Post on 13-Jul-2020
Transformasi Ekonomi Indonesia Berbasis SDM dan
Teknologi Menuju Indonesia Maju
Universitas Airlangga
13 Juni, 2013
Chairul Tanjung
Ketua Komite Ekonomi Nasional
Chairman CT Corpora
- 2 -
Agenda
Konsep Peningkatan dan Pemerataan Kesejahteraan bagi Indonesia 1
Transformasi Ekonomi Berbasis SDM dan Teknologi 2
- 3 -
3 dimensi utama pembangunan manusia Indonesia dalam upaya peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan
Tingkat Pendapatan, Konsumsi &
Kekayaan
Geografi Demografi
- 4 -
Target Pembangunan dalam Dimensi Tingkat Pendapatan, Konsumsi, dan
Kekayaan: Individu, Korporasi, dan Negara
Individu
• Tingkat Pendapatan: miskin, hampir miskin, kelas menegah, kaya
• Kelompok kekayaan (asset based): kepemilikan lahan (SDA),
kepemilikan aset finansial, kepemilikan aset produksi (misal: listrik)
Korporasi
• Ukuran: Micro, Kecil, Menengah, Besar, Besar Sekali
• Status Usaha: Formal vs. Informal
Negara
• Pemerintah: Pusat & Daerah (Provinsi, Kab/Kota)
• BUMN & BUMD
• Lembaga Negara Lain (misal: Bank Indonesia)
1
- 5 -
Kesejahteraan yang merata akan menggerakkan ekonomi
4.87
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
1 15 29 43 57 71 85 99
Annu
al g
row
th ra
te %
Percentiles
2008-2012 growth Growth in meanMiskin Rentan Menengah Atas
29 juta 70 juta 100 juta 50 juta
Penanggulangan
Kemiskinan & Perlindungan Sosial
Perlindungan Sosial, Iklim
Usaha & Akses Pasar Iklim Usaha
12% 40% 80%
Pemberdayaan Masyarakat
+Rp 250.000/kap/bl +Rp 370.000/kap/bl +Rp750.000/kap/bl
Laju Pertumbuhan Pengeluaran Per Kapita, 2008-2012
4.87
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
1 15 29 43 57 71 85 99
An
nu
al
gro
wth
ra
te
%
Percentiles
2008-2012 growth Growth in mean
1
INDIVIDU
- 6 -
Kesejahteraan dilihat berdasarkan kategori kepemilikan aset
Kategori
Kepemilikan
Aset
1
INDIVIDU
Rasio Elektrifikasi Nasional
2008: 64.5% Urban: 94%
Rural: 32%
2012: 76%
- 7 -
99.9% perusahaan di Indonesia tergolong UMKM
UMKM menyerap 97.2% tenaga kerja dan berkontribusi 57.6% dari total GDP
Pertanian Manufaktur Perdagangan,
Hotel,
Restoran
Transportasi
& Komunikasi
Jasa
51,5%
3,1%
Lain-Lain
28,7%
4,3% 6,2% 6,3%
Mayoritas UMKM bergerak di sektor pertanian dan
perdagangan ~64% UKM masih terkonsentrasi di Pulau Jawa
Wanita
66%
Tenaga Tidak
Berbayar
Tenaga Berbayar
Pria
34%
45%
55%
Mayoritas Tenaga Tidak Berbayar adalah Wanita
1
Sumber: Sensus Ekonomi Nasional, VIMK 2011, TNP2K
KORPORASI
- 8 -
Sebagian besar UMKM masih sulit mendapatkan akses pembiayaan untuk
pengembangan usaha
20,0%
Tidak Layak
(credit rating
rendah)
60,0%
Tidak Mau Tidak Memiliki
Jaminan
16,0%
4,0%
Lain-lain
32,0%
Dokumentasi
Lemah
45,0%
Tidak Memiliki
Jaminan
Pendapatan
tidak mencukupi
1,0%
22,0%
Terlalu
banyak utang
Alasan UMKM tidak dapat meminjam uang dari bank Penyebab ditolaknya aplikasi kredit UMKM
25,5%
Pribadi
26,0%
Venture
Capital
1,0%
Bank
6,0% 7,5%
LK Non
Bank
Keluarga
17,0% 17,0%
Lain-lain Koperasi
Terutama mengandalkan modal pribadi
1
Sumber: Sensus Ekonomi 2006, World Bank 2010, BRI MASS Survey 2002
KORPORASI
- 9 -
Produktivitas adalah masalah utama yang dihadapi UMKM (relatif terhadap
usaha berskala besar)
1
2
3
4
5
• Keterbatasan Modal keterbatasan akses terhadap lembaga pembiyaan
• Keterbatasan Akses Pasar
• Keterbatasan Teknologi
• Keterbatasan Akses Informasi
• Keterbatasan Jiwa Kewirausahan pendidikan dan pengalaman
Faktor Penyebab Rendahnya Produktivitas UMKM
1
KORPORASI
- 10 -
Sektor korporasi menunjukkan kenaikan porsi kepemilikan asing dan
penurunan porsi kepemilikan pemerintah
• Kepemilikan asing meningkat dari 2.15 %(1986) menjadi 6.23 %(2006).
• Kepemilikan pemerintah pusat dan daerah menurun dari masing-masing 2.74 % dan 1.32 % (1986)
menjadi 1.32 % dan 1.27 %(2006).
Sumber: Sensus Ekonomi 2006 & 1986, BPS
1
KORPORASI
- 11 -
Mayoritas pekerja di Indonesia masih bekerja di sektor informal
30% 30% 30% 30% 31% 31% 31% 34% 37%
69%
2008
69%
2007
70%
2004
70%
Formal
Informal
2012
63%
2011
66%
2010
69%
2009
70%
2005
70%
2006
Walaupun menunjukkan tren penurunan, 2/3 pekerja masih bekerja di sektor informal
Asosiasi pekerja informal:
• Job security lemah
• Upah rendah
• Kualitas dan produktivitas rendah
• Resiko kerja relatif tinggi
• Jam kerja tidak beraturan
1
Sumber: BPS
PEKERJA
- 12 -
Target Pembangunan dalam Dimensi Demografi
Life Cycle
(Kesehatan) Berdasarkan Umur: janin, bayi, balita, usia sekolah, usia kerja
Produktivitas • Usia Produktif (15-64): pengangguran, partly employed, bekerja
• Usia Non-Produktif (<15 dan >65)
Pendidikan
Gender
Social
Demography
Budaya
• Jenjang & Kualitas: dasar, menengah, tinggi
• Jenis: general vs. vocational
• Penguasaan keahlian & ketrampilan (mastery of skills needed)
Pemberdayaan Perempuan
Keragaman physical heterozygosity keragaman pemikiran
Mindset: Maju
2
- 13 -
1
Konsepsi
(fertilisasi)
Anak Usia sekolah:
SD, SMP, SMA
6
Usia Tua
5
Identifikasi dan
pemenuhan
kebutuhan dari
masing-masing
tahap daur hidup 2
2
BATITA
BALITA
4
Remaja
2
Bayi baru lahir
Bayi menyusui
2
1
Masa
kehamilan
2 TK
Bekerja
Bekerja
1
Menikah
Peningkatan kualitas hidup penduduk dapat dilakukan dengan memahami
pendekatan daur hidup manusia dengan baik
3
2
LIFE CYCLE
- 14 -
0.00
500.00
1000.00
1500.00
2000.00
2500.00
3000.00
3500.00
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 78 81 84 87 90+
Pe
r ca
pit
a P
PP
Consumption Labor Income
Usia Produktif
Setiap kelompok kategori daur kehidupan manusia memiliki tingkat
konsumsi dan pendapatan yang berbeda (Life Cycle Hypothesis)
Dalam usia produktif
rata-rata pendapatan
> konsumsi
Perbandingan Konsumsi dan Penghasilan Menurut Umur Penduduk Indonesia 2005
2
PRODUKTIVITAS
Disaving
Saving
Disaving
Sumber: Lee & Mason berdasarkan Susenas dan APBN
- 15 -
Tingkat partisipasi pada jenjang pendidikan di Indonesia perlahan-
lahan menunjukkan perbaikan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1994 1997 2000 2003 2006 2009
SMP/sederajat SD/sederajat
Tidak tamat SD Tidak/belum sekolah
Porsi penduduk Indonesia yang berhasil menamatkan
wajib belajar 9 tahun semakin meningkat.
Peningkatan komitmen terhadap pendidikan seiring
dengan peningkatan alokasi anggaran pemerintah
Anggaran Pendidikan (Rp.Tn)
Sumber: Kemendiknas, BPS
2
PENDIDIKAN
286,6
207,4 209,5
331,8
266,9
2013 2012 2009 2011 2010
20% 20% 20.2% 20.2% 20.1% %
APBN
- 16 -
Akses terhadap Kelompok Bermain/TK % populasi di pedesaan dengan 1 Kelompok Bermain/ TK
berjarak 1 km dari tempat tinggal
• Pedesaan:
- Jawa dan Bali (95%)
- Sumatra (64%),
- Kalimantan (64%)
- NTT (63%),
- Maluku / Maluku Barat (49%)
- Papua / Papua Barat (16%).
• Kesenjangan yang signifikan antar provinsi,
contoh Sumatera Utara (48%) dan Sumatera
Barat (96%)
Akses terhadap SMP % populasi di pedesaan dengan 1 SMP berjarak 6 km dari
tempat tinggal • 14% dari total pedesaan tidak memiliki
SMP dalam radius 6 km
• Tingkat akses yang paling rendah daerah
pedesaan di Maluku (20%), Kalimantan
(26%), dan Papua/Papua Barat (52%)
Akses terhadap Layanan Pendidikan 2
PENDIDIKAN
- 17 -
Kualifikasi Tenaga Pengajar SD % SD dengan minimum 2 pengajar bergelar S1
Kualifikasi Tenaga Pengajar SMP % SMP dengan minimum 1 pengajar bergelar S1
• Terdapat 84% dari SD Negeri yang memiliki 2
atau lebih pengajar dengan gelar S1
• Rate tinggi ditemukan di Bali (99%), Jawa
(96%), Sulawesi Selatan (94%) dan NTB
(92%)
• Kesenjangan yang signifikan antara SD di
perkotaan (97%) dan pedesaan (78%)
• Target MSS 70% tenaga pengajar
bergelar S1 telah terpenuhi di 75% SMP
Negri
• Rata-rata di Jawa mencapai 91%, dengan
Jawa Barat (86%) dan Banten (73%) yang
relatif masih tertinggal
Kualitas Guru 2
PENDIDIKAN
- 18 -
Fasilitas Laboratorium di Tingkat SMP % Jumlah SMP dengan Fasilitas Laboratorium
Akses Listrik % Jumlah Sekolah yang Dilengkapi Akses Listrik
• Hanya 64% dari total 21,486 SMP Negri yang
memiliki fasilitas laboratorium
• Terdapat kesenjangan yang signifikan antara
sekolah-sekolah di wilayah perkotaan (90%)
dengan di pedesaan (55%)
• Kesenjangan juga ditemukan di tingkat provinsi,
seperti antara Jawa Tengah (86%) dan Banten
(54%)
• Akses listrik tersedia di 82% sekolah-sekolah
di wilayah pedesaan vs. 99% sekolah di
wilayah perkotaan
• Sekolah tingkat SD (86%) vs. SMP (88%)
cenderung memperoleh akses listrik yang lebih
rendah dibandingkan tingkat SMA (95%) & SMK
(93%)
Kualitas Fasilitas Pendidikan (1/2) 2
PENDIDIKAN
- 19 -
Ketersediaan Air di dalam Kamar Kecil % jumlah sekolah dengan ketersediaan air di dalam kamar kecil siswa
• Ketersediaan air di dalam kamar kecil siswa di sekolah-sekolah publik adalah sebesar 82%, sementara
di desa-desa hanya mencapai 76%
• Ketersediaan air cenderung lebih rendah dibandingkan ketersediaan akses listrik
• Ketersediaan air yang relatif rendah ditemukan di kawasan desa di wilayah Aceh (67%), Sumatera
Barat (60%), Banten (66%), Sulawesi Tengah (67%), Sulawesi Barat (63%), Maluku (53%) dan
Papua/Papua Barat (38%).
Kualitas Fasilitas Pendidikan (2/2) 2
PENDIDIKAN
- 20 -
Composite index dihitung dengan pembobotan sebagai berikut:
1. ketersediaan fisik: 50 %
2. kualifikasi tenaga pengajar: 20 %
3. kelayakan fasilitas: 30 %
Indeks Komposit Pendidikan mengindikasikan masih adanya
kesenjangan yang signifikan antara kualitas infrastruktur pendidikan di
Jawa dan Non-Jawa 2
PENDIDIKAN
- 21 -
Akses terhadap rumah sakit Porsi populasi yang dapat menjangkau rumah sakit dengan mudah
Akses terhadap layanan kesehatan
Akses terhadap fasilitas kesehatan utama Porsi populasi yang dapat menjangkau Poliklinik, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskedes dan Polindes
dengan mudah
2
KESEHATAN
- 22 -
Dokter di Puskemas Sebaran dokter pada Puskesmas (setidaknya 1 dokter per Puskesmas)
Bidan di Desa Sebaran bidan di desa (setidaknya 1 bidan per desa)
• Prosentase ketersediaan bidan desa-desa di
Sumatra (74%), NTT & NTB (63%), Sulawesi
(61%), Kalimantan (58%), Maluku (45%).
• Namun, terdapat ketimpangan antara desa
dan kota. Contoh: 75% di kota Papua/Papua
Barat, sedangkan hanya 23% untuk desanya.
• Distribusi indikator sebagian besar adalah satu
Puskesmas di setiap kecamatan.
• Diluar pulau Jawa, 25% dari sub-distrik desa
tidak menyediakan dokter di Puskesmasnya .
Dimana presentase absentasi tertinggi berada
di Maluku Utara (38%), Maluku (43%), Papua
Barat (67%) and Papua (69%)
Ketersediaan Petugas Kesehatan di Indonesia 2
KESEHATAN
- 23 -
Instalasi Air Puskesmas yang memiliki instalasi air atau 10 menit berjalan
dari fasilitas
Listrik Fasilitas kesehatan dengan instalasi listrik (diluar
Posyandu)
• Di luar Jawa, jumlah puskemas tanpa
intalasi air dengan prosentase10% di kota
& 20% di desa. Kecuali pada Papua/Papua
Barat, dengan prosentase 12% di kota dan
61% di desa.
• Ketersediaan air pada puskesmas desa
secara keselurahan ditemukan di Jawa
(97%) dan Bali (98%)
• Terdapat variasi yang besar antar provinsi
dan tipe fasilitas kesehatan
• >90% Puskesmas mendapat akses listrik,
sedangkan prosentase Puskesmas
Pembantu, Poskedes and Polindes yang
mendapat akses listrik tercatat jauh lebih
rendah
Kualitas Puskesmas 2
KESEHATAN
- 24 -
Composite index dihitung dengan pembobotan sebagai berikut:
• Ketersediaan fisik 60 %, ketersediaan orang dan karakteristik bangunan masing-masing 20 %
Indeks Komposit Kesehatan mengindikasikan masih adanya
ketimpangan yang signifikan antara kualitas infrastruktur kesehatan di
Jawa dan Luar Jawa
2
KESEHATAN
- 25 -
Pemberdayaan wanita merupakan tantangan dari pembangunan Indonesia
Pria Wanita
75% pria memilih bekerja sebagai
aktifitas utamanya
Aktifitas utama terbesar wanita :
bekerja (45%) dan mengurus rumah
tangga (35%)
Pada kedua gender, kelompok aktifitas
utama sekolah relatif kecil (<10%)
2
Sumber: BPS
GENDER
Pria
Tenaga Tidak
Berbayar
Wanita
55%
34%
Tenaga Berbayar
45%
66%
Mayoritas Tenaga Tidak
Berbayar adalah Wanita
37% 36% 36%
8% 8%8% 8% 8%
8%
5%
4%
2009
47%
2009
5%
6%
2010
79%
2%
77%
6%
2%
6%
6%
79%
4%
5%
2%
2011
4%
47% 48%
2011
4%
2010
4%
Lainnya
Pengangguran
Sekolah
Mengurus Rumah Tangga
Bekerja
- 26 -
Terjadi transisi demografi di Indonesia dari tahun ke tahun…
Angka kelahiran mulai menurun sejak 1970an. Angka kematian meningkat, sejalan dengan penuaan
penduduk.
Angka harapan hidup meningkat, ± 75 tahun (2030-an) dan ± 80 tahun (2050-an)
Laju pertumbuhan penduduk (LPP) di 2010-2020 ~1.1% p.a seperti halnya negara maju.
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
1950-55 1960-65 1970-75 1980-85 1990-95 2000-05 2010-15 2020-25 2030-35 2040-45
Ju
mla
h d
ala
m ju
ta, %
LP
P
Kelahiran
kematian
LPP
Proyeksi jumlah kelahiran, kematian dan laju pertumbuhan penduduk, Indonesia, 1950-2050
Sumber: BPS
2
SOCIAL DEMOG
- 27 -
…. yang pada akhirnya mempengaruhi perubahan struktur piramida
penduduk Indonesia
Population by Age and Sex, Indonesia Census 1980
Not Stated
85 +
80 - 84
75 - 79
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5 - 9
0 - 4
Ag
e G
rou
p
05101520
Percentage
0 5 10 15 20
Percentage
Male Female
Population by Age and Sex, Indonesia Census 1980
Not Stated
85 +
80 - 84
75 - 79
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5 - 9
0 - 4
Ag
e G
rou
p
05101520
Percentage
0 5 10 15 20
Percentage
Male Female
Population by Age and Sex,Indonesia Census 2000
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Ag
e G
rou
p
05101520
Percentage
0 5 10 15 20
Percentage
Male Female
Population by Age and Sex,Indonesia Census 2000
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Ag
e G
rou
p
05101520
Percentage
0 5 10 15 20
Percentage
Male FemaleMale Female
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
05-9
0-4
05101520
Percentage
0 5 10 15 20
Percentage
Males
Ag
e G
rou
p
Male Female
Population by Age and Sex,Indonesia 2030
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
05-9
0-4
05101520
Percentage
0 5 10 15 20
Percentage
Males
Ag
e G
rou
p
Male FemaleMale Female
Population by Age and Sex,Indonesia 2030
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Ag
e G
rou
p
05101520
Percentage
0 5 10 15 20
Percentage
Male Female
Population by Age and Sex,
Indonesia 2050
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Ag
e G
rou
p
05101520
Percentage
0 5 10 15 20
Percentage
Male FemaleMale Female
Population by Age and Sex,
Indonesia 2050
1980 2010
2050 2030
2
Sumber: BPS
SOCIAL DEMOG
- 28 -
Menjadi negara maju membutuhkan perubahan mindset 2
MINDSET
• Berkontribusi pada masa keemasan perkembangan ekonomi Korea, terutama
dengan menggalakan fokus terhadap ekspor barang-barang industri
• Mendorong pertumbuhan perusahaan-perusahaan swasta melalui
penyediaan dana pinjaman dengan bunga lunak dan penghapusan pajak
untuk impor bahan mentah
• Melakukan diversifikasi ekonomi (sektor industri berat dan industri ringan)
Park Chung-hee
Presiden Ketiga
Korea Selatan
(Era 1962-1979)
• Membangun ekonomi dengan pemahaman budaya yang berlandaskan etos
dan moral
• Mengusung kutipan “Tuhan tidak akan mengubah nasib rakyat Korea kecuali
rakyat Korea sendiri yang mengubah nasibnya”
• Memberantas korupsi dengan tegas
Penggeseran Pola Pikir
Arah Strategi
Pembangunan
- 29 -
Target Pembangunan dalam Dimensi Geografi (Archipelago Economy)
Konektivitas
(Fisik)
• Sistem logistik nasional (perpindahan barang/jasa)
• Sistem transportasi (perpindahan manusia)
• ICT (perpindahan data dan informasi)
Pembangunan
Fisik
• Berdasarkan gugus kepulauan (marine vs. land economy)
• Berdasarkan aktifitas ekonomi (income generating vs. konservasi +
positive price)
Social
Geography
• Human mobility
• Urban development vs. rural development
3
- 30 -
Dalam perekonomian berbasis kepulauan (archipelago economy),
sistem logistik memiliki peran yang signifikan dalam pergerakan arus
barang dan jasa
Sislognas bertujuan untuk memperlancar arus barang secara efektif dan efisien.
Sislognas akan menunjang implementasi MP3EI dan mewujudkan visi ekonomi Indonesia 2025.
Penggerak Utama Sislognas: (1). Komoditas Utama (2). Infrastruktur Transportasi (3). Pelaku & Penyedia
jasa logistik (4). SDM logistic (5). Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK/ICT) (5). Harmonisasi Regulasi
3
SISTEM LOGISTIK
- 31 -
Sistem transportasi untuk mobilisasi orang dan barang juga memiliki
tantangan tersendiri bagi Indonesia sebagai negara kepulauan TRANSPORTASI
3
Sumber: MP3EI
- 32 -
Masih terjadi ketimpangan dalam infrastruktur ICT (telematika) guna
mendukung pemerataan pembangunan
3
766
57
2123
8
30
47
21
Jawa Bali-NT Kalimantan Papua-Kep.
Maluku
Sulawesi Sumatra
Populasi (%)
Luas Wilayah (%)
16.6% 67% 4% 5.9% 5% 1.5%
Penetrasi
Komputer (%
Rumah Tangga)
16.8% 70% 3% 4.7% 4.2% 1.2% Penetrasi
Internet (%
Rumah Tangga)
Sumber: MP3EI, BPS
3
ICT
- 33 -
MP3EI mendorong pembangunan fisik untuk menunjang aktivitas
ekonomi intra dan inter koridor
Sumber: MP3EI
MP3EI membagi pusat pertumbuhan ekonomi dalam 6 koridor dengan tema pembangunan yang spesifik.
3
PEMBANGUNAN FISIK
- 34 -
Pembangunan juga perlu memperhatikan perpindahan penduduk antar
daerah
750
558
-339
716
92
237
239
-807
-51
Sumut
Sumbar
Sumsel
-1.776
Jambi
Riau
Bengkulu
Lampung
Babel
Kepri
DKI Jakarta
Jabar
Jateng
Aceh
Jatim
Banten
1.597
1.077
2.711
-5.927
-2.939
2.214
DIY
201
270
348
45
83
-89
-52
331
-12
175
434
66
-84
-81
138
Maluku Utara
Maluku
Sulbar
Gorontalo
Sultra
Sulsel -1.045
Sulteng
Sulut
Papua
Kaltim 1.160
Kalsel
Kalteng
Kalbar
NTT
NTB
Bali
Papua Barat
-1.1%
-13.7%
-16.7%
28.8%
18%
3.2%
13.8%
9.9%
7.5%
42.7%
11.2%
6.3%
-18.3%
-9.8%
-7.8%
20.8%
Netto Migrasi Penduduk Masuk & Keluar (000) Netto Migrasi Penduduk Masuk & Keluar (000) % Populasi % Populasi
3.5%
-1.8%
-1.8%
1.5%
19.6%
4.8%
32.6%
-0.5%
12.5%
-13%
12.1%
-5%
7.1%
-5.8%
4.3%
7.1%
45.8%
3
MIGRASI
Sumber: BPS
- 35 -
Agenda
Konsep Peningkatan dan Pemerataan Kesejahteraan bagi Indonesia 1
Transformasi Ekonomi Berbasis SDM dan Teknologi 2
- 36 -
Setiap kelas memiliki kebutuhan yang berbeda untuk dipenuhi demi
mencapai “Maju bersama, Sejahtera bersama”.
• Social capital (pendidikan, kesehatan,
termasuk infrastruktur pedesaan)
• Penyediaan public employment
• Sistem yang mendorong perubahan
sikap, perilaku, dan cara pandang
• Affirmative action dengan kompetisi yang
sehat
• Pemberdayaan masyarakat (meningkatkan
produktifitas)
• Perlindungan sosial
• Menciptakan iklim usaha yang kondusif
dan kepastian hukum
• Sumber utama pendapatan pajak
• Infrastruktur dibiayai sendiri, pemerintah
memberikan fasiltas dan kepastian
1
INDIVIDU
- 37 -
Memberikan akses pembiayaan dalam rangka menciptakan pertumbuhan
usaha yang berkesinambungan
1
KORPORASI
Usaha Menengah Perusahaan Besar
• Pemberian akses terhadap
pembiayaan dengan skema
KUK/KUM untuk
pengembangan usaha
sehingga mampu
berkembang menjadi Usaha
berskala besar
• Skema penjaminan kredit
• Mendorong inovasi usaha
• Business as not as usual
• Kepastian hukum
Usaha Kecil & Mikro
• Mendorong semangat
kewirausahaan di kalangan
generasi muda
• Pemberian akses terhadap
pembiayaan dengan skema KUR
• Skema penjaminan
• Mendorong inovasi usaha
Memperkuat fundamental usaha Mendorong pertumbuhan
usaha
Penciptaan iklim usaha yang
kondusif
- 38 -
Memperkuat clustering UKM dalam rangka peningkatan akses pasar,
teknologi dan informasi, dan manajemen
1
KORPORASI
Akses Pasar
Teknologi &
Informasi
• Mendorong riset dan
pengembangan teknologi
lintas sektor
• Akses informasi yang
cepat.
• Sistem supply chain yang
didukung oleh sarana
logistik yang efisien.
• Mempercepat proses
produksi dan mobilitas ke
pasar
KAWASAN
INDUSTRI
A
KAWASAN
INDUSTRI
C
KAWASAN
INDUSTRI
B
Contoh SME Cluster City di Korea
Seoul
• Pusat riset dan pengembangan inovasi sekaligus teknologi
• Pusat bisnis untuk digital media dan ekonomi kreatif
Daedeok – The Science Town
• Pusat kawasan industri terpadu (seperti di bidang IT dan bioteknologi)
• Pusat riset dan pengembangan inovasi sekaligus teknologi
Pohang
• Fokus sebagai daerah industri besi dan baja, kimia, dan bioteknologi
(termasuk riset medis)
Busan
• Fokus sebagai pusat pelabuhan, logistik terpadu, high-tech
manufacturing
Gwangju
• Fokus sebagai pusat industri optical telecommunication, photonics dan
teknologi LED/ LD
Manajemen
• Mengembangkan
Management Best
practices
• Centralized knowledge
system (skill/capability)
BERFOKUS PADA
KEGIATAN INDUSTRI
DAN R&D
- 39 -
Reformasi struktur dan postur APBN untuk memacu pertumbuhan ekonomi
dan mewujudkan pemerataan kesejahteraan
1
NEGARA
Pendapatan
Social Capital
Expenditure
Economic Capital
Expenditure
Pendapatan
Social Capital
Expenditure
Pendidikan
Kesehatan
Infrastruktur dasar
Economic Capital
Expenditure
ILLUSTRATIVE
ECONOMIC TYPE OF EXPENDITURE SOCIAL TYPE OF EXPENDITURE
• Prioritas APBN: pembangunan infrastruktur sosial, perbaikan pelayanan dasar publik, dan
perlindungan sosial untuk kelompok masyarakat miskin
• Pinjaman pemerintah: untuk pembiayaan investasi, dan bukan untuk pengeluaran rutin
• Subsidi dikembalikan sebagai instrumen perlindungan sosial dengan mengubah subsidi barang menjadi
subsidi orang
• Hasil pengelolaan SDA yang tidak terbarukan dibelanjakan untuk kepentingan lintas generasi, dan tidak
sekedar sumber pendapatan yang habis dibelanjakan tahunan
- 40 -
Redefinisi usia produktif dan fokus pada perbaikan kualitas pendidikan
dan kesehatan pada kelompok usia pra-produktif 2
LIFE CYCLE
Fokus pada perbaikan
kualitas pendidikan dan
kesehatan
1
Konsepsi
(fertilisasi)
Anak Usia sekolah:
SD, SMP, SMA
6
Usia Tua
5
2
2
BATITA
BALITA
4
Remaja
2
Bayi baru lahir
Bayi menyusui
2
1
Masa
kehamilan
2 TK
Bekerja
Bekerja
1
Menikah
3
- 41 -
Memperbaiki kualitas hidup masyakarat dengan fokus perbaikan pada
sektor pendidikan dan kesehatan 2
LIFE CYCLE
PENDIDIKAN KESEHATAN
• Penyediaan listrik yang merata bagi seluruh
masyarakat
• Bantuan pendidikan bagi keluarga miskin diarahkan
kepada pendidikan kejuruan/vocational
• Memperkuat riset berbasis ilmu terapan
• Penghapusan pajak buku-buku
• Insentif pajak bagi perusahaan atau pribadi
yang memberikan beasiswa.
• Insentif pajak bagi perusahaan yang
memberikan training dan research &
development
• Penyediaan akses air bersih yang memadai
bagi masyarakat
• Pembebasan PPNBM untuk alat kesehatan
untuk pelayanan kesehatan dasar
• Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan bagi
kelompok masyarkat kurang mampu
• Peningkatan askes dan pelayanan kesehatan
bagi seluruh rakyat
• Pembangunan sanitasi yang layak dan modern
• Paket perlindungan sosial yang memadai
SUMBER DAYA MANUSIA YANG PRODUKTIF SECARA EKONOMI DAN SOSIAL
- 42 -
Dunia Kerja dan Pendidikan
Tidak ada pembedaan wanita dan pria dalam
lingkungan kerja dan pendidikan
Politik
Kementrian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak
Minimal 30% calon anggota legislatif
adalah wanita
Lembaga Perlindungan Perempuan
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan
2
GENDER
Mengurangi ketimpangan gender terutama pada kelompok miskin &
rentan
Aspek yang sudah baik Aspek yang perlu diperbaiki
Memperkuat peran perempuan dalam intra-
household decision making melalui
program pemerintah (misal PKH)
Memberikan akses terhadap kredit mikro
kepada perempuan disertai dengan
program pelatihan yang relevan (misal
perbaikan gizi keluarga)
- 43 -
Revitalisasi program KB sebagai upaya memperbaiki kualitas keluarga 2
SOCIAL DEMOG
Keluarga Berencana (KB) sebagai manajemen
keluarga Meningkatkan kesejahteraan
keluarga, melalui perbaikan
kualitas pendidikan, ekonomi
dan kesehatan
Pengendalian pertumbuhan
dan persebaran penduduk,
Pengurangan angka kematian
ibu dan bayi, serta
penanggulangan masalah
reproduksi
Mendorong partisipasi
keikutsertaan program
KB
Menyediakan infromasi
dan akses terhadap KB
dengan memadai
Mengkampanyekan revitalisasi
KB untuk meningkatkan
komitmen masyarakat
1 2 3
- 44 -
2
MINDSET
Mendorong perubahan pola pikir masyarakat berdasarkan nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia
Country Values (Nilai Luhur)
Pemimpin
Pendidikan
• Visioner
• Strategis
• Teladan
- 45 -
Memperkuat infrastruktur fisik dan non-fisik dalam rangka menunjang
konektivitas antar pusat pertumbuhan ekonomi KONEKTIVITAS
3
Global Connectivity
• Dunia Usaha: Infrastruktur yang memiliki dampak langsung kepada dunia usaha, merupakan bagian
dari usaha skala besar, dapat bersifat internasional
• PPP: Infrastruktur yang memiliki kelayakan pengembalian secara bisnis, dikerjasamakan dengan swasta
Social Connectivity
• APBN: Infrastruktur yang tidak layak dikerjasamakan dengan swasta, berada di daerah terpencil,
bersifat membuka akses awal
- 46 -
Pembangunan ICT (telematika) merupakan sarana untuk memacu
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan
• Broadband Penetration 10% *
• Broadband speed 2x **
GDP
• ICT Investment 10% *** Pencipataan
Lap. Kerja • Employment rate 0.6% point
• Broadband Penetration 10% * Produktivitas
Pekerja • Labor productivity growth 1.5%
• GDP 0.1% - 1.4% point
• GDP 0.3% point
ICT Driver Improvement
Note :
* : ITU, 2002, Impact of BB on the Economy
** : Ericsson, Arthur D. Little and Chalmers University of Technology, 2011
*** : Korea Institute for Industrial Economics & Trade (KIET), 2006, ICT and Employment
3
KONEKTIVITAS
- 47 -
ICT (telematika) merupakan salah satu pilar utama dalam pertumbuhan
ekonomi di Korea Selatan 3
KONEKTIVITAS
0
2
4
6
8
10
12
141.200
1.000
800
600
400
200
0
2011 2009 2007 2005 2003 2001 1999 1997
GDP, USD Billion
Kontribusi Sektor ICT thd GDP Korea Selatan ICT Sector
Contribution (%)
- 48 -
Pembangunan fisik ditujukan untuk memperkuat konektivitas intra dan
antar pusat pertumbuhan ekonomi 3
PEMBANGUNAN FISIK
- 49 -
Pertanian Industri Knowledge-based Science-based
Perekonomian Indonesia, yang saat ini berbasis industri, harus bertransformasi
dengan didukung oleh inovasi dan teknologi
Inovasi dan Teknologi
Sumber: Biro Pusat Statistik
Transformasi Sektoral Perekonomian Negara
36%
15%
13%
24%
2.4%
7%
Sektor Pertanian Sektor Industri Sektor Jasa
%Tenaga Kerja
% GDP
Kondisi Indonesia saat ini
- 50 -
1960s 1970s 1980s 1990s 2000s
Primary
goods
Light
industry
goods
Light &
heavy
industry
goods
Heavy industry goods &
electronic products
Electronic &
transport
products
Mendirikan GRIs
(e.g. KIST)
Mendirikan MOST in 1967
Membangun Daedeok
Science Town di tahun
1974
Membangun
Infrastuktur R&D Mempromosikan
R&D
Implementasi program
R&D nasional
Mempromosikan
Universitas berbasis
penelitian (e.g. SRC, ERC)
Meningkatkan Inovasi
Teknologi
Meningkatkan efisiensi
investasi di R&D (koordinasi
IPTEK dengan kebijakan
terkait)
Perencanaan Total Roadmap
Kebijakan berorientasi Industri
Kebijakan berorientasi teknologi
Arah
kebijakan
Ilmu
Pengetahu
an dan
Teknologi
Perubahan
Fokus
Industri
Tren
Kebijakan
Korea Selatan melakukan investasi yang besar di R&D untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi berorientasi teknologi
- 51 -
Oleh karena itu, Indonesia perlu mentransformasikan pembangunan ekonomi
menuju ekonomi berbasis produktivitas
Perekonomian
berbasis buruh
murah dan
sumber daya alam
Perekonomian
berbasis
produktivitas yang
didukung oleh
SDM berkualitas
dan teknologi
- 52 -
Maju Bersama, Sejahtera Bersama menuju pentas dunia membutuhkan proses
Chairul Tanjung Ketua Komite Ekonomi Nasional
Chairman CT Corpora