homogenitas variansi data variabel
kelompok Y (Hasil Belajar Matematika) atas X1 (Kreativitas) dan
X2 (Gaya Belajar) dilakukan uji Bartlett dengan bantuan SPSS 16
yang berfungsi menguji homogenitas variansi antar kelompok.33
Kriteria uji , apabila nilai r (probability value/critical value)
lebih kecil atau sama dengan (=) dari tingkat α yang ditentukan
32 Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.8333 Sudjana, … , h. 261
45
maka skor-skor pada variabel X dan skor-skor pada variabel Y
menyebar secara homogen. Dalam hal lain skor-skor menyebar
secara berbeda.34
3) Uji Linieritas
Pemeriksaan kelinieran regresi dilakukan melalui pengujian
hipotesis nol,bahwa regresi linier melawan hipotesis tandingan
bahwa regresi tidak linier.Pengujian linieritas ini dilakukan dengan
menggunakan SPSS 16.
Kriteria uji , apabila nilai r (probability value/critical value)
lebih kecil atau sama dengan (=) dari tingkat α yang ditentukan
maka distribusi berpola linier dalam hal lain distribusi tidak berpola
linier.35
b. Pengujian Hipotesis
1) Pengaruh kreatifitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar
matematika siswa secara bersama-sama
a. Persamaan regresi
Adapun rumus regresi linier berganda adalah:
Y=a+b1 X1+b2 X 2
Y = Variabel terikat yaitu hasil belajar
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi variabel bebas pertama
b2 = Koefisien regresi variabel bebas kedua
34 Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.8935 Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.98
46
X1 = Variabel bebas pertama yaitu kreatifitas
X2 = Variabel bebas pertama yaitu gaya belajar
Pada persamaan regresi ganda nilai a dan koefisien regresi b1
dan b2 dapat dihitung dengan rumus:
b1=(∑ x2
2 ) (∑ x1 y )−(∑ x1 x2 ) (∑ x2 y )(∑ x1
2 )(∑ x22 )−(∑ x1 x2 )2
b2=(∑ x1
2 ) (∑ x2 y )−(∑ x1 x2 ) (∑ x1 y )(∑ x1
2 ) (∑ x22 )−(∑ x1 x2 )2
a=Y−b1 X1−b2 X2
Dimana:
n= jumlah responden
∑ x12=∑ X1
2−(∑ X1 )2
n
∑ x22=∑ X2
2−(∑ X2 )2
n
∑ x1 y=∑ X 1Y−∑ X 1∑Y
n
∑ x2 y=∑ X2Y−∑ X2∑Y
n
∑ x1 x2=∑ X1 X2−∑ X1∑ X2
n
b. Koefisien korelasi
Digunakan untuk melihat hubungan antara dua atau lebih
variabel bebas X secara bersama-sama dengan satu variabel
terikat Y. Koefisien korelasi ganda dirumuskan sebagai berikut:
R x1 x2 y=√ r2x1 y+r 2
x2 y−2 rx1 y .r x2 y . r x1 x2
1−r 2x1 x2
Ket:r2
x1 y=¿ kuadrat koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 1 dengan variabel terikat y
47
r2x2 y=¿kuadrat koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas
ke 2 dengan variabel terikat yr x1 x2
=¿ koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 1 dengan variabel bebas ke 2 36
Untuk keperluan perhitungan koefisien korelasi r berdasarkan
sekumpulan data (Xi,Yi) berukuran n maka dapat digunakan
rumus:
r=n∑ X i Y i−(∑ X i ) (∑Y i)
√ {n∑ X i2−(∑ X i )2} {n∑ Y i2−(∑ Y i )
2}Keterangan:
r = koefisien korelasi
n = ukuran data
Xi = Variabel bebas ke i
Yi = Variabel terikat ke i37
Pada koefisien korelasi product moment, tanda (+) menunjukkan korelasi searah dan tanda (-) menunjukkan adanya korelasi berlawanan arah.Angka korelasi ini besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai ±1; artinya angka korelasi ini paling tinggi adalah ±1 dan paling rendah adalah 0.38
Interpretasi koefisien adalah sebagai berikut:0 : tidak berkorelasi0,01 – 0,20 : sangat rendah0,21 – 0,40 : rendah0,41 – 0, 60 : agak rendah0,61 – 0,80 : cukup0,81 – 0,99 : tinggi1 : sangat tinggi39
c. Koefisien Determinasi berganda
36 Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.20337 Sudjana, … , h.38538 Sudjana, … , h.36939 Anas Sudijono, … , h.186
48
Jika ingin mengetahui besarnya sumbangan atau peranan
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat
dapat dihitung dengan rumus koefisien determinasi berganda.
Dari koefisien korelasi berganda, koefisien determinasi
berganda dapat dihitung yaitu:
KD = r2 x 100%40
d. Pengujian hipotesis regresi berganda
Digunakan uji F, uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh
secara bersama-sama atau simultan antara variabel bebas (X)
dengan variabel terikat (Y). Terlebih dahulu diajukan hipotesis:
H0: ρ=0 ,artinya tidak ada pengaruh kreativitas dan gaya belajar
secara bersama-sama terhadap hasil belajar
matematika siswa
H1 : ρ ≠ 0 ,artinya ada pengaruh kreativitas dan gaya belajar secara
bersama-sama terhadap hasil belajar matematika
siswa
adapun rumus yang digunakan untuk uji F adalah sebagai
berikut :
F=
JK reg
kJK reg
(n−k−1 )
Keterangan:
40 Husaini Usman, Pengantar Statistika, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.201
49
JK reg = Jumlah kuadrat regresi
JK res = Jumlah kuadrat residu
n = banyak data
k = banyak variabel bebas
Untuk menentukan kriteria pengujian, maka
membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel. Apabila Fhitung
Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila Fhitung > Ftabel,
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Taraf yang digunakan
biasanya 5% (0,05) atau 1% (0,01).41
2) Pengaruh kreatifitas dan gaya belajar terhadap hasil belajar
matematika siswa secara parsial
a. Persamaan regresi
Menggunakan regresi linier sederhana, regresi linier
sederhana adalah regresi linier yang mengestimasi besarnya
koefisien-koefisien yang dihasilkan dari persamaan yang
bersifat linier yang melibatkan satu variabel bebas untuk
digunakan sebagai prediksi besarnya nilai variabel terikat.
Adapun rumus rumus regresi linier sederhana adalah:
Y=a+b1 X1, dan Y=a+b2 X2
Keterangan:
Y = Variabel terikat yaitu hasil belajar
a = Konstanta
41 Jonatan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: CV Andi Ofset,2006), h.89
50
b1 = Koefisien regresi variabel bebas pertama
b2 = Koefisien regresi variabel bebas kedua
X1 = Variabel bebas pertama yaitu kreatifitas
X2 = Variabel bebas pertama yaitu gaya belajar
Koefisien regresi a dan b dapat dihitung dengan rumus:
a=(∑Y ) (∑ X i2 )−(∑ X i )(∑ X i Y )
n∑ X i2−(∑ X i )2
b=n∑ X iY −(∑ X i ) (∑Y )
n∑ X i2−¿ (∑ X i )2¿
Keterangan:
n = ukuran data
Xi = Variabel bebas ke i
Y = Variabel terikat
b. Uji hipotesis regresi sederhana
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial, maka dilakukan uji F. Terlebih
dahulu diajukan hipotesis.
Hipotesis yang diajukan yaitu:
H0 : ρ=0, artinya:
1. tidak ada pengaruh kreatifitas terhadap hasil belajar
matematika siswa
2. tidak ada pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar
matematika siswa
51
H1 :ρ ≠ 0 ,artinya:
1. ada pengaruh kreatifitas terhadap hasil belajar matematika
siswa
2. ada pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar matematika
siswa
Untuk menentukan nilai uji F dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah kuadrat regresi a (JK reg (a ) ) dengan
rumus:JK reg (a )=(∑ Y )2
n2. Menghitung jumlah kuadrat regresi b ∣a (JK regb ∣a )
dengan rumus:JK reg b ∣a=b .(∑ XY−∑ X .∑ Y
n )3. Menghitung jumlah kuadrat residu (JK res) dengan
rumus:JK res=∑Y2−JK reg b ∣a−JK reg (a )
4. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJK reg (a ) ) dengan rumus:R JK reg ( a)=JK reg (a )
5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b ∣a ( R JK reg b ∣a ) dengan rumus:R JK regb ∣a=JK reg b ∣a
6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (R JK res)
dengan rumus:( RJK res )=JK res
n−2
7. Menghitung F dengan rumus:F=R JK reg b ∣a
R JK res
8. Menentukan nilai kritis (α ) atau nilai tabel F pada derajat bebas dbregb ∣a=1 dan dbres=n−2
9. Membandingkan nilai uji F dengan nilai tabel F, dengan kriteria uji, apabila nilai hitung F lebih besar atau sama dengan (≥ ) nilai tabel F maka H0 ditolak.42
42 Sudjana, … , h.355
52
c. Koefisien Korelasi sederhana
Untuk keperluan perhitungan koefisien korelasi r berdasarkan
sekumpulan data (Xi,Yi) berukuran n maka dapat digunakan
rumus:
r=n∑ X i Y i−(∑ X i ) (∑Y i)
√ {n∑ X i2−(∑ X i )2} {n∑ Y i2−(∑ Y i )
2}Keterangan:
r = koefisien korelasi
n = ukuran data
Xi = Variabel bebas ke i
Yi = Variabel terikat ke i43
Pada koefisien korelasi product moment, tanda (+)
menunjukkan korelasi searah dan tanda (-) menunjukkan adanya
korelasi berlawanan arah.Angka korelasi ini besarnya berkisar
antara 0 (nol) sampai ±1; artinya angka korelasi ini paling tinggi
adalah ±1 dan paling rendah adalah 0.44
Interpretasi koefisien adalah sebagai berikut:0 : tidak berkorelasi0,01 – 0,20 : sangat rendah0,21 – 0,40 : rendah0,41 – 0, 60 : agak rendah0,61 – 0,80 : cukup0,81 – 0,99 : tinggi1 : sangat tinggi45
43 Sudjana, … , h.31544 Sambas Ali Muhidin, dkk, … , h.195
45 Sudjana, … , h.369
53
d. Koefisien determinasi sederhana
Dari nilai koefisien korelasi dapat dihitung koefisien
determinasi yaitu dengan rumus :
KD = r2 x 100%46
e. Korelasi parsial
Korelasi parsial adalah suatu nilai yang memberikan
kuatnya hubungan dua atau lebih variabel X dengan variabel Y,
yang salah satu bagian variabel bebasnya dianggap konstan atau
tetap. Untuk mengontrol pengaruh variabel kreativitas (X1)
ataupun variabel gaya belajar (X2), dilakukan pengujian korelasi
parsial. Jika pengaruh variabel kreativitas (X1) ataupun
pengaruh variabel gaya belajar (X2) dikendalikan (dikontrol)
maka diperoleh koefisien korelasi parsial dengan harga tertentu.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien
korelasi parsial adalah:
Hubungan antara variabel kreatifitas dengan hasil belajar ,
apabila variabel gaya belajar dianggap tetap atau konstan :
r x2( x1 y )=
r x1 y−r x2 y . rx1 x2
√(1−r2x2 y ) (1−r2
x1 x2)
Hubungan antara variabel gaya belajar dengan hasil belajar ,
apabila variabel kreatifitas dianggap tetap atau konstan :
r x1( x2 y )=
r x2 y−r x1 y . rx1 x2
√(1−r2x1 y ) (1−r2
x1 x2)
46 Anas Sudijono, … , h.186
54
Ket:
r x2( x1 y )=¿ koefisien korelasi parsial dengan mengontrol variabel
bebas gaya belajar (X2)
r x1( x2 y )=¿ koefisien korelasi parsial dengan mengontrol variabel
bebas kreatifitas (X1)
r x1 y=¿ koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 1
dengan variabel terikat y
r x2 y=¿ koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 2
dengan variabel terikat y
r x1 x2=¿ koefisien korelasi sederhana dari variabel bebas ke 1
dengan variabel bebas ke 247
DAFTAR PUSTAKA
47 Husaini Usman, … , h.201
55
Abdussalam Al-khalili, Amal, Pengembangan kreatifitas anak, (Hj Umma Farida, terjemahan). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2005
Ali, Mohammad, Psikologi remaja. Jakarta: Bumi Aksara. 2005
Alma, Buchori, Kewirausahaan, (Bandung: CV Alfabeta,2007), hal.70.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. 2009
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,1992
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,1999
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta. 2000
Arikunto, Suharsimi .Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta,2006
Azwar, Syaifuddin. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. 2003)
Ali Muhidin ,Sambas,dkk. Analisis Korelasi , Regresi, Dan Jalur dalam Penelitian, Bandung: Pustaka Setia.2009
Chandra, Julius. Kreatifitas, Bagaimana menanam, Membangun dan Mengembangkannya Yogyakarta:Kanisius.1994
Csikszentmihalyi, Mihally.Creativity, Flow and The Psychology of Discovery and Invention, New Yotk: harper Collins Publisher. 1996. ( dalam skripsi Dewi A. Sagitasari)
Departemen Agama RI. AL-Qur’an Dan Terjemahan. Bandung: CV Penerbit J-ART.2005
DePotter, Bobbi , Mike Hernacki, Quantum Learning. Bandung: Kaifa. 1999
E. Walpole, Ronal. Pengantar Statistika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.1993
Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategy. Jakarta:PT Gramedia Pustak Utama.2003
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 2 (Meitasari Tjandrasa. Terjemahan).Jakarta:Erlangga. 2002
56
Gardner, Howard. Creating minds, An Anatomy of Creativity. New York: Basic Books.1993
Mardapi, Djemari. Teknik Penyusunan Instrunen Tes dan Non Tes. Yogyakarta: Mitra Cendeki,.2008
Made ,I, Putrawan. Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-penelitian Sosial.Jakarta: Rineka Cipta. 1990
Munandar, Utami. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. 1999
Munandar, Utami. Mengembangkan bakat dan kreativitas Anak Sekolah.Jakarta: Gramedia.1999
Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Cetakan ke-11 Jakarta: Bumi Aksara. 2008
Nasution. Didaktik Azas-Azas Mengajar. Jakarta: Grasindo.1982
Purwanto M, Ngalim. Psikologi Pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2003
R. Semiawan, Conny. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997
Sagitasari.A Dewi. Hubungan Kreativitas dan gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SMP Godean. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. (2010)
Sarwono, Jonathan .Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS.Yogyakarta: CV Andi Offset.2006
Shota, Farhan. Gaya Belajar Insan Pembelajar. (http://jendela-dunia.co.id. Diakses 19 Maret 2012
Slameto.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: PT Rineka Cipta 2003
Sudjana, Metode Statistika,( Bandung: Tarsito, 2003),h.466
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Rosda Karya. 1989
57
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya. 2004
Sudijono, Anas .Pengantar Statistik pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008
Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Bandung: CV Alfa Beta. 2009
Syaodih Sukmadinata, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung: PT 5Remaja Rosdakarya.2003
Supriyadi, Dedi. Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek.Bandung: CV Alfabeta.1997
Tim Penulis Departemen Pendidikan Nasional,Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.2003
Usman, Husaini. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. 2009