Post on 30-Jan-2018
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD
Makalah
Sebagai Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah
Desain Pembelajaran Matematika
Oleh:
Trilius Septaliana Kusuma Rukmana
NIM: 20102512011
Dosen Pengampu:
1. Prof. Joshua Sabandar
2. Dr. Rusdy A. Siroj, M.Pd.
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2011
I. PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat
mengaplikasikan konsep, tanpa memahami konsep tersebut. Pembelajaran matematika
hendaknya tidak hanya menitikberatkan pada penguasaan materi untuk menyelesaikan
secara matematis, tetapi juga mengaitkan bagaimana siswa mengenali permasalahan
matematika tersebut dalam kehidupan kesehariannya dan bagaimana memecahkan
permasalahan tersebut dengan pengetahuan yang telah diperoleh di sekolah. Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah dan yang
turut menentukan kualitas pendidikan.
Menurut pendapat Stanic (dalam Uno, 2001:8) menegaskan bahwa tujuan
pembelajaran matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir
siswa, peningkatan sifat kreativitas dan kritis.
Menurut pendapat Uno (2008:129) matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu
yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan
praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas dan
individualistas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar,
geometri dan analisis.
Untuk itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.
Sudah menjadi gejala umum bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai
oleh kebanyakan siswa. Matematika merupakan mata pelajaran yang sukar dipahami,
sehingga kurang diminati oleh sebagian siswa. Ketidaksenangan terhadap mata
pelajaran matematika ini, dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar matematika
siswa.
Seseorang akan lebih mudah untuk mempelajari sesuatu apabila belajar didasari
pada apa yang telah diketahui sebelumnya karena dalam mempelajari materi
matematika yang baru, pengalaman sebelumnya akan mempengaruhi kelancaran proses
belajar matematika.
Dari pembahasan di atas, penanaman konsep dasar matematika kepada siswa
sangat penting sekali dilakukan, karena materi matematika itu saling keterkaitan dengan
materi sebelumnya. Jika siswa tidak mengerti konsep dasarnya, maka siswa akan
kesulitan dalam mempelajari materi selanjutnya.
Pemahaman konsep bilangan bulat khususnya penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat sangat mendukung penguasaan konsep materi lainnya, karena banyak
materi yang saling terjalin dengan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Untuk itu, dibutuhkan model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan
siswa dan memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara
maksimal sehingga belajar menjadi bermakna. Pembelajaran yang dimaksud adalah
pembelajaran yang beracuan konstruktivisme. Konstruktivisme (constructivism) adalah
ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks
ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri
(Sagala, 2003:88).
Belajar konstruktivisme memandang siswa sebagai mahluk yang aktif dalam
mengkonstruksikan ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Salah
satu pembelajaran yang beracuan pada konstruktivisme yaitu belajar kooperatif tipe
STAD. Belajar kooperatif tipe STAD merupakan suatu pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Pembelajaran
melalui belajar kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan
permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Slavin (dalam Isjoni, 2009:15) mengemukakan bahwa belajar
kooperatif adalah suatu pembelajaran yang sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat
merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Belajar kooperatif selain membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit
berguna juga untuk membantu siswa menumbuhkan keterampilan kerja sama dalam
kelompoknya dan melatih siswa dalam berpikir kritis sehingga kemampuan siswa dalam
memahami materi pelajaran yang disampaikan dapat meningkat. Selain itu, siswa akan
lebih termotivasi untuk belajar dengan adanya belajar kelompok. Salah satu tipe belajar
kooperatif yaitu STAD (Student Teams Achievement Division). Menurut Suherman
(2003:260) inti dari tipe STAD adalah guru menyampaikan suatu materi, kemudian para
siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas empat atau lima orang untuk
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Setelah selesai mereka menyerahkan
pekerjaannya secara tunggal untuk setiap kelompok kepada guru.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang sangat
menarik untuk diterapkan karena merupakan gabungan dari dua hal, yakni belajar
dengan kemampuan masing-masing individu dan belajar kelompok sehingga siswa
dapat saling bertukar pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah.
Menurut Handayani (2007) pembelajaran melalui belajar kooperatif tipe STAD
diperoleh beberapa temuan antara lain pembelajaran melalui belajar kooperatif tipe
STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mempelajari matematika, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan guru mampu melatihkan keterampilan proses
dengan baik.
Jadi, dengan memilih pembelajaran melalui belajar kooperatif tipe STAD
diharapkan agar kemampuan dalam pemecahkan masalah siswa dapat meningkat. Pokok
bahasan bilangan bulat merupakan salah satu materi pelajaran matematika kelas IV SD
semester dua yang cocok dengan menggunakan kooperatif tipe STAD. Siswa
diharapkan mampu menerapkan konsep bilangan bulat untuk memecahkan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga saya merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan
Cooperative Learning Tipe STAD”.
II. PENDEKATAN PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran Matematika Beracuan Konstruktivisme
Pembelajaran matematika beracuan kontruktivisme adalah guru hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa membangun sendiri pengetahuan di
dalam benaknya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Di dalam proses pembelajaran konstruktivisme, siswa diharapkan dapat
mengkonstruksi sendiri dari yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami, sehingga
kegiatan pembelajaran yang terjadi adalah kegiatan yang aktif, karena siswa
membangun sendiri pengetahuannya, siswa mencari arti sendiri dari yang mereka
pelajari dan siswa sendirilah yang bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Fungsi guru
di sini hanya menjadi fasilitator dan motivator.
Jadi, pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme dapat membantu siswa
membangun sendiri pengetahuan matematikanya dengan kemampuan mereka sendiri
melalui proses interaksi sehingga konsep matematikanya terbangun kembali menuju
pemerolehan konsep yang baru.
Salah satu implikasi pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme adalah
penerapan belajar kooperatif (cooperative learning) tipe STAD.
2. Pengertian Pendekatan Cooperative Learning Tipe STAD
Pembelajaran melalui belajar kooperatif merupakan strategi belajar yang
menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 siswa dengan
tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda (Isjoni,
2009:44). Salah satu model cooperative learning yaitu cooperative tipe STAD.
Tipe STAD dikembangakan oleh Slavin dan merupakan salah satu tipe
kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
Pembelajaran melalui belajar kooperatif tipe STAD merupakan belajar
kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok
digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif (Wena,
2009:192-193).
Menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2007:54), model pembelajaran kooperatif tipe
STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke
dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang
anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis
kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap
anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu
untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.
Jadi, inti dari tipe STAD ini adalah bahwa guru menyampaikan materi,
kemudian siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri atas 4 sampai 5 orang
untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru.
3. Langkah-Langkah Pendekatan Cooperative Learning Tipe STAD
Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD melalui lima tahapan yang meliputi:1. tahap penyajian materi,
2. tahap kegiatan kelompok,
3. tahap tes individual,
4. tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan
5. tahap pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 1995) dalam (Isjoni, 2009: 51).
Tahap Penyajian Materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan
indikator yang harus dicapai hari itu dan rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan
dipelajari, dalam penelitian ini adalah materi tentang bilangan bulat. Dilanjutkan dengan
memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa kembali terhadap materi
prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan
disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Tahap kegiatan kelompok, Selama kegiatan kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator dan memonitor setiap kegiatan kelompok. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) diberikan kepada setiap kelompok untuk dipelajari, bukan sekedar diisi dan diserahkan kembali. Siswa mengerjakan tugas secara mandiri atau berpasangan, kemudian saling mencocokan jawaban dan saling memeriksa ketepatan jawaban dengan teman sekelompok. Jika ada anggota yang kurang memahami maka teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan sebelum meminta bantuan kepada guru.
Tahap tes individual, setiap akhir pembelajaran suatu pokok bahasan dilakukan tes secara mandiri untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kemajuan belajar individu. Setiap siswa tidak diijinkan untuk saling membantu satu sama lain selama mengerjakan tes. Setiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk mengerjakan materi tes.
Tahap perhitungan skor perkembangan individu, nilai perkembangan individu bertujuan untuk memberi kesempatan setiap kelompok untuk meraih prestasi maksimal dan melakukan yang
terbaik bagi dirinya berdasarkan prestasi sebelumnya (nilai awal). Setiap siswa diberi nilai awal berdasarkan nilai rata-rata siswa secara individual pada tes yang telah lalu atau nilai akhir siswa secara individual dari semester sebelumnya.
Tahap penghargaan kelompok, setelah melakukan tes dan perhitungan nilai perkembangan individu dilakukan perhitungan dengan cara menjumlahkan nilai individu setiap anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota.
Langkah-langkah bagaimana mengantar siswa dalam STAD:
a. Persiapan
1. Guru menentukan dan membatasi materi yang akan diberikan.
2. Menetapkan siswa dalam kelompok.
a). Meranking siswa berdasarkan prestasi akademik di dalam kelas.
b). Menentukan jumlah kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5
orang.
c). Membagi siswa dalam kelompok secara heterogen dalam kemampuannya.
3. Menentukan nilai dasar yang merupakan nilai rata-rata siswa pada tes yang telah
lalu, atau nilai akhir siswa secara individual
b. Tahap pembelajaran
1. Guru menyampaikan informasi materi kepada siswa sesuai dengan TIK.
2. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, diikuti
dengan langkah dimana siswa dibawah bimbingan guru bekerja bersama-sama
untuk menyelesaikan LDS (Lembar Diskusi Siswa) atau tugas.
c. Evaluasi mandiri dan penghargaan kelompok
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa mengerjakan tes atau kuis
secara sendiri-sendiri. Setelah selesai guru memberikan skor individu dan skor tim yang
kemudian diumumkan secara tertulis di papan pengumuman. Skor individu didapat dari
nilai tes masing-masing siswa. Sedangkan skor tim didapat dari jumlah keseluruhan
poin yang disumbangkan masing-masing anggota tim dibagi dengan jumlah anggota tim
(Nur, 2000 : 31-35).
III. TEORI BELAJAR-MENGAJAR MATEMATIKA YANG MENDASARI
1. Teori Ausubel
David Auseubel adalah seorang ahli psokologi pendidikan. Menurut Ausubel
(1996) dalam (Isjoni, 2009:35) bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna”
(meaning full). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi
baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang
telah dipelajari dan diingat siswa.
Dengan demikian, cooperative learning akan dapat mengusir rasa jenuh dan
bosan, sehingga pembelajaran menjadi menarik. Menurut Ausubel, pemecahan masalah
yang cocok adalah lebih bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien
dalam pembelajaran. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan
langsung dari guru, baik lisan maupun dengan contoh tindakan. Sedangkan siswa diberi
kebebasan untuk membangun pengetahuan sendiri.
2. Teori Vygosky
Vygosky (1997) dalam Isjoni (2009: 30) mengemukakan pembelajaran
merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian
yang spontan dan yang ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan
dalam pengalaman sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari
ruangan kelas, atau yang diperoleh dari pelajaran di sekolahan.
Sumbangan dari teori Vygosky adalah penekanan pada bakat sosiokultural
dalam pembelajaran. Menurutnya pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development). Zona perkembangan
proksima adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang
pada saat ini. Dengan kata lain, zona tersebut diantara Tingkat perkembangan
sesungguhnya dan tingkat perkembangan potensial.
Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah
secara mandiri, sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan
teman sebaya yang lebih mampu. Dengan demikian, tingkat perkembangan potensial
dapat disalurkan melalui model cooperative learning.
IV. CONTOH RENCANA PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SD …Mata Pelajaran : MatematikaKelas / Semester : IV / GenapStandar Kompetensi : 5.Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat. Kompetensi Dasar : 5.2.Menjumlahkan bilangan bulat.Indikator : 1. Menjumlahkan dua bilangan positif
2. Menjumlahkan dua bilangan negatif3. Menjumlahkan bilangan positif dan bilangan negatif
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
I. Tujuan PembelajaranSiswa mampu :1. Menjumlahkan dua bilangan positif2. Menjumlahkan dua bilangan negatif3. Menjumlahkan bilangan positif dan bilangan negatif
II. Materi PembelajaranBilangan Bulat
III. Metode Pembelajaran1. Model Pembelajaran : Kooperatif tipe STAD2. Metode Pembelajaran : Ekspositiri, Tanya jawab, diskusi
IV. Langkah-langkah KegiatanKegiatan Pendahuluan (10 menit).1. Introduksi
Pengenalan materi yang akan dipelajari Penjelasan tentang tujuan pembelajaran dan kemampuan yang akan dicapai
pada akhir pembelajaran2. Menarik Perhatian
Guru mengkomunikasikan tujuan belajar dan hasil belajar yang diharapkan akan dicapai oleh setiap siswa dengan cara belajar kooperatif tipe STAD
3. Pemberian Motivasi
Menginformasikan tentang manfaat atau kegunaan materi yang akan dipelajari dalam matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari (khususya yang berkaitan dengan kompetensi dasar)
4. Apersepsi Dengan tanya jawab, siswa disarankan mengingat kembali materi pertemuan
kemarin dan mengaitkannya dengan materi yang akan diajarkan
Kegiatan Inti (60 menit)a. Guru memberikan informasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
langsung mengenai penjumlahan bilangan bulat.b. Guru menginformasikan pengelompokkan siswa (setiap kelompok terdiri dari 4
siswa yang berkemampuan heterogen) dan membentuk kelompok belajar dengan anggota tiap kelompok seperti yang telah diinformasikan oleh guru.
c. Guru membagikan bahan diskusi kelompok pada setiap kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok sedangkan guru memotivasi, memfasilitasi kerja siswa, membantu siswa yang mengalami kesulitan dan mengamati kerja sama tiap anggota dalam kelompok belajar.
d. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Guru bertindak sebagai fasilitator.
e. Guru memberikan tes kepada setiap siswa secara individual.f. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar ke skor berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok.
g. Siswa (yang ditunjuk secara acak) mengkomunikasikan pengalamannya selama menyelesaikan soal secara individual dan kelompok.
Kegiatan Penutup (10 menit)a. Guru membimbing siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan.b. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.c. Guru menginformasikan kepada siswa mengenai materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya.
V. Sumber Belajar1. Buku paket SD kelas IV penerbit BSE
VI. Penilaian1. Penilaian Proses
Kognitif : Penilaian dilakukan dengan mengamati proses kerja siswa dalam pembelajaran berlangsung.
Afektif : Perilaku dan antusias siswa dalam proses pembelajaran.Psikomotorik : Keaktifan siswa dalam merespon seluruh kegiatan
pembelajaran.
2. Penilaian Hasila. Teknik penilaian : tugas kelompok dan tes individualb. Bentuk instrumen : esay
Contoh InstrumenSelsaikan soal di bawah ini.1. 4 + 5 = …2. –3 + (–6) = …3. 7 + (–6) = …4. –5 + 8 = …5. 8 + (–15) = ...
V. BAHAN AJAR
Penjumlahan Bilangan Bulat
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Nama Kelompok : 1. ……………… 3. ……………………….
2. ……………… 4. ………………………
Kelompok : …………………………
1. Tentukan hasil penjumlahan berikut dengan menggunakan alat peraga yang telah
tersedia.
a. 2 + 7 = …..
b. 3 + (–4) = …..
c. -3 + 4 = …
d. (–6) + 8 = …..
e. -6 + 8 = …
f. (–3) + (–5) = …..
2. Mari kerjakan hasil penjumlahan berikut tanpa menggunakan alat peraga.
Keterangan: Kelompok yang genap kerjakan soal yang genap, dan kelompok
yang ganjil kerjakan soal yang ganjil.
1. 5 + 3 = …
2. 4 + (–3) = …
3. (–8) + (–3) = …
4. 8 + (–5) = …
5. (–10) + 7 = …
6. (–3) + 2 = …
7. 9 + (–8) = …
8. (–9) + 6 = …
9. 10 + (-8) = …
10. (–4) + (–9) =
11. 12 + (–15) = …
12. 56 + (–18) = …
13. (–27) + 21 = …
14. 31 + 45 = …
15. 36 + (–64) = …
16. 74 + (-14) = …
17. (–57) + 28 = …
18. 42 + (–75) = …
19. 166 + 33 = …
20. (–100) + 145 = …
3. Mari mengerjakan soal cerita berikut.
a. Ardi memiliki 12 kelereng, kemudian pamannya memberinya 5 kelereng. Berapa
jumlah kelereng Ardi sekarang?
b. Adit meminjam uang Rp. 1000 rupiah kepada Andi, keesokan harinya Adit
meminjam uang lagi kepada Andi Sebesar Rp. 2000. Berapa utang Adit
sekarang?
c. Via hutang 16 permen kojek kepada Rina. Ibu memberi Via 22 permen kojek.
Jika via membayar permen kojek kepada Rina, berapa sisa permen kojek Via?
Kesimpulan :
Jika bilangan positif dijumlahkan dengan bilangan positif akan
menghasilkan bilangan …..
Jika dalam penjumlahan bilangan positif lebih besar daripada
bilangan negatif maka akan mengahasilkan bilangan …..
Jika dalam penjumlahan bilangan positif lebih kecil daripada
bilangan negatif maka akan mengahasilkan bilangan …..
Jika bilangan negatif dijumlahkan dengan bilangan negatif akan
menghasilkan bilangan …..
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Aprilia Nur. 2007. Keefektifen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
terhadap Hasil Belajar pada Pokok Bahasan Trigonometri Siswa Kelas X Semester II
SMA Negeri 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007, (Online),
(http://library.koleksiskripsi.ac.id, diakses 5 Maret 2009).
Hudojo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang:
IKIP Malang.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Nur, Muhammad. 2005. ”Pembelajaran Kooperatif”. Jawa Timur : Depdiknas.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.